SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN UNTUK MENENTUKAN SANKSI KETERLAMBATAN PERIZINAN SANTRI DENGAN MENGGUNAKAN METODE AHP
M. Misdram
Fakultas Teknik, Program Studi Teknik Informatika Universitas Yudharta Pasuruan
ABSTRACT Decision Support System For Determining Sanctions DelayLicensing Pupils Method Using AHPThis study uses the title Decision Support System For Determining Sanctions DelayLicensing Pupils Method Using AHP. Sanctions are sanctions are moderate and mild categories. Determining sanctions on students to easily and according to UHPN. Ahp method is a method of splitting a complex or complicated problems in the unstructured situation into its component parts. incorporates considerations and personal judgment in a logical way and influenced the imagination, experience, and knowledge to develop a hierarchy of problems based on logic, intuition and experience to give consideration. AHP is a process to identify, understand and provide an estimate of the overall system interaction. AHP calculation results are not different from the results of the calculations are done manually, it is intended by the outcome CR <0.1, then the ratio of the consistency of the calculation can be accepted. If sebliknya repeated using even numbers.
Keywords: SPK, sanctions (punishment) and the method of AHP
1.
PENDAHULUAN
Pondok Pesantren Ngalah yang lebih dikenal dengan sebutan Pondok Ngalah merupakan salah satu Pondok Pesantren yang bertempat di Kabupaten Pasuruan. Pondok Ngalah didirikan oleh KH Moh. Sholeh Bahruddin Kalam pada bulan 30 Agustus 1985 Masehi atau bertepatan dengan Jum’at Pahing bulan 21 |
14 Dzulhijjah 1405 Hijriyah. Sama halnya dengan Pondok Pesantren yang lain tentunya Pondok Ngalah juga mempunyai histori yang panjang. Pondok Pesantren Ngalah merupakan salah satu lembaga pendidikan Islam atau non formal yang tersebar di Indonesia. Dimana pondok pesantren lahir ditengah -tengah masyarakat. Pondok Pesantren para santri
dididik dan di gembleng dalam ilmu agamaselama 24 jam, dalam kehidupan para santri hidup bersama -sama dalam satu lingkup pondok, mereka dididik agar berwatak mandiri dan tidak bergantung pada orang lain bahkan pada orang tua sendiri, para santri juga dididik disiplin serta dibiasakan taat dan patuh terhadap tata tertib yang telah dibuat oleh Pondok Pesantren Ngalah yang berada di bawah naungan Yayasan Darut Taqwa yang bertempat di Desa Sengonagung Kecamatan Purwosari Kabupaten Pasuruan, dalam perkembangannya Pondok Pesantren Ngalah mampu mewujudkan sistem pendidikan yang dapat membantu mencerdaskan anak bangsa, termasuk menjawab segala problematika kehidupan sosial kemasyarakatan. Selama hampir 30 Tahun sejak di dirikannya, Romo Kyai Sholeh selaku pendiri berharap Pondok Pesantren Ngalah Langgeng Jaya Ila Yaumil Qiyamah. Pondok Pesantren Ngalah terdiri atas 9 Asrama, yang diurutkan secara alphabet dari A sampai I. Asrama yang dibangun di tahun 2000 ke atas adalah Asrama E, F, H, I. Sedangkan asrama yang didirikan dibawah tahun 2000 adalah A, B, C, D.
Hukuman selalu mengandung rasa tidak enak pada anak, oleh kerana itu di dalam memberikan hukuman pendidik harus mempertimbangkan hukuman yang akan diberikan sesuai dengan kesalahan yang diperbuatnya. Dalam memberikan hukuman pendidik harus dengan sebaik mungkin menghindari hukuman fisik dan hukuman yang keras berdasarkan kekuasaan, sebab cara itu akan memupuk agresi dan kekerasan pula pada anak. Anak akan manjadi frustasi dan reaksinya akan menimbulkan agresi dan rasa dendam, dan hukuman yang seharusnya menjadi alat kedisiplinan agar anak lebih 22 |
terarur dan terarah menjadi tidak efektif lagi, sebab hukuman ini mengandung rasa dendam. Di setiap lembaga khususnya di Pondok Pesantren Ngalah Putri harus mempunyai sebuah peraturan supaya santri menjadi santri yang di siplin.Untuk memberikan sanksi kepada santri yang melanggar kita mengacu pada UHPN (Undang-undang Hukum Pesantren Ngalah). UHPN adalah kitab undangundang hukum pesantren ngalah yang menjadi pedoman ketetapan hukum bagi para santri yang bermukim di Pondok Pesantren Ngalah. Pondok pesantren ngalah putri liburan dalam satu tahun ada tiga kali yaitu liburan idul adha, liburan maulud nabi, dan liburan idul fitri. Liburan besar seperti inilah yang ditungguh -tungguh para santri. Begitu juga pada waktu kembali ke pondok banyak yang tidak tepat waktu dengan beberapa alasan seperti hujan, macet, hajatan, parat keluarga, tidak ada yang mengantar, dan lain sebagainya. Bagi santri yang terlambat dengan beberapa alasan pasti ada sanksi yang sudah di siapkan. Sanksi dengan tujuan menjadikan santri menjadi santri disiplin.Pelanggaran dan sanksi ada tiga macam yaitu pelanggaran berat, pelanggaran sedang, dan pelanggaran ringan.[1] Selama ini untuk data perizinan sangat tidak tertata dan menggunakan manual. Santri putri izin pulang pengurus tidak mengetahui kembalinya dan keterlabatannya sehingga mereka tidak mengikuti kegiatan asrama ketinggalan pelajaran formal dan non formal. Ada sebagian santri kembali ke pondok tetapi tidak sampai pondok sehingga orang tua komplen ke kantor. Dalam hal ini maka diperlukan suatu sistem penunjang keputusan untuk
mempermudah petugas untuk memberikan sanksi pada santri yang melanggar. Permasalahan tersebut dapat di selesaikan dengan mengunakan metode AHP ( Analitical Hierarchy Process). Metode AHP merupakan salah satu metode yang digunakan untuk mengambil keputusan yang menguraikan masalah multi faktor atau multi kriteria yang kompleks menjadi suatu hirarki. Dalam penerapan metode AHP ini untuk menghasilkan kesimpulan yang adil dan bijaksana. Dari pemaparan latar belakang maka penulis tertarik untuk merancang sebuah sistem yang berjudul “ SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN UNTUK MENENTUKAN SANKSI KETERLAMBATAN PERIZINANSANTRI DENGAN MENGGUNAKAN METODE AHP” (Studi kasus: “Pondok Pesantren Ngalah Putri”).
Berdasarkan latar belakang masalah, maka disusun perumusan permasalahan yaitu : 1. Bagaimana menentukan pelanggaran sedang dan ringan ? 2. Apa sanksi yang diberikan kepada santri yang melangga keterlambatan perizinan ? Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempermudah menentukan pelanggaran kategori sedang dan ringan. santri diberi sanksi yang sesuai. Menjadikan santri lebih disiplin dengan memberikan sanksi dan pendekatan secara individual.
Menganalisa hasil pengolahan data menggunakan konsep Sistem Pendukung Keputusan AHP untuk menentukan tingkat keakurasian Sistem 23 |
Pendukung Keputusan tersebut terhadap data yang akan di uji.
Gambar. 2.1 Gambar Kerangka Pemikiran
2. LANDASAN TEORI Pengertian Sistem
Kata “Sistem” mengandung arti kumpulan dari komponen-komponen yang memiliki keterkaitan antara satu dengan yang lain. Sedangkan "Informasi" bisa diartikan sebagai data. Dari kedua definisi tersebut sistem informasi dapat diartikan sebagai "suatu sistem yang dibuat oleh manusia yang terdiri dari komponen-komponen dalam organisasi untuk mencapai suatu tujuan yaitu menyajikan informasi”. [5]
Pengertian SPK Sistem Penunjang Keputusan (SPK) adalah bagian dari Sistem Informasi berbasis komputer, termasuk sistem berbasis pengetahuan (manajemen pengetahuan) yang dipakai untuk mendukung pengambilan keputusan dalam suatu organisasi atau sebuah
perusahaan. Konsep sistem pendukung keputusan diperkenalkan pertama kali oleh Michael S. Scoott Morton pada tahun 1970-an dengan istilah Management Decision System. SPK dirancang untuk mendukung seluruh tahap pengambilan keputusan mulai dari mengidentifikasi masalah, memilih data yang relevan, dan menentukan pendekatan yang digunakan dalam proses pengambilan keputusan, sampai mengevaluasi pemilihan alternative. Sistem tersebut adalah suatu sistem yang berbasis komputer yang ditujukan untuk membantu pengambil keputusan dengan memanfaatkan data dan model tertentu untuk memecahkan berbagai persoalan yang tidak terstruktur. Istilah SPK mengacu pada suatu sistem yang memanfaatkan dukungan komputer dalam proses pengambilan keputusan. Macam–Macam Metode Sisem Penunjang Keputusan: a. Metode Sistem pakar b. Metode Regresi linier c. Metode B/C Ratio d. Metode AHP e. Metode IRR f.
1. Pemahaman Menyelidiki lingkungan kondisikondisi yang memerlukan keputusan data mentah yang diperoleh, diolah dan diperiksa untuk dijadikan petunjuk yang dapat menentukan masalahnya. 2. Perancangan Menemukan, mengembangkan, dan menganalisa arah tindakan yang mungkin dapat dipergunakan. Hal ini mengandung proses-proses untuk memahami masalah, untuk menghasilkan cara pemecahan, dan untuk menguji apakah cara pemecahan tersebut dapat dilaksanakan. 3. Pemilihan Memilih arah tindakan tertentu dari semua arah tindakan yang ada. Pilihan di tentukan dan dilaksanakan.
Prosedur Pengambilan Keputusan Berikut prosedur dalam pengambilan keputusan adalah: 1. Mengidentifikasi masalah. 2. Mengklarifikasi tujuan-tujuan khusus yang diinginkan. 3. Memeriksa berbagai kemungkinan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. 4. Mengakhiri proses itu dengan menetapkan pilihan bertindak dengan dasar fakta dan nilai (kepuasan dan kemungkinan yang timbul.
Metode NPV
g. Metode FMADM
Karakteristik Sistem Pendukung Keputusan
h. Metode SAW SPK ditujukan untuk keputusankeputusan yang memerlukan penilaian atau pada keputusan-keputusan yang sama sekali tidak dapat didukung oleh algoritma. Menurut Herbert A. Simon proses pengambilan keputusan mempunyai 3 tahap yaitu:
Sistem pendukung keputusan dirancang secara khusus untuk mendukung seseorang yang harus mengambil keputusan-keputusan tertentu. Dibawah ini merupakan karakteristik system pendukung keputusan: 1. Kapabilitas Interaktif, Sistem Pendukung Keputusan memberi pengambil keputusan
24 |
akses cepat ke data dan informasi yang dibutuhkan. 2. Fleksibilitas, Sistem Pendukung Keputusan dapat menunjang para manajer pembuat keputusan berbagai bidang fungsional (keuangan, pemasaran, operasi produksi dan lain -lain). 3. Kemampuan menginteraksikan model, Sistem Pendukung Keputusan, memungkinkan para pembuat keputusan berinteraksi dengan modelmodel, termasuk memanipulasi model-model tersebut sesuai dengan kebutuhan. 4. Fleksibilitas output, Sistem Pendukung Keputusan, mendukung para pembuat keputusan dengan menyediakan berbagai macam output. Tujuan dari Sistem Pendukung Keputusan 1. Membantu manajer dalam pengambilan keputusan atas masalah semi tersruktur. 2. Memberikan dukungan atas pertimbangan manajer dan bukannya dimaksudkan untuk menggantikan fungsi manajer. 3. Meningkatkan efektivitas keputusan yang diambil manajer lebih dari perbaikan efesiensinya. 4. Kecepatan komputasi. Komputer memungkinkan para pengambil keputusan untuk melakukan banyak komputasi secara cepat dengan biaya rendah. 5. Peningkatan produktifitas. Membangun satu kelompok pengambil keputusan, terutama para pakar bisa sangat mahal. Pendukung terkomputerisasi bias mengurangi ukuran kelompok dan memungkinkan para anggotanya untuk berada di berbagai lokasi yang berbedabeda (menghemat biaya perjalanan). 6. Dukungan kualitas. Komputer bisa meningkatkan kualitas keputusan yang dibuat. 7. Berdaya saing. 8. Mengatasi keterbatasan kognitif dalam pemrosesan dan penyimpanan. [6]
25 |
ANALYTIC HIRARCHY PROCESS (AHP)
AHP adalah sebuah metode memecah permasalahan yang komplek/ rumit dalam situasi yang tidak terstruktur menjadi bagian-bagian komponen. Mengatur bagian atau variabel ini menjadi suatu bentuk susunan hierarki, kemudian memberikan nilai numerik untuk penilaian subjektif terhadap kepentingan relatif dari setiap variabel dan mensintesis penilaian untuk variabel mana yang memiliki prioritas tertinggi yang akan mempengaruhi penyelesaian dari situasi tersebut. AHP menggabungkan pertimbangan dan penilaian pribadi dengan cara yang logis dan dipengaruhi imajinasi, pengalaman, dan pengetahuan untuk menyusun hierarki dari suatu masalah yang berdasarkan logika, intuisi dan juga pengalaman untuk memberikan pertimbangan. AHP merupakan suatu proses mengidentifikasi, mengerti dan memberikan perkiraan interaksi sistem secara keseluruhan. Prosedur dalam menggunakan metode AHP terdiri dari beberapa tahap yaitu: 1. Menyusun hirarki dari permasalahan yang dihadapi. Penyusunan hirarki yaitu dengan menentukan tujuan yang merupakan sasaran sistem secara keseluruhan pada levelteratas. Level berikutnya terdiri dari kriteria -kriteria untuk menilai atau mempertimbangkan alternatif-alternatif yang ada dan menentukan alternatifalternatif tersebut. Setiap kriteria dapat memiliki subkriteria dibaw ahnya dan setiap kriteria dapat memiliki nilai intensitas masing-masing. 2. Menentukan prioritas elemen dengan langkah- langkah sebagai berikut: a. Membuat perbandingan berpasangan Langkah pertama dalam menentukan
prioritas elemen adalah membuat perbandingan berpasangan, yaitu membandingkan elemen secara berpasangan sesuai kriteria yang di berikan. Untuk perbandingan berpasangan digunakan bentuk Matrikss. Matrikss bersifat sederhana, berkedudukan kuat yang menawarkan kerangka untuk memeriksa konsistensisi, memperoleh informasi tambahan dengan membuat semua perbandingan yang mungkin dan menganalisis kepekaan prioritas secara keseluruhan untuk merubah pertimbangan. Untuk memulai proses perbandingan berpasangan, dimulai dari level paling atas hirarki untuk memilih kriteria, misalnya C, kemudian dari level dibawahnya diambil elemen -elemen yang akan dibandingkan, missal 𝐴1, 𝐴2, 𝐴3, 𝐴4, 𝐴5, maka susunan elemen-elemen pada sebuah Matriks. Tabel 2.1 Tabel Matriks Perbandingan Berpasangan
26 |
b. Mengisi Matriks Perbandingan BerpasanganUntuk mengisi Matriks perbandingan berpasangan yaitu dengan menggunakan bilangan untuk merepresentasikan kepentingan relatif dari satu elemen terhadap elemen lainnya yang dimaksud dalam bentuk skala dari 1 sampai dengan 9. Sk ala ini mendefinisikan dan menjelaskan nilai 1 sampai 9 untuk pertimbangan dalam perbandingan berpasangan elemen pada setiap level hirarki terhadap suatu Kriteria di level yang lebih tinggi. Apabila suatu elemen dalam Matriks dan dibandingkan dengan dirinya sendiri, maka diberi nilai 1. Jika i dibanding j mendapatkan nilai tertentu, maka j dibanding i merupakan kebalikkannya. Pada tabel 2 memberikan definisi dan penjelasan skala kuantitatif 1 sampai dengan 9 untuk menilai tingkat kepentingan suatu elemen dengan elemen lainnya
c. Sintesis Pertimbangan-pertimbangan terhadap perbandingan berpasangan di sintesis untuk memperoleh keseluruhan prioritas dengan langkah-langkah sebagai berikut:
27 |
1. Menjumlahkan nilai-nilai dari setiap kolom pada Matrikss. 2. Membagi setiap nilai dari kolom dengan total kolom yang bersangkutan untuk memperoleh normalisasi Matrikss. 3. Menjumlahkan nilai-nilai dari setiap Matrikss dan membaginya dengan jumlah elemen untuk mendapatkan nilai rata-rata.
4. Mengukur konsistensisi, Dalam pembuat keputusan, penting untuk mengetahui seberapa baik konsistensisi yang ada, karena kita tidak ingin keputusan berdasarkan pertimbangan dengan konsistensisi yang rendah. Karena dengan konsistensisi yang rendah, pertimbangan akan tampak sebagai sesuatu yang acak dan tidak akurat. Konsistensisi penting untuk mendapatkan hasil yang valid dalam dunia nyata. AHP mengukur konsistensisi pertimbangan dengan rasio konsistensisi (consistency ratio). Nilai Konsistensisi rasio harus kurang dari 5% untuk Matrikss 3x3, 9% untuk Matrikss 4x4 dan 10% untuk Matrikss yang lebih besar. Jika lebih dari rasio dari batas tersebut maka nilai perbandingan Matrikss di lakukan kembali.
4) Membagi hasil diatas dengan banyak elemen yang ada, hasilnya disebut eigen value 𝜆m𝑎𝑥 5) Menghitung indeks konsistensisi (consistency index) dengan rumus: CI = (𝜆𝑎𝑥n)/n
d. Langkah langkah menghitung nilai rasio konsistensisi yaitu: 1) Mengkalikan nilai pada kolom pertama dengan prioritas relatif elemen pertama, nilai pada kolom kedua dengan prioritas relatif elemen kedua, dan seterusnya. 2) Menjumlahkan setiap baris. 3) Hasil dari penjumlahan baris dibagikan dengan elemen prioritas relatif yang bersangkutan.
Matrikss random dengan skala penilaian 1 sampai 9 beserta kebalikkannya sebagai random consistency (RC). Berdasarkan perhitungan saaty dengan menggunakan 500 sampel, jika pertimbangan memilih secara acak dari skala1/9, 1/8, … , 1, 2, … , 9 akan diperoleh rata ratakonsistensisi untuk Matrikss yang berbeda. [7]
Dimana CI : Consistensi Index 𝜆 𝑎 : Eigen Value n : Banyak elemen 6) Menghitung konsistensisi ratio (CR), dengan rumus: CR=CI/RC Dimana : CR : Consistency Ratio CI : Consistency Index RC : Random Consistency
Tabel 2.3 Tabel Nilai Rata-Rata Konsistensisi
Kelebihan Analytical Hierarchy Process Dalam buku sistem pendukung keputusan karangan suryadi, kadarsah dan ramadhani ali bahwa kelebihan
28 |
Analytical Hierarchy Process dibanding dengan yang lainnya adalah: 1. Struktur yang berhierarkhi, sebagai konsekuensi dari kriteria yang dipilih,
sampai pada subkriteria yang paling dalam. 2. Memperhitungkan validitas sampai dengan batas toleransi inkonsistensisi 3. Sebagai kriteria dan alternative yang dipilih oleh para pengambil keputusan. Memperhitungkan daya tahan atau ketahanan output analisis sensitivitas pengambilan keputusan. [8]
METODE PENELITIAN Metode adalah suatu cara kerja yang utama untuk menguji hipotesis atau anggapan dasardengan menggunakan teknik-teknik atau alat-alat tertentu. [17] Dari uraian berikut ini penulis sampaikan beberapa hal yang berhubungan dengan metodologi penelitian, subyek penelitian, termasuk di dalamnya ada teknik-teknik yang dipakai dalam metode pengumpulan data. Teknik Pengumpulan Data Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh penulis dalam penelitian ini, antara lain : 1. Studi Kepustakaan (Literatur) Tinjauan literature adalah bagian penting dari setiap proyek penelitian yang baik, dan jika tidak dilakukan dengan benar, proyek dapat berakhir sia-sia dengan mereplikasi penelitian sebelumnya. Metode ini dilakukan untuk mendapatkan data literature tambahan dari buku acuan mengenai system pengambilan keputusan berbasis komputer dan metode AHP, sumber yang digunakan berupa buku, jurnal, karya ilmiah, dan situs-situs penunjang yang dapat membantu dalam menyelesaian laporan penelitian. [19] 2. Wawancara (Interview) Wawancara merupakan salah satu objek penelitian, wawancara adalah komunikasi dua arah untuk mendapatkan data dari responden. Wawancara dapat 29 |
berupa wawancara personal, wawancara intersep dan wawancara telepon. Metode wawancara adalah cara untuk memperoleh data dengan tanya jawab sepihak yang dikerjakan dengan sistematik dan berlandaskan kepada tujuan penyelidikan. [20] Dalam wawancara ini digunakan jenis wawancara bebas terpimpin, yaitu dengan cara bebas tetapi dibatasi oleh struktur pertanyaan yang telah disiapkan. Metode wawancara dalam penelitian ini sifatnya hanya sebagai pelengkap. Wawancara dilakukan terhadap qari’ atau pengurus santri putri podok pesantren ngalah putri berkaitan dengan bagaimana mendeteksi santri terlambat kembali dan tepat waktu serta menentukan hukuman yang terlambat di pondok pesantren ngalah putri. 3. Pengamatan (Observasi) Observasi adalah melakukan pengamatan secara langsung ke objek penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan. [21] Observasi dilakukan untuk mengetahui cara-cara mengetasi santri terlambat perizinan dan memberi hukuman yang stabil . 4. Metode Dokumentasi Metode dokumentasi yaitu mencari data atau variabel yang berupa catatan, transkrip buku, surat kabar, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda dan lainnya. [22] Sedangkan dokumen yang diambil untuk penulisan skripsi ini adalah data-data yang berkaitan dengan pelanggaran dengan melihat buku-buku dan catatan-catatan atau file yang dimiliki oleh setiap asrama.
Teknik Pengembangan Sistem Teknik pengembangan sistem dalam pembuatan perangkat lunak menggunakan paradigma perangkat lunak secara waterfall, yang meliputi beberapa proses diantaranya:
1) System/ Information Engineering Merupakan bagian dari sistem yang terbesar dalam pengerjaan suatu proyek, dimulai dengan menetapkan berbagai kebutuhan dari semua elemen yang diperlukan sistem dan mengalokasikannya ke dalam pembentukan perangkat lunak. 2) Analysis Merupakan tahap menganalisis halhal yang diperlukan dalam pelaksanaan proyek pembuatan perangkat lunak 3) Design Tahap penerjemahan dari data yang dianalisis ke dalam bentuk yang mudah dimengerti oleh user. 4) Coding Tahap penerjemahan data atau pemecahan masalah yang telah dirancang keadalam bahasa pemrograman tertentu. 5) Testing Merupakan tahap pengujian terhadap perangkat lunak yang dibangun. 6) Maintenance Tahap akhir dimana suatu perangkat lunak yang sudah selesai dapat mengalami perubahan–perubahan atau penambahan sesuai dengan permintaan user.
30 |
Penerapan Metode AHP Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode Analytic Hierarcy Process (AHP). 1. Prinsip Dasar AHP Prinsip kerja AHP adalah penyederhanaan suatu persoalan kompleks yang tidak terstruktur dan dinamik menjadi bagian-bagiannya, serta menata dalam suatu hirarki. Kemudian tingkat kepentingan setiap variabel diberi nilai numerik secara subjektif tentang arti penting variabel tersebut secara relatif dibandingkan dengan variabel lain. 2. Prosedur AHP Pada dasarnya prosedur atau langkah-langkah dalam metode AHP meliputi: a) Menyusun hirarki Mendefinisikan masalah dan menentukan solusi yang diinginkan, lalu menyusun hirarki dari permasalahan yang dihadapi. Penyusunan hirarki adalah dengan menetapkan tujuan yang merupakan sasaran sistem secara keseluruhan pada level teratas. Dari data yang diperoleh maka berikut rancangan hirarki yang akan dilakukan dalam penelitian ini:
Gambar 3.2 Gambar Perancangan Hirarki Menentukan Sanksi Keterlambatan Perizinan Keterangan dari masing-masing kriteria adalah sebagai berikut Pada tingkat teratas merupakan tujuan/goal yang ingin dicapai dalam penelitian ini. Sedngakan pada tingkat kedua merupakan kriteria-kriteria yang diberikan dan yang terakhir pada tingkat ketiga merupakan alternatif pilihan.
a. Kartu hilang, kembali terlambat b. Mengembalikan kartu, kembali telambat c. Tidak mengembalikan kartu
b) Penilaian kriteria dan alternative
Tabel 3.1 Tabel Skala Penilaian Perbandingan Berpasangan
31 |
Perbandingan dilakukan berdasarkan kebijakan pembuat keputusan dengan menilai tingkat kepentingan satu elemen terhadap elemen lainnya Proses perbandingan berpasangan, dimulai dari level hirarki paling atas yang ditujukan untuk memilih kriteria, misalnya A, kemudian diambil elemen yang dibandingkan, misal A1, A2, dan A3 di bawah ini: Tabel 3.2 Tabel Perbandingan Berpasangan
Untuk menentukan nilai kepentingan relatif antar elemen digunakan skala bilangan dari 1 sampai 9 seperti pada Tabel 4.3, Penilaian ini dilakukan oleh seorang pembuat keputusan yang ahli dalam bidang persoalan yang sedang dianalisa dan mempunyai kepentingan terhadapnya. Apabila suatu elemen dibandingkan dengan dirinya sendiri maka diberi nilai 1. Jika elemen i dibandingkan dengan elemen j mendapatkan nilai tertentu, mak a elemen j dibandingkan dengan elemen i merupakan kebalikannya. Dalam AHP, 32 |
penilaian alternatif dapat dilakukan dengan metode langsung (direct), yaitu metode yang digunakan untuk memasukkan data kuantitatif. Biasanya nilai-nilai ini berasal dari sebuah analisis sebelumnya atau dari pengalaman dan pengertian yang detail dari masalah keputusan tersebut. Jika si pengambil keputusan memiliki pengalaman atau pemahaman yang besar mengenai masalah keputusan yang dihadapi, maka dia dapat langsung memasukkan pembobotan dari setiap alternatif. c) Menentukan Prioritas Pertimbangan-pertimbangan terhadap perbandingan berpasangan disintesis untuk memperoleh keseluruhan prioritas melalui tahapantahapan berikut ini: a. Menjumlahkan nilai-nilai setiap kolom pada Matrikss. b. Lakukan normalisasi Matrikss dengan membagi setiap nilai dari kolom dengan total kolom yang bersangkutan. c. Menjumlahkan nilai-nilai dari setiap baris dan membaginya dengan jumlah elemen untuk mendapatkan nilai rata-rata.Berikut Merupakan contoh tabel Matrikss perbandingan nilai kriteria: Tabel 3.3 Tabel Matrikss Nilai Kriteria
d) Mengatur Konsistensisi Dalam pembuatan keputusan, penting untuk mengetahui seberapa baik konsistensisi yang ada karena kita tidak menginginkan keputusan berdasarkan pertimbangan dengan konsistensisi yang rendah. Hal-hal yang dilakukan dalam tahap ini adalah: a. Mengalikan Matrikss dengan prioritas bersesuaian. Dari tabel diatas diperoleh nilai λmaks:
33 |
b. Jumlahkan hasil perkalian setiap baris c. Hasil penjumlahan dari baris dibagi dengan elemen yang bersangkutan d. Jumlahkan hasil bagi diatas dengan banyaknya elemen yang ada dan hasil perhitungan tersebut adalah λ maks. Berikut ini merupakan tabel Matrikss perkalian bobot elemen: Tabel 3.4 Matrikss Perkalian Bobot Elemen
e) Hitung indeks konsistensisi/ Consistency Index (CI) dengan rumus: CI = ((𝜆m𝑎𝑘𝑠 −m)/n-1)
Hasil akhir merupakan perbandingan dari hasil-hasil yang telah dihitung, dengan membandingkan semua hasil, maka didapat hasil tertinggi dan hasil ini merupakan kep utusan hasil akhir yang dipilih.
PENUTUP Dimana n = banyaknya elemen Kesimpulan f) Hitung rasio konsistensisi / Consistency Ratio (CR) dengan rumus:
Ket: CR = Consistency Ratio CI = Consistency Index IR = Index Random
Untuk menentukan sanksi keterlambatan perizinan santri dengan menggunakan software atau aplikasi dapat diperoleh sebuah keputusan yang menunjukan pelanggaran kategori sedang dan ringan. Pertimbangan untuk menentukan sanksi pada santri yang terlambat merupakan keputusan yang telah di tentukan di UHPN.
g) Perhitungan untuk menentukan tujuan Setelah perhitungan CR sudah diterima/ berhasil maka perhitungan dilanjutkan untuk menentukan tujuan akhir, yaitu perhitungan sebagai berikut :
Hasil1 = (Nilai Kriteria1*Prioritas Kriteria1) + (Nilai Kriteria2 * Prioritas Kriteria2 ) + … sampai kriterian+Prioritas Kriteria-n
Hasil2 = (Nilai Kriteria2*Prioritas Kriteria1) + (Nilai Kriteria2 * Prioritas Kriteria2 ) + … sampai kriteria-n
Hasil-n = (Nilai Kriteria-n*Prioritas Kriteria1) + (Nilai Kriteria-n * Prioritas Kriteria2 ) + … sampai kriteria-n
34 | P a g e
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, dapat di ambil kesimpulan, sebagai berikut: 1. Penerapan sanksi kategori sedang dan ringan di pondok pesantren ngalah asrama putridapat dinilai berjalan dengan cukup baik. Hal ini di dasarkan pada hasil wawancara dan observasi, dimana diketahui bahwa para pengurus khususnya pada KAMTIB asrama telah berupaya menegakkan peraturan pesantren secara maksimal. 2. Dari perhitungan berdasarkan konsistensi hirarki. Jika nilainya lebih dari 10%, maka penilaian data judgment harus di perbaiki. Namun jika rasio konsistensi (CI/IR) kurang atau sama dengan 0,1, maka hasil perhitungn bisa dinyatakan benar. 3. Pengaruh adanya sanki bagi pelanggar di pondok pesantren ngalah asrama putri merupakan hal yang mendukung karena santri bisa di siplin lagi.
Hal ini terbukti bahwa berdasarkan hasil pembahasan secara keseluruhan hasil pengujian yang dilakukan agar santri yang melanggar peraturan, tidak mengulagi kesalahan melanggar tata tertib di pondok pesantren ngalah asrama putri sehingga pihak asrama tidak kesulitan untuk mendata santri yang melanggar tata tertib. Tujuan yang inggin dicapai pada penelitian ini adalah dapat mengetahui pelanggaran kategori sedang dan ringan. Menentukan sanksi yang sudah ditetapkan di UHPN. Saran Berdasarkan kesimpulan di atas, maka penulis dapat memberikan beberapa saran, sebagai berikut: 1. Pengurus pesantren perlu melakukan secara berkala tentang detail peraturan yang dibuat. Hal ini dimaksudkan guna menempatkan peraturan sebagai instrument yang senantiasa relevan dengan perkembangan situasi dilingkunah pesantren serta diluar pesantren. 2. Penerapan jenis sanksi (hukuman) hendaknya juga senantiasa diselaraskan dengan kondisi yang ada dilingkungan pesantren. Keselarasan pemberlakuan sanksi (hukuman) kepada para santri juga diharapkan dapat memberikan nilai lebih dalam tentang tata tertib pondok pesantren ngalah asrama putri. 3. Hendaknya dalam menginterogasi dan dalam pemberian sanksi (hukuman) kepada santri tidak menggunakan kekerasan karena akan berakibat kurang baik pada jiwa dan perkembangan santri yang dididik.
35 |