Sistem Pendukung Keputusan untuk Menentukan Gangguan Psikologis dengan Metode AHP Al-Khowarizmi Jurusan Sistem Informasi Sekolah Tinggi Teknik Harapan Jl.H.M. Jhoni No.70 C, Medan 20217
[email protected] ABSTRAK Pengunaan sistem pendukung keputusan (SPK) dapat membantu dalam pengambilan keputusan yang cepat dan tepat sesuai dengan sasaran. Banyak permasalahan yang terjadi dapat diselesaikan dengan mengunakan SPK, salah satunya adalah untuk menentukan gangguan psikologis dalam hal ini untuk menentukan jenis psikopat dimana penderita psikopat sangat banyak dan susah di deteksi. Metode yang dapat digunakan dalam sistem pendukung keputusan adalah mengunakan Analytical Hierarchy Process (AHP). Dalam penelitian ini dianalisis suatu kasus yaitu menentukan gangguan psikologis dengan memberikan beberapa pertanyaan sehingga hasil dari aplikasi ini adalah sebuah kesimpulan tentang gangguan psikologis khususnya psikopat antara lain : primary psychopath, secondary psychopath, distempered psychopath dan charismatic psychopath yang di dapat dari perolehan nilai tertinggi dari setiap proses pengambilan keputusan. Kata kunci : SPK, Gangguan Psikologis, Psikopat, AHP. ABSTRACT The use of Decision Support Systems (DSS) can help to decide accurately and quickly on target. Many problems can be solved by using DSS, one of them is determining psychological disorders, it determines types of psychopath because there are so many psychopathic patients and it's difficult to be detected. The method which can be used in Decision Support Systems is the use of Analytical Hierarchy Process (AHP). In this research is analyzed a case that is determining psychological disorders by asking some questions so that the result of this application is a conclusion about Psychological Disorder especially psychopath, they are : Primary psychopath, secondary paychopath, distempered psychopath and charismatic psychopath which is got from the result high percentage in any decision process. Keywords: DSS, Psychological disorders, Psychopath, AHP. 1.
Pendahuluan Proses pengambilan keputusan pada dasarnya adalah memilih suatu alternatif untuk menyelesaikan suatu permasalahan. Adapun permasalahan yang sering muncul bersifat kompleks dengan aspek atau kriteria yang diambil cukup banyak. Kompleksitas ini juga disebabkan oleh struktur masalah yang belum jelas, ketidakpastian persepsi pengambil keputusan, serta ketidakpastian tersedianya data statistik yang akurat atau bahkan tidak ada sama sekali. Pada dasarnya, setiap persoalan dapat diselesaikan dengan memandang persoalan tersebut dilihat dalam suatu kerangka yang terorganisir, yang memungkinkan adanya ketergantungan antar komponen dan ketergantungan antar elemen dalam suatu komponen. Kerangka pemikiran tersebut memungkinkan pengambil keputusan untuk mengambil keputusan yang efektif atas persoalan tersebut dengan jalan menyederhanakan, sehingga mempercepat proses pengambilan keputusan yang dilakukan. Masalah keputusan yang dirasakan dan diamati perlu diambil secepatnya, tetapi variasinya rumit,
sehingga datanya tidak mungkin dapat dicatat secara numeris, hanya secara kualitatif saja yang dapat diukur, yaitu berdasarkan persepsi pengalaman dan intuisi. Salah satunya adalah gangguan psikologis pada manusia, gangguan psikologis adalah gangguan dalam cara berpikir (cognitive), kemauan (volition), emosi (affective), perilaku (psychomotor). Dari berbagai penelitian dapat dikatakan bahwa gangguan psikologis adalah kumpulan dari keadaan-keadaan yang tidak normal, baik yang berhubungan dengan fisik, maupun dengan mental. Dalam hal ini peneliti membahas salah satu gangguan psikologis yaitu psikopat, psikopat adalah gejala kelainan kepribadian yang sejak dulu dianggap berbahaya dan mengganggu masyarakat. Namun demikian orangorang psikopat bila dilihat sepintas memiliki sifat baik hati dan disukai tetapi sebetulnya dibalik itu semua mereka sangat merugikan masyarakat, pengidap ini sulit dideteksi karena sebanyak 80% lebih banyak yang berkeliaran daripada yang mendekam di penjara atau di rumah sakit jiwa, pengidapnya juga sukar disembuhkan, sehingga di perlukan sistem pendukung keputusan untuk
Biltek Vol. 3, No. 021 Tahun 2014 – Sekolah Tinggi Teknik Harapan
1
menentukan gangguan psikologis karena masalah gangguan psikologis terjadi di hampir seluruh negara di dunia. Data statistik yang dikemukakan oleh WHO pada tahun 1990 menyebutkan bahwa, setiap saat 1% dari penduduk di dunia berada dalam keadaan membutuhkan pertolongan serta pengobatan untuk suatu gangguan psokologis. Dampak yang paling terlihat akibat dari permasalahan diatas adalah timbulnya kebingungan dalam menentukan gangguan psikologis. Dalam perancangan dan pembangunan aplikasi ini akan digunakan metode AHP (Analitycal Hierarchy Process) untuk mengolah data dari beberapa kriteria yang diinginkan. Dan untuk memudahkan dalam memasukkan kriteria yang diinginkan, maka penyampaian informasi dipresentasikan dengan menggunakan bahasa pemograman. Sistem pendukung keputusan selain dapat memberikan informasi yang dapat membantu menyediakan berbagai alternatif yang dapat ditempuh dalam proses pengambilan keputusan. Ciri khas suatu sistem pendukung keputusan adalah digunakan model yang salah satu fungsinya untuk penyederhanaan masalah. AHP yang dikembangkan oleh Thomas L Saaty merupakan model hirarki fungsional dengan input utamanya persepsi manusia. Dengan adanya hirarki masalah kompleks atau tidak terstruktur dipecah dalam subsub masalah kemudian disusun menjadi suatu bentuk hirarki. AHP (Analitycal Hierarchy Process) mempunyai kemampuan untuk memecahkan masalah multikriteria yang berdasarkan pada perbandingan preferensi dari setiap elemen dalam hirarki. Berdasarkan dari hal tersebut diatas, maka penulis memutuskan membuat judul ”Sistem Pendukung Keputusan untuk Menentukan Gangguan Psikologis dengan Metode AHP”. 2.
Metode Penelitian Agar penelitian tersusun dan terarah sesuai dengan tujuan, maka penulis menetapkan metode penelitian yaitu: 1. Studi pustaka dan studi literatur tentang metode AHP dengan melakukan analisis metode AHP sebagai model sistem pendukung keputusan untuk menentukan gangguan psikologis. 2. Melakukan pengambilan data melalui pertanyaan yang diajukan kepada pasien yang menderita gangguan psikologis. 3. Implementasi metode AHP dalam suatu proses pengambilan keputusan untuk menentukan gangguan psikologis dalam pembuatan aplikasi. 4. Mengevaluasi penerapan metode AHP dengan aplikasi yang telah dibuat untuk menghasilkan keputusan yang optimal.
3. Hasil dan Pembahasan 3.1 Analisis pembahasan dengan Metode AHP Ada tiga prinsip dalam memecahkan persoalan dengan AHP, yaitu prinsip menyusun hirarki (Decomposition), prinsip menentukan prioritas (Comparative Judgement) dan prinsip konsistensi logis (Logical Consistency). Menyusun hirarki dilakukan setelah persoalan didefinisikan. Sistem yang kompleks bisa dipahami dengan memecahnya menjadi elemen-elemen pendukung, menyusun elemen secara hirarki dan menggabungkannya. Adapun struktur hirarki pada sistem ini adalah sebagai berikut.
Gambar 1. Struktur Hirarki Kriteria yang digunakan untuk menentukan gangguan psikologis dengan metode AHP yaitu primary psychopath (PP), secondary psychopath (SP), distempered psychopath(DP) dan charismatic psychopath(CP) dengan sub kriteria sangat tepat, tepat dan tidak tepat. Prinsip berikutnya yaitu menentukan prioritas kriteria dan subkriteria sebagai berikut : a. Membuat matriks perbandingan berpasangan Pada tahap ini dilakukan penilaian perbandingan antara 1 kriteria dengan kriteria yang lain. Adapun hasil Matriks perbandingan berpasangan pada kasus ini terlihat pada tabel 1. Tabel 1 Matriks Perbandingan Berpasangan PP SP DP CP PP 1 1 1 1 SP 1 1 1 1 DP 1 1 1 1 CP 1 1 1 1 Jumlah 4 4 4 4 b. Membuat matriks nilai kriteria Matriks ini diperoleh dengan rumus nilai baris kolom baru = nilai baris/kolom lama / jumlah masing-masing kolom lama. Hasil perhitungan bisa terlihat pada tabel 2. Tabel 2. Matrik Nilai Kriteria PP SP DP CP Jumlah Prioritas PP 0,25 0,25 0,25 0,25 1 0,25 SP 0,25 0,25 0,25 0,25 1 0,25 DP 0,25 0,25 0,25 0,25 1 0,25
Biltek Vol. 3, No. 021 Tahun 2014 – Sekolah Tinggi Teknik Harapan
2
CP
0,25
c.
PP SP DP CP d.
PP SP DP CP
0,25
0,25
0,25
1
0,25
Membuat matriks penjumlahan setiap baris Matriks ini dibuat dengan mengalikan nilai prioritas pada tabel 2 dengan matrik perbandingan berpasangan pada tabel 1, hasil perhitungannya sebagai berikut. Tabel 3. Matriks Penjumlahan Setiap Baris PP SP DP CP Jumlah 0,25 0,25 0,25 0,25 1 0,25 0,25 0,25 0,25 1 0,25 0,25 0,25 0,25 1 0,25 0,25 0,25 0,25 1 Perhitungan rasio konsistensi Penghitungan ini digunakan untuk memastikan bahwa nilai rasio konsisten (CR) <=0,1. Jika ternyata lebih besar dari 0,1, maka matriks perbandingan harus diperbaiki. Untuk mengitung rasio konsistensi, hasilnya pada tabel 4. Tabel 4. Perhitungan Rasio Konsistensi Jumlah Prioritas Hasil 1 0,25 1,25 1 0,25 1,25 1 0,25 1,25 1 0,25 1,25 Total(jumlahan dari nilai-nilai hasil) : 5 n(banyak kriteria) : 4 λ Maks (Total/n): 5 / 4 :1,25 CI = ((λ Maks- n) / n) : -0,69 CR (CI/IR) : -0,76 Karena CR < 0.1, maka rasio konsistensi dari perhitungan ini bisa diterima.
e.
Tepat Tidak Tepat 3.
Membuat matriks nilai kriteria primary Tabel 6. matriks nilai kriteria primary Sangat Tepat Tidak Jumlah Prioritas Tepat Tepat Sangat 0.55 0.69 0.33 1.57 0.52 Tepat
0.50 0.17
0.91 0.52
0.30 0.17
Menentukan matriks penjumlahan setiap baris
4. Penghitungan rasio konsistensi Tabel 8. Peritungan rasio konsistensi kriteria primary Jumlah Prioritas Hasil Sangat 1.78 0.52 2.30 Tepat Tepat 1.00 0.30 1.30 Tidak 0.54 0.17 0.71 Tepat n (jumlah kriteria): 3 Total (jumlah nilai hasil) : 4.31 λmaks (Total/n) : (4.31/3) : 1.44 CI : ((λmaks-n)/n) : ((1.44-3)/3) : -0.52 CR : CI/IR : -0.52 / 0.58 : -0.90 Karena CR < 0.1, maka rasio konsistensi dari perhitungan dapat di terima. f.
Menghitung prioritas subkriteria dari kriteria Secondary
1.
Membuat matrik berpasangan Tabel 9. Matriks Berpasangan Secondary Sangat Tepat Tidak Tepat Tepat Sangat 1 1 2 Tepat Tepat 1 1 2 Tidak 0.5 0.5 1 Tepat Jumlah 2.5 2.5 5
1.
2.
0.23 0.08
Tabel 7. Matriks Penjumlahan setiap baris Primary ST T TT Jumlah ST 0.52 0.90 0.34 1.78 T 0.17 0.30 0.52 1.00 TT 0.26 0.10 0.17 0.54
Menghitung prioritas subkriteria dari kriteria primary
Membuat matrik berpasangan Tabel 5. Matriks Berpasangan Primary Sangat Tepat Tidak Tepat Tepat Sangat 1 3 2 Tepat Tepat 0.33 1 3 Tidak 0.5 0.33 1 Tepat Jumlah 1,83 4,33 6
0.18 0.27
2.
Membuat matriks nilai kriteria secondary Tabel 10. matriks nilai kriteria secondary Sangat Tepat Tidak Jumlah Prioritas Tepat Tepat Sangat 0.4 0.4 0.4 1.2 0.4 Tepat Tepat 0.4 0.4 0.4 1.2 0.4 Tidak 0.2 0.2 0.2 0.6 0.2 Tepat
3.
Menentukan matriks penjumlahan setiap baris
Biltek Vol. 3, No. 021 Tahun 2014 – Sekolah Tinggi Teknik Harapan
3
Tabel 11. Matriks Penjumlahan setiap baris secondary Sangat Tepat Tidak Jumlah Tepat Tepat Sangat 0.4 0.4 0.4 1.2 Tepat Tepat 0.4 0.4 0.4 1.2 Tidak 0.2 0.2 0.2 0.6 Tepat
Tabel 15. Matriks Penjumlahan setiap baris distempered Sangat Tepat Tidak Jumlah Tepat Tepat Sangat 0.54 0.59 0.49 1.62 Tepat Tepat 0.27 0.30 0.33 0.89 Tidak 0.18 0.15 0.16 0.49 Tepat
4.
Penghitungan rasio konsistensi Tabel 12. Peritungan rasio konsistensi kriteria secondary Jumlah Prioritas Hasil Sangat 1.2 0.4 1.6 Tepat Tepat 1.2 0.4 1.6 Tidak 0.6 0.2 0.8 Tepat n (jumlah kriteria): 3 Total (jumlah nilai hasil) :4 λmaks (Total/n) : 4 / 3 : 1.33 CI : ((λmaks-n)/n) : ((1.33-3)/3) : -.056 CR : CI/IR : -0.56 / 0.58 : -0.96 Karena CR < 0.1, maka rasio konsistensi dari perhitungan dapat di terima.
4.
Penghitungan rasio konsistensi Tabel 16. Peritungan rasio konsistensi kriteria distempered Jumlah Prioritas Hasil Sangat 1.62 0.54 2.16 Tepat Tepat 0.89 0.30 1.19 Tidak 0.49 0.16 0.66 Tepat n (jumlah kriteria): 3 Total (jumlah nilai hasil) : 4.01 λmaks (Total/n) : (4.01/3) : 1.34 CI : ((λmaks-n)/n) : ((1.34-3)/3) : -0.55 CR : CI/IR : -0.55 / 0.58 : -0.96 Karena CR < 0.1, maka rasio konsistensi dari perhitungan dapat di terima.
g.
Menghitung prioritas subkriteria dari kriteria distempered Membuat matrik berpasangan Tabel 13. Matriks Berpasangan distempered Sangat Tepat Tidak Tepat Tepat Sangat 1 2 3 Tepat Tepat 0.50 1 2 Tidak 0.33 0.50 1 Tepat Jumlah 1.83 3.50 6.00
h.
Menghitung prioritas subkriteria dari kriteria charismatic Membuat matrik berpasangan Tabel 17. Matriks Berpasangan charismatic Sangat Tepat Tidak Tepat Tepat Sangat 1 1 1 Tepat Tepat 1 1 1 Tidak 1 1 1 Tepat Jumlah 3 3 3
Membuat matriks nilai kriteria distempered Tabel 14. Matriks nilai kriteria distempered Sangat Tepat Tidak Jumlah Prioritas Tepat Tepat Sangat 0.55 0.57 0.50 1.62 0.54 Tepat Tepat 0.27 0.29 0.33 0.89 0.30 Tidak 0.18 0.14 0.17 0.49 0.16 Tepat
2.
1.
2.
3.
1.
Membuat matriks nilai kriteria distempered Tabel 18. Matriks nilai kriteria charismatic Sangat Tepat Tidak Jumlah Prioritas Tepat Tepat Sangat 0.33 0.33 0.33 0.99 0.33 Tepat Tepat 0.33 0.33 0.33 0.99 0.33 Tidak 0.33 0.33 0.33 0.99 0.33 Tepat
Menentukan matriks penjumlahan setiap baris
Biltek Vol. 3, No. 021 Tahun 2014 – Sekolah Tinggi Teknik Harapan
4
3.
Menentukan matriks penjumlahan setiap baris Tabel 19. Matriks Penjumlahan setiap baris charismatic Sangat Tepat Tidak Jumlah Tepat Tepat Sangat 0.33 0.33 0.33 0.99 Tepat Tepat 0.33 0.33 0.33 0.99 Tidak 0.33 0.33 0.33 0.99 Tepat
4.
i.
Penghitungan rasio konsistensi Tabel 20. Peritungan rasio konsistensi kriteria charismatic Jumlah Prioritas Hasil Sangat 0.99 0.33 1.32 Tepat Tepat 0.99 0.33 1.32 Tidak 0.99 0.33 1.32 Tepat n (jumlah kriteria): 3 Total (jumlah nilai hasil) : 3.96 λmaks (Total/n) : 3.96 / 3 : 1.32 CI : ((λmaks-n)/n) : ((1.32 - 3 ) / 3) : -0.56 CR : CI/IR : -0.56 / 0.58 : -0.96 Karena CR < 0.1, maka rasio konsistensi dari perhitungan dapat di terima. Matrik Hasil Prioritas hasil perhitungan pada setiap tabel kemudian dituangkan dalam matriks hasil yang terlihat pada tabel 21.
Primary Sangat Tepat 0.52 Tepat 0.33 Tidak Tepat 0.17
Tabel 21. Matriks Hasil Secondary Distempered Sangat Sangat Tepat Tepat 0.40 0.54 Tepat Tepat 0.40 0.33 Tidak Tidak Tepat Tepat 0.40 0.16
memenuhi kebutuhan user mengenai gambaran yang jelas tentang perancangan sistem yang akan dibuat serta diimplementasikan. fase perancangan akan menghasilkan Entity Relationship Diagram (ERD), Flowchat dan Data Flow Diagram (DFD) sebagai berikut. 1.
Entity Relationship Diagram (ERD)
2.
FlowChart
Gambar 2. Model ERD
Charismatic Sangat Tepat 0.33 Tepat 0.33 Tidak Tepat 0.33
Kesimpulan pemberian keputusan adalah sangat tepat dengan Distempered psychopath. 3.2 Perancangan Proses Perancangan Proses adalah langkah dalam fase pengembangan sistem itu sendiri. Perancangan itu adalah proses penerapan berbagai teknik dan prinsip yang bertujuan untuk mendefinisikan sebuah peralatan, satu proses atau satu sistem secara detail yang membolehkan dilakukan realisasi fisik. Fase ini adalah inti teknis dari proses rekayasa perangkat lunak. Tujuan dari perancangan proses adalah untuk
Biltek Vol. 3, No. 021 Tahun 2014 – Sekolah Tinggi Teknik Harapan
Gambar 3. Flowchart
5
3.
Data Flow Diagram (DFD)
Gambar 4. Diagram Konteks
Gambar 8. Tampilan Menu
Gambar 5. DFD Level 0
Gambar 9. Tampilan Form Jenis Psikopat
Gambar 6. DFD Level 1 Proses AHP 3.3 Tampilan Program Tampilan pada sistem pendukung keputusan dengan menggunakan metode AHP adalah sebagai berikut:
Gambar 10. Tampilan Form Pertanyaan
Gambar 11. Tampilan Form Admin Gambar 7. Tampilan Log In
Biltek Vol. 3, No. 021 Tahun 2014 – Sekolah Tinggi Teknik Harapan
6
Gambar 12. Tampilan Analisis
Gambar 13. Tampilan Hasil Analisis
Gambar 14. Tampilan Laporan Seluruh Pasien
4. Kesimpulan dan saran Berdasarkan hasil dan pembahasan pada sistem pendukung keputusan untuk menentukan gangguan psikologis dengan metode AHP, maka dihasilkan kesimpulan sebagai berikut: 1. Metode AHP yang merupakan salah satu metode SPK dalam pemecahan berbagai masalah pengambilan keputusan multikriteria dapat juga digunakan dalam SPK untuk menentukan gangguan psikologis khususnya psikopat. Adapun kriteria yang dibutuhkan untuk menentukan gangguan psikologis dalam penentuan jenis psikopat adalah Primary Psychopath, Secondary Psychopath, Distempered Psychopath dan Charismatic Psychopath. 2. Pada penelitian ini dalam menentukan gangguan psikologis dari perhitungan metode AHP, user diberi kesimpulan adalah tergolong dalam Distempered Psychopath karena memiliki nilai prioritas tertinggi yakni 0.54. 3. Aplikasi SPK untuk menentukan gangguan psikologis dengan mengunakan metode AHP dapat digunakan sebagai alat pembantu bagi psikolog dengan tetap berbasis pada sistem pendukung keputusan tetapi tidak untuk menggantikan penilaian dan tidak ditekankan untuk membuat atau mengambil keputusan. Sehingga saran yang berikan pada sistem pendukung keputusan unutk menentukan ganggaun psikologis dengan mengunakan metode AHP adalah sebagai berikut: 1. Sistem pendukung keputusan untuk menentukan gangguan psikologis dengan metode AHP dapat dikembangkan lagi dengan menambah kriteria dan dengan faktor yang berbeda. Misalnya dengan menambahkan jenis gangguan psikologis lainnya yang dalam hal ini juga termasuk dalam gangguan kepribadian seperti Szikofrenia. 2. Dalam memecahkan masalah multikriteria metode AHP bukan satu-satunya metode pengambilan keputusan yang dapat digunakan. 3. Metode AHP diharapkan dapat diimplementasikan ke dalam perangkat lunak yang lebih baik sehingga user dapat lebih mudah menggunakannya. Daftar Pustaka
Gambar 8. Tampilan Laporan Hasil Analisis
[1]. Burn, Barry. 2005. Beginning Programing with Java for Dummies 2nd Edition. Wiley Publishing, Inc. Indiana.
Biltek Vol. 3, No. 021 Tahun 2014 – Sekolah Tinggi Teknik Harapan
7
[2]. Carole Wade dan Carol Tavris. 2007. Psikologi Edisi Kesembilan Jilid 2. Penerbit Erlangga. Jakarta. [3]. Freud, Sigmund. 2005. Psikopatologi dalam kehidupan sehari-hari. Pedati. Pasuruan. [4]. Hermawan, Julius. 2005. Membangun Decision Support System. Andi. Yogyakarta. [5]. Jos dan Harry. 2004. Recent advances in design dan decession support system in architecture and urban planning. Kluwer Academik Publishers. Eindhoven.
[6]. Kartono, kartini. 2011. Patologi Sosia 3 : Gangguan-gangguan kejiwaan. Raja Grapindo Persada. Jakarta. [7]. Khoiruddin, Muhammad. (2011). Sistem Pendukung Keputusan analisis kepribadian menurut hippocrates dengan mengunakan metode AHP dan Profile Matching. JURNAL. Universitas Sumatera Utara(USU). Medan. [8]. Kusrini. 2007. Konsep dan aplikasi sistem pendukung keputusan. Penerbit Andi. Yogyakarta.
Biltek Vol. 3, No. 021 Tahun 2014 – Sekolah Tinggi Teknik Harapan
8