Bagian Satu
Sik asik sik asik kenal dirimu Sik asik sik asik dekat denganmu Terasa dihati berbunga-bunga setiap bertemu Sik asik sik asik kenal denganmu Sik asik sik asik dekat denganmu Ah aku berharap semoga kamulah Yang akan menjadi, jadi pacarku Awal pertama jumpa denganmu Membuat hatiku melayang Kau panah aku dengan pesonamu “Ooowwaaaahh…” Kubuka mulutku lebarlebar sambil menutupnya dengan jari-jari tanganku. Kurentangkan kedua lengan tanganku ke atas untuk menguatkan otot-otot tubuhku dan kutarik napas panjang. Kemudian kukeluarkan perlahan dari mulutku. Suara musik yang dinyanyikan oleh Ayu Ting Ting, salah seorang artis yang terkenal melalui
tembangnya “alamat palsu” itu, sengaja aku pakai untuk nada dering alarm handphoneku. Bunyinya sangat nyaring di tengah kesunyian pagi dalam menyambut mentari. Lagu itu membangunkan tidur nyenyakku. Dan membuat bising telingaku. Dengan cepat, kuraih handphone yang kutaruh di atas meja di samping tempat tidurku. Buru-buru kumatikan bunyi alarmnya. Rasa ngantuk begitu dalam mendera kedua mataku karena semalam aku baru terlelap pada pukul 01.00 dini hari. Walaupun malas, kupaksa membuka kedua mataku yang agaknya masih sulit untuk kubuka lebar-lebar. ”Yaa ampuun...! Ini kan hari pertama aku masuk Ormaba (Orientasi Mahasiswa Baru). Wah, gawat! Padahal aku hari ini harus datang pukul 07.00 pagi.” Melihat jam di handphoneku menunjukkan pukul 06.45 pagi. Aku bergegas, beranjak dari tempat tidur. Rasa kantukku hilang seketika itu. Dengan cepat, kuambil handuk yang menggantung di dinding dan langsung menuju ke kamar mandi. Dengan cepat pula, kemudian aku bersiap-siap. Secepat kilat, langsung kutancap gas sepeda motorku dan melaju dengan kecepatan yang lebih dari biasanya. Lima belas menit kemudian, kulihat temanteman mahasiswa baru sudah berbaris di depan kampus. Mereka memakai baju berwarna putih, 2
bawahan hitam, dan kerudung hitam. Sedangkan aku memakai baju rapi seadanya. Jantungku berdenyut kencang, diliputi perasaan khawatir, takut, nervous, campur aduk jadi satu. Napasku terengah-engah. Aku berjalan pelanpelan, selangkah demi selangkah. Kira-kira lima meter dari barisan mahasiswa baru, seorang laki-laki berbadan tegap, tinggi, dan memakai jas almamater berwarna hijau tua berjalan menghampiriku. Dengan tegas dan pandangannya yang begitu tajam, ia menyapaku. ’’Kamu mahasiswa baru?” ’’Ii, iya, Kak, kenapa?” Jawabku terbata-bata. Kepalaku tertunduk, tidak berani menatap wajahnya. ”Sudah telat! Tidak pakai seragam! Masih tanya kenapa?” Ia membentakku. ”Maaf, saya tidak tahu. Kemarin saya tidak masuk waktu pemberitahuan.” Aku berusaha membela diri. Walaupun aku tahu, aku salah. ”Kamu kan bisa tanya kepada teman-teman yang lain! Memangnya kenapa kamu kemarin tidak masuk?” Tanyanya lagi. ”Ee, ibu saya sakit (Maaf, ya Tuhan, aku terpaksa berbohong).” Hatiku berbisik. ”Baik, untuk kali ini, saya maklumi. Ini peringatan buat kamu! Besok, tidak boleh telat lagi dan harus mengikuti peraturan di kampus ini. 3
Mengerti kamu!” Jari telunjuknya mendorong sedikit bahuku. ”Iiiya, Kak.” Aku langsung bergabung dengan barisan teman-teman yang lain. Tak lama kemudian, upacara pembukaan Ormaba selesai. Acara dilanjutkan dengan pemberian materi kepada peserta Ormaba. Selang sejam, kami, mahasiswa baru diberi tugas untuk turun ke jalan oleh kakak-kakak senior. Di antara tugas-tugas tersebut adalah interview, mengamen, bersih-bersih, membaca puisi, pidato, orasi, dan lain-lain. Sesukanya para senior. Aku tahu, kegiatan Ormaba yang lebih dikenal dengan istilah Ospek (Orientasi Siswa Pengenalan Kampus) ini adalah kegiatan rutin yang diadakan oleh seluruh perguruan tinggi atau universitas kepada calon mahasiswa baru untuk lebih mengenal dunia kampus sebelum mereka belajar di kampus tersebut. Tentu, ini sangat bermanfaat dan dapat mempermudah mereka belajar di kampus nantinya. Sebab sebelum mereka masuk ke dalam sebuah rumah yakni kampus, mereka bisa tahu dan mengenal terlebih dahulu tempat dimana nantinya mereka akan menimba ilmu dan berinteraksi dengan seluruh sistem yang ada di dalam kampus tersebut. Tapi yang aku ketahui selama ini, Ormaba atau Ospek, atau apalah itu namanya. Kesan yang aku 4
ketahui adalah suatu acara penyiksaan atau tindakan semena-mena senior terhadap juniornya. Entah pendapatku ini benar atau salah, aku nggak tahu. Yang jelas, kegiatan ini begitu menarik untuk diikuti bagi kebanyakan calon mahasiswa baru, termasuk aku. Paling tidak, ini dapat aku jadikan pengalaman menarik yang mungkin tidak akan dapat aku lupakan semasa hidupku. Aku bersama kelompokku yang jumlahnya sepuluh orang mendapatkan tugas untuk menginterview para pedagang kaki lima. Baru kali ini aku melakukan suatu aktivitas layaknya seperti seorang reporter. Walau kecil-kecilan, ya, hitunghitung buat pengalaman. Aku berjalan menyusuri ruas-ruas jalan raya kearah tempat dimana banyak para pedagang berjualan. Kami berpencar. Aku bersama seorang teman yang baru saja kukenal dan belum kuketahui juga siapa namanya, merasa kelelahan. Lalu kami berhenti dan duduk sebentar di pinggir jalan. Sekitar lima menit kami beristirahat, datang seorang perempuan dengan wajah yang tanpa senyum dan matanya melotot kepada kami berdua. Siapa lagi kalau bukan kakak senior kami. Ia menghampiri kami berdua. ”Kalian! kenapa berhenti disini!” Dengan suara yang keras dan lantang. 5
”Istirahat sebentar Kak, capek.” Kataku. ”Sebentar?! Begitu saja kok sudah capek! Kalian ini mahasiswa! Bukan anak SMA lagi!” Bentaknya. ”Iya, tahu Kak. Tapi kita kan manusia Kak...” Kata temanku, sedikit bercanda. ”Kenapa cengengas-cengenges! Ada yang lucu?!” Dengan nada yang keras dan lantang, ia kembali membentak kami. Serentak, kami berdua kaget dengan bentakan kakak senior kami itu. Aku teringat seperti yang pernah aku lihat di sinetron-sinetron. Seperti majikan yang sedang membentak pelayannya ketika melakukan kesalahan. Tapi, ini Ormaba bukan sinetron. Apa mereka kebanyakan nonton sinetron ya?? He he he (Hatiku tergelitik). Entahlah, aku bingung. Aku kan masih mahasiswa baru. Jadi, belum begitu tahu kondisi belajar di perguruan tinggi itu seperti apa. Dan pelajaran apa yang ingin mereka berikan kepada kami. ”Sebagai hukumannya, kalian minta koran atau majalah kepada bapak yang jualan koran di pojok sana.” Sambil menunjuk kepada kakek tua yang sedang berjualan koran dan majalah di pinggir jalan. ”Beli, Kak?” Tanyaku aneh. Tugas interview belum terlaksana, sudah kena strap. 6
”Beli? Kalau beli, sih, siapa saja bisa. Kalian MINTA koran. Bukan beli. Masih kurang jelas?!” Ia membentak kami lagi dengan sedikit menekan kata minta kepada kami. Ini sesuatu yang mengada-ngada buatku. Apakah kami belajar di perguruan tinggi ini diberi pelajaran untuk meminta-minta, pikirku. ”Tidak, tidak mau. Saya tidak bisa, Kak.” Jawabku enggan. ”Kalian ini mahasiswa! Masak begini saja tidak bisa!” Kembali kakak senior mengucapkan kalimat kalian ini mahasiswa. Seolah ada yang istimewa dengan kata-kata itu. ”Coba, Kakak beri contoh dulu kepada kami, kalau bisa.” Celetuk temanku, sedikit menantang. ”Kalian ini sedang Ormaba, mau dihukum keliling lapangan, kalian!” Setelah terjadi sedikit perdebatan. Tanpa bicara sepatah kata pun, aku dan temanku langsung pergi meminta koran sesuai permintaan kakak senior tadi. Walaupun dalam hatiku jengkel banget. Apa boleh buat? Tidak ada pilihan lain, selain menuruti perintahnya. Dari pada nanti aku mendapatkan hukuman yang lebih berat lagi.
7
Biodata Penulis RIRIN USROWIYAH USROWIYAH, lahir di Randuati, Nguling-Pasuruan, Jawa Timur. Setelah lulus SMPN 1 Nguling, ia melanjutkan studinya di Pondok Pesantren dan SMA Darut TauhidBangil. Namun ia menamatkan studi menengah atasnya di MA YTI Nguling. Ia lulus dari Sekolah Tinggi Agama Islam Pancawahana (STAIPANA)-Bangil Tahun (2009/2010). Sewaktu kuliah ia pernah aktif di BEM STAIPANA, PMII komisariat Pancawahana dan PMII Cab. Pasuruan. Ia juga pernah menjabat sebagai wakil ketua pengurus Pondok Pesantren Darut Tauhid-Bangil Tahun (2006- 2008). Passionnya di bidang jurnalistik timbul sejak ia sering mengikuti pelatihan-pelatihan jurnalistik sewaktu kuliah.
Kontak : E-mail :
[email protected] FB : Ririn Usrowiyah
8
9