B71ÙJ<M/
.tK'tr \ v * \ 'i
M
M \A
I
* vV
kYAAN
kM
ÎYAAtf"
;r.
BIBLIOTHEEK KITLV
0090 5909
SERI PENERBITAN MUSEUM NEGERI ACEH
I 15
IDENTIFIKASI NASKAH KOLEKSI MUSEUM NEGERI ACEH
DEPARTEMEN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL KEBUDAYAAN MUSEUM NEGERI ACEH BANDA ACEH 1984/1985
TEAM PENYUSUN :
Konsultan
Drs. A. Muin Umar.
K c t u a
Drs. Nasruddin Sulaiman.
Anggota
Said Muhammad, BA Mawardi Sulaiman, BA Syukri Ahmad, BA Muddin Ismail, BA
TEAM EDITOR
Konsultan
Drs. Zakaria Ahmad.
K e t u a
T. M. Y u n a n.
Sekretaris
Said Muhammad, BA
Anggota
Edi Muchlis Jalil.
KATA PENGANTAR Sebagai suatu lembaga sosial-budaya yang komplek, Museum Aceh yang didirikan pada tahun 1915 dan diresmikan sebagai Museum Negeri Aceh pada tanggal 1 September 1980, dewasa ini telah melaksanakan kegiatan-kegiatan yang menjurus ke arah fungsionalisasi sebagaimana mestinya. Dalam melaksanakan tugas-tugas yang sesuai dengan fungsinya, Museum Negeri Aceh telah mengumpulkan berbagai benda seni, etnografi, arkeologi, sejarah dan ilmu pengetahuan, terutama yang mempunyai nilai warisan budaya daerah dan Nasional yang pada umumnya telah langka. Benda-benda koleksi tersebut telah diklasifikasikan, didaftarkan, didokumentasikan, dan dipamerkan baik pada pameran tetap, pameran khusus, maupun pada pameran keliling. Dalam rangka pemanfaatan Museum Negeri Aceh sebagai sarana edukatif kultural dan sumber ilmu pengetahuan, telah pula dilakukan publikasi tentang koleksi melalui seri penerbitan Museum Negeri Aceh. Penerbitan Identifikasi Naskah Koleksi Museum Negeri Aceh ini dimaksudkan untuk memudahkan masyarakat dan para peminat memperoleh gambaran dan informasi tentang isi beberapa naskah lama diantara lebih tiga ratus koleksi naskah yang dewasa ini telah berhasil dikumpulkan oleh Museum Negeri Aceh. Semua naskah tersebut baik yang berstatus Manuskript (MS) maupun salinan, yang belum/sudah diterbitkan dimana naskah aslinya ditulis atau disalin dalam bahasa Melayu, bahasa Aceh dan bahasa Arab, dirasa perlu untuk dipublikasikan untuk kepentingan pembinaan dan pengembangan kebudayaan Nasional. Urutan naskah dalam penerbitan Identifikasi ini bukan didasarkan menurut nomor Katalogus, tetapi berdasarkan urutan pekerjaan team/panitia dalam mengidentifikasikan naskah-naskah tersebut. Karena waktu sangat terbatas, team penyusun tidak dapat mengidentifikasikan semua naskah yang ada. Namun demikian, pekerjaan tersebut merupakan langkah awal dalam kegiatan 1
Katalogisasi dan Klasifikasi koleksi naskah. Dari lima puluh satu naskah yang telah diidentifikasikan tersebut mencakup aspek-aspek : Ilmu Agama (Islam), Filsafat, Teknologi. Astronomi, Sejarah, Obat-obatan, dan Cerita Rakyat (Hikayat). Pekerjaan identifikasi ini dikerjakan oleh satu panitia yang khusus dibentuk untuk itu oleh Kepala Museum Negeri Aceh dengan surat keputusan Nomor : 839a/107.Mus/C. 1982 Tanggal 5 Oktober 1982 yang diketuai oleh Drs. Nasruddin Sulaiman, Kepala Seksi Koleksi Museum Negeri Aceh dan dibantu oleh tenaga teknis lainnya yang ada. Disamping itu berdasarkan kerja sama antara IAIN Sunan Kalijaga Yokyakarta dan Museum Negeri Aceh, Rektor IAIN Sunan Kalijaga telah berkenan mengirim seorang tenaga ahli yaitu Drs. A. Muin Umar, Dekan Fakultas Adab pada lembaga tersebut. Panitia telah menyelesaikan tugasnya selama dua bulan yang menurut penilaian kami suatu prestasi yang patut dibanggakan mengingat sukarnya mengerjakan pekerjaan serupa itu. Kemudian dari pada itu seluruh petugas museum telah memberi bantuan yang sungguh-sungguh pula untuk kelancaran pekerjaan ini, baik dalam menyiapkan naskah untuk dicetak maupun dalam kegiatan penerbitannya sampai menjadi buku untuk disebarkan kepada khalayak yang memerlukannya. Penerbitan ini di terbitkan dalam bentuk seri penerbitan Museum Negeri Aceh yang ke sebelas. Kami menyadari bahwa penerbitan Identifikasi Naskah ini masih terdapat kekurangan kekurangan. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran saran dari para pembaca yang dapat kami pergunakan untuk perbaikan dan penyempurnaan seri penerbitan selanjutnya. Akhirulkalam tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan sehingga terlaksananya penerbitan ini. Banda Aceh, J u n i 1983 Pj. Kepala Museum Negeri Aceh
( Drs. Zakaria Ahmad )_ NIP. 130427706.
KATA PENGANTAR
IDENTIFIKASI NASKAH KOLEKSI MUSEUM NEGERI ACEH ini merupakan penerbitan ulang dari Seri Penerbitan Museum Negeri Aceh nomor 11. Hal ini dilakukan karena terbitan pertama dalam bentuk stensilan telah habis persediaannya. Melihat banyaknya permintaan dari para peminat, terutama para peneliti naskah yang ingin memperoleh gambaran dan informasi tentang isi naskah-naskah lama yang telah berhasil dikumpulkan oleh Museum Negri Aceh, kami meminta dan telah mendapat persetujuan Kepala Museum Negri Aceh untuk menerbitkan kembali buku ini dengan dana penerbitan Proyek Pengembangan Permuseuman Daerah Istimewa Aceh, tahun anggaran 1983/1984. Pada penerbitan yang merupakan cetakan kedua ini, telah diadakan beberapa perbaikan dan perubahan, baik bentuk maupun kesalahan-kesalahan redaksi yang terdapat dalam penerbitan terdahulu, tanpa mengubah isinya. Usaha perbaikan dan penyempurnaannya telah dilakukan oleh sebuah tim yang ditunjuk oleh Kepala Museum Negeri Aceh. Namun demikian kami menyadari bahwa masih banyak yang belum sempurna. Akhirulkalam, dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah menyumbangkan pikiran dan saran-sarannya dalam usaha perbaikan dan penyempurnaan cetakan kedua ini. Semoga buku ini ada manfaatnya bagi kita semua.-
Banda Aceh,
Agustus
1985.
Pemimpin Proyek
T. M. Y u n a n . NIP: 130 214 425.III
D A F T A R
I S I Halaman.
Kata Pengantar D a f t a r I s i P e n d a h u l u a n Identifikasi Naskah : 1. Sabilal Muhtadi Littafaqquhi fi Amriddin 2. Hidayatussalikin fi suluki maslakil muttaqin 3. Safinatul Hukkam fi Takhlissil Khasham 4. Syafaul Qulub 5. Hikayat Syeh Ahmad dan Aulia Tujuh 6. Kumpulan Karangan 7. Masailal Muhtadi Li Ikhwanil Mubtadi/Bidayatul Bifadlillahi Mubtadi 8. Sairussalikin IIa ibadati Rabbal Alamin, Jilid III 9. Sairussalikin IIa Ibadati Rabbal Alamin, Jilid I. 10. Ilmu Bintang 11. Bidayatul Hidayah I 12. A l - Q u r ' a n l 13. Mawaizul Badii 14. Bidayatul Hidayah II 15. Masailal Muhtadi Ii Ikhwanil Mubtadi 16. Miratul Muhaqqiqin 17. Shirathal Mustaqim (Jalan yang lurus) I 18. Shirathal Mustaqim III 19. Kumpulan Doa-Doa 20. Isem Tujuh 21. AbuSyamah 22. Masailal Muhtadi/Kumpulan Doa-Doa 23. Silsilah Syathariah/Kasidah/Syair 24. Ilmu Tauhid/Syahadat 25. Nadham Nasehat 26. Ayan Tibyan/Tafsir Shalah 27. Tambeh Tujuh Belas (17) I 28. Hikayat Putroe Baren 29. Qawaidul Islam/Hidayatus Salikin 30. Qawaidul Islam/Bidayatul Mubtadi Bifadlillahi muhdi
1 6 7 8 10 11 12 13 15 16 18 19 20 20 21 22 2! 26 27 28 29 31 32 33 34 35 36 37 39 40
31. Qawaidul Islam 32. Shiratal Mustaqim II 33. Hikayat Boseutamam I 34. Hikayat Boseutamam II 35. Hikayat Malern Diwa I 36. Masailal Muhtadi Li Ikhwanil Mubtadi/Bidayatul Mubtadi Bifadlillahil Muhtadi 37. Hikayat Fadlun/Hikayat Perang Khaibar 38. Hikayat Meudeuhak, Jilid I 39. Hikayat Meudeuhak, Jilid II 40 (Tidak Diketahui Judul) 4 L Syifaul Qulub/Iqadhul Ghafilin/Mawaidhul B a d i ' . . . 42. Tambihul Ghafilin I 43. Azimat, Wirasah, Shalawat, Istiqfar 44. Tambihul Ghafilin II 45 (Tidak Diketahui Judul) 46. Tharikat Shalihin fi bayani miradissalikin 47. Shirathal Mustaqim (Jalan yang lurus) 48. Bidayatul Mubtadi Bifadhlillahi Muhdi 49. Shirathal Mustaqim IV 50. Bidayatul Mubtadi Bifadlillahi Muhdi/Qawaidul Islam/Bidayatul Hidayah 5 1 . Bidayatul Hidayah III
oo0)o(oo
41 42 43 45 47 49 50 52 53 54 55 56 57 58 59 59 61 62 63 64 66
PENDAHULUAN Dalam usaha meningkatkan pembangunan di segala bidang Kebudayaan kita dihadapkan kepada satu kenyataan bahwa Warisan Budaya Nasional yang beraneka corak dan ragam itu masih banyak yang belum terungkapkan. Warisan Budaya Nasional yang berupa peninggalan-peninggalan masa lampau masih banyak sekali berserakan diseluruh pelosok tanah air, baik yang sudah berada ditangan anggota masyarakat tanpa perawatan apa lagi pemeliharaan yang baik, maupun yang masih terpendam tanpa diketahui dimana adanya. Salah satu diantara warisan budaya nasional yang masih bertebaran ditengah-tengah anggota masyarakat adalah naskah-naskah kuno. Naskah ini merupakan warisan yang sangat penting disamping warisan dalam bentuk lainnya seperti candi-candi, prasasti atau arte fak-arte tak dan sebagainya. Naskah kuno ini merupakan salah satu mata rantai atau merupakan salah satu sumber yang dapat memberikan informasi kepada kita tentang perkembangan ilmu, teknologi dan sejarah dimasa yang lampau. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor : IV/MPR/1978 tentang Garis-Garis Besar Haluan Negara menyebutkan : "Bahwa nilai budaya Indonesia terus dibina dan dikembangkan guna memperkuat kepribadian bangsa, mempertebal rasa harga diri dan kebanggaan Nasional serta memperkokoh jiwa Kesatuan Nasional. Kebudayaan Nasional terus dibina atas dasar norma-norma Pancasila dan diarahkan pada penerapan nilai-nilai yang tetap mencerminkan kepribadian bangsa dan meningkatkan nilai-nilai yang luhur. Tradisi dan peninggalan sejarah yang mempunyai nilai perjuangan bangsa, kebanggaan serta kemanfaatan nasional tetap dipelihara dan dibina untuk memupuk, memperkaya dan memberi corak pada kebudayaan Nasional kita". Sejalan dengan Ketetapan MPR tersebut, untuk membina dan mengembangkan kebudayaan Nasional telah pula dibentuk lembaga-lembaga (terutama di daerah) yang bergerak di Bidang 1.
kebudayaan seperti Museum Negeri, Taman Budaya dan sebagainya yang merupakan sebagai Unit Pelaksana Teknis dihidang Kebudayaan. Museum Negeri yang berkedudukan di Propinsi sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor : 093/0/1979 tanggal 28 Mei 1979, mempunyai tugas yaitu menyelenggarakan pengumpulan, perawatan, pengawetan, penelitian, penyajian, penerbitan hasil penelitian dan memberikan bimbingan edukatif kultural tentang benda yang bernilai budaya dan ilmiah yang bersifat regional. Salah satu diantara benda-benda yang bernilai budaya dan ilmiah yang terdapat di Daerah Istimewa Aceh adalah naskah-naskah kuno, yang perlu diselamatkan, dipelihara dan diteliti yang kemudian disebarkan kembali ke masyarakat. Selain motifasi di atas dapat kita lihat pula pada waktu akhirakhir ini keinginan para ahli dan ilmuan untuk melakukan penyelidikan terhadap naskah-naskah kuno makin menggembirakan kita. Mereka ingin mengungkapkan perkembangan kebudayaan melalui penyelidikan ilmiah dan dapat dipertanggung jawabkan. Tidak jarang di dalam melakukan penyelidikan, para ilmuan tidak segansegan melakukan kunjungan ke rumah-rumah atau ke tempat-tempat dimana diharapkan naskah-naskah tersebut yang dijadikan objek penelitian itu disimpan. Para ilmuan ini tidak saja berasal dari dalam negeri, tetapi tidak sedikit yang berasal dari luar negeri antara lain dari : Belanda, Perancis, Inggeris, India, Australia, Malaysia dan lain-lain. Oleh karena sistim kunjungan ke rumah-rumah ini bukanlah pekerjaan yang praktis, untuk itu Museum Negeri Aceh sejak beberapa tahun yang lalu telah mencoba mengumpulkan satu demi satu naskah yang berasal dari masyarakat. Pengumpulan naskah ini memang sukar diperoleh karena sebagian dari anggota masyarakat masih enggan menyerahkannya. Namun demikian dari naskah-naskah yang telah berhasil dikumpulkan itu, oleh pihak Museum Negeri Aceh mencoba untuk mengidentifikasikan. Terdorong oleh hal-hal tersebut di atas maka Museum Negeri Aceh telah berusaha agar Warisan Budaya Nasional yang masih berada dan tersebar pada masyarakat, sedikit demi sedikit dapat 'l.
dipelihara dan disimpan di perpustakaan museum. Usaha ini sudah mulai disadari oleh sebagian anggota masyarakat kita, sehingga banyak di antaranya dengan rela mengantarkan naskah itu ke Museum baik sebagai titipan maupun dengan sistim ganti rugi. Kesadaran masyarakat itu terus membaik sehingga pada waktu akhirakhir ini banyak dari naskah-naskah tersebut menjadi milik Museum Negeri Aceh, yang berarti milik masyarakat itu sendiri. Pengumpulan naskah-naskah kuno itu telah dimulai sejak beberapa tahun yang lalu, terutama sejak Pelita I. Pada permulaan dimulainya pengumpulan memang masih banyak diketemukan hambatan-hambatan, pada umumnya mereka yang memiliki naskah menganggap memberikan manfaat bagi keluarga, dengan demikian belum rela menyerahkannya. Mereka masih sangat ragu tentang kemampuan Museum untuk menjaga atau memeliharanya. Mereka khawatir melihat pengalaman masa lampau tentang Museum Aceh yang karena silih berganti penjajahan, koleksi Museum Aceh hilang tidak berbekas lagi. Akan tetapi karena penjelasan kepada masyarakat mulai disebar luaskan melalui berbagai mass media ataupun secara langsung datang ke Museum, kesadaran masyarakat sudah mulai membaik. Pada akhir Pelita III ini sudah puluhan naskah dapat diselamatkan. Sebagian besar dari naskah itu diterima dalam keadaan sangat menyedihkan. Banyak diantaranya sudah rusak berat, kertas sudah sangat lapuk, berlobang-lobang dimakan rayap, banyak bagian yang sudah hilang dan lainlain kerusakan. Disebabkan oleh karena kerusakan tersebut sehingga untuk melakukan identifikasi diperlukan kerja keras dengan penelitian yang seksama satu demi satu, bahkan halaman demi halaman dan baris demi baris. Guna melakukan pekerjaan identifikasi terhadap naskahnaskah kuno ini Museum Negeri Aceh telah membentuk satu Panitia Khusus. Oleh panitia ini untuk sementara sudah berhasil mengidentifikasikan sebanyak 50 buah naskah. Hasil identifikasi ini diterbitkan dalam sebuah buku laporan. Disebabkan hasil dari identifikasi ini dianggap masih belum memadai mengingat masih banyak naskah yang telah ada belum dapat di identifikasikan secara keseluruhannya, maka selesai kerja tahap pertama ini akan 3.
dilanjutkan dengan tahap kedua dan seterusnya sehingga semua naskah yang sudah berada di Museum Negeri Aceh dapat diidentifikasikan dan diterbitkan. Sebagaimana disebutkan di atas dimana naskah-naskah itu kebanyakan beredar dalam keadaan yang memprihatinkan, maka dalam melakukan identifikasi ini banyak sekali menghadapi kesulitan. Kesulitan pertama disebabkan banyak naskah yang sudah lapuk dan banyak bagian yang sudah hilang. Kesulitan ke dua sering tercampur adukkan bahasa yang terdapat di dalam sebuah naskah, bahkan juga terjadi di dalam sebuah kalimat. Kadang-kadang kita sedang membaca bahasa Melayu dengan huruf Arab, tiba-tiba tidak dapat terbaca lagi dan ternyata sambungan berbahasa Aceh atau bahasa Arab. Kesulitan lain yang kurang pentingnya ialah penulis naskah tidak mempergunakan ejaan dengan ketentuan khusus. Selain itu masih ada kesulitan lagi yaitu dalam mentranshterasikan dari huruf Arab ke huruf Latin, oleh karena sampai sekarang belum ada suatu ketentuan yang khusus yang dapat kita jadikan pegangan. Kesulitan-kesulitan yang dikemukakan di atas, akhirnya oleh panitia dicoba u n t u k mengatasi dengan jalan tersebut di bawah ini: 1. Terhadap naskah-naskah yang sudah sangat tua disamping di dalam membacanya harus memakai kaca pembesar, terpaksa pula memperbandingkan atau mencocokkan dengan naskah lain yang serupa. Hal ini tentu saja dapat dilakukan kalau naskah itu tersedia lebih dari satu buah, akan tetapi kalau naskah tersebut hanya satu buah tidak ada cara lain selain mencukupi saja dengan membaca keseluruhan isi naskah tersebut sedangkan yang sudah hilang terpaksa ditinggalkan. 2.
4.
Kesulitan yang serupa bercampurnya bahasa, disini memerlukan kesabaran dengan cara membaca sangat hati-hati dalam hubungan maksud sebuah kalimat. Syukur sekali dalam hal ini anggota panitia dapat berbahasa Melayu (Jawi) dan berbahasa Aceh. Sedangkan mengenai bahasa Arab memerlukan keahlian tertentu, untuk ini sudah terpenuhi dengan mendatangkan seorang konsultan ahli.
3. Kesulitan tentang penulisan tanpa adanya ketentuan menulis Melayu—Arab yang khusus ataupun banyaknya ejaan Arab yang tidak terdapat di dalam ejaan Melayu dan Aceh, inipun diatasi dengan cara yang sama yaitu dengan cara teliti dan mencocokkan dalam hubungan kalimat. 4. Terhadap kesulitan menggunakan ejaan, terutama di dalam mentranshterasikan huruf Arab ke dalam huruf latin yang sampai sekarang ini belum ada ketentuan khusus, maka terpaksa panitia mengambil contoh ejaan yang sudah banyak beredar di dalam masyarakat, misalnya : <_J>- ditulis TS; pr
ditulis KH;
j> ditulis DZ;
(jf z^
ditulis SH; 7
ditulis DH; i
\j7
ditulis ZH;
F
ditulis GH;
J*? ditulis TH;
Adapun ejaan lain disamakan dengan ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan. Demikianlah beberapa penjelasan mengenai identifikasi terhadap naskah-naskah kuno ini, semoga dengan adanya penjelasan ini telah membantu para peneliti dan peminat dalam melakukan tugas-tugas mereka selanjutnya.
1. Sabilal
Muhtadi
Littafaqquhi
Nomor Inventaris
890
Nomor Katalogus
75
fi
Amriddin.
S t a t u s
MS
Nama penyusun Naskah
Muhammad Irsyad Abdullah Banjar.
Tahun penyusunan Naskah
1193 H.
Jenis Naskah
F i q h .
Nama pemilik Naskah
Museum Negeri Aceh.
Tempat penyimpanan Naskah
Ruang Naskah Museum Negeri Aceh
Bahan/ukuran/halaman
Kulit, Kertas, 22x17cm, 614 halaman.
Keadaan Naskah
Baik
Nama tempat penyusunan Nama tempat diperoleh Naskah
:
Uraian singkat Naskah
:
M. Daud, Aceh Besar.
Naskah ini berhuruf Arab, berbahasa Melayu dan tulisan tangan. Naskah ini merupakan fiqh bermazhab Syafei, dengan lengkap menguraikan Bab Thaharah yang terdapat dalam kitab Shiratal Mustaqim karangan Nur—uddin Ar- raniry. Isinya terbagi atas beberapa Bab antara lain : 1. Menguraikan tentang air Mutlak (air suci lagi menyucikan), air makruh, air mustakmal, air bernajis dan lain-lain. 2.
Menguraikan tentang najis, seperti najis besar, najis pertengahan, najis ringan (kecil) serta memberikan contoh najis-najis tersebut, dan cara menyucinya.
3.
Menguraikan tentang Udhuk dan tayammum, cara
cara mengerjakannya, serta wajib, sunnat, makruh dan yang membatalkannya. 4.
Menguraikan tentang mandi wajib dan mandi sunnat seperti mandi j u n u b , haidh, nifas, istihazah, mait, mandi dua hari Raya, mandi J u m a t dan cara mengerjakannya.
5. Menguraikan tentang Kadha hajad, adab kadha hajad, cara kadha hajad, haram, makruh dan sunnat pada kadha hajad. 6.
Menguraikan tentang Sembahyang Wajib dan sembahyang sunnat, lengkap dengan doa yang dibaca di dalamnya, serta menjelaskan waktu-waktu yang dipergunakan dalam sembahyang. Disamping itu menjelaskan tentang Azan, Kamat, serta cara mengerjakannya.
2. iMidayatussalikin fi suluki maslakil muttaqin. Nomor Inventaris
809
Nomor Katalogus
86
S t a t u s
MS
Nama penyusun Naskah
Abdussamad Al Jawi Al Palembani.
Tahun penyusunan Naskah
Tamat Hari 1092 H.
Jenis Naskah
Fiqh/Tauhid
Nama pemilik Naskah
Museum Negeri Aceh.
Tempat penyimpanan Naskah
Ruang Naskah Museum Negeri Aceh
Bahan/ukuran/halaman
Kertas,
Keadaan Naskah
Baik
Nama tempat penyusunan
Makkah.
Raya
21xl5cm,
5
331
Muharram
halaman.
7.
Nama tempat diperoleh Naskah
:
Uraian singkat Naskah
:
M. Yusuf, Aceh Besar.
Naskah berhuruf Arab, bahasa Melayu, tulisan tangan. Naskah ini diambil dari kitab-kitab terkenal seperti Minhaj, Ihya Ulumuddin, Pathul Wahhab, Bidayatul Hidayah dan lain-lain. Naskah ini terdiri dari 7 Bab : 1. Ilmu-ilmu yang memberi manfaat dan kewajiban untuk menuntut ilmu. 2.
Ilmu Ushuluddin mengenai sifat-sifat yang wajib pada Tuhan (sifat 20) lengkap dengan dalil ayatayat Al—Qur'an.
3.
Peraturan-peraturan pada bersuci, mengenai adab pada kadha hajad, adab sembahyang, bermacam sembahyang dan uraian yang lengkap mengenai Puasa.
4.
Cara-cara menjauhkan diri dari dausa, Bab ini terbagi lagi atas 10 fasal.
5.
Mengenai taat dan taubat dan cara mengerjakan keduanya, Bab ini terbagi atas 10 fasal.
6. Azas berzikir dan cara-cara berzikir dan kifayatnya. 7. Cara bersahabat dan adab bersahabat terdiri dari 3 fasal.
3.
Safinatul
Hukkam
fi Takhlishsil Khasham.
Nomor Inventaris
805
Nomor Katalogus
37
S t a t u s
MS
Nama penyusun Naskah
Jalaluddin anak Syech din Tursani.
».
Kamalud-
Tahun penyusunan Naskah
Hari Jum'at 4 Muharram 1153 H
Jenis Naskah
Hukum.
Nama pemilik Naskah Tempat penyimpanan Naskah
Museum Negeri Aceh. Ruang Naskah Museum Negeri Aceh
Bahan/ukuran/halaman
Kertas,
Keadaan Naskah
Baik
21xl6cm, 652 halaman.
Nama tempat penyusunan Nama tempat diperoleh Naskah
:
Uraian singkat Naskah
:
Said Zainal Abidin, Aceh Besar.
Naskah ini berhuruf Arab berbahasa Melayu dan tulisan tangan. Naskah ini sebagai pedoman untuk Qadhiqadhi di Kerajaan Aceh. Naskah ditulis atas perintah Sultan Alaiddin Johan Syah bin Sultan Alaiddin Ahmadsyah. Isi yang terkandung di dalamnya terdiri dari Muqaddimah, tiga Bab dan Khatimah/penutup. 1. Muqaddimah pertama menguraikan tentang katakata yang sulit seperti wajib, sunat, haram, harus, makruh, sunat shahih, batal, syarat, masyrut lazim, maklum, hukum, adat, kanun, resam. 2. Muqaddimah kedua mengenai tugas-tugas dan kewajiban-kewajiban serta syarat-syarat Sultan, Wadhir, Qadhi (Hakim), Hulu Balang dll. 3. Bab-bab berikutnya terdiri atas : — Bab pertama mengenai Hukum Dagang, yang di dalamnya terdiri dari fasal-fasal dan beberapa Qaedah beserta petunjuk-petunjuk bagi hakim atau Qadhi. — Bab kedua menguraikan tentang nikah dan perkawinan dan terbagi lagi atas fasal-fasal serta petunjuk-petunjuk dan kaedah-kaedah. — Bab ketiga menguraikan tentang hukum Pi9.
dana, terdiri dari beberapa fasal dan kaedahkaedah serta petunjuk-petunjuk bagi hakim.
4.
Syafaul Qulub,
Nomor Inventaris
737
Nomor Katalogus
14
S t a t u s
Salinan
Nama penyusun Naskah
Syech Nuruddin Ar- Raniry, disalin oleh Leubi Abdullah Samalanga.
Tahun penyusunan Naskah Jenis Naskah
Tauhid, doa dan obat-obatan.
Nama pemilik Naskah
Museum Negeri Aceh. Ruang Naskah Museum Negeri Aceh
Tempat penyimpanan Naskah Bahan/ukuran/h alam an
Kertas,
Keadaan Naskah
17xl3cm,
68
halaman.
rusak
Nama tempat penyusunan Nama tempat diperoleh Naskah
:
Uraian singkat Naskah
:
T. Bachrum, Aceh Besar.
Naskah ini berbahasa Melayu, berhuruf Arab, tulisan tangan. Menguraikan tentang ke Esaan Tuhan dan menentang ajaran tarikat Ujudiah Hamzah Fansuri. Menjelaskan sifat-sifat Tuhan yang bersumber dalam Al— Qur'an. Sebagian lagi naskah ini mengenai obat-obatan seperti obat agar anak-anak jangan menangis, obat batuk isak dan azimat-azimat (amulet) untuk penangkal penyakit, cara membuat ragi dan doa untuk dibaca bagi orang yang ingin memperoleh rezeki yang banyak.
10.
5.
Hikayat
Syeh Ahmad
dan Aulia
Nomor Inventaris
856
Nomor Katalogus
72
Tujuh.
Salinan
S t a t u s Nama penyusun Naskah Tahun penyusunan Naskah Jenis Naskah
Hikayat.
Nama pemilik Naskah
Museum Negeri Aceh.
Tempat penyimpanan Naskah
Ruang Naskah Museum Negeri Aceh
Bahan/ukuran/halaman
Kertas, 17x1 l e m , 96 halaman.
Keadaan Naskah Nama tempat diperoleh Naskah
utuh T. Bachrum, Aceh Besar.
Nama tempat penyusunan Uraian singkat Naskah Naskah ini berhuruf Arab, tulisan tangan dan berbahasa Aceh. Naskah ini mengandung dua buah hikayat yaitu Hikayat Syeh Ahmad dan Aulia Tujuh. 1. Hikayat Syeh Ahmad isinya menceriterakan tentang tanda-tanda dunia kiamat, berdasarkan mimpi yang diperoleh oleh Syeh Ahmad (pengawal Kubur Nabi Muhammad SAW). Di dalam mimpinya Jibrail datang kepadanya memperingatkan serta memberikan tanda-tanda tentang kiamat, antara lain : Jibrail mengambil perasaan malu pada manusia, mengambil berkah pada rezeki yang diberikan kepada manusia, kekacauan sesama Islam, kesibukan dalam mengejar kekayaan, manusia tidak lagi beriman kepada Tuhan dll. 2.
Hikayat Aulia Tujuh menceriterakan tentang tuli.
juh orang pemuda yang saleh dan taat serta beriman, mereka menentang Raja Dakianus yang kejam, zalim lagi khianat bahkan rakyat harus menyembah kepada dia. Karena demikian ke tujuh pemuda tersebut dikejar-kejar oleh Raja untuk dibunuhnya, sehingga mereka mengasingkan dirinya, mereka berangkat meninggalkan Kampung menuju ke Gunung dan berdiamlah disalah satu gua. Pada saat berangkat mereka tidak membawa perbekalan apapun selain beberapa keping derham. Di tempat pengasingan mereka memperbanyak Taqwa kepada Tuhan, sehingga mendapat makanan-makanan yang mereka inginkan. Dengan takdir Tuhan mereka tertidur selama 309 tahun dan pada waktu mereka terjaga dari tidurnya, mereka memperhatikan keadaan disekeliling yang telah berobah. Ketujuh pemuda tersebut merasa lapar, lalu pergilah mereka untuk mencari makanan dengan mempergunakan derham yang dibawa dahulu. Pada saat itu derham tersebut ternyata tidak berlaku lagi. Dengan demikian berita tentang mereka tersebar secara luas dan sampai kepada Raja yang sedang memerintah yaitu Raja Abdul Rahman Raja yang adil taat yang sedang memerintah itu memerintah untuk memanggil ketujuh pemuda tersebut agar datang menghadapnya. Setelah pemuda tersebut datang menghadap Raja serta menceriterakan tentang apa yang mereka alami akhirnya ketujuh pemuda tersebut diberikan hadiah dan jabatan yang layak dalam Kerajaan.
6.
Kumpulan Karangan.
Nomor Inventaris
914
Nomor Katalogus
91
S t a t u s Nama penyusun Naskah 12.
MS/Salinan/Sudah diterbitkan
Tahun penyusunan Naskah Jenis Naskah
Tasauf/mysticisme.
Nama pemilik Naskah
Museum Negeri Aceh.
Tempat penyimpanan Naskah
Ruang Naskah Museum Negeri Aceh
Bahan/ukuran/halaman
Kertas,
151
halaman.
utuh
Keadaan Naskah Nama tempat diperoleh
17xl2cm,
M. Yusuf, Aceh Besar.
Nama tempat penyusunan Uraian singkat Naskah Naskah ini berbahasa Aceh dan Melayu dengan huruf Arab, tulisan tangan. Naskah ini merupakan kumpulan karangan-karangan antara lain : 1. Ilmu pertukangan cara membuat rumah, memilih tempat yang baik, memilih kayu, hari bulan dan doa pada waktu membuat rumah. 2.
Cara-cara suami bercumbu rayu supaya mendapat kenikmatan dalam bersetubuh kedua belah pihak.
3.
Cara mengerjakan khalawah untuk mencapai ilmu yang suci supaya dekat dengan Tuhan.
4.
Cara menilai sifat-sifat perempuan.
5.
Sejarah tentang kembalinya Syech Abdurrauf ke negeri Aceh.
6.
Pada bagian akhir masih disertakan dengan beberapa doa lain.
7. Masailal Muhtadi Li Ikhwanil Mubtadi/Bidayatul Mubtadi Bifadlillahi
Muhtadi.
Nomor Inventaris
813
Nomor Katalogus
42 13.
MS/Salinan/Sudah diterbitkan
S t a t u s Nama penyusun Naskah Tahun penyusunan Naskah Jenis Naskah
Tauhid/Fiqh.
Nama pemilik Naskah
Museum Negeri Aceh.
Tempat penyimpanan Naskah
Ruang Naskah Museum Negeri Aceh
B ah an/ukuran/halaman
Kulit, kertas, 27x17cm man.
Keadaan Naskah
Baik/utuh/rusak
178 hala-
Nama tempat penyusunan Nama tempat diperoleh
T Bachrum, Aceh Besar.
Uraian singkat Naskah Pada naskah ini terdapat dua judul yaitu : 1. Masailal Muhtadi Li Ikhwanul Mubtadi. 2. Bidayatul Mubtadi BifadliUahi Muhtadi. Naskah Masailal Muhtadi Li Ikhwanul Mubtadi sebanyak 24 halaman. Naskah ini berbahasa Melayu dengan huruf Arab, tulisan tangan. Isi yang terdapat di dalamnya tentang pokok-pokok agama Islam yang disajikan dalam bentuk tanya jawab antara lain membahas tentang iman, tauhid, Islam, makrifah, wajib, syarat, rukun, batal, haram dan mubah. Naskah Bidayatul Mubtadi BifadliUahi Muhtadi 152 halaman. Naskah ini berbahasa Melayu huruf Arab, tulisan tangan yang isinya terbagi atas tiga Bab yaitu : — Bab pertama menguraikan tentang Islam, tauhid dan makrifat. — Bab kedua terbagi lagi atas 9 fasal antara lain mengenai air yang digunakan untuk bersuci dan membahas tentang kadha hajad, mengenai najis dan mengenai bermacam-macam sembahyang baik sembahyang wajib maupun sembahyang sunat. 14.
Bab ketiga mengenai puasa, cara mengerjakannya baik puasa wajib maupun puasa sunat, serta cara mengerjakan sembahyang tarawih.
8. Sairussalikin ila ibadati Rabbil Alamin, Jilid III. Nomor Inventaris
920
Nomor Katalogus
101
S t a t u s
MS/Salinan/Sudah diterbitkan
Nama penyusun Naskah
Abdussamad Al Jawi Al Palembani.
Tahun penyusunan Naskah
1193 H.
Jenis Naskah
Tuntunan Akhlak/Etika.
Nama pemilik Naskah
Museum Negeri Aceh.
Tempat penyimpanan Naskah
Ruang Naskah Museum Negeri Aceh
Bahan/ukuran/halaman
Kertas, 26x21cm, 196 halaman.
Keadaan Naskah
Baik
Nama tempat penyusunan
Negeri Peusangan.
Nama tempat diperoleh Naskah
Razali, Aceh Besar.
Uraian singkat Naskah
:
Kitab ini berhuruf Arab berbahasa Melayu dan bertulisan tangan. Isi yang terkandung di dalamnya mengenai segala yang membinasakan hati dan segala yang membinasakan Ibadat. Dalam jilid yang ketiga ini yang sebenarnya 10 Bab, tapi dalam naskah ini hanya dibahas 5 Bab saja dan tiap-tiap Bab dibagi lagi atas banyak fasal. Bab-bab tersebut antara lain : Bab I
Penjelasan keajaiban Qalbu (Hati), halaman 2 s/d 29
Bab' II Menguraikan tentang menghilangkan amarah 15.
dan kejahatan, halaman 29 s/d 101. Bab III Menguraikan tentang menjauhkan diri dari nafsu syahwat, halaman 101 s/d 131. Bab IV Membahas tentang kebinasaan lidah, halaman131 s/d 169. Bab V Membahas tentang kebinasaan orang-orang dengki, marah, bermusuhan dan buruk sangka (buruk hati), halaman 169 s/d 195. Naskah ini tamat disalin pada tahun 1209 H. Waktu dhuhur Negeri Pensangan yang menyalin Teungku Abdul Manaf.
9.
Sairussalikin
IIa
ibadati
Rabbal Alamin, jilid I.
Nomor Inventaris
923
Nomor Katalogus
100
S t a t u s
MS
Nama penyusun Naskah
Abdussamad Al Jawi Al Palembani.
Tahun penyusunan Naskah
1193 H.
Jenis Naskah
Tuntunan Agama/Etika.
Nama pemilik Naskah
Museum Negeri Aceh.
Tempat penyimpanan Naskah
Ruang Naskah Museum Negeri Aceh
Bahan/ukuran/halaman
Kertas,
Keadaan Naskah
Baik.
26x20cm
307
halaman.
Nama tempat penyusunan Nama tempat diperoleh Naskah Uraian singkat Naskah
Razali. Aceh Besar. :
Kitab ini bertulisan tangan, huruf Arab dan berbahasa Melayu. Kitab ini dibagi atas 4 jilid, pada jilid pertama 16.
ini membahas tentang Ilmu Ushuluddin yaitu Iktikat Ahlussunnah Wal Jamaah dan membahas tentang ibadat yang dhahir. Isinya terdiri atas satu Mukaddimah dan 4 Bab. Pada Mukaddimah dibagi atas 4 fasal, yang masing-masing fasal sebagai berikut : Fasal 1.
Kelebihan ilmu yang memberi manfaat, kelebihan orang yang menuntut dan kelebihan Ulama.
Fasal 2.
Adab orang belajar dan adab orang mengajar.
Fasal 3.
Kebinasaan ilmu.
Fasal 4.
Ilmu yang perlu dituntut (ilmu fardhu Ain).
Setelah Mukaddimah Kitab ini disusun atas 4 Bab pula, yang masing-masing Bab menjelaskan tentang satu masalah pokok. Keringkasan dari Bab-bab sebagai berikut : Bab I. Itikat dan ketauhidan terdiri dari beberapa fasal antara lain ; — Petunjuk-petunjuk untuk masuk tarikat Ahlussunnah Wal Jamaah, mengenai Iman dan Islam Bab II. Bersuci pada hadas dhahir dan hadas bathin terdiri dari fasal-fasal antara lain : — Jenis najis. — Sesuatu benda yang dapat menyucikan najis. — Kifayah menghilangkan najis. — Kifayah Istinja'. Bab III Membahas rahasia sembahyang, terdiri dari ; — Kelebihan sembayang J a m a a h dan sujud. — Kelebihan sembayang bathin dan amal dalam hati. — Kelebihan Imam dan Makmum. — Kelebihan sembayang sunat. 17.
Bab IV Rahasia Zakat, terdiri fasal : Sebab sebab wajib Zakat. — Adab memberi zakat, orang yang menerima zakat, kelebihan sedekah.
10. Ilmu Bintang Nomor Inventaris
115 R
Nomor Katalogus
114
S t a t u s
MS/Salinan/Sudah diterbitkan.
Nama penyusun Naskah Tahun.penyusunan Naskah Jenis Naskah
A s t r o l o g i .
Nama pemilik Naskah
Museum Negeri Aceh.
Tempat penyimpanan Naskah
Ruang Naskah Museum Negeri Aceh
Bahan/ukuran/halaman
Kertas. 1 2 x l 7 c m , 72 halaman.
Keadaan Naskah
Rusak.
Nama tempat penyusunan .
-
Nama tempat diperoleh Naskah
:
Uraian singkat Naskah
:
Naskah ini berhuruf Arab, bahasa Melayu dan bertulisan tangan. Naskah ini sukar dibaca, sebagiannya sudah rusak. Isi yang terkandung di dalamnya mengenai cara melihat keadaan bumi yang baik atau buruk untuk mengerjakan sesuatu pekerjaan. Dalam naskah ini dapat melihat hari-hari yang baik dan hari naas dari hari yang pertama sampai hari ke tiga puluh dalam satu bulan. Di samping itu pula terdapat cara memilih tanah yang baik, hari yang baik, bulan yang baik untuk mendirikan rumah. Doa-doa untuk mencari suatu benda yang hilang. U
11. Bidayatul Hidayah I. Nomor Inventaris
899
Nomor Katalogus
79
S t a t u s
MS/Salinan/Sudah diterbitkan.
Nama penyusun Naskah
Muhammad Zain Ibnu Fakih Jalaluddin.
Tahun penyusunan Naskah
1170 H.
Jenis Naskah
Ilmu Tauhid/Fiqh.
Nama pemilik Naskah
Museum Negeri Aceh.
Tempat penyimpanan Naskah
Ruang Naskah Museum Negeri Aceh
Bahan/ukuran/halaman
Kertas, 16x20cm, 172 halaman.
Keadaan Naskah
Utuh.
Nama tempat penyusunan
Mekkah.
Nama tempat diperoleh Naskah
T. Bachrum, Aceh Besar.
Uraian singkat Naskah
:
Naskah berhuruf Arab, bahasa Melayu, tulisan tangan. Pada naskah ini dibahas tentang hal-hal sebagai berikut : 1. Menjelaskan pengertian wajib syarak, wajib nakli dan wajib akli. 2. Memberikan pengertian tentang wajib, syarat, haram, harus, mustahil. 3.
Menguraikan tentang sifat-sifat (sifat memberikan dalil dari Al—Qur'an.
4. Menceritakan mukjizatnya. 5.
tentang
kebenaran
20)
Rasul
serta
beserta
Bagian terakhir tercantum sebagian kecil dari kitab Syafaul Qulub karya Nuruddin Ar— Raniry yaitu tentang cara melaksanakan zikir serta menyebutkan zikir. 19.
12.
Al Q u r a n I.
Nomor Inventaris
829
Nomor Katalogus
55 Salinan.
S t a t u s Nama penyusun Naskah Tahun penyusunan Naskah Jenis Naskah
Al—Qur'an.
Nama pemilik Naskah
Museum Negeri Aceh.
Tempat penyimpanan Naskah
Ruang Naskah Museum Negeri Aceh
Bahan/ukuran/halaman
Kertas, 16x1 l e m , 42 halaman
Keadaan Naskah
Rusak.
Nama tempat penyusunan Nama tempat diperoleh Naskah
:
Uraian singkat Naskah
:
T. Bachrum. Aceh Besar.
Naskah ini berhuruf Arab, bahasa Arab dan bertulisan tangan. Naskah ini berbentuk kecil dan isinya hanya terdapat 2 Surat dari Al- Qur'an yaitu , 1. Surat Isra', permulaannya tidak ada. 2. Surat Kahfi.
13.
Mawaizul Badii.
Nomor Inventaris
761
Nomor Katalogus
25
S t a t u s
MS/Salinan/Sudah diterbitkan
Nama penyusun Naskah
Syech Abdul Rauf.
Tahun penyusunan Naskah
1220 H
Jenis Naskah
Nasehat/Tahzib.
Nama pemilik Naskah
Museum Negeri Aceh.
20.
Tempat penyimpanan Naskah
:
Ruang Naskah Museum Negeri Aceh
Bahan/ukuran/halaman
Kertas, 21xl6cm, 79 halaman.
Keadaan Naskah
Baik.
Nama tempat penyusunan Nama tempat diperoleh Naskah
T. Bachrum, Aceh Besar.
Uraian singkat Naskah Naskah berhuruf Arab, bahasa Melayu, tulisan tangan. Naskah ini mengandung segala pengajaran yang indah-indah yang dikutip dari Al—Qur'an, Hadist, perkataan sahabat Nabi dan dari perkataan Hakim-hakim. Dalam kitab ini terdapat 50 pengajaran yang harus dipatuhi antara lain : 1. Peringatan mati, tentang kubur, hari kiamat dan hari akhirat. 2. Tunduk dan patuh kepada segala ajaran Rasul serta mengamalkannya, 3. Menjauhi dari perbuatan dengki, fitnah dan jangan bicara yang bukan-bukan. 4. Harus mensyukuri nikmat Tuhan dan harus Taqwa kepadanya. 5. Harus berbuat baik sesama makhluk dan mencintai sesama manusia. 6. Jangan berlomba-lomba dalam mencari kekayaan sehingga kita lupa kepada Tuhan. 7. Harus sabar dalam mengerjakan pekerjaan yang taat dan jauhilah perbuatan maksiat karena azab dunia ini lebih ringan dari pada azab akhirat.
14. Bidayatul Hidayah II. Nomor Inventaris
:
803 21.
35
Nomor Katalogus S t a t u s
MS/Salinan/Sudah diterbitkan.
Nama penyusun Naskah
Muhammad Zain Fakih Jalaluddin.
Tahun penyusunan Naskah Jenis Naskah
Ilmu Tauhid/Fiqh.
Nama pemilik Naskah
Museum Negeri Aceh.
Tempat penyimpanan Naskah
Ruang Naskah Museum Negeri Aceh
Bahan/ukuran/halaman
Kertas,
Keadaan Naskah
Rusak.
21xl6cm.
116
halaman.
Nama tempat penyusunan T. Bachrum, Aceh Besar.
Nama tempat diperoleh Naskah Uraian singkat Naskah
:
Naskah berhuruf Arab, bahasa Melayu, tulisan tangan. Pada naskah ini dibahas tentang hal-hal sbb. : 1. Menjelaskan pengertian wajib Syarak, wajib Nakli, wajib Aqli.
15.
2.
Memberikan pengertian tentang wajib, syarat, haram, harus, mustahil.
3.
Menguraikan tentang sifat-sifat ALLAH (sifat 20) serta memberikan dalil dari ayat-ayat Al- Qur'an.
4.
Menceritakan tentang kebenaran Rasul serta mukjizatnya.
Masailal Muh tadi li Ikhwanil Mubtadi.
Nomor Inventaris
844
Nomor Katalogus
67
S t a t u s
22.
MS/Salinan/Sudah diterbitkan.
Nama penyusun Naskah Tahun penyusunan Naskah Jenis Naskah
Fiqh/Tauhid dan Kumpulan Doa.
Nama pemilik Naskah
Museum Negeri Aceh.
Tempat penyimpanan Naskah Bahan/ukuran/halaman
:
Kertas, 1 6 x l l c m , 107 halaman.
Keadaan Naskah
:
Utuh.
Nama tempat penyusunan :
Ruang Naskah Museum Negeri Aceh
Nama tempat diperoleh Naskah
:
Cut Ubit, Aceh Besar.
Uraian singkat Naskah
:
Naskah berhuruf Arab, bahasa Melayu, tulisan tangan. Dalam naskah ini terdapat tiga kitab ;
16.
Pertama
:
Risalah Muktazirah; yang membahas tentang sembahyang lima waktu, sembahyang J u m ' a t , sembahyang mait, sembahyang dua hari Raya lengkap dengan doa dan cara mengerjakan sembahyang.
Ke-dua
:
Kumpulan doa-doa; yang dibaca setelah sembahyang. Doa-doa ini berasal dari ayat Al—Qur'an.
Ke-tiga
:
Masailal Muh tadi li Ikhwanil Mubtadi ; Soal jawab tentang Agama Islam seperti tentang Iman, Islam, Ichsan, Tauhid, Makrifat, Syahadat serta syarat-syarat dan yang membinasakan dia dll.
Mira tul Muhaqqiqin.
Nomor Inventaris
:
831
Nomor Katalogus
:
57 23.
S t a t u s
MS/Salinan/Sudah diterbitkan.
Nama penyusun Naskah
Syech Syamsuddin Sumatrani.
Tahun penyusunan Naskah Jenis Naskah
Tauhid/Tasauf/Misticistme.
Nama pemilik Naskah
Museum Negeri Aceh.
Tempat penyimpanan Naskah
Ruang Naskah Museum Negeri Aceh
Bahan/ukuran/halaman
Kertas, 20x13cm, 94 halaman.
Keadaan Naskah
Rusak.
Nama tempat penyusunan Nama tempat diperoleh Naskah
:
Uraian singkat Naskah
:
T. Bachru Aceh Besar.
Naskah ini berhuruf Arab, berbahasa Melayu, tulisan tangan. Isinya meliputi : 1. Ilmu makrifat ALLAH; yang membahas tentang silsilah sejarah turun temurun dalam memperoleh Tarikat ini. Dimulai dari pengarang (Syamsuddin Sumatrani) sampai kepada Ali Bin Abi Thalib dan yang berasal dari Muhammad SAW. 2. Tentang menisbatkan Makhluk dengan hak ALLAH Taala dan menyamakan sifat-sifat manusia dengan sifat Tuhan.
24.
3.
Menterjemahkan ayat-ayat Al- Qur'an dan Hadist hadist yang berhubungan dengan sifat-sifat Tuhan.
4.
Menguraikan faham Ujudiah. Di samping itu terdapat di dalam kitab ini suatu risalah yang berasal dari kitab Huladh Dhalli karangan Nuruddin Ar— Raniry dalam bentuk tanya jawab mengenai sifatsifat Tuhan. Risalah Nuruddin A r - R a n i r y ini bertentangan dengan faham Ujudiah yang dibahas oleh Syamsuddin Sumatrani.
17
Shirathal Mustaqim (Jalan yang lurus) I.
Nomor Inventaris
205
Nomor Katalogus
6
S t a t u s
MS/Salinan/Sudah diterbitkan.
Nama penyusun Naskah
Nuruddin Muhammad Jailani Ibnu Ali Ibnu Hasanji Ibnu Muhammad Hamid Ar—Raniry.
Tahun penyusunan Naskah
1044 H.
Jenis Naskah
F i q h.
Nama pemilik Naskah
Museum Negeri Aceh.
Tempat penyimpanan Naskah
Ruang Naskah Museum Negeri Aceh
Bahan/ukuran/halaman
Kertas, 24x17cm, 469 halaman.
Keadaan Naskah
Baik.
Nama tempat penyusunan Said Muhammad, Kec. Peukan Banda Aceh Besar.
Nama tempat diperoleh Naskah Uraian singkat Naskah
:
Naskah ini berhuruf Arab dan berbahasa Melayu. Naskah ini berasal dari bahasa Arab kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Melayu dan merupakan suatu kitab Fiqh yang bermazhab Syafei yang lengkap, bersumber Al—Qur'an dan Hadits. Isi yang terkandung di dalam naskah ini dibagi atas 7 kitab : 1. Kitab Thciharah, Kitab tentang bersuci dan dibagi lagi banyak fasal-fasal didalamnya. 2. Kitab Shalat (mengenai sembahyang) dibagi lagi kepada banyak fasal-fasal. 3.
Kitab Zakat (mengenai zakat) dibagi lagi atas banyak fasal.
25.
4.
Kitab Shaum (mengenai puasa) dibagi lagi atas banyak fasal.
5.
Kitab Haji (mengenai Haji) dibagi lagi atas banyak fasal-fasal.
6.
Kitab mengenai Hukum pemburuan dan cara menyembelihnya.
7. Kitab At Thaam (mengenai makanan yang halal dimakan dan makanan yang haram dimakan). Kitab ini tamat ditulis pada hari Kamis waktu dhuha pada bulan Syawal 1054 H.
18.
Shirathal Mustaqim III
Nomor Inventaris
806
Nomor Katalogus
38
S t a t u s
MS/Salinan/Sudah diterbitkan.
Nama penyusun Naskah
Syekh Nuruddin Muhammad Jailani Ali Ibnu Hasanji Ibnu Muhammad Hamid Ar—Raniry.
Tahun penyusunan Naskah
1044.
Jenis Naskah
Ilmu Fiqh.
Nama pemilik Naskah
Museum Negeri Aceh.
Tempat penyimpanan Naskah
Ruang Naskah Museum Negeri Aceh
Bahan/ukuran/halaman
Kulit, kertas, 2 3 x l 8 c m , 308 halaman.
Keadaan Naskah
Baik/utuh/rusak.
Nama tempat penyusunan Nama tempat diperoleh Naskah
Sulaiman, Aceh Besar.
Uraian singkat Naskah Naskah ini berhuruf Arab dan berbahasa Melayu. Nas 26.
kah ini berasal dan bahasa Arab kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa bahasa Melayu dan merupakan suatu kitab Fiqh yang bermazhab Syafei yang lengkap, bersumber Al—Qur'an dan Hadist. Isi yang terkandung di dalamnya terbagi atas 7 kitab : 1. Kitab Thaharah, Kitab tentang bersuci dan dibagi lagi atas banyak fasal-fasal di dalamnya. 2. Kitab Shalat (mengenai Sembahyang) dibagi lagi atas banyak fasal-fasal. 3. Kitab Zakat (mengenai Zakat) dibagi lagi atas banyak fasal-fasal. 4. Kitab Shaum (mengenai Puasa) dibagi lagi atas banyak fasal-fasal. 5. Kitab Haji (mengenai Haji) dibagi lagi atas banyak fasal-fasal. 6. Kitab mengenai hukum pemburuan dan cara menyembelihnya. 7. Kitab At Thaam (mengenai makanan yang halal dimakan dan makanan yang haram dimakan). Kitab ini tamat ditulis pada hari Kamis waktu Dhuha pada bulan Syawal 1054 H.
19.
Kumpulan Doa—doa
Nomor Inventaris
902
Nomor Katalogus
83
S t a t u s
MS/Salinan/Sudah diterbitkan.
Nama penyusun Naskah Tahun penyusunan Naskah Jenis Naskah
Doa—doa.
Nama pemilik Naskah
Museum Negeri Aceh.
Tempat penyimpanan Naskah
Ruang Naskah Museum Negeri Aceh 27.
Bahan/ukuran/halaman
:
Kertas,
Keadaan Naskah
:
Rusak.
Nama tempat penyusunan : Nama tempat diperoleh Naskah
:
16x11cm,
122
halaman.
— M. Zinin, Aceh Besar.
Uraian singkat Naskah Naskah berhuruf Arab, bahasa Melayu tulisan tangan. Isinya merupakan kumpulan doa yang berasal dari ayat Al—Qur'an yaitu : 1. Surat Al-Kahfi. 2. Surat Yasin. 3. Surat Ar—Rahman. Selain itu terdapat pula doa-doa yang lain seperti doa sembahyang mait dan lain-lain.
20.
Isem Tujuh.
Nomor Inventaris
:
830
Nomor Katalogus
:
56
S t a t u s
:
Nama penyusun Naskah
:
MS/Salinan/Sudah diterbitkan.
Tahun penyusunan Naskah Jenis Naskah
:
Hikayat.
Nama pemilik Naskah
:
Museum Negeri Aceh.
Tempat penyimpanan
:
Ruang Naskah Museum Negeri Aceh
Bahan/ukuran/halaman
:
Kertas, 17x1 l e m , 72 halaman.
Keadaan Naskah
:
Baik/utuh/rusak.
Naskah
Nama tempat penyusunan : Nama tempat diperoleh : Naskah 28.
T. Bachrum, Aceh Besar.
Uraian singkat Naskah
:
Naskah berhuruf Arab, bahasa Melayu, tulisan tangan. Isinya : Hikayat Isem tujuh menceritakan tentang tujuh orang pemuda yang shaleh taat serta beriman, mereka menentang Raja Dakianus yang kejam, zalim lagi khianat bahkan rakyat harus menyembah kepada dia. Karena demikian ke tujuh pemuda tersebut di kejar-kejar oleh Raja untuk dibunuhnya, sehingga mereka mengasingkan dirinya, mereka berangkat meninggalkan kampung menuju ke gunung dan berdiamlah disalah satu gua. Pada saat berangkat mereka tidak membawa perbekalan apapun selain beberapa keping derham. Di tempat pengasingan mereka memperbanyak Taqwa kepada Tuhan, sehingga mendapat makanan-makanan yang mereka inginkan. Dengan takdir Tuhan mereka tertidur selama 309 tahun dan pada waktu mereka terjaga dari tidurnya, mereka memperhatikan keadaan disekeliling yang telah berobah. Ketujuh pemuda tersebut merasa lapar, lalu pergilah mereka untuk mencari makanan dengan mempergunakan derham yang dibawa dahulu. Pada itu derham tersebut ternyata tidak berlaku lagi. Dengan demikian berita tentang mereka tersebar secara luas dan sampai kepada yang sedang memerintah yaitu Raja Abdul Rahman. Raja yang adil taat yang sedang memerintah itu memerintahkan untuk memanggil ketujuh pemuda tersebut agar datang menghadapnya. Setelah pemuda tersebut datang menghadap Raja serta menceritakan tentang apa yang mereka alami akhirnya ketujuh pemuda tersebut diberikan hadiah dan jabatan yang layak dalam Kerajaan.
21.
Abu Syamah.
Nomor Inventaris
:
764
Nomor Katalogus
:
28 29.
S t a t u s
Salinan.
Nama penyusun Naskah
Said Hasan bin Said Muhammad Ulee Lheue (penyalin).
Tahun penyusunan Naskah Jenis Naskah
H i k a y a t .
Nama pemilik Naskah
Museum Negeri Aceh.
Tempat penyimpanan Naskah
Ruang Naskah Museum Negeri Aceh
Bahan/ukuran/h alam an
Kertas, 2 1 x l 3 c m , 50 halaman
Keadaan Naskah
Baik.
Nama tempat penyusunan
Ulee Lheue (tempat penyalin).
Nama tempat diperoleh Naskah Uraian singkat Naskah
:
Naskah berhuruf Arab, bahasa Aceh, tulisan tangan. Abu Syamah anak Umar bin Chattab, ia anak yang taat dan jujur dia sangat dicintai oleh rakyat sebab suaranya sangat merdu dalam membaca Al—Qur'an. Pada suatu ketika jatuh sakit, Ayahnya bernazar memberi makanan seratus orang miskin, nazar tersebut diperkenankan Tuhan, Abu Syamah berkurang penyakitnya. Abu Syamah memohon pada Ayah dan Bundanya supaya ia diberi izin untuk merantau melihat kekuasaan Ayahnya, permintaan tersebut diperkenankan Ayah Bunda, dengan syarat tidak begitu lama harus kembali. Pergilah Abu Syamah sendirian, sehingga sampailah disatu kampung. Dia ditegur oleh seorang Pendeta Yahudi. Yahudi menanyakan tentang hal ikhwal Abu Syamah dan Abu Syamah menceritakan dengan sebenarnya. Yahudi melayani Abu Syamah dengan sebaik-baiknya, Yahudi tersebut menawarkan kepada Abu Syamah supaya meminum obat yang paling mujarab supaya bekas penyakitnya segera akan hilang. Lalu Abu Syamah meminum obat itu sehingga Abu Syamah pingsan dan mabuk pa30.
da hal yang diberinya bukanlah obat tetapi hanyalah segelas arak untuk menipu Abu Syamah. Dalam hal yang demikian Yahudi memberikan seorang gadis yang cantik, Abu Syamah memperkosa gadis tersebut beberapa kali, setelah dia sadar dia menangis menyesali perbuatannya yang terkutuk yang telah dilakukan, lalu Abu Syamah segera pulang ke kampung. Rahasia tersebut tidak seorangpun dapat mengetahuinya. Setelah dia pulang ke kampung dia bertaubat dengan taubat nasuha. Setelah menjelang tujuh bulan gadis Yahudi tersebut melahirkan. Anak tersebut diantarkan kepada Umar bin Chattab di Mesjid, melihat kejadian tersebut Umar terkejut dan tidak percaya atas perbuatan anaknya, dan segera ia pulang ke rumah, bertanya pada anaknya dan anaknya mengaku dengan sebenarnya atas perbuatan terkutuk itu. Lalu Umar menghimpunkan rakyatnya untuk menyaksikan hukuman atas anaknya, walaupun Abu Syamah meminta ampun tapi Umar tidak perduli dia harus menjalankan perintah Tuhan sehingga Abu Syamah mati pada saat itu. Naskah ini bukanlah asli lagi tapi salinan yang disalin oleh Said Hasan bin Said Muhammad Ulee Lheue.
22.
Masailal
Muhtadi/kumpulan
Nomor Inventaris
836
Nomor Katalogus
63
S t a t u s
doa-doa.
MS/Salinan/Sudah diterbitkan.
Nama penyusun Naskah Tahun penyusunan Naskah Jenis Naskah
Tauhid/Fiqh.
Nama pemilik Naskah
Museum Negeri Aceh.
31.
Tempat penyimpanan Naskah Bahan/ukuran/halaman
Kertas, 16x11cm, 114 halaman.
Keadaan Naskah
Rusak.
Nama tempat penyusunan Nama tempat diperoleh Naskah
:
Uraian singkat Naskah
:
T. Bachrum, Aceh Besar.
Naskah berhuruf Arab, bahasa Melayu, tulisan tangan. Isinya berbentuk tanya jawab tentang pokok-pokok Agama Islam. Seperti Syahadat, Islam, Makrifat, Iman, syarat-syarat Wajib dan yang membatalkan dia, juga mengajarkan cara-cara sembahyang. Naskah ini telah rusak, sebahagiannya tidak dapat dibaca.
23.
Silsilah Syathariah/Kasidah/Syair.
Nomor Inventaris
832
Nomor Katalogus
58
S t a t u s
MS/Salinan/Sudah diterbitkan.
Nama penyusun Naskah Tahun penyusunan Naskah Jenis Naskah
Tauhid/kasidah/syair.
Nama pemilik Naskah
Museum Negeri Aceh.
Tempat penyimpanan Naskah
Ruang Naskah Museum Negeri Aceh
Bahan/ukuran/halaman
Kertas,
Keadaan Naskah
Utuh.
23x14cm,
128
Nama tempat penyusunan Nama tempat diperoleh Naskah
32.
T. Bachrum, Aceh
Besar.
halaman.
Uraian singkat Naskah
:
Naskah berhuruf Arab, bahasa Melayu dan Arab, tulisan tangan. Isinya : Membahas tentang kejadian Nur Muhammad, Nabi Adam, Iblis, Malaikat dan menguraikan tentang ke Esaan Tuhan serta disebut pula asal silsilah Syathari, mulai dari Fakih Jalaluddin turun temurun sampai kepada Nabi Muhammad. Dalam naskah ini terdapat banyak kasidah-kasidah dalam bahasa Arab dan syair-syair dalam bahasa Arab. Syair-syair tersebut ditulis oleh Ulama/Pujangga terkenal seperti : — — — —
24.
Imam Syafei. Abi Thalib. Imam Ghazali. Imam HambaJi, d.U.
Ilmu Tauhid/Syahadat
Nomor Inventaris
437
Nomor Katalogus
9
S t a t u s
MS/Salinan/Sudah diterbitkan.
Nama penyusun Naskah
Syech Abdul Jalil Asyi.
Tahun penyusunan Naskah Jenis Naskah
Tauhid/Obat-obatan.
Nama pemilik Naskah
Museum Negeri Aceh.
Tempat penyimpanan Naskah
Ruang Naskah Museum Negeri Aceh
Bahan/ukuran/halaman
Kertas,
Keadaan Naskah
Utuh.
21xl6cm,
167
halaman.
Nama tempat penyusunan Nama tempat diperoleh Naskah
M. Ali Usman Kec. Lamno, Kab. Aceh Barat.
Uraian singkat Naskah
33
Naskah berhuruf Arab, bahasa Melayu dan Aceh. Isinya : 1. Menjelaskan tentang sifat-sifat Tuhan (sifat 20) dengan dalil Al—Qur'an. 2. Menjelaskan tentang Zat Tuhan melalui metode tanya jawab. 3.
Menjelaskan tentang faham ujudiah serta menentangnya.
4.
Menjelaskan tentang Hadist-hadist Nabi lengkap dengan artinya.
5. Mengenai obat-obatan dan Jimat (Amulet).
25.
Nadham Nasehat.
Nomor Inventaris
843
Nomor Katalogus
66 MS/Salinan/Sudah diterbitkan.
S t a t u s Nama penyusun Naskah Tahun penyusunan Naskah Jenis Naskah
Etika Akhlak.
Nama pemilik Naskah
Museum Negeri Aceh.
Tempat penyimpanan Naskah
Ruang Naskah Museum Negeri Aceh
Bahan/ukuran/halaman
Kertas,
Keadaan Naskah
Baik/utuh/rusak.
25x17cm,
27
halaman.
Nama tempat penyusunan Nama tempat diperoleh Naskah
:
Uraian singkat Naskah
:
Cut Ubit.
Naskah berhuruf Arab, bahasa Aceh tulisan tangan. Isi yang terkandung di dalamnya tentang nasehatnasehat bagi ummat Islam, antara lain; memperingat34.
kan kepada Ummat Islam : Kita harus tunduk dan patuh kepada guru karena guru merupakan warisan dari pada Nabi-nabi dan menjelaskan guru-guru yang harus di patuhi yaitu : guru yang mengerjakan makruf dan menjauhkan laranganlarangan Tuhan, khusyuk dan taat. Di samping itu diperingatkan pula kita wajib menuntut ilmu, karena dengan ilmulah kita dapat memperoleh kemerdekaan dunia akhirat. Dalam naskah ini pula menceritakan tentang nyawa dan tubuh yang diciptakan Tuhan, juga membahas tentang kejadian Nur Muhammad, Dunia, Adam, Hawa, Malaikat dan Jin serta asal kejadiannya. Pada bahagian akhir membahas tentang masalah Tauhid, makrifat, Syahadat, yang berasal dari karangan Syech Abdurrauf.
26.
Ayan Tibyan/Tafsir Shalah.
Nomor Inventaris
903
Nomor Katalogus
83
S t a t u s
MS/Salinan/Sudah diterbitkan.
Nama penyusun Naskah
Syech Nuruddin Ar—Raniry.
Tahun penyusunan Naskah
Tamat hari Selasa Waktu Shubuh Bulan Jumadil Akhir 1234H.
Jenis Naskah Nama pemilik Naskah
Museum Negeri Aceh.
Tempat penyimpanan Naskah
Ruang Naskah Museum Negeri Aceh
Bahan/ukuran/h alam an
Kertas, 2 1 x l 5 c m , 70 halaman.
Keadaan Naskah
Rusak.
Nama tempat penyusunan Naskah
35.
Nama tempat diperoleh Naskah
:
Uraian singkat Naskah
:
M. Zinin Besar.
Keutapang
Dua,
Aceh
Berhuruf Arab, bahasa Melayu, tulisan tangan. Kitab ini terbagi dua judul yaitu : 1. Ayan Tibyan. 2. Tafsir As Shalah. — Ayan Tabyan enguraikan tentang tarikat Ujudiah yang sangat bertentangan dengan Islam sejati terutama menentang karangan Hamzah Fansuri dan Syamsuddin Sumatrani dalam naskah ilmu Tauhid yang menyamakan manusia dengan Tuhan. Dalam naskah ini diperingatkan kepada kita supaya memusuhi semua pengikut-pengikut Ujudiah karena mereka merupakan kafir dhalim. Naskah ini ditulis pada masa Alaiddin Mahmudsyah (1781 — 1795). — Tafsir Shalah membahas tentang Sembahyang dan menjelaskan arti semua doa yang dibaca dalam sembahyang, Disamping itu menguraikan bermacam sembahyang baik wajib maupun sunat dan juga membahas tentang Qamat, Azan dan Doa yang dibaca setelah Qamat dan Azan.
27.
Tambeh Tujuh Belas (17) I (Munirai Qulub Dawauz
Dhanubï Nomor Inventaris
800
Nomor Katalogus
32 MS/Salinan/Sudah diterbitkan.
S t a t u s Nama penyusun Naskah Tahun penyusunan Naskah Jenis Naskah Nama pemilik Naskah 36.
Nasehat-nasehat, Tuntunan Agama/ Ibadah dan Akhlak. :
Museum Negeri Aceh.
Te mp at p enyimp anan Naskah
Ruang Naskah Museum Negeri Aceh
Bahan/ukuran/halaman
Kertas, kulit, 1 2 x l 6 c m , 174 halaman.
Keadaan Naskah
Baik/utuh/rusak.
Nama tempat penyusunan Nama tempat diperoleh Naskah
:
T. Bachrum, Aceh Besar.
Uraian singkat Naskah Naskah berhuruf Arab, bahasa Melayu, tulisan tangan. Naskah ini tidak lengkap lagi permulaan dan akhir telah hilang. Isinya 17 tambeh antara lain : Menceritakan tentang keimanan, kepada Agama, kelebihan martabat Ulama, adab kepada Guru, adab isteri kepada suami, mandi J u n u b , hak-hak tetangga atau jiran, sedekah, orang tamak, orang tinggal Sembahyang, pencuri, pelacur dan orang yang tinggal Sembahyang J u m ' a t . Setiap tambeh tersebut disertai dengan ceritacerita Shahabat Nabi yang menarik sebagai nasehat kepada ummat Islam.
28.
Hikayat Putroe Baren
Nomor Inventaris
766
Nomor Katalogus
29
S t a t u s
Salinan
Nama penyusun Naskah
Muhammad Daud.
Tahun penyusunan Naskah Jenis Naskah
Hikayat.
Nama pemilik Naskah
Museum Negeri Aceh.
Tempat penyimpanan Naskah
Ruang Naskah Museum Negeri Aceh
37.
Bahan/ukuran/halaman
:
Kertas bergaris, 16x20cm, 440 halaman.
Keadaan Naskah
:
Baik/utuh.
Nama tempat penyusunan :
Kampung Tibang, Aceh Besar.
Kayee
Nama tempat diperoleh Naskah
:
M. Amin, Aceh Besar.
Uraian singkat Naskah
:
adang,
Naskah berhuruf Arab, bahasa Aceh tulisan tangan. Isi ringkas : — Diceritakan tentang seorang Raja dari Bagdad yang bernama BAHRUNNASI. Raja ini mempunyai anak yang bernama Banta Sultan. Anak ini ternyata sangat gagah, kuat dan baik budi. Kemudian permaisuri Sultan hamil lagi. Tetapi sangat lama sekali (5 tahun) bayi itu belum lahir sehingga keluarga Kerajaan menjadi panik. Kemudian setelah mendapat ilham dan bahkan dibantu Malaikat anak itu dapat lahir dengan selamat ketika permaisuri lagi tidur. Setelah beberapa waktu anak itu diberi nama Bahren Miga. — Diceritakan bahwa Bahren Miga adalah anak yang saleh lagi keramat. Karena fitnah akhirnya Sultan menyuruh Banta Sultan membunuh Bahren Miga. Tetapi Bahren Miga diselamatkan oleh Tuhan dengan menyerupakan orang lain seperti Bahren Miga dan Bahren Miga dibawa lari ke Gunung oleh Malaikat dan disediakan Istana yang indah cukup dengan segala perlengkapannya. — Bahren Miga ditemui oleh Raja Abdullah dari negeri Syam. Raja Abdullah adalah Raja yang saleh dan keramat juga. Cerita selanjutnya adalah kawin dan kehidupan Bahren dan Raja Abdullah dengan bermacam-ma38.
cam ujian dan cobaan Tuhan berupa fitnah, intrik dan sebagainya, tetapi dapat selamat dengan pertolongan Tuhan karena kesalehan dan kejujurannya. — Diceritakan pula tentang abang Putroe Baren, Banta Sultan yang kawin dengan Putroe Sunoi.
29.
Qawaidul Islam/Hidayatus Salikin.
Nomor Inventaris
767
Nomor Katalogus
30
S t a t u s
MS/Salinan/Sudah diterbitkan.
Nama penyusun Naskah
Abdussamad
Tahun penyusunan Naskah
1192 H.
Jenis Naskah
Tauhid, Fiqh, Tuntunan ke Agamaan.
Nama pemilik Naskah
Museum Negeri Aceh.
Tempat penyimpanan Naskah
Ruang Naskah Museum Negeri Aceh
Bahan/ukuran/halaman
Kertas, kulit kayu, 15x20cm halaman.
Keadaan Naskah
Baik/utuh/rusak agak lapuk.
Nama tempat penyusunan
Mekkah.
Nama tempat diperoleh Naskah
T. Bachrum, Aceh Besar.
Uraian singkat Naskah
Jawi
al
Palembani.
301
:
Naskah ini berhuruf Arab, bahasa Melayu/Aceh, tulisan tangan. Isi ringkas : — Qawaidul Islam berisi ilmu Tauhid dengan menguraikan tentang sifat Tuhan yang 20 dan uraian tentang Fiqh yang terdiri dari 17 Bab. 39.
Bidayatussalikin berisi tentang ilmu yang dapat menambah ketaqwaan dan Bab-bab yang menjelaskan tentang Aqidah Ahlussunnah Waljamaah, tentang taat dan ibadat dhahir, tentang halal dan haram maksiat bathin, ketaatan bathin, kelebihan zikir dan sopan santun persahabatan dan lain-lain.
30.
Qawaidul Islam/Bidayatul Mubtadi
Nomor Inventaris
728
Nomor Katalogus
12
Bifadlillahil muhdi.
MS/Salinan/Sudah diterbitkan.
S t a t u s Nama penyusun Naskah Tahun penyusunan Naskah Jenis Naskah
Tauhid/Fiqh.
Nama pemilik Naskah
Museum Negeri Aceh.
Tempat penyimpanan Naskah
Ruang Naskah Museum Negeri Aceh
Bahan/ukuran/halaman
Kertas, 16x21,5cm, 177 halaman.
Keadaan Naskah
Baik/Utuh.
Nama tempat penyusunan Nama tempat diperoleh Naskah
:
Uraian singkat Naskah
:
Tgk. Cik Daud Lamno, Aceh barat.
Naskah ini bertulisan Arab, berbahasa Melayu, tulisan tangan. Naskah ini terdiri dari 2 kitab yaitu . — Qawaidul Islam yang isi ringkas menjelaskan ilmu tauhid dengan penguraian tentang sifat Tuhan yang 20 dan uraian tentang Fiqh. Bidayatul Mubtadi berisi ilmu Fiqh/Tauhid yang terdiri dari 3 Bab yaitu : 40
1. Tentang Islam, Iman, Tauhid dan Makrifat. 2. Tentang Shalat dan hal-hal yang berhubungan dengannya. 3. Tentang puasa dan hal-hal yang berhubungan dengannya.
32.
Qawaidul Islam.
Nomor Inventaris
768
Nomor Katalogus
31 MS/Salinan/Sudah diterbitkan.
S t a t u s Nama penyusun Naskah Tahun penyusunan Naskah:
1285 H.
Jenis Naskah
Tauhid/Fiqh.
Nama pemilik Naskah
Museum Negeri Aceh.
Tempat penyimpanan Naskah
Ruang Naskah Museum Negeri Aceh
Bahan/ukuran/halaman
Kertas, 16,5x2lem, 134 halaman.
Keadaan Naskah
Baik/utuh/rusak.
Nama tempat penyusunan Nama tempat diperoleh Naskah
:
Uraian singkat Naskah
:
Keucik Sufi Lamno, Aceh Barat.
Naskah ini bertulisan Arab, berbahasa Melayu bercampur bahasa Aceh. Isi ringkas : Berisi ilmu Tauhid dengan menguraikan tentang sifat Tuhan yang 20 dan uraian tentang Fiqh. Pada bahagian tengah terdapat halaman-halaman yang kosong dan pada bahagian akhir terdapat catatan-catatan/sket tentang Tauhid dan Fiqh.
41.
Nomor Inventaris
:
27
Nomor Katalogus 33.
763
Shiratal Mustaqim II.
S t a t u s
'i
MS/Salinan/Sudah diterbitkan.
Nama penyusun Naskah
Syech Nuruddin Muhammad Jailani Ibnu Ali Ibnu Hasanji Ibnu Muhammad Hamid Ar- Raniry.
Tahun penyusunan Naskah
1044 H.
Jenis Naskah
Fiqh.
Nama pemilik Naskah
Museum Negeri Aceh.
Tempat penyimpanan Naskah
Ruang Naskah Museum Negeri Aceh
Bahan/ukuran/halaman
:
Kain, kertas, 16x22cm. 401 halaman.
Keadaan Naskah
:
Baik/utuh.
Nama tempat penyusunan . Nama tempat diperoleh Naskah
;
T. Bachrum, Aceh Besar.
Uraian singkat Naskah Naskah ini berhuruf Arab dan berbahasa Melayu. Naskah ini berasal dari bahasa Arab kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Melayu dan merupakan suatu Kitab Fiqh yang bermazhab Syafei yang lengkap, bersumber Al- Qur'an dan Hadist. Isinya yang terkandung di dalam naskah ini dibagi atas 7 kitab : 1. Kitab Thaharah, Kitab tentang bersuci dan dibagi lagi banyak fasal-fasal di dalamnya. 2. Kitab Shalat (mengenai sembahyang) dibagi lagi kepada banyak fasal-fasal. 3. Kitab Zakat (mengenai zakat) dibagi lagi atas banvak f asal. 42.
4.
Kitab Shaum (mengenai Puasa) dibagi lagi atas banyak fasal. 5. Kitab Haji (mengenai Haji) dibagi atas banyak fasal. 6. Kitab mengenai Hukum Pemburuan dan cara menyembelihnya. 7. Kitab At Thaam (mengenai makanan yang halal dimakan dan yang haram dimakan).
Kitab ini tamat ditulis pada hari Kamis waktu dhuha pada bulan Syawal 1054 H.
31. Hikayat Boseutamam I Nomor Inventaris
799
Nomor Katalogus
11 Salinan.
S t a t u s Nama penyusun Naskah Tahun penyusunan Naskah Jenis Naskah
Hikayat.
Nama pemilik Naskah
Museum Negeri Aceh.
Tempat penyimpanan Naskah
Ruang Naskah Museum Negeri Aceh
Bahan/ukuran/halaman
:
Kertas bergaris, 1 7 x 2 l e m , 239 halaman.
Keadaan Naskah
:
Rusak, halaman-halaman dan akhir hilang.
Nama tempat penyusunan :
pertama
—
Nama tempat diperoleh : — Naskah Uraian singkat Naskah : Naskah ini berhuruf Arab, berbahasa Aceh, tulisan tangan, dalam bentuk Puisi yang banyak sekali ber43.
campur dengan Bahasa Melayu. Isi ringkas : Naskah ini menceritakan tentang Raja Yahya yang memerintah Negeri Samantrani yang bertentangan baik dengan Raja Bania Sina yang memerintah negeri Badrani, Disebut pula bahwa di dalam wilayah taklukan Samantarani terdapat pula sebuah kerajaan yang diperintah oleh Amir Thalib. Amir Thalib mempunyai 2 orang anak laki-laki yaitu Amir Sajak dan Amir Ismail. Yang seharusnya mengganti Amir Thalib sebagai Raja adalah Amir Sajak. Akan tetapi Amir Sajak difitnah oleh Amir Ismail beserta ibunya (ibu tiri Amir Sajak). Akhirnya Amir Sajak beserta isterinya meninggalkan negerinya mengembara dalam hutan rimba belantara. Di dalam rimba Amir Sajak mendapatkan seorang anak yang diberi nama Siti Salmiah. Pada suatu hari Raja Yahya beserta pengiringnya berburu ke dalam hutan rimba. Karena sudah lama belum pulang dan kemungkinan perbekalan makanan sudah habis maka oleh permaisurinya disuruhlah adiknya yang bernama Raja J a h u d untuk mengantar bahan makanan untuk keperluan Raja Yahya. Dengan menggunakan beberapa gajah pembawa beban berangkatlah Raja J a h u d , dalam perjalanan ternyata gajah yang dipakai Raja J a h u d mati. Kebetulan pada waktu itu ia bertemu dengan Amir Sajak beserta isterinya yang waktu itu sedang meninggalkan pondoknya, anaknya untuk mencari bekal sehari-hari. Oleh Raja J a h u d , Amir Sajak dijadikan pembawa beban pengganti gajah. Disini Amir Sajak dianiaya dan disiksa secara kejam dan kemudian ditinggalkan begitu saja dalam keadaan yang sangat menyedihkan. Raja Yahya yang sedang berburu bertemu dengan gubuk tempat tinggal Siti Salmiah (anak Amir Sajak). Anak ini kemudian dibawa pulang dan dinikahinya sebagai isteri mudanya. Kehadirannya sangat tidak disenangi oleh permaisuri Raja Yahya. Ketika Raja Yahya sedang 44.
tidak berada di Istana/bepergian maka Siti Salmiah yang sudah hamil 2 bulan dijual kepada Nakhoda Kapal. Ternyata kapal yang membawa pergi Siti Salmiah sesampainya di tengah laut tidak dapat berjalan. Oleh anak buah kapal keadaan itu dianggap karena adanya Siti Salmiah. Akhirnya oleh Nakhoda Kapal, Siti Salmiah diturunkan ke darat dan dilepaskan begitu saja dengan hanya diberi bekal sekedarnya. Dalam keadaan yang bingung akhirnya Siti Salmiah dapat melahirkan anaknya dengan selamat. Anak itu kemudian diberi nama Bustamam. Cerita selanjutnya menceritakan tentang bermacammacam pengalaman yang dialami Bustamam dalam rimba belantara apalagi setelah ibunya diculik orang pula. Bustamam berhasil mengalahkan semua yang bermaksud jahat terhadap dirinya bahkan dapat menyelamatkan Kerajaan Badrani atas murkaan Raja Damdam Bakhtiar anak Raja Garbaharu yang Hindu.
34.
Hikayat Boseutamam II.
Nomor Inventaris
798
Nomor Katalogus
10
S t a t u s
Salinan.
Nama penyusun Naskah Tahun penyusunan Naskah: Jenis Naskah
Hikayat.
Nama pemilik Naskah
Museum Negeri Aceh.
Tempat penyimpanan Naskah
Ruang Naskah iMuseum Negeri Aceh
Bahan/ukuran/halaman
Kertas bergaris, 1 7 x 2 l e m , 138 halaman.
Keadaan Naskah
Rusak, halaman-halaman dan akhir hilang.
pertama
45
Nama tempat penyusunan :
—
Nama tempat diperoleh Naskah
:
—
Uraian singkat Naskah
:
Naskah ini huruf Arab berbahasa Aceh, tulisan tangan, dalam bentuk Puisi yang banyak sekali bercampur dengan bahasa Melayu. Isi ringkas : Naskah ini menceritakan tentang Raja Yahya yang memerintah Negeri Samantrani yang bertentangan baik dengan Raja Bania Sina yang memerintah negeri Badrani. Disebut pula bahwa di dalam wilayah taklukan Samantrani terdapat pula sebuah kerajaan yang diperintah oleh Amir Thalib. Amir Thalib mempunyai 2 orang anak laki-laki yaitu Amir Sajak dan Amir Ismail. Yang seharusnya menggantikan Amir Thalip sebagai Raja adalah Amir Sajak. Akan tetapi Amir Sajak difitnah oleh Amir Ismail beserta ibunya (ibu tiri Amir Sajak). Akhirnya Amir Sajak beserta isterinya meninggalkan negerinya mengembara dalam hutan rimba belantara. Di dalam rimba Amir Sajak mendapatkan seorang anak yang diberi nama Siti Salmiah. Pada suatu hari Raja Yahya beserta pengiringnya berburu ke dalam hutan rimba. Karena sudah lama belum pulang dan kemungkinan perbekalan makanan sudah habis maka oleh permaisurinya disuruhlah adiknya yang bernama Raja J a h u d untuk mengantar bahan makanan untuk keperluan Raja Yahya. Dengan menggunakan beberapa gajah pembawa beban berangkatlah Raja Jahud. Dalam perjalanan ternyata gajah yang dipakai Raja Jahud mati. Kebetulan pada waktu itu bertemu dengan Amir Sajak beserta isterinya yang waktu itu sedang meninggalkan pondoknya/anaknya untuk mencari bekal sehari-hari. Oleh Raja J a h u d , Amir Sajak dijadikan pembawa beban pengganti gajah. Disini Amir Sajak dianiaya dan disiksa secara kejam dan kemudian diting46.
galkan begitu saja dalam keadaan yang sangat menyedihkan. Raja Yahya yang sedang berburu bertemu dengan gubuk tempat tinggal Siti Salmiah (anak Amir Sajak). Anak ini kemudian dibawa pulang dan dinikahinya sebagai isteri mudanya. Kehadirannya sangat tidak disenanginya oleh permaisuri Raja Yahya. Ketika Raja Yahya sedang tidak berada di Istana/bepergian maka Siti Salmiah yang sudah hamil 2 bulan dijual kepada Nakhoda Kapal. Ternyata kapal yang membawa Siti Salmiah sesampainya di tengah laut tidak dapat berjalan. Oleh anak buah kapal keadaan itu dianggap karena adanya Siti Salmiah. Akhirnya oleh Nakhoda Kapal, Siti Salmiah diturunkan kedarat dan dilepaskan begitu saja dengan hanya diberi bekal sekedarnya. Dalam keadaan yang bingung akhirnya Siti Salmiah dapat melahirkan anaknya dengan selamat. Anak itu kemudian diberi nama Bustamam. Cerita selanjutnya menceritakan tentang bermacam-macam pengalaman yang dialami Bustamam dalam rimba belantara apalagi setelah ibunya diculik orang pula. Bustamam berhasil mengalahkan semua yang bermaksud jahad kepada dirinya bahkan dapat menyelamatkan Kerajaan Badrani atas murkaan Raja Damdam Bakhtiar anak Raja Garbaharu yang Hindu.
35 .
Hikayat Malem Diwa I.
Nomor Inventaris
160
Nomor Katalogus
3
S t a t u s
MS/Sudah diterbitkan.
Nama penyusun Naskah Tahun penyusunan Naskah:
1297 H.
Jenis Naskah
Hikayat.
Nama pemilik Naskah
Museum Negeri Aceh.
47.
Tempat penyimpanan Naskah
,:
Ruang Naskah Museum Negeri Aceh
Bahan/ukuran/halaman
Kertas, 16x20cm, 308 halaman
Keadaan Naskah
Rusak, hilang halaman permulaan.
Nama tempat penyusunan
Mon Ara (Kabupaten ?).
Nama tempat diperoleh Naskah
Ali Usman Lamno, Aceh Barat.
Uraian singkat Naskah
:
Naskah berhuruf Arab, bahasa Aceh dalam bentuk Puisi. Isi ringkas : Naskah ini menceritakan tentang seorang lelaki yang luar biasa bernama Malem Diwa : -
Malem Diwa dilahirkan di Negeri Piyadah sebagai anak satu-satunya dari Almarhum Raja Tampok dan Putro Sibawa. Umur tujuh tahun Malem Diwa meninggalkan Piyadah berangkat menuju tempat pengajian besar di Awee Geutah (Aceh Utara). Disini dirobah nama oleh Teungku Chik Awee Geutah menjadi Malem Diwa (Nama aslinya Malem). Disini pula ia berkenalan akrab dengan Putri Teungku Chik Awee Geutah yang bernama Putroe Zalikha.
48.
-
Belum sempat Malem Diwa menikah dengan Putroe Zalikha ia telah lebih dahulu meninggalkan Awee Geutah menuju hulu sungai Peusangan mengikut tempat asal rambut yang ditemuinya pada saat (waktu) mandi di sungai.
-
Di hulu sungai/di Gunung ia bertemu dengan kolam tempat mandi Putroe Bungsu beserta saudarasaudaranya yang turun dari negeri Indera (kayangan). Disini ia berhasil mencuri pakaian terbang Putroe Bungsu sehingga ia kemudian dapat menga-
wininya. Dari sini cerita berlanjut tentang kehidupan dan pengembaraan Malem Diwa antara lain : Hidup bersama Putroe Bungsu di Piyadah, Putroe Bungsu kembali ke negeri Indera setelah berhasil mendapat pakaian terbang kembali, Malem Diwa mempersunting Putroe Haloh untuk mendapat kenderaan Burak guna terbang menyusul Putroe Bungsu di negeri Indera, Malem Diwa berkumpul kembali dengan Putroe Bungsu dan anaknya Banta Ahmad di Indera, Malem Diwa kawin dengan Putroe Meureudan Dewi setelah membunuh burung Geureuda, penculikan Putroe Haloh oleh Raja Cina dan penculikan Putroe Meureudan Dewi oleh Raja Jawa, peperangan melawan Raja Jawa dan Raja Cina, dan Malem Diwa dapat menyelamatkan semuanya serta kembali ke Peusangan (Awee Geutah) untuk selamatan. Penutup yaitu perkawinan Banta Ahmad dengan Bangsawan negeri Indera.
36.
Masaiial Muhtadi Li Ikhwanil Mub tadi/Bidayatul Mubtadi BifadlUlahil Muhtadi.
Nomor Inventaris
102
Nomor Katalogus
02
S t a t u s
MS/Salinan/Sudah diterbitkan.
Nama penyusun Naskah
Anonim.
Tahun penyusunan Naskah Jenis Naskah
Keagamaan/Tauhid/Fiqh.
Nama pemilik Naskah
Museum Negeri Aceh.
Tempat penyimpanan Naskah
Ruang Naskah Museum Negeri Aceh
Bahan/ukuran/h alam an
Kertas, 23x17cm, 152 halaman.
Keadaan Naskah
Baik. 49.
Nama tempat penyusunan :
-
Nama tempat diperoleh Naskah
:
Said Muhammad, Kec. Peukan Bada Banda Aceh.
Uraian singkat Naskah
:
Pada Naskah ini terdapat dua judul yaitu . 1. Masailal Muhtadi Li Ikhwanil Mubtadi. 2. Bidavatul Mubtadi Bifadlillah.il Muhtadi. Naskah Masailal Mubtadi Li Ikhwanil Muhtadi sebanyak 24 halaman. Naskah ini berbahasa Melayu dengan huruf Arab, tulisan tangan. Isi yang terdapat di dalamnya tentang pokok-pokok agama Islam yang disajikan dalam bentuk tanya jawab antara lain membahas tentang iman. tauhid, islam, makrifat, wajib, syarat, mkun, batal, haram dan mubah. Naskah Bidavatul Mubtadi Bifadlillahil Muhtadi 152 halaman. Naskah ini berbahasa Melayu huruf Arab, tulisan tangan yang isinya terbagi atas 3 Bab yaitu :
3 7.
-
Bab pertama menguraikan tentang Islam, Tauhid dan Makrifat.
-
Bab kedua terbagi lagi atas 9 fasal antara lain mengenai air yang digunakan untuk bersuci dan membahas tentang kadha hajad, mengenai najis dan mengenai bermacam-macam sembahyang baik sembahyang wajib maupun sembahyang sunat.
-
Bab ketiga mengenai Puasa, cara mengerjakannya baik puasa wajib maupun puasa sunat, serta cara mengerjakannya sembahyang tarawih.
Hikayat
Fadlun/Hikayat
Perang
Nomor Inventaris
:
203
Nomor Katalogus
:
4
50.
Khaibar.
S t a t u s
MS/Salinan/Sudah diterbitkan.
Nama penyusun Naskah
Syech Nashabi.
Tahun penyusunan Naskah Jenis Naskah
Hikayat.
Nama pemilik Naskah
Museum Negeri Aceh.
Tempat penyimpanan Naskah
Ruang Naskah Museum Negeri Aceh
B ahan/u kur an/halaman
Kertas, 11x17cm, 171 halaman.
Keadaan Naskah
Utuh.
Nama tempat penyusunan Nama tempat diperoleh Naskah
Said Muhammad, Kecamatan Peukan Bada, Aceh Besar.
Uraian singkat Naskah Naskah ini berhuruf Arab, bahasa Aceh dan bentuk puisi/syair. Isi ringkas : Hikayat Fadlun menceritakan tentang seorang hamba Tuhan yang shaleh lagi sangat takut akan mendapat dosa dari Tuhan. Ia bernama Fadlun yang hidup pada zaman Khalifah Umar bin Chattab. Oleh karena takut akan dosa maka hampir setiap waktu ia mendera/menyiksa dirinya sendiri yang dianggap penuh dengan dosa. Oleh karena ke shalehannya dan ketampanannya maka ia sangat banyak diingini oleh wanita-wanita. Akan tetapi ia tidak menghiraukan, sehingga pada suatu waktu muncul seorang wanita yang nekad ingin memiliki Fadlun. Disebabkan tidak berhasil maka ia memfitnah bahwa Fadlun memperkosanya dan mengatakan bahwa bayi yang dikandungnya adalah benih dari Fadlun. Oleh Khalifah Umar, Fadlun hampir saja dihukum cambuk. Tetapi dapat selamat karena ditolong oleh Saidina Ali yang dalam kurnia Tuhan dapat menyuruh anak dalam kandungan untuk berbicara sebagai saksi yang menyatakan hal yang sebenarnya. 51.
38.
Hikayat Meudeuhak, Jilid I.
Nomor Inventaris
:
898a
Nomor Katalogus
:
78a
S t a t u s
.
MS/Salinan/Sudah diterbitkan
Nama penyusun Naskah Tahun penyusunan Naskah Jenis Naskah
Hikayat.
Nama pemilik Naskah
Museum Negeri Aceh.
Tempat penyimpanan Naskah
Ruang Naskah Museum Negeri Aceh
Bahan/ukuran/h alam an
Kertas, 17x23cm, 182 halaman.
Keadaan Naskah
Baik/utuh/rusak, halaman pertama hilang.
Nama tempat penyusunan :
—
Nama tempat diperoleh Naskah
:
T. Bachrum, Aceh Besar.
Uraian singkat Naskah
:
Naskah ini berhuruf Arab, berbahasa Aceh, tulisan tangan, dalam bentuk syair. Halaman 2 s/d 174 Meudeuhak Jilid I, halaman 175 s/d 182 permulaan cerita
Jilid II. Isi ringkas : Menceritakan tentang negeri Watu yang diperintah oleh Raja Wadiharah. Raja Wadiharah adalah Raja yang sangat baik lagi bijaksana. Di dalam Negeri itu tinggal Bangga Sakti yang semula mandul tetapi kemudian mendapatkan anak yang ternyata sangat lihai dan cerdik. Anak ini diberi nama Meudeuhak. Meudeuhak dapat memecahkan segala persoalan yang pelik sekalipun. Cerita selanjutnya Meudeuhak dipakai oleh Raja untuk membantu memecahkan persoalan Kerajaan yang pelik yang orang lain tidak dapat memecahkannya walau wazir sekalipun. Meudeuhak kemu52.
dian dapat kawin dengan wanita pilihannya yang juga cerdik bernama Amraha, Meudeuhak diiri dan difitnah oleh empat orang guru. Namun selamat dan kemudian sering mengganti tugas Raja Wadiharah.
39.
Hikayat Meudeuhak Jilid II.
Nomor Inventaris
898b
Nomor Katalogus
78b MS/Salinan/Sudah diterbitkan.
S t a t u s Nama penyusun Naskah Tahun penyusunan Naskah Jenis Naskah
Hikayat.
Nama pemilik Naskah
Museum Negeri Aceh.
Tempat penyimpanan Naskah
Ruang Naskah Museum Negeri Aceh
Bahan/ukuran/halaman
Kertas, 16x23cm, 154 halaman.
Keadaan Naskah
Baik/utuh.
Nama tempat penyusunan Nama tempat diperoleh Naskah
:
Uraian singkat Naskah
:
T. Bachrum, Aceh Besar.
Naskah berhuruf Arab, bahasa Aceh, tulisan tangan. Naskah ini merupakan lanjutan cerita Hikayat Meudeuhak I. Isi ringkas : Setelah Meudeuhak dapat menjadi Raja kerajaan Watu menggantikan Raja Wadiharah lalu terjadi peperangan dengan Raja Jiran dari Panjalarah. Raja Jiran yang mempunyai seorang penasehat yang bernama Brahmana dapat dikalahkan dengan kepandaian/kecerdikan Meudeuhak.
40. Nomor Inventaris
204
Nomor Katalogus
5 MS/Salinan/Sudah diterbitkan.
S t a t u s Nama penyusun Naskah Tahun penyusunan Naskah
1295 H.
Jenis Naskah
Ajaran Tasauf/Sufi.
Nama pemilik Naskah
Museum Negeri Aceh.
Tempat penyimpanan Naskah
Ruang Naskah Museum Negeri Aceh
Bahan/ukuran/halaman
Kertas, 17x22,5cm, 138 halaman.
Keadaan Naskah
Rusak.
Nama tempat penyusunan Nama tempat diperoleh Naskah Uraian singkat Naskah
Said Muhammad, Kec. Peukan Bada Aceh Besar. :
Naskah ini berhuruf Arab, berbahasa Aceh, Arab dalam bentuk Puisi/Syair dan berbahasa Melayu. Isi ringkas meliputi 1. Nasehat agar orang jangan sombong dan summoh (menceritakan amalannya kemana-mana) karena kedua sifat ini dibenci dan dimurkai Tuhan (berbahasa Arab). 2. Anjuran agar orang banyak melakukan shalawat kepada Nabi karena dengan itu akan mendapat syufaat (berbahasa Aceh).
54
3.
Anjuran agar orang selalu ingat akan Tuhan dan Maut yang sewaktu-waktu bisa saja tiba (berbahasa Aceh).
4.
Cerita tentang Nur Muhammad dan Makrifat (berbahasa Aceh).
5. Tentang Zat Tuhan dan Kalimah "Lailahaillallah (berbahasa Aceh). 6.
Uraian
tentang
sifat
Tuhan
(berbahasa
Aceh).
7. Tentang kerinduan dan keinginan manusia yang bermacam-macam, doa-doa dan silat yang baik (berbahasa Aceh kecuali doa).
4 1 . Syifaul Qulub/Iqadhul Ghafilin/Mawaidhul Badi'. Nomor Inventaris
113R
Nomor Katalogus
112
S t a t u s
MS.
Nama penyusun Naskah Tahun penyusunan Naskah
1225 H.
Jenis Naskah
Tuntunan Agama.
Nama pemilik Naskah
Museum Negeri Aceh.
Tempat penyimpanan Naskah
Ruang Naskah Museum Negeri Aceh
Bahan/ukuran/halaman
Kertas, 15,5x22cm, 145 halaman.
Keadaan Naskah
Utuh, tetapi sudah sangat lapuk.
Nama tempat penyusunan Nama tempat diperoleh Naskah Uraian singkat Naskah
:
Naskah berhuruf Arab, bahasa Melayu, tulisan tangan, terdiri dari tiga kitab seperti tersebut di atas yaitu : Syifaul Qulub, Iqadhul Ghafilin dan Mawaidhul Badi'. Isi ringkas : — Syifaul Qulub (obat hati), berisi ringkasan 400 hadist (hadist tanpa isnat, rawi, hanya artinya saja). Hadist ini dibagi atas 40 Bab. Bab-bab ini memi55.
liki 40 kelebihan, antara lain kelebihan ilmu, kelebihan Ulama, kelebihan ucapan Lailahaillallah, kelebihan ucapan Bismillahirrahmanirrahim, kelebihan Shalawat, kelebihan Iman dan lain-lain. Iqadhul Ghafilin (membangkitkan orang yang lalai), berisi tentang hasil dan akibat yang akan diterima oleh orang meninggalkan Sembahyang dan yang mengerjakan Sembahyang dengan baik. Hasil/ akibat yang diterima oleh manusia dari bermacammacam perbuatan baik, perbuatan jahat maupun pekerjaan baik. Mawaidhul Badi' (segala pengajaran yang indahindah), Isinya tentang firman Tuhan, Hadist. perkataan sahabat-sahabat Nabi, perkataan para Wali dan perkataan para Ulama.
4 2 . Tambihul Ghafilin I. Nomor Inventaris
801
Nomor Katalogus
33
S t a t u s
Salinan/Sudah diterbitkan.
Nama penyusun Naskah
Jalaluddin-(Tgk. Chik Lamgut). Salinan Muhammad Amin.
Tahun penyusunan Naskah:
1285 H.
Jenis Naskah
Ke—agamaan.
Nama pemilik Naskah
:
Museum Negeri Aceh.
Tempat penyimpanan
:
Ruang Naskah Museum Negeri Aceh
Naskah Kertas, 16x22,5 cm, 430 halaman.
Bahan/ukuran/halaman Keadaan Naskah
:
Baik/utuh/rusak, halaman pertama hilang.
Nama tempat penyusunan :
Lampaseh, Aceh Besar.
Nama tempat diperoleh
T. Bachrum, Aceh Besar.
Naskah 56.
:
Uraian singkat Naskah
:
Naskah ini berbahasa Arab, Aceh, dalam bentuk Syair/ puisi dan berhuruf Arab. Isi ringkas : Berisi "Ilmu bakal bagi jalan Akhirat" yang terdiri dari 95 Bab yang pendek-pendek. Setiap bab hanya berisi satu masalah saja, Contohnya Bab keikhlasan, bab kematian, bab azab kubur, bab hari kiamat dan lain-lain.
43.Azimat, Wirasah, Shalawat. Istiqfar. Nomor Inventaris
242
Nomor Katalogus
8 Ms.
S t a t u s Nama penyusun Naskah Tahun penyusunan Naskah
1330 H.
Jenis Naskah
Tuntunan Keagamaan.
Nama pemilik Naskah
Museum Negeri Aceh.
Tempat penyimpan Naskah
Ruang Naskah Museum Negeri Aceh
Bahan/ukuran/halaman
Kertas, 12,5xl6,5cm, 113 halaman.
Keadaan Naskah
Baik, banyak terdapat halaman kosong.
Nama tempat penyusunan : Nama tempat diperoleh Naskah.
:
Uraian singkat Naskah
:
— Zulfan, Suka Makmur, Aceh Besar.
Naskah ini berhuruf Arab, bahasa Melayu dan Arab. Isi ringkasnya meliputi : — Doa-doa dan azimat dalam bahasa Arab. — Syair Arab tentang pembagian harta Pusaka (faraidh). — Syair Arab tentang Nabi Muhammad. 57.
— — — —
Doa Istiqfar (minta ampun pada Tuhan). Syair Arab tentang Tawajjuh dan Khalwat. Qasidah Burdah. Doa-doa.
4 4 . Tambihul Ghafilin II. Nomor Inventaris
:
908
Nomor Katalogus
:
39
S t a t u s
:
Salinan/Sudah diterbitkan.
Nama penyusun Naskah
:
Jalaluddin (Tgk. Chik Lamgut) (salinan Muhammad Abbas)
Tahun penyusunan Naskah:
1242 H.
Jenis Naskah
Keagamaan.
Nama pemilik Naskah
:
Tempat penyimpan Naskah
:
Ruang Naskah Museum Negeri Aceh
Bahan/ukuran/halaman
:
Kain, kertas, 15x23cm, 435 halaman.
Keadaan Naskah
:
Baik/utuh/rusak, bagian akhir agak lapuk.
Museum Negeri Aceh.
Lam Gut, Lam Hasan. Nama tempat penyusunan : Nama tempat diperoleh Naskah. Uraian singkat Naskah
:
Sulaiman, Aceh Besar.
:
Naskah ini berbahasa Arab, berbahasa Aceh dalam bentuk syair/puisi. Isi ringkas : Berisi "ilmu bekal bagi jalan akhirat" yang terdiri dari 95 Bab yang pendek-pendek. Setiap bab hanya berisi satu masalah saja contohnya Bab keikhlasan, bab kematian, bab azab kubur, bab hari kiamat dan lain-lain. 58.
45. Nomor Inventaris
740
Nomor Katalogus
17 MS/Salinan/Sudah diterbitkan.
S t a t u s Nama penyusun Naskah Tahun penyusunan Naskah Jenis Naskah
T a u h i d .
Nama pemilik Naskah
Museum Negeri Aceh.
Tempat penyimpan Naskah
Ruang Naskah Museum Negeri Aceh
Bahan/ukuran/halaman
Kertas, 2 2 x l 6 c m , 86 halaman.
Keadaan Naskah
Rusak.
Nama tempat penyusunan Nama tempat diperoleh Naskah.
:
T. Bachrum, Aceh Besar.
Uraian singkat Naskah Naskah ini berhuruf Arab, bahasa Melayu. Pada bagian akhir telah hilang. Naskah ini dibagi dua bahagian; bahagian pertama memberi pengertian tentang Syahadat, Iman, Fardhu, Haram, Halal dan membantah pengertian-pengertian yang telah diberi oleh Ulama terdahulu seperti Hamzah Fansuri dan Syamsuddin Pasei. Isi baliagian kedua menguraikan tentang sifat-sifat van;; wajib pada Tuhan yaitu sifat 20, serta sifat-sifat Mustahil dan sifat harus. Setiap sifat tersebut diberi dalil yang bersumber dari ayat-ayat Al—Qur'an.
46
Tharikat Shalihin fi bavanimiradissalikin.
Nomor Inventaris
812
Nomor Katalogus
41 59.
S t a t u s
MS/Salinan/Sudah diterbitkan.
Nama penyusun Naskah
Syeh Muhammad Saman.
Tahun penyusunan Naskah
l l S y a k b a n 1220 H.
Jenis Naskah Nama pemilik Naskah
Museum Negeri Aceh.
Tempat penyimpan Naskah
Ruang Naskah Museum Negeri Aceh
Bahan/ukuran/halaman
Kertas, 16x22cm, 95 halaman.
Keadaan Naskah
Utuh.
Nama tempat penyusunan Nama tempat diperoleh Naskah.
:
Uraian singkat Naskah
:
T. Bachnim, Aceh Besar.
Naskah ini berhuruf Arab, berbahasa Melayu. Kitab ini terbagi atas beberapa kitab yaitu : 1. Kitab Tharikat Shalihin fibayani miradissalikin; menguraikan tentang doa-doa mandi junub, doa sembahyang fardhu dan sunat, doa azan, qamat dan doa sesudah sembahyang serta setiap doa yang dibaca diberi arti dengan singkat dan jelas.
60.
2.
Kitab Kifavatul Mubtadi membahas tentang ilmu Qiraah dan Tajwid, yaitu cara membaca huruf-huruf Arab dan Al—Qur'an mengenai makraj 1 7 dan tempat keluar huruf waktu dibaca dan tentang izhar, Iqlab, Idham, Idham bilagrunnah dan Idham Maagrunnah, dan huruf-huruf yang termasuk dalamnya dan lain-lain.
3.
Cara membaca fatihah cara memperbaiki bacaan fatihah.
4.
Syair, nasehat agama.
47.
Shirathal Mustaqim (Jalan yang lurus).
Nomor Inventaris
:
816
Nomor Katalogus
:
44
S t a t u s
:
MS/Salinan/Sudah diterbitkan.
Nama penyusun Naskah
:
Nuruddin Muhammad Jailani Ibnu Ali Ibnu Hasanji Ibnu Muhammad Hamid Ar—Raniry.
Tahun penyusunan Naskah Jenis Naskah
:
Fiqh.
Nama pemilik Naskah
:
Museum Negeri Aceh.
Tempat penyimpan
:
Ruang Naskah Museum Negeri Aceh
Bahan/ukuran/halaman
:
Kertas, 2 2 x l 8 c m , 384 halaman.
Keadaan Naskah
:
Baik/utuh/rusak.
Naskah
Nama tempat penyusunan : Nama tempat diperoleh : Naskah. Uraian singkat Naskah
Syarifuddin AR, Aceh Pidie.
:
Naskah ini berhuruf Arab dan berbahasa Melayu. Naskah ini berasal dari bahasa Arab kemudian diterjemahkan kedalam bahasa Melayu dan merupakan suatu kitab Fiqh yang bermazhab Syafei yang lengkap, bersumber Al—Qur'an dan Hadist. Isi yang terkandung dalam kitab ini hanya tinggal lima bab saja, bab permulaan dan bab yang terakhir telah hilang, adapun bab-bab tersebut sebagai berikut : 1. Kitab Shalat (mengenai sembahyang) dibagi lagi atas banyak fasal. 2.
Kitab Zakat (mengenai zakat) dibagi lagi atas banyak fasal.
3.
Kitab Shaum (mengenai puasa) dibagi lagi atas ba61.
nyak fasal. 4. Kitab Haji (mengenai haji) dibagi lagi atas banyak fasal. 5.
Kitab mengenai Hukum pemburuan dan cara menyembelihnya.
48. Bidayatul
Mubtadi
Bifadhlillahi
Nomor Inventaris
744
Nomor Katalogus
23
Muhdi
MS/Salinan/Sudah diterbitkan.
S t a t u s Nama penyusun Naskah Tahun penyusunan Naskah Jenis Naskah
F i q h.
Nama pemilik Naskah
Museum Negeri Aceh.
Tempat penyimpan Naskah
Ruang Naskah Museum Negeri Aceh
Bahan/ukuran/halaman
Kulit, kertas, 17x23cm, 152 halaman.
Keadaan Naskah
Baik/utuh/rusak.
Nama tempat penyusunan Yahya, Montasik, Aceh Besar.
Nama tempat diperoleh Naskah. Uraian singkat Naskah
:
Kitab ini berhuruf Arab, bahasa Melayu dan bertulisan tangan. Bagian pertama kitab ini telah hilang halamannya. Isinya terbagi atas 3 Bab. : 1. Pengertian tentang Islam, Tauhid dan Ma'rifah. 2.
62
Menguraikan tentang air yang digunakan untuk
bersuci, dan membahas tentang kadha hajad, mengenai najis, mengenai bermacam-macam sembahyang, baik sembahyang wajib maupun sembahyang sunat. Bab yang kedua ini terbagi lagi atas 9 fasal. 3.
Menguraikan tentang puasa sunat, serta menguraikan tentang cara sembahyang tarawih.
49. Shirathal Mustaqim IV. Nomor Inventaris
907
Nomor Katalogus
84
S t a t u s
MS/Salinan/Sudah diterbitkan.
Nama penyusun Naskah
Syech Nurdin Muhammad Jailani Ibnu Ali Ibnu Hasanji Ibnu Muhammad Hamid Ar—Raniry (penyalin Lebay Abdurrahman).
Tahun penyusunan Naskah Jenis Naskah
Fiqh.
Nama pemilik Naskah
Museum Negeri Aceh.
Tempat penyimpan Naskah
Ruang Naskah Museum Negeri Aceh
Bahan/ukuran/halaman
Kertas, 16x2lem, 480 halaman.
Keadaan Naskah
Rusak, halaman 1—2 hilang.
Nama tempat penyusunan
Lam Ujong (Kab. Pidie)
Nama tempat diperoleh Naskah.
M. Yusuf, Aceh Besar.
Uraian singkat Naskah Naskah ini berhuruf Arab dan berbahasa Melayu. Naskah ini berasal dari bahasa Arab kemudian diterjemahkan kedalam bahasa Melayu dan merupakan suatu kitab Fiqh yang bermazhab Syafei yang lengkap, bersumber Al—Qur'an dan Hadist. 63
Isi yang terkandung di dalam naskah ini dibagi atas 7 kitab : 1. Kitab Thaharah, Kitab tentang bersuci dan dibagi lagi banyak fasal-fasal di dalamnya. 2. Kitab Shalat (mengenai sembahyang) dibagi lagi kepada banyak fasal-fasal. 3. Kitab Zakat (mengenai zakat) dibagi lagi atas banyak fasal. 4. Kitab Shaum (mengenai puasa) dibagi lagi atas banyak fasal. 5. Kitab Haji (mengenai haji) dibagi atas banyak fasalfasal. 6. Kitab mengenai hukum pemburuan dan cara menyembelihnya. 7. Kitab At Thaam (mengenai makanan yang halal dimakan dan makanan yang haram dimakan). Kitab ini tamat ditulis pada hari Kamis waktu dhuha bulan Syawal 1054 H.
50. Bidayatul Mubtadi Bifadlillahi'TVÎuhdi/Qawaidul Islam/Bidaya tul Hidayah Nomor Inventaris
922
Nomor Katalogus
99
S t a t u s
Salinan.
Nama penyusun Naskah
Bidayatul Mubtadi (anonim). Qawaidul Islam (anonim). Bidayatul Hidayah (Muhammad Zein Bin Jalaluddin).
Tahun penyusunan Naskah Jenis Naskah
Fiqh/Tauhid.
Nama pemilik Naskah
Museum Negeri Aceh.
Tempat penyimpan Naskah 64
Ruang Naskah Museum Negeri Aceh
Bahan/ukuran/halaman
:
Kertas, 16x21cm, 222 halaman.
Keadaan Naskah
:
Utuh/rusak. Bidayatul Mubtadi hilang pada halaman permulaan. Bidayatul Hidayah hilang pada halaman akhir.
Nama tempat penyusunan : Nama tempat diperoleh Naskah.
:
Uraian singkat Naskah
:
— M. Yusuf, Aceh Besar.
Naskah ini bertulisan Arab, bahasa Melayu dan Aceh. Naskah ini terdiri dari tiga Kitab yaitu : 1. Bidayatul Mubtadi Bifadlillahi Muhdi, membahas tentang Islam Iman, Tauhid dan Makrifat, tentang Shalat dan hal-hal yang berhubungan dengannya. Tentang Puasa dan hal-hal yang berhubungan dengannya. 2.
Qawaidul Islam, yang membahas tentang Ilmu Tauhid dengan penguraian tentang sifat Tuhan yang 20 dan uraian tentang Fiqh.
3.
Bidayatul Hidayah, membahas tentang : — Pengertian tentang Islam, Tauhid dan Makrifat. — Menguraikan tentang air yang digunakan untuk bersuci dan membahas tentang kadha hajad, serta menguraikan tentang najis, mengenai bermacam-macam sembahyang, baik sembahyang wajib maupun sembahyang sunat. Bab yang kedua ini terbagi lagi atas 9 fasal. — Menguraikan tentang Puasa, cara mengerjakan puasa wajib maupun Puasa sunat, serta menguraikan tentang sembahyang Tarawih.
65.
51
Bidayatul Hidayah LU.
Nomor Inventaris
940
Nomor Katalogus
87
S t a t u s
MS/Salinan/Sudah diterbitkan.
Nama penyusun Naskah
Muhammad Zein bin Jalaluddin (penyalin Abubakar).
Tahun penyusunan Naskah.
1265 H.
Jenis Naskah
Fiqh/Tauhid.
Nama pemilik Naskah
Museum Negeri Aceh.
Tempat penyimpan Naskah
Ruang Naskah Museum Negeri Aceh
Bahan/ukuran/halaman
Kertas, 17,5x24cm, 118 halaman.
Keadaan Naskah
Baik/utuh/rusak.
Nama tempat penyusunan
Krueng Cut (Meureudu).
Nama tempat diperoleh
M. Yusuf, Aceh Besar.
Uraian singkat Naskah Naskah berhuruf Arab, bahasa Melayu, tulisan tangan. Pada naskah ini dibahas tentang hal-hal sebagai berikut . 1. Menjelaskan pengertian wajib syarak, wajib nakli dan wajib akli. 2. Memberikan pengertian tentang wajib, syarat, haram, harus, mustahil. 3. Menguraikan tentang sifat-sifat Tuhan (sifat 20) serta memberikan dalil dari Al- Qu r an. 4. Menceritakan tentang kebenaran Rasul serta mukjizatnya. 5. Bagian terakhir tercantum sebahagian kecil dari kitab Syifaul Qulub karya Nuruddin Ar Raniry yaitu tentang cara melaksanakan zikir serta cara menyebut zikir.
66
i
W??
/e
?rc