Jurnal at-Tajdid
SEJARAH PERKEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN BAHASA ARAB PESANTREN DAN DINAMIKA METODE PEMBELAJARANNYA
Tri Pujiati Abstract : Arabic language learning curriculum has an important role as a milestone of learning in schools. No doubt, the existence of pesantren has spawned a generation that has the ability Arabic, as in Tebuireng salaf pesantren in Jombang. But in reality, the historical development of Arabic language curriculum at the school has not received serious attention in academic circles. As this study aims to find out How did the history, dynamics, and the Arabic language curriculum model viewed from a historical perspective. In view of the movement of history Ibn Khaldun's theory affirms that everything is going to undergo a process of evolution and progress towards a cycle to form a spiral. Meanwhile, Auguste Comte believes that everything is always berprogres oriented progress. Based on studies conducted by the authors can conclude that the curriculum of Arabic language learning in schools Jombang Tebuireng spiral-dialectical. Learning system that is in it massively berprogres on learning madrasah. It is also offset by learning model oriented student centered. Keywords : History of Arabic Language Curriculum; Boarding School; Dynamics Method of Learning.
PENDAHULUAN Pendidikan pesantren erat kaitannya dengan tradisi pengajaran kitab kuning. Mengingat, pesantren merupakan lembaga kajian dan pengembangan pengajaran kitab kuning. Bahkan, harus diakui bahwapesantren merupakan salah satu soko guru pendidikan
Alumnus Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
69
Sejarah Perkembangan Kurikulum nasional. Secara historis, pesantren berkontribusi signifikan terhadap perkembangan dan kemajuan pendidikan nasional.Sistem pembelajaran di pesantren erat kaitannya dengan pembelajaran bahasa Arab. Karena pada dasarnya bahasa Arab sejak awal merupakan tonggak dari pembelajaran di pesantren.1 Eksistensi kurikulum bahasa Arab memiliki urgensi yang sangat penting dalam pengembangan materi dan model pembelajaran seperti apa yang ingin capai oleh pesantren. Seiring perkembangan zaman, dinamika perkembangan pembelajaran bahasa Arab di pesantren secara masif diikuti dengan perkembangan sistem pembelajaran, seperti perkembangan kurikulum, metode dan model pembelajaran yang spesifik pada pembelajaran bahasa Arab. Sayangnya, hingga saat ini justru sebagian besar pesantren khususnya pesantren salaf (tradisional) belum memahami bagaimana perkembangan kurikulum bahasa Arab. Bahkan, banyak yang belum mengetahui apa dan bagaimana hakikat sebuah kurikulum. Secara operasional pesantren tetap melaksanakan sistem pembelajaran sesuai dengan tujuan pendidikan yang hendak dicapai oleh pesantren2 akan tetapi secara formal tidak tertuang dalam bentuk tulisan (hidden curriculum)3. Persoalan lain yang mengemuka adalah bentuk pengajaran bahasa Arab di pesantren sebagian besar masih menggunakan metode dan pendekatan lama dalam pembelajaran bahasa Arab. Pembelajaran di pesantren biasanya tetap mempertahankan metode tradisional (gramatika-terjemah) dan mempertahankan pendekatan lama (structural). Namun dewasa ini, kurikulum pendidikan pesantren sudah mengalami banyak dinamika perubahan sesuai dengan perkembangan kelembagaannya. Dinamika perkembangan pesantren salaf ke pesantren khalaf (modern) juga berpengaruh terhadap bangunan kurikulum pesantren.4 Buku Martin van Bruinesen berjudul Kitab Kuning, Pesantren, dan Tarekat: Tradisi-Tradisi Islam di Indonesia yang mengkaji tentang tradisi kelimuan di pesantren hanya menjelaskan kitab-kitab kuning yang diajarkan di pesantren secara geneologi dan hanya berkutat pada 70
Jurnal Ilmu Tarbiyah “At-Tajdid”, Vol. 5 No. 1, Januari 2016
Tri Pujiati
penyebutan nama-nama kitab. Dalam buku ini juga belum dijelaskan secara detail metode pembelajaran bahasa Arab atau lebih khusus lagi metode pembelajaran tiap-tiap kitab kuning bahasa Arab. Berpijak dari persoalan tersebut, kurikulum pendidikan bahasa Arab di pesantren menarik untuk ditelisik secara mendalam. Sehingga, penulis tergugah untuk mengembangkan penelitian dari buku Martin van Bruinesen, Kitab Kuning, Pesantren, dan Tarekat: Tradisi-Tradisi Islam di Indonesia untuk melacak seperti apa perkembangan kurikulum bahasa Arab dan dinamika metode pembelajarannya yang terjadi di pesantren Jawa. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk mengangkat penelitian yang berjudul Sejarah Perkembangan Kurikulum Pendidikan Bahasa Arab Pesantren dan Dinamika Metode Pembelajarannya, dengan menitikberatkan pada pesantren Tebuireng Jombang. SEJARAH PERKEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN BAHASA ARAB DI PESANTREN Untuk mempertajam pisau analisis dalam membedah sejarah kurikulum pendidikan bahasa Arab, penulis menggunakan teori gerak siklus Ibnu Khaldun5 dan Teori gerak progresif Auguste Comte.6 1. Teori gerak siklus Ibnu Khaldun Terdapat beberapa pandangan tentang teori gerak sejarah Ibnu Khaldun dalam Al-Muqaddimah.Secara sederhana, teori Ibnu Khaldun terbagi dalam tiga kelompok pemikiran.Salah satunya, adalah gerak sejarah yang menurutnya bukan siklus ataupun linier, melainkan spiral. Toto Suharto mengutarakan pendapatnya dengan jelas bahwa teori gerak sejarah yang paling mendekati kepada maksud Ibnu Khaldun diantara tiga pendapat Khaldunian adalah sejarah menurut Ibnu Khaldun mengambil bentuk spiral dengan corak dialektis. Ia akan mengalami suatu proses siklus menuju evolusi dan progress, sehingga membentuk spiral.7 2. Teori gerak progresif Auguste Comte Comte dengan tegas mengafirmasi bahwa studi sejarah akan mengungkapkan kemajuan manusia yang mantap. Tujuannya
Jurnal Ilmu Tarbiyah “At-Tajdid”, Vol. 5 No. 1, Januari 2016
71
Sejarah Perkembangan Kurikulum adalah menjelaskan setepat mungkin gejala perkembangan yang besar dari umat manusia, dengan segala aspeknya yang penting, yakni menemukan mata rantai yang harus ada dari perubahanperubahan umat manusia dari primitive sampai pada puncak kemajuan yang lebih tinggi.8Atau dapat disebut sebagai teori yang berorientasi pada kemajuan. Pada dasarnya, pesantren tradisional tidak memiliki kurikulum formal seperti yang digunakan oleh lembaga pendidikan modern, karena kurikulum yang ada di dalamnya tidak berupa silabus, tetapi berupa funun kitab-kitab berbahasa Arab yang diajarkan kepada santri.9Kurikulum yang berkembang di pesantren selama ini melibatkan sebuah pola yang tetap. Pola-pola tersebut sebagai berikut:10 a) Kurikulum yang diajukan untuk mencetak ulama di kemudian hari. b) Struktur dasar kurikulum tersebut adalah pengajaran pengetahuan agama dan segenap tingkatannya dan pemberian pendidikan dalam bentuk bimbingan kepada santri secara pribadi oleh kiai/guru. c) Secara keseluruhan kurikulum yang ada berwatak lentur atau fleksibel, dalam artian setiap santri berkesempatan menyusun kurikulumnya sendiri sepenuhnya atau sebagian sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya, bahkan pada pesantren yang memiliki system pendidikan berbentuk sekolah sekalipun. Kajian perkembangan kurikulum pesantren telah diuraikan oleh Martin Van Bruinessen dalam buku ‚kitab kuning, pesantren dan tarekat: Tradisi-tradisi Islam di Indonesia‛ bahwa terkait dengan bahasa Arab Martin mengemukakan adanya perkembangan ilmu-ilmu alat atau bantu mencakup tata bahasa Arab tradisional: nahwu (sintaksis), sharaf (infleksi), balaghah (retorika), dan lainnya. Akan tetapi bukubuku teks membicarakan tentang ilmu-ilmu alat dalam jumlah dan ragamnya yang membingungkan,11 hanya dapat dilacak secara geneologi.
72
Jurnal Ilmu Tarbiyah “At-Tajdid”, Vol. 5 No. 1, Januari 2016
Tri Pujiati
Kajian yang dilakukan oleh Martin Van Bruinessen pada geneologi kitab kuning, khususnya dalam bidang bahasa Arab. Dalam hal ini, diungkapkan bahwa kitab-kitab bahasa Arab yang beredar di pesantren-pesantren silsilahnya berasal dari pembelajaran sharafmenggunakan kitab Bina karya Mulla al-Danqari, setelah menguasai kemudian santri mempelajari kitab Al-Izzi karya ‘Izzuddin Ibrahim al-Zanjani, atau Al-Maqsud karya Abu Hanifah. Setelah santri menguasai kitab dasar tersebut kemudian beralih pada tingkat pembelajaran nahwusebelum memasuki pembelajaransharaf pada tingkatan yang lebih sulit.12 Dalam mempelajarinahwumenggunakan kitab ‘Awamil karya ‘Abd al-Qahir ibn ‘Abd al-Qahir al-Jurjani, kemudian beranjak pada pengajaran kitab Jurumiyah karya Abu ‘Abdullah Muhammad b. Daud al-Shan Haji b. Ajurrum.Kitab-kitab tersebut yang dipelajari oleh pesantren di Jawa pada abad ke-19. Setelah itu terdapat sebuah pengantar tradisional yang sangat popular pesantren di Jawa adalah Amtsilah Tashrifiyah Karya Muhammad Ma’shum bin ‘Ali dari Jombang. Pada tingkat selanjutnya kitab syarah Hall Al-ma’qud Min Nazhm Al-Maqshud dipelajari sekaligus sebagai pengganti Al-Maqshud yang diikuti dengan penjelasan panjang lebar dari kitab ‘Izzi, Kailani karya ‘Ali b. Hisyam al-Kailani.13 Adapun urutan kitab dalam mempelajari nahwu mulai dari kitab Jurumiyah, Imrithi, Mutammimah, atau langsung ke Alfiyah yang dipelajari bersama dengan syarah-nya (Ibnu ‘Aqil). Kitab lain yang sering ditemukan adalah kitab Asyamawi dan kitab Syarah Alfiyah yang biasanya disebut dengan kitab Dahlan Alfiyah.14 Adapun kitab yang sangat popular pada abad ke-19 Qathrun Nada’ dan Qawa’id Al-I’rab. Buku teks bahasa lain yang sangat menonjol adalah Nahwu wadhih karya ‘Ali Jarim dan Mustthafa Amin.15Setelah kitab-kitab sharaf dan nahwu beranjak pada cabang penting ilmu tata bahasa Arab yaitu balaghah dengan sub bagiannya bayan, ma’ani dan badi’ (retorika).Terdapat dua kitab klasik yang mendominasi kurikulum yaitu Jauharul Maknun karya ‘Abd alRahman al-Akhdhari dan Uqudul Juman karya Jalal al-Din al-
Jurnal Ilmu Tarbiyah “At-Tajdid”, Vol. 5 No. 1, Januari 2016
73
Sejarah Perkembangan Kurikulum Suyuthi.Kitab Jauhar diterjemahkan ke dalam bahasa Jawa oleh K.H Bisri Mustofa dari Rembang16. Diskursus tentang wilayah cakupan pembelajaran bahasa Arab pesantren juga dilakukan oleh Karel A. Steenbrink.Menurutnya, tingkatan pertama pengajian kitab mempelajari bahasa Arab tersusun dalam uraian pendek yang berbentuk sajak. Para murid diharuskan membaca dan menghafal teks Arab tersebut tanpa salah, kemudian isinya dijelaskan kata demi kata oleh guru mereka. Adapun metode yang dipergunakan untuk mengajar masih sama dalam pengajian AlQur’an, yaitu secara individual.17 DINAMIKA METODE PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DI PESANTREN Kajian yang dilakukan oleh Martin Van Bruinessen mengonfirmasi bahwa geneologi kitab klasik pembelajaran bahasa Arab yang digunakan pada awal mula berdirinya pendidikan pesantren berkutat pada tataran ilmu sharaf, nahwu, dan balaghah. Adapun kitab nahwu yang masyhur digunakan di pesantern adalah Jurumiyah, Imrithi, Mutammimah, atau langsung ke Alfiyah yang dipelajari bersama dengan syarah-nya (Ibnu ‘Aqil). Kitab lain yang sering ditemukan adalah kitab Asyamawi dan kitab Syarah Alfiyah yang biasanya disebut dengan kitab Dahlan Alfiyah.18Bahkan, beberapa kitab tersebut hingga saat ini masih tetap digunakan dalam pembelajaran bahasa Arab di pesantern. Selain Martin, Abdurrahman Wahid juga menegaskan secara eksplisit dalam pembelajaran bahasa Arab menitikberatkan pada gramatika dan sintaksis. Buku-buku nahwu dan sharf sangat umum digunakan dalam pendalaman bahasa Arab dan jenjangnya menunjuk pada penguasaan yang bertahap yang semakin tinggi dan lama semakin kompleks. Mulai dari Jurumiyah, melalui Al-Amrithi, dan Milhat Al-I’rab, selanjutnya ditingkatkan menjadi Al Mutammimah dan berakhir pada Alfiyah ibn Malik. Pendidikan selanjutnya dapat dilihat pada penggunaan Syarah Hudhary atas Alfiyah ibn Malik, dan lain-lain.19 74
Jurnal Ilmu Tarbiyah “At-Tajdid”, Vol. 5 No. 1, Januari 2016
Tri Pujiati
Selaras dengan hal tersebut, kajian Sembodo Ardi Widodo (2008), mengafirmasi bahwa kitab-kitab tersebut mulai beredar pada abad ke-19 hingga sekarang masih banyak digunakan di berbagai pesantren khususnya pesantren. Salah satunya, di pesantren Tebuireng Jombang, Jawa Timur. Pendidikan bahasa Arab diajarkan dengan menggunakan kitab Nahwu Wadhih, Imrithi, Ibnu ‘Aqil, Jurumiyah dan Alfiyah. Sedangkan, kitab nahwu yang paling mendasar di pesantren salaf Tebuireng adalah kitab Nahwu Wadhih.20 Kendati menggunakan kitab yang sama, dapat dipastikan bahwa sudah banyak dinamika perubahan-perubahan yang terjadi dalam proses pembelajarannya, sama halnya dalam pembelajaran bahasa Arab. Pada awal berdirinya, metode pembelajaran yang digunakan di pesantren tersebut menggunakan metode sorogan, weton atau bandongan.21 Sistem kenaikan jenjang pendidikan selanjutnya dinyatakan dengan bergantinya kitab yang telah dikaji dan diikuti oleh santri. Dalam perkembangannya, metode tersebut terus berkembang dengan menerapkan sistem madrasi atau klasikal. Hal tersebut ditandai dengan didirikannya Madrasah Ibtidaiyyah, Tsanawiyah, dan madrasah Aliyah. Pada tahun 1975 didirikan pula Sekolah Menegah Pertama (SMP) dan Sekolah Menegah Atas (SMA).22 Dinamika perubahan sistem pembelajaran tersebut diikuti dengan perubahan kurikulum dengan mengintegrasikan pendidikan umum di dalamnya. Sebagaimana realita kurikulum bahasa Arab di pesantren, kitab Nahwu Wadhih, Imrithi, Ibnu ‘Aqil, Jurumiyah dan Alfiyah tetap digunakan dalam hingga saat ini. Sebagaimana Ibnu Khaldun kurikulum pembelalajaran bahasa Arab di pesantren Tebiureng Jombang berbentuk bentuk spiral dengan corak dialektis. Dimana sebuah kurikulum akan mengalami suatu proses siklus menuju evolusi dan progress, sehingga membentuk spiral secara kontinu. Selain itu, dinamika sistem pembelajaran yang awalnya menggunakan metode sorogan, weton atau bandongan dan sistem kenaikan jenjang pendidikan selanjutnya menggunakan sistem pergantian kitab yang telah dilampaui oleh santri. Dalam
Jurnal Ilmu Tarbiyah “At-Tajdid”, Vol. 5 No. 1, Januari 2016
75
Sejarah Perkembangan Kurikulum perkembangannya, metode tersebut terus berkembang dengan menerapkan sistem madrasi atau klasikal secara masif berasimilasi dengan kurikulum nasional. Oleh karena itu, integrasi kurikulum pesantren dengan kurikulum nasional berpengaruh terhadap model pembelajaran pesantren. Model teacher centeredpembelajaran berorientasi pada guru) secara masif bergerak kepada model student centered(pembelajaran yang berorientasi pada peserta didik). Sebagaimana Auguste Comte menegaskan bahwa perubahan sistem pembelajaran bahasa Arab di pesantren tersebut berorientasi pada kemajuan dan tuntutan kebutuhan zaman. Sehingga, eksistensi pendidikan bahasa Arab tetap bertahan di tengah-tengah gencarnya arus modernitas. PENUTUP Berdasarkan temuan tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa kurikulum pendidikan bahasa Arab di pesantren salaf Tebuireng Jombang berbentuk spiral yang mengkaji materi-materi dari kitab Nahwu Wadhih, Imrithi, Ibnu ‘Aqil, Jurumiyah dan Alfiyah secara kontinu. Dinamika metode pembelajaran bahasa Arab di pesantren salaf Tebuireng Jombang tercermin dari metode tradisional pesantren, yaitu weton, sorogan, dan bandongan yang tersus berprogres pada metode pembelajaran sistem madrasah.Model pembelajaran di pesantren salaf Tebuireng Jombang secara masif bergerak pada model student centeredtanpa mereduksi rasa ta’dzim santri terhadap Kyai.
DAFTAR PUSTAKA Bruinessen, Martin Van, Kitab Kuning, Pesantren dan Tarekat: TradisiTradisi Islam di Indonesia, Bandung : Mizan, 1995. Hamid, Abd Rahman, dan Madjid,Muhammad Saleh, Pengantar Ilmu Sejarah, Yogyakarta : Ombak, 2011. 76
Jurnal Ilmu Tarbiyah “At-Tajdid”, Vol. 5 No. 1, Januari 2016
Tri Pujiati
K Kartono, Kartini, Pengantar Metodologi Reseach Social, Bandung : Alumni, 1980. Mahasiswa/I Pascasarjana Angkatan 2013 Jurusan Pendidikan Bahasa Arab A & B UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, al-Lughah alArabiyah Sejarah Pendidikan Bahasa Arab: Dalam dan Luar Negeri, Maktabah Mandiri, 2014. Mahmud, Amir, Dinamika Pengembangan Kurikulum Pendidikan di Pesantren Rifaiyah, Tesis, Yogyakarta : UIN Sunan Kalijaga, 2014. Qamar, Mujamil, Pemikiran Pengembangan Pendidikan Islam, Tulungagung : STAIN Tulungagung, 2013. Sanjaya, Wina, Kurikulum Pembelajaran : Teori dan Praktik Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Jakarta : Kencana, 2011. Steenbrink, Karel A., Pesantren, Madrasah, Sekolah : Pendidikan Islam dalam Kurun Modern, Cet.2, Jakarta : LP3ES,1994. Sugini, Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, Bandung : Alfabeta, 2008. Wahid, Abdurrahman dkk., Pesantren dan Pembaharuan, Jakarta : LP3ES, 1974. __________________, Menggerakkan Tradisi : Esai-esai Pesantren, Yogyakarta : LKiS, 2001. Widodo, Sembodo Ardi, Struktur Keilmuan Kitab Kuning : Perspektif NU dan Muhammadiyah, Jakarta : Nimas Multima, 2008.
ENDNOTE
1
Hal ini terbukti dengan adanya pelajaran nahwu, sharaf, balaghah, arudl, tarikh, mantiq dan tasawuf.Lihat, Abdurrahman Wahid dkk, Pesantren dan Pembaharuan (Jakarta : LP3ES, 1974), hlm. 86.
2
Tujuan utama pendidikan pesantren adalah ingin membentuk manusia yang bertaqwa dan mandiri.Selain itu di pesantren terdapat beberapa tujuan.Yaitu,
tujuan
institusional,
tujuan
kurikuler
dan
tujuan
instruksional secara umum maupun khusus. Lihat, Mujamil Qamar,
Jurnal Ilmu Tarbiyah “At-Tajdid”, Vol. 5 No. 1, Januari 2016
77
Sejarah Perkembangan Kurikulum
Pemikiran Pengembangan Pendidikan Islam (Tulungagung : STAIN Tulungagung, 2013), hlm. 229. 3
Hidden curriculum memiliki makna: pertama, kurikulum tersembunyi dapat dipandang sebagai tujuan yang tidak tertulis (tersembunyi)akan tetapi pencapaiannya perlu dipertimbangkan oleh setiap guru agar kualitas pembelajaran lebih bermakna. Kedua, kurikulum tersembunyi dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang terjadi tanpa direncanakan terlebih dahuluyang dapat dimanfaatkan oleh guru untuk mencapai tujuan pembelajaran. Lihat, Wina Sanjaya, Kurikulum Pembelajaran: Teori dan Praktik Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) (Jakarta: Kencana, 2011), hlm. 26-27.
4
Amir Mahmud, Dinamika Pengembangan Kurikulum Pendidikan di Pesantren Rifaiyah, Tesis (Yogyakarta : UIN Sunan Kalijaga, 2014).
5
Seorang filosuf dan seorang sejarawan terbesar Islam. Lihat, Abd Rahman Hamid
dan
Muhammad
Saleh
Madjid,
Pengantar
Ilmu
Sejarah
(Yogyakarta : Ombak, 2011), hlm. 116. 6
Seorang filosof Perancis pembangun dasar filsafat positivisme dan ilmu social.Lihat, Abd Rahman Hamid dan Muhammad Saleh Madjid, Pengantar Ilmu Sejarah., hlm. 122.
7
Ibid., hlm. 116-118.
8
Ibid., hlm. 123.
9
Sembodo Ardi Widodo, Kata Pengantar Dalam Mahasiswa/I Pascasarjana Angkatan 2013 Jurusan Pendidikan Bahasa Arab A & B UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, al-Lughaha al-Arabiyah Sejarah Pendidikan Bahasa Arab: Dalam dan Luar Negeri (Yogyakarta : Maktabah Mandiri, 2014), hlm. 170.
10
Abdurrahman
Wahid,
Menggerakkan
Tradisi
:Esai-esai
Pesantren
(Yogyakarta : LKiS, 2001), hlm. 145. 11
Martin Van Bruinessen, Kitab Kuning, Pesantren dan Tarekat: Tradisi-tradisi Islam di Indonesia (Bandung : Mizan, 1995), hlm. 148.
12
Ibid., hlm. 150.
13
Ibid., hlm. 151.
14
Ibid.
78
Jurnal Ilmu Tarbiyah “At-Tajdid”, Vol. 5 No. 1, Januari 2016
Tri Pujiati
15 16 17
Ibid., hlm. 152. Ibid. Karel A. Steenbrink, Pesantren, Madrasah, Sekolah: Pendidikan Islam dalam Kurun Modern, Cet.2 (Jakarta : LP3ES, 1994), hlm. 13.
18
Martin Van Bruinessen, Kitab Kuning, Pesantren dan Tarekat., hlm. 151.
19
Abdurrahman Wahid, Menggerakkan Tradisi :Esai-esai Pesantren., hlm. 228.
20
Sembodo Ardi Widodo, Struktur Keilmuan Kitab Kuning: perspektif NU dan Muhammadiyah (Jakarta : Nimas Multima, 2008), hlm. 163.
21
Pelaksanaan kurikulum pendidikan pesantren seperti ini berdasarkan kemudahan dan kompleksitas ilmu atau masalah yang dibahas dalam masing-masing kitab.
22
Sembodo Ardi Widodo, Struktur Keilmuan Kitab Kuning., hlm. 2.
Jurnal Ilmu Tarbiyah “At-Tajdid”, Vol. 5 No. 1, Januari 2016
79