SCIENTIFIC METHODS (METODE ILMIAH)
A. Pendahuluan Manusia diciptakan oleh Tuhan sebagai makhluk yang berakal. Dengan akal ia dapat berfikir tentang bagaimana ia dapat mempertahankan hidup, sebagai makhluk individu dan social ia akan selalu dihadapkan dengan persoalan-persoalan dan fenomena fenomena kehidupan, tetapi dengan kecerdasan akalnya pula manusia mampu memecahkan persoalan tersebut dengan berbagai cara atau metode. Oleh karena itu kehidupan manusia akan selalu bersifat dinamis. Ilmu pengetahuan sebagai bagian dari kehidupan manusia juga bersifat dinamis, ia akan selalu berkembang sejalan dengan daya akal manusia. Manusia selalu berfikir, selalu mencoba mengaitkan antara fakta dan fenomena dengan teori yang diketahui dari hasil membaca dan observasi. Proses perkembangan Ilmu pengetahuan juga menjadi dorongan bagi meningkatnya rasa ingin tahu dan kemudian melakukan penelitian. Dimyati (2004) menjelaskan bahwa kemajuan ilmu pengetahuan sebagai sebuah system tidak terpisah dari pertumbuhan dan perkembangan masyarakat dan budayanya. Disisi lain pertumbuhan ilmu pengetahuan mengantarkan manusia pada tantangan baru dalam hidupnya, ketersediaan manusia berbakat yang mau mendedikasikan dirinya serta sifat keterbukaan manusia juga menjadi salah satu factor pendorong kemajuan ilmu pengetahuan. Awal Munculnya ilmu pengetahuan tidak terlepas dari rasa ingin tahu manusia tentang apa?, bagaimana,? Dan untuk apa? Pengetahuan itu bagi manusia. Dari sinilah timbul usaha bagaimana manusia dapat menjawab pertanyaan tersebut dalam sebuah penelitian. Tetapi Banyak cara atau metode yang dapat ditempuh seseorang dalam proses penelitian. Bagaimana seseorang melakukan penelitian ini kemudian akan membawa dampak pada pengkategorian suatu pengetahuan apakah bersifat ilmiah atau non ilmiah. Muncul persoalan ketika tidak semua proses penelitian dikatakan bersifat ilmiIah. Ada beberapa prasyarat bagaimana mencari kebenaran pengetahuan dikategorikan bersifat ilmiah, inilah yang akan menjadi pokok pembahasan dalam makalah ini.
1
B. Pembahasan 1. Konsep dasar metode ilmiah Pengetahuan (knowledge) dan ilmu (science) berawal dari kekaguman manusia akan alam yang dihadapinya, baik alam besar (macro cosmos) maupun alam kecil (micro cosmos). Kekaguman tersebut kemudian menyebabkan timbulnya rasa ingin tahu (curiousity). Rasa ingin tahu manusia akan terpuaskan bila dirinya mendapatkan penjelasan mengenai apa yang dipertanyakan. Untuk itu manusia menempuh berbagai upaya agar memperoleh pengetahuan yang benar (kebenaran), yang secara garis besar dibedakan menjadi dua : secara tradisional (pendekatan non ilmiah) dan secara modern (pendekatan ilmiah) Bagi ilmuwan proses menemukan suatu formulasi ilmu pengetahuan tidak terjadi tanpa kesengajaan, tetapi ini merupakan proses yang sistematis. Suriasumantri dalam Gulo (2007) mengatakan bahwa masalah dalam ilmu pengetahuan bertolak dari tiga pertanyaan yang sangat mendasar yaitu apa pengetahuan (ontologis), bagaimana mengetahui (epistimologis), dan untuk apa pengetahuan itu (aksiologis). Ketiga pertanyaan ini menjadi awal perumusan masalah yang akan dijawab dengan proses metode ilmiah. Dengan pendekatan ilmiah manusia berusaha memperoleh kebenaran ilmiah, yaitu kebenaran yang dapat dipertanggung jawaban secara rasional dan empiris. Kebenaran semacam ini dapat diperoleh dengan metoda ilmiah (scientific method). Metoda ilmiah dapat dibedakan menjadi dua macam (Johnson, 2005) , yaitu : Deductive method involved the following three steps : 1) State the hypothesis (based on theory or research literature); 2) Collect data to test hypothesis; 3) Make decision to accept or reject the hypothesis. Inductive method. This approach also involves three steps: 1) Observe the world; 2) Search for a pattern in what is observed; 3) Make a generalization about what is occuring. Kedua metoda tersebut selanjutnya oleh Johnson divisualisasikan sebagai berikut. 2
DEDUCTIF (TOP DOWN)
TEORI
POLA
INDUCTIF (BOTTOM UP
HIPOTESIS
OBSERVASI/ DATA
Mc lalland dalam bukunya the nature of scient and scientific method menyatakan bahwa Metode ilmiah merupakan proses yang menggunakan cara berpikir kritis komparatif. Sesuatu yang tidak dapat diuji dikatakan tidak ilmiah. Proses ilmiah dimulai dari anggapan dasar seseorang tentang pengertian yang salah dan bias, oleh karena itu titik tekan dari proses ilmiah adalah mereproduksi ulang dan memferifikasi hasil pengamatan dan eksperimen untuk mengatasi kelemahan-kelemahannya. Secara sederhana Metode ilmiah juga diartikan sebagai sebuah proses atau cara untuk bertanya dan menjawab pertanyaan dengan cara melakukan pengamatan dan eksperimen. (www.sciencebuddies.org) Dengan demikian dapat dipahami bahwa proses dalam metode ilmiah selalu bertolak pada penemuan masalah, pemecahan masalah dan bagaimanakah proses yang dapat dilakukan untuk memecahkan masalah tersebut dengan langkah dan prasyarat yang telah ditentukan. Secara filosofis kaelan (2010: 7) menjelaskan bahwa Metode ilmiah merupakan ilmu yang membicarakan cara, jalan atau petunjuk praktis dalam penelitian, sehingga pembahasan metode ilmiah adalah tentang konsep teoritik berbagai metode penelitian. 2. kriteria metode ilmiah Kelinger (Gulo, 2007:14-15) memberikan batasan tentang kriteria suatu pengetahuan dikatakan bersifat ilmiah jika memenuhi persyaratan sebagai berikut: a. menggunakan pola konseptual dan struktur teoritis dalam menjelaskan gejala.
3
Dalam metode ilmiah Untuk menjelaskan suatu gejala atau pertanyaan digunakan teori dan konsep secara jelas dan terkendali, memeriksanya secara realistis dan menguji kebenaran secara empiris b. teori dan hipotesa diuji secara sistematis dan empiris. Dalam menjelaskan gejala dimulai dari hipotesa awal dan diperkuat dengan teori yang sudah ada, sedangkan proses Pembenaran teori dan pengujian hipotesis harus dilakukan secara sistematis dan empiris c. pengamatan terhadap fenomena dilakukan secara terkendali untuk mendapatkan sebab akibat dari suatu peristiwa melalui pendekatan ilmiah, dikumpulkan seperangkat variable yang diangkat sebagai variable control terhadap peristiwa yang dipelajari. Semua variable yang tidak termasuk dalam variable control akan dikesampingkan d. bersifat empiris artinya harus ada penjelasan tentang hubungan diantara fenomena-fenomena, yang dilakukan berdasarkan kenyataan-kenyataan yang realistis dan mengesampingkan semua hal yang bersifat metafisik. Dengan demikian didalam metode ilmiah jawaban atas gejala-gejala atau fenomena tidak hanya berdasarkan akal sehat, tetapi proses bertanya dan menjawab dalam metode ilmiah harus memperhatikan peristiwa secara empiris dalam kerangka teori tertentu. 3. langkah-langkah umum dalam metode ilmiah Proses menemukan jawaban untuk mendapatkan pengetahuan yang reliable dan bersifat ilmiah, sebenarnya dapat diamati dengan sudut pandang dan cara yang berbeda. Fraenkel (2011: 6) menjelaskan beberapa langkah umum didalam melaksanakan metode ilmiah yaitu: a. mengidentifikasi masalah ada beberapa masalah yang dapat diamati, diantaranya masalah dalam kehidupan kita yang kacau atau tidak normal. Seorang ilmuwan tidak akan melihat suatu masalah hanya dari satu sudut pandang pengetahuan, tetapi ia akan memahami masalah tersebut dengan sudut pandang historic. b. mengklarifikasi masalah 4
mengklarifikasi masalah bertujuan untuk Menjelaskan masalah dengan tepat atau menjawab pertanyaan dengan jelas dan tepat. Contoh kita terus berpikir apa yang dapat kita jelaskan mengenai siswa yang tidak memperhatikan. Seorang ilmuwan akan menjelaskan hal tersebut dengan cara mengklarifikasi dengan sudut pandang historic. c. menentukan informasi yang dibutuhkan dan bagaimana mendapatkannya tahap ini mencoba menentukan informasi apa yang akan menyelesaikan masalah. Secara umum ada 2 kemungkinan: pertama, berpikir dari apa yang telah diketahui, dan kedua, mendapatkannya dari sebuah penelitian. Hal yang pertama tersebut menjadi prasyarat bagi bagian yang kedua. Ini berarti landasan teori yang sudah ada menjadi pijakan didalam penyelesaian masalah d. mengorganisir informasi ditahap ini kita harus memutuskan sejauh mana kemungkinannya, bagaimana kita akan mengorganisir informasi dan mendapatkannya. Dalam hal ini informasiinformasi yang kita temukan tidak semuanya dapat kita jelaskan dalam sebuah proses. Oleh karena itu untuk mendapatkan informasi seorang ilmuwan akan mempersiapkan bagaimana kuosionernya dan atau pengamatannya. e. menginterpretasi/menafsirkan hasilnya dalam hal ini seorang ilmuwan kembali menggunakan sudut pandang historical dalam menafsirkan hasil atau mencoba mengkontrol secara alamiah. Penjelasan tentang pengertian dan langkah-langkah dalam metode ilmiah telah membawa kepada pemahaman bahwa untuk mencari kebenaran dalam ilmu pengetahuan dibutuhkan pembuktian. Pembuktian ini menurut kaum empiris tidak bisa didapat dari penalaran yang abstrak, tetapi melalui pengalaman konkrit. Dengan mengamati gejala-gejala alam dan gejala social, manusia dapat menemukan pengetahuan yang mengikuti pola-pola tertentu, dan dengan metode induktif dapat disusun pengetahuan yang berlaku secara umum (Gulo, 2007: 3) 4. Metode ilmiah dalam penelitian a. Penelitian sebagai proses ilmiah Paradigma penelitian berkaitan dengan pertanyaan yang sangat fundamental yaitu berhubungan dengan ontologis, epistimologis dan aksiologis. Persoalan5
persoalan tersebut perlu mendapatkan jawaban dalam kerangka empiris dan logis. Inilah yang mendasari posisi penelitian sebagai kajian ilmiah. Dalam penelitian yang bersifat ilmiah selalu ditemukan 2 unsur penting, yaitu unsur observasi dan unsur nalar/reasoning (ostle dalam kaelan, 2010: 3). Unsur pengamatan merupakan kerja dimana pengetahuan mengenai fakta-fakta tertentu diperoleh melalui kerja indra (pengamatan) dengan menggunakan persepsi (sense perception). Nalar adalah suatu kekuatan dengan melalui arti untuk mengolah fakta-fakta, hubungan dan interelasi terhadap pengetahuan yang timbul, sebegitu jauh ditetapkan sebagai pengetahuan yang sekarang kita terima (Nazir dalam kaelan, 2010: 3). 1) Kriteria penelitian ilmiah Sebagai prasyarat kajian ilmiah maka penelitian memiliki beberapa criteria. Nazir (tanzeh: 5-6) menjelaskan beberapa criteria penelitian sebagai suatu yang bersifat ilmiah sebagai berikut: berdasarkan fakta keterangan-keterangan yang ingin diperoleh dalam penelitian, baik yang akan dikumpulkan dan yang dianalisa, haruslah berdasarkan fakta-fakta yang nyata. Penemuan tidak berdasarkan daya khayal atau imajinasi semata bebas dari prasangka metode ilmiah harus mempunyai sifat bebas prasangka, bersih dan jauh dari pertimbangan subyektif. Menggunakan suatu fakta haruslah dengan alasan dan bukti yang lengkap dan dengan pembuktian yang obyektif menggunakan prinsip analisa dalam memahami serta member arti terhadap fenomena yang kompleks, harus digunakan prinsip analisa. Semua masalah harus dicari sebab akibatnya serta pemecahannya dengan menggunakan analisa yang logis. Fakta yang mendukung tidak dibiarkan sebagaimana adanya atau hanya dibuat deskripsinya saja. Tetapi semua kejadian harus dicari sebab akibat dengan menggunakan analisa yang tajam menggunakan hipotesis
6
dalam metode ilmiah, peneliti harus dituntun dalam proses berpikir dengan menggunakan analisa. Hipotesa harus ada untuk mempertajam masalah serta memandu jalan pikiran kearah tujuan yang ingin dicapai sehingga tepat sasaran. menggunakan ukuran obyektif kerja penelitian dan analisa harus dinyatakan dengan ukuran yang obyektif. Pertimbangan – pertimbangan dalam penelitian harus dilakukan secara obyektif sesuai dengan hasil pengamatan diimbangi dengan landasan teori yang telah diformulasikan menggunakan tehnik kuantifikasi dalam memperlakukan data yang bersifat kuantitatif, maka perlu dibuat kuantifikasi yang jelas agar data bermakna. 2) Tipe penelitian Sebuah penelitian berangkat dari pertanyaan yang akan mendapatkan jawaban dari proses penelitian itu sendiri. Pertanyaan paling mendasar dalam sebuah penelitian adalah 1) apa?, 2) bagaimana, 3) mengapa. Hal ini secara empiris akan menentukan tipe penelitian, Gulo (2007: 18-20) menjelaskan beberapa tipe penelitian sebagai berikut: Penelitian eksploratif Tipe penelitian ini berhubungan dengan pertanyaan dasar yang pertama yaitu apa.pertanyaan ini ingin mengetahui suatu gejala atau fenomena dengan melakukan penjajakan terhadap gejala tersebut. Penjajakan ini tidak didasarkan pada hipotesis dan tidak ditarik sampel, tetapi penjajakan dapat dilakukan dengan metode “bola salju” yaitu dimana data didapatkan dari beberapa kali mengamati dan bertanya dengan beberapa responden sampai benar-benar didapatkan data sesuai dengan masalah yang diteliti. Penelitian deskriptif Tipe penelitian ini didasarkan pada pertanyaan dasar yang kedua yaitu bagaimana. Peneliti biasanya tidak akan puas bila hanya mengetahui masalahnya secara eksploratif, tetapi ingin juga mengetahui bagaimana
7
peristiwa tersebut terjadi. Dengan penelitian deskriptif temuan-temuan dalam penelitian lebih luas dan terperinci. Penelitian eksplanatif Tipe penelitian ini bertitik tolak pada pertanyaan mengapa. Sebab dan akibat dari suatu fenomena juga menjadi kajian yang sangat menarik dalam penelitian.
Penelitian
eksplanatif
berusaha
menjelaskan
beberapa
kemungkinan variable yang mempengaruhi apa dan bagaimana suatu peristiwa terjadi Penelitian eksperimen 3) Tahap-tahap penelitian Penelitian Sebagai bagian dari kajian ilmiah mempunyai tahap-tahap yang sistematis dan satu sama lain merupakan bagian yang saling terikat dan mendukung. Nan Lin (1976) menjelaskan 10 langkah dalam penelitian yaitu: Konseptualisasi masalah Sesuai dengan cirri keilmiahannya, maka proses penelitian diawali dengan merumuskan pertanyaan penelitian atau yang disebut konseptualisasi masalah. Ada dua hal yang berhubungan dengan ini, yaitu masalah (substansi)
yang dipertanyakan,
pertanyaan
tersebut
(metodologi).
serta
bagaimana
cara
menjawab
Konseptualisasi
awal
ini
akan
mempengaruhi langkah selanjutnya Tujuan dan hipotesis Pada waktu kita mengajukan pertanyaan penelitian, maka sebenarnya pada waktu itu juga jawaban sudah ada dalam pikiran kita. jawaban ini merupakan jawaban sementara, dimana Jawaban tersebut tentu masih diragukan dan perlu pembuktian, hipotesa awal inilah yang akan menggiring kita pada proses penelitian untuk mendapatkan penjelasan jawaban penelitian Kerangka dasar penelitian Masalah-masalah penelitian memerlukan suatu penjelasan yang disusun dalam kerangka teoritis tertentu. Konsep-konsep yang disusun dalam kerangka dasar penelitian itu adalah konsep-konsep yang tercakup dalam 8
hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya. Karena itu kerangka dasar tersebut disebut juga kerangka hipotesis. Dengan dirumuskannya secara operasional konsep konsep dalam kerangka hipotesis itu, maka diperoleh kejelasan tentang data apa yang akan dikumpulkan untuk membuktikan hipotesis. Penarikan sampel Supaya data yang dibutuhkan dapat menguji hipotesis itu dapat dikumpulkan, maka harus jelas dimana data tersebut dikumpulkan dan strategi apa yang digunakan untuk mengumpulkannya Konstruksi instrument Instrument dibutuhkan sebagai alat untuk mendapatkan data. Instrument dibuat sesuai dengan metode yang digunakan dalam pengumpulan data Pengumpulan data Pengumpulan data dalam rangka menguji hipotesis membutuhkan ketepatan dalam menggunakan tehnik pengumpulan data. Hal ini akan berpengaruh pada kelengkapan data yang akan diperoleh sebagai fomula dalam menjawab hipotesis Pengolahan data Data yang masih mentah perlu dikumpulkan agar dapat dianalisis. Tahap ini meliputi coding, editing dan menyusun dalam master sheet Analisis pendahuluan Analisis pendahuluan bersifat deskriptif dan terbatas pada data sampel. Maksud dari analisis ini adalah untuk mendeskripsikan setiap variable pada sampel penelitian, dan untuk menentukan alat analisis yang akan dipakai pada analisi selanjutnya Analisis lanjut Analisis ini bersifat inferensial yang mengarahkan pada pengujian hipotesis. Interpretasi Hasil analisis kemudian diinterpretasikan melalui proses pembahasan, yang menjadi hasil akhir penelitian dan menjadi pelaporan hasil penelitian. 9
C. Penutup Paradigma penelitian terkait dengan pertanyaan fundamental yang berkaitan dengan ontologis, epistimologis dan aksiologis suatu ilmu. Paradigma merupakan suatu konstruk bagi manusia dalam mencari kebenaran. Untuk membuktikan kebenaran dari paradigma tersebut manusia perlu melakukan analisis, mendapatkan fakta-fakta kemudian memformulasikan dalam sebuah konstruk pengetahuan. Langkah-langkah dalam proses menemukan kebenaran yang bersifat empiris, sistematis dan logis inilah yang memenuhi prasyarat sebagai proses yang ilmiah. Sedangkan Metode ilmiah itu sendiri merupakan suatu proses pencarian kebenaran atas suatu fenomena atau gejala – gejala yang menjadi pertanyaan dalam penelitian dengan sistematis, empiris dan logis. oleh karena itu hasil analisis dari proses penelitian dikatakan bersifat ilmiah hanya jika telah memenuhi prasyarat yang telah ditentukan dalam metode ilmiah.
10
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Tanzeh, 2009, Pengantar Metode Penelitian, Yogyakarta, Teras W Gulo, 2007, Metodologi Penelitian, Jakarta, Grasindo Jack R Fraenkel, 2011, How To Design And Evaluate Research In Education, Connect Learn Succed, Mc Graw Hill Crhistine V Mclelland, Nature Of Science And The Scientific Method, The Geological Society Of America Kenneth Lafferty Hess Family Charitable Foundation, 2008, Step Of The Scientific Methods, Www.Sciencebuddies.Org Suriasumantri, Jujun S, 1985, Filsafat Ilmu, Sebuah Pengantar Popular, Jakarta, Sinar Harapan Nan Lin, 1976, Foundation Of Social Research, New York, Mc Grawhill Book Company
11
SCIENTIFIC METHODS
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Metodologi Penelitian Pendidikan Yang diampu oleh Prof. Dr. FX. Sudarsono
Oleh : Nur Ainiyah 15703261066 Eka Nur Rahayu 115703261068
PRODI ILMU PENDIDIKAN KONSETRASI TEKNOLOGI PEMBELAJARAN PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2015 12
13