Scanned by CamScanner
Scanned by CamScanner
DETERMINAN PENERAPAN PRINSIP ETIK KEPERAWATAN DI RUMAH SAKIT Ni Putu Emy Darma Yanti1, Hanny Handiyani2, dan Kuntarti2 1. 2.
Program Studi Magister Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia, Kampus FIK UI, Jl. Prof. Dr. Bahder Djohan, Depok, Jawa Barat – 16424, Indonesia Departemen Dasar Keperawatan dan Keperawatan Dasar, Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia, Kampus FIK UI, Jl. Prof. Dr. Bahder Djohan, Depok, Jawa Barat – 16424, Indonesia E-mail:
[email protected]
Abstrak Belum diketahuinya determinan penerapan prinsip etik keperawatan merupakan masalah yang berdampak pada perilaku etik perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan sehingga mempengaruhi kepuasan dan kesejahteraan pasien. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi determinan penerapan prinsip etik keperawatan. Desain penelitian deskriptif korelasi dengan rancangan cross sectional pada 120 perawat melalui simple random sampling. Pengumpulan data menggunakan kuesioner dengan analisis univariat, bivariat, dan multivariat. Hasil penelitian menunjukkan determinan penerapan prinsip etik keperawatan adalah karakteristik pekerjaan, pengetahuan perawat tentang etik keperawatan, supervisi atasan, hubungan dengan rekan kerja, penghargaan, peran kepala ruang, dan masa kerja (p= <0,001-0,049). Variabel yang paling dominan berhubungan adalah karakteristik pekerjaan (p< 0,001). Faktor-faktor tersebut perlu mendapat perhatian manajer di rumah sakit dengan tetap melakukan evaluasi terhadap faktor lain agar dapat meningkatkan penerapan prinsip etik keperawatan. Kata kunci: Faktor organisasi, Pengetahuan, Perawat, Prinsip etik
Abstract Determinant of the implementation of nursing ethical principles. The determinant of nursing ethics practice is not identified yet. This problem affects the ethical behavior of nurses in performing nursing care. According to that, it was influencing satisfaction and patient well-being. This study aims to identify the determinants of the ethical principles application in nursing. Descriptive, correlation, cross-sectional design was applied, through simple random sampling to 120 nurses. Data collecting used questionnaires, with univariate, bivariate, and multivariate analyzes. Determinants of nursing ethic application principle were job characteristics, nurses knowledge related to nursing ethics, supervision by supervisor, relationship with colleagues, awards, the role of head nurse, and tenure (p= <0,001-0,049). The most dominant variable was job characteristics (p <0,001). These factors need an attention by hospital manager to keep evaluating the other factors in order to improve the application of ethical principles in nursing. Keywords: Ethical principles, Knowledge, Nurse,Organizational factor
Pendahuluan Perilaku perawat yang berlandaskan etik menjadi salah satu faktor penting yang mempengaruhi citra profesi keperawatan di masyarakat. Prinsip dan nilai etik bagi profesi keperawatan merupakan suatu kebutuhan
untuk meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan dan menentukan status keperawatan di masyarakat (Numminen, Van, & Leino-Kilpi, 2009). Pasien memandang perawat sebagai profesi dengan kompetensi yang menjunjung tinggi pemenuhan kebutuhan pasien sebagai kebiasaannya berlandaskan
nilai-nilai ethics of care untuk memberikan perawatan yang baik (Vanlaere, & Gastmans, 2007). Lanchman (2012) menyimpulkan bahwa ethicsof care berakar dari ide bahwa care merupakan dasar kehidupan manusia dan mencerminkan pengamalan prinsip kemanusiaan dan keadilan bagi makhluk hidup lainnya. Tronto (1993) menjelaskan ethics of care meliputi empat elemen, yaitu attentiveness, responsibility, competence, dan responsiveness. Attentiveness merupakan elemen pertama yang memandang pemenuhan kebutuhan berdasarkan perspektif orang lain dan menanggapi kebutuhan tersebut dengan tanggung jawab moral (Tronto, 1993). Responsibility dalam praktik keperawatan berhubungan dengan cara perawat memperlakukan pasien secara humanis dan melakukan hal-hal baik (Inga-Britt Lindh, Severinsson,& Berg, 2007). Tanggung jawab keperawatan dikelompokkan menjadi dua kategori utama yaitu tujuan profesional dan kewajiban profesional (Snellman & Gedda, 2012). Tanggung jawab tersebut dapat dilaksanakan apabila perawat memiliki kompetensi moral yang merupakan kemampuan individu untuk hidup dengan cara yang konsisten berdasarkan kode moral personal (Zhang, Luk, Arthur, & Wang, 2001). Dimensi terakhir ethics of care adalah responsiveness, yang menekankan pada evaluasi terhadap proses perawatan dan pemenuhuan kebutuhan pasien (Tronto, 1998). Kenyataannya masih ada perawat yang mengabaikan penerapan nilai-nilai etik, sehingga masalah etik dalam keperawatan justru semakin meningkat. Salah satu penelitian yang mengamati pengetahuan dan perilaku perawat dan bidan tentang masalah etik di Zanjan (kota di Iran) menunjukkan 70,8% responden membutuhkan pelatihan masalah etik (Negarandeh & Gobady, 2001). Penelitian McKinstry (2000) menunjukkan otonomi pasien dalam pelayanan keperawatan tidak dihormati dengan baik dan perhatian
perawat terhadap masalah etik sangat kurang. Belum diketahuinya determinan penerapan prinsip etik keperawatan menjadi masalah dalam penelitian ini. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi determinan penerapan prinsip etik keperawatan di salah satu rumah sakit di Jakarta.
Metode Desain penelitian adalah deskriptif korelasi dengan rancangan cross sectional. Penelitian dilaksanakan pada 120 perawat pelaksana di 18 ruang rawat inap yang ditentukan berdasarkan metode rule of thumb dan melalui teknik simple random sampling. Pengumpulan data terhitung sejak minggu keempat bulan April hingga minggu kedua bulan Mei 2015 menggunakan kuesioner pengetahuan perawat tentang etik keperawatan, faktor organisasi, dan penerapan prinsip etik keperawatan yang dikembangkan berdasarkan konsep teori ethics of care Tronto. Kuesioner tersebut telah dilakukan uji validitas dan reliabilitas melibatkan 30 perawat pelaksana. Nilai Cronbach’s alpha kuesioner adalah 0,733, 0,914, dan 0,957. Penelitian ini telah melalui uji etik komite etik penelitian Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. Analisis univariat dilakukan untuk mengetahui gambaran distribusi dan rerata nilai masingmasing variabel. Uji korelasi Pearson dan korelasi Spearman digunakan untuk mengetahui hubungan antar variabel. Uji T Independen dan uji One Way Anova untuk menganalisis perbedaan rerata diantara kelompok. Analisis multivariat yang digunakan adalah regresi linier berganda. Interval kepercayaan yang digunakan adalah 95% (α= 0,05).
Tabel 5. Rerata Nilai Persepsi Perawat Pelaksana mengenai Penerapan Prinsip Etik Keperawatan (n=120)
Hasil Tabel 1. Distribusi Perawat Pelaksana Menurut Jenis Kelamin, Tingkat Pendidikan, dan Status Pernikahan (n=120)
Variabel Jenis Kelamin - Laki-laki - Perempuan Tingkat Pendidikan - SPK - D3 Keperawatan - Ners Status Pernikahan - Tidak Menikah - Menikah
f
- Attentiveness 12 108
10 90
6 110 4
5 91,7 3,3
5 115
4,2 95,8
35 10
Min – Maks 25-59 2-35
95% CI 35,49; 38,06 11,63; 14,17
Tabel 3. Rerata Nilai Pengetahuan Perawat Pelaksana tentang Etik Keperawatan (n=120)
Variabel Pengetahuan tentang etik keperawatan
Mean (SD)
95% CI
3,06 (1,12)
2,85; 3,26
Tabel 4. Rerata Nilai Persepsi Perawat Pelaksana mengenai Faktor Organisasi (n=120)
Variabel Karakteristik pekerjaan Struktur organisasi Supervisi atasan Penghargaan Hubungan dengan rekan kerja Peran kepala ruang - Peran interpersonal - Peran pemberi informasi - Peran pengambil keputusan #
- Responsibility - Competence - Responsiveness
Nilai Total 42-168
Rerata#
95% CI
147,41 (12,03)
10-40
35,00 (24-40)
10-40
36,00 (26-40)
14-56
49,29 (4,35)
8-32
27,71 (2,91)
145,23; 149,58 33,80; 35,12 35,30; 36,60 48,51; 50,08 27,18; 28,23
#
Median
Umur Masa Kerja
Penerapan Prinsip Etik Keperawatan
%
Tabel 2. Distribusi Perawat Pelaksana Menurut Umur dan Masa Kerja (n=120)
Variabel
Variabel
Rerata# 6,00 (2-8)
95% CI 5,84; 6,23
2,73 (0,84) 6,00 (3-8) 6,32 (1,07) 12,33 (1,57)
2,58; 2,88 6,02; 6,43 6,12; 6,51 12,05; 12,62
30,00 (25-40) 9,76 (1,20)
30,88; 32,02 9,54; 9,98
9,00 (6-12)
8,90; 9,32
12,58 (1,58)
12,30; 12,87
Data berdistribusi normal: mean (SD), tidak normal: median (min-maks)
Data berdistribusi normal: mean (SD), tidak normal: median (min-maks)
Sebagian besar responden adalah perawat perempuan (90%), namun rerata penerapan prinsip etik keperawatan responden laki-laki lebih tinggi dibandingkan perempuan dengan perbedaan rerata sebesar 1,58. Tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara penerapan prinsip etik keperawatan perawat laki-laki dan perempuan (p= 0,667). Hasil analisis menunjukkan bahwa dari 120 responden penelitian ini sebagian besar berpendidikan D3 Keperawatan (91,7%). Tidak terdapat perbedaan penerapan prinsip etik keperawatan yang bermakna pada ketiga kelompok tingkat pendidikan responden (p= 0,435). Mayoritas reponden berstatus menikah (95,8%). Perbedaan rerata responden yang tidak menikah dan menikah adalah 6,04. Tidak terdapat perbedaan yang bermakna penerapan prinsip etik keperawatan antara responden yang tidak menikah dan menikah (p= 0,273). Rerata umur responden adalah 35 tahun, dengan umur termuda 25 tahun dan umur tertua 59 tahun. Tidak terdapat hubungan antara umur dengan penerapan prinsip etik keperawatan (p= 0,063). Rerata masa kerja responden adalah 10 tahun, tersingkat dua tahun dan terlama mencapai 35 tahun. Ada hubungan yang bermakna antara masa kerja dengan penerapan prinsip etik keperawatan (p= 0,049), berpola positif namun dengan kekuatan hubungan sangat lemah (r= 0,180).
Nilai rerata variabel pengetahuan perawat pelaksana tentang etik keperawatan didapatkan 51% dari nilai total maksimal yang diharapkan (3,06; SD 1,12). Ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan perawat tentang etik keperawatan dengan penerapan prinsip etik keperawatan (p< 0,001), berpola positif namun dengan kekuatan hubungan lemah (r= 0,318). Rerata nilai faktor organisasi yang paling mendekati nilai total maksimal adalah variabel peran interpersonal kepala ruang (9,67; SD 0,84) dan yang paling kecil adalah variabel struktur organisasi (2,73; SD 0,84). Ada hubungan yang signifikan semua faktor organisasi kecuali variabel struktur organisasi dengan penerapan prinsip etik keperawatan (p< 0,05), berpola positif, namun dengan kekuatan hubungan yang lemah (r= 0,20-0,399). Analisis data persepsi responden mengenai penerapan prinsip etik keperawatan menunjukkan nilai rerata 147,41 (SD 12,03). Selisih rerata terendah terhadap nilai total maksimal diantara subvariabel penerapan prinsip etik keperawatan adalah subvariabel responsiveness (27,71; SD 2,91). Hasil analisis uji multivariat menunjukkan determinan dominan penerapan prinsip etik keperawatan meliputi variabel pengetahuan perawat tentang etik keperawatan, karakteristik pekerjaan, dan supervisi atasan. Prediktor yang paling dominan berhubungan dengan penerapan prinsip etik keperawatan adalah variabel karakteristik pekerjaan (β= 0,41). Seluruh variabel independen yang masuk dalam pemodelan akhir dapat menjelaskan variabel penerapan prinsip etik sebesar 33,1% (Rsquare= 0,331), sedangkan sisanya dijelaskan oleh variabel lain.
Pembahasan Umur dengan penerapan prinsip etik keperawatan Hasil analisis ditemukan tidak terdapat hubungan yang bermakna antara umur
responden dengan penerapan prinsip etik keperawatan. Leuter, Petrucci, Mattei, Tabassi, dan Lancia (2013) menyatakan bahwa umur perawat pelaksana yang terlibat sebagai responden dalam penelitiannya didapatkan tidak mempengaruhi perhatian perawat terhadap permasalahan etik secara bermakna. Akan tetapi hasil penelitian Mohajjel-Aghdam, Hassankhani, Zamanzadeh, Khameneh, & Moghaddam (2013) mendapatkan bahwa terjadi peningkatan perilaku etik pada perawat yang berusia lebih tua. Perilaku etik perawat berkaitan erat dengan proses perkembangam moral individu. Rest (1979) menyatakan umur saja tidak tampak penting mempengaruhi perilaku individu, namun hal yang lebih penting adalah kesempatan terlibat dalam pengalaman yang merefleksikan dan mengasimilasi konsep baru dalam proses perkembangan moral. Jenis kelamin dan penerapan prinsip etik keperawatan Hasil analisis penelitian ini diperoleh tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara penerapan prinsip etik keperawatan perawat laki-laki dan perempuan. Jenis kelamin memainkan peranan fundamental dalam pemikiran etik. Gilligan (1977) menunjukkan pandangan perempuan terhadap moral individu adalah kewajiban membantu dan merasa bertanggung jawab terhadap orang lain. Pandangan ini menggambarkan bahwa teori feminis berdasarkan pada kebaikan dan pengorbanan diri yang mungkin dilakukan ketika perempuan harus memilih. Moralitas perempuan mungkin didasarkan pada dilema antara rasa belas kasih dengan otonomi dan kebaikan dengan kekuatan. Teori Gilligan (1982) menyatakan bahwa perkembangan pemikiran perempuan merupakan model kontekstual dan naratif yang menggunakan keterampilan komunikasi untuk menjaga keharmonisan, sedangkan laki-laki mengadopsi model pemikiran impersonal yang mengutamakan keadilan berdasarkan peraturan dan pemikiran abstrak untuk membatasi hubungan interpersonal (Gould, 1988).
perbedaan hasil penelitian ini dengan penelitian dan teori sebelumnya karena 90% responden penelitian ini berjenis kelamin berempuan. Hal ini menyebabkan rendahnya variabilitas data responden.
bekerja dan memiliki tingkat kewaspadaan yang lebih tinggi terhadap hal-hal yang dapat menjadi sumber permasalahan bagi pekerjaannya (Denier, Dierckx de Casterle, De Bal, & Gastmans, 2010).
Tingkat pendidikan dengan penerapan prinsip etik keperawatan Hasil analisis menunjukkan tidak terdapat perbedaan penerapan prinsip etik keperawatan yang bermakna pada ketiga kelompok tingkat pendidikan responden. Habaghery, Salsali, dan Ahmadi (2004) dalam penelitiannya menjelaskan bahwa perawat merasa kurikulum pendidikan keperawatan tidak menyiapkan perawat untuk menjadi pembuat keputusan klinik yang efektif dan berperilaku sesuai dengan prinsip etik profesi. Pendidikan keperawatan harus mengutamakan pengembangan sensitivitas etik sebagai bagian dari keperawatan. Perhatian yang besar harus diberikan terhadap pengembangan perilaku yang baik berlandaskan kemanusiaan (Gastmans, 2002). McFadzean dan McFadzean (2005) menyimpulkan pentingnya pembelajaran dalam organisasi, pendidikan berkelanjutan, dan penilaian kerja untuk meningkatkan etika perawat.
Status pernikahan dengan penerapan prinsip etik keperawatan Hasil analisis didapatkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara status pernikahan dengan penerapan prinsip etik keperawatan. Hal ini dapat disebabkan karena perbedaan karakteristik responden lainnya khususnya dalam hal perkembangan moral dan kognitif responden. Irani, Rudd, Gallo, Ricketts, Friedel, dan Rhoades (2007) menyatakan bahwa kematangan kognitif dan kemampuan berpikir kritis merupakan faktor penting dalam membentuk tindakan seseorang. Keunikan karakteristik dan perbedaan kemampuan berpikir kritis yang dimiliki setiap individu terlibat dalam perkembangan moral individu yang membentuk perilaku individu tersebut (Chikering & Reisser, 1993).
Masa kerja dengan penerapan prinsip etik keperawatan Hasil analisis masa kerja perawat pada penelitian ini diperoleh terdapat hubungan yang bermakna antara masa kerja dengan penerapan prinsip etik keperawatan. Robbins & Judge (2013) juga menyatakan bahwa perawat dapat mengambil keputusan secara etik dan berperilaku etik ketika dihadapkan pada permasalahan etik dengan lebih baik dikarenakan pernah mengalami hal tersebut sebelumnya. Perawat yang mampu melakukan internalisasi terhadap setiap hasil pengalamannya akan lebih mudah untuk memberikan arti bagi pekerjaannya (Kim Lützén, Dahlqvist, Eriksson, & Norberg, 2006). Perawat yang mempunyai masa kerja yang lebih lama mampu beradaptasi dengan lebih baik terhadap lingkungan tempatnya
Pengetahuan perawat tentang etik keperawatan dengan penerapan prinsip etik keperawatan Pengetahuan perawat tentang etik keperawatan dengan berhubungan secara bermakna dengan penerapan prinsip etik keperawatan. Hasil penelitian Lin, Lu, Chung, danYang (2010) menemukan perbedaan yang signifikan antara nilai kemampuan dalam membedakan masalah etik keperawatan pada kelompok yang mendapatkan pemahaman lebih baik melalui pembelajaran berdasarkan kasus dan konvensional pada pendidikan etik keperawatan. Van der Arend & Remmers-van den Hurk (1999) menyatakan kurangnya pengetahuan dan pemahaman perawat merupakan hal yang umumnya menjadi penyebab permasalahan moral. Pengetahuan merupakan salah satu domain penting dalam membentuk tindakan seseorang, namun kematangan kognitif dalam berpikir kritis akan meningkatkan kesadaran dan objektifitas
seseorang (Irani, Rudd, Friedel, & Rhoades, 2007).
Gallo,
Ricketts,
Karakteristik pekerjaan dengan penerapan prinsip etik keperawatan Hasil analisis diperoleh ada hubungan yang signifikan antara karakteristik pekerjaan dengan penerapan prinsip etik keperawatan. Semakin tinggi nilai persepsi perawat pelaksana terhadap karakteritik pekerjaan yang dimilikinya maka semakin meningkatkan penerapan prinsip etik keperawatan perawat pelaksana. Perawat yang mengetahui dan memahami tujuan dan tanggung jawab pekerjaannya dengan baik akan menerapkan prinsip etik keperawatan dengan lebih baik. Komponen tanggung jawab digunakan sebagai kewajiban etik dan merupakan salah satu nilai penting yang membangun keperawatan (Snellman & Gedda, 2012). Tanggung jawab moral keperawatan berhubungan dengan cara untuk menjadi humanis, membantu orang lain, dan berusaha berbuat baik yang berasal dari dalam diri atau melalui proses dialog dengan orang lain (Inga-Britt Lindh, Severinsson & Berg, 2007). Fakl-Rafael (2005) menyatakan bahwa keperawatan memiliki tanggung jawab untuk peduli pada kemanusiaan dan lingkungan. Struktur organisasi dengan penerapan prinsip etik keperawatan Hasil analisis menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara struktur organisasi dengan penerapan prinsip etik keperawatan perawat pelaksana. Struktur tugas dan interpersonal akan mengurangi afiliasi karena formalitas dan jarak sosial sebagaimana hirarki dan aturan kerja (Stringer, 2002). Penerapan prinsip etik keperawatan dapat dilaksanakan dengan baik dalam rentang struktur organisasi pada kondisi terciptanya keefektifan dalam komunikasi. Hasil penelitian Balcanoff (2013), Buchan, Ball, dan Rafferty(2003) menemukan bahwa komunikasi mempengaruhi penerapan etika perawat. Hal tersebut juga didukung dengan beberapa penelitian lainnya yang mengindikasikan
adanya komunikasi yang tidak efektif di rumah sakit sebagai penyebab penurunan moral perawat (Cottingham, DiBartolo, Battistoni, & Brown, 2011; Friedman, Cooper, Click, & Fitzpatrick, 2011; Harrison, Lambiase, & Zhao, 2010; Hayes, Bonner, & Pryor, 2010). Supervisi atasan dengan penerapan prinsip etik keperawatan Hasil analisis mendapatkan ada hubungan yang signifikan antara supervisi atasan dengan penerapan prinsip etik keperawatan. Semakin meningkat nilai persepsi perawat pelaksana tentang supervisi atasan maka semakin meningkatkan penerapan prinsip etik keperawatan perawat pelaksana. McKnight, Ahmad, dan Schroeder (2001) yang meneliti tentang dampak hubungan staf dengan manajer terhadap moral staf mendapatkan bahwa moral staf dipengaruhi secara signifikan oleh kontrol manajer dan hubungan yang baik diantara staf dan manajer. Gatot dan Adisasmito (2005) menyatakan faktor dominan yang berpengaruh terhadap kepuasan kerja perawat adalah hubungan dengan atasan. Hasil penelitian McFadzean dan McFadzean (2005) menunjukkan bahwa supervisi atasan mempengaruhi moral staf perawat secara krusial. Supervisor yang dapat menjamin adanya komunikasi yang tepat dan efektif dapat menghasilkan dampak yang positif terhadap moral staf perawat. Penghargaan dengan penerapan prinsip etik keperawatan Penghargaan mempunyai hubungan yang signifikan dengan penerapan prinsip etik keperawatan dengan pola hubungan positif. Hal ini menunjukkan semakin tinggi nilai persepsi perawat pelaksana terhadap penghargaan maka semakin meningkatkan penerapan prinsip etik keperawatan perawat pelaksana. Penelitian Callaghan (2003) pada perawat di Inggris juga mendukung hasil penelitian ini yang menyatakan bahwa rendahnya moral perawat dipengaruhi oleh lemahnya dukungan untuk melanjutkan pendidikan dan pelatihan serta rasa putus asa
mengenai keterbatasan peluang untuk dipromosikan. Huitt (2003) menyatakan menyatakan dukungan dari pihak manajemen dapat meningkatkan motivasi internal perawat yang merupakan elemen kunci dalam kerja etik professional perawat yang dikembangkan oleh dirinya sendiri dipengaruhi oleh self-reflection perawat. Hubungan dengan rekan kerja dan penerapan prinsip etik keperawatan Hasil analisis memperoleh ada hubungan yang signifikan antara hubungan dengan rekan kerja dengan penerapan prinsip etik keperawatan. Semakin meningkat nilai persepsi perawat pelaksana terhadap hubungan dengan rekan kerja maka semakin meningkatkan penerapan prinsip etik keperawatan perawat pelaksana. Desphande dan Joseph (2008) menyatakan bahwa hubungan yang baik dengan rekan kerja akan meningkatkan perilaku etik perawat. Penelitian Rosenstein (2002) juga mengidentifikasi hubungan antara perawat dan dokter serta dampak hubungan tersebut terhadap moral perawat. Faktor terbesar dan signifikan mempengaruhi moral perawat adalah perilaku staf medis. Komunikasi yang baik antara perawat senior dengan perawat junior dan antara manajer dengan staf perawat harus dipertahankan untuk dapat meningkatkan moral perawat (Gulliver, Rowell, & Peck 2003). Peran kepala ruang dan penerapan prinsip etik keperawatan Terdapat hubungan yang signifikan antara komposit peran kepala ruang dengan penerapan prinsip etik keperawatan berpola positif. Semakin meningkat nilai persepsi perawat pelaksana tentang peran kepala ruang maka penerapan prinsip etik keperawatan perawat pelaksana. Pemimpin merupakan salah satu faktor yang berhubungan dengan perubahan sikap kerja khususnya dalam bersikap etis terhadap klien (Chaousis, 2000). Manajer memainkan peran esensial dalam pengembangan dan pemeliharaan budaya
organisasi termasuk dalam mempengaruhi nilai, pengetahuan, sikap, keterampilan, dan perilaku organisasi serta memastikan standar etik dapat dilaksanakan sebagai dasar yang berkelanjutan (Kane-Urrabazo, 2006). American Organization of Nurse Executives (2005) juga menyatakan manajer keperawatan diharapkan mampu mengartikulasikan aplikasi prinsip-prinsip etik dalam keperawatan, mengintegrasikan standar etik, dan nilai inti dalam praktik keperawatan setiap harinya serta menciptakan lingkungan dengan standar etik yang tinggi. Faktor dominan yang mempengaruhi penerapan prinsip etik keperawatan Hasil analisis regresi linier berganda didapatkan pemodelan yang dapat memperkirakan penerapan prinsip etik keperawatan terdiri dari variabel pengetahuan perawat tentang etik keperawatan, karakteristik pekerjaan, dan supervisi atasan. Prediktor yang paling dominan berhubungan dengan penerapan prinsip etik keperawatan dari ketiga variabel independen tersebut adalah variabel karakteristik pekerjaan.
Kesimpulan Variabel yang dominan berhubungan dengan penerapan prinsip etik keperawatan adalah pengetahuan perawat tentang etik keperawatan, karakteristik pekerjaan, dan supervisi atasan. Variabel yang paling tinggi tingkat hubungannya dari ketiga variabel dominan tersebut adalah karakteristik pekerjaan. Karakteristik demografi perawat pelaksana menunjukkan sebagian besar berjenis kelamin perempuan, berpendidikan D3 Keperawatan, berstatus menikah. Median umur perawat pelaksana adalah 35 tahun dengan umur termuda 25 tahun dan umur tertua 59 tahun. Median masa kerja perawat pelaksana adalah 10 tahun. Masa kerja responden tersingkat adalah dua tahun dan terlama mencapai 35 tahun.
Pengetahuan perawat pelaksana tentang etik keperawatan menunjukkan nilai rerata mencapai 51% dari nilai total maksimal yang diharapkan. Faktor organisasi yang paling mendekati nilai total maksimal didapatkan pada variabel peran interpersonal kepala ruang. Sedangkan faktor organisasi yang memiliki nilai rerata paling kecil dari nilai total maksimal adalah variabel struktur organiasi.
Referensi
Persepsi responden mengenai penerapan prinsip etik keperawatan menunjukkan nilai rerata yang mendekati nilai total maksimal yang diharapkan. Penerapan prinsip etik keperawatan yang mempunyai selisih terendah dengan nilai maksimal yang diharapkan adalah subvariabel responsiveness.
Balcanoff, K. (2013).The effect of communication on hospital nursing morale and retention (Order No. 3551586). Tersedia dari ProQuest Dissertations & Theses Global. (1288420375).
Karakteristik demografi individu meliputi jenis kelamin, status pernikahan, dan tingkat pendidikan didapatkan tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara penerapan prinsip etik keperawatan pada perawat laki-laki dan perempuan, yang tidak menikah dan menikah, serta pada ketiga kelompok tingkat pendidikan perawat pelaksana. Umur perawat pelaksana ditemukan tidak mempunyai hubungan dengan penerapan prinsip etik keperawatan, namun masa kerja perawat pelaksana di rumah sakit didapatkan berhubungan secara bermakna dengan penerapan prinsip etik keperawatan. Pengetahuan perawat tentang etik keperawatan secara signifikan berhubungan dengan penerapan prinsip etik keperawatan, berpola positif namun dengan kekuatan hubungan lemah. Faktor organisasi kecuali variabel struktur organisasi berhubungan secara bermakna dengan penerapan prinsip etik keperawatan, mempunyai pola positif, namun dengan kekuatan hubungan yang lemah.
American Association of Colleges of Nursing (AACN). (2008). The essentials of baccalaureate education for professional nursing practice. Washington, D.C.: American Association of Colleges of Nursing. Diunduh dari http://www.aacn.nche.edu/Education/pdf/BaccE ssentials08.pdf.
Buchan, J., Ball, J., & Rafferty, A. M. (2003). A lasting attraction? The ‘Magnet’ accreditation of Rochdale Infirmary. Diunduh dari http://www.lshtm.ac.uk/hsru/staff/PDFs/Rochda le.pdf. Callaghan, M. (2003). Nursing morale: What is it like and why? Journal of Advanced Nursing, 42(1), 82-89. doi:10.1046/j.13652648.2003.02582.x. Chaousis, L. (2000). Organisational behavior. NSW: Pretince Hall. Chickering, A. &Reisser, L.(1993). Education and identity (2nd ed). San Francisco: Jossey-Bass. Cottingham, S., DiBartolo, M., Battistoni, S., & Brown, T. (2011). Partners in nursing: A mentoring initiative to enhance nurse retention. Nursing Education Perspectives, 32, 250-255. doi:10.5480/1536-5026-32.4.250. Denier, Y., Dierckx de Casterle, B., De Bal, N., & Gastmans, C. (2010). “It’s intense, you know”: Nurses’ experiences in caring for patients requesting euthanasia. Medical Health Care Philosophy, 13, 41-48. doi: 10.1007/s11019009-9203-1. Desphande, S. P. & Joseph, J. (2008). Impact of emotional intelligence, ethical climate and behavior of peer on ethical behavior of nurses. Journal of Business Ethics, 85(3), 403-410. doi:10.1007/s10551-008-9779-z.
Dio, L. D., Saragovi, C., & Koestner, R. (1996). Lingking personal values to gender. Sex Roles, 34(9/10), 621-635. doi: 10.1007/BF01551498. Falk-Rafael, A. (2005). Speaking truth to power: Nursing’s legacy and moral imperative. Advances in Nursing Science, 28: 212-223. Diunduh dari http://www.nursingcenter.com/lnc/journalissue? Journal_ID=54009&Issue_ID=598140. Friedman, M., Cooper, A. H., Click, E., & Fitzpatrick, J. J. (2011). Specialized new graduate RN critical care orientation: Retention and financial impact. Nursing Economics, 29, 714. Diunduh dari http://www.nursingeconomics.net.
Harrison, J. P., Lambiase, L. R., & Zhao, M. (2010). Organizational factors associated with quality of care in US teaching hospitals. Journal of Health Care Finance, 36(3), 1-12. Diunduh dari http://www.aspenpublishers.com. Hayes, B., Bonner, A. N. N., & Pryor, J. (2010). Factors contributing to nurse job satisfaction in the acute hospital setting: A review of recent literature. Journal of Nursing Management, 18, 804-814. doi:10.1111/j.13652834.2010.01131.x. Huitt, W. (2003). A transactional model of the teaching/ learning process. Diunduh dari http://www.edpsycinteractive.org/materials/tchl rnmd.html.
Gastmans, C. (2002). A fundamental ethical approach to nursing: Some proposals for ethics education. Nursing Ethics, 9(5), 494-507. doi:10.1191/0969733002ne539oa.
Inga-Britt Lindh, Severinsson, E., & Berg, A. (2007). Moral responsibility: A relational way of being. Nursing Ethics, 14(2), 129-40. doi:10.1177/0969733007073693.
Gatot, D. B. & Adisasmito, W. (2005). Hubungan karakteristik perawat, isi pekerjaan, dan lingkungan pekerjaan terhadap kepuasan kerja perawat di Instalasi Rawat Inap RSUD Gunung Jati Cirebon. Makara Kesehatan, 9(1), 1-8. Diunduh dari http://journal.ui.ac.id/upload/artikel/01_Hubung an%20karakteristik%20perawat_Dewi%Basmal a.PDF.
Irani, T., Rudd, R., Gallo, M., Ricketts, J., Friedel, C., & Rhoades, E. (2007). Crittical thingking instrumentation manual. Diunduh dari http://step.ufl.edu/resources/critical_thingki ng/ctmanual.pdf.
Gilligan, C. (1987). Moral orientation and moral development in Kittay, E. F. & Meter, D. T (eds). Women and Moral Theory. Totowa, NJ: Rowman& Littlefield. Gulliver, P., Rowell, D., & Peck, E. (2003). Staff morale in the merger of mental health and social care organizations in England. Journal of Psychiatric and Mental Health Nursing, 10, 101-107. doi: 10.1046/j.13652850.2003.00544.x. Habaghery, M. A., Salsali, M., & Ahmadi, F. (2004). The factors facilitating and inhibiting effective clinical decision making in nursing: A qualitative studi. Bio Med Central Nursing, 3(2). doi:10.1186/1472-6955-3-2.
Kane-Urrabazo, C. (2006). Management’s role in shaping organizational culture. Journal of Nursing Management, 14, 188-194. Diunduh dari http://www.sjsu.edu/people/phyllis.connolly/co urses/c17/s1/kane_umanageroleorgcul20060177 .pdf. Kim Lützén, Dahlqvist, V., Eriksson, S., & Norberg, A. (2006). Developing the concept of moral sensitivity in health care practice.Nursing Ethics, 13(2), 187-96. doi:http://dx.doi.org/10.1191/0969733006ne837 oa. Lanchman, V. D. (2012). Applying the ethics of care to your nursing practice. Medical Surgical Nursing, 21(2), 112-4, 116. Diunduh dari http://search.proquest.com/docview/100866509 5?accountid=17242.
Leuter, C., Petrucci, C., Mattei, A., Tabassi, G., & Lancia, L. (2013). Ethical difficulties in nursing, educational needs and attitudes about using ethics resources. Nursing Ethics, 20(3), 348-58. doi:10.1177/0969733012455565.
Numminen, O., Van, d. A., & Leino-Kilpi, H. (2009). Nurse educators' and nursing students' perspectives on teaching codes of ethics. Nursing Ethics, 16(1), 69-82. doi:10.1177/0969733008097991.
Lin, C., Lu, M., Chung, C., & Yang, C. (2010). A comparison of problem-based learning and conventional teaching in nursing ethics education. Nursing Ethics, 17(3), 373-82. doi:10.1177/0969733009355380.
Rest, J. R. (1979). Development in judging moral issues. Minneapolis:University of Minnesota Press.
McFadzean, F., & McFadzean, E. (2005). Riding the emotional roller-coaster: A framework for improving nursing morale. Journal of Health Organization and Management, 19(4), 318-39. Diunduh dari http://search.proquest.com/docview/197367435 ?accountid=17242. Mckinstry, B. (2000). Do patients wish to be involved in decision making in the consultation? A cross sectional survey with video vignettes. British Medical Journal, 321(7265), 867-871. Diunduh dari http:// http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/11021866 . McKnight, H. D., Ahmad, S., & Schroeder, R. G. (2001). When do feedback, incentive control, and autonomy improve morale? The importance of employee-management relationship closeness. Journal of Managerial Issues, 13(4), 466-482. ISSN: 10453695. Mohajjel-Aghdam, A., Hassankhani, H., Zamanzadeh, V., Khameneh, S., & Moghaddam, S. (2013). Knowledge and performance about nursing ethic codes from nurses' and patients' perspective in Tabriz Teaching Hospitals, Iran. Journal of Caring Science, 2(3), 219-227. Diunduh dari: http://search.proquest.com/docview/162596229 3?accountid=17242. Negarandeh, R., & Gobady, S. (2001). A survey of knowledge and attitude of Zanjan Hospitals’ nurses and midwives toward ethical issues. Journal of Zanjan University of Medical Sciences and Health Services, 9(36), 55-59. Diunduh dari http://en.journals.sid.ir/ViewPaper.aspx?ID=54 070.
Robbins, S. P. & Judge, T. A. (2013). Organizational behavior (15th ed). USA: Prentice Hall. Rosenstein, A. H. (2002). Nurse-physician relationship: Impact on nurse satisfaction and retention. American Journal of Nursing, 102(6), 26-34. Diunduh dari http://www.jstor.org/stable/3522841. Skoe, E. E. & Diessner, R. (1994). Ethic of care, justice, identity, and gender: An extension and replication. Merrill-Palmer Quarterly, 40(2), 272-289. Diunduh dari http://www.jstor.org/stable/23087865. Skoe, E. E., Pratt, M. W., Matthews, M., & Curror, S. E. (1996). The ethic of care: Stability over time, gender differences, and correlates in midto late adulthood. Psychology and Aging, 11(2), 280-292. doi:http://dx.doi.org/10.1037/08827974.11.2.280. Snellman, I., & Gedda, K. M. (2012). The value ground of nursing. Nursing Ethics, 19(6), 71426. doi: 10.1177/0969733011420195. Sochting, I., Skoe, E. E., & Marcia, J. E. (1994). Care-oriented moral reasoning and prosocial behavior: A question of gender or sex role orientation. Sex Roles: A Journal of Research, 31(3/4), 131-147. Stringer, R. A. (2002). Leadership & organizational climate: The cloud chamber effect (1st ed). New Jersey: Pearson Education. Tronto, J. (1993). Moral boundaries: A political argument for an ethic of care. New York: Routledge.
Tronto, J. C. (1998). An ethnic of care. Generations, 22(3), 15-20. Diunduh dari http://search.proquest.com/docview/212197942 ?accountid=17242. Van der Arend, A. J. G. & Remmers-van den Hurk, C. H. M. (1999). Moral problems among Dutch nurse: A survey. Nursing Ethics, 6(6), 468-482. doi: 10.1177/096973309900600603.
Vanlaere, L., & Gastmans, C. (2007). Ethics in nursing education: Learning to reflect on care practices. Nursing Ethics, 14(6), 758-66. doi:http://dx.doi.org/10.1177/096973300708211 6. Zhang, Z. X., Luk, W., Arthur, D., & Wang, T. (2001). Nursing competencies: Personal characteristics contributing to effective nursing performance. Journal of Advanced Nursing, 33(4), 467-474.