Oktober 2013 M Dzulhijjah 1434 H
27 RAMADHAN ARY GINANJAR AGUSTIAN CALON HAJI DIINGATKAN BAYAR ZAKAT KH HASYIM ASY’ARI SANG PEJUANG KEMERDEKAAN
ZAKAT MEMBERI KEBAHAGIAAN SEJATI
MENCARI MODEL ZAKAT PRODUKTIF
ii Edisi Oktober 2013 M Dzulhijjah 1434 H
Salurkan zakat dan infak anda melalui rekening:
BRI Syariah Zakat : 701311637555, Infak : 701311631477
BCA Syariah Zakat : 0011555510 Infak : 00777711
hikmah
Jamaah haji nampak bergegas menuju masjid Nabawi untuk menunaikan sholat subuh. Sebanyak 168.800 jamaah haji Indonesia akan menunaikan rukun Islam kelima yang dimulai 10 September hingga 19 November 2013. ©miroslav arofich
2 Edisi Oktober 2013 M Dzulhijjah 1434 H
Salam,
salam
Pada 27 Ramadhan lalu yang bertepatan dengan 5 Agustus 2013, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono berkunjung ke kantor BAZNAS. Dalam pertemuannya dengan SBY, pimpinan BAZNAS mengusulkan bahwa tanggal 27 Ramadhan ditetapkan sebagai Hari Zakat Nasional (HZN). Alhamdulilah, SBY menyetujuinya. HZN itu perlu ada agar umat Islam ingat dan sadar akan kewajibannya, yaitu membayar zakat. Maka majalah Zakat edisi kali ini mengangkat tema soal HZN dengan menyajikan tiga tulisan pada rubrik Zakat Utama. Karena majalah Zakat edisi ini terbit menjelang atau pada bulan Zulhijjah, bulan umat Islam melaksanakan ibadah haji, maka kami mengangkat juga soal haji, yaitu tentang membludaknya calon jamaah haji kita dikaitkan dengan penerimaan zakat oleh badan atau lembaga amil zakat. Tulisan tentang ini disajikan pada rubrik Kaidah dan rubrik Wawancara. Pada rubrik Inspirasi kami tampilkan seorang motivator ulung, yaitu Ary Ginanjar, yang mengaku, ia bisa sukses dalam kariernya karena ia suka berzakat. Sedangkan rubrik Kiprah, menampilkan seorang pedagang nasi uduk, Pak Kadis dan Bu Nur. Mereka mengaku berhasil karena adanya bantuan dana zakat. Mudah-mudahan yang disajikan majalah Zakat benar-benar bermanfaat, antara lain, bisa menginspirasi pembaca untuk terus berbuat kebajikan, antara lain berzakat, berinfak dan bersedekah.
konsultan Media rubudesign.co Redaksi Karsono Tadjudin, Sunan Hasan Fotografer Miroslav Arofich Dika Kurniawan Desain Grafis Gunadi Gaisani, Miroslav Arofich Redaksi dan Iklan Jl. Kebon Sirih Raya No. 57 Jakarta Pusat. Tlp. (021) 3904555 Fax. (021) 3913777 www.baznas.or.id
SULUH
27 Ramadhan Hari Zakat Nasional
17 PROGRAM BAZNAS 27 KABAR BAZDA 30 AGENDA BAZNAS 32 Dunia Zakat Zakat di Sudan
34 OPINI
42
AYO NGAJI DI IBUKOTA TPQ DI YOGYAKARTA
Haji dan Zakat Belum Berbanding Lurus
16 SURAT DARI KEBON SIRIH Kunjungan SBY ke Baznas
6
28
Dewan Redaksi Prof Dr. Didin Hafidhuddin, Teten Kustiawan, M. Fuad Nasar, M.Sc, Hermin R. Rachim, Ndari Rumi Widyawati, Nuri
01 Hikmah 03 Khazanah 12 KAIDAH
5
INSPIRASI
Majalah ini diterbitkan oleh Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS)
Mencari Model Zakat Produktif
36 TOKOH KH. Hasyim Asy'ari
38 Kiprah
Rumah Makmur Baznas Berdayakan Pedagang Kecil.
40 TANYA JAWAB 41 MAS ZAKI 44 CATATAN ZAKAT
Edisi Oktober 2013 M Dzulhijjah 1434 H 3
Baca Al-Quran Bisa Turunkan Nyeri Pasca melahirkan
M
embaca Al-Quran secara tartil dapat menjadi salah satu cara untuk menurunkan skala nyeri pada ibu pasca melahirkan secara caesar. Peneliti Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) Hasto Andi Irawan menyatakan itu karena ber dasarkan penelitiannya, setelah membaca Al-Quran selama 10 menit, 16 dari 31 pasien yang dijadikan sampel di Rumah Sakit Nur Hidayah Yogyakarta
BPHI Mekah Pasang Telemedicine
T
elemedicine, sebuah perangkat kedokteran yang dipasang di tempat pengobatan bagi pasien gawat darurat, saat ini telah dipasang di Balai Pengobatan Haji Indonesia di Kota Suci Mekah. “Dengan alat itu dokter spesialis ahli tidak perlu lagi berada di tempat. Cukup alatnya saja yang dipasang untuk merekam kebutuhan pasien yang gawat darurat,” ujar Kepala Bidang Kesehatan Haji, Fidiansyah seperti. Untuk se mentara, kata dia, telemedicine baru diujicobakan di satu tempat sambil melihat sektor mana yang paling banyak jamaahnya dan susah akses transportasinya. Selain itu, katanya, BPHI akan membentuk rumah singgah atau satelit BPHI, untuk memberikan
FAKTA
mengalami penurunan dari berbagai skala nyeri setelah menjalani operasi Caesar. Menurut mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) UMY angkatan 2009 itu, nyeri dapat dihambat oleh adanya rangsangan saraf lain yang lebih kuat. ”Ketika membaca Al-Quran, tubuh melibatkan tiga jenis saraf, yakni saraf untuk membaca ayat, me nyu arakan, dan mendengarkan, sehingga rasa nyeri yang diterima otak berkurang,” katanya, di Yogyakarta (15/9). Penelitian itu telah direprentasikan pada “Inter national Conference on Cross Cultural Collaboration in Nursing for Sustainable Development” di Bangkok, Thailand, 9-10 September 2013 dan mendapatkan reaksi positif dari para peserta konferensi yang mayoritas non-Muslim. “Mereka tertarik. Antusiasme mereka sangat tinggi karena mereka baru pertama mengetahui penelitian seperti itu,” katanya. Dia mengaku bangga dapat mempresentasikan hasil penelitiannya di luar negeri. Apalagi, konferensi itu diikuti peserta yang jenjang pendidikannya lebih tinggi,yaitu S-2 dan S-3, bahkan profesor (Antara). fasilitas layanan kesehatan pada periode Armina di mana semua jamaah terkonsentrasi di Arafa, Mina dan tidak ada pelayanan di Sektor. “Padahal kapasitas BPHI juga sangat terbatas, ha nya mempunyai 141 tempat tidur,” jelasnya. (SI online)
168.800
2.119.389
17 TAHUN
Jumlah jama’ah haji Indonesia tahun 2013. Merupakan pengirim jama’ah terbesar di dunia.Terdiri dari 155.200 jama’ah haji regular dan 13.600 jama’ah haji khusus.
Jumlah jama’ah haji Indonesia yang masuk daftar tunggu keberangkatan setelah 2013.
Adalah waktu tunggu terlama yang dialami jamaah haji Sulawesi Selatan. Sementara Provinsi Maluku Utara memiliki waktu menunggu terpendek, 5 tahun. diolah dari situs www.kemenag.go.id
kha zanah
4 Edisi Oktober 2013 M Dzulhijjah 1434 H
suluh
Analisis Syariah tentang Konsep Kemiskinan Perbedaan dalam penghasilan dan pendapatan (ma’isyah) di antara umat manusia adalah sunnatullah fil hayah. Di manapun akan selalu ada kelompok orang kaya dengan kelompok orang miskin, kelompok orang berpenghasilan tinggi, penghasilan sedang, penghasilan rendah dan mungkin kelompok tidak punya penghasilan (tetap).
Islam tidak pernah berbicara menghilangkan kemiskinan ka rena memang tidak akan bisa dihilangkan secara penuh, akan tetapi meminimalisir dengan cara saling menolong, saling membantu, saling bersilatur rahim, saling mengisi dan saling bersinergi. Firman Allah SWT dalam QS Az-Zukhruf: 32 “Apakah mereka yang membagi-bagi rah mat Tuhanmu? Kami telah
me nentukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehi dupan dunia, dan kami telah me ninggikan sebahagian mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat, agar sebagian mereka dapat mempergunakan sebagian yang lain. Dan rahmat Tuhanmu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan”. Salah satu pilar penting dalam pembangunan masyarakat, seperti dikemukakan oleh Ali
bin Abi Thalib, ialah orang fakir yang memiliki akhlak yang baik (dicirikan dengan suka berdoa). “Tegaknya urusan dunia dan ma syarakat karena lima faktor: ilmu para ulama, adilnya umara (pe merintah), kepemurahan orang kaya, doanya orang fakir, dan jujurnya para pegawai”. Keti ka ajaran Islam menjelaskan per soal an kemiskinan dan orangorang miskin, yang ditekankan adalah upaya, perhatian, pem belaan dan pertolongan kepada mereka dengan segenap potensi yang dimiliki oleh orang-orang yang punya kelebihan tertentu, baik secara perorangan maupun secara kelembagaan. Bahkan per hatian kepada mereka di ang gap bagian dari kekuatan keimanan dan keislaman. Se balik nya, membiarkan mereka tidak mempedulikannya, di
Edisi Oktober 2013 M Dzulhijjah 1434 H 5 anggap mendustakan agama dan kelemahan dari iman yang di miliki. Firman Allah SWT dalam QS Al-Maun: 1-3. “Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama? Itulah orang yang meng hardik anak yatim, dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin”. Semua rukhsah (keringanan karena tidak melakukan kewajiban utama) dan pelanggaran, peng gantinya adalah memberi makan an dan pakaian pada fakir miskin. Contohnya, orang yang tidak mampu berpuasa karena sakit atau karena sudah tua, wajib membayar fidyah, yaitu memberi makan kepada orang miskin (QS Al-Baqarah: 184). Orang yang melanggar sumpahnya wa jib mem berikan makanan dan pa kaian kepada fakir miskin (QS AlMaidah: 89), dan lain sebagainya. Orang yang termasuk ka te gori miskin adalah orang yang tidak mampu memenuhi kebutuhan diri dan keluarganya secara wajar meskipun mereka punya pekerjaan, penghasilan dan pendapatan, misalnya para nelayan yang secara eksplisit dijelaskan di dalam QS Al-Kahfi: 79. “Adapun bahtera (kapal) itu adalah kepunyaan orangorang miskin yang bekerja di laut (nelayan), dan aku bertujuan merusakkan bahtera itu, karena di hadapan mereka ada seorang raja yang merampas tiap-tiap bahtera”. Sedangkan orang fakir adalah orang yang tidak punya peng hasilan sama sekali karena ada uzur syar’i seperti tua, sakit, atau sibuk mendarmabaktikan tenaga dan pikirannya untuk ke pentingan masyarakat. Firman Allah Swt. dalam QS Al-Baqarah: 273. “(Berinfaqlah/berzakat) kepada orang-orang fakir yang
terikat (oleh jihad) di jalan Allah; mereka tidak dapat (berusaha) di bumi. Orang yang tidak tahu menyangka mereka orang kaya karena memelihara diri dari mintaminta. Kamu kenal mereka dengan melihat sifat-sifatnya, mereka tidak meminta kepada orang secara mendesak. Dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan (di jalan Allah), maka sesungguhnya Allah Maha Mengatahui”. Dalam perspektif syariah, ber dasarkan ayat-ayat tersebut, fakir miskin itu tidak boleh ter jadi karena kemalasan, tidak mau bekerja dan mengandalkan pemenuhan kebutuhan hidupnya sendiri dengan cara memintaminta pada orang lain. Dalam sebuah hadis shahih, Rasulullah Saw. mengatakan bahwa orangorang yang pekerjaannya memin ta-minta karena malas, padahal ia bisa berkerja, di akhirat nanti ia akan kehilangan wajahnya (AlHadis). Kategori fakir miskin yang berhak menerima zakat (mustahik zakat) seperti digambarkan pada QS At-Taubah: 60 adalah orang-orang yang bekerja keras tetapi tidak terpenuhi kebutuhan hidupnya secara wajar dan peng hasilannya tidak mencapai nishab (batas minimal jumlah harta yang wajib dizakati). Zakat disalurkan kepada mereka dalam bentuk zakat produktif untuk penguatan modal dari kegiatan usaha dan pekerjaan mereka. Sedangkan bagi orang fakir miskin yang tidak mampu bekerja (bukan karena malas) tetapi ada uzur syar’i seperti tua dan sakit, maka diberikan kepada mereka zakat yang bersifat konsumtif. Tetapi tetap saja ajaran Islam menyuruh mereka untuk mau berinfak, meskipun dalam
Prof. Dr. KH. Didin Hafidhuddin, M.Sc Ketua Umum BAZNAS
jumlah yang sedikit (perhatikan QS Ali Imran: 134). Anjuran infak ini sebenarnya adalah untuk menguatkan mental dan jiwa mereka. Halnya sama dengan zakat fitrah yang jumlahnya sangat sedikit, tujuan utamanya, di sam ping memberikan makanan pada fakir miskin, membersihkan orang yang berpuasa dari sifat-sifat buruk, juga agar setiap orang da lam hidupnya pernah berzakat dengan sebagian hartanya, mes kipun jumlahnya sangat sedikit. Pengertian kebutuhan pokok, dalam ajaran Islam, bukan sematamata yang bersifat material, tetapi juga spiritual dan ibadah kepada Allah SWT. Karena itu, apabila dilihat dalam QS Thaha: 118 dan 119 serta QS Quraisy: 3-4, kebutuhan pokok itu adalah: Pertama, bisa melakukan kegiatan ibadah. Kedua, terpenuhinya san dang, pangan dan papan (tidak telanjang, tidak lapar, dan tidak kedinginan serta kepanasan. Ke tiga, hilangnya rasa takut ketika menghadapi suatu kondisi ter tentu (terpenuhi kebutuhan pendidikan, kesehatan dan pekerjaan). Wallahu A’lam bi ashshawab.
suluh
6 Edisi Oktober 2013 M Dzulhijjah 1434 H
Presiden SBY:
Hari Zakat Nasional
akan ditetapkan setiap 27 Ramadhan
zakat utama
Tanggal 27 Ramadhan 1434 H yang bertepatan dengan tanggal 5 Agustus 2013 adalah hari yang bersejarah bagi BAZNAS. Sebab, pada hari itu BAZNAS mendapat kunjungan orang nomor satu di republik ini. Yaitu, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Beliau datang didampingi Wakil Presiden Boediono, Menko Polhukam Djoko Suyanto, Menko Perekonomian Hatta Rajasa, Menko Kesra Agung Laksono, Menag Suryadharma Ali, dan jajaran lain kabinet.
Edisi Oktober 2013 M Dzulhijjah 1434 H 7
“Selaku kepala negara, setelah mendengarkan pandangan dari Wakil Presiden, Menteri Agama, dan semua yang hadir, saya mendukung (adanya Hari Zakat Nasional) dan insya Allah akan kita kukuhkan secara resmi,” kata Presiden.
S
ebagai tuan rumah, BAZNAS, mulai dari Pelaksana Harian, Pengurus, Komisi Pengawas, hingga Dewan Pertimbangan, hadir menyambutnya dengan antusias. Mereka, term asuk juga Duta BAZNAS Ary Ginan jar dan Gubernur DKI Jakarta Jokowi berbaris mengular dari pintu masuk utama kantor BAZNAS sampai ke Jl. Raya Kebon Sirih, menyalami tetamu agungnya saat SBY dan rombongan datang pada pukul 11.30 WIB. Kunjungan Presiden ini merupakan kunjungan yang per tama kali sejak lebih dari 12 tahun BAZNAS berdiri. Jadi wajar bila BAZNAS merasa bangga dan berbahagia. Hal yang lebih mem bahagiakannya lagi adalah Presiden SBY menerima usulan BAZNAS bahwa setiap tanggal 27 Ramadhan pemerintah menetap kan sebagai Hari Zakat Nasional (HZN). Pada kesempatan itu, me mang SBY menerima saran dari pimpinan BAZNAS agar kiranya tanggal 27 Ramadhan dijadikan Hari Zakat Nasional. “Selaku kepala negara, setelah mendengarkan pandangan dari Wakil Presiden, Menteri Agama, dan semua yang hadir, saya mendukung (adanya Hari Zakat Nasional) dan insya Allah akan kita kukuhkan secara resmi,” kata Presiden di hadapan sorotan dan jepretan kamera para jurnalis dari berbagai media baik cetak, elektronik, maupun online, seperti Kompas, Republika, MetroTV, SCTV, TVOne dan Kantor Berita Antara.
Sekali lagi, tegas Presiden, 27 Ramadhan akan menjadi Hari Zakat Nasional. “Semoga Allah Swt meridhai dan memberkati niat dan cita-cita yang baik ini, sehingga upaya negara untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat makin baik, yang dilakukan BAZNAS baik pusat maupun daerah makin efektif, dan kesadaran masyarakat untuk menunaikan kewajibannya (zakat) makin meningkat.” Menurut Ketua Umum BAZNAS Prof. Dr. Didin Hafidhuddin, Hari Zakat Nasional itu dibuat untuk meningkatkan kesadaran masyarakat agar mere ka berzakat tidak hanya pada bulan Ramadhan, tetapi juga pada bulan-bulan lain sepanjang tahun sesuai dengan ajaran Islam. Penetapan Hari Zakat Na sional oleh Presiden adalah salah satu bentuk dukungan pemerintah terhadap zakat. “Saya ingin zakat ini menjadi bagian dari kepentingan publik, bukan seperti selama ini, zakat dianggap sebagai urusan pribadi. Karena zakat itu untuk kepentingan umat dan bangsa, maka zakat harus mendapat dukungan dari pemerintah,” tegasnya Didin memilih tanggal 27 Ramadhan sebagai HZN karena tanggal itu merupakan tanggal atau hari baik. “Ini bertepatan dengan lailatul qadar. Pada malam itu Allah Swt. memberikan keselamatan, kebahagiaan dan hal-hal positif lainnya bagi orangorang yang baik,” ujarnya. Nanti, kata Didin lebih lanjut, akan dibuatkan surat keputusan
bahwa tanggal 27 Ramadhan sebagai Hari Zakat Nasional. “Hari Zakat Nasional ini tidak akan ada konsekwensi apa pun, misalnya menjadi hari libur nasional. Sebab, tanggal 27 Ramadhan setiap tahun kan sudah libur,” jelasnya. Pada kunjungannya itu SBY mengaku senang karena BAZNAS bekerja dengan baik. “Saya senang mendengarkan laporan dari pimpinan BAZNAS bahwa setiap tahun BAZNAS diaudit oleh auditor independen dan kegi at an nya direncanakan bagus, se hing ga dana zakat yang telah dikumpulkan itu bisa disalurkan kepada yang berhak,” kata Presiden. Pada pertemuan dengan pimpinan BAZNAS, SBY berpesan agar terjadi sinergi dan koordinasi BAZNAS pusat dengan pemerintah pusat, BAZNAS daerah dengan pe merintah daerah. “Para Gubernur dan bupati/walikota wajib untuk duduk bersama me nyerasikan bantuan, baik yang diberikan pe merintah maupun BAZNAS. Agar rakyat betul-betul mendapatkan bantuan yang nyata, sasaran yang tepat, tidak tumpah tindih dengan apa yang dilakukan pemerintah. Presiden juga berkomunikasi dengan beberapa pimpinan BAZ NAS Daerah, antara lain, BAZNAS Sumatera Selatan, Jawa Barat, Jawa Timur, dan Kabupaten Be rau (Kalimantan Timur) meng gunakan teknologi Google Hangout dengan akun yang digunakan adalah akun @ baznas.or.id milik masing-masing BAZNAS Daerah.
zakat utama
8 Edisi Oktober 2013 M Dzulhijjah 1434 H
Didin Hafidhuddin:
HARI ZAKAT NASIONAL SADARKAN UMAT BERZAKAT zakat utama
Pada waktu Presiden SBY berkunjung ke kantor BAZNAS, 27 Ramadhan 1434 H/5 Agustus 2013, pimpinan BAZNAS mengusulkan agar tanggal 27 Ramadhan ditetapkan sebagai Hari Zakat Nasional (HZN).
©miroslav arofich
Edisi Oktober 2013 M Dzulhijjah 1434 H 9
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Wapres Boediono, beserta rombongannya, berkunjung ke kantor BAZNAS
U
ntuk mengetahui latar bela kang usulan ini, redaksi Zakat mewawancarai Ketua Umum BAZ NAS Prof. Dr. Didin Hafidhuddin di kantor BAZNAS, Jakarta, akhir September lalu. Berikut hasil wawancaranya: Apa alasan diusulkannya Hari Zakat Nasional ke Presiden SBY? Selama ini ada persepsi yang kuat di masyarakat bahwa zakat itu merupakan urusan individu, bukan urusan publik. Maka, tak heran kalau kemudian, para muzaki, berzakatnya langsung ke mustahik, tanpa melalui amil zakat. Mereka merasa nyaman dan nikmat dengan kebiasaan itu. Dan, kebiasaan itu sudah berlangsung lama. Padahal, pada zaman Rasul ullah Saw dan para sahabatnya hampir tidak ada zakat yang diserahkan secara langsung dari muzaki ke mustahik. Pada ma sa itu, zakat selalu diserahkan melalui amil, terkecuali infak yang memang didorong diserahkan langsung ke mustahik. Memang, satu-satunya iba dah yang secara eksplisit atau ter surat dalam Al-Quran ada petugasnya adalah zakat. Hal ini
dapat dilihat dalam QS At-Taubah ayat 60 dan ayat 103. ”Sesungguhnya zakat itu hanyalah untuk orang-orang fakir, orang miskin, amil zakat, yang dilunakkan hatinya (muallaf), un tuk (memerdekakan) hamba sahaya, untuk (membebaskan) orang yang berutang, untuk jalan Allah dan untuk orang yang se dang dalam perjalanan, sebagai kewajiban dari Allah. Allah Maha Mengetahui, Maha Bijaksana.” (QS At-Taubah:60) “Ambillah zakat dari harta mereka, guna membersihkan dan menyucikan mereka, dan ber do’alah untuk mereka. Sesungguh nya do’amu itu (menumbuh kan) ketenteraman jiwa bagi mereka. Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui. “(QS At-Taubah:103) Dengan dikelola oleh kelem bagaan amil zakat, bukan langsung diberi kan ke mustahiknya, ter nyata zakat berhasil dalam upaya mengurangi angka kemiskinan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Filosofi zakat yang seperti itu memang harus terus-menerus kita sosialisasikan dengan berbagai
macam cara atau media agar masyarakat memiliki persepsi yang sama, bahwa zakat itu bukan urusan individu, tapi uru san publik yang memerlukan penanganan secara khusus dan serius melalui organisasi atau lembaga. Salah satu caranya adalah dengan mengangkat zakat itu pada wacana publik. Antara lain, dengan perlu ditetapkannya satu hari di dalam bulan Ramadhan sebagai Hari Zakat Nasional, yaitu hari ke-27 Ramadhan.
Mengapa yang dipilih tanggal 27 Ramadhan? Kami memilih tanggal 27 Ramadhan karena tanggal 27 Ra ma dhan itu hari yang diyakini oleh kaum muslimin yang ber puasa bahwa itu lailatul qadar. Malam 1000 bulan yang penuh keberkahan. Pada malam itu Allah Swt. memberikan keselamatan, kebahagiaan dan hal-hal positif lainnya bagi orang-orang yang baik. Selain itu, pada tanggal 27 Ramadhan 1434 H yang ber tepatan dengan tanggal 5 Agustus 2013, ada momentum yang baik yang bermanfaat bagi ke pentingan umat dan bangsa ser ta untuk kepentingan dunia perzakatan nasional. Yaitu, berkunjungnya Presiden, Wakil
zakat utama
10 Edisi Oktober 2013 M Dzulhijjah 1434 H Presiden dan para menteri yang cukup banyak ke kantor BAZNAS yang kecil. Maka, ketika itu kami mengusulkan ke Presiden supaya tanggal 27 Ramadhan, bukan tang gal 5 Agustus, dijadikan sebagai Hari Zakat Nasional.
zakat utama
Sejak kapan ide perlu adanya HZN itu muncul? Sebenarnya ide HZN ini sudah lama ada. Tapi, kami ingin mencari tanggal dan bulannya yang tepat, apakah bulan Ramadhan atau se telah itu. Atau apakah pada ha ri lahirnya BAZNAS, 17 Janu ari. Kalau HZN sesuai dengan hari lahirnya BAZNAS, atau ber dasarkan tanggal dan bulan Ma se hi, maka kami pikir itu tidak monumental karena tidak terkait dengan ibadah. Berbeda kalau menggunakan tanggal dan bulan Hijriyah, seperti Ramadhan, jelas sekali kaitannya dengan ibadah yang memerlukan manajemen/ kelembagaan. Maka, saat ada mo mentum kehadiran Presiden, tang gal 27 Ramadhan diusulkan untuk dideklarasikan sebagai HZN. Apa makna dari HZN ini? Intinya, HZN itu bagian dari edukasi dan sosialisasi kepada masyarakat bahwa zakat bukan persoalan privat, tapi persoalan
publik. Dan harus transparan. Yang namanya berzakat memang harus diketahui orang. Tidak boleh sembunyi-sembunyi. Sama dengan shalat fardhu. Misalnya, shalat Jumat. Tidak boleh dengan alasan takut riya (dipuji orang lain), seseorang melakukan shalat Jumat sendirian di rumah. Kalau mau yang tidak diketahui orang, ya, silakan shalat sunat, seperti tahajud (shalat malam) di rumah. Karena alasan takut riya, ada muzaki yang kemudian berza katnya secara sendiri, sembunyisembunyi, tidak melalui amil zakat. Padahal Rasulullah Saw. pernah melakukan isolasi sosial pada orang yang tak berzakat, sehingga diketahui siapa yang berzakat siapa yang tidak. Abu Bakar Siddiq juga pernah akan memerangi orang yang tidak berzakat. Jadi, makna adanya HZN ada lah bahwa zakat itu bukan urusan pribadi lagi, tapi urusan publik, urusan yang perlu ikut campurnya negara. Sebab, hal ini berkaitan dengan keuangan dan masalah yang berkaitan dengan kesejahteraan masyarakat. Nah, itu antara lain mengapa berani mengusulkan HZN ini ke Presiden.
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Wapres Boediono, beserta rombongannya, berkunjung di kantor BAZNAS
Ketika Presiden menyetujui usulan ini, bagaimana tanggap an Bapak? Kami merasa bersyukur Al ham dulillah karena ketika HZN kami usulkan ke Presiden, Pre siden langsung menanyakan pen dapat Menteri Agama tentang HZN ini. Dan Menteri Agama setuju. “Kalau memang setuju, ya sudah. Kita jadikan tanggal 27 Ramadhan sebagai Hari Zakat Nasional.” Itu kata Presiden SBY.
Apa harapan Bapak setelah ada HZN? Dengan adanya HZN diharap kan umat menjadi lebih sadar untuk mengeluarkan zakat. tidak hanya zakat fitrah pada bulan Ramadhan, tapi juga zakat mal atau penghasilan atau yang lainnya pada bulan lain sepanjang tahun. Dan zakatnya itu dikeluarkan lewat lembaga atau badan amil zakat. Kami berharap, masyarakat semakin mempercayakan ke BAZ NAS, baik BAZNAS pu sat mau pun daerah dalam membayar kan zakatnya. Tentu dengan penguatan dari BAZNAS sendiri sebagai lembaga yang amanah, transparan, dan profesional. Karena begitu pentingnya HZN, kami berharap HZN segera ditetapkan secara resmi oleh Presiden.
Apakah ada konsekwensi dari HZN, misalnya HZN menjadi hari libur nasional? Asosasi orang, kalau hari-hari peringatan itu, libur. Padahal kan tidak. Memang seharusnya juga tidak libur. Hari Kartini (21 April) atau Hari Ibu (22 Desember) kan tidak libur. Kita berharap HZN tidak libur, apalagi 27 Ramadhan sudah masuk hari libur. Jadi, tidak ada konsekwensi apa-apa dari HZN.
Edisi Oktober 2013 M Dzulhijjah 1434 H 11
APA KATA MEREKA TENTANG HZN ? Adanya Hari Zakat Nasional pada setiap tanggal 27 Ramadhan yang akan ditetapkan secara resmi oleh Presiden SBY mendapat sambutan positif dari berbagai pihak. Mereka intinya mendukung. Sebab, HZN bisa mengingatkan orang untuk membayar zakat.
B
erikut komentar seputar usulan Hari Zakat Nasional:
“Zakat adalah salah satu instrumen untuk menciptakan keadilan dan kebersamaan di antara kita. Untuk itu mari kita tunaikan perintah agama ini dengan sebaik-baiknya agar kesenjangan sosial dan ekonomi yang ada dapat teratasi sehingga hidup dan kehidupan kita mendapat berkah dari-Nya. Karena itu, saya setuju ada Hari Zakat Nasional sebagai pengingat adanya kewajiban tersebut.” Anwar Abbas, Bendahara PP Muhammadiyah, Ketua MUI Pusat Bidang Pemberdayaan Ekonomi Umat)
“Saya setuju ada Hari Zakat Nasional sebagai upaya mengingatkan umat untuk membayar zakat, khususnya zakat harta. Pada saat itu, umat diajak membayar zakat bersama.” Sulastomo, mantan Ketua Umum PP HMI periode 1963 - 1966) “Good idea, usulan BAZNAS kepada Presiden SBY 5 Agustus 2013 yang lalu
agar dipertimbangkan segera penetapan Hari Zakat Nasional (HZN). Moga hal itu bisa meningkatkan kesadaran umum akan pentingnya penghimpunan dana zakat secara nasional dengan pengelolaan yang lebih transparan demi kesejahteraan umat Islam. Dengan adanya HZN diharapkan, segenap umat Islam akan lebih tergugah untuk membayar zakat sebagai salah satu rukun Islam. Namun, HZN jangan menjadi hari libur, melainkan sifatnya fakultatif agar bangsa Indonesia khususnya umat Islam tetap bekerja keras dan disiplin dengan produktivitas yang tinggi.” Tarman Azzam, Ketua Dewan Kehormatan PWI “Saya beserta keluarga bersyukur kepada Allah yang telah menunjukkan kepada kami tentang amalan zakat dan memberikan kepada kami kemaslahatannya, yang dengan amalan tersebut kami sekeluarga merasakan kemaslahatannya, di antaranya makin tumbuhnya rasa cinta dan kepedulian kami sekeluarga pada sesama, Allah mudahkan urusan kami dan yang paling penting adalah kami
rasakan perlindungan Allah yang besar pada keluarga kami dan rasa dekat dengan-Nya. Karena itu, kami setuju ada Hari Zakat Nasional.” Kartini Fahmi Idris, Ibu Rumah Tangga, alumni Korps HMI-Wati-KOHATI, pendiri dan penggiat Forum Keluarga Visi 21) “Saya sangat berbahagia dengan diusulkannya Hari Zakat Nasional, selain untuk memasyarakatkan zakat, juga untuk mengingatkan kembali kewajiban zakat yang sering terlupakan.” Uliandri Amrulllah, Dokter Puskesmas/Dinas Kesehatan di Tangerang “Alhamdulillah pemerintah semakin memperhatikan peran organisasi pengelola zakat. Insya Allah akan semakin terus bertambah perhatian pemerintah setelah penetapan Hari Zakat Nasional.” Nurul Huda, Ketua Program Studi Magister Manajemen Universitas Yarsi, Dosen PSKTTI Universitas Indonesia “Saya mendukung penuh jika nanti Hari Zakat Nasional ditetapkan pada hari ke-27 bulan Ramadhan. Penetapan Hari Zakat Nasional oleh Presiden SBY nanti diharapkan bisa membawa semangat baru dalam memerangi kemiskinan. Sebab, zakat merupakan bagian dari solusi radikal dalam mengentaskan kemiskinan, sehingga jarak antara si kaya dan si miskin tidak semakin lebar.” Hamim Pou, Bupati Bone Bolango Gorontalo
zakat utama
12 Edisi Oktober 2013 M Dzulhijjah 1434 H
kaidah zakat
Haji dan Zakat Belum Berbanding Lurus
S
ebanyak 168.800 orang jamaah haji Indonesia mulai 10 September sampai 19 November 2013 telah siap untuk diberangkatkan menuju tanah suci secara bergelombang yang terbagi dalam 233 kloter (kelompok terbang). Mereka terdiri dari jamaah haji reguler 155.200 dan jamaah haji dengan BPIH Khusus 13.600 orang. Jumlah di atas sesuai data terakhir pasca pemotongan kuota sebanyak dua puluh persen pada tahun ini. Indonesia dengan jumlah penduduk sekitar 250 juta jiwa (data BKKBN, 2013) dari tahun ke tahun memberangkatkan jamaah haji dalam jumlah terbesar. Sementara itu, calon jamaah haji yang telah mendaftar dan masuk daftar tunggu kini sudah mencapai jutaan orang. Daftar tunggu calon jamaah haji Indonesia tahun 2013 sudah mencapai jumlah dua juta orang. Daftar tunggu terlama di provinsi Sulawesi Selatan, yaitu 16 tahun, sedangkan daerah lainnya masa tunggu terpendek sekitar 4 hingga 5 tahun ke depan.
©shutterstock.com
Edisi Oktober 2013 M Dzulhijjah 1434 H 13 Menunaikan ibadah haji merupakan rukun Islam dan ke wajiban sekali seumur hidup bagi orang yang mampu melaksanakan perjalanan ke Baitullah [QS Ali Imran [3]: 97). Calon jamaah haji yang mendaftar untuk berangkat haji dalam rangka memenuhi panggilan Allah adalah orang yang tergolong mampu secara ekonomi, setidaknya memiliki harta atau penghasilan di atas standar nishab zakat. Seorang yang istitha’ah (memiliki kemampuan) untuk berangkat ke tanah suci dipastikan juga telah wajib menunaikan zakat, kecuali yang berangkat haji atas biaya orang lain atau sponsor dari tempat kerjanya. Dalam kalkulasi sederhana, jika calon jamaah haji yang ter daftar berjumlah dua juta orang tersebut, menunaikan zakat harta melalui BAZNAS di daerahnya, rata-rata Rp 5 juta setiap orang, maka dalam setahun akan ter himpun zakat umat Islam Rp 10 triliun. Angka Rp 10 triliun terse but di kalkulasikan hanya dari calon jamaah haji yang masuk daf tar tunggu dan belum dari mereka yang sudah menunaikan haji. Mengapa BAZNAS di seluruh Indonesia sampai saat ini belum mencatat penerimaan zakat dalam jumlah setidaknya Rp 10 triliun setahun? Pertama, belum adanya ke satuan pemahaman di kalangan umat Islam tentang keutamaan berzakat melalui amil yang ber bentuk lembaga resmi. Sebagian besar umat Islam di Indonesia lebih memilih memberikan zakat nya secara langsung kepada mus tahik fakir miskin yang dikenalnya daripada melalui BAZNAS atau pun LAZ. Di samping itu masih banyak masyarakat muslim Indo
nesia yang belum mengetahui jenis harta kekayaan yang wajib dikeluarkan zakatnya. Tidak dipungkiri bahwa ke sadaran dan kepercayaan umat Islam untuk berzakat melalui lembaga zakat masih tergolong rendah. Meski sosialisasi pe nge lolaan zakat telah sering dilakukan baik oleh pemerintah maupun lembaga zakat. Kedua, semangat membentuk lem baga zakat belum disertai dengan manajemen yang baik serta kesadaran yang tinggi akan pen tingnya penggalangan po ten si zakat umat Islam secara keseluruhan dan akuntabilitas pengelolaannya. Provinsi dan ka bupaten/kota dimana calon jama ah hajinya paling banyak belum tentu angka pengumpulan zakat oleh BAZNAS setempat paling besar. Selain itu, masih banyak nya BAZNAS daerah yang kurang aktif atau belum terbentuk juga berpengaruh terhadap akses mas ya rakat yang ingin membayar zakat melalui lembaga zakat yang dibentuk oleh pemerintah. Ketiga, belum tertatanya sis tem pelaporan zakat yang terintegrasi secara nasional ber basis data riil muzakki. Data zakat nasional 2012 sebesar Rp 2,2 triliun harus didukung dengan neraca laporan yang lengkap sehingga bisa diaudit. Karena itu sistem pengumpulan dan penyaluran zakat di seluruh ta nah air harus diperkuat dengan mekanisme yang tepat, akuntabel, dan mudah diakses oleh seluruh lapisan masyarakat. Dalam kaitan ini minat dan kemampuan umat Islam Indonesia untuk menunai kan ibadah haji dan melakukan um rah, seharusnya berbanding lurus dengan meningkatnya peng umpulan zakat setiap tahunnya.
Oleh M. Fuad Nasar Wakil Sekretaris BAZNAS
Pada akhirnya setiap orang yang menunaikan ibadah haji ingin mendapatkan haji mabrur. Kemabruran haji di samping ter gantung pada harta dan sumber biaya yang halal serta tata cara pelaksanaan haji yang benar sesuai dengan tuntunan Rasul ullah melalui sunnah yang sha hih dan dalil yang tarjih, juga erat kaitannya dengan sikap dan komitmen sosial seorang ha ji untuk berbuat baik kepada se sama. Nurcholish Madjid (1997) dalam salah satu risalahnya mengemukakan, “Meningkatnya komitmen sosial itulah sebetulnya yang menjadi indikasi dari kemabruran. Yaitu sepulangnya melakukan haji, ia menjadi manusia yang baik, jangkauan amal dan ibadahnya jauh ke depan dan berdimensi sosial.” Dengan demikian, dapat disimpulkan perjalanan religious haji dan umrah jangan hanya berhenti pada simbol dan status sosial. Hadits Nabi mengisyaratkan “Sebaik-baik manusia ialah yang paling bermanfaat kepada sesama manusia.” Salah satu manfaat yang diberikan seorang muslim kepada sesama terwujud melalui zakat, infaq, shadaqah, wasiat, wakaf dan perbuatan kebajikan lainnya yang dilakukan dengan niat karena Allah.
kaidah zakat
14 Edisi Oktober 2013 M Dzulhijjah 1434 H
wawan cara
Calon Haji Diingatkan Bayar Zakat Anggito Abimanyu
Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah ©miroslav arofich
Edisi Oktober 2013 M Dzulhijjah 1434 H 15 Jumlah jamaah calon haji kita membludak setiap tahun. Tapi, jumlah dana zakat yang bisa dihimpun badan amil zakat dan lembaga amil zakat tak sebanding dengan jumlah jamaah calon haji tersebut. Untuk mengetahui penyebabnya, redaksi majalah Zakat mewawancarai Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah Anggito Abimanyu, di Jakarta, akhir September lalu. Berikut hasil wawancaranya: Jumlah jamaah calon haji Indonesia setiap tahun meningkat. Ini bisa dilihat dari panjangnya antrean mereka yang mau berhaji. Apa komentar Bapak? Ada tiga istitha’ah (kemam puan) yang harus dipenuhi sehingga seseorang bisa melak sanakan ibadah haji. Yaitu, pe ngetahuan ibadah haji, keuangan, dan kesehatan. Dengan adanya antrean calon haji yang semakin panjang, berarti kemampuan umat Islam untuk beribadah haji semakin tinggi atau semakin baik, baik dari segi ilmu pengetahuan beribadah hajinya, keuangannya, maupun kesehatannya. Ini harus kita syukuri. Dengan kata lain, keadaan ekonomi umat, khususnya jamaah calon haji semakin baik. Selain itu, pemahaman syariah atau keagamaan mereka juga semakin baik. Tapi, mengapa kondisi baik ini tidak berbanding lurus dengan penerimaan dana zakat?
Ibadah haji itu ibadah lengkap dan keutamaannya luar biasa. Misalnya, satu kali shalat di Masjidil Haram itu lebih utama daripada seratus ribu kali shalat di tempat lain. Tapi, untuk mencapai keutamaan itu, pintunya cuma satu, yaitu harus di Arab Saudi. Berbeda dengan
zakat. Cara membayarnya mudah dan pintunya juga banyak sekali, misalnya melalui masjid, ustaz, dan pesantren. Dan ini tidak tercatat oleh badan amil zakat. Mereka membayar zakat langsung ke mustahik secara sendiri-sendiri, karena mereka belum memahami manfaat pem bayaran zakat yang dikumpulkan lewat lembaga amil. Ini terjadi, karena edukasi dan sosialisasinya belum sampai kepada mereka. Ada edukasi dan sosialisasi, tapi kurang bagus, sehingga tidak mendorong mereka untuk berzakat lewat lembaga. Selain itu, lembaga zakat yang ada belum bisa mereka percayai. Masih ada kesan, jangan-jangan uang zakatnya tidak sampai ke mustahik. Itu beberapa kemungkinan. Upaya-upaya apa yang harus dilakukan agar jumlah zakat yang diterima sebanding dengan jumlah jamaah calon haji yang membludak itu?
Undang-Undang No.23/2011 tentang Pengelolaan Zakat me revitalisasikan fungsi BAZNAS sebagai organisasi yang meng koordinasikan pengelolaan zakat secara nasional. Agar fungsi ini bisa dijalankan, maka kantornya harus memadai, stafnya harus profesional, sistemnya harus terkonekasi dengan lembagalembaga zakat, sehingga di ketahui potensi zakat yang
sesungguhnya. Dan itu, digunakan untuk pemberdayaan umat atau penanggulangan kemiskinan. Jadi, intinya, harus dilakukan penguatan terhadap institusinya. Artinya, badan atau lembaga amil zakat harus dapat dipercaya. Dia mampu menyalurkan dana zakat kepada mustahik. Harus ada koneksi antara muzaki dengan mustahik. Jadi, kalau saya membayar zakat, harus nyata man faatnya. Maka, sistemnya harus transparan, lebih mudah dan lebih disederhanakan. Upaya lain, sosialisasi dan edukasi harus terus digencarkan. Harus banyak duta BAZNAS dari kalangan mapan. BAZNAS harus membidik keluarga-keluarga me nengah ke atas untuk menarik sebanyak mungkin muzaki. Dan itu harus lebih terbuka, jangan hanya yang sudah kaffah atau santri yang sudah baik, yang dijadikan duta BAZNAS, tapi juga mereka yang sudah punya kemampuan. Bisa tidak, ada syarat tambahan, misalnya harus bayar zakat untuk calon haji?
Bisa saja, tapi itu tidak me rupakan rukun haji. Dia memang wajib membayar zakat, tapi itu kewajiban individual. Tidak ada persyaratan harus membayar zakat sebelum melaksanakan haji. Yang disyaratkan, ia harus mempunyai kemampuan ekonomi. Ini dibuktikan dengan melakukan setoran awal, pakai uang sendiri, jangan pinjam. Lalu, harus sehat dan punya kemampuan ilmu haji. Kalau belum mampu, bisa dilatih lewat manasik haji. Nah, dalam manasik itu bisa disampaikan bahwa sebagai calon haji, ia sudah wajib membayar zakat dan zakatnya disalurkan ke badan atau lembaga amil zakat.
wawan cara
16 Edisi Oktober 2013 M Dzulhijjah 1434 H
Kunjungan Incognito Presiden SBY ke BAZNAS Menyambut tamu, apalagi tamu kehormatan seperti presiden dan wakilnya, perlu tahu sejak awal tentang kebutuhannya. Bila pengetahuan tentang kebutuhannya itu datang mendadak, maka tuan rumah akan dibuat begitu sibuk mempersiapkan kebutuhan tamu agungnya itu.
surat kebon sirih
Hal seperti itu kami alami ketika menerima kunjungan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono beserta rombongannya, antara lain, Wapres Boediono, Menko Polhukam Djoko Suyanto, Menko Perekonomian Hatta Rajasa, Menko Kesra Agung Laksono, dan Menag Suryadharma Ali, Senin, 5 Agustus lalu. Sebenarnya, rencana keda tangannya sudah kami ketahui waktu kami ke Istana Negara menjemput pembayaran zakat Presiden, 24 Juli 2013. Tapi, kepas tian beliau akan datang baru kami ketahui Sabtu sore,3 Agustus, dari protokolernya bahwa Pre siden akan datang secara incognito, tan pa keterangan akan didampingi Wapres dan jajaran kabinet. Meski kunjungan itu bukan kunjungan seremonial, kami tetap ingin mempersiapkan sebaikbaiknya. Maka, kami berharap,
Minggu (4 Agustus) kami bisa berkoordinasi dengan Protokoler Presiden. Tapi, ini tidak bisa dilakukan karena dia berlibur setelah mengikuti kegiatan safari Ramadhan Presiden. Koordinasi itu baru terjadi saat Protokoler Presiden dan Paspampres datang pada Senin (5 Agustus) atau beberapa saat lagi Presiden akan datang. Menurut Protokoler Presiden, Presiden akan datang bersama Wapres dan sejumlah menteri setelah acara sidak mudik Lebaran dari stasiun Senen. Dia minta, agar kami menyiapkan ruang ganti baju , toilet, dan tempat wudhu khusus buat Presiden. Lalu, ketika Protokeler Wapres datang, ia pun minta permintaaan yang sama. Kami siapkan ruang ganti itu di lantai atas di ruang kerja Ketua Umum dan Direktur Pelaksana BAZNAS. Tapi, menurut penilaian
Hermin R. Rachim Corporate Secretary BAZNAS
Paspampres, ruang itu tidak aman buat Presiden karena kacanya tembus pandang . Ia minta kacanya ditutup kaca film. Setelah kami siapkan, ternyata ruang ganti itu diminta dipindahkan ke bawah. Sebab, menurut Paspamres lagi, tangganya tidak begitu aman bagi Presiden. Akhirnya, ruang ganti baju Presiden dan Wapres disiapkan di ruang kerja Kadiv Keuangan dan Komisi Pengawas. Karena kaca ruangan-ruangan itu tembus pandang, maka kami tutupi dengan kaca film. Jadi, walaupun serba men dadak, karena sifatnya incognito, kami di Kebon Sirih menyulap ruangan-ruangan yang ada itu untuk dapat digunakan oleh Presiden dan Wapres. Termasuk toilet yang alakadarnya di BAZNAS menjadi toilet yang cantik komplet dengan handuk kecil, sisir, dan bunga agar terlihat lebih pantas jika digunakan oleh orang nomor satu di Indonesia ini. Meski begitu sibuk, kami senang karena hari itu Presiden SBY bisa berdiskusi dengan pimpinan BAZNAS, bahkan de ngan beberapa pimpinan BAZNAS Daerah menggunakan Google Hangout. Lebih bahagia lagi, Pre siden menyetujui usulan kami , 27 Ramadhan ditetapkan sebagai Hari Zakat Nasional (HZN).
Edisi Oktober 2013 M Dzulhijjah 1434 H 17
Ramadhan 1434 H
BAZNAS Gencar Edukasi Umat Tentang ZAKAT Selama bulan suci Ramadhan lalu, BAZNAS gencar melakukan kegiatan edukasi dan sosialisasi, misalnya, berbuka puasa bersama Meneg BUMN Dahlan Iskan dan para Direksi BUMN di Graha Mandiri, Jakarta, 12 Juli 2013. Pada acara ini, Ketua Umum Didin Hafidhuddin mempresentasikan program-program BAZNAS.
S
etelah adanya presentasi ini, Dahlan Iskan baru tahu bahwa BAZNAS diamanahi UU Zakat No. 23/2011 sebagai Koordinator Pengelolaan Zakat Nasional. Pada saat itu juga ia mengeluarkan zakat lewat BAZNAS sebesar Rp100 juta, yang kemudian diikuti oleh beberapa direksi BUMN. Presentasi seperti ini, disam paikan juga pada acara buka puasa bersama para muzaki (Muzaki Ghatering) di Hotel Shangrila, Jakarta, (18/7). Selain itu, pada acara ini BAZNAS juga memberikan penghargaan kepada sejumlah muzaki dan mushala mal terbaik sejabodetabek. Edukasi dan sosialisasi tak hanya dalam bentuk presentasi, tapi juga teladan berzakat oleh kepala negara. Maka, pada Rabu (24/7), BAZNAS menjemput pembayaran zakat Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Istana Negara. Dengan ini diharapkan, umat termotivasi untuk berzakat ke BAZNAS.
Edukasi dan sosialisasi juga dilakukan lewat kegiatan Java Overland, roadshow ke sejumlah madrasah yang memerlukan bantuan sarana dan prasarana belajar di Pulau Jawa, (9/7-8/8). Karena Ramadhan adalah bulan berbagi, BAZNAS juga melakukan kegiatan berbagi, khususnya kepada para anak yatim dhuafa. Selama Ramadhan lalu, BAZNAS sedikitnya telah menyantuni 17.600 anak yatim dhuafa di seluruh Indonesia dengan nilai santunan lebih dari Rp1,7 miliar melalui kegiatan buka puasa bersama bekerja sama dengan media dan mitra lainnya. Pertama, buka puasa bersama 1200 anak yatim di Masjid Agung Al-Barkah, Bekasi, Jumat (12/7). Lalu, bersama 13000 anak yatim di 13 kota di seluruh Indonesia secara serentak, seperti Padang, Palembang, Jakarta, Bandung, Rabu (24/7). Setelah itu, bersama 50 anak yatim dalam acara Ramadhan Jak Fest, bersama
sekitar 50 anak yatim di kampung kuliner Plaza Semanggi dan 100 anak yatim di mal Kota Kasablanka, Sabtu (27/7), buka bersama 400 anak yatim dengan komunitas pemilik motor Ducati di sebuah café di Jalan Gunawarman, Jakarta Selatan, Minggu (28/7), buka bersama 1000 anak yatim dengan ESQ di Menara 165, Senin (29/7). Terakhir, buka bersama 1500 anak yatim di masjid Raudhatul Jannah, MetroTV, Jakarta Barat, Kamis (1/8). BAZNAS juga mengajak sekitar 300 anak yatim merasakan serunya pengalaman menginap di atas KRI Tanjung Nusanive 973 sembari mengasah kemandirian dan cinta negeri. Dalam acara Orphanship (pesantren kilat di kapal) itu, mereka diajak berlayar ke pulau Untung Jawa, Kepulauan Seribu, bermain berbagai per mai nan seru dan mengasah kepedulian dengan melakukan bakti sosial serta menanam pohon bakau.
program baznas
18 Edisi Oktober 2013 M Dzulhijjah 1434 H
SUCIKAN INDONESIAKU program baznas
KEGIATAN RAMADHAN 1434 H BAZNAS
Edisi Oktober 2013 M Dzulhijjah 1434 H 19
program baznas
20 Edisi Oktober 2013 M Dzulhijjah 1434 H
Presiden SBY
Bayar Zakat ke BAZNAS
D program baznas
alam penyerahan zakat ini, SBY didampingi Menag Suryadharma Ali, Mensesneg Sudi Silalahi, dan Seskab Dipo Alam. “Saya ingin sampaikan kewajiban saya. Saya serahkan zakat penghasilan dan zakat fitrah. Zakat penghasilan sesuai ketentuan, yakni Rp22,7 juta dan zakat fitrah keluarga besar Rp1,3 juta,”kata Presiden. SBY berharap, zakat yang diserahkan ke BAZNAS ini diserahkan kepada yang berhak. Untuk mengembangkan dan menggali potensi zakat di tanah air, kata SBY, BAZNAS bisa membuka jaringan dengan kementerian di masa datang. “Sepanjang trans paran dan akuntabel, kesangsian bahwa jangan-jangan kalau zakat diserahkan ke BAZNAS tidak jelas, akan hilang,”ujarnya. Menurut Ketua Umum BAZ NAS Prof. Dr. Didin Hafidhuddin, pembayaran zakat yang dilakukan Presiden SBY memiliki dampak yang besar bagi pening katan
Ketua Umum BAZNAS Prof. Dr. Didin Hafidhuddin memberikan sambutan di Istana Negara saat menjemput zakat Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
Ketua Umum BAZNAS Prof. Dr. Didin Hafidhuddin berkunjung ke Istana Negara untuk menjemput zakat Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono membayarkan zakat penghasilan dan zakat fitrah ke Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) sebesar Rp24 juta. Pembayaran zakat ini langsung dilakukan Presiden SBY di Istana Negara pada Rabu, 24 Juli 2013.
pengumpulan zakat. “Kami sangat bangga Presiden SBY se bagai panutan rakyat Indonesia menya lurkan zakatnya melalui badan amil zakat yang resmi sesuai dengan Undang-Undang,” katanya. Dia berharap, semoga apa yang dilakukan Presiden SBY dapat ditiru oleh seluruh rakyat Indonesia dan pesan zakat dapat semakin luas tersebar ke seluruh masyarakat muslim di Indonesia. Didin menjelaskan, pengum pulan zakat nasional pada tahun 2012 naik hampir 40 persen dari tahun sebelumnya menjadi Rp2,1 triliun. Pada tahun 2011, pengumpulan zakat nasional men capai Rp1,73 triliun, meningkat 15,33 persen dibanding pengum
pulan zakat pada 2010. Meskipun naik, penghimpun an zakat itu belum optimal. Dari potensinya yang mencapai Rp217 triliun, baru bisa terserap Rp2,73 triliun. Karena itu, Seskab Dipo Alam mengimbau kepada para menteri, pimpinan lembaga, pim pinan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) untuk menya lurkan zakat mal (harta) melalui BAZNAS. Terkait hal itu, ia telah me ngeluarkan surat edaran (SE) yang secara resmi mengimbau kepada para menteri, pimpinan lembaga, dan pimpinan BUMN dan BUMD un tuk menyalurkan zakat mal melalui BAZNAS.
Edisi Oktober 2013 M Dzulhijjah 1434 H 21
JNE Bayar Zakat Rp150 Juta ke BAZNAS usahaan ke BAZNAS sebesar Rp150 juta. Dana zakat sebesar itu, secara simbolis diserahkan oleh Managing Director JNE H.M. Djohari Zein kepada Kepala Divisi Penghimpunan BAZNAS Muhd. Na sir Tajang usai acara peluncuran JNE Inspirasi, di Kantor Pusat JNE, Tomang, Jakarta Barat. Menurut Djohari Zein, zakat itu dihitung setiap tahun 2 ½ % PT Jalur Nugraha Eka (JNE), dari keuntungan perusahaan. perusahaan jasa pengiriman “Yang 2 ½ % itu hak para mustahik, kilat, membayarkan zakat per bukan hak perusahaan. Sejak JNE
berdiri (1990), di akte perusahaan sudah ditetapkan, yang 2 ½ itu untuk zakat,” katanya. Awalnya, karena masih kecil, zakat JNE diurus sendiri untuk mengelola beberapa panti asuhan anak yatim piatu. Setelah semakin besar, zakat itu diserahkan ke BAZNAS. “Supaya tidak salah atau agar lebih tepat dalam pengelolaan zakat, maka kami serahkan ke BAZNAS, badan amil resmi pe merintah, yang dapat dipercaya dan profesional, ”ujarnya.
AXA Mandiri Serahkan Infak Rp577 Juta ke BAZNAS PT AXA Mandiri Financial Services (AXA Mandiri) meng hibahkan surplus underwriting dana tabarru (sedekah)-nya kepada BAZNAS sebesar Rp 577 juta dalam acara peluncuran Asuransi Mandiri Sejahtera Mapan Syariah, di Jakarta, Kamis,(22/8). Menurut Director of Sales AXA Mandiri Rudy Munardi, dana hibah itu adalah sebagian dari surplus underwriting dana tabarru yang berhasil dibukukan AXA Mandiri
sebesar Rp3,9 miliar (2012). “Ini naik 9 persen dibandingkan tahun 2011. Dan, 30 persennya (Rp1,26 miliar) dibagikan kepada para pemegang polis yang
berhak,”katanya. Yang dihibahkan ini adalah hasil kesepakatan antara AXA Mandiri dengan para pemegang polis. Bahwa, apabila jumlah dana surplus underwriting tabarru yang diterima oleh satu pemegang polis kurang dari Rp50 ribu, maka pe megang polis setuju untuk me nghibahkan dana tersebut kepada badan amil zakat yang memiliki izin dari pemerintah. “Maka,kami pilih BAZNAS,” ujarnya.
BAZNAS menyantuni 300 dhuafa dan manusia lanjut usia (manula) berupa paket yang berisi sarung, sajadah, minyak goreng, susu serta kue kaleng. Pelaksanaan santunan dilakukan di Dusun Sanansari, Desa Sri Martani, Kecamatan Piyungan, Kabupaten Bantul, DIY.
Fasilitas MCK di Dusun Sanansari, Desa Srimartani, Kecamatan Piyungan, Bantul telah selesai dibangun. Pembangunan fasilitas umum kerjasama BAZNAS, FTP UGM dan KKN LPPM UGM ini untuk mengedukasi masyarakat peduli bersih.
program baznas
22 Edisi Oktober 2013 M Dzulhijjah 1434 H
NASIONAL RE Salurkan Zakat Rp 457 Juta
program baznas
PT Reasuransi Nasional Indonesia atau NASIONAL RE kem bali menyalurkan zakat per usahaan sebesar Rp 457 juta melalui BAZNAS. Acara penyerahannya dilakukan pada Jumat (12/7) lalu di Perpustakaan Nasional Jakarta. Jumlah zakat yang disalurkan oleh perusahaan reasuransi terkemuka tersebut hampir dua kali lipat dari tahun lalu. Direktur Utama NASIONAL RE, M. Zaifie Zein, SE, Dipl. Ins, ACII, FIIS, CFP usai menyerahkan zakat mengatakan, pihaknya mempercayakan zakat perusahaan ke BAZNAS tiap tahunnya dan berharap penyaluran zakat akan terus amanah dan tepat sasaran.
Sementara itu, Ketua Bidang Jaringan BAZNAS, dr. Naharus Surur mengatakan, zakat yang disalurkan oleh NASIONAL RE terus meningkat. “Ini berarti perusahaan berkembang seiring dengan zakat yang ditunaikan. Jadi jelas, zakat tidak akan membuat pembayarnya menjadi kekurangan. Tapi, justru sebaliknya, harta akan makin tumbuh,” kata Naharus
BAZNAS Berdayakan Korban Aliran Sesat
B
ekerja sama dengan Ke men terian Agama, BAZNAS me n yalurkan bantuan berupa paket
peralatan peribadatan senilai Rp100 juta dan modal usaha senilai Rp 150 juta kepada 880
orang anggota Ikatan Masyarakat Korban Aliran Sesat (IMKASA) di enam kecamatan di Kabupaten Tasikmalaya dan satu kecamatan di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat. Bantuan ini diserahkan oleh Menteri Agama Suryadharma Ali dan Ketua Umum BAZNAS Didin Hafidhuddin di Masjid Agung Baiturrahman, Tasikmalaya pada Senin (2/9) Didin mengatakan, bantuan ini merupakan bentuk kepedulian BAZNAS kepada masyarakat yang harus mengalami kesulitan ekonomi karena memilih akidah sebagai seorang muslim. Mereka membutuhkan bantuan hingga dapat kembali mandiri dan produktif. Menurut Menag Suryadharma Ali, mereka harus dirangkul, jangan terus dibiarkan setelah kembali ke Islam.
Edisi Oktober 2013 M Dzulhijjah 1434 H 23
BAZNAS-QCI Bangun Pusat Pendidikan Terbesar
Q
ATAR Charity Indonesia (QCI) dan Bazan Amil Zakat Nasi onal menandatangani nota kesepahaman dalam pembangun an kompleks pendidikan terpadu di Cemplang, Cibungbulang, Ka bupaten Bogor, Jawa Barat. Penan
datanganan dilangsungkan di kantor QCI, Jl. Pengadegan Barat Raya No 19, Pancoran, Jakarta Selatan, Rabu (11/9). Direktur QCI Hasan Azekour mengatakan, proyek yang akan ditangani oleh kedua lembaga adalah pembangunan kompleks pendidikan terpadu terbesar di Indonesia. “Ini akan jadi kawasan pendidikan terpadu yang paling besar di Indonesia,”ujar Hasan. Bangunan ini berdiri di atas tanah seluas 1,6 hektare. Dalam kompleks tersebut juga akan didirikan masjid, klinik, perpustakaan dan ruangan serba
guna setinggi dua lantai. Selain itu, ada juga sekolah (2 lantai), asrama (2 lantai), kantin, sarana olahraga dan taman. Menurut Ketua Umum BAZ NAS Didin Hafidhuddin, kemitraan itu terlaksana karena kesamaan visi dan misi antara BAZNAS dan QCI. BAZNAS selama ini melaksanakan ber bagai program pemberdayaan masyarakat dan mustahik yang didanai dana zakat, infak dan sedekah. “QCI adalah organisasi yang juga melakukan berbagai upaya untuk mewujudkan masyarakat yang sejahtera,” katanya
Berinfak Pangan dengan Menabung M
embantu masyarakat yang membutuhkan kini semakin mudah. Dengan membuka rekening di Bank Rakyat Indonesia (BRI) Syariah minimal Rp100 ribu, nasabah akan menerima kartu ATM seri Infak Pangan yang berarti sudah turut berinfak Rp25 ribu tanpa mengurangi saldo. Dana yang terkumpul, akan disalurkan kepada masyarakat yang membutuhkan berupa bahan pangan. Karena itu, program ini dinamakan Program Infak Pangan, hasil kerja sama BAZNAS, BRISyariah dan Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Gadjah Mada (FTP UGM). Acara peluncuran program tersebut di lak sanakan dalam puncak acara Dies Natalis FTP UGM di Auditorium Kmarijani-Soenjoto, UGM, Yogyakarta, Kamis (19/9). Pada acara ini hadir, antara lain, Ketua Bidang Jaringan BAZNAS, dr. H. Naharus Surur, M.Ked., Direktur BRISyariah Budi Wisakseno dan Dekan FTP UGM Dr. Ir. Lilik Soetiarso, M.Eng. Perkembangan desa-desa dalam program Zakat Community Development (ZCD) hasil kerja sama BAZNAS dan FTP UGM selama dua tahun terakhir ini memang sudah menunjukkan perbaikan, namun
masih terdapat problem gizi yang memprihatinkan, terutama di kalangan anak-anak dan lanjut usia (lansia). Karena itu, BAZNAS dan FTP UGM akan membuat program perbaikan gizi melalui pemberian bahan pangan bergizi, dan sosialisasi tentang sumber gizi yang murah namun berkualitas, teknik pengolahan serta perubahan paradigma masyarakat tentang makanan dan pola makan.
program baznas
24 Edisi Oktober 2013 M Dzulhijjah 1434 H
25.000
Rp
untuk gizi keluarga
Buka tabungan BRI Syariah edisi Kartu Infaq Pangan anda telah berinfaq sebesar 25.000,- untuk Program “Perbaikan Gizi Masyarakat Kurang Mampu” tanpa mengurangi saldo Dapatkan keuntungan lainnya!: Gratis biaya administrasi bulanan & Kartu ATM, Gratis biaya tarik tunai, cek saldo dan transfer ke rekening bank lain di semua ATM BRI, jaringan ATM Prima dan ATM Bersama.
Edisi Oktober 2013 M Dzulhijjah 1434 H 25
BAZNAS Anugrahkan “Award”
hargaan khusus dari BAZNAS atas kontribusinya secara ber tahun-tahun menyalurkan za kat karyawan mengatakan, pi
hak nya bersyukur atas kerja sama yang telah terjalin. Ia juga menyampaikan selamat, karena BAZNAS kini makin berkiprah bagi umat sehingga makin dipercaya para muzaki. Selain itu, BAZNAS bekerja sama dengan Majelis Taklim Tobo Bengkulu (MTTB) juga memberikan apresiasi kepada mus halla-mushalla mal terbaik se-Jabodetabek. Hadiah berupa santunan tiap bulan selama setahun diberikan kepada para marbotnya dari masing-masing pemenang senilai Rp216 juta Pemberian penghargaan itu dilakukan dalam acara “Gathering Muzaki” pada Kamis (18/7) di Hotel Shangri-La, Jakarta menjelang buka puasa bersama.
nergi bersama-sama membangun bangsa melalui kepedulian kepada kaum tak berpunya. Nilai keseluruhan bantuan yang berhasil dihimpun dari berbagai pihak dan akan diberikan kepada masyarakat di pulau-
pulau terpencil dan terdepan lebih dari Rp 72,2 miliar. BAZNAS menyalurkan bantuan berupa pa ket sembako sebanyak 6.000 paket senilai Rp 410 juta, untuk 6.000 KK mendukung kebutuhan dasar mereka.
K
arena begitu bermanfaatnya zakat bagi mustahik, maka BAZNAS memberikan penghargaan bagi para muzaki, baik perorangan maupun perusahaan. Juga kepada mitra strategis dan Unit Pengumpul Zakat (UPZ) BAZNAS yang tersebar di berbagai institusi yang selalu aktif menggerakkan zakat di lingkungannya masing-masing. Seluruh penerimanya berjumlah 37 orang. Dirut BRI Syariah, Moch. Hadi Santoso, penerima peng
B
ekerja sama dengan Ke men kokesra, Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) menyalurkan bantuan kepada masyarakat di kawasan pelosok, di pulau-pulau terpencil Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Yaitu, Pulau Kayu wadi, Alor, Rote, Sabu, Sumba (Sumba Timur), dan Komodo. Menggunakan Kapal Republik Indonesia (KRI) Banda Aceh, BAZNAS bergabung dengan Gu gus Laut Ekspedisi Bhakti Kesra Nusantara atau Ekspedisi Bha kesra tim dari Kemenkokesra. Tim berlayar selama tiga pekan mulai Kamis (29/8) hingga Selasa (17/9) Ekspedisi Bhakesra me ru pa kan kegiatan koordinasi Ke menkoesra dengan berbagai pihak yang terlibat, mulai dari TNI-AL, kementerian-lembaga, BUMN, perusahaan swasta, orga nisasi kemasyarakatan, organi sasi keagamaan, bahkan dari per orangan. Keikutsertaan BAZNAS merupakan peran aktif dalam si
BAZNAS Salurkan Bantuan ke Pulau-Pulau Terpencil
program baznas
26 Edisi Oktober 2013 M Dzulhijjah 1434 H
M
program baznas
enteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Dah lan Iskan meminta para pim pin an BUMN untuk menata kembali pengelolaan zakat da lam lingkungan perusahaanperusahaan negara tersebut. Se lama ini, sebagian besar BUMN masih mengelola sendiri dana zakat yang dikumpulkan, baik zakat perusahaan maupun zakat para karyawannya. Dalam acara Buka Puasa Ber sama Dahlan Iskan yang di selenggarakan BAZNAS, Jumat (12/7) lalu, Dahlan Iskan menyadari, pengelolaan dana pe nanggulangan kemiskinan, ter masuk zakat di Indonesia masih belum terkoordinasi dengan baik. Se hingga dana yang jumlahnya tri liunan rupiah dan tersebar di seluruh kementerian serta lembaga negara saat ini menjadi kurang optimal. Oleh karena itu, kemudian ia mengumpulkan para pimpinan BUMN untuk memetakan potensi
Dahlan Iskan akan Tata Pengelolaan Zakat BUMN
zakat dalam perusahaan serta mengevaluasi pengelolaannya selama ini melalui pertemuan yang digelar pada acara Buka Puasa Bersama Dahlan Iskan dan pimpinan BUMN di Hotel Shangrila, Jakarta (18/7). Dalam pertemuan itu, Dahlan Iskan menyatakan, agar lebih ter
BAZNAS Bantu Penderita Kelainan Usus S
udah sekitar 1,5 tahun ini Maryanto, warga Dusun Rejo sari, Desa Srimartani, Piyungan, Bantul, Yogyakarta, menderita sakit. Badannya makin kurus dan tak lagi mampu pulangpergi kota Yogya mencari nafkah untuk keluarganya sebagai buruh serabutan. Padahal, ia adalah tulang punggung bagi istri dan tiga anaknya yang masih kecil. Untuk kebutuhan makan sehari-hari, tetangga sekitarnya memberikan bantuan semampu mereka. Menurut dokter di RS Islam Kalasan Sleman, ia punya kelain
an, yaitu tidak ada saluran yang sempurna dari usus ke anus. Lalu, ia menjalani operasi dan
ko ordinir dan tepat, penyaluran zakat BUMN akan mengadopsi penyaluran zakat BAZNAS, antara lain, melalui program pengentasan kemiskinan di pedesaan, seperti ZCD di Desa Srimartani, Piyungan, Bantul, Yogyakarta. Maka, ia pun berkunjung ke Srimartani semingggu sebelum Lebaran.
mendapatkan perawatan lanjutan di dua rumah sakit di Yogyakarta. Tapi, sakit yang dideritanya ter nyata bertambah. Di sekitar perut hingga paha ada luka yang cukup luas dan mengeluarkan nanah.. Lalu, ia pasrah tinggal di rumah diurus keluarganya. Memperoleh informasi dari tim Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas Gadjah Mada (UGM) 2013 dan tim Zakat Community Development (ZCD) tentang itu, BAZNAS kemudian membantu memberikan perawatan Maryanto di Rumah Sehat BAZNAS Yogya karta dan jasa perawatan medis di rumahnya. Setelah dilakukan pemeriksaan, Maryanto kemudian dirujuk ke RSJ dr. Suroyo, Mage lang untuk dioperasi.
Edisi Oktober 2013 M Dzulhijjah 1434 H 27
BAZNAS SIAK SERAHKAN BANTUAN STELING & SUMUR BOR
B
AZNAS Kabupaten Siak mem berikan bantuan steling, tempat berjualan lontong, leng kap dengan kompor Hock dan dandangnya kepada Sumiati, pedagang lontong yang biasa
mangkal di depan Toko Harum Manis dengan steling yang sudah rusak pemberian orang tuanya sejak 1956. Menurut Sekretaris Umum BAZNAS Kab Siak Resman Junaidi,
bantuan yang diberikan kepada Sumiati yang lebih akrab dipanggil mbah Sumi itu sebesar Rp3 juta, tapi tidak seluruhnya dalam bentuk uang. Selain itu, BAZNAS Siak juga membantu masyarakat Du sun Gang Damai Desa Buatan I Kecamatan Koto Gasib mem bangun sebuah sumur bor. Sebab, air sungai Siak yang dijadikan sebagai tempat MCK sudah hitam dan berbau akibat limbah industri Sumur bor itu dibangun ber dekatan dengan masjid, sehingga dapat dimanfaatkan juga untuk berwudhu bagi jamaah yang akan melaksanakan shalat berjamaah.
BAZNAS Jatim Distribusikan Rp. 753,6 Juta untuk Beasiswa B
AZNAS Jawa Timur (Jatim) memberikan bantuan bea siswa kepada lima orang siswa SMA Wachid Hasyim Maduran, Lamongan, Jatim, masing-masing sebesar Rp800 ribu. Kelima siswa itu adalah Fitri Fuasanah, Tri Meilasari, Eka Romadhoni, Ika Maswati, dan Lia Zunita. “Sudah banyak pelajar SMA kami yang dibantu BAZNAS Jatim, selain lima siswa itu. Mereka ada yang meneruskan kuliah, ada juga yang bekerja,” kata Kepala SMA Wachid Hasyim Maduran H. Rasmian, S.Pd saat mencairkan beasiswa kelima siswa tersebut
di kantor BAZNAS Jatim, Selasa (17/9). Selain untuk 5 siswa itu, Sep tember lalu BAZNAS Jatim juga telah mendistribusikan dana beasiswa untuk 368 orang siswa dengan total dana
sebesar Rp294.400.000. “Jadi, total dana beasiswa yang sudah didistribusikan sebesar Rp753,6 juta untuk 942 orang siswa SMA/ SLA di seluruh Jatim,” kata Kepala Sekretariat BAZNAS Jatim Dr. Mierza Rachman SE.
kabar baznas daerah
28 Edisi Oktober 2013 M Dzulhijjah 1434 H
inspirasi
Kebahagiaan adalah idaman setiap orang. Beragam cara untuk mendapatkannya. Ada yang dengan menimbun harta. Ia mengira, ia akan baha gia bila gajinya besar, mobilnya mewah, dan rumahnya mentereng. Ada juga yang dengan mengumpulkan prestasi dan ketenaran. Ia menyangka, ia akan bahagia bila prestasinya menjulang hingga ia dipuji dan dihargai jutaan orang
Ary Ginanjar Agustian
Zakat Memberi Kebahagiaan Sejati T
api sayang, kebahagiaan yang sifatnya fisik dan emosi itu sulit didapatkan karena sifat manusia itu selalu merasa tidak puas. Buktinya, yang sudah bergaji puluhan atau ratusan juta rupiah per bulan pun tetap melakukan korupsi. Atau, yang sudah tenar dengan segudang prestasi di dunia hiburan juga ternyata lari ke dunia gemerlap (dugem), lalu mengkonsumsi obat terlarang. Bahkan, ada yang bunuh diri. Oleh karena itu, yang perlu dicari sesungguhnya adalah ke bahagiaan spriritual yang lahir karena suka memberi. Orang yang meraih kebahagian spiritual itu bahagia bukan karena ia banyak memperoleh atau menerima,
tapi karena ia banyak memberi. Malah, ia akan bersedih hati bila ia dilarang memberi. Kebahagiaan sejati seperti itulah yang dicari oleh Dr. (HC) Ary Ginanjar Agustian dan dia mendapatkannya lewat zakat. “Ke tika kita membayar zakat, yang ada adalah kebahagiaan sejati dan kemerdekaan hakiki,” kata pendiri “ESQ Leadership Center”, pusat penyelenggara pelatihan “ESQ (Emotional Spritual Quitient)”.. Baginya zakat bukan hanya sebuah kewajiban atau hanya berbagi kepada kaum dhuafa, tapi juga sebuah cara untuk menggapai keberhasilan dan hasil yang diperolehnya itu
luar biasa. “Bila kita membayar zakat dengan benar dan tidak mengurangi satu rupiah pun dari jumlah yang harus dibayarkan, maka janji Allah benar-benar akan diwujudkan,” kata Ary yang pernah jadi peng ajar di Universitas Udayana Bali, almamaternya, setelah menamat kan studinya di Tafe College, Adelaide, Australia. “ESQ Leadership Center” yang sekarang merupakan lembaga pelatihan besar dan ternama itu, 13 tahun lalu hanyalah lembaran kertas yang kemudian ia tulis jadi buku. Bukunya pun ditolak berbagai pe nerbit besar, sehingga. akhirnya ia mendirikan PT Arga Bangun Bang sa untuk menerbitkan buku itu. Tapi, kemudian, buku ter sebut, “ESQ: Rahasia Sukses Mem bangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual” itu terjual ratusan ribu ekslempar. Luar biasa. Hal luar biasa juga hadir pada perkembangan “ESQ Leadership
Edisi Oktober 2013 M Dzulhijjah 1434 H 29 Center”. Pada awal pendiriannya, lembaga ini hanya mengandalkan 4 orang staf dan 25 orang peser ta. Tapi, sekarang, lembaga pela tih an itu didukung oleh lebih dari 100 orang pelatih, sekitar 400 orang karyawan, dan lebih dari 1,2 juta orang alumni yang tersebar luas tidak hanya di setiap provinsi di Indonesia, tapi juga di mancanegara. Beberapa negara yang pernah menyelenggarakan pelatihan “ESQ”, antara lain Malay sia, Singapura, Brunai, Australia, dan Amerika Serikat. Semua itu tak mungkin tercapai kalau tidak ada berkah dan pertolongan Allah Swt. yang diberikan karena dia berzakat.” Saya yakin, yang membuat seperti ini adalah zakat. Tanpa zakat tak mungkin seperti ini. Dan, secara ekonomi, hasil yang diperoleh bisa berlipat-lipat. Bukan hanya puluhan atau ratusan persen, tapi bisa puluhan ribu persen,” kata motivator kelahiran kota kembang Bandung, 24 Maret 1965 itu. Cuma, katanya, yang menjadi tantangan adalah seseorang pengusaha muslim itu harus berani mengambil keputusan berzakat secara jujur dengan tidak mengurangi serupiah pun jumlah zakatnya. “Daripada kurang, lebih baik kita membayar lebih. Ini untuk memastikan, tak ada serupiah pun hak orang lain yang terbawa oleh kita,” ujar alumnus STP Bandung itu. Karena itu, buat para muzaki, ia berpesan agar membayar zakat dan jangan takut atau khawatir uangnya akan berkurang. “Ketika kita tidak membayar zakat, ma ka hal itu akan merusak hati, integritas, dan kehidupan kita sendiri,” pesan penerima Anugrah Integritas Nasional dari Komunitas Anti Suap (KUPAS), Indonesia, itu..
Selain berzakat, ada dua hal yang dilakukan Ary sehingga bisa meraih kesuksesan. Yaitu, pertama, dia selalu berdoa kepada Allah Swt. agar tangannya bisa menjadi saluran atau jalan rezeki bagi orang yang memerlukan pertolongan. Kedua, ia berupaya untuk tidak menolak orang-orang yang meminta bantuannya. Karena prinsip itu yang dia pe gang, maka tak heran bila ratusan proposal permintaan ban tuan berdatangan ke rumahnya. “Saya berupaya memenuhi per mintaan itu, meski sedikit,” kata penerima penghargaan Tokoh Inspiratif dari Balai Pustaka dan Majalah Horison itu. Sebagai orang yang sibuk, Ary tak mungkin bisa mengurus soal sedekah ini di rumahnya. Ia yang sejak usia 25 tahun berzakat tanpa melalui amil, kemudian berzakat lewat BAZNAS. “Kalau kita zakat tidak lewat badan amil, tidak akan memberikan dampak yang besar. Tapi, kalau zakat itu dikumpulkan bersamasama di BAZNAS, maka itu akan memberikan manfaat yang luar biasa,” kata Duta BAZNAS itu. Sukses yang diraihnya ten tu berhadapan dengan tan ta ngan. Ia mengaku, sebagai motivator, tantangan terbesar ada lah merealisasikan apa yang diucapkannya.. ”Yang sulit itu adalah konsisten setelah kita mengucapkan.”katanya. Gedung Menara 165 yang dia bangun sempat terbengkalai selama 2 tahun. Karena ada tantangan itu, maka gedung itu ia rampungkan. “Saya selalu mengajarkan orang untuk sukses dan saya juga harus bisa membuktikannya. Kalau Menara 165 ini sampai tidak jadi, tentu orang akan mempertanyakannya.
Maka, saya mewujudkan Menara 165 itu,” katanya. Ia berkiprah di dunia pe ng em bangan karaker karena ia ingin melahirkan muslim yang ti dak hanya kuat dalam keimanan, tapi juga dalam hal ekonomi, sehingga bisa bersaing dengan para pengusaha lain atau dengan dunia Barat. “Orang takwa sering dikono tasikan lemah. Kita ingin, orang takwa pun bisa berhasil,” tegas Agen Perubahan versi Republika itu. Selama ini biasanya, seseo rang kalau sudah sukses, lupa dengan agama. Sebaliknya, kalau agamanya bagus, ekonominya kalah. “Nah, bagaimana meng kombinasikan keduanya. Artinya. seorang yang bertakwa itu juga harus berekonomi kuat. Ini tan tangan terberat,” ujarnya. Ary pernah mendapat tan tangan berat yang menyangkut soal agama dikaitkan dengan isi pelatihannya. Baginya se mua itu jadi pelajaran. “Orang yang pernah mengalami ujian, akan mementingkan agama atau memperhatikan agama. Sebab, agama itu obat dalam kehi dupan,”katanya..
inspirasi
30 Edisi Oktober 2013 M Dzulhijjah 1434 H
AGENDA BAZNAS 1434 H 2September Penyaluran Bantuan kepada Muallaf IMKASA bersama Kemenag, Tasikmalaya
agenda baznas
12-13 September Raker TPP ZCD Jabar
4-5 September Pelatihan Acesor Program ZCD Kalimantan Selatan
7September
11 September
Penyerahan Zakat PT. JNE
Penandatanganan Kerjasama Qatar Charity
13 September
14 September
Pendampingan Assesment Program ZCD, Palembang
Penyaluran Bantuan paket Sembako FTP UGM, Yogyakarta
19 September
19 September
Peresmian Infak Pangan bersama BRISyariah-FTP UGM, Yogyakarta
Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi 8
24
September
25 September
Monitoring dan Evaluasi Program ZCD Sri Martani, Yogyakarta
Launching Pembangunan PAUD Mazro A’thusibiyan bersama PT AIA, Bogor
26-27
September Raker TPP Kaltim
15
Oktober Idhul Adha
7-8
Oktober Finalisasi Proposal Program ZCD Padang
17-24 Oktober
1-3
Program Idhul Adha BAZNAS
Pelatihan TPP ZCD
8-10 Oktober
Raker TPP ZCD Kalimantan barat
Oktober
19-24 Oktober
Pekan Gizi Nusantara
2-4
Oktober Raker TPP ZCD Kalimantan timur
22-23 Oktober
Raker TPP ZCD Nusa Tenggara Timur
Edisi Oktober 2013 M Dzulhijjah 1434 H 31
32 Edisi Oktober 2013 M Dzulhijjah 1434 H
Di Sudan:
Sanksi Berat Buat yang tak Bayar Zakat dunia zakat
B
erdasarkan hasil penelitian seorang doktor tentang ma salah zakat, dapat diketahui bah wa besarnya penerimaan dana zakat sangat dipengaruhi oleh adanya peraturan, bukan oleh tingkat pendidikan, kekayaan, je nis pekerjaan, dan spririt ua litas keagamaan para muzakki. (Lihat “Banyak Memberi, Banyak Mendapat” pada “Zakat” Edisi Juli- Agustus 2013). Karena itu, menurut Dr. Aries Muftie, Ketua Umum ABSINDO,
yang juga salah seorang penguji doktor tersebut, kalau jumlah penerimaan dana zakat mau signifikan, maka peraturan ten tang zakat harus keras dan yang menghimpun dana zakat adalah negara. Dengan kata lain, meski ada peraturannya, bila tidak tegas atau zakat itu sifatnya masih suka rela, maka penghimpunan dana zakatnya akan tidak signifi kan untuk mengatasi berbagai persoalan bangsa, seperti kemis
kinan dan pengangguran. Hal seperti ini terjadi di Su dan, negara di Afrika Utara, saat awal-awal pengelolaan zakatnya. Ketika itu, 1980, zakat di Sudan dikelola oleh Zakat Fund yang berbentuk korporasi. Un dangUndang (UU) Zakat-nya (Zakat Fund Act 1400) belum mewajib kan warganya membayar zakat. Zakat masih bersifat sukarela dan penerapannya baru di Khartoum (ibu kota Sudan) Maka, pene rimaan zakatnya minim sekali. Khartoum Blue Nile,
[email protected]
Edisi Oktober 2013 M Dzulhijjah 1434 H 33
Al-Mogran Mosque, Khartoum, Sudan. @shuttestock.com
Pada tahun 1404 H/1984, pemerintah Sudan mengeluarkan UU Zakat 1404 yang menyatakan bahwa kewajiban mengelola za kat merupakan tanggung jawab ne gara melalui Direktorat Pajak. Tapi, ketika itu zakat masih bersifat sukarela juga. Zakat menjadi suatu yang wa jib buat masyarakat Sudan terjadi pada tahun 1986 melalui UU Zakat 1406. Pada waktu ini, dibentuklah Dewan Zakat (Zakat Chamber) secara ter sendiri, terpisah dari Direk torat Pajak. Karena di lapangan ada ketimpangan antara zakat dan pajak, maka ditetapkan, zakat itu khusus untuk muslimin dan dibayarkan ke Dewan Zakat. Se dangkan pajak untuk nonmuslim dan dibayarkan ke negara. Dewan Zakat Sudan ini meru pakan lembaga yang independen. Secara struktural, Dewan Zakat langsung bertanggung jawab ke pada presiden di bawah pimpinan direktorat jenderal (Dirjen) De wan Zakat. Independensi Dewan Za kat ter lihat pada UU Zakat (1406) pasal 4 ayat 1. Di situ dite gas kan, Dewan Zakat mem pu nyai wewenang penuh dalam menangani perzakatan, baik pemungutan, pengelolaan mau
pun penditribusian zakat. Pada waktu itu, Dewan Za kat dibentuk secara luas di Sudan. Artinya, dengan sistem fe deral, setiap wilayah, negara bagian atau provinsi memiliki Dewan Zakat masing-masing. Za kat yang berhasil dihimpun di wilayah/provinsi terten tu tidak disetorkan ke pusat. Tapi, dikelola dan didistribusikan di wi layah/ provinsi masing-masing. Melalui UU itu zakat mulai berkembang. Tapi, belum benarbenar signifikan hasilnya karena belum ada sanksi bagi yang tak membayar zakat. Sanksi yang tegas baru muncul pada UU Zakat 1410 yang dikeluarkan pemerintah Sudan pada 1990. Dalam UU itu disebutkan, zakat adalah wajib, bukan sukarela. Bagi yang tidak membayar zakat, menolak atau menghindari pembayaran zakat dengan sengaja dan melawan hukum dikenakan sanksi denda maksimal dua kali lipat dari zakat yang harus dibayarkan atau hukuman satu tahun penjara. Dalam UU Zakat 1410, se lain sanksi, diatur juga semua har ta yang wajib dizakati dan distribusinya secara lokal. Harta yang wajib dizakati, antara lain, zakat perdagangan, pertanian, dan
penghasilan. Merasa UU itu belum rin ci, maka pada tahun 2001 pe merintah Sudan mengeluarkan UU Zakat 2001 yang membahas secara detail seluruh aspek zakat. Misalnya, zakat penghasilan dibe dakan dengan zakat atas upah dan gaji. Zakat penghasilan diambil dari penghasilan seseorang yang be kerja bagi dirinya sendiri, se perti dokter dan konsultan. Se dangkan zakat atas upah dan gaji diambil dari pendapatan bekerja untuk orang lain atau sebagai karyawan. Dengan adanya UU Zakat yang tegas dan jelas ini, terutama se telah UU Zakat 2001, perolehan dana zakat di Sudan kian mening kat. Pada 1990, zakat yang dikum pulkan mencapai 27,8 juta Dinar Sudan. Pada tahun 2003, jumlah zakatnya menjadi 19,2 miliar Di nar Sudan atau meningkat 690 kali lipat dari perolehan dana za kat pada tahun 1990. Sedangkan pa da tahun 2008, dana zakat yang dihimpun mencapai 128 juta Dolar AS. Dana yang terkumpul ini didistribusikan kepada delapan golongan mustahik seperti yang tercantum dalam QS At-taubah 60. Pada tahun 1990, dana zakat yang didistribusikan oleh Dewan Za kat Sudan mencapai 7,2 juta Dinar Sudan. Sedangkan pada tahun 2003, dana zakat yang didis tri busikan Dewan Zakat Sudan mencapai 16,1 miliar Dinar Sudan. Dewan Zakat Sudan berhasil mengelola zakat karena ditopang, antara lain, oleh adanya lembaga pendidikan khusus perzakatan. yang sepenuhnya dibiayai oleh Dewan Zakat. Institut zakat ini berdiri tahun 1998 dengan nama High Institute of Zakat Science.
dunia zakat
34 Edisi Oktober 2013 M Dzulhijjah 1434 H
Mencari model Zakat Produktif
opini
Sebelum tahun 1990an, berzakat dan bersedekah merupakan urusan pribadi yang biasanya disalurkan secara langsung kepada sanak saudara atau tetangga terdekat untuk keperluan konsumsi. Praktik berzakat di Indonesia mengalami perubahan yang signifikan semenjak diberlakukannnya UU no 38 tahun 1999 yang mendorong bermunculannya organizasi pengelola zakat. Menjamurnya organisasi pengelola zakat ini secara tidak langsung menciptakan dinamisasi pada manajemen zakat, baik itu dari segi penggalangan dana, pengelolaan dana, maupun inovasi program.
S
alah satu inovasi program yang cukup popular adalah penyaluran zakat produktif. Zakat produktif atau dikenal dengan sebutan zakat untuk pemberdayaan merupakan salah satu upaya pendistribusian zakat untuk keperluan produktif, yang ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan dan mengentaskan
kemiskinan para mustahik. Be berapa program yang pengaluran zakat produktif ini, adalah misal nya pemberian training dan kete rampilan, pemberian bantuan mo dal kerja, pendampingan sampai pemberian pinjaman kebajikan (Qard Hassan). Organisasi penge lola zakat saat ini sepertinya masih mencari bentuk yang paling tepat
dalam penyaluran zakat produktif. Salah satu hambatan yang mun cul adalah belum adanya aturan terperinci mengenai pelak saan zakat produktif. Majelis Ulama Indonesia (MUI) te lah mengeluarkan beberapa fat wa berkenaan dengan zakat pro duk tif, misalnya fatwa MUI No 14 Tahun 2011 tentang penya luran zakat dalam bentuk aset kelolaan, fatwa MUI tahun 1982 tentang zakat produktif dan fatwa MUI No. 4 Tahun 2003 tentang Penggunaan Dana Zakat Untuk Istitsmar (Investasi). Se cara garis besar, fatwa tersebut mendukung pendayagunaan za kat untuk keperluan produktif. Secara formal, pelaksanaan za kat produktif didukung oleh pasal 27 UU Zakat No 23 Tahun 2011. Akan tetapi, peraturan tersebut masih bersifat sangat
Edisi Oktober 2013 M Dzulhijjah 1434 H 35
Aimatul Yumna Kandidat Doktor Deakin University Australia
umum dan bisa menimbulkan interpretasi yang berbeda pada program. Diperlukan realisasi peraturan pemerintah yang lebih jelas mengenai beberapa inovasi program yang muncul dari konsep zakat produktif. Model penyaluran zakat pro duktif yang popular di Indonesia saat ini adalah pemberian pinjaman kebajikan (Qard Al Hassan). Zakat diberikan dalam bentuk modal usaha yang harus dikembalikan dalam jangka waktu tertentu. Biasanya program ini dilengkapi dengan program pen dampingan. Akan tetapi, telaah pustaka mengenai zakat produktif (misalnya yang ditulis oleh Kabir Hassan, Habib Ahmed, Obaidullah) tidak satupun menyarankan za kat diberikan dalam bentuk pinjaman kebajikan, melainkan untuk bantuan modal langsung dan training. Pinjaman kebajikan dapat diberikan menggunakan dana infak, sedekah, waqaf atau dana komersial. Alasan mendasar mengapa zakat tidak disarankan diberikan dalam bentuk pinjaman adalah ber kaitan dengan kesiapan para mustahik itu sendiri dalam men jalankan aktivitas produktif. Para mustahik mempunyai tingkat kemiskinan yang berbeda-beda dan tentunya juga kebutuhan yang
berbeda-beda. Pemberian zakat dalam bentuk pinjaman meskipun dipercaya dapat meningkatkan motivasi mustahik untuk berusaha dan mengembalikan pinjaman, tapi di sisi lain ini bisa menjadi penghalang bagi mustahik yang masih takut berusaha untuk berpartisipasi dalam program. Saya berkesempatan untuk melakukan studi lapangan satu tahun yang lalu. Salah satu penemuan menarik di lapangan adalah minimnya partisipasi kaum dhuafa dalam program pin jaman kebajikan. Mereka yang berpartisipasi adalah golongan yang berada sedikit di atas garis kemiskinan (vulnerable poor) dan bukan kaum dhuafa itu sendiri. Hal ini sebenarnya bukan merupakan hal baru di Indonesia. Banyak program pengentasan kemiskinan dari pemerintah yang tidak berhasil menjaring kaum miskin. Penelitian yang dilakukan oleh Bank Dunia misalnya me nyebutkan bahwa terdapat lebih dari 50% orang yang tidak miskin berpartisipasi dalam berbagai program pengentasan kemiskinan. Bank Dunia menyebutkan bahwa masalah ini disebabkan kurang te patnya stategi yang dipakai untuk menyasar kelompok masyarakat miskin. Masalah targeting sepertinya
juga dihadapi oleh organisasi penge lola zakat, akan tetapi, saya melihat ada persoalan men dasar yaitu keengganan (reluctance) masyarakat miskin untuk berpartisipasi. Nilai-nilai bu daya masyarakat menjadi penghalang masyarakat miskin untuk berpartisipasi. Misalnya, budaya nrimo. Mereka mempunyai pandangan yang sangat sempit tentang masa depan. Bagi mereka hidup adalah hari ini, ketika bisa menghasilkan pendapatan untuk makan, dan kulakan untuk keesokan harinya. Semudah dan sesederhana itu, tanpa harus memikirkan bagaimana mengem balikan pinjaman. Pandanganpan dangan ini adalah suatu ben tuk dari budaya kemiskinan masyarakat Indonesia. Eratnya budaya kemiskinan pada kaum dhuafa harus menjadi landasan dalam mencari model yang tepat penyaluran zakat produktif. Apakah memungkinkan zakat produktif ini digunakan untuk mengubah persepsi masya rakat miskin? Dengan model se perti apa zakat produktif bisa menarik minat para kaum dhuafa? Pertanyan-pertanyaan ini menjadi pekerjaan rumah yang harus diselesaikan supaya zakat produktif lebih tepat sasaran dan lebih bermanfaat.
opini
36 Edisi Oktober 2013 M Dzulhijjah 1434 H
KH Hasyim Asy’ari:
Sang Pejuang Kemerdekaan Dakwah adalah panggilan Allah Swt. Maka, untuk berkiprah di dalamnya diperlukan keikhlasan. Bila sudah ikhlas, seorang kiai atau ustaz akan merasa terpanggil untuk berdakwah ke daerah manapun, bahkan ke sarang kemaksiatan sekalipun. Ia tak akan lari dari medan dakwah yang berat itu sebelum masyarakat agamis yang dicitacitakannya terwujud.
tokoh
I
tulah yang dilakukan oleh K.H. Hasyim Asy’ari, pendiri Nah dhatul Ulama (NU). Sepulangnya menimba ilmu agama dari Mekah selama 7 tahun, putra pasangan Kiai Asy’ari dan Halimah itu, pada tahun 1899 mendirikan pesantren di Tebuireng, desa yang penuh dengan kemaksiatan. Sebab, desa yang terletak di Kecamatan Diwek, Jombang, Jawa Timur, ketika itu, banyak penyamun, penjudi, dan pelacurnya. Kegiatan dakwah cucu Kiai Usman, pengasuh Pesantren Ge dang, Jombang, itu, awalnya di
pusatkan di sebuah bangunan kecil (bekas rumah bordir ukuran 6 mx8 m) yang terdiri dari dua buah ruangan dari anyaman bam bu (gedek). Ruangan depan digu nakan untuk pengajian, sedang kan ruangan belakang dipakai untuk tempat tinggal Kiai Hasyim dan istrinya, Nyai Khadijah. Berdakwah di tempat seperti itu tentu banyak tantangannya, antara lain, teror secara fisik dengan clurit dan pedang dari para pelaku kemaksiatan. Sebab, mereka merasa terganggu dengan kehadiran pesantren. Bila tak
waspada, kiai yang dijuluki dengan sebutan Hadratus Syeikh itu dan para santrinya yang baru berjumlah 28 orang bisa terluka kena bacokan. Menghadapi tantangan itu K.H. Hasyim tidak mundur setapak pun. Ia mengutus santrinya ke Cirebon mencari bantuan kepa da 5 orang kiai. Yaitu, Kiai Saleh Benda, Kiai Abdullah Pangurang an, Kiai Samsuri Wana tara, Kiai Abdul Jamil Buntet, dan Kiai Saleh Benda Kerep. Dari kelima kiai itulah Hasyim belajar silat selama 8 bulan. Setelah itu, ia
Edisi Oktober 2013 M Dzulhijjah 1434 H 37 berani meronda malam sendirian menjaga keamanan pesantren dan para santrinya. Dengan perjuangan gigih pantang menyerah, kiai kelahiran Desa Gedang, Kecamatan Diwek, Jom bang, 14 Februari 1871 itu berhasil membasmi kejahatan di Desa Tebuireng. Akhirnya, Te bu ireng menjadi daerah yang agamis. Pesantren Tebuireng pun, kemudian kian berkembang. Se bab, mendapat sambutan positif dari banyak orang. Kini, alumninya ribuan orang. Banyak dari mereka kemudian menjadi pemimpin bangsa dan politik. Kakek Abdurahman Wahid (Gus Dur) itu berhasil mem bangun pesantren Tebuireng, dan menjadi Rais Akbar pertama NU, tentu bukan hanya karena ia punya ilmu silat saja, tetapi juga karena ia memiliki ilmu agama yang mumpuni. Ia dididik agama dan kemandirian oleh ayahnya, pengasuh Pesantren Keras, Jombang. Sejak usia 13 tahun ia sudah bisa membantu ayahnya mengajar santri-santri yang lebih besar dari dirinya. Kemudian, sejak usia 15 ta hun, ia meninggalkan kedua orang tuanya mengembara mencari ilmu dari satu pesantren ke pesantren lain, mulai dari Pesantren Wo no rejo, Jombang; Pesantren Wo nokoyo, Probolinggo; Pesan tren Langitan, Tuban, Pesantren Treng gilis, Surabaya, hingga Pe santren Kademangan, Bangkalan, Madura, di bawah asuhan K.H. Muhammad Cholil bin Abdul Latif atau yang lebih dikenal K.H. Cholil Bangkalan. . Setelah dari Madura, ia kem bali ke Surabaya, nyantri di Pesantren Siwalan, Sidoarjo, selama dua tahun. Karena kecerdasannya, ia dinikahkan oleh
Kiai Ya’kub, pengasuh Pesantren Siwalan, dengan putrinya, yaitu Khadijah. Lalu, ia dihajikan oleh mertuanya dan menetap di Mekah selama 7 tahun (1892-1899). Selama 7 tahun ia tidak per nah pulang ke tanah air, kecuali pada tahun pertama waktu putra nya yang baru lahir me ning gal, yang kemudian diikuti dengan meninggalnya Khadijah (istrinya). Selama di Mekah, Hasyim menim ba ilmu kepada ulama-ulama ter kenal, seperti Syekh Ahmad Amin Al-Athor, Sayyid Sultan ibnu Hasyim, dan Syekh Ibrahim Arab. Ia juga belajar kepada ula ma-ulama Indonesia yang meng ajar di Mekah, seperti Syekh Ahmad Minangkabau dan Syekh Mahfuz Al-Tarmasi asal Jawa Ti mur. Kepada kedua syekh ini juga K.H Ahmad Dahlan (pendiri Muhammadiyah) berguru. Pada tahun 1899, ayah 10 orang anak dari istri keduanya, Nyai Nafiqah, putri Kiai Ilyas, itu, kembali ke tanah air dengan membawa ilmu agama. Setelah membantu mengajar di pesantren ayahnya, ia kemudian mendirikan Pesantren Tebuireng yang awalnya penuh tantangan, tapi kemudian berkembang pesat. Selain punya bekal ilmu yang mum puni, ia juga punya bakat kepemimpinan sejak masa kanakkanak. Ketika bermain dengan te man sebayanya, Hasyim kecil selalu menjadi penengah. Jika me lihat temannya melanggar aturan permainan, ia akan menegurnya. Dia membuat temannya senang bermain, karena sifatnya suka menolong dan melindungi sesama. Dengan keberanian dan segala ilmu yang dimilikinya itu, K.H. Hasyim tak hanya berani melawan para penyamun dan penjudi di Tebuireng, tetapi juga tak gentar
melawan penjajah Belanda dan Jepang. Salah satu bentuk per la wanannya, ia menolak untuk melakukan seikerei. Yaitu, ber baris membungkukkan badan ke arah Tokyo setiap pukul 7 pagi sebagai simbul penghormatan ke pada Kaisar Hirohito dan ketaatan kepada Dewa Matahari. K.H. Hasyim menolak perin tah itu karena hal itu melanggar syariat Islam. “Yang harus disem bah itu hanyalah Allah Swt, bu kan manusia, ”tegasnya. Akibat penolakannya, Kiai Hasyim di ditahan secara berpindah-pindah, mulai dari pen jara Jombang, lalu Mojokerto, dan akhirnya ke penjara Bubutan, Surabaya. Sela ma dalam tahanan, ia disiksa sehingga salah satu jari tangannya patah tak dapat digerakkan. Tanggal 18 Agustus 1942, setelah 4 bulan dipenjara, Kiai Hasyim dibebaskan oleh Jepang karena banyaknya protes dari para kiai dan santri. Selain itu, karena adanya usaha dari anaknya K.H. Wahid Hasyim dan K.H. Abdul Wahab Abdullah dalam menghubungi pembesarpembesar Jepang terutama, Saikoo Sikikan di Jakarta. Bentuk perlawanannya yang lain, ia mengeluarkan, antara lain, tiga fatwa. Yaitu, pertama, melawan Belanda adalah jihad yang wajib dilaksanakan oleh semua umat Islam Indonesia. Kedua, kaum muslimin diharamkan melakukan perjalanan haji dengan kapal Be landa. Ketiga, kaum muslimin diharamkan memakai dasi dan atribut lain menjadi ciri khas penjajah. Atas jasanya selama perang kemerdekaan (1945-1947), lewat Kepres No. 249/1964, kiai yang wafat pada 25 Juli 1947 itu ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional.
tokoh
38 Edisi Oktober 2013 M Dzulhijjah 1434 H
kiprah
Rumah Makmur BAZNAS
Berdayakan Pedagang Kecil Tidak adanya modal usaha seringkali menjadi kendala seorang pedagang untuk mengembangkan usahanya. Apalagi jika ia tak punya jaminan (borg. Sebab, dengan kondisi seperti ini tak ada bank yang mau meliriknya untuk memberi pinjaman . Ada yang mau meliriknya, tapi bank keliling atau rentenir yang bunga pinjamannya berlipat-lipat.
I
tulah yang dialami Kadis (41) bersama istrinya, Nur (40), ketika mau mengembangkan usaha mie ayamnya di Jl. Kebon Sirih Barat I, Jakarta Pusat. Beruntunglah mereka bertemu dengan Rumah Makmur BAZNAS (RMB), yang punya program pembiayaan modal usaha bagi pedagang kecil. Tidak seperti bank atau rentenir, pembiayaan ini tak dikenai bunga dan setoran pengembaliannya pun seperti menabung buat dirinya. Program seperti ini ternyata sangat membantu Kadis dan istrinya dalam mengembangkan
usahanya. “Ya, kami tidak terlalu ditekan harus mengembalikan pembiayaan setiap hari atau setiap bulan sekian rupiah setornya. Sebab, yang namanya dagang, ada saatnya ramai, ada saatnya sepi. Meski begitu, kami berusaha agar setiap bulannya bisa setor dan menabung supaya kami dipercaya kalau membutuhkan modal usaha lagi,” kata Kadis beserta istrinya sambil melayani pelanggannya. Karena niatnya kuat untuk mengembalikan pembiayaan itu, pasangan ini berhasil melunasi dua kali pembiayaan tepat pada waktunya. Pertama, mereka me ng ajukan pembiayaan RpI juta dengan masa pengembalian 6 bulan. “Sebenarnya, saya boleh mengembalikan pembiayaan da lam jangka waktu setahun atau lebih, tapi saya ingin cepat lunas. Maka, saya ambil yang 6 bulan, ”kata Nur yang dapat pembiayaan dari RMB sejak tahun 2008 itu.
Edisi Oktober 2013 M Dzulhijjah 1434 H 39 Karena prestasinya bagus, RMB menyetujuinya ketika me reka mengajukan pembiayaan kedua sebesar Rp3 juta untuk menam bah usahanya selain mie ayam. Yaitu, nasi uduk, nasi go reng, dan pecel lele. Dan, mem perluas lapaknya, dari satu kotak menjadi tiga kotak (6x2 m). Sa ma seperti pembiayaan yang pertama (Rp1 juta), pembiayaan yang kedua(Rp3 juta) boleh dikembalikan dalam jangka waktu lebih dari 2 tahun. Tapi, karena ingin lebih cepat lunas, mereka memilih program yang dua tahun. Menurut tenaga pendamping RMB Hadi, setiap mustahik yang dapat bantuan modal usaha punya buku tabungan atau lembaran tabungan. Di situ dicatat, jumlah pembiayaan, setoran wajibnya, dan tabungan (atau setoran suka relanya). “Ini dilakukan untuk men didik mereka agar disiplin membayar. Sehingga pembiayaan modal usaha yang sebenarnya hak mereka tidak hilang begitu saja. Tapi, berkembang lalu bisa digulirkan ke mustahik lain yang membutuhkan, ”katanya. Kadis dan Nur berhasil me ngembalikan pembiayaan modal usaha dalam waktu relatif singkat karena dagangannya laris manis. Nasi uduk dan lontong sayur yang sudah disiapkan mulai pukul 6.00 pagi itu sudah habis sebelum pukul 10.00 siang. Siang harinya, pas
jam istirahat kerja, sekitar pukul 12.00, warungnya disesaki para pe ngunjung. Mereka, biasanya menikmati mie goreng, kwitiaw, atau nasi goreng. Begitu pula sore dan malamnya mulai pukul 16.00 hingga pukul 23.00. Dengan menu pecel lele, pecel ayam, soto ayam, dan lainnya, para pengunjung, terutama yang bekerja lembur, banyak yang datang. Dengan melihat kesibukannya itu, mereka berdua baru bisa isti rihat (tidur) sekitar pukul 12.00 malam. Setelah itu, mereka harus ba ngun sekitar pukul 3.00-an mempersiapkan dagangan un tuk keesokan harinya. “Ya, namanya juga dagang, harus mau kerja keras lah,” kata Kadis. Betapa lelahnya mereka be kerja mencari nafkah. Tapi, hal ini tak membuat mereka jadi tak ramah kepada para pelang gan nya. Sebab, kata mereka, keramah tamahan inilah, antara lain, yang memajukan usahanya. “Pedagang itu harus pinter bergaul. Lalu, harus ramah. Selain itu, karena saya dan istri saya sudah lama tinggal di sini. Jadi, sudah dikenal dekat oleh para pelanggan,” kata Kadis dengan tersenyum, yang diiyakan oleh istrinya. Dengan kedekatan seperti itu, para pelanggannya tak ba nyak mengeluh ketika harga dagangannya dinaikkan karena naiknya harga-harga barang aki bat naiknya bahan bakar minyak (BBM). Dulu, sebelum ada kenai kan harga-harga, nasi uduk lengkap dengan telor dan tahu, harganya Rp8.000 per piring, se ka rang Rp10.000. Begitu pula harga seporsi lontong sayur. Se dangkan nasi goreng, dulunya Rp10.000 per piring, sekrang jadi Rp1.2000 per piring. “Tapi, ka lau pembelinya pelajar, kadang-
ka dang harga nasi goreng tidak naik,” kata Bu Nur. Kadis tinggal di daerah Ke bon Sirih, sekitar 20 meter dari warungnya, sejak tahun 1989. Se belum berdagang nasi uduk, dia berganti-ganti profesi, mulai pe da gang ketoprak keliling hingga pedagang rokok. Akhirnya, mereka bertemu dengan usaha yang se karang yang cukup memberi ke untungan. Penghasilan kotornya sehari bisa mencapai Rp1 juta, pa dahal sebelumnya hanya Rp100200 ribu per hari. Dengan usahanya ini Kadis bisa membiayai hidup dan me nyekolahkan ketiga anak perem puannya. Anaknya yang pertama baru tamat Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Anak keduanya baru duduk di kelas I SMAN, dan yang bungsu kelas 6 SD. “Ya, kalau usahanya mie ayam terus dan tak dikembangkan, enggak tahu juga apakah saya bisa menyekolahkan anak-anak saya ke SMA atau tidak,” kata Kadis yang tak tamat SD itu. Sekarang, usaha mie ayamnya dikelola oleh saudaranya yang ber jualan di sekitar warung Kadis. Ini dilakukan selain mem bantu saudaranya, juga untuk me ri ngankan tugasnya. “Kalau saya ke lola semuanya bisa repot. Ini juga kewalahan ngurus usaha nasi uduk dan nasi goreng, ”kata Kadis. Usaha Kadis tak jauh dari soal makanan karena sejak usia 15 tahun ia sudah berkecimpung pada usaha makanan. Ia bekerja di warung tegal (warteg) sebagai pelayan. Dia bertemu dengan Nur (yang jadi istrinya), ya di warteg itu. Ketika itu, Nur tukang masaknya. “Dulu waktu kerja di warteg saya punya cita-cita ingin punya warung, ”kata orang Tegal yang datang ke Jakarta tahun 1985-an itu.
kiprah
40 Edisi Oktober 2013 M Dzulhijjah 1434 H
Zakat untuk Modal Usaha T Ada pendapat yang menyatakan, karena zakat berasal dari kata yang artinya menyampaikan (bukan memberikan), maka zakat boleh digunakan untuk kepentingan ekonomi produktif yang sasarannya kaum dhuafa. Artinya, zakat tidak diberikan secara lanngsung, tetapi diputar dulu sehingga maslahatnya sampai kepada mustahik. Bagaimana pendapat Bapak tentang hal ini? Shobirin, Batang, Jawa Tengah
tanya jawab
Pada prinsipnya, zakat harus diterima secara langsung oleh mustahik. Meskipun demikian, memang diperlukan suatu kebijakan dan kecermatan dalam mempertimbangkan kebutuhan nyata dari mereka, termasuk
J
kemampuan mereka dalam menggunakan dana zakat yang mengarah pada peningkatan kesejahteraan hidupnya, sehingga pada gilirannya yang bersangkutan tidak lagi menjadi mustahik zakat, tetapi mungkin menjadi pemberi zakat (muzakki). Jadi, zakat diarahkan untuk bukan semata-mata keperluan sesaat yang sifatnya konsumtif. Seyogyanya mustahik tidak diberi zakat, lalu dibiarkan tanpa ada pembinaan yang mengarah pada peningkatan yang telah disebutkan tadi. Para ulama, seperti Imam Syafi’i, An-Nasa’i, dan lainnya menyatakan bahwa jika mustahik zakat memiliki kemampuan untuk berdagang, selayaknya dia diberi modal usaha yang memungkinkan dia memperoleh keuntungan
Menggabungkan Zakat T
Saya dan suami bekerja. Saya ingin menzakatkan penghasilan saya, namun agaknya belum mencapai nishab. Akan tetapi, jika digabung dengan penghasilan suami, bisa mencapai nishab. Bolehkah kami berzakat jika keadaanya demikian. Atau bagaimana menurut Islam? Yuli, Bintaro, Jakarta Selatan
J
Suami istri, meski masingmasing bekerja dengan pekerjaan yang berlainan, memiliki tanggung jawab dan kewajiban yang sama dan satu. Yaitu, menghidupi keluarga. Sudah sepatutnya penghasilan mereka disatukan. Apabila setelah disatukan dan juga dikurangi
kebutuhan pokok, sudah mencapai nishab, maka tentu saja wajib dikeluarkan zakatnya. Memang ada sebuah hadis sahih riwayat Imam Bukhari (Kifaayatul Akhyar,I:183) yang menyatakan bahwa Rasulullah Saw. bersabda,” Tidak boleh disatukan antara dua harta yang terpisah dan tak boleh dipisahkan antara dua harta yang tergabung, karena takut mengeluarkan zakat. Harta yang disatukan melalui syirkah (usaha bersama), maka hendaknya dikembalikan kepada masingmasing secara adil dan sama. Penjelasannya, jika A memiliki 30 ekor kambing (belum mencapai nishab zakat dan digembalakan di tempat
Prof. Dr. KH. Didin Hafidhuddin, M.Sc Ketua umum BAZNAS
yang dapat memenuhi kebutuhan pokoknya. Demikian juga jika yang bersangkutan memiliki keterampilan tertentu, kepadanya bisa diberikan peralatan produksi yang sesuai dengan pekerjaannya. Jika mustahik tidak bekerja dan tidak memiliki keterampilan tertentu, menurut Imam Syamsuddin Ar-Ramli, kepadanya diberikan jaminan hidup dari zakat, misalnya dengan cara ia ikut menanamkan modal (dari uang zakat tersebut) pada usaha tertentu, sehingga mustahik tersebut memiliki penghasilan dari perputaran zakat itu. tertentu), dan B juga memiliki 30 ekor kambing dan digembalakan di tempat yang berbeda dengan A, maka supaya berzakat, kambing mereka digabungkan menjadi satu di akhir tahun. Atau sebaliknya, A dan B sejak semula menggabungkan ternaknya dalam tempat penggembalaan dan penangung jawab yang sama. Maka, supaya terhindar dari zakat, menjelang akhir tahun dibagikan dulu, kepada masing-masing pemilik. Kedua jenis perbuatan itulah yang dilarang oleh Rasulullah Saw. dalam hadis tersebut. Tentu saja hadis tersebut tidak bisa dianalogikan kepada suami istri yang sama-sama bekerja tadi, karena memang berbeda dalam ‘illat (alasan) hukumnya.
Edisi Oktober 2013 M Dzulhijjah 1434 H 41
42 Edisi Oktober 2013 M Dzulhijjah 1434 H
silatu rahim
Ayo, Kita Ngaji di “Ibukota TPQ Indonesia” Yogyakarta
S
ore itu, pukul 5.00 WIB. Hujan rintik-rintik turun menyirami bumi kompleks Balai Latihan dan Pengembangan (Balitbang) Sistem Pengajaran Baca Tulis AlQuran LPTQ Nasional di Jalan Purbayan, Kotagede, Yogyakarta. Alunan ayat-ayat suci Al-Quran dari seorang hafiz pun terdengar merdu menyirami kalbu siapa saja yang menyimaknya, terutama para guru Taman Kanak-kanak AlQuran (TKA) /Taman Pendidikan Al-Quran (TPA) “AMM” yang tengah belajar tartil Al-Quran di ruang kelas Balitbang itu.
Rasanya teduh dan nikmat saat kami, tim redaksi Zakat, melakukan silaturahim ke tempat dilahirkannya Metode Iqra, Cara Cepat Membaca Al-Quran itu, Jumat, 1 Juni 2013. “Hari Jumat adalah hari libur bagi para santri TKA/TPA “AMM”. Jadi, gurugurunya belajar tartil membaca Al-Quran di Balitbang ini. Ya, supaya mereka juga bisa mengajar murid-muridnya dengan baik dan benar,” kata Ketua Bidang Tartil Balitbang LPTQ Nasional Drs. HM Suhudi Azis, M.A. dengan ramah. Selain itu, Balitbang ini juga menyelenggarakan kursus privat berbagai pelajaran atau ilmu, seperti tartil, murotal, dan tilawah buat para remaja dan dewasa baik yang regular maupun yang non regular atau yang waktu belajarnya bisa diatur sesuai dengan kebutuhan peserta. Peserta kursus ini tidak hanya datang dari Yogyakarta, tapi juga dari luar Yogyakarta, baik dari
Jawa maupun dari luar Jawa, seperti Sumatera dan Sulawesi. Menurut Suhudi, bila liburan sekolah tiba, peserta dari berbagai daerah banyak yang datang ke Balitbang ini belajar membaca AlQuran. Yang datang itu, selain para pelajar, juga para karyawan atau masyaratakat umum. “Minggu kemarin, kami baru menerima peserta dari karyawan sejumlah Baitul Mal wat Tamwil (BMT) di Magelang,” katanya. Yang datang ke Balitbang ini tak hanya yang belum bisa membaca Al-Quran, tapi juga yang sudah bisa. “Bagi yang sudah bisa pun ingin dibina di Balitbang ini. Sebab, rata-rata, walaupun merasa sudah bisa, ternyata setelah diuji di sini, mereka masih menemui kesalahan dalam membaca AlQuran, misalnya tajwidnya,” katanya. Ada juga peserta yang sudah merasa pintar membaca AlQuran, tapi tidak merasa percaya
Edisi Oktober 2013 M Dzulhijjah 1434 H 43 diri (PD) ketika dia diminta menjadi imam shalat berjamaah di lingkungannya. Maka, mereka mencari sertifikat syahadah (kesaksian) bahwa dia sudah tahsin dalam membaca Al-Quran ke Balitbang ini. “Kalau belum ada sertifikat kesaksian bahwa dia sudah tahsin dalam membaca Al-Quran, dia belum PD kalau disuruh jadi imam shalat. Saya juga begitu. Saya sekarang PD ketika jadi imam, karena sudah ditahsin,” Suhudi menjelaskan. Yang sudah bisa, biasanya minta materi-materi yang akan diujikan. Materinya tak hanya tentang kefasihan membaca AlQuran, tetapi juga tentang bacaan shalat, hafalan surat-surat pendek, dan doa sehari-hari. “Jadi, selain fasih membaca Al-Quran, dia juga hafal Al-Quran Surat-surat pendek, seperti An-Nas, Al-Falaq, dan Al-Ikhlas,” katanya. Masyarakat umum banyak yang belajar atau hanya mencari syahadah, karena Balitbang ini memiliki kompetensi di bidang itu, terutama dengan dimilikinya sejumlah hafiz dan hafizah. “Pak As’ad Humam, penggagas metoda Iqra, sudah menunjuk tim dan tim ini sudah ditahsin oleh Dr. Ahsin Saho Muhammad dari
Institut Ilmu Al-Quran, Jakarta,” kata Suhudi. Dia pernah belajar langsung dari K.H. As’ad Humam yang wafat pada awal Februari 1996 dalam usia 63 tahun. Bagi peserta yang jauh dari Yogyakarta disediakan penginapan. Yaitu, Wisma “AMM” yang menampung sekitar 100 orang tamu. Halaman wisma ini bisa digunakan parkir puluhan mobil dan seratusan kendaraan roda dua. Wisma ini juga dilengkapi dengan fasilitas gedung pertemuan berlantai dua yang bisa menampung 500-an orang. Di sinilah metode belajar Al Qur’qn Iqra ditemukan. Adalah KH As’ad Humam perintisnya. Balitbang ini dulunya adalah TKA dan TPA “AMM” yang didirikan KH As’ad Humam bersama kawankawannya yang terhimpun dalam wadah Team Tadarus Angkatan Muda Masjid dan Mushalla (AMM), Yogyakarta, pada 16 Maret 1988 dan 23 April 1989. Sampai saat ini metode Iqra sudah dipakai sebagai metode pembelajaran Al-Qur’an di seluruh Indonesia. Bahkan beberapa negara seperti Singapura, Malaysia, Brunei dan Hong kong telah mengadopsinya. Yang luar biasa K.H. As’ad Humam yang menemukan hanya lulusan kelas 2 Madrasah Mualimin Muhammadiyah, Yogyakarta (setingkat SMP). Dia yang mengalami cacat fisik sejak remaja adalah putra H. Umam, seorang guru agama yang aktif berdakwah ke desa-desa. Ketika masih usia SMP, KH As’ad sudah aktif mengajar mengaji (membaca) Al-Quran untuk anak di lingkungannya dengan kaidah ‘Baghdadiyah’ atau Turutan. Tapi, ia tidak puas dengan cara ini. Pada 1950, ia memodifikasi kaidah ‘Baghdadiyah ini’. Tidak puas
Drs. HM Suhudi Azis, M.A. Ketua Bidang Tartil Balitbang LPTQ Nasional
juga. Sebelum 1970-an ia tertarik pada tulisan Prof. Mahmud Yunus tentang cara praktis belajar mem baca Al-Quran tanpa perlu mengeja lagi. Pada tahun 1970an, ia mendapatkan buku Qiroati karangan Ustaz Dahlan Salim dari Semarang. Qiroati inilah yang ke mudian dikembangkannya ber sama Team Tadarus AMM menjadi Buku Iqra. Karena pretasinya dalam gerakan pembelajaran membaca Al-Quran sangat luar biasa di Indonesia lewat metode Iqra itu, maka pada Munas LPTQ 1991, TKA/TPA “AMM” ini ditetapkan jadi Balitbang LPTQ Nasional. Lalu, pada 3 Januari 1992, pemerintah memberikan penghargaan kepada K.H. As’ad Humam sebagai Pembina Tilawatil Quran di Indonesia. Pada awal berdirinya, TKATPA AMM belum punya gedung sendiri. Akhirnya, menempati beberapa ruang (salah satunya adalah ruang garasi) dari rumah milik pribadi K.H. Asad Humam. Sekarang TKA/TPA itu sudah menempati gedung megah, Gedung Dakwah Al-Quran Team Tadarus AMM Yogyakarta, yang terletak di kampung Selokraman beberapa meter di seberang gedung Balitbang.
silatu rahim
44 Edisi Oktober 2013 M Dzulhijjah 1434 H
Ibadah, kedermawanan, dan kemanfaatan S catatan zakat
etiap Ramadhan dan ‘Idul Fitri tiba, begitu banyak aktivitas dan cerita berulang di negeri yang kita cintai ini. Puasa wajib, tarawih, bayar fitrah, dan shalat Idul Fitri adalah ibadah yang hadir menyertainya. Harga kebutuhan pokok naik, tayangan keagamaan dan hiburan “religi” dini hari televisi semarak, pengemis tumpah ruah ke kotakota, membeli baju dan membuat kue menjadi ritual wajib, dan mudik yang menjadi agenda dan pekerjaan sebagian besar bangsa Indonesia merupakan dinamika masyarakat yang tidak pernah absen. Salah satu aktivitas yang kembali berulang menjelang Idul Fitri 1434 H adalah penyaluran langsung zakat, infak, dan sedekah (ZIS) oleh orang-orang kaya (aghniya) secara individu-individu dengan cerita kekisruhannya. Beberapa alasan yang juga “de javu” mengemuka; merasa lebih afdhal (baca; lebih puas) dan pasti sampai. Soal keikhlasan, manusiawi dalam pemberian,
dan manfaat untuk penerima, itu urusan dengan Allah Swt dan penafsiran masing-masing. Demikian yang akan kita dengar setiap tahun. Tahun ini harus lebih baik dari tahun lalu dan kita tidak boleh terperosok ke dalam lubang yang sama dua kali merupakan prinsip umum bangsa ini. Prinsip ini ternyata lebih sering dilupakan atau diabaikan dalam penyaluran ZIS. Karena itu, introspeksi dalam penyaluran langsung ZIS oleh muzaki merupakan hal mendesak yang harus dilakukan. Setiap pelaksanaan ibadah harus memenuhi syarat dan rukun yang telah ditetapkan oleh Allah dan Rasul-Nya. Memahami dan menunaikan ZIS sesuai syari’ah menjadi fardhu ‘ain bagi setiap muslim. Menunaikan ZIS merupakan pelaksanaan ibadah sebagai wujud keimanan seorang muslim. Atas dasar itu, menunaikan zakat tidak boleh karena alasan terasa lebih puas dan sudah menjadi kebiasaan. Zakat bukan merupakan kedermawanan seseorang. Pembayaran zakat menggambarkan seseorang tidak zalim karena tidak memakan harta hak orang lain (mustahik).
Teten Kustiawan Direktur Pelaksana Baznas
Zakat lebih afdhal (utama) ditunaikan melalui amil. Adapun infak dan sedekah memiliki makna dan ketentuan yang berbeda dengan zakat dan untuk itu kita perlu memahaminya dengan baik dan benar. Sesungguhnya shalat mencegah dari perbuatan keji dan munkar (Al-Ankabut (29): 45). Demikian Allah menggambarkan kepada kita bahwa pasti ada atsar (buah) dan manfaat dari shalat yang dilaksanakan dengan benar. Dan setiap ibadah yang dilaksanakan dengan baik, benar, dan berkesinambungan niscaya memberikan manfaat buat diri pelaku dan lingkungannya. Ketentuan ini tentu saja berlaku untuk zakat. Zakat sebagai ibadah “maaliyah itjima’iyyah” diharapkan dapat menyucikan harta dan jiwa orang-orang yang melaksanakannya. Zakat sebagai salah satu pilar ekonomi Islam juga diharapkan dapat mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan penanggulangan kemiskinan, sebagaimana diamanahkan dalam UU Nomor 23 Tahun 2011. Pertanyaan buat kita, mungkinkah peran zakat tersebut terwujud apabila disalurkan semata-mata untuk konsumtif dan mustahik hanya setahun sekali menerima zakat?
Berikan Donasi
dalam Setiap Transaksi Anda di Kasir Apotik Kimia Farma
Seluruh donasi pelanggan Kimia Farma Apotek akan disalurkan melalui :
BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL Jl. Kebon Sirih Raya No. 57 Jakarta Pusat 10340 Tlp. (021) 3904555, Fax. (021) 3913777
badanamilzakat
@baznasindonesia
46 Edisi Oktober 2013 M Dzulhijjah 1434 H
BRI Syariah rekening zakat
701311637555 rekening infaq
701311631477 BCA Syariah
hotline
(021) 3904555
banyak cara agar berkah harta anda BSM rekening zakat
tunaikan zakat anda lewat berbagai chanel BAZNAS
rekening zakat
0011555510 rekening infaq
00777711
Bank Mandiri rekening zakat
070-00-0185555-5 rekening infaq
070-00-0187777-3
009 005 5555 rekening infaq
009 007 7777
BNI Syariah Prima rekening zakat
009 555 5554 rekening infaq
009 577 7779 layanan jemput zakat
08787 7373 555
@baznasindonesia badanamilzakat www.baznas.or.id