FACTSHEET
RSPO Roundtable on Sustainable Palm Oil
Sejarah Pada tahun 2001, WWF mulai menjajaki kemungkinan pembentukan Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO). Hasil dari penjajakan ini adalah dibentuknya kerjasama informal antara WWF dengan Aarhus United UK Ltd, Golden Hope Plantation Berhad, Migros, Malaysian Palm Oil Association, Sainsbury’s dan Unilever pada tahun 2002. Pertemuan persiapan kemudian dilaksanakan di London, Inggris pada tanggal 20 September 2002, diikuti dengan pertemuan lanjutan di Gland, Swiss pada tanggal 17 Desember 2002. Organisasi-organisasi yang melakukan kerjasama informal dengan WWF tersebut kemudian bertindak sebagai Panitia Pelaksana yang menyelenggarakan pertemuan Roundtable yang pertama dan mempersiapkan landasan struktur organisasi dan tata kelola bagi pendirian RSPO.
Kapan dan mengapa RSPO didirikan? Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO) didirikan pada tahun 2004 dengan tujuan untuk mempromosikan pertumbuhan dan penggunaan produk-produk minyak sawit yang berkelanjutan melalui standar global yang kredibel dan keterlibatan pada stakeholder. Pendirian RSPO merupakan sebuah respon terhadap desakan internasional yang kuat akan adanya minyak sawit yang diproduksi secara berkelanjutan. Kantor pusat RSPO berada di Zurich, Swiss, sedangkan sekretariatnya berlokasi di Kuala Lumpur dengan kantor perwakilan di Jakarta.
Anggota Pendiri Termasuk sebagai Anggota Pendiri adalah: Aarhus United UK Ltd. (Inggris), Karlshamns AB (Swedia), Malaysian Palm Oil Association/MPOA (Malaysia), Migros Genossenschafts Bund (Swiss), Unilever NV (Belanda) dan Worldwide Fund for Nature/WWF. Juga aktif duduk di Dewan Eksekutif RSPO sejak awal adalah Golden Hope Plantations Berhad (Malaysia), Loders Croklaan (Belanda), Pacific Rim Palm Oil Ltd (Singapura) dan The Body Shop (Inggris).
1
Siapa RSPO? RSPO merupakan asosiasi nirlaba yang mempersatukan para stakeholder dari tujuh sektor industri minyak sawit, yang bertujuan mengembangkan dan mengimplementasikan standar global untuk minyak sawit berkelanjutan. Para stakeholder yang ikut serta dalam prakarsa ini adalah – para produsen minyak sawit, pengolah, pedagang, produsen barang konsumen, perusahaan ritel, bank, investor, LSM lingkungan dan konservasi alam, serta LSM sosial dan pembangunan.
Tujuan RSPO RSPO mempromosikan praktik-praktik produksi minyak sawit yang membantu mengurangi deforestasi, melestarikan keanekaragaman hayati, dan menghargai mata pencaharian masyarakat pedesaan di negara-negara penghasil minyak sawit. Misi RSPO adalah memastikan: bahwa tidak akan ada hutan baru atau area bernilai konservasi tinggi lainnya yang dikorbankan untuk perkebunan kelapa sawit; bahwa perkebunan-perkebunan kelapa sawit menerapkan praktik-praktik terbaik yang di sepakati; dan bahwa hak dan kondisi kehidupan dasar jutaan pekerja perkebunan, petani dan penduduk asli sepenuhnya dihormati. Atas dasar misi inilah Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO) secara proaktif menjalin hubungan dengan perkebunan kelapa sawit, pengolah minyak, produsen makanan, perusahaan ritel, LSM dan investor untuk bekerja sama mewujudkan suplai global minyak sawit yang diproduksi dengan penuh tanggung jawab sosial dan lingkungan.
Struktur Kewenangan Keterwakilan berbagai kelompok stakeholder tercermin dalam struktur kewenangan yang ada di dalam organisasi RSPO. Posisi di Dewan Eksekutif dan Kelompok Kerja diduduki oleh perwakilan dari semua sektor untuk memastikan keterwakilan yang adil. RSPO menjunjung filosofi “roundtable”, yang ditunjukkan dengan: memberikan hak yang setara kepada setiap kelompok stakeholder; membawa agenda-agenda yang berkaitan dengan permasalahan kelompok stakeholder ke pertemuan roundtable; memfasilitasi hubungan antara stakeholder yang berseberangan dan antara kompetitor bisnis untuk bekerja sama demi tujuan dan keputusan yang disepakati secara mufakat. Nilai-nilai inilah yang menopang setiap aspek tentang bagaimana RSPO berperilaku dan memperlakukan para stakeholdernya.
Visi RSPO akan mentransformasi pasar untuk menjadikan minyak sawit berkelanjutan sebagai sebuah norma.
Misi • Memajukan produksi, pengadaan, keuangan dan penggunaan produk-produk minyak sawit berkelanjutan; • Mengembangkan, mengimplementasi, menverifikasi, memastikan dan secara periodik meninjau ulang standar-standar global yang kredibel untuk keseluruhan rantai pasokan minyak sawit berkelanjutan; • Mengawasi dan mengevaluasi dampak ekonomi, lingkungan dan sosial dari penyerapan minyak sawit berkelanjutan di pasar; • Melibatkan dan berkomitmen kepada semua stakeholder yang terlibat di sepanjang rantai pasokan, termasuk diantaranya pemerintah dan konsumen. Rantai pasokan juga meliputi ekosistem, komunitas, perkebunan, pedagang, pengolah, produsen barang konsumen, perusahaan ritel, institusi keuangan dan masyarakat sipil.
2
Peristiwa Penting Agustus 2003 Roundtable Meeting (RT) pertama di Kuala Lumpur, Malaysia, dihadiri oleh 200 peserta dari 16 negara. 8 April 2004 RSPO didirikan berdasarkan atas Pasal 60 Swiss Civil Code. Agustus 2004 47 organisasi menandatangani Statement of Intent yang mendeklarasikan niat mereka untuk berpartisipasi dalam prakarsa RSPO. November 2005 Principles and Criteria (P&C) RSPO diadopsi sebagai sebuah contoh implementasi awal selama dua tahun oleh 14 perusahaan. 2006 Pembentukan dan adopsi Members’ Code of Conduct; kantor perwakilan RSPO (RSPO Indonesian Liaison Office - RILO) didirikan di Jakarta. Oktober 2007 Principles and Criteria (P&C) RSPO ditinjau ulang oleh Criteria Working Group (CWG) RSPO. Peninjauan ulang ini meliputi konsultasi publik; pertemuan; pengumpulan komentar publik; masukan dari interpretasi nasional; musyawarah kelompok kerja kecil dan hasil uji lapangan percontohan. November 2007 Sistem Sertifikasi RSPO disetujui oleh Dewan Eksekutif RSPO dan diadopsi oleh General Assembly (GA4). Sistem Sertifikasi secara resmi diluncurkan pada RT5 (The 5th Roundtable Meeting on Sustainable Palm Oil) di Malaysia, oleh Menteri Industri Perkebunan & Komoditas, Malaysia, yang ketika itu dijabat oleh Datuk Peter Chin Fah Kui. 2008 National Interpretations (NIs) dari Principles & Criteria (P&C) untuk Indonesia, Malaysia dan PNG disetujui. 21 Agustus 2008 Sertifikasi P&C yang pertama untuk United Plantations disetujui. Pengiriman pertama CSPO tiba di Rotterdam pada bulan November 2008. Agustus 2008 Supply Chain Certification System RSPO dikembangkan dan diselesaikan. November 2009 Supply Chain Certification System RSPO ditinjau dan diadopsi. Oktober 2010 Keanggotaan RSPO mencapai 500 anggota kategori Ordinary Member dari seluruh dunia. 2010 Sertifikat pertama RSPO dikeluarkan untuk Amerika Latin, Daabon Group, Colombia. Juni 2011 Peluncuran merek dagang RSPO. Agustus 2011 3 tahun setelah sertifikasi minyak sawit berkelanjutan dimulai, industri minyak sawit mencapai titik balik dengan tembusnya angka 1 juta hektar pertama untuk area produksi yang disertifikasi di seluruh dunia. Agustus 2011 Sertifikasi pertama minyak sawit berkelanjutan di Brazil, oleh Agropalma. Agustus 2011 Produksi global CSPO mencapai 5 juta ton atau 10 persen dari produksi minyak sawit dunia. November 2011 Peserta yang hadir di RT9 (The 9th Roundtable on Sustainable Palm Oil) di Kota Kinabalu, Sabah, Malaysia, mencapai rekor jumlah tertinggi, yaitu 1000 peserta dari 20 negara. April 2012 Produksi CSPO mencapai 6 juta metrik ton dalam kapasitas produksi tahunan. April 2012 Indonesia menyusul Malaysia sebagai produsen CSPO nomor satu dunia.
3
Principles & Criteria RSPO Principle & Criteria (P&C) RSPO untuk produksi minyak sawit berkelanjutan adalah petunjuk global tentang cara memproduksi minyak sawit dengan praktek berkelanjutan. Termasuk diantaranya standar-standar perkebunan kelapa sawit untuk berlaku adil terhadap para karyawan, petani penggarap, dan komunitas yang terkait, memelihara sumber daya alam dan keanekaragaman hayati, dan mengembangkan tanaman baru secara yang bertanggung jawab. Rantai pasokan minyak sawit mulai dari negara-negara produsen sampai digunakan sebagai bahan dasar dalam produk-produk ritel di seluruh dunia, adalah sangat kompleks. Untuk menjaga integritas minyak sawit RSPO, para pelaku yang terkait dalam rantai pasokan yang ingin menggunakan minyak sawit berkelanjutan, harus melakukannya secara transparan agar mudah ditelusuri. Transparansi dan penelusuran dapat terjamin melalui Supply Chain Certification RSPO. RSPO telah mempersiapkan skema sertifikasi untuk memberikan kepastian kepada para pengolah minyak dan konsumen bahwa minyak sawit berkelanjutan yang mereka beli jelas mendukung perkebunan yang dikelola secara bertanggung jawab. Badan sertifikasi yang disetujui oleh RSPO adalah badan independen dan mapan, dan badan-badan sertifikasi tersebut bertanggung jawab melaksanakan audit terhadap perkebunan dan pabrik pengolahan. Proses audit ini dilakukan pada seluruh bagian mata rantai pasokan minyak sawit.
Adapun 8 prinsip RSPO, yaitu: •
Prinsip 1: Komitmen terhadap transparansi; LSM
•
Prinsip 2: Kepatuhan pada peraturan perundangan yang berlaku
• Prinsip 3: Komitmen terhadap kelangsungan hidup ekonomi dan keuangan jangka panjang • Prinsip 4: Penggunaan praktik-praktik terbaik yang tepat oleh perkebunan dan pabrik pengolahan • Prinsip 5: Tanggung jawab lingkungan dan konservasi sumber daya alam dan keanekaragaman hayati •
Prinsip 6: Bertanggung jawab terhadap para karyawan, individu serta masyarakat yang terkena dampak oleh perkebunan dan pabrik pengolahan (studi kasus)
•
Prinsip 7: Perluasan penanaman baru yang bertanggung jawab
•
Prinsip 8: Komitmen terhadap perbaikan secara terus menerus pada area-area utama program yang dilakukan
Keanggotaan Laporan statistik anggota terkini dapat diakses di http://www.rspo.org/en/membership_key_statistics Seiring dengan meningkatnya pengakuan publik serta dilaluinya berbagai momentum penting, keanggotaan RSPO semakin bertambah dan volume minyak sawit yang diproduksi secara berkelanjutan di pasar dunia pun diprediksi akan tumbuh secara tajam. Pada bulan Mei 2012, jumlah anggota RSPO adalah 842 perusahaan anggota yang berasal dari 50 negara. RSPO memiliki tiga kategori keanggotaan; • Ordinary Membership (OM) terdiri dari pelaku-pelaku utama dalam rantai suplai minyak kelapa sawit, seperti petani kelapa sawit, pengolah dan pedagang, produsen barang konsumen, peritel, bank dan investor, LSM lingkungan dan sosial atau LSM pembangunan. • Affiliate Membership terbuka untuk siapapun atau organisasi apapun yang tidak tergabung dalam 7 sektor Ordinary Membership dan tertarik untuk mendukung tujuan serta aktivitas RSPO • Kategori ketiga yang diperkenalkan baru-baru ini memungkinkan organisasi-organisasi yang aktif dalam rantai pasokan minyak sawit berkelanjutan yang tersertifikasi, namun pembelian produk minyak sawitnya per tahun tidak melebihi 500 juta ton untuk layak menjadi Supply Chain Associates.
4
Diantara negara-negara konsumen, Inggris memiliki jumlah Ordinary Members terbesar di angka 16,6 persen; kemudian diikuti oleh Belanda pada 14 persen; Jerman di 10,7 persen dan Prancis di 9,8 persen. Kelebihan-kelebihan yang ditawarkan oleh RSPO kepada organisasi dari berbagai sektor adalah: Reputasi: • CSPO RSPO diakui secara internasional • Keanggotaan menggambarkan langkah pertama menuju
Anggota menentukan kebijakan & keputusan: • Platform strategis untuk menciptakan & memengaruhi kebijakan serta keputusan kunci
komitmen terhadap prinsip keberlanjutan Akses terhadap praktek-praktek terbaik: Keterwakilan rantai pasokan:
• Aspek pertanian, lingkungan dan sosial
• Keanggotan RSPO mewakili 7 kelompok stakeholder dalam rantai pasokan • Melengkapi lingkaran permintaan dan penawaran dan segala sesuatu di antaranya
Meningkatkan nilai minyak sawit: • Sebagai komoditas perdagangan terbesar/minyak yang dapat dikonsumsi yang tersertifikasi
Akses Pasar: • Konsumsi domestik / nasional • Internasional
Trademark (Merek Dagang) RSPO Laporan statistik terkini tentang merek dagang RSPO dapat diakses di http://www.rspo.org/en/trademark_key_statistics
Merek Dagang (Trademark) RSPO Merek dagang (Trademark) RSPO adalah trademark yang dapat digunakan oleh para anggota untuk secara proaktif mendemonstrasikan komitmen mereka terhadap minyak sawit yang berkelanjutan serta produk-produk lainnya yang berasal dari minyak sawit berkelanjutan. Para anggota dapat menggunakan trademark dalam komunikasi pada atau mengenai produk-produk yang mengandung bahan-bahan dasar yang berasal dari kelapa sawit. Bahan-bahan dasar ini harus bersumber dan sesuai dengan satu atau lebih dari tiga sistem rantai pasokan; sistem-sistem ini adalah Preserved, Segregated dan Mass Balanced. Pada November 2010, desain trademark RSPO secara resmi diperlihatkan pada Roundtable Meeting yang ke-8 di Jakarta, Indonesia. Peraturan-peraturan yang mengatur kegunaan trademark tersebut akhirnya diselesaikan, dan prosedur untuk aplikasi trademark juga sudah ditetapkan. Proses aplikasi akan membantu memfasilitasi dan mendidik anggota-anggota baru tentang peran, tanggung jawab, serta memastikan komitmen mereka. Trademark RSPO saat ini terdaftar di lebih dari enam puluh (60) negara di seluruh dunia, termasuk di dalamnya pasar-pasar minyak sawit utama. Trademark RSPO akan memainkan peran yang signifikan dalam prakarsa-prakarsa yang telah ditempatkan oleh RSPO.
5