NASKA AH PUBLIK KASI ASUH HAN KEPE ERAWATA AN PADA Sd dr. F DENG GAN DENG GUE HAEMOR RRAHGIC FEVER F (DH HF) DI BAN NGSAL MU ULTAZAM RS PKU M MUHAMMA ADIYAH SU URAKARTA A
Diajukan Guna G Melenggkapi Tugas--Tugas dan M Memenuhi Syaraat-Syarat Unttuk Menyeleesaikan Proggram Pendidikan D Diploma III Keperawatan K n
Diisusun oleh : ROHMA AD ADI CA ANDRA JJ200100051
MSTUDI DIIPLOMA IIII KEPERA AWATAN PROGRAM F FAKULTAS S ILMU KESEHATAN N UNIVERSITAS MUH HAMMADIY YAH SURA AKARTA 2014
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA FAKULTAS ILMU KESEHATAN Jl. A. Yani Tromol Pos I Pabelan, Kartasura Telp. (0271) 717417 Fax. 715448 Surakarta 57102 Website: http://www.ums.ac.id Email:
[email protected]
Surat Persetujuan Artikel Publikasi Ilmiah Yang bertanda tangan di bawah ini pembimbing skripsi/ tugas akhir : Nama : Dewi Suryandari, S.Kep., Ns Telah membaca dan mencermati naskah artikel publikasi ilmiah, yang merupakan ringkasan skripsi/ tugas akhir dari mahasiswa : Nama : ROHMAD ADI CANDRA NIM : J200100051 Program Studi : FAKULTAS ILMU KESEHATAN Judul Skripsi : ASUHAN KEPERAWATAN PADA Sdr. F DENGAN DENGUE HAEMORRAHGIC FEVER (DHF) DI BANGSAL MULTAZAM RS PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA Naskah artikel tersebut, layak dan dapat disetujui untuk dipublikasikan. Demikian persetujuan ini dibuat, semoga dapat dipergunakan seperlunya. Surakarta, Desember 2014 Pembimbing
Dewi Suryandari, S.Kep., Ns
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Sdr.F DENGAN DENGUE HAEMORRAHGIC FEVER (DHF) DI BANGSAL MULTAZAM RS PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA (Rohmad Adi Candra,2013) ABSTRAK Latar Belakang : Penyakit Dengue maupun penyakit Demam Berdarah Dengue adalah penyakit infeksi yang banyak dan sering berjangkit di daerah tropis, termasuk penyakit Infeksi Tropis (Tropic Infection). Demam Dengue (DD) atau Dengue Fever (DF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang disebarkan oleh nyamuk Aedes Aegypti, sedangkan Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorhaege Fever (DHF) juga penyakit yang disebabkan virus dengue dan di sebarkan oleh nyamuk Aedes Aegypti yang diserta imanifestasi pendarahan dan cenderung menimbulkan shock dan kematian. Metode : Metode yang digunakan adalah dengan melakukan studi kasus asuhan keperawatan pada pasien Dengue Haemorhaege Fever (DHF). Tujuan : Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengue haemorrahgic fever, yang meliputi pengkajian, intervensi, implementasi dan evaluasi keperawatan. Hasil : Setelah dilakukan pengkajian terhadap pasien pasien teraba panas dengan pengukuran ukuran suhu 38,5oC pasien juga mengatakan pusing,tidak nafsu makan serta lemas,dan perawat menetapkan tiga diagnosa yaitu kenaikan suhu tubuh,kekurangan volume cairan, serta resiko gangguan pemenuhan nutrisi sehingga perawat melakukan tindakan kompres hangat,mementau cairan yang masuk,pantau selera makan pasien dan memberi makanan sedikit tapi sering dan setelah tindakan keperawatan di lakukan selama 3 x 24 jam maka di dapatkan hasil dengan suhu badan pasien menurun, pemenuhan cairan tubuh terpenuhi serta pemenuhan nutrisi terpenuhi. Kesimpulan : DHF merupakan penyakit yang disebabkan oleh Arbovirus ( arthro podborn virus ) dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes ( Aedes Albopictus dan Aedes Aegepty ) nyamuk aedes aegepty,gejala yang timbul setelah terjangkit penyakit ini adalah bintik kemerahan pada kulit,tidak nafsu makan,hipertermi serta gejala kekurangan cairan. Kata kunci : dengue haemorrahgic fever. Daftar Pustaka : 20 ( 2005 – 2012 )
NURSING CARE TO MR. F WITH DENGUE HAEMORRAHGIC FEVER (DHF) IN WARD MULTZAM PKU MUHAMMADIYAH HOSPITAL SURAKARTA (Rohmad Adi Candra,2013) ABSTRACT Background : Dengue Disease and Dengue Hemorrhagic Fever is an infectious disease and frequent outbreaks in the tropics, including Tropical Infectious diseases (Tropic Infection). Dengue fever (DD) or Dengue Fever (DF) is a disease caused by dengue virus which is spread by the Aedes aegypti mosquito, while the Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) or Dengue Haemorhaege Fever (DHF) is also a disease caused by dengue virus and spread by mosquitoes Aedes aegypti with bleeding manifestations and tend to lead to shock and death Methods : The method used is to conduct a case study of nursing care in patients with Dengue Haemorhaege Fever (DHF). Objective : To determine nursing care to patients of dengue fever haemorrahgic, which includes assessment, intervention, implementation and evaluation of nursing. Results : After assessment of the patient patients with palpable heat measurement temperature measurement 38,5oC patients also say dizziness, loss of appetite and weakness, and nurses set three diagnoses that increase in body temperature, lack of fluid volume, as well as the risk of disturbance of nutrition so that nurses take action compresses warm, mementau fluid intake, monitor the patient's appetite and give the food a little but often and after nursing actions undertaken during the 3 x 24 hours then get the results with the patient's body temperature decreases, fulfilling unmet body fluids and nutrition are met. Conclusion : DHF is a disease caused by Arbovirus (arthro podborn virus) and is transmitted through the bite of the Aedes mosquito (Aedes albopictus and Aedes aegypti) mosquito Aedes aegypti, the symptoms after contracting this disease is reddish spots on the skin, no appetite, hyperthermia and symptoms of fluid. Keywords : dengue haemorrahgic fiver Bibliography : 20 (2005 - 2012)
A. PENDAHULUAN Dewasa ini, perkembangan ilmu dan teknologi kedokteran telah banyak menyelamatkan nyawa manusia. Penyakit – penyakit yang selama ini tidak terdiagnosis dan terobati, sekarang sudah banyak teratasi. Tetapi untuk memperbaiki taraf kesehatan secara global tidak dapat mengendalkan hanya pada tindakan kuratif, karena penyakit yang memerlukan biaya mahal itu sebagian besar dapat dicegah dengan pola hidup sehat dan menjauhi pola hidup beresiko. Artinya para pengambil kebijakan harus mempertimbangkan untuk mengalokasi dana kesehatan yang lebih menekankan pada segi preventif dari pada kuratif ( Muttaqin dan Kumala, 2011 ). Penyakit dengue maupun penyakit Demam Berdarah Dengue adalah penyakit infeksi yang banyak dan sering berjangkit di daerah tropis, termasuk penyakit infeksi tropis (tropic infection). Demam dengue (DD) atau Dengue Fever (DF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang disebarkan oleh nyamuk Aedes Aegypti, sedangkan Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorhaege Fever (DHF) juga penyakit yang disebabkan virus dengue dan disebarkan oleh nyamuk Aedes Aegypti yang disertai manifestasi pendarahan dan cenderung menimbulkan shock dan kematian (Misnadiarly, 2009).
B. PEMBAHASAN Pada bab ini, membahas masalah-masalah yang muncul pada pelaksanaan Asuhan
Keperawatan pada Sdr. F dengan gangguan sistem
imunologi: dengue haemorrhagic fever (DHF) di ruang Multazam RS PKU
Muhammadiyah Surakarta, dengan membandingkan antara teori dan kasus yang terjadi dilapangan yang meliputi pengkajian, diagnosa, rencana tindakan dan implementasi serta hasil perkembangan pada pasien sesuai dengan hasil pengkajian secara langsung. 1. PENGKAJIAN Dari pengkajian yang di lakukan pada Sdr.F pada tanggal 30 april 2013 di dapatkan pasien mengatakan pusing,pasien mengatakan panas, juga mengatakan tidak nafsu makan pasien juga mengatakan badanya lemas, serta perawat juga menemukan data objektif dimana badan masien teraba panas,pasien tampak pucat, pasipen terlihat lemah dan dari TTV didapatkan TD: 90/70 mmHg, RR: 24x/menit, N: 60x/menit, S: 38,4oC sehingga perawat akan menerapkan diagnosa sesuai dengan keluhan juga masalah yang timbul dalam penyakit DHF ini.Pengkajian ini juga merupakan langkah awal dalam penentuan langkah langkah selanjutnya yang akan di lakukan 2. DIAGNOSA Dari analisa data yang dikumpulkan didapatkan tiga diagnosa yang dapat ditegakkan sesuai dengan konsep (NANDA NIC dan NOC, 2006). Secara umum diagnosa keperawatan yang disebutkan dalam teori dengan yang ditemukan di kasus nyata tidak jauh berbeda. Dari hasil pengkajaian didapatkan diagnosa keperawatan sebagai berikut :Selanjutnya, penulis akan membahas satu per satu dari diagnosa keperawatan tersebut dengan mengelompokkan sebagai berikut:
a. Kenaikan
suhu
tubuh
(hipertermi)
berhubungan
dengan
proses
penyakit.Kenaikan suhu tubuh (hipertemi) merupakan keadaaan ketika seseorang
individu
mengalami
atau
beresiko untuk mengalami
kenaikan suhu tubuh terus menerus lebih tinggi dari 37,8⁰C per oral atau 38,8⁰C per rektal karena faktor eksternal (Carpenito, 2007). b.
Kurangnya volume cairan tubuh berhubungan dengan peningkatan permeabilitas dinding plasma. Kekurangan volume cairan adalah suatu keadaan pada individu yang mengalami dehidrasi intrasel, vaskular, atau selular yang behubungan dengan kehilangan yang aktif. Kekurangan Volume cairan terjadi jika air dan elektrolit hilang pada proporsi yang sama ketika mereka berada pada cairan tubuh normal sehingga rasio elektrolit serum terhadap air tetap sama (Carpenito, 2007).
c.
Resiko gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan Anoreksia. Nutrisi adalah zat-zat gizi yang berhubungan dengan kesehatan dan penyakit, termasuk keseluruhan proses dalam tubuh manusia untuk menerima makanan atau bahan-bahan dari lingkungan hidupnya dan menggunakan bahan-bahan tersebut untuk aktivitas penting dalam tubuh serta mengeluarkan sisanya. Nutrisi atau kandungan zat yang terdapat dalam makanan yang sangat dibutuhkan oleh tubuh terdiri dari 6 kategori, yaitu : karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral dan air. Nutrisi
dikatakan
esensial
bagi
tubuh
jika
tubuh
tidak
bisa
memproduksinya sendiri sehingga harus dipenuhi dari sumber makanan seperti karbohidrat, protein, lemak dan berbagai vitamin dan mineral.
Jadi, nutrisi esensial penting agar tubuh dapat memproduksi nutrisi nonesensial,Sehingga jika kandungan nutrisi tersebut tidak memenuhu kebutuhan tubuh makan tubuh tidak merespon baik dalam peyembuhan penyakit (Herdman, 2010). 3. INTERVENSI TINDAKAN Intervensi yang dilakukan pada Sdr.F berdasarkan diagnosa yang di tegakkan yaitu diagnosa pertama adalah mengatur suhu tubuh dalam batas normal dengan intervensi memonitor terus suhu tubuh pasien 2 jam sekali, beri kompres hangat, membatasi aktifitas klien dan kolaborasi untuk antipiretik dan antibiotik, semua intervrnsi tersebut dapat di lakukan perawat sesuai rencana dan di bantu oleh keluarga. Dalam diagnosa yang kedua hasil yang di harapkan adalah kebutuhan cairan terpenuhi dengan intervensi pantau TTV, pantau masukan cairan, serta mengobservasi adanya kelelehan yang meningkat, dalam intervensi ini pasien dapat
berkolaborasi dengan baik dengan
perawat sehingga perawat menjalankan tindakan keperawatan sesuai perencanaan. Dalam diagnosa ketiga hasil yang di harapkan resiko gangguan pemenuhan nutrisi dapat berkurang dengan intervensi pantau selera makan pasien , beri makan sedikit tapi sering
dalam perencanan ini pasien
bertahap dalam pemenuhan nutrisi di karenakan mengkuti selera makan pasien perawat mementau makan pasien dengan menanyakan makanan kesukakn pasien dengan berkolaborasi dengan ahli gizi.
4. IMPLEMENTASI Kenaikan suhu tubuh (hipertermi) berhubungan dengan proses penyakit. Tindakan keperawatan yang telah terlaksana sesuai dengan rencana keperawatan antara lain: memonitor suhu tubuh minimal 2 jam sekal, memberikan kompres hangat pada aksila dan lipatan paha, mengnjurkan keluarga untuk membatasi aktifitas klien, berkolaborasi dengan tim medis lain dalam pemberian obat antipiretik dan antibiotik. Implementasi yang penulis lakukan sudah terlaksana sesuai intervensi yang tercantum. Kurangnya volume cairan tubuh berhubungan dengan peningkatan permeabilitas dinding plasma.Tindakan keperawatan yang telah terlaksana sesuai dengan rencana keperawatan antara lain: memaantau tanda-tanda vital, memantau masukan cairan, mempertahankan untuk memberikan cairan 250 ml/hari, mengobservasi adanya kelelahan yang meningkat, edema, nadi tidak teratur. Implementasi yang penulis lakukan sudah terlaksana sesuai intervensi yang tercantum. Resiko gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan Anoreksia. Tindakan keperawatan yang telah terlaksana sesuai dengan rencana keperawatan antara lain: memantau keadaan umum
pasien,memantau selera
makan pasian,dan memberi
makannan kesukaan pasien, memantau asupan nutrisi sedikit tapi sering, berkolaborasi dengan ahli gisi dalam pemenuhan nutrisi. Implementasi yang penulis lakukan sudah terlaksana sesuai intervensi yang tercantum.
5. EVALUASI Evaluasi meruapakan tahap akhir dari proses keperawatan yang telah digunakan untuk menentukan seberapa baik rencana keperawatan yang telah penulis susun, apakah tujuan dapat tercapai, tercapai sebagian, atau belum tercapai dengan meninjau respon pasien dan kriteria hasil yang telah ditetapkan. Berikut ini adalah
pembahasan evaluasi
berdasarkan evaluasi hasil dari masing – masing diagnosa : a. Kenaikan
suhu tubuh (hipertermi) berhubungan dengan proses
penyakit, Pada diagnosa pertama berdasarkan evaluasi tanggal 30 April 2013, setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam suhu tubuh pasien belum
normal (36-37ºC) dengan kriteria hasil: Klien
tampak lemas, TTV: KU: sedang, TD: 120/70 mmHg, RR: 24 x/menit, N: 60 x/mmenit, S: : 37,20C, Setelah dibandingkan dengan kriteria hasil yang ada dalam teori, maka penulis menyimpulkan analisa masalah belum teratasi sehingga intervensi dilanjutkan pada tanggal 1 Mei 2013. Pada diagnosa pertama
berdasarkan evaluasi tanggal 1 Mei
2013., setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam suhu tubuh pasien
normal (36-37ºC) dengan kriteria hasil: klien masih
tampak lemah, ekspresi wajah rileks, KU: sedang, TD: 110/70 mmHg, RR: 24 x/menit, N: 60 x/mmenit, S : 36,80C, Setelah dibandingkan dengan kriteria hasil yang ada dalam
teori, maka
penulis
menyimpulkan analisa masalah teratasi dan intervensi dihentikan.
b. Kurangnya volume cairan tubuh berhubungan dengan peningkatan permeabilitas dinding plasma. Pada diagnosa kedua berdasarkan evaluasi tanggal 30 April 2013, setelah dilakukan keperawatan selama 3 x 24 jam,dengan kriteria
tindakan
hasil pasien tidak
lemas, pasien tidak tampak pucat, TD : 120/80 mmHg. RR : 1624x/menit. N : 60-100x/menit belum terpenuhi dengan data : klien tampak lemas dan pucat. Setelah dibandingkan dengan kriteria hasil yang ada dalam teori, maka penulis menyimpulkan analisa masalah belum teratasi sehingga intervensi dilanjutkan pada tanggal 1 Mei 2013. Pada diagnosa kedua berdasarkan evaluasi tanggal 1 Mei 2013., setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, dengan hasil pasien tidak lemas, pasien tidak tampak pucat, TD : 120/80 mmHg. RR : 16-24x/menit. N : 60-100x/menit belum terpenuhi dengan data : klien tampak lemah. Dan
klien mengatakan
masih lemes.
Setelah dibandingkan dengan kriteria hasil yang ada dalam teori, maka penulis menyimpulkan analisa masalah belum teratasi sehingga intervensi dilanjutkan pada tanggal 2 Mei 2013. Pada diagnosa kedua berdasarkan evaluasi tanggal 2 Mei 2013., setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, dengan hasil pasien tidak lemas, pasien tidak tampak pucat, TD : 120/80 mmHg. RR : 16-24x/menit. N : 60-100x/menit terpenuhi dengan data : klien tampak segar, ekspresi wajah rileks, KU: sedang, TD: 120/70 mmHg, RR: 24 x/menit, N: 60 x/mmenit, S: 36,80C Setelah
dibandingkan dengan kriteria hasil yang ada dalam teori, maka penulis menyimpulkan analisa masalah teratasi dan intervensi dihentikan. c. Pada diagnosa ketiga berdasarkan setelah dilakukan
evaluasi tanggal 30 April 2013,
tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam,
menunjukan resiko ganguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan belum
teratasi dengan data : makanan tidak habis dan Klien
mengatakan masih tidak selera makan, dan meminta bubur yang di beri RS di ganti dengan nasi. maka penulis menyimpulkan analisa masalah belum teratasi sehingga intervensi dilanjutkan pada tanggal 1 Mei 2013. Pada diagnosa kedua berdasarkan evaluasi tanggal 1 Mei 2013., setelah dilakukan
tindakan
keperawatan selama 3 x 24 jam
menunjukan resiko ganguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan belum teratasi dengan data : klien hanya makan 3 sendok makanan dari RS dan pasien tidak menghabiskan makannanya. Setelah dibandingkan dengan kriteria hasil yang ada dalam teori, maka penulis menyimpulkan analisa masalah teratasi sebagian intervensi kembali dilanjutkan pada tanggal 2 Mei 2013. Pada diagnosa kedua berdasarkan evaluasi tanggal 2 Mei 2013., setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, menunjukan resiko ganguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan sudah teratasi dengan data : klien mengatakan makannanya enek dan klien menghabiskan ¾
makan
porsi diet RS,dan menghabiskan sneck dari RS Setelah
dibandingkan dengan kriteria hasil yang ada dalam teori, maka penulis menyimpulkan analisa masalah teratasi dan intervensi dihentikan. C. SIMPULAN Penyakit DHF adalah penyakit yang disebabkan oleh Arbovirus ( arthro podborn virus ) dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes ( Aedes Albopictus dan Aedes Aegepty ) nyamuk aides aegepty. Setelah melakukan asuhan keperawatan pada Sdr. F selama tiga hari didapatkan simpulan sebagai berikut: 1. Pengkajian dilakukan dengan dua metode yaitu pola Gordon dan pemeriksaan fisik head to toe yang mendukung ditegakkannya diagnosa. Setelah dilakukan pengkajian dan analisa kasus muncul tiga diagnosa pada pasien yaitu: Kenaikan suhu tubuh (hipertermi) berhubungan dengan proses penyakit, Kurangnya volume cairan tubuh berhubungan dengan peningkatan permeabilitas dinding plasma; Resiko gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan Anoreksia.Intervensi pada masing-masing diagnosa, disusun berdasarkan pada data yang muncul dalam pengkajian. 2. Implementasi yang penulis lakukan selama 3x24 jam, sudah sesuai dengan intervensi dalam teori. Namun terdapat beberapa intervensi yang tidak dapat dilakukan dikarenakan keterbatasan fasilitas dan kebijakan dari rumah sakit. Selain itu terdapat faktor penghambat yang membuat beberapa implementasi dalam pelaksanaannya kurang maksimal.
3. Mengacu pada intervensi dan implementasi, dari hasil evaluasi semua diagnosa yang teratasi : Kenaikan suhu tubuh (hipertermi) berhubungan dengan proses penyakit; Kurangnya volume cairan tubuh berhubungan dengan
peningkatan permeabilitas dinding plasma; Resiko gangguan
pemenuhan
nutrisi
kurang
dari
kebutuhan
berhubungan
dengan
Anoreksia.Intervensi pada masing-masing diagnosa, disusun berdasarkan pada data yang muncul dalam pengkajian
DAFTAR PUSTAKA Arita,M. 2011. Perawatan Penyakit Dalam, Yogyakarta. Gesyen Publising. Boldt, C., Grill, E., Bartholomeyczik, S., Brach, M., Rauch, A., Eriks‐Hoogland, I., & Stucki, G. 2010. Combined application of the International Classification of Functioning, Disability and Health and the NANDA‐International Taxonomy II. Journal of advanced nursing, 66(8), 1885-1898. Carpenito Lynda Juall. 2007. Diagnosa Keperawatan. Aplikasi pada Praktek Klinis. 9th ed. Dialih bahasakan oleh Kusrini Semarwati Kadar, dkk. Eka Anisa Mardella, Meining Issuryanti (ed). Jakarta: EGC. Dinas kesehatan Indonesia. 2011. Profil data Kesehatan Indonesia. Diakses dari Http://www.depkes.go.id.Tanggal 11 Mei 2013. Hary Garna.,Junia,J., & Setiabudi, D., 2007. Clinical risk factors for dengue shock syndrom in children. Paediatrica Indonesia, 47(1), 7-11. Herdman, T, H 2012. NANDA-Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2012-2014. Misnadiarly. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: InternaPublising. Muttaqin Arif dan Kumala Sari. 2011. Gangguan Gastrointestinal Aplikasi Asuhan Keperawatan Medical Bedah. Jakarta: Salemba Medika. Noersalam. 2005. Proses Keperawatan dan Berfikir Kritis. Jakarta: Salemba Medika. Patrick, davey (ed). 2005. At a glance medicine. Dialih bahasakan oleh amalia safitri. Jakarta: Erlangga. Rekam Medik Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta. Kasus Demam dengue (DHF) dalam rentang waktu tahun 2012-2013. Didapat pada 9 Mei 2013. Scott B.Halstead. 2008. Tropical medicine Vol,5,Dengue,london.Mailand press pte Ltd. Soedarto. 2011.Buku ajar Parasitologi kedokteran. Jakarta: Sagung Seto. Soedarto. 2012. Demam Berdarah Dengue Dengue Haemoohagic fever. Jakarta: Sugeng Seto. Soegeng, Soegijanto. 2006. Demam Berdarah Dengue. Surabaya: Airlangga University press. soeryanda . 2012. sekilas-nanda-noc-dan-nic. Di akses dari http://soeryanda.wordpress.com. Tanggal 12 februari 2014. Sudoyo, A.W.Setiyohadi, B.Alwi, I.Simadibrata, M. & Setiati, S. 2010. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi ke-4. Pusat Penerbit Ilmu penyakit Dalam FKUI, Jakarta, 1218-20. WHO. 2007. Ragam Metode Penyembuhan. EGC: Jakarta. Widoyono. 2008. Penyakit tropisepidemologi, penularan, pencegahan, dan pemberantasannya. Jakarta: Erlangga.
Wilkinson. Judith, M.Nanci, R. Aheren,. 2009. Buku Saku Diagnosis Keperawatan: Diagnosis NANDA, Intervensi NIC, Kriteria Hasil NOC. 9th ed. Dialih bahasakan oleh esty wahyuningsih.Dwi Widiarti (ed). Jakarta: EGC