Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Matematika Volume 1, Nomor 1, Hal 72-85 Agustus 2016
Pendekatan SAVI (Somatik, Auditori, Visual, Intelektual) untuk Mengurangi Kecemasan Siswa Kelas X SMA Negeri 4 Banda Aceh pada Materi Geometri Bidang Datar Rizky Amalia*, Rahmah Johar, Bintang Zaura Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Unsyiah *E-Mail:
[email protected] Abstrak Kecemasan merupakan unsur kejiwaan yang menggambarkan suatu keadaan perasaan, keadaan emosional, gelisah, ketidaknyamanan, atau takut. Kecemasan dalam belajar matematika akan membuat sulit berpikir dan berkonsentrasi akibatnya berpengaruh pada prestasi belajar. Guru harus mampu menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan dengan menawarkan berbagai pendekatan, salah satunya dengan Pendekatan SAVI (Somatik, Auditori, Visual, Intelektual), yaitu pembelajaran yang menekankan bahwa belajar harus memanfaatkan semua alat indra yang dimiliki siswa. Penelitian ini mengangkat masalah apakah pendekatan SAVI dapat mengurangi kecemasan belajar matematika siswa dan apakah dengan pendekatan SAVI siswa dapat mencapai nilai ketuntasan. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen dengan pendekatan kuantitatif. Desain dalam penelitian ini adalah one-group pretest-posttest. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X 5 dengan jumlah 29 siswa. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan tes dan angket kecemasan belajar matematika siswa. Teknik pengolahan data angket menggunakan uji-t satu pihak yaitu uji-t pihak kiri sedangkan untuk hasil belajar menggunakan uji-t pihak kanan. Hasil yang diperoleh dari data kecemasan adalah t hitung > t tabel yaitu 2,26 > 1,70 maka tolak H0 sehingga adanya pengurangan kecemasan matematika siswa pada materi geometri bidang datar dengan menerapkan pendekatan SAVI dikelas X 5 SMA Negeri 4 Banda Aceh. Hasil penelitian data hasil belajar siswa adalah t hitung > t tabel yaitu 7,08 > 1,70 maka tolak H0 sehingga kesimpulannya hasil belajar siswa dengan menerapkan pendekatan SAVI pada materi geometri bidang datar mencapai ketuntasan. Kata kunci: Pendekatan SAVI (Somatik, Auditori, Visual, Intelektual), Kecemasan matematika
PENDAHULUAN Matematika sebagai salah satu bidang studi yang diajarkan disetiap jenjang pendidikan, mulai dari jenjang Sekolah Dasar, Menengah Pertama dan Menengah Atas. Bagi siswa, belajar matematika merupakan keharusan. Pada dasarnya, ilmu matematika merupakan salah satu pengetahuan yang ada di dalam kehidupan
72
Rizky Amalia, dkk.
73
sehari-hari. Hampir setiap bagian hidup manusia berhubungan dengan matematika. Matematika dalam kehidupan sehari-hari yang sering kita lakukan mulai dari membeli sesuatu di warung, menghitung hari dalam sebulan, menghitung jam dan lain-lain. Tanpa bantuan dari ilmu matematika tampaknya tidak mungkin dicapai kemajuan yang sangat pesat seperti saat ini, baik itu dibidang teknologi, maupun bidang-bidang pengetahuan alam lainnya. Namun pada kenyataannya, masih banyak siswa yang menganggap bahwa pelajaran matematika sebagai suatu pelajaran yang sulit, dianggap menyeramkan dan membuat jenuh bagi siswa. Pengaplikasian rumus-rumus dalam menyelesaikan permasalahan matematika menjadi penyebab siswa menganggap bahwa matematika itu pelajaran yang sulit dan membosankan karena banyaknya simbol atau lambang yang digunakan dalam rumus-rumus matematika. Salah satu pokok bahasan matematika yang paling banyak menggunakan rumus adalah geometri. Menurut Prasetyo (2000:35), pada dasarnya geometri mempunyai peluang yang lebih besar untuk dipahami siswa dibandingkan dengan cabang matematika yang lain karena geometri sudah dikenal oleh siswa sejak mereka belum masuk sekolah seperti garis, bidang dan ruang melalui aktivitas sehari-hari. Namun kenyataannya siswa masih mengalami kesulitan pada materi geometri. Anggapan tentang sulitnya pelajaran matematika akan menumbuhkan perasaan takut berlebihan sehingga dapat menyebabkan kecemasan pada diri siswa ketika mereka harus berhadapan dengan matematika itu sendiri. Salah satu faktor penyebab kecemasan adalah rasa tidak menyenangkan siswa dalam belajar matematika karena cara mengajar guru yang susah dimengerti, karakter guru yang menakutkan dan fasilitas kurang memadai. Kecemasan telah menjadi masalah yang penting yang harus segera diatasi, karena memiliki pengaruh besar terhadap proses pembelajaran sehingga mempengaruhi hasil belajar siswa. Kecemasan dalam belajar matematika merupakan salah satu penyebab dari prestasi belajar siswa. Menurut King (2014:296), “Siswa yang mengalami kecemasan ini sering kali ditandai dengan adanya ketegangan motorik, hiperaktivitas, ketakutan akan harapan atau pikiran”. Siswa yang mengalami kecemasan ini sering kali merasa gelisah dan memerlukan
JIMPMAT Vol.1, No.1, Agustus 2016
74
Pendekatan SAVI ...
waktu yang tepat untuk menghilangkan kecemasan tersebut. Apabila kecemasan dalam belajar matematika telah mendominasi pikiran seseorang, maka ia akan sulit berfikir dan berkonsentrasi yang akhirnya akan berpengaruh pada prestasi belajarnya. Akhirnya semakin tinggi kecemasan matematis siswa semakin rendah prestasi matematika siswa. Seorang guru haruslah menguasai materi dengan baik dan mampu menyampaikan materi matematika dengan baik pula serta mampu menciptakan suasana yang menyenangkan dan tidak membosankan sehingga, anggapan negatif terhadap matematika yang selama ini melekat pada siswa dapat berubah menjadi kesan yang positif. Oleh karena itu guru harus mampu menawarkan pendekatan dalam mengajar yang lebih efektif yang dapat membangkitkan perhatian siswa sehingga siswa menjadi aktif dan termotivasi untuk belajar. Salah satunya adalah melalui Pendekatan SAVI (Somatik, Auditori, Visual, Intelektual). Menurut Istarani dan Ridwan (2014:91) bahwa, “Pembelajaran SAVI adalah pembelajaran yang menekankan bahwa belajar haruslah memanfaatkan semua alat indera yang dimiliki”. Somatik adalah gerakan tubuh, yang berarti bahwa belajar harus dengan mengalami dan melakukan sesuatu. Auditori adalah pendengaran, yang berarti bahwa indra telinga digunakan dalam proses pembelajaran dengan cara mendengarkan, dan menyimak. Visual adalah penglihatan, yang berarti bahwa belajar
harus menggunakan mata yaitu mengamati, menggambar, melukis, mendemonstrasikan media pembelajaran dan alat peraga. Intelektual adalah berpikir, yang berarti bahwa kemampuan berpikir harus dilatih melalui bernalar, mencipta, memecahkan masalah, mengkontruksi, dan menerapkan.
Berdasarkan latar belakang di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul: “Pendekatan SAVI (Somatik, Auditori, Visual, Intelektual) untuk Mengurangi Kecemasan Siswa Kelas X SMA Negeri 4 Banda Aceh pada Materi Geometri Bidang Datar”.
JIMPMAT Vol.1, No.1, Agustus 2016
75
Rizky Amalia, dkk.
LANDASAN TEORI Pengertian Belajar dan Pembelajaran Matematika Belajar merupakan proses seseorang berkembang menjadi lebih baik dari sebelumnya. Belajar tidak hanya yang diperoleh dari sekolah, pengalaman yang didapat seseorang pun dapat pula menjadi pembelajaran. Belajar bukanlah sekedar mengumpulkan pengetahuan. Menurut Winkel (dalam Riyanto, 2010:5), ”Belajar adalah aktifitas mental dan psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, nilai dan sikap”. Berdasarkan
pendapat
di
atas
mengenai
belajar,
penulis
dapat
menyimpulkan belajar adalah proses mental yang terjadi dalam diri seseorang, sehingga menyebabkan munculnya perubahan baik dalam aspek perilaku maupun pengetahuan yang didapat melalui bahan atau pengalaman dilingkungan sekitar. Pembelajaran matematika adalah proses untuk membuat seseorang belajar matematika. Yang dimaksud adalah menciptakan suasana belajar yang memungkinkan seseorang melaksanakan kegiatan belajar matematika sehingga mencapai tujuan pembelajaran. Suasana yang diciptakan harus menyenangkan dan bermakna agar siswa tidak merasa bosan dan tidak tegang selama belajar matematika. Menurut Fatimah (2009:8) bahwa, ”pembelajaran matematika adalah membentuk logika berpikir bukan sekedar pandai berhitung, karena berhitung dapat dilakukan dengan alat bantu, namun dapat menyelesaikan masalah perlu logika berpikir dan analisis”. Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika adalah suatu proses yang sengaja direncanakan atau dirancang untuk tujuan menciptakan suasana yang memungkinkan seseorang memperoleh pengetahuan tentang matematika sehingga pengetahuan tersebut dapat dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari. Kecemasan Matematika Kecemasan dapat dialami siapa pun dan dimana pun, kecemasan juga tidak mengenal usia siswa di sekolah pun pernah mengalami dan sering kali muncul secara mendadak ketika belajar, khususnya belajar matematika. Kecemasan akan
JIMPMAT Vol.1, No.1, Agustus 2016
76
Pendekatan SAVI ...
muncul ketika siswa merasa tertekan atau kesulitan. Perasaan tersebut disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya adalah ketakutan siswa terhadap guru pelajaran matematika itu sendiri. Sehingga ketika seorang siswa mengalami ketakutan yang berlebihan ia akan sulit untuk berkonsentrasi dan cenderung ia hanya memperhatikan tanpa memahami materi tersebut karena dalam keadaan tertekan. Kecemasan sangat berhubungan dengan psikolog yaitu berkaitan dengan keadaan jiwa seseorang. Hal ini sejalan dengan pendapat Ramaiah (2003:3) bahwa, “Kecemasan bukanlah suatu penyakit melainkan suatu gejala. Setiap orang mengalami kecemasan pada waktu tertentu dalam kehidupannya”. Kecemasan matematika dapat disimpulkan adalah keadaan emosi siswa yang merasa takut, khawatir, tegang, ketika menghadapi pembelajaran matematika di sekolah. Kecemasan tersebut muncul pada saat siswa merasakan adanya tekanan dalam kegiatan pembelajaran. Tekanan dalam kegiatan pembelajaran tersebut adalah situasi dimana siswa dituntut untuk menunjukkan performa yang tinggi atau yang terbaik. Pendekatan SAVI (Somatik, Auditori, Visual, Intelektual) Pembelajaran SAVI adalah pembelajaran yang menekankan bahwa belajar harus memanfaatkan semua alat indra yang dimiliki siswa. Menurut Rusman ( dalam Istarani dan M. Ridwan, 2014:91), “Pembelajaran SAVI adalah pembelajaran yang menekan bahwa belajar haruslah memanfaatkan semua indera yang dimiliki siswa”. Somatik dimaksudkan sebagai learning by moving and doing (belajar dengan bergerak dan berbuat). Auditori adalah learning by talking and hearing (belajar dengan berbicara dan mendengarkan). Visual diartikan sebagai learning by observing and picturing (belajar dengan mengamati dan menggambarkan). Intelektual maksudnya adalah learning by problem solving and reflecting (belajar menyelesaikan masalah dan membayangkan). Contoh penerapan pendekatan SAVI dalam pembelajaran matematika misalnya pada materi Geometri Bidang Datar. Langkah-langkah sebagai berikut: 1.
Mengelompokkan siswa dalam kelompok belajar yang terdiri dari maksimal lima orang.
JIMPMAT Vol.1, No.1, Agustus 2016
Rizky Amalia, dkk.
2.
77
Guru menampilkan video pembelajaran tentang cara melukis garis-garis istimewa pada segitiga dan mengarahkan siswa untuk mengamati dan bertanya. ( Auditori dan Visual )
3.
Setiap kelompok dibagikan LAS (Lembar Kerja Siswa )
4.
Semua siswa di arahkan untuk mengeluarkan alat-alat yang diperintahkan pada minggu lalu untuk dibawa (penggaris, jangka dan busur).
5.
Semua kelompok di arahkan untuk menggambarkan macam-macam segitiga yang mereka ketahui baik berdasarkan panjang sisinya maupun berdasarkan besar sudutnya dengan ukuran yang berbeda-beda. ( Somatik dan Auditori )
6.
Siswa diarahkan untuk berdiskusi menyelesaikan masalah yang terdapat pada LAS yaitu melukiskan garis tinggi, garis bagi, garis berat dan garis sumbu sesuai langkah-langkah yang telah mereka amati pada video yang telah ditampilkan sebelumnya. (Somatik, Auditori dan Intelektual)
7.
Siswa diminta untuk mempresentasikan hasil kerja kelompok tersebut dan kelompok lain diminta untuk menanggapi. (Somatik, Auditori, visual dan Intelektual)
METODE PENELITIAN Pada penelitian ini, akan dijelaskan tentang apakah pendekatan SAVI (Somatik, Auditori, Visual, Intelektual) dapat mengurangi kecemasan matematika siswa dan juga mengukur hasil belajar siswa apakah mencapai ketuntasan dengan menerapkan pendekatan SAVI (Somatik, Auditori, Visual, Intelektual) pada materi geometri bidang datar. Oleh sebab itu, penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan pendekatan kuantitatif untuk mengukur eksperimen tersebut. Menurut Arikunto (2010:12) menyatakan, ”Penelitian Kuantitatif adalah penelitian yang banyak dituntut menggunakan angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran data serta penampilkan dari hasilnya”. Adapun jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen dengan pre-eksperimental design jenis Pre-test dan Post-test Group. Menurut Arikunto (2010:84) pre-eksperimental design sering juga disebut dengan istilah quasi experiment atau eksperimen semu. Metode eksperimen semu
JIMPMAT Vol.1, No.1, Agustus 2016
78
Pendekatan SAVI ...
(quasi eksperimental) pada dasarnya sama dengan eksperimen murni, bedanya adalah dalam pengontrolan variabel. Penelitian dilaksanakan selama 4 kali pertemuan, pertemuan pertama dilaksanakan pretest dan pada pertemuan terakhir dilaksanakan posttest. Adapun prosedur penelitian ini adalah: 1. Tahap awal, pada tahap ini peneliti memberikan angket kecemasan pretest kepada siswa 2. Tahap persiapan, kegiatan pada tahap ini adalah menyusun perangkat pembelajaran. 3. Tahap pelaksanaan, kegiatan pada tahap ini adalah: a) Mengukur tingkat kecemasan matematika siswa melalui angket pretest b) Melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan SAVI pada materi geometri bidang datar. c) Selama tiga kali pertemuan setelah pembelajaran siswa di beri angket kecemasan posttest untuk mengukur penurunan tingkat kecemasan siswa. d) Diakhir materi geometri bidang datar diberikan tes akhir (post-test) untuk mengukur kemampuan siswa.
Subjek penelitian yang menjadi sumber data dalam penelitian ini adalah siswa Kelas X SMA Negeri 4 Banda Aceh. Pada kelas X terdapat 29 siswa. Pengumpulan data diperoleh dari tes dan angket. Tes diberikan pada akhir materi geometri bidang datar untuk mengukur hasil belajar siswa sedangkan angket diberikan sebelum dan sesudah menerapkan pendekatan SAVI (Somatik, Auditori, Visual, Intelektual) untuk mengukur tingkat kecemasan belajar matematika siswa. Skala kecemasan yang paling umum digunakan adalah Hamilton Anxiety Rating Scale atau yang lebih dikenal sebagai HARS-A. Menurut Friedman (2010:56) bahwa skala kecemasan ini diukur berdasarkan sebuah angket yang disusun oleh Max Hamilton pada tahun 1959. Angket ini banyak digunakan oleh dunia medis. Angket kecemasan pada HARS-A terdiri dari 14 point. Kisaran nilai adalah 0-56 dengan klarifikasi sebagai berikut:
JIMPMAT Vol.1, No.1, Agustus 2016
79
Rizky Amalia, dkk.
1. Total nilai < 17 menunjukkan tingkat kecemasan ringan 2. Total nilai 18-24 menunjukkan tingkat kecemasan ringan hingga sedang 3. Total nilai 25-30 menunjukkan tingkat kecemasan sedang hingga berat 4. Total nilai >30 menunjukkan tingkat kecemasan sangat berat
Jenis angket yang digunakan adalah angket tertutup, yaitu jawaban sudah disediakan dan responden tinggal memilih. Angket kecemasan ini terdiri dari 10 item yang merupakan pernyataan dengan menggunakan skala Likert yang telah dinominalkan dengan angka 1 sampai 5. Angket tersebut meliputi 3 aspek yaitu fisik, perilaku dan kognitif. Masing-masing aspek terdiri atas beberapa indikator sebagai berikut: Indikator untuk aspek fisik meliputi kegelisahan dan ketakutan. Indikator untuk aspek perilaku meliputi menghindar Indikator untuk aspek kognitif meliputi khawatir, tidak mampu mengatasi masalah dan sulit berkonsentrasi. Menurut Friedman (2010:58), ”Total skor angket pada tingkat kecemasan responden dapat menggunakan pedoman sebagai berikut:
Tabel 3.1 Pedoman Penskoran Tingkat Kecemasan RENTANG
KETERANGAN
TINGKAT HARS-A
10 – 19
Bebas dari kecemasan
0 = Bebas dari kecemasan
20 – 29
Berhati-hati pada matematika
1 = ringan
30 – 39
Ada rasa tidak nyaman namun tetap fokus
2 = Sedang
40 – 49
Tidak mampu berpikir lagi, terlalu merasa berat dengan masalah yang dihadapi
3 = Berat
Kacau
4 = Panik
50
JIMPMAT Vol.1, No.1, Agustus 2016
80
Pendekatan SAVI ...
Sebelum mengolah data kecemasan, terlebih dahulu mentransformasikan data kecemasan matematika dengan menggunakan Method of Successive Interval (MSI). Hal ini dilakukan karena data kecemasan matematika berupa data ordinal. Setelah data sudah terkumpul, maka selanjutnya ditabulasikan ke dalam daftar distribusi, langkah-langkahnya sebagai berikut: 1.
Membuat daftar distribusi frekuensi dengan panjang kelas yang sama Sudjana (2005:47-48) mengemukaka n langkah-langkah yang harus ditempuh sebagai berikut: a.
Tentukan rentang, yaitu dengan cara data terbesar dikurangi data terkecil
b.
Tentukan banyaknya kelas interval (k) yang diperlukan dengan menggunakan aturan Sturges, yaitu : Banyaknya kelas (k) = 1 + 3,3 log n
c.
Tentukan panjang kelas interval p dengan rumus P=
d.
rentang banyak kelas
Pilih ujung batas kelas interval pertama, untuk ini bisa dipilih dengan data terkecil atau nilai data yang lebih kecil dari data terkecil, tetapi selisihnya harus kurang dari panjang kelas yang telah ditentukan.
2.
Menentukan nilai rata-rata (x̅) dan varian (s 2 ) Untuk data yang telah disusun dalam daftar distribusi frekuensi menurut Sudjana (2005:70), nilai rata-rata (𝑥̅ ) dapat dihitung dengan menggunakan rumus: x̅ =
∑ fi xi ∑ fi
Keterangan: x̅ = nilai rata-rata fi = frekuensi kelas interval data xi = nilai tengah atau tanda kelas interval
JIMPMAT Vol.1, No.1, Agustus 2016
81
Rizky Amalia, dkk.
Untuk mencari varians (s 2 ) menurut Sudjana (2005:95), dapat diukur dengan rumus: 2 n ∑ fi xi2 − (∑ fi xi ) s = n(n − 1) 2
Keterangan: n = banyaknya data. 3. Uji normalitas sebaran data Untuk menguji normalitas data, digunakan statistik chi-kuadrat seperti yang dikemukakan Sudjana (2005:273) sebagai berikut: k
(Oi − Ei )2 χ = ∑ Ei 2
i=1
Keterangan: χ2 = statistik chi-kuadrat Oi = frekuensi pengamatan Ei = frekuensi yang diharapkan Kriteria pengujian tolak H0 jika χ2 ≥ χ2
(1-α) (k-3)
dengan α = taraf nyata untuk
pengujian dan dk = (k - 3). Dalam hal lainnya H0 diterima. Namun karena data kecemasan tidak berdistribusi normal, maka pengujian penelitian dilakukan melalui statistik non-parametrik. Non-parametrik yang digunakan untuk pengujian hipotesis adalah uji peringkat bertanda Wilcoxon. Supranto (2001:150) menyatakan bahwa, “ Uji peringkat bertanda Wilcoxon digunakan jika besaran maupun arah perbedaan relevan untuk menentukan apakah terdapat perbedaan yang sesungguhnya antara pasangan data yang diambil dari satu sampel atau dua sampel yang saling terkait”. 4. Uji Wilcoxon Berpasangan Uji Wilcoxon merupakan perbaikan dari uji tanda. Menurut Sudjana (2005:450), “ Dalam uji Wilcoxon bukan saja tanda yang diperhatikan tetapi JIMPMAT Vol.1, No.1, Agustus 2016
82
Pendekatan SAVI ...
juga nilai selisih (X-Y)”. Pengujian Hipotesis data kecemasan di uji dengan menggunakan uji satu pihak yaitu pihak kiri. Dalam penelitian ini hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut: Ho : 𝜇1 = 𝜇0 : Pendekatan SAVI pada materi geometri bidang datar di kelas X SMA Negeri 4 Banda Aceh tidak dapat mengurangi kecemasan belajar matematika siswa. H1 : 𝜇1 < 𝜇0 : Pendekatan SAVI pada materi geometri bidang datar di kelas X SMA Negeri 4 Banda Aceh dapat mengurangi kecemasan belajar matematika siswa. Untuk menguji hipotesis dengan taraf nyata α=0,05, dapat digunakan statistik uji-t sebagai berikut:
t=
𝑑 𝑠/√𝑛
Keterangan: d= selisih antara nilai pretest dan posttest s= simpangan baku n= jumlah sampel Kriteria pengujian hipotesis adalah jika t hitung ˂ t tabel maka H0 ditolak dan H1 diterima. Pengujian Hipotesis data hasil belajar siswa di uji dengan menggunakan uji satu pihak yaitu pihak kanan dengan taraf signifikan 𝛼 = 0,05.. Dalam penelitian ini hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut: Ho : μ = μo : Hasil belajar siswa dengan menerapkan pendekatan SAVI pada materi geometri bidang datar di kelas X SMA Negeri 4 Banda Aceh tidak mencapai ketuntasan. Ha : μ > μo : Hasil belajar siswa dengan menerapkan pendekatan SAVI pada materi geometri bidang datar di kelas X SMA Negeri 4 Banda Aceh mencapai ketuntasan.
JIMPMAT Vol.1, No.1, Agustus 2016
83
Rizky Amalia, dkk.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Data Kecemasan siswa Setelah dilakukan pengolahan data dengan tabel distribusi dan pengujian normalitas menggunakan rumus chi-kuadrat diperoleh hasil bahwa data kecemasan pretest dan posttest tidak berdistribusi normal. Selanjutnya digunakan uji Wilcoxon. Dari tabel t (terlampir) dengan α = 0,05 diperoleh t tabel = 1,70 dan t hitung = 2,26. Sehingga diperoleh t
hitung
tabel
yaitu 2,26 > 1,70 maka tolak H0. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa, Adanya pengurangan kecemasan matematika siswa pada materi geometri bidang datar dengan menerapkan pendekatan SAVI dikelas X5 SMA Negeri 4 Banda Aceh. Pada tes pretest tingkat kecemasan siswa berada pada tingkat kecemasan berat yaitu 55%. Pada tingkat ini mereka akan memiliki persepsi yang sempit dan tidak bisa berpikir logis serta akan sulit melakukan sesuatu walaupun dengan arahan. Selanjutnya ada sebanyak 38% dari siswa-siswa yang berada pada tingkat kecemasan sedang. Pada tingkat ini mereka akan fokus pada hal-hal yang dianggap penting dan mengesampingkan hal-hal yang tidak penting serta melakukan segala sesuatu dengan terarah. Kemudian sebanyak 7% pada tingkat kecemasan ringan, dimana pada tingkat ini kecemasan akan membantu mereka untuk fokus untuk belajar. Pada pretest tidak ada atau 0% siswa yang bebas dari kecemasan matematika. Sedangkan persentase tingkat kecemasan matematika posttest terlihat hanya terdapat 2 macam tingkatan kecemasan yaitu ringan dengan persentase 52% dan bebas dari kecemasan 48%. Siswa yang awalnya berada pada tingkat kecemasan berat sebesar 55% dan sedang sebesar 38% sehingga ada perubahan yang signifikan terhadap pengurangan tingkat kecemasan belajar matematika siswa antara sebelum dan sesudah menerapkan pendekatan SAVI. Jadi pengaruh penggunaan Pendekatan SAVI (Somatik, Auditori, Visual, Intelektual) menunjukkan perbedaan positif yaitu adanya pengurangan kecemasan matematika siswa pada materi geometri bidang datar dikelas X5 SMA Negeri 4 Banda Aceh.
JIMPMAT Vol.1, No.1, Agustus 2016
84
Pendekatan SAVI ...
Data Hasil Belajar Siswa Data hasil belajar siswa adalah data berdistribusi nomal, diketahui μo = 67. Dengan menggunakan uji pihak kanan pada taraf nyata 𝛼 = 0,05 dan db = 29 – 1 = 28, diperoleh 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 = 1,70. Oleh karena, 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 > 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 atau 7,08 > 1,70 maka harus menolak Ho dan menerima Ha . Kesimpulannya adalah hasil belajar siswa dengan menerapkan pendekatan SAVI pada materi geometri bidang datar di kelas X SMA Negeri 4 Banda Aceh mencapai ketuntasan.
SIMPULAN Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data penelitian yang dilakukan di SMA Negeri 4 Banda Aceh dengan menerapkan Pendekatan SAVI (Somatik, Auditori, Visual, Intelektual) pada materi geometri bidang datar diperoleh kesimpulan bahwa Adanya pengurangan kecemasan matematika siswa pada materi geometri bidang datar dengan menerapkan pendekatan SAVI dikelas X5 SMA Negeri 4 Banda Aceh dan hasil belajar siswa pada materi Geometri Bidang Datar di kelas X5 SMA Negeri 4 Banda Aceh dengan menerapkan Pendekatan SAVI (Somatik, Auditori, Visual, Intelektual) mencapai ketuntasan belajar.
SARAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dikemukakan sebelumnya, peneliti memberikan saran bahwa diharapkan kepada siswa yang tingkat kecemasannya yang sudah mengalami penurunan tetap mempertahankannya dan lebih sering berlatih mengerjakan soal-soal matematika, belajar sesuai dengan gaya belajar masing-masing, dan tidak bergantung pada hafalan. Dengan demikian perasaan cemas tidak akan menganggu proses belajar mengajar.Kemudian diharapkan kepada guru matematika agar dapat mengindetifikasi siswanya yang memiliki tingkat kecemasan yang berlebihan saat mempelajari matematika. Dengan demikian guru dapat memberikan perhatian yang lebih terhadap mereka dan lebih menambah wawasan tentang metode-metode ataupun pendekatan-pendekatan pembelajaran lainnya yang menyenangkan salah satunya pendekatan SAVI, sehingga siswa tidak akan merasa bosan dalam belajar matematika.
JIMPMAT Vol.1, No.1, Agustus 2016
Rizky Amalia, dkk.
85
DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Fatimah. 2009. Matematika Asyik dengan Metode Pemodelan. Bandung: PT. Mizan Pustaka Friedman, Ellen. 1997. Do you have math anxiety? A Self Test. Diakses pada tanggal 11 Januari 2016, dari http://mathpower.com Istarani & Muhammad Ridwan. 2014. 50 Tipe Pembelajaran Kooperatif. Bundar Selamat Medan: CV. Media Persada King, Laura A. 2014. Psikolog Umum Sebuah Pandangan Apresiatif. Terj. Mawendsdy, Brian. Jakarta: Salemba Humanika Prasetyo. 2000. Pemahaman Matematika untuk Anak SMP. Jakarta: Gramedia Ramaiah, Savitri. 2003. Kecemasan. Bagaimana Mengatasi Penyebabnya. Jakarta: Pustaka Populer Obor Riyanto, Y. 2009. Paragdigma Baru Pembelajaran. Jakarta: Kencana Sudjana, 2005. Metode Statistik. Bandung: Tarsito Bandung
JIMPMAT Vol.1, No.1, Agustus 2016