RESIDENSI KEPERAWATAN DAN PENERAPAN MODEL KONSERVASI MYRA ESTRIN LEVINE PADA PASIEN GANGGUAN SISTEM KARDIOVASKULAR Ahmad Asyrofi1, Elly Nurachmah2, Tuti Herawati2 1
Ahmad Asyrofi, M.Kep., Ns., Sp.Kep.MB.: Program Pendidikan Ners Spesialis (Sp.1) Keperawatan Medikal Bedah Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, Depok, Indonesia 2 Prof. Dra. Elly Nurachmah, S.Kp., M.App.Sc., DNSc., RN.; Tuti Herawati, S.Kp., MN.: Departemen Keperawatan Medikal Bedah Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, Depok, Indonesia ABSTRAK
Kegiatan residensi keperawatan medikal bedah peminatan kardiovaskular dilaksanakan selama dua semester berupa pengelolaan asuhan keperawatan pasien gangguan kardiovaskular secara holistik dan komprehensif dengan penerapan model Konservasi Myra Estrin Levine pada satu pasien kelolaan utama dan 30 pasien kelolaan lainnya. Tujuan dan hasil asuhan keperawatan pasien gangguan kardiovaskular adalah mengupayakan adaptasi untuk mencapai keutuhan (wholeness) dengan memfasilitasi konservasi energi, konservasi intgritas struktur, konsevasi integritas personal, dan konservasi integritas sosial. Praktik keperawatan terbaik berbasis bukti (evidence-based nursing practice) memberikan posisi lateral 30o setelah dua jam pasca bedah di ICU bertujuan untuk memenuhi kebutuhan ambulasi dini dan dihasilkan kestabilan hemodinamik. Peran perawat spesialis sebagai inovator dalam pelayanan keperawatan dengan mengoptimalkan asuhan keperawatan berbasis spiritual di unit perawatan intensif jantung dengan memfasilitasi penyediaan format pengkajian, format diagnosa keperawatan, dan format rencana intervensi spiritual. Inovasi optimalisasi asuhan spiritual mendapat respon, dukungan, dan apresiasi yang tinggi oleh para perawat di unit terkait dan ditingkat manajemen pelayanan keperawatan rumah sakit. Kata Kunci: asuhan keperawatan, kardiovaskular, posisi lateral, spiritual ABSTRACT Medical surgical nursing residency activities in cardiovascular specialization was did in two semesters by managing the nursing care of patients with cardiovascular disorders holistically and comprehensively using the application of Myra Estrin Levine Conservation Model in one major case and other 30 cases. The purpose and outcomes of cardiovascular disorders nursing care is adaptation to achieve integrity (wholeness) to facilitate the conservation of energy, conservation of structure integrity, conservation of personal integrity, and conservation of social integrity. The best evidence-based nursing practice giving the lateral position two hours post-surgery in the ICU aimed to meet the needs of early ambulation and resulting hemodynamic stability. The role of specialist nurses as an innovator in nursing services optimizing the spiritual-based nursing care in cardiac intensive care unit by facilitating the creating of assessment form, nursing diagnosis form, and spiritual intervention plan form. Innovation in spiritual care optimization got responses, supports, and good appreciations from the nurses in the related unit and hospital nursing care management level. Keywords: nursing care, cardiovascular, lateral position, spiritual
Pendahuluan Penyakit kardiovaskuler menduduki urutan pertama sebagai penyebab kematian dunia pada kelompok non communicable disease yaitu sebesar 17.327.000 atau 30,5%, dengan urutan pertama ischemic heart disease 7.254.000 (12,8%), kedua cerebrovascular disease 6.152.000 (10,8%), dan ketiga hypertensive heart disease 1.153.000 atau 2% (WHO, 2012). Penyakit kardiovaskuler menempati urutan teratas sebagai penyakit
penyebab kematian di rumah sakit di Indonesia (Depkes-RI, 2009). Angka kunjungan penyakit kardiovaskuler di Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita Jakarta (RSJPDHK) sebagai pusat rujukan jantung nasional tahun 2012 cukup besar dengan urutan: ischemic heart disease 20.713 orang, hipertensive disease 10.217 orang, heart failure 7.275 orang, valve disorders 1.284 orang, dan arrythmias 1.238 orang (Rekam Medis, 2013).
2
Gangguan sistem kardiovaskuler terjadi pada organ/jaringan: jantung, vaskuler, dan darah, yang menjadikan tantangan beradaptasi untuk mencapai konservasi. Kondisi tersebut sesuai untuk diterapkan model Konservasi Levine sebagai kerangka dalam memberikan asuhan keperawatan. Model konservasi Levine mengupayakan empat prinsip konservasi untuk menghasilkan keutuhan (Alligood, 2010, 2014; Fawcett, 2005; Parker & Smith, 2010). Pelayanan keperawatan profesional sangat menentukan keberhasilan pengelolaan penyakit kardiovaskuler. Kompetensi perawat level advance dalam pengetahuan, sikap, dan praktik serta critical thinking menentukan mutu asuhan keperawatan, sehingga diperlukannya program pendidikan Ners Spesialis (Sp.1) atau Ners konsultan (Sp.2). Jenjang pendidikan tersebut bertujuan menghasilkan profil perawat sebagai clinical case manager; reseacher; leadhership; educator; inovator; dan consultant. Ners spesialis dituntut kompeten menerapkan hasil evidence-based untuk melakukan praktik keperawatan terbaik. Fenomena pasien pasca CABG (coronary artey bypass graft) biasanya diposisikan supine atau semi fowler sampai beberapa jam. Perawat setempat mengasumsikan posisi lateral pada pasien pasca bedah CABG akan berdampak cardiac output memburuk. Peter J. Thomas, Paratz, Lipman, and Stanton (2007), posisi lateral berefek positif terhadap oksigenasi, respirasi mekanik, hemodinamik, dan tidak ditemukan adverse events pada pasien yang menggunakan ventilasi mekanik di unit perawatan intensif. Beberapa evidence-based menunjukkan bahwa posisi lateral pasca CABG bermanfaat untuk mempercepat pemulihan pasien dan tidak menyebabkan perburukan hemodinamik (de Laat et al., 2007). Praktik keperawatan terbaik berbasis bukti (evidence-based nursing practice) berupa pengaturan posisi lateral 30o dua jam pasca CABG yang dikomparasikan dengan posisi supine atau semi fowler akan
diterapkan pada pasien pasca CABG untuk melihat kestabilan hemodinamik. Ners spesialis juga dituntut mampu menjadi innovator dalam pelayanan keperawatan. Fenomena pasien di unit perawatan intensif kardiovaskular mengasumsikan dirinya mengalami kondisi kritis yang mengancam kehidupan, sehingga membutuhkan sumber dukungan oleh kekuatan tertinggi yang mampu menyelesaikan masalahnya. Klien sebagai makhluk holistik membutuhkan kesejahteraan tidak hanya fisik dan psikologis saja, tetapi juga kesejahteraan spiritual (Carron & Cumbie, 2011). Asuhan spiritual belum dilaksanakan secara optimal, sehingga mendorong untuk melaksanakan sebuah proyek inovasi optimalisasi asuhan spiritual dalam keperawatan. Kekayaan hasil inovasi dalam keperawatan akan meningkatkan jati diri yang akan berpotensi terhadap pengakuan profesionalisme perawat. Pengelolaan Asuhan Keperawatan Pengelolaan asuhan keperawatan dilakukan pada 1 (satu) pasien utama dan ke-30 pasien lainnya dalam area gangguan sistem kardiovaskular menerapkan model konservasi Myra Estrin Levine. Asuhan keperawatan ditujukan untuk memenuhi kebutuhan pasien dan untuk pencapaian konservasi dengan mengupayakan adaptasi untuk menghasilkan keutuhan (wholeness). Hasil pengkajian pasien utama dirumuskan diagnosa keperawatan: penurunan curah jantung; kerusakan pertukaran gas; intoleransi aktifitas; kelebihan volume cairan; dan ansietas. Diagnosa penurunan curah jantung mengimplementasikan cardiac care meliputi: mengevaluasi episode chestpain; memonitor ECG terhadap perubahan ST secara tepat; memonitor vital sign secara periodik; memonitor status respirasi terhadap tanda heart failure; memonitor balance cairan; memonitor nilai enzym jantung dan elektrolit; melakukan asukultasi bunyi crackles dan
3
bunyi paru tambahan; memonitor intake output; memonitor fungsi ginjal; membatasi stimulus lingkungan; mencatat pemberian obat untuk pencegah nyeri dan ischemia. Implementasi dysrhythmia management: memantau dan koreksi defisit oksigen, ketidakseimbangan asam basa, ketidakseimbangan elektrolit; mengatur alarm parameter pada ECG monitor; memonitor perubahan ECG yang meningkatkan risiko perkembangan disritmia; mencatat aktifitas yang berhubungan dengan onset arrhythmia; mencatat frekuensi dan durasi arrhytmia; memonitor respon hemodinamik terhadap dysrhythmia; memonitor dan mencatat disritmia jantung. Diagnosa kerusakan pertukaran gas, mengimplementasikan acid-base management: memonitor analisa gas darah arteri, serum, dan kadar electrolit urine; mendapatkan spesimen untuk analisis laboratorium (GDA, serum, dan urine); mengadministrasikan terapi oksigen; dan memonitor status neurologi. Implementasi oxygen therapy: mempertahankan kepatenan jalan napas; memonitor aliran liter oksigen; mengadministrasikan terapi oksigen yang diprogramkan; memonitor keefektifan terapi oksigen. Implementasi respiratory monitoring: memonitor frekuensi, irama, kedalaman, dan usaha bernapas; memonitor pola pernapasan; memonitor saturasi oksigen secara kontinyu. Diagnosa kelebihan volume cairan mengimplementasikan fluid/electrolit management: memonitor abnormalitas serum elektrolit; memonitor manifestasi ketidakseimbangan elektrolit. Implementasi hypervolemia management: memonitor suara tambahan paru; memonitor distensi vena jugularis; memonitor edema perifer; memonitor bukti laboratorium yang menyebabkan hipervolemia; mengadministrasikan obat yang menurunkan preload: furosemide, nitrogliceryne. Implementasi fluid monitoring: memonitor intake output; memasang kateter urine;
memantau status hidrasi yang sesuai; memonitor nilai laboratorium yang relevan; memonitor tanda vital; mengadministrasikan terapi intravena; mengadministrasikan diuretik. Implementasi hemodynamic regulation: mengenali perubahan tekanan darah; melakukan auskultasi suara jantung; memonitor kadar elektrolit; mengadministrasikan inotropik positif; memonitor nadi perifer, capilary refill, suhu, dan warna ekstremitas; mengelevasikan kepala di tempat tidur; dan memonitor edema perifer, distensi vena jugularis, bunyi S3 dan S4. Diagnosa intoleransi aktivitas mengimplementasikan energy management: memantau pasien terhadap tanda-tanda keletihan fisik dan emosional yang berlebih; memantau respon kardiorespirasi untuk beraktifitas; mengajarkan teknik mengelola aktifitas dan manajemen waktu untuk mencegah keletihan; membantu pasien untuk memahami prinsip penghematan energi; membantu pasien dalam menetapkan prioritas kegiatan untuk mengakomodasi tingkatan energi; membatasi stimulus lingkungan (cahaya dan kebisingan) untuk membantu relaksasi; membatasi jumlah dan interupsi pengunjung; meningkatkan bedrest/pembatasan aktifitas dengan pilihan waktu istirahat; membantu pasien untuk menjadwalkan periode istirahat; menghindari kegiatan asuhan selama periode jadwal istirahat; merencanakan kegiatan untuk periode ketika pasien paling berenergi; dan mengevaluasi peningkatan level kegiatan yang diprogramkan. Diagnosa ansietas, mengimplementasikan anxiety reduction yaitu: menjelaskan semua prosedur pemeriksaan, pengobatan, dan perawatan; berada disamping pasien untuk meningkatkan keamanan dan kenyamanan; mendorong keluarga untuk berada disamping pasien jika memungkinkan. Implementasi calming technique meliputi; bersikap tenang dan meyakinkan pasien; mempertahankan
4
kontak mata dengan pasien; mengurangi dan menghilangkan stimulus yang membuat pasien cemas dan takut. Implementasi emotional suppot: mendiskusikan dengan pasien tentang emosi yang dialami; membantu pasien untuk mengenali perasaanya, seperti cemas, marah, dan sedih; mendorong pasien untuk mengekspresikan rasa cemas, marah dan sedih; memberikan dukungan pasien selama fase denial, anger, bargaining, acceptance. Implementasi relaxation therapy: berkomunikasi menggunakan suara yang lembut, pelan, dan kata-kata yang ritmis; mendemostrasikan teknik relaksasi; mendorong pasien untuk mendemonstrasikan kembali teknik relaksasi. Evaluasi penurunan curah jantung mengalami peningkatan setelah 5 hari asuhan, sehingga mendukung pencapaian konservasi energi dan
konservasi integritas struktur. Kerusakan pertukaran gas mengalami perbaikan setelah 5 hari, sehingga mendukung pencapaian konservasi energi dan konservasi integritas struktur. Kelebihan volume cairan dapat diatasi setelah 2 hari, sehingga mendukung pencapaian konservasi energi dan konservasi integritas struktur. Intoleransi aktifitas menunjukkan hasil terjadinya peningkatan toleransi aktifitas setelah 4 hari, sehingga mendukung pencapaian konservasi energi. Ansietas mengalami penurunan setelah 2 hari, sehingga mendukung pencapaian konservasi energi dan konservasi integritas personal pasien. Karakteristik ke-30 pasien kelolaan dideskripsikan seperti pada tabel 1, 2, dan 3 dibawah ini.
Tabel 1 Deskripsi umur pasien Mean 58,7
Umur
Median 61
SD 10,8
Min 32
Mak 75
CI95% 54,7 – 62,8
Tabel 2 Deskripsi Jenis Kelamin, Pendidikan, dan Diagnosa Medis Pasien Variabel Jenis Kelamin
Pendidikan
Diagnosa medis
Kategori Laki-laki Perempuan Total SD SMP SMA PT Total ACS AHF ACS CHF AHF ALO ec ACS ALO NSTEMI ALO pd CHF CHF FC III, mr SEVERE Diseksi aorta MR severe CHF FC III IV NSTEMI NSTEMI CHF FC III Pasca CABG Pasca MVR Rehabilitasi Pasca CABG STEMI Total Archus Replacement AVR CABG UAP dd NSTEMI UAP dd STEMI
Frekuensi 25 5 30 3 3 15 9 30 1 1 1 2 1 1 1 1 1 3 1 9 1 1 1 1 1 2
Persen 83,3 16,7 100 10 10 50 30 100 3.3 3.3 3.3 6.7 3.3 3.3 3.3 3.3 3.3 10.0 3.3 30.0 3.3 3.3 3.3 3.3 3.3 6.7
5
Total
30
100.0
Tabel 3 Deskripsi Urutan Diagnosa Keperawatan pada 30 Kasus Kelolaan No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Diagnosa Keperawatan Penurunan curah jantung Intoleransi aktifitas Bersihan jalan napas tidak efektif Nyeri Ansietas Risiko perdarahan Gangguan pertukaran gas Gangguan ventilasi spontan Hambatan religiositas Kesiapan meningkatkan religiositas Hambatan mobilitas fisik Konstipasi Risiko intoleransi aktifitas Kesiapan meningkatkan manajemen kesehatan diri
Implementasi keperawatan pada ke-30 pasien kelolaan meliputi intervensi cardiac care; dysrhythmia management; acid-base management: oxygen therapy; respiratory monitoring; fluid/electrolit management; hypervolemia management; fluid monitoring; hemodynamic regulation; energy management; anxiety reduction; calming technique; emotional suppot; dan relaxation therapy seperti pada pasien kelolaan utama tersebut diatas. Implementasi diagnosa lainnya antara lain diagnosa risiko perdarahan: memonitor tanda dan gejala perdarahan; melindungi pasien dari trauma yang menyebabkan perdarahan; mencatat karakterisitik drainase; mempertahankan kepatenan selang drainase; melindungi selang WSD untuk mencegah tekanan; mencatat jumlah, warna drainase setiap jam. Implementasi pada diagnosa gangguan ventilasi spontan: melakukan penghisapan sekret secara periodik; memastikan alarm ventilator dalam keadaan hidup; memantau kepatenan setting ventilator; memantau monitor ventilator secara rutin; memeriksa kesiapan pasien untuk weaning;
Frekuensi 26 18 10 9 9 9 7 5 3 3 1 1 1 1
Persen 86,7 60 33,3 30 30 30 23,3 16,7 10 10 3,3 3,3 3,3 3,3
mengatur posisi pasien semifowler untuk mengoptimalkan diafragma; mengajarkan pasien bernapas spontan dengan rileks; melakukan ekstubasi setelah sebelumnya melakukan suctioning; memberikan oksigen 8 liter/menit; melatih pasien melakukan napas dalam dan batuk efektif. Implementasi pada diagnosa bersihan jalan napas tidak efektif: memberikan oksigen 8 liter/menit; melatih pasien melakukan napas dalam dan batuk efektif; melakukan penghisapan sekret secara periodik; melakukan auskultasi bunyi paru. Implementasi pada diagnosa nyeri: mengobervasi repson non verbal pasien yang menunjukkan ketidaknyamanan; memberikan informasi tentang penyebab nyeri, durasi nyeri dan cara antisipasi atau menurunkan nyeri dengan teknik manajemen nyeri non farmakologis; mengajarkan penggunaan teknik menejemen nyeri non farmakologi (distraksi, relaksasi) yang perlu dilakukan sebelum, selama, dan setelah nyeri timbul; mengadmisitrasikan pemberian obat analgetik; dan memantau respon pasien terhadap pemberian analgetik
6
Implementasi diagnosa hambatan mobilitas fisik: berkolaborasi dengan terapis fisik, okupasi dan atau rekreasi dalam merencanakan dan memantau program kegiatan; merujuk program kegiatan rehabilitasi pasca bedah jantung; memberikan reinforcement positif atas partisipasi dalam kegiatan; membantu pasien untuk mengembangkan motivasi diri penguatan; memantau respon emosi, fisik, sosial, dan spiritual untuk beraktifitas; membantu pasien/keluarga untuk memantau kemajuan menuju pencapaian tujuan sendiri; mengevaluasi motivasi dan keinginan pasien untuk meningkatkan aktivitas; mengajarkan dan promosikan latihan fisik kekuatan, ambulasi, keseimbangan, mobilitas sendi, pengaturan posisi; dan mengajarkan dan bantuan perawatan diri berpindah. Implementasi diagnosa hambatan religiositas: menginformasikan pasien/keluarga mengenai sumber keagamaan yang tersedia; menginformasikan pasien mengenai buku dan artikel keagamaan yang tersedia; merujuk ke pemuka agama atau penasehat spiritual; menggunakan komunikasi terapeutik untuk membina rasa percaya; memfasilitasi pemanfaatan ritual keagamaan pasien; menyediakan privasi dan ketenangan untuk berdoa dan ritual keagamaan lainnya; dan menunjukkan sikap menerima dan tidak menghakimi mengenai ritual keagamaan pasien. Implementasi pada diagnosa kesiapan meningkatkan religiositas adalah memfasilitasi perkembangan spiritual meliputi: mengkoordinasikan atau memberikan pelayanan penyembuhan, perkumpulan, meditasi, atau berdoa di tempat perawatan atau tempat lain; memberikan video atau audio tape dari pelayanan religius sesuai ketersediaan; dan merujuk kepada penasehat sipiritual sesuai pilihan pasien. Implementasi peningkatan ritual keagamaan dan dukungan spiritual meliputi:
mengidentifikasi perhatian pasien mengenai ekspresi keagamaan; mendorong penggunaan dan partisipasi dalam ritual keagamaan atau praktik yang tidak merugikan kesehatan; mendorong diskusi tentang perhatian religi; mendengarkan dan mengembangkan waktu untuk berdoa dan beribadah; dan melakukan pengobatan individu dengan rasa hormat bermartabat. Implementasi pada diagnosa kesiapan meningkatkan manajemen kesehatan diri adalah: teaching prescribed exercise; teaching prescribed diet; dan teaching procedure/treatment. Evaluasi pencapaian konservasi energi dan integritas struktur pada diagnosa penurunan curah jantung, intoleransi aktifitas, nyeri, gangguan pertukaran gas, bersihan jalan napas tidak efektif, hambatan mobilitas fisik, gangguan ventilasi spontan, risiko perdarahan; risiko intoleransi aktifitas; kesiapan meningkatkan manajemen kesehatan diri sebagian besar tercapai. Pencapaian konservasi integritas personal dan sosial pada diagnosa ansietas, hambatan religiositas dapat teratasi, dan kesiapan meningkatkan religiositas dapat dicapai. Intevensi keperawatan tetap dilanjutkan untuk mendukung adaptasi dan konservasi pada pasien setelah menjalani perawatan di rumah sakit atau untuk persiapan pemulangan pasien. Posisi Lateral Pasca CABG sebuah Evidence Based Nursing Practice Praktik keperawatan terbaik berbasis bukti berupa posisi lateral 30o yang dikomparasikan dengan pengaturan posisi supine dan semifowler pada sepuluh pasien (4 posisi lateral kiri, 1 posisi lateral kanan, dan 5 posisi supine) pasca CABG di unit perawatan intensif (ICU). Penyajian tabel berikut dapat disimpulkan bahwa nilai hemodinamik yang meliputi heart rate; systolic blood pressure; diastolic blood pressure; mean arterial pressure; central venous pressure; respiratory
7
rate; dan temperature sebagian besar tidak menunjukkan perbedaan antara posisi supine
dan posisi lateral pada pasien pasca CABG di unit perawatan intensive.
Tabel 4 Deskripsi Umur, Berat Badan, dan Tinggi Badan Variabel Umur Berat badan Tinggi badan
Kelompok Supine semi fowler
Mean 53,00
Median 50
SD 12,45
Posisi lateral 30o
54,80
54
7,69
Min 41
Max 68
46
66
Supine semi fowler
67,40
67,00
7,64
58
75
Posisi lateral 30o
62,50
59
11,74
50
77
Supine semi fowler
160,20
160
6,50
152
170
162,20
165
8,76
151
170
o
Posisi lateral 30
Tabel 5 Perbedaan Nilai Hemodinamik Pasca CABG kelompok Posisi Lateral dan Posisi Supine
Sys_mean
Variabel
kelompok
HR_mean
Komparasi Intervensi 5 5 Komparasi Intervensi Komparasi Intervensi 5 5 5 5 5 5 5 5
Komparasi Intervensi Dias_mean MAP_mean
Sat_mean CVP_mean RR_mean Temp_mean
Komparasi Intervensi Komparasi Intervensi Komparasi Intervensi Komparasi Intervensi
N
Mean
5 5 123.68 141.16 5 5 5 5 99.96 99.32 8.60 9.24 14.56 15.88 36.160 34.920
94.76 78.80
Proyek Inovasi Optimalisasi Asuhan Spiritual dalam Keperawatan Proyek Inovasi asuhan spiritual dilaksanakan mulai April sampai dengan Mei 2014 di unit Intensive Cardiovascular Care Unit (ICVCU), diawali dengan persiapan yang terdiri dari menyusun proposal kemudian pengorganisasian, pengadaan material inovasi berupa menyusun format pengkajian spiritual, diagnosa keperawatan spiritual, dan format hasil dan intervensi keperawatan spiritual. Kegiatan berikutnya melakukan sosialisasi proyek inovasi ini kepada pihak terkait yang melibatkan: kepala bidang keperawatan, komite keperawatan, kepala instalasi, kepala
-1752
Mean Diff 15,9
p value
-12,1
0,136
-12,36
0,222
0,870
0,131 62.36 74.44 82.72 95.08
0,64
0,13
-0,64
0,514
-1,3
0,456
1,2
0,083
unit, leader, dan perawat di unit terkait. Sosialisai dilaksanakan dengan metode presentasi proposal dan diskusi tentang kegiatan inovasi. Kegiatan selanjutnya adalah simulasi penerapan format pengkajian spiritual dan format diagnosa, hasil dan rencana intervensi bersama dengan perawat yang ada di unit terkait serta mendiskusikan tentang kelemahan dan kekuatan format tersebut. Pelaksanaan asuhan spiritual dengan menggunakan format spiritual tersebut diterapkan pada pasien dengan kriteria memiliki kesadaran composmentis dan mampu berkomunikasi verbal. Pasien dengan
8
kriteria tersebut diatas dilakukan asuhan spiritual dengan pendekatan motodologi keperawatan dengan tujuan pemenuhan kebutuhan spiritual pasien. Kegiatan lain guna mendukung proyek inovasi ini dilakukan pengukuran sikap dan praktik perawat dalam pelaksanaan asuhan spiritual dengan menggunakan instrumen kuesioner. Tabel 6 dibawah ini menunjukkan sikap perawat dalam asuhan spiritual oleh di unit ICVCU sebagian besar adalah baik yaitu 64,3%, dan praktik asuhan spiritual sebagian besar adalah cukup yaitu 66,7%. Deskripsi hasil asuhan spiritual pada 10 pasien telah ditegakkan dianosa keperawatan meliputi: distres spiritual; hambatan religiositas; risiko distres spiritual; risiko hambatan religiositas; esiapan meningkatkan religiositas. Intervensi keperawatan yang telah diimplementasikan pada 10 pasien meliputi: dukungan emosi; dukungan spiritual; fasilitasi perkembangan spiritual; peningkatan ritual keagamaan dan dukungan spiritual. Saran dan masukan dari pasien yang menjalani perawatan intensif terkait asuhan spiritual sebagai berikut: ada adzan atau peringatan lain untuk mengingatkan waktu sholat; tersedianya Alqur’an atau yang lebih praktis; radio RS yang mengumandangkan murotal/tausyiah; MP3 murotal; petugas pembina rohani secara rutin; perawat/petugas rohani yang menyiapkan secara spiritual ketika pasien akan menjalani operasi; perawat mengingatkan/membantu ketika akan melakukan ritual keagamaan/sholat. Tabel 6 Sikap dan Praktik Perawat Asuhan Spiritual Variabel Frekuensi Persentase Sikap Cukup 15 35.7 Baik 27 64.3 Total 42 100.0 Praktik Cukup 16 66.7 Baik 8 33.3 Total 24 100.0
Pembahasan
Pasien dengan myocardial infarction terjadi kerusakan myocardial yang berdampak terhadap kemampuan kontraktilitas myocardial yang memburuk, akan menurunkan cardiac output yang berdampak suplai oksigen ke seluruh tubuh tidak adekuat, sehingga akan menghasilkan metabolisme yang minim energi. Myocardial infaction dan heart failure ini akan menimbulkan kegagalan konservasi energi yang akan dimanifestasikan dengan kelemahan dan tidak toleran terhadap aktifitas (Alligood, 2014; Alligood & Tomey, 2010; Moser & Riegel, 2008; Price & Wilson, 2006). Kondisi ini selaras hasil penelitian Wilson and McMillan (2013), bahwa 70% pasien heart failure mengalami kekurangan energi. Hasil penelitian Asyrofi (2013) menunjukkan temuan yang serupa bahwa pasien heart failure 38,6% manajemen energinya kurang baik. Pengkajian konservasi integritas struktur diperoleh data kelainan ECG akibat myocardial infarction with ST elevation, nyeri dada, terjadinya acute heart failure, acute kidney injury, dan riwayat cerebrovascular disease pada tahun 2012 menunjukkan terjadinya kerusakan pada integritas strukur organ tubuh pasien yang tidak dapat dipertahankan. Integritas struktur jaringan/organ tubuh yang tidak dapat dipertahankan akan menimbulkan tidak tercapainya wholeness. Integritas struktur jantung, paru, vaskular, ginjal, darah, dan cairan, yang terganggu tentu dapat menimbulkan terganggunya konservasi energi yang merupakan sumber biologis vital untuk mempertahankan kehidupan (Bonow, Mann, Zipes, & Libby, 2012; Jeremias & Brown, 2010; Moser & Riegel, 2008; Theroux, 2011). Integritas personal dan integritas sosial yang merupakan konservasi lanjut pada model konservasi Levine juga akan terancam menjadi unwholeness (ketidakutuhan). Pasien mengalami tanda dan gejala ansietas yang merupakan dampak dari ancaman status kesehatan karena penyakit jantung. Pasien
9
dengan penyakit jantung sering mengalami ansietas dan depresi pada awal ditegakkan diagnosisnya (Cully, Johnson, Moffett, Khan, & Deswal, 2009). Kondisi ansietas yang tidak terkelola dengan baik akan semakin memperburuk kapasitas fungsional tubuh (Stacy Ann Eisenberg, 2010; Stacy A. Eisenberg, Shen, Schwarz, & Mallon, 2012). Energi dan struktur yang terganggu atau mengalami kerusakan akan mempengaruhi pertahanan keutuhan aspek yang lain yaitu integritas personal dan sosial (Alligood, 2010, 2014; Parker & Smith, 2010). Integritas personal klien menunjukkan emosi yang stressfull (cemas, sedih, takut) merupakan situasi yang lazim terjadi pada pasien yang mengalami status kesehatan anfaal atau memburuk (Stacy A. Eisenberg et al., 2012). Dimensi psikologis pasien adalah sesuatu yang tidak dapat dipisahkan dengan status biofisiologis, dengan demikian kondisi biologis yang terancam akan berpotensi menimbulkan stress psikologis (Taylor et al., 2011). Selaras dengan hasil penelitian Asyrofi (2013), bahwa pasien heart failure sebanyak 20,5% mengalami ansietas dan sebanyak 11,4% mengalami depresi. Integritas sosial pasien menunjukkan hambatan dalam menjalankan peran sebagai kepala keluarga dan anggota masyarakat. Peran sebagai kepala keluarga tentu mengalami gangguan akibat kondisi energi yang menurun, integritas struktur yang terganggu, dan integritas personal yang bermasalah. Situasi demikian memunculkan ketidakseimbangan dalam peran sosial pasien. Cardiac care adalah pembatasan komplikasi yang dihasilkan dari ketidakseimbangan antara suplai oksigen dan kebutuhan pada dengan gejala gangguan fungsi jantung (Bulechek et al., 2013). Dysrhytmia management adalah mencegah mengenali kembali dan memfasilitasi pengobatan aritmia yang abnormal (Bulechek et al., 2013). Acidbase management adalah mempromosikan
keseimbangan asam basa pencegahan komplikasi yang dihasilkan dari ketidakseimbangan asam-basa. (Bulechek et al., 2013; Moser & Riegel, 2008; Wood et al., 2010). Oxygen therapy adalah pengelolaan dan memantau keefektifan terapi oksigen (Bulechek et al., 2013). Fluid/electrolit management adalah pengaturan dan pencegahan komplikasi dari perubahan kadar cairan dan elektrolit (Bulechek et al., 2013). Hypervolemia management adalah penurunan volume cairan di intraseluler dan ekstraseluler dan pencegahan komplikasi pada pasien yang terjadi overload cairan (Bulechek et al., 2013). Hemodynamic regulation adalah pengoptimalan heart rate, preload, afterload, dan kontraktilitas (Bulechek et al., 2013). Intervensi energy management adalah pengaturan penggunaan energi untuk mengobati dan mencegah keletihan dan mengoptimalkan fungsi (Bulechek et al., 2013; Moser & Riegel, 2008; Wood et al., 2010). Anxiety reduction adalah meminimalkan yang berhubungan dengan ketakutan, firasat, atau kegelisahan dari sumber bahaya yang tidak teridentifikasi (Bulechek et al., 2013; Moser & Riegel, 2008; Wood et al., 2010). Calming technique adalah penurunan ansietas pada pasien yang mengalami distres akut (Bulechek et al., 2013). Emotional suppot adalah penyediaan jaminan penerimaan dan dorongan selama masa stres (Bulechek et al., 2013). Relaxation therapy adalah menggunakan teknik untuk mendorong dan menimbulkan relaksasi untuk tujuan menurunkan tanda-gejala seperti nyeri, ketegangan otot, dan kecemasan yang tidak diinginkan (Bulechek et al., 2013). Pemantauan tanda dan gejala perdarahan secara kontinyu sangat penting untuk dilakukan oleh perawat (Lewis, Dirksen, Heitkemper, Bucher, & Harding, 2014; Smeltzer et al., 2010). Jalan napas menjadi prioritas dalam dalam penatalaksanaan asuhan keperawatan pasien (Lewis et al., 2014;
10
Smeltzer et al., 2010; Taylor et al., 2011). Nyeri merupakan masalah yang harus segera diatasi, pasien tidak boleh dibiarkan mengalami nyeri yang berkepanjangan karena nyeri merupakan respon yang sangat menyiksa dan pasien. Mobilisasi dini menguntungkan status kesehatan pasien dengan mekanisme meningkatkan sirkulasi darah; meningkatkan fungsi pernapasan, fungsi pencernaan, mencegah komplikasi akibat bedrest (Lewis et al., 2014; Smeltzer et al., 2010). Religiositas merupakan bagian dari asuhan spiritual yang sangat diperlukan oleh pasien. Spiritualitas merupakan keyakinan adanya sumber kekuatan tertinggi yang dapat membantu menyelesaikan semua persoalan pasien (Barnum, 2006; Carson & Koenig, 2008; O'Brien, 2010). Perawat perlu memfasilitasi pelayanan spiritual tersebut. Pasien yang sudah menunjukkan kesiapan meningkatkan religiositas merupakan status sejahtera yang perlu difasilitasi oleh perawat agar mampu mempertahankan status religiositasnya hingga akan mencapai kesejahteraan spiritual (Barnum, 2006; Carson & Koenig, 2008; O'Brien, 2010). Kesejahteraan spiritual adalah capaian asuhan spiritual yang dicita-citakan oleh perawat untuk mewujudkan wholeness. Kesiapan meningkatkan manajemen kesehatan diri adalah kondisi sejahtera yang perlu difasilitasi oleh perawat agar semakin mencapai pemenuhan kebutuhan pasien secara holistik untuk mencapai keutuhan. Posisi lateral yang tepat pada pasien pasca pembedahan sangat diperlukan. Pengaturan posisi merupakan salah bentuk intervensi keperawatan yang bertujuan untuk mendukung perfusi, kerja pernapasan, mencegah cedera jaringan, mendukung kerja pencernaan, mendukung fungsi muskulo skeletal (Black & Hawks, 2009; Ignatavicius & Workman, 2012). Pengaturan posisi pasca bedah CABG merupakan salah satu bentuk ambulasi dini yang dapat mendukung proses
penyembuhan dan tidak berdampak terhadap perburukan hemodinamik (de Laat et al., 2007). Perubahan posisi pada pasien pasca CABG dapat menjadi faktor pencetus nyeri. Gerakan jaringan dan organ tubuh dapat menimbulkan tegangan/tarikan pada area sternotomi dan luka pada area tungkai yang dapat menstimulasi nyeri. Nyeri pada pasien pasca CABG merupakan stressor biologis yang tentu akan mempengaruhi fluktuasi parameter hemodinamik, diantaranya adalah HR (Darovic, 2002; Hardin & Kaplow, 2009). Pemantauan HR pada pasien pasca CABG merupakan intervensi keperawatan yang vital. Peningkatan SBP pasca bedah merupakan respon stres biologis akibat kerusakan jaringan akibat manipulasi pembedahan (Darovic, 2002; Hardin & Kaplow, 2009). Tekanan darah diastolik juga dapat berfluktuasi akibat stres biologis yang dialami pasien pasca bedah CABG (Darovic, 2002; Hardin & Kaplow, 2009). MAP juga dapat berfluktuasi seiring dengan fluktuasi SBP dan DBP yang diakibatkan stres biologis yang dialami pasien pasca bedah CABG (Hardin & Kaplow, 2009). Nilai SpO2 juga dapat berfluktuasi seiring dengan fluktuasi kerja pernapasan dan tekanan darah yang diakibatkan stres biologis yang dialami pasien pasca bedah CABG. Resporatory rate merupakan indikator fungsi pernapasan yang menunjukkan ada dan tidaknya gangguan pernapasan. Pasien pasca bedah jantung terpasag ventilasi mekanik untuk mendukung fungsi pernapasannya. Temperature merupakan indikator panas hasil metabolisme tubuh yang didukung oleh fungsi kardiorespirasi yang adekuat. Temperature yang normal menunjukkan fungsi kardiorespirasi yang adekuat (Darovic, 2002; Hardin & Kaplow, 2009). Asuhan spiritual merupakan salah satu dimensi holistik dalam keperawatan untuk memenuhi kebutuhan spiritual pasien. Asuhan spiritual dilakukan dengan motodologi
11
keperawatan yang diawali pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi secara sistematis, siklik, dan dinamis. Keperawatan memandang manusia sebagai mahluk yang holistik yang terdiri atas aspek fisiologis, psikologis, sosiologis, kultural dan spiritual. Tidak terpenuhinya kebutuhan manusia pada salah satu diantara dimensi di atas akan menyebabkan ketidaksejahteraan atau keadaan tidak sehat. Kondisi tersebut dapat dipahami mengingat dimensi fisik, psikologis, sosial, spiritual, dan kultural merupakan satu kesatuan yang saling berhubungan (Draper, 2012). Spiritualitas memiliki dimensi yang luas dalam kehidupan seseorang sehingga dibutuhkan pemahaman yang baik dari seorang perawat sehingga mereka dapat mengaplikasikannya dalam pemberian asuhan keperawatan kepada klien (Carron & Cumbie, 2011). Kesadaran akan pemahaman tersebut melahirkan keyakinan bahwa asuhan keperawatan hendaknya bersifat komprehensif atau holistik, yang tidak saja memenuhi kebutuhan fisik, psikologis, sosial, dan kultural tetapi juga kebutuhan spiritual. Klien dapat merasakan kesejahteraan yang tidak hanya terfokus pada fisik maupun psikologis saja, tetapi juga kesejateraan dalam aspek spiritual. Kesejahteraan spiritual adalah suatu faktor yang terintegrasi dalam diri seorang individu secara keseluruhan, yang ditandai oleh makna dan harapan. Asuhan spiritual dalam keperawatan dilaksanakan dengan mengkaji segala kebutuhan spiritual pasien yang meliputi: dimensi ketuhanan; sumber harapan dan kekuatan; praktik ritual keagamaan; hubungan keyakinan spiritual dan kesehatan; makna dan tujuan; cinta hubungan dan harga diri, takut dan kecemasan; dan kemarahan. Asuhan spiritual dalam keperawatan pada pasien dengan kondisi kritis di unit perawatan intensif sangat mendukung stabilitas psikospiritual pasien. Asuhan spiritual tidak banyak menyita waktu
dan tidak menyulitkan untuk dilaksanakan dipelayanan keperawatan. Perawat perlu ditumbuhkan perilaku caring nya secara terusmenerus agar membentuk karakter yang utuh sebagai perawat. Perilaku caring yang sudah terbentuk secara adekuat akan mampu untuk mendukung pelaksanaan asuhan spiritual dalam keperawatan. Simpulan Pengelolaan asuhan keperawatan gangguan kardiovaskuler dengan menerapkan model konservasi levine selaras dengan fenomena dan kebutuhan pasien. intervensi keperawatan dilakukan untuk mendukung konservasi energi, konservasi integritas struktur, konservasi integritas personal, dan konservasi integritas sosial untuk mencapai wholeness. Praktik keperawatan terbaik berbasis bukti berupa posisi lateral 2 jam vs posisi supine pada pasien pasca CABG diruang ICU, menunjukkan tidak adanya perbedaan status hemodinamik yang merugikan pasien. Posisi lateral 2 jam pasca CABG yang selama ini diasumsikan akan memperburuk hemodinamik ternyata tidak terbukti, sehingga posisi ini dapat diterapkan pada pasien pasca CABG untuk memenuhi ambulasi dini. Asuhan spiritual adalah elemen dari asuhan keperawatan yang tidak dapat ditinggalkan. Projek optimalisasi asuhan spiritual pada pasien gangguan kardiovaskular dapat diwujudkan dengan memfasilitasi instrumen asuhan spiritual berupa format pengkajian dan rencana asuhan spiritual. Referensi Ackley, B. J., & Ladwig, G. B. (2011). Nursing Diagnosis handbook: An Evidence-Based Guide To Planning Care (ninth ed.). St. Louis, Missouri: Mosby Inc & Elsevier Inc. Ackley, B. J., Swan, B. A., Tucker, S. J., & Ladwig, G. B. (2008). Evidence-Based Nursing Care Guidelines Medical Surgical Interventions. St. Louis, Missouri: Mosby, Inc., an afiliate of Elsevier Inc.
12
AHA. (2013). Heart Disease and Stroke Statistics—2012 Update.
(Revised ed.). Pennsylvania: Templeton Foundation Press.
Alligood, M. R. (2010). Nursing Theory: Utilization & Application (Fourth ed.). St. Louis, Missouri: Mosby, Inc. Alligood, M. R. (2014). Nursing Theorists and Their Work (7th ed.). Maryland Heights, Missouri: Mosby, Inc.; Elsevier, Inc.
Cully, J. A. P. H. D., Johnson, M., Moffett, M. L. P. H. D., Khan, M., & Deswal, A. (2009). Depression and Anxiety in Ambulatory Patients With Heart Failure. Psychosomatics, 50(6), 592-598.
Alligood, M. R., & Tomey, A. M. (2010). Nursing Theorists and Their Work (7th ed.). Maryland Heights, Missouri: Mosby, Inc.; Elsevier, Inc. Asyrofi, A. (2013). Analisis Faktor yang Berhubungan dengan Manajemen Energi Pasien Heart Failure di Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita Jakarta. (Magister), Universitas Indonesia, Depok. Barnum, B. S. (2006). Spirituality in Nursing From Traditional to New Age (2nd Edition ed.). New York: Springer Publishing Company, Inc. Black, J. M., & Hawks, J. H. (2009). MedicalSurgical Nursing Clinical Mangement for Positive Outcomes (R. G. Carroll & S. A. Quallich Eds. Eighth ed. Vol. 1-2). St. Louis, Missouri: Saunders, Elsevier Inc. Bonow, R. O., Mann, D. L., Zipes, D. P., & Libby, P. (2012). Braunwald's Heart Disease: A Textbook of Cardiovascular Medicine (Ninth ed.). Philadelphia: Saunders Elsevier. Bulechek, G. M., Butcher, H. K., & Dochterman, J. M. (2013). Nursing Intervention Classification (NIC) (sixth ed.). St. Louis, Missouri: Mosby Inc.; Elsevier Inc. Carron, R., & Cumbie, S. A. (2011). Development of a conceptual nursing model for the implementation of spiritual care in adult primary healthcare settings by nurse practitioners. Journal Of The American Academy Of Nurse Practitioners, 23(10), 552-560. doi: 10.1111/j.1745-7599.2011.00633.x Carson, V. B., & Koenig, H. G. (2008). Spiritual Dimensions of Nursing Practice
Darovic, G. O. (2002). Hemodynamic Monitoring: Invasive and Noninvasive Clinical Application (Third ed.). Philadelphia: W.B. Saunders Company. de Laat, E., Schoonhoven, L., Grypdonck, M., Verbeek, A., de Graaf, R., Pickkers, P., & van Achterberg, T. (2007). Early postoperative 30° lateral positioning after coronary artery surgery: influence on cardiac output. Journal Of Clinical Nursing, 16(4), 654-661. doi: 10.1111/j.1365-2702.2006.01715.x DeLaune, S. C., & Ladner, P. K. (2002). Fundamentals of Nursing Standards & Practice (Second ed.). New York: Delmar. Depkes-RI. (2009). Profil Kesehatan Indonesia 2008 (Hasnawati, Sugito, H. Purwanto & R. Ibrahim Eds.). Jakarta. Draper, P. (2012). An integrative review of spiritual assessment: implications for nursing management. J Nurs Manag, 20(8), 970-980. doi: 10.1111/jonm.12005 Eisenberg, S. A. (2010). The influences of anxiety, coping, and social support on physical functioning among heart failure patients. (1479889 M.A.), University of Southern California, Ann Arbor. Retrieved from http://search.proquest.com/docview/74822 7144?accountid=17242 ProQuest Dissertations & Theses Full Text; ProQuest Dissertations & Theses Full Text: The Sciences and Engineering Collection database. Eisenberg, S. A., Shen, B.-j., Schwarz, E. R., & Mallon, S. (2012). Avoidant coping moderates the association between anxiety and patient-rated physical functioning in heart failure patients. Journal of Behavioral Medicine, 35(3), 253-261. doi:
13
http://dx.doi.org/10.1007/s10865-0119358-0 Fawcett, J. (2005). Contemporary Nursing Knowledge: Analysis and Evaluation of Nursing Models and Theories (Second ed.). Philadelphia: F.A. Davis Company. Finkelmeier, B. A. (2000). Cardiothoracic Surgical Nursing (second ed.). Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins. Hardin, S. R., & Kaplow, R. (2009). Cardiac Surgery Essentials for Critical Care Nursing. Sudbury, Massachusetts: Jones and Bartlett.
Price, S. A., & Wilson, L. M. (2006). Pathophysiology: Clinical Concepts of Disease Processes (7 ed. Vol. 1-2). St. Louis, Missouri: Mosby inc.; Elsevier Inc. Rekam Medis, R. S. J. d. P. D. H. K. (2013). Profil Kunjungan Pasien Rumah Sakit Jantung & Pembuluh Darah Harapan Kita. Jakarta. Smeltzer, S. C., Bare, B. G., Hinkle, J. L., & Cheever, K. H. (2010). Brunner & Suddarth's Texbook of Medical Surgical Nursing (12 ed. Vol. 1-2). Philadelphia: Wolters Kluwer Health; Lippincott Williams & Wilkins.
Herdman, T. H. (2012). NANDA International Nursing Diagnoses: Definitions & Classification 2012-2014. Oxford: WileyBlackwell.
Taylor, C. R., Lillis, C., LeMone, P., & Lynn, P. (2011). Fundamentals of Nursing: The Art and Science of Nursing Care (7 th ed.). Philadelphia: Wolters Kluwer Health, Lippincott Williams & Wilkins.
Ignatavicius, D. D., & Workman, L. (2012). Medical-Surgical Nursing: PatientCentered Collaborative Care, Single Volume. St. Louis, Missouri: Saunders, Elsevier.
Theroux, P. (2011). Acute Coronary Syndromes: A Companion to Braunwald's Heart Disease (second ed.). Philadelphia: Saunders, an imprint of Elsevier Inc.
Jeremias, A., & Brown, D. L. (2010). Cardiac Intensive Care (2nd ed.). Philadelphia: Saunders, an imprint of Elsevier Inc. Ladwig, G. B., & Ackley, B. J. (2008). Mosby's Guide To Nursing Diagnosis (second ed.). St. Louis, Missouri. Lewis, S. L., Dirksen, S. R., Heitkemper, M. M., Bucher, L., & Harding, M. M. (2014). Medical-Surgical Nursing Assesment and Management of Clinical Problems (ninth ed.). St. Louis, Missouri: Mosby, an imprint of Elsevier Inc. Moser, D. K., & Riegel, B. (2008). Cardiac Nursing: A Companion To Braunwald's Heart Disease. St. Louis, Missouri: Saunders, Elsevier Inc. O'Brien, M. E. (2010). Spirituality in Nursing: Standing on Holy Ground (Fourth Edition ed.). Sudbury: World Headquarters, Jones & Bartlett Learning. Parker, M. E., & Smith, M. C. (2010). Nursing Theories and Nursing Practice (third ed.). Philadelphia: F.A. Davis Company.
Thomas, P. J., & Paratz, J. D. (2007). Is there evidence to support the use of lateral positioning in intensive care? A systematic review. Anaesthesia and Intensive Care, 35(2), 239-255. Thomas, P. J., Paratz, J. D., Lipman, J., & Stanton, W. R. (2007). Lateral positioning of ventilated intensive care patients: A study of oxygenation, respiratory mechanics, hemodynamics, and adverse events. Heart & Lung: The Journal of Acute and Critical Care, 36(4), 277-286. doi: http://dx.doi.org/10.1016/j.hrtlng.2006.10. 008 Todd, B. A. (2005). Cardiothoracic Surgical Nursing Secrets. St. Louis, Missouri: Mosby Inc.; Elsevier Inc. WHO. (2012). World Health Statistics 2012. Geneva, Switzerland: WHO Press. Wilson, J., & McMillan, S. (2013). Symptoms Experienced by Heart Failure Patients in Hospice Care. Journal of Hospice &
14
Palliative Nursing, 15(1), 13-21. doi: 10.1097/NJH.0b013e31827ba343 Wood, S. L., Froelicher, E. S. S., Motzer, S. A., & Bridges, E. J. (2010). Cardiac
Nursing (Sixth ed.). Baltimore; Philadelphia: Wolters Kluwer Health; Lippincott Williams & Wilkins.