RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
2010-2014
“Melayani Semua dengan Amanah”
KATA PENGANTAR Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Tahun 2010—2014 disusun berdasarkan UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, UU No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, Peraturan Presiden No. 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2010—2014, serta arahan Presiden untuk memperhatikan aspek change and continuity, debottlenecking, dan enhancement program pembangunan pendidikan dan kebudayaan. Selanjutnya, sejalan dengan pengintegrasian kebudayaan dalam pendidikan, Rencana Strategis Kemdiknas Tahun 2010—2014 yang telah disahkan dengan Permendiknas No. 44 Tahun 2010, harus direvisi dan disesuaikan. Penyesuaian Renstra dilakukan melalui berbagai tahapan, termasuk interaksi dengan para pemangku kepentingan (stakeholders) pendidikan dan kebudayaan di pusat dan daerah, partisipasi seluruh pejabat Kemdikbud, serta dengan mempertimbangkan seluruh capaian kinerja pembangunan pendidikan dan kebudayaan hingga saat ini. Pengintegrasian kebudayaan dalam pendidikan ditetapkan melalui Peraturan Presiden No. 77 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Presiden No. 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara, serta Permendikbud No. 1 Tahun 2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Renstra Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Tahun 2010—2014 digunakan sebagai pedoman dan arah pembangunan pendidikan dan kebudayaan yang hendak dicapai pada periode 2010—2014, serta merupakan dasar dan acuan bagi Unit Eselon I, II dan Unit Pelaksana Teknis di lingkungan Kemdikbud, dan SKPD di provinsi dan kabupaten/kota untuk menyusun (1) Rencana Strategis; (2) Rencana Kerja (Renja) dan RKA-KL; (3) Rencana/Program Pembangunan lintas sektoral bidang Pendidikan dan Kebudayaan; (4) Koordinasi perencanaan dan pengendalian kegiatan Pembangunan lingkup Pendidikan dan Kebudayaan; (5) Laporan Tahunan; dan (6) Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP). Renstra ini penting untuk dipahami serta dimanfaatkan oleh seluruh jajaran Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan para pemangku kepentingan dalam menyusun perencanaan, pelaksanaan, pengendalian program dan kegiatan pembangunan bidang pendidikan dan kebudayaan secara efisien, efektif, terintegrasi, sinergis dan berkesinambungan. Jakarta,
April 2013
MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
MOHAMMAD NUH RENSTRA KEMDIKBUD 2010-2014
i
ii
RENSTRA KEMDIKBUD 2010 - 2014
DAFTAR ISI RENSTRA KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TAHUN 2010–2014 Kata Pengantar ........................................................................................................................ i Daftar Isi ................................................................................................................................ iii Daftar Gambar........................................................................................................................ v Daftar Tabel.......................................................................................................................... vii Daftar Istilah dan Singkatan (Glossary) .................................................................................. ix Skema Renstra Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Tahun 2010– –2014 ...................... xv BAB I
BAB II
Pendahuluan 1.1
Latar Belakang ............................................................................................... 1
1.2
Landasan Filosofis Pendidikan dan Kebudayaan............................................. 4
1.3
Paradigma Pendidikan dan Kebudayaan ........................................................ 4
1.4
Pergeseran Paradigma Pendidikan dan Kebudayaan ...................................... 8
1.5
Landasan Hukum ......................................................................................... 11
1.6
Pilar-Pilar Strategis ...................................................................................... 12
Kondisi Umum Pendidikan dan Kebudayaan 2.1
Analisis Kondisi Internal Lingkungan Pendidikan dan Kebudayaan ............... 15
2.2
Analisis Kondisi Eksternal Lingkungan Pendidikan & Kebudayaan ................ 27
2.3
Permasalahan dan Tantangan Pembangunan Pendidikan dan Kebudayaan 2010—2014 ............................................................................. 31
BAB III
BAB IV
Visi, Misi, dan Tujuan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 3.1
Visi dan Misi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan .............................. 37
3.2
Tata Nilai Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan ................................... 40
3.3
Tujuan dan Sasaran Strategis Tahun 2010—2014 ........................................ 40
Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan Pendidikan dan Kebudayaan Tahun 2010-2014 4.1
Strategi Pembangunan Pendidikan dan Kebudayaan Tahun 2010—2014 ............................................................................... 47
4.2
Arah Kebijakan Pembangunan Pendidikan dan Kebudayaan Tahun 2010—2014 ...................................................................................... 69
RENSTRA KEMDIKBUD 2010-2014
iii
BAB V
Program Pembangunan Pada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Tahun 2010—2014 5.1
Restrukturisasi Program dan Kegiatan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan ................................................................................... 83
5.2
Pembagian Kewenangan dan Tanggung Jawab Pemerintah Pusat, Provinsi, Kabupaten, dan Kota ................................. 85
5.3 BAB VI
Pengelompokan Program ........................................................................... 86
Kerangka Implementasi 6.1
Strategi Pendanaan Pendidikan dan Kebudayaan ...................................... 105
6.2
Koordinasi, Tata Kelola, dan Pengawasan Internal ..................................... 110
6.3
Sistem Pemantauan dan Evaluasi .............................................................. 111
6.4
Sistem dan Teknologi Informasi Terpadu ................................................... 115
Lampiran A. Rekapitulasi Kebutuhan Anggaran Tahun 2010—2014 Per Program dan Kegiatan B. Rencana Tindak Pembangunan Jangka Menengah Kemdikbud SALINAN PERATURAN Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor ……….. Tahun 2013 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TAHUN 2010-2014
iv
RENSTRA KEMDIKBUD 2010 - 2014
DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1
Sebaran APM SD/MI/Paket A dan APK SMP/MTs/Paket B tahun 2009
17
Gambar 2.2
Gambar 2.2 Rasio Guru terhadap Siswa SD/MI dan SMP/MTs tahun 2008
18
Gambar 2.3
Perbandingan Rasio Guru terhadap Siswa di Berbagai Negara Tahun 2007
19
Gambar 2.4
Sebaran APK SMA/SMK/MA/Paket C Tahun 2009
21
Gambar 2.5
Rasio Guru terhadap Siswa SMA & SMK Tahun 2008
22
Gambar 2.6
Bonus Demografi sebagai Modal
28
Gambar 4.1
Kerangka Berpikir Penerapan Strategis Pencapaian Tujuan Strategis T1
50
Gambar 4.2
Kerangka Berpikir Penerapan Strategis Pencapaian Tujuan Strategis T2
53
Gambar 4.3
Kerangka Berpikir Penerapan Strategis Pencapaian Tujuan Strategis T3
56
Gambar 4.4
Kerangka Berpikir Penerapan Strategis Pencapaian Tujuan Strategis T4
59
Gambar 4.5
Kerangka Berpikir Penerapan Strategis Pencapaian Tujuan Strategis T5
62
Gambar 4.6
Kerangka Berpikir Penerapan Strategis Pencapaian Tujuan Strategis T6
65
Gambar 4.7
Kerangka Berpikir Penerapan Strategis Pencapaian Tujuan Strategis T7
67
Gambar 5.1
Arsitektur Restrukturisasi Program dan Kegiatan
84
Gambar 5.2
Struktur Organisasi Kemdikbud sesuai dengan Perpres 77 Tahun 2011
86
Gambar 6.1
Mekanisme Pemantauan dan Pelaporan Triwulanan Pelaksanaan Rencana
113
Pembangunan Pendidikan Gambar 6.2
Arsitektur Sistem dan Teknologi Informasi Kemdikbud
RENSTRA KEMDIKBUD 2010-2014
115
v
vi
RENSTRA KEMDIKBUD 2010 - 2014
DAFTAR TABEL Tabel 2.1
Capaian PAUD Tahun 2007—20011
15
Tabel 2.2
Capaian Pendidikan Dasar Tahun 2007—2011
16
Tabel 2.3
Capaian Pendidikan Menengah Tahun 2007—2011
20
Tabel 2.4
Capaian Pendidikan Tinggi Tahun 2007—2011
23
Tabel 2.5
Capaian Akses dan Mutu Pendidikan Jenjang Pendidikan Non Formal pada Tahun 2007—2011
24
Tabel 2.6
Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi dan APBN terhadap Anggaran Fungsi Pendidikan
30
Tabel 3.1
Makna Insan Indonesia Cerdas dan Kompetitif
37
Tabel 4.1
Pentahapan pencapaian sasaran strategis dari tujuan strategis T1
49
Tabel 4.2
Pentahapan pencapaian sasaran strategis dari tujuan strategis T2
51
Tabel 4.3
Pentahapan pencapaian sasaran strategis dari tujuan strategis T3
55
Tabel 4.4
Pentahapan pencapaian sasaran strategis dari tujuan strategis T4
57
Tabel 4.5
Pentahapan pencapaian sasaran strategis dari tujuan strategis T5
60
Tabel 4.6
Pentahapan pencapaian sasaran strategis dari tujuan strategis T6
63
Tabel 4.7
Pentahapan pencapaian sasaran strategis dari tujuan strategis T7
66
Tabel 4.8
Sasaran Strategis Efek Resultan Strategi II, III, dan IV
68
Tabel 4.9
Rumusan Strategi Umum
68
Tabel 4.10
Keterkaitan Strategi Umum dengan Arah Kebijakan
69
Tabel 5.1
Program dan Unit Eselon I Kemdikbud
87
Tabel 5.2
Indikator Kinerja Utama Program Pendidikan Nonformal dan Informal
88
Tabel 5.3
Indikator Kinerja Utama Program Pendidikan Dasar
90
Tabel 5.4
Indikator Kinerja Utama Program Pendidikan Menengah
92
Tabel 5.5
Indikator Kinerja Utama Program Pendidikan Tinggi
94
Tabel 5.6
Indikator Kinerja Utama Program Pengembangan SDM Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjaminan Mutu Pendidikan
95
Tabel 5.7
Indikator Kinerja Utama Program Penelitian dan Pengembangan Kemdikbud
97
Tabel 5.8
Indikator Kinerja Utama Program Pengembangan dan Pembinaan Bahasa dan Sastra Indikator Kinerja Utama Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas
99
Teknis Lainnya Kemdikbud
100
Tabel 5.9 Tabel 5.10
Indikator Kinerja Utama Program Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur Kemdikbud
102
Tabel 5.11
Indikator Kinerja Utama Program Pelestarian Budaya
103
Tabel 6.1
Pembagian Tanggung Jawab Pendanaan Pendidikan oleh Pemerintah dan
106
Pemerintah Daerah Tabel 6.2
Pembagian Tanggung Jawab Pendanaan Pendidikan Oleh Penyelenggara atau
107
Satuan Pendidikan yang didirikan masyarakat Tabel 6.3
Perkiraan Pendanaan Pendidikan Tahun 2010—2014
109
RENSTRA KEMDIKBUD 2010-2014
vii
viii
RENSTRA KEMDIKBUD 2010 - 2014
D A F T A R IS T IL A H D A N SI N G K A T A N ( G L O S S A R Y ) A APBN APBD APK APM APS ASEAN
= = = = = =
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Angka Partisipasi Kasar Angka Partisipasi Murni Angka Partisipasi Sekolah Assosiation of South East Asia Nations
= = = = = = = = = = = = = = = = = = = = =
Badan Akreditas Nasional Badan Akreditasi Nasional Pendidikan Non Formal Badan Akreditas Nasional Perguruan Tinggi Badan Akreditasi Nasional Sekolah dan Madrasah Badan Akreditasi Nasional Sekolah/Madrasah Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Badan Hukum Pendidikan Badan Hukum Pendidikan Pemerintah Badan Hukum Pendidikan Pemerintah Daerah Badan Hukum Pendidikan Masyarakat Badan Hukum Pendidikan Penyelenggaran Barang Milik Negara Kementerian/Lembaga Bantuan Khusus Murid Biaya Operasional Penyelenggara Bantuan Operasional Sekolah Bantuan Operasional Manajemen Mutu Badan Pemeriksa Keuangan Balai Pengembangan Kegiatan Belajar Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Balai Pengembangan Pendidikan Non Formal dan Informal Badan Standar Nasional Pendidikan
CPD
=
CTL CIBI
= =
Continuing Professional Development atau Pengembangan Profesional Berkelanjutan (PPB) Contextual Teaching and Learning (Pembelajaran Kontekstual) Cerdas Istimewa Berbakat Istimewa
= = =
Diploma 4 Dana Alokasi Khusus Dana Alokasi Umum
B BAN BAN-PNF BAN-PT BAN-SM BANS/BANM BAPPENAS BHP BHPP BHPPD BHPM BHP Penyelenggara BMN K/L BKM BOP BOS BOMM BPK BPKB BPKP BPPNFI BSNP
C
D D4 DAK DAU
RENSTRA KEMDIKBUD 2010-2014
ix
DBH Dekonsentrasi
= =
Diklatpim Ditjen DKI DN DPR Distance Learning DSS
= = = = = = =
Dana Bagi Hasil Pelimpahan wewenang dari Pemerintah Pusat kepada Gubernur selaku wakil Pemerintah Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan Direktorat Jenderal Daerah Khusus Ibukota Dalam Negeri Dewan Perwakilan Rakyat Pembelajaran Jarak Jauh Decision Support System
= = =
Education Development Index Education for All Education for Sustainable Development
= = =
Gender-related Development Index Global Development Learning Network kesamaan peluang dan kesempatan dalam bidang sosial, politik dan ekonomi antara laki-laki dan perempuan, kaya miskin, orang cacat dan tidak, desa kota, atau sifat-sifat yang dilekatkan pada laki-laki atau perempuan yang dibangun oleh sosial dan budaya
= = = =
Hak Atas Kekayaan Intelektual Human Development Index Harga Eceran Tertinggi Human Immunodeficiency Virus
ICDE IEA
= =
IKK IKU Inpres IPA IPM IPS IPTEK IRDI ISO ITJEN
= = = = = = = = = =
International Conference on Data Engineering International Organization for Evaluation of Educational Achievement Indikator Kinerja Kegiatan Indikator Kinerja Utama Instruksi Presiden Ilmu Pengetahuan Alam Indeks Pembangunan Manusia Ilmu Pengetahuan Sosial Ilmu Pengetahuan dan Teknologi The Indonesian Research and Development Institute International Organization for Standardization Inspektorat Jenderal
E EDI EFA EfSD
G GDI GDLN Gender
H HAKI HDI HET HIV
I
x
RENSTRA KEMDIKBUD 2010 - 2014
J Jardiknas
=
Jejaring Pendidikan Nasional
= = = = = = = = = = =
Knowledge Based Economy Kurikulum Berbasis Kompetensi Kementerian Pendidikan Nasional Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme Kelompok Kerja Guru Kelompok Kegiatan Kepala Sekolah Kelompok Kegiatan Pengawas Sekolah Koordinator Perguruan Tinggi Swasta Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
= = = = = = = = = =
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Pusat Sumber Belajar Kecakapan hidup Pendidikan sepanjang hayat Penelitian dan Pengembangan Melek Aksara Lembaga Kursus dan Pelatihan Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan Lembaga Sertifikasi Kompetensi
= = = = = = = = = = = = = =
Madrasah Aliyah Madrasah Aliyah Kejuruan Manajemen Berbasis Masyarakat Manajemen Berbasis Kinerja Manajemen Berbasis Sekolah Millennium Development Goals Menteri Pendidikan Nasional Musyawarah Guru Mata Pelajaran Mahasiswa Madrasah Ibtidaiyah Musyawarah Kerja Kepala Sekolah Musyawarah Kerja Pengawas Sekolah Musyawarah Perencanaan Pembangunan Nasional Medium Term Expenditure Framework (Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah)
K KBE KBK Kemdiknas Kemdikbud KKN KKG KKKS KKPS Kopertis KPJM KTSP
L LAKIP Learning Resources Center Life Skills Life long education Litbang Literasi LKP LPMP LPTK LSK
M MA MAK MBM MBK MBS MDGs Mendiknas MGMP Mhs MI MKKS MKPS Musrenbang MTEF
RENSTRA KEMDIKBUD 2010-2014
xi
MTs N NAD NKRI
=
Madrasah Tsanawiyah
= =
Nanggroe Aceh Darrussalam Negara Kesatuan Republik Indonesia
OECD
=
Organization for Economic Cooperation and Development
P P4TK
=
PAUD PBB PBJ PDB PEK Permendikas PIRLS PISA PKBM PKH PNBAI PNBP Posyandu PP PPB PPPNFI PT PTA PTK-PNF PTN PTS PUG PuP3B
= = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = =
Prodi PTK PAUD
= =
Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pendidikan Anak Usia Dini Performance Based Budgeting (penganggaran berbasis kinerja) Pengadaan Barang dan Jasa Produk Domestik Bruto Pengembangan Ekonomi Kreatif Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Progress in International Reading Literacy Study Programme for International Student Assessment Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat Pendidikan Kecakapan Hidup Program Nasional bagi Anak Indonesia Pendapatan Negara Bukan Pajak Pos Pelayanan Terpadu Peraturan Pemerintah Pengembangan Profesional Berkelanjutan Pusat pengembangan Pendidikan Nonformal dan Informal Perguruan Tinggi Perguruan Tinggi Agama Pendidik dan Tenaga Kependidikan pada Pendidikan Nonformal Perguruan Tinggi Negeri Perguruan Tinggi Swasta Pengarusutamaan Gender Pendidikan untuk Perkembangan, Pengembangan, dan/atau Pembangunan Berkelanjutan atau Education for Sustainable Development) Program Studi Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pendidikan Anak Usia Dini
=
Quacquarelli Symonds Star
= =
Raudhatul Athfal Rencana Kegiatan dan Anggaran Kementerian/Lembaga
O
Q QS Star
R RA RKA-KL
xii
RENSTRA KEMDIKBUD 2010 - 2014
Renstra Renja RI RKB RPJMN RPJPN RPPNJP RSBI
= = = = = = = =
Rencana Strategis Rencana Kerja Republik Indonesia Ruang Kelas Baru Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Rencana Pembangunan Pendidikan Nasional Jangka Panjang Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional
= = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = =
Strata 1 (sarjana) Strata 2 (magister) Strata 3 (doktor) Survei Angkatan Kerja Nasional Sistem Akuntansi Instansi Satuan Kerja Sekolah Bertaraf Internasional Sekolah Dasar Sumber Daya Alam Sekolah Dasar Luar Biasa Sumber Daya Manusia Sekretariat Jenderal Sistem Informasi Sistem Pendidikan Nasional Sanggar Kegiatan Belajar Standar Kompetensi Lulusan Satuan Kerja Perangkat Daerah Sekolah Luar Biasa Sekolah Menegah Sekolah Menengah Atas Sekolah Menengah Sekolah Menengah Kejuruan Sekolah Menengah Pertama Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Standar Nasional Pendidikan Standar Operasi dan Prosedur Sistem Pengendalian Internal Standar Pelayanan Minimal Surat Keterangan Melek Aksara Survei Sosial Ekonomi Nasional
Tata Nilai
=
TBM
=
Pandangan hidup dan kesepakatan atas norma dalam mengelola organisasi Taman Bacaan Masyarakat
S S-1 S-2 S-3 Sakernas SAI Satker SBI SD SDA SDLB SDM Setjen SIM Sisdiknas SKB SKL SKPD SLB SM SMA SMLB SMK SMP SMPLB SNP SOP SPI SPM SUKMA Susenas
T
RENSTRA KEMDIKBUD 2010-2014
xiii
Tendik THES TIK TIMSS TK TKLB TUK
= = = = = = =
Tenaga Pendidik Times Higher Education Supplement Teknologi Informasi dan Komunikasi Trends in International Mathematic and Science Study Taman Kanak-Kanak Taman Kanak-Kanak Luar Biasa Tempat Uji Kompetensi
= = = = = = = =
Ujian Akhir Sekolah Berstandar Nasional Usaha Kesehatan Sekolah Ujian Nasional Sekolah Menengah Pertama Unit Pendidikan Belajar Jarak Jauh Unit Pelaksana Teknis Unit Sekolah Baru Undang-Undang Undang-Undang Dasar 1945
=
Keahlian terapan
= = = = =
Wajib Belajar World Class University Wajar Dengan Pengecualian Wajar Tanpa Pengecualian World Trade Organization
U UASBN UKS UNSMP UPBJJ UPT USB UU UUD 1945
V Vokasi
W Wajar WCU WDP WTP WTO
xiv
RENSTRA KEMDIKBUD 2010 - 2014
4 sasaran
Penyediaan Subsidi Pendanaan Penyediaan dan Peningkatan M utu PTK
28 sasaran
Pem bangunan satuan Pendidikan (Penyediaan Sarpras)
5 sasaran
TUJUAN STRATEGIS
SASARAN STRATEGIS Penguatan dan perluasan pemanfaatan TIK Penyediaan buku teks murah
Rasionalisasi pendanaan pendidikan, penelitian dan pengabdian masy
Penguatan kemitraan strategis masyarakat dan dunia usaha
Penguatan dan perluasan pendidikan non formal dan informal
Reformasi birokrasi
Koordinasi antar K/L Pemerintah serta pusat dan daerah
Akselerasi Pembangunan Pendidikan & Kebudayaan daerah 3T
Penyelarasan pendidikan dengan kebutuhan DUDI
Pelestarian dan Pengelolaan Kebudayaan sebagai Jati Diri Bangsa
ARAH KEBIJAKAN BADAN PP BAHASA = 3 KEG
RENSTRA KEMDIKBUD 2010-2014
BALITBANG = 6 KEG
Penguatan Sistem Evaluasi, Akreditasi dan Sertifikasi Pendidikan
BA DAN PSD MPK &PM P = 7 KEG
Pendidikan kreatif, inovatif, sportif dan wirausaha
SETJEN = 12 KEG
DIKTI = 9 KEG
ITJEN = 6 KEG
KEBUDAYAAN = 9 KEG
Penerapan pendidikan akhlak mulia dan karakter bangsa
DIKM EN = 5 KEG
3 sasaran Peningkatan M utu Pengem bangan, Pem binaan, dan Pelindungan Kebudayaan, Kebahasaan dan Kesastraan
14 sasaran
Pemberdayaan Kepsek dan pengawas sekolah
DIKDAS = 5 KEG
Penguatan/Peningkatan M anajem en
12 sasaran
Peningkatan mutu LPTK dan lulusannya
PAUDNI = 6 KEG
Penyem purnaan Sistem Pem belajaran
16 sasaran
T5. Tersedia dan T6. Terw ujudnya Penerapan T7. Tersedianya Sistem Terjangkaunya Layanan Tata Kelola yg A ndal Nilai-N ilai Luhur Budaya Pendidikan Orang Dewasa dalam M enjam in Indonesia yang B erkelanjutan yang Terselenggaranya m encerminkan Jati Diri Berkesetaraan, B erm utu Layanan Prima Pendidikan Bangsa Bermartabat dan R elevan dengan dan Kebudayaan Kebutuhan M asyarakat
MISI
T2. Terjam innya T4. Tersedia dan T3. Tersedia dan Kepastian Terjangkaunya Layanan Terjangkaunya Layanan Memperoleh Layanan Pendidikan M enengah yang Pendidikan Tinggi Berm utu, Pendidikan D asar Relevan, Berdaya Saing Bermutu, R elevan dan Berm utu dan Internasional dan B erkesetaraan Berkesetaraan Berkesetaraan
T1. Tersedia dan Terjangkaunya Layanan PAUD Berm utu dan Berkesetaraan
“ Terselenggaranya Layanan Prim a Pendidikan dan Kebudayaan untuk M em bentuk Insan Indonesia yang Cerdas dan Beradab “
SKEMA RENSTRA KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TAHUN 2010--2014
1) M eningkatkan Ketersediaan Layanan Pendidikan dan Kebudayaan ; 2)M em perluas Keterjangkauan Layanan Pendidikan; 3) M eningkatkan Kualitas Layanan Pendidikan dan Kebudayaan; 4) M ewujudkan Kesetaraan dalam M emperoleh Layanan Pendidikan; 5) M enjam in Kepastian/Keterjam inan M emperoleh Layanan Pendidikan; dan 6) M ewujudkan Kelestarian dan M em perkukuh Kebudayaan Indonesia
VISI
Peningkatan kualifikasi dan sertifikasi pendidik
Peningkatan Kualitas dan Kapasitas Sarpras
PROGRAM/ KEGIATAN
xv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Dalam pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dinyatakan bahwa salah satu tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Sejalan dengan pembukaan UUD itu, batang tubuh konstitusi tersebut di antaranya Pasal 20, Pasal 21, Pasal 28 C ayat (1), Pasal 31, dan Pasal 32, juga mengamanatkan bahwa pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional dan memajukan kebudayaan nasional untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-undang. Pendidikan merupakan hak asasi setiap warga negara Indonesia dan untuk itu setiap warga negara Indonesia berhak memperoleh pendidikan yang bermutu sesuai dengan minat dan bakat yang dimilikinya tanpa memandang status sosial, status ekonomi, suku, etnis, agama, dan gender. Pemerataan akses dan peningkatan mutu pendidikan akan membuat warga negara Indonesia memiliki kecakapan hidup (life skills) sehingga mendorong tegaknya pembangunan manusia seutuhnya serta masyarakat madani dan modern yang dijiwai nilainilai Pancasila, sebagaimana yang telah diamanatkan dalam UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Pembangunan pendidikan dilaksanakan dengan mengacu pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2010—2014 dan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) Tahun 2005—2025. Berdasarkan RPJPN tersebut, Kementerian Pendidikan Nasional telah menyusun Rencana Pembangunan Pendidikan Nasional Jangka Panjang (RPPNJP) 2005—2025, seperti yang tertuang di dalam Permendiknas Nomor 32 Tahun 2005, tentang Rencana Strategis (Renstra) Kemdiknas Tahun 2005—2009. RPJMN Tahun 2010—2014 ditujukan untuk lebih memantapkan pembangunan Indonesia di segala bidang dengan menekankan upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) termasuk pengembangan kemampuan ilmu dan teknologi serta penguatan daya saing
RENSTRA KEMDIKBUD 2010 - 2014
1
perekonomian. RPJMN Tahun 2010—2014 tersebut selanjutnya dijabarkan ke dalam Renstra Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Tahun 2010—2014. Pembangunan kebudayaan tercakup dalam pembangunan bidang sosial budaya dan kehidupan beragama yang terkait erat dengan pengembangan kualitas hidup manusia dan masyarakat Indonesia, sesuai dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) Tahun 2005—2025, yang mengamanatkan bahwa pembangunan bidang sosial budaya dan kehidupan beragama diarahkan pada pencapaian sasaran untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang berakhlak mulia, bermoral, beretika, berbudaya, dan beradab; serta mewujudkan bangsa yang berdaya saing untuk mencapai masyarakat yang lebih makmur dan sejahtera. Dalam pembangunan kebudayaan, terciptanya kondisi masyarakat yang berakhlak mulia, bermoral, dan beretika sangat penting bagi terciptanya suasana kehidupan masyarakat yang penuh toleransi, tenggang rasa, dan harmonis. Disamping itu, kesadaran akan budaya memberikan arah bagi perwujudan identitas nasional yang sesuai dengan nilai-nilai luhur budaya bangsa dan menciptakan iklim kondusif serta harmonis sehingga nilai-nilai kearifan lokal akan mampu merespon modernisasi secara positif dan produktif sejalan dengan nilai-nilai kebangsaan. Rencana Strategis Kemdiknas 2010—2014 yang sudah disahkan berdasarkan Permendiknas No. 44 Tahun 2010, harus direvisi menyesuaikan dengan peraturan perundangan dan hasil evaluasi kinerja serta dinamika perkembangan pendidikan dan kebudayaan. Hal ini antara lain disebabkan oleh: a) adanya perubahan struktur Kemdikbud berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 77 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara, fungsi kebudayaan akan terintegrasi dengan fungsi pendidikan, serta Permendikbud Nomor 1 Tahun 2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kemdikbud; b) diberlakukannya UndangUndang Nomor 12 tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi, Kemdikbud berkewajiban untuk melakukan langkah-langkah strategis yang implementasinya akan disesuaikan dengan prioritas pembangunan pendidikan tinggi dan kemampuan keuangan Negara. Adapun fokus implementasi diarahkan pada: pendirian akademi komunitas; mengoptimalkan pemberian dan pemanfataan Bantuan Operasional Perguruan Tinggi Negeri (BOPTN); pengangkatan dosen tetap non PNS dan pendidikan calon guru dalam pemenuhan standar dan peraturan perundang-undangan terkait kecukupan tenaga pendidik; penjaminan mutu pendidikan
2
RENSTRA KEMDIKBUD 2010 - 2014
tinggi, penerapan Kerangka Kerja Nasional Indonesia (KKNI), dan pendidikan jarak jauh; c) sebagai konsekuensi keberhasilan wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun, maka pemerintah berkewajiban untuk menambah daya tampung layanan pendidikan menengah. Untuk itu Kemdikbud menetapkan
kebijakan Pendidikan Menengah
Universal (PMU)
yang
implementasinya difokuskan pada: peningkatan layanan peserta didik melalui rintisan pemberian Bantuan Operasional Sekolah Menengah (BOS SM); penyediaan daya tampung pendidikan menengah melalui pembangunan USB, RKB dan rehabilitasi gedung sekolah; penyediaan dan peningkatan kualitas guru melalui peningkatan kerjasama dengan LPTK atau PT dalam penyediaan guru produktif dan pengusulan pengangkatan guru SM; peningkatan kualitas pembelajaran melalui implementasi kurikulum 2013 yaitu dengan meningkatkan keseimbangan kompetensi soft skill & hard skill peserta didik; d) menyukseskan implementasi Kurikulum 2013, dengan melakukan berbagai kegiatan prioritas yaitu menyiapkan kompetensi tenaga pendidik dan kependidikan melalui pelatihan dan pendampingan kepada kepala sekolah, guru inti dan pengawas yang dilakukan oleh LPMP, P4TK, LPPKS, LPTK; penyiapan dan pengadaaan buku teks pelajaran yang akan digunakan; serta penguatan sinergi
antarpemerintah, pemerintah provinsi, dan pemerintah
kabupaten/kota; e) hasil evaluasi paruh waktu RPJM 2010-2014 menunjukkan bahwa ada beberapa sasaran, target, dan indikator kinerja yang capaiannya telah melampaui atau kurang dari rencana yang telah ditetapkan. Oleh karena itu perlu dilakukan penyesuaian terhadap sasaran, target dan indikator kinerja yang akan dicapai pada tahun 2013-2014; f) adanya kebijakan tindak lanjut Kemdikbud pasca amar putusan MK NO 5/PUU-X/2012 tentang penghapusan RSBI/SBI dengan menerbitkan Surat Edaran Mendikbud Nomor 017/MPK/SE/2013 yang mengatur tentang aspek penataan
kelembagaan, penjaminan
kualitas proses pembelajaran, strategi pembiayaan sekolah, dan peran pemerintah, pemerintah provinsi, kabupaten dan kota serta merancang dan mengimplementasikan program tindak lanjut untuk sekolah–sekolah eks RSBI agar tetap menjaga mutu pembelajaran dan lulusan secara mandiri untuk mencapai standar global. Renstra Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tahun 2010—2014 menjadi pedoman bagi semua tingkatan pengelola pendidikan dan kebudayaan di pusat dan daerah dalam merencanakan dan melaksanakan serta mengevaluasi program dan kegiatan pembangunan pendidikan dan kebudayaan.
RENSTRA KEMDIKBUD 2010 - 2014
3
1.2 Landasan Filosofis Pendidikan dan Kebudayaan Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia dan Bhinneka Tunggal Ika memberikan landasan filosofis serta berbagai prinsip dasar dalam pembangunan pendidikan dan kebudayaan. Landasan filosofis tersebut, menempatkan manusia Indonesia sebagai makhluk yang diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa dengan segala fitrahnya dengan tugas memimpin kehidupan yang berharkat dan bermartabat serta menjadi manusia yang bermoral, jujur, berbudi luhur, berakhlak mulia, mempunyai karakter dan jati diri bangsa, serta menghargai keragaman budaya. Pendidikan dan Kebudayaan merupakan upaya menjadikan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu menjunjung tinggi dan memegang dengan teguh norma dan nilai sebagai berikut: a. norma agama dan kemanusiaan untuk menjalani kehidupan sehari-hari, baik sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa, makhluk individu, maupun makhluk sosial; b. norma persatuan bangsa untuk membentuk karakter bangsa dalam rangka memelihara keutuhan bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia; c. norma kerakyatan dan demokrasi untuk membentuk manusia yang memahami dan menerapkan prinsip-prinsip kerakyatan dan demokrasi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara; dan d. nilai-nilai keadilan sosial untuk menjamin terselenggaranya pendidikan yang merata dan bermutu bagi seluruh bangsa serta menjamin penghapusan segala bentuk diskriminasi dan bias gender serta terlaksananya pendidikan untuk semua dalam rangka mewujudkan masyarakat berkeadilan sosial.
1.3 Paradigma Pendidikan dan Kebudayaan Penyelenggaraan pendidikan dan kebudayaan didasarkan pada beberapa paradigma universal yang perlu diperhatikan sebagai berikut. 1.3.1 Pemberdayaan Manusia Seutuhnya Pemberdayaan manusia seutuhnya dilaksanakan dengan cara memperlakukan manusia yang seutuhnya sebagai subjek dalam upaya pemberdayaan melalui bidang pendidikan dan kebudayaan. Manusia indonesia memiliki hak untuk mengaktualisasikan dirinya secara optimal dalam aspek kecerdasan intelektual, spiritual, sosial, serta mewarisi dan mengekspresikan nilai-nilai budaya. Paradigma ini merupakan fondasi dari pendidikan dan
4
RENSTRA KEMDIKBUD 2010 - 2014
kebudayaan untuk menyiapkan manusia indonesia sebagai pribadi yang mandiri (makhluk individu), sebagai elemen dari sistem sosial yang saling berinteraksi, mendukung satu sama lain (makhluk sosial) dan toleransi dalam keragaman budaya dalam keragaman budaya serta sebagai pemimpin bagi terwujudnya kehidupan yang lebih baik di muka bumi (makhluk Tuhan). 1.3.2 Pengembangan Konvergensi Peradaban Konvergensi peradaban terjadi saat banyak pemangku kepentingan menyadari perlunya belajar dan membagi pengetahuan, sains, dan teknologi atas dasar saling mengakui, menguntungkan, dan menghormati. Pendidikan memegang peranan penting dalam proses ini. Sebagaimana diakui oleh UNESCO, salah satu pilar pendidikan yang sesuai adalah belajar untuk hidup bersama. Dalam komunitas Internasional, hidup bersama berarti hidup di antara banyak peradaban dan penduduk dunia. Peradaban dunia telah dibentuk oleh saling ketergantungan di antara para pemangku kepentingan. Indonesia sebagai negara berkembang masih tertinggal dari negara-negara maju, dalam hal pengetahuan, sains, dan teknologi. Untuk mengisi kesenjangan tersebut, Indonesia berupaya menyediakan akses dan meningkatkan kualitas pendidikan bagi rakyatnya sekaligus mengembangkan pusat penelitian. Beberapa pemuda potensial juga telah dikirim untuk melanjutkan studi ke negara-negara maju. Pada saat yang sama, banyak negara maju seperti Amerika Serikat, Jepang, negara-negara Eropa, Australia, New Zealand, dan negara-negara sahabat, menawarkan beasiswa untuk pemuda Indonesia. Beberapa keluarga kelas menengah-atas juga telah mendaftarkan anak-anak mereka di universitas dan sekolah tinggi di luar negeri. Kontribusi dari siswa untuk memperkaya pengetahuan, sains, dan teknologi setelah mereka kembali ke Indonesia sangat menakjubkan. Sebagaimana diketahui bahwa banyak pemimpin di sektor publik dan swasta merupakan lulusan universitas luar negeri. Mengirim para pemuda ke luar negeri tidak hanya mempelajari disiplin ilmu tertentu, tetapi juga mempelajari dan berbagi budaya antara Indonesia dan negara lain. Baik secara langsung maupun tidak langsung terdapat konvergensi peradaban di tempat siswa belajar dan di rumah setelah siswa tersebut selesai belajar dan kembali. Siswa tersebut membawa budaya Indonesia ke luar negeri dan setelah kembali ke Indonesia, ia juga membawa budaya dari luar negeri. Menyadari proses tersebut, pemerintah Indonesia secara aktif terlibat dalam konvergensi peradaban, yakni tidak hanya mengirim pemuda ke luar negeri tetapi juga mengundang pemuda asing untuk mempelajari budaya dan disiplin ilmu lain di Indonesia.
RENSTRA KEMDIKBUD 2010 - 2014
5
Upaya ini antara lain dilakukan melalui dua skema, yaitu beasiswa Darmasiswa dan Kemitraan Negara Berkembang (KNB). 1.3.3 Pembelajaran Sepanjang Hayat Berpusat pada Peserta Didik Pembelajaran merupakan proses yang berlangsung seumur hidup, yaitu pembelajaran sejak lahir hingga akhir hayat yang diselenggarakan secara terbuka dan multimakna. Pembelajaran sepanjang hayat berlangsung secara terbuka melalui jalur formal, nonformal dan informal yang dapat diakses oleh peserta didik setiap saat dan tidak dibatasi oleh usia, tempat dan waktu. Pembelajaran dengan sistem terbuka diselenggarakan dengan fleksibilitas pilihan dan waktu penyelesaian program lintas satuan dan jalur pendidikan (multi entry-multi exit system). Pendidikan multimakna diselenggarakan dengan berorientasi pada pembudayaan, pemberdayaan, pembentukan akhlak mulia, jujur, budi perkerti luhur, dan watak, kepribadian, atau karakter unggul, serta berbagai kecakapan hidup (life skills). Paradigma ini memperlakukan, memfasilitasi dan mendorong peserta didik menjadi subjek pembelajar mandiri yang bertanggung jawab, kreatif, inovatif, sportif dan berkewirausahaan. 1.3.4 Pendidikan untuk Semua Berdasarkan UUD 1945 Pasal 28C, ayat 1) dinyatakan bahwa setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak mendapatkan pendidikan, memperoleh manfaat dari IPTEK, seni dan budaya demi meningkatkan kualitas hidup dan demi kesejahteraan umat manusia. Selanjutnya dalam Pasal 31 ayat 2) dinyatakan bahwa setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya. Pendidikan Dasar adalah bagian dari hak asasi manusia dan hak setiap warga negara yang usaha pemenuhannya harus direncanakan dan dijalankan dengan sebaik mungkin. Pemenuhan atas hak untuk mendapatkan pendidikan dasar yang bermutu merupakan ukuran keadilan dan pemerataan atas hasil pembangunan dan sekaligus menjadi investasi sumber daya manusia yang diperlukan untuk mendukung keberlangsungan pembangunan bangsa. Hak untuk mendapatkan pendidikan dasar sebagai pemenuhan hak asasi manusia telah menjadi komitmen global. Oleh karena itu, program pendidikan untuk semua yang inklusif diselenggarakan pada jalur pendidikan formal, nonformal, dan informal dengan sistem pendidikan terbuka dan demokratis serta berkesetaraan gender agar dapat
6
RENSTRA KEMDIKBUD 2010 - 2014
menjangkau mereka yang berdomisili di tempat terpencil serta mereka yang mempunyai kendala ekonomi dan sosial. Paradigma ini menjamin keberpihakan kepada peserta didik yang memiliki hambatan fisik ataupun mental, hambatan ekonomi dan sosial, ataupun kendala geografis, yaitu layanan pendidikan untuk menjangkau mereka yang tidak terjangkau. Keberpihakan diwujudkan dalam bentuk penyelenggaraan sekolah khusus, pendidikan layanan khusus, ataupun pendidikan nonformal dan informal, pendidikan dengan sistem guru kunjung, pendidikan jarak jauh, dan bentuk pendidikan layanan khusus lain sehingga menjamin terselenggaranya pendidikan yang demokratis, merata, dan berkeadilan serta berkesetaraan gender. 1.3.5 Pendidikan untuk Perkembangan, Pengembangan, dan/atau Pembangunan Berkelanjutan (PuP3B) Pendidikan menghasilkan manusia berakhlak mulia yang menjadi rahmat bagi semesta alam. Manusia seperti itu memenuhi kebutuhannya dengan memperhatikan kebutuhan generasi saat ini dan generasi-generasi yang akan datang (keberlanjutan intergenerasional). Paradigma ini mengajak manusia untuk berpikir tentang keberlanjutan planet bumi dan keberlanjutan keseluruhan alam semesta. Pendidikan harus menumbuhkan pemahaman tentang pentingnya keberlanjutan dan keseimbangan ekosistem, yaitu pemahaman bahwa manusia adalah bagian dari ekosistem. Pendidikan harus memberikan pemahaman tentang nilai-nilai budaya, tanggungjawab sosial dan lingkungan alam/natural untuk memberikan gambaran pada peserta didik bahwa mereka adalah bagian dari sistem sosial yang harus bersinergi dengan manusia lain dan bagian dari sistem alam yang harus bersinergi dengan alam beserta seluruh isinya. Dengan nilai-nilai itu maka akan muncul pemahaman kritis tentang lingkungan budaya (sosial dan alam) dan semua bentuk intervensi terhadap lingkungan, yang baik dan yang buruk, termasuk pembangunan. 1.3.6 Pelestarian dan Pengelolaan Kebudayaan Indonesia Pelestarian dan pengelolaan kebudayaan Indonesia diarahkan untuk meningkatkan jati diri dan karakter bangsa yang berdasarkan pada prinsip kebhinnekatunggalikaan dalam keragaman budaya fisik (cagar budaya dan takbenda), etnik, keadilan sosial, kesejahteraan rakyat, dinamis dan berorientasi keluar.
RENSTRA KEMDIKBUD 2010 - 2014
7
1.4 Pergeseran Paradigma Pendidikan dan Kebudayaan Beberapa pergeseran diterapkan dalam pembangunan pendidikan dan kebudayaan 2010— 2014 adalah: a. perubahan wajib belajar menjadi hak belajar; b. kesetaraan dalam pendidikan; c. pendidikan komprehensif melalui penyelarasan pendidikan dan pembudayaan; d. perubahan fungsi sekolah negeri menjadi sekolah publik; e. perubahan dasar perencanaan pendidikan yang berdasarkan suplai menjadi berdasarkan kebutuhan; f. pengintegrasian kebudayaan dalam pendidikan; g. pergeseran fungsi kebudayaan dari tontonan menjadi tuntunan; h. pengelolaan kebudayaan secara integratif multisektor. 1.4.1 Perubahan Wajib Belajar menjadi Hak Belajar Bab IV Bagian Kesatu Pasal 5 Ayat 1 UU No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu. Selanjutnya Pasal 11 Ayat 1 menyatakan bahwa Pemerintah dan pemerintah daerah wajib memberikan layanan dan kemudahan, serta menjamin terselenggaranya pendidikan yang bermutu bagi setiap warga negara tanpa diskriminasi. Ketentuan tersebut kemudian dipertegas dalam Pasal 34 Ayat 2 yang menyatakan bahwa pemerintah dan pemerintah daerah menjamin terselenggaranya wajib belajar minimal pada jenjang pendidikan dasar tanpa memungut biaya. Pasal 34 Ayat 3 menyebutkan bahwa wajib belajar merupakan tanggung jawab negara yang diselenggarakan oleh lembaga pendidikan pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat. Oleh karena itu paradigma wajib belajar pendidikan dasar sembilan tahun digeser menjadi hak belajar pendidikan dasar sembilan tahun yang menjamin kepastian bagi semua warga negara untuk memperoleh pendidikan minimal sampai lulus SMP. Dengan pergeseran paradigma tersebut, pemerintah wajib menyediakan sarana prasarana dan pendanaan demi terselenggaranya pendidikan bagi seluruh warga negara. 1.4.2 Kesetaraan dalam Pendidikan Di antara masyarakat Indonesia yang bersifat umum, ada sejumlah siswa yang memerlukan perhatian sangat khusus dengan layanan yang khusus pula. Kekhususannya itu bisa jadi
8
RENSTRA KEMDIKBUD 2010 - 2014
karena masalah yang sifatnya fisik, geografis, atau sosial. Bab IV Bagian kesatu Pasal 5 Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa: setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu dan setiap warga negara berhak mendapat kesempatan meningkatkan pendidikan sepanjang hayat. Selanjutnya, Pasal 5 juga menyatakan bahwa warga negara di daerah terpencil atau terbelakang serta masyarakat adat yang terpencil, warga negara yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intelektual, dan/atau sosial, serta warga negara yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa berhak memperoleh pendidikan khusus dan/atau layanan khusus. 1.4.3.
Pendidikan Komprehensif melalui Penyelarasan Pendidikan dan Pembudayaan
Pendidikan komprehensif atau pendidikan holistik adalah pendidikan yang mengintegrasikan ilmu pengetahuan, budi pekerti, kreativitas, dan inovasi dalam suatu kesatuan. Pendidikan komprehensif merupakan pendidikan yang mampu mengeksplorasi seluruh potensi peserta didik yang berupa potensi kekuatan batin, karakter, intelektual dan fisik. Di samping itu potensi tersebut dapat diintegrasikan menjadi kekuatan peserta didik melalui pendidikan komprehensif. Dalam pendidikan komprehensif terkandung penyelarasan pendidikan dan pembudayaan serta pendidikan karakter khususnya pendidikan karakter bangsa yang harus ditanamkan sejak pendidikan usia dini hingga pendidikan tinggi. Sementara itu, pada peserta didik yang mempunyai tingkat pendidikan lebih tinggi mulai ditanamkan pendidikan kewirausahaan (entrepreneurship). Gambaran pendidikan komprehensif disajikan pada Gambar 1.1. 1.4.4. Perubahan Fungsi Sekolah Negeri menjadi Sekolah Publik Pemerintah membangun sekolah dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa seperti amanat konstitusi. Oleh karena itu seyogyanya sekolah yang dibangun pemerintah dan kemudian menjadi ”sekolah negeri” harus berubah fungsi, karena investasi pemerintah tersebut adalah investasi untuk publik. Sekolah-sekolah negeri ke depan harus bergeser menjadi sekolah publik. Bila sebelumnya sekolah negeri hanya dipakai siswa untuk aktivitas belajar dari siswa sekolah tersebut, ke depan fungsi dan pemanfaatan sekolah negeri harus ditingkatkan, tidak hanya untuk siswa dari sekolah itu, tetapi pada saat tidak digunakan untuk kegiatan belajar mengajar dapat dimanfaatkan untuk kegiatan anggota masyarakat
RENSTRA KEMDIKBUD 2010 - 2014
9
dengan ketentuan yang terkendali. Dengan demikian sekolah-sekolah negeri dapat dimanfaatkan seluas-luasnya. 1.4.5. Pergeseran Fungsi Sekolah dari Sisi Pasokan menjadi Sisi Kebutuhan Sekolah yang tadinya berdasarkan sisi pasokan (supply oriented) bergeser menjadi berdasarkan kebutuhan (demand oriented). Dalam hal ini pemerintah dan penyelenggara pendidikan harus memberikan layanan kebutuhan siswa, pendidik, tenaga kependidikan dan orang tua. Dengan demikian terjadi pergeseran orientasi yaitu ingin memberikan keterjaminan dalam layanan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan.
PD
-Social Enterprenuer -Business Enterpr. -Gov’t Enterpreneur
CERDAS
PM
Pendidikan KEWIRA USAHAAN
KOMPETITIF
PT
Pendidikan KARAKTER BANGSA
PAUD
PAUD: Pendidikan Anak Usia Dini PD: Pendidikan Dasar PM: Pendidikan Menengah PT: Pendidikan Tinggi 8
Gambar 1.1 Pembangunan Pendidikan Komprehensif (Sumber: Materi Presentasi Mendiknas dalam Rembug Nasional 2010)
1.4.6. Pengintegrasian Kebudayaan dalam Pendidikan Sebagai bentuk integrasi kebudayaan ke dalam bidang pendidikan diperlukan peningkatan pelayanan kebudayaan melalui: a.
pengayaan bahan pustaka bidang kebudayaan di bidang pendidikan;
b.
pembenahan bahan pembelajaran sejarah dan kebudayaan di bidang pendidikan;
c.
pemenuhan media pembelajaran dan apresiasi peserta didik dalam kesenian Indonesia;
d.
penguatan kurikulum bidang kebudayaan dalam pembelajaran sejarah/PPKN;
e.
peningkatan kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan dalam bidang kebudayaan.
Untuk memperkuat integrasi fungsi kebudayaan dalam pendidikan perlu penguatan budaya di masyarakat melalui pemberian fasilitasi sarana untuk sanggar/komunitas adat/sasana sarasehan, pemberdayaan lembaga kepercayaan dan komunitas adat sebagai upaya untuk menguatkan kantong-kantong budaya di daerah, kegiatan berupa pemberian fasilitasi
10
RENSTRA KEMDIKBUD 2010 - 2014
dahulu belum mempunyai standar dan kriteria yang jelas, untuk itu diperlukan pembuatan POS dan akreditasi dari lembaga kepercayaan dan komunitas adat yang akan difasilitasi. 1.4.7 Pergeseran Fungsi Kebudayaan dari Tontonan menjadi Tuntunan Kebudayaan lebih banyak tampil dan dipahami sebagai tontonan, semestinya kebudayaan untuk membangun manusia Indonesia yang berjati diri dan berkarakter sehingga fungsi kebudayaan mengarah pada kemandirian, gotong royong, toleransi sebagai wujud tuntunan dalam berbangsa dan bernegara. Untuk mengembalikan kebudayaan sebagai tuntunan dilakukan dengan upaya melalui penggalian, penanaman dan penguatan nilai/filosofi/makna kearifan lokal dalam masyarakat sehingga dapat dipetik manfaatnya. 1.4.8 Pengelolaan Kebudayaan secara Integratif Multisektor Pengelolaan kebudayaan tidak lagi menjadi domain sektor kebudayaan saja, tetapi perlu melibatkan sektor yang lain. Lingkup pengelolaan kebudayaan yang semula hanya dalam ruang yang sempit seperti candi, masjid atau bangunan kuno dan lainnya tetapi lingkupnya meluas dalam satu kawasan yang di dalamnya termasuk manusia, lingkungan, nilai dan tinggalan budaya itu sendiri. Untuk itu pengelolaan budaya yang berbasis pada pelestarian harus melibatkan berbagai pemangku kepentingan baik dari kementerian (internal dan primer) dan lembaga terkait lainnya (eksternal dan sekunder).
1.5 Landasan Hukum Landasan hukum Renstra Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Tahun 2010—2014 adalah sebagai berikut. a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; b. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak; c. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara; d. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional; e. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara; f. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara; g. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional;
RENSTRA KEMDIKBUD 2010 - 2014
11
h. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah; i.
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen;
j. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005—2025; k. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa dan Lambang Negara serta Lagu Kebangsaaan; l.
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya;
m. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2009 tentang Perfilman; n. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi; o. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota; p. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2010—2014; q. Peraturan Presiden Nomor 77 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara; r. Permendikbud Nomor 1 Tahun 2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kemdikbud.
1.6 Pilar Strategis Pilar strategis pembangunan pendidikan dan kebudayaan adalah sebagai berikut.
12
a.
pendidikan agama serta akhlak mulia;
b.
pengembangan dan pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi;
c.
proses pembelajaran yang mendidik dan dialogis;
d.
evaluasi, akreditasi dan sertifikasi pendidikan yang memberdayakan;
e.
peningkatan profesionalitas pendidik dan tenaga kependidikan;
f.
penyediaan sarana belajar yang mendidik;
g.
pembiayaan pendidikan sesuai dengan prinsip pemerataan dan berkeadilan;
h.
penyelenggaraan pendidikan yang terbuka dan merata;
i.
pelaksanaan wajib belajar;
j.
pelaksanaan otonomi satuan pendidikan;
k.
pemberdayaan peran masyarakat;
RENSTRA KEMDIKBUD 2010 - 2014
l.
pusat pembudayaan dan pembangunan masyarakat;
m. pelaksanaan pengawasan dalam sistem pendidikan nasional; n.
peningkatan kesadaran dan pemahaman jati diri dan karakter bangsa;
o.
peningkatan apresiasi masyarakat terhadap keragaman, serta kreatifitas nilai budaya, tradisi, kepercayaan,sejarah, seni, dan film;
p.
peningkatan kualitas pengelolaan, pelindungan, pengembangan, dan pemanfaatan warisan budaya;
q.
peningkatan internalisasi dan diplomasi budaya;
r.
pengembangan sumberdaya budaya;
s.
peningkatan sarana dan prasarana kebudayaan.
RENSTRA KEMDIKBUD 2010 - 2014
13
14
RENSTRA KEMDIKBUD 2010 - 2014
BAB II KONDISI UMUM PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
2.1. Analisis Kondisi Internal Lingkungan Pendidikan dan Kebudayaan Dalam menyusun Rencana Strategis Kemdikbud 2010—2014, diperlukan analisis kondisi internal pendidikan dan hasil pembangunan kebudayaan secara nasional pada periode 2007—2009 dan 2010—2011 sebagai referensi untuk mengetahui capaian dan permasalahan yang terjadi. Rangkuman hasil analisis tersebut adalah sebagai berikut. 2.1.1 Pendidikan Anak Usia Dini Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) mempunyai peran penting untuk mendorong tumbuh kembang anak Indonesia secara optimal dan menyiapkan mereka untuk memasuki jenjang pendidikan SD/MI secara lebih baik. Berbagai upaya terus dilakukan Pemerintah dan masyarakat untuk memperluas dan meningkatkan mutu penyelenggaraan PAUD. Upaya penyediaan layanan pendidikan pada jenjang PAUD telah menunjukkan peningkatan Angka Partisipasi Kasar (APK) pada kelompok usia ini telah meningkat dari 25,30% pada tahun 2007 menjadi 34,43% pada tahun 2011. Disparitas APK PAUD antarwilayah menurun dari 4,20% pada tahun 2007 menjadi 2,60% tahun 2011 (Tabel 2.1). Tabel 2.1 Capaian PAUD Tahun 2007—2011 No
Indikator Kinerja
2007
2008
2009
2010
2011
1.
APK PAUD (%)
25,30
26,50
28,03
29,60
34,43
2.
Disparitas APK antara Kabupaten dan Kota (%)
4,20
3,61
3,03
2,99
2,60
2.1.2 Pendidikan Dasar Dalam rangka memperluas akses dan pemerataan pendidikan dasar, pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk terus meningkatkan partisipasi pendidikan sekaligus menurunkan kesenjangan taraf pendidikan antarkelompok masyarakat. APK jenjang SD/MI/SDLB/Paket A terus mengalami peningkatan dari 115,71% pada tahun 2007 menjadi 115,43% pada tahun 2011. Pada periode yang sama, Angka Partisipasi Murni (APM)
RENSTRA KEMDIKBUD 2010 - 2014
15
SD/MI/SDLB/Paket A juga meningkat dari 94,90% menjadi 95,55%. Selanjutnya, pada jenjang SMP/MTs/sederajat, APK juga meningkat dari 92,52% pada tahun 2007 menjadi 99,47% pada tahun 2011, seperti terlihat pada Tabel 2.2 berikut.
No 1 2 3 4 5 6 7 8
9 10 11
Tabel 2.2 Capaian Pendidikan Dasar Tahun 2007—2011 Indikator Kinerja 2007 2008 2009 APK SD/SDLB/MI/Paket A (%) Disparitas APK SD/SDLB/MI/Paket A antara Kabupaten dan Kota(%) APM SD/SDLB/MI/Paket A (%) Rasio Guru SD/SDLB/MI/Paket A thd Siswa Guru SD/SDLB/MI/Paket A Berkualifikasi S1/D4 (%) Guru SD/SDLB/MI/Paket A Bersertifikat (%) APK SMP/SMPLB/MTs/ Paket B (%) Disparitas APK SMP/SMPLB/MTs/ Paket B antara Kabupaten dan Kota(%) Rasio Guru SMP/SMPLB/MTs/ Paket B thd Siswa Guru SMP/SMPLB/MTs/ Paket B Berkualifikasi S1/D4 (%) Guru SMP/SMPLB/MTs/ Paket B Bersertifikat (%)
2010
2011
115,71 2,40
116,56 2,28
116,95 2,20
115,33 2,15%
115,43 2,05
94,90 1:21
95,14 1:20
95,23 1:17
95,41 1:28
95,55 1:32
10,50
22,93
24,10
48,70
50,80
5,00
12,50
17,30
33,60
45,85
92,52
96,18
98,11
98,20
99,47
23,00
20,18
18,90
15,00
14,00
1:14
1:14
1:16
1:30
1:32
63,00
72,66
74,00
82,80
90,00
9,00
17,50
32,80
33,60
45,85
Peningkatan APK SD/MI/SDLB/Paket A juga diikuti dengan menurunnya disparitas APK antara kabupaten dan kota dari 2,40% pada tahun 2007 menurun menjadi 2,05% pada tahun 2011. Selanjutnya, pada periode yang sama disparitas APK SMP/SMPLB/MTs/Paket B menurun dari 23,00% menjadi 14,00%. Pada Gambar 2.1 terlihat bahwa terdapat 20 provinsi yang capaian APM SD/SDLB/MI/Paket A telah mencapai atau lebih dari APM nasional pada tahun 2011, yaitu sebesar 95,60%. Sementara itu, masih terdapat 13 provinsi yang capaian APM SD/MI/Paket A-nya di bawah APM nasional tahun 2011. Bila dilihat capaian APM SD/MI/Paket A pada tingkat kabupaten/kota, sebanyak 146 kabupaten (39% dari 373 kabupaten) dan 16 kota (17% dari 95 kota) yang capaian APM SD/SDLB/MI/Paket A di bawah
16
RENSTRA KEMDIKBUD 2010 - 2014
target nasional tahun 2009. Kondisi yang sama juga terjadi pada APK SMP/MTs/Paket B. Gambar 2.1 memperlihatkan bahwa sebanyak 14 provinsi di Indonesia yang capaian APK-nya masih di bawah APK nasional tahun 2009, dan sebanyak 19 provinsi yang capaian APK-nya telah mencapai atau melampaui APK nasional tahun 2009. Bila dilihat capaian APK SMP/MTs/Paket B pada tingkat kabupaten/kota, ternyata lebih dari setengah jumlah kabupaten di Indonesia (238 kabupaten dari 386 kabupaten atau 62%) yang capaian APK-nya masih di bawah target nasional tahun 2009. Pada tingkat kota masih ada 6 kota (6% dari 97 kota) yang capaian APK-nya masih di bawah target nasional tahun 2009.
DKI Jakarta DI Yogyakarta Bangka Belitung Bali Jawa Tengah Kepulauan Riau Maluku Utara Lampung Jawa Timur Bengkulu Banten Kalimantan Tengah Sumatera Barat Jawa Barat Kalimantan Timur Sulawesi Tenggara Sulawesi Selatan Kalimantan Selatan Sulawesi Tengah Sulawesi Utara Sumatera Utara Jambi Riau Sumatera Selatan Nusa Tenggara Timur Gorontalo Kalimantan Barat Papua Nusa Tenggara Barat Maluku Aceh Sulawesi Barat Papua Barat
DKI Jakarta DI Yogyakarta Kepulauan Riau Sumatera Barat Bali Jawa Timur Aceh Riau Nusa Tenggara Barat Jambi Bengkulu Sumatera Utara Jawa Tengah Sulawesi Utara Maluku Sulawesi Tenggara Sulawesi Selatan Maluku Utara Bangka Belitung Kalimantan Timur Lampung Jawa Barat Banten Sumatera Selatan Sulawesi Barat Gorontalo Sulawesi Tengah Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Barat Papua Nusa Tenggara Timur Papua Barat 85,00
90,00
95,00
100,00
75,00
85,00
95,00
105,00
115,00
Gambar 2.1 Sebaran APM SD/MI/Paket A dan APK SMP/MTs/Paket B tahun 2009
Dalam hal peningkatan akses pendidikan untuk jenjang SD/SDLB/MI/Paket A seperti yang terlihat pada indikator APM menunjukkan peningkatan dari waktu ke waktu, namun disparitas antarprovinsi, antarkabupaten dan antarkota masih relatif tinggi. Sementara itu, upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan tidak terlepas dari peran strategis guru. Untuk meningkatkan mutu dan relevansi pendidikan, ketersediaan pendidik yang berkualitas dan dalam jumlah yang mencukupi, serta distribusi yang merata merupakan persyaratan mutlak yang harus dipenuhi. Pada jenjang SD, secara nasional rasio guru terhadap siswa telah sangat baik, yaitu 17 siswa per guru. Namun, bila dilihat rasio tersebut di setiap provinsi, terlihat RENSTRA KEMDIKBUD 2010 - 2014
17
disparitas yang cukup lebar, yaitu dari 33 siswa per guru di Provinsi Papua hingga 13 siswa per guru di Provinsi D.I. Yogyakarta dan Provinsi Kalimantan Selatan (Gambar 2.2).
DI Yogyakarta
Gorontalo
13 13
Kalimantan Selatan Maluku
12
DI Yogyakarta
14
12
Kalimantan Selatan
13
Sulawesi Tenggara
15
Kalimantan Tengah
13
Sulawesi Tengah Kalimantan Tengah
15
Sumatera Barat
14
Sulawesi Utara
14
Gorontalo
16 16
Jambi
14
Sumatera Barat
16
Sulawesi Tenggara
Bangka Belitung Sulawesi Utara
16
Maluku
15
Sulawesi Tengah
16
Jawa Timur
14 16
Lampung
17
Sulawesi Barat
17 17
Bengkulu
17
Sumatera Selatan
17
Sumatera Selatan
Sulawesi Selatan Bengkulu
18
Bangka Belitung
18
Jawa Timur
18
18
18
Nanggroe Aceh Darussalam
19
Nanggroe Aceh Darussalam
19
Lampung
19
DKI Jakarta
19
Sulawesi Selatan
19
Kalimantan Timur
20
Riau Kalimantan Barat
Sumatera Utara
20
19
Kalimantan Barat
20
Kepulauan Riau
21 21
Kepulauan Riau
20
DKI Jakarta
21
Sulawesi Barat
Sumatera Utara
21
Bali
21
Nusa Tenggara Barat Jambi
21
Nusa Tenggara Barat
21
22
Bali
24
Jawa Barat
24
Maluku Utara
26 27
Papua Barat Nusa Tenggara Timur Papua 15
20
22
25
30
22
Jawa Tengah
23
Maluku Utara
23 25 27
Banten
33 10
22
Papua Barat
Nusa Tenggara Timur
30
5
22
Kalimantan Timur
Jawa Barat
30
0
Riau
Papua
25
Jawa Tengah Banten
20
35
28 0
5
10
15
20
25
30
(a) SD/MI (b) SMP/MTs Gambar 2.2 Rasio Guru terhadap Siswa SD/MI dan SMP/MTs tahun 2008
Pada jenjang SMP secara nasional rasio guru terhadap siswa telah mencapai 16 siswa per guru, tetapi jika dilihat data per provinsi, tampak disparitas rasio guru terhadap siswa yang cukup lebar antarprovinsi. Hal ini terlihat pada Gambar 2.3. Rasio guru terhadap siswa di Provinsi Gorontalo dan Provinsi D.I. Yogyakarta telah mencapai 12 siswa per guru, sementara di Provinsi Nusa Tenggara Timur dan di Provinsi Banten rasio guru terhadap siswa adalah masing-masing 27 dan 28 siswa per guru. Bila rasio guru terhadap siswa di Indonesia dibandingkan dengan rasio guru terhadap siswa di negara-negara lain, secara nasional, rasio guru terhadap siswa di Indonesia pada jenjang SD sudah mendekati rasio di negara-negara maju seperti Jepang, Inggris, dan Amerika Serikat (Gambar 2.3). Sementara itu, pada jenjang SMP, bahkan lebih baik dibandingkan dengan rasio di Amerika Serikat dan Inggris. Namun, disparitas rasio guru terhadap siswa antarprovinsi di Indonesia khususnya pada jenjang pendidikan dasar masih sangat lebar. Upaya pemerintah dalam membangun akses dan mutu pendidikan khusus dan layanan khusus di Indonesia salah satunya dengan menyediakan sarana dan prasarana yang
18
RENSTRA KEMDIKBUD 2010 - 2014
memadai untuk tiap jenjang pendidikan, sarana yang dimaksud diantaranya adalah ruang kelas, sekolah baru, laboratorium dan perpustakaan. Pada jenjang pendidikan dasar, pendidikan karakter dimaknai sebagai pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, dan pendidikan watak yang tujuannya mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memberikan keputusan baik-buruk, memelihara apa yang baik itu, dan mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati. Komitmen nasional tentang perlunya pendidikan karakter, secara imperatif tertuang dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Dalam Pasal 3 undang-undang tersebut dinyatakan bahwa “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”. SD
SMP
Cambodia
56.24
India Philippine s
34.93
Korea, Rep
Philippines
31.26
Lao PDR
25.66 25.59
30.77
Thailand
Lao PDR
30.64
Cambodia
10
20
14.92
Japan
14.81 0
16.00
US
17.00
US
17.72
Indonesia
17.10
Indone sia
18.24
Malaysia
18.92
UK
18.61
Korea, Rep
19.56
Malaysia
19.05
China
20.68
Japan
21.52
UK
21.05
Thailand
24.86 23.59
Mongolia
24.65
China
32.32
Vietnam
Mongolia
Vietnam
37.09
India
41.33
30
40
50
60
13.22 0
5
10
15
20
25
30
35
40
Catatan: Untuk Indonesia data termasuk MI dan MTs dengan status tahun 2009 Gambar 2.3 Perbandingan Rasio Guru terhadap Siswa di Berbagai Negara Tahun 2007
2.1.3 Pendidikan Menengah APK SMA/SMALB/SMK/MA/MAK/Paket C mengalami peningkatan dari 69,60% pada tahun 2009 menjadi 76,40% pada tahun 2011 (Lihat Tabel 2.3). Pada periode yang sama, peningkatan angka partisipasi pendidikan jenjang menengah tersebut juga diikuti dengan menurunnya disparitas APK antara kabupaten dan kota dari 31,20% menjadi 29,00%.
RENSTRA KEMDIKBUD 2010 - 2014
19
Tabel 2.3 Capaian Pendidikan Menengah Tahun 2007—2011 Indikator Kinerja 2007 2008 2009
No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
APK SMA/SMALB/SMK/MA/MAK/ Paket C (%) Disparitas APK antara Kabupaten dan Kota(%) Sekolah Berbasis Keunggulan Lokal– SMA Sekolah Berbasis Keunggulan Lokal– SMK Rasio Kesetaraan Gender (%) Rasio Guru SMA/SMLB/ MA/PAKET C thd Siswa Rasio Guru SMK/MAK terhadap Siswa Guru SM/MA Bekualifikasi S1/D4 (%) Guru SM/MA Bersertifikat (%) Proporsi Lulusan SMP/MTs dan SMA/SMK/MA Tidak Melanjutkan yang mengikuti PKH (%)
2010
2011
60,51
64,28
69,60
70,53
76,40
31,20
29,97
29,20
29,18
29,00
100
100
100
100
100
317
341
346
350
367
94,60 1:17
95,60 1:15
95,90 1:15
96,51 1:16
96,83 1:17
1:26
1:25
1:16
1:25
1:28
86,50 11,00 12,50
88,06 24,00 16,40
89,05 37,50 18,99
90,35 38,85 19,30
91,88 40,00 20,00
Dibandingkan dengan jenjang pendidikan dasar, disparitas pendidikan pada jenjang menengah terlihat sebaran yang lebih besar antarprovinsi, yaitu dari yang tertinggi sebesar 119,4% di Provinsi DKI Jakarta sampai yang terendah sebesar 57,4% di Provinsi Sulawesi Tengah. Pada Gambar 2.4 terlihat bahwa sebanyak 15 provinsi memiliki APK SMA/SMK/MA/MAK/Paket C di bawah APK nasional tahun 2009. Sementara itu, pada tingkat kabupaten/kota, masih ada 204 kabupaten dan 4 kota yang capaian APK-nya masih berada di bawah target nasional tahun 2009. Hal ini menunjukkan bahwa pada jenjang pendidikan menengah, disparitas akses pendidikan antarprovinsi, antarkabupaten, dan antarkota masih cukup lebar.
20
RENSTRA KEMDIKBUD 2010 - 2014
DKI Jakarta
119,4
D.I Yogyakarta Sulawesi Tenggara Sulawesi Utara Jawa Tengah Bangka Belitung Bali Sumatera Barat Jawa Barat Sulawesi Selatan Bengkulu
101,3 92,2 91,1 89,5 87,5 87,5 86,4 84,0 82,3 81,2
Riau Papua Nusa Tenggara Barat Kepulauan Riau Kalimantan Selatan Maluku Utara Banten Jawa Timur Papua Barat Kalimantan Tengah
80,0 78,6 77,6 75,0 72,3 71,8 70,3 68,5 65,8 64,6
Kalimantan Timur Maluku Gorontalo Kalimantan Barat Aceh Sulawesi Barat Nusa Tenggara Timur Lampung Jambi Sumatera Selatan
64,1 64,1 63,5 62,7 61,8 61,7 61,5
APK Nasional =69,6
61,1 59,9 57,6
Sumatera Utara Sulawesi Tengah
57,5 57,4
55
65
75
85
95
105
115
125
Gambar 2.4 Sebaran APK SMA/SMK/MA/Paket C Tahun 2009
Pada jenjang pendidikan menengah (SMA/MA dan SMK/MAK) rasio guru terhadap siswa secara nasional masing-masing telah mencapai 15 dan 16 guru per siswa. Namun, seperti halnya pada SD/MI dan SMP/MTs sebaran guru antarprovinsi tidak merata. Gambar 2.5 menunjukkan provinsi-provinsi dengan rasio guru terhadap siswa yang sangat baik seperti di Provinsi Sulawesi Utara, Provinsi D.I. Yogyakarta, dan Provinsi Gorontalo (12 siswa per guru) pada SMA/MA, dan di Provinsi Maluku (11 siswa per guru) pada SMK/MAK. Sementara itu, rasio guru terhadap siswa SMA/MA di Provinsi Papua Barat adalah 29 guru per siswa, dan rasio guru terhadap siswa SMK/MAK di Provinsi Aceh adalah 49 siswa per guru dan bahkan di Provinsi Sulawesi Utara adalah 54 siswa per guru. Hasil yang sama juga terjadi pada program sekolah/madrasah berbasis keunggulan lokal. Hingga tahun 2008 telah dikembangkan sebanyak 100 SMA dan 341 SMK berbasis keunggulan lokal.
RENSTRA KEMDIKBUD 2010 - 2014
21
Sulawesi Utara
12
DI Yogyakarta
Maluku 12
Gorontalo
12
12
Sulawesi Tenggara
12 13
Riau
13
Kalimantan Tengah
Sumatera Barat
13
Sumatera Barat
Sulawesi Tenggara
14
Maluku
14
Kalimantan Tengah
15
14
Gorontalo
15
Bangka Belitung
16
Jambi
18
Kepulauan Riau
18
14
DKI Jakarta
11
DI Yogyakarta
Lampung
15
Kalimantan Barat
19
Sulawesi Tengah
16
Papua
19
Jambi
16
Maluku Utara
19
Sulawesi Selatan
16
Kalimantan Selatan
20
Papua Barat
20
Riau
20
Sulawesi Barat
17
Nanggroe Aceh Darussalam
17
Jawa Timur
17
Nusa Tenggara Timur
21
Bali
17
Sumatera Selatan
21
Bangka Belitung
18
Bengkulu
21
Sumatera Selatan
18
Lampung
22
Kepulauan Riau
18
Sumatera Utara
Papua
18
DKI Jakarta
24
Bengkulu
18
Sulawesi Tengah
24
Bali
24
Sulawesi Barat
25
Jawa Barat
18
Kalimantan Selatan
19
Nusa Tenggara Barat
Sulawesi Selatan
19
Sumatera Utara Kalimantan Timur Jawa Tengah
22
Banten
23
Maluku Utara Nusa Tenggara Timur
34
Jawa Tengah
34
Banten
Papua Barat
29 20
25
35
Nanggroe Aceh Darussalam
26
15
29
Kalimantan Timur
24
10
27
Nusa Tenggara Barat
21
Kalimantan Barat
26
Jawa Timur
20
5
25
Jawa Barat
20
0
24
49
Sulawesi Utara
54 0
30
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
55
(a). SMA (b). SMK Gambar 2.5 Rasio Guru terhadap Siswa SMA & SMK Tahun 2008
Selain itu, rasio lulusan SMP/MTs dan SMA/SMK/MA Tidak Melanjutkan mengikuti Pendidikan
Kecakapan
Hidup
(PKH)
juga
menunjukkan
perkembangan
yang
menggembirakan. Pada tahun 2009, rasio ini mencapai 18,99% atau jauh di atas target nasional yang ditetapkan, yaitu 15%. 2.1.4 Pendidikan Tinggi Pada jenjang pendidikan tinggi terjadi peningkatan APK dari 17,25% pada tahun 2007 menjadi 27,10% pada tahun 2011. Perkembangan proporsi dosen berkualifikasi S2/S3 secara umum menunjukkan peningkatan, yaitu dari 50,60% pada tahun 2007 meningkat menjadi 80,90% pada tahun 2011. Sertifikasi dosen baru dilaksanakan pada tahun 2008 dan pada tahun 2009 proporsi yang bersertifikat mencapai 7,50%. Jumlah perguruan tinggi yang berhasil mencapai peringkat 500 terbaik peringkat dunia, perkembangannya dari tahun 2007 sampai tahun 2011 mengalami fluktuasi. Publikasi internasional oleh dosen perguruan tinggi terus mengalami peningkatan. Selama periode tahun 2007—2011 terjadi peningkatan jumlah publikasi internasional menjadi sebesar 65,00% tahun 2011. Statistik tentang paten dan publikasi internasional ini juga
22
RENSTRA KEMDIKBUD 2010 - 2014
menunjukkan bahwa iklim penelitian yang berkualitas semakin membaik. Rasio gender pada jenjang pendidikan tinggi juga meningkat dari 95,80% pada tahun 2007 menjadi 108,90% pada tahun 2011 menunjukkan partisipasi perempuan yang mengikuti jenjang pendidikan tinggi lebih tinggi dari laki-laki. Capaian indikator kinerja pendidikan tinggi disajikan pada Tabel 2.4. Tabel 2.4 Capaian Pendidikan Tinggi Tahun 2007—2011 No 1 2 3 4 5 6 7
Indikator Kinerja APK Pendidikan Tinggi (%) Dosen Berkualifikasi S2/S3 (%) Dosen Bersertifikat Pendidik (%) Perguruan Tinggi Top 500 dunia (peringkat) Persentase kenaikan Publikasi Internasional (%) Rasio Kesetaraan Gender (%) Jumlah paten yang didapatkan
2007
2008
2009
2010
2011
17,25 50,60 -
17,75 52,00 7,40
18,36 56,30 7,50
25,43 72,30 15,00
27,01 80,90 21,90
5
3
4
3
4
40,00
50,00
56,00
60,00
65,00
95,80 15
111,80 43
108,10 65
107,00 76
108,90 85
Catatan: APK Pendidikan Tinggi dihitung dengan dasar populasi usia 19-23 tahun
Pendidikan tinggi sebagai bagian dari sistem pendidikan nasional memiliki peran strategis dalam mencerdaskan kehidupan bangsa dan memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan memperhatikan dan menerapkan nilai humaniora serta pembudayaan dan pemberdayaan bangsa Indonesia yang berkelanjutan. Selain itu pendidikan tinggi juga meningkatkan daya saing bangsa dalam menghadapi globalisasi di segala bidang, mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi serta menghasilkan intelektual, ilmuwan, dan/atau profesional yang berbudaya dan kreatif, toleran, demokratis, berkarakter tangguh, serta berani membela kebenaran untuk kepentingan bangsa. Dalam mewujudkan keterjangkauan dan pemerataan yang berkeadilan dalam memperoleh pendidikan tinggi yang bermutu dan relevan dengan kepentingan masyarakat bagi kemajuan, kemandirian, dan kesejahteraan, diperlukan penataan pendidikan tinggi secara terencana, terarah, dan berkelanjutan dengan memperhatikan aspek demografis dan geografis. Selanjutnya untuk menjamin penyelenggaraan pendidikan tinggi diperlukan pengaturan sebagai dasar dan kepastian hukum, pemerintah pada tanggal 10 Agustus 2012 telah menetapkan Undang-Undang Nomor. 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi yang antara
RENSTRA KEMDIKBUD 2010 - 2014
23
lain mengatur: penyelenggaraan pendidikan tinggi; penjaminan mutu; fungsi dan peran, bentuk, pendirian, organisasi penyelenggara, pengelolaan, ketenagaan, kemahasiswaan, akuntabilitas, dan pengembangan perguruan tinggi. Di samping itu Undang-undang dimaksud mengatur tentang pendanaan dan pembiayaan, penyelenggaraan pendidikan tinggi oleh lembaga negara lain, peran serta masyarakat, sanksi administratif, serta ketentuan pidana. Khusus untuk Akademi komunitas telah diatur pada bagian kedua tentang Bentuk Perguruan Tinggi, yaitu pasal 56 ayat 7 yang menyatakan bahwa Akademi komunitas merupakan perguruan tinggi yang menyelenggarakan pendidikan vokasi setingkat diploma satu dan/atau diploma dua dalam satu atau beberapa cabang ilmu pengetahuan dan/atau teknologi tertentu yang berbasis keunggulan lokal atau untuk memenuhi kebutuhan khusus. 2.1.5 Pendidikan Nonformal Pendidikan nonformal mempunyai peranan penting untuk mengembangkan potensi peserta didik dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan fungsional untuk mendukung pendidikan sepanjang hayat. Pendidikan nonformal dan informal juga menunjukkan perkembangan yang menggembirakan. Angka buta aksara penduduk usia 15 tahun ke atas menurun dari 7,20% pada tahun 2007 menjadi 4,66% pada tahun 2011. Rasio kesetaraan gender angka buta aksara pada pendidikan nonformal juga membaik, yaitu dari 94,90% pada tahun 2007 menjadi 98,50% pada tahun 2011 (Tabel 2.5). Tabel 2.5 Capaian Pendidikan pada Jalur Pendidikan Nonformal Tahun 2007—2011 No 1. 2.
Indikator Kinerja Angka Buta Aksara Penduduk > 15 Tahun (%) Rasio Kesetaraan Gender Buta Aksara (%)
2007
2008
2009
2010
2011
7,20
5,97
5,30
4,79
4,66
94,90
96,80
97,80
98,00
98,50
Selain itu pendidikan nonformal juga mengembangkan pendidikan kursus dan pelatihan kerja yang telah mampu memberikan bekal pengetahuan, sikap dan keterampilan kepada masyarakat untuk mengembangkan diri, mengembangkan profesi, bekerja, usaha mandiri, dan/atau melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Salah satu fungsi kursus dan pelatihan adalah memberikan pendidikan kecakapan hidup agar lulusannya dapat bekerja pada orang lain atau berusaha mandiri. Kemampuan kursus dan pelatihan ini ditunjukkan
24
RENSTRA KEMDIKBUD 2010 - 2014
dengan menurunnya jumlah pengangguran yang merupakan konstribusi kursus dan pelatihan. Mengacu pada data BPS tahun 2010, jumlah angkatan kerja mencapai 116 juta jiwa sedangkan pengangguran terbuka sebanyak 8,59 juta jiwa atau 7,37%. Dibanding data pengangguran tahun 2009 sebesar 9,26 juta jiwa atau 8,19% dari angkatan kerja sebesar 113,74 juta jiwa, terjadi penurunan 0,82% dalam setahun atau 670,000 jiwa. Berdasarkan kenyataan
tersebut,
perlu
segera
dilakukan
langkah-langkah
Strategis
melalui
pengembangan program yang secara langsung dapat mengurangi bahkan menuntaskan pengangguran. Penanganan masalah pengangguran akan berdampak pada penurunan angka kemiskinan dan tindak kriminal. Program pendidikan kecakapan hidup adalah salah satu solusi yang tepat dalam menanggulangi masalah pengangguran sekaligus kemiskinan dan tindak kejahatan. Kursus dan pelatihan telah melakukan penataan untuk mendukung program pemerintah mengurangi pengangguran, diantaranya penataan kelembagaan kursus dan pelatihan, penguatan SDM, penyusunan standar-standar, revitalisasi kelembagaan, kerja sama dengan dunia usaha dan industri, dan pemanfaatan IT dalam penyelengaraan. Strategi ini dilakukan untuk meningkatkan lulusan yang bermutu. 2.1.6 Pelestarian dan Pengelolaan Kebudayaan Sampai dengan tahun 2009 telah diakukan 757 penelitian arkeologi yang mencakup ditemukannya beberapa situs-situs tinggalan budaya dan arkeologi yang memperkaya ilmu pengetahuan dan teknologi dari Peradaban Majapahit: Pola Tata Kota Klasik Trowulan di Situs Kota Kuna Trowulan; Situs manusia purba Floresiensis dan budayanya di NTT dan di Situs Sangiran; Peradaban masa Sriwijaya (trade dan maritim); Peradaban awal masa sejarah di Nusantara; Penemuan 4 kerangka manusia Berusia 3000 tahun di Situs Baturaja; dll. Selain itu juga telah dilakukan penelitian kebudayaan, yang menghasilkan dan telah dimanfaatkan dalam rangka pembangunan kebudayaan antara lain: penelitian integratif perlindungan dan pengembangan kawasan karst dan masyarakat adat; kajian kebijakan kebudayaan di daerah perbatasan; penelitian budaya kontemporer; penelitian etnografi indonesia; serta ensiklopedia keris nusantara. Dalam rangka mempertahankan jati diri bangsa dan pengembangan toleransi terhadap keragaman budaya melalui penerapan nilai-nilai Pancasila dan penyerapan nilai-nilai universal dilakukan untuk menghadapi beberapa permasalahan utama sebagai berikut: a) lemahnya kemampuan bangsa dalam mengelola keragaman budaya; b) terjadinya krisis jati
RENSTRA KEMDIKBUD 2010 - 2014
25
diri (identitas) nasional; dan c) kurangnya kemampuan bangsa dalam mengelola kekayaan budaya yang bersifat fisik/benda (tangible) dan yang bukan bersifat fisik/tak benda (intangible). Untuk mengatasi permasalahan tersebut, dilaksanakan penguatan jati diri bangsa dan pelestarian budaya yang dilakukan melalui empat fokus prioritas yaitu penguatan jati diri dan karakter bangsa yang berbasis pada keragaman budaya, peningkatan apresiasi terhadap keragaman serta kreativitas seni dan budaya, peningkatan kualitas perlindungan, penyelamatan, pengembangan dan pemanfaatan warisan budaya, serta pengembangan sumber daya budaya. 2.1.7 Tata Kelola Penguatan tata kelola di tingkat satuan pendidikan dilakukan melalui penerapan manajemen berbasis sekolah (MBS) yang ditujukan untuk meningkatkan kemandirian, kemitraan, keterbukaan, akuntabilitas, dan peran serta masyarakat. Untuk meningkatkan standar dan kualitas tata kelola pendidikan baik di tingkat pusat maupun di tingkat daerah, telah disusun PP Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan dan Permendiknas Nomor 15 Tahun 2010 tentang Standar Pelayanan Minimal Pendidikan Dasar di Kabupaten/Kota. Pada jenjang pendidikan tinggi, upaya pengembangan sistem tata kelola penyelenggaraan pendidikan yang transparan dan akuntabel telah dilaksanakan secara bertahap sejak tahun 1990-an melalui pembiayaan berbasis kompetisi. Seiring dengan meningkatnya komitmen dari semua pihak untuk mendanai pendidikan, sejak tahun 2009 anggaran pendidikan sebesar 20% dari APBN seperti yang diamanatkan UUD 1945 telah terpenuhi. Dengan dipenuhinya komitmen tersebut, anggaran pendidikan dalam APBN meningkat signifikan dari tahun 2005 yang baru mencapai Rp 81,25 triliun menjadi Rp 207,4 triliun pada tahun 2009 yang dialokasikan melalui belanja pemerintah pusat dan transfer daerah. Di samping itu, kemitraan antara pemerintah dan swasta dalam pendanaan pendidikan juga terus mengalami perkembangan. Untuk memperjelas peran pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat dalam pendanaan pendidikan telah disusun PP Nomor 48 Tahun 2008 tentang Pendanaan Pendidikan. Pada tahun 2010 dana BOS dikelola oleh Pusat dan penyalurannya dilakukan melalui Tim BOS setiap provinsi yang mentransfer dana BOS langsung ke sekolah dalam bentuk blockgrant dan dikelola dengan prinsip Manajemen Berbasis Sekolah (MBS). Unit cost BOS tahun 2010 sebesar Rp397.000,00 (SD) dan Rp570.000,00 (SMP).
26
RENSTRA KEMDIKBUD 2010 - 2014
Pada tahun 2011, mekanisme penyaluran dana BOS dilakukan melalui Transfer Daerah ke Kabupaten/Kota (masuk Kas Umum Daerah Kabupaten/Kota) yang kemudian hanya dapat disalurkan langsung ke sekolah swasta. Untuk sekolah negeri penyalurannya harus melalui dinas pendidikan dan mengikuti tata cara pengelolaan keuangan daerah. Hal inilah yang menyebabkan penyalurannya terlambat. Unit cost BOS tahun 2011 sebesar Rp397.000,00 (SD) dan Rp570.000,00 (SMP). Pada tahun 2012, mekanisme penyaluran diperbaiki, yakni melalui transfer daerah ke provinsi (masuk kas umum daerah provinsi) yang kemudian dapat disalurkan ke sekolah dalam bentuk hibah. Di samping itu, unit cost BOS tahun 2012 juga dinaikkan: “Unit cost BOS tahun 2012 dinaikkan dari Rp397.000,00 menjadi Rp580.000,00 (SD) dan dari Rp570.000,00 menjadi Rp710.000,00 per siswa per tahun (SMP). Ini untuk menjamin Pendidikan Dasar yang Bebas Pungutan ”. Program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) yang kini penyalurannya makin lancar dan akuntabel dengan menekankan pada kriteria 4T (tepat waktu, tepat jumlah, tepat sasaran, dan tepat penggunaan atau pemanfaatan)”. Mulai tahun 2012 ini bantuan operasional sekolah ini di samping diberikan kepada sekolah dasar dan sekolah menengah pertama di seluruh Indonesia
juga diberikan kepada anak-anak tenaga kerja Indonesia (TKI) yang
bersekolah di tempat orangtuanya bekerja di luar negeri. Penyaluran menjadi lancar karena kini polanya diubah, sehingga pada tahun 2012 ini tidak ditemukan lagi kendala sebagaimana tahun-tahun sebelumnya. Melalui mekanisme hibah, kini penyaluran dana BOS tahun 2012 lebih lancar. Pencairan triwulan keempat periode Oktober-Desember, per 25 Oktober lalu berdasarkan pantauan SP2D (surat perintah pencairan dana) sudah mencapai 94,15 persen tersalurkan ke rekening sekolah. Bahkan untuk daerah terpencil, karena pola penyalurannya per enam bulanan, penyaluran untuk triwulan keempat Oktober-Desember sudah pula diberikan ke sekolah pada periode Juli-September. Ini artinya upaya untuk memenuhi kriteria penyaluran 4T.
2.2 Analisis Kondisi Eksternal Lingkungan Pendidikan dan Kebudayaan Pembangunan pendidikan dan kebudayaan sangat dipengaruhi oleh kondisi eksternal seperti sosial budaya, ekonomi, teknologi, dan politik. Beberapa pengaruh kondisi eksternal terhadap pendidikan dan kebudayaan dapat dijelaskan sebagai berikut.
RENSTRA KEMDIKBUD 2010 - 2014
27
2.2.1 Sosial, Budaya dan Lingkungan Kondisi sosial, budaya dan lingkungan yang mempengaruhi pembangunan pendidikan dan kebudayaan dalam kurun waktu lima tahun mendatang antara lain seperti berikut ini. a.
jumlah penduduk yang makin tinggi menempatkan Indonesia dalam posisi yang semakin penting dalam percaturan global. Di Indonesia fenomena ini terjadi karena proses transisi demografi yang berkembang sejak beberapa tahun lalu dipercepat oleh keberhasilan kita menurunkan tingkat fertilitas, meningkatkan kualitas kesehatan dan suksesnya program-program pembangunan sejak era Orde Baru hingga sekarang. Dengan demikian Indonesia memiliki bonus demografi yang merupakan bonus atau peluang (window of opportunity) yang dinikmati suatu negara sebagai akibat dari besarnya proporsi penduduk produktif (rentang usia 15—64 tahun) dalam evolusi kependudukan yang dialaminya. Kemudian muncul parameter yang disebut “rasio ketergantungan” (dependency ratio), yaitu rasio yang menunjukkan perbandingan antara kelompok usia produktif dan nonproduktif. Rasio ini sekaligus menggambarkan berapa banyak orang usia nonproduktif yang hidupnya harus ditanggung oleh kelompok usia produktif. Semakin rendah angka rasio ketergantungan suatu negara, negara tersebut semakin berpeluang mendapatkan bonus demografi sebagai modal pembangunan di masa mendatang. Hal ini dapat dilihat pada gambar 2.6 sebagai berikut:
Gambar 2.6 Bonus Demografi sebagai Modal
28
RENSTRA KEMDIKBUD 2010 - 2014
b.
angka HDI Indonesia meningkat dari tahun ke tahun tetapi masih di bawah mayoritas negara di Asia Tenggara;
c.
masih tingginya kesenjangan antargender, antara penduduk kaya dan miskin, antara perkotaan dan perdesaan, antara wilayah maju dan wilayah tertinggal;
d.
masih rendahnya peringkat Indeks Pembangunan Gender Indonesia yang menduduki urutan ke-93 dari 177 negara (UNDP 2007/2008);
e.
perubahan gaya hidup yang konsumtif dan rendahnya kesadaran masyarakat yang berpotensi menurunkan kualitas lingkungan;
f.
adanya ketidakseimbangan sistem lingkungan akibat pencemaran oleh industri, pertanian, dan rumah tangga;
g.
masih rendahnya pemanfaatan keanekaragaman hayati yang dapat menjadi alternatif sumber daya termasuk penelitian-penelitian yang dapat berpotensi menghasilkan Hak atas Kekayaan Intelektual (HAKI); dan
h.
masih rendahnya kualitas SDM Indonesia untuk bersaing di era ekonomi berbasis pengetahuan (Knowledge-Based Economy).
2.2.2 Ekonomi Kondisi ekonomi yang mempengaruhi pembangunan pendidikan dan kebudayaan dalam kurun waktu lima tahun mendatang antara lain adalah (1) Tingginya angka kemiskinan dan pengangguran; (2) masih adanya kesenjangan pertumbuhan ekonomi antarwilayah; (3) masih banyak basis kekuatan ekonomi yang mengandalkan upah tenaga kerja yang murah dan ekspor bahan mentah dari eksploitasi sumber daya alam tak terbarukan; (4) semakin meningkatnya daya saing Indonesia yang perlu diikuti dengan peningkatan kemampuan tenaga kerja; (5) munculnya ancaman raksasa ekonomi global seperti Cina dan India dan semakin luasnya perdagangan bebas yang mengancam daya saing perekonomian nasional; (6) masih rendahnya optimalisasi pendayagunaan sumber daya ekonomi yang berasal dari sumber daya alam; (7) pertumbuhan ekonomi Indonesia yang relatif tinggi, baik yang sudah berjalan maupun yang direncanakan, perlu didukung dengan penyiapan tenaga kerja yang memadai; dan (8) ancaman masuknya tenaga terampil menengah dan tenaga ahli dari negara lain; serta (9) pertumbuhan ekonomi, pada tahun 2014 diproyeksikan APBN akan mencapai Rp1.678,4 triliun dengan asumsi pertumbuhan ekonomi mencapai 8% dan tingkat inflasi 4,8%, sehingga 20% anggaran pendidikan dari APBN tahun 2014 diperkirakan
RENSTRA KEMDIKBUD 2010 - 2014
29
mencapai Rp349,2 triliun. Perincian mengenai hal tersebut dapat dilihat pada tabel 2.6 sebagai berikut. Tabel 2.6 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi dan APBN terhadap Anggaran Fungsi Pendidikan Tahun 2010—2014 Komponen Anggaran (RpMilyar) Anggaran Fungsi 2010* 2011** 2012 2013 2014 Pendidikan Pertumbuhan 5,5% 6,5% 7,0% 7,5% 8,0% Ekonomi Inflasi 5,1% 5,3% 5,0% 4,5% 4,8% APBN 1.126.146,50 1.229.558,47 1.319.999,80 1.482.854,77 1.678.354,34 Anggaran Fungsi 225.229,40 246.272,10 281.457,60 312.163,90 349.325,57 Pendidikan (20%) (20%) (21%) (21%) (21%) Catatan: Perkiraan Anggaran Fungsi Pendidikan tahun 2012-2014 merupakan angka perkiraan (baseline); *) merupakan APBNP tahun 2010; **) bersumber dari UU APBN 2011
2.2.3 Teknologi Kondisi teknologi yang mempengaruhi pembangunan pendidikan dan kebudayaan dalam kurun waktu lima tahun mendatang antara lain adalah (1) kesenjangan literasi TIK antarwilayah, (2) kebutuhan akan penguasaan dan penerapan iptek dalam rangka menghadapi tuntutan global, (3) terjadinya kesenjangan antara perkembangan teknologi dan penguasaan iptek di lembaga pendidikan, (4) semakin meningkatnya peranan TIK dalam berbagai aspek kehidupan termasuk dalam bidang pendidikan, (5) semakin meningkatnya kebutuhan untuk melakukan berbagi pengetahuan dengan memanfaatkan TIK, (6) perkembangan internet yang menghilangkan batas wilayah dan waktu untuk melakukan komunikasi dan akses terhadap informasi, dan (7) perkembangan internet yang membawa dampak negatif terhadap nilai dan norma masyarakat serta memberikan peluang munculnya plagiarisme dan pelanggaran HAKI. 2.2.4 Politik, Pertahanan dan Keamanan Kondisi politik, pertahanan dan keamanan yang mempengaruhi pembangunan pendidikan dan kebudayaan dalam kurun waktu lima tahun mendatang antara lain adalah (1) ketidakstabilan politik serta pertahanan dan keamanan yang mengancam kehidupan bermasyarakat dan bernegara, (2) ketidakselarasan peraturan perundangan yang berdampak pada penyelenggaraan pendidikan, (3) kebutuhan pendidikan politik untuk mendorong kesadaran masyarakat dalam berdemokrasi, (4) implementasi otonomi daerah yang mendorong kemandirian dan berkembangnya kearifan lokal, (5) terjadinya penyimpangan-
30
RENSTRA KEMDIKBUD 2010 - 2014
penyimpangan dalam implementasi otonomi daerah, (6) keterlambatan penerbitan turunan peraturan perundangan yang berdampak pada bidang pendidikan dan kebudayaan, (7) ancaman disintegrasi bangsa akibat dari ketidakdewasaan dalam berdemokrasi, (8) ideologi negara sebagai pemersatu bangsa dan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan, dan (9) komitmen pemenuhan pendanaan pendidikan minimal 20% dari APBN dan APBD sesuai dengan UUD 1945 Pasal 31 ayat (4).
2.3 Permasalahan dan Tantangan Pembangunan Pendidikan dan Kebudayaan 2010-2014 Pembangunan pendidikan dan kebudayaan yang dilaksanakan oleh pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan masyarakat hingga tahun 2009 menunjukkan keberhasilan yang sangat nyata, seperti yang telah diuraikan di atas. Namun masih dijumpai beberapa permasalahan dan tantangan penting yang akan dihadapi pembangunan pendidikan dan kebudayaan pada periode tahun 2010-2014 sebagai berikut. 2.3.1. Permasalahan Pembangunan Pendidikan dan kebudayaan Sejumlah permasalahan pendidikan dan kebudayaan yang perlu mendapat perhatian dalam kurun waktu lima tahun mendatang antara lain adalah sebagai berikut. a. Ketersediaan pelayanan PAUD yang berkualitas masih terbatas Tingkat capaian pelayanan PAUD baru mencapai 28,03% pada tahun 2009 dengan disparitas dan kualitas yang bervariasi antardaerah. Belum optimalnya pelaksanaan PAUD nonformal dan informal terutama dalam memberikan layanan pengembangan anak usia 0—6 tahun serta masih kurangnya pendidikan orang tua dalam hal pengasuhan anak (parenting education), dan masih rendahnya peran orang tua serta masyarakat dalam pengembangan program Taman Kanak-kanak (TK) usia 4—6 tahun, taman penitipan anak, kelompok bermain, dan satuan PAUD sejenis (SPS) antara lain yaitu Pos PAUD, SPS Taman Pendidikan Alquran (TPA), SPS Taman Asuh Anak Muslim (TAAM), SPS Minggu terintegrasi dengan kegiatan umat Kristen (usia 0—4 tahun). b. Kepastian memperoleh layanan pendidikan dasar bermutu belum sepenuhnya dapat diwujudkan Berbagai keberhasilan telah dicapai sampai dengan tahun 2009, terutama dalam dalam hal akses
pendidikan dasar menunjukkan kemajuan penting. Namun kepastian
penduduk usia sekolah untuk memperoleh layanan pendidikan dasar yang bermutu dan
RENSTRA KEMDIKBUD 2010 - 2014
31
merata masih merupakan permasalahan penting yang dihadapi dalam pembangunan pendidikan tahun 2010—2014. Kondisi ini antara lain terlihat pada tingkat disparitas antardaerah dan antarkelompok sosial-ekonomi yang masih cukup tinggi untuk SMP/SMPLB/MTs. Selain itu, angka putus sekolah pada jenjang pendidikan dasar masih cukup tinggi. Pada tahun 2009, angka putus sekolah untuk SD/SDLB/MI/Paket A adalah sebesar 1,70% dari seluruh jumlah siswa dan untuk SMP/SMPLB/MTs/Paket B adalah sebesar 1,90% dari seluruh jumlah siswa. Sementara angka melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi untuk SD adalah
90% untuk SMP adalah sebesar 89,90%.
Selanjutnya, cakupan pemberian beasiswa bagi siswa miskin baru menjangkau 47,50% dari siswa miskin SD/MI dan 40,40% dari siswa miskin SMP/MTs yang ada. Sementara itu, peningkatan mutu pendidikan dasar masih terkendala oleh permasalahan distribusi yang tidak merata dan kualitas guru yang masih terbatas. Meskipun pada tingkat nasional rasio guru terhadap siswa cukup baik, distribusi guru masih terkonsentrasi di daerah perkotaan. Kualitas rata-rata guru pendidikan dasar juga masih rendah. Hingga tahun 2009, baru sekitar 24,6% dari guru SD/SDLB/MI yang berkualifikasi S1/D4, sementara pada jenjang pendidikan SMP/SMPLB/MTs baru mencapai 73.4%, serta hanya 70% dari guru SMP memiliki bidang keahlian pendidik yang sesuai dengan mata pelajaran yang diampunya. Kondisi pendidik dan tenaga kependidikan, sarana dan prasarana pendidikan serta penerapan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) juga belum sepenuhnya dapat diwujudkan seperti yang ditetapkan dalam Standar Pelayanan Minimal (SPM). c. Ketersediaan, keterjangkauan, kualitas, dan relevansi pendidikan jenjang menengah masih belum memadai APK jenjang pendidikan menengah terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2009, APK jenjang pendidikan menengah telah mencapai 69,60%. Namun, akses pendidikan menengah di Indonesia masih jauh relatif rendah jika dibandingkan dengan tingkat partisipasi pendidikan jenjang menengah dengan negara-negara asia lainnya, seperti Singapura dan Jepang yang telah mencapai 100% atau Thailand dan China yang telah mencapai tingkat APK di atas 70%. Selain itu, disparitas APK jenjang pendidikan menengah antarkabupaten dan kota juga masih relatif tinggi, dan cakupan pemberian beasiswa bagi siswa yang berasal dari keluarga miskin baru mencapai sekitar 31% dari siswa miskin yang ada.
32
RENSTRA KEMDIKBUD 2010 - 2014
Peningkatan kualitas pendidikan menengah masih terkendala oleh penyediaan sarana dan prasarana pendidikan yang memadai. Tahun 2009, baru 74,5 % SMA/MA dan 62,7% SMK/MAK yang telah memiliki perpustakaan dan hanya 47,8% sekolah yang telah memiliki fasilitas komputer. Dari sisi tenaga kependidikan, kualifikasi guru belum seluruhnya berpendidikan S1/D4. Sampai dengan tahun 2009, baru 85,8% guru SMA/MA dan 91,2% guru SMK/MAK yang berkualifikasi S1/D4 dan sekitar 88% guru yang mengajar sesuai dengan bidang keahliannya. d. Kualitas dan relevansi pendidikan orang dewasa berkelanjutan masih terbatas Angka literasi secara nasional sudah cukup tinggi, yaitu 94,70%, tetapi masih ada 11 provinsi yang angka literasinya masih di bawah 94,70%. Selain itu, disparitas angka literasi antarprovinsi dan antarkabupaten dan kota, dan antargender masih relatif tinggi. Guna mengakomodasi keyakinan dan keinginan kuat bagi orang dewasa agar tidak berhenti belajar dalam rangka meningkatkan kecakapan atau pengetahuan, serta melakukan perubahan terhadap kondisi sosial, ekonomi dan dinamika di masyarakat. Di samping itu, pemerintah juga memberikan layanan dan memfasilitasi kepada kelompok masyarakat ini untuk dapat terus belajar sambil bekerja guna meningkatkan kapasitas dan kompetensinya. e. Ketersediaan, keterjangkauan, kualitas, relevansi dan daya saing Pendidikan Tinggi masih terbatas Pada jenjang pendidikan tinggi, APK masih rendah, yaitu hanya 23,5% pada tahun 2009 dari penduduk usia 18—23 tahun dan jauh berada di bawah negara-negara seperti Thailand, Jepang, Singapura yang rata-ratanya berada di atas 40% dari penduduk usia 1823 tahun. Selain itu, cakupan pemberian beasiswa bagi mahasiswa yang berasal dari keluarga miskin juga masih terbatas. Sampai dengan tahun 2009, proporsi mahasiswa yang mendapatkan kesempatan mendapatkan beasiswa pendidikan tinggi baru mencapai 6%. Kualitas bidang penelitian pendidikan tinggi masih rendah dilihat dari data bahwa hanya 6% dosen yang memiliki publikasi ilmiah yang diterbitkan dalam jurnal nasional terakreditasi dan hanya 0,2% dosen yang memiliki publikasi ilmiah pada jurnal Internasional. Sementara itu, proporsi dosen yang memiliki kualifikasi akademik S2 dan S3 baru mencapai 57,8% pada tahun 2009.
RENSTRA KEMDIKBUD 2010 - 2014
33
f. Pendidikan karakter dan akhlak mulia belum optimal dalam mendukung terwujudnya peradaban bangsa yang unggul dan mulia Meningkatnya partisipasi pendidikan belum sepenuhnya diikuti dengan pendidikan karakter dan akhlak mulia yang mampu membangun karakter bangsa yang kokoh. Pendidikan karakter mempunyai peranan penting dalam upaya pembangunan karakter dalam arti luas yang melibatkan kementerian/lembaga terkait, masyarakat, sekolah dan orang tua guna mendukung terwujudnya paradaban bangsa yang unggul dan mulia. g. Pelestarian dan pengelolaan kebudayaan Pada saat ini upaya pelestarian dan pengelolaan kebudayaan dihadapkan pada derasnya arus globalisasi yang didorong oleh kemajuan teknologi komunikasi dan informasi menjadi tantangan bangsa Indonesia untuk dapat mempertahankan jati diri bangsa sekaligus memanfaatkannya untuk pengembangan toleransi terhadap keragaman budaya melalui penerapan nilai-nilai Pancasila dan penyerapan nilai-nilai universal. h. Pelaksanaan sistem tata kelola dalam menjamin terselenggaranya layanan prima pendidikan masih belum mantap Berdasarkan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Menteri Pendidikan menjadi penanggung-jawab pendidikan nasional. Salah satu aspek penting dalam undang-undang tersebut adalah pengelolaan dan penyelenggaraan pendidikan. Namun koordinasi antarkementerian dan lembaga yang mengelola dan menyelenggarakan pendidikan, serta antara pemerintah pusat dengan pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten dan pemerintah kota belum sepenuhnya tertata dengan baik. Demikian pula peran serta masyarakat dalam pengelolaan dan penyelenggaraan pendidikan belum dikelola dengan maksimal. 2.3.2. Tantangan Pembangunan Pendidikan dan Kebudayaan Berdasarkan perkembangan pembangunan pendidikan dan kebudayaan selama periode tahun 2004—2009 dan permasalahan di atas, dapat diidentifikasi beberapa tantangan penting yang akan dihadapi pembangunan pendidikan dan kebudayaan dalam kurun waktu tahun 2010—2014 mendatang sebagai berikut: a. menyediakan tenaga pendidik yang profesional dan kompeten dengan distribusi yang merata; b. meningkatkan sarana dan prasarana pendidikan formal dan kebudayaan berkualitas yang merata di seluruh provinsi, kabupaten, dan kota;
34
RENSTRA KEMDIKBUD 2010 - 2014
c. menjamin ketersediaan dan keterjangkauan layanan pendidikan formal berkualitas tanpa membedakan status ekonomi, gender, dan wilayah; d. mengembangkan dan menerapkan sistem pembelajaran yang kreatif dan inovatif dengan mengintegrasikan pendidikan karakter, agama dan keagamaan, serta kewirausahaan mengacu pada Standar Nasional Pendidikan; e. menyediakan subsidi pembiayaan untuk penerapan sistem pembelajaran nonformal dan informal berkualitas yang merata di seluruh provinsi, kabupaten, dan kota; f. menyediakan data dan informasi serta akreditasi pendidikan dan kebudayaan yang handal; g. mewujudkan manajemen satuan pendidikan yang efisien, efektif, akuntabel, profesional, dan transparan; h. memperkuat tata kelola penyelenggaraan Sistem Pendidikan Nasional dan pembangunan kebudayaan sesuai dengan peraturan perundang-undangan; i.
meningkatkan standar kompetensi pada SDM aparatur kebudayaan;
j.
meningkatkan upaya pelestarian dan pengelolaan warisan budaya.
RENSTRA KEMDIKBUD 2010 - 2014
35
36
RENSTRA KEMDIKBUD 2010 - 2014
BAB III VISI, MISI, DAN TUJUAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
3.1 Visi dan Misi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Dalam rangka mewujudkan cita-cita mencerdaskan kehidupan bangsa dan sejalan dengan visi pendidikan dan kebudayaan, Kemdikbud mempunyai visi 2025 untuk menghasilkan Insan Indonesia Cerdas dan Kompetitif (Insan Kamil/Insan Paripurna).
Visi Kemdikbud 2025: Menghasilkan Insan Indonesia Cerdas dan Kompetitif (Insan Kamil/Insan Paripurna)
Yang dimaksud dengan insan Indonesia cerdas adalah insan yang cerdas komprehensif, yaitu cerdas spiritual, cerdas emosional, cerdas sosial, cerdas intelektual, dan cerdas kinestetis. Tabel 3.1 berikut memberikan deskripsi lengkap yang dimaksud dengan insan cerdas dan kompetitif.
Cerdas spiritual
Cerdas emosional dan sosial
Tabel 3.1 Makna Insan Indonesia Cerdas dan Kompetitif Makna Insan Indonesia Makna Insan Indonesia Cerdas Kompetitif • Beraktualisasi diri melalui olah hati/kalbu untuk • Berkepribadian unggul menumbuhkan dan memperkuat keimanan, dan gandrung akan ketakwaan dan akhlak mulia termasuk budi keunggulan pekerti luhur dan kepribadian unggul. • Bersemangat juang tinggi • Beraktualisasi diri melalui olah rasa untuk meningkatkan sensitivitas dan apresiativitas • Jujur akan kehalusan dan keindahan seni, nilai-nilai • Mandiri budaya, serta kompetensi untuk • Pantang menyerah • Pembangun dan mengekspresikannya. pembina jejaring • Beraktualisasi diri melalui interaksi sosial yang (a) membina dan memupuk hubungan timbal • Bersahabat dengan perubahan balik; (b) demokratis; (c) empatik dan simpatik; (d) menjunjung tinggi hak asasi manusia; (e) • Inovatif dan menjadi
RENSTRA KEMDIKBUD 2010 - 2014
37
Makna Insan Indonesia Cerdas ceria dan percaya diri; (d) menghargai kebhinekaan dalam bermasyarakat dan bernegara; (e) berwawasan kebangsaan dengan kesadaran akan hak dan kewajiban warga negara. • Beraktualisasi diri melalui olah pikir untuk Cerdas memperoleh kompetensi dan kemandirian intelektual dalam ilmu pengetahuan dan teknologi. • Aktualisasi insan intelektual yang kritis, kreatif, inovatif, dan imajinatif. • Beraktualisasi diri melalui olah raga untuk Cerdas mewujudkan insan yang sehat, bugar, berdayakinestetis tahan, sigap, terampil, dan trengginas. • Aktualisasi insan adiraga.
Makna Insan Indonesia Kompetitif agen perubahan • Produktif • Sadar mutu • Berorientasi global • Pembelajaran sepanjang hayat • Menjadi rahmat bagi semesta alam
Dengan terintegrasinya pendidikan dan kebudayaan, keseluruhan gagasan, perilaku, dan hasil karya manusia yang dikembangkan melalui proses pembelajaran dalam pendidikan dan adaptasi terhadap lingkungannya dapat berfungsi sebagai pedoman untuk kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Keseluruhan proses dan hasil interaksi sistemik dari proses pendidikan, budaya keagamaan, budaya kebangsaan, budaya kesukuan, budaya tempatan, serta budaya global, yang terkait satu sama lain dan dinamis menuju ke arah kemajuan peradaban bangsa. Selain itu, cita-cita dalam pembangunan pendidikan nasional lebih menekankan pada pendidikan transformatif, yaitu menjadikan pendidikan sebagai motor penggerak perubahan dari masyarakat berkembang menuju masyarakat maju. Pembentukan masyarakat maju selalu diikuti oleh proses transformasi struktural, yang menandai suatu perubahan dari masyarakat yang potensi kemanusiannya kurang berkembang menuju masyarakat maju dan berkembang yang mengaktualisasikan potensi kemanusiannya secara optimal. Adapun pembangunan kebudayaan diprioritaskan pada peningkatan kesadaran dan pemahaman jati diri dan karakter bangsa; peningkatan apresiasi masyarakat terhadap keragaman, serta kreatifitas nilai budaya, tradisi, kepercayaan, sejarah, seni, dan film; peningkatan kualitas pengelolaan, pelindungan, pengembangan, dan pemanfaatan warisan budaya; peningkatan internalisasi dan diplomasi budaya; pengembangan sumberdaya budaya; peningkatan sarana dan prasarana kebudayaan. Bahkan, pada era global sekarang,
38
RENSTRA KEMDIKBUD 2010 - 2014
transformasi itu berjalan dengan sangat cepat yang kemudian mengantarkan masyarakat Indonesia pada masyarakat berbasis pengetahuan tanpa menghilangkan jati diri bangsa. Usaha mencapai Visi 2025 tersebut dibagi menjadi empat tema pembangunan pendidikan nasional seperti dijelaskan pada Bab I. Tema pembangunan yang kedua (2010—2014) difokuskan pada penguatan layanan pendidikan dan kebudayaan. Sejalan dengan fokus tersebut, Visi Kemdikbud 2014 adalah sebagai berikut: Visi Kemdikbud 2014: “Terselenggaranya Layanan Prima Pendidikan dan Kebudayaan untuk Membentuk Insan Indonesia yang Cerdas dan Beradab”
Yang dimaksud dengan layanan prima pendidikan dan kebudayaan adalah layanan yang: a.
tersedia secara merata di seluruh pelosok Nusantara;
b.
terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat;
c.
berkualitas/bermutu dan relevan dengan kebutuhan kehidupan bermasyarakat, dunia usaha, dan dunia industri;
d.
setara bagi warga negara Indonesia dalam memperoleh pendidikan berkualitas dengan memperhatikan keberagaman latar belakang sosial-budaya, ekonomi, geografi, dan gender;
e.
menjamin kepastian bagi warga negara Indonesia untuk dapat mengenyam pendidikan dan menyesuaikan diri dengan tuntutan masyarakat, dunia usaha, dan dunia industri.
f.
melestarikan dan memperkukuh kebudayaan Indonesia.
Untuk mencapai visi Kemdikbud 2014, Misi Kemdikbud 2010—2014 dikemas dalam Misi sebagai berikut: KODE
MISI
M1
Meningkatkan Ketersediaan Layanan Pendidikan dan Kebudayaan
M2
Memperluas Keterjangkauan Layanan Pendidikan
M3
Meningkatkan Kualitas Layanan Pendidikan dan Kebudayaan
M4
Mewujudkan Kesetaraan dalam Memperoleh Layanan Pendidikan
M5
Menjamin Kepastian/Keterjaminan Memperoleh Layanan Pendidikan
M6
Mewujudkan Kelestarian dan Memperkukuh Kebudayaan Indonesia
RENSTRA KEMDIKBUD 2010 - 2014
39
3.2 Tata Nilai Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Kemdikbud menyadari bahwa visi dan misi tersebut dapat terwujud apabila didukung dengan penerapan tata nilai yang sesuai dan mendukung usaha-usaha pelaksanaan misi dan pencapaian visi. Tata nilai merupakan dasar sekaligus arah bagi sikap dan perilaku seluruh pegawai dalam menjalankan tugas. Tata nilai juga akan menyatukan hati dan pikiran seluruh pegawai dalam usaha mewujudkan layanan prima pendidikan. Tata nilai yang dimaksud adalah amanah, profesional, visioner, demokratis, inklusif, dan berkeadilan. Dengan merujuk pada fokus pembangunan pendidikan dan kebudayaan tahun 2010—2014, dari keenam tata nilai tersebut dipilih yang sesuai dengan fokus pada periode ini dan dirangkum dalam satu kalimat motto Kemdikbud.
“Melayani Semua dengan Amanah” 3.3 Tujuan dan Sasaran Strategis Tahun 2010—2014 Untuk merealisasikan visi dan misi Kemdikbud, perlu dirumuskan tujuan dan sasaran-sasaran strategis tahun 2010—2014 yang lebih jelas guna menggambarkan ukuran-ukuran terlaksananya misi dan tercapainya visi. 3.3.1 Tujuan Strategis Tujuan strategis Kemdikbud tahun 2010—2014 dirumuskan berdasarkan jenjang layanan pendidikan serta sistem tata kelola yang diperlukan untuk menghasilkan layanan prima pendidikan dan kebudayaan sebagaimana dikehendaki dalam rumusan visi 2014 Kemdikbud dengan memperhatikan rumusan misi Kemdikbud 2010-2014. Dengan demikian, tujuan strategis Kemdikbud 2010—2014 adalah sebagai berikut. KODE
40
TUJUAN STRATEGIS
T1
Tersedia dan Terjangkaunya Layanan PAUD Bermutu dan Berkesetaraan
T2
Terjaminnya Kepastian Memperoleh Layanan Pendidikan Dasar Bermutu dan Berkesetaraan
T3
Tersedia dan Terjangkaunya Layanan Pendidikan Menengah yang Bermutu, Relevan dan Berkesetaraan
T4
Tersedia dan Terjangkaunya Layanan Pendidikan Tinggi Bermutu, Relevan, Berdaya Saing Internasional dan Berkesetaraan
RENSTRA KEMDIKBUD 2010 - 2014
KODE
TUJUAN STRATEGIS
T5
Tersedia dan Terjangkaunya Layanan Pendidikan Orang Dewasa Berkelanjutan yang Berkesetaraan, Bermutu dan Relevan dengan Kebutuhan Masyarakat Terwujudnya Penerapan Nilai-Nilai Luhur Budaya Indonesia yang mencerminkan Jati Diri Bangsa Bermartabat Tersedianya Sistem Tata Kelola yang Andal dalam Menjamin Terselenggaranya Layanan Prima Pendidikan dan Kebudayaan
T6 T7
3.3.2 Sasaran Strategis Tahun 2010—2014 Untuk keperluan pengukuran ketercapaian tujuan strategis pembangunan pendidikan diperlukan sejumlah sasaran strategis yang menggambarkan kondisi yang harus dicapai pada tahun 2014. Sasaran strategis untuk tiap tujuan strategis tersebut adalah sebagai berikut. a. Sasaran strategis untuk mencapai tujuan strategis T1. KODE
SASARAN STRATEGIS
S1.1
APK PAUD Kemdikbud mencapai 72,00%
S1.2
PTK PAUD yang mengikuti peningkatan kompetensi mencapai 44,63%
S1.3
Sebanyak 15,00% PTK PAUD memperoleh penghargaan dan perlindungan
S1.4
Jumlah model dan program PAUD yang dikembangkan di tingkat regional sebanyak 145
S1.5
Sebanyak 20,00% lembaga dan program PAUD mendapatkan pemetaan mutu
b. Sasaran strategis untuk mencapai tujuan strategis T2. Kode
Sasaran Strategis
S2.1
APM SD/SDLB/Paket A mencapai 83,57%
S2.2
Rasio kesetaraan jender SD/SDLB mencapai 98,00%
S2.3
Peserta didik SD/SDLB putus sekolah sebanyak 0,70%
S2.4
Lulusan SD/SDLB yang melanjutkan pendidikan sebanyak 97%
S2.5
SD yang menerapkan e-pembelajaran mencapai 40%
S2.6
SD yang memiliki fasilitas internet mencapai 30%
S2.7
SD/SDLB yang menerapkan kurikulum 2013 mencapai 43,33%
S2.8
SD/SDLB yang berakreditasi mencapai 85%
S2.9
SD/SDLB yang memenuhi SPM mencapai 64%
RENSTRA KEMDIKBUD 2010 - 2014
41
Kode S2.10
Sasaran Strategis Nilai total tertimbang medali dari kompetisi internasional tingkat pendidikan dasar sebanyak 191
S2.11
APK SMP/SMPLB/Paket B mencapai 79,53%
S2.12
APM SMP/SMPLB/Paket B mencapai 58,17%
S2.13
Rasio kesetaraan jender SMP/SMPLB mencapai 98%
S2.14
Peserta didik SMP/SMPLB yang putus sekolah mencapai 1,00%
S2.15
Lulusan SMP/SMPLB yang melanjutkan ke sekolah menengah mencapai 94%
S2.16
SMP yang menerapkan e-pembelajaran mencapai 60%
S2.17
SMP yang memiliki fasilitas internet mencapai 60%
S2.18
SMP/SMPLB yang menerapkan kurikulum 2013 mencapai 66,66%
S2.19
SMP/SMPLB yang berakreditasi mencapai 70,90%
S2.20
SMP/SMPLB yang memenuhi SPM mencapai 75%
S2.21
Guru SD/SDLB dalam jabatan yang berkualifikasi akademik S1/D4 mencapai 82%
S2.22
SD yang memiliki rasio guru terhadap siswa sesuai SPM mencapai 13%
S2.23
Rasio guru terhadap siswa SD mencapai 1:28
S2.24
Guru SMP/SMLB dalam jabatan yang berkualifikasi akademik S1/D4 mencapai 98%
S2.25
SMP yang memiliki rasio guru terhadap siswa sesuai SPM mencapai 13%
S2.26
Rasio guru terhadap siswa SMP mencapai 1:32
S2.27
Pendidik dan tenaga kependidikan yang menerima tunjangan mencapai 100%
S2.28
Kab/Kota yang memiliki tenaga kependidikan sesuai SPM mencapai 82%
c. Sasaran strategis untuk mencapai tujuan strategis T3. KODE
SASARAN STRATEGIS
S3.1
APK Nasional Kemdikbud SMA, SMK, SMLB dan Paket C mencapai 77,10%
S3.2
Meningkatkan persentase SMA, SMK, SMLB dan Paket C yang telah memenuhi Standar Nasional Pendidikan (SNP) mencapai 58,00% pada tahun 2014
S3.3
Meningkatkan persentase PTK SMA, SMK, PKLK dan Paket C yang memenuhi SNP mencapai 75% pada tahun 2014
42
RENSTRA KEMDIKBUD 2010 - 2014
KODE S3.4
SASARAN STRATEGIS Meningkatnya satker mendapat dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis program pendidikan menengah mencapai 98%
d. Sasaran strategis untuk mencapai tujuan strategis T4. KODE
SASARAN STRATEGIS
S4.1
APK PT dan PTA Usia 19-23 tahun mencapai 30%
S4.2
Rasio kesetaraan gender PT mencapai 103,00%
S4.3
Jumlah perguruan tinggi PKBLU/BLU /PT BH mencapai 40 PT
S4.4
Jumlah perguruan tinggi beropini WTP dari KAP mencapai 30 PT
S4.5
Prodi yang terakreditasi mencapai 100%
S4.6
Prodi perguruan tinggi yang berakreditasi minimal B mencapai 58%
S4.7
Jumlah perguruan tinggi masuk top 500 dunia mencapai 11 PT
S4.8
Rasio mhs vokasi : total mhs vokasi dan S-1 mencapai 30%
S4.9
APK prodi sains natural dan teknologi (Usia 19-23 Tahun) mencapai 10%
S4.10
Dosen yang berkualifikasi minimal S2 mencapai 70%
S4.11
Dosen yang berkualifikasi S-3 mencapai 15%
S4.12
Dosen yang bersertifikat mencapai 75%
S4.13
Jumlah dosen dengan publikasi nasional mencapai 5,70%
S4.14
Jumlah dosen dengan publikasi internasional mencapai 0,80%
S4.15
Jumlah HAKI yang dihasilkan mencapai 150
S4.16
Mahasiswa penerima beasiswa/bantuan biaya pendidikan mencapai 20%
e. Sasaran strategis untuk mencapai tujuan strategis T5. KODE S5.1
SASARAN STRATEGIS Sebanyak 19,00% anak lulus SMP tidak melanjutkan, putus dan/atau lulus sekolah menengah tidak melanjutkan mendapatkan layanan pendidikan keterampilan
S5.2
Sebanyak 60.000 peserta didik kursus dan pelatihan memperoleh sertifikat kompetensi
S5.3
Sebanyak 20,00% lembaga kursus dan pelatihan berakreditasi A dan B
RENSTRA KEMDIKBUD 2010 - 2014
43
KODE
SASARAN STRATEGIS
S5.4
Penduduk buta aksara usia dewasa mencapai 3,83%
S5.5
Sebanyak 68,00% kabupaten/kota telah menerapkan pengarusutamaan gender bidang pendidikan
S5.6
Sebanyak 50,00% kabupaten /kota telah menyelenggarakan parenting education
S5.7
PKBM bernomor induk lembaga mencapai 80,00%
S5.8
Sebanyak 69,00% kabupaten /kota telah memiliki minimal 10 TBM
S5.9
PTK nonformal dan informal yang mengikuti peningkatan kompetensi mencapai 44,63%
S5.10
Sebanyak 15,00% PTK nonformal dan informal memperoleh penghargaan dan perlindungan
S5.11
Jumlah model dan program nonformal dan informal yang dikembangkan di tingkat regional sebanyak 145
S5.12
Sebanyak 20,00% lembaga dan program nonformal dan informal mendapatkan pemetaan mutu
f. Sasaran strategis untuk mencapai tujuan strategis T6. KODE
SASARAN STRATEGIS
S6.1
Jumlah bahasa daerah di Indonesia teridentifikasi mencapai 634
S6.2
Jumlah guru bahasa Indonesia memiliki kemahiran berbahasa Indonesia sesuai standar nasional mencapai 17.572
S6.3
Jumlah TUK (Tempat Uji Kemahiran) bahasa Indonesia mencapai 12
S6.4
Jumlah provinsi tertib dalam penggunaan bahasa indonesia di ruang publik mencapai 25
S6.5
Jumlah majalah bahasa dan sastra nasional diterbitkan secara berkala mencapai 6
44
S6.6
Jumlah fasilitasi pembelajaran BIPA di luar negeri mencapai 50
S6.7
Cagar budaya yang dilestarikan sebanyak 9.470
S6.8
Jumlah pengunjung pada museum yang direvitalisasi mencapai 5.000.000
S6.9
Sekolah yang difasilitasi sarana budaya sebanyak 3.200
S6.10
Jumlah fasilitasi film yang berkarakter sebanyak 45
RENSTRA KEMDIKBUD 2010 - 2014
KODE
SASARAN STRATEGIS
S6.11
Jumlah komunitas budaya yang difasilitasi sebanyak 600
S6.12
Jumlah orang yang mengapresiasi sejarah dan karya budaya mencapai 17.500.000
S6.13
Jumlah rumah budaya di luar negeri mencapai 10
S6.14
Jumlah warisan budaya nasional yang ditetapkan mencapai 40
g. Sasaran strategis untuk mencapai tujuan strategis T7. KODE
SASARAN STRATEGIS
S7.1
Opini Audit BPK RI atas laporan keuangan adalah Wajar Tanpa Pengecualian (WTP)
S7.2
Skor Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) sekurangkurangnya 79
S7.3
Realisasi penyerapan anggaran 100% setiap tahunnya
h. Sasaran strategis gabungan Penetapan sasaran ketersediaan dan keterjangkauan layanan pendidikan dasar, menengah, dan tinggi yang berkualitas dan relevan serta berkesetaraan gender dengan memperhatikan inklusifitas di semua provinsi, kabupaten, dan kota akan memberikan efek resultan yang dinyatakan dalam sasaran-sasaran strategis gabungan sebagai berikut. Sasaran strategis gabungan ini diperlukan terutama untuk mengukur indeks pembangunan manusia.
KODE
SASARAN STRATEGIS
SG.1
APK gabungan pendidikan dasar, menengah, dan tinggi sekurang-kurangnya 85,5%
SG.2
Rata-rata lama sekolah sekurang-kurangnya 8,25 tahun
SG.3
Tingkat literasi nasional usia dewasa 96,17%
RENSTRA KEMDIKBUD 2010 - 2014
45
46
RENSTRA KEMDIKBUD 2010 - 2014
BAB IV STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TAHUN 2010—2014
Strategi dan arah kebijakan pembangunan pendidikan dan kebudayaan tahun 2010—2014 dirumuskan berdasarkan pada visi, misi, tujuan strategis Kemdikbud, serta mengacu pada RPJMN 2010—2014 dan evaluasi capaian pembangunan pendidikan dan kebudayaan sampai tahun 2009. Strategi dan arah kebijakan ini juga memperhatikan komitmen pemerintah terhadap konvensi internasional mengenai pendidikan, khususnya Konvensi Dakar tentang Pendidikan untuk Semua (Education for All), Konvensi Hak Anak (Convention on the Right of Child), Millenium Development Goals (MDGs), dan World Summit on Sustainable Development, serta Konvensi Perlindungan Warisan Dunia (Convention Concerning the Protection of the World Cultural and Natural Heritage), Konvensi untuk Perlindungan Warisan Budaya Takbenda (Convention for the Safeguarding of the Intangible Cultural Heritage–CSICH) dan konvensi pelindungan dan promosi keragaman dan ekspresi budaya (Convention on the Protection and promotion of the diversity and cultural expression) juga hasil-hasil pertemuan dan kesepakatan World Heritage Convention (WHC) lainnya, untuk melestarikan alam, budaya, situs sejarah dunia untuk kepentingan masyarakat. Strategi dan arah kebijakan pembangunan pendidikan dan kebudayaan tahun 2010—2014 disusun untuk memberikan arah dan pedoman bagi penyelenggara pendidikan dan kebudayaan di pusat dan di daerah terkait dengan cara-cara yang diperlukan untuk mencapai sasaran-sasaran strategis yang menggambarkan tujuan-tujuan strategis. Telaah terhadap sasaran-sasaran strategis yang telah diuraikan pada bab sebelumnya akan terlihat adanya sejumlah komponen yang dibutuhkan dalam penyelenggaraan layanan prima pendidikan dan kebudayaan. Kebutuhan tersebut antara lain mencakup pendidik dan tenaga kependidikan, pembelajaran dan penilaian, sarana dan prasarana, pendanaan, dan tata kelola.
RENSTRA KEMDIKBUD 2010 - 2014
47
4.1 Strategi Pembangunan Pendidikan dan Kebudayaan Strategi merupakan upaya yang sistematis untuk mencapai tujuan strategis yang telah ditetapkan melalui pencapaian sasaran-sasaran strategis dari tujuan strategis tersebut. Tiap strategi menjelaskan komponen-komponen penyelenggaraan layanan pendidikan dan kebudayaan yang harus disediakan untuk mencapai sasaran-sasaran strategis dari tiap tujuan strategis. Komponen-komponen tersebut antara lain meliputi pendidik dan tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, sistem pembelajaran, data dan informasi, dana, serta sistem dan prosedur yang bermutu. Dalam pemilihan strategi juga mempertimbangkan disparitas antarwilayah, gender, sosial ekonomi, serta antarsatuan pendidikan yang diselenggarakan pemerintah dan masyarakat. 4.1.1 Strategi Pencapaian Tujuan Strategis T1 Tujuan strategis T1, yaitu Tersedia dan Terjangkaunya Layanan PAUD Bermutu dan Berkesetaraan dicapai dengan menggunakan strategi sebagai berikut. a.
penyediaan tenaga pendidik dan tutor berkompeten yang merata di seluruh provinsi, kabupaten, dan kota;
b.
penyediaan manajemen satuan pendidikan PAUD berkompeten yang merata di seluruh provinsi, kabupaten, dan kota;
c.
penyediaan dan pengembangan sistem pembelajaran, informasi berbasis riset, standar mutu, dan keterlaksanaan akreditasi, serta pengembangan dan pembinaan bahasa untuk PAUD;
d.
penyediaan dan peningkatan sarana dan prasarana untuk penerapan sistem pembelajaran PAUD bermutu yang merata di seluruh provinsi, kabupaten, dan kota;
e.
penyediaan subsidi untuk meningkatkan keterjangkauan layanan pendidikan TK/TKLB berkualitas yang merata di seluruh provinsi, kabupaten, dan kota;
f.
penyediaan subsidi pembiayaan untuk penerapan sistem pembelajaran PAUD.
Kerangka berpikir penerapan strategi pencapaian tujuan strategis T1 yang dikaitkan dengan program dan kegiatan pembangunan pendidikan dan kebudayaan 2010—2014 dapat dijabarkan pada Gambar 4.1.
48
RENSTRA KEMDIKBUD 2010 - 2014
Penahapan pencapaian sasaran strategis dari tujuan strategis T1 ditunjukkan pada Tabel 4.1 Tabel 4.1 Pentahapan Pencapaian Sasaran Strategis dari Tujuan Strategis T1
NO
1 2
3
4
5
SASARAN STRATEGIS
APK PAUD Kemdikbud *) Persentase PTK PAUD yang Mengikuti Peningkatan Kompetensi Persentase PTK PAUD Memperoleh Penghargaan dan Perlindungan Jumlah Model dan Program PAUD yang Dikembangkan di Tingkat Regional Persentase Lembaga dan Program PAUD yang Mendapatkan Pemetaan Mutu
2010 (%)
2011 (%)
TAHUN 2012 (%)
43,73
46,00
56,00
63,00
69,00
72,00
7,00
11,75
20,41
28,27
36,26
44,63
15,00
15,00
15,00
15,00
15,00
15,00
16
20
45
76
109
145
2,00
3,00
6,00
10,00
14,00
20,00
KONDISI AWAL (2009)
2013 (%)
2014 (%)
Catatan: *) APK PAUD dihitung berdasarkan jumlah peserta didik PAUD dibagi jumlah anak usia 3-6 tahun
RENSTRA KEMDIKBUD 2010 - 2014
49
50
RENSTRA KEMDIKBUD 2010 - 2014
Gambar 4.1: Kerangka berpikir penerapan strategi pencapaian tujuan strategis T1
4.1.2 Strategi Pencapaian Tujuan Strategis T2 Tujuan strategis T2, yaitu Terjaminnya Kepastian Memperoleh Layanan Pendidikan Dasar Bermutu dan Berkesetaraan, dicapai dengan menggunakan strategi sebagai berikut. a.
penyediaan tenaga pendidik pendidikan dasar berkompeten yang merata di seluruh provinsi, kabupaten, dan kota;
b.
penyediaan manajemen satuan pendidikan pendidikan dasar berkompeten yang merata di seluruh provinsi, kabupaten, dan kota;
c.
penyediaan dan pengembangan sistem pembelajaran, informasi berbasis riset, dan standar mutu pendidikan dasar, dan keterlaksanaan akreditasi serta pengembangan dan pembinaan bahasa untuk pendidikan dasar;
d.
penyediaan dan peningkatan sarana dan prasarana untuk penerapan sistem pembelajaran SD/SDLB/Paket A dan SMP/SMPLB/Paket B bermutu yang merata di seluruh provinsi, kabupaten, dan kota;
e.
penyediaan subsidi untuk meningkatkan keterjangkauan layanan pendidikan dasar bermutu yang merata di seluruh provinsi, kabupaten, dan kota; dan
f.
penyediaan subsidi pembiayaan untuk penerapan sistem pembelajaran Paket A dan B berkualitas yang merata di seluruh provinsi, kabupaten, dan kota.
Kerangka berpikir penerapan strategi pencapaian tujuan strategis T2 yang dikaitkan dengan program dan kegiatan pembangunan pendidikan dan kebudayaan 2010—2014 dapat dijabarkan pada Gambar 4.2 berikut. Penahapan pencapaian sasaran strategis dari tujuan strategis T2 ditunjukkan pada Tabel 4.2. Tabel 4.2 Pentahapan Pencapaian Sasaran Strategis dari Tujuan Strategis T2
NO
1 2 3 4 5 6
SASARAN STRATEGIS
KONDISI AWAL (2009)
2010 (%)
2011 (%)
TAHUN 2012 (%)
2013 (%)
2014 (%)
APM SD/SDLB/Paket A
82,94
82,94
83,01
83,29
83,40
83,57
Rasio Kesetaraan Jender SD/SDLB Persentase Peserta Didik SD/SDLB Putus Sekolah Persentase Lulusan SD/SDLB Melanjutkan Pendidikan Persentase SD Menerapkan EPembelajaran Persentase SD Memiliki Fasilitas Internet
97,00
97,20
97,40
97,60
97,80
98,00
1,70
1,50
1,30
1,10
0,90
0,70
90,00
91,00
93,00
94,00
96,00
97,00
10,00
16,00
22,00
28,00
34,00
40,00
5,00
10,00
15,00
20,00
25,00
30,00
RENSTRA KEMDIKBUD 2010 - 2014
51
NO
SASARAN STRATEGIS
7
Persentase SD/SDLB Menerapkan Kurikulum 2013 Persentase SD/SDLB Berakreditasi Persentase SD/SDLB Memenuhi SPM Nilai Total Tertimbang Medali dari Kompetisi Internasional Tingkat Pendidikan Dasar APK SMP/SMPLB/Paket B APM SMP/SMPLB/Paket B
8 9 10
11 12 13 14 15
16 17 18 19 20 21
22
23 24
25
26 27
28
52
Rasio Kesetaraan Jender SMP/SMPLB Persentase Peserta Didik SMP/SMPLB Putus Sekolah Persentase Lulusan SMP/SMPLB yang Melanjutkan ke Sekolah Menengah Persentase SMP yang Menerapkan E-Pembelajaran Persentase SMP Memiliki Fasilitas Internet Persentase SMP/SMPLB Menerapkan Kurikulum 2013 Persentase SMP/SMPLB Berakreditasi Persentase SMP/SMPLB Memenuhi SPM Persentase Guru SD/SDLB dalam Jabatan Berkualifikasi Akademik S1/D4 Persentase SD yang Memiliki Rasio Guru terhadap Siswa sesuai SPM Rasio Guru terhadap Siswa SD Persentase Guru SMP/SMLB dalam Jabatan Berkualifikasi Akademik S1/D4 Persentase SMP yang Memiliki Rasio Guru terhadap Siswa sesuai SPM Rasio Guru terhadap Siswa SMP Persentase Pendidik dan Tenaga Kependidikan yang Menerima Tunjangan Persentase Kabupaten/Kota yang Memiliki Tenaga Kependidikan sesuai SPM
RENSTRA KEMDIKBUD 2010 - 2014
KONDISI AWAL (2009)
2010 (%)
2011 (%)
TAHUN 2012 (%)
2013 (%)
2014 (%)
0,00
0,00
0,00
0,00
10,00
43,33
37,00
45,00
53,00
64,00
75,00
85,00
45,00
48,00
51,00
55,00
59,00
64,00
136
141
151
178
185
191
71,68 55,37
72,10 56,00
73,28 56,20
75,69 57,13
77,36 57,66
79,53 58,17
97,00
97,20
97,40
97,60
97,80
98,00
1,99
1,80
1,60
1,40
1,20
1,00
88,00
88,00
89,00
90,00
92,00
94,00
10,00
20,00
30,00
40,00
50,00
60,00
10,00
20,00
30,00
40,00
50,00
60,00
0,00
0,00
0,00
0,00
33,33
66,66
8,94
21,30
50,00
54,10
58,50
70,90
48,95
55,00
60,00
65,00
70,00
75,00
24,00
36,00
46,00
58,00
68,00
82,00
0,00
3,00
5,00
8,00
11,00
13,00
1:33 73,00
1:32 77,00
1:31 83,00
1:30 87,00
1:29 92,00
1:28 98,00
0,00
3,00
5,00
8,00
11,00
13,00
1:40 100,00
1:38 100,00
1:36 100,00
1:34 100,00
1:33 100,00
1:32 100,00
18,00
25,00
35,00
49,00
67,00
82,00
RENSTRA KEMDIKBUD 2010 - 2014
53
Penyediaan Model Pembelajaran DIKDAS
Penyediaan Informasi DIKDAS Berbasis Riset
Penyediaan Informasi Penilaian DIKDAS
Penjaminan Mutu Pendidikan
Penyediaan Standar Mutu dan Akreditasi DIKDAS
Penyediaan Sistem Pembelajaran dan Penilaian Buku Teks DIKDAS Bermutu
Penyediaan Manajemen Satuan Pendidikan DIKDAS Berkompeten
Penyediaan dan Peningkatan Etika Profesi dan Harlindung PTK
Penyediaan Tenaga Pendidik Pendidikan Dasar Berkompeten yang Merata di Seluruh Provinsi, Kabupaten, dan Kota
TERJAMINNYA KEPASTIAN MEMPEROLEH LAYANAN PENDIDIKAN DASAR BERMUTU DAN BERKESETARAAN
Penyediaan Subsidi Pendanaan SMP/Paket B
Penyediaan Subsidi Pendanaan SD/Paket A
Penyediaan Kepastian Layanan Pendidikan SMP/SMPLB/Paket B
Penyediaan dan Peningkatan Kesejahteraan PTK DIKDAS
Penyediaan Subsidi Pendanaan bagi Siswa DIKDAS
Penyediaan Kepastian Layanan Pendidikan SD/SDLB/Paket A
Penyediaan dan Peningkatan Sarpras SD/SDLB/PAKET A dan SMP/SMPLB/PAKET B Bermutu yang Merata di Seluruh Provinsi, Kabupaten, dan Kota
Penyediaan Sarpras SMP/SMPLB/Paket B
Gambar 4.2: Kerangka berpikir penerapan strategi pencapaian tujuan strategis T2
Pembinaan dan Pengembangan Profesi PTK
Penguatan Manajemen dan Penyempurnaan Sistem Pembelajaran DIKDAS
Penyediaan Sarpras SD/SDLB/Paket A
4.1.3 Strategi Pencapaian Tujuan Strategis T3 Tujuan strategis T3, yaitu Tersedia dan Terjangkaunya Layanan Pendidikan Menengah yang Bermutu, Relevan dan Berkesetaraan, dicapai dengan menggunakan strategi sebagai berikut. a.
penyediaan tenaga pendidik pendidikan menengah berkompeten yang merata di seluruh provinsi, kabupaten, dan kota;
b.
penyediaan manajemen satuan pendidikan menengah berkompeten yang merata di seluruh provinsi, kabupaten, dan kota;
c.
penyediaan dan pengembangan sistem pembelajaran, informasi berbasis riset, dan standar
mutu
pendidikan
menengah,
dan
keterlaksanaan
akreditasi
serta
pengembangan dan pembinaan bahasa untuk pendidikan menengah; d.
penyediaan dan peningkatan sarana dan prasarana untuk penerapan sistem pembelajaran SMA/Paket C bermutu yang merata di seluruh provinsi, kabupaten, dan kota;
e.
penyediaan dan peningkatan sarana dan prasarana untuk penerapan sistem pembelajaran SMK/Paket C Kejuruan bermutu yang berbasis keunggulan lokal dan relevan dengan kebutuhan daerah yang merata di seluruh provinsi, kabupaten, dan kota;
f.
penyediaan
subsidi
untuk
meningkatkan
keterjangkauan
layanan
pendidikan
SMA/SMLB/SMK/Paket C bermutu yang merata di seluruh provinsi, kabupaten, dan kota; dan g.
penyediaan subsidi pembiayaan untuk penerapan sistem pembelajaran
Paket C
berkualitas yang merata di seluruh provinsi, kabupaten, dan kota. Kerangka berpikir penerapan strategi pencapaian tujuan yang dikaitkan dengan program dan kegiatan pembangunan pendidikan dan kebudayaan 2010—2014 dapat dijabarkan pada Gambar 4.3 berikut.
54
RENSTRA KEMDIKBUD 2010 - 2014
Penahapan pencapaian sasaran strategis dari tujuan strategis T3 ditunjukkan pada Tabel 4.3 Tabel 4.3 Pentahapan Pencapaian Sasaran Strategis dari Tujuan Strategis T3
NO
SASARAN STRATEGIS
1
APK Nasional Kemdikbud SMA, SMK, SMLB dan Paket C Mencapai 77,10% Persentase SMA, SMK, SMLB dan Paket C yang telah Memenuhi Standar Nasional Pendidikan (SNP) Mencapai 58% pada Tahun 2014 Persentase PTK SMA, SMK, PKLK dan Paket C yang Memenuhi SNP Mencapai 75% pada Tahun 2014 Seluruh Satker Ditjen Dikmen Mendapat Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis
2
3
4
KONDISI AWAL (2009)
TAHUN
58,60
2010 (%) 53,90
2011 (%) 56,50
2012 (%) 68,50
2013 (%) 72,00
2014 (%) 77,10
53,00
54,00
55,00
56,00
57,00
58,00
54,00
55,00
60,00
65,00
70,00
75,00
85,00
90,00
92,00
94,00
96,00
98,00
RENSTRA KEMDIKBUD 2010 - 2014
55
56
RENSTRA KEMDIKBUD 2010 - 2014
Gambar 4.3 Kerangka berpikir penerapan strategi pencapaian tujuan strategis T3
4.1.4 Strategi Pencapaian Tujuan Strategis T4 Tujuan strategis T4, yaitu Tersedia dan Terjangkaunya Layanan Pendidikan Tinggi Bermutu, Relevan, Berdaya Saing Internasional dan Berkesetaraan, dicapai dengan menggunakan strategi sebagai berikut. a.
penyediaan dosen berkompeten untuk mendukung pelaksanaan tridharma perguruan tinggi yang bermutu dan berdaya saing;
b.
peningkatan mutu pengelolaan perguruan tinggi untuk mendukung pelaksanaan tridharma yang berdaya saing dan akuntabel;
c.
penyediaan informasi berbasis riset dan standar mutu pendidikan tinggi dan keterlaksanaan akreditasi serta pengembangan dan pembinaan bahasa untuk pendidikan tinggi;
d.
penyediaan dan peningkatan sarana dan prasarana untuk penerapan sistem pembelajaran perguruan tinggi bermutu dan berdaya saing yang merata di seluruh provinsi;
e.
peningkatan publikasi hasil penelitian dan pengabdian kepada masyarakat yang bermutu, berdaya saing internasional, dan relevan dengan kebutuhan bangsa dan negara; dan
f.
penyediaan subsidi untuk meningkatkan keterjangkauan layanan pendidikan perguruan tinggi bermutu yang merata di seluruh provinsi.
Kerangka berpikir penerapan strategi pencapaian tujuan yang dikaitkan dengan program dan kegiatan pembangunan pendidikan dan kebudayaan 2010—2014 dapat dijabarkan pada Gambar 4.4. Penahapan pencapaian sasaran strategis dari tujuan strategis T4 ditunjukkan pada Tabel 4.4. Tabel 4.4 Pentahapan Pencapaian Sasaran Strategis dari Tujuan Strategis T4 NO
SASARAN STRATEGIS
1
APK PT dan PTA Usia 19 -23 Tahun *) Rasio Kesetaraan Gender PT Jumlah PT PKBLU/BLU /PT BH Jumlah PT Beropini WTP dari KAP Persentase Prodi Terakreditasi
2 3 4 5
KONDISI AWAL (2009)
TAHUN 2012 (%)
2010 (%)
2011 (%)
2013 (%)
2014 (%)
21,60
22,80
25,10
26,75
29,10
30,00
116,70 0 6
111,80 20 11
107,90 27 20
104,60 35 22
103,20 35 26
103,00 40 30
73,00
56,76
62,73
69,00
100,00
100,00
RENSTRA KEMDIKBUD 2010 - 2014
57
NO
SASARAN STRATEGIS
6
Persentase Prodi PT Berakreditasi Minimal B Jumlah Perguruan Tinggi Masuk Top 500 Dunia Rasio Mhs Vokasi : Total Mhs Vokasi dan S-1 APK Prodi Sains Natural dan Teknologi (Usia 19-23 Tahun) Persentase Dosen Berkualifikasi Minimal S2 Persentase Dosen Berkualifikasi S-3 Persentase Dosen Bersertifikat Jumlah Dosen dengan Publikasi Nasional Jumlah Dosen dengan Publikasi Internasional Jumlah HAKI yang Dihasilkan Persentase Mahasiswa Penerima Beasiswa/Bantuan Biaya Pendidikan
7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
2010 (%)
2011 (%)
TAHUN 2012 (%)
64,80
49,63
50,00
51,00%
57,03
58,00
3
3
5
6
8
11
17,20
19,00
21,00
24,00
27,00
30,00
3,60
4,10
5,00
7,00
9,00
10,00
57,80
59,50
61,50
63,30
65,50
70,00
9,50
9,80
10,10
10,30
12,50
15,00
16,00
23,00
36,00
50,00
62,50
75,00
4,20
5,00
5,20
5,40
5,50
5,70
0,30
0,40
0,50
0,60
0,70
0,80
65 6,00
75 9,40
95 13,00
110 15,00
130 18,00
150 20,00
KONDISI AWAL (2009)
2013 (%)
2014 (%)
*) Kisaran usia peserta didik pendidikan tinggi disesuaikan dengan rata-rata lama bersekolah dari semula 19-24 tahun menjadi 19-23 tahun
58
RENSTRA KEMDIKBUD 2010 - 2014
RENSTRA KEMDIKBUD 2010 - 2014
59
Gambar 4.4 Kerangka berpikir penerapan strategi pencapaian tujuan strategis T4
4.1.6 Strategi Pencapaian Tujuan Strategis T5 Tujuan strategis T5, yaitu tersedia dan terjangkaunya layanan pendidikan orang dewasa berkelanjutan yang berkesetaraan, bermutu dan relevan dengan kebutuhan masyarakat, dicapai dengan menggunakan strategi sebagai berikut. a.
penyediaan tutor berkompeten yang merata antarprovinsi, kabupaten, dan kota yang meliputi pemenuhan tutor keaksaraan fungsional dan pendidikan kecakapan hidup;
b.
penyediaan dan pengembangan sistem pembelajaran, informasi berbasis riset, dan standar mutu pendidikan keaksaraan fungsional, pendidikan kecakapan hidup, homeschooling dan parenting education dan keterlaksanaan akreditasi serta pengembangan dan pembinaan bahasa untuk satuan pendidikan penyelenggara pendidikan orang dewasa; dan
c.
penyediaan subsidi pembiayaan untuk penerapan sistem pembelajaran pendidikan orang dewasa berkualitas yang merata di seluruh provinsi, kabupaten, dan kota.
Kerangka berpikir penerapan strategi pencapaian tujuan yang dikaitkan dengan program dan kegiatan pembangunan pendidikan dan kebudayaan 2010—2014 dapat dijabarkan pada Gambar 4.5. Penahapan pencapaian sasaran strategis dari tujuan strategis T5 ditunjukkan pada Tabel 4.5 Tabel 4.5 Pentahapan Pencapaian Sasaran Strategis dari Tujuan Strategis T5 NO
SASARAN STRATEGIS
1
Persentase Anak Lulus SMP tidak Melanjutkan, Putus dan/atau Lulus Sekolah Menengah tidak Melanjutkan Mendapatkan Layanan Pendidikan Keterampilan Jumlah Peserta Didik Kursus dan Pelatihan yang Memperoleh Sertifikat Kompetensi Persentase Lembaga Kursus dan Pelatihan Berakreditasi A dan B Persentase Penduduk Buta Aksara Usia Dewasa Persentase Kabupaten/Kota yang Telah Menerapkan Pengarusutamaan Gender Bidang Pendidikan
2
3
4 5
60
RENSTRA KEMDIKBUD 2010 - 2014
KONDISI AWAL (2009)
2010 (%)
2011 (%)
12,20
12,00
13,00
3.579
20.000
1,69
TAHUN 2012 (%)
2013 (%)
2014 (%)
15,00
17,00
19,00
30.000
40.000
50.000
60.000
2,00
5,00
10,00
15,00
20,00
5,30
5,00
4,80
4,23
4,03
3,83
11,00
14,00
23,00
54,00
61,00
68,00
NO
SASARAN STRATEGIS
6
Persentase Kabupaten/Kota yang Telah Menyelenggarakan Parenting Education Persentase PKBM Bernomor Induk Lembaga Persentase Kabupaten/Kota yang Telah Memiliki Minimal 10 TBM Persentase PTK Nonformal dan Informal yang Mengikuti Peningkatan Kompetensi Persentase PTK Nonformal dan Informal Memperoleh Penghargaan dan Perlindungan Jumlah Model dan Program Nonformal dan Informal yang Dikembangkan di Tingkat Regional Persentase Lembaga dan Program Nonformal dan Informal yang Mendapatkan Pemetaan Mutu
7 8
9
10
11
12
KONDISI AWAL (2009)
2010 (%)
TAHUN 2012 (%)
2011 (%)
2013 (%)
2014 (%)
0,00
0,00
10,00
30,00
40,00
50,00
0,00
40,00
50,00
60,00
70,00
80,00
22,00
24,00
35,00
47,00
59,00
69,00
7,00
11,75
20,41
28,27
36,26
44,63
15,00
15,00
15,00
15,00
15,00
15,00
16
20
45
76
109
145
2,00
3,00
6,00
10,00
14,00
20,00
RENSTRA KEMDIKBUD 2010 - 2014
61
62
RENSTRA KEMDIKBUD 2010 - 2014
Penyediaan Model Pembelajaran POD
Penyediaan Informasi Berbasis Riset POD
Penyediaan Informasi Penilaian POD
Penjaminan Mutu POD
Penyediaan Standar Mutu dan akreditasi POD
Penyediaan sistem pembelajaran POD
Penyediaan Manajemen Satuan POD Berkompeten
TERSEDIA DAN TERJANGKAUNYA LAYANAN PENDIDIKAN ORANG DEWASA (POD) BERKELANJUTAN YANG BERKESETARAAN, BERMUTU DAN RELEVAN DENGAN KEBUTUHAN MASYARAKAT Penyediaan subsidi pembiayaan untuk penerapan sistem pembelajaran pendidikan orang dewasa
Pendidikan dan pelatihan Tutor POD
Penyediaan dan Peningkatan Kesejahteraan Tutor POD
Gambar 4.5 Kerangka berpikir penerapan strategi pencapaian tujuan strategis T5
Penyediaan dan Pembinaan Tutor POD
Penyediaan Tutor POD Berkompeten yang Merata di Seluruh Provinsi, Kabupaten, dan Kota
Penguatan Manajemen Dan Penyempurnaan Sistem Pembelajaran Pendidikan Orang Dewasa
Penyediaan Subsidi Pendanaan Kursus dan pendidikan kecakapan hidup
Penuntasan Buta Aksara
4.1.7 Strategi Pencapaian Tujuan Strategis T6 Tujuan strategis T6, yaitu Terwujudnya Penerapan Nilai-Nilai Luhur Budaya Indonesia yang mencerminkan Jati Diri Bangsa Bermartabat, dicapai dengan menggunakan strategi sebagai berikut. a.
penyediaan sumber daya manusia kebudayaan yang berkualitas dan berkompeten;
b.
peningkatan sistem, data dan informasi, standar mutu pelestarian (pelindungan, pengembangan, dan pemanfaatan), dan pengelolaan kebudayaan yang berbasis riset, terarah, terpadu, dan berkelanjutan;
c.
penyediaan dan peningkatan sarana dan prasarana untuk peningkatan pelestarian (pelindungan, pengembangan, dan pemanfaatan), dan pengelolaan kebudayaan yang sistematis, terarah, dan menyeluruh di wilayah NKRI; dan
d.
penyediaan pendanaan untuk peningkatan pelestarian (pelindungan, pengembangan, dan pemanfaatan), dan pengelolaan untuk mendukung tercapainya tujuan sasaran strategis pendidikan.
Kerangka berpikir penerapan strategi pencapaian tujuan yang dikaitkan dengan program dan kegiatan pembangunan pendidikan dan kebudayaan 2010—2014 dapat dijabarkan pada Gambar 4.6. Penahapan pencapaian sasaran strategis dari tujuan strategis T6 ditunjukkan pada Tabel 4.6. Tabel 4.6 Pentahapan Pencapaian Sasaran Strategis dari Tujuan Strategis T6 NO
SASARAN STRATEGIS
1
Jumlah Bahasa Daerah di Indonesia Teridentifikasi Jumlah Guru Bahasa Indonesia Memiliki Kemahiran Berbahasa Indonesia sesuai Standar Nasional Jumlah TUK (Tempat Uji Kemahiran) Bahasa Indonesia Jumlah Provinsi Tertib dalam Penggunaan Bahasa Indonesia di Ruang Publik Jumlah Majalah Bahasa dan Sastra Nasional Diterbitkan secara Berkala Jumlah Fasilitasi Pembelajaran BIPA di Luar Negeri
2
3 4
5
6
KONDISI AWAL (2009)
2010
TAHUN 2012
2011
596
2013
2014
424
442
557
619
634
0
3.514
5.271
8.786 13.179
17.572
0
0
0
1
7
12
3
5
8
10
20
25
0
1
2
3
5
6
30
35
38
42
46
50
RENSTRA KEMDIKBUD 2010 - 2014
63
NO
SASARAN STRATEGIS
7
Jumlah Cagar Budaya yang Dilestarikan Jumlah Pengunjung pada Museum yang Direvitalisasi Jumlah Sekolah yang Difasilitasi Sarana Budaya Jumlah Fasilitasi Film yang Berkarakter Jumlah Komunitas Budaya yang Difasilitasi Jumlah Orang yang Mengapresiasi Sejarah dan Karya Budaya Jumlah Rumah Budaya di Luar Negeri Jumlah Warisan Budaya Nasional yang Ditetapkan
8 9 10 11 12
13 14
64
RENSTRA KEMDIKBUD 2010 - 2014
KONDISI AWAL (2009)
2010
TAHUN 2012
2011
2013
2014
-
-
3.758
6.470
8.470
9.470
-
-
-
-
1,6 juta -
3 juta 1.400
4 juta 2.400
5 juta 3.200
-
-
-
20
35
45
-
-
-
200
500
600
-
-
-
12,5 juta
15 juta
17,5 juta
-
-
-
-
8
10
-
-
-
-
20
40
RENSTRA KEMDIKBUD 2010 - 2014
65
Peningkatan Mutu Pengelolaan untuk Mendukung Pengembangan, Pembinaan, dan Perlindungan Kebudayaan, Kebahasaan dan Kesastraan
Penyediaan dan Pemutakhiran Data dan Informasi Kebudayaan, Kebahasaan dan Kesastraan
Penyediaan Standar Mutu dan Pengembangan, Pembinaan, dan Perlindungan Kebudayaan, Bahasa dan Sastra
Penyediaan Sistem Pengembangan, Pembinaan, dan Perlindungan Kebudayaan, Bahasa dan Sastra
Terwujudnya Penerapan Nilai-Nilai Luhur Budaya Indonesia yang mencerminkan Jati Diri Bangsa Bermartabat
Penyediaan dan Peningkatan Kesejahteraan Tenaga Fungsional Kebudayaan Kebahasaan dan Kesastraan
Penyediaan Pendanaan Untuk Pengembangan, Pembinaan, Dan Pelindungan Kebudayaan, Bahasa Dan Sastra
Gambar 4.6 Kerangka berpikir penerapan strategi pencapaian tujuan strategis T6
Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Fungsional Kebudayaan Kebahasaan dan Kesastraan
Penyediaan Tenaga Kebudayaan, Kebahasaan Dan Kesastraan Yang Berkualitas Dan Berkompeten Untuk Pengembangan, Pembinaan, Dan Pelindungan Kebudayaan, Bahasa Dan Sastra
Penyediaan Tenaga Fungsional Kebudayaan Kebahasaan dan Kesastraan yang Berkualitas, Professional, dan Berdaya Saing
Peningkatan Sistem, Data Dan Informasi, Standar Mutu Pengembangan, Pembinaan, Dan Pelindungan Kebudayaan, Kebahasaan Dan Kesastraan Yang Berbasis Riset, Terarah, Terpadu, Dan Berkelanjutan
Penyediaan Kepastian Layanan Kebahasaan dan kesastraan satuan pendidikan
Penyediaan dan Peningkatan Sarana Dan Prasarana Untuk Pengembangan Pembinaan, Dan Pelindungan Kebudayaan, Bahasa Dan Sastra Yang Sistematis, Terarah, Dan Menyeluruh Di Wilayah NKRI
Penyediaan Sarana dan Prasarana Kebahasaan dan kesastraan satuan pendidikan
Pemberian Subsidi Pendanaan Bagi Peserta Didik
Subsidi Pengembangan Dan Perlindungan Bahasa Dan Sastra
4.1.8 Strategi Pencapaian Tujuan Strategis T7 Tujuan strategis T7, yaitu Tersedianya Sistem Tata Kelola yang Andal dalam Menjamin Terselenggaranya Layanan Prima Pendidikan dan Kebudayaan, dicapai dengan menggunakan strategi sebagai berikut. a.
penguatan kelembagaan, prosedur kerja, dan sumber daya manusia Kemdikbud;
b.
penguatan sistem perencanaan di lingkungan Kemdikbud; dan
c.
penguatan sistem pencatatan di lingkungan Kemdikbud.
Kerangka berpikir penerapan strategi pencapaian tujuan yang dikaitkan dengan program dan kegiatan pembangunan pendidikan dan kebudayaan 2010—2014 dapat dijabarkan pada Gambar 4.7. Penahapan pencapaian sasaran strategis dari tujuan strategis T7 ditunjukkan pada Tabel 4.7. Tabel 4.7 Pentahapan Pencapaian Sasaran Strategis dari Tujuan Strategis T7 NO
1 2 3
66
SASARAN STRATEGIS Opini Audit BPK RI Skor Lakip Kementerian Realisasi Penyerapan Anggaran 100% Setiap Tahunnya
RENSTRA KEMDIKBUD 2010 - 2014
KONDISI AWAL (2009)
WDP 75 97,00
TAHUN 2010 WDP 76 98,00
2011
2012
2013
2014
WDP 77 98,50
WTP WTP WTP 77 78 79 99,00 100,00 100,00
RENSTRA KEMDIKBUD 2010 - 2014
67
Penguatan Sistem Perencanaan di Lingkungan Kemdikbud
Koordinasi, Sinkronisasi dan Sinergi Antar Pusat dan Daerah
Penguatan Kelembagaan, Prosedur Kerja, dan Sumberdaya Manusia Kemdikbud
Tersedianya Sistem Tata Kelola yang Andal dalam Menjamin Terselenggaranya Layanan Prima Pendidikan dan Kebudayaan
Dukungan Teknis Lainnya
Penyediaan Data dan Statistik Pendididkan
Peningkatan Peran serta Masyarakat dalam Pengendalian dan Pengawasan Penerapan sistem Pendidikan dan Kebudayaan
Pengembangan Standar Pelayanan SPM
Evaluasi Penerapan SPM dan SNP
Koordinasi, Sinkronisasi dan Sinergi Antar K/L
Penguatan Sistem Pencatatan di Lingkungan Kemdikbud
Pengembangan TIK untuk pendayagunaan e-Pembelajaran dan e-Administrasi
Gambar 4.7 Kerangka berpikir penerapan strategi pencapaian tujuan strategis T7
Peningkatan dan Pengelolaan dan Pembinaan Kepegawaian yang Andal
Peningkatan Layanan Prima di Bidang Hukum dan Organisasi
Audit investigasi sesuai Standar Audit
Peningkatan Layanan Prima Dalam Pengadaaan dan Penataan BMN serta Sarpras Kementerian
Penjaminan Mutu Pendidikan
Peningkatan Layanan Prima dalam Pengelolaan Anggaran
Peningkatan Layanan Prima dalam Perencanaan dan KLN
Pengembangan Aparatur SDM Kemdikbud
Peningkatan Layanan Prima Bidang Informasi dan Kehumasan
4.1.7 Efek Resultan Strategi II, Strategi III dan Strategi IV Pembangunan
pendidikan
dan
kebudayaan
memegang
peranan
penting
dalam
meningkatkan kualitas hidup manusia di Indonesia yang ditunjukkan oleh Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Pembangunan pendidikan dan kebudayaan memberikan kontribusi langsung dalam meningkatkan parameter tingkat literasi serta jumlah penduduk usia sekolah yang bersekolah yang diukur dari APK gabungan pendidikan dasar, menengah, dan tinggi. Kondisi saat ini, tingkat literasi penduduk usia 15 tahun ke atas di Indonesia sudah mencapai 95 dan ditargetkan pada tahun 2014 akan mencapai 96. Dengan mencapai tingkat literasi 96, Indonesia sudah dapat sejajar dengan negara-negara maju. APK gabungan pendidikan dasar, menengah dan tinggi pada tahun 2009 adalah sebesar 78,5. Pada tahun 2014, melalui penerapan strategi II, strategi III, dan strategi IV akan memberikan efek resultan pada peningkatan APK gabungan mencapai sekurang-kurangnya 85,50 sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 4.8. Tabel 4.8 Sasaran Strategis Efek Resultan Strategi II, Strategi III, dan Strategi IV NO SG.1 SG.2 SG.3
SASARAN STRATEGIS APK Gabungan Pendidikan Dasar, Menengah, dan Tinggi Rata-Rata Lama Sekolah (Tahun) Tingkat Literasi Nasional Usia Dewasa
KONDISI AWAL (2009) 78,50
TAHUN 2010
2011
2012
2013
2014
79,80
81,30
82,80
84,30
85,50
7.60
7.75
7.85
8.10
8.20
8.25
94,70
95,00
95,20
95,40
95,60
96,17
4.1.8 Strategi Umum Dari seluruh strategi pembangunan pendidikan dan kebudayaan tersebut dapat dirumuskan ke dalam strategi umum seperti terlihat pada Tabel 4.9. Tabel 4.9 Rumusan Strategi Umum NO 1
KOMPONEN SISTEM PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN Pendidik dan Tenaga Kependidikan
KODE ST1.1 ST1.2
68
RENSTRA KEMDIKBUD 2010 - 2014
STRATEGI UMUM Penyediaan tenaga pendidik berkompeten yang merata di seluruh provinsi, kabupaten, dan kota Penyediaan manajemen satuan pendidikan dan kebudayaan berkompeten yang merata di seluruh provinsi, kabupaten, dan kota
NO 2
KOMPONEN SISTEM PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN Pembelajaran dan Penilaian
KODE
STRATEGI UMUM
ST2.1
Penyediaan sistem pembelajaran sesuai dengan Standar Nasional Pendidikan Penyediaan data dan informasi serta akreditasi pendidikan yang handal Penyediaan dan peningkatan sarpras pendidikan dan kebudayaan berkualitas yang merata di seluruh provinsi, kabupaten, dan kota Penyediaan subsidi untuk meningkatkan keterjangkauan layanan pendidikan dan kebudayaan berkualitas yang merata di seluruh provinsi, kabupaten, dan kota Penyediaan subsidi pembiayaan untuk penerapan sistem pembelajaran nonformal dan informal berkualitas yang merata di seluruh provinsi, kabupaten, dan kota Melanjutkan reformasi birokrasi untuk menjamin tercapainya tujuan dan sasaran strategis pendidikan dan kebudayaan Penerapan Penganggaran Berbasis Kinerja Penguatan akuntabilitas sistem keuangan dan pengelolaan BMN di lingkungan Kemdikbud Penguatan akuntabilitas sistem pengawasan internal Kemdikbud
ST2.2 3
Sarana dan Prasarana
ST3.1
4
Pendanaan
ST4.1
ST4.2
5
Tata Kelola
ST5.1
ST5.2 ST5.3 ST5.4
4.2
Arah Kebijakan Pembangunan Pendidikan dan Kebudayaan Tahun
2010—2014 Strategi umum sebagaimana dirumuskan pada bagian sebelumnya dipergunakan untuk menentukan arah kebijakan pembangunan pendidikan dan kebudayaan periode lima tahun yang akan datang. Keterkaitan strategi umum dan arah kebijakan tertulis dalam Tabel 4.10. Tabel 4.10 Keterkaitan Strategi Umum dengan Arah Kebijakan KODE ST1.1
STRATEGI UMUM Penyediaan tenaga pendidik berkompetenyang merata di seluruh provinsi, kabupaten, dan kota
ARAH KEBIJAKAN a. Peningkatan kualifikasi dan sertifikasi pendidik b. Peningkatan mutu lembaga pendidikan tenaga kependidikan (LPTK) dan lulusannya
RENSTRA KEMDIKBUD 2010 - 2014
69
KODE ST1.2
ST2.1
ST2.2 ST3.1
ST4.1
ST4.2
ST5.1
ST 5.2 ST5.3
ST5.4 STG1.1
STG1.2
70
STRATEGI UMUM Penyediaan manajemen satuan pendidikan berkompeten yang merata di seluruh provinsi, kabupaten, dan kota Penyediaan sistem pembelajaran sesuai dengan Standar Nasional Pendidikan
Penyediaan data dan informasi serta akreditasi pendidikan yang handal Penyediaan dan peningkatan sarana dan prasarana pendidikan dan kebudayaan berkualitas yang merata di seluruh provinsi, kabupaten, dan kota Penyediaan subsidi untuk meningkatkan keterjangkauan layanan pendidikan dan kebudayaan berkualitas yang merata di seluruh provinsi, kabupaten, dan kota Penyediaan subsidi pembiayaan untuk penerapan sistem pembelajaran non formal dan informal berkualitas yang merata di seluruh provinsi, kabupaten, dan kota Penataan struktur organisasi untuk menjamin tercapainya tujuan dan sasaran strategis pendidikan dan kebudayaan Penerapan Penganggaran Berbasis Kinerja Penguatan akuntabilitas sistem keuangan dan pengelolaan BMN di lingkungan Kemdikbud Penguatan akuntabilitas sistem pengawasan internal Kemdikbud Gabungan Strategi Umum ST1.1, ST1.2, ST3.1, ST4.1, dan ST4.2 Gabungan Strategi ST1.1, ST2.1, dan ST3.1
RENSTRA KEMDIKBUD 2010 - 2014
ARAH KEBIJAKAN c. Pemberdayaan Kepala sekolah dan Pengawas Sekolah
d. Penerapan pendidikan akhlak mulia dan karakter bangsa e. Pengembangan pendidikan yang membangun manusia yang berjiwa kreatif, inovatif, sportif dan wirausaha f. Penguatan Sistem Evaluasi, Akreditasi dan Sertifikasi Pendidikan g. peningkatan kualitas dan kapasitas sarana dan prasarana pendidikan sesuai dengan Standar Nasional Pendidikan h. Penguatan dan perluasan pemanfaatan TIK di bidang pendidikan dan kebudayaan i. Penyediaan buku teks murah j. Rasionalisasi pendanaan pendidikan dan kebudayaan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat k. Pemberdayaan masyarakat dan dunia usaha l. Penguatan dan perluasan pendidikan nonformal dan informal
m. Melanjutkan reformasi birokrasi n. Koordinasi antar Kementrian dan/atau Lembaga Pemerintah pusat dan daerah
o. Akselerasi Pembangunan Pendidikan dan Kebudayaan di daerah Perbatasan, Tertinggal, dan Rawan Bencana p. Penyelarasan pendidikan dengan kebutuhan dunia usaha dan dunia industri
KODE STG1.3
STRATEGI UMUM Gabungan Strategi Umum ST1.1, ST2.1, ST2.2, ST3.1, ST4.1, dan ST4.2
ARAH KEBIJAKAN q. Pengembangan, Pembinaan dan Pelindungan Budaya sebagai jati diri bangsa
Arah kebijakan tersebut sebagian sama dengan kebijakan terobosan yang dipergunakan Kemdikbud selama periode 2005—2009. Kebijakan teroboson yang dilanjutkan diantaranya kebijakan yang telah dilaksanakan dan berhasil dengan beberapa penyesuaian dan penekanan pada periode 2010—2014. Selain itu, juga perlu diperkuat dengan berbagai kebijakan terobosan baru sesuai dengan tuntutan yang ada untuk dijadikan arah kebijakan pembangunan pendidikan dan kebudayaan tahun 2010—2014. Penjelasan dari arah kebijakan tersebut adalah sebagai berikut. 4.2.1 Peningkatan Kualifikasi dan Sertifikasi Pendidik Undang-Undang RI No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen menempatkan guru dan dosen sebagai profesi. Guru harus memenuhi kualifikasi pendidikan minimal S-1/D-4 dan bersertifikat pendidik, sedangkan dosen harus memenuhi kualifikasi pendidikan minimal S2/S-3 dan bersertifikat pendidik. Pemerintah harus menyelesaikan peningkatan kualifikasi dan sertifikasi pendidik selambat-lambatnya pada akhir tahun 2014. Selain itu, langkah ini dilakukan untuk memastikan regenerasi guru yang berkompeten mengingat dalam kurun waktu lima tahun ke depan diperkirakan sekitar 700 ribu guru akan pensiun. Untuk mencapai target tersebut, pada tahun 2010—2014 Kemdikbud akan mempertahankan kebijakankebijakan peningkatan kualifikasi dan kompetensi guru antara lain sebagai berikut. a.
pengembangan sistem rekrutmen guru dengan pemberian beasiswa ikatan dinas pandu bakat;
b.
peningkatan sistem rekrutmen guru berkualifikasi S-1/D-4 yang berkompeten;
c.
pemberian beasiswa untuk meningkatkan kualifikasi guru menjadi S-1/D-4 dan peningkatan kualifikasi dosen menjadi S-2/S-3;
d.
penertiban penyelenggaraan sertifikasi pendidik antara lain melalui Uji Kompetensi Awal (UKA) dan dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundangan; dan
e.
peningkatan peran perguruan tinggi dalam pembinaan profesionalisme guru berkelanjutan melalui kegiatan KKG/MGMP.
RENSTRA KEMDIKBUD 2010 - 2014
71
4.2.2 Peningkatan Mutu Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) dan Lulusannya Peningkatan kualitas dan kompetensi guru bergantung pada kualitas lembaga penyedia tenaga pendidik. Penerapan Undang-Undang RI Nomor 14 tahun 2005 mengharuskan ketersediaan LPTK sebagai lembaga yang bertugas menghasilkan calon tenaga kependidikan dan menyelenggarakan sertifikasi pendidik. Untuk menjamin ketersediaan guru yang berkompeten diperlukan peningkatan mutu LPTK. Peningkatan mutu LPTK dilakukan antara lain melalui kebijakan sebagai berikut. a.
penyediaan dosen LPTK yang berkompeten;
b.
pengetatan persyaratan perizinan dan akreditasi LPTK;
c.
penertiban LPTK yang tidak berizin dan/atau tidak berakreditasi; dan
d.
peningkatan sarana dan prasarana LPTK.
4.2.3 Pemberdayaan Kepala Sekolah dan Pengawas Sekolah Selain tenaga pendidik, kepala sekolah dan pengawas sekolah memegang peranan penting dalam meningkatkan mutu pendidikan dan akuntabilitas penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan. Permasalahan yang dihadapi kepala sekolah adalah lemahnya kompetensi manajerial, sedangkan yang dihadapi pengawas sekolah adalah lemahnya kompetensi kepengawasan. Secara khusus, kepala sekolah dasar menghadapi permasalahan tingginya beban kerja karena tidak mempunyai tenaga administrasi sekolah. Pemberdayaan kepala sekolah dan pengawas sekolah dilakukan antara lain melalui kebijakan sebagai berikut. a.
memberikan beasiswa S-1 dan S-2 bagi kepala sekolah dan pengawas sekolah;
b.
menyelenggarakan diklat manajemen dan kepemimpinan yang berkualitas untuk kepala sekolah dan diklat pengawasan yang berkualitas bagi pengawas sekolah;
c.
merevitalisasi organisasi profesi tenaga kependidikan MKKS/MKPS; dan
d.
mendorong pemerintah daerah kab/kota untuk menyediakan tenaga administrasi sekolah di setiap sekolah dasar.
4.2.4 Penerapan Pendidikan Akhlak Mulia dan Karakter Bangsa Sistem pembelajaran saat ini dipandang belum efektif membangun peserta didik memiliki akhlak mulia dan karakter bangsa. Hal ini ditunjukkan dengan terjadinya degradasi moral seperti penyalahgunaan narkoba, radikalisme pelajar, pornografi dan pornoaksi, plagiatisme,
72
RENSTRA KEMDIKBUD 2010 - 2014
serta menurunnya nilai kebanggaan berbangsa dan bernegara. Kebijakan untuk menanggulangi masalah ini antara lain sebagai berikut. a.
menanamkan pendidikan moral yang mengintegrasikan muatan agama, budi pekerti, kebanggaan warga negara, peduli kebersihan, peduli lingkungan, dan peduli ketertiban dalam penyelenggaraan pendidikan dan kebudayaan;
b.
mengembangkan kurikulum pendidikan yang memberikan muatan soft skills yang meningkatkan akhlak mulia dan menumbuhkan karakter berbangsa dan bernegara;
c.
menumbuhkan budaya peduli kebersihan, peduli lingkungan, dan peduli ketertiban melalui pembelajaran aktif di lapangan;
d.
memperkuat pendidikan kepanduan/kepramukaan dan keolahragaan; dan
e.
menilai prestasi keteladanan peserta didik yang mempertimbangkan aspek akhlak mulia dan karakter berbangsa dan bernegara.
4.2.5 Pengembangan Pendidikan yang Membangun Manusia yang Berjiwa Kreatif, Inovatif, Sportif dan Wirausaha Dalam mendukung Pengembangan Ekonomi Kreatif (PEK) tahun 2010—2014, yakni pengembangan kegiatan ekonomi berdasarkan kreativitas, keterampilan, dan bakat individu untuk menciptakan daya kreasi dan daya cipta individu yang bernilai ekonomis dan berpengaruh pada kesejahteraan masyarakat Indonesia. Untuk itu perlu dirumuskan kebijakan pengintergrasian aspek yang menumbuhkan jiwa kreatif, inovatif, sportif dan wirausaha dalam metodologi pendidikan. Pengembangan metodologi pendidikan ini dilakukan melalui kebijakan sebagai berikut. a.
melakukan kajian dan penyempurnaan kurikulum pendidikan dan pelatihan agar lebih berorientasi pada pembentukan kreativitas dan kewirausahaan peserta didik sedini mungkin;
b.
meningkatkan kualitas pendidikan yang mendukung penciptaan kreativitas dan kewirausahaan pada peserta didik sedini mungkin;
c.
menciptakan akses pertukaran informasi dan pengetahuan ekonomi kreatif antar penyelenggara pendidikan;
d.
meningkatkan jumlah dan memperbaiki kualitas dan lembaga pendidikan dan pelatihan formal dan informal yang mendukung penciptaan insan kreatif dalam pengembangan ekonomi kreatif;
RENSTRA KEMDIKBUD 2010 - 2014
73
e.
menciptakan keterhubungan dan keterpaduan antara lulusan sekolah menengah kejuruan dan pendidikan tinggi yang terkait dengan kebutuhan pengembangan ekonomi kreatif;
f.
mendorong para wirausahawan sukses untuk berbagi pengalaman dan keahlian di institusi pendidikan menengah dan pendidikan tinggi dalam pengembangan ekonomi kreatif; dan
g.
memfasilitasi pengembangan jejaring dan mendorong kerja sama antar insan kreatif Indonesia di dalam dan luar negeri.
4.2.6 Penguatan Sistem Evaluasi, Akreditasi, dan Sertifikasi Pendidikan Meningkatnya partisipasi pendidikan belum sepenuhnya diikuti dengan sistem evaluasi yang terpercaya. Salah satu indikatornya adalah belum terpadunya hasil ujian nasional pendidikan menengah, sehingga hasil ujian nasional tersebut belum digunakan untuk masuk perguruan tinggi. Hal tersebut diantaranya diakibatkan oleh belum sempurnanya pelaksanaan ujian nasional. Selain itu, substansi ujian nasional pun belum mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik yang sebenarnya. Untuk itu, diperlukan kebijakan antara lain sebagai berikut. a.
penyempurnaan sistem pengujian dan penilaian pendidikan termasuk penjaminan keterpaduan pengujian dan penilaian pendidikan antarjenjang pendidikan;
b.
penguatan sistem akreditasi satuan/program pendidikan; dan
c.
penguatan sistem sertifikasi kompetensi lulusan.
4.2.7 Peningkatan Kualitas dan Kapasitas Sarana dan Prasarana Pendidikan sesuai dengan Standar Nasional Pendidikan Pembangunan prasarana dan sarana secara besar-besaran merupakan terobosan yang dilakukan pemerintah guna meningkatkan akses pendidikan. Prasarana yang dibangun pemerintah diantaranya unit sekolah baru (USB), ruang kelas baru (RKB), perpustakaan, dan laboratorium serta gedung perguruan tinggi. Pembangunan sarana dan prasarana fisik terutama difokuskan pada daerah-daerah yang benar-benar membutuhkan. Sejalan dengan logika itu, lokasi pembangunan USB cenderung dikonsentrasikan di daerah-daerah pemekaran, pedesaan, terpencil, terisolir, dan daerah yang termasuk kantong kemiskinan. Dari beberapa penjelasan tersebut, kebijakan yang dilakukan adalah melalui:
74
a.
penuntasan rehabilitasi gedung sekolah yang rusak;
b.
pengadaan laboratorium, perpustakaan, dan workshop;
RENSTRA KEMDIKBUD 2010 - 2014
c.
pembangunan ruang kelas baru dan unit sekolah baru; dan
d.
pembangunan sarana dan prasarana perguruan tinggi.
4.2.8 Penguatan dan Perluasan Pemanfaatan TIK di Bidang Pendidikan Dalam rangka menghadapi tuntutan global, penguasaan dan pendayagunaan TIK diyakini dapat menunjang upaya peningkatan dan pemerataan akses pendidikan, peningkatan mutu, relevansi, dan daya saing pendidikan, serta tata kelola, akuntabilitas, dan citra publik terhadap pendidikan. Namun, masih ada kesenjangan literasi TIK antarwilayah di satu sisi dan perkembangan internet yang juga membawa dampak negatif terhadap nilai dan norma masyarakat. Di samping itu juga akan memberikan peluang munculnya plagiatisme dan pelanggaran HAKI sehingga diperlukan integrasi penggunaan TIK dalam pembelajaran. Pada tahun 2010—2014, penguatan pemanfaatan TIK untuk e-pembelajaran, e-manajemen dan elayanan dilakukan antara lain melalui kebijakan sebagai berikut. a.
penyediaan sarana dan prasarana TIK serta muatan pembelajaran berbasis TIK untuk penguatan dan perluasan e-pembelajaran pada semua jenjang pendidikan
b.
pengembangan e-manajemen, e-pelaporan, dan e-layanan untuk meningkatkan efektivitas tata kelola dan layanan publik.
c.
pengembangan sistem pengelolaan pengetahuan untuk mempermudah dalam berbagi informasi danpengetahuan antar peserta didik dan tenaga pendidik
d.
pengembangan pusat sumber belajar berbasis TIK pada pendidikan dasar dan menengah; dan
e.
peningkatan kemampuan SDM untuk mendukung pendayagunaan TIK di pusat dan daerah.
4.2.9 Penyediaan Buku Teks Murah Dalam rangka meningkatkan jumlah terbitan buku dan mendorong kreativitas serta motivasi penulis, Kemdikbud meneruskan program pembelian hak cipta buku teks pelajaran yang mendukung program buku teks murah. Penyediaan buku teks pelajaran yang bermutu, mudah diperoleh, dengan harga yang terjangkau serta meniadakan monopoli penulisan, penggandaan, penerbitan dan pendistribusian buku telah diatur melalui Permendiknas No. 2 Tahun 2008 tentang Buku. Namun, reformasi perbukuan yang dilakukan belum sepenuhnya berdampak pada penyedian buku teks murah kepada seluruh peserta didik.
RENSTRA KEMDIKBUD 2010 - 2014
75
Pada tahun 2010—2014, penyediaan buku teks murah dilakukan antara lain melalui kebijakan sebagai berikut. a.
menyediakan subsidi biaya buku kepada peserta didik yang menggunakan buku yang hak ciptanya telah dibeli oleh Kemdikbud;
b.
mempermudah akses bagi satuan pendidikan untuk mengunduh buku sekolah elektronik yang telah dibeli hak ciptanya oleh Kemdikbud;
c.
mengevaluasi sistem penilaian buku-buku yang dibeli hak ciptanya oleh Kemdikbud untuk meningkatkan penggunaan buku-buku teks tersebut;
d.
mendorong satuan pendidikan untuk memanfaatkan buku teks yang hak ciptanya sudah dibeli oleh Kemdikbud; dan
e.
mengupayakan
buku-buku
pendukung
pelaksanaan
kurikulum
yang
telah
disempurnakan oleh Kemdikbud. 4.2.10 Rasionalisasi Pendanaan Pendidikan, Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Dalam periode pembangunan 2005—2009, program bantuan operasional sekolah (BOS), BOS buku, bantuan khusus murid (BKM), dan beasiswa dari SD hingga perguruan tinggi telah terbukti secara signifikan menurunkan angka putus sekolah dan meringankan beban orang tua dalam menyediakan biaya pendidikan. Khusus pada jenjang pendidikan tinggi, kebijakan pendanaan pendidikan, penelitian dan pengabdian masyarakat lebih diarahkan pada peningkatan cakupan, kualitas, dan relevansi. Fokus pengembangan bidang penelitian dan pengabdian masyarakat lebih diarahkan pada peningkatan hasil penelitian dan pengabdian masyarakat untuk dapat menjawab kebutuhan masyarakat yang berpotensi menjadi publikasi ilmiah internasional sehingga dapat meningkatkan daya saing perguruan tinggi. Rasionalisasi pendanaan ini dilakukan antara lain melalui kebijakan sebagai berikut. a.
pemetaan struktur biaya total pendidikan setiap satuan pendidikan dengan memperhatikan keragaman wilayah;
b.
pengaturan
sistem
pembiayaan
pendidikan
yang
proporsional
dengan
mempertimbangkan indeks daya beli masyarakat; c.
peningkatan keefektifan bantuan pendidikan kepada
peserta didik miskin dengan
memperhatikan disparitas antarwilayah dan antargender; d.
76
peningkatan intensitas penelitian dan publikasi internasional; dan
RENSTRA KEMDIKBUD 2010 - 2014
e.
peningkatan keefektifan bantuan pendidikan, penelitian dan pengabdian pada masyarakat pada pendidikan tinggi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dan meningkatnya daya saing.
4.2.11 Penguatan Kemitraan Strategis antara Dunia Pendidikan dengan Masyarakat dan Dunia Usaha Kontribusi dunia usaha dan dunia industri dalam pengembangan pendidikan dan penelitian masih rendah. Hal ini terjadi, karena kurang efektifnya pola kemitraan pendidikan dengan dunia usaha dan dunia industri, serta organisasi masyarakat. Sementara itu, pendidikan tidak dapat terlepas dari keterkaitannya dengan dunia usaha dan dunia industri, baik proses pendidikannya, pendidiknya, maupun peserta didiknya. Untuk mengatasi hal itu perlu dilakukan beberapa kebijakan antara lain sebagai berikut. a.
mengoptimalkan pemanfaatan dana Corporate Social Responsibility (CSR) untuk bidang pendidikan;
b.
membentuk sistem yang mengatur kemitraan sinergis dengan dunia usaha dan industri, organisasi profesi dalam sertifikasi profesi, serta organisasi kemasyarakatan dalam penyelenggaraan satuan pendidikan;
c.
membangun mekanisme kemitraan antara pemerintah, lembaga pendidikan, dan pelatihan dengan pelaku usaha untuk mengembangkan pendidikan dan pelatihan berkualitas dalam pengembangan ekonomi;
d.
mendorong pihak swasta untuk membangun lembaga pendidikan dan pelatihan khususnya yang terkait dengan kebutuhan SDM di dunia kerja; dan
e.
memanfaatkan potensi yang ada di masyarakat, dunia usaha dan dunia industri untuk peningkatan kualitas pendidikan.
4.2.12 Penguatan dan Perluasan Pendidikan Nonformal dan Informal Program pendidikan nonformal dan informal sangat strategis dalam upaya menurunkan buta aksara dan meningkatkan kecakapan hidup masyarakat berkesetaraan gender. Hal ini sejalan dengan komitmen internasional dalam pemberantasan buta aksara. Selain itu, dalam upaya mewujudkan masyarakat berbasis pengetahuan perlu ditingkatkan budaya baca masyarakat. Penguatan dan perluasan ini dilaksanakan antara lain melalui kebijakan sebagai berikut. a.
penguatan dan perluasan program pembelajaran langsung di Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM);
RENSTRA KEMDIKBUD 2010 - 2014
77
b.
penguatan dan perluasan pendidikan kecakapan hidup untuk warga negara usia sekolah yang putus sekolah atau tidak melanjutkan sekolah dan bagi warga usia dewasa;
c.
penguatan dan perluasan budaya baca melalui penyediaan taman bacaan, bahan bacaan dan sumber informasi lain yang mudah, murah, dan merata serta sarana pendukungnya;
d.
penguatan dan perluasan pendidikan nonformal dan informal untuk mengurangi disparitas antargender; dan
e.
pemberian
fasilitasi
pelaksanaan
peningkatan
pengetahuan
dan
kecakapan
keorangtuaan (parenting education) dan homeschooling. 4.2.13 Reformasi Birokrasi Reformasi birokrasi merupakan inti dari berbagai program prioritas guna meningkatkan kualitas pelayanan publik. Kemdikbud menjadi salah satu dari 13 K/L yang harus menyelesaikan reformasi birokrasi pada tahun 2010/2011. Reformasi birokrasi sangat diperlukan sejalan dengan tanggung jawab Kemdikbud dalam mengelola anggaran fungsi pendidikan sebesar 20% dari APBN/APBD. Berdasarkan kajian awal reformasi birokrasi pada tahun 2009, reformasi birokrasi dilaksanakan antara lain melalui kebijakan sebagai berikut. a. penguatan pelaksanaan manajemen perubahan; b. penataan peraturan perundang-undangan; c. penataan dan penguatan organisasi; d. penataan tatalaksana; e. penataan sistem manajemen SDM aparatur; f. penguatan pengawasan; g. penguatan akuntabilitas kinerja; h. peningkatan layanan satuan pendidikan, peserta didik, Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PTK), substansi pendidikan, kebahasaan, serta layanan kebudayaan; i.
pelaksanaan quick win; dan
j.
penguatan monitoring, evaluasi, dan pelaporan
4.2.14 Koordinasi Antarkementerian dan/atau Lembaga Pemerintah serta Pusat dan Daerah Kondisi saat ini masih terdapat tumpang tindih dalam pelaksanaan kegiatan antar-K/L maupun antarpusat dan daerah serta kurang terintegrasinya penetapan prioritas serta target kinerja pendidikan di pusat dan di daerah. Sesuai dengan PP No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan antara Pemerintah, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten dan
78
RENSTRA KEMDIKBUD 2010 - 2014
Kota, telah diatur pembagian urusan antara Kemdikbud, K/L lainnya, serta pemerintah daerah dalam pengelolaan pendidikan. Koordinasi antar K/L dilaksanakan dengan mengacu pada kebijakan sebagai berikut. a.
peningkatan koordinasi antara Kemdikbud dengan K/L terkait untuk mensinergikan perencanaan, pelaksanaan, pengendalian dan evaluasi pendidikan dan kebudayaan; dan
b.
peningkatan koordinasi antara Kemdikbud dengan pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten dan kota serta satuan pendidikan untuk mensinergikan perencanaan, pelaksanaan, pengendalian dan evaluasi pendidikan dan kebudayaan.
4.2.15 Akselerasi Pembangunan Pendidikan dan Kebudayaan di Daerah Perbatasan, Tertinggal, dan Rawan Bencana Pembangunan pendidikan dan kebudayaan di daerah perbatasan dan tertinggal termasuk daerah rawan bencana, perlu dilakukan secara khusus untuk menjamin keberpihakan dan kepastian kepada masyarakat di daerah tersebut. Tuntutan keadilan dan kesatuan bangsa dan negara serta adanya konvensi internasional tentang pendidikan untuk semua, mengharuskan pemerintah untuk memberikan layanan pendidikan dan kebudayaan kepada setiap warga negara dimanapun mereka berada di NKRI ini. Pembangunan pendidikan di daerah perbatasan dan tertinggal serta rawan bencana dilakukan melalui kebijakan sebagai berikut. a.
penyediaan pendidik dan tenaga kependidikan dengan tunjangan khusus di daerah perbatasan, tertinggal, dan rawan bencana;
b.
penyediaan sarana dan prasarana pendidikan melalui pembangunan TK-SD satu atap, SD-SMP satu atap, dan sekolah berasrama di daerah perbatasan, tertinggal, dan rawan bencana; dan
c.
penyediaan subsidi bagi siswa untuk mendapat pendidikan formal dan nonformal di daerah perbatasan, tertinggal, dan rawan bencana.
4.2.16 Penyelarasan Pendidikan dengan Kebutuhan Dunia Usaha dan Dunia Industri Hasil penyelarasan pendidikan harus mampu memenuhi kebutuhan dunia usaha dan dunia industri. Kebutuhan tersebut memiliki sejumlah parameter yang harus disesuaikan dengan pasokan lulusan layanan pendidikan, seperti jumlah, kompetensi dan lokasi. Kemdikbud harus mampu menciptakan dan menjaga sistem standardisasi penyelenggaraan pendidikan.
RENSTRA KEMDIKBUD 2010 - 2014
79
Program tersebut antara lain ditempuh melalui kebijakan sebagai berikut. a.
menyelaraskan
rencana
pengembangan
layanan
pendidikan
dengan
rencana
pengembangan industri, rencana pengembangan wilayah, rencana investasi; b.
menyelaraskan kurikulum pendidikan dengan dunia usaha dan dunia industri;
c.
mengembangkan sinergitas antar-K/L yang terkait dengan pasokan dan serapan tenaga kerja;
d.
membangun lembaga pendidikan dan pelatihan yang terkait dengan pengembangan ekonomi di daerah yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai cluster industri; dan
e.
meningkatkan kualitas penelitian yang dapat menjawab tantangan dunia usaha dan dunia industri dan menjadikannya sebagai prioritas penelitian nasional.
4.2.17 Pelestarian dan Pengelolaan Kebudayaan sebagai Jati Diri Bangsa Kebudayaan melekat pada individu dan masyarakat sehingga kebudayaan menjadi penentu identitas, jati diri dan karakter manusia. Kebudayaan mencakup berbagai hal seperti pengetahuan, kesenian, tradisi, sejarah, sistem kepercayaan, teknologi dan berbagai wujud benda yang menjadi hasil kebudayaan. Kebudayaan tidak diperoleh oleh individu maupun masyarakat secara otomatis, tetapi diperoleh melalui proses belajar baik secara formal maupun nonformal. Proses belajar tersebut dilakukan dengan pelestarian dan pengelolaan kebudayaan yang bertujuan untuk menciptakan manusia Indonesia yang cerdas, berkarakter, dan berjati diri. Tujuan kebudayaan tersebut dilakukan dengan upaya sebagai berikut: a.
penerapan prinsip keseimbangan dalam bidang pelestarian dan pengelolaan kebudayaan. Pelestarian merupakan upaya untuk memahami dan mewariskan akar identitas dan berbagai kearifan budaya yang telah ada, sedangkan pengelolaan kebudayaan merupakan upaya untuk menjawab tantangan dan permasalahan kebudayaan di masa kini dan masa mendatang;
b.
pembelajaran kebudayaan dilakukan melalui pendidikan formal dan nonformal;
c.
peningkatan kualifikasi dan kompetensi sumber daya manusia Kebudayaan berdasarkan tuntutan dan kekhasan tugas;
d.
peningkatan kerja sama kelembagaan di tingkat wilayah, nasional, dan internasional;
e.
peningkatan promosi untuk perluasan wilayah pemakaian bahasa Indonesia;
f.
peningkatan upaya penggalian nilai budaya termasuk di dalamnya sejarah, kearifan lokal, bahasa, dan karya-karya budaya materi;
80
RENSTRA KEMDIKBUD 2010 - 2014
g.
pengembangan budaya serta pembudayaan melalui diseminasi, diplomasi, dan promosi budaya;
h.
peningkatan kualitas pelestarian (perlindungan, pengembangan, dan pemanfaatan) dan pengelolaan cagar budaya dan permuseuman;
i.
peningkatan kreativitas, apresiasi dan pemahaman masyarakat terhadap karya seni dan film;
j.
peningkatan kesadaran dan pemahaman multikultur dan penguatan kearifan lokal;
k.
peningkatan kesadaran dan pemahaman sejarah serta penguatan jati diri dan karakter bangsa;
l.
peningkatan ketahanan budaya dan apresiasi budaya;
m. peningkatan pelestarian dan pengelolaan warisan budaya dan kekayaan budaya; n.
peningkatan kesadaran dan pemahaman terhadap perlindungan dan pengelolaan pengetahuan tradisional dan ekspresi budaya tradisional;
o.
pemberdayaan kelembagaan kepercayaan, komunitas adat dan tradisi serta pemerhati budaya;
p.
penguatan internalisasi nilai dalam pendidikan formal dan nonformal; dan
q.
peningkatan dan penguatan peran diplomasi budaya di dalam dan luar negeri.
RENSTRA KEMDIKBUD 2010 - 2014
81
82
RENSTRA KEMDIKBUD 2010 - 2014
BAB V PROGRAM PEMBANGUNAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TAHUN 2010—2014
5.1
Restrukturisasi Program dan Kegiatan Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan Kementerian
Pendidikan
dan
Kebudayaan
menjadi
salah
satu
dari
enam
kementerian/lembaga yang dijadikan sebagai proyek percontohan dalam melakukan reformasi perencanaan dan penganggaran. Ketentuan tersebut tertuang dalam Nota Keuangan 2009 (Lampiran Pidato Presiden Agustus 2008) dan diperkuat dengan Surat Deputi Bidang Pendanaan Pembangunan Bappenas No.0298/D.8/01/2009, tanggal 19 Januari 2009. Adapun landasan hukum restrukturisasi perencanaan dan penganggaran ini adalah UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan UU No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional. Sehubungan dengan hal tersebut, penyusunan Renstra Kemdikbud 2010—2014 menjadi keharusan bagi setiap kementerian/lembaga. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan jaminan keberlanjutan program sekaligus memudahkan pimpinan baru dalam menjalankan tugas. Renstra juga merupakan persyaratan utama bagi upaya mewujudkan akuntabilitas dan transparansi serta peningkatan mutu keluaran (output) dan hasil (outcome) dalam pemanfaatan APBN. Renstra akan menjadi acuan (guidance) pelaksanaan program dan kegiatan bagi setiap pimpinan unit kerja agar dalam melaksanakan tugas dan fungsinya semakin akuntabel (accountable). Reformasi perencanaan dimaksudkan agar di dalam penyusunan Renstra tergambar secara jelas keterkaitan antara program, indikator kinerja, dan masukan (input) untuk setiap unit kerja. Reformasi perencanaan dan penganggaran dilakukan untuk lebih memantapkan kembali penerapan Penganggaran Berbasis Kinerja (performance based budgeting) khususnya di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sejak diberlakukannya undangundang tentang penganggaran dan keuangan. Dalam reformasi perencanaan dan
RENSTRA KEMDIKBUD 2010 - 2014
83
penganggaran ini setiap eselon I diharapkan menetapkan satu atau dua program, sedangkan eselon II dimungkinkan memiliki satu atau dua kegiatan sesuai dengan karakteristik tugas dan fungsinya. Program di setiap eselon I dan kegiatan di seluruh eselon II harus mencerminkan Program Prioritas Nasional. Restrukturisasi program dan kegiatan disajikan pada Gambar 5.1.
Gambar 5.1 Arsitektur restrukturisasi program dan kegiatan
Melalui reformasi perencanaan dan penganggaran diharapkan diperoleh gambaran pembiayaan selama lima tahun mendatang. Pemerintah dapat menjamin penyediaan anggaran selama lima tahun mendatang. Penyusunan Renstra juga memperhatikan kemampuan fiskal untuk memenuhi amanat undang-undang bahwa Pemerintah harus menyediakan anggaran pendidikan minimal 20% dari APBN. Renstra Kemdikbud 2010—2014 ini disusun dengan menggunakan berbagai asumsi pertumbuhan ekonomi, serta kombinasi pendekatan bottom up dan top down dengan keterlibatan seluruh eselon I dan eselon II dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Pendekatan top down mengandung makna bahwa perencanaan ini memperhatikan pula ketersediaan anggaran sesuai dengan estimasi APBN. Dari sisi pelaksanaan, pendekatan bottom up dilakukan untuk memperoleh gambaran kebutuhan pendanaan guna mewujudkan kondisi ideal. Dengan demikian, akan tampak kesenjangan antara pendanaan minimal 20% APBN dengan kondisi ideal. Tantangan pemerintah adalah bagaimana memperkecil kesenjangan dalam arti penyediaan anggaran menuju kondisi ideal. Setelah tersusunnya Renstra ini, setiap unit utama harus menerjemahkannya ke dalam rencana tahunan yang terukur dengan menerapkan prinsip penganggaran berbasis kinerja. 84
RENSTRA KEMDIKBUD 2010 - 2014
5.2
Pembagian Kewenangan dan Tanggung Jawab Pemerintah Pusat,
Provinsi, Kabupaten, dan Kota Gerakan reformasi di Indonesia secara umum menuntut diterapkannya prinsip demokrasi, otonomi, dan desentralisasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidkan Nasional (UU Sisdiknas) merupakan respons terhadap tuntutan reformasi di bidang pendidikan. Sejalan dengan prinsip desentralisasi, Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 dan Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 mengatur penyelenggaraan dan pengelolaan pendidikan yang menjadi kewenangan Pemerintah, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota. Undang-Undang Sisdiknas menetapkan bahwa Menteri Pendidikan dan Kebudayaan bertanggung jawab atas pengelolaan sistem pendidikan nasional. Pemerintah menentukan kebijakan nasional dan standar nasional pendidikan untuk menjamin mutu pendidikan nasional. Pemerintah daerah provinsi melakukan koordinasi atas penyelenggaraan pendidikan, pengembangan tenaga kependidikan, dan penyediaan fasilitas penyelenggaraan pendidikan lintas daerah kabupaten/kota untuk tingkat pendidikan dasar dan menengah. Pemerintah kabupaten/kota mengelola pendidikan dasar dan pendidikan menengah, serta satuan pendidikan yang berbasis keunggulan lokal. Perguruan tinggi menentukan kebijakan dan memiliki otonomi dalam mengelola pendidikan di lembaganya. Dengan terintegrasinya fungsi kebudayaan dengan fungsi pendidikan, Kemdikbud bertanggung jawab melestarikan warisan dan nilai-nilai budaya dan sejarah yang mencakup: 1) pembangunan karakter bangsa diantaranya dilakukan melalui: persemaian nilai budaya sebagai pembentuk karakter bangsa; fasilitasi sarana budaya untuk sekolah; bahan publikasi/internalisasi nilai sejarah dan budaya; museum masuk sekolah; 2) pelestarian warisan budaya diantaranya dilakukan melalui: registrasi nasional cagar budaya sebagai warisan budaya nasional; revitalisasi cagar budaya; dan revitalisasi museum; 3) penguatan diplomasi budaya diantaranya dilakukan melalui: penyelenggaraan forum dunia bidang kebudayaan; penguatan diplomasi budaya: rumah budaya di luar negeri; pengembangan rumah budaya nusantara; penominasian warisan budaya nasional menjadi warisan budaya dunia (UNESCO).
RENSTRA KEMDIKBUD 2010 - 2014
85
5.3
Pengelompokan Program
Jika mengacu kepada strukturisasi program dan kegiatan, Kemdikbud telah menyusun program-program pembangunan pendidikan dan kebudayaan yang dihubungkan dengan tugas dan fungsi serta tujuan yang akan dicapai sampai dengan tahun 2014. Namun, dengan mengacu kepada perubahan struktur organisasi Kemdikbud sesuai dengan Peraturan Presiden No. 77 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Presiden No. 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara serta Permendikbud No. 1 Tahun 2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kemdikbud, Kemdikbud memiliki 10 Unit Eselon I dan 10 Program. Bagan struktur organisasi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dapat dilihat pada Gambar 5.2.
MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN STAF AHLI
WAKIL MENTERI PENDIDIKAN WAKIL MENTERI KEBUDAYAAN
INSPEKTORAT JENDERAL
DITJEN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI, NONFORMAL, DAN INFORMAL
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
94 PTN
DITJEN PENDIDIKAN DASAR
BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBINAAN BAHASA
SEKRETARIAT JENDERAL
DITJEN PENDIDIKAN MENENGAH
DITJEN PENDIDIKAN TINGGI
DITJEN KEBUDAYAAN
BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DAN PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN
12 PPPPTK, 2 P2-PAUDNI, 2 BP-PAUDNI, 1 LPPKS, 31 LPMP, 17 BALAI BAHASA, 13 KANTOR BAHASA , 1 BPMTP, 1 BPMRP, 1 BPMP, 11 BPSNT, 12 BP3, 1 BKPB, 1 BPSMPS, 10 BA, 1 MUS.NAS, 1 MUS.SP, 1 MUS.PNP, 1 MUS.KN, 1 1 MUS.BVY, 1MUS.BA, 1 GNI, 1 LSF
12 KOPERTIS
Gambar 5.2 Struktur Organisasi Kemdikbud sesuai dengan Perpres 77 Tahun 2011
Program-program tersebut disusun berdasarkan jenjang pendidikan dan dukungan yang diperlukan untuk kelancaran pelaksanaan program-program tersebut. Pengelompokan program tersebut adalah seperti terlihat pada Tabel 5.1.
86
RENSTRA KEMDIKBUD 2010 - 2014
Tabel 5.1 Program dan Unit Eselon I Kemdikbud KODE
PROGRAM
UNIT ESELON I
P1
Program Pendidikan Anak Usia Dini, Non Formal dan Informal Program Pendidikan Dasar Program Pendidikan Menengah Program Pendidikan Tinggi Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Program Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur Program Penelitian dan Pengembangan Kemdikbud Program Pengembangan dan Pembinaan Bahasa dan Sastra Program Pengembangan SDM Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjaminan Mutu Pendidikan Program Pelestarian Budaya
Ditjen Pendidikan Anak Usia Dini, Non Formal dan Informal Ditjen Pendidikan Dasar Ditjen Pendidikan Menengah Ditjen Pendidikan Tinggi Sekretariat Jenderal
P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9
P10
Inspektorat Jenderal Badan Penelitian dan Pengembangan Kemdikbud Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Badan Pengembangan SDM Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjaminan Mutu Pendidikan Ditjen Kebudayaan
Uraian dari setiap program Kemdikbud tersebut, disajikan pada subbab di bawah ini.
5.3.1 Program Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal dan Informal Program ini dilakukan untuk mendukung tujuan sebagai berikut. a.
tersedia dan terjangkaunya layanan PAUD bermutu dan berkesetaraan (T1);
b.
tersedia dan terjangkaunya layanan pendidikan orang dewasa berkelanjutan yang berkesetaraan, bermutu dan relevan dengan kebutuhan masyarakat (T5).
Dalam melaksanakan program ini, digunakan strategi sebagai berikut. a.
penyediaan tenaga pendidik dan tutor berkompeten yang merata di seluruh provinsi, kabupaten, dan kota yang meliputi pemenuhan pendidik PAUD dan tutor pendidikan keaksaraan fungsional, pendidikan kecakapan hidup, homeschooling dan parenting education;
b.
penyediaan manajemen satuan pendidikan PAUD berkompeten yang merata di seluruh provinsi, kabupaten, dan kota;
c.
penyediaan dan pengembangan sistem pembelajaran, informasi berbasis riset, dan standar mutu pendidikan keaksaraan fungsional, pendidikan kecakapan hidup, homeschooling dan parenting education dan keterlaksanaan akreditasi serta RENSTRA KEMDIKBUD 2010 - 2014
87
pengembangan dan pembinaan bahasa untuk satuan PAUD dan penyelenggara pendidikan orang dewasa; d.
penyediaan dan peningkatan sarana dan prasarana untuk penerapan sistem pembelajaran PAUD bermutu yang merata di seluruh provinsi, kabupaten, dan kota;
e.
penyediaan subsidi untuk meningkatkan keterjangkauan layanan pendidikan PAUD dan pendidikan orang dewasa berkualitas yang merata di seluruh provinsi, kabupaten, dan kota;
f.
penyediaan subsidi pembiayaan untuk penerapan sistem pembelajaran PAUD.
Keberhasilan program ini dapat diukur dari ketercapaian indikator kinerja utama seperti yang disajikan pada Tabel 5.2. Tabel 5.2 Indikator Kinerja Utama Program Pendidikan Nonformal dan Informal INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU)
TARGET 2011 2012 (%) (%) 56,00 63,00
2013 (%) 69,00
2014 (%) 72,00
IKU 1.1
APK PAUD Kemdikbud *)
43,73
2010 (%) 46,00
IKU 1.2
Persentase Anak Lulus SMP Tidak Melanjutkan, Putus dan/ atau Lulus Sekolah Menengah Tidak Melanjutkan Mendapatkan Layanan Pendidikan Keterampilan Jumlah Peserta Didik Kursus dan Pelatihan yang Memperoleh Sertifikat Kompetensi Persentase Lembaga Kursus dan Pelatihan Berakreditasi A dan B Persentase Penduduk Buta Aksara Usia Dewasa Persentase Kabupaten/Kota yang Telah Menerapkan Pengarusutamaan Gender Bidang Pendidikan Persentase Kabupaten/Kota yang Telah Menyelenggarakan Parenting Education Persentase PKBM Bernomor Induk Lembaga
12,20
12,00
13,00
15,00
17,00
19,00
3.579
20.000
30.000
40.000
50.000
60.000
1,69
2,00
5,00
10,00
15,00
20,00
5,30
5,00
4,80
4,23
4,03
3,83
11,00
14,00
23,00
54,00
61,00
68,00
0,00
0,00
10,00
30,00
40,00
50,00
0,00
40,00
50,00
60,00
70,00
80,00
Persentase Kabupaten/Kota yang Telah Memiliki Minimal 10 TBM Persentase PTK PAUD-NI yang Mengikuti Peningkatan Kompetensi Persentase PTK PAUD-NI Memperoleh Penghargaan dan Perlindungan
22,00
24,00
35,00
47,00
59,00
69,00
7,00
11,75
20,41
28,27
36,26
44,63
15,00
15,00
15,00
15,00
15,00
15,00
IKU 1.3
IKU 1.4 IKU 1.5 IKU 1.6
IKU 1.7
IKU 1.8 IKU 1.9 IKU 1.10
IKU 1.11
88
KONDISI AWAL (2009)
RENSTRA KEMDIKBUD 2010 - 2014
INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) IKU 1.12
IKU 1.13
KONDISI AWAL (2009)
Jumlah Model dan Program PAUD NI yang Dikembangkan di Tingkat Regional Persentase Lembaga dan Program PAUD NI yang Mendapatkan Pemetaan Mutu
16
2010 (%) 20
2,00
3,00
TARGET 2011 2012 (%) (%) 45 76
6,00
10,00
2013 (%) 109
2014 (%) 145
14,00
20,00
Catatan: *) APK PAUD dihitung berdasarkan jumlah peserta didik PAUD dibagi jumlah anak usia 3-6 tahun
Pencapaian target Program Pendidikan Nonformal dan Informal dicapai melalui kegiatan berikut. a.
dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya Ditjen Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal, dan Informal;
b.
layanan pengkajian, pengembangan dan pengendalian mutu PAUDNI;
c.
penyediaan layanan PAUD;
d.
penyediaan layanan kursus dan pelatihan;
e.
penyediaan layanan pendidikan masyarakat;
f.
penyediaan dan peningkatan mutu pendidik dan tenaga kependidikan pendidikan anak usia dini dan pendidikan nonformal.
5.3.2 Program Pendidikan Dasar Program pendidikan dasar dilakukan untuk mendukung tujuan Terjaminnya Kepastian Memperoleh Layanan Pendidikan Dasar Bermutu dan Berkesetaraan (T2). Dalam melaksanakan program ini, digunakan strategi sebagai berikut. a.
penyediaan tenaga pendidik pendidikan dasar berkompeten yang merata di seluruh provinsi, kabupaten, dan kota;
b.
penyediaan manajemen satuan pendidikan pendidikan dasar berkompeten yang merata di seluruh provinsi, kabupaten, dan kota;
c.
penyediaan dan pengembangan sistem pembelajaran, informasi berbasis riset, dan standar mutu pendidikan dasar, dan keterlaksanaan akreditasi serta pengembangan dan pembinaan bahasa untuk pendidikan dasar;
d.
penyediaan dan peningkatan sarana dan prasarana untuk penerapan sistem pembelajaran SD/SDLB/Paket A dan SMP/SMPLB/Paket B bermutu yang merata di seluruh provinsi, kabupaten, dan kota;
RENSTRA KEMDIKBUD 2010 - 2014
89
e.
penyediaan subsidi untuk meningkatkan keterjangkauan layanan pendidikan dasar bermutu yang merata di seluruh provinsi, kabupaten, dan kota;
f.
penyediaan subsidi pembiayaan untuk penerapan sistem pembelajaran Paket A dan B berkualitas yang merata di seluruh provinsi, kabupaten, dan kota.
Keberhasilan program ini dapat diukur dari ketercapaian indikator kinerja utama seperti yang disajikan pada Tabel 5.3. Tabel 5.3 Indikator Kinerja Utama Program Pendidikan Dasar INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU)
TARGET 2011 2012 (%) (%) 83,01 83,29
IKU 2.1
APM SD/SDLB/Paket A
82,94
2010 (%) 82,94
IKU 2.2
97,00
97,20
97,40
97,60
97,80
98,00
1,70
1,50
1,30
1,10
0,90
0,70
90,00
91,00
93,00
94,00
96,00
97,00
10,00
16,00
22,00
28,00
34,00
40,00
5,00
10,00
15,00
20,00
25,00
30,00
0,00
0,00
0,00
0,00
10,00
43,33
37,00
45,00
53,00
64,00
75,00
85,00
45,00
48,00
51,00
55,00
59,00
64,00
136
141
151
178
185
191
IKU 2.11
Rasio Kesetaraan Jender SD/SDLB Persentase Peserta Didik SD/SDLB Putus Sekolah Persentase Lulusan SD/SDLB Melanjutkan Pendidikan Persentase SD Menerapkan E-Pembelajaran Persentase SD Memiliki Fasilitas Internet Persentase SD/SDLB Menerapkan Kurikulum 2013 Persentase SD/SDLB Berakreditasi Persentase SD/SDLB Memenuhi SPM Nilai Total Tertimbang Medali dari Kompetisi Internasional Tingkat Pendidikan Dasar APK SMP/SMPLB/Paket B
71,68
72,10
73,28
75,69
77,36
79,53
IKU 2.12
APM SMP/SMPLB/Paket B
55,37
56,00
56,20
57,13
57,66
58,17
IKU 2.13
Rasio Kesetaraan Jender SMP/SMPLB Persentase Peserta Didik SMP/SMPLB Putus Sekolah Persentase Lulusan SMP/SMPLB yang Melanjutkan ke Sekolah Menengah Persentase SMP yang Menerapkan E-Pembelajaran Persentase SMP Memiliki Fasilitas Internet Persentase SMP/SMPLB Menerapkan Kurikulum 2013 Persentase SMP/SMPLB Berakreditasi
97,00
97,20
97,40
97,60
97,80
98,00
1,99
1,80
1,60
1,40
1,20
1,00
88,00
88,00
89,00
90,00
92,00
94,00
10,00
20,00
30,00
40,00
50,00
60,00
10,00
20,00
30,00
40,00
50,00
60,00
0,00
0,00
0,00
0,00
33,33
66,66
8,94
21,30
50,00
54,10
58,50
70,90
IKU 2.3 IKU 2.4 IKU 2.5 IKU 2.6 IKU 2.7 IKU 2.8 IKU 2.9 IKU 2.10
IKU 2.14 IKU 2.15
IKU 2.16 IKU 2.17 IKU 2.18 IKU 2.19
90
KONDISI AWAL (2009)
RENSTRA KEMDIKBUD 2010 - 2014
2013 (%) 83,40
2014 (%) 83,57
INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) IKU 2.20 IKU 2.21
IKU 2.22
IKU 2.23 IKU 2.24
IKU 2.25
IKU 2.26 IKU 2.27
IKU 2.28
Persentase SMP/SMPLB Memenuhi SPM Persentase Guru SD/SDLB dalam Jabatan Berkualifikasi Akademik S1/D4 Persentase SD yang Memiliki Rasio Guru Terhadap Siswa sesuai SPM Rasio Guru Terhadap Siswa SD Persentase Guru SMP/SMLB dalam Berkualifikasi Akademik S1/D4 Persentase SMP yang Memiliki Rasio Guru Terhadap Siswa sesuai SPM Rasio Guru Terhadap Siswa SMP Persentase Pendidik dan Tenaga Kependidikan yang Menerima Tunjangan Persentase Kabupaten/Kota yang Memiliki Tenaga Kependidikan sesuai SPM
KONDISI AWAL (2009)
TARGET 2011 2012 (%) (%) 60,00 65,00
48,95
2010 (%) 55,00
2013 (%) 70,00
2014 (%) 75,00
24,00
36,00
46,00
58,00
68,00
82,00
0,00
3,00
5,00
8,00
11,00
13,00
1:33
1:32
1:31
1:30
1:29
1:28
73,00
77,00
83,00
87,00
92,00
98,00
0,00
3,00
5,00
8,00
11,00
13,00
1:40
1:38
1:36
1:34
1:33
1:32
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
18,00
25,00
35,00
49,00
67,00
82,00
Pencapaian target Program Pendidikan Dasar dicapai melalui kegiatan sebagai berikut. a.
dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya Ditjen Dikdas;
b.
penjaminan kepastian layanan pendidikan SD;
c.
penjaminan kepastian layanan pendidikan SMP;
d.
peningkatan akses dan mutu PK dan PLK SDLB/SMPLB;
e.
penyediaan dan peningkatan kesejahteraan pendidik dan tendik yang kompeten untuk jenjang pendidikan dasar.
5.3.3 Program Pendidikan Menengah Program ini dilakukan untuk mendukung tujuan Tersedia dan Terjangkaunya Layanan Pendidikan Menengah Universal (PMU) yang Bermutu, Relevan dan Berkesetaraan (T3). Dalam melaksanakan program ini, digunakan strategi sebagai berikut. a.
penyediaan tenaga pendidik pendidikan menengah berkompeten yang merata di seluruh provinsi, kabupaten, dan kota;
b.
penyediaan manajemen satuan pendidikan pendidikan menengah berkompeten yang merata di seluruh provinsi, kabupaten, dan kota;
RENSTRA KEMDIKBUD 2010 - 2014
91
c.
penyediaan dan pengembangan sistem pembelajaran, informasi berbasis riset, dan standar
mutu
pendidikan
menengah,
dan
keterlaksanaan
akreditasi
serta
pengembangan dan pembinaan bahasa untuk pendidikan menengah; d.
penyediaan dan peningkatan sarana dan prasarana untuk penerapan sistem pembelajaran SMA/Paket C bermutu yang merata di seluruh provinsi, kabupaten, dan kota;
e.
penyediaan dan peningkatan sarana dan prasarana untuk penerapan sistem pembelajaran SMK/Paket C Kejuruan bermutu yang berbasis keunggulan lokal dan relevan dengan kebutuhan daerah yang merata di seluruh provinsi, kabupaten, dan kota;
f.
penyediaan
subsidi
untuk
meningkatkan
keterjangkauan
layanan
pendidikan
SMA/SMLB/SMK/Paket C bermutu yang merata di seluruh provinsi, kabupaten, dan kota; dan g.
penyediaan subsidi pembiayaan untuk penerapan sistem pembelajaran Paket C berkualitas yang merata di seluruh provinsi, kabupaten, dan kota.
Keberhasilan dari program ini dapat diukur dari ketercapaian indikator kinerja utama seperti yang disajikan pada Tabel 5.4. Tabel 5.4 Indikator Kinerja Utama Program Pendidikan Menengah INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) IKU 3.1
IKU 3.2
IKU 3.3
IKU 3.4
92
APK Nasional Kemdikbud SMA, SMK, SMLB dan Paket C Mencapai 77,10% Persentase SMA, SMK, SMLB dan Paket C yang telah Memenuhi Standar Nasional Pendidikan (SNP) Mencapai 58% pada Tahun 2014 Persentase PTK SMA, SMK, PKLK dan Paket C yang Memenuhi SNP Mencapai 75% pada Tahun 2014 Seluruh Satker Ditjen Dikmen Mendapat Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis
RENSTRA KEMDIKBUD 2010 - 2014
58,60
2010 (%) 53,90
2011 (%) 56,50
TARGET 2012 (%) 68,50
2013 (%) 72,00
2014 (%) 77,10
53,00
54,00
55,00
56,00
57,00
58,00
54,00
55,00
60,00
65,00
70,00
75,00
85,00
90,00
92,00
94,00
96,00
98,00
KONDISI AWAL (2009)
Pencapaian target Program Pendidikan Menengah dicapai melalui kegiatan berikut. a. dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya Ditjen Pendidikan Menengah; b. penyediaan dan peningkatan pendidikan SMA; c. penyediaan dan peningkatan pendidikan SMK; d. peningkatan akses dan mutu PK dan PLK SMLB; e. penyediaan dan peningkatan kesejahteraan pendidik dan tenaga pendidik yang kompeten untuk jenjang pendidikan menengah.
5.3.4 Program Pendidikan Tinggi Program ini dilakukan untuk mendukung tujuan Tersedia dan Terjangkaunya Layanan Pendidikan Tinggi Bermutu, Relevan, Berdaya Saing Internasional dan Berkesetaraan (T4). Dalam melaksanakan program ini, digunakan strategi sebagai berikut. a.
penyediaan dosen berkompeten untuk mendukung pelaksanaan tridharma perguruan tinggi yang bermutu dan berdaya saing;
b.
peningkatan mutu pengelolaan perguruan tinggi untuk mendukung pelaksanaan tridharma yang berdaya saing dan akuntabel;
c.
penyediaan informasi berbasis riset dan standar mutu pendidikan tinggi dan keterlaksanaan akreditasi serta pengembangan dan pembinaan bahasa untuk pendidikan tinggi;
d.
penyediaan dan peningkatan sarana dan prasarana untuk penerapan sistem pembelajaran perguruan tinggi bermutu dan berdaya saing yang merata di seluruh provinsi;
e.
peningkatan publikasi hasil penelitian dan pengabdian kepada masyarakat
yang
bermutu, berdaya saing internasional, dan relevan dengan kebutuhan bangsa dan negara; dan f.
penyediaan subsidi untuk meningkatkan keterjangkauan layanan pendidikan perguruan tinggi bermutu yang merata di seluruh provinsi.
RENSTRA KEMDIKBUD 2010 - 2014
93
Keberhasilan dari program ini dapat diukur dari ketercapaian indikator kinerja utama seperti yang disajikan pada Tabel 5.5. Tabel 5.5 Indikator Kinerja Utama Program Pendidikan Tinggi INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) IKU 4.1
21,60
2010 (%) 22,80
2011 (%) 25,10
TARGET 2012 (%) 26,75
2013 (%) 29,10
2014 (%) 30,00
116,70
111,80
107,90
104,60
103,20
103,00
KONDISI AWAL (2009)
IKU 4.2
APK PT dan PTA Usia 19-23 Tahun *) Rasio Kesetaraan Gender PT
IKU 4.3
Jumlah PT PKBLU/BLU /PT BH
0
20
27
35
35
40
IKU 4.4
Jumlah PT Beropini WTP dari KAP Persentase Prodi Terakreditasi Persentase Prodi PT Berakreditasi Minimal B Jumlah Perguruan Tinggi Masuk Top 500 Dunia Rasio Mhs Vokasi : Total Mhs Vokasi dan S-1 Apk Prodi Sains Natural dan Teknologi (Usia 19-23 Tahun) Persentase Dosen Berkualifikasi Minimal S2 Persentase Dosen Berkualifikasi S-3 Persentase Dosen Bersertifikat Jumlah Dosen dengan Publikasi Nasional Jumlah Dosen dengan Publikasi Internasional Jumlah HAKI yang Dihasilkan
6
11
20
22
26
30
73,00 64,80
56,76 49,63
62,73 50,00
69,00 51,00
100,00 57,03
100,00 58,00
3
3
5
6
8
11
17,20
19,00
21,00
24,00
27,00
30,00
3,60
4,10
5,00
7,00
9,00
10,00
57,80
59,50
61,50
63,30
65,50
70,00
9,50
9,80
10,10
10,30
12,50
15,00
16,00
23,00
36,00
50,00
62,50
75,00
4,20
5,00
5,20
5,40
5,50
5,70
0,30
0,40
0,50
0,60
0,70
0,80
65
75
95
110
130
150
6,00
9,40
13,00
15,00
18,00
20,00
IKU 4.5 IKU 4.6 IKU 4.7 IKU 4.8 IKU 4.9 IKU 4.10 IKU 4.11 IKU 4.12 IKU 4.13 IKU 4.14 IKU 4.15 IKU 4.16
Persentase Mahasiswa Penerima Beasiswa/Bantuan Biaya Pendidikan
*) Kisaran usia peserta didik pendidikan tinggi disesuaikan dengan rata-rata lama bersekolah dari semula 19-24 tahun menjadi 19-23 tahun Pencapaian target Program Pendidikan Tinggi dicapai melalui kegiatan berikut.
94
a.
dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya;
b.
layanan tridahrama di perguruan tinggi;
c.
pengembangan relevansi dan effisiensi pendidikan tinggi;
d.
penyediaan layanan pembelajaran dan kompetensi mahasiswa;
e.
pengembangan mutu pendidikan politeknik;
f.
pengembangan mutu prodi profesi kesehatan dan pendidikan kesehatan;
g.
penyediaan dosen dan tenaga kependidikan bermutu;
RENSTRA KEMDIKBUD 2010 - 2014
h.
penyediaan layanan kelembagaan dan kerjasama;
i.
pengembangan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.
5.3.5 Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kemdikbud Program ini dilakukan untuk mendukung tujuan Tersedianya Sistem Tata Kelola yang Andal dalam Menjamin Terselenggaranya Layanan Prima Pendidikan dan Kebudayaan (T7). Dalam melaksanakan program ini, digunakan strategi sebagai berikut. a.
penguatan kelembagaan, prosedur kerja, dan sumberdaya manusia Kemdikbud;
b.
penguatan sistem perencanaan di lingkungan Kemdikbud;
c.
penguatan sistem pencatatan di lingkungan Kemdikbud.
Keberhasilan program ini dapat diukur dari ketercapaian indikator kinerja utama seperti yang disajikan pada Tabel 5.6. Tabel 5.6 Indikator Kinerja Utama Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kemdikbud
IKU 5.2
IKU 5.3 IKU 5.4 IKU 5.5
IKU 5.6
IKU 5.7
IKU 5.8
TARGET 2011 2012 (%) (%) 100,00 100,00
Persentase Satker Di Lingkungan Unit Utama Yang Menerapkan Standar Iso 9001-2008 Persentase Realisasi Program dan Kegiatan Kementerian Persentase Realisasi Anggaran Kementerian Skor LAKIP Kementerian
0,00
2010 (%) 100,00
0,00
95,00
95,50
96,00
97,00
97,00
0,00
95,00
95,50
96,00
97,00
97,00
75
76
77
77
78
79
Persentase Satker Tertib Pengelolaan SAK Dan Simak BMN Laporan Keuangan UnitUnit Utama Terintegrasi/Terkonsolidasi Sesuai Dengan Peraturan Perundang-Undangan Hukum, Organisasi dan Tatalaksana di Lingkungan Kementerian Berjalan dengan Efektif dan Efisien Persentase Ketersediaan Layanan Kepegawaian
75,00
80,00
85,00
90,00
95,00
95,00
75,50
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
40,00
50,00
75,00
100,00
100,00
100,00
94,00
97,00
98,00
99,00
100,00
100,00
INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) IKU 5.1
KONDISI AWAL (2009)
2013 (%) 100,00
2014 (%) 100,00
RENSTRA KEMDIKBUD 2010 - 2014
95
TARGET 2011 2012 (%) (%) 13,50 13,70
IKU 5.9
Persentase Satuan Pendidikan yang Terkoneksi secara Daring (Online)
9,10
2010 (%) 13,40
IKU 5.10
Persentase Satker/Unit Kerja di Lingkungan Kementerian Terkoneksi secara Daring (Online) Persentase Satuan Kerja di Lingkungan Kemendikbud dapat Penerapan EAdministrasi Persentase Penerapan Sistem Remunerasi Berbasis Kinerja di Lingkungan Kementerian Persentase Satuan Pendidikan yang Menerapkan EPembelajaran Persentase Anggaran yang Tidak Diblokir Persentase Kerja Sama Bilateral, Regional, dan Multilateral Bidang Pendidikan yang Ditindaklanjuti Persentase Penyelenggaraan Pendataan Pendidikan Jumlah Naskah Statistik dan Pendayagunaan Data Persentase Unit Kerja Pusat dan SKPD yang Tergabung dalam Jaringan Pendataan Persentase Masyarakat yang Mengetahui dan Memahami Kebijakan tentang Pendidikan Berdasarkan Survey Lembaga Independen dan Kredibel Hasil Penelitian dan Pengembangan serta Pemasyarakatan Arkeologi yang Dilakukan Jumlah Karya Seni Rupa yang Dilestarikan Penyelesaian Sensor Film dan Iklan Film Tepat Sasaran dan Tepat Waktu
89,29
95,00
95,00
97,00
100,00
100,00
63,15
65,00
70,00
80,00
90,00
100,00
75,00
80,00
85,00
90,00
100,00
100,00
11,80
12,00
15,00
20,00
25,00
30,00
90,00
90,00
95,00
98,00
98,00
98,00
70,00
90,00
100,00
100,00
100,00
100,00
10,00
15,00
20,00
35,00
50,00
65,00
30
33
49
52
55
58
30,00
40,00
50,00
60,00
70,00
80,00
57
63
68
73
77
82
-
-
-
107
151
195
-
-
-
4.076
4.284
4.548
-
-
-
96
97
98
INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU)
IKU 5.11
IKU 5.12
IKU 5.13
IKU 5.14 IKU 5.15
IKU 5.16
IKU 5.17 IKU 5.18
IKU 5.19
IKU 5.20
IKU 5.21 IKU 5.22
96
KONDISI AWAL (2009)
RENSTRA KEMDIKBUD 2010 - 2014
2013 (%) 14,30
2014 (%) 22,80
Pencapaian target Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kemdikbud dicapai melalui kegiatan sebagai berikut. a.
peningkatan layanan prima dalam menunjang fungsi pelayanan umum kementerian;
b.
peningkatan layanan prima dalam pengadaan dan penataan BMN serta sarana dan prasarana kementerian;
c.
peningkatan pelayanan prima dalam perencanaan dan penganggaran berbasis kinerja serta kerja sama luar negeri;
d.
peningkatan pelayanan prima bidang pengelolaan anggaran dan akuntabilitas;
e.
peningkatan pengelolaan dan pembinaan kepegawaian yang andal;
f.
peningkatan layanan prima di bidang hukum dan organisasi;
g.
penyediaan data dan statistik pendidikan dan kebudayaan;
h.
peningkatan layanan prima di bidang informasi dan kehumasan;
i.
pengembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) untuk pendayagunaan epembelajaran dan e-administrasi;
j.
Pengembangan Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh (PJJ) di Asia Tenggara.
5.3.6 Program
Pengawasan
dan
Peningkatan
Akuntabilitas
Aparatur
Kemdikbud Program ini dilakukan untuk mendukung tujuan Tersedianya sistem tata kelola yang handal dalam menjamin terselenggaranya layanan prima pendidikan dan kebudayaan (T7). Dalam melaksanakan program ini, digunakan strategi Penguatan Sistem Pengawasan Internal. Keberhasilan dari program ini dapat diukur dari ketercapaian indikator kinerja utama seperti yang disajikan pada Tabel 5.7. Tabel 5.7 Indikator Kinerja Utama Program Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur Kemdikbud INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) IKU 6.1
IKU 6.2 IKU 6.3
Persentase Satker dengan Temuan Audit Berkonsekuensi Penyetoran ke Kas Negara > 500 Juta Persentase Satker di Lingkungan Kemdikbud Memiliki SPI Persentase Penyelesaian Temuan Audit
KONDISI AWAL (2009)
TARGET 2010
2011
2012
2013
2014
21,00
18,00
15,00
12,00
9,00
6,00
8,50
45,00
80,00
100,00
100,00
100,00
72,20
73,30
75,10
76,90
78,80
80,70
RENSTRA KEMDIKBUD 2010 - 2014
97
INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) IKU 6.4
KONDISI AWAL (2009)
Persentase Unit yang Diaudit Manajemen Berbasis Kinerjanya
0,00
TARGET 2010
2011
2012
2013
2014
30,00
75,00
100,00
100,00
100,00
Pencapaian target Program Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur Kemdikbud dicapai melalui kegiatan berikut. a. dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya itjen; b. penguatan pengawasan inspektorat i yang meliputi bidang PAUDNI, Kebudayaan, Badan PP Bahasa beserta UPT, SKPD dan satuan pendidikan yang menerima APBN pendidikan dan kebudayaan di seluruh Indonesia; c. penguatan pengawasan Inspektorat II yang meliputi bidang Dikdas, Balitbang beserta SKPD dan stuan pendidikan yang menerima APBN pendidikan dan kebudayaan di seluruh Indonesia; d. penguatan pengawasan Inspektorat III yang meliputi bidang Dikti, PTN, PTS, Kopertis, Itjen; e. penguatan pengawasan Inspektorat IV yang meliputi bidang Dikmen, Badan PSDMPK dan PMPK, Setjen dan pusat-pusatnya beserta SKPD dan stuan pendidikan yang menerima APBN pendidikan dan kebudayaan di seluruh Indonesia; f. audit investigasi.
5.3.7 Program Penelitian dan Pengembangan Kemdikbud Program ini dilakukan untuk mendukung tujuan sebagai berikut. a.
tersedia dan terjangkaunya layanan PAUD bermutu dan berkesetaraan (T1);
b.
terjaminnya
kepastian memperoleh layanan
pendidikan dasar bermutu dan
berkesetaraan (T2); c.
tersedia dan terjangkaunya layanan pendidikan menengah yang bermutu, relevan, dan berkesetaraan (T3);
d.
tersedia dan terjangkaunya layanan pendidikan tinggi bermutu, relevan, berdaya saing internasional dan berkesetaraan (T4);
e.
tersedia dan terjangkaunya layanan pendidikan orang dewasa berkelanjutan yang berkesetaraan, bermutu dan relevan dengan kebutuhan masyarakat (T5).
98
RENSTRA KEMDIKBUD 2010 - 2014
Dalam melaksanakan program ini, digunakan strategi sebagai berikut. a.
penyediaan dan pengembangan sistem pembelajaran, informasi berbasis riset, dan standar mutu serta keterlaksanaan akreditasi PAUD, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah;
b.
penyediaan informasi berbasis riset dan standar mutu Pendidikan Tinggi serta keterlaksanaan akreditasi Pendidikan Tinggi;
c.
penyediaan dan pengembangan sistem pembelajaran, data dan informasi berbasis riset, dan standar mutu pendidikan keaksaraan fungsional, pendidikan kecakapan hidup, homeschooling dan parenting education serta keterlaksanaan akreditasi satuan pendidikan penyelenggara pendidikan orang dewasa.
Keberhasilan program ini dapat diukur dari ketercapaian indikator kinerja utama seperti yang disajikan pada Tabel 5.8. Tabel 5.8 Indikator Kinerja Utama Program Penelitian dan Pengembangan Kemdikbud INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) IKU 7.1
IKU 7.2
IKU 7.3
IKU 7.4
IKU 7.5
IKU 7.6 IKU 7.7
Persentase Penyempurnaan Kurikulum, Sistem Pembelajaran, dan Perbukuan Persentase Rekomendasi Kebijakan Pendidikan Berbasis Penelitian dan Pengembangan Persentase Pengembangan Soal Akademik dan Non Akademik, Model Penilaian Pendidikan, Analisis Hasil Penilaian dan Survey Pendidikan serta Penyebaran Informasi Penilaian Pendidikan Persentase Rekomendasi Kebijakan Kebudayaan Berbasis Penelitian dan Pengembangan Persentase Program/Satuan Pendidikan PNF, Sekolah/Madrasah, Prodi dan Institusi PT, LPTK yang di Akreditasi Peningkatan Standar Nasional Mutu Pendidikan Persentase Pengembangan Manajemen Kelitbangan
100,00
2010 (%) 100,00
2011 (%) 100,00
TARGET 2012 (%) 100,00
2013 (%) 100,00
2014 (%) 100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
KONDISI AWAL (2009)
RENSTRA KEMDIKBUD 2010 - 2014
99
Pencapaian target Program Penelitian dan Pengembangan Pendidikan dicapai melalui kegiatan berikut. a.
penyempurnaan kurikulum, sistem pembelajaran dan perbukuan;
b.
penyediaan informasi untuk perumusan kebijakan pendidikan ;
c.
penyediaan informasi hasil penilaian pendidikan;
d.
penyediaan informasi untuk perumusan kebijakan kebudayaan;
e.
fasilitasi standar mutu dan pelaksanaan akreditasi;
f.
dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya penelitian dan pengembangan Kemdikbud.
5.3.8 Program Pengembangan dan Pembinaan Bahasa dan Sastra Program ini dilakukan untuk mendukung tujuan Terwujudnya Penerapan Nilai-Nilai Luhur Budaya Indonesia yang mencerminkan Jati Diri Bangsa Bermartabat (T6). Program ini dilaksanakan melalui strategi sebagai berikut. a. penyediaan tenaga kebahasaan dan kesastraan yang berkualitas dan berkompeten; b. peningkatan sistem, data dan informasi, standar mutu pengembangan, pembinaan, pelindungan kebahasaan dan kesastraan yang berbasis riset, terarah, terpadu, dan berkelanjutan; c. penyediaan dan peningkatan sarana dan prasarana untuk pengembangan pembinaan, pelindungan bahasa dan sastra yang sistematis, terarah, dan menyeluruh di wilayah NKRI; d. penyediaan pendanaan untuk pengembangan, pembinaan, dan pelindungan bahasa dan sastra untuk mendukung tercapainya tujuan sasaran strategis pendidikan. Keberhasilan program ini dapat diukur dari indikator kinerja seperti disajikan pada Tabel 5.9. Tabel 5.9 Indikator Kinerja Utama Program Pengembangan dan Pembinaan Bahasa dan Sastra INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU)
100
IKU 8.1
Jumlah Bahasa Daerah di Indonesia Teridentifikasi
IKU 8.2
Jumlah Guru Bahasa Indonesia Memiliki Kemahiran Berbahasa Indonesia sesuai Standar Nasional
RENSTRA KEMDIKBUD 2010 - 2014
KONDISI AWAL (2009)
2010
2011
424
442
557
0
3.514
5.271
TARGET 2012 2013
596
2014
619
634
8.786 13.179
17.572
INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) IKU 8.3 IKU 8.4
IKU 8.5
IKU 8.6
Jumlah TUK (Tempat Uji Kemahiran) Bahasa Indonesia Jumlah Provinsi Tertib dalam Penggunaan Bahasa Indonesia di Ruang Publik Jumlah Majalah Bahasa dan Sastra Nasional Diterbitkan secara Berkala Jumlah Fasilitasi Pembelajaran BIPA di Luar Negeri
KONDISI AWAL (2009)
2010
2011
TARGET 2012 2013
2014
0
0
0
1
7
12
3
5
8
10
20
25
0
1
2
3
5
6
30
35
38
42
46
50
Pencapaian target Program Pengembangan dan Pembinaan Bahasa dan Sastra dicapai melalui kegiatan berikut. a.
dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya pengembangan dan pembinaan bahasa dan sastra;
b.
pengembangan dan pelindungan bahasa dan sastra;
c.
pembinaan bahasa dan sastra.
5.3.9 Program Pengembangan SDM Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjaminan Mutu Pendidikan Program ini dilakukan untuk mendukung tujuan sebagai berikut. a.
tersedia dan terjangkaunya layanan PAUD bermutu dan berkesetaraan (T1);
b.
terjaminnya
kepastian memperoleh layanan
pendidikan dasar bermutu dan
berkesetaraan (T2); c.
tersedia dan terjangkaunya layanan pendidikan menengah yang bermutu, relevan dan berkesetaraan (T3);
d.
tersedia dan terjangkaunya layanan pendidikan orang dewasa berkelanjutan yang berkesetaraan, bermutu dan relevan dengan kebutuhan masyarakat (T5).
Dalam melaksanakan program ini, digunakan strategi sebagai berikut: a.
penyediaan pendidik PAUD, pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan orang dewasa berkompeten yang merata di seluruh provinsi, kabupaten/kota;
b.
penyediaan manajemen PAUD, pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan orang dewasa berkompeten yang merata di seluruh provinsi, kabupaten, dan kota;
RENSTRA KEMDIKBUD 2010 - 2014
101
Keberhasilan program ini dapat diukur dari ketercapaian indikator kinerja utama seperti yang disajikan pada Tabel 5.10. Tabel 5.10 Indikator Kinerja Utama Program Pengembangan SDMPK dan Penjaminan Mutu Pendidikan INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU)
21,10
2010 (%) 30,80
2011 (%) 40,40
TARGET 2012 (%) 48,60
2013 (%) 66,40
2014 (%) 84,90
KONDISI AWAL (2009)
IKU 9.1
Persentase Guru Bersertifikat Pendidik
IKU 9.2
Persentase Pendidik dan Tenaga Kependidikan Berkinerja sesuai Standar
0,00
0,00
0,00
30,00
65,00
100,00
IKU 9.3
Persentase Pendidik dan Tenaga Kependidikan yang Profesional Persentase Satuan Pendidikan yang Telah Memenuhi Standar Nasional Pendidikan Persentase SDM Aparatur Kemdikbud yang Telah Meningkat Kinerjanya Persentase SDM Aparatur Kemdikbud yang Telah Meningkat Kompetensi Persentase Peningkatan Layanan Manajemen Sumber Daya dan Tata Kelola dalam Pelaksanaan Tugas dan Fungsi Badan PSDMPK-PMP Berdasarkan Daya Serap Anggaran
0,00
0,00
0,00
34,00
47,00
60,00
0,00
0,00
0,00
10,00
50,00
95,00
0,00
0,00
0,00
10,00
20,00
30,00
0,00
0,00
0,00
10,00
20,00
30,00
0,00
0,00
0,00
95,00
95,00
95,00
IKU 9.4
IKU 9.5
IKU 9.6
IKU 9.7
Pencapaian target Program Pengembangan SDM Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjaminan Mutu Pendidikan dicapai melalui kegiatan berikut. a.
peningkatan layanan pengembangan pendidik untuk jenjang PAUDNI, Dikdas, dan Dikmen;
102
b.
peningkatan layanan pengembangan penjaminan mutu pendidikan;
c.
peningkatan layanan pengembangan tenaga kependidikan;
d.
peningkatan layanan pengembangan SDM kebudayaan;
e.
peningkatan layanan diklat pendidik dan tenaga kependidikan;
f.
peningkatan layanan pembinaan penjaminan mutu pendidikan;
g.
dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya Badan PSDMPK dan PMP.
RENSTRA KEMDIKBUD 2010 - 2014
5.3.10 Program Pelestarian Budaya Program ini dilakukan untuk mendukung tujuan Terwujudnya Penerapan Nilai-Nilai Luhur Budaya Indonesia yang Mencerminkan Jati Diri Bangsa Bermartabat (T6). Program ini dilaksanakan melalui strategi sebagai berikut. a.
penyediaan sumber daya manusia kebudayaan, yang berkualitas dan berkompeten;
b.
peningkatan sistem, data dan informasi, standar mutu pelestarian (pelindungan, pengembangan, dan pemanfaatan) kebudayaan yang berbasis riset, terarah, terpadu, dan berkelanjutan;
c.
penyediaan dan peningkatan sarana dan prasarana untuk peningkatan pelestarian (pelindungan, pengembangan, dan pemanfaatan), dan pengelolaan pengembangan pembinaan, dan pelindungan kebudayaan, yang sistematis, terarah, dan menyeluruh di wilayah NKRI; dan
d.
penyediaan pendanaan untuk peningkatan pelestarian (pelindungan, pengembangan, dan pemanfaatan), dan pengelolaan untuk mendukung tercapainya tujuan sasaran strategis kebudayaan. Tabel 5.11 Indikator Kinerja Utama Program Pelestarian Budaya INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU)
IKU 10.1 IKU 10.2 IKU 10.3 IKU 10.4 IKU 10.5 IKU 10.6
IKU 10.7 IKU 10.8
Jumlah Cagar Budaya yang Dilestarikan Jumlah Pengunjung pada Museum yang Direvitalisasi Jumlah Sekolah yang Difasilitasi Sarana Budaya Jumlah Fasilitasi Film yang Berkarakter Jumlah Komunitas Budaya yang Difasilitasi Jumlah Orang yang Mengapresiasi Sejarah dan Karya Budaya Jumlah Rumah Budaya di Luar Negeri Jumlah Warisan Budaya Nasional yang Ditetapkan
TARGET
KONDISI AWAL (2009)
2010
2011
2012
2013
2014
-
-
3.758
6.470
8.470
9.470
-
-
-
-
1,6 juta -
3 juta 1.400
4 juta 2.400
5 juta 3.200
-
-
-
20
35
45
-
-
-
200
500
600
-
-
-
12,5 juta
15 juta
17,5 juta
-
-
-
-
8
10
-
-
-
-
20
40
RENSTRA KEMDIKBUD 2010 - 2014
103
Pencapaian target Program Pelestarian Budaya dicapai melalui kegiatan berikut. a.
pelestarian cagar budaya dan permuseuman;
b. pembinaan kesenian dan perfilman; c.
pembinaan kepercayaan terhadap tuhan yang maha esa dan tradisi;
d. pengembangan sejarah dan nilai budaya;
104
e.
internalisasi nilai dan diplomasi budaya;
f.
dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya Ditjen Kebudayaan.
RENSTRA KEMDIKBUD 2010 - 2014
BAB VI KERANGKA IMPLEMENTASI
Guna mendukung keberhasilan yang terukur implementasi programprogram pendidikan dan kebudayaan perlu diatur beberapa hal pendukung sebagai berikut: 1) strategi pendanaan pendidikan dan kebudayaan; 2) sistem koordinasi, tata kelola dan pengawasan internal; 3) sistem pemantauan dan evaluasi dan 4) sistem dan teknologi informasi terpadu. 6.1 Strategi Pendanaan Pendidikan dan Kebudayaan 6.1.1 Prinsip Pembagian Tanggung Jawab Pendanaan Pendidikan Amendemen UndangUndang Dasar Republik Indonesia 1945 dalam Pasal 31 ayat (4) mengamanatkan negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurangkurangnya 20% dari anggaran pendapatan dan belanja negara serta dari anggaran pendapatan dan belanja
daerah
untuk
memenuhi
kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional.
Sebagai implementasi dari amanat undangundang dasar tersebut undangundang Sisdiknas menetapkan bahwa pendanaan pendidikan menjadi tanggung jawab bersama antara Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat. Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat mempunyai peran penting dalam mengerahkan sumber daya yang ada. Pengelolaan dana pendidikan berdasarkan prinsip keadilan, efisiensi, transparansi, dan akuntabilitas publik. Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2008 tentang pendanaan pendidikan mengatur pembagian tanggung jawab pendanaan pendidikan untuk jenjang pendidikan dasar, menengah dan tinggi antara pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat termasuk satuan pendidikan. Tabel 6.1. menunjukkan pembagian peran Pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat dalam pendanaan pendidikan.
RENSTRA KEMDIKBUD 2010 - 2014
105
Tabel 6.1 Pembagian Tanggung Jawab Pendanaan Pendidikan Oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah No I 1. a. b. 2. a. b. II 1. 2. III 1. a. b. 2. a. b. IV 1. 2. V VI
JENIS BIAYA
PENANGGUNG JAWAB PENDIDIKAN MENENGAH PENDIDIKAN DASAR DAN TINGGI
Biaya Investasi Satuan Pendidikan Biaya Investasi Lahan Pendidikan Sekolah Standar Nasional Pemerintah/Pemda Sekolah Berbasis Keunggulan Lokal Pemerintah/Pemda/Masy./Pihak Asing Biaya Investasi Selain Lahan Pendidikan Sekolah Standar Nasional Pemerintah/Pemda Pemerintah/Pemda/Masy. Sekolah Berbasis Keunggulan Lokal Pemerintah/Pemda/Masy./Pihak Asing Biaya Investasi Penyelenggaraan dan/atau Pengelolaan Pendidikan Biaya Investasi Lahan Pemerintah/Pemda Biaya Investasi Selain Lahan Pemerintah/Pemda Biaya Operasi Satuan Pendidikan Biaya Personalia Sekolah Standar Nasional Pemerintah/Pemda Sekolah Berbasis Keunggulan Lokal Pemerintah/Pemda/Masy./Pihak Asing Biaya Nonpersonalia Sekolah Standar Nasional Pemerintah/Pemda Pemerintah/Pemda/Masy. Sekolah Berbasis Keunggulan Lokal Pemerintah/Pemda/Masy./Pihak Asing Biaya Operasi Penyelenggaraan Pendidikan dan/atau Pengelolaan Pendidikan Biaya Personalia Pemerintah/Pemda Biaya Nonpersonalia Pemerintah/Pemda Bantuan Biaya Pendidikan dan Pemerintah/Pemda Beasiswa Pendanaan Pendidikan di Luar Pemerintah Negeri
Bagi satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat, ada komponen pendanaan yang ditanggung oleh penyelenggara/masyarakat yang bersangkutan dan ada pula yang perlu mendapat dukungan dari Pemerintah dan/atau pemerintah daerah seperti disajikan pada Tabel 6.2.
106
RENSTRA KEMDIKBUD 2010 - 2014
Tabel 6.2 Pembagian Tanggung Jawab Pendanaan Pendidikan Oleh Penyelenggara atau Satuan Pendidikan yang Didirikan Masyarakat No
PENANGGUNG JAWAB PENDIDIKAN MENENGAH PENDIDIKAN DASAR DAN TINGGI
JENIS BIAYA
I Biaya Investasi Satuan Pendidikan 1. Biaya Investasi Lahan Pendidikan a. Sekolah Standar Nasional b. Tambahan sampai menjadi Sekolah Berbasis Keunggulan Lokal 2. a. b.
II 1. 2. III 1. a. b. 2. a. b.
IV 1. 2. V
Penyelenggara/Satuan Pendidikan Penyelenggara/Satuan Pendidikan/Orang Tua/Masy. di luar orang tua/ Pemerintah/Pemda/Pihak Asing Biaya Investasi Selain Lahan Pendidikan Sekolah Standar Nasional Penyelenggara/Satuan Penyelenggara/Satuan Pendidikan Pendidikan/Masy. Sekolah Berbasis Keunggulan Lokal Penyelenggara/Satuan Pendidikan/Orang Tua/Masy. di luar orangtua/ Pemerintah/Pemda/Pihak Asing Biaya Investasi Penyelenggaraan dan/atau Pengelolaan Pendidikan Biaya Investasi Lahan Penyelenggara/Satuan Pendidikan Biaya Investasi Selain Lahan Penyelenggara/Satuan Pendidikan Biaya Operasi Satuan Pendidikan Biaya Personalia Sekolah Standar Nasional Penyelenggara/Satuan Pendidikan Sekolah Berbasis Keunggulan Lokal Penyelenggara/Satuan Pendidikan/Orang Tua/Masy. di luar orangtua/ Pemerintah/Pemda/Pihak Asing Biaya Nonpersonalia Sekolah Standar Nasional Pemda Penyelenggara/Satuan Pendidikan/Masy. Sekolah Berbasis Keunggulan Lokal Penyelenggara/Satuan Pendidikan/Orang Tua/Masy. di luar orang tua/ Pemerintah/Pemda/Pihak Asing Biaya Operasi Penyelenggaraan Pendidikan dan/atau Pengelolaan Pendidikan Biaya Personalia Penyelenggara/Satuan Pendidikan Biaya Nonpersonalia Penyelenggara/Satuan Pendidikan Bantuan Biaya Pendidikan dan Penyelenggara/Satuan Pendidikan/Orang Tua/Masy. di Beasiswa luar orang tua/ Pemerintah/Pemda/Pihak Asing
Selain menjadi tanggung jawab penyelenggara dan satuan pendidikan, pendanaan pendidikan juga menjadi tanggung jawab peserta didik, orang tua dan/atau wali peserta didik. Tanggung jawab tersebut adalah 1) biaya pribadi peserta didik; 2) pendanaan biaya investasi selain lahan untuk satuan pendidikan bukan pelaksana program wajib belajar, baik formal
maupun
pendanaan
yang
nonformal,
disediakan
yang
diperlukan
untuk menutupi
kekurangan
oleh penyelenggara dan/atau satuan pendidikan; 3)
pendanaan biaya personalia pada satuan pendidikan bukan pelaksana program wajib
RENSTRA KEMDIKBUD 2010 - 2014
107
belajar, baik formal maupun nonformal, yang diperlukan untuk menutupi kekurangan pendanaan
yang
disediakan
oleh penyelenggara dan/atau satuan pendidikan; 4)
pendanaan biaya nonpersonalia pada satuan pendidikan bukan pelaksana program wajib belajar, baik formal maupun nonformal, yang diperlukan untuk menutupi kekurangan pendanaan yang disediakan oleh penyelenggara dan/atau satuan pendidikan; dan 5) pendanaan sebagian biaya investasi pendidikan dan/atau sebagian
biaya
operasi
pendidikan tambahan yang diperlukan untuk mengembangkan satuan pendidikan berbasis keunggulan lokal. Pendanaan Pendidikan dapat diperoleh juga dari masyarakat di luar penyelenggara dan satuan pendidikan yang didirikan masyarakat serta peserta didik atau orang tua/walinya dengan syarat diberikan secara sukarela, dibukukan dan dipertanggungjawabkan secara transparan kepada pemangku kepentingan satuan pendidikan. Pendanaan masyarakat tersebut diaudit oleh akuntan publik serta diumumkan secara transparan di media cetak berskala nasional dan kemudian dilaporan kepada Menteri Pendidikan dan Kebudayaan apabila jumlahnya melebihi jumlah tertentu yang ditetapkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. 6.1.2 Skenario Pendanaan Pendidikan dan Kebudayaan Skenario pendanaan pendidikan dan kebudayaan dalam kurun waktu 2010—2014 mengacu pada amanat UUD RI 1945 dan UU Sisdiknas serta melanjutkan fungsi dan tujuan pendidikan dan kebudayaan yang ditetapkan pemerintah untuk tahun 2005—2025, yaitu 1) memperjelas pemihakan terhadap masyarakat miskin; 2) penguatan desentralisasi dan otonomi pendidikan; dan 3) insentif dan disinsentif bagi peningkatan akses, mutu, dan tata kelola pendidikan dan kebudayaan. Pelaksanaan ketiga fungsi pendanaan pendidikan dan kebudayaan tersebut bertujuan mewujudkan pelayanan pendidikan dan kebudayaan sesuai dengan standar nasional pendidikan yang dicerminkan dalam struktur pendanaan dan anggaran serta pembagian tanggung jawab pendanaan antara pemerintah dan pemerintah daerah. Sejak tahun anggaran 2009 amanat UUD 1945 dan UU Sisdiknas (sesuai dengan keputusan Mahkamah Konstitusi No. 13 Tahun 2008) telah dipenuhi oleh pemerintah dengan menyediakan anggaran pendidikan 20% dari APBN. Total anggaran tahun 2009 mencapai Rp207 triliun atau 20% dari APBN sebesar Rp1.037 triliun, dengan pertumbuhan ekonomi tahun 2009 sebesar 4% dan tingkat inflasi 3,5%. Pada tahun 2010, 20% anggaran pendidikan
108
RENSTRA KEMDIKBUD 2010 - 2014
dari APBN Rp225,2 triliun, yang mencakup 128,7 triliun disalurkan melalui belanja transfer ke daerah dan sebesar Rp96,5 triliun disalurkan melalui belanja kementerian/lembaga. Pada tahun 2014 diperkirakan APBN akan mencapai Rp1.678 triliun dengan asumsi pertumbuhan ekonomi mencapai 8% dan tingkat inflasi 4,8%, sehingga 20% anggaran pendidikan dari APBN tahun 2014 diperkirakan mencapai Rp349,2 triliun. Perkiraan anggaran pembangunan pendidikan untuk melaksanakan fokus prioritas program pembangunan pendidikan nasional pada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kementerian Agama, dan kementerian lain serta anggaran pendidikan yang dialokasikan ke provinsi, kabupaten, dan kota dengan menggunakan pertumbuhan ekonomi berkisar antara 6,5%—8,0% dan tingkat inflasi berkisar antara 4,8%5,3% sesuai yang ditargetkan Pemerintah dalam RPJMN 2010—2014, seperti dirangkum dalam Tabel 6.3 Tabel 6.3 Perkiraan Pendanaan Pendidikan dan Kebudayaan Tahun 2010—2014 Komponen Anggaran Fungsi Pendidikan A. ALOKASI PEMERINTAH PUSAT 1. Kementerian Pendidikan Nasional 2. Kementerian Agama 3. 14 K/L Lainnya 4. Bagian Anggaran 999 B. TRANSFER KE DAERAH B.1 DANA PERIMBANGAN 1. DBH Pendidikan 2. DAK Pendidikan 3. DAU Pendidikan a. Non Gaji b. Gaji B.2 DANA OTSUS DAN PENYESUAIAN 1. Dana Otonomi Khusus Pendidikan 2. Tambahan Penghasilan untuk Guru PNSD 3. Tambahan DAU Untuk Tunjangan Profesi Guru 4. Bantuan Operasional Sekolah 5. Dana Insentif Daerah 6. Dana Percepatan Pembangunan Infrastruktur Pendidikan (DPPIP)
C. DANA PENGEMBANGAN PENDIDIKAN NASIONAL Anggaran Fungsi Pendidikan (A + B + C) APBN Persentase Anggaran Fungsi Pendidikan PERTUMBUHAN EKONOMI INFLASI
2010 * 96.480,30 62.393,30 26.326,60 7.760,40 127.749,10 106.006,50 748,50 9.334,90 95.923,10 11.365,70 84.557,40 21.742,60 2.309,90 5.800,00 10.994,90 1.387,80
Anggaran (RpMilyar) 2011 ** 2012 2013 89.744,35 102.714,89 114.457,78 55.582,10 63.871,05 72.700,65 27.263,22 30.000,48 32.250,51 6.899,03 8.843,36 9.506,62 155.527,74 178.742,71 197.706,12 115.094,07 127.325,52 138.172,36 762,99 777,39 873,30 10.041,30 12.692,58 12.057,95 104.289,78 113.855,56 125.241,11 11.541,10 12.695,21 102.314,45 112.545,90 40.433,67 51.417,19 59.533,76 2.706,39 2.530,94 2.644,84 3.696,18 8.015,61 8.047,67 18.537,69 23.722,39 31.350,05 16.812,01 17.148,25 17.491,21 1.387,80
1.250,00
-
1.000,00
1.000,00
2014 129.593,25 84.495,55 34.830,55 10.267,15 219.732,32 150.208,71 988,43 11.455,05 137.765,22 13.964,73 123.800,49 69.523,62 2.771,79 8.079,86 40.830,93 17.841,03
225.229,40
246.272,10
281.457,60
312.163,90
349.325,57
1.126.146,50 20%
1.229.558,47 20%
1.319.999,80 21%
1.482.854,77 21%
1.678.354,34 21%
5,5% 5,1%
6,5% 5,3%
7,0% 5,0%
7,5% 4,5%
8,0% 4,8%
CATATAN: Perkiraan Dana Fungsi Pendidikan tahun 2012-2014 merupakan angka perkiraan (baseline) *) Merupakan APBNP tahun 2010 **) Bersumber dari UU APBN 2011
RENSTRA KEMDIKBUD 2010 - 2014
109
Berdasarkan hasil proyeksi pada tahun 2014, perkiraan kebutuhan anggaran pendidikan dalam APBN mencapai Rp349,3 triliun dengan distribusi Rp129,6 triliun merupakan anggaran pendidikan yang ada di dalam anggaran belanja pusat dan Rp219,7 triliun yang ditransfer ke dalam belanja daerah antara lain melalui DAU, DAK, dana otonomi khusus pendidikan, dan dana bagi hasil. Perkiraan pendanaan fungsi pendidikan dan kebudayaan di atas didasarkan pada angka perkiraan baseline tahun 2009 dan memperhatikan kemampuan keuangan negara. Untuk mencapai sasaran Renstra Pembangunan Pendidikan dan Kebudayaan diperlukan peran serta Pemerintah Provinsi, Kabupaten dan Kota, masyarakat, orang tua, dan dunia usaha untuk berpartisipasi dalam pemenuhan pendanaan pendidikan dan kebudayaan.
6.2 Koordinasi, Tata Kelola, dan Pengawasan Internal Untuk mencapai tujuan pembangunan yang dituangkan dalam Renstra perlu dilakukan koordinasi secara nasional, regional, dan/atau antarlembaga dan antarinstansi terkait, penataan sistem tata kelola, dan pengawasan internal di lingkungan Kemdikbud. 6.2.1. Koordinasi Perencanaan Pendidikan dan Kebudayaan Koordinasi penyusunan dan pelaksanaan Renstra pendidikan dan kebudayaan secara nasional
dilakukan
melalui
forum
Rembuk
Nasional,
Musyawarah
Perencanaan
Pembangunan Pusat, Musyawarah Perencanaan Pembangunan Nasional, rapat kerja perencanaan nasional, dan perencanaan pendidikan dan kebudayaan lintas Kementerian. Pihak yang dilibatkan dalam forum koordinasi perencanaan pendidikan dan kebudayaan antara lain adalah Kemdikbud, Kementerian Agama, Kementerian Keuangan, Bappenas, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupatan dan Kota, Perguruan Tinggi serta Kementerian lain yang mengelola program, kegiatan dan anggaran fungsi pendidikan. 6.2.2. Tata Kelola Implementasi Renstra Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2010—2014 oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kementerian Agama, Dinas Pendidikan Provinsi, Dinas Pendidikan Kabupaten, dan Kota, dan K/L lain terkait menuntut pengembangan sistem tata kelola tersendiri. Perlu dilakukan penataan terhadap tugas dan tanggung jawab dalam melaksanakan program dan kegiatan yang ditetapkan untuk mewujudkan sasaran indikator kinerja pendidikan dan kebudayaan. Pengembangan sistem tata kelola implementasi Renstra mencakup kegiatan penyusunan standar operasional dan prosedur (SOP) dalam penyusunan 110
RENSTRA KEMDIKBUD 2010 - 2014
dokumen perencanaan berbasis kinerja, sosialisasi, dan pengendalian pelaksanaan program dan kegiatan pembangunan yang dituangkan dalam Renstra. 6.2.3. Pengendalian dan Pengawasan Pengendalian terhadap implementasi Renstra dilakukan melalui pengawasan internal yang merupakan tanggung jawab dari unit utama yang membidangi pengawasan yaitu Inspektorat Jenderal untuk tingkat kementerian, dan badan pengawas daerah (bawasda) untuk dinas pendidikan di provinsi, kabupaten, dan kota. Sistem pengawasan internal yang efektif dilakukan melalui pengendalian operasional dan finansial, manajemen risiko, sistem informasi manajemen, dan kepatuhan terhadap peraturan perundangundangan. Tugas utama unit pengawasan internal adalah mengevaluasi, menilai dan menganalisis semua aktivitas pelaksanaan program dan kegiatan pembangunan pendidikan dan kebudayaan terhadap semua peraturan yang berlaku untuk mewujudkan transparansi dan akuntabilitas publik. Pengawasan internal bertujuan untuk memastikan sistem tata kelola implementasi Renstra sesuai dengan sistem tata kelola kementerian dan pemerintah daerah. Dalam menjalankan tugasnya unit pengawasan internal melakukan audit reguler dan audit khusus di semua unit kerja yang mengimplementasikan program dan kegiatan Renstra Kemdikbud. Pada umumnya pengawasan internal di dalam sektor publik dilaksanakan oleh dua pihak, yaitu atasan langsung dan unit pengawasan independen. Pengawasan atasan langsung termasuk yang dilakukan oleh unit pengawasan kementerian. Sementara itu, unit pengawasan independen adalah seperti Badan Pemeriksaan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) yang bertanggung jawab kepada Presiden, dan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) yang bertanggung jawab kepada DPRRI.
6.3 Sistem Pemantauan dan Evaluasi 6.3.1 Tujuan Pemantauan dan Evaluasi Sistem pemantauan dan evaluasi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari implementsi Renstra. Pemantauan dan evaluasi bertujuan untuk mengetahui tingkat pencapaian dan kesesuaian antara rencana yang telah ditetapkan dalam Renstra Kemdikbud Tahun 2010— 2014 dengan hasil yang dicapai berdasarkan kebijakan yang dilaksanakan secara berkala melalui kegiatan dan/atau program pendidikan dan kebudayaan di setiap satuan, jenjang, jenis, dan jalur pendidikan formal dan nonformal.
RENSTRA KEMDIKBUD 2010 - 2014
111
6.3.2 Prinsip-Prinsip Pemantauan dan Evaluasi Pelaksanaan pemantauan dan evaluasi dilakukan berdasarkan prinsipprinsip sebagai berikut 1) kejelasan tujuan dan hasil yang diperoleh dari pemantauan dan evaluasi; 2) pelaksanaan dilakukan secara objektif; 3) dilakukan oleh petugas yang memahami konsep, teori, dan proses serta berpengalaman dalam melaksanakan pemantauan dan evaluasi agar hasilnya sahih dan handal; 4) pelaksanaan dilakukan secara terbuka (transparan) sehingga pihak yang berkepentingan dapat mengetahui hasil pelaporan melalui berbagai cara; 5) melibatkan berbagai pihak yang dipandang perlu dan berkepentingan secara proaktif (partisipatif); 6) pelaksanaan dapat dipertanggungjawabkan secara internal dan eksternal (akuntabel); 7) mencakup seluruh objek agar dapat menggambarkan secara utuh kondisi dan situasi sasaran pemantauan dan evaluasi (komprehensif); 8) pelaksanaan dilakukan sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan dan pada saat yang tepat agar tidak kehilangan momentum yang sedang terjadi; 9) dilaksanakan secara berkala dan berkelanjutan; 10) berbasis indikator kinerja; dan 11) pelaksanaan dilakukan secara efektif dan efisien, artinya target pemantauan dan evaluasi dicapai dengan menggunakan sumber daya yang ketersediaannya terbatas dan sesuai dengan yang direncanakan. Pelaksanaan pemantauan dan evaluasi mencakup berbagai aspek sebagai berikut: 1) penjaminan mutu, relevansi, dan daya saing; 2) pemerataan dan perluasan akses pendidikan menengah dan tinggi; 3) peningkatan tata kelola, akuntabilitas, dan kemitraan pendidikan dan kebudayaan. Pemantauan dan evaluasi dapat dilakukan oleh pemerintah, BSNP, LPMP, dinas pendidikan dan kebudayaan provinsi, dinas pendidikan dan kebudayaan kabupaten dan kota, dinas pendidikan dan kebudayaan kecamatan, dan satuan pendidikan. 6.3.3 Ruang Lingkup Pemantauan dan Evaluasi Implementasi pemantauan dan evaluasi yang sudah bejalan di lingkungan Kemdikbud meliputi: 1) pemantauan dan pengendalian program bulanan dan triwulanan, 2) evaluasi tematik yang berkaitan dengan kebijakan Kemdikbud, 3) evaluasi kinerja tahunan melalui sistem AKIP, 4) evaluasi kinerja tengah periode Renstra melalui pencapaian kinerja Kemdikbud, dan 5) evaluasi akhir masa Renstra. 6.3.4 Pemantauan dan Evaluasi oleh Pemerintah Sesuai dengan PP 39 Tahun 2006 tentang tata cara pengendalian dan evaluasi pelaksanaan rencana pembangunan, pemantauan dan evaluasi dilaksanakan oleh Pemerintah dan pemerintah daerah serta institusi lain yang berkompeten. Mekanisme pemantauan dan
112
RENSTRA KEMDIKBUD 2010 - 2014
pelaporan triwulanan pelaksanaan rencana pembangunan pendidikan dan kebudayaan dapat dilihat pada Gambar 6.1.
Presiden RI Form C
Bupati/ Walikota u.p. Bappeda Form C
10 hari setelah triwulan berakhir
5 hari setelah triwulan berakhir
Gubernur u.p. Bappeda Form C
Men.DN
Form C
Men.PPN 14 hari setelah triwulan berakhir
5 hari setelah triwulan berakhir Form A
Men.Keu Men.PAN
5 hari setelah triwulan berakhir
14 hari setelah triwulan berakhir
Kepala SKPD Provinsi
Kepala SKPD Kabupaten/ Kota
Menteri/ Ka. Lemb Form B
Form B
Form B
Form A
Form A
Form A
Form A
PPTK
10 hari setelah triwulan berakhir
Ka. Unit Org.
Ka. Unit Kerja
Ka. Unit Kerja
Form C
5 hari setelah triwulan berakhir
Form A
PPTK
Ka. Unit Kerja K/L
Keterangan: 1. Gubernur melakukan pemantauan pelaksanaan dekonsentrasi dan tugas pembantuan yang meliputi pelaksanaan program dan kegiatan sesuai dengan tugas dan kewenangannya, 2. Bupati/Walikota melakukan pemantauan pelaksanaan tugas pembantuan yang meliputi pelaksanaan program dan kegiatan sesuai dengan tugas dan kewenangannya, 3. Kepala SKPD Provinsi melakukan pemantauan pelaksanaan dekonsentrasi dan tugas pembantuan yang meliputi pelaksanaan program dan kegiatan sesuai dengan tugas dan kewenangannya, 4. Kepala SKPD Kabupaten/Kota melakukan pemantauan pelaksanaan tugas pembantuan yang meliputi pelaksanaan program dan kegiatan sesuai dengan tugas dan kewenangannya
Gambar 6.1. Mekanisme pemantauan dan pelaporan triwulanan pelaksanaan rencana pembangunan pendidikan
Untuk mendukung pelaksanaan PP Nomor 39 Tahun 2006, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan telah menerbitkan Permendikbud Nomor 42 Tahun 2012 tentang Pedoman Pemanfaatan Sistem EMonitoring Serapan Anggaran untuk Pemantauan dan Pengendalian Pelaksanaan Program, Kegiatan dan Anggaran di Lingkungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Salah satu pasal dalam Permendikbud tersebut mengamanatkan bahwa setiap satker yang memanfaatkan APBN wajib melaporkan secara online setiap perkembangan pelaksanaan program, kegiatan dan anggaran kepada atasan satker dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan sebagai penanggung jawab anggaran fungsi pendidikan. Selain itu, hasil pemantauan dan evaluasi juga dapat digunakan sebagai masukan bagi BSNP, BANSM, BANPT, BANPNF, dan lembaga sertifikasi kompetensi untuk meningkatkan kinerja badanbadan tersebut dalam melaksanakan standardisasi, akreditasi, penjaminan dan pengawasan mutu, pemantauan dan evaluasi program, kegiatan serta hasil belajar tingkat nasional. RENSTRA KEMDIKBUD 2010 - 2014
113
6.3.5 Pemantauan dan Evaluasi Renstra oleh SKPD Provinsi, Kabupaten, dan Kota, serta Satuan Pendidikan dan Kebudayaan Pemantauan dan evaluasi Renstra dilakukan secara berjenjang sebagai berikut. a. Pemantauan dan Evaluasi oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Tingkat Provinsi Pemantauan dan evaluasi oleh pemerintah provinsi digunakan untuk 1) mengukur tingkat pencapaian target pembangunan pendidikan dan kebudayaan provinsi; 2) memperbaiki kinerja aparatur Pemda Kabupaten dan Kota, Kecamatan, dan satuan pendidikan; 3) meningkatkan kemampuan dan kesanggupan aparatur pemda provinsi dalam melaksanakan tugas pemantauan dan evaluasi. b. Pemantauan dan Evaluasi oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten dan Kota Pemantauan dan evaluasi yang dilakukan oleh pemerintah daerah kabupaten dan kota bertujuan untuk 1) mengukur tingkat pencapaian target pembangunan pendidikan pada kabupaten dan kota tersebut sesuai dengan Renstra SKPD kabupaten dan kota kurun waktu 2010—2014; 2) memperbaiki kinerja aparatur pemda kecamatan dan satuan pendidikan agar kapabilitas dan kapasitas dalam penyelenggaraan pendidikan makin meningkat; 3) meningkatkan kemampuan dan kesanggupan aparatur pemda kabupaten dan kota dalam melaksanakan tugas pemantauan dan evaluasi. c. Pemantauan dan Evaluasi oleh Satuan Pendidikan dan Kebudayaan Fungsi pemantauan dan evaluasi dalam satuan pendidikan dan kebudayaan adalah untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan pada satuan pendidikan dan kebudayaan yang bersangkutan secara berkala, yang hasilnya dapat digunakan untuk memperbaiki kinerja. d. Pemantauan dan Evaluasi oleh Badan Standar Nasional Pendidikan dan Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan Pemantauan yang dilakukan BSNP bertujuan mengevaluasi capaian Standar Nasional Pendidikan. Sementara itu, pemantauan dan evaluasi yang dilakukan oleh Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan adalah untuk mendapatkan pemetaan capaian standar nasional yang dijadikan dasar dalam mengembangkan model intervensi, untuk meningkatkan kualitas pendidikan sehingga mencapai standar nasional serta membantu BANSM, BAN PNF, dan BANPT dalam mengakreditasi satuan pendidikan.
114
RENSTRA KEMDIKBUD 2010 - 2014
6.4 Sistem dan Teknologi Informasi Terpadu Dalam rangka mendukung tercapainya pemerataan dan perluasan akses pendidikan dan kebudayaan, peningkatan mutu, relevansi dan daya saing pendidikan dan kebudayaan, serta penguatan tata kelola, akuntabilitas, dan citra publik, diperlukan sistem dan teknologi informasi secara terpadu yang mampu meningkatkan pelayanan dan mendukung penyediaan informasi dan pelaporan bagi penentu kebijakan pendidikan dan kebudayaan, pemangku kepentingan serta penyelenggaraan pembelajaran secara tepat, transparan, akuntabel, dan efisien. Gambar 6.2 menunjukkan arsitektur Sistem dan Teknologi Informasi Terpadu Kemdikbud sesuai dengan Permendiknas Nomor 38 Tahun 2008. Pemangku Kepentingan Peserta Didik
Orang Tua
PTK
Satuan Pendidikan
DUDI
Pegawai
Media
Pengelola Pendidikan di Daerah
Portal Pusat Layanan Prima Pendidikan Nasional eLayanan
eLayanan
eLayanan
eLayanan
Infrastruktur Bersama Integrasi Proses Data Induk Satuan Pendidikan (NPSN)
Data Induk PTK (NUPTK)
Data Induk Peserta Didik (NISN)
Data Induk Pembelajaran
Integrasi Data
Gambar 6.2. Arsitektur Sistem dan Teknologi Informasi Kemdikbud
Untuk mengimplementasikan pengembangan Sistem dan Teknologi Informasi Terpadu di lingkungan Kemdikbud perlu diperhatikan halhal sebagai berikut: 1) Strategi Pengembangan Sistem dan Teknologi Informasi Kemdikbud harus selaras dengan Visi dan Misi Kemdikbud 2) Sistem dan Teknologi Informasi Kemdikbud harus mampu mendukung manajemen Kemdikbud dalam mengambil keputusan secara cepat, efisien dan efektif termasuk mengatur wewenang pendistribusian informasi. 3) Sistem dan Teknologi Informasi Kemdikbud harus fleksibel untuk mengantisipasi berbagai perubahan termasuk dilakukannya reformasi birokrasi dan organisasi. 4) Sistem dan Teknologi Informasi Kemdikbud harus menjamin keamanan dan kesahihan data serta menjamin efisiensi pengelolaan pangkalan data sehingga tidak terjadi data redundancy. 5) Sistem dan Teknologi Informasi Kemdikbud
RENSTRA KEMDIKBUD 2010 - 2014
115
harus mampu menjadi sarana untuk mendukung pemberian layanan pendidikan dan kebudayaan termasuk epembelajaran, eknowledge sharing dan esumber belajar; 6) Sistem dan Teknologi Informasi Kemdikbud harus mendukung tercapainya Sistem Tata Kelola Kemdikbud termasuk sistem pengawasan dan evaluasi, pelaporan yang handal, efektif dan efisien; 7) Guna menjamin keterpaduan perlu dilakukan terlebih dahulu pembuatan Master Plan Sistem dan Teknologi Informasi Terpadu Kemdikbud yang selaras dengan Rencana Strategis Kemdikbud.
116
RENSTRA KEMDIKBUD 2010 - 2014
INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) DAN INDIKATOR KINERJA KEGIATAN (IKK) PROGRAM PENDIDIKAN ANAK USIA DINI, NON FORMAL DAN INFORMAL
KODE 1
PROGRAM/ KEGIATAN PROGRAM PENDIDIKAN ANAK USIA DINI, NON FORMAL DAN INFORMAL
INDIKATOR
2012
2013
2014
43,73%
46,00%
56,00%
63,00%
69,00%
72,00%
IKU 1.2
PERSENTASE ANAK LULUS SMP TIDAK MELANJUTKAN, PUTUS DAN ATAU LULUS SEKOLAH MENENGAH TIDAK MELANJUTKAN MENDAPATKAN LAYANAN PENDIDIKAN KETERAMPILAN
12,20%
12,00%
13,00%
15,00%
17,00%
19,00%
IKU 1.3
JUMLAH PESERTA DIDIK KURSUS DAN PELATIHAN YANG MEMPEROLEH SERTIFIKAT KOMPETENSI
3.579
20.000
30.000
40.000
50.000
60.000
IKU 1.4
PERSENTASE LEMBAGA KURSUS DAN PELATIHAN BERAKREDITASI A DAN B
1,69%
2,00%
5,00%
10,00%
15,00%
20,00%
IKU 1.5 IKU 1.6
PERSENTASE PENDUDUK BUTA AKSARA USIA DEWASA PERSENTASE KAB/ KOTA YANG TELAH MENERAPKAN PENGARUSUTAMAAN GENDER BIDANG PENDIDIKAN
5,30% 11,00%
5,00% 14,00%
4,80% 23,00%
4,23% 54,00%
4,03% 61,00%
3,83% 68,00%
IKU 1.7
PERSENTASE KAB/KOTA YANG TELAH MENYELENGGARAKAN PARENTING EDUCATION PERSENTASE PKBM BERNOMOR INDUK LEMBAGA PERSENTASE KAB/KOTA YANG TELAH MEMILIKI MINIMAL 10 TBM PERSENTASE PTK PAUD-NI YANG MENGIKUTI PENINGKATAN KOMPETENSI
0,00%
0,00%
10,00%
30,00%
40,00%
50,00%
0,00% 22,00%
40,00% 24,00%
50,00% 35,00%
60,00% 47,00%
70,00% 59,00%
80,00% 69,00%
7,00%
11,75%
20,41%
28,27%
36,26%
44,63%
15,00%
15,00%
15,00%
15,00%
15,00%
15,00%
16
20
45
76
109
145
2,00%
3,00%
6,00%
10,00%
14,00%
20,00%
93,00%
95,00%
96,00%
97,00%
98,00%
99,00%
IKU 1.11
PERSENTASE PTK PAUD-NI MEMPEROLEH PENGHARGAAN DAN PERLINDUNGAN
IKU 1.12
JUMLAH MODEL DAN PROGRAM PAUD NI YANG DIKEMBANGKAN DI TINGKAT REGIONAL
IKU 1.13 IKK 1.1.1
PERSENTASE LEMBAGA DAN PROGRAM PAUD NI YANG MENDAPATKAN PEMETAAN MUTU PERSENTASE DOKUMEN RENCANA PROGRAM, ANGGARAN DAN EVALUASI KINERJA PAUDNI SESUAI DENGAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN YANG BERLAKU
IKK 1.1.2 IKK 1.1.3
PERSENTASE SATKER BERDAYA-SERAP ANGGARAN > 95% PERSENTASE SATKER MENERAPKAN E-KEUANGAN
46,30% 100,00%
51,00% 100,00%
55,80% 100,00%
60,50% 100,00%
65,30% 100,00%
70,00% 100,00%
IKK 1.1.4
PERSENTASE TINGKAT KESESUAIAN LAPORAN KEUANGAN DENGAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
97,00%
99,00%
100,00%
100,00%
100,00%
100,00%
IKK 1.1.5
PERSENTASE SATKER TERTIB PENGELOLAAN BMN
75,00%
80,00%
85,00%
90,00%
95,00%
100,00%
IKK 1.1.6 IKK 1.1.7
0,00% 80,00%
50,00% 80,00%
100,00% 82,00%
100,00% 85,00%
100,00% 90,00%
100,00% 95,00%
IKK 1.1.8
PERSENTASE SATKER MENERAPKAN E-KEPEGAWAIAN PERSENTASE SDM DITJEN PAUDNI MELAKSANAKAN TUGAS HARI KERJA >98% PERSENTASE SATKER MENERAPKAN E- ADMINISTRASI UMUM
0,00%
50,00%
100,00%
100,00%
100,00%
100,00%
IKK 1.1.9
PERSENTASE SATKER BERSERTIFIKAT ISO 9001-2008
IKK 1.1.10 IKK 1.1.11
PERSENTASE ANGGARAN YANG TIDAK DIBLOKIR PERSENTASE PROVINSI MENGIRIM DATA PAUDNI SESUAI DENGAN KETENTUAN YANG BERLAKU PERSENTASE KABUPATEN/KOTA MENGIRIM DATA PAUDNI SESUAI DENGAN KETENTUAN YANG BERLAKU
IKK 1.1.12 1.2
ALOKASI ANGGARAN (RIBUAN RP)
2011
APK PAUD KEMDIKBUD *)
IKU 1.10
DUKUNGAN MANAJEMEN DAN PELAKSANAAN TUGAS TEKNIS LAINNYA DITJEN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI, NON FORMAL, DAN INFORMAL
TARGET PENCAPAIAN 2010
IKU 1.1
IKU 1.8 IKU 1.9
1.1
KONDISI AWAL (2009)
LAYANAN IKK 1.2.1 PENGKAJIAN, PENGEMBANGAN IKK 1.2.2 DAN PENGENDALIAN MUTU PAUDNI IKK 1.2.3 IKK 1.2.4
JUMLAH MODEL PAUDNI YANG DIKEMBANGKAN DI TINGKAT REGIONAL JUMLAH LEMBAGA YANG MENERPAKAN MODEL PAUD NI DI TINGKAT PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA JUMLAH PTK PAUDNI YANG MENDAPATKAN FASILITASI PENINGKATAN KAPASITAS SDM PERSENTASE LEMBAGA DAN PROGRAM PAUD NI YANG MENDAPATKAN PEMETAAN MUTU
0,00%
23,00%
38,00%
54,00%
77,00%
100,00%
100,00% -
100,00% -
100,00% -
100,00% -
100,00% 97,00%
100,00% 100,00%
-
-
-
-
97,00%
100,00%
16
20
45
76
109
145
374
398
796
1.194
1.990
2.786
-
-
15
20
4.000
4.200
2,00%
3,00%
6,00%
10,00%
14,00%
20,00%
2010 2.455.003.981
2011
2012
2013
2014
3.655.027.419
2.938.085.889
2.408.035.530
5.612.150.647
178.113.000
143.509.877
137.393.629
99.409.920
170.442.653
175.721.000
290.319.727
263.741.176
195.241.622
390.617.456
KODE
PROGRAM/ KEGIATAN
INDIKATOR IKK 1.2.5
99,00%
-
-
-
-
109
145
-
-
-
-
1.990
2.786
-
-
-
-
40
80
IKK 1.2.9 IKK 1.3.1 IKK 1.3.2
PERSENTASE LEMBAGA PAUDNI YANG DISUPERVISI APK PAUD KEMDIKBUD PERSENTASE KELURAHAN/DESA YANG MEMILIKI MINIMAL SATU LEMBAGA PAUD
28,00% 0,00%
29,60% 60,00%
33,70% 70,00%
37,80% 75,00%
80,00% 69,00% 89,00%
85,00% 75,00% 100,00%
IKK 1.3.3
PERSENTASE LEMBAGA PAUD MEMILIKI IZIN OPERASIONAL
5,00%
10,00%
15,00%
25,00%
85,00%
90,00%
IKK 1.3.4
LEMBAGA PAUD YANG TELAH MENYELENGGARAKAN PENDIDIKAN KEORANGTUAN PERSENTASE DOKUMEN PROGRAM DAN EVALUASI SESUAI DENGAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN YANG BERLAKU PERSENTASE ANAK LULUS SMP TIDAK MELANJUTKAN, PUTUS DAN ATAU LULUS SEKOLAH MENENGAH TIDAK MELANJUTKAN MENDAPATKAN LAYANAN KURSUS DAN PELATIHAN
0,00%
0,20%
2,50%
5,00%
7,50%
10,00%
93,00%
95,00%
96,00%
97,00%
98,00%
99,00%
12,00%
12,00%
13,00%
15,00%
17,00%
19,00%
PERSENTASE PESERTA DIDIK PROGRAM PKH DI PEDESAAN JUMLAH PESERTA DIDIK KURSUS DAN PELATIHAN YANG MEMPEROLEH SERTIFIKAT KOMPETENSI PERSENTASE LEMBAGA SERTIFIKASI KOMPETENSI (LSK) YANG TERBENTUK JUMLAH TEMPAT UJI KOMPETENSI (TUK) YANG TERBENTUK
0,00% 3.579
12,00% 20.000
12,00% 30.000
12,00% 40.000
12,00% 50.000
12,00% 60.000
18
30
36
42
48
54
285
491
641
791
941
1.091
PERSENTASE LEMBAGA KURSUS DAN PELATIHAN (LKP) BERKINERJA A DAN B PERSENTASE LKP BERSTANDAR INTERNASIONAL PERSENTASE LKP YANG MEMENUHI STANDAR NASIONAL
1,69%
2,00%
5,00%
10,00%
15,00%
20,00%
0,00% 0,00%
0,00% 0,00%
1,00% 5,00%
1,50% 10,00%
2,00% 15,00%
2,50% 20,00%
93,00%
95,00%
96,00%
97,00%
98,00%
99,00%
5,30% 2,00%
5,00% 5,00%
4,80% 9,00%
4,23% 16,00%
4,03% 19,00%
3,83% 20,00%
3,20%
3,00%
2,70%
2,40%
2,20%
2,00%
11,00%
14,00%
23,00%
54,00%
61,00%
68,00%
4,00%
7,00%
10,00%
14,00%
17,50%
20,00%
0,00%
0,00%
10,00%
30,00%
40,00%
50,00%
IKK 1.4.1
IKK 1.4.5 IKK 1.4.6 IKK 1.4.7 IKK 1.4.8 IKK 1.4.9
PERSENTASE DOKUMEN RENCANA DAN EVALUASI KEGIATAN LAYANAN KURSUS DAN PELATIHAN SESUAI DENGAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN YANG BERLAKU
IKK 1.5.1 IKK 1.5.2
PERSENTASE PENDUDUK BUTA AKSARA USIA DEWASA PERSENTASE PEMEGANG SUKMA MENGIKUTI KEAKSARAAN USAHA MANDIRI DISPARITAS GENDER PENDUDUK BERKEAKSARAAN USIA DEWASA PERSENTASE KAB/ KOTA YANG TELAH MENERAPKAN PENGARUSUTAMAAN GENDER BIDANG PENDIDIKAN
IKK 1.5.3 IKK 1.5.4 IKK 1.5.5
IKK 1.5.6
1.6
PENYEDIAAN LAYANAN
2010
98,00%
IKK 1.4.4
PENYEDIAAN LAYANAN PENDIDIKAN MASYARAKAT
2014
97,00%
IKK 1.4.2 IKK 1.4.3
1.5
2013
96,00%
IKK 1.3.5
PENYEDIAAN LAYANAN KURSUS DAN PELATIHAN
2012
95,00%
IKK 1.2.8
1.4
ALOKASI ANGGARAN (RIBUAN RP)
2011
0,00%
IKK 1.2.7
PENYEDIAAN LAYANAN PAUD
TARGET PENCAPAIAN 2010
DOKUMEN RENCANA PROGRAM, ANGGARAN DAN EVALUASI KEGIATAN LAYANAN PENGEMBANGAN PAUDNI JUMLAH PROGRAM PAUDNI YANG DIKEMBANGKAN DI TINGKAT REGIONAL JUMLAH LEMBAGA YANG MENERAPKAN PROGRAM PAUD NI DI TINGKAT PROVINSI DAN KABUPATEN/ KOTA JUMLAH SATUAN PAUDNI YANG MENDAPATKAN FASILITASI SARANA DAN PRASARANA PEMBELAJARAN
IKK 1.2.6
1.3
KONDISI AWAL (2009)
PERSENTASE PENDUDUK PEREMPUAN BERKEAKSARAAN DASAR DAN LANSIA YANG MEMPEROLEH LAYANAN KECAKAPAN HIDUP PERSENTASE KAB/KOTA YANG TELAH MENYELENGGARAKAN PENDIDIKAN KEORANGTUAAN (PARENTING EDUCATION)
IKK 1.5.7 IKK 1.5.8 IKK 1.5.9
PERSENTASE PKBM BERNOMOR INDUK LEMBAGA PERSENTASE KECAMATAN YANG MEMILIKI PKBM PERSENTASE KAB/KOTA YANG MEMILIKI PKBM RUJUKAN
0,00% 30,00% 3,00%
40,00% 40,00% 3,00%
50,00% 50,00% 20,00%
60,00% 60,00% 40,00%
70,00% 70,00% 60,00%
80,00% 80,00% 80,00%
IKK 1.5.10
PERSENTASE KAB/KOTA YANG TELAH MEMILIKI MINIMAL 10 TBM
22,00%
24,3%
35,00%
47,00%
59,00%
69,00%
IKK 1.5.11
PERSENTASE DOKUMEN RENCANA DAN EVALUASI KEGIATAN LAYANAN PENDIDIKAN MASYARAKAT SESUAI DENGAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN YANG BERLAKU
93,00%
95,00%
96,00%
97,00%
98,00%
99,00%
IKK 1.6.1
PERSENTASE PENDIDIK PAUD MENGIKUTI DIKLAT TEKNIS
15,00%
17,00%
19,00%
21,00%
26,00%
31,00%
2011
2012
2013
2014
932.432.000
1.727.495.683
1.015.074.628
676.293.045
1.974.328.259
346.225.000
301.382.944
261.823.197
211.823.197
449.694.916
399.161.000
382.581.908
366.203.259
283.128.369
487.236.183
809.737.280
893.850.000
942.139.377
2.139.831.180
423.351.981
KODE
PROGRAM/ KEGIATAN LAYANAN PENINGKATAN MUTU PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI, PENDIDIKAN NON FORMAL DAN INFORMAL
INDIKATOR IKK 1.6.2
PERSENTASE PENDIDIK KURSUS DAN PELATIHAN YANG MENGIKUTI DIKLAT TEKNIS
IKK 1.6.3
KONDISI AWAL (2009)
TARGET PENCAPAIAN 2010
ALOKASI ANGGARAN (RIBUAN RP)
2011
2012
2013
2014
0,00%
7,00%
12,00%
17,00%
21,00%
27,00%
PERSENTASE PENDIDIK PENDIDIKAN MASYARAKAT MENGIKUTI DIKLAT TEKNIS PERSENTASE PELATIH DAN PEMBINA PRAMUKA MENGIKUTI DIKLAT TEKNIS PERSENTASE PAMONG BELAJAR MENGIKUTI DIKLAT TEKNIS DAN FUNGSIONAL PERSENTASE PENILIK MENGIKUTI DIKLAT TEKNIS DAN FUNGSIONAL
16,00%
19,00%
22,00%
25,00%
28,00%
31,00%
0,40%
0,80%
2,00%
5,00%
7,00%
10,00%
60,00%
65,00%
70,00%
75,00%
80,00%
85,00%
40,00%
45,00%
50,00%
55,00%
60,00%
65,00%
IKK 1.6.7
PERSENTASE TENAGA KEPENDIDIKAN PADA SATUAN PENDIDIKAN NON FORMAL YANG MENGIKUTI DIKLAT TEKNIS
15,00%
18,00%
21,00%
24,00%
27,00%
30,00%
IKK 1.6.8
PERSENTASE PENDIDIK PAUD YANG MENGIKUTI PENGEMBANGAN PROFESIONAL BERKELANJUTAN
5,00%
8,00%
12,00%
15,00%
18,00%
21,00%
IKK 1.6.9
PERSENTASE PENDIDIK KURSUS DAN PELATIHAN YANG MENGIKUTI PENGEMBANGAN PROFESIONAL BERKELANJUTAN
0,00%
0,00%
0,42%
0,83%
1,25%
1,67%
IKK 1.6.10
PERSENTASE PENDIDIK DIKMAS MENGIKUTI PENGEMBANGAN PROFESIONAL BERKELANJUTAN (PBB) PERSENTASE PAMONG BELAJAR MENGIKUTI PENGEMBANGAN PROFESIONAL BERKELANJUTAN (PPB) PERSENTASE PENILIK MENGIKUTI PENGEMBANGAN PROFESIONAL BERKELANJUTAN (PPB)
0,00%
0,00%
10,00%
15,00%
20,00%
25,00%
0,00%
0,00%
10,00%
20,00%
30,00%
40,00%
0,00%
0,00%
10,00%
20,00%
30,00%
40,00%
PERSENTASE TENAGA KEPENDIDIKAN PADA SATUAN PENDIDIKAN NONFORMAL YANG MENGIKUTI PENGEMBANGAN PROFESIONAL BERKELANJUTAN PERSENTASE PENDIDIK PAUD BERKUALIFIKASI AKADEMIK S1/D-4 PERSENTASE PAMONG BELAJAR BERKUALIFIKASI S1/D4 PERSENTASE PENILIK BERKUALIFIKASI S1/D4 PERSENTASE GURU TK/TKLB PENERIMA TUNJANGAN PROFESI PERSENTASE PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI, NON FORMAL DAN INFORMAL YANG MEMPEROLEH PENGHARGAAN/ PERLINDUNGAN
5,00%
8,00%
12,00%
15,00%
18,00%
21,00%
0,00%
2,500%
3,42%
4,49%
5,65%
6,50%
82,60% 42,00% 1,16%
84,80% 48,00% 1,18%
87,10% 54,00% 1,20%
90,10% 60,00% 1,44%
93,80% 65,00% 1,73%
98,30% 70,00% 2,07%
15,00%
15,00%
15,00%
15,00%
15,00%
15,00%
94,00%
95,00%
96,00%
97,00%
98,00%
99,00%
IKK 1.6.4 IKK 1.6.5 IKK 1.6.6
IKK 1.6.11 IKK 1.6.12 IKK 1.6.13
IKK 1.6.14 IKK 1.6.15 IKK 1.6.16 IKK 1.6.17 IKK 1.6.18
IKK 1.6.19
PERSENTASE DOKUMEN PROGRAM DAN EVALUASI SESUAI DENGAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN YANG BERLAKU
Catatan: *) APK PAUD dihitung berdasarkan jumlah peserta didik PAUD dibagian jumlah anak usia 3-6 Tahun
2010
2011
2012
2013
2014
INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) DAN INDIKATOR KINERJA KEGIATAN (IKK) PROGRAM PENDIDIKAN DASAR
KODE 2
PROGRAM/ KEGIATAN PROGRAM PENDIDIKAN DASAR
INDIKATOR
ALOKASI ANGGARAN (RIBUAN RP)
2010
2011
2012
2013
2014
APM SD/SDLB/PAKET A
82,94%
82,94%
83,01%
83,29%
83,40%
83,57%
IKU 2.2
RASIO KESETARAAN JENDER SD/SDLB
97,00%
97,20%
97,40%
97,60%
97,80%
98,00%
IKU 2.3
1,70%
1,50%
1,30%
1,10%
0,90%
0,70%
90,00%
91,00%
93,00%
94,00%
96,00%
97,00%
IKU 2.5
PERSENTASE PESERTA DIDIK SD/SDLB PUTUS SEKOLAH PERSENTASE LULUSAN SD/SDLB MELANJUTKAN PENDIDIKAN PERSENTASE SD MENERAPKAN E-PEMBELAJARAN
10,00%
16,00%
22,00%
28,00%
34,00%
40,00%
IKU 2.6
PERSENTASE SD MEMILIKI FASILITAS INTERNET
5,00%
10,00%
15,00%
20,00%
25,00%
30,00%
IKU 2.7
0,00%
0,00%
0,00%
0,00%
10,00%
43,33%
IKU 2.8
PERSENTASE SD/SDLB MENERAPKAN KURIKULUM 2013 PERSENTASE SD/SDLB BERAKREDITASI
37,00%
45,00%
53,00%
64,00%
75,00%
85,00%
IKU 2.9
PERSENTASE SD/SDLB MEMENUHI SPM
45,00%
48,00%
51,00%
55,00%
59,00%
64,00%
IKU 2.10
136
141
151
178
185
191
IKU 2.11
NILAI TOTAL TERTIMBANG MEDALI DARI KOMPETISI INTERNASIONAL TINGKAT PENDIDIKAN DASAR APK SMP/SMPLB/PAKET B
71,68%
72,10%
73,28%
75,69%
77,36%
79,53%
IKU 2.12
APM SMP/SMPLB/PAKET B
55,37%
56,00%
56,20%
57,13%
57,66%
58,17%
IKU 2.13
RASIO KESETARAAN JENDER SMP/SMPLB
97,00%
97,20%
97,40%
97,60%
97,80%
98,00%
IKU 2.14
PERSENTASE PESERTA DIDIK SMP/SMPLB PUTUS SEKOLAH PERSENTASE LULUSAN SMP/SMPLB YANG MELANJUTKAN KE SEKOLAH MENENGAH PERSENTASE SMP YANG MENERAPKAN EPEMBELAJARAN PERSENTASE SMP MEMILIKI FASILITAS INTERNET
1,99%
1,80%
1,60%
1,40%
1,20%
1,00%
88,00%
88,00%
89,00%
90,00%
92,00%
94,00%
10,00%
20,00%
30,00%
40,00%
50,00%
60,00%
10,00%
20,00%
30,00%
40,00%
50,00%
60,00%
0,00%
0,00%
0,00%
0,00%
33,33%
66,66%
IKU 2.19
PERSENTASE SMP/SMPLB MENERAPKAN KURIKULUM 2013 PERSENTASE SMP/SMPLB BERAKREDITASI
8,94%
21,30%
50,00%
54,10%
58,50%
70,90%
IKU 2.20
PERSENTASE SMP/SMPLB MEMENUHI SPM
48,95%
55,00%
60,00%
65,00%
70,00%
75,00%
IKU 2.21
PERSENTASE GURU SD/SDLB DALAM JABATAN BERKUALIFIKASI AKADEMIK S1/D4 PERSENTASE SD YANG MEMILIKI RASIO GURU TERHADAP SISWA SESUAI SPM RASIO GURU TERHADAP SISWA SD
24,00%
36,00%
46,00%
58,00%
68,00%
82,00%
0,00%
3,00%
5,00%
8,00%
11,00%
13,00%
1:33
1:32
1:31
1:30
1:29
1:28
PERSENTASE GURU SMP/SMLB DALAM JABATAN BERKUALIFIKASI AKADEMIK S1/D4 PERSENTASE SMP YANG MEMILIKI RASIO GURU TERHADAP SISWA SESUAI SPM RASIO GURU TERHADAP SISWA SMP
73,00%
77,00%
83,00%
87,00%
92,00%
98,00%
0,00%
3,00%
5,00%
8,00%
11,00%
13,00%
1:40
1:38
1:36
1:34
1:33
1:32
PERSENTASE PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN YANG MENERIMA TUNJANGAN PERSENTASE KAB/KOTA YANG MEMILIKI TENAGA KEPENDIDIKAN SESUAI SPM PERSENTASE ANGGARAN DITJEN DIKDAS YANG TIDAK DIBLOKIR PERSENTASE SATKER TERTIB DALAM HAL PENGELOLAAN BMN
100,00%
100,00%
100,00%
100,00%
100,00%
100,00%
18,00%
25,00%
35,00%
49,00%
67,00%
82,00%
99,00%
100,00%
100,00%
100,00%
100,00%
100,00%
5,00%
5,00%
18,00%
35,00%
55,00%
75,00%
IKU 2.15 IKU 2.16 IKU 2.17 IKU 2.18
IKU 2.22 IKU 2.23 IKU 2.24 IKU 2.25 IKU 2.26 IKU 2.27 IKU 2.28 DUKUNGAN MANAJEMEN DAN PELAKSANAAN
TARGET PENCAPAIAN
IKU 2.1
IKU 2.4
2.1
KONDISI AWAL (2009)
IKK 2.1.1 IKK 2.1.2
2010
2011
2012
2013
2014
21.487.700.908
12.773.057.715
19.638.385.600
21.668.217.029
28.611.337.063
385.681.171
585.767.168
423.835.513
642.733.025
673.584.210
KODE
PROGRAM/ KEGIATAN
INDIKATOR
TUGAS TEKNIS IKK 2.1.3 LAINNYA DITJEN PENDIDIKAN IKK 2.1.4 DASAR IKK 2.1.5 IKK 2.1.6 IKK 2.1.7 IKK 2.1.8 IKK 2.1.9 IKK 2.1.10 IKK 2.1.11 IKK 2.1.12 IKK 2.1.13 IKK 2.1.14 IKK 2.1.15 2.2
PENJAMINAN IKK 2.2.1 KEPASTIAN IKK 2.2.2 LAYANAN PENDIDIKAN SD IKK 2.2.3 IKK 2.2.4 IKK 2.2.5 IKK 2.2.6
PENJAMINAN KEPASTIAN LAYANAN PENDIDIKAN SMP
TARGET PENCAPAIAN
ALOKASI ANGGARAN (RIBUAN RP)
2010
2011
2012
2013
2014
PERSENTASE SATKER BERDAYA-SERAP FISIK > 95%
90,00%
100,00%
100,00%
100,00%
100,00%
100,00%
PERSENTASE SATKER BERDAYA-SERAP ANGGARAN > 95% PERSENTASE SATKER YANG TELAH MENERAPKAN SISTEM PENILAIAN BERBASIS KINERJA PERSENTASE SATKER MENERAPKAN E-KEUANGAN
83,00%
100,00%
100,00%
100,00%
100,00%
100,00%
46,30%
51,00%
55,80%
60,50%
65,30%
70,00%
45,00%
45,00%
100,00%
100,00%
100,00%
100,00%
100,00%
100,00%
100,00%
100,00%
100,00%
100,00%
95,00%
95,00%
96,00%
97,00%
98,00%
99,00%
100,00%
100,00%
100,00%
100,00%
100,00%
100,00%
97,00%
99,00%
100,00%
100,00%
100,00%
100,00%
75,00%
80,00%
85,00%
90,00%
95,00%
100,00%
PERSENTASE SEKOLAH DAERAH TERTINGGAL, TERPENCIL, PERBATASAN YANG TERBINA JUMLAH MODEL PERCONTOHAN PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA JUMLAH PENYELENGGARAAN SEREMONI OLIMPIADE/FESTIVAL SISWA PERSENTASE DEWAN PENDIDIKAN KAB/KOTA YANG TERBINA APM SD/SDLB/PAKET A
50,00%
50,00%
100,00%
100,00%
100,00%
100,00%
3
6
7
7
7
7
3
3
3
3
3
3
70,00%
72,00%
74,00%
76,00%
78,00%
80,00%
82,94%
82,94%
83,01%
83,29%
83,40%
83,57%
RASIO KESETARAAN GENDER SD/SDLB
97,00%
97,20%
97,40%
97,60%
97,80%
98,00%
1,70%
1,50%
1,30%
1,10%
0,90%
0,70%
90,00%
91,40%
93,00%
94,20%
95,60%
97,00%
10,00%
16,00%
22,00%
28,00%
34,00%
40,00%
PERSENTASE SATKER LAPORAN KEUANGANNYA SESUAI DENGAN PERATURAN PERUNDANGPERSENTASE SDM DITJEN DIKDAS DENGAN KEHADIRAN >98% PERSENTASE SATKER BERSERTIFIKAT ISO 90012008 PERSENTASE SATKER MENERAPKAN EPENGADAAN > 20% PAKET PBJ PERSENTASE GEDUNG SEKOLAH RUSAK AKIBAT BENCANA/KERUSUHAN YANG DIREHABILITASI
PERSENTASE PESERTA DIDIK SD/SDLB PUTUS SEKOLAH PERSENTASE LULUSAN SD/SDLB YANG MELANJUTKAN KE SMP/SMPLB PERSENTASE SD MENERAPKAN E-PEMBELAJARAN
2010
5,00%
10,00%
15,00%
20,00%
25,00%
30,00%
IKK 2.2.7
PERSENTASE SD YANG MEMILIKI FASILITAS INTERNET PERSENTASE SD MEMILIKI PERPUSTAKAAN
36,80%
43,20%
53,00%
64,00%
75,00%
85,00%
IKK 2.2.8
PERSENTASE SD MEMILIKI SARANA KOMPUTER
20,00%
28,00%
46,00%
60,00%
75,00%
90,00%
IKK 2.2.9
PERSENTASE SD/SDLB YANG SESUAI DENGAN SPM
45,00%
48,00%
51,00%
55,00%
59,00%
64,00%
IKK 2.2.10
RASIO RUANG KELAS - SISWA JENJANG SD
1:33
1:32
1:31
1:30
1:29
1:28
IKK 2.2.11
136
141
151
178
185
191
0,00%
0,00%
0,00%
0,00%
10,00%
43,33%
IKK 2.3.1
NILAI TOTAL TERTIMBANG MEDALI DARI KOMPETISI INTERNASIONAL TINGKAT SD PERSENTASE SD/SDLB MENERAPKAN KURIKULUM 2013 APK SMP/SMPLB/PAKET B
71,68%
72,10%
73,28%
75,69%
77,36%
79,53%
IKK 2.3.2
APM SMP/SMPLB/PAKET B
55,37%
56,00%
56,02%
57,13%
57,66%
58,17%
IKK 2.3.3
RASIO KESETARAAN GENDER SMP/SMPLB
97,00%
97,20%
97,40%
97,60%
97,80%
98,00%
IKK 2.3.4
PERSENTASE PESERTA DIDIK SMP/SMPLB PUTUS SEKOLAH PERSENTASE PESERTA DIDIK PAKET B DARI PUTUS SEKOLAH SMP/MTS ANGKA KELULUSAN SMP
1,99%
1,80%
1,60%
1,40%
1,20%
1,00%
1,99%
1,80%
1,60%
1,40%
1,20%
1,00%
93,00%
94,00%
95,00%
96,00%
96,00%
97,00%
IKK 2.2.12 2.3
KONDISI AWAL (2009)
IKK 2.3.5 IKK 2.3.6
2011
2012
2013
2014
13.181.517.807
2.150.197.717
8.238.526.894
3.128.017.640
3.512.972.018
7.730.124.185
3.961.919.558
5.386.040.097
5.147.041.725
5.796.880.316
KODE
PROGRAM/ KEGIATAN
INDIKATOR
2010
2011
2012
2013
2014
88,00%
88,00%
89,00%
90,00%
92,00%
94,00%
IKK 2.3.8
PERSENTASE SMP YANG MENERAPKAN E PEMBELAJARAN PERSENTASE SMP MEMILIKI FASILITAS INTERNET
10,00%
20,00%
30,00%
40,00%
50,00%
60,00%
10,00%
20,00%
30,00%
40,00%
50,00%
60,00%
8,94%
21,30%
33,70%
46,10%
58,50%
70,90%
10,00%
30,00%
50,00%
70,00%
85,00%
100,00%
10,00%
25,00%
40,00%
55,00%
70,00%
85,00%
15,00%
25,00%
40,00%
55,00%
70,00%
85,00%
IKK 2.3.14
PERSENTASE SMP YANG MEMILIKI ALAT PERAGA MATEMATIKA PERSENTASE SMP YANG MEMILIKI ALAT PERAGA IPS PERSENTASE SMP YANG MEMILIKI LAB. IPA
72,50%
77,50%
82,50%
87,50%
92,50%
97,50%
IKK 2.3.15
PERSENTASE SMP YANG MEMILIKI PERPUSTAKAAN
79,50%
83,60%
87,70%
91,80%
95,90%
100,00%
IKK 2.3.16
PERSENTASE SMP YANG MEMILIKI LAB. KOM
38,50%
45,50%
52,55%
59,60%
66,65%
73,70%
IKK 2.3.17
PERSENTASE PROGRAM PAKET B BERAKREDITASI
33,00%
44,40%
55,80%
67,20%
78,60%
90,00%
IKK 2.3.18
PERSENTASE SMP/SMPLB YANG SESUAI DENGAN SPM RASIO RUANG KELAS - SISWA JENJANG SMP
48,95%
55,00%
60,00%
65,00%
70,00%
75,00%
1:35
1:34
1:34
1:33
1:33
1:32
15
16
93
128
135
141
0,00%
0,00%
0,00%
0,00%
33,33%
66,66%
70,00%
73,50%
77,20%
81,10%
85,10%
89,40%
70,00%
73,50%
77,20%
81,10%
85,10%
89,40%
0,45%
0,54%
0,65%
0,78%
0,94%
1,13%
0,47%
0,56%
0,67%
0,80%
0,97%
1,16%
57,40%
63,10%
69,40%
76,30%
84,00%
92,40%
IKK 2.3.11 IKK 2.3.12 IKK 2.3.13
IKK 2.3.19 IKK 2.3.20
IKK 2.4.5 IKK 2.4.6
PERSENTASE SMPLB BERAKREDITASI
57,40%
63,10%
69,40%
76,30%
84,00%
92,40%
IKK 2.4.7
PERSENTASE DAERAH PERBATASAN, TERPENCIL, DAN PULAU TERLUAR MENDAPATKAN LAYANAN PERSENTASE ANAK AKIBAT BENCANA SOSIAL YANG MENDAPATKAN PENDIDIKAN LAYANAN KHUSUS NILAI TOTAL TERTIMBANG MEDALI DARI KOMPETISI INTERNASIONAL SLB PERSENTASE SD YANG MEMILIKI RASIO GURU TERHADAP SISWA SESUAI SPM PERSENTASE SMP YANG MEMILIKI RASIO GURU TERHADAP SISWA SESUAI SPM PERSENTASE PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN YANG MENERIMA TUNJANGAN PERSENTASE KAB/KOTA YANG MEMILIKI PENGAWAS SD/SDLB DENGAN RASIO 1 PENGAWAS : 15 SD
31,40%
34,60%
38,00%
41,80%
46,00%
50,60%
0,06%
0,06%
0,07%
0,08%
0,08%
0,09%
1
3
5
7
9
10
0,00%
3,00%
5,00%
8,00%
11,00%
13,00%
0,00%
3,00%
5,00%
8,00%
11,00%
13,00%
100,00%
100,00%
100,00%
100,00%
100,00%
100,00%
75,00%
80,00%
85,00%
90,00%
95,00%
100,00%
IKK 2.4.1 IKK 2.4.2 IKK 2.4.3 IKK 2.4.4
IKK 2.4.8 IKK 2.4.9 PENYEDIAAN DAN PENINGKATAN KESEJAHTERAA N PENDIDIK DAN TENDIK YANG KOMPETEN UNTUK JENJANG
PERSENTASE SMP YANG MEMILIKI RUANG DAN ALAT LAB. BAHASA PERSENTASE SMP YANG MEMILIKI ALAT KESENIAN
NILAI TOTAL TERTIMBANG MEDALI DARI KOMPETISI INTERNASIONAL TINGKAT SMP PERSENTASE SMP/SMPLB MENERAPKAN KURIKULUM 2013 PERSENTASE KABUPATEN/ KOTA YANG MEMILIKI MINIMAL SATU SDLB PERSENTASE KABUPATEN/ KOTA YANG MEMILIKI MINIMAL SATU SMPLB PROSENTASE SD YANG MENYELENGGARAKAN SD INKLUSIF PROSENTASE SMP YANG MENYELENGGARAKAN SMP INKLUSIF PERSENTASE SDLB BERAKREDITASI
IKK 2.3.21
2.5
ALOKASI ANGGARAN (RIBUAN RP)
ANGKA MELANJUTKAN LULUSAN SMP/SMPLB
IKK 2.3.10
PENINGKATAN AKSES DAN MUTU PK DAN PLK SDLB/SMPLB
TARGET PENCAPAIAN
IKK 2.3.7
IKK 2.3.9
2.4
KONDISI AWAL (2009)
IKK 2.5.1 IKK 2.5.2 IKK 2.5.3 IKK 2.5.4
2010
2011
2012
2013
2014
190.377.745
338.110.052
784.238.544
338.073.758
354.301.295
5.737.063.220
4.805.744.552
12.412.350.881
18.273.599.224
KODE
PROGRAM/ KEGIATAN JENJANG PENDIDIKAN DASAR
INDIKATOR IKK 2.5.5 IKK 2.5.6 IKK 2.5.7 IKK 2.5.8 IKK 2.5.9 IKK 2.5.10 IKK 2.5.11 IKK 2.5.12 IKK 2.5.13 IKK 2.5.14 IKK 2.5.15 IKK 2.5.16 IKK 2.5.17
PERSENTASE KAB/KOTA YANG MEMILIKI TENAGA PERPUSTAKAAN SD/SDLB DENGAN RASIO 1 : 1 SEKOLAH PERSENTASE KAB/KOTA YANG MEMILIKI TENAGA ADMINISTRASI SD/SDLB DENGAN RASIO 1 : 1 SEKOLAH PERSENTASE KAB/KOTA YANG MEMILIKI TENAGA PERPUSTAKAAN SMP/SMPLB DENGAN RASIO 2 : 1 SEKOLAH PERSENTASE KAB/KOTA YANG MEMILIKI TENAGA ADMINISTRASI SMP/SMPLB DENGAN RASIO 3 : 1 SEKOLAH PERSENTASE KAB/KOTA YANG MEMILIKI TENAGA LABORAN SMP/SMPLB DENGAN RASIO 3 : 1 SEKOLAH PERSENTASE KAB/KOTA YANG MEMILIKI PENGAWAS MAPEL DENGAN RASIO 1 PENGAWAS : 30 GURU MAPEL PERSENTASE KAB/KOTA YANG MEMILIKI PENGAWAS RUMPUN MAPEL DENGAN RASIO 1 PENGAWAS : 30 GURU RUMPUN MAPEL YANG MEMILIKI PENGAWAS PERSENTASE KAB/KOTA MAPEL DENGAN RASIO 1 PENGAWAS : 30 GURU RUMPUN MAPEL PERSENTASE KAB/KOTA YANG MEMILIKI PENGAWAS RUMPUN MAPEL DENGAN RASIO 1 PENGAWAS : 30 GURU MAPEL KASUS PENDIDIK YANG DITANGANI PERSENTASE (ADVOKASI) PERSENTASE KASUS KEPENDIDIKAN YANG DITANGANI (ADVOKASI) TERSEDIANYA JENIS PENGHARGAAN BAGI PENDIDIK TERSEDIANYA JENIS PENGHARGAAN BAGI TENAGA KEPENDIDIKAN
KONDISI AWAL (2009)
TARGET PENCAPAIAN 2010
ALOKASI ANGGARAN (RIBUAN RP)
2011
2012
2013
2014
0,00%
5,00%
18,00%
35,00%
55,00%
75,00%
2010
0,00%
5,00%
18,00%
35,00%
55,00%
75,00%
10,00%
20,00%
30,00%
45,00%
66,00%
75,00%
10,00%
20,00%
30,00%
45,00%
66,00%
85,00%
10,00%
20,00%
30,00%
45,00%
66,00%
80,00%
10,00%
25,00%
35,00%
50,00%
75,00%
90,00%
10,00%
20,00%
30,00%
50,00%
70,00%
80,00%
10,00%
25,00%
35,00%
50,00%
75,00%
90,00%
10,00%
20,00%
30,00%
50,00%
70,00%
80,00%
0,00%
0,00%
80,00%
85,00%
90,00%
95,00%
0,00%
0,00%
80,00%
85,00%
90,00%
95,00%
3
4
5
6
7
8
3
4
5
6
7
8
2011
2012
2013
2014
INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) DAN INDIKATOR KINERJA KEGIATAN (IKK) PROGRAM PENDIDIKAN MENENGAH
KODE 3
PROGRAM /KEGIATAN PROGRAM PENDIDIKAN MENENGAH
INDIKATOR
2013
2014
2010
2011
2012
2013
2014
85,00%
53,90%
56,50%
68,50%
72,00%
77,10%
53,00%
54,00%
55,00%
56,00%
57,00%
58,00%
54,00%
55,00%
60,00%
65,00%
70,00%
75,00%
1.430.612.778
1.542.829.393
1.935.243.858
3.016.509.962
85,00%
90,00%
92,00%
94,00%
96,00%
98,00%
328.105.169
353.841.589
443.840.236
691.824.179
IKK 3.1.1
PERSENTASE PTK SMA, SMK, PKLK DAN PAKET C YANG MEMENUHI SNP MENCAPAI 75% PADA TAHUN 2014 SELURUH SATKER DITJEN DIKMEN MENDAPAT DUKUNGAN MANAJEMEN DAN PELAKSANAAN TUGAS TEKNIS ANGGARAN YANG TIDAK DIBLOKIR
90,00%
96,00%
97,00%
98,00%
98,00%
98,00%
15.636.083
16.862.570
21.151.519
32.969.368
IKK 3.1.2
SATKER BERDAYA-SERAP FISIK >95%
50,00%
51,00%
55,80%
60,50%
65,30%
70,00%
5.483.110
5.913.203
7.417.210
11.561.379
IKK 3.1.3
SATKER BERDAYA SERAP ANGGARAN >90%
50,00%
51,00%
55,80%
60,50%
65,30%
70,00%
10.364.226
11.177.191
14.020.079
21.853.426
IKK 3.1.4
97,00%
98,00%
98,00%
99,00%
99,00%
100,00%
9.041.298
9.750.493
12.230.505
19.063.975
90,00%
93,00%
95,00%
97,00%
98,00%
99,00%
6.494.157
7.003.556
8.784.891
13.693.216
IKK 3.1.6
TINGKAT KESESUAIAN LAPORAN KEUANGAN DENGAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN SDM DITJEN DIKMEN MENGIKUTI PENINGKATAN KOMPETENSI DAN PROFESIONALISME BERKELANJUTAN SATKER TERTIB DALAM HAL PENGELOLAAN BMN
75,00%
80,00%
85,00%
90,00%
95,00%
100,00%
5.305.363
5.721.513
7.176.764
11.186.590
IKK 3.1.7
SATKER MENERAPKAN E-ADMINISTRASI
70,00%
75,00%
80,00%
85,00%
90,00%
95,00%
30.231.537
32.602.885
40.895.340
63.744.525
IKK 3.1.8
DUKUNGAN PENYELENGGARAAN LOMBA OLIMPIADE/FESTIVAL SEKOLAH MENENGAH DEWAN PENDIDIKAN KAB/KOTA YANG TELAH BERFUNGSI BAIK DUKUNGAN PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA DAN PENDIDIKAN ANTI KORUPSI
90,00%
100,00%
100,00%
100,00%
100,00%
100,00%
7.893.654
8.512.828
10.678.043
16.644.116
60,00%
65,00%
70,00%
73,00%
75,00%
78,00%
7.708.696
8.313.363
10.427.844
16.254.125
75,00%
85,00%
87,00%
90,00%
93,00%
95,00%
4.742.539
5.114.542
6.415.412
9.999.853
80,00%
85,00%
87,00%
90,00%
95,00%
98,00%
55.238.338
59.571.208
74.722.983
116.472.465
IKK 3.2.1
TERLAKSANANYA LAYANAN KEPEGAWAIAN, ADVOKASI DAN KERJASAMA APK SMA NASIONAL
30,56%
25,00%
26,25%
34,00%
35,40%
37,30%
2.657.710.665
2.866.180.279
3.595.185.448
123.529.649
IKK 3.2.2
APK PAKET C NASIONAL
1,92%
2,00%
2,02%
2,06%
2,08%
2,10%
28.830.423
31.091.868
39.000.000
60.790.214
IKK 3.2.3
PERSENTASE SMA MEMILIKI SARANA PRASARANA SESUAI SNP PERSENTASE SMA/PAKET C MENERAPKAN STANDAR ISI, STANDAR PROSES, STANDAR KELULUSAN, DAN STANDAR PENGELOLAAN PERSENTASE SMA MENERAPKAN PENDIDIKAN KARAKTER PERSENTASE SISWA SMA MENDAPAT BEASISWA
20,00%
30,00%
40,00%
50,00%
60,00%
70,00%
73.776.312
79.563.293
99.800.000
155.560.599
40,00%
42,00%
44,00%
46,80%
50,00%
60,00%
129.914.310
140.104.729
79.250.524
5.603.899.826
53,00%
60,00%
75,00%
80,00%
90,00%
100,00%
19.959.523
21.525.139
27.000.000
42.085.533
0,00%
0,01%
0,01%
0,01%
0,54%
1,00%
35.384.310
38.159.839
47.865.690
74.609.373
PERSENTASE SISWA SMA MENGIKUTI OLIMPIADE, FESTIVAL, LOMBA, DAN DEBAT TINGKAT NASIONAL MAUPUN INTERNASIONAL SATKER YANG MENDAPAT DUKUNGAN MANAJEMEN DAN LAYANAN TEKNIS SMA PERSENTASE SMA KELAS 10 (TAHUN 2013) DAN 11 (TAHUN 2014)MENERAPKAN KURIKULUM 2013
0,00%
7,50%
7,50%
7,50%
7,50%
7,50%
70.569.898
76.105.369
95.462.563
148.799.735
35.676.243
38.474.672
48.260.600
75.224.928
96.489.462
1.395.231.812
IKK 3.1.5
IKK 3.1.9 IKK 3.1.10 IKK 3.1.11 PENYEDIAAN DAN PENINGKATAN PENDIDIKAN SMA
2012
79,50%
IKU 3.4
3.2
2011
76,40%
IKU 3.3
DUKUNGAN MANAJEMEN DAN PELAKSANA AN TUGAS TEKNIS LAINNYA DITJEN PENDIDIKAN MENENGAH
2010
64,40%
IKK 3.2.4
IKK 3.2.5 IKK 3.2.6 IKK 3.2.7
IKK 3.2.8 IKK 3.2.9
APK NASIONAL MENCAPAI 85%, KEMDIKBUD DAN KEMENAG APK NASIONAL KEMDIKBUD SMA, SMK, SMLB DAN PAKET C MENCAPAI 77,10% PERSENTASE SMA, SMK, SMLB DAN PAKET C YANG TELAH MEMENUHI STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN (SNP) MENCAPAI 58% PADA TAHUN 2014
58,60%
ALOKASI ANGGARAN (RIBUAN RP)
TARGET PENCAPAIAN
61,80%
IKU 3.1
IKU 3.2
3.1
KONDISI AWAL 2009
34 0,00%
34 0,00%
34 0,00%
34 0,00%
34 100,00%
34 100,00%
-
5.525.656.989
5.959.087.006
7.474.764.600
1.098.987.583
1.121.038.684
1.208.972.448
1.516.471.306
15.193.498.829
0
0
KODE 3.3
PROGRAM /KEGIATAN PENYEDIAAN DAN PENINGKATAN PENDIDIKAN SMK
INDIKATOR
2012
2013
2014
2010
2011
2012
2013
2014
26,89%
28,20%
32,39%
34,42%
37,50%
2.715.474.445
2.928.475.023
3.673.324.691
802.768.058
40,00%
50,00%
60,00%
70,00%
126.299.428
136.206.298
170.850.000
266.307.900
40,00%
42,00%
44,00%
43,80%
50,00%
60,00%
435.531.803
469.694.719
515.016.351
5.725.697.296
53,00%
60,00%
75,00%
80,00%
90,00%
100,00%
19.405.092
20.927.219
26.250.000
40.916.490
0,00%
0,01%
0,01%
0,01%
0,54%
1,00%
21.398.850
23.077.366
28.947.031
45.120.416
PERSENTASE SISWA SMK MENGIKUTI OLIMPIADE, FESTIVAL, LOMBA, DAN DEBAT TINGKAT NASIONAL SATKER YANG MENDAPAT DUKUNGAN MANAJEMEN DAN LAYANAN TEKNIS SMK
6,00%
6,50%
7,00%
7,50%
8,00%
8,50%
87.569.435
94.438.341
118.458.477
184.644.005
66.652.661
71.880.865
90.163.568
140.540.067
IKK 3.3.8
PERSENTASE SMK KELAS 10 (TAHUN 2013) DAN 11 (TAHUN 2014)MENERAPKAN KURIKULUM 2013
0,00%
74.143.944
1.148.374.735
IKK 3.4.1
APK PKLK NASIONAL
IKK 3.4.2
PERSENTASE SMLB MEMILIKI SARANA PRASARANA SESUAI SNP PERSENTASE SMLB MENERAPKAN STANDAR ISI, STANDAR PROSES, STANDAR KELULUSAN, DAN STANDAR PENGELOLAAN SESUAI SNP PERSENTASE SMLB MENERAPKAN PENDIDIKAN KARAKTER PERSENTASE SISWA SMLB MENGIKUTI OLIMPIADE, FESTIVAL, LOMBA, DAN UNJUK PRESTASI TINGKAT NASIONAL MAUPUN INTERNASIONAL SATKER YANG MENDAPAT DUKUNGAN MANAJEMEN DAN LAYANAN TEKNIS PKLK PTK SMA , SMK , PKLK DAN PAKET C YANG SESUAI MAPEL DAN BIDANG KEAHLIAN
IKK 3.3.6 IKK 3.3.7
IKK 3.4.3
IKK 3.4.4 IKK 3.4.5
IKK 3.4.6 PENYEDIAAN DAN PENINGKATAN KESEJAHTERAAN PTK YANG KOMPETEN UNTUK JENJANG PENDIDIKAN MENENGAH
2011
30,00%
PERSENTASE SMK MEMILIKI SARANA PRASARANA SESUAI SNP PERSENTASE SMK MENERAPKAN STANDAR ISI, STANDAR PROSES, STANDAR KELULUSAN, DAN STANDAR PENGELOLAAN PERSENTASE SMK MENERAPKAN PENDIDIKAN KARAKTER PERSENTASE SISWA SMK MENDAPAT BEASISWA
IKK 3.3.5
3.5
2010
26,90%
APK SMK NASIONAL
IKK 3.3.2
IKK 3.3.4
PENINGKATAN AKSES DAN MUTU PK DAN PLK SMLB
ALOKASI ANGGARAN (RIBUAN RP)
TARGET PENCAPAIAN
24,00%
IKK 3.3.1
IKK 3.3.3
3.4
KONDISI AWAL 2009
IKK 3.5.1
34
34 0,00%
34 0,00%
34 0,00%
34 100,00%
34 100,00%
-
0
0
0,01%
0,01%
0,03%
0,05%
0,10%
0,20%
123.641.456
133.339.836
167.254.461
111.899.661
3,00%
8,00%
10,00%
20,00%
30,00%
40,00%
30.184.161
32.551.793
40.831.253
63.644.631
2,00%
5,00%
10,00%
20,00%
30,00%
40,00%
53.069.636
57.232.394
71.789.298
260.703.449
50,00%
60,00%
73,22%
80,00%
90,00%
100,00%
4.808.621
5.185.807
6.504.803
10.139.189
49,00%
50,00%
51,00%
52,00%
53,00%
54,00%
13.167.305
14.200.142
17.811.910
27.763.842
19.315.410
20.830.502
26.128.683
40.727.391
1
1
1
1
1
1
40,00%
55,00%
60,00%
65,00%
70,00%
75,00%
39.020.737
42.081.506
52.784.823
82.276.941
IKK 3.5.2
GURU SMA, SMK, PKLK DAN PAKET C BERKUALIFIKASI AKADEMIK MINIMAL S-1/D-4
55,00%
65,00%
70,00%
75,00%
88,00%
98,00%
20.392.911
21.992.522
27.586.260
42.999.350
IKK 3.5.3
PENGAWAS SEKOLAH PENDIDIKAN MENENGAH YANG BERKUALIFIKASI AKADEMIK MINIMAL S-2 PTK SMA , SMK , PKLK DAN PAKET C YANG SESUAI STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN
55,00%
65,00%
70,00%
75,00%
88,00%
98,00%
13.492.009
14.550.317
18.251.150
28.448.495
40,00%
55,00%
60,00%
65,00%
70,00%
75,00%
68.040.648
73.377.725
92.041.150
143.466.698
TERSEDIANYA JENIS PENGHARGAAN, PERLINDUNGAN DAN KESEJAHTERAAN BAGI PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN SMA, SMK, PKLK, TUTOR KESETARAAN PAKET C SATKER YANG MENDAPAT DUKUNGAN MANAJEMEN DAN LAYANAN TEKNIS PTK
33 Prov
33 Prov
33 Prov
33 Prov
33 Prov
33 Prov
1.289.666.473
1.390.827.323
1.744.580.475
2.719.318.478
48.321.855
52.112.199
65.366.795
101.888.756
IKK 3.5.4 IKK 3.5.5
IKK 3.5.6
34
34
34
34
34
34
INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) DAN INDIKATOR KINERJA KEGIATAN (IKK) PROGRAM PENDIDIKAN TINGGI
KODE 4
PROGRAM/ KEGIATAN PROGRAM PENDIDIKAN TINGGI
INDIKATOR IKU 4.1
APK PT DAN PTA USIA 19-23 THN *)
IKU 4.2 IKU 4.3 IKU 4.4 IKU 4.5 IKU 4.6
RASIO KESETARAAN GENDER PT JUMLAH PT PKBLU/BLU /PT BH JUMLAH PT BEROPINI WTP DARI KAP PERSENTASE PRODI TERAKREDITASI PERSENTASE PRODI PT BERAKREDITASI MINIMAL B JUMLAH PERGURUAN TINGGI MASUK TOP 500 DUNIA RASIO MHS VOKASI : TOTAL MHS VOKASI DAN S-1
IKU 4.7 IKU 4.8 IKU 4.9 IKU 4.10 IKU 4.11 IKU 4.12 IKU 4.13 IKU 4.14 IKU 4.15 IKU 4.16 4.1
DUKUNGAN IKK 4.1.1 MANAJEMEN DAN IKK 4.1.2 PELAKSANA AN TUGAS TEKNIS IKK 4.1.3 LAINNYA IKK 4.1.4 IKK 4.1.5
IKK 4.1.6 IKK 4.1.7 IKK 4.1.8 IKK 4.1.9 IKK 4.1.10 IKK 4.1.11
KONDISI AWAL (2009)
TARGET PENCAPAIAN 2010
2011
2012
ALOKASI ANGGARAN (RIBUAN RP)
2013
2014
2010
21,60%
22,80%
25,10%
26,75%
29,10%
30,00%
116,70% 0 6 73,00% 64,80%
111,80% 20 11 56,76% 49,63%
107,90% 27 20 62,73% 50,00%
104,60% 35 22 69,00% 51,00%
103,20% 35 26 100,00% 57,03%
103,00% 40 30 100,00% 58,00%
3
3
5
6
8
11
17,20%
19,00%
21,00%
24,00%
27,00%
30,00%
3,60%
4,10%
5,00%
7,00%
9,00%
10,00%
57,80%
59,50%
61,50%
63,30%
65,50%
70,00%
9,50% 16,00% 4,20%
9,80% 23,00% 5,00%
10,10% 36,00% 5,20%
10,30% 50,00% 5,40%
12,50% 62,50% 5,50%
15,00% 75,00% 5,70%
JUMLAH DOSEN DENGAN PUBLIKASI INTERNASIONAL JUMLAH HAKI YANG DIHASILKAN PERSENTASE MAHASISW A PENERIMA BEASISW A/BANTUAN BIAYA PENDIDIKAN JUMLAH DOKUMEN PERENCANAAN DAN KEBIJAKAN PENGANGGARAN PERSENTASE DIPA SATKER DITJEN DIKTI DIREVISI TINGKAT PUSAT PERSENTASE USULAN BLU PTN DARI DIKTI DITETAPKAN KEMENKEU KURANG DARI 6 BULAN
0,30%
0,40%
0,50%
0,60%
0,70%
0,80%
65 6,00%
75 9,40%
95 13,00%
110 15,00%
130 18,00%
150 20,00%
6
6
6
6
6
6
0,00%
57,00%
50,00%
35,00%
25,00%
15,00%
0,00%
0,00%
80,00%
85,00%
90,00%
95,00%
PERSENTASE ANGGARAN TIDAK DI BLOKIR PADA DIPA AKHIR TAHUN BERJALAN PERSENTASE SATKER LAPORAN KEUANGANNYA SESUAI DENGAN PERATURAN PERUNDANGUNDANGAN DAN TEPAT W AKTU PERSENTASE LAPORAN AKUNTANSI MANUAL SATKER SESUAI SAI JUMLAH SATKER BLU MENERAPKAN LAPORAN KEUANGAN SESUAI SAK DAN BMN PERSENTASE TEMUAN HASIL AUDIT BPK DAPAT DISELESAIKAN KURANG DARI 6 BULAN PERSENTASE PERSETUJUAN TUP SATKER SEKRETARIAT 100% PERSENTASE TINGKAT KETEPATAN LAYANAN KEPEGAWAIAN JUMLAH KAJIAN DAN LAYANAN BANTUAN HUKUM
0,00%
95,50%
96,00%
96,50%
97,00%
97,50%
97,00%
99,00%
100,00%
100,00%
100,00%
100,00%
85,00%
87,00%
90,00%
92,00%
95,00%
97,00%
6
14
25
27
32
37
0,00%
77,00%
85,00%
89,00%
92,00%
95,00%
0,00%
80,00%
85,00%
90,00%
95,00%
100,00%
-
-
-
-
98%
100%
-
-
-
-
12
20
APK PRODI SAINS NATURAL DAN TEKNOLOGI (USIA 19-23 TAHUN) PERSENTASE DOSEN BERKUALIFIKASI MINIMAL S2 PERSENTASE DOSEN BERKUALIFIKASI S-3 PERSENTASE DOSEN BERSERTIFIKAT JUMLAH DOSEN DENGAN PUBLIKASI NASIONAL
IKK 4.1.12
PERSENTASE SATUAN KERJA MENERAPKAN TATALAKSANA DAN SISTEM MANAJEMEN MUTU
-
-
-
-
80%
100%
IKK 4.1.13
JUMLAH LAPORAN BMN SATKER SESUAI SIMAK BMN PERSENTASE SATKER MENERAPKAN EPENGADAAN > 50% PAKET PBJ PERSENTASE SATKER BERDAYA SERAP>95% JUMLAH INFORMASI PENDIDIKAN TINGGI YANG SUDAH DIPUBLIKASIKAN JUMLAH PAMERAN PENDIDIKAN TINGGI
91
95
95
95
95
95
0,00%
0,05%
0,18%
0,35%
0,55%
0,75%
46,30% 0
51,00% 0
55,80% 25
60,50% 36
65,30% 48
70,00% 60
0
0
2
4
5
6
IKK 4.1.14 IKK 4.1.15 IKK 4.1.16 IKK 4.1.17
2011
2012
2013
2014
23.240.391.969
32.261.944.260
39.004.653.784
39.510.428.200
46.554.740.741
6.802.820.358
7.920.727.254
11.166.386.108
12.087.051.500
16.394.122.861
KODE
PROGRAM/ KEGIATAN
INDIKATOR IKK 4.1.18
IKK 4.1.19 4.2
4.3
4.4
LAYANAN TRIDHARMA DI PERGURUAN TINGGI PENGEMBANGAN RELEVANSI DAN EFISIENSI PENDIDIKAN TINGGI PENYEDIAAN LAYANAN PEMBELAJARAN DAN KOMPETENSI MAHASISWA
IKK 4.2.1
IKK 4.3.1
JUMLAH PT PENERIMA PROGRAM PENGEMBANGAN KAPASITAS INSTITUSI
IKK 4.4.1
PERSENTASE MAHASISW A PTN PENERIMA BEASISW A/BANTUAN BIAYA PENDIDIKAN PEMERINTAH PERSENTASE MAHASISW A PTS PENERIMA BEASISW A/BANTUAN BIAYA PENDIDIKAN PEMERINTAH PERSENTASE MAHASISW A MENERIMA BEASISWA DUNIA USAHA DAN DONOR LAINNYA (CSR)
IKK 4.4.2
IKK 4.4.3
IKK 4.4.4
JUMLAH MAHASISW A PERAIH MEDALI DALAM OLIMPIADE SAINS YANG MENERIMA BEASISWA
IKK 4.4.5
JUMLAH MAHASISW A YANG MENGIKUTI PROGRAM PENINGKATAN KOMPETENSI PERTAMBAHAN JUMLAH MAHASISW A BARU HASIL PERUBAHAN MODEL PEMBELAJARAN JUMLAH PRODI YANG MENERAPKAN PROSES PEMBELAJARAN BERBASIS KOMPETENSI WAKTU TUNGGU MENDAPATKAN KESEMPATAN BERKARYA PERTAMA (BULAN) JUMLAH PRODI MEMENUHI STANDAR MUTU SARANA DAN PRASARANA PERSENTASE PRODI VOKASI YANG TERAKREDITASI MINIMAL B
IKK 4.4.6 IKK 4.4.7 IKK 4.4.8 IKK 4.4.9 4.5
4.6
4.7
PENGEMBANGAN MUTU PENDIDIKAN POLITEKNIK PENINGKATAN MUTU PRODI PROFESI KESEHATAN DAN PENYEDIAAN DOSEN DAN TENAGA KEPENDIDIKAN BERMUTU
IKK 4.5.1
IKK 4.6.1 IKK 4.6.2 IKK 4.7.1 IKK 4.7.2 IKK 4.7.3 IKK 4.7.4 IKK 4.7.5 IKK 4.7.6 IKK 4.7.7 IKK 4.7.8 IKK 4.7.9 IKK 4.7.10
4.8
PENYEDIAAN
PERSENTASE PROGRAM STUDI YANG MENGUPDATE PANGKALAN DATA PENDIDIKAN TINGGI (PDPT) PERSENTASE PENINGKATAN PELAYANAN KINERJA KERUMAHTANGGAAN JUMLAH SATKER PENERIMA DANA MASYARAKAT
IKK 4.8.1
PERSENTASE PRODI KESEHATAN YANG TERAKREDITASI PERSENTASE PRODI KESEHATAN YANG BERAKREDITASI MINIMAL B PERSENTASE DOSEN PTN YANG BERKUALIFIKASI MINIMAL S2 PERSENTASE DOSEN PTS YANG BERKUALIFIKASI MINIMAL S2 PERSENTASE DOSEN PTN YANG BERKUALIFIKASI S3 PERSENTASE DOSEN PTS YANG BERKUALIFIKASI S3 PERSENTASE DOSEN PTN BERSERTIFIKAT PERSENTASE DOSEN PTS BERSERTIFIKAT PERSENTASE TENAGA KEPENDIDIKAN PTN YANG MEMILIKI SERTIFIKAT FUNGSIONAL JUMLAH DOSEN YANG MENGIKUTI PELATIHAN AKADEMIK DI LUAR NEGERI JUMLAH DOSEN YANG MENGIKUTI PELATIHAN AKADEMIK DI DALAM NEGERI JUMLAH DOKUMEN PERENCANAAN, LAPORAN, KINERJA DAN KEPEGAWAIAN JUMLAH PENDIRIAN PT BARU
KONDISI AWAL (2009)
TARGET PENCAPAIAN 2010
2011
ALOKASI ANGGARAN (RIBUAN RP)
2012
2013
2014
2010
2011
2012
2013
2014
0,00%
0,00%
0,00%
80,00%
85,00%
90,00%
0,00%
0,00%
0,00%
50,00%
75,00%
95,00%
83
83
88
93
98
103
6.627.081.092
10.757.115.131
11.912.812.191
59
59
59
59
0
0
300.490.519
315.487.278
171.793.466
3,70%
6,20%
9,40%
13,80%
13,80%
13,80%
6.600.000.000
9.835.059.703
11.036.511.846
8.414.948.721
10.103.396.566
1,90%
2,00%
2,50%
2,70%
2,90%
3,10%
0,40%
4,00%
5,00%
6,00%
7,00%
8,00%
57
60
62
65
68
70
0
0
6.950
8.500
10.500
12.500
0
0
55.000
111.685
112.485
113.285
1.914
4.200
4.900
5.275
5.725
6.175
12
11
10
9
8
6
-
9.500
10.000
10.500
11.000
11.500
62,70%
66,70%
71,70%
76,70%
81,70%
86,70%
50.000.000
62.774.147
35.368.008
114.448.161
267.784.000
0,00%
29,00%
30,00%
32,00%
37,00%
42,00%
210.000.000
353.007.000
432.586.883
692.692.208
517.189.961
0,00%
49,00%
50,00%
52,00%
57,00%
62,00%
73,80%
78,50%
80,50%
84,50%
87,50%
93,00%
1.900.000.000
2.112.697.772
2.561.375.813
3.385.576.187
3.939.276.841
46,00%
40,50%
43,00%
42,50%
44,50%
50,00%
16,00%
12,50%
13,00%
14,00%
15,00%
20,00%
5,00%
6,00%
7,00%
7,00%
9,50%
10,00%
16,00% 8,30% 0,00%
35,00% 14,50% 2,00%
50,00% 25,50% 3,50%
65,00% 38,50% 5,50%
80,00% 50,00% 7,50%
95,00% 60,00% 10,00%
700
750
800
850
900
150
200
300
500
500
600
3
3
3
3
3
3
25
30
35
55
100
150
350.000.000
450.409.105
835.156.016
844.611.956
1.072.452.549
12.503.786.058
-
12.502.881.880
-
950
KODE
PROGRAM/ KEGIATAN
INDIKATOR
IKK 4.8.2 LAYANAN IKK 4.8.3 KELEMBAGAAN DAN KERJA SAMA IKK 4.8.4 IKK 4.8.5 IKK 4.8.6 IKK 4.8.7 IKK 4.8.8 4.9
PENGEMBANGAN IKK 4.9.1 PENELITIAN DAN IKK 4.9.2 PENGABDIAN IKK 4.9.3 KEPADA MASYARAKAT IKK 4.9.4 IKK 4.9.5 IKK 4.9.6
JUMLAH PERUBAHAN PT JUMLAH PENUTUPAN PTS JUMLAH PEMBUKAAN PRODI BARU JUMLAH MAHASISW A ASING DI PTI JUMLAH KERJASAMA KELEMBAGAAN DALAM DAN LUAR NEGERI JUMLAH KANTOR URUSAN INTERNASIONAL DI PERGURUAN TINGGI JUMLAH DOKUMEN PERENCANAAN, LAPORAN, KINERJA DAN KEPEGAWAIAN JUMLAH DOSEN MELAKUKAN PENELITIAN JUMLAH DOSEN DENGAN PUBLIKASI NASIONAL JUMLAH DOSEN DENGAN PUBLIKASI INTERNASIONAL JUMLAH HAKI YANG DIDAFTARKAN JUMLAH DOSEN YANG MELAKUKAN PENGABDIAN MASYARAKAT JUMLAH MAHASISW A YANG MELAKSANAKAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISW A
KONDISI AWAL (2009)
TARGET PENCAPAIAN 2010
2011
2012
ALOKASI ANGGARAN (RIBUAN RP)
2013
2014
20 1 500 5.280 20
25 1 500 5.300 20
30 2 500 5.400 20
40 4 500 5.600 50
40 6 500 5.800 50
45 8 500 6.000 50
33
33
50
60
70
80
3
3
3
3
3
3
94.460 6.733
16.701 6.733
9.063 8.320
13.656 13.120
18.249 17.920
22.842 22.720
484
640
800
1.120
1.600
2.240
578 6.286
721 3.594
871 3.610
1.021 3.750
1.171 4.050
1.321 4.245
13.780
14.763
16.959
18.662
20.348
22.084
*) Kisaran usia peserta didik pendidikan tinggi disesuaikan dengan rata-rata lama bersekolah dari semula 19-24 tahun menjadi 19-23 tahun
2010
2011
2012
400.000.000
454.666.870
852.663.453
2013
1.467.313.409
2014
1.307.636.083
INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) DAN INDIKATOR KINERJA KEGIATAN (IKK) PROGRAM DUKUNGAN MANAJEMEN DAN PELAKSANAAN TUGAS TEKNIS LAINNYA KODE 5
PROGRAM/ KEGIATAN PROGRAM DUKUNGAN MANAJEMEN DAN PELAKSANAAN TUGAS TEKNIS LAINNYA
INDIKATOR IKU 5.1
IKU 5.2 IKU 5.3 IKU 5.4 IKU 5.5 IKU 5.6
IKU 5.7
IKU 5.8 IKU 5.9 IKU 5.10
IKU 5.11
IKU 5.12
IKU 5.13 IKU 5.14 IKU 5.15
IKU 5.16 IKU 5.17 IKU 5.18
IKU 5.19
IKU 5.20
IKU 5.21 IKU 5.22
PERSENTASE SATKER DI LINGKUNGAN UNIT UTAMA YANG MENERAPKAN STANDAR ISO 90012008 PERSENTASE REALISASI PROGRAM DAN KEGIATAN KEMENTERIAN PERSENTASE REALISASI ANGGARAN KEMENTERIAN SKOR LAKIP KEMENTERIAN PERSENTASE SATKER TERTIB PENGELOLAAN SAK DAN SIMAK BMN LAPORAN KEUANGAN UNIT-UNIT UTAMA TERINTEGRASI/ TERKONSOLIDASI SESUAI DENGAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
KONDISI AWAL
2010
TARGET 2012
2011
2013
2014
0,00%
100,00%
100,00% 100,00% 100,00% 100,00%
0,00%
95,00%
95,50%
96,00%
97,00%
97,00%
0,00%
95,00%
95,50%
96,00%
97,00%
97,00%
75 75,00%
76 80,00%
77 85,00%
77 90,00%
78 95,00%
79 95,00%
75,50%
100,00%
100,00% 100,00% 100,00% 100,00%
HUKUM, ORGANISASI DAN TATALAKSANA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN BERJALAN DENGAN EFEKTIF DAN EFISIEN PERSENTASE KETERSEDIAAN LAYANAN KEPEGAWAIAN PERSENTASE SATUAN PENDIDIKAN YANG TERKONEKSI SECARA DARING (ONLINE) PERSENTASE SATKER/UNIT KERJA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN TERKONEKSI SECARA DARING (ONLINE) PERSENTASE SATUAN KERJA DI LINGKUNGAN KEMENDIKBUD DAPAT PENERAPAN EADMINISTRASI PERSENTASE PENERAPAN SISTEM REMUNERASI BERBASIS KINERJA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PERSENTASE SATUAN PENDIDIKAN YANG MENERAPKAN E-PEMBELAJARAN PERSENTASE ANGGARAN YANG TIDAK DIBLOKIR PERSENTASE KERJA SAMA BILATERAL, REGIONAL, DAN MULTILATERAL BIDANG PENDIDIKAN YANG DITINDAKLANJUTI PERSENTASE PENYELENGGARAAN PENDATAAN PENDIDIKAN JUMLAH NASKAH STATISTIK DAN PENDAYAGUNAAN DATA PERSENTASE UNIT KERJA PUSAT DAN SKPD YANG TERGABUNG DALAM JARINGAN PENDATAAN PERSENTASE MASYARAKAT YANG MENGETAHUI DAN MEMAHAMI KEBIJAKAN TENTANG PENDIDIKAN BERDASARKAN SURVEY LEMBAGA INDEPENDEN DAN KREDIBEL
40,00%
50,00%
75,00% 100,00% 100,00% 100,00%
94,00%
97,00%
98,00%
99,00% 100,00% 100,00%
9,10%
13,40%
13,50%
13,70%
89,29%
95,00%
95,00%
97,00% 100,00% 100,00%
63,15%
65,00%
70,00%
80,00%
75,00%
80,00%
85,00%
90,00% 100,00% 100,00%
11,80%
12,00%
15,00%
20,00%
25,00%
30,00%
90,00%
90,00%
95,00%
98,00%
98,00%
98,00%
70,00%
90,00%
10,00%
15,00%
20,00%
35,00%
50,00%
65,00%
30
33
49
52
55
58
30,00%
40,00%
50,00%
60,00%
70,00%
80,00%
57
63
68
73
77
82
HASIL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN SERTA PEMASYARAKATAN ARKEOLOGI YANG DILAKUKAN JUMLAH KARYA SENI RUPA YANG DILESTARIKAN PENYELESAIAN SENSOR FILM DAN IKLAN FILM TEPAT SASARAN DAN TEPAT WAKTU
-
-
-
107
151
195
-
-
-
4.076
4.284
4.548
-
-
-
96
97
98
14,30%
22,80%
90,00% 100,00%
100,00% 100,00% 100,00% 100,00%
2010 1.232.259.545
2011
ALOKASI ANGGARAN 2012
1.133.246.968
1.403.318.147
2013
1.723.294.254
2014 1.989.095.127
KODE 5.1
PROGRAM/ KEGIATAN
INDIKATOR
PENINGKATAN IKK 5.1.1 LAYANAN PRIMA DALAM MENUNJANG IKK 5.1.2 FUNGSI PELAYANAN UMUM KEMENTERIAN IKK 5.1.3
2014
2010
28
28
28
1.781
1.781
1.600
1.600
1.600
1.600
30,00%
95,00%
98,00%
99,00% 100,00% 100,00%
90,00%
95,00%
96,00%
97,00%
97,00%
99,00%
60,00%
65,00%
70,00%
PERSENTASE SATKER SETJEN BERSERTIFIKAT ISO 9001-2008 PERSENTASE PENINGKATAN KINERJA KEMENTERIAN TINGKAT KEBERFUNGSIAN SARANA DAN PRASARANA KEMENTERIAN (PERSEN) PERSENTASE SATKER MENERAPKAN EPENGADAAN >50% PAKET PBJ PERSENTASE TINGKAT KETERTIBAN PENGELOLAAN SAK DAN SIMAK BMN
20,00%
30,00%
50,00% 100,00% 100,00% 100,00%
93,00%
95,00%
97,00%
98,00%
98,00%
98,00%
90,00%
95,00%
95,00%
95,00%
95,00%
98,00%
90,00%
100,00%
75,00%
80,00%
85,00%
90,00%
95,00%
IKK 5.3.1
TERSUSUNNYA LAPORAN EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA KERJA KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
10,00%
28,00%
46,00%
64,00%
82,00% 100,00%
IKK 5.3.2
TERSUSUNNYA LAPORAN EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA KERJA KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
10,00%
28,00%
46,00%
64,00%
82,00% 100,00%
IKK 5.3.3
TERSUSUNNYA SEJUMLAH REKOMENDASI KEBIJAKAN PERENCANAAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TERLAKSANANYA OPERASIONALISASI SISTEM INFORMASI PERENCANAAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
4
8
8
8
8
8
0
60
100
100
100
100
TERSEDIANYA DATA DAN INFORMASI PERENCANAAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PERSENTASE KETERSEDIAAN RENCANA KERJA TAHUNAN DI SEMUA ESELON I DAN ESELON II
2
4
6
8
10
12
100,00%
100,00%
IKK 5.1.7 IKK 5.1.8 PENINGKATAN IKK 5.2.1 LAYANAN PRIMA DALAM PENGADAAN IKK 5.2.2 DAN PENATAAN BMN SERTA SARANA DAN IKK 5.2.3 PRASARANA KEMENTERIAN
PENINGKATAN PELAYANAN PRIMA DALAM PERENCANAAN, PENGANGGARAN, DAN KERJASAMA LUAR NEGERI
2013
28
IKK 5.1.6
5.3
TARGET 2012
2011 29
IKK 5.1.5
5.2
2010
27
IKK 5.1.4
IKK 5.3.4
IKK 5.3.5
IKK 5.3.6
JUMLAH DOKUMEN PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN SETJEN JUMLAH DOKUMEN KEPEGAWAIAN DAN KETATALAKSANAN SETJEN PERSENTASE SATUAN KERJA DI LINGKUNGAN SETJEN YANG TINGKAT KEHADIRAN PEGAWAINYA TIDAK KURANG DARI 98% (BASIS : OH) PERSENTASE SATKER SETJEN BERDAYA-SERAP > 95% PERSENTASE TINGKAT KESESUAIAN LAPORAN KEUANGAN SETJEN DENGAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN PERSENTASE PENINGKATAN KINERJA KEARSIPAN, PERSURATAN, KEPROTOKOLAN, KERUMAHTANGGAAN, DAN PERLENGKAPAN SATKER DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN
KONDISI AWAL
98,00%
2011
ALOKASI ANGGARAN 2012
2013
2014
171.976.241
151.313.916
158.879.612
163.197.000
179.517.000
28.000.000
30.706.921
32.242.267
55.697.388
61.267.127
200.000,000
232.754.431
256.029.874
283.782.000
314.691.000
99,00%
100,00% 100,00% 100,00% 100,00%
75,00%
80,00%
85,00%
100,00% 100,00% 100,00% 100,00% 95,00%
100,00% 100,00% 100,00% 100,00%
KODE
PROGRAM/ KEGIATAN
INDIKATOR
83,00%
95,00%
5,00%
15,00%
94,50%
98,00%
20
32
50,00%
70,00%
95,00% 100,00% 100,00% 100,00%
70,00%
80,00%
100,00% 100,00% 100,00% 100,00%
IKK 5.4.1 IKK 5.4.2
IKK 5.4.3
PENINGKATAN IKK 8.5.1 PENGELOLAAN DAN PEMBINAAN KEPEGAWAIAN YANG IKK 8.5.2 ANDAL IKK 8.5.3
PENINGKATAN IKK 5.6.1 LAYANAN PRIMA DI BIDANG HUKUM DAN ORGANISASI IKK 5.6.2 IKK 5.6.3
IKK 5.6.4
PENYEDIAAN DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN
98,00%
PERSENTASE KETERSEDIAAN RINCIAN SASARAN RENCANA TAHUNAN SAMPAI TINGKAT PROVINSI PERSENTASE KETERSEDIAAN RINCIAN SASARAN RENCANA TAHUNAN SAMPAI TINGKAT KAB/KOTA PERSENTASE KETUNTASAN PROSES REVISI DIPA JUMLAH KERJA SAMA BILATERAL, REGIONAL, DAN MULTILATERAL BIDANG PENDIDIKAN KECEPATAN PELAYANAN ADMINISTRASI LUAR NEGERI KETEPATAN LAYANAN ATDIKBUD/WRI UNESCO, SEKOLAH INDONESIA LUAR NEGERI (SILN), BEASISWA RI, DAN KETATAUSAHAAN BIRO
IKK 5.4.4
5,7
98,00%
IKK 5.3.8
IKK 5.3.13
IKK 5.7.1 IKK 5.7.2 IKK 5.7.3 IKK 5.7.4
98,00%
2014
90,00%
IKK 5.3.12
5.6
95,00%
2013
90,00%
IKK 5.3.11
5.5
2011
PERSENTASE DOKUMEN PENGANGGARAN YANG DISAHKAN OLEH DEPKEU PADA BULAN PERTAMA SETIAP TAHUNNYA (TANPA BLOKIR)
IKK 5.3.10
PENINGKATAN LAYANAN PRIMA DI BIDANG PENGELOLAAN ANGGARAN DAN AKUNTABILITAS
TARGET 2012
2010
IKK 5.3.7
IKK 5.3.9
5.4
KONDISI AWAL
2010
2011
ALOKASI ANGGARAN 2012
2013
2014
100,00% 100,00% 100,00% 100,00%
30,00%
45,00%
60,00%
75,00%
100,00% 100,00% 100,00% 100,00% 33
34
35
36
PERSENTASE DAYA SERAP ANGGARAN 0,00% 95,00% 95,50% 96,00% 97,00% 97,00% KEMENTERIAN PERSENTASE SATKER YANG LAPORAN 97,00% 99,00% 100,00% 100,00% 100,00% 100,00% KEUANGANNYA SESUAI DENGAN PERATURAN PERUNDANGAN JUMLAH LEMBAGA PENDIDIKAN YANG 3.735 3.248 2.826 2.458 2.138 1.860 DISELENGGARAKAN OLEH MASYARAKAT YANG LEMBAGA LEMBAG LEMBAG LEMBAG LEMBAG LEMBAG MENDAPAT BANTUAN PENINGKATAN KAPASITAS / SAT-DIK A/ SATA/ SAT- A/ SAT- A/ SAT- A/ SATDIK DIK DIK DIK DIK SKOR KUALITAS LAKIP KEMDIKBUD MENURUT 75 75 75 75 75 75 PENILAIAN MENPAN TINGKAT KETEPATAN LAYANAN KEPEGAWAIAN 99,00% 99,50% 99,75% 100,00% 100,00% 100,00%
PERSENTASE KASUS DISIPLIN YANG DAPAT DISELESAIKAN PERSENTASE KESESUAIAN KUALIFIKASI DAN KOMPETENSI PEGAWAI DENGAN TUGAS DAN JABATAN JUMLAH RANCANGAN PERATURAN PERUNDANGUNDANGAN BIDANG PENDIDIKAN YANG EFEKTIF
90,00%
95,00%
98,00%
99,00% 100,00% 100,00%
75,00%
80,00%
85,00%
90,00% 100,00% 100,00%
70
72
75
80
85
87
TINGKAT KAJIAN DAN LAYANAN BANTUAN HUKUM DAN HAM JUMLAH SATUAN KERJA DENGAN SUSUNAN ORGANISASI YANG EFISIEN, EFEKTIF DAN TEPAT UKURAN (RIGHTSISING) JUMLAH SATUAN KERJA KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN MENERAPKAN TATALAKSANA DALAM RANGKA PENINGKATAN LAYANAN PUBLIK PERSENTASE SATUAN PENDIDIKAN YANG TERPETAKAN DALAM PADATI-WEB PERSENTASE PESERTA DIDIK DAN PTK YANG TERPETAKAN DALAM PADATI-WEB PERSENTASE PENDIDIKAN KEAKSARAAN YANG TERPETAKAN DALAM PADATIWEB JUMLAH PUBLIKASI STATISTIK PENDIDIKAN NASIONAL
70,00%
80,00%
85,00%
90,00%
95,00%
97,00%
80
85
90
95
98
100
80
85
90
95
95
100
40,00%
50,00%
60,00%
70,00%
80,00%
90,00%
0,00%
0,00%
45,00%
60,00%
75,00%
90,00%
0,00%
10,00%
20,00%
32,00%
45,00%
60,00%
10
10
10
10
10
10
124.244.337
182.154.290
215.686.435
236.037.181
255.273.977
28.000.000
29.400.000
30.723.000
44.657.116
49.124.000
19.000.000
19.005.000
20.042.250
23.254.750
25.580.000
139.638.435
146.764.252
154.776.000
170.253.000
KODE
PROGRAM/ KEGIATAN
INDIKATOR IKK 5.7.5 IKK 5.7.6
IKK 5.7.7
IKK 5.7.8 IKK 5.7.9
IKK 5.7.10 IKK 5.7.11
5.8
PENINGKATAN LAYANAN PRIMA DI BIDANG INFORMASI DAN KEHUMASAN
IKK 5.8.1
IKK 5.8.2
IKK 5.8.3
5.9
PENGEMBANGAN IKK 5.9.1 TEKNOLOGI IKK 5.9.2 INFORMASI DAN KOMUNIKASI (TIK) IKK 5.9.3 UNTUK PENDAYAGUNAAN EPEMBELAJARAN DAN E-ADMINISTRASI IKK 5.9.4
IKK 5.9.5 IKK 5.9.6
IKK 5.9.7
IKK 5.9.8
5.10
PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN BIDANG ARKEOLOGI
IKK 5.10.1
IKK 5.10.2 IKK 5.10.3 IKK 5.10.4 IKK 5.10.5
JUMLAH PUBLIKASI HASIL PENDAYAGUNAAN DATA PENDIDIKAN PRESENTASE SKPD PENDIDIKAN YANG TELAH MENGIMPLEMENTASIKAN SISTEM INFORMASI PENDATAAN PENDIDIKAN PERSENTASE SKPD PENDIDIKAN TERKOORDINASI DALAM PENDATAAN PENDIDIKAN PERSENTASE SKPD PENDIDIKAN TERBINA DALAM PENDATAAN PENDIDIKAN PERSENTASE PANGKALAN DATA PENDIDIKAN TERINTEGRASI DENGAN PANGKALAN DATA KEMDIKBUD JUMLAH DOKUMEN PERENCANAAN, LAPORAN KINERJA DAN KEPEGAWAIAN PERSENTASE KESESUAIAN LAPORAN KEUANGAN DENGAN PERATURAN PERUNDANGUNDANGAN PERSENTASE BAHAN INFORMASI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN YANG TERSEDIA BAGI MASYARAKAT PERSENTASE LAYANAN INFORMASI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN YANG DISAMPAIKAN KEPADA MASYARAKAT PERSENTASE ARSIP DAN DOKUMENTASI INFORMASI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN YANG DIKELOLA SECARA TERPADU JUMLAH SATUAN PENDIDIKAN YANG TERKONEKSI JARINGAN ONLINE (INTERNET) JUMLAH SATUAN KERJA/UNIT KERJA YANG TERKONEKSI JARINGAN ONLINE JUMLAH SATUAN PENDIDIKAN YANG MEMANFAATKAN E-PEMBELAJARAN BERBASIS MULTIMEDIA DAN WEB (RUMAH BELAJAR) JUMLAH SATUAN PENDIDIKAN YANG MEMANFAATKAN E-PEMBELAJARAN BERBASIS RADIO, AUDIO, TELEVISI DAN FILM JUMLAH SATUAN KERJA YANG MEMANFAATKAN e-ADMINISTRASI JUMLAH MODEL PTJJ BERBASIS ICT YANG DIKEMBANGKAN UNTUK KAWASAN ASIA TENGGARA JUMLAH PENELITIAN PENGEMBANGAN, DAN EVALUASI DI BIDANG PENDIDIKAN TERBUKA DAN JARAK JAUH (PTJJ) JUMLAH INSTITUSI DI KAWASAN ASIA TENGGARA YANG TERLAYANI MELALUI PELATIHAN DAN KONSULTASI DI BIDANG PTJJ JUMLAH NASKAH RUMUSAN NORMA, STANDAR, PROSEDUR, DAN KRITERIA PENELITIAN ARKEOLOGI JUMLAH PENELITIAN BIDANG ARKEOLOGI JUMLAH FASILITASI PENELITIAN ARKEOLOGI JUMLAH HASIL PENELITIAN YANG DIMANFAATKAN JUMLAH DOKUMEN PEMANTAUAN DAN EVALUASI
KONDISI AWAL
2010
TARGET 2012
2011
2013
2014
37
23
39
42
45
48
0,00%
15,00%
20,00%
25,00%
30,00%
35,00%
75,00%
80,00%
85,00%
90,00%
95,00% 100,00%
0,00%
0,00%
20,00%
40,00%
50,00%
23,00%
0,00%
25,00%
50,00%
75,00% 100,00%
-
-
23
23
0,00%
0,00%
60,00%
65,00%
70,00%
75,00%
80,00%
85,00%
50,00%
55,00%
60,00%
63,00%
67,00%
75,00%
60,00%
70,00%
75,00%
80,00%
85,00%
87,00%
17.500
25.835
32.198
32.687
41.154
44.352
939
942
942
942
950
963
8.825
11.752
17.984
22.182
26.500
30.950
17.000
17.620
17.620
22.182
26.500
30.950
300
320
350
385
424
466
3
4
5
6
7
8
30
35
50
70
85
100
84
100
150
200
250
300
-
14
22
65 4
123 2 36
148 12 23
2
14
22
23
ALOKASI ANGGARAN 2012
2010
2011
35.348.392
47.673.975
267.950.259
300.600.000
2013
2014
49.386.023
58.636.000
64.501.000
440.464.434
530.168.000
596.272.000
20.750.000
77.610.000
85.371.000
60,00%
23
100,00% 100,00% 100,00% 100,00%
KODE 5.11
PROGRAM/ KEGIATAN PENGEMBANGAN GALERI NASIONAL
INDIKATOR
TARGET 2012
2011
2013
2014
2010
JUMLAH KARYA SENI RUPA YANG DIPAMERKAN
-
-
-
2.250
2.500
2.750
IKK 5.11.2 IKK 5.11.3
JUMLAH KARYA SENI RUPA YANG DIAKUISISI JUMLAH KARYA SENI RUPA YANG DIPRESERVASI JUMLAH KARYA SENI MAESTRO YANG DIKELOLA
-
-
-
8 50
8 -
10 -
-
-
-
1.760
1.768
1.778
JUMLAH KARYA SENI RUPA YANG DIAKUISISI JUMLAH MASYARAKAT YANG MENGAPRESIASI GALERI NASIONAL SARANA DAN PRASARANA PERLUASAN GALERI NASIONAL JUMLAH FILM/VIDEO/IKLAN YANG LULUS SENSOR JUMLAH DOKUMEN LAPORAN PERENCANAAN DAN EVALUASI JUMLAH DOKUMEN LAPORAN HASIL DOKUMENTASI DAN KEARSIPAN
-
-
-
8 2.500
8 3.000
10 3.500
-
-
-
-
-
1
44.000
45.000
46.000
2
2
2
1
1
1
IKK 5.11.5 IKK 5.11.6 IKK 5.11.7 PENINGKATAN SENSOR FILM
2010
IKK 5.11.1
IKK 5.11.4
5.12
KONDISI AWAL
IKK 5.12.1 IKK 5.12.2 IKK 5.12.3
2011
ALOKASI ANGGARAN 2012
2013
2014
11.600.000
50.000.000
130.000.000
20.750.000
34.000.000
40.250.000
INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) DAN INDIKATOR KINERJA KEGIATAN (IKK) PROGRAM PENGAWASAN DAN PENINGKATAN AKUNTABILITAS APARATUR
KODE 6
PROGRAM/KEGIATAN PROGRAM PENGAWASAN DAN PENINGKATAN AKUNTABILITAS APARATUR
INDIKATOR IKU 6.1
IKU 6.2 IKU 6.3
6.1
DUKUNGAN MANAJEMEN DAN PELAKSANAAN TUGAS TEKNIS LAINNYA ITJEN
PERSENTASE SATKER DENGAN TEMUAN AUDIT BERKONSEKUENSI PENYETORAN KE KAS NEGARA > 500 JUTA PERSENTASE SATKER DI LINGKUNGAN KEMDIKBUD MEMILIKI SPI PERSENTASE PENYELESAIAN TEMUAN AUDIT
IKU 6.4
PERSENTASE UNIT YANG DIAUDIT MANAJEMEN BERBASIS KINERJANYA
IKK 6.1.1 IKK 6.1.2
PERSENTASE BLOKIR ITJEN PERSENTASE PENYERAPAN ANGGARAN ITJEN PERSENTASE KESESUAIAN LAPORAN KEUANGAN DENGAN PERATURAN PERUNDANGAN PERSENTASE SDM DENGAN KEHADIRAN 99%
IKK 6.1.3
IKK 6.1.4 IKK 6.1.5 IKK 6.1.6
SATKER ISO ITJEN (UNIT) PERSENTASE SATKER TERTIB PENCATATAN BMN IKK 6.1.7 PERSENTASE JUMLAH SPI SATKER PUSAT YANG TELAH DIBERIKAN LAYANAN FASILITASI OLEH ITJEN IKK 6.1.8 PERSENTASE JUMLAH SPI SATKER UPT YANG TELAH DIBERIKAN LAYANAN FASILITASI OLEH ITJEN IKK 6.1.9 PERSENTASE PENYELESAIAN TEMUAN AUDIT ITJEN IKK 6.1.10 PERSENTASE PENYELESAIAN TEMUAN AUDIT BPKP IKK 6.1.11 PERSENTASE PENYELESAIAN TEMUAN AUDIT BPK-RI IKK 6.1.12 PERSENTASE ESELON II DI LINGKUNGAN ITJEN MEMPRAKTEKKAN SISTEM MANAJEMEN MUTU BERSTANDAR ISO IKK 6.1.13 PERSENTASE SDM ITJEN YANG TELAH MEMENUHI STANDAR KOMPETENSI : - STANDAR KOMPETENSI AUDITOR PENDIDIKAN - PENGELOLAAN ANGGARAN
6.2
PENGUATAN PENGAWASAN INSPEKTORAT I
IKK 6.2.1
KONDISI AWAL (2009)
TARGET 2010
2011
ALOKASI ANGGARAN (RIBUAN RP)
2012
2013
2014
2010
21,00%
18,00%
15,00%
12,00%
9,00%
6,00%
8,50%
45,00%
80,00%
100,00%
100,00%
100,00%
72,20%
73,30%
75,10%
76,90%
78,80%
80,70%
0,00%
30,00%
75,00%
100,00%
100,00%
100,00%
0,34% 91,85%
2,89% 92,10%
1,50% 93,20%
1,00% 94,30%
0,75% 95,40%
0,30% 96,50%
98,00%
99,00%
100,00%
100,00%
100,00%
100,00%
90,00%
91,00%
93,00%
95,00%
97,00%
99,00%
1 100,00%
1 100,00%
3 100,00%
6 100,00%
0 100,00%
0 100,00%
8,50%
50,00%
100,00%
100,00%
100,00%
100,00%
8,50%
40,00%
60,00%
100,00%
100,00%
100,00%
90,10%
91,00%
92,00%
93,00%
94,00%
95,00%
74,60%
76,10%
77,60%
79,00%
80,50%
82,00%
51,80%
52,80%
55,80%
58,80%
61,80%
65,00%
84,00%
100,00%
100,00%
100,00%
100,00%
100,00%
90,00%
100,00%
100,00%
100,00%
100,00%
100,00%
40,00%
50,00%
60,00%
70,00%
80,00%
100,00%
- BIDANG SUBSTANSI
70,00%
85,00%
100,00%
100,00%
100,00%
100,00%
- BIDANG INVESTIGASI
60,00%
100,00%
100,00%
100,00%
100,00%
100,00%
- AUDIT BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI
15,00%
50,00%
75,00%
100,00%
100,00%
100,00%
JUMLAH LAPORAN HASIL AUDIT PADA DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN ANAK USIA DINI, NONFORMAL DAN INFORMAL, BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBINAAN BAHASA, DIREKTORAT JENDERAL KEBUDAYAAN
2
2
2
2
3
3
2011
2012
2013
2014
200.000.000
210.900.000
184.715.142
205.000.000
212.875.168
80.000.000
83.214.004
108.358.534
112.261.048
113.352.496
40.000.000
48.896.042
17.328.998
20.687.937
21.686.431
KODE
PROGRAM/KEGIATAN
INDIKATOR IKK 6.2.2
IKK 6.2.3
IKK 6.2.4
6.3
PENGUATAN PENGAWASAN INSPEKTORAT II
PENGUATAN PENGAWASAN INSPEKTORAT III
TARGET 2010
2011
ALOKASI ANGGARAN (RIBUAN RP)
2012
2013
2014
2010
21,00%
18,00%
15,00%
12,00%
9,00%
6,00%
0,00%
30,00%
75,00%
100,00%
100,00%
100,00%
0,00%
45,00%
65,00%
85,00%
100,00%
100,00%
IKK 6.3.1
JUMLAH LAPORAN HASIL AUDIT PADA DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR (DIKDAS), BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN (BALITBANG)
2
2
2
2
2
2
IKK 6.3.2
PERSENTASE SATKER DENGAN TEMUAN AUDIT BERKONSEKUENSI PENYETORAN KE KAS NEGARA > 500 JUTA PADA DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR, BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN BESERTA UPT YANG BERADA DIBAWAHNYA, BERIKUT DENGAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH DAN SATUAN PENDIDIKAN YANG MENERIMA APBN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DI SELURUH INDONESIA
21,00%
18,00%
15,00%
12,00%
9,00%
6,00%
IKK 6.3.3
PERSENTASE SATUAN KERJA YANG DIAUDIT PENERAPAN MANAJEMEN BERBASIS KINERJANYA SAMPAI DENGAN ESELON IV PADA DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR, BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN BESERTA UPT YANG BERADA DIBAWAHNYA PERSENTASE PEMBINAAN TEKNIS PENGAWASAN SPI PADA DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR, BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN BESERTA UPT YANG BERADA DIBAWAHNYA JUMLAH LAPORAN HASIL AUDIT PADA DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI, INSPEKTORAT JENDERAL (ITJEN)
0,00%
30,00%
75,00%
100,00%
100,00%
100,00%
0,00%
45,00%
65,00%
85,00%
100,00%
100,00%
3
3
3
3
2
2
IKK 6.3.4
6.4
PERSENTASE SATKER DENGAN TEMUAN AUDIT BERKONSEKUENSI PENYETORAN KE KAS NEGARA > 500 JUTA PADA DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN ANAK USIA DINI NONFORMAL DAN INFORMAL, BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBINAAN BAHASA, DIREKTORAT JENDERAL KEBUDAYAAN BESERTA UPT YANG BERADA DIBAWAHNYA, BERIKUT DENGAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH DAN SATUAN PENDIDIKAN YANG MENERIMA APBN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DI SELURUH INDONESIA PERSENTASE SATUAN KERJA YANG DIAUDIT PENERAPAN MANAJEMEN BERBASIS KINERJANYA SAMPAI DENGAN ESELON IV PADA DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN ANAK USIA DINI NONFORMAL DAN INFORMAL, BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBINAAN BAHASA, DIREKTORAT JENDERAL KEBUDAYAAN BESERTA UPT YANG BERADA DIBAWAHNYA PERSENTASE PEMBINAAN TEKNIS PENGAWASAN SPI PADA DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN ANAK USIA DINI NONFORMAL DAN INFORMAL, BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBINAAN BAHASA, DIREKTORAT JENDERAL KEBUDAYAAN BESERTA UPT YANG BERADA DIBAWAHNYA
KONDISI AWAL (2009)
IKK 6.4.1
21.000.000
2011
2012
2013
2014
20.636.118
13.955.913
18.649.371
19.556.124
22.633.720
14.392.784
20.009.079
24.056.323
KODE
PROGRAM/KEGIATAN
INDIKATOR
INSPEKTORAT III
PENGUATAN PENGAWASAN INSPEKTORAT IV
TARGET 2010
2011
ALOKASI ANGGARAN (RIBUAN RP)
2012
2013
2014
2010
IKK 6.4.2
PERSENTASE SATKER DENGAN TEMUAN AUDIT BERKONSEKUENSI PENYETORAN KE KAS NEGARA > 500 JUTA PADA DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI BESERTA PERGURUAN TINGGI NEGERI, PERGURUAN TINGGI SWASTA, KOPERTIS DAN INSPEKTORAT JENDERAL (ITJEN)
21,00%
18,00%
15,00%
12,00%
9,00%
6,00%
IKK 6.4.3
PERSENTASE SATUAN KERJA YANG DIAUDIT PENERAPAN MANAJEMEN BERBASIS KINERJANYA SAMPAI DENGAN ESELON IV PADA DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI BESERTA PERGURUAN TINGGI NEGERI, PERGURUAN TINGGI SWASTA, KOPERTIS DAN INSPEKTORAT JENDERAL (ITJEN) PERSENTASE PEMBINAAN TEKNIS PENGAWASAN SPI PADADIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI DAN INSPEKTORAT JENDERAL
0,00%
30,00%
75,00%
100,00%
100,00%
100,00%
0,00%
45,00%
65,00%
85,00%
100,00%
100,00%
2
2
2
2
3
3
IKK 6.4.4
6.5
KONDISI AWAL (2009)
IKK 6.5.1
JUMLAH LAPORAN HASIL AUDIT PADA DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN MENENGAH (DIKMEN), BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DAN PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN (BPSDMPK DAN PMP), SEKRETARIAT JENDERAL (SETJEN)
IKK 6.5.2
PERSENTASE SATKER DENGAN TEMUAN AUDIT BERKONSEKUENSI PENYETORAN KE KAS NEGARA > 500 JUTA PADA DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN MENENGAH (DIKMEN), BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DAN PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN (BPSDMPK DAN PMP), SEKRETARIAT JENDERAL (SETJEN) BESERTA PUSAT-PUSAT DAN UPT YANG BERADA DIBAWAHNYA, BERIKUT DENGAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH DAN SATUAN PENDIDIKAN YANG MENERIMAAPBN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DI SELURUH INDONESIA
21,00%
18,00%
15,00%
12,00%
9,00%
6,00%
IKK 6.5.3
PERSENTASE SATUAN KERJA YANG DIAUDIT PENERAPAN MANAJEMEN BERBASIS KINERJANYA SAMPAI DENGAN ESELON IV PADA DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN MENENGAH (DIKMEN), BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DAN PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN (BPSDMPK DAN PMP), SEKRETARIAT JENDERAL (SETJEN) BESERTA PUSAT-PUSAT DAN UPT YANG BERADA DIBAWAHNYA
0,00%
30,00%
75,00%
100,00%
100,00%
100,00%
23.000.000
2011
22.404.624
2012
18.475.452
2013
21.497.134
2014
22.524.349
KODE
PROGRAM/KEGIATAN
INDIKATOR IKK 6.5.4
6.6
PENGUATAN AUDIT INVESTIGASI
IKK 6.6.1
IKK 6.6.2 IKK 6.6.3
IKK 6.6.4
PERSENTASE PEMBINAAN TEKNIS PENGAWASAN SPI PADA DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN MENENGAH (DIKMEN), BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DAN PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN (BPSDMPK DAN PMP), SEKRETARIAT JENDERAL (SETJEN) BESERTA PUSAT-PUSAT DAN UPT YANG BERADA DIBAWAHNYA PERSENTASE JUMLAH FACT FINDING DAN ATAU AUDIT INVESTIGASI KASUS YANG BERINDIKASI KKN DAN ATAU PELANGGARAN BERAT PADA SELURUH SATKER PENGELOLA DANA APBN YANG TELAH DILAKUKAN PERSENTASE PENGADUAN MASYARAKAT YANG TELAH DILAKUKAN PERSENTASE HASIL PENGAWASAN REGULER INTERNAL DAN EKSTERNAL YANG TELAH DILAKUKAN PERSENTASE AUDIT INVESTIGASI DAN ATAU AUDIT TUJUAN TERTENTU YANG DILAKUKAN ATAS PERMINTAAN MENTERI ATAU PIMPINAN UNIT KERJA
KONDISI AWAL (2009)
TARGET 2010
2011
2012
ALOKASI ANGGARAN (RIBUAN RP) 2013
2014
0,00%
45,00%
65,00%
85,00%
100,00%
100,00%
100,00%
100,00%
100,00%
100,00%
100,00%
100,00%
100,00%
100,00%
100,00%
100,00%
100,00%
100,00%
100,00%
100,00%
100,00%
100,00%
100,00%
100,00%
100,00%
100,00%
100,00%
100,00%
100,00%
100,00%
2010
12.000.000
2011
13.115.492
2012
12.203.461
2013
11.895.431
2014
11.699.445
INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) DAN INDIKATOR KINERJA KEGIATAN (IKK) PROGRAM PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
KODE 7
PROGRAM/ KEGIATAN PROGRAM PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
INDIKATOR IKU 7.1 IKU 7.2
IKU 7.3
IKU 7.4
IKU 7.5
IKU 7.6 IKU 7.7 7.1
IKK 7.1.1 PENYEMPURNAAN KURIKULUM, SISTEM IKK 7.1.2 PEMBELAJARAN IKK 7.1.3 DAN PERBUKUAN
IKK 7.1.4
IKK 7.1.5
7.2
PENYEDIAAN INFORMASI UNTUK PERUMUSAN KEBIJAKAN NASIONAL
IKK 7.2.1 IKK 7.2.2
IKK 7.2.3
IKK 7.2.4
IKK 7.2.5 IKK 7.2.6
IKK 7.2.7 IKK 7.2.8 7.3
PENYEDIAAN INFORMASI HASIL PENILAIAN PENDIDIKAN
IKK 7.3.1
IKK 7.3.2 IKK 7.3.3
IKK 7.3.4
KONDISI AWAL 2009
TARGET PENCAPAIAN
ALOKASI ANGGARAN (RIBUAN RP)
2010
2011
2012
2013
2014
2010
2011
2012
2013
2014
PERSENTASE PENYEMPURNAAN KURIKULUM, SISTEM PEMBELAJARAN, DAN PERBUKUAN PERSENTASE REKOMENDASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN BERBASIS PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
100,00%
100,00%
100,00%
100,00%
100,00%
100,00%
151.500.000.000
157.753.761.000
173.529.137.000
105.949.348,000
209.970.255,891
100,00%
100,00%
100,00%
100,00%
100,00%
100,00%
45.000.000.000
55.377.859.000
47.590.074.000
40.550.686.000
62.471.931.000
PERSENTASE PENGEMBANGAN SOAL AKADEMIK DAN NON AKADEMIK, MODEL PENILAIAN PENDIDIKAN, ANALISIS HASIL PENILAIAN DAN SURVEY PENDIDIKAN SERTA PENYEBARAN INFORMASI PENILAIAN PENDIDIKAN PERSENTASE REKOMENDASI KEBIJAKAN KEBUDAYAAN BERBASIS PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERSENTASE PROGRAM/SATUAN PENDIDIKAN PNF, SEKOLAH/MADRASAH, PRODI DAN INSTITUSI PT, LPTK YANG DI AKREDITASI PENINGKATAN STANDAR NASIONAL MUTU PENDIDIKAN PERSENTASE PENGEMBANGAN MANAJEMEN KELITBANGAN JUMLAH DOKUMEN BAHAN KEBIJAKAN TEKNIS KURIKULUM, PEMBELAJARAN DAN PERBUKUAN JUMLAH MODEL KURIKULUM DAN PERBUKUAN JUMLAH PAKET KEGIATAN KOORDINASI DAN FASILITASI PENGEMBANGAN KURIKULUM DAN PERBUKUAN PERSENTASE EFEKTIFITAS PENGEMBANGAN DAN PENERAPAN KURIKULUM/PERBUKUAN MELALUI KEGIATAN PEMANTAUAN, EVALUASI DAN PENGENDALIAN JUMLAH PAKET KEGIATAN PENINGKATAN SISTEM MANAJEMEN PENGEMBANGAN KURIKULUM DAN PERBUKUAN JUMLAH REKOMENDASI KEBIJAKAN PAUD BERBASIS PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN JUMLAH REKOMENDASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN DASAR BERBASIS PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
100,00%
100,00%
100,00%
100,00%
100,00%
100,00%
15.000.000.000
53.815.800.000
58.418.754.000
51.064.638.000
49.426.220.500
100,00%
100,00%
100,00%
100,00%
100,00%
100,00%
4.500.000.000
6.500.000.000
10.000.000.000
25.033.791.000
30.040.548.000
100,00%
100,00%
100,00%
100,00%
100,00%
100,00%
600.000.000.000
201.842.220.000
228.401.035.000
269.073.826.000
734.099.903.591
100,00%
100,00%
100,00%
100,00%
100,00%
100,00%
40.000.000.000
608.005.375.000
617.429.250.000
692.054.711.000
68.374.862.600
100,00%
100,00%
100,00%
100,00%
100,00%
100,00%
-
87.245.984.000
84.775.402.000
111.735.005.000
-
19
42
54
66
76
86
14.500.000.000
15.564.698.000
24.681.365.000
15.611.452.000
29.864.452.000
24 15
40 15
47 15
53 15
59 15
66 15
3.500.000.000 100.000.000.000
4.102.092.000 102.377.716.000
6.958.622.000 92.772.854.000
20.696.262.000 41.173.309.000
8.419.933.000 112.255.153.000
39,50%
56,22%
60,44%
67,33%
78,67%
94,44%
30.000.000.000
31.683.545.000
37.820.638.000
1.044.220.000
45.762.972.000
16
16
16
16
16
16
3.500.000.000
4.025.710.000
11.295.658.000
27.424.105.000
0
3
3
3
3
3
3.500.000.000
395185500000%
2.141.925.000
2.275.260.000
2.502.786.000
0
3
7
7
4
4
11.500.000.000
12.888.064.000
13.861.469.000
6.242.750.000
6.867.025.000
JUMLAH REKOMENDASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN MENENGAH BERBASIS PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN JUMLAH REKOMENDASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN TINGGI BERBASIS PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
0
3
2
2
4
4
3.300.000.000
3.394.100.000
1.427.950.000
5.753.200.000
6.328.520.000
0
2
3
3
2
2
3.000.000.000
3.200.000.000
2.141.925.000
2.523.960.000
2.776.356.000
JUMLAH REKOMENDASI KEBIJAKAN TENTANG MANAJEMEN PENDIDIKAN JUMLAH REKOMENDASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN NONFORMAL DAN INFORMAL BERBASIS PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERSENTASE JARINGAN PENELITIAN DAN PEMBINAAN
0
2
5
10
3
3
3.500.000.000
4.650.580.000
7.546.741.000
5.010.000.000
5.511.000.000
0
3
3
4
4
5
850.000.000
925.000.000
2.779.476.000
4.966.720.000
5.463.392.000
75,00%
75,00%
75,00%
80,00%
30,00%
35,00%
6.800.000.000
7.868.260.000
9.440.588.000
6.507.930.000
7.158.723.000
100,00%
100,00%
100,00%
100,00%
100,00%
100,00%
17.500.000.000
18.500.000.000
8.250.000.000
7.270.866.000
7.997.952.600
78.300 soal; 16.300 kaset
34.400 soal; 159.800 kaset 4000 soal
26.100 soal; 170.000 kaset 4000 soal
29.100 soal; 180.000 kaset 6000 soal
34.100 soal; 190.000 kaset 5000 soal
34.100 soal: 200.000 kaset 5000 soal
10.500.000.000
10.754.518.000
13.305.421.000
13.835.542.000
24.259.862.400
3.000.000.000
3.444.686.000
3.500.000.000
1.141.693.000
2.976.125.000
105 24 dokumen 22 dokumen 22 dokumen dokumen
24.000.000.000
25.859.968.000
20.128.667.000
13.787.173.000
21.064.021.750
2.500.000.000
2.898.032.000
3.450.000.000
2.119.638.000
6.070.155.100
PERSENTASE PENYEBARAN INFORMASI HASIL PENELITIAN JUMLAH SOAL/KASET PENILAIAN AKADEMIK UNTUK PESERTA DIDIK DAN PTK
JUMLAH SOAL PENILAIAN NON AKADEMIK UNTUK 16.000 soal PESERTA DIDIK DAN PTK JUMLAH ANALISIS HASIL PENILAIAN PENDIDIKAN DAN 260 dokumen SURVEY TINGKAT NASIONAL DAN INTERNASIONAL JUMLAH PTK YANG TERLIBAT PENGEMBANGAN JARINGAN DAN PENINGKATAN KOMPETENSI DI BIDANG PENILAIAN PENDIDIKAN
7,5%
110 dokumen 2,5%
2,5%
2,5%
5,0%
5,0%
KODE
PROGRAM/ KEGIATAN
INDIKATOR IKK 7.3.5 IKK 7.3.6
7.4
PENYEDIAAN INFORMASI UNTUK PERUMUSAN KEBIJAKAN KEBUDAYAAN
IKK 7.4.1 IKK 7.4.2 IKK 7.4.3 IKK 7.4.4
7.5
IKK 7.5.1 FASILITASI STANDAR MUTU DAN IKK 7.5.2 PELAKSANAAN IKK 7.5.3 AKREDITASI IKK 7.5.4 IKK 7.5.5 IKK 7.5.6
PERSENTASE PENGEMBANGAN MANAJEMEN AKREDITASI PT PERSENTASE PENGEMBANGAN AKREDITASI LPTK JUMLAH PROGRAM/SATUAN PNF DIAKREDITASI
IKK 7.5.7
JUMLAH PENGEMBANGAN AKREDITASI PNF
IKK 7.5.8
JUMLAH PENGEMBANGAN MANAJEMEN AKREDITASI PNF JUMLAH SNP DIKEMBANGKAN DAN DISEMPURNAKAN
IKK 7.5.9
DUKUNGAN MANAJEMEN DAN PELAKSANAAN TUGAS TEKNIS LAINNYA PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KEMDIKBUD
TARGET PENCAPAIAN
ALOKASI ANGGARAN (RIBUAN RP)
2010
2011
2012
2013
2014
2010
58 model 3 jenis informasi 11
27 model 3 jenis informasi 12
8 model 5 jenis informasi 14
17 model 4 jenis informasi 3
17 model 10 jenis informasi 12
17 model 10 jenis informasi 14
6.500.000.000 3.000.000.000 3.000.000.000
3.120.000.000
7.000.000.000
10.051.735.000
12.062.082.000
3
3
5
1
9
9
1.500.000.000
1.730.000.000
1.500.000.000
12.172.939.000
14.607.526.000
2
3
2
1
9
9
800.000.000
800.000.000
800.000.000
2.059.117.000
2.470.940.000
3
4
6
1
3
3
800.000.000
850.000.000
700.000.000
750.000.000
900.000.000
33.776 81,00%
27.948 81,00%
24.977 91,00%
91.634 100,00%
76.526 100,00%
71.452 100,00%
125.000.000.000 13.500.000.000
130.190.750.000 14.306.750.000
143.209.825.000 15.737.425.000
122.124.090.000 8.339.609.000
173.283.888.250 19.042.284.250
2360
3600
3345
2350
3,753
4,072
9.800.000.000
10.190.663.000
15,00%
19,3%
31,00%
25,00%
25,00%
25,00%
13.500.000.000
14.940.225.000
30,00% 30,00% 20,00% 20,00% 1,215 2,000 1.000 1.500 Program / Program / Program / Program / Satuan PNF Satuan PNF Satuan PNF Satuan PNF 3,300 3,300 3,300 3,300 3,300 3,300 Program / Program / Program / Program / Program / Program / Satuan PNF Satuan PNF Satuan PNF Satuan PNF Satuan PNF Satuan PNF 12 Bulan 12 Bulan 12 Bulan 12 Bulan 12 Bulan 12 Bulan Layanan Layanan Layanan Layanan Layanan Layanan 8 Dokumen 8 Dokumen 9 Dokumen 9 Dokumen 6 Dokumen 6 Dokumen
150.000.000 10.000.000.000
213.832.000 11.099.101.000
4.500.000.000
14.500.000.000
20,00% 20,00% 560 Program 560 Program / Satuan PNF / Satuan PNF
2011 7.200.000.000 3.658.596.000
2012 14.284.666.000 3.750.000.000
9.471.131.000
2013 13.538.588.000 6.642.004.000
2014 14.215.517.400
88.197.487.000
78.940.800.000
22.027.500.000
22.648.093.000
7.509.243.000 11.654.056.050
822.925.000 11.734.032.000
0 21.000.000.000
5.341.969.000
5.609.067.450
6.537.307.000
6.864.172.350
15.558.930.000
16.336.876.500
9.290.876.000
18.011.406.341
18.873.411.000
19.500.000.000
20.129.615.000
30.800.000.000
28.615.310.000
28.000.000.000
12.447.100
500.000.000.000
587.875.760.000
586.629.250.000
663.439.401.000
622.355.000.000
30 Dokumen; 30 Dokumen; 18 Dokumen; 18 Dokumen; 18 Dokumen; 18 Dokumen; 1 Aplikasi 1 Aplikasi 1 Aplikasi 1 Aplikasi 1 Aplikasi 1 Aplikasi
1.800.000.000
2.073.633.000
5.500.000.000
3.700.000.000
4.070.000.000
11 Dokumen 11 Dokumen 11 Dokumen 11 Dokumen 11 Dokumen 11 Dokumen
1.500.000.000
2.950.000.000
3.550.000.000
3.550.000.000
3.905.000.000
10 Dokumen 10 Dokumen 20 Dokumen 24 Dokumen 24 Dokumen 24 Dokumen
19.500.000.000
20.889.398.000
19.025.402.000
27.176.659.000
29.894.324.900
IKK 7.6.4
JUMLAH LAPORAN KEUANGAN BALITBANG SESUAI DENGAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN JUMLAH LAPORAN KEPEGAWAIAN, HUKUM, TATALAKSANA, ORGANISASI, DAN KERJASAMA JUMLAH DOKUMEN LAYANAN UMUM SECARA PRIMA
8 Dokumen
39.000.000.000
44.309.515.000
40.450.000.000
53.958.966.000
59.354.862.600
IKK 7.6.5 IKK 7.6.6
JUMLAH PUBLIKASI DAN PENCITRAAN PUBLIK JUMLAH KOORDINASI KEBIJAKAN KELITBANGAN
16 Dokumen 16 Dokumen 16 Dokumen 16 Dokumen 16 Dokumen 16 Dokumen 20 Dokumen 20 Dokumen 20 Dokumen 20 Dokumen 20 Dokumen 20 Dokumen
1.500.000.000 13.500.000.000
2.350.000.000 14.673.438.000
4.250.000.000 12.000.000.000
8.200.000.000 15.149.380.000
9.020.000.000 16.664.318.000
IKK 7.5.10 7.6
JUMLAH MODEL PENILAIAN PENDIDIKAN JUMLAH INFORMASI HASIL PENILAIAN PENDIDIKAN YANG DISEBARKAN DAN LAYANAN MANAJEMEN JUMLAH REKOMENDASI KEBIJAKAN HASIL PENELITIAN KEBUDAYAAN JUMLAH DOKUMEN PROGRAM DAN KERJASAMA KEBUDAYAAN JUMLAH DOKUMEN HASIL DOKUMENTASI DAN PUBLIKASI KEBUDAYAAN JUMLAH DOKUMEN PENGELOLAAN MANAJEMEN KEBUDAYAAN JUMLAH PENGEMBANGAN AKREDITASI S/M PERSENTASE PENGEMBANGAN MANAJEMEN AKREDITASI S/M PENGEMBANGAN AKREDITASI PERGURUAN TINGGI
KONDISI AWAL 2009
IKK 7.6.1
IKK 7.6.2 IKK 7.6.3
JUMLAH PESERTA DIDIK YANG DINILAI KOMPETENSINYA SESUAI SNP JUMLAH PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN SESUAI DENGAN DATA PENDIDIKAN
12.212.234
8 Dokumen
12.589.932
8 Dokumen
12.967.620
8 Dokumen
11.732.585
8 Dokumen
12.084.563
8 Dokumen
INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) DAN INDIKATOR KINERJA KEGIATAN (IKK) PROGRAM PENGEMBANGAN DAN PEMBINAAN BAHASA DAN SASTRA
KODE 8
PROGRAM/ KEGIATAN PROGRAM PENGEMBANGAN DAN PEMBINAAN BAHASA DAN SASTRA
INDIKATOR IKU 8.1
JUMLAH BAHASA DAERAH DI INDONESIA TERIDENTIFIKASI
IKU 8.2
8.2
8.3
DUKUNGAN MANAJEMEN DAN PELAKSANAAN TUGAS TEKNIS LAINNYA PENGEMBANGAN DAN PEMBINAAN BAHASA
PENGEMBANGAN DAN PELINDUNGAN BAHASA DAN SASTRA
TARGET PENCAPAIAN 2010
2011
2012
ALOKASI ANGGARAN (RIBUAN RP)
2013
2014
2010
424
442
557
596
619
634
JUMLAH GURU BAHASA INDONESIA MEMILIKI KEMAHIRAN BERBAHASA INDONESIA SESUAI STANDAR NASIONAL
0
3.514
5.271
8.786
13.179
17.572
IKU8.3
JUMLAH TUK (TEMPAT UJI KEMAHIRAN) BAHASA INDONESIA
0
0
0
1
7
12
IKU 8.4
JUMLAH PROVINSI TERTIB DALAM PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA DI RUANG PUBLIK JUMLAH MAJALAH BAHASA DAN SASTRA NASIONAL DITERBITKAN SECARA BERKALA
3
5
8
10
20
25
0
1
2
3
5
6
IKU 8.6
JUMLAH FASILITASI PEMBELAJARAN BIPA DI LUAR NEGERI
30
35
38
42
46
50
IKK 8.1.1
PERSENTASE ANGGARAN YANG TIDAK DIBLOKIR
60,00%
65,00%
75,00%
80,00%
85,00%
90,00%
IKK 8.1.2
PERSENTASE SATKER BERDAYA-SERAP FISIK > 95%
65,00%
80,00%
90,00%
95,00%
100,00%
100,00%
IKK 8.1.3
PERSENTASE SDM BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBINAAN BAHASA MELAKSANAKAN TUGAS >98%
65,00%
80,00%
90,00%
95,00%
100,00%
100,00%
IKK 8.1.4
PERSENTASE SATKER BERDAYA-SERAP ANGGARAN > 95%
40,00%
45,00%
55,00%
60,00%
70,00%
80,00%
IKK 8.1.5
PERSENTASE SATKER TERTIB DALAM HAL PENGELOLAAN BMN
40,00%
45,00%
50,00%
75,00%
80,00%
100,00%
IKK 8.1.6
PERSENTASE SATKER BERSERTIFIKAT ISO 9001-2008
0,00%
3,00%
10,00%
13,00%
25,00%
45,00%
IKK 8.1.7
JUMLAH KERJA SAMA KEMITRAAN BIDANG KEBAHASAAN DAN KESASTRAAN
50
66
99
132
165
198
IKK 8.2.1
JUMLAH DOKUMEN PENELITIAN/PENGEMBANGAN KEBAHASAAN DAN KESASTRAAN
35
45
56
90
125
160
IKK 8.2.2
JUMLAH DAERAH PENGAMATAN PENELITIAN KEKERABATAN BAHASA-BAHASA DAERAH
2.100
2.257
2.268
2.298
2.333
2.368
IKK 8.2.3
JUMLAH DOKUMENTASI KEBAHASAAN DAN KESASTRAAN YANG TERLINDUNGI
10
47
58
100
150
200
IKK 8.2.4
JUMLAH PENGEMBANGAN KAMUS, PEDOMAN, DAN RUJUKAN KEBAHASAAN DAN KESASTRAAN
11
19
29
31
33
35
IKK 8.2.5
JUMLAH PUBLIKASI KEBAHASAAN DAN KESASTRAAN
50
100
200
300
400
500
IKK 8.2.6
JUMLAH EDISI MAJALAH BAHASA DAN SASTRA NASIONAL DITERBITKAN
0
2
4
6
10
12
1,2
1,4
1,6
2,4
2,8
3,2
12.000
16.000
22.000
28.000
34.000
40.000
IKU 8.5
8.1
KONDISI AWAL (2009)
PEMBINAAN BAHASA IKK 8.3.1 DAN SASTRA IKK 8.3.2
PENINGKATAN SIKAP POSITIF MASYARAKAT TERHADAP BAHASA INDONESIA (SKALA 5) JUMLAH GURU DAN SISWA SERTA MASYARAKAT YANG TERBINA DALAM PENGGUNAAN BAHASA DAN APRESIASI SASTRA
118972823 ALOKASI KEGIATAN PEMBINAAN BAHASA NASIONAL (PUSAT BAHASA)
2011 153.621.300
2012 257.759.014
2013 379.531.800
2014 676.400.000
124.936.868
233.542.514
332.191.037
605.150.000
11.791.050
12.266.500
22.440.763
30.000.000
16.893.382
11.950.000
24.900.000
41.250.000
KODE
PROGRAM/ KEGIATAN
INDIKATOR IKK 8.3.3
IKK 8.3.4
PERSENTASE GURU BAHASA INDONESIA MEMILIKI KEMAHIRAN BERBAHASA INDONESIA SESUAI STANDAR NASIONAL (N =87.861) PERSENTASE KABUPATEN/KOTA YANG PENGGUNAAN BAHASA DI MEDIA LUAR RUANGNYA SESUAI PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN (N = 497)
KONDISI AWAL (2009)
TARGET PENCAPAIAN 2010
2011
ALOKASI ANGGARAN (RIBUAN RP)
2012
2013
2014
0,00%
4,00%
6,00%
10,00%
15,00%
20,00%
2010
1,00%
1,80%
6,60%
13,20%
19,80%
26,40%
5
10
15
20
25
30
20
30
50
115
165
215
IKK 8.3.5
JUMLAH MEDIA MASSA YANG PENGGUNAAN BAHASANYA SESUAI DENGAN KAIDAH BAHASA INDONESIA
IKK 8.3.6
JUMLAH LEMBAGA YANG PENGGUNAAN BAHASA INDONESIANYA SESUAI DENGAN PERATURAN PERUNDANGUNDANGAN
IKK 8.3.7
JUMLAH PENGEMBANGAN PUSAT PEMBELAJARAN BIPA DI LUAR NEGERI
4
8
12
16
20
24
IKK 8.3.8
JUMLAH PENYUSUNAN ALAT UJI KEMAHIRAN BERBAHASA INDONESIA
0
2
4
8
12
16
IKK 8.3.9
JUMLAH PENYUSUNAN BAHAN AJAR BAHASA INDONESIA
0
1
3
6
9
12
2011
2012
2013
2014
INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) DAN INDIKATOR KINERJA KEGIATAN (IKK) PROGRAM PENGEMBANGAN SDM PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DAN PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN
KODE 9
PROGRAM/ KEGIATAN PROGRAM PENGEMBANGAN SDM PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN, DAN PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN
INDIKATOR IKU 9.1
PERSENTASE GURU BERSERTIFIKAT PENDIDIK
IKU 9.2
PENINGKATAN LAYANAN PENGEMBANGAN PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN UNTUK SELURUH JENJANG PENDIDIKAN
2011
2012
2013
2014
40,40%
48,60%
66,40%
84,90%
0,00%
0,00%
0,00%
30,00%
65,00%
100,00%
0,00%
0,00%
0,00%
34,00%
47,00%
60,00%
0,00%
0,00%
0,00%
10,00%
50,00%
95,00%
0,00%
0,00%
0,00%
10,00%
20,00%
30,00%
0,00%
0,00%
0,00%
10,00%
20,00%
30,00%
0,00%
0,00%
0,00%
95,00%
95,00%
95,00%
IKK 9.1.1
PERSENTASE PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN BERKINERJA SESUAI STANDAR PERSENTASE PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN YANG PROFESIONAL PERSENTASE SATUAN PENDIDIKAN YANG TELAH MEMENUHI STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN PERSENTASE SDM APARATUR KEMDIKBUD YANG TELAH MENINGKAT KINERJANYA PERSENTASE SDM APARATUR KEMDIKBUD YANG TELAH MENINGKAT KOMPETENSI PERSENTASE PENINGKATAN LAYANAN MANAJEMEN SUMBER DAYA DAN TATA KELOLA DALAM PELAKSANAAN TUGAS DAN FUNGSI BADAN PSDMPK-PMP BERDASARKAN DAYA SERAP ANGGARAN PERSENTASE PENDIDIK PAUD BERSERTIFIKAT PENDIDIK
0,00%
0,00%
0,00%
35,00%
65,50%
84,90%
IKK 9.1.2
PERSENTASE GURU SD/SDLB BERSERTIFIKAT PENDIDIK
0,00%
0,00%
0,00%
55,00%
75,50%
84,90%
IKK 9.1.3
PERSENTASE GURU SMP/SMPLB BERSERTIFIKAT PENDIDIK
0,00%
0,00%
0,00%
65,00%
80,00%
100,00%
IKK 9.1.4
PERSENTASE GURU SMA/SMLB BERSERTIFIKAT PENDIDIK
0,00%
0,00%
0,00%
70,00%
85,00%
100,00%
IKK 9.1.5
PERSENTASE GURU SMK BERSERTIFIKAT PENDIDIK
0,00%
0,00%
0,00%
70,00%
85,00%
100,00%
IKK 9.1.6
PERSENTASE GURU PAUD/TK BERSERTIFIKAT PENDIDIK TAHUN SEBELUMNYA YANG BERKINERJA SESUAI STANDAR
0,00%
0,00%
0,00%
0.0%
100,00%
100,00%
IKK 9.1.7
PERSENTASE GURU SD/SDLB BERSERTIFIKAT PENDIDIK TAHUN SEBELUMNYA YANG BERKINERJA SESUAI STANDAR
0,00%
0,00%
0,00%
0.0%
100,00%
100,00%
IKK 9.1.8
PERSENTASE GURU SMP/SMPLB BERSERTIFIKAT PENDIDIK TAHUN SEBELUMNYA YANG BERKINERJA SESUAI STANDAR
0,00%
0,00%
0,00%
0.0%
100,00%
100,00%
IKK 9.1.9
PERSENTASE GURU SMA/SMALB BERSERTIFIKAT PENDIDIK TAHUN SEBELUMNYA YANG BERKINERJA SESUAI STANDAR
0,00%
0,00%
0,00%
0.0%
100,00%
100,00%
IKK 9.1.10
PERSENTASE GURU SMK BERSERTIFIKAT PENDIDIK TAHUN SEBELUMNYA YANG BERKINERJA SESUAI STANDAR
0,00%
0,00%
0,00%
0.0%
100,00%
100,00%
IKK 9.1.11
PERSENTASE PENDIDIK PAUD/PLB YANG PROFESIONAL
0,00%
0,00%
0,00%
35,00%
45,00%
60,00%
IKK 9.1.12
PERSENTASE PENDIDIK SD YANG PROFESIONAL
0,00%
0,00%
0,00%
45,00%
52,00%
60,00%
IKK 9.1.13
PERSENTASE PENDIDIK SMP YANG PROFESIONAL
0,00%
0,00%
0,00%
45,00%
52,00%
60,00%
IKK 9.1.14
PERSENTASE PENDIDIK SMA YANG PROFESIONAL
0,00%
0,00%
0,00%
60,00%
70,00%
80,00%
IKK 9.1.15
PERSENTASE PENDIDIK SMK YANG PROFESIONAL
0,00%
0,00%
0,00%
60,00%
70,00%
80,00%
IKK 9.1.16
JUMLAH KELOMPOK KERJA GURU/KEPALA SEKOLAH/PENGAW AS YANG PROFESIONAL
-
-
-
4.861
8.099
11.570
IKK 9.1.17
DOKUMEN PERENCANAAN, PENGENDALIAN, KOORDINASI DAN EVALUASI PEMBINAAN PROFESI PENDIDIK
-
-
-
4 DOK
4 DOK
4 DOK
IKK 9.2.1
PENYUSUNAN PERUMUSAN KEBIJAKAN, PEDOMAN DAN KOORDINASI PEMBINAAN PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN
-
-
-
4 DOK
4 DOK
4 DOK
IKK 9.2.2
PERSENTASE SATUAN PENDIDIKAN PAUD (TK/TKLB) YANG TERPETAKAN MUTU PENDIDIKAN DAN DILAKUKAN SUPERVISI SESUAI SNP PER PROPINSI
0,00%
0,00%
0,00%
15,00%
40,00%
95,00%
IKK 9.2.3
PERSENTASE SATUAN PENDIDIKAN SD/SDLB YANG TERPETAKAN MUTU PENDIDIKAN DAN DILAKUKAN SUPERVISI SESUAI SNP PER PROPINSI PERSENTASE SATUAN PENDIDIKAN SMP/SMPLB YANG TERPETAKAN MUTU PENDIDIKAN DAN DILAKUKAN SUPERVISI SESUAI SNP PER PROPINSI PERSENTASE SATUAN PENDIDIKAN SMA/SMALB YANG TERPETAKAN MUTU PENDIDIKAN DAN DILAKUKAN SUPERVISI SESUAI SNP PER PROPINSI
0,00%
0,00%
0,00%
18,44%
45,00%
95,00%
0,00%
0,00%
0,00%
25,78%
50,00%
95,00%
0,00%
0,00%
0,00%
24,78%
55,00%
95,00%
IKU 9.3 IKU 9.4
IKU 9.7
9.2
2010
ALOKASI ANGGARAN (RIBUAN RP)
30,80%
IKU 9.6
PENGEMBANGAN PENDIDIK
TARGET PENCAPAIAN
21,10%
IKU 9.5
9.1
KONDISI AWAL (2009)
IKK 9.2.4
IKK 9.2.5
2010
2011
2012
2013
2014
0
0
4.678.780.857
6.458.085.331
7.313.786.323
0
0
128.400.591
3.732.777.877
747.701.214
0
0
167.175.183
77.538.333
84.686.442
KODE
PROGRAM/ KEGIATAN
INDIKATOR IKK 9.2.6
TARGET PENCAPAIAN 2010
2011
2012
ALOKASI ANGGARAN (RIBUAN RP)
2013
2014
PERSENTASE SATUAN PENDIDIKAN SMK YANG TERPETAKAN MUTU PENDIDIKAN DAN DILAKUKAN SUPERVISI SESUAI SNP PER PROPINSI PERSENTASE SATUAN PENDIDIKAN TINGGI YANG TERPETAKAN MUTU PENDIDIKAN DAN DILAKUKAN SUPERVISI SNP PER PROPINSI PERSENTASE SATUAN PENDIDIKAN PAUD/TK/TKLB TELAH DIFASILITASI DALAM PENCAPAIAN STANDAR ISI, PROSES, PENILAIAN DAN KOMPETENSI LULUSAN PERSENTASE SATUAN PENDIDIKAN SD/SDLB TELAH DIFASILITASI DALAM PENCAPAIAN STANDAR ISI, PROSES, PENILAIAN DAN KOMPETENSI LULUSAN PERSENTASE SATUAN PENDIDIKAN SMP/SMPLB TELAH DIFASILITASI DALAM PENCAPAIAN STANDAR ISI, PROSES, PENILAIAN DAN KOMPETENSI LULUSAN PERSENTASE SATUAN PENDIDIKAN SMA/SMALB TELAH DIFASILITASI DALAM PENCAPAIAN STANDAR ISI, PROSES, PENILAIAN DAN KOMPETENSI LULUSAN PERSENTASE SATUAN PENDIDIKAN SMK TELAH DIFASILITASI DALAM PENCAPAIAN STANDAR ISI, PROSES, PENILAIAN DAN KOMPETENSI LULUSAN PERSENTASE SATUAN PENDIDIKAN KESETARAAN (PAKET A, B, C) TELAH DIFASILITASI DALAM PENCAPAIAN STANDAR ISI, PROSES, PENILAIAN DAN KOMPETENSI LULUSAN PERSENTASE PENGAW AS BERSERTIFIKAT PENDIDIK TAHUN SEBELUMNYA YANG BERKINERJA SESUAI PERSYARATAN STANDAR PERSENTASE KEPALA SEKOLAH BERSERTIFIKAT PENDIDIK TAHUN SEBELUMNYA YANG BERKINERJA SESUAI PERSYARATAN STANDAR PERSENTASE TENAGA ADMINISTRASI YANG BERKINERJA SESUAI PERSYARATAN STANDAR PERSENTASE TENAGA PERPUSTAKAAN YANG BERKINERJA SESUAI PERSYARATAN STANDAR PERSENTASE TENAGA LABORATORIUM/TEKNISI BERKINERJA SESUAI PERSYARATAN STANDAR PERSENTASE KEPALA SEKOLAH TK/TKLB YANG TELAH MENINGKAT KOMPETENSI DAN PROFESIONALISME PERSENTASE KEPALA SEKOLAH SD/SDLB YANG TELAH MENINGKAT KOMPETENSI DAN PROFESIONALISME PERSENTASE KEPALA SEKOLAH SMP/SMPLB YANG TELAH MENINGKAT KOMPETENSI DAN PROFESIONALISME PERSENTASE KEPALA SEKOLAH SMA/SMALB YANG TELAH MENINGKAT KOMPETENSI DAN PROFESIONALISME PERSENTASE KEPALA SEKOLAH SMK YANG TELAH MENINGKAT KOMPETENSI DAN PROFESIONALISME PERSENTASE PENGAW AS SEKOLAH YANG TELAH MENINGKAT KOMPETENSINYA DAN PROFESIONALISMENYA
0,00%
0,00%
0,00%
24,78%
55,00%
95,00%
0,00%
0,00%
0,00%
0,00%
55,00%
95,00%
0,00%
0,00%
0,00%
6,00%
25,00%
50,00%
0,00%
0,00%
0,00%
7,80%
25,00%
50,00%
0,00%
0,00%
0,00%
10,30%
30,00%
50,00%
0,00%
0,00%
0,00%
9,91%
27,00%
50,00%
0,00%
0,00%
0,00%
6,91%
25,00%
50,00%
0,00%
0,00%
0,00%
0,00%
0,00%
0,00%
0,00%
0,00%
0,00%
0,00%
100,00%
100,00%
0,00%
0,00%
0,00%
0,00%
100,00%
100,00%
0,00%
0,00%
0,00%
0,00%
25,00%
50,00%
0,00%
0,00%
0,00%
0.0%
25,00%
50,00%
0,00%
0,00%
0,00%
0.00%
25,00%
50,00%
0,00%
0,00%
0,00%
1,00%
20,00%
50,00%
0,00%
0,00%
0,00%
1,00%
20,00%
60,00%
0,00%
0,00%
0,00%
21,50%
40,00%
60,00%
0,00%
0,00%
0,00%
27,60%
43,00%
60,00%
0,00%
0,00%
0,00%
26,44%
43,00%
60,00%
0,00%
0,00%
0,00%
26,13%
44,00%
60,00%
IKK 9.3.12
JUMLAH CALON KEPALA SEKOLAH YANG TELAH MENGIKUTI DIKLAT MANAJEMEN SEKOLAH YANG TERAKREDITASI
0,00%
0,00%
0,00%
10,00%
30,00%
60,00%
IKK 9.3.13
JUMLAH CALON PENGAWAS SEKOLAH YANG TELAH MENGIKUTI DIKLAT MANAJEMEN KEPENGAW ASAN YANG TERAKREDITASI
0,00%
0,00%
0,00%
10,00%
30,00%
60,00%
IKK 9.3.14
PERSENTASE TENAGA KEPENDIDIKAN LAINNYA YANG TELAH MENINGKAT KOMPETENSI DAN PROFESIONALISME PERSENTASE SDM APARATUR KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN YANG BERKINERJA SESUAI STANDAR DI BIDANG PENDIDIKAN PERSENTASE SDM APARATUR KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN YANG BERKINERJA SESUAI STANDAR DI BIDANG PENDIDIKAN PERSENTASE PEJABAT STRUKTURAL KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN YANG BERKINERJA SESUAI STANDAR PENYUSUNAN PROGRAM, KEBIJAKAN, SISTEM DAN PEDOMAN PEMBINAAN APARATUR NEGARA
0,00%
0,00%
0,00%
10,00%
20,00%
30,00%
0,00%
0,00%
0,00%
10,00%
50,00%
80,00%
0,00%
0,00%
0,00%
10,00%
50,00%
80,00%
0,00%
0,00%
0,00%
10,00%
50,00%
80,00%
-
-
-
4 Dok
4 Dok
4 Dok
IKK 9.2.7
IKK 9.2.8
IKK 9.2.9
IKK 9.2.10
IKK 9.2.11
IKK 9.2.12
IKK 9.2.13
9.3
KONDISI AWAL (2009)
IKK 9.3.1 PENGEMBANGAN TENAGA KEPENDIDIKAN UNTUK IKK 9.3.2 SELURUH JENJANG PENDIDIKAN IKK 9.3.3 IKK 9.3.4 IKK 9.3.5 IKK 9.3.6 IKK 9.3.7 IKK 9.3.8 IKK 9.3.9 IKK 9.3.10 IKK 9.3.11
IKK 9.3.15
IKK 9.3.16
IKK 9.3.17
IKK 9.3.18
2010
2011
0
2012
0
163.841.843
2013
216.360.749
2014
162.288.342
KODE
PROGRAM/ KEGIATAN
INDIKATOR IKK 9.3.19
IKK 9.3.20 IKK 9.3.21
9.4
PENGEMBANGAN SDM IKK 9.4.1 KEBUDAYAAN IKK 9.4.2 IKK 9.4.3
9.5
DIKLAT PENDIDIK DAN IKK 9.5.1 TENAGA IKK 9.5.2 KEPENDIDIKAN
IKK 9.5.3
IKK 9.5.4
IKK 9.5.5
IKK 9.5.6 IKK 9.5.7
IKK 9.5.8
IKK 9.5.9
IKK 9.5.10 IKK 9.5.11
IKK 9.5.12
IKK 9.5.13
IKK 9.5.14 IKK 9.5.15
IKK 9.5.16 IKK 9.5.17 9.6
PEMBINAAN PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN
IKK 9.6.1 IKK 9.6.2 IKK 9.6.3
KONDISI AWAL (2009)
TARGET PENCAPAIAN 2010
2011
2012
ALOKASI ANGGARAN (RIBUAN RP)
2013
2014
2010
PERSENTASE SDM/APARATUR PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN YANG TELAH MENGIKUTI DIKLAT KEPEMIMPINAN (PIM IV, PIM III, PIM II DAN PIM I) PERSENTASE SDM APARATUR PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN YANG TELAH MENGIKUTI DIKLAT PRAJABATAN
0,00%
0,00%
0,00%
10,00%
20,00%
30,00%
0,00%
0,00%
0,00%
10,00%
20,00%
30,00%
PERSENTASE TENAGA FUNGSIONAL YANG TELAH MENGIKUTI DIKLAT TEKNIS/FUNGSIONAL DI BIDANG PENDIDIKAN (WIDYAISW ARA DLL ) PERSENTASE TENAGA FUNGSIONAL/SDM BIDANG KEBUDAYAAN YANG TERSERTIFIKASI
0,00%
0,00%
0,00%
10,00%
20,00%
30,00%
0,00%
0,00%
0,00%
10,00%
0,00%
0,00%
PERSENTASE TENAGA FUNGSIONAL/SDM BIDANG KEBUDAYAAN YANG MENINGKAT KOMPETENSINYA
0,00%
0,00%
0,00%
10,00%
20,00%
30,00%
-
-
-
-
12 BLN; 58 UNIT
12 BLN; 58 UNIT
PERSENTASE PENDIDIK YANG MENGIKUTI PENINGKATAN KOMPETENSI DAN PROFESIONALISME BIDANG TK/PLB PERSENTASE PENDIDIK YANG MENGIKUTI PENINGKATAN KOMPETENSI DAN PROFESIONALISME BIDANG PERTANIAN DAN PERIKANAN PERSENTASE PENDIDIK YANG MENGIKUTI PENINGKATAN KOMPETENSI DAN PROFESIONALISME BIDANG REKAYASA DAN TEKNOLOGI PERSENTASE PENDIDIK YANG MENGIKUTI PENINGKATAN KOMPETENSI DAN PROFESIONALISME BIDANG BISNIS DAN PARIWISATA PERSENTASE PENDIDIK YANG MENGIKUTI PENINGKATAN KOMPETENSI DAN PROFESIONALISME BIDANG SENI DAN BUDAYA PERSENTASE PENDIDIK YANG MENGIKUTI PENINGKATAN KOMPETENSI DAN PROFESIONALISME BIDANG IPA PERSENTASE PENDIDIK YANG MENGIKUTI PENINGKATAN KOMPETENSI DAN PROFESIONALISME BIDANG IPS DAN KEWARGANEGARAAN PERSENTASE PENDIDIK YANG MENGIKUTI PENINGKATAN KOMPETENSI DAN PROFESIONALISME BIDANG MATEMATIKA
0,00%
0,00%
0,00%
35,00%
45,00%
55,00%
0,00%
0,00%
0,00%
67,00%
78,00%
90,00%
0,00%
0,00%
0,00%
67,00%
78,00%
90,00%
0,00%
0,00%
0,00%
67,00%
78,00%
90,00%
0,00%
0,00%
0,00%
67,00%
78,00%
90,00%
0,00%
0,00%
0,00%
54,90%
67,50%
80,00%
0,00%
0,00%
0,00%
54,90%
67,50%
80,00%
0,00%
0,00%
0,00%
54,90%
67,50%
80,00%
PERSENTASE PENDIDIK YANG MENGIKUTI PENINGKATAN KOMPETENSI DAN PROFESIONALISME BIDANG PENSJASKES DAN BK PERSENTASE PENDIDIK YANG MENGIKUTI PENINGKATAN KOMPETENSI DAN PROFESIONALISME BIDANG BAHASA PERSENTASE PENDIDIK YANG MENGIKUTI PENINGKATAN KOMPETENSI DAN PROFESIONALISME BIDANG TEKNOLOGI INFORMASI DAN KELAUTAN PERSENTASE KEPALA SEKOLAH DAN PENGAWAS YANG SUDAH MENGIKUTI PENGEMBANGAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN MENURUT KAB/KOTA PERSENTASE CALON KEPALA SEKOLAH DAN PENGAW AS YANG SUDAH MENGIKUTI TRAINING TERAKREDITASI MENURUT KAB/KOTA PERSENTASE PTK LAINNYA YANG MENGIKUTI PENINGKATAN KOMPETENSI DAN PROFESIONALISME JUMLAH PROGRAM DAN MODEL PENGEMBANGAN PENDIDK YANG DIHASILKAN SETIAP TAHUN SESUAI BIDANGNYA
0,00%
0,00%
0,00%
54,90%
67,50%
80.00%
0,00%
0,00%
0,00%
54,90%
67,50%
80.00%
0,00%
0,00%
0,00%
40,40%
54,90%
67,50%
0,00%
0,00%
0,00%
50,00%
75,00%
100,00%
0,00%
0,00%
0,00%
20,00%
30,00%
40,00%
0,00%
0,00%
0,00%
20,00%
30,00%
40,00%
0
0
0
10
15
20
0
0
0
15
15
20
0
0
0
10
15
20
0,00%
0,00%
0,00%
35,00%
60,00%
90,00%
0,00%
0,00%
0,00%
35,00%
60,00%
90,00%
0,00%
0,00%
0,00%
35,00%
60,00%
90,00%
JUMLAH KINERJA SISTEM TATA KELOLA YANG ANDAL DALAM MENJAMIN TERSELENGGARANYA LAYANAN PRIMA PENGEMBANGAN SDM KEBUDAYAAN
JUMLAH MODEL PEMBERDAYAAN SEKOLAH DAN PENGEMBANGAN INOVASI PEMBELAJARAN JUMLAH PEMBINAAN DAN PEMBERDAYAAN DIKLAT DI DAERAH SESUAI BIDANGNYA PERSENTASE SATUAN PENDIDIKAN SD YANG TERPETAKAN MUTU PENDIDIKANNYA DI TIAP PROPINSI PERSENTASE SATUAN PENDIDIKAN SMP YANG TERPETAKAN MUTU PENDIDIKANNYA DI TIAP PROPINSI PERSENTASE SATUAN PENDIDIKAN SMA YANG TERPETAKAN MUTU PENDIDIKANNYA DI TIAP PROPINSI
2011
2012
2013
2014
0
0
43.000.000
28.736.921
50.076.942
0
0
1.721.261.587
989.710.708
2.612.962.698
0
0
2.356.837.047
1.286.587.048
3.656.070.685
KODE
PROGRAM/ KEGIATAN
INDIKATOR IKK 9.6.4
TARGET PENCAPAIAN 2010
2011
2012
2013
ALOKASI ANGGARAN (RIBUAN RP) 2014
PERSENTASE SATUAN PENDIDIKAN SMK YANG TERPETAKAN MUTU PENDIDIKANNYA DI TIAP PROPINSI PERSENTASE SATUAN PENDIDIKAN KESETARAAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH YANG TERPETAKAN MUTU PENDIDIKANNYA DI TIAP PROPINSI PERSENTASE SATUAN PENDIDIKAN SD HASIL PEMETAAN DAN SUPERVISI YANG DILAKUKAN FASILITASI SUMBER DAYA DI TIAP PROPINSI PERSENTASE SATUAN PENDIDIKAN SMP HASIL PEMETAAN DAN SUPERVISI YANG DILAKUKAN FASILITASI SUMBER DAYA DI TIAP PROPINSI PERSENTASE SATUAN PENDIDIKAN KESETARAAN PENDIDIKAN DASAR HASIL PEMETAAN DAN SUPERVISI YANG DILAKUKAN FASILITASI SUMBER DAYA DI TIAP PROPINSI
0,00%
0,00%
0,00%
35,00%
60,00%
90,00%
0,00%
0,00%
0,00%
0,00%
15,00%
50,00%
0,00%
0,00%
0,00%
15,00%
30,00%
50,00%
0,00%
0,00%
0,00%
15,00%
30,00%
50,00%
0,00%
0,00%
0,00%
0,00%
15,00%
30,00%
PERSENTASE TINGKAT KESESUAIAN LAPORAN KEUANGAN DENGAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DAN TEPAT WAKTU > 90% DENGAN MENERAPKAN E-KEUANGAN
0,00%
0,00%
0,00%
90,00%
90,00%
90,00%
PERSENTASE TINGKAT KESESUAIAN LAPORAN BMN DENGAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DAN TEPAT WAKTU > 90%
0,00%
0,00%
0,00%
90,00%
90,00%
90,00%
PERSENTASE SDM BADAN PSDMPK-PMP YANG HADIR MELAKSANAKAN TUGAS >98% PERSENTASE SATKER MENERAPKAN E-PENGADAAN > 50% PAKET PBJ PERSENTASE SATKER MENERAPKAN E-KEPEGAW AIAN DAN UMUM PERSENTASE KABUPATEN/KOTA YANG MELAKUKAN PEMUTAKHIRAN DATA PTK (NUPTK) > 95% JUMLAH APLIKASI DAN PERANGKAT YANG TERINTEGRASI KE DALAM SIM BADAN PSDMPK-PMP PERSENTASE SATKER YANG TELAH MENGIMPLEMENTASIKAN KEBIJAKAN BADAN PSDMPK-PMP PERSENTASE SATKER YANG TELAH MELAKUKAN EVALUASI DIRI LEMBAGA DAN MENERAPKAN E-MONITORING
0,00%
0,00%
0,00%
98,00%
98,00%
98,00%
0,00%
0,00%
0,00%
50,00%
60,00%
75,00%
0,00%
0,00%
0,00%
100,00%
100,00%
100,00%
0,00%
0,00%
0,00%
71,00%
84,00%
98,00%
0,00%
0,00%
0,00%
60,00%
80,00%
100,00%
0,00%
0,00%
0,00%
92,00%
95,00%
98,00%
0,00%
0,00%
0,00%
25,00%
60,00%
100,00%
IKK 9.7.10
PERSENTASE ANGGARAN YANG TIDAK DIBLOKIR
0,00%
0,00%
0,00%
98,00%
98,00%
98,00%
IKK 9.7.11
PERSENTASE SATKER BADAN BERDAYA-SERAP FISIK DAN BERDAYA SERAP ANGGARAN > 95%
0,00%
0,00%
0,00%
45,00%
55,00%
70,00%
IKK 9.6.5
IKK 9.6.6
IKK 9.6.7
IKK 9.6.8
9.7
KONDISI AWAL (2009)
IKK 9.7.1 DUKUNGAN MANAJEMEN DAN PELAKSANAAN TUGAS LAINNYA BADAN IKK 9.7.2 PSDMPK-PMP
IKK 9.7.3 IKK 9.7.4 IKK 9.7.5 IKK 9.7.6 IKK 9.7.7 IKK 9.7.8 IKK 9.7.9
2010
2011
0
2012
0
141.264.606
2013
155.110.616
2014
118.869.433
INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) DAN INDIKATOR KINERJA KEGIATAN (IKK) PROGRAM PELESTARIAN BUDAYA
KODE 10
10.1
PROGRAM/ KEGIATAN PROGRAM PELESTARAIAN BUDAYA
INDIKATOR
KONDISI AWAL (2009)
2010
TARGET PENCAPAIAN 2010
2011
IKU 10.1
JUMLAH CAGAR BUDAYA YANG DILESTARIKAN
-
-
3.758
6.470
8.470
9.470
-
-
122.700.000
125.150.741
128.150.741
IKU 10.2
JUMLAH PENGUNJUNG PADA MUSEUM YANG DIREVITALISASI
-
-
1.575.000
3.000.000
4.000.000
5.000.000
-
-
52.000.000
55.593.928
67.000.000
IKU 10.3
JUMLAH SEKOLAH YANG DIFASILITASI SARANA BUDAYA
-
-
-
1.400
2.400
3.200
-
-
242.000.000
195.294.400
350.000.000
IKU 10.4
JUMLAH FASILITASI FILM YANG BERKARAKTER
-
-
-
20
35
45
-
-
24.500.000
30.500.000
35.000.000
IKU 10.5
JUMLAH KOMUNITAS BUDAYA YANG DIFASILITASI
-
-
-
200
500
600
-
-
46.500.000
100.000.000
150.000.000
IKU 10.6
JUMLAH ORANG YANG MENGAPRESIASI SEJARAH DAN KARYA BUDAYA
-
-
-
12.500.000
15.000.000
17.500.000
123.500.000
201.218.538
195.867.197
IKU 10.7
JUMLAH RUMAH BUDAYA DI LUAR NEGERI
-
-
-
-
8
10
-
-
-
40.000.000
60.000.000
IKU 10.8
JUMLAH W ARISAN BUDAYA NASIONAL YANG DITETAPKAN
-
-
-
-
20
40
-
-
-
5.000.000
6.000.000
JUMLAH NASKAH RUMUSAN KEBIJAKAN NORMA, STANDAR, PROSEDUR, DAN KRITERIA PELESTARIAN CAGAR BUDAYA DAN PERMUSEUMAN JUMLAH CAGAR BUDAYA YANG DIDAFTAR DAN DITETAPKAN SECARA NASIONAL
-
-
-
10
8
8
-
-
3.800.000
3.259.500
3.500.000
-
-
-
1.000
500
1.000
-
-
15.000.000
22.665.103
IKK 10.1.3
JUMLAH CAGAR BUDAYA YANG DIDOKUMENTASIKAN
-
-
-
5.000
2.500
3.500
-
-
250.000
495.350
IKK 10.1.4
JUMLAH CAGAR BUDAYA BAW AH AIR YANG DIEKSPLORASI
-
-
-
3
-
4
-
-
726.474
-
IKK 10.1.5
JUMLAH MUSEUM YANG DIREVITALISASI
-
-
-
17
9
22
-
-
22.000.000
38.000.000
IKK 10.1.6
JUMLAH KOLEKSI MUSEUM YANG DIDOKUMENTASI
-
-
-
50.000
10.000
15.000
-
-
1.400.000
895.350
IKK 10.1.7
JUMLAH DOKUMEN PERENCANAAN DAN EVALUASI
-
-
-
3
7
7
-
-
1.340.589
1.768.950
IKK 10.2.1
JUMLAH NASKAH RUMUSAN KEBIJAKAN NORMA,STANDAR,PROSEDUR DAN KRITERIA PEMBINAAN KESENIAN DAN PERFILMAN TAMAN BUDAYA YANG DIREVITALISASI
-
-
-
7.200.000
500.000
3.000.000 500.000
-
-
-
25.000.000
30.000.000
IKK 10.2.3
SKENARIO FILM YANG BERBASIS NILAI SEJARAH, BUDAYA, DAN KEARIFAN LOKAL
-
-
-
1
IKK 10.2.4
-
-
-
12
IKK 10.2.5
KEGIATAN KESENIAN DAN PERFILMAN YANG DIAPRESIASI MASYARAKAT KARYA SENI YANG DIREVITALISASI
-
-
-
2
IKK 10.2.6
KARYA SENI DAN FILM YANG TERDOKUMENTASI
-
-
-
7
IKK 10.2.7
FASILITASI KESENIAN DAN PERFILMAN
-
-
-
65
IKK 10.2.8
-
-
-
20
IKK 10.2.9
FASILITASI PRODUKSI KARYA FILM PENDEK DAN DOKUMENTER YANG MENGANGKAT NILAI-NILAI BUDAYA, KEARIFAN LOKAL, DAN PEMBANGUNAN KARAKTER BANGSA FASILITASI SARANA KESENIAN DI SEKOLAH
-
-
-
IKK 10.2.10
JUMLAH DOKUMEN PERENCANAAN DAN EVALUASI
-
-
IKK 10.3.1
JUMLAH NASKAH RUMUSAN KEBIJAKAN NORMA,STANDAR,PROSEDUR DAN KRITERIA PEMBINAAN KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YME DAN TRADISI
-
-
PELESATARIAN IKK 10.1.1 CAGAR BUDAYA DAN PERMUSEUMAN IKK 10.1.2
2011
2012
ALOKASI ANGGARAN (RIBUAN RP)
2013
2014
2012
2013
2014
20.000.000 600.000 4.000.000 55.000.000 1.000.000
10.2
10.3
PEMBINAAN KESENIAN DAN PERFILMAN
PEMBINAAN KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YME DAN TRADISI
IKK 10.2.2
6
2
2
-
-
10
15
-
-
2
-
-
2.000.000
24
30
-
-
51.000.000
87.400.000
90.000.000
2
5
-
-
3.500.000
3.000.000
7.500.000
2
5
-
-
11.500.000
2.500.000
7.500.000
141
150
-
-
50.800.000
36.000.000
40.000.000
36
10
-
-
24.500.000
30.500.000
35.000.000
1400
2400
3500
-
-
242.000.000
195.294.400
350.000.000
-
7
7
7
-
-
1.500.000
2.139.490
2.500.000
-
2
3
4
2.000.000
1.100.000
2.000.000
-
4.000.000
KODE
KONDISI AWAL (2009)
2010
2011
2010
2011
JUMLAH ORGANISASI KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA DAN KOMUNITAS TRADISI YANG DIFASILITASI JUMLAH PENGETAHUAN TRADISIONAL YANG TERDOKUMENTASI DAN TERPUBLIKASI
-
-
-
200
500
600
-
-
46.500.000
100.000.000
150.000.000
-
-
-
1
146
155
-
-
7.000.000
6.500.000
10.000.000
-
-
-
2
10
12
-
-
8.450.000
11.457.491
15.000.000
IKK 10.3.5
JUMLAH EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL YANG DIDOKUMENTASI DAN PUBLIKASI JUMLAH DESA DESA ADAT YANG DIREVITALISASI
-
-
-
4
9
10
-
-
10.000.000
9.000.000
12.000.000
IKK 10.3.6
JUMLAH DOKUMEN PERENCANAAN DAN EVALUASI
-
-
-
2
7
7
-
-
2.000.000
2.000.000
3.000.000
-
-
-
5
3
2
-
-
2.500.000
950.000
700.000
IKK 10.4.2
JUMLAH NASKAH RUMUSAN KEBIJAKAN NORMA, STANDAR, PROSEDUR, DAN KRITERIA PENGEMBANGAN SEJARAH DAN NILAI BUDAYA JUMLAH BUKU SEJARAH DAN NILAI BUDAYA YANG DITULIS
-
-
-
6
7
7
-
-
14.500.000
6.401.114
7.000.000
IKK 10.4.3
JUMLAH BUKU HASIL VERIFIKASI NILAI BUDAYA
-
-
-
-
2
2
-
-
-
2.000.000
2.000.000
IKK 10.4.4
JUMLAH ATLAS SEJARAH DAN NILAI BUDAYA YANG DISUSUN JUMLAH DOKUMEN SUMBER SEJARAH DAN NILAI BUDAYA YANG TERDOKUMENTASI
-
-
-
-
1
1
-
-
-
1.576.965
1.750.000
-
-
-
-
7
7
-
-
-
7.474.046
8.000.000
IKK 10.4.6
JUMLAH APRESIASI MASYARAKAT TERHADAP SEJARAH DAN NILAI BUDAYA
-
-
-
16.000
64.420
65.000
-
-
20.500.000
44.600.000
47.000.000
IKK 10.4.7
JUMLAH FASILITASI EVEN SEJARAH DAN NILAI BUDAYA
-
-
-
6
44
40
-
-
7.000.000
13.730.629
12.000.000
IKK 10.4.8
JUMLAH PESERTA BIMBINGAN TEKNIS SEJARAH DAN NILAI BUDAYA
-
-
-
-
96
96
-
-
-
1.110.000
1.200.000
IKK 10.4.9
JUMLAH RUMAH BUDAYA NUSANTARA YANG DIFASILITASI
-
-
-
-
33
33
-
-
-
66.000.000
66.000.000
IKK 10.4.10
JUMLAH DOKUMEN PERENCANAAN DAN EVALUASI
-
-
-
7
7
-
-
1.500.000
927.462
1.000.000
JUMLAH NASKAH RUMUSAN KEBIJAKAN NORMA, STANDAR, PROSEDUR, DAN KRITERIA PENGEMBANGAN INTERNALISASI NILAI DAN DIPLOMASI BUDAYA JUMLAH PESERTA INTERNALISASI NILAI BUDAYA
-
-
-
2
4
4
-
-
1.500.000
2.150.000
2.000.000
-
-
-
2.450
2.050.940
2.060.000
-
-
47.050.000
10.700.000
12.000.000
-
-
-
1
10
10
-
-
1.500.000
8.600.000
9.000.000
-
-
-
34
11
13
-
-
8.250.000
5.300.000
6.000.000
IKK 10.5.5
JUMLAH W ARISAN BUDAYA NASIONAL DAN DUNIA YANG DIKELOLA JUMLAH W ARISAN BUDAYA NASIONAL YANG DINOMINASIKAN JUMLAH RUMAH BUDAYA YANG DIFASILITASI
-
-
-
5
8
10
8.000.000
40.000.000
60.000.000
IKK 10.5.6
JUMLAH EVEN DIPLOMASI BUDAYA YANG DIFASILITASI
-
-
-
12
55
60
-
-
46.000.000
90.000.000
100.000.000
IKK 10.5.7
-
-
-
1
1
-
-
IKK 10.5.8
JUMLAH NASKAH NORMA, STANDAR, PROSEDUR, DAN KRITERIA PENGEMBANGAN INTERNALISASI NILAI DAN DIPLOMASI BUDAYA JUMLAH KEKAYAAN BUDAYA YANG DICATAT
-
-
-
1.000
500
-
-
IKK 10.5.9
JUMLAH KEKAYAAN BUDAYA YANG DITETAPKAN
-
-
-
20
40
-
-
IKK 10.5.10
JUMLAH DOKUMEN PERENCANAAN DAN EVALUASI
-
-
-
7
7
IKK 10.6.1
JUMLAH DOKUMEN LAYANAN BIDANG HUKUM
-
-
-
IKK 10.6.2
JUMLAH DOKUMEN LAYANAN BIDANG PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN
-
-
-
IKK 10.6.3
JUMLAH DOKUMEN LAYANAN BIDANG KEPEGAWAIAN DAN ORGANISASI
-
-
-
PROGRAM/ KEGIATAN
INDIKATOR IKK 10.3.2
IKK 10.3.3 IKK 10.3.4
10.4
PENGEMBANGAN IKK 10.4.1 SEJARAH DAN NILAI BUDAYA
IKK 10.4.5
10.5
PENGEMBANGAN IKK 10.5.1 INTERNALISASI NILAI DAN DIPLOMASI BUDAYA IKK 10.5.2 IKK 10.5.3 IKK 10.5.4
10.6
DUKUNGAN MANAJEMEN DAN PELAKSANAAN TUGAS TEKNIS LAINNYA DITJEN KEBUDAYAAN
TARGET PENCAPAIAN 2012
ALOKASI ANGGARAN (RIBUAN RP)
2013
7
-
100 2
2014
2012
-
2013
2014
300.000
5.000.000 1.500.000
7.000.000
7.000.000
5.000.000
6.000.000
2.000.000
2.100.000
9.657.356
7.000.000
-
-
7
7
-
-
4
10
10
-
-
9.000.000
6.782.203
9.200.000
2
10
10
-
-
13.500.000
7.787.277
8.100.000
KODE
10.7
10.8
10.9
PROGRAM/ KEGIATAN
PENGELOLAAN PERMUSEUMAN
PELESTARIAN DAN PENGELOLAAN PENINGGALAN PURBAKALA
INDIKATOR
KONDISI AWAL (2009)
TARGET PENCAPAIAN 2010
2011
2010
2011
2012
2013
2014
IKK 10.6.4
JUMLAH DOKUMEN LAYANAN BIDANG KEUANGAN
-
-
-
1
6
7
-
-
2.000.000
3.175.712
5.647.000
IKK 10.6.5
JUMLAH FASILITASI KERJASAMA ANTAR INSTANSI
-
-
-
2
4
4
-
-
8.000.000
11.500.000
13.500.000
IKK 10.6.6
JUMLAH DOKUMEN LAYANAN KEHUMASAN
-
-
-
7
9
9
-
-
44.000.000
57.707.423
15.873.337
IKK 10.6.7
JUMLAH DOKUMEN LAYANAN DATA DAN STATISTIK KEBUDAYAAN
-
-
-
4
6
6
-
-
23.500.000
43.000.000
48.000.000
IKK 10.6.8
JUMLAH LAYANAN PERKANTORAN
-
-
-
12
12
12
-
-
12.500.000
13.699.724
21.956.640
IKK 10.6.9
JUMLAH PERALATAN DAN FASILITAS PERKANTORAN
-
-
-
32
25
-
-
-
456.800
635.000
IKK 10.7.1
JUMLAH KOLEKSI MUSEUM YANG DIKELOLA
-
-
-
15.218
15218
-
-
-
4.810.410
4.810.410
IKK 10.7.2
JUMLAH KOLEKSI MUSEUM YANG DIREINVENTARISASI
-
-
-
3.750
3750
-
-
-
177.750
177.750
IKK 10.7.3
LUAS PENGEMBANGAN DAN PENATAAN MUSEUM NASIONAL
-
-
-
15.100
23850
-
-
80.626.197
170.000.000
IKK 10.7.4
JUMLAH MUSEUM UPT YANG DIREVITALISASI
-
-
-
4
-
-
12.853.928
12.853.928
IKK 10.7.5
JUMLAH MASYARAKAT YANG MENGAPRESIASI MUSEUM NASIONAL DAN MUSEUM UPT
-
-
-
138.349
138349
5.000.000
50.867.197
50.867.197
IKK 10.8.1
JUMLAH CAGAR BUDAYA YANG DILESTARIKAN
-
-
-
2.960
2960
-
-
122.700.000
125.150.741
125.150.741
IKK 10.8.2
JUMLAH INVENTARISASI DAN PENDAFTARAN PENINGGALAN PURBAKALA
-
-
-
1.928
1928
-
-
-
2.313.041
2.313.041
IKK 10.8.3
JUMLAH KAJIAN PELESTARIAN CAGAR BUDAYA
-
-
-
107
107
-
-
-
9.895.145
9.895.145
IKK 10.8.4
JUMLAH PESERTA INTERNALISASI CAGAR BUDAYA
-
-
-
68.814
68814
-
-
-
14.982.473
14.982.473
JUMLAH KAJIAN TENTANG ASPEK-ASPEK TRADISI, KEPERCAYAAN, KESENIAN, PERFILMAN, DAN KESEJARAHAN
-
-
-
200
-
-
-
13.639.423
15.639.423
JUMLAH PESERTA INTERNALISASI SEJARAH DAN NILAI BUDAYA JUMLAH INVENTARISASI PELINDUNGAN KARYA BUDAYA
-
-
-
18367
-
-
-
28.009.805
35.009.246
-
-
-
845
-
-
3.755.162
3.755.162
PELESTARIAN IKK 10.9.1 SEJARAH DAN NILAI TRADISIONAL IKK 10.9.2 IKK 10.9.3
2012
ALOKASI ANGGARAN (RIBUAN RP)
2013
69
2014
185
18.367 50
845
4
20.000.000 -
1.700.000