RELIABILITY INDONESIAN VERSION OF THE HOSPITAL ANXIETY AND DEPRESSION SCALE (HADS) OF STROKE PATIENTS IN SANGLAH GENERAL HOSPITAL DENPASAR Rudy, M*, Widyadharma, PE**, Oka Adnyana, IM** Department of Neurology, Faculty of Medicine, Udayana University Sanglah General Hospital Denpasar ABSTRACT
Background : Anxiety and depression among general hospital patients are common, which could be much higher than generally assumed. Hospital Anxiety and Depression Scale (HADS) is a tool for identifying anxiety and depression in general hospital patients. HADS has been used in many languages to assess anxiety and depression with good results, but the translation in Indonesian language has not been done before. Objective : To measure Indonesian version of HADS reliability as an instrument for screening anxiety and depression of stroke patients in Sanglah General Hospital Denpasar. Methods : A cross-sectional observational study design. Every inclusion patients have been interviewed by 2 phycicians, with 5 minutes interval using HADS that has been translated in Indonesian language. Reliability, by means inter-rater agreement valuation and analyzed by using Kappa Cohen coefficient. Results : A total of 20 stroke patients as subjects consist of 16 men (80%) and 4 women (20%) with mean age 53,35 + 2,56 years and diagnosis of ischemic stroke 65% (13 cases) and hemorraghic stroke 35% (7 cases) were included in the study. The result of inter-rater agreement (Kappa coefficient) of HADS for anxiety subscale is 0,706 and for depression subscale is 0,681. Conclusion : Indonesian version of HADS showed good reliability with a good inter-rater agreement. Key words: HADS, anxiety, depression, reliability * Resident of Department of Neurology, Faculty of Medicine, Udayana University/Sanglah General Hospital Denpasar ** Lecturer of Department of Neurology, Faculty of Medicine, Udayana University/Sanglah General Hospital Denpasar
UJI RELIABILITAS HOSPITAL ANXIETY AND DEPRESSION SCALE (HADS) PADA PENDERITA STROKE DI RSUP SANGLAH DENPASAR Rudy, M*, Widyadharma, PE**, Oka Adnyana, IM** SMF Ilmu Penyakit Saraf, FK Universitas Udayana/RSUP Sanglah Denpasar ABSTRAK
Latar Belakang: Kecemasan dan depresi merupakan hal yang umum dijumpai pada pasien di Rumah Sakit, serta dapat terjadi lebih sering daripada asumsi umum. Hospital Anxiety and Depression Scale (HADS) merupakan alat ukur yang dipergunakan untuk mengidentifikasi kecemasan dan depresi khususnya pada pasien Rumah Sakit. HADS sudah digunakan dalam beberapa bahasa untuk menilai kecemasan dan depresi dengan hasil yang baik, tetapi terjemahan skala ini ke dalam bahasa Indonesia belum pernah dilakukan sebelumnya. Tujuan: Untuk menilai kesepakatan skala kecemasan dan depresi HADS dalam Bahasa Indonesia sebagai instrumen pemeriksaan yang reliabel atau dapat dipercaya untuk menyaring kecemasan dan depresi pada pasien-pasien stroke di RSUP Sanglah Denpasar. Metode: Penelitian potong lintang. Setiap pasien yang memenuhi kriteria inklusi telah diwawancarai oleh 2 orang dokter, dalam selang waktu 5 menit. Setiap wawancara menggunakan skala HADS yang telah diterjemahkan dalam bahasa Indonesia. Reliabilitas yang dimaksud adalah kesepakatan 2 pemeriksa dan dianalisis dengan menggunakan koefisien Kappa Cohen. Hasil: Penelitian ini melibatkan sebanyak 20 penderita stroke yang terdiri dari 16 orang laki-laki (80%) dan 4 orang perempuan (20%) dengan usia rata-rata 53,35 + 2,56 tahun dan diagnosis SNH sebanyak 13 kasus (65%) dan SH 7 kasus (35%). Hasil dari kesepakatan antar pemeriksa (koefisien Kappa) skala HADS yaitu sebesar 0,706 untuk subskala kecemasan dan 0,681 untuk subskala depresi. Kesimpulan: Skala HADS versi Bahasa Indonesia menunjukkan reliabilitas yang baik dengan kesepakatan antar pemeriksa yang baik. Kata kunci: HADS, kecemasan, depresi, reliabilitas * Peserta PPDS-1 SMF Ilmu Penyakit Saraf FK Universitas Udayana/RSUP Sanglah Denpasar **Staf Pengajar SMF Ilmu Penyakit Saraf FK Universitas Udayana/RSUP Sanglah Denpasar
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Kecemasan dan depresi merupakan masalah kesehatan yang sering dialami oleh masyarakat dunia, serta banyak dijumpai pada pasien di Rumah Sakit. Kondisi ini, baik berdiri sendiri maupun bersamaan, terjadi lebih sering daripada asumsi umum karena sebagian besar kasusnya tidak terdeteksi, terutama di negara belum maju ataupun berkembang. Hal ini disebabkan antara lain oleh rendahnya kesadaran mengenai gangguan perilaku dan masih adanya stigma sosial yang melekat pada mereka yang mengalami gangguan perilaku, sehingga membuat penderita ataupun keluarganya malu untuk berkonsultasi ke tenaga medis. Salah satu penyakit yang mengganggu kualitas hidup penderitanya serta berpotensi menimbulkan kecemasan dan depresi adalah penyakit stroke. Kata “cemas” berasal dari bahasa Latin anxietas, (yang artinya menghambat, mencekik, menyusahkan, mengacaukan) dan mengandung respon perilaku, afektif, dan kognitif sampai persepsi terhadap bahaya. Respon-respon tersebut sangat penting untuk bertahan hidup, yang pada organisme tingkat tinggi seperti manusia, proses memori dan kognitif-afektif lainnya berperan penting sebagai respon tersebut 1. Kecemasan merupakan fenomena normal, dan beberapa derajat kecemasan penting untuk kemampuan optimal dalam situasi yang membutuhkan respon tersebut, sebagai respon terhadap rasa takut dan bahaya pada manusia 1. Bila kecemasan seseorang berlebihan terhadap situasi tertentu dapat menyebabkan penderitaan dan mengganggu fungsi secara umum, dan dapat dikatakan bahwa individu tersebut menderita gangguan cemas. Gangguan cemas merupakan kelainan psikiatri yang paling sering terjadi pada negara maju dan berkembang2,3 dan merupakan keadaan kronis dengan tingkat komorbiditas yang tinggi4, kecacatan yang bermakna, dan gangguan kualitas hidup yang merupakan gejala khasnya 5,6. Gangguan ini belum dapat didiagnosis dan ditangani dengan tepat (underdiagnosis dan undertreatment) dalam banyak kesempatan2.
Sedangkan, depresi merupakan gangguan psikiatri yang paling sering terjadi dan merupakan kondisi mayor biomedis yang paling banyak. Gangguan depresi mayor (Major Depressive Disorder, MDD) menempati peringkat yang tinggi dalam penyebab utama kecacatan yang berhubungan dengan penyakit 7. Prevalensi di Amerika Serikat untuk gangguan depresi mayor sebanyak 17%8. Secara global, kurang lebih didapatkan prevalensi depresi untuk orang dewasa antara 8-12%9. Kebanyakan penderitanya (50-85%) mengalami kekambuhan dari kelainannya ini10. Depresi minor mungkin lebih sering terjadi, menurut Rodriguez dan Puerta pada penelitian di Amerika Selatan didapatkan prevalensi yang cukup tinggi dari gejala-gejala depresi, yaitu sebesar 72.6%11. Hal ini tidak hanya mengindikasikan pengaruh potensial faktor psikososial dan budaya pada manifestasi depresi, tetapi juga kesulitan metodologis dalam mendapatkan statistik yang dapat dipercaya7, dan lebih jauh lagi dihubungkan dengan peningkatan mortalitas dari penyakit yang bersamaan terjadi, seperti kelainan kardiovaskuler ataupun kanker dengan kematian karena bunuh diri merupakan komplikasi utama12,13,14. Penyakit serebrovaskuler mengikuti penyakit jantung iskemik dan kanker sebagai tiga penyebab kematian terbanyak di atas umur 50 tahun 1. Organisasi Kesehatan Dunia, WHO (World Health Organization) memperkirakan bahwa tahun hidup yang hilang disesuaikan dengan kecacatan oleh karena stroke akan meningkat dari 38 juta pada tahun 1990 hingga 51 juta pada tahun 202015. Penderita stroke sering mengalami penolakan secara fisik, kemampuan sensorik atau bahasa, begitu pula dengan konsekuensi neuropsikiatri seperti perubahan kognitif, mood, perilaku, dan kepribadian. Kehilangan kemandirian serta kecacatan menyebabkan sindrom kecemasan dan kesedihan, serta stres bagi yang merawat 1,16. Penderita stroke yang bertahan hidup sering kali menghadapi depresi pasca stroke, yang dapat memperpanjang waktu dan waktu penyembuhan. Selain mempengaruhi penderitanya, depresi pasca stroke juga melibatkan keluarga dan teman penderita17,18,19. Banyak di antara penderita stroke yang bertahan hidup mengalami perasaan putus asa, tidak tertolong, kecemasan, dan direndahkan20-24. Setelah mengalami stroke, kualitas hidup penderitanya dilaporkan menurun sampai lebih dari 40% dibandingkan saat sebelum menderita stroke25. Gangguan cemas dan depresi mayor sering terjadi pada penderita pasca mengalami stroke baik dalam kondisi rawat inap maupun rawat jalan. Frekuensi gangguan cemas meliputi komorbiditas dengan gangguan depresi selama periode stroke akut yaitu sebanyak 21% dan pada pasien rawat jalan sekitar 20%26. Kurang lebih setengah dari jumlah penderita dengan gangguan
cemas memiliki gangguan depresi mayor atau depresi minor yang terjadi bersamaan. Prevalensi depresi mayor sebanyak 10-34% setelah serangan stroke, dengan yang paling banyak terjadi yaitu dalam rentang waktu 6 bulan sampai 2 tahun pasca stroke1. Gejala klinis gangguan cemas berhubungan dengan gangguan cemas yang tumpang tindih dengan gejala depresi tetapi lebih sering terjadi secara bermakna pada penderita dengan gangguan cemas dibandingkan dengan penderita stroke tanpa perasaan cemas atau gelisah26. Sedangkan gejala klinis depresi mayor yang nampak sebagian besar sama dengan episode depresi mayor tanpa stroke, namun karena adanya masalah berbahasa, gejala vegetatif, dan masalah dalam ekspresi emosional yang secara langsung berhubungan dengan stroke, diagnosis depresi mungkin akan sulit ditegakkan. Ketergantungan terhadap laporan subyektif untuk depresi dan gejala kognitif depresi harus di dilengkapi dengan kecurigaan pada penderita yang menunjukkan penurunan dalam fungsi setelah perbaikan awal stroke1. Depresi pasca stroke dapat berasal dari kehilangan fungsi karena stroke, berhubungan dengan gangguan kognitif vaskuler, terjadinya situasi yang mengancam nyawa, atau keterlibatan langsung regio otak yang berhubungan dengan mood. Dalam konteks ini, terdapat kontroversi dalam hubungan depresi terhadap infark pada regio otak tertentu, seperti beberapa bukti yang mengatakan bahwa penderita dengan stroke kortikal yang dekat dengan lobus frontalis, khususnya infark kortikal anterior kiri dapat meningkatkan insiden depresi, walaupun bukti mengenai hal ini masih diragukan27,28. Hubungan depresi dengan lesi pada basal ganglia juga pernah dilaporkan29. Diagnosis gangguan cemas dan depresi harus didasarkan pada pemeriksaan status mental dan kriteria diagnosis yang sudah ditentukan dengan jelas, seperti DSM IV (Diagnostic and Statistical Manual IV, Petunjuk Diagnostik dan Statistikal IV) 26. Hal ini sangatlah penting karena dengan adanya depresi dapat memperburuk prognosis penderita dan memperlama kecacatan1. Karena seorang psikiater tidak selalu tersedia pada unit stroke, penggunaan rutin instrumen penapis seperti Hospital Anxiety and Depression Scale (Skala Kecemasan dan Depresi Rumah Sakit, HADS) direkomendasikan sehingga rujukan yang tepat dapat dilakukan1. Menurut Robinson, penggunaan instrumen penapisan atau penyaringan (screening) pada gangguan cemas pasca stroke tidak terlalu berhasil, dengan kasus positif palsu menjadi masalah yang sering
ditemukan26. Walaupun demikian, bukan berarti tim medis membiarkan begitu saja gejala cemas ataupun depresi terjadi, karena mempengaruhi prognosis penderita stroke. HADS merupakan alat penapis yang dikembangkan untuk dipergunakan dalam kepentingan medis. Pertama kali dikembangkan oleh Zigmond dan Snaith pada 1983 yang bertujuan untuk memberikan alat bantu yang dapat diterima, dapat dipercaya, valid, dan mudah bagi para klinisi untuk mengidentifikasi dan mengkuantifikasi kecemasan dan depresi30. Skala ini digunakan bukan untuk membuat diagnosis suatu kelainan psikiatri, tetapi untuk mengidentifikasi pasienpasien di RS umum yang memerlukan evaluasi dan penanganan lebih jauh oleh psikiatris 31. HADS terdiri dari 14 pernyataan yang dibagi menjadi 2 subskala, yaitu untuk menilai kecemasan (7 pernyataan) dan depresi (7 pernyataan), yang mana penderita menggolongkan masing-masing pernyataan dalam 4 skala nilai, dari nilai 0 (tidak sama sekali) sampai nilai 3 (sangat sering). Nilai yang lebih tinggi mengindikasikan adanya permasalahan. Jawaban penderita dijumlahkan secara terpisah, yaitu penilaian untuk kecemasan dan penilaian untuk depresi, dengan jumlah minimum dan maksimum adalah 0 dan 21 untuk masing-masing skala30. Titik potong yang direkomendasikan adalah : lebih dari 16 menyatakan kasus berat, titik potong 11-15 merupakan kasus sedang, titik potong 8-10 merupakan kasus ringan, dan kurang dari 7 bukan merupakan suatu kasus kecemasan atau depresi32. Validitas dan reliabilitas HADS sudah dilaporkan beberapa penelitian31,33,34. HADS sudah diterjemahkan dan digunakan secara luas pada lebih dari 25 negara sejak pertama kali dikembangkan yaitu pada populasi umum, pasienpasien RS umum, pada perawatan kanker, dan pada penderita HIV 31,35, tetapi terjemahan skala ini ke dalam bahasa Indonesia belum pernah dilakukan sebelumnya. Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, penulis tertarik melakukan uji reliabilitas skala HADS versi terjemahan bahasa Indonesia untuk menapis kecemasan dan depresi pada penderita stroke, sehingga deteksi awal suatu kejadian kecemasan dan depresi pada penderita stroke dapat dilakukan sedini mungkin. Penelitian ini merupakan uji reliabilitas oleh 2 orang pemeriksa untuk menghitung tingkat kesepakatan dalam menilai adanya kecemasan dan/atau depresi menggunakan HADS. 1.2 Tujuan penelitian Menilai kesepakatan skala kecemasan dan depresi HADS dalam Bahasa Indonesia sebagai instrumen pemeriksaan yang reliabel atau dapat dipercaya untuk menyaring kecemasan dan depresi pada pasien-pasien stroke di RSUP Sanglah Denpasar.
BAB II METODE PENELITIAN
2.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan rancangan cross-sectional untuk menghitung tingkat kesepakatan antara 2 orang pemeriksa (inter-rater reliability) dalam menilai adanya kecemasan dan/atau depresi menggunakan HADS. 2.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di ruang rawat inap maupun di Poliklinik saraf RSUP Sanglah Denpasar pada bulan Maret sampai April 2012 dengan menggunakan data primer dari jawaban kuesioner yang didapatkan dari hasil wawancara dengan sampel. 2.3 Penentuan Sumber Data Penelitian 2.3.1 Populasi Populasi penelitian pada penelitian ini adalah penderita stroke, baik non hemoragik atau hemoragik yang sedang rawat inap di RSUP Sanglah Denpasar maupun rawat jalan di Poliklinik saraf RSUP Sanglah Denpasar. 2.3.2 Kriteria Sampel 2.3.2.1 Kriteria Inklusi Kriteria inklusi : - Penderita dengan kesadaran compos mentis - Penderita yang dapat mengerti dan menggunakan bahasa Indonesia dengan baik 2.3.2.2 Kriteria Eksklusi Kriteria eksklusi antara lain : - Penderita yang mengalami afasia apapun jenisnya - Penderita dengan gangguan fungsi memori - Penderita dengan gangguan pendengaran 2.3.2.3 Sumber Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah pasien dengan diagnosis stroke baik non hemoragik atau hemoragik yang diambil datanya dengan diwawancarai oleh dua orang pemeriksa. 2.3.3 Besar Sampel Jumlah sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini menggunakan ukuran sampel kecil (kurang dari 30 orang), yaitu sebanyak 20 orang. 2.3.4 Teknik Pengambilan Sampel Sampel diambil dengan menggunakan data primer (jawaban kuesioner yang didapatkan dari hasil wawancara dengan sampel) penderita yang memenuhi kriteria inklusi. 2.4 Alat dan Cara Pengumpulan Data Alat pengumpulan data pada penelitian ini berupa skala HADS yang merupakan suatu alat yang digunakan untuk mengidentifikasi ada atau tidaknya kecemasan dan/atau depresi pada responden, dalam hal ini pada penderita stroke. HADS yang digunakan telah diterjemahkan dalam bahasa Indonesia oleh seorang penerjemah. Cara pengumpulan data adalah dengan mengisi kuesioner skala HADS sesuai jawaban penderita sebanyak 2 kali yang dilakukan secara terpisah dan bergantian oleh 2 orang pemeriksa dengan selang waktu kurang lebih 5 menit. Pemeriksa dalam hal ini adalah 2 orang residen PPDS-1 Bagian/SMF Ilmu Penyakit Saraf Fakultas Kedokteran Universitas Udayana/RSUP Sanglah Denpasar yang selanjutnya disebut sebagai pemeriksa I dan II yang telah mendapatkan penjelasan tentang cara melakukan penilaian dengan kuesioner HADS. Waktu yang diperlukan untuk setiap pemeriksaan lebih kurang 5 menit dan hasil penilaian pemeriksa pertama tidak diketahui oleh pemeriksa kedua dan begitu juga sebaliknya. Sebelum wawancara dilakukan, pemeriksa I menjelaskan mengenai tujuan dan cara pemeriksaan skala HADS kepada penderita, dan meminta persetujuan, baik dari penderita sendiri maupun keluarganya. Kemudian pemeriksa I membacakan setiap pernyataan pada kuesioner dan meminta penderita memilih salah satu di antara empat pilihan jawaban yang paling sesuai dengan keadaan penderita saat itu, kemudian menuliskannya pada lembar kuesioner sesuai dengan jawaban penderita. Lima menit setelah wawancara pertama selesai, pemeriksa II mengulangi pengisian kuesioner seperti pemeriksa I dengan melakukan wawancara ulang terhadap penderita. 2.5 Analisa Data
Setelah data diperoleh, dilakukan analisis tingkat kesepakatan antara 2 pemeriksa berdasarkan pada statistik Kappa Cohen yang dihitung dengan mempergunakan program komputer SPSS 15.0. Interpretasi koefisien kesepakatan Kappa Cohen, menggunakan petunjuk Landis dan Koch, yaitu : K < 0 menunjukkan tidak terdapat kesepakatan, 0.0 < K < 0,20 kesepakatan yang buruk, 0,21 < K < 0,40 kesepakatan yang kurang dari sedang, 0,41 < K < 0,60 kesepakatan yang sedang, 0,61 < K < 0,80 kesepakatan yang baik, 0,81 < K < 1,00 kesepakatan yang sangat baik36.
BAB III HASIL
3.1 Hasil Pada bulan Maret sampai April 2012 telah dilakukan penelitian uji reliabilitas skala HADS dengan melakukan wawancara pada penderita stroke di ruang rawat inap maupun poliklinik saraf RSUP Sanglah Denpasar. Sebanyak 20 orang penderita stroke berumur antara 33 sampai 72 tahun diwawancara, dengan jumlah penderita pada rentang usia 31-40 tahun sebanyak 3 orang, 41-50 tahun 5 orang, 51-60 tahun 6 orang, 61-70 tahun 4 orang, dan lebih dari 70 tahun 2 orang, dengan rata-rata umur penderita adalah 53,35 + 2,56 tahun. Penderita laki-laki sebanyak 16 orang (80%) dan perempuan 4 orang (20%). Diagnosis stroke non hemoragik (SNH) pada 13 orang (65%) dan stroke hemoragik (SH) 7 orang (35%). Karakteristik penderita penelitian reliabilitas skala HADS ditunjukkan pada tabel 1.
Tabel 1. Karakteristik Penderita Penelitian Reliabilitas skala HADS Variabel
Umur
Kategori
Penderita(n)
Persentase (%)
31 – 40
3
15
41 – 50
5
25
51 – 60
6
30
61 – 70
4
20
> 70
2
10
Laki-laki
16
80
Perempuan
4
20
SNH
13
65
SH
7
35
Jenis Kelamin
Diagnosis
Setelah dilakukan wawancara oleh pemeriksa pertama, didapatkan sebanyak 8 penderita stroke (40%) mengalami gangguan cemas dan 12 penderita (60%) tidak mengalami gangguan cemas. Sedangkan pemeriksa kedua mendapatkan sebanyak 11 penderita stroke (55%) yang mengalami gangguan cemas dan 9 penderita (45%) tidak mengalami gangguan cemas (tabel 2). Tabel 2. Tabulasi Silang Subskala Kecemasan Pemeriksa I dan II Pemeriksa II
Pemeriksa I
Total
Gangguan Cemas
Tidak
Gangguan Cemas
8
0
8
Tidak
3
9
12
11
9
20
Total
κ = 0,706 Pada pemeriksaan subskala depresi, pemeriksa pertama mendapatkan sebanyak 8 penderita (40%) mengalami depresi, sedangkan sisanya, 12 penderita (60%) tidak mengalami depresi. Pemeriksa kedua mendapatkan 7 penderita (35%) mengalami depresi dan 13 penderita (65%) tidak mengalami depresi (tabel 3). Tabel 3. Tabulasi Silang Subskala Depresi Pemeriksa I dan II Pemeriksa II
Pemeriksa I
Total
Total
Depresi
Tidak
Depresi
6
2
8
Tidak
1
11
12
7
13
20
κ = 0,681
Berdasarkan tabulasi silang yang sudah dilakukan terhadap dua subskala yaitu kecemasan dan depresi, didapatkan nilai koefisien Kappa 0,706 pada subskala kecemasan dan pada subskala depresi 0,681 (tabel 4).
Tabel 4. Nilai Kesepakatan 2 Pemeriksa Skala HADS Subskala
Kappa
p
Kecemasan
0,706
0,001
Depresi
0,681
0,002
Berdasarkan interpretasi koefisien kesepakatan Kappa, 2 subskala pada skala HADS memiliki nilai kesepakatan yang baik (0,61 < K < 0,80). 3.2 Pembahasan Penelitian ini bertujuan untuk mengukur tingkat reliabilitas skala HADS sebagai alat skrining untuk menentukan adanya kecemasan dan/atau depresi pada penderita stroke, baik rawat inap maupun rawat jalan. Alat skrining ini belum pernah diterapkan di Indonesia, sehingga perlu dilakukan uji reliabilitas dalam versi Bahasa Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai koefisien Kappa pada skala HADS subskala kecemasan adalah 0,706 (p < 0,01) dan subskala depresi 0,681 (p < 0,01) dengan interpretasi nilai kesepakatan yang baik pada kedua subskala. Kurangnya kesepakatan pada pemeriksaan kemungkinan disebabkan oleh cara pengisian kuesioner dengan wawancara serta kurangnya pengertian penderita terhadap pernyataan dan pilihan jawaban yang dibacakan oleh pemeriksa. Cara pengisian kuesioner skala HADS biasanya dilakukan oleh penderita sendiri, bukan dengan wawancara, sehingga penderita harus mencerna dan mengingat perkataan pemeriksa sebelum memilih pilihan jawaban yang tersedia. Kurangnya pengertian penderita terhadap pernyataan dan pilihan jawaban yang dibacakan oleh pemeriksa dapat disebabkan oleh tingkat pendidikan penderita maupun gangguan fungsi kognitif yang dapat terjadi sebagai komplikasi stroke. Dalam penelitian ini masih terdapat beberapa kemungkinan bias yang dapat mempengaruhi hasil penilaian, yaitu bias pemeriksa, informan, dan instrumen. Bias pemeriksa misalnya keterampilan berkomunikasi dengan penderita, keterbatasan waktu, dan kelelahan fisik. Bias
informan antara lain keterbatasan waktu dan kejenuhan karena dilakukan pengulangan pemeriksaan yang serupa. Sedangkan jenis pernyataan yang kurang spesifik dapat menjadi bias instrumen disebabkan skala ini belum diterjemahkan secara resmi dan baku ke dalam bahasa Indonesia, sehingga dapat menimbulkan interpretasi yang berbeda pada penderita. Hal-hal ini akan menyebabkan nilai kesepakatan 2 pemeriksa menjadi lemah. Berbagai usaha telah dilakukan untuk dapat mengurangi bias seoptimal mungkin. Bias pada pemeriksa dikurangi dengan cara penjelasan berulang terlebih dahulu dan diskusi mengenai kesulitan-kesulitan yang dijumpai saat pemeriksaan. Pembatasan jumlah informan yang diperiksa agar pemeriksa tidak mengalami kelelahan. Penjelasan maksud dan tujuan penelitian kepada informan juga akan mengurangi bias. Bias instrumen dapat dikurangi dengan menterjemahkan skala HADS ke dalam bahasa Indonesia oleh ahli bahasa Indonesia dan Inggris, kemudian diterjemahkan kembali skala HADS dalam bahasa Indonesia ke bahasa aslinya, yaitu bahasa Inggris oleh penerjemah yang berbeda, dan dibandingkan dengan skala HADS aslinya. Apabila terdapat perbedaan, kata-kata dalam skala HADS versi bahasa Indonesia dapat diperbaiki sehingga pernyataan-pernyataan di dalam skala HADS versi bahasa Indonesia menyerupai bahasa aslinya tanpa mengurangi makna dalam bahasa Indonesia.
BAB IV SIMPULAN
Penelitian dengan rancangan cross-sectional ini menunjukkan bahwa reliabilitas skala HADS dalam bahasa Indonesia, dalam hal ini adalah tingkat kesepakatan antara 2 orang pemeriksa (inter-rater agreement) menunjukkan kesepakatan yang baik, sehingga skala HADS ini dapat digunakan sebagai instrumen pemeriksaan yang reliabel atau dapat dipercaya.
DAFTAR PUSTAKA
1. Murray RM, Kendler KS, McGuffin P, Wessely S, Castle DJ. Essential Psychiatry. Fourth Edition. Cambridge University Press. 2008. Hal. 147, 343 2. Demyttenaere K, Bruffaerts R, Posada-Villa J, dkk. Prevalence, severity, and unmet need for treatment of mental disorders in the World Health OrganizationWorld Mental Health Surveys. JAMA 2004; 291:2581–2590. 3. Kessler RC, Berglund P, Demler O, dkk. Lifetime Prevalence and Age-of-Onset Distributions of DSM IV Disorders in the National Comorbidity Survey Replication. Arch Gen Psychiatry 2005; 62:593–602. 4. Kessler RC, McGonagle KC, Zhao S, dkk. Lifetime and 12-month Prevalence of DSM-III-R Psychiatric Disorders in the United States: Results from the National Comorbidity Survey. Arch Gen Psychiatry 1994; 51:8–19. 5. Alonso J, Angermeyer MC, Bernert S, dkk. Disability and quality of life impact of mental disorders in Europe: results fromthe European Study of the Epidemiology of Mental Disorders (ESEMeD) project. Acta Psychiatr Scand Suppl 2004; 38–46. 6. Lochner C, Mogotsi M, du Toit PL, dkk. Quality of Life in the Anxiety Disorders: A Comparison of Obsessive-Compulsive Disorder, Social Anxiety Disorder, and Panic Disorder. Psychopathology 2003; 36:255–62. 7. Tasman A, Kay J, Lieberman JA, First MB. Psychiatry. Third Edition. Wiley-Blackwell : England. 2008. Hal. 1285-1286 8. Blazer DG, Kessler RC, McGonagle KA, dkk. The Prevalence and Distribution of Major Depression in A National Community Sample: The National Comorbidity Survey. American Journal of Psychiatry 1994; 151:979–986.
9. Andrade L, Caraveo-Anduaga JJ, Berglund P, dkk. The Epidemiology of Major Depressive Episodes: Results from the International Consortium of Psychiatric Epidemiology (ICPE) Surveys. International Journal of Methods in Psychiatric research 2003; 12: 3–21. 10. Mueller TI, Leon AC, Keller MB, dkk. Recurrence After Recovery From Major Depressive Disorder During 15 Years of Observational Follow-Up. Am J Psychiatry 1999; 156 (7):1000–1006. 11. Rodriguez C, Puerta G. Prevalencia de Dintomas de Depresion y Ansiedad en Los Pacientes de Consulta no Psiquiatrica. Rev Col Psiquiatria 1997; XXVI:273–288. 12. Glassman AH, Shapiro PA. Depression and The Course of Coronary Artery Disease. Am J Psychiatry 1998; 155 (1):4–11. 13. Joukamaa M, Heliovaara M, Knekt P, Aromaa A, Raitasalo R, Lehtinen V. Mental Disorders and Cause-Specific Mortality. Br J Psychiatry 2001; 179:498–502. 14. Wulsin LR, Vaillant GE, Wells VE. A Systematic Review of The Mortality of Depression. Psychosom Med 1999; 61 (1):6–17. 15. Mackay J, Mensah G. The Atlas of Heart Disease and Stroke. World Health Organization (WHO). Geneva: WHO. 2004. 16. Donnan GA, Fisher M, Macleod M, Davis SM. Stroke. Lancet 2008; 371:1612–1623. 17. Herrmann N, Black SE, Lawrence J, Szekely C, Szalai JP. The Sunnybook Stroke Study: a prospective study of depressive symptoms and functional outcome. Stroke, 1998; 29:618 – 624. 18. King RB. Quality of life after stroke. Stroke 1996; 27:1467–1472. 19. Kotila M, Numminen H, Waltimo O, Kaste M. Depression After Stroke: Results of The FINNSTROKE Study. Stroke 1998; 29:368 –372. 20. Browne JP, O‟Boyle CA, McGee HM, Joyce CR, McDonald NJ, O‟Malley K, Hiltbrunner B. Individual Quality of Life in The Healthy Elderly. Qual Life Res 1994; 3:235–244. 21. Chang AM, Mackenzie AE. State Self-Esteem Following Stroke. Stroke 1998; 29:2325– 2328. 22. Eccles S, House A, Knapp P. Psychological Adjustment and Self-Reported Coping in Stroke Survivors With and Without Emotionalism. J Neurol Neurosurg Psych 1999; 67:125–126.
23. Ghika-Schmid F, van Melle G, Guex P, Bogousslavsky J. Subjective Experience and Behaviour in Acute Stroke: The Lausanne Emotion in Acute Stroke Study. Neurology 1999; 52:22–28. 24. WHOQoL GROUP. The World Health Organization Quality of Life Assessment (WHOQoL): Position Paper From the World Health Organization. Soc Sci Med 1995; 41:1403–1409. 25. Viitanen M, Fugl-Meyer KS, Bernspång B, Fugl-Meyer AR. Life Satisfaction in Long-Term Survivors After Stroke. Scand J Rehab Med 1988; 20:17–24. 26. Robinson RG. The Clinical Neuropsychiatry for Stroke. Second Edition. Cambridge University Press. 2006. Hal. 319-324 27. Carson AJ, MacHale S, Allen K, dkk. Depression After Stroke and Lesion Location. Lancet 2000; 356:122–126. 28. Narushima K, Kosier JT, Robinson RG. A Reappraisal of Poststroke Depression, Intra- and Inter Hemispheric Lesion Location Using Meta-Analysis. J Neuropsychiatry Clin Neurosci 2003; 15:423–430. 29. Steffens DC, Krishnan KRR, Crump C, dkk. Cerebrovascular Disease and Evolution of Depressive Symptoms in The Cardiovascular Health Study. Stroke 2002; 33:1636–1644. 30. Zigmond AS, Snaith RP. The Hospital Anxiety and Depression Scale. Acta Psychiatr Scand 1983; 67:361-370. 31. Herrmann C. International Experiences with The Hospital Anxiety and Depression Scale-A Review Of Validation Data And Clinical Results. J Psychosom Res 1997; 42:17-41. 32. Zigmond AS, Snaith RP. The HADS: Hospital Anxiety and Depression Scale. Windsor: NFER Nelson. 1994 33. Bjelland I, Dahl AA, Haug TT, Neckelmann D. The Validity of The Hospital Anxiety and Depression Scale. An Updated Literature Review. J Psychosom Res 2002; 52:69-77. 34. Moorey S, Greer S, Watson M, Gorman C, Rowden L, Tunmore R, Robertson B, Bliss J. The Factor Structure and Factor Stability of The Hospital Anxiety and Depression Scale In Patients with Cancer. Br J Psychiatry 1991; 158:255-259. 35. Michopoulos I, Douzenis A, Kalkavoura C, Christodoulou C, Michalopoulou P, Kalemi G, Fineti K, Patapis P, Protopapas K, Lykouras L. Hospital Anxiety and Depression Scale
(HADS): Validation in A Greek General Hospital Sample. Annals of General Psychiatry 2008; 7:4. 36. Landis JR, Koch GG. The Measurement of Observer Agreement for Categorical Data. Biometrics 1977; 33 (1): 159–174.
Lampiran Hospital Anxiety and Depression Scale (HADS)
Name Sex/Age Date
: : :
Please tick or circle the most correct answer. Don‟t spend too long thinking about each answer. Answer as you are feeling now. 1.
2.
3.
4.
5.
I feel tense or „wound Most of the time up‟: A lot of time From time to time, occasionally Not at all
3 2 1 0
A
I still enjoy the things I Definitely as much used to enjoy: Not quite so much Only a little Hardly at all
0 1 2 3
D
I get a sort of frightened feeling as if something awful is about to happen:
3 2 1 0
Very definitely and quite badly Yes, but not too badly A little, but it doesn‟t worry me Not at all
I can laugh and see the As much as I always could funny side of things: Not quite so much now Definitely not so much now Not at all
0 1 2 3
Worrying thoughts go A great deal of the time
3
A
D
A
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
through my mind:
A lot of the time From time to time, but not too often Only occasionally
2 1 0
I feel cheerful:
Not at all Not often Sometimes Most of the time
3 2 1 0
D
I can sit at ease and Definitely feel relaxed: Usually Not often Not at all
0 1 2 3
A
I feel as if I am slowed Nearly all the time down: Very often Sometimes Not at all
3 2 1 0
D
I get a sort of Not at all frightened feeling like Occasionally „butterflies‟ in the Quite often stomach: Very often
0 1 2 3
A
I have lost interest in Definitely my appearance: I don‟t take as much care as I should I may not take quite as much care I take just as much care as ever
3 2 1 0
D
I feel restless as I have Very much indeed to be on the move: Quite a lot Not very much Not at all
3 2 1 0
A
I look forward with As much as I ever did enjoyment to things: Rather less than I used too Definitely less than I used to Hardly at all
0 1 2 3
D
I get sudden feelings Very often indeed of panic: Quite often Not very often Not at all
3 2 1 0
A
I can enjoy a good Often book or radio or TV Sometimes program: Not often Very seldom
0 1 2 3
D
Scoring (add the As = Anxiety. Add the Ds = Depression). The norms below will give you an idea of the level of Anxiety and Depression.
0 – 7 = Normal 8 – 10 = Mild cases 11-15 = Moderate cases 16-21 = Severe cases
Reference : Zigmond and Snaith (1983)
Skala Kecemasan dan Depresi Rumah Sakit “Hospital Anxiety and Depression Scale (HADS)”
Nama Responden : Jenis Kelamin/Umur : Tanggal Pemeriksaan : Beri tanda rumput atau lingkari jawaban yang paling benar. Jangan berpikir terlalu lama untuk masing-masing jawaban. Jawablah seperti yang anda rasakan sekarang.
1.
2.
3.
4.
Saya merasa tegang Hampir selalu atau „sakit hati‟: Sering sekali Dari waktu ke waktu, sekali-sekali Tidak sama sekali
3 2 1 0
A
Saya masih senang Tentu saja sangat suka dengan hal-hal yang Tidak begitu suka dulu saya sukai: Hanya sedikit suka Hampir tidak suka sama sekali
0 1 2 3
D
Saya mendapat semacam perasaan takut seolah-olah ada sesuatu yang mengerikan akan terjadi:
3 2 1 0
A
0 1
D
Tentu saja dan sungguh tidak mengenakkan Ya, tetapi tidak begitu buruk Sedikit, tetapi tidak membuat saya khawatir Tidak sama sekali
Saya bisa tertawa dan Sebanyak yang saya selalu bisa lakukan melihat sisi lucu dari Tidak terlalu bisa sekarang
sesuatu hal:
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
Tentu saja tidak begitu banyak sekarang Tidak sama sekali
2 3
Ada pikiran takut Terlalu sering melintas di pikiran Sering saya : Dari waktu ke waktu, tetapi tidak terlalu sering Hanya sekali-sekali
3 2 1 0
Saya merasa ceria:
Tidak sama sekali Tidak sering Kadang-kadang Hampir selalu
3 2 1 0
D
Saya bisa duduk Tentu saja nyaman dan merasa Biasanya santai Tidak sering Tidak sama sekali
0 1 2 3
A
Saya merasa seperti Hampir selalu saya dibuat lambat Sering kali Kadang-kadang Tidak sama sekali
3 2 1 0
D
Saya ada semacam perasaan takut seperti rasa muak dalam perut:
Tidak sama sekali Sekali-sekali Agak sering Sering sekali
0 1 2 3
A
Saya tidak tertarik Tentu saja lagi dengan Saya tidak sepeduli seperti yang semestinya penampilan saya: Saya mungkin tidak begitu peduli Saya hanya peduli seperti yang sudah-sudah
3 2 1 0
D
Saya merasa gelisah Gelisah luar biasa karena saya harus Agak gelisah sibuk: Tidak terlalu gelisah Tidak sama sekali
3 2 1 0
A
Saya ingin senang Sebanyak yang saya bisa lakukan dengan sesuatu: Agak kurang dari pada yang pernah saya lakukan Tentu saja kurang daripada yang pernah saya lakukan Hampir tidak sama sekali
0
Saya merasakan panik:
3 2 1
tiba-tiba Sering sekali perasaan Agak sering Tidak terlalu sering
A
1 D 2 3
A
Tidak sama sekali 14.
Saya bisa menikmati Sering buku atau acara radio Kadang-kadang atau TV yang bagus: Tidak sering Jarang sekali Penilaian (Jumlahkan A = Kecemasan; Jumlahkan D = Depresi). Norma-norma di samping ini akan memberikan ide tentang sejauh mana kecemasan dan depresi Anda
Sumber : Zigmond dan Snaith (1983)
0 0 1 2 3 0 – 7 = Normal 8 – 10 = Kasus ringan 11-15 = Kasus sedang 16-21 = Kasus berat
D