1
REFLEKSI MUSIKAL ANAK DARI BANGKU SEKOLAH SAMPAI MEDIA TELEVISI Syahrul Syah Sinaga *
Abstrak Fenomena perkembangan dunia lagu pop membahana melalui media televisi. Khalayaknya menyeluruh dari usia anak sampai orang dewasa. Kelebihan mencolok dari aneka lagu pop adalah lagu itu mudah dinyanyikan oleh semua orang terlebih lagi anak-anak. Segi positif dari merebaknya lagu-lagu pop bagi anak, di antaranya adalah menambah perbendaharaan kata meskipun kadang makna atau pesan dari lirik lagu tidak dimengerti. Kemampuan anak dalam menyanyikan lagu-lagu pop umumnya tidak didapatkan dari pembelajaran Kerajinan Tangan dan Kesenian (KTK) di sekolah. Pembelajaran KTK di samping waktunya relatif terbatas, masih ada keterbatasan guru dalam membelajarkan materi lagu. Refleksi musikal anak terhadap lagu-lagu pop lebih banyak didapat dari luar bangku sekolah. Kata kunci: Refleksi musikal, dunia anak, bangku sekolah, dan media televisi
Pendahuluan Mengamati lagu-lagu yang dinyanyikan anak-anak belakangan ini cukup memberikan gambran fenomena pluralistik dari berbagai ragam jenis lagu. Pengamatan terhadap lagu anak-anak yang membanjir belakangan ini, baik melalui media audio visual maupun yang lain, muncul banyak kritik yang menganggap bahwa lagu anak-anak yang berkembang sekarang ini baik secara langsung maupun tidak langsung, muatan lirik atau syairnya kurang mempertimbangkan unsur paedagogik. Pada tingkat usia anak, melalui siaran audio visual lagu anak yang “baik” semakin jarang bisa disaksikan di stasiun televisi. Proses dari meniru lagu-lagu yang berkembang yang umumnya didapat dari media televisi, dengan beberapa ekspresi pembawaannya menimbulkan berbagai pertanyaan yang cukup mendasar. Di antara pertanyaan itu adalah: (1) mengapa anak-anak mampu menyanyikan atau bahkan menyukai lagulagu yang nota-bene kurang sesuai bila dikaitkan dengan usia perkembangan anak, (2) dari mana proses meniru lagu-lagu itu didapatkan dan dipelajari anak, (3) bagaimana pembelajaran Kerajinan Tangan dan Kesenian, khususnya pembelajaran lagu-lagu anak-anak pada saat diajarkan di kelas, (4) bagaimana peran serta keluarga dan masyarakat dalam perkembangan lagu-lagu. Pembahasan Refleksi Musik di Sekolah Sebuah lagu bisa mempengaruhi pendengarnya, apalagi jika pendengarnya anak-anak yang sedang dalam masa pertumbuhan dan perkembangan. Bagi anak menyanyi adalah hal yang menyenangkan dan merupakan salah satu sarana untuk berekspresi. Lirik lagunya merupakan sumber
2
informasi yang mampu mengajarkan tentang berbagai hal, seperti keindahan alam, kondisi lingkungan keluarga, kondisi lingkungan tempat tinggal, dan lain sebagainya. Menyinggung pembelajaran melalui lagu-lagu di Taman Kanak-kanak (TK), seorang guru TK harus mampu mengajarkan tema-tema yang telah digariskan dalam kurikulum melalui lagu-lagu itu. Pelaksanaan pembelajarannya, harus dapat dilakukan dengan cara bermain sambil belajar. Ada dua puluh macam tema yang perlu disampaikan oleh guru pada anak didiknya. Pada Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), tema-tema itu disederhanakan menjadi sebelas tema. Seorang guru taman kanak-kanak harus memiliki keterampilan khusus dalam mengkaitkan semua kegiatannya dalam bentuk kegiatan belajar, yang semuanya itu harus tetap berpijak pada tematema yang telah ditentukan. Permasalahan klasik yang dihadapi oleh guru adalah tidak semua guru menguasai dan mampu mengajarkan tema-tema itu kepada peserta didik dengan baik dan benar. Permasalahan lain, minimnya lagu-lagu yang “sesuai“ dengan tema yang harus diajarkan. Kesebelas tema yang harus diajarkan di TK adalah berkait dengan: (1) diri sendiri, (2) lingkungan, (3) kebutuhan, (4) binatang, (5) tanaman, (6) rekreasi, (7) pekerjaan, (8) air, udara, dan api, (9) alat komunikasi, (10) tanah airku, dan (11) alam semesta. Tema-tema tersebut, tertuang dalam lirik atau teks sebuah lagu. Pembelajaran tema-tema jika dikaitkan pada sebuah lagu sebenarnya bisa dikaitkan ke dalam tema-tema yang lainnya seperti pada lagu yang diciptakan oleh A.T Mahmud di bawah ini: Lagu 1. Pemandangan
A.T Mahmud
Memandang alam dari atas bukit Sejauh pandang ku lepaskan Sungai tampak berliku, sawah luas membentang Bagai permadani di kaki langit Gunung menjulang Berpayung awan Oh indah pemandangan Pesan-pesan dari lagu “Pemandangan” tersebut berisi tema alam semesta, juga mengandung unsur tema lingkungan. Lagu 2.
Ambilkan Bulan Ambilkan bulan bu Ambilkan bulan bu Yang slalu bersinar di langit
*
Penulis adalah dosen Jurusan Sendratasik Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Semarang
3
Di langit bulan benderang Cahyanya sampai ke bintang Ambilkan bulan bu Untuk menemani Tidurku yang lelap di malam gelap Pesan-pesan dari lagu “Ambilkan Bulan” tidak secara jelas mampu menggambarkan dari tematema di atas, akan tetapi pesan lagu juga dapat dikategorikan ke dalam tema alam, diri sendiri, dan lingkungan. Seto Mulyadi seorang psikolog yang akhir-akhir ini rajin mencipta lagu anak-anak mengakui, semula lagu-lagunya tidak langsung melejit di pasaran. Hal ini dikarenakan semua lirik atau syair lagunya masih berorientasi pada lingkungan informal pada anak-anak yang duduk dalam bangku sekolah. Dari hasil pengamatan yang mendalam pada kemampuan berbahasa, psikologi perkembangan anak dan perkembangan lagu-lagu yang sedang “in” di televisi, Seto Mulyadi atau kak Seto berguru pada Papa T. Bob; kak Seto baru mampu mengorbitkan salah satu lagunya yang berjudul “Macet Lagi” (Setyorini 1993:39). Seni musik sebagai salah satu mata pelajaran KTK mempunyai peran yang sangat penting, yakni sebagai (1) kebutuhan dasar pendidikan manusia, (2) pemenuhan kebutuhan dasar estetika, (3) pengembangan sikap dan kepribadian, dan (4) determinan terhadap kecerdasan lainnya. Namun demikian implikasi pendidikan musik tidak mungkin terlepas dari kondisi masyarakat dan lingkungan pendukungnya. Oleh karena itu pengembangan tujuan pendidikan seni musik hendaknya berdasarkan nilai-nilai gagasan (cita-cita dan tingkat kedewasaan) siswa, dan pola-pola hidup kreatif melalui latihanlatihan. Dengan kata lain tujuan pendidikan musik hendaknya diarahkan pada pemahaman sepenuhnya terhadap seni berdasarkan nilai-nilai budaya setempat, sehingga memberi peluang pada siswa (peserta didik) maupun guru untuk melakukan kegiatan kreatif. Kegiatan kreatif merupakan manifestasi dari kemampuan berkomunikasi siswa dengan sesama maupun dengan lingkungannya. Pendidikan seni musik yang diajarkan di sekolah perlu difokuskan pada perhatian akan kebutuhan dan kemampuan/bakat siswa beserta fenomena yang sedang berkembang di masyarakat atau mengikuti tuntutan zaman (Sumaryanto 2001:28). Kreativitas anak pada tataran usia sekolah lanjutan yang nota-bene peralihan menuju remaja, dalam mencari jati diri salah satunya adalah melalui musik. Media pelajar MOP yang diterbitkan Yayasan Purnama Depdikbud Jawa Tengah, dalam beberapa artikel maupun beberapa judul lagu, pada umumnya hanya memuat dari jenis musik Rock, Jazz seperti pada terbitan no. 238 tahun XX Juni 2002 dengan judul lagu “Kau Pikir Kaulah Segalanya” dari grup Edane, no. 231 judul lagu “Virus” dari
4
kelompok Slank, No. 227 dengan judul lagu “Asal British” yang dimainkan kelompok Jamrud, no 229 dengan judul “Sesuatu Yang Indah” dari kelompok Padi, dan no. 247 tahun XXI Maret 2003, dengan judul artikel “Las Ketchup Beken Lagunya Beken Tariannya” yang berasal dari Cordoba Spanyol. Dari beberapa contoh di atas, MOP sebagai media pelajar, akankah memuat lagu-lagu daerah atau lagu “asli Indonesia” dan bisa diajarkan melalui mata pelajaran KTK? Harapan dari pembelajaran musik di sekolah setidaknya dapat digunakan untuk (1) menata suasana hati, (2) meningkatkan hasil belajar yang diinginkan, (3) menyoroti hal-hal penting. Hasil yang diperoleh anak dari kegiatan bermain musik di samping sebagai ekspresi emosional juga mampu meningkatkan semangat, merangsang pengalaman, menumbuhkan relaksasi, meningkatkan fokus materi pelajaran, membina hubungan, menemukan tema untuk hari itu, memberi inspirasi, dan bersenang-senang. Refleksi Musikal di Lingkungan Keluarga Rasa musikal di lingkungan keluarga pada tempo dulu, umumnya disampaikan baik melalui lagulagu maupun cerita-cerita yang mengandung pesan-pesan moral, maupun religius pada saat meninabobokan anaknya, dengan sumber cerita budaya setempat maupun lagu-lagu daerah. Hasil dari rekaman pesan-pesan yang disampaikan orang tua bagi anak mampu menjadikan pola-pola tindakan yang positif dan memotivasi anak terhadap semua kegiatan di sekolah. Pesan-pesan moral khususnya melalui lagu anak-anak di lingkungan keluarga juga didapatkan di sekolah pada saat guru mengajarkan hal yang sama, sehingga ada hubungan yang baik antara materi dari lingkungan keluarga dan lingkungan sekolah. Lagu anak-anak yang didapat anak dari lingkungan sekolah maupun keluarga umumnya memiliki ciri-ciri syair atau lirik lagu yang mudah dinyanyikan, mudah dihafal serta bentuk melodi maupun harmoninya masih sederhana yang mengekspresikan emosi tentang keindahan alam, lingkungan keluarga, dan komunikasi serta tema-tema yang berorientasi pada perkembangan anak. Ekspresi dari syair yang mudah ditiru terdapat pada syair lagu yang diikuti alur melodi yang tidak melompat dengan memanfaatkan ritmis yang diulang-ulang (Mahmud 1994:1-2). Lagu anak-anak dengan beberapa ekspresi seperti di atas, pada tingkat sekarang ini mungkin perlu ditata ulang dan dikaitkan dengan usia perkembangan anak, serta tema-tema yang terkait dengan aktivitas anak yang didapat dari lingkungan masyarakat maupun media televisi. Seperti dikatakan Seto Mulyadi bahwa tingkat perkembangan anak yang cukup kompleks membutuhkan beragam jenis lagu yang mampu menampung ekspresi musikal anak, seperti halnya dengan perjalanan melodi yang tidak mengalun akan tetapi harus dinamis.
5
Salah satu kebutuhan anak dalam mengembangkan kemampuan meniru atau sebagai kemampuan kreativitas di bidang seni musik khususnya musik-musik populer, proses meniru lagu-lagu populer, didapatkan anak umumnya bukan dari lingkungan sekolah seperti halnya yang diajarkan oleh guru seni musik. Lagu-lagu yang ditiru dan dikuasai umumnya didapatkan dari lingkungan masyarakat di mana siswa tinggal, maupun melalui media elektronik seperti CD, TV, dan media masa yang lainnya. Pesan-pesan dari lagu yang dipelajari dan diperoleh dari hasil meniru, realitanya masih terbatas pada kemampuan anak dalam meniru pada unsur-unsur lagu seperti halnya pola irama, melodi lagu, maupun harmonisasi lagu, sementara teks atau lirik dari lagu dan kemampuan memainkan maupun dalam mengolah lagu-lagu yang dipelajarinya masih kurang mendapatkan perhatian. Secara jujur, kemampuan dari proses meniru sebenarnya merupakan salah satu dari kemampuan kreativitas siswa di bidang musik baik yang positip maupun yang negatip tergantung dari berbagai sudut pandang. Untuk menuju hal-hal yang positip, sangat dibutuhkan arahan-arahan, maupun wadah yang tepat baik di sekolah maupun lingkungan masyarakatnya. Orang tua dari kelompok status ekonomi menengah ke atas merasa bahwa berbicara (menyanyi) sangat penting sehingga mereka memacu anak-anaknya untuk berbicara atau menyanyi lebih baik dengan memperbaiki setiap ucapan yang salah, memperbaiki kesalahan tata bahasa dan mendorong untuk berperan serta dalam setiap pembicaraan yang bersifat umum. Siaran radio dan televisi memberi contoh yang baik bagi penambahan kosa kata anak yang lebih besar sebagaimana anak-anak prasekolah. Radio dan televisi juga mendorong untuk didengarkan secara seksama, sehingga kemampuan untuk mengerti apa yang dikatakan oleh orang lain meningkat. Setelah anak belajar membaca (menyanyi ), ia menambah kosa kata baru dan terbiasa dengan bentuk kalimat yang benar. Setelah anak mulai sekolah kata-kata yang salah pengertian, penambahan kosa kata umum yang terjadi secara tidak teratur, biasanya cepat diperbaiki oleh guru (Hurlock1994:151). Realita dari ekspresi musikal anak yang didapatkan dari orang tua sudah kian menipis. Jika pada masa-masa dulu seorang ibu pada saat menidurkan putranya diantar dengan senandung lagu-lagu seperti “Nina Bobo”, “Cicak di Dinding”, dan lagu-lagu lainnya atau dengan ceritera “si Kancil Nyolong Ketimun” yang dilakukan sebagai penghantar tidur, sekarang ini sudah jarang dilakukan. Umumnya penghantar tidur diganti dengan tayangan yang ada di media televisi, ataupun media lainnya. Refleksi Musikal Dari Media Televisi Pertelevisian sebagai salah satu produk teknologi dan industri sejak kelahirannya sudah memiliki karakteristik sebagai hiburan. Kultur baru yang dibawa televisi melalui program siarannya tumbuh begitu cepat dan mempengaruhi masyarakat pemirsa. Hal ini sebenarnya tidak mengejutkan karena kebudayaan televisi memiliki substansi yang sebetulnya sudah dikenal sejak lama sebelum kebudayaan
6
tulis atau cetak menggesernya. Substansi dari kebudayaan televisi adalah ekspresi dengan menggunakan bahasa verbal dan visual sekaligus. Substansi serupa terdapat dalam kebudayaan lisan. Masa itu disebut oleh Walter Ong sebagai kebudayaan lisan pertama sementara zaman lahirnya teknologi audio visual sekarang ini disebut sebagai kebudayaan lisan ke dua (Wibowo 2000:7). Melihat kecenderungan negatif dari medium/siaran televisi yang terkait dengan ekspresi anakanak seperti dikemukakan oleh Neil Postman dan Jerry Mander, semestinya televisi dapat mendorong perkembangan lagu-lagu untuk diekspresikan sesuai dengan usia perkembangan anak sehingga lagulagu yang “baik” mampu diserap sehingga anak yang dalam usia menuju remaja mampu mendorong tingkat kreativitasnya mengarah pada lagu-lagu yang positif. Televisi sebagai salah satu dari media pendidikan merupakan media yang cukup efektif dalam menyerap berbagai informasi. Tanpa disadari sebagian besar anak gemar menonton televisi daripada bermain sendiri. Sebuah hasil penelitian pada anak yang menonton televisi (Hurlock 1994) menunjukkan bahwa, kegiatan menonton televisi menimbulkan pengaruh yang baik, seperti meningkatkan pengetahuan dan meluaskan suatu minat. Sebaliknya akibat buruknya adalah kurangnya latihan, ketegangan syaraf, tidak dapat tidur, dan menerima pola-pola perilaku yang tidak sosial sebagai suatu norma ( Hurlock 1994:137). Media tanpa membaca seperti televisi, tampaknya akan jauh lebih effisien dibandingkan media baca tulis. Artinya cara yang paling effisien dan mudah untuk memberdayakan bangsa ini kemungkinan adalah melalui media suara gambar seperti radio dan televisi yang lebih mudah dicerna mereka baik yang berpendidikan maupun bukan. Concept community radio/televisi dapat menjadi alternatif solusi bagi pemberdayaan bangsa menuju knowledge based society. Gambaran kehidupan masyarakat semakin lama semakin maju dan dapat mempengaruhi perkembangan budaya mereka. Kehidupan generasi sebelumnya sangat berpengaruh dalam pendidikan anak yang merupakan tanggung jawab orang tua dan masyarakat. Sejalan dengan perkembangan musik sebagai bagian dari siaran televisi mengandung banyak keterkaitan dengan lembaga masyarakat. Musik atau lagu sebagai bagian dari budaya masyarakat memiliki unsur-unsur pendidikan sikap dan tingkah laku anak dalam mengadaptasi budaya leluhur mereka. Menurut pakar teori perkembangan anak Lawrence (1998:123) yang berkaitan dengan ekspesi syair lagu anak-anak, anak-anak menempuh lima tahap dalam menggunakan kemampuan berbahasa. Kelima tahap itu (1) mula-mula dialog pribadi, (2) kemudian berbicara ditujukan pihak lain, (3) bertanya, (4) memberi perintah kepada diri sendiri sambil mengerjakan sesuatu, dan (5) mengatakan sesuatu menjadi pikiran yang (Lawrence 1998:123).
tidak dikeluarkan/tanpa suara atau dialog dengan diri sendiri tanpa suara
7
Penutup Pengalaman musik yang didapatkan siswa (peserta didik) pada kenyataannya tidak hanya diperoleh secara penuh dari bangku sekolah seperti yang tertuang dalam kurikulum mulai dari pendidikan di Taman Kanak-kanak maupun Sekolah Lanjutan, akan tetapi juga dari lingkungan keluarga dan masyarakat. Dengan berkembangnya arus informasi dari media elektronik televisi, ekspresi musikal anak berkembang sesuai dengan berkembangnya lagu-lagu yang sedang “in” dan tidak bisa dibendung. Sekolah sebagai jalur pendidikan formal seharusnya mampu meningkatkan kreativitas anak mulai dari pendidikan di Taman Kanak-kanak sampai Sekolah Lanjutan Atas dan mampu sebagai wadah menyalurkan bakat maupun ekspresi anak, baik melalui kegiatan intra maupun ekstra kurikuler, sehingga keahlian meniru dari program media televisi mampu tersalurkan sebagai bentuk kreativitas sesuai dengan tingkat usia perkembangan anak.
Daftar Pustaka Hurlock. 1994. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga Lawrence, E. 1998. Mengajarkan Emotional Intelligence Pada Anak. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama Mahmud. 1994. Musik I. Jakarta: Depdikbud. Onno W. P, Kawi B. “Land Reform di Dunia Informasi Elektronika” dalam Republika. April 2000 Setyorini, L. 1993. Musik dan Perkembangan Psikologi Anak. Jakarta: Ayah Bunda Sumaryanto, F. “Tes Bakat Musik: Studi Pengembangan Tes Baku Pada Siswa SD Kodya Semarang”. Disertasi untuk Memperoleh Gelar Doktor Pada Universitas Negeri Jakarta. 2001. Wibowo, F. 2000. Seni Pertunjukan dan Media. Makalah Seminar Nasional STSI Surakarta