REDUPLIKASI BERVARIASI BUNYI DALAM BAHASA JAWA DI KLATEN Oleh : Dra. Nanik Herawati, M.Hum.
PENDAHULUAN Bahasa Jawa adalah bahasa yang masih dipakai dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Jawa, yang mampu berfungsi untuk bekerja sama, untuk
Bahasa
Jawa
banyak
menggunakan
pengulangan atau duplikasi atau reduplikasi di dalam proses morfologisnya. Proses morfologis yang lain adalah afiksasi dan pemajemukan. Reduplikasi atau
berkomunikasi, dan megidentifikasikan diri. Bahasa
pengulangan adalah proses morfologis dengan
Jawa masih bersifat produktif. Salah satu cirri bahasa
menghasilkan bentuk baru berupa kata ulang. Adapun
yang hidup adalah bersifat produktif, artinya sebagai
yang dimaksud proses morfologis adalah proses
system dari unsure-unsur yang jumlahnya terbatas dapat dipakai secara tidak terbatas oleh pemakainya (Kentjono, 1985: 3). Bahasa secara umum bersifat dinamis dan mengalami perubahan dan perkembangan, begitu pula bahasa Jawa juga mengalami perubahan dan bersifat dinamis. Bahasa Jawa merupakan salah satu bahasa daerah di Indonesia, wilayah pemakaiannya meliputi Yogyakarta, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Karena
pembentukan kata (baru) dengan pengubahan bentuk dasar tertentu yang berstatus morfem bermakna leksikal dengan alat pembentuk yang juga berstatus morfem tetapi dengan kecenderungan bermakna gramatikal dan bersifat terikat (Sudaryanto, 1991: 18). Uhlenbeck (1982) dan Edi Subroto (1985) menyebut proses pengulangan kata dengan istilah duplikasi. Sudaryanto (1991), Ramlan (1987), Soepomo Poedjosoedarmo (1981), dan Simatupang
wilayah pemakaian yang sangat luas menyebabkan
91983) menyebut proses pengulangan kata dengan
timbulnya dialek dan idiolek. Adapun dialek-dialek
istilah reduplikasi. Penulis beranggapan bahwa
bahasa Jawa antara lain, dialek Banyumasan, dialek
pengertian duplikasi, pengulangan, dan reduplikasi
Yogya- Solo, dialek Surabaya, dialek Madiun. Masing-masing dialek mempunyai perbedaan, yang sangat menonjol pada tataran fonologi dan leksikal.
adalah sama. Dalam hal ini penulis cenderung menggunakan istilah reduplikasi, karena yang dimaksud reduplikasi adalah proses pengulangan kata.
Peneliti mengadakan penelitian tentang
Bila dilihat dari wujud kata berulang dan
reduplikasi kata kerja bervariasi bunyi di wilayah Klaten,
kesesuaianya dengan bentuk dasarnya, dapat
Jawa Tengah. Karena Klaten terletak di tengah-tengah wilayah Yogya-Solo maka dialeknyapun menggunakan dialek Yogya- Solo.. Hal ini bisa dimaklumi, karena
dibedakan menjadi empat morfem ulang. Keempat morfem ulang ters ebut adalah reduplikasi penuh (R), reduplikasi bervariasi bunyi (Rv), reduplikasi parsial
secara histories jaman dulu wilayah Klaten termasuk
(Rp), reduplikasi parsial bervariasi bunyi (Rpv)
wilayah keraton Surakarta. Secara geografis Klaten
(Sudaryanto, 1991: 30)
memang lebih dekat ke Yogya.
Dra. Nanik Herawati, M.Hum. : adalah Dosen Progdi. Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah Konsentrasi Bhs. Jawa UNWIDHA Klaten
Magistra No. 72 Th. XXII Juni 2010 ISSN 0215-9511
81
Reduplikasi Bervariasi Bunyi Dalam Bhs. Jawa di Klaten
Berdasarkan bentuknya ada lima tipe
‘hasil belanja’; topi ‘topi’- tetopen ‘memakai topi’;
reduplikasi dalam bahasa Jawa (Soepomo
bathi ‘untung’- bebathen ‘hasil untung’; saji ‘saji’-
Poedjosoedarmo, 1981: 209), yaitu Dwipurwa (DP),
sesajen ‘makanan untuk sesaji’. Wong ‘orang’- wong-
Dwilingga (DL), Dwilingga Salin Swara (DLS),
wongan ‘memedi sawah’; omah ‘rumah’ – omah-
berimbuhan, dan Dwiwasana (DW).
omahan ‘mainan rumah-rumahan’; kanthi ‘gandeng’-
Dwipurwa adalah proses perulangan yang
kanthen-kanthenan ‘saling bergandengan’; kathok
dibentuk dengan mengulangi suku pertama dari kata
‘celana’-kathok-kathokan ‘saling memakaikan
dasar, misalkan laku’jalan’- lelaku ‘sekarat’, kudhung
celana’; dulang ‘suap’- dulang-dulangan ‘suap-
‘kerudung’-kekudhung ‘berkerudung’, putu ‘cucu’-
suapan’; cenges ‘membuat malu’- cengengesan ‘ suka
peputu ‘bercucu’, saji ‘saji’- sesaji ‘sesaji’, dawa
tertawa’; penthung ‘pemukul’- pethunthung’ tiba-tiba
‘panjang’-dedawa ‘perpanjang’.
membesar ’ ndhepis ‘pinggir ’- ndhepipis ‘
Dwilingga merupakan proses perulangan yang
bersembunyi di tempat yang pinggir’.
dibentuk dengan mengulang seluruh kata dasar.
Perulangan yang dibentuk dengan mengulang
Contoh kata ulang dwilingga antara lain, ijo ‘hijau’-
suku akhir pada kata dasar disebut dwiwasana. Contoh
ijo-ijo ‘sayuran’; putih ‘putih’- putih-putih ‘hantu’;
dwiwasana antara lain jekut ‘dingin’-njekukut ‘ dingin
resik ‘bersih’-resik-resik ‘bersih-bersih’; pacul
sekali’; celek ‘dibuat malu’- celelek ‘ berkesan nakal’;
‘cangkul’-pacul-pacul ‘cangkul-cangkul’; gunting
bedhug
‘gunting’- gunting-gunting ‘menggunting berulang-
menggelembung membesar’.
ulang’.
‘
kendang
besar ’-
bedhudhug
‘
Seperti telah disebutkan di atas bahwa salah
Dwilingga salin swara adalah proses
satu bentuk perulangan bahasa Jawa adalah
perulangan yang dibentuk dengan mengulang seluruh
reduplikasi bervariasi bunyi atau pengulangan
kata dasar dengan perubahan pada salah satu atau
bervariasi bunyi, lebih khusus lagi reduplikasi kata
seluruh vocal dari kata dasar tersebut. Contoh
kerja bervariasi bunyi dan reduplikasi kata benda
dwilingga salin swara antara lain, madhang ‘makan’
bervariasi bunyi. Tentang reduplikasi kata kerja dan
-modhang-medheng ‘berkali-kali makan’; manak
kata benda bervariasi bunyi akan dibahas lebih
‘beranak ‘-monak-menek ‘berkali kali punya anak’ ;
mendalam pada penelitian ini. Adapun contoh
bengok ‘teriak’- bengak-bengok ‘berkali-kali teriak’;
reduplikasi kata kerja bervariasi bunyi antara lain
nembang ‘nyanyi’-nembang-nembeng ‘bernyanyi
ngguya-ngguyu dari kata ngguyu, mloya-mlayu dari
berulang-ulang’; mlayu ‘berlari’-mloya-mlayu
kata mlayu, nyuntak-nyuntek dari kata nyuntak,
‘berlari-lari’.
ngomba-ngombe dari kata ngombe, nyota-nyoto dari
Perulangan berimbuhan bentuknya bisa berupa dwipurwa, dwilingga, dwilingga salin swara, dan dwiwasana yang disertai dengan awalan, sisipan, akhiran, atau bahkan awalan dan akhiran. Contoh kata
kata nyoto. Sedangkan contoh redupilkasi kata benda dalam bahaa Jawa antara lain kocang –keceng, iwakiwek, dondang-dendeng, becak-becek, rokak-rokok, kolah-koleh.
ulang berimbuhan antara lain, tuku ‘beli’-tetukon
82
Magistra No. 72 Th. XXII Juni 2010 ISSN 0215-9511
Reduplikasi Bervariasi Bunyi Dalam Bhs. Jawa di Klaten
Di dalam proses perulangan bervariasi bunyi
dasarnya adalah kata yang pertama yaitu iwak, pak,
juga terdapat bentuk kata yang tidak sama dengan
ngidak, mbak, dan mak. Sedangkan kata modhang-
bentuk dasarnya. Kata ulang yang bentuknya berbeda
medheng, mongan-mengen, mothak-mathek, kocang-
dari kata dasar adalah modhang-medheng, bentuk
keceng telah berubah dari bentuk dasarnya, karena
dasarnya bukan modhang atau medheng melainkan
bentuk dasar kata tersebut adalah madhang, mangan,
madhang; jojan-jejen bentuk dasarnya bukan jojan
mathak, kacang.
atau jejen melainkan jajan; mongan-mengen bentuk
Berdasarkan contoh-contoh di atas maka ada
dasarnya bukan mongan atau mengen melainkan
beberapa bentuk kata ulang bahasa Jawa yang menarik
mangan, ngorang-ngareng bentuk dasarnya bukan
untuk diteliti dan dikaji lebih lanjut.
ngorang atau ngereng melainkan ngarang. Kocangkeceng bentuk dasarnya bukan kocang atau keceng melainkan kacang, dondang-dandeng bentuk dasarnya bukan dondang atau dandeng melainkan dandang, kromas-kremes bentuk dasarnya bukan kromas atau kremes tetapi kramas. Mothak-mathek bentuk dasarnya bukan mothak atau mathek melainkan mathak, joran-jeren bentuk dasarnya bukan joran atau jeren melainkan jaran, bontal-bantel bentuk dasarnya bukan bontal atau bantel melainkan bantal.
PENGERTIAN REDUPLIKASI Ada beberapa ahli bahasa yang mendefinisikan tentang reduplikasi atau pengulangan. Sudaryanto (1991: 38) mengatakan bahwa reduplikasi adalah pengulangan yang berfungsi sebagai pembentuk kata baru dengan bentuk dasar sebagai tumpuannya. Ramlan (1983: 55) mengatakan bahwa reduplikasi atau proses pengulangan adalah pengulangan satuan gramatik, baik seluruhnya
Berdasarkan contoh di atas bisa dilihat bahwa
maupun sebagian, baik dengan variasi fonem maupun
kata ulang bervariasi bunyi bentuk kata ulang
tidak. Pengulangan di sini bisa hanya mengulang
bervariasi itu bisa yang berubah kata yang pertama
sebagian saja atau bisa juga mengulang morfem secara
misalkan ngguya-ngguyu, mesam-mesem, mocal-
keseluruhan.
macul, ngguntang-ngguting kata-kata itu berasal dari ngguyu, mesem, macul, nggunting. Bisa juga yang berubah bentuk yang kedua, misalkan iwak-iwek, pak-
Ada beberapa ahli bahasa yang mendefinisikan pengulangan kata. Seperti Edi Subroto (1991) menyebut pengulangan kata dengan istilah
pek mbak-mbek, mak-mek, ngidak-ngidek. Bahkan
reduplikasi. Uhlenbeck (1983:126) mengemukakan
yang berubah dua-duanya atau dengan kata lain sama
bahwa tidak ada alasan yang membedakan antara
sekali berbeda dari bentuk dasarnya, misalkan modhang-medheng, mongan-mengen, mothakmathek, kocang-keceng. Ngguya-ngguyu, mesammesem, mocal-macul, ngguntang-nggunting kata dasarnya pada bentuk kedua, yaitu ngguyu, mesem, macul, nggunting. Iwak-iwek, pak-pek, ngidakngidek, mbak-mbek, mak-mek yang menjadi bentuk
Magistra No. 72 Th. XXII Juni 2010 ISSN 0215-9511
bentuk reduplikasi dan bentuk reduplikasi secara semantic. Poedjosudarmo, dkk. (1975: 209) mengatakan bahwa reduplikasi adalah proses perulangan bentuk dasar baik sebagian m aupun keseluruhan. Pengulangan sebagian bisa bervariasi bunyi atau tanpa
83
Reduplikasi Bervariasi Bunyi Dalam Bhs. Jawa di Klaten
variasi bunyi. Begitu pula pengulangan seluruhnya bisa bervariasi bunyi atau tanpa variasi bunyi.
JENIS REDUPLIKASI Sudaryanto (1991:39-40) menyatakan bahwa
Dari uraian di atas dapat dikemukakan bahwa
ada empat bentuk morfem ulang dalam bahasa Jawa,
reduplikasi dapat juga dikatakan duplikasi atau
yakni (i) reduplikasi penuh, (2) Reduplikasi bervariasi
pengulangan kata. Ada empat macam morfem ulang
bunyi, (3) reduplikasi parsial, dan (iv) reduplikasi
dalam bahasa Jawa, yang dibedakan satu sama lain
parsial bervariasi bunyi.
atas wujudnya atau dengan kata lain kata dipandang dari kesesuaiannya dengan bentuk dasar yang dikenai proses pengulangan, yaitu(i) reduplikasi penuh, (ii) reduplikasi bervariasi bunyi, (iii) reduplikasi parsial, dan (iv) reduplikasi parsial bervariasi bunyi. Reduplikasi penuh berarti morfem ulang wujudnya sama persis dengan bentuk dasar yang dikenai proses pengulangan, misalnya kata meja ‘meja’ menjadi meja-meja’meja-meja’; alon ‘pelan’ bila diulang menjadi alon-alon ‘pelan-pelan’. Reduplikasi bervariasi bunyi morfem ulang yang agak berbeda dengan morfem dasar yang dikenai proses pengulangan, misalkan kata turu ‘tidur’ diulang menjadi tura-turu’hanya tidur terus’ pada contoh ini terlihat bahwa morfem dasarnya turu diulang menjadi tura sehingga bentuk perulangannya menjadi turaturu. Reduplikasi parsial adalah morfem ulang yang sebagian diulang wujud fonemisnya sama dengan wujud fonemis penggalan bentuk dasar yang dikenai proses pengulangan, misalkan laku ‘jalan’ diulang parsial menjadi lelaku ‘sekarat’; lara ‘sakit’ diulang secara parsial menjadi lelara’penyakit’. Reduplikasi parsial berarti yang mengalami duplikasi hanya sebagian suku kata. Apabila yang diulang awal suku kata pertama maka dinamakan reduplikasi Dwipurwa, misalkan tetuku ‘membeli’, jejamu ‘minum jamu’, tetulung ‘berulang kali menolong’, reresik ‘berulang kali membersihkan’, kekudhung ‘berkerudhung’.
Ramlan membedakan pengulangan kata menjadi empat bentuk, yakni (i) pengulangan seluruh bentuk dasar atau dikatakan pengulangan seluruhnya tetapi tanpa proses afiksasi, misalkan lunga ‘pergi’ menjadi lunga-lunga ‘pergi-pergi , adus ‘mandi’ menjadi adus-adus’ mandi-mandi’.(2) pengulangan sebagian bentuk dasarnya saja tanpa mengulang morfem secara keseluruhan atau dapat dikatakan pengulangan sebagian, misalkan kata sorah’bicara’ menjadi sesorah ‘berbicara’; (3) pengulangan dengan proses afiksasi disebut juga Pengulangan dengan afiksasi, misalkan mlaku ‘jalan’ diulang menjadi mlaku-mlaku ‘berjalan-jalan’; (iv) pengulangan dengan perubahan bentuk morfem atau juga disebut pengulangan bervariasi bunyi, misalkan ngguyu ‘tertawa’ menjadi ngguya-ngguyu ‘ tertawa-tawa’. Bengok’teriak’ diulang menjadi bengak-bengok’ berteriak-teriak. Soepomo Poedjosoedarmo, dkk (1979: 209213) mengelompokkan pengulangan dalam bahasa Jawa ke dalam 5 jenis, yakni: (1) Dwipurwa, adalah proses perulangan yang dibentuk dengan mengulangi suku pertama dari bentuk dasarnya. Pada perulangan dwipurwa ini biasanya mengalami peribahan vocal, misalkan kata tuku ‘beli’ diulang menjadi tetuku ‘beli-beli’ di sini terlihat adanya perubahan vocal yang seharusnya tutuku tetapi menjadi tetuku vocal / u/ berubah menjadi vocal /e/; laku ‘jalan’ menjadi
84
Magistra No. 72 Th. XXII Juni 2010 ISSN 0215-9511
Reduplikasi Bervariasi Bunyi Dalam Bhs. Jawa di Klaten
lelaku ‘prihatin’ seharusnya laku menjadi lalaku,
Perhatikan contoh kata ulang bervariasi bunyi berikut
di sini terlihat adanya perubahan vocal yang
ini:
seharusnya lalaku menjadi lelaku vocal /a/
(1)
tura-turu ‘tidar-tidur’
(2)
mloya-mlayu’berlari-lari’
(3)
tonga-tangi ‘sering bangun’
(4)
ngguya-ngguyu ‘senyam-senyum’
(5)
bogas-bagus’berulang berkata bagus’
(6)
boyam-bayem ‘berulang bicara bayam’
yang dibentuk dengan mengulangi seluruh kata
(7)
cekal-cekel’berulang mencejal’
dasar dengan mengalami perubahan pada salah
(8)
jiwat-jiwit’berulangkali mencubit’
satu atau seluruh vocal dari kata dasar tersebut.
(9)
plerak-plerok’berkali-kali melotot’
berubah menjadi vocal /e/. (2) Dwilingga, adalah proses perulangan yang dibentuk dengan mengulangi seluruh kata dasar tanpa mengalami perubahan, misalkan kata turu ‘tidur’ menjadi turu-turu ‘tidur-tidur’. (3) Dwilingga salin swara, adalah proses perulangan
Perubahan vocal itu bisa pada kata pertama, bisa juga pada kata kedua, misalkan bengok ‘teriak’ menjadi bengak-bengok ‘teriak-teriak; sayur ‘sayur’ menjadi sayur-mayur ‘bermacam-macam
(10) ciblak-ciblok ‘berkali-kali jatuh’ (11) monak-manuk ‘berulangkali becara burung’ (12) ida-idu ‘berulangkali meludah’
sayur ’bisa juga mengalami perubahan dari
(13) ijlag-ijlig ‘berulangkali datang’
bentuk dasarnya madhang ‘makan’ menjadi
(14) bengak-bengok ‘berteriak-teriak’
modhang-medheng ‘makan-makan’.
(15) sendak-sendok ‘banyak sendok’
(4) Perulangan berimbuhan, wujudnya bisa dwipurwa, dwilingga, dwilingga salin swara disertai dengan prefiks, infiks, sufiks, maupun konfiks, misalkan dolan menjadi dolan-
(16) celak-celuk ‘panggil-panggil’ (17) coblak-cablek ‘berulang menyablek’ (18) cidhak-cidhuk ‘berulang mengambil air’
dinolan’saling bermain’; dijiwat-jiwit’dicubat-
(19) jowal-jawil ‘berulang menepuk’
cubit-.
(20) odas-adus ‘sering mandi’
(5) Dwiwasana, adalah proses perulangan yang
(21) lunggah-lungguh ‘duduk-duduk’
dibentuk dengan mengulangi suku akhir pada
(22) pijat-pijet ‘berkali-kali pijat’
kata dasarnya. Cenges menjadi cengenges.
(23) rokak-rokok ‘rokok terus’ (24) nyopa-nyapu ‘sering menyapu’
BENTUK REDUPLIKASI BERVARIASI BUNYI Reduplikasi bervariasi bunyi atau perulangan
(25) ngguntang-nggunting berkali-kali menggunting (26) nyuwak-nyuwek ‘menyobek-nyobek’
berubah bunyi adalah proses perulangan dengan
(27) gosak-gosok ‘gosok-gosok’
mengulangi seluruh kata dasar dengan mengalami
(28) montar-montor ‘sering mengucapkan montor’
perubahan pada vocal kata pertama, vocal kata kedua,
(29) ngondhang-ngandhong ‘berkali-kali naik
atau bahkan vocal kata pertama dan kedua berubah.
Magistra No. 72 Th. XXII Juni 2010 ISSN 0215-9511
andong’
85
Reduplikasi Bervariasi Bunyi Dalam Bhs. Jawa di Klaten
(30) micak-micek ‘sering tidur’
(16) edan-eden ‘gila’
(31) midhat-midhut ‘bergerak-gerak saja ada unsure
(17) omah-omeh ‘banyak rumah’
gemuknya’
(18) dolan-dolen ‘sering main’
Dari contoh di atas dapat dilihat bahwa
(19) iwak-iwek ‘berkali-kali berkata ikan’
sebenarnya kata yang pertamalah yang mengalami
(20) pak-pek ‘sering memanggil pak’
perubahan bunyi. Semula bentuk kata-kata itu adalah
(21) rujak-rujek ‘berulang kali dilang rujak’
turu, tangi, mlayu, ngguyu, bengok, sendok, celuk,
(22) rusak-rusek ‘berulangkali rusak’
adus, lungguh, nyapu, nggunting, nyuwek, gosok, montor, ngandhong.
(23) mas-mes ‘sering memanggil mas’ (24) mbak-mbek ‘sering memanggil mbak’
Selain bentuk pertama yang berubah juga ada reduplikasi bervariasi bunyi bentuk kata kedua yang mengalami perubahan. Perulangan ini dibentuk
(25) gedhang-gedheng ‘pisang terus’ (26) midak-midek ‘berkali-kali menginjak’
dengan mengulang seluruh bentuk dasar tetapi
Dari contoh kata di atas dapat dilihat bahwa
mengalami perubahan vocal pada kata kedua,
bentuk kata kedualah yang mengalami perubahan
misalkan:
vocal. Semula kata itu adalah utang, setan, rusak,
(1)
utang-uteng ‘sering hutang’
doyan, ajur, edan, omah, dolan, iwak, pak, mas, mbak,
(2)
setan-seten ‘berkali-kali menyebut setan’
gedhang, dan midak..
(3)
cedhak-cedhek’selalu dekat’
(4)
udan-uden ‘hujan terus’
(5)
omah-omeh ‘selalu bicara rumah’
(6)
obah-obeh ‘selalu bergerak’
(7)
owah-oweh ‘selalu berubah’
(8)
midak-midek ‘selalu menginjak’
(9)
mripat-mripet ‘selalu berkata mata’
Reduplikasi Bervariasi Bunyi sama sekali berbeda dengan bentuk dasar. sekali bentuk katanya berbeda dengan bentuk dasar, misalkan:
(10) rusak-rusek ‘rusak terus’ (11) simbah-simbeh’simbah terus’ (12) simak-simek ‘ibu terus’ (13) nggambar-nggamber
‘berulangkali
menggambar’ (14) doyan-doyen ‘berkali-kali mengucapkan doyan’ (15) ajur-ajer ‘hancur’
Proses perulangan bervariasi bunyi yang sama
(1)
modhang-medheng
(2)
bokar-baker
(3)
monak-menek
(4)
bopak-bepek
(5)
kocang-keceng
(6)
mongan-mengen
(7)
sonak-senek
(8)
tongan-tangen
(9)
odang-adeng
(10) jojan-jejen (11) kokang-kekeng
86
Magistra No. 72 Th. XXII Juni 2010 ISSN 0215-9511
Reduplikasi Bervariasi Bunyi Dalam Bhs. Jawa di Klaten
Makna penekanan dapat muncul pada proses
(12) bombang-bembeng (13) joran-jeren (14) jombak-jembek (15) ponas-panes (16) bontal-bantel (17) dondan-danden
perulangan penuh atau dwilingga maupun perulangan bervariasi bunyi , proses perulangan itu menimbulkan arti penekanan. Contohnya: Adhiku wiwid esuk mung ngguntang-nggunting buku wae. ‘Adiku sejak pagi hanya mengguntingi kertas terus’, ngguntangnggunting mengalami proses penekanan.
(18) kodang-kadeng
Adapun beberapa makna yang timbul akibat
(19) tombal-tambel
proses reduplikasi antara lain:
(20) ngloras-nglares
1.
Menyatakan makna sering atau berulang-ulang seperti perbuatan yang tersebut pada bentuk
(21) bowing-baweng
dasarnya, misalkan: Kata-kata tersebut sama sekali berbeda dari
(1) Wiwid mau Parmin bengak-bengok wae
bentuk dasarnya, karena tidak ada bentuk mongan atau
nyeluk adhine.
mengen, tongan atau tangen, odang atau adeng, jojan
Bengak-bengok maknanya berulangkali
atau jajen, kokang atau kakeng, bombang atau
berteriak.
bembeng, joran atau jeren, bowang atau baweng,
(2) Ibu lagi nggunting-nggunting kain kanggo
ngloras atau nglares yang ada adalah mangan, tangan,
gawe serbet.
adang, jajan, kakang, bambang, jaran, bawang,
Nggunting-nggunting
nglaras.
maknanya
berulangkali menggunting. (3) Tuti nyuwek-nyuwek godhong gedhang.
MAKNA REDUPLIKASI
Nyuwek-nyuwek maknanya berulang-ulang Pada proses pengulangan atau reduplikasi akan
menyobek
timbul makna baru akibat proses morfologis tersebut. Pada bentuk reduplikasi inputnya berupa bentuk dasar sedangkan outputnya berwujud kata ulang. Menurut Soepomo (1980} bahwa makna perulangan ada tiga, yakni makna pluralis, makna penekanan, dan makna
2.
Menyatakan makna perbuatan seperti tersebut pada bentuk dasarnya, dilakukan dengan senang, santai, dan seenaknya, misalkan: (1) Jaka saben esuk mung lungguh-lungguh ana
ketidaktentuan. Makna pluralis yang timbul akibat
ngarep omah.
proses perulangan kata benda menunjukkan bahwa
Lungguh-lungguh mempunyai makna
kata itu mempunyai jumlah banyak. Kalau proses itu
makukan perbuatan duduk dengan santai,
muncul dalam kata kerja maka arti pluralitas
senang, dan seenaknya.
menunjukkan tindakan yang dilakukan oleh pelaku lebih dari satu kali atau berulang-ulang (1980: 91).
Magistra No. 72 Th. XXII Juni 2010 ISSN 0215-9511
(2) Yen ana wektu longgar dheweke tansah mlaku-mlaku karo kancane.
87
Reduplikasi Bervariasi Bunyi Dalam Bhs. Jawa di Klaten
Mlaku-mlaku mempunyai makna melakukan
5.
perbuatan berjalan dengan enak, santai, dan
dengan perasaan emosi, misalkan:
semaunya.
(1) Bocah kok saben dina mung tura-turu.
(3) Dina Minggu Anisa masak-masak karo
Tura-turu berarti melakukan tidur dan
kancane.
diucapkan dengan emosi yang jengkel.
Masak-masak
menmpunyai
makna
(2) Karman bisane mung modhang-medheng
melakukan perbuatan masak dengan enak
wae, tanpa biyantu apa-apa.
dan santai . 3.
Menyatakan perbuatan seperti bentuk dasar
Menyatakan
Modhang-medheng berarti melakukan makna
bermacam-macam,
makan diucapkan dengan emosi jengkel.
misalkan:
(3) Sawise nyambut gawe Pardi senengane lunga-lunga terus.
(1) Budhe Tati mundhut sayur - mayur neng pasar.
Lunga-lunga berarti sering pergi diucapkan
Sayur-mayur berarti bermacam-macam
dengan jengkel.
sayur. (2) Kembang-kembang padha subur ditandur neng omahe Lea. Kembang-kembang berarti bermacammacam bunga.
4.
Selain bentuk-bentuk reduplikasi bervariasi bunyi seperti sudah dibahas di depan, dalam bahasa Jawa juga terdapat beberapa kata yang bentuknya seperti reduplikasi dalam bahasa Jawa, tetapi setelah dianalisis dan dicari bentuk dasarnya tidak ada maka
(3) Kewan-kewan pada ngiyup neng ngisor wit.
barulah nampak bahwa kata tersebut bukan kata ulang
Kewan-kewan berarti bermacam-macam
melainkan kata atau bahkan ada yang mengatakan kata
hewan.
ulang semu. Kata ulang semu seperti contoh berikut
Menyatakan makna banyak, misalkan (1) Pager-pager padha di cet ijo. Pager-pager berarti banyak pagar (2) gendheng-gendheng padha tiba jalaran ana angina gedhe. Gendheng-gendhen berarti banyak genting. (3) andhong-andhong direngga gendera. Andhong-andhong berarti banyak andhong
ini. (1) thunak-thunuk (2) gana-gini (3) srowal-srowol (4) ginak-ginuk (5) gela-gelo (6) gana-gini (7) pringas-pringis (8) midhat-midhut (9) morat-marit (10) cenunak-cenunuk
88
Magistra No. 72 Th. XXII Juni 2010 ISSN 0215-9511
Reduplikasi Bervariasi Bunyi Dalam Bhs. Jawa di Klaten
JENIS REDUPLIKASI Kata ulang bervariasi bunyi dalam bahasa Jawa dapat berupa kata kerja, kata benda, kata sifat, dan keterangan. Di depan telah dikatakan bahwa yang akan dibahas hanyalah kata ulang bervariasi bunyi kategori kata kerja dan kata benda. 1.
Reduplikasi Kata Kerja Bervariasi Bunyi dalam Bahasa Jawa Tidak setiap kata kerja dalam bahasa Jawa bisa dijadikan reduplikasi bervariasi bunyi. Namun bila dibandingkan dengan jenis kata dalam bahasa Jawa, bentuk kata kerjalah yang paling produktif dijadikan perulangan bervariasi bunyi. Table berikut merupakan reduplikasi kata kerja bervariasi bunyi dalam bahasa Jawa. Tabel 1. Reduplikasi Verba Bervariasi Bunyi No
Input
Output
Makna
1.
turu
tura-turu
selalu tidur
2.
manthuk
monthak-manthuk
mengangguk-angguk berulang
3.
mlayu
mloya-mlayu
berlari-lari
4.
maca
moca-maca
berulangkali membaca
5.
njawil
njowal-njawil
berkali-kali menepuk
6.
mangan
mongan-mengen
selalu makan
7.
mati
mota-mati
berulang kali mati
8.
masak
mosak-mesek
berulangkali masak
9.
mathak
mothak-mathek
berulangkali melempar
10.
manak
monak-manek
berulang kali melahirkan
11.
nulis
nulas-nulis
berulang kali menulis
12.
nabuh
nobah-nabuh
berulang kali menabuh
13.
nabrak
nobrak-nabrek
berulang kali menabrak
14.
ngrokok
ngrokak-ngrokok
berulang kali merokok
15.
ngaji
ngoja-ngaji
berulang kali ngaji
16.
ngambung
ngombang-ngambung
berulang kali mencium
17.
ngacung
ngocang-ngacung
berkali-kali menunjukkan jari
18.
nyuwek
nyuwak-nyuwek
berkali-kali merobek
19.
nyawuk
nyowak-nyawuk
mengambil air dengan tangan
20
nyokot
nyokat-nyokot
berulangkali menggigit
21.
njiwit
njiwat-njiwit
berulangkali mencubit
22.
nguyuh
nguyah-nguyuh
berulangkali kencing
23.
ngompol
ngompal-ngompol
berulangkali ngompol
Magistra No. 72 Th. XXII Juni 2010 ISSN 0215-9511
89
Reduplikasi Bervariasi Bunyi Dalam Bhs. Jawa di Klaten
24.
ngrokok
ngrokak-ngrokok
berulangkali merokok
25.
adus
odas-adus
berulangkali mandi
26
njawil
njowal-njawil
berulangkali menepuk
27.
nyablek
nyoblak-nyablek
berulangkali menepuk
28.
nggeblek
nggeblak-nggeblek
berulangkal memukul pantat
29.
njewer
njowar-njewer
berulangkali menjewer telinga
30.
slenthik
slenthak-slenthik
berulangkali mengucapkan slenthik
Perhatikan pemakaian kata tura-turu, ngrokak-ngrokok, nyokat-nyokot, njiwat-njiwid, odas-adus, njowal-njawil pada kalimat berikut. (1) Wiwit mau esuk mung tura-turu wae! ‘ Sejak tadi pagi hanya tidur saja”. (2) Kancane padha pasa kok malah ngrokak-ngrokok wae. ‘Temannya semua puasa kok merokok melulu’. (3) Adhiku sing cilik dhewe gusine gatel, mula wiwit mau nyokat-nyokot terus. ‘adik saya yang paling kecil gusinya gatal, maka sejak tadi nggigit terus. (4) Dik Lulu wiwid mau mung njiwad-njiwid ibune. ‘Dik Lulu sejak tadi hanya mencubit ibunya’ (5) Wong awake panas kok njaluk odas-adus wae. ‘Orang badannya panas kok minta mandi terus’. (6). Budi wiwid mau njowal-njawil bapake, kon mundhutke bal. ‘Budi sejak tadi meneuk-nepuk Ayahnya , disuruh membeli bola. 2.
Reduplikasi Nomina Bervariasi Bunyi dalam Bahasa Jawa Reduplikasi Nomina bervariasi bunyi sebagian besar mempunyai makna berkali-kali atau berulang kali secara kuantitatif. Di bawah ini merupakan reduplikasi nomina bervariasi bunyi.
90
Magistra No. 72 Th. XXII Juni 2010 ISSN 0215-9511
Reduplikasi Bervariasi Bunyi Dalam Bhs. Jawa di Klaten
Tabel 2 Reduplikasi Nomina Bervariasi Bunyi dalam Bahasa Jawa No
Input
Output
Makna
1.
apem
opam-apem
berulangkali mengucapkan apem
2.
asem
osam-asem
berulangkali mengucapkan asem
3.
anak
onak-anek
berulangkali mengucapkan anak
4.
bapak
bopak-bepek
berulangkali memanggil bapak
5.
bakso
boksa-bakso
berulangkali mengucapkan bakso
6.
bokong
bokang-bokong
berulangkali mengucapkan bokong
7.
Budi
Buda-budi
berulangkali memanggil Budi
8.
cacing
cocang-cacing
berulangkali mengucapkan cacing
9.
codhot
codhat-dodhot
berulangkali mengucapkan codhot
10.
camat
comat-camet
berulangkali mengucapkan camat
11.
cagak
cogak-cagek
berulangkali mengucapkan cagak
12.
dami
doma-dami
berulangkali mengucapkan dami
13.
duren
duran-duren
berulangkali mengucapkan duren
14.
dhuku
dhuka-dhuku
berulangkali engucapkan duku
15.
dhakon
dhokan-dhakon
berulangkali mengucapkan dakon
16.
Endang
Endang-endeng
berulangkali memanggil Endang
17.
Eri
Era-Eri
berulangkali memanggil Eri
18.
ebi
eba-ebi
berulangkali mengucapkan ebi
19.
gludhug
gludhag-gludhug
berulangkali terdengar gludhug
20.
endhog
endhag-endhog
berulangkali mengatakan endhog
21.
ibu
iba-ibu
berulangkali mengucapkan ibu
22.
iwak
iwak-iwek
berulangkali mengucapkan iwak
23.
kembang
kembang-kembeng
berulangkali mengucapkan kembang
24.
pit
pat-pit
berulangkali mengucapkan pit
25.
andhong
ondhang-andhong
berulangkali mengucapkan andhong
26.
pitik
pitak-pitik
berulangkali mengucapkan pitik
27.
dara
dora-dara
berulangkali mengucapkan dara
28.
macan
mocan-macen
berulangkali mengucapkan macan
29.
singa
singa-singo
berulangkali mengucapkan singa
30.
bebek
bebak-bebek
berulangkali mengucapkan bebek
Magistra No. 72 Th. XXII Juni 2010 ISSN 0215-9511
91
Reduplikasi Bervariasi Bunyi Dalam Bhs. Jawa di Klaten
LETAK KATA DASAR REDUPLIKASI
11.
idak-idek
idak
12.
tas-tes
tas
13.
endhas-endhes
endhas
14.
waras-wiris
waras
15.
jenang-jeneng
jenang
waras-wiris, Letak Kata dasar juga bisa di belakang
16.
wajan-wejen
wajan
pada proses reduplikasi bervariasi bunyi disebut
17.
omah-omeh
omah
regresif seperti berikut, tura-turu, mloya-mlayu,
18.
lemah-lemeh
lemah
19.
obat-obet
obat
20.
dolan-dolen
dolan
21.
kembang-kembeng
kembang
22.
gedhang-gedheng
gedhang
23.
gelang-geleng
gelang
24.
gelas-geles
gelas
25.
sikat-siket
sikat
yang letaknya di belakang. Kata dasar di depan
26.
jungkat-jungket
jungkat
juga disebut progesif.
27.
lemah-lemeh
lemah
28.
endhas-endhes
endhas
29.
uyah-uyeh
uyah
30.
obah-obeh
obah
BERVARIASI BUNYI Letak kata dasar pada proses reduplikasi bervariai bunyi bisa di depan disebut progresif seperti omah-omeh, dolan-dolen, mas-mes, mbah-mbeh, mbak-mbek, pak-pek, bocah-boceh, iwak-iwek,
nggorang-nggoreng, ngrokak-ngrokok, bengakbengok, ngomba-ngombe, nongas-nangis, ployanplayon. 1.
Kata Dasar di Depan (Progresif) Kata dasar di depan, maksudnya adalah pada proses reduplikai bervariasi bunyi itu kata dasarnya berada di depan kata ulang. Dengan demikian yang berubah bunyi adalah kata ulang
Tabel 3. Kata Dasar Terletak di Depan Kata Ulang No
Reduplikasi
Kata Dasar di Depan
1.
omah-omeh
omah
2.
obah-obeh
obah
3.
owah-oweh
owah
4.
pak-pek
pak
5.
mak-mek
mak
6.
mas-mes
mas
7.
mbak-mbek
mbak
8.
mbah-mbeh
mbah
9.
kang-keng
kang
10.
iwak-iwek
iwak
92
2.
Kata Dasar di Belakang (Regresif) Selain bentuk progesif, kata dasar juga ada yang berbentuk regresif. Regresif maksudnya kata dasarnya terletak di belakang kata ulang.
Magistra No. 72 Th. XXII Juni 2010 ISSN 0215-9511
Reduplikasi Bervariasi Bunyi Dalam Bhs. Jawa di Klaten
Tabel 4. Kata Dasar Terletak di Belakang Kata Ulang No
Reduplikasi
Kata Dasar
1.
mondhag-mandheg
mandheg
2.
jiwat-jiwit
jiwit
3.
lirak-lirik
lirik
4.
iba-ibu
ibu
5.
ngomba-ngombe
ngombe
6.
ngulak-ngulek
ngulek
7.
ngrokak-ngrokok
ngrokok
8.
muna-muni
muni
9.
gonta-ganti
ganti
10.
celak-celuk
celuk
11.
ngecat-ngecet
ngecet
12.
ngepat-ngepit
ngepit
13.
plerak-plerok
plerok
14.
mesam-mesem
mesem
15.
iba-ibu
ibu
16.
monthak-manthuk
manthuk
17.
mota-mati
mati
18.
ndengengak-ndengengek ndengengek
19.
cidhak-cidhuk
cidhuk
20.
celak-celuk
celuk
21.
ngguntang-nggunting
nggunting
22.
mocal-macul
macul
23.
nyopa-nyapu
nyapu
24.
odas-adus
adus
25.
nelpan-nelpon
nelpon
Magistra No. 72 Th. XXII Juni 2010 ISSN 0215-9511
26.
nulas-nulis
nulis
27.
plorak-plorok
plorok
28.
jerak-jeruk
jeruk
29.
opal-apel
apel
30.
ngodag-ngadeg
ngadeg
31.
monak-manuk
manuk
32.
kucang-kucing
kucing
33.
tikas-tikus
tikus
34.
wedhas-wedhus
wedhus
35.
pitak-pitik
pitik
36.
sopa-sapi
sapi
37.
odas-adus
adus
38.
ondhang-andhong
andhong
39.
gluthak-gluthuk
gluthuk
40.
debag-debog
debog
41.
omban-amben
amben
42.
kosar-kasur
kasur
43.
ngomba-ngombe
ngombe
44.
ngetak-ngetik
ngetik
45.
sendak-sendok
sendok
46.
pirang-piring
piring
47.
powan-pawon
pawon
48.
konca-kanca
kanca
49.
mocal-macul
macul
51.
mlorak-mlorok
mlorok
52.
mesam-mesem
mesem
53.
nyuwak-nyuwek
nyuwek
54.
nyundhal-nyundhul
nyundhul
55.
nguyah-nguyuh
nguyuh
93
Reduplikasi Bervariasi Bunyi Dalam Bhs. Jawa di Klaten
C. Reduplikasi sama sekali Berbeda dengan Bentuk Dasar Berpola /a/ /a/ Selain kata dasar yang terletak di depan kata ulang, ada juga kata dasar yang terletak di belakang kata ulang. Selanjutnya juga ada bentuk dasar yang sama sekali berbeda dengan bentuk reduplikasinya. Perhatikan bentuk tabel berikut Tabel 5. Reduplikasi Bervariasi Bunyi Bentuknya Berbeda dengan kata dasarnnya No.
Bentuk Kata Ulang
Kata Dasar
21.
nyowang-nyaweng
nyawang
22.
mosang-maseng
masang
23.
mbolang-mbaleng
mbalang
24.
dondang-dandeng
dandang
25.
nggombar-nggamber
nggambar
26.
nyondhang-nyandheng
nyandhang
27.
jongan-jangen
jangan
28.
obang-abeng
abang
29.
sonak-sanek
sanak
30.
tongan-tangen
tangan
31.
brombang-brambeng
brambang
1.
modhang-madheng
madhang
32.
sobar-saber
sabar
2.
mongan-mangen
mangan
33.
monak-manek
manak
3.
joran-jaren
jaran
34.
sowah-saweh
sawah
4.
jojan-jejen
jajan
35.
bokar-baker
bakar
5.
bopak-bepek
bapak
36.
cokar-caker
cakar
6.
bombang-bembeng
bambang
37.
jombak-jambek
jambak
7.
monak-manek
manak
38.
nggombar-nggamber
nggambar
8.
mosak-masek
masak
39.
komar-kamer
kamar
9.
mothak-mathek
mathak
40.
nyowang-nyaweng
nyawang
10.
mocan-macen
macan
11.
kocang-kaceng
kacang
12.
kodang-kadeng
kadan
bervariasi bunyi yang bentuk dasarnya sama
13..
mborang-mbareng
mbarang
sekali berbeda dengan bentuk kata ulangnya
14.
mbolang-mbaleng
mbalang
15.
mbosang-mbaseng
mbasang
16.
dolan-dalen
dalan
17.
lotar-later
latar
18.
gojah-gajeh
gajah
19.
sondal-sandel
sandal
20.
lowang-laweng
lawang
94
Dari data di atas ternyata kata ulang
mempunyai pola suku pertama dan kedua berpola /a/ /a/ dan diakhiri dengan konsonan, misalkan sawah sowah-saweh, kamar komarkamer, cakar cokar-caker
Magistra No. 72 Th. XXII Juni 2010 ISSN 0215-9511
Reduplikasi Bervariasi Bunyi Dalam Bhs. Jawa di Klaten
MAKNA REDUPLIKASI BERVARIASI BUNYI DALAM BAHASA JAWA Makna pada reduplikasi bervariasi bunyi menunjukkan makna kuantitatif, intensitas perasaan, dilakukan dengan santai, dengan senang hati. Makna yang paling produktif adalah makna yang berhubungan dengan makna frekuentatif, yakni makna yang dilakukan atau diucapkan berulang-ulang baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Makna yang lain adalah intensitas perasaan dan makna perbuatan itu dilaksanakan dengan tidak sungguh-sungguh. a.
Makna Pluralitas Makna pluralitas yang muncul bila bentuk dasar kata benda menunjukkan bahwa kata itu berjumlah banyak. Bila proses itu muncul pada kata kerja maka makna pluralis menunjukkan tindakan atau perbuatan yang dilakukan oleh pelaku lebih dari satu kali atau berulang kali. Tabel 5. Makna Pluralitas 1.
onak-anek
anak
mengucapkan anak berulang
2.
bombang-bambeng
bambang
berulang mengucapkan bambang
3.
nyelap-nyelup
nyelup
menyelup berulang
4.
nelpan-nelpon
nelpon
berulang menelpun
5.
bopak-bapek
bapak
berulang mengucapkan bapak
6.
mbak-mbok
mbok
berulang memanggil mbok
7.
mota-mati
mati
berulangkali mati
8.
omah-omeh
omah
berulang mengucapkan omah
9.
as-es
es
berulang minta es
10.
susa-susu
susu
berulang meminta susu.
Magistra No. 72 Th. XXII Juni 2010 ISSN 0215-9511
95
Reduplikasi Bervariasi Bunyi Dalam Bhs. Jawa di Klaten
b.
Makna Ketidaktentuan Makna ketidaktentuan dapat muncul pada proses perulangan bervariasi. Biasanya makna tersebut ditentukan oleh makna yang menunjukkan tindakan, tujuan tindakan, dan frekuensi tindakan. Seperti tabel berikut. Tabel 6. Makna Ketidaktentuan No.
3.
Bentuk Ulang
Bentuk Dasar
Makna
1.
kipas-kipes
kipas
dengan seenaknya mengipas-ngipas
2.
mubang-mubeng
mubeng
berputar tidak menentu
3.
lunggah-lungguh
lungguh
duduk terus-terusan
4.
nyoplak-nyaplok
nyaplok
makan melulu
5.
monggat-manggut
manggut
mengangguk-angguk
6.
mloya-mlayu
mlayu
berlari tidak menentu
7.
ngomba-ngombe
ngombe
minum melulu
Makna Intensitas Perasaan Makna itu berkaitan erat dengan perasaan seperti yang disebutkan pada bentuk dasar kata ulang tersebut Tabel 7. Makna Itensitas Perasaan
96
No.
Bentuk Ulang
Bentuk Dasar
Makna
1.
ngguya-ngguyu
ngguyu
tersenyum-senyum
2.
nesa-nesu
nesu
marah-marah
3.
nongas-nangis
nangis
menangis
4.
kesal-kesel
kesel
mengeluh capai
5.
mbotan-mbatin
mbatin
membatin
6.
midhat-midhut
midhut
bergerak ada gemuknya
7.
klesak-klesik
klesik
berbisik-bisi
Magistra No. 72 Th. XXII Juni 2010 ISSN 0215-9511
Reduplikasi Bervariasi Bunyi Dalam Bhs. Jawa di Klaten
KESIMPULAN Proses reduplikasi bervariasi bunyi dalam bahasa Jawa ada bermacam-macam bentuk, yaitu: 1.
Abdul Chaer, 1984. Linguistik Umum, Jakarta: Rineka Cipta
Letak bentuk dasar dalam proses reduplikasi bisa di depan yang disebut regresif dan ada pula letak bentuk dasar di belakang atau juga disebut progesif.
2.
DAFTAR PUSTAKA
Bentuk dasarnya ada juga yang sama sekali berbeda dengan bentuk kata ulang, misalnya modhang-madheng bentuk dasarnya madhang. Tampak pada contoh kata tersebut bila dirunut
Aminuddin, 1990. Pengembangan Penelitian Kualitatif dalam Bidang Bahasa dan Sastra. Malang. Hiski & Yayasan Asah Asih Asuh. Edi Subroto D. 1985. Transposisi dari Adjektiva Menjadi Verba dan Sebaliknya dalam bahasa Jawa. Jakarta: Universitas Indonesia
kata modhang-madheng bukan berasal dari modhang juga bukan berasal dari madheng. 3.
pada proses reduplikasi bervariasi bunyi menimbulkan berbagai makna, antara lain: (1) bermakna pluralitas baik secara kuantitatif maupun kualitatif, (2) menyatakan tindakan yang dilakukan dengan santai, seenaknya, dan tanpa tujuan tertentu, (3) dan bermakna intensitas perasaan.
Magistra No. 72 Th. XXII Juni 2010 ISSN 0215-9511
97