Rancang Bangun Jaringan MPLS VPN dengan Simulasi GNS3 Dyah Sukowati (
[email protected]) I Putu Kusuma Negara (
[email protected]) Athailah (
[email protected]) Magister Ilmu Komputer Universitas Budi Luhur Jakarta Abstraksi Technology Multi Protocol Label Switching (MPLS) on a Virtual Private Network (VPN) compensate for the shortcomings found in traditional VPN.By using MPLS VPN we can make a connection where the user does not need to be connected end-to-end with separate connection, thereby saving creation of new links.Overlapping IP, the process of fast switching, and data security factor is another reason when choose of MPLS VPN. The advantages of MPLS VPN is no need to configure the VPN for each point, so implementation is easier. This journal discusses about how to build MPLS network that can serve MPLS VPN using simulation software GNS3. GNS3 is a simulation software that can run on the OS (Operating System) layer, this software runs on Cisco routers running IOS software that can simulates real-world or in accordance with the cisco router. Keywords : Multi Protocol Label Switching (MPLS),MPLS Virtual Private Network (VPN).
I. PENDAHULUAN Perkembangan telekomunikasi saat ini sangat pesat seiring dengan kebutuhan manusia yang beraneka ragam layanan dalam pengiriman dan penerimaan data serta kebutuhan akan jaringan dengan kapasitas dan kecepatan transfer data yang tinggi. Meningkatnya penggunaan Interface Ethernet yang digunakan oleh berbagai konektivitas perangkat komputer maupun laptop, baik dalam jaringan LAN (Local Area Network) dan WAN (Wide Area Network) di seluruh dunia sehingga dibutuhkan suatu jaringan yang menyediakan koneksi interface ethernet. Teknologi Multi-Protocol Label Switching (MPLS) menghantarkan data paket secara efficient, scalable, handal dan memungkinkan diferensiasi dalam satu system serta memiliki kecepatan transfer data yang tinggi dari ratusan Mbps sampai dengan Gbps yang berbasis serat optic tanpa harus mengalami kelambatan. Banyak sekali permasalahan yang sering terjadi dalam membanggun jaringan MPLS antara lain:
1
komunikasi data yang dikirimkan tidak sampai ke tujuan yang di sebabkan karena jalur topologi jaringan yang kurang baik seperti tidak adanya jalur backup atau jalur lain sehingga bila jalur utama putus maka komunikasi data tidak dapat di kirimkan. Terjadinya kegagalan perpindahan jalur komunikasi data pada jaringan MPLS dari jalur utama ke jalur lain ini di sebabkan karena kurang baiknya pemilihan protocol dan table routing yang di gunakan sehingga semua komunikasi didalam jaringan terganggu. Kesalahan dalam pemilihan perangkat yang di gunakan untuk membangun jaringan MPLS juga dapat mempengaruhi kegagalan seluruh komunikasi data seperti berdampak pada penurunan performance perangkat jaringan.
Sehingga jaringan MPLS yang handal haruslah direncanakan dengan baik dan benar. Baik itu dalam pemilihan network devices, network technology dan protocol atau table routing, yang dapat berdampak pada faktor biaya, performance dan kehandalan jaringan metro ethernet. Pemilihan ini harus tepat sesuai dengan kebutuhan yang diinginkan baik kebutuhan sekarang dan masa yang akan datang. Berdasarkan permasalahan tersebut penyusun membuat solusi yaitu melalui system rancang bangun dengan simulasi menggunakan software GNS3, sehingga sebelum melakukan pembanggunan jaringan metro ethernet dapat di rencanakan secara matang dengan simulasi Software GNS3 yang merupakan software berbasis objek model router cisco.
1. Menggambarkan prinsip kerja jaringan teknologi MPLS. 2. Memperkenalkan teknologi jaringan yang berbasis IP. 3. Topologi dan konfigurasi Simulasi ini dapat di gunakan dan di terapkan oleh perusahan dalam meningkatkan kehandalan jaringannya. 4. Menekan biaya yang dikeluarkan oleh perusahan karena dengan teknologi MPLS yang disimulasikan ini perusahan tidak perlu mengeluarkan banyak biaya dalam menguji dan membanggun jaringannya. 5. Dapat sebagai pembelajaran dalam mengkonfigur router dan switch cisco
II.
1.1.
Identifikasi Masalah Latar belakang masalah di atas, maka muncul masalah yang akan diidentifikasikan sebagai berikut : 1. Bagaimana penerapan jaringan MPLS yang memiliki profermence jaringan yang handal? 2. Bagaimana cara agar jaringan memiliki sistem proteks dan konfigursi jaringan dalam mendukung teknologi metro ethernet ? 3. Bagaimana rancang bangun jaringan metro ethernet MPLS dalam pemenuhan kebutuhan yang dapat diimplementasikan? 4. Bagaimana pengoperasian dan perawatan jaringan MPLS ?
Batasan Masalah Dalam tulisan ini penulis akan membatasi masalah yaitu bagaimana membuat rancang bangun jaringan metro ethernet MPLS yang dapat melayani layanan MPLS VPN lalu di simulasikan dengan software GNS3.
LANDASAN TEORI 2.1. Layer OSI (Open System Interconnection) Layer OSI memiliki 7 Layer atau lapisan yang dikeluarkan pada tahun 1984 oleh ISO (International Organization for Standardization) yang merupakan framework (kerangka) yang digunkan untuk memahami bagaimana perjalanan informasi dalam suatu jaringan. Gambar Layer OSI dapat terlihat seperti gambar 2.1 di bawah ini. (CNBT Training PrawedaNet Aliansi Teknologi, 2007:5).
1.2.
Gambar 2.1 Layer OSI
2.2.
Layer TCP/IP Model Layer TCP/IP merupakan Standar teknik dan menyangkut internet. TCP/IP Model merupakan open standard artinya semua orang dapat menggunakan standar ini dengan geratis dan terbuka untuk umum.
1.3.
Manfaat Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian yang sudah disebutkan, maka manfaat penelitian adalah sebagai berikut:
2
Layer TCP/IP memiliki 4 layer. (CNBT Training PrawedaNet Aliansi Teknologi, 2007:12). 1. Layer 1 (Network Access) 2. Layer 2 (Internet) 3. Layer 3 (Transport) 4. Layer 4 (Application)
2.5. Teknologi Ethernet Spesifikasi Ethernet mendefinisikan fungsi-fungsi yang terjadi pada lapisan fisik dan lapisan data-link dalam model referensi jaringan tujuh lapis OSI, dan cara pembuatan paket data ke dalam frame sebelum ditransmisikan di atas kabel. (Robert Metcalfe and David Boggs, 1972) Jika dilihat dari kecepatannya, Ethernet terbagi menjadi empat jenis, yakni sebagai berikut: 1. 10 Mbit/detik, yang sering disebut sebagai Ethernet saja (standar yang digunakan: 10Base2, 10Base5, 10BaseT, 10BaseF) 2. 100 Mbit/detik, yang sering disebut sebagai Fast Ethernet (standar yang digunakan: 100BaseFX, 100BaseT, 100BaseT4, 100BaseTX) 3. 1000 Mbit/detik atau 1 Gbit/detik, yang sering disebut sebagai Gigabit Ethernet (standar yang digunakan: 1000BaseCX, 1000BaseLX, 1000BaseSX, 1000BaseT). 4. 10000 Mbit/detik atau 10 Gbit/detik. Standar ini belum banyak diimplementasikan.
2.3.
Networking Fundamentals Pembahasan pokok dalam jaringan atau networking tidak lepas dari Network Devices, Network Topology, Network Type dan Network Cable. (CNBT Training PrawedaNet Aliansi Teknologi, 2007:1). Network Devices adalah perngakatperangkat yang digunkan dalam membangun sebuag jaringan, berikut perangkat-perangkat yang digunakan dalam membuat jaringan, Seperti Repeater, Bridge, Switch, Router dan Hub/Konsentrator Network Topology yaitu Topologi suatu jaringan didasarkan pada cara penghubung sejumlah node atau sentral dalam membentuk suatu sistem jaringan. Topologi jaringan yang umum dipakai adalah: Mess, Bintang (Star), Bus, Tree, dan Cincin (Ring). (Ardiyansah, Dian, 2003:14). Topologi Jaringan terlihat pada gambar 2.2.
2.6.
Open Shortest Path First (OSPF) Open Shortest Path First (OSPF) adalah sebuah protokol routing yang dibangun untuk jaringan IP oleh kelompok kerja Interior Gateway Protocol (IGP) dari IETF. 2.7.
Border Gateway Protokol (BGP). Protocol ini yang menjadi backbone dari jaringan internet dunia. BGP adalah protokol routing inti dari internet yg digunakan untuk melakukan pertukaran informasi routing antar jaringan. BGP bekerja dengan cara memetakan sebuah tabel IP network yang menunjuk ke jaringan yg dapat dicapai antar Autonomous System (AS).
Gambar 2.2 Topologi Jaringan Network Transmision Cable merupakan jenis kabel yang harus disesuai untuk konfigurasi jaringan dan laju angkut data tertentu. Jenis kabel yang saat ini paling umum digunakan adalah kabel coaxial, twisted-pair dan serat optik. (Tim Penelitian dan Pengembangannya, 2003:16).
2.8.
Multi-protocol Border Gateway Protocol (MP-BGP) BGP sangat penting untuk menyediakan services to services VPN dalam sebuah jaringan karena dipergunakana untuk mempropagasi informasi routing VPN.
2.4. IP Addressing IP Address (Alamat IP) adalah identitas khusus yang digunakan untuk memberikan tanda atau alamat pada sebuah paket data atau pada suatu sistem computer.
3
public untuk membentuk Wide Area Network (WAN), sehingga dengan cara tersebut seolaholah user mendapatkan layanan komunikasi pribadi. Dengan VPN dimungkinkan networking data secara privat untuk komunikasi pengguna akses remote, site-tosite, atau corporate-to-corporate. (Tommy, 2003)
2.9.
Multiprotocol label Switching (MPLS) Multiprotocol label Switching (MPLS) tidak menggantikan routing IP, tetapi akan bekerja beradampingan dengan teknologi routing masa depan maupun yang ada sekarang ini untuk menyediakan data forwarding yang berkecepatan tinggi antara label-switched router (LSR) dengan reservasi bandwidth untuk aliran lalu lintas dengan persyaratan Quality of Service (QOS). Quality of Service (QoS) adalah kemampuan dalam menjamin pengiriman arus data penting atau dengan kata lain kumpulan dari berbagai kriteria performansi yang menentukan tingkat kepuasan penggunaan suatu layanan. MPLS menggunakan sebuah teknik yang dikenal sebagai label switching untuk meneruskan data melalui jaringan. Multiprotocol label Switching (MPLS) adalah sebuah metode yang mempunyai performan tinggi untuk meneruskan paket (frame) melalui sebuah jaringan. Konsep utama MPLS adalah mengikutsertakan label pada setiap paket. MPLS bergantung kepada dua komponen; forwarding dan control. Komponen forwarding menggunakan lebel yang dibawa paket dan informasi labelforwarding yang diatur oleh LSR untuk meneruskan packet. Komponen control bertanggung jawab terhadap pengaturan informasi label-forearfing yang benar diantara grup LSR saling berhungungan. (Cisco Systems,Inc, 2001:7). Gambar Topologi Jaringan Multiprotocol label Switching (MPLS) terlihat pada gambar 2.3.
III. ANALISA DAN PERANCANGAN JARINGAN MPLS VPN 3.1. Analisa Permasalahan Yang Dihadapi Untuk jasa Virtual Private Network (VPN), perusahan menggunakan teknologi VPN tradisional. Hal tersebut merugikan perusahan provider karena pada VPN tradisional tiap koneksi user harus dihubungkan end-to-end dengan jalur tersendiri. Kelemahan lain VPN tradisional adalah network yang tidak menunjang overlapping IP karena akan memicu conflict IP, proses switching yang lambat karena untuk harus memeriksa table routing pada setiap router yang dilewati, keamanan yang kurang baik karena koneksi full IP akan rentan terhadap serangan spoofing dalam perjalanan, implementasi yang rumit karena perlu dikonfigurasi pada setiap titik yang dilewati VPN tersebut. 3.2.
Solusi Yang Diusulkan Untuk memecahkan permasalahan pada VPN tradisional, penulis akan membahas bagaiman cara membangun dan penerapkan layanan VPN didalam jaringan MPLS untuk daerah Jakarta dengan teknologi Multi Protocol Label Switching (MPLS) yang disimulasikan dengan Software GNS3. Pada MPLS VPN, biaya operasi dapat ditekan karena tidak perlu menghubungkan end-to-end tiap koneksi user dengan jalur tersendiri tetapi melewati backbone MPLS, sehingga menghemat pembuatan link baru. Penggunaan IP address yang sama dalam suatu network dimungkinkan karena menunjang overlapping IP dengan menggunakan label. Proses switching lebih cepat karena penggunaan label menggantikan IP pada table routing di router
Gambar 2.3. Topologi Jaringan MPLS. 2.10.
Virtual Private Network (VPN). VPN merupakan sebuah jaringan komunikasi privat menggunakan jaringan
4
yang dilewati jalur VPN. Keamanan data lebih baik karena pembungkusan IP dengan menggunakan label untuk mencegah serangan spoofing dalam perjalanan. Implementasi lebih mudah karena tidak perlu dilakukan konfigurasi pada setiap titik yang dilewati VPN.
router Cisco 1700 yang digunakan disisi pelanggan atau customer atau user.
3.3.2.
Pembagian Jenis Router Sebelum membangun suatu jaringan VPN dengan system MPLS kita harus menentukan router main atau router utama dan router submain atau router yang berdekat dengan pelanggan. Penentuan router ini dikelompokan ke dalam kelas-kelas berdasarkan atas kemampuan, konfigurasi dan fungsi dari hardware. Ini dimaksudkan agar mempermudah pekerjaan dan penambahan terhadap jaringan yang akan diimplementasikan pada tahun-tahun mendatang serta memberikan kehandalan dalam jaringan. Tujuan lain dari kelompok ini adalah untuk menstandarkan protokol yang menggunakan teknik pengiriman label swapping (pertukaran label). Penentuan penempatan router ini dibedakan atas 3 type router, yaitu : 1. Router Core atau Provider (P). 2. Router Provider Edge (PE). 3. Jaringan Customer Edge (CE) Gambar penempatan 3 type router dapat dilihat seperti gambar 3.1 di bawah ini.
3.3.
Perancangan Jaringan Metro Ethernet Dalam penerapan jaringan metro ethernet dengan teknologi MPLS yang dapat melayani service VPN membutuhkan persiapan berupa: 1. Perancangan network device. 2. Pembagian jenis router. 3. Penentuan network topology. 4. Penentuan lokasi perangkat. 5. Rancangan software device. 6. Interface router. 7. Pemilihan software simulasi. 8. Gambar rancangan jaringan.
3.3.1.
Perancangan Network Device. Pada jaringan VPN yang berteknologi MPLS dibutukan perangkat atau hardware yang mendukung teknologi MPLS yang dapat mengirimkan kecepatan data yang besar dan memiliki interface port FastEthernet dan GigabitEthernet. Selain itu perangkat harus dapat menampung banyak pelanggan dan memiliki performance yang baik. Perangkat juga harus dapat di remote agar mudah dalam perawatan dan perbaikan. Perangkat harus memiliki QoS (Quality of Service). Pada masalah ini perangkat yang sesuai adalah perangkat produksi CISCO, hampir diseluruh perusahan menggunkannya karena Cisco memiliki performance yang lebih baik dari perangkat-perangkat yang lain. Perangkat keras yang dipakai dalam jaringan ini berupa router Cisco 7200 yang digunakan disisi provider atau penyelenggara jasa dan pada router di sisi pelanggan dapat menggunakan berbagai jenis router baik yang diproduksi oleh CISCO atau buatan merek lain. Pada tulisan ini penulis menggunakan
Gambar 3.1 Penempatan 3 type router 3.3.3.
Penentuan Network Topology Pada perancangan ini menentukan pemilihan topologi jaringan metro ethernet, tujuan utama dari pemilihan topologi jaringan ini adalah bagaiman agar komunikasi data dapat terus terhubung atau berjalan. Router besar harus dirancang agar selalu berinteraksi dengan router besar yang lain sehinga
5
diperlukan suatu topologi jaringan yang memiliki kemampuan untuk melakukan switching ke berbagai arah, seperti diperlukannya suatu jalur backup. Ini berfungsi bila jalur utama putus atau bermasalah router dapat melakukan switch di jalur yang lain. Topologi yang sesuai dengan jaringan ini adalah topologi ring, keuntungan dari topologi jaringan ini adalah tingkat kerumitan jaringan rendah (sederhana), juga bila ada gangguan atau kerusakan pada suatu sentral maka aliran trafik dapat dilewatkan pada arah lain dalam sistem. Biaya yang dikeluarkan dapat ditekan karena topologi ini tidak memerlukan banyak jalur dan lebih sederhana.
3. Mengaktifkan Routing Protocol (OSPF dan BGP). 4. Mengaktifkan MPLS. 5. Pembuatan router virtual dengan VRF. 6. Penambahan routing di router virtual. 7. MP-BGP dan menyuntikan prefix ke MP-BGP di router PE. 8. Konfigursi routingan static di router CE 3.3.6.
Interface Router Kapasitas bandwith backbone haruslah besar karena Provider atau penyedia jaringan harus dapat melayani banyak pelangan. Pemilihan interface router inilah yang sangat penting dalam penentuan kehandalan jaringan yang mempengaruhi kemampuan jaringan dalam melayani komunikasi data pelanggan. Penentuan interface router dibedakan berdasarkan tingkatan jaringan di router P, PE dan CE, yaitu: 1. POS adalah interface yang digunakan untuk link STM1 (155 Mbps ) digunakan untuk hubungan komunikasi antar router core. 2. GibicEthernet adalah interface yang digunakan untuk link 1000 Mbps (1 Gbps) digunakan untuk hubungan komunikasi antar router core dengan router PE. Juga dapat digunakan antara router PE dengan CE bila pelanggan memiliki service yang besar. 3. FastEthernet adalah interface yang dugunakan untuk link 10/100 Mbps digunakan untuk hubungan komunikasi antar router PE dengan CE. 4. E1 adalah interface yang digunakan untuk link E1 (2 Mbps) biasanya digunakan untuk user yang memiliki interface E1. 5. Optical adalah interface yang digunakan untuk link yang menggunakan media transmisi Fiber Optic.
3.3.4.
Penentuan Lokasi Perangkat Penentuan lokasi perangkat router P diletakan di daerah Jakarta selatan, Jakarta Timur dan Jakarta Barat karena wilayah ini dapat mencangkup seluruh Jakarta dan sekitarnya. Tiga wilayah inilah yang akan menggunakan topologi ring. Pembuatan topologi ring ini dikarenakan router P merupakan jaringan backbone atau jaringan yang besar, seluruh pelanggan daerah jakarta dan sekitarnya melewati router P. Fungsi dari topologi ring ini bila terjadi permasalahan di salah satu jalur maka router P dapat melakukan pemindahan jalur yang lain. Untuk penempatan router PE akan mengikuti lokasi yang berdekatan dengan router CE atau router pelanggan. 3.3.5.
Rancangan Software Device. Pada router Cisco yang akan dijadikan router Customer Edge (CE), minimal harus memiliki Internetworking Operating Sistem (IOS) versi 12.2. Sedangkan untuk router Provider (P) dan router Provider Edge (PE) harus memiliki kemampuan menjalankan MPLS. Konfigurasi perangkat lunak dilakukan pada router P, PE dan CE. Tahapan konfigurasi perangkat lunak adalah: 1. Pembuatan hostname, password console, password virtual terminal dan password mode priviledge. 2. Pembuatan konfigurasi IP address dan Subnet Mask.
6
2. Dapat melakukan simulasi router cisco 7200. 3. GNS3 merupakan simulator network graphical yang membantu dalam mendesign network topologi dan menjalankan simulasi tersebut. 4. Simulasi GNS3 dapat berjalan di Operation System Windows, Linux, Solaris. 5. GNS3 dapat menyimpan file konfigurasi network .net dan startupconfig .cfg. 6. Mengganti dan menyipan nilai IDLE PC. 7. Membuat link antar node dan konfigurasi slot network modul. 8. Router virtual di GNS3/Dynamips bisa berkomunikasi dengan real network.
3.3.7.
Pemilihan Software Simulasi. Pada jaringan metro Ethernet ini menggunakan router cisco 7200 dan router cisco 1700 software simulasi dari produk cicso boson dan tracer tidak dapat melakukan simulasi router cisco 7200. Software yang dapat melakukan simulasi router cisco 7200 adalah Software GNS3. GNS3 adalah GUI dari NS3 (belum diimplementasikan) dan Dynamips (saat ini sudah ditambahkan dengan Pemu). Installer GNS3 bisa download di www.gns3.net. GNS3 bukanlah simulator, melainkan emulator untuk perangkat cisco. Pada GNS3 dapat berjalan di OS (Operation System) seperti Windows, Linux, Solaris dan sebagainya. GNS3 pun nggak ada artinya tanpa interface operation system (IOS) cisco. IOS bisa download di www.cisco.com. Sehingga software ini dapa mensimulasikan real-world atau sesuai dengan perangkat cisco router karena software ini berjalan menjalankan IOS dari router cisco. Gambar emulator GNS3 dapat di lihat seperti gambar 3.2 di bawah ini.
3.3.8.
Gambar Rancangan Jaringan. Gambar rancangan untuk membuat jaringan metro Ethernet dengan teknologi Multi Protocol Label Switching (MPLS) di area Jakarta adalah sebagai berikut:
Gambar 3.3 Rancangan Jaringan Pada perancangan ini router dibedakan atas router P, PE dan CE yang lokasinya berada di Jakarta Selatan, Jakarta Barat dan Jakarta Timur sebagai pusatnya. Pada rancangan ini disimulasikan bahwa jaringan metro ethernet ini memiliki dua user dan perpelanggan memiliki titik nodenya lebih dari dua titik node. Pada user pertama dan user kedua memiliki IP address yang sama, sehingga dapat memperlihatkan bahwa jaringan metro ethernet ini tidak akan terjadi conflict IP. Router P dibuat dengan topologi ring sehingga ketika dilakukan pemutusan
Gambar 3.2 Emulator GNS3 Berikut alasan mengapa penulis menggunakan software simulasi GNS3 dibandingan dengan simulai software Boson, Tracer dan software simulasi lain, yaitu : 1. GNS3 dapat menjalankan simulasi jaringan router sesuai dengan perangkat real karena GNS3 menjalankan IOS Cisco dan pembagian load hypervisor untuk menjalankan IOS.
7
disalah satu jalur maka jaringan ini dapat melakukan switch ke jalur yang lain. IV.
IP Address yang dipakai untuk membentuk koneksi metro ethernet dengan teknologi yang dapat melayani MPLS VPN didefinisikan pada table 4.2.
IMPLEMENTASI DAN SIMULASI JARINGAN METRO ETHERNET Implementasi dan simulasi jaringan metro ethernet merupakan dimana kita mengimplementasikan perancangan jaringan MPLS ke situasi yang nyata atau di simulasikan oleh komputer. Mulai dari pemilihan perangkat keras, penyusunan perangkat lunak, konfigurasi perangkat lunak dan pengujian apakah sistem yang kita buat sudah sesuai dengan kebutuhan atau belum.
Tabel 4.2 IP Address Router P dan Router PE
4.1.
Perangkat Keras Perangkat keras di sisi provider yang dipakai untuk jaringan berteknologi MPLS yang dapat melayani MPLS VPN berupa router Cisco 7200 yang memiliki kecepatan data yang besar dan performance yang baik. Tabel 4.1 Data Perangkat Dalam mengkonfigurasi perangkat lunak, sebelumnya pada sisi router Customer Edge didefinisikan dahulu RD (Route Distinghuser), RT (Route Target), Nama VRF (Virtual Routing Forwarding) dan IP address pada setiap user yang akan dibuat yang didefinisikan pada table 4.3, agar jaringan VPN MPLS dapat terbuat di dalam jaringan metro ethernet MPLS. Tabel 4.3 Tabel VPN
4.2.
Perangkat Lunak Khusus untuk router Cisco yang akan dijadikan router Customer Edge (CE), minimal harus memiliki Internetworking Operating Sistem (IOS) versi 12.2. Upgrade IOS dapat dilakukan dengan cara mendownload dari situs www.cisco.com.
4.3.
Konfigurasi Perangkat Lunak Berikut dijelaskan langkah-langkah dalam mengkonfigurasi router yang dibutuhkan dalam pembuatan jaringan dengan teknologi MPLS yang melayani MPLS VPN
8
mulai dari pembuatan link nya sampai dengan terbentuknya MPLS VPN. Konfigurasi perangkat lunak dilakukan pada router P, PE dan CE. Tahapan konfigurasi perangkat lunak adalah: 1. Pembuatan hostname, password console, password virtual terminal dan password mode priviledge. 2. Pembuatan konfigurasi IP address dan Subnet Mask. 3. Mengaktifkan Routing Protocol (OSPF dan BGP). 4. Mengaktifkan MPLS. 5. Pembuatan router virtual dengan VRF. 6. Penambahan routing di router virtual. 7. MP-BGP dan menyuntikan prefix ke MP-BGP di router PE. 8. Konfigursi routingan static di router CE.
Gambar 4.1 Installation GNS3 4.4.2.
Konfigurasi GNS3 Setelah selesai dalam melakukan istalasi GNS3 Selanjutnya lakukan konfigurasi GNS3. Sebagai berikut: 1. Konfigurasi Putty di GNS3 Jalankan GNS3, lalu buka menu Edit > Preferences > General. Tampilan GNS3 dan preferences dapat di lihat seperti gambar 4.2 di bawah ini.
4.4. Pembuatan Simulasi Jaringan dengan GNS3 GNS3 bukanlah simulator, melainkan emulator untuk perangkat CISCO. Seperti layaknya VirtualBox atau VMWare kita harus menyediakan sendiri installer OS (Windows, Linux, Solaris dan sebagainya), maka GNS3 pun nggak ada artinya tanpa IOS yang sebenarnya (bisa didownload di www.cisco.com).
Gambar 4.2 Tampilan GNS3 dan Preference.
4.4.1.
Instalasi GNS3 Download installer GNS3 dari www.gns3.net, untuk Windows, download paket GNS3-0.5-win32-all-in-one. Selain Windows, tersedia juga paket untuk Linux tgz, bz, deb dan OSX dmg. Jalankan installer, kemudian ikuti langkah-langkahnya. Instalasi untuk Windows tidak sulit, begitu pula untuk OS yang lain. tampilan dalam menginstalasi GNS3 dapat di lihat seperti gambar 4.1 di bawah ini.
2.
Konfigurasi Dynamips. Lakukan konfigurasi Dynamip di menu Preferences: Edit > Preferences > Dynamips. Pada Tab Dynamips dan Tab Hypervisor Manager.di setting default. Tampilan konfigurasi dynamips dapat di lihat seperti gambar 4.3 di bawah ini.
9
dari GNS3 bisa dibaca juga oleh Dynagen. 4.4.3.
Membuat Topologi Jaringan. Setelah melakukan konfigurasi software GNS3, tahap selanjutnya membuat topologi jaringan metro ethernet teknologi MPLS. Gambar hasil pembuatan simulasi topologi jaringan dengan GNS3 dapat di lihat seperti Gambar 4.5 di bawah ini
Gambar 4.3 Tampilan Konfigurasi Dynamips 3. Konfigurasi IOS Images. Lakukan konfigurasi IOS Image di menu Edit > IOS images and hypervisors. Tampilan konfigurasi IOS Image dapat di lihat seperti gambar 4.4 di bawah ini. Gambar 4.10 Hasil Simulasi GNS3 4.4.4. Konfigurasi Router GNS3. Untuk melakukan konfigurasi router di software simulasiNS3 maka router tersebut harus di “start” dengan cara klik-kanan node > Start. Gambar cara start router dapat di lihat seperti Gambar 4.11 di bawah ini
Gambar 4.4 Tampilan Konfigurasi IOS Image. Pada tab IOS images, Masukkan IOS images Platform, Model, dan Default RAM biasanya akan otomatis terisi. Nilai IDLE PC bisa ditentukan kemudian saat akan membuat topologi jaringan. Pada table 4.4 merupakan data IOS yang di gunakan untuk simulai pada jaringan metro Ethernet
Gambar 4.11 Start Router Setelah router di hidupkan atau start makan router tersebut dapat dilakukan remote melalui console dengan cara klik-kanan node > Console lalu akan muncul tampilan layar console putty. Di layar console putty tersebut kita dapat melakukan konfigurasi router sesuai dengan real router. Gambar cara Console router dapat di lihat seperti Gambar 4.6 di bawah ini
Tabel 4.4 Tabel Data IOS
Ada perbedaan penanganan file .net oleh GNS3 dan Dynamips. Untuk mengatasinya, pastikan parameter Default image for this platform dipilih, agar file .net yang disimpan
10
terjadinya proses pengiriman atau pembentukan label MPLS di router PE dan router P. Sedangkan untuk mengetahu IP address yang digunakan di interface router dan untuk mengetahui status interface router mati (down) atau hidup (up) dapat menggunakan commad “show ip interface brief”. V.
Gambar 4.6 Console GNS3 4.5.
Pengujian Sistem. Pengujian dapat dilakukan dengan “PING” di router CE kearah router CE lawan. Ping adalah commad dalam memperlihatkan apakah komunikasi data antar router dapat saling terhubung. Ping merupakan proses pengiriman 32 bytes data atau lebih dari router ke router lawan dengan memperlihatkan apakah pengiriman 32 bytes data dapat di terima atau lost dan memperlihatkan lamanya waktu dalam pengiriman 32 bytes tersebut. Untuk pengujian apakah system router core atau router P dapat bekerja secara ring dengan cara mematikan salah satu interface POS di salah satu router P atau mematikan router P_JKTBRT_72 dan melihat apakah status ping di router CE, apakah proses pengiriman data antar router CE masih saling terhubung atau tidak. Jika proses pengiriman data antar router CE tidak berpengaruh pada pemutusan salah satau link maka dapat dikatakan bahwa jaringan dapat melakukan proses ring. Pengujian apakah teknologi MPLS berjalan pada jaringan yang telah di buat dengan commad “show mpls forwardingtable”, commad tersebut memperlihatkan
11
KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Adapun kesimpulan dari penulisan adalah sebagai berikut: 1. Penerapan jaringan metro ethernet dengan teknologi, akan menghemat biaya operasi yang dikeluarkan karena tiap koneksi user tidak perlu dihubungkan end-to-end dengan jalur tersendiri tetapi melewati backbone MPLS serta kapasitas layanan jaringan yang besar sehingga dapat melayani banyak user. 2. Selain keuntungan dari segi biaya, penerapan MPLS VPN juga mempermudah implementasi karena tidak perlu melakukan konfigurasi pada setiap titik yang dilewati VPN. Proses switching juga lebih cepat dilakukan karena fungsi label menggantikan IP pada table routing di router yang dilewati jalur VPN. Selain itu dukungan terhadap overlapping IP memperkecil resiko conflict IP. 3. Pada sisi user yang menggunakan MPLS sebagai teknologi VPN berarti kecepatan akses intranet antar lokasi yang berbeda yang lebih baik, karena MPLS VPN menggunakan proses fast switching. 4. Keamanan juga merupakan faktor penting dalam pemilihan MPLS sebagai teknologi VPN. Pada VPN tradisional diperlukan tambahan IPSec yang berjalan pada Layer 3 untuk membuat komeksi data tetap aman dengan konsekwensi berupa kebutuhan public key infrastructure (PKI) dan tidak mendukung protokol jaringan selain TCP/IP. Pada MPLS VPN keamanan data telah tercakup walaupun tidak menggunakan IPSec
tersebut. Trafik benar-benar dipisah dan tidak dapat dibocorkan ke luar lingkup VPN yang didefinisikan. Keuntungan lain yang bisa didapat dengan penerapan MPLS VPN adalah percepatan dalam penambahan lokasi/ cabang baru karena penambahan konfigurasi dari sisi provider akan lebih mudah. 5. Penerapan simulasi jaringan metro ethernet dengan teknologi MPLS dapat membuktikan bahwa pada jaringan ini memiliki keuntungan dalam penghematan biaya operasi, proses overlapping IP terimplementasi dapat dibuktikan, proses switching lebih cepat, keamanan data semakin baik, dan implementasi jaringan lebih mudah.
DAFTAR PUSTAKA PrawedaNet Aliansi Teknologi. 2007. “CNBT Cisco Network Basic Training : Student Guide”. PrawedaNet Aliansi Teknologi. Tim penelitian dan Pengembangan MADCOMS. 2004. “Referensi Visual Basic.NET”. C.V ANDI. Yogyakarta. Cisco Systems. 2002. “Open Shortest Path First v3”. Cisco Systems. Inc. Ferdiyan. Rizal. 2007. “Keamanan routing pada interdomain system”. Network Working Group. 2006. “A Border Gateway Protocol 4 (BGP-4)”. RFC (Request For Comment) 4271. Cisco Systems. 2006−2007. “Configuring a Basic MPLS VPN”. Cisco Systems. Inc. Ghin. Luc De. “MPLS Fundamentals”. Cisco Systems. Inc. Cisco Systems. 2006. “Implementing Cisco MPLS: Lab Guide” Cisco Systems. Inc. Halabi. Sam. 2003. “Metro Ethernet”. Cisco Press. Noertjahyana. Agustinus. 2002. “Studi Analisis RAPID Aplication Development Sebagai Salah Satu Alternatid Metode Pengembangan Perangkat Lunak”. Jurnal Universitas Kristen Petra. Rasyid. Rafdian. 2003-2008. “Experiment Cisco MPLS-L3 VPN dengan GNS3”. IlmuKomputer.Com. Ardiyansah. Dian. 2003. “Teknologi Jaringan Komputer”. ilmuKomputer.Com. http://www.cisco.com. http://www.pc24.co.id/article/category23_1.ht m. http://id.wikipedia.org/wiki/Ethernet. http://www.ilmukomputer.com.
5.2.
Saran Saran yang diberikan penulis berkaitan dengan pembuatan jaringan metro ethernet dengan teknologi MPLS dan simulasi GNS3 adalah: 1. Konfigurasi jaringan ini agar lebih di kembangkan lagi tidak hanya menyangkup area tertentu saja tetapi mencangkup area yang lebih luas. 2. Penambahan router Route Reflector (RR) pada jaringan perlu dilakukan agar kehandalan jariangan lebih terjaga. 3. Penelitian lebih lanjut mengenai kelebihan dalam menerapkan teknologi MPLS VPN ini perlu dilakukan, misalnya dengan mengidentifikasi parameter-parameter yang diperlukan untuk penghitungan biaya operasi, parameter proses switching, keamanan, dan kemudahan implementasi jaringan.
12