ANALISIS KINERJA VPN MPLS PADA TESTBED JARINGAN PENDIDIKAN NON FORMAL Dr. Ir. Achmad Affandi, DEA, Udik Pudjianto Institut Teknologi Surabaya, Fakultas Teknologi Industri, Jurusan Teknik Elektro
ABSTRAK
MPLS merupakan suatu teknologi untuk mempercepat pengiriman paket dengan memadukan mekanisme pertukaran label pada layer 2 dengan teknologi routing layer 3 pada standar OSI (Open system Interconnection). Konsep MPLS telah diaplikasikan oleh beberapa perusahaan telekomunikasi untuk memberikan layanan “Metro Ethernet” untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Dalam penelitian ini digunakan mekanisme monitoring Round Trip Time (RTT), delay, dan packet loss untuk mengetahui Quality of Service dari tesbed jaringan Virtual Private Network (VPN) MPLS. Adapun hasil yang telah diperoleh yaitu dalam pengiriman paket VoIP memiliki nilai delay yang paling kecil (104 ms) jika dibandingkan dengan paket Business Critical – Intranet (BC) dan Best Effort – internet (BE). Pada kondisi bandwidth 100% (VoIP = 33 Kbps, BC = 24 Kbps, dan BE = 8 Kbps), trafik BC mengalami packet loss sebesar 4 paket. Hal ini dapat diakibatkan oleh kapasitas buffer yang tidak mencukupi untuk menampung antrian paket jika dibandingkan dengan trafik VoIP dan BE. Kata kunci: MPLS, QoS, delay, RTT, Pakcet loss
1. Pendahuluan Pelayanan pendidikan non formal sebagai salah satu layanan pendidikan yang dilakukan oleh pemerintah diharapkan dapat ikut berperan dalam mencerdaskan bangsa. Alokasi konten pendidikan non formal yang dapat meliputi media pembelajaran dan data pendidikan dapat menjadi gambaran untuk menyelenggarakan pendidikan
bagi
sebuah
layanan
masyarakat.
Sasaran
pendidikan non formal yang serba marginal baik dari sisi ekonomi dan kemampuan serta
geografis,
menjadi
tantangan
tersendiri.
Lokasi peserta didik yang sulit dijangkau dan waktu
belajar
yang
terbatas
akan
memerlukan sarana yang salah satunya adalah teknologi informasi dan komunikasi (TIK).
Melalui
perluasan
penggunaan
jaringan komputer yang optimal diharapkan pelayanan pendidikan kepada masyarakat tersebut
dapat
terlaksana.
Salah
satu
teknologi yang dapat digunakan adalah Multi Protocol Label Switching (MPLS) untuk
akselerasi proses mengirimkan paket data
label dalam setiap paket yang dikirim melalui
dengan mekanisme label swapping di layer 2
jaringan ini. Mekanisme forwarding pada
dengan
node MPLS, dengan memberikan label yang
routing
perkembangan
di
layer
3.
penggunaan
Dengan
infrastruktur
membungkus
paket
IP
serta
untuk
internet dalam aplikasi komersial, kebutuhan
menentukan rute dan prioritas pengiriman
untuk
network
paket tersebut. Label tersebut akan memuat
berkembang dengan cepat. Hampir semua
informasi penting yang berhubungan dengan
MPLS saat ini didasarkan pada layanan
informasi routing suatu paket, diantaranya
network,
engineering,
berisi tujuan paket serta prioritas paket mana
Differential Services QoS dan fasilitas VPN
yang harus dikirimkan terlebih dahulu.
layer 2 atau layer 3 yang membutuhkan
Teknik ini biasa disebut dengan label
kompleksitas, kehandalan pengaturan dan
switching. Dengan informasi label switching
pensinyalan
pertukaran
yang didapat dari router network layer, setiap
informasi antara beberapa node di domain
paket hanya dianalisa sekali di dalam router
MPLS.
dimana paket tersebut masuk dalam jaringan
untuk pertama kali. Router tersebut berada di
2. Studi Pustaka
tepi dan dalam jaringan MPLS yang biasa
2.1 MPLS
disebut Label Switching Router (LSR). LSR
perubahan
layanan
misalnya
traffic
protocol
untuk
Label
yang pertama akan menjadi tempat awal
Switching) merupakan arsitektur network
pengiriman paket (ingress) dan LSR yang
yang didefinisikan oleh IETF (Internet
terakhir menjadi router ujung akhir yang
Engineering Task Force) yang memadukan
dilewati paket (engress).Masing-masing LSR
mekanisme label swapping di layer 2 dengan
akan saling terkait membentuk rangkaian
routing di layer 3 untuk mempercepat
jaringan MPLS yang dihubungkan oleh Label
pengiriman
Switched Path (LSP)
MPLS
(Multi
paket
Protocol
(E.Rosen,2001).
Dan
menjadi sebuah teknik yang menggabungkan
Setiap LSP akan dikaitkan dengan
kemampuan manajemen switching yang ada
sebuah
dalam
(Asynchronus
(FEC), yang merupakan kumpulan paket
Transfer Mode) dengan fleksibilitas network
dengan menerima perlakuan forwarding yang
layer yang dimiliki oleh teknologi IP.
sama di sebuah LSR. FEC diidentifikasikan
Konsep utama MPLS ialah teknik peletakan
dengan pemasangan label. Untuk membentuk
teknologi
ATM
Forwarding
Equivalence
Class
LSP, diperlukan suatu protokol persinyalan. Protokol
ini
menentukan
forwarding
Mekanisme forwarding pada node MPLS dengan memberikan label untuk
berdasarkan label pada paket. Label yang
membungkus
pendek
akan
digunakan untuk menentukan path data yang
dan
akan dikirimkan. Paket yang telah diberi
mempertinggi fleksibilitas pemilihan jalur
label akan dipermudah oleh LSP untuk
(Path). Hasilnya adalah sebuah network
diarahkan pada LSR yang diinginkan.
dan
mempercepat
berukuran proses
tetap
forwarding
paket
IP.
Label
tersebut
datagram yang bersifat connection-oriented. MPLS hanya melakukan enkapsulasi
termasuk proses traffic engineering. Setiap
paket IP, dengan memasang header MPLS.
LSR memiliki table yang disebut label-
Header MPLS terdiri atas 32 bit data,
switching table. Table itu berisi pemetaan
termasuk 20 bit label, 2 bit eksperimen, dan 1
label masuk, label keluar, dan link ke LSR
bit identifikasi slack, serta 8 bit TTL. Label
berikutnya. Saat LSR menerima paket, label
adalah bagian dari header, memiliki panjang
paket akan dibaca, kemudian diganti dengan
yang bersifat tetap, dan merupakan satu-
label keluar, lalu paket dikirimkan ke LSR
satunya tanda identifikasi paket. Label
berikutnya.
digunakan
untuk
proses
forwarding,
2.2. Komponen Dasar MPLS
paket pada tujuan sama akan mengarah ke
2.2.1. Forwarding Equivalence Class (FEC)
FEC yang sama pula.
Sebagai
teknologi
forwarding
didasarkan pada klasifikasi, paket MPLS akan diteruskan dengan cara sama ke dalam sebuah kelas disebut FEC. Paket ini akan diperlakukan
dengan
cara
yang
sama.
Klasifikasi FEC merupakan fleksibel, yang didasarkan pada kombinasi sumber alamat manapun,
alamat
tujuan,
source
port,
destination port, tipe protocol dan VPN. Misalnya pada IP forwarding tradisional membutuhkan alamat yang panjang, semua
2.2.2. Label Label
adalah
short
fixed
length
identifier untuk mengenali FEC. Sebuah FEC mungkin saja sesuai dengan multiple labels misalnya beban sharing yang dibutuhkan, dimana
sebuah
label
hanya
dapat
direpresentasikan dengan single FEC. Label dapat dibawa pada paket header, dan tidak berisi informasi topologi manapun dan merupakan local significant. Panjang dari
label adalah empat octets, atau 32 bits, yang
pada gambar 2.4. Paket IP yang masuk
dapat dilihat pada Gambar 1
melalui LER dikonversi ke dalam bentuk paket MPLS dan ketika paket tersebut keluar dari LER, maka paket juga dikonversi dari paket MPLS ke paket IP dimana LSR akan mem-forward
packet
MPLS
dengan
mengikuti beberapa instruksi yang telah tersimpan dalam suatu tabel.
Gambar 1. Format dari sebuah label 2.2.3. LER (Label Edge Router) Disebutkan
bahwa
R1
R2
dan
R4
merupakan Edge Router sebagai Label Edge
R4
R1 End Host
End Host
Router (LER) dan Core Router (R2,R3) sebagai Label Switch Router (LSR) seperti
R3
Gambar 2. LER pada R1 dan R4 sedangkan R1merupakan upstream LSR dari
Berdasarkan informasi yang tersimpan
R2.
dalam paket MPLS, yang disebut Label,
Ingress LSR Edge LSR
kemudian Label tersebut memilih sebuah
Label Switch Path (LSP)
MPLS Network LSR
register dari tabel dan mengikuti instruksi
LSR
LSR
LSR
`
`
R1
yang terdapat dalam register ini, lalu mem-
R2
LSR
forward packet MPLS tersebut.
LSR
Edge LSR
Egress LSR
Gambar 3 Diagram untuk sebuah LSP
2.2.4. Label Switched Path (LSP) LSP adalah jalur yang dilalui langsung oleh FEC pada jaringan MPLS melalui satu atau
serangkaian
LSR
dimana
paket
diteruskan oleh label swapping dari satu MPLS node ke MPLS node yang lain. Jalur LSP terdiri dari dua jenis LSR (Label Switch Route) yaitu Upstream LSR dan downstream LSR. Contoh pada gambar bahwa R2 merupakan
downstream
LSR
dari
R1
2.2.5. Label Distribution Protocol (LDP) LDP (L. Andersson ,2001) merupakan protokol
pengontrol
dalam
MPLS
dan
memiliki fungsi yang sama dengan protokol pensinyalan antara
lain
dalam
jaringan
tradisional,
pengelompokkan
FEC,
penyebaran label, dan pembentukan serta perawatan LSP. Terdapat dua jenis distribusi
protocol multiple label yang mendukung
operasi label serta dapat meneruskan paket-
MPLS yaitu :
paket layer 3. LSR akan memberikan label
1. Yang berasal dari label distribution
ketika paket masuk ke jaringan MPLS dan
(distribusi label), seperti LDP dan
membuang label ketika paket keluar dari
constrain-based
jaringan.
routing
menggunakan LDP (CR-LDP) 2. Perluasan protokol yang sudah ada dalam men-support distribusi label, seperti
BGP
(Border
Gateway
Protokol) dan RSVP (Resource Reservation Protocol)
Gambar 4. Label distribution Sumber : (Ano, 2001)
2.2.6. Label Switch Router (LSR) Merupakan MPLS node yang berfungsi
Gambar 5. Tampilan konsep dari control plane dan forwading plane MPLS (kiri) serta Struktur LSR (kanan)
memberikan label pada paket dan melakukan MPLS terdiri dari Control Plane dan
1. Control plane : melakukan distribusi
Forwarding Plane. Control Plane berfunngsi
label dan routing, menetapkan LFIB
untuk
dan membangun jalur LSP.
membuat
apa
yang
disebut
“Forwarding Table”, sementara Forwarding
2. Forwading plane : menyampaikan
Plane akan meneruskan paket ke interface
paket
tertentu (berdasarkan Forwarding Table).
Forwading Information Base)
Sebuah LSR dapat terdiri dari dua komponen yaitu :
melalui
LFIB
(Label
3. METODOLOGI PENELITIAN
komputer yang difungsikan sebagai PC
3.1. DESAIN JARINGAN MPLS
router.
Pada tesis ini akan menggunakan desain jaringan simulasi MPLS yang dibuat
MPLS-1 MPLS-2
mirip dengan sistem jaringan MPLS yang
AWAN MPLS
PC-1
`
ada secara umum dengan persyaratan adanya : 1. Sebuah routing protokol layer 3 (IS-IS,
PC-2
`
PC-2
MPLS-3
Gambar 6 Tesbed jaringan VPN MPLS
OSPF, EIGRP atau RIP); dan menggunakan OSPF untuk rekayasa
3.3. Perangkat Lunak
trafik jaringan MPLS.
Perangkat lunak dalam penelitian ini
2. Label distribusi protokol (RSVP, LDP atau BGP). 3. Memiliki kemampuan menangani lalu lintas Jaringan MPLS. Awan MPLS yang dibentuk oleh 3 buah PC Router yang ditambah dengan 1 PC sebagai pengirim paket yang akan mengakses jaringan MPLS (Provider Edge) router dan 2PC sebagai penerima paket data yang berjenis VoIP, business critical = BC (intranet), dan best effort = BE (internet) sekaligus untuk memonitor trafik yang telah melewati jaringan.
merupakan software open source yang telah melalui review untuk menyesuaikan kondisi sistem jaringan MPLS yang dijadikan obyek penelitian ini. Untuk tahapan konfigurasi perangkat lunak yang digunakan adalah :
1. Konfigurasi
MPLS
pada
router
backbone Dengan melakukan konfigurasi jaringan backbone, terutama pada router backbone hal
yang
paling
mendasar
adalah
pemilihan routing protokol yang akan berfungsi merouting seluruh aktifitas jaringan didalam backbone, untuk itu digunakan
3.2. Perangkat Keras Dalam implementasi ini menggunakan 3 buah PC Router, 1 buah PC sebagai pengirim paket dan 2 buah lainnya sebagai penerima paket. Spesifikasi dari masing-masing
routing
protocol
Open
Shortest Path First (OSPF). Dengan menggunakan OSPF sebagai routing protokol
didalam
diharapkan
dapat
jaringan
backbone
menentukan
path
sebuah packet dengan cost yang terkecil .
Pemilihan
OSPF
juga
dikerenakan
4. UJI COBA DAN HASIL ANALISA Uji coba akan dilakukan dengan tujuan
kondisi jaringan yang tidak begitu besar dan
routing
protokol
OSPF
dapat
digunakan pada seluruh jenis router .
untuk
mengetahui
kemampuan
jaringan
MPLS dalam penyelenggaraan pelayanan VoIP, Business Critical (Intranet) dan Best
2. Pembuatan routing protokol Secara garis besar, dengan menggunakan aplikasi Quagga kita dapat melakukan kegiatan routing dengan benar, 3. Pembuatan Virtual Route Forwarding
Effort
(Internet).
Sebagai
upaya
untuk
menunjang pelaksanaan ujicoba tersebut maka diperlukan kondisi jaringan sebagai ujicoba dalam bentuk tesbed jaringan MPLS.
(VRF) Virtual routing dan forwarding (VRF) adalah teknologi yang masuk dalam IP (Internet Protocol) jaringan router yang memungkinkan beberapa contoh tabel
Sedangkan analisis pemodelan jaringan MPLS didasarkan pada validasi aliran paket dalam LSP antara CE dan PE sesuai dengan skenario diagram alir jaringan tesbed.
routing berada pada sebuah router dan
4.1. Persiapan Ujicoba
bekerja secara bersamaan. VRF memiliki
Setelah jaringan tesbed MPLS terbentuk, kita
kemampuan menampung beberapa jalur
akan melakukan ujicoba yang meliputi :
jaringan
1. Awan MPLS
yang
tersegmentasi
tanpa
menggunakan beberapa perangkat. VRF
Persiapan
pembuatan
juga
dilakukan
dengan
dapat
meningkatkan
keamanan
jaringan
membentuk
MPLS awan
jaringan dan menghilangkan kebutuhan
MPLS yang terdiri dari 3 router yang telah
enkripsi dan otentikasi.
terkoneksi. Pembuatan ini sampai pada
4. Konfigurasi static route dan Multi
routing paket yang ada.
Protocol BGP (MP-BGP). Static route adalah rute atau jalur spesifik yang
ditentukan
oleh
user
untuk
meneruskan paket dari sumber ke tujuan. Rute ini ditentukan oleh administrator untuk mengontrol perilaku routing dari IP “internetwork”
kesiapan jaringan MPLS dapat melakukan
2. Adanya paket yang melewati jaringan MPLS
Tabel 1. Hasil Uji Coba
Setelah jaringan MPLS terbentuk, maka dilewatkan paket pada jaringan tersebut untuk mengetahui kehandalan jaringan dalam berkomunikasi. Pengiriman paket dilakukan oleh Traffic Generator dan beberapa user dengan routing protokol.
Kondisi
VoIP (33 Kbps)
BC (24 Kbps)
Adanya user yang mengirimkan paket melalui jaringan MPLS akan di monitor
komponen dari QoS
4.2. Pelaksanaan Uji Coba Quality of
1 1 1
0 0 0
VoIP BC BE VoIP 4 Kbps BC = 50% BE
3 6 3 4 6 3
2 3 2 2 3 2
0 0 0 0 0 0
6 Kbps = 25%
VoIP 4 Kbps BC = 50% BE
3 5 4
1 3 2
0 0 0
3 Kbps
6 Kbps = 25%
6 Kbps VoIP BC = 75% BE
4 6 3
1 3 2
0 0 0
1
0
3 Kbps
3 Kbps
7
3 Kbps
18 Kbps = 75%
6 Kbps VoIP BC = 75% BE VoIP 6 Kbps BC = 75% BE
3
6
3 4 12 15 18
1 1 5 5 9
0 0 0 0 0
VoIP
18
8
0
3 Kbps
21 Kbps = 87,5%
BC BE VoIP 4 Kbps BC = 50% BE
23 32 3 5 5
19 27 1 1 1
0 0 0 0 0
VoIP 6 Kbps BC = 75% BE VoIP 4 Kbps BC = 50% BE VoIP
3 3 3 14 30
1 1 1 11 13
0 0 0 0 0
29 27
21 18
0 0
3 Kbps
BC BE
30 25
23 21
0 0
36
27
0
3 Kbps
BC
40
20
0
BE
37
21
0
40
21
0
4 Kbps BC = 50%
49
46
0
BE
57
56
0
65
43
0
90 98
78 91
0 0
120
104
0
413
450
4
1989
1986
0
148
90
0
BC
376
143
10
BE
538
132
0
3 Kbps
3 Kbps
2
3 Kbps
6 Kbps = 25%
3 Kbps
3
3 Kbps
12 Kbps = 50%
4
3 Kbps
5
8
Service pada jaringan MPLS 9
33 Kbps
6 Kbps = 25%
10
33 Kbps
6 Kbps = 25%
11
33 Kbps
12 Kbps = 50%
Peneliti akan mencatat beberapa hal terkait dengan pelaksanaan ujicoba untuk memperoleh hasil penelitian sesuai skenario
RTT Delay Packet AVG AVG Loss (ms) (ms) (packet) 3 3 3
3 Kbps
untuk mengetahui nilai RTT (Round Trip Time), Delay dan packet loss sebagai
Trafik
VoIP BC BE
1
3. Adanya monitoring trafik paket yang melewati jaringan
BE (8 Kbps)
yang diinginkan melalui simulasi jaringan 12
33 Kbps
18 Kbps = 75%
13
33 Kbps
21 Kbps = 87,5%
MPLS. Adapun hal yang dilakukan adalah
6 Kbps = 75%
ujicoba QoS yang berasal dari trafik paket VoIP
VoIP, BC (Business Critical,intranet) dan BE (Best Effort, Internet).
VoIP 14
4.2.1. Hasil Uji Coba
33 Kbps
21 Kbps = 87,5%
15
33 Kbps
21 Kbps = 87,5%
16
33 Kbps
24 Kbps = 100%
Hasil dari simulasi dapat dilihat pada tabel dibawah ini, dimana kondisi tersebut
VoIP
6 Kbps = 75% BC BE
VoIP 8 Kbps BC = 100% BE
mengidentifikasikan variasi dari bandwidth.
VoIP 17
33 Kbps
28 Kbps > 100%
3 Kbps
mengalami delay yang cukup besar ) /
4.3. Analisis Analisis dilakukan berdasarkan tabel
lonjakan.
hasil simulasi pengukuran RTT, delay dan packet loss pada tesbed jaringan VPN MPLS.
BC
4.3.1. Delay
500 400
ms
VoIP
ms
120
300 200
100
100
80
0
60 BC
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
1
3
3
3
3
1
5
19
1
1
13
23
20
46
78 450 143
16
17
40 20
Gambar 9. Grafik delay pada trafik
0 VoIP
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
1
2
2
1
1
1
5
8
1
1
11
18
27
21
43 104 90
Business Critical (intranet) Pada gambar 9. menjelaskan
Gambar 7. Grafik Delay pada trafik VoIP Gambar 7. menunjukkan delay
bahwa trafik intranet mengalami
pada pengiriman paket VoIP dan waktu
delay rata-rata 47 ms dengan kondisi
delay akan semakin besar ketika paket
1 s/d 7 mengalami delay yang cukup
yang dikirimkan semakin besar pula.
rendah.
4.3.2. Round Trip Time (RTT)
BE
BE
2000
2500
1500
2000
ms
ms
2500
1000 500
1500 1000 500 0
0 BE
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
1
2
2
2
2
1
9
27
1
1
21
21
21
56
91 198 132
BE
Gambar 8. Grafik delay pada trafik Best Effort (internet)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
3
3
3
4
3
4
18
32
5
3
29
25
37
57
98 198 538
16
17
Gambar 10. Grafik RTT (Round Trip Time) pada trafik Best Effort (Internet)
Pada Gambar 8 dijelaskan bahwa
Pada gambar 10. menjelaskan
pengiriman paket pada keadaan best
tentang trafik internet yang melewati
effort (internet) dengan kondisi 1 s/d 14
jaringan memiliki nilai RTT yang
mengalami waktu delay yang cukup
kecil (kondisi 2 s/d 6) sedangkan
kecil namun pada kondisi 15, 16
kondisi 11 s/d 17 memiliki nilai RTT
lebih besar dengan bandwidth dari
sehingga
BE
prioritas layanan jaringan.
sebesar
Sedangkan
6
Kbps
pada
(75%).
kondisi
trafik
16
VoIP
merupakan
BC
dijelaskan bahwa bandwidth untuk
500
VoIP, BC dan BE telah mencapai
300
ms
400
100%, namun jika dilihat nilai RTT-
200 100 0
nya maka nilai RTT dari BE paling
BC
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
3
6
6
5
6
3
15
23
5
3
30
30
40
49
90 413 376
16
17
besar dibandingkan lainnya. Hal ini berarti
trafik
diprioritaskan
BE
dalam
Gambar 12. Grafik RTT (Round Trip
kurang mekanisme
Time) pada trafik Business Critical (intranet) Trafik BC jika dilihat nilai RTT
pelayanan jaringan.
nya akan memiliki nilai waktu tempuh VoIP
antara 1 s/d 6 ms pada kondisi awal ,
160 140
sedangkan pada pemberian bandwidth
120 ms
100
yang penuh diperoleh waktu tempuh
80 60
(RTT) yang besar.
40 20 0 VoIP
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
3
3
4
3
4
3
12
18
3
3
14
27
36
40
65
120 148
17
Gambar 11. Grafik RTT (Round Trip Time)
5. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 KESIMPULAN Kesimpulan pada penelitian ini adalah:
pada trafik VoIP Pada gambar 11. menjelaskan
•
Pengiriman paket VoIP memiliki nilai
tentang nilai RTT pada trafik VoIP yang
delay yang paling kecil jika dibandingkan
semakin besar mulai pada kondisi 10 s/d
dengan paket BC dan BE. Hal ini berarti
17 setelah bandwidth yang diberikan
bahwa paket VoIP lebih diprioritaskan
pada VoIP besar (33 Kbps). Hal ini
daripada yang paket yang lain.
berarti
bahwa
dikirimkan
dari
trafik asal
VoIP
yang
ke
tujuan
menempuh waktu yang relatif lama namun waktu tersebut lebih cepat jika dibandingkan dengan trafik BE dan BC,
•
Pada kondisi bandwidth 100% (VoIP = 33 Kbps, BC = 24 Kbps, dan BE = 8 Kbps), trafik BC mengalami packet loss sebesar 4 paket. Hal ini dapat diakibatkan oleh
kapasitas
buffer
yang
tidak
mencukupi untuk menampung antrian
paket jika dibandingkan dengan trafik VoIP dan BE. •
Besarnya waktu yang dibutuhkan untuk menyampaikan paket dari tempat asal ke tujuan (RTT) pada trafik BE mempunyai nilai yang paling besar jika dibandingkan dengan trafik VoIP dan BC. Hal ini dapat disebabkan trafik BE memiliki bandwidth yang
paling
kecil
dan
adanya
pengklasifikasian paket.
5.2 SARAN Adapun saran untuk penelitian selanjutnya adalah: •
Adanya analisis QoS sehingga dapat meningkatkan pelayanan dalam jaringan VPN-MPLS
•
Analisis trafik jaringan VPN-MPLS untuk pengintegrasian pengelolaan kualitas dan penanggulangan hambatan paket komunikasi data.
DAFTAR PUSTAKA A.J. Menezes, P.C.van Oorschot, and S. A,Vanstone, (1997) Handbook of Applied Cryptography, CRC Press, Boca Raton, New York. Allison Mankin, Dan Massey, Chie Lung Wu, S. Felix Wu, Lixia Zhang, (2001), On Design and Evaluation of "Intention-Driven ICMP Traceback, 10th International Conference on
Computer Communications and Networks (IC3N'2001), Arizona. B. Jamoussi, L. Andersson, R. Callon, et al, (2002) Constraint-Based LSP Setup using LDP, IETF RFC 3212. Baker, F., Lindell, B., Taiwar, M., (2000) RSVP Cryptographic Authentication, IETF RFC 2747, California, USA. D. Awduche, L. Berger et al., (2001) RSVPTE: Extensions to RSVP for LSP Tunnels, IETF RFC 3209 David Mazi`eres and M. Frans Kaashoek. (1998) The design, implementation and operation of an email pseudonym server. Proceedings of the 5th ACM Conference on Computer and CommunicationsSecurity. David L. Mills, (1992), Network Time Protocol (Version 3): Specification, Implementation and Analysis, RFC 1305, Internet Engineering Task Force. E. Rosen, A. Viswanathan, R. Callon, (2001) Multiprotocol Label Switching Architecture, IETF RFC 3031. H. Krawczyk, M. Bellare, R. Canetti, (1997), HMAC: Keyed-Hashing for Message Authentication, RFC 2104, Internet Engineering Task Force. http://www.ccpu.com/trillium-protocolsoftware-products/atm-mpls-v5broadband/. Diambil pada tanggal 14 September 2009. http://www.iana.org/assignments/isakmpregistry.. Diakses pada tanggal 03 Juli 2010. http://etutorials.org/Networking/ … Diakses pada tanggal 10 Juli 2010. Mpls-Linux (http://mplslinux.sourceforge.net/). Diambil pada tanggal 14 September 2009. Paul Brittain, Senior Networking Architect (
[email protected]) Adrian Farrel, DC-MPLS Development Manager mpls-linux (http://mpls-
linux.sourceforge.net/). Diambil pada tanggal 07 Desember 2009. Perlman,R., (1992) Interconnections : Bridges and Routers, Addison-Wesley, Reading Mass. Results of the Distributed-Systems Intruder Tools Workshop Pittsburgh, Pensilvania USA, November 2-4 1999, CERT Coordination Center, Software Engineering Institute, Carnegie Mellon University, Pittsburgh, http://www.cert.org/reports/dsit_worksh op.pdf. Diakses pada tanggal 03 Juli 2010. Reza Aditya Permadi, Yoanes Bandung, dan Armein Z.R. Langi, (2009) Implementasi Differentiated Services pada Jaringan Multiprotocol Label Switching untuk Rural Next Generation Network, Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung, e-Indonesia Initiative 2009 (eII2009), Konferensi dan Temu Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk Indonesia, 24 – 25 Juni, Jakarta.