JURNAL INFORMATIKA EVALUASI PERFORMANSI MPLS VPN DENGAN EMULATOR GNS3 Lisa Kristiana [1], Lita Lidyawati [2], Abdissalam Rido[3] Jurusan Teknik Informatika, Jurusan Teknik Elektro Institut Teknologi Nasional Bandung
ABSTRACT Virtual Private Network is the form of network performing high security. It offer two different types of VPN based on the public demand such us overlay VPN and peer-to-peer VPN. The most implemented VPN is Multi Protocol Label Switching (MPLS) VPN, which is high-performance method using label to deliver packets. MPLS can connect all WAN technologies such as ATM, Frame relay, ISDN, Fiber Optic etc. This research analyze every Multi Protocol Label Switching Virtual Private Network characters, (MPLS VPN) layer 2 and layer 3 on OSI layer particularly.
I.
PENDAHULUAN
Saat ini, jaringan komputer menjadi kebutuhan bagi setiap perusahaan baik kecil atau besar. Dengan menyewa jasa Internet Service Provider (ISP) sebagai salah satu solusi praktis, dan akan lebih nyaman jika suatu perusahaan mengimplementasikan Virtual Private Network (VPN). VPN adalah suatu jaringan virtual pribadi yang dibangun melalui suatu jaringan ISP / jaringan publik yang menghubungkan suatu titik ke titik yang telah ditentukan. Hal ini lebih menguntungkan karena jaringan virtual ini tidak kelihatan oleh orang lain sehingga keamanannya tinggi. VPN yang ditawarkan ada dua macam yaitu tradisional VPN atau overlay VPN dan peer-to-peer VPN. Keduanya memiliki keuntungan dan kerugian yang berbeda tergantung kepada kebutuhan perusahaan akan menggunakan jaringan yang bagaimana. No.1 , Vol. 3, Januari – April 2012
Salah satu VPN yang banyak diimplementasikan adalah Multi Protocol Label Switching (MPLS) VPN. MPLS merupakan suatu metode highperformance yang menggunakan label untuk menyampaikan paket dalam suatu jaringan. MPLS dapat menghubungkan semua WAN teknologi seperti ATM, Frame relay, ISDN, Fiber Optik dan lainlain. MPLS VPN adalah salah satu keunggulan MPLS karena konfigurasinya yang sederhana, dapat menggunakan traffic engineering, dan dapat melalui WAN teknologi yang berbeda. Dengan keuntungan-keuntungan tersebut maka ISP menerapkan teknologi MPLS ini pada router-routernya, ATM switch, Frame relay. MPLS VPN sendiri dapat dibedakan berdasarkan layernya yaitu MPLS VPN layer 3 (BGP MPLS VPN) dan MPLS VPN layer 2 (Any Transport over MPLS). Berdasarkan perbedaan pada konfigurasi, cara kerja dan performansi MPLS VPN layer 2 dan MPLS VPN layer 3 68
JURNAL INFORMATIKA penelitian ini akan mengevaluasi melibatkan empat parameter yaitu, delay, throughput, packet loss dan jitter II.
METODE PENELITIAN
1. Tahap studi literature dan kepustakaan, Pada tahap ini akan dilakukan pengumpulan bahan-bahan yang diperlukan dan pendalaman konsep dan teori tentang Multi Protocol Label Switching (MPLS) dan turunannya dari buku-buku, website, ataupun manual handbook yang berkaitan. 2. Penelitian lapangan (observasi) dan analisis, yaitu melakukan try and error konfigurasi pada router Cisco dengan Global Network Simulator 3 (GNS3), melakukan pengujian dan menganalisis pendekatan berdasarkan hasil pengujian dengan melihat teori yang telah dimiliki. III.
DASAR TEORI
3.1.Klasifikasi VPN VPN model yang pertama adalah model Overlay VPN dimana service provider menyediakan sebuah layanan link point-to-point atau sirkuit virtual melalui jaringannya antar router pelanggan. Router-router pelanggan membentuk peering routing antar mereka langsung melalui link-link atau sirkuit virtual dari service provider. Router-router atau switch-switch dari service provider membawa data pelanggan melalui jaringan service provider, tetapi tidak ada peering routing yang terjadi antara router pelanggan dan router service provider. Hasilnya router service provider tidak akan pernah melihat rute pelanggan, seperti yang terlihat pada gambar 3.1. Layanan point-to-point ini dapat merupakan layer 1, 2, atau 3. Contoh No.1 , Vol. 3, Januari – April 2012
layer 1 adalah TDM (Time Division Multiplexing),E1,E3, SONET, and SDH links. Contoh layer 2 adalah sirkuit virtual yang dibuat oleh X.25, ATM, atau Frame Relay.
Gambar 3.1.Jaringan Overlay di Frame Relay Model VPN yang kedua adalah model peer-to-peer VPN. Service provider membawa data pelanggan melalui jaringan tetapi mereka juga ikut berpartisipasi pada routing pelanggan. Dengan kata lain, router-router service provider di-peer langsung dengan router-router pelanggan pada layer 3. Hasilnya adalah satu protokol routing neigborship atau adjacency berada antara pelanggan dan service provider. Gambar 3.2 menunjukkan konsep peer-topeer VPN.
Gambar 3.2. Model Peer-to-peer VPN 69
JURNAL INFORMATIKA 3.2.Multi Protocol Label Switching (MPLS) MPLS merupakan teknologi jaringan yang menggunakan label pada paket yang akan di transmisikan melalui jaringan. Label MPLS di-advertise antar router sehingga mereka dapat membuat peta label ke label. MPLS membuat router di ujung jaringan untuk menambahkan label sederhana ke paket, sehingga membuat router berikutnya melihat label bukan melihat IP address untuk
meneruskan
paket
sehingga
3.2.1.MPLS VPN Layer 3 MPLS VPN Layer 3 atau BGP MPLS VPN, teknologi MPLS yang paling banyak digunakan. MPLS VPN Layer 3 menggunakan “Virtual Routing instances” untuk membuat sebuah pemisahan table routing untuk tiap-tiap pelanggan seperti dapat kita lihat pada gambar 3.2.b. dan menggunakan BGP untuk membentuk koneksi (peering relations) dan signal VPN-berlabel dengan masing-masing router Provider Edge (PE) yang sesuai seperti dapat kita lihat pada gambar 3.2.c. Hasilnya sangat scalable untuk diimplementasikan, karena router Core (P) tidak memiliki informasi tentang VPNs.
meringankan kinerja router, seperti yang terlihat
pada
memungkinkan
gambar
3.3.
seseorang
Hal
ini
untuk
menciptakan end-to-end sirkuit di semua jenis
media
transportasi
yang
menggunakan protokol berbeda. Manfaat utama MPLS adalah untuk menghilangkan ketergantungan pada Data Link Layer teknologi, seperti ATM, frame relay, SONET atau Ethernet, dan menghilangkan
Gambar 3.2.b. Arsitektur PE di MPLS VPN
kebutuhan untuk beberapa jaringan layer 2 untuk memenuhi berbagai jenis lalu lintas.
Gambar 3.2.c. Propagasi routing informasi di jaringan service provider Gambar 3.3. Konsep dasar MPLS No.1 , Vol. 3, Januari – April 2012
70
JURNAL INFORMATIKA 3.2.2. MPLS VPN Layer 2 MPLS VPN Layer 2 mengacu pada kemampuan dan kebutuhan dari pelanggan Service Provider untuk menyediakan Layer 2 Circuits melalui MPLS-enabled IP backbone. Penting untuk memahami 3 komponen utama dari MPLS VPN Layer 2: 1. Layer 2 Transport over MPLS Layer 2 circuit membawa data secara transparan melalui MPLS enabled IP backbone (juga dikenal sebagai AToM). 2. Virtual Private Wire Services Kemampuan untuk menambahkan signalling ke AToM, dan untuk fitur-fitur seperti auto-discovery perangkat CE. 3. Virtual Private LAN Services Kemampuan menambahkan Virtual Switch Instances (VSIs) pada router PE untuk membentuk LAN based services melalui MPLSenabled IP backbone. Layer 2 sirkuit yang dominan adalah Ethernet, ATM, Frame Relay, PPP, dan HDLC. AToM dan MPLS VPN Layer 3 didasarkan pada konsep yang sama, tetapi AToM menggunakan sebuah directed LDP session untuk mendistribusikan Labels Virtual Circuit (analogi dengan Label BGP VPN). Oleh karena itu, router Core tidak perlu mengetahui per-subscriber base, hasilnya sebuah architecture yang sangat scalable. Sebelum ada AToM, Service Provider harus membangun jaringan yang berbeda untuk menyediakan koneksi Layer 2. Contoh, Service Provider harus membangun sebuah ATM dan sebuah Frame Relay Network, hasilnya peningkatan biaya operasional dan capital expenses. Saat ini, MPLS VPN Layer 2 memungkinkan Service Provider untuk menggabungkan jenis jaringan yang berbeda ini, sehingga menghemat biaya No.1 , Vol. 3, Januari – April 2012
operasional dan capital expenses secara signifikan. MPLS VPN Layer 2 dan MPLS VPN Layer 3 dapat dikonfigurasi dalam satu box dan dapat difungsikan untuk meningkatkan keuntungan dari pelanggan. MPLS VPN Layer 2 dan MPLS VPN Layer 3 saling melengkapi satu sama lain. Dengan berjalannya waktu, demand untuk MPLS VPN Layer 2 bisa jadi lebih tinggi dibandingkan dengan MPLS VPN Layer 3. 3.3.Ethernet over MPLS Dikarenakan AToM luas cakupannya maka difokuskan pada Ethernet over MPLS atau EoMPLS. Hal ini disebabkan penelitian ini difokuskan pada jaringan ethernet. Solusi AToM membawa EoMPLS titik ke titik, intinya semua frame Ethernet dibawa dari satu ingress PE ke satu egress PE. Hal ini sama dengan LAN-to-LAN bridging di atas link WAN point-to-point bukan koneksi multipoint. AC pada EoMPLS bisa berupa Ethernet port atau VLAN 802.1Q. Untuk kedua tipe AC tersebut LDP mengirim sinyal yang berbeda tipe VC atau PW dalam PW ID FEC TLV session yang ditargetkan antar router PE. VC tipe 5 digunakan untuk mode ethernet port dan VC tipe 4 digunakan untuk mode ethernet VLAN. Pada mode ethernet VLAN, header VLAN memiliki suatu arti untuk router PE atau dapat dikatakan router PE melihat header VLAN. Pada mode Ethernet port header VLAN bisa ada atau tidak pada frame jadi PE router tidak memperhatikan header VLAN pada mode ini. Menjalankan EoMPLS pada mode ethernet port harus membuat trunk Ethernet sepenuhnya untuk ditranspor di atas satu pseudowire. Sedangkan mode Ethernet VLAN dengan menkonfigurasi perintah xconnect pada VLAN interface atau Ethernet subinterface. Berikut adalah gambar format frame Ethernet. 71
JURNAL INFORMATIKA IV. ANALISIS Penelitian ini di implementasikan pada desain topolgi jaringan service provider skala besar. 4.1.Konfigurasi VPN pada jaringan MPLS Desain topologi jaringan yang dibuat adalah sebagai berikut.
Gambar 3.3. Format frame Ethernet dan Ethernet dengan 802.1Q Empat byte header VLAN dibagi menjadi : • TPID/ Tag Protocol identifier (16 bits), di set ke 0x08100 untuk mengidentifikasi protokol yang ditag sebagai 802.1Q. • TCI/ Tag Control Information (16 bits), terdiri dari beberapa field lagi yaitu o Priority(3 bits), digunakan untuk QoS agar diprioritaskan. o CFI(1 bit), mengindikadi MAC address-nya resmi atau tidak. o VID(12 bits), adalah pengidentifikasi VLAN, atau nomor VLAN. Berikut adalah perjalanan frame Ethernet pada jaringan MPLS VPN layer 2. Ketika router ingress PE menerima frame Ethernet lalu membuka preamble , Start Fame Delimitter (SFD), dan FCS, menambahkan suatu control word, member label frame , dan meneruskan ke seberang jaringan MPLS. Jika frame Ethernet berlabel dengan suatu tag 802.1Q , tag ini dijaga. Pada router egress PE, VC label dibuka, control word dibuang, Ethernet FCS ditambahkan, dan frame dikirim ke arah CE router atau switch.
No.1 , Vol. 3, Januari – April 2012
Gambar 4.2. Desain topologi untuk MPLS VPN Topologi pada gambar diatas dipilih karena merupakan penyederhanaan jaringan MPLS yang kompleks sehingga dilihat dari konfigurasi maka jaringan MPLS ini dapat dibagi menjadi 2 yaitu inti jaringan (core) dan ujung-ujung jaringan (edge). Inti jaringan dapat merupakan sekumpulan router yang banyak sekali tapi memiliki fungsi yang sama hanya meneruskan paket dengan menukarkan label tanpa melihat isi paket tersebut. Sedangkan untuk ujung-ujung jaringan terdiri dari dua yaitu ingress edge dan egress edge. Pada ingress edge paket yang dating dari pelanggan akan diberikan label agar dapat dikirimkan ke pelanggan pada sisi jaringan MPLS yang lain. Lalu pada egress edge paket yang tadinya dikirim ketika hendak sampai pada pelanggan akan dibuang labelnya oleh router ini sehingga yang tertinggal adalah paket tersebut. Jadi dilihat dari fungsi dan konfigurasinya hanya akan digunakan 3 router pada jaringan MPLS. Dan 4 router pada sisi pelanggan yang mewakili dua user yang berbeda yang memiliki router masingmasing pada kedua ujung jaringan MPLS. 72
JURNAL INFORMATIKA
MULAI Konfigurasi ip address untuk semua interface pada masing-masing router Konfigurasi Routing Protokol di jaringan
Konfigurasi MPLS
adalah routing pada jaringan provider. 4. MPLS VPN layer 2 OSPF (MPLS BGP VPN OSPF), OSPF disini adalah routing pada jaringan provider. Skenario yang dilakukan adalah mengirimkan paket berukuran 100 bytes, 200 bytes, 300 bytes, 500 bytes, 1000 bytes, 1500 bytes, 2500 bytes dan 5000 bytes.
Konfigurasi MPLS VPN
4.2.1. Skenario Pengujian Pertama SELESAI
Gambar 4.3. Flowchart konfigurasi MPLS VPN Pada konfigurasi ini dibahas secara umum langkah-langkah membentuk MPLS, seperti yang terlihat pada gambar 4.3
Skenario pertama adalah salah satu site pelanggan melakukan ping ke site yang masih dalam satu VPN seperti yang terlihat pada gambar 4.4. Dilakukan pada setiap site pelanggan yaitu VPN1A, VPN1B, VPN2X, dn VPN2Y. Hal ini untuk menguji jalur dari jalur antar CE ke PE dan jalur di dalam jaringan MPLS.
4.2.Skenario Pengujian Skenario pengujian untuk mengetahui performansi MPLS VPN layer 3 bila dibandingkan dengan MPLS VPN layer 2 dengan menggunakan produk Internet Control Messaging Protocol(ICMP) yaitu ping. Skenario pengujian ini dibagi menjadi 3 skenario yang bertujuan melihat delay, throughput, packet loss dan jitter masing-masing MPLS VPN. Sekarang akan dipisahkan MPLS VPN berdasaran konfigurasinya, yaitu: 1. MPLS VPN layer 2 EIGRP (EoMPLS EIGRP) , EIGRP disini adalah routing pada jaringan provider. 2. MPLS VPN layer 2 OSPF (EoMPLS OSPF) , OSPF disini adalah routing pada jaringan provider. 3. MPLS VPN layer 3 EIGRP (MPLS BGP VPN EIGRP) , EIGRP disini
No.1 , Vol. 3, Januari – April 2012
Gambar 4.4. Skenario pertama Sehingga data yang akan diperoleh adalah 1. VPN1A ke VPN1B , 2. VPN1B ke VPN1A, 3. VPN2X ke VPN2Y, 4. VPN2Y ke VPN2X. 4.2.2. Skenario Pengujian Kedua Skenario kedua adalah dua site customer yang dalam satu VPN melakukan ping bersamaan
73
JURNAL INFORMATIKA berlabel dan juga menguji PE dengan input dan output yang banyak. Sehingga data yang diperoleh adalah 1. VPN1A ke VPN1B, VPN1B ke VPN1A, VPN2X ke VPN2Y dan VPN2X ke VPN2Y secara bersamaan. Gambar 4.5. Skenario kedua
Dapat dilihat dari gambar 4.5 dua site dalam satu VPN yaitu VPN1 melakukan ping bersamaan. Sehingga dianalogikan akan ada proses pengiriman dan penerimaan pada interface router VPN1A dan VPN1B. Hal ini untuk melihat satu kecepatan Router VPN1 dalam mengolah data yang diterima dan data yang dikirim. Dan pada router PE akan menunjukkan performansi router dalam mengolah paket dan memasang label. Sehingga data yang diperoleh adalah 1. VPN1A ke VPN1B dan VPN1B ke VPN1A secara bersamaan, 2. VPN2X ke VPN2Y dan VPN2X ke VPN2Y secara bersamaan. 4.2.3. Skenario Pengujian Ketiga Skenario ketiga adalah semua site melakukan ping pada waktu bersamaan
4.3 Hasil Skenario Pengujian Skenario pengujian semuanya dilakukan dengan command ping dari protokol Internet Control Messaging Protocol(ICMP). Data yang dikirimkan bervariasi ukurannya yaitu 100 bytes, 200 bytes, 300 bytes, 500 bytes, 1000 bytes, 1500 bytes, 2500 bytes, dan 5000 bytes. Dengan setiap ukurannya dilakukan sebanyak 100 kali. Data yang didapatkan adalah roundtrip min/avg/max beserta packet drop. Berikut penjelasan lebih detail dari ping pada router Cisco, dengan Syntax ping seperti yang terlihat pada gambar 4.7.
Gambar 4.7. Syntax ping pada router Cisco Dapat dilihat bahwa ping dapat mengatur data pattern, nilai repeat (pengulangan), nilai size (ukuran), dan lainnya. Sedangkan hasil ping dapat dilihat pada gambar 4.8.
Gambar 4.6. Skenario ketiga Dapat keempat site sama. Hal ini CORE untuk
dilihat dari gambar 4.6, melakukan ping bersamamenguji kemampuan router men-switching paket yang
No.1 , Vol. 3, Januari – April 2012
Gambar4.8. Keluaran perintah ping pada router Cisco
74
JURNAL INFORMATIKA Dapat dilihat bahwa nilai pengulangannya 5 kali, ukuran datanya 100 bytes, timeout-nya 2 detik, tanda seru (!) menunjukkan data yang mendapat balasan dari host yang dituju sedangkan tanda (.) menunjukkan data yang gagal atau tidak mendapat balasan dari host yang dituju dan masih ada tanda-tanda lain. Success rate menunjukkan keberhasilan proses ping dalam 5 kali pengiriman paket ping sehingga dapat dianalogikan sebagai jumlah paket yang berhasil dikirim. Round-trip menunjukkan waktu yang dibutuhkan dari sumber ke tujuan kembali lagi ke sumber dan dianalogikan sebagai 2 kali delay sehingga untuk mendapat nilai delay diambil nilai round-trip rata-rata (avg/average) dibagi 2. Berikut perumusannya.
Delay =
Round − trip(avg ) 2
4.4.Hasil perhitungan Bab berikut akan menyajikan perhitungan delay, throughput dan packet loss delay per bit 4.4.1. Perhitungan Delay per bit Grafik rata-rata adalah nilai yang diakumulasikan dari keempat site karena setiap site mengalami kondisi dan situasi yang sama sehingga analisis bisa difokuskan pada grafik rata-rata tersebut dan dilakukan perhitungan delay per bit maka didapatlah data pada tabel 4.1. Tabel 4.1.a. Delay per bit (ms/bit) dari 3 skenario pengujian MPLS VPN EoMPLS EIGRP (ms/bit) Skena rio perta
0.02 2474 87
MPLS VPN EoMPLS OSPF (ms/bit) 0.02322 3438
MPLS VPN BGP EIGRP (ms/bit)
0.02256 5495
No.1 , Vol. 3, Januari – April 2012
MPLS VPN BGP OSPF (ms/bit) 0.02256 6667
ma ratarata Skena rio kedua ratarata Skena rio Ketig a ratarata Ratarata
0.02 2949 609
0.02339 3359
0.02284 0495
0.02281 4974
0.02 4635 156
0.02607 3
0.02461 3021
0.02619 9219
0.02 3353 212
0.02422 9932
0.02333 967
0.02386 0287
Sehingga apabila dilihat dari tabel diatas kita dapat mengurutkan bahwa dengan skenario yang berubah-ubah yaitu: 1. MPLS VPN BGP EIGRP dengan 23,33967 µs/bit 2. MPLS VPN EoMPLS EIGRP dengan 23,353212 µs/bit 3. MPLS VPN BGP OSPF dengan 23,860287 µs/bit 4. MPLS VPN EoMPLS OSPF dengan 24,229932 µs/bit Dari urutan itu dapat dilihat bahwa MPLS VPN layer 3 unggul dari MPLS VPN layer 2. Hal ini dikarenakan ukuran paket MPLS VPN layer 2 lebih besar dikarenakan adanya header VLAN selain header label MPLS dan header label MPLS VPN, sedangkan pada MPLS VPN layer 3 hanya ada header MPLS dan header MPLS VPN. Dan juga dapat dilihat dari tabel 4.1. , perbandingan routing protocol dan pengaruhnya terhadap MPLS VPN yaitu EIGRP memiliki kecepatan dalam konvergensi (kecepatan sinkronisasi informasi sehingga setiap router memiliki informasi dari setiap router) lebih baik daripada OSPF, berikut ini adalah perbandingannya untuk MPLS VPN layer 3:
75
JURNAL INFORMATIKA Tabel 4.2. Perbandingan Delay per bit EIGRP dan OSPF MPLS VPN layer 3 Delay per bit (µs/bit) MPLS VPN BGP EIGRP
23.33967
MPLS VPN BGP OSPF
23.860287
Selisih delay
0.520617
Sedangkan untuk MPLS VPN layer 2: Tabel 4.3. Perbandingan Delay per bit EIGRP dan OSPF MPLS VPN layer 2 Delay (µs/bit) MPLS EIGRP
VPN
per
b. Skenario kedua Tabel 4.4.b. Packet Loss dan Throughput skenario pengujian kedua Paket Loss (%) MPLS VPN EoMPLS EIGRP MPLS VPN EoMPLS OSPF MPLS VPN BGP EIGRP MPLSVPN BGP OSPF
28.125
Throughput (bps) 112762.747 2 106135.093 1 108423.084 2
27.25
107069.806
22.75 28.25
bit
c. Skenario ketiga
EoMPLS 23.353212
MPLS VPN EoMPLS OSPF Selisih delay
24.229932 0.87672
4.4.2. Perhitungan dan analisis Throughput dan Packet Loss Paket loss didapat dari ping dilihat dari repetisi data dalam penelitian ini repetisi pengiriman data sebesar 100 kali. Dan hasil pengamatan success rate dapat dilihat lampiran D. Sehingga packet loss dapat dirumuskan sebagai berikut. PacketLoss = 1 − successrate Sedangkan throughput didapat dari paket dalam bit dibagi delay. Berikut perumusannya. Ukuranpaket (bit ) Throughput = Delay (det ik ) a. Skenario pertama Tabel 4.4.a. Packet Loss dan Throughpuy skenario pengujian pertama MPLS VPN EoMPLS EIGRP MPLS VPN EoMPLS OSPF MPLS VPN BGP EIGRP MPLSVPN BGP OSPF
Paket Loss (%)
Throughput (bps)
22.4375
110779.4114
22.59375
108967.0427
26.34375
111980.3948
28.15625
108256.0188
No.1 , Vol. 3, Januari – April 2012
Tabel 4.4.c. Packet Loss dan Throughput skenario pengujian ketiga MPLS VPN EoMPLS EIGRP MPLS VPN EoMPLS OSPF MPLS VPN BGP EIGRP MPLSVPN BGP OSPF
Paket Loss(%)
Throughput (bps)
23.9375
108647.1736
27.3125
99042.22704
28.03125
104827.2534
27.34375
100489.1004
d. Rata-rata dari ketiga skenario Tabel 4.4.d. Packet Loss dan Throughput rata-rata dari ketiga scenario MPLS VPN EoMPLS EIGRP MPLS VPN EoMPLS OSPF MPLS VPN BGP EIGRP MPLSVPN BGP OSPF
Paket Loss(%) 23.041666 67 26.052083 33 27.5 27.583333 33
Throughput( bps) 110729.777 4 104714.787 6 108410.244 1 105271.641 7
Dari data diatas dapat dilihat rataratanya pada tabel 4.4.2.d. bahwa MPLS VPN layer 2 memiliki packet loss yang lebih sedikit dibanding MPLS VPN layer 3. Hal ini dilihat dari teknik antrian yang digunakan yaitu First In First Out (FIFO) dan juga adanya buffer size (tempat data mengantri) yang ukurannya default atau sesuai setting-an dari pabrikasi routernya 76
JURNAL INFORMATIKA dapat menyebabkan packet loss atau packet drop serta proses enkapsulasi dan dekapsulasi pada layer 2 lebih sederhana dibandingkan layer 3 pada Provider Edge (PE) juga dapat mempengaruhi nilai packet loss dan nilai throughput. Tetapi nilai throughput memiliki nilai yang bervariasi yang lebih dipengaruhi oleh routing protocol pada jaringan MPLS karena throughput erat kaitannya dengan delay sehingga memiliki urutan sebagai berikut: 1. MPLS VPN EoMPLS EIGRP dengan 110729,7774 bps 2. MPLS VPN BGP EIGRP dengan 108410,2441 bps 3. MPLS VPN BGP OSPF dengan 104714,7876 bps 4. MPLS VPN EoMPLS OSPF dengan 105271,6417 bps
4.4.3. Perhitungan dan analisis Jitter Jitter adalah variasi delay dari paket–paket yang dikirimkan. Sehingga dari hasil ping diambil round-trip maksimal dikurangi round-trip minimal. Berikut perumusannya. ⎛ round − trip (max) ⎞ ⎛ round − trip (min) ⎞ Jitter = ⎜ ⎟−⎜ ⎟ 2 2 ⎠ ⎝ ⎠ ⎝
Tabel 4.5 Jitter semua skenario pengujian
MPLS VPN EoMPLS EIGRP MPLS VPN EoMPLS OSPF MPLS VPN BGP EIGRP MPLSVPN BGP OSPF
Jitter Skenari o1 (ms)
Jitter Skenari o2 (ms)
Jitter Skenar io 3 (ms)
Ratarata (ms)
100.562 5
121.937 5
119.18 75
113.8 95833 3
95.3125
103.312 5
144.18 75
114.2 70833 3
100.625
96.9375
114.31 25
98.4375
93.75
120.5
No.1 , Vol. 3, Januari – April 2012
103.9 58333 3 104.2 29166 7
Sehingga dapat dianalisis dari nilai rata-ratanya bahwa MPLS VPN layer 3 memiliki jitter yang lebih baik dengan selisih sekitar 10 milisecond dengan MPLS VPN layer 2. Hal ini bisa disebabkan oleh pengaruh routing protocol dan juga pengaruh dari ukuran header paket MPLS VPN layer 3 lebih kecil dari MPLS VPN layer 2. V. KESIMPULAN 1. Dari sisi delay dapat dilihat bahwa MPLS VPN BGP EIGRP atau MPLS VPN layer 3 dengan routing protocol EIGRP memiliki nilai delay per bit terkecil yaitu 23,33967 µs/bit, tetapi nilai delay juga dipengaruhi oleh routing protocol bisa dilihat bahwa EIGRP lebih cepat daripada OSPF, hal ini dilihat dari nilai selisih delay per bit yaitu 0,520617 µs/bit pada MPLS VPN layer 3 dan 0,87672 us/bit pada MPLS VPN layer 2. 2. Dari sisi packet loss dilihat dari data yang diperoleh MPLS VPN layer 2 memiliki jumlah packet loss lebih kecil dibanding MPLS VPN layer 3 yaitu 23,0416667 % untuk routing protocol EIGRP dan 26,0508333 % untuk routing protocol OSPF. 3. Dari sisi throughput dilihat dari data yang didapatkan bahwa routing protocol memegang peranan penting dan yang tertinggi nilai throughput-nya adalah MPLS VPN EoMPLS EIGRP atau MPLS VPN layer 2 dengan routing protocol EIGRP yang bernilai 110729,7774 bps atau 110,7297774 kbps. 4. Dari sisi jitter diketahui bahwa MPLS VPN layer 3 lebih baik nilai jitter-nya dengan nilai rata-rata 103,958 ms untuk EIGRP dan 104,229 ms untuk OSPF serta memiliki selisih 10 ms dengan 77
JURNAL INFORMATIKA MPLS VPN layer 2 untuk masingmasing routing protocol. 5. Banyak hal yang mempengaruhi MPLS VPN yaitu pada delay terpengaruh oleh perbedaan ukuran header paket antara MPLS VPN layer 2 dan MPLS VPN layer 3 serta dipengaruhi juga oleh routing protocol walau hanya beberapa microsecond. Pada throughput dan packet loss juga terpengaruh oleh proses yang terjadi selama pengiriman paket yakni paket fragmentasi, buffer size router, teknik antrian yang digunakan dimana dalam hal ini digunakan teknik antrian default yakni FIFO. Selain itu juga dipengaruhi resource router secara hardware yaitu prosessor, ram untuk menyimpan tabel-tabel seperti tabel label, tabel routing dan lain-lain serta ram untuk buffer. VI. REFERENSI 1. Moechammad Sarosa dan Sigit Anggoro. 2000.Jaringan Komputer Data Link, Network, and Issue. Diktat Institut Teknologi Bandung 2. Sukaridhoto, Sitrusta. 2007. Jaringan Komputer. Diktat Politeknik Elektronika Institut Teknologi Surabaya. 3. Ghein ,Luc De. 2006. MPLS Fundamental. United State. Cisco Press of Cisco System Inc. 4. Cisco, Interconnecting Devices 2007 5. Cisco, CCNA 2007
No.1 , Vol. 3, Januari – April 2012
78
JURNAL INFORMATIKA
NO.x, VOL.x, BULAN‐BULAN TAHUN
79