QUALITATIVE CHARACTERISTICS OF NATURE LOCAL GOAT IN THE DISTRICT BONE BOLANGO BY Heru Prasetiawan * Fahrul Ilham **, Nibras K. Laya *** * Student Department of Animal Husbandry **Supervisor I and *** Supervisor II DEPARTMENT OF LIVESTOCK SCIENCE FACULTY OF AGRICULTURE STATE UNIVERSITY GORONTALO ABSTRACT HERU PRASETIAWAN (621 408 021). Nature of Qualitative Characteristics of Local Goatin Bone Bolango. Under the guidance Fahrul Ilham Supervisor I and Nibras K. Laya Supervisor II. This study aimed to obtain the characteristics of the qualitative nature of local goats and identify the level of diversity of the qualitative nature of local goats in Bone Bolango regency. This study was conducted in 3 District (Bonepantai, Botupingge, Kabila), collecting data on the location of the research conducted during the months of November to December 2012. Total sample goat for the qualitative nature of the observations is 90 tails ages 2.5 to 4 years. Descriptive analysis found that 4 kinds of coat color, black, white, brown and gray with a pattern of coat color is plain black 28.9%, 26.7% plain chocolate, black and 11.1% white, 7.8% plain white, brown 7.8% , gray 5.6%, 4.4% brown and white, brown and black 3.3%, white 3.3% black spots, dark chocolate and white 1.1%. Chi square analysis based on the results obtained by observation location affect the incidence of various color patterns (X2hitung = 32.649 > X2 tabel = 28 .869), and objec horn (X2hitung = 16.855 ≥ X 2tabel = 9.488) in Bone Bolango local goats, but the line of face profiles ((X2hitung = 2.068<X2tabel = 5.99) and the shape of the ear (X2hitung=1.979<X2tabel= 9.488) was not affected by the location of the observation of local goats in Bone Bolango The majority of the qualitative nature of the line shape is a flat face is found, half dangling ear shape, form back straight, and have horns. Keywords: Goat local, qualitative characteristics of the properties.
1
KARAKTERISTIK SIFAT KUALITATIF TERNAK KAMBING LOKAL DI KABUPATEN BONE BOLANGO OLEH Heru Prasetiawan *Fahrul Ilham**, Nibras K. Laya *** *Mahasiswa Jurusan Peternakan **Pembimbing I Dan ***Pembimbing II JURUSAN PETERNAKAN FAKULTAS ILMU-ILMU PERTANIAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
ABSTRAK HERU PRASETYAWAN (621408021). Karakteristik Sifat Kualitatif Ternak Kambing Lokal di Bone Bolango. Di bawah Bimbingan Fahrul Ilham Pembimbing I dan Nibras K. Laya Pembimbing II. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan karakteristik sifat kualitatif ternak kambing lokal dan mengidentifikasi tingkat keragaman sifat kualitatif ternak kambing lokal di Kabupaten Bone Bolango. Penelitian dilakukan ini di 3 Kecamatan (Bonepantai, Botupingge, Kabila), pengambilan data di lokasi penelitian dilaksanakan selama satu bulan dari bulan November sampai bulan Desember 2012. Total sampel kambing untuk pengamatan sifat kualitatif adalah 90 ekor umur 2.5 sampai 4 tahun. Hasil analisis deskriptif ditemukan 4 macam warna bulu yaitu, hitam, putih, coklat dan abu-abu dengan pola warna bulu adalah warna hitam polos 28.9%, coklat polos 26.7%, hitam dan putih 11.1%, putih polos 7.8%, coklat muda 7.8%, abu-abu 5.6%, coklat dan putih 4.4%, coklat dan hitam 3.3%, putih totol hitam 3.3%, coklat hitam dan putih 1.1%. Berdasarkan analisis Chi square diperoleh hasil lokasi pengamatan berpengaruh terhadap timbulnya berbagai macam pola warna (X2hitung = 32.649 > X2 tabel = 28 .869), dan keadan tanduk (X2hitung = 16.855 ≥ X2tabel = 9.488) kambing lokal di Bone Bolango, namun garis profil muka (X2hitung= 2.068<X2tabel= 5.99) dan bentuk telinga (X2hitung=1.979<X2tabel= 9.488) tidak dipengaruhi oleh lokasi pengamatan kambing lokal di Kabupaten Bone Bolango. Mayoritas sifat kualitatif bentuk garis muka yang ditemukan adalah datar, bentuk telinga setengah menjuntai, bentuk punggung lurus, dan memiliki tanduk. Kata kunci: Kambing lokal, karakteristik sifat kualitatif.
2
PENDAHULUAN Salah satu komoditi peternakan yang memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap gizi masyarakat adalah ternak kambing. Ternak kambing termasuk ke dalam ternak kecil yang memberikan manfaat untuk memenuhi kebutuhan konsumsi daging, juga merupakan ternak penghasil kulit, susu, dan feses. Kambing kacang (lokal) sebagai penghasil daging memiliki potensi dan peluang untuk dikembangkan. Kambing sebagai penghasil daging, digunakan sebagai alternatif penyediaan daging untuk memenuhi gizi masyarakat, terutama pada hari raya qurban, aqikah, pesta perkawinan dan kebutuhan warung nasi/restoran, baik sebagai olahan tradisional maupun semi modern. Kambing lokal memiliki beberapa keunggulan antara lain dapat hidup dengan pakan berkualitas rendah, mampu bertahan pada tekanan iklim setempat, daya tahan tinggi terhadap penyakit dan parasit lokal. Kambing lokal merupakan sumber gen khas untuk digunakan dalam perbaikan mutu genetik melalui persilangan, produktif meskipun dengan biaya rendah, mendukung keragaman pangan pertanian dan budaya, dan efektif dalam mencapai tujuan keamanan pangan lokal. Kambing lokal sebagai sumberdaya genetik (plasma nutfah) dapat dikembangkan untuk perbaikan mutu genetik bangsa kambing secara nasional dengan tetap menjaga kemurnian dan kelestariannya. Kambing yang terdapat di Kabupaten Bone Bolango secara fenotip memiliki ciri yang sebagian besar dimiliki oleh kambing kacang. Jenis ternak ini di Kabupaten Bone Bolango telah dipelihara masyarakat setempat secara turun-temurun, sehingga tidak saja menghasilkan puluhan generasi namun telah beradaptasi terhadap lingkungan setempat dan membentuk karakteristik khas yang hanya dimiliki oleh ternak tersebut. Informasi dan asal usul serta sifat kualitatif ternak kambing yang ada di Kabupaten Bone Bolango diperlukan untuk progam seleksi. Informasi tersebut dapat dilakukan melalui kajian eksterior (fenotip) yang melibatkan sifat kualitatif melalui warna bulu, garis muka, bentuk punggung, bentuk telinga, dan tanduk. Tujuan penelitian ini adalah. 1. Untuk mengetahui karakteristik sifat kualitatif ternak kambing lokal di Kabupaten Bone Bolango 2. Mengidentifikasi tingkat keragaman sifat kualitatif ternak kambing lokal di Kabupaten Bone Bolango METODE PENELITIAN Pengambilan data di lokasi penelitian dilaksanakan selama satu bulan mulai dari bulan November sampai dengan bulan Desember 2012. Lokasi penelitian dilaksanakan di Kabupaten Bone Bolango yang terbagi dalam tiga lokasi yaitu Kecamatan Kabila, Kecamatan Botupingge, dan Kecamatan Bonepantai. Pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling yaitu pada desa-desa yang memiliki populasi kambing terbanyak pada masing-masing wilayah. Berdasarkan data BPS, (2011) populasi ternak kambing di Kabupaten Bone Bolango, populasi terbanyak terdapat pada tiga Kecamatan yaitu Kecamatan Bonepantai 1417 ekor, Kecamatan Kabila 697 ekor dan Kecamatan Botupingge 530 ekor. Jenis ternak kambing yang dijadikan sampel adalah ternak kambing yang memiliki sejarah paling sedikit telah berkembang biak selama 5 generasi di Kabupaten Bone Bolango dan merupakan kambing lokal setempat. Umur kambing untuk pengamatan sifat kualitatif adalah kambing dewasa pada umur 2,5-4 tahun (I3 dan I4). Penentuan umur ternak kambing 3
untuk dilapangan berdasarkan pergantian gigi seri susu menjadi gigi tetap, variabel yang diamati untuk pengambilan data adalah. 1) Warna dan pola warna bulu badan. 2) Garis punggung dilihat dari samping pada posisi berdiri normal diklasifikasikan kedalam kelompok cembung, lurus, dan cekung. 3) Bentuk telinga. Bentuk telinga dikategorikan atas berdiri, setengah menjuntai dan menjuntai ke bawah. 4) Tanduk. Tanduk diidentifikasi dengan kategori bertanduk, tidak bertanduk, dan benjolan tanduk. 5) Garis muka dikelompokkan berdasarkan cembung dan datar. Informasi keadaan umum lokasi sampel yang diamati meliputi potensi pertanian, temperatur, curah hujan, dan kelembaban. Informasi mengenai sistem pengelolaan dan pemeliharaan kambing yang diterapkan, diperoeh dengan menggunakan kuisioner yang dibagikan kepada masing-masing peternak. Data pola warna bulu, bentuk telinga, garis punggung, bentuk tanduk, dan garis muka dianalisis secara statistik deskriptif menggunakan frekuensi relatif dengan formula Frekuensi relatif= Σ Sifat A x 100% n Keterangan : A = salah satu sifat kualitatif pada kambing yang diamati n = total sampel kambing yang diamati Pengaruh lokasi terhadap beberapa sifat kualitatif yang diamati dianalisis menggunakan Uji Chi-Square adalah: n f 0 E fe 2 2 X E 2 Keterangan: X = Chi-Kuadrat n = Nilai Pengamatan E = Nilai Harapan Σ = Total dari nilai-nilai HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Penelitian Kabupaten Bone Bolango merupakan salah satu kabupaten di antara 5 Kabupaten yang terdapat di Provinsi Gorontalo dan secara geografis memiliki luas wilayah 1984,31 km2. Populasi kambing terbanyak terdapat pada 5 Kecamatan, yaitu Kecamatan Bonepantai, Kecamatan Bulawa, Kecamatan Kabila, Kecamatan Botupingge dan Kecamatan Bone Raya. Kecamatan Bonepantai, Kabila, dan Botupingge dengan mempertimbangkan memiliki populasi ternak kambing yang lebih dominan dari keseluruhan lokasi Kecamatan di Bone Bolango,serta masing-masing juga telah dapat mempresentasikan ketinggian tempat dari permukaan laut yaitu tinggi Kecamatan Botupingge, sedang Kecamatan Kabila, dan rendah Kecamatan Bone pantai Letak Kabupaten Bone Bolango secara geografis berada pada ketinggian 0-1500 meter dari permukaan laut, terletak antara 0,27’- 1.01’ Lintang Utara dan antara 121.23’-122.44’ Bujur Timur. Sebelah utara berbatasan langsung dengan laut Sulawesi dan Kecamatan Atinggola, sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Bolaang Mongondow (Sulawesi Utara) sebelah Selatan berbatasan dengan kota Gorontalo, sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Telaga, Kota Selatan dan Kota Utara (BPS 2011) 4
. Kabupaten Bone Bolango secara umum memiliki potensi yang sangat besar dan variatif serta didukung oleh kondisi agrosistem yang cocok untuk pengembangan komoditas pertanian, peternakan, perikanan, dan perkebunan. Potensi sektor pertanian dan tanaman pangan di Kabupaten Bone Bolango terdiri dari beberapa komoditas yaitu padi, jagung, kacah tanah, kacang hijau, kacang kedelai, ubi jalar dan ubi kayu. Sistem pemeliharan yang diterapkan peternak kambing lokal yang ada di Bone Bolango sebagian besar adalah semi intensif, yaitu pada pagi sampai sore hari kambing-kambing tersebut dilepas di luar kandang dan pada malam kambing di kandangkan dan sebagian kecil dengan cara dilepas terus menerus diluar kandang dan dipelihara terus didalam kandang. Sifat Kualitatif Warna Bulu Analisis Deskriptif Warna dan Pola Warna Bulu Secara keseluruhan dari ketiga lokasi penelitian warna bulu yang ditemukan adalah warna bulu hitam, coklat, putih dan abu-abu. Berdasarkan dari hasil penelitian sifat kualitatif warna bulu ternak kambing lokal di kabupaten Bone Bolango diperoleh hasil 10 macam pola warna bulu pada tubuh kambing yaitu warna hitam polos, putih polos, coklat polos, abu-abu, hitam putih, coklat putih, coklat hitam, coklat muda, putih totol hitam, dan coklat hitam putih. Berdasarkan tabel 1 diketahui pola warna bulu tubuh dari keseluruhan sampel yang diamati didominasi oleh pola warna bulu hitam polos (28.9%) baik Kecamatan Bonepantai, Botupingge dan Kabila diikuti pola warna bulu coklat polos (26.7%), warna bulu putih polos (7.8 %). Hasil penelitian ini tidak jauh berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Hoda, (2008) bahwa warna bulu yang dominan yang terdapat pada kambing lokal di Maluku Utara secara berturut-turut adalah warna bulu hitam, coklat dan putih. Selain ketiga warna dominan yang diperoleh di lokasi penelitian ditemukan juga pola warna lain namun frekuensi pemunculannya pada ternak kambing hanya sedikit. Pola warnawarna lainnya yang ditemukan antara lain hitam dan putih 11,1%, coklat muda 7,8%, abuabu 5,6%, coklat dan putih 4,4%, coklat dan hitam 3,3%, putih totol hitam 3,3%, coklat hitam dan putih 1,1%. Warna-warna dan pola warna bulu kambing tersebut ada yang dapat ditemukan pada 3 sampel kecamatan yang diamati yaitu Kecamatan Bonepantai, Kecamatan Botupingge dan Kabila. Namun beberapa pola warna belum ditemukan di lokasi penelitian dintaranya putih polos di Bonepantai dan Botupingge, abu-abu di Botupingge, coklat dan putih di Kabila, putih totol hitam di Bonepantai, dan coklat hitam putih di Bonepantai dan Kabila (Tabel 1)
5
Tabel 1 Sifat Kualitatif Warna Bulu Ternak Kambing Lokal Bone Bolango. Sifat Kualitatif Warna Bulu
Bonepantai Σ %
Botupingge Σ %
Kabila Σ %
Total (Ekor)
Total (%)
Hitam Polos Coklat Polos Hitam dan Putih Putih Polos Coklat Muda Abu-abu Coklat dan Putih Coklat dan Hitam Putih totol Hitam Coklat,Hitam,dan Putih Total
11 6 2 0 4 4 1 2 0 0 30
7 10 6 0 1 0 2 1 2 1 30
8 8 2 7 2 1 1 0 1 0 30
26 24 10 7 7 5 4 3 3 1 90
28.9 26.7 11.1 7.8 7.8 5.6 4.4 3.3 3.3 1.1 100
36.7 20 6.7 0 13.3 13.3 3.3 6.7 0 0 100
23.3 33.3 20 0 3.3 0 6.7 3.3 6.7 3.3 100
26.7 26.7 6.7 23.3 6.7 3.3 3.3 0 3.3 0 100
Berdasarkan hasil analisis Chi square pola warna bulu tubuh kambing antara ketiga lokasi penelitian telah diperoleh hasil X2hitung (32.649) > X2 tabel (28 .869). Hal ini berarti bahwa lokasi penelitian dari ketiga Kecamatan telah mempengaruhi timbulnya berbagai macam pola warna bulu tubuh pada kambing-kambing lokal yang ada di kabupaten Bone Bolango. Perbedaan pola warna bulu tubuh yang terdapat di Kabupaten Bone Bolango, disebabkan adanya perbedaan secara genetik antara kambing lokal Bone Bolango yang terdapat di tiga lokasi Kecamatan. Hal tersebut juga dikemukakan oleh Salamena (2006) bahwa sifat kualitatif (warna bulu) lebih banyak diatur atau ditentukan oleh genotif individu dan faktor lingkungan yang menentukan variasi pola warna bulu hanya kecil sekali peranannya. Bedasarkan hasil wawancara terhadap penyuluh bahwa ketiga lokasi penelitian (Kabila, Botupingge dan Bonepantai) sebelumnya telah memperoleh program peningkatan produksi ternak kambing lokal melalui introduksi kambing PE secara besar-besaran. Beberapa jenis kambing tersebut mampu bertahan hidup sampai sekarang, namun sebagian ada yang mengalami kematian sebab tidak cocok dengan lingkungan yang ada di kabupaten Bone Bolango. Kurangnya perawatan terhadap kambing PE, misalnya dalam pemberian pakan dan perawatan kesehatan, turut menjadi penyebab kambing PE tidak mampu bertahan hidup di kabupaten Bone Bolango. Berdasarkan hasil penelitian di ketiga lokasi penelitian ternak kambing PE introduksi dan turunannya yang masih tetap bertahan saat ini adalah yang terdapat di Kecamatan Kabila dan Botupingge, sementara yang di Kecamatan Bonepantai sudah tidak ditemukan lagi kambing yang memiliki fenotip seperti kambing PE. Temuan ini juga mengindikasikan bahwa secara genetik populasi ternak kambing yang terdapat di Kecamatan Kabila dan Botupingge memiliki keragaman fenotip lebih beragam dibandingkan dengan ternak kambing yang terdapat di Kecamatan Bonepantai. Sifat Kualitatif Garis Muka Garis muka ternak kambing lokal Bone Bolango yang ditemukan pada ketiga lokasi penelitian di Kecamatan Kabila, Bonepantai dan Botupingge, lebih dominan ditemukan ternak kambing garis muka datar yaitu 96.7% dan garis muka cembung 3.3%. Diantara tiga lokasi penelitian garis muka cembung terbanyak ditemukan di Kecamatan Kabila 2 ekor dan selanjutnya 1 ekor di Kecamatan Botupingge sementara di Kecamatan Bonepantai tidak 6
ditemukan adanya garis muka cembung (Tabel 7). Hal ini di akibatkan ternak kambing yang teridentifikasi di kedua lokasi Kecamatan tersebut telah memiliki percampuran genetik dengan kambing PE sehingga memiliki morfologi tubuhnya sebagian berasal dari kambing PE dan sebagian berasal dari kambing lokal setempat. Menurut Atmojo (2007) salah satu ciri khas krakteristik kambing PE adalah garis muka yang lebih cembung. Berdasarkan hasil analisis Chi square sifat kualitatif garis muka kambing lokal yang ada di tiga lokasi Kecamatan Kabila, Kecamatan Botupingge dan Kecamatan Bonepantai setelah dianalisis telah diperoleh hasil X2hitung (2.068) < X2 tabel (5.991). Hal ini berarti bahwa lokasi pengamatan dari ketiga Kecamatan tidak mempengaruhi timbulnya berbagai macam sifat kualitatif garis muka pada ternak kambing-kambing lokal yang ada di Kabupaten Bone Bolango. Sifat Kualitatif Tanduk Keadaan tanduk ternak kambing lokal Bone Bolango hasil penelitian secara total ditemukan frekuensi kambing yang bertanduk adalah 93.3% sementara yang tidak bertanduk sebanyak 6.7%. Bila dilihat dari masing-masing lokasi penelitian di tiga Kecamatan, hanya di Kecamatan Kabila yang terdapat ternak kambing yang tidak bertanduk sebanyak 6 ekor. Hal ini sesuai dengan pendapat Katsumata, Amano, Suzuki, Harimurti, Abdulgani, Nadjib (1981) bahwa frekuensi kambing yang bertanduk pada lokasi lain di Indonesia (Jawa Barat, Sumatera Utara, Sulawesi Selatan, Bali, dan Madura) berkisar antara 80-100%. Dari hasil analisis Chi square sifat kualitatif tanduk kambing lokal yang ada di tiga lokasi Kecamatan Kabila, Kecamatan Botupingge dan Kecamatan Bonepantai setelah dianalisis telah diperoleh hasil X2hitung (16.855) > X2 tabel (9.488).Hal ini berarti bahwa lokasi pengamatan dari ketiga Kecamatan berpengaruh timbulnya berbagai macam sifat kualitatif tanduk pada ternak kambing-kambing lokal yang ada di Kabupaten Bone Bolango. Sifat Kualitatif Bentuk Telinga Bentuk telinga yang terdiri atas bentuk telinga berdiri, setengah menjuntai, dan menjuntai ke bawah. Berdasarkan hasil penelitian dari total 90 ekor ternak kambing lokal Bone Bolango yang diteliti dari tiga kecamatan 85 ekor memiliki bentuk telinga setengah menjuntai dan 5 ekor memiliki bentuk telinga menjuntai ke bawah. Berdasarkan masing-masing lokasi penelitian maka kecamatan Kabila merupakan lokasi yang paling banyak ditemukan bentuk telinga menjuntai ke bawah 3 ekor, sementara kecamatan Botupingge dan kecamatan Bonepantai masing-masing ditemukan 1 (satu) ekor. Frekuensi telinga yang menjuntai ke bawah yang lebih banyak ditemukan di Kecamatan Kabila disebabkan lokasi ini terdapat banyak kambing PE dan telah terjadi perkawinan silang dengan kambing lokal setempat sehingga turunan kambing lokal tersebut saat ini telah memiliki ciri yang sebagian dimiliki kambing PE yaitu. Menurut Atmojo (2007) karakteristik bentuk telinga kambing PE cukup panjang terkulai kebawah dan berlipat-lipat.Hasil analisis Chi square sifat kualitatif bentuk telinga kambing lokal yang ada di tiga lokasi Kecamatan Kabila, Kecamatan Botupingge dan Kecamatan Bonepantai setelah dianalisis telah diperoleh hasil X2hitung (1.979) < X2 tabel (9.488).Hal ini berarti bahwa lokasi pengamatan dari ketiga Kecamatan tidak mempengaruhi timbulnya berbagai macam sifat kualitatif bentuk telinga pada ternak kambing-kambing lokal yang ada di kabupaten Bone Bolango. Sifat Kualitatif Bentuk Punggung Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bentuk punggung ternak kambing lokal Bone Bolango dari ketiga lokasi sampel penelitian adalah bentuk punggung 100 % lurus. Sementara bentuk punggung yang cembung maupun cekung tidak di temukan baik Kecamatan Kabila, Kecamatan Bonepantai, Kecamatan Botupingge. 7
Tabel 2, Data Sifat Kualitatif Garis Muka, Bentuk Tanduk, Bentuk Telinga, Dan Bentuk Punggung Ternak Kambing Lokal Bone Bolango. Sifat Kualitatif Garis Muka Cembung Datar Total Tanduk Bertanduk Tidak Bertanduk Benjolan Tanduk Total Bentuk Telinga Berdiri Setengah Menjuntai Menjuntai Kebawah Total Punggung Cembung Lurus Cekung Total
Bonepantai Σ %
Botupingge Σ %
Σ
0 30 30
0 100 100
1 29 30
3.3 96.7 100
2 28 30
30 0 0 30
100 0 0 100
30 0 0 30
100 0 0 100
24 6 0 30
0 29 1 30
0 96.7 3.3 100
0 29 1 30
0 96.7 3.3 100
0 30 0 30
0 100 0 100
0 30 0 30
0 100 0 100
Kabila % 6.7
Total (Ekor)
%
3.3
3 87 90
96.7 100
80 20 0 100
84 6 0 90
93.3 6.7 0 100
0 27 3 30
0 90 10 100
0 85 5 90
0 94.4 5.6 100
0 30 0 30
0 100 0 100
0 90 0 90
0 100 0 100
93.3
100
Hasil ini sangat berlainan dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Hoda (2008) bahwa pada kambing jantan maupun betina memiliki garis punggung cekung (87.5% dan 86%), (garis punggung lurus 8 % dan 11%), dan garis punggung cembung (4.5% dan 3%). Hasil penelitian lain yang dilakukan oleh Pamungkas, dkk (2009) pada kambing PE bentuk punggungnya mengombak kebelakang, sementara pada kambing kacang punggung yang dimiliki melengkung. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil pembahasan dapat ditarik kesimpulan antara lain: 1. Lokasi berpengaruh terhadap timbulnya berbagai macam pola warna bulu dan keadaan tanduk, namun tidak berpengaruh terhadap profil garis muka, bentuk telinga, dan garis punggung ternak kambing lokal di Bone Bolango. 2. Warna bulu kambing lokal Bone Bolango adalah warna hitam, putih, coklat dan abuabu, dengan pola warna bulu berturut-turut hitam polos, coklat polos, hitam dan putih, putih polos, coklat muda coklat,abu-abu, coklat dan putih, coklat dan hitam, putih totol hitam, coklat hitam dan putih. 3. Mayoritas sifat kualitatif bentuk garis muka kambing lokal Bone Bolango adalah datar, bentuk telinga setengah menjuntai, bentuk punggung lurus, dan memiliki tanduk.
8
Saran 1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang sifat kualitatif dengan memperbanyak lagi sampel kambing untuk memdapatkan informasi yang lebih akurat. 2. Perlu dilakukan tes DNA untuk mengetahui dan memastikan jarak genotip terhadap kambing lokal lainnya. DAFTAR PUSTAKA Atmojo AT. 2007. Apa Khasiat Susu dan Daging Kambing. http://triatmojo. wordpress.com/2007/01/15/apa-khasiat-susu-dan-daging-kambing/. Diakses Tanggal 26 Juni 2012 Badan Pusat Statistik, 2011. Bone Bolango Dalam Angka. Badan Pusat Statistik Gorontalo: Provinsi Gorontalo. Katsumata M, Amano S, Suzuki, Nozama K, Harimurti M, Abdulgani IK. Nadjib. 1981. Morphological Characters and Blood Protein Gane Constitution of Indonesia Goats The Res Gorup of Oversease Sci. Surve Japan. Pamungkas FA, Batubara A, Doloksaribu M, Sihite E. 2009. Petunjuk Teknis Potensi Plasma Nutfah Kambing Lokal di Indonesia. Bogor: Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian. Salamena JF. 2006. Karakterisasi Fenotip Domba di Kabupaten Maluku Tenggara Barat Provinsi Maluku Sebagai Langkah Awal Konservasi dan Pengmbangannya. Disertasi. Program Pascasarjana. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
9