BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Analisis Kelayakan Usaha Menurut Yacob Ibrahim (2009:1), studi kelayakan usaha adalah kegiatan untuk menilai sejauh mana manfaat yang dapat diperoleh dalam melaksanakan suatu kegiatan usaha/proyek. Menurut Kasmir (2012:7), Studi kelayakan usaha adalah suatu kegiatan yang mempelajari secara mendalam tentang suatu usaha atau bisnis yang akan dijalankan, dalam rangka menentukan layak atau tidak usaha tersebut dijalankan. Analisis Kelayakan Usaha pada penelitian ini dibagi menjadi 2, yaitu Analisis Finansial dan Non Finansial. a. Analisis Kelayakan Finansial Analisis Finansial bertujuan untuk mengetahui perkiraan dalam hal pendanaan dan aliran kas, sehingga dapat diketahui layak atau tidaknya usaha yang dijalankan. Menurut Husnan Suswarsono (2000) analisis finansial merupakan suatu analisis yang membandingkan antara biaya dan manfaat untuk menentukan apakah suatu bisnis akan menguntungkan selama umur usaha. Alat analisis dalam analisis finansial penelitian ini meliputi: Produktivitas, Pendapatan, Revenue Cost Ratio,Increamental B/C Ratio, NPV, dan Payback Period
1) Penerimaan Penangkaran burung Penerimaan yang disebut juga dengan pendapatan kotor menurut Ibrahim (2003:6) merupakan keseluruhan pendapatan yang diperoleh dari semua cabang dan sumber dalam penangkaran burung selama satu tahun, yang dapat diperhitungkan dari hasil penjualan, pertukaran, atau penaksiran kembali. Pendapatan kotor ini di dalamnya mencakup : a) Jumlah uang yang diterima dari hasil penjualan dengan mengingat akan adanya penerimaan pada permulaan dan akhir tahun. b) Nilai dari pengeluaran-pengeluaran berupa bahan dari penangkaran burung kepada rumah tangga dan keperluan-keperluan pribadi dari penangkaran dan kepada usaha-usaha yang tidak termasuk penangkaran burung. c) Nilai dari bahan yang dibayarkan sebagai upah kepada tenaga kerja luar. d) Nilai dari hasil bahan uang yang dihasilkan dalam penangkaran burung yang dipergunakan lagi di dalam penangkaran burung sendiri sebagai bangunan-bangunan tetap. e) Tambahan nilai dari persediaan dan modal. Penerimaan penangkaran burung adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual(Kasmir dan Jakfar: 2003: 70). Pernyataan ini dapat dituliskan sebagai berikut : TRi = Yi
.
PYi ........................................
(2.1)
TR
:Total penerimaan penangkaran burung
Yi
:Produksi yang didapat dalam suatu penangkaran burung i
PYi
:Harga Y
2) Pendapatan Penangkaran burung Pendapatan penangkaran burung adalah selisih antara penerimaan dan semua biaya(Kasmir dan Jakfar: 2003: 70: 58). Pd = TR –TC
.......................................
(2.2)
Pd: Pendapatan penangkaran burung TR : Total penerimaan penangkaran burung TC : Total biaya penangkaran burung Menurut Ibrahim (2003:7-8), pendapatanpenangkaran dapat diperhitungkan dengan biaya alat-alat luar dan dengan bunga modal dari luar.Sedangkan pendapatan bersih dapat diperhitungkan dengan mengurangi pendapatan kotor dengan biaya mengusahakan.Biaya mengusahakanadalah biaya alat-alat luar ditambah dengan upah tenaga kerja keluarga sendiri, yang diperhitungkan berdasarkan upah yang dibayarkan kepada tenaga kerja luar. Untuk memperhitungkan nilai biaya dan pendapatan penangkaran burung pada umumnya dibedakan menjadi tiga, yaitu: a) Memperhitungkan keadaan keuangan penangkaran burung dan penangkaran pada suatu waktu. b) Memperhitungkan besarnya biaya dan pendapatan penangkaran burung selama satu tahun.
c) Memperhitungkan
hubungan
antara
biaya
dan
pendapatan
penangkaran burung pada akhir tahun. Pendapatan
kotor
(penerimaan)
penangkaran
burung
didefinisikan sebagai nilai produk total penangkaran burung dalam jangka waktu tertentu, baik yang dijual, dikonsumsi rumah tangga penangkaran, digunakan dalam penangkaran burung untuk bibit atau makanan ternak, digunakan untuk pembayaran, disimpan atau ada di gudang. Dalam menaksir pendapatan kotor, semua komponen produk yang dijual harus dinilai berdasarkan harga pasar (Winarno, 2011:75). Pendapatan bersih (netreturn) adalah bagian dari pendapatan kotor yang dapat dianggap sebagai seluruh modal yang dipergunakan di
dalam
penangkaran
burung.
Pendapatan
bersih
dapat
diperhitungkan dengan mengurangi pendapatan kotor dengan biaya mengusahakan(Ibrahim, 2003 : 28). 3) Efisiensi dan Kemanfaatan Penangkaran burung Efisiensi merupakan salah satu indikator dari keberhasilan sebuah
penangkaran
burung.
Efisiensi
ekonomi
merupakan
perbandingan antara total penerimaan dengan seluruh biaya yang dikeluarkan. Untuk mengetahui besarnya efisiensi ekonomi dihitung dengan menggunakan return cost ratio yaitu membandingkan antara total penerimaan dengan seluruh biaya produksi (Chamdi, 2003:66). Menurut Topan (2007) efisiensi penangkaran burung adalah nisbah
penerimaan
dengan
biaya
penangkaran
burung
yang
merupakan salah satu ukuran apakah penangkaran burung tersebut efisien atau tidak.Nilai R/C yang lebih besar dari 1 menunjukkan bahwa penangkaran burung tersebut efisien.Efisiensi penangkaran burung perlu diperhatikan karena pendapatan penangkaran burung yang tinggi tidak selalu mencerminkan efisiensi penangkaran burung yang tinggi pula. Menurut
Listiyowati
(2007:91),
penghitungan
efisiensi
penangkaran burung yang sering digunakan adalah Return Cost Ratio (R/C Ratio). R/C Ratio adalah perbandingan antara penerimaan dan biaya, dirumuskan : R
C
Ratio =
R ......................................... C
(2.3)
Keterangan : R =Besarnya penerimaan penangkaran burung C =Besarnya biaya penangkaran burung yang dikeluarkan. Semakin besar nilai R/C Ratio maka semakin besar keuntungan yang diperoleh penangkaran. Demikian pula menurut Daniel (2004:51) apabila hasil bersih penangkaran burung besar maka ini mencerminkan rasio yang baik dari nilai hasil dan biaya. Makin tinggi rasio ini berarti penangkaran burung makin efisien. Menurut Hadi (2009:31-45), untuk mengetahui penangkaran burung yang secara ekonomi mempunyai kemanfaatan yang lebih besar dengan menggunakan Increamental Benefit Cost Ratio. Increamental B/C Ratio dirumuskan :
Increament al B / C Ratio =
∆B ................................ ∆C
(2.4)
Keterangan : ∆ B = Selisih penerimaan penangkaran burung
∆C = Selisih biaya penangkaran burung
4)NPV(Net Present Value) NPV merupakan selisih antara pengeluaran dan pemasukan yang telah didiskon dengan menggunakan social opportunity cost of capital sebagai diskon faktor, atau dengan kata lain merupakan arus kas yang diperkirakan pada masa yang akan datang yang didiskontokan pada saat ini. Untuk menghitung NPV diperlukan data tentang perkiraan biaya investasi, biaya operasi, dan pemeliharaan serta perkiraan manfaat/benefit dari proyek yang direncanakan. Jadi perhitungan NPV mengandalkan pada teknik arus kas yang didiskontokan. Menurut Kasmir (2003,157) Net Present Value (NPV) atau nilai bersih sekarang merupakan perbandingan antara PV kas bersih dengan PV Investasi selama umur investasi. Sedangkan menurut Ibrahim
(2003)
Net
Present
Value
(NPV)
merupakan
benefit
yang telah di diskon dengan menggunakan
net
social
opportunity cost of capital (SOCC) sebagai discount factor.Adapun rumus NPV pada penelitian ini adalah: NPV = (pendapatan bersih periode1 + pendapatan bersih periode2+ pendapatan bersih periode ke-n) - nilai investasi ........... Dimanaketentuan untuk NPV adalah:
(2.5)
NPV = positif, proyek bisa dijalankan NPV = negatif, proyek ditolak Metode ini untuk membuat peringkat usulan investasi dengan menggunakan tingkat pengembalian atas investasi yang dihitung dengan mencari tingkat diskonto yang menyamakan nilai sekarang dari arus kas masuk proyek yang diharapkan terhadap nilai sekarang biaya proyek atau sama dengan tingkat diskonto yang membuat NPV sama dengan nol. 5) Payback Period Menurut Kiesno (2002) payback period dapat diartikan sebagai jangka waktu kembalinya investasi yang telah dikeluarkan, melalui keuntungan yang diperoleh dari suatu proyek yang telah direncanakan. Sedangkan menurut Subramanyam (2010) payback period adalah suatu periode yang diperlukan untuk dapat menutup kembali pengeluaran investasi dengan menggunakan proceeds atau aliran kas netto (net cash flows). Selanjutnya menurut SAK (2007) menyatakan bahwa payback period lamanya waktu yang diperlukan untuk menutup kembali original cash outlay.Berdasarkan uraian dari beberapa pengertian tersebut maka dapat dikatakan bahwa payback period dari suatu investasi menggambarkan panjang waktu yang diperlukan agar dana yang tertanam pada suatu investasi dapat diperoleh kembali seluruhnya. Analisis payback period dalam studi kelayakan perlu juga
ditampilkan untuk mengetahui seberapa lama usaha/proyek yang dikerjakan baru dapat mengembalikan investasi. Metode analisis payback period bertujuan untuk mengetahui seberapa lama (periode) investasi akan dapat dikembalikan saat terjadinya kondisi break even-point (jumlah arus kas masuk sama dengan jumlah arus kas keluar). Analisis payback period dihitung dengan cara menghitung waktu yang diperlukan pada saat total arus kas masuk sama dengan total arus kas keluar. Dari hasil analisis payback period ini nantinya alternatif yang akan dipilih adalah alternatif dengan periode pengembalian lebih singkat. Penggunaan analisis ini hanya disarankan untuk mendapatkan informasi tambahan guna
mengukur
seberapa
cepat
pengembalian
modal
yang
diinvestasikan.Rumus periode pengembalian jika arus kas pendapatan perperiodejumlahnyaberbeda: Payback Period = n+(a-b)/(c-b) x 1 tahun ........................
(2.6)
n = Periode terakhir dimana jumlah arus kas masih belum bisa menutup investasi mula-mula a= Jumlah investasi mula-mula b = Jumlah kumulatif arus kas pada tahun ke – n c = Jumlah kumulatif arus kas pada tahun ke n + 1 Rumus periode pengembalian jika arus kas pendapatan per periode jumlahnya sama: Payback Period=(investasi awal)/(arus kas) x 1 tahun .........
(2.7)
Kelebihan penggunaan metode ini adalah: Metode payback period akan dengan mudah dan sederhana bisa di hitung untuk mennentukan
lamanya
waktu
pengembalian
dana
investasi.Memberikan informasi mengenai lamanya break even project.Bisa digunakan sebagai alat pertimbangan resiko karena semakin pendek payback period maka semakin pendek pula resiko kerugiannya.Dapat digunakan untuk membandingkan dua proyek yang memiliki resiko dan rate of return yang sama dengan cara melihat jangka waktu pengembalian investasi (payback period) apabila payback period lebih pendek itu yang dipilih. Sedangkan kelemahannya adalah: mengabaikan penerimaanpenerimaan investasi atau proceeds yang diperoleh sesudah payback periode tercapai.Metode ini juga mengabaikan time value of money (nilai waktu uang).Tidak memberikan informasi mengenai tambahan value untuk perusahaan.Payback perioddigunakan untuk mengukur kecapatan kembalinya dana, dan tidak mengukur keuntungan proyek pembangunan yang telah direncanakan. b. Analisis Kelayakan Non Finansial Menurut Subagyo (2008:8), Studi kelayakan bisnis adalah studi kelayakanyang dilakukan untuk menilai kelayakan dalam pengembangan sebuah usaha. Menurut Umar (2005:8), Studi kelayakan bisnis adalah penelitian terhadaprencana bisnis yang tidak hanya menganalisis layak atau tidaknya suatu bisnisdibangun, tetapi juga saat dioperasionalkan
secara rutin dalam rangka pencapaiankeuntungan yang maksimal untuk waktu yang tidak ditentukan. Ada beberapa aspek menurut Umar (2005, 24-29) yang akan diteliti dalamstudi kelayakan bisnis ini yaitu: 1) Aspek Pasar, yaitu meneliti tentang permintaan suatu produk atau jasa,berapa luas pasar, pertumbuhan permintaan dan market-share dari produkyang bersangkutan. 2) Aspek
Pemasaran,
yang
meneliti
segmen,
target,
posisi
produk,kepuasan konsumen dan hal-hal lainnya yang berkaitan dengan urusanmarketing. 3) Aspek Teknik dan Teknologi, yang meneliti kebutuhan apa yangdiperlukan dan bagaimana secara teknis, proses produksi akandilaksanakan. 4) Aspek Sumber Daya Manusia, yang meneliti tentang peran SDM dalampembangunan proyek bisnis dan juga peran SDM dalam operasionalrutin bisnis setelah proyek selesai dibangun. 5) Manajemen,
meneliti
tentang
manajemen
pembangunanproyek bisnis dan juga
pada
saat
manajemen saat bisnis
dioperasionalkan secararutin. 6) Aspek Keuangan, meneliti tentang perhitungan jumlah dana yangdiperlukan untuk keperluan modal kerja awal dan untuk pengadaanharta tetap proyek.
7) Aspek sosial, politik dan ekonomi, yang menganalisis kondisikondisiekstrenal di luar perusahaan yang dinamis dan tidak bisa dikendalikan,sercara politik, perekonomian negara dan juga sosial. 8) Aspek lingkungan Industri, yang meneliti tentang persaingan dankondisi lainnya yang mempengaruhi berjalannya suatu bisnis. 9) Aspek Yuridis, yang meneliti tentang hal-hal yang menyangkut badanhukum perusahaan, izin operasional dan lainnya. 10)Aspek Lingkungan hidup, di mana analisis dilakukan untuk menelitipengaruh operasional bisnis terhadap lingkungan sekitarnya, sepertikesehatan, polusi, pencemaran dan lainnya. Menurut Kasmir dan Jakfar, terdapat beberapa aspek yang diperlukan studiuntuk menentukan kelayakan suatu usaha. Masingmasing aspek tidak berdiri sendiri,akan tetapi saling berkaitan. Urutan penilaian aspek mana yang harus didahuluitergantung dari kesiapan penilai dan kelengkapan data yang ada. Secara umum,prioritas aspekaspek yang perlu dilakukan studi kelayakan sebagai berikut: 1) Aspek Hukum, membahas tentang masalah kelengkapan dan keabsahandokumen perusahaan, mulai dari bentuk badan usaha, sampai izin-izinyang dimiliki. 2) Aspek Pasar dan Pemasaran, menilai besarnya peluang pasar yangdiinginkan berdasarkan segi pasar dan pemasaran. 3) Aspek
Keuangan,
menilai
biaya-biaya
apa
saja
yang
akan
dikeluarkandan seberapa besar biaya-biaya yang akan dikeluarkan.
Kemudianmeneliti seberapa besar pendapatan yang akan diterima, seberapa lamainvestasi yang ditanamkan akan kembali, sumber pembiayaan bisnis,dan tingkat bunga yang berlaku. 4) Aspek
Teknis/operasi,
meneliti
mengenai
lokasi
usaha,baik
kantorpusat, cabang, pabrik, atau gudang. 5) Aspek Manajemen, penilaian pengelola usaha dan strukturorganisasi yang ada. 6) Aspek
Ekonomi
Sosial,
melihat
seberapa
besar
pengaruh
yangditimbulkan jika proyek ini dijalankan, pengaruh ini terutama ekonomisecara luas serta dampak sosialnya terhadap masyarakat secarakeseluruhan. 7) Aspek Dampak Lingkungan, analisis dampak yang ditimbulkan olehproyek bisnis tersebut terhadap lingkungan disekitarnya, baik air, daratdan udara. Melihat begitu banyak aspek yang kedua sumber diatas akan diteliti didalamstudi kelayakan bisnis, maka dapat disimpulkan, bahwa ada beberapa aspek yangditeliti dalam studi kelayakan bisnis ini, yaitu: 1) Aspek Pasar 2) Aspek Teknis 3) Aspek Manajemen 4) Aspek Hukum 5) Aspek Ekonomi Sosial Budaya 6) Aspek Lingkungan
2. Arus Kas Laporan arus kas (statement of cash flows atau cash flow statement) adalahlaporan yang menyajikan ikhtisar terinci mengenai semua arus kas masuk dan aruskas keluar, atau sumber dan penggunaan kas selama suatu periode (IAI, 2007). Informasi tentang arus kas suatu perusahaan berguna bagi para pemakai laporankeuangan sebagai dasar untuk menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkankas dan setara dengan kas. Tujuan utama laporan arus kas adalah menyediakaninformasi yang relevan mengenai penerimaan dan pembayaran kas sebuah perusahaanselama suatu periode. Penyajian laporan arus kas harus diklasifikasikan sesuaidengan aktivitasnya masing-masing sesuai dengan ketentuan Standar AkuntansiKeuangan bahwa “Laporan arus kas harus dapat melaporkan arus kas selamaperiode tertentu.” Laporan arus kas merupakan campuran antara laporan laba-rugi denganneraca.
(Subramanyam,
2010)
Laporan
arus
kas
dapat
mengekspresikan laba bersihperusahaan yang berkaitan dengan nilai perusahaan sehingga jika arus kasmeningkat, maka laba perusahaan akan meningkat dan hal ini akan meningkatkannilai perusahaan dan selanjutnya juga akan menaikkan laba perusahaan. Laporan arus kas telah menjadi persyaratan bagi setiap perusahaan yang gopublic untuk disajikan dalam laporan keuangan. Laporan arus kas menyajikaninformasi tentang aliran kas masuk dan keluar selama periode akuntansi yang terdiridari arus kas yang berasal dari (digunakan untuk)
aktivitas operasi (operating),aktivitas investasi (investing), dan aktivitas pendanaan (financing). Arus Kas Operasi (operating activities) meliputi kas yang dihasilkan dandikeluarkan yang masuk dalam determinasi penentuan laba bersih. Arus Kas yangberasal dari (digunakan untuk) aktivitas operasi meliputi arus kas yang timbul karenaadanya pengiriman atau produksi barang untuk dijual dan penyediaan jasa, sertapengaruh transaksi dan peristiwa lainnya terhadap kas yang mempengaruhipendapatan. Menurut Standar Akuntansi Keuangan (2007) arus kas dari operasi: a. Penerimaan kas yang berasal dari penjualan barang dan jasa b. Penerimaan kas dari royalti, fee, komisi, dan pendapatan lain. c. Pembayaran kas kepada pemasok barang dan jasa. d. Pembayaran kas kepada karyawan. e. Penerimaan
dan
pembayaran
kas
oleh
perusahaan
asuransi
sehubungandengan premi, klaim, anuitas, dan manfaat asuransi lainnya. f. Pembayaran kas atau penerimaan kembali (restitusi) pajakpenghasilan. g. Pembayaran dan penerimaan kas dari kontrak yang diadakan untuk tujuantransaksi usaha perdagangan. Arus Kas Investasi merupakan arus kas yang mencerminkan penerimaandan pengeluaran kas sehubungan dengan sumber daya yang bertujuan untukmenghasilkan pendapatan dan arus kas masa depan dan melibatkan aset jangkapanjang. Menurut Standar Akuntansi Keuangan (2007) Arus Kas Investasi(Investing Activities) meliputi aktivitas pemberian
dan penagihan pinjaman, sertaperolehan dan pelepasan invetasi (baik utang maupun ekuitas) serta properti, pabrikdan peralatan. Arus kas yang berasal dari (digunakan untuk) aktivitas investasiadalah arus kas yang disebabkan oleh adanya perolehan dari penjualan surat-suratberharga bukan ekuivalen kas, aset produktif jangka panjang. Laporan Laba-Rugi (income statement) atau sering disebut statement ofincome atau statement of earnings adalah laporan yang mengukur keberhasilanoperasi perusahaan selama periode waktu tertentu (SAK, 2007). Komunitas bisnis dan investasi menggunakan laporan laba-rugi dalam menentukan profitabilitas, nilaiinvestasi dan kelayakan kredit atau kemampuan suatu perusahaan dalam melunasisegala pinjaman perusahaan (Kieso, 2002). Laporan laba rugi dapat membantu parainvestor untuk memprediksi jumlah, penetapan waktu, dan ketidakpastian dari aruskas masa depan. Laporan laba rugi berguna sebagai alat untuk mengevaluasi kinerjamasa lalu perusahaan, dan memberikan dasar untuk memprediksikan kinerja masadepan. 3. Lovebird Burung cinta adalah satu burung dari sembilan jenis spesies genusAgapornis, berasal dari bahasa Yunani "agape" yang berarti "cinta" dan "ornis" yang berarti "burung". Mereka adalah burung yang berukuran kecil dan memiliki berbagai warna yang eksotis. Nama mereka muncul dari perilaku yang selalu berpasang-pasangan. Kesetiaan adalah sifat utama mereka. Sepasang burung cinta akan
dudu uk berdekattan dan salin ng menyayaangi satu saama lain. Dii alam bebaas mereeka tidak akkan bergantti-ganti pasangan. Burrung cinta secara umum m bereekor pendekk dan berparruh besar. (B Burung Berrkicau, 2016 6) Tabel 2.1 2 Jenis--jenis Burunng Lovebird d Nama Umum/Latin U
Foto
Deskripsi
Blaack-Maskedd Lovvebird (Aggapornis perrsonata)
Fisscher's Lovvebird (Aggapornis fisccheri)
Lilian's Lovvebird Ny yasa Lovvebird (Aggapornis liliaanae)
Blaack-cheekedd Lovvebird (Aggapornis niggrigenis)
14 cm. Sebagian besar hijaau, topeng keepala hitam, bu ulu dada kuning, paruh p merah, mata m berkacam mata putih 14 cm. Sebagian besar hijaau, kepala daan bagian tuubuh atas oran nye, paruh meerah, mata berkacam mata putih 13 cm. Sebagian besar hijaau, termasuk k punggung g, kepala orranye, paruh meerah, mata berkacam mata putih 14 cm. Sebagian besar hijau,baggian depan kepala coklat kemerahaan, bagian daada atas oranye, paruh p merah, mata m berkacam mata
Daerah Asal
Tanzania, Burundi dan Kenya
Bagian selatan Danau Victoria di Tanzania utara
Malawi
Zambia
Lannjutan Tabell 2.1 Peaach-faced Lovvebird (Aggapornis rosseicollis)
Blaack-winged Lovvebird Ab byssinian Lovvebird (Aggapornis taranta)
Redd-faced Lovvebird (Aggapornis pulllarius)
Greey-headed Lovvebird or Madagascar M r Lovvebird (Aggapornis cannus)
Blaack-collaredd Lovvebird or Swindern's S Lovvebird (Aggapornis swiindernianuss)
Sumber : Burung B Berrkicau, 2016 6
putih 15 cm. Sebagian besar hijaau, muka meerah muda, baagian punggung g dan ekor biruu, paruh putih 16.5 cm. n besar Sebagian hijau, parruh merah. Jaantan berwarnaa merah di kepalaa depan dan atas. Betina ya hijau seluruhny 15 cm. Sebagian besar hijaau dengan merah m di leher bag gian atas dan kepaala. Jantan warna dan paruhh lebih gelap darri burung betina 13 cm. Sebagian besar hijaau dengan hijau h gelap di g. Paruh punggung putih. Buurung jantan beerwarna abu-abu di d bagian tuubuh atas. 13.5 cm. n besar Sebagian hijau, lehher coklat deengan warna hittam di bagian beelakang leher, parruh berwarnaa abuabu tua atau a hitam
Namibia, Africa Selatan, Angola
Eritrea selatan sampai Ethiopia selatan
Afrika Tengah
Madagaskar M r
Bagian khatulistiwa k a Afrika
4. Penangkaran/Peternakan Burung Kegemaran memelihara burung sudah merupakan sebuah kebutuhan sekaligus bisnis yang menggiurkan. Untuk mencari ketentraman hidup di era modern ini tidaklah mudah, maka kebanyakan orang berlomba memelihara burung untuk mendapatkan kicauan yang menyejukan hati. Peternakan ini menjadi penting karena merupakan salah satu penangkal kepunahan suatu satwa. Diimbangi dengan upaya-upaya seperti lomba burung peternakan agar masyarakat ikut berpartisipasi dalam menjaga kelestarian dan kelangsungan hidup burung itu sendiri. Menurut undang-undang Republik Indonesia No. 05 tahun 1990 tentang Konservasi SDA Hayati beserta Ekosistemnya. Pasal 21 (2) bab V, Pengawetan jenis tumbuhan dan Satwa menyatakan bahwa setiap orang dilarang untuk : a. Menangkap, melukai, membunuh, menyimpan, memiliki, mengangkut dan memperniagakan satwa yang dilindungi dalam keadaan hidup. b. Menyimpan,memilihara, mengangkut dan memperniagakan satwa yang dilindungi dalam keadaan mati. c. Mengeluarkan satwa yang dilindungi dari suatu tempat di Indonesia ke tempat lain didalam atau luar Indonesia. d. Memperniagakan, menyimpan atau memiliki kulit, tubuh atau bagianbagian lain satwa yang dilindungi atau barang-barang yang dibuat dari bagian-bagian tersebut atau mengeluarkannya dari suatu tempat di Indonesia ke tempat lain di dalam atau di luar Indonesia.
e. Mengambil, merusak, memusnahkan, memperniagakan, menyimpan atau memiliki telur dan sarang satwa yang dilindungi. Pasal 40 ayat 2 menyatakan
bahwa:
Barang
siapa
dengan
sengaja
melakukan
pelanggaran terhadap ketentuan sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 21 dipidana dengan Pidana hukuman 5 tahun Penjara dan denda Seratus juta Rupiah/100.000.000. Berdasarkan Undang-Undang No 5 Tahun 1990 Pasal 40 ayat 1 menguatkan UU no. 05 tahun 1990 tentang Konservasi SDA Hayati beserta Ekosistemnya, Pasal 21 (2) bab V menyebutkan antara lain adalah Barang siapa dengan sengaja melakukan pelanggaran terhadap ketentuan sebagaimana dimaksudkan dipidana penjara paling lama 5 tahun dan denda paling banyak Rp 100 Juta Rupiah. Budidaya hewan menurut Peraturan Presiden Republik Indonesia No 48 Tahun 2013 Tentang Budidaya Hewan Peliharaan adalah "usaha yang dilakukan di suatu
tempat
tertentu
pada
suatu
kawasan
budidaya
secara
berkesinambungan untuk hewan peliharaan dan produk hewan. Dengan demikian sudah cukup jelas bahwa burung sangat di lindungi oleh pemerintah. Oleh karena itu burung harus di lestarikan dengan cara peternakan. Peternakan/Penangkaran adalah kegiatan mengembangbiakkan
dan
membudidayakan
hewan
ternak
untuk
mendapatkan manfaat dan hasil dari kegiatan tersebut. Pengertian peternakan tidak terbatas pada pemeliharaaan saja, memelihara dan peternakan perbedaannya terletak pada tujuan yang ditetapkan. Tujuan
peternakan adalah mencari keuntungan dengan penerapan prinsip-prinsip manajemen pada faktor-faktor produksi yang telah dikombinasikan secara optimal. Kegiatan di bidang peternakan dapat dibagi atas dua golongan, yaitu peternakan hewan besar seperti sapi, kerbau dan kuda, sedang kelompok kedua yaitu peternakan hewan kecil seperti ayam, kelinci. Peternakan merupakan salah satu usaha untuk mengembangkan hewan, begitu pula tempat untuk pengembangbiakanya agar mirip dengan habitat aslinya, yang berupa iklim dan makanannya. Agar kesehatan burung tetap terjaga. B. Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini adalah: 1. Aspek Kelayakan Usaha Finansial a. Produktivitas Penangkaran 1) Subekti dan Hastuti (2013) meneliti budidaya puyuh (coturnix oturnix japonica) di pekarangan sebagai sumber protein hewani dan penambah income keluarga, Tingkat produksi puyuh adalah sekitar 80% maka didapatkan telur sebanyak 80% x 250 ekor x 30 hari = 6000 butir. Pada penelitian ini (lovebird) dari sisi produktivitas, produksi yang dihasilkan lovebird berupa anakan, sedangkan pada budidaya puyuh hasilnya adalah telur. Penelitian ini sama dalam menggunakan alat analisis produktivitas.
b. Pendapatan Penangkaran 1) Subekti dan Hastuti (2013) meneliti budidaya puyuh (coturnix oturnix japonica) di pekarangan sebagai sumber protein hewani dan penambah income keluarga,keuntungan bersih selama satu periode pemeliharaan (Sekitar satu tahun) sebesar Rp. 2.810.250. Pada penelitian ini (lovebird) dari sisi pendapatan bersih pada waktu panen akan dihitung dalam satu periode (3bulan), sedangkan pada budidaya puyuh panen dapat dihitung setiap bulan. Penelitian ini sama dalam menggunakan alat analisis pendapatan. 2) Achmad, Suslinawati, dan Maslan (2013) meneliti analisis kelayakan usaha peternakan ayam broiler di kecamatan tapin utara kabupaten tapin.Pendapatan rata-rata adalah sebesar Rp. 9.389.294. 3) Primalia (2013) meneliti analisis risiko usaha peternakan ayam broiler dengan pola kemitraan dan mandiri di kota Sawahlunto kabupaten Sijunjung. Pendapatan 1 periode pola mandiri yaitu Rp 58.618.500. Pada penelitian ini (lovebird) dari sisi pendapatan bersih akan dihitung dari harga jual hasil jumlah anakan sedangkan pada ayam broilerpendapatan bersih didapat dari harga jual ayam tersebut. Penelitian ini sama dalam menggunakan alat analisis pendapatan. Namun pada usaha ayam broiler dalam pengelolaan pendapatannya menggunakan pola kemitraan dan mandiri.
c. Efisiensi Penangkaran (Revenue Cost Ratio) 1) Achmad, Suslinawati, dan Maslan (2013)analisis kelayakan usaha peternakan ayam broiler di kecamatan Tapin Utara kabupaten Tapin. Hasil analisa R/C usaha peternak ayam yang dijadikan responden seluruhnya layak dengan rata-rata 1,20 (>1). 2) Primalia (2013) analisis risiko usaha peternakan ayam broiler dengan pola kemitraan dan mandiri di kota Sawahlunto kabupaten Sijunjung. Hasil nilai R/C Rasio yang diterima peternak mandiri adalah layak 1.16 (>1). Pada penelitian ini (lovebird)memiliki persamaan dalam menggunakan alat analisis Revenue Cost Ratio, dimana usaha lovebird dan ayam broilerdihitung tingkat efisiensinya. d. Kemanfaatan Penangkaran (Increamental BC Ratio) e. NPV (Net Present Value) 1) Mariana (2014) nilai fnansial penangkaran rusa timor di hutan penelitian Dramaga Bhor, memberi keuntungan dengan nilai NPV sebesar Rp 204.871.702 Pada penelitian ini (lovebird) objek penelitian adalah burung sedangkan mariana meneliti rusa. Bedanya jenis satwa yang diteliti sangat berpengaruh pada hasil nilai NPV.
f. Payback Period 1) Mariana (2014) meneliti nilai finansial penangkaran rusa timor di hutan penelitian Dramaga Bhor, kemampuan mengembalikan modal setelah 3,78 tahun. Pada penelitian ini (lovebird)masa panennya tentu lebih singkat dibandingkan dengan rusa, maka kemampuan mengembalikan modal dari
dua
objek
penelitian
ini
sangat
berbeda
jangka
waktunya.Penelitian ini memiliki persamaan menggunakan alat analisis payback period. 2. Aspek Kelayakan Usaha Non Finansial a. Aspek Pasar 1) Daniel (2008) Budidaya Sarang Burung Walet di Jawa Timur. Menunjukkan bahwa sarang burung walet masih memiliki pangsa pasar yang sangat luas baik didalam maupun diluar negeri. Pada aspek pasar penelitian ini (lovebird) peminat lebih mudah mendapatkan seperti di pasar burung tradisional sedangkan pada sarang walet masih jarang tersedia di pasar-pasar tradisional. b. Aspek Teknis c. Aspek Manajemen dan Hukum 1) Imanudin(2013) Analisis Pengaruh Budidaya Burung Lovebird terhadap tingkat Pendapatan pembudidaya di Kota Solo. Pelaku
budidaya burung Lovebird harus memperhatikan manajemen yang baik sehingga kelangsungan dalam budidaya dapat berlangsung lama. Pada aspek manajemen sama dengan penelitian dari saudara Imanudin, hal ini karena kesamaan pada satwa yang menjadi objek penelitian. 2) Diter (2011) Studi Komparasi Budidaya Burung Walet di Kecamatan Singkawang Tengah dan Kecamatan Singkawang Selatan.Hambatan usaha budidaya walet ini pada masalah keamanan dan perizinan usaha. Untuk aspek hukum pada penelitian ini (lovebird) tidak mendapati hambatan karena untuk memulai usaha ini tidak perlu mendapat perizinan dari pemerintah setempat. d. Aspek Sosial, Ekonomi dan Budaya e. Aspek Lingkungan 1) Diter (2011) Studi Komparasi Budidaya Burung Walet di Kecamatan Singkawang Tengah dan Kecamatan Singkawang Selatan.Kondisi fisik lingkungan di Kecamatan Singkawang Tengah dan Kecamatan Singkawang Selatan sesuai untuk usaha budidaya walet. Untuk aspek lingkungan pada penelitian ini (lovebird) banyak mendapati kemudahan karena burung ini mampu segera beradaptasi dengan lingkungan, sedangkan untuk walet lingkungannya harus memenuhi beberapa kriteria yang mendukung.
C. Kerangka Pemikiran Untuk memberikan landasan teoritis yang memadai bagi penelitian, diperlukan suatu kerangka pemikiran yang bersumber dari penalaran atas sejumlah teori dan temuan penelitian terdahulu yang ada. Kerangka pemikiran yang bersifat konseptual tersebut perlu di operasionalisasikan agar terukur dan mudah diinterpretasikan. Oleh karena itu, kerangka konseptual yang digunakan dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut (gambar 2.1): Budidaya Lovebird Kelayakan Usaha
Aspek Finansial
Aspek Non Finansial
Produktifitas
Pendapatan
Pasar
Teknis
RCR
B/C
Manajemen
Hukum
NPV
PP
Sos, Ek dan Bud
Lingkungan
Gambar 2. 1 Kerangka Pemikiran Penelitian D. Hipotesis Hipotesis
adalah
suatu
jawaban
duga
yang
dianggap
besar
kemungkinannya untuk menjadi jawaban yang benar (Moleong, 2012). Hipotesis yang digunakan dalam melakukan penelitian ini adalah:
1. Diduga usaha penangkaran Burung Lovebird Di Kecamatan Grogol Kabupaten Sukoharjo Jawa Tengah dari sisi Finansial (Produktivitas, Pendapatan, Revenue Cost Ratio,Increamental B/C Ratio, NPV, dan Payback Period) telah layak. 2. Diduga usaha kelayakan penangkaran Burung Lovebird Di Kecamatan Grogol Kabupaten Sukoharjo Jawa Tengah dari sisi Non-Finansial (Aspek Pasar, Teknis, Manajemen dan Hukum, Sosial-Ekonomi-Budaya, dan Lingkungan) telah layak.