1 Prosiding Seminar Nasional Sapi Bali Bali, 24 September 2013 JERAMI PADI DAN KONSENTRAT UNTUK METODE “FLUSHING” PADA SAPI BALI BUNTING Adji S Dradjat#, Uhud Abdullah*, Rina Andriati+. Konsorsium Ruminansia Besar. Lab. Reproduksi ternak#, Nutrisi dan makanan ternak* dan Ternak potong + Fakultas Peternakan, Universitas Mataram. Konsorsium Riset Ruminansia Besar, Jl Majapahit Mataram 83125 ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah penggunaan jerami fermentasi sebagai pakan yang berkualitas rendah dan tambahan konsentrat sebagai pakan sapi Bali selama bunting, sebagai studi awal teknik “flushing”. Teknik flushing adalah pemberian pakan berkualitas rendah selama bunting dan pakan yang berkualitas tinggi setelah melahirkan, untuk memperpendek jarak beranak. Empat ekor sapi Bali betina setelah dikawini diberi makan jerami fermentasi secara ad libitum dan konsentrat. Fermentasi dilakukan menggunakan ragi tape (NKL Solo) sebanyak 25 butir digerus halus dicampur dengan 100 liter air kelapa dan dibiarkan selama 2 hari, setiap satu liter cairan tersebut digunakan untuk menyemprot 10 kg jerami kering untuk meningkatkan palatabilitas jerami. Sapi betina bunting tersebut diberi konsentrat sebanyak 200 gr per hari, terdiri dari campuran: Ajitein (limbah Ajinomoto), mineral (Ultramineral, Eka farma Semarang), garam dapur, kalsium, Fermented Mother Liquor (FML, limbah Ajinomoto), cairan ragi tape dalam air kelapa dan dedak dicampur hingga rata sebelum diberikan. Hasil Analisa Laboratorium menunjukkan bahwa kandungan bahan Kering 67,37 %, Protein Kasar (PK) 17,68 %, Total Digestibel Nutrient (TDN) 52,57 %, Serat Kasar (SK) 16,31 %, Lemak Kasar (LK) 1,65 %, Kalsium (Ca) 5,03 %, Phosphor (P) 1,82 % dan Metabolik Energi (ME) 1.820 M kal/ kg BK. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada peningkatan berat badan sapi betina bunting (rata2 ± SD) selama 40 minggu sebesar 39.50 ± 10.2 kg atau 1.07 ± 0.28 kg per minggu atau 0.15 ± 0.04 per hari. Kenaikan bobot badan selama 40 minggu sebesar 27.67 kg, atau sebesar 0.69 kg per minggu, atau sebesar 0.099 kg per hari, dari bobot awal pada saat birahi 193.33±23.63 kg hingga 221.00±16.63 sebelum melahirkan. Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa jerami padi disemprot dengan air kelapa dan pakan tambahan dapat memenuhi kebutuhan pakan selama bunting. Kata kuci: Jerami, konsentrat, bunting, sapi Bali. RICE STRAW AND CONCENTRATE FOR FLUSHING METHODE OF PREGNANT BALI COW Adji S Dradjat#, Uhud Abdullah*, Rina Andriati+. Large ruminant consorcium, Lab. Reproduksi ternak#, Nutrisi dan makanan ternak* dan Ternak potong+. Fakultas Peternakan, Universitas Mataram. Large Ruminant Research Consorsium. Jl Majapahit Mataram 83125 ABSTRACT The aim of the study was to evaluate the use of rice straw and feed supplement as a low quality feed of Bali cows during pregnancy to evaluate flushing technique. Flushing technique is a method to shorten calving interval by giving low quality feed during pregnancy and high quality after calving up to mating and pregnant. Four pregnant cows following matting were feed with fermented rice straw ad libitum with feed supplement. Fermentation of straw was performend by grounding tape yeast (NKL Solo) of 25 bolus mixed with 100 liter coconut water and incubated in room temperature for 2 days, a liter solution was spread to 10 kg dry straws. The pregnant cows were given feed supplement 200 gr per day, consist of Ajitein (Ajinomoto waste product), mineral (Ultra-mineral, Eka farma Semarang), kitchen salt, calcium, Fermented Mother Liquor (FML, Ajinomoto waste product), solution tape yeast on coconut water and rice brand mixed thoroughly. The results of laboratoric analisis that the content of Dry matter (DM), Crude protein (CP), Total Digestibel Nutrient (TDN), Crude fiber (CF), Crude fat (CF), Calcium (Ca), Phosphor (P), and Metabolik Energi (ME), of 67,37 %., 17,68 %., 52,57 %., 16,31 %., 1,65 %., 5,03 %., 1,82 % and 1.820 M kal/ kg DM respectivelly. The result showed that there was slight increase body weight of pregnant cows (mean ± SD) for 40 weeks was 27.67 kg or 0.69 kg per week or 0.099, from per day, from body weight of 193.33±23.63 kg during matting, up to 221.00±16.63 kg before delivery calves. It can be concluded that rice straw sprayed with tape yeast with concentrate supplementation may meet feed requirement of pregnant cow.
2 Prosiding Seminar Nasional Sapi Bali Bali, 24 September 2013 Key words: Rice straw, feed supplement, pregnant, Bali cow. PENDAHULUAN Makanan adalah merupakan komponen yang terbesar dan biaya terbesar untuk industrI peternakan sapi (Drake et al., 2012), tidak hanya penggemukan tetapi juga perkembang biakan. Perkembang biakan sapi yang efisien apa bila jarak beranak satu tahun dapat dicapai yaitu bunting selama 9 bulan dan kosong selama 3 bulan (Nicoll, 1979). Untuk program perkembang biakan biaya pakan terbesar adalah selama bunting yaitu selama 9 bulan atau selama 285 hari. Indonesia adalah negara agraris dengan makanan pokok beras, dengan lahan persawahan yang luas menghasilkan jerami padi yang sangat banyak. Produksi jerami yang banyak ini sebagian besar dibakar yang mencemari lingkungan (Anonim, 9), karena petani ingin segera menyingkirkan jerami dan segera mengolah tanah dan menanam padi kembali (Dradjat et al, 2013). Walaupun jerami padi mempunyai potensi yang besar sebagai sumber serat kasar namun tidak dimanfaatkan oleh peternak karena sapi tidak mau makan atau mempunyai palatabilitas yang rendah, hasil penelitian juga menunjukkan bahwa jerami digestibilitas juga rendah, kandungan protein, mineral, garam juga rendah (Anonim 2007; Drake et al, 2012; Prihatini et al, 2009; Rahadi, 2008; Yetty et al, 2013) ). Produksi jerami padi tergatung dari pola tanam, apabila petani menanam secara serentak maka jerami diproduksi secara serentak setiap 4 bulan atau tiga kali setahun. Untuk daerah yang penanaman padi tidak serentak, maka jerami padi dapat dihasilkan kapan saja setelah panen padi, Di Mataram NTB jerami tersedia setiap waktu karena pola tanam padi tidak serentak, namun petani segera membakar jerami segera setelah panen, karena petani akan menanam padi secepatnya setelah panen. Untuk sementara ini jerami merupakan barang yang tidak berharga, apabila ada yang membutuhkan dapat diambil secara gratis (Yetty et al, 2013). Kebiasaan buruk petani di NTB membakar jerami setelah panen padi (Indraningsih et al, 2008; Soekardono 2011), yang menghasilkan asap yang berkontribusi sebagai penyebab pemanasan global (Anonim,9; Drake et al, 2012). Propinsi NTB mempunyai sawah seluas 374.284 ha (NTB dalam angka 2011), dengan produksi jerami kering sebanyak 4-5 ton per hektar (Anonim, 4; Prihatini et al, 2009) sehingga diperkirakan NTB dapat menghasilkan 1.497.136 – 1.861.420 ton jerami padi kering dalam satu kali panen. Diperkirakan dapat digunakan untuk pakan 1,5 hingga 2 juta ekor sapi. Penggunaan jerami mempunyai potensi sumber serat kasar untuk keperluan pakan sapi sehingga biaya pemeliharaan murah, hanya membutuhkan biaya angkut tinggal ambil dan berpotensi produksi dalam jumlah besar (Yetty et al 2013). Penggunaan jerami untuk pakan sapi memungkinkan peternak tidak perlu nyabit rumput, sehingga tenaga kerja untuk menyabit rumput tidak diperlukan (Hadi et al, 2002). Penggunaan jerami dapat menghemat tenaga kerja peternak, dapat meningkatkan kapasitas pemeliharaan, sehingga peternakan sapi menjadi efisien. Propinsi NTB mencanangkan program bumi sejuta sapi (NTB-BSS) untuk menjadi Propinsi NTB sebagai sumber bibit sapi Bali dan sumber daging nasional, (Anonim 2007) akan tetapi pertumbuhan populasi sapi relative lambat. Peningkatan populasi yang lambat ini kemungkinan karena pola pemeliharaan tradisional dengan cara menyabit rumput peternak hanya mampu memelihara satu hingga dua ekor, tidak efisien (Soekardono 2011), bahkan beberapa peternak tidak mempunyai sapi jantan. Peternak yang tidak mempunyai sapi jantan menyebabkan sapi menunjukkan birahi yang tidak terdeteksi. Akhirnya sapi lama tidak kawin, lama tidak bunting yang menyebabkan peningkatan populasi yang lambat (Thalib et al, 2002), yang pada akhirnya Indonesia impor sapi dari luar negeri sebanyak 500 ribu ekor (Anonim 3, 8). Hasil penelitian tahun 80 an telah dikembangkan teknik flushing (Nicoll, 1979), yaitu sapi potong diberi pakan yang berkuatitas rendah selama bunting dan setelah melahirkan di beri pakan yang berkualitas tinggi. Dengan menggunakan teknik ini pada sapi dapat menghasilkan jarak beranak yang pendek, sehingga jarak beranak satu tahun dapat tercapai (Nicoll, 1979). Pakan berkualitas rendah saat bunting dan pakan berkualitas tinggi setelah melahirkan member manfaat memperpendek jarak beranak, menurunkan biaya pakan dan pemeliharaan dan meningkatkan reproduktifitas sapi. Dari uraian flushing technik dapat ditarik hipotesa apabila jerami padi dapat digunakan untuk pakan pada peternakan sapi dengan tambahan konsentrat pada masa bunting.
3 Prosiding Seminar Nasional Sapi Bali Bali, 24 September 2013 MATERI DAN METODA Sapi Bali betina dewasa yang pernah beranak dengan berat badan (Rata2 ± SD) 183.75±13.15 kg dan dalam keadaan sehat digunakan dalam penelitian ini. Sapi sapi betina tersebut setelah dikawini oleh sapi jantan, dipelihara di kandang diberi makan jerami fermentasi pada pagi dan sore secara berlebih (ad libitum) dengan air minum yang tersedia setiap waktu. Untuk memudahkan aktifitas makan dan minum secara ad libitum pada malam hari digunakan penerangan menggunakan listrik. Jerami padi kering disimpan dengan meletakkan 8 cm diatas lantai gudang, penyimpanan dilakukan hingga 4 bulan. Fermentasi dilakukan dengan menyemprot mikroba ragi tape yang telah dikembangkan pada air kelapa, pada lapisan jerami setebal 20 cm, kemudian dibuat lapisan jerami dan disemprot lagi, demikian seterusnya sehingga cukup untuk member makan sapi. Untuk meningkatkan palatabilitas jerami padi, ragi tape (tape yeast) Harum Manis, Produksi Na Kok Liong (NKL) Solo, sebanyak 25 bolus (satu bungkus) digerus halus, kemudian dimasukkan kedalam air kelapa 100 lt, kemudian dibiarkan tumbuh pada air kelapa selama 2 hari, kemudian disemprotkan pada pada jerami padi kering, setiap liter digunakan untuk 10 kg jerami padi (Dradjat et al, 2013). Sapi bali betina diberi pakan jerami fermentasi secara berlebih dan pakan konsentrat tambahan sebanyak 200 gr per hari (komposisi konsentrat dalam proses pendaftaran paten). Bahan penyusun konsentrat adalah: 1. Ajitein yaitu single sel protein (Anonim 1, 2012) limbah pabrik Ajinomoto. 2. Fermented Mother Liquor (FML, limbah cair pabrik Ajinomoto), 3. Mineral mix, 4. Garam dapur, 5. Kalsium, 6. Dedak halus dan 7. Mikroba diinkubasikan pada media air kelapa (Limbah pasar). Kandungan nutrisi konsentrat di evaluasi di laboratorium Fakultas Peternakan Unram. Sapi tersebut ditimbang setiap minggu menggunakan timbangan digital (Excellent scale, Bengkel bubut Boma. Jakarta Timur). Data penimbangan berat badan sapi dievaluasi untuk mengetahui kecenderungan penurunan, tetap atau kenaikan berat badan. HASIL DAN PEMBAHASAN Jerami padi kering yang disemprot ragi tape yang diinkubasikan pada air kelapa dan diberikan secara berlebih atau ad libitum mempunyai palatabilitas tinggi disukai oleh sapi Bali (Dradjat et al, 2013), namun tidak merubah kandungan nutrisi jerami kering (Dradjat et al, 2013). Kualitas jerami padi kering sangat rendah yaitu protein dan mineral rendah, oleh karena itu diperlukan pakan tambahan berupa konsentrat yang disusun dari Ajitein yaitu single sel protein limbah pabrik Ajinomoto (Anonim,1,6,7,2008), Fermented Mother Liquor (FML, limbah cair pabrik Ajinomoto) (Anonim, 6,7,2008), Mineral mix, Garam dapur, Kalsium, Dedak halus dan Mikroba ragi tape yang diinkubasikan pada media air kelapa (Limbah pasar). Resep tersebut tidak dapat disampaikan karena sedang di daftarkan untuk hak paten. Hasil Analisa Laboratorium Fakultas Peternakan Universitas Mataram, untuk konsentrat tersebut menunjukkan bahwa kandungan nutrisi dan metabolik energy konsentrat sebagai berikut: Bahan kering (BK) 67,37 %, Protein kasar (PK) 17,68 %, Total digestible nutrient (TDN) 52,57 %, Serat kasar (SK) 16.31 %, Lemak kasar (LK) 1.65%, Kalsium (Ca) 5.03 %, Phospor (P) 1.82 %. Metabolisma energy (ME) 1.820Mkal/ kg BK (Tabel 2) Tabel 2: Kandungan Nutrisi Konsentrat sebagai pakan tambahan untuk jerami padi. 1 2 3 4 5 6 7
Bahan kering (BK) Protein kasar (PK) Total digestible nutrient (TDN) Serat kasar (SK) Lemak kasar (LK) Kalsium (Ca) Phospor (P)
67,37 % 17,68 % 52,57 % 16.31 % 1.65% 5.03 % 1.82 %
4 Prosiding Seminar Nasional Sapi Bali Bali, 24 September 2013 8 Metabolisma energy (ME)
1.820Mkal/ kg BK)
Air kelapa sangat baik untuk digunakan sebagai media untuk menumbuhkan mikroba ragi tape (Dradjat et al 2013), karena air kelapa merupakan media yang lengkap, mengandung gula sebagai sumber energy mengandung proteins lengkap, kaya akan mineral, kaya vitamin. Ragi tape untuk fermentasi makanan telah digunakan secara luas, terbukti aman, dengan penggunaan ragi tape maka mikroba yang lain tidak akan berkembang (Ganjar, 2003; Ardana dan Fleet, 1989; Sujaya et al, 2010). Kandungan nilai nutrisi tersebut dapat memenuhi persyaratan secara fisiologis untuk pakan sapi yang sedang bunting. Hasil penelitian (Grafik 1) menunjukkan hasil penimbangan berat badan sapi Bali bunting (Rata2±SD) dengan pemberian jerami kering penambahan ragi tape yang diinkubasikan pada air kelapa dan pakan tambahan konsentrat. Kenaikan bobot badan selama 40 minggu sebesar 27.67 kg, atau sebesar 0.69 kg per minggu, atau sebesar 0.099 kg per hari, dari bobot awal 193.33±23.63 kg hingga 221.00±16.63 sebelum melahirkan.
Grafik 1. Berat badan sapi Bali bunting dengan jerami dan konsentrat. Penggunaan air kelapa untuk pengembangan mikroba ragi tape untuk disemprotkan pada jerami padi, dapat meningkatkan palatabilitas jerami. Jerami padi mempunyai palatabilitas dan digestibility yang rendah dan palatabilitas rendah (Yetty et al, 2013). Rendahnya palatabilitas dan digestibilitas jerami padi disebabkan oleh kandungan silikat yaitu mencapai 13% (Anonim, 5), lignin sebanyak 6-7% (Anonim,2,5) kandungan mineral rendah dan kandungan oxalate tinggi (Anonim 2) Disamping itu jerami padi mempunyai kandungan protein 3-5%, sebagai pembanding King grass mempunyai kadar protein sebesar 12-14% (Anonim, 5). Jerami padi juga mempunyai retention rate yang rendah, dan menyebabkan rendahnya fermentasi propionate pada rumen (Drake et al, 2012). Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa fermentasi jerami padi menggunakan bakteri mempunyai potensi untuk menjadikan jerami padi kering sebagai pakan sapi (Anonim 2) Karena kondisi jerami tersebut, maka pemberian jerami sebagai pakan sapi perlu di ikuti dengan pemberian pakan tambahan untuk meningkatkan kandungan mineral dan protein. Tujuan pemberian pakan tambahan adalah untuk megisi kekurangan nilai nutrisi jerami padi. Penambahan urea adalah untuk mengganti nitrogen nitrogen yang terbuang dan menstimulasi bypass protein di rumen (Anonim 2,4) Urea juga bisa didapatkan dari pemberian ajitein dan FML (Anonim 1,7). Fermented Mother Liquor (FML) adalah limbah pabrik Ajinomoto dapat meningkatkan digestibilitas pakan, dapat memperbaiki nilai nutrisi pakan, menghasilkan protein. Komposisi FML adalah kadar air 72.13%, bahan kering 28%, protein kasar 69%, total
5 Prosiding Seminar Nasional Sapi Bali Bali, 24 September 2013 digestible nitrogen 65%, total nitrogen 3.11% dan ndustry nitrogen 2.32% (Anonim 1,7). Kadar protein tinggi dan asam amino pada FML dapat memperbaiki pertumbuhan microba rumen dan meningkatkan digestibilitas pakan sapi (Anonim 1,7). Disamping FML, Ajitein (Ajinomoto waste product) juga menjadi bagian dari pakan tambahan, telah dilaporkan bahwa pada sapi perah Ajitein dapat meningkatkan produksi susu (Anonim 1,7) ajitein juga sebagai sumber protein yaitu single cell protein dengan asam amino tinggi dan juga mengandung beta glukan yang dapat memperbaiki sistim kekebalam (Anonim 1,7) Untuk mensubstitusi rendahnya mineral pada jerami maka pada pakan ditambahan minerals seperti kalsium, mineral lengkap (Ultra-mineral, Eka farma Semarang) dan garam dapur. Telah dilaporkan bahwa mineral dan garam dapur sangat penting, tidak hanya membuat nutrisi seimbang, tetapi juga mengkoreksi protein dan metabolism energy glikogenik (Anonim 2,4,5). Pada sapi induk yang bunting tidak diperlukan kenaikan bobot badan yang signifikan seperti pada program penggemukan namun pada sapi bunting jangan sampai berat badannya turun. Sehingga strategi pemberian pakan tidak memerlukan pakan yang berkualitas, bahkan pada program flushing agar jarak beranak menjadi pendek maka selama bunting diberi pakan yang jelek, setelah melahirkan diberi pakan yang baik (Nicoll, 1979). Pemberian pakan jerami dengan konsentrat selama 9 bulan sapi bunting ini relative murah, bahan yang digunakan sebagian besar adalah limbah, sehingga diharapkan keuntungan peternak meningkat, kapasitas pemeliharaan juga dapat ditingkatkan dengan tidak lagi mencari rumput dengan cara menyabit.
KESIMPULAN DAN SARAN Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa jerami padi dapat digunakan sebagai pakan dasar sapi bunting dengan meningkatkan palatabilitas jerami menggunakan mikroba ragi tape. Kekurangan kandungan nutrisi jerami seperti kurang mineral, kurang protein dapat ditanggulangi dengan diberi pakan tambahan. Pemberian pakan lokal murah, mudah didapat, tersedia sepanjang tahun dan terbarukan, dapat mendukung pemeliharaan sapi betina bunting selama sembilan bulan. Penggunaan jerami padi sebagai pakan dasar dapat meningkatkan efisiensi dan kapasitas pemeliharaan dapat ditingkatkan dalam jumlah besar dengan tenaga kerja minimal untuk memajukan industri perkembang biakan sapi Bali. Disarankan untuk penelitian lebih lanjut dalam menguji pakan yang berkualitas setelah melahirkan hingga kembali birahi, kawin dan bunting kembali. UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terima kasih disampaikan kepada Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011-2025 Nomor SP2H: 222/ SP2H/ PL/ Dit.Litabmas/ V/ 2012, atas pembiayaan penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA Anonim 1, http://ajitein.blogspot.com/2012/02/ajitein.html Anonim 2, http://bp4kkabsukabumi.net/index.php/Pertanian-Tanaman-Pangan/ Fermentasi-Jerami.html Anonim 2008, http://porotani.wordpress. Anonim 3, http://data.mongabay.com/commodities/category/2-Trade /9-Live+Animals/ 866-Cattle/61Import+Quantity/101-Indonesia Anonim 4, http://id.shvoong.com/exact-sciences/agronomy-agriculture/1803950-petunjuk-teknis- pembuatan-silasejerami/#ixzz1pXKRgJ2Z Anonim 5, http://peternakantaurus.wordpress.com/2010/07/29/pembuatan-jerami- fermentasi/ Anonim 6, Santani (ajitein) co product pt ajinomoto http://ww.itrademarket.com/ Anonim 7, http://www.ajinomoto.co.id Anonim 8, http://www.beefcentral.com/live-export/article/1093 Anonim 9, http://www.koshland-science-museum.org/exhibitgcc/causes02.jsp
6 Prosiding Seminar Nasional Sapi Bali Bali, 24 September 2013 Anonim, 2007. Road Map Pengembangan Komoditas Ungulan Peternakan Propinsi NTB. Kerjasama Dinas Peternakan Propinsi NTB dengan Fakultas Peternakan Universitas Mataram, 2007. Ardana MM and Fleet GH. 1989. The microbial ecology of tape ketan fermentation. International Journal of Food Microbiology. 9: 157-165 Dradjat AS, Abdullah U, dan Andriati R. 2013. Fermentasi jerami untuk pakan dasar sapi bali untuk mengurangi pembakaran dan menurunkan polusi udara. Seminar Nasional dan Forum Komunikasi Industri Peternakan. Puslit Biotek LIPI. 18, 19 September 2013. Drake DJ, Nader G, Forero L (2012) Feeding rice straw to cattle. http://anrcatalog.ucdavis.edu GANJAR, I. 2003. Tapai from cassava and cereals. Di dalam: First International Symposium and Workshop on Insight into the World of Indigenous Fermented Foods for Technology Development and Food Safety; Bangkok, 13 – 17 Apr 2003. hlm 1-10. Hadi PU., Ilham N., Thahar A., Winarso B., Vincent D and Qiurke D. 2002. Improving Indonesia’s beef industry. ACIAR Monograph No 95 128p Indraningsih, Widiastuti R dan Sani Y (2008) Limbah pertanian dan perkebunan sebagai kendala pada ternak: kendala dan prospeknya. Prosiding Lokakarya Nasional Ketersediaan IPTEK dalam pengendalian penyakit strategis pada ruminansia ternak besar: 99-115 Nicoll G.B, 1979. Influence of pre and post calving pasture allowances on beef cows and calf performance. New Zealand Journal of Agriculture Research. 22:417 Prihatini I, Soebarinoto, Chuzaemi S dan Winugroho M. 2009. Karakteristik Nutrisi dan Degradasi Jerami Padi Fermentasi oleh Inokulum Lignolitik TLiD dan BOpR. Jurnal Produksi ternak (Animal Production) 11 (1): 1-7. Rahadi S, 2008. teknik pembuatan amoniasi urea jerami padi sebagai pakan ternak. http://ilmuternak.wordpress. Soekardono, 2011. Mewujudkan NTB bumi sejuta sapi berbasis peternakan rakyat. Pidato pengukuhan jabatan guru besar dalam ilmu sosial ekonomi peternakan, Fakultas Peternakan, Universitas Mataram Sujaya IN, Nocianitri KA. and Asano K (2010) Diversity of bacteria flora of Indonesian ragi tape and their dynamics during the tape fermentation as determined by PCR-DGGE. International Food Research Journal. 17: 239-245. Talib C., Enwistle K., Siregar A., Budiarti Tunner S and Lindsay D, 2002. Survey of population and production dynamics of Bali cattle and existing breeding programs in Indonesia. In Strategies to improve Bali Cattle in Eastern Indonesia. ACIAR Proccedings No 110.p 3-9 Yetty E., Ridwan R., Nasrudin AW., Astuti WD dan Widyastuti Y, 2013. Peningkatan kualitas pakan local NTB berbasis jerami padi melalui proses fermentasi. Seminar Nasional dan Forum Komunikasi Industri Peternakan. Puslit Biotek LIPI. 18, 19 September 2013.