1
PERBANDINGAN KEEFEKTIFAN ANTARA METODE EKPERIMEN DAN METODE PROBLEM SOLVING PADA PEMBELAJARAN BANGUN RUANG SISI LENGKUNG
PONCO HANDAYAWATI NIM. 12709259032
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2016
2
LEMBAR PERSETUJUAN
PERBANDINGAN KEEFEKTIFAN ANTARA METODE EKPERIMEN DAN METODE PROBLEM SOLVING PADA PEMBELAJARAN BANGUN RUANG SISI LENGKUNG
PONCO HANDAYAWATI NIM. 12709259032
Artikel jurnal ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan kelulusan Program Magister (S2)
Menyetujui Pembimbing, Nama
Tanda tangan
Dr. Hartono
……………………
Tanggal
………………
Mengetahui, Ketua/Sekretaris Program Studi Matematika
Dr. Jailani, M.Pd NIP. 19591127 198601 1 002 Selanjutnya, naskah artikel tersebut kami rekomendasikan untuk diproses dan dipublikasikan dalam: *) (……) Jurnal Internasional (……) Journal Printed Program Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta (……) Journal Student (E-Journal) Program Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta (……) Jurnal lainnya (Jurnal Luar PPs UNY atau Jurnal S-1 Fakultas UNY) *) diisi oleh kaprodi/sekprodi dengan centang salah satu
3
PERBANDINGAN KEEFEKTIFAN ANTARA METODE EKPERIMEN DAN METODE PROBLEM SOLVING PADA PEMBELAJARAN BANGUN RUANG SISI LENGKUNG Ponco Handayawati 1), Hartono 2) SMP Muhammadiyah 3 Yogyakarta 1), Universitas Negeri Yogyakarta2)
[email protected] 1),
[email protected] 2) Abstrak
Tulisan ini mendeskripsikan keefektifan pembelajaran bangun ruang sisi lengkung dengan metode Ekperimen dan Problem Solving ditinjau dari kemampuan ketrampilan proses dan prestasi belajar matematika. Penelitian ini merupakan penelitian Ekperimen semu. Adapun populasinya adalah seluruh siswa kelas IX SMP Muhammadiyah 3 Yogyakarta tahun ajaran 2014/2015 yang terdiri dari 9 kelas. Dengan memilih secara acak dari keseluruhan siswa kesembilan kelas tersebut, maka dipilih siswa dari dua kelas saja yang menjadi sampel penelitian, yaitu siswa kelas IXA dan IXB. Kelas IX-A diberi perlakuan dengan metode Ekperimen dan kelas IX-B dengan metode Problem Solving. Untuk mengetahui keefektifan metode Ekperimen dan metode Problem Solving pada masing-masing variabel, data dianalisis secara univariat dengan statistik uji t-test one sample pada taraf signifikansi 5%. Kemudian untuk membandingkan keefektifan metode Ekperimen dan metode Problem Solving, data dianalisis secara multivariat dengan statistik uji two group manova pada taraf signifikansi 5 %. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) metode Ekperimen dan metode Problem Solving efektif ditinjau dari kemampuan ketrampilan proses dan prestasi belajar matematika, 2) metode Ekperimen lebih efektif daripada metode Problem Solving. Kata Kunci: metode Ekperimen, metode Problem Solving, kemampuan ketrampilan proses, prestasi belajar siswa. THE EFFECTIVNEES OF THE EKPERIMENT METHOD AND PROBLEM SOLVING METHOD IN THE METERIAL CURVED SURFACE SOLIDS Abstract
This article describe and compare the effectiveness of Learning curved solids using Experiment Method and Problem Solving Method As seen from the ability of process skill and students Mathemathic achievement. This research was a quasi-experiment. The research population was all students in grade IX of SMP Muhammdiyah 3 Yogyakarta on the academic year 2014-2015 which consists of class. From the population two classes were selected as the sample by randomly selected from the calass 9, those classes were IX-A and IX-B. IX-A was taughs using the experiment method and class IX-B was taughs using Problem Solving method. To determine the effectiveness of experiment method and Problem Solving method on each variable, the data were analyzed statistically using the univariate analysis of one sample t-test at the significance level of 5%. To compare the effect of Experiment Method and Problem Solving Method, the data were analyzed statistically using the multivariate analysis of two group manova test at the significance level of 5%. The result of research shows that: 1) experiment method and Problem Solving method are effective in terms of process skill ability and Mathemathic achievement; 2) experiment method is more effective than Problem Solving method.
4
Keywords: Experiment Method, Problem Solving Method, process skill ability, Mathemathic achievement
5
PENDAHULUAN Peraturan Menteri Pendidikan Nasional no. 41 tahun 2007 tentang standar proses, menyebutkan proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan memotivasi peserta didik untuk berpartisipatif aktif serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreatifitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologi peserta didik. Disinilah dituntut kemampuan guru untuk berpikir kreatif. Menurut Kennedy (2008: 68), “Each instructional approach invites childrens to construct mathematical knowledge and to develop skills”, yang menyiratkan makna yaitu setiap pendekatan pembelajaran memberikan kesempatan kepada setiap anak untuk membangun pengetahuan matematika dan mengembangkan keterampilannya. Disisi lain, amanat dari dari SK (Standar Kompetensi) dan KD (Kompetensi Dasar) matematika yang menyatakan bahwa dalam setiap kesempatan, pembelajaran matematika hendaknya dimulai dengan pengenalan masalah yang sesuai situasi (contextual problem). Dengan mengajukan masalah kontekstual, peserta didik secara bertahap dibimbing untuk menguasai konsep matematika dan memberikan makna bahwa metode yang selayaknya diterapkan dalam pembelajaran matematika di sekolah menengah adalah metode yang menekankan pada proses pemecahan masalah. Komponen lainnya yang perlu diperhatikan adalah keterlibatan siswa dalam kegiatan pembelajaran. Pada dasarnya pikiran siswa aktif dan kreatif, tidak begitu saja bisa menerima apa yang diberikan oleh guru karena setiap siswa sebenarnya telah memiliki pengetahuan awal hanya saja terkadang pengetahuan awal mereka cenderung salah atau tdak sesuai dengan konsep yang ada. Keterlibatan siswa secara aktif dalam kegiatan pembelajaran baik melalui kegiatan Ekperimen dan keterampilan dapat meningkatkan rasa percaya diri mereka untuk menemukan jawaban dari suatu permasalahan yang mereka hadapi sehingga terasa lebih bermakna dalam kehidupn sehari-hari siswa. Pada akhirnya nanti akan berdampak pada prestasi belajar matematika siswa.
Hal ini juga dinyatakan oleh Jonassen (2011: 241) sebagai berikut: “the goals of learning to solve problems include not only finding an acceptable solution to any problem but also being able to recognize similar problems at a later date in order to reduce the amount of mental effort requered to solve a transfer problem at that time. That is, an important goal for students is to learn what kind of problem they are solving.” Maksudnya adalah tujuan belajar dalam menyelesaikan suatu masalah tidak hanya menemukan penyelesaian pada masalah saja, tetapi juga dapat mengenali masalah-masalah yang sama di kemudian hari. Tujuan yang paling penting bagi siswa adalah untuk mempelajari masalah apa yang mereka selesaikan. Menurut Kennedy (2008: 63) yang mengatakan bahwa ”Meeting all students needs requires varied instructional approaches, including informal or exploratory activities, directed teaching/thinking lessons, and problem-based projects or investigations”. Lebih jauh dikatakan Kennedy (2008: 68), “Each instructional approach invites childrens to construct mathematical knowledge and to develop skills”, Artinya setiap pendekatan pembelajaran memberikan kesempatan kepada setiap anak untuk membangun pengetahuan matematika dan mengembangkan keterampilan- nya. Akan tetapi matematika bagi sebagian siswa masih di anggap sebagai mata pelajaran yang membosankan, menakutkan, sulit dipahami, dan bahkan dijauhi. Selain itu, siswa kurang memahami manfaat dan kaitan matematika dalam kehidupan sehari-hari, sehingga tidak mampu menggunakan pengetahuan matematikanya untuk dapat memecahkan masalah yang dihadapi. Hasil belajar matematika pada realitanya menunjukkan kualitas yang belum sesuai dengan harapan. Berdasarkan hasil observasi terhadap siswa SMP Muhammadiyah 3 Yogyakarta menunjukkan bahwa ketika guru memberikan masalah kepada siswa, siswa akan menjawab sesuai dengan cara yang digunakan guru. Siswa tidak menggunakan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki sebelumnya untuk
6
menyelesaikan masalah, sehingga pengetahuan yang diperoleh siswa, hanya bertahan sementara dan hanya sekedar menghafal dan mencontoh guru. Berdasarkan hasil UAN lima tahun terakhir prestasi matematika siswa SMP Muhammadiyah 3 masih berada di bawah ratarata provinsi DIY (Daerah Istimewa
Yogyakarta), khususnya dalam kemampuan pemecahan masalah. Daya serap materi bangun ruang berdasarkan hasil Ujian Nasional (UN) di SMP Muhammadiyah 3 Yogyakarta adalah sebagai berikut:
Tabel 1. Hasil Ujian Nasional Matematika di SMP Muhammadiyah 3 Yogyakarta Kompetensi yang diuji Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan luas permukaan bangun ruang Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan luas permukaan bangun ruang Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan volume bangun ruang Menyelesaikan masalah menggunakan konsep volume bangun ruang sisi lengkung (paket A) Menyelesaikan masalah menggunakan konsep volume bangun ruang sisi lengkung(Paket B) Menghitung luas permukaan benda yang berbentuk bangun ruang sisi lengkung
Dalam melaksanakan proses pembelajaran diperlukan langkah-langkah sistematik. Langkah sistematik inilah yang merupakan hal terpenting dalam melakukan strategi mengajar. Salah satu usaha guru dalam strategi mengajar adalah menggunakan metode pembelajaran yang tepat sesuai materinya, sehingga menunjang terciptanya kegiatan pembelajaran yang kondusif dan menarik bagi peserta didik. Perlu diupayakan suatu metode pembelajaran inovatif yang dapat meningkatkan pemahaman konsep matematika dan sekaligus dapat meningkatkan keaktifan peserta didik serta memberikan iklim yang kondusif dalam perkembangan daya nalar dan kreatifitas siswa. Salah satunya adalah metode pembelajaran Ekperimen dan metode Problem Solving. Metode pembelajaran Ekperimen merupakan suatu metode pembelajaran yang melibatkan siswa melakukan percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari. Strategi ini, memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan percobaan tentang suatu hal, mengamati prosesnya dan menuliskan hasil percobaannya, kemudian hasil pengamatan itu disampaikan ke kelas dan dievaluasi oleh guru. Untuk itulah peneliti menerapkan pembelajaran metode Ekperimen. Menurut Faizi (2013: 85), metode Ekperimen adalah suatu bentuk pembelajaran yang melibatkan siswa dengan benda-benda, bahan-bahan dan peralatan laboratorium, baik secara perorangan maupun kelompok.
Tahun 2013 2012 2011 2010
Persentase 35,38 42,84 50,17 42,22 47,20
2009
58,47
Duru (2010: 585) menyatakan bahwa “...Ekperimental teaching method helps to improve students hand skills, makes them more produktive and increases their active involvement in learning...”. Maksudnya ...pengajaran dengan metode Ekperimen membantu keterampilan tangan siswa, membuat mereka lebih produktif dan meningkatkan keterlibatan aktif mereka dalam belajar...”. Kurniawan (2011: 6) juga berpendapat bahwa dengan mencoba penerapan metode Ekperimen diharapkan dalam pengetahuanpengetahuan itu muncul dari pikiran-pikiran siswa sendiri dalam melibatkan aktivitasnya dalam proses Ekperimen. Dalam metode Ekperimen, guru dapat mengembangkan keterlibatan fisik dan mental, serta emosional siswa. Siswa mendapat kesempatan untuk melatih keterampilan proses agar memperoleh hasil belajar yang maksimal. Pengalaman yang dialami secara langsung dapat tertanam dalam ingatannya. Keterlibatan fisik dan mental serta emosional siswa dapat diharapkan dapat diperkenalkan pada suatu cara atau kondisi pembelajaran yang dapat menumbuhkan rasa percaya diri dan juga perilaku yang inovatif dan kreatif. Hal ini juga sejalan dengan Sartika (2012: p.192) yang mengatakan bahwa metode eksperimen mampu membuka cakrawala siswa untuk berargumentasi serta membuktikan hipotesis
7
yang telah dipelajari, sehingga pembelajaran lebih berpusat pada siswa. Dari penjelasan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa prosedur dalam pelaksanaan metode Ekperimen adalah pertama siswa memahami masalah yang akan dibuktikan dalam Ekperimen; kedua, siswa memahami alat-alat Ekperimen dan bahan yang digunakan dalam Ekperimen; ketiga, perlu ada pengawasan guru selama proses Ekperimen berlangsung sampai berakhir, setelah dilakukan Ekperimen, dan memberi tes atau evaluasi pada Ekperimen yang telah dilakukan. Dalam penelitian ini, indikator metode Ekperimen yang diteliti dapat dilihat pada Tabel dibawah ini:
Tabel 2. Langkah-langkah Ekperimen dan Kegiatan guru yang relevan Tahapan Kegiatan guru Tahap 1 Pemberian masalah
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, Guru memberikan masalah pada Lembar Kegiatan Siswa(LKS) kepada siswa baik secara berkelompok ataupun individu.
Tahap 2 Pengumpulan data dan verifikasi
Guru memotivasi siswa untuk mengumpulkan informasi permasalahan yang diberikan pada Lembar Kegiatan Siswa(LKS). mendampingi siswa dalam mengidentifikasi syarat yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah dan mendampingi siswa dalam menentukan langkah yang akan digunakan untuk menyelesaikan masalah.
Tahap 3 Melakukan Ekperimen
Guru mengawasi pekerjaan atau percobaan yang dilakukan siswa. Bila perlu guru memberi saran atau pertanyaan yang menunjang kesempurnaan jalannya Ekperimen.
Tahap 4 Merumuskan dan menganalisis
Guru memfasilitasi siswa melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan dan proses yang digunakan.
Tahap 5
Guru meminta beberapa kelompok untuk
Menarik kesimpulan hasil Ekperimen
mempresentasikan hasil penyelesaian masalah dan memfasilitasi kelompok lain untuk menanggapi dengan pertanyaan yang mengarah pada langkah penyelesaian lain yang telah dipresentasikan
Pembelajaran dengan metode Eksperimen melatih dan mengajarkan siswa cara untuk belajar konsep matematika sama halnya dengan seorang ilmuwan matematik. Siswa belajar secara aktif dengan mengikuti tahap pembelajarannya. Dengan demikian, siswa akan menemukan sendiri konsep sesuai hasil yang diperoleh selama pembelajaran. Metode Problem Solving hampir sama dengan metode Ekperimen. Pembelajaran dengan metode Problem Solving memerlukan persiapan yaitu keahlian guru dalam menerapkan metode Problem Solving dan memotivasi siswa agar berpartisipasi aktif selama kegiatan serta keterampilan siswa dalam mencoba berbagai cara untuk menyelesaikan masalah. George Polya (Billstein, et.al. 1990: 3) menyatakan bahwa: ”A great discovery solves a great problem but there is a grain of discovery in the solution of any problem. Your problem may be modest; but if it challenges your curiosity and bring into play your inventive facilities, and if you solve it by your own means, you may experience the tension and enjoy the triumph of discovery”. Artinya bahwa suatu penemuan yang besar merupakan pemecahan masalah yang besar juga tetapi terdapat kesatuan penemuan dari beberapa masalah. Masalah yang anda hadapi mungkin saja sederhana, tetapi mengandung tantangan terhadap rasa ingin tahu anda dan membawanya kedalam suatu permainan yang memerlukan kemampuan daya cipta, dan jika anda memecahkannya dengan pemikiran sendiri, anda dapat memperoleh suatu pengalaman dan menikmati keberhasilan dalam suatu penemuan. Byrnes (2008: 79) juga menyatakan pendapatnya mengenai komponen pemecahan masalah yaitu: The main component of Problem Solving include recognizing that a problem exist,
8
defining the problem and creating a mental representation of it, exploring a range of possible strategy, monitoring progress toward the goal of solution, evaluating the accuracy of the solution, and learning from experience. These processes are carried out more effectively when students have extensive knowledge of the content ofthe problem and have edequate working memory Pernyataan ini kurang lebih memberikan makna bahwa komponen utama dalam pemecahan masalah meliputi bahwa ada masalah yang diketahui, mendefinisikan masalah yang diketahui, menciptakan representasi masalah itu, menjelajahi berbagai strategi solusi yang mungkin, menerapkan strategi yang paling baik, memantau kemajuan menuju tujuan dari solusi, mengevaluasi keakuratan solusi, dan belajar dari pengalaman. Berdasarkan penjelasan diatas, dapat dirangkum langkah-langkah dan peran guru pada pembelajaran matematika dengan metode Problem Solving sebagai berikut:
Tabel 3. Langkah-langkah Problem Solving dan Kegiatan guru yang relevan Tahapan Kegiatan guru Tahap 1 Orientasi siswa pada masalah (understanding the problem)
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran dan memberikan masalah kepada siswa baik secara berkelompok ataupun individu
Tahap 2 Merencanaka n cara penyelesaian masalah (divising a plan)
Guru memotivasi siswa untuk mengumpulkan informasi permasalahan yang diberikan pada Lembar Kerja Siswa, mendampingi siswa dalam mengidentifikasi syarat yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah dan mendampingi siswa dalam menentukan langkah yang akan digunakan untuk menyelesaikan masalah
Tahap 3 Menganalisis dan menyelesaika n masalah (Carrying out the plan)
Guru meminta beberapa kelompok untuk mempresentasikan hasil penyelesaian masalah, memfasilitasi kelompok lain untuk menanggapi dengan pertanyaan yang mengarah
pada langkah penyelesaian lain yang telah dipresentasikan. Tahap 4 Menganalisis dan Mempresenta sikan dan mengembang kan hasil karya mengevaluasi proses pemecahan masalah(look back)
Guru memfasilitasi siswa melakukan refleksi atau evaluasi terhadapa penyelidikan dan proses yang digunakan..
Berdasarkan beberapa teori tersebut, maka yang menjadi tujuan penelitian ini adalah membandingkan keefektifan pembelajaran bangun ruang sisi lengkung antara metode Ekperimen dan metode Problem Solving ditinjau dari kemampuan ketrampilan proses dan prestasi belajar kelas IX SMP Muhammadiyah 3 Yogyakarta. Diharapkan dengan adanya penelitian ini akan mampu memberikan sumbangan dalam pembelajaran matematika, terutama yang berkaitan dengan metode Ekperimen, metode Problem Solving dan bagaimana keefektifan kedua metode tersebut pada pembelajaran bangun ruang sisi lengkung siswa kelas IX SMP Muhammadiyah 3 Yogyakarta ditinjau dari kemampuan keterampilan proses dan prestasi belajar siswa. METODE Jenis penelitian ini adalah penelitian Ekperimen semu (quasi Ekperiment) dengan desain pretest-posttest design. Penelitian ini dilakukan di SMP Muhammadiyah 3 Yogyakarta dari bulan Januari-Februari tahun 2015. Adapun populasinya adalah seluruh siswa kelas IX SMP Muhammadiyah 3 Yogyakarta tahun ajaran 2014/2015 yang terdiri dari 9 kelas. Dengan memilih secara acak dari keseluruhan siswa kesembilan kelas tersebut, maka dipilih siswa dari dua kelas saja yang menjadi sampel penelitian, yaitu siswa kelas IXA dan IXB. Variabel independen (variabel bebas) yaitu berupa metode pembelajaran yang meliputi metode Ekperimen dan pendekatan Problem Solving. Sementara yang menjadi variabel dependen (variabel terikat) adalah kemampuan keterampilan proses matematika dan prestasi belajar siswa. Instrumen tes dalam
9
penelitian ini terdiri atas soal tes awal (pretest) dan tes akhir (posttest) berbentuk tes uraian sebanyak 5 butir soal untuk mengukur kemampuan keterampilan proses dan tes pilihan ganda sebanyak 20 butir soal untuk mengukur kemampuan prestasi belajar matematika siswa. Tahap-tahap yang dilakukan dalam penelitian ini adalah menyusun instrumen penelitian (silabus, RPP, lembar kerja, soal pretest dan posttest untuk masing-masing variabel); memvalidasi instrumen penelitian dengan judgment ahli; memberikan pretest pada sampel penelitian; melakukan penelitian; memberikan posttest pada sampel penelitian; dan analisis data. Teknik analisis data pada penelitian ini dengan mendeskripsikan data yang diperoleh. Deskripsi data dilakukan dengan mencari nilai rata-rata, nilai maksimal, nilai minimal, standar deviasi dan ketuntasan data yang diperoleh, baik untuk data perlakuan, maupun data setelah perlakuan. Pada uji normalitas ini digunakan metode Kolmogorov-Smirnov. Keputusan uji dan kesimpulan diambil pada taraf signifikansi 0,05 dengan kriteria: 1) jika nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 maka H0 diterima, sehingga data berdistribusi normal, 2) jika nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 maka H0 ditolak, sehingga data tidak berdistribusi normal. Uji normalitas ini dilakukan dengan menggunakan bantuan SPSS 20.0 for windows. Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui varians kedua populasi adalah sama atau tidak. Uji homogenitas dilakukan terhadap skor pretest dan posttest. Sedangkan untuk mengetahui homogenitas varians dua kelompok dilakukan dilakukan melalui homogenitas Levene’s dengan bantuan software SPSS 20.0. Uji homogenitas dan penarikan kesimpulan terhadap uji hipotesis dilakukan pada taraf signifikansi 5% atau 0,05. Pedoman pengambilan keputusan uji homogenitas sebagai berikut: 1) nilai signifikansi atau nilai probabilitas kurang dari 0,05 maka data berasal dari populasi-populasi yang mempunyai varians yang tidak homogen, dan 2) nilai signifikansi atau nilai probabilitas lebih dari 0,05 maka data berasal dari populasi-populasi yang mempunyai varians yang homogen. Perhitungan uji homogenitas dilakukan dengan fasilitas SPSS 20.0 for windows. Kriteria pengujian ditetapkan jika angka signifikansi yang dihasilkan secara bersama-sama lebih besar dari 0,05. Uji hipotesis keefektifan dari masing-masing pembelajaran matematika dengan menggunakan
metode Ekperimen dan metode Problem Solving pada materi bangun ruang sisi lengkung ditinjau dari kemampuan keterampilan proses dan prestasi belajar matematika siswa digunakan uji t satu sampel dengan SPSS 20.00 for windows. Kriteria pengujiannya adalah H0 ditolak jika signifikansi (probabilitas) yang dihasilkan lebih kecil dari 0.05. HASIL PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan sebanyak 10 kali pertemuan, setiap pertemuan selama 2 x 40 menit. Data yang dikumpulkan diperoleh dari tes awal (pretest) dan tes akhir (posttest). Tes awal merupakan tes kemampuan menyelesaikan soal Bangun ruang sisi lengkung yang diberikan pada kelas IX-A dan IX-B dengan jumlah siswa masing-masing 33 siswa. Tes tersebut juga bertujuan untuk mengetahui skor awal dan mengantisipasi apabila ditemukan subjek dengan skor yang terlalu rendah atau terlalu tinggi. Tes akhir bertujuan untuk mengetahui kemampuan siswa setelah diberi perlakuan sesuai dengan metode pembelajaran masing-masing kelas penelitian. Pelaksanaan pembelajaran Metode (Ekperimen dan Problem Solving) sudah berjalan sesuai dengan kegiatan pembelajaran yang sudah ditentukan. Meskipun semua kegiatan pembelajaran tersebut dilaksanakan tetapi ditemukan keterbatasan yang menjadi kendala pada pelaksanaan penelitian ini, terutama pada pertemuan-pertemuan awal, seperti: alokasi waktu kegiatan pembelajaran kurang diperhatikan, siswa cenderung asyik pada kegiatan yang diberikan pada Lembar Kerja Siswa, pada pelaksanaan pembelajaran dengan metode Problem Solving , siswa masih mengalami kesulitan dalam menuliskan langkah-langkah penyelesaian masalah. Akan tetapi, pada pertemuan selanjutnya masalah tersebut tidak terlihat muncul dan khusus untuk pelaksanaan metode Ekperimen, peneliti memiliki keterbatasan membuat alat peraga untuk membuktikan rumus volume bola sama dengan empat kali volume kerucut. Untuk menentukan keefektifan metode pembelajaran diantara kelompok 1 yang menggunakan Metode Ekperimen dan kelompok 2 Metode Problem Solving. Data hasil tes keterampilan proses dan prestasi belajar matematika siswa yang dideskripsikan terdiri atas data pretest dan posttest pada Tabel 4 berikut ini.
10
11
Tabel 4. Skor Rata-rata, simpangan baku, skor maksimal , skorminimum Tes keterampilan proses Matematika Siswa Metode Ekperimen Deskripsi Rata-rata Standar Deviasi Skor Maksimum Skor Minimum
Akhir 36,40 36,00 60,00 20,00
Berdasarkan hasil analisis data statistik deskriptif, seperti ditunjukkan pada Tabel 4 di atas, secara keseluruhan hasil tes tertinggi yang dicapai siswa adalah 90,00 dan nilai terendah adalah 20,00 pada skala 0100. Rata-rata pretest pada kelompok pembelajaran dengan metode Ekperimen adalah 36,40, pembelajaran dengan metode Problem Solving adalah 42,55, sedangkan
Awal 77,58 80,00 90,00 50,00
Metode Problem Solving Awal 42,55 38,00 75,00 20,00
Akhir 76,18 75,00 75,00 20,00
rata-rata posttest kelompok pembelajaran dengan metode Ekperimen adalah 77,58 dan kelompok pembelajaran dengan metode Problem Solving adalah 76,18. Data prestasi belajar matematika siswa dapat dideskripsikan dan diambil kesimpulan berdasarkan kriteria yang telah ditentukan. Secara ringkas, prestasi belajar matematika siswa pada kedua kelompok Ekperimen dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5 . Skor rata-rata,standar deviasi,skor maksimum, skor minimum Prestasi Matematika Siswa Metode Ekperimen Deskripsi Rata-rata Standar Deviasi Skor Maksimum Skor Minimum
Akhir 49,24 13,41 75,00 25,00
Berdasarkan hasil analisis data statistik deskriptif, seperti ditunjukkan pada Tabel 5 di atas, secara keseluruhan hasil tes tertinggi yang dicapai siswa adalah 95,00 dan nilai terendah adalah adalah 20,00 pada skala 0-100. Rata-rata pretest pada kelompok pembelajaran dengan metode Ekperimen adalah 49,24, dan pada kelompok pembelajaran dengan metode Problem Solving adalah 50,00, sedangkan rata-rata posttest kelompok pembelajaran dengan metode Ekperimen adalah 80,76 dan kelompok pembelajaran dengan metode Problem Solving adalah 77,73. Dapat disimpul kan bahwa ada peningkatan prestasi belajar matematika siswa pada kelas pembelajaran dengan metode Ekperimen yaitu sebesar 81,82%. Dari hasil posttest, sebagian besar siswa memenuhi standar kelulusan minimal 90,91%. Peningkatan prestasi belajar matematika siswa pada kelas pembelajaran
Awal 80,76 7,62 95,00 65,00
Metode Problem Solving Awal 50,00 16,01 75,00 20,00
Akhir 77,73 11,26 95,00 40,00
dengan metode Problem Solving yaitu sebesar 57,56%. Dari hasil posttest, sebagian besar siswa memenuhi standar kelulusan minimal 78,78%. Selanjutnya uji normalitas multivariat untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas dilakukan bantuan program SPSS 20.00 for Windows. Pengujian normalitas didasarkan pada hipotesis sebagai berikut: H0: Sampel berasal dari populasi berdistribusi normal. H1: Sampel tidak berasal dari populasi berdistribusi normal Dengan demikian normalitas dipenuhi jika hasil uji signifikansi untuk taraf signifikan lebih besar dari 0,05. Sebaliknya, jika hasil uji signifikan kurang dari 0,05, maka normalitas tidak terpenuhi. Secara ringkas dapat dilihat pada Tabel 6.
12
Tabel 6. Tabel 14. Hasil uji normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Metode Ekperimen
N Kolmogorov-smirnov Z Asymp.Sig.(2-tailed)
Awal 33 0,661 0,775
Metode Problem Solving
Akhir 33 0,994 0,277
Berdasarkan Tabel 6, terlihat bahwa signifikansi dari keseluruhan 0,775, 0,277, 0,183 dan 0,176 lebih besar dari 0,05. Dengan
demikian H0 diterima atau data tersebut berdistribusi normal. Pada pengujian homogenitas ini digunakan uji homogenitas Levene’s Test of Equality of Error Variances dengan bantuan program SPSS 20.00 for Windows. Pengujian homogenitas didasarkan pada hipotesis sebagai berikut: H0: Variansi pada tiap kelompok sama (homogen). H1: Variansi pada tiap kelompok tidak sama (tidak homogen) Dengan demikian, homogenitas dipenuhi jika nilai signifikansi lebih besar dari 0,05. Sebaliknya, jika nilai signifikansi kurang dari 0,05 maka homogenitas tidak terpenuhi,dapat dilihat padaTabel7. Tabel 7. Hasil uji Homogenitas Multivariat Komponen F df1 df2 Sig Postes KP 1,371 1 64 0,121 Postes PB 1,371 1 64 0,241 Dari Tabel 7. terlihat bahwa nilai signifikansi posttes keterampilan proses 0,121 dan signifikansi posttest prestasi belajar adalah 0,241. Hal ini menunjukkan bahwa variansi populasi data pada setiap kelompok adalah homogen karena nilai signifikansinya lebih besar dari 0,05. Berdasarkan hasil uji hipotesis tahap pertama bahwa terdapat perbedaan keefektifan pembelajaran matematika dengan metode Ekperimen dan metode Problem Solving ditinjau dari keterampilan proses dan prestasi belajar matematika siswa SMP Muhammadiyah 3 Yogyakarta, maka dilakukan statistik uji One sample t-test. Selanjutnya dilakukan Uji One sample t-test untuk melihat dari masing-masing metode pembelajaran. Hasil Uji One sample ttest data keterampilan proses dan SPSS 20.00 for Windows dapat dilihat pada Tabel 8.
Awal 33 1,094 0,183
Akhir 33 1,103 0,176
Tabel 8. Hasil uji one sample t-test Keterampilan Proses (KP) t
Postest KP metode Ekperimen Postest KP Problem Solving.
df
mean
Sig.
49,746
32
77,58
0,000
36,224
32
76,18
0,000
Dari Tabel 8. Kriteria pengujiannya adalah H0 ditolak jika nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05. Berdasarkan hasil pengujian uji one sample t-test dengan program SPSS 20 for windows diperoleh nilai signifikansi 0,000 ditinjau dari variabel keterampilan proses pada kelompok Ekperimen 1 dan 2 yaitu pembelajaran matematika menggunakan metode Ekperimen dan metode Problem Solving. Jika dikaitkan dengan nilai signikansi 0,05 maka H0 ditolak. Jadi dapat disimpulkan bahwa rata-rata keterampilan proses matematika siswa yang mendapatkan perlakuan dengan metode Ekperimen lebih dari rata-rata keterampilan proses matematika siswa yang mendapat perlakuan dengan metode Problem Solving atau dengan kata lain metode pembelajaran Ekperimen lebih efektif dibandingkan metode Problem Solving terhadap keterampilan proses matematika siswa. Tabel 9. Hasil uji one sample t-test Prestasi Belajar (PB) t
Posttest PB metode Ekperimen PosttestPB Problem Solving
60,914
39,667
df
mean
Sig.
66
80,76
0,000
66
77,73
0,000
13
Dari Tabel 9, kriteria pengujiannya adalah H0 ditolak jika nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05. Hasil uji hipotesis menggunakan bantuan SPSS 20 for windows yang menunjukkan nilai signifikansi adalah 0,000. Jika dikaitkan dengan nilai signifikansi 0,05 maka H0 ditolak. Jadi dapat disimpulkan bahwa rata-rata belajar siswa matematika siswa mendapatkan perlakuan dengan metode Ekperimen lebih dari rata-rata prestasi belajar matematika siswa yang mendapat perlakuan dengan metode Problem Solving atau dengan kata lain metode pembelajaran Ekperimen lebih efektif dibandingkan metode Problem Solving terhadap prestasi belajar (PB) matematika siswa. Metode Ekperimen efektif ditinjau dari keterampilan proses dan prestasi belajar matematika. Dalam pembelajaran dengan metode Ekperimen, siswa diberikan kebebasan dan kesempatan untuk mengeluarkan ide-ide dalam melakukan langkah-langkah penye lesaian masalah berdasarkan pengetahuan yang sudah ada yang dimiliki untuk menemukan konsep mengenai materi yang dipelajari, guru tidak hanya menstranfer ilmu kepada siswa melainkan siswa melakukan percobaan atau Ekperimen dengan alat-alat yang sudah disediakan sebagai pengetahuan awalnya untuk mengeksplor kemampuannya dalam me ngumpulkan data dan kemampuan ber ekperimen. Dalam hal ini, siswa terlatih untuk belajar menyelesaikan suatu per masalahan secara mandiri dan merasa termotivasi jika ternyata gagasan yang dimiliki mampu menyelesaikan permasalahan yang diberikan guru. Dalam pembelajaran dengan metode Ekperimen siswa juga dilatih untuk mem perkuat dan memperkaya konsep-konsep dasar matematika yang diterima dalam proses mengalami sendiri, mencari kebenaran, atau mencoba membuktikan sendiri tentang suatu dalil atau suatu teori. mengingat orientasi pembelajaran dengan metode Ekperimen adalah melakukan percobaan atau Ekperimen dengan alat-alat peraga yang disediakan untuk membuktikan kebenaran suatu teori. Selain itu, dalam proses merumuskan dan menganalisis konsep matematikanya juga memberikan kesempatan terlatihnya kemampuan siswa dalam kemampuan keterampilan proses yaitu kemampuan mengindetifikasi, mengklasifikasi, menghitung, mengkomunikasikan hasil pe kerjaan siswa dan menarik kesimpulan.
Nilai Keterampilan Proses Setiap Aspek Pada penilaian keterampilan proses setiap aspek dapat diketahui secara komulatif bahwa nilai keterampilan proses masing-masing aspek menggunakan metode Ekperimen dengan tes uraian lebih tinggi dibandingkan menggunakan metode Problem Solving dengan tes uraian adalah sebagai berikut. a. Keterampilan melakukan pengamatan Keterampilan melakukan pengamatan adalah kemampuan menggunakan panca indera untuk memperoleh data atau informasi. Keterampilan ini merupakan proses yang terpenting karena kebenaran ilmu yang diperoleh bergantung pada kebenaran dan kecermatan hasil pengamatan. Pada kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode Ekperimen dan metode Problem Solving pada materi bangun ruang sisi lengkung, ke terampilan melakukan pengamatan dalam kebenaran teori yaitu pengamatan perolehan tentang cara menemukan rumus luas tabung, luas kerucut, luas bola,volume tabung, volume kerucut, dan volume bola. Diketahui bahwa nilai keterampilan proses tersebut dengan menggunakan metode Ekperimen lebih tinggi dibandingkan metode Problem Solving. Melalui metode Ekperimen dengan mengamati, siswa dapat melakukan pengamatan langsung dan mempraktekkan secara langsung dengan bimbingan guru. Menggunakan metode Ekperimen menjadikan siswa lebih aktif dalam mengamati, melakukan sendiri tentang bagaimana cara menemukan rumus luas tabung, luas kerucut, luas bola, volume tabung, volume kerucut, dan volume bola b. Keterampilan Klasifikasi Keterampilan mengklasifikasikan adalah keterampilan mengelompokkan atas aspek dan ciri-ciri tertentu berdasarkan persamaan dan perbedaan yang dimiliki aspek tersebut. Pada keterampilan proses mengelompokkan bangun ruang sisi lengkung dan menentukan unsurunsur bangun ruang sisi lengkung me nggunakan metode Ekperimen melalui kegiatan pengamatan dengan bimbingan guru, siswa dapat belajar secara langsung mengelompokkan dan mengklasifikasi unsur-unsur bangun ruang sisi lengkung berdasarkan ciri-ciri tertentu, sedangkan menggunakan metode Problem Solving siswa mengelompokkan dan meng klasifikasi unsur-unsur bangun ruang sisi lengkung hanya melihat dan mengerjakan kegiatan pada Lembar Kerja Siswa, sehingga siswa kurang aktif dan antusias dalam
14
mengklasifikasikan unsur-unsur bangun ruang sisi lengkung. c. Keterampilan mengukur Keterampilan mengukur adalah ke terampilan dalam mendapatkan informasi dengan cara membandingkan suatu benda atau proses terhadap suatu standar. Pada kelas yang menggunakan metode Ekperimen, keterampilan mengukur meliputi mengukur secara langsung panjang diameter, tinggi, luas, volume dan unsur-unsur pada model berbentuk tabung, kerucut dan bola yang sudah disediakan. Disamping itu pada kegiatan Ekperimen siswa untuk mendapatkan data, siswa secara langsung melakukan kegiatan mengukur sehingga dapat menningkatkan kemampuan keterampilan mengukur dan meningkatkan kreatifitas. Sedangkan pada metode Problem Solving, siswa menyelesaikan masalah dengan data yang sudah ditentukan di Lembar Kerja Siswa, sehingga siswa tidak perlu mengukur. Dengan demikian keterampilan mengukur siswa lebih baik bagi siswa-siswa yang diberi perlakuan metode Ekperimen. d. Keterampilan menyimpulkan hasil kerja Keterampilan menyimpulkan hasil kerja adalah membuat suatu pernyataan yang menjelaskan tentang apa yang telah dikerjakan. Dengan metode Ekperimen ada kegiatan siswa melakukan percobaan dan menyimpulkan hasil kerja lebih mudah karena mereka terlibat langsung. Pada kelas yang menggunakan metode Problem Solving, siswa kesulitan dalam menyimpulkan hasil kerja dari apa yang mereka kerjakan pada Lembar Kerja Siswa. Dengan demikian kemampuan keterampilan me nyimpulkan hasilkerja lebih baik bagi siswasiswa yang diberi perlakuan metode Ekperimen e. Kegiatan mengkomunikasikan Komunikasi adalah kemampuan untuk menyampaikan dan menjelaskan hasil pe ngamatan dan hasil kerja kepada orang lain, baik secara lisan maupun tulisan. Dengan me nggunakan metode Ekperimen, guru mem bimbing siswa dalam mengkomunikasikan hasil kerja dan pengamatan mereka, sedangkan dengan menggunakan metode Problem Solving siswa lebih sulit meng-komunikasikan karena kegiatan di lapangan menyelesaiakan masalah yang diberikan pada Lembar Kerja Siswa. Selanjutnya, pada metode Problem Solving efektif ditinjau dari keterampilan proses dan prestasi belajar matematika. Dalam pembelajaran dengan metode Problem Solving, siswa terbiasa membangun konsep
matematikanya sendiri ataupun secara berkelompok. metode Problem Solving pada dasarnya diawali dengan pemberian masalah secara berkelompok ataupun individu, kemudian meminta siswa untuk menulis kan rencana cara penyelesaian masalah, menganalisis dan menyelesaian masalah, dan siswa diminta mempresentasikan karya proses penyelesaian masalah, aktifitas ini merupakan kegiatan inti dalam pembelajaran dengan metode pembelajaran Problem Solving dimana dari suatu permasalahan matematika, siswa diminta untuk menuliskan apa yang sudah mereka ketahui serta bagaimana mereka belajar agar bisa mengetahuinya. Setelah pembelajaran berakhir, siswa akan menuliskan langkah-langkah pekerjaan dan tentang apa yang telah mereka pelajari pada pertemuan bersangkutan menggunakan bahasanya sendiri. Itu tentu membuat siswa menjadi terbiasa untuk menulis, merancang langkah penyelesaian suatu masalah, menjelaskan langkah, memberikan dampak bagi pe-ningkatan keterampilan proses dan prestasi belajar matematika siswa. Jadi berdasarkan hasil kategori yang dikaitkan dengan kriteria ketuntasan untuk melihat keefektifan masing-masing metode pembelajaran di atas, ternyata kedua metode pembelajaran tersebut efektif terhadap keterampilan proses dan prestasi belajar matematika siswa atau dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran Ekperimen dan Problem Solving efektif terhadap ke terampilan proses dan prestasi belajar matematika. Secara umum berdasarkan uraian di atas dapat dikatakan bahwa pembelajaran matematika dengan metode Ekperimen lebih baik (efektif) dari pembelajaran matematika dengan metode Problem Solving ditinjau dari keterampilan proses dan prestasi belajar matematika. Hal ini dikarenakan kegiatan pembelajaran dengan metode Ekperimen yang terintegrasi dalam beberapa tahapan pembelajaran lebih menarik, banyak peluang kepada siswa untuk dapat mengekspresikan dirinya ketika melakukan percobaan untuk membuktikan suatu rumus dengan alat peraga yang telah disediakan serta memberikan kesempatan berkembangnya keterampilan proses yaitu mengamati, mengklasifikasi, menghitung, mengkomunikasikan dan menarik kesimpulan hasil percobaan mereka, serta diharapkan meningkatnya prestasi belajar matematika siswa.
15
Dengan adanya hasil yang menunjukkan bahwa pembelajaran matematika dengan metode Ekperimen dan Problem Solving merupakan metode yang efektif, maka dapat dibuat suatu rekomendasi bahwa untuk pembelajaran pada materi bangun ruang sisi lengkung dalam prestasi belajar kelas IX semester I SMP guru dapat melakukan inovasi pembelajaran matematika yaitu dengan menerapkan metode pembelajaran Ekperimen dan Problem Solving. Hal ini juga sejalan dengan Melianingsih (2015: p.15) yang mengatakan bahwa Problem Solving pada pembelajaran bangun ruang sisi datar efektif ditinjau dari kemampuan penalaran, pemecahan masalah, dan komunikasi matematis dan sependapat dengan Suhendri (2015: 112) bahwa terdapat pengaruh metode Problem Solving terhadap hasil belajar siswa.
DAFTAR PUSTAKA
SIMPULAN DAN SARAN
Jonassen,D.H. (2011). Learning to solve problem: An Instructional design guide. New York: Routledge.
Simpulan Berdasarkan analisis data dan pembahasan, maka penelitian dapat disimpulkan bahwa
Pembelajaran matematika pada materi bangun ruang sisi lengkung antara metode Ekperimen dan metode Problem Solving ditinjau dari keterampilan proses dan prestasi belajar matematika, efektif karena melebihi KKM yaitu dengan ketuntasan belajar klasikal berturut-turut pada metode Ekperimen mencapai 84, 84% dan 90,91% dan pada metode Problem Solving mencapai 75,75% dan 78,78%. Metode Ekperimen lebih efektif ditinjau dari keterampilan proses dan prestasi belajar matematika siswa SMP Muhammadiyah 3 Yogyakarta pada materi bangun ruang sisi lengkung dibandingkan metode Problem Solving. Saran Pembelajaran matematika dengan metode Ekperimen dan metode Problem Solving efektif ditinjau dari kemampuan keterampilan proses dan prestasi belajar matematika siswa SMP Muhammadityah 3 Yogyakarta pada materi bangun ruang sisi lengkung. Oleh karena itu, disarankan kepada para guru agar menerapkan metode Ekperimen dan Problem Solving dalam pembelajaran matematika khususnya materi bangun ruang sisi lengkung.
Billstein, R., Libeskind, S., & Lott, J.W. (1990). A Problem Solving approach to elementary school teachers (4th Eds). California: The Benjamin/Cummings Publishing Company, Inc. Byrnes, J. P. (2008). Cognitive development and learning in instructional contexts(3rded). New York: Pearson Education, Inc. Duru, Adem. (2010). The experimental teaching in some of topics geometry. Education reseach and review Vol.5, No.10 Faizi Mastur.(2013). Ragam metode mengajar eksata pada murid. Yogyakarta: DIVA Press.
Kurniawan, Arif. (2011). Implementasi metode Ekperimen dan diskusi untuk meningkatkan pemahaman konsep mahasiswa pada mata kuliah struktur hewan. Jurnal pendidikan MIPA, Vol.3, No.1.
Kennedy, M L, Tipps, S, and Johnson, A. (2008). Guiding children’s learning of mathematics. USA: Thomson Higher Education. Melianingsih, N., Sugiman. (2015). Keefektifan pendekatan open ended di SMP. Jurnal riset Pendidikan Matematika. Volume 2, No 2. Rahayu, Novi, Budiyono. (2013). Eksperimen pembelajaran matematika dengan model problem solving pada sub materi besar sudut-sudut,keliling dan luas segitiga ditinjau dari aktivitas belajar matematika siswa kelas VII semester II smp negeri 2 Jaten Karanganyar. Jurnal Pendidikan Matematika Solusi Volume 1, No 1.
16
Sartika, Septi. (2012). Pengaruh penerapan metode eksperimen sebagai implementasi kurikulum tingkat satuan pendidikan terhadap prestasi belajar siswa. Pedagogia. Volume 1, No 2. Suhendri, Huri. Mardalena, Tuti. (2015). Pengaruh metode pembelajaran Problem solving terhadap hasilbelajar matematika ditinjau dari kemandirian belajar. Jurnal Formatif. Volume 3, No 2.