PROFESI TEKNOLOGI PEMBELAJARAN: Perspektif dan Peluang
Oleh Gde Putu Arya Oka*
Disampaikan dalam Seminar Akademik “Peran Teknologi Pendidikan dalam Meningkatkan Kualitas SDM di Era Kesejagatan” pada Tanggal 23 Oktober 2012 di ruang Seminar, Undiksha.
*) Teknolog Pembelajaran, Staf Pengajar pada jurusan Teknologi Pendidikan-FIP Undiksha, Pemegang sertifikat internasional UNESCO Bangkok e-learning Series on Information and Communication Technology in Education
1
Abstrak
Profesi Teknologi Pembelajaran di Indonesia mengampu Jabatan Fungsional Pengembang Teknologi Pembelajaran(PTP) dengan enam tugas pokok, yaitu: (1) Analisis dan pengkajian sistem/model teknologi pembelajaran, (2) Perancangan sistem/model teknologi pembelajaran, (3)Produksi media pembelajaran, (4)penerapan sistem/model dan pemanfaatan media pembelajaran, (5)Pengendalian sistem/model pembelajaran dan (6) evaluasi penerapan sistem/model dan pemanfaatan media pembelajaran, sebagaimana tertuang pada Permenpan Nomor PER/2/M.PAN/3/2009 tanggal 10 Maret 2009. Kemudian, pada tanggal 6 Mei 2010 dikeluarkan Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional Pengembang Teknologi Pembelajaran dan Angka Kreditnya, melalui Peraturan Bersama Menteri Pendidikan Nasional dan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 01/V/PB/2010 dan Nomor 12 Tahun 2010. Jika dilihat dapat dipahami bahwa paradigma dari tugas pokok pada peraturan tersebut bepijak pada definisi Teknologi Pembelajaran tahun 1994. Definisi Teknologi Pembelajaran tahun 1994 yang menyatakan Teknologi Pendidikan/Pembelajaran adalah Teori dan Praktek dalam Desain, Pengembangan, Pemanfaatan, Pengelolaan dan Penilaian sumber dan proses untuk belajar (Definisi AECT, 1994). Sepuluh tahun kemudian AECT mengeluarkan definisi Teknologi Pendidikan sebagai Educational technology is the study and ethical practice of facilitating learning and improving performance by creating, using and managing appropriate technological processes and resource (Definisi dengan Komentar, AECT, 2004).
I.
Pendahuluan Teknologi pendidikan jangan dibingungkan oleh Gadgetery (Rowntree, 1982:1). Ungkapan yang hampir semakna adalah Teknologi Pendidikan jangan dibingungkan oleh komputer. Teknologi pendidikan saat ini karena selalu dikaitkan dengan TIK menyebabkan Teknologi Pendidikan terbentur dengan asumsi-asumsi kerdil yang tidak berujung pangkal. Adanya kalangan yang memiliki pandangan tentang TP hanya dari sudut perangkat keras (baca komputer). Hal ini menyebabkan pula TP dicap sebagai jurusan yang merebut lahan dari
2
ikon komputer itu sendiri. Ikon ini berhubungan dengan profesi kekomputeran, guru TIK atau jenis pekerjaan yang lain yang seakanakan hanya kapling mereka yang mempelajari komputer. Persepsi masyarakatpun demikian! Jika suatu profesi yang menggunakan komputer selalu dikaitkan dengan jurusan ilmu komputer. Bagi TP, komputer hanyalah salah alat yang digunakan untuk meningkatkan dan memecahkan masalah belajar. Banyak komponen lain yang lebih lunak (periksa lampiran 1). untuk sekedar mengingat kembali bahwa TP tidak harus bingung atau dibingungkan dengan hadirnya komputer, maka dalam kesempatan ini mari kita melihat kembali sejarah perjalanan Teknologi Pendidikan. II.
Jangan Lupakan Sejarah Teknologi Pendidikan! Embrio dari tahun 1920an. Indikator keberadaan teknologi pendidikan/pembelajaran adalah munculnya pembelajaran visual kemudian pembelajaran audiovisual yang keduanya sebagai sebuah konsep 1. Namun demikian, sampai saat ini pemahaman terhadap teknologi pendidikan masih dianggap sebagai suatu istilah khusus bagi orang-orang tertentu dan sulit untuk dicerna oleh kalayak umum. Sebagian mengartikan istilah teknologi pendidikan semata-mata hanya berhubungan dengan peralatan teknik dan media yang dipakai dalam pendidikan, seperti overhead, projector, radio, televisi, slide proyektor, slide program, audio tape rekaman video dan sebagainya. Sebagian lagi menganggap Teknologi Pendidikan adalah suatu kegiatan yang melibatkan analisis klinis yang sistematis dari keseluruhan proses belajar/mengajar sebagai suatu upaya untuk mencapai keefektifan belajar/mengajar yang optimal (Ellington, 1984) Tentu saja para pendukung, pendapat ekstrim tersebut , kadang-kadang dituduh telah memperlakukan siswa sebagai robot yang gerakannya terjadi karena perintah (impersonalized battery hens), dan bukan sebagai orang yang cara berpikirnya menggunakan metode inkuiri mencari-cari jawaban dan menemukan keberhasilan yang tumbuh dan berkembang melalui rangsangan intelektual dan hubungan manusiawi, yakni pandangan yang dapat menimbulkan simpati kita. Pada umumnya, karena kekacauan dalam mengartikannya maka teknologi pendidikan dianggap kurang bermanfaat. Mereka
3
menganggap teknologi pendidikan adalah ungkapan orang-orang tertentu. Persepsi bahwa teknologi pendidikan telah berkembang lebih dari 30 tahun, merupakan hal yang wajar walupun sulit dijelaskan. Kenneth Richmond (dalam Elington & Percival, 1984) dalam bukunya yang sangat popular The Concept of Educational Technology (1970), khusus menyediakan 70 halaman pertama untuk membahas teknologi pendidikan, dan perbedaan konotasi dari kata teknologi dalam pendidikan dan teknologi dalam arti lain. Saettler ditahun 1990 (AECT, 1994) mengakui telah mengalami kesukaran dalam mengidentifikasi sumber dari istilah “teknologi pendidikan”. Namun adanya bukti bahwa Franklin Bobbitt dan W.W Charter menggunakan educational engineering (rekayasa pendidikan) pada tahun 1920an. Saettler dalam suatu kesempatan wawancara mendengar istilah teknologi pendidikan digunakan oleh W.W Charter pada tahun 1948. Begitupun juga James D. Finn menggunakan istilah Teknologi Pembelajaran pada penerbitan pertama dari Technological Development Project yang disponsori NEA pada tahun 1963. Namun fokusnya pada saat itu adalah aplikasi komunikasi audio visual (Saettler, 1990:17 dalam Elly, D. P & Richey, B. B. 1994)
III.
Teknologi dalam Pendidikan Teknologi dalam pendidikan (Technologi in Education) mencakup setiap kemungkinan sarana (alat) yang dapat digunakan untuk menyajikan informasi. Hal ini berkaitan erat dengan alat-alat yang dipakai dalam pendidikan dan latihan seperti TV, Laboratorium Bahasa dan berbagai jenis media yang diproyeksikan atau seperti yang dikatakan oleh seseorang pada suatu saat teknologi dalam pendidikan adalah mencakup segalanya dari komputer sampai mesin penjual tiket. Dengan kata lain, teknologi dalam pendidikan dipopulerkan dengan nama alat bantu pandang-dengar (audiovisual aids). Hal ini wajar karena di awal paradigma pendidikan hanyalah dikdatik dan metodik sehingga sangat erat hubungan dengan konsep pengajaran. Nah, dalam konsep pengajaran, teknologi dipandang sebagai alat bantu.
4
Awalnya: Teknologi dalam pendidikan dipopulerkan dengan nama alat bantu pandang-dengar (audiovisual aids)! Teknologi dalam pendidikan adalah salah satu aspek yang sangat penting dari Teknologi Pendidikan. Secara historis, banyak perguruan tinggi di Amerika yang secara evolusif mengembangkan unit audiovisualnya menjadi unit Teknologi Pendidikan. Dengan cara melakukan pemilahan yang tepat antara piranti keras dan lunaknya, Oleh karenanya sangat memungkinkan untuk meningkatkan efesiensi atau kualitas belajar dalam situasi tertentu. Inilah cikal bakal dari pengembangan teknologi pendidikan. IV.
Teknologi dari Pendidikan Pada tahap pengembangan teknologi pendidikan ini, orang mulai sadar bahwa dalam pendidikan dan latihan banyak yang dapat ditingkatkan dengan pemikiran yang lebih serius dan hati-hati tentang berbagai aspek dalam merancang situasi belajar mengajar. Keputusan ini mengarah kepada interpretasi baru tentang teknologi pendidikan, yang diartikan sebagai keseluruhan teknologi dalam pendidikan, dimana teknologi tersebut sesungguhnya hanya merupakan bagian teknologi dari pendidikan. Para ahli Teknologi Pendidikan berpendapat bawha peranan utama teknologi pendidikan adalah untuk membantu meningkatkan efesiensi menyeluruh proses belajar mengajar1. Hal bisa diperjelas bahwa: a. Meningkatkan kualitas belajar atau penguasaan materi belajar b. Mempersingkat waktu yang dipakai untuk mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan dalam belajar c. Meningkatkan kemampuan guru, dalam arti guru dapat lebih memperhatikan siswa satu-persatu dalam jumlah siswa yang yang relative banyak tanpa mengurangi kualitas belajar mengajar d. Mengurangi biaya, tanpa mengurangi kualitas belajar. Seperti dimaklumi, bahwa seluruh bagian teknologi dan pendidikan terdiri dari aspek-aspek yang tidak konkrit selain aspek yang konkrit seperti hadware dan software. Aspek tidak konkrit ini adalah pada 1
Disarankan untuk membaca buku karya Ellington (1984) dengan judul Educational Technology
5
teknik belajar dan teknik mengajar, bukan pada alat bantu audio visual itu sendiri. Kendati aspek tidak konkrit ini belum jelas bagi teknologi pendidikan, namun demikian, aspek tersebut menurut ahli ilmu pendidikan sangat penting untuk memecahkan masalah pendidikan tertentu. Dengan demikian, pendekatan teknologi dari pendidikan pada teknologi pendidikan melibatkan pendekatan ilmiah yang sistematik dalam memecahkan masalah. Disamping itu pendekatan ini juga menerapkan hasil penelitian dari bidang studi yang lain. Dalam menerapkan pendekatan teknologi dari pendidikan, perubahanperubahan dalam suatu sistem biasanya tidak diperlukan, namun pada kenyataannya, dalam menyelenggarakan pendidikan yang baik, perubahan dilakukan berdasarkan penelitian ilmiah. Inilah yang oleh pakar teknologi pendidikan disebut teknologi dari teknologi pendidikan. Hubungan aspek-aspek teknologi dalam pendidikan diilustrasikan seperti Gambar 1.
Aspek tidak konkrit (keputusan teoritis yg diperoleh dari penelitian yang sesuai dari berbagai bidang studi)
Teknologi dari pendidkan
Teknologi dalam Pendidikan Aspek perangkat keras (peralatan teknik)
Aspek Perangkat lunak (bahan belajar yang dirancang yang digunakan dengan perangkat keras)
Masuk dalam sistem pendidikan
Pendekatan sistem
Gambar 1 Dari Teknologi dalam Pendidikan melahirkan pendekatan sistem, kemudian diadopsi kedalam system pendidikan.
6
V.
Dari Pendekatan Hardware, Software sampai Pendekatan Sistem Salah satu tahap yang paling awal dalam evolusi Teknologi Pendidikan adalah yang disebut dengan tahap hardware. Disebut demikian karena tugas berat dalam mengembangkan peralatan pendidikan yang efektif telah dilakukan secara layak dalam meyakinkan, memungkinkan untuk terlayani dan terjangkau oleh anggaran sekolah, universitas dan para penyelenggara latihan. Akan tetapi apabila hardware tersebut bermasyarakat maka akan dicarikan software yang kira-kira cocok. Tahap inilah yang disebut tahap software. Tahap software ini dikhususkan terhadap pemahaman bahan belajar yang sesuai dilakukan. Pengembangan didasarkan pada penyesuaian persepsi dan teori belajar yang kontenporer. Dengan demikian pada awal pengembangan teknologi pendidikan, kita dapat mengidetifikasikan perubahan dalam pengertian teknologi pendidian. Semula pengertian tersebut jelas mempunyau konotasi perekayasaan, karena pengertian dasar dari Teknologi Pendidikan berhubungan dengan pengembangan bendabenda optic dan peralatan eletronika yang dibuat untuk tujuan pendidikan. Setelah itu teknologi dalam pendidikan lebih banyak berhubungan dan bercampur baur dengan psikologi dan toeri belajar sebagai tujuan utama. Dengan demikian pengertian dasar tersebut berubah menjadi pengembangan software yang sesuai untuk digunakan dengan hardware tersebut.
Dari pendekatan hardware, software ke pendekatan sistem, seperti telah dipaparkan diatas. Yang terakhir (pendekatan system) adalah lahir dari pandangan pemakai teknologi dari pendidikan saat ini. Dalam konsep ini teknologi dalam pendidikan khususnya dilihat sebagai salah satu alat yang dapat dipakai untuk mengatasi kebutuhan tentang hardware dan software. Alat tersebut dipilih dan didesain dengan tepat untuk mendukung strategi belajar-mengajar tertentu. Alat yang ditentukan untuk diadopsi dengan tujuan untuk mencapai seperangkat tujuan pengajaran. Dalam beberapa hal, ini mungkin melibatkan penggunaan berangkat yang berkolaborasi.
7
Pendekatan sistem! Pengembangan pendidikan atau inovasi pendidikan telah direncanakan dan dilaksanakan secara ilmiah dan sistematik. Inilah yang disebut pendekatan sistem (System approach) dalam teknologi pendidikan, yang dianggap sebagai inti teknologi dari pendidikan(Ellington, 1984)
Pendekatan sistem pada disain dan analisis situasi pembelajaran merupakan dasar dari inti teknologi pendidikan modern yang berhubungan dengan pengembangan. Akan tetapi, istilah sistem yang telah dipakai untuk berbagai keperluan dan pendekatan system merupakan istilah yang rancu, karena mempunyai bermacam-macam interpretasi. Oleh Karen itu marilah kita lihat kedua istilah tersebut dengan tujuan untuk mendefinisikannya sesuai dengan penggunaannya. Dalam kontek teknologi pendidikan, sistem adalah setiap kumpulan dari bagian yang saling berhubungan dan bersama-sama membentuk suatu kesatuan yang lebih besar. Komponen-komponen sistem saling terkait, baik langsung maupun tidak langsung, sehingga setiap perubahan keadaan akan mempengaruhi sistem secara keseluruhan. Ilustrasi sistem sederhana seperti tersaji pada Gambar 2. Dalam Gambar 2, sistem diumpamakan terdiri dari 4 elemen yang berbeda yaitu A, B, C dan D yang satu sama lain saling berhubungan, saling berkaitan dan saling bergantung. Hubungan antar elemen ini bisa searah ataupun timbal balik. Kadar setiap elemen pun bisa tidak sama, biasanya dalam sistem pendidikan, kondisi setiap elemen sangatlah kompleks.
B
Masukan sistem
C
A
Keluaran system sbg masukan untuk system yang lain
D
8
Manusia Peralatan Keuangan Informasi Pesan
Siswa dengan penampilan yang lebih baik/maju untuk bidang tertentu
Proses belajar atau pendidikan
Gambar 2 Contoh Tipe Sistem (Ellington & Percival, 1984)
VI.
Dari Definisi ke Teori, Kawasan Bidang sampai Profesi Pemahaman awal terhadap konsep teknologi dalam pendidikan, teknologi dari pendidikan dan pendekatan system, sejak awal pertumbuhannya sampai saat ini terus mengembangkan kajian-kajian ilmiah untuk terus mematangkan eksistensi teknologi pendidikan. Demikianpun perumusan definisi teknologi pendidikan oleh komisi definisi (AECT) maupun organisasi lain senantiasa menyesuaikan dengan perubahan yang ada. Beberapa kejadian penting dan rumusan definisi teknologi pendidikan dari beberapa literatur yang ada maupun publikasi secara berkala adalah sebagai berikut:
Tahun 1916 1925 1945 1950 & 1960
1963
Tokoh dan Kejadian Penting John Dewey Willian Heard Kilpatrick W.W Charter Lahirnya gerakan Teknologi pembelajaran Definisi Resmi AECT pertama mengenai bidang Teknologi Pembelajaran
Catatan Meletakkan gagasan teknologi pendidikan
1. Berubahnya nama Departement of Audivisual Instruction menjadi Association for Educational Communications 9
2.
1970
Definisi Komisi Teknologi Pembelajaran
1.
2.
3.
1970
Definisi oleh Silber
4. 1.
2.
3. 1971
Definisi sela dari Mackenzie
1.
2. 3. 4.
1972
Definisi AECT
1.
and Technology(AECT) ,(asosiasi komunikasi dan teknologi pendidikan) Daftar fungsi dan peranan mereka yang terlibat dalam bidang Konsep Teknologi pembelaran harus mencakup tujuan khusus Metode & teknik untuk tujuan khus didasarkan pada penelitian Masih mempergunakan kata system Muncul CAI (1970) Pemaknaan kata pengembangan yang berbeda dari definisi sebelumnya. Masih mendefinisikan peran teknolog pembelajaran Penambahan teknik dan latar Definisi yg tidak menyertakan hardware dan software Orientasi definisi pada proses dalam bidang Memunculkan kata studi TP merupakan suatu bidang kajian atau disiplin akademik Definisi yang
10
gagasannya dari Komisi dan terminologi
2.
3.
1977
Definisi Resmi AECT
1.
2.
3.
4.
5.
6.
2
berusaha untuk mengidentifikasika n teknologi pendidikan sebagai suatu bidang Menegaskan teknologi pembelajaran suau profesi Perdebatan falsafah antara heinich dan silber2 Definisi yang mengidentifikasi Teknologi pendidikan sebagai suatu teori, bidang dan profesi Tumbuh kesadaran gender dengan diganti kata “men” menjadi “people” Berdiri public broadcasting system sebagai tonggak pustaka dalam mengoperasional kan desain pembelajaran Apple memperkenal mikrokomputer Apple II Komputer macintosh (1984)mengubah cepat produksi bahan pembelajaran The Bristish Open university mengubah
Disarankan untuk memeriksa pada buku karya Seel & Richey.
11
7.
8.
9.
1994 (17 tahun dari Definisi AECT” definisi 1977) Teknologi pembelajaran adalah teori dan praktek dalam desain, pengembangan, pemanfaatan, pengelolaan serta evaluasi proses dan sumber untuk belajar3”
1.
2004
1.
3
Definisi dihasilkan oleh Komisi definisi dan terminology serta member AECT.”Educational technology is the study and ethical practice of facilitating learning
2.
3.
4.
2.
korespondensi ke pembelajaran jarak jauh di tahun 1969 Teknologi pembelajaran sebagai bidang studi yang tumbuh berkembang Diperkenalkan desain pembelajaran Dick Carey (1978) dan Keller (1983) Belum bisa mengantikan behavioristik dalam psikologi pembelajaran, teknologi kinerja belum berkembang dan konstruktivisme belum dilirik Teknologi sbg profesi yang matang Definisi ’94 dikembangkan selama 3 tahun Tidak lagi menekankan pengertian sistematik Definisi yang mengenal baik tradisi bidang Digunakannya kata studi dan etika praktek profesi yang memiliki kode etik Kata facilitating sudah mencakup desain lingkungan
Disarankan untuk membaca buku AECT karya Seel & Ricey.
12
and improving performance by creating, using and managing appropriate technological processes and resource4”
belajar, mengelola sumber daya, menyertakan perangkat atau alat, kegiatan belajar dengan lingkungan internet dan jarak jauh 3. Definisi belajar tidak sama dengan 40 tahun yang lalu, belajar harus mengakuisi pengetahuan, keterampilan dan attitude 4. Improving performance adalah isu sentral melalui creating, using and managing. 5. appropriate technological artinya menggunakan pemikiran teknologis dari alat atau praktek untuk memecahkan masalah
Dari kronologis diatas semenjak AECT mengeluarkan difinisi di tahun 1963 sampai AECT mengeluarkan definisi dengan catatan pada tahun 2004, dalam rentang 41 tahun menunjukkan Teknolgi Pendidikan terus mengaktualisasi dirinya melalui proses pengkajian diri (self examination) (Miarso,2005).
4
Januszewzki & Molenda. 2008. Educational technology: A Definition with Commentary.Ny: Lawrence Erlbaum Associates.
13
VII. Dari Barat sampai di Indonesia Amerika adalah negara dengan sistem pendidikan yang nyaman untuk Teknologi Pendidikan tumbuh dan berkembang setidaknya sampai saat ini. Di Negara Adi Jaya ini pula tumbuh organisasi induk Teknologi Pendidikan yakni AECT. Selain itu, badan dan organisasi yang mempunyai keterikatan dengan Teknologi pendidikan yang sangat erat. Sebut saja ada ISTE, IBTPSI, SETDA dan banyak lagi yang lain telah tumbuh berdampingan dengan AECT. Amerika memiliki sebuah kantor Teknologi Pendidikan yang langsung dibawah pemerintahan Barrack Obama. Nama kantor tersebut adalah Office of Educational technology (ET)5 yang sekarang kepala kantornya dijabat oleh Karen Cator. Karen Cator adalah mantan petinggi yang sempat berkarir di Apple. Kantor Teknologi Pendidikan Amerika (ET) seperti yang dapat dibaca pada web kementerian pendidikan Amerika memiliki peran yang sangat strategis untuk memberikan kepemimpinan dalam hal transformasi pendidikan dengan memperdayakan teknologi. Disamping membuat kebijakan rencana strategis juga memberikan anjuran dalam melakukan transisi dari bahan cetak ke belajar digital. TP Amerika sangat strategis dari perannya karena kantor ini berada pada sekretaris jenderal yang langsung dibawah kendali presiden Amerika. Hal ini tampak lebih jelas sebagai berikut. The Office of Educational Technology (OET), in the Office of the Secretary, provides leadership for transforming education through the power of technology. OET develops national educational technology policy and advocates for the transition from print-based to digital learning. OET supports the President’s and Secretary’s priorities by: Promoting equity of access by ensuring a device for every learner and supporting broadband connections where they live and learn. Supporting powered-up educators and a robust ecosystem of entrepreneurs and innovators. Leading cutting-edge research in learning analytics and data to provide new types of evidence and customize and improve learning. Lalu bagaimana dengan di Indonesia? Cikal bakal dan perkembangan TP sampai saat ini memang tidak bisa lepas dari cikal bakal lahirnya TP di Negara barat. Beberapa sumber dan pustaka yang ada telah memberikan rekaman jejak lahirnya TP di Indonesia. Berawal dari segelintir orang Indonesia seperti Yusufhadi Miarso yang mendapat 5
Informasi lebih luas silakan periksa url:http://www.ed.gov
14
tugas belajar ke Amerika tanggal 16 Juli 1961 atas prakarsa Prof. Dr. Murray Thomas seorang guru besar tamu dari universitas Kalifornia yang saat itu sebagai dosen tamu pada program Doktor di FKIP Universitas Pajajaran (sekarang UPI Bandung) yang dikontrak oleh SUNY-Ford Foundations. Setelah menyelesaikan program bahasa Inggrisnya, pak Yusuf dikirim ke universitas Syracause dengan pembimbing akademik Prof. Dr. Donal P. Elly. Tahun 1963 Pak Yusuf kembali ke Indonesia dan mendapat tugas sebagai ketua seksi fotografi pada panitia GANEFO. Diangkatnya pak Yusuf (baca: Yusufhadi Miarso) karena mereka mungkin orang pertama yang menekuni Audiovisual Communication. Pada tahun 1986 Pak Yusuf bersama 5 orang dosen IKIP Malang dipanggil ke Jakarta oleh Prof. Dr. Setijadi untuk membantu Proyek Nasional Penilaian Pendidikan (PNPP) dengan tugas mengadakan penelitian dan memberikan masukan untuk penyusunan REPELITA I Bidang Pendidikan. Setelah REPELITA I ditetapkan, Pak Yusuf bersama Drs. Sinwari Natakusumah, Drs. P. Surono Hargo sewoyo (alm) ditugaskan mempersiapkan implementasi salah satu program REPELITA I, yaitu penggunaan siaran radio dan televisi untuk pemerataan mutu pendidikan. Semua kegiatan ini terkonsentrasi pada sebuah lembaga dengan nama Lembaga Media Pendidikan.
Saat ini ada lembaga bernama Balai Pengembangan Multimedia Pendidikan (BPMP) sebagai unit pelaksana teknis Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dengan landasan yuridis formal melalui Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2012.
Kemudian pada tahun 1970, pak Yusuf bersama 15 orang rekannya mendapat tugas belajar ke Australia di Universitas MacQuarie sekaligus magang di Educational Broadcasting pada Australian Broadcasting Commission (ABC). Sekembalinya dari Australia, Pak Yusuf mendapatkan kesempatan emas untuk mengaplikasikan ilmu Teknologi Pendidikan sebagai usaha untuk mengembangkan berbagai inovasi dalam pembelajaran.
15
Usaha inovatif sebagai aplikasi ilmu teknologi pendidikan oleh pak Yusuf seperti: (1) perintiasan model pembelajaran dengan menggunakan media berupa modul tertulis mulai dikembangkan dengan bekerjasama dengan INNOTECH. Rintisan ini dikenal dengan nama PAMONG yang merupakan akronim dari Pendidikan Anak oleh Masyarakat, Orang tua dan Guru, (2) Perintisan Radio Pendidikan pada tahun 1972 dan diresmikan pada tahun 1974 sebagai wahana penataran guru SD.
Sekarang, semua unit pelaksana teknis termasuk juga Siaran Radio Pendidikan telah dikukuhkan melalui landasan yuridis formal melalui melalui Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2012 tentang Organisasi dan Tatakerja Balai Pengembangan Media Radio Pendidikan.
Inovasi pembelajaran dibidang pengembangan modul tertulis dan radio pendidikan, relatif cepat bisa direalisasikan. Usaha inovatif yang agak lambat adalah usaha mewujudkan televisi pendidikan. Kendati dalam REPELITA I sudah sangat jelas di rancang sebagaimana diperkuat oleh pidato presiden Soeharto pada tanggal 16 Agustus 1974 dan 1975 (Miarso, 2005). Namun karena usaha untuk menyebarkan pendidikan ke seluruh penjuru tanah air memerlukan dukungan teknologi yang padat. Padat dalam pengertian padat teknologi, pada dana dan merlukan SDM yang professional sehingga mewujudkan televisi pendidikan membutuhkan pemikiran dan persiapan yang lebih matang. Rintisannya dimulai ketika sebelum didirikan BPMT secara resmi di Surabaya, sebuah satuan tugas yang dipimpin oleh dosen ITS telah melakukan uji coba penayangan siaran televisi dengan bantuan dana dari USAID dan bantuan Hibah Jepang. Dengan resminya Badan Pengembangan Media Telvisi (BPMTV) di Surabaya resmi didirikan sebagai hasil kerjasama dengan Fakultas Teknik Elektro ITS 10 Nopember Surabaya. Akhirnya, dengan segala upaya maka siaran televisi pendidikan dengan serial ACI-nya dapat disiarkan pada tanggal 1985 pada pukul 19.35. Sebagai catatan bahwa sebelum episode ACI telah pula disiarkan episode Gatal-gatal Tenar.
16
Sekarang semua unit pelaksana teknis termasuk juga Siaran Televisi Pendidikan telah dikukuhkan melalui landasan yuridis formal melalui melalui Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2012 tentang Organisasi dan Tatakerja Balai Pengembangan Media Televisi Pendidikan. Seiring dengan perkembangan waktu dan teknologi pada tahun 1974 lembaga Media Pendidikan harus dihapuskan dan digantikan dengan Satuan tugas teknologi Komunikasi untuk Pendidikan dan Kebudayaan (satgas TKPK) dan kemudian satgas ini dilembagakan menjadi Pusat TKPK yang saat ini dikenal dengan nama PUSTEKKOM. Kini Pustekkom telah banyak berinovasi untuk mengkomunikasikan pendidikan dan teknologi. Dari paparan diatas dapat disimpulkan bahwa penerapan ilmu Teknologi Pendidikan sudah dimulai sejak tahun 1970 oleh tokohtokoh yang telah disebutkan diatas kendati masyarakat dari dulu sampai saat ini masih mampu mengingat produk yang dibuat seperti: 1)Pembelajaran dengan teknologi dengan modul program PAMONG, (2)Pustekkom, (3) SMP Terbuka, (4)Universitas Terbuka dan (5) Pendidikan keahlian Teknologi Pendidikan pada jenjang sarjana, pascasarjana. Ironisnya, masyarakat umum belum mampu mengupas peran sarjana teknologi pendidikan dibalik itu semua6. Sebagai catatan, program sarjana teknologi pendidikan yang mulai diusulkan tahun 1972 telah mengalami kendala, sehingga baru pada tahun 1974 restrukturisasi program studi di Universitas negeri Jakarta (UNJ) dengan melikuidasi jurusan filsafat pendidikan dan jurusan kurikulum di UNJ menjadi Jurusan Teknologi Pendidikan. Dengan usaha yang gigih, Abdul L. Zachri mengusulkan pada Rektor UNJ ( pada saat itu dijabat oleh Prof. Dr. Surakhmad Winarno) bersama Pak Yusuf bertemu dengan Prof Dr. Semaun Samadikun yang saat itu Direktur Pembinaan Sarana Akademik Ditjen Dikti mengusulkan program pascasarjana terstruktur dibidang teknologi pendidikan. Sehingga pada tahun 1978 di UNJ secara membuka program pendidikan pascasarjana terstruktur.
6
Kata sambutan Drs. Abdul L. Zachri pada penerbitan buku Menyemai Benih Teknologi Pendidikan.
17
VIII. Dari Praktisi sampai Profesi Saat ini, jurusan atau program studi yang tergabung dalam Forum Fakultas Ilmu Pendidikan dan Jurusan Ilmu Pendidikan (FIP-JIP) dari institusi negeri dan swasta berjumlah 39 lembaga (data tahun 2009; www.evaluasi.org). Lembaga-lembaga ini setidaknya telah memilih strata satu jurusan Teknologi pendidikan, disamping sebagian besar yang telah membuka strata dua (magister) dan sedikit yang strata tiga (doktoral). Keluaran dari program tersebut telah bertebaran secara sporadis pada kantong-kantong yang tidak jauh dari program itu didirikan. Keluaran Sarjana Teknologi Pendidikan (TP) yang dihasilkan oleh jurusan atau program studi tersebut telah terserap pada berbagai sektor. Kendati saat ini data pasti tentang keberadaan dan tempat kerja sarjana teknologi pendidikan belum dilengkapi dengan data yang akurat. Para sarjana TP dengan ilmu teknologi pendidikan diberbagai daerah mengalami nasib yang berbeda-beda. Nasib yang berbeda-beda ini terkait dengan potensi dan daya serap daerah masing-masing terhadap sarjana TP. Di institusi kepemerintahan, ketidakjelasan mengenal kompetensi TP dengan baik ditengarai menjadi salah satu terhambatnya daya serap sarjana TP. Daya serap yang rendah ini memang tidak melulu kesalahan pengambil kebijakan, namun perlu juga disisi lain menimbang sejauh mana dan seberapa besar usaha promosi yang telah dilakukan. Bukan saja jenis dan banyaknya kegiatan promosi yang dilakukan, namun evaluasi dari setiap promosi yang telah dilaksanakan. Keadaan ini diperparah oleh masyarakat yang sangat sedikit mengenal keberadaan jurusan teknologi pendidikan. Dengan tidak mengenal jurusan ini maka secara langsung, juga tidak mengenal potensi sarjana TP. Hal demikian akan lebih runyam ketika Sarjana TP sendiri belum mampu memberikan gambaran yang komprehensip tentang KeTPannya. Perkembangan zaman dan teknologi dengan masuk pada era digital menyebabkan munculnya komputer sebagai barang ajaib yang saat ini dibalut dengan istilah ICT. Menjamurnya program studi yang membuka ilmu yang berkaitan dengan barang ajaib ini (baca computer) memberikan dampak pada sistem pendidikan di negeri ini. Dampak
18
yang terasa adalah bahwa teknologi ini harus dikuasai oleh siapa saja. Pada lingkungan pendidikan penggunaan komputer harus diajarkan. Karena harus diajarkan, maka memerlukan perubahan kurikulum yang memuat pengajaran materi komputer ini. Oleh sebabnya pemerintah dalam Standar isi telah memasukkan materi kekomputeran ini dalam struktur kurikulum. Masuknya pengajaran komputer ini dibalut dengan mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) telah menghiasi kurikulum sekolah, kendati pelaksanaannya masih jauh panggang dari api. Karena standar isi telah ditetapkan maka konsekuensi adalah memerlukan orang yang mampu mengajarkan. Pertanyaannya adalah siapa yang memberikan pengajaran komputer ini. Inilah yang menjadi polemik yang sebenarnya tidak perlu dikibas-kibas agar menjadi isu besar. TP jangan dingungkan dengan komputer. Jurusan Teknologi Pendidikan di Indonesia berpengang pada body of knowledge. TP berkembang secara konsisten melalui serangkaian teori dan praktek (Miarso, 2005). Konsistensi terjadi karena teori memberikan pengarahan bagi praktek, sebaliknya praktek dapat mendahului analisis teoritik. Kenyataan ini tidak aneh dalam profesi yang bersifat terapan dan praktikal. Disiplin TP dianggap unik karena selain teori dan praktek dilapangan, bidang mengandalkan modelmodel sekaligus mendukung teori-teori yang digunakan. Praktek TP oleh praktisi TP sangat berpengaruh terhadap evolusi bidang TP. Meskipun praktek TP dibentuk oleh model-model, namun komponenkomponennya dapat di identifikasi seperti: (1) Jenis materi pembelajaran, (2) Sifat atau karakteristik pebelajaran, (3) organisasi dimana pembelajaran berlangsung, (4) kemampuan sarana yang tersedia, dan (5) keahlian para praktisi. Dimensi praktek Teknologi Pembelajaran berkembang sejalan dengan perkembangan potensi teknologi. Introduksi mikro-komputer dibidang pendidikan dan pelatihan secara drastis mengubah keberadaan praktek dilapangan. Hal demikian akan mempengaruhi struktur kurikulum di jurusan teknologi pendidikan. Mau tidak mau TP harus memperdayakan kekuatan mikro komputer ini. Maka tepat TP mengintegrasikan teknologi dalam kurikulum untuk membekali potensi mahasiswa TP. Tidak hanya TP di Bali, diluar Balipun TP melakukan kajian yang konfrehensi dengan beberapa kali diadakan rembuk nasional membahas kurikulum teknologi pendidikan agar keluaran TP dapat berpraktek dan berkinerja yang optimal. Hal ini dilakukan
19
mengingat teknologi pembelajaran mengembangkan suatu proses analisis, pengkajian, perancangan, produksi, penerapan dan evaluasi sistem/model teknologi pembelajaran sebagai suatu bidang yang secara sistematik memadukan komponen sumber daya belajar yang meliputi: orang, isi ajaran, media atau bahan ajar, peralatan, teknik, dan lingkungan, yang digunakan untuk membelajarkan peserta didik pada semua jalur, jenjang dan jenis pendidikan. Sebagai praktisi maka semua praktek diatas dilakukan oleh sarjana teknologi pendidikan. Praktisi yang melakukan kegiatan pengembangan teknologi pembelajaran disamping dilandasi oleh kemampuan, juga harus didukung dengan kode etik profesi untuk memangku jabatan pengembang teknologi pembelajaran.
Profesi pengembang teknologi pembelajaran disamping menjalankan fungsi pokok jabatannya, juga menjalankan fungsi penujangnya sebagai Pengajar/pelatih/tutor/ fasilitator di bidang pengembangan teknologi pembelajaran.
Praktek praktisi TP di lapangan juga berbeda-beda. Sebagai contoh, hasil tracer studi jurusan Teknologi Pendidikan Universitas Negeri Semarang telah mengidentifikasi sebaran tempat kerja sarjana TP sebagai berikut: (1) Lembaga penjamin mutu pendidikan, (2) Teknologi Komunikasi Perpustaan daerah, (3)Balai Pengembangan Multimedia, (4) Rumah Produksi, (5) Angkatan darat, (6) Polisi, (7) Departemen Perhubungan, (8) Balai Diklat BPN, (9) Wartawan, (10) Percetaan dan Perbukuan, (11) Dinas Pendidikan, (12) Guru TIK, (13)Penrguruan swasta sebagai pengelola IT, (14) Partai Politik, (15) Wiraswasta, (16)Depag, (17)Lembaga Kursus, (18)tenaga lapangan Desa, (19) balai Diklat swasta, (20)Dosen PTN dan (21) Dosen PTS. Selain sarjana TP berpraktek sebagai praktisi juga mereka dapat berpraktek sebagai peneliti. Peran sebagai praktisi dan peneliti biasanya ditentukan oleh struktur dan tujuan dari suatu lingkungan kerja tertentu dengan merujuk pola jabatan dalam lembaga tersebut (Seel & Glasgow, 1990). Dari kedua peran tersebut sebagai peneliti sarjana TP berkepentingan terhadap semua kawasan dalam bidang, namun biasanya mereka mengkhususkan diri pada salah satu bidang 20
minat. Di sekolah atau lembaga pelatihan, kebanyakan peneliti terlibat dalam penelitian evaluatif. Jika, sarjana TP berperan sebagai praktisi, kemungkinan mereka menaruh minat pada setiap kawasan dalam bidang teknologi pembelajaran. Namun, dengan luasnya bidang garapan tidak mungkin semua orang dapat menguasai keahlian dalam setiap bidang kawasan. Jadi, mereka cenderung membatasi diri kedalam lingkungan teknologi pembelajaran. Peran sebagai peneliti maupun praktisi adalah profesi yang dapat dilakukan oleh sarjana TP yang disesuaikan dengan struktur dan tujuan dari suatu lingkungan kerja tertentu dengan merujuk pola jabatan dalam lembaga tersebut. Setelah melalui perjuangan panjang, sarjana TP patut bersyukur karena pola jabatan profesi TP dalam instansi pemerintahan telah diatur melalui, (1) PermenPAN nomor Nomor PER/2/M.PAN/3/2009 tanggal 10 Maret 2009 dan (2) Tanggal 6 Mei 2010 dikeluarkan Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional Pengembang Teknologi Pembelajaran dan Angka Kreditnya, melalui Peraturan Bersama Menteri Pendidikan Nasional dan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 01/V/PB/2010 dan Nomor 12 Tahun 2010 Khusus untuk peraturan pertama sebenarnya telah di sosialisaikan oleh Pustekom pada tanggal 19 sampai 27 Mei 2010. Tujuan sosialisasi ini adalah (1) mensosialisasikan Permenpan No. PER/2/M.PAN/3/2009 tanggal 10 maret 2009, (2) Mensosialiasikan besarnya tunjangan jabatan fungsional Teknologi pembelajaran dan angka kreditnya dan (3) mensosialisaikan cara menjadi pejabat Pengembang Teknologi Pembelajaran. Peserta dari sosialisasi yang telah berlangsung ini berjumlah 520 dari 10 propinsi. Peserta yang terlibat dalam sosialisasi ini terdiri dari: Kepala BKD, Biro Kepegawaian Daerah, Biro Kepegawaian Pemkot, Perguruan tinggi yang mengurusi urusan kepegawaian, Dinas pendidikan propinsi, LPMP, UPTD Tekkom propinsi, Balai pengembangan media, Unit Pelaksana Belajar jarah jauh dan pusat diklat, Balai diklat daerah dan unit utama kementerian (Setditjen/setbalitbang/setbadan/setjen). Dari kegiatan sosialisasi ini kiranya dapat di asumsikan bahwa seharusnya ada pemahaman tentang TP di takaran pengambil kebijakan khususnya peluang sarjana TP, namun sampai saat ini kabar yang menggembirakan itu belum kunjung tiba khususnya bagi sarjana TP
21
yang ingin berkarir di kepemerintahan. Atau dalam bahasa yang sederhana seharusnya ada hasil dari sosialisasi ini. Kenapa tidak ada hasil dalam kesempatan ini kami mencoba mencermati kembali dan menuangkan kembali pokok-pokok penting dari kedua peraturan yang telah terbit terhadap peluang sarjana TP. 1.
Mengapa memerlukan Tenaga Teknologi Pendidikan? Dari awal kelahirannya sampai saat ini, dari keterampilan tangan sampai mikrokomputer praktek tenaga TP di berbagai sektor (Pendidikan, pelatihan, jasa dan industri) diperlukan untuk berbagai hal, yaitu; 1) Sebaiknya ada orang yang kompeten untuk mendesain sistem pembelajaran 2) Sebaiknya ada orang yang kompeten untuk mendesain pesan dan representasinya 3) Sebaiknya ada orang yang kompeten untuk mendesain strategi pembelajaran 4) Sebaiknya ada orang yang kompeten untuk melakukan menganalisa karakteristik peserta belajar 5) Sebaiknya ada orang yang kompeten untuk memperdayakan teknologi untuk mengemas pesan berbasis cetak yang inovatif (modul) 6) Sebaiknya ada orang yang kompeten untuk memperdayakan teknologi audio visual (TV dan Radio) 7) Sebaiknya ada orang yang kompeten untuk memperdayakan teknologi berbasis komputer (multimedia) 8) Sebaiknya ada orang yang kompeten untuk memperdayakan teknologi terpadu (elearning, jarak jauh) 9) Sebaiknya ada orang yang kompeten untuk membuat panduan bagaimana memanfaatkan media 10) Sebaiknya ada orang yang kompeten untuk membuat panduan bagaimana menyerapkan kebaharuan teknologi dalam karya kreatif 11) Sebaiknya ada orang yang kompeten untuk membuat panduan penggunaan bahan dan strategi pembelajaran dalam keadaan yang sesungguhnya dalam konsistensi pelaksanaan serta melestarikan inovasi pembelajaran dalam suatu struktur atau budaya organisasi
22
12)
13)
14)
15)
16)
17)
18)
2.
Sebaiknya ada orang yang kompeten untuk tanggap terhadap kebijakan regulasi dan kencendrungan serta permasalahan adopsi teknologi Sebaiknya ada orang yang kompeten untuk perencanaan, monitoring dan pengendalian proyek desain dan pengembagan Sebaiknya ada orang yang kompeten untuk perencanaan, pemantauan dan pengendalian sistem pendukung dan pelayanan sumber Sebaiknya ada orang yang kompeten untuk merencanakan, memantau bagaimana distribusi bahan pembelajaran dan menggorganisasikannya. Sebaiknya ada orang yang kompeten mengelola informasi yang meliputi perencanaan, pemantauan, pengendalian cara penyimpanan, pengiriman dan pemrosesan informasi dalam rangka tersedianya sumber untuk kegiatan belajar Sebaiknya ada orang yang kompeten untuk menganalis masalah belajar dengan mempergunakan strategi pengumpulan informasi dan pengambil keputusan Sebaiknya ada orang yang kompoten untuk merancang teknik-teknik untuk menentukan kemampuan pebelajar menguasai materi yang telah ditentukan sebelumnya
Seperti apakah Jabatan Pengembang Teknologi Pembelajaran sesuai Permenpan No. PER/2/M.PAN/3/2009 tanggal 10 maret 2009? Jabatan Pengembang Teknologi Pembelajaran adalah jabatan yang mempunyai ruang lingkup, tugas, tanggung jawab, dan wewenang untuk melakukan kegiatan pengembangan teknologi pembelajaran yang diduduki oleh pegawai negeri sipil dengan hak dan kewajiban yang diberikan secara penuh oleh pejabat yang berwenang (Bab I pasal 1 ayat1) Pengembangan teknologi pembelajaran adalah suatu proses analisis, pengkajian, perancangan, produksi, penerapan dan evaluasi sistem/model teknologi pembelajaran (Bab I Pasal 1 Ayat 2) Teknologi Pembelajaran adalah suatu bidang yang secara sistematik memadukan komponen sumber daya belajar yang meliputi: orang, isi ajaran, media atau bahan ajar, peralatan,
23
teknik, dan lingkungan, yang digunakan untuk membelajarkan peserta didik pada semua jalur, jenjang dan jenis pendidikan ( Bab I Pasal 1 Ayat 3) Sangat jelas bahwa jabatan Pengembang teknologi pembelajaran diduduki oleh seseorang yang telah berstatus PNS, namun... Pegawai Negeri Sipil yang diangkat untuk pertama kali dalam Jabatan Pengembang Teknologi Pembelajaran harus memenuhi syarat: a. Berijazah paling rendah Sarjana (S1) / Diploma IV sesuai dengan kualifikasi yang ditentukan; b. Pangkat paling rendah Penata Muda, golongan ruang III/a; dan c. Setiap unsur penilaian prestasi kerja dan pelaksanaan pekerjaan dalam Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan (DP3) paling rendah bernilai baik dalam 1 (satu) tahun terakhir. ( Bab VIII Pasal 25 Ayat 1) Pengangkatan pertama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pengangkatan untuk mengisi lowongan formasi jabatan Pengembang Teknologi Pembelajaran melalui pengangkatan Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) ( Bab VIII Pasal 25 Ayat 4)
Hal diatas dipertegas kembali pada Juklak Jabatan Fungsional Pengembang Teknologi Pembelajaran dan Angka Kreditnya tanggal 6 mei 2010, pada bab V, Pengangkatan, Pembebasan sementara, dan Pemberhentian dalam dan dari jabatan, bagian pertama Pengangkatan Dalam Jabatan padal 17 ayat 1 Peraturan bersama Menteri Pendidikan Nasional dan Kepala BKN nomor: 01/V/PB/2010 dan Nomor 12 Tahun 2012 yang tersurat: Pegawai Negeri Sipil yang diangkat untuk pertama kali dalam jabatan Pengembang Teknologi Pembelajaran harus memenuhi syarat: a. berijazah paling rendah Sarjana (S1)/Diploma IV sesuai dengan kualifikasi yang ditentukan; b. pangkat paling rendah Penata Muda, golongan ruang III/a; dan; c. setiap unsur penilaian prestasi kerja dan pelaksanaan pekerjaan dalam Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan
24
(DP-3) paling rendah bernilai baik dalam 1 (satu) tahun terakhir Lebih lanjut pada pasal 17 ayat 2 juga tersurat: Pengangkatan pertama kali sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pengangkatan untuk mengisi lowongan formasi jabatan fungsional Pengembang Teknologi Pembelajaran yang telah dipersiapkan pada waktu pengadaan Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS). Dengan mencermati pasal 25 ayat 4 (permenpan) dan pasal 17 ayat 2 (juklak) ada peluang pintu masuk. Di samping persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25, pengangkatan Pegawai Negeri Sipil dalam jabatan fungsional Pengembang Teknologi Pembelajaran dilaksanakan sesuai dengan formasi jabatan Pengembang Teknologi Pembelajaran dengan ketentuan sebagai berikut: a. Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil Pusat dalam jabatan Pengembang Teknologi Pembelajaran dilaksanakan sesuai dengan formasi jabatan Pengembang Teknologi Pembelajaran yang ditetapkan oleh Menteri yang bertanggung jawab di bidang pendayagunaan aparatur negara setelah mendapat pertimbangan Kepala Badan Kepegawaian Negara; b. Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil Daerah dalam jabatan Pengembang Teknologi Pembelajaran dilaksanakan sesuai formasi jabatan Pengembang Teknologi Pembelajaran yang ditetapkan oleh Kepala Daerah masing-masing setelah mendapat persetujuan tertulis dari Menteri yang bertanggung jawab di bidang pendayagunaan aparatur negara setelah mendapat pertimbangan Kepala Badan Kepegawaian Negara. (pasal 26 Permenpan)
Dari pasal 26 permenpan terutama ayat (a) pengangkatan PNS sebagai Pengembang Teknologi Pembelajaran masih menunggu keputusan presiden. Namun, untuk ayat (b) sebagai contoh Gubernur DKI Jakarta telah mengeluarkan Peraturan Gubernur nomor 31 Tahun 2012 tanggal 12 April 2012 tentang formasi jabatan fungsional Pengembang Teknologi Pembelajaran. Belajar dari DKI dalam peraturan gubernur tersebut dinyatakan Pengisian formasi Jabatan Fungsional Pengembang Teknologi Pembelajaran diusulkan oleh Dinas Pendidikan kepada Gubernur melalui BKD (Pasal 6 ayat 3
25
3.
Jika telah menjabat sebagai PTP, lalu apa saja tugas pokoknya? Tugas pokoknya adalah 1) melaksanakan analisis dan pengkajian sistem/model teknologi pembelajaran, 2) perancangan sistem/model teknologi pembelajaran, 3) produksi media pembelajaran, 4) penerapan sistem/model dan pemanfaatan media pembelajaran, 5) pengendalian sistem/model pembelajaran, dan 6) evaluasi penerapan sistem/model dan pemanfaatan media pembelajaran.
4.
Bagaimana cakupan unsur dan sub pengembang teknologi pembelajaran?
unsur
kegiatan
Kegiatan pengembang teknologi pembelajaran dapat di skemakan sebagai berikut Kegiatan Pengembang TP
Pendidikan (3 kegiatan)
Pengembangan teknologi pembelajaran ( 6 KG)
Pengembangan
Pengembangan profesi (5 KG)
Penunjang (8 KG)
5.
Apa tugas Pokok Tenaga Pengembang Teknologi pembelajaran sesuai Permenpan? 1) Analisis dan pengkajian sistem/model teknologi pembelajaran; 2) Perancangan sistem/model teknologi pembelajaran; 3) Produksi media pembelajaran; 4) Penerapan sistem/model dan pemanfaatan media pembelajaran; 26
5) Pengendalian sistem/model pembelajaran; dan Evaluasi penerapan sistem/model dan pemanfaatan media pembelajaran 6.
Apa saja tugas rinci Pengembang Teknologi Pembelajaran sesuai jenjang jabatan? Tugas rinci sesuai jenjang jabatan sebagai contoh diambil pengembang tingkat Pertama sebagai berikut: 1) Menganalisis kebutuhan sistem dan model teknologi pembelajaran tingkat kesulitan 1 berdasarkan kurikulum yang berlaku sesuai dengan jenis, jalur dan jenjang pendidikan; 2) Membuat rancangan sistem/model pembelajaran, tingkat kesulitan 1; 3) Membuat standar layanan pembelajaran, tingkat kesulitan 1; 4) Menyusun Garis Besar Isi Media (GBIM), tingkat kesulitan 1; 5) Membuat rancangan pengembangan bahan belajar tingkat kesulitan 1; 6) Menulis naskah media pembelajaran sederhana; 7) Menulis naskah media pembelajaran audio; 8) Menulis naskah media pembelajaran video; 9) Menulis naskah media pembelajaran multimedia; 10) Menulis naskah media pembelajaran multimedia interaktif/ hypermedia; 11) Menulis naskah media pembelajaran bahan belajar mandiri (modul); 12) Melakukan uji coba prototipa media pembelajaran sederhana; 13) Melakukan uji coba prototipa media pembelajaran audio; 14) Melakukan uji coba prototipa media pembelajaran video; 15) Melakukan uji coba prototipa media pembelajaran multimedia; 16) Melakukan uji coba prototipa media pembelajaran multimedia interaktif/hypermedia; 17) Melakukan uji coba prototipa media pembelajaran bahan belajar mandiri (modul); 18) Menulis naskah bahan penyerta media pembelajaran audio; 19) Menulis naskah bahan penyerta media pembelajaran video; 20) Menulis naskah bahan penyerta media pembelajaran multimedia;
27
21) Menulis naskah bahan penyerta media pembelajaran multimedia interaktif/hypermedia; dan 22) Memberikan pelayanan konsultasi dalam penerapan sistem/model pengembangan dan pemanfaatan media pembelajaran tingkat kesulitan 7.
Apa tugas Pemerintah dalam hal ini Departemen Pendidikan Nasional sebagai instansi pembina PTP? Sebagai pembina Departemen Pendidikan Nasional, memberikan binaan dalam hal; 1) Penyusunan petunjuk teknis pelaksanaan jabatan fungsional Pengembang Teknologi Pembelajaran; 2) Penyusunan pedoman formasi jabatan fungsional Pengembang Teknologi Pembelajaran; 3) Penetapan standar kompetensi jabatan fungsional Pengembang Teknologi Pembelajaran; 4) Pengusulan tunjangan jabatan fungsional Pengembang Teknologi Pembelajaran; 5) Sosialisasi jabatan fungsional Pengembang Teknologi Pembelajaran serta petunjuk pelaksanaannya; 6) Penyusunan kurikulum pendidikan dan pelatihan fungsional/ teknis fungsional Pengembang Teknologi Pembelajaran; 7) Penyelenggaran pendidikan dan pelatihan fungsional/teknis bagi Pengembang Teknologi pembelajaran dan penetapan sertifikasi; 8) Pengembangan sistem informasi jabatan fungsional Pengembang Teknologi Pembelajaran; 9) Fasilitasi pelaksanaan jabatan fungsional Pengembang Teknologi Pembelajaran; 10) Fasilitasi pembentukan organisasi profesi Pengembang Teknologi Pembelajaran; 11) Fasilitasi penyusunan dan penetapan etika profesi dan kode etik Pengembang Teknologi Pembelajaran; dan 12) Melakukan monitoring dan evaluasi fungsional jabatan Pengembang Teknologi Pembelajaran.
28
IX.
Tantangan Teknologi Pendidikan Lingkungan pendidikan di abab 21 akan bergeser akibat perkembangan teknologi, hasil-hasil penelitian dan inovasi-inovasi baru yang dikeluarkan oleh industri. Sebagian negara telah mengantisipasi situasi abad 21 dari dekade 90-an. Dua negara sebagai contoh adalah Singapura dengan MP3nya telah membuat master plan ICT sejak tahun 1996, begitupun Malaysia telah membangun Malaysian Super Coridor (MSC) di tahun 1997, sedangkan Indonesia di tahun 1998 hampir bangkrut karena krisis. Unesco menaruh perhatian serius integrasi ICT di Asean dengan membuat kebijakan radikal sejak tahun 1998 dan tahun 2002 membuat studi mendalam integrasi ICT dalam pendidikan. Indonesia baru mulai agak serius tahun 2001 dengan membangun jardiknas dan inherent oleh Pustekkom. Indonesia memang jauh terlambat. Pustekom yang notabene adalah unit pelaksana teknis dilingkungan kementrian pendidikan dan kebudayaan sebagai penjaga institusi yang tidak bisa dipisahkan dengan lahirnya TP di Indonesia. Tantangan TP dimasa depan semakin kompleks, oleh karena itu sangat tepat AECT merumuskan paradigam baru untuk sepuluh tahun kedepan. Begitupun State Educational Technology Directors Association (SETDA) telah merumuskan National Educational Technology Trends 2012:State Leadership Empowers Educators,Transforms,Teaching and Learning. Tantangan TP masa mendatang adalah bagaimana mendesain dan menciptakan lingkungan belajar yang inovatif. Lingkungan yang inovatif ini seperti dirumuskan oleh SETDA untuk lingkungan belajar dan model klas tahun 2020 adalah: (1) tersedia lingkungan belajar yang didukung teknologi tinggi dan kecepatan akses, (2) pembelajaran mandiri, (3) online dan Blender Learning, (3)digital and open content, (4)pembelajaran kolaboratif berbasis proyek. Oleh sebabnya sarjana TP harus melakukan kajian yang komprehensif berlandasakan etika profesi untuk memfasilitasi belajar dan meningkatkan kinerja sumber daya manusia melalui penciptaan, penggunaan, pengelolaan teknologi yang sesuai untuk proses dan sumber belajar (study and ethical practice of facilitating learning and improving performance by creating, using and managing appropriate technological processes and resource!)
X.
Penutup Dengan diselenggarakannya seminar yang telah mengundang pihakpihak baik kapasitasnya sebagai pengambil kebijakan maupun calon 29
pemakai, seperti dikatakan James Finn ( Seel & Richey, 1994) adalah dalam kerangka mengkomunikasikan suatu profesi dengan harapan tercipta kesadaran komunitas (baca pengambil kebijakan dan calon pemakai). Kegamangan memaknai Teknologi pendidikan atau teknologi pembelajaran adalah suatu hal lumrah ketika pemahaman komprehensip belum tercapai. Namun demikian, teknologi pendidikan atau teknologi pembelajaran dapat dengan jelas dikenal dari dari body of knowledge. Orientasi difinisi teknologi pendidikan dari bidang kawasan, profesi dan semakin luasnya bidang yang cakupan akan mengarahkan sarjana TP ke peneliti dan praktisi untuk memperhatikan pebelajar pada semua usia, dengan keragaman isi, dan dengan kendala yang ada dalam berbagai latar organisasi. Keragaman aplikasi prinsip dan praktek dalam bidang studi, menghendaki dan penelitian baru. Kebutuhan itu cendrung berlanjut selama beberapa waktu yang akan datang. Oleh sebabnya, ACET sebagai Induk organasi telah menyiapkan paradigma dinamis melalui definisi TP untuk mengantisipasi sepuluh tahun kedepan. Educational technology is the study and ethical practice of facilitating learning and improving performance by creating, using and managing appropriate technological processes and resource
Catatan: Tugas Pokok TPTP mengacu pada pardigma definisi AECT 1994, standar kompetensi perancang pembelajaran direkomendasikan salah satunya dari international Boards Of Standard For Trainning, Perfomance, And Instruction (IBSTPI), Standar Sekolah Media Menggunakan Standards For The Accreditation Of School Media Specialist And Educational Technology Specialist Programs. Standar untuk kompetensi guru TIK dan siswa serta staf merujuk pada NCATEISTE.Net. Sedangkan standar kompetensi TP internasional dikeluarkan oleh AECT.
30
DAFTAR PUTAKA
AECT Board of Directors. 2012. AECT Standards 2012 version. Tersedia pada url: http://www.aect.org. Ellington, H., & Percival, F. 1984. A handbook of educational technology, alih bahasa oleh Sudjarwo. Pusat teknologi komunikasi pendidikan dan kebudayaan. Depdikbud. Jakarta: Erlangga Earle, R.S., Persichitte, K. A. 2005. Standards For The Accreditation Of School Media Specialist And Educational Technology Specialist Programs. USA: AECT Januszewksi, A.,Molenda, M. 2008. Educational Technology: a definition with commentary.USA: Lawrence Erlbaum Assciates. Mangal & Mangal. 2009. Essential of Educational Technology.New Delhi: PHI Learning Private Limited. Miarso, Y. 2004. Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. Jakarta: PustekkomPredia Media. SETDA. Class of 2020: action plan for education. Tersedia pada url: http://www.setda.org SETDA. National Educational: Trend 2012. Dapat diakses pada url: http://www.setda.org/web/guest/nationaltrends2012 Seels, B.B., & Richey, R.C.1994. Istructional Technology: The Definition and Domain of The Field, terjemahan Yusufhadi Miarso dan Dewi Salma.Jakarta: UNJ Press. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor: Per/2/M.Pan/3/2009 Tentang Jabatan Fungsional Pengembang Teknologi Pembelajaran Dan Angka Kreditnya. Peraturan Bersama Menteri Pendidikan Nasional Dan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 01/V/Pb/2010 dan Nomor 12 Tahun 2010 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional Pengembang Teknologi Pembelajaran Dan Angka Kreditnya Negara Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 31 Tahun 2012 Tentang Formasi Jabatan Fungsional Pengembang Teknologi Pembelajaran.
31
Lampiran 1. Kawasan Teknologi Pembelajaran Pengembangan Teknologi Cetak Teknologi audiovisual Teknologi berbasis komputer Teknologi terpadu
Desain Sistem Pembelajaran Pesan Strategi Pembelajaran Karakteristik Pebelajar
Penilaian Analisis Masalah Pengukuran Acuan patokan Evaluasi Formatif Evaluasi Sumatif
Teori dan Praktek
Pemanfaatan Media Difusi Innovasi Implementasi dan Institusionalisasi Kebijakan dan Regulasi
Pengelolaan Manajemen Proyek Manajemen sumber Manajemen sistem penyampaian Manajemen informasi
32