id
o.
.g
ps
i.b
pr
ke
://
tp
ht
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO PROVINSI KEPULAUAN RIAU
.g
o.
id
MENURUT PENGELUARAN
ht
tp
://
ke
pr
i.b
ps
2010 - 2014
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO PROVINSI KEPULAUAN RIAU MENURUT PENGELUARAN 2010- 2014
ISSN Nomor Publikasi Katalog BPS
: 2442-6083 : 21000.1512 : 9302002.21
Ukuran Buku Jumlah Halaman
: 21 x 29,7 cm : ix + 76 halaman
id
Naskah: Bidang Neraca Wilayah dan Analisis
i.b
Diterbitkan Oleh: Badan Pusat Statistik Provinsi Kepulauan Riau
ps
.g
o.
Gambar Kulit: Bidang Integrasi dan Pengolahan Statistik
ht
tp
://
ke
pr
Boleh dikutip dengan menyebutkan sumbernya
KATA PENGANTAR Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu perangkat data ekonomi yang dapat digunakan untuk mengevaluasi kinerja pembangunan ekonomi suatu wilayah (provinsi maupun kabupaten/kota). Perangkat data ini dapat pula digunakan untuk kepentingan dan tujuan lain, seperti sebagai dasar pengembangan model-model ekonomi dalam rangka menyusun formulasi kebijakan, tingkat percepatan uang beredar (velocity of money), pendalaman sektor keuangan (finacial deepening), penetapan pajak, kajian ekspor dan impor dan sebagainya.
o.
id
Publikasi ini secara khusus membahas mengenai PDRB menurut pendekatan pengeluaran/permintaan akhir. Pendekatan ini dirinci menjadi beberapa komponen, yaitu: Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga, Pengeluaran Konsumsi Lembaga Non Profit yang Melayani Rumah Tangga, Pengeluaran Konsumsi Pemerintah, Investasi (Pembentukan Modal Tetap Bruto dan Perubahan Inventori), Ekspor Luar Negeri, Impor Luar Negeri, serta Ekspor Neto Antar Daerah (ekspor antar daerah dikurangi dengan impor antar daerah). Data PDRB dalam publikasi ini serta publikasi-publikasi selanjutnya mengunakan tahun dasar 2010, serta sudah menerapkan konsep System of National Accounts 2008 seperti yang direkomendasikan oleh United Nations.
ke
pr
i.b
ps
.g
Kepada seluruh anggota Tim Penyusun Publikasi ini yang telah memberikan kontribusinya dalam mewujudkan publikasi ini disampaikan penghargaan yang setinggitingginya. Demikian pula kepada instansi pemerintah dan lembaga/perusahaan swasta yang telah memberikan dukungan data bagi penyusunan publikasi ini diucapkan terima kasih. Semoga kerjasama yang telah terjalin selama ini dapat terus berlanjut serta dapat ditingkatkan di masa-masa mendatang.
ht
tp
://
Terakhir, disadari bahwa data dan informasi yang disajikan dalam publikasi ini masih memerlukan penyempurnaan. Oleh karena itu, setiap masukan yang bersifat konstruktif sangat dihargai demi penyempurnaan isi publikasi ini selanjutnya. Akhirnya, semoga publikasi ini bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukannya.
Tanjungpinang, Juli 2015 KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK Provinsi Kepulauan Riau,
Drs. Dumangar Hutauruk, M.Si
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Provinsi Kepulauan Riau, Tahun 2010-2014
i
id o. .g ps i.b pr ke :// tp ht ii
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Provinsi Kepulauan Riau, Tahun 2010-2014
DAFTAR ISI Halaman i
Daftar Isi …………………………………………………………………………………..
iii
Daftar Tabel ………………………………………………………………………………
v
Daftar Grafik ……………………………………………………………………………...
vii
Daftar Lampiran …………………………………………………………………………..
ix
BAB I
PENDAHULUAN ………………………………………………….............
1
1.1.
Pengertian Pendapatan Regional Bruto (PDRB) …………………
3
1.2.
Kegunaan Statistik Pendapatan Regional ……………………......
o.
id
Kata Pengantar …………………………………………………………………..............
BAB III
METODE ESTIMASI DAN SUMBER DATA ……………………………
7
i.b
Pengeluaran Konsumsi Akhir Rumah Tangga ………….……….
9
2.2
Pengeluaran Konsumsi Akhir LNPRT ………….………................
12
2.3
Pengeluaran Konsumsi Akhir Pemerintah ……………….………
15
2.4
Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) ……………….………
17
2.5
Perubahan Inventori ………………………………….…….……….
21
2.6
Ekspor dan Impor ……………………………………………………
25
tp
://
ke
pr
2.1
ht
BAB II
ps
.g
5
TINJAUAN
PEREKONOMIAN
BERDASARKAN PDRB
KEPULAUAN
RIAU
PENGELUARAN KEPULAUAN RIAU
TAHUN 2010-2014 ...…................................................................................
27
3.1 Tinjauan Agregat PDRB Jawa Barat Menurut Pengeluaran ..............
29
3.2 Perkembangan Konsumsi Akhir Rumah Tangga …………………..
33
3.3 Perkembangan Konsumsi Akhir LNPRT ………………....................
37
3.4 Perkembangan Konsumsi Akhir Pemerintah ………………… ……
38
3.5 Perkembangan Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) .……….
41
3.6 Perkembangan Perubahan Inventori …………………………..…….
43
3.7 Perkembangan Ekspor Barang dan Jasa Luar Negeri …..….………..
44
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Provinsi Kepulauan Riau, Tahun 2010-2014
iii
BAB IV
3.8 Perkembangan Impor Barang dan Jasa Luar Negeri…..…………….
46
3.9 Perkembangan Net Ekspor Antar Daerah …………………………..
47
PERKEMBANGAN AGREGAT PRDB MENURUT PENGELUARAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2010-2014……………………
49
4.1 PDRB (Nominal) ……………………………………………...………..
51
4.2 Perbandingan Penggunaan PDRB untuk Konsumsi Akhir Rumah Tangga terhadap Ekspor………………………………….....................
52
4.3 Perbandingan Konsumsi Rumah Tangga terhadap Pembentukan 53
4.4 Proporsi Konsumsi Akhir terhadap PDRB ……………………..........
53
4.5 Perbandingan Ekspor terhadap PMTB ………………………………
54
4.6 Perbandingan PDRB terhadap Impor ………………………………..
55
id
Modal Tetap Bruto (PMTB) ……………………...................................
o.
4.7 Keseimbangan Total Penyediaan dan Total Permintaan …………..
56 57
4.9 Rasio Perdagangan Internasional (RPI) ................................................
58
Incremental Capital Output Ratio (ICOR) …….…………………….
59
i.b
pr
4.10
ps
.g
4.8 Neraca Perdagangan (Trade Balance) ……………………..….……….
ke
PENUTUP ……………………………………………………………………………….
65
ht
tp
://
LAMPIRAN ……….. ……………………………………………………………………
61
DAFTAR PUSTAKA ….…………………………………………………………………..
iv
73
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Provinsi Kepulauan Riau, Tahun 2010-2014
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1. Tabel 2.
PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Pengeluaran Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2010-2014………………………………......
29
PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2010 Menurut Pengeluaran
30
Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2010-2014……………………….. Tabel 3.
Distribusi
PDRB
ADHB
Menurut
Pengeluaran
Provinsi
31
Kepulauan Riau Tahun 2010-2014………………………………….. Tabel 4.
Pertumbuhan PDRB ADHK 2010 Menurut Pengeluaran Provinsi
32
Kepulauan Riau Tahun 2010-2014………………………………….. Tabel 5.
Perkembangan Pengeluaran Konsumsi Akhir Rumah Tangga
33
Struktur Pengeluaran Konsumsi Akhir Rumah Tangga Provinsi
35
o.
Tabel 6.
id
Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2010-2014………………………..
Pertumbuhan Riil Pengeluaran Konsumsi Akhir Rumah Tangga
36
ps
Tabel 7.
.g
Kepulauan Riau Tahun 2010-2014…………………………………..
Pertumbuhan Implisit (Indeks Harga) Pengeluaran Konsumsi
36
pr
Tabel 8.
i.b
Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2010-2014………………………..
Perkembangan
Pengeluaran
://
Tabel 9.
ke
Akhir Rumah Tangga Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2010-2014 Konsumsi
LNPRT
Provinsi
37
Kepulauan Riau Tahun 2010-2014 ………………………………….
tp
Perkembangan
Pengeluaran
Konsumsi
Akhir
Pemerintah
38
ht
Tabel 10.
Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2010-2014 ………………………. Tabel 11.
Struktur Pengeluaran Konsumsi Akhir Pemerintah Provinsi
40
Kepulauan Riau Tahun 2010-2014………………………………….. Tabel 12.
Perkembangan dan Struktur PMTB Provinsi Kepulauan Riau
42
Tahun 2010-2014 ……………………………………………………… Tabel 13.
Perkembangan dan Struktur Perubahan inventori Provinsi
43
Kepulauan Riau Tahun 2010-2014 …………………………………. Tabel 14.
Perkembangan Ekspor Barang dan Jasa Provinsi Kepulauan Riau
45
Tahun 2010-2014 ……………………………………………………… Tabel 15.
Perkembangan Impor Barang dan Jasa Provinsi Kepulauan Riau
46
Tahun 2010-2014 ………………………………………………………
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Provinsi Kepulauan Riau, Tahun 2010-2014
v
Tabel 16.
Produk Domestik Regional Bruto dan PDRB Perkapita Provinsi
51
Kepulauan Riau Tahun 2010-2014………………………………….. Tabel 17.
Perbandingan PDRB Pengeluaran untuk Konsumsi Akhir Rumah
52
Tangga terhadap Ekspor Tahun 2010-2014………………………… Tabel 18.
Perbandingan Konsumsi Rumah Tangga terhadap PMTB Tahun
53
2010-2014 ……………………………………………………………… Tabel 19.
Proporsi Total Pengeluaran Konsumsi Akhir terhadap PDRB
54
Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2010-2014……………………….. Tabel 20.
Rasio Ekspor terhadap PMTB (ADHB) Provinsi Kepulauan Riau
54
Tahun 2010-2014………………………………………………………. Tabel 21.
Rasio PDRB terhadap Impor Provinsi Kepulauan Riau Tahun
55
2010-2014………………………………………………………………. Sisi
Keseimbangan
Penyediaan
dan
Permintaan
Provinsi
56
id
Tabel 22.
Neraca Perdagangan Barang dan Jasa Provinsi Kepulauan Riau
.g
Tabel 23.
o.
Kepulauan Riau Tahun 2010-2014………………………………….. 57
Rasio Perdagangan Internasional Provinsi Kepulauan Riau
i.b
Tabel 24.
ps
Tahun 2010-2014 ……………………………………………………… 58
Incremental Capital Output Ratio (ICOR) Provinsi Kepulauan Riau
60
ke
Tabel 25.
pr
Tahun 2010-2014……………………………………………………….
ht
tp
://
Tahun 2010-2014…………………………………………………
vi
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Provinsi Kepulauan Riau, Tahun 2010-2014
DAFTAR GRAFIK Halaman Grafik 1.
Perbandingan PDRB adh Berlaku dan adh Konstan 2010
31
ht
tp
://
ke
pr
i.b
ps
.g
o.
id
Menurut Pengeluaran Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2010-2014
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Provinsi Kepulauan Riau, Tahun 2010-2014
vii
id o. .g ps i.b pr ke :// tp ht viii
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Provinsi Kepulauan Riau, Tahun 2010-2014
DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1.
Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku
67
Menurut Pengeluaran Provinsi Kepulauan Riau …………………. Lampiran 2.
Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan
68
2010 Menurut Pengeluaran Provinsi Kepulauan Riau…………… Lampiran 3.
Distribusi Persentase Produk Domestik Regional Bruto Atas
69
Dasar Harga Berlaku Menurut Pengeluaran Provinsi Kepulauan Riau…………………………………………………………………….. Lampiran 4.
Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar
70
Harga Konstan 2010 Menurut Pengeluaran Provinsi Kepulauan Indeks Harga Implisit Produk Domestik Regional Bruto
71
o.
Lampiran 5.
id
Riau …………………………………………………………………….
Laju Pertumbuhan Indeks Harga implisit Produk Domestik
72
ps
Lampiran 6.
.g
(2010=100) Menurut Pengeluaran Provinsi Kepulauan Riau ……
i.b
Regional Bruto (2010=100) Menurut Pengeluaran Provinsi
ht
tp
://
ke
pr
Kepulauan Riau ………………………………………………………
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Provinsi Kepulauan Riau, Tahun 2010-2014
ix
id
o.
.g
ps
i.b
pr
ke
://
tp
ht
BAB I
ht
tp
://
ke
pr
i.b
ps
.g
o.
id
PENDAHULUAN
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Provinsi Kepulauan Riau, Tahun 2010-2014
1
id o. .g ps i.b pr ke :// tp ht 2
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Provinsi Kepulauan Riau, Tahun 2010-2014
1.1
PENGERTIAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) Salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi di suatu
wilayah/regional dalam suatu periode tertentu adalah data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan. PDRB pada dasarnya merupakan jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu negara tertentu, atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi. PDRB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga yang berlaku pada setiap tahun. Sedangkan PDRB atas dasar harga konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga yang pada suatu tahun tertentu sebagai dasar. PDRB atas dasar harga berlaku dapat
id
digunakan untuk melihat pergeseran serta struktur ekonomi. PDRB atas dasar harga konstan
o.
digunakan untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi pada suatu periode ke periode (tahun ke
.g
tahun atau triwulan ke triwulan). Dalam publikasi ini tahun dasar yang digunakan adalah
ps
tahun 2010 dan ini tentu akan mencerminkan struktur ekonomi terkini.
PDRB, yaitu:
ke
a. Menurut Pendekatan Produksi
pr
i.b
Terdapat tiga pendekatan yang biasanya digunakan dalam menghitung angka-angka
://
Menurut pendekatan ini, PDRB adalah jumlah nilai tambah atas barang dan jasa yang
tp
dihasilkan oleh berbagai unit produksi di wilayah suatu negara dalam jangka waktu
ht
tertentu (biasanya satu tahun). Unit-unit produksi tersebut dalam penyajiannya dikelompokkan menjadi 17 kategori lapangan usaha yaitu: 1. Pertanian, Kehutanan dan Perikanan; 2. Pertambangan dan Penggalian; 3. Industri Pengolahan; 4. Pengadaan Listrik dan Gas; 5. Pengadaan Air, Pengolahan Sampah, Limbah dan Daur Ulang; 6. Konstruksi; 7. Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor; 8. Transportasi dan Pergudangan; 9. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum; 10. Informasi dan Komunikasi; 11. Jasa Keuangan dan Asuransi; 12. Real Estat; 13. Jasa Perusahaan; 14. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib; 15. Jasa Pendidikan; 16. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial; 17. Jasa lainnya. Setiap kategori lapangan usaha tersebut dirinci lagi menjadi sub-sub kategori lapangan usaha.
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Provinsi Kepulauan Riau, Tahun 2010-2014
3
b. Menurut Pendekatan Pendapatan PDRB menurut pendekatan ini merupakan jumlah balas jasa yang diterima oleh faktorfaktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi di suatu negara dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun). Balas jasa faktor produksi yang dimaksud adalah upah dan gaji, sewa tanah, bunga modal dan keuntungan, semuanya sebelum dipotong pajak penghasilan dan pajak langsung lainnya. Dalam definisi ini, PDRB mencakup juga penyusutan dan pajak tidak langsung neto (pajak atas produksi dan impor dikurangi subsidi). c. Menurut Pendekatan Pengeluaran PDRB adalah semua komponen permintaan akhir yang terdiri dari: (1) pengeluaran konsumsi akhir rumah tangga; (2) pengeluaran konsumsi akhir lembaga non profit yang
id
melayani rumah tangga; (3) pengeluaran konsumsi akhir pemerintah; (4) pembentukan
o.
modal tetap domestik bruto; (5) perubahan inventori; dan (6) ekspor neto (ekspor
.g
dikurangi impor).
ps
Secara konsep ketiga pendekatan tersebut akan menghasilkan angka yang sama. Jadi,
i.b
jumlah pengeluaran akan sama dengan jumlah barang dan jasa akhir yang dihasilkan dan
pr
harus sama pula dengan jumlah pendapatan untuk faktor-faktor produksi. PDRB yang
ke
dihasilkan dengan cara ini disebut sebagai PDRB atas dasar harga pasar, karena di dalamnya
ht
tp
://
sudah dicakup pajak tak langsung neto.
4
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Provinsi Kepulauan Riau, Tahun 2010-2014
1.2
KEGUNAAN STATISTIK PDRB Data pendapatan regional adalah salah satu indikator makro yang dapat menunjukkan
kondisi perekonomian nasional setiap tahun. Manfaat yang dapat diperoleh dari data ini antara lain adalah: 1. PDRB harga berlaku nominal menunjukkan kemampuan sumber daya ekonomi yang dihasilkan oleh suatu negara. Nilai PDRB yang besar menunjukkan kemampuan sumber daya ekonomi yang besar, begitu juga sebaliknya. 2. PDRB harga konstan (riil) dapat digunakan untuk menunjukkan laju pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan atau setiap sektor dari tahun ke tahun.
id
3. Distribusi PDRB harga berlaku menurut sektor menunjukkan struktur perekonomian atau
o.
peranan setiap sektor ekonomi dalam suatu negara. Sektor-sektor ekonomi yang
ps
.g
mempunyai peran besar menunjukkan basis perekonomian suatu negara.
i.b
4. PDRB harga berlaku menurut pengeluaran menunjukkan produk barang dan jasa digunakan untuk tujuan konsumsi akhir, investasi dan diperdagangkan dengan pihak luar
ke
pr
negeri.
://
5. Distribusi PDRB menurut pengeluaran menunjukkan peranan kelembagaan dalam
ht
tp
menggunakan barang dan jasa yang dihasilkan oleh berbagai sektor ekonomi. 6. PDRB pengeluaran atas dasar harga konstan bermanfaat untuk mengukur laju pertumbuhan konsumsi akhir, investasi dan perdagangan luar negeri. 7. PDRB per kapita atas dasar harga berlaku menunjukkan nilai PDRB per kepala atau per satu orang penduduk. 8. PDRB per kapita atas dasar harga konstan berguna untuk mengetahui pertumbuhan nyata ekonomi per kapita penduduk suatu wilayah.
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Provinsi Kepulauan Riau, Tahun 2010-2014
5
id o. .g ps i.b pr ke :// tp ht 6
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Provinsi Kepulauan Riau, Tahun 2010-2014
ht
tp
://
ke
pr
i.b
ps
.g
o.
id
BAB II METODE ESTIMASI DAN SUMBER DATA
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Provinsi Kepulauan Riau, Tahun 2010-2014
7
id o. .g ps i.b pr ke :// tp ht 8
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Provinsi Kepulauan Riau, Tahun 2010-2014
2.1
PENGELUARAN KONSUMSI AKHIR RUMAH TANGGA
i.
Pendahuluan Sektor rumah tangga mempunyai peran yang cukup besar dalam perekonomian. Hal ini
tercermin dari besarnya sumbangan konsumsi rumah tangga dalam pembentukan PDRB pengeluaran. Di samping berperan sebagai konsumen akhir barang dan jasa, rumah tangga juga berperan sebagai produsen dan penyedia faktor produksi untuk aktivitas produksi yang dilakukan oleh sektor institusi lain. ii.
Konsep dan definisi Pengeluaran konsumsi akhir rumah tangga (PKRT) adalah pengeluaran atas barang dan
jasa oleh rumah tangga untuk tujuan konsumsi. Rumah tangga didefinisikan sebagai individu atau kelompok individu yang tinggal bersama dalam suatu bangunan tempat tinggal. Mereka
id
mengumpulkan pendapatan, dapat memiliki harta dan kewajiban, serta mengkonsumsi barang
.g
Cakupan
ps
iii.
o.
dan jasa secara bersama-sama, utamanya kelompok makanan dan perumahan.
i.b
PKRT mencakup seluruh pengeluaran atas barang dan jasa oleh residen suatu wilayah, baik yang dilakukan di dalam maupun di luar wilayah domestik suatu region. Jenis-jenis
pr
barang dan jasa yang dikonsumsi diklasifikasikan menurut COICOP (Classifications of
ke
Individual Consumption by Purpose) seperti yang direkomendasikan oleh UN (United Nations),
://
sebagai berikut:
Makanan dan minuman tidak beralkohol
2.
Minuman beralkohol, tembakau dan narkotik
3.
Pakaian dan alat kaki
4.
Perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar lainnya
5.
Furniture, perlengkapan rumahtangga dan pemeliharaan rutin
6.
Kesehatan
7.
Angkutan
8.
Komunikasi
9.
Rekreasi/hiburan dan kebudayaan
ht
tp
1.
10. Pendidikan 11. Penyediaan makan minum dan penginapan/hotel 12. Barang dan jasa lainnya
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Provinsi Kepulauan Riau, Tahun 2010-2014
9
Namun karena keterbatasan data, maka 12 COICOP tersebut dikelompokkan kembali manjadi hanya 7 COICOP, yaitu: 1. Makanan, Minuman, dan Rokok 2. Pakaian dan Alas Kaki 3. Perumahan, Perkakas, Perelngkapan dan Penyelenggaraan Rumah Tangga 4. Kesehatan dan Pendidikan 5. Transportasi, Komunikasi, Rekreasi, dan Budaya 6. Hotel dan Restoran 7. Lainnya Konsumsi rumah tangga mencakup juga hal-hal sebagai berikut:
id
Imputasi jasa persewaan rumah milik sendiri (owner occupied dwellings);
o.
Nilai perkiraan sewa rumah milik sendiri harus diperhitungkan karena rumah tangga
.g
pemilik, dianggap menghasilkan jasa persewaan rumah bagi dirinya sendiri. Imputasi
ps
sewa rumah diperkirakan atas dasar harga pasar, meskipun status rumah tersebut milik
i.b
sendiri. Apabila rumah tangga benar-benar menyewa, maka yang dihitung adalah biaya
pr
sewa yang dibayar, baik dibayar penuh maupun tidak penuh karena mendapat
ke
keringanan biaya (subsidi atau transfer);
://
Barang yang diproduksi dan digunakan sendiri;
ht
tp
Pemberian/hadiah dalam bentuk barang yang diterima dari pihak lain; Barang dan jasa yang dibeli langsung (direct purchase) oleh residen di luar wilayah atau di luar negeri (diperlakukan sebagai impor). Terdapat beberapa catatan yang perlu dikatahui berkaitan dengan PKRT ini, yaitu: Pembelian langsung oleh non-residen, diperlakukan sebagai ekspor dari wilayah tersebut). Pembelian barang yang tidak diproduksi kembali (diduplikasi), seperti barang antik, lukisan, dan hasil karya seni lainnya diperlakukan sebagai investasi atas barang berharga, bukan konsumsi rumah tangga. Pengeluaran rumah tangga untuk keperluan biaya antara dan pembentukan modal di dalam aktivitas usaha rumah tangga, tidak termasuk dalam pengeluaran konsumsi 10
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Provinsi Kepulauan Riau, Tahun 2010-2014
rumah tangga. Contoh, pembelian barang dan jasa untuk keperluan usaha, perbaikan besar rumah, dan pembelian rumah. Pengeluaran untuk keperluan transfer baik dalam bentuk uang atau barang, tidak termasuk sebagai pengeluaran konsumsi rumah tangga. iv.
Penghitungan PKRT Tahunan 1. Sumber data Sumber data yang digunakan untuk mengestimasi PKRT adalah :
Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) BPS, dalam bentuk pengeluaran konsumsi per-kapita seminggu untuk makanan, dan pengeluaran per-kapita sebulan untuk kelompok bukan makanan, Jumlah penduduk pertengahan tahun,
Data Sekunder (dari BPS maupun dari luar BPS), dalam bentuk data atau indikator
o.
id
ps
Indeks Harga Konsumen (IHK).
i.b
.g
suplai komoditas dan jenis pengeluaran tertentu,
pr
2. Metode penghitungan
ke
Penghitungan PKRT didasarkan pada hasil Susenas. Akan tetapi, karena hasil
://
estimasi data pengeluaran rumah tangga yang berasal dari Susenas cenderung
tp
underestimate (terutama untuk kelompok bukan makanan dan kelompok makanan jadi),
ht
maka perlu dilakukan penyesuaian (adjustment). Dalam melakukan adjustment, digunakan data sekunder dalam bentuk data atau indikator suplay dari berbagai sumber data di luar Susenas. Setelah diperoleh hasil adjustment, maka yang dilakukan adalah mengganti hasil Susenas dengan hasil penghitungan yang didasarkan pada data sekunder. Penggantian dilakukan pada level komoditas, kelompok komoditas, atau jenis pengeluaran tertentu. Hal ini dilakukan karena hasil penghitungan dari data sekunder dianggap lebih mencerminkan PKRT yang sebenarnya. Langkah penghitungan di atas menghasilkan besarnya PKRT atas dasar harga berlaku (ADHB). PKRT atas dasar harga konstan (ADHK) 2010, diperoleh dengan cara men-deflate PKRT ADHB dengan IHK tahun dasar 2010. Untuk lebih jelasnya, langkah langkah penghitungan PKRT dapat diringkas sebagai berikut: 1.
Estimasi PKRT hasil Susenas:
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Provinsi Kepulauan Riau, Tahun 2010-2014
11
a. Makanan = pengeluaran konsumsi perkapita seminggu x (30/7) x 12 x jumlah penduduk pertengahan tahun b. Bukan makanan = pengeluaran konsumsi perkapita sebulan x 12 x jumlah penduduk pertengahan tahun 2.
Data poin ke 1 dikelompokan menjadi 7 kelompok COICOP, dengan beberapa komoditas yang mungkin dikontrol secara tersendiri;
3.
Terhadap data poin ke 3 dilakukan koreksi dengan menggunakan data sekunder atau indikator suplai komoditas dari jenis pengeluaran tertentu; Diperoleh nilai PKRT tahun 2010 yang telah dilakukan adjustment;
5.
Susun Indeks Implisit berdasarkan IHK Kota (Provinsi/Kota terdekat);
6.
PKRT adh konstan 2010 diperoleh dengan membagi hasil poin ke 4 dengan hasil
id
4.
ps
.g
o.
poin ke 5.
PENGELUARAN KONSUMSI AKHIR LNPRT
i
Pendahuluan
pr
i.b
2.2
ke
Sektor Lembaga Non-Profit yang Melayani Rumah Tangga (LNPRT) muncul sebagai
://
sektor tersendiri dalam suatu perekonomian wilayah. Sektor ini berperan dalam menyediakan
tp
barang dan jasa bagi anggotanya maupun bagi rumah tangga secara gratis atau pada tingkat
ht
harga yang tidak berarti secara ekonomi. Harga yang tak berarti secara ekonomi artinya harga tersebut biasanya dibawah harga pasar (tidak mengikuti harga pasar yang berlaku). ii
Konsep dan definisi LNPRT merupakan bagian dari lembaga non profit (LNP). Sesuai dengan fungsinya,
LNP dibedakan atas LNP yang melayani rumah tangga dan LNP yang melayani bukan rumah tangga. Karakteristik unit LNP adalah sbb:
LNP umumnya adalah lembaga formal, tetapi terkadang merupakan lembaga informal yang keberadaannya diakui oleh masyarakat;
pengawasan terhadap jalannya organisasi dilakukan oleh anggota terpilih yang punya hak sama, termasuk hak bicara atas keputusan lembaga; 12
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Provinsi Kepulauan Riau, Tahun 2010-2014
setiap anggota mempunyai tanggung jawab tertentu dalam organisasi, dan tidak
berhak menguasai profit atau surplus, karena profit yang diperoleh dari kegiatan usaha produktif dikuasai oleh lembaga; kebijaksanaan lembaga diputuskan secara kolektif oleh anggota terpilih, dan
kelompok ini berfungsi sebagai pelaksana dari dewan pengurus; dan istilah nonprofit tidak berarti bahwa lembaga ini tidak dapat menciptakan surplus
melalui
kegiatan
produktifnya,
namun
surplus
yang
diperoleh
biasanya
diinvestasikan kembali pada aktivitas sejenis. LNPRT merupakan lembaga yang melayani anggotanya atau rumah tangga, serta tidak dikontrol oleh pemerintah. Anggota dari lembaga yang dimaksud disini adalah yang bukan berbentuk badan usaha. LNPRT dibedakan atas 7 jenis lembaga, yaitu: Organisasi Organisasi
sosial,
Organisasi
profesi,
Perkumpulan
sosial/
id
kemasyarakatan,
o.
kebudayaan/olahraga/ hobi, Lembaga swadaya masyarakat, Lembaga keagamaan, dan
Cakupan
ps
iii.
.g
Organisasi bantuan kemanusiaan/beasiswa.
i.b
Nilai PK-LNPRT sama dengan nilai output non-pasar yang dihasilkan LNPRT. Nilai
pr
output non pasar tersebut dihitung berdasarkan nilai seluruh pengeluaran LNPRT dalam
Konsumsi antara, contoh : pembelian alat tulis, barang cetakan, pembayaran listrik,
://
a.
ke
rangka melakukan kegiatan operasionalnya. Pengeluaran yang dimaksud terdiri dari:
tp
air, telepon, teleks, faksimili, biaya rapat, seminar, perjamuan, transportasi, bahan
ht
bakar, perjalanan dinas, belanja barang dan jasa lain, sewa gedung, sewa perlengkapan kantor, dll. b.
Kompensasi tenaga kerja, contoh: upah, gaji, lembur, honor, bonus dan tunjangan lainnya.
iv.
c.
Penyusutan.
d.
Pajak lainnya atas produksi (dikurangi subsidi), contoh: PBB, STNK, BBN dll.
Penghitungan PK-LNPRT Tahunan 1. Sumber data Hasil Survei Khusus Lembaga Non-profit (SK-LNP).
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Provinsi Kepulauan Riau, Tahun 2010-2014
13
Informasi yang diperoleh dari hasil SKLNP adalah rata-rata pengeluaran menurut jenis lembaga dan jenis pengeluaran. Hasil up-dating direktori LNPRT. Informasi yang diperoleh dari hasil up-dating direktori LNPRT adalah jumlah populasi LNPRT menurut jenis lembaga. Indeks Harga Konsumen (IHK)
2. Metode penghitungan PK-LNPRT diestimasi dengan menggunakan metode langsung, yaitu menggunakan hasil SKLNP. Tahapan estimasi PK-LNPRT adalah sbb :
Menghitung rata-rata pengeluaran menurut jenis lembaga dan jenis pengeluaran
id
(barang dan jasa). Barang dan jasa yang diperoleh secara cuma-cuma, nilainya
o.
diperkirakan sesuai harga pasar yang berlaku. Rata-rata pengeluaran lembaga
ps
xij
i.b
xij
.g
menurut jenis-nya dihitung dengan rumus sebagai berikut :
pr
ni
ke
x ij : Rata-rata pengeluaran menurut jenis lembaga dan jenis pengeluaran
://
xij : PK-LNPRT hasil survei menurut jenis lembaga dan jenis pengeluaran
tp
ni : Jumlah sampel LNPRT menurut jenis lembaga : Jenis lembaga LNPRT, i = 1, 2, 3, …, 7
ht
i
j : jenis pengeluaran LNPRT, j = 1, 2, 3, …, 19
Mengestimasi PK-LNPRT, dengan menggunakan rumusan sebagai berikut:
X
7
19
i 1
j 1
x ij N i
X : PK-LNPRT adh Berlaku N i : Populasi LNPRT menurut jenis lembaga Hasil penghitungan di atas akan diperoleh besarnya PK-LNPRT atas dasar harga berlaku (ADHB). PK-LNPRT atas dasar harga konstan (ADHK) 2010, diperoleh dengan cara men-deflate PK-LNPRTADHB dengan IHK tahun dasar 2010. 14
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Provinsi Kepulauan Riau, Tahun 2010-2014
2.3 PENGELUARAN KONSUMSI AKHIR PEMERINTAH i.
Pendahuluan Unit pemerintah adalah unit institusi yang dibentuk melalui proses politik, serta
mempunyai kekuasaan di bidang lembaga legislatif, yudikatif maupun eksekutif atas unit institusi lain yang berada di dalam batas-batas wilayah suatu negara/wilayah. Pemerintah juga mempunyai berbagai peran dan fungsi lainnya, seperti sebagai penyedia barang dan jasa bagi kelompok atau individu rumah tangga, sebagai pemungut dan pengelola pajak atau pendapatan lainnya, berfungsi mendistribusikan pendapatan atau kesejahteraan melalui aktivitas transfer, serta terlibat di dalam produksi non-pasar. Dalam suatu perekonomian, unit pemerintah bisa berperan sebagai konsumen maupun produsen, serta sebagai regulator yang menetapkan berbagai kebijakan di bidang fiskal dan
id
moneter. Sebagai konsumen, pemerintah akan melakukan aktivitas konsumsi atas barang dan
o.
jasa akhir. Sedangkan sebagai produsen, pemerintah akan melakukan aktivitas memproduksi
ps
Konsep dan Definisi
i.b
ii.
.g
barang dan jasa maupun aktivitas investasi.
pr
Besarnya nilai pengeluaran konsumsi akhir pemerintah (PK-P) sama dengan nilai
ke
produksi barang dan jasa yang dihasilkan pemerintah untuk dikonsumsi pemerintah itu
://
sendiri. PK-P mencakup pembelian barang dan jasa yang bersifat rutin, pembayaran upah dan
tp
gaji pegawai, transfer sosial dalam bentuk barang, perkiraan penyusutan barang modal, dan
ht
nilai output dari Bank Kepulauan Riau, dikurangi dengan nilai penjualan barang dan jasa yang dihasilkan unit produksi yang tidak dapat dipisahkan dari aktivitas pemerintahan. Aktivitas unit produksi pemerintah yang tidak dapat dipisahkan dari aktivitas pemerintahan secara umum, mencakup kegiatan sebagai berikut: 1. Memproduksi barang yang sama atau sejenis dengan barang yang diproduksi oleh perusahaan. Contoh, aktivitas pencetakan publikasi, kartu pos, reproduksi karya seni, pembibitan tanaman di kebun percobaan dan sebaginya. Aktivitas menjual barangbarang semacam itu bersifat insidentil dari fungsi pokok unit pemerintah. 2. Memproduksi jasa. Contoh, aktivitas penyelenggaraan rumah sakit, sekolah, perguruan tinggi, museum, perpustakaan, tempat rekreasi dan penyimpanan hasil karya seni yang dibiayai oleh pemerintah. Dalam hal ini pemerintah memungut biaya yang umumnya
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Provinsi Kepulauan Riau, Tahun 2010-2014
15
tidak lebih dari seluruh biaya yang dikeluarkan. Pendapatan yang diterima dari aktivitas semacam ini disebut sebagai penerimaan non-komoditi (pendapatan jasa). iii.
Cakupan Sektor pemerintahan terdiri dari pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Dalam
melakukan aktivitasnya, unit pemerintah pusat akan mengacu pada dokumen Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), sedangkan unit pemerintah daerah (baik Provinsi, Kabupaten/Kota, maupun Desa) mengacu pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Pemerintah Daerah (APBD). Pengeluaran konsumsi akhir pemerintah (PK-P) Provinsi mencakup : a. PK-Pemerintah Kabupaten/Kota yang berada di wilayah provinsi; b. PK-Pemerintah Provinsi yang bersangkutan; c. PK-Pemerintah Pusat yang merupakan bagian dari pemerintah Provinsi; d.
Sumber Data
ps
1.
.g
Penghitungan PDRB Tahunan
i.b
Data dasar yang digunakan untuk menghitung PK-P Provinsi Tahunan adalah:
pr
a. Data realisasi APBN Tahunan (Kemenkeu)
ke
b. Data realisasi APBD Tahunan (Kemenkeu)
://
c. Statistik Keuangan Daerah (BPS)
tp
d. Output Bank Kepulauan Riau (BI) e. Gaji Pegawai Negeri Sipil (PNS) dari Kementrian Keuangan serta Indeks Harga dari BPS. 2.
ht
iv.
o.
id
PK-Pemerintah Desa/Kelurahan/Nagari yang ada di wilayah Provinsi bersangkutan.
Metode Penghitungan a.
PK-P Provinsi adh Berlaku Secara umum, PK-P adh Berlaku dihitung menggunakan rumusan berikut:
PK-P adh Berlaku= Output non pasar–penjualan barang dan jasa + output Bank Kepulauan Riau
Output non-pasar dihitung dengan pendekatan biaya yg dikeluarkan, yaitu : Belanja pengadaan barang/jasa, bantuan sosial dalam bentuk barang (yang dibeli dengan harga pasar ), belanja pegawai, dan penyusutan. 16
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Provinsi Kepulauan Riau, Tahun 2010-2014
Untuk level provinsi, PK-P Provinsi adh Berlaku, dihitung berdasarkan penjumlahan dari pengeluaran akhir konsumsi pemerintah provinsi itu sendiri + pengeluaran akhir konsumsi pemerintah seluruh pemerintahan Kabupaten/Kota yang ada di wilayah provinsi tersebut + pengeluaran akhir seluruh pemerintah desa/kelurahan/nagari yang ada di wilayah provinsi tersebut + pengeluaran pemerintah pusat yang menjadi bagian dari provinsi yang bersangkutan. b.
PK-P Provinsi adh Konstan Pengeluaran konsumsi pemerintah adh Konstan dihitung dengan menggunakan metode deflasi. Deflator yang digunakan adalah Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB) umum tanpa ekspor, Indeks Upah, Indeks Implisit dari Produk Domestik Bruto komponen Pembentukan Modal Tetap Bruto, Indeks Harga Konsumen
.g
o.
id
(IHK) umum.
Pendahuluan
i.b
i
ps
2.4 PEMBENTUKAN MODAL TETAP BRUTO (PMTB)
pr
Aktivitas investasi merupakan salah satu faktor utama yang akan mempengaruhi
ke
perkembangan ekonomi suatu negara/wilayah. Investasi disini terdiri dari investasi fisik dan
://
investasi finansial. Dalam konteks PDB/PDRB, aktivitas investasi fisik ini tercermin pada
tp
komponen Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) dan Perubahan Inventori.
ht
PMTB erat kaitannya dengan keberadaan aset tetap (fixed asset) yang dilibatkan dalam proses produksi. Secara garis besar aset tetap dapat diklasifikasi menurut jenis barang modal seperti: bangunan dan konstruksi lain, mesin dan perlengkapan, kendaraan, tumbuhan, ternak, dan barang modal lainnya. ii
Konsep dan definisi PMTB didefinisikan sebagai penambahan dan pengurangan aset tetap pada suatu unit
produksi, dalam kurun waktu tertentu. Penambahan barang modal mencakup pengadaan, pembuatan, pembelian, sewa beli (financial leasing) barang modal baru dari dalam negeri serta barang modal baru dan bekas dari luar negeri (termasuk perbaikan besar, transfer atau barter barang modal), dan pertumbuhan aset sumberdaya hayati yang dibudidaya. Sedangkan pengurangan barang modal mencakup penjualan, transfer atau barter, dan sewa beli (financial PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Provinsi Kepulauan Riau, Tahun 2010-2014
17
leasing) barang modal bekas pada pihak lain. Pengecualian kehilangan yang disebabkan oleh bencana alam tidak dicatat sebagai pengurangan. Barang modal mempunyai usia pakai lebih dari satu tahun, serta akan mengalami penyusutan sepanjang usia pakainya. Istilah ”bruto”mengindikasikan bahwa di dalamnya masih mengandung unsur penyusutan. Penyusutan atau konsumsi barang modal (Consumption of Fixed Capital) menggambarkan penurunan nilai barang modal yang digunakan dalam proses produksi secara normal selama satu periode. iii
Cakupan PMTB terdiri dari: 1. Penambahan dikurangi pengurangan aset (harta) baik barang baru maupun barang bekas, seperti bangunan tempat tinggal, bangunan bukan tempat tinggal, bangunan
id
lainnya, mesin & perlengkapan, alat transportasi, aset tumbuhan dan hewan yang
o.
dibudidaya (cultivated asset), produk kekayaan intelektual (intellectual property
.g
products), dan sebagainya;
ps
2. Biaya alih kepemilikan aset non-finansial yang tidak diproduksi, seperti lahan dan
i.b
aset yang dipatenkan;
(seperti
overhaul
mesin
ke
pakainya
pr
3. Perbaikan besar aset, yang bertujuan meningkatkan kapasitas produksi dan usia produksi,
reklamasi
pantai,
pembukaan,
Penghitungan PMTB Tahunan 1. Sumber data
ht
iv
tp
://
pengeringan dan pengairan hutan, serta pencegahan banjir dan erosi).
a. Output industri konstruksi hasil penghitungan PDRB menurut industri konstruksi dari BPS Prov/Kabupaten/Kota. b. Nilai impor 2 digit HS, yang merupakan barang modal impor dari KPPBC (Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea Cukai) setempat. c.
Indeks Produksi Industri Besar Sedang dari Statistik Industri Kecil & Rumah tangga (level provinsi).
d. Laporan keuangan perusahaan. e. Publikasi Statistik Industri Besar dan Sedang level provinsi. f. 18
IHPB dari Statistik Harga Perdagangan Besar. PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Provinsi Kepulauan Riau, Tahun 2010-2014
g. Publikasi Statistik Pertambangan dan Penggalian (migas dan non-migas). h. Publikasi Statistik Listrik, Gas & Air Minum. i.
Publikasi Statistik Konstruksi.
j.
Data Eksplorasi Mineral dari Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).
k. Statistik Peternakan, Ditjen Peternakan. 3. Metode penghitungan Penghitungan PMTB dapat dilakukan melalui metode langsung maupun tidak langsung, tergantung pada ketersediaan data yang mungkin diperoleh di wilayah masing-masing. Pendekatan “langsung” adalah dengan cara menghitung pembentukan modal (harta tetap) yang dilakukan oleh berbagai sektor ekonomi (produsen) secara langsung. Sedangkan
o.
id
pendekatan “tidak langsung” adalah dengan menghitung berdasarkan alokasi dari total
.g
penyediaan produk (barang dan jasa) yang menjadi barang modal di berbagai industri, atau
ps
disebut sebagai pendekatan “arus komoditas”. Dalam hal ini penyediaan atau “supply” dari
i.b
barang modal dapat berasal dari produksi dalam negeri (domestik) maupun dari produk luar
pr
negeri (impor).
ke
Pendekatan Langsung
://
Penghitungan PMTB secara langsung dilakukan dengan cara menjumlahkan seluruh
tp
nilai PMTB yang terjadi di setiap industri (lapangan usaha). Barang modal tersebut dinilai atas
ht
dasar harga (adh) pembelian, di dalamnya sudah termasuk biaya-biaya yang dikeluarkan, seperti biaya transportasi, biaya instalasi, pajak-pajak, serta biaya lain yang terkait dengan pengadaan barang modal tersebut. Bagi barang modal yang berasal dari impor di dalamnya termasuk bea masuk dan pajak-pajak yang terkait dengan pengadaan atau alih kepemilikan barang modal tersebut. Pada dasarnya data untuk penghitungan PMTB secara langsung dapat diperoleh dari laporan keuangan perusahaan. Data yang tersedia meliputi informasi/data tentang perubahan atas aset tetap (PMTB) yang dinilai adh berlaku atau harga pembelian (perolehan). Untuk memperoleh nilai PMTB adh Konstan, maka PMTB adh Berlaku tersebut di-deflate (dibagi) dengan indeks harga perdagangan besar (IHPB) yang sesuai dengan kelompok barang modal.
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Provinsi Kepulauan Riau, Tahun 2010-2014
19
Pendekatan Tidak Langsung Penghitungan PMTB dengan cara tidak langsung, disebut sebagai pendekatan arus komoditas (commodity flow approach). Pendekatan ini dilakukan dengan cara menghitung nilai penyediaan produk barang yang dihasilkan oleh berbagai industri (supply), yang kemudian sebagian di antaranya dialokasi menjadi barang modal. Penghitungan PMTB dalam bentuk bangunan, dilakukan dengan menggunakan rasio tertentu dari nilai output industri konstruksi, baik adh Berlaku maupun adh Konstan. Penghitungan PMTB dalam bentuk mesin, alat angkutan dan barang modal lainnya dibedakan atas barang modal yang berasal dari produksi domestik, dan yang berasal dari impor. Untuk barang modal domestik, dapat diperoleh dengan dua cara. Pertama, dengan mengalokasi output mesin, alat angkutan dan barang modal lain yang menjadi pembentukan modal. Nilai tersebut masih harus ditambah dengan biaya angkut dan margin perdagangan,
id
sehingga diperoleh PMTB adh Berlaku. Untuk memperoleh nilai adh Konstan adalah dengan
.g
o.
men-deflate PMTB (adh Berlaku) dengan IHPB yang sesuai dengan jenis barang modal.
ps
Pendekatan ke dua, yang harus dilakukan bila data output tidak tersedia adalah dengan
i.b
cara “ekstrapolasi” atau mengalikan PMTB adh Konstan dengan indeks produksi jenis barang
pr
modal yang sesuai. Untuk itu penghitungan PMTB diawali dengan menghitung PMTB adh
ke
Konstan terlebih dahulu. Selanjutnya untuk memperoleh PMTB adh Berlaku, nilai PMTB adh Konstan tersebut di-reflate (dikalikan) dengan indeks harga masing-masing jenis barang modal
://
yang sesuai (sebagai inflator). Hal ini mensyaratkan bahwa PMTB adh Konstan di tahun-tahun
ht
tp
sebelumnya sudah tersedia secara lengkap.
Penghitungan PMTB dalam bentuk mesin, alat angkutan dan barang modal lain yang berasal dari impor,dilakukan dengan menggunakan 2 (dua) cara. Pertama, PMTB adh Berlaku diperoleh dari total nilai barang impor. Selanjutnya, barang modal tersebut dirinci menurut kelompok utama seperti mesin-mesin, alat angkutan dan barang modal lain. Apabila rician tersebut tidak tersedia dapat digunakan rasio tertentu sebagai alokator (barang modal impor kode HS 2 digit). Kedua, untuk memperoleh PMTB adh Konstan adalah dengan cara men-deflate PMTB adh Berlaku dengan menggunakan indeks harga yang sesuai. PMTB adh Berlaku untuk barang modal tak-berwujud seperti eksplorasi mineral, dihitung dengan cara mengumpulkan data laporan keuangan perusahaan terbuka di bidang industri pertambangan. Dengan menggunakan data panel, pertumbuhan adh Berlaku dari 20
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Provinsi Kepulauan Riau, Tahun 2010-2014
aktivitas pertambangan itu menjadi pengali nilai eksplorasi mineral pada periode sebelumnya. Sedangkan PMTB adh Konstan-nya diperoleh dengan men-deflate nilai adh Berlaku dengan indeks implisit dari PDRB industri pertambangan. Selain itu, data dari ESDM dan BP Migas diharapkan menjadi dasar atau data kontrol untuk data tahunannya. Untuk perangkat lunak, PMTB adh Berlaku diperoleh dengan cara mengumpulkan data laporan keuangan perusahaan terbuka di bidang software. Untuk adh Konstan diperoleh dengan men-deflate nilai adh Berlaku dengan indeks implisit industri jasa perusahaan. Penghitungan PMTB hasil karya hiburan, sastra, dan seni original (entertainment, literary, or artistic original products), data dikumpulkan adalah nilai sinetron dan program acara televisi yang dapat dibuat. Sedangkan data Impor film diperoleh dari nilai impor film. PMTB adh Konstannya diperoleh dengan cara men-deflate nilai adh Berlaku dengan indeks implisit
id
industri jasa hiburan dan IHPB barang impor.
.g
pendekatan tak-langsung (arus komoditas), yaitu:
o.
Terdapat beberapa permasalahan yang terjadi dalam penghitungan PMTB melalui
ps
a. Rasio penggunaan output industri yang menjadi barang modal cenderung statis. Untuk
i.b
memperbaiki diperlukan survei dalam skala yang besar.
pr
b. Nilai margin perdagangan dan angkutan (Trade and Transport Margin) sulit diperoleh.
ke
c. Selang (Lag) waktu antara data tahun pengukuran (referensi) dengan data publikasi yang
tp
://
diperoleh dari sumber data tertentu, terlalu lama.
ht
2.5 PERUBAHAN INVENTORI i
Pendahuluan Dalam aktivitas ekonomi, inventori berfungsi sebagai salah satu komponen yang
dibutuhkan untuk keberlangsungan proses produksi, di samping tenaga kerja dan barang modal. Dalam
PDB/PDRB,
komponen
Perubahan
Inventori
merupakan
bagian
dari
Pembentukan Modal Bruto, atau yang lebih dikenal sebagai investasi fisik yang terjadi pada kurun waktu tertentu di dalam suatu wilayah. Perubahan inventori menggambarkan bagian dari investasi yang direalisasikan dalam bentuk barang jadi, barang setengah jadi, serta bahan baku dan bahan penolong pada satu periode tertentu. Ketersediaan data perubahan inventori menjadi penting untuk memenuhi kebutuhan analisis tentang aktivitas investasi. PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Provinsi Kepulauan Riau, Tahun 2010-2014
21
ii
Konsep dan definisi Pengertian sederhana dari inventori (persediaan) adalah barang yang dikuasai oleh
produsen untuk tujuan diolah lebih lanjut (intermediate consumption) menjadi barang dalam bentuk lain, yang punya nilai ekonomi maupun nilai manfaat yang lebih tinggi. Termasuk dalam pengertian ini adalah barang yang masih dalam proses pengerjaan (work in progress), serta barang jadi yang belum dipasarkan dan masih dikuasai oleh pihak produsen. Perubahan inventori adalah selisih antara nilai inventori pada akhir periode akuntansi dengan nilai inventori pada awal periode akuntansi. Perubahan inventori menjelaskan tentang perubahan posisi barang inventori, yang dapat bermakna pertambahan (tanda positif) atau pengurangan (bertanda negatif). Bagi produsen, keberadaan inventori diperlukan untuk menjaga kelangsungan proses
id
produksi, sehingga perlu pencadangan baik dalam bentuk bahan baku atau bahan penolong.
o.
Ketidakpastian yang disebabkan pengaruh eksternal juga menjadi faktor pertimbangan bagi
.g
pengusaha untuk melakukan pencadangan (khususnya bahan baku). Bagi pedagang,
ps
pengadaan inventori lebih dipengaruhi oleh unsur spekulatif dengan harapan untuk
i.b
memperoleh keuntungan yang lebih besar. Sedangkan bagi pemerintah, kebijakan
pr
pencadangan khususnya komoditas strategis utamanya ditujukan untuk menjaga stabilitas
ke
ekonomi, politik dan sosial. Karena menyangkut kepentingan masyarakat luas (publik), maka perlu ada pencadangan untuk beberapa komoditas bahan pokok seperti beras, terigu, minyak
://
goreng dan gula pasir. Bagi rumah tangga pengadaan inventori lebih ditujukan untuk
iii
Cakupan
ht
tp
kemudahan dalam mengatur perilaku konsumsinya saja.
Inventori dapat diklasifikasikan menurut jenis barang adalah sebagai berikut : a.
Inventori menurut industri, seperti produk atau hasil perkebunan, kehutanan, perikanan, pertambangan, industri pengolahan, gas kota, air bersih, serta konstruksi;
b.
Berbagai jenis bahan baku dan penolong (material and supplies), yaitu semua bahan, komponen atau persediaan untuk diproses lebih lanjut menjadi barang jadi;
c.
Barang jadi, yaitu barang yang telah diproses tetapi belum terjual atau belum digunakan, termasuk barang yang dijual dalam bentuk yang sama seperti pada waktu dibeli;
d.
Barang setengah jadi, yaitu barang-barang yang sebagian telah diolah atau belum 22
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Provinsi Kepulauan Riau, Tahun 2010-2014
selesai (tidak termasuk konstruksi yang belum selesai). e.
Barang dagangan yang masih dikuasai oleh pedagang besar maupun pedagang eceran untuk tujuan dijual;
f.
Ternak untuk tujuan dipotong;
g.
Pengadaan barang oleh pedagang untuk tujuan dijual atau dipakai sebagai bahan bakar atau persediaan; dan
h.
Persediaan pada pemerintah, yang mencakup barang strategis seperti beras, kedelai, gula pasir, dan gandum.
iv
Penghitungan Perubahan Inventori Tahunan 1.
Sumber data
Laporan keuangan perusahaan-perusahaan terkait dari survei atau dari mengunduh
o.
id
Sumber data yang digunakan untuk penghitungan komponen perubahan inventori adalah :
ps
.g
website Bursa Efek Kepulauan Riau (www.idx.co.id); Laporan Keuangan Perusahaan BUMN/BUMD;
Data komoditas pertambangan dari publikasi statistik pertambangan dan penggalian;
Data Inventori Publikasi Tahunan Industri Besar Sedang;
Data komoditas perkebunan;
Indeks harga implisit PDRB industri terpilih;
Indeks harga perdagangan besar (IHPB) terpilih;
Data eksternal lain, seperti data persediaan beras dari Bulog, data semen dari Asosiasi
ht
tp
://
ke
pr
i.b
Semen Kepulauan Riau (ASI), gula dari Dewan Gula Kepulauan Riau (DGI), dan ternak dari Ditjennak Kementan. 2.
Metode Penghitungan Terdapat 2 metode yang digunakan dalam penghitungan komponen perubahan
inventori, yaitu pendekatan langsung dan pendekatan tidak langsung. Pendekatan langsung adalah pendekatan dari sisi “korporasi”, sedangkan pendekatan tidak langsung adalah pendekatan dari sisi “komoditas”.
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Provinsi Kepulauan Riau, Tahun 2010-2014
23
Di lihat dari sisi manfaatnya, pendekatan secara langsung menghasilkan data yang relatif lebih baik dibanding dengan pendekatan tidak langsung. Pendekatan komoditas hanya dapat dilakukan jika data posisi inventori tersedia secara rinci dan berkesinambungan. Pendekatan Langsung Dengan menggunakan pendekatan langsung, akan diperoleh nilai posisi inventori di suatu waktu tertentu (umumnya di akhir tahun). Sumber data utama adalah laporan neraca akhir tahun (balance sheet) perusahaan. Untuk memperoleh nilai perubahan inventori adh berlaku, diperlukan data inventori di tahun yang berurutan. Langkah penghitungan inventori dari laporan keuangan, adalah sebagai berikut :
menghitung posisi inventori adh Konstan, dengan cara men-deflate stok awal dan akhir dengan IHPB akhir tahun; menghitung perubahan inventori adh Konstan dengan mengurangkan posisi di tahun
id
menghitung perubahan inventori adh Berlaku dengan meng-inflate perubahan
.g
o.
berjalan dengan di tahun sebelumnya; dan
i.b
ps
inventori adh Konstan dengan IHPB rata-rata tahunan.
pr
Pendekatan Tidak Langsung
ke
Pendekatan tidak langsung disebut juga dengan pendekatan arus komoditas (commodity
://
flow). Data utama yang digunakan adalah data volume dan harga masing-masing barang
tp
inventori. Nilai perubahan barang inventori adh Berlaku diperoleh dengan cara menghitung
ht
perubahan volume stok akhir dan stok awal dikalikan rata-rata harga pembelian, atau harga penjualan bila data harga pembelian tidak tersedia. Perubahan barang inventori adh Konstan dihitung dengan: a. Men-deflate nilai perubahan inventori adh Berlaku dengan indeks harga yang sesuai, b. mengalikan perubahan volume stok akhir dan stok awal dikalikan dengan harga barang di tahun dasar. Keterbatasan dan masalah yang dihadapi di dalam menghitung komponen Perubahan Inventori adalah bahwa :
Data inventori yang dibutuhkan adalah dalam bentuk posisi atau pada satu saat untuk periode waktu yang berurutan;
Tidak seluruh komoditas inventori tersedia data volume dan harganya;
Data perubahan inventori yang tersedia dalam bentuk volume umumnya tidak disertai data harganya. Jika data harga inventori tidak tersedia, maka dapat diasumsikan indeks 24
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Provinsi Kepulauan Riau, Tahun 2010-2014
harga komoditas inventori mengikuti indeks implisit PDRB yang sesuai;
Diperlukan adjustment dengan cara me-mark-up untuk melengkapi estimasi untuk industri yang datanya tidak tersedia;
2.6. EKSPOR IMPOR i
Pendahuluan Aktivitas ekspor-impor dalam suatu wilayah diyakini telah terjadi sejak lama, bahkan
sebelum wilayah itu ditetapkan sebagai wilayah pemerintah. Ragam barang dan jasa yang diproduksi serta disparitas harga, menjadi faktor utama munculnya aktivitas ekspor impor. Daerah yang tidak dapat memenuhi kebutuhannya sendiri, berusaha mendatangkan dari daerah atau bahkan negara lain. Di sisi lain, daerah yang memproduksi barang dan jasa melebihi dari kebutuhan domestik, terdorong untuk memperluas pasar ke luar daerah atau
o.
id
bahkan ke luar negeri.
.g
Seiring perkembangan zaman, aktivitas produksi dan permintaan masyarakat atas
ps
barang dan jasa semakin meningkat dan beragam. Kemajuan di bidang transportasi dan
i.b
komunikasi juga turut memperlancar arus distribusi barang dan jasa. Kondisi tersebut semakin
Konsep dan definisi
ke
ii
pr
mendorong aktivitas ekspor-impor di suatu wilayah menjadi semakin berkembang.
://
Ekspor-impor di suatu wilayah didefiniskan sebagai alih kepemilikan ekonomi (baik
tp
penjualan/pembelian, barter, hadiah ataupun hibah) atas barang dan jasa antara residen
iii
Cakupan
ht
wilayah tersebut dengan non-residen yang berada di luar wilayah tersebut.
Ekspor-Impor pada suatu wilayah terdiri dari: a.
Ekspor/impor barang dari/ke Luar Negeri ke/dari provinsi tersebut
b.
Ekspor/impor jasa dari/ke Luar Negeri ke/dari provinsi tersebut Cakupan jasa meliputi jasa pengangkutan, asuransi, komunikasi, pariwisata, dan jasa lainnya
c.
Net Ekspor antar daerah -
Ekspor antar daerah
-
Impor antar daerah
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Provinsi Kepulauan Riau, Tahun 2010-2014
25
iv 1.
Penghitungan Ekspor-Impor Tahunan Sumber data a. Data Statistik Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB) dari BPS (dalam US$), b. Data Statistik Pemberitahuan Impor Barang (PIB) dari BPS (dalam US$), c. Neraca Pembayaran dari BI, d. Laporan Simopel, yaitu laporan (bulanan) bongkar muat barang di pelabuhan, e. Informasi lalu-lintas barang yang keluar-masuk provinsi di jembatan timbang, f. Informasi lalu-lintas barang yang keluar-masuk provinsi dari hasil survei, g. Kurs transaksi rata-rata tertimbang dari Bank Indonesia.
2.
Metode Penghitungan Ekspor-Impor barang luar negeri dinilai menurut harga free on board (fob) dalam US$.
id
Penghitungan ekspor barang luar negeri dilakukan dengan mengalikan nilai barang (sesuai
.g
o.
PEB) dengan kurs transaksi beli rata-rata tertimbang. Sedangkan Impor barang luar negeri
ps
dilakukan dengan mengalikan nilai barang (sesuai PIB) dengan kurs transaksi jual rata-rata
i.b
tertimbang. Nilai ekspor-impor jasa berasal dari Neraca Pembayaran Kepulauan Riau (NPI) yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia. Disamping itu nilai ekspor-impor tersebut masih
pr
ditambah/dikurangi dengan nilai pembelian langsung (direct purchase) dan transaski yang
ke
tidak terdokumentasi (undocumented trasnsaction) baik oleh residen maupun non residen.
ht
tp
usaha dengan PDRB pengeluaran.
://
Sedangkan net ekspor antar wilayah merupakan nilai sisa (residu) antara PDRB lapangan
26
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Provinsi Kepulauan Riau, Tahun 2010-2014
BAB III
ht
tp
://
ke
pr
i.b
ps
.g
o.
id
TINJAUAN PEREKONOMIAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU BERDASARKAN PDRB PENGELUARAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2010 - 2014
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Provinsi Kepulauan Riau, Tahun 2010-2014
27
id o. .g ps i.b pr ke :// tp ht 28
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Provinsi Kepulauan Riau, Tahun 2010-2014
Perubahan struktur ekonomi Provinsi Kepulauan Riau akibat proses pembangunan ekonomi yang terjadi pada periode 2010 s.d. 2014, tidak terlepas dari dua faktor yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal lebih dipengaruhi oleh perkembangan maupun perubahan perilaku masing-masing komponen pengeluaran akhir. Sedangkan faktor eksternal banyak dipengaruhi oleh perubahan teknologi dan struktur perdagangan global sebagai akibat peningkatan perdagangan internasional, terlebih lagi posisi Kepulauan Riau yang sangat strategis yakni sebagai pintu masuk ke wilayah Republik Indonesia. Data yang ada menunjukan bahwa setiap komponen pengeluaran mempunyai perilaku yang berbeda sesuai dengan tujuannya. Sebagian besar produk atau barang dan jasa yang tersedia di wilayah domestik Kepulauan Riau digunakan untuk memenuhi permintaan konsumsi akhir (Rumah tangga, LNPRT, dan pemerintah). Sebagian lagi digunakan untuk investasi fisik (dalam bentuk PMTB dan perubahan inventori). Untuk lebih jelasnya, perilaku
.g
o.
id
masing-masing komponen pengeluaran itu akan diuraikan pada bagian berikut.
ps
3.1 TINJAUAN AGREGAT PDRB KEPULAUAN RIAU MENURUT PENGELUARAN
i.b
Kondisi perekonomian Kepulauan Riau menunjukkan tanda pemulihan, setelah
pr
berlalunya masa krisis yang melanda ekonomi dunia sejak tahun 2008. Hal ini terlihat dari
ke
PDRB yang terus meningkat dan pertumbuhan ekonomi yang terus menunjukan arah positif.
://
Peningkatan ekonomi tersebut digambarkan melalui Nilai PDRB ADHB dan ADHK, serta
tp
pertumbuhan pada total PDRB.
ht
Tabel 1. PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Pengeluaran, Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2010-2014
Komponen Pengeluaran (1) 1. Konsumsi Rumah Tangga 2. Konsumsi LNPRT 3. Konsumsi Pemerintah 4. PMTB 5. Perubahan Inventori
2010 (2)
2011 (3)
2012 (4)
(Miliar Rp)
2013 (5)
2104 (6)
41.227,44
45.818,76
50.422,62
56.772,72
64.498,61
246,81
275,04
311,18
353,41
417,52
6.740,48
7.599,01
8.661,51
9.780,48
10.962,69
45.350,31
51.960,77
59.910,15
66.653,02
76.074,33
-785,58
-1.472,60
4.816,71
4.332,82
3.833,90
6. Ekspor
166.131,49
189.473,62
234.062,78
280.581,97
298.089,79
7. Impor
147.687,28
166.740,39
213.344,16
255.362,29
270.961,31
Total PDRB
111.223,67
126.914,20
144.840,79
163.112,15
182.915,53
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Provinsi Kepulauan Riau, Tahun 2010-2014
29
Nilai PDRB Kepulauan Riau (adh Berlaku) selama periode tahun 2010 s.d 2014 menunjukkan peningkatan signifikan dari tahun ke tahun. Peningkatan nilai tersebut dipengaruhi oleh adanya perubahan harga dan juga perubahan volume. Tabel 2. PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2010 Menurut Pengeluaran, Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2010-2014 Komponen Pengeluaran (1)
2011 (3)
2012 (4)
(Miliar Rp)
2013 (5)
2104 (6)
43.734,37
46.714,29
49.858,73
53.284,03
246,81
258,96
274,26
290,45
325,27
6.740,48
7.153,87
7.636,38
7.946,13
8.197,28
45.350,31
48.421,86
52.069,67
55.491,33
58.731,61
-785,58
-1.244,42
4.137,91
2.888,10
2.570,40
6. Ekspor
166.131,49
244.113,02
207.201,07
234.200,71
233.531,41
7. Impor
147.687,28
223.476,23
189.998,61
213.540,61
209.472,47
Total PDRB
111.223,67
118.961,42
128.034,97
137.134,85
147.167,57
2. Konsumsi LNPRT 3. Konsumsi Pemerintah 4. PMTB
.g
5. Perubahan Inventori
id
41.227,44
o.
1. Konsumsi Rumah Tangga
2010 (2)
ps
Selain dinilai atas dasar harga adh Berlaku, PDRB menurut pengeluaran juga dinilai
i.b
adh Konstan 2010 atau adh berbagai produk yang dinilai dengan harga pada tahun 2010.
pr
Melalui pendekatan penghitungan adh konstan, PDRB di masing-masing tahun dapat
ke
memberikan gambaran tentang perubahan PDRB secara volume atau secara kuantitas saja perubahan atau pertumbuhan ekonomi secara riil, utamanya berkaitan
tp
menggambarkan
://
(tanpa ada pengaruh perubahan harga). PDRB komponen pengeluaran adh Konstan
ht
dengan peningkatan volume konsumsi akhir. Selama kurun waktu 2010–2014, gambaran tentang perkembangan ekonomi Kepulauan Riau berdasarkan PDRB adh Konstan dapat dilihat pada tabel 2 diatas. Sama halnya dengan PDRB adh Berlaku, seluruh komponen pengeluaran akhir PDRB adh Konstan juga menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun. Dari grafik 1, nampak bahwa pada umumnya nilai PDRB adh Berlaku selalu lebih besar dari nilai PDRB adh Konstan. Perbedaan tersebut disebabkan karena ada pengaruh perubahan harga dalam perhitungan PDRB adh Berlaku. Dalam PDRB adh Konstan pengaruh faktor harga telah ditiadakan.
30
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Provinsi Kepulauan Riau, Tahun 2010-2014
Grafik 1. Perbandingan PDRB adh Berlaku dan adh Konstan 2010 Menurut Pengeluaran, Provinsi Kepulauan Riau, Tahun 2010 - 2014 200,00 180,00 160,00
Triliun Rupiah
140,00 120,00 100,00
ADHB ADHK
80,00 60,00 40,00
2011
2012
2013
2014
ps
.g
o.
2010
id
20,00
i.b
Terbentuknya keseluruhan PDRB atau total PDRB merupakan kontribusi dari semua komponen pengeluarannnya, yang terdiri dari konsumsi akhir rumah tangga (PK-RT),
pr
konsumsi akhir LNPRT (PK-LNPRT), konsumsi akhir pemerintah (PK-P), pembentukan modal
tp
://
ke
tetap bruto (PMTB), ekspor neto (net E) atau ekspor dikurangi impor.
ht
Tabel 3. Distribusi PDRB ADHB Menurut Pengeluaran, Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2010—2014
(Persen)
Komponen Pengeluaran
2010
2011
2012
2013
2014
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
37,07
36,10
34,81
34,81
35,26
1. Konsumsi LNPRT
0,22
0,22
0,21
0,22
0,23
2. Konsumsi Pemerintah
6,06
5,99
5,98
6,00
5,99
40,77 -0,71
40,94 -1,16
41,36 3,33
40,86 2,66
41,59 2,10
5. Ekspor
149,37
149,29
161,60
172,02
162,97
6. Impor
132,78
131,38
147,30
156,56
148,13
Total PDRB
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
1. Konsumsi Rumah Tangga
3. PMTB 4. Perubahan Inventori
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Provinsi Kepulauan Riau, Tahun 2010-2014
31
Berdasarkan tabel 3 di atas terlihat bahwa selama periode 2010-2014, produk yang dikonsumsi di wilayah domestik sebagian besar masih untuk memenuhi kebutuhan konsumsi akhir baik oleh rumah tangga, LNPRT maupun pemerintah dengan kontribusi sekitar 39-43 persen. Konsumsi akhir terbesar masih digerakkan oleh konsumsi akhir rumah tangga yakni sekitar 35 s.d. 37 persen, kemudian dilanjutkan oleh konsumsi akhir pemerintah dan konsumsi akhir LNPRT yakni masing-masing berkisar antara 5 s.d. 6 persen dan 0,2 persen. Hal tersebut membuktikan bahwa peran pemerintah dan LNPRT sangat kecil dibandingkan dengan rumah tangga. PMTB juga tidak kalah pentingnya dengan konsumsi akhir, dimana mempunyai kontribusi sekitar 40-41 persen terhadap PDRB Kepulauan Riau. Besarnya kontribusi PMTB terhadap PDRB menunjukkan perekonomian Kepulauan Riau berkualitas karena PMTB mampu menggerakkan perekonomian dengan cepat (memiliki efek multiplier yang tinggi
id
terhadap perekonomian).
.g
o.
Di sisi lain, perdagangan internasional dan regional tidak dapat dipandang sebelah
ps
mata. Letak strategis Kepulauan Riau yang berada di selat Malaka dan berbatasan langsung
i.b
dengan luar negeri menjadikan Kepulauan Riau sebagai pintu masuk ke wilayah Kepulauan Riau. Hal inilah yang menyebabkan trade balance Kepulauan Riau mencapai sekitar 20 persen
ke
hanya berkisar antara -1 s.d. 3 persen.
pr
dari total PDRB. Sedangkan kontribusi inventori terhadap PDRB Kepulauan Riau sangat kecil
ht
tp
://
Tabel 4. Pertumbuhan PDRB ADHK 2010 Menurut Pengeluaran, Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2010—2014
(Persen)
Komponen Pengeluaran
2010
2011
2012
2013
2014
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
1. Konsumsi Rumah Tangga
-
6,08
6,81
6,73
6,87
2. Konsumsi LNPRT
-
4,92
5,91
5,90
11,99
3. Konsumsi Pemerintah
-
6,13
6,74
4,06
3,16
4. PMTB 5. Perubahan Inventori
-
6,77 58,41
7,53 -432,52
6,57 -30,20
5,84 -11,00
6. Ekspor
-
46,94
-15,12
13,03
-0,29
7. Impor
-
51,32
-14,98
12,39
-1,91
Total PDRB
-
6,96
7,63
7,11
7,32
32
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Provinsi Kepulauan Riau, Tahun 2010-2014
Agregat makro lain yang dapat diturunkan dari data PDRB adalah pertumbuhan riil PDRB
atau
lebih
dikenal
dengan
pertumbuhan
ekonomi
(economic
growth),
yang
menggambarkan kinerja pembangunan di bidang ekonomi. Pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau dari tahun 2010 s.d. 2014 secara rata-rata mencapai 7,14 persen, dengan masing-masing pertumbuhan sebesar 6,71 persen (2010); 6,96 persen (2011); 7,63 persen (2012); 7,11 persen (2013); dan 7,32 persen (2014). Pertumbuhan tertinggi terjadi pada tahun 2012 yakni sebesar 7,63 persen, sebaliknya yang terendah terjadi pada tahun 2010 (6,71 persen).
3.2 PERKEMBANGAN KONSUMSI AKHIR RUMAH TANGGA Konsumsi akhir rumah tangga menempati porsi terbesar dalam komsumsi akhir PDRB menurut pengeluaran. Data berikut menunjukan hal tersebut, dimana sebagian besar produk domestik dan produk impor digunakan untuk memenuhi konsumsi akhir rumah tangga.
2012
2013
2014
(1)
(2)
(4)
(5)
(6)
45.818,76 43.734,37
50.422,62 46.714,29
56.772,72 49.858,73
64.498,61 53.284,03
37,07
36,10
34,81
34,81
35,26
92.549,42 92.549,42
99.503,04 94.976,44
106.023,88 98.226,34
115.702,60 101.611,91
127.536,92 105.361,68
24.354,35 24.354,35
24.199,97 25.008,07
27.933,59 25.879,21
30.500,45 26.786,00
33.638,31 27.789,52
-
6,08 2,62 2,68
6,81 3,42 3,48
6,73 3,45 3,50
6,87 3,69 3,75
Jumlah RT (unit)
445.464
460.476
475.578
490.678
505.725
Jumlah penduduk (000 org)
1.692,82
1.748,81
1.805,09
1.861,37
1.917,42
pr
ke
ht
Rata-rata konsumsi perRumah Tangga/tahun (Ribu Rp) a. ADHB b. ADHK 2010 Rata-rata konsumsi perkapita/tahun (Ribu Rp) a. ADHB b. ADHK 2010
41.227,44 41.227,44
://
Proporsi terhadap PDRB ( % ADHB)
(3)
tp
Total Konsumsi Rumah Tangga a. ADHB (Miliar Rp) b. ADHK 2010 (Miliar Rp)
2011
ps
2010
i.b
Uraian
.g
o.
id
Tabel 5. Perkembangan Pengeluaran Konsumsi Akhir Rumah Tangga Provinsi Kepulauan Riau, Tahun 2010—2014
Pertumbuhan1 a. Total konsumsi RT b. Per-RT c. Perkapita
1
Diturunkan dari perhitungan PDRB (atas dasar harga konstan/ADHK 2010)
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Provinsi Kepulauan Riau, Tahun 2010-2014
33
Data berikut, menunjukkan bahwa dalam kurun waktu 2010 – 2014 konsumsi akhir rumah tangga mengalami peningkatan signifikan baik dalam nominal (adh Berlaku) maupun riil (adh Konstan), sejalan dengan kenaikan jumlah penduduk maupun jumlah rumah tangga. Kenaikan jumlah penduduk mendorong terjadinya kenaikan nilai konsumsi rumah tangga, yang pada gilirannya akan mendorong laju pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan. Porsi pengeluaran konsumsi rumah tangga terhadap PDRB pada periode tahun 2010 s.d 2014 cukup berfluktuatif. Titik tertinggi terjadi pada tahun 2010 yaitu 37,07 persen dan titik terendah terjadi pada tahun 2012 yaitu 34,81 persen. Masa pemulihan ekonomi telah mendorong rumah tangga untuk memperbaiki serta mengembalikan perilaku dan kebiasaan konsumsinya setelah sekian lama mengalami masamasa krisis. Melimpahnya penawaran dan persediaan berbagai jenis barang dan jasa di pasar domestik (termasuk yang berasal dari impor) turut menjadi pemicu meningkatnya belanja
o.
id
untuk konsumsi, termasuk konsumsi rumah tangga.
.g
Secara umum, rata-rata konsumsi per rumah tangga terus meningkat dari tahun ke
ps
tahun, baik menurut adh Berlaku maupun adh Konstan 2010. Pada tahun 2010, secara umum
i.b
setiap rumah tangga di Kepulauan Riau menghabiskan dana sekitar 92.549,42 ribu rupiah
pr
setahun untuk membiayai konsumsi baik dalam bentuk makanan maupun bukan makanan
ke
(sandang, perumahan, pendidikan, dsb). Pengeluaran ini terus meningkat menjadi 99.503,04
tp
127.536,92 ribu rupiah (2014).
://
ribu rupiah (2011); 106.023,88 ribu rupiah (2012); 115.702,60 ribu rupiah (2013); dan menjadi
ht
Sementara itu, pada perkiraan adh Konstan 2010, rata-rata konsumsi rumah tangga per rumah tangga tumbuh pada kisaran 3 persen dengan pertumbuhan tertinggi terjadi pada tahun 2014 yaitu sebesar 3,69 persen. Di sisi lain, rata-rata konsumsi per-kapita juga menunjukan kecenderungan yang searah dengan kenaikan jumlah penduduk, dan selalu diikuti pula oleh kenaikan nilai konsumsinya. Pertumbuhan rata-rata konsumsi per-kapita menunjukan peningkatan, baik adh Berlaku maupun adh Konstan 2010. Kondisi ini menunjukan bahwa rata-rata konsumsi setiap penduduk di Provinsi Kepulauan Riau meningkat, baik secara kuantitas (volume) maupun secara nilai (termasuk juga peningkatan kualitas). Peningkatan rata-rata konsumsi per-kapita secara “riil” berkisar antara 2,68 s.d 3,75 persen. Peningkatan ini secara otomatis berpengaruh terhadap perubahan struktur konsumsi rumah tangga.
34
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Provinsi Kepulauan Riau, Tahun 2010-2014
Secara total, pertumbuhan konsumsi rumah tangga adh Konstan sebesar 6,08 persen pada tahun 2011. Kemudian, meningkat pada tiga tahun berikutnya yaitu berturut-turut sebesar 6,81 persen (2012), 6,73 persen (2013), dan 6,87 persen (2014). Sejalan dengan hal itu, konsumsi perkapita juga terus meningkat dari 2,68 persen tahun 2011 menjadi sebesar 3,48 persen tahun 2012; 3,50 persen tahun 2013 dan paling tinggi sebesar 3,75 persen tahun 2014. Nampak bahwa peningkatan keseluruhan konsumsi rumah tangga secara “riil” lebih tinggi dari peningkatan jumlah penduduk yang umumnya berada di antara 3,0 s.d. 3,2 persen. Hal ini mengindikasikan terjadi perubahan tingkat kemakmuran masyarakat, meskipun tidak dapat dijelaskan lebih jauh melalui perangkat data PDRB ini.
Tabel 6. Struktur Pengeluaran Konsumsi Akhir Rumah Tangga Provinsi Kepulauan Riau, Tahun 2010—20142 (Persen)
2011
(1)
(2)
(3)
2013
2014
(4)
(5)
.g
42,26
(6)
43,01
42,81
6,41 12,90
6,20 12,99
9,00 21,32
9,42 21,03
9,46 21,68
9,61 21,70
1,71 4,64
1,74 4,85
1,78 4,77
1,82 4,72
1,96 4,73
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
://
ke
pr
i.b
ps
7,18 13,65
42,93 6,75 13,31
8,59 21,47
ht
Total Konsumsi
42,46 7,08 14,05
tp
a. Makanan, Minuman, dan Rokok b. Pakaian dan Alas Kaki c. Perumahan, Perkakas, Perlengkapan dan Penyelenggaraan Rumah Tangga d. Kesehatan & Pendidikan e. Transportasi, Komunikasi, Rekreasi, dan Budaya f. Hotel & Restoran g. Lainnya
2012
id
2010
o.
Kelompok Konsumsi
Secara rata-rata dari tahun 2010 s.d 2014, nampak pada struktur konsumsi akhir rumah tangga Kepulauan Riau, bahwa konsumsi bukan makanan lebih tinggi dibandingkan konsumsi makanan. Proporsi pengeluaran untuk makanan cenderung masih berada pada kisaran yang sama. Proporsi untuk makanan pada masing-masing tahun mencapai 42,46 persen (2010) ; 42,26 persen (2011) ; 42,93 persen (2012) ; 43,01 persen (2013) ; dan 42,81 persen (2014). Pola proporsi konsumsi di atas, menunjukkan tarik menarik antara kebutuhan rumah tangga atas makanan dan non makanan yang masih cukup kuat. Sungguhpun demikian, pengeluaran untuk kebutuhan non-makanan menjadi semakin penting sebagai akibat dari perubahan dan pengaruh tatanan ekonomi sosial dalam masyarakat. Pengeluaran tersebut di Diturunkan dari perhitungan PDRB (atas dasar harga berlaku /ADHB )
2
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Provinsi Kepulauan Riau, Tahun 2010-2014
35
antaranya meliputi biaya untuk pendidikan, pembelian alat dan perlengkapan elektronik, pembelian alat transportasi, jasa komunikasi, jasa transportasi, jasa kesehatan, perjalanan wisata, restoran, sewa bangunan tempat tinggal, jasa hiburan dan sebagainya. Dilihat dari pertumbuhan “riil” nya, pengeluaran rumah tangga untuk kelompok bukan makanan menunjukan fluktuasi, dengan masing-masing sebesar 6,24 persen (2008); 5,98 persen (2009) ; 5,70 persen (2010) ; 5,50 persen (2011) ; 6,08 persen (2012) dan 6,00 persen (2013). Pertumbuhan “riil” ini menunjukan adanya perubahan konsumsi rumah tangga dalam bentuk kuantum (volume) dari waktu ke waktu. Informasi ini menunjukan terjadinya peningkatan kemakmuran masyarakat, meskipun mungkin hanya dapat dinikmati oleh kelompok masyarakat tertentu. Tabel 7. Pertumbuhan Riil Pengeluaran Konsumsi Akhir Rumah Tangga Provinsi Kepulauan Riau, Tahun 2010—2014 2010
2011
2012
(1)
(2)
(3)
(4)
-
3,79
2014 5,91
(6)
6,66
5,81 6,26
5,84 7,10
6,77 10,44
6,62 8,69
8,15 8,19
6,85 7,34
7,07 13,47
9,56 5,59
9,06 6,17
7,50 6,95
i.b
tp
://
-
(5)
3,21 5,87
pr
ke
-
4,43 4,19
ps
-
6,79
2013
.g
a. Makanan, Minuman, dan Rokok b. Pakaian dan Alas Kaki c. Perumahan, Perkakas, Perlengkapan dan Penyelenggaraan Rumah Tangga d. Kesehatan & Pendidikan e. Transportasi, Komunikasi, Rekreasi, dan Budaya f. Hotel & Restoran g. Lainnya
o.
Kelompok Konsumsi
id
(Persen)
ht
Tabel 8. Pertumbuhan Implisit (Indeks Harga) Pengeluaran Konsumsi Akhir Rumah Tangga Provinsi Kepulauan Riau, Tahun 2010—20143 (Persen)
Kelompok Konsumsi
2010
2011
2012
2013
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
a. Makanan, Minuman, dan Rokok b. Pakaian dan Alas Kaki c. Perumahan, Perkakas, Perlengkapan dan Penyelenggaraan Rumah Tangga d. Kesehatan & Pendidikan e. Transportasi, Komunikasi, Rekreasi, dan Budaya f. Hotel & Restoran g. Lainnya 3Tingkat
-
6,57
4,68
2014 6,53
(6)
6,00
-
7,89 3,64
0,37 1,38
1,00 2,65
3,76 6,84
-
9,06 -0,08
8,02 -0,10
4,47 7,28
8,10 5,93
-
5,47 2,46
2,77 2,39
5,60 4,94
13,58 6,52
perubahan harga produk konsumsi
36
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Provinsi Kepulauan Riau, Tahun 2010-2014
Sementara itu, tingkat perubahan harga yang secara implisit disajikan dalam tabel 9, menunjukan peningkatan setiap tahunnya untuk setiap kelompok konsumsi. Peningkatan harga (inflasi) cenderung stabil dengan inflasi tertinggi terjadi pada tahun 2014. Rincian inflasi harga pada kelompok makanan sebesar 6,57 persen (2011) ; 4,68 persen (2012) ; 6,53 persen (2013) ; 6,00 persen (2014). Sementara itu, inflasi harga pada kelompok bukan makanan dari 3,48 persen pada 2011 menjadi 1,82 persen (2012); 4,76 persen (2013); dan 6,54 persen (2014).
3.3 PERKEMBANGAN KONSUMSI AKHIR LNPRT Konsumsi akhir LNPRT peranannya dalam PDRB menurut pengeluaran sangat minor dibandingkan dengan komponen pengeluaran lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa peranan institusi ini dalam perekonomian suatu wilayah semestinya dapat lebih ditingkatkan lagi. Data
id
berikut menunjukan hal tersebut, dimana hal tersebut dapat dilihat dari proporsinya terhadap
.g
o.
PDRB yang minor.
2010
(1)
(2)
2012
2013
2014
(3)
(4)
(5)
(6)
ke
275,04 258,96
311,18 274,26
353,41 290,45
417,52 325,27
0,22
0,22
0,21
0,22
0,23
-
4,92
5,91
5,90
11,99
://
246,81 246,81
tp
ht
Total Konsumsi LNPRT a. ADHB (Miliar Rp) b. ADHK 2010 (Miliar Rp) Proporsi terhadap PDRB ( % ADHB) Pertumbuhan (% ADHK)
2011
pr
Uraian
i.b
ps
Tabel 9. Perkembangan Pengeluaran Konsumsi LNPRT Provinsi Kepulauan Riau, Tahun 2010—2014
Konsumsi LNPRT baik adh Berlaku maupun adh Konstan menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun namun demikian peningkatan tersebut relatif stabil tiap tahunnya. Kegiatan LNPRT akan terlihat pada acara hari besar keagamaan, pemilu, kejadian bencana alam serta peristiwa lainnya yang melibatkan kegiatan sosial LNPRT. Seperti pada tahun 2014 pertumbuhan LNPRT mencapai 11,99 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya karena pada tahun 2014 diselenggarakan pemilu legislatif dan pemilu presiden. Proporsi konsumsi LNPRT terhadap PDRB Kepulauan Riau sangat kecil hanya sekitar 0,2 persen. Dapat diambil kesimpulan bahwa goncangan yang terjadi pada konsumsi LNPRT tidak akan membawa pengaruh signifikan terhadap perekonomian.
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Provinsi Kepulauan Riau, Tahun 2010-2014
37
3.4 PERKEMBANGAN KONSUMSI AKHIR PEMERINTAH
Konsumsi akhir pemerintah bersama dengan pengeluaran akhir rumah tangga dan LNPRT merupakan jumlah dari konsumsi akhir dalam suatu perekonomian suatu wilayah. Peranan konsumsi pemerintah dalam perekonomian provinsi Kepulauan Riau serta bagaimana perkembangannya akan dijelaskan dalam uraian di bawah ini
2010
2011
2012
2013
2014
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
6.740,48 6.740,48
7.599,01 7.153,87
8.661,51 7.636,38
9.780,48 7.946,13
10.962,69 8.197,28
6,06
5,99
5,98
6,00
5,99
4.345,25 4.090,71
4.798,39 4.230,47
5.254,44 4.268,96
5.717,43 4.275,18
217.462,63 204.723,73
247.196,34 217.939,34
279.123,20 226.773,25
303.818,62 227.178,58
6,13 2,73 2,66 34.944 1.748,81
6,74 3,42 6,46 35.039 1.805,09
4,06 0,91 4,05 35.040 1.861,37
3,16 0,15 0,18 36.083 1.917,42
Konsumsi Pemerintah perkapita (Ribu Rp) a. ADHB b. ADHK 2010
://
ht
Pertumbuhan4 a. Total konsumsi pemerintah b. Konsumsi perkapita c. Konsumsi per-pegawai Jumlah Pegawai Pemerintah5 Jumlah penduduk (000 org)
199.416,52 199.416,52
tp
Konsumsi Pemerintah perpegawai pemerintah (Ribu Rp) a. ADHB b. ADHK 2010
ke
.g
pr
3.981,81 3.981,81
ps
Proporsi terhadap PDRB ( % - ADHB)
i.b
Total Konsumsi Pemerintah a. ADHB (Miliar Rp) b. ADHK 2010 (Miliar Rp)
id
Uraian
o.
Tabel 10. Perkembangan Pengeluaran Konsumsi Akhir Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau, Tahun 2010 – 2014
33.801 1.692,82
Secara total, pengeluaran konsumsi akhir pemerintah menunjukkan peningkatan, baik untuk adh Berlaku maupun adh Konstan 2010. Pada tahun 2010 total pengeluaran konsumsi akhir pemerintah adh Berlaku sebesar 6.740,48 miliar rupiah, kemudian meningkat terus hingga pada tahun 2014 nilainya mencapai 10.962,69 miliar rupiah. Demikian halnya dengan konsumsi pemerintah adh Konstan 2010, yang juga mengalami peningkatan pada masing-
4 5
Diturunkan dari perhitungan PDRB (atas dasar harga konstan /ADHK 2000) Tidak termasuk polisi dan militer
38
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Provinsi Kepulauan Riau, Tahun 2010-2014
masing tahun. Hal ini mengindikasikan, bahwa secara riil telah terjadi kenaikan pengeluaran pemerintah dari sisi kuantitas. Menarik untuk dicermati lebih lanjut bahwa proporsi pengeluaran akhir pemerintah terhadap PDRB stabil dengan kecenderungan menurun, dari hanya 6,06 persen ditahun 2010 turun tipis menjadi 5,99 persen pada tahun 2014. Sepanjang periode tersebut, proporsi terendah terjadi pada tahun 2012; sedangkan proporsi tertinggi pada tahun 2010 yang mencapai 6,06 persen. Dalam prakteknya, pengeluaran pemerintah seringkali dikaitkan dengan luasnya cakupan layanan yang diberikan pada masyarakat (publik). Kondisi tersebut dapat diartikan bahwa setiap rupiah pengeluaran pemerintah harus ditujukan untuk melayani penduduk, baik langsung maupun
tidak langsung. Pengeluaran
konsumsi
pemerintah
secara total
menunjukkan peningkatan, hal ini diikuti oleh adanya peningkatan pada rata-rata konsumsi
id
pemerintah perkapita. Pada tahun 2010 konsumsi pemerintah perkapita adh Berlaku sebesar
.g
o.
3.981,81 ribu rupiah, dan terus meningkat pada tahun-tahun berikutnya (lihat tabel 10).
ps
Rata-rata konsumsi pemerintah perkapita adh Konstan (2010) juga menunjukkan
i.b
adanya peningkatan setiap tahunnya (lihat tabel 10). Peningkatan tersebut menunjukkan
pr
adanya peningkatan pengeluaran konsumsi pemerintah secara kuantitas. Hal tersebut juga
ke
dapat dilihat dari laju pertumbuhannya yang sebesar 6,13 persen pada tahun 2010, dan meningkat menjadi 6,74 persen pada tahun berikutnya. Namun pada 2013 s.d. 2014 terjadi
://
perlambatan pengeluaran konsumsi pemerintah dengan laju pertumbuhan tahun 2013 dan
ht
tp
2014 masing-masing sebesar 4,06 persen dan 3,16 persen. Rata-rata konsumsi per pegawai pemerintah menunjukkan kecenderungan yang meningkat. Pada tahun 2010 konsumsi pemerintah per pegawai pemerintah sebesar 199.416,52 ribu rupiah, kemudian meningkat pada tahun-tahun berikutnya (lihat tabel 10). Pada tingkat harga konstan 2010 indikator pemerataan menurut pegawai ini juga menunjukkan peningkatan dari waktu ke waktu. Persentase kenaikan yang sangat signifikan terjadi pada tahun 2012 dan 2013, yaitu masing-masing sebesar 6,46 persen dan 4,05 persen. Pengeluaran konsumsi akhir pemerintah terus menunjukan peningkatan (baik adh Berlaku maupun adh Konstan 2010). Hal tersebut diikuti pula dengan jumlah pegawai pemerintah yang juga terus mengalami peningkatan. Selama periode tahun 2010 s.d 2014 jumlah pegawai pemerintah mengalami peningkatan yang berfluktuasi. Pada tahun 2010 jumlah pemerintah berjumlah 33.801 orang dan terus meningkat hingga tahun 2014. Namun pada tahun 2012 dan PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Provinsi Kepulauan Riau, Tahun 2010-2014
39
2013 terjadi perlambatan laju pertumbuhan jumlah pegawai. Dalam kurun waktu 2010 - 2014, secara total terjadi penambahan jumlah pegawai pemerintah sebanyak 2.282 orang atau naik sebesar 6,75 persen dari tahun 2010. Kenaikan tersebut di antaranya disebabkan oleh meningkatnya kebutuhan pegawai pada banyak unit pemerintah. Gambaran tentang konsumsi akhir pemerintah secara “riil” menunjukkan peningkatan baik secara keseluruhan maupun rata-rata (per penduduk maupun perpegawai pemerintah). Parameter ini adalah pendekatan untuk mengukur pemerataan kesempatan masyarakat atas penggunaan sumber daya finansial oleh pemerintah. Pertumbuhan tertinggi terjadi pada tahun 2011 dan 2012, dengan rincian untuk total konsumsi pemerintah masing-masing tahun sebesar 6,13 persen dan 6,74 persen; untuk konsumsi pemerintah perkapita 2,73 persen dan 3,42 persen; sedangkan untuk konsumsi pemerintah perpegawai pertumbuhan tertinggi terjadi pada tahun 2012 dan 2013 yaitu 6,46 persen dan 4,05 persen.
(2)
(3)
ps
2011
2013
2014
(4)
(5)
(6)
6.001,31 (69,29) 2.660,21 (30,71) 8.661,51 (100,00)
6.791,22 (69,44) 2.989,26 (30,56) 9.780,48 (100,00)
7.681,77 (70,07) 3.280,92 (29,93) 10.962,69 (100,00)
-
7,58 3,07 6,13
7,37 5,36 6,74
3,91 4,39 4,06
3,47 2,47 3,16
-
6,12 6,46 6,22
6,93 6,46 6,78
8,90 7,65 8,52
9,32 7,11 8,65
ke ://
tp
ht
2012
5.227,36 (68,79) 2.371,65 (31,21) 7.599,01 (100,00)
4.578,94 (67,93) 2.161,54 (32,07) 6.740,48 (100,00)
pr
(1)
Struktur Konsumsi Akhir (belanja) Pemerintah 6 a. Konsumsi Kolektif (Miliar Rp) (%) b. Konsumsi Individu(Miliar Rp) (%) Total Konsumsi (Miliar Rp) (%) Pertumbuhan riil (ADHK 2010) (%) a. Konsumsi Kolektif b. Konsumsi Individu Total Konsumsi Pertumbuhan indeks harga (%) implisit7 a. Konsumsi Kolektif b. Konsumsi Individu Total Konsumsi
2010
i.b
Uraian
.g
o.
id
Tabel 11. Struktur Pengeluaran Konsumsi Akhir Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau,Tahun 2010 - 2014
Secara struktur, bagian terbesar dari pengeluaran pemerintah adalah untuk konsumsi kolektif. Sekitar 60 persen pengeluaran pemerintah adalah untuk membiayai belanja konsumsi tersebut. Secara nominal, pengeluaran ini mengalami peningkatan dari tahun ke tahun (lihat tabel 11). Namun pertumbuhannya semakin melambat dari 7,58 persen pada tahun 2011 6Diturunkan 7Tingkat
dari perhitungan PDRB (atas dasar harga berlaku /ADHB) perubahan harga produk konsumsi
40
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Provinsi Kepulauan Riau, Tahun 2010-2014
melambat menjadi 7,37 persen (tahun 2012); 4,39 persen (tahun 2013); dan pertumbuhan paling rendah terjadi pada tahun 2014 yakni hanya sebesar 2,47 persen. Konsumsi individu secara nominal mengalami peningkatan dari tahun ke tahun (lihat tabel 11). Namun, berkebalikan dengan konsumsi kolektif, proporsi konsumsi individu pada periode 2010-2014 cenderung menurun. Proporsi konsumsi individu tahun 2010 sebesar 32,07 persen menurun menjadi 29,93 persen pada tahun 2014. Pertumbuhan konsumsi individu berfluktuasi dengan pertumbuhan tertinggi terjadi pada tahun 2012 sebesar 5,36 persen dan pertumbuhan terendah terjadi pada tahun 2014 sebesar 2,47 persen. Hal lain yang patut dicermati adalah rasio, yaitu perbandingan antara jumlah pegawai pemerintah dengan jumlah penduduk. Data pada tabel 10 di atas menunjukkan bahwa jumlah pegawai pemerintah mengalami peningkatan secara gradual dari yang sebesar 33.801 orang (2010) menjadi 36.083 orang (2014). Begitu juga jumlah penduduk meningkat dari sejumlah
id
1.692,82 ribu orang pada tahun 2010 menjadi 1.917,42 ribu orang pada tahun 2014. Rasio antara
.g
o.
penduduk dengan pegawai pemerintah dalam kurun waktu tersebut cenderung meningkat
ps
dengan masing-masing adalah 50,08 (2010), 51,05 (2011), 51,52 (2012), 53,12 (2013), dan 53,14
i.b
(2014). Hal ini berarti pada tahun 2010 setiap satu pegawai pemerintah melayani sekitar 50
ke
pr
penduduk, dan maka pada tahun 2014 menjadi sekitar 53 penduduk.
tp
://
3.5 PERKEMBANGAN PEMBENTUKAN MODAL TETAP BRUTO (PMTB)
ht
Komponen pembentukan modal tetap bruto (PMTB) pada sajian PDRB menurut pengeluaran, lebih menjelaskan tentang bagian dari pendapatan (income) yang direalisasikan menjadi investasi (fisik). Atau pada sisi yang berbeda dapat pula diartikan sebagai gambaran dari berbagai produk barang dan jasa yang sebagian digunakan sebagai investasi fisik (kapital)8. Fungsi kapital adalah sebagai input tidak langsung (indirect input) di dalam proses produksi pada berbagai lapangan usaha. Kapital ini dapat berasal dari produksi domestik maupun dari impor.
8
Selain bagian lain yang menjadi konsumsi antara, konsumsi akhir, ataupun diekspor
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Provinsi Kepulauan Riau, Tahun 2010-2014
41
Tabel 12. Perkembangan dan Struktur PMTB Provinsi Kepulauan Riau, Tahun 2010—2014 Uraian
2010
2011
2012
2013
2014
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
Total PMTB a. ADHB (Miliar Rp) b. ADHK 2010 (Miliar Rp)
45.350,31 45.350,31
51.960,77 48.421,86
59.910,15 52.069,67
66.653,02 55.491,33
76.074,33 58.731,61
40,77
40,94
41,36
40,86
41,59
32.143,66 (70,88) 13.206,66 (29,12)
37.068,18 (71,34) 14.892,59 (28,66)
43.030,48 (71,83) 16.879,68 (28,17)
48.178,97 (72,28) 18.474,05 (27,72)
54.590,04 (71,76) 21.484,29 (28,24)
45.350,31 (100,00)
51.960,77 (100,00)
59.910,15 (100,00)
66.653,02 (100,00)
76.074,33 (100,00)
-
6,15 8,29
8,03 6,34
6,80 6,01
5,75 6,06
Proporsi terhadap PDRB (% - ADHB)
ps
Pertumbuhan10 (%) a. Bangunan b. Non Bangunan Total PMTB
o.
Total PMTB (Miliar Rp) (%)
.g
a. Bangunan (Miliar Rp) (%) b. Non Bangunan (Miliar Rp) (%)
id
Struktur PMTB 9
i.b
Selain peningkatan yang terjadi pada komponen konsumsi akhir (rumah tangga
pr
maupun pemerintah), PMTB juga menunjukkan peningkatan baik secara nominal maupun riil.
ke
Data di atas menjelaskan bahwa secara keseluruhan pertumbuhan PMTB dalam kurun waktu 2010 – 2014 melambat dari 6,77 persen (2011) menjadi 5,84 persen (2014). Pertumbuhan PMTB
://
pada masing-masing komponen sangat bervariasi antar tahunnya. Sub komponen bangunan
tp
merupakan komponen dengan proporsi terbesar dalam pembentukan modal tetap.
ht
Pertumbuhan di sektor bangunan meskipun cenderung meningkat tetapi polanya relatif stabil bila dibandingkan dengan pertumbuhan sub komponen PMTB lainnya. Proporsi bangunan terhadap total PMTB relatif stabil selama periode 2010 – 2014 (tabel 12). Perubahan yang terjadi pada proporsi tersebut tidak lepas dari pengaruh pertumbuhan yang terjadi pada masing-masing sub komponen PMTB tersebut. Pertumbuhan “riil” sub komponen bangunan pada tahun 2011 sebesar 6,15 persen. Kemudian meningkat menjadi 8,03 persen pada tahun 2012. Di tahun 2013-2014 mengalami perlambatan lagi dengan pertumbuhan di masing-masing tahun 2013 dan 2014 adalah 6,80 persen dan 5,75 persen. Sama halnya dengan sub komponen bangunan, jika dilihat pertumbuhannya, sub komponen non bangunan menunjukkan pola yang cenderung stabil antar tahunnya. Dalam 9Diturunkan 10
dari perhitungan PDRB (atas dasar harga berlaku /ADHB ) Diturunkan dari perhitungan PDRB (atas dasar harga konstan/ADHK 2010)
42
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Provinsi Kepulauan Riau, Tahun 2010-2014
periode tahun 2011 s.d 2014 pertumbuhan non bangunan cenderung melambat. Pertumbuhan sub komponen non bangunan tahun 2011 mencapai 8,29 persen kemudian melambat menjadi 6,06 persen pada tahun 2014. Sedangkan untuk proporsi sub komponen non bangunan terhadap komponen PMTB pada periode 2010 s.d. 2014 mengalami penurunan dari 29,12 persen pada tahun 2010 menjadi 28,24 persen pada tahun 2014. Secara umum, selama kurun waktu tahun 2010-2014 pertumbuhan PMTB cenderung stabil di mana pertumbuhan tertinggi terjadi pada tahun 2012 yang mencapai besaran angka 7,53 persen dan pertumbuhan terendah terjadi pada tahun 2014 yaitu hanya sebesar 5,84 persen.
3.6 PERKEMBANGAN PERUBAHAN INVENTORI Secara konsep, yang dimaksud dengan perubahan inventori adalah perubahan dalam
id
bentuk “persediaan” berbagai barang yang belum digunakan lebih lanjut dalam proses
o.
produksi, konsumsi ataupun investasi (kapital). Perubahan yang dimaksud disini bisa berarti
.g
penambahan (bertanda positif) dan atau pengurangan (bertanda negatif).
ps
Dari sisi penghitungan, komponen Perubahan Inventori merupakan salah satu
i.b
komponen yang hasilnya bisa memiliki 2 (dua) tanda angka, positif atau negatif (disamping
pr
komponen net ekspor antar daerah). Apabila perubahan inventori bertanda positif berarti
ke
terjadi penambahan persediaan barang, sedangkan apabila bertanda negatif berarti terjadi
://
pengurangan persediaan. Terjadinya penumpukan barang inventori mengindikasikan bahwa
tp
distribusi atau pemasaran tidak berjalan dengan sempurna. Secara umum, komponen
ht
perubahan inventori dihitung berdasarkan pengukuran terhadap nilai persediaan barang pada awal dan akhir tahun dari dua posisi nilai persediaan (konsep stok). Tabel 13. Perkembangan dan Struktur Perubahan Inventori Provinsi Kepulauan Riau, Tahun 2010—2014 Uraian
2010
2011
2012
2013
2014
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
Total Nilai Inventori a. ADHB (Miliar Rp)
-785,58
-1.472,60
4.816,71
4.332,83
3.833,90
b. ADHK 2010 (Miliar Rp)
-785,58
-1.244,42
4.137,91
2.888,10
2.570,40
-0,71
-1,16
3,33
2,66
2,10
Proporsi terhadap PDRB (% - ADHB)
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Provinsi Kepulauan Riau, Tahun 2010-2014
43
Berbeda dengan komponen pengeluaran lain yang dapat dianalisis agak rinci, perubahan inventori baru dapat dianalisis dari sisi proporsinya saja. Perbedaan dalam pendekatan dan tata cara estimasi menyebabkan komponen inventori tidak banyak dikaji lebih. Hal utama yang dapat dilihat dari komponen ini adalah, bahwa proporsi dalam PDRB pada umumnya mempunyai besaran atau nilai yang berfluktuasi baik dalam level maupun tandanya (positif atau negatif). Pada tahun 2010 perubahan inventori sebesar minus 785,58 miliar rupiah, kemudian pada tahun 2011 perubahan inventori mengalami pengurangan
menjadi sebesar minus
1.472,60 miliar rupiah. Namun seiring dengan membaiknya perekonomian Kepulauan Riau, perubahan inventori tahun 2012 s.d. 2014 menjadi positif. Namun bukan berarti semakin baik perekonomian maka semakin besar pula perubahan inventorinya karena inventori yang besar membutuhkan biaya dan tempat perawatan. Nilai perubahan inventori yang positif
ps
.g
o.
produsen berlomba-lomba untuk meningkatkan produksinya.
id
menandakan persepsi akan konsumsi yang lebih baik di periode mendatang sehingga para
i.b
3.7 PERKEMBANGAN EKSPOR BARANG DAN JASA LUAR NEGERI
pr
Dalam struktur permintaan akhir, transaksi ekspor menggambarkan berbagai produk
ke
barang dan jasa yang tidak dikonsumsi di wilayah ekonomi domestik, tetapi dikonsumsi oleh
://
pihak luar negeri, baik secara langsung maupun tidak langsung. Termasuk pula dalam ekspor
tp
pembelian oleh badan-badan internasional, kedutaan besar (termasuk konsulat), awak kapal
ht
(udara maupun laut) yang singgah dan sebagainya. Secara total, nilai ekspor luar negeri Kepulaun Riau berfluktuasi (lihat tabel 14). Hal ini erat kaitannya dengan lokasi Kepulauan Riau yang berada di perbatasan dengan luar negeri sehingga arus keluar masuk barang tidak dapat terhindarkan. Nilai ekspor Kepulauan Riau tahun 2010 mencapai 116.781,93 miliar rupiah dan terus meningkat tiap tahunnya. Sempat terjadi penurunan yang sangat tajam pada tahun 2012 yakni terjadi penurunan sebesar minus 49,19 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Namun pada tahun 2013, ekspor Kepulauan Riau mampu tumbuh kembali sebesar 51,06 persen. Ekspor kembali menunjukkan peningkatan pada tahun 2014 sehingga nilainya mencapai 144.365,16 miliar rupiah. Sejalan dengan nilai ekspor adh Berlaku, nilai ekspor adh Konstan 2010 juga menunjukan arah pertumbuhan yang sama, yaitu cenderung meningkat dengan nilai “riil” masing-masing tahun sebesar 116.781,93 miliar rupiah (2010); 130.000,38 miliar rupiah (2011); 66.055,06 miliar rupiah (2012); 99.781,98 44
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Provinsi Kepulauan Riau, Tahun 2010-2014
miliar rupiah (2013); dan 111.659,67 miliar rupiah (2014). Selama kurun waktu 2010 - 2014, meskipun secara nominal nilai ekspor mengalami peningkatan, tetapi proporsinya dalam PDRB cenderung menurun, yaitu dari 105,00 persen pada tahun 2010 menjadi 78,92 persen di tahun 2014. Tabel 14. Perkembangan Ekspor Barang dan Jasa Provinsi Kepulauan Riau, Tahun 2010 - 2014 Uraian
2010
2011
2012
2013
2014
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
136.443,45 130.000,38
75.705,06 66.055,06
116.659,96 99.781,98
144.365,16 111.659,67
105,00
107,51
52,27
71,52
78,92
103.098,20 (88,28) 13.683,73 (11,72) (100,00)
120.770,70 (88,51) 15.672,75 (11,49) (100,00)
58.528,82 (77,31) 17.176,23 (22,69) (100,00)
96.401,92 (82,63) 20.258,04 (17,37) (100,00)
120.005,29 (83,13) 24.359,88 (16,87) (100,00)
-
11,62 9,06 11,32
51,06 63,56 11,69
11,62 13,20 11,90
Pertumbuhan12 - Barang - Jasa Total ekspor
o.
Struktur a. Barang (Miliar Rp) (%) b. Jasa (Miliar Rp) (%) Total ekspor (%)
.g
Ekspor11
ps
Proporsi terhadap PDRB (% - ADHB)
id
116.781,93 116.781,93
i.b
Total Nilai Ekspor a. ADHB (Miliar Rp) b. ADHK 2000 (Miliar Rp)
-56,43 6,67 -49,19
pr
Menurut komposisinya, sebagian besar ekspor Kepulauan Riau berupa barang (rata-
ke
rata 80 persen), sisanya adalah ekspor dalam bentuk jasa. Berbeda dengan ekspor barang yang
://
cenderung berfluktuatif, ekspor jasa Kepulauan Riau cenderung stabil. Fluktuasi ekspor
tp
barang lebih disebabkan oleh komoditas minyak dan gas dimana harganya sangat fluktuatif.
ht
Ekspor jasa Kepulauan Riau tahun 2010 mecapai 13.683,73 miliar rupiah dan terus meningkat tiap tahunnya, sehingga pada tahun 2014 mencapai nilai 24.359,88 miliar rupiah. Secara adh Konstan, pertumbuhan ekspor jasa juga terus meningkat setiap tahun walaupun pada tahun 2012 sempat mengalami perlambatan. Pertumbuhan ekspor jasa Kepulauan Riau adalah sebagai berikut: 9,06 persen (tahun 2011); 6,67 persen (tahun 2012); 11,69 persen (tahun 2013) dan ditutup dengan 13,20 persen pada tahun 2014.
11Diturunkan 12
dari perhitungan PDRB (ADHB ) Diturunkan dari perhitungan PDRB (ADHK 2000)
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Provinsi Kepulauan Riau, Tahun 2010-2014
45
3.8 PERKEMBANGAN IMPOR BARANG DAN JASA LUAR NEGERI Aktivitas pengeluaran (konsumsi rumah tangga, LNPRT, dan pemerintah) maupun PMTB (termasuk inventori) dan ekspor, didalamnya terkandung produk yang berasal dari impor. PDRB menggambarkan produk yang benar-benar dihasilkan oleh ekonomi domestik Kepulauan Riau. Sehingga untuk mengukur potensi dan besaran produk domestik, maka komponen impor tersebut harus dikeluarkan dari penghitungan yaitu dengan cara mengurangkan nilai PDRB (E) dengan nilai impornya. Hasil pengurangan inilah yang secara konsep harus sama dengan nilai PDRB menurut lapangan usaha (sektor). Berbeda dengan komponen ekspor, transaksi impor menjelaskan ada tambahan penyediaan (supply) produk di wilayah ekonomi domestik yang berasal dari dari non residen. Impor terdiri dari produk barang maupun jasa, meskipun rincian penggolongannya bisa
id
berbeda dengan ekspor.
o.
Perkembangan yang terjadi pada transaksi impor menunjukkan semakin kuatnya
.g
ketergantungan Kepulauan Riau terhadap ekonomi atau produk negara lain.
Komponen
ps
impor termasuk pembelian berbagai produk barang dan jasa secara langsung (direct purchase)
i.b
oleh penduduk (resident) Kepulauan Riau di luar negeri, baik yang berupa makanan maupun
pr
bukan makanan (termasuk jasa).
2010
tp
Uraian
://
ke
Tabel 15. Perkembangan Impor Barang dan Jasa Provinsi Kepulauan Riau, Tahun 2010 - 2014
(2)
Total Nilai Impor a. ADHB (Miliar Rp) b. ADHK 2010 (Miliar Rp) Proporsi terhadap PDRB (% - ADHB) Struktur Impor a. Barang (Miliar Rp) (%) b. Jasa (Miliar Rp) (%) Total impor (%)
ht
(1)
2011
2012
2013
2014
(3)
(4)
(5)
(6)
97.989,16 97.989,16
105.014,67 104.702,50
134.047,41 119.371,61
138.744,16 116.612,43
142.454,13 111.208,26
88,10
82,74
92,55
85,06
77,88
92.350,36 (94,25) 5.638,80 (5,75) (100,00)
99.298,60 (94,56) 5.716,07 (5,44) (100,00)
127.316,13 (94,98) 6.731,28 (5,02) (100,00)
130.826,21 (94,29) 7.917,95 (5,71) (100,00)
133.693,59 (93,85) 8.760,54 (6,15) (100,00)
-
3,91 1,90 3,79
17,96 7,51 17,37
-2,66 4,10 -2,31
-4,65 -4,29 -4,63
13
a. b.
Pertumbuhan14 - Barang - Jasa Total impor
13Diturunkan 14
dari perhitungan PDRB (ADHB ) Diturunkan dari perhitungan PDRB (ADHK 2000)
46
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Provinsi Kepulauan Riau, Tahun 2010-2014
Tabel 15 di atas menunjukan bahwa pola perkembangan impor Kepulauan Riau pada periode tahun 2010 s.d 2014 terus mengalami peningkatan secara adh Berlaku dan berfluktuasi secara adh Konstan 2010. Impor adh Berlaku tahun 2010 mencapai 97.989,16 miliar rupiah dan terus mengalami peningkatan setiap tahun sehingga pada tahun 2014 mecapai 142.454,13 miliar rupiah. Bertolak belakang dengan adh Berlaku, impor adh Konstan justru cenderung menurun. Impor adh Konstan tahun 2010 mencapai 97.98916 miliar rupiah meningkat selama periode 2011-2012 menjadi 104.702,50 miliar rupiah (tahun 2011) dan 119.371,61 miliar rupiah (tahun 2012). Namun impor kembali menurun pada periode 2013-2014 dimana angka impor masing-masing mencapai 116.612,43 miliar rupiah (tahun 2013) dan 111.208,26 miliar rupiah (tahun 2014). Selama periode 2010 s.d. 2014 proporsi impor LN mencapai puncaknya pada tahun 2012 yakni sebesar 92,55 persen dari PDRB Kepulauan Riau kemudian menurun menjadi 77,88
id
persen pada tahun 2014.
.g
o.
Di sisi lain, secara riil nilai impor mengalami peningkatan signifikan pada tahun 2012
ps
sebesar 17,37 persen. Pada tahun berikutnya pertumbuhan impor menurun hingga mencapai
i.b
minus 2,31 pada tahun 2013 dan minus 4,65 persen pada tahun 2014. Impor barang mengalami pertumbuhan tertinggi pada tahun 2012 sebesar 17,96 persen serta pertumbuhan minus 2,66
pr
persen pada tahun 2013 dan minus 4,65 persen pada tahun 2014. Hal yang sama juga terjadi
ke
pada pertumbuhan impor jasa yang mana pertumbuhan tertinggi terjadi pada tahun 2012
tp
tahun 2014.
://
sebesar 7,51 persen serta mengalami pertumbuhan terendah yaitu minus 4,29 persen pada
ht
Menurut komposisinya, sebagian besar produk impor berbentuk barang yang memiliki porsi rata-rata sekitar 94,38 persen, sedangkan sisanya dalam bentuk impor jasa. Selama periode 2010 s.d. 2014, baik impor LN dalam bentuk barang maupun jasa cenderung stabil.
3. 9 PERKEMBANGAN NET EKSPOR ANTAR DAERAH Net ekspor antar daerah didefinisikan sebagai ekspor antar daerah dikurangi impor antar daerah. Berbeda dengan penghitungan ekspor-impor barang dan jasa luar negeri, pada penghitungan ekspor-impor antar daerah tidak tersedia sumber data yang sesuai dengan konsep dan definisi yang ditentukan. Sumber data yang tersedia selama ini hanya menunjukkan adanya transaksi namun tidak diketahui berapa nilai uang yang terjadi dalam transaksi tersebut. Keberadaan data dengan kondisi seperti ini menyebabkan penghitungan PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Provinsi Kepulauan Riau, Tahun 2010-2014
47
ekspor-impor antar provinsi menjadikan komponen ini (dalam series PDRB adh Konstan 2010) diperlakukan sebagai item penyeimbang (residual), yakni perbedaan antara total PDRB menurut pengeluaran dengan total PDRB menurut lapangan usaha. Ketersediaan data yang ada lebih sesuai untuk dimanfaatkan sebagai informasi pendukung. Komponen ini secara implisit mencakup dua unsur pokok yaitu: ekspor antar daerah dan impor antar daerah. Sama halnya dengan perubahan inventori, net ekspor antar daerah juga hasilnya dapat memiliki 2 (dua) angka, positif atau negatif. Jika komponen ini bertanda “positif” berarti nilai ekspor antar daerah lebih besar dari pada impor antar daerah, demikian pula sebaliknya. Pada saat ini untuk memisahkan net ekspor antar daerah menjadi nilai ekspor antar daerah dan nilai impor antar daerah dilakukan dengan metode tidak langsung, yaitu dengan metode cross hauling. Metode ini bekerja dengan memanfaatkan sifat keseimbangan
id
permintaan (demand) dan penyediaan (supply) setiap komoditas di suatu perekonomian.
.g
o.
Penghitungan ekspor impor dengan metode cross-hauling diawali dengan metode commodity
ps
balance. Metode commodity balance adalah metode penghitungan ekspor-impor dengan
i.b
memanfaatkan Tabel Input-Output “bayangan”. Dalam metode ini, transksi ekspor-impor dipandang sebagai item penyeimbang (balancing item) dalam keseimbangan demand dan supply
ht
tp
://
ke
pr
suatu perekonomian.
48
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Provinsi Kepulauan Riau, Tahun 2010-2014
BAB IV
ht
tp
://
ke
pr
i.b
ps
.g
o.
id
PERKEMBANGAN AGREGAT PDRB MENURUT PENGELUARAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2010 - 2014
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Provinsi Kepulauan Riau, Tahun 2010-2014
49
id o. .g ps i.b pr ke :// tp ht 50
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Provinsi Kepulauan Riau, Tahun 2010-2014
Berbagai indikator ekonomi makro yang lazim digunakan dalam analisis sosial ekonomi dapat diturunkan dari seperangkat data PRDB. Berikut ini akan disajikan beberapa rasio (perbandingan relatif) guna melengkapi analisis, di tengah keterbatasan informasi yang tersedia.
4.1 PDRB (NOMINAL) Agregat ini menjelaskan nilai produk barang dan jasa yang dihasilkan di dalam suatu wilayah ekonomi domestik, di mana di dalamnya masih terkandung nilai penyusutan. PDRB dapat digunakan sebagai ukuran “produktivitas”, karena menjelaskan kemampuan wilayah dalam menghasilkan produk domestik, yang dihitung melalui 3 (tiga) pendekatan, yaitu pendekatan nilai tambah, pengeluaran, dan pendapatan. Dari series data PDRB pengeluaran dapat diturunkan beberapa ukuran yang berkaitan
id
dengan PDRB maupun variabel pendukung lain (seperti rumah tangga, dan tenaga kerja).
o.
Sebagai contoh, untuk melihat perkembangan tingkat pemerataan, misalnya, maka disajikan
.g
data PDRB perkapita.
(1)
(2)
Nilai PDRB (Miliar Rp)
- ADHB
ht
PDRB perkapita (Ribu Rp) - ADHK 2010
2013
2014
(3)
(4)
(5)
(6)
126.914,20
144.840,79
163.112,15
182.915,53
111.233,67
118.961,42
128.034,97
137.134,85
147.167,57
65.703,34
72.571,75
80.240,25
87.630,02
95.396,95
65.703,34
68.024,21
70.930,00
73.674,03
76.753,11
-
3,53
4,27
3,87
4,18
1.692,82
1.748,81
1.805,09
1.861,37
1.917,42
-
3,31
3,22
3,12
3,01
tp
- ADHK 2010
2012
111.233,67
://
- ADHB
2011
pr
2010
ke
Uraian
i.b
ps
Tabel 16. Produk Domestik Regional Bruto dan PDRB Perkapita Provinsi Kepulauan Riau, Tahun 2010—2014
Pertumbuhan PDRB perkapita ADHK 2010 (%) Jumlah penduduk (000 org) Pertumbuhan (%)
PDRB perkapita Provinsi Kepulauan Riau menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun (tabel 16), seiring dengan kenaikan
jumlah penduduk. Indikator ini menunjukkan
bahwa secara ekonomi setiap penduduk Kepulauan Riau rata-rata mampu menciptakan PDRB atau (nilai tambah) sebesar nilai perkapita di masing-masing tahun tersebut. PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Provinsi Kepulauan Riau, Tahun 2010-2014
51
Sementara itu pertumbuhan perkapita secara “riil” juga selalu meningkat di kisaran 3-4 persen. Pertumbuhan ekonomi tersebut diikuti pula oleh penambahan jumlah penduduk, yang meningkat rata-rata pada kisaran 3,16 persen setiap tahunnya. Dengan demikian maka pertumbuhan perkapita tersebut tidak saja terjadi secara “riil” tetapi juga terjadi secara kualitas.
4.2 PERBANDINGAN PENGELUARAN PDRB UNTUK KONSUMSI AKHIR RUMAH TANGGA TERHADAP EKSPOR Indikator ini menunjukkan perbandingan antara produk yang dikonsumsi rumah tangga di wilayah domestik dengan produk yang diekspor. Selama ini konsumsi rumah tangga mempunyai kontribusi yang sangat dominan dalam penggunaan PRDB Kepulauan Riau (sekitar 40 persen), yang artinya bahwa seluruh produk yang dihasilkan di wilayah Kepulauan
.g
termasuk pula sebagian produk yang berasal dari impor.
o.
id
Riau sebagian besar digunakan untuk konsumsi akhir rumah tangga. Namun di dalamnya
2010
2011
2012
2013
2014
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
45.818,76
50.422,62
56.772,72
64.498,61
189.473,62
234.062,78
280.581,97
298.089,79
0,24
0,22
0,20
0,22
(Miliar Rp) Perbandingan Konsumsi RT terhadap Ekspor
://
116.131,49
tp
Total Ekspor (ADHB)
41.227,44
ht
Total Konsumsi RT (ADHB) (Miliar Rp)
ke
Uraian
pr
i.b
ps
Tabel 17. Perbandingan PDRB Pengeluaran untuk Konsumsi Akhir Rumah Tangga terhadap Ekspor Tahun 2010—2014
0,25
Data di atas menunjukkan bahwa pada tahun 2010, produk yang digunakan untuk konsumsi rumah tangga sebesar 0,25 kali dari produk yang dieskpor. Hal ini berarti bahwa sebagian besar penyediaan (supply) domestik diserap untuk memenuhi permintaan ekspor. Rasio tersebut stabil selama periode 2010 s.d. 2014 dengan kecenderungan menurun. Secara implisit data tersebut menjelaskan, bahwa peningkatan nilai konsumsi akhir rumah tangga tidak secepat peningkatan ekspornya. Artinya bahwa perekonomian Kepulauan Riau dari sisi pengeluaran didominasi oleh kegiatan perdagangan ekspor impor.
52
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Provinsi Kepulauan Riau, Tahun 2010-2014
4.3 PERBANDINGAN KONSUMSI AKHIR RUMAH TANGGA TERHADAP PMTB Rasio ini merupakan perbandingan antara produk yang digunakan untuk konsumsi akhir rumah tangga dengan yang digunakan untuk investasi fisik (pembentukan modal tetap). Sekilas nampak bahwa sebagian besar penggunaan produk yang tersedia di wilayah domestik Kepulauan Riau digunakan untuk konsumsi akhir rumah tangga. Tabel 18. Perbandingan Konsumsi Rumah Tangga terhadap PMTB Tahun 2010—2014 2010
2011
2012
2013
2014
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
41.227,44
45.818,76
50.422,62
56.772,72
64.498,61
45.350,31
51.960,77
59.910,15
66.653,02
76.074,33
0,91
0,88
0,84
0,85
0,85
Total Konsumsi RT (ADHB) (Miliar Rp) Total PMTB (ADHB) (Miliar Rp)
.g
o.
Perbandingan Konsumsi RT thd PMTB
id
Uraian
ps
Seperti halnya terhadap ekspor, rasio konsumsi rumah tangga terhadap PMTB rasio konsumsi rumah tangga terhadap PMTB terus mengalami
pr
tahun-tahun berikutnya
i.b
cenderung menurun, dari sebesar 0,91 pada tahun 2010 menjadi 0,88 pada tahun 2014. Pada
ke
penurunan menjadi 0,84 (2012); dan 0,85 (2013 dan 2014). Hal ini terjadi karena pertumbuhan
tp
://
nilai investasi lebih cepat dibandingkan dengan konsumsi rumah tangga.
ht
4.4 PROPORSI KONSUMSI AKHIR TERHADAP PDRB Yang dimaksud dengan konsumsi akhir adalah penggunaan berbagai produk barang dan jasa akhir (baik berasal dari produk domestik maupun impor), untuk menunjang aktivitas ekonomi. Pelaku konsumsi akhir meliputi rumah tangga, LNPRT, dan pemerintah. Walaupun ketiga institusi tersebut mempunyai fungsi yang berbeda dalam sistem ekonomi, tetapi samasama membelanjakan sebagian pendapatannya untuk tujuan konsumsi akhir. Hampir separuh barang dan jasa yang berada di wilayah domestik digunakan untuk memenuhi permintaan konsumsi akhir (rata-rata 41,83 persen). Meskipun konsumsi akhir makin meningkat setiap tahunnya, namun proporsinya terhadap PDRB justru semakin mengalami penurunan . Dalam hal ini, produk yang tidak digunakan menjadi konsumsi akhir (yakni digunakan untuk PMTB atau ekspor) memiliki peran yang semakin besar. PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Provinsi Kepulauan Riau, Tahun 2010-2014
53
Tabel 19. Proporsi Total Pengeluaran Konsumsi Akhir terhadap PDRB Provinsi Kepulauan Riau, Tahun 2010—2014 Uraian
2010
2011
2012
2013
2014
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
41.227,44
45.818,76
50.422,62
56.772,72
64.498,61
246,81
275,04
311,18
353,41
417,52
6.740,48
7.599,01
8.661,51
9.780,48
10.962,69
48.214,72
53.692,81
59.395,32
66.906,61
75.878,82
111.223,67
126.914,20
144.840,79
163.112,15
182.915,53
43,35
42,31
41,01
41,02
41,48
Konsumsi Akhir (ADHB) (Miliar Rp) a. Rumah tangga b. LNPRT c. Pemerintah Jumlah PDRB (ADHB) (Miliar Rp)
.g
4.5 PERBANDINGAN EKSPOR TERHADAP PMTB
o.
id
Proporsi
ps
Ekspor merupakan produk yang tidak dikonsumsi di wilayah domestik, tetapi
i.b
diperdagangkan ke luar wilayah Kepulauan Riau. Untuk menghasilkan produk yang diekspor
pr
kemungkinan besar menggunakan kapital (PMTB). Sementara di sisi lain sebagian barang yang
ke
diekspor bisa pula berupa barang kapital. Rasio ekspor terhadap PMTB dimaksudkan untuk
tp
kapital (PMTB).
://
menunjukkan perbandingan antara nilai produk ekspor dengan nilai produk yang menjadi
Uraian (1)
Ekspor (ADHB) (Miliar Rp)
ht
Tabel 20. Rasio Ekspor terhadap PMTB (ADHB) Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2010—2014 2010
2011
2012
2013
2014
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
166.131,49
189.473,62
234.062,78
280.581,97
298.089,79
45.350,31
51.960,77
59.910,15
66.653,02
76.084,33
3,66
3,65
3,91
4,21
3,92
Total PMTB (ADHB) (Miliar Rp) Rasio Ekspor terhadap PMTB
Tabel 20 di atas menunjukkan bahwa rasio berada pada kisaran angka 3,65 s.d. 4,21 yang artinya bahwa nilai ekspor 3,65 s.d. 4,21 kali lipat dari nilai PMTB. Untuk menghasilkan seluruh produk domestik (termasuk ekspor) disyaratkan tersedianya sejumlah kapital (yang di 54
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Provinsi Kepulauan Riau, Tahun 2010-2014
dalamnya termasuk pula kapital impor). Dengan satu kali pembentukan PMTB dapat menghasilkan tiga kali lipat produk domestik yang didalamnya termasuk produk untuk diekspor.
4.6 PERBANDINGAN PDRB TERHADAP IMPOR Rasio ini memberikan gambaran tentang perbandingan antara produk yang dihasilkan di wilayah ekonomi domestik (PDRB) dengan produk yang berasal dari impor. Selain itu data tersebut menjelaskan tentang ketergantungan PDRB terhadap produk yang dihasilkan oleh negara lain. Jika rasionya kecil berarti ketergantungan akan impor semakin tinggi, dan sebaliknya.
2011
(1)
(2)
(3)
Total Impor (ADHB)
147.687,28
126.914,20
ke
Rasio PDRB terhadap Impor
2014
(4)
(5)
(6)
163.112,15
182.915,53
166.740,39
213.344,16
255.362,29
270.961,31
0,76
0,68
0,64
0,68
://
0,75
2013
144.840,79
pr
(Miliar Rp)
ps
111.223,67
(Miliar Rp)
i.b
PDRB (ADHB)
2012
o.
2010
.g
Uraian
id
Tabel 21. Rasio PDRB terhadap Impor Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2010—2014
tp
Rasio PDRB terhadap impor tahun 2010 – 2014 dibawah satu, jika diartikan
ht
berdasarkan teori maka seluruh kebutuhan domestik Kepulauan Riau dipenuhi dari produk impor. Namun, untuk menyimpulkan hal tersebut perlu kehati-hatian mengingat karakteristik PDRB Pengeluaran Kepulauan Riau unik dimana volume perdagangan internasionalnya sangat besar. Barang impor yang masuk ke Kepulauan Riau di-reekspor kembali baik ke luar negeri maupun ke luar wilayah Kepulauan Riau. Itulah sebabnya nilai ekspor dan impor Kepulauan Riau sangat tinggi melebihi nilai PDRB.
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Provinsi Kepulauan Riau, Tahun 2010-2014
55
4.7 KESEIMBANGAN TOTAL PENYEDIAAN DAN TOTAL PERMINTAAN Rasio ini dapat menunjukkan seberapa jauh ketergantungan ekonomi suatu daerah oleh produk yang berasal dari impor. Ketergantungan (ketidakseimbangan) tersebut dapat dilihat melalui keseimbangan antara total penyediaan (supply) dengan total permintaan akhir (demand). Tabel 22. Sisi Keseimbangan Penyediaan dan Permintaan Provinsi Kepulauan Riau, Tahun 2010—2014 Uraian
2010
2011
2012
2013
2014
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
144.840,79
163.112,15
182.915,53
(42,96)
(43,22)
(40,44)
(38,98)
(40,30)
147.687,28
166.740,39
213.344,16
255.362,29
270.961,31
(57,04) 258.910,95
(56,78) 293.654,59
(59,56)
(61,02)
(59,70)
358.184,96
418.474,43
453.876,85
(100,00)
(100,00)
(100,00)
(100,00)
(100,00)
ps
%
id
126.914,20
o.
Total nilai Impor ADHB (Miliar Rp) % Total Permintaan Akhir15(Miliar Rp)
111.223,67
.g
Total Penyediaan PDRB (ADHB) (Miliar Rp ) %
i.b
Dari tabel tersebut diatas, dapat dilihat bahwa untuk memenuhi permintaan akhir
pr
domestik, sebagian besar produk masih harus didatangkan dari luar wilayah Kepulauan Riau,
ke
dengan rentang 56 s.d 61 persen. Dengan kata lain, kebutuhan masyarakat baru bisa dipenuhi
://
sekitar 40 persen dari selisih hasil produksi domestik. Dalam kurun waktu tersebut, tendensi
tp
permintaan (akhir) masyarakat terus meningkat setiap tahunnya, dari 258.910,95 miliar rupiah
ht
(2010) menjadi sebesar 453.876,85 miliar rupiah (2014). Di sisi lain “penyediaan” produk barang dan jasa yang mampu dihasilkan oleh ekonomi domestik masing-masing sebesar 111.223,67 miliar rupiah (2010); 126.914,20 miliar rupiah (2011); 144.840,79 miliar rupiah (2012); 163.112,15 miliar rupiah (2013); dan 182.915,53 miliar rupiah (2014). Karena produk domestik tidak mampu mencukupi seluruh kebutuhan permintaan, maka berbagai produk barang dan jasa diimpor, dengan nilai masing-masing tahun sebesar 147.687,28 miliar rupiah (2010); 166.740,39 miliar rupiah (2011); 213.344,16 miliar rupiah (2012); 255.362,29 miliar rupiah (2013); dan 270.961,31 miliar rupiah (2014). Namun perlu diingatkan kembali bahwa produk impor yang didatangkan dari wilayah Kepulauan Riau tidak semuanya digunakan untuk memenuhi kebutuhan domestik Kepulauan Riau semata, tetapi juga direekspor kembali ke luar wilayah Kepulauan Riau. 15
Termasuk diskrepansi statistik
56
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Provinsi Kepulauan Riau, Tahun 2010-2014
4.8 NERACA PERDAGANGAN (TRADE BALANCE) Transaksi devisa yang berasal dari perdagangan barang dan jasa dengan pihak luar wilayah Kepulauan Riau (non-residen) dapat dilihat melalui neraca perdagangan. Secara konsep, selisih antara nilai ekspor dan nilai impor disebut sebagai “Ekspor Neto”, apabila nilai ekspor lebih besar dari nilai impor, maka terjadi surplus, dan sebaliknya apabila nilai ekspor lebih kecil daripada nilai impor maka yang terjadi adalah defisit. Dilihat dari arus uang yang masuk atau keluar, apabila tingkat keseimbangan dalam posisi surplus, maka terjadi aliran devisa (uang) masuk, sebaliknya kalau posisinya defisit maka terjadi aliran devisa (uang) keluar. Dalam hal ini dapat dijelaskan bahwa kekuatan ekonomi suatu wilayah di antaranya ditentukan oleh proses tersebut. Selain gambaran posisi neraca perdagangan, dapat juga dilihat perbandingan (rasio) antara nilai ekspor terhadap impor, meskipun hanya berlaku secara total. Namun rasio
id
tersebut tidak dapat merefleksikan perbandingan menurut jenis komoditas, harga maupun
.g
o.
kuantum. Apabila rasio lebih besar dari 1 (satu) maka nilai ekspor lebih tinggi daripada nilai
ps
impor, sebaliknya apabila rasio kurang dari 1 (satu) berarti nilai impor lebih tinggi dari pada
i.b
nilai ekspor. Besar kecilnya ekspor atau impor suatu wilayah sangat tergantung kepada
pr
kondisi ekonomi serta kebutuhan masyarakatnya.
://
ke
Tabel 23. Neraca Perdagangan Barang dan Jasa, Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2010—2014 2010
2011
2012
2013
2014
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
Nilai Impor (ADHB)(Miliar Rp) Net ekspor (X – M) (Miliar Rp) Rasio ekspor thdp Impor
166.131,49
189.473,62
234.062,76
280.581,97
298.089,79
147.687,28
166.740,39
213.344,16
255.362,29
270.961,31
18.444,22
22.733,23
20.718,61
25.219,69
27.128,48
1,12
1,14
1,10
1,10
1,10
ht
Nilai Ekspor (ADHB) (Miliar Rp)
tp
Uraian
Selama periode 2010 - 2014, posisi perdagangan barang dan jasa provinsi Kepulauan Riau dengan luar negeri dan antar provinsi, selalu menunjukkan nilai positif. Hal ini menunjukkan neraca perdagangan barang dan jasa provinsi Kepulauan Riau selalu dalam posisi surplus. Nilai ekspor yang lebih besar dari impor menyebabkan adanya aliran devisa (uang) masuk, yang dalam konteks lain disebut sebagai “tabungan luar negeri (wilayah)”. Surplus perdagangan Provinsi Kepulauan Riau yang terjadi antara tahun 2010 sampai dengan PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Provinsi Kepulauan Riau, Tahun 2010-2014
57
2014 tercatat masing-masing sebesar 18.444,22 miliar rupiah (2010); 22.733,23 miliar rupiah (2011); 20.718,61 miliar rupiah (2012); 25.219,69 miliar rupiah (2013) dan 27.128,48 miliar rupiah pada tahun 2014. Sementara rasio ekspor terhadap impor cenderung stabil dari tahun 2010-2014. Pada tahun 2010 rasionya sebesar 1,12 menjadi sekitar 1,14 pada tahun 2011, kemudian stabil 1,10 pada tahun 2012 s.d. tahun 2014.
4.9 RASIO PERDAGANGAN INTERNASIONAL (RPI) Rasio ini menunjukkan perbandingan aktivitas perdagangan internasional dari suatu wilayah, apakah didominasi oleh ekspor atau impor luar negeri (LN). Formulasinya diperoleh dengan menghitung selisih antara ekspor LN dikurangi impor LN dibagi dengan jumlah
id
ekspor LN dan impor LN. Koefisien RPI berkisar antara -1 s.d + 1 ( - 1 < RPI < +1 ). Jika RPI
o.
berkisar antara minus 1, maka perdagangan internasional didominasi oleh impor, sedangkan
.g
apabila berkisar antara positif 1, maka perdagangan internasional didominasi oleh transaksi
ps
ekspor.
(2)
2011
2012
2013
2014
(3)
(4)
(5)
(6)
ke
2010
(1)
116.781,93
136.443,45
75.705,06
116.659,96
144.365,16
Nilai Impor LN, ADHB (M) (Miliar Rp)
97.989,16
105.014,67
134.047,41
138.744,16
142.454,13
18.792,77
31.428,78
-58.342,35
-22.084,20
1.911,03
214.771,09
241.458,12
209.752,46
255.404,12
286.819,29
0,09
0,13
-0,28
-0,09
0,01
(X – M) (Miliar Rp) (X +M) (Miliar Rp)
ht
Nilai Ekspor LN, ADHB (X) (Miliar Rp)
tp
://
Uraian
pr
i.b
Tabel 24. Rasio Perdagangan Internasional, Provinsi Kepulauan Riau, Tahun 2010 - 2014
RPI
Data pada tabel diatas menunjukkan bahwa pada periode tahun 2010, 2011 dan 2014 posisi ekspor selalu lebih tinggi dari impor. Namun pada tahun 2012 dan 2013 posisi ekspor lebih rendah dari impor. Kecenderungan nilai ekspor pada periode tersebut terus meningkat dari 116.781,93 miliar rupiah pada tahun 2010 menjadi 144.365,16 miliar rupiah pada tahun 2014, kecuali pada tahun 2012 ekspor luar negeri Kepulauan Riau menurun drastis yakni hanya mencapai nilai 75.705,06 miliar rupiah. Sedangkan untuk impor luar negeri polanya terus meningkat setiap tahunnya. 58
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Provinsi Kepulauan Riau, Tahun 2010-2014
Rasio Perdagangan Internasional Provinsi Kepulauan Riau pada periode 2010, 2011, dan 2014 mengindikasi bahwa perdagangan internasionalnya selalu didominasi oleh kegiatan ekspor, meskipun dengan rasio yang cukup kecil yaitu kurang dari 0,2. Sedangkan pada tahun 2012 dan 2013 rasio perdagangan internasionalnya didominasi oleh impor karena rasio yang menunjukan tanda minus.
4.10 INCREMENTAL CAPITAL OUTPUT RATIO (ICOR) ”ICOR” merupakan parameter ekonomi makro yang menggambarkan rasio investasi kapital/modal terhadap hasil yang diperoleh (output) dengan menggunakan investasi tersebut. ICOR juga bisa diartikan sebagai dampak penambahan kapital terhadap penambahan sejumlah output (keluaran).
id
Kapital diartikan sebagai barang modal fisik yang dibuat oleh manusia dari sumber
o.
daya alam, untuk digunakan secara terus menerus dan berulang dalam proses produksi.
.g
Sedangkan output adalah besarnya nilai keluaran dari suatu proses ekonomi (produksi) yang
ps
dalam hal ini digambarkan melalui parameter ”Nilai Tambah”.
i.b
Dengan menggunakan rasio ini, maka ICOR mampu menjelaskan perbandingan antara
pr
penambahan kapital terhadap output atau yang diartikan juga bahwa setiap pertambahan satu
ke
unit nilai output (keluaran) akan membutuhkan penambahan kapital sebanyak ”K” unit.
tp
://
Formula:
ht
ICOR
Dimana:
It K I Y Y Yt Yt 1
I t = PMTB tahun ke t Yt = Output tahun ke t
Yt 1 = Output tahun ke t-1
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Provinsi Kepulauan Riau, Tahun 2010-2014
59
Tabel 25. Incremental Capital Output Ratio (ICOR), Provinsi Kepulauan Riau, Tahun 2010 - 2014 Uraian
2010
2011
2012
2013
2014
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
PDRB (ADHK 2010) (miliar rupiah)
111.223,67
118.961,42
128.034,97
137.134,85
147.167,57
-
7.737,75
9.073,54
9.099,88
10.032,71
45.350,31
48.421,86
52.069,67
55.491,33
58.731,61
-
6,26
5,74
6,10
5,85
Perubahan (miliar rupiah) PMTB (ADHK 2010) (miliar Rp) ICOR
Data di atas menunjukkan besaran ICOR Kepulauan Riau selama periode 2010 s.d. 2014 berada pada kisaran angka 5,74 s.d. 6,26 dengan rincian sebagai berikut: 6,26 (2011); 5,74 (2012);
id
6,10 (2013) dan 5,85 (2014). Nilai ICOR 5,85 pada tahun 2014 diartikan bahwa setiap
o.
penambahan output dibutuhkan 5,85 unit PMTB. ICOR juga dapat menunjukkan efisiensi
.g
penggunaan modal yang ditambahkan untuk mencapai penambahan PDRB tertentu. Tentunya
ps
semakin besar nilai ICOR semakin menunjukkan inefisiensi penambahan modal untuk
ht
tp
://
ke
pr
i.b
meningkatkan PDRB.
60
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Provinsi Kepulauan Riau, Tahun 2010-2014
BAB V
ht
tp
://
ke
pr
i.b
ps
.g
o.
id
PENUTUP
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Provinsi Kepulauan Riau, Tahun 2010-2014
61
id o. .g ps i.b pr ke :// tp ht 62
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Provinsi Kepulauan Riau, Tahun 2010-2014
1. PDRB menurut penggunaan tahun 2010 s.d 2014 dapat menggambarkan perubahan struktur dan perkembangan kondisi ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada periode bersangkutan. Analisis ekonomi dari sisi PDRB pengeluaran akan berbeda dengan analisis dari sisi lapangan usaha (industri) yang lebih fokus pada perilaku produksi. Analisis PDRB pengeluaran terfokus pada perilaku penggunaan barang dan jasa akhir, baik untuk tujuan konsumsi akhir, investasi (fisik), maupun perdagangan internasional dan antar daerah. Empat kelompok sektor atau pelaku ekonomi yang menggunakan barang dan jasa akhir dalam suatu perekonomian adalah rumah tangga, lembaga nonprofit yang melayani rumah tangga/LNPRT, pemerintah, dan perusahaan. 2. PDRB
Provinsi Kepulauan Riau baik adh Berlaku maupun adh Konstan terus
mengalami peningkatan selama kurun waktu 2010-2014. PDRB Provinsi Kepulauan Riau adh Berlaku tahun 2010 sebesar 111.223,67 miliar rupiah menjadi 182.915,53 miliar
id
rupiah pada tahun 2014. Sedangkan PDRB adh Konstan 2010 tahun 2010 sebesar
.g
o.
111.223,67 miliar rupiah meningkat menjadi 147.167,57 miliar rupiah pada tahun 2014.
ps
3. Kontribusi PDRB menurut pengeluaran selama periode 2010-2014 relatif stabil, tidak
i.b
ada perubahan struktur. Kontribusi PDRB menurut pengeluaran didominasi oleh PMTB, pengeluaran konsumsi rumah tangga dan perdagangan internasional (net
pr
ekspor). Pada tahun 2014 kontribusi ketiga komponen yang memberikan kontribusi
ke
terbesar terhadap PDRB menurut pengeluaran masing-masing sebesar 41,59 persen;
://
35,26 persen dan 14,83 persen.
tp
4. Nilai rata-rata konsumsi penduduk Provinsi Kepulauan Riau selama satu tahun, yang
ht
diukur melalui konsumsi rumah tangga perkapita, selama kurun waktu 2010-2014 terus mengalami peningkatan. Nilai rata-rata konsumsi rumah tangga perkapita riil pertahun tahun 2010 sebesar 24.354,35 ribu rupiah menjadi 27.789,52 ribu rupiah pada tahun 2014, artinya selama kurun waktu 5 tahun konsumsi rumah tangga perkapita Kepulauan Riau meningkat sebesar 14,10 persen. 5. Peluang rata-rata setiap penduduk untuk mengakses atau menikmasti layanan jasa pemerintah yang tercermin dari nilai konsumsi pemerintah perkapita juga terus meningkat selama kurun waktu 2010-2014. Konsumsi pemerintah perkapita riil tahun 2010 sebesar 3.981,81 ribu rupiah meningkat menjadi 4.275,18 ribu rupiah pada tahun 2014 atau meningkat 7,37 persen selama kurun waktu 5 tahun. 6. Kecenderungan nilai ICOR Kepulauan Riau semakin kecil dari 6,26 pada tahun 2010 PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Provinsi Kepulauan Riau, Tahun 2010-2014
63
menjadi 5,85 pada tahun 2014. Capaian ini mengindikasikan bahwa produktivitas PMTB sebagai pendorong perekonomian semakin efisien karena dengan investasi yang lebih kecil mampu menaikkan pertumbuhan ekonomi sebesar satu satuan. 7. Neraca perdagangan Kepulauan Riau mengalami fluktuasi selama kurun waktu 20102014. Sempat mengalami defisit pada tahun 2012 dan 2013, namun dapat bangkit kembali sehingga pada tahun 2014 perdagangan internasional Kepulauan Riau mengalami surplus. Kondisi neraca perdagangan Kepulauan Riau tahun 2010-2014 adalah sebagai berikut: tahun 2010 surplus 18.792,77 miliar rupiah, tahun 2011 surplus 31.428,78 miliar rupiah, tahun 2012 defisit 58.342,35 miliar rupiah, tahun 2013 defisit
ht
tp
://
ke
pr
i.b
ps
.g
o.
id
22.084,20 miliar rupiah dan tahun 2014 kembali surplus 1.911,03 miliar rupiah.
64
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Provinsi Kepulauan Riau, Tahun 2010-2014
ht
tp
://
ke
pr
i.b
ps
.g
o.
id
LAMPIRAN
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Provinsi Kepulauan Riau, Tahun 2010-2014
65
id o. .g ps i.b pr ke :// tp ht 66
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Provinsi Kepulauan Riau, Tahun 2010-2014
Lampiran 1. Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Pengeluaran, Provinsi Kepulauan Riau (Miliar Rupiah)
Komponen Pengeluaran
2010
2011
2012
2013*
2014**
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
45.818.761
50.422.624
56.772.722
64.498.608
17.504.680
19.362.607
21.645.335
24.420.675
27.612.367
2.917.645
3.287.508
3.405.503
3.639.454
3.996.911
5.791.680
6.254.011
6.712.434
7.321.362
8.377.178
3.543.427
4.125.859
4.751.853
5.368.785
6.200.758
8.851.517
9.768.027
10.605.935
12.310.269
13.998.057
705.373 1.913.112
796.559 2.224.190
896.888 2.404.676
1.032.969 2.679.208
1.261.178 3.052.160
246.806
275.036
311.183
353.415
417.520
6.740.478
7.599.014
8.661.512
9.780.477
10.962.687
5.227.361 2.371.654
6.001.306 2.660.207
6.791.217 2.989.260
7.681.771 3.280.916
45.350.313
51.960.765
59.910.153
66.653.021
76.074.334
32.143.657 13.206.656
37.068.175 14.892.590
43.030.476 16.879.677
48.178.969 18.474.052
54.590.044 21.484.290
-785.580
-1.472.602
4.816.708
4.332.825
3.833.903
6. Ekspor Luar Negeri (6.a. + 6.b.) 6.a. Barang 6.b. Jasa
116.781.930 103.098.205 13.683.725
136.443.453 120.770.704 15.672.749
75.705.056 58.528.824 17.176.232
116.659.960 96.401.922 20.258.038
144.365.157 120.005.282 24.359.876
7. Impor Luar Negeri (7.a. + 7.b.) 7.a. Barang 7.b. Jasa
97.989.158 92.350.355 5.638.803
105.014.670 99.298.598 5.716.072
134.047.407 127.316.128 6.731.280
138.744.160 130.826.209 7.917.951
142.454.129 133.693.594 8.760.535
-348.554
-8.695.554
79.060.964
47.303.887
25.217.453
49.349.565 49.698.118
53.030.165 61.725.718
158.357.720 79.296.756
163.922.015 116.618.127
153.724.636 128.507.184
111.223.672
126.914.204
144.840.792
163.112.147
182.915.534
ht
tp
://
ke
4. Pembentukan Modal Tetap Bruto (4.a. + 4.b.) 4.a. Bangunan 4.b. Non-Bangunan 5. Perubahan Inventori
o.
pr
4.578.942 2.161.536
.g
3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah (3.a. + 3.b.) 3.a. Konsumsi Kolektif 3.b. Konsumsi Individu
i.b
2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT
8. Net Ekspor Antar Daerah (8.a. - 8.b.) 8.a. Ekspor 8.b. Impor PDRB (1 + 2 + 3 + 4 + 5 + 6 - 7 + 8) * Angka Sementara ** Angka Sangat Sementara
id
41.227.436
ps
1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga (1.a. s/d 1.g.) 1.a. Makanan, Minuman, dan Rokok 1.b. Pakaian dan Alas Kaki 1.c. Perumahan, Perkakas, Perlengkapan dan Penyelenggaraan Rumah Tangga 1.d. Kesehatan dan Pendidikan 1.e. Transportasi, Komunikasi, Rekreasi, dan Budaya 1.f. Hotel dan Restoran 1.g. Lainnya
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Provinsi Kepulauan Riau, Tahun 2010-2014
67
Lampiran 2. Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2010 Menurut Pengeluaran, Provinsi Kepulauan Riau (Miliar Rupiah)
2010
2011
2012
2013*
2014**
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
5. Perubahan Inventori 6. Ekspor Luar Negeri (6.a. + 6.b.) 6.a. Barang 6.b. Jasa 7. Impor Luar Negeri (7.a. + 7.b.) 7.a. Barang 7.b. Jasa 8. Net Ekspor Antar Daerah (8.a. - 8.b.) 8.a. Ekspor 8.b. Impor PDRB (1 + 2 + 3 + 4 + 5 + 6 - 7 + 8) * Angka Sementara ** Angka Sangat Sementara
68
53.284.033
17.504.680
18.168.244
19.402.458
20.548.698
21.918.251
2.917.645
3.047.025
3.144.776
3.327.407
3.521.751
5.791.680
6.034.272
6.388.432
6.788.365
7.270.185
3.543.427
3.783.186
4.033.803
4.362.550
4.661.191
8.851.517
9.775.576
10.625.171
11.495.572
12.339.684
705.373 1.913.112
755.268 2.170.800
827.468 2.292.178
902.469 2.433.669
970.112 2.602.859
246.806
258.961
274.262
290.454
325.270
6.740.478
7.153.866
7.636.377
7.946.135
8.197.285
4.578.942 2.161.536
5.289.060 2.347.317
5.495.865 2.450.270
5.686.563 2.510.721
48.421.858
52.069.671
55.491.328
58.731.612
34.120.012 14.301.845
36.861.018 15.208.653
39.368.776 16.122.551
41.632.571 17.099.042
-1.244.419
4.137.908
2.888.101
2.570.398
116.781.930 103.098.205 13.683.725
130.000.385 115.076.989 14.923.396
66.055.064 50.135.732 15.919.332
99.781.980 72.001.749 17.780.231
111.659.667 91.533.248 20.126.419
97.989.158 92.350.355 5.638.803
101.702.503 95.956.792 5.745.711
119.371.613 113.194.619 6.176.994
116.612.431 110.181.960 6.430.471
111.208.262 105.053.501 6.154.760
-348.554
-7.661.095
70.519.014
37.490.556
23.607.564
49.349.565 49.698.118
114.112.637 121.773.732
141.0146.007 70.626.993
134.418.730 96.928.174
121.871.739 98.264.175
111.223.672
118.961.423
128.034.968
137.134.853
147.167.567
32.143.657 13.206.656
-785.580
o. .g
ps
4.926.054 2.227.812
pr
45.350.313
id
49.858.730
ke
4. Pembentukan Modal Tetap Bruto (4.a. + 4.b.) 4.a. Bangunan 4.b. Non-Bangunan
46.714.285
://
3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah (3.a. + 3.b.) 3.a. Konsumsi Kolektif 3.b. Konsumsi Individu
43.734.371
tp
2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT
41.227.436
ht
1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga (1.a. s/d 1.g.) 1.a. Makanan, Minuman, dan Rokok 1.b. Pakaian dan Alas Kaki 1.c. Perumahan, Perkakas, Perlengkapan dan Penyelenggaraan Rumah Tangga 1.d. Kesehatan dan Pendidikan 1.e. Transportasi, Komunikasi, Rekreasi, dan Budaya 1.f. Hotel dan Restoran 1.g. Lainnya
i.b
Komponen Pengeluaran
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Provinsi Kepulauan Riau, Tahun 2010-2014
Lampiran 3. Distribusi Persentase Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Pengeluaran Provinsi Kepulauan Riau (Miliar Rupiah)
Komponen Pengeluaran
2010
2011
2012
2013*
2014**
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
36,10
34,81
34,81
35,26
15,74
15,26
14,94
14,97
15,10
2,62
2,59
2,35
2,23
2,19
5,21
4,93
4,63
4,49
4,58
3,19
3,25
3,28
3,29
3,39
7,96
7,70
7,32
7,55
7,65
0,63 1,72
0,63 1,75
0,62 1,66
0,63 1,64
0,69 1,67
0,22
0,21
0,22
0,23
5,99
5,98
6,00
5,99
4,12 1,87
4,14 1,84
4,16 1,83
4,20 1,79
40,77
40,94
41,36
40,86
41,59
28,90 11,87
29,21 11,73
29,71 11,65
29,54 11,33
29,84 11,75
-0,71
-1,16
3,33
2,66
2,10
6. Ekspor Luar Negeri (6.a. + 6.b.) 6.a. Barang 6.b. Jasa
105,00 92,69 12,30
107,51 95,16 12,35
52,27 40,41 11,86
72,52 59,10 12,42
78,92 65,61 13,32
7. Impor Luar Negeri (7.a. + 7.b.) 7.a. Barang 7.b. Jasa
88,10 83,03 5,07
82,74 78,24 4,50
92,55 87,90 4,65
85,06 80,21 4,85
77,88 73,09 4,79
-0,31
-6,85
54,58
29,00
13,79
44,37 44,68
41,78 48,64
109,33 54,75
100,50 71,50
84,04 70,25
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah (3.a. + 3.b.) 3.a. Konsumsi Kolektif 3.b. Konsumsi Individu
5. Perubahan Inventori
tp
://
ke
o.
.g
pr
4,12 1,94
ht
4. Pembentukan Modal Tetap Bruto (4.a. + 4.b.) 4.a. Bangunan 4.b. Non-Bangunan
6,06
i.b
0,22
2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT
8. Net Ekspor Antar Daerah (8.a. - 8.b.) 8.a. Ekspor 8.b. Impor PDRB (1 + 2 + 3 + 4 + 5 + 6 - 7 + 8) * Angka Sementara ** Angka Sangat Sementara
id
37,07
ps
1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga (1.a. s/d 1.g.) 1.a. Makanan, Minuman, dan Rokok 1.b. Pakaian dan Alas Kaki 1.c. Perumahan, Perkakas, Perlengkapan dan Penyelenggaraan Rumah Tangga 1.d. Kesehatan dan Pendidikan 1.e. Transportasi, Komunikasi, Rekreasi, dan Budaya 1.f. Hotel dan Restoran 1.g. Lainnya
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Provinsi Kepulauan Riau, Tahun 2010-2014
69
Lampiran 4. Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2010 Menurut Pengeluaran Provinsi Kepulauan Riau (Miliar Rupiah)
Komponen Pengeluaran
2010
2011
2012
2013*
2014**
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
6,81
6,73
6,87
-
3,79
6,79
5,91
6,66
-
4,43
3,21
5,81
5,84
-
4,19
5,87
6,26
7,10
-
6,77
6,62
8,15
6,85
-
10,44
8,69
8,19
7,34
-
7,07 13,47
9,56 5,59
o.
9,06 6,17
7,50 6,95
-
4,92
5,91
5,90
11,99
6,13
6,74
4,06
3,16
7,58 3,07
7,37 5,36
3,91 4,39
3,47 2,47
-
6,77
7,53
6,57
5,84
-
6,15 8,29
8,03 6,34
6,80 6,01
5,75 6,06
-
58,41
-432,52
-30,20
-11,00
6. Ekspor Luar Negeri (6.a. + 6.b.) 6.a. Barang 6.b. Jasa
-
11,32 11,62 9,06
-49,19 -56,43 6,67
51,06 63,56 11,69
11,90 11,62 13,20
7. Impor Luar Negeri (7.a. + 7.b.) 7.a. Barang 7.b. Jasa
-
3,79 3,91 1,90
17,37 17,96 7,51
-2,31 -2,66 4,10
-4,63 -4,65 -4,29
-
2.097,97
-1.020,48
-46,84
-37,03
-
131,23 145,03
23,69 -42,00
-4,77 37,24
-9,33 1,38
-
6,96
7,63
7,11
7,32
2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT 3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah (3.a. + 3.b.) 3.a. Konsumsi Kolektif 3.b. Konsumsi Individu
5. Perubahan Inventori
8. Net Ekspor Antar Daerah (8.a. - 8.b.) 8.a. Ekspor 8.b. Impor PDRB (1 + 2 + 3 + 4 + 5 + 6 - 7 + 8) * Angka Sementara ** Angka Sangat Sementara
70
tp
pr
://
ke
-
ht
4. Pembentukan Modal Tetap Bruto (4.a. + 4.b.) 4.a. Bangunan 4.b. Non-Bangunan
-
.g
id
6,08
i.b
-
ps
1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga (1.a. s/d 1.g.) 1.a. Makanan, Minuman, dan Rokok 1.b. Pakaian dan Alas Kaki 1.c. Perumahan, Perkakas, Perlengkapan dan Penyelenggaraan Rumah Tangga 1.d. Kesehatan dan Pendidikan 1.e. Transportasi, Komunikasi, Rekreasi, dan Budaya 1.f. Hotel dan Restoran 1.g. Lainnya
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Provinsi Kepulauan Riau, Tahun 2010-2014
Lampiran 5. Indeks Harga Implisit Produk Domestik Regional Bruto (2010=100) Menurut Pengeluaran, Provinsi Kepulauan Riau (Miliar Rupiah)
Komponen Pengeluaran
2010
2011
2012
2013*
2014**
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
104,77
107,94
113,87
121,05
100,00
106,57
111,56
118,84
125,98
100,00
107,89
108,29
109,38
113,49
100,00
103,64
105,07
107,85
115,23
100,00
109,06
117,80
123,07
133,03
100,00
99,92
99,82
107,09
113,44
100,00 100,00
105,47 102,46
108,39 104,91
114,46 110,09
130,00 117,26
100,00
106,21
113,46
121,68
128,36
100,00
113,42
123,08
133,74
106,12 106,46
113,47 113,33
123,57 122,00
135,09 130,68
100,00
107,31
115,06
120,11
129,53
100,00 100,00
108,64 104,13
116,74 110,99
122,38 114,59
131,12 125,65
100,00
118,34
116,40
150,02
149,16
6. Ekspor Luar Negeri (6.a. + 6.b.) 6.a. Barang 6.b. Jasa
100,00 100,00 100,00
104,96 104,95 105,02
114,61 116,74 107,90
116,91 117,56 113,94
129,29 131,11 121,03
7. Impor Luar Negeri (7.a. + 7.b.) 7.a. Barang 7.b. Jasa
100,00 100,00 100,00
103,26 103,48 99,48
112,29 112,48 108,97
118,98 118,74 123,13
128,10 127,26 142,34
100,00
113,50
112,11
126,18
106,82
100,00 100,00
46,47 50,69
112,19 112,28
121,95 120,31
126,14 130,78
100,00
106,69
113,13
118,94
124,29
3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah (3.a. + 3.b.) 3.a. Konsumsi Kolektif 3.b. Konsumsi Individu
ht
tp
://
ke
4. Pembentukan Modal Tetap Bruto (4.a. + 4.b.) 4.a. Bangunan 4.b. Non-Bangunan 5. Perubahan Inventori
o.
.g
pr
100,00 100,00
106,22
i.b
2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT
8. Net Ekspor Antar Daerah (8.a. - 8.b.) 8.a. Ekspor 8.b. Impor PDRB (1 + 2 + 3 + 4 + 5 + 6 - 7 + 8) * Angka Sementara ** Angka Sangat Sementara
id
100,00
ps
1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga (1.a. s/d 1.g.) 1.a. Makanan, Minuman, dan Rokok 1.b. Pakaian dan Alas Kaki 1.c. Perumahan, Perkakas, Perlengkapan dan Penyelenggaraan Rumah Tangga 1.d. Kesehatan dan Pendidikan 1.e. Transportasi, Komunikasi, Rekreasi, dan Budaya 1.f. Hotel dan Restoran 1.g. Lainnya
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Provinsi Kepulauan Riau, Tahun 2010-2014
71
Lampiran 6. Laju Pertumbuhan Indeks Harga Implisit Produk Domestik Regional Bruto (2010=100) Menurut Pengeluaran, Provinsi Kepulauan Riau (Miliar Rupiah)
2010
2011
2012
2013*
2014**
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah (3.a. + 3.b.) 3.a. Konsumsi Kolektif 3.b. Konsumsi Individu
6. Ekspor Luar Negeri (6.a. + 6.b.) 6.a. Barang 6.b. Jasa 7. Impor Luar Negeri (7.a. + 7.b.) 7.a. Barang 7.b. Jasa 8. Net Ekspor Antar Daerah (8.a. - 8.b.) 8.a. Ekspor 8.b. Impor PDRB (1 + 2 + 3 + 4 + 5 + 6 - 7 + 8) * Angka Sementara ** Angka Sangat Sementara
72
6,31
-
6,57
4,68
6,53
6,00
-
7,89
0,37
1,00
3,76
-
3,64
1,38
2,65
6,84
-
9,06
8,02
4,47
8,10
-
-0,08
-0,10
7,28
5,93
-
5,47 2,46
2,77 2,39
5,60 4,94
13,58 6,52
-
6,21
6,83
7,24
5,49
-
6,22
6,78
8,52
8,65
6,12 6,46
6,93 6,46
8,90 7,65
9,32 7,11
-
7,31
7,22
4,39
7,84
-
8,64 4,13
7,45 6,58
4,83 3,24
7,15 9,65
-
18,34
-1,63
28,88
-0,58
-
4,96 4,95 5,02
9,20 11,24 2,74
2,01 0,70 5,60
10,59 11,52 6,23
-
3,26 3,48 -0,52
8,75 8,69 9,54
5,95 5,57 12,99
7,66 7,18 15,60
-
13,50
-1,22
12,54
-15,34
-
-53,53 -49,31
141,42 121,50
8,69 7,16
3,43 8,70
-
6,69
6,04
5,14
4,50
ke
.g
o.
id
5,49
:// tp
5. Perubahan Inventori
3,03
-
ht
4. Pembentukan Modal Tetap Bruto (4.a. + 4.b.) 4.a. Bangunan 4.b. Non-Bangunan
4,77
i.b
2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT
-
pr
1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga (1.a. s/d 1.g.) 1.a. Makanan, Minuman, dan Rokok 1.b. Pakaian dan Alas Kaki 1.c. Perumahan, Perkakas, Perlengkapan dan Penyelenggaraan Rumah Tangga 1.d. Kesehatan dan Pendidikan 1.e. Transportasi, Komunikasi, Rekreasi, dan Budaya 1.f. Hotel dan Restoran 1.g. Lainnya
ps
Komponen Pengeluaran
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Provinsi Kepulauan Riau, Tahun 2010-2014
ht
tp
://
ke
pr
i.b
ps
.g
o.
id
DAFTAR PUSTAKA
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Provinsi Kepulauan Riau, Tahun 2010-2014
73
id o. .g ps i.b pr ke :// tp ht 74
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Provinsi Kepulauan Riau, Tahun 2010-2014
1. Badan Pusat Statistik Provinsi Kepulauan Riau, Kepulauan Riau Dalam Angka, berbagai seri, Tanjungpinang. 2. _______________, PDRB Kepulauan Riau Menurut Penggunaan, berbagai seri, Tanjungpinang , Tabel Input Output Kepulauan Riau, 2010, Tanjungpinang.
3.
4. Badan Pusat Statistik, Statistik Matriks Investasi Pemerintah Pusat, berbagai seri, Jakarta. 5. __________________, Neraca Rumah Tangga Indonesia, 2012, Jakarta. 6.
_________________, Neraca Lembaga Non Profit yang Melayani Rumah Tangga, 2012,
id
Jakarta. , Pengeluran untuk Konsumsi Penduduk Indonesia per Provinsi, berbagai seri,
.g
o.
7.
i.b
ps
Jakarta.
tp
WashingtonDC, 1979.
ke
Host Poul, Madsen, Macroeconomic Accounts An Overview, Pamphlet Series, No. 29,
://
9.
pr
8. Frenken Jim, How To Measure Tangible Capital Stocks, Netherlands, 1992.
ht
10. Keuning. J. Steven, An Estimate of the Fixed Capital Stock By Industry and Types of Capital Goods in Kepulauan Riau, Statistical Analysis Capability Program, Project Working Paper, Series No.4, Jakarta 1988. 11. United Nations, A System of National Accounts, Studies in Methods, Series F No.2 Rev.3, New York, 1968. 12. _______________ , Input-Output Table and Analysis, Studies in Methods, Series F No. 14 Rev 1, New York, 1973.
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Provinsi Kepulauan Riau, Tahun 2010-2014
75
13. ______________, Handbook of National Accounting for Production, Sources and Methods, Series F No. 39, New York, 1986. 14. ______________, Handbook of National Accounting, Public Sector Accounts, Studies Methods, Series F No. 50, New York, 1988. 15. ______________, Link between Business Accounting and National Accounting, Public Sector Accounts, Studies Methods, Series F No.76, New York, 2000. 16. Verbiest Piet, Investment Matrix, Hasil Kerjasama Asian Development Bank dengan Badan Pusat Statistik, Jakarta, 1997.
o.
id
17. Ward, Michael, The Measurement of Capital: Methodology of Capital Stock Estimates in OECD
ps
.g
Countries, Paris, 1976.
i.b
18. World Bank, System of National Accounts 1993, Bahan Kursus, WashingtonDC, 1993.
ht
tp
://
ke
pr
19. United Nations and group, System of National Accounts 2008, New York, 2008.
76
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Provinsi Kepulauan Riau, Tahun 2010-2014