PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN PROBOLINGGO MENURUT PENGELUARAN TAHUN 2010 –2014
ISSN
: -
Katalog BPS
: 93020084.3513
Nomor Publikasi
: 35130.1502
Ukuran Buku
: 21 x 29,7 cm
Jumlah Halaman
: 65 + ix
Naskah
: Seksi Neraca Wilayah Dan Analisis Statistik BPS Kabupaten Probolinggo
Diterbitkan Oleh
: BPS Kabupaten Probolinggo
KATA PENGANTAR Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu perangkat data ekonomi yang dapat digunakan untuk mengevaluasi kinerja pembangunan ekonomi suatu wilayah (provinsi maupun kabupaten/kota). Perangkat data ini dapat pula digunakan untuk kepentingan dan tujuan lain, seperti sebagai dasar pengembangan model-model ekonomi dalam rangka menyusun formulasi kebijakan, tingkat percepatan uang beredar (velocity of money), pendalaman sektor keuangan (finacial deepening), penetapan pajak, kajian ekspor dan impor dan sebagainya. Publikasi ini secara khusus membahas PDRB menurut pengeluaran/permintaan akhir, yang dirinci menjadi beberapa komponen, yaitu: Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga, Pengeluaran Konsumsi Lembaga Non Profit yang Melayani Rumah Tangga, Pengeluaran Konsumsi Pemerintah, Investasi (Pembentukan Modal Tetap Bruto dan Perubahan Inventori), Ekspor Luar Negeri, Impor Luar Negeri, serta Ekspor Neto Antar Daerah (ekspor antar daerah dikurangi dengan impor antar daerah). Data PDRB dalam publikasi ini serta publikasi-publikasi selanjutnya mengunakan tahun dasar 2010, serta sudah
menerapkan
konsep
System
of
National
Accounts
2008
seperti
yang
direkomendasikan oleh United Nations. Kepada instansi pemerintah dan lembaga/perusahaan swasta yang telah memberikan dukungan data diucapkan terima kasih.
Semoga kerjasama yang telah
terjalin dapat terus berlanjut serta dapat ditingkatkan di masa-masa mendatang. Akhirnya,
semoga
publikasi
ini
bermanfaat
bagi
semua
pihak
yang
memerlukannya.
Probolinggo,
Desember 2015
KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK Kabupaten Probolinggo,
Drs. DJUDJUK WIDHILAKSANA, MM. NIP. 19610127 198202 1 001
DAFTAR ISI Halaman Kata Pengantar ………………………………………………………………….............
i
Daftar Isi …………………………………………………………………………………..
iii
Daftar Tabel ………………………………………………………………………………
v
Daftar Grafik ……………………………………………………………………………...
vii
Daftar Lampiran …………………………………………………………………………..
viii
BAB I
BAB II
BAB III
PENDAHULUAN …………………………………………………............
1
1.1.
Pengertian Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).................
2
1.2.
Kegunaan Statistik PDRB ………………….……………………......
3
METODA ESTIMASI DAN SUMBER DATA ……………………………
5
2.1
Pengeluaran Konsumsi Akhir Rumah Tangga ………….………..
6
2.2
Pengeluaran Konsumsi Akhir LNPRT ………….………................
9
2.3
Pengeluaran Konsumsi Akhir Pemerintah ……………….………
12
2.4
Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) ……………….………
15
2.5
Perubahan Inventori ………………………………….…….……….
19
2.6
Ekspor dan Impor Barang serta Jasa ………………………………
23
TINJAUAN
PEREKONOMIAN
BERDASARKAN
PDRB
KABUPATEN
PROBOLINGGO
PENGELUARAN
KABUPATEN
25
PROBOLINGGO TAHUN 2010-2014 ........................................ ...…......... 3.1
Tinjauan Agregat PDRB Kabupaten Probolinggo Menurut Pengeluaran ..........................................................................................
26
3.2
Perkembangan Konsumsi Akhir Rumah Tangga ………………..
30
3.3
Perkembangan Konsumsi Akhir LNPRT ………………..............
34
3.4
Perkembangan Konsumsi Akhir Pemerintah ……………….…...
35
Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Probolinggo Menurut Pengeluaran, Tahun 2010 - 2014
iii
BAB IV
3.5
Perkembangan Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) .…...
37
3.6
Perkembangan Perubahan Inventori ……………………………...
39
3.7
Perkembangan Ekspor ……………………………………….……..
40
3.8
Perkembangan Impor ……………………………………………...
41
3.9
Perkembangan Net Ekspor Antar Daerah ……………………....
43
PERKEMBANGAN AGREGAT PRDB MENURUT PENGELUARAN KABUPATEN PROBOLINGGO TAHUN 2010-2014..............................
44
4.1
PDRB (Nominal) …………………………………………….......….
45
4.2
Perbandingan Penggunaan PDRB untuk Konsumsi Akhir Rumah Tangga terhadap Ekspor…………………………………..
4.3
Perbandingan
Konsumsi
Rumah
Tangga
46
terhadap
Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) ………………..…….
47
4.4
Proporsi Konsumsi Akhir terhadap PDRB ……………………….
48
4.5
Perbandingan Ekspor terhadap PMTB …………………..………
48
4.6
Perbandingan PDRB terhadap Impor …………………..………..
49
4.7
Keseimbangan Total Penyediaan dan Total Permintaan ….…..
50
4.8
Neraca Perdagangan (Trade Balance) ……………………………..
51
4.9
Incremental Capital Output Ratio (ICOR) …….…………………...
53
PENUTUP …………………………………………………………………..
54
LAMPIRAN ………………………………………………………………..
57
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………
64
Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Probolinggo Menurut Pengeluaran, Tahun 2010 - 2014
iv
DAFTAR TABEL
Tabel 1
PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Pengeluaran, Kabupaten Probolinggo Tahun 2010-2014 ..................................................................
Tabel 2
PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2010 Menurut Pengeluaran, Kabupaten Probolinggo Tahun 2010-2014 ........…………………..............
Tabel 3
29
Indeks Implisit PDRB Menurut Pengeluaran Kabupaten Probolinggo, Tahun 2010-2014 ….............................................………........……….............
Tabel 6
Perkembangan
Penggunaan
Konsumsi
Akhir
Rumah
Perkembangan
Penggunaan
Konsumsi
LNPRT
35
Perkembangan dan Struktur PMTB Kabupaten Probolinggo, Tahun 2010—2014 …………………………………………………………………...
Tabel 13
34
Perkembangan Pengeluaran Konsumsi Akhir Pemerintah Kabupaten Probolinggo, Tahun 2010 – 2014 ………………………………………
Tabel 12
33
Kabupaten
Probolinggo,Tahun2010—2014…………………………………………….. Tabel 11
33
Perubahan Indeks Harga Implisit Penggunaan Konsumsi Akhir RumahTangga Kabupaten Probolinggo, Tahun 2010-2014…........……
Tabel 10
32
Pertumbuhan Riil Penggunaan Konsumsi Akhir Rumah Tangga Kabupaten Probolinggo, Tahun 2010-2014 .........………...........................
Tabel 9
30
Struktur Penggunaan Konsumsi Akhir Rumah Tangga Kabupaten Probolinggo, Tahun 2010-2014 …………………..………......................
Tabel 8
29
Tangga
Kabupaten Probolinggo, Tahun 2010-2014 ..………................................... Tabel 7
28
Pertumbuhan Menurut Pengeluaran, Kabupaten Probolinggo Tahun 2011-2014 .........……………………….....…………..............
Tabel 5
27
Distribusi PDRB Menurut Pengeluaran, Kabupaten Probolinggo Tahun 2010-2014 ..........................…………………….....……………….......
Tabel 4
26
Perkembangan
dan
Struktur
Perubahan
Inventori
Kabupaten
Probolinggo, Tahun 2010—2014 ..………………….....................................
Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Probolinggo Menurut Pengeluaran, Tahun 2010 - 2014
38
39
v
Tabel 14
Perkembangan Ekspor Barang dan JasaKabupaten Probolinggo, Tahun 2010–2014 ....... ………..…………………………………….......….
Tabel 15
Perkembangan Impor Kabupaten Probolinggo, Tahun 2010–2014
40
Tabel 16
Produk Domestik Regional Bruto dan PDRB Perkapita Kabupaten
42
Probolinggo, Tahun 2010—2014 ….................…………………………….. Tabel 17
Perbandingan PDRB Pengeluaran untuk Konsumsi Akhir
Rumah
45
Tangga terhadap Ekspor Tahun 2010—2014 …………………………… Tabel 18
Perbandingan Konsumsi Rumah Tangga terhadap PMTB Tahun
46
2010—2014 …………………………………………………………………... Tabel 19
Proporsi Total Penggunaan Konsumsi Akhir terhadap PDRB
47
Kabupaten Probolinggo, Tahun 2010—2014 ........……………………… Tabel 20
Rasio Ekspor terhadap PMTB (ADHB) Tahun 2010—2014 …………….
48 49
Tabel 21
Rasio PDRB terhadap Impor Kabupaten Probolinggo Tahun 2010— 2014 ...................................................................................................................
Tabel 22
Sisi
Keseimbangan
Penyediaan
dan
Permintaan
Kabupaten
Probolinggo, Tahun 2010—2014 ...…………………………………….. Tabel 23
50
Neraca Perdagangan Barang dan Jasa, Kabupaten Probolinggo Tahun 2010—2014 …………………………………………………………………...
Tabel 24
50
52
Incremental Capital Output Ratio, Kabupaten Probolinggo, Tahun 2010-2014 …………………………………………………………………...
Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Probolinggo Menurut Pengeluaran, Tahun 2010 - 2014
53
vi
DAFTAR GRAFIK
Grafik 1
Perbandingan PDRB adh Berlaku dan adh Konstan 2010 Menurut Pengeluaran, Kabupaten Probolinggo, Tahun 2010 – 2014 …………
Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Probolinggo Menurut Pengeluaran, Tahun 2010 - 2014
28
vii
DAFTAR LAMPIRAN
Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Tabel 1
Pengeluaran, Kabupaten Probolinggo .....………………………………... Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2010
Tabel 2
Menurut Pengeluaran, Kabupaten Probolinggo ...………………………. Distribusi Persentase Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar
Tabel 3
64
Menurut Pengeluaran, Kabupaten Probolinggo ...……………………. Laju Pertumbuhan Indeks Harga Implisit Produk Domestik Regional
Tabel 6
63
Harga Konstan 2010 Menurut Pengeluaran, Kabupaten Probolinggo Indeks Harga Implisit Produk Domestik Regional Bruto (2010=100)
Tabel 5
62
Harga Berlaku Menurut Pengeluaran, Kabupaten Probolinggo ............. Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar
Tabel 4
61
65
Bruto (2010=100) Menurut Pengeluaran, Kabupaten Probolinggo ….... 66
Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Probolinggo Menurut Pengeluaran, Tahun 2010 - 2014
viii
id o. .g
PENDAHULUAN
ht
tp s
://
pr
ob
ol
in
gg
ok
ab
.b
ps
BAB I
Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Probolinggo Menurut Pengeluaran, Tahun 2010 - 2014
1
1.1
PENGERTIAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) Salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi di suatu
wilayah/regional dalam suatu periode tertentu adalah data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan. PDRB pada dasarnya merupakan jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu negara tertentu, atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi. PDRB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga yang berlaku pada setiap tahun. Sedangkan PDRB atas dasar harga konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung
id
menggunakan harga yang pada suatu tahun tertentu sebagai dasar. PDRB atas dasar
o.
harga berlaku dapat digunakan untuk melihat pergeseran struktur ekonomi. PDRB atas
ps
.g
dasar harga konstan digunakan untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi pada suatu
ab
.b
periode ke periode ( tahun ke tahun atau triwulan ke triwulan). Dalam publikasi ini
ok
tahun dasar yang digunakan adalah tahun 2010 dan ini tentu akan mencerminkan
in
gg
struktur ekonomi terkini.
ob
ol
Terdapat tiga pendekatan yang biasanya digunakan dalam menghitung angka-
://
pr
angka PDRB, yaitu:
tp s
a. Menurut Pendekatan Produksi,
ht
Menurut pendekatan ini, PDRB adalah jumlah nilai tambah atas barang dan jasa yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi di wilayah suatu negara dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun). Unit-unit produksi tersebut dalam penyajiannya dikelompokkan menjadi 17 kategori lapangan usaha yaitu: 1. Pertanian, Kehutanan dan Perikanan, 2. Pertambangan dan Penggalian, 3. Industri Pengolahan, 4. Pengadaan Listrik dan Gas, 5. Pengadaan Air, Pengolahan Sampah, Limbah dan Daur Ulang, 6. Konstruksi, 7. Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor, 8. Transportasi dan Pergudangan, 9. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum, 10. Informasi dan Komunikasi, 11. Jasa Keuangan dan Asuransi 12. Real Estat, 13. Jasa Perusahaan, 14. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib, 15. Jasa Pendidikan, 16. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial, 17.
Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Probolinggo Menurut Pengeluaran, Tahun 2010 - 2014
2
Jasa lainnya. Setiap kategori lapangan usaha tersebut dirinci lagi menjadi sub-sub kategori lapangan usaha.
b. Menurut Pendekatan Pendapatan PDRB menurut pendekatan ini merupakan jumlah balas jasa yang diterima oleh faktor-faktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi di suatu negara dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun). Balas jasa faktor produksi yang dimaksud adalah upah dan gaji, sewa tanah, bunga modal dan keuntungan; semuanya sebelum dipotong pajak penghasilan dan pajak langsung lainnya. Dalam definisi ini, PDRB mencakup juga penyusutan dan pajak tidak langsung neto (pajak
id
atas produksi dan impor dikurangi subsidi).
.g
o.
c. Menurut Pendekatan Pengeluaran, PDRB adalah semua komponen permintaan
ps
akhir yang terdiri dari: (1) pengeluaran konsumsi akhir rumah tangga (2)
ab
.b
pengeluaran konsumsi akhir lembaga non profit yang melayani rumah tangga (3)
ok
pengeluaran konsumsi akhir pemerintah, (4) pembentukan modal tetap domestik
in
gg
bruto, (5) perubahan inventori, dan (6) ekspor neto (ekspor dikurangi impor).
ob
ol
Secara konsep ketiga pendekatan tersebut akan menghasilkan angka yang sama.
://
pr
Jadi, jumlah pengeluaran akan sama dengan jumlah barang dan jasa akhir yang
tp s
dihasilkan dan harus sama pula dengan jumlah pendapatan untuk faktor-faktor
ht
produksi. PDRB yang dihasilkan dengan cara ini disebut sebagai PDRB atas dasar harga pasar, karena di dalamnya sudah dicakup pajak tak langsung neto.
1.2
KEGUNAAN STATISTIK PDRB Data pendapatan regional adalah salah satu indikator makro yang dapat
menunjukkan kondisi perekonomian suatu wilayah setiap tahun. Manfaat yang dapat diperoleh dari data ini antara lain adalah: 1. PDRB harga berlaku nominal menunjukkan kemampuan sumber daya ekonomi yang dihasilkan oleh suatu negara. Nilai PDRB yang besar menunjukkan kemampuan sumber daya ekonomi yang besar, begitu juga sebaliknya.
Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Probolinggo Menurut Pengeluaran, Tahun 2010 - 2014
3
2. PDRB harga konstan (riil) dapat digunakan untuk menunjukkan laju pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan atau setiap sektor dari tahun ke tahun. 3. Distribusi PDRB harga berlaku menurut sektor menunjukkan struktur perekonomian atau peranan setiap sektor ekonomi dalam suatu negara. Sektor-sektor ekonomi yang mempunyai peran besar menunjukkan basis perekonomian suatu negara. 4. PDRB harga berlaku menurut pengeluaran menunjukkan produk barang dan jasa digunakan untuk tujuan konsumsi akhir, investasi dan diperdagangkan dengan pihak luar negeri. 5. Distribusi PDRB menurut pengeluaran menunjukkan peranan kelembagaan dalam menggunakan barang dan jasa yang dihasilkan oleh berbagai sektor ekonomi. 6. PDRB pengeluaran atas dasar harga konstan bermanfaat untuk mengukur laju
id
pertumbuhan konsumsi akhir, investasi dan perdagangan luar negeri.
.g
o.
7. PDRB per kapita atas dasar harga berlaku menunjukkan nilai PDRB per kepala atau
ps
per satu orang penduduk.
ab
.b
8. PDRB per kapita atas dasar harga konstan berguna untuk mengetahui pertumbuhan
ht
tp s
://
pr
ob
ol
in
gg
ok
nyata ekonomi per kapita penduduk suatu wilayah.
Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Probolinggo Menurut Pengeluaran, Tahun 2010 - 2014
4
ht
tp s
://
pr
ob
ol
in
gg
ok
ab
.b
ps
.g
o.
id
BAB II METODE ESTIMASI DAN SUMBER DATA
Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Probolinggo Menurut Pengeluaran, Tahun 2010 - 2014
5
2.1
PENGELUARAN KONSUMSI AKHIR RUMAH TANGGA
i.
Pendahuluan Komponen konsumsi rumah tangga mempunyai peran yang cukup besar dalam
perekonomian. Hal ini tercermin dari besarnya sumbangan konsumsi rumah tangga dalam pembentukan PDRB pengeluaran. Di samping berperan sebagai konsumen akhir barang dan jasa, rumahtangga juga berperan sebagai produsen dan penyedia faktor produksi untuk aktivitas produksi yang dilakukan oleh sektor institusi lain. ii.
Konsep dan definisi Pengeluaran konsumsi rumah tangga (PKRT) adalah pengeluaran atas barang dan
jasa oleh rumah tangga untuk tujuan konsumsi. Rumah tangga didefinisikan sebagai
o.
id
individu atau kelompok individu yang tinggal bersama dalam suatu bangunan tempat
ps
.g
tinggal. Mereka mengumpulkan pendapatan, dapat memiliki harta dan kewajiban, serta
.b
mengkonsumsi barang dan jasa secara bersama-sama, utamanya kelompok makanan dan
ok gg
Cakupan
in
iii.
ab
perumahan.
ob
ol
PKRT mencakup seluruh pengeluaran atas barang dan jasa oleh residen suatu
pr
wilayah, baik yang dilakukan di dalam maupun di luar wilayah domestik suatu region.
tp s
://
Jenis-jenis barang dan jasa yang dikonsumsi diklasifikasikan menurut COICOP
ht
(Classifications of Individual Consumption by Purpose) seperti yang direkomendasikan oleh UN (United Nations), sbb: 1.
Makanan dan minuman tidak beralkohol
2.
Minuman beralkohol, tembakau dan narkotik
3.
Pakaian dan alas kaki
4.
Perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar lainnya
5.
Furniture, perlengkapan rumahtangga dan pemeliharaan rutin
6.
Kesehatan
7.
Angkutan
8.
Komunikasi
9.
Rekreasi/hiburan dan kebudayaan
10. Pendidikan Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Probolinggo Menurut Pengeluaran, Tahun 2010 - 2014
6
11. Penyediaan makan minum dan penginapan/hotel 12. Barang dan jasa lainnya
Karena keterbatasan data, maka dalam penyajian di publikasi ini, 12 COICOP tersebut dikelompokkan kembali menjadi hanya 7 COICOP, yaitu: 1. Makanan, Minuman, dan Rokok 2. Pakaian dan Alas Kaki 3. Perumahan, Perkakas, Perelngkapan dan Penyelenggaraan Rumah Tangga 4. Kesehatan dan Pendidikan 5. Transportasi, Komunikasi, Rekreasi, dan Budaya 6. Hotel dan Restoran
.b
ps
Konsumsi rumah tangga mencakup juga hal-hal sbb:
.g
o.
id
7. Lainnya
ok
ab
Imputasi jasa persewaan rumah milik sendiri (owner occupied dwellings);
gg
Nilai perkiraan sewa rumah milik sendiri harus diperhitungkan karena rumah
ol
in
tangga pemilik, dianggap menghasilkan jasa persewaan rumah bagi dirinya
pr
ob
sendiri. Imputasi sewa rumah diperkirakan atas dasar harga pasar, meskipun status
://
rumah tersebut milik sendiri. Apabila rumah tangga benar-benar menyewa, maka
tp s
yang dihitung adalah biaya sewa yang dibayar, baik dibayar penuh maupun tidak
ht
penuh karena mendapat keringanan biaya (subsidi atau transfer). Barang yang diproduksi dan digunakan sendiri; Pemberian/hadiah dalam bentuk barang yang diterima dari pihak lain; Barang dan jasa yang dibeli langsung (direct purchase) oleh residen diluar wilayah atau diluar negeri (diperlakukan sebagai impor) Terdapat beberapa catatan yang perlu diketahui berkaitan dengan PKRT ini, yaitu: Pembelian langsung oleh non-residen, diperlakukan sebagai ekspor dari wilayah tersebut)
Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Probolinggo Menurut Pengeluaran, Tahun 2010 - 2014
7
Pembelian barang yang tidak diproduksi kembali (diduplikasi), seperti barang antik, lukisan, dan hasil karya seni lainnya diperlakukan sebagai investasi atas barang berharga, bukan konsumsi rumah tangga. Pengeluaran rumah tangga untuk keperluan biaya antara dan pembentukan modal di dalam aktivitas usaha rumah tangga, tidak termasuk dalam pengeluaran konsumsi rumah tangga. Contoh, pembelian barang dan jasa untuk keperluan usaha, perbaikan besar rumah, dan pembelian rumah. Pengeluaran untuk keperluan transfer baik dalam bentuk uang atau barang, tidak termasuk sebagai pengeluaran konsumsi rumah tangga. iv.
Penghitungan PKRT Tahunan
o.
id
1. Sumber data
.b
Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) BPS, dalam bentuk pengeluaran
ab
ps
.g
Sumber data yang digunakan untuk mengestimasi PKRT adalah :
ok
konsumsi per-kapita seminggu untuk makanan, dan pengeluaran per-kapita
in
gg
sebulan untuk kelompok bukan makanan, Jumlah penduduk pertengahan tahun,
Data Sekunder (dari BPS maupun dari luar BPS), dalam bentuk data atau
://
pr
ob
ol
ht
tp s
indikator suplai komoditas dari jenis pengeluaran tertentu, Indeks Harga Konsumen (IHK).
2. Metode penghitungan Penghitungan PKRT didasarkan pada hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas). Untuk menghasilkan perhitungan PKRT yang mencerminkan kondisi sesungguhnya,
masih
diperlukan
adanya
beberapa
penyesuaian
(adjustment).
Penyesuaian dilakukan dengan menggunakan data pendukung (data sekunder) dalam bentuk indikator suplai (di luar Susenas) dari beberapa komoditi tertentu. Hasil penghitungan dari data sekunder tersebut dianggap lebih mencerminkan PKRT yang sebenarnya. Penyesuaian (adjustment) yang dilakukan adalah mengganti hasil Susenas dengan hasil penghitungan yang didasarkan data indikator suplai untuk beberapa
Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Probolinggo Menurut Pengeluaran, Tahun 2010 - 2014
8
komoditas. Penggantian dilakukan pada level komoditas, kelompok komoditas, atau jenis pengeluaran tertentu. Langkah penghitungan di atas menghasilkan besarnya PKRT atas dasar harga berlaku (ADHB). PKRT atas dasar harga konstan (ADHK) 2010, diperoleh dengan cara mendeflate PKRT ADHB dengan IHK tahun dasar 2010. Untuk lebih jelasnya, langkah langkah penghitungan PKRT sbb: 1.
Estimasi PKRT hasil Susenas: a. Makanan = pengeluaran konsumsi perkapita seminggu x (30/7) x 12 x jumlah penduduk pertengahan tahun b. Bukan makanan = pengeluaran konsumsi perkapita sebulan x 12 x jumlah penduduk pertengahan tahun
id
Terhadap data poin ke 1 dilakukan koreksi dengan menggunakan data sekunder
o.
2.
ps
.g
atau indikator suplai komoditas untuk jenis pengeluaran tertentu; Data poin ke 2 dikelompokan menjadi 7 kelompok COICOP;
4.
Diperoleh nilai PKRT tahun 2010 yang telah di-adjust;
5.
Susun Indeks Implisit berdasarkan IHK Kota (Provinsi/Kota terdekat) dan 7
in
gg
ok
ab
.b
3.
ob
PKRT adh konstan 2010 diperoleh dengan membagi hasil poin ke 4 dengan hasil
pr
6.
ol
kelompok COICOP;
ht
tp s
://
poin ke 5.
2.2
PENGELUARAN KONSUMSI AKHIR LNPRT
i
Pendahuluan Komponen konsumsi Lembaga Non-Profit yang Melayani Rumah Tangga (LNPRT)
muncul sebagai komponen tersendiri dalam suatu perekonomian wilayah. Komponen ini berperan dalam menyediakan barang dan jasa bagi anggotanya maupun bagi rumahtangga secara gratis atau pada tingkat harga yang tidak berarti secara ekonomi. Harga yang tak berarti secara ekonomi artinya harga tersebut biasanya dibawah harga pasar (tidak mengikuti harga pasar yang berlaku).
Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Probolinggo Menurut Pengeluaran, Tahun 2010 - 2014
9
ii
Konsep dan definisi LNPRT merupakan bagian dari lembaga non profit (LNP). Sesuai dengan
fungsinya, LNP dibedakan atas LNP yang melayani rumah tangga dan LNP yang melayani bukan rumahtangga. Karakteristik unit LNP adalah sbb :
LNP umumnya adalah lembaga formal, tetapi terkadang merupakan lembaga informal yang keberadaannya diakui oleh masyarakat;
pengawasan terhadap jalannya organisasi dilakukan oleh anggota terpilih yang punya hak sama, termasuk hak bicara atas keputusan lembaga;
setiap anggota mempunyai tanggung jawab tertentu dalam organisasi, dan
.b
kebijaksanaan lembaga diputuskan secara kolektif oleh anggota terpilih, dan
ab
ps
.g
kegiatan usaha produktif dikuasai oleh lembaga;
o.
id
tidak berhak menguasai profit atau surplus, karena profit yang diperoleh dari
gg
istilah nonprofit tidak berarti bahwa lembaga ini tidak dapat menciptakan
in
ok
kelompok ini berfungsi sebagai pelaksana dari dewan pengurus; dan
ob
ol
surplus melalui kegiatan produktifnya, namun surplus yang diperoleh
pr
biasanya diinvestasikan kembali pada aktivitas sejenis.
tp s
://
LNPRT merupakan lembaga yang melayani anggotanya atau rumahtangga, serta
ht
tidak dikontrol oleh pemerintah. Anggota dari lembaga yang dimaksud disini adalah yang bukan berbentuk badan usaha. LNPRT dibedakan atas 7 jenis lembaga, yaitu: Organisasi kemasyarakatan, Organisasi sosial, Organisasi profesi, Perkumpulan sosial/ kebudayaan/olahraga/ hobi, Lembaga swadaya masyarakat, Lembaga keagamaan, dan Organisasi bantuan kemanusiaan/beasiswa. iii.
Cakupan Nilai PK-LNPRT sama dengan nilai output non-pasar yang dihasilkan LNPRT.
Nilai output non pasar tersebut dihitung berdasarkan nilai seluruh pengeluaran LNPRT dalam rangka melakukan kegiatan operasionalnya. Pengeluaran yang dimaksud terdiri dari :
Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Probolinggo Menurut Pengeluaran, Tahun 2010 - 2014
10
a.
Konsumsi antara, contoh : pembelian alat tulis, barang cetakan, pembayaran listrik, air, telepon, teleks, faksimili, biaya rapat, seminar, perjamuan, transportasi, bahan bakar, perjalanan dinas, belanja barang dan jasa lain, sewa gedung, sewa perlengkapan kantor dll.
b.
Kompensasi tenaga kerja, contoh : upah, gaji, lembur, honor, bonus dan tunjangan lainnya
iv.
c.
Penyusutan
d.
Pajak lainnya atas produksi (dikurangi subsidi), contoh: PBB, STNK, BBN dll.
Penghitungan PK-LNPRT Tahunan 1. Sumber data
o.
id
Hasil Survei Khusus Lembaga Non-profit (SK-LNP).
ps
.g
Informasi yang diperoleh dari hasil SKLNP adalah rata-rata pengeluaran
.b
menurut jenis lembaga dan jenis pengeluaran.
ok
ab
Hasil up-dating direktori LNPRT.
gg
Informasi yang diperoleh dari hasil up-dating direktori LNPRT adalah jumlah
ol
in
populasi LNPRT menurut jenis lembaga.
pr
ob
Indeks Harga Konsumen (IHK)
diestimasi
ht
PK-LNPRT
tp s
://
2. Metode penghitungan
dengan
menggunakan
metode
langsung,
yaitu
menggunakan hasil SKLNP. Tahapan estimasi PK-LNPRT adalah sbb :
Menghitung rata-rata pengeluaran menurut jenis lembaga dan jenis pengeluaran (barang dan jasa). Barang dan jasa yang diperoleh secara cumacuma, nilainya diperkirakan sesuai harga pasar yang berlaku. Rata-rata pengeluaran lembaga menurut jenis-nya dihitung dengan rumus sbb :
xij
xij ni
x ij : Rata-rata pengeluaran menurut jenis lembaga dan jenis pengeluaran xij : PK-LNPRT hasil survei menurut jenis lembaga dan jenis pengeluaran
ni : Jumlah sampel LNPRT menurut jenis lembaga Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Probolinggo Menurut Pengeluaran, Tahun 2010 - 2014
11
i j
: Jenis lembaga LNPRT, i = 1, 2, 3, …, 7 : jenis pengeluaran LNPRT, j = 1, 2, 3, …, 19
Mengestimasi PK-LNPRT, dengan menggunakan rumusan sbb: 7
19
X x ij Ni i 1 j 1
X:
PK-LNPRT adh Berlaku
N i : Populasi LNPRT menurut jenis lembaga Hasil penghitungan di atas akan diperoleh besarnya PK-LNPRT atas dasar harga berlaku (ADHB). PK-LNPRT atas dasar harga konstan (ADHK) 2010, diperoleh
o.
id
dengan cara mendeflate PK-LNPRT ADHB dengan IHK tahun dasar 2010.
PENGELUARAN KONSUMSI AKHIR PEMERINTAH
i.
Pendahuluan
ab
.b
ps
.g
2.3
gg
ok
Unit pemerintah adalah unit institusi yang dibentuk melalui proses politik, serta
in
mempunyai kekuasaan di bidang lembaga legislatif, yudikatif maupun eksekutif atas
ob
ol
unit institusi lain yang berada di dalam batas-batas wilayah suatu negara/wilayah.
pr
Pemerintah juga mempunyai berbagai peran dan fungsi lainnya, seperti sebagai penyedia
tp s
://
barang dan jasa bagi kelompok atau individu rumah tangga, sebagai pemungut dan
ht
pengelola pajak atau pendapatan lain-nya, berfungsi mendistribusikan pendapatan atau kesejahteraan melalui aktivitas transfer, serta terlibat di dalam produksi non-pasar. Dalam suatu perekonomian, unit pemerintah bisa berperan sebagai konsumen maupun produsen, serta sebagai regulator yang menetapkan berbagai kebijakan di bidang fiskal dan moneter. Sebagai konsumen, pemerintah akan melakukan aktivitas konsumsi atas barang dan jasa akhir. Sedangkan sebagai produsen, pemerintah akan melakukan aktivitas memproduksi barang & jasa maupun aktivitas investasi. ii.
Konsep dan Definisi Besarnya nilai pengeluaran konsumsi akhir pemerintah (PK-P) sama dengan nilai
produksi barang dan jasa yang dihasilkan pemerintah untuk dikonsumsi pemerintah itu sendiri. PK-P mencakup pembelian barang dan jasa yang bersifat rutin, pembayaran Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Probolinggo Menurut Pengeluaran, Tahun 2010 - 2014
12
upah dan gaji pegawai, transfer sosial dalam bentuk barang, perkiraan penyusutan barang modal, dan nilai output dari Bank Indonesia, dikurangi dengan nilai penjualan barang dan jasa yang dihasilkan unit produksi yang tak dapat dipisahkan dari aktivitas pemerintahan. Aktivitas unit produksi pemerintah yang tidak dapat dipisahkan dari aktivitas pemerintahan secara umum, mencakup kegiatan sbb: 1. memproduksi barang yang sama atau sejenis dengan barang yang diproduksi oleh perusahaan. Contoh, aktivitas pencetakan publikasi, kartu pos, reproduksi karya seni, pembibitan tanaman di kebun percobaan dsb. Aktivitas menjual barangbarang semacam itu bersifat insidentil dari fungsi pokok unit pemerintah. 2. memproduksi jasa. Contoh, aktivitas penyelenggaraan rumah sakit, sekolah,
o.
id
perguruan tinggi, museum, perpustakaan, tempat rekreasi dan penyimpanan hasil
ps
.g
karya seni yang dibiayai oleh pemerintah. Dalam hal ini pemerintah memungut
.b
biaya yang umumnya tidak lebih dari seluruh biaya yang dikeluarkan. Pendapatan
ok
ab
yang diterima dari aktivitas semacam ini disebut sebagai penerimaan non-komoditi
in ol
Cakupan
ob
iii.
gg
(pendapatan jasa).
://
pr
Komponen konsumsi pemerintahan terdiri dari pemerintah pusat dan pemerintah
tp s
daerah. Dalam melakukan aktivitasnya, unit pemerintah pusat akan mengacu pada
ht
dokumen Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), sedangkan unit pemerintah daerah (baik Provinsi, Kabupaten/Kota, maupun Desa) mengacu pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Pemerintah Daerah (APBD). Pengeluaran konsumsi akhir pemerintah (PK-P) Provinsi mencakup : a. PKPemerintah Kabupaten/Kota yang berada di wilayah provinsi;
b. PK-Pemerintah
Provinsi yang bersangkutan; c. PK-Pemerintah Pusat yang merupakan bagian dari pemerintah Provinsi; d. PK-Pemerintah Desa/ Kelurahan/Nagari yang ada di wilayah Provinsi bersangkutan. iv.
Penghitungan PDRB Tahunan 1.
Sumber Data Data dasar yang digunakan untuk menghitung PK-P Provinsi Tahunan adalah: a. Data realisasi APBN Tahunan (Kemenkeu)
Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Probolinggo Menurut Pengeluaran, Tahun 2010 - 2014
13
b. Data realisasi APBD Tahunan (Kemenkeu) c. Statistik Keuangan Daerah (BPS) d. Output Bank Indonesia (BI) e. Gaji Pegawai Negeri Sipil (PNS) dari Kementrian Keuangan serta Indeks Harga dari BPS. 2.
Metode Penghitungan a.
PK-P Provinsi adh Berlaku Secara umum, PK-P adh Berlaku dihitung menggunakan rumusan berikut PK-P adh Berlaku =
o.
id
Output non pasar – penjualan barang dan jasa + output Bank Indonesia
.g
:
.b
ps
Output non-pasar dihitung dengan pendekatan biaya yg dikeluarkan,
ab
yaitu : Belanja pengadaan barang/jasa, bantuan sosial dalam bentuk barang
gg
ok
(yg dibeli dengan harga pasar ), belanja pegawai, dan penyusutan.
in
Untuk level Provinsi, PK-P Provinsi adh Berlaku, dihitung berdasarkan
ob
ol
penjumlahan dari pengeluaran akhir konsumsi pemerintah Provinsi itu sendiri
pr
+ pengeluaran akhir konsumsi pemerintah seluruh pemerintahan Kabupaten/
tp s
://
Kota yang ada di wilayah Provinsi tersebut + pengeluaran akhir seluruh
ht
pemerintah desa/kelurahan/nagari yang ada diwilayah provinsi tersebut + pengeluaran pemerintah Pusat yang menjadi bagian dari Provinsi yang bersangkutan. b.
PK-P Provinsi adh Konstan Pengeluaran konsumsi pemerintah adh Konstan dihitung dengan menggunakan metode deflasi. Deflator yang digunakan adalah Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB) umum tanpa ekspor, Indeks Upah, Indeks Implisit dari Produk Domestik Bruto komponen Pembentukan Modal Tetap Bruto, Indeks Harga Konsumen (IHK) umum.
Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Probolinggo Menurut Pengeluaran, Tahun 2010 - 2014
14
2.4 PEMBENTUKAN MODAL TETAP BRUTO (PMTB) i
Pendahuluan Aktivitas investasi merupakan salah satu faktor utama yang akan mempengaruhi
perkembangan ekonomi suatu negara/wilayah. Investasi disini terdiri dari investasi fisik dan investasi finansial. Dalam konteks PDB/PDRB, aktivitas investasi fisik ini tercermin pada komponen Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) dan Perubahan Inventori. PMTB erat kaitannya dengan keberadaan aset tetap (fixed asset) yang dilibatkan dalam proses produksi. Secara garis besar aset tetap dapat diklasifikasi menurut jenis barang modal seperti: bangunan dan konstruksi lain, mesin dan perlengkapan, kendaraan, tumbuhan, ternak, dan barang modal lainnya.
id
Konsep dan definisi
o.
ii
ps
.g
PMTB didefinisikan sebagai penambahan dan pengurangan aset tetap pada suatu
ab
.b
unit produksi, dalam kurun waktu tertentu. Penambahan barang modal mencakup
ok
pengadaan, pembuatan, pembelian, sewa beli (financial leasing) barang modal baru dari
gg
dalam negeri serta barang modal baru dan bekas dari luar negeri (termasuk perbaikan
ol
in
besar, transfer atau barter barang modal), dan pertumbuhan aset sumberdaya hayati
ob
yang dibudidaya. Sedangkan pengurangan barang modal mencakup penjualan, transfer
://
pr
atau barter, dan sewa beli (financial leasing) barang modal bekas pada pihak lain.
ht
pengurangan.
tp s
Pengecualian kehilangan yang disebabkan oleh bencana alam tidak dicatat sebagai
Barang modal mempunyai usia pakai lebih dari satu tahun, serta akan mengalami penyusutan sepanjang usia pakai-nya. Istilah ”bruto” mengindikasikan bahwa di dalamnya masih mengandung unsur penyusutan. Penyusutan atau konsumsi barang modal (Consumption of Fixed Capital) menggambarkan penurunan nilai barang modal yang digunakan dalam proses produksi secara normal selama satu periode. iii
Cakupan PMTB terdiri dari : 1. Penambahan dikurangi pengurangan aset (harta) baik barang baru maupun barang bekas, seperti bangunan tempat tinggal, bangunan bukan tempat tinggal, bangunan lainnya, mesin & perlengkapan, alat transportasi, aset
Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Probolinggo Menurut Pengeluaran, Tahun 2010 - 2014
15
tumbuhan dan hewan yang dibudidaya (cultivated asset), produk kekayaan intelektual (intellectual property products), dan sebagai-nya; 2. Biaya alih kepemilikan aset non-finansial yang tidak diproduksi, seperti lahan dan aset yang dipatenkan; 3. Perbaikan besar aset, yang bertujuan meningkatkan kapasitas produksi dan usia pakai-nya (seperti overall mesin produksi, reklamasi pantai, pembukaan, pengeringan dan pengairan hutan, serta pencegahan banjir dan erosi). iv
Penghitungan PMTB Tahunan 1. Sumber data a. Output industri konstruksi hasil penghitungan PDRB menurut industri
o.
id
konstruksi dari BPS Prov/Kab/Kota.
ps
.g
b. Nilai impor 2 digit HS, yang merupakan barang modal impor dari KPPBC
Indeks Produksi Industri Besar Sedang dari Statistik Industri Kecil & Rumah
ok
c.
ab
.b
(Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea Cukai) setempat.
in
gg
tangga (level provinsi).
ob
ol
d. Laporan keuangan perusahaan.
tp s
IHPB dari Statistik Harga Perdagangan Besar.
ht
f.
://
pr
e. Publikasi Statistik Industri Besar dan Sedang level provinsi.
g. Publikasi Statistik Pertambangan dan Penggalian (migas dan non-migas). h. Publikasi Statistik Listrik, Gas & Air Minum. i.
Publikasi Statistik Konstruksi.
j.
Data Eksplorasi Mineral dari Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).
k. Statistik Peternakan, Ditjen Peternakan. 2. Metode penghitungan Penghitungan PMTB dapat dilakukan melalui metode langsung maupun tidak langsung, tergantung pada ketersediaan data yang diperoleh di wilayah masing-masing. Pendekatan “langsung” adalah dengan cara menghitung pembentukan modal (harta Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Probolinggo Menurut Pengeluaran, Tahun 2010 - 2014
16
tetap) yang dilakukan oleh berbagai sektor ekonomi (produsen) secara langsung. Sedangkan pendekatan “tidak langsung” adalah dengan menghitung berdasarkan alokasi dari total penyediaan produk (barang dan jasa) yang menjadi barang modal di berbagai industri, atau disebut sebagai pendekatan “arus komoditas”. Dalam hal ini penyediaan atau “supply” dari barang modal dapat berasal dari produksi dalam negeri (domestik) maupun dari produk luar negeri (impor). Pendekatan Langsung Penghitungan PMTB secara langsung dilakukan dengan cara menjumlahkan seluruh nilai PMTB yang terjadi di setiap industri (lapangan usaha). Barang modal tersebut dinilai atas dasar harga (adh) pembelian, di dalamnya sudah termasuk biayabiaya yang dikeluarkan, seperti biaya transportasi, biaya instalasi, pajak-pajak, serta
o.
id
biaya lain yang terkait dengan pengadaan barang modal tersebut. Bagi barang modal
ps
.g
yang berasal dari impor di dalamnya termasuk bea masuk dan pajak-pajak yang terkait
ab
.b
dengan pengadaan atau alih kepemilikan barang modal tersebut.
ok
Pada dasarnya data untuk penghitungan PMTB secara langsung dapat diperoleh
gg
dari laporan keuangan perusahaan. Data yang tersedia meliputi informasi/data tentang
ol
in
perubahan atas aset tetap (PMTB) yang dinilai adh berlaku atau harga pembelian
pr
ob
(perolehan). Untuk memperoleh nilai PMTB adh Konstan, maka PMTB adh Berlaku
://
tersebut di “deflate” (dibagi) dengan indeks harga perdagangan besar (IHPB) yang sesuai
ht
tp s
dengan kelompok barang modal. Pendekatan Tidak Langsung Penghitungan PMTB dengan cara tidak langsung, disebut sebagai pendekatan arus komoditas (commodity flow approach). Pendekatan ini dilakukan dengan cara menghitung nilai penyediaan produk barang yang dihasilkan oleh berbagai industri (supply), yang kemudian sebagian di antaranya dialokasi menjadi barang modal. Penghitungan PMTB dalam bentuk bangunan, dilakukan dengan menggunakan rasio tertentu dari nilai output industri konstruksi, baik adh Berlaku maupun adh Konstan. Penghitungan PMTB dalam bentuk mesin, alat angkutan dan barang modal lainnya dibedakan atas barang modal yang berasal dari produksi domestik, dan yang berasal dari impor. Untuk barang modal domestik, dapat diperoleh dengan dua cara. Pertama, dengan mengalokasi output mesin, alat angkutan dan barang modal lain yang menjadi Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Probolinggo Menurut Pengeluaran, Tahun 2010 - 2014
17
pembentukan modal. Nilai tersebut masih harus ditambah dengan biaya angkut dan margin perdagangan, sehingga diperoleh PMTB adh Berlaku. Untuk memperoleh nilai adh Konstan adalah dengan men-deflate PMTB (adh Berlaku) dengan IHPB yang sesuai dengan jenis barang modal. Pendekatan ke dua, yang harus dilakukan bila data output tidak tersedia adalah dengan cara “ekstrapolasi” atau mengalikan PMTB adh Konstan dengan indeks produksi jenis barang modal yang sesuai. Untuk itu penghitungan PMTB diawali dengan menghitung PMTB adh Konstan terlebih dahulu. Selanjutnya untuk memperoleh PMTB adh Berlaku, nilai PMTB adh Konstan tersebut di “reflate”(dikalikan) dengan indeks harga masing-masing jenis barang modal yang sesuai (sebagai inflator). Hal ini mensyaratkan bahwa PMTB adh Konstan di tahun-tahun sebelumnya sudah tersedia
o.
id
secara lengkap.
ps
.g
Penghitungan PMTB dalam bentuk mesin, alat angkutan dan barang modal lain
ab
.b
yang berasal dari impor, dilakukan dengan menggunakan 2 (dua) cara.
ok
Pertama, PMTB adh Berlaku diperoleh dari total nilai barang impor. Selanjutnya,
gg
barang modal tersebut dirinci menurut kelompok utama seperti
mesin-mesin, alat
ol
in
angkutan dan barang modal lain. Apabila rician tersebut tidak tersedia dapat digunakan
pr
ob
rasio tertentu sebagai alokator (barang modal impor kode HS 2 digit). Ke dua, untuk
://
memperoleh PMTB adh Konstan adalah dengan cara men“deflate” PMTB adh Berlaku
ht
tp s
dengan menggunakan indeks harga yang sesuai. PMTB adh Berlaku untuk barang modal tak-berwujud seperti eksplorasi mineral, dihitung dengan cara mengumpulkan data laporan keuangan perusahaan terbuka di bidang industri pertambangan. Dengan menggunakan data panel, pertumbuhan adh Berlaku dari aktivitas pertambangan itu menjadi pengali nilai eksplorasi mineral pada periode sebelumnya. Sedangkan PMTB adh Konstan-nya diperoleh dengan men-deflate nilai adh Berlaku dengan indeks implisit dari PDRB industri pertambangan. Selain itu, data dari ESDM dan BP Migas diharapkan menjadi dasar atau data kontrol untuk data tahunan-nya. Untuk perangkat lunak, PMTB adh Berlaku diperoleh dengan cara mengumpulkan data laporan keuangan perusahaan terbuka di bidang software. Untuk adh Konstan diperoleh dengan men-deflate nilai adh Berlaku dengan indeks implisit industri jasa perusahaan. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Probolinggo Menurut Pengeluaran, Tahun 2010 - 2014
18
Penghitungan PMTB hasil karya hiburan, sastra, dan seni original (entertainment, literary, or artistic original products), data dikumpulkan adalah nilai sinetron dan program acara televisi yang dapat dibuat. Sedangkan data Impor film diperoleh dari nilai impor film. PMTB adh Konstan-nya diperoleh dengan cara mendeflate nilai adh Berlaku dengan indeks implisit industri jasa hiburan dan IHPB barang impor. Terdapat beberapa permasalahan yang terjadi dalam penghitungan PMTB melalui pendekatan tak-langsung (arus komoditas), yaitu: a. Rasio penggunaan output industri yang menjadi barang modal cenderung statis. Untuk memperbaiki diperlukan survei dalam skala yang besar. b. Nilai margin perdagangan dan angkutan (Trade and Transport Margin) sulit diperoleh. Selang (Lag) waktu antara data tahun pengukuran (referensi) dengan data publikasi
.b
ps
.g
o.
yang diperoleh dari sumber data tertentu, terlalu lama.
id
c.
ok
Pendahuluan
gg
i
ab
2.5 PERUBAHAN INVENTORI
ol
in
Dalam aktivitas ekonomi, inventori berfungsi sebagai salah satu komponen yang
pr
ob
dibutuhkan untuk keberlangsungan proses produksi, di samping tenaga kerja dan
tp s
://
barang modal.
ht
Dalam PDB/PDRB, komponen Perubahan Inventori merupakan bagian dari Pembentukan Modal Bruto, atau yang lebih dikenal sebagai investasi fisik yang terjadi pada
kurun
waktu
tertentu
di
dalam
suatu
wilayah.
Perubahan
inventori
menggambarkan bagian dari investasi yang direalisasikan dalam bentuk barang jadi, barang setengah jadi, serta bahan baku dan bahan penolong pada satu periode tertentu. Ketersediaan data perubahan inventori menjadi penting untuk memenuhi kebutuhan analisis tentang aktivitas investasi. ii
Konsep dan definisi Pengertian sederhana dari inventori (persediaan) adalah barang yang dikuasai oleh
produsen untuk tujuan diolah lebih lanjut (intermediate consumption) menjadi barang dalam bentuk lain, yang punya nilai ekonomi maupun nilai manfaat yang lebih tinggi. Termasuk dalam pengertian ini adalah barang yang masih dalam proses pengerjaan Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Probolinggo Menurut Pengeluaran, Tahun 2010 - 2014
19
(work in progress), serta barang jadi yang belum dipasarkan dan masih dikuasai oleh pihak produsen. Perubahan inventori adalah selisih antara nilai inventori pada akhir periode akuntansi dengan nilai inventori pada awal periode akuntansi. Perubahan inventori menjelaskan tentang perubahan posisi barang inventori, yang dapat bermakna pertambahan (tanda positif) atau pengurangan (bertanda negatif). Bagi produsen, keberadaan inventori diperlukan untuk menjaga kelangsungan proses produksi, sehingga perlu pencadangan baik dalam bentuk bahan baku atau bahan penolong. Ketidakpastian yang disebabkan pengaruh eksternal juga menjadi faktor pertimbangan bagi pengusaha untuk melakukan pencadangan (khususnya bahan baku). Bagi pedagang, pengadaan inventori lebih dipengaruhi oleh unsur spekulatif dengan
o.
id
harapan untuk memperoleh keuntungan yang lebih besar. Sedangkan bagi pemerintah,
ps
.g
kebijakan pencadangan khususnya komoditas strategis utamanya ditujukan untuk
.b
menjaga stabilitas ekonomi, politik dan sosial. Karena menyangkut kepentingan
ok
ab
masyarakat luas (publik), maka perlu ada pencadangan untuk beberapa komoditas
gg
bahan pokok seperti beras, terigu, minyak goreng dan gula pasir. Bagi rumah tangga
ol
in
pengadaan inventori lebih ditujukan untuk kemudahan dalam mengatur perilaku
pr ://
Cakupan
tp s
iii
ob
konsumsinya saja.
ht
Inventori dapat diklasifikasikan menurut jenis barang adalah sbb : a.
Inventori menurut industri, seperti produk atau hasil perkebunan, kehutanan, perikanan, pertambangan, industri pengolahan, gas kota, air bersih, serta konstruksi;
b.
Berbagai jenis bahan baku & penolong (material & supplies), yaitu semua bahan, komponen atau persediaan untuk diproses lebih lanjut menjadi barang jadi;
c.
Barang jadi, yaitu barang yang telah diproses tetapi belum terjual atau belum digunakan, termasuk barang yang dijual dalam bentuk yang sama seperti pada waktu dibeli;
d.
Barang setengah jadi, yaitu barang-barang yang sebagian telah diolah atau belum selesai (tidak termasuk konstruksi yang belum selesai).
Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Probolinggo Menurut Pengeluaran, Tahun 2010 - 2014
20
e.
Barang dagangan yang masih dikuasai oleh pedagang besar maupun pedagang eceran untuk tujuan dijual;
f.
Ternak untuk tujuan dipotong;
g.
Pengadaan barang oleh pedagang untuk tujuan dijual atau dipakai sebagai bahan bakar atau persediaan; dan
h.
Persediaan pada pemerintah, yang mencakup barang strategis seperti beras, kedelai, gula pasir, dan gandum.
iv
Penghitungan Perubahan Inventori Tahunan 1.
Sumber data
id
Sumber data yang digunakan untuk penghitungan komponen perubahan inventori
perusahaan-perusahaan
.g
keuangan
terkait
ps
Laporan
dari
survei
atau
dari
.b
o.
adalah :
ok
ab
mengunduh website Bursa Efek Indonesia (www.idx.co.id); Laporan Keuangan Perusahaan BUMN/BUMD
Data komoditas pertambangan dari publikasi statistik pertambangan dan
ol
in
gg
pr
ob
penggalian;
Data Inventori Publikasi Tahunan Industri Besar Sedang.
Data komoditas perkebunan;
Indeks harga implisit PDRB industri terpilih, dan
Indeks harga perdagangan besar (IHPB) terpilih.
Data eksternal lain, seperti data persediaan beras dari Bulog, data semen dari
ht
tp s
://
Asosiasi Semen Indonesia (ASI), gula dari Dewan Gula Indonesia (DGI), dan ternak dari Ditjennak Kementan. 2.
Metode Penghitungan Terdapat 2 metode yang digunakan dalam penghitungan komponen perubahan
inventori, yaitu pendekatan langsung dan pendekatan tidak langsung.
Pendekatan
langsung adalah pendekatan dari sisi “korporasi”, sedangkan pendekatan tidak langsung adalah pendekatan dari sisi “komoditas”. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Probolinggo Menurut Pengeluaran, Tahun 2010 - 2014
21
Di lihat dari sisi manfaat-nya, pendekatan secara langsung menghasilkan data yang relatif lebih baik dibanding dengan pendekatan tidak langsung. Pendekatan komoditas hanya dapat dilakukan jika data
posisi inventori tersedia secara rinci dan
berkesinambungan. Pendekatan Langsung Dengan menggunakan pendekatan langsung, akan diperoleh nilai posisi inventori di suatu waktu tertentu (umumnya di akhir tahun). Sumber data utama adalah laporan neraca akhir tahun (balance sheet) perusahaan. Untuk memperoleh nilai perubahan inventori adh berlaku, diperlukan data inventori di tahun yang berurutan. Langkah penghitungan inventori dari laporan keuangan, adalah sbb : menghitung posisi inventori adh Konstan, dengan cara mendeflate stok awal dan
id
.g
ps
menghitung perubahan inventori adh Konstan dengan mengurangkan posisi di
.b
o.
akhir dengan IHPB akhir tahun;
menghitung perubahan inventori adh Berlaku dengan menginflate perubahan
ok
ab
tahun berjalan dengan di tahun sebelumnya; dan
ol
in
gg
inventori adh Konstan dengan IHPB rata-rata tahunan.
pr
ob
Pendekatan Tidak Langsung
tp s
://
Pendekatan tidak langsung disebut juga dengan pendekatan arus komoditas
ht
(commodity flow). Data utama yang digunakan adalah data volume dan harga masingmasing barang inventori.
Nilai perubahan barang inventori adh Berlaku diperoleh
dengan cara menghitung perubahan volume stok akhir dan stok awal dikalikan rata-rata harga pembelian, atau harga penjualan bila data harga pembelian tidak tersedia. Perubahan barang inventori adh Konstan dihitung dengan: a. mendeflate nilai perubahan inventori adh Berlaku dengan indeks harga yang sesuai, b. mengalikan perubahan volume stok akhir dan stok awal dikalikan dengan harga barang di tahun dasar. Keterbatasan dan masalah yang dihadapi di dalam menghitung komponen Perubahan Inventori adalah bahwa :
Data inventori yang dibutuhkan adalah dalam bentuk posisi atau pada satu saat untuk periode waktu yang berurutan;
Tidak seluruh komoditas inventori tersedia data volume dan harga-nya;
Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Probolinggo Menurut Pengeluaran, Tahun 2010 - 2014
22
Data perubahan inventori yang tersedia dalam bentuk volume umumnya tidak disertai data harganya. Jika data harga inventori tidak tersedia, maka dapat diasumsikan indeks harga komoditas inventori mengikuti indeks implisit PDRB yang sesuai;
Diperlukan adjustment dengan cara me-mark-up, guna untuk melengkapi estimasi untuk industri yang datanya tidak tersedia;
2.6 EKSPOR IMPOR i
Pendahuluan Aktivitas ekspor-impor dalam suatu wilayah diyakini telah terjadi sejak lama,
id
bahkan sebelum wilayah itu ditetapkan sebagai wilayah pemerintah. Ragam barang dan
.g
o.
jasa yang diproduksi serta disparitas harga, menjadi faktor utama munculnya aktivitas
ps
ekspor impor. Daerah yang tidak dapat memenuhi kebutuhan-nya sendiri berusaha
ab
.b
mendatangkan dari daerah atau bahkan negara lain. Di sisi lain, daerah yang
ok
memproduksi barang dan jasa melebihi dari kebutuhan domestik, terdorong untuk
in
gg
memperluas pasar ke luar daerah atau bahkan ke luar negeri.
ob
ol
Seiring perkembangan jaman, aktivitas produksi dan permintaan masyarakat atas
pr
barang dan jasa semakin meningkat dan beragam. Kemajuan di bidang transportasi dan
tp s
://
komunikasi juga turut memperlancar arus distribusi barang dan jasa. Kondisi tersebut
berkembang. ii
ht
semakin mendorong aktivitas ekspor-impor di suatu wilayah menjadi semakin
Konsep dan definisi Ekspor-impor di suatu wilayah didefiniskan sebagai alih kepemilikan ekonomi
(baik penjualan/pembelian, barter, hadiah ataupun hibah) atas barang dan jasa antara residen wilayah tersebut dengan non-residen yang berada di luar wilayah tersebut. iii
Cakupan
Ekspor-Impor pada suatu wilayah terdiri dari: a.
Ekspor/impor barang dari/ke Luar Negeri ke/dari provinsi tersebut
b.
Ekspor/impor jasa dari/ke Luar Negeri ke/dari provinsi tersebut
Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Probolinggo Menurut Pengeluaran, Tahun 2010 - 2014
23
Cakupan jasa meliputi jasa pengangkutan, asuransi, komunikasi, pariwisata, dan jasa lainnya c.
iv
Net Ekspor antar daerah -
Ekspor antar daerah
-
Impor antar daerah
Penghitungan Ekspor-Impor Tahunan 1.
Sumber data a. Data Statistik Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB) dari BPS (dalam US$) b. Data Statistik Pemberitahuan Impor Barang (PIB) dari BPS (dalam US$) c. Neraca Pembayaran Indonesia dari BI
id
d. Laporan Simopel, yaitu laporan (bulanan) bongkar muat barang di pelabuhan;
Informasi lalu-lintas barang yang keluar-masuk provinsi dari hasil survei.
ps
f.
.g
o.
e. Informasi lalu-lintas barang yang keluar-masuk provinsi di jembatan timbang;
ok
Metode Penghitungan
gg
2.
ab
.b
g. Kurs transaksi rata-rata tertimbang dari Bank Indonesia
ol
in
Ekspor-Impor barang luar negeri dinilai menurut harga free on board (fob) dalam
ob
US$. Penghitungan ekspor barang luar negeri dilakukan dengan mengalikan nilai barang
://
pr
(sesuai PEB) dengan kurs transaksi beli rata-rata tertimbang. Sedangkan Impor barang
tp s
luar negeri dilakukan dengan mengalikan nilai barang (sesuai PIB) dengan kurs transaksi
ht
jual rata-rata tertimbang. Nilai ekspor-impor jasa berasal dari Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia. Disamping itu nilai ekspor-impor tersebut masih ditambah/dikurangi dengan nilai pembelian langsung (direct purchase) dan transaski yang tidak terdokumentasi (undocumented trasnsaction) baik oleh residen maupun non residen. Sedangkan net ekspor antar wilayah merupakan nilai sisa (residu) antara PDRB lapangan usaha dengan PDRB pengeluaran.
Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Probolinggo Menurut Pengeluaran, Tahun 2010 - 2014
24
BAB III
ht
tp s
://
pr
ob
ol
in
gg
ok
ab
.b
ps
.g
o.
id
TINJAUAN PEREKONOMIAN KABUPATEN PROBOLINGGO BERDASARKAN PDRB PENGELUARAN KABUPATEN PROBOLINGGO TAHUN 2010 - 2014
Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Probolinggo Menurut Pengeluaran, Tahun 2010 - 2014
25
Perubahan struktur ekonomi Kabupaten Probolinggo akibat proses pembangunan ekonomi yang terjadi pada periode 2010 s.d 2014, tidak terlepas dari dua faktor yaitu faktor
internal dan eksternal. Faktor internal lebih dipengaruhi oleh perkembangan
maupun perubahan perilaku masing-masing komponen pengeluaran akhir. Sedangkan faktor eksternal banyak dipengaruhi oleh perubahan teknologi dan struktur perdagangan global sebagai akibat peningkatan perdagangan internasional. Data yang ada menunjukan bahwa setiap komponen pengeluaran mempunyai perilaku yang berbeda sesuai dengan tujuannya. Sebagian besar produk atau barang dan jasa yang tersedia di wilayah domestik Kabupaten Probolinggo digunakan untuk memenuhi permintaan konsumsi akhir (Rumah tangga, LNPRT, dan pemerintah).
o.
id
Sebagian lagi digunakan untuk investasi fisik (dalam bentuk PMTB dan perubahan
.g
inventori). Untuk lebih jelasnya, perilaku masing-masing komponen pengeluaran itu
.b
ps
akan diuraikan pada bagian berikut
gg
ok
ab
3.1 TINJAUAN AGEGAT PDRB KABUPATEN PROBOLINGGO MENURUT PENGELUARAN
ol
in
Setelah berlalunya masa krisis yang melanda ekonomi Indonesia dan dunia sejak
ob
tahun 2008, kondisi perekonomian Kabupaten Probolinggo menunjukkan tanda
://
pr
pemulihan. Hal ini terlihat dari PDRB yang terus meningkat dan pertumbuhan ekonomi
tp s
yang terus menunjukan arah positif. Peningkatan ekonomi tersebut digambarkan melalui
ht
nilai PDRB ADHB dan ADHK, serta pertumbuhan pada total PDRB. Tabel 1. PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Pengeluaran, Kabupaten Probolinggo Tahun 2010-2014 Komponen Pengeluaran (1)
(Miliar Rp)
2010 (2)
2011 (3)
2012 (4)
2013 (5)
2014 (6)
11.048,24
12.148,09
13.507,97
14.835,49
16141,57
127,09
160,31
174,67
208,89
231,62
3. Konsumsi Pemerintah
1.052,73
1.306,05
1.686,19
1.888,42
1.979,93
4. PMTB
4.185,31
4.775,69
5.323,46
5.857,83
6.498,57
1. Konsumsi Rumah Tangga 2. Konsumsi LNPRT
5. Perubahan Inventori
347,53
58,61
0,983
18,34
636,95
6. Ekspor Luar Negeri
4.606,76
6.005,73
6.726.,47
7.543,19
7959,87
7. Impor Luar Negeri
6.339,52
7.579,95
8.622,91
9.526,95
10.184,58
15.028,14
16.874,53
18.796,85
20.825,21
23.263,92
Total PDRB
Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Probolinggo Menurut Pengeluaran, Tahun 2010 - 2014
26
Nilai PDRB Kabupaten Probolinggo adh Berlaku selama periode tahun 2010 s.d 2014 menunjukkan peningkatan signifikan dari tahun ke tahun. Peningkatan nilai tersebut dipengaruhi oleh adanya perubahan harga dan juga perubahan volume. Tabel 2. PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2010 Menurut Pengeluaran, Kabupaten Probolinggo Tahun 2010-2014 Komponen Pengeluaran (1)
2010 (2)
2011 (3)
2012 (4)
2013 (5)
2104 (6)
11.048,24
11.386,01
11.945,07
12.668,37
13.296,39
127,09
127,95
131,84
144,06
163,05
3. Konsumsi Pemerintah
1.052,73
1.070,82
1.154,33
1.222,01
1.266,41
4. PMTB
4.185,31
4.556,49
4.976,84
5.152,45
5.355,99
1. Konsumsi Rumah Tangga 2. Konsumsi LNPRT
154,95
0,71
11,45
289,39
4.606,76
5.377,94
5.577,11
5.719,26
5.606,83
7. Impor Luar Negeri
6.339,52
6.761,69
6.849,15
7.079,42
7.226,29
15.028,14
15.912,46
16.936,76
17.838,18
18.751,79
o.
.g
ps
ok
ab
Total PDRB
id
347,53
6. Ekspor Luar Negeri
.b
5. Perubahan Inventori
gg
PDRB menurut pengeluaran selain dinilai atas dasar harga Berlaku juga dinilai
ol
in
adh Konstan 2010 atau adh berbagai produk yang dinilai dengan harga pada tahun 2010.
pr
ob
Melalui pendekatan penghitungan adh konstan, PDRB di masing-masing tahun dapat
://
memberikan gambaran tentang perubahan PDRB secara volume atau secara kuantitas
tp s
saja (tanpa ada pengaruh perubahan harga). PDRB komponen pengeluaran adh Konstan
ht
menggambarkan perubahan atau pertumbuhan ekonomi secara riil, utamanya berkaitan dengan peningkatan volume konsumsi akhir. Selama kurun waktu 2010–2014, gambaran tentang perkembangan ekonomi Kabupaten Probolinggo berdasarkan PDRB adh Konstan dapat dilihat pada tabel 2 diatas. Sama halnya dengan PDRB adh Berlaku, seluruh komponen pengeluaran akhir PDRB adh Konstan juga menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun. Dari grafik di bawah, nampak bahwa pada umumnya nilai PDRB adh Berlaku selalu lebih besar dari nilai PDRB adh Konstan. Perbedaan tersebut disebabkan karena ada pengaruh perubahan harga dalam perhitungan PDRB adh Berlaku. Dalam PDRB adh Konstan pengaruh faktor harga telah ditiadakan.
Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Probolinggo Menurut Pengeluaran, Tahun 2010 - 2014
27
Grafik 1. Perbandingan PDRB adh Berlaku dan adh Konstan 2010 Menurut Pengeluaran, Kabupaten Probolinggo, Tahun 2010 - 2014 1600 1400 1200 1000 800 600 400 200 0 2009
2010
2011
2012
2013
2014
ADHK
.b
ps
.g
ADHB
o.
id
2008
ok
ab
Terbentuknya keseluruhan PDRB atau total PDRB merupakan kontribusi dari
in
(PK-LNPRT), konsumsi akhir pemerintah (PK-P),
ol
RT), konsumsi akhir LNPRT
gg
semua komponen pengeluarannya, yang terdiri dari konsumsi akhir rumah tangga (PK-
ob
pembentukan modal tetap bruto (PMTB), ekspor luar negeri, impor luar negeri dan net
tp s
://
pr
ekspor antar daerah atau ekspor antar daerah dikurangi impor antar daerah.
ht
Tabel 3. Distribusi PDRB Menurut Pengeluaran, Kabupaten Probolinggo Tahun 2010—2014 (Persen) Komponen Pengeluaran
2010
2011
2012
2013
2014
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
73,52
71,99
71,86
71,24
69,38
2. Konsumsi LNPRT
0,85
0,95
0,93
1,0
1,00
3. Konsumsi Pemerintah
7,01
7,74
8,97
9,07
8,51
4. PMTB 5. Perubahan Inventori
27,85 2,31
28,30 0,35
28,32 0,01
28,13 0,09
27,93 2,74
6. Ekspor Luar Negeri
30,65
35,59
35,79
36,22
34,22
7. Impor Luar Negeri
42,18
44,92
45,87
45,75
43,78
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
1. Konsumsi Rumah Tangga
Total PDRB
Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Probolinggo Menurut Pengeluaran, Tahun 2010 - 2014
28
Tabel 4. Pertumbuhan PDRB Menurut Pengeluaran, Kabupaten Probolinggo Tahun 2011—2014 (Persen) Komponen Pengeluaran
2011
2012
2013
2014
(1)
(3)
(4)
(5)
(6)
1. Konsumsi Rumah Tangga
3,06
4,91
6,06
4,96
2. Konsumsi LNPRT
0,67
3,04
9,27
13,18
3. Konsumsi Pemerintah
1,72
7,80
5,86
3,63
4. PMTB 5. Perubahan Inventori
8,87 -55,42
9,23 -99,54
3,53 1.503,82
3,95 2.427,19
6. Ekspor Luar Negeri
16,74
3,70
2,55
-1,97
7. Impor Luar Negeri
6,66
1,29
3,36
2,07
Total PDRB
5,88
6,44
5,32
5,12
id
Pertumbuhan riil PDRB atau lebih dikenal dengan pertumbuhan ekonomi
.g
o.
(economic growth) merupakan agregat makro lain yang dapat diturunkan dari data PDRB,
ps
yang menggambarkan kinerja pembangunan di bidang ekonomi. Pertumbuhan ekonomi
ab
.b
Kabupaten Probolinggo dari tahun 2011 s.d 2014 secara rata-rata mencapai 5,68 persen,
ok
dengan masing-masing pertumbuhan sebesar 5,88 persen (2011); 6,44 persen (2012); 5,32
in
gg
persen (2013); dan 5,12 persen (2014). Pertumbuhan tertinggi terjadi pada tahun 2012
ob
ol
yakni sebesar 6,44 persen, sebaliknya yang terendah terjadi pada tahun 2014 sebesar (5,12
pr
persen).
tp s
://
Tabel 5. Indeks Implisit PDRB Menurut Pengeluaran Kabupaten Probolinggo, Tahun 2010 – 2014
ht
(Persen)
Komponen Pengeluaran
2010
2011
2012
2013
2014
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
1. Konsumsi Rumah Tangga
100,00
106,7
113,1
117,1
121,4
2. Konsumsi LNPRT
100,00
125,3
132,5
145,0
142,1
3. Konsumsi Pemerintah
100,00
122,0
146,1
154,5
156,3
4. PMTB
100,00
104,8
107,0
113,7
121,3
5. Perubahan Inventory
100,00
37,8
137,7
160,1
220,1
6. Ekspor
100,00
111,7
120,6
131,9
142,0
7. Impor
100,00
112,1
125,9
134,6
140,9
Total PDRB
100,00
106,0
111,0
116,7
124,1
Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Probolinggo Menurut Pengeluaran, Tahun 2010 - 2014
29
Sementara itu, indeks implisit1 PDRB menggambarkan tingkat perubahan harga yang terjadi pada sisi konsumen, baik konsumen akhir (rumah tangga, LNPRT, dan pemerintahan) maupun konsumen lainnya (perusahaan dan luar negeri) juga menunjukkan peningkatan.
3.2 PERKEMBANGAN KONSUMSI AKHIR RUMAH TANGGA Konsumsi akhir rumah tangga menempati porsi terbesar dalam PDRB menurut pengeluaran. Data berikut menunjukan hal tersebut, dimana sebagian besar produk domestik dan produk impor digunakan untuk memenuhi konsumsi akhir rumah tangga.
2011
2012
(1)
(2)
(3)
id
2010
2013
2014
(5)
(6)
o.
Uraian
.g
Tabel 6. Perkembangan Penggunaan Konsumsi Akhir Rumah Tangga Kabupaten Probolinggo, Tahun 2010—2014
ps .b
12.148,09 11.386,01
13.507,97 11.945,07
14.835,49 12.668,37
16141,57 13.296,39
71,99
71,86
71,24
77,51
35.185,14 35.185,14
38.376,65 35.969,19
42.711,87 37.770,02
46.665,69 39.849,29
57.619,87 42.489,57
10.949,58 10.949,58
12.052,63 11.296,54
12.099,69 10.699,73
13.199,89 11.271,80
15.918,88 11.738,77
314.003 1.009,01
3,06 2,23 3,17 316.549 1.007,92
4,91 5,01 -5,28 316.258 1.116,39
6,06 5,51 5,35 317.910 1.123,91
4,96 6.63 4,14 312.933 1.132,69
pr
ob
ok gg
ol
in
73,52
ab
11.048,24 11.048,24
ht
tp s
://
Total Konsumsi Rumah Tangga a. ADHB (Miliar Rp) b. ADHK 2010 (Miliar Rp) Proporsi terhadap PDRB ( % ADHB) Rata-rata konsumsi per-Rumah Tangga/tahun (Ribu Rp) a. ADHB b. ADHK 2010 Rata-rata konsumsi perkapita/tahun (Ribu Rp) a. ADHB b. ADHK 2010 Pertumbuhan2 a. Total konsumsi RT b. Per-RT c. Perkapita Jumlah RT (unit) Jumlah penduduk (000 org)
(4)
Tabel diatas menunjukkan bahwa dalam kurun waktu 2010 – 2014 konsumsi akhir rumah tangga mengalami peningkatan signifikan baik dalam nominal maupun riil, sejalan dengan kenaikan jumlah penduduk maupun jumlah rumah tangga. Kenaikan jumlah penduduk mendorong terjadinya kenaikan nilai konsumsi rumah tangga, yang pada gilirannya akan mendorong laju pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan.
1 2
Indeks perkembangan Diturunkan dari perhitungan PDRB (atas dasar harga konstan/ADHK 2010)
Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Probolinggo Menurut Pengeluaran, Tahun 2010 - 2014
30
Porsi pengeluaran konsumsi rumah tangga terhadap PDRB pada periode tahun 2010 s.d 2014 cukup berfluktuatif. Titik tertinggi terjadi pada tahun 2014 yaitu 77,51 persen dan titik terendah terjadi pada tahun 2013 yaitu 71,24 persen. Masa pemulihan ekonomi telah mendorong rumah tangga untuk memperbaiki serta mengembalikan perilaku dan kebiasaan konsumsinya setelah sekian lama mengalami masa-masa krisis. Melimpahnya penawaran dan persediaan berbagai jenis barang dan jasa di pasar domestik (termasuk yang berasal dari impor) turut menjadi pemicu meningkatnya belanja untuk konsumsi, termasuk konsumsi rumah tangga. Secara umum, rata-rata konsumsi per rumah tangga terus meningkat dari tahun ke tahun, baik menurut adh Berlaku maupun adh Konstan 2010. Pada tahun 2010, secara umum setiap rumah tangga di Probolinggo menghabiskan dana sekitar 35.185,14 ribu
o.
id
rupiah setahun untuk membiayai konsumsi baik dalam bentuk makanan maupun bukan
ps
.g
makanan (sandang, perumahan, pendidikan, dsb). Pengeluaran ini terus meningkat
.b
menjadi 38.376,65 ribu rupiah (2011); 42.711,87 ribu rupiah (2012); 46.665,69 ribu rupiah
ok
ab
(2013); dan 57.619,87 ribu rupiah (2014).
gg
Sementara itu, pada perkiraan adh Konstan 2010, rata-rata konsumsi rumah
ol
in
tangga per rumah tangga tumbuh pada kisaran 2 sampai 6 persen dengan pertumbuhan
pr
ob
tertinggi terjadi pada tahun 2014 yaitu sebesar 6,63 persen. Di sisi lain, rata-rata konsumsi
://
per-kapita juga menunjukan kecenderungan yang searah dengan kenaikan jumlah
tp s
penduduk, dan selalu diikuti pula oleh kenaikan nilai konsumsinya. Pertumbuhan rata-
ht
rata konsumsi per-kapita menunjukan peningkatan, baik adh Berlaku maupun adh Konstan 2010. Kondisi ini menunjukan bahwa rata-rata konsumsi setiap penduduk di Kabupaten Probolinggo meningkat, baik secara kuantitas (volume) maupun secara nilai (termasuk juga peningkatan kualitas). Peningkatan rata-rata konsumsi per-kapita secara “riil” berkisar antara -5,28 s.d 5,35 persen. Peningkatan ini secara otomatis berpengaruh terhadap perubahan struktur konsumsi rumah tangga. Secara total, pertumbuhan konsumsi rumah tangga adh Konstan meningkat dari 3,06 persen ditahun 2011 menjadi sebesar 4,91 persen (2012) dan 6,06 persen (2013). Namun pada tahun berikutnya menurun menjadi 4,96 persen. Sementara itu, pertumbuhan konsumsi per-kapita selaras dengan adh Konstan dimana melambat dari 3,17 persen pada tahun 2011 menjadi sebesar minus 5,28 persen pada tahun 2012. Nampak bahwa peningkatan keseluruhan konsumsi rumah tangga secara “riil” lebih Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Probolinggo Menurut Pengeluaran, Tahun 2010 - 2014
31
tinggi dari peningkatan jumlah penduduk yang umumnya berada di bawah 2 persen. Hal ini mengindikasikan terjadi perubahan tingkat kemakmuran masyarakat, meskipun tidak dapat dijelaskan lebih jauh melalui perangkat data PDRB ini. Tabel 7. Struktur Penggunaan Konsumsi Akhir Rumah Tangga Kabupaten Probolinggo, Tahun 2010—20143 (Persen) 2010
2011
2012
(1)
(2) 40,4 3,6
(3) 40,2 3,7
(4) 40,4 3,7
9,2
9,1
4,3
2014
(5) 3,7
(6) 37,0 3,6
9,0
9,4
9,2
4,8
5,0
5,0
4,8
22,7
22,0
21,3
22,0
23,5
15,0 4,8 100,00
15,2 5,1 100,00
15,6 4,9 100,00
16,7 4,9 100,00
17,2 4,7 100,00
o.
38,3
ps
.g
a. Makanan, Minuman, dan Rokok b. Pakaian dan Alas Kaki c. Perumahan, Perkakas, Perlengkapan dan Penyelenggaraan Rumah d. Kesehatan dan Pendidikan e. Transportasi, Komunikasi, Rekreasi, dan Budaya f. Hotel dan Restoran g. Lainnya Total Konsumsi
2013
id
Kelompok Konsumsi
.b
Secara rata-rata dari tahun 2010 s.d 2013, nampak pada struktur konsumsi akhir
ok
ab
rumah tangga Probolinggo, bahwa konsumsi bukan makanan lebih tinggi dibandingkan
gg
konsumsi makanan. Proporsi pengeluaran untuk makanan cenderung masih berada pada
ol
in
kisaran yang sama. Proporsi untuk makanan pada masing-masing tahun mencapai 40,4
ob
persen (2010) ; 40,2 persen (2011) ; 40,4 persen (2012) ; 38,3 persen (2013) ; dan 37,0 persen
://
pr
(2014). Sementara proporsi pengeluaran bukan makanan menunjukkan bahwa konsumsi
tp s
akhir rumah tangga Probolinggo yang tertinggi adalah subkomponen transportasi,
ht
komunikasi, rekreasi dan budaya yang berada pada kisaran 21 sampai 23 persen dari total konsumi akhir rumah tangga. Pola proporsi konsumsi di atas, menunjukkan tarik menarik antara kebutuhan rumah tangga atas makanan dan non makanan yang masih cukup kuat. Sungguhpun demikian, pengeluaran untuk kebutuhan non-makanan menjadi semakin penting sebagai akibat dari perubahan dan pengaruh tatanan ekonomi sosial dalam masyarakat. Pengeluaran tersebut di antaranya meliputi biaya untuk pendidikan, pembelian alat dan perlengkapan elektronik, pembelian alat transportasi, jasa komunikasi, jasa transportasi, jasa kesehatan, perjalanan wisata, restoran, sewa bangunan tempat tinggal, jasa hiburan dan sebagainya.
3
Diturunkan dari perhitungan PDRB (atas dasar harga berlaku /ADHB )
Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Probolinggo Menurut Pengeluaran, Tahun 2010 - 2014
32
Tabel 8. Pertumbuhan Riil Penggunaan Konsumsi Akhir Rumah Tangga Kabupaten Probolinggo, Tahun 2010—2014 (Persen) Kelompok Konsumsi
2011
2012
2013
2014
(1)
(3) 1,93 5,73
(4) 3,48 3,37
(5) 2,76 5,27
(6) 1,97 6,21
3,03
5,93
10,51
2,54
7,14
8,24
5,68
3,49
2,59
5,98
8,18
10,34
3,10 8,95
5,20 6,87
9,04 5,99
7,41 0,52
a. Makanan, Minuman, dan Rokok b. Pakaian dan Alas Kaki c. Perumahan, Perkakas, Perlengkapan dan Penyelenggaraan Rumah d. Kesehatan dan Pendidikan e. Transportasi, Komunikasi, Rekreasi, dan Budaya f. Hotel dan Restoran g. Lainnya
Dilihat dari pertumbuhan “riil” nya, pengeluaran rumah tangga untuk kelompok
2,76 persen (2013) dan 1,97 persen (2014). Pertumbuhan “riil” ini
.g
persen (2012) ;
o.
id
makanan menunjukan fluktuasi, dengan masing-masing sebesar 1,93 persen (2011) ; 3,48
.b
ps
menunjukan adanya perubahan konsumsi rumah tangga dalam bentuk kuantum
ab
(volume) dari waktu ke waktu. Informasi ini menunjukan terjadinya peningkatan
gg
ok
kemakmuran masyarakat, meskipun mungkin hanya dapat dinikmati oleh kelompok
ol
in
masyarakat tertentu.
tp s
://
pr
ob
Tabel 9. Perubahan Indeks Harga Implisit Penggunaan Konsumsi Akhir Rumah Tangga Kabupaten Probolinggo, Tahun 2010—20144 (Persen) 2011
2012
2013
2014
(1)
(3) 7,41 6,82
(4) 7,97 7,65
(5) 1,27 3,69
(6) 2,96 -0,09
5,22
4,21
3,10
4,17
12,33
8,23
4,20
1,35
3,90
1,75
4,77
5,39
8,10 6,93
8,49 1,57
8,29 2,33
4,25 3,55
ht
Kelompok Konsumsi
a. Makanan, Minuman, dan Rokok b. Pakaian dan Alas Kaki c. Perumahan, Perkakas, Perlengkapan dan Penyelenggaraan Rumah d. Kesehatan dan Pendidikan e. Transportasi, Komunikasi, Rekreasi, dan Budaya f. Hotel dan Restoran g. Lainnya
Sementara itu, tingkat perubahan harga yang secara implisit disajikan dalam tabel 9, menunjukan Fluktuasi setiap tahun-nya untuk setiap kelompok konsumsi. Selama
4
Tingkat perubahan harga produk konsumsi
Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Probolinggo Menurut Pengeluaran, Tahun 2010 - 2014
33
periode 2011 – 2014 peningkatan harga (inflasi) relatif tidak stabil. Rincian peningkatan harga pada kelompok makanan sebesar 7,41 persen (2011) ; 7,97 persen (2012) ; 1,27 persen (2013) dan 2,96 persen (2014). Sementara itu, konsumsi pakaian dan alas kaki dari 6,82 persen (2011) menjadi 7,65 persen (2012). Kemudian pada tahun berikutnya sebesar 3,69 persen (2013) dan turun hingga sebesar minus 0,09 persen (2014).
3.3 PERKEMBANGAN KONSUMSI AKHIR LNPRT Konsumsi akhir LNPRT peranannya dalam PDRB menurut pengeluaran sangat kecil dibandingkan dengan komponen pengeluaran lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa peranan institusi ini dalam perekonomian suatu wilayah semestinya dapat lebih ditingkatkan lagi. Data berikut menunjukan hal tersebut, dimana hal tersebut dapat
.g
o.
id
dilihat dari proporsinya terhadap PDRB.
ps
Tabel 10. Perkembangan Penggunaan Konsumsi LNPRT
(1)
(2)
2012
2013
2014
(3)
(4)
(5)
(6)
ol ob
160,31 127,95
174,67 131,84
208,89 144,06
231,62 163,05
0,01
0,01
0,01
1,00
0,01
tp s
://
pr
127,09 127,09
ht
Total Konsumsi LNPRT a. ADHB (Miliar Rp) b. ADHK 2010 (Miliar Rp) Proporsi terhadap PDRB ( % ADHB)
2011
gg
2010
in
Uraian
ok
ab
.b
Kabupaten Probolinggo, Tahun 2010—2014
Selama periode tahun 2010 – 2014 konsumsi LNPRT baik secara adh Berlaku maupun adh Konstan 2010 menunjukan peningkatan. Pada tahun 2010 konsumsi LNPRT adh Berlaku sebesar 127,09 miliar rupiah kemudian meningkat menjadi 160,31 miliar rupiah (2011), 174,67 miliar rupiah (2012), 208,89 miliar rupiah (2013) dan 231,62 miliar rupiah (2014). Demikian juga dengan konsumsi LNPRT secara adh Konstan yaitu sebesar 127,09 miliar rupiah pada tahun 2010 dan selanjutnya meningkat hingga sebesar 163,05 miliar rupiah pada tahun 2014. Jika dilihat lebih lanjut proporsi konsumsi lembaga non profit yang melayani rumah tangga (LNPRT) walaupun mengalami peningkatan selama periode 2010 – 2014, namun merupakan komponen yang paling kecil kontribusinya dalam penggunaan produk domestik regional bruto yaitu pada kisaran 1 persen.
Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Probolinggo Menurut Pengeluaran, Tahun 2010 - 2014
34
3.4 PERKEMBANGAN KONSUMSI AKHIR PEMERINTAH Konsumsi akhir pemerintah ditambah pengeluaran akhir rumah tangga dan LNPRT merupakan jumlah dari konsumsi akhir dalam suatu perekonomian suatu wilayah. Peranan konsumsi pemerintah dalam perekonomian Kabupaten Probolinggo serta bagaimana perkembangannya dijelaskan dalam uraian dibawah ini. Tabel 11. Perkembangan Pengeluaran Konsumsi Akhir Pemerintah Kabupaten Probolinggo, Tahun 2010 – 2014 Uraian
2010
2011
2012
2013
2014
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
1.306,05 1.070,82
73,52
71,99
1.043,33 1.043,33
1.888,42 1.222,01
1.979,93 1.266,41
71,86
71,24
77,51
1.295,79 1.062,32
1.510,39 1.033,98
1.680,22 1.087,28
1.747,99 1.118,06
81.442,83 81.442,83
102.443,33 83.992,47
136.290,82 93.301,81
159.333,45 103.105,80
148.699,21 95.111,53
-
1,7 1,83 3,13
7,5 -2,68 11,08
3,5 5,15 10,51
3,7 2,83 -7,75
12.926 1.009,01
12.749 1.007,92
12.372 1.116,39
11.852 1.123,91
13.315 1.132,69
tp s
in
ol
://
pr
Pertumbuhan5 a. Total konsumsi pemerintah b. Konsumsi perkapita c. Konsumsi per-pegawai Jumlah Pegawai Pemerintah6 Jumlah penduduk (000 org)
ob
ab ok
Konsumsi Pemerintah perpegawai pemerintah (Ribu Rp) a. ADHB b. ADHK 2010
.g
gg
Konsumsi Pemerintah perkapita (Ribu Rp) a. ADHB b. ADHK 2010
.b
ps
Proporsi terhadap PDRB ( % - ADHB)
ht
1.686,19 1.154,33
id
1.052,73 1.052,73
o.
Total Konsumsi Pemerintah a. ADHB (Miliar Rp) b. ADHK 2010 (Miliar Rp)
Pengeluaran konsumsi akhir pemerintah secara total menunjukan peningkatan baik untuk adh Berlaku maupun adh Konstan 2010. Pada tahun 2010 total pengeluaran konsumsi akhir pemerintah adh Berlaku sebesar 1.052,73 miliar rupiah, kemudian meningkat terus hingga pada tahun 2014 nilainya mencapai 1.979,93 miliar rupiah. Demikian halnya dengan konsumsi pemerintah adh Konstan 2010, yang juga mengalami peningkatan pada masing-masing tahun. Hal ini mengindikasikan, bahwa secara riil telah terjadi kenaikan pengeluaran pemerintah dari sisi kuantitas.
5 6
Diturunkan dari perhitungan PDRB (atas dasar harga konstan /ADHK 2000) Tidak termasuk polisi dan militer
Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Probolinggo Menurut Pengeluaran, Tahun 2010 - 2014
35
Menarik untuk dicermati lebih lanjut bahwa proporsi pengeluaran akhir pemerintah terhadap PDRB juga mengalami peningkatan, ditahun 2010 73,52 persen hingga mencapai 77,51 persen pada tahun 2014. Sepanjang periode tersebut, proporsi terendah terjadi pada tahun 2013 yaitu hingga 71,24 persen;
sedangkan proporsi
tertinggi pada tahun 2014. Peningkatan tersebut cenderung didominasi oleh pengeluaran pemerintah untuk konsumsi kolektif. Dalam prakteknya, pengeluaran pemerintah seringkali dikaitkan dengan luasnya cakupan layanan yang diberikan pada masyarakat (publik). Kondisi tersebut dapat diartikan bahwa setiap rupiah pengeluaran pemerintah harus ditujukan untuk melayani penduduk, baik langsung maupun tidak langsung. Pengeluaran konsumsi pemerintah secara total menunjukkan peningkatan, hal ini diikuti oleh adanya peningkatan pada
o.
id
rata-rata konsumsi pemerintah per-kapita. Pada tahun 2010 konsumsi pemerintah per-
.g
kapita adh Berlaku sebesar 1.043,33 ribu rupiah, dan terus meningkat pada tahun-tahun
.b
ps
berikutnya (lihat tabel 9).
ok
ab
Rata-rata konsumsi pemerintah per-kapita adh Konstan (2010) juga menunjukkan
gg
adanya peningkatan setiap tahunnya (lihat tabel 9). Peningkatan tersebut menunjukkan
ol
in
adanya peningkatan pengeluaran konsumsi pemerintah secara kuantitas. Hal tersebut
ob
juga dapat dilihat dari laju pertumbuhannya yang sebesar 1,83 persen pada tahun 2011
tp s
sebesar 2,83 persen.
://
pr
menurun menjadi -2,68 (2012) dan 5,15 (2013). Namun pada tahun 2014 turun menjadi
ht
Rata-rata konsumsi per pegawai pemerintah menunjukkan kecenderungan yang meningkat. Pada tahun 2010 konsumsi pemerintah per-pegawai pemerintah sebesar 81.442,83 ribu rupiah, kemudian meningkat pada tahun-tahun berikutnya (lihat tabel 9). Pada tingkat harga konstan 2010 indikator pemerataan menurut pegawai ini juga menunjukkan peningkatan dari waktu ke waktu. Persentase kenaikan yang sangat signifikan terjadi pada tahun 2012, yaitu sebesar 11,08 persen. Pengeluaran konsumsi akhir pemerintah terus menunjukan peningkatan (baik adh Berlaku maupun adh Konstan 2010. Hal tersebut tidak diikuti pula dengan jumlah pegawai pemerintah yang juga terus mengalami pelambatan. Selama periode tahun 2010 s.d 2014 jumlah pegawai pemerintah mengalami peningkatan dan penurunan yang berfluktuasi. Pada tahun 2010 jumlah pegawai pemerintah berjumlah 12.926 orang dan terus melambat hingga tahun 2012. Namun pada tahun 2013 dan 2014 jumlah pegawai Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Probolinggo Menurut Pengeluaran, Tahun 2010 - 2014
36
mengalami peningkatan sehingga menjadi sebesar 11.852 orang (2013) dan 13.315 orang (2014 Gambaran tentang konsumsi akhir pemerintah secara “riil” menunjukkan peningkatan baik secara keseluruhan maupun rata-rata (per penduduk maupun per pegawai pemerintah). Parameter ini adalah pendekatan untuk mengukur pemerataan kesempatan masyarakat atas penggunaan sumber daya finansial oleh pemerintah. Pertumbuhan tertinggi terjadi pada tahun 2012 dan 2014, dengan rincian untuk total konsumsi pemerintah masing-masing tahun sebesar 7,5 persen dan 3,7 persen; untuk konsumsi per-kapita pertumbuhan tertinggi terjadi pada tahun 2013 dan 2014 sebesar 5,15 persen dan 2,83 persen; sedangkan untuk konsumsi per-pergawai pertumbuhan tertinggi terjadi pada tahun 2012 dan 2013 yaitu 11,08 persen dan 10,51 persen.
.g
o.
id
‘
.b
ps
3.5 PERKEMBANGAN PEMBENTUKAN MODAL TETAP BRUTO
ab
Komponen pembentukan modal tetap bruto (PMTB) pada sajian PDRB menurut
gg
ok
pengeluaran, lebih menjelaskan tentang bagian dari pendapatan (income) yang
in
direalisasikan menjadi investasi (fisik). Atau pada sisi yang berbeda dapat pula diartikan
ob
ol
sebagai gambaran dari berbagai produk barang dan jasa yang sebagian digunakan
pr
sebagai investasi fisik (kapital)7. Fungsi kapital adalah sebagai input tidak langsung
tp s
://
(indirect input) di dalam proses produksi pada berbagai lapangan usaha. Kapital ini dapat
ht
berasal dari produksi domestik maupun dari impor. Selain peningkatan yang terjadi pada komponen konsumsi akhir (rumah tangga maupun pemerintah), PMTB juga menunjukkan peningkatan baik secara nominal maupun riil. Proporsi non bangunan terhadap total PMTB relatif berfluktuasi selama periode 2010 – 2014 (tabel 11). Perubahan yang terjadi pada proporsi tersebut tidak lepas dari pengaruh pertumbuhan yang terjadi pada masing-masing sub komponen PMTB tersebut. Proporsi sub komponen bangunan terhadap total PMTB relatif stabil sekitar 78 – 79 persen selama periode tahun 2010 – 2014.
7
Selain bagian lain yang menjadi konsumsi antara, konsumsi akhir, ataupun diekspor
Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Probolinggo Menurut Pengeluaran, Tahun 2010 - 2014
37
Tabel 12. Perkembangan dan Struktur PMTB Kabupaten Probolinggo, Tahun 2010—2014 Uraian
2010
(1)
(2)
Total PMTB a. ADHB (Miliar Rp) b. ADHK 2010 (Miliar Rp) Proporsi terhadap PDRB (% - ADHB) Struktur PMTB 8 a. Bangunan (Miliar Rp) (%) b. Non Bangunan (Mil Rp) (%)
2012
(3)
(4)
2013
2014
(5)
(6)
4.185,31 4.185,31
4.775,69 4.556,49
5.323,46 4.976,84
5.857,83 5.152,45
2.846,91 2.415,55
27,85
28,30
28,32
28,13
12,24
2.426,79 (57,98) 1.758,52 (42,02)
2.682,45 (59,94) 2.093,25 (40,06)
3.016,18 (56,66) 2.307,28 (43,34)
3.297,32 (56,29) 2.560,52 (43,71)
2.180,45 (76,59) 66,46 (23,41)
4.185,31 (100,00)
4.775,69 (100,00)
5.323,46 (100,00)
5.857,83 (100,00)
2.846,91 (100,00)
.g
3,2 16,7 8,9
9,4 9,0 9,2
5,1 1,6 3,5
4,3 3,5 4,0
ab
.b
-
ps
Pertumbuhan9 (%) a. Bangunan b. Non Banguan Total PMTB
o.
id
Total PMTB (Miliar Rp) (%)
2011
ok
Sementara jika dilihat pertumbuhannya, secara keseluruhan pertumbuhan PMTB
in
gg
dalam kurun waktu 2010 - 2014 mengalami peningkatan dari 3,2 persen (2011) menjadi
ob
ol
4,3 persen (2014). Pertumbuhan PMTB pada masing-masing komponen sangat bervariasi
pr
antar tahunnya. Pertumbuhan sub komponen bangunan menunjukkan pola yang variatif
tp s
://
antar tahunnya. Pada tahun 2011 pertumbuhan komponen bangunan sebesar 3,2 persen
ht
kemudian naik pada tahun 2012 menjadi 9,4 persen. Namun pada tahun 2013 dan 2014 turun hingga pertumbuhannya hanya mencapai 5,1 persen dan 4,3 persen. Sedangkan Non Bangunan mengalami fluktuasi pertumbuhan dari 16,7 persen tahun 2011 menurun menjadi 9 persen (2012) dan 1,6 persen (2013). Kemudian meningkat kembali menjadi 3,5 persen (2014). Secara umum, selama kurun waktu tahun 2010-2014 pertumbuhan PMTB mengalami fluktuasi di mana pertumbuhan tertinggi terjadi pada tahun 2012 yang mencapai besaran angka 9,2 persen dan pertumbuhan terendah terjadi pada tahun 2013 yaitu hanya sebesar 3,5 persen.
8 9
Diturunkan dari perhitungan PDRB (atas dasar harga berlaku /ADHB ) Diturunkan dari perhitungan PDRB (atas dasar harga konstan/ADHK 2010)
Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Probolinggo Menurut Pengeluaran, Tahun 2010 - 2014
38
3.6 PERKEMBANGAN PERUBAHAN INVENTORI Secara konsep, yang dimaksud dengan perubahan inventori adalah perubahan dalam bentuk “persediaan” berbagai barang yang belum digunakan lebih lanjut dalam proses produksi, konsumsi ataupun investasi (kapital). Perubahan yang dimaksud disini bisa berarti penambahan (bertanda positif) dan atau pengurangan (bertanda negatif). Dari sisi penghitungan, komponen Perubahan Inventori merupakan salah satu komponen yang hasilnya bisa memiliki 2 (dua) tanda angka, positif atau negatif (disamping komponen net ekspor antar daerah). Apabila perubahan inventori bertanda positif berarti terjadi penambahan persediaan barang, sedangkan apabila bertanda negatif berarti terjadi pengurangan persediaan. Terjadinya penumpukan barang
o.
id
inventori mengindikasikan bahwa distribusi atau pemasaran tidak berjalan dengan
ps
.g
sempurna. Secara umum, komponen perubahan inventori dihitung berdasarkan
.b
pengukuran terhadap nilai persediaan barang pada awal dan akhir tahun dari dua posisi
in
gg
ok
ab
nilai persediaan (konsep stok).
ob
ol
Tabel 13. Perkembangan dan Struktur Perubahan Inventori
pr
Kabupaten Probolinggo, Tahun 2010—2014
tp s
://
Uraian
Total Nilai Inventori
2011
2012
2013
2014
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
ht
(1)
2010
a. ADHB (Miliar Rp)
347,53
58,61
0,98
18,33
636,94
b. ADHK 2010 (Miliar Rp)
347,53
154,95
0,714
11,45
289,39
2,31
0,35
0,01
0,09
2,74
Proporsi terhadap PDRB (% - ADHB)
Berbeda dengan komponen pengeluaran lain yang dapat dianalisis agak rinci, perubahan inventori baru dapat dianalisis dari sisi proporsinya saja. Perbedaan dalam pendekatan dan tata cara estimasi menyebabkan komponen inventori tidak banyak dikaji lebih. Hal utama yang dapat dilihat dari komponen ini adalah, bahwa proporsi dalam PDRB pada umumnya mempunyai besaran atau nilai yang berfluktuasi baik dalam level maupun tandanya (positif atau negatif).
Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Probolinggo Menurut Pengeluaran, Tahun 2010 - 2014
39
Pada Tahun 2010 perubahan inventori sebesar 347,53 miliar rupiah, kemudian tahun 2011 perubahan inventori nilainya sebesar 58,61 miliar rupiah. Perubahan inventori pada tahun 2012 sebesar 0,98 miliar rupiah dan pada tahun berikutnya meningkat dibandingkan dengan tahun sebelumnya yaitu sebesar 18,33 miliar rupiah (2013) dan 636,94 miliar rupiah (2014).
3.7 PERKEMBANGAN EKSPOR BARANG DAN JASA LUAR NEGERI Dalam struktur permintaan akhir, transaksi ekspor menggambarkan berbagai produk barang dan jasa yang tidak dikonsumsi di wilayah ekonomi domestik, tetapi
o.
id
dikonsumsi oleh pihak luar negeri, baik secara langsung maupun tidak langsung.
(1)
(2)
ob
ol
4.606.76 4.606.76
2012
2013
2014
(3)
(4)
(5)
(6)
6.005,73 5.377,94
6.726,47 5.577,11
7.543,19 5.719,26
7.959,87 5.606,83
30,65
35,59
35,79
36,22
34,22
ht
tp s
://
pr
Proporsi terhadap PDRB (% - ADHB) Pertumbuhan10 Total ekspor
in
Total Nilai Ekspor a. ADHB (Miliar Rp) b. ADHK 2000 (Miliar Rp)
2011
ok
2010
gg
Uraian
ab
.b
ps
.g
Tabel 14. Perkembangan Ekspor Kabupaten Probolinggo, Tahun 2010 – 2014
-
16,74
3,70
2,55
-1,97
Secara total, nilai ekspor tahun 2014 menunjukkan peningkatan dari tahun sebelumnya. Pada tahun 2010 nilai ekspor sebesar 4.606.76 miliar rupiah dan tahun 2011 mengalami peningkatan yang cukup tajam menjadi sebesar 6.005,73 miliar rupiah. Tahun 2012 ekspor meningkat menjadi sebesar 6.726,47 miliar rupiah. Pada tahun berikutnya, nilai ekspor meningkat lagi sehingga menjadi sebesar 7.543,19 miliar rupiah (2013), dan 7.959,87miliar rupiah pada tahun 2014. Sejalan dengan nilai ekspor adh Berlaku, nilai ekspor adh Konstan 2010 juga menunjukan arah pertumbuhan yang sama,
yaitu
cenderung meningkat dengan nilai “riil” masing-masing tahun sebesar 4.606.76 miliar
10
Diturunkan dari perhitungan PDRB (ADHK 2000)
Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Probolinggo Menurut Pengeluaran, Tahun 2010 - 2014
40
rupiah (2010); 5.377,94 miliar rupiah (2011); 5.577,11 miliar rupiah (2012); 5.719,26 miliar rupiah (2013); dan menurun menjadi sebesar 5.606,83 miliar rupiah (2014). Hal ini juga sejalan dengan proporsinya dalam PDRB selama kurun waktu 2010 – 2014 yaitu dari 30,65 persen pada tahun 2010 menjadi 35,59 persen di tahun 2011. Pada tahun 2012 proporsi nya menjadi 35,79 persen dan naik menjadi 36,22 persen pada tahun2013 dan turun 34,22 persen pada tahun 2014. Menurut komposisinya, sebagian besar ekspor Kabupaten Probolinggo berupa barang (rata-rata diatas 90 persen), sisanya adalah ekspor dalam bentuk jasa. Sedangkan pertumbuhan riil total ekspor mencapai angka yang sangat tinggi, khususnya pada tahun 2011 yang mencapai 16,74 persen. Pertumbuhan tersebut lebih disebabkan adanya peningkatan volume ekspor dalam bentuk barang. Sedangkan pada tahun 2012 dan 2013
o.
id
ekspor turun sebesar 3,70 persen dan 2,55 persen. Sementara itu pertumbuhan yang
.g
terjadi pada tahun 2014 (minus 1,97 persen) dibanding tahun 2013. Pertumbuhan minus
.b
ps
tersebut terjadi akibat dari pertumbuhan ekspor barang dan jasa pada tahun 2014 yang
ab
juga menunjukkan pertumbuhan negatif. Hal ini disebabkan karena adanya penurunan
gg
ok
permintaan barang dari luar negeri maupun turunnya jumlah wisatawan asing pada
ob
ol
in
tahun 2014.
://
pr
3.8 PERKEMBANGAN IMPOR BARANG DAN JASA
tp s
Aktivitas pengeluaran (konsumsi rumah tangga, LNPRT, dan pemerintah)
ht
maupun PMTB (termasuk inventori) dan ekspor, didalamnya terkandung produk yang berasal dari impor. PDRB menggambarkan produk yang benar-benar dihasilkan oleh ekonomi domestik Kabupaten Probolinggo. Sehingga untuk mengukur potensi dan besaran produk domestik, maka komponen impor tersebut harus dikeluarkan dari penghitungan yaitu dengan cara mengurangkan nilai PDRB (E) dengan nilai impornya. Hasil pengurangan inilah yang secara konsep harus sama dengan nilai PDRB menurut lapangan usaha (sektor). Berbeda dengan komponen ekspor, transaksi impor menjelaskan ada tambahan penyediaan (supply) produk di wilayah ekonomi domestik yang berasal dari dari non residen. Impor terdiri dari produk barang maupun jasa, meskipun rincian penggolongannya bisa berbeda dengan ekspor.
Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Probolinggo Menurut Pengeluaran, Tahun 2010 - 2014
41
Perkembangan yang terjadi pada transaksi impor menunjukkan semakin kuatnya ketergantungan Kabupaten Probolinggo terhadap ekonomi atau produk negara lain. Komponen impor termasuk pembelian berbagai produk barang dan jasa secara langsung (direct purchase) oleh penduduk (resident) Kabupaten Probolinggo di luar negeri, baik yang berupa makanan maupun bukan makanan (termasuk jasa)
Tabel 15. Perkembangan Impor Kabupaten Probolinggo, Tahun 2010 – 2014 Uraian
2010
2011
2012
2013
2014
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
a. ADHB (Miliar Rp)
6.339,52
7.579,95
8.622,91
9.526,95
b. ADHK 2010 (Miliar Rp)
6.339,52
6.761,69
6.849,15
44,92
45,87
7.079,42
7.226,29
45,75
43,78
3,36
2,07
o.
.g
42,18
ps
(% - ADHB)
10.184,58
.b
Proporsi terhadap PDRB
id
Total Nilai Impor
ok
ab
Pertumbuhan11 -
gg
6,67
1,29
ob
ol
in
Total impor
://
pr
Tabel 15 di atas menunjukkan pola perkembangan impor Probolinggo pada
tp s
periode tahun 2010 s.d 2014 yang cenderung meningkat (baik adh Berlaku maupun adh
ht
Konstan 2010). Pada tahun 2011 nilai impor mengalami peningkatan dimana nilainya mencapai 7.579,95 miliar rupiah dibanding tahun 2010 yang hanya sebesar 6.339,52 miliar rupiah. Pada tahun-tahun berikutnya nilai impor terus mengalami peningkatan hingga mencapai 10.184,58 miliar rupiah pada tahun 2014. Di sisi lain, secara riil nilai impor mengalami peningkatan signifikan pada tahun 2011 sebesar 6,7 persen. Pada tahun 2012 pertumbuhan impor cenderung melambat yang hanya mencapai 1,3 persen. Peningkatan terjadi di tahun 2013 dengan pertumbuhan sebesar 3,4 persen. Namun pada tahun 2014 pertumbuhan impor melambat lagi hingga menjadi 2,1 persen..
11
Diturunkan dari perhitungan PDRB (ADHK 2000)
Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Probolinggo Menurut Pengeluaran, Tahun 2010 - 2014
42
3.9 PERKEMBANGAN NET EKSPOR ANTAR DAERAH Net ekspor antar daerah didefinisikan sebagai ekspor antar daerah dikurangi impor antar daerah. Berbeda dengan penghitungan ekspor-impor barang dan jasa luar negeri, pada penghitungan ekspor-impor antar daerah tidak tersedia sumber data yang sesuai dengan konsep dan definisi yang ditentukan. Sumber data yang tersedia selama ini hanya menunjukkan adanya transaksi namun tidak diketahui berapa nilai uang yang terjadi dalam transaksi tersebut. Keberadaan data dengan kondisi seperti ini menyebabkan penghitungan ekspor-impor antar provinsi menjadikan
komponen ini
(dalam series PDRB adh Konstan 2010) diperlakukan sebagai item penyeimbang (residual), yakni perbedaan antara total PDRB menurut pengeluaran dengan total PDRB menurut lapangan usaha. Ketersediaan data yang ada lebih sesuai untuk dimanfaatkan
o.
id
sebagai informasi pendukung.
ps
.g
Komponen ini secara implisit mencakup dua unsur pokok yaitu: ekspor antar
.b
daerah dan impor antar daerah. Sama halnya dengan perubahan inventori, net ekspor
ok
ab
antar daerah juga hasilnya dapat memiliki 2 (dua) angka, positif atau negatif. Jika
gg
komponen ini bertanda “positif” berarti nilai ekspor antar daerah lebih besar dari pada
ol
in
impor antar daserah, demikian pula sebaliknya.
pr
ob
Pada saat ini untuk memisahkan net ekspor antar daerah menjadi nilai ekspor
://
antar daerah dan nilai impor antar daerah dilakukan dengan metode tidak langsung,
ht
tp s
yaitu dengan metode cross hauling. Metode ini bekerja dengan memanfaatkan sifat keseimbangan permintaan (demand) dan penyediaan (supply) setiap komoditas di suatu perekonomian. Penghitung ekspor impor dengan metode cross-hauling diawali dengan metode commodity balance. Metode commodity balance adalah metode penghitungan ekspor-impor dengan memanfaatkan Tabel Input-Output “bayangan”. Dalam metode ini, transksi ekspor-impor dipandang sebagai item penyeimbang (balancing item) dalam keseimbangan demand dan supply suatu perekonomian.
Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Probolinggo Menurut Pengeluaran, Tahun 2010 - 2014
43
id o. .g ps .b ab ok gg in ol
BAB IV
ht
tp s
://
pr
ob
PERKEMBANGAN AGREGAT PDRB MENURUT PENGELUARAN KABUPATEN PROBOLINGGO TAHUN 2010 - 2014
Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Probolinggo Menurut Pengeluaran, Tahun 2010 - 2014
44
Berbagai indikator ekonomi makro yang lazim digunakan dalam analisis sosial ekonomi dapat diturunkan dari seperangkat data PRDB. Berikut ini akan disjikan beberapa rasio (perbandingan relatif) guna melengkapi analisis, di tengah keterbatasan informasi yang tersedia.
4.1 PDRB (NOMINAL) Agregat ini menjelaskan nilai produk barang dan jasa yang dihasilkan di dalam suatu wilayah ekonomi domestik, di mana di dalamnya masih terkandung nilai penyusutan.
PDRB
dapat
digunakan
sebagai
ukuran
“produktivitas”,
karena
menjelaskan kemampuan wilayah dalam menghasilkan produk domestik, yang dihitung
id
melalui 3 (tiga) pendekatan, yaitu pendekatan nilai tambah, pengeluaran, dan
.g
o.
pendapatan.
.b
ps
Dari series data PDRB pengeluaran dapat diturunkan beberapa ukuran yang
ab
berkaitan dengan PDRB maupun variabel pendukung lain (seperti rumah tangga, dan
ok
tenaga kerja). Sebagai contoh, untuk melihat perkembangan tingkat pemerataan,
ol
in
gg
misalnya, maka disajikan data PDRB perkapita
ob
Tabel 16. Produk Domestik Regional Bruto dan PDRB Perkapita
tp s
(1)
ht
Uraian
://
pr
Kabupaten Probolinggo, Tahun 2010—2014 2010
2011
2012
2013
2014
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
Nilai PDRB (Miliar Rp) - ADHB
15.028,14
16.874,53
18.796,85
20.825,21
23.263,92
- ADHK 2010
15.028,14
15.912,46
16.936,76
17.338,18
18.751,79
- ADHB
13.674,25
15.230,82
16.837,17
18.540,96
20.538,65
- ADHK 2010
13.674,25
14.362,46
15.171,01
15.426,41
16.555,09
-
5,03
5,63
1,68
7,32
1.099,01
1.107,92
1.116,39
1.123,20
1.132,69
0,63
0,73
0,70
0,67
0,64
PDRB perkapita (Ribu Rp)
Pertumbuhan PDRB perkapita ADHK 2010 Jumlah penduduk (000 org) Pertumbuhan
Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Probolinggo Menurut Pengeluaran, Tahun 2010 - 2014
45
Tabel 16 menunjukkan peningkatan PDRB per-kapita Kabupaten Probolinggo dari tahun ke tahun yang seiring dengan kenaikan jumlah penduduk. Indikator ini menunjukkan bahwa secara ekonomi setiap penduduk Indonesia rata-rata mampu menciptakan PDRB atau (nilai tambah) sebesar nilai perkapita di masing-masing tahun tersebut. Sementara itu pertumbuhan per-kapita secara “riil” juga selalu meningkat di kisaran 1 sampai 7 persen. Pertumbuhan ekonomi tersebut diikuti pula oleh penambahan jumlah penduduk, yang meningkat rata-rata pada kisaran 0,6 – 0,7 persen setiap tahunnya. Dengan demikian maka pertumbuhan per-kapita tersebut tidak saja terjadi secara “riil” tetapi juga terjadi secara kualitas.
ps
.g
o.
id
4.2 PERBANDINGAN PENGELUARAN PDRB UNTUK KONSUMSI AKHIR RUMAH TANGGA TERHADAP EKSPOR
ab
.b
Indikator ini menunjukkan perbandingan antara produk yang dikonsumsi RT di
ok
wilayah domestik dengan produk yang diekspor. Selama ini konsumsi rumah tangga
gg
mempunyai kontribusi yang sangat dominan dalam penggunaan PDRB Probolinggo
ol
in
(sekitar 60 persen), yang artinya bahwa seluruh produk yang dihasilkan di wilayah
ob
Kabupaten Probolinggo sebagian besar digunakan untuk konsumsi akhir rumah tangga.
tp s
://
pr
Namun di dalamnya termasuk pula sebagian produk yang berasal dari impor.
ht
Tabel 17. Perbandingan PDRB Pengeluaran untuk Konsumsi Akhir Rumah Tangga terhadap Ekspor Tahun 2010—2014 Uraian
2010
2011
2012
2013
2014
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
Total Konsumsi RT (ADHB)
11.048,24
12.148,09
13.507,97
14.835,49
16141,57
4.606,76
6.005,73
6.726,47
7.543,19
7959,87
2,39
2,02
2,01
1,97
2,03
(Miliar Rp) Total Ekspor (ADHB) (Miliar Rp) Perbandingan Konsumsi RT terhadap Ekspor
Data di atas menunjukkan bahwa pada tahun 2010, produk yang digunakan Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Probolinggo Menurut Pengeluaran, Tahun 2010 - 2014
46
untuk konsumsi rumah tangga sebanyak 2,39 kali dari yang dieskpor. Ini berarti bahwa sebagian besar penyediaan (supply) domestik diserap untuk memenuhi permintaan konsumsi akhir rumah tangga. Selama periode 2010 – 2014, rasio perbandingan konsumsi rumah tangga terhadap ekspor menunjukan kecenderungan menurun, dan hanya naik di 2014. Secara implisit data tersebut menjelaskan, walaupun nilai konsumsi akhir rumah tangga dan ekspor semakin meningkat namun peningkatan nilai ekspor jauh lebih cepat. Peningkatan tersebut terutama disebabkan oleh perubahan volume maupun harga. Selain itu, penurunan rasio tersebut juga disebabkan oleh perbedaan pertumbuhan ekspor yang lebih cepat dibandingkan dengan pertumbuhan konsumsi rumah tangga.
.g
o.
id
4.3 PERBANDINGAN KONSUMSI AKHIR RUMAH TANGGA TERHADAP PMTB
ps
Rasio ini merupakan perbandingan antara produk yang digunakan untuk
ab
.b
konsumsi akhir rumah tangga dengan yang digunakan untuk investasi fisik
ok
(pembentukan modal tetap). Sekilas nampak bahwa sebagian besar penggunaan produk
in
gg
yang tersedia di wilayah domestik Indonesia digunakan untuk konsumsi akhir rumah
ob
ol
tangga.
Tahun 2010—2014
Uraian
ht
tp s
://
pr
Tabel 18. Perbandingan Konsumsi Rumah Tangga terhadap PMTB
(1)
Total Konsumsi RT (ADHB) (Miliar Rp) Total PMTB (ADHB) (Miliar Rp) Perbandingan Konsumsi RT thd PMTB
2010
2011
2012
2013
2014
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
11.048,24
12.148,09
13.507,97
14.835,49
16.141,57
4185,31
4775,69
5323,46
5857,83
6498,57
2,64
2,54
2,54
2,53
2,48
Seperti halnya terhadap ekspor, rasio konsumsi rumah tangga terhadap PMTB cenderung menurun, dari sebesar 2,64 pada tahun 2010 menjadi 2,54 pada tahun 2011. Pada tahun-tahun berikutnya rasionya mengalami penurunan menjadi 2,54 (2012), 2,53
Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Probolinggo Menurut Pengeluaran, Tahun 2010 - 2014
47
(2013), dan pada 2014 turun 2,48. Hal ini terjadi karena nilai investasi cenderung melambat, sementara konsumsi akhir rumah tangga mengalami percepatan.
4.4 PROPORSI KONSUMSI AKHIR TERHADAP PDRB Yang dimaksud dengan konsumsi akhir adalah penggunaan berbagai produk barang dan jasa akhir (baik berasal dari produk domestik maupun impor), untuk menunjang aktivitas ekonomi. Pelaku konsumsi akhir meliputi rumah tangga, LNPRT, dan pemerintah. Walaupun ketiga institusi tersebut mempunyai fungsi yang berbeda dalam sistem ekonomi, tetapi sama-sama membelanjakan sebagian pendapatannya untuk tujuan konsumsi akhir.
id
Tabel 19. Proporsi Total Penggunaan Konsumsi Akhir terhadap PDRB
ps
2011
(2)
(3)
2014
(4)
(5)
(6)
13.507,97
14.835,49
16.141,57
160,31
174,67
208,89
231,62
1.052,73
1.306,05
1686,20
1.888,42
1.979,93
12.228,06
13.614,45
15.368,83
16.932,8
18.352,82
15.028,14
16.874,53
18.796,85
20.825,21
23.263,92
81,37
80,68
81,76
81,31
78,89
ok
a. Rumah tangga
ol
127,09
ob
Pemerintah
tp s ht
Proporsi
://
Jumlah
(Miliar Rp)
12.148,09
in
11.048,24
b. LNPRT
PDRB (ADHB)
gg
(Miliar Rp)
c.
2012
.b
2010
ab
(1) Konsumsi Akhir (ADHB)
2013
pr
Uraian
.g
o.
Kabupaten Probolinggo, Tahun 2010—2014
Sebagian besar barang dan jasa yang berada di wilayah domestik digunakan untuk memenuhi permintaan konsumsi akhir (lebih dari 60 persen). Konsumsi akhir makin meningkat setiap tahunnya, dan proporsinya terhadap PDRB juga semakin mengalami peningkatan Dalam hal ini, produk yang tidak digunakan menjadi konsumsi akhir (PMTB atau eskpor) memiliki peran yang relatif besar.
4.5 PERBANDINGAN EKSPOR TERHADAP PMTB Ekspor merupakan produk yang tidak dikonsumsi di wilayah domestik, tetapi diperdagangkan ke
luar
negeri.
Untuk
menghasilkan produk
Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Probolinggo Menurut Pengeluaran, Tahun 2010 - 2014
yang
diekspor 48
kemungkinan besar menggunakan kapital (PMTB). Sementara di sisi lain sebagian barang yang diekspor bisa pula berupa barang kapital. Rasio ekspor terhadap PMTB dimaksudkan untuk menunjukkan perbandingan antara nilai produk ekspor dengan nilai produk yang menjadi kapital (PMTB).
Tabel 20. Rasio Ekspor terhadap PMTB (ADHB) Tahun 2010—2014 2010
2011
2012
2013
2014
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(Miliar Rp) Total PMTB (ADHB)
6.005,73
6.726,47
7.543,19
7959,87
4185,31
4775,69
5323,46
5857,83
6498,57
1,1
1,26
1,29
1,22
o.
(Miliar Rp)
4.606,76
id
Ekspor (ADHB)
.g
Uraian
ps
1,26
.b
Rasio Ekspor terhadap PMTB
ok
ab
Selama tahun 2010-2014, ekspor mempunyai nilai yang lebih tinggi dari PMTB
gg
dan rasio ekspor terhadap PMTB juga mempunyai kecenderungan meningkat dari tahun
ol
in
ke tahun (tabel 20). Untuk menghasilkan seluruh produk domestik (termasuk ekspor)
ob
disyaratkan tersedianya sejumlah kapital (yang di dalamnya termasuk pula kapital
://
pr
impor). Peningkatan rasio tersebut di antaranya disebabkan oleh kenaikan ekspor yang
ht
tp s
relatif lebih pesat dibandingkan dengan kenaikan PMTB.
4.6 PERBANDINGAN PDRB TERHADAP IMPOR Rasio ini memberikan gambaran tentang perbandingan antara produk yang dihasilkan di wilayah ekonomi domestik (PDRB) dengan produk yang berasal dari impor. Selain itu data tersebut menjelaskan tentang ketergantungan PDRB terhadap produk yang dihasilkan oleh negara lain. Jika rasionya kecil berarti ketergantungan akan impor semakin tinggi, dan sebaliknya.
Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Probolinggo Menurut Pengeluaran, Tahun 2010 - 2014
49
Tabel 21. Rasio PDRB terhadap Impor Kabupaten Probolinggo Tahun 2010—2014 Uraian
2010
2011
2012
2013
2014
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
PDRB (ADHB) (Miliar Rp)
15.028,14
16.874,53
18.796,85
20.825,21
23.263,92
6.339,52
7.579,95
8.622,91
9.526,95
10.184,58
2,37
2,23
2,18
2,18
2,28
Total Impor (ADHB) (Miliar Rp) Rasio PDRB terhadap Impor
Tabel 21 menunjukkan rasio PDRB terhadap impor selama tahun 2010 - 2014
o.
id
cenderung menurun dari sebesar 2,37 pada tahun 2010 menjadi 2,23 pada tahun 2011.
.g
Pada tahun berikutnya rasionya tetap dan cenderung naik yaitu 2,18 (2012), 2,18 (2013),
.b
ps
dan 2,28 (2014). Penurunan rasio menunjukkan ketergantungan PDRB terhadap produk
ok
ab
impor yang semakin meningkat.
in
gg
4.7 KESEIMBANGAN TOTAL PENYEDIAAN DAN TOTAL PERMINTAAN
ol
Rasio ini dapat menunjukkan seberapa jauh ketergantungan ekonomi suatu daerah
pr
ob
oleh produk yang berasal dari impor. Ketergantungan (ketidakseimbangan) tersebut
ht
tp s
permintaan akhir (demand).
://
dapat dilihat melalui keseimbangan antara total penyediaan (supply) dengan total
Tabel 22. Sisi Keseimbangan Penyediaan dan Permintaan Kabupaten Probolinggo, Tahun 2010—2014 Uraian (1) Total Penyediaan PDRB (ADHB) (Miliar Rp ) %
12
2010
2011
2012
2013
2014
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(69,01)
18.796,85 (68,55)
20.825,21 (68,61)
23.263,92 (69,55)
15.028,14 (70,33)
16.874,53
Total nilai Impor ADHB (Miliar Rp) %
6.339,52 (29,67)
7.579,95 (30,99)
8.622,91 (31,45)
9.526,95 (31,39)
10.184,58 (30,45)
Total Permintaan Akhir12 (Miliar Rp) %
21.367,66 (100,00)
24.454,48 (100,00)
27.419,76 (100,00)
30.352,16 (100,00)
33.448,5 (100,00)
Termasuk diskrepansi statistik
Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Probolinggo Menurut Pengeluaran, Tahun 2010 - 2014
50
Dari tabel tersebut diatas, dapat dilihat bahwa untuk memenuhi permintaan akhir domestik, sebagian produk masih harus didatangkan dari luar negeri dan luar daerah, dengan rentang 21 s.d 33 persen. Dengan kata lain, kebutuhan masyarakat baru bisa dipenuhi sekitar 70 persen dari selisih hasil produksi domestik. Dalam kurun waktu tersebut, tendensi permintaan (akhir) masyarakat terus meningkat setiap tahunnya, dari 21.367,66 miliar (2010) menjadi sebesar 33.448,5 miliar rupiah (2014). Di sisi lain “penyediaan” produk barang dan jasa yang mampu dihasilkan oleh ekonomi domestik masing-masing sebesar 15.028,14 miliar rupiah (2010); 16.874,53 miliar rupiah (2011); 18.796,85 miliar rupiah (2012); 20.825,21 miliar rupiah (2013); dan 23.263,92 miliar rupiah (2014).
Karena produk domestik tidak mampu mencukupi seluruh
kebutuhan permintaan, maka berbagai produk barang dan jasa diimpor, dengan nilai
o.
id
masing-masing tahun sebesar 6.339,52 miliar rupiah (2010); 7.579,95 miliar rupiah (2011);
.g
8.622,91 miliar rupiah (2012); 9.526,95 miliar rupiah (2013); dan 10.184,58 miliar rupiah
.b
ps
(2014).
ok
ab
4.8 NERACA PERDAGANGAN (TRADE BALANCE)
in
gg
Transaksi devisa yang berasal dari perdagangan barang dan jasa dengan pihak
ol
luar negeri (non-residen) dapat dilihat melalui neraca perdagangan. Secara konsep,
pr
ob
selisih antara nilai ekspor dan nilai impor disebut sebagai “Ekspor Neto”, apabila nilai
://
ekspor lebih besar dari nilai impor, maka terjadi surplus, dan sebaliknya yang terjadi
ht
tp s
adalah defisit. Dilihat dari arus uang yang masuk atau keluar, apabila tingkat keseimbangan dalam posisi surplus, maka terjadi aliran devisa masuk, sebaliknya kalau posisinya defisit maka terjadi aliran devisa keluar. Dalam hal ini dapat dijelaskan bahwa kekuatan ekonomi suatu wilayah di antaranya ditentukan oleh proses tersebut. Selain gambaran posisi neraca perdagangan, dapat juga dilihat perbandingan (rasio) antara nilai ekspor terhadap impor, meskipun hanya berlaku secara total. Namun rasio tersebut tidak dapat merefleksikan perbandingan menurut jenis komoditas, harga maupun kuantum. Apabila rasio lebih besar dari 1 (satu) maka nilai ekspor lebih tinggi daripada nilai impor, sebaliknya apabila rasio kurang dari 1 (satu) berarti nilai impor lebih tinggi dari pada nilai ekspor. Besar kecilnya ekspor atau impor suatu negara sangat tergantung kepada kondisi ekonomi serta kebutuhan masyarakatnya.
Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Probolinggo Menurut Pengeluaran, Tahun 2010 - 2014
51
Tabel 23. Neraca Perdagangan Barang dan Jasa, Kabupaten Probolinggo Tahun 2010—2014 Uraian
2010
2011
2012
2013
2014
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
4.606,76
6.005,73
6.726,47
7.543,19
7959,87
6.339,52
7.579,95
8.622,91
9.526,95
10.184,58
-1.732,76
-1.574,22
-1.896,44
-1.983,76
-2224,72
0,73
0,79
0,78
0,79
0,78
Nilai Ekspor (ADHB) (Miliar Rp) Nilai Impor (ADHB) (Miliar Rp) Net ekspor (X – M) (Miliar Rp) Rasio ekspor thdp Impor
Selama periode 2011 - 2014, posisi perdagangan barang dan jasa Kabupaten
id
Probolinggo dengan luar negeri dan antar provinsi, selalu menunjukkan nilai negatif. Hal
o.
ini menunjukkan neraca perdagangan barang dan jasa Kabupaten Probolinggo
ps
.g
cenderung dalam posisi minus. Nilai impor yang lebih besar dari impor menyebabkan
ab
.b
tidak adanya aliran devisa masuk, yang dalam konteks lain disebut sebagai “tabungan
ok
luar negeri”. Pada tahun 2010-2014 posisi perdagangan barang dan jasa mengalami
in
gg
defisit dimana nilai impor lebih besar daripada ekspor.
ob
ol
Sementara rasio ekspor terhadap impor cenderung stabil dari tahun 2010-2014.
pr
Pada tahun 2010 rasionya sebesar 0,73 kemudian meningkat menjadi sekitar 0,79 pada
tp s
://
tahun 2011, kemudian 0,78 pada tahun 2012, meningkat lagi menjadi 0,79 pada tahun
ht
2013 dan pada tahun 2014 sedikitvturun sebesar 0,78.
4.9INCREMENTAL CAPITAL OUTPUT RATIO (ICOR) ”ICOR” merupakan parameter ekonomi makro yang menggambarkan rasio investasi kapital/modal terhadap hasil yang diperoleh (output) dengan menggunakan investasi tersebut. ICOR juga bisa diartikan sebagai dampak penambahan kapital terhadap penambahan sejumlah output (keluaran). Kapital diartikan sebagai barang modal fisik yang dibuat oleh manusia dari sumber daya alam, untuk digunakan secara terus menerus dan berulang dalam proses produksi. Sedangkan output adalah besarnya nilai keluaran dari suatu proses ekonomi (produksi) yang dalam hal ini digambarkan melalui parameter ”Nilai Tambah”. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Probolinggo Menurut Pengeluaran, Tahun 2010 - 2014
52
Dengan menggunakan rasio ini, maka ICOR mampu menjelaskan perbandingan antara penambahan kapital terhadap output atau yang diartikan juga bahwa setiap pertambahan satu unit nilai output (keluaran) akan membutuhkan penambahan kapital sebanyak ”K” unit. Formula :
ICOR Di mana:
K I It Y Y Yt Yt 1
I t = PMTB tahun ke t Yt = Output tahun ke t
.g
o.
id
Yt 1 = Output tahun ke t-1
.b
ps
Tabel .24 Incremental Capital Output Ratio,
2010
2011
2012
2013
2014
(1)
(2)
ol
(4)
(5)
(6)
ob
(3)
(miliar rupiah) PMTB (ADHK 2010) (miliar Rp)
pr
19.936,76
17.838,18
18.751,79
679,33
884,33
1.024,30
901,42
913,60
4.185,31
4.556,49
4.976,84
5.152,45
5.355,99
6,11
5,11
4,82
5,70
5,84
://
15.912,46
tp s
Perubahan
15.028,135
ht
(miliar rupiah)
in
Uraian
PDRB (ADHK 2010)
ICOR
gg
ok
ab
Kabupaten Probolinggo, Tahun 2010-2014
Data di atas menunjukkan besaran ICOR menurun dari sebesar 6,11 (2010) menjadi 5,11 (2011) dan 4,82 (2012). Pada tahun 2013 dan 2014 ICOR meningkat menjadi 5,70 dan 5,84.
Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Probolinggo Menurut Pengeluaran, Tahun 2010 - 2014
53
id o. .g ps .b ab ok gg in ol ob pr :// tp s ht Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Probolinggo Menurut Pengeluaran, Tahun 2010 - 2014
BAB V PENUTUP
54
1. PDRB menurut pengeluaran tahun 2010 s.d 2014 dapat menggambarkan perubahan struktur dan perkembangan kondisi ekonomi Kabupaten Probolinggo pada periode bersangkutan. Analisis ekonomi dari sisi PDRB pengeluaran akan berbeda dengan analisis dari sisi lapangan usaha (industri) yang lebih fokus pada perilaku
produksi.
Analisis
PDRB
pengeluaran
terfokus
pada
perilaku
penggunaan barang dan jasa akhir, baik untuk tujuan konsumsi akhir, investasi (fisik), maupun perdagangan internasional dan antar daerah. Empat kelompok sektor atau pelaku ekonomi yang menggunakan barang dan jasa akhir dalam suatu perekonomian adalah rumah tangga, lembaga non-profit yang melayani rumah tangga/LNPRT, pemerintah, dan perusahaan. 2. Publikasi ini menyajikan analisis sederhana tentang perilaku konsumsi, investasi,
o.
id
dan perdagangan luar negeri dan perdagangan antar daerah yang dimaksud.
ps
.g
Analisis didasarkan pada indikator yang diturunkan dari PDRB pengeluaran.
.b
Analisis tersebut juga dilengkapi dengan indikator sosial demografi (seperti
in
gg
disajikan menjadi lebih informatif.
ok
ab
penduduk, rumah tangga, dan pegawai negeri), sehingga hasil analisis yang
ob
ol
3. Data dapat disajikan dalam bentuk series data dari tahun 2010 s.d 2014, sehingga
pr
mudah di dalam menggambarkan perubahan atau kecenderungan yang terjadi
tp s
://
antara waktu. Masing-masing parameter disajikan dalam satuan yang berbeda
ht
(rupiah, indeks, persentase, rasio, unit, dsb) sesuai dengan tujuan analisis dan karakteristik masing-masing data. 4. Data dan indikator yang diturunkan dari sajian data PDRB menurut pengeluaran, dapat dijadikan acuan bagi pengembangan dan perluasan indikator ekonomi makro lain seperti pendapatan disposabel, tabungan, serta model ekonomi sederhana yang saling berkaitan antara seluruh variabel ekonomi dan variabel yang tersedia. Bahkan secara langsung maupun tidak langsung dapat dikaitkan dengan tampilan data ekonomi makro lain seperti PDRB menurut lapangan usaha (industri), Tabel Input-Output, Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE) dan bahkan Neraca Arus Dana. 5. Sebagian data tentang interaksi dengan luar negeri (external account) secara agregat disajikan di sini, seperti ekspor dan impor, dan transfer berjalan (current Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Probolinggo Menurut Pengeluaran, Tahun 2010 - 2014
55
tranfer)
neto.
Transaksi
eksternal
ini
menggambarkan
seberapa
jauh
ketergantungan ekonomi Kabupaten Probolinggo terhadap ekonomi negara lain
ht
tp s
://
pr
ob
ol
in
gg
ok
ab
.b
ps
.g
o.
id
(rest of the world).
Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Probolinggo Menurut Pengeluaran, Tahun 2010 - 2014
56
id o. .g ps ht
tp s
://
pr
ob
ol
in
gg
ok
ab
.b
LAMPIRAN
Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Probolinggo Menurut Pengeluaran, Tahun 2010 - 2014
57
TABEL 1. PDRB SERI 2010 ATAS DASAR HARGA BERLAKU MENURUT PENGELUARAN (JUTA RUPIAH) Kabupaten Probolinggo
2011
2012
2013
2014
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga
11.048.235,6
12.148.085,9
13.507.968,0
14.835.488,3
16.141.574,5
a. Makanan, Minuman dan Rokok
4.465.115,1
4.888.569,8
5.461.989,8
5.684.239,7
5.967.628,8
396.732,1
448.052,1
498.600,4
544.246,1
577.507,9
1.020.248,0
1.105.959,8
1.220.813,0
1.390.935,4
1.485.727,5
480.017,8
577.722,2
676.755,9
745.202,7
781.664,3
e. Transportasi, Komunikasi, Rekreasi dan Budaya
2.504.230,1
2.669.270,0
2.878.294,6
3.262.383,6
3.793.656,7
f. Hotel dan Restoran
1.653.304,7
1.842.666,2
2.103.041,1
2.483.413,0
2.780.697,5
528.587,7
615.845,7
668.473,2
725.067,8
754.691,8
160.314,2
174.674,9
208.894,0
231.615,5
1.052.730,6
1.306.048,6
1.686.197,1
1.888.424,4
1.979.933,0
4.185.313,0
4.775.694,0
5.323.460,1
5.857.834,5
6.498.565,0
2.426.794,2
2.682.448,4
3.016.178,3
3.297.315,5
3.732.682,3
1.758.518,8
2.093.245,6
2.307.281,7
2.560.519,0
2.765.882,7
347.529,9
58.605,3
983,0
18.333,8
636.954,2
d. Kesehatan dan Pendidikan
ab
.b
g. Lainnya
o.
c. Perumahan, Perkakas, Perlengkapan dan Penyelenggaraan Ruta
.g
b. Pakaian dan Alas Kaki
id
2010
ps
1
Komponen Pengeluaran
Pengeluaran Konsumsi LNPRT
127.095,4
3
Pengeluaran Konsumsi Pemerintah
4
Pembentukan Modal Tetap Bruto
tp s
://
pr
ob
ol
in
gg
ok
2
b. Non-Bangunan
ht
a. Bangunan
5
Perubahan Inventori
6
Ekspor
4.606.755,3
6.005.734,2
6.726.470,9
7.543.190,2
7.959.867,0
7
Impor
6.339.524,8
7.579.952,2
8.622.905,4
9.526.954,6
10.184.584,8
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO
15.028.135,0
16.874.530,0
18.796.848,6
20.825.210,7
23.263.924,4
Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Probolinggo Menurut Pengeluaran, Tahun 2010 - 2014
58
TABEL 2. PDRB SERI 2010 ATAS DASAR HARGA KONSTAN MENURUT PENGELUARAN (JUTA RUPIAH) Kabupaten Probolinggo
2010
2011
2012
2013
2014
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
11.048.235,6
11.386.005,7
11.945.073,3
12.668.370,3
13.296.395,2
a. Makanan, Minuman dan Rokok
4.465.115,1
4.551.496,6
4.709.935,9
4.839.976,0
4.935.100,7
396.732,1
419.448,9
433.599,6
456.433,3
484.773,1
1.020.248,0
1.051.114,9
1.113.426,0
1.230.446,6
1.261.644,1
480.017,8
514.310,2
556.666,4
588.279,2
608.837,2
2.722.764,9
2.945.511,3
3.250.075,1
1.704.619,7
1.793.220,2
1.955.372,0
2.100.243,1
575.912,4
615.460,3
652.351,8
655.721,8
127.095,4
127.951,1
131.839,2
144.055,6
163.046,2
1.052.730,6
1.070.823,2
1.154.330,5
1.222.013,9
1.266.411,4
4.185.313,0
4.556.493,4
4.976.837,3
5.152.454,8
5.355.996,4
a. Bangunan
2.426.794,2
2.503.850,7
2.740.196,4
2.880.403,7
3.004.176,6
b. Non-Bangunan
1.758.518,8
2.052.642,7
2.236.640,9
2.272.051,1
2.351.819,8
5
Perubahan Inventori
347.529,9
154.945,5
714,0
11.451,2
289.394,3
6
Ekspor
4.606.755,3
5.377.935,2
5.577.114,4
5.719.259,5
5.606.832,7
7
Impor
6.339.524,8
6.761.693,5
6.849.145,7
7.079.423,2
7.226.289,7
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO
15.028.135,0
15.912.460,7
16.936.763,0
17.838.182,1
18.751.786,5
2.504.230,1
f. Hotel dan Restoran
1.653.304,7
2.569.103,0
ab
e. Transportasi, Komunikasi, Rekreasi dan Budaya
o.
d. Kesehatan dan Pendidikan
.g
c. Perumahan, Perkakas, Perlengkapan dan Penyelenggaraan Ruta
ps
b. Pakaian dan Alas Kaki
528.587,7
in
gg
ok
g. Lainnya
id
Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga
.b
1
Komponen Pengeluaran
Pengeluaran Konsumsi LNPRT
3
Pengeluaran Konsumsi Pemerintah
4
Pembentukan Modal Tetap Bruto
ht
tp s
://
pr
ob
ol
2
Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Probolinggo Menurut Pengeluaran, Tahun 2010 - 2014
59
TABEL 3. DISTRIBUSI PERSENTASE PDRB SERI 2010 MENURUT PENGELUARAN (JUTA RUPIAH) Kabupaten Probolinggo
2010
2011
2012
2013
2014
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
73,52
71,99
71,86
71,24
69,38
a. Makanan, Minuman dan Rokok
29,71
28,97
29,06
27,29
25,65
b. Pakaian dan Alas Kaki
2,64
2,66
2,65
2,61
2,48
c. Perumahan, Perkakas, Perlengkapan dan Penyelenggaraan Ruta
6,79
6,55
6,49
6,68
6,39
d. Kesehatan dan Pendidikan
3,19
3,42
3,60
3,58
3,36
e. Transportasi, Komunikasi, Rekreasi dan Budaya
16,66
15,82
15,31
15,67
16,31
f. Hotel dan Restoran
11,00
10,92
11,19
11,93
11,95
g. Lainnya
3,52
3,65
3,56
3,48
3,24
0,85
0,95
0,93
1,00
1,00
7,01
7,74
8,97
9,07
8,51
27,85
28,30
28,32
28,13
27,93
16,15 11,70
15,90 12,40
16,05 12,27
15,83 12,30
16,04 11,89
o.
.g ps .b
ab
ok
id
Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga
Pengeluaran Konsumsi LNPRT
3
Pengeluaran Konsumsi Pemerintah
4
Pembentukan Modal Tetap Bruto
ht
a. Bangunan b. Non-Bangunan
tp s
://
pr
ob
ol
2
in
gg
1
Komponen Pengeluaran
5
Perubahan Inventori
2,31
0,35
0,01
0,09
2,74
6
Ekspor
30,65
35,59
35,79
36,22
34,22
7
Impor
42,18
44,92
45,87
45,75
43,78
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Probolinggo Menurut Pengeluaran, Tahun 2010 - 2014
60
TABEL 4. LAJU PERTUMBUHAN PDRB SERI 2010 MENURUT PENGELUARAN (JUTA RUPIAH) Kabupaten Probolinggo
2012
2013
2014
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga
3,06
4,91
6,06
4,96
a. Makanan, Minuman dan Rokok
1,93
3,48
2,76
1,97
b. Pakaian dan Alas Kaki
5,73
3,37
5,27
6,21
c. Perumahan, Perkakas, Perlengkapan dan Penyelenggaraan Ruta
3,03
5,93
10,51
2,54
d. Kesehatan dan Pendidikan
7,14
8,24
5,68
3,49
e. Transportasi, Komunikasi, Rekreasi dan Budaya
2,59
5,98
8,18
10,34
f. Hotel dan Restoran
3,10
5,20
9,04
7,41
8,95
6,87
5,99
0,52
0,67
3,04
9,27
13,18
1,72
7,80
5,86
3,63
8,87 3,18 16,73
9,23 9,44 8,96
3,53 5,12 1,58
3,95 4,30 3,51
ps
.g
o.
id
2011
.b
1
Komponen Pengeluaran
gg
ok
ab
g. Lainnya
Pengeluaran Konsumsi LNPRT
3
Pengeluaran Konsumsi Pemerintah
4
Pembentukan Modal Tetap Bruto a. Bangunan b. Non-Bangunan
5
Perubahan Inventori
-55,42
-99,54
1.503,82
2.427,19
6
Ekspor
16,74
3,70
2,55
-1,97
7
Impor
6,66
1,29
3,36
2,07
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO
5,88
6,44
5,32
5,12
ht
tp s
://
pr
ob
ol
in
2
Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Probolinggo Menurut Pengeluaran, Tahun 2010 - 2014
61
2011
2012
2013
2014
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga
100,0
106,7
113,1
117,1
121,4
a. Makanan, Minuman dan Rokok
100,0
107,4
116,0
117,4
120,9
b. Pakaian dan Alas Kaki
100,0
106,8
115,0
119,2
119,1
c. Perumahan, Perkakas, Perlengkapan dan Penyelenggaraan Ruta
100,0
105,2
109,6
113,0
117,8
d. Kesehatan dan Pendidikan
100,0
112,3
121,6
126,7
128,4
e. Transportasi, Komunikasi, Rekreasi dan Budaya
100,0
103,9
105,7
110,8
116,7
f. Hotel dan Restoran
100,0
108,1
117,3
127,0
132,4
g. Lainnya
100,0
106,9
108,6
111,1
115,1
125,3
132,5
145,0
142,1
122,0
146,1
154,5
156,3
100,0
104,8
107,0
113,7
121,3
100,0 100,0
107,1 102,0
110,1 103,2
114,5 112,7
124,2 117,6
ps
.g
o.
id
2010
3
Pengeluaran Konsumsi Pemerintah
4
Pembentukan Modal Tetap Bruto
100,0
ok
Pengeluaran Konsumsi LNPRT
gg
2
ab
.b
1
Komponen Pengeluaran
in
TABEL 5. INDEKS IMPLISIT PDRB SERI 2010 MENURUT PENGELUARAN (JUTA RUPIAH) Kabupaten Probolinggo
:// tp s ht
a. Bangunan b. Non-Bangunan
pr
ob
ol
100,0
5
Perubahan Inventori
100,0
37,8
137,7
160,1
220,1
6
Ekspor
100,0
111,7
120,6
131,9
142,0
7
Impor
100,0
112,1
125,9
134,6
140,9
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO
100,0
106,0
111,0
116,7
124,1
Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Probolinggo Menurut Pengeluaran, Tahun 2010 - 2014
62
TABEL 6. LAJU IMPLISIT PDRB SERI 2010 MENURUT PENGELUARAN (JUTA RUPIAH) Kabupaten Probolinggo
2012
2013
2014
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga
6,69
5,99
3,56
3,66
a. Makanan, Minuman dan Rokok
7,41
7,97
1,27
2,96
b. Pakaian dan Alas Kaki
6,82
7,65
3,69
-0,09
c. Perumahan, Perkakas, Perlengkapan dan Penyelenggaraan Ruta
5,22
4,21
3,10
4,17
d. Kesehatan dan Pendidikan
12,33
8,23
4,20
1,35
e. Transportasi, Komunikasi, Rekreasi dan Budaya
3,90
1,75
4,77
5,39
f. Hotel dan Restoran
8,10
8,49
8,29
4,25
g. Lainnya
6,93
1,57
2,33
3,55
25,29
5,74
9,45
-2,04
21,97
19,77
5,79
1,17
4,81
2,06
6,29
6,72
7,13
2,74
4,00
8,54
1,98
1,16
9,25
4,36
.g
o.
id
2011
ab
.b
ps
1
Komponen Pengeluaran
Pengeluaran Konsumsi LNPRT
3
Pengeluaran Konsumsi Pemerintah
4
Pembentukan Modal Tetap Bruto
pr :// tp s
b. Non-Bangunan
ht
a. Bangunan
ob
ol
in
gg
ok
2
5
Perubahan Inventori
-62,18
264,00
16,29
37,47
6
Ekspor
11,67
8,00
9,35
7,64
7
Impor
12,10
12,31
6,89
4,73
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO
6,05
4,66
5,19
6,27
Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Probolinggo Menurut Pengeluaran, Tahun 2010 - 2014
63
DAFTAR PUSTAKA
1.
Badan Pusat Statistik,
Tabel Input Output Indonesia, berbagai seri, Jakarta.
, Incremental Capital Output Ratio Sektor Industri, 1980-1990, Jakarta.
3.
, Kabupaten Probolinggo Dalam Angka, berbagai seri, Surabaya.
4.
, Pendapatan Nasional Indonesia, berbagai seri, Jakarta.
5.
, Proyeksi Penduduk 2010 - 2035, berbagai seri, Jakarta
6.
, Statistik Industri, berbagai seri, Jakarta.
7.
, Statistik Listrik, Gas dan Air, berbagai seri, Jakarta.
8.
, Statistik Pertambangan Migas, berbagai seri, Jakarta.
9.
, Statistik Pertambangan Non Migas, berbagai seri, Jakarta.
ht
tp s
://
pr
ob
ol
in
gg
ok
ab
.b
ps
.g
o.
id
2.
10.
, Statistik Konstruksi, berbagai seri, Jakarta.
11.
Statistik Matriks Investasi Pemerintah Pusat, berbagai seri, Jakarta.
12.
, Statistik Keuangan BUMN dan BUMD, 1997, Jakarta 2000.
13.
, Profil Ekonomi Rumahtangga 1998, Jakarta 1999.
14. Frenken Jim, How To Measure Tangible Capital Stocks, Netherlands, 1992. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Probolinggo Menurut Pengeluaran, Tahun 2010 - 2014
64
15. Host Poul, Madsen, Macroeconomic Accounts An Overview, Pamphlet Series, No. 29, Washington DC, 1979. 16. Keuning. J. Steven, An Estimate of the Fixed Capital Stock By Industry and Types of Capital Goods in Indonesia, Statistical Analysis Capability Program, Project Working Paper, Series No.4, Jakarta 1988. 17. United Nations, A System of National Accounts, Studies in Methods, Series F No.2 Rev.3, New York, 1968. , Input-Output Table and Analysis, Studies in Methods, Series F No.
id
18.
.b
, Handbook of National Accounting for Production, Sources and Methods,
ab
19.
ps
.g
o.
14 Rev 1, New York, 1973.
ol
, Handbook of National Accounting, Public Sector Accounts, Studies
ob
20.
in
gg
ok
Series F No. 39, New York, 1986.
, Link between Business Accounting and National Accounting, Public
ht
21.
tp s
://
pr
Methods, Series F No. 50, New York, 1988.
Sector Accounts, Studies Methods, Series F No. 76, New York, 2000. 22. Verbiest Piet, Investment Matrix, Hasil Kerjasama Asian Development Bank dengan Badan Pusat Statistik, Jakarta, 1997. 23. Ward, Michael, The Measurement of Capital: Methodology of Capital Stock Estimates in OECD Countries, Paris, 1976. 22. World Bank, System of National Accounts 1993, Bahan Kursus, Washington DC, 1993.
Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Probolinggo Menurut Pengeluaran, Tahun 2010 - 2014
65