Press
akasia hibrida (A. mangium x A. auriculiformis) Varietas Baru untuk Bahan Baku Industri Pulp dan Kertas
KEMENTERIAN KEHUTANAN
AKASIA HIBRIDA (A. mangium x A. auriuliformis): VARIETAS BARU UNTUK BAHAN BAKU INDUSTRI PULP DAN KERTAS
JAKARTA, NOVEMBER 2014
KERJASAMA
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KEHUTANAN BALAI BESAR PENELITIAN BIOTEKNOLOGI DAN PEMULIAAN TANAMAN HUTAN DAN
DIREKTORAT JENDERAL BINA USAHA KEHUTANAN
Pengarah: 1. Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan 2. Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Peningkatan Produktivitas Hutan Penanggung jawab: Kepala Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan Kerjsama: Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan dengan Direktorat Jenderal Bina Usaha Kehutanan Disusun oleh: Dr. Sri Sunarti, S.Hut., M.Sc. Dr. Ir. Arif Nirsatmanto, M.Sc. Teguh Setyaji, S.Hut., M.Sc. Editor: Prof. Dr. Ir. Mohammad Na’iem, M.Agr.Sc. Dr. Ir. Mahfudz, MP Ir. Sigit Baktya Prabawa, M.Sc ISBN: .............. Dicetak dan diterbitkan: IPB Press Jakarta, November 2014
Kata Pengantar Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan Karunia-Nya, sehingga buku ini dapat tersusun. Buku ini disusun dengan maksud untuk memberikan panduan tentang teknik budidaya dan pengembangan jenis yang dapat dipraktekan oleh para pengguna baik petani hutan, pengelola KPH dan masyarakat luas. Materi yang disajikan bersifat populer tentang praktek budidaya jenis untuk tanaman penghasil bahan baku kayu energi, bahan baku pulp dan kertas, kayu pertukangan, pangan, bioenergi, atsiri dan jenis-jenis untuk antisipasi kondisi kering. Buku-buku ini sebagai salah satu bentuk desiminasi hasil penelitian yang dilakukan oleh Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan Yogyakarta. Kami mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada penulis, MFP dan semua pihak yang berkontribusi dalam penyusunan dan penerbitan buku ini kami sampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih. Semoga buku ini bermanfaat bagi para pengguna.
Yogyakarta, November 2014 Kepala Balai Besar PBPTH, Dr. Ir. Mahfudz, MP
Akasia Hibrida (A. mangium X A. auriculiformis): Varietas Baru untuk Bahan Baku Industri Pulp dan Kertas
• iii
Sambutan
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan
Pada saat ini pemerintah khususnya Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan ingin terus mendorong percepatan pembangunan kehutanan yang berbasis pada peran serta masyarakat menuju kesejahteraan yang berkeadilan. Oleh karenanya Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan telah menyiapkan IPTEK budidaya jenis unggulan dan peluncuran serta pelepasan bibit unggul yang bermanfaat baik untuk kegiatan rehabilitasi hutan, pembangunan Hutan Rakyat, Hutan Tanaman Rakyat maupun pembangunan Hutan Tanaman guna mendorong percepatan pembangunan kehutanan. Untuk mendesiminasikan hasil penelitian, maka Badan Litbang Kehutanan terus mendorong penyusunan buku-buku hasil penelitian dalam bentuk populer yang dapat secara langsung dipraktekkan oleh para pengguna seperti buku-buku budiaya jenis tanaman yang telah diterbitkan ini. Kami berharap buku-buku panduan budidaya ini menjadi modal dalam memajukan Hutan Tanaman, Hutan Rakyat, Hutan Tanaman Rakyat maupun kegiatan rehabilitasi hutan serta dapat meningkatkan pengetahuan pengelola Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) dalam mengembangkan jenis-jenis komersial di kawasannya. Akhirnya kepada Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan, penulis dan semua pihak yang berkontribusi dalam penyusunan dan penerbitan buku ini kami sampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih. Semoga buku ini bermanfaat bagi para pihak yang berkepentingan. Jakarta, November 2014 Kepala Badan, Prof. Dr. Ir. San Afri Awang, MSc
Akasia Hibrida (A. mangium X A. auriculiformis): Varietas Baru untuk Bahan Baku Industri Pulp dan Kertas
• v
Sambutan
Direktur Jenderal Bina Usaha Kehutanan
Pada masa yang akan datang paradigma pembangunan kehutanan terus berubah dari pengelolaan hutan alam kepada pengelolaan hutan tanaman yang berbasis kepada kesejahteraan masyarakat. Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) sebagai unit manajemen pengelolaan hutan mempunyai peran yang strategis dalam memajukan dan memulihkan kondisi hutan. KPH merupakan wilayah pengelolaan hutan sesuai fungsi pokok dan peruntukannya yang dikelola secara efisien dan lestari. Untuk meningkatkan kemampuan teknis pengelola KPH khususnya dibidang budidaya tanaman hutan yang sudah tersedia benih unggulnya, kami menyambut baik penerbitan buku-buku budidaya jenis ini. Kami berharap di setiap KPH Produksi mempunyai usaha pengembangan jenis potensial yang dapat mendukung keberlangsungan operasionalisasi KPHP tersebut. Oleh karenanya buku-buku yang diterbitkan ini dapat dijadikan referensi dalam paraktek-praktek budidaya di KPHP oleh pengelola. Akhirnya kepada Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan, penulis dan semua pihak yang berkontribusi dalam penyusunan dan penerbitan buku ini kami sampaikan ucapan selamat, penghargaan dan ucapan terima kasih. Semoga buku ini bermanfaat bagi para pengelolan KPHP dan pihak-pihak yang bergerak di pengembangan hutan tanaman. Jakarta, November 2014 Direktur Jenderal, Ir. Bambang Hendroyono, MM
Akasia Hibrida (A. mangium X A. auriculiformis): Varietas Baru untuk Bahan Baku Industri Pulp dan Kertas
• vii
Daftar Isi Kata Pengantar ........................................................................................... iii Sambutan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan.........v Sambutan Direktur Jenderal Bina Usaha Kehutanan.................................vii Daftar Isi...................................................................................................... ix Daftar Gambar............................................................................................. xi
BAB 1 Pendahuluan.......................................................................... 1 BAB 2 Diskripsi Jenis........................................................................ 4 2.1 Taksonomi.................................................................................. 4 2.2 Karakter Morfologi................................................................... 4 2.3 Ekologi........................................................................................ 5 2.4 Manfaat....................................................................................... 6 BAB 3 Produksi Benih....................................................................... 8 3.1 Benih Akasia hibrida Alami (natural hybrid)..................... 8 3.2 Benih Akasia hibrida Alami (artificial hybrid)................... 9 BAB 4 Perbanyakan dan Penanaman............................................ 12 4.1 Perbanyakan............................................................................. 12 4.2 Penanaman............................................................................... 21 BAB 5 Klon Unggul.......................................................................... 23 BAB 6 Penutup................................................................................ 26 Daftar Pustaka............................................................................................ 27
Akasia Hibrida (A. mangium X A. auriculiformis): Varietas Baru untuk Bahan Baku Industri Pulp dan Kertas
• ix
Daftar Gambar 1. Pohon hibrid Acacia (A. mangium x A. auriculiformis) umur 1,5 tahun (a), kulit batang hibrid Acacia (b) dan tulang daun (main veins) hibrid Acacia (c)............................................................................ 6 2. Kebun benih hibrid Acacia (Hybrid Seed Orchard) umur 3 tahun di Wonogiri, Jawa Tengah....................................................................... 9 3. Bunga A. mangium yang telah mekar sempurna (anthesis) (a), bunga A. mangium yang telah diemaskulasi (b), proses penyerbukan buatan A. mangium x A. auriculiformis (c)...............11 4. Metode hibridisasi langsung (anther method/direct method), bunga mekaar sempurna (anthesis) (a), proses penyerbukan buatan secara langsung tanpa melalui emaskulasi (b).....................11 5. Benih hibrid Acacia bernas (sound seeds) (a) dan benih kosong (poor seeds) (b).........................................................................................13 6. Bahan dan perlengkapan yang diperlukan dalam perbanyakan stek hibrid Acacia dengan teknik stek pucuk....................................15 7. Pottray yang telah diisi media stek siap untuk digunakan..............16 8. Ranting yang telah diambil dari kebun pangkas mini (a), ranting yang telah dipotong menjadi stek (b), stek direndam dalam air yang telah diberi Zat Pengantur Tumbuh (c) siap untuk ditanam.........................................................................................17 9. Pelubangan media tanam untuk persiapan penanaman stek (a), pemberian hormon (b) dan penamanam stek (c)............................18 10. Label pada stek terdapat informasi nomor klon, tanggal penanaman dan pangkasan keberapa..................................................19 11. Inisiasi perakaran pada stek hibrid Acacia di dalam ruang pengabutan (misting house) (a), stek siap dipindahkan ke ruang aklimatisasi (b)........................................................................................20
Akasia Hibrida (A. mangium X A. auriculiformis): Varietas Baru untuk Bahan Baku Industri Pulp dan Kertas
• xi
12. Aklimatisasi stek yang telah berakar selama kurang lebih 2 minggu...................................................................................................21 13. Semai siap untuk ditanam di lapangan, ditandai dengan batang semai telah mengeras (a) dan perakarannya telah kompak (b)...............................................................................................22 14. Uji klon hibrid Acacia umur 10 bulan di Wonogiri, Jawa Tengah (a & b) dan evaluasi (pengukuran) klon hibrid Acacia umur 1,5 tahun (c)..................................................................................26
xii
•
Daftar Gambar
BAB 1
Pendahuluan Acacia mangium merupakan jenis tanaman yang banyak dikembangkan dalam pembangunan Hutan Tanaman Industri (HTI) di Sumatera dan Kalimantan sebagai penyedia bahan baku pembuatan pulp dan kertas. Sifat-sifat silvika A. mangium sebagai bahan baku pembuatan pulp dan kertas dibandingkan dengan A. auriculiformis, relatif lebih baik walaupun sifat-sifat kayu dan toleransi terhadap serangan hama/penyakit lebih baik pada A. auriculiformis (Ibrahim, 1993). Namun demikian, A. auriculiformis jarang dikembangkan dalam hutan tanaman industri penyedia bahan baku industri pulp dan kertas. Hal tersebut disebabkan karena bentuk batang A. auriculiformis kebanyakan bengkok-bengkok dan tinggi bebas cabangnya sangat pendek serta kebanyakan berbatang ganda. Tanaman dengan sifat gabungan dari sifat-sifat unggul A. mangium dan A. auriculiformis merupakan tanaman yang sangat ideal sebagai bahan baku pulp dan kertas. Sebagaimana disampaikan oleh Kim et al. (2009) bahwa syarat silvika tanaman yang diperlukan sebagai bahan pembuatan pulp dan kertas antara lain adalah mempunyai pertumbuhan cepat, berbatang lurus, mudah dibudidayakan, dan mempunyai sifat-sifat kayu yang baik dengan kandungan selulosa tinggi, kandungan lignin rendah, dan rendemen bubur kayu yang tinggi serta mempunyai dimensi serat yang baik. Salah satu cara yang dapat ditempuh untuk menggabungkan sifat-sifat unggul tersebut adalah dengan melakukan persilangan atau hibridisasi. Hibridisasi antara A. mangium dan A. auriculiformis dapat dilakukan secara alami maupun secara buatan. Persilangan atau hibridisasi tersebut Akasia Hibrida (A. mangium X A. auriculiformis): Varietas Baru untuk Bahan Baku Industri Pulp dan Kertas
• 1
akan menghasilkan varietas baru yaitu Akasia hibrida. Apabila A. mangium berperan sebagai pohon induk betina, maka hasil hibridanya diberi nama hibrida A. mangium x A. auriculiformis dan sebaliknya (Kha, 2001). Akasia hibrida yang dihasilkan dari suatu persilangan atau hibridisasi baik secara alami maupun buatan tidak semuanya mempunyai sifatsifat unggul seperti yang diharapkan. Walaupun belum diketahui secara pasti mekanisme untuk mendapatkan hibrida yang unggul, namun hampir seluruh breeder di dunia berpendapat bahwa hibrida yang baik dihasilkan dari perkawinan antara induk-induk yang baik pula (Kha, 2001; Hardiyanto 2004). Untuk mendapatkan Akasia hibrida yang unggul dengan sifat-sifat yang diinginkan diperlukan strategi pemuliaan yang baik diantaranya adalah dengan menggunakan pohon induk yang telah dimuliakan (co-improvement) (Hardiyanto, 2004). Akasia hibrida yang mempunyai sifat-sifat unggul biasanya disebut dengan istilah hibrida vigor atau heterosis positif dan sebaliknya. Untuk mempertahankan keunggulan tersebut satu-satunya cara yang dapat ditempuh adalah melalui perbanyakan secara vegetatif. Perbanyakan secara generatif atau melalui benih sangat tidak disarankan karena variasinya sangat besar dan biasanya mempunyai kinerja yang lebih buruk dari induknya (Hardiyanto, 2004). Perbanyakan vegetatif pada Akasia hibrida telah banyak dilakukan. Darus (1993) melaporkan bahwa Akasia hibrida dapat diperbanyak melalui teknik kultur jaringan (tissue culture) dan stek pucuk (mini-cutting). Perbanyakan dengan teknik kultur jaringan mempunyai keberhasilan lebih tinggi dibandingkan pada jenis murni A. mangium yaitu mampu mencapai 73.3% (Galiana et al.,2003). Perbanyakan dengan stek pucuk juga mudah dilakukan, dengan menggunakan zat pengatur tumbuh berupa IBA (indole butyrid acid) 100 ppm keberhasilan stek berakar 2
•
Pendahuluan
mencapai lebih dari 92% (Kijkar, 1992). Hasil penelitian Sunarti (2003) menunjukkan bahwa pada klon-klon Akasia hibrida tertentu kemampuan berakar steknya mencapai 100%. Untuk menghasilkan bibit tanaman dalam jumlah besar, maka pembangunan kebun pangkas mutlak dilakukan sebagai sumber pangkasan. Kebun pangkas (hegde orchard) perlu dikelola dengan baik sehingga dapat menghasilkan tunas-tunas yang baik pada periode waktu tertentu. Pengelolaan kebun pangkas yang baik akan menunjang keberhasilan pembangunan hutan tanaman jenis Akasia hibrida ini.
Akasia Hibrida (A. mangium X A. auriculiformis): Varietas Baru untuk Bahan Baku Industri Pulp dan Kertas
• 3
BAB 2
Diskripsi Jenis 2.1 Taksonomi Akasia hibrida merupakan hasil persilangan antara A. mangium dan A. auriculiformis dengan nama taksonomi sebagai berikut (Kijkar, 1992): Kerajaan : Plantae Devisi : Magnoliophyhta Kelas : Magnoliopsida Ordo : Fabales Famili : Fabaceae Sub-famili : Mimosoideae Genus : Acacia Spesies : A. mangium x A. auriculiformis 2.2 Karakter Morfologi Ciri-ciri morfologi Akasia hibrida sangat bervariasi tergantung kombinasi gen yang mendominasi kenampakan morfologinya. Namun demikian ciri morfologi Akasia hibrida kebanyakan menyerupai kedua induknya atau menyerupai gabungan dari kedua induknya (intermediet). Beberapa ciri morfologi Akasia hibrida tersebut dapat digunakan sebagai salah satu parameter untuk menentukan vigoritasnya atau keunggulannya. Kijkar (1992) melaporkan bahwa Akasia hibrida vigor mempunyai ciri morfologi berbatang lurus dan bulat dengan percabangan ringan dan mudah gugur serta bertajuk ringan (Gambar 1a). Selain itu kulit batang berwarna lebih terang dan lebih halus dibandingkan dengan A. mangium (Gambar 1b). Daun semu atau filodia pada Akasia hibrida berukuran 4
•
Diskripsi Jenis
lebih kecil dibandingkan A. mangium dan lebih besar dibandingkan A. auriculiformis dengan tulang daun kebanyakan berjumlah 3 (Gambar 1c). Tinggi tanaman umur 2 tahun mencapai 8-10 meter dengan diameter 7,5-9 sentimeter. Seperti halnya A. mangium tanaman Akasia hibrida bersifat precocious, yaitu mulai berbunga pada umur sangat muda yaitu sekitar 18-24 bulan dengan bulan berbunga biasanya 2 kali setahun, yaitu bulan Juli-Agustus dan November-Desember. Bunga merupakan bunga majemuk dalam untaian malai. Panjang malai sekitar 8-10 cm. Bunga berwarna kuning muda agak putih. Kebanyakan jenis bunga tidak berputik (staminate) atau bunga jantan dan kebanyakan terletak dipangkal malai. Karena sebagian besar kuntum bunganya adalah bunga jantan (staminate), maka produksi buah/polong sangat rendah, yaitu kurang dari 3% (Kijkar, 1992). 2.3 Ekologi Akasia hibrida dilaporkan pertama kali dijumpai di Malaysia pada tahun 1972 (Kha, 2001). Akasia hibrida tersebut ditemukan pada tanaman peneduh di sepanjang jalan dalam suatu kawasan perkotaan. Beberapa tahun kemudian dilaporkan juga dijumpai Akasia hibrida Alami di beberapa daerah di Vietnam dan Thailand serta China. Di Vietnam, Akasia hibrida alami antara lain dijumpai pada areal
Gambar 1. Pohon Akasia hibrida (A. mangium x A. auriculiformis) umur 1,5 tahun (a), kulit batang Akasia hibrida (b) dan tulang daun (main veins) Akasia hibrida (c).
Akasia Hibrida (A. mangium X A. auriculiformis): Varietas Baru untuk Bahan Baku Industri Pulp dan Kertas
• 5
pertanaman komersial A. mangium dan telah dikembangkan secara masal sebagai tanaman komersial (Kha, 2001). Seperti halnya A. mangium, Akasia hibrida mampu tumbuh dengan baik pada lahan-lahan marginal. Di India dilaporkan bahwa Akasia hibrida mampu tumbuh baik pada lahan yang miskin hara (Galiana et al. 2003) bahkan pada lahan berpasir dan berlumpur (sandy loamy) (Rukeya, 2010). Di Indonesia Akasia hibrida mampu tumbuh dengan baik pada tanah gambut, tanah spodosol dan tanah mediteran merah. Pada dasarnya tanaman akan tumbuh baik pada suhu udara 12-35ᵒC dengan rata-rata curah hujan tahunan 1.200 – 1.850 mm per tahun (Kijkar, 1992). Perbanyakan Akasia hibrida tidak disarankan menggunakan benih karena akan menghasilkan anakan dengan kinerja yang cenderung lebih buruk dan rendah produktivitasnya. Oleh karena itu satu-satunya jalan yang disarankan untuk mempertahankan keunggulannya adalah melalui perbanyakan secara vegetatif (Hardiyanto, 2004). Perbanyakan secara vegetatif telah berhasil dilakukan baik dengan melalui stek pucuk maupun dengan kultur jaringan (Ahmad, 1991; Galiana, et al. 2003; Sunarti, 2013). Kemampuan bertunas dan berakar terbukti masih tinggi walaupun tanaman telah berumur 3 tahun. Hal tersebut berbeda dengan A. mangium, dimana keberhasilan perbanyakan vegetatif sangat dipengaruhi oleh umur tanaman. Semakin tua umur tanaman, semakin kecil keberhasilan perbanyakannya atau biasa dikenal dengan efek umur (ageing effect). 2.4 Manfaat Akasia hibrida merupakan hasil persilangan antara A. mangium dan A. auriculiformis, sehingga merupakan sifat-sifat yang dimilikinya merupakan perpaduan sifat antara kedua induknya. Ditinjau dari sifat 6
•
Diskripsi Jenis
silvikanya, A. mangium mempunyai sifat-sifat kayu yang sesuai sebagai bahan baku pembuatan pulp dan kertas. Sedangkan A. auriculiformis, lebih banyak dimanfaatkan sebagai kayu pertukangan karena sifat kayunya lebih keras dan bentuk batangnya yang kebanyakan bengkok (Yahya et al., 2010). Ditinjau dari sifat silvikanya, Akasia hibrida vigor sangat sesuai digunakan sebagai bahan baku pulp dan kertas. Pertumbuhannya yang cepat dan mudah dibudidayakan merupakan salah satu keunggulan yang dimiliki oleh jenis ini selain sifat-sifat kayunya yang baik. Kayunya bersifat lebih keras dibandingkan A. mangium dengan kandungan selulosa yang lebih tinggi serta kandungan lignin yang lebih rendah (Kha, 2001; Syafi’i dan Siregar, 2006; Kim et al., 2009). Dengan keunggulan tersebut, jenis tanaman ini sangat berpotensi untuk dikembangkan dalam hutan tanaman industri yang menyediakan bahan baku pulp dan kertas. Sifatnya yang sangat adaptif dengan lingkungan menjadikan jenis tanaman ini sangat sesuai digunakan sebagai tanaman penghijauan dan tanaman rakyat. Selain mudah tumbuh, Akasia hibrida juga mampu mengikat nitrogen dari udara sehingga mampu memperbaiki kesuburan tanah. Masyarakat dapat mengembangkan jenis ini dalam skala kecil atau skala besar dalam bentuk hutan rakyat karena nilai jual kayunya cukup menjanjikan.
Akasia Hibrida (A. mangium X A. auriculiformis): Varietas Baru untuk Bahan Baku Industri Pulp dan Kertas
• 7
BAB 3
Produksi Benih 3.1 Benih Akasia hibrida Alami (natural hybrid) Hibrida antara A. mangium dan A. auriculiformis adalah hibrida antar spesies dalam satu genus (inter-spesifik) yang dapat diperoleh secara alami (natural hybrid) ataupun secara buatan dengan bantuan manusia (artificial hybrid) (Chaudary, 1984). Benih Akasia hibrida alami dapat diperoleh dengan menanam A. mangium dan A. auriculiformis pada lokasi yang sama dengan jarak tanam yang tidak terlalu jauh (Ibrahim dan Awang, 1991). Untuk mendapatkan benih Akasia hibrida alami dalam jumlah cukup banyak, dapat dilakukan dengan membangun kebun benih hibrida (hybrid seed orchard) (Gambar 2). Keberhasilan produksi benih hibrida dalam kebun benih hibrida ini sangat ditentukan oleh sinkronisasi pembungaan antara A. mangium dan A. auriculiformis. Semakin lama waktu sinkronisasi pembungaan antara A. mangium dan A. auriculiformis, kemungkinan terjadinya penyerbukan secara alami antara A. mangium dan A. auriculiformis semakin besar sehingga kemungkinan dihasilkan benih hibrida akan semakin besar pula. Selain faktor pembungaan, faktor serangga penyerbuk atau polinator juga turut menentukan keberhasilan produksi benih hibrida di kebun Dokumentasi: Arif Nirsatmanto benih hibrida. Jumlah serangga Gambar 2. Kebun benih Akasia hibrida (Hybrid Seed Orchard) umur penyerbuk yang cukup akan 3 tahun di Wonogiri, Jawa Tengah
8
•
Produksi Benih
menjamin terjadinya penyerbukan alami antara A. mangium dan A. auriculiformis (Ibrahim, 1993). Benih yang dihasilkan dari penyerbukan terbuka antara A. mangium dan A. auriculiformis dalam kebun benih hibrida ini, tidak semuanya benih hibrida, kemungkinan munculnya benih hasil penyerbukan sendiri (selfing) masih ada. Oleh karena itu semai yang dihasilkan harus diidentifikasi dan diverifikasi untuk mendapatkan semai hibrida yang sejati. Identifikasi semai hibrida dilakukan dengan mengamati perkembangan bentuk daun semai sejak munculnya daun sejati pertama (once-pinnate) sampai munculnya daun semu/filodia (phyllode). Perkembangan bentuk daun semai tersebut digunakan sebagai parameter untuk menentukan status hibrida semai yang pertama kali diperkenalkan oleh Rufelds (1988) dan disederhanakan oleh Gan dan Sim (1991). Apabila semai hibrida telah diperoleh, maka dapat segera diperbanyak secara vegetatif menggunakan metode kultur jaringan atau stek pucuk. 3.2 Benih Akasia hibrida Alami (artificial hybrid) Hibrida antara A. mangium dan A. auriculiformis (artificial hybrid) secara buatan dapat dilakukan dengan bantuan manusia melalui penyerbukan buatan atau kontrol polinasi (control pollination) (Chaudary, 1984). Hibridisasi buatan dapat dilakukan secara langsung tanpa melalui emaskulasi ataupun melalui proses emaskulasi (pengebirian) (Gambar 3.b) yaitu dengan menghilangkan bunga jantannya (stamen). Hibridisasi buatan dengan melalui proses emaskulasi akan menghasilkan benih hibrida 100% sedangkan hibridisasi buatan secara langsung tanpa melalui proses emaskulasi tidak akan menghasilkan benih hibrida 100% (Gambar 3).
Akasia Hibrida (A. mangium X A. auriculiformis): Varietas Baru untuk Bahan Baku Industri Pulp dan Kertas
• 9
Gambar 3. Bunga A. mangium yang telah mekar sempurna (anthesis) (a), bunga A. mangium yang telah diemaskulasi (b), proses penyerbukan buatan A. mangium x A. auriculiformis (c)
Gambar 4. Metode hibridisasi langsung (anther method/direct method), bunga mekaar sempurna (anthesis) (a), proses penyerbukan buatan secara langsung tanpa melalui emaskulasi (b)
Kendala yang dihadapi dalam proses penyerbukan buatan melalui proses emaskulasi ini adalah ukuran bunga yang sangat kecil. Oleh karena itu, pelaksanaan di lapangan kurang efektif karena memerlukan waktu dan tenaga yang tidak sedikit. Namun demikian untuk skala penelitian, metode ini sangat disarankan karena benih yang dihasilkan 100% hibrida.
10
•
Produksi Benih
Keberhasilan produksi benih Akasia hibrida melalui hibridisasi buatan ini juga sangat ditentukan oleh sinkronisasi pembungaan. Semakin lama sinkronisasi waktu pembungaan, semakin besar peluang untuk melakukan hibridisasi buatan sehingga semakin besar benih hibrida yang akan diproduksi. Faktor lain yang juga harus diperhatian adalah waktu pelaksanaan penyerbukan, karena waktu reseptif putik dan serbuk sari sangat terbatas. Selain itu keberhasilan hibridisasi pada jenis Acacia ini juga dipengaruhi oleh pemilihan pohon induk betina dan pohon induk jantan. Hasil penelitian Ibrahim (1993) menyebutkan bahwa pemilihan pohon induk A. mangium sebagai pohon induk betina akan meningkatkan keberhasilan diperolehnya benh hibrida dibandingkan apabila A. auriculiformis dipilih sebagai induk betina. Keberhasilan hibridisasi dilakukan dengan menghitung produksi buah/polong dan produksi biji bernas (sound seeds) (Gambar 5). Produksi polong dihitung berdasarkan jumlah malai yang menghasilkan polong dan produksi biji dihitung berdasarkan jumlah polong yang menghasilkan benih bernas.
Gambar 5. Benih Akasia hibrida bernas (sound seeds) (a) dan benih kosong (poor seeds) (b).
Akasia Hibrida (A. mangium X A. auriculiformis): Varietas Baru untuk Bahan Baku Industri Pulp dan Kertas
• 11
BAB 4
Perbanyakan dan Penanaman 4.1 Perbanyakan Perbanyakan pada Akasia hibrida dilakukan melalui perbanyakan secara vegetatif dengan metode stek pucuk (mini cutting). Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam perbanyakan Akasia hibrida dengan metode stek pucuk adalah sebagai berikut (Sunarti, 2011): 4.1.1 Bahan dan alat
Media stek yang digunakan adalah kompos, sekam bakar dan cocopeat dengan perbandingan 1:1:1. Bahan lainnya adalah zat pengatur pertumbuhan berupa hormon IBA dan bahan tanaman berupa stek pucuk yang diambil dari kebun pangkas mini (mini cutting garden). Peralatan yang diperlukan adalah pottray dari bahan plastik, gunting stek, cutter yang tajam, ember plastik, mangkok plastik, telenan kayu/ plastik, label plastic, spidol permanen dan alat bantu lain yang diperlukan (Gambar 6). Selain peralatan tersebut diperlukan prasarana berupa ruang pengkabutan (misting house) dengan sistem pengairan yang terjamin kualitas dan kesinambungannya.
12
•
Perbanyakan dan Penanaman
Gambar 6. Bahan dan perlengkapan yang diperlukan dalam perbanyakan stek Akasia hibrida dengan teknik stek pucuk
4.1.2 Cara kerja
Cara kerja pada perbanyakan jenis tanaman Akasia hibrida terdiri atas beberapa tahapan, yaitu tahapan persiapan, penanaman, pembentukan perakaran dan aklimatisasi serta persemaian. 4.1.2.1 Persiapan Persiapan yang dilakukan adalah berupa persiapan media tanam stek dan bahan tanaman berupa stek. Akasia Hibrida (A. mangium X A. auriculiformis): Varietas Baru untuk Bahan Baku Industri Pulp dan Kertas
• 13
1. Persiapan media tanam Media tanam stek yang digunakan adalah campuran antara kompos, sekam bakar dan cocopeat dengan perbandingan 1:1:1. Semua media sebelum digunakan harus disterilisasi dengan cara menjemur di bawah terik sinar matahari selama kurang lebih 1-3 hari. Semua media yang telah steril kemudian dicampur dengan baik dan dimasukkan pada pottray yang telah disiapkan (Gambar 7). Pottray yang telah diisi media setiap hari disiram sedemikian rupa selama kurang lebih 3 hari sehingga media menjadi kompak dan cocopeat telah matang (berwarna kecoklatan). Metode penyiraman juga dapat dilakukan dengan meletakkan pottray dalam ruang pengkabutan (misting house).
Gambar 7. Pottray yang telah diisi media stek siap untuk digunakan
2. Persiapan bahan tanaman (stek) Bahan tanaman yang digunakan berupa stek. Stek diambil dari ranting yang cukup tua dan tidak terlalu muda/tua serta sehat dengan diameter yang tidak terlalu kecil/besar (2-5 mm). Ranting diambil 14
•
Perbanyakan dan Penanaman
dari kebun pangkas mini (mini cutting garden) dengan cara memotong ranting pada pangkalnya dan meletakkannya di dalam wadah yang telah diisi air, kemudian dibawa ke rumah kaca untuk dibuat stek (Gambar 8a). Stek dibuat dengan cara memotong 2-3 ruas pada pucuknya dan 1-3 ruas di bawahnya setelah daun-daunnya dipotong sebanyak tiga per empatnya (Gambar 8b). Cara pemotongan stek dilakukan dengan cara melintang dengan menggunakan cutter yang tajam dan steril. Pemotongan daun tersebut dimaksudkan untuk mengurangi transpirasi selama proses pembentukan perakaran. Pemotongan secara melintang dimaksudkan untuk memperluas bidang serap Zat Pengatur Tumbuh/hormon, sehingga proses inisiasi perakaran dapat berjalan dengan optimal. Penggunaan cutter yang tajam dan steril mutlak diperlukan untuk menghindari terjadinya luka atau pecahnya sel-sel yang memungkinkan masuknya jamur/ penyakit. Stek yang sudah siap tanam direndam dalam baskom plastik yang telah diisi dengan air dan diberi Zat Pengatur Tumbuh/ hormon IBA dengan konsentrasi kurang lebih 1 gr/ lt. (Gambar 8c).
Gambar 8. Ranting yang telah diambil dari kebun pangkas mini (a), ranting yang telah dipotong menjadi stek (b), stek direndam dalam air yang telah diberi Zat Pengantur Tumbuh (c) siap untuk ditanam
Akasia Hibrida (A. mangium X A. auriculiformis): Varietas Baru untuk Bahan Baku Industri Pulp dan Kertas
• 15
4.1.2.2 Penanaman stek Penaman stek dilakukan dengan tahapan-tahapan sebagai berikut: 1. Buat lubang-lubang pada media yang sudah siap pakai (Gambar 9a). 2. S tek yang akan ditanam terlebih dahulu diberi Zat Pengatur Tumbuh/ homon IBA yang berupa bubuk/powder pada pangkal steknya, diusahakan hormon dapat menempel cukup banyak dengan cara hormon dicampur dengan sedikit air sehingga menyerupai pasta (Gambar 9b). Setelah itu stek siap ditanam pada lobang-lobang yang sudah disediakan, kemudian dipadatkan dengan ujung jari atau alat bantu lain (Gambar 9c). Dalam satu pottray diusahakan stek yang ditanam seragam, baik stek dari pucuk maupun dari ruas sehingga memudahkan dalam pencatatan. 3. S etiap pottray diberi label sesuai dengan nomor klon yang distek beserta tanggal penyetekan dan pangkasan keberapa (Gambar 10).
Gambar 9. Pelubangan media tanam untuk persiapan penanaman stek (a), pemberian hormon (b) dan penamanam stek (c)
16
•
Perbanyakan dan Penanaman
Gambar 10. Label pada stek terdapat informasi nomor klon, tanggal penanaman dan pangkasan keberapa
Akasia Hibrida (A. mangium X A. auriculiformis): Varietas Baru untuk Bahan Baku Industri Pulp dan Kertas
• 17
4.1.2.3 Pembentukan perakaran Pembentukan perakaran atau inisiasi perakaran pada stek dilakukan dengan meletakkan stek pada rak-rak di dalam ruangan pengkabutan atau misting house (Gambar 11a). Sistem pengkabutan dilakukan dengan mengatur waktu keluarnya kabut air dengan durasi 2 menit setiap seperempat jam selama 10 jam perhari mulai pukul 08:00 – 17:00. Stek yang telah diletakkan di dalam ruang pengkabutan sebaiknya tidak dipindah-pindah sampai perakaran terbentuk selama kurang lebih 3-4 minggu hingga stek siap dipindahkan ke dalam ruang aklimatisasi (Gambar 11b). Cara mengecek apakah stek sudah berakar atau belum adalah dengan melihat bagian bawah pottray, apakah akar sudah ada yang keluar dari lobang bawah pottray atau belum.
Gambar 11. Inisiasi perakaran pada stek Akasia hibrida di dalam ruang pengkabutan (misting house) (a), stek siap dipindahkan ke ruang aklimatisasi (b)
18
•
Perbanyakan dan Penanaman
4.1.2.4 Aklimatisasi Stek yang sudah berakar kemudian dipindahkan dalam ruang aklimatisasi yaitu ruangan di dalam rumah kaca dengan intensitas cahaya kurang lebih 50% (Gambar 11a). Pottray diletakkan di atas rak-rak untuk memudahkan penyiraman, pemberian pupuk dan pencatatan. Stek diletakkan di dalam ruang aklimatisasi selama kurang lebih 4-5 minggu (Gambar 12). Selama dalam waktu aklimatisasi ini, pemeliharaan dilakukan dengan cara penyemprotan fungisida seminggu sekali dan pemupukan seminggu sekali dengan dosis 5-10 gr/l.
Gambar 12. Aklimatisasi stek yang telah berakar selama kurang lebih 2 minggu
Akasia Hibrida (A. mangium X A. auriculiformis): Varietas Baru untuk Bahan Baku Industri Pulp dan Kertas
• 19
4.1.2.5 Persemaian Stek yang telah stabil kemudian dipindahkan dari ruang aklimatisasi ke persemaian. Pottray sebaiknya tetap diletakkan di atas rak-rak sehingga setiap perakaran yang keluar dari bawah lobang pottray dapat dipotong. Selama di persemaian pemeliharaan dilakukan dengan menyiangi rumput yang tumbuh, penyemprotan dengan insektisida dan pemupukan seminggu sekali dengan dosis 10 gr/l dan dinaikkan dosisnya 5 gr/l setiap bulannya. Stek dipelihara di persemaian selama kurang lebih 4-6 bulan sehingga menjadi semai yang siap tanam. Semai yang siap tanam adalah semai yang mempunyai ciri-ciri batang sudah berkayu/ mengeras (Gambar 13a) sehingga tidak mudah patah bila tertekuk dan perakaran sudah kompak (Gambar 13b.) (Hardiyanto et al., 2010). Selama dipersemaian penyiraman dilakukan sebanyak 2-3 kali sehari sesuai dengan cuaca saat itu.
(a)
(b)
Gambar 13. Semai siap untuk ditanam di lapangan, ditandai dengan batang semai telah mengeras (a) dan perakarannya telah kompak (b)
20
•
Perbanyakan dan Penanaman
4.2 Penanaman 4.2.1 Penyiapan lahan
Penyiapan lahan dilakukan secara manual dengan menebas semak belukar serta mendongkel perakaran bekas pohon yang ditebang. Setelah lahan cukup bersih dari semak belukar dan perakaran sisa tebangan pohon, persiapan berikutnya adalah pembuatan lubang tanam. Lubang tanam dibuat secara manual menggunakan cangkul dengan ukuran kurang lebih 20 x 20 x 20 cm. Setiap lubang tanam diberi pupuk dasar, yaitu pupuk P sebanyak 75 g/lubang dan ditimbun tanah setebal kurang lebih 5 cm. Setelah itu diberi pupuk kandang sebanyak 1 kg per lubang. Setiap lubang ditandai dengan ajir yang telah diberi label identitas klon yang akan ditanaman sesuai dengan desain yang telah dipersiapkan. 4.2.2 Penanaman
Bibit pada pottray dikeluarkan dengan hati-hati dan diletakkan pada lubang tanam sesuai dengan nomor identitas yang terdapat pada ajir. Bibit ditanam pada lubang dengan menimbun dengan tanah dan dipadatkan sehingga tidak terbentuk kantong udara. Kantong udara apabila terisi air akan menyebabkan kematian akar/bibit karena terjadi kekurangan oksigen. Sebelum penimbunan tanah dilakukan, terlebih dahulu dilakukan pengecekan label identitas klon yang terletak pada klon dengan label identitas klon yang ditempelkan pada ajir. Nomor identitas klon yang terletak pada klon harus sama dengan identitas klon yang ditempel pada ajir. Jarak tanaman yang digunakan adalah 3 x 3 m. 4.2.3 Pemeliharaan
Pemeliharaan selama tahun pertama dilakukan pada bulan ketiga dan keenam berupa pembebasan gulma dengan cara gabungan mekanis dan Akasia Hibrida (A. mangium X A. auriculiformis): Varietas Baru untuk Bahan Baku Industri Pulp dan Kertas
• 21
kimiawi. Semak belukar dan rumput yang tumbuh ditebas, 2 minggu kemudian disemprot dengan herbisida (Round-up) dengan dosis 3 l/300 l air per hektar. Penyemprotan dilakukan dengan sangat hati-hati dan untuk tanaman yang masih terlalu kecil dikerudungi dengan sarang bambu yang telah dilapisi plastik, untuk menghindari kontak antara Round-up dengan tanaman yang disebabkan oleh hembusan angin. Selain pembersihan gulma juga dilakukan pemupukan dengan kandungan unsur hara N, P2O5 da K2O masing-masing sebanyak 22,5 g/tanaman pada musim hujan berikutnya. Pemeliharaan berupa penunggalan juga dilakukan pada saat semai berumur 3-4 bulan dengan cara memotong batang ganda dan meninggalkan satu batang yang terbaik. Pemeliharaan berupa pemangkasan cabang dilakukan pada saat tanaman telah berumur 6 bulan. Pemangkasan dilakukan sebanyak maksimum 40% dari tinggi pohon.
22
•
Perbanyakan dan Penanaman
BAB 5
Klon Unggul Untuk mendapatkan klon Akasia hibrida unggul atau hibrida vigor atau heterosis, harus dilakukan serangkaian uji di lapangan yang disebut uji klon (clonal test). Uji klon terdiri atas beberapa tahapan uji yaitu pemilihan pohon plus, pengujian kemampuan bertunas (sprouting ability) dan kemampuan berakar stek (rooting ability) (Libby, 1992). Seunggul apapun pohon plus yang telah diseleksi, apabila kemampuan bertunasnya rendah, maka kemanfaatannya akan berkurang karena tidak dapat diperbanyak secara vegetatif. Begitu pula sebesar apapun kemampuan bertunasnya, kalau kemampuan berakar steknya rendah, maka kemanfaatannya juga akan berkurang. Jadi untuk mendapatkan klon unggul Akasia hibrida, harus dilakukan seleksi pohon plus yang mempunyai kemampuan bertunas dan berakar steknya baik sehingga diperoleh bibit dalam jumlah yang cukup untuk diuji di lapangan. Jumlah klon yang akan diuji sebaiknya tidak terlalu sedikit, yaitu kurang lebih sekitar 20-25 klon. Kinerja klon yang diuji di lapangan antara lain adalah pertumbuhan tinggi, diameter, bentuk batang, percabangan dan sifat-sifat kayu yang diinginkan. Selain itu dapat juga ditambahkan parameter uji yang lainnya sesuai dengan kebutuhan, seperti ketahanan terhadap hama/penyakit dan kemampuan adaptasi pada lokasi tertentu. Parameter lainnya bisa ditambahkan sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Uji klon harus dilakukan di beberapa lokasi, terutama lokasi dimana jenis tersebut akan dikembangkan. Klon yang mempunyai kinerja baik di suatu lingkungan tertentu, belum tentu mempunyai kinerja yang sama di lokasi yang yang lain. Perbedaan kinerja tersebut disebabkan Akasia Hibrida (A. mangium X A. auriculiformis): Varietas Baru untuk Bahan Baku Industri Pulp dan Kertas
• 23
karena klon bersifat sangat sensitif terhadap kondisi lingkungan tempat tumbuhnya dibandingkan dengan material tanaman yang berasal dari benih (Libby dan Ahuja, 1993).
a
b
c Gambar 14. Uji klon Akasia hibrida umur 10 bulan di Wonogiri, Jawa Tengah (a & b) dan evaluasi (pengukuran) klon Akasia hibrida umur 1,5 tahun (c)
24
•
Klon Unggul
Klon-klon unggul yang dihasilkan dari uji klon di lapangan merupakan materi yang sangat penting dalam pembangunan perhutanan klon. Oleh karena itu uji klon merupakan satu rangkaian kegiatan yang wajib dilakukan untuk mendapatkan klon-klon unggul yang akan digunakan untuk membangun hutan tanaman. Berbagai masalah yang timbul berkaitan dengan perbanyakan klon merupakan tantangan utama dalam pembangunan kehutanan klon. Keberhasilan perbanyakan klon suatu spesies pohon dipengaruhi oleh banyak faktor terutama umur pohon (Frampton dan Foster, 1993). Semakin tua umur pohon, biasanya keberhasilan perbanyakannya akan cenderung menurun (Hartmann et al., 1990).
Akasia Hibrida (A. mangium X A. auriculiformis): Varietas Baru untuk Bahan Baku Industri Pulp dan Kertas
• 25
BAB 6
Penutup Akasia hibrida adalah varietas baru hasil persilangan antara A. mangium dan A. auriculiformis. Beberapa keunggulan yang dimiliki varietas baru ini antara lain adalah pertumbuhan cepat, bentuk batang lurus dan bulat, percabangan ringan, sifat-sifat kayunya sangat baik untuk bahan baku pulp dan kertas. Selain itu dibandingkan dengan A. mangium, Akasia hibrida lebih toleran terhadap serangan hama/penyakit dan mampu tumbuh baik pada lahan marginal seperti tanah gambut, tanah spodosol dan marine clay. Pengembangan Akasia hibrida diperlukan dalam rangka untuk mendapatkan klon unggul sebagai materi genetik untuk pembangunan hutan tanaman penyedia bahan baku industri pulp dan kertas. Untuk mendapatkan klon unggul, diperlukan serangkaian kegiatan uji klon di lapangan yang diawali dengan pemilihan pohon plus dan perbanyakan secara vegetatif. Perbanyakan secara vegetatif telah berhasil dilakukan menggunakan metode stek pucuk dan kultur jaringan.
26
•
Penutup
Daftar Pustaka Ahmad, D.H. 1991. Micropropagation Technique for Acacia mangium x Acacia auriculiformis. Dalam: Carron, L.T. dan Aken, K.M. (eds). Breeding Technologies for Tropical Acacias. Proceeding ACIAR. No 37. Canberra. pp. 119-121. Chaudary,R.C. 1984. Introduction to plant breeding. Oxford & IBH Publishing Co. New Delhi. Bombay. Calcuta. pp 130-134. Galiana, A., Goh, D., Chavalenger, M.H. 2003. Micropropagation of Acacia mangium x A. auriculiformis Hybrid in Sabah. Scientific Note. 275(1):78-82. Gan, E. and Sim , B. L. l991. Nursery identification of hybrid seedlings in open plots. In: Breeding technologies for tropical Acacias. Carron,L.T and Aken,K.M. (eds.). Proceeding ACIAR. No. 37. Canberra.pp. 76-85. Hardiyanto, E.B. 1998. Approaches to breeding acacias for growth and form : the experience at PT. Musi Hutan Persada (Barito Pasific Group). In: Developments in Acacias planting. J.W. Turnbull, H.R. Cropton dan K. Pinyopusarerk (eds). ACIAR Proceedings. No. 82.Canberra. Australia. pp. 178-183. 2004. Silvikultur dan Pemuliaan A. mangium. In: Pembangunan Hutan Tanaman Industri. Pengalaman di PT. Musi Hutan Persada,Selatan Selatan. Hardiyanto,E.B. dan Arisman,H. (eds). Polydor. Yogyakarta. pp. 207-268. Hartman, H.T., Kester, D.E. dan Davis, Jr. 1990. Plant Propagation Principles and Practices. Prentice Hall Inc. Englewood Cliff. New Jersey. Ibrahim, Z. 1993. Reproductive Biology. In:Acacia mangium. Growing and utilization. Awang,K. and Taylor,D. (eds). Winrock Akasia Hibrida (A. mangium X A. auriculiformis): Varietas Baru untuk Bahan Baku Industri Pulp dan Kertas
• 27
International and the Food and Agriculture Organization of the United Nations. Bangkok.Thailand.pp. 21-30. Ibrahim, Z. dan Awang, K. 1991. Flowering and Fruiting Phenology of Acacia mangium and Acacia auriculiformis in Peninsular Malaysia. Dalam: Carron, L.T. dan Aken, K.M. (eds). Breeding Technologies for Tropical Acacias. ACIAR Proceeding. No. 37. Canberra. pp. 45. Kha,L.D. 2001. Studies on the use of natural hybrids between Acacia mangium and Acacia auriculiformis in Vietnam. Agriculture Publising House. Hanoi. pp. 5-10. Kijkar,S. 1992. Handbook on vegetatif propagation of Acacia mangium x A. auriculiformis. ASEAN Canada Forest Tree Seed Center. Saraburi. Thailand. Kim, N.T., Matsumura, J., Oda, K., dan Cuong, N.V. 2009. Possibility of Improvement in Fundamental Properties of Wood of Acacia Hybrid by Artificial Hybridization. Journal of Wood Science. 1(5). Springerlink. Japan. Libby, W.J. dan Ahuja, M.R. 1993. Clonal Forestry. Dalam: Libby, W.J. dan Ahuja, M.R. (eds). Clonal Forestri II. Springer-Verlag. Berlin. Heidelberg. New York. pp.1-8. Rufeld, C.W. 1988. Acacia mangium and Acacia auriculiformis and hybrid A. mangium x A. auriculiformis. Seedling Morphology study. Forest Research Centre Publication. No. 41. Sabah. Malaysia. Syafii, W. dan Siregar, I.Z. 2006. Sifat Kimia dan Dimensi Serat Kayu Mangium (Acacia mangium Wild.) dari Tiga Provenans. Journal of Tropical Wood Science and Technology. 4(1): 28-32. Yahya, R., Sugiyama, J. and Gril, J. 2010. Some anatomical features of Acacia hybrid, A. mangium and A. auriculiformis grown in Indonesia with regard to pulp yield and strength paper. Journal of Tropical Forest Science 33(3): 343-351.
28
•
Daftar Pustaka
Kerjasama: BALAI BESAR PENELITIAN BIOTEKNOLOGI DAN PEMULIAAN TANAMAN HUTAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KEHUTANAN dan DIREKTORAT JENDERAL BINA USAHA KEHUTANAN Didukung oleh:
mfp MULTISTAKEHODERS FO R E S T RY PROGRAMME
ISBN: 978-602-7672-52-9