2685
PoTENSIANDISoLSEBAGAISUMBERISoLATMIKoRIZA ARBUSKULA UNTUK TANAMAN KENTANG Oleh:
Budi PrasetYa dan Machfud EffendY Brawijaya Mahasiswa s3 Frogram Fasca sarjana universitas ABSTRAK
menengah ke atas, Ancisol di lndonesia kebanyakan d'rjumpai di dataran. tinggi banyak dataran daerah sebagian kecil dapat dijumpai di dataran r"nOtn. Di merupakan kentang dijumpai penggunaannya untuk tanaman sayuran. Tanaman pada Andisol' salah satu yang sangat banyak diusahakan penelitian ini-nertuiuan menginveniarisir mikoriza arbuskula yang ada dan diaplikasikan pada tanaman merrggali potensinya lerutlma paOi RnClsol untuk sumber isolat potensi A*d]l-:.?oagai mengkaji kentang. Survei oltat
ABSTRACT
lnlndonesia,Andisolcommontlywasfoundatmiddleplainorupper,small
for vegetables' ln ifre miOOte up to ine upper plain most be used oart in the low plain' 'oihortirunura crop *rat was grown in Andisol. F;i;i; i, on"" arbuscular mycorhiza The airn of tniiexperim'ent is inveitory of indigenous potato crops' The prior survey (AM) and to exptore in"-p5[tt of Atr/ in Anditol for and
resource by analysis was conducteo to stuJy-ine potent of Andisol as AM Science Departement' Soil of experiment in tanoramrt'oi soii chemistry and biology Faculty of Agriculture Brawijaya UnMersity' AM even the spre The result of tn,s 6xberiment shows that its have same density related to speciesand in varied found density very is different. nM ihat wa, uptake and water absorption' host plant. Usually nnli wai potent to improve nutrient great
Soil management factor has in addition to improve ptant datnogenic resistance. of indigenous AM' Tlq RrinciRle ofJour qrouO 9f effect to the sustaina;i'iil Glomus, dan scutelospo.ra'AM that was iejentified incruoe Acaulospori, Gigaspora, Gigaspora was minor' To expand of The dominant spore is Glomus opposite of the suitable media and host plant' the mycorhiza patent m*t U" gro*n in the most
;;J;6nt
Keywords: Andisol, Mycorhiza arbustulat
AGRITEK VOL. 11 NO. 2
MEI
2OO3
2686
penambahan
PENDAHULUAN
pupuk P
untuk
, terutama setelah revolusi hilau digulirkan. Produktivltas- lahan terus dipacu hingga mampu mencukupi kebutuhan hidup manusia. Akan tetapi perkembangan penduduk masih cenderung meningkat sehingga
meningkatkan ketersediaan P pada tanah ini dipedukan pupuk P dalam jumlah besar. Keterbatasan unsur P yang tersedia bagi tanaman dapat menjadi kendala utama pertumbuhan dan produktivitas tanaman. Upaya pemanfaatan P tidak larut yang sudah ada di dalam tanah untuk tanaman budidaya sampai saat ini masih terus
volume kebutuhan hidup manusia juga
diteliti.
Pemanfaatan
lahan
untuk
pertanian semakin intensif
meningkat. Oleh karena itu pemanfaatan lahan untuk usaha dibidang pertanian masih terus dikembangkan. Sampai saat ini, penggunaan pupuk, bahan kimia pemberantas hama dan penyakit, dan bahan kimia lainnya untuk berbagai jenrs tanaman pertanian pada berbagai jenis tanah, khususnya pada tanah .1enis Andisol, masih sangat intensif dengan dosis yang relatif tinggi.
Pemanfaatan mikoriza untuk meningkatkan kemampuan tanaman menyerap P melibatkan simbiosis diantara makro dan mikro simbion. Pada kondisi ketersediaan P yang rendah, terbentuknya koloni mikonza
pada akar masih
memungkinkan
tanaman meningkatkan serapan P dan unsur hara lalnnya untuk pertumbuhan
dan produktivitas yang lebih baik"
penguraian bahan-bahan k;mia untuk
Perbaikan sifat fisik, kimia dan biologi tanah dapat terjadi dengan adanya mikoriza. Keuntungan lain yang berpengaruh langsung bagi tanaman inang dari pemanfaatan mikoriza ini adalah pada pertumbuhan dan produktivitasnya. Pertumbuhan lebih
pertanian,
cepat, keragaan lebih besar (Prasetya,
Sisa-sisa bahan kimia yang digunakan pada lahan pertanian ringkalitertimbun di dalam tanah dan dapat menimbulkan masalah baru.bila se
peng ura ia n nya
sulit terjadi.
Lama
baik pupuk maupun
pestisida, insektisida, dan fungisida bervanasi. Bentuk senya\,'a bahan
yang
drgunakan,
konsentrasinya,
populasr dan jenis mikro organisme,
serta lingkungan abiotik menentukan terhadap
sangat proses perrguraian yang terjadi. Jenis-jenis pupuk anorganik yang memiliki kelarutan lambat sepert, halnya pupuk
P,
penerapan dalam jangka panjang
menyebabkan teqadinya pengendapan
P dalam bentuk tidak mudah larut di dalam tanah. Pengendapan tersebut
pada Andisol teqadi
dengan
mekanisme yang khas, yaitu dalam bentuk, kekuatan dan jumlah sangat tinggi. Fiksasi atau pengikatan P oieh mineral alofan yang terjadi pada tanah Andisol tidak lagi dapat digunakan oleh tanaman dengan mudah, sehingga
1991) dan produksi tanaman
lebih
tinggi telah terbukti dapat dicapai pada
tanaman bermikonza (Baon,
1998;
Nuraini, Setyono, dan Prasetya, 1997). Di lndonesia, pemanfaatan
mikoriza dalam bentuk inokulum atau pupuk hayati untuk tanaman pertanian
belum banyak dilakukan oleh petani
terutama karena ketersediaannya sangat terbatas dan informasi yang sampai kepada petani masih sangat kurang. Penerapan pupuk hayati mikonza pada berbagai jenis tanaman dan tanah memerlukan teknik{eknik tersendiri agar dicapai efektivitas dan efisiensi
yang
dikehendaki.
Pengetahuan tenlang pupuk hayati mikodza dalam hal biologi inokulum,
sifat kimia serta fisik pembawanya (Canier) AGRITEK VOL. 11 NO. 2
MEI
bahan
sangat
2OO3
2687
diperlukan
untuk
dapat
dari peta jenis tanah yang ada. Tahap
memanfaatkannya dengan baik (Anas,
kedua survei untuk penelusuran di
1994). Selain itu juga diperlukan pengetahuan tentang sifat biologi, kimia dan fisik tanah yang
akan
oipupuk.
Kajian tentang sifat dan ciri mikoriza dan jenis-jenis pupuk hayati mikoriza yang telah dibuat sangat diperlukan agar masyarakat umum
terutama petani
memperoleh gambaran yang benar tentang mikoriza dan dapat menerapkannya dengan
benar pula. Penelitian ini dilakukan di sebagian lahan yang termasuk jenis Andisol dan sebagian besar digunakan
lapangan kondisi Andisol dan Tahap ketiga
penggunaannya.
meliputi pengujian di laboratonum tentang sifat dan ciri tanah Andisol.
Tahap keempat identifikasi
dan
penentuan tingkat kepadatan mikoriza
arbuskula dari masing-masing lokasi pengmabilan contoh.
Tahap pertama, dilakukan penelusuran tentang penyebaran
Andisol berdasarkan peta jenis tanah (ATTA, 1984), ditambah dengan peta penggunaan lahan dapat diperoleh areal lahan yang digunakan untuk
untuk tanaman sayuran. Mikoriza
tanaman pertanian,
arbuskula (MA) setempat (indigenous)
ditentukan titik-titik pengamatan dan
dikumpulkan
pengambilan contoh tanahnya.
bersangkutan dan sebagai sumber isolat mikoriza indigenous khususnya darijenis Andisol dengan tujuan: 1. Mempelajari dan mencatat jenis
penentuan
untuk memperoleh keragaman yang ada pada tanah yang
digunakan untuk tanaman pertanian terutama dari jenis sayuran. Pada
tahap ini juga dicatat penggunaan lahan di tempat pengambilan contoh
pada tingkat ordo.
dan perubahan dari penggunaan lahan yang ada pada peta penggunaan lahan
dan sampai
Mencari hubungan yang
ada
antara penggunaan jenis tanaman
dan lokasi pengambilan dengan
3.
Tahap kedua, survei jenis Andisol yang
mikoriza arbuskula
mengelompokkannya
2.
kemudian
jenis dan
contoh kepadatan
mikoriza yang diperoleh.
Mempersiapkan inokulum mikoriza
yang
ditemukan dalam perbanyakan massal (mass production) dengan tanaman inang jagung dan media tanah
jenis Andisol. METODE PENELITIAN
(Land Use).
Tahap ketiga, pengamatan dan pengujian di laboratorium tentang sifat dan ciri Andisol dan jumlah serta jenis mikoriza yang diperoleh. Pengamatan
sifat dan ciri tanah dilakukan lapangan
dan dilanjutkan
di
dengan analisis di laboratorium meliputi: tekstur, pH (HzO, KCI dan NaF), KTK (BaCl2), KB, Basa-basa dapat ditukar (K, Na, Ca, dan Mg), C-organik (Persentase Bahan Organik), N-total,
P-total, P-tersedia, Retensi
P,
dan
dihitung pula nisbah C/N. Penelitian ini dilakukan secara bertahap pada 11 lokasi yang meliputi 9 Desa di wilayah Pujon, Batu, Junggo
dan Sumber Brantas, Kabupaten Malang. Tahap pertama adalah
penentuan lokasi yang berhubungan dengan penyebaran Andisol di lokasi tersebut di atas melalui studi pustaka
Tahap keempat, pengamatan
jenis mikoriza arbuskula
dilakukan
terhadap keberadaan spora mikoriza dan menghitung kepadatannya dalam
setiap 100 gram tanah
dengan
menggunakan metode pengayakan basah (Wet Sieving). yang adapatasi dari metode yang dikembangkan oleh
AGRITEK VOL. 11 NO. 2
MEI
2OO3
2688
Daniels dan Skipper
(19S2).
Pengelompokan berdasarken warna, bentuk, ukuran dan ciri-ciri lain yang khas (Cruz, 1991) digunakan pada tahap ini. Pengayakan dengan safingan paling halus berdiameter kisi
45
pm.
HASIL DAN PEMEAHASAN
1.
Penyebaran
dan
Penggunaan
Andisol Andisol merupakan jenis tanah
yang berkembang dari bahan induk abu vulkanik, pada ketinggian tempat di atas 700 m di atas permukaan laut (dpl), di daerah yang beriklim basah (humid), curah hujan tinggi, drainase bagus, dan tidak pemah kering total (Siefferman, 1992). Di lndonesia, Andisol dapat dijumpai di daerah yang
mempunyai ketinggian
0
(pantai)
hingga 3.500 meter di atas permukaan
laut (Munir, 1996). Luas Andisot di lndonesia yang dahulu disebL't tanah Andosol mencapai 3.126.000 ha dengan rincian: di Jawa 894.000 ha, di Sumatra 1.875.000 ha, di Sulawesi 169.000 ha, di Bali dan Nusa Tenggara 94.000 ha dan di Maluku 94.000 ha.
Penyebaran Andisol di DAS (Daerah Aliran Sungai) Kalikonto ini
terpusat di sekitar lereng gunung Arjuno dan Kawi pada ketinggian antara 1.000 hingga 1 .700 m dpt. Penggunaannya bervariasi, mulai dari
areal hutan lindung, hutan produksi dan lahan pertanian. Penyebaran Andisol berdasarkan Peta Jenis Ta.lah (Anonimous, 1984) tersebar merata di
berbagai Desa di Wlayah Batu dan Pujon fFabel 1).
2.
Sifat dan Ciri Andisot
Abu vulkanik tersebut tidak slabil sehingga mudah mengatami pelapukan, dan terlrentuk koloid liat
yang kaya Al, sehingga pada Andisol fraksi liat yang mendominasi adalah alofan, imogolit, dan mineral liat amorf lainnya (Egawa, 1987). Oleh karena itu sifat Andisol yang paling istimew,a adalah diakibatkan oleh sifat alofan (Egawa, 1977). Alofan merupakan gelgel hidrat omorf, dengan penyusun utamanya adalah silika, alumina, air serta anasir-anasir lain dalam jumlah sedikit, khususnya Na, dengart ratio SiO2/Al2O3 1 ,3 - 2,0 (Van Ranst, 1993; Siefferman, 1992). Alofan merupakan
substansi amfoterik dengan
pH
isoelektriknya mendekati 6. Pada nitai tersebut alofan mampu mengikat anion sama dengan kation dalam bentuk
dapat ditukar (Egawa, 1977). Atofan
mampu mengikat anion
organik
maupun anorganik, sehingga pada tanah yang berasal dari abu vulkanik, bahan organiknya sering dijumpai berikatan dengan alofan membentuk alofan-humus kompleks yang stabil dan resisten terhadap perombakan
biologi (Wada, 1986;
Siefferman,
1992). Hal ini menyebabkan Andisot pada umumnya juga dicirikan oleh akumulasi humus yang tebal pada horison permukaan, dan memberikan wama gelap yang kuat, terutama pada daerah yang drainasenya baik (Wada, 1986). Tetapi di lndonesia tanah ini
bisa berwarna kuning cerah (Siefferman, 1992). Kapasistas
jerapan alofan terhadap anion fosfat sangat tinggi (Egawa, 1977). Hasit analisis tanah menunjukkan adanya ciri-ciri Andisolterutama dari rentensi P yang diperoleh dari pengujian terhadap
sample tanah yang diambil dari 11 lokasi (fabel 2). Di Jawa, menurut Munir (1996) tipikal Andisot adatah Andisol yang terjadi di daerah tereng pada ketlnggian 700 sampai 1500 m di atas permukaan laut (dpl), dengan kondisi iklim agak dingin daripada di dataran rendah. Pada tempat yang
tinggi, keadaan iklim
tidaUkurang
AGRITEK VOL. 11 NO. 2
MEI 2OO3
2689
:icok untuk terjadinya kristalisasi
mm sampai 7.000 mm dan temperatur tahunan bervariasi antara 18oC sampai
rineral, oleh karenanya
banyak : jumpai bahan-bahan amorf. Curah ^..rjan tahunan bervariasi dari 2.000
220C.
-abel 1. Penyebaran Andisol di Kawasan DAS Kalikonto di Wilayah Pujon dan Batu Menurut Peta Jenis Tanah Tahun 1984 (Anonimous, 1984) dan Jenis Tanaman Aktual/Pola Tanam Jenis Tanah **
:sal Tanah Pandesari (PDS) *Viyurejo (VVYR) l,ladirejo (MDR) t-ebo (LBO)
1
Jenis Tanaman (Pola Tanam Jagung-bero-jagung
3
Rumput-rumpui-rumput Kacang-kobis-kapri Kentang-Bero-Kentang Bwg. prei-wortel-wortel Jagung-wortel-wortel Bwg. prei-kentang-bwg. prei Kentang-kentang-kobis Kentang-brokol i-kobis Rumput gajah (sepanjang tahun) Kebun Kooi (3 x oroduksi
1 1
1&2 1&3 3&4 3&4 4&6 5&6'
-rngEo 1 (JGOI) -unggo 2 (JGO2) Sumber Brantasl (SBB1) Sumber Brantas2 (SBB2) Cangar (CNG)
Sebaluh (SBL) -ulunoreio
1
{eterangan: Luas jenis tanah bukan luas jenis tanaman yang ada di lapangan ") Jenis tanah (Anonimous, 1984): 1. Andic Humitropept 2. Andic Hapludoll 3. Andic Eutropept 4. Typic Dystrandept
''
5.
-abel2. HasilAnalisis -:
xasi
Udic
Utrandept 6. Udic Vitrandept
Kimia Tanah dan Pengujian Retensi P dari 12 Lokasi Contoh C-org
N-tot
(HrO)
(KCr)
(NaF)
(o/"\
ek\
4,8 4,6 4,7
1,28
0,20 0,20 0,14 0,14
3,91
0,41
- J\)Z
6,6
:3B1
6,4 6,3 5,3
5,7 5,8 5,9
10,3 10,4 10,6 10,2 10,8 11,0 10,8 11,0 10,9 10,2 10,7
2,50
_33 ---Jt
5,6 5,4 5,6 5,2 6,7
5,37 2,45 3,03 5,20
0,62 0,37 0,40 0,60 0,32 0,16
:ls rr'X l,f
DR
:382 -\u
:31
-_R
5,0
o,t
5,1
6,3
5,4
6,0
5,1
3. Jenis
1
,15
1,41
2-,78
1,18
Mikoriza Arbuskula dan
Penyebarannya Pengamatan terhadap ceberadaan mikoriza dilakukan dengan
P{sd
; Ret-P
.311 ,41
106,56
307,74 419,19
95,45 95,55
43,1 5
307,74
65,86
3.889,86
128,96 9,34
c/N 13 o
10
I
10
I I
8
I I
P-tot Pom 1
452,94
2.038,34 1.789,53 2.755,09 248,80 162.61
14,15
101 ,64
66,67 275,s6, 1,73
8.27
5i rl
MEI
i
7)
95,47
95,500i t 95,53Jl
o( qtzl
95,49ol 95,48
si
,1 95,51'i
95,53aJ 95,30q-l
mengisolasi spora jamur pembentuk mikoriza yang ada dalam tanah. Pembentukan spora pada kondisi alami dipengaruhi oleh faktor-faktor
AGRITEK VOL. 11 NO. 2
-l
'i
?OO3
2690
lingkungan baik yang biotik maupun abiotik. Faktor biotik yang utama
adalah jenis-jenis vegetasi
panjang, aktivilas, dan komposisinya
sebagai hasil perpaduan
dari
yang yang
lingkungan dan spesies yang berbeda,
bersangkutan, sedangkan faktor abiotik menonjol adalah iklim dan tanah. Oleh karena itu jenis dan jumlah spora yang diperoleh dalam survei pendahuluan ini sangat bervanasi fl-abel 3). Secara umum, jamur mikoriza khususnya MA dipahami memiliki ketergantungan
sama yartu umumnya untuk memasok air dan unsur hara bagi tanaman serta untuk tegaknya tanaman di atas tanah.
tumbuh pada tanah
secara m,'utlak pada tanaman inarg karena beberapa jamur ini sulit ditanam dalam media murnl tanpa tanaman inang (Schenck, 1982).
Beberapa kajian di
lapangan
menunjukkan bahwa mikon;a dapat memperbaiki aktivitas tanaman inang yang bersangkutan (Allen & Allen, 1
986).
Mempelajari ekologi mikoriza
tidak terlepas dari interaksi antar
simbion dan
lingkungannya.
Pemahaman tentang komunitas, ekosistem dan bentang lahan merupakan unit-unit ukuran yang meningkat secara linier agak
menyulitkan dalam memahami ekologi jamur secara khusus. lndividu jamur mungkin hanya beberapa sentimeter k'.rbik saja, sehingga komunitasnya berinteraksi langsur,g dalam beberapa sentimeter sepanjan-o akar dan hifahifa di luar akar panjangnya j'rga sampai beberapa sentimeter (Atlen, 1991). Memahami ekologi mikoriza menurut MacMohan et al. (1978) lebih mudah menggunakan pendekatan herarkhis dengan pemahaman bahwa populasi, komunitas dan ekosistem
tetapi mereka memiliki fungsi
yang
4. Potensi dan
Pengembangan lnokulum Mikoriza Arbuskula Keberadaan spora mikoriza arbuskula dalam tanah atau kawasan yang lebrh \uas dengan pengayakan,
basah selama
ini sudah cukup
memadai sebagai sarana pendekatan. Akan tetapi untuk mengetahui potensi
mikoriza di dalam tanah atau suatu kawasan yang lebih luas masih diperlukan satu tahap lagi, yakni
"sporulasi" sebelum pengayakan basah dilakukan. Sporulasi adalah
spora oleh jamur pembentuk mikoriza sehingga jumlah spora yang dihasilkan maksimal untuk memperbanyak diri. Sporulasi juga pembentukan
diperlukan untuk
menghindarkan kekosongan salah satu atau lebih jenis jamur pembentuk mikoriza yang ada di dalam tanah pada saat pengambilan contoh tanah dan pengayakan dilakukan. Jamur pembentuk mikoriza pada fase-fase tertentu mengalami pertumbuhan maksimum sebelum
spora terbentuk. Jumlah spora yang
dari lokasi pengambilan contoh tanah (sebagai isolat)
diperoleh
beraneka-ragam jumlahnya (Gambar
1) bahkan jenisnya sangat mungkin lebih dari yang diperoleh tersebut. Bisa jadi pada saat
yang
bukanlah unit-unit ukuran meningkat tetapi lebih merupakan sistem yang membedakan tipe{ipe
pengambilan contoh tanah dan pengayakan dilakukan fase-fase ini sedang dialami oleh satu atau lebih jenis jamur pembentuk mikoriza,
interaksinya. Dengan pendekatan ini jamur dan tanaman dapat dipahami
sehingga hanya hifa-hifa yang banyak berkembang. Sayangnya hifa-hifa dari
dalam suatu ekologi daripada produksi pertanian. Sistem perakaran sangat
bervariasi dalam
hal
jamur pembentuk mikoriza
memiliki
ciri-cin morfologis yang sama.
morfologi,
AGRITEK VOL. 11 NO. 2
MEI 2OO3
2691
Pengamatan
Jumlah Spora Jenis Spora 3) PDS WTR MDR LBO JGO,l
JG02 SBBl SB82
7
6
7 3
22
37
0
29
151
14 2A7
98
137
5
Jenis Tanaman pola tanam
8
31
4 35
Jagung-bero-jagunO
62 69 94 78 115 555 131
Rumput-rumput-rum[ut
92
1
13
36
7
10
22
Kacang-kobis_kapri Kentang-Bero-Kentang Bwg. pre i-wo rte l-wo rte
CNG 4 7 19 132 E SBL J 11 't32 1B TLR 20 25 27 67 Total per ienis min.-maks 31-1.466 Keterangan: Asat tanah (tihat Tabet 1, kotom 2) Jumrah spora dihitufg oer 100 g tanah,.berturut{urut
1] t)
Jenis Spora ditentukan
4)
Gigaspora (Gi), Acaurospora (ncr, sJierospora (sc), Gromus (cr). (dicetak
r"ni*t'oi,,r-,
t"oiri-'rJJ"i
cru.
I
Jagung-wortel-wortel Bwg. prei-kenta ng-bwg. prei Kentang-kenta ng-kobis Kentang-brokoli_kobis Rumput gajah (sepanjang th) Kebun Kopi (3 x pro-duksi)
3)
*ff;"l"ttan
Oan a)
mengikuti korom jenis spora -irssi'i""arpri
tinerkat ordo:
vang driu;api paia saat pensambiran
.GL pH Tanah
osc pH Tanah
OAC pH Tanah -1
oGl
00
p+l Tanah
5.0
6.4
Gambar
1
Hubungan pH Tanah dengan Jumlah dan Jenis Spora yang Diidentifikasi -scurer"ipora' (Gt), fscl, Acaulospora (Ac), dan urgaspora (Gi).
X:]f:tl ".!Tu.
AGRITEK VOL. 11 NO. 2
MEI
2OO3
I
2692
KESIMPULAN NAN SARAN
Andisol
di
kawasan DAS
Kalikonto banYak
dimanfaatkan
Anonimous, 1984. Peta Jenis Tanah' ProYek Pemetaan dan Evaluasi Lahan DAS Kalikorlto. Ke$asama Pemenntah RePublik lndonesia dan Negeri Belanda, Malang'
untuk tanaman hortikultura meliputi
jenis tanaman tahunan mauPun semusim. Kondisi tanah dan pengelolaan lahan terutama
pemupukan dan Pola tanam memiliki Peranan Penting dalam keanekaragaman hayati mikoriza arbuskula' Jenis spora berpotensi yang teridenfikasi meliputi: AcaulosPora, GigasPora' Glornus, dan Scutelospora, masingmemelihara
masrng memiliki kePadatan Yang berlceda jauh terutama antara Glomus yang Paling tinggi dan Gigaspora yang Paling rendah
Potensi Andisol
sebagat
sumber isolat mikonza
untuk
tanaman sayuran utamanya kentang harus digali dan
dikembangkan dengan melakukan isolasi dan PerbanYakan massal
(mass ProPagation). Kesesuaian ekologis termasuk kondisi tanah dan tanaman inang masth harus diteliti dan dikembangkan lebih
lanjut. Penggunaan bahan-bahan kimia beruPa Pestisida mauPun pupuk
harus
anorganik
mempertimbangkan
kelestarian
plasma nutfah Yang ada di lahan yang bersangkutan. DAFTAR PUSTAKA
Anas, 1994. Biofertilizers and Their
APPlication in lndonesia. PaPer Presented at the
RDA-FFTC
lnlernational Seminar on ihe Use of Microbia and Organic Fertilizers in Agnculturai
Production
in
Baon,
1998. Peranan ..r3ITluf tttlikoriza Pada Tanah Acnsol Dalam Meningkatkan Pertumbuhan Tanaman Kakao' Agrivita Vol'
No.
. Malang.
Daniels dan Skipper,
1982. ln
Schenck
(1982). Methods and PrinciPles of
MYcorrhizal. The American PhYtoPathological SocietY' Minnesota. P. 29 - 35.
De La Cruz, R.E., 1990. Final RePort of
The Consultan on
MYcorrhiza Program DeveloPment in The ICU
BiotechnologY Centre. Bogor Agriculture lnstitute. Bogor'
Egawa, T. 1977. ProPerties of Soils Derivad From Vulcanic Ash, in
Tan K.H' (ed.), Ahutchinson Ross
Andosols' Benchmark
Book. 249-302
Munir, 1986.
Tanah-Tanah Utama di
lndosesia:
Karakteristik,
Klasifikasi, dan PemanfaatannYa' Pustaka JaYa' Jakarta' Hal 71 95.
Nuraini, Y., SetYono Y. T, dan B PrasetYa, 1997. Peningkatan Efisiensi PemuPukan N dan P Melalui Simbiosis Rhizobium dan Mlkoriza Pada Tanaman Kedelai
(GlYcine
Max L.)
Jurnal
Penelitian llmu-llmu Hayati (t-ife Sciences) Vol. 9. No. 2, hal 9 14.
Suweon,
Korea.
AGRITEK VOL. 11 NO' 2
MEI
2OO3
2693
Prasetya,
8., 1991 .
Pengaruh Mikoriza lnokulasi Terhadap Pertumbuhan dan Serapan Haran N, P, K
Pupuk Hayati Mikoriza
Tanaman Kedelai. LaPorerr
Hasil' Penelitian, DPPFakultas Unrversilas Malang.
Pertanian Brawijaya
LR., 1994.
Applikasi C/AM) Pada Tanaman BawangBawangan dan PengaruhnYa TerhadaP Tingkat Serangan
Sastrahidayat,
.
Alternaria porri. Agrivita. Vol. 6. No.
2.
Malang.
Siefferman, 1992. Mineralogi Lempung. Fakultas Pasca Sarjana LIGM. Yogyakarta.
Wada,
K.
1986. Ando Soils in
JaPan.
Kyushu UniversitY Press, JaPan
AGRITEK VOL. 11 NO. 2
MEI
2OO3