THE 5TH URECOL PROCEEDING
18 February 2017
UAD, Yogyakarta
POLA PERUBAHAN KATEGORI SATUAN LINGUAL YANG MENGANDUNG PRONOMINA PERSONA Markhamah1), Abdul Ngalim2), Muhammad Muinuddinilah Basri3), Bahrudin Adinugroho4), Naimul Faizah5) 1,2,3 Program Studi Magister Pengkajian Bahasa - Pascasarjana, Universitas Muhammadiyah Surakarta 4,5 Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia, FKIP, Universitas Muhammadiyah Surakarta 1 email:
[email protected] 2 email:
[email protected] 3 email:
[email protected]
Abstrak Penelitian ini memiliki tujuan merumuskan pola perubahan satuan lingual berpronomina persona pertama (ber-PP I), kedua (ber-PP II), dan ketiga (ber-PP III) pada teks terjemahan Alquran (TTA) dan teks terjemahan Hadis (TTH). Penelitian ini termasuk jenis penelitian kualitatif. Subjek penelitian ini adalah TTA dan TTH. Adapun objek penelitian ini ialah satuan lingual ber-PP I, ber-PP II, dan ber-PP III. Data penelitian ini berupa klausa yang mengandung satuan lingual ber-PP I, ber-PP II, dan ber-PP III TTA dan TTH, khususnya surat dan ayat yang mengandung etika berbahasa. Metode pengumpulan data menggunakan metode simak dan analisis dokumen. Analisis data dilakukan dengan metode padan dan metode agih. Hasil penelitian meliputi pola perubahan satuan lingual berpronomina persona pertama (ber-PP I), kedua (ber-PP II), dan ketiga (ber-PP III) pada TTA dan TTH . Pola perubahan satuan lingual ber-PP I ditemukan pola perubahan kategori: (1) nomina menjadi frasa nomina, (2) nomina menjadi frasa verba, (3) nomina menjadi frasa preposisi, dan (4) nomina menjadi frasa atributif. Pola perubahan satuan lingual ber-PP II ditemukan pola perubahan kategori: (1) nomina menjadi frasa verba, (2) nomina menjadi frasa preposisi, (3) nomina menjadi frasa nomina, (4) nomina menjadi frasa atributif, dan (5) nomina menjadi frasa numeralia. Pola perubahan satuan lingual ber-PP III adalah: (1) pola perubahan kategori nomina menjadi frasa verba. (2) Pola perubahan kategori monima menjadi frasa preposisi. (3) Pola perubahan nomina menjadi frasa nomina. (4) Pola perubahan nomina menjadi frasa atributif. Keywords: satuan lingual, pronomina persona, perubahan, kategori PENDAHULUAN Penggunaan pronomina persona ini pun sering diaplikasikan dalam komunikasi lisan maupun tulisan. Dalam berkomunikasi lisan misalnya ketika berbincang-bincang langsung dengan lawan bicara. Adapun dalam bahasa tulisan sering ditemukan pada buku-buku cerita, baik cerpen maupun novel. Dalam pada itu, penggunaan pronomina persona juga banyak ditemukan pada teks terjemahan Alquran dan teks terjemahan hadis. Alquran merupakan kitab suci umat Islam yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw sebagai penyempurna kitab-kitab terdahulu. Kitab Alquran diturunkan dengan perantara malaikat Jibril secara berangsur-angsur. Kitab umat Islam ini terdiri atas 30 juz dan 114 surah yang diawali dengan surah Al-Fatikah dan diakhiri dengan surah An-Nas.
THE 5TH URECOL PROCEEDING
Adapun hadis merupakan sesuatu yang baru. Berdasarkan pendapat ulama, hadis merupakan segala perkataan Nabi Saw, perbuatan, dan hal ihwalnya. Dalam hal ini, ihwal dimaksudkan sebagai segala yang diriwayatkan dari Nabi Saw yang berkaitan dengan himmah, karakteristik, sejarah kelahiran, dan kebiasaan-kebiasaan Nabi. Dalam teks terjemahan Alquran dan teks terjemahan hadis terdapat penggunaan satuan lingual berpronomina persona, baik pronomina persona I, II, maupun III. Pronomina persona ini mengacu pada bentuk, baik tunggal maupun jamak. Dalam bahasa Indonesia, pronomina persona dapat berupa saya, kamu, dia, kami, kalian, maupun mereka. Pada penggunaanya, tidak ada pengaruh dari gender pada objek yang diacu. Hal ini berbeda dengan penggunaan pronomina yang terdapat pada bahasa Arab anna, antum, hiya, humma, antuma, antunna-
695
ISBN 978-979-3812-42-7
THE 5TH URECOL PROCEEDING
18 February 2017
penggunaan pronomina persona tergantung dari gender yang diacu. Keunikan tersebut membuat peneliti tertarik untuk melakukan penelitian pronomina persona yang terdapat pada teks terjemahan Alquran dan teks terjemahan hadis karena keduanya diterjemahkan dari bahasa Arab. Kajian pronomina persona, dikaji dengan pendekatan sintaksis karena pronomina persona tersebut berada dalam klausa atau kalimat; tidak berdiri sendiri. Pada artikel ini secara lebih khusus dibahas Pola Perubahan Satuan Lingual yang Mengandung Pronomina Persona Pada Teks Terjemahan Alquran dan Teks Terjemahan Hadis. Terjemahan Alquran yang dikaji adalah terjemahan Aluran yang dikeluarkan oleh Kerajaan Arab Saudi. Hadis yang dimaksud adalah Riwayat Buchori-Muslim Dilihat Dari Kategori dan Fungsinya. KAJIAN LITERATUR Pronomina persona ketiga pernah dilakukan oleh Ramadhana (2014). Ramadhana meneliti satuan lingual yang mengandung pronomina persona ketiga pada teks terjemahan Alquran yang mengandung etika berbahasa. Pada penelitian ini ditemukan bahwa, hierarki linguistik yang ditemukan pada satuan lingual yang mengandung yang pronomina persona ketiga pada teks terjemahan Alquran yang mengandung etika berbahasa meliputi, satuan lingual yang mengandung PP III yang berupa kata dan satuan lingual yang mengandung PP III yang berupa frasa lengkap dan enklitik. Hierarki linguistik yang ditemukan pada satuan lingual yang mengandung PP III pada Teks Terjemahan Al Quran adalah kata nomina dan frasa berkategori frasa nomina, frasa verba, frasa preposisional, dan frasa atributif. Selain itu, Reistianti (2015) meneliti hierarki linguistik dan fungsi yang diisi oleh satuan lingual berpronomina persona ketiga pada teks terjemahan hadis Buchori-Muslim. Adapun hasil penelitian ini ada dua. Pertama, wujud kategori satuan lingual yang mengandung PP3 pada teks terjemahan hadis berupa kata dan frasa. Satuan lingual yang berupa kata berkategori nomina yakni dia, ia, beliau, mereka. Satuan lingual yang berwujud kata memiliki kategori nomina dan satuan lingual yang berwujud frasa memiliki kategori frasa nomina, frasa preposisi, frasa numeralia, dan frasa atributif. Kedua, fungsi yang diisi satuan satuan lingual yang mengandung PP3
THE 5TH URECOL PROCEEDING
UAD, Yogyakarta
pada TTH. Fungsi yang diisi satual lingual yang mengandung pronomina persona ketiga pada teks terjemahan hadis yaitu (1) fungsi subjek, (2) predikat, (3) objek, (4) pelengkap, dan (5) keterangan, (6) atribut subjek, dan (7) atribut objek. Peneliti mancanegara juga pernah melakukan kajian tentang pronomina persona. Nevins (2007) meneliti representasi pronomina persona ketiga dan konsekuensinya terhadap kasus pronomina persona. Dalam pemodelan kasus pronomina persona (PCC). Pendapat umum mengklaim bahwa kata ganti orang ketiga bukan sebagai pronomina persona. Namun, sementara klaim ini tidak berfungsi pada sintaksis karena memunculkan masalah dalam morfologi. Adapun Alcorn (2009) yang meneliti tata bahasa persona dan variabel sintaksis penutur bahasa Inggris usia lanjut mengungkapkan bahwa terdapat korelasi yang menentang sejumlah penjelasan. Selain itu, pronomina persona merupakan aspek penting dari konstituen sintaksis tersebut. Lebih lanjut lagi ditemukan dua hubungan, salah satu yang melibatkan mode naratif dan lainnya melibatkan posisi relatif preposisi dan kata kerja. Selain itu, Qi (2010) meneliti kata ganti dalam bahasa Mandarin-bahasa Inggris pada bahasa bilingual anak. Studi tentang bilingual akuisisi bahasa ibu terutama menyangkut aspek resmi pada perkembangan bahasa anak bilingual ini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak yang bilingual memiliki pengembangan yang dibedakan dalam dua bahasa: kedua bahasa tersebut tidak dikembangkan pada tingkat yang sama, melalui rute yang sama atau strategi yang sama. Bahasa lemah berkembang dengan lancar dan dalam pola yang sama seperti L1. Li, et al, (2012) meneliti variasi ekspresi subjek pronominal dalam bahasa Mandarin. Penelitian ini meneliti variasi subjek ekspresi pronominal pada bahasa Mandarin Cina. Penggunaan kata ganti mencakup subjek referen, orang / jumlah / kebernyawaan subjek, spesifisitas acuan subjek, dan jenis kalimat. Dalam hal faktor sosial, usia, jenis kelamin dan pendudukan yang signifikan. Pembicara usia lanjut/ guru / perempuan lebih mungkin untuk mewujudkan kata ganti subjek dari pembicara usia muda/ siswa / laki-laki. Lipski (2012) meneliti percampuran bahasa dan pemunculan sistem pronomina persona baru di Chabacano (Filipina Creoal Spanyol). Dalam lingkungan yang terjadi kontak kontak bahasa,
696
ISBN 978-979-3812-42-7
THE 5TH URECOL PROCEEDING
18 February 2017
sistem kata ganti relatif bertahan terhadap penggantian atau pinjaman. Beberapa bahasa Creole berisi paradigma kata ganti hybrid, tapi lingkungan kontak bahasa yang mengakibatkan kreolisasi dan sistem pronominal campuran tidak lagi berlaku, dan mekanisme penggantian pronominal tetap tidak diketahui. Analisis ini didasarkan pada data dari Zamboangueño Chabacano, berbagai Creole Filipina Spanyol yang telah mengalami setidaknya satu set pengganti pronominal dalam sejarahnya, mengganti kata ganti jamak yang diturunkan Spanyol dengan kata ganti yang diambil dari Bahasa Filipina. Karena migrasi baru-baru ini, bahasa Zamboangueño Chabacano sekarang mengalami kontak dengan bahasa Tagalog. Penutur masa kini yang menggabungkan bahasa Tagalog pada kata ganti orang kedua tunggal yang menunjukkan penghormatan-netral berganti “ikaw” ke sistem Chabacano. METODE PENELITIAN Penelitian ini termasuk pada jenis penelitian kualitatif karena penelitian dilakukan dengan cara mendeskripsikan menggunakan kata-kata dan bahasa dalam suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan metodemetode yang alamiah. Pandangan didasari oleh pendapat Moleong (2004:6) yang mengungkapkan bahwa penelitian kualitatif merupakan penelitian yang bertujuan untuk memahami fenomena-fenomena yang dialami oleh subjek penelitian. Hal-hal yang dialami oleh subjek penelitian dapat berupa perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain. Subjek dalam penelitian ini adalah teks terjemahan Alquran dan teks terjemahan Hadis yang mengandung etika berbahasa. Adapun objek pada penelitian ini ialah pronomina persona ketiga pada teks terjemahan Alquran dan teks terjemahan hadis yang mengandung etika berbahasa. Hal ni didasari oleh pendapat Mahsun (2005:18) bahwa sebagai bahan penelitian, dalam data terkandung objek sasaran penelitian (gegenstand). Data pada penelitian ini berupa klausa yang mengandung satuan lingual berpronomina persona ketiga pada TTA dan TTH yang mengandung etika berbahasa. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan metode simak. Dalam hal ini, menyimak tidak hanya dilakukan pada sumber lisan, tetapi juga dapat dilakukan pada sumber
THE 5TH URECOL PROCEEDING
UAD, Yogyakarta
tulisan. Penggunaan metode ini didasari dari pendapat Sudaryanto (1993:133) bahwa metode simak dilakukan dengan menyimak penggunaan bahasa. Selain itu, gunakan pula teknik dokumentasi. Esterberg (dalam Sarosa, 2012:61) mengungkapkan bahwa dokumentasi merupakan segala sesuatu materi dalam bentuk tertulis yang dibuat oleh manusia. Materi dalam bentuk tertulis dalam hal ini dapat berupa buku, artikel media massa, catatan harian, manifesto, undangundang, notulen, blog, halaman web, foto, dan lain sebagainya. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan teknik trianggulasi data. Hal ini sebagaimana disebutkan sebelumnya bahwa trianggulasi data mengarahkan peneliti agar dalam pengumpulan data menggunakan beragam sumber data yang berbeda-beda. Hal ini sesuai dengan penelitian ini bahwa sumber data diperoleh dari TTA dan TTH. Selain itu, digunakan pula teknik trianggulasi teori yang digunakan untuk menguji kebasahan teori. Analisis data dilakukan dengan metode padan dan metode agih (Sudaryanto, 1993). Analisis dengan metode padan analisis data yang dilakukan dengan menggunakan alat yang berada di luar terlepas dan tidak menjadi bagian dari bahasa yang bersangkutan. Metode padan yang digunakan adalah subjenis padan referensial. Metode padan subjenis referensial adalah metode analisis bahasa yang alat penentunya adalah referen yang terkandung pada satuan data. Metode ini digunakan untuk menganalisis fungsi, kategori, dan peran sintaksis satuan lingual yang mengandung pronomina persona. Selain itu digunakan juga metode padan subjenis translasional. Metode ini Metode ini dipakai untuk mengidentifikasi pengaruh system pronomina persona BA pada TTA. Metode agih untuk mendeskripsikan menentukan hierakhi gramatikal yang terdapat pada teks terjemahan al Quran (TTA) dan TTH. Adapun metode agih adalah metode analisis bahasa yang alat penentunya adalah bahasa yang bersangkutan. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN a. Pola Perubahan kategori satuan lingual ber-PP I Pola perubahan kategori satuan lingual yang mengandung pronomina pertama dinyatakan sebagai berikut. 1) Pola perubahan kategori nomina menjadi frasa nomina.
697
ISBN 978-979-3812-42-7
THE 5TH URECOL PROCEEDING
18 February 2017
Pola perubahan kategori satuan lingual ber-PP I dari nomina menjadi frasa nomina dapat diutarakan dari data berikut ini. (16:69) 1 “Dan sesungguhnya utusan-utusan Kami (malaikat-malaikat) telah datang kepada Ibrahim dengan membawa kabar
UAD, Yogyakarta
gembira, mereka mengucapkan, “Salaman”, (selamat). (29:15) 5 ia berdoa: “Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk 2) Pola perubahan kategori nomina menjadi frasa verba. Pola perubahan kategori satuan lingual berPP I dari nomina menjadi frasa verba dapat ditarik di antaranya dari data berikut ini. (26:15) 4 dan aku perintahkan supaya berlaku adil di antara kamu. 3) Pola perubahan kategori nomina menjadi frasa preposisi. Pola perubahan kategori satuan lingual berPP I dari nomina menjadi frasa nomina dapat diutarakan dari data berikut ini.
Satuan lingual ber-PP I berubah menjadi frasa nomina karena satuan lingual itu bergabung dengan nomina di depannya utusan-utusandan yang mengisi fungsi subjek yang mengisi peran pelaku. Polanya: N + PP I > FN. (8:13) 3 dan Kami jadikan hati mereka keras membatu. Satuan lingual ber-PP I berubah menjadi frasa verba karena satuan lingual itu bergabung dengan verba di belakangnyan yakni satuan lingual jadikan dan perintahkan, yang mengisi fungsi subjek dan yang mengisi peran perbuatan. Polanya: PP I + V > FV. (3:70) 2 Mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk (20:15-18) 6 “Sekali-kali tidaklah pantas bagi kami. kita memperkatakan ini. (2:40) 2 dan penuhilah janjimu kepada-Ku. Satuan lingual ber-PP I berubah menjadi 4) Pola perubahan kategori nomina menjadi frasa preposisi karena satuan lingual itu frasa atributif bergabung dengan preposisi di depannya yakni Pola perubahan kategori nomina menjadi untuk, kepada, bagi, dll yang mengisi fungsi frasa atributif (F Atr.) dapat diutarakan dari adata keterangan dan yang mengisi peran tujuan, berikut ini. peruntukkan dll. Polanya: Prep. + PP I > F Prep. (1:31-32) 8 tidak ada yang Kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; Satuan lingual ber-PP I berubah menjadi menjadi frasa verba, nomina menjadi frasa frasa atributif karena satuan lingual itu bergabung preposisi, dan nomina menjadi frasa nomina. dengan atributif yang di depannya yang mengisi 1) Pola perubahan kategori satuan lingual berfungsi pelengkap dan yang bisa mengisi peran PP II dari nomina menjadi frasa verba penderita. Polanya: yang + PP I + V > F Atr. Pola perubahan kategori satuan lingual berb. Pola Perubahan kategori satuan lingual PP I dari nomina menjadi frasa verba dapat ber-PP II diutarakan dari data berikut ini. Pola perubahan kategori satuan lingual berPP II pada TTA meliputi pola perubahan nomina (3:42) 1 “Dan janganlah kamu campur yang hak yang bathil”. Satuan lingual ber-PP II yang berupa nomia 2) Pola perubahan kategori satuan lingual berberubah menjadi frasa verba jika satuan lingual PP II dari nomina menjadi frasa preposisi. itu bergabung dengan verba di belakangnya, Pola perubahan kategori satuan lingual beryakni campur pada data itu, yang mengisi fungsi PP II dari nomina menjadi frasa preposisi dapat predikat. Satuan lingual itu mengisi peran diutarakan dari data berikut ini. perbuatan. Polanya: PP II + V > FV (5:70) 2Mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami (49:15) 6Bagi kami amal-amal kami dan bagi kamu amal-amal kamu, (9:235) 10Dan ketahuilah bahwa Allah mengetahui apa yang ada dalam hati kamu.
THE 5TH URECOL PROCEEDING
698
ISBN 978-979-3812-42-7
THE 5TH URECOL PROCEEDING
18 February 2017
UAD, Yogyakarta
Satuan lingual ber-PP II berubah menjadi 3) Pola perubahan kategori satuan lingual berfrasa preposisi ketika satuan lingual itu PP II dari nomina menjadi frasa nomina bergabung dengan preposisi di depannya yakni Pola perubahan kategori satuan lingual berkepada, bagi, dalam, dll yang mengisi fungsi PP II dari nomina menjadi frasa nomina dapat keterangan, yang mengisi peran tujuan. Polanya: diutarakan dari data berikut ini. Prep + PP II > F Prep. (24:99-100) 1 “Dan jikalauTuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang yang di muka bumi seluruhnya. Satuan lingual ber-PP II berubah menjadi 4) Pola perubahan kategori satuan lingual berfrasa nomina ketika satuan lingual itu bergabung PP II dari nomina menjadi frasa atributif. dengan nomina di depannya. Mengisi fungsi Pola perubahan kategori satuan lingual bersubjek dan yang mengisi peran pelaku. Polanya: PP II dari nomina menjadi frasa nomina dapat N + PP II > FN diutarakan dari data berikut ini. (23:64) 1 ”Hai nabi, cukuplah Allah (menjadi pelindung) bagimu dan bagi orang-orang mukmin yang mengikutimu”. Satuan lingual ber-PP II berubah menjadi 5) Pola perubahan kategori satuan lingual berfrasa atributif ketika satuan lingual itu bergabung PP II dari nomina menjadi frasa numeralia. dengan penanda atributif yang di depannya. F Atr Terdapat perubahan kategri dari nomina ini kebanyakan mengisi peran penjelas. Polanya: menjadi frasa numeralia (F Num.). Polanya dapat yang + PP II > F Atr. ditarik dari data berikut ini. (56:2-3) 3 dan janganlah kamu berkata kerasnya (suara) sebagian kamu terhadap kepadanya dengan suara keras sebagaimana sebagaian yang lain. Satuan lingual ber-PP II berubah menjadi yang lentur ketika bergabung dengan kategori frasa numeralia (F Num.) ketika satuan lingual itu lainnya. PP II sebagai kata utama (Samsuri, 1985) bergabung dengan kategori numeralia. Frasa ternyata akan berubah menjadi frasa dengan numeralia ini mengisi fungsi subjek klausa, kategori lain ketika PP II bergabung dengan keterangan subjek kluasa. Perannya mengisi satuan lingual (:kata) berkategori lain. Jadi, kata peran jumlah. Polaya: Num. + PP II > F Num. utama berpindah posisi yang tidak selalu menjadi Dari beberapa pola perubahan itu dapat menjadi kata utama dinyatakan simpulan berikut. Satuan lingual PP II c. Pola Perubahan Kategori Satuan Lingual yang semula berupa nomina akan berubah Ber-PP III menjadi frasa tertentu ketika bergabung dengan Pada kajian ini ditemukan beberapa satuan lingual lainnya. Perubahannya menjadi perubahan dari nomina menjadi frasa nomina frasa selain frasa nomina ditentukan oleh satuan atau frasa lainnya. Perubahan yang dimaksud lingual yang bergabung dengan PP II itu. Artinya, adalah perubahan dari nomina menjadi frasa jika PP II bergabung dengan V kategorinya akan verba, frasa preposisi, dan frasa atributif. Berikut berubah menjadi FV, jika bergabung dengan masing-masing penjelasannya. preposisi, kategorinya akan berubah menjadi F 1) Pola perubahan kategori nomina menjadi Prep, jika bergabung dengan penanda atributif frasa verba yang kategorinya berubah menjadi F Atr., dan Pola perubahan kategori nomina menjadi jika bergabung dengan kategori numeralia, frasa verba ditemukan hanya pada TTA; tidak kategorinya akan F Atr. Dengan demikian dapat ditemukan pada TTH. Adapun satuan lingual dikatakan bahwa ketika bergabung dengan kata yang ditemukan adalah satuan lingual atau satuan lingual berkategori lain, selain N, berpronomina persona ketiga berupa pronomina kategorinya mengikuti satuan lingual yang kata mereka. Berikut contoh datanya. digabunginya. Kategori PP II adalah kategori (2a) (2:79) (2) lalu dikatakannya (6:108) (8) Kemudian kepada Tuhan merekalah (2b) (4:171) (5) yang disampaikan-Nya kepada kembali mereka Maryam Pada data di atas terlihat bahwa pronomina lingual ber-PP III yang semula berkategori N persona ketiga mereka didahului oleh verba berubah menjadi FV jika berdampingan dengan kembali. Dalam konstruksi seperti ini satuan verba, baik di mukanya maupun di belakangnya.
THE 5TH URECOL PROCEEDING
699
ISBN 978-979-3812-42-7
THE 5TH URECOL PROCEEDING
18 February 2017
Polanya ialah verba + PP III > FV atau PP III + V > FV. Dalam konstruksi yang lain, seperti pada kata dikatakannya dan sejenisnya, terdapat perubahan dari satuan lingual ber-PP III (dengan PP III berupa enklitik –nya yang menggantikan dia/ia) semula berkategori N menjadi FV ketika satuan lingual itu didahuli oleh verba. Jadi, polanya: Verba + PP III (-nya) > FV (b1) (4:63) (1)“Mereka itu adalah orangorang yang Allah mengetahui apa yang di dalam hati mereka (b2) Teks ke-10 (I:93) (11) sedangkan Rasul di dalam rumahnya 3) Pola perubahan nomina menjadi frasa nomina Perubahan satuan lingual ber-PP III dari nomina menjadi frasa nomina (FN) terjadi jika satuan lingual bergabung dengan satuan lingual (c1) (5:63) (2) pendeta-pendeta mereka tidak melarang mereka Berdasarkan hal tersebut ditemukan pola perubahan satuan lingal ber-PP III yang berkategori nomina menjadi frasa nomina, yakni: N + PP III > FN. FN ini bisa berfungsi sebagai subjek atau objek klausa dan berperan sebagai pelaku atau pengalam. 4) Pola perubahan nomina menjadi frasa atributif Perubahan satuan lingual ber-PP III yang berkatergori nomina menjadi frasa atributif (d1) (5:41) (13) Barangsiapa yang Allah menghendaki kesesatannya, (d2) Teks ke-42 (IV:67-68) (11) ucapan yang kalau diucapkan akan hilang apa yang membuatnya marah, yaitu A`uzu Billahi Pola perubahan ini adalah: yang + verba + N + PP III > F Atr atau yang + v + pp III + A > F Atr. Pola lainnya adalah selain + N/FN > F Atr. Hasil penelitian ini memiliki kesamaan dan perbedaan dengan penelitian terdahulu. Hasil penelitian Johannessen (2008) menunjukkan bahwa analisis didasarkan pada demonstratif dalam bahasa Skandinavua dan dialek yang memiliki bentuk fonologis yang sama dengan kata ganti orang ketiga bentuk tunggal, dan digunakan dengan kata benda. Persamaannya dengan penelitian ini yakni sama-sama meneliti penggunaan pronomina. Adapun perbedaannya penelitian Johannessen
THE 5TH URECOL PROCEEDING
UAD, Yogyakarta
2)
Pola perubahan kategori monima menjadi frasa preposisi Satuan lingual yang beru-PP III berubah menjadi frasa preposisi jika bergabung dengan preposisi di depannya. Perubahan nomina menjadi frasa preposisi memiliki pola Prep + N + PP III = F Prep. Adapun fungsinya mengisi fungsi keterangan dengan peran keberadaan atau peran alat. Berikut contoh datanya. (b3) Teks ke-10 (I:93) (16) Ya, wahai Rasulullah. Rasulullah lalu memberi isyarat dengan tangannya
lain yang berupa N yang berada di muka PP III. Fungsi sebagai subjek dan perannya sebagai pelaku atau pengalam. contoh datanya sebagai berikut. (c2) Teks ke-34 (IV:62-63) (6) dan suara mereka gaduh melebihi suaranya terjadi jika satuan lingual ber-PP III itu bergabung dengan satuan lingual lain berupa N atau kuivalennya + yang sebagai penanda atributif + N/FN. Pada data lain ditemukan konstruksi N + selain + N/FN sebagai pembatas + N/FN yang mengisi peran penjelas. Selanjutnya, strukturnya adalah F (yang) diikuti pronomina persona ketiga diikuti oleh verba yang berfungsi sebagai predikat dan menduduki peran tindakan. Berikut beberapa datanya. minasy-syaitanir-rajim (Aku berlindung kepada Allah dari setan yang terkutuk. (46:31-32) (4) dan tidak ada baginya pelindung selain Allah Swt. (2008) menemukan penggunaan kata ganti orang ketiga bentuk tunggal yang digunakan dengan kata benda, sedangkan penelitian ini menemukan pola perubahan penggunaan satuan lingual ber-PP I, II, dan III pada TTA dan TTH. Hasil penelitian Mach Whinney (2009) menunjukkan bahwa bahwa urutan isyarat kata tetap terkuat di Inggris, bahkan ketika menandai isyarat tersedia. Sementara itu, pesanan kata nonkanonik, menandai isyarat memiliki efek yang kuat dalam interpretasi kalimat. Persamaannya dengan penelitian ini yakni sama-sama meneliti penggunaan pronomina. Adapun perbedaannya,
700
ISBN 978-979-3812-42-7
THE 5TH URECOL PROCEEDING
18 February 2017
MachWhinney (2009) menemukan kata tetap terkuat di Inggris, kata nonkanonik, sedangkan penelitian ini menemukan pola perubahan kategori penggunaan satuan lingual ber-PP I, II, dan III pada TTA dan TTH. Hasil penelitian Alcorn (2009) mengungkapkan adanya korelasi yang menentang sejumlah penjelasan dan pronomina persona merupakan aspek penting dalam konstituen sintaksis. Ditemukan dua hubungan, satu melibatkan mode naratif dan lainnya melibatkan posisi relatif preposisi dan kata kerja. Hasil penelitian Alcorn (2009) memiliki persamaan dengan penelitian ini yakni sama-sama meneliti mengenai penggunaan pronomina. Perbedaannya, Alcorn (2009) menghasilkan korelasi yang menentang sejumlah penjelasan yang melibatkan posisi relatif preposisi dan kata kerja. Penelitian itu tidak memaparkan pola perubahan kategori, sedangkan penelitian ini menemukan pola perubahan kategori penggunaan satuan lingual ber-PP I, II, dan III pada TTA dan TTH Penelitian Lee (2010) berfokus pada wo T, m 'kamu', dan ta 'dia laki-laki / dia perempuan. Hasilnya menunjukkan bahwa kata ganti personal pengulangan untuk melayani fungsi interaksional memiliki peran penting untuk mengulangi kata ganti pribadi subjek. Persamaannya dengan penelitian ini samasama meneliti pengunaan pronomina. Adapun perbedaannya, Lee (2010) hanya berfokus pada kata ganti kamu dan dia laki-laki perempuan dalam pembicara tunggal pengulangan pronominal bertindak sebagai penanda sikap. Penelitian ini menemukan pola perubahan kategori penggunaan satuan lingual ber-PP I, II, dan III pada TTA dan TTH Qi (2010) menghasilkan penelitian yang menunjukkan bahwa bahasa bilingual anak mengadopsi strategi pelengkap untuk mencapai dua jenis penggunaan pronomina persona meskipun jelas terjadi ketidakseimbangan output dari dua bahasa tersebut. Penelitian Qi (2010) dan penelitian memiliki persamaan yakni sama-sama meneliti mengenai pengunaan pronomina. Adapun perbedaannya, Qi (2010) memberikan fokus penggunaan pronomina persona berkaitan dengan ketidakseimbangan output dari dua bahasa, sedangkan penelitian memberikan fokus pada pola perubahan kategori
THE 5TH URECOL PROCEEDING
UAD, Yogyakarta
penggunaan satuan lingual ber-PP I, II, dan III pada TTA dan TTH. Penelitian Johnson (2011) menunjukkan bahwa penutur bahasa Inggris menggunakan kata ganti non-nominative untuk subjek tetapi tidak ada kecenderungan menggunakan kata ganti dengan kata kerja yang terbatas. Hasil penelitian Johnson (2011) memiliki persamaan dengan penelitian ini, yakni sama-sama menemukan kata ganti yang menunjukan adanya gabungn dengan kata kerja. Penelitian Johnson (2011) menemukan kata ganti ketiga tunggal, sedangkan penelitian ini mengkaji pola perubahan satuan lingual yang ber-PP I, II, dan III. Dari segi PP-nya penelitan ini lebih luas karena mencakup tiga jenis PP Hasil penelitian Li, et. al. (2012) menunjukkan bahwa analisis multivariat 8507 mengungkapkan bahwa kendala bahasa yang mempengaruhi penggunaan subjek dalam bahasa Cina. Penggunaan kata ganti mencakup subjek referen, orang/jumlah/kebernyawaan subjek, spesifisitas acuan subjek, dan jenis kalimat. Hasil penelitian ini dengan hasil penelitian Li, et. al. (2012) memiliki persamaan yakni sama-sama mengkaji mengenai penggunaan pronomina. Adapun perbedaannya, Li, et. Al. (2012) menemukan pengunaan kata ganti yang mencakup referen, orang/jumlah/ kebernyawaan subjek, spesifisitas acuan subjek, dan jenis kalimat, sedangkan penelitian ini menemukan pola perubahan kategori penggunaan satuan lingual yangber-PP I, II, III. Hasil penelitian lainnya yang memiliki relevansi dengan dengan hasil penelitian ini adalah hasil penelitian Casule (2012). Hasilnya menunjukkan bahwa personal Burushaski dan sistem demonstratif pronominal berkorelasi secara keseluruhan dengan Indo-Eropa. Ada korelasi yang erat ini, ada korespondensi gramatikal yang luas dalam sistem nominal dan verbal (sebagai sebuah tambahan). Persamaan hasil penelitian Casule (2012) dengan penelitian ini memiliki persamaan, yakni samasama meneliti mengenai penggunaan pronomina. Hasilnya menunjukkan adanya perbedaan. Penelitian Casule (2012) memperhatikan korelasi, yang tidak diperhatikan dalam penelitian ini. Penelitian tentang PP yang mengaitkannya dengan kasus dilakukan oleh Spencer dan Stump (2013). Hasil
701
ISBN 978-979-3812-42-7
THE 5TH URECOL PROCEEDING
18 February 2017
penelitiannya menunjukkan bahwa kata ganti orang telah sesuai dengan kasus-yang ditandai dari bentuk tetapi ini tidak terbentuk secara kasus sufiks infleksi. hasil penelitian Spencer dan Stump (2013) memiliki persamaan yakni sama-sama meneliti mengenai penggunaan pronomina. Adapun perbedaannya yakni Spencer dan Stump (2013) menemukan kata ganti yang tidak terbentuk secara kasus sufiks infleksi, sedangkan penelitian ini menemukan persamaan, perbedaan dan pola penggunaan satuan lingual yang mengandung pronomina persona pertama dan kedua pada TTA dan TTH. Kajian mengenai PP lainnya berhubungan dengan gender. Hasil penelitian Abudalbuh (2013) menunjukkan bahwa kata ganti maskulin dan kata ganti feminin digunakan untuk hampir setengah dari peran mereka sesuai dengan jenis kelamin (yaitu, lazimnya laki-laki dia laki” (he), lazimnya perempuan dia perempuan (she)). Pronominal dia laki/perempuan jarang sekali, tetapi secara konsisten, digunakan di semua kategori gender dalam bahasa Inggris NSs. Hasil penelitian Abudalbuh (2013) memiliki persamaan dengan penelitian ini, yakni sama-sama mengkaji mengenai penggunaan pronomina. Adapun perbedaannya yakni Abudalbuh (2013) meneliti mengenai empat kata ganti umum dalam bahasa Inggris (he, she, he or she, singular they) dengan bahasa Arab pembelajar bahasa kedua dari Inggris, sedangkan penelitian ini meneliti pola perubahan satuan lingual ber-PP I, II, III. Erlinawati (2014) mengkaji PP I pada teks terjemahan Alquran (TTA). Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa satuan lingual yang ber-PP I pada TTA ditemukan berupa hierarki linguistik kata dan frasa, fungsi yang didudukinya, dan peran yang diduduki olehnya. Objek penelitian Erlinawati (2014) memiliki persamaan dengan objek penelitian ini yakni sama-sama meneliti mengenai satun lingual ber-PP pada TTA. Adapun perbedaannya, Erlinawati (2014) meneliti penggunaan satuan lingual ber-PP I, sedangkan penelitian ini meneliti penggunaan satuan lingual ber-PP I, II, dan III. Penelitian ynag mirip dengan penelitian Erlinawati (2014) adalah penelitian yang diakukan oleh Prastika (2015). Bedanya penelitian Erlinawati (2014) satuan lingual ber-
THE 5TH URECOL PROCEEDING
UAD, Yogyakarta
PP I pada TTA, sedangkan penelitian Prastika (2015) satuan lingual ber-PP I dan II. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa satuan lingual satuan lingual ber-PP I dan II pada TTH berupa hierarki linguistik, fungsi yang didudukinya, dan peran yang didudukinya. Hasil penelitian Prastika (2015) memiliki persamaan yakni sama-sama meneliti mengenai satuan lingual ber-PP. Adapun perbedaannya, Prastika (2015) meneliti penggunaan satuan lingual satuan lingual berPP I dan II pada TTH saja, sedangkan penelitian ini meneliti pola perubahan penggunaan satuan lingual ber-PP I , II, III pada TTA dan TTH. Penelitia Murti (2015) memperoleh hasil bahwa satuan lingual yang ber-PP II pada TTA berupa hierarki linguistik, fungsi yang didudukinya, dan peran yang didudukinya. Hasil penelitian Murti (2015), Erlinawati (2014), Prastika (2015) ditindaklanjuti penelitian ini, khususnya penyusunan pola perubahan kategori satuan lingual ber-PP I, II, III. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Sartika (2013) terletak pada sumber datanya. Penelitian Sartika (2013) mengambil data yang bersumber pada penggunaan pronomina persona mahasiswa jurusan sastra daerah fakultas ilmu budaya Universitas Andalas. Adapun penelitian ini memperoleh data yang bersumber pada Alquran dan Hadis. Selain itu, penelitian Sartika (2013) secara umum meneliti pronomina persona, baik PP I, PP II, maupun PP III. Adapun penelitian ini secara khusus terfokus pada satuan lingual ber-PP I, II, PP III. Penelitian Sartika (2013) tidak menyusun pola perubahan kategori, sedangkan penelitian ini melakuknnya. Lebih lanjut lagi, penelitian Sartika (2013) hanya melakukan identifikasi pronomina persona dari segi bentuk, acuan, dan distribusi morfologinya, yang ketignya tidak dikaji dalam penelitian ini. Penelitian ini memiliki persamaan dengan penelitian Darsana (2013). Kesamaannya ialah sama-sama meneliti pronomina persona. Namun, penelitian ini tidak mengkaji penggunaanya pada masa reformasi yang hal ini dikaji oleh Darsana (2013). Dari penelitian Darsana (2013) diketahui bahwa pronomina persona aku, ku, engkau, kan, dan kalian hampir tidak digunakan di era reformasi. Pronomina persona pertama tunggal yang
702
ISBN 978-979-3812-42-7
THE 5TH URECOL PROCEEDING
18 February 2017
paling sering digunakan ialah kami. Pronomina persona kedua engkau dan kamu jarang digunakan. Adapun yang sering digunakan ialah bentuk Anda, kalian, atau saudara. Pada pronomina persona ketiga banyak digunakan kata beliau. Sumberdatanya juga bereda. Data penelitian ini bersumber dari TTA dan TTH yang mengandung etika berbahasa. Penelitian ini juga memiliki relevansi dengan penelitian Fatimah (2014), yaitu samasama mengidentifikasi pronomina persona. Adapun perbedaannya juga terletak pada sumber data. Fatimah (2014) meneliti pronomina persona pada bahasa Muna, sedangkan penelitian ini meneliti satuan lingual ber-PP I, II, III pada TTA dan TTH. Dari penelitian Fatimah (2014) diketahui bahwa bentuk pronomina persona dalam bahasa Muna ada dua. Pertama, pronomina persona yang bisa berdiri sendiri sebagai morfem bebas, yang terdiri atas 3. (a) Pronomina persona I (inodi/indodi/idi: saya/kita berdia/kita semua). (b) Pronomina persona II (ihintu ‘kamu’ dan ihintuumu ‘kalian’). (c) Pronomina persona III (anoa ‘ia’ dan andoa ‘mereka’). Kedua, pronomina persona yang dibubuhkan pada bentuk dasar verba, adjektiva, dan nomina sebagai morfem terikat. Selain penelitian mengenai pronomina persona, penelitian mengenai jender dalam teks terjemahan Alquran pernah dilakukan oleh Markhamah (2003a; 2003b), penelitian tentang Etika Berbahasa dalam Islam: Kajian secara Sosiolinguistik (Sabardila, dkk. 2003; 2004), Pengembangan Konsep Partisipan Tutur pada Teks Keagamaan (Markhamah, 2007; 2008; 2009a), Kesantunan Berbahasa pada Teks Terjemahan Alquran (Markhamah dan Atiqa Sabardila, 2009). Secara lebih spesifik, penelitian mengenai pronomina persona ketiga dilakukan oleh Ramadhana (2014) yang meneliti satuan lingual yang mengandung pronomina persona ketiga pada teks terjemahan Alquran yang mengandung etika berbahasa. Pada penelitian ini ditemukan bahwa, hierarki linguistik yang ditemukan pada satuan lingual yang mengandung yang pronomina persona ketiga pada teks terjemahan Alquran yang mengandung etika berbahasa meliputi, satuan lingual yang mengandung PP III yang berupa kata dan satuan lingual yang mengandung PP III yang
THE 5TH URECOL PROCEEDING
UAD, Yogyakarta
berupa frasa lengkap dan enklitik. Hierarki linguistik yang ditemukan pada satuan lingual yang mengandung PP III pada Teks Terjemahan Alquran adalah kata nomina dan frasa berkategori frasa nomina, frasa verba, frasa preposisional, dan frasa atributif. Penelitian ini juga meruakan tindakan lanjut dari penelitian Reistianti (2015) meneliti hierarki linguistik dan fungsi yang diisi oleh satuan lingual ber-PP III berpronomina persona ketiga pada teks terjemahan hadis Buchori-Muslim. Adapun hasil penelitian ini ada dua. Pertama, wujud kategori satuan lingual yang mengandung PP III pada teks terjemahan hadis berupa kata dan frasa. Satuan lingual yang berupa kata berkategori nomina yakni dia, ia, beliau, mereka. Satuan lingual yang berwujud kata memiliki kategori nomina dan satuan lingual yang berwujud frasa memiliki kategori frasa nomina, frasa preposisi, frasa numeralia, dan frasa atributif. Kedua, fungsi yang diisi satuan satuan lingual yang mengandung PP3 pada TTH. Fungsi yang diisi satual lingual yang mengandung pronomina persona ketiga pada teks terjemahan hadis yaitu (1) fungsi subjek, (2) predikat, (3) objek, (4) pelengkap, dan (5) keterangan, (6) atribut subjek, dan (7) atribut objek. Mengacu pada kedua penelitian di atas, Ramadhana (2014) dan Restiyanti (2015) yang masing-masing meneliti teks terjemahan Alquran dan teks terjemahan hadis, penelitian ini secara lebih kompleks berusaha membandingkan penggunaan satuan lingual diantara keduanya dan membuat pola perubahan sebagaimana dijelaskkan di muka. Adapun perbandingan dengan kajian peneliti mancanegara banyak pula terdapat perbedaan. Pada penelitian Nevins (2007) yang meneliti representasi pronomina persona ketiga dan konsekuensinya terhadap kasus pronomina persona menunjukkan bahwa Berbagai variasi efek PCC muncul sebagai konsekuensi dari pilihan parametrik yang boleh digunakan, sedangkan representasi dari kata ganti persona tetap konstan dalam tata bahasa dan seluruh bahasa. Selain itu, Alcorn (2009) meneliti tata bahasa persona dan variabel sintaksis penutur bahasa Inggris usia lanjut. Hasil yang ditunjukkan mengungkapkan adanya korelasi yang menentang sejumlah penjelasan. Selain itu,
703
ISBN 978-979-3812-42-7
THE 5TH URECOL PROCEEDING
18 February 2017
pronomina persona merupakan aspek penting dari konstituen sintaksis tersebut. Pada dua kajian di atas terlihat jelas perbedaan fokus kajian, walaupun keduanya dan penelitian ini sama-sama mengkaji pronomina persona. Nevins (2007) lebih tertarik dengan kajian representasi pronomina persona ketiga. Adapun Alcorn (2009) lebih fokus pada faktor usia. Hasil itu jua berbeda dengan penelitian ini yang menyusun pola perubahan kategori satuan lingual ber-PP I, II, dan III. SIMPULAN Secara umum dapat ditarik simpulan bahwa satuan lingual ber-PP, I, II, dan III yang semula berupa nomina akan berubah menjadi frasa tertentu ketika bergabung dengan satuan lingual lainnya. Perubahannya menjadi frasa selain frasa nomina ditentukan oleh satuan lingual yang bergabung dengan PP i, II, III itu. Artinya, jika PP I, II, dan III bergabung dengan V kategorinya akan berubah menjadi FV, jika bergabung dengan preposisi, kategorinya akan berubah menjadi F Prep, jika bergabung dengan penanda atributif yang kategorinya berubah menjadi F Atr. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa ketika bergabung dengan kata atau satuan lingual berkategori lain, selain N, kategorinya mengikuti satuan lingual yang digabunginya. Kategori PP I, II dan III adalah kategori yang lentur ketika bergabung dengan kategori lainnya. PP II sebagai kata utama (Samsuri, 1985) ternyata akan berubah menjadi frasa dengan kategori lain ketika PP I, II dan III bergabung dengan satuan lingual (:kata) berkategori lain. REFERENSI Abudalbuh, Mujdey. 2013. “Ideology, Gender Roles, and Pronominal Choice: A Sociolinguistic Analysis of the English Third Person Generic Pronouns by Native Speakers of Arabic”. Dissertation, Proquest, UMI Number 3587754. University of Kansas. Alcorn, Rhona. 2009. “Grammatical Person and The Variable Syntax of Old English Personal Pronouns”. English Language and Linguistics. Vol. 13, Hlm. 433-451. Casule, Ilija. 2012. “Correlation of the Burushaski Pronominal System with Indo European and Phonological and
THE 5TH URECOL PROCEEDING
UAD, Yogyakarta
Grammatical Evidence for a Genetic Relationship”. The Journal of IndoEuropean Studies Volume 40, Number 1 & 2, Spring/Summer 2012. Diakses pada hari 17 November 2016. Darsana (2013). “Power dan Salidaritas Elita Indonesia pada Era Reformasi Refleksi pada Pronomina Persona Pemakaian Bahasa Indonesia”. Linguistika. Vol.16, No.31, Hal.1-14. Erlinawati, Mira. 2014. “Satuan Lingual yang Mengandung Pronomina Persona Pertama pada Teks Terjemahan Al-Qur’an. Tesis. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta. Johannessen, Janne Bondi. 2008. “The pronominal psychological demonstrative in Scandinavian: Its syntax, semantics and pragmatics. NordicJournal of Linguistics 31.2, 161–192. Diakses pada hari 17 November 2016. Johnson, Mary. 2011. “Pronominal Case and Verbal Finiteness Contingencies in Child English. JournalApplied Psycholinguistics 35(2014), 275– 311.Diakses pada hari 17 November 2016. Lee, Jee Won. 2010. “Repetition of Personal Pronominal Forms in Mandarin andConstruction of Stance in Interaction”. Dissertation. Proquest UMI Number 3462859. Li, Xiaoshi, at al. 2012. “Variation of Subject Pronominal Expression in Mandarin Chinese”. Sociolinguistics Studies. Vol.6, Hlm.91-119. MachWhinney, Brian. 2009. “The use of pronominal case in English sentence interpretation”. JournalApplied Psycholinguistics31(2010), 619–633. Diakses pada hari 17 November 2016. Mahsun. 2005. Metode Penelitian Bahasa: Tahapan Strategi, Metode, dan Tekniknya. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Markhamah. 2003a. “Gender dalam Terjemahan Ayat-ayat Quran tentang lakilaki dan Perempuan” , Profetika, Desember 2003 Markhamah. 2003b . “Persamaan Laki-laki dan Perempuan dalam Quran tentang Lakilaki dan Perempuan”, Seminar Nasional
704
ISBN 978-979-3812-42-7
THE 5TH URECOL PROCEEDING
18 February 2017
Hasil Penelitian, Diadakan Balitbang Jateng, Desember 2003. Markhamah. 2007. “Pengembangan Konsep Partisipan Tutur dalam Teks Keagamaan”. Laporan Penelitian Fundamental Tahun I Dibiayai oleh Dikti melalui Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat, Universitas Muhammadiyah Surakarta. Markhamah. 2008. “Pengembangan Konsep Partisipan Tutur dalam Teks Keagamaan”. Laporan Penelitian Fundamental Tahun II Dibiayai oleh Dikti melalui Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat, Universitas Muhammadiyah Surakarta. Markhamah dan Atiqa Sabardila. 2009. Analisis Kesalahan dan Kesantunan Berbahasa. Surakarta: Muhammadiyah University Press. Markhamah. 2009. Ragam dan Analisis Kalimat Bahasa Indonesia. Surakarta: Universitas University Press. Markhamah. 2010. Sintaksis 2: Keselarasan Fungsi, Kategori, dan Peran dalam Klausa. Surakarta: Muhammadiyah University Press. _____. 2011. Ragam dan Analisis Kalimat Bahasa Indonesia. Surakarta: Muhammadiyah University Press. Moleong, Lexy J. 2014. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. Murti, Arini Dyah Rupa. 2015. “Satuan Lingual yang Mengandung Pronomina Persona Kedua pada Teks Terjemahan AlQur’an. Tesis. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta. Parera, JD. 2009. Dasar-Dasar Analisis Sintaksis. Jakarta: Penerbit Erlangga. Prastika, Oktavia Ilham. 2015. “Satuan Lingual yang Mengandung Pronomina Persona Pertama dan Kedua pada Teks Terjemahan Hadis pada Buku Sahih Buchori Muslim. Tesis. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta. Qi, Ruying. 2010. “Pronoun Acquisition in a Mandarin-English Bilingual Child”. International Journal of Bilingualism. Vol.14, No.1, Hlm.37-64. Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta: Duta Wacana University Press.
THE 5TH URECOL PROCEEDING
UAD, Yogyakarta
Ramadhana, Annisaa Fuadillah. 2014. “Satuan Lingual yang Mengandung Pronomina Persona Ketiga pada Teks Terjemahan AlQuran yang Mengandung Etika Berbahasa”. Tesis. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta. Reistanti, Agustina Putri. 2015. “Hierarki Linguistik dan Fungsi yang Diisi oleh Satuan Lingual Berpronomina Persona Ketiga pada Teks Terjemahan Hadis Buchori-Muslim”. Tesis. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta. Sabardila, dkk. 2003. Etika Berbahasa dalam Alquran. Laporan Penelitian, Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Univrsitas Muahmadiyh Surakarta. Sabardila, dkk. 2003. Etika Berbahasa dalam Alquran. Laporan Penelitian, Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Univrsitas Muahmadiyh Surakarta. Sarosa, Samiaji. 2012. Penelitian Kualitatif: Dasar-dasar. Jakarta: PT Indeks.
705
ISBN 978-979-3812-42-7