POLA PENGGUNAAN OBAT DAN OBAT TRADISIONAL DALAM UPAYA PENGOBATAN SENDIRl D1 TANJUNG BTNTANG, LAMPUNG Sudihyo Supardi*, Nani Sukasediati*, Sriana Azis* ABSTRACT THE PA TTERN OF BRUG USE AND TRADITIONAL MEDICINES FOR SEI,F-MEDICATION A T TANJUNG BINTANG, LAMPUNG Self-rrie~licationappeared to be the initial effort of around 60% of the urban community in three cities on Java Island, in 1993. Drugs were used more frequently than the traditional medicines. Sel/lnredicatron might potentially be an eflcient self-help means for the community before getting the opportuniw to reach the Prinrnrv health center. To achieve effectiveness of the self-medication effort, providing good infornratiar?, how ever is stronglv needed. The cross sectional studv has been carried out among a rural conrm~nit~v in two villages of Subdistrict Tanjung Bintang, in the Southern part of Larrrpung province. The sample population consist of housewives, who had ever taken drzig or traditional medicines within the last month prior to the interview. Respondents (320 housewives) were choosen by multistage random sampling based on the number qf household.^, RT and RLV. Data were analvzed and presented as means and as the frequency distribution of the variables. The re.rult obtained arc : ( I ) A total of 74,596 prevalence was found taking drugs and traditional nierlicines,fir a period of one month, c1rug.r how ever were used more frequently. (2) Drugs were taker7 as an e f l ~ r tin relieving their percei\~ed headache, fever, or cough, according to their knowledge obtaincd,fi-onr ath~erti,~enrer~t through televisio~~ aritl radio progranrs. They got acces to the renretlial products in srrroll shop.^ (wtrrung), within a tiistnr~ceup to 500 nreterfronr their home, without rleedirrg r ~ r ytrnnsporfntior.~,a~itlwith a cost of Rp 194 (Sn.-t 289). (3) On the other hand, traditional ~ C I / I ' C ~ I I C .w T e r ~rnk(>tl as a ret?rer/v against diarrhoea, nruscle-aches arid health prever~tive/fitness, nccort/in,q therr krrorc~lcc(qrrecr:ived from their relatives and neighbours. They obtained the remedial prorlrrct fvonr the I i~17rlor.r,~ , i t h i na clistat~ce up to 500 meter ,from thier &veling place, without ncei11rig nt? trnnsportation. o r ~ dwith a cost cf Rp 407 (SD.? 500). (4j Eflectiveness of the self-meclicotion qffi)rt were perceiveri b.v around 78,5% and 72,2% ofthe user, for drug and traditional nredicir7e.s respectivelv.
Key word: drugs, traditional medicines, self-medication.
PENDAHULUAN Pengobatan sendiri rnerupakan salah satu kebijakan World Health Organization dalam
pemerataan pelayanan kesehatan pri~ner,yaitu upaya ~nencapai kesehatan bagi semua penduduk (Health for all) pada tahun 2000'). Selain itu dalam Undang-undang nomor
* Pusat Penelitian dan Pengembangan Farmasi, Badan Litbang Kesehatan, Depkes RI, Jakarta Bul. Penelit. Kesehat. 25 (3&4) 1997
45
Pola penggunaan obat dan ... ........................ Sudibyo Supardi et al
2311992 tentang kesehatan dinyatakan "Kesehatan merupakan kewajiban dan tangung jawab setiap penduduk"'). Pengobatan sendiri adalah upaya yang dilakukan oleh orang awam untuk mengatasi keluhan yang dirasakannya. tanpa nasehat dari a1ilinya3). Pengobatan sendiri dapat menggunakan obat (OR), obat tradisional (OT) atau cara tradisiona14). OB yang digunakan umumnya golongan obat bebas dan obat bebas terbatas, sedangkan OT yang digunakan berupa simplisia, jamu gendong dan jamu berbungkus. Prevalensi penduduk Indonesia yang mengeluh sakit dalam sebulan 21% terendah (12%) di propinsi ~ a m p u n g ~Untuk ). mengatasi keluhan tersebut, kira-kira 60% masyarakat di tiga kota nielakukan pengobatan sendiri pada tindakan pertamah), terutama menggu- nakan OB dan OT4). Pengobatan sendiri yang tidak sesuai aturan dapat mengakibatkan pemborosan waktu dan biaya, karena lebili lama "sembuli". Mengingat cukup banyak persentase anggota masyarakat yang melakukan pengobatan sendiri, dalam upaya ~neningkatkanmutu pengobatan sendiri diperlukan informasi tentang pola penggunaan OB dan OT dan keberliasilannya.
dan peningkatan kesehatan), data yang diambil hanya untuk pengobatan, dan (b) responden menggunakan lebih dari satu jenis OB dan atau OT untuk pengobatan dengan keluhan yang berbeda, data yang diambil hanya untuk OB atau OT yang digunakan terakhir. Responden dipilih secara acak bertingkat (multi stage random sampling) berdasarkan jumlali rukun warga. rukun tetangga dan keluarga di desa terpilih. Jumlah responden dillitung dengan rumus: n = Zz.p.q/dz ". Bila p = 0,70, yaitu pengobatan sendiri nienggunakan OB4), dan derajat kemaknaan 5% dibutuhkan minimal 320 responden4). Data dikurnpulkan dengan wawancara dan observasi di rumah responden. Data diolah dalam bentuk distribusi frekuensi dan perhitungan nilai rata-rata.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik responden yang merupakan perseritase terbesar adalah berumur kurarig dari 30 tahun. tidak tamat SD, pekerjaan ibu r u ~ n a l ~ tanggalpetani dan pengeluaran untuk rnakan per bulan tidak lebili dari Rp 200.000. Pola penggunaan OR dan OT dari keberhasilan pengobatan sendiri sebagai berikut .
Pola Pengpnaan OB dan OT METODA PENELITIAN Penelitian survei (cross sectionnl) ini dilakukan di dua desa di Kecamatan Tanjung Bintang, Larnpung Selatan, pada tahun 1996. Responden adalah ibu yang menggunakan OB atau OT dala~n upaya pengobatan sendiri sebulan terakhir. Agar jumlah kasus sama dengan jumlah responden. apabila dalarn waktu sebulan terakhir: (a) responden menggunakan OB atau OT l~rituktujuan berbeda (pengobatan
46
Prcvalens~ tbu n1ma11 tarigga yang menggunakan OR atau OT dalam upala pengobatan sendm sebulan terakli~r sebesar 74..1'%,, yaltu 259 responden tnenggllnakan OB (80.9%)) dan 6 1 re~ponden ~ncnggunakan OT (1 9,1%) Pola tnr tampaknya tldak bcrbeda jauh dengari has11 SKRT 1986 yang n~en>dtakan rnasyarakat dalam melakukan pengobatan sendlr~ 6l).7'%, menggunakan OR dan 23.7'%, ~nenggunakanOT4' Pola pcnggnnaan OB dan OT tersebut dtd~skr~pslkan dala~ntabel ber~kut
Rul. Pcnclit. Kesehat. 25 (3&4) 1997
Pola penggunaan obat dan .............................. Sudibyo Supardi et al
Tabel 1 menunjukkan pengetahuan responden tentang nama-nama OB dan OT untuk mengatasi beberapa keluhan umum. Persentase terbesar responden tnampu menyebutkan nama OB untuk demam, pusing dan batuk, clan menyebutkan nama OT untuk diare dan pegal linu. Tabel 2 menunjukkan tujuan penggunaan OB dan OT oleh responden. Persentase terbesar responden menggunakan OB untuk pengobatan (kuratif), tetapi menggunakan OT untuk
menjaga kesehatan (promotif). Dihubungkan dengan tabel sebelumnya, menunjukkan pengetahuan responden sesuai dengan tindakan mereka. Juga sesuai dengan Supardi (1992), yang menyatakan ibu rumah tangga cenderung menggunakan OB dan OT untuk tujuan berbeda. OB cenderung digunakan untuk mengatasi keluhan: sakit kepala, pilek, dan batuk, tetapi OT untuk keluhan: sariawan, pegal linu, dan menjaga kesehatan, misalnya sehabis melahirkan, menstruasi, dan melancarkan air susu ibus).
Tabel 1. Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan tentang Nama Obat dan Obat Tradisional. NAMA OB DANOT
UNTUSCmmN Demam Batuk Pusing Diare Pegal linu Promotif
58,4% 73,8% 88,4% 41,9% 83% 5,694
4 1,6% 26,3% 11,696 58,1% 91,3% 94.4%
24,7% 33,1% 6,6% 54,7% 51,3% 47,5%
75,3% 66,9% 93,4% 45,3% 48,8% 52,5%
Tabel 2. Distribusi Responden Berdasarkan Tujuan Penggunaan Obat dan Obat Tradisional.
Bul. Penelit. Kesehat. 25 (38~4)1997
47
Pola penggunaan obat dan .............................. Sudibyo Supardi et al
sehingga upaya penyuluhan OT secara tidak langsung dapat dilakukan melalui tokoh masyarakat.
Tabel 3 menunjukkan sumber informasi tentang OB dan OT yang digunakan responden. Persentase terbesar responden mendapat informasi tentang OB dari iklan radio atau televisi, tetapi mendapat informasi OT dari keluargdtetangga. Brosur dan wadah sebagai sumber informasi resmi OB untuk pengobatan sendiri kurang dimanfaatkan masyarakat. Iklan televisi dan radio menduduki posisi cukup strategis sebagai alat komunikasi dalam upaya meningkatkan mutu pengobatan sendiri menggunakan OB di desa. Supardi (1989), juga menyatakan bahwa informasi OT umumnya berasal dari orang-orang tuag),
Tabel 4 menunjukkan tempat responden membeli OB atau OT untuk mengatasi keluhannya. Persentase terbesar responden mendapatkan OB dari warung, dan mendapatkan OT dari pedagang kelilinglpenjual jamu gendong. Hal ini menunjukkan posisi warung dan pedagang kelilinglpenjual jamu gendong cukup strategis untuk berperan serta dalam upaya meningkatkan mutu pengobatan sendiri di desa9.10).
Tabel 3. Distribusi Responden Berdasarkan Sumber Informasi Obat dan Obat Tradisional.
PEN-A
OT
13,l 3,1
37 14 5 5
60,7 23,O 82 8,2
100,O
61
SWERXrnTMASl
-
65 152 34 8
Keluargdtetangga Iklan tvlradio Penjual/brosur/wadah Mantri/dukun/dll
f umhh
1
-
-
259
25,l 58,7
-
Y
lo0,g
Tabel 4. Distribusi Responden Berdasarkan Sumber Obat dan Obat Tradisional yang Digunakan.
0J3 DAN OT Warung Pedagang keliling Tersedia di rumall Toko obat
48
Bul. Penelit. Kesehat. 25 (38~4)1997
Pola penggunaan obat dan .............................. Sudibyo Supardi et al
Tabel 5 menunjukkan jarak yang hams ditempuh responden dari rumah ke sumber OB dan OT. Persentase terbesar responden menempuh jarak 0--500 meter untuk mendapatkan OB atau OT. Supardi (1989), juga menyatakan bahwa jarak ke sumber OB dan OT yang digunakan responden ulnumnya "dekatM9). Tabel 6 menunjukkan alat transportasi yang digunakan responden untuk lnencapai sumber OB dan OT. Persentase terbesar responden mencapai sumber OB atau OT tanpa alat transportasi. Hal ini disebabkan sumber OB dan OT dianggap "dekat" dan Inerata sampai ke
pelosok desa, sehingga tidak memerlukan alat transportasi (cukup dengan berjalan kaki). Tabel 7 menunjukkan harga yang dibayar responden untuk membeli OB dan OT, tanpa lnemperhitungkan bentuk sediaan dan dosis yang digunakan. Persentase terbesar responden menggunakan OB dengan harga Rp 1-250, delnikian pula responden yang menggunakan OT. Harga OB rata-rata Rp 194 289 dan OT rata-rata Rp 407 500. Harga OT relatif lebih mahal dari harga OB mungkin karena berlainan bentuk dosis, sediaan, kemasan, dan tujuan penggunaan.
+
+
Tabel 5. Distribusi Responden Berdasarkan Jarak ke Sumber Obat dan Obat Tradisional yang Digunakan.
JAtEAKDARTRWKE S W E R Q B ; DAN OT 0--500 meter 50 1-- 1000 meter lebih 1000 meter
f u&h
--
PENGGWA OB f mdah % 248 9 2
259
95,8 3,5 0,7
I
100,O
I
%
PZNGGUNA OT
Jzrmgah
:
YQ
45 4 12
73,8
ti1
lW,O
-
6,6
19,6
-
Tabel 6. Distribusi Responden Berdasarkan Alat Transportasi ke Sumber Obat dan Obat Tradisional yang Digunakan.
Tidak menggunakan
Bul. PeneUt. Kesehat. 25 (3&4) 1997
49
Pola penggunaan obat dan .............................. Sudibyo Supardi et al
Tabel 7. Distribusi Responden Berdasarkan Harga Obat dan Obat Tradisional.
Tidak membayar Rp 1--250 Rp 25 1--500 Rp 50 1--1000 > Rp 1000
Keberhasilan Pengobatan Sendiri Tabel 8 menunjukkan indikasi penggunaan OB dan OT khusus untuk pengobatan (kuratif) dan hasilnya. Persentase terbesar responden menggunakan OB untuk mengatasi
keluhan pusing, demam dan batuk, dengan keberhasilan 78,5%; dan menggunakan OT untuk mengatasi keluhan diare dan pegal linu, dengan keberhasilan 72,2%. Keberhasilan menurut responden yaitu marnpu menghilangkan keluhan, tanpa konfirmasi secara klinik.
Tabel 8. Distribusi Responden Berdasarkan Penggunaan Obat dan Obat Tradisional untuk Pengobatan (n = 265).
Pengobatan: - Pusing - Demam Batuk - Diarelsakit perut Pegal linu Sakit gigi Sesak napas Flulpilek
139 31 28 11 3 17 4 14
56,3 12,6 11,3 4s 1,2 6,9 1,6 5,6
3 1 1 8 5
16,6 5,6 5,6 44,4 27,8
Hasil pengobatan: - Tidak sembuh - Sembuh
53 194
21,5 78,5
5 13
27,8 72,2
-
......... ............ .............................................. ..................................................................................................... ................ ......................................... ;:;:;:;:;:;:;:;:;:;:;:;:::;:;:;::;:;:;:;:;:;:;~;;;;;; ; @,;,:i,: i i i i i i iiiii'i;ii"::::i:~p:@;,i:::i:ii:iiiii;:;::.f ,. ..... . . ........................... . . . . . . . . . . . . . . . . . ................................................. ............ ....... ....................................... . . . . . . . . . ,:. . :.:: . ....................... ..:,: . . .....(. . ................................. ..............
:.:. . .:...:.:.::,:...
> .
....'.: ::..:.:.: :..... ::::::.:.
::.:.:.:..
.........................:':::::,'::::::::"
Pola penggunaan obat dan ..............................Sudibyo Supardi et al
Responden yang rnenggunakan OT relatif lebih sedikit, dan tampaknya lnerupakan alternatif dalam penggunaan OB. Keluhan pegal linu misalnya, seringkali etiologi dan jenisnya bervariasi, sehingga OB yang terlnasuk golongan obat bebas atau obat bebas terbatas kurang dikenal, dan lebih banyak masuk ke dalam golongan obat keras (hams dengan resep dokter).
Dala~n upaya meningkatkan lnutu pengobatan sendiri di pedesaan, disarankan agar: (a) warung sebagai outlet OB dan pedagang kelilindjamu gendong di desa perlu diikutsertakan dalani penyuluhan, (b) penyuluhan OB lebih baik dilakukan melalui televisi dan radio, serta penyuluhan OT melalui tokoh masyarakat, (c) materi penyuluhan diarahkan dan disesualkan dengan penggunaan OB atau OT di masyarakat.
KESIMPULAN DAN SARAN DAFTAR RUJUKAN Dari pembahasan. diarnbil kesi~npulan sebagai berikut: 1. Prevalensi ibu yang rnenggunakan OB dan OT dalarn sebulan 74,4%, lebili banyak
1.
World Health Organization ( 1978). Prinraty health care. Geneva: 7--8.
2.
Departemen Kesehatan ( 1992). Ut~dang-undattg Republik Indonesia rlomor: 23 talzuti 1992 tentang kesehatan. Bab I pasal 1
3.
Sukasediati, Nani, dkk. (1 992). Ternuan beberapa faktor peneritu yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan mutu pengobatan sendiri dari beberapa desa di kabupaten Lamongan dan Lombok Barat. h.lajalah Kese\iatari h4aq~arakatIitdotiesia, 45: 14--19.
4.
Budiarso, Ratna, dkk. (1 986). Szirvai Keselmtatt Runiah Tatigga 1986. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Depkes RI, Jakarta:
yang ~nengunakanOB dari pada OT. 2. Uniu~nnyaresponden mengetahui nama OB dan menggunakannya untuk mengatasi kclulian pusing. delna~n dan batuk, berdasarkan infor~nasi dari iklan televisi dati radio. Mereka lnembelinya dari wanlne. vane iaraknva 0--500 meter., tanua " . ~nenggunakan alat transpotasi, dengan harga rata-rata Rp 194 289. "
3.
J
.
Umumnya responden mengetahui nalna OT dan ~nenggunakannya untuk ~nenjaga kesehatan. mengatasi kelulian diare atau pegel linu, berdasarkan infor~nasi dari keluarga/tetangga. Mereka lnelnbelinya dari pedagang keliling. yang jaraknya 0-500 meter, taripa alat transportasi. dengan liarga rata-rata Rp 407 2 500.
4. Untuk ~nengatasi keluhan yang dirasakan
responden, keberliasilan penggunaan OB 78,5% dan penggunaan OT 72,6%
Bul. Penelit. Kesehat. 25 (3814) 1997
5. Sumantri, Suharsono, dkk. (1 992). Sutvai Kesehatan Runtah Tatigga. Radan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Depkes RI, Jakarta: 60--63.
6.
Ministry of Health, WHO & FK-IJNIKA At~na Jaya ( 1993). Penggunaan ohat pacia ntasyarakat perkotaari di tiga kota besar di Jawa. Jakarta.
7.
Lwanga, SK. & S. Lemeshow (1991). Santple size deterntination iti healtl~studies (a practical ntanual). World Health Organization, Geneva: 50--5 1.
Pola penggunaan obat dan .............................. Sudibyo Supardi et al
8.
Supardi, Sudibyo. (1992). Faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan obat tradisional dan obat di desa Tapos, Bogor. Majalah Cermin Dunia Famasi, (12): 11-16.
9.
Supardi, Sudibyo. (1989). Pengetahuan, sikap dan perilaku ibu rumah tangga terhadap obat tradisional di desa Tapos, Bogor dan faktorfaktor yang mempengaruhinya. Dalam Proceeding Kongres Ilmiah ISFI ke-7, Surabaya.
10. Prasetyo, Sabarinah, dkk (1 988). Peran warung pada penyediaan obat untuk diare. FKM-UI, Depok. Sudibyo. dkk, (1 997). Laporan penelitian faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan obat dun obat tradisional dalam pengobatan sendiri di pedesaan 1996-1997. Puslitbang Farmasi Badan Litbangkes, Jakarta.
1 1. Supardi,
BuL Penelit Kesehat. 25 (3&4) 1997