POLA PEMBUDAYAAN KOMPETENSI BERBASIS IDEOLOGI TRI HITA KARANA Studi Etnografi tentang Konsepsi Masyarakat Bali terhadap SMK sebagai Pusat Pembudayaan Kompetensi Putu Sudira NIM: 07702261001 Program Studi Pendidikan Teknologi Kejuruan Program Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta ABSTRAK Penelitian ini bertujuan: (1) Mengkaji konsepsi masyarakat Bali tentang pendidikan untuk dunia kerja; (2) Mengkaji konsepsi masyarakat Bali tentang pengembangan pendidikan kejuruan di SMK; (3) Mengkaji secara mendalam dan memaknai nilai-nilai Tri Hita Karana yang dapat diinternalisasikan kedalam inovasi dan pengembangan kualitas dan relevansi pendidikan di SMK; (4) Mengembangkan pola pembudayaan kompetensi kejuruan di SMK berbasis Tri Hita Karana. Keluaran penelitan berupa pola baru pembudayaan kompetensi kejuruan yang mensinergikan kebutuhan pembangunan SDM Bali dengan keunggulan lokal dan potensi wilayah Bali diantara kebutuhan nasional, dan tantangan global. Sebuah pola pembudayaan kompetensi kejuruan yang bermutu, relevan dengan kebutuhan masyarakat Bali, berwawasan masa depan, berwawasan budaya Bali, berwawasan kesemestaan, berwawasan nilai tambah, profesional, merepleksikan keyakinan dan pandangan masyarakat Bali. Pengumpulan data menggunakan teknik interview, observasi partisipatif, analisis dokumen, dan analisis situs. Subyek melibatkan informan kepala sekolah, guru, siswa, kepala dinas pendidikan, budayawan, cendikiawan, seniman, pengusaha dipilih secara purposif. Peralatan untuk pengumpulan data antara lain audio-video recording, kamera foto, software pembuat diagram, buku catatan lapangan (fieldnotes), laptop. Validasi data dilakukan melalui internal triangulasi, eksternal triangulasi, dan membanding laporan temuan dengan realitas lapangan. Analisis data dilakukan menggunakan model interaktif model Miles & Huberman melalui pemaknaan data yang tersaji selama di lapangan dan sesudah meninggalkan lapangan. Kata kunci: pembudayaan, kompetensi, kejuruan, etnografi
Proposal Penelitian Disertasi Doktor #Putu Sudira-PPS UNY#
Page 1
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembudayaan kompetensi kejuruan di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) memerlukan
dukungan
sosiokultural
dan
struktural.
Secara
sosiokultural
pola
pembudayaan kompetensi kejuruan di SMK diharapkan memenuhi kebutuhan untuk: (1) mengembangkan keterampilan kognitif dan psikomotorik individu peserta didik (Emmerik, Bekker, & Euwema, 2009; Kellet, Humphrey, & Sleeth, 2009); (2) mengembangkan attitude (Stumpf, 2009); (3) mengembangkan apresiasi positif terhadap pekerjaan, membangun budaya kerja (Heinz, 2009), membangun budaya belajar, budaya kreatif dan produktif (Thompson,1973; Gill, Dar, & Fluitman, 2000); (4) mempersiapkan peserta didik untuk bekerja, berwirausaha, atau meneruskan (Wardiman,1998); (5) memberdayakan peserta didik untuk mendapatkan pekerjaan dan penghasilan yang layak (Gill, Dar, & Fluitman, 2000); (6) mengembangkan karier sesuai dengan kompetensi keahlian yang dipilih (Kellet, Humphrey, Sleeth, 2009); (7) melibatkan masyarakat pemangku kepentingan secara luas, utuh, benar, dan bertanggungjawab (McGrath S., 2009). Secara struktural SMK adalah sistem pendidikan persekolahan yang diselenggarakan oleh pemerintah bukan pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat dunia usaha dan dunia industri (Dedi Supriadi, 2002) sehingga memerlukan pola pembudayaan kompetensi dengan konteks khusus (Herschbach, 2009). Jajaran pengelola dan pelaksana pendidikan SMK di daerah belum sepenuhnya memahami kedudukan, fungsi, manfaat, karakteristik, prinsip-prinsip, dan landasan pendidikan kejuruan. Akibatnya pendidikan kejuruan di SMK belum efektif dan efisien karena
tidak tumbuh dan berkembang dari dan bersama
masyarakat, tidak berbasis budaya sendiri, belum memperhatikan kebutuhan dan keunggulan lokal, belum memperoleh dukungan, partisipasi, dan kerjasama yang kuat dari masyarakat. Dalam studi pendahuluan yang dilakukan di Provinsi Bali ditemukan adanya kajian ideologi Tri Hita Karana sebagai keunggulan lokal adiluhung. Tri Hita Karana merupakan filosofi pembangunan masyarakat Bali (Agastia, 2007; Titib, 2003). Tri Hita Karana telah membentuk masyarakat Bali menjadi masyarakat berbudaya “creativogenic”, memiliki sarana kebudayaan yang mengakar kuat di dalam keluarga, di banjar dan desa pekraman. Bali memiliki konsep pembangunan holistik, berkembang penuh dengan daya kreativitas.
Proposal Penelitian Disertasi Doktor #Putu Sudira-PPS UNY#
Page 2
B. Tujuan Khusus dan Manfaat Penelitian Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mengkaji konsepsi masyarakat Bali tentang pendidikan untuk dunia kerja; (2) Mengkaji konsepsi masyarakat Bali tentang pengembangan pendidikan kejuruan di SMK; (3) Mengkaji secara mendalam dan memaknai nilai-nilai Tri Hita Karana yang dapat diinternalisasikan kedalam inovasi dan pengembangan kualitas dan relevansi pendidikan di SMK; (4) Mengembangkan pola pembudayaan kompetensi kejuruan di SMK berbasis Tri Hita Karana. Secara akademik penelitian ini memiliki tiga manfaat besar yaitu: (1) bagi mahasiswa Pendidikan Teknologi Kejuruan (PTK) dan masyarakat dunia pendidikan kejuruan Indonesia khususnya dan dunia pada umumnya, penelitian ini bermanfaat sebagai bahan kajian model pendidikan kejuruan berbasis keunggulan lokal diera otonomi; (2) bagi pengembang pendidikan kejuruan di daerah Bali sesuai pendapat Herschbach (2009) dapat menggunakan hasil penelitian sebagai bahan pembuatan kebijakan pembangunan pendidikan kejuruan sebagai pendidikan untuk dunia kerja bermutu, berdaya saing, dan relevan dengan kebutuhan daerah; (3) bagi masyarakat kejuruan di Bali dalam hal ini pimpinan SMK, guru kejuruan, pengawas pendidikan kejuruan, dunia usaha dan industri, orang tua/wali siswa, siswa SMK dapat menggunakan hasil penelitian untuk perencanaan dan pengembangan visi, misi, tujuan, sasaran, kurikulum, organisasi, dan budaya belajar di SMK. Hasil penelitian dapat memberi inspirasi pengembangan proses belajar mengajar, manajemen, dan kepemimpinan di SMK. C. Urgensi (keutamaan) Penelitian Menurut Rojewski (2009) pengembangan pendidikan teknologi dan kejuruan memerlukan kerangka konseptual (conceptual framework) yang jelas dalam memenuhi tujuan secara efektif dan bermakna. Kerangka koseptual pola pembudayaan kompetensi kejuruan di SMK di masing-masing daerah berbeda satu sama lain karena setiap wilayah di Indonesia memiliki karakteristik sosio-kultural yang unik, potensi wilayah yang berbeda, keunggulan lokal yang berbeda, kebijakan politik dan ekonomi yang berbeda pula. Pola pembudayaan kompetensi kejuruan di SMK akan efektif dan efisien jika sesuai dengan: (1) kebutuhan pembangunan sumber daya manusia pendidikan kejuruan di daerah (Herschbach, 2009); (2) potensi wilayah; (3) berwawasan keunggulan lokal; (4) berwawasan masa depan; (5) berwawasan mutu; (6) berwawasan nilai tambah; (7) Proposal Penelitian Disertasi Doktor #Putu Sudira-PPS UNY#
Page 3
profesional; dan (8) merepleksikan keyakinan dan pandangan dari pemilih/pengguna. Pembudayaan kompetensi kejuruan di SMK di Bali memerlukan pola tersendiri yang komprehensif dan sesuai dengan karakteristik sosial budaya dan struktur masyarakat Bali dengan ideologi Tri Hita Karana yang religius. Pola pembudayaan kompetensi kejuruan berbasis ideologi Tri Hita Karana sebagai budaya lokal Bali sangat urgen dan strategis dikaji untuk menemukan pola baru jawaban atas permasalahan dan hambatan sosiokultural dan struktural yang dihadapi pendidikan menengah kejuruan di Indonesia yang berubah dari sentralistik ke desentralistik. Restrukturisasi dan rekulturisasi pola pembudayaan kompetensi kejuruan untuk mendidik seseorang tidak hanya sekedar sebagai pekerja (Hollander & Mar, 2009), melainkan sebuah pendidikan dengan pendekatan holistik yang digali dari masyarakat Bali untuk mengembangkan skil bekerja yang sesuai dengan nilai-nilai dan kebutuhan pembangunan sumberdaya manusia Bali, potensi wilayah Bali, menginternalisasikan nilainilai Tri Hita Karana kedalam inovasi dan pengembangan kualitas dan relevansi pendidikan di SMK sangat urgen dikaji dan diteliti. Studi etnografi tentang konsepsi masyarakat Bali terhadap SMK sebagai pusat pembudayaan kompetensi akan menggali dan menemukan pola pembudayaan kompetensi berbasis Tri Hita Karana. Pola pembudayaan kompetensi yang diharapkan adalah pola yang mampu menginterlanisasikan keunggulan lokal Bali, potensi wilayah Bali diantara kebutuhan nasional, dan tantangan global. Keunggulan lokal Bali dan potensi wilayah Bali tetap sebagai basis pengembangan pola pembudayaan kompetensi kejuruan SMK di Bali. Pola pembudayaan kompetensi kejuruan berbasis ideologi Tri Hita Karana diharapkan mampu mendudukkan arti penting pendidikan kejuruan, fungsi pendidikan kejuruan, tujuan pendidikan, manfaat pendidikan kejuruan, karakteristik pendidikan kejuruan, prinsip-prinsip pendidikan kejuruan, dan landasan pendidikan kejuruan kedalam konsepsi pembangunan pendidikan menengah kejuruan di SMK. Pola pembudayaan kompetensi kejuruan di SMK lahir dan tumbuh dari budaya masyarakat Bali dan menjadi bagian yang utuh dari keseluruhan budaya masyarakat Bali. Secara pragmatis pendidikan kejuruan di abad 21 dituntut membangun manusia yang memiliki kecerdasan belajar, kecerdasan ekonomi, kecerdasan sosial, kecerdasan budaya, kecerdasan teknologi, dan juga kecerdasan politik (Cheng, 2005). Pendidikan kejuruan Proposal Penelitian Disertasi Doktor #Putu Sudira-PPS UNY#
Page 4
akan berhasil jika mampu menumbuhkembangkan eksistensi manusia pendidikan kejuruan yang memasyarakat, berbudaya kompetensi dalam tatanan kehidupan berdimensi lokal, nasional, regional, dan global. Sebagai produk masyarakat, pendidikan kejuruan tidak bisa dipisahkan dari masyarakat dimana pendidikan kejuruan dikembangkan. Pendidikan kejuruan tumbuh dari masyarakat, berkembang bersama budaya masyarakat setempat, memperhatikan keunggulan lokal, potensi wilayah, dukungan masyarakat, partisipasi dan kerjasama masyarakat, ada konsensus yang kuat diantara masyarakat dengan lembaga pendidikan kejuruan. Visi pendidikan kejuruan seharusnya kongruen dengan visi masyarakat dimana pendidikan kejuruan dikembangkan (Tilaar, 1999). Konsep-konsep baru dan membumi tentang penyelenggaraan pendidikan menengah kejuruan yang digali secara empirik dari ideologi Tri Hita Karana dengan metoda induktif kemudian direkonstruksi dan dimaknai sebagai teori sangat urgen dilaksanakan. Kajian penelitian ini akan sangat besar manfaatnya bagi pengembangan ilmu dan pendidikan kejuruan di Indonesia. Secara praktis temuan penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai bahan rujukan pengambilan kebijakan pengembangan pendidikan menengah kejuruan di Provinsi Bali yang holistik dan humanis sesuai dengan prinsip-prinsip penyelenggaraan pendidikan kejuruan. Penelitian ini urgen dilaksanakan karena beberapa alasan yaitu: 1. Pemerintah Indonesia secara yuridis melalui UU nomor 33 tahun 2004 telah menetapkan penyelenggaraan pendidikan kejuruan secara desentralistik. Implikasi dari desentralisasi pendidikan adalah tuntutan penguatan kemandirian dalam peningkatan mutu, relevansi, daya saing, dan efesiensi dengan memperhatikan potensi wilayah, kekuatan budaya lokal untuk memenuhi kebutuhan pembangunan daerah. 2. Pembudayaan kompetensi kejuruan pada SMK di Bali memerlukan pola tersendiri karena Bali memiliki keunikan sosiokultural. 3. Ideologi Tri Hita Karana sampai saat ini baru dikembangkan dalam ranah pertanian (subak), arsitektur, pengembangan kawasan perumahan, banjar, desa pekraman. Ideologi Tri Hita Karana belum dikembangkan secara serius dalam ranah pendidikan khususnya ranah pendidikan kejuruan. Padahal semua masyarakat mengakui bahwa pendidikan adalah ranah utama dalam pembangunan manusia.
Proposal Penelitian Disertasi Doktor #Putu Sudira-PPS UNY#
Page 5
STUDI PUSTAKA A. Pembudayaan Kompetensi Kejuruan Kompetensi merupakan kemampuan seseorang yang terobservasi mencakup pengetahuan, keterampilan dan sikap dalam menyelesaikan suatu pekerjaan atau tugas sesuai dengan standar unjuk kerja yang ditetapkan. Kompetensi kejuruan berkaitan dengan kemampuan seseorang dalam mengerjakan suatu tugas atau pekerjaan, mengorganisasikan pekerjaan sehingga dapat dilaksanakan, apa yang harus dilakukan bilamana terjadi sesuatu yang berbeda dengan rencana semula, dan bagaimana menggunakan kemampuan yang dimilikinya untuk memecahkan masalah atau melaksanakan tugas dengan kondisi yang berbeda (SKN, 2003; UNEVOC). Pembudayaan dalam kaitannya dengan organisasi dan IPTEKS menurut Djohar (1999) adalah wawasan, sikap, cara berpikir, cara kerja, tingkat kepuasan, cara hidup, tata nilai. Menjadi membudaya menurut Kleden dikutip Djohar (1999) jika semua dimensi pola pikir, tata nilai, perilaku telah terintegrasi, menjadi milik seseorang baik dalam konteks diri sendiri maupun tata kehidupan sosial. Menurut Edward B.Tylor dikutip oleh Tilaar (2002), budaya atau peradaban adalah suatu keseluruhan yang kompleks dari pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, adat-istiadat, serta kemampuan-kemampuan dan kebiasaan lainnya yang diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat. Kebudayaan dapat berbentuk fisik, kelakuan-kelakuan yang terarah seperti hukum, adat istiadat sebagai realitas obyektif dapat dilihat. Semua objek dan kejadian yang terjadi di alam ini adalah kebudayaan (Djohar, 1999:106). Selain seni, simbol kebudayaan yang mudah ditangkap adalah tata nilai hidup bermasyarakat dalam tingkatan lokal, nasional, regional,dan global (Coessens & Bendegem, 2008; Zajda, Biraimah, Gaudelli, 2008) Pembudayaan kompetensi kejuruan dapat diartikan sebagai proses pengintegrasian secara sistemik pola pikir, kepercayaan, tata nilai, moral, sikap, cara kerja, tingkat kepuasan, cara hidup yang diterima oleh lembaga dan masyarakat pendidikan kejuruan dalam melakukan atau melaksanakan pekerjaan yang dilandasi oleh pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja dalam mewujudkan visi dan misi masyarakat bahagia sejahtera (hita). Pembudayaan kompetensi kejuruan berkaitan dengan pengintegrasian pola pikir, tata nilai, sikap, cara kerja, tingkat kepuasan dalam mengerjakan suatu tugas atau pekerjaan, bagaimana
mengorganisasikan pekerjaan sehingga dapat dilaksanakan, apa
Proposal Penelitian Disertasi Doktor #Putu Sudira-PPS UNY#
Page 6
yang harus dilakukan bilamana terjadi sesuatu yang berbeda dengan rencana semula, dan bagaimana menggunakan kemampuan yang dimilikinya untuk memecahkan masalah atau melaksanakan tugas dengan kondisi yang berbeda. Hasil penelitian Zajda, Biraimah,& Gaudelli (2008) menunjukkan bahwa modal budaya (cultural capital) sangat berkaitan dengan prestasi pendidikan peserta didik. B. Sekolah Menengah Kejuruan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan salah satu bentuk pendidikan menengah kejuruan (pasal 18 ayat 3 UU nomor 20 Tahun 2003). SMK merupakan peleburan dari Sekolah Teknologi Menengah (STM), Sekolah Ekonomi Menengah Atas (SMEA), Sekolah Menengah Kesejahteraan Keluarga (SMKK), Sekolah Menengah Teknologi Kerumahtanggaan (SMTK), Sekolah Menengah Teknologi Pertanian (SMTP), Sekolah Menengah Seni Rupa (SMSR), Sekolah Menengah Musik (SMM), Sekolah Menengah Kerawitan Indonesia (SMKI), dan Sekolah Kerajinan Menengah Atas (SKMA) (Dedi Supriadi, 2002: 332). Dalam dokumen spektrum keahlian pendidikan menengah kejuruan tahun 2008 SMK memungkinkan mengembangkan enam bidang studi keahlian yaitu: (1) Teknologi dan Rekayasa; (2) Teknologi Informasi dan Komunikasi; (3) Kesehatan; (4) Seni, Kerajinan, dan Pariwisata; (5) Agribisnis dan Argoteknologi; (6) Bisnis dan Majanemen. Masing-masing bidang studi keahlian memiliki sejumlah program studi keahlian dan kompetensi keahlian. Provinsi Bali sampai dengan tahun 2009 telah menyelenggarakan 89 Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dengan perimbangan 31 SMK negeri dan 58 SMK swasta. SMK tersebut tersebar di 9 kabupaten/kota, yaitu 12 SMK di Kabupaten Badung, 10 SMK di Kabupaten Tabanan, 18 SMK di Kota Madya Denpasar, 5 SMK di Kabupaten Karangasem, 8 SMK di Kabupaten Bangli, 3 SMK di Kabupaten Klungkung, 16 SMK di Kabupaten Gianyar, 7 SMK di Kabupaten Jembrana, dan 10 SMK di Kabupaten Buleleng. Jumlah siswa yang menempuh pendidikan SMK di Provinsi Bali lebih kurang 33.000 orang (data pokok direktorat PSMK). Pemerintah Daerah Provinsi Bali terus mengembangkan SMK sejalan dengan pendapat Gill, Dar, & Fluitman (2000:1) untuk pengentasan masalah-masalah: (1) pengangguran bagi pemuda dan bagaimana memperoleh pekerjaan bagi kaum tua; (2) penarikan investasi luar negeri khususnya di bidang pertanian dan pariwisata; (3) Proposal Penelitian Disertasi Doktor #Putu Sudira-PPS UNY#
Page 7
penjaminan peningkatan penghasilan dan pekerjaan; (4) pengurangan kesenjangan penghasilan antara kelompok kaya dan kaum miskin; dan (5) perluasan akses pendidikan. Untuk itu, penyelenggaraan pendidikan SMK di Provinsi Bali memerlukan penataan bidang atau program studi keahlian sesuai dengan Keputusan Direktur Jenderal Manajemen Pendidikan
Dasar
dan
Menengah
Departemen
Pendidikan
Nasional
Nomor
251/C/Kep/Mn/2008 tentang Spektrum Keahlian Pendidikan Menengah Kejuruan sebagai acuan dalam pembukaan dan penyelenggaraan bidang studi/program studi/kompetensi keahlian pada SMK. SMK di Provinsi Bali juga harus melakukan penataan sistem penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan dan peningkatan peran SMK sebagai Pusat Pendidikan dan Pelatihan Keterampilan Terpadu (PPPKT). C. Ideologi Tri Hita Karana dan Pendidikan Kejuruan Ideologi Tri Hita Karana adalah sistesa pemikiran yang dicetuskan oleh Dr. I Wayan Mertha Suteja pada tanggal 11 Nopember 1966 dalam Konferensi Daerah I Badan Perjuangan Umat Hindu Bali di Perguruan Dwijendra Denpasar Bali. Kemudian ideologi Tri Hita Karana dipopulerkan oleh I Gusti Ketut Kaler dan I Made Djapa BA (Titib, 2003). Pendalaman konsep Tri Hita Karana juga diungkap oleh Agastia dalam Majalah Warta Hindu Dharma No. 491 Tahun 2007. Menurut I Gusti Ketut Kaler dikutip oleh Agastia (2007) Tri Hita Karana adalah tiga buah unsur yang merupakan sumber sebab timbulnya kebaikan. Dalam Widhi Tatwa (filsafat ke-Tuhan-an) tersurat bahwa zat dari Tuhan (Hyang Widhi) meresap (wyapi) memasuki segenap alam semesta/makrokosmos (bhuwana agung), termasuk meresap juga kedalam mikrokosmos (bhuwana alit) yaitu diri manusia. Kedua bhuwana ini yaitu alam semesta (bhuwana agung) dan diri manusia (bhuwana alit) masing-masing memiliki badan wadag (sarira). Manunggalnya zat resapan Tuhan dengan badan wadag kedua bhuwana itu menimbulkan unsur baru yang disebut dengan prana (daya atau kekuatan) berupa kemampuan bergerak (bayu), kemampuan berbicara (sabda), kemampuan berpikir (idep). Ketiga unsur ini yaitu: (1) Zat Tuhan; (2) prana (daya/kekuatan); dan (3) sarira (badan wadag) disebut sebagai Tri Hita Karana. Secara leksikal Tri Hita Karana berarti tiga penyebab kesejahteraan dan kebahagiaan. Tri artinya tiga; Hita artinya hidup, sejahtera, bahagia, lestari, makmur; Karana artinya penyebab. Jadi Tri Hita Karana mengandung pengertian tiga penyebab kesejahteraan dan kebahagiaan. Ideologi Tri Hita Karana mengajarkan bahwa
Proposal Penelitian Disertasi Doktor #Putu Sudira-PPS UNY#
Page 8
kesejahteraan atau kebahagiaan bersumber atau disebabkan oleh adanya tiga unsur utama yaitu: (1) jiwa/atma ; (2) daya/kekuatan/prana; dan (3) fisik/badan wadag/angga Kebahagiaan atau kesejahteraan (hita) dapat terwujud jika ada tiga penyebab (tri karana) yaitu jiwa, tenaga, dan fisik. Hilangnya salah satu dari ketiga penyebab kebahagiaan ini akan menghilangkan kebahagiaan itu sendiri. Pengejawantahan Tri Hita Karana dalam bhuwana alit atau diri manusia adalah: (1) atman atau zat Hyang Widhi Wasa yang meresap dalam diri manusia merupakan jiwa yang menyebabkan manusia hidup; (2) prana atau tenaga adalah kekuatan dalam bentuk sabdabayu-idep sebagai daya yang timbul karena menyatunya Atma dengan sarira atau badan wadag; (3) sarira atau badan wadag manusia terbentuk dari lima unsur yang disebut dengan panca mahabhuta. Pengejawantahan Tri Hita Karana dalam makrokosmos (bhuwana agung) atau alam raya adalah: (1) paramatma atau zat Hyang Widhi Wasa yang meresap pada alam semesta selaku kesatuan, dimana paramatma merupakan jiwa alam raya; (2) prana atau tenaga adalah kekuatan yang memutar planit, laut, angin, listrik, magnit, nuklir dan sebagainya adalah tenaganya; (3) keseluruhan alam selaku totalitas, merupakan
badan wadag. Jadi
Atma/Paramatma, Prana, dan Sarira/Panca Mahabhuta yang manunggal dalam bhuwana alit dan bhuwana agung merupakan unsur mutlak untuk mendapatkan kebahagiaan, sehingga dinamakan Tri Hita Karana. Ideologi Tri Hita Karana menegaskan bahwa siapapun yang hidup sebagai manusia memiliki modal dasar kebahagiaan dan kesejahterteraan yang sama. Dalam kaitannya dengan pengembangan kompetensi kejuruan untuk mewujudkan kesejahteraan dan kebahagiaanan seseorang harus menghayati modal Tri Hita Karana dan mengamalkan Tri Hita Karana. Manusia pendidikan kejuruan memerlukan fisik atau badan sebagai angga yang sehat dan bugar. Kompetensi kejuruan dikembangkan dengan melatih alat gerak (tangan, kaki, mulut), alat indria (telinga, mata, lidah, hidung, kulit), kemampuan berbicara (sabda), kemampuan bergerak (bayu), dan kemampuan berpikir (idep). Sebagai contoh pengembangan kompetensi menyolder memerlukan pelatihan keterampilan tangan dan pencermatan mata. Keterampilan menyolder bisa tumbuh dengan baik jika unsur prana yaitu sabda, bayu, dan idep berkembang dengan baik. Agar menjadi manusia terampil dan bernilai seseorang perlu juga mengembangkan kemampuan dan kapasitas berkomunikasi
Proposal Penelitian Disertasi Doktor #Putu Sudira-PPS UNY#
Page 9
(sabda), kemampuan dan kapasitas tenaga (bayu), dan kemampuan dan kapasitas berpikir (idep). Selanjutnya Agastia (2007) menyatakan bahwa konsep Tri Hita Karana terintegrasi dengan kosep “Cucupu Manik” atau konsep “isi dan wadah”. Bhuwana alit adalah isi sedangkan bhuwana agung adalah wadahnya. Sebagai contoh ikan adalah isi dan air adalah wadahnya, belut adalah isi dan lumpur adalah wadahnya. Contoh lain adalah antara janin sebagai “manik” dengan rahim ibu sebagai “cucupu” yang harmonis tiada tara sebagai pertalian antara isi dengan wadahnya. Sehingga kebudayaan Bali menyatakan kedua materi ini sebagai bhuwana alit (manik) dan bhuwana agung (cucupu). Lebih lanjut Agastia (2007) menyatakan manusia sebagai mahluk berpikir dan berbudaya mengembangkan wadah bagi dirinya. Manusia membuat rumah, banjar, desa adat, bahkan Negara selaku wadah bersama baginya. Harapannya adalah agar wadah buatannya ini memberikan rasa bahagia serta mempunyai pertalian serasi dengan manusia selaku isinya. Maka demi kebahagiaan ini dikonsepsikanlah rumah dan desa sebagai wadah buatan. Kebahagiaan (hita) bersumber dari keharmonisan hubungan antara: (1) manusia dengan Tuhan; (2) manusia dengan sesamanya; (3) manusia dengan alam lingkungannya. Harmonis berarti melakukan hal-hal yang mengandung kebaikan, kesucian yang dimulai dari pikiran, terucap dalam perkataan dan terlihat dalam tindakan/perbuatan (Raka Santeri, Kompas: 5 Desember 2007). Keharmonisan pikiran, perkataan, dan perbuatan menurut Gede Prama adalah keindahan hidup (Bali Pos, 3 Oktober 2008). Tri Hita Karana dalam unsur bhuwana agung maupun bhuwana alit yang terdiri atas jiwa, prana, dan sarira yang dalam wadah buatan dieralisasikan dalam tiga “Pa” yaitu: Parhyangan, Pawongan, dan Palemahan. Ketiga unsur tersebut adalah sesuatu yang sistemik, memiliki keterkaitan satu sama lain dalam sebuah kemanunggalan untuk mencapai kebahagiaan. Jika demikian sekolah adalah wadah yang termasuk dalam bagian dari Tri Hita Karana. Antara bhuwana agung dan bhuwana alit memiliki unsur yang sama yaitu Tri Hita Karana. Kemudian konsepsi tiga sumber kehidupan atau Tri Hita Karana melandasi terwujudnya susunan makrokosmos dan mikrokosmos. Tri Hita Karana dalam susunan atau unsur kosmos digambarkan dalam gambar 1.
Proposal Penelitian Disertasi Doktor #Putu Sudira-PPS UNY#
Page 10
TRI HITA KARANA DALAM SUSUNAN KOSMOS Susunan/Unsur
JIWA/ATMA
PRANA/TENAGA
SARIRA/FISIK
Alam Semesta (Makrokosmos)
Tuhan YME (Paramatman)
Matahari & Bulan
Bumi dengan segala isinya
Manusia (Mikrokosmos)
Jiwa (Atman)
Sabda, Bayu, Idep
Badan
Rumah
Parhyangan Sanggah Pemerajan
Pawongan (warga rumah)
Palemahan (pekarangan rumah)
Banjar
Parhyangan Pura Bale Banjar
Pawongan (warga banjar)
Palemahan (wilayah banjar)
Desa(Kelurahan)
Parhyangan Pura Bale Agung, Puseh, Dalem
Pawongan (warga desa pekraman)
Palemahan (wilayah desa)
Kabupaten/Kota
Parhyangan Pura Jagatnatha
Pawongan (warga Kabupaten)
Palemahan (wilayah kabupaten)
Sekolah
Parhyangan Pura Sekkolah
Pawongan (warga sekolah)
Palemahan (pekarangan sekolah)
Gambar 1. Tri Hita Karana dalam susunan kosmos D. Studi Etnografi Studi etnografi tentang konsepsi masyarakat Bali terhadap SMK sebagai pusat pembudayaan kompetensi termasuk jenis penelitian kualitatif. Penelitian etnografi mempelajari peristiwa kultural, menyajikan pandangan hidup subjek studi, merupakan model penelitian ilmu-ilmu sosial yang menggunakan landasan filsafat phenomenologi (Kabuto, 2008; O’Reilly, 2005).
Penelitian etnografi mendeskripsikan tentang cara
berfikir, cara hidup, cara berperilaku sebagai “social settings study” (Denzin, 2000: 457). Penelitian ethnografi merupakan studi terhadap kelompok budaya yang utuh dan alami selama jangka waktu tertentu (Fraenkel & Wallen, 1991; Creese, Bhatt, Bhojani, Peter Martin, 2008; Agar, 1996; Street, 1995). Proses penelitian bersifat fleksibel dan kontekstual berkembang sebagai respon terhadap realitas hidup yang ditemui di lapangan (Grant & Fine, 1992; Spradley, 1979; Creswell, 1994). Dalam perspektif ontologis nature of the phenomena atau entitas atau kenyataan sosial menjadi sangat penting artinya dalam melakukan proses penelitian etnografi. Dalam pandangan Creswell (1994) peneliti kualitatif utamanya sangat konsern terhadap proses dibandingkan outcomes atau produk.
Proposal Penelitian Disertasi Doktor #Putu Sudira-PPS UNY#
Page 11
Penelitian etnografi secara sistematis melakukan deskripsi, analisis, dan intepretasi dengan menghayati interaksi dan persepsi masyarakat yang diteliti bukan persepsi atau angan-angan peneliti (Munhal, 2001; Creswell, 1994). Perilaku dan praktik sosial budaya dalam segala bentuk interaksi, komunikasi, aturan, moralitas, sistem keyakinan dideskripsikan sebagaimana adanya dalam kehidupan keseharian. Penelitian etnografi memahami bagaimana masyarakat memandang, menjelaskan dan menggambarkan tata kehidupan mereka sehari-hari (Mason, 2006; Dobbert, 1982; Sanjek, 1990; Beach & Dovemark, 2005; Atkinson, 1990). Penelitian etnografi fokus pada masyarakat, memilih informan yang diketahui memiliki pandangan yang luas dan mendalam terhadap aktivitas masyarakat yang diteliti. Menekankan pada makna bagaimana masyarakat make sense kehidupannya, pengalaman, dan struktur dunianya sendiri (Creswell, 1994:145). Dimulai dengan memilih sebuah budaya, melakukan tinjauan pustaka yang menyangkut budaya, dan mengidentifikasi variabel-variabel yang menarik (Dobbert,1982). Pengidentifikasian dan pemilihan informan yang tepat akan memperkuat akses sumber data yang relevan dengan pertanyaan penelitian (Mason, 2006:120). Goetz dan Le Compte (1984) dalam bukunya Ethnography and Qualitative Design, menekankan pembentukan teori berdasarkan data empirik atau teori yang dikonstruksi di lapangan. Menetapkan sampel atas dasar prinsip pragmatik atau purposif menurut istilah Guba. Tujuan dari penelitian etnografi untuk menghasilkan penelitian yang memiliki komparabilitas (dapat diperbandingkan) dan transabilitas (dapat diterjemahkan) pada kasus-kasus hasil penelitian lainnya. Berusaha memasuki kawasan tak dikenal tanpa membuat generalisasi berdasarkan pengalaman sendiri dan mempelajari phenomena sebagaimana kejadian wajarnya. Menekankan peran timbal balik antara sejumlah variabel yang berada dalam situasi wajar dan dalam konteks yang tidak dimanipulasikan. Penelitian etnografi konsepsi masyarakat Bali terhadap SMK sebagai pusat pembudayaan kompetensi mengkaji dan menyajikan pengalaman-pengalaman terbaik (best practice) tentang interaksi, relasi, dan situasi sosial budaya, praktek sosial budaya, organisasi adat, organisasi sekolah, pendidikan nilai di keluarga dan di masyarakat, dan pendidikan di sekolah. Fokus penelitian terkait dengan fenomena mereka dalam berpikir dan bertindak terhadap SMK sebagai pusat pembudayaan kompetensi. Studi ini berupaya
Proposal Penelitian Disertasi Doktor #Putu Sudira-PPS UNY#
Page 12
memahami peristiwa kultural bagaimana masyarakat Bali sebagai subjek pendidikan memahami, mengintepretasikan, mengembangkan ide-ide, dan mengkonstruksi
pola
pembudayaan kompetensi di SMK menuju SMK sebagai PPPKT berbasis ideologi Tri Hita Karana. Studi ini mengharapkan adanya temuan konsep-konsep internalisasi konteks sosial budaya masyarakat Bali ke dalam sistem persekolahan SMK yang bermutu dan relevan dengan kebutuhan masyarakat Bali. Penelitian ini terkait dengan antropologi pendidikan yang mempelajari peristiwa kultural/budaya Bali dengan latar belakang ideologi Tri Hita Karana menggunakan landasan filsafat phenomenologi (Noeng Muhadjir, 2000:129). Penelitan ini menuntut pendekatan holistik, mengamati subjek penelitian dalam konteks, dalam keseluruhan, tidak diparsialkan, tidak dieliminasi dari integritasnya. Peneliti tertarik dengan proses dan makna sehingga secara fisik pergi ke lapangan mengobservasi dan melakukan interview terhadap orang-orang dalam seting yang alamiah (Creswell, 1994: 145). Dalam pandangan Spradley (1979: 3) penelitian etnografi adalah
study from people. Penelitian ini menuntut
menyatunya subjek penelitian dengan obyek penelitian serta subjek pendukungnya. Sehingga keterlibatan langsung dikancah dan menghayati berprosesnya subjek penelitian, subjek pendukung penelitian dan objek penelitian menjadi syarat utama. Penelitian etnografi tentang konsepsi masyarakat Bali terhadap SMK sebagai pusat pembudayaan kompetensi konseptualisasinya mengarah ke empat dimensi yaitu induktif, generatif, konstruktif, dan subjektif (Noeng Muhadjir, 2000:130). Konsepsi induktif berharap menemukan teori dari data, mengumpulkan dan menganalisis data untuk mengembangkan teori. Generatif mengarah ke penemuan konstruksi dan proposisi dengan menggunakan data sebagai evidensi. Konstruktif mengarah kepada penemuan konstruksi atau kategori lewat analisis dan proses mengabstraksi. Subjektif artinya rekonstruksi penafsiran dan pemaknaan hasil penelitian didasarkan kepada konseptualisasi masyarakat Bali dalam memahami, mengintepretasikan, menjelaskan dan menggambarkan pola pembudayaan kompetensi di SMK menuju SMK sebagai PPPKT berbasis ideologi Tri Hita Karana. Studi etnografi menurut Goetz dan La Compte (1984) menekankan pembentukan teori berdasarkan data empirik, teori dikonstruksi di lapangan (grounded theory). Studi ini merupakan deskripsi tentang cara masyarakat Bali berfikir, berperilaku, hidup, dan bagaimana persepsi mereka terhadap SMK sebagai pusat pembudayaan
Proposal Penelitian Disertasi Doktor #Putu Sudira-PPS UNY#
Page 13
kompetensi berlandaskan ideologi Tri Hita Karana. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif etnografi dengan desain comprehension of the meaning of the action and text (Creswell, 1994:146) yang aslinya banyak digunakan dalam sosiologi, psikologi, dan pendidikan. Desain penelitian comprehension of the meaning of the action and text diarahkan kepada pengkajian secara menyeluruh dan mendalam tentang makna dari kegiatan sosial budaya masyarakat Bali termasuk dalam kaitannya dengan internalisasi konteks budaya masyarakat Bali dengan ideologi Tri Hita Karana sebagai eksternalitas ke dalam sistem persekolahan SMK secara wajar tanpa manipulasi. E. Masyarakat Bali Masyarakat Bali adalah masyarakat dengan budaya unik kombinasi dari spiritualitas, agama, tradisi adat, dan seni. Masyarakat Bali memiliki budaya “creativogenic”. Budaya “creativogenic” adalah budaya yang menunjang, memupuk, dan memberi ruang kreativitas (Utami Munandar, 2004). Masyarakat Bali kaya dengan sarana kebudayaan, tersedia di masyarakat, terbuka, memiliki makna yang dalam karena terkait dengan spiritual, memberi ruang interaksi antar pribadi, memberi ruang insentif dan penghargaan. Bali memiliki kebudayaan “creativogenic” dengan sejumlah sarana kebudayaan yang tersebar dan mengakar kuat di setiap banjar dan desa-desa pekraman. Masyarakat Bali terbuka terhadap rangsangan budaya luar seperti budaya Cina, budaya India, budaya Jawa, budaya Eropa yang telah memberi pengaruh kuat khususnya pada seni ukir, arsitektur, seni tari, kerawitan, sastra, seni lukis, seni patung, dan sebagainya. Dengan demikian sangat memungkinkan kebudayaan Bali dapat melandasi pengembangan kualitas pendidikan kejuruan di Indonesia. Studi etnografi terhadap masyarakat Bali tentang cara berfikir, berpendapat, dan bertindak berdasarkan nilai-nilai yang dimiliki dalam kaitannya dengan pengembangan pendidikan kejuruan sangat penting dan mendesak dilakukannya. Aktivitas studi ditujukan untuk memahami pandangan dan pedoman hidup masyarakat Bali serta cara-cara merealisasikan visi berfikirnya dalam kaitannya dengan pendidikan kejuruan (Spradley, 1979:3). Studi etnografi konsepsi masyarakat Bali terhadap pengembangan pendidikan menengah kejuruan sangat penting untuk pengembangan pendidikan kejuruan di era otonomi yang memanfaatkan potensi wilayah dan keunggulan lokal.
Proposal Penelitian Disertasi Doktor #Putu Sudira-PPS UNY#
Page 14
METODA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Bali di empat kabupaten/kota madya, yaitu Kabupaten Buleleng, Kabupaten Gianyar, Kabupaten Badung, dan Kota Madya Denpasar. Pemilihan lokasi di tiga kabupaten dan satu kota madya secara purposif
dipandang mewakili
kebutuhan pengembangan bidang studi keahlian di SMK dan memiliki ragam pola budaya Tri Hita Karana . Penelitian dilakukan di beberapa keluarga, desa pekraman dan di SMKSMK kelompok bidang studi keahlian teknologi dan rekayasa, bidang studi keahlian teknologi informasi dan komunikasi, bidang studi keahlian seni, kerajinan, dan pariwisata, dan bidang studi keahlian bisnis dan manajemen. Penetapan keluarga, desa pekraman, dan SMK dilakukan setelah pendataan melalui survei lapangan. Penelitan ini dilaksanakan mulai bulan April tahun 2010. B. Subjek dan Objek Penelitian Subjek dan objek penelitian adalah sumber-sumber data-data penelitian. Menurut Mason (2006) sumber data penelitian kualitatif yaitu orang-orang baik individu atau kelompok, organisasi, institusi, teks terpublikasi atau tidak terpublikasi, seting lingkungan, seting budaya, objek materi, artefak, produk media, peristiwa atau kejadian. terminologi penelitian kualitatif Spradley (1979: 30)
Dalam
lebih menyarankan penggunaan
istilah informan penelitian dari pada subjek penelitian untuk sumber-sumber data dari orang. Karena informan penelitian ditempatkan dalam posisi aktif mengetahui budaya yang akan diteliti, memiliki dan mampu mendefinisikan konsep, sebagai kunci utama data penelitian (Tanggaard, 2009; Ajodhia & Berman, 2009; Cho & Trent, 2009). Subjek penelitian ini melibatkan informan berasal dari kepala sekolah 4 orang, guru 4 orang, orang tua siswa 3 orang, ketua komite sekolah 4 orang, kepala dinas pendidikan provinsi Bali 1 orang, kepala dinas pendidikan kabupaten/kota madya 4 orang, kelian adat 3 orang, budayawan 5 orang, seniman/sangging 3 orang, pengusaha 1 orang, dipilih secara purposif dengan teknik snowball. Subjek dipilih bukan menimbang proporsi yang representatif, melainkan secara pragmatis menimbang bahwa subjek tersebut akan menyumbang pengembangan teori pola pembudayaan kompetensi di SMK berbasis ideologi Tri Hita Karana. Informan yang bagus adalah orang-orang yang memahami dengan baik tentang
Proposal Penelitian Disertasi Doktor #Putu Sudira-PPS UNY#
Page 15
budaya Bali dalam kaitannya dengan Tri Hita Karana, mudah diakses, dan memiliki waktu yang cukup. Sebagai objek dalam penelitian antara lain program kerja sekolah, dokumen tata ruang pembangunan SMK Provinsi Bali, seting rumah adat bali, seting keluarga bali, seting banjar, seting desa pekraman, tata ruang dan pemanfaatan lahan rumah adat, tata ruang dan pemanfaatan lahan desa pekraman, tata ruang dan pemanfaatan ruang SMK, event upacara adat dan budaya, organisasi banjar dan desa pekraman, artefak dalam rumah adat bali dan desa pekraman. C. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data Teknik pembangkitan data untuk mendukung penemuan konsep pola pembudayaan kompetensi berbasis ideologi Tri Hita Karana studi etnografi tentang konsepsi masyarakat bali terhadap SMK sebagai pusat pembudayaan kompetensi menggunakan pendekatan induksi analitik yakni bertolak dari problem atau pertanyaan penelitian. Teknik pembangkitan data dikembangkan melalui analisis sumber-sumber data dari masingmasing pertanyaan penelitian menggunakan chart dari Mason (2006). Berdasarkan analisis dengan chart Mason diperoleh empat teknik pembangkitan data yaitu: (1) interview kualitatif; (2) observasi partisipatif; (3) analisis dokumen; dan (4) analisis situs. Interview kualitatif dilakukan terhadap sumber-sumber data dari orang-orang yang dipilih sebagai informan. Istilah interview kualitatif menurut Mason (2006) dimaksudkan merujuk kepada bentuk-bentuk interview yang mendalam (in-depth), semi terstruktur atau strukturnya agak longgar. Interview kualitatif melibatkan interaksi satu lawan satu (one-toone), interview kelompok besar atau focus groups melalui tatap muka (face-to-face), telepon, atau internet (Hall, Lashua, Coffey, 2009; Bryman & Cassell, 2006; Carlin, 2009; Briggs, 2007). Interview kualitatif sangat bermanfaat untuk menggali data kualitatif jika informan tidak dapat di observasi secara langsung (Creswell,1994). Kebanyakan penelitian kualitatif dilakukan dari perspektif bahwa pengetahuan itu situasional dan kontekstual. Dengan demikian pekerjaan interview harus memberi jaminan bahwa kontek yang relevan dijadikan fokus interview dalam memproduksi pengetahuan yang situasional dan kontekstual. Data dikonstruksi melalui interaksi dialogis diantara orang yang di-interview dengan interviewer selama proses interview berlangsung. Secara
Proposal Penelitian Disertasi Doktor #Putu Sudira-PPS UNY#
Page 16
ontologis interview dirancang dan dikembangkan berdasarkan pertanyaan penelitian yang berhubungan dengan pengetahuan, pandangan, pemahaman, intepretasi, pengalaman, dan interaksi penuh makna dari realitas sosialnya (Mason, 2006). Dalam posisi epistemologis cara pembangkitan data penuh makna dilakukan melalui percakapan interaktif, bertanya, mendengarkan,
meningkatkan
akses,
bersahabat
meningkatkan
artikulasi,
serta
menganalisis bahasa yang digunakan, dan mengkonstruksi discourse, bukan interogasi terhadap informan (Mason, 2006, Spradley, 1979). Menurut Spradley (1979), pada saat etnografer bertemu dengan informan untuk melakukan interview harus sudah memiliki tujuan yang jelas. Prosedur persiapan dan perencanaan interview dikembangkan menggunakan model Mason (2006) seperti gambar 2. Step 1 Big Research Questions
Step 2 Mini Research Questions
Step 3 Posible interview topics and questions
Step 4 Cross-reference
Step 5 and 6 Loose interview structure or format, including any standardized questions or sections
Step 7 Cross-reference
Gambar 2. Prosedur persiapan dan perencanaan interview model Mason Pertanyaan besar
penelitian ini adalah bagaimanakah konsepsi masyarakat Bali
terhadap SMK sebagai pusat pembudayaan kompetensi yang menyiapkan lulusan bekerja, melanjutkan, berwirausaha berpedoman pada nilai-nilai ideologi Tri Hita Karana dan bagaimanakah pola pembudayaan kompetensi berbasis
ideologi Tri Hita Karana
diterapkan di SMK ditetapkan pada step 1. Setelah diturunkan menjadi 4 pertanyaan penelitian pada step 2 kemudian pada step 3 dilakukan pengembangan kemungkinankemungkinan isu yang relevan dengan situasi interview untuk setiap pertanyaan penelitian. Apa sesungguhnya yang ingin diketahui dari masing-masing pertanyaan penelitian lalu dikembangkan menjadi topik-topik interview dan beberapa kemungkinan pertanyaan interview. Untuk mengetahui keselarasan topik-topik interview dan pertanyaan-pertanyaan interview terhadap keseluruhan pertanyaan penelitian perlu dilakukan pengecekan silang pada step 4. Ini dimaksudkan agar topik-topik interview dan pertanyaan-pertanyaan Proposal Penelitian Disertasi Doktor #Putu Sudira-PPS UNY#
Page 17
interview betul-betul dapat membantu menjawab pertanyaan penelitian. Langkah selanjutnya pada step 5 mengembangkan struktur atau format interview termasuk standarisasi pertanyaan atau bagian-bagian interview. Langkah terakhir pada step 7 melakukan pengecekan silang antara struktur atau format, pertanyaan-pertanyaan standar dengan topik-topik interview. Dalam melakukan interview Mason (2006: 74) menyarankan interview harus (1) masuk akal atau bermakna; (2) terkait dengan keadaan informan, pengalaman, berdasarkan apa yang siap untuk diketahui dari mereka; (3) peka terhadap informan, keinginan dan hakhaknya sesuai dengan etika dan praktek moral; (4)
mengalir sebagai percakapan penuh
tujuan; (5) fokus terhadap isu-isu dan topik-topik yang relevan dengan pertanyaan penelitian. Peneliti kualitatif secara praktis dituntut kemampuan skil dalam mendengarkan dan mengingat apa-apa yang dikatakan oleh informan, seimbang diantara berbicara dan mendengar, mengamati isyarat verbal dan non-verbal situasi sosial, dinamika visual dan spasial, serta mood
dari informan yang di interview, menangani catatan lapangan,
menggunakan alat kamera foto, perekam suara, alat perekam audio-visual. Observasi partisipatif digunakan untuk membangkitkan data penelitian dimana peneliti menyatukan (immersing) dirinya kedalam seting penelitian sehingga memperoleh pengalaman nyata dalam mengamati seting penelitian dalam dimensi yang lebih luas. Menurut Coffey (1999) dikutip oleh Mason (2006) observasi partisipatif adalah pengamatan yang mencakup social actions, behaviour, interactions, relationships, events, ruang atau tempat, pengalaman, dimensi lokal dan temporal. Dalam perspektif ontologis peneliti sebagai observer partisipatif melihat segala bentuk interaksi, aksi, perilaku, dan bagaimana masyarakat Bali mengintepretasikan pola pembudayaan kompetensi di SMK berbasis Ideologi Tri Hita Karana, berbuat bersama mereka sebagai titik sentral. Sedangkan dalam posisi epistemologis ditunjukkan bahwa pengetahuan atau bukti-bukti temuan dari dunianya masyarakat Bali dapat dihasilkan melalui mengamati atau berpartisipasi secara mendalam, ikut mengalami dalam kehidupan nyata mereka dalam situasi interaktif. Observasi partisipatif dilakukan di SMK, dalam areal perumahan, dan di desa pekraman, di dunia usaha-industri. Secara epistemologis menurut Mason (2006) pengetahuan penuh makna (meaningful) tidak dapat dihasilkan tanpa observasi sebab tidak semua pengetahuan articulable, recountable or constructable melalui
Proposal Penelitian Disertasi Doktor #Putu Sudira-PPS UNY#
Page 18
sebuah interview. Pemilihan metoda observasi partisipatif dimaksudkan agar memperoleh data penelitian yang mendalam, menyeluruh, roundedness, dari berbagai sudut pandang (multidimentionality) tidak sekedar analisis permukaan atau komparasi antara suka dan tidak. Metoda observasi partisipatif menuntut peneliti aktif dan refleksif dalam proses penelitian serta terus melakukan analisis terhadap catatan-catatan yang diperoleh di lapangan. Dalam observasi peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari di SMK, lingkungan keluarga siswa dan guru, lingkungan masyarakat adat siswa dan guru, lingkungan masyarakat dunia usaha dan industri. Di SMK, sambil melakukan pengamatan, peneliti ikut berpartisipasi dalam kegiatan di SMK untuk ikut merasakan seting sosial dan pendidikan yang terjadi. Dalam observasi partisipatif peneliti mengamati apa yang dikerjakan oleh siswa, guru, kepala sekolah, kepala dinas pendidikan dengan mendengarkan, mencatat, merekam apa yang mereka ucapkan, dan berpartisipasi dalam aktivitas mereka. Di rumah, di banjar, dan di desa yang dipilih peneliti mengamati apa yang dikerjakan oleh siswa, guru, kepala sekolah, orang tua siswa, keluarga siswa dengan mendengarkan, mencatat, merekam apa yang mereka ucapkan, dan berpartisipasi dalam aktivitas mereka. Dalam kasus ini peneliti langsung sebagai instrumen penelitian. Obyek orservasi terdiri dari tiga, yaitu tempat (place), pelaku (actor), dan aktivitas (activities) (Sugiyono, 2006:258). Melakukan observasi partisipatif perlu selektif dan perspektif, bukan berdasarkan asumsi-asumsi atau harapan-harapan. Artinya peneliti harus memiliki sejumlah sense apa yang mau dicari dan ditemukan dalam seting yang diobservasi, memiliki kepekaan yang kritis terhadap apa yang diobservasi, dan apakah temuan yang menarik relevan dengan permasalahan penelitian (Mason, 2006:90). Mason (2006) menyarankan peneliti harus menyiapkan diri secara hati-hati dalam dua hal yaitu sense intelektual dan sense praktis sebelum memulai observasi. Observer memperkuat posisi diri sebagai peneliti bukan sebagai pengunjung, pelanggan, penduduk, atau anggota audiensi. Teknik observasi digunakan untuk membangkitkan data penelitian dari element nonverbal dan juga interaksi-interaksi verbal dari seting penelitian yang perlu didalami lebih lanjut sebagai bagian dari teknik interview (Mason, 2006:97). Instrumen interview dan observasi menggunakan audio atau video recording, kamera foto, peralatan pembuat
Proposal Penelitian Disertasi Doktor #Putu Sudira-PPS UNY#
Page 19
peta/diagram/sket/gambar ilustrasi, daftar pertanyaan, buku catatan lapangan (fieldnotes), dan notebook. Kombinasi penggunaan instrumen antara rekaman video dengan fieldnotes sangat membantu dalam setiap pembuatan intepretasi dari apa-apa yang terjadi. Isu-isu substantif yang terekam diberi tema dan ditulis dalam fieldnotes. Fieldnotes digunakan untuk memformulasikan pemahaman terhadap seting, mendokumentasikan firasat (hunches), pengembangan dan pengujian ide-ide analisis. Peneliti menggabungkan persepsi, interpretasi, pengalaman-pengalaman kedalam fieldnotes. Pengumpulan data dengan interview dilakukan kepada informan untuk mendapatkan data konsep ideologi Tri Hita Karana dan penerapannya dalam dunia pendidikan kejuruan. Interview mendalam dilakukan untuk mendalami hal-hal yang bersifat konseptual, filosofis untuk mengintepretasikan situasi dan fenomena pendidikan menengah kejuruan di Bali yang tidak bisa digali dan ditemukan melalui observasi. Teknik interview yang digunakan yang digunakan adalah teknik interview semi terstruktur sebagai in-depth interview, dilaksanakan lebih bebas untuk mengetahui dengan pasti informasi tentang konsepsi masyarakat Bali terhadap SMK sebagai pusat pembudayaan kompetensi berbasis ideologi Tri Hita Karana. Sesudah dilakukan observasi atau interview, peneliti membuat catatan perekaman observasi partisipatif dan interview. Sesuai saran Bogdan dalam Dobbert (1982) catatan dibuat dalam dua kolom yaitu: (1) catatan deskriptif dan (2) catatan reflektif. Kolom catatan deskriptif menyajikan rincian kejadian, kutipan pernyataan informan dengan deskripsi tampilan fisik, situasi dialog, kejadian khusus, lukisan aktivitas, kondisi peneliti sebagai interviewer. Kolom catatan reflektif berisi kerangka pikiran, ide, dan perhatian peneliti yang memuat hubungan berbagai data, ide tambahan, pemikiran sebagai memo analitik. Analisis dokumen dilakukan terhadap dokumen sekolah yang dipilih sebagai sampel, meliputi dokumen data siswa, dokumen data guru, dokumen data tenaga administrasi. Analisis dokumen diarahkan untuk mendata asal siswa dan asal guru, domisili, jumlah keluarga untuk menelusur keadaan lingkungan keluarga dan desa adat mereka. Analisis dokumen juga dilakukan terhadap program kerja sekolah, surat keputusan, perencanaan pembangunan dan pengembangan sekolah. Untuk mengetahui kesesuaian letak pembangunan SMK di masing-masing kabupaten dan kota madya dilakukan analisis
Proposal Penelitian Disertasi Doktor #Putu Sudira-PPS UNY#
Page 20
dokumen pengembangan wilayah pendidikan di kabupaten dan provinsi. Analisis dokumen juga dilakukan di rumah-rumah keluarga, dokumen pribadi, dokumen banjar, dan dokumen desa pekraman sejauh terkait dan mendukung pemenuhan data untuk menjawab pertanyaan penelitian. Analisis situs dilakukan pada struktur bangunan rumah adat, tata ruang dan pemanfaatan areal lahan rumah. Analisis situs juga berkaitan dengan segala bentuk kegiatan upacara dan kegiatan produksi di rumah tangga yang dilakukan sehari-hari sebagai bagian dari pendidikan anak. Analisis situs terhadap banjar dan desa pekraman berhubungan dengan pemanfaatan tata ruang banjar untuk pengembangan parhayangan, pawongan, dan palemahan. Analisis situs juga dilakukan terhadap segala bentuk-bentuk kegiatan banjar dan desa baik kegiatan produktif, adat dan ritual keagamaan yang berhubungan dengan budaya “creativogenic”. D. Keabsahan Data Keabsahan data penelitian kualitatif menurut Miles and Huberman (1994); Lincoln and Guba (2000) dapat dilihat dari empat aspek yaitu: (1) confirmatibility; (2) dependability/auditability; (3) internal consistency; dan (4) tranferability. Menurut Mason (2006) keabsahan data dapat dipertanyakan dari bagaimana peneliti mengubah data menjadi bukti yang dapat digunakan untuk menjawab pertanyaan penelitiannya dan bagaimana peneliti akan dapat menunjukkan bukti-bukti yang dimiliki itu bermakna dengan argumen penelitian yang kuat dan meyakinkan, dan penelitiannya berkualitas baik. Keabsahan data penelitian berkaitan dengan operasionalisasi konsep yang dapat diidentifikasi, diobservasi, atau diukur dengan cara yang dapat peneliti lakukan. Di bidang penelitian kualitatif, Merriam (1995), dikutip oleh Koro & Ljungberg (2008), mengusulkan bahwa kekuatan penelitian kualitatif dapat ditinjau dari tiga aspek yang saling terkait: (a) validitas internal, yang menggambarkan hubungan antara temuan studi dan keyakinan tentang realitas; (b) validitas eksternal, yang menjelaskan sejauh mana temuan ini dapat diterapkan pada situasi lain; dan (c) reabilitas yaitu sejauh mana temuan yang sama dapat ditemukan lagi. Penelitian dikatakan valid jika peneliti mengobservasi, mengidentifikasi, atau mengukur apa yang peneliti katakan. Menurut O’Reilly (2005) validitas dapat dicek dengan tiga cara yaitu: (1) menggunakan internal triangulation yakni memunculkan data yang Proposal Penelitian Disertasi Doktor #Putu Sudira-PPS UNY#
Page 21
sama dari orang yang sama dengan menggunakan teknik yang berbeda; (2) dengan external triangulation atau membandingkan laporan dari berbagai informan; (3) dengan membandingkan laporan dengan observasi itu sendiri. Dalam penelitian etnografi yang berbasis lapangan menurut Dobbert (1982:260) tujuan pokoknya adalah menemukan pola-pola dan memahami situasi sebagaimana dilihat oleh partisipan peneliti. Langkah-langkah yang dilakukan agar berhasil mencapai validitas dan reabilitas dari pola-pola temuan hasil penelitian adalah dengan menjelaskan gambaran situasi kerja di lapangan yang merefleksikan seperti apa sesungguhnya keadaan lapangan itu. Secara tradisional, validitas dalam penelitian kualitatif menentukan derajat klaim dari peneliti sejauh mana pengetahuan yang dihasilkan berhubungan dengan realitas yang sedang dipelajari (Cho & Trent, 2006). Confirmatibility berkaitan dengan obyektivitas, keilmiahan dari temuan sejauh mana data digali dari subjek dalam kondisi, situasi atau konteks nyata di lapangan. Ilmuwan sosial interpretif mengakui bahwa temuan-temuannya akan dipengaruhi oleh nilai-nilai dirinya. Kendati demikian temuannya tidak mutlak mempromosikan dirinya sebab peneliti sangat dekat dengan subjek yang diteliti. Dengan kontemplasi yang sungguh-sungguh dan didukung gagasan atau ide yang reflektif maka obyektivitas penelitian dapat dijaga. Subjektivitas penelitian etnografi dapat diatasi dengan melakukan constant comparison dan proses eksplisit dari refleksivitas. Refleksivitas merupakan bentuk lebih aktif dari refleksi diri, melakukan percakapan ke dalam (a coversation with oneself). Menurut Smith (1999) refleksi diri dapat dilakukan oleh peneliti, partisipan, atau bersama-sama. Ada dua elemen untuk refleksivitas yang relevan yaitu: (1) Self-awareness as part of a social context, affecting the phenomena under observation dan (2) Selfawareness as someone who applies biases, prejudices, cognitive filtering and bounded rationality to the collection, analysis and interpretation of data. Kesadaran sebagai bagian dari konteks sosial, mempengaruhi phenomena dalam melakukan observasi, kesadaran sebagai seseorang
yang sedang menerapkan prasangka, kecurigaan, penyaringan
pengetahuan dan membatasi rasionalisasi pengumpulan, analisis, dan interpretasi data. Untuk memperkecil efek distorsi pada saat melakukan interpretasi terhadap data-data penelitian dibuat asumsi-asumsi dan kerangka yang eksplisit, jelas, dan tegas. Sebagai contoh, kita harus menerima sebuah keinginan untuk mengeksplorasi sebuah literatur baru, Proposal Penelitian Disertasi Doktor #Putu Sudira-PPS UNY#
Page 22
kebutuhan mengumpulkan data dari situasi berbeda untuk pembandingan dengan konstruksi pemikiran yang muncul atau sebuah kebutuhan untuk merubah sebuah skema koding yang tidak tepat. Kita harus menjawab pertanyaan konsepnya berasal dari mana, literaturnya apa, pengalaman kita apa. Apakah konsep ini atau kategori ini diterapkan pada data yang lain?, dan apakah teori melakukan hubungan itu dan menunjukkan kategori? Pada semua tingkat proses penelitian membuat kita peka untuk menguji pola-pola yang telah ada, sehingga dari itu kita dapat mempertahankan diri kita dari tuduhan bahwa kita hanya menemukan apa yang kita sedang cari. Pemahaman ini harus dicatat pada waktu penelitian dibentuk. Lowe (1995), meyakini bahwa persiapan berupa “topic guide” untuk pemilihan data dan analisis awal (open coding). Topik ini menuntun secara jelas/eksplisit persyaratan pengaruh kita, tujuan detail dan pemahaman awal. Cara lainnya
untuk
meyakinkan refleksivitas selama analisis adalah: (a) menulis memo pada diri sendiri tentang konstruksi rasional, (b) mencoba melakukan kepada seseorang diluar lingkungan, (c) menyajikan temuan intermediate research kepada sebuah kelompok mitra bestari untuk dikritik. Untuk menjamin sebuah temuan dapat dipertahankan dan autentik, dibutuhkan prosedur yang jelas dan dapat diulang dengan cara yang sama dimana penelitian dilakukan. Penelitian etnografi menggunakan dependability/auditability sebagai penunjuk reliabilitas data. Keputusan kapan menggunakan formal coding scheme, atau memisalkan koding tersebut digunakan untuk mengarahkan kategori yang muncul dari data dibuat dalam basis waktu kapan dibutuhkan untuk dipertahankan pada reabilitasnya di lapangan. Jika kita menggunakan pandangan interpretif sebagai kekuatan langkah-langkah atau prosedur maka tidak dapat menjamin reabilitas sebab etnografi mensyaratkan interpretasi konstruksi sosial secara nyata. Jaminan cara yang dapat digunakan sebagai dependabilitas atau auditabilitas adalah: (1) mendefinisikan prosedur yang digunakan untuk mengumpulkan dan analisis data, (2) memahami akhir dari penerimaan data secara detail, (3) menjamin bahwa prosedur tersebut direkam sehingga yang dapat dipahami oleh orang lain. Diperlukan sebuah “audit trail” atau pemeriksa jalan kecil dari analisis lengkap. Mempertahankan temuan secara eksplisit dan bagaimana kita sampai kepada kesimpulan. Kapan menggunakan formal, skema koding awal atau membiarkan itu muncul, harus secara konstan merefleksikan, dan
Proposal Penelitian Disertasi Doktor #Putu Sudira-PPS UNY#
Page 23
merekam dimana, darimana, dan kapan ide-ide itu datang.
Dependabilitas atau auditabilitas dapat dilakukan dengan menyimpan rekaman semua analisis termasuk analisis sebelumnya, diawal dan ditengah. Menjelaskan bagaimana temuan muncul adalah sebuah bagian kritis dari kekuatan penelitian.
Menggunakan
diagram jaringan adalah cara yang sangat ekselen memperkuat/artikulasi kemunculan konsep
teoritis
dan
kemudian
membuatnya
dapat
diakses
untuk
mengepaskan/mencocokkan atau menemukan sebuah kealfaan atau kecocokan dengan data baru. Konsistensi internal pada penelitian kualitatif setara dengan validitas internal dalam penelitian kuantitatif. Konsistensi internal dibangun dari bagaimana dan dari apa kita memperoleh konstruksi teoritik. Konstruksi teoritik tersebut merupakan perspektif siapa. Sebagai aliran data kedalam dan keluar dalam level dari diagram aliran data harus disetujui, untuk model aliran data harus konsisten secara internal.
Proses penelitian
dijelaskan dengan membentuk sebuah constant comparison diantara konstruksi teoritis dan data baru. Komparasi tetap/konstan adalah kritis bagi kredibilitas peneliti (juga konfirmabilitas) sebab hanya dengan komparasi konstan dari konstruksi teoritis dengan data melalui keadaan dan situasi yang banyak (multiple sites and situation) dapat dideteksi secara sistematis bias dan distorsinya analisis data. Sebagai contoh beberapa partisipan menjelaskan proses kerja mereka dalam terminologi prosedur kerja formal, berbeda dengan apa yang sesungguhnya mereka lakukan (berbohong). Ini akan sangat sulit untuk mendeteksi tanpa menggunakan perbandingan konstan, sebab hasil itu nampak menjadi konsisten diantara informan. Jika temuan dikomparasikan dengan temuan lainnya bisa jadi data dari perspektif minoritas lebih cocok dengan data baru dari pada perspektif mayoritas yang keliru. Penjelasan bagaimana pengumpulan data dijalankan dengan konstruksi menuntut autensitas prosedur teori dengan grounded research. Persyaratan saturasi data atau data yang cukup dikoleksi dijelaskan untuk kebutuhan
analisis teori sebagai persyaratan
substantif. Komparasi konstan dapat membentuk penggunaan data dari informan baru (subjek), tempat baru, perioda dan waktu yang baru sebagai studi longitudinal atau situasi baru yang dapat dikomparasikan dengan situasi sebelumnya dalam kaidah kotegori analisis Proposal Penelitian Disertasi Doktor #Putu Sudira-PPS UNY#
Page 24
inti yang telah kita identifikasi secara signifikan. Pemilihan dan pengumpulan data baru harus dapat dijustifikasi dalam kaidah analisis. Kredibilitas penelitian kualitatif menurut Guba dikutip oleh Noeng Muhadjir (2000) dapat dilakukan dengan memperpanjang waktu tinggal di kancah penelitian, melakukan observasi dengan tekun, dan pengujian triangulasi. Ada empat modus trianggulasi yaitu: (1) menggunakan sumber ganda; (2) menggunakan metode ganda; (3) menggunakan peneliti ganda; dan (4) menggunakan teori berbeda (Denzin:1978). Tuntutan untuk trasferbilitas dan kecocokan bergantung pada kesamaan identifikasi atau perbedaan pada konteks dimana teori diterapkan. Ini mencakup metoda penerapan analisis konstan untuk menentukan kapan teori substantif yang cocok dengan data baru dan bagaimana kontek dimana data baru dikumpulkan sejenis dengan konteks dimana data sebelumnya dikumpulkan. Dengan cara ini, dapat dikembangkan teori termasuk faktorfaktor kontektual. Sebagai contoh jika mengembangkan teori substantif dari bagaimana pengembang melakukan investigasi/mencari data/fakta persyaratan sistem informasi baru dan kemudian menemukan bahwa teori tersebut cocok dengan data baru dari salah satu perusahaan, tetapi tidak cocok dengan perusahaan lainnya, kita harus mempertanyakan apakah perbedaan kedua perusahaan itu. Apakah kedua perusahaan dapat dikomparasikan ukurannya? Apakah pengembang di kedua perusahaan ditraning dan dididik sama? Apakah mereka menggunakan metoda yang sama? Menggunakan perbandingan konstan dalam kontek ini, tidak hanya mengembangkan teori substantif untuk memasukkan faktor-faktor baru seperti ukuran perusahaan, pendidikan pengembang, tetapi kita juga memberikan basis generalisasi diantara perusahaan yang dapat dibandingkan. Keabsahan data dicek ulang dengan melihat catatan data apakah kongkrit, verbatim, dan menggambarkan kondisi wawancara dan kondisi saat berpartisipasi dalam kegiatan atau aktivitas. Peneliti harus menghindari sejauh mungkin mengambil kesimpulankesimpulan yang terlalu cepat dengan memaksakan kerangka berpikir peneliti. Menyusun catatan
kongkret berarti peneliti menggambarkan situasi lapangan yang nyata sesuai
keadaan pelaku, tempat, dan aktivitas. Catatan yang kongkret sangat berguna untuk menemukan pola-pola data dengan lebih obyektif. Di samping kongkret catatan data harus verbatim atau kata demi kata (Zoebir, 2008). Logat atau istilah-istilah khusus tidak diganti atau diterjemahkan secara bebas agar tidak
Proposal Penelitian Disertasi Doktor #Putu Sudira-PPS UNY#
Page 25
lepas dari realitasnya. Noeng Muhadjir (2000) memberi istilah indeksikalitas yaitu keterkaitan makna kata, perilaku dan lainnya pada konteksnya dan refleksikalitas yaitu tatahubungan atau tata susunan sesuatu dengan atau dalam sesuatu yang lain sebagai pengganti konsep validitas-reabilitas ataupun konsep kredibilitas. Indeksikabilitas dan refleksikabilitas menjamin temuan etnografik tetap mendeskripsikan natural reality bukan artificial thinking. Untuk itu instrument video, kamera sangat diperlukan dan sangat membantu. Kondisi peneliti juga harus direkam atau digambarkan dalam catatan-catatan penelitian pada setiap interaksi atau wawancara. Ciri data lapangan yang baik menurut (Zoobir, 2008) bahwa si peneliti bukan hanya menggambarkan apa yang hendak ia kaji, tetapi juga menggambarkan kedudukannya dalam proses
pengumpulan data. Peneliti
mencatat bukan saja jawaban-jawaban informan, tetapi juga pertanyaan-pertanyaan sendiri, bagaimana peneliti menanyakan apakah dalam kondisi baik atau sudah dalam kondisi capek atau kelelahan yang mungkin peneliti bertanya dengan kurang baik, kurang sopan, kurang menarik. E. Teknik Analisis Data Menurut Noeng Muhadjir (2000) analisis data merupakan upaya mencari dan menata data secara sistematis dari catatan hasil observasi, wawancara, analisis dokumen untuk meningkatkan pemahaman peneliti terhadap kasus yang diteliti dan menyajikan sebagai temuan penelitian. Analisis penelitian kualitatif mengupayakan tercapainya pencarian makna (meaning). Analisis data dilakukan dalam dua kategori yaitu: analisis data selama di lapangan dan analisis data sesudah meninggalkan lapangan. Analisis data selama di lapangan diarahkan kepada peningkatan fokus penelitian, melakukan telaah tata pikir logik, pengembangan secara terus menerus pertanyaan analitik, melakukan refleksi terhadap data yang terkumpul, membaca kepustakaan yang relevan selama lapangan dilanjutkan dengan mencari pemaknaan. Analisis sesudah meninggalkan lapangan dilakukan dengan membuat kategori masalah/temuan ditelaah menggunakan tatapikir induktif yaitu pola pikir yang berasal dari empiri kemudian mencari abstraksi.
Analisis data menggunakan model
interaktif dari Miles dan Huberman (2007) seperti gambar 3.
Proposal Penelitian Disertasi Doktor #Putu Sudira-PPS UNY#
Page 26
Gambar 3.Analisis data menggunakan model interaktif dari Miles dan Huberman
Proposal Penelitian Disertasi Doktor #Putu Sudira-PPS UNY#
Page 27
Daftar Pustaka: Acwin Dwijendra, Ngakan Ketut. (2003). Perumahan dan Pemukiman Tradisional bali. Jurnal Permukiman ”NATAH” 1-1, 8-24. Adair J. (2000). Effective leadership How to DevelopLeadership skills. New Delhi: Rupa & Co. Agastia, IBG, (2007). Mengkritisi Impelemtasi Tri Hita Karana, Warta Hindu Dharma, 491, 441. Agar, M. (1996). The professional stranger: An informal introduction to ethnography. New York: Academic Press. Atkinson, P. (1990). The Ethnographic Imagination: Textual Construction of Reality. London: Routledge. ................(2004) Rencana Strategis Departemen Pendidikan nasional 2005-2009, Jakarta: Depdiknas. Babchuk, W (1996). 'Glaser Or Strauss?: Grounded Theory And Adult Education', in Proceedings of Midwest Research-to-Practice Conference in Adult, Continuing, and Community Education, University of Nebraska-Lincoln, October 17-19, 1996. Available at URL: http://www.anrecs.msu.edu/research/gradpr96.htm Bailey T.R., Hughes K.L. & Moore D.T. (2004). Working Knowledge Work-based Learning and Education Reform. New York: Great Britain. Banks J.A., Banks C.A.M. (2005). Multicultural Education Issues and Perspective ,United States of America: Wiley Jossey Bass Education Bartridge,Tom. (2004). Manager’s role in Competence Based T&D System. Ame Info. Beach, D. & Dovemark, M. (2005). Creativity as a Cultural Commodity: An Ethnographic Investigation of Struggles over Creativity in Three Swedish Schools. Journal for Critical Education Policy Studies, 4(2). www.jceps.com Billett S.(2009). ChangingWork,Work Practice:The Consequences for Vocational Education. Rupert Maclean, David Wilson, Chris Chinien; International Handbook of Education for the Changing World of Work, Bridging Academic and Vocational Learning: Germany: Springer Science+Business Media Blank, W.E. (1982). Handbook for Developing Competency-Based Training Programs. London : Prentice-Hall,Inc. Boud D. & Solomon N.(2003). Work-based Learning a New Higher Education?. USA:SRHE and Open University. Browne. R.K. & Lamb. A. (2000). Linking Theory to Practice in the Workplace.AERC Proceeding Chadd .J.& Anderson.M.A.(2005). Illinois Work-Based Learning Programs: Worksite Mentor Knowledge and Training, Jurnal Career and Technical Education Research, Volume 30 nomor 1 Tahun 2005. Cheng, Y.C. (2005). New Paradigm for Re-engineering Education, Globalization, Localization and Individualization. Netherland: Springer Clarke L. & Winch C. (2007). Vocational Education International Approaches, development and systems. USA: Routledge Coessens,K. and Bendegem, J.P.V.(2008). Cultural Capital as Educational Capital,The Need For a Reflection on the Educationalisation of Cultural Taste, Paul Smeyers · Marc Depaepe, Educational Research: the Educationalization of Social Problems. Library of Congress Control Number: 2009920276 Springer Science+Business Media B.V. Proposal Penelitian Disertasi Doktor #Putu Sudira-PPS UNY#
Page 28
Creese A., BhattA., Bhojani N., Martin P, (2008). Fieldnotes in team ethnography: researching complementary schools:Qualitative Research:SAGE Publications Los Angeles, London, New Delhi and Singapore) vol. 8(2) 197–215 Creswell. John W. (1994). Reserach Design Qualitative & Quantitative Approaches. California: Sage Publications Creswell. John W. (2009). Reserach Design Qualitative, Quantitative , and Mixed Methods Approaches. United States of America: Sage Publications Crowson R., Boyd.W.L; (2005), New Roles for Community Services in Educational Reform in Michael Fullan (2005), Fundamental Change International Handbook of Educational Change.New York: Springer Dordrecht Cunningham.I, Dawes G, & Bennett B. (2004). The Handbook of Work Based Learning. England: Gower Publishing Limited. Dedi Supriadi, (2002). Satu Setengah Abad Pendidikan Kejuruan di Indonesia dalam Dedi Supriadi, Sejarah Pendidikan Teknik dan Kejuruan Di Indonesia. (Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan dasar dan Menengah Denzin, N.K., & Lincoln Y. (2004). Handbook of Qualitative Research second edition.London: Sage Publications,Inc. Djohar, (1999). Reformasi dan Masa Depan Pendidikan Di Indonesia. Yogyakarta: IKIP Negeri Yogyakarta. Djohar, (2008). Budaya Lokal Sebagai basis Pendidikan, Makalah seminar di Percetakan Kanisius Yogyakarta. Dimmock C. & Walker A. (2005). Educational Leadership Culture and Diversity. London: SAGE Dobbert M.L., (1982) Ethnographic research: theory and application for modern schools and societies. Chicago: Doolittle & Camp. (1999). Constructivism : The Career and Technical Education Perspective. -- : Journal of Vocational and Technical Education Volume 16, Number 1. Emmerik I.J. H. V., Bakker A.B, Euwema M.C.. (2009). Explaining employees’ evaluations of organizational change with the job-demands resources model; Career Development International Journal Vol. 14 No. 6, 2009 pp. 594-613 Emerson R.M., FretZ R.I., Shaw L.L. (1998 ) Writing Ethnographic Fieldnotes.Chicago Guides to Writing, Editing, and Publishing Finch & Crunkilton. (1999). Curriculum Development in Vocational and Technical Education, Planning, Content, and Implementation. United State of America : Allyn & Bacon A Viacom Company. Finlay I., Niven S.,& Young S. (1998). Changing Vocational Education and Training an International Comparative Perspective . London: Routledge. Gill,I.S.,Fluitman.F.,& Dar.A. (2000). Vocational Education and Training Reform, Matching Skills to Markets and Budgets.Washington: Oxford University Press. Glaser, B.G. (1978). Advances in The Methodology of Grounded Theory. Sociology Press: Mill Valley, CA. Glaser, B.G. (1992). Basics Of Grounded Theory Analysis, Emergence vs. Forcing. Sociology Press: Mill Valley, CA Glaser, B.G. & Strauss, A.L. (1967) The Discovery of Grounded Theory. Aldine Publishing Co.: New York NY.
Proposal Penelitian Disertasi Doktor #Putu Sudira-PPS UNY#
Page 29
Glesne, C. (1999). Becoming qualitative researchers: An introduction, 2nd ed. New York: Longman. Good T.L. (2008). 21’st Century Education: A reference Handbook. Tucson: Sage Publication Grant, L., & Fine, G. A. (1992). Sociology unleashed: Creative directions in classical ethnography. In M. D. LeCompte, W.L. Millroy, & J. Preissle (Eds.), The Handboks of Qualitattive reserach in Education (pp.405-446). New York: Academic Press. Hall B.L.(2009) The Right to a New Utopia: Adult Learning and the Changing World of Work in an Era of Global Capitalism Rupert Maclean, David Wilson, Chris Chinien; International Handbook of Education for the Changing World of Work, Bridging Academic and Vocational Learning: Germany: Springer Science+Business Media Heinz .W.R (2009). Redefining the Status of Occupations; James A. Athanasou , Raoul Van Esbroeck. International Handbook of Career Guidance 2008 Springer Science Business Media B.V. Herschbach D.R. (2009) Overview: Navigating the Policy Landscape: Education, Training and Work, 869–890: Rupert Maclean, David Wilson, Chris Chinien; International Handbook of Education for the Changing World of Work, Bridging Academic and Vocational Learning: Germany: Springer Science+Business Media Hiniker L.A.and Putnam,R.A. (2009). Partnering to Meet the Needs of a Changing Workplace; Rupert Maclean, David Wilson, Chris Chinien; International Handbook of Education for the Changing World of Work, Bridging Academic and Vocational Learning: Germany: Springer Science+Business Media Hochwarter, W.A. and Rogers L.M, Summers J.K., Meurs J.A.. (2009). Personal control antidotes to the strain consequences of generational conflict as a stressorA two-study constructive replication and extension; Career Development International Vol. 14 No. 5, 2009 pp. 465-486 q Emerald Group Publishing Limited Hollander A. & Mar N.Y (2009) Towards Achieving TVET for All: The Roleof the UNESCOUNEVOCInternational Centre for Tehcnical and VocationalEducation and Training, 41–57: Rupert Maclean, David Wilson, Chris Chinien; International Handbook of Education for the Changing World of Work, Bridging Academic and Vocational Learning: Germany: Springer Science+Business Media Kabuto B., (2008). Parent-research as a process of inquiry: an ethnographic perspective Ethnography and Education Vol. 3, No. 2, June 2008, 177_194 ISSN 1745-7823 print/ISSN 1745-7831 online # 2008 Taylor & Francis DOI: 10.1080/17457820802062433 http://www.informaworld.com Kellett J.B, Humphrey R.H. and Sleeth R.G.(2009) Career development, collective efficacy, and individual task performance, Career Development International Vol. 14 No. 6, 2009 pp. 534-546 q Emerald Group Publishing Limited 1362-0436 Karen O.R.(2005). Ethnographic Methods. Canada: Routledge Latour, B. (1987). Science in Action. Cambridge MA.: Harvard University Press, Lincoln, Y. S. and Guba, E. G. (2000). 'Paradigmatic Controversies, Contradictions, and Emerging Confluences', in Denzin, N.K. and Lincoln, Y.S. [Eds.] The Handbook of Qualitative Research, Sage, Beverly Hills, CA. pp. 163-188 Lillis T.(2008) Ethnography as Method,Methodology, and “Deep Theorizing” Closing the Gap Between Text and Context in Academic Writing Research Written Communication Volume 25 Number 3 July 2008 353-388 © 2008 Sage Publications hosted at 10.1177/0741088308319229 http://wcx.sagepub.com http://online.sagepub.com
Proposal Penelitian Disertasi Doktor #Putu Sudira-PPS UNY#
Page 30
Lowe, A. (1995). 'The basic social processes of entrepreneurial innovation ': International Journal of Entrepreneurial Behaviour and Research, 1 (2), pp. 54-76. Lowe, A. (1996). ‘An Explanation Of Grounded Theory’: Working Paper, Dept. Of Marketing, University of Strathclyde, UK. Lowe, A. (1998). 'Managing the post-merger aftermath by default remodelling', Management Decision, 36 (2), pp. 102-110. Mason,J.(2006). Qualitative Researching, London: SAGE Publications Ltd McKeown, R. (2002). Education for sustainable development Toolkit. USA: Center for Geography and Environmental Education McGrath S. (2009) Reforming Skills Development, Transforming the Nation: South African Vocational Education and Training Reforms, 1994–2005: Rupert Maclean, David Wilson, Chris Chinien; International Handbook of Education for the Changing World of Work, Bridging Academic and Vocational Learning: Germany: Springer Science+Business Media Miles,M.B., & Huberman, A.M.(1994). Qualitative Data Analysis. New Delhi : SAGE Publications Miles,M.B., & Huberman, A.M.(2007). Analisis Data Kualitatif ( Terjemahan Tjetjep Rohendi Rohidi) . Jakarta: Universitas Indonesia Noeng Muhadjir.H. (2000). Metodologi Penelitian Kualitatif (3rd). Yogyakarta: Sarasin. Pavlova M.& Munjanganja,L.E. (2009) Changing Workplace Requirements: Implications for Education Rupert Maclean, David Wilson, Chris Chinien; International Handbook of Education for the Changing World of Work, Bridging Academic and Vocational Learning: Germany: Springer Science+Business Media Raelin JA. (2008). Work-Based Learning new and revised edition. San Francisco:Jossey Bass. Randal D., Harper R., Rouncefield M. (2007). Fieldwork for Design Theory and Practice, London:Springer Rojewski. J.W (2009). A Conceptual Framework for Technical and Vocational Education and Training; Rupert Maclean, David Wilson, Chris Chinien; International Handbook of Education for the Changing World of Work, Bridging Academic and Vocational Learning: Germany: Springer Science+Business Media Sallis E. (2007). Total Quality management in Education alih bahasa Riyadi AA. Jogjakarta: IRCiSoD Sanjek, R. (1990). On ethnographic validity. In Sanjek (ed.) Fieldnotes - The Makings of Anthropology. Ithaca and London: Cornell University Press. Simon, R., and D. Dippo. 1986. On critical ethnographic work. Anthropological and Education Quarterly 17, no. 4: 195_202. Slamet,PH. (2008).Desentralisasi Pendidikan Indonesia. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Spradley, J.P. (1980). The Ethnographic Interview. Fort Worth, TX: Harcourt Brace Jovanovich College Publisher Strauss, A. L. (1987) Qualitative Research For Social Scientists, Cambridge University Press. Cambridge: UK. Strauss, A. L., and Corbin, J. (1998). Basics of Qualitative Research: Grounded Theory Procedures And Techniques. 2nd. edition, Sage Publications: Newbury Park, CA. Suyanto, 2006. Dibelantara Pendidikan Bermoral; Jogjakarta: UNY Press. Sugiyono., (2006). Metoda Penelitian Kuantitatif Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta Proposal Penelitian Disertasi Doktor #Putu Sudira-PPS UNY#
Page 31
Sukardi, Zamzani, & Dardiri, A. (2006). Penelitian Kualitatif Naturalistik. Yogyakarta: Lembaga Penelitian UNY. Suminto, A.S. (2005). Muatan Lokal dalam Penyelenggaraan Pendidikan Stumpf. S.A (2009). Promotion to partnerThe importance of relationship competencies and interpersonal style. Career Development International Vol. 14 No. 5, 2009 pp. 428440 q Emerald Group Publishing Limited 1362-0436 Tepas Ahmad Heryawan, (2009). Ideologi Pancasila: Http://www.ahmadheryawan.com Tessaring M. (2009), Anticipation of Skill Requirements: European Activities and Approaches Rupert Maclean, David Wilson, Chris Chinien; International Handbook of Education for the Changing World of Work, Bridging Academic and Vocational Learning: Germany: Springer Science+Business Media Thompson, John F, (1973). Foundation of Vocational Education Social and Philosophical Concepts. Prentice-Hall: New Jersey Thomas W.H. Ng & Daniel C. Feldman (2009). Personality, social relationships, and vocational indecision among college students The mediating effects of identity construction. Career Development International Vol. 14 No. 4, 2009 pp. 309-332 q Emerald Group Publishing Limited 1362-0436 Tilaar, H.A.R., (1999). Pendidikan Kebudayaan, dan Masyarakat Madani Indonesia. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Tilaar, H.A.R., (2002). Perubahan Sosial dan Pendidikan, Pengantar Pedagogik Transformatif untuk Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia. Titscher S., MayerM.,WodakR.,Vetter E.(2009).Metoda Analisis Teks & Wacana. Terjemahan Abdul Syukur Ibrahim. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Titib, I Made. (2007). Aktualisasi Ajaran Tri Hita karana dalam Konsep Desa Adat di Bali. Torbet B & Associates. (2004). Action Inquiry the Secret of Timely and Transforming Leadership. San Francisco: Berrett-Koehler. T. Raka Joni, (2006). Mengurai Benang Kusut Pendidikan, http://Perpustakaan Bappenas.go.id. Utami Munandar, (2004). Pengembangan Kraetivitas Anak Berbakat.Jakarta: Rineka Cipta Wardiman Djojonegoro. (1998). Pengembangan Sumberdaya Manusia melalui SMK. Jakarta : PT. Jayakarta Agung Offset. Wagner T. (2008). The Global Achievement Gap. New York: Basic Books. Zajda,J., Biraimah K., Gaudelli W.(2008) Cultural Capital: What Does It Offer Students? A Cross-National Analysis . Education and Social Inequality in the Global Culture Melbourne: Springer Science + Business Media B.V.
Proposal Penelitian Disertasi Doktor #Putu Sudira-PPS UNY#
Page 32
1.
Rencana Kerja Penelitian Bulan Tahun 2010 No
Uraian Apr
1.
Pengurusan Ijin Penelitian, Seting lokasi
2.
Pemilihan dan penjajagan Informan
3.
Pengembangan Fokus penelitian
4.
Pengembangan topik Interview
5.
Penyusunan Pertanyaan interview
6.
Penyusunan bahan observasi
7.
Pengembangan model fieldnotes
8.
Penyiapan Alat rekam Suara dan Gambar
9.
Pembangkitan data dengan Observasi lapangan
10.
Pembangkitan data dengan Interview
11.
Pembangkitan Discussion
12.
Penyajian dan reduksi data
13.
Analisis Dokumen
14.
Analisis Data/ peripikasi di Lapangan
15.
Penulisan Laporan, Naskah Jurnal
16.
Seminar hasil penelitian
17.
Penyempurnaan dan penggandaan laporan
18.
Desiminasi
2. No
data
dengan
Focus
Mei
Jun
Jul
Agu
Sep
Okt
Nov
Group
RANCANGAN BIAYA PENELITIAN Komponen Biaya
Biaya
1.
Pengadaan buku Qualitatif Researching (2006) Jennifer Mason
Rp.
600.000,00
2.
Pengadaan buku Fielwork for Design Theory and Practice (2007) Randal dkk
Rp.
500.000,00
3.
Pengadaan buku International Handbook of Education for the Changing World of Work (2009)
Rp.
1.000.000,00
4.
Pengadan buku Multicultural Education Issues and Perspektives
Rp.
400.000,00
5.
Pengadaan buku New Paradigm for Re-engineering Education Globalization, Localization, and Individualization
Rp.
500.000,00
6.
Pengadaan buku Dictionary of Sociology
Rp.
400.000,00
7.
Pengadaan buku Educational Decentralization Asian Experiences and Conceptual Contributions
Rp.
250.000,00
8.
Pengadaan buku Educational Research-Educatiobalization of Social Problem
Rp.
400.000,00
9.
Pengadaan buku Handbook of Technical and Vocational Education and Training Research
Rp.
600.000,00
10.
Pengadaan buku International Handbook of Career Guidance
Rp.
500.000,00
11.
Pengadaan buku International Handbook of Educational Change
Rp.
400.000,00
Proposal Penelitian Disertasi Doktor #Putu Sudira-PPS UNY#
Page 33
No
Komponen Biaya
12.
Pengadaan buku International Handbook of School Effectiveness and Improvement
Rp.
250.000,00
13.
Pengadaan buku International Handbook of Student Experience in Elementary and Secondary School
Rp.
500.000,00
14.
Pengadaan buku International Handbook Of The Religious, Moral, Spiritual Dimention In Education
Rp.
250.000,00
15.
Pengadaan buku Learning in Cultural Context-Family-Peer-School
Rp.
250.000,00
16.
Pengadaan buku Meeting Basic Learning Needs In The Informal Sector
Rp.
250.000,00
17.
Pengadaan buku Rethinking Work And Learning-Adult And Vocational Education For Social Sustainability
Rp.
400.000,00
18.
Pengadaan buku Technology and Vocational Education for Sustainable Development Empowering Individuals for the Future
Rp.
450.000,00
19.
Pengadaan buku Work, Learning and Sustainable Development Opportunities and Challenges
Rp.
400.000,00
20.
Pengadaan buku Community College Model
Rp.
500.000,00
21.
Pengadaan buku Decentralisation, School-Based Management,and Quality
Rp.
300.000,00
22.
Pengadaan buku Living Together Education And Intercultural Dialogue
Rp.
200.000,00
23.
Pengadaan buku Secondary Education At The Crossroads
Rp.
250.000,00
24.
Pengadaan buku Cultural Competency Training in a Global Society
Rp.
250.000,00
25.
Pengadaan buku International Perspectives on Competence in the Workplace Implications for Research, Policy and Practice
Rp.
400.000,00
26.
Pengadaan buku Moral Education Beyond the Teaching of Right and Wrong
Rp.
400.000,00
27.
Pengadaan buku School Decentralization In The Context Of Globalizing Governance
Rp.
250.000.00
28.
Pengadaan buku From Child Welfare to Child Well-Being An International Perspective on Knowledge in the Service of Policy Making
Rp.
250.000,00
29.
Pengadaan buku Work, Subjectivity and Learning Understanding Learning through Working Life
Rp.
400.000,00
30.
Pengadaan buku BALINESE-CHARACTER
Rp.
500.000,00
31.
Tiket pesawat Jogja-Denpasar 8 x 2 x Rp.600.000,00
Rp.
9.600.000,00
32.
Transport lokal
Rp.
1.400.000,00
33.
Foto Copy
Rp.
500.000,00
34.
Catridge Printer 4 x 150.000
Rp.
600.000,00
35.
Akses internet 8 x 150.000
Rp.
1.200.000,00
36.
Pengadaan Perekam Suara
Rp.
1.000.000,00
37.
Pengadan Perekam Gambar
Rp.
4.000.000,00
38.
Eksternal Harddisk 600 GB
39.
ATK
Rp.
500.000,00
40.
Kertas HVS 5 rim x 35.000,00
Rp.
175.000,00
41.
Pertemuan FGD 2 x 5.000.000,00
Rp.
10.000.000,00
42.
Proses Perijinan
Rp.
1.000.000,00
Proposal Penelitian Disertasi Doktor #Putu Sudira-PPS UNY#
Biaya
900.000,00
Page 34
No
Komponen Biaya
Biaya
43.
Dokumentasi
Rp.
225.000,00
44.
Analisis Data
Rp.
5.000.000,00
45.
Penyusunan Laporan
Rp.
500.000,00
46.
Penggandaan Laporan
Rp.
150.000,00
47.
Seminar lokakarya
Rp.
1.000.000,00
48.
Publikasi dan desiminasi hasil
Rp.
500.000,00
Rp.
50.000.000,00
JUMLAH
3.
Dukungan pada Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini mendapat dukungan SMK N 1 Denpasar, SMK N 3 Denpasar, SMK N 5 Denpasar s, SMK N 3 Singaraja, SMK N 1 Singaraja, SMK N 2 Singaraja, SMK N 1 Sukasada, SMK N 1 Kuta Selatan, SMK N 1 Gianyar, SMK N 1 Sukawati, SMK N 2 Sukawati, dan SMK N 3 Sukawati dalam bentuk penyediaan sarana dan tempat melakukan penelitian. Dukungan juga mungkin akan diberikan oleh Pemerintah Daerah Provinsi Bali, Pemerintah Daerah Kabupaten Buleleng, Pemerintah Daerah Kabupaten Badung, Pemerintah Daerah Kabupaten Gianyar, Pemerintah Daerah Kotamadya Denpasar, dan beberapa desa pekraman. Disamping itu beberapa orang tokoh budayawan, seniman, kelian adat, pengusaha juga akan memberikan dukungan positif. Dukungan pinansial atau dana sampai saat ini belum ada kecuali bantuan dana dari Universitas Negeri Yogyakarta sebesar 5 juta rupiah yang sudah digunakan untuk melakukan studi pendahuluan. Studi etnografi mengharuskan peneliti berada bersama subyek penelitian sehingga memerlukan waktu dan dana yang cukup besar. 4.
Sarana Sarana yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:
No
Sarana/Peralatan
Kegunaan
1.
SMK di empat kabupaten
Tempat observasi
Siap digunakan
2.
Desa Pekraman
Tempat observasi
Dalam proses penetapan
3.
Informan
Interview
Dalam proses penetapan
4.
Laptop
Mendokumentasikan data
siap
5.
Jaringan Internet
Pencarian data dan komunikasi
Butuh dana pulsa
6.
Alat perekam suara
Interview
Belum ada
7.
Alat perekam gambar
Observasi
Belum ada
8.
Printer
Mencetak dokumen dan fieldnote
Siap (butuh tinta)
9.
Kendaraan bermotor
Mobilisisasi lapangan
Siap (butuh bensin)
Proposal Penelitian Disertasi Doktor #Putu Sudira-PPS UNY#
Keterangan
Page 35
Biodata Peneliti
1.
Nama Lengkap
: Putu Sudira, Drs. MP.
2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19.
NIP Nomor Karpeg Nomor Karis Unit Kerja Pangkat/Golongan Jabatan NIM Program Studi NPWP Nomor KTP Nomor SIM Tempat Lahir Tanggal Lahir Jenis Kelamin Agama Nama istri Pekerjaan Alamat rumah
: 131 655 274 : E 204172 : 419728C : Fakultas Teknik UNY : Penata Tk.I /IIId : Lektor : 07702261001 : Pendidikan Teknologi Kejuruan PPS UNY : 07.837-831-2-542-000 : 3404090204640001 : 640414520520 : Nagasepaha, Singaraja, Bali : 2 April 1964 : Laki-laki : Hindu : Drh.Nyoman Ayu Anggreni Tisnawati : PNS Kabupaten Sleman : Jalan Marsma Dewanto Gang Kantil No. 2 Kalongan Maguwoharjo Jogjakarta : 081 64 222 678 :
[email protected]
20. Telepon/HP: 21. E-mail
Data Pendidikan 1. Pendidikan Formal SEKOLAH/PERGURUAN TINGGI
PROGRAM
PROGRAM STUDI
LULUS TAHUN
Sekolah Dasar Nagasepaha Buleleng
-
-
1976
-
SMP Negeri 2 Singaraja
-
-
1979
-
STM Negeri Denpasar Bali
-
Teknik Elektronika
1982
Lulusan terbaik
IKIP Yogyakarta
Sarjana S1
Pendidikan Teknik Elektronika
1986
Drs. Memuaskan
UGM Yogyakarta
Pasca Sarjana S2
Teknik Pertanian
1997
MP.
Pasca Sarjana S3
Pendidikan Teknologi Kejuruan
Universitas Negeri Yogyakarta
GELAR/ PREDIKAT
Cum laude
Proposal Penelitian Disertasi Doktor #Putu Sudira-PPS UNY#
2007
Dalam proses IPK = 3,95
Page 36
Pengalaman Penelitian dan Karya Ilmiah No
Tahun
1
1989
Bidang Penelitian Teknologi
2
1990
Teknologi
3
1993
Teknologi
4
1993
Teknologi
5 6
1993 1994
Teknologi Teknologi
7
1997
Teknologi
8 9
1997 1998
Teknologi Teknologi
10
1999
Teknologi
11
1999
Teknologi
12 13 14
1999 1999 1999
Teknologi Teknologi Pendidikan
15
2005
Pendidikan
16
2007
Pendidikan
17
2007
Pendidikan
Judul Penelitian/Karya Ilmiah
Keterangan
Uji coba program komputer sebagai simulator Spectrum Analyser Uji karakteristik Pengambilan Data menggunakan Komputer IBM PC Hubungan clock terhadap kecepatan olah data dalam komputer mikro MPF-I Rancang bangun penerima pesan telpon rumah berbasis mikroprosesor Z-80 Rancang bangun sistim akuisisi data IBM PC Rancang bangun Pencetak hruf Braille berbasis komputer mikro MPF-I Penetapan parameter Viscoelastik non Linier Bahan Pertanian berbentuk bola Analisis kematangan buah sawo manila Analisis perilaku mekanis buah salak pondoh selama pematangan Rancang bangun sortasi buah sawo manila berdasarkan kematangan Rancang bangun penampil LED Dot Matrik berbasis Mikrokontroler 8031 Sistim akuisisi data berbasis Mikroprosesor Z-80 Rancang bangun pengukur kekeruhan air Evaluasi implementasi program Electronic Work Bench pada praktek Sistim Digital Peningkatan Pencapain Kompetensi Pemrograman Mikrokontroler Menggunakan Model Pembelajaran Pemecahan Maalah ”IDEAL” Mahasiswa S1 Pendidikan Teknik Elektronika FT UNY Peningkatan kualitas perkuliahan Sistem Mikroprosesor dengan Modul pembelajaran berbasis kompetensi dengan pendekatan IDEAL Peningkatan kemampuan perancangan sistem elektronika dengan memanfaatkan program EWB dalam mata kuliah Praktikum Elektronika Digital I
Tidak Terpublikasi Tidak Terpublikasi Tidak Terpublikasi Tidak Terpublikasi Makalah seminar Terpublikasi di Kuala Lumpur Thesis S-2 Tidak Terpublikasi Seminar IFAC Tidak Terpublikasi Tidak Terpublikasi Tidak Terpublikasi Tidak Terpublikasi Tidak Terpublikasi Tidak Terpublikasi
Terpublikasi
Tidak terpublikasi
Karya tulis dipublikasikan No 1.
JUDUL PENELITIAN/KARYA ILMIAH Rancang bangun Pencetak huruf Braille berbasis komputer mikro MPF-I
TAHUN 1994
2.
Penetapan Parameter Viscoelastik non Linier Bahan Pertanian berbentuk bola Analisis kematangan buah sawo manila selama Pematangan The Mechanical Properties Analysis of Salak Pondoh Fruits on the Maturity Periods Through Lichtensteiger Model Inmpact Methods
1997
Analisis perilaku mekanis buah salak pondoh selama pematangan Pelatihan Pemrograman Mikrokontroler Guru-Guru SMK Teknologi Industri se DIY
2002
3. 4.
5. 6.
Proposal Penelitian Disertasi Doktor #Putu Sudira-PPS UNY#
1999 22 s/d 24 Agustus 2001
2003
KETERANGAN Terpublikasi di Kuala Lumpur dalam Acara Pameran Temu Teknologi Thesis S-2 Penelitian Dasar Dikti Depdiknas IFAC-CIGR Workshop on Intelligent Control for Agricultural Application di Grand Bali Hotel Jurnal Saintek Universitas Negeri Yogyakarta Seminar Nasional Hasil Program Penerapan IPTEKS Page 37
No
JUDUL PENELITIAN/KARYA ILMIAH
TAHUN
7.
Menulis Opini di Harian Bali Post dengan Judul:Kontekstualisasi Pendidikan Agama Hindu
2004
KETERANGAN dan Program Vucer Dimuat 16 Oktober 2004
8.
Revitalisasi Pembelajaran Pendidikan Agama Hindu Kompetensi Guru Pendidikan Agama Hindu Mempersiapkan Guru Pendidikan Agama Hindu Profesional
2005
Majalah Media Hindu
2005
Majalah Media Hindu
2005
Majalah Media Hindu
Pengembangan Kompetensi Bahan Ajar Mata Kuliah Mikrokontroler dengan Pendekatan Field Research,Benchmarch, Adopt & Adapt Peningkatan Pencapaian Kompetensi Pemrograman Mikrokontroler Guru-guru Bidang Keahlian Teknik Elektronika pasca diundangkannya UUGD Menulis Opini di Harian Kedaulatan Rakyat dengan judul:Tiga Dimenasi Nyepi Menulis Opini di Harian Kedaultana Rakyat dengan judul:Guru Menulis Bahan Ajar Perkulaiahn Pemrograman Mikrokontroler Menulis Buku Ajar SMK dengan Judul Pemrograman Mikroprosesor dan Mikrokontroler
2006
Jurnal JPTK FT UNY
2007
INOTEK LPM Universitas Negeri Yogyakarta
2008
Dimuat tanggal 6 Maret 2008
2008
Dimuat tanggal 14 Oktober 2008 Dibiayai oleh P5D Bandung
9. 10. 11.
12.
13. 14. 15. 16.
2006 2008
Diterbitkan oleh Direktorat PSMK
Seminar/Lokakarya/Pelatihan 1. Dalam Negeri No
WAKTU PELAKSANAAN
TEMA SEMINAR
TEMPAT
1.
Workshop on Intelligent Control for Agricultural Application
22 s/d 24 Agustus 2001
2.
Information Technlogy for All; Upaya membangun masyarakat berpengetahuan Pendidikan Kejuruan 2002
Grand Bali Hotel Sanur Denpasar Bali Ambarukmo Palace Hotel Yogyakarta Universitas Sebelas Maret FMIPA-UNY UNY
11 Mei 2002 10 Juni 2002
Jurusan Pendidikan Teknik Elektronika Jurusab Teknik Elektro FPTK Universitas Ganesha Singaraja
3 s/d 31 Oktober 2003
3.
4. 5. 6.
7.
Kurikulum berbasis Kompetensi Kreativitas dan Kecakapan Hidup Implementasi Kurikulum berbasis Kompetensi
Seminar Isu dan Tantangan Pendidikan Kejuruan
Proposal Penelitian Disertasi Doktor #Putu Sudira-PPS UNY#
SERTIFIKAT/ SURAT KETERANGAN Sertifikat
2 Agustus 2001
Sertifikat
14 Pebruari 2002
Sertifikat No.050/J27/JPTK/ FOKOM/2002 Sertifikat Sertifikat
10 Oktober 2006
Dekan FPTK Undiksha
Page 38
No TEMA SEMINAR
TEMPAT
8.
Lokakarya Peningkatan Peran Dunia Usaha/Industri dan Asosiasi Profesi
Dinas Dikmenti Provinsi DKIJakarta
29 November 2006
SERTIFIKAT/ SURAT KETERANGAN Kepala Dinas Dikmenti
9.
Focus Group Discussion Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia dalam mendukung Pengembangan Klaster Agrokimia Seminar sehari Kerjasama Industri/ Institusi dalam Negeri
Univesitas Negeri Jakarta
4 Desember 2006
Dekan FT UNJ
Le’Aries Garden Hotel & Cafe Bandung Universitas Negeri Yogyakarta Grand Bali Beach Hotel
7 Desember 2006
Direktur P4TK Bandung
22 Maret 2008
Direktur PPS UNY
7 s/d 8 Juli 2008
Panitia
Lembaga Penelitian UNY
20 November 2008
Ketua Lemlit UNY
Hotel Arun Mataram Lombok Barat Hotel Sari Nikita Denpasar Bali
11-13 Desember 2008
Dinas Pendidikan Sulawesi Selatan
23-25 Desember 2008
Vila Anggrek Cisarua Bogor Jabar Hotel Batavia Jakarta Pusat
17 s/d 20 Februari 2009
Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga Provinsi NTB Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga Provinsi Bali Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga Provinsi Sulawesi Selatan Direktur Pembinaan SMK
22 s/d 24 Pebruari 2009
Direktur Pembinaan SMK
Hotel Pitagiri Jakarta Barat
10 s/d 12 Maret 2009
Direktur Pembinaan SMK
Hotel Puncak Raya Bogor
3 s/d 6 Maret 2010
Direktur Pembinaan SMK
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
Seminar Strategi Peningkatan Kualitas Pendidikan sebagai peserta International Conference on VTE Research and Networking 2008 Nurturing Local VTE Reseach Efforts : A Response Global Challennges sebagai Pemakalah Seminar dan Pelatihan Penyusunan Proposal Hibah Kompetensi sebagai peserta Bimbingan teknis peningkatan Pembelajaran SMK di Provinsi NTB sebagai Nara sumber Bimbingan teknis peningkatan Pembelajaran SMK di Provinsi Bali sebagai Nara sumber Bimbingan teknis peningkatan Pembelajaran SMK di Provinsi Sulawesi Selatan sebagai Nara sumber Penyusunan dan Pengembangan naskah Pembinaan Kurikulum SMK sebagai peserta Training of Trainer (TOT) Calon Fasilitator Bimbingan Teknis Implementasi KTSP SMK sebagai Fasilitator Training of Trainer (TOT) Calon Fasilitator Bimbingan Teknis Implementasi KTSP SMK sebagai Fasilitator Pengembangan Spektrum Pendidikan Menengah Kejuruan
Proposal Penelitian Disertasi Doktor #Putu Sudira-PPS UNY#
WAKTU PELAKSANAAN
14-16 Desember 2008
Page 39
2. Luar Negeri No TEMA SEMINAR
TEMPAT
1.
Malaysian Invention Exebition
Kualalumpur
2.
Risearch Methodology
OHIO State University Columbus USA
WAKTU PELAKSANAAN 19 s/d 22 Agustus 1994 27 Oktober 2009s/d 23 Januari 2010
SERTIFIKAT/ SURAT KETERANGAN Sertifikat Certificate
Pelatihan 1. Dalam Negeri & Luar Negeri No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11.
JENIS PELATIHAN
TEMPAT
Perancangan dan Aplikasi Sistim Mikroprosesor Rekonstruksi Kuliah Aplied Aproach Sistim Jaringan dan Komunikasi Data Pengenalan Sistim Pendidikan Politeknik Dasar Sistim Pneumatik Sistim Elektro Pneumatik Sistim Elektro Hidrolik Sistim PLC Sistim Mekatronika Pengembangan Hibah TPSDP Sandwich
PAU ITB Bandung IKIP Yogyakarta PAU ITB PEDC Bandung FESTO Jakarta FESTO Jakarta FESTO Jakarta FESTO Jakarta FESTO Jakarta Dikti Human Ecology Teaching and Learning OHIO State University Columbus USA
1989
SERTIFIKAT/ SURAT KETERANGAN Sertifikat
1991 selama 15 hari
Sertifikat
1992 selama 4 minggu 1993 selama 3 bulan
Sertifikat
2000 selama 3 hari 2000 selama 3 hari 2000 selama 3 hari 2000 selama 3 hari 2000 selama 3 hari 2002 selama 3 hari 2009-2010 selama 3 bulan
Sertifikat Sertifikat Sertifikat Sertifikat Sertifikat
WAKTU PELAKSANAAN
Sertifikat
certivicate
Pengalaman Kerja Pengalaman Penataran SERTIFIKAT/ SURAT KETERANGAN Sertifikat
No
JENIS PEKERJAAN
INSTITUSI
WAKTU PELAKSANAAN
1.
Fasilitator Kegiatan Sosialisasi dan uji Coba Kurikulum SMK Edisi 2004 Pelatih kegiatan Workshop PLC Guru-Guru Jurusan Elektro SMK se DIY Instruktur Out Bond bagi Kepala Sekolah dan Wakil Kepala Sekolah SMK se Kota Magelang Nara Sumber Penyusunan Modul dan Silabus Kurikulum SMK Edisi 2004
Direktorat Dikmenjur Depdiknas UNY
Agustus 2003 di Palangkaraya dan Bali 22 s/d 26 Mei 2001
FT UNY
3 s/d 4 Oktober 2003
Sertifikat
Dinas Pendidikan Prov. Bali
13 s/d 17 Oktober 2004
Sertifikat
2.
3.
4.
Proposal Penelitian Disertasi Doktor #Putu Sudira-PPS UNY#
Sertifikat
Page 40
SERTIFIKAT/ SURAT KETERANGAN Sertifikat
No
JENIS PEKERJAAN
INSTITUSI
WAKTU PELAKSANAAN
5.
Nara Sumber Pelatihan Penyusunan Modul Guru SMK se Provinsi Bali Yuri Lomba Penyusunan Modul Guru SMK se Provinsi Bali Yuri Lomba Penyusunan Modul Guru SMK se Indonesia
Dinas Pendidikan Prov. Bali
21 s/d 25 Oktober 2004
Dinas Pendidikan Prov. Bali Direktorat Dikmenjur Depdiknas Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah; Direktorat Pembinaan SMP Direktorat Dikmenjur Depdiknas
4 s/d 6 November 2004 Januari 2005
Sertifikat
19 s/d 25 Juli 2006
Sertifikat No. 976/C3/PP/2006
30 Juli s/d 4 Agustus 2006
Sertifikat
FPTK UNDIKSHA
9 Oktober 2006
Direktorat Dikmenjur Depdiknas
13 s/d 18 Agustus 2006
SMK N 1 Kuta Selatan Kabupaten Badung Direktorat PSMK
23 Desember 2006
Kepala SMK N 1 Kuta Selatan
7 s/d 9 Maret 2007
Direktur PSMK
FT UNY
30 Agustus 2007
6. 7.
8.
Fasilitator Penyusunan KTSP Silabi, dan RPP SMP
9.
Fasilitator kegiatan penyusunan model Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SMK Nara sumber Studium General Jurusan Teknik Elektro FPTK UNDIKSHA Singaraja Fasilitator kegiatan penyusunan model Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SMK Workshop Penyusunan KTSP SMK
10.
11.
12.
13.
14.
Nara sumber Workshop pengembangan Pembelajaran Mata Pelajaran Muatan Lokal dan Pengembangan Diri pada SMK Nara sumber dalam Workshop Keterampilan Kejuruan Bidang Keahlian Teknik Elektronika Dalam rangka Persiapan Sertifikasi Kompetensi Profesional Bagi Guru-guru SMK
Proposal Penelitian Disertasi Doktor #Putu Sudira-PPS UNY#
Sertifikat
Page 41
Keterlibatan dalam Tim Penelitian/Penulisan Naskah/Keproyekan
1.
JENIS KETERLIBATAN Langsung
2.
Langsung
Konsultan Manajemen Junior Secondary Education Project LOAN 4062 IND Dinas Pendidikan Provinsi DIY
Dinas Pendidikan Provinsi DIY
3.
Langsung
4.
Langsung
Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi SMA Mata Pelajaran Agama Hindu Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi SMP Mata Pelajaran Agama Hindu
5.
Langsung
6.
Langsung
7.
Langsung
Penulisan Modul Bahan Ajar Mikrokontroler Diktat Kuliah Sistim Mikroprosesor didanai Proyek Semi-QUE IV Modul Memprogram
NO
TOPIK
INSTITUSI
Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi SMK
FT UNY
KEDUDUKAN DALAM TIM
TAHUN
Ketua tim Bidang Teknik Elektronika Anggota
2002
Pasca Sarjana UNY
Penanggung jawab
2003
Pasca Sarjana UNY
Penanggung jawab
2003
P4D Bandung
Penulis
2005
FT UNY
Penulis
2002
UNY
Penulis
2006
Dir PSMK
Pengembang
2008
Dir PSMK
Editor
2007/2008
2003
Mikroprosesor dan Mikrokontroler 8.
Langsung
9.
Langsung
Pengembangan Bahan Bimbingan Teknis Peningkatan Kualitas Pembelajaran di Cisarua Bogor Penulisan Buku Ajar SMK
Demikian Curriculum Vitae ini kami buat dengan sesungguhnya dan sebenar-benarnya dapat digunakan sebagaimana mestinya. Yogyakarta, 2 April Juli 2010 Yang Membuat
Drs.Putu Sudira, MP NIP 131 655 274
Proposal Penelitian Disertasi Doktor #Putu Sudira-PPS UNY#
Page 42