- 165, 1960, pasal 4. r £ t3' MerUeri P.P. dan K, no. KM787/U.U. 1412-1960, B.N. 1961 no. 8. L N. 1961 no. 262.
ZiZ, 718)
•7orn ■
p959
no’
X’
Pa sal
13-
i ,en- Pres’ 1959 no. 7, pasal Idem, pasal 6 sub 2.
6 L.N. 1959 no. 149 ; TLN no. 1916.
n ° Pt3' Menteri Perekonomian, no. 2027/M, 8-2-1954 ; B.N. 1954 no. 19. reraturan Menteri Agama, 1959 no. 5 tentang Pimpian Hadji, pasal 3, B.N. 1959 no. 101 .
237 Hukum Perd-ita Internasional Indonesia -
16
penguasa. Sebagai tjontoh dapat disebut disini Gerakan Pramuka. Dalam Anggaran Dasamja ditentukan bahwa status W NI diutamakan pula. ‘ “4) Dalam hubungan ini dapat ditundjuk pula adanja larangan chusus bagi berbagai Organisasi asing jang alasUn dan tudjuannja dianggap m e m p u n ja i dasar dan sumber dari luar Indonesia jang tidak sesuai dengan K e p r ib a d ia n Nasional. Sebagai tjontoh disebut disini larangan terhadap „Rotary Club”, 725) „Devine Life Society” 72C) „Moral Rearmament”, 727) „Vrijmetselaaren-Loge” 72S) dan „Ancient Mystical Organization of Rosae Cruisers”. 729) Salah satu hak dan kewadjiban lain jang chusus disediakan untuk warganegara dibidang hukum publik ialah segala sesuatu jang berkenaan dengan kewadjiban dinas militer, pembelaan negara dsb. Sebagai tjontoh kita sebut disini sjarat untuk dapat diterima sebagai anggota dari Angkatan Perang R.I.S. 730) Ketentuan2 mengenai Wadjib Militer Darurat 731) dan Wadjib Militer hanja ditudjukan kepada WNI. 73-) Sjarat jang serupa kita saksikan pada peraturan mengenai dinas militer sukarela. 1M) Suatu peraturan jang berhubung dengan ini ialah tentang W adjib kerdja ban tuan kepada alat2 negara. 734)
363.
Pengawasan chusus terhadap orang asing.
Orang asing tidak dapat bergerak setjara leluasa seperti warganegara. Tindakan2 chusus diadakan berkenaan dengan pengawasan atas orang asing ini. 73j) Mereka jang berada didalam wilajah R.I. takluk dibawah berbagai peraturan pengawasan. Peraturan2 pelaksanaan telah diadakan dalam rangka pengawasan terhadap orang asing ini. 73°) Terhadap orang2 asing dapat diadakan larangan untuk berada ditempat tertentu di Indo nesia (pasal 5 dari peraturan tersebut). Sebagai tjontoh2 pelaksanaannja
I 165'
726)
Ik I
DeP‘ 1961 n° ’ 238’ B-N’ 1951 no. 57. i>er* £ epert' 1961 no- 5 ! TLN 2155. Per.Peperti 1961 no. 6, TLN 2156
7 0 728) 729) 730)
r,er' ECperti 1961 no- 7- TLN «>. 2157. Per. Peperti1931no.7,TLN 2157 Per. Peperti1961no.7,TLN no 2157 U.U. Dar. 1950 no. 4, LN 1950 no l
731) 700 ! 733) 734) 735)
23S
tP *rUn,g PusaTl’ no- I>rt/Pcperpu/038/1959, B.N. 1959 no. 29 ; Wadjib Militer Daiuiat Angkatan Laut, Kepts 18-11-1957, pasal 2 ajat 1 sub a, B.N. 1959 p 'p ' inro3 n0' ^ 6, pas,al0 \ dan Pasal 2, L.N. 1958 no. 117, TLN 1651. P .1. 19o8 no 52 pasal 2, L N . 1958 no. 130, TLN 1662 ; P.P. 1959 no. 37, pasal 1 sub c, L.N. 1959 no. 59, TLN 1802. Peraturan Penguasa Perang Pusat no. Prt/Peperpu/022/1958, 19-5-1958, B.N. 1958 no. 49 . » v 1 t * . > U U. Dar. tentang Pengawasan Orang Asing, L.N. 1953 no. 64 ; Pendjelasan TLN 463. Lihat untuk ini, Warganegara dan Orang Asing, h. 66 dst. ; W i l l m o t t , o.c. h. 70 nst.
sebagai daerah tertuhip untuk orang asing. 73T) Terhadap tempat tinggal orang asing diadakan pengawasan chusus. Tjontoh konkrit Iainnja ialah pernjataan larangan memasuki, bertempat tinggal atau berpindah bagi orang asing ke atau di Sabang dan Tarakan tanpa idzin K.S.A.L. 73S) Segala sesuatu jang mengenai penjelenggaraan urusan beradanja orang asing di Indonesia diatur oleh Menteri Keamanan Nasional. Demikian diatur dalam Peraturan Presiden 1960. 7’13) 354.
Pekerajaan bagi orang asing.
Untuk orang asing tidak terdapat kebebasan untuk melakukan pekerdjaan di Indonesia. Sudah sebelum pengakuan kedaulatan orang mengenal peraturan2 chusus untuk orang2 asing ini. 7S9) Pokok daripada peraturan jang menggantungkan kemungkinan bekerdja bagi orang asing dari adanja suatu izin chusus jang diberikan oleh Menteri Perburuhan, ditjantumkan dalam U.U. no. 3 tahun 1958 74°) tentang penempatan tenaga asing. Orang- asing dilarang untuk bekerdja di Indonesia tanpa izin dari Menteri Perburuhan. Apabila sudah dipekerdjakan orang asing ini pada waktu peraturan diadakan, maka dianggap bahwa untuk ini telah diperoleh izin selama 6 bulan. Laporan harus diberikan tentang dipekerdjakannja serta pekerdjaan dari orang asing. Pegawai2 dari korps diplomatik dan konsuler bebas daripada peraturan izin ini. 736)
737) 738) 739)
739) 740)
Misalnja : P.P. tentang Pelaksanaan Pengawasan terhadap orang asing jan g berada di Indonesia, L.N. 1954 no. 45, TLN 645, ja n g mengatur soal laporan djika beper gia n atau m en gin ap ditem pat lain ; Per. Penguasa Militer no. P rt/PM /012/19c>7, 3-7-1957 tentang Pelaksanaan Koordinasi pengawasan orang asing jan g berada di Indonesia, B.N. 1957 no. 60 kem udian ditetapkan kem bali, a.l. no. P r t/P e p e rp u / 0 8 /1 9 5 8 11-4 1 9 5 9 ; KSAL no. Z 1 /1 /1 8 26-2-1959; kemudian ditjabut dengan 1 er. Peperti no. 9 tahun 1960, L.N. 1960 no. 115. Keputusan Menteri Keamanan Nasional no. MI/B/00-184/1960, 6-10-1960. Kepts. Kepala Staf Angkatan Laut, No. Z 1/1/25, 8-31960, B.N. 1960 no. 26. Kepts. Prs. 1960 no. 184. Bdgk. pula Kepts. M .KN. no. MI/A/00457/1960, 22-91960, tentang Panitya Screening Orang Asing bagi Daerah Djakarta Raya, J3'’JS diatur nada tingkatan Staf Keamanan Nasional, dan djuga Kepts. M.K.N. no. M l/ A /00456/60, tentang Pembentukan Panitya Screening Orang Asing, jang ditugaskan mengadakan penjaringan terhadap perpandjangan izin tinggal, pemberian reentry permit bagi orang asing. Kemudian diserahkan tugas screening ini kepada Kepala Kanlor Imigrasi Daerah, pasal 1 dari Kepts. M.K.N. no. MI/A/0G88/61 mulai 10 April 1961. Lihat pula Kepts. MKN no. Ml / B '0087/61 ; MKN no. M I /B /0 0 5 0 1 / 1960, 5-11-1960 ; M.K.N. no. M I/B /00155/60, 22-9-1960 tentang Exit d.in Re-entry permit ; petundjuk-petundjuk tentang pemberian visa, exit dan re-entry permit dan perpandjangan izin tinggal bagi orang asing. Pelaksanaannja didasarkan atas keaehlian dan kebutuhannja disamping pertimbanaan berdasarkan ketertiban dan keamanan umum, untuk WNI, lihat Instruksi M.K.N. no. III/B/0G27/1961 ; Bdgk. tentang paspor-surat perdjalanan R.I., pasal 5 U.U. 1959 no. 14 ; paspor untuk orang asing jang berdiam di Indonesia U.U. Dar. no. 40 tahun 1950, L.N. no. 82. Lihat K l e i n t j e s , Staatsinstellingen van Ned. Indie, I, h. 124 dst. g e m a n n , Collegeaantekeningen, over het Staatsrecht van Ned. Ind-e, h. 93 dst. L.N. 1958 no. 8. Untuk pembahasan peraturan ini. lihat Warganegara dan Orang Asingr, h. 58 dst.
239
Apabila izin untuk pekerdjaan orang asing ditolak ada kesempatan bagi madjikan untuk mengadjukan keberatan2. Untuk membantu Menteri dalam menjelesaikan hal ini, maka diadakan Dewan Pertimbangan Tenaga Asing jang ditugaskan untuk memberikan pertimbangan2 kepada Menteri tentang keberatan- jang diadjukan oleh pihak madjikan ini. 7n) Tetapi tenaga pegawai bangsa asing jang ahli diberikan pula berbagai tundjangan luar biasa oleh pemerintah. 7!2) Dan dalam hubungan memadjukan turisme sebagai sumber penghasilan devisen untuk negara, kita saksikan adanja pula usaha t e r t e n t u untuk mempermudah masuknja orang2 asing jang akan mengundjungi dan mengenal Indonesia. 743) 365.
Usaha dagang orang asing.
Berdasarkan dengan usaha2 jang boleh diadakan oleh orang- asing terdapat ketentuan2 chusus jang membatasi bidang usaha mereka. Ada bebeiapa perusahaan tertentu jang chusus disediakan untuk warganegara. rang asing tidak diperbolehkan untuk mengusahakannja. jontoh: Perusahaan penggilingan padi dan penjosohan beras, 7I!) Per usahaan Muatan , Kanal Ta „ t 745\ * . i P -Liaut, ) tentang pembikinan garam rakiat jang chusus dimonopoli oleh WNI, 740) dsb 7i7) -tU
waktu achir2 ini kita saksikan adanja berbagai
usahaan2 a ^ n ^ T i n d ^ k S i “ denf 1n Penjaluran dari Per' nr.Vr.l*n i umumnja dapat didasarkan atas peraturan ^ raSa,' aan (..^ « ¡fe e g le m e n t e v in ^ Ordo,,S dari penguasa sebelum kemerdekaan. no. 50. 2>
743) 744) 745) ?46) 747) 748)
240
n
tentang Dewan Pertimbangan Tenaga Asing, L.N. 1958
peTubahanVp^io ¿hun 1951 f 51 ^ ° ' d o TLN 28 : L'N' 1951 no' 20' TLN 88 : tentang perbaikan ^ terscbut- PP « 5 1 no. 62 ; P.P. no. 22 tahun 1960 peraturan chusus ~ PegT ai negeri asing’ L'N‘ ^ 6 0 no. 51, TLN 1979; Dewan Menteri) II Tr , QP®nganSkatan pegawai asing (diperlukan persctudjuan Peperpu tentang*kebiHi'ilr^ ^ no- ^8 > Bdgk. pula instruksi negara mengenai pegawai/ nf an , 5 1 n g pegawai/perburuhan dalam perusahaan buruh jang berkewar<m/perburuhan dalam perusahaan3 negara mengenai pegawai/ perpandjangan hubungan ,asmg’ n0’ instr/Pcperpu/089/1959, 25-7-1959 : tenaganja belum bisa HiV* t- i f dengan tenaga asing hanja diberikan bilamana survey”, P.P 1951 no “j ? .1 e“ tenaga WNI ; Tenaga asing untuk proirk ,.Aerial B.N. 1961, 23, Kepts P r e T W i P.P. 1954 no. 42, L.N 1954 „J 65‘ P.P. 1954 no. 61, L.N. 1954 no. 107 TLN 1 77l!3 tahUn 1959’ pcnetaPan U.U. Dar. 1957 no. 25, L.N. 1959 No. 38 : Lihat tentang ini lebih landi,.* tw S. 1938 no. 86. Untuk pembahas™ ^ ’1^ 3'’3 ” ,9 /“ ® h' 59 dst’ man Peridzinan perusahaan” ¡Tuliiotr ¿¡a uran ,lnl’ ‘ :lt C h a i r u l A n w a r . Pr(.i>nlustri dan perdagangan, Bandung (J961V
Dalam rangka proses „ Indonesiasi” telah diadakan berbagai tindakan2 chusus. Tindakan2 ini bermaksud supaja dapat dipertjepat proses Indonesiasi ini dibidang perdagangan. Perusahaan2 orang asing ini (jang tidak dimiliki oleh WNI atau badan hukum, bentuk hukum lain dimana beberapa pe megang saham bukan WNI) pada hakekatnja tidak diizinkan untuk didiri kan. dipindahkan tempat atau dipindahkan haknja serta diperluas. 749) Hal ini telah ditegaskan pula dalam Surat Menteri Perdagangan kepada Menteri Kehakiman pada tahun 1957. 700) Dalam surat tersebut didjelaskan tentang tindakan2 jang perlu diambil berkenaan dengan penjaluran2 jang harus diambil ialah : a) Penghentian segala pendirian perusahaan dagang asing, b ) Pengurangan djumlah perusahaan2 perdagangan asing jang telah ada, c) Pemberian bim bingan, penerangan dan fasilitet2 lainnja kepada
perusahaan perdagangan nasional. dapat kita saksikan adanja Keputusan Menteri Keamanan Nasional tahun 1960 berkenaan dengan dinjatakan berbagai tempat tertentu di Indonesia Perusahaan asing memerlukan idzin chusus dapat melandjutkan usahanja sementara ini. Penguasa telah mengadakan tindakan2 lebih landjut berkenaan dengan
perusahaan2 asing ini. Dengan Keputusan Bersama Menteri Perindustrian dan Menteri Perdagangan tanggal 3-9-1957 750a) dinjatakan bahwa perusa haan a s i n g termasuk djenis perusahaan2 jang ditundjuk oleh Menteri, terhadap perusahaan2 mana diperlakukan Bab I dari Ordonansi Pem batasan Perusahaan (Ordonansi Penjaluran Perusahaan, Bedrijsreglementeringsordonnantie 1934 S. 1938 no. 86). Dalam penundjukan ini termasuk baik perusahaan jang untuk 1002 bermodal asing atau perusahaan jang hanja untuk sebagian terdiri dari modal asing. Hal ini disebabkan karena dalam perumusan dari perusahaan asing ini, tertjakup semua perusahaan jang ditilik dari sudut kedudukannja, modalnja bersifat perusahaan asing atau jang untuk seluruhnja atau sebagian dimiliki atau dikuasai oleh bukan warganegara Indonesia. 749 )
Pengum um an Djawatan Perdagangan Dalam Negeri dan Perekonomian Umum no. 3683/CI-O/DPPU 10-8-1957. Jang sudah ada sedjak d'.keluarkan surat keputusan bersama Menteri Perdagangan dan Menteri Perindustrian no. 2077 M Perind-2430/ M/Perdag. untuk sementara berdjalan terus. Bdgk. pula Surat Edaran No. 3768/ F-I-I/DPPU. 750) Surat Menteri Perdagangan kepada Menteri Kehakiman No. 2755/M dan No. 2754/ M /, 18-8-1957. 750a) Surat Keputusan Bersama Menteri Perindustrian dan Menteri Perdagangan no. 2077/M Perind. __________________ 3 _ q i q !; 7
2430/M-Perdag.’ Lampiran 2 pada buku C h a i r u l A n w a r, o.c. h. 67.
241
' f Dengan kcputusan Menteri Perindustrian tanggal 2S-10-193S M. S92I/M. Perindustrian, telah ditentukan balnva untuk sementara diberikan idzin kepada perusahaan2 asing jang memenuhi berbagai sjarat tertentu. 7r>1) Dengan adanja berbagai ketentuan tentang perusahaan industri dan perusahaan dagang asing ini ldta ketemukan pula berbagai peraturan2 pelaksanaan lain. Perusahaan perdagangan asing jang berupa perdagangan besar (jang bergerak dalam bidang impor-ekspor dan berhubungan lang sung dengan piodusen besar) maupun perusahaan Perantara (jang mendjadi perantara) atau Perushaaan Kctjil (etjeran), diharuskan mempunjai idzin untuk mendjalankan perusahaan. 7B2) Idzin djuga diperlukan bagi perusahaan asing jang berupa perusahaan jang mendjual atau membeli d j as a (dienstverlenende bedrijven) jang bergerak dilapangan perda gangan. T j o n t o h- : pemangkas rambut, photo studio, binatu, keriting rambut, salon2 ketjantikan dsb. 733) Berkenaan dengan industri ketjil dan keracliinan terdapat berbagai e en 'ia e iusus. Menteri Muda Perindustrian Rakjat pernah mengeluarn injlru^si pada permulaan 1S60 jang pada pokoknja menentukan, supaja - c i ■ri-an iazin perusahaan kepada pengusaha2 asing, dalam jirnrW di
ian mclustri ketjil. Kepada perusahaan industri me.^ ^ d a L n V r ^ ° leh K ePa k D a e r^ Daswati L Untuk pe7 P T Sa aan aSing kePada Pengusaha asing lainnja tidak d ib erfb T m e S u tif“ * i PengUSalia asiuS tidak akan diberikan idzin untuk S £ af g dalam bidanS keradjinan dan industri industri ketiil a” 1 Permndalian tempat perusahaan2 keradjinan dan mcluotn ketjd asing tidak diberikan idzin. ™>)
752)
753) 754)
242
T™ f vu
Perindustrian Pusa^sebefum ’ teIa!l 111011011 ic,zin kepada Djawatan Keputusan Bersama Menteri Prrinrlt.J• ter.mas“^ Perusahaan asing jang sebelum diharuskan mempunjai lisensi r 3 r-lan ^jan Menteri Perdagangan 3-9 1957 tidak jang diberikan berlaku samnai T ,njaluran Perusahaan di Djakarta. Izin o.c. h. 35 dst. dan Lamninn i « j i ' ?' ^lat ^ i h djauh, C h a i r u l A n w a r , tusan Menteri Perdagangan nn m m A f i l 69 Bdgk. pasal peprtaina Keputersebut, mengenai djan<»ka w kt 14-5-1959, berdasarkan keputusan Bersama perdagangan asing ketiil/etw ™ ri SUra,1 ,idz!n scmentara dan idzin lisensi bagi dan propinsi, berdjan^ka wntt,, ibukota Kabupaten, keresidenan, kotapradja Pengumuman D j a w a t a n V r l L T ^ f ' 1 2 ' 959' 1958, berdasarkan Keputusan K ™ m J l eseri n0‘ 274/C-I-O/DPPN/P, 2 0 1 Kantor Pusat maupun Kantor TinK n°' .2077/M/Pcrind, 430/M /Perdag. Baik (pasal 2 dan 3 ), ang’ masing3 harus mempunjai idzin tersendiri Lihat Pengumuman Djawatan Prr,!o„.,„ „ , 23-5-1958. perdagangan DaJam Negeri no. 1905/H 1-O/D P P N /F , Surat
instruksi Menteri Muda Perinrlri enndra no. 524/25/m.m., 22 1-1960.
id2in
366.
Tindakan3 chusus terhadap golongan2 orang asing tertentu.
Terhadap perusahaan2 dari sebagian orang asing telah diadakan tindakan2 chusus. Terkenal adalah tindakan2 pengambilan penguasaan 755) disusul oleh nasionalisasi terhadap perusahaan2 milik Belanda. (U.U. no. 86 tahun 1958). 750) Djuga tindakan- jang telah dilakukan terhadap milik orang2 asing jang dianggap pro Kuomintang tjukup dikenal. Oleh Penguasa Perang Pusat dalam tahun 1958 757) telah dikeluarkan suatu keputusan jang menentukan bahwa semua perusahaan2 dagang, perkebunan, asuransiadministrasi, pelajaran dan pertambangan jang sebagian atau seluruhnja adalah milik organisasi jang didirikan oleh dan/atau untuk orang2 Tionghoa perantauan (Iloakimiw), jang bukan warganegara dari negara asing jang telah mempunjai hubungan diplomatik dengan R.I. dikuasai oleh pemerin tah R.I. Didalam penguasaan ini termasuk benda jang bergerak maupun jang tidak bergerak, termasuk keuangan dan surat2 berharga milik per usahaan itu. Penguasaan ini djuga meliputi kantor2 tjabang berikut bagian2nja dari perusahaan2 bersangkutan. Kemudian kita saksikan bahwa telah diadakan ketentuan chusus lebih djauh mengenai larangan organisasi2 dan pengawasan daripada perusahaan2 orang2 jang dianggap pro Kuomintang ini. Dalam tahun 1960 telah di keluarkan suatu peraturan jang melarang organisasi2 jang didirikan oleh atau untuk orang asing, sepandjang mereka ini tidak berkewarganegaraan, atau mempunjai kewavganegaraan dari suatu negara jang tidak diakui oleh R.I. atau jang hubungan diplomatiknja telah diputuskan oleh R.I. Djuga termasuk dalam kelompok ini orang2 jang menurut hukum dari' negara jang diakui oleh R.I. (jang dimaksudkan ialah RRT) mempunjai kewarganegaraan negara tersebut, akan tetapi jang tidak diturut oleh jang bersangkutan (pasal 1). Semua perusahaan jang didirikan oleh atau untuk orang2 asing termaksud diawasi oleh pemerintah R.I. (pasal 2 ajat 1). 75R) Disamping peraturan2 chusus terhadap kelompok2 orang asing tertentu tadi, kita ketenmkan pula ketentuan jang ditudjukan teristimewa terhadap 755)
757) 758)
a.l. Perintah KASAD, 10-12-1957, no. SP/PM '007/1957 ; Radiogram ¡"struksi* KASAD no. T. 2683/1957, 12-12 1957 ; Radiogram instruksi5 KASAD_ no. 1K. JaO/ 1957, 16-12-1957; Keputusan Menteri Pertahanan no. 1059/ PMT/1957, 612-1957 ; Keputusan KASAD no. 1063/PMT/1957, 8-12 1957 ; Keputusan KASAD no. Kpts/ P M /080/1957 ; Keputusan KASAD 10-1-1958 tentang pengawasan perusahaan- gas dan listrik milik Belanda ; Circulair Pusat Penguasa Perang No. SE/Peperpu,/02/58, 8 2-1958 tentang instruksi2 lebih djauh terhadao pelaksanaan pengawasan dari per usahaan3 Belanda ; Peraturan Pemerintah 26-2-1958 no. 10, 11 tentang pembentukan Badan3 Pengawasan Perindustrian dan Tambang (BappiO* L-N- 1958 no. 19, 21 ; P.P. 1958 no. 23, L.N. 1958 no. 39 tentang penempatan semua milik Belanda dalam pengawasan. Keputusan Penguasa Perang Pusat no. Kpts/Peperpu/0138/1958, 16-10-1958 B.N. 1958 no. 87. Perpu 1960 no. 50, L.N. 1960 no. 157, TLN no. 2105 untuk pendjelasannja.
243
golongan orang asing tertentu. Jang dimaksudkan disini ialah peraturan tentang „ Larangan usaha perdagangan ketjil dan etjeran asing didaerah Swatantra tingkat I dan II serta Keresidenan diluar kota. Peraturan ini jang terkenal sebagai P.P. 10 tahun 1959 75°) pernah menarik perhatian chalajak ramai. Berkenaan dengan larangan untuk perdagangan ketjil dan etjeran asing ini lata saksikan ketentuan2 jang mengatur soal keharusan untuk likwidasi perusahaan2 tersebut (pasal 2, 3 dan 4). Djuga diatur tentang pemindahan hak dan pemindahan tempat dari perusahaan2 jang dimaksudkan (pasal 5-10). 367.
Ketentuan2 tentang modal asing.
Dalam tahun 1958 telah diadakan peraturan tersendiri mengenai modal asing jang dapat diinvestasi di Indonesia. 70°) Didalam undang2 ini kita ketemukan suatu interpretasi otentik tentang apa jang dianggap sebagai „pengusaha asing ’. Temjata jang dimaksudkan dengan istilah ini ialah pengusaha jang bukan WNI. Perusahaan jang dimiliki untuk seluruhnya atau sebagian oleh orang2 jang bukan-WNI dianggap asing pula. Pemerintah R.I. menganut politik perekonomian nasional. Dengan ini ima ^u an a wa pemerintah menghendaki adanja keseimbangan dinfwlTr 1 n^\ 6 ° noini- Terutama diberbagai bidang chusus, seperti p r gangan m ernasional, perindustrian, perkebunan besar, perdagangan dalam negen perlu diadakan keseimbangan ini. Dengan demikian kita i jS1 ^ a Wa 1 an a^an faham kewarganegaraan. Sesuai dengan b e r b a g V ia h a t la ^ ; ^ **** ^ ••i i. , dengan tudjuan agar supaja perekonomian sendiri ' ^ ^ enSgarakan sedapat mungkin oleh orang2 Indonesia Akan fpt-an' ^1 ™endia^a^ an politik nasional dibidang perekonomian ini. Uthfc berarti
pemenntah sendin jang turut serta.
bidang usaha
c^usus disediakan bagi usaha pemerintah. Dkin- d isph f ? ! Iam g °lonSan ini dimiliki oleh pemerintah. 7C1) Disim disebut 8 matjam perusahaan2 • 759) 760) 761)
244
L N. 1959 no. 128. U.U. tentang penanaman modal asine U U los« 70 Sampai berapa djauh modal partikdir l 'l 1 . 1 1, j -, tukan sendiri oleh pemerintah. P kut sertakan nautJ akan dl,en’
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
kereta api, telekomunikasi, pelajaran dan penerbangan primair dalam negeri, pembangkitan tenaga listrik, irigasi dan air minum. pabrik mesiu dan sendjata, pembangkitan tenaga atom, pertambangan- balian2 vital.
Perusahaan2 ini tertutup bagi modal asing. 7C2) Lain daripada itu tertutup pula bagi modal asing, perusahaan jang lazim dikcrdjakan oleh WNI (pasal 4). Disini termasuk industri ketjil (sniall scale industry) dan lain2 usaha chusus. 7<53) Mengenai perusahaan2 jang akan mendjalankan usahanja di Indonesia ditentukan bahwa perusahaan2 ini harus mempunjai bentuk kesatuan perusahaan sendiri. Tjara pembentukan ialah dengan pendirian menurut hukum Indonesia dan djuga berkedudukan di Indonesia. 704) Perusahaan2 jang bermodal asing ini akan memperoleh fasilitet- ter tentu mengenai hak2 atas tanah, 705) transfer, 700) pentjegahan padjak dobel, ,u‘ ) dsb. Djuga menarik perhatian, bahwa kepada perusahaan industri asing dapat diberikan djaminan, bahwa perusahaannja tidak akan dnniliki oleh negara atau diubah mendjadi milik nasional, untuk djangka waktu maksimum 20 tahun. 708) Sebagai tjontoh daripada perusahaan pemberian djasa2 jang disediakan chusus untuk W NI misalnja dapat disebut perusahaan turisme. 7 ) Perusa 762) 753)
764)
765) 766) 767) 768)
Pasal 3 dari U.U. Penanaman Modal Asing 1958 no. 78. Tetapi pemerintahdapat mengadakan pindjaman= dengan per dj andj ian2 chusus untuk dapat men00 modal asing (ajat 2). , i i Dewan Modal Asing akan menentukan lebih djauh apa jang termasu a am go longan perusahaan ini. Larangan untuk modal asing ini, tidak mengurang j hak Dewan untuk menentukan tjara kerdja sama antara moda nasiona * modal asing dalam hal ini. Tudjuan daripada bantuan modal asing supaja produksi dapat ditambah dan mutu dipertinggi- Asistensi dan luar ini diharapkan untuk dapat bimbingan mengenai ,,technical and managenal know h °w ’ (Bdgk. Memori Pendjelasan). Lihat djuga diatas. Bdgk. d:ata,s, pada TPS, „kedudukan badan hukum” , dan lihat pula U.U. Pokok Agararia, no. 5 tahun 1960, tentang sjarat2 untuk dapat mempunjai hak guna usaha (pasal 30, ajat 1 sub b), hak guna-bangunan (pasal 36 ajat 1 sub b n naK Pakai (pasal 42 sub c) dan hak sewa (pasal 45 sub c). _ Bdgk. noot diatas, n. 764% Akan ditindjau lebih djauli setjara tersendiri. Pasal 14 dst. Pasal 11. Pasal 13 ajat 1. Djangka waktu ini adalah 30 tahun untuk perkebunan besai asing. Bdgk. berkenaan dengan persoalan ini, D e 1 s o n, Is a taking of an ien s property without compensation or in derogation of the terms of a contract m violation of public international law ? t Proceedings and Committee Reports of the Ame*
nnn\
769)
iican Braneh o f the International Law Association (1959-1960). Keputusan Menteri Perhubungan R.I. no. H 2/8/1, 8-7-1959 tentang Perusahaan jang mengurus Turisme, PerpelanLjongan dan/atau Perdjalanan, B.N. 1960 no. 81.
245
haan ini menurut keputusan Menteri Perhubungan harus merupakan perusahaan jang berbentuk badan hukum menurut hukum perdata Indo nesia dan harus dimiliki oleh W N I (pasal 5 sub a). D alam rangka penjusunan ekonomi nasional ini kita saksikan bahwa oleh penguasa telah diambil pula berbagai tindakan2 jang njata. Berbagai funksi telali disediakan chusus untuk W N I . Misalnja dapat disebut disini sebagai tjontoh sjarat untuk mendjadi anggota dari D ew an Pengurus „Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia Sementara”. Dinjatakan dengan tegas bahw a hanja W N I sadja jang dapat mendjadi anggota. Demikianlah dapat kita batja dalam Keputusan dari Menteri Perdagangan tahun
1961. 770) Dilain pihak kita saksikan bahwa tidak semua funksi chusus disediakan untuk W N I sadja. Ada djuga organisasi2 resmi jang membolehkan bahwa pengusaha2 asing mendjadi anggota. Misalnja dapat disebut disini sebagai tjontoh ketentuan- tentang keanggotaan daripada „ Perserikatan Usaha Dagang untuk Barang Sedjenis”. Dalam rangka ekonomi terpimpin kita saksikan bahwa telah dikeluarkan peraturan2 chusus jang berkenaan aengan organisasi produksi dan penjaluran. Menurut ketentuan jang termaktub dalam surat keputusan Menteri Perdagangan dari tahun 1959, 7T1) maka perusahaan2 perdagangan, baik asing maupun nasional, jang telah mempunjai surat lisensi atau surat idzin umum dan bergerak dalam lapangan satu djenis atau golongan barang, baik kebutuhan pokok Rakjat maupun u 'an, iwadjibkan untuk menggabungkan diri dalam dan raenja i anggota aii Perserikatan Usaha Dagang untuk djenis (golongan) arang jang ersangkutan (O.P.S.). Baik pengusaha W N I maupun asing dapat mendjadi anggota dari O.P.S.-O.P.S. ini. J 9 enykianlah beberapa ketentuan2 waktu achir ini berkenaan dengan ekonomian ^ em atasan antara status W N I dan asing dalam bidang per-
368.
Perusahaan2 Negara. alih’ dikuasai dan kemudian
Pada awalnja kita s a E a n management jang dipentingkan ■ A
p
„ Badant.
] ]Ut m enum t ketentuan- chusus.
memberi £ J
^ ketentuan: Peng ° P ™ daripada kesan jang njata bahwa proses Indonesiasi
Pemsa^iaan jang telah dikuasai dibentuk badan2 . 1p aS an untllk melaksanakan penguasaan itu. Berbagai Penguasa Perusahaan* Belanda” telah dibentuk. Sebagai
bitkan dalam B.N. no. 5.
246
J
dagangan no- ™ 4 /M /2 6 11-1959, pasal 5. d.ter-
tjontoh dapat disebut disini keputusan dari Penguasa Perang Pusat ditahun 1958 tentang „Pembentukan Badan Pusat Penguasa Perusahaan Pharmasi Belanda (Bapphar) . ,72) Ditentukan dalam keputusan tersebut bahwa pada tiap- perusahaan jang dikuasai ditundjuk tenaga2 jang se-dapat2nja berwarganegaraan Indonesia untuk melaksanakan management pada perusahaan- itu. Para pelaksana melakukan segala sesuatu atas petundjuk2 dari Bapphar (pasal 5). Hal jang serupa kita saksikan dalam keputusan Menteri Pelajaran tahun 1959 tentang pembentukan, susunan dan lapangan tugas dari „ Badan Pusat Penguasa Perusahaan3 Maritim Belanda’’. 773) Dalam peraturan tersebut ditentukan bahwa pada tiap2 perusahaan jang dikuasai ditundjuk tenaga2 ivargancgara Indonesia, jang akan merupakan suatu dewan pimpinan perusahaan. Dewan pimpinan ini akan melakukan management pada perusahaan2 jang bersangkutan atas petundjuk2 dari Badan Penguasa Maritim. Perusahaan2 jang telah dikuasai ini kemudian telah dirobah statusnja mendjadi „Perusahaan Negara”. Dalam taraf terachir kita telah saksikan adanja pembahan2 dengan diterimanja Perpu no. 19 tahun 1960 tentang Perusahaan Negara. 771) Peraturan inilah jang didjadikan dasar daripada pelaksanaan reorganisasi lebih landjut. Dalam Perpu no. 19 tahun 1960 ini dengan tegas ditentukan bahwa Direksi daripada Perusahaan Negara hanja dapat terdiri dari WNI jang diangkat dan dipcrhentikan oleh pemerintah (pasal 7 ajat 2). Orang asing tidak dibolehkan untuk mendjadi anggota direksi Perusahaan negara ini. Kemudian telah ditegaskan lebih djauh ketentuan ini dalam berbagai peraturan- pelaksanaan. Ber-turut2 kita akan menjebut dibawah sebagai tjontoh :
1. Pendirian Perusahaan Negara Pertambangan Minjak Indonesia (Pertamin), P.P. no. 3 tahun 1961. 775) Dalam pasal 11 ditentukan bahwa anggota Direksi adalah WNI. 2. Pendirian „Badan Pimpinan Umum „Assuransi, P.P. no. 13 tahun 1961. 7™) Dalam pasal 6 ditentukan bahwa anggota Badan Pimpinan Umum (B.P.U.) adalah WNI. 3. Pendirian „Badan Pimpinan Umum Perusahaan Kehutanan Negara , P-P. no. 17 tahun 1961. 777) Dalam pasal 8 ditentukan bahwa anggota Direksi harus WNI. 772)
Keputusan Penguasa Perang Pusat no. Pts/Peperpu/0348/1958, 9-8-1958, B.N. 1958 1958 no. 77 .
11Z A\ •7-7C\ 775) 776) 777)
| urat Keputusan Menteri Pelajaran no. 8/3/22, 13-6 1959, B.N. no. 70. t tahun 1960 tentang Perusahaan Negara, L.N. 1960 no. 59, 1 LN no. 1989. L.N. 1961 no. 7 L.N. 1961 no. 34. L.N. 1961 no. 38, TLN 2172.
247
4. Pendirian Perusahaan Kehutanan Negara Djawa Timur, P.P. no. 18 tahun 1S61. 778) Dalam pasal 8 ditentukan bahwa anggota Direksi harus WNI. 5. Pendirian Perusahaan Kehutanan Negara Djawa Tengah, P.P. no. 19 tahun 1961. 77°). Dalam pasal S ditentukan bahwa anggota Direksi ialah WNI. 6. Pendirian Perusahaan Kehutanan Negara Sumatra Selatan, P.P. no. 21 tahun 1961. 780) Anggota Direksi melulu terdiri dari W NI (pasal S). 7. Pendirian Perusahaan Kehutanan Negara Riau, P.P. 1961 no. 22. 781) Anggota Direksi adalah W NI (pasal 8). 8. Pendirian Perusahaan Kehutanan Negara Sumatra Utara, P.P. 1961 no. 23. 782) Anggota Direksi melulu terdiri dari W NI (pasal 8). 9. Pendirian Perusahaan Kehutanan Negara Atjeh, P.P. 1961 no. 24. 783> Ilanja W NI jang dapat mendjadi anggota Direksi (pasal 8). 10. Pendirian Perusahaan Kehutanan Negara Kalimantan Barat, P.P. 1961 no. 25. 78*) Hanja WTNI jang dapat mendjadi anggota (pasal 8). 11. Pendirian Perusahaan Kehutanan Negara Kalimantan Tengah, P.P. 1961 no. 26. 785) Anggota Direksi disediakan untuk WNI (pasal 8). 12. Pendirian Perusahaan Kehutanan Negara Kalimantan Selatan, P.P. 1961 no. 27. 78°) Angg°ta.Direksi adalah WNI (pasal 8). 13. Pendirian Perusahaan Kehutanan Negara Kalimantan Timur, P.P. 1961. no. 28. 787) Anggota Direksi adalah WNI (pasal 8). 14. Pendirian Perusahaan Kehutanan Negara Sulawesi Selatan, P.P. 1961 no. 29. 7g8) & Anggota Direksi adalah WNI (pasal 8). 15. Pendirian Perusahaan Kehutanan Negara Maluku, P.P. 1961 no. 30. 78a) Anggota Direksi adalah WNI (pasal 8). 778) 779) 780) 781) 782) 783) 784) 785) 786) 787) 788) 789)
248
L.N.1961 L.N.1961 L.N.1961 L.N. 1961 L.N. 1961 L N. 1961 L.N. 1961 L.N. 1961 L.N. 1961 L N. 1961 L.N. 1961 L..N. 1961
no. no. no. no. no. no. no. no. no. no. no. no.
39, 40, 42, 43, 44, 45, 46, 47, 48, 49, 50, 51,
TLN 2171 TLN 2174 TLN 2176! TLN 2177 TLN 217s! TLN 2179 TLN 2180 TLN 218l' TLN 2182 TLN 2183. TLN 2184. TLN 2185.
16. Pendirian Badan Pimpinan Umum PerusaJuian Perkebunan Negara (B.P.U.-P.P.N.), P.P. no. m i tahun i 961. too) Ilanja W NI jang boleh mendjadi anggota Direksi (pasal 8). 17. Pendirian Perusahaan Perkebunan Kesatuan Atjeh („PPN-Atieh”) P.P. 1961 no. 142. 7!>1) Kuasa Direksi dan Pembantu Kuasa Direksi harus WNI (pasal 8). 18. Pendirian Perusahaan Perkebunan Negara Kesatuan Sumatera-Utara I, („PPN-Sunmt I”), P.P. 1961 no. 143. 79~) Kuasa Direksi dan Pembantu Kuasa Direksi harus WNI (pasal 8). 19. Pendirian Perusahaan Perkebunan Negara Kesatuan SumateraUtara II („P.P.N.-Sumut II"), P.P. 1961 no. 144. 7U3) Ilanja W NI jang dapat mendjadi Kuasa Direksi dan Pembantu Kuasa Direksi (pasal 8). 20. Pendirian Perusahaan Perkebunan Negara Kesatuan Sumatera-Utara („P.P.N.-Sumut III”), P.P. 1961 no. 145. 794) Hanja W NI dapat mendjadi Kuasa Direksi dan Pembantu Kuasa Direksi (pasal 8). 21. Pendirian Perusahaan Perkebunan Negara Kesatuan SumateraUtara IV („P.P.N.-Sumut IV”), P.P. 1961 no. 146. 795) Hanja W NI jang dapat mendjadi Kuasa Direksi dan Pembantu Kuasa Direksi (pasal 8). 22.
Pendirian Perusahaan Perkebunan Negara Kesatuan SumateraUtara V, („P.P.N.-Sumut V”), P.P. 1961 no. 147. 79B) Djabatan Kuasa Direksi dan Pembantu Kuasa Direksi disediakan untuk W NI (pasal S).
23.
Pendirian Perusahaan Perkebunan Negara Kesatuan SumateraUtara VI („P.P.N.-Sumut VI”), P.P. 1961 no. 148. 7Br) Djabatan Kuasa Direksi dan Pembantu Kuasa Direksi disediakan untuk WNI sadja (pasal 8).
24.
Pendirian Perusahaan Perkebunan Negara Kesatuan SumateraUtara VII („P.P.N.-Sumut VII”), P.P. 1961 no. 149. 798) Hanja WNI jang dapat mendjadi Kuasa Direksi atau Pembantu Kuasa Direksi (pasal 8).
7on
709!
t' m* 1961 n0, 166’ TLN- 2229r m i ? - 167, T L N 1961 n0- 22aot" w
704
7 9 si 79M 797 798)
'
in61 no’ 168’ TLN 2231. in01 n°- 169’ TLN 2232i ^ 1 n° ’ 17° ’ T L N 2233-
n0' 171> T L N 2234. L N w ! "°- 172> TLN 2235L N w ? n°' 173’ TLN 2236'
L N ' 19(51 no. 174. T L N 2237.
249
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
3_.
34
Pendirian Perusahaan Perkebunan Negara Kesatuan SumateraUtara V III („P.P.N.-Sumut VIII”), P.P. 1961 no. 150. 79°) Hanja W N I jang dapat m en djadi Kuasa Direksi atau Pembantu Kuasa Direksi (pasal 8). Pendirian Perusahaan Perkebunan Negara Kesatuan SumateraUtara IX („P.P.N.-Sumut IX”), P.P. 1961 no. 151. 800) Iianja W NI jang boleh mendjadi Kuasa direksi atau Pembantu Kuasa Direksi (pasal 8). Pendirian Perusahaan Perkebunan Negara Kesatuan SumateraSelatan I („P,P,N,-Sumsel I”), P.P. 1961 no. 152. sul) Kuasa Direksi dan Pembantu Kuasa Direksi harus W NI (pasal 8). Pendirian Perusahaan Perkebunan Negara Kesatuan SumateraSelatan II („P.P.N.-Sumsel II"), P.P. 1961 no. 153. so;:) Kuasa Direksi dan Pembantu Kuasa Direksi harus W NI (pasal S). Pendirian Perusahaan Perkebunan Negara Kesatuan Djawa-Barat I („P.P.N.-Djabar I”), P.P. 1861 no. 154. 803) Kuasa Direksi dan Pembantu Kuasa Direksi harus W NI (pasal 8). Pendirian Perusahaan Perkebunan Negara Kesatuan Djawa-Barat II („P.P.N.-Djabar II”), P.P. 1961 no. 155. 80i) Kuasa Direksi dan Pembantu Kuasa Direksi harus W NI (pasal 8). Pendirian Perusahaan Perkebunan Negara Kesatuan Djawa-Barat III UP-P-N.-Djabar III”), p.p. 1 Q61 no. 156. S05) uasa Direksi dan Pembantu Kuasa Direksi harus W NI (pasal 8). Pendiiian Perusahaan Perkebunan Negara Kesatuan Djawa-Barat IV UP-P.N.-Djabar IV”), P.P. 1961 no. 157. 80G) ania WNI dapat mendjadi Kuasa Direksi dan Pembantu Kuasa U u:eksi (pasal 8). t ^erusabaan Perkebunan Negara Kesatuan Djawa-Barat V U ^ .N .-D ja b a r V”), P.P. i 96l no. 158. 807) p U£^ a -J ilC^Si <^an Pembantu Kuasa Direksi harus WNI. ( Cp p11\TaiTA^mSaliaan Perkebunan Negara Kesatuan Djawa-Barat VI Han WNi W ) ’ P-P- 1961 no’ L^9- 8°S) Direksi ( p a s a l menc^jadi Kuasa Direksi dan Pembantu Kuasa
35. Pendirian Perusahaan Perkebunan Negara Kesatuan Djawa-Tengah 1
36.
37.
38.
39.
40.
41.
42.
43.
809) 810) 811) 812) 313) 814) 815) 816) 817)
(P.P.N.-Djateng I”), P.P. 1961 no. 160. 809) llanja W NI jang dapat mendjadi Kuasa Direksi dan Pembantu Kuasa Direksi (pasal 8). Pendirian Perusahaan Perkebunan Negara Kesatuan Djawa-Tengah II („P.P.N.-Djateng II”), P.P. 1961 no. 161. 810) llanja W NI jang dapat mendjadi Kuasa Direksi dan Pembantu Kuasa Direksi (pasal 8). Pendirian Perusahaan Perkebunan Negara Kesatuan Djawa-Tengah III („P.P.N.-Djateng IH”), P.P. 1961 no. 162. 811) llanja W NI jang dapat mendjadi Kuasa Direksi dan Pembantu Kuasa Direksi (pasal 8). Pendirian Perusahaan Perkebunan Negara Kesatuan Djawa-Tengah IV (-.P.P.N.-Djateng IV”), P.P. 1961 no. 'l63. 812) Djabatan Kuasa Direksi dan Pembantu Kuasa Direksi disediakan untuk W NI (pasal 8). Pendirian Perusahaan Perkebunan Negara Kesatuan Djawa-Tengah V („P.P.N.-Djateng V”), P.P. 1961 no. 164. 813) Djabatan Kuasa Direksi dan Pembantu Kuasa Direksi disediakan untuk W NI (pasal 8). Pendirian Perusahaan Perkebunan Negara Kesatuan Djawa-Timur I („P.P.N.-Djatim I”), P.P. 1961 no. 165. «“ ) Hanja W NI jang dapat mendjadi Kuasa Direksi dan Pembantu Kuasa Direksi (pasal 8). Pendirian Perusahaan Perkebunan Negara Kesatuan Djawa-Timur II („P.P.N.-Djatim II”), P.P. 1961 no. 166. 815) Hanja W NI jang dapat mendjadi Kuasa Direksi dan Pembantu Kuasa Direksi (pasal 8). Pendirian Perusahaan Perkebunan Negara Kesatuan D jaw a-T im ur III („P.P.N.-Djatim III”), P.P. 1961 no. 167. S1°) Hanja W NI jang dapat mendjadi Kuasa Direksi dan Pembantu uasa Direksi (pasal 8). Pendirian Perusahaan Perkebunan Negara Kesatuan Djawa-Timur IV („P.P.N.-Djatim IV”), P.P. 1961 no. 168. 81T) Hanja W NI jang dapat mendjadi Kuasa Direksi dan Pembantu Kuasa Direksi (pasal 8). L.N. 1961 1961 L.N. 1961
no. 185, TLN 2248. no. 186, TLN 2249. no. 187, TLN 2250.
r Al' i 961
no-18s’ TLN 2251.
T
n o -1 89 > T L N
;
1961 F m i 961 r™ , 1 L-N. 1961
no. 190, no' 191. no'20° . no. 193,
TLN TLN TLN TLN
2 2 5 2 -
2253. 2254. 2255. 2256.
251
44. Pendirian Perusahaan Perkebunan Negara Kesatuan Djawa-Timur V („P.P.N.-Djatim V” ), P.P. 1961 no. 169. 81S) Hanja W M jang dapat mendjadi Kuasa Direksi dan Pembantu Kuasa .Direksi (pasal 8). 45. Pendirian Perusahaan Perkebunan Negara Kesatuan Djawa-Timur VI („P.P.N.-Djatim VI”), P.P. 1961 no. 170. 81U) Hanja W NI jang dapat mendjadi Kuasa Direksi dan Pembantu Kuasa Direksi (pasal S). 46. Pendirian Perusahaan Perkebunan Negara Kesatuan Djawa-Timur VII UP.P.N.-Djatim VII”), P.P. 1961 no. 171. 8L'°) Hanja W NI jang dapat mendjadi Kuasa Direksi dan Pembantu Kuasa Direksi (pasal b). ^>erusa^iaan Perkebunan Negara Kesatuan Djawa-Timur VIII („P.P.N.-Djatim VIII”), P.P. 1961 no. 172. «-1) anja VNI jang dapat mendjadi Kuasa Direksi dan Pembantu Kuasa Direksi (pasal 8). ^
^>emsa^iaan Perkebunan Negara Kesatuan Djawa-Timur IX UP.P.N.-Djatim IX”), P.P. i 961 no. 173. «**)
anja WNI jang dapat mendjadi Kuasa Direksi dan Pembantu Kuasa Direksi (pasal 8). ^ arL ^erusahaan Perkebunan Negara Kesatuan Djawa-Timur X C.P.P.N.Djatim X ”), P.P. i 96i no. 17\ 823) 50
Vr-r!/U ■ ^an Pembantu Kuasa Direksi harus W N I (pasal 8). Perintis”’)1 “ u» /, ir .i. ly^ i noPerl<ebluian 824^ Negara Kesatuan Perintis („P.P.N.
51. P e n d i r i i n Pcml:,antu Kuasa Direksi harus WNI (pasal 8). Anggota n . T aha; m NeSara »Winchja Karya”, P.P. 1961 no. 59. 8-s) 52 P e S aC dah WNI 9)' Hanja W N H ^ T 1 Negai‘^ ” Kumala K(mJa”> P P - 1961 no- 60. 53. Pendirian P e ru s^ o ? vi” anSSota Direksi (pasal 9). 1961. 827) aan Negara „Huiama Karya , P.P. no. 61 taiiun J’ a d i
S PS a 1 r A eniSahf n NeSara »Waskita Karya’, P.P. 1961 no. 62. S2ii) mendjadi anggota Direksi ialah WNI (pasal 9). 819)
L
n
' w " ! n0’ 194> TLN 2257
820 N I Sno. I n°' 2258 04 .UJ L 1961 196i 92’ TT TLN N oorn 821) 822) 823) 824) 825) 826) 827) 828)
252
L.N. 1961 no. 197! TLN L.N. 1961 no. 193, TLN ? 2 fil L.N. 1961 no. 199 TLN ¿ 6 2 L.N. 1961 no. 195 T L N # « L.N. 1961 no. 80, TLN 2214 L.N. 1961 no. 81, TLN 221 S L.N. 1961 no. 82, TLN 2216 L N. 1961 no. 83, TLN 2217.
55. Pendirian Perusahaan Negara „ Pembangunan Perumahan”, P.P. 1961
56.
57.
58. 59. 60.
61. 62. 63. 64. 65.
66 . 67.
829)
830) 831) 832) 833) 834) 835) 836) 837) 838) 838) 839) 840) 841) 842)
no. 63. 82°) Sjarat untuk mendjadi anggota Direksi ialah WNI (pasal 9). Pendirian Badan Pimpinan Umum Perusahaan Dagang Negara^ P.P. 1961 no. 68. 830) Sjarat untuk mendjadi anggota Direksi ialah kewarganegaraan Indo nesia (pasal 9). Pendirian Badan Pimpinan Umum Perusahaan Negara Pharmasi dan Alat Kesehatan, P.P. 1961 no. 69. 831) Anggota Direksi adalah WNI (pasal 9). Pendirian Perusahaan Negara „Sinar Bhakti”, P.P. 1961 no. 71. 83-) Anggota Direksi harus WNI (pasal 9). Pendirian Perusahaan Negara „Tulus Bhakti”, P.P. 1961 no. 93. 833) Anggota Direksi harus WNI (pasal 9). Pendirian Perusahaan Negara „Fadjar Bhakti”, P.P. 1961 no. 74. 834) Anggota Direksi harus WNI (pasal 9). Pendirian Perusahaan Negara „Budi Bhakti”, P.P. 1961 no. 75. 83J) llanja W N I jang boleh mendjadi anggota Direksi (pasal 9). Pendirian Perusahaan Negara „Aneka Bhaldi”, P.P. 1961 no. 76. 836) Hanja W NI dapat mendjadi anggota Direksi (pasal 9). . Pendirian Perusahaan Negara „Tri Bhakti”, P.P. 1961 no. . ) Anggota Direksi harus WNI (pasal 9). Pendirian Perusahaan Negara „Djaya Bhakti”, P.P. 1961 no. 99. ) Anggota Direksi harus WNI (pasal 9). _ „ Pendirian Perusahaan Negara dan Alat Kesehatan „Nurani arma , P.P. 1961 no. 79. 839) Anggota Direksi adalah WNI (pasal 9). 840. Pendirian Perusahaan Negara „Bio F arma’ , P.P. 19 noAnggota Direksi adalah WNI (pasal 9). r , t „ t. Pendirian Perusahaan Negara Farmasi dan Alat Kese a «/ Pharma”, P.P. no. 81. 841) Anggota Direksi adalah WNI (pasal 9). L.N. L.N. L.N. L.N. L.N. L.N. L.N. L.N. L.N. L.N. L.N. L.N. L.N. L.N. L.N.
1961 1961 1961 1961 1961 1961 1961 1961 1961 1961 1961 1961 1961 1961 1961
no. no. no. no. no. no. no. no. no. no. no. no. no. no. no.
84, TLN 2218. 89. 90. 92. 93 . 95. 96. 97. 98. 98. 99. 100. 101. 102. 103.
253 Hukum Perdata Internasional Indonesia — 17
68. Pendirian Perusahaan Negara Farmasi dan Alat Kesehatan „Kasa Husada”, P.P. 1961 no. 82. 84-) Anggota Direksi adalah WNI (pasal 9). 69. Pendirian Perusahaan Negara Farmasi dan Alat Kesehatan „Nakula Farma”, P.P. 1961 no. 84. SK) Anggota Direksi adalah WNI (pasal 9). 70) Pendirian Perusahaan Negara Farmasi dan Alat Kesehatan „Bhineka Kina Farma”, P.P. 1961 no. 106. 8“ ) Hanja WNI jang dapat mendjadi anggota Direksi (pasal 9). 71. Pendirian Badan Pimpinan Umum Perusahaans Tambang Batu Bara Negara, P.P. 1961 no. 86. 845) Hanja WNI jang dapat mendjadi anggota Direksi (pasal 9). 72. Pendirian Badan Pimpinan Umum Perusahaan2 Tambang Timah Negara, P.P. 1961 no. 87. SM) Anggota Direksi adalali WNI (pasal 9). 73. Pendirian Perusahaan Negara „Sedjati Bhakti”, P.P. 1961 no. 90. ®'17) Anggota Direksi adalah WNI (pasal 9). 74. Pendirian Perusahaan Negara Tambane Batubara „ Bukit Asam”,. P.P. 1961 no. 93. S18) Anggota Direksi adalah WNI (pasal 9). 75. Pendirian Badan Muatan Indonesia, P.P. 1961 no. 94. 8,<J) Anggota Direksi adalah WNI (pasal 9). 76. Pendirian Perusahaan Negara Tambang Timah „Bangka", P.P. 1961 no. 96. 850) b Anggota Direksi adalah WNI (pasal 9 ajat 1). Pendirian Perusahaan Negara Tambang Timah Singkep”, P.P. 1961 no. 97. 8Bl) & r Anggota Direksi adalah WNI (pasal 9 ajat 1). ' !“ n B-adan PimPinan Umum Industri Alat Pengangkutan, P.P. 1961 no. 98. 852) Anggota Direksi adalah WNI (pasal 9). 9- Pendirian Badan Pimpinan Umum „Pen°hubuna Udara” P.P. 1961 no. 101. 853) Anggota Pimpinan Umum adalah WNI (pasal 9). 843)
846 »47 848
L N . 1961 no. L.N 1961 no. rL-N. 1961 no. L.N. 1961 no. L.N. 1961 no. L.N. 1961 no.
105. 106. 110. 111. 114. 117.
1961 n0‘ 118‘
85f)i •T '^ '
«SD 852)
L.N. 1961 no. 122.
g dT?k; ^ t6ntUan jang s«upa untuk Perusahaan Negara Tambang,
pp - 1961 no- 9Si L-N- 1961 -
™
SO. Pendirian Perusahaan Negara Perhubungan Udara „Garuda Indonesian A irw ays P.P. 1961 no. 102. sr'-1) A n ggota Direksi adalah W N I (pasal 9). 81. Pendirian Badan Pimpinan Umum Minjak dan Gas Bumi, P.P. 1961 no. 103. sr,r>) A nggota Direksi adalah W N I (Pasal 6). 82. Pendirian Badan Pimpinan Umum Pelabuhan, P.P. 1961 no. 104. 83G) A nggota Direksi adalah W N I (pasal 9). 83. Pendirian Badan Pimpinan Umum Maritim, P.P. 1961 no. 105. 857) A n ggota Direksi adalah W N I (pasal 9). 84. Pendirian Perusahaan Negara „D o k dan Perkapalan Surabaja", P.P. 1961 no. 109. S5S) A n ggota Direksi adalah W N I (pasal 9). S5. Pendirian Perusahaan Negara „Angkutan Air dan D ok Semarang’, P.P. 1961 no. 112. 8r,,J) A n ggota Direksi adalah W N I (pasal 9). 86. Pendirian Perusahaan Negara Angkutan Air Ekadjaja”, P.P. 1961 no. 115. 8U") _ A nggota Direksi adalah W N I (pasal 9). 8 /. Pendirian Perusahaan Negara „D ok kapal Tandjong Priok", P.P. 1961 no. 114. S01) A nggota Direksi adalah W7NI (pasal 9). SS. Pendirian Perusahaan Negara „Pelabuhan Daerah 1", P.P. no. 115. 86_) Anggota Direksi adalah W N I (pasal 9). 89. Pendirian Perusahaan Negara „Pelabuhan Daerah 11", P.P. 1961 no. 116. 8ii:!) A nggota Direksi adalah W N I (pasal 9). ^ 90. Pendirian Perusahaan Negara „Pelabuhan Daerah III', P-Pno. 117. S()I) Anggota Direksi adalah W N I (pasal 9). 91. Pendirian Perusahaan Negara „Pelabuhan Daerah IV , P.P. 1961 no. 118. s0!s) Anggota Direksi adalah W N I (pasal 9). 92. Pendirian Perusahaan Negara „Pelabuhan Daerah V", P.P. 1961 no. 119. S(i0) _____A nggota Direksi adalah W NI (pasal 9). 855)
L.N. 1961 no. 127
93. Pendirian Perusahaan Negara „Pelabuhan Daerah VI”, P.P. 1961 no. 120. 8G7) Anggota Direksi adalah W NI (pasal 9). 94. Pendirian Perusahaan Negara „Gaja Motor”, P.P. 1961 no. 123. 808) Anggota Direksi adalah W NI (pasal 9). 95. Pendirian Perusahaan Negara „Saban« Merauke”, P.P. 1961 no. 124. 8G9) Hanja W N I dapat mendjadi anggota Direksi (pasal 9). 96. Pendirian Perusahaan Negara „Intirub”, P.P. 1^61 no. 131. 870) Anggota Direksi adalah W NI (pasal 9). 97. Pendirian Perusahaan Negara „Blabak”, P.P. 1S61 no. 133. 871) Hanja W NI dapat mendjadi anggota Direksi (pasal 9). 98. Pendirian Perusahaan Negara „Padalarang’, P.P. 1961 no. 136. 872) Hanja W NI dapat mendjadi anggota Direksi (pasal 9). 99. Pendirian Perusahaan Negara „Industri Perkapalan dan Perusahaan Angkutan”, P.P. 1961 no. 216. s™) Hanja WNI dapat mendjadi anggota Direksi (pasal 9). 100. Pendirian Perusahaan Negara „Industri Kimia”, P.P. 1961no.187.874) Hanja W NI dapat mendjadi anggota Direksi (pasal 9). 101. Pendirian Perusahaan Negara „Industri Karet”, P.P. 1961no.189.875) Hanja WNI dapat mendjadi anggota Direksi (pasal 9). 102. Pendirian Perusahaan Negara „Industri Mirtjak N obati”, P.P. 1961 no. 190. 87G) Anggota Direksi adalah WNI (pasal 9). 103. Pendirian Perusahaan Negara „Pertambangan Minjak Nasional*, P.P. 1961 no. 198. 877) Anggota Direksi adalah WNI (pasal 9). 104. Pendirian Perusahaan Negara „Asam Arang”, P.P. 1961 no. 237. 878) Anggota Direksi adalah W NI (pasal 9). 105. Pendirian Perusahaan Negara „Pengangkutan Penumpang Djakarta P.P. 1961 no. 205. 879) Anggota Direksi adalah WNI (pasal 9).
867) 868 ) 869) 870) 871) 872) 873) 874) 875) 876) 877) 878) 879)
256
L.N. 1961 L.N. 1961 L.N. 1961 L.N. 1961 L.N. 1961 L.N. 1961 L.N. 1961. L.N. 1961 L.N. 1961 L.N. 1961 L.N. 1961 L.N. 1961. L.N. 1961
no. no. no. no. no. no.
144. 147. 148. 155. 157. 136.
no. no. no. no.
224. 226. 227. 236.
no. 224.
Demikianlah berbagai tjontoh tentang sjarat kewarganegaraan R.I. pada funksi2 pimpinan dalam organisasi Perusahaan Negara. Semua funksi ini tidak terbuka untuk orang asing. 369.
Bank3 Negara.
Sedjalan dengan apa jang kita saksikan diatas berkenaan dengan perusahaan2 negara ini kita ketemukan pula pembatasan daripada funksi pimpinan dalam Bank2 jang didirikan oleh pemerintah, chusus untu warganegara. Sebagai tjontoh dapat disebut disini: n . tvmt Ketentuan tentang anggota Direksi „ Bank Dagang Negara . Hanja jang boleh diangkat. 8i;0) Demikian adalah ketentuan tentang ^ bangunan Indonesia”, 881) dan „Bank Kooperasi Tani dan e ajan. 370.
Pertambangan.
Mengenai pertambangan kita sudah ketemukan diatas jang berkenaan dengan Undang2 Penanaman Modal Asing Dalam tahim 1960 telah ditentukan lebih djauh bahwa pertambangan bahan2 galian dapat dikuasakan pelaksanaannja k e p a j pi a Tetapi pihak swasta ini harus merupakan badan hukum ] & Tndnsesuai dengan peraturan R.I. dan pengurusnja berkewar ganeea r ^ nesia dan bertempat tinggal di Indonesia atau kepada perseor berkewarganegaraan Indonesia (pasal 8). 8S4) Berkenaan dengan pertambangan ini pun kita ketermikan k • chusus mengenai pem uaian tenaga ahli. Sebagai ^ ^ 2 " BeUsebut disini peraturan tentang penguasahaan pertam mentjukupi tung”. Dalam tahun 1958 «*•) telah ditentukan baliwa diadakan kekurangan tenaga2 ahU diperusahaan tanah e r s , ^ menerima perdjandjian2 kerdja dengan ahli2 bangsa asing. Me « ^ dilakukan dipembajaran jang nilainja tidak berbeda dengan j & bumi negara2 lain. D j ^ berkenaan dengan Pertambangan r r u n £ ldta ketemukan ketentuan chusus mengenai pemakaian t e n g asing. 880) 880) 881) 882) 883) 884) 885) 886)
L.N. 1960 no. 39, P.P. 1960 no. 13, pasal 11. . L.N. 1960 no. 65, P.P. 1960 no. 21, pasal 11 ajat a. L.N. 1960 no. 128, TLN 2065, Perpu 1960 no. 41, pasal Lihat no. 367. _ ,T Perpu 1960 no. 37 tentang Pertambangan, L.N. lJoU no. P.P. 1958 no. 13 tentang Pengusahaan P ^ a™bnanean . Perpu 1960 no. 44, L.N. 1960 no. 133, TLN 2070, pasal
o. no ilj. T>p l i t u n e v i a t l d a n 2. 17 ajat
257
371.
Hak- atas tanah.
Dalam Undang2 Pokok Agraria no. 5 tahun 1960 jang mulai berlaku sedjak 24-9-1960 terdapat ketentuan- chusus tentang kemungkinan- bagi orang asing untuk memperoleh hak- atas tanah (L.N. 1960 no. 104 ; T.L.N. no. 2403). Tentang peraturan ini kami telah mengadakan tindjauan ter sendiri setjara chusus. 887) Undang2 Pokok Agraria mengadakan perbedaan jang tegas antara status W NI dan asing sepandjang mengenai hak- atas tanah. Pembedaan golongan-rakjat (bevolldngsgroepen) jang telah merupakan fondamcn da ripada sistim hukum agraria dari zaman pendjadjahan telah ditinggal kan. 888) Dengan berlakunja Undang- Pokok Agraria ini, ukuran pembedaan tidak lagi dilakukan antara golongan-rakjat jang berbeda tetapi antara warganegara dan orang asing. 88!)) Larangan Pengasingan Tanah kita tidak berlaku lagi dan digantikan dengan ketentuan2 jang melarang pemindahan hak milik atas tanah kepada orang2 asing, seperti tertjantum dalam Undang2 Pokok Agraria. 890) v Hak- atas tanah untuk orang asing dibataskan. Mereka tidak dapat mempunjai hak milik (pasal 21 ajat 1 UUPA), hak guna-usaha (pasal 30 UUPA), hak guna bangunan (pasal 36 UUPA) dan hak membuka ianah dan memungut hasil hutan (pasal 46 UPA). Hanja WNI jang dapat mempunjai hak2 tersebut. 891) Pembatasan hak2 orang2 asing atas tanah ini dapat dipertanggungdjawabkan djika dilihat dari segi hukum internasional. sn2) Apabila seorang asing telah memperoleh hak milik atas tanah karena tjara- jang tidak disengadja, seperti misalnja karena pewarisan tanpa wasiat 887)
888)
G o u w g i o k s i o n g , Tafsiran U.U. Pokok Agraria, Djakarta (I960). Larangan Pengasingan Tanah, S. 1875 no. 179 oleh T e r II a a r dinamakan „pijler” aiataa mana „agrarisehe politiek is opgetrokken”, T. 127/20 ; I . o g e m a n n menjibutnja „het aspunt van onze agrarisehe wetgeving” , T. 145/365 ; V a n V o 11 e n " nA?im,an f ng!Va ,”van a!le staatsbladen die hot adatrecht raki-n, het belangA ifr -’ a , t 1 n ’ h- 726- Lihat lebih djauh, O d u w i i u k j i o n g, Huk.i...
JJO Q. lidgk. R
Iml T?hTn-^
P ° k0k
Djakarta n <19S9)h. 12 dst.
dalam T a f s ™ U ? i T p o k o f A i w i j ,.111” *1 tiatatan"' ka‘ ni Pada Pu s a lp a ia l ‘ erscbut
892)
258
Bdgk. Art d r e a s H. R « t h, The minimum, standard of international law applied , Leyden (1949), p. 162 : There seems to be universal agreement that a • 4 6 ui 6 umvi ln.£ ,t0 permit acuisition, succession and retention to title to lmmova e property within its domain by persons other than its own nationals”, engan mengu ip anjak penulis dan jurisprudensi. Berdasarkan penjelidikannja R o h menganggap dapat merumuskan „Rule no. 6 ” jang berbunji : „According to general international law, the alien’s privilege of participation in the econom ic life of his State ot residence does not go so far to allow hm from ownship of all or certain property, whether movables or realty” (p. 165).
W N I
.
]
ataU PcrtjamPuran harta karena perkawinan, demikian pula S mempunjai hak milik dan setelah berlakunja UUPA kehilangan
setela W P \Va? jib melePaskan Iiak itu dalam djangka satu tahun (pasal 21 a J t ^ ^ S ) tersebut atau hilangnja kewarganegaraan itu . _ Sef jalatn denSan Iarangan bagi orang asing untuk memperoleh hak2 en a as tanah, kita saksikan bahwa oleh pembuat-undang2 telah dia a ■.an i bagai ketentuan chusus untuk mengawasi berbagai matjam pera an hak atas tanah. Sebagai tjontoh dapat disebut disini sjarat untuk m em peio eh persetudjuan Menteri Pertanian untuk setiap perbuatan jang ierwu jud pemindahan hak dan setiap serah pakai mengenai tanah2 kon sesi untuk perkebunan dari bangsa Belanda dan bangsa asing lainnja serta dari badan2 hukum (pasal 1 dari P.P. no. 35 tahun 1956). 8M) Dalam P.P. no. 21 tahun 1959 tentang pengubahan dan tambahan P.P. no. 35 tahun 6 ditambahkan kemudian : idzin dari Menteri Agraria setelah mendapat persetudjuan Menteri Pertanian. 89p) 372. Dibidang pengadjaran terdapat ketentuan2 jang chusus untuk orang asing. Pengawasan terhadap pengadjaran asing diadakan setjara sak sama. 890) Iianja anak2 orang asing jang dapat sekolah di-sekolah2 asing. Setiap orang asing jang mengadjar pada sekolah asing atau sekolah parti kelir lain, diwadjibkan memperoleh idzin Menteri P.P.K. 89T) Untuk berbagai kursus dan pendidikan chusus jang diselenggarakan oleh pemerintah sjarat penerimaannja djuga adalah kewarganegaman R.I. 893) R04 \
on-v
ftori
01
897)
Ketentuan ini ternjata diambil oper dari pasal 12 S. 1912-422, Peraturan Tanah i?jrt’ kelir Sebelah Barat Tjimanuk. , , ° . untuk sjarat idzin ini, ketentuan-ketentuan jang dalam praktek terkenal seagai „ idzin Djaksa” untuk peralihan hak atas barang-barang tetap jang takluk diTl'ivJl' hi'kum Eropah U.U. Dar. 1952 no. 1, U.U. 1954 no. 24, L.N. 1954 no. 78, r; V , ^St‘ Lihat Masalah Agraria, bab I dan Lampiran 1 — 5. , “ Sk. pula sjarat idzin dari Menteri Perhubungan untuk setiap perbuatan mengenai t j Jan5 berbangsa Indonesia, jang berakibatkan kehilangan Kebangsaan ndonesia-nja atau berakibatkan pemindahan hak dan serah pakai buat lebih dari p lun’ Keputusan Menteri Perhubungan no. M 26/3/12, 14-6-1955, B.N. 1955 no. 57. 1. eraturan Penguasa Militer no. 989/PMT/1957 tentang Pengawasan Pengadjaran Asing, B.N. 1957 no. 99, Keputusan Menteri P.P. dan K. no. 113826/S, 20-11-1957. instruksi Menteri Pertahanan no. III/13/P M /57 tentang Bekerdja Sama antara enguasa3 Militer dengan Pendjabat' Kementerian P.P.K. di Daerah, 19-11-1957 T no‘ 28'31 pada Warganegara dan Orang Asing) ; Perpu 1960 no. 48, ■ N. 1960 no. 155, TLN 2103 Bdgk. Keputusan Penguasa Perang Pusat no. Kpts/ ,5ReF“ /0 1 13/1958, 9-4-1958 tentang temppat-temppat dan kota-kota dimana dapat i lrikan atau diselenggarakan sekolah asing (B.N. 1958 no. 39) ; idem, Surat j* KepaJa A.L. no. Z 1/2/20, 26-8-1959 tentang Pulau We, Sabang Kini MentP^tp^D8KenSgara*ian
^ s'ng (B.N. 1959 no. 73).
259
Sebagai tjontoh dapat disebut misalnja, sjarat untuk diterima sebagai siswa dari Akademi Dirias Hubungan Luar Negeri, 89S) untuk Pendidikan Ahli Ilmu Djiwa, 80°) untuk Akademi Pendidikan Djasmani. °00) Disamping apa jang disebut diatas ini, masih terdapat berbagai akibat dalam kehidupan sosial dan ekonomis se-hari2 sebagai pembawaan daripada status warganegara atau asing. °01) 373.
Dibidang Hukum Perdata.
i
Jang menarik perhatian kita dalam rangka tindjauan sekarang ini ialah persoalan, apakah hukum perdata jang berlaku di Indonesia bagi warga negara dan orang asing sama adanja atau berbeda ? -* Dalam pasal 3 A.B. ditentukan : „Selama tidak ditentukan lain oleh Undang-, maka hukum perdata dan hukum dagang untuk orang asing dan kaulanegara Belanda (kini: WNI) adalah sama”. Hal ini berarti, bahwa berlainan daripada dalam bidang hukum kenegaraan (atau hukum publik umumnja), maka dalam bidang hukum perdata tidak daidakan perbedaan dalam status orang asing atau WNI. Dalam bidang hukum perdata ini om g asing tidak boleh dikebelakangkan kedudukannja daripada seorang WNI. Orang asing tidak akan ditaroh dalam suatu kedudukan jang lebih „ongunstig daripada seorang warganegara. '*02) Tetapi, hal ini tidak berarti, bahwa orang asing akan dapat memperoleh kedudukan jang lebih dieloni daripada seorang warganegara. Djika misal nja diadakan ketentuan tentang cautio iudicatum solvi (pasal 128 R.V.), maka hal ini tidak berarti suatu pembelakangan dari orang asing. 003) x ara penggugat asing jang berada diluar negeri akan dapat setjara mudah menge a an diri daripada keharusan membajar ongkos2 perkara djika tidak ada keharusan tentang cautio ini. Dalam pasal 1 dari B.W. djuga ditegaskan lebih djauli apa jang sudah dikemukakan dalam pasal 3 A.B. ini. „Penikmatan daripada hak2 perdata a 3 ^^ ^ ,c^ar^Pa<^a hak2 kenegaraan”. Azas jang dapat dilihat dari ^ • ini ialali bahwa dalam bidang hukum perdata orang asing tidak akan dikebelakangkan dengan warganegara. Untuk orang2 asing terdapat beberapa ketentuan c h u s u s jang berenaan engan hukum perdata. Mengenai hukum perdata m a t e r i i l 898)
4 'a 'ja t'T " Menteri Perekonomian no. 2615/M, 24-2-1953 (B.N. 1953 no. 24), pasal
899)
Keputusan Menteri P.P. da„ K. no. 19115/Kab. 2-4-1955, B.N. 1955 no. 45, pasal 5 ajat 1. ’ Keputusan Menteri P P. dan K. no. 66437/Kab. 2-11-1955, pasal 1.
900) ^ 902) 903)
260
\ V le^lh„djauh dalam W ^ganegara dan Orang Asing, k 57 dst. Bdgk. M u 1 d e r, h. 52. Orang asing ini lazimnja tidak mempunjai harta benda dalam negara-negara dimana mereka mengembara.
4
dapat disebut disini : pasal 837 B.W. Djika terdapat warisan jang benda2nja untuk sebagian berada diluar negeri dan untuk sebagian lain berada didalam wilajah Indonesia, sedangkan warisan ini harus dibagi antara W N I dan orang asing, serta menurut hukum asing ada beberapa barang jang tidak boleh diwaris oleh WNI, maka untuk WNI ini bolehlah diambil dahulu dari barang2 lainnja jang sepadan dengan bagiannja. Dengan ke tentuan ini hendak dihindarkan bahwa WNI dirugikan terhadap orang3 asing. Jang disjaratkan ialah azas reciprociteit. Tidak ada diskriminasi ter hadap orang asing jang tidak patut. Dalam hukum perdata f o r m i l , hukum atjara perdata, dapat disebut beberapa ketentuan. Pasal 12S R.V. mengatur lembaga cautio iudicatum solvi. Semua orang asing, bukan-penduduk, jang merupakan penggugat dalam suatu perkara perdata atau turut berperkara setjara intervensi atau penggabungan, wadjib untuk atas permintaan tergugat, memberikan djaminan bagi pembajaran ongkos2 perkara mungkin harus ditanggung oleh mereka djika kelak kalah berperkara. 00i) Pasal 580 R.V. sub 9 mengatur tentang penjenderaan (lijfsdtvang) jang dapat dilakukan terhadap orang asing jang bukan-penduduk untuk segala matjam hutang jang dibuat dengan WNI. Kemungkinan untuk melakukan penjenderaan terdapat orang asing bukan-penduduk ini lebih luas daripada terhadap WNI. Tjara melakukan penjenderaan ini dapat „bij vooir (pasal 761 R.V.). Orang asing jang bukan-penduduk tidak dapat memperoleh bantuan berperkara setjara bebas-beaja (pasal 872 R.V.) M u l d e r menganggap peraturan ini suatu „harde bepaling” bagi orang2 asing. DOj) Ketentuan lain jang berkenaan dengan hukum atjara bagi oian» a^ nS bukan-penduduk ialah pasal 100 R.V. Seorang asing jang bukan-pencmauK djuga bilamana ia ini tidak berkediaman di Indonesia, dapat 1®mi untuk ikatan2 jang dilakukannja terhadap kaulanegara Belan a sini a au ditempat lain. Demikianlah beberapa ketentuan chusus untuk orang asing dibidang hukum perdata.
904)
905)
Kini dianggap oleh jurisprudensi tidak berlaku lagi, karena^ HJ-R. ja°= sekarang berlaku, tidak mengenal penghukuman membajar ongkos-ong" p i i jang benar-benar merupakan „gerechtskosten” dan jang az.mnja niemang sudah dr bajar lebih dahulu oleh pihak penggugat waktu memadjukan perkara. On^koson^kos pengatjara tidak turut dibebani kepada pihak jang kalah berperkara menurut jurisprudensi HIR ini. , , , M u l d e r , h. 54 : „Wanneer arme buitenlanders niet evenals arme Nederlanders ln de gelegenheid worden gesteld voor hun rechten op te treden, kan men toch moeilijk van gelijke bescherming spreken”.
261
374.
DOMICILIE.
Ba tjaan: W o l f f , h. 106 dst. ; C r a v e s o n, h. 74 dst. ; S c h m i t t h o f f, h. 69 dst. ; C h e s h i r e, L 164 dst. ; D i c e y, h. 85 dst. ;
Dari uraian lata diatas tentang hubungan antara prinsip kewarganegaraan danprinsip domicilie dapat diperoleh kesan se-olali- semua orang mempunjai faham jang sama tentang apa jang diartikan dengan istilah „domicilie”. Tetapi sebenamja tak demikian halnja. Diatas sudah disinggung pula setjara sepintas lalu bahwa apa jang dikenal dengan istilah „domicilie” ini memperlihatkan suatu aneka ke ragaman. 90°) Pengertian domicilie jang berlaku diberbagai negara tidak sama adanja. Dibawah ini kita akan ikuti konsepsi- domicilie jang terpenting °07) dengan berpokok pangkal pada konsepsi domicilie LIPI inggris. 375.
Tjorak" utama.
Apa jang merupakan tjorak utama jang terdapat dalam konsepsi domi cilie jang dikenal dimana-mana ialah bahwa dengan istilah ini hendak diartikan: „negara jang menurut hukum dianggap sebagai pusat dari kehidupan seseorang” („centre of his life”). ous) Pengertian ini adalah sama didalam semua stelsel hukum. Tetapi apa jang dianggap sebagai pusat kehidupan seseorang ini tidak dinilaikan setjara sama. Berbagai tjara jang berbeda dipergunakan sebagai ukuran untuk menentukan tempat manakah merupakan pusat kehidupan itu. 376.
„Domicile” dan „residence” .
Pusat keliidupan seseorang ini ditentukan oleh ketentuan- h u k u m . Domicilie merupakan suatu pengertian hukum. Sebaliknja „tempat kediaman” atau „tempat beradanja” seseorang (habitual or ordinananj residence) merupakan fakta2 jang sama sekali tidak terpengaruhi oleh hukum. Umpamanja seorang isteri dianggap mempunjai domicilienja pada domicilie dari sang suami, padahal isteri ini boleh 906) 907) 908)
262
Lihat no. 198 sub 3. R a b e l memberitahukan hasil penjelidikan seorang penulis, bahwa ada tidak kurang dari 50 definisi' tentang domicilie ini, jang berbeda-beda (h. 151 n. 154). W o l f f, p. 106 Bdgk. D i c e y , h. 85, Rulea : „ ( i ) a. person is, general, domi ciled in the country in which he is considered by English law to have his permanent home” (kursup kanii).
>.rcsidence’’
dari'mmfoja**10*”
T e s i d e n c ^ \ ‘ u ^ ° ^ ] C1^ '° i h u k u m d id u n ia B I i ° i n i merupakan d a s n r M o D ju e a d a l n m h n i j
«teri
io n e
d'
1
^
11
d ju to h
D on^ f
setj’ara tersendiri> JanS tidak sam a dengan
™ e ™ P l m ) a i h u b u n g a n j a n g erat d e n g a n „h a b itu a i i ! d ia n SSaP adalah u m um d a l a m sem u a s i s t i m .lkatakan b a h w a pen g ertia n „h a b itu a i r e s i d e n c e ” Jp a d a d o m ic ilie j a n g d i p i l i h ( d o m i c i l e o f ch o ice ). htJ ° P ° " * i o n o f l u w ” (seperti h a l n j a d e n g a n t a d i ) , m a k a u m u m n ja . d o m i c i l i e i n i
T
s e b a Sa i t j o n t o h
d e n S an » r e s i d e n c e ” .
ia bertem pat ,ter^eiak da^am suatu n e g a r a tertentu. Dimana • atau satu k-i m°S al didalam negara itu dapat merupakan rumah, flat kem ah atau ^ m vngkin ia berdiam dalain gubuk, pondok (cm pat-bfrrV JP f ra 1U- Adakalanja pula sukar untuk menentukan suatu keberatan T^ ie(aP- 00!') Tetapi bagi HPI hal ini tidak mendjadi „negara” ni " f Penting bagi HPI ialah untuk menentukan didalam m i sabi j¿i h ja na 3 1.seseoranS mempunjai domicilie-nja. Tidak penting atau d i u pi) 1WaTia ini bertempat tinggal di Djakarta,atau d i Bandung ncsia dan 1 Penting ialah bahwa ia ini bertempat tinggal di Indodi
Indonesiai T ” 33”
iancr Sdc litT
*
lP an
c*en£ an itl1 dianggap menurut hukum berd om icilie
akaii mulai dengan memberikan pengertian2 domicilie
am StclseP hukum t e s t i n g . konsepsi domicilie Inggris.
m e n itik -h c r a tk a n
377 ' -^SSSSEgL Rr d om ica ie I n r ^ .c ^ u n t u e S T “ 11’6, jang berIaku di InSSris adaIail idnS PahnS d arip ad a’ ] \ Z"1 djsebabkan terutama karena pengertian jang chusus iembap-! f m a^a *ni"‘ ^ arena adanja konsepsi tentang Of .angin? gacaajL »M)°m,Ci ln SSris ini lebih tjondong faham kewarganeKitaB crb f l i a.g ai ,liatiam dom icilie jang dikenal dalam sistim hukum Inggris. l') J 1 sebut tiga matjam domicilie ini diat;is, jakni: A dom icile o f origin ; dom icile o f c h o ic e ; B er■ -h - t? denp-'m f jS i *m b
9J0)
W setjara sepintas lalu apa ja n g diartikan akan uraikan
istila h - tersebu t.
a )iousqJ tliw* can i*1** JanS disebut Wo l f f : „Many <>ld bachelors never have wateringpiace” C h ^ l O ? " ' T h ' ' y g ° f r ° m h ° teI ‘ ° a " d f r ° m watcr':nS-
PJa e o t o
d.ipai Mc i j ( » rSj jang sucjaj, Jjkutip Jiatas ; no. 207. 263
A d 1) domicile of orioin.
Setiap orang memperoleh suatu ..dom icila of orioin’ pada waktu lahirnja. Ini merupakan negara dimana aiahnja herdomicili pada waktu ia dilahirkan. °12) Djika anak ini merupakan suatu anak jang tidak sah, maka domicilie dari sang ibu jang menentukan. Domicilie dari sang ajah ini dapat merupakan domicile of choice atau domicile of origin pula. Dalam hal ini jang pertama, maka domicile of choice dari sang ajah merupakan domicile of origin dari sang anak. Djika sang ajah tidak pernah memperoleh suatu domicile of choice, maka domi cile of origin dari sang ajah ini adalah jang menentukan. Kebanjakan orang tidak pernah melepaskan domicile of originnja. Mereka ini kadang- dapat keluar negeri guna maksud dagang, istirahat, tamasja atau kesehatan. Tetapi mereka dalam lial- ini tidak berniat untuk membikin tempat- jang mereka kundjungi ini sebagai „permanent home” mereka. 913) konsepsi domicile of origin ini dipupuk oleh faham bahwa ikatanseseorang dengan negara asalnja adalah kuat sekali. Adalah sukar sekali untuk melepaskan domicile of origin ini. Domicile ongin i m .tQ.tap berlangsung ^ mpai terbentuk suatu domicile of choice. angan ini hanja dipertahankan terus hingga dilepaskan. Apabila i epas an—opmci c of choiop. ini tanpa diperoleh suatu domicile of choice baru, yiaka domicile o j .origin hidup kembali. Boleh dikatakan bahwa om ic e o origin ini selalu memegang peranan sebagai ..reserve” . Ia selalu akan tampil kemuka lagi, djika tidak terdapat domicilie lain. Ketentuan im sedjalan dengan apa jang diterima dalam HPI Inggris, jakm bahwa tiap orang harus mempunjai suatu domicilie. , ^an
® origin ini dipandang sebagai lebih kuat dari domicile ■06 f i ^ aiena itu diperlukan pula bukti2 jang lebih kuat untuk kedua6 91.1^eu'"ut^uc^nia Penggantian daripada jang pertama daripada
912)
Bdgk. S c h m i 11 h o f f, h. 73 .
91S)
914)
ptIlling untuk menenlukan doniici]k, Bdgk. L o r d do not understand your ^rm an ^m "?ean- " - - thef Permanent home; and if you foreign writers or foreign L ™ , ^ a f r a i d no illustration drawn from h o f f , h. 7 2 ; G r a v e s o n . h Very, ™ help you t0 il” ’ s - d - S c h m i i t t Tjontoh tentang ini ialah perkara’ P n\e * 1 ‘ 1 ?’ h‘ 165: . R o y a l In f i r m a r y ( 1930) p a m s a y (at*u : B o w i e ) v. L i v e r p o o l dst. dan M o r r i ’s, Cases on P I L n ^ O 7 , " ’ 9 “ ” on, c01?fl.!ct ° / laws.’ h\ 9 r Pi»rtrp R n w ; P P* “ St., dimana domicile of origin dan sudah 35 tahun hidup di U veT p oS
T et?
walaupun
ia ini
orang2 bahwa ia bangga mendiad° a C , ‘’ « t mlen,bemahukan kfPad* mingguan dari Glasgow. " Clasgow man ’ berabonnemcn suatu koran
264
Segi lain jang menarik perhatian pada domicile of origin ini ialah apa jang dinamakan sebagai . dnr.t.rine of revivaT. 915) Dalam hal ini terdapat perbedaan dengan pengertian IIPI Amerika Serikat. Disana diterima apa jang dikenal sebagai ..doctrine of continuance of domicile . Artmja, domicilie jang semula berlangsung hingga jang bersangkutan telah memperoleh suatu domicilie lain. Tetapi di Inggris kita saksikan, bahwa orang menganggap dom icile of origin-lah jang hidup kembali, bilamana seorang telah melepaskan domicilie semulanja tanpa memperoleh lagiomici 'e am. Dalam
jurisprudensi
IIPI
Inggris terkenal perkara dari
Udny
v. U d n y . °10) Duduknja perkara setjara singkat ialah sebagai berikut. Kolonel U d n y mempunjai suatu domicile of origin Scotlandia- a e a peroleh suatu domicile of choir-ft di T.nndnn dimana ia u up uii 32 tahun. Ia pergi ke Perantjis dimana ia berdiam untuk t un am j . Pada waktu disitu ia telah mempunjai hubungan puan dan dalam tahun 1853 lahirlah seorang anak ari ™ Kemudian ia telah pergi ke Scotlandia dengan perem puan ngawininja dan menetap disana. Persoalan jang diliadapi ialah apakah anak Udny im adalah ^ ^ s a h atau disahkan karena perkawinan jang menjusul bahwa Scotlandia itu. Kaidah hukum jang berlaku p a d a w a ' 1 ajiak jang suatu perkawinan lianja membawa pengesalmn dan perkawinan dilahirkan lebih dahulu, apabila lembaga „pengesahan pada waktu susulan” diakui oleh hukum dari domicilie sang aj i „cnnekan. Pada kelaliiran anak itu maupun pada waktu perkawinan ^ ^p^Handin. waktu perkawinan dilangsungkan mnkn ^ena Dan hukum Scotlandia ini memang mengenal Iran ) a g ^ r ^ g merupakan perkawinan susulan. Dalam hal ini tidak ada 'es ¿pj pada persoalan ialah : apakah jang merupakan domic e waktu sang anak dilahirkan pada tahun 1853 a ia ini hanla ^rtempat Domicilie ini tentunja bukan P e ra n tjis, t^gatu antara domicile of tinggal disana. Jang harus dipilih ialali: sa _ . ^ Djika jang origin Scotlandia-nja atau domicile ot c ^ a n . Tetapi, djika jang pertama jang berlaku, maka anaknja adalali adanja dan karenanja teracliir jang berlaku, maka anak t e r s e b u t ti a ia ini tidak dapat mewarisi 915)
S c h m i t t h o f f, h. 75.
916)
G r a v e s o n , Cases, h. 81 dst. ; M o r r 1 s, > kepala : „If a domicile of choice is abandoned, ana not required, the domicile of origin revives
„
.
r „ p,
h. 43 dst., dengan djudul —
fresh domicile of choice is
265
Menurut House of Lords, maka Colonel Udny ini, tatkala naik kapal pergi ke Perantjis, telah melepaskan domicile" of choice Inggris-nja, karena ia ini télala meninggalkan Inggris setjara „ gnimn nnd jacta’’. Boleh dikata kan bahwa kemudian, domicile of origin Scotlandia-nja telah Jj.iclup. kembnl i setelah „tertidur” (sluimerend) untuk 32 tahun lamanja. Doktrina tentang hidup kembalinja domicile of origin ini seringkali diketjam. a17) Ad 2) Domicile of choice. Untuk memperoleh domicile of choice ini dipelrukan tiga sjarat: fa),kemamvuan(b\ residence/cD hasrat fmtentinn). Ad a). Orang jang tidak mampu untuk bertindak dalarn hukum, sePerti anak2 belum dewasa, ^órang- dibawah cúratele atau pei'empnn,v¿ dalam perkawinan, _fadak.j¿apat memperoleh domicile of choice tersenrliV; _ . Ad b). Apa jang diartikan dengan residence sudah disinggung^tasT Dengan istilah ini diartikan: kediaman se-hari2 (habitual physical presence) pada satu tempat tertentu. Residence ini tidak sekuat domicilie tetapi adalah lebih daripada „feitelijk verblijf’ (berada setjara defacto, sojourn atau physical presence). Ad c). Hasrat untuk „permanent residence”. Dalam hal ini terdapat perbedaan dengan konsepsi Eropah kontinental en ang domicilie. Menurut jang belakangan ini tjukuplah kemampuan dan i en°e (a dan b diatas) untuk memperoleh „domicilie”. Tidak diperluuntuk menetap setjara permanent, istilah ikarena itU iStilah PerantÍis »domicile” tidaklah sama dengan dom V, „™ic.ile” Inggris- Dalam versi Inggris, apa jang terkenal sebagai , a la Perantjis ini, lebih mirip pada „ habitual residence” daripada pada „domicile” (Inggris). ®«) malJUga d^ ka Mta (Mam lialamant dialas bitjara tentang „ domicilie”, revstJ !?0’’ klta artlkan ^alah lebih mirip pada pengertian „ habitual ce Inggris, daripada konsepsi domicilie-nja. terus Oran onía ih,
r rSí,n^
S L m J ,11
Untllk. domicile °f choice ini ialah suatu hasrat untuk lte™Pat ianS baru itu (animus semper manendi). 9ia) ,n S Iiendak hidup didalam negara baru jang dipilih' ? tlU “ S “ dak
ita 91?> DÍ”„ f c l , ? f * ng" ini
P d“
tídfk terbalak Ia L u ,
mati” <J,Ve ani die") dalam
l > » ¡ > .« « d ir i. Bd„k. „U, ,i, Cod. of
the L , » „I
S T ’f n,dj “ T / 4? teori »revival” ini ditiadakan. , ppendlx Pada S c h m i t t h o f f , h. 491 dst
Lihat untuk
918)
D
919)
S S UbT PenSf;rti!,m ” dom ' c'ile Cummune” ja n g kita ketemukan W „ | f M Í ” 31 Perantjis seperti dipaparkan diatas.
266
A d 3 ) D om icile b y operation o f law .
D al am sistim hukum clari semua negara dikenal beberapa kelom pok ora n g - ja n g m em punjai suatu dom icilie jang „afhankelijk” (dependent). D isin i term asuk : anak2 jang belum dewasa, perempuan- dalam per kaw inan, d juga orang- jang ditaroh dibawah perwalian saf ih dan dibawali perw alian. y2°) D alam IIP I Inggn's dikenal dom icilie sematjam ini dari anak- jang b elu m dew asa. D om icilie menurut hukum dari mereka ini ialah pada d om icilie sang ajah. D o m ic ilie dari pihak isteri ialah pada domicilie* suaminja. 378.
Beberapa ketentuan lain.
K etentuan2 lain Inggris ialah :
jang
menarik
perhatian pada
konsepsi dom icilie
a) Ketentuan, bah w a setiap orang liams mempunjai suatu dom icilie; b ) ba h w a setiap orang lianja mempunjai s a t u dari satu (Berlainan dari Djerman). °22)
)
domicilie dan tidak lebih
c) Persoalan apakah seseorang mempunjai domicilie menurut HPI Inggris ditentukan oleli hukum Inggris. 923) 379.
U sul2 perbaikan.
K onsepsi d om icilie menurut HPI Inggris telah menemui banjak ke tjaman. °24) D alam First Report dari Private In tern a tion a l L a w C o m m ite e saksikan diadakan a.l. usul2 perbaikan sebagai berikut. 1. D oktrin „reviva l” dari dom icile o f origin peilu i epas ' 2. Pem buktian daripada perobahan domicilie harus D em ikianlah setjara selajang pandang tindjauan tentang
kita
. ¿ omi.
cilie m enurut sistim IIPI Inggris. i i
920) 921) 922) 923) 924) 925)
14 PT Inggris.
Jang dua disebut achir ini tidak diatur setjara chusus o e W o1 f f, h. 122 . Rule 3 dari D i c e y, n. 89. Rule 4 dari D i c e y, p. 89. Rule 16 dari D i c e y, h. 124. W o 1 f f, h. 123. Lihat lebih djauh : D i c e y, p. 125 dst., Appendix pada S c h m i
Lihat
h„ ff
267
D A F T A R
B A T J A A N
Allot, Antony, Essays in African law, with special reference to the law of Ghana (I960), part IIT, h. 153. Anderson, J.N.D., The significance of Islamic law in the world today, 9 AJCL (1960), h. 187. — , A law of personal status for Iraq, 9 ICLQ (1960), h. 542 dst. Anwar, Mr Chairul, Pedoman Peridzinan perusahaan2 industri dan perdagangan, Bandung (1961). Apeldoorn, Prof. Mr L.J., Inleiding tot de studie van het Nederlandse recht, tjet. ke-12, _ Zwolle (1954). Arminjon, P., L’objet et la méthode du d.i.p., Rec. (1928) I, h. 433 dst. — , Précis de droit international privé, I, tjet. ke 3 (1947) II tjet. ke-3 (1958), IH* tjet. ke-2 (1952), IV, tjet. ke 1 (1927). — , Précis de droit international prive commercial, Paris (1948). Bakker, Mr H., Voldoet de wetgeving betreffende huwelijken tusschen personcn behoorende tot de beide staatkundige categoriën der Nederlandsch Indische bevolking (die der Europeanen en met hen, en die der Inlanders en met hen gelijkgostclden) a a n do maatschappelijke behoefte ? Zoo neen, welke wijzigingen zijn nodig ? Pracadvies. Handelingen der Nederlandsch Indische Juristenvereeniging 1887 (30 jaargang), I, Djakarta dan Noordwijk 1887. Bar, L von, Theorie und Praxis des internationalen Privatrecht,2 djilid, tjet ke-2, Hannover (1889). Bartholomew, G.W., Private interpersonal law, 1 ICLQ (1952>, h. 352. p uifenler’ Le role du droil comparé dans le d i.p. Rec. (1936) IN, h. 572. Bakhuyzen, Sande van, Nederlandsch Onderdaanschap, diss. Leiden (1900), h. 26, 65 dst.
raartin,
k .,
Principes de droit international privé selon la loi et la jurisprudence
f r a n ç a is e s ,
3 djilid, Paris (19301935).
_
atiffol^ Henri, Conflits de lois dans l’espace et conflit de lois dans le temps, Etudes Ripert, Paris (1950), I, h. 292. >
Uni évolution possible de la conception du status personnel dans l’Europe Con tinentale, dalam XXth Century comparative und conflicts law, Legal Essays in honor B .... ?{ Hessel E. Yntema (1961) h. 295 jo. h. 301. — “ enf V Traité élémentaire de droit international privé, tjet.ke-3, Paris (1959). tj ’ dan Niboyet, 1 ICLQ (1952), h. 348 1 ., Polarized law, 1914. ale, J.H., A selection of cases on the conflict of laws I-III (1900-1907), 2 nd edition. Cambridge (1928). ’ r, A treatise on the conflict of laws, 3 diilid. New York (1035). C 6 a 952)r0f- Mr InleidinS tot de rechtswetenschap in Nederland, tjet. ke-7 Bcrirm
den’ Praeadvies> sama seperti Mr H. Bakker, lihat disana. , Is Pnvate International law? BYIL (1926) li. 73 dst. ^ ef ander’ Internationale3 Ehe — und Kindschaftsrecht, tjet. ke-3, djüid I
1952, II 1955, III 1957, Frankfurt a.M. nn, E., Huwelijken van minderjarige Nederlanders wier ouders in bezet Nederland wonen alsmede een tweetal beslissingcn en uito-ebrachte adviezen betreffende dispcnsatic, dalam T. 153/611 h. 613. rum O.A. dan Meyer, Karsten, ’’Droit international privé du Danemark” 6 Répertoire n “ ■ 213 p.h. 216 No. 19. rakel, S. van, Grondslagen en beginselen van Nederlandsch international privaatrecht, p. tjet- ke-2, Zwolle (1950), tjet. ke-3 (1953). “ “hier, Ottmar, Der völkerrechtliche Gehalt des IPR Festschrift-Wolff, h. 177.
, Internationales Steuerrecht und Internationales Privatrecht — Ein systematischen versuch, Amsterdam (1960). Cheshire, G.C., Private international law, tjet. ke-5 , Oxford (1957). Christiansen, Heiman, ’’Droit international privé de la Norvige” 6 Répèrtoire h. 561, P-h569 No. 66. Cook, W.W ., The logical and legal bases of the conflict of laws, Harvard University Studie»
268
in the conflict of laws no. 5 (1 9 4 2 ). Cordova, R ., T h ird Report on the elimination or reduction of statelessness, Doc. A/CIN 4181. Cowen, Zelm a n , A m erican — Australian P .I.L., New York (1957). Davies, T h e influence of H uber’s De Conflictu Legum on English Private Internation w, 18 B Y I L ( 1 9 3 7 ), lu 49. ^ f Del son, Robert, Is a taking of an alien’s property without compensation or in deroga ^n o the terms of a contract in violation of public International law ? ’’Proceeding an Com m ittee Reports of the American Branch of the I.L.A., 1959-1960. Mann Dicey, A .V ., D icey’s C onflict of laws, diolah oleh J.H.C. Morris, K. Lipstem, C. Parry, G .H . Treitel, tjet. ke-7, London. Domke, M artin, Am erican — German P .I.L., New York (1956). a TTL (1960), Okt., — , Indonesian nationalization measures before foreign courts, 54 h. 801. Dijk, Dr R . van, Samenleving en adatrechtsvorming, diss. Leiden (1948). Eder, Phanor J., Am erican — Colombian P.I.L., New York (1956). Ehrenzweig, A lbert A ., Conflict of Laws, St. Paul Minnesota, I (195J), /iq s 7 ) — , Fragistas — Yiannopoulos, American — Greek P.I.L., New i o r ' £0UVeraineté Eliesco, M ich el, Essai sur les conflits de lois dans l’espace sans con (les conflits d’ annexion), diss. Paris (1925). . 2958, h. 1796. Erman — A rndt c.s., Handkommentar zum Bürgerlichen Gesetz uc ^ Etter, K , V on Euifluss des souvcranitätsgedankeus auf das 1. * 9 Flincg, M r J.J. de, ’ ’Caveunt Cousules” , T . 141/343, p.h. 348. Foighel, Isi, Nationalization, Copenhagen — London (19o9). ^ conflit des lois de Foelix, Jean Jacques Gaspard, Traité de droit international prne ou j.e4 , 0leh. Charles différentes nations en matière de droit prive, J > Dém angeai. Paris, 1866 (editie, I, 1843). n 0 5 4 ). Ford, A .W ., T h e Ànglo-Iranian oil dispute of 1951 - 1952 , California Francescakeg, Ph., Jurisprudence de d.i.p. (1961), h. 358 st. 1Dqc Francois, J .P .A ., Handbook van het volkenrecht, tjet. ke-2 , , • Berlin 1926 ‘ Frankenstein, Ernst, Internationales Privatrecht (Grenzrec i ), Kollisionsrechts (1955). Gamillsclieg, F ., Der Einfluss Dumoulins auf die Entwicklung, c Garland, G riffith, American-Brazillian P.LL., New Yor - . (19no)t h. 393. k e -2 » Gogos, Demetrius, Nekrologi dari Petros G. V a l l i n d a s , n disertasi (1955),Ue Gouw Giok Siong. Segi3 Iiukuir p^rntnrnn p e r k a jm M -U fla w * ^ ’ — , — . — ,
Hukuni Antargolongan, Djakarta (1957), tjet. ke-2 sj Djakarta, ilmu Ilukum Antargolongan hukum jang hidup, pidato ‘" f ® jgeberapa tindj Perkawinan tjampuran internasional di Indonesia, hukuni” , Djakarta (1 9 5 9 ), h. 75. nqS9). —■ , Tafsiran Undang3 Kewarganegaraan R-L, Djakarta — , Perkara tembakau di Bremen, Djakarta (1959). n 960). • — ■ , W arganegara dan Orang Asing, tjet. ke-2, /lOfiM — , Tafsiran Undang 2 Pokok Agraria, Djakarta ,( P- TrVrfonesia, Djakarta (W >W — , Segi 3 hukum internasional pada nasionalisasi i Festschrift, W olff, h. ^ Goldschmidt, W . , Die philosophischen Grundlagen es p ranakan Chinezen *pjuj.um Gouw Soei T jian g, ” De Chineesche Nationaliteitswet m. •■ j j uj Himpulian ac nesia” . Mededelingen van de Chung Fa u Tionghoa tahun I, Pebruari (194S) h. 8 , 11. (i960). Graveson, R .H ., The conflict of laws* tjet. ?? dst. Chapter J ederlandsch L p j. — , Cases on the conflict of laws, London (19 ’ binatriden volgens N Groot, de, H et personeel statuut van apatnden en (1 9 3 8 ). _ , « (1929) Gutteridge, Comparative Law (1949), tjet. ke_2. j_ _ ;t international pnve, Gutzwiller, M ax, Le dévellopement historique du IV , b. 287. _ _ G€burtstag von M a* Gutzvrnller, — , Festschrift — ’’lu s et Lex” , Festgabe zuni 7U Basel (1 9 5 9 ).
269
Hukum Perdata Internasional Indonesia — 18
Hambro, E., Conflict Law as a part of international law ’’Varia juris Gentium” , Liber Amicorum Francois, h. 132. __ t The case law of the International Court (La Jurisprudence de la cour Internationale) I, 1958, tjetakan kedua), Leyden. Han Bing Siong, Mr, Tindjauan buku E Utrecht, Pengantar dalam Hukum Indonesia, tjet. ke-4 (1957), „H. dan M” , III No. 1, Pebruari (1959). Harjoto Judoatmodjo, Hak tjipta dalam teori dan praktek, Buku Senaat Mahasiswa lakultas Hukum dan Pengetahuan Masjarakat (1957). Hijmans, Henri, Inleiding tot het Nederlandsch internationaal privaatrecht, Arnhem (1947), tjetakan kedua. . Hoogstraten, M.H. van, Quilques notes sur la Conference de la Haye de droit international privé (VI)', VI NT1R (1949) h. 60 p.h. 69, 72. Huber, Ulric, De conflietu Le'rum Diversarum in Diversis Imperii?, 1684. International Commission of Jurists, South Africa and the Rule of Law, Genova (I960)Jambu’Merlin, Essai sur l’histoire des conflits de lois au Levant et en Afrique du Nord, RCDIP (1958), 1. Jessup, Philip C., Transnational law, New Haven (1956). Jitta, Josephus, Internationaal privaatrecht, gegevens hoofdzakelijk ten behoeve van Nederlandsche Rechtsbeoefenaarg, Haarlem (1916). Kamp, van de Bartolus de Saxoferato, 1313‘ 1357, diss. A’dam (1936). . Kahn, Franz, Abhandlungen zum internationalen Privatrecht, 2 djilid, München ■ Leipzig (1928). Kegel, G., Der Gegenstand des IPR, Festschrift — Raape, lu 13 dst. — , Internationales Privatrecht, Kurzlehrbücher für das Juristische Studium, München — Berlin (1960). Kelsen, H., General theory of law and State Cambridge Massachusetts (1949). Kie in, Dr J.J.W., Bijdrage tot de Studie van het inter"entiel privaatrecht, Vermögensrecht, .. diss. Leiden (1933). TFKollewÿn, Prof. Mr R.D., Ontaarding van het nationaliteitsbeginsel in liet moderne internationaal privaatrecht, pidato Dies, Djakarta (1929). . Unieregionale voogdij, N.J.B. 1950, h. 753. — , Het wetsontwerp betreffende bet internationaal privaatrecht, N.J.B. 1952, li. 238. ’ V "'er®gl0naal Privaatrecht de Nederlands-Indonesische Unie, Gedenkboek, 19241949, h. 150. — , Le droit interrégional privé du Royaume des Pays Bas, N.T.I.R. (1953-1954), h. 271, Intergentielrecht, Verzamelde opstellen over intergentiel privaatrecht s’Gravenhagt" Bandung, disingkatkan : V.O. , American — Dutch P.I.L., New York (1955). — , Tindjauan buku Kegel IPR, VII N.T.I.R. (1960), h. 384 dst. , 1 mdjauan buku 0. Bühler, Internationales Steurrecht und Internationales privatrecht — Ein systematischer Versuch, N.T.I.R. (I960), h. 393. — ,
Nationalität en burgerschap in de Nederlands Indonesische Unie ; "Indonésie” ,
I, 1947, h, 98. ;;Z“ eid van Rec!lt” > pidato pembukaan di Groningen (1936), h. 15. Het Duitse verbod van huwelijken tussen Ariërs en niet Ariërs,T. 142/;473. De moderne Chinese Kodifikasi T. 132/323 p.h. 334 No.l. Het Haagse voogdijverdrag voor het internationale Hof van Justitie VI N.T.I.R(1959) h. 311 dst. Kosters, J Het internationaal burgerlijk recht in Nederland Haarlem (1917). £ 0 Swan Sik, Dr, De meervoudige nationaliteit, diss. Leiden (1957), h. 15 dst. Kuhn, Arthur K., Comparative commentaries on Private international Law, New York (1937). Lainé, Armand, Introduction au droit international privé, 2 djilid, Paris 1888-1892. Lampué, Les conflits de lois interrégionaux et interpersonannels dans le système juridique français, métropolitain et d’outremer, Etudes de droit contemporain” , II (1959), h. 219. Lauterpache, H., International law and human rights, New York (1950), h. 7. Lemaire, Prof. Mr W.L.G., Overgang van godsdienst als probleem voor bet intergentiel Z
’ , , ,
270
privaatrecki, diss. Djakarta (1932). , ” Dc terugverwijzing in het Nederlandsch-Indische i.p.r.” T. 148/1. , Internationaal "en nationaal” in ons internationaal privaat recht, 8 N .T I R h. 240 dst. p.h. 241.
— —
(1961)
,
H et recht in Indonésie, Hukuin Indonesia, ’s Gravenliage-Bandung, 1955. i Kwesties bij de Studie van het intergentielrecht, pidato inaugurasi, Leiden, 1956. , D e onderbeheerstellinc; en de nationalisaties van de Nederlandse bedrijven in Indo nésie, R.M .-Them is (1959), h. 333. Lescure, Monique, L ’évolution du système des conflits de lois tunisien. L ’exaniple de marriage, RCDIP (1959), h. 31. Lewald, H ., Règles générales (1941), liai. 3 4 -3 5 . Lewin, J., Interracial law, J. Comp. Leg. (1958,), h. 16. — , Studies in African native law. Lerebours-Pigeonnière, Paul, Droit international privé, tjet. ke‘7, Paris (1959), diolah. oleh Yvon Loussouarn. Liem T jin g Hien — Kho, Mr, Perdjandjian dwikewarganegaraan R.I. * R.R.T. dan pelaksanaannja, Djakarta, (1961). Lipstein, K ., The Hague convention on private international law, public law and public policy, 8 I.C .L.Q . (1959), h. 506 dst. Logemann, Prof. Dr J.H .A ., Collegeaantekeningen over het staatsrecht van NederlandschIndiö, ’s Gravenhage'Bandung, 1947. — , Over de tlieorie van een stellig staatsrecht, tjet. Seksama, Djakarta (1954). — , Het staatsrecht van Indonesia, Het formele systeem, ’s GravenhageyBandung (1954). — , ’ ’Nederlandsch onderdaanschap en het Hooggerechtshof” , T. 136/500. Lorenzen, E .G ., Cases and materials on the conflict of laws, 1946, 5th ed. Macm illan, Lord Foreword pada buku Schmitthoff, The English Conflict of Laws, tjet. ke-2 (1 9 4 8 ). Makarov, A .N ., IP R und Rechtsvergleichung, 1949. , Quellen des interntionalen Privatrechts, Recueil de textes concernant le droit international privé, djilid I, tjet. ke-2, 1953 -1954, djilid II, tjet. ke-2 1960. > Allgem eine Lehren des staatsangehörigkeitsrechts, Stuttgart (1947)', li. 161. , Le droit international prive sovietique, dalam Recueil 1931, h. 500. Mallinckrodt, Dr J., adatreht van Borneo, I, diss. Leiden 1928, II Leiden 1928. Mann, F .A ., The time element in the conflict of Laws, 31 BYIL (1954), h. 217. — , Völkerrechtswidrige Enteignungen vor nationalen Gerichten, 14 NjTO (1961) h. 705 dst. Maunier, René, The sociology of colonies, An introduction to the study of race contact (London, 1949) djilid II. Maury, J., Règles générales des conflits de lois, Rec. (1936), III, h. 325. Meijers, E .M ., L ’histoire des principes fondamentaux du d.Lp. au partir du Moyenâge. Rec. ( 1934) III, h. 543. , La réalité et la personnalité dans le droit nu nord de la France et dans le droit anglais, ’’Symbolae van Oven” , Leiden (1946), h. 379 , djuga dalam Meijers, Etudes d’histoire de droit, I, Leiden (1956), h. 228. , Recueil de lois modernes concernant le droit international privé, Leyden (1947). , H et vraagstuk der herverwijzing, W P N R 1938 no. 3555, 3556, 3557, 3558, djuga dalam V .P .O ., II, 1955, h. 366. — , ’ ’The Benelux Convention on private international law” dalam V.P.O. (1955), II, h. 401. Morris, J.H .C ., Cases on P.I.L. Oxford 3e ed. (1960), h. 43 dst. Chapter 5 ’’Domicile” . Mulder, A .C .J., Inleiding tot bet Nederlandsch international privaatrecht, Amhem (1947) tjetakan kedua. Münch, Fritz, Das SUjn.atra_'pajjaji_Urteil des Hanseatischen O.L.G. Bremen. Jahrbuch I.R. (1 960). '
Nederburgh W et en Adat, I, h. 198 dan h. 293 n. 2. ^em bhard, Hibbert W ., Leading cases in conflict of law?, 1931. Neuhaus H ., Tindjauan buku Gerhard Kegel, IPR, RabelsZ (1960), h. 375. iNiboyet, J.P., Traité de droit international privé français, 6 djilid djilid I tjet. ke-2 (1947),
271
djilid II tjet. ke-2 (1951), djilid ke-III (1944), djilid ke-.IV (1947), djilid kerV (1948), djilid ke-VI bagian I (1949)', djilid ke-VI bagian 2 (1950). — , dan Lapradelle, Répertoire de droit international (1929-1931). dengan Pillet, Manuel de cLi.p. (1924). — , ’’Droit international privé des Pays-Bas”, VI liai. 601 No. 43. Niederer, Werner, Einführung in die allgemeinen Lehren des internationalen Privatrechts, tjet. ke-2 Zürich (1956). — , Ceterum Quaero de legum imperii romani conflictu, 49 RCDIP (1960), h. 137. Nussbaum, Arthur, Principles of Private International Law, New York — London — Toronto (1943). — , American-Swiss P.I.L., New York (195S). Offenhaus, Gedenkboek B.W. 1838 -1938, h. 705. Overbeck, Alfred E. von, Essai sur la delimitation du domaine des conventions de droit international privé, a propos de l’arret de la cour internationale de Justice du 28 novembre dans l’affaire relative à L’application de la convention de 1902 pour régler la tuttle des minieurs, dalam ’’lus et Lex” , Festgabe Max Gutzwiller, Basel (1959), h. 325 dst. — , La neuvieme session de la conférence de la Haye de d.i.p. VIII NTIR (1961) li. 31 dst. p.h. 48 dst. Panhuys, Jonkheer H .I. van., La success on de l ’Indonésie aux accords internationaux conclus par les Uays-Bas avant l’Independance de l’Indonésie, Il NTIR (1955), h. 55 dst. Patchett, K., Some aspects of marriage and divorce in the West Indies ICLQ vol. 8 (1959), h. 632 dst. Philimore, Sir Robert, Commentaries upon private international law or comity, 4 djilid, tjet. ke-3, London, 1879 -1889. Philip, Allan, American-Danish P.I.L., New York (1957). Pillet, Antoine, Principes de d.i.p., h. 568 no. 316, Paris 1903. — , Traité^ pratique de droit international privé, 2 djilid, Grenoble, 1923 - 1924. Porte, André de la, Beschouwingen over Quasi-internationaal privaatrecht, T. 91 li. 1 dst. Praag L. van, Leon’s Rechtspraak, deel 11 , Afl. 2, 2° ged. Litteratuur en rechtspraak betreffende de niet in de tvet houdende Algemeene bepalingen opgcnoruen regelen van Intemationaal Privaat-, procès-, en faillisementsrecht, Leiden (1928). Prins, Prof. Mr W.F., Jurisprudentie inzake de wet op het Nederlanderschap en de toescheidingsovereenkomst, 4 HPS (1953), h. 37. Raape, Leo, Internationales Privatrecht, tjet. ke-4 Berlin (1955), tjet. ke-5 (1960). , Festschrift für Leo Raape zum 70 Geburtstag, Hamburg (1948). Rabel, Ernst, The conflict of laws, a comparative study, 4 djilid, djilid I 1945, tjet. ke-2 1958, djilid II 1947, djilid III 1950, djilid IV 1958, Chicago. , reotschnft für Ernst Rabel, Band I, Rechtsvergleichung und internationales Privat(1954) usgeseben von Hans Dölle, Max Rheinstein, Konrad Zweigert, Tübingen Rama Rao, Conflict of laws in India, 23 RabelsZ (1958), h. 259. Reese, Willis L.M., Contracts and the Restatement of Conflict of Laws, Second 9 ICLQ (1960), Okt., h. 531. Relink, Prof. Mr G.J., Conflictenrecht van de Nederlands-Indisclie Staat in Intemationaal rechtelijke zettmg, 115 Bijdragen tot de taal Land-en Volkenkunde, 1° Afl. h. 1. Ross, Alf, A textbook of international law, London (1947), h. 73 . Roth, Andreas, H., The minimum standard of international law applied to aliens, Leyden (1949) p. 162. Rothstein, Jean H , Tindjauan buku O. Bühler, Internationales Steuerrecht und Interna tionales 1 rivatrecht — Em systematischer Versuch, X L IX RCDIP (1960) h. 466 dst. Sack, Alexander N., Conflicts of laws in the history of English law, ’’Law : a century of progress” , New York (1937). Sasse Van Ysselt van, De Nederlandso Nationaliteitswetgeving critisch bezierï, 4 HPS, Djuni-Djuli 1953 h. 45.
272
! w r ° nl Syst^'n des heut‘gen Römischen Rechts, djilid 8 , Bor]in (1849) of S r '™ !hne> Pl"lvate International Law and the Retrospective Operation « , V \ r US f ’ ,a Trea,lse on the conflict of Laws, ed 2 , Edinburgh (1880) schaap, C.H., De buitenlanders in Indonésie, ’’Indonésie” X (1957). schacht, Joseph Islamic law in Contemporary states, AJCL (1959), h.133. bchuiLzer, Adolf F., Vergleichende Rechitslehre, 2 ° dr., 1961 (II). Scelle, George, Précis de droit des gens, Paris, Recuel Sirey (1932). ^chlesinger, Comparative Law ; Cases, Text materials (1959), tjet. ke-2 , Brooklyn, ^chiller, A .A ., Conflicts of laws in Indonesia, The Far Eastern Quarterly (1942), h. 43 . , Review article dari buku Allot, ’’Essays in African Law”, 4 Journal of African Law (1960), h. 175. Schnitzer, Adolf F., Handbuch des internationalen Privafcrechts, 2 djilid, djüid I, tjet. ke-4 (1957), djilid II, tjet. ke-4 (1958). — , Vergleichende Rechtslehre, Basel, 1945. Schmitthoff, Clive, A textbook of the English conflict of laws, tjet. ke-3 , London (1954). c îolten, ilet begrip comitas in liet internationaal privaatrecht van de Hollandse JuristenS '11 t?0, er zeventiende eeuw, Utrecht (1949). ei o lenveldem, Enteignung niederländischer Plantagen in Indonesia, Nachprufbarkeit — A r- ,.cutsche Gerichte, AW D (1959), Heft 5, Mei.
’
us indische nationalisierungsmassnahmen und ihre beurteilung durch Deutsche
Uerichto Zum Urteil des Hanseatischen Oberlandesgerichtes Bremen in Bremer • akïtreh> A W D (1959) Heft 12 , Des. berick, R., Bemerkungen zum marokkanischen Recht, FesschrifhGutzwiller, ”Ius et Lex” (1959), h. 395. M-A- Clarence, Eastern maiTiages in English law, I ICLQ (1952), h. 301 dst. oefcarno, Presiden, Tentang ’’Nation building”, amanat penegasan didepan sidang istimewa , „ . . „’Pernas 9-1-1960, lampiran D /I dalam „Manusia dan masjarakat baru Indonesia” ( civics ), Penerbitan Dept. P.P. dan K., Djakarta (1960), h. 388 dst. p.h. 401 dst. bolus, Henry, Traité de la condition des indigènes en droit privé, Paris (1927). Starke, J.G., An introduction to intemtional law (1947), h. 180. Story, J., Commentaries on the conflict of laws, 1834, tjet. ke-8, Boston 1883. Supomo, Prof. Dr Mr R,, Kedudukan hukum adat dikemudian hari, pidato Diës Gadjah-
Mada, Jogjakarta (1917). — , Undang2 Dasar Sementara R.I., tjet. ke-2, Djakarta Uanpn tahun). ung I Lang Piet, Mr, Tjita 2 kodifikasi dan unifikasi di Indonesia dan perbandingan hukum, H. dan M., Ill, h. 3 dst. îrtaainidjaja, Mr N., Tiga taraf perkembangan ilmu Hukum Antar-Golongan di Indonesia, I M I . p . (1 9 6 0 )> h 199 dgt^ omas, J.A.C., Private International law, London, 1955. Pengantar dalam Hukum Indonesia, tjet. ke-4 (1957), tjet. ke-5 (1959). a indas, Petros G., A plea for an international legal science, 8 ICLQ (1959), h .613 dst. Verstraete, M „ Les conflits de lois Belgo-Congolaise, XXXI RDIDC (1954)', h. 148 in i l’ ’ De rechtsvergleichende Tatbestände in internationalem Privatrecht (1953). _° en oven, Prof. Mr C. van, Exacte Rechtswetenschap, Leiden (1901). > et adatreclit van Nederlandsch-Indië, deel II, III, Leiden. , staatsrecht Overzee, Leiden (1934). „ , ries, de, Recent developments in the U.S. dim. 75 Recueil 1949 II, h. 210 . Wagener, Dr J.H., De verliouding tusschen het Nederlandsche en het Nederlandsch-Indische tv, , , Privaatrecht, disertasi, Leiden (1932). , Webb, P.R.H. and Brown, D.J.L., A casebook on the conflict of laws, London (1960). e r th e im
p r o f.
Mr
W _p
N e d e r la n d s c h e
in tern ation a al-p riva atrech telijk e
b e o e fe n m g
en
indië, T. 144/580. w ,m° Donald E., The national status of the Chinese in Indonesia, N.Y. (1961), h. 43. W ; >C ’ r T j ’ Nederlands interregionaal strafrecht, 63 T.v.S., (1954), h. 190. erI- de, Tindjauan buku Albert E. Ehrenzweig, Conflict of laws, 7 NTIR (1960), n. 76. Wirjong' Prodjodikoro, Azas-azas hukum perdata internasional, Djakarta (1952). , »oaj djual-beli internasional, H. 1953 no. 4-5, h. 3 dst.
273
Wolff, Martin, Private International Law, second edition, Oxford (1950). — , IPR Deutschlands — Martin Wolf, Das internationale Privatrecht Deutschlands, Berlin-Göltingen-Heidelberg (1954). — , Festschrift für Martin Wolff, Beitrage zum Zivilrecht und internationalen Privatrecht, herausgegeben von Ernst von Caemmerer, Walter Hallstein, F.A. Mann, Ludwig Reiser, Tübingen (1952). Wortley, B.A., The interaction of public and private international law today 85 Rec. (1954) I, h. 242. Yntema, Hessel, E., Les objectifs du d.i.p., RCDIP (1959), h. 1 dst. — , Die historischen Grundlagen des IPR, Festchrift-Rabel, h. 513 dst., versi Inggeris dalam 2 AJCL (1953), h. 297 dst. Zitelmann, Ernst, Internationales Privatrecht, 2 djilid, Leipzig, 1897 -1912.
274
daftar
nam a
d a n h a l -h a l
A.
Lihat djuga „karena djabatan”. 138. Amerika Serikat, hukum — , 48. — tentang kedewasaan, 57. — tentang pengertian domicilie. 79. — dan pluralisme hukum, 90, 164, 165. -------- kebebasan memilih, 209. 93, Amerika Latin, — tentang „place of Adoptation au tempernient incorporation”, 41. des nationaux, 73 Amsterdam, Adat-istiadat, 9 3’ 144. Anak 2 belum dewasa, Addams, Daivn, 133| 135( 31', 83, 109Pemeliharaan — , 142, 146, 152, , 137, 138, 159, 160. Administration de la justice, 93 Adoptip, kakak — , 3^ — dan domicile of choice, 266. — dan domicile by Adopsi anak asing. Lihat opération of law, 267. «pengangkatan anak asing.” Afghanistan, Anak diluar perkawinan tentang azas mengikuti 209 dan ibu Indonesia, 189. Afrika, lro Anak j m g diketemukan, 186, 193. Afrika Selatan, Anak luar kawin, 33, 105. tentang prinsip kewargaAnak tak mempunjai negaraan, gg 193. hubungan dengan ajak, , kebebasan memis, 208* Ancient Mystical Organization Agama, of Rosae Cruisers, 238. sebagai titikpertautan, 15. André de la Porte, termasuk prinsip personil, 19. — tentang H.A.G. sebagai U 1 . f 3 " warganegara, 175. quasi-internationaal AhJi bangsa asing, 257privaatrecht, 4. Akademi Dinas Hubungan Anekawarna hukum. Luar Negeri, 2 fi0 Lihat „pluralisme hukum”Akademi Pendidikan Aneka kewarganegaraan, 86, 90, 124. Djasmani, 39. Anglo Saxon, Akademis, J®' 4. — tentang kompetensi, Aktip’ ÀÎ -------- place of incorporation, 41. Akzessorrischer Anknüfung. -------- lex loci celebrationis, 45. Lihat „titik pertalian — dan segi terutonalitet, 67. accessoir” , -------- pengertian domicilie, 80. Al Qur’an, -------- kewarganegaraan, 101. 266. Animus semper manendi, A lb a S ““ I>Cnie,akan 48. Anknüpfungsbegriff, 17. — tentang kebebasan (Liliat djuga „titik m e m ilih , 9n„ pertalian”. Anknüpfungsmerkmal, 17. ‘ - ”dalam mLKiStllkkCn ; Umum’ Kaartsysteem, 1 (Lihat djuga „titik lembaga jang pertalian”. termasuk — , Anknüpfungspunkte, 17. /uimentatie, (Lihat djuga „titik — dalam Kaartsysteem, pertalian” ). bagi*1 — Jan® berlaku Anknüpfungspunkte aus der Gebietshoheitakibat pemutusan 5’ ^ Lihat prinsip territorial. T ^ P ^ w i u a i ,, 10. Anknüpfungspunkte aus ~ dalam H-A.G., Ï der Personalhoheit. Lihat „prinsip personil.” AUoÆ ' / “ 1- Anti-apatride. Lihat Apatride aÆ Hakum Afrik«. , I' 138. Anti-bipatride. Pf^or’ ’ 66, 67, Aanknopingspunt. Lihat „titik pertalian.” Ab intestato, 259 Abad pertengahan, 4 3. Abnormal, 153_ Adaptasi, 73 74
94.
2
275
Lihat Bipatride. Apatride,
Lihat tempat kediaman. 11. 39, Australia, 78, — tentang prinsip 168. 98, domicilie, 208. 1 8 7 , -------- kebebasan memilih, 38, 39. 231> Austria, 40. warganegara — , mentjegab — , 193, 194, — tentang pusat 202. 40administrasi, Apollinaris Coy Ltd., 13. 52. wilajah — , Application cumulative, 114. 91. hukum — , 53, Application distributive, 114, 115, 123. 53. hakim — , Aprioristischeanknüpfungen, 23. 57. — tentang kedewasaan, Arab, 3. 71. --------prinsip domicilie, warganegara — , 31--------prinsip kewarga anak — , 31. 71. negaraan, hukum —-, 43. — mempengaruhi Amerika orang — , 180. 70. Latin, Arbeidscontract, 12. (Lihat djuga „kontrak Autonomen kerdja” ). 49. Anknüpfungen, Azas — domicilie, Arbitrase (Lihat „prinsip domicilie — internasional, 51. dan „domicilie” ). Argentina, Azas hukum tentang prinsip 205. 213. kewarganegaraan, kewarganegaraan, 66. Azas keturunan. . ~ kebebasan memilih, 208. Lihat „ius sanguinis.” Aner, 7. Azas kewarganegaraan. Arkel, Mr. A.E., van, 25. Lihat „prinsip kewarArmenia, orang — 9 ganegaraan.” 26Arminjon, P., Azas mengikuti, 208Azas persamaan tentang hukuin dagang 'nternasional, Penghargaan, H4. 12. Azas reciprociteit, 261. ' Points de ratta chement, 17. B. ' Perintjian titik __ Pertalian primer, Badan hukum, 19. bendera dari kapal, 19. berkedudukan di ~ hypotheek, 52. Hongkong, 20. Abhängige Ankniip. tempat kedudukan — , 21, 40. fung, tempat — ditjiptakan, 41. 60. — lex fori, kewarganegaraan — > 57. 224. ■™nde, Erman, menurut hukuin Indonesia, 216, 257. — tentang hukum perdata . Djerman, 27. Badan Muatan Arthur, Indonesia, 254. 134. Asia, 169. Badan Penguasa Asser, Maritim, 247. ' ’ tentang komprimis Badan peradilan, 135, 221. Pnnsip kewarganegaraan Badan Pimpinan Umum . . « domicilie, 101, 170. Assuransi, 247. Assunilasi, 93, 94, 95. Badan Pimpinan Umum Assuransi, 13, 61Industri Alat Pengkiesrecht, 236. angkutan, 254. Atjara berperkara Badan Pimpinan Umum bebas beaja, 14. Maritim, 255. 25, 43. Badan Pimpinan Umum Minjak dan Gas Bumi, 255.
276
5, 40, 92, 176, 205, 243, 192,
6, 59, 95, 185, 213,
Badan Pimpinan Umum „Penghubung Udara, 254Badan Pimpinan Umum Pelabuhan, 255. Badan Pimpinan Umum Perusahaan Dagang Negara, 253. Badan Pimpinan Umum Perusahaan Kehutanan Negara, 247. Badan Pimpinan Umum Perusahaan Negara Pharmasi dan A lat Kesehatan, 253. Ba
93. 51. 106
42.
69.
—
negaraan, — • kom prom is prinsip kewarganegaraan dan, dom icilie, — — titik pertalian kumulatif,
72.
79. 98. 114 .
---------pemakaian distributif, 115 . — ■ — keputusan Cour de Cassation, 17-4-1953, 117.
--------- keputusan Cour de Cassation, 15-3-1955, 122. perkara Bisbal, 131, 132, 135, 138, ---------prinsip kewar ganegaraan, 163. Beale, — tentang vested rights, 67. --------- prinsip kewar ganegaraan, 69. Beban atas tanah, 52. 27. Behre, W .L., Belanda, hukum — , 36, 153, 42. perkebunan — , 52. bahasa — , — tentang kedewasaan, 57. ---------kewarganegaraan, 63. hilangnja kewarga 103. negaraan — , — — penggantian prinsip 104. domicilie — , 134, 142, warganegara — , 158Menteri Luar Negeri — , — menandatangani Konvensi Den Haag, 15-6-1955, 161, 162. 173. keradjaan — , — tentang azas 209. mengikuti, Belgia, — tentang prinsip 63. kewarganegaraan, — dan perdjandjian 97. Den Haag, — menandatangani Komvcnsi Den Haag 15-6-1955, 161, 162. 209. --------- azas mengikuti, 41, 42, Benda bergerak, 243. 41, 243. Benda tak bergerak, Bendera dari kapal, — sebagai titik 20. pertalian primer, — sebagai titik 38. pertalian' sekunder, 56. Bentuk perbuatan hukum, 51. Bentuk naskah, Bepaalde rechtshandeling. Lihat „perbuatan hukum tertentu.” 172, 174, Berdaulat, Berdjasa terhadap 199. Negara, 192. Berdiri atas dua perahu, 199. Berita Negara, 195. Berumur 5 tahun, 195. Berumur 18 tahun, 195. Berumur 21 tahun, 144, Beschermende opvoeding, 75. Bestendig,
133, 139-
217.
143.
60.
176-
277
Beukelaar, N j. Johana Tambora de, Bevolkingsgroep. LHliat „Golongan. Rakjat.” Bigamie, Biliton, Binatu, Bipatride,
mentjegah — ,
sebab lirnbulnja — , Birma, pengadilan — , — tentang kebebasan memilih, Bisbal, Boll, Arrest — , Boll, Johannes, Boll, Maria Elisabeth,
Bonn, E, — tentang dispensasi untuk menikah, Borum, — tentang prinsip kewarganegaraan, Braga, — tentang domicilie, kombinasi prinsip domicilie dan kewarganegaraan, Brakel, van — tentang kompetensi, — tentang aanknopingspunt, -------- keputusan HgH 29 10-1936, ---------lex fori, Brazilia, — tentang „place of incorporation”, ---------prinsip kewarga negaraan, hutang — , — tentang kebebasan memilih, Bronn, D.F.L., — tentang prinsip domicilie,
278
28.
25, 37. 242. 61, 95, 178, 188, 221, 189, 192, 204, 213,
113.
92, 166, 179, 189, 225, 180, 198, 211. 214.
48. 208. 130, 131, 138, 140,
Bulgaria, — tentang prinsip kewarganegaraan. ---------kebebasan memilih, Bumiputera, Burgerlijke Stand, Lihat Tjatatan Sipil.” 93, Bursa, 176, C. 187, 213, Cainbodja, — tentang kebebasan 229memilih. 191, 200, Canada, — tentang kebebasan memilih, Capacity, Carlier, Carltonclub, Carte de travail, 134, Carte de Séjour, Casablanca,
63. 208. 164.
43.
208-
208. 56. 214. 11. 137. 137. 117.
158, 159, Cassin, 97. — tentang domicilie, 161. 117. Cause célebre, 14, 145, 146, Cautio judicatum solví. 103, 148, 149, Caveant Cónsules, 152, 153, Centre of administration. Lihat „Pusat administrasi.” 156. 52. Cessie, 120. Chauvinisme, 6, Cheque, 35, 36. Cheshire, — tentang istilah 17. connecting factor, 108. -------- arti connecting 18. factor, 28. 22. -------- choice of law, -------- prinsip 65. kewarganegaraan, 170. -------- faedah kedua 69. prinsip, 3. 76, -------- domicilie of orgin, -------- kepastian 17. kewarganegaraan, 81, -------- prinsip domicilie, 35-------- domicilie suami, 137. 217, 224. Chetty, Verrappa, 24. Chili, — tentang prinsip 41. 70. kewarganegaraan, 208. -------kebebasan memilih, 66. Chin A Kim, 25. 147. Chin Teng Lan, 24208. Choice of jurisdiction, 3. 14, Choice of law, Chou En Lai, 179. 90. Cironstance de rattacliment,
141, 160, 142. 142, 147, 151, 155,
260, 105,
13.
100. 178. 162.
22.
(Lihat djuga „titik pertalia” ). Citoyen Français, 117. Code Napoleon, 91. Columbia, — tentang prinsip kewarganegaraan, 70. --------- prinsip domicilie, 70. --------- kebebasan memilih* 208. Comman law, 65, 168 Champcommunal, — tentang domicilie bersama, 125. Conflictsverhonding. Lihat Hubungan Pertemuan, 15. Conflictenrecht, 2. Conflictsverhonding. Lihat Hubungan Pertenunan, 15Conflicts of jurisdiction, 14. Connecting factor, 17, 23. (Lihat djuga „titik pertalian” ). Consentement mutuel, 117, 118. Consulaire rechtbanken, — tentang perwalian, 14. Continuance of domicile, 265. Cook, — tentang teori local law, 67. Copenhagen, 101. Corporation. Lihat „badan hukum” . Costa Rica, — tentang prinsip kewarganegaraan, 65. Cour d’Appel, 102, 131. Cour de Rabat, 119. Cour de Cassation, 82, 111, 112, 117, 119, 120, 121, 122, 123, 130, 131, 132, 133, 138, 139. Cranworth, — tentang permanent hone, 264. Criminal record, 197Criterio de collegamento, 17. (Lihat djuga titik pertalian). Cuba, — tentang place of incorporation, 41. — tentang kebebasan memilih, 208. Curatele, 56. Curator, X43> 144. D. Dagon, Declarer d’office,
208.
Lihat djuga „karena djabatan”, Defakto, tempat kediaman — , hidup terpisah — , keadaan hidup — , — takluk, — apatriden, Detik jang dilandjutkant, Delila, Dengan sedemikian banjak perkataan, Denmark, — tentang kedewasaan, prinsip kewarganegaraan, — kebebasan memilih, Derivative Anknüpfung, Devine Life Society, Devisen, Dewan Perantjang Nasional. Dewan Perlindungan Anak8, Dewan Perwakilan Rakjat, Dewan Perwakilan Rakjat Daerah, ^ Dewan Perwakilan Rakjat Gotong-Rojong, Dewan Pertimbangan Tenaga, Diakui oleh orang asing, Dicey, — tentang choice of law, ---------vested riglits, ---------domicilie, Dinas militer, Dinas Negara, Dinas negara asing, Dinas tentara asing, Dinjatakan hliang, Diskriminasi,
20,
88.
30.
222. 220. 232, 234. 49. 208. 50,
51-
57.
66, 100. 208. 23. 238.
21. 237. 144, 145, 153, 154. 199, 203. 236. 236. 241. 202. 22. 67* 187» 238. 207. 203. • 203, 203. 201, 202, 203. 207.
Distributif, penggunaan hukum setjara — 11~ kegandjilan penggunaan — , 15. Djaminan, pemberian — , — pendidikan, — kredit, — objectip, Djandji setia, Djawatan Padjak, Djepang’ warganegara — f pedagang — , — tentang prinsip kewarganegaraan, — hukum Djerroan, — tentang kebebasan memilih,
153. 61. 185198* 203. 198. 19 44-
24
64. 75. 208.
279
Djerman, warganegara
kepastian — ,
’
orang — . suami-isteri . hukum. — 7 perempuan , — tentang pusat administrasi, pedagang — , — tentang titik pertalian kumulasi, _____ titik ppertalian alternatip, ---------titik pertalian pengganti,
_____ kedewasaan, — tentang prinsip kewarganegaraan, desertcur — , berbahasa — , — tentang kebebasan memilih, Dji Djin Sioe, Djokjakarta, Djual-beli, — antara 'W.N. Djerman dan W.N. Djepang. -------- W.N.I., — dan domicilie, —• dengan perusahaan asing, — antara sukubangsa, Doctrine of revival, Domicilie, — dalam Kaartsystem. — sebagai titik pertalian hukum — sang ajah, — sebagai titik pertalian primer, —• termasuk prinsip territorial, altematip dari — ■, — untuk pperseorang, — sebagai tambahan, — beginsel, — dan perwalian, — sebagai titik pertalian subsidiair, — sebagai titik pertalian tambahan, — termasuk Hauptankniipfung, perubahan — , — asal, — dan kesungguhan hidup,
280
7, 45. 25. 27, 27, 39.
19, 28, 52, 101. 29. 91,
97.
40. 51. 54. 56. 5957. 64, 97. 175.
72, 168.
208. 24. 173, 181.
19.
2239. 42. 43. 265, 267.
1. 5,
15.
20,
38.
20,
67,
37, 3939.
39.
6.
21. 21.
40. 61. 60, 76, 267.
62. 78,
76, 80, 125.
81,
— membantu kewarganegaraan.
181. 83, 99. 967.
— jang sama, — dan hukum sang Hakim, 88. — dan kepastian, 89, tidak mempunjai — . 92. — dan puralisme hukum • 90, — bersama. 120 , 123, 129, 133, 139. — pura", 139. — dan dwikewargaraan, 227, — dan apatriden, 232, arti-istilah — , 262, — Inggeris, 263, Domicile of choice. 99, 266. Domicile of origin, 76, 264,
Domicile by operation of law, Dordrecht, Dralle, Dr. Droit international prive commercial, (Liliat djuga „Hukum Dagang” ). Duell, Johny, Duurzaam,
Ecuador, — tentang prinsip kewarganegaraan, prinsip domicilie, warganegara — , pertjeraian di — , 68. hakim — , hukum — , tentang kebebasan memilili, Eenheid v.h. gezin, Eine engere Bindung, Effektive Staatsangehörigkeit, Ehrenhaftigkeit, Eksekusi, El Salvador, — tentang prinsip 80, domicilie, --------prinsip kewarganegaraan, --------kebebasan memilih, 95, Element de rattachement,
84,
95,
90,
95.
95. 121 , 124. 130, 135,
122 , 125, 131. 136.
228, 231235. 263. 263, 264, 99, 263, 265.
263, 267. 144, 145, 153. 52.
12. 11. 75.
65, 70. 70117. 118. 119. 121. 124. 288. 207.
222. 219. 32. 14.
70. 70. 208-
17.
(Lihat djuga „titik pertalian” ). Elements of introduction, (Lihat djuga „Titik pertalian” ). Emansipasi, Endossemeii, Lngel, Marieliso Emnia Ilelen, Eramasami Chettyar, Erene, Else, Erganzungsankniipfung. Lihat „Titik pertalian tambahan”. Erkenning. Lihat „Pengakuan anak”. Eropah-Konlinental. — dan segi personalitet, — tentang pengertian domicilie, --------- prinsip kewarganegaraan,
17.
84, 208. 42, 52. 39. 'K5. 27.
67,
68.
79168.
Ersatzankniipfung. Lihat „Subsidiair” . Est sortie (de sa famille) par le marriage. 37. Establissements Pastival, 13. Esprit de retour, 78. Etter, — tentang prinsip kewarganegaraan, 68. 69. _ ' prinsip domicilie, 68. Ethopia, tentang azas mengikuti. 209. Lva Dorothco Anina 39. Ex Officio, 131, 137, 138. Ljhat djug/i „karena djabatan”. Extra contract, titik pertalian sekunder sebagai — , 23. F.
Falconbridge, tentang connecting factor,
Familiejrecht, Federated Malay States,
Federatif, •— negara, Fehrenbach, Otto Luitpoed, Feodalisme, Ferrari, de,
1710. 9,
35.
90, 27, 41. 80, 111. 114, 117, 121,
91. 29.
Fictie, Ferid, Murad, — tentang effektive Staatsangehorigkei t, Finlandia, — tentang prinsip kewarganegaraan, -------- azas mengikuti, Fiscale zwervers, Flines, Mr. JJ., — tentang „caveant consules”, Fon T j in, Ford Motor Company of Canada Ltd., Ford Service, Form eines Rechtsgeschäftes, Forme d’une acte juridique, Formcel rechtelijk lex fori, Formule sumpah, Fort heureusement, Forum Shopping, Foster, — tentang prinsip kewarganegaraan, Francescakis, — tentang perkara Dame Masimo,
135, 139, 14C 47.
219, 220.
63, 100. 209. 92.
103, 105, 16424. 11. 11,
12, 48.
4«.
56. 56. 53. 190. 123. 132, 136, 138.
103.
132, 133, 138, 139, 140.
Francois, 192, 194. — tentang apatride, 237. Front Nasional, Frankenstein, — tentang primäre 22Anknüpfung, -------- prinsip kewarganegaraan, 68, 163. -------- segi psychologisch, 74, 219. -------- domicilie asal, -------- menentukan kewarganegaraan, 79. -------- domicilie statutaire, 98. -------- residence permanente, 98. -------- kombinasi prinsip kewarganegaraan dan 170. domicilie, G.
86, 112, 115, 118, 123,
110, 113, 116, 120, 128,
Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia Sementara, 246. Galstaum, A .A ., 26. Gantirugi, tuntutan — , 11, 48. Garam Rakjat, 240. Gee, Miss Vera Praed, 11.
281
Gemakzucht, General principles, Genua, „George Dralle Hamburg , Gerakan Pramuka, Gevestigd,
224, 266174. 111. 13. 238. 33, 177.
Gezad van Gewijsde. Lihat „Kekuatan Pasti”. Gijzeling. Lihat „penjenderaan”. Gleichberechtigung, 84. God Man, 143. Goldschmidt, — tentang juristischem Chauvinismus, 70. Gören, Heinrich, 39. Golongan Rakjat : bevolkingsgroep, — sebagai sebab tumbuhnja H.A-G., 4. — dalam suasana hukum nasional, 5. — sebagai titikpertautan, 15. -------- pembagian penduduk, 15. — dan kewarganegaraan, 19. — termasuk prinsip personil, 19. — Europa, 33, 163. — Indonesia, 165. — Timur Asing bukan Tionghoa, — sebagai fundamen hukum agraria, GradiasL, — pemakaianprinsip“, 73, 77,
Graveson, tentang connecting factor, perumusan .,connccting factor” 23. Groepsrecht, 165.
Groot, de — tentang apatriden & bipatriden, hubungan kulturil, ------- lex fori, verkregen rechten, cffectieve nationaliteit, Grundankniipfungen,
Gugatan, — orang asing, — konvensi, Guatamala, — tentang place of incorporation, ------- prinsip kewarganegaraan, Guardianship,
282
176. 220. 224. 226. 232, 235. 23. 3, 114, 17. 229.
41.
66. 159.
H. Habituai residence, Hadramauut, Haiti, — tentang prinsip kewarganegaraan, --------azas mengikuti. Hak ajah, Hak atas tanah, Hak dipilih, Hak expatriatie, Hak guna-bangunan, Hak guna-usaha, Hak2 jang diperoleh, Hak3 kebendaan, Hak kenegaraan, Hak membuka tanah dan memungut hasil hutan, Hak memilih, Hak milik, Hak milik perindustrian, Hak oktroi, Hak opsi, Hak politis, Hak patent, Hak repudiasi, Hak tjap dagang, Hakim Asing, Hakim Eropah, 165. Hakim Hindia Belanda, Hakim Indonesia, 258. Hambro, — tentang menentukan kewarganegaraan, 80. Hamburg, Han Biauw Nio, 17, Hannover, Hasselt, N. van, — tentang kompetensi, Harta benda, — pewaris, — dalam keluarga, Harta bersama, Hasil bumi, Hatum, v. — tentang keputusan Hgl-I 13-7-1939, Hauptankniipfung, Haw Par Brothers, 137. Heinrich Gores, Hélène, Helmut, Jorn Detlef Peter Helmut, Hermann, Wiehelm, Hermansburg, Hibah, Hihup bersama, Hidup terpisah,
263, 266. 131. 65. 209. 148. 245, 236. 202, 21, 258. 226, 41. 236.
258. 227. 258. 227.
258. 236. 258. 52. 52. 181. 236. 52. 166, 180. 52. 1, 15. 15, 33.
1.
3,
15,
79. 52. 33. 39. 4. 5. 31. 25, 42.
13. 60. 13. 233. 134. 39. 27. 39. 43. 118. 138.
26.
53.
H india Belanda, Status warganegara di — , H o A H ian, H o A P ia n ", l i o T jo cn g K on, H oakiauw , Honduras, — tentang prinsip kewarganegaraan, — — kebebasan memilik, H ongkong, — tentang kedudukan badan hukum, pengadilan — , saudagar — , H oofdverblijf hebben, H oofdvrouw. Lihat „isteri utama” . H oogstraten, van, — tentang hukum domicilie, H otel Indonesia, H ouse of Lords, H ubungan antarnegara, H ubungan diplomatik. H ubungan extem , H ubungan hidup, H ubungan intern, H ubungan internasional, Hubungan kekeluargaan, Hubungan keturunan, Hubungan luar kawin, Hubungan orang tua-anak, H ubungan „pertem uan” , H ubungan politis, H ukum A d a t, — dan istilah „fam ilie recht” , — mempengaruhi H .A .G ., H ukum administratip, — dan Status orang asing, H ukum Antarnegara, H ukum Antargolongan, ■— tentang konpetensi, tim bulnja soal — , persetudjuan dalam — , kewarganegaraan dalam — , ketertiban umum dalam — , arti pilihan hukum dalam — , status dan kewenangan dalam ■— , hukum kekeluargaan dalam — , hukum harta benda perkawinan dalam — ,
hukum harta benda perdata dalam — , 12. hukum dagang dalam — , 13. hukum atjara, pembuktian dan eksekusi dalam — , 14. masalah cliusus dalam — , 15. Hukum Antar Tata Hukum, 108, perbedaan antara 8. kedua bagian — , 18. untuk mengetahui soal — , — intern, 1. 92. 1, extern, 92. 165. Hukum Antar Tempat, 53, Hukum asing, 6. — tidak diperlakukan, 54. stetsel — , 89. — dan hukum nasional, 163. pemakaian — , bahan untuk 164. mengetahui — , Hukum Atjara dan Pembuktian, — dalam Kaartsysteem, 2. karangan dan keputusan tentang — , 14. 94. — dalam H .A.G ., 14. 50. Hukum Atjara formil, 53. 18. Hukum bersama jang terachir, Lihat „Perundang“an jang terachir”. Hukum Dagang, 2. — dalam Kaartsysteem, karangan dan keputusan 12. tentang — , 13. — dalam H.A.G., Hukum dari tempat 26. baru, Hukum Eropah, — dan istilah 10. personenrecht, 165. Hukum golongan, 8, Hukum Harta Benda, 50, Hukum Harta Benda 82. anak5, Hukum Harta Benda Perdata, 2, — dalam Kaartsysteem, karangan2 dan 11. keputusan2 — , 12. — dalam H.A.G., Hukum Harta Benda Perkawinan, 2. — dalam Kaartsysteem, — akibat pemutusan 10. hubungan perkawinan, 25, — dan kewarganegaraan,
103, 10-1, 140, 177. 168. 37. 37. 57. 233, 234. 243.
65. 209. 44.
20. 48.
51. 167.
160. 50. 266. 231. 232. 4, 50. 67, 82, 4, 18, 6, 15, 181, 185. 101. 105. 82. 15. 231.
10. 16. 235. 174.
1. 4. 4.
6. 4.
8. 8. 10. 10. 11.
110, 125.
15,
91,
15,
91,
81,
83.
21, 90.
49,
11.
26.
283
__ dan domicilie, __ dan status personil, Hukum ikatan, Hukum intern, Hukum Islam, Hukum jang berlaku, — untuk alimentatie, — untuk perwalian anak’ — untuk warisan, — untuk perkawinan, — untuk status dan kewenangan, — untuk harta benda perkawinan, — untuk pembatalan perkawinan, — untuk pengakuan anak, — untuk perdjandjian, — untuk atjara formil, — untuk pertjeraian,
26, 82. 45. 21, 49, 90. 15, 162. 26. 5. 5, 31, 5, 7,
29, 32, 40. 24.
9. 25, 26. 32. 33. 45. 53. t/r 54.
Hukum jang harus dipergunakan Lihat „hukum jang berlaku”. Hukum jang melakukan pengakuan, 34. Hukum Kekeluargaan, dalam Kaartsysteem, 1. tulisan2 dan keputusan* tentang — , 10. pilihan hukum dalam — , 50. — dan perwalian, 141. Hukum Kenegaraan, 171, 260. Hukum kesatuan, 90. Hukum Kewarganegaraan, 171. Hukum lalu-lintas, 101. Hukum Nasional. untuk warisan, 37, 40, stetsel — , 54. untuk pertjeraian 54, 126, memperluas — , dan hukum asing, untuk kewenangan, dan perbedaan kewarganegaraan, dan perasaan hukum, — untuk status dan kewenangan, dipertautkan dengan suasana internasional, untuk perkawinan, Tiongkok, untuk harta benda dalam perkawinan, orang asing,
284
137. 70. 89. 107. 121, 122. 125. 79. 10. 24, 35, 25. 25. 28, 101,
— untuk pemeliharaan anak,
29, 150, 157, 31. — untuk kekeluargaan, — untuk pengakuan anak, 33, — untuk personeel statuut,
Hukum perdata, pilihan hukum dan — , perwalian bersifat — , perbedaan — , — antar golongan, — bagi orang asing,
— materiil, — form il,
31, 146. 151, 156, 158. 34.
34, 35, 59, 61, 130, 166. 154, 155. 164, 214. 165. 169, 235, 260. 260. 261.
Hukum Perdata Internasional, 112. tudjuan — , 171. faham luas tentang — , 8. Hukum Perdjandjian, Hukum Perselisihan, — mentjakup HPI 2. dan HAG, 40, Hukum personil,
58,
41, 57, 68, 115, 120, 121.
Hukum positip,
210, 218, 230, 232. 142, 160.
Hukum publik, pilihan hukum dan —, perlindungan anak bersifat —, 154, 155. 169, 235. — bagi orang asing, kewarganegaraan 218, 228. termasuk — , 49. Hukum sikorhan, 49. Hukum sipembuat, Hukum Warisan, — dalam Kaartsysteem, tulisan“ dan keputusan’ tentang — ,
— Tiongkok, Hungaria, W.N. — , — tentang kedewasaan, — tentang prinsip kewarganegaraan,
------ azas mengikuti, Huwelijks vorm. Lihat „perkawinan”. Hutang, Hijmans, — tentang kompentensi,
------- aanknopingspunt, --------dubbel domicilie,
------- domicilie, --------lex fori, --------virtuele nationaliteit,
Hypotheek,
2.
11. 37. 58. 57,
82.
64. 209.
55. 3. 17. 93. 97, 162. 217. 231, 233, 235. 52.
i.
242, 245.
Industrie
/ngireeien<% Ibu , persctu dju an — , Iceland, — tentang prinsip kew arganegaraan. Ikatan dengan R .I., Ik a ta n ja n g tererat, Ikatan personil, Ikatan teritorial. Ilm u H ukum , Ilm u Ilu k u m Negara, Ilm u P asti, Im igrasi, N egara — ,
Im m unity, . Indonesia, warganegara — ,
perairan — , hukum — ,
berbendera — , pedagang — , exportir — , Indonesia, perempuan — , wilajah — , 193, bertempat tinggal di — , berbahasa — , sed jarah — , Inggris, perusahaan — , pem ilik — , warganegara — , impor dari — , hukum — ,
37.
66, 100. 196. 222. 49, 151, 165. 49, 151. 43. 172. 80. 69. 94, 184. 3.
74, 93, 95, 165,
19, 20, 22, 24, 45, 163, 167, 179, 193. 20. 24, 31, 36, 38, 45, 46, 48, 246. 38. 44, 51. 48. 85. 196. 196, 204. 197, 198. 197, 198. 13. 19. 20, 22. 10,
"bahasa — , 51. — tentang titik pertalian altem atip, 56. ----------kedewasaan, 57, — — prinsip kewarga negaraan, 65. — pengertian domicilie. 79, berbahasa — , 175. ----------kebebasan memilih. 209. Indarang, 30. Indevitra, 48. India, orang — , 12, polygam i di — , 100. — tentang prinsip domicilie, 168. Indisch Tijdschrift v.li. Recht , 1,
39, 136. 22, 35, 52, 137.
82.
99.
\<W.
Instalasi pembangkitan tenaga, Intercontinental Hotei Corporation, 50. Intergentiele openb are orde, — berlainan dari ketertiban umum dalam HPL, 8. Interlocaal recht, 165. Internasional, hubungan dagang — , 44. Intern-nasional, 6, 15, 149. Intervensi, 261. Irak, — tentang azas mengikuti, 209. Iran, — tentang prinsip kewarganegaraan, 64. --------- azas mengikuti, 209. Irian Barat, 180. Irlandia, — tentang kebebasan memilih, 208. Israel, 207. — tentang kedewasaan, 57. kebebasan memilih, 209. Isteri utama, 25. Italia, — tentang pusat administrasi, 40. gelanggang dagang di —-, 43. 57. — tentang kedewasaan, prinsip kewarga 63, 72, 168. negaraan, 60. pria — 110, 111, 128. warganegara — , 130, 136. hukum — , 112, 113, 114, 115, 126, 128, 137. 129. suami — 129. 209. --------- azas mengikuti, lus sanguinis. 86, 166, 167, 177, 178, 181, 182, 183, 184, 185, 214, 225. 86, 166, 167, lus soli. 177, 178, 181, 183, 184, 185, 214, 225.
J. 48.
3.
Jahwe, Jamada, Fuinit", Jitta, — tentang kompetensi.
208. 24. 4.
285 Hukum Perdata Internasional Indonesia —
19
__ perubahan kewarga negaraan, — — menentukan kewarga 79. negaraan, — — prinsip domicilie, 81. JUf!le n t a n g kebebasan hukum nasional 209. niemilih89, 220. sang hakim. 134. Julia, Kehendak para pihak, Junani. . Lihai ,.maksud para pihak’ — tentang prinsip 1 3 , 4 4 . Kehidupan ekonomi, 64. kewarganegaraan, ^ 260. Kehidupan social, 209. _. __azas mengikuti, Kehilangan kewarga 172. J u r id is c h e n a tio n a lite it, 191, 200. 202 negaraan R.L, J u r is tis c h e n C h a u v in ism u s 70, 113, 116 Kehilangan kewarga ju r i s d i s c h c lia u v in is m e , 124, 170. negaraan asal. 1 9 0 . 170. Kekuasaan asing, 190. J u s tit ia b e le n , Kekuatan pasti ; K. gezag van gewijsde, — dalam Kaartsysteem. 2. K a a r t r e g is te r , 1, 39 56, 58 Kemampuan, 1, 9. Kaartsysteni, 81, 82. Kahn, Kemerdekaan, 172, 173. __ tentang prionlet kewarKenjataan sosial. 07, 94. 221. ganegaraan sendiri, Kepastian absoluut. 80. 14-4. Kantonrecliter, Kepastian hukum, 37, 80, 90, 41. Kapitalisme, 164, 195, 226. Karena djabatan, 131, 137, 138 Kepentingan anak. 29, 30. 39 140. Kepentingan hidup, 77. 73. Karja, Kepentingan negara, 69. 199. 131. Kasasi. Kepentingan pribadi, 71, 83. Kaulanegara Belanda, , 9 25, 27 (perseorangan) 28, 31, 35, 83, 155. 37, 105, 166, Kepentingan umum, 113. 167, 177, 180, Kepentingan warganegara. Kepribadian bangsa, 75. 214., 221. 238. Kepribadian Nasional. (Lihat djuga „Nederlandse Keradjaan Inggeris, Onderdanen” ). — dan pluralime hukum. 90. Kawai, Hien Djien, 33. Kesatuan hukum Kawai, Hien Lien, 33. dalam keluarga, 196, 197, 199, Kawai, Hien Siang, 33. 207, 210, 211. Kawai, Hisayo 33, 34, Kesetiaan bulat, 192. Kebebasan memilih. 208. Kessler, Louise, 25. Kebiasaan, 81, 93. Ketertiban umum ; Kebiasaan internasional. 174, 175. openbare orde, Kebutuhan hukum, 102, 158. — dalam Kaartsysteem. 1, 15. Kedaulatan, 176, 177. art i — , 6. Kedewasaan, 57, 109, 214. penggunaan — , 7, 53, 205. Kediaman defakto, — dalam H.A.G., 8. — untuk perseorangan, 21. — dan pengakuan anak Kedjahatan, 197. 34. dalam perzinaan, Kedudukan isteri, 206. —■ Perantjis, 119, 131, 138. Kedudukan merek, 52. — Swedia, 147-, 148, 149, Kegel, 158. — tentang ankniipfung. kewarganegaraan spunkte, 17. bersifat — , 218. — — prinsip kewarga Ketidakpastian hukum. 224, 229. negaraan, 69, 163. Keturunan asing, 180. - juristischem Kewarganegaraan, ehauvinimus, 70. — dalam Kaartsysteem,
_ _ _ _ recht v.d. erkennende 34. ouder, 13. John Dewar & Sons,
236
sebagai tItik. — isteri, pertalian, 4. 15. — tidak diketahui, - dalam H.A.G., 4. Kewenangan, - sebagai sebab — dalam Kaartsysteem, tinibulnja llP l.. 5, 19, 24. tulisan dan keputusan - - dalam tingkat hubungan tentang — , internasional, 5. hukum jang berlaku - sebagai pembatasan bagi — , — dalam H.A.G., keunggautaan, 15. — berbeda dengan dan golongan rakjat. 19. status, - termasuk prinsip personil. 9. 67. — dan hukum nasional, bendera dari kapal — bertindak, sebagai — , 19. Kiesvrijheid, (Lihat djuga - untuk perseorangan. 21. pilihan hukum” ), - sebagai titik pertalian pembatasan — , sekunder, 24, 29, 30, 31. 32, 33. Kitab Sutji, 34, 35, 37, Klein, — tentang pcrsoneel 218, 220. statuut, - termasuk Hauptankniipfung, 60, 62. 171. Kleintjef, — tentang ps. 163 I.S., - dan perasaan hukum. 73, 95. - dan sifat permanent, 75, 77, 80, Ko Swan Sik, — tentang menentukan 95. kewarganegaraan, - dan kepastian. 77, 79, 95. -------- anggauta negara, perubuhan — , 78. -------- uniformitet, ikatan — , 110. -------- dwikewarganegaraan, sifat — , 218. -------- lex fori, - jang effektip, 222, 224, 228, -------- sifat kewarga230, 231. negaraan, - jang aktip, 223. 230, 231. — — keadaan hidup - dan kemampuan defakto, bertindak, 24. - dan hukum perkawinan. 24, 110. 121, Kolisi negative, Kolisi positip, 141. Kollewijn, - dan hukum harta benda — tentang rationale dalam perkawinan. 25. zelfgenoegzaamheid, - dan marital beslag, 25. - dan perwalian, 27, 29, 30. -------- titik pertalian kumulatif, 150, 151, 156. _____ kimflikt kedaulatan, - dan hukum -------- prinsip kewargakekeluargaan, 31. negaraan, - dan pembatalan __ — domicilie bersama, perkawinan, 32. - dan pewarisan, 37, 38. _____ perkara Boll. - badan hukum, 57. - dipakai setjara k u m u la tip ,
- dan azas hkuum lex fori, - jang diperoleh lebih dahulu, - jang diperoleh paling acliir, - jang lebih, meng untungkan, - daripada forum, - jang „virtueel” , fi —, - bersama,
225, 231.
225, 231. 226, 231. 227, 231, 234. 229. 230. 230, 231, 235. 236, 244. 127.
206. 5, 185. 1,
15.
9. 9, 10.
24.
101. 107. 109.
3207.
10. 37.
79. 172. 176. 187, 188. 217. 218. 222. 213. 213. 113. H4116. H7125, 126, 129, 141. 144, 149, 151, 154, 155, 156. 157, 158.
— tentang keputusan RvJ. Padang 5-10-1933, _____ pemakaian ps. 3 A.B., 28. —-----„gevestigd”, 33. _ __ recht v.d. erkennende ouder, 34. -------- keputusan RvJ. Medan 53-1926. 42, -------- rechtskeuze, 49. -------- mensatukan prinsip kewarganegaraan dan domicilie, 102.
51.
287
— antara W .N . — R.R.T. dan W.N.I., 19. 174. Konvensi internasional, Korea Selatan, " " Himtia M a n d a ! ‘ 108, 163. — tentang azas P em bah asan . dalam bagtan 209. mengikuti. Umum” K a a r ts y s te e m , 239. Korps diplomatik, ’ tentang keputusan RvJ. 239. Korps konsuler, ' MedantS- 20-11-1931, 3 Kort gcding, _ — warisan, Lihat „atjara sidang kilat,” __ keputusan KvJ. Djakarta 18-7-1934, 5. Kosters, 3. — tentang kompetensi, — tentang keputusan per-------- recht v.d. erkennende kawinan orang Djerman, 7, 8. _________ keputusan RvJ 34. under, Djakarta 22-1-1936, 8. 217. ---------lex fori. __ __ . in te r g e n tie le ---------kewarganegaraan jang open ba re orde, 8. menguntungkan, 229. _____ keputusan RvJ. ---------prinsip domicilie Padang 5-10-1933, 10. untuk apatride. 233. ______ H
"
domicilier P
1
103' 10 k
Konkurensi tidak sjah, Konkurensi tjurang, Konpeirensi Den Haag, Konperensi Den Haag ke-VII, Konperensi Den Haag ke-8, Konperensi Den Haag ke-IX, Konperensi Kodifikasi 1930 Den Haag, Konperensi Medja Bundar, Kontak pertama, titik pertalian primer sebagai — , Kontrak dagang, Kontrak kerdja, — termasuk hukum harta benda perdata,
288
4 ¡j 7. 161. 99, 159, 161 208, 216. 173 , 173
23. 56.
11 .
L. La volonte des parties, Laatste gemeenschappelijke wetgeving. Lihat „Perundang2an terachir.” laapln, Laporan palsu, Lapradelle, — ■ tentang kompetensi, ---------domicilie, Larangan pengasingan tanah, Lauterpacht, — tentang perkara Boll,
139.
48. 48. 4. 92. 258. 149.
---------rival guardianship, --------- anggauta negara, Law Sioe Tjin, Leclerq, Leflar, — tentang domicilie, Lcgaat, Legal person. Lihat „badan hukum”. Legal seat. Lihat „tempat kedudukan"' Lemaire, Pembahasan — dalam bagian „Umum Kaartsysteem, —• tentang intergentiele openbare orde, —- — personeel statuut. --------- keputusan HgH. 10-1-1925, — — penundjukan kriub.i renvoi, ---------aanknopingspunt, ---------arti titik pertalian. ---------arti titik pertalian primer, — — „extra contact” . — — keputusan HgH 2 9 -1 0 -1 9 3 6 ,
---------prinsip domicilie, —---kreupele rechtsverhouding, --------- sifat HP, ---------personengebied. L’éducation protectrice, Lembaga Persahabatan Antar Bangsa, Lerebours, — tentang domicilie, --------- faedah sistim. domicilie, — — titik pertalian kumulatif, ---------pemakaian dis tributif, --------- pemakaian prinsip domicilie oleh Perantjis, ---------fort heureusement. Lewald, — tentang kumulasi, Lewandowski,
Lex fori,
Lex loci actus, — sebagai titik taut penentu,
155. 172. 36. 107. 92. 56.
2. 8. 10. 10. i ;
14, 17. 13.
20.
17.
23. 35. 108,
1 6 3 .
1 3 4 . 1 7 2 .
164. 1 -1 4 ,
153.
237. 96. 71. 114.
115.
122. 123. 55.
122, 123, 129 130, 131, 139, 140. 53, 115, 116, 121 , 122, 164, 215, 216, 224, 232, 235.
perkembangan — Lex loci celebrationis, — sebagai titik taut penentu, Lex loci contractus, — pada waktu sekarang. — sebagai titik per talian sekunder, — sebagai titik per talian alternatip, — sebagai titik per talian pengganti, Lex loci executionis, — sebagai titik per talian sekunder, Lex loci solutionis, — sebagai titik per talian sekunder, -------- titik pertalian kumulatip, Lex rei sitae, Lex originis, lex loci actus sebagai — , Libanon, — tentang kedewasaan, -------- azas mengikuti, „Libby, McNeill & Libby,” Liechtenstein, — tentang prinsip kewarganegaraan, -------- azas mengikuti, Lie Sam Tjin, Liesendahl, Richard, Lyon, Likwidasi, Lim Piang Boen, L’industrie du divorce, Lindwall, Enut, Lindwall, Gerd Elisabeth, Lingkungan kuasa,
42, 45, 49.
'15. 44. 42, 57. 60.
45,
45, 89. 55. 41, 43. 57. 209. 13.
64. 209. 42. 25.
111. 13. 37. 133. 143, 144. 142.
— soal2,
— sesuatu selsel hukum, — territorial, — hukum setempat, Lingkungan-hukum-adat, Lioe Ka Djoen, Lioe Soe Tjhe, Liong A Khay, Localizator, (Lihat djuga „titik pertalian” ). Loci delicti, Logemann,
2 3 .
168. 150. 164, 165. 42. 42. 25.
17. 49.
289
— tentans keputusun H g H .,
2 3 -6 -1 9 3 2 ,
—. — pengertian ingezetene, -------- dwikewarganegaraan, —. — „gevestigd”, --------organisasi kekuasaan, --------larangan peng asingan tanah, Loi du domicile, (Lihat djuga „domicilie” ). London, Lorenzen, — tentang connecting factor, -------- teori local law, Lotharingen, Elsas, Louis Zecha, Loussuarn, — tentang titik per talian kumulatif, -------- pemakaian
9.
14. 23. 33, 167. 172. 258. 120, 121.
--------anggauta negara, --------menentukan warganegara, --------kolisi positip dan negatip, --------lex fori, --------nationalité active, Maksud kehendak para pihak,
175. 2 1 3 . 2 1 6 ,
2 1 9 .
2 2 3 .
42, 45, 52. 47. 50. 51.
— jang fictief, tjara mengutarakan — , keraguan tentang — , Malaya, warganegara — , 20. 17. — tentang prinsip 67. domicilie, 168. 97. Mancini, 52. — adaptation au tempcrnicnt des nationaux, 73. Maricar, Sjechmaidin 1M. Radjamaidin, Kither Mohamad, 48. distributif, 115. Marielise Emma -------- pemakaian prinsip Helen Engel, 233. domicilie oleh Marital beslag, 25, Perantjis, 122. Marokko, 117, --------fort heureusement, 123. Martabat wanita, 208. Luxembourg, Masalah3 chusus — tentang prinsip — dalam Kaartsystcem. 14. kewarganegaraan, 63. karangan dan kepumenandatangani Konvensi tusan tentang — , 14. Den Haag, 15-6-1955, 161, 162. — dalam H.A.G., 15. Masimo 133, 135, kebebasan memilih, 209. 139, 140. M. Mata pentjabarian tetap, 198. Madjalali „Hukum”, Mata uang jang sebagai pengganti dari ditentukan, 51. Iijdschrift v.h. recht, Maury, 1. Madjelis Pendidikan — tentang points de Nasional, 237 rattachement, 17. Madjelis Permusjawaratan Meijers, K-r i- ft Sementara, 237. — tentang domicile. Madjelis Pimpinan Iladji, 237. of origin, 76, Mahkamah Agung Melajani dua Tuan, 187. Internasional, ] ¡2 ] j - 149, Melakukan hubungan IIP!., 40. 150’ 15L 154, Melawan hukum, 48. 155, 156, 157, Melepas uang, 46. Melepaskan kewarga negaraan R.I., 193, K - ’3!’ Agung Swedia, 144-! 16° ’ Mahkamah Peradilan Melepaskan kewarga Tertinggi, jj, negaraan R.R.T., 191. Mahkamah Tertinggi Memperoleh kewarga Administratip, 145. negaraan lain, 191, 200, ,,Maison la Gaieté,” 11. Memperoleh kewarga Makarov, negaraan R.I., 189, 194, tentang menentukan 200 kewarganegaraan, 79. Memperoleh status ius soli dan sanguinis, 86. sang ajab, 193. 13.
.
290
49,
26. 119.
136,
100.
194.
201. 195
M enanggalkan kewarganegaraan lain, M enentukan hukum, Lihat „titik pertalian sekunder.” M enentukan nasib sendiri, M engikuti status suami.
— — domicilie, Muatan Kapal Laut, Mulder, — tentang kompetensi, Multipatride,
190, 2 0 i .
210. 193,
1 9 6 ,
192.
193, 209. 259. 239. 211 1!Î3. 201 203,
,
211.
M enteri Muda Perindustrian 212 . Rak j at, 259. M enteri P .P . dan K .. 217. M enteri Pelajaran, 239. M enteri Perburuhan, 211 . M enteri Perdagangan, 216. M enteri Perhubungan, 241, M en t«ri Perindustrian, 259. M enteri Pertanian, M cntjiptakan hubungan HIM. Lihat titik pertalian primer. Menundukan diri kepada ■13. hukum jang berlaku. 5 6 , M ercantile contract, 13. M erek tjap dagang, M exico, — tentang prinsip 6 5 , kewarganegaraan, 70. — — prinsip domicilie, 82. — — kedewasaan, M ilik perindustrian, — termasuk hukum haila11. benda perdata, 1 3 . Mineraalwater, 257. M in ja k bumi, 257. M injak gas, M ittelpunkt der 216, Lebensverhaltnissen, 41. M obilia personam sequuntur 102. M odus vivendi, 17. M om enti di collegamento, (L ihat djuga „titik pertalian” ). M onaco, — tentang prinsip 63. kewarganegaraan, Montenegro, — tentang prinsip 64. kewarganegaraan, „M oral Rearmament,” 238. Morris, — tentang „choice of law” . 22.
N. Naomi, Nasionalisme,
.
92, 95, 176, 178, 187, 213.
207,
2 1 0 . 212 . M engusir, M enim bulkan hubungan 111M. Lihat „titik pertalian prim er.” M enjalakan keterangan. M enteri Agraria, M enteri Keamanan Nasional. M enteri Kehakiman,
92.
2 - 10.
Nation building, Nation zelfgenoegzaamheid, Nationalité active, Nationalitet, Liliat „kewarganegaraan.” Nationaliteitsbeginsel. Liliat „prinsip kewarga negaraan”. N ational iteitsrecht, Nationaliteitsroes, Naturalisasi,
2 4 2 .
207. 124, 125, 168 169, 182, 183, 184. 174, 187. 113. 223
171, 158. 128, 181, 195, 209.
187. 132, 180, 193, 194, 199.
— dipermudah, Navenna Lena Rawana Mana, 46. 4 3 . Nazar, Nederbrugh, — tentang quasin a tional it e it ,
70.
2 1 9 .
Nedexlandse Onderdanen, (Lihat djuga „kaula negara Belanda )• Negara, — jang berdaulat, — asal, — nasional, Nevenhuwelijk, Niboyet, — tentang kompetensi. faedaih sistim domicilie, ---------domicil ie,
3. 93. 183. 25. 4 .
71. 92,
94,
96,
162. 125.
---------domicilie bersama, Nicaragua, — tentang prinsip 66. kewarganegaraan, Niederer, — tentang punto di 17. collegamento, ---------subordinierter 23. Anknüpfung, 55. --------- kumulasi, ---------subsidiaire Anküpfung, 58. ---------abhängige Anknüpfung, 60. ---------akzersorischer
291
Anknüpfung, ---------prinsip domicilie, ---------prinsip kewarga negaraan, ---------kepastian domicilie, ---------penggantian prinsip, ---------lex fori, Noda anggauta keluarga, Notaris, Nörkopping,
61. 63,
81, 162.
69. 89. 96.
220. 32. 38. 142, 143, 144 145.
Norwegia, maskapai perkapalan — , 43. pengadilan — , 48. — tentang prinsip kewarganegaraan, 66, 100. kebebasan memilih, 209. Nussbaum, tentang hukum dagang internasional, ° 12. connecting factor, 17. prinsip kewarga negaraan, 65. domicile of origin, 76. -------- apatride, 78. -------- domicilie, 92,
Ongkos perkara, Onreckmatige dood. Lihat „perbuatan melanggar hukum”. Onteigening, Openbare orde. Lihat „ketertiban umum”. Openbare kooporouw, Oppenheim, — tentang apatride, Opsi, Opzeg, Orang asing, — Tionghoa, — Arab, gugatan — , sitaan — , status personil — , adaptasi assimilasi — berdomicilie di Inggeris, — berdomicilie di Perantjis, — di Indonesia, status — , pengawasan — , pekerdjaan bagi — ,
292
192. 209. 96, W, 164,
11. 14. 14. 28, 93.
100. 129, 133, 166. 235. 238. 239.
257. 258. 259. 261.
266. 267. 5, 9, 36. 186.
31, 10,
polyganü di — , — tentang prinsip domicilie, Palisemen, Pana La na Tina Ramasami, Panama, kapal berbendera — , — tentang prinsip kewarganegaraan. Pandangan hukum, 97, 158. Pandangan sosial, Panitya Istilah Hukum, 11, 37, — tentang istilah titik taut pembeda, Paraguay, — tentang prinsip kewarganegaraan, 30. Paris, Partai, Parteiinteresse, Party-autonomie, pembatasan — , 130, 131, (Lihat djuga 135, 136. „pilihan ‘hukum” ). Pasaran, Paspor asing, Passief kicsrecht, Passip,
33. 35,
81. 172. 172. 2, 23. 145. 30,
19.
33,
133. 92. 245.
Pakistan,
H . 260, 261.
24.
240. 244, 215.
P. Pabrik tjerai jang besar, Padjak, — dobel,
20.
2 0 6 .
— tidak diketahui, Ordnungsinteresse, Organisasi kekuasaan, Organisasi tertentu, Organischen zusamenhanghörigkeit, Originäreanknüpfungen, Ostergötland, Ouderlijke macht,
97.
O. Ong Chiauw Klieng,
usaha dagang — , modal — , pimpinan Perusahaan Negara bagi — , hak atas tana bagi — , pengadjaran bagi — , — bukan penduduk, Orang dibawah curatele, — dan domicile of choice, — dan domicile by operation of law Orang tua, persetudjuan — ,
100. 168. 24. 46.
19. 65. 93. 81.
19.
66. 13, 134. 237. 81.
8. 4 3 .
191, 192. 236. 180.
34.
Penundj ukan-kembalL 207. Lihat „Renvoi”. 179. 104, 105, 108 Penundukan dianggap, 9. 132, 141, 164. Penundukan sukarela, 9. 242. Pemangkas rambut, 9, 35. Perak, 93. Pembagian Administrasi, 39, 96. Perang dunia, Pembagian penduduk, Perantjis, golongan rakjat sebagai — , 15. 19, 110, 111 warganegara — , Pembatasan keanggautaan. 112, 116, 118, kewarganegaraan 120, 121, 123, 15. sebagai — , 124, 129, 139. 45. Pembangunan, — tentang prinsip 241. Pembatasan Perusahaan, 40. administrasi, 238. Pembelaan Negara, 42. perusahaan — , Pembinaan hukum nasional. 141. 57. -------- kedewasaan, 45. Pemborongan, -------- prinsip kewarga 73. Pembuat undang2, negaraan, 63, 72, 94, 257. Pemakaian tenaga ahli. 132, 168. Pemeliharaan, 82. penagih — , 29, 30 — anak3 belum dewasa, wanita — , 86, 97, 122, Pemilihan untuk 124. 203. negara asing, — dan Perdjandjian 11. Pemimpin3 orkes, 97. Den Haag, 42. Pemindjaman uang, hukum — , 111, 112, 115, 38. Pemuatan barang, 116, 122, 123, 9, 20, 35. Penang, 130, 133, 135. 52. Pendaftaran tanah, hakim — , 112, 113, 115. Pendidikan Ahli — menandatangani Konvensi 260. Ilmu Djiwa, 161, 162. Den Haag, 156-1955, 144, 145, 146, Pendidikan-pcrlindungan, — tentang azas mengikuti, 209. 149. 73, 88, 125, Perasaan hukum, Pendjara, 134, 170. dihukum — , 32. 143. Perbedaan kepentingan. 169. Pendjadjahan, Perbedaan kewarga 3, 198, 204 Pengadilan Negeri, 127, 129, 140, negaraan, Pengakuan anak, 211, 212. hukum untuk — , 33. 84, 88, 95, — antara suami-isteri, — asing, 202. 99, 123, 125. — karena perkawinan 85, 86, 88, -------- orang tua dan anak, susulart, 265. 96, 99. Pengakuan kedaulatan, 236, 239. — dan prinsip kewarga Pengambilan Penguasaan, 2'13. 113, 116, 121, negaraan, Pengangkutan, 38. 122, 123. Penggabungan, 261. Perbuatan hukum Penggelapan, 48. 9. tertentu, Penggilingan padi, 240. Penguasa, 155. Perbuatan melanggar hukum, Penguasa Perang Pusat, 247. — termasuk hukum havtaPengusaha asing, 11, 12. 244. benda perdata, Penghasilan, 198. tempat — , Peniruan pertjetakan, 12. — dan kompetensi hakim. 49. Penjenderaan, 24, 261. 54, 55. — dan kumulasi, Penjosohan beras. 240. 80, 132, 195 Perbuatan pura" Pentjatatan hak, 52. 127, 201. Perbuatan sebelah pihak. Pentjabutan kewarga 242. negaraan, 204. 205, 206, Perdagangan besar, 231. Perdagangan inter 43. Pentjabutan hak milik, 206. nasional. Penuntut umum, Perdjandjian tentang — Swedia, 145. 210. perkawinan, Patriotik, Peking, Pelaksana hukum,
293
Perdj inaan,
25, 27, 28, 30, 134. 135. 33, 113.
tulisan3 dan keputusan'J tentang — , Persetudjuan kedua pihak (bersama), Persetudjuan bilateral.
6.
anak dari — , 117, 121 . Perempuan asing kawin 189, 191, 201 . 193, 199. dengan prija R.I. 212 . Perempuan R.I. kawin 10 , 172. Personenrecht, 211, 215. dengan prija Belanda, Pertambangan bahan’ Perempuan R.I. kawin 257. galian, dengen prija Amerika Pertambangan timah Serikat, 211. 257. „belitung” , Perempuan R.I. kawin 44. Pertautan funksionil, dengan prija asing, 194, 210. 88 . Pertjektjokan, Perempuan dalam perkawinan, 27, 28, 29, Pertjeraian, — dan domicile 30, 31, 39, of choice, 260 . 54, 59, 82, — dan domicile by 86 , 88 , 101 , operation oflaw, 267. 109, 110 , 111 . Perkara perdata, 14. 114, 115, 117, Perkawinan, 118, 121 , 122 , 'hukum jang berlaku 123, 126, 128, untuk — , 7. 129, 130, 131, sendi" azas hukum — , 7. 137, 141. antara W .N.I. dan Peru, W .N. Perantjis, 19. antara W .N. Swis. 31. — tentang place of 41. pembatalan — , 32, 57 . incorporation, sjarat2 — , 34, 36, ------ — prinsip kewargabentuk — , 37 . 66 , 70. negaraan, 70. tempat — dilangsungkan, 45 . ---------prinsip domicilie, 127, 196. — sebagai peristiwa jang Perubahan status, penting, 101 . Perundang'an bersama — dan tidak hidup 126, 123. terachir, bersama, 245. 110 , 111 . Perusahaan air minum, — dalam perdjandjian 42. Perusahaan asing, Den Haag 1902. 245. 158. Perusahaan irigasi, 245. — tjampuran, 24, 97, 190, Perusahaan kereta api, 242, 244. 199, 208, 209 Perusahaan ketjil, 243. — internasional, Perusahaan milik Belanda, 85. 253. Perkumpulan, 172 . P.N. „Aneka Bhakti” . P.N. „Angkatan Air dan Perlindungan negara, 187, 192. Permanen, 75 . 255. Dok Semarang” , Permanent residence, 266. P.N. „Angkutan Air 255. Permufakatan kedua Ekadjaja”, pihak, 119. 256. P.N. „Asam Aarang” , Peristiwa hukum, 19 > 44, 101. P-N. „Bangka” , 254. Perpisahan medja dan P.N. „Bhineka Kina dan temppat tidur, H , ]26. 254. Farma”, — tjara Italy, m . 256. P N. „Blabak” , Persamaan hak, 84. 253. P.N. „Bio Farma” , Perserikatan Usaha Dagang 253. P.N. „Budi Bhakti” , untuk Barang Sedjenis, 246. 254. P.N. „Bukit Asam” , Persetudjuan isteri, 1% . 253. P.N. „Djaja Bhakti” , Persia, P.N. „Dok dan Perkapalan hukum — , 26 255. Surabaja” , W .N . — , 26. P.N. „Dok Kapal TanPersil, 255. djong Priok”, Persetudj uan2, 253. P.N. „Fadjar Bhakti” , — dalam Kaartsysteem, 1. 256. P.N. „Gaja Motor” , — sebagai sumber hukum, 6, 15. P.N. „Garuda Indonesian — dalam H.A.G., 6. 254. Airways”,
294
P.N. „Ilutania Karya” , 252. P.N. „Industri Karet” , 256. P.N. „Industri Kimia” , 256, P.N. „Industri Minjak Nobati” , 256. P.N. „Industri Perkapalan dan Perusahaan Angkutan” , 256. P.N. „Intirub” , 256. P .N . „Kasa Husada” , 253. P.N. „Kumala Karya” , 252. P.N. „Nakula Farina” , 25!. PlN. „Nindya Karya” , 252. P.N. „Nurani Farma” , 253. P .N . „Padalarang” , 256. P.N. „Pelabuhan Daerah I” , 255. P.N. „Pelabuhan Daerah II”, 255. P.N . „Pelabuhan Daerah III” , 255. P.N. „Pelabuhan Daerah IV” , 255. P.N . „Pelabuhan Daerah V ” , 255. P.N. „Pelabuhan Daerah V I”, 256. P.N . „Pembangunan Perumahan” , 253. P.N. „Pengangkutan Penum pang Djakarta” , 256. P.N. „Pertambangan Minjak Indonesia” , 2-1-7. P.N. „Perlambangan Minjak Nasional", 256. P.N. „Radja Pharma” , 253. P.N. „Sabang Marauke” . 256. P.N . „Sedjati Bliakti” , 251. P.N. „Sinckep” , 254. P .N . „Sinar Bliakti”, 253. P.N. „Tri Bliakti” , 253. P.N . „Tulus Bhakti” , 253. P.N. „Waskita Karya” , 252. Perusahaan Kehutanan Negara Atjch, 218. Perusahaan Kehutanan Negara Djawa Tengah, 248. Perusahaan Kehutanan Negara Djawa Timur, 248. Perusahaan Kehutanan Negara Kalimantan Barat, 248. Perusahaan Kehutanan Negara Kalimantan Selatan, 248. Perusahaan Kdhutanan Negara Kalimantan Tengah, 248. Perusahaan Keihutanan Negara Kalimantan Timur, 248. Perusahaan Keihutanan Negara Maluku, 24-8. Perusahaan Kehutanan Negara Riau, 248. Perusahaan Keihutanan Negara Sulawesi Selatan, 248. Perusahaan Keihutanan Negara Sumatra Selatan, 248. Perusahaan Keihutanan Negara Sumatra Utara. 248.
Perusahaan Pabrik Mesiu & Sendjata, Perusahaan Pelajaran, Perusahaan Penerbangan Primair, Perusahaan Perantara, Perusahaan Perkebunan Negara Kesatuan Atjeh, Perusahaan Perkebunan Negara Baru, Perusahaan Perkebunan Negara Kesatuan DjawaBarat I, Perusahaan Perkebunan Negaraa Kesatuan DjawaBarat II, Perusahaan Perkebunan Negara Kesatuan DjawaBarat III, Perusahaan Perkebunan Negara Kesatuan DjawaBarat IV, Perusahaan Perkebunan Negara Kesatuan DjawaBarat V, Perusahaan Perkebunan Negara Kesatuan DjavaBarat VI, Perusahaan Perkebunan Negara Kesatuan Perintis, Perusahaan Perkebunan Perusahaan Perkebunan Negara Kesatuan DjawaNegara Kesatuan DjawaTengnh, Perusahaan Perkebunan Negara Kesatuan DjawaTengah If, Perusahaan Perkebunan Negara Kesatuan DjawaTengah, III, Perusahaan Perkebunan Negara Kesatuan DjawaTengah IV, Perusahaan Perkebunan Negara Kesatuan DjawaTengah V, Perusahaan Perkebunan Negara Kesatuan DjawaTimur I, Perusahaan Perkebunan Negara Kesatuan DjawaTimur II, Perusahaan Perkebunan Negara Kesatuan DjawaTimur III, Perusahaan Perkebunan Negara Kesatuan DjaivaTiinur IV, Perusahaan Perkebunan
245. 245. 245. 242. 249. 42.
250.
250.
250.
250.
250.
250. 252.
251.
251.
251.
251.
251.
251.
251.
251.
2*1. 295
Negara Kesatuan DjawaTimur V, 252Perusahaan Perkebunan Negara Kesatuan DjawaTimur VI, 252Perusahaan Perkebunan Negara Kesatuan DjawaTimur VII, 252. Perusahaan Perkebunan Negara Kesatuan DjawaTimur VIII, 252Perusahaan Perkebunan Negara Kesatuan DjawaTimur IX, 252. Perusahaan Perkebunan Negara Kesatuan Djawa* Timur X', 252, Perusahaan Perkebunan Negara Kesatuan SumatraSelatan I, 250. Perusahaan Perkebunan Negara Kesatuan SumatraSelatan II, 250. Perusahaan Perkebunan Negara Kesatuan SumatraUtara I, 219. Perusahaan Perkebunan Negara Kesatuan SumatraUtara, II, 249. Perusahaan Perkebunan Negara Kesatuan SumatraUtara III, 24-9. Perusahaan Perkebunan Negara Kesatuan Sumut raUtara IV, 249. Perusahaan Perkebunan Negara Kesatuan SumatraUtara V, 249. Perusahaan Perkebunan Negara Kesatuan SumatraUtara VI, 219. Perusahaan Perkebunan Negara Kesatuan SumatraUtara VII, 219. Perusahaan Perkebunan Negara Kesatuan SumatraUtara VIII, 250. Perusahaan Perkebunan Negara Kesatuan Sumatra* Utara IX, 250. Perusahaan Pertambangan Baiiau V ital, 245. Perusahaan Tenaga Listrik,
215.
Perusahaan Tenaga Atom,
245.
Perusahaan Teleko munikasi.
245.
296
Perwalian Saingan, Perwalian, hukum jang berlaku bagi — , — di Djerman, penetapan — oleh Consulairerechtbanken, — setelah pertjeraian,
147.
— di Tiongkok, menarik diri dari — ■ — di Swedia, arti — dalam Perdjanddjian 1902, arti — diberbagai negara, — dan domicile by opération of law, Perwalian Safih, Petrov, Pewaris, hukum jang mengatur harta benda — , Pigèonnière, — tentang faedah sistim domicilie, —• — domicilie, — — titik pertalian kumulative, --------pemakaian dis tributif, --------pemakaian prinsip domicilie oleh Perantjis, --------fort heureusement, Pihak jang tidak bersalah, Pilihan hukum ; reohtskuuze, — dalam K aartsysteem , arti — ,
— dalam H.A.G., karangan3 dan keputusan tentang — > — sebagai titik perta lian primer, — dalam hubungan inte. — dalam hukum harta benda, -------- hubungan externinternasional, — dalam hukum kekeluargaan, — dan k e w a r g a n e g a r a a n Photo Studio, Physical presence,
59,
5, 39, 150, 151. 9, 27, 14. 27, 30, 31. 109. 152.
29.
29,
28, 31.
152, 154. 159. 267. 56, 59, 267. 117, 118, 121-
5.
7 i.
90. 114. 115.
122. 123. 29.
1, 8. 8,
15.
8,
9.
21. 21,
22.
21,
50,
22. 50. 228. 242. 266.
9.
Place of incorporation. Lihat „badan hukum’’. Place of Sojourn. Liliat ,,tempat berada” . Platon, l'irm a L. Pluralisme liukuin. Points de rattachement, (Liliat djuga „Titik pertalian” ). Point d’attache, (Liliat djuga „Titik pertalian” ). Point de contact, (Liliat djuga „Titik pertalian” ). Points of contact, perumusan — , (Lihat djuga „Titik pertalian” ). Pola klassik. Pola modern, Polandia, nachoda — , warganegara — , — tentang pusat administrasi, — — prinsip kewarganegaxaan, — dan pluralisne hukum, Suami — , — . — kebebasan memilih. Politik, Politik perekonomian nasional. Politik rechten. Politis, Polygamie,
13. 90, 95, 98, 108, 164, 165. 17.
17.
17.
17. 23.
207, 208, 209. 208, 209. 38. 39. 41. 64. 91.
122. 209. 165. 244. 236. 93, 96, 102, 205. 76, 160.
Portugal, — tentang prinsipp kewarganegaraan, ----------azas mengikuti, Postma, N j. Idema — , Praktek hukum, Preiss, F .M .O ., Primaire aanknopingpunt, Lihat „T itik perta lian primer” , Primare Anknüpfung, dua faktor untuk — , — sebagai onginare, apprioristische atau Grundankniipfungen, Principe de rattachement, (Lihat djuga „Titik pertalian” ).
64. 209. 145, 148, 153. 104. 52.
22. 23. 17.
Prinsip domicilie, — digabung dengan kewarganegaraan, 97, 103. konsesi — , 99. — dan bestendiglieid, 109, 160, hubungan — dengan prinsipp kewarganegaraan, 119, 146, 160. 161, 262. — di negara“ Scandinavia, 157. Prinsip domicilie, — dan perwalian anak, 161. perselisihan — dengan prinsip kewarga 161. negaraan, 233. — dan apatride. 5, 39, 39, 59, 62, 81. 65. jang menganut — , — beda dengan prinsip 66. nationalitet, keuntungan (dan 67, 83, 88, kerugian) — , 91, 96. — dianggap sebagai 69. feodalistis, — dikombinasi dengan 70. prinsip nationalitet, 73. gradiasi — , 77. — untuk status personil, 87. — membantu, — diganti kewarga 96. negaraan, 4, 5, 6, Prinsip kewarganegaraan, 7, 24, 25, 36, 39, 59, 61. 62. jang memakai — , 62. negara3 dengan , — W a (lengan 66. prinsip domicilie, keuntungan dan 17, 95. kerugian — , —. dianggap sebagai 69. „a medieval one” , dikombinasi dengan 70. prinsip domicilie, 73. gradiasi — , 74. segi psychologisch , mengatasi kesulitan , 82, 96, 124. — tidak dapat dipergunakan, pendekar utama • — ■ dan Traktaat Den Haag, perselisihan — dengan prinsip domicilie, — dan apatride, kesulitan — , — tidak dapat dilaksanakan,
114, 116, 128, 117, 121. 125, 159. 161. 233.
86,
87, 113,
92.
297
mempertahankan — , — diganti dengan domicilie, — digabung dengan domicilie, — untuk status personil.
94. 96, 125, 222, 227. 97, 103. 101, 112, 215, 221.
pemakaian — setjara 108, kaku, 109. —■ dan bertendigheid, 176. Prinsip kebebasan, 140. Prinsip konkordansi, Prinsip personil, 19. 20. Prinsip territorial, Prinsip-' Umum, 174, Private personen, 11. Proklamasi, 179, Proper law of the contract, 55. Protection des niineurs, 159. Protectieve upbringing, 144. Pschyschtrisch, 114. Pschychlogische Zueamenhang, 219. Pseudo-n-ationaliteit, 100. Public policy, Lihat „Ketertiban Umum'' , 6. Punto di collegamento, 17. Pusat administrasi, 40,
110, 124,
175. 180, 181.
153, 154.
57.
o. Quasi-nationaliteit, Quebec, — tentang prinsip kewarganegaraan, Quito,
14.
66. 121.
R. Raape, — tentang aankniipfung?punkte, 17. -------- domicilie, 92. -------- ikatan dengan negara, 168. 169. tentang points of contact, 17. -------- place of incorporation, 41. — — perluasan hukum nasional, 70. perumusan domicile of origin, 76. prinsip domicilie, 93, 162. 102. — modus vivendi, —■ — prinsip kewarga108. negaraan, 109. -------- pidato Kollewijn,
29S
262. --------arti domicilie. 145. Radja, 205. Rassistis, Rawa Mana 46. Rawana Mana, Realan Lebensvcr227. haltnissen, 61. Re-assuransi, Recht van de 34. erkennende ouder, 93. Rechtsbedeling, 109, Rechtshogeschool, Reclitstoepassingsreclit, Lihat „Hukum jang harus dipergunakan”. Rcehtzckcrheid. Lihat „kepastian hukum”. Rcczei, — tentang anknupfungs17. faktoren, 52. ------- - hypotheek, 57. — —■ kedewasaan, --------menentukan kewarga79. negaraan. 92. --------domicilie, 24. Rendok, 7, Regime Nazi-Djerman. 27. Rene, Gerard, 6, Rcnvoi, 26, 11. Reparateur mobil, Republik Dominika, — tentang prinsip 65. kewarganegaraan, Republik Indonesia, 172, negara — , 178, 175. —■ menentukan W.N.K.I.. Republik Rakjat Tiongkok, warganegara — , - tentang kebebasan memilih, — dan Kuomintang, Residence. Lihat „tempat kediaman”. Residence habituelle, Resiko finansiil, Revolusi Russia, Richiamo ricollegainento, (Lihat djuga „Titik pertalian” ). Riviere,
Roma, Rotary Club, Roumiantzeff, Lydia,
14.
20.
188. 19, 209. 232.
160. 118. 231. 17.
99, 117, 118, 119, 129, 139, 136. 238. 117, 121.
Rumania, — ■ tentang prinsip kewar^anegaraan, — — kebebasan Ruth.
63. memilih. 209. 207.
Sachnormen, Salon ketjantikan, Samen levcn en samen-werken, Samson, Samuel Jones & Co Savigny, Von, — tentang lex loci solutionis, Scheiding van tafel en bed, Lihat djuga „perpisahan m edja dan tempat tidur” .
162. 242. 110. 208. 42.52.
47. 111.
S ch iller, Arthur, — tentang kaartsysteem jurisprudensi . Indonesia, Schilling, von, — tentang domicilie, .Schmitthoff, — tentang clioice of law, — — prinsip domicilie, Schnitzer, — tentang Anknüpfungs punkte, — — Anknüpfungspunkte
1. 97.
22. 162.
17.
aus der Perso nalhoheit, — — ■ Anknüpfungspunkte
aus der Gebiets hoheit1. — place of incorporation, — — lex loci actus, — — • autonomen Anknüpfung, — — Wahlanknüpfung. — — kedewasaan, — — Ersatzanknüpfung. ■—■ — Hauptanknüpfung, — — Erganzungsankmipfung, — menentukan ke warga negaraan, — pertjeraiaji di Spanjol, Schulden — /e n delickteiireclit, 12 . Scotlandia, 91 .
— tentang prinsip kewarganegaraan, Seat. Lihat „temppat kedudukan”. Secundaire aanknopingpunten. Lihat „Titik pertalian secundaire”. Sedjarah hukum, — tempat dilangsungkannja perbuatan hukum, — tempat perbuatan melanggar liukum, — resepsi, Segi personalitet Lihat „prinsip personil”. Segi territorialitet, Lihat „prinsip territoriaP' Sehat rochani dan djasmani, Sekolah asing, Selandia Baru, — tentang kebebasan memilih, Separate opinion, Separation de corps, Lihat djuga „Perpisahan medja serta tempat tidur”. Servia, hutang — , Sctjara diam3. Shiraishi, K., Sidjoek, Siege sociaL „Siemens”, Singapura,
pengadilan — , 20.
—
41. 43. 49. 56. 57. 58,60. 60.
— tentang prinsip domicilie, Sistematik H.A.G. — dibanding dengan H.P.I., Sistim — /kartu. Lihat „Kaartsysteem”. Sitaan, — orang asing, Sitaan marital. Lihat „marital beslag” .
Situs, 61.
Sitz, Sjarat“ materiil,
79. 130.
Skyddssuppfostran, Sojourn, Soekaboemische Snel persdrukkerij, Soenario, Mr.,
65.
43.
48. 74,
75.
197. 259.
209. 149. 131.
142. 50,
24.
51.
37. 40, 13.
41.
11,
12.
48.
168.
2,
8.
14.
41, 47.
60.
7, 9, 135. 144, 147, 266.
24,
154
52. 179.
299
Soepomo, — tentang keputusan Ldr. Djakt, 30-9-1933, Sovjet-Russia, — tentang place of incorporation, — — kedewasaan, ---------prinsip territorialitet, — dan pluralisme hukum,
Stelsel hukuin, 31. 41. 57. 70. 90, 165.
Stief-schoonvader, Stilzwijgend, Story, — tentang teori. 91, 164,
c o m ita s ,
8, 23, 57, 103, 225, 32. 50.
19, 20, 52, 54, 58, 101, 105, 165, 262.
67.
Stralendorf,
26. warganegara — , 117N j. E .A . V a n , 170. -------- kebebasan memilih, 209. Subekti, Mr R., Spanjol, Subordinierter — tentang pusat 32. Anknüpfung, 40. administrasi, Subsidair Anknüpfung : 57. -------- kedewasaan, 5, 40, 58, ersatzanknü pfung -------- prinsip kewarga232. negaraan, 64. Sukubangsa, warganegara —‘, 130, 139. — termasuk prinsip hukum — , 130, 131, 132. 19. personil, suami-isteri — , 131. 43. djual-beli antar — . — menandatangani Kovensi 49. hukum —•, Den Haag 15-6-1955, 161, 162. 190. Sumpah, -------- azas mengikuti, 209. 14. Staat en bevoegheid. pengambilan — , 198, 199, 203. Lihat „status”, dan Sumppah setia, „kewenangan”. Surat jang bersifat 191, 201. Staatkundige recliten, paspor, 236. Staatliche Bezichung, 17. Suriname, (Lihat djuga „titik — tentang prinsip pertalian” ). 6 3. kewargane garaan. Staatsgebied, 172 Swedia, Starke, J.G., — tentang prinsip 64, 100. — tentang anggauta kewarganegaraan, negara, 172 — dan perdjandjian Status, 97, 157, 158, Den Haag, 160. dalam Kaartsysteem, 1, 15. 101. tulisan dan kepu orang — , 142, 143, 148. tusan tentang — , Warganegara — , 9. 143, 144. hukum — , hukum jang berlaku 148, 158. wilajah — , bagi __, 9, 24. 149, 152, 154, instansi — , — dalam H.A.G., 10. 155, 156. 157, 1 berbeda dengan 160. kewenangan. 101. 209. -------- kebebasan memilih, Statuta, 41, 47. Swiss, Statutum personale, 30. 30. Suami-isteri — , (lihat djuga ..statuut 32. Warganegara — , personil” ). —■ tentang pusat Statuut personil, 7, 5, 9, 41. administrasi, 15, 24, 25, 27, 28, 29, titik pertalian 54. kumulatip, 30, 34, 35. 56. 39, 45, 59, warisan, 57. 61, 62, 75, —■ —•kedewasaan, 77, 82, 87, tentang prinsip 106, 107, 112, 72. kewarganegaraan, 125, 130, 135, — tentang prinsip 164, 166. 72. domicilie,
300
• dan Tractaat Pertjeraian Den Haag, perempuan — , — — Azas mengikuti, T. Tagihan, Tanah konsesi, Tandjung Balai, Tafsiran perdjandjian, Tatort, lex loci delicti commissi. Tatsachlichen Lebensverhältnis, Täuschung über die Ehrenhaftigkeit des ändern Ehegatten, Tempat berada , — sebagai titik pertalian primer. — — titik pertalian sekunder, — sebagai derivative Anknüpfung, Tempat berusaha. Tempat delik, — sebagai derivative Anknüpfung, (Lihat djuga „loci delicti” ). Tempat dilaksanakan pcrdjandjian, — sebagai titik ppertalian sekunder. Tempat dilangsungkannja perbuatan hukurn, — sebagai titik pertalian sekunder, (Lihat djuga „lex loci executionis” ). Tompat kediaman, — ««bagai titik pertalian primer, --------- alternatip domicilie. — ■ untuk perseorangan, — defakto, — dan lex loci solutionis, dan hukum nasional. — dalam H .A .T ., - dan dwikewarganegaraan, — dan appatride, — • tidak dipengaruhi hukum.
Tempat kedudukan, — sebagai titik pertalian primer, 21, — untuk badan hukum. 21. — bersifat territorial, 21. — sebagai titik per talian sekunder, 40, — dan lex loci solutionis, 47. Tempat kelahiran, 43. Tempat kontrak dibuat, — sebagai derivative Anknüpfung, 23. —■ sebagai tempat kela hiran pcrdjandjian, 43. manfaat hukum — , 44. kwalifikasi — , 'W. — sebagai titik pertalian alternatip, 58. — dan kewenangan. 101. Tempat kontrak dilangsungkan, 43. Tempat letak, — sebagai priinare Anknüpfung, 22. — sebagai titik per talian sekunder, 41, Tempat pelaksanaan, —■ sebagai derivative Anknüpfung, 23. — sebagai titik per talian sekunder, 42. Tempat perbuatan formil. 52. Tempat perbuatan melanggar hukum, — sebagai titik per 47. talian sekunder, 47. (Lihat djuga „perbuatan melanggar hukum” ). Tempat perkara diadjukan — sebagai derivative 56. Anknüpfung, 23.
110, 125, 128. 127, 129. 209.
83. 259. 24, 58.
25.
18. 223.
32.
20.
40.
23.
40.
23.
•15. 23.
45.
46,
45,
46,
— sebagai titik per talian sekunder, 20. 21, 60. 21. 20, 47. 97, 151. 165.
56,
30.
98,
227, 228, 232, 235. 262.
— dan dwikewarcunegaraan, 59, Tempat tinggal, — sebagai derivative anknüpfung, berpindah — , — jang baru. — asal, 150, — di Swedia. — di Indonesia, Temperament bangsa, Teori-commitas, 231. Teori local law, Ter Haar, — tentang larangan pengasingan tanah.
40.
45.
42.
52, 53. 215. 23. 23. 76. 81. 88. 143. 183, 196. 74. 67. 67.
258.
301 Hukum Perdata Internasional Indonesia — 20
I
Titik pertalian kumulatip, arti —, Titik pertalian pengganti, 32. k e h o rm a ta n , Titik pertalian primer, T e r u g v e r w ijz in g . arti — , Lihat „Renvoi”. perintjian —‘, 17. Test factor, istilah jang berbeda (Lihat djuga „Titik bagi — , pertalian” ). — sebagai „kontak" 38. Testamen, pertama, 14. bentuk — luar negen, — djuga sebagai tilik Thai, . pertalian sekunder. __ tentang azas mengikuti, 209. Titik pertalian sekunder, 33. The Hien Djien, arti — , 33. The Hien Licm, pilihan hukum 33. The Hien Siang, merupakan — , 33. The Ing Bian, istilah — jang berbeda, 110. Tidak hidup bersama, — sebagai extra contact, (Lihat djuga „hidup perintjian — , terpisah” ). — djuga sebagai titik 99. Tidak mampu bertindak, pertalian primer. Tidak melepaskan Titik pertalian tambahan. 191, 201. kewarganegaraan lain. Titik pertautan, Tidak mempunjai (Lihat djuga „Titik 185. kewarganegaraan, pertalian” ). Tidak mempunjai kewarga —■ berdasarkan prinsip 192. negaraan lain, personil, Tidak menolak kewarga 191. negaraan lain, Titik taut pembeda 197. Tidak pernah dihukum. (Lihat „Titik pertalian primer” ). 21. Tindakan hukum, Tingka laku, 32. Titik taut penentu, Tionghoa, lex loci actus pedagang — , 13. sebagai — , orang — , 24, 33. pilihan hukum sebagai — kewarganegaraan 106. Titik taut pengganti, keturunan —•, 180. Titik taut perdata, Tiongkok, 1 itik persamaan, warganegara — , 7, 25, 30 — antara H.A.G. dan 36, 51, 104, H.P.I., 107. 1 itik taut subsidair, hukum 10, 25, 31, — beda dengan titik 35, 36, 37, taut alternatip. 42, 234. menikah di — , Titik taut surogaat, 25. —■ tentang prinsip lihat „Subsidiaire kewarganegaraan, Ankniipfung”. 64, 106, 107, „Tjap matjan”, 168. Titik pertalian, Tjatatan Sipil, istilah2 lain bagi — , 17. — Semarang, pembagian — , 18, 62. — Medan, 18. arti — , — Surabaya, lain pembagian —1, 53. Tjia Teng Giauw, pilihan karena adanja Tjin Kie Kioen, perbedaan — , 161. Tjin Toek Nj an, Titik pertalian acessoir, 61. Tjiang A Liong, Titik pertalian Tjitrosudibio, 55, 57, 82 alteniatip, rjita2 pembuatan Undang“ 58. ratio — , kewarganegaraan R.I., — beda dengan titik Tjong Hok, 60. taut subsidair, Tjutju imigran asing.
Terdjemahan naskah. Tertipu m e n g e n a i
302
14.
126. 54. 58, 232, 234. 18. 19.
22. 23. 23. 18,
22.
22. 22. 23. 23. 23. 61. 15.
19.
23, 50. 43.
50. 59, 232. 214.
9. 59.
60.
13. 7. 9, 34, 38. 37.
35.
24. 25. 170.
200. 36. 182, 189.
Toeiieilde voojlJ. 'l’ort, (Lihat „Perbuatan Melanggar Hukum” ). Touris, Trage, 1I.D.A.E.A., Transaksi, Transistor, Tsieehoslowakia, konfiskasi oleh — . — tentang kebebasan memilih, Tukang dansa. Tukang mas, Tunlutan tjerai.
Turisme, Turki, — tentang kedewasaan, — — prinsip kewarganegaraan, dan Codo Civil Suisse orang — , — — nzas mengikuti. Turut stnlu.s suami, Tutelle rivale,
V enezuela,
144.
—
tentang pnnsipp kewarganegaraan, _____prinsip domicilie,
V e rd ra g en . „ L ih at „P ersetu d ju a n .
44. 27.
U dn y, U h len b eek , C .W .,
—
tentang domicilie,
natural isatie, V erkehrinteresse,
44.
^ P ort
>ho,
gj
V erk eersrech t, V e rk reg en rech ten , V e ron d ersteld o o n d e r w e r p in g . L ihat P on u n d u k an -d ian ggap . V e rseh illen d p erson eel
53.
20'). 11. 248 8 , 129, 139. 24 0, 245.
rech t, V erw a ltu n g u n d
57.
m 26.
^
258. 186.
V o o S " e « e h a n d elin g , L ihat „ d e lik j a n g
56. Vorm cn inhoud van het contract, . Vormundsclmftsgcricht
51. 30.
V r ijw illig e o n d e n v e r p m ^ L iliat „P en u n d u k a n ,u k a r ,l
198. 2 6 5 , 266.
Vreemdelingenbeslag.
117.
L ih at „sita a n . V reem d elin g en statuut,
235. ^
Vrreein(lel'i1? c n ' vra W a d iib k erd ja ,
202.
"
238.
W a d jib m ijitjr .
100.
" 'f S
102.
W ah lan k n iip fim ^ '
i i f l g
D jak t. 12-a 1939,
T Y/nl 1 Wal 17.
" 1UJ' 46. 31* 153, 154. 144, 145.
p engaw as.
perwalian, Warganegara musuh,
b e n ta n g
176.
Warisan,
C om p a n y” .
155.
256, 68, »2. 104. 258.
218. __ tan p a w asiat,
l , n law fu l act. Lih at „p e rb u a ta n ‘ .anggar h u k u m ” .
48.
WangidiaisWpbb P.R-H., 133. 15,
. s ,n e d e d iv o r e o , n s u r J a s in g , ’ J jJ t u k k d ijt ,
50. 192.
’ijzen. V.
Valda" Vf recht.
^
*
V o llen h ov en , Van _ _ tentang laran gan p engasin gan tanah,
64. 75. 104. 209. 190. 147.
226
M
Nutznieszung de~ Vested rignts,
U n erhiu bto Ila n d lu n g . (L ih a t „Perbuatan M e la n g g a r Hukum” ).
Unifikasi, ‘ hukum. prinsip kewarganegaruan dan domicilie, U'nger, tentang elements of introduetion, •jmforniiit't, »'Uniicci States K u b b fi'
209.
V e r c e n v o u d ig d e
21, 83.
U. Uang nafkah. LLCiat „alimentatie.” Uang naturalisasi.
«>. •
13. 13.
W! ! 20.
ten tan g p riu sip p
„o.
domicili^i ^ ^ t e n t a n g prinsip domicilie«
59.
Wertlieim, , , m bagian Pembahasan 2. „Umum” Kaartsyetem,
303
I
__ tentang keputusan R.v.J. Djakarta, 9-9-1939.
9, 30.
3,
6,
Zevenbergen, van — tentang rechutoe30. passingsrecht,
4, 233. ________ H.g.H. 12-12-1935, , 13.
6,
59,
________ R.v.P. Padang. 26-10-1939, ________ R.v.J. Medan 22-9-1939,
------------ R.v.J. Djakt. 28-2-1938, -------- pemakaian ps. 3 AB, --------keputusan Ldr. Djakt. 30-9-1938, --------keputusan R.v.J. Medan 31-3-1939, -------- perbuatan pura". Whee See, „White Label”, Wiesbaden, Wilajah tertentu. Winterthur, Wissel, Wolff, — tentang aankniipfungpunkte, --------- perintjian titik pertalian primer, -------- choice of law. --------perumusan point.* of contact, -------- place of in corporation, --------kumulasi, kedewasaan,
28,
29.
31. 36, 195. 20. 13. 30. 172. 30. 6, 52.
17. 19. 22. 23. 41. 35. 57.
prinsip kfwai'L'anegaraan, 65. perubahan domicilie, 77. menentukan kewarga negaraan, 79. tentang „titik per talian alternatip”, 82. kewenangan, 101. domicilie jang diselimuti, 167. Z. Zaman Pendjadjahan,
258.
Zeballos, tentang prinsip kewarganegaraan,
65.
304
Zecha, Louis, 10, Zetel,
3, 29,
37,
13,
39.
Zeylemaker, — tentang keputusan Raad van Justitie Djakarta 12-10-193Ü.
■12. 47.
I>A F TA R P E K U N D A N G -U N D A N G A N . 1.
1‘ atal
16 A .B ..
21, 3
’abai
59, 171. 9,
7, 10, 28, 29, 63, 102, 28.
29.
260.
160 l.S . S. 1855 2, 33. 163 37. Con^ulacre W f t S. 187 2 /2 0 7 . 14. Pasal 7 ajat 2 Rcgeling op de Gemengdo Iluw elijken S. 1898/150. 7. 8-1. 127. 209. Pasal 2 5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13. 14. •5.
211
16. Pas;al l Umlanp;2 Peinilihan Uinum, L.N. 1956/ 236.
Undang2 No. 2/1958, 179, Pasal 1 ajat 2 Undang2 No. 2 1958, 85, Pasal I „ 191, „ II ., 191,
„IH 18.
.
W’ct lioudende regeling v.h. Nederlands onderilaanschap van-niet-.Nrdi-rlanders -S. 1910 : 29(>. 177, 178, 182. 184. Pasal 2 sub U., 27, 37. Pasal 12 Reglement partiouliere landerijen bewesten dc Tjimanoek .S. 1912 /4 2 2 , 259. Reglement Industrioele Eigendom Kolonien, S. 1912 : 545, 13. Pasal 1 sub 1 liuruf e. Bepalingcn betreffende het burgerlijk en han deisrecht van de Chincezen S. 1917/129. 36. Undang-' tentang warganegara dan penduduk negara Indonesia, No. 3 / 19-16, J73, 178, J81. Persetudjuan Perihal Pembagian Warganegara, L .N . No. 2 /1 9 5 0 , 173, 178. 184. U ndang" Darurat No. 4 /1 9 5 0 , L. N. No. 5 /1 9 5 0 , 238. Pasal 144 Undang® Dasar Sementara L.N. No. 5 6 /1 9 5 0 , 184. Undang- No. 2 1 /1952, L. N. 7 8 /1 9 5 2 , 240. U ndang2 No. 2 4/1954, L .N .7 8 /1 9 5 9 , 257. Pasal 2 Undang" No. 19 tahun 1956, L .N . 1956/ 44, 236. Pasal 120 „ 236. 44,
17.
19.
20. 21.
„
188. 212. 199. 201.
201.
Undang- tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia No. 62/1958, 174, 179. Pasal 1 sub d. Undang3 Kewarganegaraan _ 193. No. 62/1958, 185. Pasal 1 sub e, 1 sub f, 186, 193. 1 sub g. 186, 193. 2 195. 3 189. 4 183, 185. 190. 195. 5 5 ajat 2b, 196. 5 ajat 7 199. 199. 6 7 85, 190, 197, 209, 211. 85, 215. a 200. „ 17 191. „ 17 sub a „ 17 sub b 201. 17 sub c. 191. .. 17 sub j, „ 202. ., 17 203. ., 17 sub f, 203. ,, 17 sub h, ,, 203. 17 sub i, „ 204. „ 17 sub j, ., 204. „ 17 sub k, ., 216. „ 20 „ I Peraturan 216. P(;(IUlup OOO
Undang“ No. 78/1958, Pasal 3 Undang2 No. 78/'1958. 4 „ 11 ., 13 ajat 1 ,, i. 14 „ Undang2 No. 13/1959 L.N. No. 38/1959, Pasal 21 ajat 3 Undang2 No. 5/1960. ., 30 „ „ 36 ,, ,, 42 sub c .. .. 45 sub c .. ., ‘16 21 ajat l „
244, 245. 245. 245. 245. 245. 240. 250. 258. 258. 245. 245. 258. 258.
305
22. Pasal 1 Burgerlijke Wetboek, „ „ „ „ „ „ „ „ „
27 29 42 215 229 229 283 1756 837
23. Pasal „ „ „ „ „ „ „
100 128 580 757 761 823 872 840 867
„
„ R.V., R.V., R.V., R.V., R.V., R.V., R.V., R.V., R.V.,
..
169, 171, 260 25. 36. 10, 35. 26. 27, 28. 27, 28. 33. 13. 261. 261. 14, 260, 261. 261. 14. 261. 26. 261. 26.
35.
24. Peraturan Pemerintah No. 10/1951, L.N. No. 2/1951, 240. Peraturan Pemerintah No. 62/1951, 240. 25. Undang3 Darurat No. 64/1953, 238. 26. Peraturan Pemerintah No. 42/1954, L.N. No. 73/1954, 240. 21. Peraturan Pemerintah No. 45/1954, T.L.N. 645, 239. 28. Peraturan Pemerintah No. 61/1954, L.N. No. 107/1954, 240. 29. Peraturan Pemerintah No. 13/1958, 257. 30. Peraturan Pemerintah No. 10/1958, L.N. No. 19/1958, 243. 31. Peraturan Pemerintah No. 23/1958, L.N. No. 39/1958. 243. 32. Peraturan Pemerintah No. 30/1958, L.N. No. 50/1958, 240. 32a. Pa3al 2 Peraturan Pe merintah No. 52/1958. L.N. No. 130/1958, 238. 33. Pasal 11 Peraturan Pe merintah N o .. 1/1959, L.N. No. 2/1959, 237. 34. Pasal 2 Peraturan Pemerintah No. 10/1959, 244. „ 3 244.
306
4 2U. 5 244. „ 7 „ 214. „ 8 244. „ 9 244. „ 10 „ 244. 35. Pasal1 Peraturan Pe merintah No. 37/1959, L.N. 59/1959, 238. 36. Peraturan Pemerintah No. 11/1960, 189. 37. Pasal 11 Peraturan Pe merintah No. 13/1960, L.N. 39/1960, 257. 38. Pasal 11 ajat 5 Per aturan Pemerintah 2 1 / 1960, L N. 65/1960, 257. 39. Peraturan Pemerintah No. 22/1960, L.N. No. 54/1960, 240. 40. Pasal 11 Peraturan Pe merintah No. 3 /1961, L.N. No. 7/1961, 247. 41. Peraturan Pemerintah No. 5/1961, 189. 42. Pasal 6 Peraturan Pe merintah No. 13/1961 LN . No. 34/1961, 247. 43. Pasal 8 Peraturan Pe merintah No. 17/1961 L.N. No. 38/1961, 247. 44. Pasal 8 Peraturan Pe merintah No. 18/1961 L.N. No. 39/1961, 218. 45. Pasal 8 Peraturan Pe merintah No. 19/1961 L.N. No. 40/1961, 218. 46. Pasal 8 Peraturan Pe merintah No. 21/1961 L.N. No. 42/1961, 248. 47. Pasal 8 Peraturan Pe merintah No. 23/1961 L.N. No. 44/1961, 248. 48. Pasal 8 Peraturan Pe merintah No. 24/1961 L. N. No. 4 5 /1961, 248. ..
Pasal 8 merintah L.N. No. 50. Pasal 8 merintah L.N. No. 51. Pasal 8 merintah L.N. No. 52. Pasal 8 merintah L.N. No. 49.
Peraturan Pe No. 25/1961. 4 6 /19 6 1 ,
248.
Peraturan Pe No. 2 6/1961 4 9 /1961,
248.
Peraturan Pe No. 27/1961 4 8 /1961,
248.
Peraturan Pc No. 28/1961 49 /19 6 1 ,
248.
•'W.
Pasal 8 Peraturan Pe merintah No. 29/1961, L .N . No. 5 0 /1961, 2U$. 54. Pasal 8 Peraturan Pe merintah N o. 30/1961, L .N . No. 51 /1 9 6 1 , 2-W. 55. Pasal 8 Peraturan Pe merintah No. 59/1961, L .N . No. 8 0 /1 9 6 1 . 252. 56. Pasal 9 Peraturan Pe merintah No. 60/1961, L.N . No. 8 1 /1 9 6 1 , 252. 57. Pasal 9 Peraturan Pe merintah No. 61/1961, L .N . No. 8 2 /1 9 6 1 , 252. 58. Pasal 9 Peraturan Pe merintah No. 62/1961, I. N.No.8 3 /1 9 6 1 , 252. 59. Pasal 9 Peraturan Pe merintah No. 63/1961. L.N . No. 34/1 9 6 1 . 253. 60. Pasal 9 Peraturan Pe merintah No. 68/1961, L.N . No. 8 9 /1 9 6 1 , 253. 61. Pasal 9 Peraturan Pe merintah No. 69/1961, L.N. No. 9 0 /1 9 6 1 , 253. 62. Pasal 9 Peraturan Pe merintah No. 71/1961, L.N. No. 9 2 /1 9 6 1 , 253. 63. Pasal 9 Peraturan Pe merintah No. 74/1961, L.N . No. 9 5 /1 9 6 1 , 253. 63a. Pasal 9 Peraturan Pe merintah No. 75/'] 961, L.N . No. 9 6 /1 9 6 1 , 253. 64. Pasal 9 Peraturan Pe merintah No. 76/1961, L N. No. 9 7 /1 9 6 1 , 253. 65. Pasal 9 Peraturan Pe merintah No. 77/1961, L. N. No. 9 8 /1 9 6 1 , 253. 66. Pasal 9 Peraturan Pe merintah No. 79/1961. L .N . No. 100/1961, 253. 67. Pasal 9 Peraturan Pe merintah No. 80/1961. L. N . No. 101/1961, 68. Pasal 9 Peraturan Pe merintah No. 81/1961, L .N . No. 1021961, 253. 69. Pasal 9 Peraturan Pe merintah No. 82/1961, L .N . No. 103/1961, 253. 70. Pasal 9 Peraturan Pe merintah No. 84/1961, L.N . No. 105/1961, 254. 71. Pasal 9 Peraturan Pe merintah No. 86/1961, L.N . No. 110/1961, 254.
72,
73.
74.
75.
76.
77.
78.
79.
80.
81.
82.
Pasal 9 Peraturan Pe merintah No. 87/1961 L.N. No. 111/1961, ’ 254. Pasal 9 Peraturan Pe merintah No. 90/1961, L.N. No. 114/1961, ’ 254 . Pasal 9 Peraturan Pe merintah No. 93/1961 L.N. No. 117/1961, Pasal 9 Peraturan Pe merintah No. 94/1961 L.N. No. 118/1961, Pa?al 9 ajat 1 Per aturan Pemerintah No. 96 4 961 , L.N. No. 120/ 1961, 254. Pasal 9 ajat 1 Per aturan Pemerintah No 97/1961, L.N. No. 12 1 / 1961, 254. Pasal 9 Peraturan Pe merintah No. 98/1961 • L.N. No. 122/1961, Pasal 9 Peraturan Pe merintah No. 99/1961, L.N. No. 99/1961, 253. Pasal 9 Peraturan Pe merintah No. 101/1961, L.N. No. 125/1961,254. Pasal 9 Peraturan Pe merintah No. 102/1961, L.N. No. 26/1961, 255. Pasal 9 Peraturan Pe merintah No. 103/1961. L.N. No. 127/1961, 255.
'254.
’ 254 .
’ 254.
83.
Pasal 9 Peraturan Pe merintah No. 104/1962, L.N. No. 128/1961, 255. 84. Pasal 9 Peraturan Pe merintah No. 105/1961, L.N. No. 129/1961, 255. 85.
Pasal 9 Peraturan Pe merintah No. 106/1961, L. N. No. 106/1961, 254.
86.
Pasal 9 Peraturan Pen merintah No. 109/1961, L.N. No. 133/1961, 255.
87.
Pasal 9 Peraturan Pe merintah No. 112/1961, L.N. No. 136/1961, 255.
88.
Pasal 9 Peraturan Pe merintah No. 114/1961, L.N. No. 138/1961, 255.
89.
Pasal 9 Peraturan Pe merintah No. 115/1961, L.N. No. 139/1961, 255.
307
91.
Pasal 9 Peraturan Pe merintah No. 116/1961, L.N. No. 140/1961, 255. Pasal 9 Peraturan Pe merintah No. 117/1961, L.N. N o. 141/1961, 255. Pasal 9 Peraturan Pe merintah No. 118/1961, L.N. No. 142/1961, 255. Pasal 9 Peraturan Pe. merintah No. 119/1961, L.N. No. 143/1961, 255. Pasal 9 Peraturan Pe merintah No. 120/1961. L.N. No. 144/1961, 2.56. Pasal 9 Peraturan Pe merintah No. 123/1961, L.N. No. 147/1961, 256. Pasal 9 Peraturan Pe merintah No. 124/1961, L.N. No. 148/1961, 256. Pasal 9 Peraturan Pe merintah No. 131/1961, L.N. No. 155/1961, 2.V,. Pasal 9 Peraturan Pe merintah No. 133/1961, L.N. No. 157/1961, 256. Pasal 9 Peraturan Pe merintah No. 136/1961, L.N. No. 136/1961, 256. Pasal 8 Peraturan Pe merintah No. 141/1961, L.N. No. 1661961, 249. Pasal 8 Peraturan Pe merintah No. 142/1961 169/1961, ’ 249. l asai 8 Peraturan Pe merintah No. 143/1961, „ N' , No- 169/1961, 249. I asal 8 Peraturan Pe merintah No. 144/1961
92.
93.
94
95.
96.
97. 98.
99.
100.
101. ^02. if» lUo.
104. ln c
u N\ N° ' 168/1961,
111. Pasal 8
112.
113.
114.
115.
116.
117.
118.
119.
120.
121.
122.
123.
124.
’ 219.
125.
249.
126.
249
'
127.
703 p N' , No- 1?2/1961, 249. 108. Pasal 8 Peraturan Pemerintah No. 148/1961,
128.
05.
Pasal 8 Peraturan IVmerintah No. 145/1961,
lOfi P 106.
- , N2- ,1 7 0 /1% 1 -
P asal
8
P eraturan
Pe-
merintah No. 146/1961 ia t
n
N o’ 171/1961
1Q7. Pasal 8 Peraturan IVmerintah No. 147/1961,
1 0 9
p
,
” '
°9. Pasal 8 nn ”lenPtah 110. Pasal 8 merintah
1 7 3 /1 9 6 1 ,
Peraturan PeNo. 149/1961, Peraturan Pe No. 150/1961.
J-.V. No. 175/1961.
308
2 4 9 .
'250.
129.
130.
Peraturan Pe merintah No. 151/1961, L.N. No. 176/1961, 250. Pasal 8 Peraturan Pe merintah No. 152/1961, L.N. No. 177/1961, 250. Pasal 8 Peraturan Pe merintah No. 153/1961, L.N. No. 178/1961, 250. Pasal 8 Peraturan Pe merintah No. 154/1961, L.N. No. 1791961, 250. Pasal 8 Peraturan Pe merintah No. 155/1961, L.N. No. 180,1961, 250. Pasal 8 Peraturan Pe merintah No. 156/1961, L.N. No. 181/1961, 250. Pasal 8 Peraturan Pe merintah No. 157/1961, L.N. No. 182/1961, 250. Pasal 8 Peraturan Pe merintah No. 159/1961, L.N. No. 184/1961, 250. Pasal 8 Peraturan Pe merintah No. 160/1961, L.N. No. 185/1961, 251. Pasal 8 Peraturan Pe merintah No. 161/1961, L.N. No. 186/1961. 251. Pasal 8 Peraturan Pe merintah No. 162/1961, L. N. No. 187/1961, 251. Pasal 8 Peraturan Pe merintah No. 163/1961, L.N. No. 188/1961, 251. Pasal 8 Peraturan Pe merintah No. 164/1961, L. N. No. 189/1961, 251. Pasal 8 Peraturan Pe merintah No. 165/1961, L.N. No. 190/1961, 251. Pasal 8 Peraturan Pe merintah No. 166/1961, L.N. No. 191/1961, 251. Pasal 8 Peraturan Pe merintah No. 167/1961, L. N. No. 200/1961, 251. Pasal 8 Peraturan Pe merintah No. 168/1961, L.N. No. 193/1961, 251. Pasal 8 Peraturan Pe merintah No. 169/1961, L.N. No. 199/1961, 252. Pasal 8 Peraturan Pe merintah No. 170/1961, L.N. No. 192/1961, 252. Pasal 8 Peraturan Pe merintah No. 171/1961, L.N. No. 171/1961, 252.
131.
132.
133.
131.
135.
136.
137.
138.
139.
110. 141.
142.
143.
1-1- 1. 145.
146. 147. 118.
149.
150. 151.
152. 153. 154.
Pasal 8 Peraturan Pemerintah No. 172/1961, 252. L.N . No. 197/1961, Pasal 8 Peraturan Pemerintah No. 173/1961. 252. L .N . No. 198/1961. Pasal 8 Pera tura u Pemerintah No. 174/1961. 252. L.N . No. 199/1961. Pasal 8 Peraturan Pemerintah No. 175/1961. 252. L.N . No. 195. 1961. Pa.^al 9 Peraturan Pemerintah No. 187/1901. 256. L.N. No. 224/1961. Pasal 9 Peraturan Pemerintah No. 190 1961. 256. L.N . No. 227/1961, Pasul 9 Peraturan Pe merintah No. 198,1961. L.N . No. 236/1961, 256. Pasal 9 Peraturan Pe merintah No. 205/1961, L.N. No. /1961. 256. Pa~al 9 Peraturan Pe merintah No. 216,1961, 56. Pasal 9 Peraturan Pe merintah No. 237/1961, 250. Pasal 9 Peraturan Pe merintah No. 189/1961. L.N. No. 226/1961, 256. Pasal 6 l ’en. Pres. No. 7 /1 9 5 9 L.N. No. 1 4 9 / 1959. 237. Pa^a] 3 Per. Pros. No. 1 2 /1959 L.N. No. 1917, 237. Pen. Pres. R.I. No. 5 /1 9 6 0 , 236. Pasal 4 Kep. 1'res. R.I. 237. No. 165/1960, No. 181/ Kept. Pres 1960. 239. Kept. Pres. No. 65/1961 B .N. No. 23,1961, 210. Kept. Pres. R.I. No. 238/1961 B.N. No. 5 7 / 1961. 23«. Pasal 7 Perpu No. 19/ 1960 L.N. No. 59/1960, 247. Perpu No. 3 7 /1 9 6 0 L.N. No. 119/1960, 257. Pasal 8 Perpu No. 4 1 / 1960 L.N. No. 128/ 1960, 257. Perpu No. 4 4 /1960 L.N. No. 133/1960, 257. Perpu No. 5 0 /1960 L.N. No. 157/1960, 213. Per. Peperti No. 5/ 1961 T .L .N . No.2155, 238.
155. 156. 157.
158.
159.
160.
161.
162.
163.
161.
165.
166.
167.
168. 169.
170.
171.
172. 173.
174.
Per.
,\ a
1961 T.L.N. No. 2156, 238. Per. Peperti No. 7 / 1961 T.L.N. No. 2157, 238. Ver. YVpcru Mo. 9 / 1961 L.N. No. 115/ 1960, 239. Per. Penguasa Perang Pusat No. Prt/Pepcrp u /0 3 8 /1959 U.N. No. 29/1959, 238. Kept. Penguasa Perang Pusat No. Kpls. Peperpu/10113/1958 9-4-1958, 259. Pasal 5 Kept. Penguasa Perang Pusat No. Pts/ 1V per pu/0318/1958 9-8 1958 B.N. No. 77/1958, 247. Kept. Penguasa Perang Pusat No. Kpt/Peper. pu/0438/1958, B.N. No. 87/1958, 213. Peraturan Penuuasa Militer No. l’rt PM/ 0 1 2 / 1957 tgl. 3-7-1957 B.N. No. 60/1957, Peraturan Penguasa Mi liter No. Prt/Peperpu/ 0 8 /1958 tg. 11-4-1959 B. N. No. 60/1957, 239. Peraturan Pensuasa Mi liter No. 9 8 9 /PMT/ 1957, 257. Instruksi Peperpu No. instr./Peperpu/089/ 1959 tg. 25-7-1959, 240. Coneulair Pusat Pe nguasa Perang No. S E / Peperpu/02/58 8-2-1958, 243. Keputusan M.K.N. No. 191/B /B O 455/60 ig. 22-9-1960, 239. Keputusan M.K.N. No. Ml / A /00456/6 0 , 239. Keputusan M.K.N. No. M I/A /0 0 4 5 7 /1 9 6 0 , 22-91960, 239. Keputusan M.K.N. No. M I /B /0 0 18/41960, 6-101960, 259. Keputusan M.K.N, No. M l/B /0 0 5 0 1 /1 9 6 0 , 5-11160, 239. Keputusan M.K.N. No. 239. M l/B /0 0 8 7 /1 9 6 1 , Keputusan M.K.N. No. M l /A /0 0 8 8 '1961, 10-4239. 1961. Instruksi M.K.N. No. No. III/B /0 0 2 7 /1 961, 239.
309
175
Keputusan Menteri Per tahanan No. 1059/PM T/ 1957, 6-12-1957, 243. 176. Instruksi Menteri Per tahanan No. I i/1 3 / PM/5 7 , 259.
177. Keputusan 178.
179. 180.
181. 182.
183.
184. 185. 186.
K.A.S A.D.
No. Kpt./PM /080/1957, 213. Keputusan K.A.S.A.D. No. 1063/PMT/1957, 8 12-1957, 243. Keputusan K.A.S.A.D. 10-1-1958, 243. Perintah K.A.S.AJD., 10-12 1957, i\o. o i '/i 'M / 007/1957, 213. Instruksi K.A.S.A.D., No. T. 2683/157, 12-121957, 243. Instruksi K.A.S.A.D. No. TR. 930/1957, 16 121957, 243. Pasal 2 ajat 1 Kept. K.S.A.L. tg. 18-11-1957, B.N. No. 99/1959, 238. Kep. K.S.A.L. No. 21/ 1/18 tg. 26-2.1959, 239. Kep. K.S.AL. iVj. 2 /1 / 2 /2 0 , tc. 26-8-1959, 259. Kept. K.S.A.L. No. 21/
1/25 tg. 8i>-i9uu, li.iS. No. 26/1960, 239. 187. Keputusan Menteri Per e k o n o m ia n No. 2615/M 24-2-1953, B.N. 24/1953, 260. 188. K ep u tu sa n borsam a Men teri P e rd a g a n g a n dan M e n te ri P erin du stria n
No.
2077M
Periml —
2 4 3 0 /M /P e r d a n g .
t".
3-9-1957 ° 241, 242. 189. ourat Menteri Perda gangan kepada Menteri Kehakiman No. 2755/M 1957 N°’ 2 7 5 4 /M /> 18 g190. P en g u m u m a n D jaw atan P e rd a g a n g a n D alam N e g e r i d an P e rek on om ia n U m u m N o . 3683/C I-O /
loi
108-1957241. Pengumuman Djawatan Perdagangan Daiam Ne geri No. 274/C-1-0/ DPPN/P, 20 1-1958, 2i2. 192. Pengumuman Djawatan Perdagangan Daiam Ne geri No. 1905/II-1-0/ DPPN/P, 23 5-1958, 242.
310
d PPU
241.
193. Keputusan Menteri Per dagangan No. 2933/M, 14-5-1959, 212. Pasal 9 Kept. Menteri Perdagangan No. 784.M , 22 2-1961, 216. 194. Keputusan Menteri Mu da Perdagangan No. 7464/M/26-11-1959, 216. 195. Instruksi Menteri Muda Prindia No. 524/25/ M.M., 22 1-1961, 242. 196. Keputusan Menteri Per hubungan No. M. 26/ 3/12, 14-6-1955 B.N. 259. 57/1955, 197. Keputusan Menteri Per hubungan No. H. 2 /8 /1 , 245, 246. 8-7-1959, 198. Keputusan Menteri P.P. dan K. No. 19115/Kab, 2-41955 B.N. No. 4.V 260. 1955, 199. Keputusan Menteri P.P. dan K. No. 66437/Kab. 260. 2-11-1959, 200. Keputusan Menteri P.P. dan K. No. 113826/S. 257. 20-11-1957, 201. Keputusan Menteri P.P. dan K. No. 104787/UU. 14-12-1960 B.N. No. 8 / 1961. 237. 202. Pasal 3 Peraturan Men teri Agama No. 5/1959, 237. B.N. No. 101/1959, 203. Keputusan Menteri Pe lajaran No. 8 /3 /2 2 , 136-1969, B.N. No. 70/ 1959, 247. 204. Surat Edaran No. 3768/ 241. F-7-1/D.P.P.U. 205. Circulair Laapln C No. 1093, tg. 22 Sept. 1961, 21. 206. Pasal 6 C.C. Argentina, 66.
»
66.
7
207. Pasal 9 Code Bustamante,
- W »
49
>. 186
„
79. 57. 58. 58. 63, 103. 63.
208. Pasal 6 A.B. Belanda, Pasal 9 A.B. Belanda, Wet op het Nederlandersehap en het ingetensehap N.S. 1892 177. 268, 142, 215. Pasal 5
„ 12
„ 378 B.W. Belanda,
143.
209.
Pasal 4 ajat 3 C.C. 63. Belgia, 210 . Pasal 7 Undang3 Brazilia ’ 66, 4-9-1912, ■ 2 1 1 . Pasul 3 C.C. Costa Rica, 65. 65. 212 . Pasal 9 C.C. uba. 7. .213. l’ GB Djerman, 26.
214.
215. 216. 217.
218. 219. -
220.
221.
Pasal 4 C.C. Junani, 64. Pasal 30 C.C. Junani, 232. 222. Pasal 3 ajat 3 C.C. 93. Luxembourg, 63. 223. Pasal 23Ziviltgesetsbuch Personen und Go. 9, 25 selschaft Liechtenstein, 64. 224. Pasal 788 Montenegro, 64. ajat 3 C.C. 225. Pasal 3 Pasal 635 BGB Monaco, 63. Djermnn 27 , 28,30 Mexico 57, 64. 107. 226. Pasal 12 C.C. Pasal 7 E.G.B.G.t*.. 1884, 64. 21, 56, 60. ,, 8 r, 227. Pasal 3 ajat 3 C.C. 64. 9 Perantjis, 63, 130. 54. ., 12 Pasal 171 Nouveau Code 64. .. 13 de Prosedure Civile, 138, 64. „ 14 228. Pasal 1 ajat 1 Undang 64. „ 15 Polandia 2-8-1926, 64. 6 !•, 54. „ 17 Pasal 5 Undang H.P.I. 64. 18 Polandia 2 8-1926, 56. 64. 229. Pasal 24, 27, C.C. Por64. „ 20 tugal, 64. 64. 21 230. Pasal 5 C.C. 1936 Peru, 66. 64. „ 22 231. Pasal 5a C.C. Panama, 65. 64. ., 23 66. 232. Pasal 6, C.C. Ouehec, 64. 24 234. Pasal 17 Undang2 Per. 64. ., 25 „ kawinan Republik Rak234. „ 29 jat Tiongkok 1-5-1959, 87. Pnraerni* 81 Geset/. '/m' Pasal 5 C .C Tiongkok Vereinheitlichung des 5-8-1918, 64. Rechts der Ehesliezung Pasal 2 Tiongkok 227. im Lande Oesterreich 12 36. lind im nbrigen Rrchts36. „ 980 gebied von 6en Juli 36. ., 981 1938 (Undang2 Perka 36. „ 1089 29. winan Djerman). Undang3 KewarganegaI’ as.'ti 27 ajnt 1 Umliing’ raan Tionsrkok, 178. 227. Hjepang tg. 21-61801, 2 3 5 . Pasal 3 C.C. Republik Pasal 3 njat 1 Undang2 65. Dominika, 64. Djepang tg. 15-6 1898. 63. Pasal 2 C.C. Rumania, 236. Pasal 11 ajat 223 Un 57. 237. Pasal 59 C.C. Swiss, dang2 Djcpang tg. 15 6Pasal 125 ajat 1 C.C. 1898, 55. 32. Swiss, Pasal 14 C.C. Ecuador, 64. 30. Pasal 150 C.C. Swiss, Undang2 Finlandia No. 30. Pasal 274 C.C. Swiss 63, 64. 64. 379, tg. 5-12-1929, 238. Pasal 9 C C . Spanjol, Pasal 17 Undang2 Gua Swedia tg. 239. Undang3 temala 1936 tentang ke 8 7-1904 diubah tg. 27kuasaan peradilan, 6-1924, 64, Pasal 17 Undan2 Gua Undang3 Kewarganega143. temala 1936 tentang raan Swedia 1950, 66. orang asing, 240. Pasal 7 Undang2 Suri Pasal 18 Undang2 Gua 63. name 4-9-1860, temala 1936 tentang 241. Pasal 51 Undang" Tsjeorang asing, 66. choslovakia, tahun 1948, 227. Pasal 13 C.C. Honduras, 65. Pasal 52 Undang2 TsjePasal 7 C.C. Haiti, 65. choslovakia, 232. Pasal 6 C.C. Itali tahun 242. Pasal 6 Undang2 Thai land tg. 10 3-1939, 227. 63. 1865, 243. Undang2 Turki, 1-3-1915, 64. Pasal 17 Itali 16-3-1942, 63. 16-3-1942, 56, 60. 244. Pasal 9 C.C. Venezuela, 65. 26
311
DAFTAR K EP UT USA N•k EI*lJT US A N.
Hakim jang mem berikan keputusan
Tanggal Kipulusan
Diumumkan dalam
HgH R.vJ. HgH HgH R.V.J. Djakarta HgH R.vJ. Djakarta HgH HgH HgH R.v.J. Medan HgH R.v.J. Medan R.V.J. Medan R.V.J. Djakarta R.v.J. Djakarta R.v.J. Semarang Res. Ger. Padang R.v.J. Padang R.v.J. Medan Ldr. Bulukumba R.v.J. Makassar R.v.J. Djakarta HgH R.vJ. Djakarta R.V.J. Djakarta HgH R.v.J. Djakarta HgH HgH Ldr. Padang Res. Rechter Djakarta K.V.J. Djakarta R.vJ. Medan R.v.J. Medan R.v.J. Medan Ldr. Djakarta R.v.J. Surabaja R.vJ. Djakarta
27-10-1891 4- 3-1938 9- 9,1897 9- 9 1897 15- 7-1910 16 1-1913 23- 1-1914 24- 61915 24- 5-1917 11- 6-1925 18-12-1925 18- 31926 5- 3-1926 810-1926 21-10-1931 12- 61927 17- 2-1928 9- 5-] 930 14- 8-1930 7-11-1930 26- 1-1925 6 12-1929 18- 1-1929 18- 9 1930 10- 9-1930 1510-1930 31- 3-1937 2112-1930 16- 1-1931 16- 4-1931 .5-12,1931 2- 5-1931 22- 1-1932 20-10 1931 20-11-1931 20-11-1931 1927 23- 6-1932 20- 4-1931
T. T. T. T. T. T. T. T. T. T. T. T. T. T. T. T. T.
R-vJ. Djakarta R*vj. Djakarta HgH R.v.J. Medan HgH R.v.J. Djakarta R.v.J. Padang R.v.J. Djakarta R.v.J. Djakarta R.v.J. Djakarta Res. Rechter Bandung R.v.J. Djakarta
19- 8-1932 10-10-1930 29- 9-1932 17- 3-1933 5- 1-1933 8-12-1933 5- 10 1933 20- 4-1934 11-12-1939 18- 7-1934 5-101934 8- -21935
312
) )
) )
) )
32 161 48/75 69/128 69/131 94v455 99/482 101/412 105/278 109/68 122/158 123/501 124/122 124/101. 125/55 125/497 126,222 127/350
19 13 34 5 5 34 16 34 16 5
T. 132/417
17,
T. 133/50 T. 133/327 T. 133/327
14 5 5
l ’. 133/403
13
T. T. T. T. T. T. T.
13 13 13 13 13 13 5
) )
133/475 133/478 133/478 133/481 134/177 134/197 135/290
T. 135/503 T. T. T. T. T. T.
) )
HaL
135/549 135/519 135/549 136/232 136/319 136/422
34 *2, 25 13 25, 26
13
i;> 51
11, U, U 3 20 3, 20 27 11. 34, 10, 59
T. 136/142
U
T. 137/24
10
T. T. T. T. T. T. T.
14 3, r> ■!0,
137/696 138/539 139/91 139/97 139/855 139/855 1-10/481
.»•!•
T. 140/596
14
5
37
1l 27 34. 233.
K es. rr. Surabaja K.v.J. Djakarta R. v.J. Djakarta IIp H
“ sH
R.v.J. H kII
Djakarta
JlgH Uizll
R. v.J. Djakarta K.v.J. Djakarta llg ll Hell Ldr. Manado Ldr. Manado Res. Rechter Djakarta K.v.J. Djakarta h bh
Hell
H g ll
R.v.J. Surabaja Ldr. Manado Ldr. Telukbctunp: K.v.J. Djakarta Res. Rechter Djakartii
HkII
R.v.J. Djakarta R.v.J. Djakarta Ldr. Palembang R.v.J. Djakarta II}:H J I-II R.v.J. Medan K.v.J. Djnkartu Ldr. Palembang R.v.J. Padang Ldr. M a la ti" R-v.J. Djakarta R-v.J. Djakarta Ldr. D jam bi R-v.J. Djakarta H g ll R-v.J. Djakarta R-v.J. Djakarta R -v.J. Djakarta R-v.J. M edan H gH Res. Ger. Djakarta R .v.J. Djakarta R-v.J. Djakarta R.v.J. Djakarta R.v.J. Padang R.v.J. Djakarta R.v.J. M edan R-v.J. Djakarta R.v.J. Djakarta H gH Ldr. Djakarta
2 0 -
1 -1 9 3 1
8-
3-1935 14-12 1934. 10- 1-1935 U - 2-1935 15- 2-1935 6- 6 1935 •1- 7-1935 2- 5-1935 16- 8-1935 22- 1-1936 2- 1-1936 lf>- 4-1939 10-12-1934 25- 3 1 9 3 5 17- 3-1936 I 1 1935 25- 6-1936 12-12-1935 2 9 -1 0 -1 9 3 6
17- 6-1936 10-12-1934 3-12.1932 fi- 3-1935 1- 5-1937 2- 9-1937 28- 7 1937 8-9-1933 26-11-1935 46-1937 16- 9-1937 3091937 28- 5-1937
11, 5-1 WB 24- 2-WS? 14- 8 1930 16- 2-1938 24- 6-1938 12-10-1938 2- 6-1937 18- 2-1938 52919223113-
1-1939 3 1939 8-1938 4-1938 3-1939 7-1939
T. T. T. T. T. T. T. T. T. T. T. T. T. T. T. T.
140 699 141 15 141 166 141 '351. 141 '486 141 512 142 34 142. 52 1 4 2/49 2 142-40 6 1 4 3 '4 6 6 1 4 3 /5 4 0 143/65 4 1 4 4/21 5 144/253 1 4 1/26
46 31 5 10, 12, 42, 13 13 10 13 8 13 > »•5 5 5 3
T. 144/288
25
T. T. T. T. T. T. T. T. T. T. T.
1 4 1/39 2 141/455 141/482 145/352 1'15/352 145/5*18 146/360 1'16/437 146/461 146/473 146/473
T. T. T. T. T.
146/473 ] 4-6/544 146 667 147/72 147/778
T , VW '124
13, '12, 10, 20, 45, 52 5 5 14 11. 11 12 14 5 5 5 12 13 14 13 12
T. T. T. T.
1-1Ü/761 148/764 149/54 119,385
47. 13 13
51
T. 119/410
11,
14
T. T. T. T. '1'. T.
13
149/521 149/555 149, 805 150/501 150,526 150/647
13 13 13 36 13
T. 1 5 1/70
4- 8-1939 9- 9 4 9 3 9 2 6,10-1939 2 6- 4-1940
T . 151/34 5 T . 151/34 9 T . 151/351
14, 3,
T . 1 5 2 /2 7 T. 152/42 8 T . 1 5 3 /1 8
5
9-
6-1939 2-1938 9 -1 9 3 9 ) 8-1940 ) 9-1938
52 35
47
17- 5-1938 12- 5-1939
2 82983 0-
33 48 52
38 9 3, 6,
30
4 14
T . 1 5 3 /2 6 8
12
T . 1 5 3/29 9
31
313
3, 30 14
1, 59
R.vJ. Medan
22- 9-1939
T. 153/499
HgH R.v.J. Semprong HgH HgH H.R.
18-10-1934 Sept. 1876 5- 7-1877 9- 9-1892 13- 6-1924
T. 240/567 W. 707/12 W. 742/149 W. 1536/193 N.J. 1924/826 W. 11601
H.R-
5- 1-1917
N.J. 1917/143 W. 10073
7
H.R.
5-11-1926
N.J. 1927/97 W. 11601
7
H.R.
17- 5-1929
N.J. 1929/1279 W. 12006
7
H.R.
29- 5-1933
N.J. 1931/529 W. 12661
7
Arrondissement*Rechtbank
18- 6-1952
N.J. 1953/356
133
H.R. H.R. P N. Diakarta P.N. Diakarta Cour de Cassation Cour de Douai Pengadilan Lyon
31- 5-1907 13-12-1907 21-11 1956 5-12-1953 16- 1-1861 14-12-1881 29- 7-1916
W. 8553 W. 8636 H. 1957, 1—2 H. 1958, 1—8 Dalloz 1361, I Clunet 1882 Revue Darra-sLapradclle 1922 — 1923
7 7 137 ■44, 54 193 214, 416 11. 444
Cour de Cassation
6- 7-1922
Revue Darra*Lapradelle 1922 — 1923
111, <14B
Pengadilan Lyon
4- 3-1925
Revue DarrasLapradello 1926
39, 112
39 31 7
Hof Lyon
17-12-1925
Clunet 1926 R. 384
112
Cour de Cassation
14- 3-1928
Revue Dana»Lapradelle 1928 Clunet 1928
651
Cour de Cassation Cour de Cassation Chambre Civilo
17- 4-1953 15- 3-1955
RCD1P, 1953 RCDIP, 1955
99, 117, 412 122, 320
Cour de Cassation Chambre Civilo
12- 5-1959
RCDIP, 1960
President du Tribunal de Grande Instance de la Seme
28- 9 1950
RCDIP, 1959
504
Oberste Gerichtshof Austria
10- 5-1950
Jurisprudece de d.i.p. 1961 AJIIj, 1951
133, 136, 358 53, 354
Mahkamah Internasional
28-11-1958
*14
62, 130
141, 142
D A F T A R
ISI
K a ta p en g a n ta r.
Halaman. BAB 171.
IV . S IS T E M A T IK H U K U M P E R D A T A IN T E R N A S IO N A L L in g k u n g a n -k u a s a -s o a l2 I I P I .................................................................... .........................................................................................
..............................................................................................................
2
U m um ............................................................................................................. K om p eten si .............................................................................. K e w a r g a n e g a r a a n .......................................................................................
2
172.
P e m b a g ia n
173.
T ja r a t in d ja u a n k it a
174.
T ja t a t a n 2 a.
b. c.
l
2 1 2
k a a rtsv ste e m
ju r is p r u d e n s i I n d o n e s ia
................
3 4 5 6 6
c .l . D o m ic ilie ................................................................................................... d. P e r s e t u d j u a n 2 ( V e r d r a g e n ) .................................................................. e. K e t e i- t ib a n u m u m ( o p e n b a r e o r d e ) ............................................. f. 5t
P ilih a n h u k u m (r e c h ts k e u z e ) ........................................................ S t a t u s d a n k e w e n a n g a n (s t a a t e n b e v o e g d h e i d ) ................
h i
H u k u m K e k e lu a r g a a n (F a m ilie r e c h t) ..................................... H u k u m h a r t a - b e n d a p e r k a w i n a n d a n a lim e n t a t ie ( H u w e l i j k s v e r m o g e n s r e c h t e n a l i m e n t a t i e ) .............................................
10
i. k
H u k u m w a r i s a n ( e r f r e c h t ) .................................................................... H u k u m h a r t a b e n d a p e r d a t a ( b u r g e r li jk V e r m ö g e n s r e c h t )
11 n
1. m
I -I u k u m D a g a n g ( h a n d e l s r e c h t ) .......................................................... H u k u m A t ja r a d a n p e m b u k t i a n s e r ta „ g e z a g v a n g e -
12:
n
Masalah 2 chusus (bijzondero vraagstukken
w ijs d e .175. BAB
............................................................................................................
......................
S
9 10
^-4-
14
R ö s u m ö -K e s im p u la n ............................................................... »v w V . T I T I K - T I T I K P E R T A L I A N (A A N K N O P IN G S P U N T E N )
15
176. 177.
T it i k 2 p e r ta lia n T it i k 2 p e r ta lia n
178.
P e r in t jia n
17 18 19 19 19
................................................................... pnm er .............................................
T .P P ........................................................................
1.
Kewarganegaraan....................................................
2.
B en d era
3. 4.
D o m ic ilie ......................................................... .............. T e m p a t k e d ia m a n ........................................................
5.
T em pat
6.
P i l i h a n h u k u m d a l a m h u b u n g a n in t e r n
d ari kapal
kedudukan
........................................................
........................................................ ..............
17
20 20 21
21
179.
T it ik p e r ta lia n
..............................................
22
180.
P e r in t jia n T P S ......................................................... .. . a. K ew argan egaraan ........................................................
23 24 24 24
seku nder
T j o n t o h 2 j u r i s p r u d e n s i .............................................. K e m a m p u a n u n t u k b e r t in d a k d a la m h u k u m
31S
Halaman Hukum perkawinan ............................................................ Hukum harta-benda clalam perkawinan ............................ Lain tjontoh ............................................................................. Sitaan marital ..................................................................... Perwalian anak setelahbertjerai ....................................... Tjontoh pertama : suami-isteriD jerm a n .............................. Tjontoh kedua ............................................ Tjontoh ketiga ............................................ Tjontoh ke-em pat: suami-isteri Swiss ... Tjontoh ke-lima : warganegaraTiongkok ... Tjontoh ke-enam : warganegara Arab Ilukum kekeluargaan ditentukan oleh hukum na.sion al
Pembatalan perkawinan Pengakuan anak ............................. Sjarat2 perkawinan ....................................................... Tjontoh pertama ............................................................... Tjontoh kedua ............................................................... Pewarisan : warganegara Tiongkok Tjontoh lain: warganegara Austria
^
24
“ ^
"
29 30 30 31
31 32 33 ^ OD 00 36 37 38
b. Bendera Kapal ......................... c. Domicilie .......................................................................... Tjontoh Jurisprudensi................................................ •••
3S oo 00
d. e.
Tempat kediaman ................................................... Tempat kedudukan ................................................... Lain2 titik" pertalian sekunder.........................................
40 40 41
f. g.
Tempat letaknja benda ............................................ Tempat dilangsungkannja perbuatan-liukum............. Sedikit sedjarahhukum ................................................... Ketjaman .......................................................................
41 42 43 43
1- Tempat dilaksanakan perdjandjian.................................. Tjontoh jurispnidrnsi ......................................... .......... Lain tjon toh ........................................................ ........... Ketjaman.............................................................................. ']■ Tempat terdjadinja perbuatanmelanggar hukum ............. Sedikit sedjarah hukum ................................................. k. Maksud para pihak ......................................................... Pilihan hukum dalam HAG ........................................ Tjara2 mengutarakan kehendak para pihak .................. Djangan mengkonstrair „maksud para pihak” jang fictief k Tempat diadjukannja proses perkara ............................
45 45 46 47 47 48 49 50 50 51 52
Halaman 179. P E R IN TJIA N T IT IK 2 PE R TA LIA N LEBIH LANDJUT ISO. T itik pertalian kumulatip .............................................................. (a) Kumulasi daripada hukum sendiri dan hukum asing ... (b) Kumulasi daripada dua stelsel hukum iang „willekeurie” (kebetulan) ............................................................................... 181. T itik 2 pertalian a lte r n a tip ........................................................... Ratio dari T P alternatip ............................................................ 182. T itik pertalian pengganti ........................................................... 183. Perbedaan titik taut subsidair dan titik taut alternatip ... 184. T itik pertalian ta m b a h a n ............................................................ 185. T itik pertalian accessoir ............................................................ 186. Tindjauan cliu s u s ........................................................................... 187. Kewarganegaraan atau domicilie sebagai titik pertalian ... 18 8 . Perintjian lebih landjut dari Negara 2 m asing2 ................... 189. Tidak ada prinsip jang a priori lebih baik .......................... 190. Ketjondongan negara- Eropah-Kontinental terhadap negara 2 A n g lo -S a x o n ................................. .................................................... 191. Territorialitet terhadap personalitet daripada hukum .......... 192. M asing 2 aliran mempunjai pembela2-nja ........................... 193. Kepentingan sendiri turut berbitjara ................................... 194. Kom binasi prinsip dom icilie dan kewarganegaraan .......... 195. Aliran 2
53 54 54 55 55 53 53
60 61 61 61
62 62 66 67 68 68
69 70 71 72 72 73 73 74 74 75 75 77 77 78 80 80 83
83 84
317 Hukum Perdata Intercaslooal Indonesia —
21
Halaman
■200. 201. 202 . 203. 204. onr
Perbedaan kewarganegaraan antara suami dan istcri ... Perkembangan di Indonesia ...................................... Perbedaan kewarganegaraan orang tua dan anak ......... Kesulitan2 pemkaian prinsip kewarganegaraan pada aneka kewarganegaraan dalam keluarga........................ Prinsip domicilie perlu membantu ............................... Keuntungan prinsip domicilie hanja relatip ................ 3. Hukum domicilie seringkali sama dengan Hukum sang Hakim .......................................................................... 4. Kepastian untuk lingkungan sekitar ditempat domicilie 5. Tjontoh untuk negara2 dengan pluralisme hukum ... Keuntungan ini hanja bersifat relatip ....................... 6. Dimana prinsip kewarganegaraan tidak dapat dilaksa nakan ............................................................................ Keuntungan ini hanja relatip pula ................................. 7. Demi kepentingan adaptasi dan assimilasi negara2 imigran Djangan me-lebih-kan................. R e s u m e ....................................... Djalan keluar..................................... Tjara2 mengatasi kesulitan2 ................. ’ ’ ’ Jang satu diganti selunihnja oleh jang lain ......................... Kompromis antara kedua prinsip ... j^°micilie membantu prinsip kewarganegaraan .......... ...
m ons im
P e n S i a n T iP dr iiS m penSerlian kewarganegaraan p enSertldu domicilie HpJ Inggris .. 0 b pei'i i ^ian Skandinavia . ' .................. "
»
£ * .? * ? ■
*»
prinsip^
213. Ketjaman Kollewijn ................. ' 214. Praktek hukum belum meiakinkm \ warganegaraan ................’ " 215. 216. 217. 218. 219. 220.
3U
::: d| lg!Ul%
-
84 84 85 86
87 88 88
89 90 91 92
92 93 94
^ gg 96 97 98
99 99 100
«•»
sip , iasi0.
.................. i ' , ................ primip-ke-
Djuga Tiongkok mempergunakan prinsm ■'"vi'l " Kesimpulan ................................ P Sip naslonaUtet Ketjondongan kepada prinsip domicilie .......................... Sjarat „bestendigheid” ......................... ' " ......................... Mentjegah „ontaarding” .......... . .......................... .................. Tjontoh perkara D e F e r r a r i ... Duduknja perkara................................ , Gugatan pertama................................. .......................... ...
infi 100. j
^iq m
Halaman Pendirian C our d e Cassation ...................................................... Gugatan kedua ................................................................................ 221. 222. 223. 224. 225.
A c h i m ja „ b e r t je r a i” d j u g a .....................................................................
112
P engelonan hukum Perantjis ..................................................... A k ibat- sikap berat-sebeah i n i ..................................................... T em ja ta prinsip nasionalitet membawa kesukaran djika ada p erbed aan kewarganegaraan ...................................................... T ig a m atjam tafsiran terliadap perkara F e r r a r i ....... Penggunaan hukum setjara distributif ................................
112
K o n s e k w e n s i“ ja n g tidak m em uaskan
226. 227. 228. 229. 230.
.....................................
I Iukiun Perantjis dipergunakan karena merupakan lex fori H ukum Perantjis dipergunakan karena salah satu pihak ada lah W .N . Perantjis ................................................................... Ketjam an ................................................................................... P e r k e m b a n g a n selandjutnja dari jurisprudensi Perantjis ... Perkara R i v i e r e ... ........................................................... P e m b e la a n p ih a k suam i
D ukungan dari perkara
.................. .............................................
F errari?
....................................
23 L. 232. P e n d ir ia n h a k im P e r a n t ji s ................................................................. 234. P e n d ir ia n C o u r d e C assation ............ ...................................... 235. M enjim pang dari putusan F e r r a r i ................................. 236. P e m a k a ia n h u k u m dari dom icih e-bersam a ......................... 237. Ilu ku m dom icilie bersama dipentingkan .......................... 238. Ketegasan masih diperlukan .................................................. °3 9 240.' 141.
.
••• ••• ............. r e r is t i w a L e w a n d o w s k i ................... P e r tim b a n g a n ja n g m enitik-beratkan hukum d o m icile ... A r r e st F e r r a r i dikesam pingkan ............ ... ... -
242. 243. 244. 145.
Banjak suami-isteri dengan kewarganegaraan berbeda ... Ilu kum d om icilie bersama jang dipakai ......................... Sesuai dengan visie K o 1 1 e w i j 11 .................. •• ••• Prinsip kewarganegaraan dilepaskan untuk suami-istcn de ngan kewarganegaraan berbeda 246. Pengunduran Swiss dari Traktaat Den Ilaag ... ... ••• 247. Kesulitan djika hukum nasional tidak mengenal pertieraian 248. 249.
250. 251: 252. 253.
Ill
112
i '" T j o n t o h ............................................................................ . 1 D ahulu tidak ada perbedaan kewarganegaraan dalam ke luarga ....................................................................... ................... K eberatan- pem erintah Swiss ................................................ H ukum bersam a jang terachir ..: ................... ........... •• Prinsip kewarganegaraan tidak dapat dipakai .................. P endapat K ollew ijn dahulu adalah sesuai dengan jurispru densi Perantjis sekarang .........................................................
113 113
114 114 115
115 116 116 117
117 117
118 119 1 19
12 0 l 20
12o 121 122 123 123
12 3 1-4 124 125 126 126 12 6
127 128 128 129 319
Halaman m . Tendensi unmk memperluas b e r la t a ja I m t a 255.
f e t o i 'pertjeraian rantjis
256. 257. 258. 259. 260
..................
dc^icilie
^
asing jang berdomicilie di Pe-
^
..................
.................................. ......................... Kesimpulan ... ••• ••• ................................ ........... ........... Ketjaman B a t i t t o l ^ ............................... ......... Bahaja „forum shoppmg ... ••• •" . Hukum domicilie bersama dipentingkan ... ... pertjeraian orang2 asing olehhakim Perant,,s kadang- hdak diakui dalam negara nasional jangbersangkutan .............
Perkara B i s b a 1 ......................
261. Petundjuk2 lain kearah mi ... ... ... ... .................. °62 P e rtje ra ia n orang asing dihadapan hakim Peiantjis .............. 263 . Perkara Massimo - Da\vn Addams.......................................... 264. Duduknja perkara ................................................................ 205 . pendirian hakim Perantjis.........................................^ ........... 266. Menjatakan diri tidak berwenang „karena djabatan”
130 j_gj_ 132 132 13 3
^ _ "g
............
^
267. Mentjegah „forum sliopping” .................................................. * 268. Perbandingan dengan keputusan2 lainnja .......................... 1 269. Kesim pulan ................................................................................ ^ 270. Perkembangan dilain bidang ................................................ 141 271. Perkara B o l l ....................................................................... 141 272. Duduknja perkara ................................................................. 142 273. Intervensi dari pemerintah2 Negara2 para pihak bersangkutau 146 274. Pendirian dari Mahkamah Agung Internasional .................. 149 275 Jang berkenaan dengan persoalan prinsip kewarganegaraau dan prinsip dom icilie................................................................. 149 276. Alasan3 jang membenarkan pendirianSwedia ................ 152 2 7 7 . Ketjaman K o 1 1 e w i j n ............................................. 154 278. Kesimpulan ............................................................................ 156 279.
Terdorong oleh ketjondongan untukmengutamakan prinsip domicilie...................................................................................................
157
280. Akibat dariperkaraB o l l ...........................................................
159
Hubungan antara prinsip kewarganegaraan dan prinsip domicilie ......................................................................................
161
281. Tjara penjelesaiandariperselisihan” antara prinsip kewarga negaraan dan prinsip domicilie................................................ 282. Pendapat para penulis tentang prinsip domicilie danprinsip
161
kewarganegaraan.........................................................................................
162
283 284
320
Prinsip manakah jang sebaiknja untuk Indonesia?.................. Alasan2 pro prinsip nasionalitet untuk R .I.: Nasionalisme se dang bergelora
163 1®^
Halaman
285. 286. 287. 288. 289. 290. 291. 292. 293. 294. 295. 296. 297. 298. 299.. 300. 301.
Sistim jang konsekwen ................................. Nasionalisme dan hukum perdata ................. Pendirian kami ................................................ Kesimpulan ........................................................ KEWARGANEGARAAN ................................. Tindjauan cuhsus tentang kewarganegaraan ... Warganegara adalah ’’anggota2” negara ... Peraturan2 kewarganegaraan R.I...................... Persetudjuan Perihal Pembagian Warganegara U.U. Kewarganegaraan 195S ......................... Siapa warganegara ditentukan setjara mutlak oleh negara bersangkutan ........................................................................... Prinsip2 unuun tentang kewarganegaraan^......................... Batas2 kebebasan untuk menentukan siapa2 warganegara ... Negara lain tidak dapat turut tjampur dalam penentuan siapa2 warganegara sesuatu negara Tidak ada keseragaman peraturan- .......... Dwikewarganegaraan, tanpa kewarganegaiaan Ius soli atau ius sanguinis ......................... Dwikewarganegaraan ................................. Perdjandjian penjelesaian dwikewarganegaraai Siapa sadja jang dianggap u arganegaia
302. Perintjiannja ... .......................... 303. Rakjat asli ••• ••• ............ ■" 304. Orang2 keturunan asing .......... 305. 306. 307. 308. 309.
310. 311. 312. 313. 314. 315. 316. 317. 318.
169 169 170 171 171 171 172 173 173 174 174 174 175 176 176 176 177 178 179 179 179 ISO
180 ” ... 181 •” 182 Status anak2 ................................. ». sanguinis”? .......... 182 Apakah sebabnja pemakaian f *5 , seorang asing” Kelahiran dalam wilajah R.I. d* J iasiona]L«me .......... 183 Peraturan2 kewarganegaraan pio ^ _ .......... 184 184 N e g a ra 2 im igrasi l® Pada iuS 185 Proces ’’nation biulding ; ketjo b ................................. '186 Mentjegah apatride pada anak .i , ,, • dikenal 186 Anak jang kedua orang -VOndeling” 186 Anak jang diketemukan °f.m m -kewarganegaraan 187 Anak jang kedua orang h m * ‘ ^ „ e g a r a a n ... 187 Tjorak 2 modem dalam Undang * ° a£aaB Melenjapkan dan mentjegah duakewarganeraga^ 188 188 Aliran modem ”anti-bipatridie Djuga R.I. bersikap anti-bipatridie .......... 189 Tjontoh 2 dalam U.U. Kewarganegaraan ... 189 Anak luar kawin dari ibu Indonesia
321
319. 320. 321. 322. 323.
Tjutju seorang imigran asing ............................................ 189 Formule sumpah Naturalisasi ................................................ 190 190 Perkawinan tjampuran internasional ................................. Memperoleh kewarganegaraan lain ..................................... 190 Tidak mempergunakan kesempatan untuk melepaskan ke warganegaraan lain ................................................................. 191 324. Mempunjai paspor asing ........................................................ 191 325. Dianggap hanja WarganegaraIndonesia ............................. 192 326. Anti-apatridie ......................................................................... 192 327. Alasan2 contra tanpa-kewarganegaraan ................................. 192 328. Anak jang tak mempunjai hubungan dengan ajahnja ......... 193 329. Anak jang diketemukan ........................................................ 193 330. Anak jang orang tuanja tidakdiketahui .............................. 193 ■331. Perkawinan perempuan asing dengan prija warganegara ... 193 332. Perkawinan perempuan warganegara dengan prijaasing ... 191 333. Mentjegah apatridie sesuai aliran internasional ................. 194 334. Tjara2 memperoleh kewarganegaraan R.1.............................. 194 335. Adopsi anak asing ................................................................. 194 336. Naturalisasi ................................................................................. 195 'Z 337. Sjarat2 untuk naturalisasi.............................................................. 195 a. Sudah berumur 21 tahun .................................................. 195 b. Lahir dalam wilajah Republik Indonesia, atau bertempat tinggal dalam wilajah Republik, atau bertempat tinggal dalam daerah itu selama sedikit-dikitnja 5 tahun ber-turut2 jang paling achir atau sama sekali selama 10 tahun tidak ber-turut2 .................................................................. 196 c. Memperoleh persetudjuan sang isteri ........................... 196 d. Tjukup dapat berbahasa Indonesia dan mempunjai seke dar pengetahuan tentang sedjarah Indonesia ................... 197 e. Tidak pernah dihukum karena melakukan suatu kedjaha197 tan jang merugikan R.1....................................................... f. Sehat roehani dan djasmani .......................................... 19 7 g. Membajar uang naturalisasi diantara Rp. 5 0 0 .- sampai Rp. 10.000,- .......................... F ig 8 h. Mempunjai mata-pentjaharian jang tetap ................... «v» t mempunja kewarganegaraan lain ......... 338. fjara mengadjukan permohonan ... ........... 339. Sumpah setia .......... " ...................
198 19 S T™
340. Pengumuman dalam Berita Negara 341. Naturalisasi demi kepentingan negara 342. Perkawinan tjampuran internasional
198
322
..
........................... ......................... ........... ...........
199
199
o43.
rjara- kehilangan
kewarganegaraan
R .l.
...
o0n
a-
Memperoleh kewarganegaraan lain karenakemauanuja sendin ...................................................................... , ' . >■ Klak menolak atau melepaskan kewarganegaraan lain. •stuangkan ia mendapat kesempatan untuk itu ......
200
t-
20 2
Diakui sebagai anak oleh seorang asing
.....................
Dinjatakan hilang atas permohonan sendiri c.
201
..........
202
Masuk dalam dinas tentara asing
oq2
^
Masuk dinas negara asing
g-
Mengangkat sumpah atau menjalakan djandjisetia kepa da negara asing
...............
0 Q3
203
I unit seila dalam pemilihan jang bersifat ketatanegaraan untuk suatu negara asin" ................................................... 203 *• Mempunjai paspor atau surat jang bersifat paspor dari negara asing atas namanja ...................................................
204
J- Lain dari untuk dinas negara, selama 5 tahun ber-turut2 tinggal diluar negeri dengan tidak menjatakan keinginanriia lmtuk tetap mendjadiwarganegara ........................ 204 Pernjataan hilang
3^ 5
kewarganegaraan
...................................
204
•346 / Y ^ r a a n sang isteri ........................... 206 3 4 7 p^n ^lassik tlan pendapat modern .................................. 206 .,1^).Ui"aKlu haluan kearah azas kebebasan memilih untuk PUialc isteri ... . ano 34 ft j r ......................................................................... —Uo 34 9 Teadai,m di Indonesia ............................................................ 209 •350. j ’-0nt°lv Kcwnrgauegarnnn 111......................................... 21 0 n!,0 -ito 1:
^ e,)jt'l<.'saiai)
(Iwikcwamiiicpuraau
............
SSa S ^ ^ T arg3" c'Sara!" ........................... ! . .......................... 353. IIU] ^ Umbulnja dwikewarganegaraan ........................ 3o4. Salah ^ m a n a ^ 1 jang digunakan dwikewarganegaraan? ... lex r S.atu dar* kewarganegaraan rangkap ini merupakan 355.
p'
,
-
^65.
|urisn^af
..................................................................................
215 218
• Kewai a nSi Indoncsia................................................................ kow-i , £ aUeSaraan Jang berkelebihan ini semuamerupakan
221
2-
naenjimpang
213 213 215
........................................
1
]anS
212
negaraan asin g...............................................................
...
kewarganegaraan dilepaskan .................... as‘o ,« l‘ te tja „g „e ffe W p »a tu a „a k tip ” ...........................
221 222
222 323
Halaman 3. Pemakaian lex fori .......................................................... ••• 4. Semua kewarganegaraan dipergunakan setjara kumulatip 2^5 5. Kewarganegaraan jang paling sesuai dengan azas- hukum dari lex fori .......................................................................... 7. Kewarganegaraan jang diperoleh paling achir ................... 227 8 . Kewarganegaraan jang sama djatohnja dengan domicilie atau tempat kediaman .......................................................... 227 9. Pilihan dari jang bersangkutan sendiri ........................... 228 10. Kewarganegaraan jang lebih menguntungkan bagi jang bersangkutan ......................................................................... 229 Resume: ......................................................................... 230 359. Tanpa-kewarganegaraan (apatridie) ......................................... 231 360. Tjara2 penjelesaian....................................................................... 232 1. Pemakaian hukum domicilie atau tempat kediaman ... 232 2. Kewarganegaraan jang terachir .......................................... 234 360. R 6 s u m 6 : ................................................................................. 235 361. Status orang asing (Vreemdelingen Statuut) .......................... 233 362. Perbedaan antara WNI dan orang a s in g .................................. 236 363. Pengawasan chusus terhadap orang asing .......................... 238 364. Pekerdjaan bagi orang asing .......... .................................. 239 365. Usaha dagang orang a s in g .......................................................... 204 066. Tindakan“ chusus terhadap golongan2 orang asing tertentu 243 367. Ketentuan2 tentang modal asing ......... ........................... 243 367. Ketentuan2 tentang modal asing ......................................... 244 368. Perusahaan2 Negara ......... ................................... 246 369. Bank2 Negara......... 257 370. Pertambangan............... ................. 257 371. Hak2 atas tanah ......... .......................... ........................ 258 373. Dibidang Hukum Perdata................................. ••• 260 347. DOMICILIE ................. ................................ . ........... 262 375. Tjorak2 utam a........................ ................................. 262 376. „Domicile” dan „residence” ......... ................................. 262 377. Konsepsi domicilie Inggris ... ... .................- ................... 263 Ad 1) Domicile of origin ....................... .................................. Ad 2) Domicile of choice .......................... ................... ggg Ad 3) Domicile by operation of la w .................. ................... 378. Beberapa ketentuan lain ....................................... ” ........... 379. Usul2 perbaikan .......................................................... Daftar Batjaan.............................................................................. .......... ~ Daftar Nama dan Hal-hal .................................................. ......... Daftar Perundang-undangan.......................... ................. ........... Daftar Keputusan .......................................... ................. ' Daftar I s i .................................................. ... ................................ ^
315
324
I
Perpustakaan UI
KINTa 392-62