Pidato Ketua MGB ITB Periode 2007-2008 pada Acara Serah Terima Jabatan Ketua MGB ITB
Pidato Ketua Majelis Guru Besar
Institut Teknologi Bandung
Periode 2007-2008
pada
Acara Serah Terima Jabatan
Ketua Majelis Guru Besar
Institut Teknologi Bandung
Â
Â
THE HOLY CALL
Â
Â
12 Mei 2008
Balai Pertemuan Ilmiah ITB
Hak cipta ada pada penulis
Â
THE HOLY CALL Â http://mgb.itb.ac.id - :: Majelis Guru Besar - MGB ITB ::
Powered by Mambo
Generated: 30 January, 2017, 13:14
”La vie est une series des choix” Sartre  Semoga Tuhan memberkati kita semua dan Indonesia,  Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,  Pimpinan dan Anggota Majelis Wali Amanat yang terpandang, Pimpinan dan Anggota Senat Akademik yang terkemuka, Rektor ITB yang terhormat, Para Senior yang saya muliakan, Para Undangan yang budiman, dan Sejawat Profesor yang berbahagia.
Â
Majelis Guru Besar mengucapkan terima kasih atas kehadiran Ibu/ Bapak & hadirin memenuhi undangan kami pada Sidang Pleno Terbuka MGB ini dengan agenda serah terima jabatan Pimpinan MGB. Hadirin yang saya muliakan, Kita dipahamkan oleh para ahli biologi bahwa probability kita hadir di dunia ini amat sangat kecil, yakni kurang dari 1 per 250 juta atau kurang dari 4x10-9. Jauh lebih kecil lagi adalah probability kita lahir sebagai manusia yang dilengkapi intellectus insani yang prima, kesehatan yang baik dan dikelilingi orang-orang yang kita cintai. Atas kenikmatan tersebut, yang menjadi sumber emanasi segala kenikmatan hidup, yang Tuhan berikan kepada kita, marilah kita panjatkan puji syukur kepada Nya. Â 1. MUKADDIMAH Hadirin yang saya muliakan, Pidato saya pada acara serah terima jabatan Pimpinan MGB ini saya beri judul “The Holy Call”. http://mgb.itb.ac.id - :: Majelis Guru Besar - MGB ITB ::
Powered by Mambo
Generated: 30 January, 2017, 13:14
Perkenankan saya memulainya dengan mencuplik ungkapan Sartre: “La vie est une series des choix.” Konon ungkapan Sartre tersebut pernah dikumandangkan oleh St. Agustinus di abad pertama Masehi. “Hidup adalah untaian pilihan-pilihan.” Demikian Sartre berujar. Bagi saya, pilihan menunjukkan dignity. Ia adalah real position seseorang yang mungkin berbeda dengan the position defined by an administrative paper atau Surat Keputusan. Pilihan menunjukkan integritas. Ia menunjukkan karakter – school of thought. Bagi saya, menjadi Profesor adalah pilihan. Ia adalah komitmen untuk menghasilkan scientific knowledge yang diakui secara universal. Ia benar-benar sebuah taruhan. Yang dipertaruhkan adalah integrity terhadap pilihan.
Â
Bagi saya, hidup adalah adventure di wilayah yang belum pernah dikunjungi. Kitab suci memandu manusia memasuki wilayah itu dengan spirituality agar manusia tetap mampu menunjukkan eigenvalue-nya sebagai makhluk spiritual, makhluk yang paling mulia di alam ini. Scientists memandu umat manusia dengan the technicality of how to enter and play in that unknown and uncertain space agar selamat dan gemilang. Scientists memandu manusia to go forward in random space. Mungkin semacam random walk model atau mungkin Brownian motion model atau model-model lain yang mungkin irreversible. Its irreversibility ibarat gerakan tetesan tinta di dalam air.
Â
Gerakan itu tidak mungkin dibuat mundur agar kembali menjadi setetes tinta. Jelas, hidup adalah perjalanan di lorong waktu yang gelap. Adalah tugas para ilmuwan, para Profesor, untuk selalu menemukan denah perjalanan yang terang di wilayah gelap tersebut yang selanjutnya dimanfaatkan bagi kepentingan umat manusia. Ini adalah tugas Profesor yang kemuliaannya tak terpermanai. Saya menyebutnya the holy call. 2. MASA JABATAN KETUA MGB PERIODE 2007 – 2008 Hadirin yang saya muliakan, Lebih dari 40 tahun yang lalu saya mengantri di halaman gedung ini, lalu masuk ke ruangan ini, untuk mendaftar sebagai calon mahasiswa ITB. Perjalanan scientific saya telah membawa saya kembali ke gedung ini pada tahun 1992 untuk berkantor sebagai Ketua Satgas Pembinaan Guru MIPA se Indonesia di bawah LPM ITB. Adalah Prof. Wiranto Arismunandar, Rektor ITB pada waktu itu, yang menugaskan saya memimpin Satgas ter-sebut. Jadi, hingga saat ini saya telah berkantor di gedung ini selama ±16 tahun. Â Sebelum penandatanganan Berita Acara Serah Terima Jabatan Ketua MGB, perkenankan saya menyampaikan my last words sebagai Ketua MGB. Pertama-tama, saya mengucapkan terima kasih kepada semua Anggota MGB atas kehormatan dan kepercayaan yang telah diamanatkan kepada saya baik sebagai Sekretaris MGB dari 2001 – 2006 dan 2006 – 2007 maupun sebagai Ketua MGB dari 2007 – 2008, melanjutkan masa jabatan Ketua MGBÂ Prof. Asis H. Djajadiningrat yang telah mendahului kita kembali secara hakiki ke dekapan Tuhan. Terima kasih pula atas kerjasama dan kebersamaan semua Anggota MGB, semua Anggota Komisi MGB, dan semua Anggota BK MGB, sehingga semua tugas dapat dilaksanakan dengan baik, lancar, http://mgb.itb.ac.id - :: Majelis Guru Besar - MGB ITB ::
Powered by Mambo
Generated: 30 January, 2017, 13:14
riang dan penuh dinamika intelektual. Hadirin yang saya muliakan, selama memimpin Majelis Guru Besar yang amat terhormat ini, belum banyak yang dapat saya lakukan. Itupun masih saya fokuskan kepada upaya agar MGB menjadi lembaga yang sehat dan tertib, yang patut dijadikan panutan oleh lembaga-lembaga lain.
1.     Upaya pertama adalah membenahi ke-anggotaan MGB yang saya laksanakan pada Sidang MGB tanggal 20 Juni 2005, semasa saya menjabat Sekretaris MGB;
2.     Upaya berikutnya, berdasarkan definisi bahwa MGB adalah guardian of values, saya meminta Sidang Pleno memutuskan ketetapan berpegang kepada PP 155 Tahun 2000 dan semua klausul ART ITB 2005 yang tidak bertentangan dengan PP 155 Tahun 2000. Alhamdulillah permintaan tersebut disetujui. Oleh karena itu, masa jabatan Pimpinan MGB yang baru adalah 5 tahun sesuai PP 155 Tahun 2000;
3.     Upaya selanjutnya adalah menyelesaikan berbagai permasalahan yang belum kunjung tuntas selama hampir 2 tahun;
4.     Upaya terakhir yang saya lakukan adalah meminta MGB menyusun perangkat kelembagaan yang berupa Tata Tertib MGB. Setelah 7 tahun MGB berdiri, alhamdulillah MGB sekarang telah memiliki Tata Tertib. Walaupun mungkin belum memuaskan semua anggota, namun saya yakin bahwa kita senantiasa berproses menuju ke kesempurnaan;
Â
Dengan semakin sehat dan tertibnya MGB, ingin saya kemukakan bahwa selama 1 tahun terakhir ini, MGB dapat melaksanakan Sidang Pleno rata-rata 2 kali per bulan. Bahkan, selama bulan-bulan terakhir ini, para Anggota MGB telah menunjukkan prestasi yang hebat; setiap Sidang Pleno dapat menghasilkan berbagai keputusan yang amat penting bagi ITB. Â Kinerja MGB yang membanggakan tersebut tidak lepas dari peran Pimpinan SA, Pimpinan ITB, dan Pimpinan MWA. Secara khusus saya mengucapkan terima kasih kepada Ketua SA periode 2006 – 2008, Prof. Tommy Firman. Beliau adalah rekan kerja yang selalu senyum dan siap membangun sinergi di antara kami sehingga berbagai persoalan menjadi lebih ringan. Terima kasih saya sampaikan pula kepada Pimpinan ITB, Prof. Djoko Santoso dan Ketua MWA Prof. Harjanto Dhanutirto. Banyak pelajaran yang saya peroleh yang pada dasarnya merupakan justifikasi bahwa play ground MGB adalah wilayah yang intangible –Â wilayah culture, values and virtues. Play ground yang memancarkan dignity MGB. Â Itulah antara lain kinerja MGB selama 1 tahun terkahir ini. http://mgb.itb.ac.id - :: Majelis Guru Besar - MGB ITB ::
Powered by Mambo
Generated: 30 January, 2017, 13:14
Namun, sebagai orang yang berkecimpung dalam quality science & technology, saya menyadari bahwa customer is the only judge of quality. Oleh karena itu, saya kembalikan kepada semua Anggota MGB dan seluruh komunitas ITB untuk menilai kinerja saya sebagai Ketua MGB periode 2007 – 2008. Apapun hasil penilaian itu, itu adalah catatan sejarah yang harus saya pertanggungjawabkan. Saya mohon maaf bila ada kehilapan.
Â
Hadirin yang saya muliakan,
Itulah sebagian of my last words. My other last words yang ingin saya sampaikan adalah tentang filsafat, riset dan pendidikan yang mudah-mudahan bermanfaat bagi ITB dalam menuju world class university sebagai research & development university.
Â
3. FILSAFAT
Tentang filsafat, saya ingin mulai dengan pengamatan Prof. Samaun Samadikun (Alm). Di tahun 1990-an, beliau melontarkan keprihatinan melihat praktek pendidikan di departemen beliau – Teknik Elektro – yang semakin bersifat teknikal dan proses pendidikan di Departemen Fisika yang semakin bersifat engineering. Keprihatinan yang sama, namun dalam dimensi yang berbeda, telah pula saya sampaikan kepada Ketua MWA Prof. Iskandar Alisyahbana. Di tahun 2003, di depan pertemuan yang dihadiri keempat pilar kepemimpinan ITB saya sampaikan bahwa what we are lacking at ITB includes philosophy, history, and languages. Tanpa ketiga disiplin ilmu ini, yang dimarginalkan karena dianggap non-marketable, akan berat bagi ITB melakukan scientific discovery.
Â
Ilmu-ilmu yang menuntut ketekunan dan konsistensi dalam berfikir abstrak, dalam interval waktu yang cukup panjang, dipinggirkan karena oleh sebagian besar orang dipandang time consuming namun non-marketable. Akibatnya, tujuan membangun manusia Indonesia yang utuh dan cemerlang dikesampingkan dan dikalahkan oleh tujuan jangka pendek untuk memenuhi pasar kerja.
Â
Hadirin yang saya muliakan,
Tahun 2006 terbit buku berjudul “Excellence without a Soul” yang ditulis oleh Prof. Harry Lewis yang lama menjadi Dekan di College University of Harvard. Dalam buku itu, Lewis mengeritik sangat pedas manajemen Harvard University karena their curriculum was market driven. Akibatnya, menurut Lewis, elit Harvard harus turut bertanggung jawab atas kemerosotan moral bangsa Amerika.
 http://mgb.itb.ac.id - :: Majelis Guru Besar - MGB ITB ::
Powered by Mambo
Generated: 30 January, 2017, 13:14
Semula, kritik lisan yang sering dikemukakan Lewis, tidak pernah mendapat respons. Namun, setelah buku tersebut menjadi best seller, kritik dalam bukunya itu berbuah hasil. Mei 2007 Harvard mulai mengoverhaul semua kurikulumnya dengan menempatkan filsafat dan ilmu-ilmu yang non-marketable tadi pada tempat yang terhormat. Â Hadirin yang saya muliakan, Filsafat ilmu Karl Popper telah menyadarkan para social scientists bahwa mereka tidak akan mampu mengembangkan social sciences dengan baik tanpa basis mathematics and natural sciences yang memadai. Kita menyaksikan bagaimana social sciences mengalami perkembangan yang spektakuler setelah Popper menerbitkan bukunya “The Logic of Scientific Discovery”. Kita saksikan pula bagaimana para social scientists membanting stir ke wilayah quantitative approach seperti yang telah jauh lebih dahulu dilakukan oleh para natural scientists. Sekedar menyebut contoh, sila simak semua penerbitan JOS (Journal of Official Statistics) – the most prestigious journal dalam statistik pemerintahan – yang semakin kuantitatif, sarat dengan pendekatan matematik tingkat tinggi. Demikian pula dengan Journal of Ecology atau Journal of Business and Economic Statistics. Oleh karena itu, tanpa basis matematika dan natural sciences yang memadai, seperti halnya social sciences, SBM ITB akan mengalami kesulitan untuk berkembang menjadi referensi dunia.
Â
Popper lah yang menyadarkan kita para ilmuwan bahwa tidak ada kegiatan scientific tanpa verification dan hermeneutics. Justru dalam bidang hermeneutics inilah pendidikan kita sangat lemah. Bahkan di ITB sekalipun. Mahasiswa sering diajari sesuatu tanpa dibekali kemampuan memahami maknanya. Dalam “The Logic of Scientifc Discovery” yang saya sebut tadi, Popper memberikan garis batas antara science dan non-science. Dia mengatakan: “A theory should be considered scientific if and only if it is falsifiable” Hal penting lainnya dari filsafat Popper adalah pandangannya bahwa: “Scientific theory, and human knowledge generally, is irreducibly conjectural or hypothetical, and is generated by the creative imagination in order to solve problems that have arisen in specific historico-cultural settings.” Kata kuncinya adalah creativity, imagination dan culture. Sementara di negeri ini, culture disandingkan beraffinity dengan pariwisata. Ini keliru. Jika mind set seperti ini tidak dibenahi, jangan kaget apabila di suatu waktu ada Departemen Agama dan Pariwisata. Â Hadirin yang saya muliakan, Pendidikan berbasis pengembangan kreativitas, pengembangan ide, dan pengembangan imajinasi adalah yang sepatutnya dikembangkan di ITB. Tidak akan ada scientific discovery tanpa kreativitas dan imajinasi. Thomas Khun dalam “Scientific Revolution” dengan lebih gamblang merumuskan pemikiran Popper tentang apa yang disebut scientific discovery. Menurut Khun, scientific discovery haruslah unprecedented dan open ended. http://mgb.itb.ac.id - :: Majelis Guru Besar - MGB ITB ::
Powered by Mambo
Generated: 30 January, 2017, 13:14
 4. RISET Selanjutnya tentang riset. Filsafat Popper dan juga Khun telah menjiwai para ilmuwan semua disiplin ilmu tentang makna kegiatan riset, baik itu riset dalam bidang art, social, engineering ataupun natural sciences. Tidak ada dikotomi antara engineering dan science dalam riset di hadapan filsafat. Tidak ada trikotomi antara natural sciences, engineering dan social sciences. Dan tidak ada polikotomi antara berbagai disiplin ilmu dalam riset di hadapan filsafat. Perbedaan baru akan tampak pada practical level, pada objek fisik riset. Begitu objek fisik riset diabstraksi menjadi forma (form dalam bahasa Plato) melalui defisikalisasi, maka ia menjadi objek abstrak yang ada di wilayah scientific yang lepas dari disiplin ilmu. Inilah karakter scientific discovery.  Berakitan dengan riset, ada paradigma yang keliru yang berkembang di negeri ini. Pertama adalah tentang kegiatan riset. Belakangan ini berkembang paradigma bahwa kegiatan riset, umumnya diartikan sebagai kegiatan riset yang didanai melalui sebuah Lembaga Penelitian. Paradigma ini harus segera diubah. International scientific community mengukur kapasitas dan kegiatan riset dari publikasi. Tidak ada riset tanpa publikasi di jurnal internasional yang bereputasi. Sebaliknya, tidak ada publikasi di jurnal internasional ternama tanpa riset. Postulat ini amat sangat elegan karena tidak menempatkan dana sebagai parameter yang eksplisit. Tolok ukurnya adalah publikasi di jurnal internasional prestigious dan bukan dana. Dana adalah objek ikutan, yang mengikuti reputasi.  Kedua, adalah tentang research award ataupun research grant. Selama ini, orang mengartikannya sebagai financial support to do research based on proposal. Jadi, paradigma yang dianut adalah “membeli janji (membeli proposal)”. Paradigma ini perlu dikembangkan sehingga mencakup paradigma “membeli produk” Maksudnya, misalnya, orang yang telah mempublikasikan artikel di jurnal internasional ternama, sebagai output riset yang dilaksanakan karena kecintaan, dia layak diberi research award/dana untuk melakukan riset berikutnya. Paradigma ini belum tumbuh di negeri ini.
Saya sangat setuju dengan Prof. Wiranto Arismunandar, Rektor ITB periode 1989 – 1997, agar ITB mengembangkan riset teoretis. Hasilnya jelas dapat diandalkan bertaraf internasional dan dananya tidak perlu besar. Dalam bahasa saya, yang sejak tahun 2003 telah saya kumandangkan di berbagai fora, termasuk di SA dan MGB, pilihan bijak dan strategis bagi meningkatkan daya saing bangsa untuk sementara ini adalah riset dan pengembangan soft technologies. Apabila ITB ingin berada dalam kelompok elit World Class Universities, pilihan bijak adalah dengan mengem-bangkan itu (software ICT termasuk di dalamnya). Kurang bijak memproduksi hard technologies saat ini, kecuali untuk kepentingan dalam negeri yang tentunya kurang kompetitif di global market. Tidak demikian halnya dengan soft technologies.
Â
5. TEACHING
http://mgb.itb.ac.id - :: Majelis Guru Besar - MGB ITB ::
Powered by Mambo
Generated: 30 January, 2017, 13:14
Terakhir adalah tentang teaching. Ada tiga outlets dari riset, yakni: international journal publication, classroom, and industry (termasuk community development). Proses pembelajaran di kelas, baik kelas formal maupun non formal, adalah output dari kegiatan riset. Materi yang diajarkan di kelas bukan hasil bacaan melainkan hasil kerja berdasarkan hands-on experiences. Inilah mission sacrée dari para Profesor, yakni menghasilkan smart people dengan kapasitas intelektual yang siap berkembang lebih lanjut dengan pesat. Oleh karena itu, habitat Profesor adalah laboratorium di tengah-tengah mahasiswa. Profesor memberikan hasil penemuan mutakhirnya kepada mahasiswa sebagai bekal mereka bertarung baik di kancah nasional maupun internasional. Adalah tugas kita untuk menyiapkan generasi penerus petarung dalam art, science & technology.
Â
6. PENUTUP
Hadirin yang saya muliakan,
sebelum saya sampai kepada the very last word, ijinkan saya menyitir pendapat George P. Schultz, mantan Menteri Luar Negeri dan berbagai jabatan menteri di USA, mantan senior officer di Bechtel Corporation, dan juga mantan Dekan Business School University of Chicago tentang industry, government dan academia. Dia mengatakan: “When I worked in industry I had to be careful if I asked someone to do something because there was a very good chance they would do it. When I worked in government I didn’t have that problem. But at the university I very quickly came to understand that it was ….. inappropriate to ask.” Ini sejalan dengan apa yang ditulis dalam buku Harry Lewis yang tadi saya sebutkan: “University is among the most difficult organizations to lead” Mengapa? Karena yang dikelola adalah mind/pikiran yang sarat dengan wild creative ideas, sarat dengan free imagination. Oleh karena itu, amat sangat logis tatkala Napoleon Bonaparte me-ngatakan: “There are but two powers in the worlds, the sword and the mind. But in the long run, the sword is always beaten by the mind” Bonaparte benar dan masih sangat relevan, tak lapuk karena per-jalanan waktu. Bahkan Harvard University pun menyadari hal ini.
Menjelang kata akhir dari saya sebagai Ketua MGB, kepada semua Anggota MGB saya mohon agar dukungan yang selama ini diberikan kepada saya terus dilanjutkan diberikan kepada Ketua MGB Periode 2008 – 2013 yang sebentar lagi akan disahkan, Prof. Harijono A. Tjokronegoro. Saya yakin di bawah kepemimpinan beliau, MGB akan jauh lebih mampu lagi memberikan kontribusi positif yang signifikan kepada ITB, masyarakat dan bangsa.
Â
Sebagai penutup, perkenankan saya mempersembahkan sebuah puisi sebagai rasa hormat saya kepada para senior dan semua sejawat Profesor. Puisi ini saya adaptasi dari Proverb 24:3-5, James F. Leonard dalam buku “The Philosophy of K-12 Education”. I dedicate it to you, all of you, from whom and with whom my learning process continues to flourish. By wisdom is ITB built
By understanding is it made firm http://mgb.itb.ac.id - :: Majelis Guru Besar - MGB ITB ::
Powered by Mambo
Generated: 30 January, 2017, 13:14
By knowledge are its rooms filled,
 with every precious and pleasing possession A wise man is more powerful than a strong man
And a man of knowledge than a man of might  Terima kasih atas perhatian hadirin, sampai jumpa di wadah masa,  Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.  Bandung, 12 Mei 2008 Ketua Majelis Guru Besar Institut Teknologi Bandung Periode 2007-2008
Â
 Prof. Maman A. Djauhari
http://mgb.itb.ac.id - :: Majelis Guru Besar - MGB ITB ::
Powered by Mambo
Generated: 30 January, 2017, 13:14