No. 7 - November 2011
Phytophthora palmivora MENGANCAM KEBUN DURIAN
Durian merupakan komoditas buah nomor empat di Indonesia setelah pisang, mangga, dan jeruk. Basis usaha agribisnis durian di Indonesia saat ini sebagian besar masih bertumpu pada kebun buah skala kecil yaitu lahan pekarangan dan tanaman semi hutan yang tumbuh secara alamiah. Namun demikian, telah mampu menjadikan Indonesia sebagai produsen durian terbesar ketiga setelah Thailand dan Malaysia dengan produksi berkisar 500-700 ribu t/tahun. Peluang pasar durian di masa depan masih terbuka, baik untuk dalam negeri maupun ekspor. Di dalam negeri, tingkat konsumsi durian masih sekitar 2,1 kg/kapita di tahun 2009, sedangkan Malaysia telah mencapai 4,16 kg perkapita di tahun 1989. Dengan rancangan tingkat konsumsi 5 kg perkapita saja dibutuhkan tambahan lebih dari 500.000 t atau setara 50.000 ha kebun baru. Di pasar Internasional, peluang pasar durian masih sangat terbuka. Penduduk China yang berjumlah 28
1,5 milyar merupakan pasar yang potensial, sebagaimana kedekatan mereka dengan etnis Tionghoa yang merupakan konsumen penting durian di Indonesia, Malaysia, dan Singapura. Kebun durian skala menengah dan besar perlu dikembangkan untuk mempercepat perluasan areal atau peningkatan produksi, sehingga dapat memenuhi kebutuhan dalam negeri maupun ekspor. Kebun-kebun tersebut tentunya harus dikelola berdasarkan prinsip-prinsip budidaya yang baik (GAP). Karena umumnya permasalahan budidaya tanaman akan muncul secara nyata dan beruntun pada pertanaman yang intensif dan monokultur. Salah satu permasalahan utama dalam budidaya durian ialah serangan penyakit yang disebabkan oleh Phytophthora palmivora Bulter. Penyakit ini menyerang seluruh bagian tanaman mulai dari akar, batang, daun, dan buah. Kerugian akibat serangan P. palmivora pada
iptek hortikultura
tanaman durian di ASEAN diperkirakan mencapai 20-25% dengan nilai mencapai US$ 5,34 Milyar (45 trilyun rupiah). Patogen ini telah dilaporkan merusakkan 30% durian di Penang, Malaysia, dan menyerang 54% koleksi durian di Australia. Dilaporkan juga telah menyerang di Thailand, Vietnam, Phillipina, dan Brunei Darussalam. Tingkat serangan yang tinggi terutama ditemukan terjadi pada kebun durian yang dikelola secara intensif, sebaliknya belum ada laporan mengenai serangan yang serius pada pertanaman subsistem seperti pekarangan dan semi hutan.
terang sampai kuning. Jaringan akar yang terserang menjadi lunak dan berubah warna menjadi coklat gelap (Gambar 1). Gejala serangan pada daun awalnya terlihat sebagai flek kecil pada permukaan daun durian, namun dalam 3-5 hari berkembang menjadi besar. Spora berwarna putih tumbuh di pinggir bercak terutama pada sisi bawah daun.
Serangan pada batang mengakibatkan kanker dan menimbulkan bekas luka semacam blendok warna coklat kemerahan (gummosis). Jika kulit batang dikelupas tampak garis-garis coklat kehitaman sepanjang jaringan kortek. Gejala Gejala Serangan pada akar berupa busuk warna hitam, terutama Gejala awal serangan busuk akar, tanaman pada akar-akar muda. Akibat dari serangan pada terlihat layu dan terjadi penguningan pada daun akar dan batang mengakibatkan daun menguning muda, tanaman tampak seperti mengalami stres kemudian gugur. Pada serangan yang berat dapat air, klorotik, dan pertumbuhannya terganggu. Daun mengakibatkan kematian dan tanaman bisa rebah yang baru muncul lebih kecil dan berwarna hijau (canopy decline) (Gambar 2-4).
Gambar 1. Gejala awal serangan P. palmivora akar durian
29
No. 7 - November 2011
Gambar 3. Gejala serangan pada buah
Gambar 2. Gejala serangan pada batang
Biologi P. palmivora Phytophthora palmivora bersama 60 spesies kerabatnya dalam genus Phytophthora dikelompokan dalam Kingdom Stramenopiles kelas Oomycetes, berkerabat dekat dengan diatom, klep, dan alga coklat. Organisme ini disebut juga sebagai cendawan palsu (false fungi) atau protista mirip cendawan (fungus-like protoctistan) dan memiliki pathway metabolisme dan mekanisme reproduksi yang juga berbeda. Phytophthora palmivora banyak ditemukan di daerah tropika basah dan diperkirakan berasal dari Asia Tenggara. Penyakit ini sulit dikendalikan karena jumlah inang yang beragam dan kondisi lingkungan yang kondusif untuk perkembangannya sepanjang tahun. Sifat lain dari patogen ini ialah kemampuannya dalam menyebabkan beragam gejala penyakit pada satu tanaman (multiple diseases). Phytophthora palmivora merupakan salah satu patogen terpenting pada budidaya berbagai tanaman bernilai ekonomi tinggi. Disamping menyerang tanaman durian, patogen ini juga menyerang tanaman kelapa, coklat, lada, karet, dan pepaya. 30
Gambar 4. Gejala serangan pada daun
Sebagaimana genus Phytophthora yang lain, protista ini memiliki karakter yang mencirikannya sebagai penyebab penyakit yang efektif, diantaranya kemampuannya menghasilkan tipe spora yang berbeda untuk pertahanan hidup dan penyebaran, sporulasi yang cepat dalam inang, kemampuan zoosporanya melalui ujung akar secara kemotaksis elektrotaksis, mampu bertahan hidup lama di dalam dan di luar inang bahkan mampu tumbuh pada
iptek hortikultura
pencernaan hewan seperti siput, serta sporangianya dapat menyebar melalui angin. Phytophthora palmivora mempunyai tipe kawin A1 dan A2 (heterotalik) yang dapat berinteraksi menghasilkan spora seksual (oospora) yang berbeda dengan kedua induknya, sehingga menghasilkan fenotipik baru dan beragam. Sebagai gambaran, dari pengamatan yang pernah dilakukan menunjukkan adanya variasi morfologi dan genetik diantara isolat P. palmivora dari dua komoditas kelapa dan kakao, serta peluang terbentuknya strain baru patogen ini pada tanaman kakao diperkirakan antara 2-12%. Karakter Morfologi P. palmivora Phytophthora palmivora yang menyerang durian di beberapa lokasi di Indonesia seperti Riau, Sumatera Utara, Sumatera Barat, dan Jawa Barat dicirikan memiliki karakter hifa tak bersepta, membentuk klamidospora berbentuk bulat berdinding tebal, berdiameter 8-16 µm menghasilkan struktur cyst berbentuk bulan hingga lonjong ukuran sekitar 2 µm, sporangium berbentuk ovoid sampai lonjong dengan papila pada bagian ujungnya. Ukuran sporangium yaitu lebar 10-18 µm dan panjang 20-30 µm. Zoospora berbentuk ginjal dengan dua flagella bersifat aktif bergerak (Gambar 5 dan 6). Pengendalian Sebagaimana telah diketahui bahwa penyakit ini disebabkan oleh protista yang memiliki taksonomi dan pathway, metabolismenya berbeda dengan cendawan yang menyebabkan fungisida
umumnya tidak mempan terhadapnya. Oleh karena itu lebih disarankan pengendalian secara terintegrasi dengan penggunaan varietas tahan dan bebas penyakit, kultur teknis yang sehat, pengendalian hayati, dan pengendalian kimia secara ramah. Pencegahan awal terhadap penyakit ini ialah dengan menanam benih yang sehat, berasal dari kebun pembenihan yang menerapkan sistem perbenihan sehat. Bila tersedia, varietas durian yang tahan dapat menjadi pilihan yang sangat baik. Bila belum ada varietas yang tahan, dapat menggunakan varietas lokal yang sudah terbukti beradaptasi baik di daerah yang akan dikembangkan. Beberapa spesies liar durian dilaporkan memiliki ketahanan terhadap penyakit ini dan merupakan sumber genetik yang potensial untuk diseleksi sebagai batang bawah. Cara kultur teknis untuk menghindari penyakit ini diantaranya dengan menghindari penanaman di areal yang tergenang, karena tempat seperti ini baik bagi perkembangan P. palmivora. Pada lahan yang datar diupayakan adanya saluran drainase yang baik, sedangkan pada lahan yang rendah seperti bekas sawah dapat dibuat dengan sistem kenongan atau surjan yang cukup tinggi (50-60 cm.) Pengolahan areal di bawah tajuk dengan cara menarik tanah ke dalam atau ke arah batang, sehingga tidak menimbulkan cekungan agar air hujan tidak menggenang di bawah pohon. Hindari menggunakan cangkul saat membersihkan areal ini maupun saat memupuk. Pupuk sebaiknya disebar
papilla
Gambar 5. Klamidospora P. palmivora
Gambar 6. Sporangium P. palmivora
31
No. 7 - November 2011
merata di areal bawah tajuk kemudian ditutup dengan mulsa atau serasah. Hindari menggunakan pupuk N dari sumber pupuk tunggal. Pengelolaan P. palmivora juga dapat dilakukan dengan penggunaan bahan organik seperti pupuk kandang dan kompos, karena bahan ini dapat menstabilkan pH tanah dan berkembangnya mikroorganisme yang dapat menekan pertumbuhan P. palmivora. Dari beberapa penelitian diketahui bahwa pupuk kandang ayam merupakan sumber bahan organik yang paling baik dan mampu menekan pertumbuhan protista pada durian. Pemberian bahan organik juga diduga dapat meningkatkan daya tahan dan recovery tanaman durian terhadap serangan P. palmivora. Suatu kasus pada rehabilitasi pertanaman durian di Pandeglang, Banten, menunjukkan bahwa pohon durian yang bergejala serangan kanker batang dapat mengalami perbaikan setelah diaplikasikan bahan organik. Penggunaan agens hayati seperti Gliocladium sp., Trichoderma sp., dan P. fluorescen berpeluang
sebagai pengendali P. palmivora sebagaimana dilaporkan bahwa mikroba ini mampu menekan spesies Phytophthora lain. Untuk menghindari serangan pada buah, hindarkan buah bersentuhan dengan tanah dengan cara buah diikat dipohon sebelum jatuh, memasang jaring disekitar tanaman berbuah, atau dengan menangkap buah yang dipetik langsung dari pohon saat panen. Kurangi perkembangan inokulasi penyakit ini di lapangan dengan mengomposkan sisa buah dan organ yang terkena penyakit. Peluang pengendalian penyakit ini kedepan ialah melalui pendekatan bioteknologi dengan memfokuskan pada pemahaman gen-gen yang berperanan dalam ekspresi virulensi patogen dan ekspresi ketahanan tanaman inang. Teknik ini dikembangkan berdasarkan peluang pembentukan varietas baru yang tahan, serta pengenalan pathway metabolisme patogen dan tanaman inang untuk melakukan teknik pengendalian yang lebih tepat dan ramah lingkungan antara lain dengan
Gambar 7. Proses perbaikan kembali kulit batang durian dari gejala serangan kanker batang dan tumbuh kulit normal kembali dengan perlakuan bahan organik
32
iptek hortikultura
menginduksi ketahanan tanaman inang secara internal atau disebut inert immune. PUSTAKA 1. ACIAR. 1995. Management of Phytophthora Diseases of Durian. http://aciar.gov.au/project/ PHT/1995/134. [10 Mei 2011]. 2. Aryantha, I. P., R. Cross, and D.I Guest. 2000. Suppression of Phytophthora cinnamomi in Potting Mixes Amended with Uncomposted and Composted Animal Manures. Phytopathol. 90: 775-782. 3. Awarun, S. 1994. Selection and Application of Antagonistic Microorganisms to Control Root and Stem Rot of Durian Caused by Phytophthora palmivora (Butl.) Butl. http://agris.fao.org/agris-search/search/
display.do?f=2003/TH/TH03004.xml.
4. Brown, M. J. 1997. Durio-A Bibliographic Review. In Arora, R.K., V. R. Rao, and A. N. Rao (Eds.). IPGRI office for South Asia, New Delhi. 5. Bunyanupappong, K. 1990. Efficacy of Monodipotassium Phosphite Against Phytophthora palmivora (Butl.) Butl. on durian. http://agris.fao.org/agris-
search/display.do?f =1996/TH/TH96013.xml.
6. Darmono, T. W., I. Jamil, dan D. A. Santosa. 2006. Pengembangan Penanda Molekuler untuk Deteksi Phytophthora palmivora pada Tanaman Kakao. Menara Perkebunan. 74(2):87-96. 7. Drenth, A. and D. I. Guest. 2004. Diversity and Management of Phytophthora in Southeast Asia. BPA Print Group Pty Ltd. Australia. ACIAR Monograph. 114:10-28. 8. ________. and B. Sendall. 2004. Economic Impact of Phytophthora Diseases in Southeast Asia. In Drent, A. and D.I. Guest (Eds.). Diversity and Management of Phytophthora in Southeast Asia. BPA Print Group Pty Ltd. Australia. ACIAR Monograph. 114:10-28. 9. Emilda, D. 2007. Prosedur Pendeteksian Cepat Secara In Vitro Ketahanan Varietas Durian terhadap Phytophthora palmivora. Bul. Teknik. Pert. 12(2): 59-62. 10. _________, D. Sunarwati, dan P.J. Santoso. 2007. Seleksi Batang Bawah Durian Tahan Phytophthora palmivora Secara In vitro. Prosiding Seminar Nasional: Inovasi dan Alih Teknologi Spesifik Lokasi Mendukung Revitalisasi Pertanian. Medan, 5 Juni 2007. Hlm:310-314. 11. Hassan, N. M. and L. B. Siew. 2000. Integrated Management of Durian Cancer. In: Mohamed, Z. A., M. S. Othman, A. T. Sapii, Z. Mahmood, and S. Idris (Eds.). Prosiding Seminar Durian 2000: Kearah Menstabilkan Pengeluaran Kualiti dan Pasaran, 1-3 Ogos 2000. Ipoh, Perak, Malaysia. Hlm. 114-121.
12. Kamoun, S. 2003. Molecular Genetics of Pathogenic Oomycetes. Minireviews. Eukaryotic Cell. 2(2):191– 199, DOI: 10.1128/EC.2.2.191–199.2003. 13. Kueh, T. K and K.L., Khew 1982. Survival of Phytophthora palmivora in Soil and After Passing Through Alimentary Canals of Snails. Plant Disease, 66:897-899. 14. Lim, T. K. and L. G. Chan. 1986. Fruit Rot of Durian Caused by Phytophthora palmivora. Pertanika. 9(3):269-276. 15. _________. 1990. Durian Diseases and Disorders. Art Printing Works Sdn. Bhd. Malaysia. 95 pp. 16. Liyanage, N. I. S. and B. E. J. Wheeler. 1989. Comparative Morphology of Phytophthora Species on Rubber. Plant Pathol. 38: 592-597. 17. Mchau, G. R. A. and M. D. Coffey. 1994. Isozyme Diversity in Phytophthora palmivora: Evidence for A Southeast Asian Centre of Origin. Mycol. Res. 98(9):1035-1043. 18. Motulo, H. F., M.S. Sinaga, A. Hartana, G. Suastika, dan H. Aswidinnoor. 2007. Karakter Morfologi dan Molekuler Isolat Phytophthora palmivora Asal Kelapa dan Kakao. Littri. 13(3):111-118. 19. Muryati, L. Octriana, D. Emilda, P.J. Santoso, dan D.Sunarwati. 2009. Effect of Organic Fertilizers on Susceptibility of Pottet Durian Seedlings to Phytophthora diseases. J. Fruit and Ornamental Plant Res. 17(1):6777. 20. Noorda-Nguyen, K., R. Jia, A. Aoki, Q. Yu, W. Nishijima, and Y. J. Zhu. 2011. Identification of Disease Tolerance Loci to Phytophthora palmivora in Carica Papaya Using Molecular Marker Approach. II International Symposium on Papaya. ISHS Acta Hort. 851. www.actahort.org/ books/851/851_27.htm [2 April 2011]. 21. Philippine Council of Agriculture. 2005. Managing Phytophthora Disease of Durian. Forestry and Natural Resources Research and Development, Los Baños, Laguna, Philippines 4030 http://www.agnet.org/ library/pt/2005007/ [10 Mei 2011]. 22. Pinitpaitoon, O., S. Arnamwatana, and P. Yomaraka. 1998. Potentil Biofungicide to Control Phytophthora Root and Shoot rot of Durian in Field Experiment. Proceeding of the 15th Rajamangala Institute of Technology Annual Conference: V. 1. Plant Sci. Bangkok (Thailand). 1998. p. 98-110. 23. Pongpisutta, R. 1998. Phytophthora palmivora (Butl.) Butl.,Causing Root, and Fruit Rot of Durian in Thailand. In: Guest, D.I. (Ed.). Management of Phytophthora Diseases in Durian. Australian Centre for International Agricultural Research (ACIAR) Project PHT95/134 Workshop No. 1. Melbourne, Australia, University of Melbourne.
33
No. 7 - November 2011 24. Rais, M. dan T. Wahjudi. 1991. Kajian Pemasaran dan Usahatani Buah Durian di Sumatera Barat. Penel Hort. 4(2):85-89. 25. Shamsudin, M., A. Redzuan, Z. Abidin, dan T. Zaharah. 2000. Penggunaan Durian Hutan, Durio iowianus Sebagai Pokok Penanti. Prosiding Seminar Durian Kearah Menstabilkan Pengeluaran Kualiti dan Pasaran, Ipoh, Perak, Malaysia. Hlm 26-36. 26. Sivapalan, A., F. Hj Hamdan, and M. A. H. M. Junaidy. 1997. Patch Canker of Durio zibethinus Caused by Phytophthora palmivora in Brunei Darussalam. 81(1):113.3-113.3 http://dx.doi.org/10.1094/ PDIS.1997.81.1.113C. 27. Sunarwati, D., P. J. Santoso, dan D. Emilda. 2007. Identifikasi Cendawan Penyebab Busuk Akar dan Kanker Batang Durian (Durio zibethinus Murr.) di Beberapa Sentra Produksi Prosiding Seminar Nasional: Inovasi dan Alih Teknologi Spesifik Lokasi Mendukung Revitalisasi Pertanian. Medan, 5 Juni 2007. Hlm.330337. 28. Trindade, D. R. and L. S. Poltronieri. 2002. Phytophthora palmivora Causando Podridão de Frutos de Mamoeiro no Pará. Fitopathol. Ras. 27(4):422 29. Turner, G. J. 1969. Phytophthora palmivora from Piper betle in Sarawak. Transactions of the British Mycol. Soc. 52 (3): 411-418.
34
30. Umayah, A. U., M. S. Sinaga, S. Sastrosumarjo, S. M. Sumaraw, dan A. Purwantara. 2007. Keragaman Genetik Isolat Phytophthora palmivora dari Tanaman Kakao di Indonesia. Pelita Perkebunan. 23(2):129-138. 31. Vawdrey, L. L., P. Langdon, and T. Martin, 2005. Incidence and Pathogenicity of Phytophthora palmivora and Pythium vexans Associated with Durian Decline in Far Northern Queensland. Australasian Plant Pathol. 34(1):127-128 DOI:10.1071/AP04093. 32. Vidhyasekaran, P. 2008. Fungal Pathogenesis in Plants and Crops : Molecular Biology and Host Defense Mechanisms.2nd ed. 33. Wibawa, W. D. 2009. Program Pengembangan Durian. Makalah Workshop: Sinkronisasi Program Pengembangan Durian. Direktorat Jendral Hortikultura. Bogor, 25-27 Juni 2009. 16 Hlm. 34. Zappala, G., A. Zappala, and Y. Diczbalis. 2002. Durian Germplasm Evaluation for Tropical Australia Phase 1. A Report for Rural Industries Research and Development Corporation. RIRDC Publication. 98 pp.
Santoso, P.J. Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika Jl. Raya Solok-Aripan, Km. 8, Solok Sumatera Barat 27301