PERTUMBUHAN SEMAI JABON (Anthocephalus cadamba Roxb. Miq.) PADA MEDIA TAILING PT ANTAM UNIT BISNIS PONGKOR DENGAN PENAMBAHAN TOP SOIL DAN KOMPOS
HAFIZAH BR TARIGAN
DEPARTEMEN SILVIKULTUR FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011
ABSTRAK HAFIZAH BR TARIGAN. E44070037. Pertumbuhan Semai Jabon (Anthocephalus cadamba Roxb. Miq.) pada Media Tailing PT ANTAM Unit Bisnis Pongkor dengan Penambahan Top soil dan Kompos Dibimbing oleh Dr. Ir. Basuki Wasis, MS. dan Dr.Ir. Yadi Setiadi, M. Sc. Tailing merupakan salah satu limbah utama yang dihasilkan pada kegiatan pertambangan emas. Tailing memiliki beberapa karakter diantaranya, kandungan bahan organik dan aktivitas mikroorganime yang rendah, rendahnya kandungan hara esensial dan KTK (kapasitas tukar kation) rendah. Karakteristik tersebut menimbulkan kendala dalam kegiatan revegetasi, sehingga perlu dilakukan perbaikan lahan sebelum dilakukan kegiatan revegetasi, salah satunya dengan cara penambahan tanah pucuk (top soil), dan kompos. Top soil
dan kompos
merupakan media tumbuh yang baik untuk pertumbuhan tanaman dimana keduanya mampu memperbaiki kondisi lahan yang marginal serta sebagai sumber hara dan mikroba untuk kesuburan lahan. Selain perbaikan lahan, perlu dilakukan juga pemilihan jenis pohon yang tepat. Jenis pioner mempunyai kemampuan adaptabilitas yang baik, cepat tumbuh, teknik silvikulturnya diketahui, tersedia bahan tanamannya, bersimbiosis dengan mikroba dan bersifat katalitik. Salah satu jenis yang potensial adalah jabon (Anthocephalus cadamba Roxb. Miq.). Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa respon pertumbuhan semai jabon pada media Tailing dengan penambahan top soil dan kompos mampu meningkatkan pertumbuhan tinggi, diameter, dan biomassa akar. Hasil yang paling baik yaitu penggunaan kompos dengan dosis 20 gram yang dapat dikombinasikan dengan top soil 250 gram.
Kata kunci : Tailing, jabon, top soil, kompos.
ABSTRACT
HAFIZAH BR TARIGAN. E44070037. Growth of Jabon (Anthocephalus cadamba Roxb. Miq.) on PT ANTAM Unit Bisnis Pongkor’s Tailing with Top Soil and Compost Addition. Supervised by Dr. Ir. Basuki Wasis, MS. and Dr.Ir. Yadi Setiadi, M. Sc. Gold tailing has some characteristics such as low of organic material and microorganism activity, deficient in nutrition and low of CEC (cation exchange capacity). This constraint to revegetation, therefor soil amandment needed before revegetation program. Top soil and compost addition, which can improve soil condition and nutrition, also as microbe source. It is necessary to select tree species for revegetation post mining activity. Pioneer species that chosen have to well adaptive, fast growing, known silviculture techniques, available in plant resource, microbial symbiosis and catalytic. One of the potential species is jabon (Anthocephalus cadamba Roxb. Miq.). The result of this research is growth respon of jabon on tailing with top soil and compost addition can improve growth of tall, stem diameter and root biomass. The best dose combination are 20 grams compost combine with 250 grams top soil.
Key words : Tailing, jabon, top soil, compost
PERTUMBUHAN SEMAI JABON (Anthocephalus cadamba Roxb. Miq.) PADA MEDIA TAILING PT ANTAM UNIT BISNIS PONGKOR DENGAN PENAMBAHAN TOP SOIL DAN KOMPOS.
HAFIZAH BR TARIGAN
Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN SILVIKULTUR FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011
PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Pertumbuhan Semai Jabon (Anthocephalus cadamba Roxb. Miq.) pada Media Tailing PT ANTAM Unit Bisnis Pongkor dengan Penambahan Top soil dan Kompos” adalah benar-benar hasil karya saya sendiri dengan pembimbing dan belum pernah digunakan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebut dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, September 2011
Hafizah Br Tarigan NRP. E44070037
LEMBAR PENGESAHAN
Judul Skripsi
:Pertumbuhan
Semai
Jabon
(Anthocephalus
cadamba Roxb. Miq.) pada Media Tailing PT ANTAM
Unit
Bisnis
Pongkor
dengan
Penambahan Top soil dan Kompos Nama Mahasiswa
: Hafizah Br Tarigan
Nomor Induk Mahasiswa
: E44070037
Departemen
: Silvikultur
Menyetujui :
Dosen Pembimbing I
Dosen Pembimbing II
Dr. Ir. Basuki Wasis, MS
Dr. Ir. Yadi Setiadi, M. Sc
NIP. 19651002 199103 1 003
NIP. 19551205 198003 1 004
Mengetahui : Plh. Ketua Departemen Silvikultur
Dr. Ir. Noor Farikhah Haneda, M.Sc NIP. 19660921 199003 2 001
Tanggal :
i
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur tercurah bagi Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat, hidayah dan ridhoNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Dalam skripsi ini penulis membahas hasil penelitian tentang “Pertumbuhan Semai Jabon (Anthocephalus cadamba Roxb. Miq.) pada Media Tailing PT ANTAM Unit Bisnis Pongkor dengan Penambahan Top soil dan Kompos” Pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Keluarga, Ayah, Ibu, kakak dan adik-adik tercinta yang selalu mendo’akan, memberi dukungan dan semangat yang tiada henti. 2. Dr. Ir. Basuki Wasis, MS. dan Dr. Ir. Yadi Setiadi, M.Sc selaku dosen pembimbing telah memberikan bimbingan, arahan dan ilmu kepada penulis 3. Arif Setiawan, S. Hut yang selalu memberikan dukungan dan motivasi kepada penulis. 4. PT. Antam Tbk Unit Bisnis Pertambangan Emas Pongkor yang telah banyak membantu dan memfasilitasi dalam pengambilan bahan penelitian. 5. Staf dan pegawai laboratorium Bioteknologi Hutan dan Lingkungan, PPSHB IPB atas fasilitas, bantuan dan arahan hingga terselesaikannya penelitan ini. 6. Teman-teman mahasiswa Silvikultur 44 dan semua pihak yang telah memberikan bantuan dalam proses penelitian. 7. Keluarga besar Laboratorium Pengaruh Hutan yang telah memberikan fasilitas dalam proses penelitian ini. 8. Beasiswa BUMN ( PT Angkasa Pura (PERSERO)) yang memberikan bantuan sehingga penulis lebih focus menyelesaikan pendidikan di IPB. Terimakasih atas bantuannya kepada penulis. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat.
Bogor, September 2011
Penulis
ii
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Berastepu Kabupaten Karo, Sumatera Utara pada tanggal 3 Desember 1988, sebagai anak ketiga dari enam bersaudara dari pasangan Betti Tarigan dan Martalena Br Karo. Penulis memulai pendidikan dasar di SD Negeri 2 Munte tamat pada tahun 2001, kemudian melanjutkan pendidikan di SLTP Negeri 1 Munte dan tamat pada tahun 2004, selanjutnya meneruskan pendidikan di SMA Negeri 1 Kabanjahe dan berhasil tamat pada tahun 2007. Pada tahun 2007, penulis diterima di departemen Silvikultur Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Mahasiswa IPB (USMI). Selama kuliah penulis aktif dalam organisasi kemahasiswaan, yaitu Himpunan Profesi Tree Grower Comunity (TGC) sebagai Bendahara Divisi Informasi dan Komunikasi (2008-2009). Semasa perkuliahan penulis juga dipercaya untuk menjadi asistem praktikum pengaruh hutan semester ganjil tahun ajaran 2010-2011. Kegiatan praktek yang telah dilakukan oleh penulis dibidang kehutanan yaitu Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (P2EH) di Kamojang dan Sancang pada tahun 2009, kemudian Praktek Pengelolaan Hutan (P2H) pada tahun 2010 di Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW), Sukabumi, Cianjur, Bandung dan Taman Nasional Gunung Gede Pangarango (TNGGP). Pada tahun 2011, penulis melakukan Kuliah Kerja Profesi (KKP) di PT. INCO Tbk. Sorowako, Sulawesi Selatan. Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana kehutanan, penulis melakukan penelitian yang berjudul “Respon Pertumbuhan Semai Jabon (Anthocephalus cadamba Roxb. Miq.) pada Media Tailing PT ANTAM Pongkor dengan Penambahan Top soil dan Kompos” di bawah bimbingan Dr. Ir. Basuki Wasis, MS. dan Dr. Ir. Yadi Setiadi, M. Sc.
iii
DAFTAR ISI
Halaman KATA PENGANTAR…………………………………………………. i RIWAYAT HIDUP................................................................................. ii DAFTAR ISI............................................................................................ iii DAFTAR TABEL.................................................................................... v DAFTAR GAMBAR.............................................................................. vi DAFTAR LAMPIRAN............................................................................ vii BAB I. PENDAHULUAN....................................................................... 1 1.1. Latar Belakang.................................................................................. 1 1.2. Tujuan............................................................................................... 1 1.3. Manfaat............................................................................................. 2 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA............................................................ 3 2.1. Deskripsi Jabon……………………………………………………. 3 2.2. Unsur Hara Tanaman ....................................................................... 3 2.3. Tailing............................................................................................... 4 2.4. Kompos............................................................................................. 5 2.5. Hasil-hasil Penelitian ...................................................................... 5 BAB III. METODOLOGI........................................................................ 6 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian……………………………………... 6 3.2. Alat dan Bahan ................................................................................. 6 3.3. Pelaksanaan Penelitian ..................................................................... 6 3.4. Pengamatan dan Pengambilan Data……………..………………… 7 3.5. Analisis Data..................................................................................... 8 BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN................................................ 10 4.1. Hasil ................................................................................................. 10 4.2. Pembahasan...................................................................................... 12 BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................ 21 5.1. Kesimpulan ...................................................................................... 21 5.2. Saran................................................................................................. 21 DAFTAR PUSTAKA.............................................................................. 22 LAMPIRAN ............................................................................................ 24
iv
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 1. Denah Percobaan …………………………………………….. 8 Tabel 2. Komposisi perlakuan ………………………………………… 9 Tabel 3. Rata-rata pertumbuhan tinggi (cm) …………………………... 10 Tabel 4. Rata-rata pertumbuhan diameter (mm) ………………………. 11 Tabel 5. Rata-rata biomassa akar (gram) ……………………………… 11
v
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 1. Respon pertumbuhan tinggi terhadap penambahan top soil…….. 12 Gambar 2. Respon pertumbuhan tinggi terhadap penambahan kompos…… 13 Gambar 3. Respon pertumbuhan tinggi terhadap penambahan top soil dan kompos…………………………………………………………. 13 Gambar 4. Respon pertumbuhan diameter terhadap penambahan top soil…. 14 Gambar 5. Respon pertumbuhan diameter terhadap penambahan kompos…. 15 Gambar 6. Respon pertumbuhan diameter terhadap penambahan top soil dan kompos……………………………………………………… 15 Gambar 7. Respon biomassa akar terhadap penambahan top soil…………... 16 Gambar 8. Respon biomassa terhadap penambahan kompos………………. 17 Gambar 9. Respon biomassa akar terhadap penambahan top soil dan kompos…………………………………………………………. 18
vi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman Lampiran 1. Rekapitulasi data pertumbuhan tinggi semai jabon………. 25 Lampiran 2. Rekapitulasi data pertumbuhan diameter semai jabon…… 26 Lampiran 3. Rekapitulasi data biomassa akar semai jabon……………. 27 Lampiran 4. Dokumentasi Penelitian....................................................... 28
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang PT. Antam Tbk Unit Bisnis Pertambangan Emas Pongkor merupakan perusahaan yang bergerak di bidang penambangan emas, dimana metode penambangannya adalah deep mining. Dari hasil pengolahan emas dihasilkan limbah berupa Tailing. Tailing
merupakan salah satu limbah utama yang di
hasilkan pada kegiatan pertambangan emas. Tailing memiliki beberapa karakter diantaranya, kandungan bahan organik dan aktivitas mikroorganime yang rendah, rendahnya kandungan hara esensial dan KTK (kapasitas tukar kation). Kendala utama dalam melakukan revegetasi pada lahan pasca penambangan adalah kondisi lahan yang tidak mendukung (marginal) bagi pertumbuhan tanaman. Untuk mengatasi kendala tersebut, maka dilakukan perbaikan lahan pada Tailing yaitu dengan penambahan tanah pucuk (top soil) dan kompos. Top soil dan kompos memiliki fungsi untuk meningkatkan kandungan bahan organik, meningkatkan KTK, menambah unsur hara serta meningkatkan aktivitas mikroorganisme yang berguna. Kebutuhan top soil dan kompos dalam revegetasi tailing belum diketahui jumlah dan komposisinya, sehingga perlu dilakukan penelitian tentang penambahan dosis top soil dan kompos yang efektif digunakan. Selain itu dalam revegetasi perlu dilakukan pemilihan jenis tanaman yang dapat bertahan hidup pada Tailing. Salah satu jenis yang dipilih adalah jabon yang merupakan jenis pionir cepat tumbuh (fast growing species). Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh informasi tentang respon pertumbuhan semai jabon ( A. cadamba Roxb. Miq.) terhadap media Tailing yang ditambah dengan top soil dan kompos.
1.2. Tujuan Tujuan dari penelitian ini adalah 1. Mengetahui respon jabon terhadap penambahan top soil 2. Mengetahui respon jabon terhadap penambahan kompos 3. Mengetahui respon jabon terhadap penambahan top soil dan kompos
2
1.3. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi sejauh mana dosis kompos (pupuk organik) dan top soil terhadap respon pertumbuhan semai Jabon dan potensinya dalam upaya revegetasi lahan bekas tambang khususnya Tailing.
3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Deskripsi Jabon Dalam sistem klasifikasi tumbuhan, tanaman jabon termasuk ke dalam kingdom plantae, sub kingdom Tracheobionta, Divisi Magnoliophyta, Kelas Magnoliopsida, Ordo Rubiales, Famili Rubiaceae, Genus Anthocephalus, Spesies Anthocephalus cadamba Roxb. Miq. (Heyne 1987). Dalam hal tempat tumbuh, jabon memiliki toleransi yang sangat luas, yaitu pada ketinggian dengan kisaran 0-1.000 m dpl, tetapi ketinggian optimal yang menunjang produktivitasnya adalah kurang dari 500 m dpl. Jabon memiliki potensi untuk dijadikan sebagai tanaman revegetasi lahan pasca tambang. Jabon secara alami dapat menginvasi lahan-lahan bekas tambang seperti di areal PT Newmont Minahasa Raya, PT Berau Coal, PT Adaro Indonesia dan PT KPC. Usaha penanaman di lahan bekas tambang telah diuji oleh PT KPC dan PT Newmont Nusa Tenggara (Mansur, 2010).
2.2. Unsur Hara Tanaman Unsur hara makro adalah unsur hara yang dibutuhkan relatif lebih banyak oleh tanaman. Sedangkan unsur hara mikro dibutuhkan dalam jumlah yang relatif sedikit. Unsur hara makro adalah C, H,O N, P, K, Ca, Mg, dan Fe, sedangkan unsur hara mikro adalah Ni, Mn, Cu, Zn, Mo, Bo, dan Cl (Hakim et al, 1986). Dari 16 unsur hara essensial tersebut, unsur C, H, dan O diambil oleh tanaman dari udara dan air dalam jumlah yang besar, karena merupakan 94-96% bahan organik tanaman (Hakim et al, 1986). Menurut Epstein (1972), unsur hara dapat dikatakan essensial jika : a) tanaman tidak dapat melaksanakan siklus hara tanpa adanya unsur tersebut, b) unsur hara tersebut merupakan bagian-bagian dari sebuah molekul pada beberapa unsur penting dan c) kekurangan unsur hara tersebut tidak dapat digantikan oleh unsur lain. Menurut Brady (1974) dalam Mulyana (2000), bahwa peranan bahan organik dalam pertumbuhan tanaman berhubungan dengan perbaikan sifat fisik,
4
kimia dan biologi tanah. Pengaruh terhadap sifat fisik adalah merangsang granulasi, memantapkan agregat, memperbaiki struktur tanah, mengurangi pemadatan, memperbaiki aerasi, meningkatkan kemampuan menahan air, dan meningkatkan infiltrasi. Pengaruh terhadap sifat kimia tanah adalah sumber unsur hara, mengikat unsur hara mikro dan kation-kation logam serta meningkatkan kapasitas tukar kation (KTK). Pengaruh terhadap sifat biologi adalah sebagai sumber energi bagi aktivitas mikro-organisme dalam tanah.
2.3. Tailing Tailing adalah bahan padat berbutir halus sisa dari hasil pengolahan ekstraksi bahan galian yang tidak mengandung mineral bernilai ekonomis (Permenhut No. P. 04/ Menhut-II/ 2011 tentang pedoman reklamasi hutan). Berdasarkan hasil analisis, kharakteristik Tailing di Antam Pongkor memiliki KTK yang rendah (8,9), bahan organik yang rendah (0,32%), dan mengandung Fe yang tinggi (1.535,4 ppm). Sifat fisik Tailing yang merupakan masalah bagi pertumbuhan tanaman adalah tekstur, agregasi dan struktur, densitas dan infiltrasi, kompaksi, daya pegang dan stabilitasnya (Fauziah, 2009). KTK yang rendah menyebabkan tidak efisiennya pemberian pupuk kimia dimana pupuk akan mudah tercuci. Untuk mengatasi hal ini dapat dilakukan pemberian kompos dan humic acid. Bahan organik yang rendah dapat menyebabkan menurunnya kestabilan lahan, unsur hara, KTK, daya ikat air, dan juga populasi mikroba potensial. Untuk meningkatkan kandungan bahan organik dapat dilakukan pemberian kompos (Setiadi, 2009). Menurut USDA ukuran partikel Tailing relatif kecil dan seragam berupa pasir halus berukuran 0,25-0,10 mm. selain itu, sifat kimia Tailing seperti status hara yang rendah, kandungan logam berat seperti Cd, Hg, Pb, As yang dapat menyebabkan kerusakan pada lingkungan (Williamson, 1982). Berdasarkan hasil penelitian Setyaningsih (2007), pada media Tailing pongkor, adanya penambahan bio-organik mampu meningkatkan KTK sebesar 600% dan unsur hara seperti C-organik dan N-total masing-masing sebesar 400% dan 200%. Juga terjadi penurunan kadar logam Pb sebesar 21%.
5
2.4. Kompos Kompos merupakan pupuk organik yang diperoleh dari proses biodegradasi dari bahan organik, seperti daun tanaman, jerami alang-alang, rerumputan, dedak padi, batang jagung, serta kotoran hewan. Bila bahan organik tersebut sudah hancur dan lapuk di sebut dengan pupuk organik. Jenis-jenis bahan ini menjadi lapuk dan busuk bila berada dalam keadaan basah dan lembab, seperti halnya daun-daun menjadi lapuk bila jatuh ke tanah dan berubah menjadi bagian tanah (Murbandono 1988). Kegunaan
Kompos
dapat
memperbaiki
struktur
tanah
dengan
meningkatkan kandungan bahan organik tanah dan akan meningkatkan kemampuan tanah untuk mempertahankan kandungan air tanah. Aktivitas mikroba tanah yang bermanfaat bagi tanaman akan meningkat dengan penambahan kompos. Aktivitas mikroba ini membantu tanaman untuk menyerap unsur hara dari tanah dan menghadapi serangan penyakit.
2.5. Hasil-hasil Penelitian 2.5.1. Kompos dan Tailing Dari hasil analisis, pemberian pupuk kompos tidak berpengaruh langsung terhadap pertumbuhan semai Jabon, baik tinggi ataupun diameter, tetapi pengaruhnya adalah pada perbaikan sifat Tailing (Noviani 2010). 2.5.2. Top soil dan Tailing Dari hasil analisis, pengaruh kombinasi Tailing dan top soil terhadap pertumbuhan tinggi lamtoro (Leucaena glauca Benth.) dan saga (Adenanthera microsperma T. & B.) di rumah kaca, diketahui bahwa penambahan top soil tidak memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan tinggi dibandingkan dengan Tailing tanpa penambahan top soil (Sembiring 2007). 2.5.3. Jabon dan Tailing Semai Jabon dapat tumbuh pada media Tailing dengan tingkat pertumbuhan yang berbeda-beda. Pemberian pupuk NPK dan kompos dapat mempengaruhi pertumbuhan semai Jabon, baik tinggi maupun diameter pada media Tailing (Noviani 2010).
6
BAB III METODOLOGI
3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan selama tiga bulan pada bulan Januari sampai dengan April 2011, bertempat di rumah kaca Laboratorium Silvikultur, Departemen Silvikultur, Fakultas Kehutanan IPB.
3.2. Alat dan Bahan Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah timbangan, cangkul, polybag (20 cm x 20 cm), penyiram embrat (kapasitas 4 liter), sprayer, mistar, kaliper digital, kamera digital GE C 1033, alat tulis, dan tally sheet. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah semai jabon berumur ± 1 bulan (tinggi ± 5 cm), pestisida (Matador), top soil (Kampus IPB Darmaga), kompos, NPK (15:15:15), dan Tailing dari PT Antam Unit Bisnis Pongkor .
3.3 Pelaksanaan Penelitian 3.3.1 Penyiapan semai Semai yang digunakan adalah semai Jabon yang berumur ± 1 bulan. Kriteria semai yang dipilih yaitu semai yang sehat, lurus, dan bebas hama penyakit. 3.3.2 Penyiapan media Media yang digunakan adalah campuran antara top soil, kompos dan Tailing yang komposisinya sesuai dengan perlakuan yang diujicobakan. Media dibuat dengan cara mengaduk-aduk Tailing dan top soil hingga merata, kemudian ditambahkan kompos kedalam campuran tersebut dan diaduk kembali. Media ditempatkan dalam polybag ukuran 20 cm x 20 cm dan dilakukan pemupukan dasar dengan menggunakan NPK 20 ml tiap polybag (Dosis 5 gram dilarutkan dalam 1 liter air) (Mansur 2010) .
7
3.3.3 Pemindahan semai Semai Jabon di pindahkan dengan bola akarnya (root ball) ke media yang telah dipersiapkan. Pemindahan bibit dilakukan pada saat sore hari. Setelah dipindahkan bibit disiram dengan air.
3.3.4 Pemeliharaan Seluruh semai Jabon diatur dan ditempatkan di dalam rumah kaca sesuai dengan tabel 1 selama 3 bulan. Agar media tetap lembab penyiraman semai Jabon dilakukan 2 kali sehari yaitu pagi dan sore hari dengan menggunakan alat penyiram embrat (kapasitas 4 liter). Selain itu juga dilakukan penyemprotan pestisida Matador (dosis 0,5 ml dalam 1 liter air) sebagai pengendalian apabila terserang hama.
3.4 Pengamatan dan Pengambilan Data Parameter yang diukur adalah tinggi semai (cm) dan diameter (mm) semai serta biomassa akar (gram). 3.4.1 Tinggi semai Pengukuran tinggi semai Jabon dilakukan setelah penyapihan, selanjutnya dilakukan tiap dua minggu selama 3 bulan. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan mistar, mulai dari pangkal batang yang sudah ditandai sebelumnya (± 1 cm diatas media) hingga titik tumbuh pucuk apikal. 3.4.2 Diameter semai Pengukuran diameter semai dilakukan dengan menggunakan kaliper, diukur pada pangkal batang yang telah ditandai sama seperti pada pengukuran tinggi. Pengukuran diameter semai dilakukan setelah penyapihan, selanjutnya tiap dua minggu selama 3 bulan. 3.4.3 Biomassa akar Setelah semai berumur 3 bulan dilakukan pemanenan akar. Akar kemudian dioven dengan suhu 80 oC. Akar yang telah kering ditimbang beratnya dengan menggunakan timbangan. Pengeringan dihentikan saat berat kering akar telah konstan.
8
3.5 Analisis Data Dalam penelitian ini analisis data menggunakan analisis deskriptif, untuk tabulasi data menggunakan software microsoft excel. Dari data yang diperoleh akan diuraikan pengaruh perlakuan pada masing-masing parameter. Adapun layout penempatan semai Jabon dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel1 Denah Percobaan T2P3
T0P0
T0P1
T0P0
T0P2
T0P2
T1P1
T2P0
T1P2
T0P2
T0P1
T0P3
2
3
1
1
2
3
2
1
3
1
2
3
T2P1
T1P2
T4P1
T3P2
T4P2
T3P3
T2P1
T3P3
T3P0
T1P3
T1P1
T3P1
1
2
2
2
2
2
3
1
3
3
1
1
T2P1
T2P0
T1P3
T3P3
T1P0
T3P1
T4P0
T3P0
T2P2
T0P0
T3P2
T4P1
2
3
1
3
1
3
3
1
1
2
1
3
T4P3
T4P1
T3P1
T1P3
T2P2
T1P0
T0P3
T0P1
T4P3
T4P2
T2P3
T4P0
1
1
2
2
3
2
2
3
2
3
3
1
T2P0
T0P3
T1P2
T2P3
T1P1
T4P2
T3P0
T1P0
T2P2
T4P3
T3P2
T4P0
2
1
1
1
3
1
2
3
2
3
3
2
Kombinasi perlakuan yang diujicobakan adalah : Faktor P : pupuk kompos P0 : 0 gram/ polybag P1 : 20 gram/ polybag P2 : 40 gram/ polybag P3 : 60 gram/ polybag Faktor T : Top soil T0 : 0 gram/ polybag T1 : 250 gram/ polybag T2 : 500gram/ polybag T3 : 750 gram/ polybag T4 : 1000 gram/ polybag
9
Adapun komposisi perlakuan dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 Komposisi perlakuan PERLAKUAN KOMPOS
0 Gram
P0
20 Gram
P1
40 Gram
60 Gram
P2
P3
Ulangan
0 T0
1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3
T0P0 1 T0P0 2 T0P0 3 T0P1 1 T0P1 2 T0P1 3 T0P2 1 T0P2 2 T0P2 3 T0P3 1 T0P3 2 T0P3 3
TOP SOIL (Gram) 250 500 750 T1 T2 T3
T1P0 1 T1P0 2 T1P0 3 T1P1 1 T1P1 2 T1P1 3 T1P2 1 T1P2 2 T1P2 3 T1P3 1 T1P3 2 T1P3 3
T2P0 1 T2P0 2 T2P0 3 T2P1 1 T2P1 2 T2P1 3 T2P2 1 T2P2 2 T2P2 3 T2P3 1 T2P3 2 T2P3 3
T3P0 1 T3P0 2 T3P0 3 T3P1 1 T3P1 2 T3P1 3 T3P2 1 T3P2 2 T3P2 3 T3P3 1 T3P3 2 T3P3 3
1000 T4
T4P0 1 T4P0 2 T4P0 3 T4P1 1 T4P1 2 T4P1 3 T4P2 1 T4P2 2 T4P2 3 T4P3 1 T4P3 2 T4P3 3
10
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Parameter yang diamati dalam penelitian ini antara lain pertumbuhan tinggi, pertumbuhan diameter dan biomassa semai jabon pada media Tailing dengan pemberian kompos dan top soil. Pengaruh pemberian kompos dan top soil terhadap paremeter yang diamati dapat diketahui dengan melakukan analisis ratarata data, yang disajikan pada Tabel 3, Tabel 4 dan Tabel 5. 4.1.1. Pertumbuhan tinggi Hasil pengamatan terhadap rata-rata pertumbuhan tinggi semai jabon dengan penambahan top soil dan kompos dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 Rata-rata pertumbuhan tinggi (cm) Perlakuan
Top soil
Kompos
0g
250 g
500 g
750 g
1.000 g
T0
T1
T2
T3
T4
0g
P0
5,6
6,7
4,2
4,5
4,1
20 g
P1
7,2
4,4
11,5
11,5
8,5
40 g
P2
6,1
7,5
4,5
5,4
8,3
60 g
P3
8,6
7,4
7,2
7,4
11,0
Hasil analisis rata-rata data pertumbuhan tinggi semai jabon terhadap pemberian dosis kompos 0 gram menunjukkan pengaruh pertumbuhan tinggi sebesar 6,7 cm pada dosis top soil 250 gram. Pemberian dosis kompos 20 gram menujukkan pengaruh pertumbuhan tinggi sebesar 11,5 cm pada dosis top soil 500 gram dan 750 gram. Pemberian dosis kompos 40 gram menunjukkan pengaruh pertumbuhan tinggi sebesar 8,3 cm pada dosis top soil 1.000 gram. Sedangkan pemberian dosis kompos 60 gram memberikan pengaruh pertumbuhan tinggi sebesar 11,0 cm pada top soil 1.000 gram.
11
4.1.2. Pertumbuhan diameter Hasil pengamatan terhadap rata-rata pertumbuhan diameter semai jabon dengan penambahan top soil dan kompos dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 Rata-rata pertumbuhan diameter (mm) Perlakuan
Top soil
Kompos
0g
250 g
500 g
750 g
1.000 g
T0
T1
T2
T3
T4
0g
P0
3,90
2,71
3,32
2,83
2,46
20 g
P1
4,18
3,03
2,79
3,03
4,39
40 g
P2
2,05
3,68
3,12
3,10
3,63
60 g
P3
4,08
4,07
3,98
3,54
2,55
Hasil analisis rata-rata data pertumbuhan diameter semai jabon terhadap pemberian dosis kompos 0 gram menunjukkan pengaruh pertumbuhan diameter sebesar 3,90 mm pada dosis top soil 0 gram. Pemberian dosis kompos 20 gram menujukkan pengaruh pertumbuhan diameter sebesar 4,39 mm pada dosis top soil 1.000 gram. Pemberian dosis kompos 40 gram menunjukkan pengaruh pertumbuhan diameter sebesar 3,68 mm pada dosis top soil 250 gram. Sedangkan pemberian dosis kompos 60 gram memberikan pengaruh pertumbuhan diameter sebesar 4,08 mm pada top soil 0 gram.
4.1.3. Biomassa akar Hasil pengamatan terhadap rata-rata biomassa akar semai jabon dengan penambahan top soil dan kompos dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5 Rata-rata pertumbuhan Biomassa (gram) Perlakuan
Top soil
Kompos
0g
250 g
500 g
750 g
1.000 g
T0
T1
T2
T3
T4
0g
P0
1,07
1,15
1,29
1,43
1,42
20 g
P1
1,43
3,05
1,83
1,68
1,39
40 g
P2
1,24
1,18
1,00
1,38
1,77
60 g
P3
1,39
2,09
1,44
1,11
1,50
12
Hasil analisis rata-rata data biomassa akar semai jabon terhadap pemberian dosis kompos 0 gram menunjukkan pengaruh biomassa akar sebesar 1,43 gram pada dosis top soil 750 gram. Pemberian dosis kompos 20 gram menujukkan pengaruh biomassa akar sebesar 3,05 gram pada dosis top soil 250 gram. Pemberian dosis kompos 40 gram menunjukkan pengaruh biomassa akar sebesar 1,77 gram pada dosis top soil 1.000 gram. Sedangkan pemberian dosis kompos 60 gram memberikan pengaruh biomassa akar sebesar 2,09 gram pada top soil 250 gram.
4.1. Pembahasan Dalam penelitian ini parameter yang diamati yaitu pertumbuhan tinggi, diameter dan biomasssa akar. Dari hasil pengamatan diketahui bahwa pengaruh top soil terhadap pertumbuhan tinggi semai jabon dapat dilihat pada Gambar 1.
Rata-rata pertumbuhan tinggi (cm)
Gambar 1 Respon pertumbuhan tinggi terhadap penambahan top soil 8.0 7.0 6.0 5.0 4.0 3.0 2.0 1.0 0.0
6.7 5.6
0
250
4.2
4.5
4.1
500
750
1000
Top Soil (g)
Pada Gambar 1 diatas dapat dilihat bahwa pertumbuhan rata-rata tinggi semai jabon menujukkan bahwa kecenderungan yang menurun dengan peningkatan dosis top soil. Penurunan pertumbuhan ini terjadi disaat penambahan top soil lebih dari 250 gram. Penurunan ini kemungkinan terjadi karena penambahan top soil sudah optimum pada dosis 250 gram, sehingga penambahan top soil tidak memberikan peningkatan pertumbuhan tinggi bagi semai jabon. Untuk pengaruh pemberian kompos terhadap pertumbuhan tinggi semai jabon dapat dilihat pada Gambar 2.
13
Rata-rata pertumbuhan tinggi (cm)
Gambar 2 Respon pertumbuhan tinggi terhadap penambahan kompos 10.0
8.6 7.2
8.0
6.1
5.6
6.0 4.0 2.0 0.0
0
20
40
60
Kompos (g)
Pada Gambar 2 diatas dapat dilihat bahwa pertumbuhan rata-rata tinggi semai jabon menunjukkan kecenderungan yang semakin meningkat. peningkatan dosis kompos diikuti dengan peningkatan pertumbuhan tinggi semai jabon. Untuk pengaruh kombinasi antara top soil dan kompos terhadap pertumbuhan tinggi semai jabon dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3 Respon pertumbuhan tinggi terhadap penambahan top soil dan kompos. 14.0
Tinggi (cm)
10.0
7.5 7.4
8.0
6.0
11.5
11.5
12.0
7.4
7.2
8.5 8.3
5.4
4.5
4.4
11.0
4.0 2.0 0.0 250
500
750
1000
Top soil (g)
Kompos 20 g
Kompos 40 g
Kompos 60 g
Pada Gambar 3 diatas dapat dilihat bahwa pengaruh kombinasi antara top soil dan kompos terhadap pertumbuhan tinggi semai jabon memiliki kecenderungan semakin meningkat sejalan dengan semakin besarnya dosis kombinasi top soil dan kompos diberikan. Namun kombinasi yang paling baik jika dibandingkan dengan perlakuan lainnya kombinasi top soil 500 gram dan kompos 20 gram dan kombinasi top soil 750 gram dan kompos 20 gram.
14
Dari keseluruhan respon pertumbuhan tinggi semai jabon terhadap pemberian top soil, kompos dan atau kombinasi top soil dan kompos dapat dilihat bahwa data pertumbuhan tinggi semai jabon cukup berfluktuatif, hal ini kemungkinan disebabkan oleh pengaruh dari factor-faktor lain baik eksternal maupun internal. Faktor eksternal meliputi air dan mineral, cahaya, jarak antar polybag, volume penyiraman tidak sama dan serangan hama pada semai jabon. Sedangkan faktor internal yang mempengaruhi adalah kulitas genetik tanaman yang berbeda-beda. Pengaruh pertumbuhan diameter semai jabon terhadap penambahan top soil dapat dilihat pada Gambar 4.
Rata-rata pertumbuhan diameter (mm)
Gambar 4 Respon pertumbuhan diameter terhadap penambahan top soil 4.50 4.00
3.90 3.32
3.50
2.83
2.71
3.00
2.46
2.50 2.00 1.50 1.00 0.50 0.00 0
250
500
750
1000
Top Soil (g)
Dari gambar 4 diatas dapat dilihat bahwa pertumbuhan rata-rata diameter semai jabon menunjukkan kecenderungan yang semakin menurun. Peningkatan dosis top soil diikuti dengan penurunan pertumbuhan diameter semai jabon. Hal ini kemungkinan terjadi karena respon pemberian top soil tidak terlihat karena ukuran polybag yang terlalu kecil dan waktu pengamatan yang kurang lama. Pengaruh pertumbuhan diameter terhadap penambahan kompos dapat dilihat pada Gambar 5.
15
Rata-rata pertumbuhan diameter (mm)
Gambar 5 Respon pertumbuhan diameter terhadap penambahan kompos. 5.00
4.18
3.90
4.00
4.08
3.00
2.05
2.00 1.00 0.00 0
20
40
60
Kompos (g)
Pada Gambar 5 diatas dapat dilihat bahwa pertumbuhan rata-rata diameter semai jabon menunjukkan kecenderungan yang semakin menurun sama halnya pada perlakuan top soil. Penurunan pertumbuhan ini terjadi disaat penambahan kompos lebih dari 20 gram. Penurunan ini kemungkinan terjadi karena penambahan kompos sudah optimum pada dosis 20 gram. Pengaruh pertumbuhan diameter terhadap penambahan kombinasi antara top soil dan kompos dapat dilihat pada Gambar 6.
Gambar 6 Respon pertumbuhan diameter terhadap penambahan kombinasi antara top soil dan kompos. 5.00
4.39
4.50
4.07
Diameter (mm)
4.00
3.50
3.98
3.68
3.54 3.12
3.03
3.03 3.10
2.79
3.00
3.63 2.55
2.50 2.00 1.50 1.00 0.50 0.00
250
500
750
1000
Top soil (g) Kompos 20 g
Kompos 40 g
Kompos 60 g
Dari Gambar 6 diatas pertumbuhan diameter terhadap penambahan kombinasi antara top soil dan kompos menunjukkan bahwa pertumbuhan diameter
16
berfluktuatif. Pada dosis kompos 20 gram, penambahan dosis top soil mampu meningkatkan pertumbuhan diameter semai jabon. Pada saat dosis kompos ditingkatkan menjadi 40 gram, pertumbuhan diameter relatif tidak meningkat dengan peningkatan dosis top soil. Pada dosis 60 gram kompos, pertumbuhan diameter semakin menurun dengan peningkatan dosis top soil. Hal ini kemungkinan karena dosis kompos 20 gram sudah optimum bagi pertumbuhan diameter. Pada dosis top soil 250 gram, penambahan dosis kompos mampu meningkatkan pertumbuhan diameter. Begitu pula pada top soil 500 gram dan 750 gram, penambahan dosis kompos mampu meningkatkan pertumbuhan diameter. Namun pada dosis top soil 1.000 gram, pertumbuhan diameter menurun dengan penambahan dosis kompos diatas 20 gram. Hal ini kemungkinan dosis optimum top soil dan kompos adalah 1.000 gram dan 20 gram. Peertumbuhan diameter ini berfluktuatif kemungkinan terjadi karena adanya pencucian pada saat dilakukan penyiraman semai jabon, ukuran polybag yang terlalu kecil, pengaturan peletakan posisi polybag pada saat penelitian berlangsung dan waktu pengamatan terlalu singkat. Pemberian jarak antar polyabag yang sesuai dapat memberi ruang tumbuh yang lebih besar dan pengambilan cahaya matahari dapat berlangsung secara optimal sehingga pertambahan diameter dapat terjadi maksimal (Hildalita 2009). Pengaruh biomassa akar semai jabon terhadap pemberian top soil pada Gambar 7.
Biomassa akar (gram)
Gambar 7 Respon biomassa akar terhadap penambahan top soil. 1.50 1,07
1,5
1,29
1,43
1,42
750
1000
1.00 0.50 0.00 0
250
500 Top soil (g)
17
Pada gambar 7 diatas dapat dilihat bahwa rata-rata biomassa akar semai jabon menunjukkan kecenderungan yang semakin meningkat. Peningkatan dosis top soil diikuti dengan peningkatan pertumbuhan biomassa akar semai jabon. Berdasarkan analisis rata-rata biomassa akar semai jabon yang paling baik yaitu dengan dosis top soil 750 gram jika dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Pengaruh biomassa akar terhadap penambahan kompos dapat dilihat pada Gambar 8.
Biomassa akar (gram)
Gambar 8 Respon biomassa akar terhadap penambahan kompos. 2.00 1.50
1,3
1,24
1,07
1,39
1.00 0.50 0.00 0
20
40
60
Kompos (g)
Pada Gambar 8 diatas dapat dilihat bahwa rata-rata biomassa akar semai jabon menunjukkan kecenderungan yang semakin meningkat. Peningkatan dosis kompos diikuti dengan peningkatan biomassa akar semai jabon. Berdasarkan analisis rata-rata biomassa akar semai jabon yang paling baik yaitu dengan dosis kompos 20 gram jika dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Pengaruh biomassa akar terhadap penambahan kombinasi antara top soil dan kompos dapat dilihat pada Gambar 9.
18
Gambar 9 Respon biomassa akar terhadap penambahan kombinasi antara top soil dan kompos. 3.50
3.05
Biomassa Akar (gram)
3.00 2.50
2.09 1.83
2.00 1.50
1.18
1.77
1.68 1.44
1.50
1.39
1.38 1.11
1.00
1.00 0.50 0.00 250
500
750
1000
Top soil (g) Kompos 20 g
Kompos 40 g
Kompos 60 g
Dari Gambar 9 diatas dapat dilihat bahwa rata-rata biomassa akar semai jabon berfluktuatif dengan kecenderungan semakin menurun kecuali kombinasi berbagai dosis top soil dengan kompos 40 gram. Kecenderungan penurunan ini mungkin karena peningkatan dosis kombinasi top soil dan kompos tidak mampu meningkatkan perkembangan akar, seperti pada penambahan top soil atau kompos saja. Salah satu penyebabnya adalah ukuran polybag yang kurang besar sehingga akar tidak mampu untuk berkembang dengan baik. Pertumbuhan tanaman adalah proses terjadinya peningkatan jumlah dan ukuran daun dan batang. Pertumbuhan tanaman tidak hanya terjadi pada bagian atas (tajuk) tanaman,tetapi juga terjadi pada bagian bawah (akar) tanaman. Akar menentukan
kemampuan
tanaman
untuk
menyerap
nutrisi
dan
air,
pertumbuhannya ditentukan oleh area daun yang aktif melakukan fotosintesis karena akar bergantung pada penangkapan energy oleh daun. Pada saat suplai energi terbatas, maka energi yang ada digunakan oleh jaringan tanaman yang paling dekat dengan lokasi fotosintesis. Oleh karena itu akar menerima energi hanya pada saat ada kelebihan energi yang diproduksi melalui fotosintesis yang tidak digunakan untuk pertumbuhan tajuk tanaman (Dewi 2007). Dalam penelitian ini respon pertumbuhan semai jabon berfluktuatif yang kemungkinan disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain cahaya yang tidak
19
merata, jarak antar polybag yang tidak sama, adanya serangan nematoda pada akar, pencampuran media yang tidak merata, volume air yang berbeda pada penyiraman, serta kualitas genetik semai yang berbeda. Cahaya yang tidak merata dapat mengakibatkan pertumbuhan tanaman tidak sama dimana cahaya sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan tinggi tanaman. Pemberian jarak antar polybag yang sesuai dapat memberi ruang tumbuh yang lebih besar dan pengambilan cahaya matahari dapat berlangsung secara optimal sehingga pertambahan diameter dapat terjadi maksimal (Hildalita 2009). Semai jabon mengalami kerusakan karena terserang oleh nematoda, tanda dari serangan ini adalah terbentuknya gall atau pembengakakan akar. Hal ini dapat mengurangi fungsi akar dalam menyerap air dan unsur hara. Tubuh nematoda + 75% mengandung air dan nematoda akan kehilangan air apabila berada di dalam keadaan yang kering (kurang air), tetapi pada tanah yang mempunyai kelembaban yang cukup dalam jangka waktu yang relatif lama nematoda dapat menyesuaikan diri dan tetap dapat hidup (Dropkin 1989). Dampak serangan dari nematoda terhadap performa tanaman semai jabon baik dalam tinggi, diameter dan biomassa akar dengan berbagai perlakuan kompos dan top soil mengakibatkan respon yang berfluktuatif. Dengan adanya serangan nematoda pada akar, mengakibatkan akar tidak dapat berfungsi maksimal dalam menyerap hara, sehingga pertumbuhan tanaman tidak meningkat dengan peningkatan dosis kompos dan top soil yang diberikan. Pencampuran media yang tidak merata, juga mempengaruhi pertumbuhan semai jabon yang berfluktuatif. Dimana campuran yang tidak merata yang kemungkinan menyebabkan top soil tidak berfungsi secara optimal dalam memperbaiki karaktersitik Tailing. Volume air yang tidak sama pada saat penyiraman kemungkinan menyebabkan terjadinya pencucian pada saat volume air terlalu banyak, dan pada saat volume air terlalu sedikit maka semai jabon akan kekurangan air sehingga pertumbuhannya tidak optimal.
20
Kualitas genetik yang berbeda juga mempengaruhi tingkat pertumbuhan semai jabon, semai yang memilki kualitas genetik yang baik akan memiliki respon pertumbuhan yang baik pula.
21
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan 1. Semai jabon dapat tumbuh pada media Tailing dengan tingkat pertumbuhan yang berbeda-beda. 2. Pemberian top soil dan kompos dapat mempengaruhi pertumbuhan semai jabon, baik tinggi, diameter dan biomassa akar pada Tailing. 3. Berdasarkan penelitian ini hasil yang paling baik yaitu penggunaan kompos dosis 20 gram yang dapat dikombinasikan dengan top soil 250 gram.
5.2. Saran 1. Perlu dilakukan pengukuran volume penyiraman setiap polybag pada semai jabon 2. Perlu dilakukannya pencampuran media dengan baik sebelum dilakukan penanaman 3. Perlu dilakukan pengaturan jarak antar polybag yang seragam 4. Perlu dilakukan pemilihan lokasi rumah kaca yang baik dari segi cahaya, kelembaban serta sirkulasi udara
22
DAFTAR PUSTAKA
Dewi IR. 2007. Rhizobacteria Pendukung Pertumbuhan Tanaman. Fakultas Pertanian Jatinangor : Universitas Padjadjaran. Hlm 3. Epstein E. 1972. Nutrition of Plant Principles and Perspection. Willey International Edition. New York. Fauziah A B. 2009. Pengaruh Asam Humat dan Kompos Aktif untuk Memperbaiki Sifat Tailing dengan Indikator Pertumbuhan Tinggi Semai. [Skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Hakim N. Nyakpa MY, Lubis AM, Nugroho SG, Diha MA, Hong GB, Baliley HH. 1986. Diktat Dasar-dasar Ilmu Tanah. Lampung. Universitas Lampung. Handayani M. 2009. Pengaruh Dosis Pupuk NPK dan Kompos terhadap Pertumbuhan Bibit Salam (Eugenia polyantha. Wight). [skripsi]. Departemen Silvikultur. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Heyne K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia. Jilid I. Jakarta: Yayasan Sarana Wana Jaya. Hildalita. 2009. Penggunaan Sludge Pabrik Kopi dalam Produksi Semai Jabon (Anthocephalus cadamba Roxb Miq). [Skripsi]. Departemen Silvikultur. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Mansur I. 2010. Teknik Silvikultur untuk Reklamasi Lahan Bekas Tambang. Bogor : SEAMEO BIOTROP. Mansur I, Tuheteru FD. 2010. Kayu Jabon. Jakarta: Penebar Swadaya. Mulyana D. 2000. Pengaruh pemberian pupuk NPK dan pupuk kandang terhadap pertumbuhan pohon Damar (Agathis loranthifolia) di tanah hutan Cikabayan. [Skripsi] Fakultas Kehutanan. Bogor: IPB. Murbandono LHS. 1988. Membuat Kompos. Ed Rev. Jakarta : Penebar Swadaya. Noviani D. 2010. Pengaruh Pemberian Pupuk NPK dan Kompos terhadap Pertumbuhan Semai Jabon (Anthocephalus cadamba Roxb Miq) Pada Media Tanah Bekas Tambang Emas (Tailing). [Skripsi]. Departemen Silvikultur. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.04. /Manhut-II/. Tahun 2011 tentang Pedoman Reklamasi Hutan.
23
Sembiring S. 2007. Pengaruh Media Tailing terhadap Pertumbuhan Lamtoro (Leucaena glauca Benth) dan Saga (Adenanthera microsperma T. & B.). Info Hutan. Vol IV No.5 : 419-521. Setiadi Y, 2009. Reclamation & Forest Land Rehabilitation After Mining and Oil/Gas Operation. Green Earth Trainer. Bogor. Setyaningsih L. 2007. Pemanfaatan Cendawan Mikoriza Arbuskula dan Kompos Aktif untuk Meningkatkan Pertumbuhan semai mindi (Melia azedarach LINN) pada Media Tailing Emas Pongkor. [tesis] Program Pasca Sarjana Insitut Pertanian Bogor. Williamson N.A, Johnson M.S, Bradshaw A.D. 1982. Mine Waste Rehabilitation: the Establishment of Vegetation on Metal Mine Waste. Mining Journal Books, London.
24
LAMPIRAN
25
Lampiran 1. Rekapitulasi data pertumbuhan tinggi semai jabon Tinggi (cm) Perlakuan Kompos 0 Gram
Ulangan P0
1 2 3
Rata-rata 20 Gram
P1
1 2 3
Rata-rata 40 Gram
P2
1 2 3
Rata-rata 60 Gram
P3 Rata-rata
1 2 3
0 T0 4.5 6.3 5.9 5.6 7.6 7.4 6.5 7.2 4.3 5.3 8.8 6.1 8.2 9.3 8.4 8.6
250 T1 5.8 5.1 9.3 6.7 5.0 3.7 4.4 4.4 5.6 8.0 9.0 7.5 5.5 9.3 7.5 7.4
Top soil (Gram) 500 750 T2 T3 4.5 5.4 4.7 4.6 3.5 3.5 4.2 4.5 14.4 10.8 10.2 14.8 9.8 8.9 11.5 11.5 5.0 7.0 4.5 6.1 4.0 3.1 4.5 5.4 5.0 7.2 4.9 7.1 11.8 8.0 7.2 7.4
1000 T4 2.7 4.0 5.5 4.1 9.5 11.0 5.1 8.5 5.7 6.0 13.2 8.3 11.3 11.5 10.3 11.0
26
Lampiran 2. Rekapitulasi data pertumbuhan diameter semai jabon Diameter (mm) Perlakuan Kompos 0 Gram
Ulangan P0
1 2 3
Rata-rata 20 Gram
P1
1 2 3
Rata-rata 40 Gram
P2
1 2 3
Rata-rata 60 Gram
P3 Rata-rata
1 2 3
0 T0 4.00 3.38 4.33 3.90 4.77 3.72 4.06 4.18 1.48 1.97 2.69 2.05 4.28 3.46 4.49 4.08
Top soil (Gram) 250 500 750 T1 T2 T3 2.78 3.01 3.18 2.79 3.71 2.36 2.55 3.25 2.96 2.71 3.32 2.83 3.71 2.87 3.64 2.39 2.21 3.04 2.98 3.29 2.41 3.03 2.79 3.03 3.75 3.21 3.51 3.27 3.52 2.23 4.02 2.62 3.55 3.68 3.12 3.10 4.32 3.81 3.35 3.52 4.23 4.11 4.38 3.90 3.17 4.07 3.98 3.54
1000 T4 2.29 2.51 2.58 2.46 4.62 5.99 2.56 4.39 3.07 4.04 3.77 3.63 2.72 2.40 2.53 2.55
27
Lampiran 3. Rekapitulasi data biomassa akar semai jabon Biomassa akar (gram) Perlakuan Kompos 0 Gram
Ulangan P0
1 2 3
Rata-rata 20 Gram
P1
1 2 3
Rata-rata 40 Gram
P2
1 2 3
Rata-rata 60 Gram
P3 Rata-rata
1 2 3
0 T0 1.23 1.47 0.50 1.07 1.54 1.01 1.74 1.43 0.27 1.24 2.21 1.24 1.97 1.27 0.94 1.39
Top soil (Gram) 250 500 750 T1 T2 T3 0.94 1.58 1.75 1.70 1.17 0.94 0.82 1.13 1.59 1.15 1.29 1.43 2.54 2.52 1.86 2.40 0.84 1.83 4.21 2.13 1.34 3.05 1.83 1.68 1.14 1.07 0.98 1.01 1.40 1.29 1.38 0.54 1.88 1.18 1.00 1.38 2.22 1.52 1.34 1.69 0.65 1.08 2.35 2.16 0.91 2.09 1.44 1.11
1000 T4 1.39 1.97 0.89 1.42 1.77 1.35 1.05 1.39 1.21 2.71 1.39 1.77 1.09 0.61 2.79 1.50
28
Lampiran 4. Dokumentasi penelitian .
Kompos 0 gram
Top soil Top soil 750 gram 500 gram
Kompos 20 gram
Kompos 40 gram
(e)
(d)
Top soil 1000 gram
(c)
(b)
(a)
Top soil Top soil 250 gram 0 gram
(f)
(g)
Keterangan : (a) Pencampuran media (b) Media yang telah siap
(c) Penanaman dengan bola akar (d) Pemeliharaaan semai jabon (e) Pertumbuhan semai jabon dengan perlakuan kompos (f) Pertumbuhan semai jabon dengan perlakuan top soil (g) Gall karena serangan nematoda
Kompos 60 gram