Pertumbuhan Ekonomi Berbasis Inovasi dan Desain Oleh: Evo S. Hariandja (*) Introduksi Menjelang tutup tahun 2009 dan menyongsong tahun 2010, ada baiknya kita mencermati laporan terbaru UNIDO 2009 yang menempatkan Indonesia pada urutan ke-42 di tahun 2005 (indeks 0,282) dan ke-38 di tahun 2000 (indeks 0,301) dari sisi Competitive Industrial Performance indeks (CIP), yang berarti terjadi penurunan. Indikator industrial competitiveness ini terdiri dari 4 dimensi yaitu: kapasitas industri, kapasitas ekspor manufaktur, intensitas industrialisasi, dan kualitas ekspor. Sungguh ironis menyaksikan penurunan peringkat ini tetapi banyak dari kita malah tidak menyadarinya. Pertumbuhan ekonomi suatu negara bersumber dari beberapa faktor diantaranya: pertumbuhan institusi yang kompatibel, akunulasi modal dalam bentuk investasi, tersedianya sumber daya, kewirausahaan, dan perkembangan teknologi. Perkembangan dan inovasi teknologi diciptakan dalam sektor riset dan pengembangan menggunakan modal manusia dan stok pengetahuan yang ada (Romer 1986). Tulisan ini hanya membahas pertumbuhan dari faktor perkembangan teknologi yang mengarah ke basis desain produk dan jasa yang dibuat. Dalam hal ini desain dan inovasi menjadi kompetensi utama yang baru dalam bersaing di era ekonomi kreatif yang menuntut semuanya serba cepat dan memberikan nilai tambah.
Pentingnya Inovasi dan Desain Dari hal ini, kita belajar bahwa saatnya bagi kita sekarang untuk bangkit dan menempatkan bahwa kemampuan inovasi dan desain berkelanjutan merupakan mesin
pertumbuhan negara dan bisnis. Banyak dari kita yang meremehkan kemampuan inovasi dan desain dalam kehidupan sehari-hari baik itu dalam bisnis dan dalam kehidupan bernegara. Hal ini terlihat dari beberapa kebijakan pemerintah yang mengundang masuk investasi asing dalam bentuk Foreign Direct Investment (FDI) yang sebatas proses manufakturing saja, bukan dalam hal desain dan inovasi yang bertumpu pada kekayaan intelektual dan pengetahuan lokal. Padahal dari sisi kemampuan, bangsa kita cukup mampu untuk melakukannya. Apakah ini menjadi cerminan bahwa pemerintah mendidik rakyatnya hanya sebatas “tukang jahit saja” bukan menjadi desainer atau arsitek inovasinya? Peter
Drucker
mengatakan
perusahaan
mencapai keunggulan
bersaingnya melalui
tindakan inovasi. Kata-kata ini harusnya menjadi pemicu bagi perusahaan dan negara dalam hal ini pemerintah untuk semakin memberdayakan perusahaan-perusahaan lokal untuk maju dan mencapai tingkat keunggulan. Tindakan ini merupakan kompetensi inti yang harus dimiliki. Dari hasil riset terbukti bahwa dalam inovasi produk, porsi desain memegang peranan yang paling besar pada biaya dan sekitar 70%-80% dari biaya tersebut ditentukan pada tahap desain (Bo Ju dkk. 2009; Blanchard 1978; Cooper & Slagmulder 1997).
Hal ini membuktikan betapa desain menjadi penggerak dan
kontributor dalam menyumbang arus kas perusahaan. Pada intinya akan memberikan multiplier effect terhadap investasi, akan menjalar ke perekonomian negara dan memberikan pertumbuhan ekonomi yang kuat dari sisi nilai tambah yang diperoleh dari desain produk dan jasa yang dibuat dan ditawarkan, jika inovasi dan desain itu tumbuh dan berkembang di dalam negara dan menyebarkan pengaruhnya ke kawasan lain melalui praktek pemasaran, aktivitas merek, dan komunikasi yang intens dimana merek dari
desain tersebut dijual. Fokus pada manufaktur yang bertumpu pada porsi desain yang besar dapat menjadi kekuatan ekonomi suatu negara dan bukan hanya proses pembuatannya saja. Belajar dari negara-negara maju dimana kekuatan produk-produk mereka terletak pada desainnya. Mereka berfokus pada pengalaman masa lalu dimana banyak terjadi kerusakan lingkungan dan semakin tingginya upah pekerja sektor riel yang semakin lama semakin membebani perusahaan-perusahaan. Tetapi ada hal yang tidak ditinggalkan oleh perusahaan-perusahaan dari negara maju tersebut yaitu pusat-pusat inovasi dan desain,
dimana mereka tetap memilikinya dan sangat jarang untuk
memindahkan ke negara lain. Adapun pusat inovasi dan desain di beberapa negara diluar negara induknya hanya terbatas pada konfirmasi spesifikasi yang digunakan sesuai karakteristik konsumen dimana produk tersebut akan dijual. Contoh yang menarik adalah industri otomotif. Jika produk baru akan diluncurkan, jauh-jauh hari tim pengembangan produk dari negara induk sudah melakukan survei sesuai dengan karakteristik konsumen dimana mereka akan meluncurkan produk tersebut. Orang-orang lokal yang bertindak sebagai partner bisnisnya hanya dilibatkan dalam hal fasilitasi proyek pengembangannya bukan pada inti proyek tersebut dimana inovasi dasar dan desain dasar seperti mesin, transmisi, sistem pengereman, body, dan sistem yang melibatkan inti dari produk tersebut tetap dipegang oleh para prinsipalnya. Banyak dari kita tidak menyadarinya bahwa desain yang sepertinya mencirikan budaya lokal kawasan sebenarnya didesain oleh pihak prinsipal. Sesuatu yang ironis, membuat kita terlena dan tidak menyadarinya. Padahal porsi desain dari produk itu sendiri baik itu komponen inti dan pendukungnya dikerjakan oleh pihak prinsipal dan memberikan porsi yang cukup besar dalam keseluruhan harga produk. Sepertinya kita hanya mendapat ”tulang” saja dan bukannya “daging”.
Apa Yang Sebaiknya Pemerintah Kita Lakukan? Berkaca dari kondisi yang terpuruk di atas di satu sisi dan penekanan bahwa inovasi dan desain di sisi yang lain, memberikan arah yang sebenarnya sudah lama ada tetapi kita tidak menyadarinya atau malah kita terlena dibuatnya. Inovasi dan desain sangat penting dalam memberikan pencerahan bagi kita sebagai pelaku bisnis dan sebagai warga negara. Tanpanya sepertinya kita hanya menjadi tempat buangan produk-produk negara-negara yang maju dalam hal desain dan inovasi. Kita sepertinya dibuat untuk terus-menerus menjadi negara yang mengkonsumsi produk tersebut tanpa pernah terlibat dalam inti produk tersebut yaitu desain dan inovasinya. Mencermati hal ini beberapa rekomendasi perlu
diberikan
kepada
pemerintah
selaku
pihak
yang
mengelola
pertumbuhan
perekonomian dan menjadi otoritas tertinggi kebijakan makro dan mikro seperti: a) Memberikan akses seluas-luasnya dan memfasilitasi perusahaan-perusahaan yang membangun industrinya berbasiskan desain dan inovasi lokal untuk maju dan berkembang serta menguasai kawasan. Ini dapat menumbuhkan investasi baru. Pemerintah seharusnya tidak ragu untuk mempromosikan kekuatan desain lokal dan bukan sekedar jargon kosong belaka. Dimulai dari menggunakan desain lokal dalam hal barang-barang yang digunakan oleh pemerintah sendiri. b) Memberi insentif pengurangan pajak jika perusahaan-perusahaan lokal mampu menunjukkan bahwa produk dan jasa yang dijual benar-benar karya sendiri, memberi nilai tambah, mampu menguasai kawasan dan tidak sekedar ekspor bahan mentah saja. Kebijakan ini akan menumbuhkan rasa percaya diri yang pada akhirnya berakumulasi pada kreasi produk yang dijual.
c) Mendorong dan memberdayakan perusahaan-perusahaan lokal untuk bermitra secara serius dengan pusat-pusat inovasi dalam hal ini lembaga riset, institusi pendidikan, dan pusat-pusat inovasi lokal yang lain. Selama ini, kemitraaan sering hanya menjadi konsumsi politik yang tidak jelas implementasinya. Hanya sekedar wacana
di seminar-seminar
dan
entah
kapan terwujud.
Kemitraan akan
menumbuhkan budaya inovasi yang semakin intens dan kompetitif antar lembaga. Pemerintah harus berani untuk menggerakkan kebijakan ini sampai pada tahap implementasi yang harus jelas, terukur, dan tepat sasaran. Inovasi adalah inti dari vitalitas ekonomi. Inovasi dan desain menggerakkan pertumbuhan negara, menciptakan investasi baru dan pekerjaan, membangun kekayaan perusahaan dan negara, memberikan pegawai tujuan-tujuan yang baru, merevitalisasi organisasi dan negara, dan meningkatkan kehidupan konsumen melalui produk dan jasa baru yang hebat. (*)
Penulis adalah Dosen Program MBA dan Mahasiswa Program Doktor Sains Manajemen (DSM), Sekolah Bisnis dan Manajemen, Institut Teknologi Bandung.