Pertumbuhan dan Hasil Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) berdasarkan Waktu Penyiangan dan Jarak Tanam yang Berbeda Wanra Abdul Gafur D1, Wawan Pembengo 2, Fauzan Zakaria2 1
2
Mahasiswa Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Negeri Gorontalo Staf Pengajar Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Negeri Gorontalo
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh waktu penyiangan, jarak tanam dan interaksinya terhadap pertumbuhan dan hasil kacang tanah. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Timbuolo Timur, Kecamatan Botupingge, Kabupaten Bone Bolango, mulai bulan November 2012 sampai Febuari 2013. Penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) faktorial dengan 2 faktor dimana faktor pertama waktu penyiangan terdiri atas 3 taraf yaitu tanpa penyiangan, disiangi 2 Minggu Setelah Tanam (MST), dan disiangi 4 Minggu Setelah Tanam (MST). Faktor kedua jarak tanam terdiri atas 3 taraf yaitu jarak tanam 40 x 10 cm, 40 x 20 cm, dan 40 x 30 cm. Perlakuan ini diulang sebanyak 3 kali sehingga terdapat 27 petak percobaan. Parameter pengamatannya meliputi nisbah jumlah dominansi, tinggi tanaman, jumah daun, jumlah polong, jumlah biji, berat biji kering, dan berat 100 biji. Hasil penelitian menunjukkan bahwa waktu penyiangan dan interaksi antara waktu penyiangan dan jarak tanam tidak memberikan pengaruh yang nyata pada semua parameter pengamatan, sedangkan jarak tanam memberikan pengaruh pada tinggi tanaman, jumlah polong, jumlah biji, berat kering biji, dan berat 100 biji. Tinggi tanaman umur 5 dan 6 MST dengan jarak tanam 40 x 10 cm masing-masing nilai yang diperoleh yaitu 40,39 cm dan 46,94 cm. Jarak tanam 40 x 30 cm nyata lebih tinggi dibandingkan jarak tanam 40 x 10 cm untuk jumlah polong, jumlah biji, berat kering biji, dan berat 100 biji dengan nilai rata-rata masingmasing 119,22 buah, 211,44 buah, 73,11 g/petak, dan 37,00 g/petak. Kata Kunci
: Pertumbuhan, Hasil, Kacang Tanah, Waktu Penyiangan, Jarak Tanam
PENDAHULUAN Kacang tanah merupakan salah satu tanaman leguminose yang sangat berperan penting bagi kebutuhan pangan, selain itu memiliki niai ekonomi yang tinggi sehingga banyak yang menjadikan kacang tanah selain bahan pangan juga sebagai bahan industri. Hal ini karena kandungan protein yang terdapat di dalamnya. Di Gorontalo kacang tanah paling banyak di lahan kering, produksi rata-ratanya untuk Kabupaten Bone Bolango mencapai 174,58 ton/ha (BPS, 2011). Kebutuhan dan permintaan kacang tanah semakin meningkat dari tahun ke tahun tetapi tidak dibarengi dengan produksi dari kacang tanah yang semakin meningkat pula. Penyebab rendahnya produksi dari kacang tanah salah satunya adalah gulma. Gulma yang tumbuh bersama tanaman dapat mengurangi kualitas dan kuantitas hasil tanaman, karena gulma menjadi menjadi pesaing dalam pengambilan unsur hara, air, dan cahaya serta menjadi inang dan penyakit (Fitriana, 2008). Gulma yang dibiarkan tumbuh pada
tanaman kacang tanah dapat menurunkan hasil sampai dengan 47%. Hasil penelitian Murrinie (2004) pada pertanaman kacang tanah di Pati menunjukkan bahwa keberadaan gulma dapat menurunkan bobot polong segar per tanaman sebesar 34,8%, bobot polong kering per tanaman 37,4%, bobot biji per tanaman 30,8%, bobot polong segar per hektar 36,6%, bobot polong kering per hektar 32,3% dan bobot biji per hektar sebesar 30,4. Pengendalian gulma yang efektif dan efisien dengan tidak menggunakan bahan kimia bisa dilakukan dengan teknik-teknik budidaya antaranya yaitu dengan melakukan penyiangan serta pengaturan jarak tanam. Penyiangan merupakan salah satu teknik pengendalian mekanis yang dimaksudkan agar gulma tidak mengganggu tanaman. Penyiangan dapat dilakukan dengan mengganggu pertumbuhannya dengan cara merusak seluruh bagian dari gulma tersebut. Jarak tanam sangat berarti jika terkait dengan sistem produksi dari tanaman. Mayadewi (2007) menjelaskan bahwa pada jarak tanam yang terlalu sempit mungkin tanaman budidaya akan memberikan hasil yang relatif kurang karena adanya kompetisi antar tanaman itu sendiri. Oleh karena itu dibutuhkan jarak tanam yang optimum untuk memperoleh hasil yang maksimum. Usaha ini merupakan salah satu alternatif yang perlu dipertimbangkan dalam meningkatkan produksi dari kacang tanah, sehingga diperlukan pengetahuan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan produksi dari tanaman. METODOLOGI PENELITIAN Waktu penelitian dimulai pada bulan November 2012 sampai Febuari 2013 dan dilaksanakan di Desa Timbuolo Timur, Kecamatan Botupingge, Kabupaten Bone Bolango. Alat dalam penelitian ini yaitu alat tulis-menulis, parang, arit, cangkul, alat penyiangan, kamera digital, meteran, tugal. Sedangkan bahannya yaitu air, benih kacang varietas jepara, marshal, pupuk phonska, dan tanah. Desain dari penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial dengan 2 faktor dimana faktor pertama waktu penyiangan terdiri dari 3 taraf yaitu W0 = tanpa penyiangan, W1 = Disiangi 2 Minggu Setelah Tanam (MST), W2 = Disiangi 4 Minggu Setelah Tanam (MST) dan faktor kedua adalah jarak tanam terdiri dari 3 taraf yaitu J1 = 40 x 10 cm, J2 = 40 x 20 cm , dan J3 = 40 x 30 xcm. Perlakuan ini diulang sebanyak 3 kali sehingga terdapat 27 petak percobaan.Luas petak yang digunakan yaitu 1 x 2 m. Prosedur penelitian yaitu dengan melakukan persiapan lahan meliputi pembersihan lahan, pembajakan, dan ploting lahan. Setelah persiapan lahan kemudian penyiapan benih dimana benih yang digunakan adalah varietas jepara dan sebelum melakukakan penanaman benih tersebut direndam terlebih dahulu. Kacang tanah ditanam dengan cara ditugal dan diisi 2 benih per lubang tanam. Jarak tanam kacang tanah sesuai dengan perlakuan tanpa dilakukan penjarangan. Pemeliharaan tanaman dilakukan dengan penyiangan, pemupukan, dan pengendalian hama penyakit. Penyiangan dilakukan untuk menghindari persaingan antara tanaman utama dengan gulma. Penyiangan dilakukan dengan manual, yaitu mencabut gulma yang tumbuh di area tanaman budidaya. Waktu penyiangan dilakukan sesuai dengan perlakuan. Parameter yang diamati adalah nisbah jumlah dominansi (NJD), tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah polong, jumlah biji, berat kering biji, dan berat 100 biji.
HASIL DAN PEMBAHASAN Nisbah Jumlah Dominansi (NJD) Hasil identifikasi gulma yang tumbuh pada tanaman kacang tanah terdapat 9 jenis gulma yaitu dari golongongan teki-tekian, berdaun sempit, dan berdaun lebar. Tabel 1. Nilai Nisbah Jumlah Dominansi No Gulma NJD (%) 1. Cyperus rotundus 46,26 2. Oxalis barrelieri 7,80 3. Physalis 6,34 4. Amarathus palmeri 13,04 5. Calotropis procera 6,28 6. Eleusine indical 6,53 7. Phylanthus niruri 6,30 8. Hedyotis corymbosa 3,23 9. Basilicum polytachyon 4,20 Total 100 Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa gulma jenis teki yang mendominasi di lahan pertanaman kacang tanah. Cyperus rotundus (teki) yang mempunyai nilai NJD 46,26%, Amaranthus palmeri 13,04%, Oxalis barrelieri 7,80%, Eleusine indical 6,53%, Physalis 6,34%, Phylanthus niruri 6,30%, Calotropis procera 6,28%, Basilicum polytachyon 4,20%, dan Hedyotis corymbosa 3,23%. NJD dari teki yang mendekati 50% dapat menyebabkan persaingan dengan tanaman dalam penyerapan unsur hara air, dan sinar matahari. Dominansi teki dari gulma yang lain diduga karena kondisi lingkungan yang sesuai dengan teki seehingga teki dapat berrtahan tumbuh dibandingkan dengan gulma yang lain. Seperti yang dijelaskan oleh Simamora (2006) bahwa pada kondisi persaingan antara tanaman budidaya dengan gulma yang lain, beberapa gulma tidak mampu bertahan hidup. Tanasale dan Goo (2007) menambahkan bahwa pembentukan biji pada gulma teki tidak terhalang dan ketersediaan makanan dalam akar rimpang tersedia cukup sehingga menunjang pertumbuhan dan perkembangan gulma teki tersebut. Tinggi Tanaman Perlakuan jarak tanam hanya berbeda nyata pada 5 dan 6 MST, serta interaksi antara waktu penyiangan dan jarak tanam tidak berbeda nyata. Diduga karena kompetisi antara tanaman kacang tanah dalam satu lubang tanam lebih besar. Murrinie (2010) yang menjelaskan bahwa setiap lubang ditanami dua tanaman sehingga selain terjadi kompetisi interspesifik juga terjadi kompetisi intraspesifik dan diduga kompetisi intraspesifik lebih tinggi pengaruhnya dibanding kompetisi interspesifik, sehingga keberadaan gulma pada perlakuan tanpa penyiangan tidak menimbulkan kerugian dibandingkan dengan perlakuan penyiangan karena kompetisi antara dua tanaman kacang tanah dalam satu lubang tanam lebih besar.
Tabel 2. Hasil Pengamatan Tinggi Tanaman pada Berbagai Perlakuan Waktu Penyiangan dan Jarak Tanam Perlakuan
2 MST
3 MST
Tinggi Tanaman (cm) 4 MST 5 MST
6 MST 7 MST Waktu Penyiangan Tanpa Penyiangan 13,82tn 18,29tn 26,55tn 36,59tn 43,45tn 55,85tn Disiangi 2 MST 13,86 19,42 28,01 37,64 43,77 55,85 Disiangi 4 MST 14,01 19,52 28,39 38,10 44,46 56,34 DMRT 5% Jarak Tanam 40 x 10 cm 14,11tn 19,74tn 28,66tn 40,39 a 46,94a 58,25tn 40 x 20 cm 14,05 18,97 27,76 37,31ab 43,18ab 55,20 40 x 30 cm 13,53 18,52 26,53 34,63b 41,55ab 54,58 DMRT 5% 2,90 4,66 Ket: Angka-angka yang diikuti dengan huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata pada uji DMRT 5%
Perlakuan jarak tanam terhadap tinggi tanaman kacang tanah memberikan pengaruh yang nyata pada 5 dan 6 MST, dimana jarak tanam 40 x 10 cm (J1) berbeda nyata dengan jarak tanam 40 x 30 cm (J3) tetapi tidak berbeda nyata dengan jarak tanam 40 x 20 cm (J2). Jarak tanam yang rapat akan meningkatkan pertambahan tinggi tanaman. Diduga karena jarak tanam yang rapat akan terjadi persaingan baik dalam unsur hara, air, dan sinar matahari. Selain itu, ruang yang dibutuhkan juga terlalu sempit, sehingga tanaman tumbuh memanjang ke atas. Menurut Herlina (2011), persaingan yang tinggi antara tanaman dalam memperebutkan unsur hara, air dan cahaya, keadaan di atas menunjukkan bahwa semakin rapat jarak tanam maka tinggi tanaman jagung manis semakin rendah dibanding dengan jarak tanam yang jarang. Jumlah Daun Waktu penyiangan, jarak tanam, dan interaksi antara keduanya yang tidak memberikan pengaruh yang nyata diduga karena kompetisi antara tanaman yang dilakukan penyiangan lebih besar dibandingkan tanpa peyiangan. Jarak tanam tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah daun diduga karena terjadi persaingan pada periode pertumbuhan (jumlah daun) kacang tanah. Tabel 3. Hasil Pengamatan Jumlah Daun pada Berbagai Perlakuan Waktu Penyiangan dan Jarak Tanam Perlakuan Waktu Penyiangan Tanpa Penyiangan Disiangi 2 MST Disiangi 4 MST DMRT 5% Jarak Tanam 40 x 10 cm 40 x 20 cm 40 x 30 cm DMRT 5%
Jumlah Daun (Helai) 4 MST 5 MST
2 MST
3 MST
6,53tn 6,54 6,54 -
12,08tn 12,82 14,75 -
19,22tn 19,21 19,56 -
6,60tn 6,47 6,56 -
15,56tn 11,50 12,79 -
20,67tn 19,21 18,11 -
6MST
7 MST
26,76tn 27,11 28,86 -
35,98tn 37,71 38,30 -
43,96tn 45,59 46,10 -
28,70tn 26,96 27,07 -
40,36tn 36,71 34,92 -
48,70tn 45,83 41,11
Menurut Murrinie (2010) yang menyatakan bahwa keragaman menunjukkan tidak ada beda nyata antar perlakuan frekuensi penyiangan dan jarak tanam, demikian juga tidak ada interaksi antara kedua perlakuan tersebut. Hal ini kemungkinan disebabkan jumlah tanaman/lubang untuk semua perlakuan sebanyak dua tanaman, menyebabkan terjadinya kompetisi intraspesifik lebih mendominasi dibandingkan dengan kompetisi interspesifik (pada perlakuan tanpa penyiangan). Jumlah Polong Hasil analisis sidik ragam (Tabel 4) menunjukkan bahwa waktu penyiangan tidak memberikan pengaruh yang nyata dan jarak tanam meberikan pengaruh yang nyata namun interaksi antara keduanya tidak memberikan pengaruh yang nyata. Hal ini karena persaingan antara tanaman yang lebih besar.. Menurut Gardner et al. (1991) dalam Andriyani (2001) selain terjadi kompetisi antar tanaman, juga terjadi kompetisi dalam tubuh tanaman dimana hasil fotosintesis yang tersedia lebih banyak dibagikan untuk pertumbuhan vegetatif atau lebih banyak terjadi respirasi daripada untuk pertumbuhan biji. Tabel 4. Hasil Pengamatan Jumlah Polong pada Berbagai Perlakuan Waktu Penyiangan dan Jarak Tanam Perlakuan
Jumlah Polong (Buah) Waktu Penyiangan
Tanpa Penyiangan 2 MST 4 MST
Ket:
88,67tn 96,67 101,67
Jarak Tanam 40 x 10 cm 71,3a 40 x 20 cm 95,44ab 40 x 30 cm 119,22b DMRT 5% 37,46 Angka-angka yang diikuti dengan huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata pada uji DMRT 5%
Perlakuan jarak tanam seperti yang tertera pada Tabel 4 menunjukkan bahwa jarak tanam memberikan pengaruh yang nyata, dimana jarak tanam 40 x 30 cm (J3) (119.22) berbeda nyata dengan jarak tanam 40 x 10 cm (J1) (71.33) dan jarak tanam 40 x 20 cm (J2) (95.44). Jarak tanam yang rapat akan menurunkan hasil dari kacang tanah karena ruang tumbuh dari kacang tanah untuk menghasilkan polong lebih kecil dan kompetisi antar tanaman dalam hal nutrisi. Ali (2004) menjelaskan bahwa jarak tanam yang besar dapat memberikan ruang tumbuh yang optimum sehingga polong bernas yang terbentuk semakin banyak. Jumlah Biji Jumlah biji yang dihasilkan berhubungan dengan jumlah polong. Peningkatan jumlah polong maka akan menghasilkan jumlah biji yang besar. Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa waktu penyiangan tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah biji dan jarak tanam yang memberikan pengaruh nyata nyata serta interaksi antara keduanya tidak memberikan pengaruh yang nyata.
Tabel 5. Hasil Pengamatan Jumlah Biji pada Berbagai Perlakuan Waktu Penyiangan dan Jarak Tanam Perlakuan
Jumlah Biji (Buah) Waktu Penyiangan 157,89tn 171,00 185,00
Tanpa Penyiangan 2 MST 4 MST
Ket:
Jarak Tanam 40 x 10 cm 129,89a 40 x 20 cm 172,56ab 40 x 30 cm 211,44b DMRT 5% 80,27 Angka-angka yang diikuti dengan huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata pada uji DMRT 5%
Tabel 5 menunjukkan bahwa tidak berpengaruhnya waktu penyiangan dan interaksi terhadap jumlah biji, sama seperti pada jumlah polong karena persaingan antar tanaman yang telah dilakukan penyiangan. Perlakuan jarak tanam meberikan pengaruh yang nyata pada jumlah biji. Jarak tanam 40 x 30 cm (J3) berbeda nyata dengan jarak tanam 40 x 10 cm (J1) tetapi tidak berbeda nyata dengan jarak tanam 40 x 20 cm (J2). Hal ini diduga karena besarnya ruang tumbuh untuk pertumbuhan polong sehingga menghasilkan jumlah biji yang besar pula. Simamora (2006) menjelaskan bahwa jarak tanam yang lebih renggang menghasilkan produksi yang lebih besar per tanaman. Berat Kering Biji Perlakuan waktu penyiangan dan interaksi antara waktu penyiangan dan jarak tanam berdasarkan hasil analisis sidik ragam tidak memberikan pengaruh yang nyata. Tabel 6. Hasil Pengamatan Berat Kering Biji pada Berbagai Perlakuan Waktu Penyiangan dan Jarak Tanam Perlakuan
Berat Kering Biji (g/petak) Waktu Penyiangan
Tanpa Penyiangan 2 MST 4 MST
Ket:
53,44tn 57,78 62,56
Jarak Tanam 40 x 10 cm 44,11a 40 x 20 cm 56,56ab 40 x 30 cm 73,11b DMRT 5% 30,68 Angka-angka yang diikuti dengan huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata pada uji DMRT 5%
Tabe 6 menunjukkan bahwa waktu penyiangan dan interaksi tidak berpengaruh diduga karena terjadi ketidakseimbangan pertumbuhan pada tanaman kacang tanah di mana terjadi kompetisi atau persaingan pada saat masa generatif. Perlakuan jarak tanam terhadap berat kering biji memberikan pengaruh yang nyata. Jarak tanam 40 x 30 cm berbeda nyata dengan jarak tanam 40 x 10 cm tetapi tidak berbeda nyata dengan jarak tanam 40 x 20 cm. Diduga karena terdapat ruang untuk pembentukan polong yang lebih besar sehingga meningkatkan biji yang dihasilkan. Hasil penelitian Andriyani (2001) menunjukkan bahwa peningkatan populasi dari 250.000 tanaman per ha menjadi
500.000 tanaman per ha dan 750.000 tanaman per ha menyebabkan terjadinya kenaikan hasil biji kering per ha masing-masing sebesar 42,2% dan 21,2%, sedangkan jika populasi 500.000 tanaman per ha ditingkatkan menjadi 750.000 tanaman per ha dapat terjadi penurunan hasil biji kering per ha sebesar 14,7%. Berat 100 Biji Hasil analisis sidik ragam pada Tabel 7 menunjukkan bahwa perlakuan waktu penyiangan dan interaksi antara keduanya tidak memberikan pengaruh yang nyata serta jarak tanam yang berpengaruh nyata dimana jarak tanam 40 x 30 cm nyata lebih tinggi dibandingkan dengan jarak tanam 40 x 10 cm tetapi tidak berbeda nyata dengan jarak tanam 40 x 20 cm. Tabel 7. Hasil Pengamatan Berat 100 Biji pada Berbagai Perlakuan Waktu Penyiangan dan Jarak Tanam Perlakuan
Berat Biji Kering (g/petak) Waktu Penyiangan Tanpa Penyiangan 34,33tn 2 MST 34,44 4 MST 34,67 Jarak Tanam 40 x 10 cm 32,67a 40 x 20 cm 33,78ab 40 x 30 cm 37,00b DMRT 5% 4,46 Ket: Angka-angka yang diikuti dengan huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata pada uji DMRT 5%
Tabel 7 menunjukkan bahwa perlakuan penyiangan yang tidak memberikan pengaruh yang nyata diduga karena tingginya gulma yang tumbuh pada saat masa generatif sehingga terjadi kompetisi dengan tanaman. Menurut Andriyani (2001), Laju pertumbuhan gulma lebih tinggi dan daya adaptasinya terhadap lingkungan tumbuh lebih baik dan akhirnya dapat berpengaruh terhadap hasil panen. Keadaan ini terlihat pada pengamatan terhadap komponen hasil dan hasil yang menunjukkan bahwa populasi 250.000 tanaman per ha menghasilkan jumlah biji, bobot biji dan hasil biji kering per ha lebih rendah bila dibandingkan dengan perlakuan populasi 500.000 dan 750.000 tanaman per ha
1. 2.
KESIMPULAN Waktu penyiangan tidak memberikan pengaruh yang nyata pada pertumbuhan dan hasil kacang tanah. Jarak tanam memberikan pengaruh pada tinggi tanaman, jumlah polong, jumlah biji, berat kering biji, dan berat 100 biji. Tinggi tanaman umur 5 dan 6 MST dengan jarak tanam 40 x 10 cm masing-masing nilai yang diperoleh yaitu 40,39 cm dan 46,94 cm. Jarak tanam 40 x 30 cm nyata lebih tinggi dibandingkan jarak tanam 40 x 10 cm untuk jumlah polong, jumlah biji, berat kering biji, dan berat 100 biji dengan nilai rata-rata masing-masing 119,22 buah, 211,44 buah, 73,11 g/petak, dan 37,00 g/petak.
3.
Interaksi antara waktu penyiangan dan jarak tanam tidak memberikan pengaruh yang nyata pada pertumbuhan dan hasil kacang tanah. DAFTAR PUSTAKA
Ali, A. H. H. J. A. G. 2004. “Pengaruh Jarak Tanam dan Pemberian Berbagai Dosis Kotoran Ayam terhadap Pertumbuhan dan Produksi Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) Varietas Gajah”. Skripsi. Departemen Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor Andriyani, L. Y. 2001. Pengaruh Waktu Penyiangan dan Populasi Tanaman Terhadap Hasil Kacang Hijau (Vigna radiata L.) pada Kondisi Tanpa Olah Tanah. Jurnal Agronomi 10 (1): 27-31 Badan Pusat Statistik. 2011. Bone Bolango dalam Angka. BPS. Bone Bolango Fitriana, M. 2008. Pengaruh Periode Penyiangan Gulma terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kacang Hijau (Vigna radiata L.) Varietas Kenari. Jurnal Agria 5 (1) : 1-4 Herlina. 2011. “Kajian Variasi Jarak Tanam dan Waktu Tanam Jagung Manis (Zea mays saccaharata Sturt.) dan Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.)”. Artikel. Program Pasca Sarjana. Universitas Andalas, Padang Mayadewi, N. N. A. 2007. Pengaruh Jenis Pupuk Kandang dan Jarak Tanam terhadap Pertumbuhan Gulma dan Hasil Jagung Manis. Jurnal Agritrop 26 (4) : 153 – 159 Murrinie, E. D. 2004. Kajian Variasi Populasi Jagung dan Penyiangan dalam Sistem Tumpan ggilir dengan Kacang Tanah. Tesis. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta ____ . 2010. Analisis Pertumbuhan Tanaman Kacang Tanah dan Pergeseran Komposisi Gulma pada Frekuensi Penyiangandan Jarak Tanam yang Berbeda. http://eprints.umk.ac.id/118/1/ANALISIS_PERTUMBUHAN_TANAMAN_KAC ANG_TANAH.pdf [22 September 2012] Simamora, T. J. L. 2006. Pengaruh Waktu Penyiangan dan Jarak Tanam terhadap Pertumbuhan dan Produksi Jagung (Zea mays L.) Varietas DK3. Skripsi. Dipublikasikan. Program Studi Agronomi. Departemen Budidaya Pertanian. Fakultas Pertanian. Universitas Sumatera Utara. Medan
Tanasale, H. L. J. dan N. Goo. 2007. Pengaruh Interval Waktu Penyiangan Gulma Teki (Cyperus kylliang) pada Persemaian Lamtoro Gung (Leucaena leucacephala Lam de Wit). Eugenia 13 (1): 13-19