PERTUMBUHAN BIBIT JERUK KEPROK (Citrus nobilis)HASIL OKULASI PADA BERBAGAI MEDIA TANAM DANUMUR BATANG BAWAH ROUGH LEMON (Citrus jambhiri Lush)
Oleh ANANDA DIAN PUSPITA SARI A24080118
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2013
Citrus Nobilis Budding Seed Development on Various Growing Medium and Age of Rough Lemon Rootstock Abstract The objective of this research was to study Citrus nobilis budding seed development on various growing medium and age of Citrus jambhiri Lush rootstock. The research was conducted in BPTP experimental garden, Cipaku, Bogor from November 2011 to May 2012. The research was consisted of two experiment, i.e. experiment before budding and experiment after budding. The design of experiment was complete randomized groups with two factors and three replications. The first factor was the growing medium that consists of soil, charcoal husk, sheep’s manure, compost, and vermi-compost. The second factor was the age of Rough Lemon citrus rootstock i.e. 8 , 11, and 14 months. The results showed that the highest wet and dry weight of root were found in the plant which planted in the growing media of (soil: charcoal husk: compost or vermicompost) mixture. The best weight of wet and dry root were found in the age of citrus rootstock 8 months. The best height and diameter of Rough Lemon rootstock were found in the age of citrus rootstock 11 months. The growing media of (soil: charcoal husk: vermicompost) mixture was the best media to Citrus nobilis scion budding development. The best Citrus nobilis scion budding development were found in the age of citrus rootstocks 11 months which adapted during 3 months in the growing media. The best percentage of sprout bud, percentage of dormant bud, increase of length bud, length of bud, length of leaves, and width of leaves were found in the age of citrus rootstock 11 months which adapted during 3 months in the growing media of (soil: charcoal husk: vermicompost) mixture.
RINGKASAN ANANDA DIAN PUSPITA SARI. Pertumbuhan Bibit Jeruk Keprok (Citrus nobilis) Hasil Okulasi pada Berbagai Media Tanam dan Umur Batang Bawah Rough Lemon (Citrus jambhiri Lush)(Dibimbing oleh TATIEK KARTIKA SUHARSI). Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh terbaik yang dihasilkan dari komposisi media tanam, umur batang bawah Rough Lemon, serta interaksi antara keduanya terhadap pertumbuhan bibit jeruk Keprok (Citrus nobilis) hasil perbanyakan okulasi. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan BPTP (Balai Pengkajian Teknologi Pertanian) Cipaku, Bogor pada bulan November 2011 hingga Mei 2012. Penelitian terdiri dari dua percobaan, percobaan pertama adalah mempelajari pengaruh komposisi media tanam dan umur batang bawah jeruk Rough Lemon terhadap pertumbuhan batang bawah jeruk. Percobaan kedua adalah mempelajari pengaruh komposisi media tanam dan umur batang bawah jeruk Rough Lemonterhadap pertumbuhan tunas okulasi jeruk keprok Garut (Citrus nobilis). Penelitian ini menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak dua faktor dan tiga ulangan. Faktor pertama adalah komposisi media tanam yang terdiri dari tiga komposisi media tanam (tanah: arang sekam: pupuk kandang domba 1: 1: 1 V/V),(tanah: arang sekam: kompos 1: 1: 1 V/V), dan (tanah: arang sekam: kascing 1: 1: 1 V/V). Faktor kedua adalah umur batang bawah Rough Lemon yang terdiri dari 5, 8, dan 11 bulan yang masing-masing diadaptasi pada media perlakuan selama 3 bulan sebelum diokulasi. Batang bawah Rough Lemon yang digunakan pada percobaan ini berasal dari Cikajang, Garut dan mata tempel jeruk Keprok Garut yang digunakan pada perbanyakan okulasi dalam penelitian ini berasal dari BPMT (Badan Penggandaan Mata Tempel) Cisurupan, Garut. Hasil percobaan pertama menunjukkan bahwa komposisi media tanam (tanah: arang sekam: kompos 1: 1: 1 V/V)memberikan pengaruh baik untuk tinggi, diameter, bobot basah dan bobot kering akar bibit batang bawahRough Lemon. Umur batang bawah terbaik pada percobaan pertama ialah umur 11 bulan untuk tinggi dan diameter bibit batang bawah Rough Lemon, sedangkan bibit
ii
batang bawah umur 8 bulan baik untuk bobot basah dan bobot kering akar bibit batang bawahRough Lemon. Hasil percobaan kedua menunjukkan bahwa komposisi media tanam (tanah: arang sekam: kascing 1: 1: 1 V/V) memberikan pengaruh baik terhadap pertumbuhan tunas okulasi jeruk Keprok Garut (Citrus nobilis). Komposisi media tanam (tanah: arang sekam: pupuk kandang domba 1: 1: 1 V/V) cenderung menghasilkan nilai paling rendah pada sebagian besar parameter yang diamati dibandingkan dua media lainnya. Umur bibit batang bawah Rough Lemon terbaik pada percobaan kedua ialah umur (5 + 3) bulan dalam menghasilkan jumlah tunas dan waktu tumbuh tunas tercepat, namun pertumbuhan tunas hasil perbanyakan okulasi terbaik dihasilkan dari batang bawah umur (11 + 3) bulan. Bibit batang bawah umur (5 + 3) bulan yang ditanam pada komposisi media tanam tanah: arang sekam: kascing (1: 1: 1) menghasilkan pertambahan tinggi batang bawah RL terbaik, persentase okulasi hidup tertinggi, dan waktu tumbuh tunas terbaik. Bibit batang bawah umur (11 + 3) bulan yang ditanam pada komposisi media tanam (tanah: arang sekam: kascing 1: 1: 1 V/V) menghasilkan persentase okulasi bertunas, persentase okulasi dorman, pertambahan panjang tunas, panjang tunas, panjang daun, dan lebar daun terbaik
PERTUMBUHAN BIBIT JERUK KEPROK (Citrus nobilis)HASIL OKULASI PADA BERBAGAI MEDIA TANAM DANUMUR BATANG BAWAH ROUGH LEMON (Citrus jambhiri Lush)
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
ANANDA DIAN PUSPITA SARI A24080118
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2013
Judul
: PERTUMBUHAN BIBIT JERUK KEPROK (Citrus nobilis) HASIL OKULASI PADA BERBAGAI MEDIA TANAM DAN UMUR BATANG BAWAH ROUGH LEMON (Citrus jambhiri Lush)
Nama : ANANDA DIAN PUSPITA SARI NIM
: A24080118
Menyetujui, Pembimbing
Dr. Tatiek Kartika Suharsi, MS. NIP. 19550324 198203 2 001
Mengetahui, Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura
Dr. Ir. Agus Purwito, MSc. Agr. NIP. 19611101 198703 1 003
Tanggal Lulus :
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 10 September 1990. Penulis merupakan anak pertama dari pasangan Bapak Boedi Tjahyo Soegiono dan Ibu Esti Ningtyas Rahayu. Tahun 2002 penulis lulus dari SD Negeri Lawanggintung I Kota Bogor, kemudian
pada
tahun
2005
penulis
menyelesaikan
pendidikannya
di
SMP Negeri 7 Kota Bogor. Selanjutnya penulis lulus dari SMA Negeri 3 Kota Bogor pada tahun 2008. Kemudian pada tahun 2008 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) sebagai mahasiswa Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian. Selama kuliah penulis mengikuti satu Unit Kegiatan Mahasiswa yaitu Lingkung Seni Sunda (LISES) Gentra Kaheman, sebagai sekretaris divisi Kajian Budaya pada tahun 2010-2011.
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penelitian yang berjudul ‘Pertumbuhan Bibit Jeruk Keprok (Citrus nobilis)Hasil Okulasi pada Berbagai Media Tanam danUmur Batang Bawah Rough Lemon (Citrus jambhiri Lush)’ dapat diselesaikan dengan baik. Penulis mengucapkan terima kasih kepadaDr. Tatiek Kartika Suharsi, MS selaku dosen pembimbing skripsi dan pembimbing akademik, yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan selama kegiatan penelitian dan penyusunan skripsi ini. Ucapan terima kasih penulis sampaikan juga kepada Dr. Ir. Ketty Suketi, MSi dan Juang Gema Kartika, SP. MSi selaku dosen penguji, yang telah memberikan saran terhadap skripsi saya. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada staff kebun percobaan BPTP Cipaku, Bogor yang telah memberikan bantuan selama pelaksanaan penelitian. Kepada kedua orang tua yang telah memberikan doa serta dukungan baik secara moril maupun materil, penulis menyampaikan rasa terima kasih sedalam-dalamnya. Semoga hasil penelitian ini dapat berguna bagi yang memerlukan.
Bogor, Desember 2012
Penulis
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL ...................................................................................
v
DAFTAR GAMBAR ..............................................................................
vi
DAFTAR LAMPIRAN ...........................................................................
vii
PENDAHULUAN .................................................................................. Latar Belakang ................................................................................. Tujuan .............................................................................................. Hipotesis ..........................................................................................
1 1 3 4
TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... Tanaman Jeruk Keprok (Citrus nobilis) .......................................... Perbanyakan Jeruk secara Vegetatif ................................................ Media Tanam ................................................................................... Tanah ................................................................................................ Arang Sekam .................................................................................... Kompos ............................................................................................ Pupuk Kandang ................................................................................ Kascing ............................................................................................ Batang Bawah ..................................................................................
5 5 6 7 8 8 9 10 10 11
BAHAN DAN METODE ....................................................................... Tempat dan Waktu .......................................................................... Bahan dan Alat ................................................................................. Metode Penelitian ............................................................................ Pelaksanaan Penelitian ..................................................................... Pengamatan ......................................................................................
13 13 13 13 15 17
HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................... Hasil Kondisi Umum ................................................................................. Percobaan I. Pengaruh Komposisi Media Tanam dan Umur Bibit BatangBawah Rough Lemon terhadap Pertumbuhan Bibit Batang Bawah ................................................................................................ Pertambahan Tinggi Bibit Batang Bawah ......................................... Pertambahan Diameter Bibit Batang Bawah .................................... Bobot Basah dan Kering Akar ........................................................... Percobaan II. Pengaruh Komposisi Media Tanam dan Umur Bibit Batang Bawah Rough Lemon terhadap Pertumbuhan Tunas Jeruk Keprok Garut (Citrus nobilis) Hasil Okulasi ..................................... Keberhasilan Okulasi ......................................................................... Pertambahan Panjang Tunas .............................................................. Pertumbuhan Tunas Okulasi ..............................................................
20 20
24 25 27 29
30 31 33 35
vi
Pembahasan Percobaan 1. Pengaruh Komposisi Media Tanam dan Umur Bibit Batang Bawah Rough Lemon terhadap Pertumbuhan Bibit Batang Bawah ................................................................................................ Percobaan II. Pengaruh Komposisi Media Tanam dan Umur Bibit Batang Bawah Rough Lemon terhadap Pertumbuhan Tunas Jeruk Keprok Garut (Citrus nobilis) Hasil Okulasi .....................................
37
39
KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................... Kesimpulan ...................................................................................... Saran ................................................................................................
44 44 45
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................
46
LAMPIRAN ............................................................................................
49
DAFTAR TABEL Nomor
Halaman
1.
Kandungan unsur hara makro dan pH media tanam .......................
21
2.
Rekapitulasi sidik ragam pengaruh komposisi media tanam dan umur bibit batang bawah terhadap pertumbuhan batang bawah Rough Lemon ...................................................................................
24
Pengaruh komposisi media tanam dan umur batang bawah terhadap pertambahan tinggi (cm) batang bawah Rough Lemon.....
26
Pengaruh komposisi media tanam dan umur bibit batang bawah terhadap pertambahan diameter (mm) batang bawah Rough Lemon ..............................................................................................
28
Pengaruh komposisi media tanam dan umur bibit batang bawah terhadap bobot basah dan kering (g) akar batang bawah Rough Lemon ..............................................................................................
29
Rekapitulasi sidik ragam pengaruh komposisi media tanam dan umur bibit batang bawahRoughLemon terhadap pertumbuhan tunas jeruk Keprok Garut (Citrus nobilis) hasil okulasi ..................
30
Pengaruh komposisi media tanam dan umur bibit batang bawah RoughLemon terhadap keberhasilan okulasi batang atas jeruk Keprok Garut (Citrusnobilis) hasil okulasi......................................
32
Pengaruh komposisi media tanam dan umur bibit batang bawah Rough Lemonterhadap pertambahan panjang tunas (cm) batang atas jeruk Keprok Garut (Citrus nobilis)hasil okulasi .....................
34
Pengaruh komposisi media tanam dan umur bibit batang bawah Rough Lemon terhadap pertumbuhan batang atas jeruk Keprok Garut (Citrus nobilis) hasil okulasi..................................................
36
3. 4.
5.
6.
7.
8.
9.
DAFTAR GAMBAR Nomor
1.
2. 3. 4.
Halaman
Komposisi media tanam yang digunakan dalam percobaan I dan II, (M1) tanah: arang sekam: pupuk kandang domba (1: 1: 1); (M2) tanah: arang sekam: kompos (1: 1: 1); (M3) tanah:arang sekam: kascing (1: 1: 1) .....................................................................
15
Kondisi lingkungan tumbuh bibit jeruk Keprok hasil perbanyakan okulasi di lapangan terbuka. ..............................................................
22
Batang bawah jeruk Rough Lemonyang terserang penyakit busuk akar ....................................................................................................
23
Daun muda yang terserang hama pengorok daun .............................
23
DAFTAR LAMPIRAN Nomor
Halaman
1.
Data iklim stasiun klimatologi Darmaga, Bogor 2011 – 2012 ..........
50
2.
Layout percobaan ...............................................................................
50
3.
Sidik ragam pengaruh media tanam dan umur bibit batang bawah terhadap tinggi bibit batang bawah pada 0 MST ...............................
50
Sidik ragam pengaruh media tanam dan umur bibit batang bawah terhadap tinggi bibit batang bawah pada 2 MST ...............................
51
Sidik ragam pengaruh media tanam dan umur bibit batang bawah terhadap tinggi bibit batang bawah pada 4 MST ...............................
51
Sidik ragam pengaruh media tanam dan umur bibit batang bawah terhadap tinggi bibit batang bawah pada 6 MST ...............................
51
Sidik ragam pengaruh media tanam dan umur bibit batang bawah terhadap tinggi bibit batang bawah pada 8 MST ...............................
51
Sidik ragam pengaruh media tanam dan umur bibit batang bawah terhadap tinggi bibit batang bawah pada 10 MST .............................
52
Sidik ragam pengaruh media tanam dan umur bibit batang bawah terhadap tinggi bibit batang bawah pada 12 MST .............................
52
Sidik ragam pengaruh media tanam dan umur bibit batang bawah terhadap diameter bibit batang bawah pada 0 MST ..........................
52
Sidik ragam pengaruh media tanam dan umur bibit batang bawah terhadap diameter bibit batang bawah pada 2 MST ..........................
52
Sidik ragam pengaruh media tanam dan umur bibit batang bawah terhadap diameter bibit batang bawah pada 4 MST ..........................
53
Sidik ragam pengaruh media tanam dan umur bibit batang bawah terhadap diameter bibit batang bawah pada 6 MST ..........................
53
Sidik ragam pengaruh media tanam dan umur bibit batang bawah terhadap diameter bibit batang bawah pada 8 MST ..........................
53
Sidik ragam pengaruh media tanam dan umur bibit batang bawah terhadapdiameter bibit batang bawah pada 10 MST .........................
53
Sidik ragam pengaruh media tanam dan umur bibit batang bawah terhadapdiameter bibit batang bawah pada 12 MST .........................
54
Sidik ragam pengaruh media tanam dan umur bibit batang bawah terhadapbobot basah akar batang bawah Rough Lemon ....................
54
Sidik ragam pengaruh media tanam dan umur bibit batang bawah terhadapbobot kering akar batang bawah Rough Lemon ...................
55
4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18.
viii
19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37.
Sidik ragam pengaruh media tanam dan umur bibit batang bawah terhadappersentase bibit okulasi hidup ..............................................
55
Sidik ragam pengaruh media tanam dan umur bibit batang bawah terhadappersentase bibit okulasi bertunas .........................................
55
Sidik ragam pengaruh media tanam dan umur bibit batang bawah terhadappersentase okulasi dorman ...................................................
56
Sidik ragam pengaruh media tanam dan umur bibit batang bawah terhadapwaktu tumbuh tunas .............................................................
56
Sidik ragam pengaruh media tanam dan umur bibit batang bawah terhadappertambahan panjang tunas okulasi pada 5 MSO ................
57
Sidik ragam pengaruh media tanam dan umur bibit batang bawah terhadappertambahan panjang tunas okulasi pada 6 MSO ................
57
Sidik ragam pengaruh media tanam dan umur bibit batang bawah terhadappertambahan panjang tunas okulasi pada 7 MSO ................
58
Sidik ragam pengaruh media tanam dan umur bibit batang bawah terhadappertambahan panjang tunas okulasi pada 8 MSO ................
58
Sidik ragam pengaruh media tanam dan umur bibit batang bawah terhadappertambahan panjang tunas okulasi pada 9 MSO ................
59
Sidik ragam pengaruh media tanam dan umur bibit batang bawah terhadap pertambahan panjang tunas okulasi pada 10 MSO .............
59
Sidik ragam pengaruh media tanam dan umur bibit batang bawah terhadap pertambahan panjang tunas okulasi pada 11 MSO .............
59
Sidik ragam pengaruh media tanam dan umur bibit batang bawah terhadap pertambahan panjang tunas okulasi pada 12 MSO .............
60
Sidik ragam pengaruh media tanam dan umur bibit batang bawah terhadap panjang tunas okulasi pada 12 MSO ...................................
60
Sidik ragam pengaruh media tanam dan umur bibit batang bawah terhadap diameter tunas okulasi pada 12 MSO .................................
60
Sidik ragam pengaruh media tanam dan umur bibit batang bawah terhadap jumlah tunas okulasi pada 12 MSO ....................................
61
Sidik ragam pengaruh media tanam dan umur bibit batang bawah terhadap jumlah daun pada tunas okulasi saat 12 MSO ....................
61
Sidik ragam pengaruh media tanam dan umur bibit batang bawah terhadap panjang daun pada tunas okulasi saat 12 MSO ....................
61
Sidik ragam pengaruh media tanam dan umur bibit batang bawah terhadap lebar daun pada tunas okulasi saat 12 MSO ........................
62
Keragaan bibit jeruk Keprok Garut (Citrus nobilis) hasil perbanyakan okulasi pada ketiga media tanam dan umur batang bawah perlakuan ...................................................................
62
PENDAHULUAN Latar Belakang Peranan jeruk sebagai tanaman hortikultura makin hari makin terasa penting bagi petani karena nilai ekonomisnya yang tinggi. Buah jeruk merupakan salah satu jenis buah yang banyak digemari oleh masyarakat. Buah jeruk selalu tersedia sepanjang tahun karena tanaman jeruk tidak mengenal musim berbunga yang khusus. Di samping itu tanaman jeruk dapat ditanam di mana saja, baik di dataran rendah maupun di dataran tinggi. Prospek pemasaran buah jeruk di dalam negeri sangat cerah. Jumlah penduduk yang terus bertambah diikuti dengan pendapatan yang semakin baik akan meningkatkan permintaan pasar dalam negeri. Pertumbuhan impor jeruk sebesar 11% tiap tahun dalam sepuluh tahun ini membuat Indonesia menjadi pangsa pasar yang menjanjikan bagi negara lain dalam memasarkan produknya (Hanif dan Zamzami, 2011). Tingginya
nilai
impor
menunjukkan
bahwa
permintaan pasar dalam negeri belum mampu dipenuhi oleh produsen dalam negeri. Produksi jeruk di Indonesia pada tahun 2010 mencapai 2,028,904 ton. Produksi jeruk mengalami penurunan pada tahun 2011 sehingga menjadi 1,807,808ton (Badan Pusat Statistik, 2011). Produksi jeruk di Indonesia cenderung menurun sedangkan konsumsi jeruk di Indonesia cenderung selalu meningkat sehingga produksi jeruk di Indonesia masih belum mampu mengimbangi kebutuhan untuk konsumsi, sehingga impor jeruk semakin meningkat dengan cepat. Salah satu penyebabnya adalah belum terdapatnya teknologi pembibitan yang cepat dan menjamin keseragaman dan kestabilan hasil untuk memenuhi kebutuhan bibit unggul jeruk di Indonesia. Pembudidayaan tanaman jerukmemerlukan bibityang berkualitas, artinya bibit berasal dari pohon induk yang mempunyai sifat unggul, oleh karena itu, sebelum menanam, pemilihan bibit dari pohon yang baik mutlak diperlukan. Perbanyakanjeruk dapat dengan biji, cangkok, budding atau okulasi, grafting, kultur jaringan atau micro grafting dan rekayasa genetik/transgenik. Permasalahan perbanyakan jeruk dengan biji hasilnya kurang memuaskan, waktu berbuah relatif
2 lama 6 – 7 tahun, dan sifat – sifat yang tidak bagus dari induknya dapat diwariskan pada generasi berikutnya. Bibit cangkokan, waktu berbuah umurnya lebih pendek, masalahnya diperlukan cabang yang banyak, sehingga merusak pohon induk serta tidak dapat memenuhi permintaan bibit dalam jumlah yang banyak. Kelemahan dari bibit hasil micrografting ialah tenaga ahli bioteknologi masih terbatas di balai penelitian atau perguruan tinggi, biaya mahal, penangkar bibit di Kabupaten dan Kotabelum optimal serta masyarakat masih rendah minat dan daya belinya karena dianggap relatif mahal (Prasetyo, 2009). Perbanyakan dengan okulasi dan grafting dapat dilakukan pada tanaman yang perbanyakannya tidak dapat melalui stek, cangkok, organ pembiakan khusus, atau metode perbanyakan vegetatif lainnya. Alasan penggunaan okulasi atau grafting diantaranya memperoleh keuntungan dari batang bawah yang digunakan, mengubah kultivar tanaman, mempercepat terjadinya periode reproduktif pada tanaman, memperoleh kondisi pertumbuhan yang sesuai keinginan, memperbaiki tanaman yang rusak, dan mempelajari penyakit atau virus tanaman (Hartmann et. al., 1990). Selain itu, perbanyakan okulasi dan grafting relatif lebih murah dan membutuhkan bahan tanaman induk yang tidak terlalu banyak serta dapat menghasilkan bibit yang yang banyak. Batang bawah sangat menentukan pertumbuhan batang atas tanaman jeruk, karena bagian bawah mempunyai kemampuan dalam mengeksploitasi kondisi lingkungan yang tidak menguntungkan, yaitu kekeringan, kelebihan air, dan ketahanan terhadap hama dan penyakit tertentu (Devy dan Jati, 2008). Pemilihan media tanam yang tepat juga perlu diperhatikan untuk menunjang pertumbuhan batang bawah tanaman jeruk. Menurut Hartmannet al. (1990), media tanam yang baik merupakan media yang cukup kuat untuk menahan pertumbuhan dan kelembaban, sistem dan drainase yang baik, bebas dari penyakit, serta memiliki kadar salinitas yang rendah. Tanaman jeruk tumbuh baik pada kisaran pH tanah antara 5-6, pada pH tanah yang lebih tinggi sering terjadi defisiensi hara terutama unsur mikro Zn, Cu, Mn, dan Fe (Ashari, 2006). Komposisi media tanam yang tepat akan menentukan tingkat keberhasilan okulasi pada tanaman jeruk. Media tanam yang sering dipakai oleh petani biasanya sudah berupa campuran beberapa media tanam karena setiap media
3 tanam memiliki kelebihan dan kelemahan masing-masing. Komposisi media yang paling sering digunakan berupa campuran dari tanah subur, bahan organik (pupuk kandang atau kompos), dan pasir. Tingkat ketuaan batang atas dan batang bawah mempengaruhi proses pertautan antara keduanya. Menurut Sumarsono et al. (2002), tanaman jeruk lebih baik bila menggunakan batang atas yang agak tua dan mata tempel berkayu. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Prasetyo (2009), pertumbuhan tunas hasil okulasi yang paling cepat diperoleh dari batang bawah jeruk JC (Japanese citroen) yang berumur 12 bulan dibandingkan umur yang lebih muda dan lebih tua. Penelitian ini difokuskan untuk mencari media tanam dan umur batang bawah jeruk Rough Lemon yang paling sesuai untuk menunjang keberhasilan perbanyakan bibit jeruk yang dilakukan dengan teknik okulasi. Tujuan Tujuan penelitian ini adalah: 1. Mengetahui komposisi media tanam yang sesuai untuk pertumbuhan bibit batang bawah Rough lemon. 2. Mengetahui umur batang bawah yang sesuai untuk pertumbuhan bibit batang bawah Rough lemon. 3. Mengetahui interaksi antara komposisi media tanam dengan umur batang bawah yang sesuai untuk pertumbuhan bibit batang bawah Rough lemon. 4. Mengetahui komposisi media tanam yang sesuai untuk pertumbuhan bibit batang atas jeruk Keprok (Citrus nobilis) hasil okulasi. 5. Mengetahui umur batang bawah yang sesuai untuk pertumbuhan bibit batang atas jeruk Keprok (Citrus nobilis) hasil okulasi. 6. Mengetahui interaksi antara komposisi media tanam dengan umur batang bawah yang sesuaiuntuk pertumbuhan bibit batang atas jeruk Keprok (Citrus nobilis) hasil okulasi.
4 Hipotesis Hipotesis penelitian ini adalah : 1. Terdapat satu komposisi media tanam yang terbaik untuk pertumbuhan bibit batang bawah Rough lemon. 2. Terdapat satu umur batang bawah yang terbaik untuk pertumbuhan bibit batang bawah Rough lemon. 3. Terdapat satu kombinasi komposisi media tanam dan umur batang bawah yangterbaik untuk pertumbuhan bibit batang bawah Rough lemon. 4. Terdapat satu komposisi media tanam yang terbaik untuk pertumbuhan bibit batang atas jeruk Keprok (Citrus nobilis) hasil okulasi. 5. Terdapat satu umur batang bawah yang terbaik untuk pertumbuhan bibit batang atas jeruk Keprok (Citrus nobilis) hasil okulasi. 6. Terdapat satu kombinasi komposisi media tanam dan umur batang bawah yang terbaik untuk pertumbuhan bibit batang atasjeruk Keprok (Citrus nobilis) hasil okulasi.
TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Jeruk Keprok (Citrus nobilis) Lingkungan hidup alami dari tanaman jeruk membentang dari India dan Cina selatan hingga Australia utara dan Kaledonia baru. Pembudidayaan jeruk dimulai di Cina dari tahun 2200 SM (Verheij andStone, 1992). Penghasil jeruk Keprok atau mandarin di dunia ialah Jepang, Spanyol, Brazilia, Italia, dan Amerika Serikat, (Ashari, 1992). Iklim, tanah, dan air merupakan faktor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan jeruk. Di daerah
ekuator, jeruk dapat ditanam
dari permukaan laut sampai ke ketinggian 2000 m. Kebutuhan air untuk jeruk 1900 – 2400 mm per tahun. Di daerah – daerah produsen jeruk terkenal, beriklim kering namun diberi irigasi (Harjadi, 1989). Terdapat enam spesies utama dari jeruk, yaitu lime, pummelo, citron, grapefruit, mandarin, dan sweet orange. Tanaman jeruk Keprok termasuk pada kelompok mandarin atau spesies Citrus reticulata Blanco (Verheij andStone, 1992). Tanaman jeruk Keprok berbentuk pohon kecil berduri dengan ranting yang ramping. Jeruk Keprok atau jeruk mandarin memiliki ciri kulit buahnya mudah dikupas dan memiliki rasa asam pada beberapa kultivar dan sangat manis pada kultivar lainnya. Daging buahnya berwarna oranye hingga merah-oranye jika sudah masak penuh, tiap ruang (septa buah) mudah dipisahkan, dan berbiji kecil (Ashari, 1992). Salah satu dari lima kultivar penting yang ada di Indonesia diantaranya ‘Keprok Siem’ yang paling banyak ditanam dan paling disukai; kultivar ini memiliki kulit yang lebih menempel pada buah. Kultivar yang kulit buahnya mudah dikupas diantaranya ‘Keprok Garut’ (persilangan ‘Ponkan’), ‘Keprok Batu’, ‘Keprok Madura’, dan ‘Keprok Tejakula’. Semua kultivar tersebut diberi nama daerah tempat kultivar tersebut banyak dibudidayakan dan terkenal (Ashari, 1992). Manner et al. (2006) menyatakan tanaman jerukdapat tumbuh baik di daerah tropis maupun subtropis. Di daerah tropis tanaman jeruk dapat tumbuh
6 dengan baik pada ketinggian kurang dari 1,600 m dpl. Suhu optimal harian yang cocok untuk pertumbuhan tanaman jeruk adalah 25-30°C dan masih dapat tumbuh pada suhu 43°C. Tanaman jeruk dapat tumbuh pada tanah dengan pH 5- 8, namun akan tumbuh optimal pada tanah dengan pH 6-7. Tanaman jeruk dapat tumbuh dengan baik pada kondisi pencahayaan penuh maupun pencahayaan kurang atau ternaungi, namun tanaman jeruk lebih menyenangi kondisi pencahayaan penuh untuk pertumbuhannya. Tanaman jeruk akan tumbuh dan berbuah baik sekali di daerah yang tipe iklimnya agak kering asalkan tersedia cukup air. Di Indonesia kelembaban udara berkisar antara 50-80%. Di daerah yang kurang hujan, udara tidak lembab, penguapan air dari daun dan buah sangat besar. Di daerah seperti ini hasil buah akan bermutu tinggi kalau air tanahnya dangkal (Nia, 1993). Perbanyakan Jeruk secara Vegetatif Perbanyakan tanaman jeruk dapat dilakukan secara generatif maupun vegetatif. Perbanyakan jeruk secara generatif lebih mudah dilakukan dengan benih tetapi benih jeruk tidak seragam secara genetik karena hasil fertilisasi. Perbanyakan vegetatif dapat menghasilkan benih atau bibit yang seragam sesuai genetik tetapi cara membuat bibit secara vegetatif lebih sulit. Perbanyakan jeruk secara generatif biasanya dilakukan untuk menghasilkan rootstock atau batang bawah yang memiliki perakaran yang lebih kuat dibandingkan dengan tanaman hasil perbanyakan vegetatif. Rootstock yang dihasilkan kemudian digunakan untuk teknik perbanyakan grafting dan budding (perbanyakan vegetatif) (Harjadi, 1989). Istilah grafting atau graftage dalam bahasa Inggris diterjemahkan dengan kata sambungan atau tempelan (enten atau okulasi dalam bahasa Belanda). Sambungan melibatkan menyatunya bagian-bagian tanaman dengan jalan regenerasi yang berhasil mencapai penyatuan fisik dan tumbuh jadi satu tanaman tunggal (Harjadi, 1989). Bagian yang memberi akar disebut batang bawah (rootstock); bagian yang ditambahkan disebut batang atas (scion atau entrijs). Batang bawah dapat berupa
7 sepotong akar atau tanaman utuh. Bila batang atas hanya terdiri dari satu mata tunggal disebut tempelan atau budding (okulasi) (Harjadi, 1989). Tautan sambungan merupakan dasar sambungan yang terbentuk dari bersatunya dan jalin menjalinnya jaringan kalus yang dihasilkan kambium batang atas dan batang bawah sebagai tanggap atas pelukaan. Kambium adalah jaringan meristematik yang berada diantara xilem dan floem. Jaringan kalus terdiri dari selsel parenkhimatik. Dengan adanya kambium, berdiferensiasilah jaringan kalus menjadi jaringan kambium baru. Kambium baru ini berdiferensiasi menjadi xilem dan floem yang menjadi penghubung hidup yang tumbuh antara batang atas dan batang bawah (Harjadi, 1989). Syarat
batang
bawah
yang
baik
diantaranya
tinggi
derajat
poliembrioninya, serasi dengan batang atas, mampu tumbuh di segala jenis tanah, toleran penyakit virus, toleran penyakit cendawan, toleran nematoda, tumbuh baik di pembibitan, dan tahan kekeringan serta angin. Entres atau batang atas sebaiknya diambil dari pohon induk yang sehat, bebas virus, cabang harus bulat dan coklat, bukan bersudut dan hijau (Harjadi, 1989). Media Tanam Media perakaran yang baik adalah media yang cukup kuat dan padat, mengandung bahan yang dapat menahan kelembaban, mempunyai sistem aerasi dan drainase yang baik, salinitasnya rendah, bebas dari penyakit dan dapat disterilkan tanpa mempengaruhi unsur-unsur yang terkandung di dalam media tanam (Hartmann et al., 1990). Media tumbuh sangat penting untuk pertumbuhan dan produksi tanaman optimal. Kondisi media tanam yang ideal bisa didapatkan dari kombinasi antara bahan organik dan bahan anorganik. Bahan organik dapat berupa cacahan pakis, kompos, humus, serbuk gergaji, arang sekam, dan cocopeat. Bahan anorganik dapat berupa tanah, pasir, pasir malang, batu kerikil, dan hydrogel. Media tanam terdiri dari dua tipe yaitu campuran tanah (soil-mixes) yang mengandung tanah alami dan campuran tanpa tanah (soilles-mixes) yang tidak mengandung tanah (Harjadi, 1989).
8 Tanah Tanah mempunyai pengertian yang luas dan arti yang berbeda sesuai dengan peruntukannya. Tanah dapat diartikan sebagai bagian atas kulit bumi yang telah mengalami pelapukan yang didalamnya terdapat aktivitas biologi. Lapisan tanah bagian atas pada umumnya mengandung bahan organik yang lebih tinggi dibandingkan lapisan tanah di bawahnya. Lapisan tanah atas biasanya berwarna gelap karena terakumulasinya bahan organik dan merupakan lapisan tanah yang subur sehingga merupakan bagian tanah yang sangat penting dalam mendukung pertumbuhan tanaman (Islami dan Utomo, 1995). Tanah harus cukup kuat sebagai penunjang tegaknya tanaman agar tanaman dapat berdiri dengan kokoh dan tidak mudah roboh. Pada sisi lain, tanah harus cukup lunak sehingga akar tanaman dapat berkembang dan menjalankan fungsinya tanpa mengalami hambatan yang berarti. Tanah juga harus memiliki kedalam efektif yang cukup sehingga akar tanaman tidak hanya terpusat pada lapisan atas yang dapat menyebabkan tanaman akan peka terhadap kondisi kekurangan air dan unsur hara, dan mudah tumbang oleh terpaan angin (Islami dan Utomo, 1995). Buckman dan Braddy (1989) menyatakan bahwa terdapat 13 unsur hara esensial yang diperoleh dari tanah, diantaranya N, P, K, Ca, Mg, S, Fe, Mn, B, Mo, Cu, Zn, dan Cl. Dari 13 unsur hara esensial yang diperoleh tanaman dari tanah, secara relatif 6 diperlukan dalam jumlah banyak. Keenam unsur tersebut ialah N, P, K, Ca, Mg, dan S, yang merupakan unsur hara makro dan 7 unsur hara lainnya merupakan unsur hara mikro. Pertumbuhan tanaman akan terhambat bila unsur hara esensial kurang tersedia dalam tanah, terlalu lambat tersedia, atau tidak diimbangi oleh unsur-unsur lainnya. Terkadang ketiga faktor tersebut bekerja pada saat bersamaan dan sering terjadi pada unsur N. Arang Sekam Arang sekam adalah sekam atau kulit padi yang dibakar dengan teknik sedemikian rupa sehingga menghasilkan sekam yang menjadi arang. Sekam adalah lapisan keras yang membungkus kariopsis butir gabah yang terdiri atas dua
9 belahan yang disebut lemma dan palea yang saling bertautan (Departemen Pertanian, 2008). Arang sekam dapat digunakan sebagai media karena memiliki sifat ringan (bobot jenis = 0.2 kg/l), kasar (banyak pori) sehingga sirkulasi udara tinggi, berwarna cokelat kehitaman sehingga dapat mengabsorbsi sinar matahari dengan efektif, serta dapat mengurangi penyakit khususnya bakteri (Wuryaningsih dan Darliah, 1994). Media arang sekam dapat meningkatkan C-organik, N total, pH dan P tersedia sehingga dapat menjadikan media tanam ini gembur tapi cenderung mudah lapuk (Husniati, 2010).Arang sekam memiliki porositas yang baik bagi perkembangan akar dan memiliki daya pegang air yang tinggi. Media arang sekam memiliki kandungan C-Organik 15.23% dan Nitrogen 1.08 %. Arang sekam dapat meningkatkan permeabilitas udara dan perkolasi air (Nurbaity et al., 2009). Kompos Pengomposan adalah suatu teknik untuk memperlakukan bahan organik, proses menghasilkan produk tanah, metode daur ulang bahan organik dan nutrisi, yang berarti mematikan kuman-kuman yang telah terinfestasi pada media.dan strategi penyelesaian terhadap benda yang menyusahkan seperti bangkai hewan. Pengomposan dapat dilakukan dalam skala yang besar. Banyak alasan untuk memperoduksi kompos dan banyak cara yang dapat dilakukan untuk membuatnya (Rink and Richard, 2001). Pengomposan diartikan sebagai proses biologi oleh mikroorganisme secara terpisah atau bersama-sama dalam menguraikan bahan organik menjadi bahan semacam humus. Bahan yang terbentuk mempunyai berat volume yang lebih rendah daripada bahan dasarnya, bersifat stabil, kecepatan proses dekomposisi lambat dan berfungsi sebagai sumber pupuk organik. Dengan demikian pengomposan ialah menyiapkan makanan unutk tanaman di luar petak pertanaman dan sekaligus menghilangkan senyawa yang mudah teroksidasi dan keberadaannya tidak dikehendaki. Apabila residu ini diberikan langsung ke tanah tanpa proses pengomposan maka akan merugikan tanaman karena memanfaatkan hara nitrogen yang ada di dalam tanah (Sutanto, 2002).
10 Pupuk Kandang Pupuk kandang merupakan pupuk organik yang berasal dari kotoran hewan ternak, baik berupa kotoran cair maupun padat (faeces). Tanah yang diberi pupuk kandang akan menjadi gembur dan memudahkan air untuk masuk ke dalam tanah. Pertukaran udara (aerasi) juga menjadi lebih baik jika tanah menjadi lebih gembur. Limbah-limbah organik seperti pupuk kandang dan kompos telah lama digunakan sebagai pupuk untuk memperkaya tanah terutama yang kaya nitrogen. Pupuk kandang harus digunakan pada saat yang tepat karena nitrogen hilang sebagai amonia selama proses dekomposisi berlangsung, tetapi pembusukan selama beberapa minggu diperlukan agar saat diberikan ke tanah tidak merusak tanaman. Unsur hara dalam pupuk kandang tidak semuanya segera tersedia karena harus mengalami dekomposisi dalam tanah untuk membebaskan unsur haranya. Diperkirakan bahwa pemberian 10 ton pupuk kandang sama dengan menambahkan sekitar 2 ton bahan organik ke tanah (Sastrahidayat dan Soemarno, 1991). Kascing Vermicomposting
adalah
suatu
proses
bioteknologi
sederhanadari
pengomposan, yang menggunakan spesies cacing tanah khusus untuk proses konversi kotoran menjadi lebih bernilai dan menghasilkan produk akhir yang lebih baik. Hasil dari vermicomposting adalah vermikompos atau kascing. Kascing berbeda dengan kompos dalam beberapa proses pembuatannya.Kascing melewati proses mesophilic, pemanfaatan mikroorganisme dan cacing tanah yang aktifpada suhu 10-32°C (bukan suhu lingkungan melainkan suhu antara tumpukan bahan organik basah. Proses pembuatan kascing lebih cepat dibandingkan pengomposan pada umumnya karena bahan organik melewati pencernaan cacing tanah. Hasil dari kotoran cacing tanah atau kascing kaya akan aktifitas mikroba dan zat pengatur tumbuh, serta memiliki daya tahan yang baik terhadap serangan hama (Nagavallemmaet al., 2006).
11 Cacing tanah dalam pertanian organik sebagai agensia yang mampu menghancurkan bahan organik, kecuali bahan-bahan yang tidak mudah terdekomposisi. Vermikompos atau kascing sangat baik sebagai media campuran untuk pembibitan tanaman dan dapat dikembangkan untuk kegiatan agribisnis, terutama di tempat-tempat pembuangan sampah (Sutanto, 2002). Cacing tanah mengonsumsi berbagai sampah organik dan mengurangi volume hingga 40-60%. Bobot seekor cacing tanah berkisar antara 0.5-0.6 g, memakan sampah sesuai dengan bobot tubuh masing-masing dan menghasilkan kascing kurang lebih 50% dari sampah organik yang dimakan per hari. Kascing telah dianalisis sifat biologi dan kimianya. Kelembaban dari kascing berkisar antara 32 hingga 66% dengan pH kurang lebih 7. Kascing mengandung nutrisi makro dan mikro yang lebih tinggi dibandingkan dengan kompos hijau (Nagavallemmaet al., 2006). Menurut Nagavallemma et al. (2006), berdasarkan wawasan terdahulu menunjukkan bahwa kascing menyediakan seluruh nutrisi pada kondisi tersedia untuk tanaman dan juga meningkatkan penyerapan nutrisi oleh tanaman. Sreenivas et al.dalam Nagavallemmaet al. (2006) mempelajari jika penggunaan pupuk yang dicampur dengan vermikompos atau kascing meningkatkan ketersediaan unsur nitrogen (N) dan penyerapannya pada penanaman Labu (Luffa acutangula) di Rajendranagar, Andhra Pradesh, India. Serupa dengan penyerapan N, unsur fosfor (P), kalium (K), dan magnesium (Mg) pada tanaman padi (Oryza sativa) lebih banyak yang dapat diserap ketika pupuk yang digunakan dicampur dengan kascing. Batang Bawah Batang bawah merupakan batang yang berupa pohon pangkal yang akan ditempelkan mata tunas dari pohon yang menjadi batang atas sumber entres. Pohon pangkal dapat diperoleh dengan cara menyemai biji atau benih dari buahbuahan yang mempunyai perakaran kuat dan tahan terhadap serangan penyakit akar.
12 Bibit okulasi dapat tumbuh menjadi tanaman yang sehat jika tanaman batang bawah dirawat dengan baik. Perawatan batang bawah seperti pemupukan, pengendalian hama dan penyakit, serta penyiraman perlu diperhatikan agar batang bawah tumbuh subur dan sehat. Petumbuhan yang subur dan sehat memudahkan pengelupasan kulit dan kayunya karena sel-sel kambium berada dalam keadaan aktif membelah diri. Proses pembentukan kalus atau penyembuhan luka berlangsung dengan baik, sehingga keberhasilan okulasinya juga tinggi (Prastowo et al., 2006). Rough Lemon (Citrus jambhiri Lush) berasal dari bagian Timur Laut India, yang mungkin hasil dari persilangan yang terjadi secara alami karena memiliki derajat poliembrioni yang tinggi dibandingkan dengan spesies lemon lainnya. Jeruk Rough Lemon memiliki kulit buah yang kasar dan tidak cocok untuk dijadikan kultivar batang atas. Kultivar ini sering digunakan sebagai batang bawah pada banyak negara lainnya termasuk Indonesia (Davies and Albrigo, 1994). Kultivar Sweet Orange, Grapefruit, Mandarin, danLemon yang dijadikan batang atas dari batang bawah Rough Lemon memiliki vigor yang sangat baik dan sangat produktif dibandingkan dengan batang bawah lainnya yang pernah dicoba, terutama jika ditanam pada tanah berpasir yang dalam. Secara konsisten, pohon dewasa yang berbatang bawah Rough Lemon juga sangat toleran dengan kekeringan. Batang bawah Rough Lemon cukup toleran pada kadar garam tinggi. Batang bawah Rough Lemon mampu beradaptasi pada kisaran pH tanah yang cukup luas. Namun batang bawah Rough Lemon sangat rentan pada penyakit busuk akar (Phytopthora), faktor ini yang menjadi pembatas penggunaan batang bawah Rough Lemon pada beberapa wilayah (Davies and Albrigo, 1994). Vigor yang terlalu tinggi yang dihasilkan pada batang atas dengan batang bawah Rough Lemon pada umumnya menghasilkan buah berkualitas rendah. Padatan terlarut total (PTT) dan Total asam tertitrasi (TAT) cenderung rendah pada buah yang dihasilkan dari pohon berbatang bawah Rough Lemon. Selain itu, kulit buah menjadi lebih tebal dan membengkak (Davies and Albrigo, 1994).
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini bertempat di Kebun Percobaan BPTP Cipaku, Bogor, Jawa Barat. Pengamatan pada penelitian dilaksanakan pada dua tahap, yaitu pembibitan sebelum okulasi (Percobaan I) dan pembibitan setelah okulasi (Percobaan II). Tahap pembibitan sebelum okulasi dilaksanakan pada bulan November 2011 sampai Februari 2012 dan tahap pembibitan setelah okulasi dilaksanakan pada bulan Februari sampai Mei 2012. Analisis media tanam dilakukan di Laboratorium Tanah Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lingkungan, Institut Pertanian Bogor. Bahan dan Alat Bahan tanaman yang digunakan adalah batang bawah jeruk Rough Lemonyang berumur 5, 8, dan 11 bulan saat awal percobaan . Sejumlah mata tunas yang diambil dari pohoninduk jeruk Keprok Garut.Bahan media tanam terdiri dari kombinasi campuran tanah,arang sekam,pupuk kandang (pukan) domba, kompos, dan pupuk kascing. Penelitian ini menggunakan polybag ukuran 20 cm X 25 cm dan plastik untuk menempelkan batang atas dan batang bawah saat awal penelitian. Insektisida dan Fungisida digunakan untuk penanggulangan hama dan penyakit. Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah meteran, jangka sorong, label, oven, timbangan digital, silet dan alat pertanian lainnya. Metode Penelitian Penelitian ini terdiri dari dua jenis percobaan, percobaan I adalah mengetahui pengaruh komposisi media tanam dan umur batang bawah jeruk Rough Lemon terhadap pertumbuhan bibit batang bawah. Percobaan II adalah mengetahui pengaruh komposisi media tanam dan umur batang bawah jeruk Rough Lemon terhadap pertumbuhan tunas jeruk Keprok Garut (Citrus nobilis) hasil okulasi.
14 Penelitian ini menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) faktorial dengan 2 faktor.Pada percobaan I dan II,faktor pertama yaitu berupa komposisi media tanam dan faktor kedua adalah umur bibit batang bawah Rough Lemon. Komposisi media tanam yang digunakan dalam penelitian terdiri dari tiga jenis komposisi,yaitu (M1) (tanah:arang sekam: pupuk kandang domba 1:1:1 V/V); (M2) (tanah: arang sekam: kompos 1:1:1 V/V); (M3) (tanah:arang sekam:pupuk kascing 1:1:1 V/V). Umur batang bawah yang digunakan pada percobaan I terdiri dari tigavariasi umur,yaitu (U1) 5 bulan, (U2) 8 bulan, dan (U3) 11 bulan. Umur batang bawah yang digunakan pada percobaan II adalah bibit yang berumur 5, 8, dan 11 bulan yang kemudian diadaptasikan selama 3 bulan pada media perlakuan. Sehingga bibit batang bawah yang digunakan pada percobaan II adalah (U1) 8 (5 + 3) bulan; (U2) 11 (8 + 3) bulan; dan (U3) 14 (11 + 3) bulan.Jumlah total kombinasi perlakuan pada penelitian ini sebanyak 9 kombinasi dengan masing-masing perlakuan diulang 3 kali sehingga terdiri dari 27 satuan percobaan. Tanaman yang diamati pada percobaan I terdiri dari 3 tanaman contoh pada masing-masing satuan percobaan sehingga total tanaman yang dibutuhkan sebanyak 81 tanaman. Tanaman yang digunakan pada percobaan IIterdiri dari 17 tanaman yang diokulasi dengan 10 tanaman contoh yang diamati pada masingmasing satuan percobaan sehingga total tanaman yang dibutuhkan sebesar 459 tanaman. Model aditif linier : Yijk = μ + αi + βj + ρk + (αβ)ij + εijk Yijk
= respon pada pengaruh media tanam ke-i, umur batang bawah ke-j dan kelompok ke-k
μ
= rataan umum
αi
= pengaruh media tanam ke-i
βj
= pengaruh umur batang bawah ke-j
ρk
= pengaruh kelompok ke-k
(αβ)ij
= interaksi dari media tanam dan umur batang bawah
15 Εijk
= galat percobaan media tanam ke-i, umur batang bawah ke-j, dan kelompok ke-k Uji statistik yang digunakan adalah analisis ragam (uji-F)sedangkan uji
lanjut yang digunakan adalah uji wilayah berganda Duncan (DMRT) pada taraf kesalahan 5% atau selang kepercayaan 95% apabila dalam uji-F menunjukan hasil yang berpengaruh nyata. Pelaksanaan Penelitian Persiapan Media Tanam Media tanam yang digunakan antara lain tanah, arang sekam, pupuk kandang domba,kompos, danpupuk kascing. Komposisi media tanam yang terdiri dari arang sekam, tanah, dan bahan organik masing-masing memiliki perbandingan 1 : 1 : 1 (V/V) pada setiap perlakuan. Setiap bahan media tanam dicampur sesuai dengan perlakuan dan ditempatkan pada polybag yang telah disiapkan sebelumnya. Media tanam yang telah dicampur sesuai perlakuan dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Komposisi media tanam yang digunakan dalam percobaan I dan II, (M1) (tanah: arang sekam: pupuk kandang domba 1: 1: 1 V/V); (M2) (tanah: arang sekam: kompos 1: 1: 1 V/V); (M3) (tanah: arang sekam: pupuk kascing 1: 1: 1 V/V) Persiapan Bahan Tanaman Bahan tanaman yang digunakan adalah bibit batang bawah Rough Lemonyang diperoleh dari petani jeruk di daerah Garut dan mata tunas dari tanaman induk jeruk Keprok Garut yang diperoleh dari BPMT (Blok Penggandaan Mata Tempel) Cisurupan, Garut.Batang bawahyang digunakan berumur8, 11, dan 14bulan saat diokulasi sesuai dengan perlakuan, sedangkan
16 mata tunas atau entres yang digunakan berasal dari pohon jeruk Keprok yang sudah menghasilkan dan sehat. Sebelum diokulasi, batang bawah yang akan digunakan ditanam didalam kombinasi media tanam yang sesuai dengan perlakuan selama 3 bulan. Sehingga batang bawah yang dipersiapkan umurnya 5, 8, dan 11 bulan agar saat diokulasi umurnya sesuai dengan perlakuan yang telah direncanakan. Mata tunas yang akan ditempel pada batang bawah harus segar dan segera ditempel agar tidak mati. Pemotongan kulit batang pohon untuk mengambil mata tunas dilakukan dengan menggunakan pisau yang tajam supaya hasil potongannya baik. Penempelan atau Okulasi Teknik okulasi yang digunakan pada penelitian ini adalah chip-budding. Batang bawah yang sudah disiapkan diiris kulit batangnya menyerupai bentuk irisan. Irisan dibuat pada batang bawah kurang lebih 15 cm di atas permukaan tanah. Pengirisan batang harus dilakukan secara hati-hati agar tanaman batang bawah tidak mengalami luka yang terlalu dalam yang dapat mengakibatkan kegagalan okulasi. Mata tunas yang akan ditempelkan diambil dari pohon induk batang atas. Pengambilan mata tunas dapat dilakukan dengan membuat irisan dari atas ke bawah. Irisan tersebut kemudian dipotong secara horizontal pada bagian bawah irisan untuk melepaskan mata tunas dari batang induknya. Pengambilan mata tunas dari pohon induk disertai dengan sedikit kayu yang ikut ditempelkan pada batang bawah. Mata tunas yang diperoleh kemudian disisipkan pada batang bawah yang telah disiapkan sebelumnya. Setelah penempelan, mata tunas tersebut diikat rapat namun bagian mata tunas tidak terlapisi oleh pengikat. Hal ini dilakukan untuk membantu proses penyatuan mata tunas dengan batang bawah. Pemeliharaan
17 Kegiatan pemeliharaan yang dilakukan selama pembibitan meliputi penyiraman, penyiangan gulma, serta pengendalian hama dan penyakit. Penyiraman dilakukan 2 hari sekali untuk menjaga kelembaban media namun tidak terlalu basah agar bahan tanam tidak mengalami pembusukan pada akar. Penyiangan gulma dilakukan secara manual jika media tanam ditumbuhi gulma karena dapat mengganggu pertumbuhan akar dan tunas baru. Pengendalian hama dan penyakit dilakukan jika mulai terdapat gejala serangan, pencegahan penyakit dilakukan dengan aplikasi Agrept dan Dithane setiap dua minggu sekali dengan dosis 2mg/L. Tanaman batang bawah dibengkokan pada minggu keempat setelah okulasi dengan tujuan untuk memaksimalkan unsur-unsur dan asimilat fotosintesis yang diperlukan pada daerah yang telah diokulasi dan diharapkan pertumbuhan tunas yang optimal. Tanaman batang bawah yang dibengkokan kemudian dipotong dengan posisi potongan miring ±1 cm diatas tempat okulasi setelah tunas mulai tumbuh untuk mempercepat pertumbuhan tunas. Pengamatan Pengamatan percobaan I, pengaruh komposisi media tanam dan umur bibit batang bawah Rough Lemon terhadap pertumbuhan bibit batang bawah dilakukan dengan mengamati : 1. Tinggi tanaman (cm), diamati 0.5 cm dari permukaan tanah dan diberi tanda saat 0 MST. Pengamatan dilakukanpada 0,2, 4, 6, 8, 10, dan 12 MST (Minggu Setelah Pindah Tanam). 2. Diameter batang (mm), diukur pada diameter terbesar pada tanaman menggunakan jangka sorong dan diberi tanda saat 0 MST.Pengamatan dilakukanpada 0,2, 4, 6, 8, 10, dan 12 MST. 3. Berat basah akar (g), diukur daribobot akar sebelum dikeringkan. Pengamatan dilakukan pada akhir percobaan I, yaitu 12 MST. 4. Berat kering akar (g), diukur dari bobot akar setelah dikeringkan. Pengamatan dilakukan pada akhir percobaan I, yaitu 12 MST. 5. Analisis tanah, yang diamati meliputi pH tanah dan kandungan hara tanah. Pengamatan dilakukan pada awal penelitian.
18
Pengamatan percobaan II, pengaruh komposisi media tanam dan umur bibit batang bawah Rough Lemon terhadap pertumbuhan tunas jeruk Keprok Garut (Citrus nobilis) hasil okulasi, dilakukan dengan mengamati pertumbuhan tunas yang merupakan hasil dari perbanyakan vegetatif dengan teknik chipbudding. Penggunaan parameter persentase okulasi bertunas, waktu tumbuh tunas, jumlah tunas, panjang tunas, diameter tunas, dan jumlah daun tunas pada penelitian ini mengacu pada penelitian Alexandrianus (2005) dan Hutapea (2006). Pengamatan pertumbuhan tunas okulasi meliputi : 1. Persentase okulasi hidup (%) : persentase okulasi hidup dilihat dari jumlah okulasi yang masih hidup dan segar baik yang sudah bertunas maupun yang belum bertunas diamati pada 12 MSO (Minggu Setelah Okulasi). ∑
∑ ∑
2.
Persentase okulasi bertunas (%) : persentase okulasi bertunas dihitung dari jumlah okulasi yang masih hidup segar dan sudah bertunas, diamati pada 12 MSO. ∑
∑ ∑
3. Persentase okulasi dorman (%) : persentase okulasi dorman dihitung dari jumlah okulasi yang masih hidup segar namun tidak mengalami pecah tunas, diamati pada 12 MSO. ∑
∑ ∑
4. Waktu tumbuh tunas (HSO atau Hari Setelah Okulasi), diamati pada hari saat tanaman pecah tunas setelah okulasi. Pengamatan dilakukan sejak 1 MSO hingga 12 MSO. 5. Jumlah tunas, diukur dari banyaknya tunas yang tumbuh dari mata tunas hasil okulasi yang ukurannya lebih dari 0.5 cm pada setiap tanaman. Pengamatan dilakukan pada 12 MSO.
19 6. Pertambahan panjang tunas dan panjang tunas (cm), tunas diamati dari pangkal tunas sampai titik tumbuh tunas. Pengamatan pertambahan panjang tunas dilakukan sejak tanaman mengalami pecah tunas hingga akhir percobaan II dan diamati setiap minggu. Sedangkan pengamatan panjang tunas hanya dilakukan pada akhir percobaan II, yaitu pada 12 MSO. 7. Diameter tunas (mm), diukur pada lingkar tunas 2 cm dari pangkal tunas. Pengukuran dilakukan pada akhir percobaan II, yaitu pada 12 MSO. 8. Jumlah daun tunas (helai), dihitung dari banyaknya daun yang tumbuh pada tunas hasil okulasi dan sudah terbuka sempurna. Penghitungan dilakukan pada akhir percobaan II, yaitu pada 12 MSO. 9. Panjang daun tunas (cm), diamati pada daun ketiga yang sudah membuka sempurna dan diukur memanjang dari pangkal daun ke ujung daun. Pengukuran dilakukan pada akhir percobaan II, yaitu pada 12 MSO. 10. Lebar daun tunas (cm), diamati pada daun ketiga yang sudah membuka sempurna dan diukur melintang pada permukaan daun terlebar. Pengukuran dilakukan pada akhir percobaan II, yaitu pada 12 MSO.
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kondisi Umum Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2011 hingga Mei 2012, dimana temperatur rata-rata pada saat pelaksanaan penelitian adalah 25.9°C yang merupakan temperatur sesuai untuk pertumbuhan tanaman jeruk. Manner et al. (2006) menyatakan bahwa temperatur optimal untuk pertumbuhan tanaman jeruk berkisar antara 25-30°C. Curah hujan rata-rata pada bulan November 2011 sampai dengan Mei 2012 adalah 334.79 mm, dengan kelembaban udara rata-rata selama penelitian 84%, kondisi tersebut merupakan kondisi yang masih dapat mendukung pertumbuhan meskipun sedikit tidak optimal untuk pertumbuhan tanaman jeruk. Tanaman jeruk dapat tumbuh optimal pada kisaran kelembaban udara antara 5080%. Tanaman jeruk masih dapat tumbuh baik pada daerah dengan iklim kering asalkan ketersediaan air cukup. Data iklim yang diperoleh merupakan data iklim lokasi penelitian secara makro, data tabel iklim makro pada Lampiran 1. diperoleh dari Badan Metereologi Klimatologi dan Geofisika, Stasiun Klimatologi Darmaga, Bogor. Manner et al. (2006) menyatakan bahwa tanaman jeruk dapat tumbuh dengan baik pada pH antara 5-8. Ketiga bahan organik yang digunakan pada penelitian ini memiliki pH yang berbeda-beda dan pupuk kandang domba memiliki pH sedikit lebih basa dari kisaran pH yang dianjurkan untuk pertumbuhan tanaman jeruk. Namun arang sekam dan tanah yang digunakan memiliki pH yang netral sehingga diharapkan dapat mendukung pertumbuhan tanaman jeruk. Kandungan unsur Karbon (C), nitrogen (N), fosfor (P), Kalium (K), dan pH dalam media tanam yang digunakan pada penelitian telah dianalisis di Laboratorium Kimia Tanah, Departemen Ilmu Tanah dan Sumber Daya Lingkungan, Institut Pertanian Bogor. Kelima bahan penyusun komposisi media tanam yang digunakan memiliki sifat kimia dan fisik yang berbeda. Komposisi media tanam(tanah: arang sekam: pupuk kandang domba 1: 1: 1 V/V) merupakan media yang paling cepat kering dibandingkan dengan kedua komposisi media lainnya dan komposisi media tanam (tanah: arang sekam: kascing 1: 1: 1
21 V/V)merupakan media yang paling lembab diantara komposisi media lainnya. Analisis sifat kimia kelima bahan penyusun komposisi media tanam menunjukkan hasil yang tertera pada Tabel 1. Tabel 1. Kandungan unsur hara makro dan pH media tanam C
N
K
Arang sekam
29.95
0.38
0.12
0.65
7.40
Pupuk kandang domba
37.17
2.04
0.88
2.75
8.30
agak basa
Kompos
45.52
1.02
0.59
0.97
7.60
agak basa
Kascing
33.89
2.14
1.06
1.06
5.50
agak masam
C-org
Ntotal
P [Bray l] (ppm)
(me/100g)
pH 1:1 (KCl)
Sifat kemasamana
0.13
10.3
0.15
6.90
netral
%
Bahan media % Tanah a
P
Sifat kemasamana netral
Bahan media
1.28
K
pH
Sifat kemasaman berdasarkan data kriteria sifat-sifat kimia tanah PusatPenelitian Tanah dan Agroklimat (1994)
Batang bawah Rough Lemon(RL)yang dipindahtanamkan mengalami kelayuan daun pada satu bulan pertama akibat stress setelah ditransportasikan dari Garut ke Bogor tanpa media. Hal ini disebabkan oleh transpirasi tanaman yang tinggi selama perjalanan tidak diimbangi dengan asupan air yang biasanya diperoleh dari media. Menurut Campbell (2003), transpirasi yang tinggi dapat membuat sel-sel kehilangan turgornya sehingga ukuran sel akan berkurang, stomata menutup, difusi CO2 menurun, fotosintesis menurun, sehingga hasil fotosintat juga menurun yang berakibat kematian sel dan jaringan karena rendahnya hasil fotosintat. Hal inilah yang juga terjadi pada batang bawah jeruk RL pada awal percobaan I.Batang bawah umur 5, 8, dan 11 bulan yang mati saat ditransportasikan berjumlah masing-masing 15%, 10%, dan 10%. Batang bawah RL kemudian tumbuh segar kembali setelah kurang lebih 2 bulan berada di media perlakuan. Hal ini menunjukkan jika batang bawah RL sudah mulai bisa beradaptasi dengan media tanam yang baru. Rata-rata tinggi bibit batang bawah pada awal percobaan I pada kelompok umur 5, 8, dan 11 bulan sebesar 22.40 cm, 36.23 cm, dan 54.25 cm.Rata-rata
22 diameter awal bibt batang bawah umur 5, 8, dan 11 bulan sebesar 2.67 mm, 3.48 mm, dan 5.11 mm. Sedangkan untuk rata-rata jumlah daun pada bibit batang bawah umur 5, 8, dan 11 bulan adalah sebesar 15 helai, 23 helai, dan 35 helai. Jumlah bibit batang bawah RL yang bertahan hidup pada setiap perlakuan media tanamdi percobaan I berbeda – beda. Jumlah bibit yang bertahan hidup pada media tanam (tanah: arang sekam: pupuk kandang domba 1: 1: 1 V/V) sebanyak 67%, bibit yang bertahan hidup pada media (tanah: arang sekam: kompos 1: 1: 1 V/V) sebanyak 90%, dan bibit yang bertahan hidup pada media tanam (tanah: arang sekam: kascing 1: 1: 1 V/V) sebanyak 90%. Okulasi dilakukan pada pagi hari dan saat hari cerah. Bibit batang bawah RL yang telah diokulasi dengan mata tempel jeruk Keprok Garut ditempatkan pada lapangan terbuka tanpa naungan dan disesuaikan dengan rancangan yang digunakan. Kondisi tempat pelaksanaan penelitian ini dapat dilihat padaGambar 2. Looping (pembengkokan bibit batang bawah) dilakukan setelah 4 MSO dengan tujuan mempercepat pecah tunas.
Gambar 2. Kondisi lingkungan tumbuh bibit jeruk Keprok hasil perbanyakan okulasi di lapangan terbuka Bibit jeruk yang terserang hama dan penyakit selama percobaan I diantaranya 5% terserang hama ulat terowongan jeruk dan 25% terserang penyakit busuk akar. Penyakit busuk akar disebabkan oleh jamur Phytophthorayang menyerang pangkal batang jeruk RL. Bibit jeruk RL yang terserang tampak layu dan lama kelamaan batang mati dan mengering, bagian pangkal batang hingga
23 akar berwarna kehitaman ketika tanaman dicabut dari media tanam terlihat seperti Gambar 3. Penyakit busuk akar disebabkan karena kondisi media yang terlalu lembab dan aerasi media yang kurang baik sehingga media jenuh air saat curah hujan cukup tinggi. Tanaman yang telah diokulasi (percobaan II), terserang hama kutu daun sebanyak 10% danterserang hama pengorok daun sebanyak 25%, serangan terjadi pada saat mata tempel mulai pecah tunas. Gejala serangan hama kutu daun ialah daun-daun muda berubah bentuk menjadi pilinan dan menggulung, pada tunas dan daun muda terdapat koloni kutu.Gejala serangan hama pengorok daun diketahui dengan ciri daun jeruk berkerut dan menggulung lalu mengering. Pada tunastunas muda, di daun yang terserang terdapat kotoran kutu berupa benang-benang putih seperti spiral seperti yang terlihat pada Gambar 4. Hama lain yang berada di sekitar lokasi penelitian adalah belalang, semut, dan siput.
Gambar 3. Bibit batang bawahRough Lemonyang terserang penyakit busuk akar
Gambar 4. Daun muda yang terserang hama pengorok daun
Pengendalian hama dilakukan dengan menggunakan insektisida dan fungisida, yaitu Matador 25 EC dan Dithane sehingga serangan hama tidak mempengaruhi pertumbuhan tanaman contoh. Untuk percobaan I, pengendalian hama dilakukan setiap dua minggu sekali dan untuk percobaan II, pengendalian hama dilakukan setiap minggu setelah sebagian besar bibit mengalami pecah tunas, yaitu pada 4 MSO hingga tunas berumur kurang lebih satu bulan.
24 Gulma yang ditemui di area penelitian antara lain jukut pahit (Axonophus compresus), patikan (Euphorbia hirta), putri malu (Mimosa pudica), babadotan (Ageratum conizoides), dan keladi (Caladium bicolor). Pengendalian gulma dilakukan rutin setiap minggu secara manual. Percobaan I. Pengaruh Komposisi Media Tanam dan Umur Bibit Batang Bawah Rough Lemon terhadap Pertumbuhan Bibit Batang Bawah Percobaan I dilakukan untuk mengetahui pengaruh komposisi media tanam dan umur batang bawah jeruk RL terhadap pertumbuhan batang bawah dilakukan selama 12 minggu.Hasil analisis ragam dari tolok ukur yang diamati pada percobaan I, pengaruh komposisi media tanam dan umur batang bawah terhadap pertumbuhan bibit batang bawah ditampilkan pada Lampiran 3-18. Rekapitulasi hasil sidik ragam untuk semua parameter yang diamati pada percobaan I dicantumkan pada Tabel 2. Tabel 2. Rekapitulasi sidik ragam pengaruh komposisi media tanam dan umur bibit batang bawah terhadap pertumbuhan batang bawah Rough Lemon Parameter
MST
Tinggi batang bawah (cm)
0 2 4 6 8 10 12 0 2 4 6 8 10 12 12 12
Diameter batang bawah (mm)
Bobot basah akar (g) Bobot kering akar (g) Keterangan :
Komposisi media tn * * * * tn * tn * * ** ** tn tn ** *
Umur batang bawah ** ** ** ** ** ** ** ** ** ** ** ** ** ** * tn
Interaksi
KK
tn tn tn tn tn tn tn * tn tn tn tn tn tn ** **
17.19 16.16 16.23 15.73 15.60 21.18 21.91 9.68 9.78 10.12 11.42 11.01 12.75 11.51 22.96a) 22.78a)
MST = Minggu Setelah Tanam * = Berpengaruh nyata pada α = 5% ** = Berpengaruh sangat nyata pada α = 1% tn = Tidak berpengaruh nyata a) =Angka perhitungan didapatkan setelah data ditransformasi √
25 Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa interaksi antara komposisi media tanam dan umur batang bawah jeruk RL berpengaruh sangat nyata terhadap parameter bobot basah akar dan bobot kering akar, serta berpengaruh nyata terhadap parameter diameter batang bawah saat 0 MST. Interaksi antara komposisi media tanam dan umur batang bawah jeruk RL tidak berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi batang bawah pada 0-12 MST dan diameter batang bawah pada 2-12 MST. Faktor tunggal komposisi media tanam berpengaruh sangat nyata terhadap parameterbobot basah akar, diameter batang bawah saat 6 dan 8 MST. Sedangkan faktor tunggal komposisi media tanam berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi batang bawah pada 2, 4, 6, 8, dan 12 MST, diameter batang bawah pada 2 dan 4 MST, serta bobot kering akar batang bawah. Faktor tunggal umur batang bawah jeruk RL berpengaruh sangat nyata terhadap parameter tinggi batang bawah RL pada 0-12 MST dan diameter batang bawah RL pada 0-12 MST, serta berpengaruh nyata terhadap bobot basah akar. Tinggi Bibit Batang Bawah Pengaruh komposisi media tanam dan umur batang bawah serta interaksinya terhadap tinggi bibit batang bawah jeruk RL dicantumkan pada Tabel 3.Tinggi bibit batang bawah jeruk RL terbesar pada 0-12 MST dihasilkan oleh bibit berumur 11 bulan (54.25; 51.30; 51.61; 51.27; 51.44; 51.01; dan 51.47 cm) diikuti bibit batang bawah umur 8 (36.23; 34.86; 34.77; 34.52; 34.60; 34.10; dan 34.71 cm) dan 5 bulan (22.40; 22.19; 22.21; 22.57; 22.80; 20.86; dan 21.82 cm). Media tanam (tanah: arang sekam: kompos 1: 1: 1 V/V) menghasilkan tinggi bibit batang bawah terbesar, diikuti dengan media tanam (tanah: arang sekam: kascing), dan media tanam (tanah: arang sekam: pupuk kandang domba). Interaksi antara faktor komposisi media tanam dan umur batang bawah RL tidak berpengaruh nyata pada tinggi bibit batang bawah selama percobaan I berlangsung.
26 Tabel 3. Pengaruh komposisi media tanam dan umur bibit batang bawah terhadaptinggi (cm) batang bawah Rough Lemon Komposisi media tanam Tanah: arangsekam: pukandomba Tanah: arangsekam: kompos Tanah: arangsekam: kascing Rataan Tanah: arangsekam: pukandomba Tanah: arangsekam: kompos Tanah: arangsekam: kascing Rataan Tanah: arangsekam: pukandomba Tanah: arangsekam: kompos Tanah: arangsekam: kascing Rataan Tanah: arangsekam: pukandomba Tanah: arangsekam: kompos Tanah: arangsekam: kascing Rataan Tanah: arangsekam: pukandomba Tanah: arangsekam: kompos Tanah: arangsekam: kascing Rataan Tanah: arangsekam: pukandomba Tanah: arangsekam: kompos Tanah: arangsekam: kascing Rataan Tanah: arangsekam: pukandomba Tanah: arangsekam: kompos Tanah: arangsekam: kascing Rataan Keterangan :
Umurbatangbawah Rataan 5bulan 8bulan 11bulan .... Tinggi 0 MST (cm).... 20.48 33.20 48.15 33.94 26.31 38.40 61.11 41.94 20.42 37.10 53.49 37.00 22.40c 36.23b 54.25a .... Tinggi 2 MST (cm).... 20.17 29.42 47.92 32.50b 25.90 38.08 59.23 41.07a 20.51 37.08 46.76 34.78b c b a 22.19 34.86 51.30 .... Tinggi 4 MST (cm).... 20.35 28.05 47.89 32.10b 25.51 38.88 60.10 41.50a 20.78 37.37 46.83 34.99b c b a 22.21 34.77 51.61 .... Tinggi 6 MST (cm).... 21.25 27.18 47.67 32.03b 24.52 39.20 58.97 40.90a 21.93 37.18 47.18 35.43ab c b a 22.57 34.52 51.27 .... Tinggi 8 MST (cm) .... 21.63 26.49 48.37 32.16b 24.42 39.46 58.33 40.74a 22.35 37.85 47.62 35.94ab c b a 22.80 34.60 51.44 .... Tinggi 10 MST (cm).... 14.70 24.82 49.04 31.37 23.10 39.69 56.19 39.66 22.72 37.79 47.80 36.10 c ab a 20.86 34.10 51.01 .... Tinggi 12 MST (cm).... 14.47 21.64 49.69 30.37b 25.47 41.56 56.25 41.09a 23.08 40.94 48.46 37.49ab c b a 21.82 34.71 51.47
MST = Minggu Setelah Tanam Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada waktu pengamatanyang sama tidak berbeda nyata pada uji jarak berganda Duncan (DMRT) pada taraf 5%
Ukuran tinggi bibit batang bawah RL mengalami penurunan karena batang bawah mengalami kekeringan pada bagian pucuk dan batang bagian pucuk menjadi berwarna abu-abu pada beberapa minggu pengamatan sehingga
27 pengukuran hanya dilakukan pada batang bawah RL yang masih berwarna hijau. Kekeringan bagian pucuk tanaman menunjukkan bahwa tanaman mengalami stress selama ditransportasikan dari tempat budidaya ke tempat penelitian. Diameter Bibit Batang Bawah Pengaruh komposisi media tanam dan umur bibit batang bawah serta interaksinya terhadap diameter batang bawah jeruk RL dicantumkan pada Tabel 4. Interaksi antara komposisi media tanam dan umur batang bawah terhadap diameter batang bawah berpengaruh nyata pada 0 MST, sedangkan interaksi kedua faktor tersebut tidak berpengaruh nyata terhadap diameter pada 2, 4, 6, 8, 10 dan 12 MST. Bibit batang bawah yang berumur 11 bulan yang ditanam pada media tanam (tanah: arang sekam: kompos 1: 1: 1 V/V) menghasilkan diameter terbesar (5.67 mm) dibandingkan dengan semua kombinasi perlakuan pada 0 MST dan tidak berbeda nyata dengan bibit batang bawah yang berumur 11 bulan yang ditanam pada komposisi media tanam (tanah: arang sekam: kascing) (5.17 mm). Komposisi media tanam (tanah: arang sekam: kompos 1: 1: 1 V/V) pada 2, 4, 6 dan 8 MST nyata menghasilkan diameter terbesar (3.93; 4.02; 4.20; dan 4.26 mm) dibandingkan kedua media tanam lainnya. Bibit batang bawah umur 11 bulan menghasilkan diameter terbesar pada 0, 2, 4, 6, 8, 10, dan 12 MST (5.11; 4.94; 5.00; 5.07; 5.10; 5.31; dan 5.56 mm) serta berbeda nyata dengan bibit umur 8 dan 5 bulan. Bibit batang bawah RL mengalami penurunan ukuran diameter pada 2 MST disebabkan oleh stress yang dialami tanaman selama transportasi bibit dari tempat budidaya (Garut) ke tempat penelitian (Bogor). Ukuran diameter mulai tumbuh normal sejak 4 hingga 12 MST.
28 Tabel 4. Pengaruh komposisi media tanam dan umur bibit batang bawah terhadap diameter (mm) batang bawah Rough Lemon Komposisi media tanam Tanah: arangsekam: pukandomba Tanah: arangsekam: kompos Tanah: arangsekam: kascing Rataan Tanah: arangsekam: pukandomba Tanah: arangsekam: kompos Tanah: arangsekam: kascing Rataan Tanah: arangsekam: pukandomba Tanah: arangsekam: kompos Tanah: arangsekam: kascing Rataan Tanah: arangsekam: pukandomba Tanah: arangsekam: kompos Tanah: arangsekam: kascing Rataan Tanah: arangsekam: pukandomba Tanah: arangsekam: kompos Tanah: arangsekam: kascing Rataan Tanah: arangsekam: pukandomba Tanah: arangsekam: kompos Tanah: arangsekam: kascing Rataan Tanah: arangsekam: pukandomba Tanah: arangsekam: kompos Tanah: arangsekam: kascing Rataan Keterangan :
Umur batang bawah 5 bulan 8 bulan 11 bulan ....Diameter 0 MST (mm).... 2.72de 3.61c 4.50b 2.50e 3.61c 5.67a de cd 2.78 3.22 5.17a 2.67c 3.48b 5.11a ....Diameter 2 MST (mm).... 2.53 3.19 4.41 2.58 3.66 5.57 2.46 3.24 4.83 2.52c 3.36b 4.94a .... Diameter 4 MST (mm).... 2.43 3.41 4.56 2.70 3.76 5.60 2.65 3.51 4.86 2.59c 3.56b 5.00a .... Diameter 6 MST (mm).... 2.48 3.36 4.53 2.78 4.08 5.76 2.84 3.55 4.93 2.70c 3.66b 5.07a ....Diameter 8 MST (mm) .... 2.60 3.32 4.65 2.83 4.12 5.84 2.99 3.61 4.81 2.81c 3.68b 5.10a .... Diameter 10 MST (mm).... 2.88 3.62 4.90 2.97 4.21 5.92 3.60 4.10 5.12 c b 3.18 3.98 5.31a .... Diameter 12 MST (mm).... 3.05 3.43 5.33 3.11 4.81 6.07 3.88 4.35 5.29 c b 3.38 4.20 5.56a
Rataan 3.61 3.93 3.72
3.38b 3.93a 3.51b
3.47b 4.02a 3.67ab
3.46b 4.20a 3.78ab
3.52b 4.26a 3.81b
3.91 4.37 4.27
4.05 4.66 4.51
MST = Minggu Setelah Tanam Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada waktu pengamatan yang sama tidak berbeda nyata pada uji jarak berganda Duncan (DMRT) pada taraf 5%
29 Bobot Basah dan Bobot Kering Akar Pengaruh interaksi faktor komposisi media tanam dan umur batang bawah terhadap bobot basah dan bobot kering akar dicantumkan pada Tabel 5. Bobot basah akar terkecil dihasilkan oleh bibit batang bawah umur 8 bulan yang ditanam pada komposisi media tanam (tanah: arang sekam: pupuk kandang domba 1: 1: 1 V/V) (1.37 g). Sedangkan bobot basah akar terbesar dihasilkan oleh bibit batang bawah berumur 8 bulan yang ditanam pada komposisi media tanam (tanah: arang sekam: kompos atau kascing 1: 1: 1 V/V) (24.12 dan 25.26 g). Tabel 5. Pengaruh komposisi media tanam dan umur bibit batang bawah terhadap bobot basah dan kering (g) akar batang bawah Rough Lemon Komposisi media tanam
Umur batang bawah 5 bulan
Tanah: arang sekam: pukan domba Tanah: arang sekam: kompos Tanah: arang sekam: kascing Rataan Tanah: arang sekam: pukan domba Tanah: arang sekam: kompos Tanah: arang sekam: kascing Rataan Keterangan :
8 bulan 11 bulan .........Bobot basah akar (g).......... 1.84cd 1.37d 17.90ab 9.90bc 24.12a 16.47ab bc a 9.63 25.26 12.05abc 7.78b 16.91a 15.48a ..........Bobot kering akar (g).......... 1.67cd 0.56d 8.77abc 4.34bc 10.89a 6.96abc 4.53bc 10.05ab 5.66abc 3.74 7.16 7.13
Rataan
7.69b 16.83a 15.65a
3.92b 7.39a 6.75a
MST = Minggu Setelah Tanam Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada parameter pengamatanyang sama tidak berbeda nyata pada uji jarak berganda Duncan (DMRT) pada taraf 5%
Tolok ukur bobot kering akar memiliki kecenderungan yang sama dengan tolok ukur bobot basah akar. Bobot kering akar terendah dihasilkan oleh bibit berumur 8 bulan yang ditanam pada komposisi media tanam (tanah: arang sekam: pupuk kandang domba 1: 1: 1 V/V) (0.56 g). Bobot kering akar terbesar dihasilkan oleh bibit berumur 8 bulan yang ditanam pada komposisi media tanam (tanah: arang sekam: kompos atau kascing 1: 1: 1 V/V) (10.89 dan 10.05 g). Faktor tunggal komposisi media tanam (tanah: arang sekam: pupuk kandang domba 1: 1: 1 V/V) menghasilkan bobot kering akar terendah (3.92 g) dibandingkan komposisi media tanam lainnya.
30 Percobaan II. Pengaruh Komposisi Media Tanam dan Umur Bibit Batang BawahRough Lemon terhadap Pertumbuhan Tunas Jeruk Keprok Garut (Citrus nobilis) Hasil Okulasi Percobaan II berlangsung selama 12 minggu sejak tanaman diokulasi. Pengamatan tinggi tunas dimulai pada saat sebagian besar tanaman mulai mengalami pecah tunas, yaitu pada minggu kelima setelah okulasi. Hasil analisis sidik ragam dari pengaruh komposisi media dan umur batang bawah terhadap parameter pertumbuhan tunas hasil okulasi terdapat pada Lampiran 19-36. Rekapitulasi sidik ragam dari semua parameter yang diamati pada percobaan II dicantumkan pada Tabel 6. Keragaan bibit jeruk Keprok Garut (Citrus nobilis) hasil perbanyakan okulasi pada ketiga media tanam dan umur batang bawah perlakuan terdapat pada Lampiran 37. Tabel 6. Rekapitulasi sidik ragam pengaruh komposisi media tanam dan umur bibit batang bawah terhadap pertumbuhan tunas jeruk Keprok Garut (Citrus nobilis) hasil okulasi Parameter
MSO
Komposisi media
Persentase Okulasi Hidup (%) Persentase Okulasi Bertunas (%) Persentase Okulasi Dorman (%) Waktu Tumbuh Tunas (HSO) Pertambahan Panjang Tunas (cm)
12 12 12 1-12 5 6 7 8 9 10 11 12 12 12 12 12 12 12
** ** tn tn tn tn tn tn tn ** ** * ** ** tn * ** **
Panjang Tunas (cm) Diameter Tunas (mm) Jumlah Tunas (tunas) Jumlah Daun (helai) Panjang Daun (cm) Lebar Daun (cm) Keterangan :
Umur batang bawah ** ** tn ** tn tn tn tn tn ** ** tn ** * tn tn ** **
Interaksi ** ** tn tn tn tn tn tn * tn tn tn tn tn tn tn tn tn
MSO = Minggu Setelah Okulasi * = Berpengaruh nyata pada α = 5% ** = Berpengaruh sangat nyata pada α = 1% tn = Tidak berbeda nyata a) = Angka perhitungan didapatkan setelah data ditransformasi √
KK 8.01 11.66 5.01a) 4.23 27.05a) 29.49a) 30.70a) 26.38a) 22.07 18.13 24.26 14.23a) 13.89 10.05 15.44 11.93 8.09 9.03
.
31 Berdasarkan hasil analisis ragam yang tercantum pada Tabel 6, dapat terlihat bahwa interaksi antara faktor komposisi media tanam dan faktor umur batang bawah jeruk RL berpengaruh sangat nyata terhadap persentase okulasi hidup dan persentase okulasi bertunas, serta berpengaruh nyata terhadap pertambahan panjang tunas pada 9 MSO. Faktor tunggal komposisi media tanam berpengaruh sangat nyata terhadap parameter persentase okulasi hidup, persentase okulasi bertunas, pertambahan panjang tunas 10 dan 11 MSO, panjang tunas, diameter tunas, panjang daun, dan lebar daun, serta berpengaruh nyata terhadap pertambahan panjang tunas 12 MSO dan jumlah daun. Faktor tunggal umur batang bawah berpengaruh sangat nyata terhadap parameter persentase okulasi hidup, persentase okulasi bertunas, waktu tumbuh tunas, pertambahan panjang tunas pada 10 dan 11 MSO, panjang tunas, panjang daun, dan lebar daun, serta berpengaruh nyata terhadap parameter diameter tunas. Keberhasilan Okulasi Pengaruh interaksi antara faktor komposisi media tanam dan umur bibit batang bawah terhadap parameter keberhasilan okulasi dicantumkan pada Tabel 7.Komposisi media tanam dan umur batang bawah secara nyata mempengaruhi persentase okulasi hidup. Persentase okulasi hidup berkisar antara 37-100%. Batang bawah umur (5 + 3) bulan yang ditanam pada media tanam (tanah: arang sekam: kascing 1: 1: 1 V/V) menghasilkan persentase okulasi hidup terbaik sebesar 100% dan tidak berbeda nyata dengan batang bawah umur (11 + 3) bulan yang ditanam pada media tanam (tanah: arang sekam: kascing1: 1: 1 V/V) yang menghasilkan persentase okulasi hidup 98%. Batang bawah umur(11 + 3) bulan yang ditanam pada media (tanah: arang sekam: pupuk kandang domba 1: 1: 1 V/V) menghasilkan persentase okulasi hidup terendah, yaitu sebesar 37%. Faktor tunggal komposisi media tanam (tanah: arang sekam: pupuk kandang domba 1: 1: 1 V/V) menghasilkan persentase okulasi hidup terkecil, diikuti oleh media tanam (tanah: arang sekam: kompos 1: 1: 1 V/V), dan media tanam (tanah: arang sekam: kascing 1: 1: 1 V/V) menghasilkan persentase okulasi hidup terbesar.
32 Tabel 7. Pengaruh komposisi media tanam dan umur bibit batang bawah Rough Lemon terhadap keberhasilan okulasi batang atas jeruk Keprok (Citrus nobilis) Komposisi media tanam
Umur batang bawah (bulan) 5+3
8+3
Rataan
11 + 3
........Persentase okulasi hidup......... Tanah: arang sekam: pukan domba
86.00bc
84.00c
37.00d
69.00c
Tanah: arang sekam: kompos
86.00bc
92.00abc
84.00c
87.00b
Tanah: arang sekam: kascing
100.00
a
abc
Rataan
91.00a
96.00
91.00a
98.00
ab
98.00a
73.00b
.........Persentase okulasi bertunas....... Tanah: arang sekam: pukan domba
76.00b
80.00ab
33.00c
63.00c
Tanah: arang sekam: kompos
82.00ab
84.00ab
82.00ab
83.00b
a
Tanah: arang sekam: kascing
98.00
Rataan
86.00a
90.00
ab
85.00a
98.00
a
95.00a
71.00b
......Persentase okulasi dorman (%)....... Tanah: arang sekam: pukan domba
9.80
3.92
3.92
6.00
Tanah: arang sekam: kompos
3.92
7.84
1.96
4.67
Tanah: arang sekam: kascing
1.96
5.88
0.00
2.67
Rataan
5.33
6.00
2.00
......Waktu tumbuh tunas (HSO)....... Tanah: arang sekam: pukan domba
54
54
56
55
Tanah: arang sekam: kompos
53
54
57
54
Tanah: arang sekam: kascing
50
57
58
55
b
b
a
Rataan
52
Keterangan :
55
57
HSO = Hari Setelah Okulasi Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada parameter pengamatanyang sama tidak berbeda nyata pada uji jarak berganda Duncan (DMRT) pada taraf 5%
Faktor tunggal umur batang bawah, bibit berumur (5 + 3) dan (8 + 3) bulan menghasilkan persentase okulasi hidup yang tinggi (91%) sedangkan bibit berumur (11 + 3) bulan menghasilkan persentase okulasi hidup yang terendah (73%). Komposisi media tanam (tanah: arang sekam: kascing 1: 1: 1 V/V) menghasilkan rata-rata persentase okulasi bertunas tertinggi (95%) diikuti oleh komposisi media tanam (tanah: arang sekam: kompos 1: 1: 1 V/V) (83%), dan yang terendah media tanam (tanah: arang sekam: pupuk kandang domba 1: 1 : 1 V/V) (63%). Bibit batang bawah umur (5 + 3) dan (8 + 3) bulan rata-rata menghasilkan persentase okulasi bertunas yang tinggi (86 dan 85%) sedangkan bibit berumur
33 (11 + 3) bulan menghasilkan persentase okulasi bertunas terendah (71%). Interaksi antara bibit berumur (11 + 3) bulan dan media tanam (tanah: arang sekam: pupuk kandang domba 1: 1: 1 V/V) menghasilkan persentase okulasi bertunas terendah (33%). Komposisi media tanam dan umur batang bawah dalam bentuk tunggal dan interaksi tidak mempengaruhi persentase okulasi dorman secara nyata. Persentase okulasi dorman berkisar antara 0.00-9.80%. Waktu tumbuh tunas terlama dihasilkan dari bibit berumur (11+ 3) bulan (57 HSO) berbeda nyata dengan bibit berumur (5 + 3) dan (8 + 3) bulan (52 dan 55 HSO). Ketiga komposisi media dan interaksi antara kedua faktor perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap waktu tumbuh tunas. Pertambahan Panjang Tunas Pengaruh interaksi antara komposisi media tanam dan umur bibit batang bawah RL terhadap pertambahan panjang tunas dicantumkan pada Tabel 8. Interaksi antara komposisi media tanam dan umur batang bawah mempengaruhi pertambahan panjang tunas pada 9 MSO, sedangkan pada minggu ke 5, 6, 7, 8. 10, 11, dan 12 tidak berpengaruh. Faktor tunggal umur bibit mempengaruhi pertambahan panjang tunas pada 10 dan 11 MSO. Pertambahan panjang tunas terbesar pada 9 MSO dihasilkan oleh bibit berumur (5 + 3) bulan yang ditanam pada komposisi media tanam (tanah: arang sekam: kascing 1: 1: 1 V/V) (3.29 cm) sedangkan pertambahan panjang tunas terendah dihasilkan dari bibit berumur (5 + 3) bulan yang ditanam pada media (tanah: arang sekam: kompos atau pupuk kandang domba 1: 1: 1 V/V) (1.94 dan 1.85 cm). Komposisi media tanam (tanah: arang sekam: kascing 1: 1: 1 V/V) menghasilkan pertambahan panjang tunas terbesar pada 10, 11, dan 12 MSO (4.12; 3.71; 1.90 cm) diikuti dengan komposisi media tanam (tanah: arang sekam: kompos 1: 1: 1 V/V) dan komposisi media tanam (tanah: arang sekam: pupuk kandang domba 1: 1: 1 V/V). Pertambahan panjang tunas yang cukup besar cenderung dihasilkan dari batang bawah jeruk RL yang ditanam pada komposisi
34 media tanam (tanah: arang sekam: kascing 1: 1: 1 V/V) pada akhir-akhir minggu pengamatan. Tabel 8. Pengaruh komposisi media tanam dan umur bibit batang bawah Rough Lemon terhadap pertambahan panjang tunas (cm) batang atas jeruk Keprok (Citrus nobilis) hasil okulasi Komposisi media tanam
Tanah: arang sekam: pukan domba Tanah: arang sekam: kompos Tanah: arang sekam: kascing Rataan Tanah: arang sekam: pukan domba Tanah: arang sekam: kompos Tanah: arang sekam: kascing Rataan Tanah: arang sekam: pukan domba Tanah: arang sekam: kompos Tanah: arang sekam: kascing Rataan Tanah: arang sekam: pukan domba Tanah: arang sekam: kompos Tanah: arang sekam: kascing Rataan Tanah: arang sekam: pukan domba Tanah: arang sekam: kompos Tanah: arang sekam: kascing Rataan Tanah: arang sekam: pukan domba Tanah: arang sekam: kompos Tanah: arang sekam: kascing Rataan Tanah: arang sekam: pukan domba Tanah: arang sekam: kompos Tanah: arang sekam: kascing Rataan Tanah: arang sekam: pukan domba Tanah: arang sekam: kompos Tanah: arang sekam: kascing Rataan Keterangan :
Umur batang bawah (bulan) 5+3 8+3 11 + 3 ..Pertambahan panjang tunas 5 MSO (cm).. 0.40 1.32 0.00 0.22 0.60 0.08 1.35 0.20 0.13 0.66 0.71 0.07 ..Pertambahan panjang tunas 6 MSO (cm).. 0.81 2.67 2.67 1.02 1.11 0.71 1.50 1.00 0.77 1.11 1.46 0.58 ..Pertambahan panjang tunas 7 MSO (cm).. 2.21 1.87 2.10 2.16 1.26 1.20 1.87 1.49 0.82 2.08 1.54 1.37 ..Pertambahan panjang tunas 8 MSO (cm).. 1.53 0.97 2.30 1.36 2.32 1.97 1.70 2.27 1.20 1.53 1.85 1.82 ..Pertambahan panjang tunas 9 MSO (cm).. 1.85c 2.03bc 2.93ab bc abc 1.94 2.61 2.40abc a abc 3.29 2.34 2.10bc 2.36 2.33 2.48 ..Pertambahan panjang tunas 10 MSO (cm). 1.93 2.50 3.63 2.11 3.36 3.87 3.79 3.90 4.66 2.61c 3.25b 4.05a ..Pertambahan panjang tunas 11 MSO (cm). 1.19 1.92 2.63 1.26 2.56 3.75 2.61 4.09 4.42 1.69c 2.86b 3.60a ..Pertambahan panjang tunas 12 MSO (cm). 1.45 1.14 1.07 1.32 1.36 2.38 1.22 2.05 2.45 1.33 1.52 1.97
Rataan
0.57 0.30 0.56
1.11 0.95 1.09
2.06 1.54 1.39
1.60 1.88 1.72
2.27 2.32 2.58 2.69b 3.11b 4.12a 1.91b 2.52b 3.71a 1.22b 1.69ab 1.90a
MSO = Minggu Setelah Okulasi Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada parameter pengamatan yang sama tidak berbeda nyata pada uji jarak berganda Duncan (DMRT) pada taraf 5%
35 Batang bawah umur (11 + 3) bulan menghasilkan pertambahan panjang tunas terbesar pada 10 dan 11 MSO (4.05 dan 3.60 cm) dibandingkan dengan batang bawah umur (8 + 3) (3.25 dan 2.86 cm) dan (5 + 3) bulan (2.61 dan 1.69 cm). Batang bawah umur (8 + 3) bulan cenderung menghasilkan pertambahan panjang tunas yang besar pada awal minggu bibit dipindahtanamkan ke media tanam perlakuan, namun pertambahan panjang tunas yang cenderung lebih besar pada akhir minggu pengamatan dihasilkan dari batang bawah umur (11 + 3) bulan. Pertumbuhan Tunas Okulasi Pengamatan terhadap panjang tunas dilakukan pada akhir percobaan II, yaitu pada 12 MSO. Pengaruh interaksi faktor komposisi media tanam dan umur bibit batang bawah terhadap pertumbuhan batang atas jeruk Keprok hasil okulasi dicantumkan pada Tabel 9.Interaksi faktor komposisi media tanam dan umur batang bawah tidak mempengaruhi secara nyata tolok ukur pertumbuhan batang atas jeruk Keprok, diantaranya panjang tunas, diameter tunas, jumlah tunas, jumlah daun, panjang daun, dan lebar daun. Komposisi media tanam secara tunggal berpengaruh secara nyata terhadap semua tolok ukur pertumbuhan batang atas jeruk Keprok kecuali jumlah tunas. Umur batang bawah berpengaruh secara nyata terhadap enam tolok ukur yang diamati kecuali jumlah tunas dan jumlah daun. Komposisi media tanam (tanah: arang sekam: kascing 1: 1: 1 V/V) merupakan media tanam terbaik untuk pertumbuhan batang atas jeruk Keprok karena menghasilkan nilai tertinggi pada kelima tolak ukur (panjang tunas, diameter tunas, jumlah daun, panjang daun, dan lebar daun) yang diamati dibandingkan dengan media tanam lainnya. Komposisi media tanam (tanah: arang sekam: pupuk kandang domba 1: 1: 1 V/V) merupakan media yang kurang cocok untuk mendukung pertumbuhan batang atas jeruk Keprok karena menghasilkan nilai terendah pada kelima tolak ukur (panjang tunas, diameter tunas, jumlah daun, panjang daun, dan lebar daun) yang diamati dibandingkan dengan komposisi media tanam lainnya.
36 Tabel 9. Pengaruh komposisi media tanam dan umur bibit batang bawahRough Lemon terhadap pertumbuhan batang atas jeruk Keprok (Citrus nobilis) hasil okulasi Komposisi media tanam
Tanah: arang sekam: pukan domba Tanah: arang sekam: kompos Tanah: arang sekam: kascing Rataan Tanah: arang sekam: pukan domba Tanah: arang sekam: kompos Tanah: arang sekam: kascing Rataan Tanah: arang sekam: pukan domba Tanah: arang sekam: kompos Tanah: arang sekam: kascing Rataan Tanah: arang sekam: pukan domba Tanah: arang sekam: kompos Tanah: arang sekam: kascing Rataan Tanah: arang sekam: pukan domba Tanah: arang sekam: kompos Tanah: arang sekam: kascing Rataan Tanah: arang sekam: pukan domba Tanah: arang sekam: kompos Tanah: arang sekam: kascing Rataan Keterangan
Umur batang bawah (bulan) 5+3 8+3 11 + 3 ......Panjang tunas (cm)....... 8.01 9.50 11.58 8.56 11.60 13.88 13.59 13.62 14.32 10.05b 11.57b 13.26a .....Diameter tunas (mm)....... 1.92 2.02 2.38 2.14 2.52 2.67 2.54 2.75 2.60 2.20b 2.43ab 2.55a ......Jumlah tunas (tunas)........ 1.33 1.43 1.37 1.23 1.23 1.13 1.40 1.20 1.37 1.32 1.29 1.29 ......Jumlah daun (helai)...... 10.33 11.03 11.27 10.70 11.57 12.27 13.30 12.43 13.17 11.44 11.68 12.23 .....Panjang daun (cm)....... 3.09 3.58 4.36 3.45 4.43 4.55 4.47 4.62 4.75 3.67c 4.21b 4.55a .......Lebar daun (cm)......... 1.68 1.93 2.29 1.78 2.29 2.31 2.39 2.42 2.44 1.95b 2.21a 2.35a
Rataan 9.70c 11.35b 13.84a 2.11b 2.44a 2.63a
1.38 1.20 1.32 10.88b 11.51b 12.97a 3.68c 4.14b 4.61a 1.97b 2.13b 2.42a
: HSO= Hari Setelah Okulasi Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada parameter pengamatan yang sama tidak berbeda nyata pada uji jarak berganda Duncan (DMRT) pada taraf 5%
Bibit batang bawah berumur (11 + 3) bulan secara nyata mendukung pertumbuhan batang atas terbaik karena menghasilkan nilai tertinggi pada keempat tolok ukur yang diamati (panjang tunas, diameter tunas, panjang daun, dan lebar daun), diikuti oleh bibit berumur (8 + 3) bulan dan (5 + 3) bulan.
Pembahasan Percobaan I. Pengaruh Komposisi Media Tanam dan Umur Bibit Batang Bawah Rough Lemon terhadap Pertumbuhan Bibit Batang Bawah Kascing merupakan media yang memiliki pH yang paling masam (5.50) dibandingkan dengan tanah, arang sekam, kompos, dan pupuk kandang domba yang digunakan pada percobaan ini. Sedangkan pupuk kandang domba memiliki pH yang paling basa (8.30) dibandingkan dengan media tanam lainnya (Tabel 1). Menurut Hartmann et al. (1990), pH media tanam memiliki banyak pengaruh terhadap tanaman seperti ketersediaan beberapa unsur hara dan aktivitas mikroorganisme yang menguntungkan. Kisaran pH antara 5.5 hingga 7 adalah yang terbaik untuk mendukung pertumbuhan tanaman pada umumnya. Menurut Gardner et al. (1991), ketersediaan unsurhara lebih menentukan status nutrisi tanaman dibandingkan kuantitas mutlaknya. Faktor utama yang mempengaruhi daya larut nutrisi dan mempengaruhi ketersediaan nutrisi tanaman ialah pH media tanam. Berdasarkan hasil analisis sifat kimia dari lima jenis media tanam yang digunakan, media tanam tanah dan kascing memiliki pH media pada kisaran netral sehingga diduga kedua media tanam ini yang ketersediaan haranya paling baik. Hasil percobaan I, bibit yang ditanam pada media (tanah: arang sekam: pupuk kandang domba 1: 1: 1 V/V) lebih banyak yang mati dibandingkan dengan bibit yang ditanam pada media tanam lainnya dikarenakan media tanam pupuk kandang dombamerupakan media yang memiliki pH paling basa. Hal ini diduga disebabkan oleh ketersediaan hara yang dibutuhkan bibit sangat rendah sehingga banyak bibit yang mati. Tinggi dan diameter bibit batang bawah yang paling bagus cenderung dihasilkan dari bibit yang ditanam pada komposisi media tanam (tanah: arang sekam: kompos1: 1: 1 V/V) (Tabel 3 dan 4). Hal ini diduga disebabkan oleh pH media tanam kompos cenderung mendekati netral dibandingkan bahan organik dari komposisi media tanam lainnya. Unsur hara akan lebih tersedia bagi tanaman apabila pH media tanaman mendekati netral. Menurut Gardner et al.(1991),
38 nitrogen dan air yang cukup tersedia pada media tanam dapat meningkatkan tinggi tanaman karena laju pertumbuhan pada meristem apikal berlangsung cepat. Bibit batang bawah yang menghasilkan bobot basah dan kering akar terbesar adalah bibit batang bawah RL yang ditanam pada komposisi media tanam (tanah: arang sekam: kompos atau kascing 1: 1: 1 V/V) (Tabel 5). Hal ini diduga disebabkan oleh pH media tanam kompos dan kascing cenderung mendekati netral dibandingkan dengan media pupuk kandang domba sehingga unsur hara menjadi lebih tersediauntuk tanaman. Menurut Lakitan (2011), sistem perakaran tanaman lebih dikendalikan oleh sifat genetis dari tanaman yang bersangkutan, tetapi sistem perakaran tanaman juga dipengaruhi oleh kondisi tanah atau media tumbuh tanaman. Faktor yang menyebabkan pola penyebaran akar antara lain adalah penghalang mekanis, suhu tanah, aerasi, ketersediaan air, dan ketersediaan unsur hara. Berdasarkan hasil penelitian Andiani (2012) media tanam (tanah: arang sekam: kompos 2: 1: 1) memperlihatkan bobot kering akar terbesar pada tanaman Sansevieria hasil perbanyakan stek. Media tanam yang memiliki kandungan unsur hara N dan P tertinggi pada percobaan ini adalah kascing sedangkan media tanam yang memiliki kandungan unsur hara K tertinggi adalah pupuk kandang domba (Tabel 1). Menurut Lakitan (2011), nitrogen merupakan komponen penyusun dari banyak senyawa essensial bagi tumbuhan, misalnya asam-asam amino. Setiap molekul protein tersusun dari asam-asam amino dan setiap enzim adalah protein, nitrogen juga merupakan unsur penyusun protein dan enzim.Fosfor merupakan bagian yang essensial dari berbagai gula fosfat yang berperan dalam reaksi-reaksi pada fase gelap fotosintesis, respirasi, dan berbagai proses metabolisme lainnya. Unsur hara N dan P merupakan unsur hara yang sangat dibutuhkan tanaman pada saat pertumbuhan vegetatif sehingga terpenuhinya kebutuhan unsur hara N dan P dapat menstimulasi pertambahan tinggi pada batang bawah jeruk RL.Selain kandungan unsur hara N dan P yang lebih tinggi, kascing juga mengandung zat perangsang pertumbuhan tanaman.
Menurut Nagavallemma et al. (2006), kascing
mengandung banyak mikroba dan hormon perangsang pertumbuhan tanaman. Zat pengatur tumbuh bekerja dengan berbagai cara, seperti mengatur pertumbuhan akar, batang, serta daun.
39 Umur bibit batang bawah mempengaruhi seluruh parameter pertumbuhan yang diamati kecuali bobot kering akar. Hal ini diduga disebabkan oleh potensi tumbuh ketiga umur bibit batang bawah yang digunakan beragam sesuai dengan ukuran dan cadangan karbohidratnya. Bibit batang bawah RL umur 11 bulan cenderung menghasilkan tinggi dan diameter terbesar dibandingkan bibit umur 8 dan 5 bulan.Bibit batang bawah umur11 bulan merupakan bibit yang umurnya paling tua dibandingkan umur bibit batang bawah lainnya yang digunakan pada percobaan ini. Bibit batang bawah yang berumurtua cenderung memiliki ukuran yang lebih besar dibandingkan dengan bibit yang berumur lebih muda karena cadangan karbohidratnya lebih banyak. Bobot basah dan kering akar terbesar dihasilkan dari bibit batang bawah RL umur 8 dan 11 bulan. Hal ini diduga disebabkan oleh pertumbuhan akar pada bibit umur 8 dan 11 bulan sudah memasuki fase diferensiasi sehingga akar yang dihasilkan cenderung lebih banyak dan lebih berbobot dibandingkan bibit batang bawah RL umur 5 bulan. Percobaan II. Pengaruh Komposisi Media Tanam dan Umur Bibit Batang Bawah Rough Lemon terhadap Pertumbuhan Tunas Jeruk Keprok Garut (Citrus nobilis) Hasil Okulasi Gardner etal.(1991) menyatakan bahwa pertumbuhan dalam arti sempit berarti pembelahan sel (peningkatan jumlah) dan pembesaran sel (peningkatan ukuran). Kedua proses ini memerlukan sintesis protein dan merupakan proses yang tidak dapat berbalik. Bibit batang bawah yang ditanam pada media tanam (tanah: arang sekam: kascing 1: 1: 1 V/V) menghasilkan persentase okulasi hidup, persentase okulasi bertunas, persentase okulasi dorman, pertambahan panjang tunas,panjang tunas, diameter tunas, jumlah daun, panjang daun, dan lebar daun terbaik(Tabel 7, 8, dan 9). Hal ini diduga karena kandungan N dan P pada kascing yang lebih tinggi dibandingkan pupuk kandang domba dan kompos menjadi pendorong pertumbuhan tunas terbaik (Tabel 1). Di samping itu, pupuk kascing juga
40 mengandung zat pengatur tumbuh sehingga dapat memicu pertumbuhan tunas lebih tinggi dibandingkan dengan pupuk yang lain. Menurut Sarief (1985), nitrogen dan fosfor merupakan penyusun protein dan unsur hara utama bagi pertumbuhan tanaman. Sehingga ketersediaan N dan P yang optimal dapat mendukung pertumbuhan tunas hasil perbanyakan okulasi. Menurut Gardner et al. (1991) salah satu sink yang kompetitif pada masa pertumbuhan vegetatif adalah tunas yang sedang tumbuh. Riyanti (2009) menambahkan bahwa semakin banyak tunas vegetatif memperoleh hara maka pertumbuhan dan perkembangan tunas tersebut akan semakin cepat. Menurut Lakitan (2011), jumlah kebutuhan hara dikaitkan dengan kebutuhan tumbuhan agar dapat tumbuh baik. Jika unsur hara kurang tersedia, tentu pertumbuhan tanaman akan terhambat dan tanaman dapat tumbuh dengan baik
apabila
unsur
hara
yang
diperlukan
tersedia
pada
media
tanamnya.Ketersediaan unsur hara N dan P yang optimal diduga dapat mendukung keberhasilan okulasi yang telah dilakukan pada tanaman jeruk Keprok Garut. Persentase okulasi hidup, persentase okulasi bertunas, pertambahan panjang tunas, panjang tunas, diameter tunas, jumlah daun, panjang daun, dan lebar daunyang dihasilkan dari bibit okulasi yang ditanam pada media tanam (tanah: arang sekam: pupuk kandang domba 1: 1: 1 V/V) terendah, diduga karena pH pupuk kandang domba termasuk pada golongan agak basa. Pada pH tanah yang cenderung basa, sebagian besar unsur hara makro dan mikro menjadi tidak tersedia bagi tanaman. Menurut Harjadi (1979), fosfat menjadi terikat dalam persenyawaan kompleks dari kalsium pada pH tinggi (7–10). Hal ini menyebabkan fosfat tidak dapat digunakan untuk menunjang pertumbuhan tanaman sedangkan fosfat merupakan unsur hara yang sangat dibutuhkan pada pertumbuhan vegetatif tanaman. Unsur hara baik makro dan mikro cenderung lebih mudah tersedia bagi tanaman pada pH netral dibandingkan dengan pH yang asam maupun yang basa. Menurut Sarief (1985), pada pH tanah kurang dari 6, ketersediaan unsur-unsur fosfor, kalium, belerang, kalsium, magnesium, dan molibdenum menurun dengan cepat. Sedangkan pH tanah yang lebih tinggi dari 8 akan menyebabkan unsur-
41 unsur nitrogen, besi, mangan, borium, tembaga, dan seng relatif sedikit ketersediaannya untuk tanaman sehingga pertumbuhan tanaman pada kondisi ini biasanya terganggu. Bibit yang ditanam pada media tanam (tanah: arang sekam: kascing 1: 1: 1 V/V) mampu menghasilkan rata–rata lebar daun tunas terbesar (2.42 cm) dibandingkan dengan bibit okulasi yang ditanam pada media tanam lainnya(Tabel 9). Hal ini diduga karena kandungan unsur hara nitrogen yang terkandung pada kascing adalah yang tertinggi dibandingkan dengan media lainnya. Menurut Sarief (1985), pada umumnya nitrogen diambil oleh tanaman dalam bentuk amonium (NH4+) dan nitrat (NO3-), tetapi nitrat yang terisap segera tereduksi menjadi amonium melalui enzim yang mengandung molibdinum. Ion-ion amonium dan beberapa karbohidrat mengalami sintesis dalam daun dan diubah menjadi asam amino, terutama terjadi dalam hijau daun. Dengan demikian, apabila unsur nitrogen yang tersedia lebih banyak daripada unsur lainnya, dapat dihasilkan protein lebih banyak
dan daun dapat tumbuh lebih lebar sehingga proses
fotosintesis akan lebih baik dan fotosintat akan lebih banyak yang dihasilkan. Oleh sebab itu diduga lebarnya daun yang tersedia bagi proses fotosintesis secara kasar sebanding dengan jumlah nitrogen yang diberikan. Faktor tunggal umur batang bawah berpengaruh sangat nyata terhadap parameter persentase okulasi hidup, persentase okulasi bertunas, waktu tumbuh tunas, pertambahan panjang tunas pada 10 dan 11 MSO, panjang tunas, panjang daun, dan lebar daun, serta berpengaruh nyata terhadap parameter diameter tunas. Hal ini diduga disebabkan oleh adanya perbedaan potensi tumbuh yang berbedabeda pada setiap umur batang bawah yang dipengaruhi oleh cadangan makanan dan hormon endogen yang dimiliki oleh tanaman tersebut. Menurut Gardner et al. (1991), faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan terbagi menjadi faktor internal dan faktor eksternal. Faktor eksternal meliputi iklim, edafik (tanah), dan biologis. Faktor internal meliputi ketahanan terhadap faktor eksternal; laju fotosintetik, respirasi; pembagian hasil asimilasi dan N; klorofil, karoten, dan kandungan pigmen lainnya; tipe dan letak meristem; kapasitas untuk menyimpan cadangan makanan; aktivitas enzim; pengaruh langsung gen; dan diferensiasi.
42 Bibit umur (5 + 3) bulan menghasilkan persentase okulasi hidup, persentase okulasi bertunas, dan waktu tumbuh tunas terbaik(Tabel 7 dan 9).Bibit batang bawah umur (5 + 3) bulan merupakan bibit termuda pada perlakuan yang diuji. Hal ini diduga karena jaringan pada batang bawah yang umurnya lebih muda akan lebih mudah mengalami penyembuhan setelah pelukaan yang terjadi saat okulasi serta proses penyatuan antara tunas dan mata tempel juga lebih cepat terjadi dibandingkan dengan batang bawah yang umurnya lebih tua. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sukarmin dalam Ihsan dan Sukarmin (2011) jika luka sayatan pada batang bawah yang berumur relatif muda lebih cepat sembuh dan menyatu dengan entress dibandingkan dengan yang lebih tua. Hasil penelitian Ihsan dan Sukarmin (2011)menunjukkan jika batang bawah yang berumur lebih muda mengalami pecah tunas lebih cepat dibandingkan batang bawah yang berumur lebih tua. Hal ini terjadi karena sayatan pada batang bawah umur muda lebih cepat menyatu dengan entress sehingga saat pecah tunas juga lebih cepat. Menurut Hartmann et al. (1990), pembuluh kambium merupakan sel yang bersifat meristematik yang mampu membelah dan menghasilkan sel baru. Agar dapat sukses dalam menghasilkan bibit okulasi, sangat baik jika kambium dari batang bawah dan batang atas saling bersinggungan dan menempel antara satu dan lainnya. Semakin banyak pertautan kambium antara batang bawah dan batang atas serta semakin cepat jaringan kalus terbentuk maka semakin cepat pula tanaman mengalami pecah tunas. Jaringan kalus akan semakin cepat terbentuk pada tanaman yang masih aktif membelah yaitu tanaman berumur muda. Tunas yang tumbuh dari bibitbatang bawah umur (11 + 3) bulan menghasilkan pertambahan panjang tunas (Tabel 8), panjang tunas, diameter tunas, jumlah daun, panjang daun, dan lebar daun (Tabel 9) tertinggi dibandingkan tunas yang tumbuh dari bibit umur (5 + 3) dan (8 + 3) bulan.Hal ini diduga karena bibit batang bawah umur (11 + 3) bulan memiliki cadangan karbohidrat yang lebih banyak dibandingkan dengan bibit batang bawah umur (5 + 3) dan (8 + 3) bulan.Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Nurhasanah (2003) yang menunjukkan bahwa bibit batang bawah umur 12 bulan yang ditanam di polybag menghasilkan rata–rata diameter tunas, panjang tunas, dan jumlah daun lebih tinggi dibandingkan bibit batang bawah umur 8 bulan.Kesiapan entresdan
43 rootstockuntuk disambungkan berkaitan dengan ukuran entresdan rootstockyang menunjukkan kecukupan kandungan karbohidrat sebagai cadangan makanan untuk pertumbuhan selanjutnya. Menurut Harjadi (1979), tanaman akan menggunakan sebagian besar karbohidrat yang dihasilkan dan dimilikinya pada fase vegetatif. Apabila kondisi sekitar dalam keadaan favorable, laju pembelahan sel tergantung pada persediaan karbohidrat yang cukup. Jika laju pembelahan dan perpanjangan sel serta pembentukan jaringan berjalan cepat, maka pertumbuhan batang, daun, dan akar juga akan berjalan cepat. Hartmann et al. (1990) menambahkan bahwa cadangan makanan yang terbentuk dari proses fotosintesis diperlukan untuk memacu inisiasi pembentukan kalus di daerah pertautan dan merangsang mata tunas atau entress untuk pecah dan tumbuh.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1) Komposisi media tanam terbaik untuk pertumbuhan bibit batang bawah Rough Lemon adalah media tanam (tanah: arang sekam: kompos 1:1:1 V/V) . 2) Bibit batang bawah Rough Lemon umur 11 bulanmenghasilkan pertumbuhan terbaik sebagai batang bawah pada ketiga media tanam yang digunakan. 3) Bibit batang bawah Rough Lemon umur 11 bulan yang diadaptasikan pada komposisi media tanam (tanah: arang sekam: kompos 1:1:1 V/V) selama 3 bulan menghasilkan pertumbuhan bibit batang bawah Rough lemon terbaik. 4) Komposisi media tanam terbaik untuk pertumbuhan batang atas jeruk Keprok (Citrus nobilis) hasil okulasi adalah media tanam (tanah: arang sekam: kascing 1:1:1 V/V). 5) Bibit batang bawah umur 11 bulan yang telah diadaptasikan pada ketiga media perlakuan selama 3bulan sebelum okulasi menghasilkan pertumbuhan batang atas jeruk Keprok (Citrus nobilis) hasil okulasi terbaik. 6) Bibit batang bawah Rough Lemon umur 11 bulan yang telah diadaptasikan pada komposisi media tanam (tanah: arang sekam: kascing 1:1:1 V/V) selama 3 bulan sebelum diokulasi menghasilkan pertumbuhan batang atas jeruk Keprok (Citrus nobilis) hasil okulasi terbaik.
45 Saran Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dalam pembuatan bibit jeruk Keprok Garut dengan batang bawah jeruk Rough Lemon disarankan untuk menggunakan bibit batang bawah jeruk Rough Lemon yang berumur 11 bulan dan ditanam dalam komposisi media tanam (tanah: arang sekam: kompos 1: 1: 1 V/V) selama 3 bulan. Media tanam yang paling baik untuk memicu pertumbuhan batang atas jeruk Keprok Garut adalah komposisi media tanam (tanah: arang sekam: kascing 1: 1: 1 V/V). Umur bibit batang bawah yang digunakan untuk diokulasi sebaiknya 14 bulan. Penangkar bibit sebaiknya mengggunakan komposisi media tanam (tanah: arang sekam: kompos 1: 1: 1 V/V) karena kompos lebih mudah didapatkan dibandingkan kascing. Bibit berumur 8 bulan dapat digunakan untuk perbanyakan okulasi karena menghasilkan persentase okulasi hidup dan bertunas yang cukup baik. Selain itu, penggunaan bibit berumur lebih muda dapat menghemat biaya pemeliharaan yang lebih besar.
DAFTAR PUSTAKA Alexandrianus, P. 2005. Pengaruh Model Sambungan dan Jenis Bagian Cabang Entris terhadap Sambungan Jadi pada Jeruk Miyagawa Anzui (Citrus sinensis L. Osbeck). Skripsi. Fakultas Pertanian, Universitas Borobudur. Jakarta. 61 hal. Andiani, N. 2012. Pengaruh Komposisi Media Tanam dan Konsentrasi GA3 terhadap Inisiasi dan Pertumbuhan Tunas Sansevieria trifaciata Prain ‘Laurentii’. Skripsi. Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 57 hal. Ashari, S. 1992. Citrus reticulata Blanco, p. 135 – 138. In E. W.M. Verheij and R. E. Coronel (Eds). Plant Resources of South East Asia 2. Edible fruits and nuts. Prosea Foundation. Bogor. Ashari, S. 2006. Hortikultura, Aspek Budidaya. Universitas Indonesia (UI-Press). Jakarta. 490 hal. Badan Pusat Statistik. 2011. Produksi http://www.bps.go.id. [1Agustus 2012].
Buah-Buahan
di
Indonesia.
Buckman, H and N. C. Braddy. 1989. Sifat dan Ciri Tanah I. (diterjemahkan dari: The Nature and Properties of Soils, penerjemah: Soepardi, G.) Departemen Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 560 hal. Campbell, N. A., J. B. Reece, dan L. G. Mitchell. 2003. Biologi Edisi Kelima Jilid 2. Erlangga. Jakarta. 422 hal. Davies, F. S. and L. G. Albrigo. 1994. Citrus. CAB International. Wiltshire. p. 254. Departemen Pertanian. 2008. Peluang Agribisnis Arang Sekam. Balai Penelitian Pasca Panen Pertanian. http://pustaka.litbang.deptango.id/publikasi/wr254033.pdf [10 september 2012]. Devy, N. F. dan Jati. 2008. Perbanyakan 13 Jenis Batang Bawah serta 5 Jenis Jeruk Asal Pasang Surut Secara In Vitro. Prosiding Seminar Nasional Jeruk 2007. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Malang. Hal 168 – 180. Gardner, F. P., R. B. Pearce, dan R. L. Mitchell. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya (Diterjemahkan dari: Physiology of Crop Plants, penerjemah: H. Susilo). Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta. 428 hal.
47
Hanif, Z. dan L. Zamzami. 2011. Trend Jeruk Impor dan Posisi Indonesia sebagai Produsen Jeruk Dunia. Prosiding Workshop Rencana Aksi Rehabilitasi Agribisnis Jeruk Keprok SoE yang Berkelanjutan untuk Subtitusi Impor. Badan Litbang Pertanian, Dirjen Hortikulutra dan ACIAR. Malang. Hal 107-114. Harjadi, S. S. 1979. Pengantar Agronomi. PT Gramedia. Jakarta. 195 hal. Harjadi, S. S. 1989. Dasar-Dasar Hortikultura. Jurusan Budidaya Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 506 hal. Hartmann, H. T., D. E. Kester and F. T. Davies Jr. 1990. Plant Propagation, Principles and Practice fifth edition. Prentice Hall, Inc. Englewood. New Jersey. 578 p. Husniati, K. 2010. Pengaruh Media Tanam dan Konsentrasi Auksin terhadap Pertumbuhan Stek Basal Daun Mahkota Tanaman Nenas (Ananas comosus L., Merr) cv. Queen. Skripsi. Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 62 hal. Hutapea, I. 2006. Kompatibilitas Berbagai Jenis Jeruk Batang Atas dan Model Sambung terhadap Batang Bawah Rough Lemon (Citrus jambhiri Lush). Skripsi. Fakultas Pertanian, Universitas Borobudur. Jakarta. 73 hal. Ihsan, F. dan Sukarmin. 2011. Teknik pengujian umur batang bawah terhadap keberhasilan dan pertumbuhan rambutan hasil okulasi. Buletin Teknik Pertanian16(1): 28-30. Islami, T dan Utomo W. H. 1995. Hubungan Tanah, Air, dan Tanaman. IKIP Semarang Press. Semarang. 297 hal. Lakitan, B. 2011. Dasar – Dasar Fisiologi Tumbuhan. Rajagrafindo Persada. Jakarta. 206 hal. Manner, H. I., R. S. Buker, V. E. Smith, D. Ward, and C. R. Elevitch. 2006. Species profiles for pacific island agroforestry. Citrus (citrus) and Fortunella (kumquat). Hawai’i, USA. http://agroforestry.net/tti/Citruscitrus.pdf. [23 Juli 2012]. Nagavallemma, K. P., S. P. Wani, L. Stephane, V. V. Padmaja, C. Vineela, R. M. Babu, and K. L. Sahrawat. 2006. Vermicomposting: Recycling wastes into valuable organic fertilizer. http://ejournal.icrisat.org/agroecosystem /v2i1/v2i1vermi.pdf [27desember 2012]. Nia, S. A. 1993. Budidaya Jeruk. Pusat Perpustakaan Pertanian dan Komunikasi Penelitian, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bogor. 19 hal.
48 Nurbaity, A., Diyan, Herdiyantoro, dan M. Oviyanti. 2009. Pemanfaatan bahan organic sebagai bahan pembawa inokulan fungi mikoriza arbuskula. Jurnal Biologi 8(1) : 11-17. Nurhasanah,F.2003. Keberhasilan Okulasi Jeruk Manis ‘Ansui” (Citrus sinensis (L.) Osbeck) pada Batang Bawah Jeruk Rough Lemon (Citrus jambhiri Lush) yang Berbeda Umur dan Cara Penanamannya. Skripsi. Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 40 hal. Prasetyo, H. 2009. Kajian umur batang bawah pada dua macam sistem perbanyakan tanaman jeruk. Agritek 17(5):908-917. Prastowo, N. H., J. M. Roshetko, G. E. S. Maurung, E. Nugraha, J. M. Tukan, dan F. Harum. 2006. Teknik pembibitan dan perbanyakan vegetatif tanaman buah. http://www.worldagroforestry.org/sea/Publications/Files/book/BK00406/BK0094-06-1.PDF[23 Juli 2012]. Riyanti, Y. 2009. Pengaruh Jenis Media Tanam terhadap Pertumbuhan Bibit Sirih Merah (Piper crocatum Ruiz and Pav.) Skripsi. Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 42 hal. Rynk, R. and T. L. Richard. 2001. Commercial compost production systems, p. 51-93. In P. J.Stoffella and B. A. Kahn (Eds). Compost Utilization in Horticulture Cropping Systems. Lewis Publishers. Washington. Sarief, E. S. 1985. Kesuburan dan Pemupukan Tanah Pertanian. Pustaka Buana. Bandung. 180 hal. Sastrahidayat, I. R. dan Soemarno. 1991. Budidaya Berbagai Jenis Tanaman Tropika. Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya Malang dan Usaha Nasional Surabaya. Surabaya. 522 hal. Sumarsono, L., A. Sjaefuddin, D. Dimyati, dan Abdurahman. 2002. Teknik okulasi bibit durian pada stadia entress dan model mata tempel yang berbeda. Buletin Teknik Pertanian 7 (1) :10-13. Sutanto, R. 2002.Pertanian Organik Menuju Berkelanjutan . Kanisius. Yogyakarta. 218 hal.
Pertanian
Alternatif
dan
Verheij, E. W. M. and B. C. Stone. 1992. Citrus L.,p. 119-126.In E. W.M. Verheij and R. E. Coronel (Eds). Plant Resources of South East Asia 2. Edible fruits and nuts. Prosea Foundation. Bogor. Wuryaningsih, S. dan Darliah. 1994. Pengaruh media sekam padi terhadap pertumbuhan tanaman hias pot Spathiphyllum. Buletin Penelitian Tanaman Hias 2 (2) : 119-129.
LAMPIRAN
LAMPIRAN Lampiran 1. Data iklim stasiun klimatologi Darmaga, Bogor 2011-2012 Bulan
Curah
Temperatur
Kelembaban
Hujan
(°C)
Udara (%)
Penyinaran Matahari Lama (%)
(mm)
Intensitas (Cal/cm2)
November
457.7
26.2
80
56
457.7
Desember
344.6
26.1
84
44
344.6
Januari
272.0
25.1
86
28
224.0
Februari
548.9
25.6
87
57
318.3
Maret
136.0
26.2
80
55
310.0
April
389.5
26.0
86
61
296.0
Mei
194.8
26.1
85
75
296.4
Rata-rata
334.79
25.9
84
53.71
321
Lampiran 2. Layout percobaan Ul 1 Ul 2 Ul 3
M2U8 M1U14 M3U11 M1U8 M2U11 M3U14 M3U8 M1U11 M2U14 M3U11 M2U8 M1U14 M3U8 M1U11 M2U11 M1U8 M2U14 M3U14 M1U8 M3U14 M2U14 M1U11 M2U8 M3U11 M1U14 M3U8 M2U11
Lampiran 3. Sidik ragam pengaruh media tanam dan umur batang bawah terhadaptinggi bibit batang bawah pada 0 MST Sumber keragaman Ulangan Perlakuan Media Umur M*U Galat Umum
Derajat bebas 2 10 2 2 4 16 26
Jumlah kuadrat 25.96 4983.93 293.05 4590.90 74.01 669.69 5653.62
Kuadrat tengah 12.98 498.39 146.53 2295.45 18.50 41.86
F-hit
Pr>f
0.31 11.91 3.50 54.84 0.44
0.738 <0.0001 0.055 <0.0001 0.777
Koefisien keragaman
17.19
51
Lampiran 4. Sidik ragam pengaruh media tanam dan umur batang bawah terhadap tinggi bibit batang bawah pada 2 MST Sumber keragaman Ulangan Perlakuan Media Umur M*U Galat Umum
Derajat bebas 2 10 2 2 4 16 26
Jumlah kuadrat 15.10 4331.63 354.35 3835.01 127.16 545.00 4876.63
Kuadrat tengah 7.55 433.16 177.18 1917.51 31.79 34.06
F-hit
Pr>f
0.22 12.72 5.20 56.29 0.93
0.804 <0.0001 0.018 <0.0001 0.469
Koefisien keragaman
16.16
Lampiran 5. Sidik ragam pengaruh media tanam dan umur batang bawah terhadap tinggi bibit batang bawah pada 4 MST Sumber keragaman Ulangan Perlakuan Media Umur M*U Galat Umum
Derajat bebas 2 10 2 2 4 16 26
Jumlah kuadrat 11.53 4509.30 417.18 3915.98 164.61 552.09 5061.39
Kuadrat tengah 5.76 450.93 208.59 1957.99 41.15 34.51
F-hit
Pr>f
0.17 13.07 6.05 56.74 1.19
0.848 <0.0001 0.011 <0.0001 0.352
Koefisien keragaman
16.23
Lampiran 6. Sidik ragam pengaruh media tanam dan umur batang bawah terhadap tinggi bibit batang bawah pada 6 MST Sumber keragaman Ulangan Perlakuan Media Umur M*U Galat Umum
Derajat bebas 2 10 2 2 4 16 26
Jumlah kuadrat 3.06 4278.02 360.12 3741.50 173.35 516.58 4794.60
Kuadrat tengah 1.53 427.80 180.06 1870.75 43.34 32.29
F-hit
Pr>f
0.05 13.25 5.58 57.94 1.34
0.954 <0.0001 0.015 <0.0001 0.297
Koefisien keragaman
15.73
Lampiran 7. Sidik ragam pengaruh media tanam dan umur batang bawah terhadap tinggi bibit batang bawah pada 8 MST Sumber keragaman Ulangan Perlakuan Media Umur M*U Galat Umum
Derajat bebas 2 10 2 2 4 16 26
Jumlah kuadrat 2.61 4258.28 332.40 3728.79 194.48 512.49 4770.77
Kuadrat tengah 1.30 425.83 166.20 1864.40 48.62 32.03
F-hit
Pr>f
0.04 13.29 5.19 58.21 1.52
0.960 <0.0001 0.018 <0.0001 0.244
Koefisien keragaman
15.60
52
Lampiran 8. Sidik ragam pengaruh media tanam dan umur batang bawah terhadap tinggi bibit batang bawah pada 10 MST Sumber keragaman Ulangan Perlakuan Media Umur M*U Galat Umum
Derajat bebas 2 10 2 2 4 15 25
Jumlah kuadrat 71.57 4583.22 285.56 4051.38 174.70 866.51 5449.72
Kuadrat tengah 35.79 458.32 142.78 2025.69 43.68 57.78
F-hit
Pr>f
0.62 7.93 2.47 35.07 0.76
0.551 0.0002 0.118 <0.0001 0.570
Koefisien keragaman
21.18
Lampiran 9. Sidik ragam pengaruh media tanam dan umur batang bawah terhadaptinggi bibit batang bawah pada 12 MST Sumber keragaman Ulangan Perlakuan Media Umur M*U Galat Umum
Derajat bebas 2 10 2 2 4 16 26
Jumlah kuadrat 199.52 4909.94 467.90 3909.89 332.64 961.59 5871.53
Kuadrat tengah 99.76 490.99 233.94 1954.94 83.16 64.11
F-hit
Pr>f
1.56 7.66 3.65 30.50 1.30
0.243 0.0003 0.051 <0.0001 0.315
Koefisien keragaman
21.91
Lampiran 10. Sidik ragam pengaruh media tanam dan umur batang bawah terhadap diameter bibit batang bawah pada 0 MST Sumber keragaman Ulangan Perlakuan Media Umur M*U Galat Umum
Derajat bebas 2 10 2 2 4 16 26
Jumlah kuadrat 0.15 30.54 0.46 27.91 2.02 2.11 32.65
Kuadrat tengah 0.07 3.05 0.23 13.95 0.51 0.13
F-hit
Pr>f
0.57 23.17 1.75 105.86 3.84
0.578 <0.0001 0.206 <0.0001 0.023
Koefisien keragaman
9.68
Lampiran 11. Sidik ragam pengaruh media tanam dan umur batang bawah terhadap diameter bibit batang bawah pada 2 MST Sumber keragaman Ulangan Perlakuan Media Umur M*U Galat Umum
Derajat bebas 2 10 2 2 4 16 26
Jumlah kuadrat 0.31 29.81 1.52 27.04 0.94 1.99 31.80
Kuadrat tengah 0.15 2.98 0.76 13.52 0.24 0.12
F-hit
Pr>f
1.23 23.95 6.13 108.61 1.90
0.318 <0.0001 0.011 <0.0001 0.160
Koefisien keragaman
9.78
53
Lampiran 12. Sidik ragam pengaruh media tanam dan umur batang bawah terhadap diameter bibit batang bawah pada 4 MST Sumber keragaman Ulangan Perlakuan Media Umur M*U Galat Umum
Derajat bebas 2 10 2 2 4 16 26
Jumlah kuadrat 0.31 28.83 1.40 26.49 0.63 2.27 31.09
Kuadrat tengah 0.16 2.88 0.70 13.24 0.16 0.14
F-hit
Pr>f
1.11 20.35 4.93 93.48 1.11
0.353 <0.0001 0.022 <0.0001 0.386
Koefisien keragaman
10.12
Lampiran 13. Sidik ragam pengaruh media tanam dan umur batang bawah terhadap diameter bibit batang bawah pada 6 MST Sumber keragaman Ulangan Perlakuan Media Umur M*U Galat Umum
Derajat bebas 2 10 2 2 4 16 26
Jumlah kuadrat 0.06 29.11 2.53 25.67 0.86 3.03 32.14
Kuadrat tengah 0.03 2.91 1.26 12.83 0.21 0.19
F-hit
Pr>f
0.15 15.35 6.66 67.67 1.13
0.860 <0.0001 0.008 <0.0001 0.378
Koefisien keragaman
11.42
Lampiran 14. Sidik ragam pengaruh media tanam dan umur batang bawah terhadap diameter bibit batang bawah pada 8 MST Sumber keragaman Ulangan Perlakuan Media Umur M*U Galat Umum
Derajat bebas 2 10 2 2 4 16 26
Jumlah kuadrat 0.25 28.11 2.53 24.13 1.21 2.90 31.01
Kuadrat tengah 0.13 2.81 1.26 12.06 0.30 0.18
F-hit
Pr>f
0.69 15.53 6.98 66.65 1.67
0.515 <0.0001 0.007 <0.0001 0.206
Koefisien keragaman
11.01
Lampiran 15. Sidik ragam pengaruh media tanam dan umur batang bawah terhadap diameter bibit batang bawah pada 10 MST Sumber keragaman Ulangan Perlakuan Media Umur M*U Galat Umum
Derajat bebas 2 10 2 2 4 15 25
Jumlah kuadrat 0.12 23.13 0.91 20.51 1.59 4.29 27.42
Kuadrat tengah 0.06 2.31 0.45 10.25 0.40 0.29
F-hit
Pr>f
0.21 8.08 1.59 35.84 1.39
0.811 0.0002 0.236 <0.0001 0.286
Koefisien keragaman
12.75
54
Lampiran 16. Sidik ragam pengaruh media tanam dan umur batang bawah terhadap diameter bibit batang bawah pada 12 MST Sumber keragaman Ulangan Perlakuan Media Umur M*U Galat Umum
Derajat bebas 2 10 2 2 4 15 25
Jumlah kuadrat 0.28 26.11 1.59 21.49 2.75 3.88 29.99
Kuadrat tengah 0.14 2.61 0.80 10.74 0.69 0.26
F-hit
Pr>f
0.54 10.09 3.08 41.54 2.66
0.595 <0.0001 0.076 <0.0001 0.074
Koefisien keragaman
11.51
Lampiran 17. Sidik ragam pengaruh media tanam dan umur batang bawah terhadap bobot basah akar batang bawahRough lemon * Sumber keragaman Ulangan Perlakuan Media Umur M*U Galat Umum Keterangan
Derajat bebas 2
Jumlah Kuadrat F-hit Pr>f Koefisien kuadrat tengah keragaman 0.818 0.409 0.55 0.587 24.823 (48.92) (24.462) (0.69) (0.516) (44.278) 10 39.04 3.904 5.25 0.002 (1666.12) (166.612) (4.69) (0.003) 2 13.403 6.702 9.02 0.002 (424.024) (212.012) (5.97) (0.012) 2 7.494 3.747 5.04 0.020 (414.27) (707.14) (5.83) (0.013) 4 17.326 4.332 5.83 0.004 (778.897) (194.724) (5.48) (0.006) 16 11.889 0.743 (568.05) (35.503) 26 50.932 (2234.173) : *angka perhitungan didapatkan setelah data ditransformasi √ . Angka didalam tanda kurung merupakan data asli sebelum ditransformasi.
55
Lampiran 18. Sidik ragam pengaruh media tanam dan umur batang bawah terhadap bobot kering akar batang bawah Rough Lemon* Sumber keragaman Ulangan Perlakuan Media Umur M*U Galat Umum Keterangan
Derajat bebas 2
Jumlah Kuadrat F-hit Pr>f Koefisien kuadrat tengah keragaman 0.258 0.129 0.44 0.652 (7.333) (3.666) (0.64) (0.540) 10 15.110 1.511 5.16 0.002 (296.691) (29.691) (5.18) (0.002) 2 4.461 2.230 7.61 0.005 (62.076) (31.038) (5.42) (0.016) 2 2.860 1.430 4.88 0.022 22.513 (69.184) (34.592) (6.04) (0.011) (39.79) 4 7.531 1.883 6.43 0.003 (158.319) (39.579) (6.91) (0.002) 16 4.689 0.293 (91.664) (5.729) 26 19.798 (388.576) : *angka perhitungan didapatkan setelah data ditransformasi√ . Angka didalam tanda kurung merupakan data asli sebelum ditransformasi.
Lampiran 19. Sidik ragam pengaruh media tanam dan umur batang bawah terhadap persentase bibit okulasi hidup Sumber keragaman Ulangan Perlakuan Media Umur M*U Galat Umum
Derajat bebas 2 10 2 2 4 16 26
Jumlah kuadrat 0.0219 0.883 0.388 0.185 0.289 0.074 0.957
Kuadrat tengah 0.011 0.088 0.194 0.092 0.072 0.005
F-hit
Pr>f
2.37 19.15 42.04 20.05 15.65
0.125 <0.0001 <0.0001 <0.0001 <0.0001
Koefisien keragaman
8.01
Lampiran 20. Sidik ragam pengaruh media tanam dan umur batang bawah terhadap persentase bibit okulasi bertunas Sumber keragaman Ulangan Perlakuan Media Umur M*U Galat Umum
Derajat bebas 2 10 2 2 4 16 26
Jumlah kuadrat 0.005 0.893 0.465 0.118 0.305 0.141 1.035
Kuadrat tengah 0.003 0.089 0.232 0.059 0.076 0.009
F-hit
Pr>f
0.29 10.12 26.33 6.68 8.65
0.754 <0.0001 <0.0001 0.008 0.001
Koefisien keragaman
11.664
56
Lampiran 21. Sidik ragam pengaruh media tanam dan umur batang bawah terhadap persentase bibit okulasi dorman* Sumber keragaman Ulangan Perlakuan Media Umur M*U Galat Umum Keterangan
Derajat bebas 2
Jumlah Kuadrat F-hit Pr>f Koefisien kuadrat tengah keragaman 0.003 0.001 0.98 0.398 (0.007) (0.003) (1.00) (0.390) 10 0.013 0.001 0.92 0.537 (0.030) (0.003) (0.90) (0.551) 2 0.002 0.001 0.81 0.461 (0.005) (0.003) (0.76) (0.484) 2 0.004 0.002 1.27 0.308 5.008 (0.008) (0.004) (1.24) (0.316) (129.904) 4 0.004 0.001 0.78 0.554 (0.010) (0.003) (0.76) (0.566) 16 0.022 0.001 (0.053) (0.003) 26 0.035 (0.084) : *angka perhitungan didapatkan setelah data ditransformasi√ . Angka didalam tanda kurung merupakan data asli sebelum ditransformasi.
Lampiran 22. Sidik ragam pengaruh media tanam dan umur batang bawah terhadap waktu tumbuh tunas Sumber keragaman Ulangan Perlakuan Media Umur M*U Galat Umum
Derajat bebas 2 10 2 2 4 16 26
Jumlah kuadrat 60.996 206.353 3.016 97.412 44.930 85.260 291.614
Kuadrat tengah 30.498 20.635 1.508 48.706 11.232 5.329
F-hit
Pr>f
5.72 3.87 0.28 9.14 2.11
0.013 0.008 0.757 0.002 0.127
Koefisien keragaman
4.226
57
Lampiran 23. Sidik ragam pengaruh media tanam dan umur batang bawah terhadap pertambahan panjang tunas okulasi pada 5 MSO* Sumber keragaman Ulangan Perlakuan Media Umur M*U Galat Umum Keterangan
Derajat bebas 2
Jumlah Kuadrat F-hit Pr>f Koefisien kuadrat tengah keragaman 0.792 0.396 6.22 0.010 (4.34) (2.17) (6.12) (0.011) 10 1.921 0.192 3.02 0.024 (10.74) (1.074) (3.03) (0.023) 2 0.075 0.038 0.59 0.566 (0.427) (0.214) (0.60) (0.560) 2 0.427 0.214 3.36 0.061 27.05 (2.232) (1.116) (3.15) (0.071) (124.670) 4 0.627 0.157 2.47 0.087 (3.740) (0.935) (2.64) (0.073) 16 1.018 0.064 (5.677) (0.355) 26 2.938 (16.417) : *angka perhitungan didapatkan setelah data ditransformasi√ . Angka didalam tanda kurung merupakan data asli sebelum ditransformasi.
Lampiran 24. Sidik ragam pengaruh media tanam dan umur batang bawah terhadap pertambahan panjang tunas okulasi pada 6 MSO* Sumber keragaman Ulangan Perlakuan Media Umur M*U Galat Umum Keterangan
Derajat bebas 2
Jumlah Kuadrat F-hit Pr>f Koefisien kuadrat tengah keragaman 0.747 0.374 3.05 0.076 (4.965) (2.482) (3.23) (0.066) 10 1.722 0.172 1.40 0.263 (12.635) (1.263) (1.65) (0.181) 2 0.004 0.002 0.02 0.984 (0.147) (0.074) (0.10) (0.909) 2 0.587 0.293 2.39 0.123 29.494 (3.516) (1.758) (2.29) (0.134) (83.450) 4 0.384 0.096 0.78 0.552 (4.008) (1.002) (1.30) (0.310) 16 1.962 0.123 (12.286) (0.768) 26 3.684 (24.921) : *angka perhitungan didapatkan setelah data ditransformasi√ . Angka didalam tanda kurung merupakan data asli sebelum ditransformasi.
58
Lampiran 25. Sidik ragam pengaruh media tanam dan umur batang bawah terhadap pertambahan panjang tunas okulasi pada 7 MSO* Sumber keragaman Ulangan Perlakuan Media Umur M*U Galat Umum Keterangan
Derajat bebas 2
Jumlah Kuadrat F-hit Pr>f Koefisien kuadrat tengah keragaman 0.259 0.129 0.69 0.518 (1.611) (0.805) (0.59) (0.565) 10 1.322 0.132 0.70 0.712 (7.445) (0.744) (0.55) (0.832) 2 0.309 0.154 0.82 0.459 (2.209) (1.105) (0.81) (0.461) 2 0.479 0.239 1.27 0.308 30.702 (2.456) (1.228) (0.90) (0.425) (70.112) 4 0.276 0.069 0.37 0.830 (1.169) (0.292) (0.21) (0.926) 16 3.019 0.189 (21.760) (1.36) 26 4.341 (29.205) : *angka perhitungan didapatkan setelah data ditransformasi√ . Angka didalam tanda kurung merupakan data asli sebelum ditransformasi.
Lampiran 26. Sidik ragam pengaruh media tanam dan umur batang bawah terhadap pertambahan panjang tunas okulasi pada 8 MSO* Sumber keragaman Ulangan Perlakuan Media Umur M*U Galat Umum Keterangan
Derajat bebas 2
Jumlah Kuadrat F-hit Pr>f Koefisien kuadrat tengah keragaman 0.065 0.033 0.22 0.803 (0.382) (0.191) (0.15) (0.866) 10 0.849 0085 0.58 0.810 (6.517) (0.652) (0.50) (0.868) 2 0.052 0.026 0.18 0.840 (0.355) (0.177) (0.14) (0.875) 2 0.045 0.022 0.15 0.861 26.383 (0.566) (0.281) (0.22) (0.808) (66.020) 4 0.687 0.172 1.17 0.362 (5.214) (1.304) (0.99) (0.439) 16 2.355 0.147 (20.997) (1.320) 26 3.204 (27.514) : *angka perhitungan didapatkan setelah data ditransformasi√ . Angka didalam tanda kurung merupakan data asli sebelum ditransformasi.
59
Lampiran 27. Sidik ragam pengaruh media tanam dan umur batang bawah terhadap pertambahan panjang tunas okulasi pada 9 MSO Sumber keragaman Ulangan Perlakuan Media Umur M*U Galat Umum
Derajat bebas 2 10 2 2 4 16 26
Jumlah kuadrat 7.096 12.712 0.487 0.117 5.011 4.445 17.157
Kuadrat tengah 3.548 1.271 0.244 0.059 1.253 0.273
F-hit
Pr>f
12.77 4.58 0.88 0.21 4.51
0.001 0.004 0.435 0.812 0.013
Koefisien keragaman
22.07
Lampiran 28. Sidik ragam pengaruh media tanam dan umur batang bawah terhadap pertambahan panjang tunas okulasi pada 10 MSO Sumber keragaman Ulangan Perlakuan Media Umur M*U Galat Umum
Derajat bebas 2 10 2 2 4 16 26
Jumlah kuadrat 4.211 24.695 9.695 9.454 1.333 5.744 30.439
Kuadrat tengah 2.106 2.469 4.848 4.727 0.333 0.359
F-hit
Pr>f
5.86 6.88 13.50 13.17 0.93
0.123 0.0004 0.0004 0.0004 0.472
Koefisien keragaman
18.13
Lampiran 29. Sidik ragam pengaruh media tanam dan umur batang bawah terhadap pertambahan panjang tunas okulasi pada 11 MSO Sumber keragaman Ulangan Perlakuan Media Umur M*U Galat Umum
Derajat bebas 2 10 2 2 4 16 26
Jumlah kuadrat 13.178 46.123 14.926 16.779 1.240 6.943 53.066
Kuadrat tengah 6.589 4.612 7.463 8.390 0.310 0.434
F-hit
Pr>f
15.18 10.63 17.20 19.33 0.71
0.0002 <0.0001 0.0001 <0.0001 0.594
Koefisien keragaman
24.265
60
Lampiran 30. Sidik ragam pengaruh media tanam dan umur batang bawah terhadap pertambahan panjang tunas okulasi pada 12 MSO* Sumber keragaman Ulangan Perlakuan Media Umur M*U Galat Umum Keterangan
Derajat bebas 2
Jumlah Kuadrat F-hit Pr>f Koefisien kuadrat tengah keragaman 0.102 0.051 1.23 0.318 (0.727) (0.364) (1.09) (0.361) 10 0.912 0.091 2.20 0.077 (7.697) (0.770) (2.30) (0.066) 2 0.298 0.149 3.59 0.052 (2.199) (1.100) (3.29) (0.064) 2 0.196 0.098 2.36 0.126 14.235 (1.932) (0.966) (2.89) (0.085) (36.062) 4 0.316 0.079 1.90 0.159 (2.839) (0.710) (2.12) (0.125) 16 0.664 0.042 (5.349) (0.334) 26 1.576 (13.046) : *angka perhitungan didapatkan setelah data ditransformasi√ . Angka didalam tanda kurung merupakan data asli sebelum ditransformasi.
Lampiran 31. Sidik ragam pengaruh media tanam dan umur batang bawah terhadap panjang tunas okulasi pada 12 MSO Sumber keragaman Ulangan Perlakuan Media Umur M*U Galat Umum
Derajat bebas 2 10 2 2 4 16 26
Jumlah kuadrat 32.375 173.893 78.496 46.313 16.709 41.778 215.671
Kuadrat tengah 16.187 17.389 39.248 23.156 4.177 2.611
F-hit
Pr>f
6.20 6.66 15.03 8.87 1.60
0.0102 0.0005 0.0002 0.0026 0.223
Koefisien keragaman
13.895
Lampiran 32. Sidik ragam pengaruh media tanam dan umur batang bawah terhadap diameter tunas okulasi pada 12 MSO Sumber keragaman Ulangan Perlakuan Media Umur M*U Galat Umum
Derajat bebas 2 10 2 2 4 16 26
Jumlah kuadrat 1.731 3.848 1.252 0.573 0.292 0.926 4.774
Kuadrat tengah 0.865 0.385 0.626 0.287 0.073 0.058
F-hit
Pr>f
14.95 6.65 10.82 4.95 1.26
0.0002 0.0005 0.0011 0.0212 0.3261
Koefisien keragaman
10.05
61
Lampiran 33. Sidik ragam pengaruh media tanam dan umur batang bawah terhadap jumlah tunas okulasi pada 12 MSO Sumber keragaman Ulangan Perlakuan Media Umur M*U Galat Umum
Derajat bebas 2 10 2 2 4 16 26
Jumlah kuadrat 0.042 0.296 0.149 0.007 0.098 0.644 0.940
Kuadrat tengah 0.021 0.030 0.074 0.003 0.024 0.040
F-hit
Pr>f
0.52 0.73 1.85 0.08 0.61
0.602 0.685 0.190 0.921 0.663
Koefisien keragaman
15.438
Lampiran 34. Sidik ragam pengaruh media tanam dan umur batang bawah terhadap jumlah daun pada tunas okulasi saat 12 MSO Sumber keragaman Ulangan Perlakuan Media Umur M*U Galat Umum
Derajat bebas 2 10 2 2 4 16 26
Jumlah kuadrat 1.925 28.982 20.630 2.965 3.460 31.605 60.587
Kuadrat tengah 0.962 2.898 10.316 1.483 0.865 1.975
F-hit
Pr>f
0.49 1.47 5.22 0.75 0.44
0.623 0.238 0.018 0.488 0.780
Koefisien keragaman
11.925
Lampiran 35. Sidik ragam pengaruh media tanam dan umur batang bawah terhadap panjang daun pada tunas okulasi saat 12 MSO Sumber keragaman Ulangan Perlakuan Media Umur M*U Galat Umum
Derajat bebas 2 10 2 2 4 16 26
Jumlah kuadrat 2.483 11.174 3.948 3.572 1.171 1.797 12.971
Kuadrat tengah 1.242 1.117 1.974 1.786 0.293 0.112
F-hit
Pr>f
11.05 9.95 17.57 15.90 2.61
0.001 <0.0001 <0.0001 0.0002 0.075
Koefisien keragaman
8.085
62
Lampiran 36. Sidik ragam pengaruh media tanam dan umur batang bawah terhadap lebar daun pada tunas okulasi saat 12 MSO Sumber keragaman Ulangan Perlakuan Media Umur M*U Galat Umum
Derajat bebas 2 10 2 2 4 16 26
Jumlah kuadrat 0.733 2.772 0.928 0.736 0.376 0.614 3.387
Kuadrat tengah 0.367 0.277 0.464 0.368 0.094 0.038
F-hit
Pr>f
9.54 7.22 12.08 9.58 2.44
0.0019 0.0003 0.0006 0.0018 0.0888
Koefisien keragaman
9.031
Lampiran 37. Keragaan bibit jeruk Keprok Garut (Citrus nobilis) hasil perbanyakan okulasi pada ketiga media tanam dan umur batang bawah perlakuan.