TINJAUAN PUSTAKA
Tanaman Jeruk (Citrus sp.) Tanaman jeruk adalah tanaman buah tahunan yang berasal dari Asia. Jeruk pertama kali tumbuh di Negara Cina kemudian menyebar ke negara-negara lain. Sejak ratusan tahun yang lalu, jeruk sudah tumbuh di Indonesia baik secara alami atau dibudayakan. Tanaman jeruk yang ada di Indonesia adalah peninggalan orang Belanda yang mendatangkan jeruk manis dan keprok dari Amerika dan Itali. Jeruk memiliki banyak spesies dari enam genus, yakni Citrus, Microcitrus, Fortunella, Poncirus, Cymedia, dan Eremocirus. Genus yang terkenal adalah Citrus, Fortunella, dan Poncitrus. Namun yang memiliki nilai ekonomi tinggi hanyala Citrus. Spesies jeruk yang terkenal yaitu C.reticulata (jeruk Keprok), C. sinensis (jeruk manis), C. grandis atau C.Maxima (jeruk besar atau jeruk gulung), C. aurantifolai (jeruk nipis), C. hystrix (jeruk purut), C. trifoliate (Jeruk ponsil). Selain itu spesies jeruk yang penting, walaupun nilai ekonominya rendah adalah jeruk Rough Lemon (RL), dan jeruk Japansche Citroen (JC). Hal ini dikarenakan jeruk tersebut dapat digunakan sebagai batang bawah (rootstock) dalam perbanyakan jeruk.
Jeruk Japanshe Citroen (Citrus limonia Osbeck) Jeruk Japanshe Citroen (Citrus limonia Osbeck) atau sering disebut JC merupakan varietas hibrida yang dihasilkkan dari persilangan antara Citroes nobilis (keprok) X Citroes medica (lemon). JC bersifat tahan terhadap kekeringan, dapat merangsang pembentukan buah lebih awal dari biasanya dan menghasilkan produksi tinggi dengan kualitas yang baik. Jenis ini menurut Triatminingsih dan Karsinah (2004), kurang toleran terhadap penyakit Busuk Pangkal Batang. Menurut Masyarakat Jeruk Indonesia (2004), jeruk JC mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
1. Pohon tegar dan produktif, ukuran sedang, cabang menyebar dan merunduk, duri kecil dan sedikit 2. Daun berwarna hijau gelap, aromadaun menyengat, pupus warna ungu 3. Bunga berukuran kecil hingga sedang, putik dan kelopak bunga berwarna ungu tua
5
4. Buah kecil hingga sedang, warna kulit buah bila masak kekuningan sampai jingga kemerahan 5. Biji jumlahnya banyak, berukuran kecil dan wanra keeping biji hijau muda, setiap buah berisi 8-10 biji 6. Tanah kekeringan 7. Daya dukung terhadap batang atas baik dan cepat mengahasilkan buah yang berkhualitas sedang hingga baik 8. Peka terhadap Phytophthora, Exocortis,dan Xyloporosis 9. Tahan terhadap Psorosis dan agak tahan terhadap Triteza. JC memiliki kevigoran yang tinggi, ukuran biji sedang (diameter 0.5), mudah beradaptasi tetapi buahnya sangat masam dan kurang layak untuk dikonsumsi, oleh karena itu direkomendasikan sebagai batang bawah (Purbiati et al 2002). Batang bawah JC memiliki kompatibilitas yang baik. Menurut hasil penelitian Susanto (2003), penggunaan batang bawah JC bersifat lebih mendorong pertumbuhan vegetatife batang atas dibandingkan dengan Rough Lemon.
Kultur Jaringan Tanaman Jeruk Pengembangan tanaman jeruk menuntut adanya penyediaan bibit tanaman jeruk yang bebas penyakit, baik batang atas maupun batang bawah (Triatminingsih dan Karsinah 2004). Pada umumnya batang bawah jeruk diperbanyak dengan biji. Sebaiknya biji yang digunakan mempunyai derajat embrio nuselar yang tinggi, sehingga keseragaman batang bawah lebih terjamin (Starrantino dan Caruso 1983). Bila materi yang tersedia terbatas, maka perbanyakan dapat dilakukan dengan cara kultur in vitro. Teknik ini berguna untuk industri pembibitan jeruk dalam skala besar terutama untuk varietas-varietas tertentu yang ketersediaan bijinya sangat terbatas atau tergantung musim. Pada
prinsipnya
metode
kultur
jaringan
merupakan
cara
untuk
memperbanyak protoplas atau sel atau organ dalam media tumbuh aseptik (yang mengandung formulasi hara buatan) dengan lingkungan yang terkendali. Arah pertumbuhan dan perkembangan suatu sel sangat dipengaruhi oleh media tumbuhnya. Ketepatan pemilihan dan penggunaan media kultur sangat menentukan keberhasilan penggunaan teknik kultur jaringan.
6
Media kultur jaringan yang paling banyak digunakan untuk berbagai tujuan kultur jaringan adalah media dasar Murashige dan Skoog (1962). Media MS mengandung unsur makro dengan konsentrasi relatife tinggi terutama unsur N yang diberikan dalam bentuk NO3- dan NH4+ (nitrat dan amonium). George dan Sherington (1984), mengungkapkan kandungan media kultur jaringan yaitu unsur hara makro (N, P, K, Ca, Mg, dan S), unsur hara mikro (Fe, Mn, Zn, Co, Mo, B, dan Cu), ditambah dengan sukrosa sebagai sumber karbon bagi tanaman.
Induksi Mutasi dengan Iradiasi Sinar Gamma Mutasi adalah perubahan genetik baik gen tunggal maupun sejumlah gen atau susunan kromosom. Mutasi lebih banyak terjadi pada bagian jaringan yang masih aktif mengadakan pembelahan sel seperti tunas, biji, dan sebagainya. Menurut Syarifah (2006) mutasi sebenarnya dapat terjadi secara alamiah di alam, tetapi peluang kejadiannya sangat kecil yaitu 10-7 – 10-6. Untuk meningkatkan mutasi alami, dilakukan mutasi buatan dengan menggunakan mutagen. Mutagen dapat dikelompokkan kedalam 3 golongan yaitu: (1) mutagen kimia, seperti EMS (Ethyl Methane Sulfonate), DES (Diethyl Sulfate) dan NMU (Nitrosomethyl Urea), (2) mutagen fisik iradiasi, seperti sinar x, sinar β, dan sinar γ, (3) mutagen fisik non-radiasi, seperti sinar UV (Poespodarsono 1988). Induksi yang banyak digunakan saat ini yaitu induksi mutasi fisik radiasi. Prinsip dari induksi radiasi yaitu sel yang diradiasi dibebani oleh tenaga kinetik yang tinggi sehingga dapat mempengaruhi atau mengubah reaksi kimia yang ada dalam jaringan tanaman, yang pada akhirnya menyebabkan perubahan susunan kromosom (Poespodarsono 1988). Sumber iradiasi yang sering digunakan yaitu sinar gamma dari Cobalt 60. Kelebihan sinar gamma yaitu karena energi dan daya tembusnya yang relatif tinggi, serta secara global telah terbukti paling efektif dan efisien
dalam
menghasilkan
varietas
unggul
bermacam
jenis
tanaman
(Maluszynski, et al 2000).
Penyakit Busuk Pangkal Batang (Gummosis) Gummosis pada jeruk pertama kali didiskripsikan di Azores pada tahun 1934 (Fawcett 1925). Gejala penyakit yang disebabkan P. citrophthora bervariasi
7
antar kultivar. Faktor-faktor lingkungan memiliki peran penting dalam pembentukan gejala. Gejala penyakit ini umumnya menyerang bagian pangkal batang dekat permukaan tanah atau pada bagian antara batang atas dan bawah bibit jeruk okulasi.
Gejala yang ditimbulkan oleh Phytophthora Penyakit ini umumnya menyerang pada bagian pangkal batang dekat permuakaan tanah atau pada bagian sambungan atara batang atas dan batang bawah bibit jeruk. Gejala awal tampak berupa bercak basah yang berwarna gelap/hitam kebasah-basahan pada permukaan kulit pangkal batang (Erwin dan Ribeiro 1996). Jaringan kulit kayu yang terserang mengalami perubahan warna bahkan permukaan kulit, kambium, kayu, terutama pada serangan lanjut. Kulit batang yang terserang, permukaannya cekung dan mengeluarkan blendok, dan pada tanamaan terserang sering terbentuk kalus. Kematian tanaman akibat serangan penyakit ini terjadi apabila bercak pada kulit melingkari batang. Perkembangan bercak ke bagian atas, umumnya terbatas hingga 60 cm di atas permukaan tanah, sedangkan perkembangan ke bagian bawah dapat meluas ke bagian akar tanaman.
Gejala yang ditimbulkan oleh Botrydiplodia Penyakit ini dikenal dua macam yaitu Diplodia basah dan Diplodia kering. Penyakit ini menyerang akar, batang dan ranting dan dapat mengakibatkan busuk akar, busuk leher dan mati ranting. Serangan Diplodia basah ditandai dengan keluarnya blendok yang berwarna kuning emas dari batang atau cabang-cabang tanaman. Kulit tanaman yang terserang tidak dapat sembuh kembali, kulit yang terserang kering dan mengelupas. Serangan Diplodia kering gejala awalnya sukar diketahui. Kulit batang atau cabang tanaman yang mengering terdapat celah-celah kecil pada permukaan kulit. Pada bagian celah-celah kulit terdapat
spora
cendawan yang berwarna putih atau hitam. Perluasan kulit yang mongering sangat cepat dan bila sampai menggelang tanaman tanaman.
dapat menyebabkan kematian
8
Phytophthora citrophthora Phytophthora citrophthora pertama kali diisolasi oleh Smith dari buah lemon yang busuk, semenjak itu P. citrophthora dikenal sebagai patogen utama dari buah jeruk yang mengakibatkan mahkota busuk, gumosis, busuk akar, serta busuk kecoklatan pada buah (Erwin dan Ribeiro 1996).
Karakteristik Dimana ciri dari koloni Phytophthora sp. yaitu miselium berwarna putih, berbentuk rosaceus, dan secara mikroskopis hifanya tidak bersekat, bercabang, hialin (Henuk 2010). Miselium berkembang dengan baik interselular. Zoospora berbentuk oval atau lemon, terbentuk pada tangkai sporangia atau sporangiosfor. Reproduksi seksual dilakukan melalui fusi karakteristik oogonia dan antheridia yang kemudian menghasilkan oospora. Oospora berkecambah membentuk miselium
yang
kemudian
dapat
membentuk
sporangia
dan
zoospora.
Klamidospor terbentuk pada tanah pada saat kondisi lingkungan tidak memungkinkan atau kurangnya kelembaban (Erwin dan Ribeiro 1996).
Siklus Patogen P. citrophthora merupakan patogen saprofit fakultatif. Jika tanahnya dalam keadaan lembab maka memungkinkan patogen untuk melakukan infeksi.
9
Botryodiplodia theobromae
Karakteristik B. theobromae Ciri dari Bortyodiplodia yaitu miselium aerial, awalnya berwarna putih setelah 4-5 hari menjadi hitam kehijauan sampai keabu-abuan, setelah 10 hari miselium menjadi hitam. Secara mikroskopis hifa bersekat awalnya hialin kemudian menjadi coklat dan bersekat (Henuk 2010). Memiliki stadia seksual (teleomorfik) dan stadia aseksual (anamorfik). Spora seksual yang diproduksi disebut askuspora. Spora aseksual (konidia) diproduksi pada hifa dalam struktur tubuh buah aseksual (piknidia).
Siklus Patogen Spora (konidia) berkecambah membentuk miselium berkembang menjadi piknidia atau badan buah aseksual, dalam piknidia dihasilkan konidia, kumpulan dari piknidia ini disebut stroma.