PERSEPSI TENTANG BENTUK TUBUH DAN STATUS GIZI SERTA HUBUNGANNYA DENGAN KELUHAN PENYAKIT
SITI SURYANI
DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Persepsi tentang bentuk tubuh dan Status Gizi serta hubungannya dengan Keluhan Penyakit” adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Maret 2014 Siti Suryani NIM I14090123
ABSTRAK SITI SURYANI. Persepsi tentang bentuk tubuh dan Status Gizi serta hubungannya dengan Keluhan Penyakit. Dibimbing oleh HARDINSYAH.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan persepsi bentuk tubuh, status gizi (IMT) hubungannya dengan skor keluhan penyakit. Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional study. Subjek pada penelitian ini berjumlah 90 orang yang terdiri dari pria dan wanita dewasa berusia 30-50 tahun yang bekerja sebagai staf administrasi IPB. Skor keluhan penyakit dikembangkan berdasarkan tingkat keparahan dan dampak dari keluhan penyakit. Hasil uji statistik menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara persepsi bentuk tubuh dan status gizi (IMT) dan skor keluhan penyakit (p<0.05) Kata kunci: bentuk tubuh, status gizi, keluhan penyakit.
ABSTRACT SITI SURYANI. Perception of Body Shape, Nutritional Status Correlation with Disease Complaints. Supervised by HARDINSYAH.
and Its
This study aimed to analyze the correlation between the perception of body shape and nutritional status and its association with disease complaints score. This study used a crossectional study design. Subjects in this study were 90 adult males and females aged 30-50 years of IPB administration staff. The disease complaints score were developed based on severity and impact of disease complaints. The results of the statistic test showed a significant correlation between the perception of body shape and nutritional status (BMI) and disease complaints score (p<0.05) Keywords : body shape, nutritional status, disease complaints
PERSEPSI TENTANG BENTUK TUBUH DAN STATUS GIZI SERTA HUBUNGANNYA DENGAN KELUHAN PENYAKIT
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Gizi dari Program Studi Ilmu Gizi Departemen Gizi Masyarakat
DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
Judul Skripsi : Persepsi tentang Bentuk Tubuh dan Status Gizi serta hubungannya dengan Keluhan Penyakit Nama : Siti Suryani NIM : I14090123
Disetujui oleh
Prof. Dr. Ir. Hardinsyah, MS Dosen Pembimbing
Diketahui oleh
Dr. Rimbawan Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
· ,",dul Skripsi: Persepsi tentang Bentuk Tubuh dan Status Gizi serta hubungannya dengan Keluhan Penyakit )Jama : Siti Suryani : I14090123 N IM
Disetujui oleh
,l rdinSYah>
MS Prof. Dr. Dosen Pembimbing
Tanggal Lulus:
o 1 APR
201 4
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karuniaNya sehingga penulisan skripsi berjudul “Persepsi tentang Bentuk Tubuh dan Status Gizi serta Hubungannya dengan Keluhan Penyakit” sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana (S1) Gizi di Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor, dapat terselesaikan dengan baik dan lancar. Penulis menyampaikan terima kasih yang tak terhingga kepada Bapak Prof. Dr. Ir. Hardinsyah, MS selaku pembimbing skripsi yang telah memberikan waktu dan pikirannya dalam memberikan arahan, saran, dan selalu memberikan motivasi kepada penulis selama masa studi sampai dengan proses penyusunan skripsi serta Ibu Dr. Katrin Roosita, SP, M.Si selaku dosen pemandu seminar dan penguji yang telah banyak memberikan saran kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini. Terimakasih juga kepada kepala bagian SDM Rektorat yang telah memberikan izin penelitian, serta staf pegawai Rektorat yang turut berpartisipasi dan bersedia menjadi contoh dalam penelitian ini. Terima kasih yang tulus ikhlas terutama kepada Bapak dan Ibu atas segala doa, kasih sayang, dukungan dan semangat yang selalu diberikan. Terima kasih pula kepada teman-teman Gizi Masyarakat angkatan 46 yang telah memberikan semangat dan motivasi yang luar biasa selama studi di Institut Pertanian Bogor. Terima kasih juga penulis sampaikan kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, atas segala doa, dukungan yang telah diberikan selama ini. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini tidak terlepas dari kekurangan, sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun kepada penulis. Akhir kata, semoga tulisan ini dapat memberikan manfaat untuk saya dan pembaca pada umumnya. Bogor, Maret 2014 Siti Suryani
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vi
PENDAHULUAN
1
KERANGKA PEMIKIRAN
2
METODE
3
Desain, Waktu, Tempat dan Contoh
3
Jenis dan Cara Pengumpulan Data
4
Pengolahan dan Analisis Data
5
Definisi Operasional
8
HASIL DAN PEMBAHASAN
9
Karakteristik Sosial Ekonomi
9
Persepsi BB dan TB
9
Status Gizi
10
Persepsi Bentuk Tubuh
12
Ketidakpuasan Bentuk Tubuh
13
Keluhan Penyakit dan Kesehatan
14
Riwayat Penyakit Keluarga
16
Keadaan Psikososial
16
Jenis Pangan yang disukai
18
Analisis hubungan Persepsi Bentuk Tubuh, Status Gizi dengan Keluhan Penyakit dan Kesehatan
18
SIMPULAN DAN SARAN
20
Simpulan
20
Saran
21
DAFTAR PUSTAKA
21
RIWAYAT HIDUP
33
DAFTAR TABEL 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Jenis dan cara pengumpulan data Jenis variabel dan pengkategorian data penelitian Skor keluhan penyakit dan kesehatan Sebaran contoh menurut karakteristik sosial ekonomi dan usia Sebaran contoh menurut persepsi BB dan TB Sebaran contoh menurut status gizi (IMT) dan usia Sebaran contoh menurut persepsi bentuk tubuh Persentase persepsi bentuk tubuh berdasarkan status gizi (IMT) Sebaran contoh yang tidak puas dengan bentuk tubuh Persentase keluhan penyakit, keluhan kesehatan dan bentuk tubuh berdasarkan total contoh 11 Persentase keadaan psikososial berdasarkan total contoh dari masing-masing bentuk tubuh 12 Uji hubungan persepsi bentuk tubuh, status gizi dengan keluhan penyakit dan kesehatan
5 6 7 9 10 11 12 13 14 15 17 19
DAFTAR GAMBAR 1 2 3
Kerangka pemikiran hubungan persepsi bentuk tubuh, status gizi dan keluhan penyakit dan kesehatan Cara penarikan contoh Klasifikasi bentuk tubuh
3 4 7
DAFTAR LAMPIRAN 1 Uji validitas contoh 2 Persentase keluhan penyakit serta keluhan kesehatan berdasarkan kelompok usia dan total contoh bentuk Ektomorf 3 Persentase keluhan penyakit serta keluhan kesehatan berdasarkan kelompok usia dan total contoh bentuk Mesomorf 4 Persentase keluhan penyakit serta keluhan kesehatan berdasarkan kelompok usia dan total contoh bentuk Endomorf 5 Persentase keadaan psikososial berdasarkan kelompok usia dan total contoh bentuk Ektomorf 6 Persentase keadaan psikososial berdasarkan kelompok usia dan total contoh bentuk Mesomorf 7 Persentase keadaan psikososial berdasarkan kelompok usia dan total contoh bentuk Endomorf 8 Persentase jenis pangan yang disukai berdasarkan kelompok usia dan total contoh bentuk Ektomorf 9 Persentase jenis pangan yang disukai berdasarkan kelompok usia dan total contoh bentuk Mesomorf
24 24 25 25 26 27 27 28 29
10 Persentase jenis pangan yang disukai berdasarkan kelompok usia dan total contoh bentuk Endomorf 11 Hasil uji korelasi keluhan penyakit dan bentuk tubuh
30 32
1
PENDAHULUAN Berdasarkan data Riskesdas (2013) prevalensi laki-laki gemuk (IMT>25 kg/m2) umur >18 tahun sebesar 19.7% dan prevalensi perempuan 32.9%. Jumlah ini mengalami peningkatan dari enam tahun sebelumnya yaitu 13.9% pada lakilaki dan 14.8% pada perempuan. Sementara obesitas sentral pada usia dewasa sebesar 26.6% yang sebelumnya enam tahun yang lalu sebesar 18.8%. Kejadian ini diakibatkan karena kurangnya pengetahuan dan berbagai masalah kompleks lainnya yang berkaitan dengan peningkatan kondisi sosial ekonomi dan budaya. Kondisi ini perlu mendapat perhatian karena berhubungan dengan kesehatan dan produktivitas kerja. Menurut Hardinsyah (2007), individu dewasa yang mengalami kegemukan dari segi sosial akan berdampak terhadap perasaan rendah diri kelambanan bergerak, kurang fashionable, dan malu bergaul, sedangkan dari segi ekonomi, kegemukan berisiko mengurangi produktivitas kerja, hari produktif, usia produktif, dan meningkatkan pengeluaran kesehatan. Bentuk tubuh erat kaitannya dengan status gizi. Status gizi individu dewasa merupakan salah satu indikator kondisi kesehatan individu. Pengkategorian status gizi di Indonesia umumnya dinyatakan dengan indeks massa tubuh (IMT). Secara umum, nilai indeks massa tubuh (IMT) dapat mencerminkan bentuk tubuh individu normal. Penelitian Maddan et al. (2008) menyatakan individu dengan indeks massa tubuh kurang dari 19 kg/m2 cenderung memiliki bentuk tubuh ektomorf (pisang), individu dengan indeks massa tubuh antara 19 sampai 25 kg/m2 cenderung memiliki bentuk tubuh mesomorf (pir), dan individu dengan indeks massa tubuh lebih dari 25 kg/m2 cenderung memiliki bentuk tubuh endomorf (apel) Bentuk tubuh merupakan salah satu sumber informasi untuk mengetahui kesehatan dan risiko penyakit (Wells et al. 2007). Risiko penyakit dapat diketahui melalui pemeriksaan laboratorium dan keluhan kesehatan. Keluhan kesehatan terkait risiko penyakit umumnya lebih dominan dialami oleh mereka yang memiliki status gizi lebih dengan bentuk tubuh endomorf (Despres 2006). Status gizi kurang atau lebih bisa menimbulkan keluhan kesehatan dan gangguan penyakit baik infeksi maupun kronik. Pengkajian bentuk tubuh terkait dengan keluhan kesehatan dan risiko penyakit masih belum banyak dilakukan, khususnya di Indonesia. Penelitian umumnya berfokus pada body image. Padahal, bentuk tubuh merupakan salah satu indikator yang merefleksikan kondisi kesehatan sehingga dapat memprediksi risiko penyakit. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian terkait persepsi tentang bentuk tubuh dan status gizi serta hubungannya dengan keluhan penyakit. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara persepsi tentang bentuk tubuh dan status gizi serta hubungannya dengan keluhan penyakit pada individu usia dewasa. Tujuan khusus yaitu: (1) Mengidentifikasi karakteristik contoh. (2) Menganalisis hubungan antara persepsi bentuk tubuh dan status gizi contoh. (3) Menganalisis hubungan antara persepsi bentuk tubuh dan keluhan penyakit contoh. (4) Menganalisis hubungan status gizi dan keluhan penyakit contoh. (5) Menganalisis hubungan persepsi bentuk tubuh, status gizi, keluhan penyakit dengan keluhan kesehatan contoh.
2 Manfaat Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai persepsi tentang bentuk tubuh dan status gizi serta hubungannya dengan keluhan penyakit Selain itu, Informasi ini juga diharapkan dapat menambah khasanah keilmuan di bidang gizi. Bagi perguruan tinggi diharapkan juga sebagai perwujudan Tri Dharma Perguruan Tinggi yang meliputi pendidikan, pengembangan penelitian, dan pengabdian masyarakat.
KERANGKA PEMIKIRAN Status gizi merupakan keadaan kesehatan tubuh seseorang atau sekelompok orang yang diakibatkan oleh konsumsi, penyerapan (absorbsi), dan utilisasi (utilization) zat gizi makanan (Riyadi 2006). Pengukuran status gizi ditentukan dengan menghitung Indeks Massa Tubuh (IMT) yaitu yang diukur dengan cara berat badan dalam satuan kilogram (kg) dibagi dengan tinggi badan dalam satuan meter kuadrat (m2). Menurut American National Heart Lung and Blood Institute (NHLBI) salah satu cara untuk memprediksi resiko penyakit adalah menentukan Berat Badan (BB) dengan melakukan pengukuran terhadap Indeks Massa Tubuh (IMT), semakin besar nilai IMT seseorang maka risiko kesehatan yang ditimbulkan juga semakin tinggi. Faktor yang secara langsung mempengaruhi status gizi adalah status kesehatan, umur, jenis kelamin, dan keadaan fisiologis (hamil). Namun dalam penelitian ini keadaan fisiologis merupakan variabel yang tidak diteliti. Bentuk tubuh erat kaitannya dengan status gizi. Status gizi individu dewasa merupakan salah satu indikator kondisi kesehatan individu. persepsi bentuk tubuh merupakan gambaran atau penilaian seseorang tentang bentuk fisik tubuh terkait struktur tulang, distribusi otot dan lemak. Pengukuran persepsi bentuk tubuh ini menggunakan teori somatotype yang dikembangkan oleh Sheldon (1940) yang mengklasifikasikan bentuk tubuh laki-laki dan perempuan dewasa menjadi tiga kelompok yaitu, ektomorf (pisang), mesomorf (pir) dan endomorf (apel). Menurut Wells et al. (2007), bentuk tubuh merupakan salah satu sumber informasi untuk mengetahui kesehatan dan risiko penyakit. Risiko penyakit dapat diketahui melalui pemeriksaan laboratorium dan keluhan kesehatan. Keluhan kesehatan terkait dengan risiko penyakit umumnya lebih dominan dialami oleh individu yang memiliki status gizi lebih dengan bentuk tubuh endomorf (Despres 2006). Status gizi kurang atau lebih bisa menimbulkan keluhan kesehatan dan gangguan penyakit baik infeksi maupun kronik. Berikut adalah skema kerangka pemikiran hubungan persepsi bentuk tubuh, status gizi dan keluhan penyakit dan kesehatan
3
Karakteristik contoh: - Umur - Jenis kelamin - Pendidikan - Pendapatan
Keluhan kesehatan
Status gizi (BB/TB)
Keluhan penyakit (infeksi dan non infeksi)
Kondisi fisiologis
Persepsi bentuk tubuh - Endomorf - Mesomorf - Ektomorf
Keterangan: : Variabel yang diteliti : Variabel yang tidak diteliti : Hubungan yang dianalisis : Hubungan yang tidak dianalisis Gambar 1 Hubungan persepsi bentuk tubuh, status gizi dan keluhan penyakit dan kesehatan
METODE Disain, Tempat, Waktu dan Contoh Penelitian ini menggunakan disain crossectional study yang dilakukan di Rektorat IPB Dramaga. Lokasi penelitian dipilih secara purposive dengan pertimbangan adanya kemudahan akses dan perizinan dalam pengambilan data. Pengumpulan data penelitian dilaksanakan selama bulan Nopember-Desember 2013 sedangkan pengolahan data dilakukan pada bulan Januari 2014. Pengambilan contoh dilakukan secara purposive dengan kriteria inklusi laki-laki dan perempuan umur 30-50 tahun yang bekerja di Rektorat IPB yang bersedia menjadi contoh dan mengisi kuesioner. Contoh yang termasuk kriteria ekslusi yaitu keadaan fisiologis (hamil). Jumlah contoh minimal dalam penelitian ini dihitung menggunakan rumus slovin (Sevilla et al. 2007) sebagai berikut: n= N 1+N(d2) Keterangan: n = Jumlah contoh N = Jumlah populasi (321 orang) d = Tingkat kesalahan yang dapat ditolerir (10%)
4 Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan rumus di atas, diperoleh jumlah contoh minimal adalah sebanyak 76 orang. Jumlah contoh yang diambil saat penelitian lebih banyak dari jumlah contoh minimal yaitu sebanyak 90 orang. Berikut cara penarikan contoh yang dilakukan (Gambar 2) Rektorat IPB
BUD
Data & Info
Man. Mutu
SDM
Fasilitas & Properti
Keuangan
Dir. AP
Dir. Mahasiswa
Biro Umum
PPMB
LPPM
HUMAS
Memenuhi kriteria dan bersedia mengikuti 140 orang Mengembalikan kuesioner 107 orang Missing 17 orang
90 orang
Gambar 2 Cara penarikan contoh Secara keseluruhan jumlah staf yang bekerja di Rektorat IPB sebesar 321 orang (Database Rektorat IPB 2013). Jumlah contoh yang diperkirakan dapat berpartisipasi dalam penelitian ini dan memenuhi kriteria adalah sebesar 140 orang. Jumlah total contoh merupakan gabungan staf dari beberapa bagian (ruangan) di Rektorat. Jumlah staf yang dijadikan contoh berkurang lagi pada tahapan-tahapan penelitian, diantaranya karena ada beberapa contoh yang tidak mengembalikan kuesioner. selain itu terdapat beberapa data kuesioner yang tidak diisi lengkap oleh contoh sehingga beberapa data missing dan tidak dapat dimasukkan sebagai contoh penelitian. Sehingga jumlah contoh yang didapat yaitu sebesar 90 orang. Jenis dan Cara Pengumpulan Data Penelitian ini menggunakan data primer. Data primer terdiri dari data karakteristik sosial ekonomi contoh yang meliputi umur, jenis kelamin, pendidikan, dan pendapatan. Data status gizi diperoleh dari hasil Indeks Massa Tubuh (IMT) contoh. Data Indeks Massa Tubuh (IMT) diambil dengan cara mengetahui Berat Badan (BB) dan Tinggi Badan (TB) contoh. Data bentuk tubuh yang diperoleh melalui gambar (siluet) bentuk tubuh laki-laki dan perempuan dewasa yang diklasifikasikan menjadi tiga kelompok yaitu ektomorf (pisang),
5 mesomorf (pir) dan endomorf (apel) yang di sertai dengan penjelasan komponen karakteristik fisik dari masing-masing bentuk tubuh. Data keluhan kesehatan dan penyakit, keadaan psikososial dan konsumsi jenis pangan yang disukai dikumpulkan menggunakan kuesioner. Berikut adalah rangkuman jenis dan cara pengumpulan data. No 1.
2.
3.
5. 4.
5. 6.
Tabel 1 Jenis dan cara pengumpulan data Variabel Cara pengumpulan data Karakteristik contoh Jenis kelamin Pengisian kuesioner Usia Pendidikan Pendapatan Status gizi Pengisian kuesioner BB TB Persepsi BB Persepsi TB Persepsi bentuk tubuh Pengisian kuesioner Ektomorf Mesomorf Endomorf Keluhan kesehatan Pengisian kuesioner Keluhan penyakit Pengisian kuesioner Riwayat penyakit keluarga Keadaan psikososial Pengisian kuesioner Konsumsi jenis pangan yang Pengisian kuesioner disukai Pengolahan dan Analisis Data
Data yang dikumpulkan diolah dan dianalisis menggunakan program komputer Microsoft Excel 2007 dan Statistical Program for Social Science (SPSS) versi 16 for windows. Proses pengolahan data meliputi pengeditan data, pemberian kode, entry data, cleaning data dan analisis data secara deskriptif dan inferensia. Data karakteristik sosial ekonomi contoh meliputi usia, jenis kelamin, pendidikan, dan pendapatan. Data status gizi meliputi BB dan TB. Data persepsi bentuk tubuh, keluhan penyakit dan kesehatan. Data keadaan psikososial dan jenis pangan yang disukai. Data pendapatan keluarga per kapita/bulan dikategorikan dalam tiga golongan yaitu Rp<2.000.000/bulan, Rp2.000.000-5.000.000/bulan, dan Rp>5.000.000/bulan. Status gizi dikategorikan menjadi tiga, yaitu sangat kurus (<17.0 kg/m2), kurus (17.1-18.4 kg/m2), normal (18.5-25.0 kg/m2), gemuk (>25.0 kg/m2) (Depkes 2003). Data persepsi bentuk tubuh dikelompokkan menjadi tiga kategori ektomorf, mesomorf, dan endomorf (Sheldon 1940) (Gambar 2). Informasi tentang bentuk tubuh divalidasi dengan pengamatan langsung oleh peneliti (Lampiran 1). Pengkategorian variabel secara rinci dapat dilihat pada Tabel 2.
6 Tabel 2 Jenis variabel dan pengkategorian data penelitian No Variabel Kategori 1. Jenis kelamin 1. Laki-laki 2. Perempuan 2. Usia 1. 30-40 tahun 2. 41-50 tahun 3. Pendidikan 1. SLTA 2. S0/D3 3. S1 4. S2/S3 4. Pendapatan 1. <2.000.000 2. 2.000.000-5.000.000 3. >5.000.000 5. Status gizi 1. Sangat kurus 2. Kurus 3. Normal 4. Gemuk 6. Persepsi BB 1. Kurus sekali 2. Kurus 3. Normal 4. Gemuk 5. Gemuk sekali 7. Persepsi TB 1. Pendek 2. Normal 3. Tinggi 4. Tinggi jangkung 8. Persepsi bentuk tubuh 1. Ektomorf 2. Mesomorf 3. Endomorf 9. Riwayat penyakit keluarga 1. Ya 2. Tidak
7
Gambar 3 Klasifikasi bentuk tubuh Ektomorf
Mesomorf
Endomorf
1. Struktur tulang badan tipis, pada wanita payudara kecil, kadang agak bungkuk 2. Bentuk tubuh langsing 3. Berat badan ringan susah menambah berat badan 4. Sulit menimbun lemak.
1. Pada pria struktur tulang bahu dan dada lebar 2. Pada wanita menyerupai bentuk tubuh gitar atau pir (bahu kecil, pinggang dan pinggul lebar) 3. Mudah menaikkan dan menurunkan berat badan 4. Bila gemuk pada wanita timbunan lemak terdapat pada bokong, pinggul dan paha. Pada pria yaitu dada, pinggul dan paha.
1. Struktur tulang yang besar 2. Pinggang dan pinggul lebar 3. Susah menurunkan berat badan 4. Lemak menumpuk dibagian perut, pinggang, bokong, dan paha.
Skor keluhan penyakit berdasarkan tingkat keparahan atau dampak dari keluhan penyakit yang diderita contoh, semakin tinggi skor menunjukkan bahwa tingkat keparahan atau dampak yang ditimbulkan semakin parah dan kompleks. Sedangkan pemberian skor keluhan kesehatan disesuaikan dengan keluhan penyakit contoh. Berikut disajikan tabel pemberian skor terhadap berbagai jenis keluhan penyakit dan keluhan kesehatan contoh. Tabel 3 Skor keluhan penyakit dan kesehatan 2 Flu/pilek Batuk Sembelit Demam 2 Sulit BAB Buang angin bau Sulit bangun pagi Sulit tidur malam Badan sering dingin Badan sering panas Sulit berkeringat Urin kuning coklat
Skor keluhan penyakit 4 6 Anemia Kolesterol tinggi Gula darah tinggi Asam urat tinggi Skor keluhan kesehatan 4 Mata berkunang-kunang Cepat lelah Pusing Sakit pinggang Kesemutan Urin coklat
10 Hipertensi Hipotensi
6 Sering lelah Mengantuk setelah makan Sering berkeringat Sering BAK Sesak napas
8
Definisi Operasional Persepsi bentuk tubuh adalah anggapan atau penilaian contoh terhadap bentuk tubuh. Bentuk tubuh adalah bentuk fisik contoh berdasarkan struktur tulang dan distribusi lemak Contoh adalah seluruh staf yang bersedia mengikuti setiap tahap penelitian. Karakteristik sosek contoh adalah keadaan contoh yang meliputi usia dan jenis kelamin, pendapatan dan pendidikan Keadaan psikososial adalah keadaan yang terkait karakter atau sifat dasar yang dimiliki contoh Usia adalah lama hidup contoh yang dihitung berdasarkan waktu lahir dan waktu penelitian. Pendidikan adalah lama pendidikan formal yang pernah ditempuh oleh contoh. Pendapatan adalah besarnya rata-rata pendapatan keluarga contoh perkapita/bulan dalam rupiah. Status gizi adalah BB dan TB contoh yang hasilnya dinyatakan dalam bentuk Indeks Massa Tubuh. Keluhan kesehatan sesuatu yang dirasakan dan dapat menggangu fungsi normal tubuh. Keluhan penyakit sesuatu yang dirasakan dan dapat dinilai oleh orang lain melalui pemeriksaan. Riwayat penyakit keluarga adalah ada tidaknya keluarga contoh yang pernah/menderita keluhan penyakit
9
HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Sosial Ekonomi Karakteristik sosial ekonomi contoh meliputi jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan dan pendapatan dapat dilihat pada Tabel 4. Sebagian besar contoh adalah laki-laki yaitu 56.7% dan 43.3% adalah perempuan. Umumnya contoh lebih didominasi oleh kelompok yang berada pada rentang usia 41-50 tahun (63.3%) dan 36.7% pada rentang usia 30-40 tahun. Sebagian besar contoh menyelesaikan pendidikan SLTA (46.7%). Tingkat pendapatan menunjukkan pendapatan keluarga per kapita contoh berada pada golongan 2.000.000-5.000.000 rupiah per bulan. Tabel 4 Sebaran contoh menurut karakteristik sosial ekonomi dan usia Karakteristik Jenis kelamin Pendidikan
Pendapatan per kapita Total
Laki-laki Perempuan SLTA S0/D3 S1 S2/S3 Rp <2.000.000 Rp 2.000.000-5.000.000 Rp >5.000.000
30-40 tahun n % 12 36.4 21 63.6 6 18.2 10 30.3 14 42.4 3 9.1 8 24.2 22 66.7 3 9.1 33 100
41-50 tahun n % 39 68.4 18 31.6 36 63.2 2 3.5 14 24.6 5 8.8 7 12.3 42 73.7 8 14.0 57 100
Total n 51 39 42 12 28 8 15 64 11 90
% 56.7 43.3 46.7 13.3 31.1 8.9 16.7 71.1 12.2 100
Persepsi Berat Badan dan Tinggi Badan Contoh pada penelitian ini masing-masing memberikan persepsi mengenai berat badan dan tinggi badannya. Berdasarkan Tabel 5 Sebagian besar contoh laki-laki memberikan persepsi terhadap berat badan termasuk kategori gemuk (45.1%) yang didominasi oleh contoh dengan usia 41-50 tahun (46.2%). Sedangkan untuk tinggi badan sebagian besar contoh memberikan persepsi tinggi badan termasuk kategori normal (78.4%), persentase usia contoh 41-50 tahun lebih banyak (76.9%) dibandingkan pada usia 30-40 tahun. Sebagian besar contoh perempuan yang berada pada kelompok usia 30-40 tahun sebesar 52.4% memberikan persepsi berat badan termasuk kategori gemuk dan tinggi badan termasuk kategori normal 81.0%. Secara keseluruhan baik contoh laki-laki maupun perempuan cenderung mempersepsikan bahwa berat badannya termasuk kategori gemuk (46.7%). Penelitian Chang dan Christakis (2003) menyatakan penilaian contoh terhadap berat badannya dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya pengontrolan Indeks Massa Tubuh, status perkawinan, usia, pendapatan dan pendidikan. Sedangkan untuk tinggi badan sebanyak 80% contoh menilai tinggi badan saat ini termasuk dalam kategori normal.
10 Tabel 5 Sebaran contoh menurut persepsi berat badan (BB) dan tinggi badan (TB) Persepsi BB dan TB Laki-laki BB Sangat kurus Kurus Normal Gemuk Sangat gemuk Laki-laki TB Pendek Normal Tinggi Tinggi jangkung Total Perempuan BB Sangat kurus Kurus Normal Gemuk Sangat gemuk Perempuan TB Pendek Normal Tinggi Tinggi jangkung Total Laki-laki & Perempuan BB Sangat kurus Kurus Normal Gemuk Sangat gemuk Laki-laki & Perempuan TB Pendek Normal Tinggi Tinggi jangkung Total
30-40 tahun n %
41-50 tahun n %
Total n
%
3 3 5 1
25.0 25.0 41.7 8.3
3 18 18 -
7.7 46.2 46.2 -
6 21 23 1
11.8 41.2 45.1 2.0
10 2 12
83.3 16.7 100
4 30 4 1 39
10.3 76.9 10.3 2.6 100
4 40 6 1 51
7.8 78.4 11.8 2.0 100
1 8 11 1
4.8 38.1 52.4 4.8
1 8 8 1
5.6 44.4 44.4 5.6
1 1 16 19 2
2.6 2.6 41.0 48.7 5.1
3 17 1 21
14.3 81.0 4.8 100
3 15 18
16.7 83.3 100
6 32 1 39
15.4 82.1 2.6 100
1 3 11 16 2
3.0 9.1 33.3 48.5 6.1
4 26 26 1
7.0 45.6 45.6 1.8
1 7 37 42 3
1.1 7.8 41.1 46.7 3.3
3 27 3 33
9.1 81.8 9.1 100
7 45 4 1 57
12.3 78.9 7.0 1.8 100
10 72 7 1 90
11.1 80.0 7.8 1.1 100
Status gizi Status gizi seseorang merefleksikan seberapa jauh kebutuhan fisiologis akan nutrisi telah dapat dipenuhi (Patriasih 2009). Bila zat gizi dikonsumsi dalam jumlah cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh dan metabolisme, maka perkembangan yang baik, menjaga kesehatan, mendukung aktivitas fisik, dan membantu mencegah terjadinya penyakit. Sebaliknya bila zat gizi dikonsumsi dalam jumlah terlalu banyak atau sedikit, maka tubuh akan beradaptasi untuk mencapai keadaan homeostatik sehingga fungsi fisiologis tetap terjaga. Bila
11 keadaan kelebihan atau kekurangan ini berlangsung lama akan berakibat pada terjadinya gangguan pada fungsi tubuh dan timbulnya penyakit. Pengelompokan status gizi contoh pada penelitian ini didasarkan pada Indeks Massa Tubuh (IMT) menurut berat badan dan tinggi badan (BB/TB). Pengelompokan status gizi berdasarkan BB/TB dimaksudkan untuk mengetahui keadaan status gizi contoh. Dapat dilihat pada Tabel 3 Berdasarkan indikator status gizi BB/TB. Rata-rata berat badan dan tinggi badan contoh laki-laki 67.7±14.5 kg dan 166.1±5.8 cm. Rata-rata berat badan dan tinggi badan contoh perempuan 58.3±9.6 kg dan 155.8±5.7 cm. Rata-rata IMT contoh laki-laki (24.5±4.7 kg/cm2) lebih besar dibandingkan IMT perempuan (24.1±3.9 kg/m2). Hal ini sesuai dengan penelitian Janssen et al. (2004) yang menyatakan bahwa rata-rata IMT laki-laki dewasa lebih besar dibandingkan perempuan, sementara penelitian yang dilakukan oleh Tschoukalova et al. (2008) menunjukkan bahwa lemak abdominal meningkat secara signifikan seiring dengan peningkatan nilai IMT. Pada penelitian ini sebagian besar contoh berstatus gizi gemuk (55.6%). Persentase gemuk pada contoh usia 41-50 tahun (63.2%) lebih banyak dibandingkan pada usia 30-40 tahun. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Wells et al. (2007) yang menyatakan kelebihan berat badan atau obesitas meningkat secara signifikan seiring dengan peningkatan usia. Tabel 6 Sebaran contoh menurut status gizi (IMT) dan usia Status gizi Laki-laki Kurus Normal Gemuk Total IMT Rata-rata ± SD Perempuan Kurus Normal Gemuk Total IMT Rata-rata ± SD Laki-laki & Perempuan Kurus Normal Gemuk Total IMT Rata-rata ± SD
30-40 tahun n % 1 7 4 12
41-50 tahun n %
Total n
%
8.3 58.3 33.3 100 24.5±4.7
1 13 25 39
2.6 33.3 64.1 100 24.6±4.6
2 3.9 20 39.2 29 56.8 51 100 24.5±4.7
1 4.8 10 47.6 10 47.6 21 100 24.1±3.9
7 11 18
38.9 61.1 100 24.2±4.1
1 2.6 17 43.6 21 53.9 39 100 24.1±3.9
2 17 14 33
1 20 36 57
1.8 35.1 63.2 100 24.4±4.4
3 37 50 90
6.1 51.5 42.4 100 24.3±4.3
3.3 41.1 55.6 100 24.3±4.3
Persentase status gizi gemuk pada kelompok laki-laki lebih tinggi (56.8%) dibandingkan pada kelompok perempuan (53.9%). Penelitian Gallagher et al. (2000) menyebutkan persentase pria yang memiliki lemak tubuh diatas batas normal lebih tinggi dibandingkan dengan wanita. Kegemukan adalah suatu kondisi kelebihan lemak tubuh yang menimbulkan dampak merugikan bagi kesehatan, yang kemudian menurunkan harapan hidup dan atau meningkatkan masalah kesehatan (WHO 2006).
12 Persepsi bentuk tubuh Persepsi bentuk tubuh pada penelitian ini merupakan persepsi mengenai bentuk fisik tubuh seseorang terkait struktur tulang, dan distribusi lemak tubuh. Secara umum klasifikasi bentuk dasar tubuh manusia dewasa menurut Sheldon (1940) dikenal dengan teori somatotype (bentuk tubuh). Berdasarkan Tabel 7 Sebagian besar bentuk tubuh yang dipilih contoh laki-laki dan perempuan adalah bentuk endomorf sebesar 46.7%, bentuk mesomorf sebesar 42.2%, dan ektomorf sebesar 11.1%. Hal ini menunjukkan bahwa persepsi contoh terhadap bentuk tubuhnya cenderung ke arah persepsi bentuk tubuh endomorf (bentuk apel). Tabel 7 Sebaran contoh menurut persepsi bentuk tubuh Persepsi bentuk tubuh Laki-laki Ektomorf (pisang) Mesomorf (pir) Endomorf (apel) Total Perempuan Ektomorf (pisang) Mesomorf (pir) Endomorf (apel) Total Laki-laki & Perempuan Ektomorf (pisang) Mesomorf (pir) Endomorf (apel) Total
30-40 tahun n %
n
41-50 tahun %
Total n
%
3 5 4 12
25.0 41.7 33.3 100
3 15 21 39
7.7 38.5 53.8 100
6 20 25 51
11.8 39.2 49.2 100
2 10 9 21
9.5 47.6 42.9 100
2 8 8 18
11.1 44.4 44.4 100
4 18 17 39
10.3 46.2 43.6 100
5 15 13 33
15.2 45.5 39.4 100
5 23 29 57
8.8 40.4 50.9 100
10 38 42 90
11.1 42.2 46.7 100
Demerath et al. (2007) menyatakan bentuk tubuh endomorf (apple shape) merupakan bentuk tubuh individu dengan lemak viseral tinggi di area perut (obesitas abdominal). Data Depkes (2008) menunjukkan persentase penduduk yang mengalami obesitas sentral (abdominal) secara nasional sebesar 18.8% dan pada wilayah Jawa Barat sebesar 23.1%. Persentase persepsi bentuk tubuh endomorf dalam penelitian ini cenderung lebih tinggi pada contoh laki-laki (49.2%) dibandingkan perempuan (43.6%). Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Cartier et al. (2009) bahwa obesitas sentral pada laki-laki lebih tinggi dibandingkan perempuan.
13 Tabel 8 Persentase persepsi bentuk tubuh berdasarkan status gizi (IMT) contoh Persepsi bentuk tubuh Laki-laki Ektomorf Mesomorf Endomorf Total Perempuan Ektomorf Mesomorf Endomorf Total Laki-laki & Perempuan Ektomorf Mesomorf Endomorf Total
Kurus n(%)
Status Gizi Normal n(%)
Gemuk n(%)
Total n(%)
2(100) 2(100)
4(20.0) 14(70.0) 2(10.0) 20(100)
6(20.7) 23(79.3) 29(100)
6(11.8) 20(39.2) 25(49.0) 51(100)
1(100) 1(100)
3(17.6) 13(76.5) 1(5.9) 17(100)
5(23.8) 16(76.2) 21(100)
4(10.3) 18(46.2) 17(43.6) 39(100)
3(100) 3(100)
7(18.9) 27(73.0) 3(8.1) 37(100)
11(22.0) 39(78.0) 50(100)
10(11.1) 38(42.2) 42(46.7) 90(100)
Tabel 8 menunjukkan seluruh contoh laki-laki dan perempuan yang berstatus gizi kurus memiliki persepsi bentuk tubuh ektomorf, sedangkan pada contoh dengan status gizi normal sebagian besar memiliki persepsi bentuk tubuh mesomorf (73.0%), dan sebesar 78.0% contoh dengan status gizi gemuk memiliki persepsi bentuk tubuh endomorf. Persentase contoh bentuk endomorf yang memiliki status gizi gemuk cenderung lebih tinggi pada contoh laki-laki (79.3%) dibandingkan perempuan (76.2%), selain itu terdapat beberapa contoh yang berstatus gizi normal memiliki persepsi bentuk tubuh endomorf (8.1%). Hal ini menunjukkan bahwa setiap individu dengan status gizi normal tidak selalu memiliki bentuk tubuh ideal. Penelitian yang dilakukan Du et al. (2013) menyatakan bahwa prevalensi obesitas sentral pada individu dewasa (umur ≥18 tahun) dengan IMT <25 kg/m2 mengalami peningkatan yang cukup signifikan yaitu 11.9% pada tahun 1993 dan meningkat 21.1% pada tahun 2009. Ketidakpuasan bentuk tubuh Sebagian besar contoh bentuk endomorf merasa tidak puas terhadap bentuk tubuhnya saat ini (63.6%) (Tabel 9). Ketidakpuasan bentuk tubuh ini cenderung lebih besar pada contoh laki-laki (70.6%) dibandingkan contoh perempuan (56.2%). Ketidakpuasaan bentuk tubuh berhubungan dengan perasaan rendah diri, mengalami depresi (Koch et al. 2008). Selain itu individu yang tidak puas dengan bentuk tubuh cenderung memiliki sikap abnormal atau menahan diri terhadap makanan serta berupaya untuk mengendalikan berat badan (Johnson & Wardle 2005). Upaya pengendalian berat badan yang dilakukan oleh sebagian besar contoh endomorf dalam penelitian ini diantaranya yaitu mengatur kegiatan fisik seperti olahraga (95%) serta pola diet yang sesuai dengan kondisi tubuh saat ini (100%) Selain itu individu dengan bentuk tubuh endomorf (apel) cenderung dikenal sebagai individu yang memiliki selera makan yang tinggi akibat cepat merasa lapar serta lama merasa kenyang, akan tetapi pada penelitian ini sebagian besar contoh bentuk endomorf mengatakan tidak cepat merasa lapar (52.4%) dan cepat merasa kenyang (61.9%). Diduga kedua hal ini bukanlah faktor pemicu terjadinya kegemukan (bentuk endomorf) melainkan ada beberapa faktor lain,
14 salah satu diantaranya yaitu tingginya asupan energi pada saat individu mengonsumsi makanan tertentu dalam sekali waktu makan. Menurut Austin et al. (2011) terjadi peningkatan asupan energi pada individu baik pada laki-laki maupun perempuan dengan status gizi gemuk. Sementara penelitian yang dilakukan oleh Kazlauskaite et al. (2012) menunjukkan bahwa asupan energi berhubungan signifikan dengan akumulasi lemak intra-abdominal (viseral), setiap asupan energi sebesar 500 kalori berhubungan dengan peningkatan akumulasi lemak viseral sebesar 6%. Menurut Despres (2006) meningkatnya prevalensi obesitas abdominal (bentuk endomorf) disebabkan karena rendahnya aktifitas fisik dan diet tinggi energi. Tabel 9 Sebaran contoh yang tidak puas dengan bentuk tubuh Bentuk tubuh Laki-laki Ektomorf (pisang) Mesomorf (pir) Endomorf (apel) Total Perempuan Ektomorf (pisang) Mesomorf (pir) Endomorf (apel) Total Laki-laki & Perempuan Ektomorf (pisang) Mesomorf (pir) Endomorf (apel) Total
n
30-40 tahun %
41-50 tahun n %
Total
2 3 5
40.0 60.0 100
1 2 9 12
8.3 16.7 75.0 100
3 2 12 17
17.6 11.8 70.6 100
1 3 6 10
10.0 30.0 60.0 100
1 2 3 6
16.7 33.3 50.0 100
2 5 9 16
12.5 31.2 56.2 100
3 3 9 15
20.0 20.0 60.0 100
2 4 12 18
11.1 22.2 66.7 100
5 7 21 33
15.2 21.2 63.6 100
n
%
Keluhan penyakit dan Kesehatan Keluhan penyakit dalam penelitian ini merupakan berbagai keluhan terkait penyakit baik infeksi maupun non infeksi yang diderita contoh selama setahun terakhir. Penyakit infeksi adalah penyakit-penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme seperti bakteri atau virus didalam tubuh, seperti demam, flu/pilek dan batuk. Sedangkan penyakit non infeksi adalah penyakit-penyakit yang dapat berkembang selama kurun waktu yang lama, seperti penyakit jantung, stroke, asam urat, hipertensi, dll (Sarafino 1990 diacu dalam Smet 1994). Secara umum contoh dengan bentuk tubuh ektomorf, mesomorf dan endomorf memiliki keluhan penyakit mulai dari penyakit infeksi, non infeksi dan keluhan kesehatan. Dapat dilihat pada Tabel 10 Contoh bentuk endomorf cenderung memiliki persentase tertinggi pada keluhan penyakit non infeksi dibandingkan bentuk mesomorf dan ektomorf. Jenis keluhan penyakit yang diderita contoh endomorf yaitu hipertensi (17.8%), kolesterol tinggi (15.6%), hipotensi (13.3%), asam urat tinggi (8.9%) dan gula darah tinggi (2.2%). Selain keluhan penyakit sebagian besar keluhan kesehatan dengan persentase tertinggi juga banyak dialami contoh dengan bentuk endomorf, yaitu mengantuk setelah makan (20.0%), kesemutan (17.8%), cepat lelah (16.7%), sering berkeringat (14.4%), buang angin bau (11.1%), pusing (11.1%), sering BAK (10.0%), mata berkunang-kunang (8.9%), sering lelah (6.7%), sesak napas (5.6%), urin coklat
15 (4.4%), badan sering panas (4.4%), urin kuning coklat (4.4%) dan sulit berkeringat (3.3%). Tabel 10 Persentase keluhan penyakit, keluhan kesehatan dan bentuk tubuh berdasarkan total contoh Keluhan penyakit dan kesehatan Penyakit non infeksi Hipertensi Hipotensi Gula darah tinggi Kolesterol tinggi Asam urat Anemia Sembelit Penyakit Infeksi Demam Flu/pilek Batuk Keluhan kesehatan Sulit BAB Buang angin bau Sulit bangun pagi Sulit tidur malam Badan sering dingin Badan sering panas Sulit berkeringat Urin kuning coklat Mata berkunang-kunang Cepat lelah Pusing Sakit pinggang Kesemutan Urin coklat Sering lelah Mengantuk setelah makan Sering berkeringat Sering BAK Sesak napas Skor total keluhan penyakit Rata-rata ± SD Median (Modus) Min-Max Skor total keluhan kesehatan Rata-rata ± SD Median (Modus) Min-Max
Ektomorf n(%)
Mesomorf n(%)
Endomorf n(%)
2(2.2) 2(2.2) 3(3.3) 2(2.2)
4(4.4) 9(10.0) 1(1.1) 12(13.3) 6(6.7) 7(7.8) 1(1.1)
16(17.8) 12(13.3) 2(2.2) 14(15.6) 8(8.9) 3(3.3) 2(2.2)
1(1.1) 6(6.7) 6(6.7)
7(7.8) 17(18.9) 13(14.4)
7(7.8) 17(18.9) 11(12.2)
2(2.2) 1(1.1) 2(2.2) 1(1.1) 2(2.2) 3(3.3) 4(4.4) 4(4.4) 3(3.3) 7(7.8) 2(2.2) 3(3.3) 3(3.3) 1(1.1) -
5(5.6) 4(4.4) 4(4.4) 6(6.7) 3(3.3) 3(3.3) 2(2.2) 3(3.3) 6(6.7) 12(13.3) 6(6.7) 23(25.6) 9(10.0) 1(1.1) 4(4.4) 17(18.9) 8(8.9) 4(4.4) 3(3.3)
2(2.2) 10(11.1) 4(4.4) 4(4.4) 2(2.2) 4(4.4) 3(3.3) 4(4.4) 8(8.9) 15(16.7) 10(11.1) 20(22.2) 16(17.8) 4(4.4) 6(6.7) 18(20.0) 13(14.4) 9(10.0) 5(5.6)
7.4±6.2 4(4) 2-20
9.3±5.5 9(6) 0-20
12.3±5.4 12(10) 0-24
11.6±9.2 10(10) 0-28
11.4±10.0 8(6) 0-38
14.2±9.5 12(4) 2-44
Jenis penyakit non infeksi yang di derita oleh contoh mesomorf anemia (7.8%) dibandingkan contoh endomorf dan contoh ektomorf. Hal ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan Hausman et al. (2011) menyatakan bahwa individu yang memiliki status gizi underweight atau kurus lebih banyak mengalami anemia dibandingkan individu yang memiliki status gizi overweight dan obesitas. Keluhan kesehatan yang dialami oleh contoh bentuk mesomorf, yaitu sakit pinggang (25.6%), sulit tidur malam (6.7%), sulit BAB (5.6%) dan merasa badan sering dingin (3.3%). Hasil tersebut menunjukkan bahwa keluhan
16 penyakit terutama penyakit non infeksi dan keluhan kesehatan lebih banyak ditemukan pada individu yang cenderung memiliki bentuk tubuh endomorf (bentuk apel). Dapat dilihat pada Tabel 10 menunjukkan bahwa nilai rata-rata standar deviasi skor total keluhan penyakit (12.3±5.4) dan kesehatan (14.2±9.5) cenderung lebih tinggi pada bentuk endomorf dibandingkan dengan bentuk ektomorf dan mesomorf. Secara keseluruhan jenis penyakit non infeksi yang memiliki persentase terbesar dari ketiga bentuk tubuh adalah hipertensi (17.8%) pada contoh bentuk endomorf. Berbagai penelitian mengungkapkan bahwa penyakit hipertensi membuka peluang 12 kali lebih besar untuk menderita stroke dan 6 kali lebih besar untuk terkena serangan jantung, serta 5 kali lebih besar kemungkinan meninggal karena gagal jantung (Widyaningsih dan Latifah 2008). Menurut Ernitasari et al. (2009) kelebihan berat badan dapat meningkatkan resiko terjadinya hipertensi karena beberapa faktor, yaitu massa tubuh yang makin besar, makin banyak darah yang dibutuhkan untuk memasok oksigen dari makanan ke jaringan tubuh, dan volume yang beredar melalui pembuluh darah menjadi meningkat sehingga memberi tekanan lebih besar pada tekanan arteri. Hipertensi dapat mengakibatkan gagal ginjal kongesif, gagal ginjal, miokardium infark dan stroke jika tidak ditangani (Nelms et al. 2011) Penelitian yang dilakukan Kalichman et al. (2004), menunjukkan bahwa indikator berat badan memiliki hubungan signifikan dengan bentuk tubuh, peningkatan tekanan darah memiliki hubungan yang signifikan dengan peningkatan berat badan, individu dengan bentuk tubuh ektomorf menunjukkan nilai rata-rata peningkatan tekanan darah yang lebih rendah. Sedangkan bentuk endomorf memiliki nilai rata-rata peningkatan tekanan darah yang lebih tinggi, peningkatan yang signifikan pada tekanan darah ini memiliki kecenderungan karena riwayat kesehatan keluarga individu, semakin besar kenaikan tekanan darah diduga berhubungan dengan riwayat kesehatan keluarga yang juga memiliki riwayat hipertensi. Riwayat penyakit keluarga Riwayat kesehatan keluarga (orang tua) mempunyai peran yang sangat penting dan merupakan sumber informasi yang relatif akurat untuk mengetahui atau menilai status kesehatan seseorang, pada penelitian ini sebagian besar keluhan penyakit yang diderita contoh dari ketiga bentuk tubuh tidak terlepas dari riwayat penyakit keluarga yang diturunkan secara genetik. Sebanyak 52.6% contoh mesomorf, 52.4% contoh endomorf dan 50.0% contoh ektomorf memiliki riwayat penyakit keluarga yang berhubungan dengan keluhan penyakit contoh. Keadaan psikososial Kecenderungan dari keadaan psikososial atau psikologis sosial tertentu dapat lebih jelas dalam menilai tipe tubuh berdasarkan kelenjar dominan setiap individu (Mein 2002). Berdasarkan Tabel 11 menunjukkan keadaan psikososial yang paling dominan dimiliki contoh dengan bentuk tubuh ektomorf, yaitu sulit berkonsentrasi ketika stress (50.0%), konsisten, gigih, setia pada pekerjaan (40.0%), sensitif (30.0%), mudah putus asa bila stres (20.0%) suka berolahraga
17 (30.0%). Berdasarkan penelitian Hausman et al. (2011) menyatakan bahwa individu dengan bentuk tubuh kurus (underweight) cenderung memiliki tingkat depresi/stress yang lebih tinggi dibandingkan overweight. Keadaan psikososial pada contoh bentuk ektomorf memiliki kelenjar gonadal, medulla, pineal, limfa dan mata yang dominan. Keadaan psikososial yang paling dominan dimiliki contoh dengan bentuk tubuh mesomorf, yaitu bertanggung jawab (73.3%), teliti/cermat (39.5%), kreatif (28.9%), perfeksionis (18.4%), berprestasi (13.2%) dan protektif (7.9%). Keadaan psikososial pada contoh bentuk mesomorf memiliki kelenjar otak, pituitary, thalamus, thymus, thyroid, hipotalamus, hati, ginjal, dan paru-paru yang dominan. Tabel 11 Persentase keadaan psikososial berdasarkan total contoh dari masingmasing bentuk tubuh Keadaan psikososial
Energik Tenang Emosional Konsisten Suka menolong Sulit berkonsentrasi Berhati-hati Cerdas Percaya diri Berprestasi Kreatif Sabar Teliti Mendengarkan ide baru Inovasi Sensitif Sifat terbuka Putus asa Suka bergaul Fokus Perfeksionis Protektif Humoris Bertanggung jawab Suka berolahraga
Ektomorf (n=10) n 1 4 4 4 5 4 1 1 1 4 2 3 2 3 3 2 2 2 1 2 7 3
% 10.0 40.0 40.0 40.0 50.0 40.0 10.0 10.0 10.0 40.0 20.0 30.0 20.0 30.0 30.0 20.0 20.0 20.0 10.0 20.0 70.0 30.0
Mesomorf (n=38) n % 9 23.7 17 44.7 3 7.9 12 31.6 26 68.4 11 28.9 16 42.1 8 21.1 14 36.8 5 13.2 11 28.9 21 55.3 15 39.5 21 55.3 9 23.7 6 15.8 17 44.7 2 5.3 16 42.1 11 28.9 7 18.4 3 7.9 16 42.1 28 73.7 11 28.9
Endomorf (n=42) n % 15 35.7 24 57.1 7 16.7 14 33.3 32 76.2 11 26.2 23 54.8 10 23.8 19 45.2 2 4.8 11 26.2 25 59.5 13 31.0 29 69.0 10 23.8 3 7.1 23 54.8 2 4.8 26 61.9 14 33.3 7 16.7 1 2.4 24 57.1 29 69.0 10 23.8
Keadaan psikososial yang paling dominan dimiliki contoh dengan bentuk tubuh endomorf, yaitu suka menolong (76.2%), suka mendengarkan ide-ide baru (69.0%), suka bergaul (61.9%), sabar (59.5%), humoris (57.1%), tenang (57.1%), sifat terbuka dengan orang lain atau lingkungan sekitar (54.8%), selalu berhatihati dalam melakukan segala sesuatu (54.8%), percaya diri (45.2%), energik atau berwibawa (35.7%), fokus ketika menghadapi masalah (33.3%), cerdas (23.8%), dan emosional (16.7%). Keadaan psikososial pada contoh bentuk mesomorf memiliki kelenjar, intestinal, perut, kantung empedu, adrenal, jantung, sistem saraf, kulit dan pankreas yang dominan.
18 Jenis pangan yang disukai Jenis pangan yang paling disukai oleh contoh yang dibedakan berdasarkan bentuk tubuh (Lampiran 8-10) jenis pangan tersebut dikelompokkan menjadi beberapa golongan yang terdiri dari karbohidrat, protein (hewani dan nabati), lemak, sayur, buah dan minuman. Jenis pangan yang disukai oleh contoh dari ketiga bentuk tubuh tidak jauh berbeda. Golongan pangan karbohidrat yang disukai oleh contoh bentuk ektomorf, mesomorf dan endomorf yaitu nasi dengan persentase berturut-turut sebesar 90.0%, 81.6% dan 88.1%. Sedangkan untuk golongan protein hewani contoh yang bentuk ektomorf lebih banyak menyukai daging dengan persentase sebesar 50.0%. sementara contoh bentuk mesomorf dan endomorf menyukai konsumsi ikan dengan persentase berturut-turut sebesar 55.3% dan 50.0% Golongan protein nabati yang disukai oleh contoh bentuk ektomorf, mesomorf dan endomorf adalah tempe dengan persentase berturut-turut sebesar 50.0%, 44.7% dan 54.8%. Sedangkan untuk golongan lemak yang paling banyak disukai contoh ektomorf, mesomorf dan endomorf yaitu minyak goreng dengan persentase berturut-turut sebesar 100%, 94.7% dan 83.3%. hal ini dikarenakan sebagian besar contoh menggunakan minyak goreng untuk mengolah bahan makanan yang akan dikonsumsinya. Sayur yang paling banyak disukai oleh contoh ektomorf, mesomorf dan endomorf adalah bayam dengan persentase berturut-turut sebesar 80.0%, 60.5% dan 66.7%. Sedangkan untuk buah, contoh ektomorf paling banyak menyukai pepaya dengan persentase sebesar 60.0%, sementara contoh mesomorf dan endomorf menyukai konsumsi pisang dengan persentase berturut-turut sebesar 50.0% dan 52.4%. Jenis minuman yang paling banyak disukai oleh contoh ektomorf adalah susu dengan persentase sebesar 70.0%, sementara contoh mesomorf lebih banyak menyukai teh manis (71.1%) dan endomorf lebih menyukai kopi (61.9%). Menurut Khumaidi (1989) sikap seseorang terhadap makanan dapat bersifat suka (positif) dan tidak suka (negatif) bersumber pada nilai-nilai affective yang berasal dari lingkungan dimana manusia itu tumbuh. Hubungan persepsi bentuk tubuh, status gizi dengan skor total keluhan penyakit dan kesehatan Hasil uji statistik (Tabel 12) menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara variabel persepsi bentuk tubuh dengan status gizi (p<0.05), artinya bahwa individu dengan persepsi bentuk tubuh ektomorf cenderung memiliki status gizi kurang, begitu juga sebaliknya individu dengan persepsi bentuk tubuh endomorf cenderung memiliki status gizi lebih atau obesitas. Hal ini sejalan dengan penelitian Briawan et al. (2008) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan nyata antara persepsi tubuh dengan Indeks Massa Tubuh (IMT).
19 Tabel 12 Uji korelasi spearman persepsi bentuk tubuh, status gizi dengan keluhan penyakit dan kesehatan Variabel
Status gizi
Persepsi bentuk tubuh
Skor total keluhan penyakit
Skor total keluhan kesehatan
Status gizi (IMT) Persepsi bentuk tubuh
1.0 0.836**
1.0
0.347**
0.341**
1.0
0.249
0.153
0.217**
1.0
0.297**
0.308**
0.648**
0.851**
Skor total keluhan penyakit dan kesehatan
(1=ektomorf, 2=mesomorf, 3=endomorf)
Skor total keluhan penyakit Skor total keluhan kesehatan Skor total keluhan penyakit dan kesehatan
1.0
Keterangan: tanda * hubungan signifikan (p<0.05) Penelitian yang dilakukan oleh Maddan et al. (2008), menunjukkan bahwa individu dengan indeks massa tubuh kurang dari 19 kg/m2 memiliki bentuk tubuh ektomorf (pisang), individu dengan indeks massa tubuh antara 19 sampai 25 kg/m2 memiliki bentuk tubuh mesomorf (pir). Sedangkan individu dengan indeks massa tubuh lebih dari 25 kg/m2 memiliki bentuk tubuh endomorf (apel). Hasil uji korelasi menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara variabel persepsi bentuk tubuh dengan skor total keluhan penyakit (p<0.05), artinya bahwa seseorang dengan persepsi bentuk tubuh ke arah endomorf cenderung memiliki skor total keluhan penyakit yang lebih tinggi dibandingkan bentuk ektomorf dan mesomorf. Penelitian yang dilakukan oleh Williams et al. (2000) individu yang mempunyai bentuk tubuh dominan mesomorf (pir) memiliki risiko besar untuk mengalami penyakit jantung koroner atau penyakit kardiovaskular, bentuk tubuh mesomorf memiliki kecenderungan besar untuk menjadi overweight atau obesitas apabila tidak banyak melakukan aktivitas fisik, dan mengonsumsi makanan tinggi lemak atau tinggi kalori. Penelitian Koleva et al. (2002) menyatakan somatotype (bentuk tubuh) dengan dominan mesomorf dan endomorf merupakan faktor risiko yang memiliki kecenderungan terhadap penyakit degeneratif sehingga memerlukan kontrol berat badan. Kontrol berat badan terutama perlu dilakukan pada individu yang memiliki bentuk tubuh endomorf, karena individu yang termasuk dalam kategori ini mengalami kesulitan dalam menurunkan berat badan hal ini terjadi akibat metabolisme tubuh yang berlangsung lambat sehingga tubuh mudah menyimpan lemak terutama pada bagian tengah tubuh yaitu perut atau pinggang. Sebuah riset yang dilakukan di Universitas Birmingham Inggris, menunjukkan bahwa sel lemak di sekitar pinggang atau perut bukan bongkahan lemak yang pasif melainkan sel-sel aktif berlebih yang dapat mengacaukan stabilitas insulin serta berpeluang menyebabkan resistensi insulin. Resistensi insulin dianggap fitur yang mendasari terjadinya sindrom metabolik (Ford et al. 2002). Sindrom metabolik yang merupakan sekumpulan dari gangguan metabolik yang dapat menyebabkan resiko penyakit kardiovaskular, aterosklerosis, hipertensi dan hiperglikemia (Eckel et al. 2005) Hasil uji korelasi menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara variabel status gizi dengan skor total total keluhan penyakit contoh (p<0.05),
20 artinya bahwa semakin tinggi status gizi (gemuk) contoh, maka dampak (skor) dari keluhan penyakit yang diderita semakin meningkat. Menurut Schuter et al. (2011) menyatakan indeks massa tubuh (status gizi) mempunyai hubungan yang signifikan dengan lemak tubuh. Status gizi yang tinggi cenderung memiliki lemak tubuh yang tinggi yang kemudian dapat meningkatkan risiko kesehatan yaitu risiko mengalami tekanan darah tinggi, penyakit jantung, diabetes dan stroke (Hiza et al. 2000). Hasil uji korelasi menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara skor total keluhan kesehatan dan skor total keluhan penyakit, namun tidak terdapat hubungan yang signifikan antara variabel status gizi, persepsi bentuk tubuh dengan skor total keluhan kesehatan (p>0.05) Hasil uji chi-square (Lampiran 11) menunjukkan bahwa pada bentuk ektomorf memiliki hubungan negatif dengan penyakit sembelit (r= –0.223). Pada bentuk endomorf memiliki hubungan signifikan dengan penyakit anemia (r=0.217). Selain itu juga terdapat hubungan yang signifikan antara tekanan darah tinggi dengan bentuk tubuh mesomorf (r=0.240) dan endomorf (r=0.357). Hal ini sejalan dengan penelitian Herrera et al. (2004) yang menunjukkan bahwa bentuk tubuh secara signifikan berkorelasi dengan tekanan darah sistolik maupun diastolik, pada bentuk tubuh ektomorf dapat menurunkan tekanan darah tinggi baik tekanan darah sistolik maupun diastolik tidak terkecuali pada kelompok lansia. Sedangkan pada bentuk endomorf dan mesomorf menunjukkan hubungan yang signifikan dengan tekanan darah individu baik tekanan darah sistolik maupun diastolik. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa individu-individu yang memiliki profil risiko kardiovaskular cenderung memiliki bentuk tubuh endomorf dan mesomorf dibandingkan tubuh ektomorf memiliki profil risiko kardiovaskular yang rendah. Menurut JNC VII (2004) tekanan darah diastolik merupakan indikator risiko penyakit kardiovaskular paling kuat dibandingkan dengan tekanan sistolik sebelum memasuki usia 50 tahun.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Sebanyak 90 contoh dengan persentase laki-laki sebesar 56.7% dan 43.3% perempuan. Sebagian besar contoh berstatus gizi gemuk (55.6%) dengan rata-rata berat badan 63.6±13.4 kg, tinggi badan 161.7±7.7 cm, dan IMT 24.3±4.3 kg/m 2. Sebagian besar contoh menyelesaikan pendidikan SLTA (46.7%). Sebagian besar pendapatan contoh 2.000.000-5.000.000 rupiah per kapita/bulan (71.1%). Hasil uji korelasi menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara persepsi bentuk tubuh, status gizi (IMT), skor total keluhan kesehatan dengan skor total keluhan penyakit (p<0.05), namun tidak terdapat hubungan yang signifikan antara variabel status gizi, persepsi bentuk tubuh dengan skor total keluhan kesehatan (p>0.05). Hasil uji chi-square menunjukkan pada bentuk ektomorf hanya penyakit sembelit yang memiliki hubungan negatif, sementara pada bentuk mesomorf penyakit hipertensi yang berhubungan signifikan dan pada bentuk endomorf penyakit hipertensi dan anemia yang berhubungan signifikan.
21 Saran Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa keluhan penyakit terkait penyakit non infeksi (degeneratif) tidak hanya diderita oleh contoh dengan bentuk tubuh endomorf dan mesomorf pada beberapa contoh dengan bentuk tubuh ektomorf juga memiliki keluhan penyakit non infeksi salah satunya kolesterol tinggi. Hal ini mengindikasikan bahwa pola makan yang diterapkan oleh contoh ektomorf belum cukup baik, sehingga disarankan kepada contoh ektomorf agar lebih banyak mengonsumsi makanan rendah lemak jenuh dan tinggi serat. Mengingat penelitian ini hanya dilakukan dengan metode survey sehingga masih perlu dikonfirmasi dan diperjelas mekanismenya. Untuk itu perlu dilakukan penelitian lebih lanjut apakah terdapat hubungan kausal (sebab-akibat) antara penyakit sembelit dengan bentuk ektomorf, hipertensi dengan bentuk mesomorf, hipertensi dan anemia dengan bentuk endomorf.
DAFTAR PUSTAKA Austin GL, Ogden LG, Hill JO. 2011. Trends in carbohydrate, fat, and protein intakes and association with energy intake in normal-weight, overweight, and obese individuals:1971–2006. Am J Clin Nutr. 93: 836-834 Briawan D, Heryudarini H, Drajat M. 2008. Hubungan Konsumsi Pangan dan Status Gizi dengan Body Image Pada Remaja di Bogor. Jurnal Gizi Indonesia. 31(1):49-59. Cartier A, Cote M, Lemieux I, Perusse L, Tremblay A, Bouchard C, Despre’s J. 2009. Sex differences in inflammatory markers: what is the contribution of visceral adiposity. Am J Clin Nutr. 89:1307–1314. Chang VW, Christakis NA. 2003. Self-Perception of weight appropriateness in the United States. Am J of Preventive Medicine. 24(4):332–339 Demerath EW, Sun SS, Rogers N, Lee M, Reed D,Choh AC, Couch W, Czerwinski SA,Chumlea WC, Siervogel RM, Towne B. 2007. Anatomical Patterning of Visceral Adipose Tissue: Race, Sex, and Age Variation. Journal of Obesity. 15(12):2984-2993 [Depkes] Departemen Kesehatan. 2003. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Praktis Pemantauan Gizi Orang Dewasa. Jakarta. [Depkes] Departemen Kesehatan RI. 2008. Laporan Riset Kesehatan Dasar [Riskesdas] 2007. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kementrian Kesehatan RI. Despres JP. 2006. Abdominal obesity: the most prevalent cause of the metabolic syndrome and related cardiometabolic risk. European Heart Journal Supplements. Pages B4-B12 Du T, Sun X, Yin P, Huo R, Ni C, & Yu X. 2013. Increasing trends in central obesity among chinese adult with normal body mass index 1993–2009, Journal Biomedical Central, 137–327 Eckel RH, Grundy SM, Zimmet PZ. (2005). The metabolic syndrome. Journal American Heart Association. 365(22): 1415–1428.
22 Ernitasari PD, Djarwoto B, Siswati T. 2009. Pola makan, rasio lingkar pinggang pinggul (RLPP) dan tekanan darah di puskesmas Mergangsan Yogyakarta. Jurnal Gizi Klinik Indonesia. 6(2):71-77. Ford ES, Giles WH, Dietz WH. 2002. Prevalence of the Metabolic syndrome Among US Adults: Findings from the Third National Health and Nutrition Examination Survey. Journal American Medical Association 287 (3): 356359 Gallagher D, Heymsfield SB, Heo M, Jebb SA, Murgatroyd PR, Sakamoto Y. 2000. Healthy percentage body fat ranges: an approach for developing guidelines based on body mass index. Am J Clin Nutr. 72: 694-701 Gibson RS. 2005. Principles of nutritional assessment. New York (US): Oxford University Press. Hardinsyah. 2007. Inovasi gizi dan pengembangan sosial [Orasi Ilmiah]. Bogor: Ilmu Gizi, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Hausman DB, Johnson MA, Davey A, Poon LW. 2011. Body Mass Index Is Associated with Dietary Patterns and Health Conditions in Georgia Centenarians. Journal of Aging Research. Pages 1-10 Herrera H, Rebato E, Hernandez R, Hernandez VY, Alfonso-Sanchez MA. 2004. Relationship between Somatotype and Blood Pressure in a Group of Institutionalized Venezuelan Elders. Am J Hum Biol. 50(4): 223-229 Hiza HA, Pratt C, Mardis AL, Anand R. 2000. Body Mass Index and Health. A Publication of the USDA Center for Nutrition Policy and Promotion. An organization of the U.S. Department of Agriculture. Janssen I, Katzmarzyk PT, Ross R. 2004. Waist circumference and not body mass index explains obesity related health risk. Am J Clin Nutr. 79:379–84 [JNC VII] Join National Committee VII. 2004. Prevention, Detection, Evaluation, of treatment of high blood pressure. Rockville (US): National Institute of Health. Johnson F, Wardle J. 2005. Dietary restraint, body dissatisfaction, and psychological distress: a prospective analysis. Journal of Abnormal Psychology 114(1):119-25 Kalichman L, Livshits G, Kobyliansky E. 2004. Association between somatotypes and blood pressure in an adult Chuvasha population. Am J Hum Biol. 31(4): 466-476 Kazlauskaite R, Karavolos K, Janssen I, Carlson K, Shipp KJ, Dugan SA, Powell LH. 2012. The Association between Self-Reported Energy Intake and Intra-Abdominal Adipose Tissue in Perimenopausal Women. Journal of Obesity. Pages 1-8 Khumaidi M. 1989. Gizi Masyarakat. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi dan Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi IPB, Bogor. Koch FS, Ludvigsson J, Sepa A. 2008. Body dissatisfaction measured with a figure preference task and self-esteem in 8 year old children-a study within the abis-project. Journal Clinical Medicine 2:13–26 Koleva M, Nacheva A, Boev M. 2002. Somatotype and disease prevalence in adults. Journal Rev. Environment Health. 17 (1): 65-84.
23 Maddan S, Walker JT, Miller, JM. 2008. Does size really matter? Are examination of Sheldon somatotypes and criminal behavior. The Social Sciences Journal. 45 : 330–344. Mein, Carolyn L. 2002. Different Bodies, Different Diets. New York: Harpercollins Publisher Inc. Nelms M, Sucher KP, Lacey K, Roth SL. 2011. Nutrition Theraphy and Pathophysiologi 2th ed. Belmont (US): Cengage Learning, Inc. Patriasih. 2009. Laporan Penelitian, Studi Aspek Sosial Ekonomi dan Faktor Lingkungan yang Berpengaruh Terhadap Kesehatan dan Status Gizi Anak Jalanan. Bandung: Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Indonesia. [RISKESDAS] Riset Kesehatan Dasar. 2013. Laporan Riskesdas 2013. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI. Riyadi H. 2006. Penilaian Gizi secara Antropometri. Bogor: Departemen Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Schuter AD, Lavie CJ, Gonzalez J, Milani RV. 2011. Body Composition in Coronary Heart Disease: How Does Body Mass Index Correlate with Body fatness. Ochsner Journal. 11(3):220-225 Sevilla CG et al. 2007. Research Method. Quezon City: Rex Printing Company. Smet B. 1994. Psikologi Kesehatan. Jakarta: PT Grasindo. Tschoukalova YD, Koutsari C, Karpyak MV, Votruba SB, Wendl E, Jensen MD. 2008. Subcutaneous adipocyte size and body fat distribution. Am J of Clin Nutr. 87:56-63 Wells Jonathan CK, Philip Treleaven, dan Tim J Cole. 2007. BMI Compared With3-Dimensional Body Shape: The UK National Sizing Survey. Am J Clin Nutr. 85:419-25 Widyaningsih NN, Latifah M. 2008. Pengaruh Keadaan Sosial Ekonomi, Gaya Hidup, Status Gizi, dan Tingkat Stres Terhadap Tekanan Darah. Jurnal Gizi dan Pangan 3(1):1-6 Williams SR, Goodfellow J, Davies B, Bell W, Mc Dowell I, Jones, E. 2000. Somatotype and angiographically determined atherosclerotic coronary artery disease in men. Am J Hum Biol. 12:128-138. World Health Organization Health Topics about Obesity. 2006. http://www.who.int/topics/obesity/en/ [diakses tanggal 26 September 2013]
24 Lampiran 1 Uji validitas contoh Bentuk Tubuh Ektomorf Mesomorf Endomorf Total
Menurut peneliti n % 3 33.3 4 25.0 5 41.7 12 100
Menurut subjek/contoh n % 3 33.3 5 41.7 4 25.0 12 100
Lampiran 2 Persentase keluhan penyakit serta keluhan kesehatan berdasarkan kelompok usia dan total contoh bentuk Ektomorf Keluhan Penyakit dan Kesehatan Penyakit non infeksi Hipertensi Hipotensi Gula darah tinggi Kolesterol tinggi Asam urat Anemia Sembelit Penyakit infeksi Demam Flu/pilek Batuk Keluhan kesehatan Sulit BAB Buang angin bau Sulit bangun pagi Sulit tidur malam Badan sering dingin Badan sering panas Sulit berkeringat Urin kuning coklat Mata berkunang Cepat lelah Pusing Sakit pinggang Kesemutan Urin coklat teh Sering lelah Mengantuk setelah makan Sering berkeringat Sering BAK Sesak napas
30-40 tahun n=5 n %
41-50 tahun n=5 n %
Total n = 10 n
%
2 2 2
40.0 40.0 40.0
2 1 -
40.0 20.0 -
2 2 3 2
20.0 20.0 30.0 20.0
2 3
40.0 60.0
1 4 3
20.0 80.0 60.0
1 6 6
10.0 60.0 60.0
2 1 1 1 2 3 2 4 1 1 1 1 -
40.0 20.0 20.0 20.0 40.0 60.0 40.0 80.0 20.0 20.0 20.0 20.0 -
1 1 1 1 2 2 1 1 3 1 2 2 -
20.0 20.0 20.0 20.0 40.0 40.0 20.0 20.0 60.0 20.0 40.0 40.0 -
2 1 2 1 2 3 4 4 3 7 2 3 3 1 -
20.0 10.0 20.0 10.0 20.0 30.0 40.0 40.0 30.0 70.0 20.0 30.0 30.0 10.0 -
25 Lampiran 3 Persentase keluhan penyakit serta keluhan kesehatan berdasarkan kelompok usia dan total contoh bentuk Mesomorf Keluhan penyakit dan Kesehatan Penyakit non infeksi Hipertensi Hipotensi Gula darah tinggi Kolesterol tinggi Asam urat Anemia Sembelit Penyakit infeksi Demam Flu/pilek Batuk Keluhan kesehatan Sulit BAB Buang angin bau Sulit bangun pagi Sulit tidur malam Badan sering dingin Badan sering panas Sulit berkeringat Urin kuning coklat Mata berkunang-kunang Cepat lelah Pusing Sakit pinggang Kesemutan Urin coklat teh Sering lelah Mengantuk setelah makan Sering berkeringat Sering BAK Sesak napas
30-40 tahun n = 15 n %
41-50 tahun n = 23 n %
Total n = 38 n
%
2 4 3 1 4 -
13.3 26.7 20.0 6.7 26.7 -
2 5 1 9 5 3 1
8.7 21.7 4.3 39.1 21.7 13.0 4.3
4 9 1 12 6 7 1
10.5 23.7 2.6 31.6 15.8 18.4 2.6
4 7 6
26.7 46.7 40.0
3 10 7
13.0 43.5 30.4
7 17 13
18.4 44.7 34.2
3 3 2 4 1 2 1 2 6 4 1 4 1 2 7 4 2 1
20.0 20.0 13.3 26.7 6.7 13.3 6.7 13.3 40.0 26.7 73.3 26.7 6.7 13.3 46.7 26.7 13.3 6.7
2 1 2 2 2 1 2 2 4 6 2 12 5 2 10 4 2 2
8.7 4.3 8.7 8.7 8.7 4.3 8.7 8.7 17.4 26.1 8.7 52.2 21.7 8.7 43.5 17.4 8.7 8.7
5 4 4 6 3 3 2 3 6 12 6 23 9 1 4 17 8 4 3
13.2 10.5 10.5 15.8 7.9 7.9 5.3 7.9 15.8 31.6 15.8 60.5 23.7 2.6 10.5 44.7 21.1 10.5 7.9
Lampiran 4 Persentase keluhan penyakit serta keluhan kesehatan berdasarkan kelompok usia dan total contoh bentuk Endomorf Keluhan Penyakit dan Kesehatan Penyakit non infeksi Hipertensi Hipotensi Gula darah tinggi Kolesterol tinggi Asam urat Anemia Sembelit Penyakit infeksi Demam Flu/pilek Batuk
30-40 tahun n = 13 n %
41-50 tahun n = 29 n %
Total n = 42 n
%
5 5 1 1 2
38.5 38.5 7.7 7.7 15.4
11 7 2 13 8 2 -
37.9 24.1 6.9 44.8 27.6 6.9 -
16 12 2 14 8 3 2
38.1 28.6 4.8 33.3 19.0 7.1 4.8
2 7 4
15.4 53.8 30.8
5 10 7
17.2 34.5 24.1
7 17 11
16.7 40.5 26.2
26 Keluhan Penyakit dan Kesehatan Keluhan kesehatan Sulit BAB Buang angin bau Sulit bangun pagi Sulit tidur malam Badan sering dingin Badan sering panas Sulit berkeringat Urin kuning coklat Mata berkunang-kunang Cepat lelah Pusing Sakit pinggang Kesemutan Urin coklat teh Sering lelah Mengantuk setelah makan Sering berkeringat Sering BAK Sesak napas
30-40 tahun n = 13 n % 1 3 1 3 2 1 2 4 1 3 3 1 1 9 4 2 2
7.7 23.1 7.7 23.1 15.4 7.7 15.4 30.8 7.7 23.1 23.1 7.7 7.7 69.2 30.8 15.4 15.4
41-50 tahun n = 29 n % 1 7 3 1 2 2 2 2 8 11 9 17 13 3 5 9 9 7 3
3.4 24.1 10.3 3.4 6.9 6.9 6.9 6.9 27.6 37.9 31.0 58.6 44.8 10.3 17.2 31.0 31.0 24.1 10.3
Total n = 42 n
%
2 10 4 4 2 4 3 4 8 15 10 20 16 4 6 18 13 9 5
4.8 23.8 9.5 9.5 4.8 9.5 7.1 9.5 19.0 35.7 23.8 47.6 38.1 9.5 14.3 42.9 31.0 21.4 11.9
Lampiran 5 Persentase keadaan psikososial berdasarkan kelompok usia dan total contoh bentuk Ektomorf Psikososial
Energik/Berwibawa Tenang Emosional Konsisten Suka menolong Sulit berkonsentrasi Berhati-hati Cerdas Percaya diri Berprestasi Kreatif Sabar Teliti Mendengarkan ide baru Inovasi Sensitif Sifat terbuka Putus asa Suka bergaul Fokus Perfeksionis Protektif Humoris Bertanggung jawab Suka berolahraga
30-40 tahun n=5 n % 1 20.0 2 40.0 3 60.0 3 60.0 2 40.0 2 40.0 1 20.0 2 40.0 3 60.0 2 40.0 3 60.0 3 60.0 1 20.0 2 40.0 1 20.0 1 20.0 2 40.0 3 60.0 1 20.0
41-50 tahun n=5 n % 2 40.0 1 20.0 1 20.0 3 60.0 2 40.0 1 20.0 1 20.0 2 40.0 2 40.0 1 20.0 1 20.0 4 80.0 2 40.0
n 1 4 4 4 5 4 1 1 1 4 2 3 2 3 3 2 2 2 1 2 7 3
Total n = 10 % 10.0 40.0 40.0 40.0 50.0 40.0 10.0 10.0 10.0 40.0 20.0 30.0 20.0 30.0 30.0 20.0 20.0 20.0 10.0 20.0 70.0 30.0
27 Lampiran 6 Persentase keadaan psikososial berdasarkan kelompok usia dan total contoh bentuk Mesomorf Psikososial
Energik/Berwibawa Tenang Emosional Konsisten Suka menolong Sulit berkonsentrasi Berhati-hati Cerdas Percaya diri Berprestasi Kreatif Sabar Teliti Mendengarkan ide baru Inovasi Sensitif Sifat terbuka Putus asa Suka bergaul Fokus Perfeksionis Protektif Humoris Bertanggung jawab Suka berolahraga
30-40 tahun n = 15 n % 4 26.7 8 53.3 2 13.3 4 26.7 11 73.3 5 33.3 8 53.3 6 40.0 7 46.7 1 6.7 6 40.0 9 60.0 7 46.7 10 66.7 4 26.7 3 20.0 7 46.7 1 6.7 6 40.0 5 33.3 3 20.0 2 13.3 11 73.3 15 100 6 40.0
41-50 tahun n = 23 n % 5 21.7 9 39.1 1 4.3 8 34.8 15 65.2 6 26.1 8 34.8 2 8.7 7 30.4 4 17.4 5 21.7 12 52.2 8 34.8 11 47.8 5 21.7 3 13.0 10 43.5 1 4.3 10 43.5 6 26.1 4 17.4 1 4.3 5 21.7 13 56.5 5 21.7
n 9 17 3 12 26 11 16 8 14 5 11 21 15 21 9 6 17 2 16 11 7 3 16 28 11
Total n = 38 % 23.7 44.7 7.9 31.6 68.4 28.9 42.1 21.1 36.8 13.2 28.9 55.3 39.5 55.3 23.7 15.8 44.7 5.3 42.1 28.9 18.4 7.9 42.1 73.7 28.9
Lampiran 7 Persentase keadaan psikososial berdasarkan kelompok usia dan total contoh bentuk Endomorf Psikososial
Energik/Berwibawa Tenang Emosional Konsisten Suka menolong Sulit berkonsentrasi Berhati-hati Cerdas Percaya diri Berprestasi Kreatif Sabar Teliti Mendengarkan ide baru Inovasi Sensitif Sifat terbuka Putus asa Suka bergaul
30-40 tahun n = 13 n % 5 38.5 6 46.2 4 30.8 4 30.8 11 84.6 3 23.1 7 53.8 5 38.5 9 69.2 2 15.4 2 15.4 7 53.8 4 30.8 7 53.8 3 23.1 11 84.6 9 69.2
41-50 tahun n = 29 n % 10 34.5 18 62.1 3 10.3 10 34.5 21 72.4 8 27.6 16 55.2 5 17.2 10 34.5 9 31.0 18 62.1 9 31.0 22 75.9 7 24.1 3 10.3 12 41.4 2 6.9 17 58.6
n 15 24 7 14 32 11 23 10 19 2 11 25 13 29 10 3 23 2 26
Total n = 42 % 35.7 57.1 16.7 33.3 76.2 26.2 54.8 23.8 45.2 4.8 26.2 59.5 31.0 69.0 23.8 7.1 54.8 4.8 61.9
28 Psikososial
Fokus Perfeksionis Protektif Humoris Bertanggung jawab Suka berolahraga
30-40 tahun n = 13 n % 3 23.1 2 15.4 10 76.9 9 69.2 2 15.4
41-50 tahun n = 29 n % 11 37.9 5 17.2 1 3.4 14 48.3 20 69.0 8 27.6
n 14 7 1 24 29 10
Total n = 42 % 33.3 16.7 2.4 57.1 69.0 23.8
Lampiran 8 Persentase jenis pangan yang disukai berdasarkan kelompok usia dan total contoh bentuk Ektomorf Jenis pangan
Karbohidrat Nasi Mie Ubi Singkong Jagung Kentang Protein Ikan Ayam Daging Tempe Tahu Telur Lemak Minyak Mentega Margarin Keju Sayur Kangkung Bayam Brokoli Kacang panjang Daun singkong Kucai Wortel Tauge Jamur Buncis Labu siam Sawi Buah Apel Pepaya Mangga Salak Pisang Alpukat
30-40 tahun n=5 n %
41-50 tahun n=5 n %
Total n = 10 n
%
4 1 4 1 -
80.0 20.0 80.0 20.0 -
5 2 1 1 1 -
100.0 40.0 20.0 20.0 20.0 -
9 3 1 5 2 -
90.0 30.0 10.0 50.0 20.0 -
2 1 3 2 2
40.0 20.0 60.0 40.0 40.0
1 2 2 3 1 1
20.0 40.0 40.0 60.0 20.0 20.0
3 3 5 5 1 3
30.0 30.0 50.0 50.0 10.0 30.0
5 2 2 -
100.0 40.0 40.0 -
5 1 1 -
100.0 20.0 20.0 -
10 3 3 -
100.0 30.0 30.0 -
1 5 2 2 -
20.0 100.0 40.0 40.0 -
3 1 4 -
60.0 20.0 80.0 -
1 8 3 6 -
10.0 80.0 30.0 60.0 -
2 2 3 1
40.0 40.0 60.0 20.0
4 2 1
80.0 40.0 20.0
2 6 5 2
20.0 60.0 50.0 20.0
29 Jenis pangan
Anggur Jambu Sirsak Durian Lengkeng Semangka Jeruk Tomat Rambutan Melon Minuman Susu Teh manis Kopi Soda
30-40 tahun n=5 n % 1 20.0 1 20.0 -
41-50 tahun n=5 n % 2 40.0 -
n 3 30.0 1 10.0 -
3 3 2 -
4 3 2 -
7 6 4 -
60.0 60.0 40.0 -
80.0 60.0 40.0 -
Total n = 10 % -
70.0 60.0 40.0 -
Lampiran 9 Persentase jenis pangan yang disukai berdasarkan kelompok usia dan total contoh bentuk Mesomorf Jenis pangan
Karbohidrat Nasi Mie Ubi Singkong Jagung Kentang Protein Ikan Ayam Daging Tempe Tahu Telur Lemak Minyak Mentega Margarin Keju Sayur Kangkung Bayam Brokoli Kacang panjang Daun singkong Kucai Wortel Tauge Jamur Buncis Labu siam Sawi
30-40 tahun n = 15 n %
41-50 tahun n = 23 n %
n
Total n = 38 %
13 5 2 3 6 1
86.7 33.3 13.3 20.0 40.0 6.7
18 4 6 9 7 -
78.3 17.4 26.1 39.1 30.4 -
31 9 8 12 13 1
81.6 23.7 21.1 31.6 34.2 2.6
5 5 4 8 6 2
33.3 33.3 26.7 53.3 40.0 13.3
16 3 9 9 5 3
69.6 13.0 39.1 39.1 21.7 13.0
21 8 13 17 11 5
55.3 21.1 34.2 44.7 28.9 13.2
14 7 4 -
93.3 46.7 26.7 -
22 4 8 -
95.7 17.4 34.8 -
36 11 12 -
94.7 28.9 31.6 -
5 10 7 4 1 1 1
33.3 66.7 46.7 26.7 6.7 6.7 6.7
2 13 11 10 2 1 1 -
8.7 56.5 47.8 43.5 8.7 4.3 4.3 -
7 23 18 14 3 1 1 1 1
18.4 60.5 47.4 36.8 7.9 2.6 2.6 2.6 2.6
30 Jenis pangan
Buah Apel Pepaya Mangga Salak Pisang Alpukat Anggur Jambu Sirsak Durian Lengkeng Semangka Jeruk Tomat Rambutan Melon Minuman Susu Teh manis Kopi Soda
30-40 tahun n = 15 n %
41-50 tahun n = 23 n %
n
Total n = 38 %
6 1 7 6 1 3 1 3 1 1 -
40.0 6.7 46.7 40.0 6.7 20.0 6.7 20.0 6.7 6.7 -
7 11 3 1 13 4 1 1 1 1 -
30.4 47.8 13.0 4.3 56.5 17.4 4.3 4.3 4.3 4.3 -
13 12 10 1 19 5 4 1 1 1 4 1 1 -
34.2 31.6 26.3 2.6 50.0 13.2 10.5 2.6 2.6 2.6 10.5 2.6 2.6 -
9 13 3 2
60.0 86.7 20.0 13.3
13 14 8 1
56.5 60.9 34.8 4.3
22 27 11 3
57.9 71.1 28.9 7.9
Lampiran 10 Persentase jenis pangan yang disukai berdasarkan kelompok usia dan total contoh bentuk Endomorf Jenis pangan
Karbohidrat Nasi Mie Ubi Singkong Jagung Kentang Protein Ikan Ayam Daging Tempe Tahu Telur Lemak Minyak Mentega Margarin Keju Sayur Kangkung Bayam Brokoli Kacang panjang Daun singkong
30-40 tahun n = 13 n %
41-50 tahun n = 29 n %
n
Total n = 42 %
11 5 2 2 3 -
84.6 38.5 15.4 15.4 23.1 -
26 13 3 7 8 -
89.7 44.8 10.3 24.1 27.6 -
37 18 5 9 11 -
88.1 42.9 11.9 21.4 26.2 -
8 5 2 6 4 1
61.5 38.5 15.4 46.2 30.8 7.7
13 7 5 17 9 7
44.8 24.1 17.2 58.6 31.0 24.1
21 12 7 23 13 8
50.0 28.6 16.7 54.8 31.0 19.0
8 8 3 1
61.5 61.5 23.1 7.7
27 8 10 -
93.1 27.6 34.5 -
35 16 13 1
83.3 38.1 31.0 2.4
3 9 2 3 1
23.1 69.2 15.4 23.1 7.7
3 19 9 12 -
10.3 65.5 31.0 41.4 -
6 28 11 15 1
14.3 66.7 26.2 35.7 2.4
31 Jenis pangan
Kucai Wortel Tauge Jamur Buncis Labu siam Sawi Buah Apel Pepaya Mangga Salak Pisang Alpukat Anggur Jambu Sirsak Durian Lengkeng Semangka Jeruk Tomat Rambutan Melon Minuman Susu Teh manis Kopi Soda
30-40 tahun n = 13 n % 1 7.7 4 30.8 1 7.7 -
41-50 tahun n = 29 n % 4 13.8 1 3.4 1 3.4 1 3.4 -
n 1 8 1 1 1 1 -
Total n = 42 % 2.4 19.0 2.4 2.4 2.4 2.4 -
3 8 6 5 1 2 -
23.1 61.5 46.2 38.5 7.7 15.4 -
9 11 3 17 6 1 1 1 1 1 1
31.0 37.9 10.3 58.6 20.7 3.4 3.4 3.4 3.4 3.4 3.4
12 19 9 22 1 8 1 1 1 1 1 1
28.6 45.2 21.4 52.4 2.4 19.0 2.4 2.4 2.4 2.4 2.4 2.4
3 9 8 1
23.1 69.2 61.5 7.7
13 14 18 -
44.8 48.3 62.1 -
16 23 26 1
38.1 54.8 61.9 2.4
32 Lampiran 11 Hasil uji korelasi keluhan penyakit dan bentuk tubuh Variabel Hipertensi
Hipotensi
Gula darah tinggi
Kolesterol tinggi
Asam urat tinggi
Anemia
Sembelit
Demam
Flu/pilek
Batuk
Ektomorf 0.189 0.073 10 0.045 0.669 10 0.066 0.533 10 0.085 0.421 10 0.152 0.150 10 -0.141 0.181 10 -0.223** 0.034 10 0.063 0.549 10 0.111 0.294 10 0.200 0.058 10
Mesomorf 0.240** 0.023 38 0.037 0.728 38 0.033 0.751 38 -0.009 0.935 38 -0.006 0.958 38 -0.130 0.219 38 0.109 0.301 38 -0.040 0.703 38 -0.005 0.962 38 -0.016 0.880 38
Endomorf 0.357** 0.001 42 0.065 0.539 42 0.074 0.480 42 0.045 0.670 42 -0.090 0.393 42 0.217** 0.039 42 0.032 0.758 42 0.000 1.000 42 0.075 0.479 42 0.142 0.179 42
33
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Tuada, Kabupaten Halmahera Barat, Maluku Utara pada tanggal 23 Oktober 1991. Penulis merupakan anak kedua dari 2 bersaudara dari pasangan Ramla Rasid dan Amran Bayau. Pada tahun 2008, penulis menyelesaikan studi di SMA Negeri 3 Ternate. Penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Beasiswa Utusan Daerah IPB pada tahun 2009 di Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia (FEMA). Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Profesi (KKP) bersama mahasiswa Fakultas Pertanian dan Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB di Desa Mekarjaya, Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut. Penulis juga melaksanakan Internship Dietetika Gizi Masyarakat di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Cibinong pada bulan Maret 2013. Penulis menyelesaikan tugas akhir untuk meperoleh gelar Sarjana Gizi Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia (FEMA) IPB.