ANALISIS PERILAKU GIZI IBU, POLA ASUH MAKAN DAN KONTRIBUSI SNACK SERTA HUBUNGANNYA DENGAN STATUS GIZI ANAK USIA PRA SEKOLAH
SITI HABIBAH WARDAH
DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul analisis perilaku gizi ibu, pola asuh makan dan kontribusi snack serta hubungannya dengan status gizi anak usia pra sekolah adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Sepetember 2014 Siti Habibah Wardah NIM I14100070
ABSTRAK SITI HABIBAH WARDAH. Analisis Perilaku Gizi Ibu, Pola Asuh Makan dan Kontribusi Snack serta Hubungannya dengan Status Gizi Anak Usia Pra Sekolah. Dibimbing oleh IKEU EKAYANTI. Tujuan umum penelitian adalah menganalisis perilaku gizi ibu, pola asuh makan dan kontribusi snack serta hubungannya dengan status gizi anak usia pra sekolah. Desain penelitian adalah cross sectional studi dengan 20 sampel anak usia pra sekolah di Labschool Pendidikan Karakter IPB-ISFA. Hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian besar pengetahuan gizi ibu masuk kategori sedang (45%). Sikap dan praktik gizi ibu contoh paling banyak termasuk dalam kategori baik (35%) dan kurang (35%). Kontribusi energi dari snack terhadap tingkat kecukupan adalah 41,8%, lemak 44.2%, karbohidrat 45.5%, dan natrium sebesar 53.6%. Kontribusi konsumsi snack terhadap kecukupan protein paling besar yaitu sebesar 58.6%. Sebanyak 80% contoh memiliki status gizi normal. Perilaku gizi ibu yang pempunyai hubungan signifikan adalah pengetahuan dengan sikap gizi ibu (p<0.05). Perilaku gizi ibu yang pempunyai hubungan signifikan dengan pola asuh makan adalah praktik gizi (p<0.05). Hubungan signifikan antara protein dan karbohidrat dari snack dengan status gizi (p<0.05), sedangkan energi dan lemak dari snack tidak mempunyai hubungan yang signifikan dengan status gizi contoh (p>0.05). Kata kunci: kontribusi snack, perilaku gizi ibu, pola asuh makan, status gizi.
ABSTRACT SITI HABIBAH WARDAH. The Analysis of Mother’s Nutritional Behavior, Parenting Eating Pattern, Snack Contribution, and Their Correlations toward Pre-School Children’s Nutritional Status. Supervised by IKEU EKAYANTI The general objective of this study were to analyse mother’s nutritional behavior, parenting eating pattern, snack contribution and their correlations toward preschool children’s nutritional status. The design of this study study was cross-sectional study in Labschool IPB-ISFA, involved 20 samples of preschool children. The result of this study showed that 45% of mothers had moderate nutritional knowledge. Most of mother’s nutritional attitude and practice were categorized as good (35%) and poor (35%). Snack had the highest contribution to protein adequacy (58.6%). The contribution of snack to energy, fat, carbohydrat, and natrium adequacy were 41.8%, 44.2%, 45.5% and 53.6% respectively. Most of samples (80%) had normal nutritional status. Mother’s nutritional knowledge and mother’s nutritional attitude was found out had significant correlation (p<0.05). Mother’s nutritional behavior that had significant correlation with eating parenting pattern was mother’s nutritional practice (p<0.05). There were significant correlations beetween carbohydrate and protein from snack to nutritional status (p<0.05), whereas energy and fat from snack had no correlation to nutritional status (p>0.05). Keyword : snack contribution, mother’s nutritional behavior, parenting eating pattern, pre- school children’s nutritional status
ANALISIS PERILAKU GIZI IBU, POLA ASUH MAKAN DAN KONTRIBUSI SNACK SERTA HUBUNGANNYA DENGAN STATUS GIZI ANAK USIA PRA SEKOLAH
SITI HABIBAH WARDAH
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Gizi dari program studi ilmu gizi pada Departemen Gizi Masyarakat
DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. judul yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan April 2014 ini ialah analisis perilaku gizi ibu, pola asuh makan dan kontribusi snack serta hubungannya dengan status gizi anak usia pra sekolah. Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr. Ir. Ikeu Ekayanti, M.Kes selaku dosen pembimbing akademik dan pembimbing skripsi. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada Dr. Tiurma Sinaga, MFSA selaku dosen pemandu seminar dan dosen penguji pada ujian skripsi. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada pihak sekolah Labschool Pendidikan Karakter IPBISFA, yaitu kepala sekolah dan guru-guru yang telah membantu selama pengumpulan data, dan orang tua siswa-siswi yang telah bersedia menjadi responden pada penelitian ini. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, seluruh keluarga, sahabat-sahabat, dan teman-teman Gizi Masyarakat 47, atas segala doa dan dukungannya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, September 2014 Siti Habibah Wardah
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
vii
DAFTAR GAMBAR
vii
DAFTAR LAMPIRAN
vii
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Perumusan Masalah
2
Tujuan Penelitian
2
Kegunaan Penelitian
2
KERANGKA PEMIKIRAN
3
METODE
5
Desain, Tempat dan Waktu Penelitian
5
Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh
5
Jenis dan Cara Pengumpulan Data
5
Pengolahan dan Analisis Data
6
Definisi Operasional
8
HASIL DAN PEMBAHASAN
9
Keadaan Umun Sekolah
9
Karakteristik Keluarga
10
Perilaku Gizi Ibu
13
Pola Asuh Makan
14
Karakteristik Contoh
15
Status Gizi Anak Usia Pra Sekolah
15
Konsumsi Pangan Anak Usia Pra Sekolah
17
Konsumsi Snack dan Kontribusinya terhadap Kecukupan Energi dan Zat Gizi 19 Hubungan Antar Variabel
22
SIMPULAN DAN SARAN
25
Simpulan
25
Saran
25
DAFTAR PUSTAKA
26
RIWAYAT HIDUP
36
DAFTAR TABEL 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
Jenis, variabel, cara pengumpulan data, dan alat pengumpul data Sebaran contoh berdasarkan besar keluarga Sebaran contoh berdasarkan umur orang tua Sebaran contoh berdasarkan tingkat pendidikan orang tua Sebaran contoh berdasarkan jenis pekerjaan orang tua Sebaran contoh berdasarkan pendapatan keluarga Sebaran contoh berdasarkan pengetahuan gizi ibu Sebaran contoh berdasarkan sikap gizi ibu Sebaran contoh berdasarkan praktik gizi ibu Sebaran pola asuh makan contoh Sebaran contoh berdasarkan umur Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin Sebaran contoh berdasarkan indikator status gizi BB/U Sebaran contoh berdasarkan indikator status gizi TB/U Sebaran contoh berdasarkan indikator status gizi BB/TB Sebaran contoh berdasarkan tingkat kecukupan energi, protein. Lemak, dan karbohidrat Sebaran contoh berdasarkan tingkat kecukupan vitamin dan mineral Rata-rata energi dan zat gizi berdasarkan jenis snack yang dikonsumsi Sebaran contoh berdasarkan jumlah jenis snack yang dikonsumsi Sebaran contoh berdasarkan frekuensi konsumsi snack/minggu Sebaran contoh berdasarkan frekuensi dan jumlah jenis snack yang dikonsumsi Rata-rata kontribusi konsumsi snack terhadap TKG dan konsumsi sehari Sebaran contoh berdasarkan sebaran kontribusi konsumsi snack terhadap kecukupan energi dan zat gizi
5 10 11 11 12 12 13 13 14 14 15 15 16 16 16 17 18 19 20 20 20 21 22
DAFTAR GAMBAR 1
2
Kerangka pemikiran perilaku gizi ibu, pola asuh makan dan kontribusi snack serta hubungannya dengan status gizi pada anak pra sekolah Grafik persentase kontribusi zat gizi snack terhadap kecukupan energi sehari
4 22
DAFTAR LAMPIRAN 1 2
Kuesioner Contoh menu makan siang dan snack sore di sekolah
29 35
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Peningkatan kualitas sumberdaya manusia merupakan salah satu dari tujuan pembangun nasional Indonesia. Indonesia menjamin hak anak untuk tumbuh dan berkembang dalam UUD 1945. Anak-anak merupakan generasi potensial yang diharapkan dapat meneruskan cita-cita bangsa Indonesia. Kualitas sumberdaya manusia yang baik dicerminkan oleh perilaku dan perkembangan manusia sejak usia dini, yaitu masa pra sekolah. Anak usia pra sekolah (3-6 tahun) sedang mengalami fase pertumbuhan yang pesat pertama kali (growth spurt). Pertumbuhan anak yang pesat pada masa ini meliputi pertambahan berat badan, tinggi badan, dan perkembangan pada organ-organ vital anak, sehingga diperlukan asupan energi dan zat gizi yang cukup untuk menunjang pertumbuhan dan perkembangan anak. Masalah gizi lebih pada masa anak-anak memiliki konsekuensi medis jangka pendek yaitu berpengaruh terhadap pertumbuhan, sedangkan pada jangka panjang akan lebih berisiko terhadap penyakit degeneratif seperti hipertensi dan diabetes melitus. Berdasarkan laporan Riskesdas nasional tahun 2013, prevalensi gemuk pada anak berdasarkan indikator BB/TB sebesar 11.9%. Gizi lebih diakibatkan oleh ketidakseimbangan energi yang masuk ke dalam tubuh dan energi yang dikeluarkan oleh tubuh. Dewasa ini, anak-anak cenderung lebih banyak mengkonsumsi selingan (snack) dibandingkan makanan utama (Popkin&Piernas 2011). Hal ini disebabkan karena snack bisa didapat dengan mudah oleh anakanak dari penjaja makanan dan atau dibuat oleh ibu rumah tangga. Snack yang banyak dijajakan cendurung makanan yang tinggi kalori dan lemak namun rendah kandungan gizi lainnya, sehingga menyebabkan terjadi ketidakseimbangan energi dan zat gizi yang masuk ke tubuh anak. Keunggulan jajanan sebagai snack yang disukai adalah murah, mudah didapatkan dan kandungan gizi yang dimiliki menjadi daya tarik tersendiri bagi konsumen (Napitu 1994). Penelitian yang dilakukan oleh AC Bell, PJ Kremer, AM Magarey dan BA Swinbum tahun 2005, menunjukkan bahwa asupan energi yang berasal dari makanan selingan pada anak-anak Australia sebesar 43,4% dan pada remaja sebesar 41,5%. Hal tersebut diakibatkan oleh perilaku anak-anak yang lebih menyukai jajanan dan cemilan yang dibeli dari penjaja makanan dibandingkan makanan utama yang dibuat oleh orang tuanya di rumah. Menurut Debra R. Keast, Theresa A. Nicklas dan Carol E. O’Neil (2013), konsumsi snack yang berlebihan berhubungan dengan meningkatnya risiko kelebihan berat badan dan obesitas abdominal pada remaja di Amerika. Masalah kelebihan berat badan dan obesitas abdominal pada remaja ini diakibatkan oleh asupan energi yang besar dari snack. Snack yang dikonsumsi oleh anak-anak dan remaja rendah zat gizi mikro, seperti vitamin dan mineral yang dibutuhkan tubuh untuk proses pertumbuhan dan perkembangan. Kontribusi snack dan makanan lainnya diluar makanan utama mempengaruhi tingkat konsumsi secara keseluruhan. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk meneliti perilaku gizi ibu, pola asuh makan dan kontribusi konsumsi serta hubungannya dengan status gizi anak usia pra sekolah.
2
Perumusan Masalah Kebiasaan konsumsi snack yang tinggi kalori dan lemak serta rendah zat gizi lainnya menyebabkan ketidakseimbangan asupan energi dan zat gizi pada anak usia pra sekolah. Anak-anak pra sekolah adalah masa dimana anak membutuhkan asupan gizi yang cukup untuk menunjang pertumbuhan dan perkembangan berjalan optimal. Hal itu mendasari anak-anak untuk mendapatkan perhatian khusus dalam perilaku gizi. Kebanyakan anak-anak lebih menyukai makanan yang gurih dan manis yang banyak mengandung gula, lemak, pengawet, pewarna, dan penambah cita rasa. Berdasarkan permasalahan tersebut diperlukan adanya penelitian mengenai kebiasaan konsumsi pada anak usia pra sekolah khususnya konsumsi snack. Selain itu, perlu pula dilakukan penelitian mengenai perilaku gizi ibu dan pola asuh makan sehingga kebiasaan makan dari anak usia pra sekolah dapat dioptimalkan agar status gizinya normal. Pertanyaan yang muncul adalah seberapa besar hubungan antara perilaku gizi ibu, pola asuh makan dan kontribusi konsumsi snack dengan status gizi anak usia pra sekolah.
Tujuan Tujuan Umum Secara umum penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perilaku gizi ibu, pola asuh makan dan kontribusi snack serta hubungannya dengan status gizi anak usia pra sekolah. Tujuan Khusus Adapun tujuan khusus dari penelitian ini antara lain : 1. Mengidentifikasi karakteristik contoh (umur dan jenis kelamin) dan karakteristik keluarga meliputi besar keluarga, umur orangtua, pekerjaan orangtua, pendidikan orangtua, dan pendapatan keluarga 2. Mengkaji kebiasaan konsumsi makanan snack pada anak usia pra sekolah 3. Mengkaji kontribusi makanan snack terhadap total konsumsi dan kecukupan energi dan zat gizi pada anak usia pra sekolah 4. Menganalisis hubungan antara perilaku gizi ibu dengan pola asuh makan 5. Menganalisis hubungan antara perilaku gizi ibu dan pola asuh makan dengan kebiasaan konsumsi snack anak usia pra sekolah 6. Menganalisis hubungan kontribusi konsumsi snack terhadap status gizi anak usia pra sekolah Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai perilaku gizi ibu, pola asuh makan dan kebiasaan konsumsi pada anak usia pra sekolah. Hal tersebut diharapakan dapat memberikan manfaat terhadap optimalisasi status gizi dan kesehatan jangka panjang. Hasil dari penelitian ini selanjutnya dapat dijadikan masukan bagi pihak-pihak yang berkepentingan dalam mengambil langkah dan kebijakan dalam upaya peningkatan pengetahuan, sikap dan perilaku
3
gizi masyarakat. Bagi pembaca, diharapkan dapat menambah wawasan dan mejadi literatur bagi penelitian selanjutnya.
KERANGKA PEMIKIRAN Masa kanak-kanak adalah masa laten dimana terjadi pertumbuhan fisik yang cepat dan merupakan masa peralihan dari masa bayi menuju remaja (Khomsan et al. 2013). Pada masa ini anak-anak membutuhkan makanan yang sesuai dengan gizi seimbang untuk mencapai status gizi yang optimal. Status gizi dipengaruhi oleh konsumsi pangan, aktivitas fisik dan riwayat kesehatan seseorang. Status gizi akan optimal apabila tubuh memperoleh zat-zat gizi yang cukup dan aktivitas fisik yang seimbang. Zat-zat gizi yang cukup dapat digunakan secara efisien untuk pertumbuhan fisik, perkembangan otak dan derajat kesehatan yang tinggi. Konsumsi pangan dipengaruhi oleh faktor karakteristik contoh (jenis kelamin, dan usia), karakteristik keluarga (besar keluarga, pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua dan pendapatan orang tua), ketersediaan pangan dan nafsu makan. Konsumsi pangan oleh keluarga atau individu tergantung pada jumlah dan jenis pangan yang dibeli, dimasak, didistribusikan dalam keluarga, dan kebiasaan makan secara perorangan (Almatsier 2005). Konsumsi pangan anak terdiri dari konsumsi makanan utama dan makanan snack. Konsumsi snack mempunyai kontribusi penting untuk memenuhi kebutuhan zat gizi anak-anak selain kontribusi dari makanan utama yang dikonsumsi. Konsumsi pangan anak dipengaruhi oleh pola asuh makan, sedangkan pola asuh makan dipengaruhi oleh perilaku gizi ibu. Berdasarkan data konsumsi makanan utama dan makanan snack dapat diketahui tingkat kecukupan gizi (TKG) energi, protein, vitamin A, vitamin C, zat besi, kalsium, dan natrium. Selanjutnya dapat diukur stuatus gizi contoh apakah sudah baik atau belum. Status gizi yang kurang maupun lebih akan berdampak negatif bagi kesehatan dan lebih lanjut akan berdampak pada pertumbuhan dan perkembangan anak (Arisman 2009).
4
Karakteristik orang tua
Karakteristik contoh
1. 2. 3. 4.
1. Jenis kelamin 2. Usia
Besar keluarga Pendidikan orang tua Pekerjaan orang tua Pendapatan orang tua
Perilaku Gizi Ibu
Konsumsi pangan Anak
Konsumsi makanan utama
Aktivitas Fisik
Pola Asuh Makan Ibu
Konsumsi snack
Kontribusi terhadap tingkat kecukupan energi dan zat gizi lainnya
Riwayat Kesehatan
Status gizi Gambar 1 kerangka pemikiran perilaku gizi ibu, pola asuh makan dan kontibusi makanan snack serta hubungannya dengan status gizi pada anak pra sekolah Keterangan: variabel yang diteliti
garis hubungan yang diteliti
variabel yang tidak diteliti diteliti
garis hubungan yang tidak
5
METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study. Cross sectional study yaitu rancangan yang digunakan pada penelitian dengan variabel sebab atau faktor resiko dan akibat atau kasus yang terjadi pada objek penelitian diukur atau dikumpulkan secara simultan atau dalam waktu yang bersamaan. Penelitian dilakukan di LABSCHOOL Pendidikan Karakter IPB-ISFA yang mewakili karakteristik tingkat sosial ekonomi menengah keatas. Penelitian ini dilakukan selama 2 bulan, yaitu pada bulan April sampai dengan Juni 2014. Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh Contoh yang digunakan adalah siswa-siswi playgroup dan taman kanakkanak usia 3-6 tahun yang berjumlah 20 orang. Teknik pengambilan contoh yang digunakan yaitu purposive sampling. Menurut Sphorer (1996) dalam Khomsan et al (2013), anak usia pra sekolah cenderung bersikap aktif dan bisa menentukan makanan apa yang ingin dikonsumsi olehnya. Kriteria inklusi dalam penarikan contoh penelitian ini yaitu: (1) contoh berusia 3-6 tahun, (2) ibu bersedia untuk menjadi responden, (3) ibu bersedia memberikan keterangan yang lengkap, jelas, dan benar. Jenis dan Cara Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan terdiri dari dua jenis, yaitu data primer dan sekunder. Data primer terdiri dari data karakteristik contoh,karakteristik orang tua, pengetahuan, sikap, dan perilaku gizi serta pola asuh makan didapatkan melalui wawancara langsung menggunakan kuesioner, data kebiasaan makan yang diperoleh dari metode estimated food record selama 7 hari (Gibson 2005). Selain itu, status gizi juga merupakan data primer yang dikumpulkan melalui pengukuran antropometri secara langsung menggunakan timbangan berat badan digital dan microtoise (alat pengukur tinggi badan). Data sekunder meliputi kondisi umum dan jumlah siswa yang diperoleh dari pengelola sekolah. Secara keseluruhan, jenis dan cara pengumpulan data disajikan pada Tabel 1. Tabel 1 Jenis, variabel, cara pengumpulan data, dan alat pengumpul data Jenis Primer
Variabel Karakteristik contoh Nama Usia Jenis kelamin Berat badan Tinggi badan
Cara Pengumpulan Data Wawancara, Pengukuran (BB,TB)
Alat Pengumpul Data
Kuesioner Timbangan injak Microtoise
6
Jenis Primer
Sekunder
Variabel Karakteristik orang tua Pendidikan Pendapatan Pekerjaan
Cara Pengumpulan Data Wawancara
Alat Pengumpul Data Kuesioner
Konsumsi pangan Jenis makanan Jumlah makanan
Pencatatan
Kuesioner estimated food record 7 hari
Kebiasaan konsumsi snack Jenis snack Jumlah snack Frekuensi konsumsi snack Pola Asuh Makan Perilaku Gizi Ibu 1. Pengetahuan Gizi 2. Sikap Gizi 3. Praktik Gizi Gambaran umum kondisi lokasi penelitian dan jumlah Siswa Jumlah murid dan guru Lama belajar Sarana dan prasarana
Pencatatan
Kuesioner estimated food record 7 hari
Wawancara Wawancara
Kuesioner Kuesioner
Pencatatan
Arsip sekolah
Pengolahan dan Analisis Data Data yang diperoleh melalui kuesioner dianalisis secara statistik menggunakan program komputer Microsoft excell 2010 for Windows, WHO Anthro versi 3.1.0, Nutrisurvey, dan SPSS 16 for Windows. Tahapan pengolahan data primer yaitu dimulai dengan proses editing, coding, scoring, entry data, cleaning data, tabulasi, dan analisis data. Data Karakteristik Orang tua dan contoh dianalisis secara deskriptif. Analisis deskriptif disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi dan persentase. Status gizi diukur melalui metode pengukuran antropometri dengan menghitung berat badan dan tinggi badan anak. Data antropometri diolah untuk mengetahui status gizi berdasarkan z-score BB/U, TB/U dan BB/TB menggunakan software WHO Antrho versi 3.1.0, yaitu dengan memasukkan data berat badan, tinggi badan dan umur anak. Data energi dan zat gizi yang diperoleh melalui metode estimated food record selama 7 hari meliputi jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi dalam Ukuran Rumah Tangga (URT) atau dalam satuan gram. Data tersebut kemudian
7
dikonversi dalam satuan energi (kkal), protein (gram), kalsium (mg), zat besi (mg), vitamin A (RE), dan vitamin C (mg) dengan merujuk pada Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM 2010) dan Nutrisurvey. Konversi dihitung menggunakan rumus sebagai berikut ini (Hardinsyah & Briawan 1994): KGij = Bj / 100 x Gij x BDDj / 100 Keterangan : KGij = Kandungan zat gizi i dalam bagan makanan j yang dikonsumsi (g) Bj = Berat bahan makanan j yang dikonsumsi (g) Gij = Kandungan zat gizi dalam 100 g BDD bahan makanan j BDDj = Persen bahan makanan yang dapat dimakan (% BDD) Selanjutnya, tingkat kecukupan zat gizi yang diperoleh dengan cara membandingkan jumlah konsumsi zat gizi tersebut dengan kecukupannya. Berikut rumus tingkat kecukupan zat gizi yang digunakan (Hardinsyah & Briawan 1994): TKG = (K/AKG) x 100% Keterangan: TKG = Tingkat kecukupan zat gizi K = Konsumsi zat gizi AKG = Kecukupan zat gizi yang dianjurkan Tingkat kecukupan energi dan zat gizi contoh dinyatakan dalam persen. Kemudian nilai persentase tersebut diklasifikasikan menjadi beberapa kategori. Klasifikasi tingkat kecukupan energi dan protein dibagi menjadi lima kategori yaitu defisit berat (<70% angka kebutuhan), defisit sedang (70-79% angka kebutuhan), defisit ringan (80-89% angka kebutuhan), normal (90-119% angka kebutuhan), dan kelebihan (≥120% angka kebutuhan) (Depkes 1996). Menurut Gibson (2005), klasifikasi TKG vitamin A, vitamin C dan kalsium dan zat besi yaitu kurang (<77% Angka kecukupan) dan cukup (≥77% Angka kecukupan). Kebiasaan makan snack diperoleh dengan menghitung frekuensi dan jumlah jenis snack yang dikonsumsi dalam kurun waktu 1 minggu. Frekuensi konsumsi snack dikelompokkan menjadi 2 (1-3 kali/minggu dan 4-7 kali/minggu). Jenis snack dikelompokkan menjadi 5 yaitu buah-buahan, snack industri, snack tradisional, minuman, dan puding/agar-agar. Kontribusi konsumsi snack terhadap konsumsi sehari didapatkan dengan cara membagi konsumsi snack dengan konsumsi pangan total sehari, sedangkan kontribusi snack terhadap kecukupan energi dan zat gizi didapatkan dengan membagi konsumsi snack dengan kecukupan energi atau zat gizi sehari. Pengetahuan gizi ibu diukur dengan menggunakan 10 pertanyaan tertutup. Setiap pertanyaan akan dinilai 1 untuk jawaban benar dan nilai 0 untuk jawaban yang salah. Nilai minimum hasil pengukuran adalah 0 dan 10 untuk nilai maksimum. Sikap gizi ibu diukur dengan 10 pernyataan. Setiap pernyataan diberi nilai 2 untuk jawaban benar, 1 untuk jawaban ragu-ragu dan 0 untuk jawaban salah. Praktik gizi ibu diukur dengan menggunakan 10 pertanyaan terbuka. Rentang nilai yang diberikan adalah 0 untuk jawaban salah dan nilai maksimal 4 untuk jawaban paling benar. Pola asuh makan yang diberikan ibu kepada anak diukur melalui 16 pertanyaan tertutup yang meliputi aspek praktik pemberian makan kepada anak secara pola pengasuhan demokratis yang masing-masing akan
8
diberikan skor. Total skor yang diperoleh diklasifikasikan menjadi tiga kategori berdasarkan Slamet (1993), interval kelas ditentukan menggunakan rumus sebagai berikut : Interval kelas (A)= Skor maksimum (NT)-Skor minimum (NR) Jumlah kategori Hubungan antar variabel dianalisis dengan uji korelasi Pearson dan Rank Spearman. Uji korelasi Pearson digunakan untuk menganalisis hubungan antar variabel perilaku gizi ibu, hubungan perilaku gizi dengan pola asuh makan, hubungan perilaku gizi dan pola asuh makan dengan frekuensi dan jumlah jenis snack yang dikonsumsi, dan hubungan frekuensi dan jumlah jenis snack dengan status gizi anak usia pra sekolah. Uji korelasi Rank Spearman digunakan untuk menganalisis hubungan kontribusi snack terhadap kecukupan energi dan zat gizi dengan status gizi anak usia pra sekolah, serta hubungan kontribusi snack terhadap konsumsi sehari dengan status gizi anak usia pra sekolah
Definisi Operasional Besar keluarga adalah banyaknya orang yang tinggal di rumah dan tercatat dalam kartu keluarga. Keluarga kategori kecil dengan anggota ≤ 4 orang, kategori sedang 5-7 orang dan kategori besar ≥ 8 orang. Karakteristik contoh adalah ciri-ciri yang dimiliki siswa, mencakup umur, jenis kelamin, berat badan dan status gizi. Karakteristik orang tua adalah ciri-ciri yang dimiliki orang tua, mencakup besar keluarga, pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua, dan pendapatan orang tua. Pendidikan orang tua adalah jenjang pendidikan formal tertinggi yang pernah diikuti ayah dan ibu Pendapatan orang tua adalah pendapatan yang didapatkan oleh ayah dan ibu Pekerjaan orang tua adalah jenis pekerjaan utama yang dilakukan ayah dan ibu sebagai sumber pendapatan keluarganya. Anak usia pra sekolah adalah anak usia 3-6 tahun yang bersekolah di LABSCHOOL Pendidikan Karakter IPB-ISFA yang akan dijadikan sampel penelitian. Status gizi contoh adalah keadaan kesehatan tubuh siswa yang diperoleh dari pengukuran terhadap berat badan dan tinggi badan.. Umur contoh adalah jumlah lamanya hidup siswa yang diperoleh dari selisih tanggal kelahiran dengan tanggal dilakukannya penelitian Berat badan adalah hasil pengukuran pada saat penelitian dengan menggunakan timbangan digital. Tinggi badan adalah hasil pengukuran tinggi badan saat penelitian menggunakan microtoise Konsumsi pangan adalah jenis dan jumlah pangan yang dikonsumsi selama 7 hari pada saat penelitian. Snack adalah makanan diluar makanan utama yang dikonsumsi oleh contoh Kebiasaan makan snack adalah frekuensi konsumsi snack contoh selama 1 bulan
9
Pengetahuan gizi ibu adalah wawasan ibu tentang hal-hal yang berhubungan dengan gizi, makanan, dan kesehatan yang tercermin dari kemampuan ibu menyebutkan jawaban yang benar dari sejumlah pertanyaan yang diajukan. Sikap gizi ibu adalah kecenderungan ibu memilih setuju atau tidak setuju terhadap pernyataan gizi yang diberikan Praktik gizi ibu adalah penerapan yang dilakukan sehari-hari dari pengetahuan gizi yang dimiliki ibu Pola asuh makan adalah pola pengasuhan anak meliputi siapa orang yang menyiapkan makan, praktik pemberian makan (menyuapi atau tidak), pengawasan ibu ketika tidak disuapi, penentu jadwal makan dan ketetapan jadwal makan
HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Sekolah Laboratorium Sekolah (Labschool) Pendidikan Karakter Institut Pertanian Bogor-Indonesian Singapore Friendship Association (IPB-ISFA) merupakan pendidikan usia dini yang ditujukan bagi anak usia 2-6 tahun. Lokasi sekolah ini berada di jalan Cikabuyutan No. 1 RT 04, RW 05, Baranang Siang, Bogor. Labschool Pendidikan Karakter IPB-ISFA dikelola oleh Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor, bekerja sama dengan Indonesian Singapore Friendship Association (ISFA) dan Indonesian Heritage Foundation (IHF). Labschool Pendidikan Karakter IPB-ISFA memiliki 54 siswa, 1 orang kepala sekolah, 7 orang guru, 2 orang asisten guru, dan 2 orang staf administrasi. Sekolah ini menggunakan metode pembelajaran terkini dengan mengintegrasikan contextual, integrated and hand-on learning, yang terangkum dalam Pendidikan Holistik Berbasis Karakter (PHBK) dengan 9 pilar karakter sebagai strategi utama. Program utama yang ditawarkan oleh Labschool Pendidikan Karakter IPBISFA adalah Playgroup A (usia 2-3 tahun), Playgroup B (usia 3-4 tahun), Kinder (TK) A dan B (usia 4-6 tahun), dan Daycare (penitipan anak bagi siswa yang bersekolah di Labschool Pendidikan Karakter IPB-ISFA). Selain itu, sekolah ini memiliki program pendukung yaitu konsultasi tumbuh kembang anak, konsultasi minat dan bakat anak, konsultasi anak berkebutuhan khusus, konsultasi pengasuhan anak/parenting, konsultasi keluarga, seminar dan pelatihan guru, serta fieldtrip, home visit, dan guest teacher. Kegiatan belajar mengajar untuk Playgroup diselenggarakan tiga kali dalam seminggu dengan waktu belajar pukul 08.00-11.00 WIB, sedangkan untuk TK diselenggarakan senin-jumat yaitu pukul 08.00-11.30 WIB dan daycare diselenggarakan senin-jumat pukul 07.30-16.30 WIB. Fasilitas yang dimiliki oleh sekolah antara lain ruang kepala sekolah, ruang guru, front office, 5 ruang kelas,
10
ruang daycare, mushola, UKS, dapur, toilet guru, toilet siswa, playground indoor, playground outdoor, perpustakaan, area sepeda (bicycle track), pos satpam, dan tempat parkir. Iuran bulanan sekolah (SPP) untuk TK sebesar Rp 550 000 dan Playgroup sebesar Rp 350 000. Fasilitas tambahan yang diberikan bagi siswa-siswi yang mengikuti daycare adalah pemberian makan siang dan snack sore dari sekolah. Menu makan siang yang diberikan terdiri dari makanan pokok, lauk dan sayur, sedangkan snack yang biasa diberikan adalah buah, snack industri atau kue-kue manis. Contoh menu makan siang yang diberikan berupa nasi 1 centong, sup yang berisi wortel, brokoli, dan baso ikan sebanyak ½ mangkuk, dan omelette isi jamur dan keju 1 buah. Contoh snack sore yang diberikan di sekolah adalah 1 potong buah melon dan 1 bungkus kecil biskuit kemasan.
Karakteristik Keluarga Besar keluarga Ukuran keluarga dikategorikan menjadi tiga yaitu keluarga kecil yang beranggotakan < 4 orang, keluarga sedang yang beranggotakan 5-6 orang dan keluarga besar ≥7 orang (BKKBN 1998). Sebanyak 65% keluarga contoh penelitian memiliki jumlah anggota keluarga ≤4 orang (keluarga kecil), sisanya sebanyak 35% contoh penelitian memiliki jumlah anggota keluarga 5-6 orang (keluarga sedang). Tabel 2 Sebaran contoh berdasarkan besar keluarga Besar Keluarga Kecil (≤4 orang) Sedang (5-6 orang) Besar (≥7 orang) Total
n
%
13 7 0 20
65 35 0 100
Penelitian yang dilakukan oleh Megiyawati (2004) menunjukkan hasil yang hampir sama yaitu 83.3% keluarga anak usia 1-6 tahun termasuk dalam kategori keluarga kecil (≤4 orang). Besar keluarga adalah banyaknya anggota keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, anak, dan anggota keluarga lain yang hidup dari pengelolaan sumberdaya yang sama. Menurut Suhardjo (1989), jumlah anggota keluarga memiliki andil dalam permasalahan gizi. Jika jumlah anggota keluarga sedikit, maka keluarga akan lebih mudah untuk memenuhi kebutuhan pangannya. Sebaliknya, jika jumlah anggota keluarga banyak, maka keluarga akan berusaha membagi makanan yang terbatas sehingga makanan yang dikonsumsi tidak sesuai dengan kebutuhan masing-masing anggota keluarga. Umur Orang Tua Hasil Penelitian menunjukkan bahwa persentase umur ayah terbesar adalah pada kategori dewasa madya (31-50 tahun) yaitu sebesar 89.5%, sisanya sebesar 5.3% masing-masing pada kategori dewasa muda (20-30 tahun) dan dewasa lanjut (>50 tahun). Persentase terbesar kategori umur ibu juga terdapat pada kategori dewasa madya yaitu sebesar 90%, sisanya sebesar 10% ada pada kategori dewasa muda. Rata-rata umur ayah adalah 37 tahun 2 bulan dan rata-rata usia ibu adalah 35 tahun 10 bulan.
11
Tabel 3 Sebaran contoh berdasarkan umur orang tua Umur (tahun) Remaja (13-19 tahun) Dewasa Muda (20-30 tahun) Dewasa Madya (31-50 tahun) Dewasa Lanjut (>50 tahun) Total Rata-rata
Ayah n 0 1 17 1 19
% 0 5.3 89.5 5.3 100 37.1± 6.2
Ibu n 0 2 18 0 20
% 0 10 90 0 100 35.9±5.7
Hasil serupa ditunjukkan oleh penelitian yang dilakukan oleh Megiyawati (2004) di daerah Tasikmalaya, usia orang tua pada contoh anak usia 1-6 tahun paling banyak ada pada kategori dewasa madya. Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Ariefiani (2009), ibu berusia muda terkadang lebih memerhatikan kepentingannya sendiri daripada kepentingan anaknya, sehingga kuantitas dan kualitas pengasuhan kurang terpenuhi. Selain itu, ibu baru memiliki sedikit pengalaman sehingga dalam pengasuhan terkadang mengikuti saran dari orangtua terdahulu. Sebaliknya, ibu yang lebih berumur cenderung menerima perannya dengan sepenuh hati (Hurlock 1998). Pendidikan Orang Tua Tabel 4 menunjukkan bahwa tingkat pendidikan ayah contoh paling banyak adalah pada S1 dan S2 masing-masing sebesar 36.8%, sedangkan sebesar 60% ibu contoh tingkat pendidikannya tamat S1. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan ayah dan ibu contoh sudah cukup baik. Tabel 4 Sebaran contoh berdasarkan tingkat pendidikan orang tua Tingkat pendidikan orang tua SD SMP SMA/sederajat D3 S1 S2 S3 Total
Ayah n 0 0 2 1 7 7 2 19
% 0 0 10.5 5.3 36.8 36.8 10.5 100,0
Ibu n 0 0 3 0 12 4 1 20
% 0 0 15 0 60 20 5 100,0
Tingkat pendidikan merupakan salah satu indikator yang dapat mencerminkan kondisi sosial seseorang. Tingkat pendidikan orang tua merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap pola asuh anak termasuk pemberian makan, pola konsumsi pangan, dan status gizi (Suhardjo 1996). Orang yang berpendidikan tinggi juga cenderung memilih makanan yang murah tetapi kandungan gizinya tinggi, sesuai dengan jenis pangan yang tersedia dan kebiasaan makan sejak kecil sehingga kebutuhan zat gizi dapat terpenuhi dengan baik (Suhardjo 1989). Pekerjaan Orang Tua Tabel 5 menunjukkan sebagian besar ayah contoh bekerja sebagai pegawai swasta (68.4%), sedangkan sisanya bekerja sebagai PNS/ABRI (15.8%), jasa
12
(10.5%), wirausaha (5,3%), dan tidak ada ayah contoh yang tidak bekerja. Sebagian besar ibu contoh merupakan pegawai swasta (35%), dan lainnya bekerja sebagai PNS/ABRI (15%), wirausaha (10%), jasa (15%), dan ibu rumah tangga (25%). Tabel 5 Sebaran jenis pekerjaan orang tua contoh Jenis Pekerjaan PNS/ABRI Wirausaha Jasa Swasta Tidak bekerja/ibu rumah tangga Total
Ayah n 3 1 2 13 0 19
% 15.8 5.3 10.5 68.4 0 100,0
Ibu n 3 2 3 7 5 20
% 15 10 15 35 25 100,0
Pekerjaan memiliki hubungan yang erat dengan pendidikan dan pendapatan serta berperan penting dalam kehidupan sosial ekonomi dan memiliki keterkaitan dengan faktor lain, seperti kesehatan (Suhardjo 1989). Adanya pekerjaan tetap dalam suatu keluarga, pendapatan keluarga setiap bulan relatif terjamin. Jika keluarga tidak memiliki pekerjaan tetap, maka pendapatan keluarga setiap bulannya juga tidak dapat dipastikan (Khomsan 2004). Tingkat Pendapatan Keluarga Pendapatan keluarga merupakan salah satu faktor yang menunjukkan status sosial ekonomi keluarga. Seluruh keluarga contoh pada penelitian ini memiliki pendapatan perbulan diatas upah minimum Kota Bogor tahun 2014 (>Rp 2 352 350). Tabel 6 menunjukkan bahwa sebagian besar pendapatan keluarga contoh berada pada interval Rp 4 000 000-Rp 14 600 000/bulan (50%). Rata-rata pendapatan keluarga contoh sebesar Rp 16 625 000 ± Rp 9 200 794/bulan. Nilai terendah pendapatan keluarga adalah Rp 4 000 000 dan nilai tertinggi adalah Rp 36 000 000. Tabel 6 Sebaran pendapatan keluarga Besar Pendapatan (Rp/bulan) Rp 4 000 000-Rp 14 600 000 Rp 14 700 000-Rp 25 300 000 >Rp 25 300 000 Total Rata-rata
n % 10 50 7 35 3 15 20 100 Rp 16 625 000 ± Rp 9 200 794
Pendapatan keluarga mempunyai peran penting dalam keluarga terutama dalam memberikan efek terhadap taraf hidup seseorang. Perbaikan pendapatan ekonomi akan meningkatkan tingkat gizi masyarakat. Hal tersebut tidak selamanya benar, sebab terpenuhinya makanan pada keluarga sangat tergantung pada berbagai faktor lain yang turut menentukan. Tingkat pendapatan berkaitan dengan konsumsi pangan dalam suatu keluarga. Pada umumnya, jika tingkat pendapatan naik, jumlah dan jenis makanan cenderung membaik pula (Suhardjo 1989).
13
Perilaku Gizi Ibu Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan adalah domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (Notoatmodjo 2007). Hasil penelitian menyunjukkan bahwa ibu contoh sebesar 45% memiliki pengetahuan gizi yang cukup, sisanya sebesar 35% pengetahuan gizinya baik dan 20% pengetahuan gizinya kurang. Rata-rata nilai pengetahuan gizi ibu adalah 79±15.8. nilai terendah pengetahuan gizi ibu adalah 50 dan nilai paling tinggi adalah 100. Perilaku yang didasari oleh pengetahuan dan kesadaran akan bersifat langgeng (long lasting). Sebaliknya perilaku yang tidak didasari pengetahuan dan kesadaran akan bersifat sementara dan tidak berlangsung lama (Notoatmodjo 2007). Tabel 7 Sebaran contoh berdasarkan pengetahuan gizi ibu Kategori Kurang (<66.7%) Sedang (66.7-83.4%) Baik (>83.4%) Total Rata-rata
Pengetahuan gizi ibu n % 4 9 7 20 79±15.8
20 45 35 100
Sikap Gizi merupakan kecenderungan seseorang untuk menyetujui atau tidak menyetujui terhadap suatu pernyataan yang diajukan terkait gizi. Tabel 8 menunjukkan bahwa ibu yang memiliki pengetahuan gizi baik sama banyaknya dengan ibu yang memiliki sikap gizi baik (35%). Sisanya sebesar 30% menunjukkan sikap gizi sedang, dan 35% memiliki sikap gizinya kurang. Ratarata sikap ibu memiliki nilai 74.5±10.9. nilai paling tinggi adalah 90 dan nilai paling rendah adalah 60. Semakin tinggi nilai sikap gizi menunjukkan semakin positif sikap gizi ibu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap juga merupakan kesiapan atau penghayatan terhadap objek tertentu, namun masih merupakan reaksi tertutup yang belum bisa dilihat oleh orang lain (Notoatmodjo 2007) Tabel 8 Sebaran contoh berdasarkan sikap gizi ibu Kategori Kurang (<70%) Sedang (70-80%) Baik (>80%) Total Rata-rata
Sikap gizi ibu n
% 7 6 7 20
35 30 35 100 74.5±10.9
Persentase praktik gizi ibu contoh paling tinggi pada kategori kurang yaitu sebesar 50%, hanya 10% yang praktik gizinya baik dan sisanya sebesar 40% ibu contoh praktik gizi sedang. Rata-rata nilai praktik gizi ibu adalah 70.1±8.6. nilai terendah adalah 58.8 dan nilai tertinggi praktik gizi ibu adalah 91.2.
14
Tabel 9 Sebaran contoh berdasarkan praktik gizi ibu Praktik gizi ibu
Kategori
n
Kurang (<69.6%) Sedang (69.6-80.3%) Baik (>80.3%) Total Rata-rata
% 7 6 7 20
35 30 35 100 70.1±8.6
Praktik merupakan suatu respon seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu. Perilaku gizi dicerminkan oleh tindakan-tindakan berkaitan dengan upaya peningkatan status gizi dan pemenuhan kebutuhan gizi. Perilaku diawali oleh adanya pengalaman-pengalaman seseorang serta faktor lingkungan. Kemudian pengalaman dan faktor lingkungan tersebut diketahui, dipersepsi dan diyakini sehingga menimbulkan motivasi, niat untuk bertindak dan akhirnya terwujud dalam bentuk praktik (Notoatmodjo 2010).
Pola Asuh Makan Pola asuh makan meliputi siapa orang yang menyiapkan makan, praktik pemberian makan (menyuapi atau tidak), pengawasan ibu ketika tidak disuapi, penentu jadwal makan dan ketetapan jadwal makan (Khomsan et al. 2013). Selain itu, pola asuh makan juga diukur melalui cara menghidangkan makanan, situasi makan, cara memberi makan, memperkenalkan makanan baru, respon jika menolak makanan baru, dan apakah anak menghabiskan makanan (Khomsan et al. 2013). Tabel 10 menunjukkan bahwa 50% pola asuh makan ibu terhadap anak sudah dalam kategori baik. Sisanya sebesar 30% dan 20% berturut-turut masuk dalam kategori sedang dan kurang. Rata-rata nilai pola asuh makan adalah 75.5±13.9. nilai terendah adalah 43.3 dan nilai tertinggi adalah 93.3. Tabel 10 Sebaran contoh berdasarkan pola asuh makan Pola asuh makan contoh Kurang (<60%) Sedang (60-76.7%) Baik (>76.7%) Total Rata-rata
n 4 6 10 20
% 20 30 50 100 75.5±13.9
Pemberian makanan bergizi untuk anak wajib dianjurkan memalui peran ibu dan pengasuhnya. Penelitian yang dilakukan oleh Ogunba (2006) menunjukkan bahwa perilaku pemberian makan kepada anak yang baik akan meningkatkan konsumsi pangan anak dan jangka panjangnya akan meningkatkan status gizi anak. Pemberian makan yang baik akan membentuk kebiasaan makan yang baik pula. Menurut Hastuti (2008) anak yang mendapatkan kualitas pengasuhan yang baik berpeluang lebih besar memiliki angka kesakitan yang rendah dan status gizinya relatif baik.
15
Karakteristik Anak Usia Pra Sekolah Hasil penelitian yang ditunjukkan pada tabel 11 menunjukkan bahwa contoh sebanyak 55% tersebar dalam rentang umur 54-72 bulan, sisanya sebanyak 45% masuk kedalam rentang umur 36-53 bulan. Umur merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kebiasan makan individu dan kecukupan gizi. Contoh adalah anak usia pra sekolah berkisar dari usia 3-6 tahun, dimana anak-anak sedang mengalami fase pertumbuhan yang pesat pertama kali (growth spurt) (Yuliana 2007). Pertumbuhan anak yang pesat pada masa ini meliputi pertambahan berat badan, tinggi badan, dan perkembangan pada organ-organ vital anak, sehingga diperlukan asupan energi dan zat gizi yang cukup untuk menunjang pertumbuhan dan perkembangan anak. Anak-anak pada masa ini masih perlu pendampingan oleh orang tua terutama ibu dalam memilih jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi untuk menjamin terpenuhinya kecukupan energi dan zat gizi anak. Tabel 11 Sebaran contoh berdasarkan umur Umur (bulan) 36-53 bulan 54-72 bulan Total
n 9 11 20
% 45 55 100
Jumlah siswa Labschool pendidikan Karakter IPB-ISFA yang menjadi contoh pada penelitian ini berjumlah 20 orang. Contoh terdiri dari 6 orang lakilaki (30%) dan 14 orang perempuan (70%). Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel 12. Tabel 12 Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin Jenis Kelamin laki-laki perempuan Total
n 6 14 20
% 30 70 100
Status Gizi Anak Usia Pra Sekolah Status gizi adalah kondisi kesehatan tubuh individu sebagai hasil dari konsumsi, penyerapan, dan penggunaan zat gizi makanan (Gibson 2005). Penilaian status gizi dapat dilakukan dengan metode pengukuran langsung dan pengukuran tidak langsung. Penilaian status gizi secara langsung terdiri dari empat cara, yaitu pengukuran antropometri, biokimia, klinis, dan biofisik. Sementara itu, pengukuran tidak langsung dapat dilakukan dengan cara survei konsumsi, faktor ekologi dan statistik vital (Supariasa, Bakri&Fajar 2002). Metode yang paling umum digunakan oleh masyarakat adalah pengukuran antropometri yaitu pengukuran tinggi badan dan berat badan. Antropometri merupakan metode yang tepat dan akurat karena dapat dibakukan. Selain itu, antropometri merupakan indikator yang cukup sensitif untuk mengukur status gizi
16
individu karena sudah ada standar yang jelas. Metode ini memiliki keunggulan diantaranya aman, mudah, prosedurnya sederhana, dan relatif murah. Pengukuran status gizi melalui metode antropomentri pada anak-anak dapat menggunakan tiga indikator, yaitu berat badan menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U) dan berat badan menurut tinggi badan (BB/TB). Indikator BB/U mencerminkan keadaan status gizi saat ini (WHO 1995). Data pada tabel 13 menunjukkan bahwa 80% contoh mempunyai status gizi BB/U normal, sebesar 20% sisanya mempunyai status gizi lebih Tabel 13 Sebaran contoh berdasarkan indikator status gizi BB/U Status gizi Buruk (z <-3 SD) Kurang (-3 SD≤ z <-2 SD) Normal (-2 SD≤ z ≤2 SD) Lebih (z > 2 SD) Total
n 0 0 16 4 20
% 0 0 80 20 100
Pertumbuhan anak tidak hanya berdasarkan berat badan saja, tetapi juga dilihat dari tinggi badannya (WHO 1995). Tidak ada contoh dalam penelitian ini yang mengalami status gizi stunted, seluruh contoh berdasarkan TB/U status gizinya normal. Menurut Hurlock (1980) anak dengan tingkat kecerdasan tinggi, cenderung memiliki tinggi badan lebih tinggi pada masa kanak-kanak dibandingkan dengan anak yang memiliki kecerdasan dibawah rata-rata. Tabel 14 Sebaran contoh berdasarkan indikator status gizi TB/U Status Gizi Stunted (z < -2 SD) Normal (z ≥ -2 SD) Total
n 0 20 20
% 0 100 100
Indikator BB/TB dianggap indeks yang paling baik untuk memantau perubahan status gizi dalam jangka panjang, karena tidak hanya memberikan gambaran status gizi saat ini, tetapi juga memberikan gambaran proporsi relatif terhadap tinggi badan (WHO 1995). Sebanyak 95% contoh penelitian juga memiliki status gizi normal berdasarkan indikator BB/TB. Hanya satu orang (5%) yang mempunyai status gizi kurus. Tabel 15 Sebaran contoh berdasarkan indikator status gizi BB/TB Status Gizi Sangat Kurus (<-3 SD) Kurus (-3 SD≤ z <-2 SD) Normal (-2 SD≤ z ≤2 SD) Gemuk (z > 2 SD) Total
n 0 1 19 0 20
% 0 5 95 0 100
Hasil pengukuran status gizi berdasrkan ketiga indikator memiliki hasil yang berbeda. Hal ini diduga karena setiap indikator memiliki keunggulan masing-masing. Indikator BB/U dapat mengukur status gizi saat ini (jangka pendek) dan sangat dipengaruhi oleh faktor yang mempengaruhi status gizi secara langsung yaitu konsumsi, aktivitas fisik dan status kesehatan. Indikator TB/U dan
17
BB/TB dapat melihat kondisi status gizi jangka panjang. Status gizi contoh ratarata ada dalam kategori normal menurut semua indikator, namun status gizi contoh rata-rata terdapat pada batas atas kategori normal. Hal ini dikhawatirkan akan menyebabkan meningkatnya status gizi lebih dan obesitas pada anak apabila pola konsumsi anak-anak lebih daripada kebutuhannya, sehingga pada jangka panjang akan meningkatkan resiko terjadinya penyakit degeneratif lebih dini pada anak.
Konsumsi Pangan Anak Usia Pra Sekolah Konsumsi pangan adalah informasi mengenai jumlah dan jenis pangan yang dikonsumsi individu atau sekelompok individu pada waktu tertentu. Dari segi aspek gizi, tujuan konsumsi pangan adalah untuk memenuhi kebutuhan zat gizi tubuh. Konsumsi pangan contoh secara kuantitatif didapatkan dengan metode estimated food record selama 7 hari. Estimated food record yang dilakukan mencakup jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi contoh, baik makanan utama maupun makanan selingan (snack). Tabel 16 Sebaran contoh berdasarkan tingkat kecukupan energi, protein. Lemak, dan karbohidrat Kategori Defisit berat (< 70%) Defisit sedang (70-79%) Defisit ringan (80-89%) Normal (90-119%) Lebih (>120%) Total
Energi n % 3 15 2 10 2 10 12 60 1 5 20
100
Protein n % 1 5 0 0 0 0 5 25 14 70 20
100
Lemak n % 2 10 3 15 3 15 10 50 2 10 20
100
Karbohidrat n % 3 15 5 25 2 10 9 45 1 5 20
100
Tingkat kecukupan energi contoh paling besar dalam kategori normal yaitu 60%, sedangkan contoh yang tergolong tingkat kecukupan energi berlebih sebanyak 5%. Makanan yang menjadi sumber utama energi pada anak usia pra sekolah yang menjadi contoh pada penelitian ini adalah susu yang dikonsumsi rata-rata lebih dari 3 kali sehari. Tingkat kecukupan protein yang berlebih paling banyak terjadi yaitu sebesar 70%, sisanya sebanyak 25% contoh tergolong normal dan 5 % mengalami defisit berat. Tingkat kecukupan protein yang berlebih disebabkan oleh tingginya konsumsi susu pada contoh. Sumber protein lain yang sering dikonsumsi antara lain telur, daging ayam, dan sosis. Tingkat kecukupan lemak contoh paling banyak masuk ke dalam golongan normal (50%), sedangkan yang mengalami tingkat kecukupan lemak yang berlebih hanya 10%. Makanan yang dikonsumsi contoh rata-rata dimasak dengan cara digoreng sehingga minyak menjadi bahan utama yang berkontribusi terhadap kecukupan lemak. Tingkat kecukupan karbohidrat paling banyak adalah pada golongan normal (45%). Sumber karbohidrat yang banyak dikonsumsi adalah nasi, roti, keripik kentang, kentang, dan biskuit. Tingkat kecukupan energi, protein, dan zat gizi mikro dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti usia, kondisi fisiologis, dan konsumsi pangan yang
18
menyebabkan perbedaan daya terima terhadap makanan. Menurut Khomsan et al (2013), anak usia pra sekolah sudah mampu memilih makanan yang ingin dikonsumsinya meskipun belum mempunyai alasan mengapa memilih makanan tersebut. mereka cenderung memilih sesuai keinginan dan kesukaan mereka. Menurut Khomsan (2004), anak usia pra sekolah sering kali sedang mengalami fase sulit makan. Masalah konsumsi pangan yang kurang baik tersebut apabila berkelanjutan dapat menggangu asupan energi dan zat gizi anak sehingga dapat menggangu proses pertumbuhan dan perkembangan anak. Tabel 17 Sebaran tingkat kecukupan vitamin dan mineral contoh Kategori Kurang (< 77%) Cukup (>=77%) Total
Kalsium n % 5 25 15 75 20 100
Zat besi n % 4 20 16 80 20 100
Natrium n % 3 15 17 85 20 100
Vit. A n % 3 15 17 85 20 100
Vit. C n % 6 30 14 70 20 100
Tingkat kecukupan mineral seperti kalsium, zat besi dan natrium contoh sebagian besar masuk dalam golongan cukup yaitu bertutut-turut 75%, 85% dan 80%. Sumber utama mineral yang dikonsumsi contoh adalah susu dan olahannnya, serta pangan hewani lain seperti ayam, telur, dan ikan laut. Kalsium memiliki peran penting pada masa pertumbuhan. Kalsium juga memiliki peranan penting dalam tubuh diantaranya dalam proses pembekuan darah, kontraksi otot dan fungsi syaraf (Soeditama 2008). Zat besi merupakan mineral yang penting untuk mencegah anemia pada anak. Penelitian yang dilakukan oleh Semba et al. (2010) menyatakan bahwa anak dengan usia 6 sampai 59 bulan merupakan usia yang paling berisiko tinggi terkena anemia, sehingga asupan zat besi penting untuk dipenuhi sesuai kebutuhan. Natrium merupakan kation utama dalam cairan ekstraseluler tubuh yang menjaga agar cairan tidak keluar dari darah dan masuk ke dalam sel-sel. Selain itu, natrium berperan dalam menjaga keseimbangan asam basa di dalam tubuh, transmisi saraf, kontraksi otot, absorpsi glukosa, dam sebagai alat angkut zat-zat gizi lain melalui membran, terutama melalui dinding usus sebagai pompa natrium. Konsumsi natrium perlu dibatasi agar tidak melebihi dari kebutuhan karena efek jangka panjangnya akan meningkatkan resiko terjadinya penyakit hipertensi (Almatsier 2005). Tingkat kecukupan vitamin A dan vitamin C contoh, sebanyak 85% contoh masuk kedalam golongan cukup vitamin A dan 70% contoh masuk golongan cukup. Sumber utama vitamin yang dikonsumsi oleh contoh adalah buah-buahan dan sayuran. Buah-buahan yang sering dikonsumsi adalah apel, jeruk, dan pisang. Sementara itu, sayuran yang sering dikonsumsi adalah wortel dan brokoli. Vitamin A berperan penting dalam pemeliharaan kesehatan dan kelangsungan hidup. Fungsi utama vitamin A antara lain dalam penglihatan normal pada cahaya remang, diferensiasi sel, kekebalan tubuh, pertumbuhan dan perkembangan, reproduksi, serta pencegahan kanker dan penyakit jantung (Almatsier 2005). Menurut WHO (1991) dalam Almatsier (2005) di antara anakanak prasekolah diseluruh dunia diperkirakan terdapat 6-7 juta kasus baru xeroftalmia tiap tahun. Diperkirakan pada satu waktu sebanyak tiga juta anakanak buta karena kekurangan vitamin A dan sebanyak 20-40 juta menderita kekurangan vitamin A pada tingkat ringan vitamin C mempunyai banyak fungsi di dalam tubuh, sebagai koenzim atau kofaktor. Asam askorbat adalah bahan yang
19
mempunyai kemampuan kuat untuk reduksi dan bertindak sebagai antioksidan dalam reaksi-reaksi hidrolasi. Carr dan Frei (1999) menyebutkan bahwa dengan peningkatan konsumsi vitamin C dapat menurunkan resiko penyakit kronik seperti kanker, kadiovaskular dan katarak melalui mekanisme antioksidan.
Konsumsi Snack dan Kontribusinya terhadap Kecukupan Energi dan Zat Gizi Frekuensi dan Jumlah Jenis Snack yang dikonsumsi Terdapat banyak pengelompokan terhadap jenis snack. Widayanti (1989) membagi makanan kudapan menjadi dua kelompok berdasarkan cara pembuatannya, yaitu kudapan tradisional dan kudapan buatan pabrik. Boon, Sadek dan Kasim (2012) pada penelitiannya mengelompokkan snack menjadi dua kelompok yaitu makanan dan minuman. Pada penelitian ini, snack dikelompokkan menjadi lima jenis, yaitu buah-buahan, snack tradisional dan snack industri, minuman, dan puding/agar-agar. Tabel 18 menunjukkan rata-rata energi dan zat gizi dari tiap jenis snack yang dikonsumsi sehari. Energi dan zat gizi paling besar berasal dari minuman yaitu energi 421 kkal, protein 15.9 gram, lemak 17.6 gram, karbohidrat 61,8 gram, dan natrium 480 mg. Minuman yang paling banyak dikonsumsi adalah susu dan minuman fermentasi. Snack industri berada diurutan kedua paling besar menyumbang energi dan zat gizi, yaitu energi 213 kkal, protein 5.4 gram, lemak 9.2 gram, karbohidrat 29.3 gram, dan natrium 153.9 mg. Snack industri yang paling banyak dikonsumsi adalah biskuit, wafer, dan keripik kentang. Tabel 18 Rata-rata energi dan zat gizi berdasarkan jenis snack yang dikonsumsi Jenis Snack
Energi (kkal) Protein (g) Lemak (g) Karbohidrat (g)
Buah-buahan Snack industri Snack tradisional Minuman industri Puding/Agar-agar Angka Kecukupan Gizi I-3 Tahun 4-6 Tahun
29 213 73 421 53
0.3 5.4 1.8 15.9 0.7
0.1 9.2 2.7 17.6 3.4
7.5 29.3 22.5 61.8 4.6
Natrium (mg) 0.9 153.9 1.8 480.0 20,8
1125 1600
26.0 35.0
44.0 62.0
155.0 220.0
1000 1200
Kelima jenis snack diatas tidak selalu dikonsumsi oleh contoh setiap hari. Hasil food record selama satu minggu menunjukkan bahwa 60% contoh mengkonsumsi 1-3 jenis snack/minggu dan sisanya sebesar 40% mengkonsumsi 4-5 jenis snack/minggu yang artinya snack yang dikonsumsi oleh 40% contoh lebih beragam.
20
Tabel 19 Sebaran contoh berdasarkan jumlah jenis snack yang dikonsumsi Jenis/minggu 1-3 jenis 4-5 jenis Total
n
% 12 8 20
60 40 100
Khomsan (2003) menyatakan bahwa frekuensi konsumsi pangan merupakan salah satu aspek dari kebiasaan makan. Frekuensi konsumsi pangan bisa menjadi penduga tingkat kecukupan gizi, yang artinya semakin tinggi konsumsi pangan, maka peluang terpenuhinya kecukupan gizi semakin besar. Jika dilihat dari frekuensi konsumsi snack selama satu minggu, 85% contoh mengkonsumsi snack 4-7 kali/minggu, sedangkan sisanya sebanyak 15% mengkonsumsi snack 1-3 kali/minggu. Tabel 20 Sebaran contoh berdasarkan frekuensi konsumsi snack/minggu Frekuensi(kali/minggu) 1-3 kali 4-7 kali Total
n
% 3 17 20
15 85 100
Frekuensi konsumsi snack kemudian dikelompokan berdasarkan jenisnya. Sebagian besar contoh (>80%) mengkonsumsi buah-buahan, snack tradisional dan puding/agar-agar sebanyak 1-3 kali/minggu, sedangkan snack industri dan minuman sebagian besar contoh (>70%) mengkonsumsi 4-7 kali/minggu. Tabel 21 Sebaran contoh berdasarkan frekuensi dan jumlah jenis snack yang dikonsumsi jenis snack
1-3 kali/minggu n
Buah-buahan Snack industri Snack tradisional Minuman industri Puding/agar-agar
% 16 6 17 5 19
4-7 kali/minggu n
80 30 85 25 95
% 4 14 3 15 1
Total n
20 70 15 75 5
20 20 20 20 20
% 100 100 100 100 100
Contoh yang mengikuti daycare di sekolah akan mendapatkan snack buah dan snack industri atau snack tradisional sebagai selingan sore. Contoh buah yang sering diberikan adalah anggur, pisang, apel dan melon. Sementara itu, snack industri yang sering diberikan adalah biskuit dan wafer. Snack tradisonal yang sering diberikan adalah kue-kue manis seperti kue bolu dan cup cake. Snack industri dan snack tradisional bersifat substitusi, artinya jika diberikan snack industri maka tidak akan diberikan snack tradisional. Menu satu minggu yang didapatkan dari sekolah menunjukkan bahwa sekolah lebih sering memberikan snack industri daripada snack tradisional. Snack industri memiliki kelebihan yaitu mudah didapatkan, murah dan kandungan energi serta karbohidratnya cukup tinggi. Apabila ada kekurangan asupan energi dan karbohidrat dari makanan utama dapat dibantu oleh konsumsi snack industri. Selain mempunyai kelebihan, snack industri juga memiliki nilai negatif yaitu kandungan vitamin dan mineral yang rendah, namun kandungan
21
natriumnya yang tinggi, terutama pada snack asin seperti keripik kentang, keripik singkong, dan krakers. Natrium memberikan rasa asin dan gurih pada makanan, sehingga dapat meningkatkan nafsu makan. Natrium berperan dalam pengaturan tekanan darah. Konsumsi natrium yang berlebihan akan merangsang sekresi renin dan mengakibatkan penyempitan pembuluh darah perifer yang akan berimplikasi terhadap peningkatan tekanan darah. Konsumsi natrium perlu dibatasi agar tidak melebihi kebutuhan sehari untuk menghindari terjadinya penyakit hipertensi pada usia dini (Almatsier 2005) Kontribusi Energi dan Zat Gizi dari Snack terhadap kecukupan dan konsumsi shari Rata-rata konsumsi snack pada anak usia pra sekolah menyumbang energi sebesar 41.8% (640,3 kkal) terhadap tingkat kecukupan energi dan 46.1% terhadap energi yang dikonsumsi sehari . Hasil penelitian ini menunjukkan hasil yang hampir sama dengan penelitian yang dilakukan oleh AC Bell, PJ Kremer, AM Magarey dan BA Swinbum tahun 2005 bahwa asupan energi yang berasal dari makanan selingan pada anak-anak Australia sebesar 43.4%. Sementara itu, kontribusi konsumsi snack terhadap kecukupan protein sebesar 58.6%, lemak 44.2%, karbohidrat 45.5%, dan natrium 53.6%. Selain itu, konsumsi snack berkontribusi sebesar 41.1% protein, 46% lemak, 50.7% karbohidrat, 71% natrium terhadap konsumsi sehari. Hal ini disebabkan karena sebagian besar contoh mengkonsumsi snack yang tinggi karbohidrat, lemak, dan protein seperti susu, biskuit, buah, dan keripik kentang. Tabel 22 Rata-rata kontribusi konsumsi snack terhadap TKG dan konsumsi sehari Makanan snack Konsumsi Kontribusi terhadap TKG (%) Kontribusi terhadap konsumsi sehari (%)
Energi (kkal) 641 41.8
Protein (g) 19.8 58.6
46.1
41.1
Lemak Karbohidrat (g) (g) 26.6 97.5 44.2 45.5 46.0
50.7
Natrium (mg) 642.8 53.6 71.0
Konsumsi terhadap snack menunjukkan peningkatan terus menerus seiring dengan perubahan gaya hidup dan pola konsumsi masyarakat, terutama pada anak-anak dan remaja. Snack saat ini bukan hanya dijadikan sebagai makanan selingan namun juga dijadikan makanan utama. Masyarakat yang sibuk akan cenderung tidak memiliki waktu untuk menyiapkan makanan, sehingga terpaksa membeli makanan yang cepat dan praktis seperti snack untuk memenuhi kebutuhan fisiologisnya (Sulaeman 2003). Forum Koordinasi Program Makanan Tambahan Anak Sekolah (FK-PMT-AS) (1997) menyatakan bahwa PMT-AS sebagai kudapan dapat menyumbangkan 15-20% energi sehari. Berdasarkan tabel 21, konsumsi snack sebagian besar contoh (85%) memenuhi lebih besar dari 20% kebutuhan zat gizi sehari baik dari segi energi, protein, lemak, karbohidrat, maupun natrium.
22
Tabel 23 Sebaran contoh berdasarkan sebaran kontribusi konsumsi snack terhadap kecukupan energi dan zat gizi Kategori <15% 15-20% >20% Total
Energi n % 2 10 1 5 17 85 20 100
Protein n % 1 5 2 10 17 85 20 100
Lemak n % 0 0 3 15 17 85 20 100
Karbohidrat n % 3 15 0 0 17 85 20 100
Natrium n
% 0 3 17 20
0 15 85 100
Pada penelitian ini juga dilihat sumbangan zat gizi baik protein, lemak dan karbohidrat dari snack terhadap energi sehari. Gambar 2 menunjukkan bahwa kontribusi energi terbesar berasal dari karbohidrat (24.3%), sisanya sebesar 14.9% dari lemak dan 4.9% dari protein. Karbohidrat hanya dapat disimpan dalam tubuh untuk ketersediaan energi beberapa jam saja. Kelebihan karbohidrat akan disimpan menjadi lemak dalam tubuh, sehingga dapat menyebabkan kegemukan (Almatsier 2005).
% kontribusi energi
30.0 24.3
25.0 20.0 14.9
15.0 10.0 4.9
5.0 0.0 Protein
Lemak
Karbohidrat
Gambar 2 Grafik Persentase Kontribusi Zat Gizi snack terhadap Kecukupan Energi Sehari
Hubungan Antar Variabel Hubungan Antar Variabel Perilaku Gizi Ibu Hasil uji korelasi spearman menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dan sikap gizi ibu (p<0.05), namun tidak ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan praktik (p>0.05) dan sikap dengan praktik (p>0.05). Pengetahuan dan sikap gizi ibu memiliki hubungan yang positif, sehingga dapat dikatakan bahwa semakin baik pengetahuan gizi ibu, maka sikap gizi ibu akan semakin baik. Menurut Suhardjo (1989), tingkat pengetahuan berpengaruh terhadap sikap dan perilaku seseorang karena berhubungan dengan daya nalar, pengalaman, dan kejelasan mengenai objek tertentu. Ibu biasanya merupakan pengasuh utama anak. Pengetahuan gizi ibu yang diimplementasikan dalam sikap dan praktik adalah landasan yang penting untuk mencukupi intik gizi anak serta mendorong terbentuknya pola makan yang baik dalam rumah tangga (Khomsan et al. 2013).
23
Perilaku gizi dibagi menjadi dua berdasarkan bentuk respon terhadap stimulus, yaitu perilaku terbuka dan perilaku tertutup. Pengetahuan gizi dan sikap merupakan perilaku tertutup, yang artinya masih belum dapat diamati jelas oleh orang lain, sedangkan praktik merupakan perilaku terbuka, yang artinya respon terhadap stimulus sudah jelas dalam bentuk tindakan yang mudah diamati oleh orang lain (Notoatmodjo 2007). Pengetahuan dan sikap belum tentu terwujud dalam bentuk tindakan atau praktik, sebab terwujudnya tindakan perlu faktor lain antara lain adanya fasilitas atau sarana dan prasarana dan juga dukungan dari pihak lain (Notoatmodjo 2010). Hubungan Perilaku Gizi dengan Pola Asuh Makan Hasil uji korelasi spearman antara pengetahuan, sikap, dan praktik gizi ibu dengan pola asuh makan menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan pola asuh makan (p>0.05) dan sikap gizi ibu dengan pola asuh makan (p>0.05), namun ada hubungan yang signifikan dan positif antara praktik gizi ibu dengan pola asuh makan (p<0.05). Hal ini diduga karena pola asuh makan tidak hanya dipengaruhi oleh pengetahuan, sikap, dan praktik gizi ibu saja, tetapi ada faktor lain yang mempengaruhi seperti pendidikan ibu, pekerjaan ibu dan usia ibu (Diana 2004). Hubungan Perilaku Gizi Ibu dan Pola Asuh Makan dengan Frekuensi dan Jumlah Jenis Snack yang dikonsumsi Anak Hasil uji korelasi spearman menunjukkan bahwa pengetahuan gizi ibu mempunyai hubungan yang signifikan positif dengan jumlah jenis snack yang dikonsumsi anak (p<0.05). Pengetahuan gizi ibu juga mempunyai hubungan yang signifikan positif dengan frekuensi konsumsi snack (p<0.05). Sikap gizi ibu memiliki hubungan yang signifikan positif dengan jumlah jenis snack yang dikonsumsi anak (p<0.05). Sikap gizi ibu memiliki hubungan yang signifikan positif dengan frekuensi konsumsi snack anak (p<0.05), sedangkan praktik gizi ibu dan pola asuh makan tidak memiliki hubungan yang signifikan terhadap jumlah jenis snack yang dikonsumsi anak dan frekuensi konsumsi snack anak (p>0.05). Menurut Suhardjo (2003), pengetahuan gizi sangat diperlukan, karena dapat membentuk sikap mental dan perilaku positif terhadap gizi yang lebih lanjut akan berimplikasi terhadap kebiasaan makan, Perilaku konsumsi makan seperti halnya perilaku lainnya pada diri seseorang, satu keluarga atau masyarakat dipengaruhi oleh wawasan dan cara pandang serta faktor lain yang berhubungan dengan tindakan yang tepat. Oleh karena itu apabila ditelusuri lebih lanjut, sistem nilai tindakan itu dipengaruhi oleh pengalaman pada masa lalu, berkaitan dengan informasi tentang makanan dan gizi yang diterimanya dari berbagai sumber (Notoatmodjo 2007). Hubungan Antara Frekuensi dan Jumlah Jenis Snack yang dikonsumsi dengan status Gizi Uji korelasi antara frekuensi dan jumlah jenis snack yang dikonsumsi dengan status gizi dilakukan dengan menggunakan uji korelasi pearson. Hasil uji korelasi menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara frekuensi dan jumlah jenis snack terhadap status gizi anak (p>0.05). Hasil yang sama ditunjukkan oleh penelitian yang dilakukan Boon, Sadek&Kasim (2012), bahwa kebiasaan konsumsi snack tidak mempunyai hubungan yang signifikan dengan status gizi pada remaja di Kuala Lumpur. Hasil penelitian Deni&Dwiriani (2009) juga memiliki hasil yang sama, yaitu tidak ada hubungan yang signifikan antara
24
kebiasaan konsumsi snack, soft drink dan fast food terhadap status gizi pada anak Sekolah Dasar. Hubungan Kontribusi Konsumsi Snack terhadap Konsumsi Sehari dengan Status Gizi Hubungan kontribusi konsumsi snack terhadap status gizi (BB/U) anak usia pra sekolah. Uji korelasi dilakukan antara energi, protein, lemak dan karbohidrat dari snack dengan status gizi anak. Hasil uji korelasi pearson menunjukkan bahwa tidak ada hubungan signifikan antara kontribusi energi, protein, dan lemak dari snack terhadap konsumsi sehari dengan status gizi anak (p>0.05), namun ada hubungan yang signifikan antara kontribusi karbohidrat dari konsumsi snack terhadap konsumsi sehari dengan status gizi anak usia pra sekolah (p<0.05). Hal ini memiliki arti semakin tinggi kontribusi karbohidrat dari snack maka akan semakin tinggi pula status gizi anak usia pra sekolah. Hubungan Kontribusi Konsumsi Snack terhadap Kecukupan Energi dan Zat Gizi dengan Status Gizi Analisis selanjutnya dilakukan untuk melihat hubungan kontribusi konsumsi snack terhadap kecukupan energi dan zat gizi dengan status gizi (BB/U) anak usia pra sekolah. Uji korelasi dilakukan antara kontribusi energi, protein, lemak dan karbohidrat dari snack dengan status gizi anak. Hasil uji korelasi pearson menunjukkan bahwa ada hubungan signifikan antara kontribusi protein dan karbohidrat dari snack terhadap kecukupan dengan status gizi anak (p<0.05), sedangkan energi dan lemak dari snack tidak mempunyai hubungan yang signifikan dengan status gizi contoh (p>0.05). Hal ini berarti semakin tinggi kontribusi protein dan karbohidrat dari snack maka semakin tinggi pula status gizi pada anak. Drummond, Crombie&Kirk (1996) menyatakan bahwa snack dibandingkan dengan makanan utama memiliki kandungan lemak yang lebih rendah dan kandungan karbohidrat yang lebih tinggi. Karbohidrat merupakan salah satu zat gizi yang menjadi sumber energi tinggi bagi manusia. Agar dapat diserap oleh tubuh, alat pencernaan menghidrolisa berbagai bentuk polimerik dari karbohidrat menjadi monomerik. Glukosa adalah hasil utama dari pencernaan karbohidrat. Sebagian dari glukosa disimpan sebagai glikogen, dan sebagian lagi dibawa ke sel-sel lain seperti otak, sistem saraf, jantung, dan lain-lain. Tubuh hanya dapat menyimpan glikogen dalam jumlah terbatas, yaitu untuk keperluan energi dalam beberapa jam saja. Di dalam sel glukosa mengalami proses glikolisis yaitu pemecahan glukosa menjadi piruvat dan asetil koA untuk menghasilkan energi. Asetil koA memasuki siklus TCA untuk menghasilkan lebih banyak energi. Glukosa yang tidak dibutuhkan untuk proses pembetukan energi kemudian diubah dari piruvat menjadi gliserol dan asetil koA menjadi asam lemak, sehingga kelebihan karbohidrat ini akan diubah menjadi lemak yang disimpan di sel-sel lemak dalam jumlah yang tidak terbatas (Almatsier 2005). Protein memiliki fungsi utama untuk pertumbuhan. Protein dalam tubuh disimpan sebagai asam amino di hati dan otot. Jika terjadi kelebihan asam amino dalam tubuh, maka asam amino akan melepaskan gugus amino (NH2) melalui proses deaminase. Nitrogen yang dikeluarkan tubuh dan sisa-sisa karbon akan diubah menjadi lemak dan disimpan di dalam tubuh (Almatsier 2005). Kelebihan karbohidrat dan protein ini akan mengakibatkan peningkatan berat badan jika tidak dibarengi dengan aktivitas fisik dan pengeluaran energi yang cukup. Oleh
25
karena itu, orang dengan aktivitas yang rendah namun, konsumsi karbohidrat dan proteinnya berlebih cenderung akan mengalami kegemukan (Mela 2005).
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Pada umumnya contoh memiliki jumlah anggota keluarga ≤4 orang dengan tingkat pendidikan ayah dan sebagian besar tamat S1. Pekerjaan sebagian besar ayah dan ibu adalah karyawan swasta. Umur orang tua baik ayah dan ibu sebagian besar masuk kedalam kategori dewasa madya. Pendapatan rata-rata keluarga sebesar Rp 16 625 000. Sebanyak 55% contoh berumur 54 sampai 72 bulan dan 70% contoh berjenis kelamin perempuan. Status gizi contoh sebagian besar (>80%) normal. Rata-rata kontribusi energi dan zat gizi dari snack terhadap tingkat kecukupan dan konsumsi lebih dari 40%. Sebanyak 85% contoh mengkonsumsi snack 4-7 kali/minggu dan sebanyak 60% contoh mengkonsumsi 1-3 jenis snack/minggu. Sebagian besar pengetahuan gizi ibu masuk kategori sedang. Sikap dan praktik gizi ibu contoh paling banyak termasuk dalam kategori baik dan kurang. Pola asuh makan sebagian besar ibu masuk kategori baik. Perilaku gizi ibu yang pempunyai hubungan signifikan adalah pengetahuan dengan sikap gizi ibu (p<0.05). Perilaku Gizi Ibu yang pempunyai hubungan signifikan dengan pola asuh makan adalah praktik gizi (p<0.05). Pengetahuan dan sikap gizi ibu mempunyai hubungan yang signifikan dengan jumlah jenis dan frekuensi konsumsi snack anak (p<0.05), sedangkan praktik gizi ibu dan pola asuh makan tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan jumlah jenis dan frekuensi konsumsi snack anak usia pra sekolah (p>0.05). Tidak ada hubungan yang signifikan antara frekuensi dan jumlah jenis snack terhadap status gizi anak usia pra sekolah (p>0.05). Terdapat hubungan yang signifikan antara kontribusi karbohidrat konsumsi snack terhadap konsumsi sehari dengan status gizi anak usia pra sekolah (p<0.05). Hubungan signifikan hanya terdapat pada kontribusi protein dan karbohidrat dari snack terhadap kecukupan dengan status gizi anak usia pra sekolah (p<0.05). Saran Pengetahuan gizi ibu mempunyai hubungan yang erat dengan kebiasaan konsumsi snack. Pendidikan gizi mengenai pemilihan jenis snack dan frekuensi pemberian snack yang baik pada anak perlu diberikan kepada ibu sebagai pemegang keputusan utama dalam menentukan makanan keluarga. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas konsumsi pangan bagi anak usia pra sekolah. Pendidikan gizi ini disarankan diberikan oleh sekolah kepada ibu atau pengasuh anak secara berkala pada pertemuan orang tua bisa 3 atau 6 bulan sekali. Pendidikan gizi yang diberikan terutama mengenai snack tradisional agar dapat
26
menurunkan konsumsi snack industri pada anak dan membantu melestarikan makanan tradisional Indonesia. Studi lanjutan dengan metode cohort atau case control perlu dilakukan untuk melihat pengaruh lebih lanjut dari kontribusi konsumsi snack terhadap status gizi dan kesehatan anak usia pra sekolah. Selain itu juga dapat dilakukan studi eksperimental untuk melihat pengaruh dari masing-masing jenis snack terhadap status gizi anak usia pra sekolah.
DAFTAR PUSTAKA
AC Bell, PJ Kremer, AM Magarey & BA Swinburn. 2005. Contribution of ‘noncore’ foods and beverages to the energy intake and weight status of Australian children. EJCN 59, 639-645 Almatsier S. 2005. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Ariefiani R. 2009. Pola asuh makan dan kesehatan pada rumah tangga yang tahan dan tidak tahan pangan serta kaitannya dengan status gizi anak balita di Kabupaten Banjarnegara, Provinsi Jawa Tengah [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Arisman. 2009. Gizi dalam Daur Kehidupan: Buku Ajar Ilmu Gizi, Ed.2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Boon Teo Yee, Sedek Razalee & Kasim Zalifah Mohd. 2012. Association between snacking patterns, energy and nutrient intakes, and body mass index among school adolescents in Kuala Lumpur. Am J Clin Nutr 2.3.69.77. Carr AC, Frei B. 1999. Toward a New Recommended Dietary Allowance for Vitamin Based on Antioxidant and Health Effect in Humans. Am J Clin Nutr 69:1086–107. Chaplin K, Smith A. 2011. Definitions and perception of snacking. Current Topics In Nutracuetica Research 9(1):53-59. Deni, Dwiriani Cesilia Meti. 2009. Pengetahuan gizi, aktivitas fisik, konsumsi snack dan pangan lainnya pada murid sekolah dasar di Bogor yang berstatus gizi normal dan gemuk. JGP 4(2):91-96. [Depkes] Departemen Kesehatan. 1996. 13 Pesan Dasar Gizi Seimbang. Jakarta: Direktorat Bina Gizi Kesehatan Keluarga. [Depkes] Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2013. Laporan Nasional Riskesdas 2013. Jakarta: Depkes. [1 April 2014] Diana FM. 2004. Hubungan pola asuh dengan status gizi balita di Kecamatan Kuranji Kelurahan Pasar Ambacang Kota Padang tahun 2004. Jurnal Kesehatan Masyarakat.
27
Drummond S, Crombie N, Kirk T. A critique of the effects of snacking on body weight status. Eur J. Clin Nutr 50:779-83. Forum Koordinasi Program Makanan Tambahan Anak Sekolah (FK-PMT-AS). 1997. Pedoman Umum Program Makanan Tambahan Anak Sekolah (PMT-AS). Jakarta: Forum Koordinasi PMT-AS Tingkat Pusat. Gibson RS. 2005. Principles of Nutritional Assessment. Ed ke-2. New York: Oxford University Press. Hastuti D. 2008. Pengasuhan: Teori dan Prinsip serta Aplikasi di Indonesia. Bogor: Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Hurlock. E. 1980. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga. Khomsan A. 2003. Pangan dan Gizi untuk kesehatan. Jakarta: Rajagrafindo Persada. ____________. 2004. Peranan Pangan dan Gizi untuk Kualitas Hidup. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia. ____________, F.Anwar, N.Hernawati, N.S. Suhanda, Oktarina. 2013. Tumbuh Kembang dan Pola Asuh Anak. Bogor: IPB Press. Megiyawati S. 2004. Pola Makan dan Status Gizi Anak Usia 1-6 Tahun di Kampung Naga Kabupaten Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat Mela David J. 2005. Food, Diet and Obesity. Washington, DC: CRC Press and Woodhead Publishing Limited. Napitu N. 1994. Perilaku Jajan di Kalangan Siswa SMA di Kota dan Pinggiran Kota DKI Jakarta [Tesis]. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Notoatmodjo S. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta. Notoatmodjo S. 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta. Popkin Barry M, Piernas C. 2011. Increased portion sizes from energy-dense foods affect total energy intake at eating occasions in US children and adolescents:patterns and trends by age group and sociodemographic characteristics, 1977-2006. Am J Clin Nutr 94:1324-32. Slamet Y. 1993. Analisis Kuantitatif Untuk Data Sosial. Solo: Dabara Publisher. Suhardjo.1989b. Sosio Budaya Gizi. Bogor : Pusat antar Universitas Pangan dan Gizi, Institut Pertanian Bogor. _______.1996. Berbagai Cara Pendidikan Gizi. Jakarta: Bumi Aksara bekerja sama dengan Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi, Institut Pertanian Bogor. Sulaeman A. 2003. Snack Food Industry (modul 10). Kerjasama Pusat Studi Pangan dan Gizi. Bogor: IPB. Supariasa IDN, Bakri B, Fajar I. 2002. Penilaian Status Gizi. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
28
[WHO] World Health Organization. 1995. Phisical Status: The Used and Interpretation of Antrhopometry. Geneva: World Health Organization. Yuliana. 2007. Pengaruh penyuluhan gizi dan stimulasi psikososial terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak usia prasekolah [disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
29
LAMPIRAN Lampiran 1 Kuesioner
KONTRIBUSI KONSUMSI SNACK TERHADAP KECUKUPAN ENERGI DAN ZAT GIZI
1. Tanggal Wawancara
: ______________________________2014
2. Enumerator
: __________________________________
3. No. Responden
: __________________________________
4. Nama lengkap Responden (Ibu) : __________________________________ 5. No. Telpon/Hp
: __________________________________
6. Alamat tempat tinggal
: __________________________________
7.
__________________________________ __________________________________ : __________________________________
Nama Kepala Keluarga
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2014
30
A. SOSIAL/EKONOMI A1. Jumlah Anggota Keluarga : No
Nama
Jenis Kelamin
Usia (tahun)
Usia (bulan)
Pend. Terakhir
Pekerjaan
Hubungan dengan keluarga
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Keterangan : Hub. Kel : (1)= Suami/ayah, (2)= Istri, (3) = Anak, (4) = Orang Tua (kakek/nenek), (5) = Saudara lainnya Jenis Kelamin : 1 = Laki-laki, 2 = Perempuan Pendidikan Terakhir : 1 = Tidak Sekolah, 2 = SD, 3 = SMP, 4 = SMA, 5 = PT Pekerjaan : 1= Tidak Bekerja, 2= PNS/ABRI, 3 = Wiraswasta, 4 = Buruh, 5 = Jasa (…………) A11. Pendapatan / bulan 1 Ayah 2 Ibu 3 Anak 4 Anggota keluarga lainnya
= Rp_________________ = Rp_________________ = Rp_________________ = Rp_________________
5 Total Pendapatan
= Rp_________________
B1. PENGETAHUAN GIZI Berilah tanda silang (X) pada pilihan jawaban yang menurut anda benar! No 1
Pertanyaan Snack merupakan…
a.
b. c.
2
Dalam sehari dianjurkan untuk makan makanan utama sebanyak :
d. a. b. c. d.
Pilihan jawaban Makanan yang dikonsumsi bersama makanan utama Makanan pasar Makanan yang dikonsumsi diluar makanan utama Tidak tahu 1 kali 2 kali 3 kali tidak tahu
31
3
Selingan baiknya diberikan sebanyak…
4
Jenis snack yang umum dikonsumsi…
a. b. c. d. e.
f. g.
5
Kapan snack diberikan?
6
Berapa proporsi ideal konsumsi snack sehari anak pra sekolah untuk membantu memenuhi Angka kecukupan Gizi-nya?
7
Contoh snack adalah….
h. a. b. c. d. a. b. c. d. a. b. c. d.
8
Snack yang baik adalah yang mengandung…
a. b. c. d.
9
Angka kecukupan energi untuk anak 3-6 tahun sehari…
10
Contoh snack tinggi kalori…
a. b. c. d. a. b. c. d.
1 kali 2-3 kali 3-4 kali Tidak tahu snack tradisional, snack industri, snack buah, dan minuman industri snack pasar, snack industri, snack tradisional snack industri, snack buah tidak tahu Bersama makanan utama Saat selingan Kapan saja tidak tahu 15-20% 20-25% 30-35% tidak tahu Biskuit, kue, lontong sayur Biskuit, coklat, buah Coklat, wafer, soup cream Kue, ice cream, ayam krispy Tinggi karbohidrat dan lemak Tinggi lemak Rendah serat dan tinggi lemak Tinggi serat, rendah lemak dan karbohidrat 1250-1750 kkal 2000 kkal 1800 kkal Tidak tahu donat agar-agar buah tidak tahu
B2. SIKAP GIZI Berilah tanda silang (X) pada pilihan jawaban yang menurut anda, anda lakukan. No 1
Pertanyaan Snack merupakan Makanan yang dikonsumsi bersama makanan utama
Pilihan jawaban a. Setuju b. Ragu-ragu c. Tidak setuju
32
2
Dalam sehari dianjurkan untuk makan makanan utama sebanyak 2 kali
3
Selingan baiknya diberikan sebanyak 2-3 kali
4
Jenis snack yang umum dikonsumsi adalah snack tradisional, snack industri, snack buah, dan minuman industri
5
Snack diberikan saat makan selingan
6
Proporsi ideal konsumsi snack sehari anak pra sekolah untuk membantu memenuhi Angka kecukupan Gizi-nya adalah 20-35% Contoh snack adalah kue, ice cream, biskuit, siomay, lontong sayur
7
8
Snack yang baik adalah yang mengandung tinggi serat, rendah lemak dan karbohidrat
9
Angka kecukupan energi untuk anak 3-6 tahun sehari adalah 1250-1750 kkal
10
Agar-agar adalah contoh snack tinggi kalori
a. b. c. a. b. c.
Setuju Ragu-ragu Tidak Setuju Setuju Ragu-ragu Tidak setuju
a. Setuju b. Ragu-ragu c. Tidak setuju a. b. c. a. b. c. a. b. c. a. b. c. a. b. c. a. b. c.
Setuju Ragu-ragu Tidak setuju Setuju Ragu-ragu Tidak setuju Setuju Ragu-ragu Tidak Setuju Setuju Ragu-ragu Tidak setuju Setuju Ragu-ragu Tidak Setuju Setuju Ragu-ragu Tidak Setuju
B3. PRAKTEK GIZI Jawablah dengan singkat pertanyaan dibawah ini. No.
Pertanyaan
1
Apakah anak selalu makan utama setiap hari?
2
Apakah anda dan keluarga mengkonsumsi sayur dan buah setiap hari?
3
Berapa kali ibu dan keluarga makan makanan utama dalam sehari?
4
Berapa kali ibu memberikan selingan kepada anak?
5
Apakah keluarga ibu selalu menghidangkan selingan setiap hari?
Jawaban
33
6
Apakah ibu memberikan susu untuk anaknya? Berapa kali sehari diberikannya?
7
Snack apa yang sering diberikan kepada anak?
8
Apakah ibu memberikan anak gorengan setiap hari? Berapa banyak?
9
Berapa porsi ibu memberikan makanan utama kepada anak dalam satu kali makan?
10
Seberapa sering ibu membawa anak untuk makan Fast food di luar rumah?
B4. POLA ASUH MAKAN Berilah tanda silang (X) pada pilihan jawaban yang menurut anda, anda lakukan. No 1
Pertanyaan Ibu mengatur dan menetapkan jadwal makan anak
2
Ibu menerapkan sayur dan buah tersedia dirumah setiap hari
4
Ibu suka menanyakan makanan apa yang ingin dimakan oleh anak
5
Ibu memberikan penjelasan mengenai makanan yang baik dan buruk jika dimakan oleh anak Ibu bersama-sama anak menentukan makanan yang dimakan oleh anak
6
7
Ibu mengawasi saat anak makan
8
Ibu membatasi porsi makan anak jika sudah berlebihan
9
Ibu menyediakan kudapan (snack) untuk anak
10
Makan bersama keluarga minimal 1 kali dalam sehari
11
Ibu suka menyuruh anak untuk makan sayuran dan buah setiap hari
Pilihan Jawaban a. Ya b. Kadang-kandang c. Tidak a. Ya b. Kadang-kandang c. Tidak a. Ya b. Kadang-kandang c. Tidak a. Ya b. Kadang-kandang c. Tidak pernah a. Ya b. Kadang-kandang c. Tidak a. Ya b. Kadang-kandang c. Tidak a. Ya b. Kadang-kandang c. Tidak a. Ya b. Kadang-kandang c. Tidak a. Ya b. Kadang-kandang c. Tidak a. Ya b. Kadang-kadang
Skor 2 1 0 2 1 0 2 1 0 2 1 0 2 1 0 2 1 0 2 1 0 2 1 0 2 1 0 2 1
34
12
Ibu suka memuji anak jika anak bisa menghabiskan makanan yang ibu berikan
13
Ibu suka menyuapi anak
14
Anak menghabiskan makanan yang ibu berikan
15
Anak makan sambil menonton tv/bermain
16
Jadwal makan anak teratur
c. a. b. c. a. b. c. a. b. c. a. b. c. a. b. c.
Tidak Ya Kadang-kadang Tidak Ya Kadang-kadang Tidak Ya Kadang-kadang Tidak Ya Kadang-kadang Tidak Ya Kadang-Kadang Tidak
0 2 1 0 0 1 2 2 1 0 2 1 0 2 1 0
C. FOOD RECORD Hari ke : Hari : Senin/ Selasa/ Rabu/ Kamis/ Jumat/ Sabtu/ Minggu* No. Jenis Bahan Makanan Merk Jumlah
*lingkari salah satu
Berat
35
Lampiran 2 Contoh menu makan siang dan snack sore di sekolah Hari
Waktu Makan Siang
Senin
Selasa
Rabu
Kamis
Nasi Sup wortel, brokoli dan bakso ikan Omelette isi keju dan jamur Nasi Sup sosis dan makaroni Ayam bumbu kecap Nasi Bening bayam dan jagung muda Fillet gurame tepung dengan saus tomat Nasi Soto Bandung Ayam bumbu kuning
Selingan Sore Anggur Biskuit
Apel Wafer Melon Kue bolu
Pisang Cup cake
36
RIWAYAT HIDUP Penulis lahir di Bogor pada tanggal 5 April tahun 1992 dari pasangan Neni Haerani dan Anwarudin. Penulis merupakan putri pertama dari dua bersaudara. Penulis menamatkan sekolah menengah atas di SMA Negeri 1 Bogor pada tahun 2010 dan pada tahun 2010 penulis diterima di jurusan Gizi masyarakat IPB melalui jalur USMI. Selama kuliah penulis pernah mengikuti beberapa organisasi dan kepanitiaan untuk mengisi waktu luangnya. Penulis pernah menjabat sebagai Anggota Divisi Peduli Pangan dan Gizi HIMAGIZI IPB 2011-2012, Anggota Divisi Konservasi Primata UKF IPB tahun 2011-2014, dan Ketua Departemen PSDM UKF IPB 2012-2013. Pengalaman penulis dalam kepanitiaan adalah menjadi ketua pada acara UKF Join with Children tahun 2012 dan anggota Divisi Hubungan Masyarakat Nutrition Fair 2012 dan 2013.