JKA.2016;3(1): 91-106
ARTIKEL PENELITIAN
PERSEPSI PERAWAT DALAM PELAKSANAAN ASUHAN KEPERAWATAN SPIRITUAL MUSLIM DI RS MUHAMMADIYAH BANDUNG
ABSTRAK
Ratih Rustika Dewi, Inggriane Puspita Dewi
Pentingnya bimbingan spiritual dalam kesehatan telah menjadi ketetapan WHO yang menyatakan bahwa aspek agama (spiritual) merupakan salah satu unsur dari pengertian kesehatan seutuhnya (WHO, 1984). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menggambarkan persepsi perawat dalam pelaksanaan asuhan keperawatan spiritual muslim di Rumah Sakit Muhammadiyah Bandung. Rancangan penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif. Jumlah informan sebanyak lima orang informan. Tekhnik pengumpulan data adalah in depht interview (wawancara mendalam) dan dalam bentuk pertanyaan open ended question (pertanyaan terbuka). Kesimpulan yang didapatkan ialah persepsi informan tentang keyakinan beragama Islam menyatakan percaya kepada Allah SWT sebagai sumber spiritualnya, aspek praktek ibadah mengingatkan shalat, membimbing shalat, thoharoh (whudhu dan tayamum), doa, dzikir, memberikan talkin pada saat sakaratul maut, hambatan dalam pelaksanaan asuhan keperawatan spiritual muslim di RSMB yaitu informan menyatakan kurang ilmu atau kurang paham, kemampuan komunikasi perawat dan belum adanya format khusus asuhan keperawatan spiritual muslim spiritual muslim di RSMB. Saran yang dapat penulis sampaikan, bagi perawat sebagai konselor/ pendidik, mengidentifikasi masalah, memberikan dukungan kepada pasien dalam pelaksanakan asuhan keperawatan spiritual muslim di RSMB, bagi Rumah Sakit menyediakan format asuhan keperawatan spiritual muslim di RSMB dan pelatihan kemampuan konseling dalam asuhan keperawatan spiritual muslim, Bagi peneliti lebih terfokus pada peningkatan asuhan keperawatan spiritual muslim di RSMB. Kata kunci : persepsi, perawat, asuhan keperawatan spiritual muslim Abstract
The importance of spiritual guidance in the provision of health has been the WHO stating that the religious aspect (spiritual) is one element of understanding the full health (WHO, 1984). The purpose of this study was to describe the perception of nurses in the execution of Muslim spiritual nursing care in Hospital Muhammadiyah Bandung. The research use qualitative descriptive research. The total informants as much as five informants. Techniques data collection are in-depth interviews and in the form of questions open ended question. The conclusion obtained is the religious beliefs of Islam come informant claimed to believe in Allah SWT, worship practices informant stated are minimal remind prayer, guiding prayer, thoharoh (whudhu and tayamum), prayer, remembrance, giving talkin upon death’s door, obstacles in the implementation of nursing care spiritual Muslims in RSMB ie informant expressed less knowledge or lack of understanding, communication skills of nurses and the absence of special format nursing spiritual Muslim spiritual Muslims in RSMB and support to patients that Allah almighty to heal with full resignation or hope to get healing and can guide patients expected to die when death’s door in a state khusnul khotimah. Suggestions to the author to convey, for nurses as a counselor / educator, identify problems, provide support to patients in implementing the nursing care of spiritual Muslims in RSMB, the Hospital provides a format nursing spiritual Muslims in RSMB and skills training counseling in nursing care spiritual Muslims, for researchers focused more on the improvement of nursing care in RSMB Muslim spiritual. Keywords : Perception, Nursing Care and Muslim Spiritual STIKes Aisyiyah Bandung 91
92
Jurnal Keperawatan ‘Aisyiyah
LATAR BELAKANG Rumah Sakit Muhammadiyah Bandung merupakan salah satu Rumah Sakit Islam dikota Bandung yang telah menerapkan kegiatan spiritual sesuai dengan visinya yakni menjadi Rumah Sakit Islam Unggulan di Jawa Barat Tahun 2018 dan misinya yakni meningkatkan kualitas pelayanan, profesionalisme SDI yang Islami, kualitas sarana prasarana, kerjasama dan kemitraan dengan pemangku kepentingan dan pelayanan berbasis IT dan meningkatkan syi’ar dakwah Islam Amar Ma’ruf Nahi Munkar (Diklat RS Muhammadiyah Bandung, 2015). Rumah Sakit Muhammadiyah telah berupaya melakukan pelayanan dengan mengadakan pelatihan spiritual pada perawat yakni cara membimbing ibadah pasien pada bulan Juni - Desember 2011, karyawan yang diikutsertakan sebanyak 34 orang perawat dan dilakukan kembali bimbingan perawat spiritual muslim dari tanggal 4 Februari sampai dengan 11 Maret 2015 dengan jumlah peserta 156 orang perawat (Bidang Perawatan, 2015). Dampak dari pelatihan terhadap pelayanan keperawatan menurut pengamatan penulis terlihat pemberian asuhan keperawatan spiritual muslim baru sebatas implementasi spiritual berupa bimbingan ibadah praktik, namun belum menyeluruh sesuai tahapan proses keperawatan yang meliputi pengkajian, penegakan diagnosa, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
Berdasarkan hasil wawancara 3 orang peserta pelatihan bimbingan spiritual tahun 2011 dan 2015 didapatkan informasi tentang pelaksanaan asuhan keperawatan spiritual muslim, baru sebatas aspek bimbingan ibadah praktis saja. Secara teori asuhan keperawatan spiritual merupakan bagian integral suatu pelayanan asuhan keperawatan kepada pasien dalam upaya memenuhi kebutuhan dasar spiritual (Basic spiritual need) dengan cara membimbing JKA | Volume 3 | Nomor 1 | Juni 2016
spiritual pasien (APA, 1992).
Pentingnya bimbingan spiritual dalam kesehatan telah menjadi ketetapan WHO yang menyatakan bahwa aspek agama (spiritual) merupakan salah satu unsur dari pengertian kesehatan seutuhnya (WHO, 1984). Makhija (2002) menyatakan bahwa keimanan atau keyakinan spiritual adalah sangat penting dalam kehidupan personal individu. Dimensi spiritual merupakan salah satu dimensi penting yang perlu diperhatikan oleh perawat dalam memberikan asuhan keperawatan kepada semua pasien. Spiritualitas mengandung pengertian hubungan manusia dengan Tuhan-Nya dengan menggunakan istrumen (medium) sholat, puasa, zakat, haji, doa dan sebagainya (Hawari, 2002). Spiritual memiliki konsep yang lebih umum mengenai keyakinan seseorang. Terlepas dari prosesi ibadah yang dilakukan sesuai dengan keyakinan dan kepercayaan tersebut (Hawari, 2002). Spiritual care adalah pelayanan sejati yang tumbuh dari jiwa yang sudah memaknai arti kehidupan (Covey, Stepen R, 2005). Menurut penulis spiritual adalah suatu keyakinan yang diyakini terhadap Allah SWT sehingga tercipta hubungan komitmen terhadap sang pencipta-Nya. Selama melaksanakan asuhan keperawatan spiritual ini perawat dituntut untuk mampu hadir secara fisik maupun psikis dimanifestasikan dalam mendengarkan dengan aktif, sikap empati melalui komunikasi terapeutik (Taylor, 2002) dan memfasilitasi ibadah praktis (Baldacchino 2002), membantu pasien untuk menginterospeksi diri (Taylor,2005), merujuk kepada rohaniwan jika pasien membutuhkan (Courtney Seller & Haag 1998, Halm et al 2002, Baldacchino, 2006). Oleh sebab itu maka perawat sangat penting memiliki pengetahuan yang mumpuni tentang perawatan spiritual agar terbentuk persepsi yang baik tentang pentingnya pemberian asuhan keperawatan spiritual muslim
Persepsi Perawat dalam Pelaksanaan Asuhan Keperawatan Spiritual Muslim di RS Muhammadiyah Bandung
terutama di rumah sakit berbasis Islam.
Persepsi yaitu pengorganisasian, penginterpretasian terhadap stimulus yang diinderanya sehingga merupakan respon yang integrated dalam diri individu (Walgito, 2004). Setiap orang memiliki persepsi yang berbeda terhadap sesuatu hal, persepsi banyak dipengaruhi oleh banyak hal diantaranya adalah aspek kognisi, afeksi, psikomotor. Hal ini sesuai dengan pernyataan (Walgito, 2004) bahwa terdapat beberapa aspek utama dari persepsi dimana salah satunya adalah aspek kognisi (pengetahuan, pandangan, pengharapan cara berfikir), aspek afeksi (perasaan dan keadaan emosi individu), dan aspek konasi/psikomotor (sikap/ prilaku individu). Perbedaan persepsi tersebut dapat mempengaruhi dalam pelaksanaan pelayanan keperawatan spiritual. Melihat fenomena yang terjadi di RSMB, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian lebih mendalam tentang “Persepsi Perawat Dalam Pelaksanaan Asuhan Keperawatan Spiritual Muslim Di Rumah Sakit Muhammadiyah Bandung Tahun 2015”. Bagan 1. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Persepsi
93
Proses asuhan keperawatan spiritual muslim Spiritualitas adalah keyakinan dalam hubungan dengan yang maha kuasa dan maha pencipta, sebagai contoh seseorang percaya kepada Allah sebagai pencipta atau sebagai maha kuasa. Menurut Arifin (2009), beberapa kondisi spiritualitas positif yang perlu dibangun dan dibina pada diri pasien yang sedang dalam perawatan dirumah sakit antara lain : 1) Pada diri pasien, pasien menyadari bahwa kondisi sehat dan sakit adalah ujian yang diberikan oleh Allah SWT kepadanya. Kesadaran keduannya (sehat dan sakit) samasama akan memberikan jalan ke surga jika yang bersangkutan tetap dalam keadaan sabar dan ikhlas saat menjalaninya.
2) Tumbuh keyakinan yang kuat pada diri pasien. Pasien yakin jika setiap penyakit akan ada obatnya, karena Allah SWT adalah maha penyembuh. 3) Dengan kedua kondisi diatas (kesadaran dan keyakinan), pasien diharapkan akan lebih tenang, tentram dan optimis terhadap keberhasilan proses penyembuhan dan perawatan yang dilakukan di rumah sakit. Karenanya, pasien akan memiliki sikap positif dalam menghadapi kejadian (kesehatan) yang memburuk, termasuk dalam menghadapi kematian.
4) Semakin meningkatnya keimanan pasien terhadap Allah SWT, karena banyak pelajaran dan hikmah kehidupan yang didapatkannya selama proses perawatan di rumah sakit.
Sumber: Robbins (2008)
5) Apabila pasien sudah mampu mengambil hikmah dari penyakitnya, maka secara psikologis hal itu akan menyebabkannya memiliki persepsi yang positif terhadap penyakitnya tersebut akan mengurangi resiko stress dan depresi, serta pasien JKA | Volume 3 | Nomor 1 | Juni 2016
94
Jurnal Keperawatan ‘Aisyiyah
akan lebih tawakal dalam menjalani proses penyembuhan.
Kondisi psikologis pasien yang diharapkan muncul dari psikospiritual health care ini adalah
1) Kejernian pikiran, ketentraman hati dan pencapaian rileks total karena adanya sikap ikhlas, pasrah dan tawakal pada Allah yang maha penyembuh dan penuh kasih sayang.
2) Berkurang dan terbebasnya pasien dari trauma, stress, fobia dan kondisi mental atau emosi negatif lainnya serta spiritualitas negatif yang akan menghambat proses penyembuhan.
3) Berlangsungnya tetapi dengan baik, karena pasien percaya bahwa para dokter dan paramedis akan bekrja dengan sungghsungguh untuk kesembuhannya. Pasien juga percaya bahwa kerja mereka tidak hanya dimotivasi oleh uang dan sumpah profesi tetapi juga semangat ibadah dan kesadaran akan pertanggung jawabannya dihadapan Allah SWT. 4) Pasien semakin dekat terhadap Allah SWT sebagai sang pencipta dan tempat manusia kembali. Dengannya, keimanan dan ketakwaan pasien semakin terbina dengan baik. Apabila sembuh pasien akan semakin dekat dengan Allah SWT, dan semakin sayang terhadap keluarganya. Tetapi apabila meninggal, maka ia dalam keadaan husnul khotimah (Ahmad dkk, 2013) Pengkajian spiritual pasien muslim
Pengkajian spiritual pasien muslim dilakukan meliputi aspek dibawah ini :
JKA | Volume 3 | Nomor 1 | Juni 2016
1. Praktik Ibadah
Dalam aspek ini pengkajian meliputi : kebiasaan beribadah pasien sebelum dan setelah sakit seperti thaharah, sholat, membaca Al-Qur’an, kebiasaan berdo’a, bantuan yang dibutuhkan pasien saat sakit terkait aspek ibadahnya.
2. Keterkaitan antara spiritual, sehat dan realita sakit
Keyakinan spiritual sangat penting bagi perawat karena dapat mempengaruhi tingkat kesehatan dan prilaku keperawatan diri klien (clien self care).
Fokus pengkajian meliputi persepsi sehat dan sakit pasien, sakit yang paling mengganggu, perasaan ketika sakit, tindakan kesehatan yang bertentangan dengan keyakinan pasien, serta keyakinan untuk sembuh .
3. Sumber dukungan
Saat stress, individu akan mencari dukungan dari keyakinan agamanya. Sumber kekuatan sangat diperlukan untuk dapat menerima keadaan sakitnya khususnya jika penyakit tersebut membutuhkan waktu penyembuhan yang lama serta makna dukungan tersebut bagi pasien. Sumber dukungan dapat diperoleh pasien melalui perhatian dari keluarga maupun masyarakat yang menjadi komunitasnya serta jenis dukungan spiritual yang dibutuhkan pasien.
4. Konsep Ketuhanan
Meliputi perasaan terhadap Allah SWT saat ditimpa sakit atau penderitaan, makna hidup serta sumber kekuatan dam harapan.
Persepsi Perawat dalam Pelaksanaan Asuhan Keperawatan Spiritual Muslim di RS Muhammadiyah Bandung
95
Tabel 1. Diagnosa Keperawatan Spiritual menurut NANDA, serta NOC dan NIC
NANDA
1) Kurang pengetahuan tentang pelaksanaan ibadah
NOC
Pengetahuan : Ritual keagamaan / pelaksanaan ibadah (tata cara shalat, thaharah, berdoa, membaca alquran dll)
2) Gangguan praktik ibadah 1) Meningkatkan pelaksanakan ibadah) 2) Berharap (Memohon ampunan kepada Allah SWT) 3) Kestabilan emosi (Berserah diri) 3) Kesiapan untuk peningkatan praktik ibadah 4) Resiko gangguan praktik ibadah
NIC
Pembelajaran : Ritual keagamaan (tata cara shalat, thaharah, berdoa, membaca alquran dll) 1) Tingkatkan pelaksanaan ibadah ( seperti cara shalat, thaharah, berdoa, dll) 2) Fasilitasikan ibadah pasien (peralatan ibadah, jam dinding, jadwal sholat, arah kiblat, dll) 3) Dukung pasien dalam pelaksanaan ibadah. 4) Bimbing ibadah pasien 5) Klarifikasi nilai 6) Dukung ibadah dengan khusu’.
1) Meningkatkan pelak1) Tingkatkan pelaksanaan ibadah (seperti sanaan ibadah (seperti shalat, thaharah, doa, dll) shalat, thaharah, berdoa, 2) Fasilitasikan ibadah pasien (peralatan membaca alquran dll ibadah, jam dinding, jadwal sholat, arah kiblat, dll) 3) Dukung pasien dalam pelaksanaan ibadah
5) Distress spiritual
1) Meninggal dalam keadaan khusnul khotimah 2) Berharap (Memohon ampunan kepada Allah SWT) 3) Spiritual menjadi baik
6) Resiko distres spiritual
1) Kontrol tingkat kecemasan 2) Mengatasi solusi kesedihan 3) Berharap (memohon ampunan kepada Allah SWT) 4) Berserah diri 5) Interaksi sosial 6) Spiritual menjadi baik
1) Fasilitasikan ibadah pasien (peralatan ibadah, jam dinding, jadwal sholat, arah kiblat, dll) 2) Dukung pasien dalam pelaksanaan ibadah 1) Membimbing pasien (mentalqinkan saat sakaratul maut) 2) Konseling dengan pembimbing rohani 3) Dying care 4) Fasilitasikan doa keluarga (membaca alqur’an) 5) Fasilitasikan saat berduka (mengkafani, memandikan jenazah, menyolatkan jenazah sampai mengantarkan jenazah dengan ambulan RS) 6) Klarifikasi nilai
1) Mendengarkan secara aktif (murotal qur’an) 2) Beri Panduan (buku islami /panduan doa, dll) 3) Kurangi tingkat kecemasan dan tingkatkan koping 4) Bimbing pasien dengan membacakan doa kesembuhan pasien 5) Dukungan keluarga 6) Managemen perasaan (komunikasi teurapetik) 7) Promosikan kegembiraan 8) Fasilitasi psikoterapi Islam JKA | Volume 3 | Nomor 1 | Juni 2016
96
Jurnal Keperawatan ‘Aisyiyah
NANDA
7) Kesiapan untuk peningkatan kesejahteraan spiritual
NOC
1) Berharap (Memohon ampunan kepada Allah SWT) 2) Kualitas hidup/ bermakna 3) Spiritual menjadi baik
Aspek kajian asuhan keperawatan spiritual muslim dalam hal ibadah praktis meliputi thoharoh (istinja, whudu, tayamum), shalat wajib dan ibadah tambahan meliputi doa/dzikir dan membaca al-quran.
Menurut bahasa thoharoh berasal dari kata thoharo yang berarti bersih, suci dan bebas, yang dimaksud adalah bersih, suci serta bebas dari najis dan hadast. Menurut istlah syara’ thoharoh adalah proses membersihkan, mensucikan dan membebaskan diri dari najis baik secara hakiki maupun hukmi terutama pada saat hendak melaksanakan ibadah. Secara bahasa istinja berarti menghilangkan tinja sedangkan secara istilah adalah upaya menghilangkan najis yang menempel dari tempat keluarnya misalnya dari anus (dubur) atau kemaluan (qubul). Untuk menghilangkan najis prinsip pertama dilakukan dengan menggunakan air jika tidak terdapat air maka bersuci dari najis boleh dilakukan dengan benda apa saja yang suci yang memiliki daya serap untuk menarik najis seperti tissue, spons atau kain yang mempunyai daya serap tinggi.
Wudhu berasal dari kata wadha-wadhu’awhuduan yang berarti bersih, baik atau elok. Al-wadh’ah berarti keelokan, keindahan dan kebersihan. Dalam terminologi fiqh whudu berarti membersihkan beberapa bagian tubuh dengan air sebelum mendirikan shalat. Tayamum adalah JKA | Volume 3 | Nomor 1 | Juni 2016
NIC
1) Riwayat terapi 2) Fasilitasikan pengobatan 3) Tingkatkan ritual keagamaan (tata cara beribadah) 4) Promosikan kegembiraan 5) Tingkatkan peran diri 6) Tingkatkan penghargaan diri 7) Tanggung jawab diri 8) Fasilitasi Perkembangan spiritual 9) Dukungan spiritual
model bersuci pengganti whudu atau mandi junub, haid dan nifas, dilakukan sebagai rukhshah atau keringanan dari Allah bagi orang yang kesulitan mendapatkan air atau tidak dapat menggunakan air karena berbagai sebab atau halangan, seperti sakit.
Menurut syari’at Islam yang dirumuskan para fuqoha (ahli fiqh) shalat adalah : beberapa ucapan dan beberapa perbuatan yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam dengan maksud beribadah kepada Allah menurut syaratsyarat yang telah ditentukan. Shalat dalam arti terakhir ini mencakup shalat wajib dan shalat sunnah. Bagi setiap orang muslim dan muslimah yang sudah aqil baligh wajib melaksanakan shalat wajib lima kali dalam sehari semalam, kecuali perempuan yang dalam keadaan haidh atau nifas.
Sakit adalah salah satu bagian daur siklus kehidupan manusia dimana setiap manusia harus mengalaminya. Tetapi bagaimana repotnya selagi kesadaran masih ada dan berfungsi maka kewajiban agama tetap harus dijalankan, terutama pelaksanaan shalat. Hanya saja : 1) Bagi orang sakit islam tidak memberatkan dalam pelaksanaan karena Allah SWT telah memberikan keringanan (rukhsoh) untuk tidak membebani hambanya dengan berbagai
hal memberatkannya. Dalam salah satu hadist riwayat Imam Bukhari disebutkan : Artinya : “ Shalatlah engkau dengan berdiri,
Persepsi Perawat dalam Pelaksanaan Asuhan Keperawatan Spiritual Muslim di RS Muhammadiyah Bandung
kalau engkau tidak mampu maka duduklah, dan (kalau engkau) tidak mampu (untuk duduk) maka shalatlah dengan berbaring”. 2) Bentuk keringanan lain dalam pelaksanaan shalat
Apabila pasien mengalami kesulitan dalam melaksanakan shalat lima waktu seperti biasa, maka agama memberikan keringanan pelaksanaannya dengan tiga cara yaitu : (1) menjama’; (2) meng-qashar; (3) menjama’ sekaligus mengqashar. Ketentuan ini didasarkan kepada salah satu hadist riwayat Imam Bukhari dan Atha yang menyebutkan bahwa seseorang yang sakit boleh menjama’ shalat antara magrib dan Isya karena hal tersebut merupakan keringanan dari Allah SWT.
Ibadah tambahan yang dilakukan oleh seorang muslim yaitu dzikir/doa , mengucapkan kalimat zikir seperti tasbih, tahmid, takbir. Taklil, membaca Al’quran serta membaca doa . METODOLOGI
Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian kualitatif adalah pendekatan induktif untuk menemukan dan mengembangkan pengetahuan dengan menggunakan metode-metode riset yang menggunakan subjektifitas. Pendekatan ini dipilih sebagai upaya untuk menggali secara mendalam (in depht interview) mengenai persepsi perawat dalam pelaksanaan asuhan keperawatan di RS Muhammadiyah Bandung. Jumlah informan yang dijadikan subjek penelitian pada penelitian kualitatif biasanya lima sampai sepuluh orang (Norwood, 2002).
Jumlah informan dalam penelitian ini adalah lima orang atau sampai terjadi saturasi data dengan jumlah sampel tersebut.
97
Tekhnik pengambilan informan dilakukan secara purposive sampling (sampel dengan tujuan) yaitu mengambil subjek penelitian dengan menggunakan pertimbangan pribadi yang memenuhi kriteria. Dimana kriteria tersebut dibuat oleh peneliti sendiri (Satori & Komariah, 2010). Untuk
memperoleh data tentang persepsi perawat dalam pelaksanaan spiritual muslim muslim, maka dilakukan wawancara dalam satu sampai dua kali pertemuan, sampai data yang dirasakan cukup. Waktu yang ditetapkan dalam proses wawancara tidak kaku dan disesuaikan dengan kondisi informan. Analisa data yang digunakan dilakukan untuk mendeskripsikan persepsi perawat dalam pelaksanaaan asuhan keperawatan spiritual muslim di RS Muhammadiah Bandung, dengan menggunakan analisa data George dalam Crotty, (1996). Tahapan analisa tersebut adalah sebagai berikut: 1. Mendengarkan hasil wawancara yang telah direkam, kemudian membuat suatu transkrip untuk masing-masing informasi untuk memperoleh pemahaman serta keseluruhan dari data yang terkumpul.
2. Membaca transkrip secara berulang untuk memperoleh pemahaman secara menyeluruh isi dari transkrip yang telah dibuat. 3. Mengidentifikasi tema yang muncul dari setiap transkrip yakni keyakinan beribadah, praktek ibadah, komunikasi perawat dan hambatan dalam pelaksanaan asuhan keperawatan muslim di RSMB.
4. Mengelompokan dan menjelaskan pernyataan-pernyataan yang relevan dengan tema yang muncul.
5. Merenungkan tema yang muncul dengan isi JKA | Volume 3 | Nomor 1 | Juni 2016
98
Jurnal Keperawatan ‘Aisyiyah
dari keseluruhan hasil wawancara.
6. Menuliskan tema yang muncul dan mengilustrasikan sesuai dengan pertanyaan informan.
7. Melakukan validasi dengan cara menyampaikan tema yang muncul kepada informan yang bersangkutan untuk meminta klarifikasinya. Klarifikasi tema yang muncul dikatakan valid apabila tema tersebut telah dianalisa dan disetujui oleh pembimbing dan informan. 8. Melakukan sintesa terhadap pernyataanpernyataan yang ada agar tidak ada yang bertolak belakang dengan isi transkrip yang tersedia.
Sebelum penelitian dilakukan terlebih dahulu melakukan pertimbangan etik yaitu, responden diberikan penjelasan mengenai identitas peneliti, topik penelitian dan tujuan penelitian. Apabila calon responden bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini, maka responden dipersilahkan untuk menandatangani informed consent. Jika responden menolak untuk teliti, maka peneliti tidak akan memaksa dan akan mennghormati hak-haknya. Penelitian ini tidak akan menimbulkan resiko bagi individu yang menjadi responden, baik resiko fisik maupun psikis. Penelitian menjamin kerahasiaan catatan renponden mengenai data responden akan dijaga dengan cara tidak menuliskan nama responden pada instrument, tetapi hanya inisial saja. Dan seluruh datadata yang diperoleh dari responden juga hanya digunakan untuk kepentingan penelitian.
Penelitian ini dilaksanakan di RS Muhammadiah Bandung. Penelitian ini dilakukan pada rentang bulan November sampai Desember 2015. JKA | Volume 3 | Nomor 1 | Juni 2016
HASIL PENELITIAN Penelitian ini menggambarkan tentang persepsi perawat dalam pelaksanaan asuhan keperawatan spiritual muslim pada pasien. Hasil penelitian ini disajikan dalam bentuk deskripsi dari hasil wawancara dengan lima orang informan. Dalam penelitian ini, informan adalah perawat yang pernah mengikuti bimbingan spiritual muslim di Rumah Sakit Muhammadiah Bandung (RSMB). Penelitian mulai dilaksanakan pada bulan November 2015. Sebelum penelitian dimulai, peneliti terlebih dahulu menjelaskan tujuan penelitian ini dan meminta persetujuan (informed consent). Setelah informan setuju dan bersedia untuk berpartisipasi dalam penelitian ini, peneliti kemudian melakukan wawancara terlebih dahulu membuat kontak waktu terhadap informan. Hasil penelitian ini disajikan dalam bentuk narasi yang menggambarkan persepsi perawat dalam pelaksanaan asuhan keperawatan spiritual muslim di RSMB, nama dalam penelitian ini tidak diungkapkan, namun hanya menggunakan istilah informan dengan pembubuhan angka pada informan dan inisial, serta bukan nama sebenarnya dan alamat dirahasiakan. Hal ini penulis lakukan sesuai dengan etika penelitian dan persetujuan pada informed consent pada saat akan wawancara, selain itu untuk menjaga halhal yang tidak diharapkan kemudian hari. Untuk lebih menggambarkan hasil penelitian mengenai persepsi perawat dalam pelaksanaan asuhan keperawatan spiritual muslim, dibawah ini akan dipaparkan mengenai karakteristik informan, proses wawancara, dan deskripsi hasil penelitian. Tabel 2 matrik analisa data tentang persepsi informan terhadap pelaksanaan asuhan keperawatan spiritual muslim di rs Muhammadiyah Bandun
99
Persepsi Perawat dalam Pelaksanaan Asuhan Keperawatan Spiritual Muslim di RS Muhammadiyah Bandung
INFORMAN
PERNYATAAN KATA KUNCI
1
“Kalau menurut saya spiritual itu hal yang berhubungan dengan keyakinan atau nilai dan norma agama yang dianut, keyakinan yang dimaksud yaitu agama islam yang kita anut”. “Kalau saya berpendapat bahwa keyakinan itu datang dari diri sendiri artinya keyakinan datang dari diri sendiri itu kan dia mah tidak bisa dipaksakan dari orang lain dan itu harus menjadi sebuah kebutuhan”. “Jadi tidak ada paksaan contoh keyakinan untuk melakukan solat di agama islam kita bimbing untuk melakukan solat tapi dia tidak mau solat karna berbagai faktor tidak usah dipaksakan yang penting kita mengingatkan”. “Keyakinan itu penting artinya gini kewajiban seorang muslim itu adalah misalkan beribadah itu dalam segala kesempatan dalam segala kegiatan nah hal paling mendasar adalah solat nah solat itu tidak ada alasan untuk ditinggalkan meskipun sakit sekalipun”.
2
“Menurut saya apa ya spritual care artinya spiritual keyakinan yang diambil dari setiap individu atau kepasien berkeyaninan apa tentunya rumah sakit islam ini rumah sakit yang berkeyakinan islam pasien-pasiennya”. “Keyakinan itu penting karna kita RS berbasis islam tentunya itu sangat penting bagi kita sebagai perawat”. “Karena mungkin dari jiwa dari hati nurani terlahir saya sudah memeluk agama islam dari dulu”. “Respon yang penuh keyakinan bahwa kita dalam keadaan sakit ini tetep melakukan suatu ibadah dan tentunya dalam keadaan sakit ini kita dalam kedaan ujian dari allah ya tentulah penting banget soalnya untuk menumbuhkan keyakinan juga kepasien”.
3
“Spiritual itu nilai-nilai religius atau nilai-nilai keagamaan itu saja mungkin maksudnya yang pertama setelah kita berkeyakinan kepada Allah SWT”. “Keyakinan kita berobat dirumah sakit hanya sebagai usaha tapi kita harus yakin yang menyembuhkan yang diatas Allah SWT jadi itu hanya sebagai jalan aja. Kita sebagai perawat harus bisa meyakinkan”.
4
“Spiritual itu nilai-nilai religius atau nilai-nilai keagamaan itu saja mungkin maksudnya setelah kita berkeyakinan kepada Allah swt kita dapat berperilaku dengan baik sesuai dengan nilai-nilai keagamaan kita anut”. “Spiritual itu sendiri setiap orang mempunyai faktor internal dan faktor eksternal, faktor internal tentunya bagaimana dia menghayati atau mempelajari agamanya sehingga dia dapat mengaplikasikasikan atau menerapkan nilai-nilai keagamaannya tersebut dalam seluruh situasi kondisi bagaimana dia hidup baik dalam keadaan sehat maupun sakit. Kalau faktor eksternalnya mungkin bisa karna apakah dari bagaimana kita dikeluarga dilahirkan dilingkungan yang religius atau yang mempunyai nilai keagamaan yang tinggi tentuknya kita sebagai anaknya atau keturunannya /keluarganya akan terpengaruhi kemudian dilingkungan bagaimana lingkungan kita lingkungan yang mendukung untuk bagaimana menciptakan ukhuwah islamiah atau keagamaan sehingga akan berbeda dengan lingkungan yang lain yang memang yang jauh dari nilainilai keagamaaan mungkin yang dapat yang mempengaruhi spiritual”. “Spiritual itu penting artinya ketika kita sakit ketika diberikan musibah mungkin kita berfikir hal-hal yang lain dan kita tidak berfikir bahwa Allah sedang menguji kita atau memberikan musibah untuk kita lebih baik lagi”.
5
“Spirtual apa ya spiritual menyangkut kedalam keagamaan/keyakinan seseorang yaitu Keyakinan kepada yang satu yaitu Allah SWT”. “Ia spiritual itu penting, karna saya sebagai manusia harus selalu beribadah harus mempunyai keyakinan bahwa kita itu bukan apa-apa disini hanya sementara yang berkuasa hanyalah Allah SWT gitu”.
TEMA
Keyakinan Beragama
JKA | Volume 3 | Nomor 1 | Juni 2016
100
Jurnal Keperawatan ‘Aisyiyah
INFORMAN
PERNYATAAN KATA KUNCI
TEMA
1
“Minimal yang paling mendasar kita mengingatkan waktunya shalat”. “Pasien yang dirawat yang kita arahkan shalat yang 5 waktu”. “Dirumah sakit tentang praktek atau tata cara ibadah mulai dari thoharoh atau bersuci sampai praktik shalatnya”. “Perawat itu lebih engeh lagi ternyata bukan hanya mengingatkan shalat juga atau ibadah lainnya”.
2
“Bagaimana pasien beribadah dalam keadaan sakit bagaimana pasien memikirkan dirinya. kita harus membangun spiritualnya juga kebutuhan dasar ketika sakit dapat melakukan shalat melakukan whudunya”. “Perawat harus bisa memberikan bentuk contoh yang menjadi lebih baik lagi kedepannya artinya perawat juga sebagai pendidik jadi harus memberikan contohnya cara bersuci, shalat, berdoa dan berdzikir”.
3
“Di Rumah sakit misalnya kebutuhan tentang ibadah seperti shalat, bersuci dan dalam hal doa”. “Dengan obat adalah perantara yang maha menyembuhkan tetep Allah SWT, Praktek Ibadah dengan meyakinkan bahwa dengan berdoa dengan kita beribadah lebih mempercepat penyembuhan”. “Pernah mengikuti, seingat saya yang paling saya ingat cara kita mengajarkan bersuci dengan dengan air tayamum, tentang shalat”. “Perawat membantu membimbing pasien kita ajarkan tentang tayamum setelah dijelaskan langsung dipraktekkan”.
4
“Yang memang sering dilakukan atau wajib dilakukan bagaimana membimbing shalat ketika pasien tersebut dirawat kemudian whudu ataupun tayamum kemudian bagaimana kita mendoakan pasien “. “Sebelum tindakan saya mengucapkan basmalah “. “Memberikan talkin pada saat sakaratul maut bagaimana keluarga berperan aktif”.
5
“Pelatihan ini semacam sering yaitu tentang cara tayamum”. “Sudah seperti Mengingatkan solat, mendoakan pasien”.
INFORMAN
PERNYATAAN KATA KUNCI
TEMA
2
“Pada dasarnya orang sakit itu istilahnya psikologisnya pengen ada perhatian bimbingan sejauh ini kesulitan-kesulitan yang mungkin respon dari pasiennya itu mungkin kurang”. “Untuk format pengkajian ada sih tapi ga begitu lengkap”.
3
“Masalah pengkajian baru secara umum secara khusus belum ada mungkin yang sekarang baru kita kaji masalah ibadahnya maksudnya berdoa masih perlu dibimbing cuma seperti itu aja untuk secara khusus belum ada dilapangan”.
Hambatan dalam Pelaksanaan Asuhan Keperawatan Spiritual Muslim
4
“Hambatan yang saya rasakan perawat saat memberikan asuhan keperawatan spiritual muslim adalah keterbatasan ilmu dan format khusus belum ada dikita”.
1
“Untuk membimbing praktik ibadah ada kekhawatiran bahwa kita masih kurang ilmu atau kurang paham yang pertama, yang kedua terkadang kita mengedepankan atau menyarankan untuk selalu didampingi atau dibimbing oleh kan dikita pembina rohani. Itu yang menjadi faktor utama sebenarnya adalah kesiapan dari kita sendiri kita kurang pede kalo dibilang seperti itu”. “Secara dokumentasi atau aspek legalnya dikami di RSMB sudah ada tapi format khusus untuk pencatatan spiritual belum masih bergabung dengan rencana implementasi keperawatan yang sifatnya umum”.
JKA | Volume 3 | Nomor 1 | Juni 2016
101
Persepsi Perawat dalam Pelaksanaan Asuhan Keperawatan Spiritual Muslim di RS Muhammadiyah Bandung
INFORMAN
PERNYATAAN KATA KUNCI
5
“Karna belum ada standarnya yang harus ditulis jadi kita ga tau apa yang harus diberikan kepada pasien jadi untuk sementara ya dilakukan adalah sebagai sesama muslim saja saling memngingatkan saja”.
INFORMAN
PERNYATAAN KATA KUNCI
1
“Lebih banyak memberikan support misalnya tadi kaitannya yakinkan berikan keyakinan kepada pasien itu bahwa dengan sakit itu dapat menjadi penebus dosa ya gitu”. “Memberikan support jadi pasien itu jangan banyak mengeluh harus menjadi instropeksi diri bahwa ini adalah salah satu kesempatan ujian dan itu kesempatan untuk menginstropeksi diri lebih dekat kepada Allah SWT”.
2
-.
3
“Memberikan dukungan, kita yakinkan bahwa sakit dan sembuh itu dari Allah SWT, nah yang memberikan rasa sakit itu mungkin dari Allah sebagai cobaan untuk manusia yah kita pun harus yakin bahwa Allah yang maha menyembuhkannya dengan cara komunikasi yang baik”.
4
“Bagaimana memberikan support kepada pasien tersebut sehingga pasien dapat menjalani perawatan dengan penuh kepasrahan/penuh harapan untuk mendapatkan kesembuhan”. “Support kita atau dorongan kita dan petunjuk kita untuk membimbing pasien tersebut sehingga pasien tersebut diharapkan ketika meninggal itu dalam keadaan khusnul khotimah”.
5
-.
Deskripsi Hasil Penelitian
Dari hasil penelitian kepada lima informan, didapatkan empat (4) tema yang muncul, yaitu: Keyakinan beragama, Praktek ibadah, Hambatan dalam pelaksanaan asuhan keperawatan spiritual muslim, Dukungan terhadap pasien. a. Keyakinan beragama
Persepsi perawat memberikan suatu makna pada lingkungan menyatakan keyakinan dalam hubungan dengan yang maha kuasa dan maha pencipta sebagai contoh seseorang percaya kepada Allah sebagai pencipta atau sebagai maha kuasa (Hawari, 2002). Dari hasil penelitian, persepsi lima informan ini sama dalam menyatakan spiritual merupakan keyakinan beragama
TEMA
Hambatan dalam Pelaksanaan Asuhan Keperawatan Spiritual Muslim TEMA
Dukungan terhadap Pasien
Islam yakni keyakinan beragama kepada Allah SWT.
b. Praktek ibadah
Aspek Kajian Askep Spiritual Muslim terdiri dari ibadah pokok meliputi thoharoh (istinja, whudu, tayamum), shalat wajib dan ibadah tambahannya seperti berdoa dan lai-lain. Dari hasil penelitian, satu dari lima informan menyatakan praktek ibadah atau tata cara ibadah yang sering dipraktekan kepasien di RSMB, seiring telah dilakukan bimbingan spiritual perawat di RSMB dan pengetahuan tiap informan sehingga informan dapat mempersepsikan dalam pelaksanaan spiritual muslim ke pasien. Informan menyebutkan praktek ibadah yang dilakukan kepasien seperti dua informan mengingatkan JKA | Volume 3 | Nomor 1 | Juni 2016
102
Jurnal Keperawatan ‘Aisyiyah
shalat, lima informan menyebutkan membimbing shalat, 5 informan membimbing thoharoh (whudhu dan tayamum), 3 informan menyatakan mendoakan pasien, 1 informan mengingatkan dzikir bahkan 1 informan memberikan talkin pada saat sakaratul maut.
c. Hambatan dalam pelaksanaan keperawatan spiritual muslim
asuhan
Proses asuhan keperawatan spiritual muslim merupakan suatu pelayanan asuhan keperawatan kepada pasien dalam upaya memenuhi kebutuhan dasar spiritual secara komprehensif. Dari hasil penelitian, satu dari lima informan menyatakan hambatan dalam pelaksanaan asuhan keperawatan spiritual muslim di RSMB. Hasil yang diungkapkan tiap informan menyatakan bahwa hambatan dalam pelaksanaan asuhan keperawatan spiritual muslim di RSMB yakni 2 informan menyatakan kurang ilmu/kurang paham, 2 informan tetang kemampuan komunikasi perawat dan belum adanya format khusus asuhan keperawatan spiritual muslim di RSMB.
d. Dukungan terhadap pasien
Dari hasil penelitian, empat informan menyatakan Dukungan terhadap pasien. Hasil yang diungkapkan tiap informan menyatakan 3 informan menyatakan support atau dukungan terhadap pasien bahwa dengan sakit itu sebagai penebus dosa dan Allah SWT yang maha menyembuhkan dengan penuh kepasrahan/ harapan mendapatkan kesembuhan dan dapat membimbing pasien saat sakaratul maut diharapkan meninggal dalam keadaan khusnul khotimah.
PEMBAHASAN
Pada bagian ini menjelaskan mengenai interpretasi hasil penelitian berdasarkan tema yang diperoleh. Interpretasi hasil penelitian JKA | Volume 3 | Nomor 1 | Juni 2016
dilakukan dengan membandingkan berbagai temuan hasil penelitian ini dengan hasil-hasil penelitian sebelumnya, juga berbagai konsep dan teori yang berkaitan dengan hasil penelitian. Pembahasan pada penelitian ini akan berfokus pada persepsi perawat dalam pelaksanaan asuhan keperawatan spiritual muslim di RSMB, yang kemudian menghasilkan empat buah tema yang dimunculkan selama penelitian berlangsung yakni keyakinan beragama, praktek ibadah dan hambatan pelaksanaan asuhan keperawatan spiritual muslim di RSMB dan dukungan terhadap pasien. 1. Keyakinan beragama
Spiritual memiliki konsep yang lebih umum mengenai keyakinan seseorang terlepas dari prosesi ibadah yang dilakukan sesuai dengan keyakinan dan kepercayaan tersebut (Hawari, 2002). Spiritual care adalah pelayanan sejati yang tumbuh dari jiwa yang sudah memaknai arti kehidupan (Covey, Stepen R, 2005). Dari spiritual respon yang muncul adalah suatu keyakinan beragama Islam yang diyakini terhadap Allah SWT sehingga tercipta hubungan terhadap sang penciptaNya. Kebutuhan spiritual adalah kebutuhan untuk mempertahankan atau mengembalikan keyakinan dan memenuhi kewajiban agama. Menurut Dr. Howard Clinebel dikutif Prof. Dr. Dr. Dadang Hawari ada sepuluh kebutuhan dasar spiritual manusia yakni Makna hidup/ tujuan hidup, komitmen dalam beribadah, bebas rasa berdosa, penerimaan diri dan harga diri, rasa aman, dicapainya derajat dan martabat yang makin tinggi dan hidup sebagai pribadi utuh, terpeliharanya interaksi dengan alam dan sesama manusia, kehidupan masyarakat yang penuh dengan nilai-nilai religius.
Persepsi Perawat dalam Pelaksanaan Asuhan Keperawatan Spiritual Muslim di RS Muhammadiyah Bandung
Organisasi kesehatan WHO telah menetapkan unsur spiritual sebagai salah satu dari empat unsur kesehatan. Keempat unsur yang itu adalah sehat fisik, psikis, sosial dan spiritual dalam penelitiannya sebagai termuat dalam Religious Commitment and Health menyatakan bahwa komitmen agama amat penting dalam pencegahan agar seseorang tidak mudah jatuh sakit, meningkatkan kemampuan mengatasi penderitaan saat sakit, serta mempercepat penyembuhan selain terapi medis yang diberikan (Hawari, 2011). Hasil penelitian sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa 5 informan yakni perawat yang merawat pasien diruang rawat inap di Rumah Sakit Muhammadiyah Bandung menyebutkan keyakinan beragama Islam yakni percaya kepada Allah SWT.
2. Praktek Ibadah
Praktek ibadah merupakan aspek kajian askep spiritual muslim terdiri dari ibadah pokok meliputi thoharoh (istinja, whudu, tayamum), shalat wajib dan ibadah tambahan meliputi doa/dzikir, baca al-quran. Diperkuat dengan konsep bahwa :
Melaksanakan thoharoh adalah tekhnik menghilangkan berbagai najis terutama yang termasuk pada kategori najis hakiki (al-khobats) yaitu najis yang berwujud konkrit secara fisik seperti tinja, air kencing,darah, nanah, muntah dan lain-lain. Dasar perintah whudu adalah al-quran surah al-Maidah ayat 6 artinya :“Hai orang-orang beriman apabila kamu hendak melaksanakan shalat maka basuhlah mukamu dan kedua tanganmu sampai siku, sapulah kepalamu dan basuhlah kakimu sampai kedua mata kaki”. Dasar tayamum adalah Al-Quran surat Almaidah (5):6 Artinya : “ Dan apabila kamu sakit atau dalam perjalanan atay kembali dari
103
tempat buang air atau menyentuh perempuan lalu kamu tidak mendapatkan air, maka bertayamumlah dengan tanah yang baik dan bersih, sapulah mukamu dan kedua tanganmu dengan tangan itu.” Kata shalat dengan berbagai bentuknya didalam al-Qur’an terdapat lebih kurang dalam 90 ayat. Dalam sebuah hadist dinyatakan bahwa : “shalat adalah tiang agama”, Kelima waktu shalat diatas diperintahkan Rasulullah SWT berdasarkan firman Allah dalam Quran surah al-isra; ayat 78 :
Artinya : “Dirikannlah shalat dari sesudah matahari tergelincir sampai gelap malam dan shalat shubuh, sesungguhnya shalat shubuh itu disaksikan (malaikat)”. Tata cara ibadah mempunyai keringanan (rukhsoh) untuk tidak membebani hambanya dengan berbagai hal memberatkannya. Dalam salah satu hadist riwayat Imam Bukhari disebutkan: Artinya : “ Shalatlah engkau dengan berdiri, kalau engkau tidak mampu maka duduklah, dan (kalau engkau) tidak mampu (untuk duduk) maka shalatlah dengan berbaring”. pasien mengalami kesulitan dalam melaksanakan shalat lima waktu seperti biasa, maka agama memberikan keringanan pelaksanaannya dengan tiga cara yaitu : (1) menjama’; (2) mengqashar; (3) menjama’ sekaligus mengqashar. Ketentuan ini didasarkan kepada salah satu hadist riwayat Imam Bukhari dan Atha yang menyebutkan bahwa seseorang yang sakit boleh menjama’ shalat antara magrib dan Isya karena hal tersebut merupakan keringanan dari Allah SWT.
Menurut guru besar ilmu penyakit pada fakultas kedokteran Universitas Indonesia yaitu Prof. Dr. H. Aulia yang dikutif dari kitab Zadu’ul Ma’ad oleh majelis pertimbangan dan kesehatan RI dalam buku fatwanya adalah menjadi pokok utama dalam pengobatan JKA | Volume 3 | Nomor 1 | Juni 2016
104
Jurnal Keperawatan ‘Aisyiyah
manusia diantara obat-obat yang paling baik untuk penyakit adalah berbuat amal kebajikan berzikir, berdoa serta memohon mendekatkan diri kepada Allah SWT dan bertaubat (Yosep, 2009).
Dzikir dan bacaan dalam shalat membuat hati seseorang menjadi tenang, keadaan tenang dan rileks mempengaruhi kerja system saraf endokrin. Dengan membaca doa dan dzikir orang akan menyerahkan segalanya permasalahan yang dihadapinya kepada yang maha penolong, selanjutnya seseorang akan menjadi tenang hatinya sehingga sekresi hormon cortisol akan terkontrol sesuai dengan kebutuhan. Hasil riset Hawari menyimpulkan bahwa keadaan psikologis yang tenang serta motivasi hidup yang tinggi memiliki kontribusi sampai 50 % untuk mendukung kesembuhan pasien (Yosep, 2011). Hasil Penelitian ini dikuatkan informan dengan teori menyatakan bahwa praktek ibadah yang dilakukan kepada pasien seperti dua informan mengingatkan shalat, lima informan menyebutkan membimbing shalat, 5 informan membimbing thoharoh (whudhu dan tayamum), 3 informan menyatakan mendoakan pasien, 1 informan mengingatkan dzikir bahkan 1 informan memberikan talkin pada saat sakaratul maut.
3. Hambatan pelaksanaan asuhan keperawatan spiritual muslim di RSMB.
Pada tema ini muncul sub tema antara lain kurang ilmu atau kurang paham, kemampuan komunikasi perawat dan belum adanya format khusus ASKEP spiritual muslim di RSMB.
Hasil penelitian sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa hambatan JKA | Volume 3 | Nomor 1 | Juni 2016
dalam pelaksanaan asuhan keperawatan spiritual muslim di RSMB yakni 2 orang informan menyebutkan kurang ilmu, 2 orang informan menyebutkan kemampuan komunikasi perawat dan 5 orang informan menyebutkan belum adanya format khusus asuhan keperawatan spiritual muslim di Rumah Sakit Muhammadiyah Bandung. Format ini diperlukan sebagai dasar untuk mendokumentasikan proses keperawatan spiritual pasien.
4. Dukungan Terhadap Pasien
Keyakinan spiritual salah satunya sumber dukungan yakni saat cemas, individu akan mencari dukungan dari keyakinan agamanya. Sumber kekuatan sangat diperlukan untuk dapat menerima keadaan sakitnya khususnya jika penyakit tersebut membutuhkan waktu penyembuhan yang lama. Stimulus sensori yang menyenangkan menyebabkan pelepasan endokrin yang bisa menghambat stimulus cemas yang mengakibatkan lebih sedikit stimuli cemas yang ditransmisikan ke otak (Hawari, 2011).
Peran perawat dalam membantu memenuhi kebutuhan spiritual pasien baik dalam mengusahakan kemudahan mendatangkan pemuka agama sesuai dengan agama yang diyakini oleh pasien memberi dorongan dengan berdoa dan memberi kelonggaran bagi pasien untuk berinteraksi dengan orang lain (keluarga, teman dan sebagainya) (Ambarwati dan Nasution, 2012).
SIMPULAN DAN SARAN
Tema yang muncul dalam penelitian tentang persepsi perawat tentang pelaksanaan asuhan keperawatan spiritual muslim di RSMB, adalah sebagai berikut : 1. Keyakinan beragama, Keyakinan yang muncul
Persepsi Perawat dalam Pelaksanaan Asuhan Keperawatan Spiritual Muslim di RS Muhammadiyah Bandung
pada tiap informan yakni keyakinan kepada Allah SWT adalah agama Islam.
2. Praktek ibadah, Bimbingan Praktek ibadah berupa mengingatkan sholat, membimbing shalat, thoharoh (whudhu dan tayamum), doa, dzikir bahkan memberikan talkin pada saat pasien sakaratul maut. 3. Hambatan dalam pelaksanaan asuhan keperawatan spiritual muslim di RSMB. Hambatan dalam pelaksanaan asuhan keperawatan spiritual muslim di RSMB yang muncul yakni kurang ilmu atau kurang paham, kemampuan komunikasi perawat dan belum adanya format khusus asuhan keperawatan spiritual muslim di RSMB.
4. Dukungan terhadap pasien. Dukungan terhadap pasien yakni dengan sakit itu sebagai penebus dosa dan Allah SWT yang maha menyembuhkan dengan penuh kepasrahan/ harapan mendapatkan kesembuhan dan dapat membimbing pasien saat sakaratul mauut diharapkan meninggal dalam keadaan khusnul khotimah. Berdasarkan hasil penelitian tentang persepsi perawat dalam pelaksanaan asuhan keperawatan spiritual muslim di RSMB, peneliti mengajukan saran sebagai berikut : 1. Bagi perawat
a. Perawat menggunakan perannya sebagai konselor/ pendidik dengan memberikan pemahaman serta bimbingan spiritual kepada pasien dalam pelaksanaan asuhan keperawatan spiritual muslim di RSMB.
b. Perawat dapat mengidentifikasi masalah yang timbul ditiap kesulitan pasien dalam beribadah sehingga pasien dalapat melaksanakan ibadah selama dirawat diRSMB. c. Perawat dapat memberikan dukungan kepada
105
pasien yang mengalami kesulitan dalam beribadah.
2. Bagi Rumah Sakit Muhammadiyah Bandung
Berdasarkan penelitian ini, pihak Rumah Sakit menyediakan format asuhan keperawatan spiritual muslim di RSMB dan pelatihan kemampuan konseling dalam asuhan keperawatan spiritual muslim bagi pasien.
3. Bagi peneliti selanjutnya
Hasil penelitian ini dapat dijadikan penelitian yang lebih terfokus pada peningkatan asuhan keperawatan spiritual muslim di RSMB seperti meneliti hubungan antara persepsi perawat dengan pelaksanaan asuhan keperawatan spiritual muslim di Rumah Sakit dan sebagai intervensi yang dapat mengurangi hambatan berupa pelaksanaan pelatihan asuhan keperawatan spiritual muslim.
DAFTAR PUSTAKA
Bimo Walgito.(2004). Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta : Andi Offset
Makhija (2002). Spiritual nursing. Nursing journal of India. (June, 2002). Diambil pada tanggal 10 Februari 2008 dari http://findarticles. com/p/articles/mi_qa4036/is_ 200206/ ai_n9120374. Taylor, Lilis & LeMone. (1997). Fundamentals of nursing: The art and science of nursing care
Craven R. (2000). Fundemental Of Nursing;Human Health And Fungtion. Lippincot. Slameto. (2010). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta : PT. Rineka Cipta Siagian.
(2012).
Managemen
Sumber
Daya
JKA | Volume 3 | Nomor 1 | Juni 2016
106
Jurnal Keperawatan ‘Aisyiyah
Manusia. Jakarta : Bumi Aksara
Sugiono. (2009). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta Hamid. 2011. Metode Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung: CV Alfabeta
Stephen P. Robbins, Timothy A. Judge. (2009). Perilaku Organisasi edisi 12. Jakarta : Salemba Empat Potter, P. A. Perry, A. G. (2009). Fundamental Keperawatan, Salemba medika: Jakarta
Hawari, (2011). Manajemen stress cemas depresi. Fakultas kedokteran Universitas Indonesia : Jakarta Ambarwati. (2012). Buku Pintar Asuhan Keperawatan JIwa. Yogyakarta: Cakra Wala ILmu.
Inggriane P D. 2009. Aplikasi Asuhan Keperawatan Spiritual Muslim Di R Firdaus III RS ALISLAM. Bandung
Work Shop Kajian Fiqh_StiKes ‘Aisyiyah dan Rumah Sakit Muhammadiyah, (2013) Standar Operasional (SOP). Bandung
JKA | Volume 3 | Nomor 1 | Juni 2016
Dewi. dkk. 2008. Buku Modul AKSM. Bandung: STIKes ‘Aisyiyah Modul Praktek Ibadah. STIKes ‘Aisyiyah. 2008
Prof. Drs. A. Chaedar alwasilah. (2012). Bahasa dan Pendidikan. PT Remaja Prosda karya: Bandung Arikunto, (2005). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik Edisi V. Jakarta: Rineka Cipta.
Sugiono. (2009). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta Yosep, (2011). Keperawatan Jiwa. Rafika Aditama. Bandung
Tarwoto dan Wartonah, (2011). Kebutuhan Dasar Manusia Dan Proses Keperawatan. Edisi 4. Salemba Medika RS Muhammadiyah Bandung. (2015). Profil RS. Bandung
Ahmad dan Tim kelompok kerja Buku Dakwah RS M/A.2013. Buku Pendamping Panduan Dakwah Rumah Sakit Muhammadiyah/ Aisyiyah Bandung. Yogyakarta: Gama Surya