PERSEPSI PERAWAT PELAKSANA TENTANG FUNGSI KEPEMIMPINAN KEPALA RUANGAN TERHADAP PELAKSANAAN ASUHAN KEPERAWATAN DI RUMKIT BWT SEMARANG
Manuscript
Oleh : Agus Hariyanto NIM : G2A211002
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMADIYAH SEMARANG 2013
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Manuscript dengan judul
Persepsi Perawat Pelaksana tentang fungsi Kepemimpinan Kepala Ruangan terhadap Pelaksanaan Asuhan Keperawata di Rumkit BWT Semarang
Telah diperiksa dan disetujui untuk di publikasikan Semarang, 18 Oktober 2013
Pembimbing I
Dr. Tri Hartiti, SKM, M.Kep
Pembimbing II
Amin Samiasih, S.Kp, M.si, Med
Persepsi perawat pelaksana tentang fungsi kepemimpinan kepala ruangan di Rumkit BWT Semarang Agus Hariyanto Mahasiswa Program Studi S1 Keperawatan Fikkes UNIMUS,
[email protected]
Abstrak Proses manajemen dibagi lima tahap yaitu planning, organizing, staffing, directing, controling yang merupakan satu siklus yang saling berkaitan satu sama lain, yang juga merupakan fungsi manajerial yang harus dijalankan oleh kepala ruangan. Persepsi merupakan suatu proses kognitif yang dipengaruhi oleh pengalaman, cakrawala, dan pengetahuan individu. Dalam penelitian ini yang menjadi pelaku persepsi adalah perawat pelaksana, sasaran/objek persepsi adalah Fungsi kepemimpinan kepala ruang dan situasi persepsi yang dilihat dalam hal ini adalah kemampuan kepala ruang yang dirasakan oleh perawat pelaksana dalam suatu interaksi kerja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana persepsi perawat pelaksana tentang fungsi kepemimpinan kepala ruangan di Rumkit BWT Semarang pada tahun 2013. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain penelitian deskriptif dengan menyajikan fenomena apa adanya tanpa manipulasi dan peneliti tidak mencoba menganalisis bagemana dan mengapa fenomena tersebut bisa terjadi. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 60 orang. Untuk memperoleh informasi dari responden, peneliti menggunakan alat pengumpul data berupa kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Persepsi tentang fungsi perencanaan sebanyak 36 orang (60,2%) dikategorikan baik sedang yang sebanyak 24 orang (39,7%) dikategorikan kurang baik. Persepsi tentang fungsi pengorganisasian kepala ruang sebanyak 33 orang (54,3%) dikategorikan baik sedang sebanyak 27 orang (45,3%) dikategorikan kurang baik. Persepsi tentang fungsi pengarahan kepala ruang sebanyak 34 orang (55,8%) dikategorikan baik sedang sebanyak 26 orang (44,2%) dikategorikan kurang baik. Perseps tentang fungsi pengawasan kepala ruang sebanyak 40 orang (66,0%) dikategorikan baik sedang sebanyak 20 orang (34,0%) dikategorikan kurang baik. Persepsi tentang fungsi pengendalian kepala ruang sebanyak 37 orang (61,5%) dikategorikan baik sedang sebanyak 23 orang (38,5%) dikategorikan kurang baik. Sehingga kesimpulan dari penelitian ini adalah Persepsi perawat pelaksana tentang fungsi kepemimpinan kepala ruang di Rumkit BWT Semarang tahun 2013 yaitu dikategorikan baik. Kata kunci : persepsi terhadap kepemimpinan , sikap dan tingkah laku individu
Abstract Management process is divided five stages, namely planning, organizing, staffing, directing , control, which is a cycle of inter-related to each other , which is also a managerial function that should be run by the head of the room. Perception is a cognitive process that is influenced by experience , the horizon , and individual knowledge . In this study, the perception of the perpetrators are nurses , target / object of perception is a function of leadership and the perception of the situation is seen in this case is the ability of the head space perceived by nurses working in an interaction . This study aims to determine the extent to which perceptions of nurses about leadership function room in Rumkit BWT Semarang in 2013 . This research was conducted using a descriptive research design with phenomena present is without manipulation and the researchers did not try to analyze bagemana and why this phenomenon occurs . The number of samples in this study were 60 people . To obtain information from respondents , researchers used data collection tool in the form of a questionnaire. The results showed that the perception of the function of planning as many as 36 people ( 60.2 % ) were categorized as either a total of 24 people ( 39.7 % ) poorly categorized . Perceptions about the organizing function space chief as many as 33 people ( 54.3 % ) were categorized as many as 27 people ( 45.3 % ) poorly categorized . Perceptions about the function of the direction of head space 34 individuals ( 55.8 % ) were categorized as many as 26 people ( 44.2 % ) poorly categorized . Perseps about head space monitoring function by 40 people ( 66.0 % ) were categorized as many as 20 people ( 34.0 % ) poorly categorized . Perceptions about the function of head space control as many as 37 people ( 61.5 % ) were categorized as many as 23 people ( 38.5 % ) poorly categorized . So that the conclusions of this study are nurses perceptions about leadership function space in Semarang in 2013 Rumkit BWT is well categorized . Keywords : leadership perceptions , attitudes and behavior of individuals PENDAHULUAN Mutu pelayanan keperawatan sangat tergantung dari perawat pelaksana, dimana perawat pelaksana langsung kontak dengan pasien dalam menyelenggarakan pelayanan asuhan keperawatan. Untuk memepertahankan dan menjaga agar volume dan beban kerja tetap terarah pada tujuan yaitu menyelenggarakan mutu pelayanan keperawatan yang baik, maka diperlukan seorang manajer atau pimpinan dalam suatu organisasi keperawatan. Karu adalah seorang tenaga perawat profesional yang diberi tanggung jawab dan wewenang dalam mengelola kegiatan pelayanan keperawatan disuatu ruang perawatan. . Karu mempunyai fungsi utama manajemen yaitu: Perencanaan (P1), Penggerakan, Pelaksanaan (P2), dan Pengendalian, Penilaian, Pengawasan (P3). (Arwani dan Supriyatno, 2006) Pelayanan rawat inap di Rumkit BWT Semarang merupakan salah satu jenis pelayanan yang sangat kompleks dan dapat memberikan kontribusi yang paling besar dari pelayanan kesehatan secara keseluruhan, serta tidak lepas dari potensi sumber daya keperawatan dapat
menentukan mutu pelayanan yang dihasilkan, disamping sumber daya yang lain. Peran perawat sangat penting karena sebagai ujung tombak di pelayanan Rawat Inap dan merupakan tenaga yang paling lama kontak atau berhubungan dengan pasien selama 24 jam. Untuk mewujutkan tujuan tersebut diperlukan seorang pimpinan/kepala ruang yang mampu melakukan pembinaan yang sungguh-sungguh terhadap anak buahnya agar komitmen organisasi tercapai. Pada laporan indikator parameter perumasakitan tahun 2012 untuk Rumkit-Rumkit dijajaran Kesdam IV/Diponegoro yang setingkat, terdapat beberapa data indikator parameter perumasakitan yang hasilnya berbeda, sehingga Rumkit BWT dari data BOR menunjukkan kurangnya pemanfaatan fasilitas perawatan rumah sakit. Sedangkan BTO yang di peroleh dapat diinterprestasikan kurang efisiensinya penggunaan tempat tidur di rumah sakit BWT Semarang. ALOS yang diperoleh dapat diinterperstasikan masih idial dalam efisiensi pelayanan dan mutu pelayanan rumah sakit. Sedangkan TOI Rumkit BWT masih dalam batas idial. Dari beberapa data yang diperoleh dan informasi yang di dapat di Rumkit BWT, maka peneliti tertarik dan ingin mengetahui lebih jauh bagaimana perawat
pelaksana apakah
mengerti apa yang dilakukan oleh kepala ruangannya, dimana sesuai dengan fungi sebagai manejer di ruangannya. Untuk itu penulis ingin mengetahui persepsi perawat pelaksana tentang fungsi kepemimpinan kepala ruang di Rumkit BWT Semarang METODE Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan menyajikan fenomena apa adanya tanpa manipulasi dan peneliti tidak mencoba menganalisis bagemana dan mengapa fenomena tersebut bisa terjadi. Peneliti akan menilai secara simultan pada satu saat. Sebagai unit analisis akan dilakukan kepada responden yaitu perawat pelaksana di Rumkit BWT Semarang dengan pengukuran melalui kuesioner, persepsi perawat pelaksana tentang fungsi kepemimpinan
kepala ruangan. Dalam penelitian
ini penulis menggunakan instrument
penelitian sebagai alat untuk mengumpulkan data dengan mengunakan jenis instrumen yang terdiri dari daftar isian karakteristik demografi perawat, digunakan untuk mengetahui identitas pribadi karakteristik responden dan daftar pernyataan persepsi perawat pelaksana tentang fungsi kepemimpinan kepala ruang yang terdiri dari 34 pernyataan dan terbagi menjadi 5 kelompok yaitu fungsi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengawasan dan pengendalian.
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi
responden tentang fungsi perencanaan
kepemimpinan kepala ruangan rata-rata 25,77, median 26,0, modus 26, standar deviasi 3,89 sedangkan nilai terendah adalah 16 dan teringgi 34. Setelah dikategorikan didapatkan persepsi perawat pelaksana tentang fungsi perencanaan kepemimpinan kepala ruang di Rumkit BWT Semarang sebanyak 36 orang dikategorikan baik (60,2 %) dan sebanyak 24 orang dikategorikan kurang baik (39,7 %). fungsi pengorganisasian kepemimpinan kepala ruangan rata-rata 31,28, median 32,0, modus 30, standar deviasi 4,88, sedangkan nilai terendah adalah 22 dan teringgi adalah 41. Setelah dikategorikan didapatkan
persepsi perawat pelaksana tentang fungsi pengorganisasian
kepemimpinan kepala ruang di Rumkit BWT Semarang sebanyak 33 orang dikategorikan baik (54,7 %) dan sebanyak 27 orang dikategorikan kurang baik (45,3 %). fungsi pengarahan kepemimpinan kepala ruangan rata-rata 22,47, median 22,0, modus 22, standar deviasi
7,19
sedangkan nilai terendah adalah 13
dikategorikan didapatkan
dan teringgi 72.
Setelah
persepsi perawat pelaksana tentang fungsi pengarahan
kepemimpinan kepala ruang di Rumkit BWT Semarang sebanyak 34 orang dikategorikan baik (55,8 %) dan sebanyak 26 orang dikategorikan kurang baik (44,2 %). Pada tabel 4.5
menunjukkan bahwa persepsi
responden tentang fungsi pengawasa
kepemimpinan kepala ruangan rata-rata 33,28, median 34,0, modus 34, standar deviasi 4,47 sedangkan nilai terendah adalah 23 dan teringgi 41. Setelah dikategorikan didapatkan persepsi perawat pelaksana tentang fungsi pengawasan
kepemimpinan kepala ruang di
Rumkit BWT Semarang sebanyak 40 orang dikategorikan baik (66,0 %) dan sebanyak 20 orang dikategorikan kurang baik (34,0 %). Pada tabel 4.8 menunjukkan bahwa persepsi
responden tentang fungsi pengendalian
kepemimpinan kepala ruangan rata-rata 29,1, median 29,5, modus 30, standar deviasi 4,44 sedangkan nilai terendah adalah 20
dan teringgi 40. Setelah dikategorikan didapatkan
persepsi perawat pelaksana tentang fungsi pengarahan
kepemimpinan kepala ruang di
Rumkit BWT Semarang sebanyak 37 orang dikategorikan baik (61,5%) dan sebanyak 23 orang dikategorikan kurang baik (38,5 %).
Agar pelayanan keperawatan dapat tercapai sesuai tujuan maka diperlukan seorang kepala ruangan yang mampu memimpin dan dapat menjalankan manajemen asuhan keperawatan, hal ini tentunya perawat pelaksana adalah merupakan anggota dari kepala ruangan. Untuk itu perawat pelaksanan harus mampu mempersepsikan sesuatu terhadap kepemimpinan kepala ruangannya. Namun perlu diingat nilai subjektivitas seseorang sangat dominan dalam mempersepsikan sesuatu, sehingga seringkali pendapat-pendapat tentang persepsi orang lain adalah salah, ini bisa disebabkan oleh asumsi yang tidak lengkap. Pengetahuan dan ketrampilan kepala ruang dalam melaksanakan fungsi manajer Gillies (1994) adalah merupakan rangkaian kegiatan input, proses dan output.
menurut Marquis &
Huston (2000) menyatakan proses manajemen dibagi lima tahap yaitu planning, organizing, staffing, directing, controling yang merupakan satu siklus yang saling berkaitan satu sama lain. Hasil penelitian menunjukkan persepsi perawat pelaksana tentang fungsi perencanaan kepala ruang sebagian besar setuju ada perencanaan kepala ruang, ada sebagian ragu-ragu dan sebagian kecil yang kurang setuju. Akan tetapi setelah dikategorikan didapatkan persepsi perawat pelaksana tentang fungsi perencanaan kepemimpinan kepala ruang di Rumkit BWT Semarang sebanyak 36 orang dikategorikan baik (60,2 %)
dan sebanyak 24 orang
dikategorikan kurang baik (39,7 %). Kemampuan manajerial dalam fungsi pengorganisasian diharapkan dapat membantu perawat pelaksana untuk melaksanakan manajemen asuhan keperawatan kepada klien dengan benar dan baik. Menurut Kron (1981) tentang perencanaan dan pengorganisasian adalah Pekerjaan dalam suatu ruangan hendaknya direncakan dan diorganisasikan. Semua kegiatan dikoordinasikan sehingga dapat dikerjakan pada waktu yang tepat dan dengan cara yang benar. Sebagai seorang kepala ruangan perlu membuat suatu perencanaan kegiatan di ruangan. Pengorganisasian merupakan keseluruhan pengelompokan orang-orang, alat-alat, tugas-tugas, kewenangan dan tanggung jawab sehingga tercipta suatu organisasi yang dapat digerakkan sebagai suatu kesatuan dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Prinsip-prinsip pengorganisasian adalah pembagian kerja, kesatauan komando, rentang kendali, pendelegasian, koordinasi.
Hasil penelitian menunjukkan persepsi perawat pelaksana tentang fungsi pengorganisasian kepala ruang setelah dikategorikan didapatkan persepsi perawat pelaksana tentang fungsi pengorganisasian kepemimpinan kepala ruang di Rumkit BWT Semarang sebanyak 33 orang dikategorikan baik (54,7 %) dan sebanyak 27 orang dikategorikan kurang baik (45,3 %). Fungsi pengarahan yang harus dilakukan oleh kepala ruang adalah agar membuat perawat atau staf melakukan apa yang diinginkan dan harus mereka lakukan. Kepala ruang dalam melakukan kegiatan pengarahan melalui : saling memberi motivasi, membantu pemecahan masalah, melakukan pendelegasian, menggunakan komunikasi yang efektif, melakukan kolaborasi dan koordinasi. Di ruang rawat inap terdiri dari personil berbagai latar belakang yang dapat menjadikan masalah/konflik. Masalah/konflik yang terjadi tidak dibiarkan berkepanjangan dan harus diselesaikan secara konstruktif. Hasil penelitian menunjukkan persepsi perawat pelaksana tentang fungsi pengarahan kepala ruang sebagian besar setuju bahwa kepala ruang melibatkan perawat sejak awal hingga akhir, memberi motivasi dalam meningkatkan asuhan keperawatan, memberi pujian kepada perawat dalam asuhan keperawatan, dan membimbing perawat dalam asuhan keperawatan dengan benar. Setelah dikategorikan didapatkan
persepsi perawat pelaksana tentang fungsi
pengarahan kepemimpinan kepala ruang di Rumkit BWT Semarang sebanyak 34 orang dikategorikan baik (55,8 %) dan sebanyak 26 orang dikategorikan kurang baik (44,2 %). Fungsi pengawasan kepala ruang adalah agar pelayanan rumah sakit merupakan sarana pelayanan kesehatan dapat memenuhi kebutuhan masyarakat, khususnya pasien dan keluarganya. Pelayanan yang berkualitas perlu didukung oleh sumber-sumber yang memadai yaitu sumber daya manusia, standar pelayanan (Standar Asuhan Keperawatan), dan fasilitas. Fungsi pengawasan kepala ruang dalam pelayanan keperawatan dapat dilaksanakan dengan kegiatan supervisi keperawatan secara langsung maupun tidak langsung. Selain itu juga dilaksanakan penilaian pelaksanaan asuhan keperawatan, memperhatikan kemajuan dan kualitas asuhan keperawatan, memperbaiki kekurangan/kelemahan asuhan keperawatan, meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan perawat dalam asuhan keperawatan, dan menggunakan standar untuk menilai asuhan keperawatan. Maka semua manajer keperawatan perlu mengetahui, memahami dan melaksanakan peran dan fungsinya sebagai supervisor. Hasil penelitian menunjukkan persepsi perawat pelaksana tentang fungsi pengawasan kepala ruang sebagian besar setuju bahwa kepala ruang melakukan penilaian pelaksanaan asuhan
keperawatan, melakukan supervisi langsung, saat supervisi memperhatikan kemajuan dan kualitas asuhan keperawatan, terlibat perbaikan asuhan keperawatan pada saat supervisi, menilai pengetahuan dan ketrampilan perawat dalam asuhan keperawatan, dan menggunakan standar untuk menilai asuhan keperawatan. Setelah dikategorikan didapatkan
persepsi
perawat pelaksana tentang fungsi pengawasan kepemimpinan kepala ruang di Rumkit BWT Semarang sebanyak 40 orang dikategorikan baik (66,0 %)
dan sebanyak 20 orang
dikategorikan kurang baik (34,0 %). Fungsi pengendalian kepala ruangan adalah penilaian tentang pelaksanaan rencana yang telah dibuat dengan mengukur dan mengkaji struktur, proses dan hasil pelayanan / asuhan keperawatan sesuai standar. Tujuannya adalah untuk mencapai dan mempertahankan kualitas pelayanan / asuhan keperawatan. Hasil penelitian menunjukkan persepsi perawat pelaksana tentang fungsi pengendalian kepala ruang bahwa kepala ruang melakukan survey kepuasan tenaga kesehatan lain, menghitung lama hari rawat pasien, menindak-lanjuti hasil untuk perbaikan mutu, mengendalikan logistik di ruang rawat inap, melakukan penilaian perawat di ruang rawat inap. Selain itu kepala ruang melakukan audit dokumentasi asuhan keperawatan tiap 2 bulan sekali, melakukan survey kepuasan klien dan keluarga, melakukan survey kepuasan perawat 6 bulan sekali. Setelah dikategorikan didapatkan persepsi perawat pelaksana tentang fungsi pengarahan kepemimpinan kepala ruang di Rumkit BWT Semarang sebanyak 37 orang dikategorikan baik (61,5%) dan sebanyak 23 orang dikategorikan kurang baik (38,5 %). PENUTUP Hasil penelitian ini dapat memberikan tambahan informasi tentang persepsi perawat pelaksana tentang fungsi kepemimpinan kepala ruangan. Selain itu dapat menambah masukan bagi manajemen keperawatan di Rumkit BWT Semarang untuk meningkatkan kinerja perawat. Karena seorang perawat pelaksana seharusnya mampu mempersepsikan tentang fungsi kepemimpinan kepala ruangan sehingga apa yang diharapkan oleh seorang menejer di ruangan keperawatan dapat dipahami oleh perawat pelaksana sehingga dapat melaksanakan tujuan yaitu memberikan pelayanan keperawatan dengan baik , bermutu dan professional. Perawat pelaksana yang mempunyai persepsi tentang fungsi kepemimpinan kepala ruang seperti fungsi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengawasan dan pengendalian sebagian besar setuju dan sebagian kurang setuju dilaksanakan oleh kepala ruangan, sehingga
sebagian besar persepsi perawat pelaksana tentang fungsi kepemimpinan kepala ruangan dikategorikan baik. Perawat pelaksana yang mempunyai persepsi baik tentang fungsi perencanaan kepala ruang di Rumkit BWT Semarang sebanyak 36 orang (60,2%) sedang yang mempunyai persepsi kurang baik tentang fungsi kepemimpinan kepala ruangan di Rumkit BWT Semarang sebanyak 24 orang (39,7%) Perawat pelaksana yang mempunyai persepsi baik tentang fungsi pengarahan kepala ruang di Rumkit BWT Semarang sebanyak 34 orang (55,8%) sedang yang mempunyai persepsi kurang baik tentang fungsi kepemimpinan kepala ruangan di Rumkit BWT Semarang sebanyak 26 orang (44,2%) Perawat pelaksana yang mempunyai persepsi baik tentang fungsi pengawasan kepala ruang di Rumkit BWT Semarang sebanyak 40 orang (66,0%) sedang yang mempunyai persepsi kurang baik tentang fungsi kepemimpinan kepala ruangan di Rumkit BWT Semarang sebanyak 20 orang (34,0%) Perawat pelaksana yang mempunyai persepsi baik tentang fungsi pengendalian kepala ruang di Rumkit BWT Semarang sebanyak 37 orang (61,5%) sedang yang mempunyai persepsi kurang baik tentang fungsi kepemimpinan kepala ruangan di Rumkit BWT Semarang sebanyak 23 orang (38,5%) Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan dan kelemahan yang ada dalam penelitian, peneliti menyarankan Meningkatkan kemampuan diri, keterampilan dan pengetahuan perawat pelaksana dalam memberikan pelayanan keperawatan dan melakukan dokumentasi keperawatn melalui pemanfaatan
fungsi kepemimpinan kepala ruangan. Melakukan
refreshing terhadap kemampuan manajerial kepala ruang dalam mengelola pelayanan keperawatan dan mengikutsertakan kepala ruang yang belum mempunyai sertifikat dalam pelatihan manajemen bangsal perawatan. Meningkatkan kompetensi Kepala Ruang dalam manajemen keperawatan sehingga fungsi-fungsi manajerial dapat berjalan efektif.
KEPUSTAKAAN Asri Sumiyati, 2006, Analisa faktor-faktor yang berhubungan dengan kinerja kepala rung rawat inap di Rumah sakit dr. Karyadi Semarang tahun 2016, Tesis Program Pasca Sarjana Udip Semarang,2006 Bambang Edi Warsito, Pengaruh Persepsi Perawat Pelaksana Tentang Fungsi Manajerial Kepala Ruang terhadap pelaksanaan Manajemen Asuhan Keperawatan di Ruang
Rawat Inap RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang, Tesis Program Sarjana Undip Semarang , 2006 Danang Sunyoto, Analisis Untuk Penelitian Kesehatan, cetakan 1, Niha Medika Yogyakarta, 2011. Dep Kes RI, Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 23 tahun 1992 Tentang Kesehatan, Jakarta, Tidak dipublikasikan, 1992. Dolok Seribu, Masdyana., 2006. Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan motivasi Terhadap Kinerja Petugas Di RSUD Pandan, Tesis: Universitas Sumatera Utara. Dr. Kartini Kartono, Pemimpin dan Kepemimpinan. Apakah kepemimpinan abnormal? , akan ke 18, RajaGrafindo Persada, Jakarta 2011 Gibson, J.L., dan Donnelly, J.H., 1997. Organisasi Perilaku, Struktur dan proses. Jilid 1, Jakarta: Erlangga. Gillies D.A. (1996). Nursing Management: A System Approach.W.B. Saunders Company, Philadelphia Gillies, A.D., Nursing Management : A System Approach, 3rd edition, W.B. Sounders Company, Philadelphia. 1989. H. Syahrial Siregar, Pengaruh Gaya Kepemimpinan dan Kemampuan berkomunikasi kepala Bidang terhadap Kinerja Pegawai pelayanan Keperawatan Jiwa di Rumah Sakit Jiwa Daerah provinsi Sumatra Utara, Tesis Pasca sarjana Universitas Sumatra Utara Medan, 2009. Hersey, Paul., dan Blanchard, Ken., (Terjemahan Agus Dharmo). 1995. Manajemen Prilaku Organisasi Pendayagunaan Sumber Daya Manusia, Jakarta: Erlangga. Hj Tri Hartati, SKM.,M.kes, dkk (2012) Buku panduan penulisan dan bimbingan skripsi, Program Studi S1 Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan Unimus, 2012/2013 Ilyas Y, Perencanaan SDM Rumah Sakit, FKM Universitas Indonesia, Jakarta, 2000. Ilyas Y, Standar Manajemen Pelayanan Keperawatan Dan Kebidanan Cetakan Ke 1, Jakarta, 2001 Mangkunegara, A.A. Anwar Prabu (2000), Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta; Rineka Cipta. Mas'ud, Fuad (2002), 40 Mitos Manajemen Sumber Daya Manusia. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Mas'ud, Fuad (2004), Survai Diagnosis Organisasional (Konsep dan Aplikasi). Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Ns. Evi Hasnita, SPd. Mkes., dkk, Metodologi Penelitian Kesehatan. Stikes Ranah Minang, Padang, 2011.
Nursalam dan Siti Pariani. (2001). Pendekatan Praktis Metodelogi Riset Keperawatan. CV .Sagung Seto, Jakarta Nursalam, Manajemen Keperawatan : Aplikasi dalam Praktik Keperawatan Profesional, Salemba Medika, Jakarta, 2002 Nursalam. (1999). Pendekatan Praktis Langkah-Langkah Proses Keperawatan.------, Surabaya. Prof. Dr. Zulfan Saam, MS dan Sri Wahyuni, M.kep.,Sp.Kep.J, Psikologi Keperawatan , cetakan 1, Jakarta Rajawali Pers, 2012 Robbins, P.Stephen., 2001. Perilaku Organisasi Jilid 1 (Alih Bahasa Tim Indeks), Jakarta: PT Indeks. Sekaran, U. (2000), Research Methods For Business : A Skill-Building Approach. Third Edition. John Wiley & Sons. Inc. New York. Tim Departemen Kesehatan R.I. (1997). Standar Asuhan Keperawatan Direktorat Rumah Sakit Umum dan Pendidikan Dirjen. Yandik. Depkes. R.I.,Jakarta M. Sopiyadin Dahlan, 2013. Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan, Edisi - 5 cetakan ke3, Jakarta Salemba Indonesia