Jurnal Ilmiah Kopertis Wilayah IV
PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP KESIAPSIAGAAN BENCANA BANJIR “Studi Kasus pada Mahasiswa Program Studi Pendidikan Geografi FKIP UNISMA Bekasi” Hermanto & Asep Saepul Bahri FKIP UNISMA Bekasi ABSTRAK - Tujuan dari penelitian ini ingin mengetahui persepsi mahasiswa terhadap tingkat
kesiapsiagaan bencana di kota Bekasi. Target luaran yang ingin dicapai adalah mengetahui sejauh mana kontribusi mata kuliah geografi dalam meningkatkan kesiapsiagaan bencana pada diri mahasiswa khususnya yang berada di program studi pendidikan geografi, sehingga dengan pembelajaran geografi bisa lebih meningkatkan kesiapsiagaan bencana pada diri peserta didik. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survai dengan pendekatan kuantitatif dan teknik analisis korelasi, karena ingin mengetahui kontribusi pembelajaran geografi terhadap tingkat kesiapsiagaan bencana mahasiswa jurusan pendidikan geografi. Populasi yang diambil adalah seluruh mahasiswa geografi angkatan 2013 dan 2012. Kegiatan yang akan dilakukan adalah dengan melakukan observasi dan juga survai ke mahasiswa program studi pendidikan geografi FKIP Unisma Bekasi angkatan 2012 dan 2013 untuk mengetahui sejauh mana kontribusi pembelajaran mata kuliah geografi terhadap tingkat kesiapsiagaan bencana banjir. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa hasil belajar berbanding lurus dengan tingkat kesiapsiagaan bencana banjir mahasiswa geografi, dengan artian bahwa semakin tinggi hasil belajarnya maka akan semakin tinggi pula tingkat kesiapsiagaan mahasiswa dalam menghadapi bencana banjir, maka mahasiswa diharapkan memiliki bekal untuk mampu memberikan pemahaman yang lebih baik kepada masyarakat sekitarnya. Kata kunci: Pembelajaran mata kuliah geografi, kesiapsiagaan, bencana banjir ABSTRACT - The purpose of this study wanted to know the perception of students on disaster preparedness level in the city of Bekasi. Outcome targets to be achieved is to know how far the contribution of geography courses in increasing the preparedness of disaster in the students especially in the study program of geography education, so that with the learning of geography can further increase disaster preparedness in the students themselves. The research method used is survey method with quantitative approach and correlation analysis technique, because want to know contribution of geography learning to disaster preparedness level of students majoring in geography education. Population taken is all students of geography class of 2013 and 2012. Activities to be conducted is to make observations and also a survey to students of geography education program FKIP Unisma Bekasi force 2012 and 2013 to determine the extent of the contribution of geographic subjects to the level of disaster preparedness flood . From the result of the research, it is found that the result of learning is directly proportional to the level of disaster preparedness of geographical student flood, with the meaning that the higher the learning result will be the higher the level of student preparedness in facing the flood disaster, then the student is expected to have the stock to be able to give a better understanding to the surrounding community.
Keywords: Learning geography courses, preparedness, flood disaster
224
Tekno Efisiensi Vol.2 No. 2 Agustus 2017
A. PENDAHULUAN Kota Bekasi memiliki luas wilayah sekitar 210,49 km2, selain itu dari segi topografinya memiliki kemiringan dikisaran 0-2% dan terletak pada ketinggian antara 11-81 m dpl. Wilayah Kota Bekasi yang memiliki kemiringan dan ketinggian yang rendah menyebabkan wilayah Kota Bekasi menjadi wilayah yang sering terendam, terutama pada musim hujan. Kota Bekasi merupakan salah satu kota penyangga ibukota, hal tersebut mennyebabkan Kota Bekasi menjadi wilayah primadona untuk dijadikan pemukiman bagi para pekerja yang sehari-hari bekerja di daerah Jakarta. Namun demikian hal itu tidak menjamin bahwa Kota Bekasi menjadi wilayah yang nyaman dan aman, meskipun secara letak dengan kota Jakarta terbilang cukup strategis. Kota Bekasi yang memiliki kemiringan dan juga sebagian besar wilayahnya berada pada dataran rendah, mengakibatkan memiliki potensi banjir yang sangat besar. Potensi bencana alam yang tinggi pada dasarnya tidak lebih dari refleksi fenomena alam yang secara geografis merupakan kekhasan dari wilayah Indonesia. UU No. 24 tahun 2007 pasal 1 angka 1 mendefinisikan bencana adalah “peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis”. Banjir akan selalu menyergap kota Bekasi, karena faktor geografisnya, selain itu banjir yang terjadi di Bekasi tidak sedikit yang disebabkan oleh alih fungsi lahan. Banyak dari perumahan yang terdapat di kota Bekasi ini merupakan transformasi dari rawa ataupun wilayah genangan air yang dialih fungsikan menjadi perumahan. Hal ini tidak terlepas dari tingginya minat masyarakat untuk tinggal di kota Bekasi, sedangkan lahan darat yang tersedia sangatlah terbatas. Masyarakat, saat ini sudah jauh dari alam walaupun mereka tinggal di dalamnya. Mereka tidak mengenal alam, apalagi akrab dengan alam. Mereka tidak dapat memahami lagi tandatanda dari alam. Sebagaimana yang dikutip dari United States Geological Survey (USGS, 2002),bahwa untuk “memahami mekanisme kejadian-kejadian alam seperti gempa bumi, erupsi vulkanik, longsor, banjir,kekeringan, angin topan, tsunami sangat penting bagi masyarakat”. Denganpemahaman yang baik mengenai mekanisme kejadian-kejadian alam, manusiadapat merencanakan dan mengelola cara yang dapat mengurangi akibat yang disebabkan oleh kehebatan bencana alam, hal ini dapat dilakukan melalui jalur pendidikan di sekolah. Fakta bencana yang terjadi di Indonesia hampir selalu menelan korban jiwa dan juga harta benda yang besar, hal ini menggambarkan kekurangsiapan masyarakatnya. Hal ini dapat timbul karena kurangnya pengetahuan dan pemahaman msayarakat akan potensi bencana dari lingkungannya serta bagaimana cara penanggulangan dampak dari bencana itu. Selain itu, hal ini disebabkan oleh masih lemahnya sistem penanggulangan bencana yang dipersiapkan oleh pemerintah. Sejatinya masyarakat jauh hari menyadari bahwa wilayah Indonesia ini merupakan daerah yang amat rentan bencana, pemerintah sudah seharusnya memberikan pengetahuan dan pemahaman yang memadai kepada warga akan potensi bencana yang ada di sekitar lingkungan hidupnya. Salah satu jalan untuk memberikan pengetahuan dan pemahaman kepada masyarakat tentang potensi-potensi bencana yang senantiasa mengancam itu adalah melalui jalan pendidikan.
Tekno Efisiensi Vol.2 No. 2 Agustus 2017
225
Dalam Undang-Undang pendidikan No. 20 Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional dijelaskan mengenai pengertian pendidikan sebagai berikut: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Berdasarkan pengertian di atas, bahwasanya pendidikan merupakan unsur yang sangat penting dalam pembentukan kehidupan manusia serta mampu menghasilkan output yang berkualitas. Pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia, hal ini dilakukan sesuai dengan tujuan pendidikan nasional, yaitu menciptakan manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian, mandiri, bertanggung jawab, disiplin, kreatif, terampil, beretos kerja, profesional, dan produktif serta sehat jasmani dan rohani. Kampus sebagai lembaga pendidikan dapat berfungsi sebagai media informasi diharapkan mampu mengembangkan platform nasional yang terkait dengan pengembangan pengetahuan yang diperlukan dalam upaya mitigasi. Hal ini sesuai dengan kerangka berpikir yang dikembangkan dalam upaya pengurangan risiko bencana atau mitigasi, meliputi 4 (empat) kerangka konseptual, yaitu: 1. Awarenesss (Perubahan Perilaku), 2. Knowledge Development (salah satunya pendidikan dan pelatihan), 3. Public Commitmen, 4. Risk Assesment. Dari keempat konseptual di atas, pada konseptual kedua sudah dengan jelas tergambar bahwasanya pendidikan merupakan salah satu elemen yang penting dalam upaya pengurangan risiko bencana atau mitigasi. Mata kuliah yang terdapat pada jurusan pendidikan geografi diharapkan mampu membangun dan mengembangkan pemahaman mahasiswa tentang variasi dan organisasi spasial masyarakat, tempat dan linkungan pada muka bumi. Sehingga mahasiswa dituntut untuk tidak hanya memiliki pengetahuan saja, akan tetapi juga memiliki keterampilan tentang mitigasi bencana. Dari pengertian tersebut memberikan batasan pengertian bahwa pembelajaran yang dilakukan pada perguruan tinggi khususnya di jurusan pendidikan geografi diharapkan mampu mengembangkan persepsi mahasiswa terhadap lingkungan serta memiliki pemahaman dan keterampilan tentang mitigasi bencana khususnya mitigasi bencana banjir. Berkenaan dengan hal di atas, penelitian ini akan membahas lebih fokus menyoroti masalah dengan tema yaitu: ”Persepsi Mahasiswa terhadap Mitigasi Bencana Banjir di Kota Bekasi”. B. TINJAUAN PUSTAKA a. Hakekat Pembelajaran Pembelajaran merupakan suatu proses komunikasi dua arah yang bersifat timbal balik, baik antara pendidik dengan peserta didik, peserta didik dengan peserta didik, untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pembelajaran pada dasarnya merupakan suatu proses sebabakibat. Dosen yang mengajar, merupakan penyebab utama bagi terjadinya proses belajar mahasiswa, meskipun tidak setiap kegiatan belajar mahasiswa merupakan akibat dari dosen mengajar. Oleh sebab itu, dalam hal ini dosen sebagai seorang figure sentral, harus mampu
226
Tekno Efisiensi Vol.2 No. 2 Agustus 2017
menetapkan strategi pembelajaran yang tepat sehingga dapat mendorong terjadinya perbuatan belajar peserta didik yang aktif, produktif dan efisien. (Hamalik, 2002:48). Sedangkan menurut Menurut UUSPN No. 20 Tahun 2003 dijelaskan bahwa pembelajaran merupakan proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Menurut Eggen & Kauchak (1998:98), ada enam ciri pembelajaran yang efektif, yaitu: (1) Peserta didik menjadi pengkaji yang aktif terhadap lingkungannya melalui mengobservasi, membandingkan, menemukan kesamaan-kesamaan dan perbedaan-perbedaan serta membentuk konsep dan generalisasi berdasarkan kesamaan-kesamaan yang ditemukan; (2) Pendidik menyediakan materi sebagai fokus berpikir dan berinteraksi dalam pelajaran; (3) Aktivitas-aktivitas peserta didik sepenuhnya didasarkan pada pengkajian; (4) Pendidik secara aktif terlibat dalam pemberian arahan dan tuntunan kepada peserta didik dalam menganalisis informasi; (5) Orientasi pembelajaran penguasaan isi pelajaran dan pengembangan keterampilan berpikir; (6) dosen menggunakan teknik mengajar yang bervariasi sesuai dengan tujuan dan gaya mengajar dosen. Dari beberapa pengertian pembelajaran di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran itu merupakan suatu proses interaksi antara mahasiswa dengan dosen dan juga sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pemberlajaran merupakan bantuan yang diberikan oleh pendidik agar dapat terjadi proses transfer pengetahuan dan juga ilmu, pembentukan sikap dan kepercayaan mahasiswa, serta penguasaan kemahiran dan tabiat. Dengan kata lain, bahwa pembelajaran merupakan suatu proses untuk membantu para mahasiswa agar dapat belajar dengan baik. b. Pembelajaran Geografi 1. Konsep Pembelajaran Geografi Sumaatmadja (1996:35) mengemukakan bahwa, Pembelajaran Geografi merupakan proses dan interaksi antar guru dan murid dalam menelaah interaksi, interelasi dan integrasi gelajagejala di permukaan bumi yang dapat diungkapkan dengan pertanyaan-pertanyaan apa, dimana. mengapa, dan bagaimana? Geografi merupakan salah satu ilmu yang berkaitan langsung dengan fenomena alam. Penyelidikan, pemahaman dan pembelajaran mengenai fenomena alam tersebut, berkaitan dengan dan memerlukan banyak informasi yang harus diselidiki, dicerna, diolah dan disimpulkan.
Menurut Ricahrd Harstone dalam Sumaatmadja (1997:9) memberikan penjelasan bahwa “geography is that discipline that seeks to describe and interpret the variable character from place to place of the earth as the world of man”. Pendapat Harstone tersebut lebih menekankan kepada karakter variabel dari satu tempat ke tempat lainnya sebagai tempat kehidupan manusia. Dalam hal ini geografi sebagai bidang studi yang bisa memberikan penjelasan dan juga interpretasi tentang interaksi faktor-faktor geografi yang mencirikan tempat-tempat di permukaan bumi sebagai tempat hidup manusia ke dalam interaksi yang termasuk pada pemanfaatan sumber daya lingkungan oleh manusia bagi kepentingan hidupnya. c. Hakekat Bencana Dalam pasal 1 angka 1 UU No. 24 Tahun 2007 mendefinisikan bencana sebagai suatu peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan atau faktor non-alam
Tekno Efisiensi Vol.2 No. 2 Agustus 2017
227
maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. Menurut ISDR (2004), mendefinisikan bahwa bencana merupakan suatu gangguan serius terhadap keberfungsian suatu masyarakat, sehingga menyebabkan kerugian yang meluas pada kehidupan manusia dari segi materi, ekonomi atau lingkungan dan melampaui kemampuan masyarakat yang bersangkutan untuk mengatasi dengan menggunakan sumberdaya mereka sendiri. Bencana itu sendiri merupakan pertemuan antara tiga unsur, yaitu ancaman bencana, kerentanan bencana dan kemampuan yang dipicu oleh suatu kejadian. Bencana alam merupakan sebuah konsekwensi dari kombinasi aktivitas alami (suatu peristiwa fisik, seperti gempa, letusan gunungapi, tanah longsor, banjir) dengan aktivitas manusia. Karena ketidakberdayaan manusia, akibat kurangnya manajemen bencana, sehingga menimbulkan kerugian dalam bidang keuangan dan struktural, bahkan sampai dengan kematian. Hal ini berkaitan dengan pernyataan Bankoff et al. (2003:4) “bencana muncul apabila ancaman bahaya bertemu dengan ketidakberdayaan”. Bencana muncul ketika bahaya bertemu dengan situasi-situasi yang rentan. Bahayabahaya alam, seperti misalnya kebakaran, banjir, gempa, longsor dan kekeringan, adalah bagian dari siklus alam di bumi. Menurut UNDP (1995: 9), pada saat bahaya-bahaya tersebut memberikan dampak pada masyarakat yang rentan, apakah itu gempa bumi yang menghancurkan bangunan-bangunan, atau kekeringan yang mematikan hasil bumi, masyarakat tersebut bisa saja menghadapi suatu situasi yang sangat parah yang memerlukan bantuan emergensi dan bantuan untuk menyelamatkan kehidupan dan melindungi lingkungannya. Dengan demikian, aktivitas alam yang berbahaya apabila terjadi di daerah yang tidak memiliki ketidakberdayaan. Misalnya, gempa bumi terjadi di wilayah yang tak berpenghuni. Namun, demikian bencana itu sendiri tidak bahaya atau malapetaka tanpa adanya keterlibatan manusia. d. Banjir Menurut UU No. 24 Tahun 2007 tentang penanggulangan bencana mendefinisikan bahwa bencana banjir adalah peristiwa atau keadaan dimana terendamnya suatu daerah atau daratan karena volume yang meningkat. Menurut Rahayu, dkk (2009) banjir bisa didefinisikan tergenangnya suatu tempat akibat meluapnya air yang melebihi kapasitas pembuangan air di suatu wilayah dan menimbulkan kerugian fisik, sosial dan ekonomi. Sedangkan IDEP (2007) mendefinisikan banjir sebagai ancaman alam yang paling sering terjadi dan paling banyak merugikan, baik dari segi kemanusiaan maupun ekonomi. e. Mitigasi Bencana Menurut UU No 24/2007 mitigasi merupakan serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana. Dalam kajian ilmu Disaster Preparedness atau Manajemen Bencana Alam kita diperkenalkan dengan istilah mitigasi bencana, yakni tindakan-tindakan untuk mengurangi pengaruh-pengaruh bahaya sebelum bahaya itu terjadi. Menurut UNDP (1994:8), istilah ini berlaku untuk semua cakupan yang luas dari aktivitas-aktivitas membangun bangunan yang lebih kuat hingga aktivitas prosedural seperti teknik-teknik yang baku dalam penanggulangan suatu bahaya.
228
Tekno Efisiensi Vol.2 No. 2 Agustus 2017
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada masa pra bencana sangatlah erat kaitannya dengan istilah mitigasi bencana yang merupakan suatu upaya untuk mengurangi resiko kerugian baik harta maupun jiwa yang diakibatkan oleh bencana. Mitigasi bencana sendiri mencakup mulai dari perencanaan hingga pelaksanaan tindakan-tindakan untuk mengurangi resiko-resiko dampak dari suatu bencana yang dilakukan sebelum bencana itu terjadi, termasuk kesiapan dan tindakan-tindakan pengurangan resiko jangka panjang. f. Kesiapsiagaan Bencana Terjadinya bencana di berbagai belahan bumi cukup memberikan pembelajaran tentang pentingnya meningkatkan kesiapsiagaan bukan hanya pada tingkat pemerintahan pusat atau daerah, tetapi juga pada tingkat komunitas yang langsung merasakan dan menghadapi bencana. Banyak penafsiran mengenai konsep kesiapsiagaan, salah satu konsep kesiapsiagaan yang dikemukakan oleh Nick Carter (1991:29). Kesiapsiagaan menurut Carter adalah: Tindakan-tindakan yang memungkinkan pemerintahan, organisasi-organisasi masyarakat, komunitas dan individu mampu untuk menanggapi suatu bencana secara cepat dan tepat. Termasuk ke dalam tindakan kesiapsiagaan adalah penyusunan penanggulangan bencana, pemeliharaan sumberdaya, dan pelatihan personil. Sementara definisi yang diberikan Undang-Undang Nomor 24 tahun 2007 tentang penanggulangan bencana, kesiapsiagaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat guna dan berdaya guna. C. METODE Pendekatan penelitian ini menggunakan metode penelitian survai. Menurut Singarimbun (1992:1) bahwa penelitian survai adalah “penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner dan test sebagai alat pengumpul data yang pokok.” Data dalam penelitian ini dikumpulkan menggunakan kuesioner dan tes. Setelah data diperoleh kemudian hasilnya dipaparkan secara deskriptif dan pada akhir penelitian akan dianalisisi untuk menguji hipotesis yang diajukan pada awal penelitian. Menurut Sugiyono (2009:14), penelitian kuantitatif didasarkan kepada paradigma positivism digunakan untuk meneliti pada populasi dan sampel tertentu, teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, dan analisis data bersifat kuantitatif atau statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan. Pengambilan sampel responden peserta didik di tiap sekolah dengan teknik proportional stratified random sampling yaitu pengambilan sampel peserta didik dari anggota populasi (seluruh mahasiswa program studi pendidikan geografi UNISMA Bekasi) secara acak dan berstrata secara proposional. Hal ini dilakukan karena kondisi populasi penelitian ini terdiri dari beberapa kelompok individu dengan karakteristik yang berbeda-beda, yaitu mahasiswa angkatan 2012 dan angkatan 2013 yang berjumlah 52. Sehingga dengan demikian sampelnya diambil seluruhnya. Untuk menganalisis data yang didapatkan, maka digunakan uji normalitas untuk menguji kesesuaian frekuensi hasil observasi dengan frekuensi harapan (teoritis), selain itu untuk menguji apakah skor dari setiap variable memiliki varians yang homogeny atau tidak maka digunakan uji homogetas. Serta untuk menguji asumsi dari regresi linier adalah data tersebut
Tekno Efisiensi Vol.2 No. 2 Agustus 2017
229
harus linier, hal ini dibuktikan dengan menguji linieritas data penelitian. Sedangkan untuk menguji hipotesis penelitian maka digunakan teknik korelasi dan regresi sederhana. D. PEMBAHASAN Universitas Islam 45 Bekasi, merupakan satu lembaga pendidikan tinggi yang berada di kota Bekasi. Kota yang menjadi penyangga Ibu Kota Jakarta, kota yang memiliki berbagai permasalahan terutama permasalahan bencana banjir. Sejak berdirinya Akademi Pembangunan Desa (APD) pada tahun 1982 yang merupakan cikal bakal ataupun embrio dari lahirnya kelembagaan UNISMA Bekasi. Pendirian Yayasan Pendidikan Islam “45” Bekasi, pada tanggal 12 April 1982, oleh Bapak H. Abdul Fatah, selaku ketua umum YPI “45”. Universitas Islam 45 Bekasi terdiri dari 7 (Tujuh) fakultas dan 1 (Satu) sekolah Pascasarjana, salah satunya adalah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) yang terdiri dari 3 (Tiga) prodi, yaitu Prodi Geografi, Prodi Penjaskesrek, dan Prodi PGSD. Prodi Geografi memiliki visi untuk menghasilkan sarjana geografi yang beriman dan bertaqwa kepada Allah Swt, berwawasan global, menguasai ICT (Information, communication, and Technology) dan berjiwa entrepreneurship pada tahun 2019, dengan misi sebagai berikut: 1) Menyelenggarakan proses pembelajaran yang dilandasi oleh nilai-nilai ke-Islaman, dengan mengikuti isu-isu kontemporer baik yang bersifat lokal, regional maupun internasional yang berbasis ICT. 2) Mempersiapkan guru geografi yang memiliki wawasan entrepreneurship dalam bidang pendidikan khususnya pendidikan geografi. 3) Melaksanakan berbagai penelitian baik dengan dana internal maupun bermitra dengan lembaga lain dalam lingkup kajian pendidikan, lingkungan, kewilayahan dan kemasyarakatan. 4) Melakukan pengabdian pada masyarakat di bidang pendidikan lingkungan. 5) Menjalin kerjasama dengan berbagai instansi terkait dalam rangka peningkatan kompetensi lulusan yang berkompeten. 6) Melengkapi berbagai sarana dan prsarana yang diperlukan untuk menghasilkan lulusan dengan visi program yang telah ditetapkan. Adapun tujuan dari pendidikan geografi adalah: 1) Terbentuknya sistem pendidikan dan pengajaran yang terarah dan lulusan yang memiliki kemampuan akademik dan dapat menerapkan, mengembangkan, serta memperluas ilmu. 2) Diselenggarakannya kegiatan penelitian, pengkajian dan pengabdian pada masyarakat untuk mengembangkan wawasan keilmuan insan akademisi dan wujud kepedulian program studi terhadap umum. 3) Terlaksananya pelayanan administrasi dan akademik yang optimal kepada mahasiswa karena penyelenggaraan program studi ini selalu berpegang pada orientasi pelayanan dalam hal ini mahasiswa (costumer service oriented). 4) Berkembangnya jiwa kewirausahaan dan nilai keIslaman di kalangan mahasiswa sebagai bekal memperoleh masa depan yang lebih bermakna bagi masyarakat dan negara. 5) Terjalinnya kerjasama dengan berbagai instansi serta perusahaan yang bermanfaat bagi perkembangan program studi yang lebih kompetitif. Adapun penelitian ini dilakukan pada mahasiswa program studi geografi angkatan 2012 dan 2013. Berdasarkan penelitian menunjukkan bahwa hasil belajar memiliki hubungan yang tidak searah (berbanding terbalik) dengan tingkat kesiapsiagaan, dengan demikian bisa diartikan semakin tinggi hasil belajar yang diperoleh peserta didik maka akan semakin rendah tingkat 230
Tekno Efisiensi Vol.2 No. 2 Agustus 2017
kesiapsiagaan yang dimiliki peserta didik. Hal ini menggambarkan, bahwa kesiapsiagaan lebih dapat diserap oleh peserta didik dengan cara melihat langsung dari apa yang dilakukan oleh dosen secara langsung. Berdasarkan temuan di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh positif dan signifikan dari hasil belajar geografi (X) terhadap tingkat kesiapsiagaan. Besarnya persentase pengaruh hasil belajar geografi terhadap kesiapsiagaan menunjukkan kategori rendah. Dengan demikian pengaruh hasil belajar terhadap kesiapsiagaan diketahui bahwa hasil belajar berpengaruh signifikan namun berpengaruh negatif terhadap kesiapsiagaan dengan pengaruh yang dikatagorikan rendah yaitu hanya 0,210 berdasarkan perhitungan hasil regresi sederhana Tabel 4 Koefisien Persamaan Regresi Coefficients Model
1
a
(Constant)
Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients Std. B Error Beta 77,263 ,167
Nilai -,004 ,002 Persepsi ,000 ,001 a. Dependent Variable: kesiapsiagaan
-,216 ,029
t 462,131
Sig. ,000
-2,013 ,268
,047 ,790
Correlations Zeroorder Partial
Part
-,209 -,023
-,210 ,028
-,210 ,029
Dari hasil uji paramater kesiapsiagaan, didapatkan bahwa tingkat pengetahuan mahasiswa mengenai kebencanaan berada pada level siap. Namun demikian untuk parameter rencana tanggap darurat, peringatan bencana, dan mobilisasi sumberdaya berada pada level kurang siap. Hal ini menunjukkan bahwa pemahaman mahasiswa tentang kebencanaan khususnya kesiapsiagaan bencana masih berada pada level kurang siap sampai siap, sehingga bila di rataratakan dapat diartikan bahwa kesiapsiagaan mahasiswa tersebut berada pada level kurang siap. Melihat konsep kesiapsiagaan menurut UNISDR dalam bukun panduan tentang ‘Konstruksi Sekolah yang Lebih Aman’, menyatakan bahwa: Kesiapsiagaan adalah pengetahuan dan kapasitas yang dikembangkan oleh pemerintah, organisasi profesional penyelenggara tanggap darurat dan pemulihan pasca bencana, masyarakat dan individu – secara efektif mengantisipasi, merespon, dan pulih dari dampak peristiwa bahaya atau kondisi yang dapat terjadi dan akan terjadi. Dari pengertian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwasanya institusi pendidikan dalam hal ini kampus dapat memegang peranan yang penting dalam peningkatan kesiapsiagaan mahasiswa, hal ini dapat dilakukan dengan melakukan kegiatan simulasi bekerjasama dengan organisasi-organisasi yang terkait. Menurut penuturan yang diperoleh bahwa belum terdapat kegiatan simulasi yang pernah dilakukan, sehingga mahasiswa belum mampu memahami potensi kebencanaan yang ada disekitar lingkungannya karena hanya mendapatkan pengetahuan dari bangku kuliah semata. E. KESIMPULAN a. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: Pengaruh hasil belajar terhadap kesiapsiagaan, menunjukkan pengaruh yang signifikan namun tidak searah (berbanding terbalik). Sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil belajar ini belum mampu menunjukkan seberapa besar tingkat kesiapsiagaan mahasiswa, namun demikian hanya sebatas nilai semata. Dosen masih terfokus pada penyampaian materi semata Tekno Efisiensi Vol.2 No. 2 Agustus 2017
231
namun belum menyentuh pada aspek kesiapsiagaan secara praktis, sehingga mahasiswa berdasarkan parameter kesiapsiagaan berada pada level kurang siap. Hal ini menggambarkan bahwa mahasiswa baru sebatas tahu mengenai kebencanaan belum sampai pada tahap faham sehingga belum mampu mengaplikasikannya ketika terjadi bencana. b. Saran Dari kesimpulan yang diuraikan di atas, maka berikut ini diajukkan beberapa saran : 1. Dari hasil penelitian ini dapat menjelaskan bahwa hasil belajar dapat digunakan untuk melihat sejauh mana tingkat pemahaman mahasiswa tentang kebencanaan sehingga bagi para pendidik dan umumnya dan dosen pengajar geografi khususnya hasil penelitian ini kiranya akan lebih menyakinkan perlunya pemahaman kebencananaan bagi mahasiswa, sehingga mahasiswa dapat memahami bagaimana kondisi lingkungan sekitar serta menjadi bekal untuk mahasiswa dalam menjalani kehidupan di masyarakat dalam berbagai perannya kelak. 2. Untuk para dosen dan pendidik, mengingat bahwa aspek profesionalisme dosen merupakan dasar bagi mahasiswa dalam membentuk persepsi maka perlu ditingkatkan kembali kualitas dalam proses pembelajaran di kelas. Terdapat persiapan yang perlu dilakukan dalam proses pembelajaran, yaiut : kesiapan dan pemahaman dosen secara keilmuan terhadap materi perkuliahan, pemahaman dosen terhadap model dan metode yang digunakan dalam pembelajaran di kelas, sikap simpati dan sosial yang ditunjukkan oleh dosen sehingga dapat menjadi teladan bagi para mahasiswanya. 3. Kepada para peneliti selanjutnya yang tertarik dengan tema penelitian khususnya mengenai peningkatan pemahaman kebencanaan peserta didik di wilayah rawan bencana, maka penelitian dapat diteruskan dengan meniliti tingkat pemahaman kebencanaan peserta didik, sebab setiap peserta didik yang memiliki hasil belajar serta dosen yang profesionalisme dapat memberikan tingkat pemahaman kebencanaan yang berbeda. 4. Peran perguruan tinggi yang mencetak sumber daya manusia yang seharusnya dapat menghasilkan SDM yang berkualitas terutama peran lembaga pendidikan yang akan menghasilkan guru sebagai pendidik generasi bangsa. Di dalamnya pula harus terdapat sinergitas antara lembaga pendidikan dan setiap masing-masing jurusan pendidikan agar nantinya menghasilkan guru profesionalisme yang berkualitas F. DAFTAR PUSTAKA Eggen, P.D dan Kauchak, D.P.(1996). Strategies for Teacher Teaching Content and Thinking Skills Third Edition. Boston: Allyn and Bacon G. Bankoff, G. Frerks, D. Hilhorst (eds.).(2003). Mapping Vulnerability: Disasters, Development and People. ISBN ISBN 1-85383-964-7. Hamalik, Oemar.(2002). Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung: Jurusan Kurtekpend FIP UPI IDEP.(2007). Panduan Umum Penanggulangan Bencana Berbasis Masyarakat, Edisi Ke-2, Bali: Yayasan IDEP Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi.(1995). Metode Penelitian Survai. Edisi Revisi. Jakarta: LP3ES. Sudaryono dan Astuti D, Irene Siti.(2010). Peran Sekolah dalam Pembelajaran Mitigasi Bencana. Jurnal Dialog Penanggulangan Bencana, Vol. 1, No.1. Jakarta: BNPB Sugiyono.(2009). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D). Bandung: Alfabet Sumaatmadja, Nursid. (1997). Metodologi Pembelajaran Geografi. Jakarta: Bumi Aksara 232
Tekno Efisiensi Vol.2 No. 2 Agustus 2017
Tim UN/ISDR.(2006). Konstruksi Sekolah yang Lebih Aman (Guidance Notes on Safer School Construction). New York: UNISDR Undang-Undang No. 24 Tahun 2007. Tentang Penanggulangan Bencana. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 78. RIWAYAT PENULIS • Dr. Hermanto, Drs.,M.Pd.,M.M. adalah dosen Kopertis Wil.IV Jabar –Banten dpk pada Program Studi Pendidikan Geografi FKIP Unisma Bekasi • Asep Saeful Bahri,S.Pd.,M.Pd. adalah dosen tetap Yayasan Pendidikan Geografi FKIP Unisma Bekasi
Tekno Efisiensi Vol.2 No. 2 Agustus 2017
pada Program Studi
233