PERSEPSI GURU TENTANG KINERJA PENGAWAS DALAM MELAKSANAKAN SUPERVISI STANDAR PROSES DI SMP N 87 JAKARTA Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd) Pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Disusun Oleh : AFIFAH AWWALIYAH 105018200705
PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2010
LEMBAR PENGESAHAN Skripsi berjudul: “Persepsi Guru Tentang Kinerja Pengawas Dalam Melaksanakan Supervisi Standar Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqasyah pada, 24 Juni 2010 di hadapan dewan penguji. Karena Itu, penulis berhak memperoleh gelar Sarjana S 1 (S.Pd) dalam bidang Kependidikan Islam – Manajemen Pendidikan. Jakarta,
Juli 2010
Panitia Ujian Munaqasyah Ketua Panitia (Ketua Jurusan/Program Studi)
Tanggal
Tanda Tangan
Rusydy Zakaria, M.Ed., M.Phill. NIP.: 19650530 198503 1 002
...……
………………
............
......................
……….
………………
.............
.......................
Sekretaris (Sekretaris Jurusan/Prodi) Mu’arif SAM., Drs., M.Pd. NIP.: 19650717 199403 1 005 Penguji I Rusydy Zakaria, M.Ed., M.Phill. NIP.: 19650530 198503 1 002 Penguji II Drs. Syafril, M.Pd. NIP,: 19460601 196705 1 001 Mengetahui : Dekan,
Dede Rosyada, Prof., Dr. MA NIP.: 19571005 198703 1 003
PERSEPSI GURU TENTANG KINERJA PENGAWAS DALAM MELAKSANAKAN SUPERVISI STANDAR PROSES DI SMP N 87 JAKARTA
Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd) Pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Di Susun Oleh : AFIFAH AWWALIYAH 105018200705
Pembimbing:
Dra. Nurlena Rifa’i, MA. Ph.d NIP. 19591020 198603 2 001
PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2010
SURAT PERNYATAAN KARYA PENULIS
Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama
: Afifah Awwaliyah
NIM
: 105018200705
Program Studi : Manajemen Pendidikan Jurusan
: Kependidikan Islam
Fakultas
: Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Dengan ini menyatakan bahwa : 1.
Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Strata (S1) di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2.
Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan skripsi ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
3.
Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi berdasarkan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 15 Juni 2010 Penulis
Afifah Awwaliyah
ABSTRAK
Nama NIM Fakultas Judul
: Afifah Awwaliyah : 105018200705 : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan : Persepsi Guru Tentang Kinerja Pengawas Dalam Melaksanakan Supervisi Standar Proses
Supervisi standar proses merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan oleh pengawas pendidikan. Dalam melakukan supervisi ini, ada beberapa peran yang harus dijalankan oleh seorang pengawas, yaitu sebagai koordinator, konsultan, pemimpin kelompok dan evaluator. Masing-masing peran tersebut harus dijalankan dengan baik sesuai dengan prinsip dan prosedur supervisi, oleh karena itu dibutuhkannya pengawas yang baik dan professional jika pengawas sekolah memiliki kemampuan supervisi yang berkualitas, maka kualitas kepala sekolah pun akan meningkat, kepala sekolah juga harus dibekali kemampuan mengelola sekolah secara profesional sehingga akan terlihat perkembangan sekolahnya, Salah satu sasaran supervisi adalah penerapan standar proes pendidikan di suatu sekolah, karena penerapan standar proses pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada satu satuan pendidikan untuk mencapai standar kompetensi lulusan. Untuk menjadi seorang pengawas ada beberapa persyaratan yang yang harus dipenuhi, seperti latar belakang pendidikan, pengalaman kerja dan sebagainya. Di SMP N 87 Jakarta pengawas memiliki latar belakang pendidikan S1 (Strata Satu). Pengawas pernah bekerja sebagai guru dan kepala sekolah, dengan usianya 50 tahun saat ini sudah satu tahun ia menjabat sebagai pengawas di sekolah ini Tujuan dari penelitian ini adalah: untuk mengetahui bagaimana kinerja pengawas dalam melaksanakan supervisi standar proses, yaitu sebagai koordinator, konsultan, pemimpin kelompok dan evaluator. Penelitan ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif. Sumber data penelitian ini yaitu seluruh guru SMP N 87 Jakarta yang berjumlah 38 orang. Teknik pengambilan yang digunakan adalah angket dengan menggunakan skala likert untuk para guru dengan 4 alternatif jawaban. Dari hasil pengolahan data yang didapat, yaitu kinerja kepala sekolah dalam melaksanakan supervisi standar proses kurang efektif karena pengawas jarang melakukan kunjungan ke sekolah, kadang-kadang dalam satu semester hanya sekali atau tidak pernah datang, dan pengawas akan diundang pada saat sekolah sedang membutuhkan ide dan saran, biasanya pada saat rapat sekolah.
Kata Kunci: Kinerja pengawas dan Standar Proses
i
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi rabbil Alamin, penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Tuhan semesta alam, yang telah melimpahkan rahmat, taufiq, hidayah dan inayahNYA, sehingga penulisan skripsi ini terselesaikan. Sholawat beserta salam semoga senantiasa tercurah limpahkan kehadirat baginda Nabi Muhammad SAW, yang telah mengantarkan kita dari zaman yang penuh dengan ilmu pengetahuan. Dengan selesainya penulisan skripsi ini sebagai persyaratan memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada program S1 Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, maka penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada: 1. Prof. Dr. Komaruddin Hidayat, MA., Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Prof. Dr. Dede Rosyada, MA., Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Drs. Rusydy Zakaria, M. Ed, M.Phill dan Drs. H. Mu’arif SAM, M.Pd, Ketua Jurusan Kependidikan Islam dan Ketua program studi Manajemen Pendidikan yang telah memberikan bimbingan dan kemudahan dalam penyusunan skripsi ini. 4. Dra. Nurlena Rifa’i, MA. Ph.d Pembimbing dalam penyusunan skripsi ini yang dengan penuh kesabaran dan kearifan telah memberikan bimbingan, arahan,
koreksi
dan
masukan-masukan
kepada
penulis
demi
kesempurnaannya penulisan skripsi ini. 5. Drs. Syauki M.Pd., Dosen penasehat akademik yang telah memberikan bimbingan selama menempuh pendidikan di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 6. Segenap Dosen dan staf Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan kontribusi keilmuan kepada penulis selama belajar di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
ii
7. Segenap pimpinan, dewan guru dan karyawan SMP N 87 Jakarta yang telah memberikan kesempatan bagi penulis untuk melakukan penelitian guna memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan. 8. Orang tua Tercinta, Ayahanda (H. Abdul Hakim) dan Ibunda (Hj. Musta’inatun) yang telah mengasuh penulis dengan penuh kasih sayang, memberikan dorongan baik moril, materil maupun spiritual. Karena cinta kasih beliaulah, penulis dapat menjalani hidup dan memperoleh kesempatan belajar sampai saat ini. 9. Adik penulis Lulu Af’idah dan Ulil Azmi yang telah memberikan dorongan dan do’a kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 10. Temen–temen KI-MP Angkatan 2005. Khususnya Kelas B, kepada Hamroh, Damayanti,
Atas semua motivasi dan bantuannya semoga
pertemanan kiat tetap terjalin sampai akhir nanti. Penulis sadar, bahwa penulisan sripsi ini belumlah sempurna. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan sumbangan pemikiran, saran dan kritik untuk kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya, mohon dibukakan pintu maaf apabila dalam penulisan skripsi ini terdapat hal-hal yang kurang berkenan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat, khususnya bagi penulis dan umumnya bagi para pembaca sekalian.
Jakarta, 15 Juni 2010
Penulis
iii
DAFTAR ISI Halaman ABSTRAK
............................................................................................................ i
KATA PENGANTAR ..............................................................................................ii DAFTAR ISI ............................................................................................................ iv DAFTAR TABEL ....................................................................................................vi DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................ viii BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah........................................................................1 B. Identifikasi Masalah ..............................................................................7 C. Pembatasan Masalah .............................................................................7 D. Perumusan Masalah ..............................................................................8 E. Manfaat Penelitian ................................................................................8
BAB II KAJIAN TEORI A. Persepsi ................................................................................................. 9 1. Pengertian ....................................................................................... 9 2. Hakikat persepsi ..............................................................................10 3. Faktor yang mempengaruhi persepsi .............................................11 B. Kinerja ..................................................................................................12 1. Pengertian........................................................................................12 2. System penilaian kinerja .................................................................13 3. Tujuan ............................................................................................13 4. Faktor yang mempengaruhi kinerja ................................................14 C. Pengawas ..............................................................................................15 1. Pengertian .......................................................................................15 2. Fungsi pengawas .............................................................................16 3. Kompetensi pengawas.....................................................................16 4. Ruang lingkup kepengawasan .........................................................23 iv
D. Supervisi pendidikan.............................................................................24 1. Pengertian........................................................................................24 2. Tujuan supervisi ..............................................................................26 3. Prinsip supervisi ..............................................................................27 4. Fungsi supervisi ..............................................................................28 5. Peran supervisi pendidikan .............................................................28 E. Standar proses pendidikan ....................................................................29 1. Pengertian .......................................................................................29 2. Fungsi Standar proses pendidikan ..................................................31
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A.
Tujuan penelitian .................................................................................37
B.
Tempat dan Waktu Penelitian..............................................................37
C.
Metode Penelitian ...............................................................................37
D.
Populasi dan Sampel............................................................................38
E.
Teknik dan Istrumen pengumpulan data .............................................38
F.
Teknik pengelolaan dan analisis data ..................................................41
BAB IV HASILPENELITIAN A. Deskripsi data .......................................................................................42
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ............................................................................................62 B. Saran. .....................................................................................................63
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
v
DAFTAR TABEL Halaman
Kisi kisi instrumen penelitian.....................................................................................39 Mengkoordinasikan kegiatan belajar mengajar oleh guru .........................................44 mengkoordinasi tugas mengajar satu mata pelajaran yang dibina oleh beberapa guru ..........................................................................................................44 mengkoordinasi kegiatan yang dilakukan oleh para guru dalam proses pembelajaran ...................................................................................................45 membantu guru yang mengalami kesulitan dalam mengatasi anak yang sulit belajar .......................................................................................................46 membantu guru dalam mengatasi masalah yang berkaitan dengan kenakalan pelajar yang dilakukan saat proses pembelajaran .....................................46 membantu guru dalam mengatur tingkat kedisiplinan siswa .....................................47 membimbing guru dalam menyusun silabus tiap mata pelajaran ..............................47 membimbing guru dalam memilih dan menggunakan strategi/metode/teknik pembelajaran yang dapat mengembangkan potensi siswa .........................................48 membimbing guru dalam menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk tiap mata pelajaran ................................................................................49 membimbing guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran...............................49 membimbing guru dalam pengelolaan kelas
..........................................................50
membimbing guru dalam mengelola, merawat, mengembangkan
vi
dan menggunakan media pendidikan dan fasilitas pembelajaran untuk setiap mata pelajaran ..................................................................................................50 membantu guru agar lebih cepat memahami kurikulum ............................................51 memimpin guru dalam mengembangkan kurikulum .................................................52 memimpin guru dalam mengembangkan materi pelajaran ........................................52 memotivasi para guru untuk meningkatkan kinerjanya .............................................53 membantu para guru dalam melakukan evaluasi pada saat proses pembelajaran
..........................................................................................................53
membantu para guru mengevaluasi hasil belajar siswa .............................................54 membantu guru dalam menyusun alat evaluasi .........................................................55 menilai kurikulum yang dikembangkan oleh para guru.............................................55 memberikan pengarahan terhadap guru dalam proses pembelajaran yang harus dilaksanakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berprestasi aktif ..................................56 memberikan masukan terhadap guru untuk memberikan keteladanan dalam proses pembelajaran .......................................................................................56 melakukan perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran untuk terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan efisien ..............................................................................................................57 menilai hasil pembelajaran menggunakan berbagai tekhnik penilaian
vii
dapat berupa tes tertulis, observasi, tes praktik, dan penugasan per-orangan atau kelompok, sesuai dengan kompetensi dasar yang harus dikuasai ....................................................................................................58 memberikan saran-saran, usulan, atau ide kepala sekolah, khususnya guru, dalam pengelolaan pembelajaran ......................................................................59 melakukan pemantauan terhadap guru mengenai pengambilan langkah tindak lanjut yang diperlukan dalam proses pembelajaran ........................................59 menyusun program dan memberikan bantuan khususnya yang berhubungan dengan penyediaan sarana dan prasarana yang diperlukan oleh sekolah atau guru untuk pengelolaan proses pembelajaran ...............................60 melaksanakan pengawasan terhadap jalannya proses pembelajaran khususnya yang dilakukan oleh para guru ...............................................................61
viii
DAFTAR LAMPIRAN 1. Angket Guru 2. Pengajuan Judul Skripsi 3. Surat Bimbingan Skripsi 4. Surat Permohonan Izin Observasi 5. Surat Permohonan Izin Penelitian 6. Daftar Uji Referensi 7. Surat Keterangan Melakukan Penelitian Dari Sekolah
viii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-undang no. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. 1 Dari pengertian pendidikan di atas, ada beberapa hal yang sangat penting untuk kita ketahui. Pertama, pendidikan bukanlah suatu proses yang asal-asalan, akan tetapi proses yang bertujuan sehigga segala sesuatu yang dilakukan guru dan siswa harus mengarah ke tujuan. Kedua, pendidikan tidak boleh mengesampingkan proses belajar. Ketiga, proses pendidikan harus berorientasi kepada siswa. Keempat, proses pendidikan berujung kepada pembentukan sikap, pengembangan kecerdasan atau intelektual serta pengembangan keterampilan anak sesuai dengan kebutuhan. Keempat hal yang berkaitan dengan pendidikan itu menunjukkan betapa pentingnya proses pendidikan yang mengarah pada tujuan pendidikan. 1
DEPDIKNAS, Himpunan Peraturan/ketentuan Bidang Pendidikan Dasar dan Menengah, Tahun 2007, h. 10
1
2
Dengan demikian ketika kita memberikan pelajaran fisika, seharusnya kita berfikir bagaimana mata pelajaran fisika dapat membentuk anak yang memiliki kecerdasan dan keterampilan sesuai dengan tujuan pendidikan. Demikian juga ketika kita memberikan materi ekonomi seharusnya kita berfikir bagaimana materi ekonomi yang kita berikan bisa membantu mengembangkan sikap kecerdasan dan keterampilan sesuai dengan tujuan pendidikan. Manakala ini sudah terbentuk, maka semua guru mata pelajaran apapun yang diberikannya akan mengarah pada tujuan bersama. Tampaknya, pelaksanaan pendidikan kita di sekolah belum sesuai dengan harapan di atas. Para guru di sekolah masih bekerja sendiri-sendiri sesuai dengan mata pelajaran yang diberikannya, seakan akan mata pelajaran yang satu terlepas dari mata pelajaran
secara menyeluruh. Untuk itu
diperlukan suatu standar yang mengatur proses pembelajaran yang biasa disebut dengan standar proses pendidikan. Standar proses pendidikan menurut Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005 Bab 1 Pasal 1 Ayat 6 adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada satu satuan pendidikan untuk mencapai standar kompetensi lulusan. Dari penerapan pemerintah di atas, ada beberapa hal yang perlu digaris bawahi. Pertama, standar proses pendidikan berlaku untuk setiap lembaga pendidikan formal, dengan demikian seluruh sekolah seharusnya melaksanakan proses pembelajaran seperti yang dirumuskan dalam standar proses pendidikan ini. Kedua, standar proses pendidikan berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran, yang berarti dalam standar proses pendidikan berisi tentang bagaimana seharusnya proses pembelajaran berlangsung. Dengan demikian, standar proses pendidikan dimaksud dapat dijadikan pedoman bagi guru dan pengelola pembelajaran. Ketiga, standar proses pendidikan diarahkan untuk mencapai standar kompetensi lulusan. 2 Dari ketiga hal tersebut masih terdapat kelemahan guru dalam mengembangkan proses pembelajaran, banyak guru yang melaksanakan 2
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran………., h. 4
3
pembelajaran sesuai dengan seleranya sendiri, bukan didasarkan pada standar proses yang berlaku. Untuk itu perlunya pegawas dalam melaksanakan supervisi standar proses agar proses pembelajaran menjadi efektif. Supervisi menurut Sergiovanni adalah suatu proses yang digunakan oleh personalia sekolah yang bertanggung jawab terhadap aspek-aspek tujuan sekolah dan yang bergantung secara langsung kepada para personalia yang lain, untuk menolong mereka menyelesaikan tujuan sekolah itu. 3 Dari pernyataan di atas harus diketahui bahwa supervisi itu bukan peranan, tetapi merupakan suatu proses. Proses tersebut terjadi di sekolah yang digunakan oleh personalia-personalia tertentu untuk menolong para personalia yang lain dalam usaha mencari tujuan pendidikan. Menurut Marks nilai supervisi terletak pada perkembangan dan perbaikan situasi belajar mengajar yang direfleksikan pada perkembangan para siswa. Perbaikan situasi belajar mengajar berhubungan erat dengan pengelolaan kelas, ialah suatu usaha untuk (1) menciptakan, memperbaiki, dan memelihara organisasi, kelas agar para siswa dapat mengembangkan minat, bakat, dan kemampuannya secara maksimal, (2) menyeleksi fasilitas belajar yang tepat dengan problem dan situasi kelas, (3) mengkoordinasikan kemauan siswa mencapai tujuan pendidikan, (4) meningkatkan moral kelas. 4 Situasi belajar mengajar di sekolah-sekolah kita sekarang ini menggambarkan suatu keadaan yang sangat kompleks. Kekalutan yang ada adalah akibat faktor-faktor obyektif yang saling mempengaruhi sehingga mengakibatkan menurunnya hasil belajar. Karena itu perlu menciptakan situasi yang memungkinkan murid-murid dapat belajar dengan baik dan guruguru dapat membimbing dalam suasana kreatif di mana mereka merasa bertumbuh dalam jabatan mengajar mereka. Kalau faktor-faktor obyektif dalam situasi belajar di sekolah dianalisa maka kita akan melihat banyak sekali variabel yang turut menentukan proses belajar dan mengajar itu. Usaha memperbaiki variabel-variabel itu ialah dengan jalan membantu guru-gru 3
Made Pidarta, Pemikiran Tentang Supervisi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 1992), ed. 2, cet. I, h. 2 4 Made Pidarta, Pemikiran Tentang………, h. 2-3
4
agar mereka mampu memecahkan persoalan-persoalan yang mereka hadapi. Secara operasional dapat dikemukakan beberapa tujuan kongkrit dari supervisi pendidikan: 1. Membantu guru melihat dengan jelas tujuan-tujuan pendidikan 2. Membantu guru dalam membimbing pengalaman belajar muruid-murid 3. Membantu guru dalam menggunakan sumber-sumber pengalaman belajar 4. Membantu guru dalam menggunakan metode-metode dan alat-alat pelajaran moderen 5. Membantu guru dalam memenuhi kebutuhan belajar murid 6. Membantu guru dalam hal menilai kemajuan murid-murid dan hasil pekerjaan guru itu sendiri 7. Membantu guru dalam membina reaksi mental atau moral kerja guru dalam rangka pertumbuhan pribadi dan jabatan mereka 8. Membantu guru baru di sekolah sehingga mereka merasa gembira dengan tugas yang diperolehnya 9. Membantu guru agar waktu dan tenaga tercurahkan sepenuhnya dalam pembinaan sekolahnya. 5 Salah satu sasaran supervisi adalah penerapan standar proes pendidikan di suatu sekolah, karena penerapan standar proses pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada satu satuan pendidikan untuk mencapai standar kompetensi lulusan. Secara umum penerapan standar proses di sekolah-sekolah yaitu mengacu kepada visi, misi dan tujuan sekolah tersebut, karena standar proses itu adalah Menerapkan standar berarti menggunakan kriteria berdasarkan kriteria mutu. Dalam pengelolaan pendidikan Indonesia kriteria minimal itu adalah standar nasional pendidikan. Kriteria minimal sama dengan batas minimal mutu yang menjadi patokan target pencapaian yang ditetapkan satuan pendidikan, idealnya di atas standar nasional. Dalam menerapkan standar terdapat dua kata kunci yaitu adanya kriteria yang dipersyaratkan dan adanya proses pengukuran. Hal yang diukur dalam mutu adalah proses dan hasil. Oleh karena itu indikator mutu meliputi indikator operasional dan indikator produk. Kedua bidang itu penting untuk diukur karena dari hasil penelitian para ahli terbukti bahwa produk yang baik 5
Piet . A. Sahertian dan Frans Mataheru Dip, Prinsip & Tekhnik Supervisi Pendidikan, (Surabaya: Usaha Nasional, 1981), h. 23-24
5
itu datang dari proses yang bermutu. Proses yang bermutu harus melahirkan produk yang bermutu pula. Dalam mencapai standar proses yang baik dibutuhkan pengawas yang baik pula, jika pengawas sekolah memiliki kemampuan supervisi yang berkualitas, maka kualitas kepala sekolah pun akan meningkat. Seperti halnya pengawas sekolah, kepala sekolah juga harus dibekali kemampuan mengelola sekolah secara profesional sehingga akan terlihat perkembangan sekolahnya. Menurut Nana Sudjana tugas pokok pengawas sekolah adalah melakukan penilaian dan pembinaan dengan melaksanakan fungsi-fungsi supervisi, baik supervisi akademik maupun supervisi manajerial. Berdasarkan tugas pokok dan fungsi di atas minimal ada tiga kegiatan yang harus dilaksanakan pengawas yakni: 1. Melakukan pembinaan pengembangan kualitas sekolah, kinerja kepala sekolah, kinerja guru, dan kinerja seluruh staf sekolah, 2. Melakukan evaluasi dan monitoring pelaksanaan program sekolah beserta pengembangannya, 3. Melakukan penilaian terhadap proses dan hasil program pengembangan sekolah secara kolaboratif dengan stakeholder sekolah. 6 Pengawasan dalam bidang pendidikan bukan hanya sekedar kontrol atau melihat apakah kegiatan yang ada telah berlangsung sesuai dengan skenario yang telah ditetapkan, tetapi lebih dari pada itu, pengawasan dalam bidang pendidikan mencakup visi dan misi serta kondisi atau syarat personel maupun material yang diperlukan dalam mencipatakan lahirnya siatuasi belajar mengajar yang kondusif dan tepat guna. Pelaksanaan pengawasan bukan hanya mengawasi Guru dan pegawai yang ada di sekolah menjalani tugas sesuai dengan instruksi, dan berusaha membina hubungan yang baik dengan guru yang lainnya, seharusnya secara bersamaan guru dan pengawas menyusun strategi kerja yang lebih efektif. Dalam pelaksanaan pengawasan dalam lingkungan pendidikan, guru bukanlah dianggap sebagai bawahan yang tidak memiliki daya tawar, tetapi guru harus ditempatkan sebagai sosok partner kerja yang 6
Akhmad Sudrajat, “Tugas Pokok dan Fungsi Pengawas”, dari www. Tugas Pokok dan Fungsi Pengawas Sekolah « Akhmad Sudrajat Lets Talk About Education.htm, 8 April 2008
6
mampu saling memberi sehingga tercipata suasana kerja yang saling melengakapi diantara guru dan pengawas. Pelaksanaan pengawasan yang dilakukan supervisor seharusnya satu bulan sekali akan tetapi di sekolah ini hanya satu semester satu kali. Dalam pemerikasaannya pengawas memeriksa semua keadaan sekolah seperti administrasi, kebersihan, perlengkapan sekolah hanya dalam waktu sehari, dan itupun hanya sebentar. Penerapan Standar proses yang ada di sekolah ini sudah diterapkan. Akan tetapi cara penerapan standar proses di sekolah ini sama saja seperti sekolah-sekolah lainnya yaitu kurang mengajak anak didiknya untuk aktif, kreatif dan kemandirian sesuai dengan bakat dan minat. Seorang guru akan berhasil jika dalam pembelajarannya sesuai dengan perencanaan sebelumnya. Karena standar Proses akan tercapai atau berhasil jika dalam pelaksanaanya mengacu pada standar kompetensi peserta didik. Dalam mencapai standar proses ini dibutuhkan supervisor yang baik untuk mengawasi berjalannya pembelajaran, dan masih banyak pengawas yang tidak paham tentang standar proses sehingga proses pembelajaran tidak sesuai dengan tujuan pembelajaran, sedangkan standar proses tersebut untuk mencapai standar kompetensi lulusan, selain dari pengawas luar (eksternal) pengawas dari dalam (internal) juga berperan dalam mengontrol standar proses yang berjalan di sekolah ini. Untuk berjalannya standar proses dengan baik dan masih banyak guru yang belum paham akan standar proses tersebut sehingga proses pembelajaran tidak efektif, dan belum lengkapnya sarana prasarana yang ada di sekolah seperti infokus, masih banyak guru yang belum menggunakan infokus untuk proses pembelajaran, seharusnya pegawas lebih memperhatikan kebutuhan sekolah tersebut untuk proses pembelajaran dan paham akan standar proses tersebut. Dari adanya feomena tersebut, maka peneliti merasa penting untuk melakukan penelitian yang berhubungan dengan kinerja pengawas. Dengan demikian peneliti tertarik untuk mengajukan skripsi dengan judul
7
“PERSEPSI GURU TENTANG KINERJA PENGAWAS DALAM MELAKSANAKAN SUPERVISI STANDAR PROSES DI SMP N 87 JAKARTA”
B. Identifikasi Masalah Dari latar belakang yang telah diuraikan dapat diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut: 1. Proses pembelajaran tidak sesuai dengan konsep pembelajaran yang mengacu pada standar proses 2. Banyaknya guru yang tidak mengerti konsep pembelajaran yang mengacu pada standar proses 3. Pengawas belum paham akan konsep pembelajaran yang mengacu pada standar proses 4. Upaya pengawas agar para guru paham konsep pembelajaran yang mengacu pada standar proses 5. Sarana prasarana media pembelajaran yang belum lengkap untuk proses pembelajaran yang mengacu pada standar proses 6. Belum efektifnya kinerja supervisor 7. Rendahnya prestasi guru dalam melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu
C. Pembatasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah di atas maka untuk memfokuskan penelitian penulis membatasi permasalahan pada: 1. Banyaknya guru yang tidak mengerti konsep pembelajaran yang mengacu pada standar proses 2. Belum efektifnya kinerja supervisor 3. Rendahnya prestasi guru dalam melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu
8
D. Perumusan Masalah Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah di atas, maka penulis merumuskan
permasalahan
“Bagaimana
kinerja
pengawas
dalam
meningkatkan kinerja guru dalam melaksanakan konsep pembelajaran yang mengacu pada standar proses
E. Manfaat Penelitian • Bagi peneliti, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan tentang kinerja pengawas dalam melaksanakan supervisi standar proses • Bagi sekolah, penelitian ini diharapkan menjadi masukan tentang pentingnya pengawasan standar proses. • Bagi jurusan Kependidikan Islam Program Studi Manajemen Pendidikan dan Civitas Akademika UIN Syarif Hidayatullah, diharapkan dapat menambah perbendaharaan karya ilmiah serta mejadi tolok ukur dalam mengembangkan administrasi pendidikan
9
BAB II KAJIAN TEORITIK A. Persepsi 1. Pengertian Persepsi Persepsi berasal dari bahasa Inggris, yaitu perception, yang berarti pengamatan 1 . Menurut Sarlito Wirawan Sarwono, kemampuan untuk membeda-bedakan, mengelompokkan, memfokouskan objek-objek disebut sebagai kemampuan untuk mengorganisasikan pengamatan atau disebut persepsi. 2 Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh penginderaan. Penginderaan adalah merupakan suatu proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat penerima yaitu alat indera. Namun proses tersebut tidak berhenti di situ saja, pada umumnya stimulus tersebut diteruskan oleh syaraf ke otak sebagai pusat susunan syaraf, dan proses selanjutnya merupakan proses persepsi. Karena itu proses persepsi tidak dapat lepas dari proses penginderaan, dan proses penginderaan merupakan proses yang mendahului terjadinya persepsi. Proses penginderaan terjadi setiap saat, yaitu pada waktu
individu menerima stimulus yang mengenai dirinya melalui alat indera. Alat indera merupakan penghubung antara individu dengan dunia luar. Stimulus 1
W.J.S Poerwadarminta, Kamus lengkap Inggris Indonesia, (Bandung: Hasta, 1982), h. 143. Sarlito Wirawan Sarwono, Pengantar Umum Psikologi, (Jakarta: Bulan Bintang, 1982), cet. II, h. 39. 2
9
10
yang mengenai induvidu itu kemudian diorganisasikan, diinterpretasikan sehingga individu menyadari tentang apa yang diinderanya itu. Proses inilah yang dimaksud dengan persepsi. Dengan persepsi individu dapat menyadari, dapat mengerti tentang keadaan lingkungan yang ada di sekitarnya, dan juga tentang keadaan diri individu yang bersangkutan. Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa dalam persepsi stimulus dapat datang dari luar diri individu, tetapi juga dapat datang dari dalam diri individu yang bersangkutan. Bila yang dipersepsi dirinya sendiri sebagai objek persepsi, inilah yang disebut persepsi diri (selfperception). Karena dalam persepsi itu merupakan aktifitas yang integrated, maka seluruh apa yang ada dalam diri individu seperti perasaan, pengalaman, kemampuan berfikir, kerangka acuan, dan aspek-aspek lain yang ada dalam diri individu akan ikut berperan dalam persepsi tersebut. Berdasarkan atas hal tersebut, dapat dikemukakan bahwa dalam persepsi itu sekalipun stimulusnya sama, tetapi karena pengalaman tidak sama, kemampuan berfikir tidak sama, kerangka acuan tidak sama, adanya kemungkinan hasil persepsi antara individu satu dengan individu yang lain tidak sama. Keadaan tersebut memberikan gambaran bahwa persepsi itu memang bersifat individual. 2. Hakikat persepsi. 3 1. Persepsi Merupakan Kemampuan Kognitif Persepsi ternyata banyak melibatkan kegiatan kognitif. Pada awal pembentukan persepsi, orang telah menentukan apa yang telah akan diperhatikan. Setiap kali kita memusatkan perhatian lebih besar kemungkinan kita akan memperoleh makna dari apa yang kita tangkap, lalu menghubungkannya dengan pengalaman yang lalu, dan dikemudian hari akan diingat kembali 2. Peran Atensi Dalam Persepsi Selama kita tidak dalam keadaan tidur, maka sejumlah rangsangan yang besar sekali saling berlomba menurut perhatian kita. Biasanya, 3
Abdul Rahman Shaleh, Muhbib Abdul Wahab, Psikologi Suatu Pengantar, ( Jakarta: Prenada Media, 2004), cet. I, h. 91-93.
11
manusia dan hewan lainnya akan memilih mana rangsangan tersebut yang paling menarik dan paling mengesankan. Keterbukaan kita untuk memilih inilah yang disebut dengan atensi atau perhatian. Beberapa psikologi melihat atensi sebagai jenis alat saringan (filter), yang akan menyaring semua informasi pada titik yang berbeda dalam proses persepsi. Sebaliknya, psikologi lain yakni bahwa manusia mampu memusatkan atensinya terhadap apa yang mereka kehendaki untuk dipersepsikan, dengan secara aktif melibatkan diri mereka dengan pengalaman-pengalaman tanpa menutup rangsangan lain yang saling bersaing. 3. Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi Persepsi merupakan proses mengorganisasikan yang berwujud diterimanya stimulus oleh individu melalui alat inderanya dan menggabungkan data-data indera kita untuk dikembangkan sedemikian rupa sehingga kita dapat menyadari sekeliling kita. Menurut Sarlito Wirawan Sarwono terdapat enam faktor yang mempengaruhi persepsi. 4 yaitu: 1.
2.
3. 4. 5. 6.
Perhatian: biasanya kita tidak menangkap seluruh rangsanagan yang ada di sekitar kita sekaligus, tetapi kita memfokuskan perhatian kita pada satu atau dua objek saja. Perbedaan fokus antara satu dengan orang lain, menyebabkan perbedaan persepsi antara mereka. Set: set adalah harapan seseorang akan rangsangan yang akan timbul. Misalnya, pada seorang pelari yang siap di garis “start” terdapat set bahwa akan terdengar bunyi pistol di saat mana ia harus mulai berlari. Kebutuhan: kebutuhan-kebutuhan sesaat maupun yang menetap pada diri seseorang, akan mempengaruhi persepsi orang tersebut. Sistem Nilai: sistem nilai yang berlaku dalam suatu masyarakat berpengaruh pula terhadap persepsi. Ciri Kepribadian: ciri kepribadian akan mempengaruhi pula persepsi. Gangguan Kejiwaan: gangguan kejiwaan dapat menimbulkan kesalahn persepsi yang disebut halusinasi. Berbeda dengan ilusi, halusinasi bersifat individual, jadi hanya dialami oleh penderita yang bersangkutan saja
4
Sarlito Wirawan Sarwono, Pengantar Umum Psikologi, cet. VIII, h. 43-44.
12
B. Kinerja 1. Pengertian Kinerja Kinerja berasal dari pengertian performance. Ada pula yang memberikan pengertian performance sebagai hasil kerja atau prestasi kerja. Namun sebenarnya kinerja mempunyai makna yang lebih luas, bukan hanya hasil kerja, tetapi termasuk bagaimana proses pekerjaan berlangsung. 5 Dalam kamus bahasa Indonesia, kinerja diartikan sebagai “sesuatu yang ingin dicapai, prestasi yang diperlihatkan dan kemampuan kerja seseorang”. 6 Menurut Wibowo kinerja adalah merupakan implementasi dari rencana yang telah disusun. Implementasi kinerja dilakukan oleh sumber daya manusia yang memiliki kemampuan, kompetensi, motivasi, dan kepentingan. 7 Kinerja dapat diartikan sebagai prestasi kerja, pelaksanaan kerja, pencapaian kerja, hasil kerja atau unjuk kerja. 8 Dari beberapa pendapat diatas, kita bisa mengambil kesimpulan, bahwa dalam kinerja ada beberapa hal yang harus diperhatikan. Pertama, dalam kinerja harus ada objek yang dituju dan dicapai. Dengan ditentukannya objek yang akan dicapai diharapkan dalam proses menuju itu tidak melenceng dan salah arah. Sehingga kinerja itu akan berjalan dengan baik sesuai dengan apa yang dituju. Kedua, kemampuan seseorang dalam melakukan suatu pekerjaan yang ditampilkan atau diwujudkan melalui tingkah laku yang terlihat pada prestasi kerjanya dalam mencapai tujuan. Apersepsi pemahaman serta kemampuan bertingkah laku sesuai harapan dapat diidentifikasi sebagai faktor kerja, kemampuan kerja yang tinggi atau rendah dapat terlihat dari apa yang telah diapai dan prestasi yang diperoleh dalam suatu pekerjaan.
5
Wibowo, Manajemen Kinerja, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007), h. 7 DEPDIKNAS, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2003), h. 570. 7 Wibowo, Manajemen Kinerja,………….h. 4. 8 E. mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), cet. VIII, h. 136. 6
13
2. System Penilaian Kinerja 9 Penilaian kinerja adalah proses menilai hasil karya personel dala suatu organisasi melalui instrument penilaian kinerja. Melalui penilaian ini kita dapat mengetahui apakah pekerjaan itu sudah sesuai atau belum dengan uraian pekerjaan yang telah disusun sebelumnya. Dengan
melakukan
penilaian
demikian,
seorang
pemimpin
akan
menggunakan uraian pekerjaan sebagai tolok ukur. Bila pelaksanaan pekerjaan sesuai atau melebihi uraian pekerjaan, berarti pekerjaan itu berhasil dilaksanakan dengan baik. Bila di bawah uraian pekerjaan, maka berarti pelaksanaan pekerjaan tersebut kurang. Penilaian kinerja mencakup faktor-faktor antara lain: 1) Pengamatan, yang merupakan proses menilai dan menilik perilaku yang ditentukan oleh system pekerjaan. 2) Ukuran, yang dipakai untuk mengukur prestasi kerja seorang personel dibandingkan, dengan uraian pekerjaan yang telah ditetapkan untuk personel tersebut. 3) Pengembangan,
yang
bertujuan
untuk
memotivasi
personel
mengatasi kekurangannya dan mendorong yang bersangkutan untuk mengembagkan kemampuan dan potensi yang ada pada dirinya. Penilaian
kinerja
biasanya
dilaksanakan
sekali
setahun.
Cara
penilaiannya adalah dengan membandingkan hasil pekerjaan yang telah dilaksanakan itu dengan uraian pekerjaan atau dengan pekerjaan sejenis lainnya yang telah dilaksanakan oleh personel lainnya dalam jangka waktu satu tahun. 3. Tujuan Penilaian Kinerja 10 Penilaian kinerja pada dasarnya mempunyai dua tujuan utama, yaitu: 1) Penilaian kemampuan personel 9
Yaslis Ilyas, Kinerja: Teori, Penilaian, dan Penelitian, (Depok: Pusat Kajian Ekonomi Kesehatan, 2002), cet. III, h. 87-88. 10 Yaslis Ilyas, Kinerja: Teori…..h. 88-89.
14
Merupakan tujuan yang mendasar dalam rangka penilaian personel secara individu, yang dapat digunakan sebagai informasi untuk penilaian efektivitas manajemen sumber daya manusia. 2) Pengembangan personel Sebagai informasi untuk pengambilan keputusan untuk pengembangan personel seperti: promosi, mutasi, rotasi, terminasi, dan penyesuaian kompensasi. Secara spesifik penilaian kinerja bertujuan anatara lain untuk: • Mengenali SDM yang perlu dilakukan pembinaan. • Menentukan criteria tingkat pemberian kompensasi. • Memperbaiki kualitas pelaksanaan pekerjaan. • Bahan perencanaan manajemen program SDM masa datang. • Memperoleh umpan balik atas hasil prestasi personel.
4. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kinerja diantaranya: 11 •
Faktor Kemampuan (ability) Secara psikologis, kemampuan terdiri dari kemampuan potensi (IQ)
dan kemampuan reality (knowledge + skill). Artinya, pimpinan dan karyawan yang memiliki IQ di atas rata-rata (IQ 110-120) dengan pendidikan yang memadai untuk jabatannya dan terampil dalam mengerjakan pekerjaan sehari-hari, maka ia akan lebih mudah menapai kinerja yang diharapkan. Oleh karena itu, pegawai perlu ditempatkan pada pekerjaan yang sesuai dengan keahliannya. •
Faktor Motivasi (motivation) Motivasi diartikan suatu sikap (attitude) pimpinan dan karyawan
terhadap situasi kerja di lingkungan organisasinya. Mereka yang bersikap positif terhadap situasi kerjanya akan menunjukkan motivasi kerja tinggi 11
Anwar Prabu Mangkunegara, Evaluasi Kinerja SDM, (Bandung: PT Refika Aditama 2006), h. 13-14
15
dan sebaliknya jika mereka bersikap negative terhadap situasi kerjanya akan menunjukkan motivasi kerja yang rendah. Situasi kerja yang dimaksud mencakup antara lain hubungan kerja, fasilitas kerja, iklim kerja, kebijakan pimpinan, pola kepemimpinan kerja dan kondisi kerja.
C. Pengawas 1. Pengertian Pengawas Pengawas adalah salah satu tenaga kependidikan, yang bertugas memberikan pengawasan agar tenaga kependidikan (guru, kepala sekolah, personil lainnya di sekolah) dapat menjalankan tugasnya dengan baik 12 . Pengawas adalah pejabat fungsional yang berkedudukan sebagai pelaksana tekhnis untuk melakukan pengawasan pendidikan terhadap sejumlah sekolah yang telah ditunjuk dan ditetapkan dalam upaya meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar untuk mencapai tujuan pendidikan 13 . Dari pengertian tersebut jelaslah bahwa keberadaan pengawas sangat dibutuhkan untuk dapat memantau seluruh kegiatan pendidikan dan pembelajaran yang berlangsung pada setiap unit sekolah. Keberadaan pengawas bukanlah untuk mencari cari kesalahan dan kekurangan yang dilakukan sekolah dalam melaksanakan peran dan fungsinya, tetapi pengawas lebih berfungsi sebagai pemberi solusi atas masalah dan hambatan yang dialami sekolah. Peraturan pemerintah no 19 Tahun 2005 Bab VI mengenai standar pendidik dan tenaga kependidikan, dalam pasal 1 Pengawasan pada pendidikan formal dilakukan oleh pengawas satuan pendidikan. Pasal 2 kriteria minimal untuk menjadi pengawas satuan pendidikan meliputi, pertama berstatus sebagai guru sekurang-kurangnya 8 (delapan) tahun atau
12
Amiruddin Siahaan dkk, Manajemen Pengawas Pendidikan, (Ciputat: Quantum Teaching, 2006) cet. I, h. 1 13 N.A. Suprawoto, “Hakikat Pengawas Sekolah”, dari www.N.A.suprawoto.wordpress.com, 15 Desember 2009.
16
kepala sekolah sekurang-kurangnya 4 (empat) tahun pada jenjang pendidikan yang sesuai dengan satuan pendidikan yang diawasi. 14
2. Fungsi Pengawas Menurut Rohani HM (1991:72) terdapat 8 fungsi pengawas, yaitu: a. b. c. d. e. f. g. h.
Mengkoordinasikan semua usaha sekolah Memperlengkapi kepemimpinan sekolah Memperluas pengalaman guru-guru Menstimulasi usaha-usaha yang kreatif Memberikan fasilitas penilaian yang terus menerus Menganalisis situasi belajar dan mengajar Memberikan pengetahuan/skill setiap anggota/ staff Membantu meningkatkan kemampuan mengajar guru. 15
3. Kompetensi Pengawas Secara sederhana kompetensi diartikan seperangkat kemampuan yang meliputi pengetahuan, sikap, nilai dan keterampilan yang harus dimiliki dan dimiliki seseorang dalam rangka melaksanakan tugas pokok, fungsi dan tanggungjawab pekerjaan dan/jabatan yang disandangnya. Kompetensi pengawas sekolah adalah seperangkat kemampuan yang meliputi pengetahuan,sikap,nilai dan keterampilan yang harus dikuasai dan ditampilkan oleh pengawas sekolah dalam melaksanakan pengawasan akademik dan pengawasan manajerial pada sekolah-sekolah binaannya 16 Menurut Nana Sudjana ada 6 kompetensi pengawas diantaranya: 17 1. Kompetensi Kepribadian Kompetensi
kepribadian
pengawas
sekolah/madrasah
adalah
kemampuan pengawas sekolah dalam menampilkan dirinya atau performance diri sebagai pribadi yang: 14
Risa, “Perekrutan Pengawas Sekolah”, dari www. Kriteria Pengawas Sekolah. htm, 4 September 2009 15 Amiruddin Siahaan dkk, Manajemen Pengawas Pendidikan, h. 4 16 Indra, “Pengertian Kompetensi Pengawas Sekolah”, dari www. Blog Pengawas Indonesia.htm, 28 Maret 2009. 17 Suwarto, “Pengawas Sekolah yang Profesional”, dari www. Kompetensi Pengawas Sekolah.html,
17
1. bertanggungjawab dalam melaksanakan tugas pokoknya 2. kreatif dalam bekerja dan memecahkan masalah 3. ingin tahu hal-hal baru tentang ilmu pengetahuan, teknologi dan seni 4. memiliki motivasi kerja dan bisa memotivasi orang lain dalam bekerja. Makna dari kompetensi kepribadian sebagaimana dikemukakan di atas adalah sikap dan perilaku yang ditampilkan pengawas sekolah dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya mengandung empat karakteristik di atas. Ini berarti sosok pribadi pengawas sekolah harus tampil beda dengan sosok pribadi yang lain dalam hal tanggung jawab, kreatifitas, rasa ingin tahu dan motivasi dalam bekerja. Sosok pribadi tersebut diharapkan menjadi kebiasaan dalam perilakunya. 2. Kompetensi Sosial Kompetensi sosial pengawas sekolah adalah kemampuan pengawas sekolah dalam membina hubungan dengan berbagai pihak serta aktif dalam kegiatan organisasi profesi pengawas. Kompetensi
sosial
pengawas
sekolah
mengindikasikan
dua
keterampilan yang harus dimiliki pengawas sekolah yakni(1) keterampilan berkomunikasi baik lisan atau tulisan termasuk keterampilan bergaul dan(2) keterampilan bekerja dengan orang lain baik secara individu maupun secara kelompok/ organisasi. Keterampilan ini mensyaratkan tampilnya sosok pribadi pengawas yang luwes, terbuka, mau menerima kritik serta selalu memandang positif orang lain. Kompetensi kepribadian dan kompetensi sosial pengawas sekolah sebagaimana dijelaskan di atas hanya tambahan dari kompetensi kepribadian dan kompetensi sosial guru dan kepala sekolah Karena pengawas sekolah/madrasah berasal dari guru atau kepala sekolah sehingga kompetensi kepribadian dan kompetensi sosial guru atau kepala sekolah sudah melekat pada dirinya.
18
3. Kompetensi Supervisi Akademik Kompetensi supervisi akademik adalah kemampuan pengawas sekolah dalam melaksanakan pengawasan akademik yakni menilai dan membina guru dalam rangka mempertinggi kualitas proses pembelajaran yang dilaksanakannya agar berdampak terhadap kualitas hasil belajar siswa. Kompetensi supervisi akademik intinya adalah membina guru dalam meningkatkan mutu proses pembelajaran. Oleh sebab itu sasaran supervisi akademik adalah guru dalam proses belajar mengajar (pembelajaran). Materi pokok dalam proses pembelajaran adalah (penyusunan silabus dan RPP, pemilihan strategi/metode/teknik pembelajaran, penggunaan media dan teknologi informasi dalam pembelajaran, menilai proses dan hasil pembelajaran serta penelitian tindakan kelas). Berikut adalah kompetensi inti dari dimensi kompetensi supervise akademik. 1. menguasai
konsep,
prinsip,
teori
dasar,
karakteristik
dan
kecenderungan perkembangan tiap mata pelajaran 2. menguasai
konsep,
prinsip,
teori
dasar,
karakteristik
dan
kecenderungan proses pembelajaran/pembimbingan tiap mata pelajaran 3. membimbing guru dalam menyusun silabus mata pelajaran berdasarkan standar isi, standar kompetensi dan kompetensi dasar serta prinsip-prinsip pengembangan KTSP. 4. membimbing
guru
strategi/metode/teknik
dalam
memilih
dan
pembelajaran/’bimbingan
menggunakan setiap
mata
pelajaran membimbing guru dalam menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran tiap mata pelajaran. 5. membimbing guru dalam menyususn rencana pelaksanaan pembelajaran tiap mata pelajaran. 6. membimbing
guru
dalam
laboratorium dan di lapangan.
melaksanakan
pembelajaran
di
19
7. membimbing guru dalam mengelola, merawat, mengem -bangkan dan menggunakan media serta fasilitas pembe-lajaran/bimbingan. 8. membimbing guru dalam memanfaatkan teknologi informasi untuk pembelajaran/bimbingan 4. Kompetensi supervisi manajerial Kompetensi supervisi manajerial adalah kemampuan pengawas sekolah dalam melaksanakan pengawasan manajerial yakni menilai dan membina kepala sekolah dan tenaga kependidikan lain yang ada di sekolah dalam mempertinggikualitas pengelolaan dana dministasi sekolah. Standar administrasi dan pengelolaan sekolah secara konseptual dan operasional tersirat dan tersurat dalam rumusan kompetensi inti kepala sekolah (Permendiknas No. 13 Tahun 2007) khususnya pada dimensi kompetensi manajerial. Selain itu dalam kompetensi manajerial pengawas sekolah, pengawas dituntut juga untuk menguasai program dan kegiatan bimbingan konseling serta memantau pelaksanaan standar nasional pendidikan di sekolah binaannya. Untuk itu pengawas sekolah harus menguasai teori, konsep serta prinsip tentang metode dan teknik supervisi pendidikan berikut aplikasinya dalam penyusunan program dan praktek pengawasan manajerial. Berikut ini kompetensi inti yang harus dimliki pengawas sekolah dalam dimensi kompetensi supervisi manajerial. 1. menguasai pengetahuan tentang metode, teknik dan prinsip-prinsip supervisi dalam meningkatkan mutu pendidikan 2. menguasai teknik menyusun program pengawasan berdasarkan visi, misi, tujuan dan program pendidikan sekolah binaan 3. menyusun metode kerja dan instrumen yang diperlukan untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi pengawasan di sekolah binaannya 4. teknik
menyusun
menindaklanjutinya
laporan untuk
hasil-hasil perbaikan
berikutnya pada sekolah binaannya
pengawasan
program
dan
pengawasan
20
5. membina kepala sekolah dalam pengelolaan dan administrasi satuan pendidikan berdasarkan manajemen peningkatan mutu pendidikan di sekolah 6. membina kepala sekolah dan guru dalam melaksanakan bimbingan konseling di sekolah 7. mendorong guru dan kepala sekolah dalam merefleksikan hasilhasil
yang
dicapainya
untuk
menemukan
ke-lebihan
dan
pendidikan
dan
kekurangan dalam melaksanakan tugas pokoknya 8. memantau
pelaksanaan
standar
nasional
memanfaatkan hasil-hasilnya untuk membantu kepala sekolah mempersiapkan akreditasi sekolahnya. 5. Kompetensi Evaluasi Pendidikan Kompetensi evaluasi pendidikan adalah kemampuan pengawas sekolah dalam
kegiatan
mengumpulkan,
mengolah,
menafsirkan
dan
menyimpulkan data dan informasi untuk menentukan tingkat keberhasilan pendidikan. Materi pokok kompetensi evaluasi pendidikan adalah penilaian proses dan hasil belajar, penilaian program pendidikan, penilaian kinerja guru, kinerja kepala sekolah dan kinerja sekolah. Penilaian itu sendiri diartikan sebagai proses memberikan pertimbangan berdasarkan kriteria yang telah ditentukan. Oleh sebab itu ciri dari kegiatan penilaian adalah adanya obyek yang dinilai, adanya kriteria yang dijadikan indikator keberhasilan dan adanya interpretasi dan judgement. Setiap kegiatan penilaian akan menghasilkan data hasil penilaian yang harus diolah dan dianalisis untuk pengambilan keputusan. Dimensi kompetensi evaluasi pendidikan terdiri atas enam kompetensi inti yakni: 1. menyusun
kriteria
dan
indikator
keberhasilan
pembelajaran/bimbingan 2. membimbing guru dalam menentukan aspek-aspek yang penting dinilai dalam pembelajaran/bimbingan
21
3. menilai kinerja kepala sekolah, guru dan staf sekolah dalam melaksanakan
tugas
pokok
dan
tanggungjawabnya
dalam
meningkatkan mutu pendidikan 4. memantau pelaksanaan pembelajaran/bimbingan dan hasil belajar siswa
serta
menganalisisnya
untuk
perbaikan
mutu
pembelajaran/bimbingan 5. membina guru dalam memanfaatkan hasil penilaian untuk perbaikan mutu pendidikan dan pembelajaran/ bimbingan 6. mengolah dan menganalisis data hasil penilaian kinerja kepala sekolah, guru dan staf sekolah.
6. Kompetensi Penelitian dan pengembangan Kompetensi penelitian dan pengembangan adalah kemarnpuan pengawas sekolah dalam merencanakan dan melaksanakan penelitian pendidikan/pengawasan
serta
menggunakan
hasil-hasilnya
untuk
kepentingan peningkatan mutu pendidikan. Penelitian adalah kegiatan mengumpulkan, mengolah, menafsirkan dan menyimpulkan data dan informasi untuk memecahkan masalah praktis dan untuk pengembangan ilmu pengetahuan. Penelitian merupakan metode ilmiah yakni memecahkan masalah dengan menggunakan logika berpikir yang didukung oleh data empiris. Logika berpikir tampak dalam prosesnya dengan
menempuh
langkah-langkah
yang
sistematis
mulai
dari
pengumpulan data, mengolah dan menafsirkan data, menguji data sampai menarik kesimpulan. Data dikatakan empiris sebab menggambarkan apa yang terjadi di lapangan. Dalam kompetensi penelitian materi yang perlu dikuasai pengawas sekolah antara lain pendekatan, metode dan jenis penelitian, merencanakan dan melaksanakan penelitian, mengolah dan menganalisis data, menulis laporan hasil penelitian sebagai karya tulis ilmiah serta memanfaatkan hasil-hasil penelitian. Kompetensi penelitian bagi pengawas bermanfaat ganda yakni manfaat untuk dirinya sendiri agar dapat menyusun karya
22
tulis ilmiah (KTI) berbasis penelitian dan manfaat untuk membina guru dan kepala sekolah dalam hal merencanakan dan melaksanakan penelitian khususnya penelitian tindakan. Dimensi kompetensi penelitian dan pengembangan terdiri atas delapan kompetensi inti yakni: 1. menguasai berbagai pendekatan, jenis dan metode penelitian dalam pendidikan 2. menentukan masalah kepengawasan yang penting diteliti baik untuk keperluan tugas pengawasan maupun untuk pengembangan karir profesinya 3. menyusun proposal penelitian pendidikan baik penelitian kualitatif maupun penelitian kuantitatif 4. melaksanakan penelitian pendidikan untuk pemecahan masalah pendidikan dan perumusan kebijakan pendidikan yang bermanfaat bagi tugas pokok dan tanggungjawabnya 5. mengolah dan menganalisis data hasil penelitian pendidikan baik data kualitatif maupun data kuantitatif 6. menulis karya tulis ilmiah dalam bidang pendidikan dan kepengawasan dan memanfaatkannya untuk perbaikan mutu pendidikan 7. menyusun
pedoman/panduan
dan
atau
buku/modul
yang
diperlukan untuk melaksanakan tugas pengawasan 8. memberikan bimbingan kepada guru tentang penelitian tindakan kelas baik perencanaan maupun pelaksanaannya di sekolah. Dalam pengertian kompetensi pengawas sekolah sebagaimana dikemukakan di atas tersirat adanya tiga ciri utama kompeten. Ketiga ciri tersebut adalah: a. Adanya substansi atau materi yang harus dikuasai pengawas sekolah yang terkait dengan pelaksanaan tugas pokoknya
23
b. Adanya performance atau tampilan prilaku nyata dari pengawas sekolah dalam dalam melaksanakan tugas pokoknya sebagai pencerminan dari materi yang telah dikuasainya serta c. Adanya hasil dari performance/tampilan perilaku nyata pengawas sekolah dalam bentuk hasil-hasil pengawasan yang tampak dari kinerja sekolah yang dibinanya
4. Ruang Lingkup Kepengawasan Tugas pokok pengawas sekolah/satuan pendidikan adalah melakukan penilaian dan pembinaan dengan melaksanakan fungsi-fungsi supervisi, baik supervisi akademik maupun supervisi manajerial. Berdasarkan tugas pokok dan fungsi di atas minimal ada tiga kegiatan yang harus dilaksanakan pengawas yakni: 1. Melakukan pembinaan pengembangan kualitas sekolah, kinerja kepala sekolah, kinerja guru, dan kinerja seluruh staf sekolah, 2. Melakukan evaluasi dan monitoring pelaksanaan program sekolah beserta pengembangannya, 3. Melakukan penilaian terhadap proses dan hasil program pengembangan sekolah secara kolaboratif dengan stakeholder sekolah. 18 Berdasarkan
dari tugas pokok pengawas satuan pendidikan, maka
ruang lingkup kegiatan dalam program pengawasan adalah sebagai berikut: 1. Penilaian kinerja yang akan dilakukan terhadap: a. Kepala sekolah b. Guru c. Tenaga kependidikan lain (tenaga administrasi, laboran, pustakawan). 2. Pembinaan yang akan dilakukan terhadap: a. Organisasi sekolah dalam persiapan menghadapi akreditasi sekolah 18
Akhmad Sudrajat, “Tugas Pokok Pengawas”, dari www. Tugas Pokok dan Fungsi Pengawas Sekolah « Akhmad Sudrajat Lets Talk About Education.htm, 8 April 2008
24
b. Kepala sekolah dalam pengelolaan dan administrasi sekolah. c. Guru dalam hal perencanaan, pelaksanaan dan penilaian proses pembelajaran/bimbingan berdasarkan kurikulum yang berlaku d. Tenaga kependidikan lain (tenaga administrasi, laboran, pustakawan) dalam pelaksanaan tugas pokoknya masingmasing e. Penerapan berbagai inovasi pendidikan/pembelajaran f. Pengawas pada jenjang di bawahnya dalam bentuk bimbingan untukmelaksanakan tugas pokok kepengawasan. 3. Pemantauan yang akan dilakukan terhadap: a. Pengelolaan dan administrasi sekolah b. Pelaksanaan delapan standar nasional pendidikan c. Lingkungan sekolah d. Pelaksanaan ujian sekolah dan ujian nasional e. Pelaksanaan penerimaan siswa baru f. Pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler g. Sarana belajar (alat peraga, laboratorium, perpustakaan). 19
D. Supervisi Pendidikan 1. Pengertian supervisi. Supervisi adalah segala bantuan dari para pemimpin sekolah, yang tertuju kepada perkembangan kepemimpinan guru-guru dan personel sekolah lainnya di dalam mencapai tujuan-tujuan pendidikan 20 . Dalam Dictionary of Education Good Carter (1959) memberi pengertian bahwa supervisi adalah usaha dari petugas-petugas sekolah dalam memimpin guru-guru dan petugas-petugas lainnya dalam memperbaiki pengajaran, termasuk menstimulasi, menyeleksi pertumbuhan jabatan dan perkembangan 19 Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pertanian Departemen Pendidikan Nasional 2009 20
Ngalim Purwanto, Administrasi Dan Supervisi Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1991) cet. IV, h. 76
25
guru-guru serta merevisi tujua-tujuan pendidikan, bahwa pengajaran dan metode serta evaluasi pengajaran 21 . Ada bermacam-macam konsep supervisi. Secara historis mula-mula diterapkan konsep supervisi yang tradisional, yaitu pekerjaan inpeksi, mengawasi dalam pengertian mencari kesalahan dan menemukan kesalahan dengan tujuan untuk diperbaiki. Perilaku supervisi yang tradisional ini disebut snooper vision, yaitu tugas memata-matai untuk menemukan kesalahan. Konsep seperti ini menyebabkan guru-guru menjadi takut dan mereka kerja dengan tidak baik karena takut dipersalahkan. Kemudian berkembang supervisi yang bersifat ilmiah, ialah: 1. Sistematis, artinya dilaksanakan secara teratur, berencana dan kontinu. 2. Objektif dalam pengertian ada data yang didapat berdasarkan observasi nyata bukan berdasarkan tafsiran pribadi. 3. Menggunakan alat pencatat yang dapat memberikan informasi sebagai umpan balikuntuk mengadakan penilaian terhadap proses pembelajaran di kelas. Seorang sepervisor harus bekerja dengan dan melalui para karyawan dalam melaksanakan pekerjaanya secara tepat waktu dengan mutu yang tinggi dan batasan anggaran yang telah ditetapkan. Menjadi supervisor andalan berarti mencapai keberhasilan melalui orang lain. Hal ini dikenalkan sebagai melibatkan orang lain. Terdapat dua hal yang berpengaruh pada keterampilan melibatkan orng lain, yaitu: 22 1. Pribadi (personal power): melibatkan orang lain karena meraka “mau” (orang lain terlibat) 2. Kedudukan/posisi (positon power): melibatkan orang lain karena mereka “harus” (melibatkan orang lain). Supevisi yang andal akan melibatkan orang lain secara positif: bawahan, teman sejawat, dan para konsumennya. Pelaksanaannya didasari pada kemampuan pribadi yang luar biasa. 21
Piet A. Sahartian, Konsep Dasar & Teknik Supervis Pendidikan, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2000) cet. I, h. 17 22 Rick Conlow, Menjadi Supervisor Hebat, (Jakarta: PT. Victory Jaya Abadi, 2003), cet. I, h. 7
26
2. Tujuan Supervisi Tujuan supervisi adalah memberikan layanan dan bantuan untuk mengembangkan situasi belajar-mengajar yang dilakukan guru di kelas 23 . Pendapat ini sesuai dengan apa yang dikemukakan Olive bahwa sasaran (dominan) supervisi pendidikan ialah: 1. Mengembangkan kurikulum yang sedang dilaksanakan di sekolah 2. Meningkatkan proses belajar-mengajar di sekolah. 3. Mengembangkan seluruh staf di sekolah. Ary Gunawan mengemukakan tujuan pelaksanaan supervisi adalah sebagai berikut: a. Membina guru-guru untuk lebih memahami tujuan umum pendidikan b. Membina guru-guru guna mengatasi problem-problem siswa demi kemajuan prestasi belajarnya c. Membina guru-guru dalam mempersiapkan siswa-siswanya untuk menjadi anggota masyarakat yang produktif, kreatif, etis, serta religius. d. Membina guru-guru dalam meningkatkan kemampuan mengevaluasi, mendignosa kesulitan belajar. e. Membina guru-guru dalam memperbesar kesadaran tentang tata kerja yang demokratis, kooperatif, serta kegotong royongan f. Memperbesar ambisi guru-guru dan karyawan dalam meningkatkan mutu profesinya. g. Membina guru-guru dan karyawan dalam meningkakan popularitas sekolahnya. h. Melindungi guru-guru dan karyawan pendidikan terhadap tuntutan serta kritik-kritik tak wajar dari masyarakat 24 .
23 24
Piet A. Sahertian, Konsep Dasar Supervisi & Tekhnik Supervisi Pendidikan, h. 19 Ary Gunawan, Administrasi Sekolah, (Jakarta: Rineke Cipta, 1996), cet. Ke 1, hal. 198
27
Dengan demikian jelas bahwa tujuan supervisi ialah memberikan layanan dan bantuan untuk meningkatkan kualitas mengajar guru di kelas yang pada gilirannya
untuk
meningkatkan
kualitas
belajar
siswa.
Bukan
saja
memperbaiki kemampuan mengajar tapi juga untuk pengembangan potensi kualitas guru. 3. Prinsip Supervisi 25 Masalah yang dihadapi dalam melaksanakan supervisi di lingkungan pendidikan ialah bagaimana cara mengubah pola pikir yang bersifat otokrat dan korektif menjadi sikap yang konstruktif dan kreatif. Untuk itu supervisi harus dilaksanakan berdasarkan data, fakta yang objektif. Maka prinsip supervisi yang dilaksanakan adalah: 1) Prinsip Ilmiah (scientific) Prinsip ilmiah mengandung ciri-ciri sebagai berikut: a. Kegiatan supervisi dilaksanakan berdasarkan data objektif yang diperoleh dalam kenyataan pelaksanaan proses belajar mengajar. b. Untuk memperoleh data perlu diterapkan alat perekam data, seperti angket, observasi, percakapan pribadi, dan seterusnya. c. Setiap kegiatan supervisi dilaksanakan secara sistematis, berencana dan kontinu. 2) Prinsip Demokratis Servis dan bantuan yang diberikan kepada guru berdasarkan hubungan kemanusiaan yang akrab dan kehangatan sehingga guru-guru merasa aman untuk
mengembangkan
tugasnya.
Demokratis
mengandung
makna
menjunjung tinggi harga diri dan martabat guru, bukan bedasarkan atasan dan bawahan, tapi berdasarkan rasa kesejawatan. 3) Prinsip Kerjasama Mengembangkan usaha bersama atau menurut istilah supervisi ‘sharing of idea, sharing of experience’, memberi support mendorong, menstimulasi guru, sehingga mereka merasa tumbuh bersama. 25
Piet A. Sahertian, Konsep Dasar Supervisi & Tekhnik Supervisi Pendidikan, h. 20
28
4) Prinsip Konstruktif dan Kreatif Setiap guru akan merasa termotifasi dalam mengembangkan potensi kreatifitas kalau supervisi mampu menciptakan suasana kerja yang menyenangkan, bukan melalui cara-cara menakutkan.
4. Fungsi supervisi Menurut Swearingen dalam bukunya Super Vision of Intruction – Foundation and Dimension (1961). Ia mengemukakan 8 fungi supervisi: a. Mengkoordinasikan semua usaha sekolah b. Memperlengkapi kepemimpinan sekolah c. Memperluas pengalaman guru-guru d. Menstimulasi usaha-usaha yang kreatif e. Memberi fasilitas dan penilaian yang terus-menerus f. Menganalisis situasi belajar-mengajar g. Memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada setiap anggota staf h. Memberi wawasan yang lebih luas dan terintegrasi dalam merumuskan tujuan-tujuan pendidikan dan menigkatkan kemampuan mengajar guru-guru 26 5. Peranan Supervisi Pendidikan 27 Seorang supervisor dapat berperan sebagai: 1) Koordinator Sebagai koordinator ia dapat mengkoordinasi program belajar-mengajar, tugas tugas anggota staf berbagai kegiatan yang berbeda-beda diantara guruguru. Contoh kongkret mengkoordinasi tugas mengajar satu mata pelajaran yang dibina oleh berbagai guru. 2) Konsultan Sebagai konsultan ia dapat memberi bantuan, bersama mengkonsultasikan masalah yang dialami guru baik secara individual maupun secara kelompok. 26 27
Piet A. Sahertian, Konsep Dasar……….., hal. 21 Piet A. Sahertian, Konsep Dasar……….., hal. 25-26
29
Misalnya, kesulitan dalam mengatasi anak yang sulit belajar, yang menyebabkan guru sendiri sulit mengatasi dalam tatap muka dikelas. 3) Pemimpin kelompok Sebagai pemimpin kelompok ia dapat memimpin sejumlah staf guru dalam mengembangkan potensi kelompok, pada staf meengembangkan kurikulum, materi pelajaran dan kebutuhan profesional guru-guru secara bersama. Sebagai pemimpin kelompok ia dapat mengembngkan keterampilan dan kiat-kiat dalam bekerja untuk kelompok (working for the group), bekerja dengan kelompok (working with the group) dan bekerja melalui kelompok (working through the group). 4) Evaluator Sebagai evaluator ia dapat membantu guru-guru dalam menilai hasil dan proses belajar, dapat menilai kurikulum yang sedang dikembangkan. Ia juga belajar menatap dirinya sendiri. Ia dibantu dalam merefleksi dirinya, yaitu konsep dirinya (self concept), ide/cita-cita dirinya (self idea), realitas dirinya (self reality) (P. Wiggens, 1965). Misalnya, di akhir semester ia dapat mengadakan evaluasi diri sendiri dengan memperoleh umpan balik dari setiap peserta didik yang dapat dipakai sebagai bahan untuk memperbaiki dan meningkatkan dirinya.
E. Standar Proses Pendidikan 1. Pengertian Standar Proses Standar proses merupakan proses pembelajaran interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologi peserta didik. 28
28
Badan Standar Nasional 2005.
30
Standar proses adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada satu satuan pendidikan untuk mencapai standar kompetensi lulusan 29 . Perencanaan
proses
pembelajaran
meliputi
silabus
dan
rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang memuat identitas mata pelajaran, standar kompetensi (SK), kompetensi dasar (KD), indikator pencapaian kompetensi, tujuan pembelajaran, materi ajar, alokasi waktu, metode pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian hasil belajar, dan sumber belajar. RPP dijabarkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan belajar peserta didik dalam upaya mencapai KD. Setiap guru pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung
secara
interaktif,
inspiratif,
menyenangkan,
menantang,
memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Standar proses, baik yang berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan, penilaian, dan pengawas pembelajaran dikembangkan oleh BSNP, dan ditetapakan dengan peraturan Menteri. Secara garis besar standar proses pembelajaran tersebut dapat dideskripsikan sebagai berikut. a. Proses Pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berprestasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prekarsa, kreatifitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. b. Setiap satuan pendidikan melakukan perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan
proses
pembelajaran
pembelajaran yang efektif dan efisien. 29
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran……….h. 4
untuk
terlaksananya
proses
31
b. Perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran yang memuat sekurang-kurangnya tujuan pembelajaran, materi ajar, metode, sumber belajar, dan penilaian hasil belajar. c. Pelaksanaan
proses
pembelajaran
harus
memperhatikan
jumlah
maksimal peserta didik per kelas dan beban mengajar maksimal per pedidik, rasio maksimal buku teks pembelajaran setiap peserta didik dan rasio maksimal jumlah peserta didik. d. Penilaian hasil pembelajar menggunakan berbagai tekhnik penilaian dapat berupa tes tertulis, observasi, tes praktik, dan penugasan perorangan atau kelompok, sesuai dengan kompetensi dasar yang harus dikuasai. e. Pengawasan proses pembelajaran meliputi pemantauan, supervisi, evaluasi, pelaporan, dan pengambilan langkah tindak lanjut yang diperlukan 30 .
2. Fungsi Standar Proses Pendidikan Secara umum, standar proses pendidikan (SPP) sebagai standar minimal yang harus dilakukan memiliki fungsi sebagai pengendalian proses pendidikan untuk memperoleh kualitas hasil dan proses pembelajaran. Menurut Wina Sanjaya dalam bukunya Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan ada 5 fungsi Standar Proses Pendidikan: a. Fungsi SPP dalam Rangka Mencapai Standar Kompetensi yang Harus Dicapai Proses pendidikan berfungsi sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan, yakni kompetensi yang harus dicapai dalam ikhtiar pendidikan. Bagaimana pun bagus dan idealnya suatu rumusan kompetensi, pada akhirnya keberhaasilannya sangat tergantung kepada pelaksanaan proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Berkaitan dengan hal itu, SPP 30
E. Mulyasa, Implementasi KTSP Kemandirian Guru dan Kepala Sekolah, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009) cet. Ke 2, hal. 25
32
berfungsi sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan serta program yang harus dilaksanakan oleh guru dan siswa dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut. b. Fungsi SPP bagi Guru Untuk mencapai tujuan pendidikan, yakni standar kompetensi yang harus dimiliki siswa, guru sebagai ujung tombak pelaksanaan pendidik di lapangan sangat menentukan keberhasilannya. Bagaimanapun idealnya suatu kurikulum
tanpa
diikuti
mengimplementasikannya
oleh
dalam
kemampuan
kegiatan
proses
guru pendidikan,
dalam maka
kurikulum itu tidak akan memiliki makna. Berkaitan dengan itu, standar proses pendidikan bagi guru berfungsi sebagai pedoman dalam membuat perencanaan program pembelajaran, baik program untuk periode tertentu maupun program pembelajaran harian, dan sebagai pedoman untuk implementasi program dalam kegiatan nyata dilapangan. Oleh sebab itu, guru perlu memahami dan menghayati prinsip-prinsip SPP. c. Fungsi SPP bagi Kepala Sekolah Kepala sekolah adalah orang yang secara struktural bertanggung jawab dalam mengendalikan mutu pendidikan secara langsung. Dengan demikian, bagi kepala sekolah SPP berfungsi: •
Sebagai barometer atau alat pengukur keberhasilan program pendidikan di sekolah yang dipimpinnya. Kepala sekolah dituntut untuk menguasai dan mengontrol apakah kegiatan-kegiatan proses pendidikan yang dilaksanakan itu berpijak pada standar proses yang telah ditentukan atau tidak.
•
Sebagai sumber utama dalam merumuskan berbagai kebijakan sekolah khususnya dalam menentukan dan mengusahakan ketersediaan berbagai keperluan sarana dan prasarana yang dibutuhkan untuk menunjang keberhasilan proses pendidikan.
d. Fungsi SPP bagi Para Pengawas (Supervisor) Bagi para pengawas, SPP berfungsi sebagai pedoman, patokan, atau ukuran dalam menetapkan bagaimana yang perlu disempurnakan atau
33
diperbaiki oleh setiap guru dalam pengelolaan proses pembelajaran. Dengan demikian, para pengawas perlu memahami dengan benar hakikat SPP. Melalui pemahaman itu selanjutnya pengawas dapat memberikan masukan dan bimbingan kepada para guru untuk meingkatkan kualitas proses pembelajaran e. Fungsi SPP bagi Dewan Sekolah dan Dewan Pendidikan Fungsi utama dewan sekolah dan dewan pendidikan adalah fungsi perencanan dan pengawasan. Fungsi ini amat penting untuk menjaga kualitas pendidikan. Untuk melaksanakan fungsi tersebut baik dewan atau komite sekolah maupun dewan pendidikan perlu memahami SPP. Melalui pemahaman SPP, maka lembaga ini dapat melaksanakan fungsi dalam: •
Menyusun program dan memberikan bantuan khususnya yang berhubungan dengan penyediaan sarana dan prasarana yang diperlukan oleh sekolah atau guru untuk pengelolaan proses pembelajaran yang sesuai dengan standar minimal;
•
Memberikan saran-saran, usulan, atau ide kepala sekolah, khususnya guru, dalam pengelolaan pembelajaran yang sesuai dengan standar minimal;
•
Melaksanakan pengawasan terhadap jalannya proses pembelajaran khususnya yang dilakukan oleh para guru.
Pengawas merupakan salah satu tenaga pendidikan yang bertugas memberikan pengawasan agar tenaga kependidikan (guru, kepala sekolah, personel lainnya di sekolah) dapat menjalankan tugasnya dengan baik. Dari pengertian ini dapat diketahui bahwa tugas pengawas salah satunya adalah memperbaiki kinerja guru di sekolah. Guru adalah orang yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan tugas belajar mengajar di kelas. Ini mengharuskan guru mengerti tentang standar proses pendidikan. Tugas pengawas adalah membuat standar proses dapat diterapkan dengan baik oleh para guru.
34
Tugas pengawas dalam melaksanakan supervisi standar proses meliputi beberapa hal, yakni meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut: 1. Koordinator a. Mengkoordinasikan pelaksanaan KBM b. Mengkoordinasi tugas-tugas guru dalam berbagai kegiatan yang berbeda-beda. 2. Konsultan a. Membantu para guru dalam mengatasi masalah individual b. Membantu menyelesaikan masalah yang dihadapi guru secara kelompok 3. Pemimpin kelompok Sebagai pemimpin kelompok, pengawas memimpin para guru dalam mengembangkan profesinalismenya. 4. Evaluator a. Membantu para guru dalam menilai hasil proses belajar mengajar b. Membantu para guru dalam menilai kurikulum yang sedang dikembangkan.
Dari ke delapan fungsi pengawas yang dikutip oleh Rohani di dalam bukunya
Amiruddin
Siahaan
yang
berjudul
manajemen
pengawas
pendidikan terdapat konsep kerangka berfikir yaitu bahwasannya dengan kondisi pengawas saat ini yang kurang efektif dikarenakan pengawas jarang berkunjung, tidak disiplin, dan tidak memberikan saran terhadap guru bagaimana pembuatan RPP yang mengacu pada standar proses, sehingga para guru kurang memahami proses KBM yang mengacu pada standat proses. Yaitu proses pembelajaran secara aktif, inspiratif, menantang dan menyenangkan. Oleh karena itu dibutuhkannya pengawas yang efektif dan professional. Pengawas yang efektif dan professional yaitu memberikan layanan kepada stakeholder pendidikan, terutama kepada guru-guru, baik secara individu maupun secara kelompok dalam usaha memperbaiki kualitas proses dan hasil pembelajaran, dan mengoreksi, memperbaiki bila
35
ditemukan adanya penyimpangan yang akan mengganggu pencapaian tujuan. Akan tetapi kondisi pengawas di sekolah ini kurang efektif dan tidak memberikan arahan kepada guru konsep pembelajaran yang mengacu pada standar proses. Stategi yang tepat untuk mengatasi pengawas yang kurang efektif dan kurang professional yaitu dengan diberikannya pelatihan, bimbingan dan pendidikan tentang kepengawasan, agar kinerja pengawas lebih baik dan professional.
17
37
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kinerja pengawas dalam melaksanakan supervisi standar proses di SMP N 87 Jakarta.
B. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMP N 87 Jakarta. Adapun waktu pelaksanaan penelitan yaitu sejak diterimanya proposal skripsi sampai selesai.
C. Metode Penelitian Metode yang digunakan adalah dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif dalam bentuk deskriptif analisis, yaitu menganalisa keterkaitan antara variabel-variabel dalam suatu fenomena yang diteliti dan menguraikan data-data yang ada untuk disimpulkan.
37
38
1. Field Reseach (Penelitian Lapangan) Yaitu dengan cara meneliti langsung objeknya, metode ini menggunakan fenomena yang di lapangan tanpa membuat manipulasi terhadap variable yang akan dilhat atau diukur.
D. Populasi dan sampel Populasi adalah keseluruhan objek penelitian suatu tempat tertentu. Populasi penelitian ini adalah para guru yang berjumlah 38 orang. Sampel adalah sebagian subjek yang diteliti/diselidiki dari keseluruhan subjek penelitian (populasi). Dalam penelitian ini penulis mengambil sampel dari semua guru yang berjumlah 38 orang karena jumlah populasi di bawah 100 orang dan keberagaman latar belakang guru yang berbeda-beda.
E. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data Untuk memperoleh data dan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini, maka penulis menggunakan beberapa metode pengumpulan data yang disesuaikan dengan tujuan yang hendak dicapai. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan antara lain: 1. Observasi yaitu pengamatan dan pencatatan dengan sistematika fenomena yang diselidiki dalam arti luas. Observasi ini dilakukan dengan cara mengunjungi SMP N 87 Jakarta 2. Angket Sebagai alat pengumpulan data yang digunakan dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan pada angket yang diisi oleh para guru 3. Interview (wawancara) yaitu dialog langsung antara peneliti dengan responden yang akan diwawancarai, sebelum memulai wawancara sipeneliti atau pewawancara terlebih dahulu menyediakan daftar-daftar pertanyaan yang sesuai dengan permasalahan yang akan diteliti, guna untuk memperoleh secara langsung informasi yang sebenarnya.
39
Tabel 1 Kisi-kisi Instrumen Persepsi Guru Tentang Kinerja Pengawas Dalam Melaksanakan Supervisi Standar Proses Di Sekolah SMP 87 Jakarta Fokus
Dimensi
Indikator
No. Butir
Penelitian
Soal
Persepsi guru Koordinator tentang
• Mengkoordinasikan
1
pelaksanaan KBM • Mengkoordinasi
kinerja
tugas- 2,3
pengawas
tugas guru dalam berbagai
dalam
kegiatan
melaksanakan
beda
supervisi
Konsultan
yang
• Membantu
berbeda-
para
guru 4,5,6
standar
dalam mengatasi masalah
proses
secara individual • Membantu menyelesaikan 7,8,9,10,11,12, masalah yang dihadapi 13 guru secara berkelompok. Pemimpin
Memimpin para guru dalam 14,15,16
Kelompok
mengembangkan profesionalismenya.
Evaluator
• Membantu
para
guru 17,18,19
dalam menilai hasil dan proses belajar • Membantu
para
guru 20
dalam menilai kurikulum yang
sedang
dikembangkan. SPP mencapai
Standar proses sebagai alat 21,22
40
standar
untuk
kompetensi
pendidikan.
yang
mencapai
tujuan
harus
dicapai. SPP
bagi
guru
23 standar
proses
pendidikan
berfungsi sebagai pedoman dalam membuat perencanaan SPP
bagi program pembelajaran.
kepal
sebagai
sekolah
keberhasilan
alat
24
pengukuran program
pendidikan. SPP
bagi
pengawas.
25 memberikan
masukan
dan
bimbingan kepada para guru untuk meningkatkan kualitas SPP
bagi proses pembelajaran.
dewan
melakukan perencanaan dan
sekolah dan pengawasan. dewan pendidikan.
26,27,28
41
F. Teknik pengelolaan dan analisis Data Data yang berasal dari kepustakaan digunakan sebagai teori yang dijadikan pedoman penulis untuk penelitian lapangan. Adapun data yang telah dikumpulkan dalam penelitian ini selanjutnya diolah dan dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif. Adapun teknik pengolahan data sebagai berikut: 1.
Editing, yaitu memeriksa kelengkapan dan pengisian angket atau kuesioner yang berhasil dikumpulkan.
2.
Skoring, yaitu memberikan nilai pada setiap jawaban angket.
3.
Tabulating,
yaitu
mentabulasikan
data
jawaban
yang
berhasil
dikumpulkan ke dalam tabel yang telah disediakan. 4.
Menghitung prosentase jawaban dengan rumus sebagai berikut:
Keterangan: P
= Angka Presentase
F
= Frekuensi jawaban yang diberikan responden
N
= Jumlah Responden 1
1
Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006), h. 43
42
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data Supervisi standar proses merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan oleh pengawas pendidikan. Dalam melakukan supervisi ini, ada beberapa peran yang harus dijalankan oleh seorang pengawas, yaitu sebagai koordinator, konsultan, pemimpin kelompok dan evaluator. Masing-masing peran tersebut harus dijalankan dengan baik sesuai dengan prinsip dan prosedur supervisi. Untuk mengetahui kinerja pengawas dalam melakukan supervisi standar proses tersebut peneliti menggunakan dua alat pengumpulan data, yaitu wawancara dan angket. Adapun hasil penelitian tersebut dapat dideskripsikan sebagai berikut: 1. Hasil wawancara Untuk menjadi seorang pengawas ada beberapa persyaratan yang yang harus dipenuhi, seperti latar belakang pendidikan, pengalaman kerja dan sebagainya. Di SMP N 87 Jakarta pengawas memiliki latar belakang pendidikan S1 (Strata Satu). Pengawas pernah bekerja sebagai guru dan kepala sekolah, dengan usianya 50 tahun saat ini sudah satu tahun ia menjabat sebagai pengawas di sekolah ini. Dalam melakukan pekerjaannya sebagai supervisor, pengawas adakalanya melakukan kesalahan, karena pengawas jarang melakukan kunjungan ke sekolah, kadang-kadang dalam satu semester hanya sekali atau tidak pernah datang, (dari hasil wawancara dengan wakil kepala sekolah). Untuk itu, kepala sekolah harus melakukan upaya untuk 42
43
mengatasi masalah tersebut. Dalam hal ini, upaya yang dilakukan kepala sekolah diantaranya meminta pengawas untuk sering datang ke sekolah, meminta masukan kepada pengawas berkaitan dengan masalah-masalah yang dihadapi oleh sekolah. Adapun upaya yang dikalukan untuk meningkatkan kinerja pengawas yaitu: 1. Menurut kepala sekolah Pengawas sekolah dituntut untuk memiliki kemampuan mengelola program peningkatan mutu pendidikan, mulai dari proses perancangan kegiatan, pelaksana dan pemantauan serta evaluasi hasil program tersebut, membantu sekolah melakukan evaluasi diri untuk mengenali kelemahan dan kelebihannya, Jika pelaksanaan pengawasan secara prosedural sudah sesuai dengan konsep dan dasar supervisi, maka implikasinya pada pendidikan akan menghasilkan mutu pendidikan dan akhirnya tercipta pendidikan bermutu 2. Menurut guru Diperlukannya standardisasi kompetensi pengawas sekolah sebagai jaminan kesamaan penguasaan kompetensi yang diperlukan, dalam hal pengawasan sekolah sehingga sekolah dapat lebih dilayani dan dibina secara efektif, efisien dan produktif.
Tujuan disusunnya standar
kompetensi pengawas sekolah adalah sebagai acuan untuk mengukur kemampuan dan kinerja pengawas sekolah dalam pelaksanaan tugas kepengawasannya di sekolah, melakukan pembinaan dan peningkatan mutu pengawas sekolah, dan meningkatkan kinerja pengawas sekolah sesuai dengan profesinya
2. Hasil penyebaran angket Hasil penyebaran angket yang diberikan kepada guru mengenai persepsi guru tentang kinerja pengawas dalam melakukan supervisi standar proses di SMP N 87 Jakarta menunjukkan hasil sebagai berikut:
44
1. Mengkoordinasikan pelaksanaan KBM Tabel 2 Mengkoordinasikan kegiatan belajar mengajar oleh guru. No 1
Alternatif Jawaban
Frekuensi
%
a.
Selalu
1
2,63
b.
Sering
5
13,15
c.
Kadang-kadang
16
42,11
d.
Tidak pernah
16
42,11
38
100
Jumlah (N)
Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa responden dalam menjawab pertanyaan kebanyakan memilih jawaban kadang-kadang dan tidak pernah. Hal ini sesuai dengan jawaban responden yaitu kadang-kadang 42,11%, tidak pernah 42,11%, sering 13,15%, selalu 2,63%. Ini berarti bahwa pengawas tidak pernah mengkoordinasikan kegiatan belajar mengajar oleh guru. Keberadaan pengawas sangat dibutuhkan untuk mengkoordinasikan KBM agar para guru paham tentang KBM yang mengacu pada standar proses
2. Mengkoordinasi tugas-tugas guru dalam berbagai kegiatan yang berbeda-beda Tabel 3 Mengkoordinasi tugas mengajar satu mata pelajaran yang dibina oleh beberapa guru. No 2
Alternatif Jawaban
Frekuensi
%
a.
Selalu
1
2,63
b.
Sering
4
10,53
c.
Kadang-kadang
27
71,05
d.
Tidak pernah
6
15,79
38
100
Jumlah (N)
45
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa responden dalam menjawab pertanyaan kebanyakan memilih jawaban kadang-kadang, hal ini sesuai dengan jawaban responden yaitu kadang-kadang 71,05%, tidak pernah 15,79%, sering 10,53%, selalu 2,63%. Ini berarti bahwa pengawas jarang mengkoordinasi tugas mengajar satu mata pelajaran yang dibina oleh
beberapa
guru
sehingga
pengawas
kurang
efisien
dalam
melaksanakan tugas-tugasnya.
Tabel 4 Mengkoordinasi kegiatan yang dilakukan oleh para guru dalam proses pembelajaran.
No 3
Alternatif Jawaban
Frekuensi
%
a.
Selalu
1
2,63
b.
Sering
3
7,9
c.
Kadang-kadang
27
71,05
d.
Tidak pernah
7
18,42
38
100
Jumlah (N)
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa responden dalam menjawab pertanyaan kebanyakan memilih jawaban kadang-kadang, hal ini sesuai dengan jawaban responden yaitu kadang-kadang 71,05%, tidak pernah 18,42%, sering 7,9%, selalu 2,63%. Ini berarti bahwa pengawas jarang mengkoordinasi kegiatan yang dilakukan oleh para guru dalam proses pembelajaran sehingga pengawas tidak tahu akan kesulitan yang di hadapi oleh guru dalam proses pembelajaran.
46
3. Membantu para guru dalam mengatasi masalah secara individual Tabel 5 Membantu guru yang mengalami kesulitan dalam mengatasi anak yang sulit belajar No 4
Alternatif Jawaban
Frekuensi
%
a.
Selalu
1
2,63
b.
Sering
1
2,63
c.
Kadang-kadang
22
57,9
d.
Tidak pernah
14
36,84
38
100
Jumlah (N)
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa responden dalam menjawab pertanyaan kebanyakan memilih jawaban kadang-kadang, hal ini sesuai dengan jawaban responden yaitu kadang-kadang 57,9%, tidak pernah 36,84%, sering 2,63%, selalu 2,63%. Ini berarti bahwa pengawas jarang membantu guru yang mengalami kesulitan dalam mengatasi anak yang sulit belajar.
Tabel 6 Membantu guru dalam mengatasi masalah yang berkaitan dengan kenakalan pelajar yang dilakukan saat proses pembelajaran No 5
Alternatif Jawaban
Frekuensi
%
a.
Selalu
1
2,63
b.
Sering
3
7,
c.
Kadang-kadang
22
57,9
d.
Tidak pernah
12
31,57
38
100
Jumlah (N)
47
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa responden dalam menjawab pertanyaan kebanyakan memilih jawaban kadang-kadang, hal ini sesuai dengan jawaban responden yaitu kadang-kadang 57,9%, tidak pernah 31,57%, sering 7,9%, selalu 2,63%. Ini berarti bahwa pengawas jarang membantu guru dalam mengatasi masalah yang berkaitan dengan kenakalan pelajar yang dilakukan saat proses pembelajara. Sehingga guru kurang memperhatikan anak-anak yang sulit belajar.
Tabel 7 Membantu guru dalam mengatur tingkat kedisiplinan siswa No 6
Alternatif Jawaban
Frekuensi
%
a.
Selalu
1
2,63
b.
Sering
2
5,26
c.
Kadang-kadang
25
65,79
d.
Tidak pernah
10
26,32
38
100
Jumlah (N)
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa responden dalam menjawab pertanyaan kebanyakan memilih jawaban kadang-kadang, hal ini sesuai dengan jawaban responden yaitu kadang-kadang 65,79%, tidak pernah 26,32%, sering 5,26%, selalu 2,63%. Ini berarti bahwa pengawas jarang membantu guru dalam mengatur tingkat kedisiplinan siswa sehingga masih adanya siswa yang kurang disiplin.
4. Membantu menyelesaikan masalah yang dihadapi guru secara berkelompok. Tabel 8 Membimbing guru dalam menyusun silabus tiap mata pelajaran No
Alternatif Jawaban
Frekuensi
%
48
7
a.
Selalu
1
2,63
b.
Sering
4
10,52
c.
Kadang-kadang
10
26,32
d.
Tidak pernah
23
60,53
38
100
Jumlah (N)
Dari
tabel di atas, dapat diketahui bahwa responden dalam
menjawab pertanyaan kebanyakan memilih jawaban tidak pernah, hal ini sesuai dengan jawaban responden yaitu tidak pernah 60,53%, kadangkadang 26,32%, sering 10,52%, selalu 2,63%. Ini berarti bahwa sebagian besar pengawas tidak pernah membimbing guru dalam menyususn silabus tiap mata pelajaran, sehingga masih banyaknya guru yang tidak mengerti proses KBM yang mengacu pada standar proses.
Tabel 9 Membimbing guru dalam memilih dan menggunakan strategi/metode/teknik pembelajaran yang dapat mengembangkan potensi siswa No 8
Alternatif Jawaban
Frekuensi
%
a.
Selalu
3
7,9
b.
Sering
5
13,16
c.
Kadang-kadang
24
63,15
d.
Tidak pernah
6
15,79
38
100
Jumlah (N)
Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa responden dalam menjawab pertanyaan kebanyakan memilih jawaban kadang-kadang, hal ini sesuai dengan jawaban responden yaitu kadang-kadang 63,15%, tidak pernah 15,79%, sering 13,16%, selalu 7,9%. Ini berarti bahwa pengawas jarang membimbing
guru
dalam
memilih
dan
menggunakan
strategi/metode/teknik pembelajaran yang dapat mengembangkan potensi
49
siswa.
Metode/tekhnik pembelajaran sangat dibutuhkan untuk proses
pembelajaran, oleh karena itu pengawas harus lebih memperhatikan sarana KBM yang kurang memadai di sekolah ini.
Tabel 10 Membimbing guru dalam menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk tiap mata pelajaran No 9
Alternatif Jawaban
Frekuensi
%
a.
Selalu
1
2,63
b.
Sering
10
26,32
c.
Kadang-kadang
11
28,95
d.
Tidak pernah
16
42,10
38
100
Jumlah (N)
Dari
tabel di atas, dapat diketahui bahwa responden dalam
menjawab pertanyaan kebanyakan memilih jawaban tidak pernah, hal ini sesuai dengan jawaban responden yaitu tidak pernah 42,10%, kadangkadang 28,95%, sering 26,32%, selalu 2,63%. Ini berarti bahwa sebagian besar pengawas tidak pernah membimbing guru dalam menyususn rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) untuk tiap mata pelajaran, sehingga masih banyaknya guru yang tidak tepat membut RPP untuk proses pembelajaran yang efektif dan menarik.
Tabel 11 Membimbing guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran No
Alternatif Jawaban
Frekuensi
%
10
a.
Selalu
1
2,63
b.
Sering
4
10,52
50
c.
Kadang-kadang
23
60,53
d.
Tidak pernah
10
26,32
38
100
Jumlah (N)
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa responden dalam menjawab pertanyaan kebanyakan memilih jawaban kadang-kadang, hal ini sesuai dengan jawaban responden yaitu kadang-kadang 60,53%, tidak pernah 26,32%, sering 10,52%, selalu 2,63%. Ini berarti bahwa pengawas jarang membimbing guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran.
Tabel 12 Membimbing guru dalam pengelolaan kelas No
Alternatif Jawaban
Frekuensi
%
11
a.
Selalu
1
2,63
b.
Sering
2
5,26
c.
Kadang-kadang
20
52,63
d.
Tidak pernah
15
39,48
38
100
Jumlah (N)
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa responden dalam menjawab pertanyaan kebanyakan memilih jawaban kadang-kadang, hal ini sesuai dengan jawaban responden yaitu kadang-kadang 52,63%, tidak pernah 39,48%, sering 5,26%, selalu 2,63%. Ini berarti bahwa pengawas jarang membimbing guru dalam pengelolaan kelas, dengan pengelolan kelas yang kurang baik dapat membuat siswa jenuh untuk belajar.
Tabel 13 Membimbing guru dalam mengelola, merawat, mengembangkan dan menggunakan media pendidikan dan fasilitas pembelajaran untuk setiap mata pelajaran
51
No
Alternatif Jawaban
Frekuensi
%
12
a.
Selalu
1
2,63
b.
Sering
6
15,79
c.
Kadang-kadang
22
57,9
d.
Tidak pernah
9
23,68
38
100
Jumlah (N)
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa responden dalam menjawab pertanyaan kebanyakan memilih jawaban kadang-kadang, hal ini sesuai dengan jawaban responden yaitu kadang-kadang 57,9%, tidak pernah 23,68%, sering 15,79%, selalu 2,63%. Ini berarti bahwa pengawas jarang membimbing guru dalam mengelola, merawat, mengembangkan dan menggunakan media pendidikan dan fasilitas pembelajaran untuk setiap mata pelajaran. Dengan adanya media yang lengkap siswa akan semangat untuk belajar dan guru pun bisa mengembangkan kretifitasnya untuk proses pembelajaran.
Tabel 14 Membantu guru agar lebih cepat memahami kurikulum No
Alternatif Jawaban
Frekuensi
%
13
a.
Selalu
1
2,63
b.
Sering
4
10,53
c.
Kadang-kadang
24
63,16
d.
Tidak pernah
9
23,68
38
100
Jumlah (N)
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa responden dalam menjawab pertanyaan kebanyakan memilih jawaban kadang-kadang, hal ini sesuai dengan jawaban responden yaitu kadang-kadang 63,16%, tidak pernah 23,68%, sering 10,53%, selalu 2,63%. Ini berarti bahwa pengawas
52
jarang membantu guru agar lebih cepat memahami kurikulum. Sehingga masih banyaknya guru yang kurang mengerti kurikulum.
5. Memimpin
para
guru
dalam
mengembangkan
profesionalismenya. Tabel 15 Memimpin guru dalam mengembangkan kurikulum No
Alternatif Jawaban
Frekuensi
%
14
a.
Selalu
1
2,63
b.
Sering
3
7,9
c.
Kadang-kadang
21
55,26
d.
Tidak pernah
13
34,21
38
100
Jumlah (N)
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa responden dalam menjawab pertanyaan kebanyakan memilih jawaban kadang-kadang, hal ini sesuai dengan jawaban responden yaitu kadang-kadang 55,26%, tidak pernah 34,21%, sering 7,9%, selalu 2,63%. Ini berarti bahwa pengawas jarang memimpin guru dalam mengembangkan kurikulum.
Tabel 16 Memimpin guru dalam mengembangkan materi pelajaran No
Alternatif Jawaban
Frekuensi
%
15
a.
Selalu
1
2,63
b.
Sering
5
13,16
c.
Kadang-kadang
22
57,89
d.
Tidak pernah
10
26,32
38
100
Jumlah (N)
53
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa responden dalam menjawab pertanyaan kebanyakan memilih jawaban kadang-kadang, hal ini sesuai dengan jawaban responden yaitu kadang-kadang 57,89%, tidak pernah 26,32%, sering 13,16%, selalu 2,63%. Ini berarti bahwa pengawas jarang memimpin guru dalam mengembangkan materi pelajaran. Pengawas memberikan arahan kepada guru agar lebih memahami materi yang akan diberikan kepada siswa.
Tabel 17 Memotivasi para guru untuk meningkatkan kinerjanya No
Alternatif Jawaban
Frekuensi
%
16
a.
Selalu
2
5,26
b.
Sering
32
84,21
c.
Kadang-kadang
4
10,53
d.
Tidak pernah
0
0
38
100
Jumlah (N)
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa responden dalam menjawab pertanyaan kebanyakan memilih jawaban sering, hal ini sesuai dengan jawaban responden yaitu sering 84,21%, kadang-kadang 10,53%, selalu 5,26%, tidak pernah 0%. Ini berarti bahwa pengawas sering memotivasi para guru untuk meningkatkan kinerjanya. Motivasi dari pengawas sangat dibutuhkan utuk para guru untuk meningkatkan kinerjanya.
6. Membantu para guru dalam menilai hasil dan proses belajar Tabel 18 Membantu para guru dalam melakukan evaluasi pada saat proses pembelajaran
54
No
Alternatif Jawaban
Frekuensi
%
17
a.
Selalu
3
7,89
b.
Sering
3
7,89
c.
Kadang-kadang
25
65,79
d.
Tidak pernah
7
18,43
38
100
Jumlah (N)
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa responden dalam menjawab pertanyaan kebanyakan memilih jawaban kadang-kadang, hal ini sesuai dengan jawaban responden yaitu kadang-kadang 65,79%, tidak pernah 18,43%, sering 7,89%, selalu 7,89%. Ini berarti bahwa pengawas jarang membantu para guru dalam melakukan evaluasi pada saat proses pembelajaran.
Tabel 19 Membantu para guru mengevaluasi hasil belajar siswa No
Alternatif Jawaban
Frekuensi
%
18
a.
Selalu
0
0
b.
Sering
4
10,53
c.
Kadang-kadang
23
60,53
d.
Tidak pernah
11
28,94
38
100
Jumlah (N)
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa responden dalam menjawab pertanyaan kebanyakan memilih jawaban kadang-kadang, hal ini sesuai dengan jawaban responden yaitu kadang-kadang 60,53%, tidak pernah 28,94%, sering 10,53%, selalu 0%. Ini berarti bahwa pengawas jarang membantu para guru mengevaluasi hasil belajar siswa.
55
Tabel 20 Membantu guru dalam menyusun alat evaluasi No
Alternatif Jawaban
Frekuensi
%
19
a.
Selalu
0
0
b.
Sering
3
7,9
c.
Kadang-kadang
15
39,47
d.
Tidak pernah
20
52,63
38
100
Jumlah (N)
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa responden dalam menjawab pertanyaan kebanyakan memilih jawaban tidak pernah, hal ini sesuai dengan jawaban responden yaitu tidak pernah 52,63%, kadangkadang 39,47%, sering 7,9%, selalu 0%. Ini berarti bahwa pengawas jarang membantu guru dalam menyusun alat evaluasi.
7. Membantu para guru dalam menilai kurikulum yang sedang dikembangkan. Tabel 21 Menilai kurikulum yang dikembangkan oleh para guru No
Alternatif Jawaban
Frekuensi
%
20
a.
Selalu
1
2,63
b.
Sering
4
10,53
c.
Kadang-kadang
19
50
d.
Tidak pernah
14
36,84
38
100
Jumlah (N)
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa responden dalam menjawab pertanyaan kebanyakan memilih jawaban kadang-kadang, hal ini sesuai dengan jawaban responden yaitu kadang-kadang 50%, tidak pernah 36,84%, sering 10,53%, selalu 2,63%. Ini berarti bahwa pengawas jarang menilai kurikulum yang dikembangkan oleh para guru.
56
8. Standar proses sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan. Tabel 22 Memberikan pengarahan terhadap guru dalam proses pembelajaran yang harus dilaksanakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berprestasi aktif No
Alternatif Jawaban
Frekuensi
%
21
a.
Selalu
2
5,26
b.
Sering
31
81,58
c.
Kadang-kadang
4
10,53
d.
Tidak pernah
1
2,63
38
100
Jumlah (N)
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa responden dalam menjawab pertanyaan kebanyakan memilih jawaban sering, hal ini sesuai dengan jawaban responden yaitu sering 81,58%, kadang-kadang 10,53%, selalu 5,26%, tidak pernah 2,63%. Ini berarti bahwa pengawas sering memberikan pengarahan terhadap guru dalam proses pembelajaran yang harus dilaksanakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berprestasi aktif. Tugas pengawas salah satunya yaitu memberikan arahan terhadap guru dalam proses KBM yang mengacu pada standar proses.
Tabel 23 Memberikan masukan terhadap guru untuk memberikan keteladanan dalam proses pembelajaran No
Alternatif Jawaban
22
a.
Selalu
Frekuensi
%
3
7,89
57
b.
Sering
17
44,74
c.
Kadang-kadang
17
44,74
d.
Tidak pernah
1
2,63
38
100
Jumlah (N)
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa responden dalam menjawab pertanyaan kebanyakan memilih jawaban sering, hal ini sesuai dengan jawaban responden yaitu sering 44,74%, kadang-kadang 44,74%, selalu 7,89%, tidak pernah 2,63%. Ini berarti bahwa pengawas sering memberikan masukan terhadap guru untuk memberikan keteladanan dalam proses pembelajaran.
9. Standar proses pendidikan berfungsi sebagai pedoman dalam membuat perencanaan program pembelajaran. Tabel 24 Melakukan perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran untuk terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan efisien
No
Alternatif Jawaban
Frekuensi
%
23
a.
Selalu
0
0
b.
Sering
13
34,21
c.
Kadang-kadang
24
63,16
d.
Tidak pernah
1
2,63
38
100
Jumlah (N)
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa responden dalam menjawab pertanyaan kebanyakan memilih jawaban kadang-kadang, hal ini sesuai dengan jawaban responden yaitu kadang-kadang 63,16%, sering 34,21%, tidak pernah 2,63%, selalu 0%. Ini berarti bahwa pengawas jarang
58
melakukan
perencanaan
proses
pembelajaran,
pelaksanaan
proses
pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran untuk terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan efisien.
10. Sebagai
alat
pengukuran
keberhasilan
program
pendidikan. Tabel 25 Menilai hasil pembelajaran menggunakan berbagai tekhnik penilaian dapat berupa tes tertulis, observasi, tes praktik, dan penugasan per-orangan atau kelompok, sesuai dengan kompetensi dasar yang harus dikuasai No
Alternatif Jawaban
Frekuensi
%
24
a.
Selalu
0
0
b.
Sering
18
47,37
c.
Kadang-kadang
20
52,63
d.
Tidak pernah
0
0
38
100
Jumlah (N)
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa responden dalam menjawab pertanyaan kebanyakan memilih jawaban kadang-kadang, hal ini sesuai dengan jawaban responden yaitu kadang-kadang 52,63%, sering 47,37%, tidak pernah 0%, selalu 0%. Ini berarti bahwa pengawas jarang menilai hasil pembelajaran menggunakan berbagai tekhnik penilaian dapat berupa tes tertulis, observasi, tes praktik, dan penugasan per-orangan atau kelompok, sesuai dengan kompetensi dasar yang harus dikuasai.
59
11. Memberikan masukan dan bimbingan kepada para guru untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran. Tabel 26 Memberikan saran-saran, usulan, atau ide kepala sekolah, khususnya guru, dalam pengelolaan pembelajaran No
Alternatif Jawaban
Frekuensi
%
25
a.
Selalu
2
5,26
b.
Sering
28
73,68
c.
Kadang-kadang
7
18,41
d.
Tidak pernah
1
2,63
38
100
Jumlah (N)
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa responden dalam menjawab pertanyaan kebanyakan memilih jawaban sering, hal ini sesuai dengan jawaban responden yaitu sering 73,68%, kadang-kadang 18,41%, selalu 5,26%, tidak pernah 2,63%. Ini berarti bahwa pengawas sering memberikan saran-saran, usulan, atau ide kepala sekolah, khususnya guru, dalam pengelolaan pembelajaran.
12. Melakukan perencanaan dan pengawasan. Tabel 27 Melakukan pemantauan terhadap guru mengenai pengambilan langkah tindak lanjut yang diperlukan dalam proses pembelajaran No
Alternatif Jawaban
Frekuensi
%
26
a.
Selalu
0
0
b.
Sering
18
47,37
c.
Kadang-kadang
17
44,74
d.
Tidak pernah
3
7,89
38
100
Jumlah (N)
60
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa responden dalam menjawab pertanyaan kebanyakan memilih jawaban sering, hal ini sesuai dengan jawaban responden yaitu sering 47,37%, kadang-kadang 44,74%, tidak pernah 7,89%, selalu 0%. Ini berarti bahwa pengawas sering melakukan pemantauan terhadap guru mengenai pengambilan langkah tindak lanjut yang diperlukan dalam proses pembelajaran.
Tabel 28 Menyusun program dan memberikan bantuan khususnya yang berhubungan dengan penyediaan sarana dan prasarana yang diperlukan oleh sekolah atau guru untuk pengelolaan proses pembelajaran No
Alternatif Jawaban
Frekuensi
%
27
a.
Selalu
0
0
b.
Sering
16
42,11
c.
Kadang-kadang
19
50
d.
Tidak pernah
3
7,89
38
100
Jumlah (N)
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa responden dalam menjawab pertanyaan kebanyakan memilih jawaban kadang-kadang, hal ini sesuai dengan jawaban responden yaitu kadang-kadang 50%, sering 42,11%, tidak pernah 7,89%, selalu 0%. Ini berarti bahwa pengawas jarang menyusun
program
dan
memberikan
bantuan
khususnya
yang
berhubungan dengan penyediaan sarana dan prasarana atau guru untuk pengelolaan proses pembelajaran. Sarana dan presarana sangat dibutuhkan disetiap sekolah untuk proses pembelajaran, dengan adanya sarana yang lengkap maka proses pembelajaran akan lebih efektif.
61
Tabel 29 Melaksanakan pengawasan terhadap jalannya proses pembelajaran khususnya yang dilakukan oleh para guru No
Alternatif Jawaban
Frekuensi
%
28
a.
Selalu
1
2,63
b.
Sering
7
18,43
c.
Kadang-kadang
21
55,26
d.
Tidak pernah
9
23,68
38
100
Jumlah (N)
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa responden dalam menjawab pertanyaan kebanyakan memilih jawaban kadang-kadang, hal ini sesuai dengan jawaban responden yaitu kadang-kadang 55,26%, tidak pernah 23,68%, sering 18,43%, selalu 2,63%. Ini berarti bahwa pengawas jarang melaksanakan pengawasan terhadap jalannya proses pembelajaran khususnya yang dilakukan oleh para guru. Proses
62
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Supervisi standar proses sangat penting di lakukan oleh pengawas sekolah, karena dalam mencapai standar proses yang baik dibutuhkan pengawas yang baik, jika pengawas sekolah memiliki kemampuan supervisi yang berkualitas, maka kualitas kepala sekolah pun akan meningkat, kepala sekolah harus dibekali kemampuan mengelola sekolah secara profesional sehingga akan terlihat perkembangan sekolahnya, Salah satu sasaran supervisi adalah penerapan standar proses pendidikan di suatu sekolah, karena penerapan standar proses pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada satu satuan pendidikan bertujuan untuk mencapai standar kompetensi lulusan. Untuk menjadi seorang pengawas ada beberapa persyaratan yang yang harus dipenuhi, seperti latar belakang pendidikan, pengalaman kerja dan sebagainya. Di SMP N 87 Jakarta pengawas memiliki latar belakang pendidikan S1 (Strata Satu). Pengawas pernah bekerja sebagai guru dan kepala sekolah, dengan usianya 50 tahun saat ini sudah satu tahun ia menjabat sebagai pengawas di sekolah ini. Berdasarkan deskripsi dan analisis data dan hasil wawancara dengan wakil kepala sekolah bahwa kinerja kepala sekolah dalam melaksanakan supervisi standar proses kurang efektif karena pengawas jarang melakukan kunjungan ke sekolah, kadang-kadang dalam satu semester hanya sekali atau 62
63
tidak pernah datang, dan pengawas akan diundang pada saat sekolah sedang membutuhkan ide dan saran, biasanya pada saat rapat sekolah.
B. Saran 1. Hendaknya pengawas lebih sering berkunjung ke sekolah umtuk membina dan membantu guru dalam meningkatkan kualitas proses pembelajaran/bimbingan dan kualitas hasil belajar. 2. Hendaknya pengawas sekolah dapat menjadi partner kerja yang serasi dengan pihak sekolah dalam memajukan sekolahnya. 3. Hendaknya pengawas harus lebih memperhatikan tingkat pendidikan guru, agar guru dapat melaksanakan kegiatan belajar mengajar yang baik sesuai dengan bidangnya masing-masing.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Standar Nasional 2003. Conlow, Rick, Menjadi Supervisor Hebat, Cet. I, Jakarta: PT. Victory Jaya Abadi, 2003. Gunawan, Ary, Administrasi Sekolah, Cet. I, Jakarta: Rineke Cipta, 1996. DEPDIKNAS, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2003 DEPDIKNAS, Himpunan Peraturan/ketentuan Bidang Pendidikan Dasar dan Menengah, Tahun 2007
Ilyasa, Yaslis, Kinerja: Teori, Penilaian, dan Penelitian, Cet. III, Depok: Pusat Kajian Ekonomi Kesehatan, 2002. Indra, “Pengertian Kompetensi Pengawas Sekolah”, dari www. Blog Pengawas Indonesia.htm, 28 Maret 2009. Mangkunegara, Anwar. Prabu, Evaluasi Kinerja Sdm, Bandung: PT Refika Aditama 2006 Mulyasa, E, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, Cet. VIII, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006 Mulyasa, E, Implementasi KTSP Kemandirian Guru dan Kepala Sekolah, Cet. II, Jakarta: Bumi Aksara, 2009.
Pidarta, Made, Pemikiran Tentang Supervisi Pendidikan, Ed. 2, Jakarta: Bumi Aksara, Cet. I, 1992. Poerwadarminta, W J.S, Kamus lengkap Inggris Indonesia, Bandung: Hasta, 1982. Purwanto, Ngalim, Administrasi Dan Supervisi Pendidikan, Cet. IV, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1991. Pusat Penembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pertanian Departemen Pendidikan Nasional 2009.
Sahertian, Piet. A dan Frans Mataheru Dip, Prinsip & Tekhnik Supervisi Pendidikan, Surabaya: Usaha Nasional, 1981. Sahartian, Piet. A, Konsep Dasar & Teknik Supervis Pendidikan, Cet. I, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2000. Sanjaya, Wina, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Ed. 1, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, Cet. V, 2008. Sarwono, Sarlito. Wirawan, Pengantar Umum Psikologi, Cet. II, Jakarta: Bulan Bintang, 1982. Shaleh, Abdul. Rahman dan Muhbib Abdul Wahab, Psikologi Suatu Pengantar, Cet. I, Jakarta: Prenada Media, 2004. Siahaan, Amiruddin dkk, Manajemen Pengawas Pendidikan, Cet. I, Ciputat: Quantum Teaching, 2006. Sudrajat, Akhmad, “Tugas Pokok dan Fungsi Pengawas ”, dari www. Tugas Pokok dan Fungsi Pengawas Sekolah « Akhmad Sudrajat Lets Talk About Education.htm, 8 April 2008. Suprawoto, N.A, “Hakikat Pengawas Sekolah”, suprawoto.wordpress.com, 15 Desember 2009.
dari
www.N.A.
Suwarto, “Pengawas Sekolah yang Profesional”, dari www. Kompetensi Pengawas Sekolah.html. Wibowo, Manajemen Kinerja, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007
ANGKET PENELITIAN
A. Petunjuk Pengisisan Angket a. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi guru tentang kinerja pengawas dalam melaksanakan supervisi standar proses di SMP Pondok Pinang. b. Jawablah angket di bawah ini secara jujur sesuai dengan kenyataan yang ada di sekolah. c. Kerahasiaan jawaban dapat dipertanggungjawabkan oleh peneliti. d. Berilah tanda checlis (V) pada jawaban Bapak/Ibu guru kehendaki dengan keterangan sebagai berikut: S
: Selalu
SR
: Sering
KK
: kadang-kadang
TP
: Tidak Pernah
e. Peneliti ucapkan banyak terima kasih atas waktu dan kesediaannya untuk mengisi angket penelitian ini. No.
Pertanyaan
1 2
Pengawas mengkoordinasi pelaksanaan KBM Pengawas mengkoordinasi tugas mengajar satu mata pelajaran yang dibina oleh beberapa guru Pengawas mengkoordinasi kegiatan yang dilakukan oleh para guru dalam proses pembelajaran Pengawas membantu guru yang mengalami kesulitan dalam mengatasi anak yang sulit belajar Pengawas membantu guru dalam mengatasi masalah yang berkaitan dengan kenakalan pelajar yang dilakukan saat proses pembelajaran Pengawas membantu guru dalam mengatur tingkat kedisiplinan siswa Pengawas membimbing guru dalam menyusun silabus tiap mata pelajaran Pengawas membimbing guru dalam memilih dan
3
4 5
6 7 8
Alternatif Jawaban S SR KK TP
9
10 11 12
13 14 15 16 17 18 19 20 21
22
23
24
menggunakan strategi/metode/teknik pembelajaran yang dapat mengembangkan potensi siswa Pengawas membimbing guru dalam menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk tiap mata pelajaran Pengawas membimbing guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran Pengawas membimbing guru dalam pengelolaan kelas Pengawas membimbing guru dalam mengelola, merawat, mengembangkan dan menggunakan media pendidikan dan fasilitas pembelajaran untuk setiap mata pelajaran Pengawas membantu guru agar lebih cepat memahami kurikulum Pengawas memimpin guru dalam mengembangkan kurikulum Pengawas memimpin guru dalam mengembangkan materi pelajaran Pengawas memotivasi para guru untuk meningkatkan kinerjanya Pengawas membantu para guru dalam melakukan evaluasi pada saat proses pembelajaran Pengawas membantu para guru mengevaluasi hasil belajar siswa Pengawas membantu guru dalam menyusun alat evaluasi Pengawas menilai kurikulum yang dikembangkan oleh para guru pengawas memberikan pengarahan terhadap guru dalam proses pembelajaran yang harus dilaksanakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berprestasi aktif Pengawas memberikan masukan terhadap guru untuk memberikan keteladanan dalam proses pembelajaran Pengawas melakukan perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran untuk terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan efisien Pengawas menilai hasil pembelajaran menggunakan berbagai tekhnik penilaian dapat
25
26
27
28
berupa tes tertulis, observasi, tes praktik, dan penugasan per-orangan atau kelompok, sesuai dengan kompetensi dasar yang harus dikuasai Pengawas memberikan saran-saran, usulan, atau ide kepala sekolah, khususnya guru, dalam pengelolaan pembelajaran Pengawas melakukan pemantauan terhadap guru mengenai pengambilan langkah tindak lanjut yang diperlukan dalam proses pembelajaran Pengawas menyusun program dan memberikan bantuan khususnya yang berhubungan dengan penyediaan sarana dan prasarana yang diperlukan oleh sekolah atau guru untuk pengelolaan proses pembelajaran Pengawas melaksanakan pengawasan terhadap jalannya proses pembelajaran khususnya yang dilakukan oleh para guru
KERANGKA BERFIKIR
Input
kondisi kinerja pengawas 1. Pengawas jarang berkunjung 2. Pengawas kurang disiplin 3. Pengawas tidak memberikan saran terhadap pembuatan RPP yang mengacu pada standar proses
Proses
Out put
Masalah
Strategi
1. kurang efektifnya kinerja pengawas 2. guru tidak mengerti konsep pembelajaran yang mengacu pada standar proses
1. Pengawas di berikan pelatihan 2. Pengawas diberikan pendidikan tentang kepengawasan 3. Pengawas di berikan pembinaan
Hasil pengawas yang efektif dan profesional