perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERKEMBANGAN FLEKSIBILITAS PERSENDIAN PADA ANAK USIA 7-12 TAHUN DITINJAU DARI JENIS KELAMIN (Studi Kros-Seksional pada Pelajar Sekolah Dasar di Daerah Kabupaten Karanganyar)
TESIS Disusun untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Ilmu Keolahragaan
Diajukan oleh: Andhega Wijaya A121108004
PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2013
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERKEMBANGAN FLEKSIBILITAS PERSENDIAN PADA ANAK USIA 7-12 TAHUN DITINJAU DARI JENIS KELAMIN
(Studi Kros-Seksional Persendian pada Pelajar Sekolah Dasar di Daerah Kabupaten Karanganyar)
Diajukan oleh Andhega Wijaya A.121108004
Telah disetujui oleh tim pembimbing. Dewan Pembimbing Jabatan
Nama
Tanda Tangan
Pembimbing I
Prof. Dr. Sugiyanto NIP. 19491108 197609 1 001
Pembimbing II
Dr. Agus Kristiyanto, M. Pd. NIP. 19651128 199003 1 001
Mengetahui Ketua Program Studi Ilmu Keolahragaan
Dr. Agus Kristiyanto, M. Pd. NIP. 19651128 199003 1 001 commit to user
ii
Tangggal
.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERKEMBANGAN FLEKSIBILITAS PERSENDIAN PADA ANAK USIA 7-12 TAHUN DITINJAU DARI JENIS KELAMIN (Studi Kros-Seksional Persendian pada Pelajar Sekolah Dasar di Daerah Kabupaten Karanganyar)
Diajukan oleh Andhega Wijaya A.121108004
Telah disetujui oleh tim penguji Jabatan Ketua Sekretaris Anggota penguji
Tanda Tangan
Tanggal
Nama Dr. Sapta Kunta, M. Pd. NIP. 19650323 199303 1 001 Prof. Dr. Kiyatno, dr., PFK., M. Or., AIFO NIP. 19480118 197603 1 002 1. Prof. Dr. Sugiyanto NIP. 19491108 197609 1 001 2. Dr. Agus Kristiyanto, M. Pd. NIP. 19651128 199003 1 001 Surakarta, …………………….2013 Mengetahui Ketua Program Studi Ilmu Keolahragaan Pascasarjana UNS
Agus Kristiyanto, M. Pd. commit Dr. to user NIP. 19651128 199003 1 001 iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERNYATAAN
Yang bertanda tangan dibawah ini , saya : Nama
: Andhega Wijaya
NIM
: A.121108004
Menyatakan dengan sesungguhnya, bahwa tesis yang berjudul,” perkembangan fleksibilitas persendian pada anak usia 7-12 tahun ditinjau dari jenis kelamin (studi kros-seksional persendian pada pelajar sekolah dasar di daerah kabupaten karanganyar)” adalah benar-benar karya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya dalam tesis ini diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka. Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik yang berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh dari tesis tersebut.
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO
Jadikanlah setiap perbuatan diperuntukan hanya untuk Allah, dengan diawali ucapan basmallah di akhiri hamdallah
“Lihatlah apa yang telah disampaikan oleh orang lain, jangan melihat siapa yang menyampaikan dan bila engkau takut hidup, maka matilah sekarang” (Penulis)
Bersyukurlah atas segala nikmat-KU, sesungguhnya bila engkau bersyukur, maka Allah akan menambahi kenikmatan kepadamu (QS Ibrahim:7)
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Dengan segala ketulusan dan kerendahan hati, karya ini ku persembahkan kepada : Allah Subhanallahu watta’alla, semoga apa yang telah saya capai saat ini dan sampai akhir hayat bermanfaat bagi saya dan orang lain Bapak, Ibu dan keluargaku tercinta yang senantiasa mendukung, memberikan nasehat serta curahan kasih sayang hingga penulis dapat tumbuh dan berkembang. Teman-temanku teman seperjuang dan sepergaulan yang selalu memberikan dorongan semangat serta bantuan yang tidak ternilai hingga penulisan tesis ini dapat selesai. Almamaterku tercinta Universitas Sebelas maret Surakata
commit to user
vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmaanirrahiim, Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan berkat dan rahmatNya, sehingga penyusunan tesis ini dapat terselesaikan dengan baik. Tesis ini tidak mungkin dapat diselesaikan tanpa bimbingan dan bantuan serta dukungan dari semua pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini perkenankanlah penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang sedalam-dalamnya kepada : 1. Prof. Dr. Ravik Karsidi, M.S.
selaku Rektor Universitas Sebelas Maret
Surakarta, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan di Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Prof. Dr. Ir. Ahmad Yunus, M. S. selaku Direktur Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan di Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Dr. Agus Kristiyanto, M. Pd. selaku ketua program studi ilmu keolahragan sekaligus sebagai pembimbing II yang telah memberikan masukan dan arahan demi kesempurnaan produk hasil penelitian. 4. Prof. Dr. Sugiyanto, Selaku pembimbing I yang telah secara seksama dan dengan penuh kesabaran dalam mencurahkan pikiran, waktu, serta tenaga untuk memberikan bimbingan sampai tesis ini dapat selesai. commit to user
vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5. Kepala sekolah SDN (Sekolah Dasar Negeri) se-kabupaten Karanganyar yang telah memberikan ijin untuk penelitian di sekolahan tersebut. 6. Rekan-rekan program studi IOR angkatan 2010 dan 2011 yang telah membantu dalam proses penyelesaian penulisan tesis ini. 7. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, atas bantuan baik moril atau materiil sehingga dapat terselesaikan penulisan tesis ini. Semoga Allah SWT memberikan balasan atas semua kebaikan yang diberikan dengan tulus dan ikhlas. Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna, oleh sebab itu dengan segala kerendahan hati, penulis mengharap saran dan kritik yang bersifat membangun sebagai bekal demi kesempurnaan tesis ini. Wassalamu’alaikum Wr. Wb. Surakarta,14 Februari 2013
Penulis
commit to user
viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................ ii LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................................ iii LEMBAR PERNYATAAN ............................................................................ iv MOTTO .......................................................................................................... v KATA PENGANTAR .................................................................................... vii DAFTAR ISI ................................................................................................... ix DAFTAR TABEL ........................................................................................... xii DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xiii DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xiv ABSTRAK ...................................................................................................... xv ABSTRACT ...................................................................................................... xvii BAB I PENDAHULUAN ..........................................................................
1
A. Latar Belakang Masalah ...............................................................
1
B. Identifikasi Masalah .....................................................................
9
C. Pembatasan Masalah ....................................................................
9
D. Rumusan Masalah ........................................................................
10
E. Tujuan Penelitian .........................................................................
10
F. Manfaat Penelitian .......................................................................
11
commit to user ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................
13
A. KajianTeori ...................................................................................
13
1. Perspektif Perkembangan dan Pertumbuhan ............................
13
2. Perspektif Perkembangan Fleksibilitas ....................................
25
3. Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Fleksibilitas ........
38
4. Anak Besar Usia 7-12 Tahun ...................................................
66
5. Jenis Kelamin ...........................................................................
77
B. Penelitian yang Relevan ................................................................
81
C. Kerangka Berpikir .........................................................................
82
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ...................................................
88
A. Tempat dan Waktu .......................................................................
88
B. Jenis Penelitian .............................................................................
88
C. Populasi dan Sampel Penelitian ...................................................
89
D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ..............................
90
E. Teknik Pengumpulan Data ..........................................................
93
F. Teknik Analisis Data ...................................................................
93
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................
94
A. Deskripsi Lokasi Penelitian .......................................................
94
B. Deskripsi Data ............................................................................
96
C. Hasil Penelitian ...........................................................................
98
D. Pembahasan ................................................................................
110
commit to user x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN ..............................
112
A. Kesimpulan .................................................................................
112
B. Implikasi .....................................................................................
114
C. Saran ...........................................................................................
116
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................
118
LAMPIRAN-LAMPIRAN .........................................................................
123
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ...................................................................
233
commit to user xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL Tabel 1. Periodisasi perkembangan berdasarkan umur ................................... 17 Tabel 2. Deskripsi jumlah anak besar di kabupaten Karanganyar.................. 97 Tabel 3. Presentase perkembangan fleksibilitas anak besar laki-laki ............ 98 Tabel 4. Presentase perkembangan fleksibilitas anak besar perempuan ....... 100 Tabel 5. Presentase perkembangan fleksibilitas bahu anak besar .................. 101 Tabel 6. Perkembangan fleksibilitas pergelangan tangan anak besar ............ 102 Tabel 7. Presentase perkembangan fleksibilitas punggung anak besar .......... 104 Tabel 8. Presentase perkembangan fleksibilitas pangkal paha anak besar ... 105 Tabel 9. Presentase perkembangan fleksibilitas pergelangan kaki anak besar 107
commit to user
xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Tumbuh kembang anak dan alur kehidupan ................................... 21 Gambar 2. Grafik perkembangan minat anak besar laki-laki .......................... 23 Gambar 3. Grafik perkembangan minat anak besar perempuan ..................... 23 Gambar 4. Grafik perkembangan fleksibilitas dengan tes sit and reach ......
31
Gambar 5. Organisasi jaringan otot kerangka, otot kasar, otot halus ............. 42 Gambar 6. Muscle spindle, golgi tendo organs, otot extrafusal .................. 43 Gambar 7. Jaringan otot penghubung............................................................... 47 Gambar 8. Grafik fleksibilitas punggung …………………………………… 78 Gambar 9. Sit and reach .................................................................................. 79 Gambar 10. Teknik cluster …………………………………………………... 89 Gambar 11. Deskripsi jumlah anak besar di kabupaten Karanganyar………
97
Gambar 12. Perkembangan fleksibilitas anak besar laki-laki .......................... 99 Gambar 13. Perkembangan fleksibilitas anak besar perempuan …................. 100 Gambar 14. Perkembangan fleksibilitas bahu anak besar ................................ 101 Gambar 15. Perkembangan fleksibilitas pergelangan tangan anak besar........ 103 Gambar 16. Perkembangan fleksibilitas punggung anak besar ........................ 104 Gambar 17. Perkembangan fleksibilitas pangkal paha anak besar .................. 106 Gambar 18. Perkembangan fleksibilitas pergelangan kaki anak besar ........... 107
commit to user
xiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Mekanisme pengukuran ................................................................ 122 Lampiran 2. Hasil pengukuran fleksibilitas anak besar ……………...………. 130 Lampiran 3. Daftar riwayat hidup ………..…………………………………… 232
commit to user
xiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK
Andhega Wijaya. A121108004. 2013. Perkembangan Fleksibilitas Persendian Pada Anak Usia 7-12 Tahun Ditinjau dari Jenis Kelamin (Studi KrosSeksional pada Pelajar Sekolah Dasar di Daerah Kabupaten Karanganyar). Tesis.Program Studi Ilmu Keolahragaan. Program Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta. Pembimbing (1) Prof. Dr. Sugiyanto, (2) Dr. Agus Kristiyanto, M. Pd. Kata kunci: Perkembangan fleksibilitas(kelenturan) persendian, Anak besar, Penelitian Perkembangan kros-seksional. Penelitian perkembangan adalah jenis penelitian yang dimaksud untuk mengetahui perkembangan subjek atau menemukan kebenaran perkembangan fleksibilitas persendian bahu, pergelangan tangan, punggung, pangkal paha, dan pergelangan kaki pada anak besar usia 7-12 tahun di kabupaten Karanganyar. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian perkembangan kros-seksional (research the developmental crosssectional of flexibility). Tahap pertama adalah mengumpulkan data siswa Sekolah Dasar (SD) sesuai dengan teknik sampling yang digunakan, di seluruh sekolahan Sekolah Dasar (SD) se-kabupaten Karanganyar. Data tersebut adalah nama-nama siswa yang akan diukur fleksibilitas persendian bahu, pergelangan tangan, punggung, pangkal paha, dan pergelangan kaki. Tahap kedua adalah setelah data telah dikumpulkan semua, maka siswa diukur fleksibilitas persendian bahu, pergelangan tangan, pangkal paha, dan pergelangan kaki dengan menggunakan goniometer, kecuali punggung (lumbal) diukur dengan meteran (metline). Tahap ketiga adalah setelah pengukuran fleksibilitas persendian bahu, pergelangan tangan, punggung, pangkal paha, dan pergelangan kaki sudah selesai, maka disajikan dalam tabel dan grafik, sesuai dengan data hasil pengukuran masing-masing persendian tersebut dan kemudian dibandingkan perkembangan fleksibilitas peersendian bahu, pergelangan tangan, punggung, pangkal paha, dan pergelangan kaki antara per-usia 7-12 tahun maupun jenis kelaminnya. Kemudian dibandingkan perkembangan fleksibilitas persendian bahu, pergelangan tangan, punggung, pangkal paha, dan pergelangan kaki antara anak besar laki-laki dan perempuan usia 7-12 tahun. Hasil peneltiannya menunjukan bahwa: terdapat perkembangan presentase fleksibilitas anak besar 1) laki-laki pada a) persendian bahu usia 7 tahun 609.667%, usia 8 tahun 613.1667%, usia 9 tahun 572.9167%, usia10 tahun 588.6667%, usia 11 tahun 595.0833%, usia 12 tahun 580.9%; b) persendian pergelangan tangan usia 7 tahun 146.5%, usia 8 tahun 147.267%, usia 9 tahun 143.0833%, usia 10 tahun143.4167%, usia 11 tahun 141.5%, dan usia 12 tahun commit 139.9167%; c) persendian punggung usiato7 user tahun97.85%, usia 8 tahun92.4333%,
xv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
usia 9 tahun 94.7 %, usia 10 tahun 96.81667%, usia 11 tahun 99.6667%, dan usia 12 tahun 106.9333%; d) persendian pangkal paha usia 7 tahun 296.5%, usia 8 tahun 288.6167%, usia 9 tahun 273.0833%, usia 10 tahun 275.833%, usia 11 tahun 289.75%, dan usia 12 tahun 270.4167%; e) persendian pergelangan kaki usia 7 tahun 56.8333%, usia 8 tahun 65.5%, usia 9 tahun 59.08333%, usia 10 tahun 56.25%, usia 11 tahun 58.5%, dan usia 12 tahun 58.16667%. Sedangkan presentase anak besar 2) perempuan pada a) persendian bahu usia 7 tahun 612.25%, usia 8 tahun607.75%, usia 9 tahun 591.0833%, usia 10 tahun 583.9667%, usia 11 tahun 577.25%, dan usia 12 tahun 588.8883%; b) persendian pergelangan tangan usia 7 tahun146.667%, usia 8 tahun 146.6667%, usia 9 tahun 141.667%, usia 10 tahun 141%, usia 11 tahun 140.25%, dan usia 12 tahun 140.333%; c) persendian punggung usia 7 tahun 105.7167%, usia 8 tahun 99.13333%, usia 9 tahun 99.2333%, usia 10 tahun 98.78333%, usia 11 tahun 100%, dan usia 12 tahun105.25%; d) persendian pangkal paha usia 7 tahun 298.833%, usia 8 tahun 296.1667%, usia 9 tahun 281.667%, usia 10 tahun 275.3167%, usia 11 tahun 277.3%, dan usia 12 tahun 275.4167%; e) persendian pergelangan kaki usia 7 tahun 63.5833%, usia 8 tahun 61.666%, usia 9 tahun 61.9166%, usia 10 tahun 59.5%, usia 11 tahun 60.41667%, dan usia 12 tahun 59%.
commit to user
xvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT Andhega Wijaya. A121108004. 2013. The Development of Joints Flexibility of 712 Years Old children Viewed from Gender (Cross-Sectional Research in Elementary School Students in Karanganyar District. A Thesis. Post Graduate School Program. Sebelas Maret University, Surakarta. Consultant (1) Prof. Dr. Sugiyanto, (2) Dr. Agus Kristiyanto, M. Pd. Keywords: Development of joints flexibility, later childhood, Cross-sectional research development. Development research is a kind of research that aims to find out the development of the subject or the truth in the development of joints flexibility of the shoulder, wrist, back, hip, and ankle to 7-12 years old children in Karanganyar district. This method in this research is Cross-Sectional Research Development of Joints Flexibility. The first stage is to collect data about elementary school students according to the sampling technique used. It was conducted to the whole elementary schools in Karanganyar district. The data is in the form of names of student whose joints flexibility of shoulder, wrist, back, hip, and ankle will be measured. The second stage is to measure the students’ joints flexibility of the shoulder, wrist, hip, and ankle using a goniometer, except the back (lumbal) was measured by the meter (metline). The third stage was to present the result of measurement of students’ joints flexibility of the shoulder, wrist, hip, and ankle. It is presented in form of tables and graphs, according to the data of the measurement of each joint and then it is compared to the development of joints flexibility of shoulder, wrist, back, groin, and ankle between per-age of 7-12 years old and gender. After that, it is compared to the development of joints flexibility of shoulder, wrist, back, hip, and ankle between male and female children of 7-12 years old. The result shows that: there is a percentage on the development of child flexibility 1) female children on : a) shoulder joints at the age of 7 is 609 667%, at the age of 8 is 613.1667%, at the age of 9 is 572.9167%, at the age of 10 is 588.6667%, at the age of 11 is 595.0833%, at the age of 12 is 580.9%,b) wrist joints at the age of 7 is 146.5%, at the age of 8 is 147 267%, at the age of 9 is 143.0833%, at the age of 10 is 143.4167%, 141.5% age 11 and age 12 139.9167%; c) back joints at the age of 7 is 97.85%, at the age of 8 is 92.4333%, at the age of 9 is 94.7%, at the age of 10 is 96.81667%, at the age of 11 is 99.6667% , and at the age of 12 is 106.9333%, d) hip joints at the age of 7 is 296.5% , at the age of 8 is 288.6167%, at the age of 9 is 273.0833% , at the age of 10 is 275 833%, at the age of 11 is 289.75%, and at the age of 12 is 270.4167%, e) ankle joints at the age of 7 is 56.8333% , at the age of 8 is 65.5%, at the age of 9 is 59.08333%, at the age of 10 is 56.25%, at the age of 11 is 58.5% , and the age of 12 is 58.16667%. commit to user
xvii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
While the percentage of 2) female children on:a) shoulder joints at the age of 7 is 612.25%, at the age of 8 is 607.75%, at the age of 9 is 591.0833%, at the age of 10 is 583.9667%, at the age of 11 is, 577.25% and at the age of 12 is 588.8883%; b) wrist joints at the age of 7 is 146.667, at the age of 8 is 146.6667%, at the age of 9 is 141 667%, at the age of 10 is 141%, at the age of 11 is 140.25% , annd at the age of 12 is 140 333%, c) back joints at the age of 7 is 105.7167%, at the age of 8 is 99.13333%, at the age of 9 is 99.2333%, at the age of 10 is 98.78333%, at the age of 11 is 100%, and at the age of 12 is 105.25% d) hip joints at the age of 7 is 298 833%, at the age of 8 is 296.1667 %, at the age of 9 is 281 667%, at the age of 10 is 275.3167%, at the age of 11 is 277.3%, and at the age of 12 is 275.4167%,e) ankle joints at the age of 7 is 63.5833%, at the age of 8 is 61 666%, at the age of 9 is 61.9166% , at the age of 10 is 59.5%, at the age of 11 is 60.41667% ,and at the age of 12 is 59%.
commit to user
xviii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Makhluk hidup diciptakan oleh Allah bermacam-macam bentuk dari tumbuhan sampai manusia dan mempunyai ciri-ciri yang berbeda, terutama dalam bentuk gerak . Manusia dilahirkan melalui pertemuan sperma dan ovum di dalam rahim dan akan lahir setelah dikandung ibu sekitar 9 bulan 10 hari. Setelah itu, dia dilahirkan di dunia dengan sebutan bayi, setelah lahir semua bagian organ dan fungsi yang ada pada diri individu tersebut terus mengalami perubahan seiring dengan waktu berjalan. Dengan adanya lahir manusia baru di dunia ini, manusia tesebut (bayi) akan hidup membutuhkan bantuan orang lain, dengan bantuan orang lain maka si bayi akan bisa mempertahankan kehidupan. Konsep tumbuh kembang merupakan suatu hal yang mutlak pada anak, maksudnya tumbuh adalah proses bertambah besarnya sel – sel serta bertambahnya jaringan intraseluler yang nantinya akan berkembang menjadi yang lebih komplek sampai akhirnya tidak berfungsi lagi organ-organ tersebut. Menurut Sugiyanto (1998) pertumbuhan adalah proses peningkatan yang ada pada diri seorang yang bersifat kuantitatif atau dalam hal ukuran. Setelah manusia terlahir di dunia mempunyai cita-cita tersendiri, salah satunya yaitu olahragawan. Dalam bidang olahraga, seseorang apabila ingin menjadi olahragawan harus memperhatikan hal-hal yang terkait di dalamnya dan harus bisa membawa dirinya ke arah yang tepat, misalnya seseorang tersebut commit to user berkecimpung di bidang olahraga, maka orang tersebut akan menginginkan 1
2 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
prestasi, pembelajaran, atau rekreasi. Apabila ke arah prestasi, maka yang diperhatikan adalah aspek latihan. Aspek-aspek tersebut menurut Harsono (1988), “Ada empat aspek latihan yang perlu diperhatikan dan dilatih secara seksama oleh atlet, yaitu (a) latihan fisik, (b) latihan teknik, (c) latihan taktik, dan (d) latihan mental.” Dalam mendidik anak menjadi prestasi maka diperlukan bimbingan cukup dari orang tua, dengan adanya bimbingan yang cukup anak-anak akan bisa berkembang sesuai keinginannya. Anak besar adalah anak kecil yang mempunyai keinginan yang besar untuk kembang tumbuh mencari jati dirinya. Kemampuan fungsional tubuh sudah dapat dilihat pada masa anak-anak khususnya pada masa anak besar yaitu pada rentangan 7-12 tahun. Pada periode ini kecenderungan anak untuk tumbuh ke tipe tubuh tertentu mulai terlihat. Setiap tubuh
mempunyai
karakteritik
tertentu
yang
ada
hubunganya
dengan
kemungkinan kesesuaian menekuni cabang olahraga tertentu. Malina, Bouchard dan Bar-or (2004) menjelaskan hubungan antara struktur fisik dengan performa dalam olahraga secara umum hampir sama antara anak-anak dan orang dewasa, sebagai contoh data untuk atlet muda cabang senam dan menyelam mengindikasikan bahwa atlet muda yang sukses cenderung memiliki struktur fisik yang mirip dengan atlet dewasa pada cabang ini. Hal ini menunjukan bahwa struktur fisik akan tampak pada usia dewasa dapat diprediksi dengan melihat struktur fisik yang mencul pada periode anak-anak. Pada usia anak besar keinginan untuk melakukan aktifitas fisik berkembang pesat, hal ini memberikan kemungkinan untuk meningkatkan kualitas kemampuan fisik dan geraknya menjadi lebih besar dan anak mulai mengikuti commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
3 digilib.uns.ac.id
berbagai macam aktivitas olahraga yang biasa dilakukan orang dewasa. Melihat pertumbuhan dan perkembangan anak besar ini, identifikasi bakat olahraga sepertinya mulai dapat dilakukan pada periode ini. Dalam aktivitas olahraga, performa fisik merupakan syarat mutlak untuk penampilan yang optimal. Performa fisik ditunjang oleh karakterisitik dan kapasitas kerja fisik yang baik, sehingga penampilan secara umum meningkat. Masing-masing cabang olahraga memilik ciri gerak yang berbeda-beda, hal ini berkorelasi dengan karakteristik fisik yang diperlukan untuk cabang-cabang tersebut. Basket, voli, badminton dan banyak lagi olahraga lain yang berhubungan dengan dengan ketinggian memerlukan karakteristik fisik yang tinggi dengan lengan dan tungkai panjang, sedangkan gulat dan senam memerlukan orang yang karakteristik fisiknya pendek. Melakukan aktvitas kegiatan, motorik kasar dan halus sangat berkaitan. Menurut Endang RS, Panggung, Suhartini, (2009) Motorik kasar memacu kemampuan anak saat beraktivitas dengan menggunakan otot-otot besarnya, seperti nonlokomtor, lokomtor, dan manipulativ. Nonlokomotor ialah aktivitas gerak tanpa harus memindahkan tubuh ke temapat yang lain, contoh meregang, melipat, mendorong, menarik, dan membungkuk. Lokomotor ialah aktivitas gerak memindahkan tubuh dari satu ke tempat lainnya, seperti jalan, lari, lompat, loncat, jingkat, dan lompat tali. Manipulativ adalah aktivitas gerak memanipulasi benda, misal melempar, menggiring, menangkap, dan menendang. Sedangkan motorik halus memacu kemampuan anak beraktivitas dengan menggunakan otot-otot halus (kecil) seperti menulis, meremas, menggenggam, menggambar, menyusun balok dan masukan kelereng ke lubang. Penggolongan ketrampilan gerak kasar dan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
4 digilib.uns.ac.id
halus ketepatan menjadi penentu dari keberhasilannya. Magil (1993) membatasi ketrampilan gerak kasar sebagai ketrampilan yang bercirikan gerak yang melibatkan kelompok otot-otot besar sebagai dasar gerakannya. Dikatakan demikian karena seluruh tubuh biasanya berada dalam gerakan yang besar, menyeluruh, penuh, dan nyata. Kemampuan perkembangan motorik kasar diawali dengan koordinasi tubuh, duduk, merangkak, berdiri, dan diakhiri dengan berjalan. Kemampuan perkembangan gerak motorik kasar ini ditentukan oleh perkembangan kekuatan otot, tulang, dan koordinasi otot untuk menjaga keseimbangan tubuh. Perkembangan motorik kasar tidak hanya dipengaruhi oleh kemampuan fisik, tetapi juga kesiapan psikis anak untuk melakukannya seperti memanjat, dan berlari. Kemampuan motorik kasar sangat berpengaruh pada perkembangan anak. Bila mengalami keterlambatan pada kemampuan motorik, maka anak akan mengalami keterlambatan perkembangan dan pertumbuhan anak. Kemampuan motorik halus, contohnya: menulis, membaca, berhitung dan lain – lain, sedangkan gerak motorik kasar, contohnya : berlompat, berlari, menari, bermain bola dan lain – lain (Endang RS, Panggung, Suhartini, 2009). Dalam meningkatkan gerak motorik kasar dibutuhkan tenaga yang bugar. Kebugaran atau bugar merupakan kemampuan tubuh untuk melakukan pekerjaan secara maksimal tanpa mengalami kelelahan dan bisa melakukan aktivitas selanjutnya. Perkembangan motorik dipengaruhi dua faktor yaitu faktor genetik (faktor bawaan normal dan patologik, jenis kelamin, dan ras); dan faktor lingkungan (faktor pra-natal dan post-natal). Tujuan dari perkembangan motorik yaitu commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
5 digilib.uns.ac.id
penguasaan ketrampilan tergambar dalam kemampuan menyelesaikan gerakan motorik tertentu, dimana dapat dilihat seberapa besar anak dapat menyelesaikan gerakan motorik yang diberikan dengan tingkat keberhasilan tertentu (Rapani, 2008) dalam Nidya (2010). Unsur-unsur kondisi fisik menurut Harsono (1998) terdiri dari, “Kelentukan (fleksibility), kelincahan (agility), daya tahan (endurance), stamina, kekuatan, daya ledak otot (power), daya tahan otot (muscle-endurance), kecepatan (speed).” Salah satu komponen kondisi fisik yang penting bagi semua cabang olahraga, adalah fleksibilitas. Bompa (1994) berpendapat,”It is prerequisite to the performance of skills with high amplitude and increases the ease with which fast movements may be performed.” Karakteristik fisik tersebut seperti komposisi tubuh serta kemampuan fisik seperti kekuatan, kecepatan, dan daya tahan dipengaruhi berbagai faktor salah satunya adalah faktor keturunan. Orang lahir dari suku atau lingkungan yang berbeda akan menampilkan karakteristik fisik yang berbeda pula. Perbedaan karakteristik dan kemampuan fisik ini menjadi penting untuk diketahui dalam upaya pengembangan prestasi olahraga, khususnya dalam pembinaan awal. Karakteristik kemampuan fisik yang ditampilkan pada masa muda merupakan modal dasar yang nantinya dapat dikembangkan dalam upaya pencapaian prestasi dalam cabang olahraga yang sesuai. Program pemantauan bakat sebagai langkah awal dalam pembinaan olahraga prestasi dapat didasarkan pada karakteristik serta kemampuan fisik yang dimiliki. Dalam periode anak besar kemampuan fisik tumbuh cukup pesat terutama kekuatan, fleksibiltas, keseimbangan, dan koordinasi. Perbedaan proporsi tubuh commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
6 digilib.uns.ac.id
antara anak laki-laki dan perempuan mulai tampak pada periode ini. Di antara komponen–komponen di atas penulis akan membahas lebih dalam mengenai fleksibilitas (kelenturan), di mana merupakan komponen yang penting dalam beraktivitas sehari – hari. Fleksibilitas merupakan mobilitas sendi dan elastisitas otot yang dapat menjangkau maksimum gerakan sendi dari berbagai posisi. Araujo (2003) dalam Nidya (2010) mengatakan setiap gerakan sendi dapat mencapai tingkat fleksibilitas bila serat otot yang rileks, sehingga dapat bergerak dengan baik. Faktor – faktor yang mempengaruhi fleksibilitas yaitu jenis kelamin, usia, tingkat pertumbuhan, dan sebagainya. Masa kanak – kanak dan remaja adalah tahap yang paling penting untuk memperoleh pola perilaku dan kebiasaan hidup. Fleksibilitas yang sangat besar terjadi pada anak–anak yang dalam tahap pertumbuhan dan perkembangan. Fleksibilitas akan mengalami keterbatasan bila usia sudah tua, akibatnya ada perubahan pada fleksibilitas tersebut. Mobilitas terbesar terdapat pada anak-anak pada masa perkembangan. Fleksibilitas bertujuan untuk mencapai tingkat kebugaran optimal dalam konteks yang berbeda, seperti dalam lingkungan olahraga atau dalam konteks umum memelihara kesehatan dan kesejahteraan. Fleksibilitas merupakan kemampuan tubuh dalam menyesuaikan gerak sendi dalam beraktivitas. Fleksibilitas adalah keefektifan seseorang dalam penyesuian dirinya, untuk melakukan aktivitas penguluran seluas – luasnya, terutama pada otot dan ligament disekitar persendian tubuh. Fleksibilitas perlukan dikembangkan untuk menghindari cidera atau keterbatasan gerak. Menurut Gallahue dan Ozmun, (1998), bahwa fleksibilitas dibagi menjadi dua yaitu fleksibilitas statis dan dinamis, fleksibilitas statis adalah commit to user
7 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
keleluasaan gerakan pada persendian, sedangkan fleksibiltas dinamis adalah keleluasaan gerakan yang paling tinggi pada persendian, misalnya pada permainan tenis, pada gerakan forehand. Menurut Johan Rosario (2009), ada tiga jenis fleksibilitas: 1. Aktif Dynamic Range .- fleksibilitas pergerakan dalam suatu kontraksi otot yang cepat dan kuat. Contoh fleksibilitas ini adalah melompat dengan hip fleksi, ekstensi dan berenang di bahu. 2. Aktif fleksibilitas statis .- Rentang gerakan dalam aktivitas otot lambat dan dikendalikan. Para pesenam flip mundur membutuhkan fleksibilitas semacam ini. 3. Fleksibilitas Pasif rentang gerak yang diperlukan ketika sebuah kekuatan eksternal diterapkan. Banyak gerakan perjuangan membutuhkan fleksibilitas pasif. Perkembangan
fleksibilitas
adalah
keleluasaan
gerak
persendian
(Sugiyanto ,1998). Fleksibilitas pada setiap bagian tubuh tidak ada interkorelasi, artinya bahwa apabila seseorang mempunyai fleksibilitas yang baik pada salah satu bagian tubuh, pada bagian tubuh yang lain belum tentu baik juga fleksibiltasnya. Dengan kata lain fleksibilitas salah satu bagian tubuh tidak bisa untuk menaksirkan fleksibilitas bagian tubuh yang lainnya. Menurut Hupprich dan Sigerseth (1950) dalam Sugiyanto , 1998). Fleksibilitas sangat diperlukan dalam semua olahraga atau gerakan anggota tubuh manusia dan terutama lagi cabang olahraga yang membutuhkam gerakan persendian yang banyak seperti senam, commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
8 digilib.uns.ac.id
loncat indah, anggar, sepak bola, gulat, dan sebagainya. Demikian pula fleksibilitas bagi semua orang dari umur kecil sampai besar. Hasil penelitian sendiri menunjukkan bahwa pergerakan dalam kelentukan akan dapat: 1. mengurangi kemungkinan terjadinya cidera pada otot dan sendi 2. membantu dalam mengembangkan kecepatan, koordinasi, dan kelincahan 3. menghemat dalam mengeluarkan tenaga dalam pergerakannya 4. membantu dalam memperbaiki sikap tubuh Sumber : Rusli Lutan dkk (2003) Menurut Clark dalam Mochamad Sajoto, (1988) fleksibilitas sering dianggap sebagai suatu faktor tunggal dalam ketrampilan. Faktor yang menunjang dalam melakukan aktifitas gerak adalah fleksibilitas, karena manfaat yang diperoleh dari fleksibilitas dapat membantu otot untuk rileks, meningkatkan kesehatan, menghilangkan kejang otot, dan mengurangi potensi cidera. Fleksibiltas didukung oleh tulang-tulang sendi dan sistem persendian yang meliputi pundak (bahu), tulang belakang (punggung), pangkal paha, pergelangan tangan, pergelangan kaki (Rusli Lutan, 2003). Anak besar aktivitas motorik kasarnya berada dibawah kendali ketrampilan kognitif dan kesadaran secara bertahap terjadi peningkatan gerak otot dan peningkatan kemampuan secara fisik. Aktivitas anak sangat membutuhkan energi secara fisik maupun psikologis untuk mengeksplorasi pengetahuan dan pengalamannya melalui aktivitas fisiknya, misal : bermain sepak bola, lari, berenang, melompat, membantu orang tua, dan sebagainya. Berdasarkan latar commit to user
9 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
belakang tersebut diatas maka peneliti bermaksud mengadakan penelitian tentang perbedaan fleksibilitas pada anak sehingga penulis tertarik untuk mengetahui perkembangan fleksibiltas pundak (bahu), tulang belakang (punggung), pangkal paha, pergelangan tangan, pergelangan kaki pada anak usia 7-12 tahun laki-laki dan perempuan Kabupaten Karanganyar.
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas maka dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut : 1. Belum diketahuinya perkembangan fleksibilitas pada anak besar laki–laki antara usia 7-12 tahun di daerah Kabupaten Karanganyar. 2. Belum diketahuinya perkembangan fleksibilitas pada anak besar perempuan antara usia 7-12 tahun di daerah Kabupaten Karanganyar. 3. Belum diketahuniya perbedaan perkembangan fleksibiitas pada anak besar laki-laki dan perempuan pada usia 7-12 tahun dikabupaten Karanganyar.
C. Pembatasan Masalah Dalam penelitian ini, masalah terbatas dalam perkembangan fleksibilitas pundak (bahu), tulang belakang (punggung), pangkal paha, pergelangan tangan, pergelangan kaki pada
anak usia 7-12 tahun di kabupaten Karanganyar,
dikarenakan biaya, tenaga, dan anak besar usia tujuh sampai dua belas tahun sering menggunakan anggota tubuh tersebut untuk malakukan kegiatan sehari-hari terutama pada kegiatan permainan olahraga. commit to user
10 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
D. Rumusan Masalah Berdasarakan latar belakang yang telah diuraikan diatas peneliti dapat merumuskan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimanakah kecenderungan perkembangan fleksibilitas bahu, pergelangan tangan, punggung, pangkal paha, dan pergelangan kaki pada anak besar laki– laki antara usia 7-12 tahun di daerah Kabupaten Karanganyar? 2. Bagaimanakah kecenderungan perkembangan fleksibilitas bahu, pergelangan tangan, punggung, pangkal paha, dan pergelangan kaki pada anak besar perempuan antara usia 7-12 tahun di daerah Kabupaten Karanganyar? 3. Bagaimanakah kecenderungan perbedaan perkembangan fleksibiitas bahu, pergelangan tangan, punggung, pangkal paha, dan pergelangan kaki pada anak besar laki-laki dan perempuan pada usia 7-12 tahun di kabupaten Karanganyar.
E. Tujuan Penelitian Berdasarakan latar belakang yang telah diuraikan diatas tujuan masalah sebagai berikut : 1. Menemukan kebenaran tentang perkembangan fleksibilitas bahu, pergelangan tangan, punggung, pangkal paha, dan pergelangan kaki pada anak besar laki– laki antara usia 7-12 tahun di daerah Kabupaten Karanganyar. 2. Menemukan kebenaran tentang perkembangan fleksibilitas bahu, pergelangan tangan, punggung, pangkal paha, dan pergelangan kaki pada anak besar perempuan antara usia 7-12 tahun di daerah Kabupaten Karanganyar. commit to user
11 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3. Menemukan kebenaran tentang perbedaan perkembangan fleksibilitas bahu, pergelangan tangan, punggung, pangkal paha, dan pergelangan kaki pada anak besar laki-laki dan perempuan pada usia 7-12 tahun di kabupaten Karanganyar.
F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Penelitian
perkembangan
fleksibilitas
bahu,
pergelangan
tangan,
punggung, pangkal paha, dan pergelangan kaki dilakukan untuk memberikan atau untuk menambah pengetahuan tentang perkembangan fleksibilitas persendian bahu, pergelangan tangan, punggung, pangkal paha, dan pergelangan kaki guna mencapai tujuan yang lebih baik dari sebelum penelitian dan dapat menggambarkan perkembangan fleksibilitas persendian bahu, pergelangan tangan, punggung, pangkal paha, dan pergelangan kaki anak besar usia 7-12 tahun lakilaki dan perempuan di kabupaten karangnyar 2. Manfaat Praktis a. Bagi peneliti Sebagai sarana untuk menerapkan ilmu yang diperoleh selama kuliah, guna meningkatkan penalaran dan memperoleh pengalaman dalam bidang penelitian. Dan juga dapat memberikan tambahan wawasan perkembangan fleksibilitas sacara menyeluruh sehingga dapat melakukan penerapan ilmu yang telah diperoleh dengan baik. commit to user
12 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b. Bagi Pihak Sekolah dan pembaca Sebagai bahan pustaka dan tambahan model pembelajaran yang bisa diterapkan dan tambahan referensi belajar untuk peningkatan pengetahuan perkembangan fleksibilitas. c. Bagi Program Studi Ilmu Keolahragaan Universitas Sebelas Maret Dengan adanya penelitian ini dapat menambah bahan kepustakaan dan dapat digunakan sebagai wacana kepada peneliti-peneliti lain yang akan melakukan penelitian yang sejenis atau permasalahan yang serupa.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori
1. Perspektif Perkembangan dan Pertumbuhan Semua orang secara terus menerus mengalami proses perkembangan. Orang
dewasa
sampai
anak-anak
merubah
respon
mereka
dan
mengkombinasikan respon-respon yang dilakukan ke dalam sesuatu yang baru. Jenis perubahan yang sama terjadi dengan persepsi, sebagaimana masyarakat dihadapkan dengan situasi baru dan mempelajari aktifitas baru. Secara aktif masyarakat terlibat dalam lingkungan mereka dan secara terus menerus merubah lingkungannya. Perkembangan pada anak lebih terlihat dengan jelas karena perubahan terjadi sangat cepat pada saat itu. Ahli kedewasaan berpendapat bahwa perkembangan merupakan suatu fungsi dari proses biologis pembawaan sejak lahir yang menghasilkan sebuah rangkaian universal dalam pemerolehan keterampilan gerakan bayi. Karena upaya-upaya pelopor sejak dini ini, nama Gessel dan McGraw telah menjadi legenda dalam penelitian perkembangan motor. Pada kenyataannya, sebagian besar yang kita tahu tentang urutan pemerolehan keterampilan gerkaan bayi didasarkan pada penelitian deskriptif Gesell (1928) dan McGraw (1935) serta penelitian Mary Shirley (1931) dan Nancy Bayley (1935) dalam Gallahue dan Ozmun, 1998}. commit to user 13
14 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Perkembangan merupakan proses perubahan kapasitas fungsional atau kemampuan kerja organ-organ tubuh ke arah keadaan yang makin terorganisir dan terspesialisasi. Perkembangan dapat berupa perubahan kuantitatif, kualitatif, atau kedua-duanya secara serempak (Haywood, 1986 dalam Sugiyanto, 1998). Perkembangan merupakan proses yang berlangsung secara kelanjutan sejak awal terjadinya dan hanya akan berakhir pada saat individu meninggal. Perkembangan meliputi semua aspek dari perilaku manusia dan hasilnya mungki hanya bisa dipisahkan secara artificial menjadi beberapa domain, fase, dan periode umur (Gallahue dan Ozmun, 1998). Perkembangan adalah proses perubahan kapasitas fungsional atau kemampuan kerja organ-organ tubuh ke arah keadaan yang makin terorganisir dan terspesialisasi. Makin terorganisir adalah bahwa organ-organ tubuh masih bisa dikendalikan sesuai dengan kemauan. Terspesialisasi adalah bahwa organ-organ tubuh semakin bisa berfungsi dengan fungsi masing-masing. Perkembangan anak terdiri dari : perkembangan motorik kasar (pergerakan dan sikap tubuh); perkembangan motorik halus (menggambar, memegang suatu benda dan lain – lain); perkembangan bahasa (kemampuan respon suara, mengikuti perintah, dan berbicara
sopan);
kepribadian
atau
tingkah
laku
(berinteraksi
dengan
lingkungannya). (Kania, 2009 dalam Agung.Perbedaan fleksibilitas trunk pada anak laki – laki dan perempuan usia 7 – 8 tahun. http://etd.eprints.ums.ac.id/12482/2/3._BAB_I.pdf -diunduhtanggal 5 mei 2012).
commit to user
15 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Menurut malina dan bouchard (1991) perkembangan gerak adalah proses perpindahan susunan dan ketrampilan, yang mana karakter tersebut terus menerus memodifikasi dan saling berkaitan dengan: 1. Proses perangsangan dari saraf neuromuscular 2. Petumbuhan dan pendewasaan anak, missal dalam ukuran dan bentuk komposisi tubuh. Dijelaskan lagi oleh F. J. Monks, dkk (2001) dalam Kathleen (1986) pengertian perkembangan menunujukan pada suatu proses ke arah yang lebih sempurna dan tidak dapat diulang kembali. Perkembangan menunjukan pada perubahan yang bersifat tetap dan tidak dapat diputar kembali. Perkembangan juga dapat diartikan sebagai proses yang kekal dan tetap menuju ke arah suatu organisasi pada tingkat intregritasi yang lebih tinggi berdasarkan pertumbuhan, pematangan, dan belajar. Perkembangan menghasilkan bentuk-bentuk dan cirriciri kemampuan baru yang berlangsung dari tahap aktivitas yang sederhana ke tahap yang lebih tinggi. Perkembangan bergerak secara berangsur-angsur tetapi pasti, melalui suatu bentuk atau tahap ke tahap berikutnya yang kian hari bertambah maju mulai dari masa pembuahan dan berakhir kematian. Perkembangan individu bersifat individual dan dipengaruhi oleh berbagai faktor yang secara umum dapat dikelompokan sebagai faktor internal dan eksternal individu. Masing-masing individu memiliki tingkat kecepatan pertumbuhan dan perkembangan yang berbeda sesuai dengan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perkembangan individu tersebut. Aspek genetis dan aspek commit to user
16 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
lingkungan baik fisik maupun sosial secara bersama memberikan pengaruh pada pola perkembangan individu. Perkembangan individu mencakup seluruh aspek atau domain kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dalam perkembangannya, seluruh aspek dalam diri individu berkembang secara slimutan dan saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya. Keserasian antar masing-masing aspek perkembangan memberikan kualitas perkembangan individu yang optimal. Meskipun perkembangan indivividu bersifat individual namun secara umum menunjukan pola perkembangan-perkembangan yang sama. Perkembangan individu memiliki korelasi yang erat dengan umur namun tidak tergantung dengan umur. (Gallahue dan Ozmun, 1998). Dalam proses perkembangan individu sebagai proses berkelanjutan yang berlangsung seumur hidup terdapat periodeperiode perkembangan individu yang menunjukan karakteristik-karakteristik perkembangan yang sama untuk semua individu. secara umum perubahan yang terjadi pada awalnya bersifat peningkatan dan kemudian mengalami penurunan. Karakteristik perkembangan individu secara umum menunjukan fase-fase yang sama pada periode unsure tertentu. Fase-fase perkembangan berdasarkan umur secara umum dibagi menjadi beberapa fase seperti tampak pada tabel berikut:
commit to user
17 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 1. Periodisasi perkembangan berdasarkan umur (Haywood, 1986 dalam Sugiyanto, 1998). Periode perkembangan Sebelum lahir - Awal - Embrio - Janin Bayi - Neonantal Anak-anak - Anak kecil - Anak besar Adolesensi - Perempuan - Laki-laki Dewasa - Dewasa muda - Dewasa madya - Dewasa tua
Perkiraan umur kronologis -
Pembuahan sampai dua minggu 2-8 minggu 8-akhir
-
Sejak lahir sampai 2 tahun Sejak lahi sampai 4 minggu
-
1 atau 2 sampai 10 atau 12 tahun 6 tahun sampai 10 atau 12 tahun
-
10 sampai 18 tahun 12 tahun sampai 20 tahun
-
18 atau 20 sampai 40 tahun 40 sampai 60 tahun 60 tahun lebih
Masing-masing fase dalam periode perkembangan individu tersebut menunjukan karakteristik perkembangan tersendiri yang berbeda dengan perkembangan lainnya. Dalam aktivitas olahraga, kajian perkembangan fisik dan perkembangan gerak tampak meiliki pengaruh yang sangat dominan. Perkembangan ketrampilan gerak sebagai modal utama pencapain prestasi hanya dapat berkembang dengan baik apabila didukung oleh perkembangan gerak yang baik. Masalah perkembangan tidak dapat dipisahkan dengan pertumbuhan. Perkembangan sebagai bentuk perubahan menuju ke kualitas yang lebih baik tidak dapat dipisahkan dari proses pertumbuhan sebagai pendukungnya. Fisik, gerak, pikir, emosi, dan sosial tumbuh dan kembang sejalan dengan pertumbuhan commit to user dan perkembangan fungsi-fungsi organ tubuh sebagai faktor pendukung aktivitas.
18 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
(Sugiyanto, 1998). Dalam Samsunuwiyati (2006) menurut Seifert dan Hoffnung (1994) mendefinisikan perkembangan sebagai “ long-term changes in a person’s growth, fellings, patterns of thinking, sosial relationship, and motor skills.” Sementara itu , Chaplinn (2002) mengartikan perkembangan sebagai: (1) Perubahan yang berkesinambungan dan progresif dalam organisme, dari lahir sampai mati, (2) Pertumbuhan, (3) Perubahan dalam bentuk dan dalam intregritasi dari bagian-bagian jasmaniah ke dalam bagian-bagian fungsional, (4) Kedewasaan atau kemunculan pola-pola asasi dari tingkah laku yang tidak dipelajari. Pertumbuhan dan perkembangan merupakan dua hal yang saling mempengaruhi dan saling berkaitan menjadi satu kesatuan sehingga sulit dipisahkan. Menurut Hurlock (1998) dalam Endang RS, Panggung, Suhartini (2007) istilah perkembangan dan pertumbuhan merupakan dua istilah yang berbeda, walaupun dapat dipisahkan namun keduanya tidak berdiri sendiri. Pertumbuhan merupakan perubahan kuantitatif yaitu peningkatan ukuran dan struktur, anak tidak menjadi besar secara fisik, tetapi ukuran dan struktur organ dalam dan otak meningkat. Akibatadanya pertumbuhan otak, anak mempunyai kemampuan yang lebih besar untuk belajar, mengingat, dan berpikir. Anak akan tumbuh baik secara mental. Sebaliknya perkembangan, berkaitan dengan perubahan kualitatif, kuantitatif, dan kedua-duanya secara serempak. commit to user
19 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Menurut Sugiyanto (1998) pertumbuhan adalah peningkatan yang ada pada diri seorang yang bersifat kuantitatif, atau peningkatan dalam hal ukuran. Dan di dalam studi perkembangan gerak cenderung digunakan dalam kaitannya dengan ukuran fisik. Menurut Endang RS, Panggung, Suhartini (2007) pertumbuhan adalah perubahan dalam besar, jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel organ maupun individu yang bisa diukur dengan ukuran berat (gram), ukuran panjang (cm), umur tulang dan keseimbangan metabolik. Dalam konsep perkembangan yang akan diulas di bawah nanti, perkembangan juga terkandung konsep pertumbuhan. Pertumbuhan sebenarnya merupakan sebuah istilah yang lazim digunakan dalam biologi, sehingga pengertiannya lebih bersifat biologi. Menurut C. P. Chaplin (2002) dalam Samsunuwiyati (2006), mengartikan pertumbuhan sebagai satu pertambahan atau kenaikan dalam ukuran dari bagian-bagian tubuh atau organisme sebagai satu keseluruhan. Menurut A. E. Sinolungon (1997), dalam Samsunuwiyati (2006) pertumbuhan menunjukan pada perubahan kuantitatif yaitu dapat diukur datau dihitung seperti panjang dan berat tubuh. Sedangkan Ahmad Thothowi (1993) dalam Samsunuwiyati (2006) mengartikan pertumbuhan sebagai perubahan jasad yang meningkat dalam ukuran sebagai akibat dari adanya perbanyakan sel-sel. Dengan demikian istilah pertumbuhan lebih cenderung menunjuk pada kemajuan fisik atau pertumbuhan tubuh yang melaju sampai pada suatu titik optimum
dan
kemudian
menurun
menuju
keruntuhannya.
Sedangkan
perkembangan lebih menunjukan pada kemajuan mental (jiwa) sampai akhir hayat .(Samsunuwiyati, 2006).
commit to user
20 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Menurut Gallahue dan Ozmun, (1997) pertumbuhan bukanlah proses independent. Walaupun faktor keturunan dapat membatasi pertumbuhan, tetapi faktor lingkungan juga berperan penting dalam memperlebar batas tersebut. Tingkatan sampai seberapa besar faktor tersebut dapat mempengaruhi perkembangan motorik belum jelas dan memerlukan penelitian lebih lanjut. Adapun menurut Unicef dan Johnson 1992 dalam Dewa NS, Bachyar B, Ibnu F, (2002) dalam Samsunuwiyati (2006), membuat model interelasi tumbuh kembang anak dengan melihat penyebab dasar, sebab tidak langsung dan sebab langsung. Sebab langsung adalah kecukupan makanan dan keadaan kesehatan. Penyebab tidak langsung meliputi ketahanan makanan keluarga, asuhan bagi ibu dan anak, dan pemnafaatan pelayanan kesehatan dan sanitasi lingkungan. Penyebab yang paling mendasar dari tumbuh kembang anak adalah masalah struktur politik dan ideology serta struktur ekonomi yang dilandasi oleh potensi sumber daya. Telah dijelaskan di atas hakekat perkembangan dan pertumbuhan, masingmasing individu mempunyai tingkat pertumbuhan dan perkembangan yang berbeda sesuai dengan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perkembangan individu tersebut. Aspek genetis dan aspek lingkungan baik fisik maupun sosial secara bersama memberikan pengaruh pada pola perkembangan individu. Meskipun perkembangan individu bersifat individual namun secara umum menunjukan pola perkembangan-perkembangan yang sama. Perkembangan individu memiliki korelasi yang erat dengan umur namun tidak tergantung umur (Gallahue dan Ozmun, 1998).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
21 digilib.uns.ac.id
Gambar 1. Tumbuh kembang anak dan alur kehidupan (Dewa NS, Bachyar B, Ibnu F, 2002) dalam Samsunuwiyati (2006). Perkembangan akan pesat atau cepat terlihat pada anak sekolah dasar atau anak besar yang berusia enam sampai sepuluh atau dua belas tahun. Karakteristik siswa sekolah dasar atau anak besar sendiri sangat tinggi dalam melakukan aktivitas fisik terutama dalam berolahraga, minta untuk melakukan aktivitas fisik sangat dipengaruhi oleh kesempatan untuk melakukan aktivitas fisik itu sendiri. Apabila sejak kecil anak selalu dikekang atau tidak diberi kesempatan melakukan aktivitas fisik, maka minat untuk melakukan aktivitas itu tidak akan berkembang. Sebaliknya apabila kesempatan itu diberikan secara cukup, maka minat melakukan aktivitas fisik menjadi berkembang. Apabila dinilai secara umum mengenai perkembangan minat melakukan aktivitas fisik pada anak-anak, commitgrafik to useryang selalu meningkat, namun dapat dilihat adanya kecenderungan
perpustakaan.uns.ac.id
22 digilib.uns.ac.id
kecepatan peningkatan tidak sama. Minat berkembang dengan cepat pada tahuntahun terakhir masa anak besar dan awal masa adolesensi. Kecenderungan seperti ini terjadi baik pada anak laki-laki maupun anak perempuan. Seperti halnya menurut Espenschade dan Eckret, 1980 dalam Sugiyanto, 1998) yang dituangkan dalam bentuk grafik berikut ini:
Gambar 2. grafik perkembangan minat anak besar laki-laki.
Gambar 3. grafik perkembangan minat anak besar perempuan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
23 digilib.uns.ac.id
Gambar di atas diterangkan grafik minat anak besar, aktivitas olahraga menunjukan minat yang paling tinggi, dengan minat yang makin besar terhadap aktivitas fisik sesudah umur sembilan tahun, maka kemungkinan untuk meningkatkan kualitas kemampuan fisik dan geraknya akan menjadi besar pula. Ada beberapa sifat pada anak besar untuk melakukan aktivitas fisik, antara lain: 1. Kemampuan memusatkan perhatian pada suatu macam aktivitas yang sedang dilakukan meningkat, 2. Semangat untuk mencari pengalaman baru cukup tinggi, 3. Perkembangan sosialnya makin baik (bermain bersama-sama), 4. Perbedaan perilaku antara anak laki-laki dan perempuan semakin jelas dan kecenderungan kurang senang untk bermain bersama lawan jenis, 5. Semangat untuk menguasai suatu bentuk aktivitas tertentu dan semangat berkompetensi tinggi. Dari faktor-faktor di atas ditunjang pula dengan sifat psikoogis dan sosial anak besar, antara lain: 1. Sifat psikologis dan sosial yang menonjol pada anak besar usia 9 tahun a) Imajinatif serta menyenangi suara dan gerak ritmik, b) Menyenangi pengulangan aktivitas, c) Menyenangi aktivitas kompetitif, d) Rasa ingin tahu besanya, e) Selalu memikirkan sesuatu yang dibutuhkan, f) Lebih menyenangi aktivitas kelompok daripada individual, g) Meningkat minatnya untuk terlibat dalam permainan yang diorganisir, commit to user
24 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
h) Cenderung membandingkan dirinya dengan temanya, i) Mudah gembira karena pujian, j) Senang menirukan idolanya, k) Selalu menginginkan peretujuan orang dewasa, 2. Sifat psikologis dan sosial yang menonjol pada anak besar usia 10 sampai 12 tahun a) Laiki-laki dan perempuan menyenangi permainan aktif, b) Minat terhadap orang kompetitif meningkat, c) Minat terhadap permainan yang lebih terorganisasi meningkat, d) Rasa kebanggan akan ketrampilan yang dikuasai tinggi, e) Selalu berusaha berbuat sesuatu untuk memperoleh perhatian orang dewasa, f) Memiliki kepercayaan yang tinggi, g) Memperoleh kepuasan yang besar melalui kemampuan mencapai sesuatu, h) Pemujaan kepahlawanan kuat, i) Mudah gembira, j) Kondisi emosional tidak stabil, k) Mulai memahami arti waktu dan ingin mencapai sesuatu pada ,waktunya.
commit to user
25 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Sehingga dapat disimpulkan bahwa aktivitas-aktivitas gerak yang diperlukan anak besar, antara lain: 1. Aktivitas yang menggunkan ketrampilan untuk mencapai tujuan tertentu, 2. Aktivitas secara beregu, 3. Aktivitas mencoba-coba, 4. Aktivitas fisik untuk meningkatkan fisik dan ketrampilan, (Sumber: Sugiyanto, 1998).
2. Perspektif Perkembangan Fleksibiltas Fleksibilitas dipengaruhi oleh unsur elastisitas otot tendon dan ligament. Menurut Harsono (1988) ” fleksibilitas adalah kemampuan untuk melakukan gerakan dalam ruang gerak sendi. Kecuali oleh ruang gerak sendi, kelentukan juga ditentukan oleh elastisitas tidaknya otot-otot, tendon dan ligament”. Selanjutnya menurut Sajoto (1990) menyatakan bahwa:”Daya lentur (fleksibilitas) adalah efektivitas seseorang dalam penyesuaian diri untuk segala aktivitas dengan penguluran tubuh yang luas” (Mulyono, 2008). Mengenai fleksibilitas Claude Bochard (1978) dalam
Edu (2010)
mengatakan”fleksibilitas adalah kualitas yang memungkinkan suatu segmen bergerak memaksimal
mungkin menurut kemungkinan gerak (rang of
movement)”. Kualitas ini memungkinkan otot atau sekelompok otot dalam posisi pendek maksimal dan memanjang maksimal, untuk memanfaatkan sendi-sendi secara
maksimal.
(Edu.
2010.
http://repository.upi.edu/operator/upload/
s_kor_0807700_chapter2.pdf. di unduh tanggal 4 Februari 2013).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
26 digilib.uns.ac.id
Menurut Rusli Lutan (2003) fleksibilitas didefinisikan sebagai kemampuan dari sendi dan otot, serta tali sendi di sekitarnya untuk bergerak dengan leluasa dan nyaman dalam ruang gerak maksimal yang diharapkan. Fleksibilitas yang optimal memungkinkan sekelompok atau suatu sendi untuk bergerak secara efisien. Fleksibilitas adalah kemampuan sendi untuk melakukan gerakan sendi secara maksimal (Iskandar dkk., 1999), dengan kata lain fleksibilitas merupakan kemampuan sendi untuk melakukan gerakan secara maksimal di dalam ruang gerak sendi. Fleksibilitas menunjukkan besarnya pergerakan sendi secara maksimal sesuai dengan kemungkinan gerakan (range of movement). Kemampuan yang cepat dan lincah untuk mengubah arah sangat memerlukan fleksibilitas tubuh. Pada umumnya anak memiliki tingkat fleksibilitas yang sangat baik. Oleh karena itu latihan fleksibilitas tidak boleh berlebihan karena dapat berpengaruh tidak baik dan dapat merusak sikap tubuh itu sendiri. ( Iskandar, 1999). Kelentukan atau fleksibilitas adalah keefektifan seseorang dalam penyesuain dirinya, untuk melakukan segala aktivitas tubuh dengan penguluran seluasluasnya terutama otot-otot, ligament-ligamen di sekitar persendian. (Moh. Sajoto, 1988). Menurut AAHPERD (1999) dalam Gallahue dan Ozmun (1998), “Flexibility is the ability of a joint and the muscles and tendons surrounding it to move freely and comfortably through its intended full range of motion (ROM)." Maksud dari pernyataan tersebut bahwa fleksibilitas adalah kemampuan dari sendi, otot, dan tendon-tendon di sekitarnya untuk dapat digerakkan dengan bebas commit to user
27 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dan nyaman, maksudnya adalah ruang gerak yang luas. Dari beberapa pendapat di atas mengenai pengertian fleksibilitas, maka dapat disimpulkan bahwa fleksibilitas adalah kemampuan untuk melakukan gerak dalam ruang gerak sendi. Kemampuan yang dimaksudkan merupakan prasyarat untuk menampilkan suatu keterampilan yang memerlukan ruang gerak sendi yang luas dan memudahkan untuk melakukan gerakan-gerakan yang cepat dan lincah. Keberhasilan untuk menampilkan gerakan demikian itu sangat ditentukan oleh luasnya ruang gerak sendi. Fleksibilitas merupakan salah satu komponen kondisi fisik yang mempunyai peranan penting. Peranan tersebut bagi non olahragawan adalah untuk menunjang aktivitas kegiatan sehari-hari. Sedangkan bagi para olahragawan yang terlibat dalam cabang olahraga yang banyak menuntut keluwesan gerak seperti senam, judo, gulat, atletik, dan cabang-cabang olahraga permainan lainnya ternyata fleksibilitas juga sangat diperlukan. Fleksibilitas yang dimiliki seseorang biasanya menggambarkan kelincahan seseorang dalam geraknya. Bahkan bagi para olahragawan yang terlibat dalam cabang olahraga yang dominan unsur fleksibilitasnya, apabila fleksibilitasnya tinggi akan menampakkan prestasi yang lebih baik dibandingkan dengan olahragawan yang tingkat fleksibilitasnya rendah. Fleksibilitas adalah suatu kemampuan untuk menggunakan lebar ayunan gerakan-gerakan dalam persendian ke kemampuan maksimum. Lebar ayunan gerakan-gerakan (keluasaan gerakan-gerakan) dalam tulang-tulang sendi harus dilatih dalam semua arah yang mungkin sesuai dengan struktur anatomi tubuh. (M. Furqon, 1995).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
28 digilib.uns.ac.id
Fleksibilitas didefinisikan sebagai rentang gerak sendi atau kemungkinan gerakan bersama, sehingga potongan-potongan tulang yang membentuk sendi bergerak sebanyak mungkin. Kemungkinan tertinggi gerakan bersama dapat dicapai hanya dengan ketentuan sebagai berikut: 1. Otot-otot dan fungsi fisiologis normal, adalah agonis antagonis-konsisten, 2. Itu sendi yang stabil, karena dalam kasus ketidakstabilan yang menghambat gerakan dan kekuatan otot tersebar, 3. bersama dapat bergerak bebas tanpa kontraktur atau hambatan lainnya. Bahwa gerakan-gerakan yang tidak menyakitkan, dan Anda akan dicegah ke tingkat yang lebih besar atau lebih kecil. (Johan Rosario, 2009). Fleksibilitas adalah kemampuan untuk melakukan gerakan dalam ruang gerak sendi, kecuali oleh gerak ruang sendi, kelentukan juga ditentukan oleh elastis tidaknya otot-otot, tendon, dan ligament (Harsono, 1998). Dengan demikian orang yang mempunyai ruang gerak yang luas dalam sendi-sendinya yang mempunyai otot-otot yang elastis. Orang yang otot-ototnya kaku, tidak elastis biasanya terbatas ruang gerak sendinya. Jadi, faktor utama yang membantu menentukan fleksibilitas adalah elastis otot. Pengalaman-pengalaman menunjukan bahwa elastis otot akan berkurang jika orang lama tidak berlatih. Fleksibilitas penting sekali dalam hampir semua cabang olahraga, terutama pada cabang-cabang olahraga yang banyak menuntut gerak sendi seperti senam, loncat indah, beberapa nomor atletik, permainan bola besar, anggar, gulat, dan sebagainya. Demikian juga fleksibilitas penting bagi semua orang segala umur terutama anak besar dalam masa pertumbuhan dan perkembangan, karena usiacommit to user
perpustakaan.uns.ac.id
29 digilib.uns.ac.id
usia anak besar mempunyai gerakan yang leluasa, masa-masa mencari pertumbuhan dan perkembangan fleksibilitas mereka. Fleksibilitas sendi adalah kemampuan dari berbagai sendi tubuh untuk bergerak pada jarak maksimal mereka. Ada dua tipe fleksibilitas: statis dan dinamis. Fleksibilitas statis adalah gerakan yang dilakukan dengan pelan-pelan dan tarikan yang lambat dengan keterlibatan sendi yang sangat terbatas. Fleksibilitas dinamis adalah gerakan yang dilakukan dengan cepat hingga mencapai batasnya (William, 1993) dalam Gallahue dan Ozmun (1998). Fleksibilitas merupakan kemampuan khusus dari sendi dan mampu ditingkatkan melalui latuhan. Hupperich dan sigerseth (1950) Dalam Gallahue dan Ozmun (1998) mengindikasikan bahwa fleksibilitas dinamis pada bahu, lutut, dan sendi paha menurun seiring bertambahnya usia anak-anak, sebagaimana dibuktikan lewat penelitian pada anak perempuan usia 6, 9, dan 12 tahun. Penelitian mereka juga mengungkapkan indikasi bahwa fleksibilitas statis meningkat seiring dengan usia. Clarke (1975) Dalam Gallahue dan Ozmun (1998) mengulas penelitian mengenai kelenturan (flexibility) dan menyimpulkan bahwa kelenturan (flexibility) menurun pada anak laki-laki mulai sekitar usia 10 tahun dan pada anak perempuan sekitar usia 12 tahun. Hal tersebut menegaskan kajian yang dilaksanakan Leighton (1956) pada kelenturan (flexibility) anak laki-laki yang berusia 10 hingga 18 tahun. Penyelidikannya mengungkap anggapan umum bahwa anak laki-laki memiliki tingkat kelenturan yang lebih tinggi selama masa kanak-kanak dan masa remaja merupakan anggapan yang meragukan. Anak lakilaki tidak menunjukkan adanya pola yang konsisten terhadap peningkatan atau commit to user
30 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
penjagaan kelenturan (flexibility) seiring dengan pertumbuhan usia. DiNucci (1976) Dalam Gallahue dan Ozmun (1998) melaporkan bahwa anak perempuan mempunyai hasil yang lebih baik daripada anak laki-laki pada 5 pengukuran kelenturan (flexibility) yang berbeda disegala usia. Menurut Gallahue at el (1997) ada dua tipe fleksibilitas yaitu statis dan dinamis. Fleksibiltas statis adalah prestasi luas gerak sendi dengan menggunakan tarikan pelan atau sedang untuk melibatkan sedikit persendian. Persendian dinamis adalah prestasi luas gerak sendi yang dapat dicapai saat tubuh bergerak cepat. Manfaat yang diperoleh dari latihan fleksibilitas akan mebantu otot untuk rileks, meningkatkan kesehatan, menghilangkan otot kejang dan mengurangi potensi cidera (Rusli Lutan, 2003). Fleksibiltas pada anak besar menunjukan perbedaan yang besar antara anak perempuan dan laki-laki. Hasil pengukuran fleksibilitas metode tes sit and reach secara umum menunjukan anak perempuan memiliki fleksibilitas yang lebih tinggi dibanding anak laki-laki. Pada anak perempuan fleksibilitas stabil pada usia 5-11 tahun kemudian dilanjutkan dengan peningkatan sampai usia 15 tahun. Pola perkembangan fleksibilitas anak laki ditandai dengan penururnan fleksibilitas dari usia 5 tahun, mencapai titik terendah pada usia 12 tahun dan kemudian mengalami penigkatan sampai usia 18 tahun.
commit to user
31 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Gambar 4. grafik perkembangan fleksibilitas diukur dengan tes sit and reach (Malina,, Bouchard dan Bar-Or, 2004)
Selain itu Harsono (1998) berpendapat bahwa Fleksibilitas penting sekali dalam hampir semua cabang olahraga, terutama cabang-cabang olahraga yang banyak menuntut gerak sendi seperti senam, loncat indah, beberapa nomor atletik, permainan-permainan dengan bola, anggar, gulat, dan sebagainya. Kelentukan
atau fleksibilitas adalah keefektifan seseorang dalam
penyesuain dirinya, untuk melakukan segala aktivitas tubuh dengan penguluran seluas-luasnya terutama otot-otot, ligament-ligamen di sekitar persendian. (Moh. Sajoto, 1988). Semakin besar kekuatan otot akan semakin tinggi fleksibilitasnya. Menurut Gallahue dan Ozmun, (1997), Kekuatan otot adalah kemampuan tubuh untuk mengeluarkan kekuatan. Menurut Clark dalam Mochamad Sajoto, (1988) fleksibilitas sering dianggap sebagai suatu faktor tunggal dalam ketrampilan. Faktor yang menunjang dalam melakukan aktifitas gerak adalah fleksibilitas, karena manfaat yang commit to user
32 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
diperoleh dari fleksibilitas dapat membantu otot untuk rileks, meningkatkan kesehatan, menghilangkan kejang otot, dan mengurangi potensi cidera. Fleksibiltas didukung oleh tulang-tulang sendi dan system persendian yang meliputi pundak (bahu), tulang belakang (punggung), pangkal paha, pergelangan tangan, pergelangan kaki ( Rusli Lutan, 2003). Kelenturan otot yang baik tentunya harus ditopang dengan struktur tulang belakang yang baik. Untuk itulah diperlukan pemeriksaan tulang belakang secara berkala. Pernahkah Anda mendengar tentang Chiropractic? Chiropractic merupakan salah satu cara memelihara kesehatan tulang belakang Anda. Chiropractor akan memeriksa kondisi tulang belakang dan melakukan terapi jika ditemukan kondisi yang kurang optimal. Segera periksakan kondisi kesehatan tulang belakang anda untuk mendapatkan tubuh lentur dan bebas cedera. (Baharudin . 2012. Cukup lenturkah anda. http://www.chiropracticjakarta.com/ index.php?option=com_content&view=article&id=50:fleksibilitas&catid=3:lates t-news. Diunduh pada 14 Juni 2012). Berdasarkan manfaat dari fleksibilitas, Paul Uram (1986) dalam Subandono, (2006) menjelaskan manfaat dari keuntungan sebagai berikut: a) Pemakaian yang tepat dari latihan-latihan kekuatan, kecepatan, dan ketahanan melalui seluruh jangkuan dan gerakan, b) Keuntungan yang lebih besar dalam kekuatan, kecepatan, dan ketahanan, c) Memperbaiki kemampuan untuk latihan dan mempelajari suatu ketrampilan, d) Efisiensi yang lebih dalam penampilan ketrampilan,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
33 digilib.uns.ac.id
e) Perbaikan-perbaikan dalam koordinasi, kecerdasan, kegesitan, keseimbangan, dan kecakapan kinestitetik (termasuk penambahan penerimaan rangsang) dan demikian pula pengertian ke dalam ketrampilan yang alami. Menurut Johan Rosario (2009) manfaat fleksibilitas: Meningkatkan efisiensi dan kinerja fisik, cedera pencegahan, meningkatkan suhu jaringan sehingga meningkatkan sirkulasi dan terjadi peningkatan transportasi dan distribusi nutrisi, meningkatkan jumlah cairan synovial, dan viskositas pada otot. Pendapat Bompa(1994) bisa disimpulkan bahwa fleksibilitas merupakan prasyarat yang diperlukan untuk menampilkan suatu keterampilan yang memerlukan ruang gerak sendi yang luas dan memudahkan dalam melakukan gerakan-gerakan yang cepat. Perkembangan fleksibilitas adalah proses perubahan kapasitas fungsional atau kemampuan kerja organ-organ tubuh ke arah keadaan yang makin terorganisir dan terspesialisasi keleluasan gerak persendian. Menurut Araujo (2003) dalam Nidya (2010) setiap gerakan sendi dapat mencapai tingkat fleksibilitas bila serat otot yang rileks, sehingga dapat bergerak dengan baik. Fleksibilitas adalah keluasaan gerak persendian. Di antara penelitian fleksibilitas yang pernah dilakukan ada satu yang cukup menarik yaitu yang dilakukan oleh Hupprich dan Sigerseth (1950) dalam Sugiyanto (1998). Mereka mengukur fleksibilitas pada 12 bagian tubuh terhadap 300 perempuan berumur antara 6 sampai 18 tahun. Kesimpulannya sebagai berikut: Sampai umur 12 tahun anak perempuan mengalami peningkatan fleksibilitas secara umum dan sesudah 12 tahun akan mengalami penurunan, commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
34 digilib.uns.ac.id
Ada kekecualian dalam penurunan fleksibilitas secara umum tersebut yaitu pada bahu, lutut, dan paha. Fleksibilitasnya sudah mulai menurun sesudah umur 6 tahun, Fleksibilitas pergelangan kaki adalah yang konstan atau ajeg seumur hidup, Fleksibilitas pada setiap bagian tubuh tidak ada interkorelasi, artinya adalah bahwa apabila seseorang memiliki fleksibilitas yang baik pada salah satu bagian tubuh, pada bagian tubuh lainnya belum tentu baik juga fleksibilitasnya. Dengan kata lain flesibilitas salah satu bagian tubh tidak bisa untuk menaksir fleksibilitas bagian tubuh lain. (Sumber : Sugiyanto, 1998). Meningkatnya fleksibilitas sangatlah penting sekali, apabila kehilangan fleksibilitas dengan aktifitas rendah berarti mengurangi efisiensi gerakan dan kemungkinan mendapat cedera pada saat melakukan gerakan tertentu akan semakin besar. Setiap gerakan sangat diperlukan sebuah fleksibilitas untuk melakukan aktivitas atau kegiatan sehari-hari, dalam aktivitas atau kegiatan sehari-hari banyak anggota tubuh yang menunjang untuk melakukan sebuah gerakan yang membutuhkan suatu fleksibilitas, terutama pada anggota tubuh bahu, pergelangan tangan, punggung, pangkal paha, dan pergelangan kaki. Seperti halnya siswa melakukan sebuah permainan yang mana harus melewati suatu palang rendah, hanya boleh melewati dengan gerakan kayang, sehingga dibutuhkan gerakang kayang yang sangat rendah, maka diperlukan suatu fleksibilitas punggung yang tinggi, agar dapat melewati rintangan palang tersebut. Dengan adanya kelenturan pada persendian bahu, pergelangan tangan, punggung, pangkal paha, dan pergelangan kaki, maka sang anak besar akan mengalami commit to user
35 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
gerakan tubuh yang luwes, sehingga sanga anak besar tersebut akan melakukan gerakan yang leluasa. Walaupun suatu fleksibilitas tidaka akan sama di setiap anggota tubuhnya. Dengan maksud bahwa fleksibilitas anggota tubuh satu dengan anggota tubuh lainnya berbeda, misalnya fleksibilitas kaki akan anjek selalu dibandingkan dengan gerakan persendian pada tangan ataupun lengan, di mana kaki sering digunakan berjalan atau bergerak. Telah dijelaskan sebelumnya bahwa fleksibilitas bahu pergelangan tangan, punggung, pangkal paha, dan pergelangan kaki memegang peranan penting bagi segala tingkatan usia. Oleh karena itu fleksibilitas bahu pergelangan tangan, punggung, pangkal paha, dan pergelangan kaki harus ditingkatkan, mengingat semakin lanjut usia seseorang semakin berkurang tingkat fleksibilitasnya sebagai akibat dari menurunnya elastisitas otot dan meningkatnya kekakuan sendi. Banyak faktor yang berpengaruh terhadap fleksibilitas bahu pergelangan tangan, punggung, pangkal paha, dan pergelangan kaki seseorang, diantaranya adalah usia dan jenis kelamin. Pengaruh fleksibilitas bahu pergelangan tangan, punggung, pangkal paha, dan pergelangan kaki ditinjau dari usia, banyak ahli berpendapat diantaranya adalah : 1. Sugiyanto (1993), "Fleksibilitas berkembang cepat pada masa anak besar. Anak besar perempuan berusia 6 sampai 10 tahun dan anak besar laki-laki berusia 6 sampai 12.” 2. Soegiardo (1991), “Pada anak kecil karena ototnya masih elastis, sendi dan capsule belum terbentuk sempurna, maka fleksibilitas anak lebih baik dari orang dewasa.”
commit to user
36 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3. Moeloek (1984), “Fleksibilitas terbesar dijumpai pada anak sekolah dasar.” Sedangkan ditinjau dari jenis kelamin, para ahli juga mengeluarkan pendapat seperti : 1. Phillips (1955) dan Kirchner (1957) dalam Bloomfield, Ackland dan Elliott (1994) “. . . that elementary school aged girls were more flexible than boys of a similar age.” 2. Bompa (1994).” Age and sex affect flexibility to the extent that younger individuals and girls as opposed to boys, seem to be more flexible.” Pendapat di atas mengenai usia dan jenis kelamin dapat disimpulkan bahwa ternyata usia dan jenis kelamin berhubungan terhadap fleksibilitas bahu, pergelangan tangan, punggung, pangkal paha, dan pergelangan kaki. Bahwa peningkatan fleksibilitas fleksibilitas bahu, pergelangan tangan, punggung, pangkal paha, dan pergelangan kaki terbaik terjadi pada masa kanak-kanak,dan dengan bertambahnya usia makin menurun tingkat fleksibilitasnya. Selain itu juga ditinjau dari jenis kelamin, perempuan muda mempunyai tingkat fleksibilitas fleksibilitas bahu, pergelangan tangan, punggung, pangkal paha, dan pergelangan kaki yang lebih baik daripada laki-laki. Persendian bahu adalah persendian pada anggota tubuh yang termasuk ke dalam persendian sinovial, yaitu persendian yang gerakannya bebas, merupakan bagian terbesar dari persendian pada tubuh orang dewasa, contohnya sendi bahu dan panggul, sikut dan lutut, sendi pada tulang-tulang jari tangan dan kaki, pergelangan tangan dan kaki.( http://id.wikipedia.org/wiki/Sendi - diunduh pada tanggal 22 Maret 2013).
commit to user
37 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Menurut Santoso (1992) Pergelangan bahu adalah bagian dari anggota ubuh manusia yang berada diantara caput humeri (kepala lengan atas) dan cavitas glenoideus (mangkok pada tulang scapula). Hakikat persendian pergelangan tangan adalah bagian tangan yang terdiri dari delapan tulang karpal. Tulang-tulang yang kecil dan pendek itu tersusun dalam dua baris empat-empat. Mereka berartikulasi sedemikian rupa sehingga memungkinkan untuk meluncur di atas satu sama lain. (http:// kamuskesehatan. com/arti/pergelangan-tangan/ - diunduh tanggal 22 Maret 2013). Pergelangan tangan adalah bagian dari tubuh manusia yang berada diantara caput ulnae, radius dan os pada tangan (ostriquetrum, os lunatum, dan osscaphoideum) (Santoso, 1992). Hakikat punggung adalah bagian belakang tubuh (manusia atau hewan) dr leher
sampai
ke
tulang
ekor
(http://bahasa.cs.ui.ac.id/kbbi/kbbi.php?
=punggung&varbidang=all&vardialek=all&varragam=all&varkelas=all&submit= tabel - diunduh tanggla 22 Maret 2013). Bisa juga diartikan sebagai berikut, punggung adalah pinggang bagian belakang antara punggung dan bokong (http://www.artikata.com/arti-339037-lumbal.html - diunduh tanggla 22 Maret 2013). Persendian pangkal paha adalah persendian pada bagian tubuh manusia yang berada di antara caput femur dan acatebulum (facies lunata) (Santoso,1992). Hakikat persendian pangkal paha adalah persendian yang berada pada bagian tubuh yang letaknya ada di kaki lutut ke atas atau diantara pinggang dan paha (Suharso dan Ana S, 2009).
commit to user
38 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Menurut (Suharso dan Ana S, 2009). persendian kaki adalah bagian dari anggota tubuh yang berada pada tumpuan berdiri dan berjalan. Pergelangan kaki adalah persendian pada bagian tubuh manusia yang berada di antara fibula dan tibia dengan facies malleolaris medialis (Santoso, (1992).
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Fleksibilitas a. Faktor intern Menurut Nur Ikhsan Halim (2004), faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan fleksibilitas, antar lain: 1) Genetik Bentuk, tipe, dan struktur sendi serta ligamentum dan tendo yang terkait dengan sendi tersebut. faktor yang menyangkut sendi ini sulit diubah karena bersifat genetik atau keturunan. Sedangkan faktor ligamentum dan tendo masih memungkinkan bisa diubah. 2) Otot Otot yang berkaitan dengan sendi, ada otot yag bekerja agonis (paralel), beberapa kelompok otot bekerja sama dan searah. Selain itu ada pula ada otot yang bekerja antagonis (berlawanan) yaitu sekelompok otot yang kerjanya bertentangan dengan otot kelompok lainnya. 3) Umur (anak besar) Anak besar adalah anak yang berusia antara 6 sampai dengan 10 atau 12 tahun (Sugiyanto dan Sudjarwo, 1992). Menurut penelitian Valdiavia (2006) commit to user
39 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dalam Nidya (2010) puncak tertinggi fleksibilitas trunk ditemukan pada anak usia 7 – 8 tahun dengan nilai 10 cm. 4) Jenis kelamin Jenis kelamin (bahasa Inggris: sex) adalah kelas atau kelompok yang terbentuk dalam suatu spesies sebagai sarana atau sebagai akibat digunakannya
proses
reproduksi
seksual
untuk
mempertahankan
keberlangsungan spesies itu. 5) Suhu Suhu tubuh dan suhu otot mempengaruhi fleksibilitas, terutama amplitude gerakan. Oleh sebab itu, pemanasan perlu dilakukan sebelum latihan fleksibilitas. 6) Waktu Fleksibilitas tertinggi dicapai pada pukul 10-11 siang dan terendah di pagi hari. 7) Kekuatan otot Semakin besar kekuatan otot akan semakin tinggi fleksibilitasnya. Menurut Gallahue dan Ozmun, (1997), Kekuatan otot adalah kemampuan tubuh untuk mengeluarkan kekuatan. Mudahnya, ini adalah kemampuan untuk mengerahkan usaha maksimal seseorang. Anak-anak yang terlibat dalam aktivitas bermain sehari-hari telah memperkuat kakinya dengan cara berlari dan naik sepeda. Kekuatan lengan mereka bertambah dengan cara mengangkat, membawa obyek, memegang alat, atau mengayunkan mainan. Kekuatan bisa diklasifikasikan sebagai isotonic, isometric, atau isokinetic. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
40 digilib.uns.ac.id
Kekuatan isometric adalah pengerahan usaha terhadap benda tidak bergerak. Ada kontraksi otot, tetapi hanya ada sedikit perubahan jarak. Kekuatan isotonic merujuk pada kemampuan otot untuk melakukan gerakan dengan jarak maksimal. Otot yang diperlukan mengalami kontraksi, dan ada gerakan memanjangkan dan memendekkan otot saat melakukan gerakan. Gerakan mengangkat barbel dan brench press merupakan contoh dari kekuatan isotonic. Kekuatan isokinetic adalah kemampuan untuk melakukan kontraksi otot dan menjaga kontraksi itu pada satu gerakan utuh. Kekuatan isokinetic diukur menggunakan mesin khusus yang mengakomodir penolakan pada tingkat tertentu saat otot bekerja. Di laboratorium, kekuatan bisaanya diukur menggunakan dynamometer atau tensiometer. Alat ini sangat bisa diandalkan saat dioperasikan oleh orang yang terlatih. Dynamometer adalah alat pengukur yang diperuntukkan untuk mengukur kekuatan genggaman, kekuatan kaki, dan kekuatan punggung. Tensiometer adalah alat yang lebih canggih dimana alat ini bisa mnegukur kinerja kelompok otot tertentu. Menurut Gallahue dan Ozmun 1998) Penelitian longitudinal klasik yang dilakukan oleh Clarke (1971) memanfaatkan delapan belas kabel tensiometer dan mengungkapkan penambahan kekuatan tahunan pada anak laki-laki usia 7 hingga 17 tahun. Sedangkan Setelah usia 12 atau 13, anak perempuan cenderung mengalami perubahan secara mencolok dibandingkan dengan anak laki-laki pada tingkat kekuatan. Menurut Corbin (1980) dalam Gallahue dan Ozmun (1998), anak perempuan yang tidak dilatih akan terus mengalami penurunan pada usia ini, sedangkan anak laki-laki akan terus meningkat commit to user
41 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
meskipun tanpa latihan. Ada kemungkinan bahwa kekuatan anak laki-laki dan perempuan sebelum masa sekolah adalah sama, dengan sedikit perbedaan bahwa anak laki-laki lebih tinggi dan lebih berat daripada anak perempuan. Sayangnya, tidak ada yang tahu tentang kekuatan otot anak-anak pada masa ini. a) Kelelahan dan emosi
Semakin lelah seseorang, fleksibilitas semakin rendah. Demikian pula pada emosi, emosi sedih dan pesimis akan menurunkan fleksibilitas. Sebaliknya emosi gembira dan optimis akan meningkatkan fleksibilitas. b) Elastisitas dari otot, ligamentum, dan caspula
Semakin
sering
seorang
melakukan
peregangan
dan
latihan
menjangkau, dengan demikian orang yang mempunyai ruang gerak yang luas dalam sendi-sendinya mempunyai otot-otot yang elastis. Menurut Nur Ikhsan Halin (2004), faktor yang berpengaruh terhadap fleksibilitas ini, secara garis besar dapat dibagi atas: a) Anatomis Keaadan tulang, lemak, bungkus, ligament sendi, dan otot. Bentuk tulang merupakan hambatan terbesar untuk keluasaan gerakan sendi. Pada sendi dan siku lutut misalnya, karena bentuk tulang, gerakan lengan bawah dan tungkai menjadi terbatas, lain halnya dengan sendi bahu. Pada sendi bahu karena bentuk tulang sedimikian rupa, maka sendi ini merupakan sendi yang paling banyak arah gerakannya, kurang mnedapatkan hambatan anatomis.
commit to user
42 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b) Refleksi neurologis Proses yang mengatur pengaktif dan penghambat otot berkonstraksi, seperti kumparan perregang reflek otot dan organ golgi penghambat reflek. c) Otot Panjang dan kekuatan otot pada waktu latihan fleksibilitas panjang otot akan meningkat. Seiring otot tidak mampu mengikuti fleksibiitas yang diinginkan karena keterbatasan perpanjangan otot atau akibat otot tidak lentur. 1) Fungsi otot dan tulang terhadap fleksibilitas - Struktur otot Tulang merupakan system jaringan penunjang yang khusus dari kerangka tubuh manusia untuk melakukan fungsinya sebagai jaringan penunjang harus digerakan secara bersamaan. Persendian ialah tempat di mana dua tulang atau lebih saling berhubungan, di mana funsi ligament sangat berperan yang dbantu oleh otot-otot. Jaringan otot mempunyai fungsi utama untuk menghasilkan gerakan lewat kemampuannya berkontraksi dan membangun ketegangan. Otot manusia diikatkan pada tulang oleh tendon, tempat di mana sebuah otot mengikatkan diri pada titik yang relatif permanen dalam tulang dinamakan origin, sedangkan ujung otot yang bergerak bersama tulang disebut insertion. Saat berkontraksi, otot-otot membangun ketegangan yang kemudian diteruskan pada tulangtulang melalui tendon, kemudian terjadilah suatu gerakan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
43 digilib.uns.ac.id
Suatu gerakan sebenarnya merupakan hasil interaksi antara sistem jaringan otot dan sistem jaringan rangka. Fungsi jaringan otot adalah menghasilkan gerakan dengan membangkitkan ketegangan, tetapi otot-otot tubuh kita harus dalam kondisi rileks selama melakukan peregangan. Otototot memiliki berbagai macam bentuk dan ukuran terdiri dari unit-unit yang kecil.
Gambar 5. Organisasi jaringan otot kerangka dari otot kasar sampai tingkat otot halus (text book of histology, D. Fawett, 1989:282) dalam Eva Faridah , (2010) Menurut Michael J. Alter, (1996) dalam Gallahue dan Ozmun (1998) otot manusia memiliki fungsi seperti Huxley’s myofilament yang intinya bahwa serat-serat otot manusia menerima dorongan atau rangsangan saraf tubuh sehingga menyebabkan pelepasan ion-ion klasium yang tersimpan di dalamnya, adanya ATP (Adenosine tri Phosphate) yang merupakan bahan bakar otot, menyebabkan ion-ion kalsium tesebut meningkatkan diri bersama-sama dengan actin dan myosin myofilaments untuk membentuk suatu ikatan elektrostatik. Ikatan ini bagaikan dua kutub commit to user
44 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
magnet yang masing-masing saling menarik. Akibat dari ikatan ini maka serat-serat otot dapat menjadi pendek dan rapat meningkatkan ketegangan. Saat otot berhenti menerima rangsangan saraf, maka otot dalam keadaan rileks. Menurutnya elemen-elemen elastk akan memperbaiki panjang ukuran
myofilaments
seperti
dalam
keadaan
tidak
berkontraksi
sebelumnya. Myofibril adalah elemen-elemen otot yang berkotraksi, rileks dan memanjang. Elemen tersebut disusun oleh sacromeres yang ditujukan gambar berupa pola-pola terang dan gelap. Sarcromeres merupakan unitunit fungsional dari myofibril. Penyusunan utamanya adalah myosin dan sctin yang menyambungkan myofilaments. - Cara otot melakukan respon Otot rangka manusia memiliki dua syaraf yang berbeda urat syaraf receptors yaitu muscle spindle dan golgi tendons organs. Muscle spindle adalah struktur syaraf yang rumit terletak secara parallel di sepanjang serat otot. Letak struktur syaraf ini tertutup dalam berpaduan bentuk spindle yang melebur seperti berbentuk pipih pada ujungnya sehingga dikenal sebagai serabut otot intrafusal, Golgi Tendon Organs (GTOs) terletak pada urat daging (tendon) dekat dengan serabut otot.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
45 digilib.uns.ac.id
Gambar 6. Perbedaan dasar tentang hubungan antara muscle spindles dan golgi tendo organs dengan urat-urat otot extrafusal dalam Eva Faridah , (2010). Kedua saraf otot tersebu t merupakan inti dari syaraf penerima yang berperan dalam peregangan. Muscle spindles berperan dalam perubahan panjang ukuran otot dan mempengaruhi tingkat kecepatan dari perubahan ukuran tersebut, sedangkan GTOs berperan dalam memberikan isyrat akan keknyalan maupun kekuatan otot. Reflex meregang (stretch reflex) adalah suatu operasi dasar dari system syaraf yang membantu menjaga kesehatan otot dan mencegah luka. Stretch reflex dapat diidentifikasikan pada saat diregangkan. Otot yang sedang meregang akan memanjang, pada serat-serat otot (serat-serat extrafusal) dan muscle spindles sehingga terjadi konstraksi. Contoh stretch reflex sederhana yaitu hentakan pada lutut atau patella reflex. Saat urat daging pada patella diberi ketukan ringan, muscle spindles yang terletak parallel di sepanjang serat-serat otot akan meregang dan bentuknya akan berubah, menyebabkan muscle spindles mengalami pembakaran. Rangsangan ini akan sampai juga pada sumsum tulang commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
46 digilib.uns.ac.id
belakang dan otak, untuk melakukan peregangan yang paling efektif maka bagian-bagian dari jaringan otot yang melakukan konstraksi haruslah dalam keadaan rileks. Reciprocal innervations adalah pengelompokan otot-otot yang sederajat dan otot yang saling berlawanan. Otot tubuh melakukan fungsinya secara berpasangan karena itu pada saat sekumpulan otot yang berlawana dalam keadaan rileks. Misalnya, saat sedang membengkokan lengan pada siku dengan mengonstraksikan otot-otot biseps, maka otot-otot triseps yang bisaanya berperan meluruskan lengan pada siku harus rileks. Seandainya terjadi, akibatnya kedua bagian otot tesebut akan saling tarik menarik dan akan menghambat terjadinya gerakan, sebaliknya jika mencoba untuk meluruskan lengan, otot-oto biseps harus dalam keadaan rileks. Gejala reciprocal innervations ditimbulkan oleh kerjsama diantara syaraf-syaraf yang mensuplai beberapa pasangan otot antagonis. Jika salah satu pasangan otot antagonis menerima rangsangan untuk berkonstraksi, maka otot yang lain dam keadaan rileks karena tidak menerima rangsangan kontraksi. Inserve myotatic reflex adalah suatu gejala yang menyebabkan kita mengalami relaksasi otot (pada otot-otot tak sadar) secara tiba-tiba pada waktu melakukan peregangan, ada dua implikasi dalam peregangan yang dimiliki oleh inserve myotatic reflex, yaitu ketika seseorang sedang mencoba mempertahankan posisi meregang sehingga otot-otot benar dalam keadaan tegang sampai mencapai titik batas yang dapat dijangkau commit to user
47 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
di mana tegangan otot menyebar pada daerah yang dapat dijangkau sehingga otot-otot dapat meregang lebih jauh lagi, menggunakan strategi peregangan yang dinamakan teknik contract rileks, maka relaksasi dapat diperoleh pada otot yang sedang diregangkan. - Susunan jaringan otot penghubung Jaringan penghubung merupakan jaringan yang benar-benar sangat penting bagi seseorang yaitu jaringan otot yang paling banyak dalam tubuh manusia.
Jaringan
tersebut
mengikatkan
diri
bersama-sama
dan
memberikan dukungan pada berbagai macam struktur tubuh manusia, fungsi lainya yaitu sebagai jaringan pertahanan, proteksi, penyimpanan, transportasi, jaringan pendukung secara umum dan sebagai jaringan perbaikan. Ada dua jenis jaringan penghubung yang berpengaruh pada daerah gerak seseorang yaitu colagenous connective tissue dengan penyususnan utama adalah jaringan collagen dan elastic connective tissue yang dibentuk oleh susunan jaringan elastic. Jaringan pendukung terdiri dari urat daging (tendo) yang mengikatkan otot-otot pada tulang, ligament yaitu mengikat dan mempertemukan tulang pada tulang lainnya, sedangkan fascia yaitu merupakan seluruh jaringan di luar tendo dan ligament. Jaringan fascia membungkus dan mengikat serat-serat otot menjadi bagian-bagian tak terpisahkan dan diberi nama sesuai dengan “mata lubang tempat serat berada. Tempat-tempat serat otot berada adalah endomysum, perimysum, dan epimysum. Jangkuan gerak seseorang merupakan hasil perpaduan dan commit to user
48 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
integrasi dua jaringan penghubung di atas, apabila serat-serat otot collagenous dominan maka gerakan daerah gerakan menjadi terbatas, sebaliknya jika yang mendominasi serat-serat elastic maka memberikan jangkuan gerak besar. Jaringan-jaringan penghubung mempunyai peranan yang sangat besar dalam batas jangkuan pergerakan seseorang, maka harus dilakukan peregangan secara tepat, dengan mengusahakan otot dalam keadaan rileks untuk mendapatkan fleksibilitas yang optimal.
Gambar 7. Jaringan otot penghubung: a. keseluruhan otot dengan bagian belly, b. pembesaran dari sebuah penampang belly (human anatomy and physiology, AP Spense and Muson, 1987dalam Eva Faridah , 2010). - Susunan tulang dan persendian Jangkuan gerakan seseorang banyak dipengaruhi oleh fungsi-fungsi faktor pengendali seperti cartilage, ligament, tendon, dan jaringan-jaringan penghubung lainnya. Jangkauan gerakan pada persendian dibatasi oleh struktur tulang dan struktur tulang sendi. Bentuk dan kontur dari commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
49 digilib.uns.ac.id
permukaan sendi akan menentukan jangkaunnya gerakan yang tersedia tulang. 2) Dasar molekular kontraksi Otot Proses yang mendasari pemendekan elemen-elemen kontraktil di otot adalah pergeseran filamen-filamen tipis pada filamen-filamen tebal. Lebar pita A tetap, sedangkan garis-garis Z bergerak saling mendekat ketika otot berkontraksi dan saling menjauh bila otot diregang. Selama kontraksi otot, pergeseran terjadi bila kepala-kepala myosin berikatan erat dengan dengan aktin, melekuk pada tempat hubungan kepala miosin dengan lehernya, dan kemudian terlepas kembali. Ayunan tenaga ini bergantung kepada hidrolisis ATP secara simultan. Siklus kejadian untuk sejumlah besar kepala miosin berlangsung dalam waktu yang bersamaan atau hampir bersamaan. Setiap ayunan tenaga akan memendekkan sarcomer kurang lebih 10 nm. Setiap filamen tebal mengandung 500 kepala miosin, dan siklus ini terulang 5 kali per detik selama berlang-sungnya kontraksi cepat. Proses terpicunya kontraksi oleh depo-larisasi serat otot dinamakan proses pasangan eksitasi-kontraksi. Potensial aksi dihantarkan ke seluruh fibril yang terdapat dalam serat otot melalui sistem T. Impuls dari sistem T ini memicu pelepasan ion Ca2+ dari sistern terminal, yaitu kantung lateral reticulum sarkoplasma yang bersebelahan dengan sistem T. Dimana Ion Ca2+ ini memicu terjadinya kontraksi. Ca 2+ memicu kontraksi karena diikat oleh troponin C. Pada keadaan otot yang istirahat, troponin I terikat commit to user
50 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
erat dengan aktin, dan tropomyosin menutupi tempat-tempat untuk mengikat kepala miosin di molekul aktin. Jadi, kompleks troponin-tropomyosin membentuk protein relaksan yang menghambat interaksi aktin dengan miosin. Bila ion Ca2+ yang dilepaskan oleh potensial aksi diikat oleh troponin C, ikatan antara troponin I dengan aktin tampaknya melemah, dan hal ini memungkinkan tropomyosin bergerak ke lateral. Gerakan ini membuka tempat-tempat pengikatan kepala-kepala myosin. ATP kemudian terurai dan terjadi kontraksi. Setiap satu molekul troponin mengikat ion kalsium, tujuh tempat pengikatan miosin terbuka. Segera setelah melepaskan Ca2+, reti-culum sarcoplasma mulai mengumpulkan kembali Ca2+ dengan transport aktif ke dalam bagian longitudinal reticulum. Pompa yang bekerja adalah Ca2+- Mg2+ ATPase. Ca2+
kemudian
berdifusi
ke
dalam
sisterna
terminal,
tempat
penyimpanannya, sampai dilepaskann oleh potensial aksi berikutnya. Bila kadar Ca2+ di luar reticulum sudah cukup rendah, interaksi kimiawi antara miosin dan aktin terhenti dan otot relaksasi. Depolarisasi
membran
tubulus
T
menggiatkan
reticulum
sarcoplasma melalui reseptor dihidropiridin, yang merupakan saluran Ca2+ bergerbang voltase (voltage-gated) di membran tubulus T. Di otot jantung influks Ca2+ melalui saluran-saluran tersebut akan memicu pelepasan Ca2+ yang disimpan di reticulum sarcoplasma. Tetapi di otot rangka, masuknya Ca2+ dari CES melaui jalan ini tidak dibutuhkan untuk commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
51 digilib.uns.ac.id
pelepasan Ca2+. Di otot rangka reseptor dihidropiridin berfungsi sebagai sensor tegangan listrik dan pemicu yang melepaskan Ca2+ dari reticulum sarkoplasma yang berdekatan. Dinamakan reseptor dihidopiridin karena reseptor tersebut dihambat oleh obat dihidro-piridin. Ia mempunyai empat daerah homolog, masing-masing menjangkau membran tubulus T enam kali. Saluran Ca2+ di reticulum sako-plasma yang dilalui Ca2+ untuk keluar, bukan reseptor bergerbang voltase dan dinamakan reseptor rianodin karena reseptor ini akan tetap terbuka oleh adanya alkaloid rianodin tumbuhan. Secara molekuler, kontraksi otot terjadi karena tarikan antara filamen miosin dengan aktin melalui bagian yang menjembatani antara keduanya dan disebut “cross bridge”. Kepala dari cross bridge ini dapat melekat pada filamen aktin dan tempat melekatnya dapat bervariasi yang ditentukan oleh panjangnya bagian dari jembatan ini yang disebut rod, dan yang dapat bergerak seperti engsel. Besarnya tegangan yang timbul dalam otot yang berkontraksi ditentukan oleh pan-jangnya sarcomer. Jika filamen aktin telah tertarik seluruhnya menjauhi filamen miosin, maka tegangan dalam otot mendekati nol. Jika sarcomer memendek dan letak bersisian antara aktin dan miosin makin lama bertambah banyak, tegangan dalam otot makin lama bertambah kuat sampai otot itu memendek menjadi 2,2 mikron. Pada saat itu letak filamen aktin dan miosin bersisian, tetapi belum mencapai pertengahan dari filamen miosin. Jika pemendekan bertambah sampai commit to user
52 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
tercapai panjang sarcomer 2 mikron, tegangan otot tadi masih terus dipertahankan, jika pemendekan ini mencapai nilai antara 2 mikron sampai 1,65 mikron dan ujung-ujung filamen aktin mengalami letak bersisian, maka terjadi pengurangan tegangan otot. Kontraksi maksimum terjadi apabila letak bersisian dari filamen aktin paling banyak, karena dalam keadaan ini jumlah cross bridge yang menghubungkannya dengan filamen miosin juga paling banyak. Hal ini memperkuat dugaan bahwa bertambah banyak jumlah cross bridge yang menghubungkan aktin dan miosin maka bertambah pula kekuatan kontraksi otot. Kontraksi otot skeletal dimulai oleh suatu aksi potensial yang berasal dari saraf bermyelin yang berhubungan dengan otot melalui sambungan neuromuscular (neuuro-muscular junction). Setiap serabut otot mempunyai satu hubungan yang letaknya dipertengahan serabut otot. Karena itu aksi potensial ini merambat dari pertengahan serabut kedua ujungnya. Untuk menjalarkan aksi potensial sampai ke fibril potensial ini dijalarkan melalui tubulus transversal atau tubulus T. Penjalaran ini berlangsung dengan penghantaran arus lokal sepanjang sarcolema yang juga memasuki tubulus T. Perbedaannya hanya kalau penjalaran arus melalui sarcolema berlangsung dengan kecepatan 710 cm per detik, penjalaran melalui tubulus T hanya berlangsung dengan kecepatan 1/50-nya. Tetapi karena jarak transversal yang akan ditempuh commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
53 digilib.uns.ac.id
pendek, maka bagian paling dalam dari serabut otot telah menerima aksi potensial dalam waktu 1 milisecond. Antara sistem tubulus T dengan sarco-palasmic reticulum yang letaknya tegak lurus satu terhadap yang lain, terdapat hubungan melalui daerah yang disebut „triad‟ dan ditempat ini terdapat penggembungan dari reticulum yang disebut “cysterna”. Daerah triad ini pada otot skeletal dijumpai di daerah dimana letak aktin dan miosin bersisian. Akibat datangnya arus maka dengan cara yang belum diketahui, cysterna ini melepaskan kalsium. Mungkin ini disebabkan karena terbukanya lubang halus yang permeabel terhadap kalsium pada permulaan dari aksi potensial ini. Calsium yang dilepaskan cysterna ini kemudian berdifusi kepada myofibril yang berdekatan dan beri-katan dengan troponin, yang menimbulkan kontraksi otot. Kontraksi ini akan terus berlangsung selama calsium terdapat di cairan sarcoplasma. Tetapi karena adanya suatu pompa yang aktif bekerja mengeluarkan calsium dari cairan sarcoplasma ini, maka konsentrasinya akan berkurang hampir total, sehingga peristiwa kontraksi akan diikuti oleh masa relaksasi. Dalam masa relaksasi ini jumlah calsium dalam sarcoplasma hanya 10-7 molar dan jumlah ini terlalu sedikit untuk menimbulkan kontraksi, sedangkan dalam masa aktivasi yang optimal, jumlah ini meningkat menjadi 2x10-4 molar. Lamanya berlangsung injeksi calsium (calsium pulse) ini, hanya 1/30 detik. Walaupun pada beberapa jenis serabut otot skeletal berlangsung lebih lama, sedangkan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
54 digilib.uns.ac.id
pada otot jantung waktunya lebih pendek lagi yaitu 0,3 detik. (Syahmirza Indra Lesmana , 2010). b. Faktor ekstern Selain faktor intern, yang telah di jelaskan di atas, faktor eksternal juga mempengaruhi anak besar tersebut, maka sebelum menjadi anak besar atau bisa disebut sesudah lahir si anak tersebut harus dijaga dengan baik, menurut Gallahue dan Ozmun, (1998) Anak besar sangat tergantung kepada pengasuhnya dan karena lamanya periode ketergantungan tersebut, maka faktor-faktor asuhan orang tua mempengaruhi perkembangan lebih lanjut. Diantara yang paling penting ada efek dari rangsangan dan penelantaran lingkungan, temperamen anak dan ikatan yang terbentuk antara orang tua. 1) Ikatan Penelitian tentang kasih sayang antara ibu dengan bayi, atau ikatan, berakar dari penelitian yang diterbitkan yang dilakukan oleh Lorenz (1966), Hess (1959), dan lain-lain dalam Gallahue dan Ozmun (1998)kepada burung, bebek, dan binatang-binatang lainnya. Pada dasarnya, percobaan-percobaan dengan binatang ini memperlihatkan bahwa tingkat kedekatan bayi yang baru lahir dengan ibunya secara langsung berkaitan dengan waktu kontak (hubungan mereka). Periode kritis untuk kedekatan pada binatang diketahui sangat pendek. Klopper dkk., misalnya, telah menunjukkan pemisahan seekor induk kambing dari anaknya tepat sesudah kelahirannya selama lebih dari satu jam menghasilkan penolakan sang ibu untuk menerima atau merawat. Jika periode yang sensitif ini terlewatkan, maka orang tua dan anak gagal commit to user
55 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
untuk
membentuk
ikatan.
Hal
ini
dapat
menimbulkan
kesulitan
perkembangan, terutama dalam perkembangan anak yang afektif. Dalam tinjauan tentang ikatan mereka, Kennel dkk., (1979) dalam Gallahue dan Ozmun (1998) menyatakan bahwa : Mungkin kasih sayang orang tua terhadap seorang anak merupakan ikatan yang paling kuat dalam spesies manusia. Kekuatan kasih sayang ini begitu besar sehingga memungkinkan ayah dan ibu melakukan pengorbanan yang luar bisa yang diperlukan untuk mengasuh anaknya. Pada awal kehidupan bayi menjadi lengket dengan seseorang, terutama ibunya. Ikatan awal antara ibu dengan bayi adalah mata air bagi semua kasih sayang bayi selanjutnya
dan
merupakan
hubungan
yang
dengannya
anak
tersebut
mengembangkan jati dirinya. Efek dari pemisahan ibu dalam jangka panjang terhadap aspek gerak, kognitif dan emosional telah dicatat oleh Spitz (1945), Bolby (1958), dan A. Freud (1965) dalam Gallahue dan Ozmun (1998) terhadap anak-anak yang dievakuasi dari London selama Perang Dunia II. Hasil dari penelitian ini, menurut Kennell dkk., (1979) dalam Gallahue dan Ozmun (1998) “telah secara drastis mengubah pengasuhan bayi di seluruh dunia”. Pada intinya, ikatan merupakan sebuah ikatan emosional yang kuat yang kekal sepanjang waktu, tak mengenak jarak, penderitaan, sifat yang diingini. Penelitian telah menunjukkan bahwa ikatan emosional mulai berkembang saat lahir dan gagal untuk berkembang atau terbentuk secara tidak lengkap dengan pemisahan awal. Faktor-faktor yang terkemuka turut menyebabkan pemisahan awal adalah keprematuran dan berat kelahiran rendah, yang menghasilkan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
56 digilib.uns.ac.id
inkubasi bayi yang baru lahir; masalah neonatal ringan atau parah pada saat lahir; dan prosedur operasional rumah sakit standar. Kasih sayang awal antara orang tua dengan anak tampaknya mempengaruhi perkembangan. Akan tetapi orang harus menanyakan apakah ikatan itu penting bagi kesejahteraan anak. Generasi anak angkat akan membuktikan kesuksesan perkembangan mereka walaupun ikatan dengan “ibu” tertunda selama beberapa minggu, bulan atau bahkan tahun. Interaksi timbal balik antara orang tua dengan anak membentuk hubungan hubungan yang memuaskan dan menghargai satu sama lain, yang kepentingannya tidak dapat diminimalisir. Akan tetapi, kehati-hatian harus dilakukan untuk tidak mendefinisikan konsep ikatan dengan terlalu sempit atau terlalu menekankan arti pentingnya. Penelitian di masa yang akan datang diperlukan untuk menetapkan hubungannya dengan perkembangan proses tersebut. pembaca diacu kepada pembahasan yang bagus tentang kasih sayang antara bayi dengan ibu oleh Lamb dkk (1985) dalam Gallahue dan Ozmun (1998). 2) Rangsangan dan Penelantaran Banyak penelitian telah dilakukan selama bertahun-tahun untuk menentukan efek relatif dari rangsangan dan penelantaran terhadap pembelajaran berbagai macam keahlian. Pada kenyatannya, mungkin ada banyak kontroversi dikalangan para ahli keturunan (hereditas) dan ahli lingkungan mengenai masalah ini dalam 100 tahun terakhir. Banyak buku teks telah mencatat perdebatan antara sifat dengan asuhan, akan tetapi sedikit yang sudah diselesaikan dalam upaya untuk mengelompokkan efek dari masing-masing terhadap perkembangan. Trend kali ini adalah untuk menghormati arti penting masing-masing dari sifat dengan asuhan commit to user
57 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dan mengenali pengaruh yang saling terjalin secara rumit dari kedewasaan dan pengalaman. Mahasiswa
perkembangan
gerak
telah
mengetahui
kesia-siaan
memperdebatkaan antara kebaikan yang berbeda dari kedewasaan dan pengalaman dan sebagai gantinya telah memusatkan penelitian mereka terhadap tiga pertanyaan pokok. Yang pertama dari pertanyaan ini terkait dengan perkiraan usia dimana berbagai keterampilan dapat dipelajari secara lebih efektif. Penelitian Beyley (1935), Shirley (1931) dan Wellman (1937) dalam Gallahue dan Ozmun (1998) menyajikan upaya-upaya serius pertama untuk menjelaskan usia di mana beberapa kemampuan gerakan rudimenter dan dasar muncul. Masing-masing dari peneliti tersebut melaporkan timetable yang agak berbeda untuk tingkat kemunculan
berbagai
keterampilan
filogenetika.
Akan
tetapi,
mereka
menunjukkan kesesuaian pada urutan penampilan kemampuan tersebut. Faktor ini mengilustrasikan efek gabungan dari pengaruh intrinsik atau yang tekun terhadap urutan perkembangan maupun perilaku mengenai tingkat perkembangan. Sayangnya, hingga akhir-akhir ini, sedikit yang telah digunakan untuk memastikan usia dimana keterampilan filogenetika dan ontogenetika dapat dipelajari secara lebih efektif. Prinsip kesiapan telah dipandang sebagai landasan dari sistem pendidikan, tetapi sedikit lebih besar daripada layanan bibir yang telah diberikan kepada kepentingannya, terutama dalam kaitannya dengan kemampuan gerakan. Kita tahu bahwa anak-anak dapat mengembangkan beberapa kemampuan gerakan pada awal kehidupan, tetapi kita masih belum tahu waktu yang terbaik untuk memperkenalkan beberapa keterampilan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
58 digilib.uns.ac.id
Pertanyaan yang kedua berkaitan dengan efek dari pelatihan khusus terhadap pembelajaran keterampilan gerak. Sejumlah penelitian kontrol co-twin telah dilakukan untuk memastikan pengaruh dari praktek sosial terhadap pembelajaran awal. Penggunaan kembar identik memungkinkan peneliti untuk memastikan latar belakang keturunan dan karakteristik yang identik dari para peserta penelitian. Satu kembar diberi peluang yang maju untuk praktek sedangkan yang lain dibatasi dari mempraktekkan keterampilan yang sama dalam periode waktu yang disarankan. Penelitian terkenal yang dilakukan oleh Gesell dan Thompson (1929), Hilgard (1932), dan McGraw (1935, 1939) dalam Gallahue dan Ozmun (1998) semuanya sudah menunjukkan ketidakmampuan pelatihan awal untuk mempercepat perkembangan pada suatu derajat yang dapat diapresiasikan. Akan tetapi, penting untuk diingat bahwa penelitian-penelitian lanjutan dari percobaan kontrol co-twin dari Gesell dan McGraw menunjukkan bahwa para peserta latihan memperlihatkan kepercayaan dan jaminan yang lebih besar dalam kegiatan-kegiatan dimana mereka telah menerima pelatihan khusus. Dengan kata lain, perhatian khusus dan pelatihan tidak dapat mempengaruhi aspek kuantitatif dari keterampilan gerakan yang dipelajari sebanyak aspek kualitatifnya. Lagi-lagi kita melihat hubungan yang rumit antara kedewasaan dengan pengalaman. Penyelidikan yang dilakukan oleh Gerber dan Dean (1957) dalam Gallahue dan Ozmun (1998) mencatat perkembangan yang maju pada bayi Ugandan pada hari-hari dan bulan pertama kehidupan. Para peneliti menyimpulkan bahwa keunggulan gerak bayi tersebut dibandingkan dengan bayi yang dibesarkan di commit to user
59 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Amerika Serikat sebagian disebabkan oleh rangsangan lingkungan yang diperkaya yang mereka terima. Mereka banyak digendong di punggung ibunya, diberi makan jika memerlukan, dan terus menerus diberi perhatian dan kasih sayang. Akan tetapi, keadaan maju saat lahir (misalnya kemampuan untuk menahan agar kepala tetap tegak, hilangnya refleks awal tertentu, dll) mengungkapkan bahwa sebuah faktor genetika juga dapat menjadi penyebab keunggulan perkembangan mereka. Lagi-lagi kita melihat saling keterkaitan antara kedewasaan dengan pengalaman. Bermunculannya unit-unit perawatan neonatal dan bayi pada tahun 1970an, tingkat keselamatan untuk bayi yang lahir sebelum waktunya dan memiliki berat bada rendah naik secara drastis. Orang tua, dokter, dan para peneliti heran dengan efek dari program rangsangan bayi terhadap perkembangan bayi beresiko tinggi selanjutnya. Ulrich (1984) dalam Gallahue dan Ozmun (1998) dalam tinjauannya yang luas tentang penelitian menyimpulkan: “Meskipun kesulitan-kesulitan dalam membandingkan penelitian-penelitian akibat variabilitas subyek yang digunakan, dan jenis intensitas dan durasi perlakuan, bukti yang membebani mengindikasikan efek-efek yang bermanfaat”. Kesimpulan
semacam
itu
mendorong
dan
menyebabkan
orang
mempertimbangkan waktu dan durasi pelatihan atau rangsangan khusus. Apakah ada “periode sensitif” diluar manfaat rangsangan yang bermanfaat minimal? Pertanyaan yang ketiga berkaitan dengan efek dari peluang yang terbatas untuk latihan terhadap pemerolehan keterampilan gerak. Penelitian seperti ini secara umum telah dipusatkan kepada penelantaran lingkungan yang disebabkan oleh commit to user
60 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
percobaan pada binatang. Hanya beberapa penelitian yang telah dilaporkan dimana anak-anak telah benar-benar diamati dalam lingkungan di mana batasanbatasan gerakan atau pengalaman yang luar bisa telah ada. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Dennis (1960) dalam Gallahue dan Ozmun (1998) meneliti bayi yang dibesarkan di tiga lembaga berbeda di Iran. Bayi
di
kedua
lembaga
tersebut
diketahui
sangat
terbelakang
dalam
perkembangan gerak mereka. Pada lembaga yang ketiga terdapat sedikit keterlambatan gerak. Ketidaksesuaian ini membuat Dennis menyelidiki gaya hidup anak-anak di masing-masing lembaga. Hasil dari penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa kurangnya penanganan, kelemah-lembutan dalam penanganan, kelemah-lembutan lingkungan dan tidak adanya peluang atau pengalaman gerakan menyebabkan keterlambatan gerak di kedua lembaga. Penelitian lainnya, yang dilakukan oleh Dennis dan Najarian (1957), dalam Gallahue dan Ozmun (1998) memperlihatkan temuan-temuan serupa pada beberapa bayi yang dibesarkan di tempat penitipan Bayi di Beirut, Lebanon. Kedua
penelitian
memberikan
dukungan
kepada
hipotesis
bahwa
perkembangan perilaku tidak dapat dikaitkan sepenuhnya dengan hipotesis kedewasaan. Karena kebudayaan lagi, sifat perikemanusiaan dari kebanyakan peneliti, dan orang tua yang bersangkutan, ada beberapa percobaan dimana suasana lingkungan bayi atau anak kecil telah diubah secara sengaja untuk menentukan apakah kegagalan fungsi yang serius atau perilaku tidak normal akan terjadi. Kesepakatan umum penelitian yang ada adalah bahwa keterbatasan yang commit to user
61 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
berat dan kurangnya pengalaman sesungguhnya dapat menunda perkembangan normal. Memahami pengaruh pengalaman terhadap perkembangan tersebut, kita hanya perlu memperhatikan taman bermain sekolah dan mengamati beberapa gadis yang bermain lompat tali dengan ahli dan beberapa anak laki-laki yang melempar dan menangkap bola dengan keahlian tinggi. Akan tetapi, saat diminta untuk membalik kegiatan, masing-masing kelompok untuk membalik pola gerakan yang kurang dewasa. Faktor-faktor didalam kebudayaan kita, sayangnya sering kali menentukan jenis pengalaman gerakan di mana anak laki-laki dan perempuan terlibat. Dennis mengadakan sebuah penelitian dimana dua bayi perempuan kembar bersaudara yang dibesarkan di lingkungan pengasuhan yang sangat steril (yaitu mereka sengaja diberi sedikit sekali rangsangan gerak dan sosial). Sesudah empat belas bulan berada di lingkungan ini, perilaku gerakan mereka dibandingkan dengan data normatif dan diketahui terlambat diatas batas normal. Akan tetapi, perkembangan sosialnya baik pada batas-batas norma standar, sebuah faktor yang mengungkapkan lebih besarnya kebutuhan akan rangsangan gerak daripada rangsangan sosial. Akan tetapi, penyelidikan ini hanya menyatakan satu-satunya upaya untuk membatasi lingkungan anak secara sengaja guna menyelidiki kemungkinan konsekuensi terhadap perkembangan tersebut. kehati-hatian sebaiknya dilakukan dalam menggambarkan suatu kesimpulan yang meluas dari sebuah penyelidikan tanpa dukungan kolaborasi. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
62 digilib.uns.ac.id
Kegiatan pemeliharaan anak oleh penduduk Hopi Indian menjadi subyek bagi penelitian lain yang dilakukan oleh Dennis. Indian-indian tersebut secara tradisional telah membatasi gerakan bayi mereka dengan mengikat mereka pada papan ayunan yang digendong oleh ibunya. Bayi-bayi tersebut menghabiskan hampir semua masa tiga bulan pertamanya terikat dalam papan ayunan tersebut. Saat mereka beranjak besar, jumlah dan lamanya periode kebebasan perlahanlahan bertambah. Dennis mengamati bahwa kemampuan gerakan anak tersebut tidak terlambat seperti yang diduga dari hasil penelitian yang baru saja disebutkan. Hal ini mungkin bermanfaat untuk mempertimbangkan bahwa aktivitas gerak mungkin tidak memiliki arti penting pada bulan-bulan pertama sesudah kelahiran. Dengan terikat secara aman di papan ayunan dan mengalami gerakan-gerakan berirama dari sang ibu, dalam beberapa hal telah merangsang keselamatan hidup di dalam perut. Kontak fisik yang dekat dengan sang ibu dan kesempatan untuk mulai memanfaatkan modalitas perseptual mungkin merupakan faktor yang penting dalam bulan-bulan pertama tersebut. Orang juga dapat mempertimbangkan apa yang diamati oleh bayi melalui perkembangan indera penglihatannya saat terikat di papan ayunan. Bayi-bayi tersebut secara umum berada pada posisi yang memungkinkan untuk melihat ke sekelilingnya. Saat tidak digendong, bayi disandarkan di dekat pohon di sudut dan mampu
mengamati ibunya melakukan tugas sehari-hari mereka. Rangsangan
visual dan gerak bayi Hopi Indian jauh lebih besar daripada yang tersedia di lingkungan steril bayi Iranian dan Lebanese dan kedua gadis yang diselidiki oleh Dennis. Penelitian tentang bayi Hopi menunjuk kepada pengenalan modalitas commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
63 digilib.uns.ac.id
visual dari dekat dengan dimensi perilaku gerak. Hal ini menyebabkan orang mempertimbangkan saling keterkaitan antara fungsi perseptual dengan fungsi gerak dan pentingnya pengayaan rangsangan. Menjadi suatu hal yang mustahil untuk membuat sebuah kasus baik untuk kedewasaan maupun pembelajaran sebagai satu-satunya atau bahkan pengaruh utama terhadap perkembangan. Literaturnya sangat banyak mengenai interaksi antara satu dengan lainnya. Pandangan tentang perkembangan ini disimpulkan oleh Carmichael, yang pada awal tahun 1925 dalam Gallahue dan Ozmun (1998), mengakui bahwa “keturunan dan lingkungan tidak bersifat antitetis, keduanya juga tidak dapat dipisahkan secara bijaksana; pada semuanya dalam masa kedewasaan terdapat pembelajaran; dalam semua pembelajaran terdapat pendewasaan hereditas. Baik pendewasaan maupun pembelajaran memainkan peran yang penting dalam pembelajaran kemampuan gerakan. Walaupun pengalaman tampaknya memiliki sedikit pengaruh terhadap kemunculan mereka, namun hal ini mempengaruhi waktu kemunculan gerakan tertentu dan tingkat perkembangan mereka. Salah satu kebutuhan terbesar anak-anak adalah untuk berlatih keterampilan pada suatu waktu pada saat mereka siap untuk mengambil manfaat dari sebagian besar keterampilan semacam itu. Latihan khusus sebelum kesiapan pendewasaan tentu saja memiliki manfaat yang diragukan. Kuncinya adalah mampu menilai secara akurat di mana masing-masing individu “matang” untuk pembelajaran dan kemudian memberikan serangkaian pengalaman gerakan yang efektif dan baik dari segi pendidikan. Akan tetapi, semua indikasinya adalah commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
64 digilib.uns.ac.id
bahwa anak kecil secara umum lebih mampu daripada yang diperkirakan, dan beberapa kesiapan tradisional menunjukkan arah bahwa yang sudah kita gunakan mungkin tidak benar. 3) Temperamen Seseorang yang ada di sekitar anak kecil untuk waktu yang lama cepat melihat perbedaan dalam temperamen (yaitu kecenderungan) yang ada. Perbedaan individu dalam kepekaan anak-anak mungkin disebabkan oleh lingkungan mereka yang unik dan sejarah pengalamannya. Akan tetapi, perbedaan dalam temperamen dapat diamati bahkan pada saat lahir. Perbedaan yang awet pada bayi yang baru lahir telah dicatat untuk berbagai dimensi fisiologis dan perseptual pada bayi yang baru lahir. Perbedaan dalam reaksi jantung dan intensitas respon juga telah diamati, bersama-sama dengan reaksi yang bervariasi terhadap kondisi lingkungan. Temperamen anak-anak tersebut telah diklasifikasikan dengan berbagai cara. Metode yang dipergunakan oleh Chess dan Thomas (1973) dalam Gallahue dan Ozmun (1998) adalah metode yang terkenal. Mereka mengklasifikasikan anak-anak sebagai (1) “anak yang mudah”, (2) “anak yang sulit” dan (3) “anak yang lamban-hingga-pemanasan”. Dalam penelitian terpisah, Chess dan Thomas mengamati anak-anak secara longitudinal, dengan menggunakan sebuah sistem laporan orang tua tentang pengumpulan data. Bayi yang dibagi dalam kelompok “momongan (cuddler)” dan “bukan momongan (non-cuddler)” memperlihatkan berbagai macam perbedaan saat dilihat dari waktu ke waktu. Noncuddler diketahui duduk, berdiri dan merangkak lebih cepat daripada cuddler. Mereka commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
65 digilib.uns.ac.id
juga diketahui tidur lebih sedikit dan protes lebih banyak daripada yang diidentifikasi sebagai cuddler. Serangkaian penelitian yang dilakukan oleh Korner menyoroti efek manfaat dari mengayun bayi secara berirama, penelitian Korner telah menunjukkan bahwa bayi-bayi prematur yang diletakkan diatas waterbed (tempat tidur air) yang bergoyang-gorang tidak lekas marah, lebih waspada dan lebih peka terhadap muka dan suara manusia. Informasi semacam itu mungkin memiliki implikasi yang penting bagi bayi prematur yang secara rutin diletakkan didalam incubator dan dicabut dari rangsangan gerakan normal dan taktil. Gerakan-gerakan yang tidak teratur, pola tidur yang terputus-putus, dan iritabilitas yang berlebihan dari bayi prematur membuat mereka sulit untuk diasuh dan mungkin mempengaruhi interaksi antara ikatan orang tua dan anak dengan temperamen. Ayunan berirama mungkin merupakan alat yang efektif untuk mengurangi resiko-resiko tersebut. Walaupun penelitian tentang perkembangan temperamen bersifat spekulatif, tampak aman untuk berasumsi bahwa karena temperamen cenderung tetap konsisten dari lahir, namun hal ini akan memiliki suatu efek terhadap bagaimana orangtua memberi respon terhadap anaknya. Anak yang hiperaktif, suka menangis atau rewel mungkin mengalami gangguan respon pemeliharaan dari pengasuhnya. Anak yang bertemperamen kurang tenang mungkin kurang menerima perhatian daripada anak yang bertemperamen tenang, akibatnya, berbicaralah perlahanlahan untuk mengembangkan gerakan dewasa dan keterampilan sosialisasi. Bagian epidemik dari kenakalan anak dalam kebudayaan kita mungkin sebagian dapat dikaitkan dengan interaksi antara anak yang bertemperamen kurang tenang commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
66 digilib.uns.ac.id
dengan orang tua yang berada dalam situasi yang penuh stress yang tidak mampu mengatasi anak semacam itu. Faktor-faktor dia atas adalah faktor yang menggambarkan indikator dari perkembangan anak besar secara umum dan secara khus masuk ke dalam perkembangan fleksibilitas. Perkembangan gerak menggambarkan salah satu aspek proses perkembangan menyeluruh. Hal ini saling berkaitan dengan domain kognitif dan afektif perilaku manusia dan dipengaruhi oleh berbagai faktor. Pentingnya perkembangan gerak yang optimal tidak dapat diminimalisir atau dianggap sebagai sekunder dalam kaitannya dengan bidang perkembangan lainnya. Faktor-faktor umum yang mempengaruhi perkembangan gerak timbul. Faktor-faktor tersebut mengilustrasikan perkembangan perlahan dari tingkat fungsi yang relatif sederhana ke tingkatan yang lebih rumit. Faktor biologis, pengalaman dan fisik mempengaruhi proses dan hasil perkembangan gerak. Setiap individu unik dalam perkembangannya dan akan berkembang pada tingkat yang ditentukan oleh situasi lingkungan dan biologis dalam kaitannya dengan persyaratan khusus dari tugas gerakan tersebut.
4. Anak Besar Usia 7-12 Tahun Secara garis besar ada lima fase perkembangan dalam hidup manusia, yaitu: 1) Fase sebelum lahir (prenatal), 2) Fase bayi (infant), 3) Fase anak-anak (childhood), 4) Fase adolesensi (adolescence), 5) Fase dewasa (adulthood) Sugiyanto, (1998). Secara lebih rinci anak-anak (childhood) terdiri dari dua fase yaitu fase anak kecil (early childhood) berkisar dari umur 1 atau 2-6 tahun dan commit to user
67 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
fase anak besar (later childhood) berkisar umur 7-12 atau 12 tahun (Sugiyanto, 1998). Kemampuan fungsional tubuh sudah dapat dilihat pada masa anak-anak khususnya pada masa anak besar yaitu pada rentangan 7-12 tahun. Pada periode ini kecenderungan anak untuk tumbuh ke tipe tubuh tertentu mulai terlihat. Setiap tubuh
mempunyai
karakteritik
tertentu
yang
ada
hubunganya
dengan
kemungkinan kesesuaian menekuni cabang olahraga tertentu. Malina, Bouchard dan Bar-or (2004:83). Secara garis besar ada lima fase perkembangan dalam hidup manusia, yaitu: 1) Fase sebelum lahir (prenatal), 2) Fase bayi (infant), 3) Fase anak-anak (childhood), 4) Fase adolesensi (adolescence), 5) Fase dewasa (adulthood) Sugiyanto, (1998). Secara lebih rinci anak-anak (childhood) terdiri dari dua fase yaitu fase anak kecil (early childhood) berkisar dari umur 1 atau 2-6 tahun dan fase anak besar (later childhood) berkisar umur 7-12 atau 12 tahun (Sugiyanto, 1998). Berdasarkan priodisasi perkembangan usia anak besar antara 7-10 tahun atau 12 tahun. Periode ini merupakan periode lanjutan dari masa anak kecil yaitu anak besar. Pola pertumbuhan dan perkembangan yang terjadi pada anak besar memiliki kecenderungan yang berbeda dengan perkembangan periode sebelum dan sesudahnya. Perbedaan terjadi pada kecepatan dan pola pertumbuhan yang berkaitan dengan proporsi ukuran bagian-bagian tubuh. Pada perisode anak besar munculah atau tampak adanya perubahan pada anak laki-laki dan perempuan ini terlihat pada masa-masa akhir. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
68 digilib.uns.ac.id
Pola pertumbuhan dan perkembangan yang terjadi pada anak besar usia tujuh sampai dua belas tahun memiliki tingkat kecenderungan yang berbeda dengan perkembangan periode sebelum dan sesudahnya. Perbedaan terjadi pada kecepatan dan pola pertumbuhan yang berkaitan dengan proporsi ukuran bagian tubuh. Pada periode anak besar, khususnya pada masa akhir periode ini perbedaan pertumbuhan antara laki-laki dan perempuan mulai nampak. Karakteristik pertumbuhan fisik anak besar usia tujuh sampai dua belas tahun berlangsung lamban, trutama mulai usia delapan tahun hingga akhir priode ini. Perkembangan sesuai dengan prinsip cephalocaudal dan proximodistal, di mana otot-oto besar lebih berkembang disbanding otot-oto kecil (tim penyusun kemenpora). Perkembangan fsiologis anak perempuan lebih cepat daripada anak laki-laki pada periode ini. Periode anak-anak usia tujuh samapi dua belas tahun ditandai dengan pertumbuhan yang lambat namun konstan dalam hal tinggi dan berat perkembangan kemampuan system sensori dan motor (Gallahue dan Ozmun, 1998). Perubahan dalam pertumbuhan fisik sangat minimal pada masa ini. Meskipun periode ini ditandai dengan pertumbuhan fisik yang bertahap, anak mengalami perkembangan yang cepat dalam berlajar dan berfungsi dalam tingkat kematangan yang lebih baik dalam performa dan permainan olahraga. Pertumbuhan fisik rata-rata dengan kaitanya dengan terjadinya proses peningkatan kematangan fsiologis pada diri tiap individu. proses peningkatan kematangan akan berlangsung sejalan dengan bertambahnya usia kronologis. Pertumbuhan dan tingkat kematangan fisik dan fsiologis membawadampak pada perkembang commit to user
69 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kemampuan fisik terutama dalam hal kekuatan, fleksibilitas, keseimbangan, dan koordinasi. Pertumbuhan yang pesat pada kaki dan tangan terjadi pada masa usia anak-anak terutama pada anak besar yaitu usia tujuh sampai dua belas tahun. Sedangkan pertumbuhan yang pesat pada togok terjadi pada masa adolesensi atau remaja yaitu antara usia dua belas sampai delapan belas atau dua puluh tahun (Sugiyanto, 1997). Perbedaan pola pertumbuhan anak perempuan dan laki-laki sangat kecil selama pertengahan periode anak besar. Keduanya mengalami pertumbuhan yang lebih cepat pada anggota gerak dibandingkan togok, tetapi anak laki-laki cenderung mempunyai tungkai, lengan, dan tinggi badan yang lebih panjang pada masa kanak-kanak. Di sisi lain pada masa anak perempuan cenderung memiliki pinggul lebih lebar dan lingkar paha yang lebih besar. Perbedaan fisik dan berat badan relatif kecil pada fase ini sampai akhirnya pada fase pra-adolesensi (Gallahue dan Ozmun, 1998). Hal tersebut didukung oleh penyimpanan inormasi atau memori didalam otak anak besar tersebut. Usia-usia anak besar mempunyai mermori yang sangat bagus untuk feedback ke dalam ketrampilan. Hal penting dalam perkembangan motorik adalah kemampuan untuk memproses informasi yang datang dari system sensorik. Suatu model bagaimana informasi diproses mendapatkan fasilitasi yang besar dari penelitian mengenai motor skill learning dan performa. Model proses pengolahan informasi umumnya menunjukan komponen-komponen dari sistem proses pengolahan informasi yang saling berhubungan satu sama lain. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
70 digilib.uns.ac.id
Komponen yang terlihat pada gambar tersebut lebih bersifat fungsional dari pada struktural, karenanya model tersebut menunjukan suatu proses yang menghasilkan skill performance baik berdasarkan logical assessment dari kemampuan merespon atau integrasi proses. Proses ini tidak memerlukan bagian atau tidak berpusat pada sistem saraf. Sebagai contoh bayangkan seorang pemain basket yang berusaha untuk melewati jajaran pemain lawan. Reseptor sensorisnya akan menerima stimulus dan mengubahnya menjadi informasi neural, yaitu stimulasi kinestetik berupa orientasi tubuh dan posisi ekstremitas, lampu sorot yang menandakan posisi dan gerakan pemain lawan dan gelombang suara di lingkungan sekitarnya. Input sensoris ini akan ditahan dalam komponen sensory register dari memori. Pemain tersebut memiliki kemampuan menyaring sensori input dan hanya mengambil informasi yang berguna untuknya. Ia tidak hanya pasif tetapi dapat menggunakan mata, telinga, dan tubuhnya untuk menerima semua stimulus yang lebih baik. Signal-signal neural tersebut harus diubah menjadi suatu kode-kode yang dapat diproses di otak dan dapat disimpan dalam memory. Hal ini mencakup proses pengelompokan signal. Selanjutnya signal-signal dari berbagai sistem sensoris tersebut harus disatukan untuk membentuk suatu persepsi. Persepsi yang baru ini harus diinterprestasi dan dianalisa serta dibandingkan dengan memori lain yang sebelumnya telah ada. Berdasarkan analisa ini maka kita dapat memilih skema respon yang dikehendaki. Secara teori, skema adalah seperangkat cara-cara yang mengatur suatu kondisi tertentu. Namun skema bukanlah respon motorik yang terekam commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
71 digilib.uns.ac.id
untuk setiap kondisi stimulus yang khas. Skema lebih pada pengaturan system. Pemain basket tersebut akan memilih respon dan waktu yang tepat berdasarkan pengalaman terdahulu mengenai cara melewati pemain lawan. Skema akan membuat pemain mengatur kecepatan, alur, tinggi, posisi dan hal-hal lain dari teman satu timnya. Selanjutnya proses ini akan berakhir pada penempatan satu alur/keterbatasan kapasitas. 1. Masa anak-anak Perbedaan usia mempengaruhi pemilihan saat menyaring informasi (selective filter) dan komponen perhatian pada proses pengolahan informasi. Hal ini menyetakan bahwa kemampuan anak kecil lebih sedikit dibandingkan kemampuan orang dewasa dalam mengidentifikasi stimulus-stimulus pada lapang pandangnya dan dalam memfokuskan perhatian untuk mendapatkan stimulus yang tidak relevan. Faktor perbedaan usia dalam hal perhatian kemungkinan berhubungan dengan perbedaan usia, yang dalam hal ini adalah pengalaman, di mana orang dewasa banyak mengetahui dari pengalaman yang lalu mengenai stimulus mana yang berhubungan dengan rspon-respon-respon tertentu dan mana yang tidak. Sedangkan pada anak-anak pengalamannya masih kurang. Pendidik dapat membantu anak dengan memberi tanda pada stimulus-stimulus yang berhubungan dengan tugas. Secara perlahan anak akan menjadi lebih efisien dalam melakukan proses pengolahan informasi seiring dengan bertambahnya kematangan pada diri mereka. Hal ini dapat mempengaruhi peningkatan keterbatasan kapasitas anak, commit to user
72 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
tetapi keragaman dari faktor lain dapat diatasi dengan baik. Salah satunya adalah faktor yang dapat memperbaiki kemampuan anak dalam mengintegrasikan informasi dari system sensorik yang berbeda dan memperbaiki perkembangan „subroutines‟ untuk bagian dasar dari tugas yang kompleks. a. Kegunaan Schemata Sketsa awal dari model proses pengolahan informasi mencakup schemata/ mengeneralisasikan program untuk memilih respon. Kita dapat berfikir mengenai pelaku yang memiliki program yang berisi perintah untuk mengkontraksikan otot yang diperlukan dalam menghasilkan respon motorik. Skema tersebut dapat diterapkan dalam berbagai cara tergantung kondisi lingkungan. Program schmeta ini dirancang berdasarkan bagaimana otot berkontraksi, perintah, kekuatan dan bentuk temporal (Schimdt, 1977) dalam Gallahue dan Ozmun (1998). Saat respon ini dipilih, kondisi awal, respon yang diinginkan, feedback yang diinginkan dari respon ini, dan gerakan yang dihasilkan akan berhubungan satu sama lain. Dan semakin banyak respon yang timbul, pelaku akan mencari hubungan abstrak antara respon yang diinginkan dengangerakan
yang
dihasilkan.
Anak-anak
hanya
memiliki
sedikit
pengalaman untuk membangun hubungan ini. Schemata mereka tidak seakurat dan sekuat orang dewasa dalam beradaptasi dengan berbagai kondisi awal. Hal tersebut menunjukkan bahwa akan lebih bermanfaat bagi anak untuk melakukan praktek dalam membentuk suatu skema yang baik dalam berbagai kondisi daripada menghindari keadaan relatif sama.
commit to user
dimana kondisi awalnya
perpustakaan.uns.ac.id
73 digilib.uns.ac.id
b. Feedback Feedback adalah salah satu faktor yang paling mempengaruhi skill performance. Hal ini terutama nyata bagi anak-anak pada fase awal pembentukan schemata untuk beragam kemampuan. Pada saat yang sama jelas bahwa anak-anak seringkali tidak mengenali stimulus yang relevan yang datang dipertengahan pandangan yang ada. Banyak orang mengira feedback berupa peringatan dari guru mengenai satu kesalahan, namun feedback yang baik adalah berupa informasi evaluasi kuantitas kesalahan dari sikap tunggal yang harus diatasi. c. Neuromuscular Control Neuromuscular Control adalah keputusan untuk mengkontraksikan otot pada suatu bentuk, waktu, dan kondisi yang tepat. Williams (1981) dalam Gallahue dan Ozmun (1998) mengidentifikasi 2 perubahan yang berhubungan dengan usia dalam Neuromuscular Control. Pertama adalah peningkatan produksi force. Schembes (1976) dalam Gallahue dan Ozmun (1998) menemukan bahwa dibandingkan orang dewasa seorang anak akan menggunakan force yang berlebihan dan kadang-kadang otot-otot lain yang tidak diperlukan saat mereka mencoba menjaga keseimbangannya. Karena latihan diketahui dapat dapat merubah waktu pegnaktifan motor unit, kemungkinan anak akan belajar menyempurnakan produksi force melalui latihan. Simard (1969) dalam Gallahue dan Ozmun (1998) menunjukan bahwa anak usia 3 dan 12 tahun dapat mempelajari beberapa derajat kontrol dalam menjaga aktivitas motor unit. Selain itu, terdapat hubungan usia dalam commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
74 digilib.uns.ac.id
meningkatkan kemampuan untuk menginhibisi kontraksi otot, juga hal-hal yang diperlukan dari skill movement, karena kelompok otot yang berlawanan harus diinhibisi untuk menggerakkan otot utama. d. Kecepatan Proses Informasi Kecepatan memproses informasi meningkat seiring bertambahnya kematangan anak. Hal ini tampak walau dalam respon motorik yang sederhana seperti kecepatan mengerjakan suatu tugas. Waktu reaksiadalah waktu antara datangnya stimulus sampai awal terjadinya gerakan. Kecepatan maksimal dari respon inin meningkat dari umur 3 tahun sampai remaja. Peningkata ini termasuk juga waktu yang diperlukan untuk memproses input untuk menghasilkan respon dalam tugas yang berkelajutan. Faktor-faktor yang mengenai proses di pusat (susunan saraf pusat) berperan dalam lambatnya kecepatan proses pada anak. Perhaian merupakan salah satu proses yang ada di susunan saraf pusat. Selain itu kecepatan adri respon motorik dapat dipilih dan hal itu merupakan fungsi usia. Namun lamanya waktu proses akan menurun dengan bertambahnya usia. Namun jika perhatian pada faktor pusat, memori dan pemilihan respon dapat mempengaruhi lambatnya kecepatan proses pada anak, maka tidak demikian dengan faktor perifer. Bersama dengan berkembangnya memori di dalam otak mereka maka perkembangan gerakpun ikut berkembang, kemampuan gerak berkembang seiring dengan proses kematangan pertumbuhan fisik. Sejalan dengan meningkatnya ukuran tubuh dan kemampuan fisik, ketrampilan gerak juga meningkat. Anakcommit to user
75 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
anak mengembangkan ketrampilan gerak daerahnya dengan meningkatkan efisiensi mekanis dari pola gerak tersebut ( Haywood, 1986). Peningkatan pola gerak dapat dilihat dari efisiensi mekanisme gerakan, control gerak, variasi gerakan, dan kekuatan dari gerakan tersebut. Gerakan yang telah dikuasai pada masa anak kecil mengalami peningkatan kualitas pada masa anak besar dan pada akhir periode ini gerakan-gerakan yang dapat dilakukan telah menyerupai gerakan orang dewasa. Perkembangan penguasaan gerak terkait erat dengan kemampuan koordinasi system koordinasi. Koordinasi yang baik akan memberikan tampilan kualitas gerak yang tinggi. Pada anak usia anak besar perkembangan kemampuan gerak cenderung meningkat. Kemampuan berlati, meloncat, dan melempar mengalami peningkatan seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan fisik. Secara umum kemampuan geraka anak laki-laki dan perempuan mulai memperlihatkan perbedaan. Anak laki-laki cenderung lebih baik dalam aktivitas yang melibatkan otot-otot besar ( gross motor skill) sedangkan anak perempuan lebuh baik dalam koordinasi gerak yang melibatkan otot-oto halus (fine motor skill). Dengan
adanya
hal-hal
atau
beberapa
faktor
yang
menunjang
perkembangan anak besar usia tujuh sampai dua belas tahun di atas, maka gerakan atau kegiatan sang anak besar usia tujuh sampai dua belas tahun akan mengalami perkembang fleksibilitas yang tidak disangka atau akan mengalami perkembangan fleksibilitas yang maksimal. Dikarenakan juga pada usia anak besar tujuh sampai dua belas tahun mengalami puncak kejayaan. commit to user
76 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Anak anak pada Sekolah Dasar (SD) pada umumnya senang, stabil, mempunyai keinginan yang besar, dapat memahami tanggung jawab. Mereka dapat mengatasi situasi yang baru dan sangat ingin belajar lebih pada diri mereka sendiri dan dunia mereka. Masuk sekolah menggambarkan anak-anak untuk pertama kalinya ditempatkan
dalam beberapa situasi
yang mana mereka
bukanlah pusat perhatian. Inilah waktu untuk berbagi, saling mengerti/ mempedulikan orang lain dan saling menghormati hak dan tanggung jawab masing-masing sedang dibangun. Taman kanak-kanak adalah waktu persiapan yang dibuat untuk transisi gradual dari suatu egosentris, dunia bermain yang terpusat pada anak-anak menjadi dunia yang berorientasi pada kelompok dari konsep kedewasaan dan logika. Pada tingkat pertama, dibuat permintaan formal pertama untuk pemahaman kognitif. Paling penting pada tingkat pertama dan kedua adalah cara membaca pada tingkat yang memungkinkan.anak usia 6 tahun pada umumnya siap untuk “memecahkan kode” dan belajar membaca.anak-anak juga dikembangkan untuk memahami waktu, uang dan berbagai konsep kognitif lain. Untuk tingkat kedua, anak-anak harus dapat menemui dan mengatasi permasalahan kognitif, afektif, dan psikomotor yang berurutan yang berada di belakang mereka. Berikut ini adalah daftar karakteristik perkembangan anak usia 6-10 tahun. Pada anak besar usia tujuh sampai dua belas tahun Chepalocaudal (dari kepala hingga jari kaki) dan pronsip perkembangan proximodistal (pusat keliling tubuh), yang mana otot yang lebih besar dalam tubuh akan lebih berkembang dari pada otot kecil, dan ini sangat jelas. (Gallahue dan Ozmun, 1998). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
77 digilib.uns.ac.id
Dunia anak Sekolah Dasar (SD) bisa disebut anak besar, memiliki daya gerakan yang tinggi sehingga dapat menghasilkan fleksibilitas atau perkembangan fleksibilitas tinggi pula. Hupperich dan sigerseth (1950) dalam Gallahue dan Ozmun (1998) mengindikasikan bahwa fleksibilitas dinamis pada bahu, lutut, dan sendi paha menurun seiring bertambahnya usia anak-anak, sebagaimana dibuktikan lewat penelitian pada anak perempuan usia 6, 9, dan 12 tahun. Penelitian mereka juga mengungkapkan indikasi bahwa fleksibilitas statis meningkat Seiring dengan usia.
5. Jenis Kelamin Menurut Bompa (1994) menyebutkan, “Age and sex affect flexibility to the extent that younger individuals and girls as opposed to boys, seem to be more flexible.” Bahkan menurut penelitian yang dilakukan oleh Phillips (1955), Kirchner dan Glines (1957), dalam Bloomfield, dkk (1994) dalam Bompa (1994) menyebutkan, “Females appear to be more flexible with smaller bones and less musculature than males.” Jadi maksud penjelasan di atas ialah wanita lebih lentur daripada laki-laki karena tulang-tulangnya lebih kecil dan otot-ototnya lebih sedikit dari pada laki-laki. Jenis kelamin (bahasa Inggris: sex) adalah kelas atau kelompok yang terbentuk dalam suatu spesies sebagai sarana atau sebagai akibat digunakannya proses reproduksi seksual untuk mempertahankan keberlangsungan spesies itu. ( http://id.wikipedia.org/wiki/Jenis_kelamin). Menurut Hungu (2002) dalam Samsunuwiyati (2006), jenis kelamin (seks) adalah perbedaan antara perempuan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
78 digilib.uns.ac.id
dengan laki-laki secara biologis sejak seseorang lahir. Seks berkaitan dengan tubuh laki-laki dan perempuan, dimana laki-laki memproduksikan sperma, sementara perempuan menghasilkan sel telur dan secara biologis mampu untuk menstruasi, hamil dan menyusui. Perbedaan biologis dan fungsi biologis laki-laki dan perempuan tidak dapat dipertukarkan diantara keduanya, dan fungsinya tetap dengan laki-laki dan perempuan pada segala ras yang ada di muka bumi. Masalah jenis kelamin cenderung untuk memperlihatkan perbedaan individu. Setiap orang adalah individu yang unik dengan timetable (jadwal) perkembangannya masing-masing. Timetable merupakan suatu perpaduan antara keturunan individu tertentu dengan pengaruh lingkungan. Walaupun urutan penampilan karakteristik perkembangan dapat diprediksikan, tingkat penampilan mungkin benar-benar sangat berbeda. Maka dari itu, kepatuhan yang kuat terhadap klasifikasi kronologis perkembangan menurut usia adalah tanpa dukungan atau pembenaran. Menurut Clarke (1975) dalam Gallahue dan Ozmun (1998) mengulas penelitian mengenai kelenturan (flexibility) dan menyimpulkan bahwa kelenturan (flexibility) menurun pada anak laki-laki mulai sekitar usia 10 tahun dan pada anak perempuan sekitar usia 12 tahun. Hal tersebut menegaskan kajian yang dilaksanakan Leighton (1956) dalam Gallahue dan Ozmun (1998) pada kelenturan (flexibility) anak laki-laki yang berusia 10 hingga 18 tahun. Penyelidikannya mengungkap anggapan umum bahwa anak laki-laki memiliki tingkat kelenturan yang lebih tinggi selama masa kanak-kanak dan masa remaja merupakan anggapan yang meragukan. Anak laki-laki tidak menunjukkan adanya pola yang commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
79 digilib.uns.ac.id
konsisten terhadap peningkatan atau penjagaan kelenturan (flexibility) seiring dengan pertumbuhan usia. DiNucci (1976) dalam Gallahue dan Ozmun (1998) melaporkan bahwa anak perempuan mempunyai hasil yang lebih baik daripada anak laki-laki pada 5 pengukuran kelenturan (flexibility) yang berbeda disegala usia. Anak anak pada sekolah dasar pada umumnya senang, stabil, mempunyai keinginan yang besar, dapat memahami tanggung jawab. Mereka dapat mengatasi situasi yang baru dan sangat ingin belajar lebih pada diri mereka sendiri dan dunia mereka. Masuk sekolah menggambarkan anak-anak untuk pertama kalinya ditempatkan dalam beberapa situasi yang mana mereka bukanlah pusat perhatian. Inilah waktu untuk berbagi, saling mengerti/ mempedulikan orang lain dan saling menghormati hak dan tanggung jawab masing-masing sedang dibangun. Taman kanak-kanak adalah waktu persiapan yang dibuat untuk transisi gradual dari suatu egosentris, dunia bermain yang terpusat pada anak-anak menjadi dunia yang berorientasi pada kelompok dari konsep kedewasaan dan logika. Kajian Fitness (kesehatan/ kebugaran) Anak-Anak dan Remaja Nasional II (The National Children and Youth Fitness Study (1987) dalam Gallahue dan Ozmun (1998) menguji kelenturan (flexibility) ribuan anak-anak dari usia 6 hingga 9 tahun. Tes duduk dan raih (gambar 9) digunakan untuk mengukur kelenturan (flexibility) sendi punggung bagian bawah dan daerah pinggul. Nilai mean memihak anak perempuan. Mereka cenderung sedikit lebih lentur l daripada anak laki-laki pada segala usia. Anak-anak perempuan menunjukkan sedikit adanya peningkatan seiring pertumbuhan usia, tetapi pada akhirnya akan mulai commit to user
80 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
menurun. Anak laki-laki, meskipun demikian, mempunyai rata-rata sedikit kurang lentur (fleksibel) pada usia 9 daripada mereka yang berusia 6 tahun (gambar 8)
Gambar 8. grafik fleksibiltas punggung dengan sit dan reach (Gallahue dan ozmun, 1997).
Gambar 9 sit and reach punggung. Pada anak usia anak besar perkembangan kemampuan gerak cenderung meningkat. Kemampuan berlati, meloncat, dan melempar mengalami peningkatan seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan fisik. Secara umum kemampuan geraka anaka laki-laki dan perempuan mulai memperlihatkan perbedaan. Anak laki-laki cenderung lebih baik dalam aktivitas yang melibatkan otot-otot besar ( gross motor skill) sedangkan anak perempuan lebuh baik dalam koordinasi gerak yang melibatkan otot-oto halus (fine motor skill). commit to user
81 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
B. Penelitian yang Relevan Peenelitian yang memiliki relevansi dengan penelitian ini diantaranya yaitu: 1. I Nyoman Sudarmada tahun 2010 tentang perkembangan presentase lemak tubuh, ukuran anthropometri dan kemampuan loncat tegak pada anak usia 612 tahun ditinjau dari jenis kelamin dan ketinggian wilayah tempat tinggal di Bali. Dari penelitian tersebut diperoleh hasil adanya perbedaan presentase lemak tubuh, ukuran anthropometri dan kemampuan loncat tegak pada anak usia 6-12 tahun ditinjau dari jenis kelamin dan ketinggian wilayah tempat tinggal di Bali. Penelitian ini merupakan penelitian perkembangan dengan menggunakan metode kros-seksional. 2. Eva Faridah tahun 2010 tentang pengaruh senam dan fleksibilitas terhadap penurunan kadar lemak di pinggang. Dari penelitian tersebut diperoleh hasil adanya pengaruh senam dan fleksibilitas terhadap penurunan kadar lemak di pinggang dengan hasil penelitian menunjukan bahwa: (1) ada perbedaan pengaruh yang signifikan antara senam dan senam irama dengan menggunakan hola hop terhadap pernurunan kadar lemak di pinggang =4.11 di mana pengaruh latihan senam irama menggunakan hola hop lebih baik daripada latihan senam body language, (2) ada perbedaan penurunan kadar lemak di pinggang yang signifikan antara ibu-ibu
yang memiliki
fleksibilitas tinggi
dan fleksibilitas rendah
=4.11, di mana penurunan kadar lemak di pinggang to user pada ibu-ibu yang memiliki commit fleksibilitas rendah lebih besar dari pada yang
82 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
memilki fleksibilitas tinggi, (3) ada interaksi yang signifikan antara latihan senam dan fleksibilitas terhadap penurunan kadar lemak di pinggang =4.11
C. Kerangka Berpikir Fleksibilitas sangat penting bagi semua orang dari segala umur, terutama pada orang tua, oleh karena itu orang semakin tua, sendi, ligamen, dan tendonnya menjadi semakin kaku sehingga mengurangi fleksibilitasnya. Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa fleksibilitas merupakan komponen kondisi fisik yang memegang peranan penting dan turut berperan dalam menentukan prestasi seseorang, bahkan pernyataan di atas pun menyatakan bahwa dengan bertambahnya usia maka fleksibilitas seseorang akan berkurang. Mudahnya, ini adalah kemampuan untuk mengerahkan usaha maksimal seseorang. Anak-anak yang terlibat dalam aktivitas bermain sehari-hari telah memperkuat kakinya dengan cara berlari dan naik sepeda. Kekuatan lengan mereka bertambah dengan cara mengangkat, membawa obyek, memegang alat, atau mengayunkan mainan. Kekuatan bisa diklasifikasikan sebagai isotonic, isometric, atau isokinetic. Kekuatan isometric adalah pengerahan usaha terhadap benda tidak bergerak. Ada kontraksi otot, tetapi hanya ada sedikit perubahan jarak. Kekuatan isotonic merujuk pada kemampuan otot untuk melakukan gerakan dengan jarak maksimal. Otot yang diperlukan mengalami kontraksi, dan ada gerakan memajangkan dan memendekkan otot saat melakukan commitgerakan. to user Gerakan mengangkat barbel dan
perpustakaan.uns.ac.id
83 digilib.uns.ac.id
bench press merupakan contoh dari kekuatan isotonic. Kekuatan isokinetic adalah kemampuan untuk melakukan kontraksi otot dan menjaga kontraksi itu pada satu gerakan utuh. Kekuatan isokinetic diukur menggunakan mesin khusus yang mengakomodir penolakan pada tingkat tertentu saat otot bekerja. Di laboratorium, kekuatan bisaanya diukur menggunakan dynamometer atau tensimeter. Alat ini sangat bisa diandalkan saat dioperasikan oleh orang yang terlatih. Dynamometer adalah alat pengukur yang diperuntukkan untuk mengukur kekuatan genggaman, kekuatan kaki, dan kekuatan punggung. Tensiometer adalah alat yang lebih canggih dimana alat ini bisa mnegukur kinerja kelompok otot tertentu. Fleksibilitas merupakan faktor penting yang mempengaruhi kesehatan. Fleksibilitas diperlukan untuk melakukan banyak kegiatan fisik, termasuk travelling. Travelling dalam keadaan tubuh yang fleksibel membuat anda lebih leluasa bergerak dan menikmati suasana perjalanan. Terdapat variasi individu dalam hal kondisi fisik dan Range Of Motion (ROM) yang disebabkan oleh faktor keturunan. Akan tetapi, fleksibilitas dapat ditingkatkan dengan latihan intensif dari jaringan tubuh bahkan pada tubuh yang kaku secara alamiah sekalipun. Banyak olahraga memerlukan fleksibilitas khusus dari bahu, pergelangan tangan, punggung, pangkal paha, dan pergelangan kaki. Perlu dimengerti dari fleksibilitas adalah untuk mencegah terjadinya cidera. Penurunan mobilitas dapat menyebabkan perubahan fungsi organ tubuh sehingga tubuh tidak bergerak optimal. Hal ini juga dapat mempengaruhi kelenturan sendi. Lebih lanjut lagi, fleksibilitas penting untuk masa pemulihan setelah melakukan latihan intensif. Tujuan latihan fleksibilitas adalah untuk meningktkan pergerakan sendi, commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
84 digilib.uns.ac.id
memanjangkan otot dan melatih kelenturan sehingga tubuh relaks secara umum. Banyak orang mengatakan bahwa bepergian seringkali menyebabkan penambahan berat badan. Dengan kondisi tubuh yang kaku ditambah asupan makanan di luar kebisaaan tentu saja hal ini menyebakan berat badan meningkat. Metabolisme sendiri berjalan kurang efektif pada otot yang kaku karena adanya peningkatan tekanan intramuskular dan penurunan sirkulasi cairan. Peningkatan fleksibilitas tersebut didapat melalui latihan peregangan akan membantu mencegah cedera pada otot dan persendian. Orang yang lentur secara alami tentu menikmati latihan peragangan karena hal ini mudah bagi mereka. Tetapi sebaliknya dengan mereka yang kaku secara alami, latihan peregangan dirasakan sebagai sesuatu yang menyiksa sehingga membuat orang menghindarinya. Pada kenyataannya, banyak pekerjaan dan aktivitas yang membutuhkan kelenturan tubuh di samping stamina dan kekuatan otot. Latihan peregangan merupakan salah satu cara yang dapat ditempuh agar dapat membuat tubuh Anda bergerak lebih leluasa dan menikmati perjalanan dengan baik. Perkembangan fleksibilitas dipengaruhi oleh beberapa faktor yang telah diungkapkan di atas tadi, salah satu faktornya adalah jenis kelamin, jenis kelamin sendiri ada dua yaitu laki-laki dan perempuan, laki-laki akan lebih agresif dalam bergerak dan penasaran terhadap gerakan-gerakan yang berada dihadapannya, sering kali anak laki-laki akan menirukan gerakan binatang atau gerakan bintang kesukaannya dan gerakan tersebut dipamerkan ke hadapan teman-teman sebayanya, sedangkan wanita akan lebih diam atau sedikit bergerak, karena commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
85 digilib.uns.ac.id
wanita mempunyai sifat malu itupun juga karena lingkungan semata. Fleksibiltas sendiri adalah tentang kelenturan otot dalam persendirian untuk bergerak, dengan adanya otot untuk bergerak dibutuhkan kekuatan otot untuk menunjang keleluasaan gerak, dalam kekuatan gerak laki dan perempuan sangat berbeda karena pria lambat dibanding dengan perempuan, pria dalam berkembang pesat umur 11 sampai 12 tahun dan wanita umur 9 sampai 10 tahun, wanita akan lebih cepat 2 tahun daripada pria sejalan dengan kecendrungan umum di mana anak perempuan secara fisik dan fsiologis lebih awal 2 tahun. Melihat uraian di atas menunjukan bahwa perkembangan fleksibiltas sangatlah penting dalam melakukan sebuah aktivitas atau kegiatan sehari-hari. Terutama pada fleksibilitas bahu, pergelangan tangan, punggung, pangkal paha, dan pergelangan kaki. Semua anggota tubuh itu adalah anggota tubuh yang seering digunakan dalam kegiatan sehari-hari, misalanya dalam berjalan kita menggunakan kaki, dan disitu diperkuat dengan otot-otot pergelangan kaki dan karena kelenturannya sehingga dapat melakukan suatu gerakan berjalan kaki. Seperti yang dilakukan oleh Clarke (1971) dalam Gallahue dan Ozmun. Dia menggunakan pendekatan metode longitudinal klasik yang dilakukan oleh Clarke (1971) dalam Gallahue dan Ozmun (1998) memanfaatkan delapan belas kabel tensiometer dan mengungkapkan penambahan kekuatan tahunan pada anak lakilaki usia 7 hingga 17 tahun. Sedangkan Setelah usia 12 atau 13, anak perempuan cenderung mengalami perubahan secara mencolok dibandingkan dengan anak laki-laki pada tingkat kekuatan. Menurut Corbin (1980) dalam Gallahue dan Ozmun (1998), anak perempuan yang tidak dilatih akan terus mengalami commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
86 digilib.uns.ac.id
penurunan pada usia ini, sedangkan anak laki-laki akan terus meningkat meskipun tanpa latihan. Ada kemungkinan bahwa kekuatan anak laki-laki dan perempuan sebelum masa sekolah adalah sama, dengan sedikit perbedaan bahwa anak lakilaki lebih tinggi dan lebih berat daripada anak perempuan. Sayangnya, tidak ada yang tahu tentang kekuatan otot anak-anak pada masa ini. Adanya penjelasan penelitian dengan pendekatan longitudinal yang dilakukan oleh Clarke (1971) dalam Gallahue dan Ozmun (1998) peneliti akan mencoba menggunakan pendekatan metode kros-seksional karena dengan metode alur panjang
atau longitudinal bukan sesuatu yang sukar dan memerlukan
kesabaran yang luar bisaa dari peneliti untuk mengatasi kelemahan-kelemahan yang ada pada metode alur panjang, maka dicarilah metode lain untuk mempelajari perkembangan fleksibilitas. Dengan menggunakan metode ini subyek yang baru pada tahun-tahun berikutnya akan muncul diganti dengan subyek lainnya ayng berumur bertingkat. Dengan demikian hanya dengan satu waktu pengukuran peneliti mempunyai beberapa kelompok anak dengan umur berbeda-beda. Dan pendekatan metode kros-seksional sendiri dapat membantu peneliti karena dalam penelitian tidak perlu menunggu pertumbuhan atau perkembangan yang lama dari anak sehingga kesimpulan penelitian segera diketahui, variabel-variabel lain dapat dikendalikan oleh peneliti karena pelaksanakaan penelitian singkat, dan peneliti mempunyai kemungkinan kecil untuk kehilangan subjek karena mudah mempertahankannya. Metode pendekatan metode cross-sectional memungkinkan peneliti untuk mengumpulkan data pada berbagai kelompok orang dengan tingkat usia yang commit to user
87 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
bervariasi pada kurun waktu yang sama. Tujuan utama dari pendekatan metode cross-sectional adalah untuk mengukur perbedaan dalam perilaku. Metode ini tidak memungkinkan dilakukannya pengukuran terhadap perubahan yang terkait dengan usia dan telah menimbulkan perdebatan pada tahun-tahun terakhir ini. Pada dasarnya, metode cross-sectional hanya menghasilkan perbedaan rata-rata pada kelompok antar waktu yang sesungguhnya dan bukan perubahan individu antara waktu perkembangan. Asumsi dasar dibalik pemdekatan cross-sectional adalah bahwa pemilihan peserta penelitian akan memberikan sampel yang mewakili dari populasi setiap kelompok penduduk yang diuji. Akan tetapi dapat dipertanyakan abhwa asumsi ini dapat ditemui dalam kebanyakan kasus. Pada kenyataannya, pendekatan cross-sectional, walaupun perilaku yang sederhana dan langsung hanya dapat menjelaskan tipikal perilaku agar menjadi penelitian perkembangan yang sesungguhnya. Masalahnya adalah bahwa menurut sejarah sebagian besar penelitian perkembangan motor telah menggunakan pendekatan metode cross-sectional.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Kabupaten Karanganyar. Adapun waktu pelaksanaannya penelitian pada bulan Agustus-November 2012.
B. Jenis Penelitian Penelitian
ini
merupakan
penelitian
deskriptif
dengan
metode
perkembangan (developmental research) menggunakan pendekatan kros-seksional (cross-sectional research). menggambarkan perkembangan fleksibiltas anak besar usia 7-12 tahun. Menurut Suharsimi Arikunto (2009) . metode perkembangan dengan pendekatan kros-seksional adalah bagian dari penelitian deskriptif, yang mana penelitian deskriptif tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis tertentu, tetapi menggambarkan apa adanya tentang sesuatu variabel, gejala atau keadaan. Suharsimi Arikunto, (2009). Dengan menggunakan pendekatan ini, maka ada beberapa kebaikan dan kelemahan, antara lain: a. Kebaikan 1. Penelitian tidak perlu menunggu pertumbuhan yang lama dari anak, sehingga kesimpulan segera diketahui, 2. Variabel-variabel
lain
dapat
dikendalikan
pelaksanakan penelitian sangat singkat, commit to user 88
oleh
peneliti
karena
89 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3. Peneliti hanya mempunyai kemungkinan kecil untuk kehilangan subjek peneliti karena lebih mudah mempertahankan (pengukuran hanya dilakukan satu kali saja). b. Kelemahan 1. Subjek yang digunakan dalam peneliti tidak sama dan memungkinkan adanya variabel lain yang dibawa oleh masing-masing anak, sehingga hasil pengukuran mungkin tidak mencerminkan pertumbuhan anak sebenarnya, 2. Dalam waktu yang singkat sangat sukar diperoleh sekelompok anak dengan klasifikasi sekat-sekat yang dikehendaki, 3. Perbedaan yang secara kebetulan ada diantara sampel-sampel itu mungkin dapat membuat hasil penyelidikan itu sangat bias dan pada variabel luar ikut menjadi populasi atau sampel yang akan diteliti. (Arief, 1982). Kelompok 1 (0;1) …………………… X.1 Kelompok 2 (1;1) …………………… X.2 Kelompok 3 (2;1) …………………… X.3 Kelompok 4 (3;1) …………………… X.4 Kelompok 5 (4;1) …………………… X.5 Kelompok 6 (5;1) …………………… X.6 Pola pendekatan kros-seksional (cross-sectional studies) Sumber : Suharsimi Arikunto (2009) C. Populasi dan Sampel Populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah wilayah kabupaten Karanganyar anak usia 7-12 tahun. Menurut Sugiyono (2009) mengatakan populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk commit to user
90 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. (Sugiyono,2009). Teknik sampel yang digunakan adalah Proportionateied Stratified Cluster Random Sampling yaitu dengan cara melihat populasi yang mempunyai unsur tidak homogen kemudian diambil secara acak populasi tesebut setelah dicluster lembaganya dalam satu kabupaten (Sugiyono, 2009). Misalnya di dalam kabupaten Karanganyar terdapat 17 kecamatan diambil semua karena orang yang tinggal per-kecamatan mempunyai tingkat kegiatan berbeda-beda. Kemudian di dalam kecamatan tersebut mempunyai beberapa Sekolah Dasar (SD) dan saya ambil acak atau mengcluster untuk mewakili daerah tersebut, sehingga per kecamatan terwakili oleh Sekolah Dasar (SD) dan di sekolahan tersebut terdapat beberapa anak besar usia 7-12 tahun diambil sebagai sampel untuk mewakili sekolahan tersebut. (Suharsimi Arikunto, 2009).
Gambar 10. teknik cluster random sampling
D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian Menurut Sugiyono, (2009) Variabel adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh commit to user
91 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya. Dalam penelitian ini, variabel penelitian dapat diidentifikasikan sebagi berikut: a) Variabel bebas Variabel bebasnya adalah jenis kelamin. b) Variabel terikat Variabel terikatnya adalah perkembangan fleksibilitas anak usia 7-12 tahun.
2. Definisi Operasional a) Jenis kelamin Jenis kelamin (bahasa Inggris: sex) adalah kelas atau kelompok yang terbentuk dalam suatu spesies sebagai sarana atau sebagai akibat digunakannya proses reproduksi seksual untuk mempertahankan keberlangsungan spesies itu. ( http://id.wikipedia.org/wiki/Jenis_kelamin). b) Perkembangan Fleksibilitas Perkembangan fleksibilitas adalah proses perubahan kapasitas fungsional atau kemampuan kerja organ-organ tubuh ke arah keadaan yang makin terorganisir dan terspesialisasi keleluasan gerak persendian. Menurut Araujo (2003) dalam Nidya (2010) setiap gerakan sendi dapat mencapai tingkat fleksibilitas bila serat otot yang rileks, sehingga dapat bergerak dengan baik. Fleksibilitas adalah keluasaan gerak persendian. Di antara penelitian fleksibilitas yang pernah dilakukan ada satu yang cukup menarik yaitu yang dilakukan oleh Hupprich dan Sigerseth (1950) dalam Gallahue dan Ozmun (1998). Mereka commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
92 digilib.uns.ac.id
mengukur fleksibilitas pada 12 bagian tubuh terhadap 300 perempuan berumur antara 6 sampai 18 tahun. Kesimpulannya sebagai berikut: Sampai umur 12 tahun anak perempuan mengalami peningkatan fleksibilitas secara umum dan sesudah 12 tahun akan mengalami penurunan. Ada kekecualian dalam penurunan fleksibilitas secara umum tersebut yaitu pada bahu, lutut, dan paha. Fleksibilitasnya sudah mulai menurun sesudah umur 6 tahun.. Fleksibilitas pergelangan kaki adalah yang konstan atau ajeg seumur hidup. Fleksibilitas pada setiap bagian tubuh tidak ada interkorelasi, artinya adalah bahwa apabila seseorang memiliki fleksibilitas yang baik pada salah satu bagian tubuh, pada bagian tubuh lainnya belum tentu baik juga fleksibilitasnya. Dengan kata lain flesibilitas salah satu bagian tubh tidak bisa untuk menaksir fleksibilitas bagian tubuh lain. (Sugiyanto, 1998). c) Intrument pengukuran Alat pengukuran yang digunakan dalam penelitian adalah goniometer dan metline (meteran), dengan goniometer satuannya adalah derajat diperuntukan dalam persendian bahu, pergelangan tangan, pangkal paha, dan pergelangan kaki. Sedangkan metline (meteran) satuanya adalah centimeter (cm) diperuntukan hanya pada persendian punggungung atau lumbal atau togok. d) Anak usia 7-12 tahun Anak besar adalah anak yang berusia antara 6 sampai dengan 10 atau 12 tahun (Sugiyanto dan Sudjarwo, 1992), sehingga anak usia tujuh samapai dua belas tahun termasuk anak besar. commit to user
93 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
E. Teknik Pengumpulan Data Data dalam penelitian ini diperoleh melalui metode pengukuran pada kelompok umur, sampel penelitian ini diperoleh dari data sekunder yang terdapat di masing-masing sekolahan tempat sampel tersebut bersekolah. Data-data lain diperoleh dengan pengukuran dengan menggunakan intrumen tes yang sesuai. Pengumpulan data di sini menggunakan data sekunder dari nama dan kelas si anak, sedangkan data primer peneliti akan mengukur pundak (bahu), tulang belakang (punggung), pangkal paha, pergelangan tangan, pergelangan kaki pada anak usia 7-12 tahun laki-laki dan perempuan dengan menggunakan alat meteran (metline) dan goniometer pengukuran ini dinamakan flexiomeasure.
F. Teknik Analisis Data Teknik analisis statistik yang dipergunakan dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan statistik deskriptif, data yang diperoleh akan ditabulasikan dengan menyusun kedalam tabel-tabel kemudian dihitung persentasenya, dan di interpretasikan. Setelah data tabel indikator variabel terkumpul melalui angket, data diolah dengan menggunakan rumus persentase (Sudijono, 2009) yaitu:
P
F
x 100 %
n Keterangan : P = Persentase F = Frekuensi (hasil pengukuran) n = Jumlah sampel
commit to user
digilib.uns.ac.id 1
perpustakaan.uns.ac.id
07
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Sekolah Dasar (SD) di kabupaten Karanganyar yang terdiri dari 17 kecamatan. Tujuh belas kecamatan
di Kabpuaten
Karanganyar yang menjadi lokasi penelitian antara lain kecamatan Jatipuro, kecamatan
Jumapolo,
kecamatan
Jumantono,
kecamatan
Karanganyar,
kecamatan Tasikmadu, Kecamatan Jaten, kecamatan Kebakramat, kecamatan Mojogedang, Kecamatan Jenawi, kecamatan Kerjo, kecamatan Matesih, kecamatan Karangpandan, kecamatan Tawangmangu, kecamatan Ngargoyoso, kecamatan Colomadu, kecamatan Gondangrejo, dan kecamatan Jatiyoso. Penetepatan lokasi penelitian di peroleh dari Badan Meterologi dan Geofisika di kabupaten Karanganyar, hasil diskusi dengan Dinas pendidikan abupaten Karanganyar, dan untuk pemilihan sekolah dasar berdasarkan teknik sampling yang telah dijelaskan pada teknik sampling di bab tiga. a) Letak Geografis Kabupaten Karanganyar merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Jawa Tengah yang berbatasan dengan Kabupaten Sragen di sebelah utara, Propinsi Jawa Timur di sebelah timur, Kabupaten Wonogiri dan Sukoharjo di sebelah selatan dan Kota Surakarta dan Kabupaten Boyolali di sebelah barat. Bila dilihat dari garis bujur dan garis lintang, maka abupaten Karanganyar terletak antara 110″ 40″ – 110″ 70″ Bujur Timur dan 70″ 28” - 70″ 46” commit to user
94
95 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Lintang Selatan. Ketinggian rata-rata 511 meter diatas permukaan laut serta beriklim tropis dengan temperatur 220 – 310 . b) Luas Wilayah Luas wilayah Kabupaten Karanganyar adalah 77.378,64 Ha,yang terdiri dari luas tanah sawah 22.459,80 Ha dan luas tanah kering 54.917,84Ha. Tanah sawah terdiri dari irigasi teknis 12.918,37Ha,non teknis 7.586,58Ha, dan tidak berpengairan 1.955,61Ha. Sementara itu luas tanah untuk pekarangan/bangunan
21.213,99Ha
dan
luas
untuk
tegalan/kebun
17.836,49Ha. Di Kabupaten Karanganyar terdapat hutan negara seluas 9.729,50 Ha dan perkebunan seluas 3.251,50 Ha. Jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya luas Tanah sawah di kabupaten karanganyar mengalami penyusutan sekitar 5,31Ha. Sedangkan untuk luas tanah kering mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya yakni sebesar 5,31 Ha, namun penggunaan tanah kering untuk tegalan/kebun sesungguhnya mengalami penurunan yakni sebesar 10,99 Ha, dan peningkatan penggunaan untuk pekarangan/ bangunan sebesar 16,30.Perubahan fungsi penggunaan ini dapat dimaklumi
seiring
dengan
pertumbuhan
penduduk
di
kabupaten
karanganyar. c) Batas Wilayah, Letak Daerah dan Ketinngian Daerah Sebelah utarakabupaten Sragen, sebelah timur propinsi Jawa Timur, sebelah selatan kabupaten Wonogiri dan kabupaten Sukoharjo, sebelah baratkota Surakarta dan kabupaten Boyolali. commit to user
96 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
d) Letak Daerah : Kabupaten Karanganyar terletak antara 1100 – 1100 70’
Bujur Timur
dan 70 28’ - 70 46’ Lintang Selatan. e) Ketinggian Daerah : Ketinggian rata-rata Kabupaten Karanganyar
511 m
di atas
permukaan laut.Adapun tempat olahraga di sekalahan kabupaten karanganyar, mulai dari sekolah yang terletak di desa sampai kota mempunyai lahan tersendiri atau bekerjasama dengan penduduk setempat antara lain Lapangan sepak bola, bak lompat tinggi dan jauh, halaman sekolah yang luas. Semua itu dikenakan untuk kegiatan olahraga sang anak didik usia7-12 tahun, untuk menunjang gerakan fisik sang anak, dalam gerakan itu secara otomatis bersangkutan dengan fleksibilitas sang anak, semakin gerakan sang anak luas atau sering gerak, anak usia 7-12 tahun akan mempunyai fleksibiltas persendian yang bagus pula. (BPS kabupaten Karanganyar, 2010:3-4).
B. Deskripsi Data Deskripsi data ini menggambarkan berbagai kondisi subyek yang ditampilkan secara statistik dan memberikan informasi secara sederhana keadaan subyek yang dijadikan obyek penelitian.
1. Deskripsi jumlah anak besar di kabupaten Karanganyar commit to user
97 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 2. Deskripsi jumlahanak besar di kabupaten Karanganyar usia 7 8 9 10 11 12 Jenis kelamin Laki-laki 87 83 85 85 85 85 Perempuan 87 83 85 85 85 85 Jumlah 174 166 170 170 170 170
Jumlah 510 510 1020
JUMLAH ANAK BESAR DI KABUPATEN KARANGANYAR 17%
usia 7
17%
usia 8 17%
16% 17%
16%
usia 9 usia 10 usia 11 usia 12
Gambar 11. Grafik deskripsi jumlahanak besar di kabupaten Karanganyar Dari tabel dan diagram di atas diterangkan bahwa jumlah sampel anak besar di kabupaten Karanganyar sebesar seribu dua puluh anak dan terbagi menjadi laki-laki dan perempuan, jumlah untuk anak besar laki-laki sebesar lima ratus sepuluh siswa putra dan lima ratus sepuluh siswa putri. Di dalam laki-laki maupun perempuan terbagi lagi dalam usia, usia tersebut antara tujuh sampai dua belas tahun, untuk jumlah anak besar per-usia di dalam diagram antara lain enam belas persen untuk usia delapan dan sembilan tahun, dan untuk jumlah tujuh belas persen antara lain usia tujuh, sepuluh, sebelas, dan dua belas tahun. Anak besar di kabupaten Karanganyar ditentukan jumlahnya oleh beberapa faktor, antara lain dari teknik sampling dan jenis penelitian. Teknik sampling
sendiri
mengatakanProportionateied
Stratified
ClusterRandomSamplingyaitu dengan mengcluster kabupaten Karanganyar commitcara to user
98 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
menjadi wakil untuk diteliti, sedangkan dari jenis penelitian yaitu melihat salah satu kelebihan jenis penelitian tersebut, penelitian ini menggunakan jenis penelitian kros-seksional yaitu peneliti tidak harus menunggu subyek yang diteliti itu saja tetapi mencari pengganti yang sesuai dengan unsure subyek yang diteliti tersebut.
C. Hasil Penelitian a. Hasil tes pengukuran fleksibiltas persendian anak besar di kabupaten Karanganyar 1) Perkembangan fleksibilitas persendian anak besar laki-laki Perkembangan fleksibilitas laki-laki menunjukan perkembangan otot pada anak besar laki-laki, yang sering digunakan dalam kehidupan seharihari, di rumah, di sekolahan, maupun di tempat bermain. Tabel 3. Presentase perkembangan fleksibilitas persendian anak besar lakilaki FLEKSIBILITAS ANAK BESAR LAKI-LAKI Usia
Fleksibilitas Bahu Pergelangan tangan Togok Pangkal paha Pergelangan kaki
7 8 9 10 11 609.6667 613.1667 572.9167 588.6667 595.0833 146.5
147.2667 143.0833 143.4167
97.85
92.43333
296.5
288.6167 273.0833 275.8333
56.8333
65.5
94.7
59.08333
commit to user
141.5
96.81667 99.66667
56.25
12 580.9 139.9167 106.9333
289.75
270.4167
58.5
58.16667
99 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
FLEKSIBILITAS ANAK BESAR LAKI-LAKI 700 600
fleksibilitas bahu
Presentase
500 400
fleksibilitas pergelangan tangan
300
fleksibilitas togok
200 fleksibilitas pangkal paha
100 0 7
8
9
10
11
12
fleksibilitas pergelangan kaki
usia
gambar 12. Grafik perkembangan fleksibilitas persendian bahu, pergelangan tangan, punggung, pangkal paha, dan pergelangan kaki laki-laki
Melihat grafik perkembangan fleksibilitas otot laki-laki dari hasil penelitian si peneliti, dapat disimpulkan bahwa anak laki-laki di kabupaten Karanganyar mempunyai grfik hampir lurus dari umur tujuh sampai dua belas tahun menandakan anak laki-laki sering bergerak dalam kegiatan sehari-hari, tetapi di umur delapan tahun mengalami penurunan, dan mengalami kenaikan lagi pada umur Sembilan sampai sepuluh. 2) Perkembangan fleksibilitas persendian anak besar perempuan Di bawah ini adalah penyajian tabel dan grafik perkembangan fleksibilitas otot anak besar perempuan di kabupaten Karanganyar, yang sering digunakan dalam aktivitasnya sehari-hari di rumah, disekolahan, maupun di tempat bermain. commit to user
100 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 4.Perkembangan fleksibilitas persendian anak besar perempuan FLEKSIBILITAS ANAK BESAR PEREMPUAN Usia
Fleksibilitas Bahu
7
8
612.25
607.75
9
10
591.0833 583.9667
11
12
577.25
588.8833
140.25
140.3333
Pergelangan tangan
146.6667 146.6667 141.6667
Togok
105.7167 99.13333 99.23333 98.78333
100
105.25
Pangkal paha
298.8333 296.1667 281.6667 275.3167
277.3
275.4167
Pergelangan kaki
63.5833
60.41667
59
61.6666
61.9166
141
59.5
FLEKSIBILITAS ANAK BESAR PEREMPUAN 700
presentase
600
fleksibilitas bahu
500 400
fleksibilitas pergelangan tangan
300
fleksibilitas togok
200 fleksibilitas pangkal paha
100 0 7
8
9
10
11
12
fleksibilitas pergelangan kaki
usia
Gambar 13. GrafikPerkembangan fleksibilitas persendian anak besar perempuan Menengok grafik di atas, grafik perkembangan fleksibilitas otot perempuan usia tujuh sampai dua belas tahun mengalami rata-rata penurunan di umur sepuluh tahun dan mengalami kenaikan lagi di umur sebelas tahun. commit to user
101 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b. Hasil tes pengukuran dan perbandingan perkembangan fleksibilitas persendian bahu, pergelangan tangan, pangkal paha, punggung, dan pergelangan kaki. 1) Perbedaan perkembangan fleksibilitas persendian anak laki-laki dan perempuan pada bahu a) Perbedaan perkembangan fleksibilitas bahu anak besar laki-laki dan perempuan Tabel 5.perkembangan fleksibilitas persendian bahu anak besar laki-laki dan perempuan PERBEDAAN FLEKSIBILITAS BAHU LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN Usia Fleksibilitas 7 Bahu laki-laki
8
9
10
11
609.6667 613.1667 572.9167 588.6667 595.0833
Bahu perempuan
612.25
607.75
591.0833 583.9667
577.25
12 580.9 588.8833
PERBEDAAN FLEKSIBILTAS BAHU LAKI-LAKI dan PEREMPUAN 620 610
presentase
600
fleksibilitas bahu lakilaki
590 580
fleksibilitas bahu perempuan
570 560 550 7
8
9
10
11
12
usia
Gambar 14.Grafikperkembangan fleksibilitas persendian bahu anak besar commit to user laki-laki dan perempuan
102 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Berdasarkan tabel dan grafik di atas menggambarkan perbedaan perkembangan fleksibilitas persendian bahu antara anak besar laki-laki dan perempuan.Dalam grafik tersebut anak besar laki-laki mengalami kenaikan perkembangan ber variasi mulai umur tujuh dan Sembilan tahun, sisanya mengalami penurunan yaitu delapan dan sebelas tahun, penurunan secara drastic sendiri pada umur delapan tahun. Sedangkan pada perempuan mengalami penurunan mulai dari usia tujuh sampai sepuluh tahun dan mengalami kenaikan pada umur sebelas tahun, dalam penurunannya persendian bahu anak besar perempuan tidak drastic tetapi bertahap. Dengan demikian perbedaan perkembangan fleksibilitas persendian bahu pada anak besar laki-laki dan perempuan lebih baik perempuan. b) Perbedaan perkembangan fleksibilitas persendian pergelangan tangan anak laki-laki dan perempuan Tabel 6.perkembangan fleksibilitas persendian pergelangan tangan anak lakilaki dan perempuan PERBEDAAN FLEKSIBILITAS PERGELANGAN TANGAN LAKI-LAKI dan PEREMPUAN Usia Fleksibilitas 7 Pergelangan tangan laki-laki Pergelangan tangan perempuan
146.5
8
9
10
147.2667 143.0833 143.4167
146.6667 146.6667 141.6667
commit to user
141
11
12
141.5
139.9167
140.25
140.3333
103 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
PERBEDAAN FLEKSIBILTAS PERGELANGAN TANGAN LAKI-LAKI dan PEREMPUAN
148
presentase
146 fleksibilitas Pergelangan tangan laki-laki
144 142
fleksibilitas Pergelangan tangan perempuan
140 138 136 7
8
9
10
11
12
usia
Gambar 15.Grafikperkembangan fleksibilitas persendian pergelangan tangan anak laki-laki dan perempuan
Berdasarkan tabel dan grafik di atas menunjukan perkembangan fleksibilitas persendian pergelangan tangan anak besar laki-laki dan perempuan. Perkembangan persendian fleksibilitas pergelangan tangan pada laki-laki menurun pada usia delapan, sepuluh, dan sebelas sedangkan usia tujuh tahun mengalami peningkatan. Sedangkan perkembangan fleksibilitas anak besar perempuan hamper sama dengan laki-laki tetapi pada usia sebelas menuju ke dua belas tidak mengalmi kenaikan ataupun penurun. Bisa disimpulkan perkembangan fleksibilitas persendian pergelangan tangan lebih baik anak besar permpuan daripada laki-laki.
commit to user
104 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
c) Perbedaan perkembangan fleksibilitas persendian punggung anak lakilaki dan perempuan Tabel 7.perkembangan fleksibilitas persendian punggung anak laki-laki dan perempuan PERBEDAAN FLEKSIBILITAS TOGOK LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN Usia
Fleksibilitas 7 Punggng lakilaki Punggung perempuan
8
9
97.85 92.43333
10
11
94.7 96.81667 99.66667
105.7167 99.13333 99.23333 98.78333
12 106.9333
100
105.25
PERBEDAAN FLEKSIBILTAS TOGOK LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN 110
presentase
105 100
fleksibilitas togok laki-laki
95
fleksibilitas togok perempuan
90 85 7
8
9
10
11
12
usia
Gambar 16.Grafikperkembangan fleksibilitas persendian punggung anak lakilaki dan perempuan
Berdasarkan tabel dan grafik di atas menerangkan perbedaan perkembangan persendian punggung anak besar laki-laki dan perempuan di kabupaten Karanganyar. Pada usia tujuh tahun perkembangan fleksibilitas commit to user
105 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
anak besar laki-laki mengalami penurunan setelah itu sampai usia dua belas tahun mengalami kenaikan, kenaikan drastic dialami pada usia sebelas tahun. Sedangkan pada anak besar perempuan perkembangan persendian fleksibilitas mengalami penurunan di usia tujuh dan sembilan tahun, selain usia tersebut mengalami kenaikan, kenaikan drastic sendiri di usia sebelas tahun. Dapat disimpulkan perkembangan persendian punggung anak besar perempuan lebih baik daripada perkembangan fleksibilitas persendian punggung anak besar laki-laki. d) Perbedaan perkembangan fleksibilitas persendian pangkal paha anak laki-laki dan perempuan Tabel 8.perkembangan fleksibilitas persendian pangkal paha anak laki-laki dan perempuan PERBEDAAN FLEKSIBILITAS PANGKAL PAHA LAKI-LAKI dan PEREMPUAN Usia fleksibilitas 7 Pangkal paha laki-laki Pangkal paha perempuan
296.5
8
9
10
11
288.6167 273.0833 275.8333 289.75
298.8333 296.1667 281.6667 275.3167
commit to user
277.3
12 270.4167 275.4167
106 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
presentase
PERBEDAAN PANGKAL PAHA LAKI-LAKI dan PEREMPUAN 305 300 295 290 285 280 275 270 265 260 255
fleksibilitas pangkal paha laki-laki fleksibilitas pangkal paha perempuan
7
8
9
10
11
12
usia
Gambar 17.Grafikperkembangan fleksibilitas persendian pangkal paha anak laki-laki dan perempuan
Melihat tabel dan grafik di atas perkembangan fleksibilitas persendian pangkal paha anak besar antara laki-laki dan perempuan menglami kenaikan dan pernurunan, seperti halnya perkembangan fleksibilitas persendian pangkal paha laki-laki mengalami penurunan di usia tujuh, delapan, dan sebelas, sedangkan umur Sembilan dan sepuluh mengalami kenaikan, kenaikan drastic sendiri pada usia sepuluh tahun dan mengalami penurunan drastic di usia sebelas tahun. Sedangkan perkembangan
fleksibilitas
persendian
pangkal
paha
perempuan
mengalami naik turun juga. Pada usia tujuh sampai Sembilan tahun mengalami penurunan dan mengalami penurunan lagi di usia sebelas tahun, tapi dalam usiasepuluh tahun mengalami kenaikan. Dapat disimpulkan kalau perkembangan fleksibilitas persendian anak besar laki-laki lebih baik daripada perempuan. commit to user
107 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
e) Perbedaan perkembangan fleksibilitas persendian pergelangan kaki anak laki-laki dan perempuan Tabel 9.perkembangan fleksibilitas persendian pergelangan kaki anak lakilaki dan perempuan PERBEDAAN FLEKSIBILITAS PERGELANGAN KAKI LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN Usia Fleksibilitas Pergelangan kaki laki-laki Pergelangan kaki perempuan
7
8
9
10
11
12
56.8333
65.5
59.08333
56.25
58.5
58.16667
63.5833
61.6666
61.9166
59.5
60.41667
59
presentase
PERBEDAAN PANGKAL PERGELANGAN KAKI LAKI-LAKI dan PEREMPUAN 68 66 64 62 60 58 56 54 52 50
fleksibilitas pergelangan kaki laki-laki fleksibilitas pergelangan kaki perempuan
7
8
9
10
11
12
usia
gambar 18. Grafikperkembangan fleksibilitas persendian pergelangan kaki anak laki-laki dan perempuan
Berdasarkan grafik dan tabel di atas perkembangan fleksibilitas persendian pergelangan laki-laki mengalami kenaikan pada usia tujuh dan sepuluh tahun, pada usia tujuh tahun sendiri mengalami kenaikan yang drastic dibanding usia sepuluh tahun. Pada usia delapan, sembilan, commit to user dan sebelas tahun mengalami
perpustakaan.uns.ac.id
108 digilib.uns.ac.id
penurunan. Sedangkan pada anak besar perempuan hampir lebih merata daripada laki-laki, hanya saja kenaikan dan penurunan tidak begitu kelihatan drastic. Pada usia tujuh, Sembilan , dan sebelas mengalami penurunan perkembangan fleksibilitas persendian pergelangan kaki dan mengalami kenaikan pada usiadelapan dan sepuluh tahun. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa perkembangan fleksibilitas persendian pergelangan kaki lebih baik perempuan daripada laki-laki. Fleksibilitas merupakan faktor penting yang mempengaruhi kesehatan. Fleksibilitas diperlukan untuk melakukan banyak kegiatan fisik, termasuk travelling. Travelling dalam keadaan tubuh yang fleksibel membuat Anda lebih leluasa bergerak dan menikmati suasana perjalanan.Terdapat variasi individu dalam hal kondisi fisik dan ROM yang disebabkan oleh faktor keturunan.Akan tetapi, fleksibilitas dapat ditingkatkan dengan latihan intensif dari jaringan tubuh bahkan pada tubuh yang kaku secara alamiah sekalipun. Banyak olahraga memerlukan fleksibilitas khusus dari tulang belakang dan anggota tubuh. Yang perlu dimengerti dari fleksibilitas adalah untuk mencegah terjadinya cedera.Penurunan mobilitas dapat menyebabkan perubahan fungsi organ tubuh sehingga tubuh tidak bergerak optimal.Hal ini juga dapat mempengaruhi kelenturan sendi.Lebih lanjut lagi, fleksibilitas penting untuk masa pemulihan setelah melakukan latihan intensif. Tujuan latihan fleksibilitas adalah untuk meningktkan pergerakan sendi, memanjangkan otot dan melatih kelenturan sehingga tubuh relaks secara umum.Banyak orang mengatakan bahwa bepergian seringkali menyebabkan commit to user
109 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
penambahan berat badan.Dengan kondisi tubuh yang kaku ditambah asupan makanan di luar kebisaaan tentu saja hal ini menyebakan berat badan meningkat.Metabolisme sendiri berjalan kurang efektif pada otot yang kaku karena adanya peningkatan tekanan intramuskular dan penurunan sirkulasi cairan. Peningkatan fleksibilitas didapat melalui latihan peregangan akan membantu mencegah cedera pada otot dan persendian. Orang yang fleksibel secara alami tentu menikmati latihan peragangan karena hal ini mudah bagi mereka.Tetapi sebaliknya dengan mereka yang kaku secara alami, latihan peregangan dirasakan sebagai sesuatu yang menyiksa sehingga membuat orang menghindarinya. Pada kenyataannya, banyak pekerjaan dan aktivitas yang membutuhkan kelenturan tubuh di samping stamina dan kekuatan otot. Latihan peregangan merupakan salah satu cara yang dapat ditempuh agar dapat membuat tubuh Anda bergerak lebih leluasa dan menikmati perjalanan dengan baik. Kelenturan otot yang baik tentunya harus ditopang dengan struktur tulang belakang yang baik.Untuk itulah diperlukan pemeriksaan tulang belakang secara berkala.Pernahkah
Anda
mendengar
tentang
Chiropractic?
Chiropractic
merupakan salah satu cara memelihara kesehatan tulang belakang Anda. Chiropractor akan memeriksa kondisi tulang belakang dan melakukan terapi jika ditemukan kondisi yang kurang optimal. Segera periksakan kondisi kesehatan tulang belakang Anda untuk mendapatkan tubuh lentur dan bebas cedera.
commit to user
110 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
D. Pembahasan Pada deskripsi data di atas jumlah siswa yang diambil sebagai penelitian berjumlah 1020 anak, dengan julah siwswa laki-laki berjumlaj 510 anak , dengan perincian usia tujuh tahun berjumlah 87 anak, usia delapan tahun berjumlah 83 anak, usia Sembilan tahun berjumlah 84 anak, usia sepuluh tahun berjumlah 86 anak, usia sebelas tahun berjumlah 85 anak, dan usia dua belas tahun berjumlah 85 anak. Sedangkan pada anak besar perempuan berjumlah sama yaitu, 510 siswa, dengan perincian usia
tujuh tahun berjumlah 87 anak, usia delapan tahun
berjumlah 83 anak, usia Sembilan tahun berjumlah 84 anak, usia sepuluh tahun berjumlah 86 anak, usia sebelas tahun berjumlah 85 anak, dan usia dua belas tahun berjumlah 85 anak. Jumlah kedua jenis kelamin tersebut disamakan karena peneliti ingin membandingkan perkembangan fleksibilitas persendian bahu, pergelangan tangan, punggung, pangkal paha, dan pergelangan kaki antara anak besar laki-laki dan perempuan, apakah berbeda atau sama? Berdasarkan hasil penelitian di atas, yang disajikan melalui tabel dan grafik, perkembangan fleksibilitas pesendian perempuan lebih stabil daripada perkembangan fleksibilitas persendian pada anak besar laki-laki, secara teoritis fleksibilitas cenderung lebiha baik pada perempuan, tetapi itu dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain adalah kegiatan. Apabila seorang anak besar tidak melakukan atau terkekang untuk melakukan aktivitas, maka fleksibilitas pada anak besar tesebut buruk, disamping didukung oleh faktor lainnya,. Dengan hasil peneilitian yang ada dan telah digambarkan di atas maka cocok atau sesuai dengan teoritis yang telah diungkapkan, dan tidak lupa fleksibilitas per-anggota tubuh commit to user
111 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
juga berbeda-beda, tidak semua anggota tubuh itu mempunyai fleksibilitas yang sama, seperti yang dikatakan oleh Sugiyanto yaitu bahwa apabila seseorang memiliki fleksibilitas yang baik pada salah satu bagian tubuh yang lain belum tentu baik juga fleksibilitasnya. Fleksibilitas pergelangan kaki adalah kontan atau ajeg seumur hidup, ada pengecualian dalam penurunan fleksibilitas secara umum tersebut yaiur pada bahu, lutut, dan paha fleksibilitasnya sudah mulai menurun sesudah umur enam tahun. Tetapi samapi umur dua belas tahun anak perempuan mengalami penignkatan fleksibilitas dan turun setelah usia dua belas tahun.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya dapat ditarik beberapa kesimpulan berikut: 1. Perkembangan Fleksibilitas Persendian pada Anak Besar Laki-Laki Usia 7-12 Tahun Berdasarkan grafik dan tabel di bab empat perkembangan fleksibilitas anak besar laki-laki per-usia mengalami perkembangan secara grafik, perkembangan fleksibilitas anak besar laki-laki tersebut ada yang dratis dan ada yang sedikit. Rata-rata perkembangan fleksibilitas laki-laki turun pada usia Sembilan tahun atau pada kelas tiga sekolah dasar dan rata-rata anak besar lakilaki naik dalam perkembangan fleksibilitas pada usia sepuluh tahun atau sekitar kelas empat sekolah dasar. 2. Perkembangan Fleksibilitas Persendian pada Anak Besar Perempuan Usia 7-12 Tahun Telah dipaparkan pada bab empat, hasil dari penelitian dapat disimpulkan untuk perkembangan fleksibilitas anak besar perempuan, yaitu mengalami grafik perkembangan. Rata-rata pada anak besar perempuan,pada usia tujuh atau delapan tahun mengalami penurunan, tetapi pada usia sembilan tahun mengalami stabil dalam perkembangan fleksibiltasnya tersebut.
commit to user
112
113 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3. Perkembangan Fleksibilitas Persendian pada Anak Besar Laki-Laki Dengan Perempuan Usia 7-12 Tahun Berdasarkan uraian bab empat dan bab lima, dapat disimpulkan perbedaan perkembangan fleksibilitas persendian bahu, punggung, pangkal paha, pergelangan tangan, dan pergelangan kaki anak besar laki-laki dan perempuan, lebih baik atau lebih stabil perkembangan fleksibilitas persendian anak besar perempuan daripada perkembangan fleksibilitas persendian pada anak besarlaki-laki.
B. Implikasi Implikasi merupakan konsekuensi logis dari hasil yang ditemukan pada penelitian. Berdasarkan simpulan dalampenelitian ini dapat dikemukakan implikasi sebagai berikut: Deskriptif data hasil penelitian menunjukan terjadinya perkembangan fleksibiltas persendian bahu, punggung, pangkal paha, pergelangan tangan, dan pergelangan kaki pada anak besar usia tujuh samapai dua belas tahun atau kelas satu Sekolah Dasar sampai kelas enam Sekolah Dasar yang tinggal di kabupaten Karanganyar. Deskripsi data hasil penelitian menunjukan terjadinya perbedaan kecepatan perkembangan pada masing-masing usia dan jenis kelamin antara lakilaki dan perempuan. Perbedaan kecepatan perkembangan fleksibilitas dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain faktor genetis, gizi, lingkungan, dan aktivitas fisik yang dilakukan oleh masing-masing anak. commit to user
114 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Faktor genetis yang baik ditunjang dengan gizi yang cukup dan lingkungan yang baik untuk pertumbuhan dapat menunjang pertumbuhan dan perkembangan yang optimal. Kesempatan yang dimiliki oleh anak untuk melakukan aktivitas fisik juga sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan fisik anak. Anak yang mempunyai kesempatan besar untuk melakukan aktivitas fisik akan mengalami perkembangan yang lebih baik daripada anak yang tidak memiliki cukup kesempatan melakukan aktivitas fisik. Dalam hal ini faktor budaya memmilik peran besar terhadap kesempatan untuk melakukan aktivitas fisik. Sebagian besar budaya daerah di Indonesia member kesmpatan yang lebih besar kepada anak laki-laki untuk dalam melakukan aktivitas
fisik,
sehingga
ada
kecenderungan
anak
laki-laki
memiliki
perkembangan kemampuna fisik yang lebih baik dari anak perempuan. Perkembangan fleksibiltas persendian bahu, punggung, pangkal paha, pergelangan tangan, dan pergelangan kaki pada anak besar laki-laki dan perempuan berkembang seiring dengan pertambahan usia. Hal ini mengakibatkan terjadinya perbedaaan yang mencolok pada anak besar tersebut. Secara teoritis perkembangan fleksibiltas persendian anak besar perempuan lebih baik daripada perkembangan fleksibilitas persendian pada anak besar laki-laki. Hal tersebut didukung pula dengan penelitian perkembangan fleksibiltas persendian bahu, punggung, pangkal paha, pergelangan tangan, dan pergelangan kaki di kabupaten Karanganyar, sehingga penelitian ini mengalami sinkronisasi dengan terori tersebut. commit to user
115 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Implikasi dari adanya perbedaan pola atau kecepatan perkembangan fisik dan kemapuna fisik ini, dalam bidang pendidikan jasmani, adanya perbedaan kecepatan pertumbuhan dan perkembangan fisik anak usia tujuh sampai dua belas tahun yang bersifat individual, dalam pengembangan program pendidikan jasmani khususnya di Sekolah dasar (SD) agar dapat mengkomodasi selurh anak dalam artian program pendidikan jasmani yang diberikan harus terjangkau oleh kemampuan seluruh siswa. Variasi pertumbuhan dan perkembangan fisik harus diperhatikan sehingga semua anak dapat terlibat dan dapat menikmati kegiatan olahraga yang dilakukan. Implikasi dari hasil penelitian tersebut, dalam pemanduan bakat olahraga, belum adanya perbedaan besar antara kemampuan fisik atau fleksibilitas anak laki-laki dan perempuan yang ada di kabupaten Karanganyar menunjukan perkembangan yang belum optimal pada masing-masing individu. hal ini terkait dengan kecocokam kegiatan atau keadaan psikologis si anak besar tersebut. Pada usia anak besar pertumbuhan dan perkembangan belum begitu optimal sehingga program-program
yang
mendukung
untuk
meningkatkan
harus
bersifat
multilateral yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dan kerampilan anak besar secara umum. Spesialis kecabangan olahraga belum tepat untuk diterapkan pada usia perkembangan ini, karena pertumbuhan dan perkembangan belum optimal.
commit to user
116 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
C. Saran Atas dasar hasil analisis, kesimpulan dan implikasi yang telah dijelaskan maka disarankan sebagai berikut: 1. Pendidik Peranan guru sekolah dasar pada umumnya dan guru pendidikan jasmani khususnya sangant besar dalam memberi pengarahan dan bimbingan kepada anakanak pada masa tersebut. Peranan guru pendidikan jasmani perlu mengingat sifatsifat psikologi dan sosial, anak besar akan aktif bergerak pada usia tersebut. Sehingga pendidik harus dapat menempatkan diri sebagai pendidik, maka anak besar tidak boleh dikekang harus diimbangi secukupnya dalam kegiatannya. Dengan demikian tujuan yang hendak dicapai bisa dengan mudah diraih. Ward dan Bar-Or (1986) dalam Kathleen (1986) melaporkan setelah mengkaji 13 sekolah yang berdasar pada program pencegahan kegemukan, bahwa keberhasilan dari program ini tergantung pada elemen-elemen berikut: a. Multidisiplin, perubahan tingkah laku yang menyatu, pengajaran gizi, dan aktivitas fisik, b. aktivitas fisik yang terstruktur berkesempatan sebanyak 4 atau 5 kali seminggu, dengan dorongan dan rangsangan untuk melaksanakan aktivitas setelah/di luar sekolah, c. pendekatan tim, dengan partisipasi dari perawat sekolah, penyuluh, pengawas ruang makan siang, dan guru pengajar keolahragaan,
commit to user
117 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
d. keterlibatan orang tua, dalam rangka untuk mendapatkan kesinambungan dan untuk mengkoordinasikan dukungan keluarga untuk perkembangan pada tingkah laku baru yang baru (Bar-Or, 1987) dalam Kathleen (1986). 2. Peneliti selanjutnya. a. Perlu mengkaji dan meng-eksplorasi kajian dimensi ilmu keolahragaan yang terkini terutama pada perkembangan fleksibilitas. b. Terbatasnya biaya, tenaga, dan waktu, peneliti memahami kelebihan dan kelemahan pendekatan kros-seksional, maka peniliti menyarankan ke peneliti selanjutnya yaitu menggunakan pendekatan longitudinal, karena pendekatan tersebut dapat meneliti secara detail dari anak atau subjek yang dijadikan untuk penelitian. 3. Orang tua Orang tua diharapkan untuk selalu menjaga dan mengawasi anaknya dalam masa perkembangan, tidak boaleh mengkekang, sebaiknya mengajari kepada anak tersebut dengan tata cara yang benar dan tidak membahayakan anak tersebut. 4. Subjek penelitian (anak besar) Masa perkembangan adalah masa anak besar, fleksibilitas tidak memandang dari jenis kelaminya tersebut, maka anak tersebut harus memaksimalkan diri dalam mengembangkan fleksibilitas tersebut dengan bantuan orang di sekitarnya.
commit to user