Jurnal Prima ISSN: 2301-9891 Vol. V, No. II, Juli 2016
PROFIL PEMAHAMAN MATEMATIS MAHASISWA PENDIDIKAN MATEMATIKA DITINJAU DARI JENIS KELAMIN Eka Rachma Kurniasi Pendidikan Matematika FKIP Universitas Muhammadiyah Tangerang
[email protected]
Abstrak Matematika dan pemahaman matematis sangat dibutuhkan bagi laki-laki dan perempuan. Namun pada beberapa penelitian menyatakan bahwa kemampuan bermatika siswa laki-laki dan perempuan berbeda. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan prifil pemahaman matematis mahasiswa pendidikan matematika ditinjau dari jenis kelamin. Metode yang digunakan adalah deskriptif. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling. Adapun instrumen yang digunakan tes kemampuan pemahaman matematis dan teknik pengolahan data dengan deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan; (1). Mahasiswa laki-laki lebih cenderung pada pemahaman relasional. Sedangkan pada mahasiswa perempuan, kecenderungan pada pemahaman instrumental; (2). Secara keseluruhan rerata skor kemampuan pemahaman matematis mahasiswa laki-laki dan perempuan relatif sama. Hanya terdapat perbedaan 2 poin dan itu secara keseluruhan tidak terdapat perbedaan yang mencolok. Kata kunci: Jenis Kelamin, Pemahaman Matematis
I. Pendahuluan Perkembangan dunia teknologi dan pendidikan sangat pesat. Hal ini pun harus didukung oleh perkembangan kapasitas dan berbagai jenis kemampuan bagi sumber daya manusianya. Kampus salah satu tempat untuk mendidik dan menghasilkan sumber daya manusia itu. Matematika merupakan aktivitas manusia. Semua kegiatan berbagai lini menggunakan matematika. Wajar jika banyak orang yang mendaftar sebagai mahasiswa program pendidikan matematika atau matematika. Matematika pada perkemabangannya sangat menentukan perkembangan teknologi dan berbagai lini lain dalam kehidupan. Apabila kita cermati pada tujuan mata pelajaran matematika tertulis bahwa matematika bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan pemahaman matematis, penalaran matematis, pemecahan masalah matematis, komunikasi matematis, serta sikap menghargai kegunaan matematika. Tujuan pertama yang termuat dalam Permendiknas tersebut adalah pemahaman matematis. Kemampuan pemahaman matematis merupakan prasyarat mahasiswa mempunyai kemampuan matematis lain dengan baik. Sesuai dengan kurikulum pembelajaran matematika Indonesia yang menekankan pemecahan masalah, kemampuan dasar yang harus dimiliki dalam pemecahan masalah adalah pemahaman yang baik pada siswa. Damayanti (2010: 2) menyatakan bahwa “dalam klasifikasi bidang ilmu pengetahuan, matematika termasuk ke dalam ilmu-ilmu eksakta yang lebih banyak memerlukan pemahaman dan penalaran daripada hapalan.” Ausubel (dalam Depdiknas: 2003) menyatakan bahwa pengetahuan yang sudah dimiliki peserta didik akan sangat menentukan bermakna tidaknya suatu proses pembelajaran. Itulah sebabnya para pengajar harus mengecek, memperbaiki dan menyempurnakan pengetahuan peserta didik sebelum membahas materi baru. Pemahaman berasal dari kata dasar paham, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia pemahaman berarti proses, cara, perbuatan memahami atau memahamkan. Artinya ada usaha yang didorong dari luar atau dirinya sendiri bagi seseorang untuk meningkatkan kemampuan kognitifkan dalam hal pemahaman. Sumarmo (2003) menyatakan bahwa kemampuan pemahaman matematis penting dimiliki siswa. Hal ini dikarenakan kemampuan itu diperlukan untuk menyelesaikan masalah matematis, masalah dalam disiplin ilmu yang lain, dan masalah dalam kehidupan sehari-hari, yang merupakan visi pengembangan pembelajaran matematika untuk memenuhi kebutuhan masa kini. Skem (Sumarmo, 2010) membedakan dua jenis pemahaman yaitu pemahaman instrumental dan relasional. Pemahaman instrumental yaitu suatu pemahaman membedakan sejumlah konsep sebagai pemahaman konsep Halaman | 1
Jurnal Prima ISSN: 2301-9891 Vol. V, No. II, Juli 2016 yang saling terpisah dan hanya hafal rumus dengan perhitungan sederhana. Pemahaman relasional, yaitu dapat mengaitkan sesuatu konsep/istilah dengan konsep/istilah lainnya yang secara benar dan dapat melakukan perhitungan pada masalah yang lebih luas. Sebagai seorang mahasiswa yang mengambil jurusan pendidikan matematika, selayaknya harus mempunyai kemampuan pemahaman matematis yang tinggi. Baik pemahaman instrumental maupun relasional. Mengingat kajian dalam matematika itu saling terkait serta membutuhkan materi prasyarat sehingga kemmapuan pemahaman matematis untuk setiap pokok bahasan haruslah baik. Kemampuan pemahaman pula yang menentukan seorang dapat mengikuti pembelajaran matematika yang lebih tinggi atau tidak. Secara umum kemampuan ini harus dimiliki oleh setiap peserta didik yang mengikuti pembelajaran matematika, tanpa terkecuali. Namun, salah satu pembahasan yang menarik adalah bagaimana kemampuan pemahaman matematis peserta didik jika ditinjau dari jenis kelamin. Jenis kelamin merupakan salah satu identitas yang membedakan manusia. Secara fisik, keunggulan, kelemahan, kemampuan sosial, dan kemampuan bermatematika banyak kajian yang menyatakan perbedaan tersebut. Bukan berarti yang satu jauh tidak unggul dari yang lain. Selama ini perbedaan jenis kelamin disebut-sebut sebagai salah satu yang membedakan perkembangan manusia, termasuk perkembangan kognitifnya. Jika dihubungkan dengan kemampuan pemahaman, perkembangan kognitif tentu saja sangat mempengaruhi bagaimana kemampuan pemahaman konsep sesorang. Secara fisik (normalnya) manusia diciptakan menjadi dua jenis kelamin, perempuan dan laki-laki. Kondisi fisik, kemampuan kognitif, kelemahan, sikap, dan intuisi terhadap suatu permasalahan berbeda. Berdasarkan kajian teori atau hasil penelitian sebelumnya mengatakan seperti itu. Witelson (dalam Hatip, 2008) menemukan bahwa otak perempuan secara keseluruhan lebih kecil daripada otak laki-laki. Lobus parital bawah pada laki-laki lebih besar daripada perempuan sehingga penguasaan terhadap pengenalan ruang dimensi tiga laki-laki lebih unggul. Ukuran dan bentuk otak yang berbeda, secara otomatis membedakan perempuan dan laki-laki dalam cara dan gaya berpikir, termasuk kemampuan- kemampuan khusus keduanya. Implikasi perbedaan struktur tersebut terjadi pada cara dan gaya melakukan sesuatu. Lelaki dan perempuan cenderung menunjukkan perbedaan dalam beberapa hal, meliputi emosi, tingkah laku seksual, proses berbahasa, kemampuan spasial dan problem- problem matematis. Kartono (2006) menyatakan bahwa perempuan pada umumnya lebih akurat dan lebih mendetail dalam memperhatikan sesuatu dibandingkan laki- laki. Dagun (1992 ) berpendapat bahwa anak perempuan memiliki skor yang lebih tinggi di bidang tertentu dibandingkan anak laki-laki. Kemampuan verbal perempuan lebih baik dibandingkan laki-laki, meskipun kemampuan spasialnya rendah. Selanjutnya menurut Dagun, pada usia 11 tahun keatas, anak laki-laki memiliki kemampuan matematika yang jauh lebih baik dibandingkan anak perempuan. Penelitian- penelitian terdahulu menyatakan adanya perbedaan kemampuan bermatematika antara perempuan dan laki-laki. Witelson (dalam Hatip, 2008) menyatakan bahwa perbedaan ukuran dan bentuk otak pada lakilaki dan perempuan sebagai penyebab utama adanya perbedaan cara, gaya berpikir dan kemampuan-kemampuan khusus keduanya. Subarinah (2013) menyatakan gender merupakan salah satu dimensi yang berpengaruh dalam proses konseptualisasi dalam pendidikan matematika. Sedangkan penelitian Hilton dan Herglund (dalam Astin, 1974) mengungkapkan perbedaan gender dalam prestasi matematika, yaitu terdapat perbedaan signifikan prestasi matematika laki-laki dan perempuan pada siswa kelas tujuh dan perbedaan ini meningkat pada kelaskelas berikutnya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kemampuan matematika antara siswa laki-laki dan perempuan. Perbedaan gender juga berpengaruh pada berbedanya cara memecahkan masalah matematika antara laki-laki dan perempuan. Meyers-Levy (1989) menyatakan ada perbedaan proses kognitif siswa laki-laki dan siswa perempuan dalam memecahkan masalah matematika. Singh, D.R. (dalam Fathima, 2008) menemukan bahwa kemampuan penalaran dan representasi simbol pada laki-laki dan perempuan berbeda. Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian ini akan mengkaji mengenai profil kemampuan pemahaman konsep mahasiswa pendidikan matematika ditinjau dari jenis kelamin. Kemudian melihat apakah terdapat perbedaan kemampuan penalaran mahasiswa matematika ditinjau dari jenis kelamin. Adapun dalam penelitian ini bertujuan, mengkaji bagaimana kemampuan pemahaman matematis mahasiswa matematika ditinjau dari perbedaan jenis kelamin dan melihat apakah terdapat perbedaan kemampuan pemahaman matematis mahasiswa matematika ditinjau dari perbedaan jenis kelamin. Tinjauan Teoritis 1. Kemampuan Pemahaman Matematis Halaman | 2
Jurnal Prima ISSN: 2301-9891 Vol. V, No. II, Juli 2016 Pemahaman pada intinya adalah salah satu kemmapuan tingkat tinggi dalam matematika yang dibutuhkan oleh seorang pembelajar matematika. Dalam perkembangannya pemahaman matematis tidak hanya mengukur bagaimana ingatan tentang konsep matematika, lebih jauh pemahaman matematis yang baik harus dapat mengembangkan konsep pada penerapan lain. Dalam proses pembelajaran matematika, pemahaman konsep merupakan bagian yang sangat penting. Pemahaman konsep matematik merupakan landasan penting untuk berpikir dalam menyelesaikan permasalahan matematika maupun permasalahan seharihari. Menurut Schoenfeld (1992) berpikir secara matematik berarti (1) mengembangkan suatu pandangan matematik, menilai proses dari matematisasi dan abstraksi, dan memiliki kesenangan untuk menerapkannya, (2) mengembangkan kompetensi, dan menggunakannya dalam dalam pemahaman matematik. Implikasinya adalah bagaimana seharusnya pengajar merancang pembelajaran dengan baik, pembelajaran dengan karakteristik yang bagaimana sehingga mampu membantu peserta didik membangun pemahamannya secara bermakna. Bloom yang dikenal dengan dimensi kognitif Taksonomi Bloom telah lama menyampaikan istilah memahami (understanding). Ini diartikan sebagai memahami ide-ide yang telah diketahui sebelumnya, mengetahui tentang sesuatu dan dapat melihatnya dari berbagai sisi. Pemahaman konsep merupakan kompetensi yang ditunjukkan peserta didik dalam memahami konsep dan dalam prosedur (algoritma) secara luwes, akurat, efisien dan tepat.Adapun pemahaman konseptual manurut Kilpatrick, dkk; Hiebert, dkk; Ball (dalam Juandi, 2006:29), adalah pemahaman konsep-konsep matematika, operasi dan relasi dalam matematika. Beberapa indikator dari kompetensi ini antara lain: dapat mengidentifikasi dan menerapkan konsep secara algoritma, dapat membandingkan, membedakan, dan memberikan contoh dan contoh kontra dari suatu konsep, dapat mengintegrasikan konsep dan prinsip yang saling berhubungan. Dalam NCTM 2000 disebutkan bahwa pemahaman matematik merupakan aspek yang sangat penting dalam prinsip pembelajaran matematika. Pemahaman matematik lebih bermakna jika dibangun oleh peserta didik sendiri. Oleh karena itu kemampuan pemahaman tidak dapat diberikan dengan paksaan, artinya konsep-konsep dan logika-logika matematika diberikan oleh pengajar, dan ketika peserta didik lupa dengan algoritma atau rumus yang diberikan, maka peserta didik tidak dapat menyelesaikan persoalan-persoalan matematika. Delvin (Kurniawan, 2011) mengatakan pemahaman matematis dibagi menjadi dua yaitu pahaman matematis sebagai tujuan dan proses. Sebagai proses, pemahaman matematis diartikan sebagai suatu proses pengamatan kognisi secara tidak langsungdalam upaya menyerap pengertian dari konsep/teori yang akan dipahami, kemudian kemampuan pemahaman ditunjukkan ketika menerapkan konsep/teoriyang dipahami pada keadaan atau situasi yang baru. Sedangkan pemahaman konsep sebagai tujuan diartikan sebagai suatu kemmapuan memahami konsep, membedakan sejumlah konsep yang saling terpisah, serta mampu melakukan perhitungan secara bermakna pada situasi-situasi atau masalah yang lebih luas dan masaah yang baru. Ruseffendi (2006: 221) menyatakan bahwa ada tiga macam pemahaman yaitu: (1) Pengubahan (translation) dalam matematika misalnya mampu mengubah kalimat ke dalam simbol dan sebaliknya; (2). Pemberian arti (interpretation) misalnya mampu mengartikan suatu kesamaan; (3). Ekstrapolasi (extrapolations) misalnya mampu memperkirakan suatu kecenderungan dari diagram. Anderson et al (2001) memberikan definisi tentang pemahaman, yaitu mencakup tujuh jenis yaitu: 1. Interpreting (menginterpretasikan) terjadi ketika siswa mampu mengkonversi informasi dari satu representasi ke representasi yang lain. Interpretasi meliputi konversi kata-kata ke dalam kata-kata, gambar ke dalam kata-kata. Nama lainnya adalah translating, paraphrasing, representing, clarifying. Contohnya siswa mampu mengubah soal cerita kedalam bentuk simbol matematika. 2. Exemplifying (memberikan contoh), pemberian contoh terjadi ketika siswa mampu memberikan contoh spesifik atau contoh dari konsep umum atau prinsip. Exemplifying meliputi menemukan ciri-ciri dari konsep umum atau prinsip (misalnya segitiga samasisi harus mempunyai tiga sisi yang sama panjang), dan menggunakan ciri-ciri tersebut untuk memilih atau mengkonstruk contoh lebih spesifik. Nama lainnya adalah ilustrating dan instantiating. 3. Classifying (mengklasifikasi) terjadi ketika siswa mengenal bahwa sesuatu (contoh atau kejadian tertentu) termasuk kategori tertentu (misal konsep atau prinsip). Mengklasifikasi meliputi penemuan ciri-ciri atau pola-pola yang relevan, yang cocok dengan contoh spesifik dan konsep atau prinsip. Nama lainnya categorizing dan subsuming. Misalnya mampu menentukan nama dari tiga buah segitiga yang disajikan adalah segitiga sama sisi. Halaman | 3
Jurnal Prima ISSN: 2301-9891 Vol. V, No. II, Juli 2016 4. Summarizing (merangkum) terjadi ketika siswa mampu mengusulkan pernyataan tunggal yang merepresentasikan penyajian informasi atau rangkuman dari tema umum. Merangkum meliputi konstruksi suatu representasi informasi, membuat suatu rangkuman, seperti menentukan tema atau topic utama. Nama lainnya adalah generalizing dan abstracting. 5. Inferring (menyimpulkan) meliputi penemuan pola dalam rangkaian contoh-contoh atau kejadian-kejadian. Menyimpulkan terjadi ketika siswa mampu meringkas konsep atau prinsip yang terdiri atas suatu rangkaian contoh-contoh atau kejadian-kejadian melalui pengkodean ciri-ciri yang relevan dari masing-masing kejadian. Nama lainnya adalah extrapolating, interpolating, predicting, dan concluding. Menemukan pola bilangan, misalnya bagaimana pola yang terbentuk dari suatu deret bilangan. 6. Comparing (membandingkan) terjadi ketika siswa menemukan persamaan dan perbedaan antara dua atau lebih objek/benda, peristiwa, masalah, atau situasi. Nama lainnya adalah contrasting, matching, dan mapping. Misalnya membandingkan bahwa dua buah masalah dalam matematika bisa diselesaikan dengan konsep yang sama . 7. Explaining (menjelaskan) terjadi ketika siswa mampu membangun dan menggunakan model sebab akibat dari suatu sistem. Model dapat diturunkan dari teori formal, atau bisa didasarkan pada riset atau pengalaman. Penjelasan yang lengkap meliputi mengkontruksi model sebab akibat, termasuk setiap bagian utama dalam sistem atau setiap peristiwa utama dalam rangkaian, dan menggunakan model untuk menentukan perubahan dalam satu bagian sistem atau hubungan dalam rangkaian yang mempengaruhi perubahan dalam bagian lain. Nama lainnya constructing a model. Skem (Sumarmo, 2010) membedakan dua jenis pemahaman yaitu pemahaman instrumental dan relasional. Pemahaman instrumental yaitu suatu pemahaman membedakan sejumlah konsep sebagai pemahaman konsep yang saling terpisah dan hanya hafal rumus dengan perhitungan sederhana. Pemahaman relasional, yaitu dapat mengaitkan sesuatu konsep/istilah dengan konsep/istilah lainnya yang secara benar dan dapat melakukan perhitungan pada masalah yang lebih luas. Beberapa ahli memberikan definisi mengenai pemahaman (Sumarmo, 2010) antara lain yaitu: 1. Polya membedakan empat jenis pemahaman yaitu a. Pemahaman mekanis yang meliputi mampu mengingat dan menerapkan suatu secara rutin atau melakukan perhitungan sederhana. b. Pemahaman induktif yaitu dapat mencobakan sesuatu dalam kasus sederhana dan tahu bahwa sesuatu itu berlaku untuk kasus yang serupa. c. Pemahaman rasional yaitu dapat membuktikan kebenaran rumus dan teorema. d. Pemahaman intuitif mencakup dapat memperkirakan kebenaran sesuatu tanpa ragu-ragu, sebelum menganalisa secara analitik. Pemahaman matematis dalam penelitian ini menggunakan definisi dari Skem. Adapun indikator setiap jenis pemahaman mengikuti indikator yang diberikan oleh Skem. 2. Jenis Kelamin Secara fisik (normalnya) manusia diciptakan menjadi dua jenis kelamin, perempuan dan laki-laki. Kondisi fisik, kemampuan kognitif, kelemahan, sikap, dan intuisi terhadap suatu permasalahan berbeda. Masing-masing mempunyai kelemahan dan kelebihan tersendiri. Berdasarkan kajian teori atau hasil penelitian sebelumnya mengatakan seperti itu. Witelson (dalam Hatip, 2008) menemukan bahwa otak perempuan secara keseluruhan lebih kecil daripada otak laki-laki. Lobus parital bawah pada laki-laki lebih besar daripada perempuan sehingga penguasaan terhadap pengenalan ruang dimensi tiga laki-laki lebih unggul. Ukuran dan bentuk otak yang berbeda, secara otomatis membedakan perempuan dan laki-laki dalam cara dan gaya berpikir, termasuk kemampuan- kemampuan khusus keduanya. Implikasi perbedaan struktur tersebut terjadi pada cara dan gaya melakukan sesuatu. Lelaki dan perempuan cenderung menunjukkan perbedaan dalam beberapa hal, meliputi emosi, tingkah laku seksual, proses berbahasa, kemampuan spasial dan problem- problem matematis. Kartono (2006) menyatakan bahwa perempuan pada umumnya lebih akurat dan lebih mendetail dalam memperhatikan sesuatu dibandingkan laki- laki. Dagun (1992 ) berpendapat bahwa anak perempuan memiliki skor yang lebih tinggi di bidang tertentu dibandingkan anak laki-laki. Kemampuan verbal perempuan lebih baik dibandingkan laki-laki, meskipun kemampuan spasialnya rendah. Selanjutnya menurut Dagun, pada usia 11 tahun keatas, anak laki-laki memiliki kemampuan matematika yang jauh lebih baik dibandingkan anak perempuan. Halaman | 4
Jurnal Prima ISSN: 2301-9891 Vol. V, No. II, Juli 2016 Hasil penelitian Subarinah (2013) pada salah satu sekolah menyatakan bahwa siswa laki-laki lebih unggul dibanding siswa perempuan. Siswa laki-laki mempunyai kemampuan pengamatan kongkrit dan abstrak, analisis, sintesis, membuat pola rumit, membuat konjektur generalisasi, dan mengujinya pada jawaban yang diinginkanya. Sedangkan perempuan hanya mempunyai kemampuan pengamatan kongkrit, analisis sederhana, dan membuat pola sederhana, dan enggan mencoba perhitungan-perhitungan yang rumit. Meskipun hasil penelitian ini dilakukan pada siswa bukan mahasiswa, namun ada kajian yang menyatakan perbedaan itu akan belanjut hingga mereka dewasa. Dengan kata lain ketika menginjak usia remaja atau menjadi mahasiswa bisa terjadi perbedaan kemampuan matematis antara mahasiswa perempuan dan laki-laki. Jenis kelamin dalam penelitian ini yaitu laki-laki dan perempuan. Adapun perbedaan yang dikaji adalah mencakup kemampuan kognitif dalam matematika. II. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif. Penelitian ini bermaksud untuk mendeskripsikan profil pemahaman matematis mahasiswa matematika ditinjau dari jenis kelamin. Menggambarkan kecenderungan kemampuan pemahaman matematis berdasarkan jenis kelamin. Adapun subjek penelitiannya adalah mahasiswa pendidikan matematika yang diambil berdasarkan ketentuan tertentu. Atau menurut Sugiyono (2011) Purposive Sampling adalah pengambilangn sampel berdasarkan pertimbangan kondisi-kondisi tertentu. Adapun pertimbangannya adalah, mahasiswa subjek penelitian terdiri atas perempuan dan laki-laki. Mempunyai hasil belajar matematika yang heterogen. Tidak mungkin membuat kelas baru dalam penelitian ini, karena akan mengganggu perkuliahan. Instrumen yang digunakan dalam penilaian ini adalah tes kemampuan pemahaman matematis. Terdiri dari 5 soal berbentuk uraian. Tes ini akan dilakukan validasi ahli dan uji instrumen untuk mendapatkan instrument yang valid. Dari instrumen yang valid akan didapat data yang sesuai dengan tujuan penelitian. Jika ditemukan hal yang aneh dalam lembar jawaban siswa pada tes kemampuan pemahaman matematis, maka peneliti akan melakukan wawancara kepada subejek penelitian tersebut. Adapun teknik pengolahan data dilakukan secara deskriptif. Menghitung rerata untuk setiap skor kemampuan pemahaman matematis. Menghitung rerata untuk setiap indikator kemampuan pemahaman matematis mahasiswa laki-laki dan perempuan. Kemudian secara deskriptif menyimpulkan hasil penelitian. III. Hasil dan Pembahasan III.1 Hasil Penelitian Setelah 30 mahasiswa dikelompokkan berdasarkan jenis kelamin, maka dihitung rerata untuk setiap skornya. Rerata ini menggambarkan skor pemahaman matematis secara keseluruhan untuk mahasiswa laki-laki dan perempuan. Untuk lebih jelas disajikan dalam tabel berikut. Tabel 1 Rerata Kemampuan Pemahaman Matematis Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin
Rerata
Laki-Laki
53
Perempuan
55
Ditinjau dari rerata secara keseluruhan, antara laki-laki dan perempuan terdapat perbedaan skor hanya 2. Ini bisa dikatakan relatif sama. Untuk mengetahui besarnya perbedaan, lebih jelas disajikan dalam diagram berikut.
Halaman | 5
Jurnal Prima ISSN: 2301-9891 Vol. V, No. II, Juli 2016
Series1, 2, 55 Series1, 1, 53.125
Gambar 1 Rerata Skor Kemampuan Pemahaman Matematis ditinjau dari Jenis Kelamin Jika ditinjau berdasarkan indikator kemampuan pemahaman matematisnya, yaitu pemahaman instrumental dan relasional, ada beberapa kecenderungan antara mahasiswa laki-laki dan perempuan. Dari jawaban dan skor tes pemahaman matematis, tampak bahwa laki-laki lebih cenderung pada pemahaman relasional. Adapun rerata skor kemampuan pemahaman matematis untuk aspek relasional laki-laki adalah 74 dan aspek pemahaman instrumental adalah 52. Sedangkan pada mahasiswa perempuan, kecenderungan pada pemahaman instrumental. Adapun rerata skor kemampuan pemahaman matematis untuk aspek instrumental perempuan adalah 74 dan aspek pemahaman relasional adalah 51. Untuk melihat lebih jelas, perbedaan skor rerata pada setiap aspek pemahaman matematis antara mahasiswa laki-laki dan perempuan, disajikan dalam tabel berikut. Tabel 2 Rerata Skor Kemampuan Pemahaman pada Setiap Aspek Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin
Aspek
Rerata
Laki-Laki
Instrumental
52
Relasional
74
Instrumental
74
Relasional
51
Perempuan
III.2 Pembahasan Hasil penelitian ini dapat dikatakan mendukung dan membantah beberapa penelitian sebelumnya yang telah dilakukan. Beberapa penelitian menyatakan bahwa ada perbedaan kognitif antara laki-laki dan perempuan dalam kemampuan matematikanya. Penelitian Hilton dan Herglund (dalam Astin, 1974) mengungkapkan perbedaan gender dalam prestasi matematika, yaitu terdapat perbedaan signifikan prestasi matematika laki-laki dan perempuan pada siswa kelas tujuh dan perbedaan ini meningkat pada kelas-kelas berikutnya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kemampuan matematika antara siswa laki-laki dan perempuan. Perbedaan gender juga berpengaruh pada berbedanya cara memecahkan masalah matematika antara laki-laki dan perempuan. MeyersLevy (1989) menyatakan ada perbedaan proses kognitif siswa laki-laki dan siswa perempuan dalam memecahkan masalah matematika. Singh, D.R. (dalam Fathima, 2008) menemukan bahwa kemampuan penalaran dan representasi simbol pada laki-laki dan perempuan berbeda. Adapun penelitian ini mendukung bahwa memang benar terjadi perbedaan pada kognitif mahasiswa laki-laki dan perempuan dalam matematika. Laki-laki cenderung lebih baik rerata skornya pada pemahaman relasional. Adapun pemahaman relasional mengukur beberapa hal seperti dapat mengaitkan sesuatu konsep/istilah dengan konsep/istilah lainnya yang secara benar dan dapat melakukan perhitungan pada masalah yang lebih luas. Adapun mahasiswa perempuan cenderung rerata skornya lebih baik pada pemahaman instrumental. Adapun Halaman | 6
Jurnal Prima ISSN: 2301-9891 Vol. V, No. II, Juli 2016 pemahaman instrumental mengukur beberapa hal seperti pemahaman membedakan sejumlah konsep sebagai pemahaman konsep yang saling terpisah dan dapat menghafal rumus dengan perhitungan sederhana. Namun, penelitian ini menunjukkan hal bahwa secara keseluruhan rerata skor kemampuan pemahaman matematis mahasiswa laki-laki dan perempuan relatif sama. Hanya terdapat perbedaan 2 poin dan itu secara keseluruhan tidak terdapat perbedaan yang mencolok. Artinya meskipun mahasiswa laki-laki lebih unggul dalam kemampuan pemahaman relasional, tetapi mahasiswa perempuan pun unggul dalam pemahaman instrumental. Sehingga secara keseluruhan rerata skor relative tidak jauh berbeda. IV. Simpulan dan Saran IV.1 Simpulan 1. Mahasiswa laki-laki lebih cenderung pada pemahaman relasional. Sedangkan pada mahasiswa perempuan, kecenderungan pada pemahaman instrumental. 2. Penelitian ini menunjukkan hal bahwa secara keseluruhan rerata skor kemampuan pemahaman matematis mahasiswa laki-laki dan perempuan relatif sama. Hanya terdapat perbedaan 2 poin dan itu secara keseluruhan tidak terdapat perbedaan yang mencolok. IV. 2 Saran 1. Untuk mahasiswa pendidikan matematika agar meningkatkan kemampuan pemahaman konsep karen sangat penting bagi pembelajaran matematika. 2. Untuk peneliti lain, dapat dilanjutkan penelitian yang mengkaji mengenai jenis kelamin untuk kemampuan matematis yang lain. Daftar Pustaka Fathima, SK. (2008). Reasoning Ability of Adolescents Students. New Delhi: Discovery Publishing House Juandi, D. 2006. Meningkatkan Daya Matematik Mahasiswa Calon Guru Matematika Melalui Pembelajaran Berbasis masalah. Disertasi Pascasarjana UPI Bandung: tidak diterbitkan. National Council of Teachers of Mathematics. 2000. Principles and Standars for School Mathematics. Reston, VA: NCTM. Schoenfeld, A.H. 1992. Learning to Think Mathematically: Problem Solving, Metacognition and Sense of Mathematics., Dalam Handbook of Reasearch on Mathematics Teaching and Learning (pp. 334- 370). D. A. Grouws (Ed). New York: Macmillan. Subarinah, S. (2013). Profil Berpikir Kreatif Siswa dalam Memecahkan Masalah Tipe Investigasi Matematik Ditinjau dari Perbedaan Gender. Makalah Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika “Penguatan Peran Matematika dan Pendidikan Matematika untuk Indonesia yang Lebih Baik”. Uiversitas Negeri Yogjakarta. Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Bandung: Alfabeta Sumarmo, U. (2005). Pengembangan Berpikir Matematik Tingkat Tinggi Siswa SLTP dan SMU Serta Mahasiswa Strata Satu Melalui Berbagai Pendekatan Pembelajaran. Laporan penelitian. Lemlit UPI: Tidak diterbitkan.
Halaman | 7