perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERKEMBANGAN AGAMA KHONGHUCU DI SURAKARTA (Studi Deskriptif Kualitatif Tentang Sosialisasi pada Keluarga Konghucu di Surakarta)
Disusun Oleh : NOVITA DIAN ANGGRAINI D0305051
SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Tugas Akhir dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan Sosiologi
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
HALAMAN PERSETUJUAN
Disetujui untuk dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta
Surakarta, Maret 2010 Pembimbing
Drs. H. Supriyadi SN,SU NIP. 19530128 198103 1 001 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO
v Orang yang terbaik di dunia ini adalah orang yang peduli terhadap sesamanya. (penulis) v Belajar terus tanpa pernah mempraktekkan akan menimbulkan kebimbangan. Namun berbuat terus tanpa mau belajar akan menjadi berbahaya. (Kong Fu Zi)
v Mengerti sebuah kesalahan dan berusaha untuk mengubahnaya adalah kebaikan yang terbesar. (penulis) v Bila suatu hari dapat memperbaharui diri, jagalah dan rawatlah setiap hari agar baru selama-lamanya (Raja Sing Thong)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Sebuah karya Sederhana ini saya persembahkan untuk : 1. Ibuku tercinta yang selalu sabar memberi semangat padaku dan selalu mendoakanku tanpa lelah. 2. Ayah dan Kakakku tercinta yang senantiasa memberikan motivasi. 3. Teman-temanku Sosiologi 2005 yang selalu berjuang bersama, 4. Teman-teman Marching Band yang selalu membuatku bersemangat dalam mencapai serta mencetak prestasi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENGESAHAN Telah Diuji dan Disahkan oleh Panitia Penguji Skripsi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta Pada Hari : ............................. Tanggal
:...............................
Panitia Penguji : 1. Drs. Muflich Nurhadi,
(
NIP. 19510116 198103 1 002
) Ketua
2. Drs. Th. Aquinas Gutama
(
NIP.19560911 198602 1 001
) Sekertaris
3. Drs. H. Supriyadi SN, SU
(
NIP. 19530128 198103 1 001
) Penguji
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta Dekan
Drs. H. Supriyadi SN,SU commit to 198103 user 1 001 NIP. 19530128
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK Novita Dian Anggraini, D0203051, PERKEMBANGAN AGAMA KHONGHUCU DI SURAKARTA (Studi Deskriptif Kualitatif Tentang Sosialisasi pada Keluarga Khonghucu di Surakarta), Jurusan Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2010. Penelitian ini merupakan penelitian Deskriptif kualitatif mengenai perkembangan agama Khonghucu yang pada masa Orde Baru dilarang untuk berkembang dan melaksanakan kegiatannya. Namun pada masa Presiden Abdurrahman Wahid agama ini kembali menjadi agama resmi dan kembali beraktivitas seperti dahulu sebelum adanya pelarangan. Dan sampai sekarang agama ini menjadi agama yang ke enam. Sosialisasi agama Khonghucu yang terjadi dalam keluarga menjadi permasalahan pokok pada penelitian ini. Pada sosialisasi ini keluarga yang dalam hal ini menjadi kelompok yang sangat penting dalam memberikan pemahaman agama yang mendalam. Dengan contoh-contoh yang diberikan dalam keluarga membuat sosialisasi yang terjadi dalam kelurga semakin baik. Orang tua yang dalam hal ini merupakan agen sosialisasi berusaha memberikan tauladan yang bertujuan agar mereka juga menganut agama yang sama dengan orang tuanya.lingkung juga mempengaruhi dalam kegiatan sosialisasi, seperti lingkungan bermain, sekolah dan tempat ibadah. Penelitian ini mengambil lokasi di Kota Surakarta karena keberadaan tempat ibadah agama Khonghucu yang sangat berpangaruh pada awal masuknya agama Khonghucu ke Surakarta yaitu Gerbang Lithang Kebajikan. Tempat ini menjadi saksi sejarah perkembangan agama Khonghucu di Surakarta. Pengumpulan data dilakukan dengan metode wawancara secara mendalam , observasi berperan dan dokumen/ catatan penting masuk di dalamnya. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan metode Purposive Sampling yaitu menggunakan informan yang tahu tentang permasalahan dalam penelitian ini. Analisis data pada penelitian ini menggunakan model analisis interaktif melalui wawancara yang mendalam kepada responden yang telah menjadi sasaran, sedangkan validasi data menggunakan trianggulasi data. Kemudahan penelitian skripsi ini adalah orang-orang yang menjadi informan di sini sangat terbuka dalam memberikan informasinya ke penulis tentang permasalahan dalam penelitian ini dan hal ini sangat membantu penulis. Sedangkan kesulitannya adalah terbatasnya jumlah umat Khonghucu sehingga data yang diperolehnyapun juga tidak bisa maksimal. Hasil yang diperolah dalam penelitian ini adalah : Agama Khonghucu mengalami diskriminasi di Masa Orde Baru sehingga perkembangannya menurun dan sosialisasi yang ada dalam keluarga dapat dilakukan dengan pemberian contoh yang diberikan orang tua kepada anak dan selalu mengajak anak-anaknya untuk selalu ikut serta dalam peribadatan atau melibatkan mereka dalam berbagai kegiatan keagamaan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang
berjudul
:
“PERKEMBANGAN
AGAMA
KHONGHUCU
DI
SURAKARTA (Studi Deskriptif Kualitatif Tentang Sosialisasi Pada Keluarga Khonghucu di Surakarta)” Skripsi ini dibuat dengan tujuan untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat guna memperoleh gelar sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik jurusan Sosiologi. Dalam menyusun skripsi ini Penulis mendapat banyak bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada : 1.
Bapak Drs. H. Supriyadi SN, SU Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta dan pembimbing dalam penulisan skripsi yang telah dengan sabar membimbing dan membantu penyusunan skripsi ini.
2.
Ibu Dra. Hj. Trisni Utami, M. Si selaku Ketua Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret.
3.
Orang tua serta kakakku yang senantiasa memberikan dorongan yang tiada henti.
4.
MAKIN Surakarta yang dengan bantuan mereka Penelitian Skripsi ini dapat terwujud. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
5.
digilib.uns.ac.id
Teman-teman Sosiologi Angkatan 2005, atas kebersamaan selama masa perkuliahan.
6.
Keluarga Besar Marching Band UNS dan Purna Bakti MBUNS yang tak henti-hentinya memberikan semangat dukungan dari semua angkatan yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu karena terlalu banyak.
7.
Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Penulis menyadari dalam penulisan ini masih banyak kekurangan-
kekurangan, maka Penulis mengharap kritik dan saran yang bersifat membangun. Besar harapan Penulis, semoga skripsi ini dapat membawa manfaat bagi semua pihak.
Surakarta,
Maret 2010
Penulis
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ................................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................
iii
MOTTO ......................................................................................................
iv
PERSEMBAHAN .....................................................................................
v
KATA PENGANTAR ...............................................................................
vi
DAFTAR ISI ..............................................................................................
vii
ABSTRAK ................................................................................................
ix
BAB I PENDAHULUAN .........................................................................
1
A. Latar Belakang ................................................................................
1
B. Rumusan Masalah ..........................................................................
4
C. Tujuan Penelitian ............................................................................
4
D. Manfaat Penelitian .........................................................................
5
E. Tinjauan Pustaka ............................................................................
5
F. Definisi Konseptual .......................................................................
29
G. Metode Penelitian ..........................................................................
45
BAB II DESKRIPSI LOKASI...................................................................
49
A. Kota Surakarta ...............................................................................
49
B. Umat Khonghucu ..........................................................................
51
C. Susunan Pengurus MAKIN Surakarta ..........................................
54
D. Sejarah Agama Khonghucu di Surakarta .....................................
58
BAB III PERKEMBANGAN & SOSIALISASI AGAMA KHONGHUCU DI SURAKARTA ...........................................
61
A. Perkembangan Agama Khonghucu di Indonesia .........................
61
B. Perkembangan Agama Khonghucu di Surakarta ........................
63
1. Jumlah Penganut Agama Khonghucu ...................................
66
2. Anggapan yang Kelirucommit ............................................................ to user
69
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3. Pemuka Agama Khonghucu
...............................................
70
4. Sosialisasi dari Pemuka Agama Khonghucu .......................
71
5. Organisasi yang berada di Bawah MAKIN ........................
77
Sosialisasi Agama Khonghucu ....................................................
79
1. Sosialisasi Agama Khonghucu di dalam Keluarga................
79
2. Orang Tua Sebagai Agen Sosialisasi ...................................
80
3. Aktivitas Peribadatan dalam Keluarga
...........................
86
4. Pemahaman Tentang Agama Khonghucu ............................
89
BAB IV PENUTUP ..................................................................................
95
A. Kesimpulan .....................................................................................
95
1. Implikasi Empiris ..................................................................
96
2. Implikasi Teoritis .....................................................................
99
C.
3. Implikasi Metodologis ............................................................ 100 B. Saran ............................................................................................. DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
commit to user
102
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Negara Indonesia adalah sebuah negara yang terdiri dari berbagai suku bangsa, ras, dan agama yang berbeda. Dalam undang-undang dasar 1945 juga telah dijelaskan secara jelas tentang beragama dan kehidupan beragama serta agama apa saja yang bisa dianut oleh bangsa Indonesia. Agama tersebut adalah Agama Islam, yang dianut oleh mayoritas masyarakat di Indonesia, Kristen, Katholik, Hindhu, dan Budha. Dari lima agama tersebut juga muncul agama yang dibawa oleh para perantau dari Daratan Tiongkok China yang diperkirakan telah ada sejak jaman Kerajaan Singosari yaitu agama Khonghucu. Keberadaan agama Khonghucu beserta lembaga-lembaga keagamaan yang ada di Indonesia telah ada sejak berabad-abad yang lalu, bersamaan dengan datangnya para pedagang dari China yaitu berupa hubungan perdagangan dengan kerajaan-kerajaan kuno di Nusantara dengan dinasti di China oleh pedagang menjadikan lalu lintas barang dan manusia menjadi lancar dan ini menjadi jalan masuknya agama Khonghucu ke Indonesia. Namun ada pula yang menyebutkan bahwa masuknya agama Khonghucu pada saat tentara Manchu di bawah pimpinan Khubilaikan mengadakan invansi menyerbu kesana, namun ada bukti lain yang menyebutkan bahwa commit to user para perantau yang datang ke Indonesia bersama dengan kedatangan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
panglima Cheng Hoo (sebanyak 7 kali) sekitar tahun 1400 bersama itu pulalah agama Khonghucu tersebar di Indonesia. Wilayah Solo, perkembangan aliran ini juga telah ada pada tahun 1918, yaitu dengan didirikannya Lithang Gerbang Kebajikan dan dibentuk Khong Kauw Hwee sebagai lembaga Khonghucu. Khong Kauw Hwee adalah organisasi yang didirikan oleh penganut Khonghucu, yang anggotanya merupakan orang-orang Tionghoa. Tujuan dari organisasi ini, untuk memperbaiki adat istiadat dan keimanan orang keturunan China yang sudah menyimpang dari ajaran Khonghucu. Di jaman Orde Baru, pemerintah Soeharto melarang segala bentuk aktivitas berbau kebudayaan dan tradisi orang Tionghoa di Indonesia. Lewat Inpres No. 14 tahun 1967 pemerintah secara terang-terangan melarang dilakukan secara terbuka segala bentuk kegiatan agama, kepercayaan, dan adat istiadat orang Tionghoa. Pemerintah Orde Baru waktu itu meragukan nasionalisme orang-orang keturunan Tionghoa. Meski umumnya sudah turuntemurun tinggal di bumi nusantara, mereka dicurigai secara politis masih berorientasi ke Republik Rakyat China, khususnya Partai Komunis Cina, yang telah ikut membesarkan Partai Komunis Indonesia yang mempunyai andil dalam gerakan pemberontakan G30S/PKI pada tahun 1965. Surat Edaran Menteri Dalam Negeri No. 477/74054/BA.01.2/4683/95 tanggal 18 November 1978 menjadikan status Khonghucu tidak jelas. Termasuk merayakan Imlek dengan menggelar pertunjukan barongsai dan commit to user mengarak dewa-dewa di tempat umum. Koran-koran beraksara China juga
perpustakaan.uns.ac.id
dilarang,
sekolah-sekolah
digilib.uns.ac.id
Tionghoa
yang
mengajarkan
bahasa dan
kebudayaan cina ditutup. Sejak itu orang keturunan Tionghoa mulai melaksanakan kegiatan yang berhubungan dengan kepercayaannya secara diam-diam. Inilah yang menyebabkan pemeluk Agama Khonghucu berkurang dan mereka lebih mengalihkan kepercayaan yang mereka anut ke agama Islam, Kristen, Budha. Dalam surat edaran tersebut juga menyebutkan bahwa Khonghucu bukan merupakan agama resmi Negara Indonesia. Aktivitas etnis Tionghoa di Indonesia tidak lepas dari berbagai bidang yang ada. Bidang yang paling handal dipegang oleh manyarakat Tionghoa adalah bidang perdagangan, yang sejak dulu telah terkenal dengan perdagangannya serta bidang lain yang ada. Pada masyarakat Tionghoa sosialisasi pendidikan yang ada pada keluarga sejak dini pada anak juga mulai ditanamkan sejak kecil sesuai dengan aliran Khonghucu yang mereka percaya. Semua yang ada dalam kitab Khonghucu akan diajarkan kepada anak-anaknya agar budaya ini tidak lekas hilang dengan cepat. Terlepas dari banyaknya pro kontra yang masih berlangsung hingga saat ini, sebagai sebuah agama resmi, agama Khonghucu dapat berkembang melalui sosialisasi . Sosialisasi ini dilakukan dengan intensif kepada anakanak oleh orang tua sebagai agen sosialisasi dalam sebuah keluarga yang berperan dalam pembentukan kepribadian anak melalui interaksi yang kontinyu dalam mempelajari pola-pola tingkah laku, sikap, keyakinan, citacommit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
cita dan nilai-nilai dalam masyarakat dalam rangka perkembangan kepribadiannya. Hal inilah yang membuat penulis tertarik untuk meneliti sosialisasi agama Khonghucu yang dilakukan oleh orang tua kepada anak-anaknya dalam keluarga Khonghucu yang ada di Surakarta.
B. Rumusan Masalah Sesuai dengan latar belakang yang telah diuraikan di atas. Maka perumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut : 1. Bagaimana sosialisasi agama Khonghucu yang dilakukan oleh orang tua kepada anak-anaknya dalam keluarga Khonghucu yang ada di Surakarta? 2. Bagaimana perkembangan Agama Khonghucu di Surakarta?
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Operasional a. Mengetahui cara-cara dan bentuk sosialisasi agama Khonghucu yang dilakukan oleh orang tua terhadap anak-anaknya di dalam keluarga. b. Mengetahui perkembangan jumlah penganut agama Khonghucu yang kian menurun. 2. Tujuan individual Memenuhi persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana S1 di Jurusan Sosiologi Universitas Sebelas Maret Surakarta. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Praktis Mengetahui kehidupan beragama dalam keluarga Khonghucu terutama mengenai sosialisasi agama Khonghucu terhadap anaknya serta mengenai perkembangan jumlah penganut Khonghucu yang kian menurun. 2. Manfaat Teoritis Diharapkan dapat menjadi referensi bagi penelitian-penelitian lebih lanjut tentang agama Khonghucu yang masih sangat terbatas.
E. Tinjauan Pustaka Paradigma
pertama
kali
diperkenalkan
oleh
Thomas
Kuhn.
Menurutnya, paradigma adalah suatu kerangka referensi atau pandangan dunia yang menjadi dasar keyakinan atau pijakan suatu teori. Kuhn juga menjelaskan tentang perubahan paradigma. Menurutnya disiplin ilmu lahir sebagai suatu suatu proses revolusi, bisa jadi suatu pandangan teori yang ditumbangkan oleh pandangan teori yang baru yang mengikutinya. (Thomas Kuhn, 1970). Ritzer memetakan tiga paradigma besar dalam sosiologi. Dari ketiga paradigma tersebut Ritzer menjelaskan bahwa kemenangan-kemenangan dari commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
suatu paradigma atas paradigma yang lain disebabkan karena para pendukung dari paradigma itu lebih mengandalkan kekuatan dan penguasaan atas pengikut paradigma yang dikalahkan, bukan karena persoalan benar atau salah dalam struktur dan makna teori itu. Ketiga paradigma tersebut adalah paradigma fakta sosial, paradigma definisi sosial, dan paradigm perilaku sosial. (Mansour Fakih, 20,2002) Dalam penelitian ini penulis menggunakan paradigm definisi sosial. Paradigma ini dikembangkan oleh Max Weber, pokok persoalan sosiologi adalah bagaimana memahami tindakan sosial antar hubungan sosial , dimana “tindakan yang penuh arti” itu ditatfsirkan untuk sampai pada penjelasan kausal. Struktur sosial dan pranata sosial membantu untuk membentuk tindakan sosial yang penuh arti. Perkembangan dari suatu hubungan sosial dapat pula diterangkan melalui tujuan dari manusia yang melakukan hubungan sosial itu dimana ketika ia mengambil manfaat dari tindakannya itu sendiri dalam perjalanan waktu. Berdasarkan paradigma definisi sosial dapat diketahui bahwa bidang studi sosiologi adalah tindakan sosial antar hubungan sosial yang penuh arti. Sedangkan tindakan sosial adalah tindakan yang yang dilakukan oleh individu yang mempunyai makna bagi dirinya dan diarahkan kepada tindakan orang lain. Tindakan sosial dapat berupa tindakan sosial yang nyata diarahkan untuk orang lain dan juga bersifat subyektif. Tindakan sosial ada yang diarahkan pada waku sekarang, waktu lalu, atau waktu yang akan datang. Tindakan sosial digunakan dalam hubungan sosial yaitu tindakan yang dilakukan oleh commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
beberapa individu yang berbeda, mengandung makna dan dihubungkan serta diarahkan pada tindakan orang lain. Weber menyebutkan ciri-ciri tindakan sosial dan antarhubungan sosial dalam sosiologi sebagai berikut: 1. Tindakan manusia mengandung makna yang subyektif. 2. Tindakan sosial bersifat subyektif. 3. Tindakan sosial meliputi pengaruh positif dari suatu tindakan akan sengaja diulang kembali. 4. Tindakan diarahkan untuk seseorang atau sekelompok orang. 5. Tindakan yang dilakukan akan memperhatikan orang lain dan terarah kepada orang tersebut ataupun orang lainnya. (Doyle Paul Johnson, 1986: 216) Weber juga membagikan rasionalitas tindakan sosial menjadi 4 macam, yaitu: 1. Zwerk rational Yaitu tindakan sosial murni. Aktor tidak hanya sekedar menilai cara yang baik untuk mencapai tujuannya sendiri. Tujuan dapat juga mencapai cara dari tujuan lain berikutnya. 2. Werkrational Action Aktor dapat menilai apakah cara-cara yang dipilihnya itu merupakan yang paling tepat untuk mencapai tujuan yang lain. 3. Affectual Action commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tindakan yang dibuat-buat. Tindakan ini dipengaruhi oleh perasaan emosi dan kepura-puraan si aktor. 4. Traditional Action 5. Tindakan yang didasarkan atas kebiasaan–kebiasaan dalam mengerjakan masa lalu saja. (Doyle Paul Johnson, 1986) Hinkle juga menyebutkan beberapa asumsi dasar dalam Teori Aksi sebagai berikut : 1. Tindakan manusia muncul dari kesadarannya sendiri sebagai subyek dan dari situasi eksternal dalam posisinya sebagai obyek. 2. Sebagai subyek, manusia bertindak untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu. 3. Dalam bertindak manusia menggunakan cara, tehnik, prosedur, metode serta perangkat yang diperkirakan cocok untuk mencapai tujuan tersebut. 4. Kelangsungan tindakan manusia hanya dibatasi oleh kondisi yang tak bisa diubah oleh sendirinya. 5. Manusia memilih, menilai, dan mengevaluasi tindakan yang akan, sedang, dan telah dilakukan (membuat pertimbangan-pertimbangan tertentu). 6. Ukuran-ukuran, aturan-aturan, atau prinsip-prinsip moral diharapkan timbul pada saat pengembilan keputusan. (George Ritzer, 2002: 46) Sedangkan Parson menyusun skema unit-unit dasar tindakan sosial dengan karakteristik sebagai berikut : 1. Adanya individu selaku aktor. 2. Aktor dipandang sebagai pemburu tujuan tertentu. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3. Aktor mempunyai alternatif cara, alat serta tehnik untuk mencapai tujuannya. 4. Aktor berhadapan dengan sejumlah kondisi situasional yang dapat membatasi tindakannya dalam mencapai tujuan. 5. Aktor berada di bawah kendali dari nilai-nilai, norma-norma dan berbagai ide abstrak yang akan mempengaruhinya untuk mencapai tujuannya. (George Ritzer, 2002: 48-49)
AGAMA Agama Khonghucu berawal dari sebuah aliran yang ada di China. Seiring dengan perkembangan aliran ini telah menjadi sejenis kepercayaan yang dianut oleh orang-orang dari Tiongkok dan sampai ke Indonesia pada masa kejayaan kerajaan-kerajaan Nusantara, melalui hubungan perdagangan. Banyak cara yang dilakukan oleh para pedagang dalam sambil mengajarkan agamanya kepada Negara ini, baik itu melaui perkawinan, maupun secara terang-terangan mengajarkan ajarannya dalam proses berdagang. Pada zaman Orde Baru yang berada di bawah pimpinan Soeharto. Ajaran ini dilarang untuk berkembang, dengan cara melarang segala kegiatan yang berhubungan dengan hal-hal yang berbau Tionghoa atau Khonghucu dan dikuatkan oleh Inpres No. 14 Tahun 1967 yang berisi : 1. Tanpa mengurangi jaminan keleluasaan memeluk agama dan menunaikan ibadah, tata cara ibadat Cina yang mempunyai aspek afinitas kultural yang commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
berpusat pada negeri leluhurnya, pelaksanaannya harus dilakukan secara interen dalam hubungan keluarga atau perorangan. 2. Perayan-perayaan pesta agama dan adat istiadat Cina yang dilakukan secara tidak menyolok di depan umum, melainkan dalam lingkungan keluarga. 3. Penentuan kategori agama maupun kepercayaan maupun cara-cara ibadat agama, kepercayaan, dan adat istiadat Cina diatur oleh Menteri Agama setelah mendengar pertimbangan Jaksa Agung (PAKEM). 4. Pengamanan dan penertiban terhadap pelaksanaan kebijakan pokok diatur oleh Menteri Dalam Negeri bersama-sama Jaksa Agung. 5. Instruksi ini mulai berlaku pada hari ditetapkan (Jakarta, 6 Desember 1967). Pemerintah
Orde
Baru
meragukan
nasionalisme
orang-orang
keturunan Tionghoa. Meski umumnya sudah turun temurun tinggal di Bumi Nusantara, mereka dicurigai secara politis masih berorientasi ke China, dengan China yang kuat dengan komunisnya dan dituding telah membesarkan Partai Komunis Indonesia. Dalam
Surat
edaran
Menteri
Dalam
Negeri
No.
477/74054/BA.01.2/4683/95 tanggal 18 November 1978 menjadikan status Khonghucu tidak jelas. Termasuk merayakan Imlek dengan menggelar pertunjukan barongsai dan mengarak dewa-dewa di tempat umum. Korankoran beraksara China juga dilarang, sekolah-sekolah Tionghoa yang mengajarkan bahasa dan kebudayaan Cina ditutup. Sejak itu orang keturunan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
Tionghoa mulai
digilib.uns.ac.id
melaksanakan
kegiatan
yang berhubungan
dengan
kepercayaannya secara diam-diam. Inilah yang menyebabkan pemeluk aliran Khonghucu berkurang dan mereka lebih mengalihkan kepercayaan yang mereka anut ke agama Islam, Kristen, Budha. Dalam surat edaran tersebut juga menyebutkan bahwa Khonghucu bukan merupakan agama resmi Negara Indonesia. Namun seiring tumbangnya Orde Baru, perubahan
terhadap
kehidupan masyarakatpun juga terjadi. Salah satunya pengakuan kembali terhadap ajaran agama Khonghucu sebagai salah satu agama resmi. Dalam kepres No. 6 tahun 2000 tentang pencabutan kembali larangan terhadap kebudayaan dan tradisi etnis China, dan agama Khonghucu diakui kembali. Peraturan ini dibuat pada masa pemerintahan Presiden Aburrahman Wahid yang disyahkan pada tanggal 17 Januari 2000 yang isinya: 1. Mencabut Instruksi Presiden No. 14 tahun 1967 tentang agama, kepercayaan dan Adat istiadat Cina. 2. Semua ketentuan pelaksanaan yang ada akibat dari instruksi Presiden No. 14 tahun 1967 tersebut, tidak berlaku lagi. 3. Penyelanggaraan kegiatan keagamaan, kepercayaan dan adat istiadat Cina yang
dilaksanakan
tanpa
memerlukan
izin
khusus
berlangsung selama ini. 4. Berlaku mulai tanggal ditetapkan (Jakarta, 17 Januari 2000) AGAMA KONGHUCU commit to user
sebagaimana
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Agama Khonghucu aslinya disebut Jie Kauw atau agama kaum terpelajar atau kaum yang lembut hati, mengapa demikian? Karena pada jaman dahulu khususnya pada saat Dinasti Han berkuasa (sekitar tahun 14087 SM) saat agama Konghucu dijadikan agama resmi negara, semua pejabat pemerintah bahkan pangeran dan anak raja sekalipun diwajibkan mengikuti test pelajaran agama Khonghucu sebagai syarat mereka akan menduduki jabatannya. Wahyu-wahyu Dalam agama Khonghucu juga terdapat wahyu yag turun kepada nabinabi, yang urut-urutannya wahyu agama Khonghucu sebagai berikut: 1. Wahyu yang diterima oleh Nabi Purba yaitu Hok Hi (2953-2838 SM) Berbentuk Pat Kwa (8 diagram) dengan unsur Yin (negatif) dan Yang (positif) yang sering lihat ditempel diatas pintu orang Tionghoa. Wahyu ini disebut Hoo Too (peta dari Sungai Hoo) dibawa oleh hewan suci Liong Ma atau hewan berbadan Kuda berkepala Naga. 2. Wahyu yang diterima oleh Raja obat Sien Long (2838-2698 SM) Wahyu
yang
diterimanya
berupa
cara
meramu
obat
dan
memakamkan jenazah. Sehingga dengan wahyu yang diterimanya rakyat mulai mengerti bagaimana cara membuat jamu/obat, bagaimana bercocok tanam, bagaimana memakamkan jenazah (sebelumnya mayat biasanya hanya dibuang di hutan atau laut). 3.
Wahyu yang diterima oleh Raja Oei Tee (2838-2598 SM) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Disebut wahyu Liok Too (peta firman) melalui mulut seekor ikan besar yang muncul kepermukaan air di Sungai Chi Kwi, dengan wahyu ini rakyat diajarkan beribadah, membuat kereta, perahu, dupa, panah, busur. 4. Wahyu yang diterima Oleh Raja Suci Giau (2357-2255 SM) Beliau mengajarkan rakyat bagaimana hidup mengamalkan kebajikan, bagaimana berakhlak mulia, bermasyarakat dan rukun dengan sesama. 5. Wahyu yang diterima oleh Raja Suci Sun (2255-2205 SM) Beliaulah manusia pertama yang berinisiatif membuat dam/ bendungan
untuk
menanggulangi
banjir,
keharmonisan diciptakan melalui ajaran
mengajarkan
bagaimana
Ngo Lun (5 hubungan) yaitu
hubungan raja dan mentri, suami dan istri, orang tua dan anak, kakak dan adik, kawan dan sahabat. 6. Wahyu yang diterima oleh Raja Suci Yi (2205-2197 SM) Wahyu yang diterimanya disebut Loo Su (kitab dari Sungai Lo) dari punggung seekor kura-kura raksasa saat beliau sedang meditasi di tepi Sungai Lo, Raja Yi juga dikenal dengan usahanya yang gigih membuat saluran sungai untuk menanggulangi banjir, bahkan tercatat selama 13 tahun beliau tak pulang ke istana hanya untuk menunggui pekerjaan rakyatnya. 7. Wahyu yang diterima oleh Raja Sing Thong (1766-1753 SM) Ajaran beliau yang terkenal bisa kita lihat dalam sebuah ayat emas/kata mutiara yang hanya muncul setiap tahun baru Imlek yaitu : commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
“Bila suatu hari dapat memperbaharui diri, jagalah dan rawatlah setiap hari agar baru selama-lamanya”. 8. Wahyu yang diterima oleh Raja Suci Bun Ong (1122-255 SM) Wahyu yang disebut Tan Su (kitab dari Tan) dibawa oleh seekor Chik Niau atau burung merah besar, dengan wahyu ini Bun Ong membabarkan Pat Kwa (8 diagram) lebih terperinci, dikenal pula sistem departemen pemerintahan, maka pada masa itu ada 6 menteri yaitu perdana menteri, menteri pertanian, menteri peribadatan, menteri pertahanan, menteri kehakiman dan menteri pekerjaan umum. 9. Wahyu yang diterima oleh Nabi Konghucu Beliaulah adalah Nabi yang menyempurnakan semua wahyu yang diterima para pendahulunya, beliaulah yang mengajakan Jie Kauw kepada rakyatnya, beliau pula yan menulis kitab Ya King (Le Ching) atau kitab perubahan yang banyak digunakan oleh ahli Hong Sui.
Kitab Suci Dalam Agama Khonghucu terdapat 2 macam yaitu: 1. Kitab Su Shi atau kitab yang 4 (empat) yaitu: Ø Thai Hak (ajaran besar) terdiri atas 10 jilid, berisi pelajaran pembinaan diri pribadi, masyarakat, negara dan dunia. Ø Tiong Yong (tengah sempurna) terdiri atas 32 jilid, berisi pelajaran keimanan, ke-Tuhanan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Ø Lun Gie (Sabda Suci) terdiri atas 20 jilid, berisi sabda/kata Nabi Khonghucu yang dibukukan/dicatat oleh muridnya. Ø Bingcu (kitab yang ditulis oleh Raja Bingcu) terdiri 14 jilid berisi riwayat pelajaran/sabda suci Bingcu kepada para murid/pembesar/raja tentang berbagai hal, Bingcu adalah rosul yang hidup 1 abad setelah Nabi wafat. 2.
Kitab Ngo King atau yang 5 (lima): Ø Shu King (Kitab Sejarah) Ø Si King (Kitab Sanjak) Ø Ya King (Kitab Perubahan) Ø Lee King (Kitab Catatan Kesusilaan) Ø Chun Chiu King (Kitab Zaman Chun Chiu)
Hari Persembahyangan Umat Konghucu 1. Sembahyang kepada Thian (Tuhan YME) dilaksanakan pada: a. Setiap tanggal 1 & 15 Imlek atau setiap malam. b. Menjelang musim semi disebut sembahyang King Thi Kong (tanggal 8 bulan 1 Imlek malam hari), diakhiri dengan perayaan Cap Go Meh (tgl 15 bulan 1 Imlek) dengan Kirab Liong & Barongsai, dengan makanan Cap Go Meh (bisanya kita kenal dengan Lontong Cap Go Meh) c. Saat musim panas disebut sembayang Pek Cun (100 perahu), tanggal 5 bulan 5 Imlek, dilaksanakan jam 12.00 siang hari biasanya dipinggir laut/sungai dengan sajian khas Bak Cang. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
d. Saat musim gugur disebut sembahyang Tiong Chiu, tanggal 15 bulan 8 Imlek dilaksanakan malam hari, sajian khas kue Tiong Chiu Pia (kue Bulan). e. Saat musim dingin disebut sembahyang Tang Cik/ Genta Rohani/ Ronde dilaksanakan malam hari dengan sajiankhas wedang ronde. 2. Semabahyang kepada leluhur yang dilaksanakan setiap: 1. Tanggal 1&15 bulan Imlek dan hari wafat leluhur. 2. Menjelang malam tahun baru Imlek disebut Ji Kau Meh. 3. Tanggal 5 April disebut sembayang Ching Bing atau sembahyang tilik kubur/ sembahyang sadranan. 4. Tanggal 15 bulan 7 Imlek disebut sembayang Jit Gwe Phoa, tanggal ini khusus sembayang leluhur sendiri, maka akhir bulan 7 Imlek dilakukan sembahyang untuk arwah umum disebut King Hoo Ping atau sembahyang rebutan, karena selesai sembahyang semua sesaji yang ada dibagikan kepada umat/pengunjungnya. 3. Sembahyang kepada Nabi Khonghucu dan para suci : a. Hari wafatya Nabi Khonghucu tanggal 18 bulan 2 Imlek b. Hari lahir Nai Khonghucu tanggal 27 bulan 8 Imlek c. Hari Genta Rohani/ Tang Cik tanggal 22 Desember memperingati saat pertama kali Nabi Khonghucu meninggalkan rumah, istri, anak dan kedudukan untuk mengembara mengajarkan ajaran kabajikan bagi manusia. d. Hari lahir para suci lainnya seperti Kwan Kong, Hok Tek Cing Sin. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dupa, macam & Penggunaannya Umat Khonghucu bersembahyang menggunakan dupa yang dinyalakan, selain sebagai sarana pemusat konsentrasi, juga bermakna apa yang kita harapkan akan terbawa membumbung melalui asap dupa adapun macamnya adalah: 1. Dupa bergagang besar, digunakan 3 batang untuk sembahyang di Altar Tuhan, Nabi Khonghucu dan para suci lainnya. 2. Dupa bergagang merah, hitam, kuning dgunakan: 1 atau 3 batang bersembahyang umumnya, 2 batang untuk bersembahyang di altar kematian (depan peti jenazah), 5 batang untuk sembahyang Ching Bing/ King Hoo Ping, 8 batang digunakan untuk pemimpin sembahyang saat upacara kematian. 3. Dupa bergagang hijau digunakan 2 batang untuk sembahyang di depan altar kematian orang tua/keluarga/leluhur kita sendiri. 4. Dupa tanpa gagang, dinyalakan pada kedua ujungnya digunakan hanya oleh sepasang pengantin saat berdoa, dihadapan altar Thian, Tuhan YME. 5. Dupa berbentuk spiral/obat nyamuk dan serbuk/ratus/bubukan dinyalakan untuk wangi-wangian saja.
Tata Cara Bersalam dan menghormat. Umat Khonghucu bersalaman dengan mengepalkan tangan kanan, ditutup dengan tangan kiri, kedua ibu jari dipertemukan lalu diletakkan diulu hati, commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
cara/sikap ini disebut sikap Pat Tik (8 kabajikan) ada beberapa tingkatan yaitu: 1. Kiong Chiu (merestui) genggaman tangan digoyangkan di ulu hati, digunakan saat menerima penghormatan dari yang usianya lebih muda. 2. Pai (menghormat) genggaman tangan diangkat sampai sebatas mulut dan hidung, digunakan untuk memberi/membalas hormat dari yang usianya sebaya. 3. Lep (menjunjung tangan) genggaman tangan diturunkan sedikit sampai ke atas pusar lalu dinaikkan sampai menutupi mata/sebatas kening, digunakan untuk memberi hormat kepada yang usianya lebih tua. 4. Ting Lee (meninggikan tangan) genggaman tangan diturunkan sedikit sampai ke atas pusar lalu dinaikkan sampai ke atas kening/kepala, digunakan untuk menghormat di depan altar sembahyang. 5. Kiok Kiong/menghormat dengan membongkokkan badan kira-kira 45 derajad, di dapan altar sembahyang 3 kali, di depan orang hidup 1 kali. 6. Kwi & Kauw Siu/menghormat dengan berlutut, dilaksanakan dengan berlutut dan menundukkan kepala sampai menyentuh lantai, ada beberapa macam yaitu: 2 kali berlutut 9 kali menundukan kepala/ Sam Kwi Kiu Kauw, digunakan di depan altar Tuhan, Nabi dan para suci; 2 kali berlutut 8 menundukkan kepala/ Ji Kwi Pat Kauw, digunakan di depan altar kematian keluarga sendiri dan saat mempelai mohon restu dihadapan orang tuanya; 1 kali berlutut 4 kali menundukan kepala atau It Kwi Su commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Kauw digunakan saat mempelai mohon restu kepada orang tuanya yang tinggal sendirian (ayah/ ibunya sudah meninggal). Rohaniawan Agama Konghucu 1. Kausing (mandarinnya Jiao Sheng) atau penebar agama, rohaniawa tingkat pemula; mereka yang menjabat sebagai Kausing maka di depan nama yang bersangkutan ada huruf Ks atau Js. 2. Bunsu (mandarinnya Wen Shi) atau guru agama, rohaniawan tingkat madya; mereka yang menjadi Bunsu didepan namanya ada huruf Bs/ Ws. 3. Haksu (mandarinnya Xue Shi)atau pendeta, rohaniawan tingkat atas, mereka yang menjadi Haksu didepan namanya ada huruf Hs/ Xs. Sekedar diketahui jumlah Haksu diseluruh Indonesia saat ini baru 8 orang (namun pada tanggal 18 Desember lalu terdapat 3 Haksu yang dilantik, 2 dari Solo dan 1 dari Manado), hal itu dikarenakan untuk menjadi Haksu harus: v Mencurahkan seluruh hidupnya untuk kepentingan agama. v Pengetahuan kitab, bahasa mandarin & agama harus maksimal. v Seumur hidup diharapkan berpantangan makan daging. v Mengutamakan kepentingan agama & lembaga diatas kepentingan pribadi. Lambang/ Simbol/ Logo Agama Khonghucu Agama Khonghucu dilambangkan dengan gambar lonceng atau genta disini adalah terbuat dari kayu disebut Bok Tok (Bok = kayu, tok = lonceng), jaman dahulu Bok Tok digunakan oleh para raja mengumpulkan rakyat untuk diberi amanat, tetapi Nabi Konghucu bukan Bok Tok raja melainkan Bok Tok commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tuhan yang selalu berkumadang memperdengarkan ajaran kebajikan bagi kedamaian. Di tengah Bok Tok ada 2 tulisan mandarin yaitu : Tiong (mandarinnya Zhong) artinya Satya, konsekuensi menjalankan firman Tuhan. Sie (mandarinnya Shu) artinya tenggang rasa, tepa selira kepada sesama. Maka
untuk
mengormati/menyembah/berbakti
kepada
Tuhan
adalah
bagaimana menjalankan Firman Nya hidup didalam kebajikan dan menyatu, harmonis/rukun dengan masyarakat sekitar. SOSIALISASI Pada dasarnya setiap individu dalam masyarakat mengalami proses sosialisasi. Sosialisasi adalah proses belajar yang dialami oleh seseorang untuk memperolah pengetahuan, ketrampilan, nilai-nilai dan norma-norma agar ia dapat berpartisipasi sebagai anggota dalam kelompok masyarakat. Menurut tahapannya, sosialisasi dibedakan menjadi dua tahap, yakni : 1. Sosialisasi primer, sebagai sosialisasi yang pertama yang dijalani individu semasa kecil, melalui mana ia menjadi anggota masyarakat; dalam tahap ini sosialisasi primer membentuk kepribadian anak ke dalam dunia umum dan keluargalah yang berperan sebagai agen sosialisasi. Sosialisasi primer menjadikan orang-orang terdekat dengan anak menjadi sangat penting sebab seorang anak melakukan interaksi dengan sangat terbatas di dalamnya. Warna kepribadian anak sangat ditentukan oleh warna kepribadian dan interaksi yang terjadi antara orang tua dengan anak. 2. Sosialisasi sekunder, didefinisikan sebagai proses berikutnya yang memperkenalkan individu yang telah disosialisasikan ke dalam sektor baru commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dari dunia obyektif masyarakatnya; dalam tahap ini sosialisasi mengarah pada terwujudnya sikap profesionalisme (dunia yang lebih khusus) dan dalam hal ini yang menjadi agen sosialisasi adalah lembaga pendidikan, peer group, lembaga pekerjaan, dan lingkuangan yang lebih luas dari keluarga. Sosialisasi sekunder merupakan lanjutan dari sosialisasi primer, individu diperkenalkan dengan kelompok-kelompok tertentu yang ada di dalam masyarakat. (Peter L Berger dan Thomas P Luckman, 1987: 130). Sosialisasi primer terjadi pada masa usia anak masih kecil untuk mengenalkan
lingkungan
sosialnya pada anak dan
sebagai proses
berlangsungnya pembentukan dasar kepribadian. Pada umumnya sosialisasi primer terjadi di dalam keluarga yang merupakan kelompok primer. Kelompok primer ini sering ditandai dengan ciri kenal mengenal antara anggota-anggotanya, serta kerjasama yang erat yang sangat pribadi sehingga terjadi peleburan individu-individu ke dalam kelompok-kelompok dan tujuan individu menjadi tujuan kelompok. Sementara sosialisasi sekunder terjadi sesudah sosialisasi primer.di sini yang lebih memiliki peran adalah orang lain, biasanya melalui sekolah atau organisasi dan lingkungannya. Proses sosialisasi merupakan proses lanjutan pada diri individu setelah ia mengalami proses yang panjang dalam dirinya sejak ia dilahirkan sampai ia mempunyai kepribadianya sendiri. Proses ini dalam sosiologi disebut internalisasi. Lebih lanjut internalisasi dijelaskan dapat diartikan sebagai proses panjang sejak seorang individu dilahirkan sampai ia meninggal, dimana ia belajar menanamkan kepribadiannya, segala commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
perasaan, nafsu, hasrat serta emosinya yang diperlukan sepanjang hidupnya. Perasaan yang dipelajari dalam internalisasi adalah rasa puas, gembira, bahagia, simpati, rasa cinta, benci, aman, harga diri, kebenaran, dosa, malu, perasaan bersalah, dan perasaan lainnya yang lainnya yang dipelajari untuk menjadi milik kepribadian individu. George Ritzer (1979: 113) membagi siklus kehidupan manusia dalam empat tahap, yaitu tahap anak-anak, remaja, dewasa, dan tahap orang tua. 1. Masa kanak-kanak Setiap orang tua mempunyai kewajiban untuk mengajarkan kepada anak-anaknya tentang kehidupan ini. Seorang ahli sosiologi akan melihat kewajiban ini sebagai bagian dari peran sosial orang tua. Walaupun pada dasarnya setiap orang memahami tentang apa yang diinginkan masyarakat, akan tetapi ada perbedaan yang substansial tentang pengertian akan jalan yang benar dalam hidup. Kewajiban orang tua pada proses sosialisasi di masa kanak-kanak ini adalah membentuk kepribadian anaknya. Apa yang dilakukan orang tua pada anaknya dimasa pertumbuhan akan menentukan kepribadian anaknya kelak. Proses sosialisasi pada tahap ini dapat digambarkan melalui kerangka AGIL
yang diperkenalkan oleh Talcot Parsons. Dalam
menganalisa tindakan sosial. Fase-fase ini adalah Adaptation, Goal attainment, Integration, dan Latent pattern tidak ada batasannya yang jelas commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
karena merupakan suatu proses yang terjadi secara berkesinambungan. Fase tersebut yaitu :
1. Fase Latent Fase ini proses sosialisasi terlihat nyata. Pengenalan anak terhadap diri sendiri tidak jelas dan merupakan kesatuan individu yang berdiri sendiri. Dan dapat melakukan kontak sosial dengan lingkungannya. Di sisi lain, lingkungan belum melihat individu berdiri sendiri dan dapat mengadakan intereksi dengan mereka. 2. Fase adaptasi Dalam fase ini anak mulai mengadakan penyesuaian diri terhadap lingkungan sosialnya. Reaksi sekarang tidak lagi terdorong oleh rangsangan-rangsangan dari dirinya semata-mata, tetapi ia mulai belajar bagaimana caranya bereaksi terhadap rangsangan yang datang dari luar dirinya. Pada fase inilah peranan orang tua dominan terlibat karena anak hanya dapat belajar dengan baik atas bantuan dan bimbingan dari orang tuanya. 3. Fase pencapaian tujuan. Tingkah laku anak yang sudah mencapai fase ini dalam proses sosialnya tidak lagi hanya menyesuaikan diri, tetapi terarah untuk maksud dan tujuan tertentu. Ia cenderung mengulang tingkah laku tertentu untuk mendapat penghargaan dari orang tua dan tingkah laku yang menimbulkan reaksi negatif dari orang tua berusaha dihindarkan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4. Fase integrasi Dalam fase ini tingkah laku anak tidak hanya sekedar penyesuaian ataupun untuk mendapatkan penghargaan dari orang tuanya, namun juga menjadi bagian dari dirinya sendiri yang memang ingin dilakukannya. Norma dan nilai yang ditanamkan oleh orang tuanya sudah menjadi diri anak, bukan lagi merupakan sesuatu yang berada di luar anak. Dengan tertanamnya nilai dan norma dalam tahap ini, tingkah laku anak tidak perlu lagi dibatasi oleh larangan-larangan dari orang tuanya sebab anak sudah dapat mengatur sendiri tingkah lakunya dan membatasi sendiri tingkah lakunya sesuai dengan kata hatinya. Fase keempat ini biasanya dicapai anak pada tahun kelima dari kehidupannya dan pada saat ini anak sudah mulai mempunyai sikap tertentu dalam menghadapi lingkungan sosialnya. (Doyle P Jhonson, 1986: 128-136) 2. Masa remaja. Masa remaja merupakan masa transisi masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Remaja dalam gambaran umum merupakan suatu periode yang dimulai dengan perkembangan masa pubertas dan menyelesaikan pendidikan
untuk
tingkat
menengah.
Perubahan
biologis
yang
membawanya pada usia belasan sering mempengaruhi perilaku remaja mereka . Agen sosialisasi berubah ketika seseorang menginjak masa remaja, dimana sosialisasi yang dilakukan oleh peer group menjadi penting. Dalam sosialisasi ini sekolah turut berperan karena anak-anak dan remaja commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
melewatkan sebagian waktunya di sekolah. Sekolah memberikan peluang kepada remaja untuk dapat bergaul dengan teman sebaya dan supaya dapat hidup dalam masyarakat. 3. Masa dewasa Ada 3 hal yang diharapkan dari dewasa, yaitu bekerja, menikah, dan mempunyai anak. Untuk ketiga hal itu seseorang juga memerlukan proses belajar. Sosialisasi pada orang dewasa merupakan proses dimana individu dewasa mempelajari norma, nilai, dan peranan yang baru dalam lingkungan sosial yang baru pula, misalnya peranan sebagai pekerja dalam memasuki dunia kerja. 4. Masa tua dan menuju kematian. Seseorang berada pada usia lanjut, mereka diperlakukan seperti anak kecil sampai akhirnya seseorang individu yang sangat tua diberlakukan sebagai non person seperti halnya anak kecil yang seolaholah mereka tidak ada. Proses sosialisasi bagi orang usia lanjut dimulai secara perlahan lahan. Sebagian besar orang berusia 60an mulai menerima ide dengan sangat bahwa mereka harus melangkah secara perlahan dan mengurangi jam kerja mereka. Mereka menerima dengan mutlak bahwa kegiatan santai untuk mengisi waktu luang mereka merupakan kegiatan pengganti dari kerja. Tahap terakhir dalam siklus kehidupan ini adalah kematian. Sistem sosial memiliki mekanisme untuk mempersiapkan orang menuju commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kematiannya. Dalam proses ini kematian biasanya secara tidak sadar dialami oleh seseorang, seperti menghindari pemakaman karena apa yang terjadi di pemakaman sedikit banyak memberi nilai-nilai baru yang akan menjadi bagian dari seseorang. (George Ritzer, 1979: 113-131) Elizabeth B Hurlock (1972: 334-340) menyebutkan beberapa pola sosialisasi yang biasa dikembangkan orang tua dalam menanamkan disiplin pada anak-anaknya, yaitu: 1. Pola asuh Otoriter Dalam pola asuh ini, orang tua memiliki kaidah dan peraturan yang kaku dalam mengasuh anak-anaknya. Setiap pelanggaran dikenakan hukuman. Sedikit sekali atau tidak pernah ada pujian atau tanda-tanda yang membenarkan tingkah laku anak apabila mereka melaksanakan aturan tersebut. Tingkah laku anak dikekang secara kaku dan tidak ada kebebasan berbuat kecuali perbuatan yang sudah ditetapkan oleh peraturan. Orang tua tidak mendorong anak untuk mengambil keputusan sendiri atas perbuatannya, tetapi menentukan bagaimana harus berbuat. Dengan
demikian,
anak
tidak
memperoleh
kesempatan
untuk
mengendalikan perbuatan-perbuatannya. 2. Pola asuh Demokratis Orang tua menggunakan diskusi, penjelasan dan alasan-alasan yang membantu anak agar mengerti mengapa ia diminta untuk mematuhi semua peraturan dalam pola asuh demokratis. Orang tua menekankan aspek pendidikan ketimbang aspek hukuman. Hukuman tidak pernah kasar commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dan diberikan apabila anak dengan sengaja menolak perbuatan yang harus ia lakukan. Apabila perbuatan sesuai dengan apa yang ia patut lakukan, orang tua memberikan pujian. Orang tua yang demokratis adalah orang tua yang berusaha untuk menumbuhkan kontrol dari dalam diri anak sendiri. 3. Pola asuh Permissif Sedangkan dalam pola asuh permissif, orang tua bersikap membiarkan atau mengizinkan setiap tingkah laku anak dan tidak pernah memberikan hukuman kepada anak. Pola ini ditandai dengan sikap orang tua yang membiarkan anak mencari dan menemukan sendiri tata cara yang member batasan dari tingkah lakunya. Pada saat terjadi hal-hal yang berlebihan barulah orang tua bertindak. Pola ini pengawasan menjadi sangat longgar. Orang tua belum tentu menggunakan satu pola saja, ada kemungkinan menggunakan ketiga pola sosialisasi itu sekaligus secara bergantian. Walau demikian, ada kecenderungan orang tua untuk lebih menyukai atau lebih sering menggunakan pola tertentu yang dalam penggunaannya dipengaruhi sejumlah faktor sebagai berikut: · Menyamakan diri dengan pola sosialisasi yang dipergunakan oleh orang tua mereka. Bila orang tua menganggap bahwa pola sosialisasi orang tua yang terbaik, maka pada saat mereka mempunyai anak, mereka kembali memakai pola sosialisasi yang mereka terima. Sebaliknya, bila mereka menganggap bahwa pola sosialisasi orang tua mereka dahulu salah, biasanya mereka memakai pola yang berbeda. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
· Menyamakan pola sosialisasi yang dianggap paling baik oleh masyarakat di sekitarnya. Pilihan ini terutama dilakukan oleh orang tua yang usianya masih muda dan kurang berpengalaman. Mereka lebih dipengaruhi oleh apa yang dianggap oleh masyarakat di sekitarnya baik daripada oleh keyakinan sendiri. · Usia orang tua. Orang tua yang usianya masih muda cenderung untuk memilih pola sosialisasi yang demokratis atau permissif dibandingkan dengan mereka yang lanjut usia. · Kursus-kursus. Orang tua yang telah mengikuti kursus persiapan perkawinan, kursus kesejahteraan keluarga, atau kursus pengasuhan anak, akan lebih mengerti tentang anak dan kebutuhan-kebutuhannya sehingga mereka cenderung untuk menggunakan pola demokratis. · Jenis kelamin orang tua. Pada umumnya wanita lebih mengerti tentang anak, oleh karena itu mereka lebih demokratis terhadap anaknya dibandingkan dengan pria. · Status
sosial
ekonomi juga mempengaruhi orang tua dalam
menggunakan pola sosialisasi mereka bagi anak-anaknya. · Konsep peranan orang tua. Orang tua yang tradisional cenderung lebih menggunakan pola otoriter dibandingkan dengan orang tua yang modern. · Jenis kelamin anak. Orang tua juga memberlakukan anak-anak mereka sesuai dengan kelaminnya, misalnya terhadap perempuan mereka harus menjaga ketat sehinggacommit menggunakan to user pola yang otoriter. Sedangkan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
anak laki-laki cenderung lebih permissif atau demokratis atau mungkin juga sebaliknya. · Usia anak. Pada umumnya pola otoriter sering digunakan pada anakanak kecil karena ,mereka belum mengerti secara pasti mana yang baik dan mana yang buruk, mana yang salah dan mana yang benar sehingga orang tua kelihatannya lebih sering memaksa atau menekan. · Kondisi anak. Bagi anak-anak yang agresif lebih menggunakan pola asuh otoriter, sedangkan pada anak yang mudah merasa takut atau cemas lebih tepat digunakan pola yang demokratis. F. Definisi Konseptual Sosialisasi Individu dalam masyarakat akan mengalami proses sosialisasi agar ia dapat hidup dan bertingkah laku sesuai dengan norma dan nilai yang berlaku dalam masyarakat dimana individu itu berada. Oleh karena itu penting bagi Sosiologi untuk mempelajari sosialisasi karena tanpa tahap sosialisasi suatu masyarakat tidak akan dapat berlanjut dengan generasi berikutnya. Jadi sosialisasi juga merupakan proses transisi kebudayaan antar generasi karena tanpa sosialisasi masyarakat tidak dapat bertahan melebihi satu generasi. Syarat penting untuk berlangsungnya sosialisasi adalah interaksi sosial karena tanpa interaksi sosial, sosialisasi tidak mungkin berlangsung. Menurut Van der Zande (1979: 75), yaitu: “ Sosialisasi adalah proses interaksi sosial, dimana kita mengenal caracara berfikir, berperasaan, dan berperilaku sehingga dapat berperan serta secara efektif dalam masyarakat.” (J.W. Van der Zanden, 1979:75) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Definisi yang hampir sama dikemukakan oleh Paul B Harton yaitu : “ Sosialisasi adalah proses dimana seseorang menghayati (mendarah daging / menginternalize) norma-norma kelompok dimana ia hidup sehingga timbullah “diri” yang unik.” (Paul B. Horton, 1999: 100) Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Sosialisasi adalah 1. Proses belajar seorang anggota masyarakat untuk mengenal dan menghayati kebudayaan masyarakat dilingkungannya. 2. Upaya untuk memasyarakatkan sesuatu sehingga menjadi dikenal, dipahami dan dihayati oleh masyarakat. Sosialisasi dialami oleh individu sebagai makhluk sosial sepanjang kehidupannya, sejak ia dilahirkan sampai meninggal dunia. Sebagaimana Havighurst dan Neugarten menyebutkan bahwa : “ Socialization is process by which children learn the way of their society and make these ways part of their own personalities.” (R. J. Havighurst dab Neugarten , 1967 : 74). Karena interaksi merupakan kunci berlangsungnya proses sosialisasi maka diperlukan agen sosialisasi, yakni orang-orang disekitar individu tersebut, baik secara langsung maupun tidak langsung. Agen sosialisasi ini merupakan orang yang paling dekat dengan individu, seperti orang tua, kakak-adik, saudara, teman sebaya, guru atau instruktur, dan lain sebagainya. Sosialisasi Agama Khonghucu dari orang Tua terhadap anaknya Sama halnya dengan agama yang lain, agama ini juga melakukan sosialisasi, yakni bentuk sosialisasi dari orang tua terhadap anaknya yang dari sedini mungkin sudah diperkenalkan. Seperti yang terdapat dalam Delapan Pengakuan Iman dalam agama Khonghucu (Isi dari delapan pengakuan iman ini telah disebutkan sebelumnya pada Definisi Konseptual) dan yang salah commit user leluhur atau orang tuanya. Dan satunya adalah memupuk Cinta Baktitokepada
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
hal ini harus ditanamkan sejak dini pada anak melalui berbagai cara peribadatan serta memperkenalkan hal-hal yang sifatnya peribadatan kepada anak. Seperti keberadaan simbol-simbol agama yang ada dalam peribadatan. Dalam peribadatan umat Khonghucu melakukan di depan altar. Altar yaitu berupa meja persembahan yang digunakan untuk sembahyang, biasanya diletakkan di ruang tamu dan dilengkapi dengan beberapa sesaji dan foto-foto leluhur yang telah meninggal. Serta menggunakan Hio. Hio adalah sejenis dupa berbentuk panjang dan tipis yang berbau harum. Untuk peribadatan menggunakan hio yang berwarna merah, sedangkan untuk upacara kematian menggunakan hio yang berwarna hijau. Hio ini dibakat sambil mengucapkan doa-doa kepada Tuhan. Setelah selesai berdoa, hio ditancapkan ke hio lo (tempat menancapkan hio, biasanya terbuat dari tembaga dan berisi abu. Altar juga digunakan untuk media peribadatan agama Budha, tetapi tidak ada foto leluhurnya. Agama Khonghucu juga memiliki salam seperti halnya orang Islam. Dalam agama Khonghucu, salam juga diucapkan
secara lisan sambil
mengepalkan tangan kiri, sebagai simbol positif/aktif/ laki-laki, yang melingkari tangan kanan, sebagai simbol negatif/pasif/perempuan, tetapi di depan dada. Salam tersebut diucapkan sebagai berikut: Wei te tong tian, artinya : hanya kebajikan saja Tuhan berkenan. Kemudian salam tersebut akan disambut dengan jawaban sebagai berikut : Xian You yi te , artinya : mari kita miliki yang satu itu (kebajikan). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Hal-hal sederhana yang dilakukan oleh para penganut agama Khonghucu ini harus sudah mulai diperkenalkan. Mulai dari hal-hal sederhana yang dimengerti oleh anak-anak, yang berhubungan dengan keimanan dan ajaran-ajaran yang nantinya akan dipelajari nantinya. Agama Kata agama adalah bahasa sansekerta yang berarti tradisi menurut Arthur Mc Donnel berarti tidak bergerak. Sedang dalam bahasa Latin, agama dijelaskan sebagai berikut: 1. Agama itu hubungan antara manusia dengan manusia super. (Servius) 2. Agama itu pengakuan dan pemuliaan kepada Tuhan (J. Kramers) (Wikipedia.com) Kata Agama jika dijabarkan secara kata-kata yaitu “A” yang berarti tidak dan “ Gama” berarti kacau. Jika digabungkan sesuatu yang membuat suatu keadaan tidak kacau. Dalam bahasa Eropa, Mc Muller dan Herbert Spencer menjelaskan agama sebagai sesuatu yang tidak dapat dicapai dengan tenaga akal dan pendidikan. Menurut bahasa Indonesia, agama itu hubungan manusia–Yang Maha Suci yang dinyatakan dalam bentuk dan sikap berdasarkan doktrin tertentu (Drs. Sidi Gazalbi) Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, agama adalah sistem atau prinsip kepercayaan kepada Tuhan, atau juga disebut dengan Dewa atau nama lainnya dengan ajaran kebaktian atau kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan tersebut. James Redfield, dalam satu bukunya mengenai sejarah pengantar commitadalah to userpengarahan manusia agar tingkah agama, mengatakan bahwa agama
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
lakunya sesuai dengan perasaan tentang adanya hubungan antara jiwanya dengan jiwa yang tersembunyi, yang diakui kekuasaannya atas dirinya dan atas sekalian alam dan dia rela merasa berhubungan seperti itu. Hendropuspito (2000:34) mendefinisikan agama sebagai suatu jenis sistem sosial yang dibuat oleh penganut-penganutnya yang berporos pada kekuatan-kekuatan non empiris yang dipercayai dan didayagunakan untuk mencapai keselamatan bagi diri mereka dan masyarakat luas pada umumnya. Adapun agama dalam pengertian sosiologi adalah gejala sosial yang umum dan dimiliki oleh seluruh masyarakat yang ada di dunia ini tanpa kecuali. Ia merupakan salah satu aspek dalam kehidupan sosial dan bagian dari sistem sosial suatu masyarakat. Agama juga bisa dilihat sebagai unsur dari kebudayaan suatu masyarakat, disamping unsur-unsur lain seperti kesenian, bahasa, sistem mata pencaharian, sistem peralatan, dan sistem organisasi sosial. (Dr. H. Dadang Kahmad, Msi, 2000: 14) Keimanan Agama Khonghucu, setiap umat wajib untuk menanamkan dengan sungguh-sungguh keimanan tersebut harus benar- benar diakui. Khonghucu mempunyai delapan iman sehingga disebut Delapan Pengakuan Iman atau Ba Cheng Chen Gui. Ba berarti delapan, Cheng berarti iman, dan Chen Gui berarti ditanamkan. Delapan pengakuan Iman dalam agama Khonghucu yang dimaksud adalah sebagai berikut. a. Sepenuh iman percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa (Cheng Xin Huang Tian) Artinya umat mengakui dengan sungguh-sungguh bahwa adanya Tuhan to user (Tian) yang menciptakan commit langit dan bumi serta seluruh isinya, termasuk
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
manusia. Selain itu, umat juga mengakui kesempurnaan Tuhan dengan segala kemuliaannya. b. Sepenuh Iman Menjunjung Kebajikan(Cheng Zun Jue De) Artinya umat melaksanakan kebajikan sebagaimana diatur dalam Kitab Suci, yaitu mengemban firman Tuhan. Hidup untuk berbuat baik. c. Sepenuh Iman menegakkan Firma Gemilang. ( Cheng Li Ming Ming) Artinya umat mampu mengamalkan perintah Tuhan (Tian). Paling tidak ada lima sifat yang mampu diamalkan oleh umat, disebut sebagai Lima Sifat Kekekalan / Lima Sifat Mulia (Wu Cang). Setiap umat mempunyai kemampuan untuk mengamalkan firman Gemilang. Umat bukannya diwajibkan saja, tetapi mempunyai kemampuan untuk melaksanakan kewajiban tersebut. d. Sepenuh Iman Percaya adanya nyawa dan Roh (Cheng Zhi Gui Shen) Artinya umat mengakui adanya nyawa dan roh pada dirinya. Nyawa merupakan kebutuhan jasmani saja, sedangkan roh merupakan kebutuhan rohani. Setiap umat tidak hanya memenuhi kebutuhan jasmani saja namun juga rohani. Oleh karena itu, manusia harus memenhi kebutuhan rohaninya melalui agama dan belajar. Ketika manusia meninggal, maka rohnya tetap hidup. e. Sepenuh iman memupuk cita bakti (Cheng Yang Xiao Shi) Artinya umat berbakti kepada kedua orang tua dan leluhurnya. Sekalipun orang tua atau leluhurnya telah meninggal dunia, bakti tetap dilakukan. Orang tua mempunyai status yang sangat penting bagi anak-anaknya commit to user karena mereka lahir di dunia melalui perantara orang tuanya. Peran orang
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
tua sangat penting itu menjadikan anak wajib berbakti kepada orang tuanya, termasuk leluhurnya. f. Sepenuh iman mengikuti genta Rohani Nabi Khong Cu (Chen Sun Mu Duo) Artinya umat mengakui bahwa Nabi Khong Cu adalah utusan Tian (Tuhan) yang bertugas menyampaikan kabar dari Nya (agama). g. Sepenuh iman memuliakan Kitab Su Sid an Kitab Ngi King (Cheng Qin Jing Shu) Artinya umat mengakui kitab Shi Su Kitab Wu Jing
sebagai kitab
Sucinya. Umat mempelajari dan mengamalkan ajaran-ajaran yang terkandung di dalamnya. h. Sepenuh iman menempuh jalan suci dan mengamalkannya.(Cheng Xing Da Dao) Artinya umat menerapkan watak dasar manusia yang aslinya baik adanya dalam kehidupannya sehari-hari sesuai dengan ajaran agama yang disampaikan Nabi Khong Cu. Kitab Suci Kitab Suci adalah pedoman dalam suatu agama untuk diterapkan dalam kehidupan sehari hari. Semua yang ada di bumi ini telah diatur dalam kitab Suci. Dari mulai cara berbakti pada orang tua, beribadah, tentang pahala, dosa, kabaikan dan kejahatan, adanya sorga dan neraka dan lain-lain yang fungsinya untuk mengatur kehidupan beragama di dunia. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
Agama
digilib.uns.ac.id
Khonghucu juga mempunyai kitab suci seperti halnya
agama lain yang ada di Indonesia. Dalam kitab suci terkandung ajaran moral yang dijadikan pandangan hidup bagi para pengikutnya. Disamping itu kitab suci ini sangat dihormati dan dijaga keasliannya. Kitab suci Khonghucu sampai pada bentuknya yang sekarang ini mempunyai masa perkembangan yang panjang. Kitab suci tertua berasal dari Raja Suci Giau (2357-2255 SM) dan yang termuda ditulis oleh Bing Cu, meliputi sekitar 2000 tahun. Dalam Agama Khonghucu terdapat 2 kitab suci. Namun kitab pokok yang digunakan adalah Kitab Shi Su (Kitab yang empat), berisi ajaran Nabi Khong Cu, yang dibukukan oleh muridnya dan dipertegas oleh Bing Cu. Selain itu ada lagi Kitab Wu Jing, yaitu kitab yang mendasari inti agama Khonghucu yang berasal dari para Nabi purba yang diterima langsung dari Tuhan Yang Maha Esa. Keluarga Arti keluarga Menurut Tirtaraharja dalam Asih Wiyati (2000) “Keluarga adalah kelompok primer yang terdiri atas sejumlah orang, karena hubungan semenda dan sedarah. Keluarga itu dapat berbentuk keluarga inti yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anak”(Asih Wiyati, 2000: 25), Menurut Iver dan Page (dalam bukunya Khairudin.1997:3) “Family is a group defined by sex reletionship sufficiently precise and enduring to provide for the procreation and bringging of children.”
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Jadi keluarga merupakan kelompok yang dibatasi hubungan seksual yang bertujuan memenuhi kebutuhan hidup secara tepat dan dapat bertahan serta dapat menghasilkan dan mendidik anak.(Su’adah, 2005:22) Sedangkan Elliot and Merrile mengemukakan tentang keluarga “Family is agroup of two or more persons residing together who are related by blood, mariage, or adoption.” Jadi keluarga adalah kelompok yang terdiri dari 2 atau lebih orang yang tinggal bersama, dimana memiliki hubungan darah, pernikahan atu hubungan pengangkatan. .(Su’adah, 2005:22) Bogardus mengatakan tentang keluarga sebagai berikut: “The family is a small social group, normally composed of a father, a mother, and one or more children, in which affection and responsibility are equitably shared and in which the children are reared to become self controlled and social motivated.”
Jadi keluarga adalah kelompok kecil di masyarakat yang terdiri dari ayah, ibu, dan satu atau lebih anak, dimanakasih sayang dan tanggung jawab dibagi secara adil serta menghasilkan anak yang dapat mengandalikan diri dan manjadi individu yang memiliki motivasi di masyarakat. .(Su’adah, 2005:22). Dari uraian di atas disimpulkan bahwa keluarga merupakan sekelompok orang yang terikat dalam perkawinan atau hubungan darah yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anak yang didik dan diberikan kasih sayang secara adil yang tinggal dalam sebuah rumah tangga. Ciri keluarga Menurut Iver dan Page (Khairudin, 1997:6) ciri–ciri umum keluarga meliputi :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1.
Keluarga merupakan hubungan perkawinan.
2.
Berbentuk perkawinan atau susunan kelembagaan yang berkenaan dengan hubungan perkawinan yang dibentuk dan dipelihara.
3.
Suatu sistem tata norma termasuk perhitungan garis keturunan.
4.
Ketentuan-ketentuan ekonomi yang dibentuk oleh anggota kelompok yang mempunyai ketentuan khusus terhadap kebutuhan ekonomi yang berkaitan dengan kemampuan mempunyai keturunan dan membesarkan anak.
5.
Merupakan tempat tinggal bersama, rumah atau rumah tangga yang walau bagaimanapun tidak mungkin menjadi terpisah terhadap kelompok keluarga. Menurut Khairudin, 1997:8 ciri penjelasan dalam keluarga yaitu:
1. Kebersamaan,keluarga merupakan bentuk yang paling universal diantara bentuk organisasi sosial lainnya dan dapat ditemukan dalam suatu masyarakat. 2. Dasar emosional, hal ini didasarkan pada suatu kompleks dorongan sangat mendalam dari sifat organis kita seperti perkawinan. 3. Pengaruh perkembangan,hal ini merupakan lingkungan kemasyarakatan yang paling awal dari semua bentuk kehidupan yang lebih tinggi, termasuk manusia dan pengaruh perkembangan yang paling besar dalam kehidupan, dalam kesadaran hidup yang mana merupakan sumbernya. Pada khususnya hal ini membentuk karakter individu lewat pengaruh kebiasaan organis maupun mental. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4. Ukuran yang terbatas, keluarga merupakan kelompok yang terbatas ukurannya yang dibatasi oleh kondisi biologis yang tidak dapat lebh tanpa kehilangan patriarkal, struktur sosial secara keseluruhan dibentuk dari satuan keluarga. 5. Tanggung jawab para anggota, keluarga memiliki tuntutan yang lebih besar dan kontinyu dari pada yang biasa dilakukan oleh asosiasi lainnya. Pada masa krisis manusia mungkin bekerja, berperang dan mati demi negara mereka. Tetapi mereka harus membanting tulang sepanjang hidupnya demi keluarga. 6. Aturan kemasyarakatan, hal ini khususnya terjaga dengan adanya hal-hal yang tabu di dalam masyarakat dan aturan-aturan yang sah yang dengan kaku menentukan kondisi-kondisinya. 7. Sifat kekekalan dan kesetaraan, sebagai instruksi, keluarga merupakan suatu yang demikian permanen dan universal, dan sebagai asosiasi merupakan organisasi menjadi terkelompok disekitar keluarga yang menuntut perhatian khusus. Macam keluarga Menurut Vembriarto (1993:49) keluarga dibedakan menjadi 2 yaitu: 1. Keluarga Inti (nuclear family) Yaitu keluarga yang terdiri dari suami istri dan anak-anak. 2. Keluarga yang diperluas (extended family) Yaitu keluarga selain ada suami, istri dan anak-anak, juga terdapat nenek, kakek, paman, bibi, kemenakan, dan saudara-saudara lainnya. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Pada umumnya keluarga- keluarga yang ada di pulau jawa terutama di pedesaan berbentuk extended famili, karena satu keluarga terdiri atas keluarga inti yang ditambah dengan kakek, nenek, paman, bibi, kemenakan dan saudarasaudara lainnya. Sedangkan menurut Vembriarto dalam bukunya mengatakan bahwa “keluarga sebagai tempat individu dilahirkan dan mengalami proses sosialisasi disebut keluarga orientasi. Sedangkan keluarga yang dibentuk melalui perkawinan dan anak-anak sebagai hasil perkawinannya disebut keluarga prokreasi. Keanggotaan individu mula-mula adalah dalam keluarga orientasi, kemunduran karena perkawinan, beralih kepada keluarga prokreasi.” Fungsi keluarga Dalam sebuah keluarga selalu memiliki fungsi yang secara langsung maupun tidak langsung memberikan informasi serta menjadi sosialisasi awal dalam sebuah kelompok paling kecil yang ada di masyarakat. Keluarga berfungsi sebagai tempat sosialisasi yang utama bagi anak untuk menanamkan suatu pengendalian sosial dalam keluarga, suatu kesatuan antara sistem yang kurang baik adalah menanamkan kepada anak-anak untuk mencapai suatu kesalahan. Bagi anak-anak, keluarga adalah fakta penting yang berguna untuk membentuk kepribadiannya. Keluarga dapat memberikan identitas dalam kelompok, membawa persetujuan dari teman-temannya dan mengajarkan kepadanya untuk mengetahui perasaan untuk saling memberi dan meneriman dengan orang yang lain. Artinya, keluarga memberikan cara kebiasaan kepadanya untuk kelangsungan hidupnya, dan menganjurkan untuk terampil commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
sebagai bahasa dan pengalaman dengan lingkungannya, dimana hal tersebut sangat perlu bagi keberhasilan untuk masa depannya. Bagi orang tua keluarga membawa perubahan dari perhatian, kepuasan emosi dimana akan sangat berharga bagi saat hidup yang terakhir, suatu tanggung jawab, dan kegembiraan bagi kehidupan yang baru serta kepribadian yang baru. Namun pada dasarnya menurut Horton (1993:274-279) keluarga mempunyai fungsi pokok yaitu: 1.
Fungsi pengaturan sosial. Keluarga berfungsi sebagai lembaga pokok yang merupakan wahana bagi masyarakat untuk mengatur dan mengorganisasikan kepuasan keinginan seksual
2.
Fungsi seksual Yaitu fungsi keluarga untuk memproduksi anak atau melahirkan anak.
3.
Fungsi Afeksi Fungsi ini merupakan sebuah kebutuhan dasar yang dimiliki manusia yaitu berupa rasa kasih sayang baik itu kepada istri, suami, anak ataupun dengan keluarga yang lain. Menurut Khairudin (1990) fungsi pokok keluarga meliputi:
a.
Fungsi biologis Keluarga merupakan tempat lahirnya anak-anak. Fungsi biologis orang tua ialah melahirkan anak. Fungsi ini adalah dasar kelangsungan hidup masyarakat. Bagi pasangan suami istri, fungsi ini untuk memenuhi kebutuhan seksual dan mendapat keturunan. Fungsi ini memberikan kesempatan hidup bagi setiap anggotanya. Keluarga disini menjadi tempat untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti commit to syarat user tertentu. pangan, sandang, dan papan dengan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b. Fungsi Afeksi Dalam keluarga terjadi hubungan sosial yang penuh dengan kemesraan dan afeksi. Hubungan afeksi ini tumbuh sebagai akibat hubungan cinta kasih yang menjadi dasar perkawinan. Dari hubungan cinta kasih ini lahirlah hubungan persaudaraan, persahabatan, kebiasaan, identifikasi, persamaan pandangan mengenai nilai dasar. Dasar cinta kasih dan hubungan afeksi ini merupakan aktor penting bagi pribadi anak. Masyarakat yang impersonal, sekuler dan asing, pribadi sangat membutuhkan hubungan afeksi seperti yang terdapat dalam keluarga, suasana afeksi terdapat dalam institusi sosial yang lain. c. Fungsi pendidikan Fungsi pendidikan mengharuskan setiap orang tua untuk mengkondisikan kehidupan keluarga menjadi situasi pendidikan, sehingga terdapat proses saling belajar diantara anggota keluarga. Dalam situasi ini orang tua menjadi pemegang peranan utama dala proses pembelajaran anak-anaknya, terutama dikala mereka belum dewasa. Kegiatan tersebut antara lain melalui asuhan, bimbingan, contoh dan teladan, d. Fungsi beragama Fungsi beragama berkaitan dengan kewajiban orang tua untuk mengenalkan, membimbing, memberi tauladan dan melibatkan anak serta anggota keluarga lainnya mengenai kaidah agama dan perilaku keagamaan. Fungsi ini mengharuskan orang tua, sabagai seorang tokoh inti dan panutan dan keluarga, untuk menciptakan iklim keagamaan dalam kehidupan keluargannya. e. Fungsi perlindungan Fungsi perlindungan dalam keluarga inilah untuk menjaga dan memelihara anak dan anggota keluarga lainnya dari tindakan negatif yang mungkin timbul. Baik dari dalam maupun dari luar kehidupan keluarga. Kita memberikan pendidikan kepada anak dan anggota keluarga lainnya berarti memberikan perlindungan secara mental dan non moral, disamping perlindungan yang bersifat fisik bagi kelanjutan hidup orang-orang yang ada dalam keluarga itu. Secara fisik keluarga harus melindungi anggotanya supaya tidak kelaparan, kehausan, kedinginan, kepanasan, kesakitan dan lain-lainnya. f. Fungsi sosialisasi Fungsi sosialisasi ini menunjuk peranan keluarga dalam membentuk kepribadia anak. Melalui interaksi sosial dalam keluarga itu anak mempelajari pola tingkah laku, sikap, keyakinan, cita-cita dan nilai-nilai dalam masyarakat dalam rangka perkembangan kepribadiannya. Fungsi sosialisasi berkaitan dengan mempersiapkan anak untuk menjadi anggota masyarakat yang baik. Dalam melaksanakan fungsi ini, keluarga berperan sebagai penghubung antara kehidupan anak dengan sosial dan norma – norma sosial, sehingga kehidupan disekitarnya dapat dimengerti oleh anak, dan pada gilirannya anak dapat berpikir dan berbuat positif di dalam dan terhadap lingkungannya. Lingkungan yang mendukung commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
sosialisasi anak antara lain tersedianya lembaga-lembaga dan saranasarana pendidikan serta keagamaan. g. Fungsi kasih sayang Dalam fungsi ini keluarga harus dapat menjalankan tugasnya menjadi lembaga interaksi dalam ikatan batin yang kuat antara anggotanya, sesuai dengan status dan peranan sosial masing-masing dalam kehidupan keluarga itu. Ikatan batin yang dalam dan kuat ini, harus dapat dirasakan oleh setiap anggota keluarga sebagai bentuk kasih sayang. Dalm suasana yang penuh kerukunan, keakraban, kerjasama dalam menghadapi berbagi masalah dan persoalan hidup. Keadaan ini menjadi ciri dari kehidupan yang sejahtera dan bahagia. h. Fungsi ekonomis Fungsi ini menunjukkan bahwa keluarga merupakan kesatuan ekonomis. Aktivitas dalam fungsi ekonomis berkaitan dengan pencarian nafkah, pembinaan usaha, dan perencanaan anggaran biaya, baik penerimaan maupun pengeluaran biaya keluarga. Pelaksanaan fungsi ini oleh dan untuk keluarga dan dapat meningkatkan pengertian dan tanggung jawab bersama para anggota keluarga dalam kegiatan ekonomi i. Fungsi Rekreatif Fungsi ini tidak harus dalam membentuk kemewahan, serba ada, dan pesta pora, melainkan melalui penciptaan suasana kehidupan yang tenang dan harmonis didalam keluarga. Suasana rekreatif akan dialami oleh anak dan anggota keluarga lainnya apabila dala kehidupan keluarga itu terdapat perasaan damai , jauh dari ketegangan batin dan pada saat tertentu merasakan kehidupan bebas dari kesibukan sehari-hari. Disamping itu fungsi rekreatif dapat menciptakan pula di luar rumah tangga, seperti mengadakan kunjunagan ke tempat-tempat yang bermakna bagi keluarga. j. Fungsi Status Keluarga Fungsi ini dapat dicapai bila keluarga telah menjalankan fungsinya yang lain. Fungsi keluarga ini menunjukkan pada kadar kedudukan (status) keluarga dibanding dengan keluarga lainnya. Status ini terungkap dari pernyataan orang tentang status seseorang atau keluarganya. Keluarga merupakan sistem sosial yang terdiri dari beberapa subsistem yang berhubungan dan saling mempengaruhi satu sama lain. Subsistem dalam keluarga adalah fungsi-fungsi hubungan antar anggota keluarga yang ada dalam keluarga, seperti fungsi hubungan ayah dan ibu, anak dengan ayah, anak dengan ibu, dan sebagainya. Di dalam keluarga berlaku hubungan timbal balik antara para anggotanyadan juga antar para anggota keluarga, mempunyai status dan peran yang sesuai dengan status tersebut. (Khairudin ,1990:59-65) Timbul persoalan lebih lanjut, siapakah yang mempunyai tanggung jawab untuk mendidik dan menumbuhkan anak untuk menjadi manusia to user seutuhnya. Menurut Moeljarto commit (1987: 35):
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
“ kiranya dapat dimengerti bahwa bagi anak dalam usia dini, learning environtment yang pertama dan utama adalah keluarga dengan ibu sebagai pusatnya. Keluarga, sebagai suatu sosio-biologis yang diikat oleh rasa asih, asuh, tolong-menolong dan pembagian kerja diantara para anggotanya, menduduki porsi strategis untuk menciptakan learning environtment yang positif bagi tumbuh kembang anak” Diantara anggota keluarga tadi, ayah, dan terutama ibu, menduduki posisi yang strategis. Fungsi ayah jelas tak terbatas pada pencari nafkah. Ayah sering mengejawantahkan figur yang menjadi simbol disiplin, kewibawaan serta keadilan. Fungsi ayah dalam penanaman nilai –nilai agama juga sangat besar, yakni sebagai tempat untuk contoh bagi anak-anaknya dalam menjalankan semua kewajiban-kewajiban beragama. Figur yang paling menentukan pribadi anak di kemudian hari adalah ibu. Posisi strategis ibu dalam bentuk hubungan yang khusus antara anak dan ibu. Terpisah jasmani ibu dan jasmani anak pada waktu kelahiran. Tidak memutuskan emosional dan hubungan sosial antara keduanya. Ibu tetap menjadi obyek lekat atau tambatan hati utama si anak. Melalui posisi ini sosialisasi yang ada dalam keluarga bisa tersampaikan kepada anak melalui proses yang ada. Termasuk juga sosialisasi dalam kehidupan beragama yang secara tidak langsung mulai ditanamkan orang tua terutama ibu sejak usia dini sehingga menjadikan individu yang diharapkan. G. Metode Penelitian 1. Jenis penelitian
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Metode deskriptif merupakan metode penelitian yang bertujuan mendeskripsikan secara terperinci fenomena sosial tertentu. Kualitatif merupakan tata cara penelitian yang menghasilkan data deskriptif , yaitu apa yang dinyatakan secara tertulis atau lisan dan juga perilaku yang nyata yang diteliti dan dipelajari sebagai suasana yang utuh. Jadi penelitian deskriptif kualitatif studi kasusnya mengarah pada pendeskripsian secara rinci dan mendalam terhadap suatu permasalahan. Dalam hal ini penelitian ini membahas adanya agama Khonghucu yang dahulu merupakan agama di Dataran China (Tiongkok) yang datang ke Indonesia pada beberapa abad yang lalu yang diterima oleh Bangsa kita, namun ketika Orde baru ada agama ini dilarang untuk melakukan berbagai aktivitasnya termasuk kegiatan beribadah dan perayaan hari besar agama Khonghucu. Dengan
kondisi demikian
bagaimana perkembangannya
sekarang serta bagaimana agama ini disosialisasikan dalam sebuah keluarga Khonghucu setelah kembali diresmikannya agama ini sebagai agama yang resmi di Negara Indonesia.
2. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di Kota Surakarta, Provinsi Jawa Tengah. Penulis memilih Kota Surakarta dengan alasan Kota Surakarta mempunyai hubungan sejarah yang sangat penting dalam perkembangan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
agama Khonghucu. Selain itu, ada beberapa tokoh, terutama Rohaniawan agama Khonghucu yang berdomisili di Kota Surakarta dan juga keberadaan Lithang Gerbang Kebajikan (tempat ibadah agama Khonghucu yang berada di daerah Jagalan) yang begitu penting untuk ritual peribadatan dan kegiatan lainnya 3. Tehnik Pengumpulan Data Dalam pengumpulan data penelitian kualitatif secara umum dapat dikelompokkan dalam 2 cara, yaitu metode atau tehnik pengumpulan data yang bersifat interaktif (wawancara mendalam, observasi berperan dalam beberapa tingkatan dan FGD (Focus Group Discussion) dan non interaktif (kuisioner, mencatat dokumen atau arsip dan juga observasi tak berperan) (J.P.Goetz dan M.D. Le Comte, 1984) Dalam penelitian ini penulis menggunakan wawancara secara mendalam dan observasi tak berperan , sedang metode noninteraktif penulis menggunakan catatan dokumen. 4. Tehnik Pengambilan Sampel Dalam penelitian ini menggunakan purposive sampling dengan kecenderungan peneliti untuk memilih informan yang dianggap oleh peneliti dapat memberikan informasi secara mendalam dan dapat dipercaya. Bahkan dalam proses pelaksanan pengumpulan data, pilihan informasi dapat berkembang sesuai dengan kebutuhan dan kemantapan peneliti dan memperoleh informasi. Dalam penelitian ini informan yang dipilih hanya beberapa saja yang benar-benar dianggap mengetahui masalah ini dan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
mempunyai informasi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pemuka agama Khonghucu dan keluarga penganut agama Khonghucu. Penulis juga menggunakan Time Sampling, yakni waktu yang tepat untuk mendapatkan informasi yang sangat bermanfaat. Dari pilihan waktu tersebut, penulis dapat mendapatkan sejumlah informasi yang terkadang tidak bisa didapatkan di waktu biasanya. Misalnya Sembayang Tangcik, Kelahiran Nabi Khonghucu, waktu-waktu kebaktian. Peneliti juga memilih waktu yang tepat agar tidak menggangu kesibukan para informan. 5. Tehnik Analisis Data Dalam proses analisi terdapat tiga komponen utama yang harus benarbenar dipahami oleh peneliti kualitatif. Tiga komponen utama tersebut adalah a.
Reduksi data
b.
Sajian Data
c.
Penarikan Kesimpulan serta verifikasi. Tiga komponen tersebut terlibat dalam proses analisis dan saling
berkaitan serta menentukan hasil akhir analisis. Selain itu tiga komponen analisis tersebut aktivitasnya dapat dilakukan dengan cara interaksi, baik antar komponennya. Dalam bentuk penelitian ini penelitian tetap bergerak diantara tiga komponen analisi dengan proses pengumpulan data selama kegiatan pengumpulan data berlangsung. 6. Validitas Data.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Trianggulasi data merupakan tehnik yang didasari pola pikir fenomenologi yang bersifat multiperspektif. Artinya untuk menarik satu simpulan yang mantap diperlukan tidak hanya satu cara pandang. Dalam penelitian ini, penulis lebih banyak dan cenderung untuk menggunakan Trianggulasi sumber dalam penelitian ini. Caranya dengan menggali informasi sedalam-dalamnya dari informan dari satu narasumber tertentu, dari kondisi lokasinya, dari aktifitas yang menggambarkan perilaku orang atau warga masyarakatnya dan dari arsip-arsip yang ada yang dapat menguatkan informasi yang ada yang sesuai dengan yang dimaksudkan oleh penulis.
Fungsi
trianggulasi
ini
adalah
untuk
memeriksa
serta
membandingkan informasi yang diperoleh pada saat ada di lapangan yang dalam penelitian ini berasal dari rohaniawan, orang tua dan anak.
BAB II DESKRIPSI LOKASI
A. KOTA SURAKARTA
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Penelitian ini mengambil lokasi di Kota Surakarta. Surakarta (sering disebut dengan Solo atau Sala) merupakan sebuah kotamadya dan sekarang telah menjadi kota besar di Provinsi Jawa Tengah, Indonesia. Kota Surakarta merupakan daratan rendah dengan ketinggian kurang lebih 92 meter di atas permukaan laut, secara geografis berbatasan : 1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Boyolali. 2. Sebelah Timur berbatasan dengan
Kabupaten Karanganyar dan
Kabupaten Sukoharjo. 3. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Sukoharjo. 4. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Sukoharjo dan Kabupaten Karanganyar. Di Indonesia, Surakarta merupakan kota peringkat kesepuluh kota terbesar (setelah Jakarta, Surabaya, Bandung, Medan, Semarang, Makasar, Denpasar, Palembang, dan Yogyakarta). Surakarta dibagi menjadi 5 kecamatan. Setiap kecamatan dibagi menjadi kelurahan, dan setiap kelurahan dibagi menjadi kampungkampung yang kurang lebih setara dengan Rukun Warga (RW). Kota Surakarta yang seluas 44,06km2 yang terbagi dalam lima kecamatan sebagai berikut: 1. Kecamatan Banjarsari. 2. Kecamatan Jebres. 3. Kecamatam Laweyan.
49
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4. Kecamatan Serengan. 5. Kecamatan Pasar Kliwon. Sedangkan jumlah penduduk Kota Surakarta menurut agama yang dianut 2008. Dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Jumlah penganut agama yang ada di kota Surakarta menurut agama dan kecamatan Kecamatan Islam
Katholik Protestan Budha Hindu Khonghucu Jumlah
Laweyan
87.937
10.494
10.460
531
427
0
109.849
Serengan
49.380
7.405
6.631
132
97
0
63.645
Ps. Kliwon
67.757
10.055
9.318
734
163
0
88.027
Jebres
94.420
24.185
21.304
879
1.868
359
143.015
Banjarsari
138.927
28.240
24.969
1.650
644
2
194.432
Jumlah
438.421
80.379
72.682
3.926
3.199
361
598.968
Sumber : Departeman Agama Kota Surakarta tahun 2008
Berikut ini merupakan tempat ibadah yang ada di Kota Surakarta pada tahun 2006-2008 menurut jenis dan kecamatan. Selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Kecamatan
Laweyan
masjid
183
Gereja
Gereja
Katolik Kristen 2
20
commit to user
Surau/ Kuil/Vihara/Klenteng
langgar/ Mushola
2
58
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Serengan
43
0
7
0
2
Pasar Kliwon
79
13
0
0
23
Jebres
83
1
55
3
74
Banjarsari
117
1
56
4
57
Jumlah
505
17
138
9
214
2007
502
5
166
6
307
2006
460
5
165
6
132/175
Sumber : BPS Surakarta tahun 2008 ( Surakarta dalam Angka 2008) B. Umat Khonghucu di Surakarta Ketiadaan umat Khonghucu dalam daftar statistik di atas bukan merupakan indikator mutlak eksistensi agama dan umat Khonghucu di Surakarta, serta kurangnya sosialisasi para orang tua agar anaknya tetap menggunakan agama Khonghucu ini hingga akhir hayat. Ritual peribadatan yang berlangsung pada tempat ibadah (Lithang Gerbang Kebajikan, yang terletak di daerah Jagalan, Solo). Masih tampak dua hingga tiga puluhan umat yang dengan tekun dan khidmad mengikuti kebaktian yang dilaksanakn setiap pagi, sebagian besar memang berusi diatas 50 tahunan atau telah lanjut usiayang bertolak belakang dengan decade 60-an. Saat itu, umat yang mengikuti kebaktian memenuhi Lithang, bahkan hingga halaman. Minimnya umat ini juga tidak lepas dari Kebijakan Era Orde Baru. Misalnya Inpres no. 14/1967 yang melarang segala bentuk agama, kepercayaan, dan adat istiadat Tionghoa commit to user dan Surat Edaran Mentri Dalam
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Negeri no.477 tanggal 18 November 1978 yang mengakui agama resmi Negara (tanpa Khonghucu). Kedua kebijakan politik ini secara nyata telah menekan kebebasan baragama bagi warga Negara. Selain bertentangan dengan HAM, kebijakan tersebut secara jelas juga bertolak belakang dengan Pasal 29 ayat 2 tentang jaminan kebebasan beragama dan beribadah oleh Negara. Akibatnya adalah umat Khonghucu terpaksa pindah ke agama lain (konversi) agar tidak mendapat level atheis, untuk memenuhi keperluan pendidikan (ijasah) dan masalah kepandudukan (identitas). Tidak bisa dipungkiri bahwa kbijakan politik mempunyai pengaruh yang sangat
signifikan
terhadap perkambangan
agama
Khonghucu. Pengakuan kembali terhadap agama Khonghucu yang diatur dalam Kepres no. 6/2000 memberikan kesempatan lagi untuk berkembang. Begitu juga dengan Kepres no. 19/2002 yang menjadikan Hari Raya Imlek sebagai libur nasional. Pengakuan kembali secra formal ini telah memberikan harapan yang begitu besar bagi agama Khonghucu. Dengan ditetapkannya Imlek sebagai hari raya bagi agama Khonghucu benar-benar telah diakui secara syah dan legal sebagai agama ke-enam. Melalui MAKIN Solo yang merupakan lembaga keagamaan daerah Tingkat II, mimbar agama Khonghucu dapat dilakukan melalui beberapa media massa. Selain kebaktian yang dilakukan secara rutin setiap minggu pagi di Lithang Gerbang Kebajikan, MAKIN Solo juga menggunakan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
media elektronik untuk sarana sosialisasi. Misalnya melalui radio lokal dan televisi yaitu: 1. Radio PTPN Solo dalam Mimbar Agama Khonghucu setiap hari Selasa Pukul 5 pagi. 2. Radio Satu Nama Jogja dalam kegiatan yang sama, setiap Rabu. Dengan menggunakan pengantar Bahasa Jawa. 3. Jogja TV, setiap Selasa pukul 6 sore. 4. TVRI Pusat, pada Sabtu minggu ke 5, pukul 07.30 WIB. Selain jangkauan yang luas ke seluruh Nusantara, TV juga profit oriented jika dibandingkan dengan televisi swasta Nasional sehingga dapat menayangkan Mimbar agama, termasuk agama Khonghucu yang telah resmi kembali menjadi resmi di Negara kita. Kebersamaan internal sesama umat juga dijaga dengan sangat baik, meskipun jumlah umat sangat terbatas. Misalnya setiap akhir bulan, segenap umat akan merayakan hari ulang tahun atau peringatan pernikahan sesama umat pada setiap bulan tersebut. Kegiatan semacam ini jelas sangat bermanfaat, terutama internal. Umat Khonghucu dapat lebih saling mengenal dan akrab satu dengan yang lain. Pada akhir kebaktian, segenap umat mengucapkan selamat dan memanjatkan doa bagi mereka yang merayakan ulang tahun dan peringatan pernikahannya. Umat Khonghucu juga mempunyai program arisan yang bermanfaat secara ekonomi. C. Susunan Pengurus MAKIN Surakarta commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MAKIN adalah organisasi keagamaan Khonghucu yang berada di Surakarta yaang mengatur dan mengelola segala hal yang kaitan dengan peribadatan Agama Khonghucu. Dalam agama Khonghucu terdapat susunan pengurus yakni: SUSUNAN PENGURUS MAKIN PERIODE 2008 - 2011
Dewan Majelis
Wali Pengasuh Lithang
Dewan Sesepuh
Dewan Rohaniawan
Kebaktian Umum
Bagian Songsu
Penilik
KETUA
Bendahar aa
Sekretaris
Seksi Wakin
Kebaktian Anak
Seksi Pakin
Seksi Pendidikan
commit to user
Seksi Olahraga & Kesenian
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Ket. : 1. Dewan
Majelis
:
adalah
Rapat
Umum
Anggota
yang
diselenggarakan setiap 4 tahun sekali yang bertugas memilih kepengurusan yang baru. 2. Dewan Sesepuh : adalah Kelompok yang di tuakan (para Zhang Lo), bertugas sebagai Dewan Penasehat, Terdiri atas: v Zhanglo (Zl) Mulyo Widodo (Kam Kiem Hwat) v Zhanglo (Zl) Mulyo Darsono (Nian Ing Siang) v Zhanglo (Zl) Ny. Go Gwat Sie. v Zhanglo (Zl) Ny. Oei Erly. 3. Dewan Rohaniawan : adalah Kelompok rohaniawan yaitu Xue Shi (Xs/Pendeta), Ws (Wenshi/ Guru Agama) dan Jiao Sheng (Js/Penebar Agama) diketuai oleh Xie Shi (Xs. Tjhie Tjay Ing), membawahi: a. Wali Pengasuh Lithang Penanggung jawab rumah ibadah dengan segala kegiatannya seperti persembahyangan, upacara perkawinan dll. Personal yang ditugaskan Ws. Adjie Chandra (Go Djien Tjwan). b. Bagian Songsu Yaitu kegiatan pelayanan upacara kematian. c. Kebaktian Umum
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Peribadatan yang dilaksanakan setiap Hari Minggu jam 09.00WIB dan Ibadah setiap 1 dan 15 Imlek jam 19 Malam, penanggung jawab Js.Purwani (Tan Kiong Nio). d. Peribadatan untuk anak Peribadatan untuk murid-murid TK dan SD dilaksanakan setiap Minggu jam 07.00-08.30 WIB, sebagai penanggung jawab Dao Qin (disingkat Dq) atau pengurus beragama Khonghucu Piong Sunarto. Dalam kepengurusan Makin terdapat : Ketua ( Henry Susanto atau Ang Tjie Liang) Bertugas mengatur dan memimpin segala yang ada dalam organisasi ini. Sekertaris ( Julius Wiryadinata atau Liem Giok Bing ) Bertugas dalam hal surat menyurat dan dalam administrasi di dalam organisasi. Bendahara ( Dian Subagio atau Khoe Liong Gioe ) Bertugas mengurusi segala sesuatu yang berhubungan dengan keuangan organisasi. Penilik ( Ir. Agus Hartono atau Lo Kwok Kwang ) Bertugas memantau segala kegiatan dan administrasi serta kegiatan pelaporan keuangan. Dibawah dari ketua terdapat beberapa macam seksi yaitu: a. Seksi WAKIN ( Oentari atau Oei oen Nio ) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Yaitu kegiatan para ibu (WAKIN singkatan dari Wanita Agama Khonghucu Indonesia) b. Seksi PAKIN ( Phiong Sunarto ) Yaitu kegiatan para remaja/pemuda (PAKIN singkatan dari Pemuda Agama Khonghucu Indonesia) c. Seksi Pendidikan ( Mulyo Widodo atau Kam Kiem Hwat ) Yaitu kegiatan pendalaman Kitab suci dan pelajaran keagamaan juga pendidikan etika moral dan budi pekerti murid Tripusaka . d. Seksi Olahraga dan Kesenian ( Heru Subianto ) Yaitu kegiatan olahraga barongsai, senam Tai Chi juga tenis meja dll. Dalam kegiatannya Terdapat Yayasan Tripusaka yang bergerak di bidang pendidikan yang membawahi sekolah dari Taman Kanak-kanak hingga Sekolah Menengah Atas dan memiliki sistem kepengurusan tersendiri. Awalnya sekolah ini mengkhususkan dalam pendidikan yang berlandaskan agama Khonghucu namun karena pada masa Orde Baru dengan dilarangnya segala bentuk pengajaran, perayaan dan kegiatan peribadatan agama Khonghucu maka agama non Khonghucu juga mulai diajarkan. Dan mulai saat kembali disahkannya agama Khonghucu ini Yayasan Tripusaka sudah tidak mengkhususkan lagi untuk Penganut agama Khonghucu dan mulai mencari profit untuk kelangsungan orgaisasi. Dalam organisasi tersebut terdapat pengurus di luar Makin yang mengelola, yaitu : commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Ketua
: Bpk. Ong Tjay Thian
Wakil
: Bpk. Agung Rudianto
Sekertaris : Bpk. Ir. Onggo Tjandra Libawan
Anggota
: Bpk. HM. Himawan Bpk. Js. Agus Marsono Bpk. Hasan Suwidji Bpk. Js. Heru Subianto
Pelaksana : Bpk. Ws. Adjie Chandra D. Sejarah Agama Khonghucu di Kota Surakarta Perkembangan dan hubungan sejarah agama tertentu biasanya terkait dengan daerah atau wilayah tertentu. Selain Jakarta ( Batavia) yang mempunyai
peranan
penting
dalam
perkembangan
awal
agama
Khonghucu, kota Solo juga menyandang predikat yang serupa. Jika dulu Batavia dibentuk Tionghoa Hwee Koau (THHK) sebagai organisasi perintis agama Khonghucu pada tahun 1900. yang kemudian disusul dengan berdirinya Kong Kauw Hwee di Solo pada tahun 1918. Bahkan sejak berdirinya Kong Kauw Hwee di Solo, Kota Solo mencatat sejarah panjang yang berkaitan dengan perkembangan agama Khonghucu, misalnya: 1. Pada tahun 1918 didirikan Khong Kauw Hwee sebagai Lembaga agama Khonghucu. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2. Pada 11-12 Desember 1954 diselenggarakan Konfrensi antar tokoh agama Khonghucu di Kota Surakarta. 3. Pada 16 April 1955 Solo ditetapkan sebagai Badan Pusat Lembaga agama Khonghucu (sekarang disebut MATAKIN – Majelis Tinggi Agama Khonghucu) dengan nama Perserikatan Khung Chiao Hui Indonesia (PKHCI). 4. Pada 6-7 Juli 1957, Konggres I PKCHI diselenggarakan di Solo. 5. Pada 14-16 Juli 1961 konggres IV PKCHI juga diselenggarakan di Solo. Salah satu keputusannya menetapkan Solo sebagai pusat kedudukan
PKCHI (diubah menjadi LAKSI-Lembaga Sang
Khong Cu Indonesia) untuk periode 1961-1963. 6. Pada 22-23 Desember 1963 di Solo diselenggarakan Konfrensi, salah satun hasilnya adalah mengubah LAKSI menjadi GAPAKSI (Gabungan Perkumpulan Agama Khonghucu se-Indonesia). 7. Pada 23-27
Agustus 1967 Konggres
VI GAPAKSI juga
diselenggarakan di Solo. 8. Pada 4-5 Desember 1969 Musyawarah nasional (MUNAS) II dilakukan di Solo. 9. Pada 18-10 Maret 1971 juga diselenggarakan Musyawarah Kerja Umat Khonghucu seluruh Indonesia (MUKERNAS)I di Solo. 10. Demikian pada konggres VIII di Semarang menetapkan Solo sebagai kedudukan pusat MATAKIN untuk periode 1971-1975. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
11. Pada 18- 21 Desember 2009 diselenggarakan Musyawarah Dewan Rohaniwan. Dan pada malam tanggal 21 Desember juga yang bertepatan dengan Sembayang Tang Cik, diangkat nya Hak Su (rohaniawan tingkat atas) sebanyak 3 orang. 2 orang dari Solo dan 1 orang dari Manado, Bunsu (rohaniwan tingkat madya), dan Kausing (rohaniwan tingkat pemula).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III PERKEMBANGAN DAN SOSIALISASI AGAMA KHONGHUCU DI SURAKARTA
A. Perkembangan Agama Khonghucu di Indonesia Dalam setiap agama pasti terdapat sejumlah umat yang mempraktikkan ajaran-ajaran yang terkandung di dalam kitab sucinya namun adapula umat yang hanya mengaku memilih suatu agama tanpa melakukan kewajiban, bahkan melaksanakan apa yang ada dalam kitab suci pada agama yang dipercayai. Ketika kita melakukan apa yang sudah menjadi kewajiban kita serta mengamalkan segala yang ada alam kitab sucinya maka akan terdapat hubungan yang erat antara agama dengan umat-Nya. Namun tidak jarang pula jumlah umat sebuah agama dapat mengalami perubahan. Pada suatu ketika bertambah begitu banyak, namun pada waktu berikutnya jumlah tersebut berkurang drastis. Perubahan jumlah umat beragama dapat terjadi karena faktor internal yang berasal dari dalam umat sendiri ataupun fakor eksternal yang berasal dari luar agama. Pengaruh internal bisa disebabkan ketidaksesuaian agama tertentu dengan umat yang menganutnya. Ketidaksesuaian ini menjadikan umat berpindah agama, sedang pengaruh eksternal misalnya kebijakan politik yang mengekang perkembangan sebuah agama dengan alasan tertentu yang membenarkan. Akibat pengekangan ini perkembangan sebuah agama menjad terbatas dan pada akhirnya jumlah umatnya secara tidak langsung mengalami penurunan baik dalam jumlah yang banyak maupun sedikit.
commit to user
61
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Demikian juga sama dengan apa yang terjadi dengan agama Khonghucu yang mengalami diskriminasi selama Orde Baru berkuasa sehingga jumlah umat Khonghucu juga berkurang. Namun pada masa Reformasi dimana terjadi banyak perubahan sosial, salah satunya adalah pengakuan kembali Khonghucu sebagai salah satu agama resmi, agama Khonghucu mempunyai kesempatan kedua untuk berkembang kembali dan melakukan segala kegiatan peribadatan serta perayaan keagamaan lainnya. Pada tahun 1956 berdasarkan survei yang dilakukan oleh Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) yang dimuat dalam Reporter no. 22 “Religion And Its Followers Throughtout The World”, pemeluk Agama Khonghucu di seluruh dunia mencapai 300.2890.500 orang, yaitu urutan ke-empat terbesar setelah agama Katolik, Islam, dan Hindhu. Pemeluk Khonghucu tersebar sekurang-kurangnya di empat benua, yaitu Asia, Amerika, Eropa, dan Australia. Sedangkan di Indonesia, jumlah umat Khonghucu menjadi umat yang minoritas yang jumlahnya tidak mencapai 1%, dan semuanya tersebar dari desa ke kota yang ada di Indonesia secara turun-temurun, baik yang berasal dari keturunan Tionghoa maupun suku-suku lain seperti Jawa, Sunda, Irian, Kalimantan, Sulawesi serta pulau-pulau kecil lain yang ada di Indonesia. Mengingat pentingnya peran keluarga, baik peranannya dalam sosialisasi maupun kedudukannya dalam agama Khonghucu dapat dilihat melalui keluarga. Keluarga yang menjadi kelompok primer bagi setiap individu pasti mempunyai peran yang sangat penting dalam perkembangannya. Hampir bisa dipastikan pilihan agama anak-anak dalam sebuah keluarga juga karena peran orang tua. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Secara tidak langsung, orang tua sering kali menyarankan anak-anaknya untuk memeluk agama yang mereka peluk. Misalnya dengan mengajaknya mengikuti ritual peribadatan. Agama Konghucu juga mengalami perkembangan yang unik. Pada masa sebelum kemerdekaan, Khonghucu telah menjadi salah satu agama yang dianut oleh sebagian penduduk Indonesia.
B. Perkembangan Agama Konghucu di Surakarta Agama Khonghucu di Indonesia juga mengalami perkembangan yang paling berbeda dengan agama lain yang resmi di Indonesia. Pada masa sebelum kemerdekaan, Khonghucu telah menjadi salah satu agama yang dianut oleh sebagian penduduk Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari beberapa bukti fisik yang menunjukkan bahwa Khonghucu telah ada sebelum Negara Indonesia didirikan. Beberapa tempat ibadah, seringkali disebut sebagai Klenteng, dan dapat dijumpai di beberapa wilayah di Indonesia. Bahkan di daerah Semarang dengan Klenteng Sam-Pho-Kong yang paling dikenal dan Surabaya, dimana tempat pertama agama Khonghucu awal ada dan berkembang, yang mana jumlah Klenteng lebih banyak daripada tempat-tempat lain dimasa itu. Sedangkan di beberapa daerah di Jawa Barat masih banyak dijumpai umat Khonghucu, seperti Bogor dan Tangerang. Namun pada masa Orde Baru terjadi titik balik dari perkembangan agama Khonghucu. Produk hukum yang tidak mengakui Khonghucu sebagai agama, maupun faktor kultural turut menghambat, bahkan mengekang perkembangan agama Khonghucu. Dalam perkembangan yang serba sulit ini, jumlah umat commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Khonghucu mengalami penurunan sangat signifikan, terutama pada generasi muda. Memang masih ada umat Khonghucu yang dengan rajin mengikuti berbagai kegiatan keagamaan, baik di Klenteng atau Lithang dan juga di rumah. Pada masa Orde Baru, banyak umat Khonghucu yang harus berpindah ke agama tertentu agar tidak mendapat label sebagai komunis atau atheis, maupun untuk tujuan pendidikan dan data kependudukan. Namun dalam keseharian, praktik agama Khonghucu tetap dijalankan secara berkelanjutan. Agama pilihan yang lain hanya sebagai formalitas saja. (Jurnal Agama Khonghucu pada masa Orde baru) Dengan diakuinya kembali Khonghucu sebagai salah satu agama resmi keenam dan ditetapkannya Imlek sebagai hari raya keagamaan, sebagai agama dan memiliki kesempatan kedua serta memiliki harapan baru untuk berkembang lagi. Namun demikian tantangan yang dihadapi juga lebih sulit dari sebelumnya. Juga para penganutnya juga berjuang untuk memperoleh pengakuan. Sekarang agama Khonghucu harus bisa mensejajarkan diri dengan agama-agama lain dalam memberikan kontribusi positif bagi Negara dan Bangsa Indonesia. Demikian juga yang terjadi di Surakarta dengan perkembangan agama Khonghucu-nya. Surakarta yang menjadi kota yang berpengaruh dalam berkembangan agama Khonghucu. Namun persebaran penganut di Surakarta tidak sebesar yang ada di daerah-daerah lain, dan rata-rata penganutnya adalah keturunan Tionghoa. Menurut data Departemen Agama Surakarta, tidak semua penganut agama Khonghucu mencatatkan dirinya sebagai agama Khonghucu. Hal ini terjadi karena dampak yang ditimbulkan pada masa Orde Baru yang melarang commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
agama Khonghucu melakukan aktivitas. Sehingga mereka terpaksa berpindah agama namun tetap melakukan peribadatan agama Khonghucu. Sedangkan agama yang dianutnya dulu hanya sebagai formalitas saja. “ Anak saya menganut agama Khonghucu, namun ketika sekolah, dia bersekolah di sekolah Katholik dan dalam sekolah dia mempelajari agama Katholik serta dalam daftar yang ada di sekolah dia beragama Katholik. Tapi ketika dia berada di rumah, dia tetap melakukan peribadatan agama Khonghucu. Sehingga ketika sekolah anak saya hanya sekedar mempelajari agama Katholik tapi agama yang dianutnya tetap Khonghucu” (Adjie Chandra, Desember 2009). Perkembangan agama Konghucu setelah dikembalikannya menjadi agama resmi kembali membuat segala yang berhubungan dengan perayaan maupun peribadatan agama menjadi sangat terbuka. Berbagai perayaan besar agama Khonghucu juga dipertunjukkan dengan luas. Baik itu melalui media elektronik maupun media cetak. Bahkan pada miniatur Indonesia yang ada di Taman Mini Indonesia Indah juga terdapat tempat ibadah agama Khonghucu yang pada perayaan Imlek ini terdapat perayaan besar-besaran yang diadakan di sana. Selain perayaan Imlek dan peribadatan yang lain, masalah pendidikan agama Khonghucu yang diajarkan di sekolah-sekolah juga mulai terbuka. “ Beberapa hari yang lalu pihak Departemen Agama dan Dinas Pendidikan meminta Kita (pihak pengurus Makin) untuk meminta buku pedoman (semacam buku agama) serta pengajar untuk melengkapkan pendidikan kita. Padahal buku pedoman yang kita miliki untuk buku agama sekolah, kita tidak punya. Kalau pengajar, mungkin bisa kita sediakan. Kalau semacam buku agama seperti ini kan buatnya juga tidak gampang. Dan ini harus kita realisasikan, ini juga demi kepentingan agama juga. Jadi secara tidak langsung pemerintah juga memfasilitasi kita para penganut agama Khonghucu untuk mensosialisasikan agama ini, walaupun proses yang ada harus terhambat bahkan menghilangkan generasi pada saat era Orde Baru. Namun agama ini tetap kita pertahankan hingga kini disahkannya kembali menjadi agama resmi. (Hs. Indarto, 6 Desember 2009) Dari hal ini kita dapat lihat bahwa perhatian pemerintah tentang commit user tidak sekedar memperbolehkan perkembangan agama Khonghucu ini tojuga
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kegiatan peribadatan dan perayaannya saja namun juga tentang perhatian pemerintah dalam sosialisasi agama Khonghucu lewat pendidikan. Walaupun sampai sekarang hanya Yayasan Tripusaka yang mengajarkan agama Khonghucu. Namun tidak disebut sebagai pelajaran agama Khonghucu. Mereka menyebut dengan pendidikan etika. Dalam pendidikan ini mengajarkan berbagai macam nilai-nilai yang ada dalam agama Khonghucu. agama Khonghucu menjadi agama resmi ke 6 yang ada di Indonesia, dan terbukalah pintu bagi umat Khonghucu untuk menjalankan semua yang aktivitas keagamaan yang dahulu dilarang.
Pemerintah juga membangun tempat
berkumpulnya orang-orang Tionghoa baik yang beragama Khonghucu maupun non Khonghucu. Beserta arsitektur yang ada di dalamnya yang bernuansa China tempat asal leluhur mereka. Berbagai kelengkapan yang bernuansa China juga disediakan sehingga bisa mengurangi rasa kangen terhadap tanah kelahiran leluhur. Saat ini kaum Khonghucu juga sudah mulai diterima oleh masyarakat dengan tidak membedakan ras. Hal ini terlihat dengan sudah adanya pengakuan dari pemerintah tentang agama Khonghucu yang telah resmi masuk menjadi identitas, (dalam KTP keterangan agama Khonghucu sudah bisa dimasukkan dalam identitas secara resmi). Serta dalam identitas yang lain seperti kartu kelahiran, Kartu keluarga dan kartu dalam instansi sekolah maupun kantor. 1. Jumlah Penganut Agama Khonghucu Seperti yang disebutkan di awal bahwa agama Khonghucu telah ada dan dipeluk sebagian penduduk Indonesia. Terutama pada masa sebelum commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kemerdekaan hingga Orde Lama. Hingga saat ini belum ada data secara akurat yang bisa dijadikan pijakan mengenai jumlah umat Khonghucu di Indonesia namun untuk jumlah penganut agama Khonghucu di Surakarta yang bersumber dari Departemen Agama sejumlah 361 orang. Jumlah yang ada di Surakarta ini belum jumlah keseluruhan penganut agama Konghucu namun hanya jumlah yang tercatat saja. Hal ini adanya pengaruh pembinaan agama Khonghucu yang dilakukan dirumah serta serta sekolah-sekolah Tionghoa yang mengajarkan agama Khonghucu. Artinya agama Khonghucu tidak hanya keluarga namun juga sekolah. Ketiadaan data mengenai jumlah umat Khonghucu ini juga disebabkan oleh anggapan bahwa Khonghucu bukan merupakan agama, tetapi filsafat. Anggapan yang semikian ini berkembang lebih pesat. Secara tidak langsung ajaran-ajaran yang disampaikan dalam agama Khonghucu dipraktekkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara seperti di Jepang Korea Selatan, dan Vietnam. Namun dalam praktek keagamaan tidak dilakukan. Inilah yang menyebabkan kebingungan untuk menentukan apakah Khonghucu merupakan agama atau filsafat. Padahal Khonghucu mencakup keduanya, baik agama maupun filsafat. Ada juga anggapan yang menyatakan bahwa ajaran dalam agama Khonghucu adalah budaya leluhur. Anggapan ini memang tidak bisa disalahkan. Hampir semua bentuk budaya Tionghoa bersumber dari ajaran agama Khonghucu, termasuk agama Budha dan Tao yang berkembang di commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
China juga mengadaptasi ajaran agama Khonghucu. Anggapan ini banyak dikembangkan oleh orang-orang etnis Tionghoa non Khonghucu. Hampir bisa dipastikan bahwa 90% atau lebih keturunan etnis Tionghoa adalah penganut Khonghucu. Pada masa orde lama juga berkembang, dan pada masa orde baru mulai berbalik dengan adanya pelarangan melakukan segala kegiatan yang berhubungan dengan keagamaan Khonghucu. “Agama Khonghucu di Indonesia mundur karena dihalangi oleh pemerintah Orde Baru. Dengan cara misalnya tidak diakuinya sebagai agama dan sekolah-sekolah swasta yang dulu mengajarkan agama Khonghucu dihapuskan semua. Pada tahun 1970-an Sekolah Swasta Warga, sekitar 90 % nya beragama Khonghucu. Namun sekarang kondisinya sudah sangat lain. Sekolah Warga sudah tidak lagi memiliki kondisi yang demikian namun manjadi sekolah yang multietnis. Begitupun Yayasan Tripusaka mengalami hal yang sama dengan Sekolah Warga dan sekarangpun Yayasan Tripusaka malah memiliki murid yang beragama Khonghucu yang minim. Dan malah lebih banyak dimasuki dari agama-agama non Khonghucu.” ( Indarto, 6 Desember 2009) Dari pernyataan diatas dapat diketahui bahwa agama Khonghucu dapat berkembang dengan baik hingga pemerintahan Orde Baru berkuasa. Pada masa sebelum kemerdekaan dapat berkembang karena tidak ada peraturan resmi yang mengatur masalah agama. Sedangkan masa Orde lama Khonghucu diakui sebagai agama resmi sehingga dapat berkembang dengan baik dan pada masa Orde Baru, jumlah umat Khonghucu mengalami penurunan secara signifikan. Hingga saat ini masih tidak diketahui secara pasti berapa jumlah umat Khonghucu di Indonesia. Pada tahun 2000, Khonghucu memang diakui kembali sebagai salah satu agama oleh (Alm) Abdurrahman Wahid yang masa commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
itu menjabat sebagai Presiden Republik Indonesia, pada Keppres no. 6/2000. Pada tahun 2002, hari raya Imlek juga menjadi hari libur nasional yang ditetapkan oleh Megawati Soekarnoputri. Namun pada tahun 2008, Departemen Agama telah mencantumkan berapa jumlah penganut agama Khonghucu ini sebagai databasenya. Namun mereka mengatakan banhwa belum semua penganut agama Khonghucu tercatat dan mencatatkan dirinya sebagainya penganut agama Khonghucu. Mereka terkadang masih menggunakan agama yang dianutnya setelah berpindah dahulu ketika masa pelarangan di Masa Orde Baru. Tetapi kegiatan yang berhubungan dengan agama Khongucu masih mereka lakukan. Namun secara legalnya agama ini sebenarnya telah diperbolehkan dimasukkan dan dicatat dalam KTP dan kartu keluarga dengan benar-benar agama Khonghucu. Dan juga ada pula yang telah mencatatkan pernikahan atas nama agama Khongucu dengan mantap. Sehingga keterbukaan dalam melakukan aktivitas keagamaan Khongucu juga mulai ada. 2. Anggapan yang keliru Sebagai etnis Tionghoa ada yang menganggap Khonghucu sebagai bagian dari budaya Tionghoa karena dilakukan secara turun-temurun di dalam keluarga. Padahal budaya Tionghoa tersebut juga terdapat dalam ajaran agama Khonghucu. Anggapan yang keliru ini semakin tampak jelas dengan menjadikan Imlek bukan hari raya agama. Anggapan keliru ini didominasi oleh orang-orang Tionghoa non Khonghucu. (Jurnal” Konghucu bukan Agama Melainkan sebuah Ajaran Filsafat”) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Jika pemerintah menetapkan Imlek sebagai perayaan budaya bagi etnis Tionghoa, maka etnis-etnis yang lain di Indonesia akan meminta libur sebagai wujud perayaan dan penghargaan terhadap budayanya. Bisa dibayangkan berapa hari libur dalam satu tahun. Sedangkan pengakuan Imlek sebagai hari raya merupakan bentuk pengakuan terhadap Khonghucu sebagai salah satu agama resmi oleh pemerintah. Anggapan yang keliru ini tidak menjadi masalah yang begitu penting bagi Khonghucu. Apapun alasan yang digunakan oleh berbagai pihak yang manganggap Imlek sebagai bagian dari budaya Tionghoa tidak bisa mengubah keputusan pemerintah. Bahkan dengan ikut merayakan Imlek, orang-orang Tionghoa non Khonghucu secara tidak langsung juga mengakui Khonghucu sebagai agama. 3. Pemuka Agama Khonghucu Dalam agama Khonghucu peran seorang pemuka agama sangat berperan dalam kegiatan keagamaan, baik yang sifatnya sebuah ceramah atau hanya sekedar tempat untuk belajar (menambah ilmu dengan berdiskusi) ada beberapa tingakatan pemuka agama Khonghucu, yaitu : 1. Kausing ( mandarinnya Jiao Sheng) atau penebar agama, rohaniawa tingkat pemula; mereka yang menjabat sebagai Kausing maka di depan nama yang bersangkutan ada huruf Ks atau Js. 2. Bunsu (mandarinnya Wen Shi) atau guru agama, rohaniawan tingkat madya; mereka yang menjadi Bunsu didepan namanya ada huruf Bs/ Ws. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3. Haksu (mandarinnya Xue Shi) atau pendeta, rohaniawan tingkat atas, mereka yang menjadi Haksu didepan namanya ada huruf Hs/ Xs. Sekedar diketahui jumlah Haksu diseluruh Indonesia saat ini baru 8 orang ( namun pada tanggal 18 Desember lalu terdapat 3 Haksu yang dilantik, 2 dari Solo dan 1 dari Manado), hal itu dikarenakan untuk menjadi Haksu harus: v Mencurahkan seluruh hidupnya untuk kepentingan agama. v Pengetahuan kitab, bahasa mandarin & agama harus maksimal. v Seumur hidup diharapkan berpantangan makan daging. v Mengutamakan kepentingan agama & lembaga diatas kepentingan pribadi. Kota Surakarta jumlah pemuka agama yang ada belum sebanyak seperti agama yang lain. Perbandingan antar pemuka agama dengan pemeluk agama yang ada belum seimbang. Jumlah Haksu yang ada di Surakarta hanya ada 3 orang saja, 2 diantaranya baru tanggal 22 Desember 2009 dilantik menjadi Haksu. Bunsu berjumlah 8 orang dengan 4 orang yang baru dilantik dan sekitar 21 orang Kausing dengan 5 orang yang baru dilantik. Semua pemuka agama yang baru dilantik bersamaan dengan perayaan Tang Cik.
4. Sosialisasi dari Pemuka agama Sebuah agama tidak akan melepaskan sosialisasi ini hanya kepada keluarga saja, namun peran seorang pemuka agama sangat penting dalam menambah keimanan dan ilmu agama anak-anak sejak dini, yaitu melalui commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
berbagai kegiatan periabadatan yang dilakukan baik di Lithang, maupun di rumah. Sedangkan sekolah juga menjadi salah satu wadah
yang sangat
penting dan tidak bisa dipisahkan dalam kegiatan sosialisasi keagamaan. Dalam
kegiatan
peribadatan
minggu,
pada peribadatan
anak
yang
dilaksanakan pukul 8 pagi yang bertempat di Lithang. Peribadatan ini diperuntukkan bagi umat Khonghucu dengan usia sekolah dasar dengan bimbingan dari Haksu, mereka diajarkan hal-hal yang sederhana dalam penanaman keagamaan. Hal yang mereka sering lakukan dalam kehidupan sehari-hari, seperti yang berhubungan dengan Tuhan (yang sifatnya Ketuhanan), berhubungan dengan manusia yang lain (makhluk lain). Mereka juga diberikan cerita-cerita yang membangkitkan semangat mereka untuk menambah keimanan mereka pada Thian. Beberapa kumpulan cerita tersebut antara lain: 1. Mengenakan Pakaian Buruk Mematuhi Ibu Tiri Bien Sun atau Bien Cukhian adalah salah seorang murid Nabi Khongcu, hidup pada jaman Chun Chiu, Dinasti Chiu. Dinasti ini berlangsung dari tahun 1122 SM sd. 255 SM. Sejak usianya muda ibunya telah meninggal dunia, karena iti ayahnya menikah lagi dan mendapatkan dua orang putera lagi. Ibu tiri ini sangat mencintai anak sendiri, maka tiap datang musim dingin dibuatkan pakaian tebal dari kapas; ia membenci anak tirinya, maka pada musim dingin hanya dibuatkan pakaian dari kapuk yang tidak dapat menahan dingin. Biarpun demikian, Bien Cukhian tidak pernah menggerutu. Suatu hari ayah Bien Sun menyuruhnya menyaisi kereta karena akan bepergian ke rumah kawannya; karena udara sangat dingin, Bien Sun menggigil kedinginan dan tidak dapat menguasai kereta. Ia jatuh dan terobeklah pakaiannya. Ayah Bien Sun heran dan memeriksa sebabmusababnya dan diketahuilah kecurangan istrinya. Ia marah dan segera pulang kerumah, dan langsung mencerai dan mengusir istrinya. Sungguh mengherankan, Bien Sun dengan bercucuran air mata memohon maaf atas kesalahan ibu tirinya itu dengan berkata “ayah, janganlah ibu disuruh pergi. Bila ibu masih ada disini, hanya ada satu anak kedinginan, to user tetapi bila ibu pergi, akan ada commit tiga orang anak yang akan kedinginan.”
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Mendengar kata Bien Sun itu, ibu tiri itu sangat terkesan hatinya dan menyesali akan kesalahannya dan ingin memperbaikinya. Demikian oleh semangat bakti dan cinta kepada saudara, keluarga Bien hidup damai, bahagia dan sejahtera. 2. Menjual Diri Demi Mengubur Jenazah Ayah Tang Ing hidup pada jaman Dinasti Han Barat (206 SM sd. 25 SM), keluarganya sangat miskin. Tatkala ayahnya meninggal dunia, tiada uang untuk membeli peti mati, demikianlah, maka ia menjual diri kepada seorang kaya untuk mendapatkan uang biaya penguburan jenazah ayahnya. Ketika ia mulai masuk bekerja di rumah tuannya, di tengah jalan berjumpa dengan seorang wanita yang berkenan menjadi istrinya. Maka mereka berdua pergi ke rumah tuan yang membeli dirinya. Orang kaya itu mampu membebaskan dirinya kalau isterinya dapat menebusnya dengan menenunkan 300 kayu (phi) kain dari sutera. Isteri itu menyanggupkan diri untuk mengerjakan itu. Demikianlah, suatu hari Tang Ing ialah menjadi bebas kembali dan bersiap akan pulang, tetapi pada saat itu pula, isterinya minta diri dengan berkata “ suamiku, sebenarnya aku adalah seorang bidadari dan karena aku menaruh simpati terhadap tingkah laku baktimu, maka THIAN Yang Maha Esa telah menyuruhku mendampingi dan membantumu. Kini urusanku telah selesai, maka akupun tidak dapat berlama-lama lagi.” Demikianlah wanita itu lalu raib dari pandangan, terbang hilang ke langit. 3. Mencicipi Kotoran dengan Hati Sedih I Thiam Loo hidup pada jaman Cee Selatan (479 sd. 502 M). suatu ketika beroleh angkatan menjadi kapala daerah di tempat lain. Baru saja beberapa hari memangku jabatan itu, mendadak perasaan hatinya menjadi tidak enak, jantungnya berdebar-debar, maka dengan melupakan kedudukannya pulang ke rumah. Ternyata, ayahnya terserang penyakit yang berbahaya. Tabib berkata, untuk mengetahui berat ringannya penyakit berbahaya itu, harus dicicipi kotoran si sakit. Kalau kotoran itu pahit rasanya, itu berarti penyakit ringan. Thiam Loo dengan tidak ragu-ragu mencicipi kotoran ayahnya dan ternyata rasanya manis, berarti penyakitnya sudah berat. Maka hatinya menjadi sangat sedih. Di dalam keprihatinanya, malam itu Thiam Loo bersujud bersembahyang kepada THIAN Yang Maha Esa, dengan penuh iman memohon kesembuhan dan pulihnya kesehatan ayahnya. Ia berprasatya rela dirinya menjadi pengganti ayahnya bila dikehendaki-Nya. 4. Memilih Buah Besaran untuk Ibu Tatkala Ong Bong mengacau danto merebut kekuasaan Dinasti Han (9 M commit user sd. 23 M), ada seorang anak bernama Coa Sun yang sejak kecil telah menjadi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
anak yatim, tidak berayah. Ia menjaga dan melayani ibunya dengan penuh semangat bakti. Ketika timbul bencana kelaparan, Coa Sun mencari buah Murbei atau besaran untuk menutup kepalarannya. Coa Sun, suatu hari telah mengumpulkan buah besaran dalam dua keranjang. Kebetulan, pada waktu itu lewatlah seorang kepala perampok yang beralis merah diiringi para pengikutnya. Melihat Coa Sun, kepala perampok itu bertanya, mengapa buah besaran itu dibagi menjadi dua keranjang. Coa Sun menjawab “ yang berwarna hitam ini akan kuberikan kepada ibu, sedang yang merah ini untuk aku sendiri.” Mendengar jawaban Coa Sun kecil, kepala perampok tersentuh hatinya oleh semangat itu. Seketika itu pula ia memerintahkan anak buahnya untuk memberi Coa Sun 30 Liter beras dan seekor lembu. Demikianlah laku bakti itu menggerakkan hati, melembutkan hati seorang yang kejam seperti perampok itu. 5. Ting Lan Mengukir Kayu Ting Lan juga hidup pada jaman Dinasti Han Barat, ia berasal dari daerah Hoc Lwee, sejak muda kedua orang tuanya telah meninggal dunia. Untuk menlanjutkan baktinya kepada orang tuanya, ia mengulir kayu menjadi patung yang melukiskan kedua orang tuanya. Kedua patung itu ditaruh di atas meja altar Qun dihormati sebagai pengganti orang tuanya. Karena keadaan ekonominya lemah dan miskin, Ting Lan terpaksa meninggalkan rumah dan istrinya untuk mencari nafkah di luar negeri. Karena lama tidak pulang, istri Ting Lan terpaksa menjual barang-barang yang dimiliki dan jatuh hutang kepada seorang kaya pemakan riba bernama Tio Siok. Tio Siok tertarik kepada kedua patung di atas altar itu, maka ketika istri Ting Lan di tagih dan tidak dapat membayar, ia meminta kedua patung itu sebagai pembayaran. Tetapi istri Ting Lan tidak mau menyerahkan dengan alasan kedua patung itu tidak berkenan. Tio Siok marah, lalu meremas-remas kepala patung itu. Sungguh heran, sejak kejadian itu wajah patung nampak muram. Tidak lama Ting Lan pulang, ia heran melihat perubahan wajah patung itu. Setelah mendapat keterangan dari istrinya, Ting Lan marah dan mencari Tio Siok sehingga terjadi perkelahian. Hakim yang memeriksa perkara ini mendatangi rumah Ting Lan dan tertegun melihat kedua patung itu mencucurkan air mata. Maka, untuk perkara ini ia membebaskan Ting Lan dan menjatuhkan hukuman atas Tio Siok yang dipersalahkan ialah menganiaya dan melakukan penghinaan kepada ayahbunda Ting Lan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
6. Laku bakti berkenaan kepada Thian, Tuhan Yang Maha Esa. Pada jaman dahulu, 23 abad sebelum masehi, hidup seorang bernama Sun dari negeri Gi, dengan sebutannya Tiong Hwa, ibu tiri dan anaknya yang bernama Ko-So, perilakunya sangat kejam, tidak berperi cinta kasih atau berwelas asih. Adik tirinya yang bernama Chiang, juga seorang yang sombong dan pemalas, tidak mempunyai rasa cinta kasih kepada saudara. Adapun Gi Sun itu adalah seorang putera yang dipenuhi semangat berbakti dan mencintai saudara, maka Thian telah berkenan kepadanya. Diriwayatkan di dalam hikayat, pada saat Sun bekerja keras maluku sawah di kaki gunung Li, datanglah seekor gajah membantunya, burung-burungpun membantunya menebar benih. Mendengar perilaku mulia Gin Sun itu, baginda Giau (memerintah tahun 2357 sd. 2255 SM) menyuruh ke sembilan puteranyaberguru dan membantu Sun, dan puterinya dinikahkan kepadanya. Duapuluh delapan tahun Sun dibawah penilikan Baginda Giau membantu pemerintahan. Ternyata, Sun dapat melakukan tugas-tugas yang sukar dan berat. Dalam pekerjaan itu Sun didukung dan dicintai rakyatnya, maka Sun diangkat menjadi calon pengganti Giau. Setelah baginda Giau mangkat, tiga tahun kemudian, setelah selesai menunaikan kewajiban berkabung, Sun dilantik menjadi raja pengganti Giau. (2255 sd. 2205 SM) Tong Giau dan Gi Su adalah dua orang raja suci yang juga seorang Nabi yang meletakkan dasar-dasar Ji Kau atau agama Khonghucu. “ Dalam agama Khongucu laku bakti adalah pokok kebajikan, daripada ajaran agama berkembang, karena itu menjaga, merawat dan mengembangkan semangat bakti merupakan tangga menunaikan kewajiban hidup manusia sebagai makhluk ciptaan Thian, Tuhan Yang Maha Esa. Hidup manusia bukanlah sesuatu yang tanpa makna. Kehadiran manusia di dunia ini mengemban firman Thian yang wajib ditegakkan dan diwujudkan di dalam hidup ini. Hidup manusia harus mencerminkan kebesaran
dan
kemuliaan
Thian.
Di
dalam
menegakkan
Firman,
menggemilangkan Kebajikan dan mengamalkannya itu, ajaran agama Khongucu menunjukkan dan membimbing agar dimulai dengan menjaga semangat dan melaksanakan laku bakti. Hal ini merupakan landasan yang paling dasar dan manusiawi karena hidup manusia mengemban firman, lahir di dunia ini lewat orang tua dan leluhurnya. Maka haruslah selalu ingat dan takwa terhadap Thian, tidak melupakan orang tua dan leluhurnya. Jika commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
semuanya selalu dikerjakan maka sikap hidup ini tidak melupakan yang pokok dan diridhoi Thian. Lewat orang tua menusia menerima hidup jasmani dan rohaninya, dari orang tua manusia menerima kasih, menerima budi, menerima bimbingan hidup yang pertama. Hubungan anak dengan orang tuanya adalah hubungan yang paling wajar, murni dan suci. Laku bakti adalah ladang yang paling baik untuk membina diri, menggemilangkan kebajikan. Menempuh jalan suci. (Hs. Tjhie Tjay Ing, 10 Desember 2009) Dari cerita ini bahwa anak-anak harus selalu laku bakti kepada semua orang terutama kepada Thian dan orang tua yang telah melahirkan dan memelihara kita. Banyak hal yang telah dikorbankan orang tua terhadap kita, maka sudah sepantasnya anak-anak harus bersikap laku hormat kepada orang tua. Menjaga orang tua dengan penuh rasa kasih sayang. Bertindak dan bertutur kata yang halus dan sopan kepada orang yang lebih tua. Perilaku yang baik yang sesuai dengan apa yang diajarkan oleh Nabi Kongcu. Semua yang ada dalam cerita diaatas adalah gambaran yag sederhana bagaimana kita melakukan laku bakti kepada Thian dan orang tua. Dan dari cerita-cerita ini anak-anak diharapkan dapat menjadi anak yang berbakti kepada ke dua orang tua. Cerita yang tersebut diatas merupakan suatu contoh yang sederhana tentang bagimana menghargai dan menghormati orang tua. Hal ini merupakan bentuk sosialisasi yang ada di lingkungan keagamaan. Begitu juga pendidikan yang ada di sekolah yang mengajarkan kita berbagai hal tentang pendidikan agama yang secara tidak langsung mengajarkan kepada kita banyak hal, baik maupun buruk. Pengalaman tentang lingkuangan luar selain keluarga. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Lingkungan yang merupakan kunci dalam sosialisasi agama ini adalah lingkungan keluarga, dimana lingkungan ini telah terbentuk semenjak anak lahir. Orang tua sebagai pembentuk watak dan karakter anak sangat berpengaruh dalam kehidupannya. Pendidikan agama yang dimulai semenjak dini adalah kunci untuk menanamkan berbagai etika dan moral yang akan dibawanya nanti hingga dewasa. Berbagai contoh yang dilakukan orang tua akan ditiru oleh anaknya kelak. Banyak hal yang akan direkam oleh si anak ketika orang tua melakukan hal yang baik atau buruk. Sifat dan sikap anak nantinya ketika dewasa tidak akan jauh berbeda dengan sifat orang tuanya. Anak akan merekam setiap perbuatan yang dilakukan orang tuanya dan akan menirunya. Sehingga apa yang dilakukan oleh anaknya adalah cerminan dari orang tua. “ Bentuk sosialisasi yang baik untuk menanamkan agama ini terhadap anak adalah contoh yang diberikan orang tua terhadap anak. Jika orang tua melakukan hal yang banyak menyimpang dari aturan agama maka si anak akan merekam segala hal yang dilakukan orang tuanya dan akan meniru apa yang dilakukan oleh orang tuanya. Jadi contoh perbuatan orang tua adalah sesuatu yang paling efektif untuk melakukan sosialisasi. Jadi segala hal yang dilakukan oleh orang tua hendaknya harus dipikirkan matang-matang agar si anak tidak menirukan hal buruk yang dilakukan. Lalu sosialisasi agama yang ada di luar bisa melalui pendidikan yang ada di sekolah. Lingkungan ini adalah lingkungan kedua yang berada di luar lingkungan keluarga. Banyak hal yang nantinya kan diterima oleh si anak. Contohnya adalah belajar bertindak jujur dan sportif dalam melakukan berbagai hal. Juga sekolah membantu anak dalam menghargai dan menghormati pendapat orang atau orang yang lebih tua dan juga anak akan menghabiskan banyak waktu yang ada di sekolah daripada di rumah. Sehingga waktu sosialisasi akan banyak berada di sekolah daripada di rumah. (Hs. Indarto, 6 Desamber 2009) 5. Organisasi-organisasi yang berada di bawah Makin Surakarta MAKIN adalah organisasi keagamaan Konghucu yang berada di commit to user segala hal yang kaitan dengan Surakarta yang mengatur dan mengelola
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
peribadatan agama Konghucu. Makin juga membawahi berbagai organisasi yang ada di Surakarta pula seperti: 1. WAKIN (Wanita Agama Khonghucu Indonesia) Yakni perkumpulan ibu-ibu yang beragama Khonghucu. Wakin tak banyak kegiatan yang rutin yang dilakukan. Contoh kegiatan yang dilakukan adalah kegiatan perkumpulan arisan. Berbagai perlombaan ibuibu juga dibentuk seperti lomba masak dan lain-lain. 2. PAKIN (Pemuda Agama Khonghucu Indonesia) Yaitu adalah organisasi pemuda yang beragama Khonghucu. Pakin ini banyak melakukan kegiatan rutinnya. Salah satunya yang baru saja dilakukan oleh mereka pada bulan Februari, adanya lomba Fotogenik, lomba fashion show (busana batik), lomba gambar dan mewarnai salah satu hadiahnya ada penghargaan dari pemerintah Kota Surakarta. Dan sebelum perayaan sembayang Tangcik juga diadakan lomba khotbah yang diikuti oleh pemuda-pemuda agama Khonghucu. Peminat lomba ini banyak dan hasilnya pun tidak sesuai yang dibayangkan. “pada lomba khotbah ini, isi khotbah ternyata membuat saya gembira. Karena ternyata isi khotbah mereka sangat bagus. Saya tidak menyangka mereka bisa menampilkan khotbah dengan isi yang luar biasa” (Hs. Tjhie Tjay Ing, 22 Desember 2009) 3. Yayasan Tripusaka Yayasan ini terdiri dari dua organisasi yaitu unit pendidikan (berupa sekolah dari tingakat Taman Kanak-kanak, Sekolah Dasar, Sekolah commit to user Menengah Pertama dan juga Sekolah Menengah Atas) dan organisasi yang
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
lain adalah unit olah raga dan kesenian yaitu tenis meja dan Barongsai. Kegiatan ini juga memiliki susunan kepengurusan masing-masing, terutama pada Barongsai dan Liong yang telah menjuarai berbagai kejuaraan baik ditingkat kota maupun tingkat nasional. Sudah puluhan prestasi yang telah dihasilkan oleh mereka. Barongsai dan Liong juga telah mengisi berbagai hotel dan tempat hiburan pada banyak event terutama Tahun Baru China, pergantian tahun, berbagai undangan penting baik dari pemerintah Kota maupun dari daerah lain serta berbagai perayaan yang penting yang ada di Surakarta. Dari berbagai organisasi dan kegiatan tersebut ternyata pemerintah memberikan perhatian yang lebih terhadap keberadaan mereka. Perhatian yang diberikan pemerintah Kota sama dengan perhatian kepada agama lain. Kegiatan yang positif selalu didukung oleh pemerintah. hal-hal seperti ini adalah bentuk sosialisasi juga yang dilakukan oleh Makin kepada masyarakat umum serta dengan berbagai kegiatan ini adalah bentuk eksistensi agama Khonghucu yang dulu masa Orde Baru mengalami keterpurukan dengan pelarangan berbagai kegiatan ibadah dan perayaan keagamaan.
C. Sosialisasi Agama Khonghucu 1. Sosialisasi Agama Khonghucu di dalam Keluarga Syarat penting terjadinya sosialisasi adalah adanya interaksi sosial, karena tanpa interaksi sosial sosialisasi tidak mungkin terjadi. Khairudin commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
(2002: 48-49) menyebutkan bahwa sosialisasi merupakan fungsi yang dilakukan di dalam keluarga untuk membentuk kepribadian anak, termasuk sosialisasi agama. Selain merupakan bagian dari kelompok yang kecil, keluarga juga mempunyai hubungan yang tetap akan dekat antar anggota yang satu dengan anggota yang lainnya. Dalam keadaan yang demikian orang tua memainkan peran yang sangat besar sebagai agen sosialisasi bagi anakanaknya. 2. Orang Tua sebagai agan sosialisasi Sosialisasi yang diterima oleh anak terjadi pertama kali di dalam keluarga dimana ia dilahirkan dan tumbuh. Di dalam keluarga, orang tua mempunyai peran yang sangat penting. Di dalam keluarga, terutama keluarga inti, orang tua melakukan sosialisasi primer kepada anak-anaknya yang masih kecil, berusia 1-5 tahun. Franciss E Merrill (1965:407) juga menyebutkan batasan dan fungsi keluarga sebagai berikut, “In functional terms, the family may be viewed as an enduring relationship of parents and childrens that performs such functions as the protection, rearing, and socialization of children and the providing of intimate responsesbetween its members” Berikut ini adalah penuturan informan ketika pertama kali mengenal agama Khonghucu. “sejak kecil Saya mengenal agama Khonghucu bukan dari orang tua Saya, namun dari lingkungan di luar Saya. Bapak saya beragama Budha. Namun sejak kecil upacara yang berkaitan dengan leluhur tetap dilaksanakan dengan cara orang Tionghoa. Bapak Saya sering melakukan upacara-upacara yang sifatnya kejawen atau njawani dan hal itu sangat tercetak kuat di kepala saya. Seperti tentang pembuatan sesaji lalu mutih, serta menyiapkan sesaji commit to user untuk keluargayang telah meninggal dunia. Bapak menyiapkan berbagai
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
makanan kesukaan beliau (leluhur yang telah meninggal), serta Bapak melakukan berbagai macam upacara yang lebih njawani. Saudara-saudara Saya yang lain juga mendapatkan pendidikan yang sama dengan Saya. Namun setelah dewasa kita memilih kepercayaan yang berbeda-beda. Saya 5 orang bersaudara dan yang menganut Agama Khonghucu hingga sekarang hanya Saya saja. 4 saudara Saya ke 2 mengakunya Kristen namun jarang ikut beribadah. Saudara saya yang ke 3 menjadi biarawati, ke 4 beragama Kristen dan yang paling kecil menjadi Kyai di Sukabuni. Namun perbedaan agama dalam keluarga Kami tidak membuat perpecahan. Pada tahun baru China mereka berkumpul di tempat Saya untuk beribadah dengan cara orang Tionghoa beribadah ( memakai dupa dan lain-lain seperti yang dilakukan orang Tionghoa pada perayaan tahun baru. Agama yang Saya anut ini pun Saya ajarkan ini kepada anak-anak Saya. Dan mereka pun juga sampai sekarang menganut agama yang sama dengan Saya” (Ws. Adjie Chandra, 17 Desember 2009) “Saya menganut agama Khonghucu dari lahir. Orang tua Saya yang mengajarkan agama ini kepada Saya, walaupun sekolah yang saya masuki bukan sekolah yang yang mengajarkan Agama Saya namun sekolah Katholik. Saya mempelajari pelajaran agama Katholik selama Saya di sekolah namun ketika saya berada dirumah Saya kembali beragama Khonghucu sesuai dengan apa yang saya anut. Pelajaran agama yang saya terima di sekolah hanya Saya gunakan sebagai pengetahuan saja dan melihat apa yang baik dari agama itu. Namun peran orang tua dalam megajarkan ilmu keagamaan Khonghucu sangat besar. Mereka mengenalkan apa itu agama Khonghucu dengan mengajaknya ikut serta dalam ibadah dan upacara-upacara baik ada di lidhang maupun di rumah. Kami (Saya dan adik) juga mengikuti kegiatan yang ada di luar seperti kegaiatan kepemudaan, aktif dalam Pakin (pemuda agama Khonghucu Indonesia, dan adik saya lebih aktif lagi, yakni ikut dalam perkumpulan olah raga dan kesenian Liong dan Barongsai, yang telah terkenal prestasinya dengan bermain dibanyak tempat. Dari berbagai kegiatan dan contoh yang diberikan orang tua saya membuat saya semakin tahu dan mengerti apa yang sebenarnya diajarkan dalam agama Khonghucu. (Diah Wardhani Chandra Dewi, 17 Desember 2009)
Dari hasil informasi di atas, peran keluarga terutama orang tua, sangat besar dalam mengenalkan agama Khonghucu kepada anak-anaknya. Orang tua sebagai agen sosialisasi, mengarahkan tindakannya kepada anak-anaknya agar mereka mengenalkan agama Khonghucu ini. Namun ada juga peran sosialisasi yang diberikan orang tua kepada anaknya bukan untuk menganut commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
suatu agama tapi untuk memberikan contoh hal-hal yang baik yang dilakukan oleh mereka dan akhirnya merekalah yang berhak memilih kepercayaan yang dianutnya. Pengenalan agama dilakukan orang tua sejak anak-anak mereka masih kecil. Bahkan pengenalan agama pengenalan agama Khonghucu ini telah dilakukan sebelum mereka masuk bangku sekolah. Kewajiban orang tua pada proses sosialisasi di masa kanak-kanak ini adalah untuk membentuk kepribadian anak-anaknya kelak. Dengan hubungan yang akrab, orang tua dapat melakukan sosialisasi kepada anak-anaknya , selain juga melakukan fungsi-fungsi keluarga yang lain. Dari disini dapat diketahui bahwa fungsi sosialisasi sangat melekat dengan peran keluarga, terutama orang tua. Jelas sekali bahwa interaksi antara anggota keluarga yang satu dengan yang lainnya sangat menunjang proses sosialisasi dalam keluarga. Sosialisasi yang dilakukan oleh orang tua kepada anak-anaknya di dalam sebuah keluarga ini merupakan sebuah tindakan sosial. Artinya tindakan tersebut dilakukan karena mempunyai makna yang subyektif bagi aktor yang melakukannya dan ditujukan pada orang lain. Dalam hal ini orang tua berperan sebagai aktor yang melakukan tindakan sosial, sedangkan anakanak mereka menjadi tujuan agar mengenal, memeluk dan mengamalkan suatu agama termasuk agama Khonghucu. Hal ini sesuai dengan apa yang diberikan Weber bahwa tindakan sosial diartikan untuk seseorang atau sekelompok orang, begitu juga yang disebutkan oleh Parsons bahwa aktor merupakan pemburu tujuan-tujuan tertentu. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Bahwa secara turun-temurun sosialisasi dilakukan dengan cara yang sama, yaitu mengenalkan anak dengan agama Khonghucu sejak kecil atau sejak dini. Artinya peran orang tua dalam sosialisasi sangat besar. Tindakan yang dilakukan orang tua juga cenderung untuk diulangulang terus menerus. Artinya orang tua melakukan tindakan dengan cara yang sama untuk semua anak-anaknya. Weber menyebutkan bahwa tindakan sosial yang mempunyai pengaruh positif akan sengaja diulang lagi. Hinkle juga menyebutkan bahwa aktor juga memilih, menilai, dan mengevaluasi tindakan yang akan, sedang, dan telah dilakukannya atau membuat pertimbanganpertimbangan. Dengan demikian sosialisasi yang dilakukan orang tua kepada anak-anaknya dilakukan dengan pertimbangan penuh sehingga anak-anaknya juga memilih Khonghucu sebagai agamanya. Selain itu, orang tua juga menyamakan pola sosialisasi yang ia terima. Orang tua menganggap bahwa pola sosialisasi yang pernah ia terima adalah yang terbaik, maka pada saat ia mempunyai anak, mereka mempergunakan pola sosialisasi yang sama dengan yang ia terima. Orang tua melakukan tindakan yang sama dalam melakukan sosialisasi agama Khonghucu kepada anak-anaknya. Mereka mengenalkan agama Khonghucu kepada anak-anaknya sejak masih kecil. Jadi sejak kanakkanak orang tua telah memulai sosialisasi. Sosialisasi pada masa inilah yang menjadi sangat penting dalam perkembangan anak-anak selanjutnya. Setelah mengenalkan anak-anaknya dengan agama Khonghucu, kemudian orang tua mengajak mereka beribadah bersama. Disini dapat commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
terlihat bahwa orang tua memberikan contoh bagaimana tata cara peribadahan dan berbagai hal lainnya yang berhubungan dengan agama Khonghucu. Dengan pemberian contoh, maka terjadi imitasi (proses meniru) tingkah laku dan sifat-sifat orang dewasa, dalam hal ini orang tua oleh anak. Proses imitasi dapat terjadi secara sadar maupun tidak sadar. Tertanamnya nilai-nilai, sikap, keyakinan dan cita-cita dalam diri anak terutama melalui proses imitasi secara tidak sadar. Proses imitasi berhubungan erat dengan proses identifikasi. Dengan identitas itu, anak menyatukan diri secara psikis dengan orang lain, anak berusaha menjadi seperti orang lain. Seperti identifikasi seseorang kepada orang yang diidolakan contohnya artis yang disukai mereka. Sosialisasi primer oleh keluarga ini menjadikan anak-anak mengenal dan diharapkan dapat menerima apa yang disampaikan oleh orang tuanya. Mengingat pentingnya sosialisasi pimer ini seperti yang disampaikan oleh David Popenoe (1971:134) yang menyebutkan bahwa sosialisasi adalah “The process by which the culture of a group or society is taught to, and instilled or internalized in the individual who live in that group or society” Sesuai dengan pernyataan yang dikemukakan oleh David Popenoe di atas, maka sosialisasi yang dilakukan oleh orang tua kepada anak-anaknya bertujuan untuk mengajarkan anak-anaknya tentang agama Khonghucu. Pertama kali mereka dikenalkan sejak kecil dan diajak beribadah bersama. Keluarga yang merupakan kelompok primer bagi anak-anak menjalankan perannya dalam sosialisasi ini sehingga anak-anak dapat mengenal dan pada akhirnya diharapkan dapat menjadikan agama Khonghucu menjadi bagian commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dari dirinya sendiri. Agama Khonghucu menjadi jati dirinya dengan memilih, memeluk dan mengamalkannya. “ Keluarga saya yang hanya dalam keluarga kecil dirumah semuanya beragama Khonghucu. Dari istri dan dua anak saya, semuanya beragama yang sama dengan saya. Walaupun anak-anak saya saya sekolahkan pada sekolah yang mengajarkan agama yang berbeda dari yang mereka anut. Namun ketika mereka berada di luar sekolah, saya tetap ajarkan tentang agama Khonghucu, sejak dari kecilpun sudah sering Saya libatkan dalam menyiapkan berbagai perayaan agama dan menyiapkan peralatan peribadahan. Tidak hanya pelibatan untuk mempersiapkan banyak ibadah dan perayaan keagamaan, namun juga melalui cerita-cerita pribadi (pengalaman hidup) yang pernah Saya alami, agar mereka tau tentang banyak hal yang telah terjadi pada Saya.” (Ws. Adjie Chandra, 17 Desember 2009) ” di dalam keluarga saya mengajarkan bagaimana kita harus hidup dengan moral, budi pekerti dan etika. Semuanya telah terangkum dalam Delapan Pengakuan Iman. Pengakuan terhadap Thian atau Tuhan, selalu melakukan kebajikan, melakukan perintah Tuhan, percaya adanya nyawa dan roh, berbakti kepada kedua orang tua dan leluhur termasuk kepada mereka yang telah meninggal, percaya terhadap Nabi Khonghucu adalah utusan Thian, memuliakan kitab Su Si, serta menerapkan watak dasar manusia yang asli sesuai ajaran nabi Khong Cu. Selain itu Kami juga memberikan contoh bagaimana harus bertindak yang baik yang sesuai dengan Delapan Pengakuan Iman.” (Phiong Sunarto) ”Menjadi orang tua adalah menjadi sosok yang berat terutama dalam hal menanamkan iman kepada anak. Saya selalu ajarkan kepada anak saya tentang etika, budi pekerti dan moral. Ini menjadi suatu yang sangat penting. Tanpa mereka sadari jika hal yang tadi mereka lakukan maka mereka akan merasa melakukan hal yang sesuai dengan aturan yang ada. Contoh sederhana tentang kejujuran. Mereka sering lalai terhadap kata jujur apalagi ketika ada di sekolah. Mencontek menjadi suatu hal yang tidak akan mereka lakukan jika etika, moral dan budi pekerti ini diterapkan. Begitu juga mengenai penanaman agama Khonghucu ini. Anak saya tidak saya paksa untuk masuk ke agama ini, mereka hanya saya perkenalkan agama yang Saya anut dengan berbagai contoh tanpa memaksakan mereka untuk ikut dalam ajaran saya. Nantinya mereka sendiri yang akan memilih mana yang terbaik untuk mereka. ” ( Purwani) “ Orang Tua saya sering mengajarkan kepada Saya sejak kecil bagaimana bersikap terhadap orang tua. Bagaimana menghargai orang lain, terutama papa Saya selalu melibatkan saya untuk menyiapkan berbagi sesaji untuk peribadatan dan perayaan penting lainnya. Juga Papa selalu menceritakan banyak hal tentang pengalaman hidup Papa. Bagaimana dulu mereka hidup, bagaiman mereka menyikapi setiap permasalahan yang ada dengan selalu tekun berusaha dan selalu memberikan contoh yang benar commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kepada anak-anaknya dalam hal kebaikan. “ (Dyah Wardani Chandra Dewi, 17 Desember 2009) ”Ibu dan ayah saya selalu mengajarkan saya untuk bertindak sopan, menghormati orang tua dan tata krama yang baik. Beliau memberikan berbagai contoh, sehingga secara langsung kami juga mengikuti apa yang mereka lakukan. Mereka juga tidak pernah memaksa saya untuk ikut beribadah dan tidak memaksakan saya untuk masuk dalam agama mereka. Saya selalu ikut berbagai kegiatan peribadatan dan menganut ini bukan berdasarkan atas paksaan dari orang tua kami. Karena saya memandang agama ini adalah agama yang saya percaya. Ajaran tentang selalu berbuat kebajikan yang ada dalam 8 pengakuan kebajikan dan penanaman etika yang menjadi ketertarikan saya mesuk dalam agama ini.” (Ratih/ Putri Ibu Purwani) Sekalipun sosialiasi yang diterima anak di dalam keluarga Khonghucu adalah sama, tetapi religiusitas anak terhadap agama Khonghucu tidaklah sama. Orang tua mengamalkan anak-anaknya dengan agama Khonghucu sejak mereka masih kecil. Dalam sosialisasi, lingkungan sekitarpun menjadi bagian yang sangat penting dalam proses religiusitas anak. Ketika lingkungan yang ada di sana tidak mendukung akan proses ini maka religiusitas anakpun akan minimal dan juga sebaliknya ketika lingkungan yang ada sangat mendukung maka religiusitas juaga akan menjadi maksimal. Adapula orang tua memberikan sosialisasi hanya berupa contoh dalam melakukan
kehidupannya, seperti
ibu
Purwani yang tidak
pernah
memaksakan kepada anak untuk beribadah, memilih agama yang sama dan segala bentuk pemaksaan lainnya mengenai kegiatan keagamaan. Hal ini berfungsi agar si anak dapat memilih dengan sesuai dengan apa yang mereka yakini dengan ikhlas. Jika mereka melakukan sesuatu kesenangan mereka dan pilihan mereka maka mereka akan lakukan ini dengan ikhlas dan maksimal pula.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
“Dalam keluarga Kami, Kami mengharap mereka tetap memeluk agama yang Kami (keluarga atau leluhur) anut karena ini merupakan hal yang sangat prinsipil bagi Saya. Walaupun semua agama sebenarnya memiliki tujuan yang sama yaitu menciptakan manusia menjadi seorang yang baik namun dengan jalur yang berbeda-beda dan dengan cara yang berbeda-beda pula.”(Ws.Adjie Chandra, 17 Desember 2009) “ Bagi kami agama yang dianut saat ini merupakan agama yang kami pilih hingga akhir hayat nanti, karena kami tahu bahwa ajaran yang ada membuat kita lebih mudah untuk menjalani hidup dan menjadi tuntunan bagi hidup kami. Sebenarnya semua agama yang ada di dunia mengajarkan kebaikan pada setiap manusia.” (Dyah Wardani Chandra Dewi, 17 Desember 2009) 3. Aktivitas Peribadatan dalam Keluarga Selain dikenalkan dengan agama Khonghucu, anak-anak juga diajak oleh orang tuanya untuk mnegikuti aktivitas peribadatan bersama-sama. Orang tua bersama-sama dengan anak-anaknya melaksanakan peribadatan bersama. “Sejak dari usia balita, Saya selalu diajak oleh Papa untuk beribadah setiap minggunya di Lithang pada peribadatan anak-anak pada pagi hari jam 08.00 Papa selalu mengantarkan Saya dan adik Saya. (Dyah Wardani Chandra Dewi, 17 Desember 2009) Orang tua mengenalkan anak-anaknya dengan agama Khonghucu sejak masih kecil bahkan sebelum sekolah dengan cara mengajaknya beribadah bersama. Baik peribadatan yang dilakukan di rumah maupun di tempat ibadah, orang tua selalu mengajak anak-anaknya untuk beribadah bersama. Ketika masih kecil anak-anak tidak mempunyai keberanian untuk menolak ajakan atau perintah orang tuanya sehingga mereka cenderung untuk menurut saja.meskipun belum memahami tata cara dan makna peribadatan yang dilakukan, bagi orang tua yang terpenting adalah anak-anak mereka telah mengenal terlebih dahulu agama Khonghucu. Sedangkan pemahaman commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
secara lebih mendalam dilakukan sesuai dengan perkembangan anakanaknya. Umat Khonghucu bisa melakukan peribadatan di rumah maupun di tempat ibadah. Baik itu di rumah maupun di tempat ibadah dapat dilakukan secara sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama. “Peribadatan yang sering Saya dan keluarga lakukan dirumah secara rutin adalah setiap tanggal 1 dan 15 Imlek pada setiap malam. Saya juga tidak makan daging (vegetarian) pada tanggal ini. Dan keluargapun tahu tentang apa yang Saya sering lakukan. Mereka mendukung, dengan tidak memasak daging pada tanggal itu. Menjelang tahun baru Imlek di malam harinya, Kami berkumpul untuk ibadah bersama, termasuk saudara-saudara Saya yang berada di luar kota yang menyempatkan datang untuk sekedar beribadah bersama untuk menghormati leluhur. Saya yang dibantu anak-anak sering menyiapkan sesaji untuk pera leluhur. Dan peribadatan yang Saya lakukan di tempat ibadah (Lithang) lebih banyak Saya lakukan karena Saya adalah bagian dari Lidhang (sebagai pemuka agama tingkat madya), sehingga waktu Saya lebih banyak berada di sini. Dengan menyiapkan banyak peribadatan. Beberapa diantaranya sembayang Tangcik atau kita menyebutnya Genta Rohani atau ronde, peringatan ulang tahun dan kematian Nabi Khonghucu lalu juga ada perayaan Cap Gomeh dan banyak perayaan yang lain. Tetapi yang paling utama dan rutin saya lakukan pada peribadatan di Lithang adalah sembayang pada hari minggu yang merupakan ibadah rutin bagi Kaum Khonghucu.” (Ws. Adjie Chandra, 17 Desember 2009) “ Kami sekeluarga sering melakukan kegiatan peribadatan di rumah, Papa selalu mengingatkan kepada kita dan memberikan contoh untuk tetap melakukan ibadah di rumah. Terutama ibadah rutin pada tanggal 1 dan 15 Imlek, serta sembayang kepada leluhur yang telah meninggal dunia. Kami sekeluarga juga tidak pernah lupa untuk sembayang rutin diadakan pada hari minggu di Lithang. (Dyah Wardani Chandra Dewi, 17 Desember 2009) Dari sini dapat terlihat bahwa keluarga juga melaksanakan fungsi keagamaan. Keluarga yang merupakan kelompok primer menjadi pusat pendidikan agama bagi anak-anaknya. Meskipun fungsi ini kemudian juga dilakukan oleh lembaga pendidikan, namun peran keluarga tidak dapat dikesampingkan dan tetap menjadi bagian yang penting dalam proses sosialisasi agama Khonghucu.commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Seperti yang disebutkan oleh C.Y. Glock dan R. Strak dalam American Piety: The Nature or Religious Commitment. (1968: 11-19), mengenai dimensi agama bahwa praktik agama meliputi perilaku simbolik dari makna-makna keagamaa yang terkandung di dalamnya. Peribadatan dilakukan sebagi bentuk dimensi agama. Dimensi dalam agama yaitu: 1. Dimensi kayakinan yang berisi pengharapan sambil berpegang teguh pada teologi tertentu. 2. Dimensi praktik. 3. Dimensi pengalaman keagamaan yang merujuk pada keseluruhan keterlibatan subyektif dan individual dengan hal-hal yang suci dari suatu agama. 4. Dimensi pengetahuan agama yaitu mengetahui tentang keyakinan, ritus, kitab suci dan tradisi. 5. Dimensi konsekuensi yang mengacu pada identifikasi akibat-akibat keyakinan, praktik, pengalaman, dan pengetahuan seseorang dari hari ke hari. Peribadatan rutin dilaksanakan setiap minggu pagi secara bersamasama, mulai pukul 09.00WIB hingga selesai pada pukul 11.00 WIB. Setiap bulan juga dilaksanakan peribadahan pada tanggal 1 Imlek atau Che It dan 15 Imlek atau Cap Go. Pada peribadahan yang disebut terakhir ini sering kali disamakan dengan ibadah besar karena berbeda dengan peribadahan setiap minggu pagi atau kabaktian rutin. Selain dilaksanakan pada malam hari, pukul 19.00 WIB, Chee It Cap Go juga lebih komplit daripada kebaktian minggu pagi. Peribadatan tidak hanya dilakukan di tempat ibadah, tetapi juga di rumah. Sering kali peribadatan di rumah hanya pada saat-saat tertentu saja. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Misalnya pada hari-hari besar keagamaan. Peribadahan yang dilakukan di rumah bisa bersama-sama ataupun sendiri. Bahka dengan demikian agama Khonghucu bisa disebut sebagai home religion karena tidak menekankan untuk melaksanakan peribadahan di tempat ibadah, melainkan sudah cukup di rumah saja. Inilah salah satu hal yang menjadikan kegiatan keagamaan bagi umat Khonghucu tidak bisa secara jelas diketahui. Dalam agama Khonghucu terdapat banyak sekali hari-hari besar. Namun demikian hanya hari raya Imlek (tahun baru 1 Imlek) dan Cap Go Meh yang identik dengan sebuah masakan Lontong Cap Go Meh (15 Imlek) yang sangat dikenal. Perayaan Imlek dan Cap Go Meh begitu meriah. Harihari besar dalam agama Khonghucu yang lain antara lain kelahiran Nabi Khong Cu, Hari wafatnya Khong Cu, Hari Tang Cik, hari Ching Bing dan lain-lain. Sesuai dengan peribadahan dan peringatan hari-hari besar keagamaan di atas, maka dalam agama Khonghucu juga terdapat unsur praktis berupa sistem kaidah yang mengikat pengikutnya. Umat Khonghucu termasuk anakanak dan orang tua di dalam sebuah keluarga, terikat dengan pengaturan yang ada seperti yang disebutkan oleh Joachim Wach, misalnya peribadahan bersama yang dilakukan setiap minggu maupun hari-hari besar lainnya. Unsur praktik ini pula yang digunakan oleh orang tua untuk mengajak anak-anaknya melaksanakan ibadah bersama. 4. Pemahaman tentang Agama Khonghucu commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Seperti yang telah dikemukakan oleh C.Y. Glock dan R. Stark dalam American Piety: The Nature or Religious Commitmentdi atas bahwa salah satu dimensi agama adalah pengetahuan agama yang meliputi keyakinan, ritus, kitas suci dan tradisi. Demikian pula dengan agama Khonghucu juga harus memahami pengetahuan tentang agamanya. Jadi tidak hanya mengamalkan ajaran-ajarannya semata tetapi juga mempunyai pengetahuan tentang seluk beluk agama tersebut. Di dalam sebuah agama, ritual peribadatan menjadi begitu penting. Karena melalui peribadatan ini umat melaksanakan praktik keagamaan dan pengalaman keagamaan yang merujuk pada seluruh keterlibatan subyektif dan individual dengan hal-hal suci dari agamanya. Begitu pula dengan simbol-simbol agamanya. Simbol dari suatu agama berbeda dengan simbol dari agama lainnya. Kalaupun ada yang sama , hampir bisa dipastikan makna dari simbol tersebut berbeda. “Dalam hal pemahaman keagamaan yang Saya berikan kepada anakanak Saya, menurut saya sudah sangat banyak. Merekapun juga sangat antusias dalam pembelajaran agama Khonghucu. Banyak pertanyaan juga yang mereka ajukan ketika mereka tidak tau dan Saya berusaha menjawab segala pertanyaan mereka. Merekapun juga menambah ilmu agama mereka dengan membaca buku-buku. Saat inipun mereka mulai banyak sudah sangat mengerti dan tau apa yang dibutuhkan adalam perayaan agama (sesaji yang dibutuhkan), berbagai simbol yang ada, seperti simbol genta atau lonceng yang didalamnya terdapat huruf china yang bertuliskan Chung dan Sing. Banyak hal yang sudah mereka ketahui karena merekalah yang nantinya akan meneruskan agama Khonghucu hingga nanti hingga keturunannya kelak. (Ws. Adjie Chandra, 17 Desember 2009) “ banyak hal yang sudah saya tau tentang agama ini. Semuanya mulai diajarkan oleh Papa semenjak kecil. Dari hal yang sederhana seperti membantu Papa menyiapkan berbagai sesaji untuk persembahyanganpersembahyangan yang ada di rumah lalu banyak hal yang saya pelajari dari Papa, seperti sembayang-sembayang dan upacara-upacara yang ada di agama commit to user berbagai lambang atau simbol Khonghucu, sesaji apa saja yang dibutuhkan,
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
yang ada dalam agama Kami dan masih banyak lagi hal yang telah Saya pelajari. Namun tidak hanya dari Papa saja Saya mendapatkan ilmu keagamaan, dari berbagai sumber seperti buku, belajar dan berdiskusi dengan Haksu tentang apa yang tidak Saya tau. Orang tua Saya mengajarkan tentang delapan pengakuan iman serta riwayat tentang Nabi Khong Cu dan Saya bersama adik Saya berusaha melaksanakan apa yang telah Saya dapat dengan bantuan dan bimbingan dari orang tua. Mereka membantu Saya dan adik Saya untuk mengontrol diri saya dan adik untuk melakukan semuanya yang sesuai dengan ajaran agama Kami.” (Dyah Wardani Chandra Dewi, 17 Desember 2009) Dari pernyataan kedua informan tersebut diatas dapat diketahui bahwa pengetahuan tentang agama yang dimiliki oleh si anak cukup tinggi. Banyak hal yang didapat, baik yang berasal dari orang tuanya maupun dari berbagai sumber yang ada di luar. Keaktifan si anak dalam mencari informasi tentang agama Khonghucu ini juga sangat mempengaruhi perkambangan keimanan seorang anak. Banyak simbol yang harus dimengerti oleh si anak. Seperti pemakaian dupa pada acara persembayangan yang mempunyai ketentuan yang
berbeda-beda
lalu
berbagai
macam
persembahyangan
yang
membutuhkan sesaji yang berbeda-beda, hal ini harus dimengerti oleh semua penganut agama Khonghucu. Lalu adanya simbol genta yakni sebagai simbol keagamaan yang disebutkan dalam delapan pengakuan iman. Simbol ini bukan sekedar simbol namu memiliki arti yang menurut penganut Khonghucu sangat bermakna. Yakni bahwa simbol genta tersebut merupakan lambang komunikasi, maksudnya dalam simbol ini genta merupakan salah satu alat komunikasi bagi rakyatnya. Misalnya kerajaan akan
memberitahukan
pengumuman ataupun kabar-kabar tertentu kepada rakyatnya dengan menggunakan genta (pemahaman simbol secara sederhana) sedangkan simbol commit user maksud genta di sini, ajaran nabi to diharapkan dapat diberitahukan kepada
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
setiap manusia. Mengenai huruf Chung dan Sing, kalau huruf Chung artinya bagaimana hubungan kita terhadap Tuhan, kalau Sing bagaimana hubungan kita kepada sesama manusia. Dan simbol genta ini juga dipakai sebagai lambang yang dikenakan oleh rohaniawan. Lambang ini berupa bordiran. Pada baju atau pin yang ditempelkan, pada saat meminpin ibadah besar, rohaniawan mengenakan pakaian khusus yang dilenghapi dengan genta. Pengetahuan yang dimiliki oleh si anak pada masa orde baru dengan masa sekarang sangatlah berbeda. Dimasa orde baru semua informasi yang berhubungan denagn agama Khonghucu dilarang untuk dipelajari apalagi disebarluaskan, sehingga pemahaman tentang pengetahuan ini menjadi sangat terbatas, sedangkan pada masa sekarang, semua informasi dapat dan boleh diperoleh serta disebarluaskan dengan sangat mudah. Hal ini jelas sangat mempengaruhi seorang untuk memperoleh informasi dari siapa saja dan apa saja serta dari manapun. Karena semua informasi yang diperoleh dapat bebas diperoleh tanpa ada batasan. Sehingga informasi dapat mudah didapat. Kebijakan politik yang ada juga merupakan faktor yang tidak bisa dilepaskan pula dari perkembangan agama Khonghucu. Karena adanya kebijakan politik yang melarang tentang agama Khonghucu berkembang membuat hilangnya generasi agama Khonghucu selama puluhan tahun telah ada. Walaupun di masa reformasi ini agama Khonghucu telah dibebaskan dari belenggu penyebaran informasi namun tidak mudah bagi agama Khonghucu untuk kembali pada masa kejayaannya di masa sebelun era orde baru, hanya beberapa persen saja yang tetap mempertahankan keyakinannya. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Jadi dapat digambarkan bahwa Perkembangan dan Sosialisasi agama Khonghucu di Surakarta yang dimulai pada masa Orde Lama yang berkembang pesat, namun pada masa Orde Baru perkembangan agama ini terhambat dengan munculnya surat edaran mentri dalam negeri No. 477/74054/BA.01.2/4683/95 tanggal 18 November 1978 yang menjadikan status agama Khonghucu tidak jelas, termasuk perayaan Imlek dan kegiatan keagamaan lainnya. Namun setelah kita masuk para Era Reformasi pada pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid agama ini mencapai kebebasannya kembali. Kebebasan kembalinya agama Khonghucu ini menjadi sesuatu yang sulit karena banyak dari penganut agama Khonghucu berpindah agama dan tetap menganut agama yang dianutnya sekarang. Banyak siswa yang menganut agama bukan Khonghucu di sekolah, tetapi di rumah mereka kembali menganut agama Khonghucu dan masih banyak pula penganut agama Khonghucu yang tidak tercatat di Departemen Agama. Perkembangan agama ini juga tidak lepas dari peran Lithang dan pemuka agama yang ada di sana. Banyak kegiatan yang ada disana, dengan berbagai kegiatan ini sosialisasi ini akan terbentuk. Makin Surakarta merupakan salah satu saksi sejarah perkembangan agama Khonghucu di wilayah ini. Banyak organisasi yang bernaung dibawah Makin Surakarta ini. Mulai dari perkumpulan Wanita Agama Khongucu (Wakin), Pemuda Agama Khonghucu (Pakin), serta Yayasan Tripusaka yang membawahi sekolah Tripusaka dari Sekolah Dasar hingga Sekolah Menengah Atas sera membawahi sebuah organisasi kesenian yang menjadi simbol adat Tionghoa yaitu Barongsai dan Liong yang telah terkenal hingga ke berbagai daerah di Indonesia serta telah menjuarai berbagai lomba baik commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
berskala lokal maupun nasional. Ini menjadi bukti eksistensi agama Khonghucu di negara ini. Sosialisasi yang terjadi dalam keluarga agama Khonghucu sangat dipengaruhi oleh peran ayah sebagai Imam dalam rumah tangga. Seorang ayah memberikan contoh bagaimana berkehidupan yang sesuai dengan
tuntunan
agama serta penanaman agama melalui berbagai contoh cerita dan pengalaman dalam kehidupan pribadi. Anak dapat melihat semua contoh yang ada dalam lingkungan keluarga dan keinginan seorang anak dalam mempelajari agama ini pun ada. Dalam keluarga Khonghucu menginginkan anak keturunannya menganut agama yang sama dengan mereka yaitu Khonghucu.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV PENUTUP
Pada bagian akhir ini, penulis juga akan memaparkan secara singkat kesimpulan dan implikasi yang telah diperoleh setelah melakukan penelitian skripsi ini. Selain itu juga memberikan beberapa saran yang berkaitan dengan permasalahan dalam penelitian skripsi ini. A. Kesimpulan Agama Khonghucu memang telah ada di Indonesia sebelum Negara Indonesia terbentuk. Hal ini dapat dibuktikan dengan ditemukannya bangunan tempat-tempat ibadah di beberapa daerah di Indonesia yang berusia ratusan tahun. Bahkan telah mengalami renovasi tanpa menghilangkan bentuk asli dan fungsinya, salah satu contohnya adalah Klenteng Sam Poo Kong yang berada di Kota Semarang dan klenteng ini merupakan Klentang yang tertua yang ada di Indonesia. Eksistensi agama Khonghucu sebagai sebuah agama tidak bisa dilepaskan dari sosialisasi. Tanpa sosialisasi agama Khonghucu tidak bisa bertahan dan dikembangkan. Sosialisasi ini dilakukan dengan berkelanjutan baik itu sosialisasi primer oleh keluarga maupun sekunder oleh lingkungan yang berada di luar keluarga misalnya sekolah, lingkungan bermain dan tempat ibadah. Dengan sosialisasi diharapkan anak-anak dalam keluarga Khonghucu dapat memilih agama Khonghucu sebagai agamanya. Artinya sosialisasi berhasil, yang commit to user
94
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ditandai dengan religiusitas anak yang tinggi. agama Khonghucu telah terinternalisasi menjadi bagian dari dirinya. Pada masa Orde Baru merupakan titik balik dari perkembangan agama Khonghucu. Kebijakan politik yang dihasilkan oleh pemerintah Orde Baru tidak mengakui Khonghucu sebagai agama ke-enam. Diskriminasi terhadap agama Khonghucu selama 30-an tahun ini berdampak pada penurunan jumlah umat agama Khonghucu. Akibatnya banyak umat agama Khonghucu yang beralih ke agama lain tertentuuntuk menghindari label atheis, komunis, maupun untuk kepentingan pendidikan dan kependudukan. Namun dalam kehidupan keeharian, ajaran-ajaran agama Khonghucu tetap dijalankan. Pada Orde Baru sosialisasi primer juga dijalankan oleh orang tua agar anak-anaknya bisa mengenal dan memilih Khonghucu sebagai agamanya. Demikian juga dengan lingkungan di luar rumah seperti tempat ibadah, kegiatan yang ada di luar serta teman-teman bermain si anak serta sekolah, orang tuapun pasti akan memilihkan sekolah, lingkungan luar yang latar belakangnya belakang agamanya. Dan harapan orang tua juga pihak-pihak luar ini dapat menjalankan sosialisasi sekunder sehingga religiusitas anak dapat tercapai dan agama Khonghucu dapat bertahan serta berkembang. 1. Implikasi Empiris Sosialisasi agama Khonghucu dalam keluarga menjadi sangat penting dalam perkembangan agama Khonghucu. Sekalipun agama Khonghucu mendapatkan tekanan yang luar biasa hebat, umat Khonghucu tetap dapat bertahan meskipun negara tidak mengakui Khonghucu sebagai commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
agama resmi selama 30-an tahun lamanya, umat Khonghucu tetap menjalankan ajaran-ajarannya. Artinya negara tidak bisa mematikan sebuah agama, sekalipun berhasil membatasi ruang geraknya dan sangat merugikan dalam perkembangan agama khonghucu di kemudian hari. Seperti yang tertera pada The International Bill of Human Rights bahwa mengakui keterbatasan suatu agama sama saja dengan tidak menghargai Hak Asasi Manusia. Adapun suatu agama tidak perlu mendapat pengakuan dari suatu negara karena bisa jadi suatu negara ada sebelum negara itu ada. Begitu pula yang dikemukakan oleh Presiden Abdurrahman Wahid bahwa negara tidak berhak untuk mengatur agama dari warganya, tetapi harus melindungi agama yang dianut oleh warganya itu. Lebih lanjut, pengakuan negara atau pemerintah terhadap agama adalah suatu hal yang keliru karena agama kan tetap ada walaupun tidak ada pengakuan dari negara. Meskipun pada akhirnya pengakuan dari negara juga mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam perkembangan agama tersebut, seperti yang terjadi pada agama Khonghucu selama ini. Sosialisasi agama Khonghucu oleh orang tua kepada anak-anaknya dilakukan sejak dini dengan mengajak beribadah bersama dan memberikan contoh kepada mereka. Cara yang demikian ini dilakukan secara turun temurun. Orang tua menyamakan dirinya dengan pola sosialisasi yang dulu digunakan oleh orang tuanya. Mereka menganggap bahwa pola sosialisasi yang digunakan orang tua mereka adalah yang terbaik sehingga pada saat mereka membentuk keluarga dan mempunyai anak mereka memulai kembali pola sosialisasi yang mereka peroleh. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Orang tua dalam hal ini lebih banyak mengajarkan tentang etika, tata krama, tingkah laku, budi pekerti dan moral, selain itu juga Delapan Pengakuan Iman juga menjadi salah satu yang diajarkan oleh orang tua kepada anak-anaknya, di dalamnya terdapat berbagai ajaran yang membantu mereka dalam memahami agama Khonghucu ini. Hal ini juga membantu anak dalam membentuk watak dan sifat dari si anak sendiri. Peranan orang tua dalam keluarga sebagai agen sosialisasi begitu penting. Fungsi sosialisasi harus bisa dijalankan dengan baik oleh orang tua agar anak-anaknya dan menginternalisasikan agama Khonghucu menjadi bagian yang tak terpisahkan dari dirinya. Selain fungsi sosialisasi , keluarga juga menjalankan fungsi keagamaan. Keluarga menjadi tempat dimana anakanak mempelajari agama secara informal dalam kesehariannya. Selain itu peranan lingkungan di luar keluarga menjadi sosialisas yang sangat penting juga. Anak-anak akan banyak meluangkan waktu untuk bersosialisasi di lingkungan luar seperti sekolah, teman-teman mereka bermain, lingkungan peribadahan mereka serta berbagai kegiatan yang diikuti oleh si anak. Tionghoa juga mendukung dalam perkembangan agama Khonghucu. Ketika sekolah-sekolah Tionghoa ditutup, pelarangan peribadatan dan sesuatu yang berhubungan dengan perayaan dari Agama Khongucu, maka sosialisasi bisa terputus. Akhirnya adalah peranan keluarga menjadi begitu penting. Kalaupun
mendapat
pengetahuan
dan
pemahaman
Khonghucu, seringkali dilakukan bukan secara general. commit to user
tentang
agama
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Sosialisasi orang tua tidak selalu berhasil kepada anak-anaknya tentu saja ada beberapa anggota keluarganya, baik itu anak-anaknya sendiri maupun saudara dan saudarinya yang berlainan agamanya. Orang tua telah mengusahakan sosialisasi dengan sebaik mungkin, namun ada juga anakanaknya yang berlainan dalam memilih agama. Seperti yang tertulis dalam sabda Suci jilid IX: 22 halaman 188 sebagai berikut ‘Nabi Khonghucu bersabda ”Diantara benih yang tumbuh ada yang tidak berbunga dan diantara yang berbunga ada yang tidak berbuah.” Maksudnya adalah dalam sebuah keluarga ada orang tua yang mempunyai keturunan, berupa ana-anaknya. Diantara anak-anaknya tersebut tentu saja ada yang berkeluarga dan mempunyai keturunan lagi . Adapula yang berkeluarga namun tidak memiliki keturunan. Dari beberapa anaknya pasti ada yang berlainan agamanya, begitu juga dengan keturunannya. Penurunan jumlah yang terjadi pada umat Khonghucu pada Orde lama ke Orde Baru bukan disebabkan oleh kegagalan sosialisasi. Faktorfaktor eksternal yang mempengaruhi agama Khonghucu yakni adanya kebijakan politik Orde Baru yang diskriminatif dan anggapan yang keliru dari orang-orang keturunan Tionghoa terhadap agama Khonghucu menjadi penghambat perkembangan agama Khonghucu. Setelah diakui kembali sebagai agama resmi dan ditetapkannya Imlek sebagai hari raya, agama Khonghucu mempunyai kesempatan kedua dan harapan baru untuk mampu berkembang lagi dan memberikan kontribusi positif bagi kemajuan Bangsa Indonesia. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2. Implikasi Teoritis Penelitian ini menggunakan Teori Aksi yang tergabung dalam dalam Paradigma Definisi Sosial yang menekankan pada Tindakan Sosial dari Max Weber, pokok persoalan sosiologi adalah bagaimana memahami tindakan sosial antar hubungan sosial dimana “tindakan penuh arti’ itu ditafsirkan untuk sampai pada penjelasan kausal. Untuk mempelajari tindakan Sosial ini, Weber menganjurkan metode analisisnya melalui pemahaman dan penafsiran (Interpretative Understanding) yang Verstehen. Dari penelitian ini, secara teoritis sesuai dengan Teori Aksi yang telah disampaikan oleh Weber di atas. Orang tua merupakan aktor utama yang melakukan tindakan sosial. Tindakan tersebut diarahkan kepada anakanaknya. Ia melakukan sosialisasi agama Khonghucu kepada anak-anaknaya sejak mereka masih kecil. Tindakan sosial yang dilakukan orang tua ini tergolong dalam tindakan sosial berorientasi nilai karena dipengaruhi oleh nilai-nilai agama Khonghucu. Demikian pula dengan jalur pribadi untuk anak-anaknya juga dipilih sesuai dengan latar belakang agama Khonghucu yang menjadi agamanya. Artinya orang tua mempunyai tujuan yang hendak dicapai, yaitu anak-anaknya menjadi umat Khonghucu seperti mereka. Sedangkan pilihan agama yang dilakukan untuk kepentingan pendidikan dan data kependudukan yang dilakukan oleh anak tergolong dalam tindakan sosial instrumental karena ada tujuan tertentu yang hendak dicapai. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3. Implikasi Metodologis Penelitian ini merupakan penelitian Deskriptif Kualitatif yang bertujuan mendeskripsikan secara terperinci fenomena sosial tertentu. Kualitatif merupakan tata cara penelitian yang menghasilkan data deskriptif , yaitu apa yang dinyatakan secara tertulis atau lisan dan juga perilaku yang nyata yang diteliti dan dipelajari sebagai suasana yang utuh. Jadi penelitian deskriptif kualitatif studi kasusnya mengarah pada pendeskripsian secara rinci dan mendalam terhadap suatu permasalahan. Dalam penelitian skripsi ini bagaimana gambaran perkembangan agama Khonghucu yang ada di Surakarta, dan permasalahan selanjutnya adalah bagaimana sosialisasi agama Khonghucu ini di dalam keluarga. Dalam tehnik pengumpulan data, penulis turun ke lapangan untuk mencari, mengumpulkan dan mengolah data. Pengumpulan data dilakukan baik interaktif maupun non interaktif. Metode wawancara mendalam dan observasi dan observasi berperan digunakan metode interaktif, catatan dokumen dan observasi tak berperan digunakan untuk metode non interktif. Pengambilan sampel digunakan tehnik purposive sampling sehingga sampel dipilih
berdasarkan
pertimbangan-pertimbangan bahwa sampel-sampel
tersebut dapat mewakili apa yang dimaksudkan dalam tujuan penelitian. Dengan demikian, penulis dapat memperoleh data-data yang dibutuhkan dalam penelitian dengan memilih informan yang benar-benar tahu permasalahan penelitian.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Informan penelitian dalam penelitian ini hanya 7 orang, yaitu Hs. Indarto sebagai informan pertama yang memberikan banyak informasi tentang perkembangan Agama Khonghucu. Ws. Adjie Chandra, Phiong Sunarto serta ibu Purwani sebagai Informan yang berperan dalam memberikan informasi sebagai orang tua yang beragama Khonghucu dan Diah Wardani Chandra Dewi
dan Ratih sebagai informan ketiga yang
berperan sebagai anak yang menganut Agama Khonghucu yang menerima sosialisasi Agama Khonghucu ini dari orang tuanya. Selain terbatasnya informan dalam penelitian ini, penulis juga menjumpai ketidakaktifan dari umat Khonghucu lainnya, terutama kaum muda mudi untuk terlibat dalam peribadatan rutin di lithang. Penelitian ini juga mendapatkan bantuan tambahan bantuan info dari Hs. Tjhie Tjay Ing. Analisis data dilakukan dengan analisis interaktif, reduksi data, sajian data dan penarikan kesimpulan dilakukan secara terus menerus selama proses penelitian masih berlangsung. Dalam pengumpulan data penelitian, reduksi data, sajian data dan penarikan kesimpulan dilakukan secara langsung. Begitu data diperoleh selanjutnya penulis segera mengolahnya. B. Saran Sebagai penutup dalam penelitian skripsi dengan judul “Perkembangan Agama Khonghucu di Surakarta (Studi Deskriptif Kualitatif tentang Sosialisasi pada Keluarga Khonghucu di Surakarta) ini penulis mengajukan beberapa saran yang bisa dipertimbangkan dan ditindaklanjuti. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
1.
digilib.uns.ac.id
Pemerintah memasukkan agama Khonghucu sebagai agama resmi lagi sejak tahun 2000. Khonghucu memang telah menjadi agama resmi kembali sebagai agama namun data statistik tentang jumlah penduduk menurut agamanya belum dapat dimasukkan, hanya masuk dalam Departemen Agama itupun jumlah yang ada di sana tidak benar-benar sesuai apa yang ada di lapangan. Padahal kehidupan keagamaan umat Khonghucu masih tampak denga jelas. Memang masih didominasi oleh golongan lanjut usia. Pengakuan dari pemerintah secara nyata akan berdampak nyata dalam perkembangan lebih lanjut bagi agama Khonghucu, terutama partisipasi dari kaum muda pada peribadatan rutin. Diharapkan dalam pendataan penduduk atau sensus penduduk yang selanjutnya, pemerintah menyediakan pilihan agama Khonghucu bagi umatnya. Perlu diketahui juga bahwa agama Khonghucu ini termasuk agama besar di dunia.
2.
Sedangkan bagi orang tua agar dapat menjalankan fungsi sosialisasi dengan baik sehingga anak-anaknya dapat menjadi umat Khonghucu . selama ini hanya digunakan contoh sebaga metode sosialisasi. Metode ini sebenarnya berhasil dengan baik masyarakatnya. Namun zaman telah mengalami perubahan dan juga harus menyesuaikan. Demikian pula dengan metode sosialisasi yang dipilih selain pemberian contoh, orang tua dapat pula menggunakan metode yang lainnya misalnya metode ganjaran dan hukuman. Selain itu orang tua juga perlu untuk memperluas pengetahuan dan pemahamannya tentang agama. Tidak hanya peribadahan saja tetapi juga commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
orang tua bisa menjelaskan berbagai hal yang berkaitan dengan agamanya. Artinya keluarga tidak hanya menjalankan sosialisasi, tetapi juga pendidikan agama bagi anak-anaknya. 3.
Terakhir bagi peneliti-peneliti lain, terutama yang terutama yang berminat dengan agama Khonghucu maupun dengan agama-agama lainnya, semoga penelitian ini dapat menjadi referensi tertulis yang bermanfaat. Selain itu masih terbatasnya penelitian tentang agama Khonghucu dapat menjadi pertimbangan
untuk
lebih
mengenal
dan
memahami
lagi
dengan
melaksanakan penelitian-penelitian lebih lanjut. Selanjutnya hasil penelitian juga bisa dibandingkan dengan cara atau bentuk sosialisasi yang dilakukan oleh orang tua dalam keluarga dari latar belakang agama yang berbeda. Peneliti dapat juga menggunakan metode penelitian yang berbeda sehingga dapat diperoleh hasil yang lebih variatif, terutama di lokasi–lokasi yang berbeda, apakah menunjukkan kesamaan atau perbedaan dalam pengambilan data.
commit to user