REKONSTRUKSI ACEH N0. 18 ■ 1 APRIL 2006 ■ DUA MINGGUAN
http://e-aceh-nias.org/ceureumen/
PANTON Assalamualikum kawom sabahat Peulara adat deungon budaya Budaya Aceh saheh beukuat Dengon syariat cit saboh punca Peulom di Aceh teungoh seumangat Peudong syariat hukom agama Ulama-umara beusapeue pakat Meunan cit rakyat dukung beusama Meung na lagee nyan tuhan bri rahmat Aceh beureukat jeuoh ngon bala Nanggroe pih aman makmu ngon rakyat Rot laot darat teuka sijahtra
Menggeledah Pungli dalam Rekonstruksi Kawasan yang disinyalir sarat pungli itu tak lain kawasan Pidie, tepatnya mulai dari pesisir Kecamatan Muara Tiga, Kembang Tanjong hingga Panteraja. Bukan di Pidie saja, daerah lain macam Aceh Barat, Aceh Jaya, Aceh Besar juga tak bebas dari kabar buruk itu.
TA SAKTI
■ HOTLI SIMANJUNTAK
2 KPK Sudah di Aceh Lo!
Peristirahatan Terakhir itu Terusik Hutang
3 Syariat Berakhir di Ujung Rotan
7 Kenangan Tersisa di Ujong Muloh
8 Korban Konflik Minta Bantuan Berlanjut
Wik Sari Lambaro
[email protected]
T
RAGIS nian nasib para korban tsunami di Aceh. Bukan saja dirasakan oleh mereka yang hidup, bahkan mereka yang telah menjadi mayat, yang terbujur kaku tanpa kafan di kuburan massal Lambaro. Adalah enam pemilik tanah lokasi kuburan massal di Lambaro, Kecamatan Ingin Jaya, Aceh Besar, yang merasa “dibohongi” Pemda Aceh dan Pemkab Aceh Besar, soal ganti rugi tanah mereka, yang diperuntukkan bagi lahan kuburan massal korban tsunami. Buntutnya, mereka menggugat Pemkab Aceh Besar, senilai Rp.1 Milyar, karena wanprestasi. Keenam pemilik tanah ini lewat kuasa hukumnya, Darwis SH, telah mendaftarkan perkaranya ke panitera Pengadilan Negeri Jantho, Aceh Besar. Harga terlalu murah Masalahnya pembayaran ganti rugi itu berdasarkan harga Rp 225 ribu per meter, sementara harga faktualnya mencapai Rp 500 ribu per meter. Harga itu
ditaksir berdasarkan letaknya yang strategis, berada pada lintasan Banda AcehBandara Sultan Iskandar Muda, Blang Bintang. “Ada beberapa orang yang tergugat, pertama Gubernur NAD (tergugat I), menjanjikan ganti tanah seluruhnya mencapai 3.040 meter bujur sangkar. Menurut salah satu dari mereka, tergugat telah membayar sebagian harga tanah tersebut sebesar Rp 380.300.000. Kemudian Bupati Aceh Besar (tergugat II), belum melunasi sisa ganti rugi keseluruhan mencapai Rp 1,14 miliar, berdasarkan tanah Rp 500 ribu per meter, bukan harga Rp 225 ribu, yang dipatok dua pimpinan daerah itu,” kata Darwis. Ditolak Tapi benarkah ganti rugi belum dibayarkan, sehingga mengancam keberadaan jasad-jasad kaku korban tsunami yang berada di dalam kuburan massal tersebut? Menurut Sekretaris Daerah Kabupaten Aceh Besar, Dahlan SH MM, menyebutkan, pembayaran ganti rugi sudah dilaksanakan. Hanya saja, apakah masih
ada yang belum atau tidak mau menerima, Dia tidak mengetahuinya, karena dirinya tidak masuk dalam tim pembebasan tanah tersebut. Begitupun, tambahnya, selaku Sekretaris Daerah Aceh Besar, dirinya justru sudah mengetahui soal gugatan itu. Pihaknya juga menyatakan siap menerima gugatan tersebut. “Kita lihat saja nanti di pengadilan,” kata Dahlan. Ketua DPRD Aceh Besar, Tgk Muhibbusabri menyebutkan, pihaknya sangat terkejut dengan adanya gugatan dari masyarakat. Yang dia tahu, ganti rugi itu sudah dibayar. Tapi malah muncul gugatan. Kepada eksekutif, dewan meminta agar persoalan ini tidak berlarut dan sebaiknya pemerintah daerah segera menyelesaikannya. Karena sudah satu tahun lebih. Kecuali itu, kepada masyarakat yang merasa dirugikan oleh pemerintah daerah, disarankan agar melaporkan ke legislatif. Karena, apapun yang terjadi dalam masyarakat, merupakan amanah bagi dewan untuk menyelesaikannya. ■
KORUPSI
CEUREUMeN
■ ■ ■ TANYA JAWAB Bedah Tulang Gratis
T:
Dimana kami bisa mendapatkan dokter ahli untuk perawatan gratis bedah tulang? Mukhtar Lueng Bata, Banda Aceh
J:
Mulai tahun 2006, Medecins Sans Frontieres France (MSF-France) akan memfokuskan pada program bedah tulang untuk korban tsunami dan korban bekas konflik. Juga terhadap masyarakat yang belum mendapat pelayanan bedah secara sempurna selama ini. Menurut Markus Boening, Koordinator Lapangan MSF France Sigli, Medecins Sans Frontieres France baru saja memulai fase konsultasi di Rumah Sakit Sigli untuk mengetahui terlebih dahulu kebutuhan, misalnya jumlah kasusnya baik untuk orthopedic maupun rekonstruksi pembedahan.
Jumlah Dana untuk Aceh
T:
Berapa sebenarnya jumlah uang yang telah dihabiskan untuk membangun Aceh. Kami mendengar masyarakat internasional sudah membantu Aceh puluhan triliun rupiah, tapi hasilnya seperti tak sesuai dengan dana yang sudah dihabiskan itu. Apa sebenarnya yang terjadi? Usman Jalan Gabus, Lamprit Banda Aceh
J:
Menurut Kepala BRR Kuntoro Mangkusubroto, ada 7,1 miliar dolar AS dana yang telah dijanjikan oleh masyarakat internasional pada tahun 2005 lalu untuk membangun Aceh dan Nias. Di antara jumlah dana sebanyak itu, 4,6 miliar dolar AS sudah full committed alias sudah tersedia. Dari 4,6 miliar dolar AS itu, baru 2,5 miliar dolar AS atau sekitar Rp 23 triliun sudah dalam bentuk proyek yang dikerjakan. Kuntoro memprediksi, masih dibutuhkan dana sekitar 1 miliar dolar AS lagi atau sekitar Rp 9,2 triliun untuk membangun Aceh dan Nias yang lebih baik, di luar dana yang telah dijanjikan.
Qanun untuk Orang Asing
T:
Saat ini, banyak sekali orang asing di Nanggroe Aceh Darussalam. Di antara mereka tentu saja ada yang menaati hukum dan adat istiadat yang berlaku di sini, tetapi juga ada yang tidak menaati hal itu. Banyak kita temukan di lapangan mereka melakukan perbuatan mesum, yang tak sepantasnya jika mengacu pada budaya dan agama kita. Apakah qanun dan hukum syariah berlaku untuk orang asing itu? Rahmatsyah Kota Juang, Bireuen
J:
Tidak. Menurut Kepala Dinas Syariat Islam Provinsi NAD Prof Al Yasa’ Abubakar, qanun dan hukum syariah hanya berlaku untuk orang Islam saja.
Anda bisa mengirimkan pertanyaan apa pun yang ingin Anda ke-tahui, terutama mengenai masalah rekonstruksi dan rehabilitasi. Redaksi akan mencarikan jawaban untuk pertanyaan Anda. Kirimkan ke PO BOX 061 Banda Aceh 23001 atau email
[email protected] dengan mencantumkan “Rubrik Tanya Jawab”
■ MAHDI ABDULLAH
2
Halo…KPK Sudah di Aceh Lo! Muhammad Azami Banda Aceh
[email protected]
B
AHWA Aceh lagi banjir dana, banyak orang yang tahu. Sebagian besar dana itu kini bahkan sedang diimplementasikan untuk berbagai proyek. Menurut data yang ada, setidaknya 2,5 miliar AS dolar dana yang telah dan sedang diimplementasikan ke dalam berbagai proyek di Aceh. Setelah banyak lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang bergerak di bidang pengawasan korupsi, kini di Aceh juga sudah ada Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Bila mengingat nama KPK, maka yang terbayang bagaimana kedigdayaan lembaga ini mengusut korupsi. Termasuk men-yidik korupsi yang dilakukan mantan orang nomer satu di Aceh Gubernur Abdullah Puteh. Untuk apa KPK di Aceh? KPK sesungguhnya hadir di Aceh untuk membantu aparat penegak hukum sekaligus masyarakat Aceh. Mereka ingin semua dana digunakan sesuai dengan peruntukannya. “KPK tahun ini lebih kepada pencegahan korupsi. Alasannya, orang selama ini kurang tahu apa itu korupsi,” kata Abdul Mukti Staf KPK di Banda Aceh. Perpanjangan pusat Di Banda Aceh, baru memiliki dua orang staf. Maklum, kantor KPK di Aceh bukan cabang, melainkan hanya perpanjangan tangan pusat untuk memudahkan masyarakat mengadu.
“Ini bukan kantor cabang. Kita tidak membuka kantor cabang di semua provinsi. Ini hanya perpanjangan tangan kantor pusat untuk memudahkan masyarakat melapor. Jadi, masyarakat Aceh tidak harus ke Jakarta untuk melapor,” katanya. Namun demikian, meski sudah aktif di Aceh sejak Oktober 2005, Jumlah kasus yang diterima masih sedikit. Hanya 12 kasus. Dan itu pun sebagiannya kasuskasus yang dilapor oleh LSM yang selama ini sudah getol mengampanyekan antikorupsi, seperti GeRAK (Gerakan Antikorupsi) Aceh. Laporan dari masyarakat sendiri nyaris tiada. Namun, saat minta dirincikan kasus apa saja, Abdul Mukti tak bersedia menyebutkannya. Sebagian dari kasus itu sedang dipelajarinya. “Selain dari LSM antikorupsi, paling-paling laporan dari kontraktor soal proses tender dan lain-lain,” katanya. Sebagian di antara kasus yang diadu ke KPK
diserahkannya kepada aparat penegak hukum lain seperti kepolisian dan kejaksaan. Dijaga Kerahasiaan Abdul Mukti mengharap warga tidak segan-segan untuk melapor jika ada indikasi korupsi di mana saja. “Masyarakat seperti kurang respons dengan apa yang terjadi di sini,” katanya. Padahal pihaknya siap menjamin kerahasiaan pelapor. Saat dikatakan kemungkinan KPK kurang sosialisasi di Aceh, Abdul Mukti tidak membantahnya. Lalu, mengapa tidak membuka kantor cabang di Aceh? Abdul Mukti beralasan KPK ingin memperkuat lini di Jakarta dulu. Selain itu, jika sudah ada cabang di berbagai daerah, pengawasan internalnya pun akan lebih sulit. “Jika lini di Jakarta sudah benar-benar kuat, baru bisa memikirkan untuk membuka cabang di berbagai provinsi,” katanya. ■
Silakan menyampaikan pengaduan ke alamat KPK: Surat : Kotak Pos 575, Jakarta 10110 Email :
[email protected] Telp : 021-23508389 Fax : 021-3846122 SMS : 0811959575, 08558575575 KPK Pengaduan Masyarakat di Banda Aceh Telp : 0651-7551575, 0651-7400574, 0651-7400575, Fax : 0651-7552575 KPK membuka kantor pengaduannya di Aceh. Gedung AAC Dayan Dawood Lantai 2 Darussalam, Kampus Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh.
■ REDAKSI CEUREUMeN ■ Pemimpin Redaksi: Sim Kok Eng Amy ■ Sekretaris Redaksi: Siti Rahmah ■ Redaktur: Nani Afrida ■ Wartawan: Mohammad Avicenna, Muhammad Azami ■ Koordinator Artistik: Mahastudio ■ Fotografer: Hotli Simanjuntak ■ Dengan kontribusi wartawan lepas di Aceh ■ Alamat: PO BOX 061 Banda Aceh 23001. Email:
[email protected] ■ Percetakan dan distribusi oleh Serambi Indonesia. CEUREUMeN merupakan media dwi-mingguan yang didanai dan dikeluarkan oleh Decentralization Support Facility (DSF atau Fasilitas Pendukung Desentralisasi). DSF merupakan inisiatif multi-donor yang dirancang untuk mendukung kebijakan desentralisasi pemerintah dengan meningkatkan keselarasan dan efektifitas dukungan dari para donor pada setiap tingkatan pemerintahan. Misi dari CEUREUMeN adalah untuk memberikan informasi di Aceh tentang rekonstruksi dan berita yang bersifat kemanusiaan. Selain itu CEUREUMeN diharap bisa memfasilitasi informasi antara komunitas negara donor atau LSM dengan masyarakat lokal.
FOKUS
CEUREUMeN
3
Syariat di Barak Selalu Berakhir di Ujung Rotan
Tetap saja banyak para penghuni tenda maupun barak yang melanggar.
mereka dipanggil. Mereka diberitahu permasalahan, mengapa anak mereka sampai dibawa ke kantor polisi. “Orangtua dipanggil juga supaya mengetahui,” ucap Rosmanuddin. Malam itu ketiga pelaku tidak dikenakan hukuman, mengingat usia masih muda dan masih bisa dibimbing. Cuma, ada perjanjian: orangtua bersedia mengawasi anak-anaknya. Dengan dasar kesepakatan bersama polisi, warga dan orangtua mengizinkan ketiganya pulang. Dinikahkan Tapi, itu bukanlah pertama kali pelanggaran syariat terjadi di sana. Sebelumnya juga pernah ada pe-
■ HOTLI SIMANJUNTAK
Pemerintah daerah kini sedang getol-getolnya menjalankan syariat Islam di Aceh. Terbukti, awal tahun ini sudah beberapa kali Pemda merazia daerah yang diduga sering terjadi pelanggaran syariat Islam. Tempat yang menjadi target razia adalah cafe, tenda di tepi jalan, tempat wisata, dan kampus. Untuk itu Pemda tak berjalan sendiri, tapi menggandeng polisi Syariat atau yang lebih akrab disebut Wilayatul Hisbah (WH). Kendati sudah sering melakukan penertiban, bukan berarti hukum syariat sudah berjalan mulus. Pelanggaran masih kerap dijumpai di lapangan. Seperti yang terjadi pada minggu lalu di kamp pengungsian Mata Ie, Aceh Besar. Kejadiannya Sabtu malam, persisnya di tenda kosong blok F.
Main kartu Malam itu warga mengamankan tiga orang pemuda yang asyik bermain kartu. Salah satu dari mereka sudah menikah. Dari tangan mereka warga berhasil menyita satu set kartu remi dan beberapa pecahan uang ribuan. Namun, menurut keterangan ketiga pemuda, permainan tersebut hanya sekadar iseng. Dan uang yang ada pun cuma untuk membeli rokok. Alasan pelaku tidak langsung ditelan oleh warga. Salah satu yang memprotesnya adalah Rosmanuddin (67), pengungsi asal Punge Blang Cut, yang kini menjadi penghuni tenda di Blok C. “Apa pun ceritanya, bila sudah memakai uang, itu kan namanya judi,” ucap Rosmanuddin tegas. Atas kesepakatan warga, malam itu ketiga pelaku maisir langsung dibawa ke Polresta Banda Aceh untuk diproses. Orangtua
■ HOTLI SIMANJUNTAK
Asri Zaidir Banda Aceh
[email protected]
langgaran. Sepasang kekasih kedapatan sedang berduaan di dalam tenda. Nasib pasangan ini lebih sial dibandingkan tiga pelaku maisir tadi. “Saat kedapatan, warga yang jengkel sempat menjatuhkan tangan sebelum akhirnya membawa mereka ke meunasah untuk dinikahkan. Wali dari kedua pihak dipanggil, dan mereka sepakat pasangan ini dinikahkan,” tutur Rosmanuddin. Menurut Rosmanuddin, terjadinya pelanggaran syariat tak hanya disebabkan oleh kurangnya kesadaran para pelaku, tapi juga karena kondisi barak yang mendukung pelanggaran. Banyak tenda di kamp tersebut kosong. Se-
hingga memancing orang untuk melakukan tindakan tak terpuji, termasuk berbuat mesum. “Kondisi mendukung untuk berbuat hal demikian,” tambahnya. Kenyataan ini tak disangkal oleh Mustafa Kamal, Sekretaris Pengurus Barak Komplek TVRI, Mata Ie. Namun, Mustafa lebih cenderung berpikir bahwa pelanggaran tersebut disebabkan karena kurangnya kesadaran para pelaku. Sebetulnya, katanya, pengurus sudah sering mengadakan sosialisasi tentang syiar Islam. Namun tetap saja banyak para penghuni yang melanggarnya. “Buktinya saat azan, masih banyak yang duduk dan tidak shalat,” ucapnya. ■
Pengontrol Syariat di Barak
Berduaan di pantai, pemandangan yang lazim terlihat.
Novia Liza
Alyasa’ Abubakar:
Tergantung Warga dan Polisi Muhammad Azami Banda Aceh
[email protected]
S
AAT ini, ada empat qanun yang sudah ditetapkan mengenai syariat Islam. Di antaranya Qanun nomor 11 tentang Syiar Islam, Qanun nomor 12 tentang Khamar atau Minuman Keras, Qanun nomor 13 tentang Judi atau Maisir, dan Qanun nomor 14 tentang Khalwat atau Mesum. Dan bagi pelanggarnya, akan dikenakan hukuman cambuk, sesuai dengan tingkat kesalahannya. Beberapa pemuda dan pengurus Barak Komplek TVRI, Mata Ie, mengaku sudah mengetahui qanun tersebut. Namun, belum diterapkannya hukuman cambuk seperti yang terjadi di beberapa tempat, semata-mata karena pelaku masih bisa diperingatkan, sehingga belum perlu dicambuk. “Sampai saat ini, kalau bisa kami beri peringatan, ya kami peringaC M Y K
tan,” kata Mustafa Kamal, Sekretaris Pengurus Barak Komplek TVRI, Mata Ie. Memang tak semua pelaku dikenakan hukuman cambuk, seperti diakui oleh Kadis Syariat Islam Provinsi NAD Prof Alyasa’ Abubakar. “Itu berlaku bila pelaku berusia muda dan masih dalam bimbingan orangtua,” katanya. Mereka akan dikembalikan kepada orangtua dan tidak dikenakan hukuman. Namun, bila pelaku sudah dewasa dan menikah, maka sepatutnya dikenakan hukuman cambuk. “Tapi, itu semua juga tergantung dari warga dan kepolisian,” ucap Alyasa’ lagi. Saat ini, menurut Alyasa’, pihaknya rajin melakukan sosialisasi Qanun Syariat Islam. Langkah yang diambil, yaitu dengan memberikan ceramah-ceramah agama di masjid dan sekolah. “Kami juga memiliki tim penyuluh syariat Islam yang bukan dari angggota WH,” terangnya. ■
Aceh Besar
[email protected]
S
UDAH satu tahun lebih Hamdan tinggal di barak Kahju, Baitussalam, Aceh Besar. Ada 3.315 jiwa di sana, yang terdiri atas 10 dusun. Tiap barak dihuni per dusun dan terdiri atas beberapa ruang atau kamar. Kamarkamar itu disekat dengan papan kayu. Masingmasing ruangan dihuni oleh satu KK, bahkan terkadang lebih. Kondisi ini terkadang menimbulkan ba-nyak masalah, terutama menyakut hubungan antar dua jenis yang kamarnya hanya bersekat papan. Namun, warga Kahju memiliki siasat tersendiri mengatasinya. Sistim kontrol antar-pintu menjadi jurus jitu. Tiap dusun berkewajiban menjaga penerapan nilai-nilai agama. Kemudian warga juga ikut dilibatkan dalam mengontrol tetangga masing-masing, selain keluarga mereka sendiri. Tidak hanya itu saja. Desa ini juga membentuk FKPMI, sebuah forum beranggotakan para pemuda-pemudi desa yang bergerak untuk memantau tingkah laku masyarakat agar dapat berjalan sesuai dengan nilai-nilai Islami. “Kami pernah menolak bantuan yang diberikan dalam bentuk simbol agama tertentu. Itu hasil pengawasan dan musyawarah bersama,” kata seorang pengurus FKPMI. Hamdan yang selama ini berprofesi sebagai nelayan—yang menghabiskan sebagian waktunya di laut—mengaku tidak kesulitan mengon-
trol tingkah laku anak-anaknya. Peran seorang istri dalam memantau pertumbuhan dan tingkah laku anak-anak di rumah sangat diharapkannya. “Tugas seorang suami itu kan mencari nafkah. Dan istri bertugas mengontrol anakanak selama suami di luar.” Perkataannya juga diamini oleh beberapa rekan seprofesinya yang juga warga Kahju. Hamdam mengaku senang dengan adanya Wilayatul Hisbah (WH). Ia merasa yakin dengan adanya WH. “Setidaknya kemaksiatan dapat dibatasi, sehingga masyarakat tidak semakin bebas,” ucapnya. Kecewa dengan WH Berbeda dengan Hamdam, Julia(22) merasa sangat gerah dengan sikap WH selama ini. Julia mempertanyakan, mengapa pelaksanaan syariat Islam lebih banyak menyudutkan kaum perempuan. “Mengapa hanya kita yang diatur dan dikontrol pakaiannya, sementara lelaki yang bercelana pendek dengan leluasa berkeliaran di jalanan, padahal itu juga melanggar syariat,” protes Julia. Wanita yang bertubuh mungil ini sangat mengharapkan agar pemberantasan korupsi juga masuk dalam agenda WH. “Sehingga syariat tidak sebatas wong cilik saja,” tambahnya. Julia menyimpan banyak harapan terhadap pelaksanaan syariat Islam di Aceh. Ia berharap agar syariat Islam dijalankan secara kaffah dan utuh. Tidak hanya mengatur segi keagamaan saja, melainkan juga seluruh aspek kehidupan, baik itu segi ekonomi, sosial, dan budaya. ■
CERITA SAMPUL
CEUREUMeN
Jangan Melupakan yang Renta
Menggeledah Pungli Dalam Rekonst
Saya sudah renta, umur 72 tahun, tinggal pun di bawah tenda yang sudah cukup lusuh. Tampilannya tak ubah seperti umur saya yang sudah uzur. Kebetulan sekali saya bertemu dengan Ceureumén yang bersedia berkunjung ke gubuk saya. Pada kesempatan ini, saya hanya ingin Ceureumén mau menulis uneg-uneg saya. Sebagai orang yang sudah tua, kami cuma bisa mengingatkan. Saya memang bukan mantan pejabat ataupun ureueng carong. Tapi nyoe peungalaman udep jelaih lee kamoe (kalau pengalaman hidup sudah jelas banyak kami). Atas dasar itulah saya ingin mengingatkan kepada generasi muda untuk selalu menghormati orang tua. Minimal mintalah wejangan kepada mereka dalam meniti hidup ini. Kenapa saya berkata demikian. Akhirakhir ini saya melihat banyak sekali generasi muda yang muncul di masyarakat sebagai pemimpin terutama di kampong-kampung. Saya bangga melihatnya. Pada sisi lain, saya juga sedih melihat mereka dalam memimpin wilayah kekuasaannya. Banyak keputusan yang diambil tanpa melibatkan orang-orang tua. Padahal, menurut saya orangtualah yang lebih bijaksana dan tahu persoalan. Itu yang pertama. Yang kedua, kegiatan maksiat kami lihat akhir-akhir ini makin marak saja. Kenapa yang muda-muda ini tidak bergerak hatinya dalam menghentikan perbuatan yang dilarang agama ini. Seharusnya dengan semangat mudanya mereka bisa menghancurkan segala bentuk maksiat di muka bumi Serambi Makkah ini. Itu harapan saya kepada pemimpin muda di kampongkampung. Dalam mengambil keputusan janganlah arogan dan mengabaikan warga-warga yang sudah dekat dengan kubur. Terima kasih kepada Ceureumén yang sudah bersedia menulis harapan saya. Teurimong geunaseh. Ibrahim Puteh Desa Panteraja Kabupaten Pidie
Keumala Perlu Irigasi Di Kecamatan Keumala Kabupaten Pidie, ada sumber air yang mengalir dari Kecamatan Tangsee dan Geumpang yang selama ini terbuang ke laut. Namun apabila hujan deras malahan banjir ke Kota Sigli, ibu kota kabupaten keureupuk mulieng itu. Bila dibuat bendungan atau waduk, kami yakin dapat mengatasi masalah ini. Memang kita akui selama ini makin marak penebangan hutan secara liar yang dilakukan secara membabi buta, hingga tidak lagi ada penahan air resapan. Terkait dengan masalah itu, ada program juga yang kita harapkan berupa adanya penghijauan dan peremajaan hutan yang telah banyak ditebang sembaranggan. Bahkan kita lama menghimbau kepada Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) untuk menyiapkan program klarifikasi yang jitu untuk menangani permasalahan air di Pidie. Kita harapkan kepada UNDP, UNICEF, IFRC dan lembaga lainnya mau membantu membuat waduk atau bendungan penampungan air tawar di Keumala. Sebab ini bisa digunakan untuk segala keperluan tidak hanya MMCK, tapi juga untuk pertanian dan perkebunan masyarakat. Sumber air ini juga bisa digunakan oleh masyarakat hingga ke lokasi rumah penduduk yang di bangun oleh berbagai donor dan NGO di Pidie. Kami mengharapkan kira ada lembaga yang membantu persoalan distribusi air kepada masyarakat di Pidie. Demikian, atas dimuatnya harapan kami ini, saya ucapkan terima kasih. Maimun Ibrahim Kabupaten Pidie
Buat Anda yang ingin menyampaikan Suara Rakyat kecil berupa ide, saran, dan kritik tentang rekonstruksi bisa melalui surat ke Tabloid CEUREUMéN PO Box 061 Banda Aceh 23001 email:
[email protected]
Pembangunan rumah terkadang tidak terhindari dari pungli, bisanya pungli terjadi di daerah-daerah terpencil yang sulit dijangkau dan diawasi.
Mohammad Avicena Banda Aceh
[email protected]
S
EBUAH kabar tak sedap menyerobot meja redaksi Ceureumén pada pertengahan Maret lalu. “Ada pungli dalam rekonstruksi,” bunyi pesan singkat yang dikirim Bahagia, warga yang mengaku tinggal di Kabupaten Pidie. Pesan itu dikirim via 085260019xxx. Pesan berbau “amis” itu bukan persoalan sepele. Akibat dari banyaknya pungli —yang tak lain akronim dari pungutan liar — pembangunan rumah korban tsunami terhenti. Pasalnya para developer (pengembang, kontraktor) tak leluasa melanjutkan pekerjaannya. Sebab mereka harus bayar upeti. Kawasan yang disinyalir sarat pungli itu tak lain kawasan Pidie, tepatnya mulai dari pesisir Kecamatan Muara Tiga, Kembang Tanjong hingga Panteraja. Bukan di Pidie saja, daerah lain macam Aceh Barat, Aceh Jaya, Aceh Besar juga tak bebas dari kabar buruk itu. Perjalanan Ceureumén menelusuri kasus itu tak serta merta menyajikan fakta objekif di lapangan. Boleh dikatakan nilai fiktifnya juga terasa, mengingat ada anasir lain yang bersembunyi dibalik kabut pungli itu. Gaya Baru Memang pungli identik dengan lebaran rupiah sebagai bentuk sogok; bisa sebagai suap untuk menutup mulut, bisa jadi sumbangan keamanan. Karena sudah kondusif mustahil masih ada biaya keamanan. Mungkin itu teori klasik. Akan tetapi dalam proses ini terutama pada pem-
bangunan rumah dan proses rekon lainnya yang bermain bukan lagi teknik menadahkan tangan. Itu kuno. Mengutip fee. Itu paling logis terjadi. Caranya dengan membacking pasokan material bangunan. “Ambil sama saya saja, kita kasih murah kok,” tawar seorang pria berambut cepak kepada Ceureumén yang menyamar berlagak seorang manager sebuah perusahaan konstruksi yang sedang mencari harga bahan baku bangunan di sebuah toko di Banda Aceh. Sebuah tawaran yang menggiurkan. Bisa dibayangkan itu cara mengirit fulus yang membuat kerja mulus. Meski risikonya, akibat “kemurahan” itulah yang membuat banyak bangunan tak laik huni. Lapuk sebelum ditempati. Tak percaya lihat saja di Deah Geulampang, Kecamatan Meuraxa, Kahju, Baitussalam, Aceh Besar, Aceh Utara dan sebagainya. Memang tak ada pungli, tapi cuma minta fee. Gaya baru yang dilakoni ini berefek tak sedap pada rekonstruksi. Ada satu cara lagi. Sejumlah warga di Kecamatan Batee, mengaku mereka dipaksa menerima bantuan rumah dari sebuah LSM lokal. “Saya mau cerita tapi jangan sebutkan dari saya,” katanya minta identitas pribadi disamar. Tak Dilayani Pada mulanya, warga pesisir ini menolak LSM itu yang membangun rumah mereka. Lantas dengan bantuan backing, semua warga dengan berat hati harus menerima. Sudah selesaikah masalahnya? Belum. Belakangan muncul pihak yang satu lagi. Dia
juga minta jatah yang sepadan dengan kelompok pem-backing. O…la…la… “Memang begitulah yang terjadi,” timpalnya. Tapi tidak begitu yang terjadi di sejumlah lokasi lain. Pulo Aceh, Aceh Besar atau Teunom, Aceh Jaya misalnya. Dua wilayah ini pembangunan rumah di danai British Red Cross Society (BRCS). “Sejauh ini tidak ada mitra kerja kami (kontraktor) yang mengeluh dengan pungli,” tegas Fiona McSheehy, technical advisor BRCS kepada Ceureumén di Kecamatan Lhoong, Aceh Besar belum lama ini. Wanita yang fasih berbahasa Indonesia ini menyebutkan kendati ada masyarakat yang minta “upeti” pihaknya mengaku tidak bisa memenuhinya. “Kami tidak bisa berikan diluar pengeluaran yang sah,” kata McSheehy yang mengaku masuk Indonesia sejak 1996. Tak Ada Pungli Mengacu pada pengakuan gadis asal London yang lama menetap di Sulawesi ini, praktis kita bisa amini tak ada “pungli” dalam rekon kecuali bisnis gaya baru; main fee. Jika pungli kita yakini sebagai isu, tapi kita wajib mengantisipasi sejak dini. Biar rekon dan rehab berjalan dengan selamat, tanpa harus menggeledahi pelaku pungli. Kabar baik juga diperoleh Ceureumén dari seorang kontraktor lokal di Pidie. Direktris sebuah perusahaan yang tak ingin ditulis namanya ini juga membantah kalau sudah terjadi pungli. “Tidak ada. Nggak pernah mereka minta pungli, biar pun baru turun,” ujar wanita bersuara merdu ini tak mau menjelaskan maksud detailnya.
CERITA SAMPUL
CEUREUMeN
■ ASRI
Pungli Dalam Rekonstruksi
Memungli Anggaran Menuai Dilema Febby Oriza & Mohd Avicena
■ HOTLI SIMANJUNTAK
Pidie – Aceh Besar
[email protected]
Pungli, Dilarang Keras Asri Zaidir Banda Aceh
[email protected]
UATU hari, wartawan Ceureumén menerima pesan pendek yang isinya Kontraktor pembangunan rumah di kawasan X, Pidie sedang pusing, setiap rumah dimintai Rp 300.000. Padahal korban tsunami. Pihan Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi (BRR) Aceh Nias ternyata juga mengaku pernah mendapatkan informasi tentang adanya pungutan liar (pungli), namun hanya dalam beberapa tempat saja. Salah satunya di kawasan Lhokseumawe dan Pidie. “Tetapi masyarakat sangat kompak sehingga pungli bisa diatasi,” kata Ramli Ibrahim staf
S
BRR kepada Ceureumén. Dia menyarankan agar Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) bisa melapor bila ada kasus pungli agar bisa diselesaikan bersama-sama. “Ini rumah korban tsunami jadi pungli dilarang keras,” katanya tegas. BRR sendiri biasanya akan langsung turun lapangan bila mendengar adanya kasus pungli, terutama bila berkaitan dengan rekonstruksi pascatsunami. Cara menyelesaikannya adalah dengan mendatangi desa dan berbicara dengan aparat desa. Siapa pelaku pungli? BRR emoh menjawab “Pokoknya ada,” kata Ramli diplomatis.
Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi (BRR) berjanji akan membantu pembuatan toilet dan dapur bagi pengungsi yang rumah bantuannya tidak memiliki toilet dan dapur. Pemerintah telah membeli tanah seluas 65 hektar untuk korban tsunami yang tanahnya mengalami abrasi
H
EMBUSAN “badai” Selat Malaka amat terasa menerpa kulit. Ditambah dengan teriknya sengatan cahaya langit di siang itu. Kampung nelayan Jeumeurang, Kembang Tanjong, Pidie cuma belasan meter di bibir laut. Siang itu, Kamis (23/3) jalan desa sepi. Hanya rumah-rumah “telanjang” yang menantang mata. Rumah tanpa pakai baju? Iya…, jangan ngeres dulu. Di permukiman ini hidup 634 jiwa yang bernaung di bawah 178 kepala keluarga (KK). Sedikitnya 126 unit rumah baru harus dibangun karena hancur akibat tsunami 26 Desember 2004. Sedangkan yang direhab cuma 24 unit saja. Setelah 15 bulan kemudian, bangunan-bangunan permanen menghiasi kawasan yang semestinya cocok buat pantai itu. Tapi karena tak ada lokasi lain, biar pun dekat dengan laut warga mengaku tak takut lagi. Memang, kendati belum semuanya selesai, namun sekarang sedang memasuki tahap finalisasi. Bahkan sudah ada yang menempati, termasuk kepala desa itu sendiri. “Dengan kondisi serba kekurangan kami masuk rumah ini,” kata M Yahya Yusuf, sang kades kepada Ceureumén saat bertandang ke desanya barubaru ini. Tak berplaster Mendapat rumah tidak serta merta membuat mereka kembali bahagia. Pasalnya ada yang tak sempurna dari bantuan yang dimaksud. Rumah tanpa plafot dan dinding tak diplaster alias dibiarkan telanjang, terlihat batu-bata. Keadaan rumah seperti itu sangatlah meresahkan warga desa pesisir ini. Bagi daerah lain, mungkin itu bukan problem, tapi bagi nelayan Jeumeurang ini persoalan. Pasalnya, mereka khawatir rumah mereka akan rontok sedikit demi sedikit seiring datangnya musim timur. Menurut pria yang sudah empat tahun menjadi keusyik ini, jika angin laut khususnya pada musim timur, bulir-bulir garam yang diterbangkan angin ke darat tak segan-segan melabrak dinding-dinding bata. Konsekuensinya, “Unsur garam laut yang menempel di dinding akan mengikis sedikit demi sedikit hingga rontok seperti debu,” kata Yahya Yusuf. Lantas karena itulah, Yahya yang bicara atas nama rakyatnya amat berharap, rumah tipe 36 yang sudah berdiri itu bisa diplaster
guna mencegah kerontokan. Sebab jika tidak lambat laun semua dinding bata itu akan berubah jadi serbuk. “Kami sangat bersyukur sudah dibangun rumah, tapi sayang tidak diplaster. Mau plaster sendiri pun kami belum mampu,” ujar seorang ibu pemilik kios kecil di kawasan itu. Dapat dimaklumi, karena rata-rata mata pencarian masyarakat cuma nelayan. Masih Berharap Akibat tanpa plaster dan plafon, praktis panas amat menyengat. Untuk sekadar menghilangkan panas masih ada pola lai. Akan tetapi bila dinding yang keropos, bagi Yahya Yusuf dan Muhammad Yunus warga lainnya itu yang berbahaya. “Bahkan sekarang pun dinding rumah ini sudah mulai rontok, lihat saja,” katanya sambil menunjuk serpihan-sepihan semen yang berjatuhan dari dinding rumahnya. Selain itu, dinding tak berplaster kadang juga membuat air hujan merembes masuk. Memang saat ini mereka masih aman. Namun, tanpa mampu berbuat apa-apa, masyarakat desa ini pun menanti musim timur bulan Desember depan dengan was-was. ‘Kalau bisa ada lembaga lain yang masuk membantu kami-kami untuk biaya plaster,” harap pria 50 tahun itu. Bantuan rumah di desa nelayan ini dibantu Terre Des Hommes (TDH). Sebuah lembaga donor asal Belanda. Kemudian bantuan tersebut dikelola Suara Hak Asasi Manusia Indonesia (SHMI). Dana yang disediakan THD khusus untuk rumah permanen. Namun warga minta permanen. Beri perahu Koordinator SHMI, Soni Qodri kepada Ceureumen menjelaskan, praktis akibat perubahan itu dana yang ada tak mencukupi buat finalisasi rumah bantuan, untuk plaster misalnya. “Rencana kita memang bangun rumah semipermanen, tapi warga minta permanen, ya kita penuhi,” ujar. Perubahan itu bukan tanpa konsekuensi. Menurut Qodri, anggaran dari donor khusus untuk semipermenan. Tapi, gara-gara diubah menjadi permanen itulah yang membuat minus anggaran, sehingga tak cukup dana untuk plaster. ”Anggaran yang ada memang untuk semipermanen,” kata dia. Pun begitu, SHMI tak lepas tangan. Pihaknya dengan sokongan THD juga menghibah 27 unit perahu untuk nelayan setempat. ”Kita harapkan dengan hasil dari melaut itu, warga bisa menyisihkan pendapatannya untuk memplaster rumah,” Qodri menjelaskan solusinya.■
5
6
CEUREUMeN
TIPS KESEHATAN
CEK BANUN
■ REPRO: KARTINI
Menghindari dan Mengobati Gigitan Serangga
D ■ MAHDI ABDULLAH
DI PENGUNGSIAN, bantuan mi instan seringkali bertumpuk tanpa pernah disentuh. Rasa bosan menyantap mie ini menyebabkan orang lebih suka memakan makanan alternatif lain. Kali ini Ceureumén menyajikan resep yang memakai bahan dasar mie. Selamat mencoba
Bakwan Mie Instan
■ REPRO:SEDAP
Bahan ● 50 gram mie instan kering ● 100 gram tepung terigu ● 1 batang daun bawang ● 25 gram teri nasi ● 1 butir telur ● 100 ml air ● Minyak untuk menggoreng Bumbu halus ● 3 siung bawang putih ● 1 sendok teh garam ● ½ sendok teh merica ● ¾ sendok teh ketumbar ● ½ sendok teh gula pasir
Cara membuat Mie instan direbus sampai matang, tiriskan. ● Daun bawang diiris halus ● Campur semua bumbu dan bahan, aduk rata ● Panaskan minyak goring ● Goreng adonan bakwan sesendok demi sesendok ● Angkat bila warna kecoklatan. ●
Bagi Anda yang memiliki resep unik yang bisa dimasak dengan mudah dan enak, bisa mengirim surat ke PO BOX 061 Banda Aceh 23001. Email:
[email protected]. Cantumkan alamat lengkap. Ceureumen akan mengunjungi Anda dan melihat Anda memasak. Disediakan bingkisan kecil untuk Anda.
I TENDA atau pun di hunian sementara atau barak, jarang lolos dari gigitan serangga seperti nyamuk dan serangga. Khusus serangga yang mengandung toksin (racun) akan menyebabkan bengkak, rasa terbakar, dan lainnya. Celakanya toksin itu bisa juga mengandung bibit penyakit demam berdarah atau malaria. Berikut cara praktis mengatasi gangguan serangga: 1. Memakai antinyamuk sebelum keluar rumah Di pasar banyak dijual antinyamuk oles yang harum. Anda tak suka dengan bahan kimia untuk dioleskan ke kulit? Gunakan krim calendula atau minyak pohon teh. Keduanya merupakan antinyamuk alami yang manjur. 2. Gunakan pakaian berwarna terang Pakailah baju berwarna putih atau khaki ketika beraktivitas di luar ruangan. Kenakan pula celana panjang untuk melindungi kulit dari gigitan serangga. Warna baju yang cerah membuat kita mudah mendeteksi adanya serangga di sekitar kita.
3. Hindari parfum dan wewangian Parfum dan wewangian akan menarik perhatian serangga untuk mendatangi tubuh kita. 4. Jangan memukuli serangga Berjalanlah dengan tenang atau lindungi kepala jika ada serangga beterbangan di dekat Anda. 5. Oleskan nanas atau minyak lavender Jika tersengat serangga, basuh luka bekas sengatan dengan sabun dan air. Lalu, oleskan irisan nanas yang efektif mengurangi bengkak atau minyak lavender untuk meringankan rasa gatalnya. Minyak pohon teh baik pula dioleskan ke luka itu karena mengandung zat antiseptik pencegah infeksi. 6. Minum vitamin C Ketika disengat serangga, Anda mungkin butuh suplemen untuk mengontrol bengkak dan mengurangi nyeri. Vitamin C dan quecertin, zat sejenis falvonoid, akan bertindak sebagai antihistamin. Zat ini dapat menghambat pengeluaran histamin, senyawa pembengkakan yang dikeluarkan tubuh sebagai respon terhadap racun serangga. (dsb)
TEKA TEKI SILANG CEUREUMÉN NO. 18 1
2
3
4
6
5 7
8 9
10
11 13
15
14
12
MENDATAR 1. Bersifat keagamaan 5. Kualitas 7. Cela, Noda 8. Ikan sotong 9. Akar yang membesar karena berisi sari makanan 10. Anak laki-laki dari 11. Gemuk ( Inggris ) 13. Surat cek yang bersifat perintah pemindah bukuan pada rekening orang lain dengan jumlah uang yang tercatat di atasnya. 15. Orang memberi informasi MENURUN 1. Bunga Uang 2. Perut besar 3. Riol 4. Penyedap masakan 6. Pakaian seragam 10. Zodiak 12. Kurus ( Inggris ) 14. Badan dunia yang bertugas mengurusi tenaga kerja
Jawaban TTS Ceureumen No. 17 Mendatar 1. Relokasi, 5. Mini, 6. Ala, 7. Ton, 8. Hama, 9. Ask, 10. SIM, 12. Opsi, 14. Prasasti. Menurun 1. Rusa, 2. Obi, 3. Agitasi, 4. Imun, 5. Mahkota, 9. Acap, 11. Musi, 13. Sua.
Munawar Khalil Jl.blang Bintang Lama Dayah Darul Aman Lampuuk Aceh Besar Lukman Ldc Iain Ar-raniry Banda Aceh
Pemenang Ceureumen Edisi 16 M. Zubir Sekretariat Dprd Kabupaten Bireuen
Mulai edisi ini, pengumuman pemenang TTS akan diumumkan setiap dua edisi berikutnya.
Drs. Mohm Hasan Arsyad Jln. Iskandar Muda No 1 Sp. Rawa Sigli
Jawaban di kirim ke Po.Box 061 Banda Aceh, paling lambat 12 April 2006 diterima redaksi. Kepada 5 (lima) pemenang akan mendapatkan kamus Bahasa Indonesia-Inggris.
M. Syawwalur Ridha Jln. Tgk.chik Ditiro, Sabang
KAMPUNGKU LAMNO
CEUREUMeN
7
Desa Ujong Muloh, Kenangan yang Tersisa Novia Eliza dan Teuku Zulyadi
[email protected] Lamno Aceh Jaya
Nama Desaku Ujong Muloh Lamno Jaya Rimbun dan anggun Ramahnya senyum peNghuni Desa
■ BEMAF DAKWAH
B
AIT lagu Iwan Fals yang sedikit di ubah liriknya selalu dinyanyikan Royani (32) untuk mengenang kembali desanya Ujong Muloh di Lamno Kabupaten Aceh Jaya. Sebelum tsunami, desa ini cukup rimbun, setiap pekarangan rumah ditumbuhi pohon jeruk Bali,yang konon katanya cukup terkenal sampai ke Aceh Utara. Masyarakatnya pun sangat ramah dan disiplin bekerja.Setiap harinya selalu disibukkan dengan aktifitas masing-masing. Sehingga masyarakat yang mayoritas bekerja sebagai nelayan ini jarang terlihat di siang hari santai di warung kopi, terutama bergosip masalah politik. Budaya tinggi Di Desa ini dulunya bermukim 1500 warga. Dan hanya 400 warga yang berhasil selamat dari tsunami. Kini desa itu tinggal kenangan, karena sebagian sudah menjadi laut, sementara bagian lainnya tak layak untuk ditempati. Nilai-nilai budaya cukup merekat dalam kehidupan warga. Memang di desa ini masih tinggal keturunan Po Temeuruhom Sultan Aliidin Mugatsyah. Sayangnya semua barang-barang antik seperti baju dan pedang peninggalan beliau sudah dibawa tsunami. Bukan hanya tinggi budayanya, agama pun tidak bisa lekang dari akifitas sehari-hari warga. Shalat
Desa Ujong muloh di lihat dari ketinggian. Hingga saat ini ratusan warga desa tersebut masih tinggal di tenda.
lima waktu berjamaah yang diiringi zikir membuat masyarakat bisa hidup tenang walau setahun lebih masih tinggal di tenda. Kondisi memprihatinkan Amatan Ceureumén kondisi para pengungsi ini cukup memprihatinkan. Kebanyakan tenda cukup lusuh untuk ditempati. Sehingga apabila hujan turun war-
ga harus siap-siap membereskan barangnya. Yang sangat menyedihkan lagi persediaan air bersih kurang memadai “Jangankan untuk minum, mandi saja harus jalan kaki sejauh 1 Km,” ungkap Ulfa (20) salah seorang mahasiswi Fakultas Dakwah IAIN Ar-raniry yang sedang melaksanakan pengabdian ma-
syarakat di Desa Ujong Muloh. Ada beberapa Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) asing yang sudah menawarkan diri untuk membangun rumah di Ujong Muloh, namun terkendala dengan persoalan tanah. LSM tidak mau membangun rumah kalau tidak ada lokasi yang sah milik masyarakat.
“Kami sudah melaporkan ke pemerintah daerah Aceh Jaya, sepertinya mereka tidak merespon,” ungkap Mulya Hardi (30) sekretaris Desa Ujong Muloh. Tidak cukup disitu, warga juga melaporkan ke Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi (BRR) namun hingga sekarang belum ada jawaban yang pasti. ■
SOSOK
■ FEBI ORIDA
Suryani Tak Kalah oleh Kecacatannya
Febi Orida
[email protected] Aceh Besar
T
OKO itu kecil. Bekas tempat praktik dokter. Ada jejeran rak yang berisi anekaragam benang. Di etalase pulu-
han kotak berisi kancing teratur rapi. Sedari pagi Suryani M Adan (40) bekerja melayani pembeli dan menyelesaikan jahitannya. Dia juga menjual jasanya untuk mengobras pakaian milik langganan-
nya. Usaha itu ditekuni sejak tahun 1994 lalu. “Dulu, saya selalu meminta tolong ayah mengobras ke pasar Montasik tetapi sekarang tidak lagi karena sudah ada mesin obras,” kata Suryani sambil tersenyum. Suryani memang harus meminta bantuan dalam hal ini pada sang ayah. Maklum, perempuan ini menderita cacat kakinya akibat infeksi sewaktu kecil. Sulit baginya ke pasar sendirian. Dimulai dari mesin warisan Dengan hanya bermodalkan satu mesin jahit peninggalan orangtua, Suryani yang statusnya belum menikah ini memulai usahanya dengan menerima pesanan jahitan dari tetangga. Lamban tapi pasti, usahanya dibanjiri pesanan hingga ia memu-
tuskan untuk pindah ke sebuah toko. Sedikit demi sedikit, ia telah mampu membeli peralatan usahanya sendiri seperti mesin sirsak, mesin obras dan menambah modal usaha. Dengan dukungan masyarakat desanya, “Rahmah konveksi” pun berdiri di tahun 1997. Tepat ketika ia mengangkat seorang anak bernama Rahmah sebagai anaknya yang sekarang berusia 9 tahun. Di toko kecil berukuran 3x4 inilah ia bekerja dibantu oleh tiga orang pekerja yang dulunya berjumlah lima orang. “Tsunami telah mengambil dua pegawai saya yang lagi mantapmantapnya” ujar Suryani dengan mata berkaca-kaca. Mendapat penghargaan Dan kendati demikian, Suryani
tetap sukses. Dia sukses menjadi sarjana dan usahanya maju pesat. Tak heran kalau perempuan bertubuh kecil ini memenangkan penghargaan Pengusaha Perempuan Terbaik 2006, juara I pula. Dia mengaku terharu bercampur senang. Dan walau kaki kanannya tak berfungsi sempurna, ia tak ragu untuk berjalan ke podium untuk menerima penghargaan dan uang sebesar Rp. 5.000.000. Sekarang setelah mendapatkan uang hadiah yang cukup lumayan tersebut, Suryani berniat untuk menggunakannya untuk membeli mesin jahit dan menambah kelengkapan tokonya. Mengagumkan memang, Ia mampu mencapai apa yang tak mampu dicapai oleh perempuan normal. Maju terus perempuan Aceh!
DAMAI
8
■ AK. JAILANI
CEUREUMeN
REINTERGRASI PERDANA: Pj Gubernur Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) Mustafa Abubakar, sedang menyerahkan dana bantuan untuk pemberdayaan ekonomi masyarakat. Di Anjong Mon Mata Banda Aceh. Tampak Pj Gubernur NAD bersama Ir Usman Hasan Ketua Harian Badan Reintegrasi Aceh (BRA), juru bicara Komite Peralihan Aceh (KPA) Sofyan Dawo dan Iskandar Muda Mayjen TNI Supiadin AS sedang menyerahkan dana tersebut kepada para korban konflik dan mantan Gerakan Aceh Merdeka (GAM).
Kita Bicara Tentang BRA Muhammad Azami Banda Aceh
[email protected]
P
■ AK. JAILANI
ERNAH dengar BRA? BRA adalah kependekan dari Badan re-integrasi -Damai Aceh (BRA). Meskipun namanya nyaris mirip dengan dengan Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi (BRR), BRA sama sekali tidak memiliki hubungan dengan BRR. Dan sebentar lagi, nama ini akan sering singgah di telinga Anda, apalagi proses re-integrasi sedang marak-maraknya. Mengapa badan ini dibentuk? Menurut Penjabat Gubernur NAD Mustafa Abubakar BRA lahir karena ada kesepakatan damai (MoU) di Helsinki, 15 Agustus 2005. Sedangkan BRR (Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi) Aceh - Nias la-
MENAGIS: Pj Gubernur Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) Mustafa Abubakar, sedang menyerahkan bantuan dana dari program reintegrasi untuk pemberdayaan ekonomi perempuan dan dan mantan Gerakan Aceh Merdeka (GAM). Di Anjong Mon Mata Banda Aceh. Tampak seorang korban konflik menagis saat menerima bantuan tersebut.
BRA Visi BRA: Terciptanya kondisi masyarakat Aceh yang adil, damai, aman, sejahtera, dan bermartabat secara berkelanjutan dalam bingkai NKRI.
●
●
Misi BRA: Mengkoordinir perencanaan dan pelaksanaan antarlembaga pemerintah dan nonpemerintah , baik domestik maupun asing, untuk melaksanakan program pemberdayaan ekonomi dalam rangka reintegrasi di Aceh sesuai dengan MoU Helsinki. Melaksanakan program dan kegiatan yang berkaitan den-
●
●
●
gan reintegrasi Aceh menuju perdamaian yang berkelanjutan di Aceh. Mengkoordinir dan memantau pelaksanaan pemberdayaan masyarakat di kabupaten/kota agar realisasi program sejalan dengan upaya pemenuhan kesepakatan MoU. Memonitor dan mengevaluasi pelaksanaan program dan kegiatan yang telah disepakati. Mengkompilasi dan mendistribusikan laporan atas realisasi program yang dilakukan oleh masing-masing lembaga pelaksana kepada institusi terkait. ■
hir, karena ada musibah tsunami, 26 Desember 2004. “Aceh ini memang unik. BRA lahir karena MoU, BRR lahir karena tsunami,” katanya. Yang diintegrasikan Re-integrasi memang amanat MoU. Di Finlandia, Helsinki, 15 Agustus 2005 lalu, diatur klausulklausul tentang re-integrasi.Lalu, untuk siapa dan oleh siapa program re-integrasi ini? Di MoU Helsinki disebutkan
bahwa yang diintegrasikan ke dalam masyarakat adalah orangorang yang terlibat dalam kegiatan GAM. Antara lain mereka adalah mantan pasukan GAM, Tapol-napol amnesty, dan masyarakat korban konflik. MoU Helsinki memuat prinsip-prinsip dasar terciptanya suasana damai di Aceh. Dan prinsip-prinsip dasar itu harus diimplementasikan oleh pemerintah Indonesia.
Lima tahun Untuk lancarnya proses tersebut, dibentuk pula sumber dana re-integrasi yang kewenangan mengelolanya berada di bawah pemerintah Aceh. Sumber dananya adalah APBN, APBD, dan donor. Yang ingin dicapai dengan kehadiran lembaga ini adalah untuk mewujudkan perdamaian lestari di Aceh. Masa kerja lembaga ini ditargetkan untuk lima tahun ke depan. ■
Korban Konflik Minta Bantuan Berlanjut Muhammad Azami Banda Aceh
[email protected]
M
EREKA berdiri berderet, memanjang. Jumlahnya sekitar 13 orang. Ada yang pria, ada juga yang perempuan. Lalu, Penjabat Gubernur NAD Mustafa Abubakar menyerahkan cek seraya menyalami mereka satu per satu. Ada yang kelihatan biasa-biasa saja, ada juga yang tampak menangis ketika gubernur menyerahkan cek dan menyalami mereka. Pangdam Iskandar Muda Mayjen TNI Supiadin AS dan Sofyan Dawood ikut menyaksikan. Juga Usman Hasan, Pelaksana Harian Bapel Re-integrasi Damai Aceh (BRA). Inilah pertama kali BRA menyalurkan bantuan sejak dibentuk 11 Maret 2006, Kamis (23/ 3) siang pekan lalu, di Pendopo Gubernur NAD. Salah seorang di antara penerima manfaat ini adalah Ruwaida (45). Perempuan ini menitikkan air mata. Beberapa kali ia coba mengelap mukanya dengan sapu tangan. Selembar cek senilai Rp 3 juta kemudian berpindah tangan. Mustafa menyerahkan untuknya, seraya meminta dimanfaatkan sebaik mungkin.
Ditanyai Ceureumén usai seremonial penyerahan, perempuan ini mengaku sedih. “Ya, sedihlah,” katanya. Ruwaida mengaku dirinya tergolong korban konflik. Sang suami yang berprofesi sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) diculik di suatu malam tahun 2002 lalu, namun ditemukan beberapa saat kemudian dalam kondisi tak bernyawa. “Saat ditemukan ia sudah meninggal,” kata warga Aceh Besar ini Berkepanjangan Rencananya, uang yang diberikan ini akan digunakan sebagai bekal modal berusaha. “Mungkin nanti saya akan menjual baju,”” katanya. Ruwaida meminta pemerintah memberikan bantuan berlanjut, tidak hanya temporer, apalagi sekadar menunjukkan di depan umum. “Kita berharap pemerintah memberikan bantuan berlanjut. Kalau tiga juta ini terasa masih minim sebagai modal usaha. Tetapi, bagaimana pun saya juga bersyukur,” kata Ruwaida. Ruwaida sendiri bukan keluarga mampu. Ia mempunyai lima orang anak yang harus dibesarkan. “Saya punya lima orang tangggungan. Ini semua untuk mereka. Mohon perhatikanlah anak-anak saya,” katanya, penuh harap. ■