PERFORMA PERSILANGAN IKAN ZEBRA PINK Danio rerio DENGAN PANJANG SIRIP PEKTORAL DAN EKOR BERBEDA
GEKY RIZKIA ALRIFLY
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Performa Persilangan Ikan Zebra Pink Danio rerio Dengan Panjang Sirip Pektoral Dan Ekor Berbeda” adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan dan tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Oktober 2016
Geky Rizkia Alrifly NIM C14144008
ABSTRAK GEKY RIZKIA ALRIFLY. Performa Persilangan Ikan Zebra Pink Danio rerio Dengan Panjang Sirip Pektoral Dan Ekor Berbeda. Dibimbing oleh ALIMUDDIN dan DINAR TRI SOELISTYOWATI. Harga ikan zebra pink sirip panjang relatif lebih mahal daripada sirip pendek. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi performa persilangan resiprokal antara ikan zebra pink sirip panjang dengan sirip pendek. Metode pemijahan antara sirip pendek (Sd) jantan (J) dengan sirip pendek betina (B) (SdJxSdB), dan ikan zebra sirip panjang (Sj) jantan dengan sirip panjang betina (SjJxSjB) dengan pemijahan antara resiprokal sirip pendek jantan dengan sirip panjang betina (SdJxSjB) dan sirip panjang jantan dengan sirip pendek betina (SjJxSdB) dengan 3 kali ulangan. Induk yang digunakan berusia di atas 3 bulan (panjang tubuh:1,56-2,41 cm). Penyatuan induk dilakukan pada malam dan pemijahan berlangsung pada pagi hari. Telur menetas 24-36 jam pascapijah. Larva hingga benih dipelihara selama 45 hari. Jumlah telur tertinggi dihasilkan pada persilangan betina sirip pendek dengan jantan sirip panjang yaitu 120 butir, sedangkan derajat pembuahan, penetasan telur dan kelangsungan hidup larva tidak berbeda nyata antar perlakuan. Keturunan ikan zebra fenotipe sirip ekor dan sirip pektoral panjang dihasilkan pada persilangan SjJxSjB (76%), sedangkan pada jantan dan betina sirip pendek menghasilkan 5-20% sirip panjang dan pada persilangan resiprokal sirip panjang dan sirip pendek menghasilkan 40-50% sirip panjang. Pada nisbah kelamin persilangan sirip panjang jantan dengan sirip pendek betina (SjJxSdB), dihasilkan keturunan jantan lebih banyak yaitu 58% .
Kata kunci: Ikan zebra pink, fenotipe, sirip ekor, sirip pektoral, nisbah kelamin
ABSTRACT GEKY RIZKIA ALRIFLY. Crossbreed Performance in long pectoral fins and tails different Zebrafish Pink Danio rerio. Supervised by ALIMUDDIN and DINAR TRI SOELISTYOWATI. The zebrafish long fin pink colour is relatively more expensive than short fins. This study aimed to evaluate the performance of a reciprocal cross between pink zebrafish long fin and short fins. Methods spawning between short fins (Sd) male (J) with short fins females (B) (SdJxSdB), long fin (SJ) males with a fin long of females (SjJxSjB) and reciprocal cross between short fins male with a fin long of females (SdJxSjB), and long fins male with short fins females (SjJxSdB), each cross with 3 replications. The broods used was 3 months (body length: 1.56 to 2.41 cm). The mating has done at night and spawning takes place in the morning. The eggs hatch 24-36 hours after mating and larvae seed were reared for 45 days. The highest number of eggs produced by SjJxSdB cross (120 eggs), while the degree of fertilization, hatching eggs and larval survival was not significantly different between treatments. Hoghest count of long fin offspring in zebrafish with long tail and pectoral fins produced by SjJxSjB cross (76%), whereas in short fin males and females produced 5-20% short fins long fins and the reciprocal cross long fin and short fins generated 40-50% long fins. On the sex ratio of male SjJxSdB cross produced more male offspring (58%). Keyword: Pink zebra fish, phenotype, the tail fin, pectoral fins, sex ratio.
PERFORMA PERSILANGAN IKAN ZEBRA PINK Danio rerio DENGAN PANJANG SIRIP PEKTORAL DAN EKOR BERBEDA
GEKY RIZKIA ALRIFLY
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Departemen Budidaya Perairan
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016
Judul Nama NIM Program studi
: Performa Persilangan Ikan Zebra Pink Danio rerio Dengan Panjang Sirip Pektoral Dan Ekor Berbeda : Geky Rizkia Alrifly : C14144008 : Teknologi dan Manajemen Perikanan Budidaya
Disetujui oleh,
Dr. Alimuddin, SPi, MSc Pembimbing I
Dr. Ir. Dinar Tri Soelistyowati, DEA Pembimbing II Diketahui oleh
Dr.Ir. Sukenda, MSc Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
ii
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, atas berkah dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan SKRIPSI tepat pada waktunya. Penelitian ini dilaksanakan selama 3 bulan, yakni bulan Februari 2016 hingga Mei 2016 bertempat di Laboratorium Teaching Farm. Departemen Budidaya Perairan. Institut Pertanian Bogor. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan studi pada Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Penulis mengucapkan terima kasih kepada banyak pihak, karena penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini tidak akan terwujud tanpa bantuan berbagai pihak. 1. Orang tua beserta keluarga yang telah banyak memberikan dorongan kasih sayang serta moril maupun materil yang tak ternilai. 2. Bapak Dr. Alimuddin, SPi, MSc dan Ibu Dr. Ir. Dinar Tri Soelistyowati, DEA selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini. 3. Bapak Dr.Ir. Sukenda, MSc selaku Ketua Departemen Budidaya Perairan. 4. Fega Iken Amalia, SPi yang telah banyak membantu dan memotivasi dan seluruh teman perikanan seperjuangan alih jenis yang telah memberikan dukungan dan semangatnya, serta seluruh pihak yang turut membantu.
Bogor, Oktober 2016
Geky Rizkia Alrifly
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL iv DAFTAR GAMBAR iv DAFTAR LAMPIRAN v PENDAHULUAN 1 Latar Belakang ................................................................................................... 1 Tujuan Penelitian ................................................................................................ 2 BAHAN DAN METODE 2 Rancangan Penelitian ......................................................................................... 2 Prosedur Penelitian ............................................................................................. 2 Persiapan Wadah
2
Seleksi Induk
3
Pemijahan Ikan Zebra Pink
3
Pemeliharaan Larva dan Benih
3
Pengelolaan Kualitas Air
4
Parameter Pengamatan ....................................................................................... 4 Jumlah Telur
4
Derajat Pembuahan Telur (DPh)
4
Derajat Penetasan Telur (DPt)
5
Tingkat Kelangsungan Hidup Larva dan Benih
5
Pengamatan Fenotipe Sirip dan Nisbah Kelamin
5
Analisis data ....................................................................................................... 6 HASIL DAN PEMBAHASAN 6 Hasil.................................................................................................................... 6 Jumlah Telur
6
Derajat Pembuahan Telur (DPh)
7
Derajat Penetasan Telur (DPt)
8
Tingkat Kelangsungan Hidup (TKH) Larva Dan Benih
8
Fenotipe Panjang Sirip Ekor dan Sirip Pektoral
9
Nisbah Kelamin Ikan Zebra Pink
10
Pembahasan ...................................................................................................... 11 KESIMPULAN DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP
12 13 13 14
iv
DAFTAR TABEL Halaman 1 Skema persilangan resiprokal ikan zebra pink sirip panjang dan sirip pendek. 2 2 Jadwal pemberian pakan larva dan benih ikan zebra pink 4 3 Perbedaan nibah kelamin ikan zebra persilangan resiprokal sirip panjang dengan sirip pendek 6
DAFTAR GAMBAR Halaman 1 Induk betina (a), dan induk jantan (b) ikan zebra pink 3 2 Pengukuran panjang sirip ekor dan sirip pektoral ikan zebra pink 5 3 Jumlah telur pada persilangan resiprokal ikan zebra pink sirip panjang dengan sirip pendek. P1 (SdjxSdB)=Sirip pendek jantan dengan Sirip pendek betina; P2 (SjJxSjB)=Sirip panjang jantan dengan sirip panjang betina ; P3 (SjJxSdB)=Sirip panjang jantan dengan sirip pendek betina; P4 (SdJxSjB)=Sirip pendek jantan dengan sirip panjang betina. 7 4 Perhitungan jumlah telur terbuahi persilangan resiprokal ikan zebra pink sirip panjang dengan sirip pendek 7 5 Derajat pembuahan telur hasil persilangan resiprokal ikan zebra pink sirip panjang dengan sirip pendek. P1 (SdjxSdB)=Sirip pendek jantan dengan Sirip pendek betina; P2 (SjJxSjB)=Sirip panjang jantan dengan sirip panjang betina ; P3 (SjJxSdB)=Sirip panjang jantan dengan sirip pendek betina; P4 (SdJxSjB)=Sirip pendek jantan dengan sirip panjang betina. 8 6 Derajat penetasan telur pada persilangan resiprokal ikan zebra pink sirip panjang dengan sirip pendek. P1 (SdjxSdB)=Sirip pendek jantan dengan Sirip pendek betina; P2 (SjJxSjB)=Sirip panjang jantan dengan sirip panjang betina ; P3 (SjJxSdB)=Sirip panjang jantan dengan sirip pendek betina; P4 (SdJxSjB)=Sirip pendek jantan dengan sirip panjang betina. 8 7 Tingkat kelangsungan hidup larva (a) benih (b) persilangan resiprokal ikan zebra pink sirip panjang dengan sirip pendek. P1 (SdjxSdB)=Sirip pendek jantan dengan Sirip pendek betina; P2 (SjJxSjB)=Sirip panjang jantan dengan sirip panjang betina ; P3 (SjJxSdB)=Sirip panjang jantan dengan sirip pendek betina; P4 (SdJxSjB)=Sirip pendek jantan dengan sirip panjang betina. 9 8 Persentase jumlah ikan zebra pink fenotipe sirip pektoral (a) dan sirip ekor (b) hasil persilangan resiprokal sirip panjang dan pendek pada pengamatan sirip pektoral dan sirip ekor. P1 (SdjxSdB)=Sirip pendek jantan dengan Sirip pendek betina; P2 (SjJxSjB)=Sirip panjang jantan dengan sirip panjang betina ; P3 (SjJxSdB)=Sirip panjang jantan dengan sirip pendek betina; P4 (SdJxSjB)=Sirip pendek jantan dengan sirip panjang betina. 10 9 Persentase nisbah kelamin ikan zebra pink persilangan resiprokal ikan ekor panjang dengan ekor pendek. P1 (SdjxSdB)=Sirip pendek jantan dengan Sirip pendek betina; P2 (SjJxSjB)=Sirip panjang jantan dengan sirip panjang
betina ; P3 (SjJxSdB)=Sirip panjang jantan dengan sirip pendek betina; P4 (SdJxSjB)=Sirip pendek jantan dengan sirip panjang betina. 11
DAFTAR LAMPIRAN 1 Hasil analisis data statistik
Halaman 14
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Ikan zebra pink Danio rerio merupakan ikan hias air tawar yang berasal dari Myanmar, India, dan Srilangka (Tamaru et al. 1997) dan telah banyak dibudidayakan di Indonesia salah satunya di daerah Bogor. Taksonomi ikan ini memiliki ciri morfologi yang khas berupa garis horizontal berwarna putih dan hitam pada tubuhnya mulai kepala hingga sirip serta warna dasar yang bervariasi yaitu pink, albino maupun hitam atau kecoklatan, serta ada pula jenis ikan zebra hasil transgenik dengan menggunakan gen pigmen green fluoroscent protein (Bayer et al. 1992; Alimuddin et al. 2003). Ikan Ini banyak dibudidayakan karena proses pemijahan yang relatif mudah. Pengembangan budidaya ikan hias yang berkelanjutan terus dilakukan dengan mengatur reproduksi dan perbanyakan keragaman jenis ikan yang memiliki serapan pasar lebih tinggi sesuai dengan kebutuhan pasar. Selain itu, perbaikan produktivitas populasi broodstock dapat dilakukan melalui silang luar, tidak satu keturunan dan tidak sekerabat sehingga dapat meningkatkan heterozigositas dan keragaman jenis ikan (Gjedrem 2005). Peningkatan kelangsungan hidup dan pertumbuhan, semakin tinggi heterozigositas dapat meningkatkan kemampuan adaptasi dan performa reproduksi diantaranya jumlah telur, derajat pembuahan telur, derajat penetasan telur serta tingkat kelangsungan hidup (Tave 1993). Ikan zebra pink merupakan ikan yang tidak kenal musim untuk melakukan pemijahan dan dapat dipijahkan pada umur di atas 3 bulan. Masa rematurasi yang terbilang singkat yaitu 2-3 minggu, memudahkan para pembudidaya untuk meningkatkan produktivitas. Pemijahan ikan zebra pink dapat dilakukan per pasang ataupun masal dengan pembuahan secara eksternal, setiap kali memijah induk mampu menghasilkan 100-300 butir telur dan masa inkubasi telur 24-36 jam (Tamaru et al.1997) Berdasarkan data Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) pada tahun 2012 nilai perdagangan ikan hias melebihi target sebesar 850 juta ekor yaitu mencapai 978 juta ekor atau 115,16 % dan meningkat menjadi 1.04 miliar ekor pada tahun 2013. Khusus di pasar domestik, ikan zebra pink banyak diminati karena memiliki warna serta bentuk tubuh yang unik dibandingkan jenis dan warna lainnya. Harga ikan zebra pink sirip pendek di pasaran untuk yang berukuran S (1-1,2 cm) adalah Rp. 80, ukuran M (1,5-2 cm) Rp. 250 dan ukuran L adalah Rp. 300. Ikan zebra dengan sirip panjang memiliki harga jual yang lebih tinggi dibandingkan ikan zebra yang memiliki sirip pendek, selisih harga antara ikan tersebut berkisar antara Rp.100- 150 per ekor (ukuran M). Peningkatan harga jual ikan zebra pink sirip panjang yang memiliki harga jual lebih tinggi dibandingkan sirip pendek secara finansial mampu memberikan keuntungan lebih besar, sehingga perlu dilakukan peningkatan kuantitas lebih banyak menghasilkan sirip panjang. Dalam rangka produksi ikan zebra pink sirip panjang secara masal, sebagai tahap awal pada penelitian ini dilakukan evaluasi pemijahan yang dilakukan dengan memijahkan morfologi yang berbeda sirip panjang dan sirip pendek
2
(resiprokal). Selain itu, dilakukan pula evaluasi performa reproduksi dan produksinya. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi performa persilangan ikan zebra pink Danio rerio panjang sirip pektoral dan ekor berbeda.
BAHAN DAN METODE Rancangan Penelitian Rancangan acak lengkap terdiri dari 4 persilangan resiprokal antara ikan zebra pink sirip panjang (Sj) dengan ikan zebra pink sirip pendek (Sd). Setiap perlakuan dibuat 3 ulangan dengan sistem pemijahan berpasangan 1:1 (Tabel 1). Tabel 1 Skema persilangan resiprokal ikan zebra pink sirip panjang (Sj) dan sirip pendek (Sd). SdJ
SjJ
SdB
SdB,SdJ SdB,SjJ (P1) (P4) SjB SjB,SdJ SjB,SjJ (P3) (P2) Keterangan = B: Betina ; J: Jantan ; Sd: Sirip pendek; Sj: Sirip panjang. Kriteria induk ikan zebra pink yang digunakan antara sirip pendek dan sirip panjang disajikan pada Tabel 2. Tabel 2 Kriteria induk ikan zebra pink sirip panjang dan sirip pendek Sirip pendek Sirip panjang
Sirip ekor dan sirip pektoral <0,5 cm >0,5 cm
Keterangan : Perhitungan sirip ekor merupakan selisih antara panjang baku dengan panjang total badan ikan. Perhitungan sirip pektoral dihitung secara langsung menggunakan jangka sorong
Prosedur Penelitian Persiapan Wadah Wadah dibersihkan menggunakan air, kemudian dibilas menggunakan kalium permanganat (PK) dengan dosis 0,03 ppt. PK digunakan sebagai disinfektan yang bertujuan untuk mematikan organisme patogen. Perendaman PK dilakukan selama 24 jam, lalu dibilas kembali dengan air bersih dan di isi air
3
dengan ketinggian air 30 cm. Setelah 24 jam wadah tersebut siap digunakan. Seleksi Induk Induk ikan zebra pink yang sudah matang gonad dan berusia di atas 3 bulan dengan kisaran ukuran panjang tubuh 1,56-2,41 cm dengan perbedaan ukuran panjang sirip pada ikan zebra sirip panjang dan pendek, tidak cacat serta memiliki morfologi yang lengkap dipilih secara hati-hati menggunakan seser dan centong supaya induk tidak stres, kemudian ditempatkan secara terpisah antara jantan dan betina. Mengacu Axelrod dan Vordenwinkler (1971) ikan jantan memiliki warna yang lebih cerah dan menarik, sedangkan ikan zebra betina umumnya memiliki ukuran tubuh yang lebih besar dibandingkan ikan jantan. Pada penelitian ini induk jantan dan betina dibedakan berdasarkan ukuran panjang tubuh (Gambar 1).
(a) (b) Gambar 1 Induk betina (a), dan induk jantan (b) ikan zebra pink (sumber : google.com) Pemijahan Ikan Zebra Pink Penyatuan satu ekor induk jantan dan satu ekor induk betina dilakukan pada malam hari dan pada pagi hari berikutnya pemijahan berlangsung. Induk ikan zebra pink mengeluarkan telur secara parsial dan telur yang digunakan yaitu telur pertama. Wadah pemijahan yang digunakan yaitu toples berukuran 15x10x10 cm3. Pada saat pemijahan telur menumpuk pada dasar toples. Telur ikan zebra tidak saling menempel memungkinkan terjadi penumpukan di dasar toples, sehingga telur harus disebar merata menggunakan tangan secara hati-hati. Induk yang sudah memijah dikembalikan pada wadah pemeliharaan. Proses pembuahan telur ikan zebra pink terjadi secara eksternal (di luar tubuh). Telur hasil pemijahan dimasukkan pada akuarium penetasan berukuran 50x30x25 cm3 yang sudah disiapkan. Telur yang saling menempel dihindari supaya telur dapat menetas secara maksimal dan telur akan menetas antara 24-36 jam pada suhu 25oC dengan pemberian aerasi.
Pemeliharaan Larva dan Benih Telur yang menetas menjadi larva tidak langsung diberi makan. Cadangan makanan berupa kuning telur pada larva akan habis pada hari ke tiga setelah menetas. Makanan pertama yang diberikan yaitu kutu air dari jenis Daphnia sp. dan Moina sp. Bukaan mulut larva yang sangat kecil mengharuskan kutu air yang diberikan disaring terlebih dahulu (ukuran saringan: 0,32-0,5 mm), agar kutu air yang diberikan sesuai dengan bukaan mulut larva. Pemberian kutu air dilakukan selama 7 hari secara ad libitum (pakan tersedia), setelah itu diberikan kutu air tanpa disaring. Pada hari ke-6 larva diberi pakan kutu air dan cacing sutra.
4
Pemberian cacing sutra tidak langsung diberikan 100%, hal tersebut dimaksudkan agar larva mampu menyesuaikan makanan. Pemeliharaan benih dilakukan setelah ikan berumur 45 hari. Pergantian air dilakukan setiap hari pada pagi dengan mengganti volume air akuarium sebanyak 30%. Pada tahap ini benih diberi pakan cacing sutra 100% sampai akhir penelitian. Jadwal pemberian pakan dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 3 Jadwal pemberian pakan larva dan benih ikan zebra pink Jenis Hari ke1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Endogeneus feeding Kutu air saring Kutu air Cacing sutra
11
12 ... 45
Pengelolaan Kualitas Air Pengelolaan kualitas air dilakukan dengan penyifonan setiap pagi pukul 08.00-10.00 sebanyak 30% dari volume air. Pemberian methylene blue dengan dosis 2 mg/L, setelah proses penyifonan sebagai pencegahan penyakit mengacu pada Alifudin et al. (2002). Suhu air diukur menggunakan termometer pada pagi hari pukul 08.00-09.00 WIB. Parameter lain yang diukur pada awal, pertengahan dan akhir pemeliharaan, yaitu: kadar oksigen terlarut (DO) dan pH. Parameter tersebut diukur dengan menggunakan alat DO meter dan pH meter. Suhu air pada pada pemeliharaan larva dan benih yaitu 24-28oC, pH 6,5-7, dan DO >4 mg/L. Parameter Pengamatan Jumlah Telur Jumlah telur adalah telur yang dihasilkan pada saat induk ovulasi. Perhitungan jumlah telur ikan zebra (Lampiran 2) dilakukan secara manual. Telur dihitung setelah induk tidak memperlihatkan tanda-tanda masih mau memijah. Derajat Pembuahan Telur Perhitungan jumlah telur yang terbuahi (Lampiran 3) dilakukan setelah 2436 jam pascapijah. Telur ikan zebra pink yang terbuahi terlihat bening, sedangkan telur yang tidak terbuahi berwarna putih susu. Telur yang tidak terbuahi akan membusuk serta terdapat jamur, apabila dibiarkan akan merusak kondisi telur lainnya. Telur yang tidak terbuahi dibuang menggunakan selang sifon secara hatihati. Perhitungan jumlah telur terbuahi atau derajat pembuahan telur (DPh) dilakukan dengan bantuan software Image-J. Semua telur hasilnya difoto, kemudian yang terbuahi diamati dengan bantuan software Image-J. Hasil telur yang terbuahi kemudian dihitung menggunakan rumus sebagai berikut :
5
Derajat Penetasan Telur Perhitungan jumlah telur yang menetas (Lampiran 4) dilakukan pada siang hari setelah pascapijah yaitu sekitar pukul 13.00 WIB. Pada waktu tersebut larva berada pada dinding akuarium sehingga memudahkan proses perhitungan. Derajat penetasan (hatching rate,HR) dihitung menggunakan rumus berikut :
Tingkat Kelangsungan Hidup Larva dan Benih Perhitungan tingkat kelangsungan hidup (TKH) larva dan benih ikan zebra pink dihitung setelah larva berumur 25 hari dan benih berusia 45 hari pasca menetas. Perhitungan tingkat kelangsungan hidup larva dan benih menggunakan rumus berikut : TKH relatif Keterangan: NT = Jumlah ikan pada waktu tertentu (T) : Umur larva 25 hari dan umur benih 45 hari Pengamatan Fenotipe Sirip Dan Nisbah Kelamin Pengukuran fenotipe sirip ekor dan pektoral dilakukan menggunakan jangka sorong, untuk mengukur sirip ekor dihitung dari pangkal ekor sampai ujung ekor dan pengukuran sirip pektoral diukur dari sirip bagian dalam sampai sirip bagian luar (Gambar 2), sedangkan perbedaan jantan dan betina dilakukan secara manual disajikan pada Tabel 3.
Gambar 2 Pengukuran panjang sirip ekor dan sirip pektoral ikan zebra pink ( = tanda ukuran panjang sirip ekor dan pektoral )
6
Tabel 4 Perbedaan induk ikan zebra jantan dan betina yang digunakan. Jantan Betina Perut ramping Perut membuncit Gerakan cepat Gerakan lambat Lubang kelamin oval Lubang kelamin membulat Ukuran panjang badan lebih kecil Ukuran panjang badan lebih besar Striping mengeluarkan sperma Striping mengelurkan telur Analisis data Pengolahan data dilakukan dengan ANOVA selang kepercayaan 95% dan statistika desktriptif. Data yang diolah menggunakan ANOVA meliputi jumlah telur, telur terbuahi (DPh), telur menetas (DPt) dan tingkat kelangsungan hidup (TKH) larva dan benih, sedangkan data sebaran fenotipe sirip ekor dan sirip pektoral panjang serta nisbah kelamin dijelaskan secara deskriptif. Hasil analisis data disajikan pada Lampiran 1.
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Performa reproduksi pada persilangan resiprokal ikan zebra pink sirip panjang dengan sirip pendek (Tabel 5). Menunjukkan tidak berbeda nyata (P<0,05) antar persilangan kecuali jumlah telur dan TKH larva. Tabel 5 Performa reproduksi dan kelangsungan hidup ikan zebra pink persilangan sirip panjang dengan sirip pendek Parameter Perlakuan P1 P2 P3 P4 (SdJxSdB) (SjJxSjB) (SjJxSdB) (SjBxSdJ) Jumlah Telur (Butir) 410 ± 5,03a 424 ± 10,59a 478 ± 4,73b 421 ± 13,58a DPh (%) 81,75 ± 2,95a 80,28 ± 7,19a 76,87 ± 2,20a 78,72 ± 8,89a DPt(%) 72,99 ± 1,46a 72,53 ± 8,40a 65,63 ± 6,61a 66,67 ± 9,03a ab a a TKH Larva (%) 51,82 ± 12,56 45,77 ± 10,31 43,75 ± 8,44 60,28 ± 8,31b TKH Benih (%) 49,64 ± 11,47a 42,25 ± 11,30a 41,25 ± 8,87a 56,03 ± 6,71a Keterangan : Huruf superskrip berbeda pada baris yang sama menunjukkan berbeda nyata (P<0,05) Jumlah telur yang dihasilkan ikan zebra pink sirip panjang jantan dengan sirip pendek betina (P3), lebih tinggi dibandingkan lainnya (P<0,05) (Gambar 5). Kelangsungan hidup larva pada persilangan ikan zebra pink sirip panjang betina dengan sirip panjang jantan (P4) lebih tinggi dibandingkan P2 dan P3 dan tidak berbeda nyata dengan P1 (SdJxSdB). Jumlah Telur Jumlah telur pada persilangan ikan zebra pink sirip panjang dengan sirip pendek (Gambar 3), memiliki sebaran yang berbeda antar perlakuan. Hasil
7
persilangan sirip panjang jantan dan sirip pendek betina (P3) menunjukkan jumlah telur lebih tinggi dibandingkan P1,P2, dan P4. 160
Jumlah telur (butir)
140 120
P1 (SdjxSdB)
100
P2 (SjJxSjB)
80
P3 (SjJxSdB)
60 40
P4 (SdJxSjB)
a
a
b
a
20 0
Gambar 3 Jumlah telur pada persilangan ikan zebra pink bersirip pektoral dan ekor dengan panjang berbeda. P1 (SdjxSdB)=Sirip pendek jantan dengan Sirip pendek betina; P2 (SjJxSjB)=Sirip panjang jantan dengan sirip panjang betina ; P3 (SjJxSdB)=Sirip panjang jantan dengan sirip pendek betina; P4 (SdJxSjB)=Sirip pendek jantan dengan sirip panjang betina. Huruf superskrip berbeda pada baris yang sama menunjukkan berbeda nyata (P<0,05). Pada persilangan sirip panjang jantan dan sirip pendek betina (P3) menunjukkan jumlah telur lebih tinggi yaitu 163 butir, sedangkan pada perlakuan P1,P2, dan P4 telur yang dihasilkan berkisar 136-153 butir. Derajat Pembuahan Telur (DPh) Hasil perhitungan jumlah telur terbuahi (Gambar 4) dengan bantuan software Image-J disajikan pada Gambar 5, Jumlah telur terbuahi ikan zebra pink sirip panjang dengan sirip pendek (Gambar 4) menunjukkan hasil tidak berbeda nyata antar keempat perlakuan (P>0.05) yaitu berkisar 76-82%.
Gambar 4 Perhitungan jumlah telur terbuahi pada persilangan ikan zebra pink sirip panjang dengan sirip pendek
8
Derajat Pembuahan telut (DPh) (%)
100 80
P1 (SdjxSdB)
60
P2 (SjJxSjB) P3 (SjJxSdB)
40
a
20
a
a
a
P4 (SdJxSjB)
0
Gambar 5 Derajat pembuahan telur pada persilangan ikan zebra pink bersirip pektoral dan ekor dengan panjang berbeda. P1 (SdjxSdB)=Sirip pendek jantan dengan Sirip pendek betina; P2 (SjJxSjB)=Sirip panjang jantan dengan sirip panjang betina ; P3 (SjJxSdB)=Sirip panjang jantan dengan sirip pendek betina; P4 (SdJxSjB)=Sirip pendek jantan dengan sirip panjang betina. Huruf superskrip berbeda pada baris yang sama menunjukkan berbeda nyata (P<0,05). Derajat Penetasan Telur (DPt) Derajat penetasan telur pada persilangan resiprokal ikan zebra pink sirip panjang dengan sirip pendek (Gambar 6) menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata pada keempat perlakuan (P>0.05) yaitu berkisar 65-73%.
Derajat Penetasan Telur (DPt) (%)
100 80 P1 (SdjxSdB) 60
P2 (SjJxSjB)
40
P3 (SjJxSdB) P4 (SdJxSjB)
20
a
a
a
a
0
Gambar 6 Derajat penetasan telur pada persilangan ikan zebra pink bersirip pektoral dan ekor dengan panjang berbeda. P1 (SdjxSdB)=Sirip pendek jantan dengan Sirip pendek betina; P2 (SjJxSjB)=Sirip panjang jantan dengan sirip panjang betina ; P3 (SjJxSdB)=Sirip panjang jantan dengan sirip pendek betina; P4 (SdJxSjB)=Sirip pendek jantan dengan sirip panjang betina. Huruf superskrip berbeda pada baris yang sama menunjukkan berbeda nyata (P<0,05). Tingkat Kelangsungan Hidup (TKH) Larva Dan Benih Perhitungan kelangsungan hidup larva dan benih pada persilangan ikan zebra pink sirip panjang dengan sirip pendek (Lampiran 5) dan hasil perhitungan disajikan pada Gambar 7.
9
100 80 60 40 20 0
ab
a
(b)
a
b
TKH Benih (%)
TKH Larva (%)
(a) 100 80 60 40 20 0
SR larva
SR benih
P1 (SdjxSdB) P2 (SjJxSjB)
P1 (SdjxSdB) P2 (SjJxSjB)
P3 (SjJxSdB)
P3 (SjJxSdB)
P4 (SdJxSjB)
P4 (SdJxSjB)
Gambar 7 Tingkat kelangsungan hidup larva (a) benih (b) pada persilangan ikan zebra pink bersirip pektoral dan ekor dengan panjang berbeda. P1 (SdjxSdB)=Sirip pendek jantan dengan Sirip pendek betina; P2 (SjJxSjB)=Sirip panjang jantan dengan sirip panjang betina ; P3 (SjJxSdB)=Sirip panjang jantan dengan sirip pendek betina; P4 (SdJxSjB)=Sirip pendek jantan dengan sirip panjang betina. Huruf superskrip berbeda pada baris yang sama menunjukkan berbeda nyata (P<0,05). Tingkat kelangsungan hidup larva ikan zebra pink persilangan sirip panjang dengan sirip pendek berbeda nyata antar keempat perlakuan (P<0.05). Resiprokal pada persilangan ikan sirip pendek jantan dengan sirip panjang betina (P4) menunjukkan nilai tertinggi yaitu 60,28%, sementara nilai terendah pemijahan sirip panjang jantan dengan sirip panjang betina (P3) yaitu 43,75%, sedangkan pada tingkat kelangsungan hidup benih menunjukkan tidak berbeda nyata antar keempat perlakuan. Nilai tertinggi pada pemijahan sirip pendek jantan dengan sirip panjang betina (P4) yaitu 56,03% dan nilai terendah pada pemijahan sirip panjang jantan dengan sirip pendek betina (P3) yaitu 41,25%. Fenotipe Panjang Sirip Ekor dan Sirip Vektoral Performa fenotipe hasil persilangan terhadap panjang pada sirip ekor (Lampiran 7) dan panjang sirip pektoral (Lampiran 8) menunjukkan persentase jumlah ikan zebra pink fenotipe sirip panjang pektoral dan sirip ekor (Gambar 8) memiliki sebaran yang berbeda. Hasil persilangan jantan dan betina sirip pendek (SdJxSdB) menghasilkan sirip pektoral pendek 100% (Gambar 8a), namun pada sirip pektoral dihasilkan fenotipe sirip panjang 30% (Gambar 8b).
10
(a)
(b)
100
Jumlah fenotipe (%)
Jumlah fenotipe (%)
120
80 60 40 20 0 P1
P2 Feno Sj
P3 Feno Sd
Persilangan
P4
100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 P1
P2
Feno Sj
P3
P4
Feno Sd
Persilangan
Gambar 8 Persentase jumlah ikan zebra pink fenotipe sirip pektoral (a) dan sirip ekor (b) hasil pada persilangan ikan zebra pink bersirip pektoral dan ekor dengan panjang berbeda. P1 (SdjxSdB)=Sirip pendek jantan dengan Sirip pendek betina; P2 (SjJxSjB)=Sirip panjang jantan dengan sirip panjang betina ; P3 (SjJxSdB)=Sirip panjang jantan dengan sirip pendek betina; P4 (SdJxSjB)=Sirip pendek jantan dengan sirip panjang betina. Pada persilangan ikan zebra pink sirip panjang jantan dengan sirip pendek betina (P3) dan resiprokalnya (P4) menghasilkan fenotipe ikan sirip panjang pektoral dan ekor lebih rendah dari (SjJxSjJ), tetapi lebih tinggi dibandingkan (SdJxSdB), sedangkan antara resiprokalnya P3 (SdBxSjJ) dan P4 (SjBxSdJ) menunjukkan sebaran fenotip yang hampir sama pada sirip ekor dan pektoral. Nisbah Kelamin Ikan Zebra Pink Nisbah kelamin ikan zebra pink persilangan resiprokal ikan ekor panjang dengan ikan ekor pendek yang disajikan pada Gambar 9. Nisbah kelamin jantan yang dihasilkan dari keempat persilangan berkisar 40-60%.
11
NISBAH KELAMIN %
120 100 80 60
% BETINA
40
% JANTAN
20 0 P1
P2
P3
P4
PERSILANGAN
Gambar 9 Persentase nisbah kelamin ikan zebra pink pada persilangan ikan zebra pink bersirip pektoral dan ekor dengan panjang berbeda. P1 (SdjxSdB)=Sirip pendek jantan dengan Sirip pendek betina; P2 (SjJxSjB)=Sirip panjang jantan dengan sirip panjang betina ; P3 (SjJxSdB)=Sirip panjang jantan dengan sirip pendek betina; P4 (SdJxSjB)=Sirip pendek jantan dengan sirip panjang betina. Pada persilangan ikan zebra pink, jumlah jantan paling banyak diperoleh pada pemijahan P3 (SdJ,SjJ), sebaliknya pada P1 (SdJ,SdB), P2 (SjJ,SjB) dan P4 (SjB,SdJ) menghasilkan jumlah betina lebih banyak (>50%). Pembahasan Kualitas telur ikan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain pengaruh lingkungan seperti suhu, nutrisi pada ikan, serta faktor penyebab stres (Sangsawachote et al.2010). Rocha et al. (2008) menyebutkan bahwa salah satu faktor yang dapat memicu pematangan gonad ikan serta pembuahannya adalah asupan nutrisi induk betina yang berupa ketersediaan pakan, kandungan asam amino, asam lemak, asam askorbat, dan vitamin E. Pendukung kualitas telur yang baik yaitu pemberian pakan induk penting dilakukan seperti pemberian, blood worm, kutu air serta jentik nyamuk. Menurut Tamaru et al. (1997) ikan zebra betina dapat menghasilkan 100-300 butir telur dengan masa rematurasi berkisar antara 3-4 minggu untuk bisa dipijahkan kembali. Adewumi et al. (2005) menyebutkan bahwa kandungan nutrisi pakan yang dikonsumsi oleh induk juga mempengaruhi kualitas telur yang dihasilkan. Tang dan Affandi (2004) menyebutkan bahwa banyaknya telur yang terbuahi akan menetas menjadi larva, sehingga persentase telur yang menetas lebih tinggi. Menurut Kjorsvik et al. (1990), kualitas telur didefinisikan sebagai potensi telur untuk menghasilkan benih aktif. Berdasarkan data telur yang terbuahi selama pemijahan, jumlah telur yang terbuahi berkisar 76% -82%. Suhu yang optimal (24-28oC) menjadi salah satu kunci dalam penetasan telur, semakin optimal suhu penetasan semakin cepat telur menetas, sebaliknya apabila suhu terlalu dingin interval waktu telur untuk menetas semakin lama. Berdasarkan data hasil penelitian diperoleh kisaran telur yang menetas sebesar 65%-73%. Pemeliharaan larva dilakukan selama 25 hari sebelum ikan masuk pada
12
fase benih. Pemeliharaan benih dilakukan selama 45 hari setelah telur menetas. Perkembangan panjang sirip ekor dan sirip pektoral mulai terlihat pada fase ini. Sebaran fenotipe panjang sirip ekor dan sirip pektoral (Gambar 8) pada persilangan sirip panjang jantan dengan sirip panjang betina (SjJxSjB) diduga memiliki pola pewarisan genetik mendekati gen dominan dengan genotipe heterozigot sehingga menghasilkan keturunan ikan sirip panjang berkisar 75% dan sirip pendek 25%, sedangkan ikan sirip ekor 75,84% dan sirip pektoral 66,29%. Resiprokal SjJxSdB dan SdJxSjB fenotipe panjang lebih didominasi oleh sebaran fenotipe pewarisan gen sirip pendek yaitu dari hasil pemijahan menunjukkan 42,93% dan 46,61% fenotipe sirip ekor pendek dan sirip pektoral pendek. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan Shears et al. (1991) dan Tewari et al. (1992) bahwa integritas gen asing yang stabil akan diwariskan kepada anaknya mengikuti h Hukum Mendel. Keturunan pertama F1 membawa gen asing di setiap selnya dalam kondisi heterozigot sekitar 25% dari F2 dengan menyilangkan antar keturunan F1 diperkirakan telah homozigot, 50% menjadi heterozigot, sehingga apabila ingin memperoleh keturunan 100% ekor panjang harus memperoleh induk yang homozigot dengan cara memijahkan hasil anakan yang diduga membawa gen homozigot dengan ikan yang homozigot sampai diperoleh anakan yang 100% homozigot. Nisbah kelamin ikan zebra pink hasil persilangan resiprokal (Gambar 9) terbanyak menghasilkan jantan pada persilangan ikan sirip pendek betina dengan sirip panjang jantan, sedangkan jumlah betina lebih banyak dihasilkan pada persilangan sirip pendek jantan dan betina (SdJxSdB) dan persilangan sirip panjang betina dengan sirip pendek jantan (SjBxSdJ).
KESIMPULAN Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa pemijahan ikan zebra pink sirip panjang jantan dengan sirip panjang betina (SjJxSjB) menghasilkan jumlah sirip panjang ekor dan pektoral paling banyak.
13
DAFTAR PUSTAKA Adewumi AA, Olaleye VF, Adesulu EA. 2005. Egg and sperm quality of the African catfish (Clarias gariepinus) (Burchell) broodstock fed differently heated soybean-based diets. Agriculture and Biological Science. 1: 17-22. Alifudin M, Priyono A, Nurfatimah A. 2002. Inventarisasi parasit pada Ikan Hias yang dilalulintaskan di bandara soekarno-hatta, cengkareng, jakarta. Jurnal Aquaculture Indonesia.1; 123-127 Alimuddin, Yoshizaki G, Carman O, dan Sumantadinata K. 2003. Aplikasi Transfer Gen Dalam Akuakultur. Jurnal Akuakultur Indonesia. 2(1): 41-50. Axelrod HR, Vorderwinkler W. 1971. Encyclopedia of Tropical Aquarium Fishes. T.F.H Publications. Neptune. New Jersey. Bayer TA and JA. Campos-Ortega. 1992. A Transgene Containing Lacz is Expressed In Primary Sensory Neurons In Zebrafish. Journal of Development. 115: 421-426. Gjedrem T.2005. Selection and Breeding Program in Aquaculture. Norwegia (NO):Akuafork,A.S.Norweg.364 p. Kjorsvik E .Mangor-Jensen A. Holmefjord I. 1990. Egg quality in fishes. Advanced in Marine Biology. 26: 71-113 [KKP] Kementerian Kelautan dan Perikanan. 2013. Ikan Hias, Primadona Baru Ekspor Indonesia. Tersedia pada: http://budidaya-ikan.com/ikan-hiasprimatona-baru-ekspor-indonesia/ [9 Januari 2014]. Rocha MJ, Arukwe A, Kapoor BG. 2008. Fish Reproduction. California [US]: Science Publisher. Sangsawachote S, Chaitanawisuti N, Piyatiratitivorakul S. 2010. Reproductive performance, egg and larval quality and egg fatty acid composition of hatchery-reared spotted babylon (Babylonia areolata) broodstock fed natural and formulated diets under hatchery conditions. International Journal of Fisheries and Aquaculture. 1:49-57 Shears MA, Fletcher GL, Hew CL, Gauthier S, and Davies PL. 1991. Transfer, expression, and stable inheritance of antifreeze protein genes in Atlantic salmon, Salmo salar. Mol. Mar. Biol. Biotechnol., 1: 58-63. Tamaru CSB, Cole R, Bailey, Brown C. 1997. A manual for commercial production of ornamental fresh water, Brachidanio rerio, a temporary paired tank spawner. Center for Tropical and Subtropical Aquaculture Publication: 129. Hawaii. 50p. Tang UM, Affandi R. 2004. Biologi Reproduksi Ikan. Pekanbaru (ID): UNRI Press. Tave D.1993. Genetic for Fish Hatchery Managers. Belanda (NL):Kluwer Aademic Publisher Netherland. 415p. Tewari R, Michard-Vanhee C, Perrot E, and Chourrout D. 1992. Mendelian transmission, structure and expression of transgenes following their injection into the cytoplasm of trout eggs. Transgenic Res., 1: 250-260.
14
LAMPIRAN Lampiran 1 Hasil analisis data statistik ANOVA
Jumlah telur Sum of Squares df Between Groups
Mean Square
F
Sig.
(Combined)
926.250
3
308.750 3.587
.066
Linear Contrast Term Deviation
126.150
1
126.150 1.465
.261
800.100
2
400.050 4.647
.046
688.667
8
1614.917
11
Within Groups Total
86.083
Jumlah telur Duncan Subset for alpha = 0.05 Perlakuan
N
1
2
a
3
136.67
d
3
140.33
b
3
141.33
c
3
Sig.
159.33 .571
1.000
ANOVA DpH Sum of Squares Between Groups
df
Mean Square
F
Sig.
(Combined)
39.446 3
13.149
.225
.877
Line Contrast ar Deviation Ter m
20.114 1
20.114
.344
.574
19.331 2
9.666
.165
.851
Within Groups
468.203 8
58.525
Total
507.649 11
15
DpH
Duncan
Subset for alpha = 0.05 Perlakuan
N 1
c
3
77.0600
d
3
79.2000
b
3
81.0500
a
3
81.7300
Sig.
.500
ANOVA DpT Sum of Squares Between Groups
Mean Square
df
F
Sig.
(Combined)
72.868
3
24.289
1.384
.316
Linea Contrast r Deviation Term
61.915
1
61.915
3.528
.097
10.953
2
5.477
.312
.740
Within Groups
140.403
8
17.550
Total
213.271
11
DpT Duncan Perlak uan
Subset for alpha = 0.05 N
1
d
3
84.2767
c
3
85.4933
a
3
89.5867
b
3
89.8800
Sig.
.162
1
ANOVA TKH Larva Sum of Squares Between Groups
(Combined) Line Contrast ar Deviation Ter m
Within Groups Total
Mean Square
df
F
Sig.
1353.224
3
451.075
3.849
.057
564.451
1
564.451
4.816
.059
788.774
2
394.387
3.365
.087
937.546
8
117.193
2290.771
11
TKH Larva Duncan Subset for alpha = 0.05 Perlakuan
N
1
2
b
3
62.8167
c
3
65.6600
a
3
70.5167
d
3
Sig.
70.5167 90.0167
.427
.058
ANOVA TKH Benih
Sum of Squares Between
(Combined)
Groups
Linea Contrast r Deviati Term on
53.315 7.176
Mean Square F
df
Sig.
1.06 0
.418
1 7.176 .428
.531
1.37 6
.306
3 17.772
46.139
2 23.070
Within Groups
134.110
8 16.764
Total
187.425
11
2
TKH Benih Duncan Subset for alpha = 0.05 Perlakuan
N
1
b
3
91.2600
d
3
93.4567
c
3
95.0133
a
3
97.0133
Sig.
.144
3
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di kota Tasikmalaya pada tanggal 20 Mei 1993 dari ayah bernama Saripudin dan ibu bernama Holly Alifiah F. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara. Penulis merupakan lulusan dari SMA Negeri 2 Tasikmalaya pada tahun 2011. Setelah itu penulis diterima di Progam Diploma III Institut Pertanian Bogor pada tahun 2009 pada progam kehalian Teknologi Produksi dan Manajemen Perikanan Budidaya melalui jalur Ujian Seleksi Masuk IPB (USMI). Sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi di progam Diploma III IPB ini penulis melaksanakan praktik kerja lapangan sebagai tugas akhir, yaitu dengan judul “Pembenihan dan Pendederan Ikan Koi Cyprinus carpio di Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Ikan Hias, Depok, Jawa Barat”. Tahun 2014 penulis melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi dalam Program Sarjana Alih Jenis di Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Penulis melakukan penelitian yang termasuk ke dalam bagian Laboratorium Reproduksi dan Genetika Ikan serta menyelesaikan skripsinya ini dengan judul “Performa Persilangan Ikan Zebra Pink Danio rerio Dengan Panjang Sirip Pektoral Dan Ekor Berbeda.”.